Download - Titrasi Asidi Alkali (23nov12)
PRAKTIKUM I
STANDARISASI LARUTAN ASAM KLORIDA
TITRASI ASIDIMETRI
Jumat, 23 November 2012
I. DASAR TEORI
Asidimetri adalah analisis volumetri yang menggunakan asam
sebagai larutan standar. Titrasi asidimetri sering disebut titrasi asam-basa,
karena melibatkan larutan asam dan basa.
Analisis secara volumetri adalah analisis kimia kuantitatif yang
dilakukan dengan menentukan banyaknya volume suatu larutan yang
konsentrasinya telah diketahui dengan teliti yang bereaksi secara
kuantitatif dengan larutan dari suatu zat yang akan ditentukan
konsentrasinya.
Larutan baku sekunder biasanya berfungsi sebagai titran sehingga
ditempatkan di buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume
larutan baku. Larutan yang akan ditentukan normalitasnya atau kadarnya,
diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan
di erlenmayer berfungsi sebagai titrat..
Larutan standar primer adalah suatu larutan yang dibuat dari bahan
baku primer yang ditimbang secara seksama atau teliti di mana
konsentrasinya dapat diketahui secara pasti berdasarkan perhitungan
secara teoritis. Suatu zat standar primer harus memenuhi persyaratan,
yaitu sebagai berikut :
1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, dan juga mudah
dikeringkan.
2. Zat harus tidak berubah dalam udara selama penimbangan.
Kondisi-kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tidak boleh
hidroskopis, tidak pula dioksidasi udara atau dipengaruhi karbon
dioksida. Standar ini juga harus dijaga agar komposisinya tidak
berubah saat penyimpanan.
3. Zat harus dapat diuji terhadap zat pengotor dengan uji-uji kualitatif
atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat
pengotor, umumnya tidak boleh melebihi 0,01 - 0,02 ).
4. Zat harus mempunyai ekivalen yang tinggi, sehingga sesatan
penimbangan dapat diabaikan.
5. Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi di mana ia digunakan.
6. Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometri dan praktis
sekejap. Sesatan titrasi harus dapat diabaikan atau mudah
ditetapkan dengan cermat dengan eksperimen.
Proses penambahan larutan standar kedalam larutan yang akan
ditentukan normalitasnya sampai terjadi reaksi yang sempurna disebut
titrasi. Sedangkan larutan yang akan ditentukan normalitasnya disebut
larutan yang dititrasi. Saat dimana reaksi sempurna tercapai disebut saat
titik ekivalen atau titik akhir titrasi, biasa disebut juga end point. Titik akhir
titrasi ini dapat dilihat dengan adanya perubahan warna yang terdapat
dalam larutan yang dititrasi. Perubahan warna dalam larutan ini akan jelas
bila dalam proses titrasi ditmbahkan sedikit indikator.
Dalam analisa volumetri, titrasi harus memenuhi syarat-syarat berikut
ini :
1. Berlangsung sempurna, tunggal, dan menurut persamaan reaksi
yang jelas (dasar teoritis).
2. Cepat dan reversible (dasar praktis) bisa tidak cepat titrasi akan
memakan waktu terlalu banyak.
3. Ada penunjuk akhir titrasi (indikator).
4. Larutan standar yang direaksikan dengan analat harus mudah
didapat dan sederhana juga harus stabil sehingga konsentrasinya
tidak mudah berubah bila disimpan.
Asidimetri menyangkut reaksi antara asam kuat-basa kuat, asam
kuat-basa lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari asam
lemah, dan basa kuat-garam dari basa lemah.
II. PRINSIP KERJA DAN PERSAMAAN REAKSI
Larutan baku sekunder HCl direaksiakan dengan larutan baku primer
Natrium tetra borat (Na2B4O7.10H2O) atau Natrium karbonat akan
terbentuk garam Natrium klorida + asam baru. Titik akhir titrasi ditandai
dengan perubahan warna larutan indikator Metyl orange dari kuning
menjadi jingga (kuning kemerahan).
