TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI LELANG BARANG JAMINAN
SEBELUM JATUH TEMPO TANPA SEPENGETAHUAN PEMILIK
(Studi Putusan No. 05/Pdt.G/2016/PN.Skh)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Hukum Fakultas Hukum
Oleh:
LATHIFAH HANIF
C.100.130.160
PROGRAM STUDI HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Naskah Publikasi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan
Dewan Penguji Skripsi Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing
(Darsono, S.H., M.H.)
ii
HALAMAN PENGESAHAN
TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI LELANG BARANG JAMINAN
SEBELUM JATUH TEMPO TANPA SEPENGETAHUAN PEMILIK
(Studi Kasus No.05/Pdt.G/2016/PN.Skh)
Yang ditulis oleh :
LATHIFAH HANIF
C.100.130.160
Telah diterima dan disahkan oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada Tanggal : .......................
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji,
Ketua :
(Darsono, S.H., M.H.)
Sekretaris :
(Nuswardhani, S.H., SU.)
Anggota :
(Inayah, S.H., M.H.)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Surakarta
(Prof. Dr. Khudzaifah Dimyati, S.H., M.Hum.)
1
TINJAUAN YURIDIS LELANG BARANG JAMINAN SEBELUM JATUH
TEMPO TANPA SEPENGETAHUAN PEMILIK
(STUDI PUTUSAN NO. 05/PDT.G/2016/PN.SKH)
Abstrak
Sengketa ini adalah berkaitan dengan kajian prosedur lelang barang jaminan
dimana sebelumnya para penggugat telah membuat perjanjian kredit dengan
tergugat dengan jaminan berupa SHM No. 2849 dan SHM No. 24. Bahwa atas
perjanjian kredit tersebut para penggugat mengalami kemacetan dalam memenuhi
perjanjian sehingga tidak dapat melunasi hutangnya maka benda yang menjadi
objek sengketa akan dijual secara lelang. Penjualan lelang tanah dan bangunan
yang menjadi objek sengketa tersebut menurut penggugat adalah catat hukum,
sebab sebelum ada Pengumuman Kedua Lelang Eksekusi Hak Tanggungan,
Penggugat tidak diberi surat somasi dari Pengadilan Negeri untuk mengetahui
secara pasti berapa seluruh kewajiban yang harus dibayar. Bahwa menurut hukum
untuk mencapai suatu kepastian hukum para penggugat harus disomasi atau
diaanmaning oleh Pengadilan Negeri.Tujuan penulisan ini adalah untuk
menjelaskan keabsahan eksekusi lelang barang jaminan oleh PT Bank Rakyat
Indonesia (Persero) berdasarkan KUHPerdata dan UUHT dan untuk menjelaskan
pertimbangan hakim dalam memutus sengketa eksekusi lelang agunan kredit
milik Penggugat. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian
hukum (doktrinal) yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka. Putusan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Putusan Nomor
05/Pdt.G/2016/PN.Skh. Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian
ini adalah penelitian deskriptif.
Kata Kunci: lelang jaminan, jaminan, lelang, pertimbangan hakim
Abstract
This dispute is related to the review of the auction procedure for the guarantee
goods where previously the plaintiffs have entered into a credit agreement with
the defendant with the guarantee of a property certificate number 2849 and
number 24. Whereas on the credit agreement, the plaintiffs have suffered
congestion in fulfill the agreement so that they cant repay their debts, the object to
be disputed object will be sold by auction. The sale of land and building auction to
the object of the dispute according to the plaintiff is legally flawed, because prior
to be second auction announcement of mortgage execution, the plaintiff is not
given a letter of invitation from the District Court to know exactly how much
obligation to pay. A legal certainty of the plaintiffs must be addressed of
aanmaning by the District Court. The purpose of this paper is to explain the
validity of the auction execution of guarantee goods by PT BRI based on Civil
Code and Law of the Mortgage and to explain the judge’s consideration in
deciding the dispute over the execution of the pledge of credit collateral owned by
the Plaintiff. In this study the author uses the method of doctrinal law research
conducted by examining the library materials. The verdict used in this study is the
Verdict Number 05/Pdt.G/2016/PN.Skh. Type of this research is descriptive
research
2
Keywords: guarantee goods auction, mortgage, auction, judge consideration
1. PENDAHULUAN
Meningkatnya kegiatan industri dan perdagangan mengakibatkan
peningkatan dalam sektor modal dalam pengembangan usaha. Sedangkan
tidak semua pengusaha memiliki permodalan yang cukup untuk
mengembangkan usahanya, maka dari sinilah tercipta banyak transaksi
dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk kredit atau pinjaman.
