Download - TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
1/29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangKondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara
umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang
buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut
mencerminkan kesiapandaya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat
rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan
pemanfaatan tenaga kerja (Ridley, 2008).
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak
lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan perusahan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja (Ridley, 2008).
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja (Ridley, 2008).
1.2. Rumusan Masalah1. Bagaimana pelaksanaan sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja di PT. PUSRI?2. Faktor apa saja yang mempengaruhi sistem Kesehatan dan Keselamatan kerja di
PT. PUSRI?
3. Apa saja dampak kesehatan di PT PUSRI?4. Apakah alat perlindungan di PT PUSRI sesuai dengan sistem K3?
1.3. Tujuan Penelitian1. Untuk mengetahui pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di PT. PUSRI
2. Untuk mengetahui faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di PT. PUSRI
3. Untuk mengetahui dampak kesehatan yang sering terjadi di PT. PUSRI
4. Untuk mengetahui alat perlindungan yang terdapat di PT PUSRI
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
2/29
1.4. Manfaat PenelitianObservasi ini diharapkan Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang
pelaksanaan sistem Kesehatan dan Keselamatam Kerja (K3) di PT. PUSRI dan
pengalaman langsung dari lapangan dalam meninjau sistem K3 di PT. PUSRI.
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
3/29
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2. 1. 1. Kesehatan Kerja
Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu
kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat
pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau
mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-
penyakit/gangguan gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum (Sumakmur, 1988).
Keselamatan kerja sama dengan Hygiene Perusahaan.
Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :
a. Sasarannya adalah manusia
b. Bersifat medis.
2. 1. 2. Keselamatan kerja
Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,
alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya
serta cara-cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1988)
Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :
a. Sasarannya adalah lingkungan kerja
b. Bersifat teknik.
Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan kerja (atau sebaliknya) bermacam
macam ; ada yang menyebutnya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
4/29
ada yang hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal Occupational Safety and
Health (Sumakmur, 1988).
2. 2 Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Tujuan umum dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah menciptakan tenaga
kerja yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachman,
1990) :
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat.
b. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya
hambatan.
2. 3 Ruang Lingkup Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Perkembangan pesat industri mendorong penggunaan mesin, peralatan kerja dan
bahan-bahan kimia dalam proses produksi semakin meningkat. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat memberikan kemudahan dalam proses produksi,
meningkatnya produktivitas kerja, dan meningkatnya jumlah tenaga kerja. Dengan
demikian, banyak pula masalah ketenagakerjaan yang timbul termasuk dalamnya masalah-
masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Seperti, meningkatnya jumlah dan ragam
sumber bahaya di tempat kerja, peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan
kerja, penyakit akibat kerja, dan pencemaran lingkungan (Rachman, 1990)
Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di
dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan
usaha yang dikerjakan.
b. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :
1) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
5/29
2) Peralatan dan bahan yang dipergunakan
3) Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.
4) Proses produksi
5) Karakteristik dan sifat pekerjaan
6) Teknologi dan metodologi kerja
c. Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga
perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.
d. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggung
jawab atas keberhasilan usaha hyperkes.
2.3.1. Batasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Keselamatan ialah suatu kondisi yang bebas dari resiko yang relatif sangat
kecil di bawah tingkatan tertentu. Sedangkan resiko adalahtingkat kemungkinan
terjadinya suatu bahaya yang menyebabakan kecelakaan dan derajat intensitas
bahaya tersebut. The joint ILOA/VHO commitee on Occupational Health tahun
1990 menetapkan batasan dan tujuan kesehatan kerja sebagai berikut:
a. Memberikan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan ke tingkatyang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun kesejahteraan sosial
masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan.
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yangdiakibatkan oleh kegiatan atau kondisi lingkungan kerjanya.
c. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerja yangsesuai dengan kemampuan fisik dan psikis.