Persamaan reaksi :
2HCl + Na2B4O7 + 5H2O 2NaCl + 4H3BO3
III. ALAT DAN REAGEN
a. Alat :
1. Neraca analitik
2. Buret dan stand
3. Labu erlenmayer
4. Gelas beker
5. Pipet volumetrik
6. Gelas ukur
7. Pipet tetes
8. Pipet ukur
9. Labu ukur
10.Corong
11.Botol timbang
b. Reagensia :
1. HCl pekat (37% ; BD 1,19)
2. Natrium tetra borat (Na2B4O7.10H2O)
3. Indikator metyl orange
4. Aquades
5. Tissue
IV. CARA KERJA
a. Pembuatan Larutan HCl 0,1 N sebanyak 500 ml.
1. Di dalam lemari asam diambil kurang lebih 4,14 ml larutan HCl
pekat (37% ; BD 1,19).
2. Dimasukkan ke dalam gelas beker 500 ml yang telah diisi ±300 ml
aquades.
3. Ditambahkan aquades hingga tanda batas dan dicampur hingga
larutan homogen.
4. Dimasukkan larutan HCl 0,1 N yang sudah siap kedalam buret
menggunakan gelas beker 100 ml dan bantuan corong hingga
batas 0,00 ml (meniskus bawah).
b. Pembuatan Larutan Na2B4O7.10H2O 0,1 N sebanyak 250,0 ml.
1. Ditimbang secara seksama 4,7675 gram boraks.
2. Dimasukkan kedalam labu ukur volume 250,0 ml.
3. Ditambahkan dengan aquades kira-kira 100 ml lalu dicampur
hingga homogen.
4. Ditambahkan aquades hingga kira-kira 2 cm dibawah tanda batas
volume.
5. Ditambahkan sedikit demi sedikit aquades menggunakan pipet
tetes hingga tanda batas volume.
c. Standarisasi Larutan HCl 0,1 N dengan Larutan Na2B4O7.10H2O 0,1 N.
1. Dipipet 10,0 ml larutan Na2B4O7.10H2O tersebut, kemudian
dimasukkan kedalam labu erlenmayer.
2. Ditambahkan 3-5 tetes indikator metyl orange.
3. Dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai warna larutan berubah
menjadi jingga.
4. Dihitung normalitas larutan HCl tersebut.
V. RUMUS PERHITUNGAN
a. Pembuatan Larutan HCl 0,1 N sebanyak 500 ml.
N1 HCl = %bbx BD x 10
BM
Keterangan :
%b/b: jumlah zat gram zat terlarut dalam 100 gr larutan
BD : berat jenis HCl (1,19)
BM : Berat molekul HCl (36,5 gram/mol)
N1 : Normalitas larutan HCl pekat
V1 (HCl) = N 2 xV 2N 1
Keterangan :
N1 : Normalitas larutan HCl pekat
V1 : Volume larutan HCl pekat yang dipipet
N2 : Normalitas HCl yang akan dibuat
V2 : Volume larutan HCl yang akan dibuat
b. Pembuatan Larutan Na2B4O7.10H2O 0,1 N sebanyak 250,0 ml.
W Na2B4O7.10H2O = N x V x BE
Keterangan :
W : Penimbangan Na2B4O7.10H2O (gram)
V : Volume larutan Na2B4O7.10H2O yang akan dibuat
N : Normalitas Na2B4O7.10H2O
BE : berat ekivalen natrium tetra borat (190,7)
c. Standarisasi Larutan HCl 0,1 N dengan Larutan Na2B4O7.10H2O 0,1 N.
N Na2B4O7.10H2O = W (gram ) BPBE x V (L)
Keterangan :
N : Normalitas larutan Na2B4O7.10H2O setelah dititrasi
BE : berat ekivalen Na2B4O7.10H2O (190,7)
BP : baku primer
W : Penimbangan BP Na2B4O7.10H2O (gram)
V : Volume larutan baku primer Na2B4O7.10H2O
N2 HCl = N 1 xV 1V t
Keterangan :
N1 : Normalitas larutan Na2B4O7.10H2O setelah dititrasi
V1 : Volume larutan Na2B4O7.10H2O yang dipipet
Vt : Volume titrasi larutan baku sekunder (HCl)
N2 : Normalitas baku sekunder (HCl) setelah dititrasi
VI. DATA PERCOBAAN
a. Data penimbangan
Hasil penimbangan Na2B4O7.10H2O menggunakan neraca
analitik adalah 4,7640 gram.