Adapun pengertian kredit menurut Gatot Supramono, adalah,
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak
kreditur dengan pihak debitur yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,
imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.”1 Sehingga perjanjian kredit
adalah perjanjian pokok (prinsipal) yang bersifat riel.2
Pada asasnya tidak ada kredit yang tidak mengandung jaminan,
karena sesuai dengan Pasal 1131 KUHPerdata bahwa setiap kebendaan
milik debitur baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang
sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari menjadi tanggungan
atas utang-utangnya.3
Ketika seorang debitur cedera janji (wanprestasi), maka jaminan
yang dimiliki oleh debitur harus dieksekusi oleh kreditur. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan eksekusi adalah
pelaksanaan putusan hakim, pelaksanaan hukuman peradilan atau penjualan
harta orang tua karena berdasarkan penyertaan.4
1 Gatot Supramono, 1996, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis, Jakarta:
Djambatan, hlm. 61 2 Martha Eri S., “Analisis Perjanjian Jaminan Fidusia Terhadap Parate Eksekusi dan Perlindungan
Hukumnya bagi Kreditur (Studi Kasus pada BMT dan BPR Syariah di Ponorogo)”, Jurnal Justitia
Islamica, Vol.11, No.1, (Januari-Juni, 2014), hlm. 122 3 J. Satrio, 1997, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan, Buku I, Bandung:
PT. Citra Aditya Bhakti, hlm. 5 4 Ananda Fitki Ayu S., “Dilematis Eksekusi Hak Tanggungan Melalui Parate Executie dan
Eksekusi Melalui Grosse Akta,” Jurnal Repertorium, Vol.II, No. 2, (Juli-Desember), 2015, hlm.
52
3
Kreditur pemegang hak tanggungan mempunyai kedudukan
istimewa dibanding dengan kreditur – kreditur lainnya. Artinya bahwa
manakala terjadi wanprestasi dari debiturnya secara nyata, maka kreditur
pemegang hak tanggungan pertama berhak melakukan penjualan melalui
pelelangan umum terhadap obyek benda jaminan debitur. Penjualan melalui
pelelangan atas obyek benda jaminan harus melalui prosedural peraturan
perundang undangan berlaku (UUHT).
Menurut ST. Remy Sjahdeini menegaskan bahwa menurut Pasal 6
UUHT, apabila debitur sidera janji, pemegang hak tanggungan pertama
mempunyai hak untuk menjual obyek hak tanggungan atas kekuasaan
sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya
dari hasil pejualan tersebut.5
Dalam putusan tersebut, sebelumnya para penggugat telah membuat
perjanjian kredit dengan tergugat pada tanggal 28 November 2012 dengan
jaminan benda berupa SHM No. 2849 atas nama Ali Supriyanto dengan luas
365 m2 dan SHM No. 24 atas nama Rewan bin Wiroredjo dengan luas 649
m2. Bahwa atas perjanjian kredit tersebut para penggugat mengalami
kemacetan dalam memenuhi perjanjian sehingga para penggugat menerima
surat peringatan dari tergugat I. Namun dikarenakan penggugat tidak dapat
melunasi hutangnya maka tanggal 14 Januari 2016 benda yang menjadi
objek sengketa akan dijual secara lelang pada tanggal 28 Januari 2016.
Bahwa tergugat II melakukan lelang tersebut atas permohonan dari tergugat
I. Penjualan lelang tanah dan bangunan yang menjadi objek sengketa
tersebut menurut penggugat adalah catat hukum, sebab sebelum ada
Pengumuman Kedua Lelang Eksekusi Hak Tanggungan di Harian
JAWAPOS – RADAR SOLO, tanggal 14 Januari 2016 Penggugat belum /
tidak pernah diberi surat somasi dari Pengadilan Negeri untuk mengetahui
secara pasti berapa seluruh kewajiban yang harus dibayar.6
5 Tri Kurniawan A., “Kajian Yuridis Terhadap Parate Eksekusi Objek Jaminan dalam Perjanjian
Hak Tanggungan,” Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion, Vol.4, (2016), hlm. 3 6 Lihat Putusan No. 05/Pdt.G/2016/PN.Skh.