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan, datang tiba-tiba dan
tidak terduga, yang dapat menyebabkan kerugian pada manusia, perusahaan,
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
6/29
masyarakat, dan lingkungan. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang
berhubungan dengan hubungan kerja di perusahaan.1 Hubungan kerja di sini
berarti bahwa kecelakaan terjadi karena pekerja atau pada waktu melaksankaan
pekerjaan. Penyebab kecelakaan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu:
a. Kondisi berbahaya (Unsafe Condition), yaitu suatu kondisi tidak aman darimesin, lingkungan, sifat pekerja, dan cara kerja. Kondisi berbahaya ini terjadi
antara lain karena:
- Alat pelindung tidak efektif- Pakaian kerja yang kurang cocok- Bahan-bahan yang berbahaya- Penerangan, ventilasi yang tidak baik- Alat yang tidak aman walau dibutuhkan- Alat atau mesin yang tidak efektif
b. Perbuatan berbahaya (Unsafe Act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusiaatau pekerja yang dilatarbelakangi oleh faktor-faktor intern seperti sikap dan
tingkah laku yang tidak aman, kurang pengetahuan dan keterampilan (Lack of
Knowlledge and Skill), cacat tubuh yang tidak terlihat, keletihan dan kelesuan.
2.3.2. Faktor Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh faktor kondisi lingkungan dan
manusia. Faktor-faktor bahaya yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja
antara lain adalah :
(1). Faktor fisik, misalnya: penerangan, suara, radiasi, suhu, kelembaban dan
tekanan udara.
(2). Faktor kimia, misalnya : gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan, abu terbang
dan benda padat.
(3). Faktor biologi, misalnya : virus dan bakteri baik dari golongan tumbuhan atau
hewan.
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
7/29
(4). Faktor ergonomi atau fisiologis, misalnya : konstruksi mesin, sikap dan cara
kerja.
(5). Faktor mental - psikologis, misalnya : suasana kerja, hubungan diantara
pekerja dan pengusaha.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia merupakan
refleksi dari berbagai kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, minat, emosi,
kehendak, berfikir, motivasi, persepsi, sikap, reaksi dan sebagainya (Azwar,
2005)
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat atau
individu, yaitu :
a. faktor dasar(predisposing factor)
mencakup pengetahuan, sikap, kebiasaan, kepercayaan, norma sosial dan unsur
lain yang terdapat dalam diri individu di dalam masyarakat yang terwujud dalam
motivasi.
b. faktor pendukung (enabling factor)
mencakup sumber daya atau potensi masyarakat, terwujud dalam tersedianya alat
dan fasilitas serta peraturan.
c. faktor pendorong (reinforcing factor)
mencakup sikap dan perilaku dari orang lain yang terwujud dalam dukungan
sosial. (Green, 2000)
2.3.3. Penyebab Terjadinya Kecelakaan
Kecelakaan terjadi karena adanya serangkaian peristiwa yang sebelumnya
mendahului terjadinya kecelakaan. Teori tentang penyebab terjadinya kecelakaan
dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu:
a.Heinrich
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
8/29
H.W. Heinrich menggambarkan seri rangkaian urutan kejadian menjadi 5 domino
yang bersisian, yaitu:
- keturunan atau lingkungan sosial
- kesalahan seseorang
- kondisi atau perilaku tidak aman
- kecelakaan
- cedera
b. Bird dan LoftusBird dan Loftus (1969) mengemukakan formula 1-10-30-600, yang berarti dalam
satu kejadian cedera berat, 10 orang cedera ringan, kurang lebih 30 properti
rusak, 600 insiden yang tidak terlihat adanya kecederaan atau kerusakan.
c. GordonGordon pada tahun 1949 mengemukakan teori penyebab berganda (Multiple
Causation Theory) yang memiliki dasar epidemiologi. Gordon menjelaskan
bahwa kecelakaan adalah hasil interaksi yang kompleks dan acak antara korban,
agen, dan lingkungan serta tidak dapat diterangkan hanya dengan memperhatikan
satu dari ketiga faktor di atas.
d. HaddonHaddon pada tahun 1967 memperkenalkan Model Perubahan Energi ( Energy
Exchange Model) yang menjelaskan bahwa bahaya tidak digambarkan sebagai
objek, melainkan dalam bentuk suatu perubahan energi yang menyebabkan
cedera.
1. Cedera tingkat 1
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
9/29
Disebabkan oleh pengiriman energi yang berlebihan yang menyebabkan cedera
pada sebagian atau seluruh tubuh. Bentuk energi yang dikirim berupa: mekanik,
listrik, panas, dan kimia.