b. Data titrasi
Data ke- Volume di buret Volume titrasi
1 0,00 ml – 10,60 ml 10,60 ml
2 10,60 ml – 21,20 ml 10,60 ml
3 21,20 ml – 31,80 ml 10,60 ml
VII. PERHITUNGAN
a. Pembuatan Larutan HCl 0,1 N sebanyak 500 ml.
Diketahui : BM HCl = 36,5 gr/mol
%b/b HCl = 37%
BD : 1,19
V2 = 500 ml
Ditanya : V1 (HCl) = …. ?
Jawab :
- N1 (HCl) = %bbx BD x 10
BM
= 37 x1,19 x10
36,5
= 12,0630 N
- N1 x V1 = N2 x V2
V1 = N 2 xV 2N 1
V1 = 0,1x 500ml12,0630N
V1 = 4,14 ml
Jadi, volume larutan HCl pekat yang dipipet adalah 4,14 ml.
b. Pembuatan Larutan Na2B4O7.10H2O 0,1 N sebanyak 250,0 ml.
Diketahui : BM borat= 381,37 gr/mol
BE = 12 BM = 190,7 gr/mol
N Na2B4O7.10H2O = 0,1 N
V = 250,0 ml = 0,25 L
Ditanya : W Na2B4O7.10H2O = …. ?
Jawab :
W Na2B4O7.10H2O = N x V x BE
= 0,1 N x 0,25 L x 190,7 gr/mol
= 4,7675 gram
Jadi, berat Na2B4O7.10H2O yang diinginkan adalah sebesar 4,7675
gram. Tetapi, berat hasil penimbangan yang sebenarnya adalah 4,7640
gram.
c. Standarisasi Larutan HCl 0,1 N dengan Larutan Na2B4O7.10H2O 0,1 N.
Diketahui : W bp (Na2B4O7.10H2O) = 4,7640 gram
BE=190,7
V0 = 250,0 ml = 0,25 L
V1 = 10,0ml
Vt = data 1 : 10,60 ml
data 2 : 10,60 ml
data 3 : 10,60 ml
Ditanya : N2 (HCl) = …. ?
Jawab :
- N1 (Na2B4O7.10H2O) = W (gram ) BPBE x V (L)
= 4,7640 gr
190,7 x0,25 L
= 0,0999 N
- Data 1 : N2 (HCl) = N 1 xV 1Vt
= 0,0999N x 10,0ml
10,60ml
= 0,0942 N
Data 2 : N2 (HCl) = N 1 xV 1Vt
= 0,0999N x 10,0ml
10,60ml
= 0,0942 N
Data 3 : N2 (HCl) = N 1 xV 1Vt
= 0,0999N x 10,0ml
10,60ml
= 0,0942 N
Nrata-rata =N data1+N data2+N data 3
3
=0,0942N+0,0942N+0,0942N
3
= 0,0942 N
VIII. HASIL PERCOBAAN DAN KESIMPULAN
a. Hasil percobaan :
Labu erlenmayer yang berisi :
- 25 ml aquades dan 10,0 ml Na2B4O7.10H2O : larutannya tidak
berwarna.
- Setelah ditetesi 2-5 tetes indikator metil orange : warna larutan
berubah menjadi kuning.
- Setelah dititrasi dengan larutan HCl yang berada diburet : warna
larutan berubah menjadi jingga.
b. Kesimpulan :
Dari percobaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan, yakni :
1. Larutan HCl 0,1 N yang distandarisasi dengan larutan
Na2B4O7.10H2O 0,1 N mencapai titik akhir titrasi dengan mengalami
perubahan warna dari kuning menjadi jingga.
2. Sebelum dilakukan titrasi, kita ketahui bahwa normalitas larutan HCl
adalah 0,1 N. Tetapi, setelah disistandarisasi dengan larutan
Na2B4O7.10H2O 0,1 N, diketahui normalitas sebenarnya dari larutan
HCl bukanlah 0,1 N tetapi 0,0942 N.