4
Bahwa menurut hukum untuk mencapai suatu kepastian hukum para
penggugat harus disomasi atau diaanmaning oleh Pengadilan Negeri berapa
posisi hutang atau kewajiban yang harus dipenuhi oleh para penggugat.
Bahwa oleh karena para penggugat tidak pernah disomasi atau diaanmaning
lebih dahulu maka penjualan benda yang menjadi objek sengketa yang akan
dijual secara lelang tidak adanya suatu kepastian.
Bahwa yang menjadi problem lelang eksekusi disini adalah bahwa
proses lelang yang diadakan pada tanggal 28 Januari 2016 adalah cacat
hukum sehingga batal demi hukum atau setidak-tidaknya dapat dibatalkan
sebab dalam hal ini penggugat tidak diberitahu tentang pengumuman lelang
barang jaminan miliknya.
2. METODE
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian hukum
(doktrinal) yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka (library
research), dengan pendekatan undang-undang (statute approach) atau
dengan meneliti perundang-undangan atau putusan yang terkait dengan isu
hukum atau permasalahan yang akan diteliti. Putusan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Putusan Nomor 05/Pdt.G/2016/PN.Skh. Jenis
penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data sekunder.
Data sekunder merupakan data yang berupa bahan-bahan hukum yang
terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.7 Dalam
penelitian ini, bahan hukum primer yang digunakan adalah Putusan Nomor
05/Pdt.G/2016/PN.Skh, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan.
Sedangkan bahan hukum sekunder berupa penunjang yang memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer. Data-data dalam penelitian ini
dikumpulkan melalui studi pustaka. Analisa data dilakukan secara kualitatif
7Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, 2015, Metode Penelitian Hukum (Buku Pegangan
Kuliah), Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, hlm. 8
5
dengan metode analisis data dilakukan dengan menggunakan logika
deduktif.
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Keabsahan Eksekusi Lelang Barang Jaminan atau Agunan Kredit
oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) berdasarkan Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang Hak
Tanggungan
Dalam perkara di atas diketahui bahwa penggugat sebagai pemilik
sah atas sebidang tanah dan bangunan yang terletak di Desa/Kelurahan
Siswodipuran, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali dengan
Sertipikat Hak Milik No. 2849 a/n ALI SUPRIYANTO dengan luas
365 M2 dan sebidang tanah dan bangunan yang terletak di
Desa/Kelurahan Butuh, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali
dengan Sertipikat Hak Milik No. 24 a/n REWAN bin WIROREDJO
dengan luas 649 M2.
Dalam perkara ini yang menjadi pokok sengketa adalah penjualan
lelang eksekusi terhadap benda yang menjadi obyek sengketa pada
tanggal 28 Januari 2016 adalah cacat hukum. Pelelangan objek Hak
Tanggungan erat kaitannya dengan wanprestasi dari debitur terhadap
kreditur. Wanprestasi yang dimaksud yaitu di dalam perjanjian kredit
yang diikuti dengan Hak Tanggungan, debitur sudah tidak mampu lagi
atau tidak adanya itikad baik untuk membayar kewajibannya kepada
kreditur, sehingga barang jaminan yang di bebankan hak tanggungan
dijual kepada pihak lain untuk melunasi kewajiban debitur terhadap
kreditur (biasanya dengan proses lelang jaminan).8
Dalam perkara ini, sehubungan dengan tindakan Tergugat II yang
telah melaksanakan lelang eksekusi terhadap sebidang tanah berikut
bangunan yang berdiri di atasnya. Pelelangan atas objek a quo
dilakukan sebagai akibat dari wanprestasi atau cidera janji yang telah
8 Begiyama Fahmi Zaki, “Kepastian Hukum dalam Pelelangan Objek Hak Tanggungan Secara
Online,” Jurnal Fiat Justisia Journal of Law, Vol.2, (April-Juni, 2016), hlm. 372-373
6
dilakukan oleh Para Penggugat sebagai debitor dalam hal pemenuhan
kewajiban kreditnya kepada Tergugat I sebagai kreditor sebagaimana
Perjanjian Kredit Nomor : 32 tanggal 28 November 2012.
Atas tindakan wanprestasi Para Penggugat, Tergugat I telah
melakukan upaya penagihan secara patut melalui surat peringatan
tertulis kepada Para Penggugat untuk menyelesaikan kewajibannya,
antara lain : (a) Surat Peringatan I Nomor :
B.1031/VII/KC/ADK/03/2013, tanggal 22Maret2013; (b) Surat
Peringatan II Nomor : 8.1961/VII/KC/ADK/0612013 tanggal 04 Juni
2013; (c) Surat Peringatan III Nomor : 8.2681/VII/KC/ADK/03/2013
tanggal 02 Agustus 2013.