2. Cedera tingkat 2Disebabkan oleh gangguan terhadap ambang batas perubahan energi seluruh
tubuh atau normal. Bentuk perubahan energi dapat diganggu oleh: penggunaan
oksigen, radiasi ion, dan keseimbangan suhu.
2. 4. Pelaporan Kecelakaan Kerja
Dasar pembuatan laporan kecelakaan adalah kewajiban menurut undang- undang,
klaim asuransi, dan pencegahan kecelakaan in- house. Pelaporan ini dipersyaratkan oleh
Reporting of Injuries, Diseases and Dangerous Occurences Regulations 1995, yang
memberlakukan ketentuan pelaporan yang berhubungan dengan kejadian (Ridley, 2008) :
1. Korban jiwa2. Cedera berat3.
Melukai non-pekerja sehingga perlu dilarikan ke rumah sakit
4. Penyakit tertentu yang disebabkan oleh proses- proses kerja5. Cedera atau kematian yang dikaitkan dengan penggunaanflammable gas6. Salah satu dari daftar kejadian berbahaya
Menurut International Labour Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1,1 juta
kematian yang disebabkan oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan
pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah
kematian karena penyakit akibat hubungan pekerjaan, dimana diperkirakan terjadi 160
juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya (Pusat Kesehatan Kerja,
2005)
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
10/29
2. 5. Ergonomi
2. 5. 1. Pengertian
Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha menyerasikan
pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya
produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia
seoptimal mungkin. Di beberapa negara Ergonomi diistilahkan Arbeitswissenschaft
(Jerman), Biotechnology (Skandinavia), Human (factor) Engineering atau Personal
Research di Amerika Utara. (Budiono, 2003)
2. 5. 2. Ruang lingkup ergonomi
Penerapan ergonomi/ruang lingkup ergonomi meliputi :
a. Pembebanan kerja fisik
Beban fisik yang dibenarkan umumnya tidak melebihi 30-40% kemampuan
maksimum seorang pekerja dalam waktu 8 jam sehari. Untuk mengukur
kemampuan kerja maksimum digunakan pengukuran denyut nadi yang
diusahakan tidak melebihi 30-40 kali per menit di atas denyut nadi sebelum
bekerja. Di Indonesia beban fisik untuk mengangkat dan mengangkut yang
dilakukan seorang pekerja dianjurkan agar tidak melebihi dari 40 kg setiap kali
mengangkat atau mengangkut.
b. Sikap tubuh dalam bekerja
Sikap pekerjaan harus selalu diupayakan agar merupakan sikap ergonomik. Sikap
yang tidak alamiah harus dihindari dan jika hal ini tidak mungkin dilaksanakan
harus diusahakan agar beban statis menjadi sekecil-kecilnya. Untuk membantu
tercapainya sikap tubuh yang ergonomik sering diperlukan pula tempat duduk dan
meja kerja yang kriterianya disesuaikan dengan ukuran anthropometri pekerja.
Ukuran anthropometri tubuh yang penting dalam ergonomi adalah :
1) Berdiri
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
11/29
a) Tinggi badan berdiri
b) Tinggi bahu
c) Tinggi siku
d) Tinggi pinggul
e) Depa
f) Panjang lengan
2) Duduk
a) Tinggi duduk
b) Panjang lengan atas
c) Panjang lengan bawah dan tangan
d) Jarak lekuk lutut sampai dengan garis punggung
e) Jarak lekuk lutut sampai dengan telapak
3) Keadaan bekerja sambil berdiri, mempunyai kriteria :
a) Tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm di bawah tinggi siku.
b) Pekerjaan yang lebih membutuhkan ketelitian, tinggi meja yang digunakan
10-20 cm lebih tinggi dari siku.
c) Pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan tangan, tinggi meja 10-20
cm lebih rendah dari siku.
c. Mengangkat dan mengangkut
Beberapa faktor yang berpengaruh pada proses mengangkat dan mengangkut
adalah beratnya beban, intensitas, jarak yang harus ditempuh, lingkungan kerja,
ketrampilan dan peralatan yang digunakan. Untuk efisiensi dan kenyamanan kerja
perlu dihindari manusia sebagai alat utama untuk mengangkat dan mengangkut.