IX. PEMBAHASAN
Dalam melakukan titrasi asidmetri tahap-tahap yang dilakukan, yakni
pembuatan larutan HCl 0,1 N sebanyak 500 ml dan larutan
Na2B4O7.10H2O 0,1 N, standarisasi larutan HCl 0,1 N dengan larutan
Na2B4O7.10H2O 0,1 N. Larutan Na2B4O7.10H2O digunakan sebagai larutan
standar primer, karena Na2B4O7.10H2O mempunyai sifat-sifat yang sesuai
untuk digunakan sebgai larutan standar primer.
Titrasi larutan HCl dengan larutan Na2B4O7.10H2O merupakan titrasi
yang melibatkan asam kuat dengan garam dari basa lemah. Dimana HCl
adalah asam kuat dan Na2B4O7.10H2O adalah garam dari basa lemah.
Sehingga saat terjadinya end point, sifat larutan adalah asam. Oleh
karena itu, digunakan indicator metil orange yang memilki range pH antara
3,1-4,4. Pada saat titrasi, warna larutan mula-mula kuning dan kemudian
berubah menjadi jingga. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa
normalitas larutan HCl setalah distandarisasi adalah 0,0942 N.
X. CATATAN DAN DOKUMENTASI
a. Cacatan :
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan praktik di
laboratorium :
1. Memperhatikan keselamatan kerja, seperti menggunakan APD
(Alat Pelindung Diri) yang benar.
2. Memperhatikan label bahan-bahan kimia yang digunakan dalam
praktikum (korosif, irritant, eksplosif, dan lain-lain).
3. Dalam menggunakan alat-alat laboratorium yang terbuat dari gelas
atau kaca haruslah dengan hati-hati.
4. Dalam melakukan titrasi, usahakan posisi badan senyaman
mungkin, tangan kiri berada memegang keran buret dan tangan
kanan memegang erlenmayer, pandangan mata tetap tertuju pada
erlenmayer untuk melihat perubahan warna yang terjadi pada saat
melakukan titrasi.
5. Mencatat hasil percobaan yang dilakukan. Agar lebih baiknya untuk
didokumentasikan.
6. Setalah selesai melakukan praktikum, hendaknya segala alat yang
digunakan dibersihkan dan diletakkkan pada tempatnya.
7. Mencuci tangan sebelum meninggalkan laboratorium.
b. Dokumentasi
Setelah penambahan indicator MO (sebelum titrasi)
Setelah titrasi dengan larutan standar HCl
PRAKTIKUM II
STANDARISASI LARUTAN NATRIUM HIDROKSIDA
TITRASI ALKALIMETERI
Jumat, 23 November 2012
I. DASAR TEORI
Alkalimetri adalah analisis volumetri yang menggunakan alkali
(basa) sebagai larutan standard. Titrasi alkalimetri sering disebut titrasi
asam-basa, karena melibatkan larutan asam dan basa.
Analisis secara volumetri adalah analisis kimia kuantitatif yang
dilakukan dengan menentukan banyaknya volume suatu larutan yang
konsentrasinya telah diketahui dengan teliti yang bereaksi secara
kuantitatif dengan larutan dari suatu zat yang akan ditentukan
konsentrasinya.
Larutan baku sekunder biasanya berfungsi sebagai titran sehingga
ditempatkan di buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume
larutan baku. Larutan yang akan ditentukan normalitasnya atau kadarnya,
diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan
di erlenmayer berfungsi sebagai titrat..
Larutan standar primer adalah suatu larutan yang dibuat dari bahan
baku primer yang ditimbang secara seksama atau teliti di mana
konsentrasinya dapat diketahui secara pasti berdasarkan perhitungan
secara teoritis. Suatu zat standar primer harus memenuhi persyaratan,
yaitu sebagai berikut :
1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, dan juga mudah
dikeringkan.