Dalam hal ini, Para Penggugat telah melakukan wanprestasi
dengan tidak mengindahkan surat-surat tagihan atau peringatan, maka
Tergugat I memiliki hak untuk menjual berdasarkan ketentuan Pasal 6
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, yang
mengatur sebagai berikut: “Apabila debitur cidera janji, pemegang hak
tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual objek hak
tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta
mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut".
Dilihat dari aspek objek lelang jenis ini merupakan pelelangan
yang didasarkan pada objek atau barang atau benda yang akan dilelang
oleh juru lelang yang berupa lelang benda tidak bergerak. Lelang jenis
ini juga digolongkan lelang berdasarkan cara penawaran yang dilakukan
oleh pejabat lelang yakni KPKNL.9
Bahwa pelelangan tersebut dilakukan berdasarkan ketentuan
bunyi Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996
dan Klausul Akta Pemberian Hak Tanggungan Nomor : 419/2012
tanggal 28 Desember 2012. Bahwa ketentuan pasal 6 UUHT mengatur
parate eksekusi di mana hak tersebut diberikan oleh Undang-
Undang/demi hukum (by law ) tanpa diperjanjikan terlebih dahulu.
9 H. Salim HS, 2004, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, hlm. 245-247
7
Dengan perkataan lain, penjualan obyek Hak Tanggungan pada
dasarnya dilakukan dengan cara lelang dan tidak memerlukan fiat
eksekusi dari pengadilan mengingat penjualan berdasarkan pasal 6
UUHT ini merupakan tindakan pelaksanaan perjanjian.
Selanjutnya berdasarkan ketentuan yang berlaku, sebelum
dilakukan pelelangan oleh Tergugat II, maka pemohon lelang in casu
Tergugat I wajib melakukan pengumuman pelelangan atas objek
sengketa. Untuk pelaksanaan lelang pada tanggal 28 Januari 2016 telah
diumumkan oleh Tergugat I melalui Surat Kabar Harian Jawa Pos -
Radar Solo pada tanggal 14 Januari 2016 sebagai pengumuman lelang.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
lelang terhadap objek sengketa adalah lelang eksekusi Hak Tanggungan
telah berpedoman pada Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 93/PMK.06/
2010 tentang petunjuk Pelaksanaan Lelang sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor :106/PMK.06/2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 93/
PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, sehingga lelang
eksekusi terhadap objek sengketa tersebut adalah sah dan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hal ini sesuai dengan Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) No. 93/ PMK .06/2010 tentang petunjuk Pelaksanaan Lelang
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
:106/ PMK.06/2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor : 93/PMK.06/ 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Lerang, yang mengatur bahwa: "Lelang yang telah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, tidak dapat dibatalkan.”
Sehingga, pelaksanaan lelang barang jaminan yang menjadi
obyek sengketa yang merupakan milik Penggugat yang dilakukan oleh
Para Tergugat telah dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan sah menurut UU Hak
Tanggungan.
8
3.2 Pertimbangan Hakim dalam Memutus Sengketa Eksekusi Lelang
Agunan Kredit Milik Penggugat
Dalam memutus perkara ini, Hakim mempertimbangkan
mengenai pokok perkara bahwa ditemukan fakta pada tanggal 28
November 2012, antara Para Penggugat dengan Tergugat I telah
sepakat mengikatkan diri dalam suatu perjanjian kredit, dimana
Tergugat I selaku Kreditur telah memberikan fasilitas kredit sebesar Rp
1.300.000.000,00 kepada Para Penggugat selaku Debitur dengan bunga
12,50 % per bulan. Atas pinjaman yang telah diterima Para Penggugat
dari Tergugat I tersebut, Para Penggugat mengagunkan tanah SHM No.
2849/Siswodipuran atas nama Ali Supriyanto dan SHM No 24/Butuh
atas nama Rewan bin Wiroredjo.