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
12/29
d. Sistem manusiamesin
Penyesuaian manusia-mesin sangat membantu dalam menciptakan kenyamanan
dan efisiensi kerja. Perencanaan sistem ini dimulai sejak tahap awal dengan
memperhatikan kelebihan dan keterbatasan manusia dan mesin yang digunakan
interaksi manusia-mesin memerlukan beberapa hal khusus yang diperhatikan,
misalnya :
1) adanya informasi yang komunikatif
2) tombol dan alat pengendali baik
3) perlu standard pengukuran anthropometri yang sesuai untuk pekerjaannya.
e. Kebutuhan kalori
Konsumsi kalori sangat bervariasi tergantung pada jenis pekerjaan. Semakin berat
kegiatan yang dilakukan semakin besar kalori yang diperlukan. Selain itu pekerjaan
pria juga membutuhkan kalori yang berbeda dari pekerja wanita. Dalam hal ini
perlu diperhatikan juga saat dan frekuensi pemberian kalori pada pekerja.
1) Pekerja Pria
a) Pekerjaan ringan : 2400 kal/hari
b) Pekerjaan sedang ; 2600 kal/hari
c) Pekerjaan berat : 3000 kal/hari
2) Pekerja Wanita
a) Pekerjaan ringan : 2000 kal/hari
b) Pekerjaan sedang ; 2400 kal/hari
c) Pekerjaan berat : 2600 kal/hari
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
13/29
f. Pengorganisasian kerja
Pengorganisasian kerja berhubungan dengan waktu kerja, saat istirahat, pengaturan
waktu kerja gilir (shift) dari periode saat bekerja yang disesuaikan dengan irama
faal tubuh manusia. Waktu kerja dalam 1 hari antara 6-8 jam. Dengan waktu
istirahat jam sesudah 4 jam bekerja. Perlu juga diperhatikan waktu makan dan
beribadah. Termasuk juga di dalamnya terciptanya kerjasama antar pekerja dalam
melakukan suatu pekerjaan serta pencegahan pekerjaan yang berulang (repetitive)
g. Lingkungan kerja
Dalam peningkatan efisiensi dan produktifitas kerja berbagai faktor lingkungan
kerja sangat berpengaruh. Berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh misalnya
suhu yang nyaman untuk bekerja adalah 24-26O C.
h. Olahraga dan kesegaran jasmani
Kegiatan olahraga dan pembinaan kesegaran jasmani dibutuhkan untuk
meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, tes kesehatan sebelum bekerja/tes
kesegaran jasmani perlu dilakukan sebagai tahap seleksi karyawan.
i. Musik dan dekorasi
Musik dapat meningkatkan kegairahan dan produktivitas kerja dengan
mempertimbangkan jenis, saat, lama dan sifat pekerjaan. Dekorasi dan pengaturan
warna dapat memberikan kesan jarak, kejiwaan dan suhu. Misalnya :
a) biru ; jarak jauh dan sejuk
b) hijau ; menyegarkan
c) merah ; dekat, hangat, merangsang
d) orange ; sangat dekat, merangsang.
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
14/29
j. Kelelahan
Kelelahan adalah mekanisme perlindungan tubuh terhindar dari kerusakan lebih
lanjut dan memerlukan terjadinya proses pemulihan. Sebab-sebab kelelahan
diantaranya adalah monotomi kerja, beban kerja yang berlebihan, lingkungan kerja
jelek, gangguan kesehatan dan gizi kurang.
2. 6. Penyakit akibat kerja
2. 6. 1. Pengertian
Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1981 tentang Kewajiban MelaporPenyakit Akibat Kerja menyebutkan bahwa Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah
setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
Beberapa ciri penyakit akibat kerja adalah :
a. Populasi pekerja
b. Penyebab spesifik
c. Pemajanan di tempat kerja sangat menentukan
d. Kompensasi ada
e. Contohnya adalah keracunan Pb, Asbestosis, Silikosis (Budiono, Sugeng. 2003)
2. 6. 2. Jenis Penyakit Akibat Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER- 01/MEN/1981
mencantumkan 30 jenis penyakit, sedangkan Keputusan Presiden RI No 22/1993
tentang Penyakit yang Timbul Karena Hubungan Kerja memuat jenis penyakit yang
sama, ditambah ; penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan
obat. Jenis penyakit akibat kerja tersebut adalah ;
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
15/29
a. Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan parut
(silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya
merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.
b. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh
debu logam keras.
c. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh
debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis)
d. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang
yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
e. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik.
f. Penyakit yang disebabkan oleh berillium atau persenyawaannya yang beracun.
g. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang beracun.
h. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
i. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
j. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.
k. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
l. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.
m. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.
n. Penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang beracun.
o. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
p. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon
alifatik atau aromatik yang beracun.
q. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
r. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
s. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
t. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
u. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida atau derivatnya yang
beracun, amoniak, seng, braso dan nikel.
v. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan
w. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
16/29
x. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
y. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang mengion.
z. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau
biologik.
aa. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak
mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk atau residu adri zat tersebut.
bb. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes
cc. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
dd. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau
kelembaban udara tinggi.
ee. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.
2. 6. 3. Diagnosis spesifik Penyakit Akibat Kerja
Secara teknis penegakkan diagnosis dilakukan dengan: (Budiono, Sugeng. 2003)
a. Anamnesis/wawancara meliputi : identitas, riwayat kesehatan, riwayat penyakit,
keluhan.
b. Riwayat pekerjaan (kunci awal diagnosis)
1) Sejak pertama kali bekerja.
2) Kapan, bilamana, apa yang dikerjakan, bahan yang digunakan, jenis bahaya
yang ada, kejadian sama pada pekerja lain, pemakaian alat pelindung diri, cara
melakukan pekerjaan, pekerjaan lain yang dilakukan, kegemaran (hobby),
kebiasaan lain (merokok, alkohol)
3) Sesuai tingkat pengetahuan, pemahaman pekerjaan.
c. Membandingkan gejala penyakit waktu bekerja dan dalam keadaan tidak bekerja.
1) waktu bekerja gejala timbul/lebih berat, waktu tidak bekerja/istirahat gejala
berkurang/hilang.
2) Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja.
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
17/29
3) Informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesis atau dari data penyakit
di perusahaan.
d. Pemeriksaaan fisik, yang dilakukan dengan catatan
1) gejala dan tanda mungkin tidak spesifik
2) pemeriksaan laboratorium penunjang membantu diagnostik klinik.
3) dugaan adanya penyakit akibat kerja dilakukan juga melalui pemeriksaan
laboratorium khusus/pemeriksaan biomedik.
e. Pemeriksaan laboratorium khusus/pemeriksaan biomedik
1) Misal : pemeriksaan spirometri, foto paru (pneumokoniosis-pembacaan
standard ILO)
2) Pemeriksaan audiometri
3) Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah/urine.
f. Pemeriksaan/pengujian lingkungan kerja atau data higiene perusahaan, yang
memerlukan :
1) kerjasama dengan tenaga ahli higiene perusahaan
2) kemampuan mengevaluasi faktor fisik/kimia berdasarkan data yang ada.
3) Pengenalan secara langsung cara/sistem kerja, intensitas dan lama pemajanan.
g. Konsultasi keahlian medis/keahlian lain
1) Seringkali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis klinik,kemudian dicari faktor kausa di tempat kerja, atau melalui
pengamatan/penelitian yang relatif lebih lama.
2) Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi dan dokter penasehat (kaitan dengan
kompensasi)
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
18/29
2. 6. 4. Penerapan konsep f ive level of prevention deseasespada PAK
Penerapan konsep 5 tingkatan pencegahan penyakit (five level of prevention deseases)
pada Penyakit Akibat Kerja adalah: (Silalahi, 1985)
a.Health Promotion (peningkatan kesehatan)
Misalnya : pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik, pengembangan
kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang
memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan seks, konsultasi tentang
keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
b. Specific Protection ( perlindungan khusus)
Misalnya : imunisasi, higiene perorangan, sanitasi lingkungan, proteksi terhadap
bahaya dan kecelakaan kerja.
c.Early diagnosis and prompt treatment(diagnosa dini dan pengobatan tepat)
Misalnya : diagnosis dini setiap keluhan dan pengobatan segera, pembatasan titik-
titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
d.Disability limitation (membatasi kemungkinan cacat)
Misalnya : memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif,
mengobati tenaga kerja secara sempurna, pendidikan kesehatan.
e.Rehabilitasi (pemulihan kesehatan)
Misalnya : rehabilitasi dan mempekerjakan kembali para pekerja yang menderita
cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba menempatkan karyawan-karyawan
cacat di jabatan-jabatan yang sesuai.