2. Zat harus tidak berubah dalam udara selama penimbangan.
Kondisi-kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tidak boleh
hidroskopis, tidak pula dioksidasi udara atau dipengaruhi karbon
dioksida. Standar ini juga harus dijaga agar komposisinya tidak
berubah saat penyimpanan.
3. Zat harus dapat diuji terhadap zat pengotor dengan uji-uji kualitatif
atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat
pengotor, umumnya tidak boleh melebihi 0,01 - 0,02 ).
4. Zat harus mempunyai ekivalen yang tinggi, sehingga sesatan
penimbangan dapat diabaikan.
5. Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi di mana ia digunakan.
6. Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometri dan praktis
sekejap. Sesatan titrasi harus dapat diabaikan atau mudah
ditetapkan dengan cermat dengan eksperimen.
Proses penambahan larutan standar kedalam larutan yang akan
ditentukan normalitasnya sampai terjadi reaksi yang sempurna disebut
titrasi. Sedangkan larutan yang akan ditentukan normalitasnya disebut
larutan yang dititrasi. Saat dimana reaksi sempurna tercapai disebut saat
titik ekivalen atau titik akhir titrasi, biasa disebut juga end point. Titik akhir
titrasi ini dapat dilihat dengan adanya perubahan warna yang terdapat
dalam larutan yang dititrasi. Perubahan warna dalam larutan ini akan jelas
bila dalam proses titrasi ditmbahkan sedikit indikator.
Dalam analisa volumetri, titrasi harus memenuhi syarat-syarat berikut
ini :
1. Berlangsung sempurna, tunggal, dan menurut persamaan reaksi
yang jelas (dasar teoritis).
2. Cepat dan reversible (dasar praktis) bisa tidak cepat titrasi akan
memakan waktu terlalu banyak.
3. Ada penunjuk akhir titrasi (indikator).
4. Larutan standar yang direaksikan dengan analat harus mudah
didapat dan sederhana juga harus stabil sehingga konsentrasinya
tidak mudah berubah bila disimpan.
Alkalimetri menyangkut reaksi antara asam kuat-basa kuat, asam
kuat-basa lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari asam
lemah, dan basa kuat-garam dari basa lemah.
II. PRINSIP KERJA DAN PERSAMAAN REAKSI
Larutan baku sekunder NaOH direaksikan dengan larutan baku
primer asam oksalat maka akan terbentuk garam Natrium oksalat + air.
Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari indicator phenol
phtalein (PP) dari tidak berwarna menjadi pink merah muda.
Persamaan reaksi :
2 NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2 H2O
III. ALAT DAN REAGENSIA
a. Alat :
1. Neraca analitik
2. Buret dan stand
3. Labu erlenmayer
4. Gelas beker
5. Pipet volumetrik
6. Gelas ukur
7. Pipet tetes
8. Pipet ukur
9. Labu ukur
10.Corong
11.Botol timbang
12.Batang pengaduk
b. Reagensia :
1. NaOH 0,1 N
2. Asam oksalat 0,1 N
3. Indokator PP
4. Aquades
5. Tissue
IV. CARA KERJA
a. Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N sebanyak 500 ml.
1. Ditimbang kurang lebih 2 gram NaOH dengan menggunakan
botol timbang.
2. Dimasukkan kedalam gelas ukur 500 ml yang telah diisi
aquades 250 ml.
3. Diaduk hingga homogen.
4. Dipindahkan ke dalam gelas beker volume 500 ml dan
ditambahkan aquades hingga tanda batas volume.
b. Pembuatan Larutan Asam Oksalat 0,1 N sebanyak 250,0 ml.
1. Ditimbang secara seksama 1,575 gram asam oksalat 0,1 N.
2. Dimasukkan kedalam labu ukur volume 250,0 ml
3. Ditambahkan aquades setengah dari volume labu ukur, aduk
rata.
4. Tambahkan aquades hingga ± 2 cm dibawah tanda batas.
5. Ditetesi sedikit demi sedikit aquades hingga tanda batas
menggunakan pipet tetes, dicampur hingga homogen.
c. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N dengan Larutan Asam Oksalat
0,1 N.