M. Bahsan berpendapat bahwa jaminan adalah, “Segala sesuatu
yang diterima oleh kreditur dan diserahkan kepada debitur untuk
menjamin suatu utang piutang dalam masyarakat.10
Jaminan merupakan
tindakan preventif untuk mengamankan hutang debitor yang telah
diberikan oleh kreditor yaitu dengan cara menjaminkan kekayaan
debitor agar debitor memenuhi kewajiban untuk membayar kembali
atau dengan adanya kesanggupan pihak ketiga untuk memenuhi prestasi
debitor.11
Dengan berjalannya waktu ternyata Para Penggugat mengalami
tunggakan pembayaran/ kredit macet sehingga Tergugat I memberi
surat peringatan sebanyak 3 kali agar Para Penggugat membayar
kewajibannya atas pelunasan hutangnya. Dalam hal ini, Hakim
mempertimbangkan ketentuan Pasal 6 Undang-Undang No. 4 tahun
1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta Benda-Benda yang
berkaitan dengan Tanah menyatakan “apabila debitur cedera janji,
Pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual
10
M. Bahsan, 2002, Penilaian Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta: Rejeki Agung, hlm.
148 11
Djuhaendah Hasan, 1996, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain yang
Melekat pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horisontal, Jakarta: Citra
Aditya Bakti, hlm. 201
9
obyek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum
serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut.”
Berdasarkan Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang No. 4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang
Berkaitan Dengan Tanah (Undang-Undang Hak Tanggungan),
pemberian hak tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan
hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, yang
dituangkan di dalam dan merupakan bagian tak terpisahkan dari
perjanjian utang-piutang yang bersangkutan atau perjanjian lainnya
yang menimbulkan utang tersebut, dan dalam ketentuan Pasal 10 ayat
(2) Undang-Undang tersebut dijelaskan Pemberian Hak Tanggungan
dilakukan dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan
(APHT) oleh PPAT.
Tergugat I telah mengirimkan surat permohonan lelang eksekusi
Hak Tanggungan atas obyek jaminan hutang Para Penggugat kepada
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Surakarta
dengan Surat Nomor 8.3306-KC.VII/ ADK/11/2015 tanggal 04
Nopember 2015. Dengan demikian proses dan tata cara pelaksanaan
lelang pada tanggal 28 Januari 2016 yang dimohonkan oleh Tergugat I
kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)
Surakarta telah dilakukan berdasarkan prosedur dan ketentuan peraturan
yang berlaku, dan tindakan Tergugat I adalah sah secara hukum dan
tidak dapat dimintakan pembatalannya dan bahkan dalam hal ini oleh
karena Para Penggugat tidak bisa membayar hutangnya dan obyek
sengketa telah dimohonkan untuk dilelang oleh Tergugat I sesuai
prosedur yang ada. Dan proses lelang yang sudah dilaksanakan sesuai
prosedur yang ada pada tanggal 28 Januari 2016 belum berhasil karena
dalam pelaksanaan lelang tersebut tidak ada yang mengajukan
penawaran sehingga sertifikat hak milik masih atas nama Penggugat I
dan Penggugat III karena belum ada peralihan atau balik nama dari
Penggugat I dan Penggugat III ke pembeli atau pemenang lelang,
dengan demikian petitum ke-3 yang menyatakan menurut hukum Para
10
Penggugat adalah pemilik sah dari benda yang menjadi obyek sengketa,
menurut hemat Majelis Hakim beralasan untuk dikabulkan.
Sehingga berdasarkan pertimbangan hakim di atas, eksepsi dari
Tergugat I dan Tergugat III ditolak beserta dengan tuntutan dalam
provisi yang meminta pembatalan proses lelang. Berdasarkan fakta
hukum dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa walaupun proses
lelang tersebut dinyatakan sah dan telah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku namun objek sengketa
masih sah milik Penggugat sebab belum ada peralihan hak dalam proses
pelelangan tersebut.
4. PENUTUP
Pertama. Bahwa pelaksanaan lelang terhadap objek sengketa adalah
lelang eksekusi Hak Tanggungan telah berpedoman pada Undang-Undang
No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor : 93/PMK.06/ 2010 tentang petunjuk Pelaksanaan Lelang
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
:106/PMK.06/2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor : 93/ PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, sehingga
lelang eksekusi terhadap objek sengketa tersebut adalah sah dan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini sesuai dengan Pasal 3
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 93/ PMK .06/2010 tentang
petunjuk Pelaksanaan Lelang sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor :106/ PMK.06/2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 93/PMK.06/ 2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lerang.