2. 6. 5. Fungsi dan Tugas Perawat dalam K3
Fungsi dan tugas perawat dalam usaha K3 di Industri adalah sebagai berikut :
(Silalahi, 1985)
a. Fungsi
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
19/29
1) Mengkaji masalah kesehatan
2) Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
3) Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja
4) Penilaian
b. Tugas
1) Pengawasan terhadap lingkungan pekerja
2) Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
3) Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
4) Membantu dalam penilaian keadaan kesehatan pekerja
5) Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di rumah
kepada pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai masalah
6) Ikut menyelenggarakan pendidikan K3 terhadap pekerja
7) Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja
8) Pendidikan kesehatan mengenai keluarga berencana terhadap pekerja dan
keluarga pekerja.
9) Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
10) Mengkordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
20/29
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Tempat Pelaksanaan
PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang
3.2 Waktu Pelaksanaan
Adapun waktu pelaksanaan tugas pengenalan profesi ini :
Hari dan Tanggal : 30 Mei 2013
Jam : 09.00 WIB
3.3 Subjek Tugas MandiriMeninjau Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja PT. PUSRI Palembang
3.4 Langkah Kerja
1. Membuat proposal2. Melakukan konsultasi kepada pembimbing TPP3. Mendapat surat izin jalan untuk melaksanakan TPP4. Mengunjungi PT. Pusri untuk meninjau Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja5. Mengumpulkan hasil kerja lapangan untuk mendapatkan suatu kesimpulan6. Membuat laporan hasil TPP dari data yang sudah didapatkan
3.5 Pengumpulan dataMelakukan penijauan langsung terhadap sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang
3.6 Pengolahan data
Analisis deskriptif yaitu pengolahan data yang dilakukan dengan cara
membandingkan teori dan data di lapangan
Palembang, April 2013
Pembimbing
dr. Putri Zalika
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
21/29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Pengorganisasian
PT. Pusri mempunyai 4 (empat) unit pabrik urea dengan masing-masing pabrik
terdiri atas 3 (tiga) bagian sbb :
- Pabrik Amoniak
- Pabrik Urea
- Pabrik Offsite/Utilitas
Sedangkan kapasitas masing-masing pabrik adalah
Pabrik Amoniak Urea
- Pusri - IB 1.350 Ton/hari 1.725 Ton/hari
- Pusri - II 660 Ton/hari 1.725 Ton/hari
- Pusri - III 1.000 Ton/hari 1.725 Ton/hari
- Pusri - IV 1.000 Ton/hari 1.725 Ton/hari
-------------------------------------------
- Total 4.010 Ton/hari 6.900 Ton/hari
Total Jumlah Karyawan Pusat Produksi PT Pusri per September 2010 sebanyak
2.064 orang
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
22/29
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
23/29
Bagian PK&KK : 50 orang
Superintenden : 1 orang
Shift Supervisor : 5 orang
Foreman senior : 4 orang
ForemanShift : 16 orang
Inspektur Senior : 16 orang
Fireman : 8 orang
Bagian Hyperkes : 11 orang
Superintenden : 1 orang
Staf Hygiene Persh : 9 orang
Teknisi Senior : 1 orang
Seksi Perlengkapan & Material
Foreman Senior : 1 orang
Staf Pelkpan & Mat : 3 orang
Insp Sr Plkp & Mat : 3 orang
Kelompok TKK.
Staf Tek Kes Kerja : 10 orang
Jumlah Total : 78 orang ( Aktual 69 orang ).
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
24/29
4.1.2 Visi dan Misi K3
Visi
Terciptanya kondisi tempat kerja yang memenuhi standar keselamatan dan
kesehatan sesuai ketentuan peraturan dan perundangan.