1. Dipipet 10,0 ml larutan asam oksalat.
2. Dimasukkan ke dalam labu erlenmayer.
3. Ditambahkan ± 25 ml aquades
4. Ditambahkan 3-5 tetes indicator PP.
5. Dititrasi dengan larutan NaOH sampai berubah menjadi merah
muda.
6. Dihitung normalitas larutan NaOH tersebut.
V. RUMUS PERHITUNGAN
a. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N sebanyak 500 ml.
W = N x V x BE
Keterangan :
W : Penimbangan NaOH (gram)
V : Volume larutan NaOH yang akan dibuat
N : Normalitas NaOH
BE : berat ekivalen NaOH (40)
b. Pembuatan larutan H2C2O4.2H2O 0,1 N sebanyak 250,0 ml.
W = N x V x BE
Keterangan :
W : Penimbangan H2C2O4.2H2O (gram)
V : Volume larutan H2C2O4.2H2O yang akan dibuat
N : Normalitas H2C2O4.2H2O
BE : berat ekivalen H2C2O4.2H2O (63)
c. Standarisasi larutan NaOH 0,1 N dengan larutan H2C2O4.2H2O 0,1 N.
N1 baku primer asam oksalat = W (gram ) BPBE x V (L)
N2 NaOH = N 1 xV 1V t
Keterangan :
BE : berat ekivalen H2C2O4.2H2O (63)
BP : baku primer
W : Penimbangan BP H2C2O4.2H2O (gram)
N1 : Normalitas larutan baku primer setelah titrasi
V1 : Volume larutan baku primer yang dipipet
Vt : Volume titrasi larutan baku sekunder (NaOH)
N2 : Normalitas baku sekunder (NaOH) setelah dititrasi
VI. DATA PERCOBAAN
a. Data penimbangan
Hasil penimbangan H2C2O4.2H2O menggunakan neraca analitik
adalah 1,5792 gram.
b. Data titrasi :
Data ke- Volume di buret Volume titrasi
1 0,00 ml – 11,10 ml 11,10 ml
2 11,10 ml – 22,20 ml 11,10 ml
3 22,20 ml – 33,50 ml 11,30 ml
VII. PERHITUNGAN
a. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N sebanyak 500 ml.
Diketahui : BM NaOH = 40 gr/mol
NaOH Na+ + OH- (BE=BM=40 gr/mol)
N NaOH = 0,1 N
V = 500 ml = 0,5 L
Ditanya : W NaOH = …. ?
Jawab :
W NaOH = N x V x BE
= 0,1 N x 0,5 L x 40 gr/mol
= 2 gram
Jadi, berat NaOH yang diinginkan adalah 2 gram. Akan tetapi, hasil
penimbangan NaOH yang sebenarnya adalah 1,9498 gram.
b. Pembuatan larutan H2C2O4.2H2O 0,1 N sebanyak 250,0 ml.
Diketahui : BM H2C2O4.2H2O = 126 gr/mol
BE = 12 BM = 63 gr/mol
N H2C2O4.2H2O = 0,1 N
V = 250,0 ml = 0,25 L
Ditanya : W H2C2O4.2H2O = …. ?
Jawab :
W H2C2O4.2H2O = N x V x BE
= 0,1 N x 0,25 L x 63 gr/mol
= 1,575 gram
Jadi, berat H2C2O4.2H2O yang diinginkan adalah sebesar 1,575 gram.
Akan tetapi, hasil penimbangan yang sebenarnya adalah 1,5792 gram.
c. Standarisasi larutan NaOH 0,1 N dengan larutan H2C2O4.2H2O 0,1 N.
Diketahui : W bp (H2C2O4.2H2O) = 1,5792 gram (BE= 63)
V0 = 250,0 ml = 0,25 L
V1 = 10,0ml
Vt : data 1 = 11,10 ml
data 2 = 11,10 ml
data 3 = 11,30 ml
Ditanya : N2 (NaOH) = …. ?