Kedua. Proses dan tata cara pelaksanaan lelang pada tanggal 28
Januari 2016 yang dimohonkan oleh Tergugat I kepada Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Surakarta telah dilakukan
berdasarkan prosedur dan ketentuan peraturan yang berlaku, dan tindakan
Tergugat I adalah sah secara hukum dan tidak dapat dimintakan
pembatalannya dan bahkan dalam hal ini oleh karena Para Penggugat tidak
11
bisa membayar hutangnya dan obyek sengketa telah dimohonkan untuk
dilelang oleh Tergugat I sesuai prosedur yang ada. sehingga berdasarkan
pertimbangan hakim di atas, eksepsi dari Tergugat I dan Tergugat III ditolak
beserta dengan tuntutan dalam provisi yang meminta pembatalan proses
lelang. Berdasarkan fakta hukum dan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa walaupun proses lelang tersebut dinyatakan sah dan telah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku namun objek
sengketa masih sah milik Penggugat sebab belum ada peralihan hak dalam
proses pelelangan tersebut.
Pertama. Pelelangan objek Hak Tanggungan erat kaitannya dengan
wanprestasi dari debitur terhadap kreditur. Wanprestasi yang dimaksud
yaitu di dalam perjanjian kredit yang diikuti dengan Hak Tanggungan,
debitur sudah tidak mampu lagi atau tidak adanya itikad baik untuk
membayar kewajibannya kepada kreditur, sehingga barang jaminan yang di
bebankan hak tanggungan dijual kepada pihak lain untuk melunasi
kewajiban debitur terhadap kreditur. Sehingga berdasarkan putusan tersebut,
maka seharusnya penggugat melunasi kewajibannya dalam perjanjian
tersebut dan mematuhi putusan bahwa proses lelang terhadap barang
jaminan telah sesuai peraturan perundang-undangan.
Kedua. Dalam putusan hakim tersebut seharusnya hakim
menyatakan bahwa proses lelang sudah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dalam amar putusan dan mewajibkan penggugat untuk melunasi
prestasi atau kewajibannya dalam perjanjian kredit antara penggugat dan
tergugat. Namun dari pihak tergugat, selama belum ada peralihan hak dari
tanah yang dilelang, maka tanah yang dijadikan jaminan tersebut masih sah
menjadi milik penggugat.
PERSANTUNAN
Skripsi ini, penulis persembahkan kepada: Orang tua saya yang tercinta atas
doa, dukungan yang penuh dan juga penantiannya. Selain itu, karya tulis ilmiah
ini juga saya persembahkan untuk dosen-dosen fakultas hukum yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, kakak tersayang atas dukungan,
12
doa, dan semangatnya. Selain itu juga kepada sahabat-sahabatku atas motivasi,
dukungan dan doanya selama ini.
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Jurnal Ilmiah
Bahsan, M. 2002. Penilaian Jaminan Kredit Perbankan Indonesia. Jakarta: Rejeki
Agung
Basri. 2015. “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Parkir.” Jurnal
Perspektif, Volume XX, Nomor 1 (Januari, 2015)
Eri S, Martha. “Analisis Perjanjian Jaminan Fidusia Terhadap Parate Eksekusi dan
Perlindungan Hukumnya bagi Kreditur (Studi Kasus pada BMT dan BPR
Syariah di Ponorogo)”. Jurnal Justitia Islamica, Vol.11, No.1. (Januari-
Juni, 2014)
Fitki, Ananda. “Dilematis Eksekusi Hak Tanggungan Melalui Parate Executie dan
Eksekusi Melalui Grosse Akta.” Jurnal Repertorium. Vol.II, No. 2. (Juli-
Desember, 2015)
H. Salim HS. 2004. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada
Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono. 2015. Metode Penelitian Hukum (Buku
Pegangan Kuliah). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta
Hasan, Djuhaendah. 1996. Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda
Lain yang Melekat pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas
Pemisahan Horisontal. Jakarta: Citra Aditya Bakti
Satrio, J. 1997. Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan,
Buku I. Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti
Supramono, Gatot. 1996. Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis.
Jakarta: Djambatan
Zaki, Begiyama Fahmi. “Kepastian Hukum dalam Pelelangan Objek Hak
Tanggungan Secara Online.” Jurnal Fiat Justisia Journal of Law. Vol.2,
(April-Juni, 2016)
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
13
Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 337. KMK.01/2000 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang
Keputusan Menteri Keuangan No. 338/KMK.01/2000 tentang Pejabat Lelang
Keputusan Menteri Keuangan No. 339/KMK.01/2000 tentang Balai Lelang
Keputusan Presiden Nomor 21 tahun 1991 tentang Badan Urusan Piutang dan
Lelang Negara
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Putusan No. 05/Pdt.G/2016/PN.Skh