Misi
Mencegah terjadinya kecelakaan kerja, kebakaran dan peledakan serta sakit
akibat kerja dengan menerapkan Sistim Manajemen K3 serta selalu melakukan
upaya perbaikan berkelanjutan
4.1.3 Tugas Pokok
1. Bertanggung jawab atas upaya pengendalian keselamatan karyawan dankeselamatan pabrik dan lingkungannya dari bahaya.
2. Bertanggung jawab atas upaya pengendalian hygiene Perusahaan danKesehatan karyawan dari penyakit akibat kerja.
3. Menetapkan prosedur Keselamatan Kerja dalam Sistem Manajemen K3(SMK3) untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat
kerja sehingga tercipta tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
4. Melakukan perencanaan pengembangan dan peningkatan kemampuanketerampilan karyawan dalam menunjang produktifitas kerja yang aman
di seluruh lingkungan perusahaan.
5. Melakukan investigasi kecelakaan dan mencari faktor-faktorpenyebabnya.
6. Melakukan identifikasi bahaya dan pengendalian resikonya.
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
25/29
4.1.4. Tujuan dan Sasaran
4.1.5. Aktivitas
1. Melakukan identifikasi bahaya serta membuat saran-saran keselamatan2. Memberikan pelatihan K3 untuk karyawan3. Melakukan pengamanan pada pekerjaan berbahaya dengan menerapkan
work permit system.
4. Memberikan pengarahan K3 untuk karyawan dan kontraktor5. Melakukan inspeksi serta razia K3 di area pabrik6. Melaksanakan penanggulangan kebakaran di pabrik maupun komplek
perumahan PT. Pusri
7. Melaksanakan pengaturan kendaraan luar non milik yang akan masuk kearea pabrik dengan menerbitkan Izin Masuk Pabrik (IMP)
8. Memberikan izin mengemudikan kendaraan Dinas Perusahaan diareapabrik dgn menerbitkan SIM Pabrik, SIM Forklift
9. Melakukan monitoring kondisi lingkungan kerja ( bising, debu, gasberacun, penerangan, cuaca kerja ) serta pengendalian vektor penyakit
(fogging, anjing liar, vaksinasi anti rabies )
10. Melakukan pembinaan kesehatan karyawan dengan melaksanakanprogram pemeriksaan kesehatan berkala, senam kesegaran jasmani /
fitness, dll
TUJUAN DANSASARAN K3 :
UPAYA PENCEGAHAN
KECELAKAAN KERJA
UPAYA PENCEGAHAN
PENYAKIT AKIBAT
KERJA
UPAYA PENCEGAHAN &
PENANGGULANGANKEBAKARAN
SASARAN
NIHIL
- KECELAKAAN
KERJA.
- SAKIT AKIBAT
KERJA.
- KEBAKARAN /
PELEDAKAN
MENINGKATKAN :
Produksi dan
produktifitas.
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
26/29
11. Pengawasan menu gizi kerja, higiene dan sanitasi kantin, kualitas airminum , kolam renang.
12. Melaksanakan Latihan PKD Kecil & Besar13. Melaksanakan Rapat P2K3 setiap Triwulan14. Melakukan Audit K3 Internal & Eksternal
4.1.6. Fasilitas
1. Fire truck water : 4 armada2. Fire truck twin agent : 2 armada3. Fire truck triple agent : 1 armada4. Fire truck ladder (37meter) : 1 armada5. Rescue : 1 armada6. Ambulance : 1 armada7. Komando : 1 armada8. APAR : 732 tabung9. Hydrant-Monitor : 15510. Fire hose box : 37 set11.
Ruang fitnes
12. First aid kit13. Surveymeter (alat ukur paparan radiasi)14. Explosimeter (alat ukur konsentrasi gas flammabe di udara atau di
atmosfer)
15. Fire alarm system monitor16. Signal lamp (lampu peringatan tanda pengerjaan aktivitas radiografi)17. Luxmeter (alat ukur intensitas cahaya)18. AMX271 (alat ukur kondisi udara)19. Drager pump (alat ukur paparan gas)20. Temp humidity (alat ukur cuaca kerja)21. Sound level meter ( alat ukur kebisingan)22. Chlormeter (alat ukur kandungan klorine)23.pH meter (alat ukut pH dan temperatur)
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
27/29
4.2 Pembahasan
Pada kegiatan Tahap Pengenalan Profesi Blok 18 kali ini, kami melakukan diskusi
bersama tim manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3&LH)
PT. Pusri Palembang. PT Pupuk Sriwidjaja didirikan pada tanggal 24 Desember 1959 di
Palembang, Sumatera Selatan. PT Pusri merupakan pabrik urea pertama di Indonesia.