Jawab : - N1 (H2C2O4.2H2O) = W (gram ) BPBE x V (L)
= 1,5792gr63x 0,25 L
= 0,1002 N
- Data 1 : N2 (NaOH) = N 1 xV 1Vt
= 0,1002N x10,0ml
11,10ml
= 0,0902 N
Data 2 : N2 (NaOH) = N 1 xV 1Vt
= 0,1002N x10,0ml
11,10ml
= 0,0902 N
Data 3 : N2 (NaOH) = N 1 xV 1Vt
= 0,1002N x10,0ml
11,30ml
= 0,0886 N
Nrata-rata =N data1+N data2+N data 3
3
=0,0902N+0,0902N+0,0886N
3
= 0,0896 N
VIII. HASIL DAN KESIMPULAN
a. Hasil percobaan :
Labu erlenmayer yang berisi :
- 25 ml aquades dan 10,0 ml H2C2O4.2H2O: larutannya tidak berwarna.
- Setelah ditetesi 2-5 tetes indikator PP : larutannya tetap tidak
berwarna.
- Setelah dititrasi dengan larutan NaOH yang berada diburet : warna
larutan berubah menjadi pink atau merah muda.
b. Kesimpulan :
Dari percobaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan, yakni :
1. Larutan NaOH 0,1 N yang distandarisasi dengan larutan
H2C2O4.2H2O 0,1 N mencapai titik akhir titrasi dengan mengalami
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi pink atau merah
muda.
2. Sebelum dilakukan titrasi, kita ketahui bahwa normalitas larutan
NaOH adalah 0,1 N. Tetapi, setelah disistandarisasi dengan
larutan H2C2O4.2H2O 0,1 N, diketahui normalitas sebenarnya dari
larutan NaOH bukanlah 0,1 N tetapi 0,0896 N.
IX. PEMBAHASAN
Dalam melakukan titrasi alkalimetri tahap-tahap yang dilakukan,
yakni pembuatan larutan NaOH 0,1 N sebanyak 500 ml dan larutan
H2C2O4.2H2O 0,1 N sebanyak 250,0 ml, standarisasi larutan NaOH 0,1 N
dengan larutan H2C2O4.2H2O 0,1 N. Larutan asam oksalat digunakan
sebagai larutan standar primer, karena asam oksalat memiliki kemurnian
tinggi, tidak hidroskopis dan memiliki berat ekivalen yang cukup besar,
sehinngga tergolong sebagai larutan standar primer .
Titrasi larutan NaOH dengan larutan H2C2O4.2H2O merupakan titrasi
yang melibatkan basa kuat dengan garam dari asam lemah. Dimana
NaOH adalah basa kuat dan asam oksalat adalah asam lemah. Sehingga
saat terjadinya end point, sifat larutan adalah basa. Oleh karena itu
digunakan indicator PP yang memilki range pH antara 8,3-10. Pada saat
titrasi, warna larutan mula-mula tidak berwarna dan kemudian berubah
menjadi pink (merah muda). Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa
normalitas larutan NaOH setalah distandarisasi adalah 0,0896 N.
X. CATATAN DAN DOKUMENTASI
a. Catatan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan praktik di
laboratorium :
1. Memperhatikan keselamatan kerja, seperti menggunakan APD
(Alat Pelindung Diri) yang benar.
2. Memperhatikan label bahan-bahan kimia yang digunakan dalam
praktikum (korosif, irritant, eksplosif, dan lain-lain).
3. Dalam menggunakan alat-alat laboratorium yang terbuat dari gelas
atau kaca haruslah dengan hati-hati.
4. Dalam melakukan titrasi, usahakan posisi badan senyaman
mungkin, tangan kiri berada memegang keran buret dan tangan
kanan memegang erlenmayer, pandangan mata tetap tertuju pada
erlenmayer untuk melihat perubahan warna yang terjadi pada saat
melakukan titrasi.
5. Mencatat hasil percobaan yang dilakukan. Agar lebih baiknya untuk
didokumentasikan.
6. Setalah selesai melakukan praktikum, hendaknya segala alat yang
digunakan dibersihkan dan diletakkkan pada tempatnya.
7. Mencuci tangan sebelum meninggalkan laboratorium.
b. Dokumentasi
Setelah penambahan indicator PP (sebelum titrasi)
Setelah dititrasi dengan larutan standar NaOH