Bermula dengan satu unit pabrik berkapasitas 100 ribu ton urea per tahun, perusahaan
mengalami perkembangan pesat sepanjang tahun 1972 hingga 1994 dengan dibangunnya
beberapa pabrik baru sehingga meningkatkan kapasitas terpasang menjadi 2,26 juta ton urea
per tahun.
Dalam Kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja yang ditetapkan Perusahaan
bertujuan mendukung pencapaian prestasi dan kenyamanan kerja karyawan. Penerapan
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) yang dilandasi falsafah
Sehat sebelum, selama dan setelah bekerja telah menunjang produktivitas dan
meminimalkan angka kecelakaan kerja. sehingga menghasilkan kualitas dan kenyamanan
hidup yang lebih baik. Perusahaan juga menyediakan sarana dan prasarana kesehatan yang
memadai yang terdapat di RS PUSRI, termasuk fasilitas medical check-up yang dilakukan
setiap tahun bagi karyawan dan keluarganya . Dalam pengelolaan sumber daya secara efektif
dan efisien, Perusahaan mengambil contoh pengendalian limbah pabrik, Perusahaan telahmenerapkan pengurangan jumlah limbah yang dibuang ke media lingkungan berdasarkan
empat prinsip, yaitu: pengurangan dari sumber (reduce), sistem daur ulang (recycle),
pengambilan (recovery) dan pemanfaatan kembali (reuse) secara berkelanjutan menuju
produksi bersih. Selain itu juga Perusahaan melibatkan seluruh karyawan untuk berperan
aktif dalam melakukan penyempurnaan mutu lingkungan sebagai wujud kepedulian terhadap
masyarakat dalam hal keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan terkait,
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
28/29
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk menciptakansuasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah mencapai
produktivitas setinggi-tingginya
2. Penerepakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Pusri Palembang telah berjalandengan baik selama ini, dan PT. Pusri Palembang pernah mendapatkan award Zero
Accident.
5.2 Saran
Bagi Perusahaan PT PUSRI Palembang agar lebih ditingkatkan lagi kinerja dalam
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja agar mengurangi resiko
kecelakaan kerja dengan menggunakan APD dan buat suasana bekerja aman dan
nyaman agar dapat meningkatkan produktivitas.
-
7/28/2019 TPP BLOK 18-1-1-Perbaikan Novi
29/29
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. PT Pupuk Sriwidjaya Palembang - Sejarah PT PUSRI.
http://www.pusri.co.id/index05.php, diakses 30 Mei 2013
Azwar, S. 2005. Sikap manusia: Teori dan pengukurannya (2nd ed). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Budiono, S. Jusuf. Pusparini, A. 2003. Bunga Rampai HIPERKES&KK. Cetakan I.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Effendy, Nasrul. 1998.Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat, edisi 2. Jakarta :
EGC
Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Republik Indonesia, 1996. Permenaker No. 05/Men/1996
Tentang Sistem Manajemen Keselamatan Kerja. Jakarta.
Rachman, Abdul, et al, 1990. Pedoman Studi Hiperkes pada Institusi Pendidikan Tenaga
Sanitasi, Jakarta : Depkes RI, Pusdiknakes.
Ridley, John.2008.Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Erlangga
Setyaningsih, Yuliani, 2002. Pengantar ergonomi dalam Kumpulan Materi Kuliah
Program Matrikulasi. Semarang : FKM UNDIP
Silalahi, Benet dan Silalahi, Rumondang, 1985. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo.
Sumamur PK., 1994. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, CV. Haji
Masagung, Jakarta.
Sumakmur, 1988, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta : Haji Masagung,
Jakarta
http://www.pusri.co.id/index05.phphttp://www.pusri.co.id/index05.phphttp://www.pusri.co.id/index05.php