TRADISI PEMBAYARAN UANG PELANGKAH DALAM
PERKAWINAN
(Studi Kasus di Desa Legok, Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
MUHAMAD ILMAN
NIM. 1111044200009
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
( A H W A L S Y A K H S H I Y Y A H )
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1438 H/2016 M
TRADISI PEMBAYARAN UANG PELANGKAH DALAM
PERKAWINAN
(Studi Kasus di Desa Legok, Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
MUHAMAD ILMAN
NIM. 1111044200009
Di Bawah Bimbingan
Drs. H. Hamid Farihi, M.A
NIP: 1958111986031001
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
( A H W A L S Y A K H S H I Y Y A H )
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1438 H/2016 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata s1 di Unveritas Islam Negri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Unveritas Islam Negri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya asli
saya maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Unveritas Islam
Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Oktober 2016 M
16 Muharram 1438 H
Muhamad Ilman
ii
ABSTRAK
Muhamad Ilman. NIM 1111044200009. TRADISI PEMBAYARAN UANG
PELANGKAH PERKAWINAN (Studi Kasus Di Desa Legok Kecamatan Legok
Kabupaten Tangerang). Program Studi Hukum Keluarga, Konsentrasi
Administrasi Keperdataan Islam, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam
Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438/2016 M. Ix+70 halaman.
Dalam adat perkawinan pada masyarakat desa Legok kabupaten
Tangerang terdapat adat yang mana apabila ada seseorang yang ingin menikah
tetapi kakaknya belum menikah, maka orang tersebut harus menunggu kakaknya
menikah terlebih dahulu atau apabila sang adik ingin tetap menikahi melangkahi
kakaknya maka sang adik harus dengan syarat yaitu dengan memberikan sesuatu
berupa uang pelangkah atau dalam masyarakat desa Legok disebut (uang
pangrunghal) yang bisa berupa barang atau uang kepada kakaknya sesuai dengan
permintaan kakak kandungnya.
Sumber data primer diperoleh dari wawancara dan data sekunder diperoleh
dari buku-buku, majalah, jurnal-jurnal dan lain-lain. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research).
Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan antropologi hukum yaitu dengan
melihat secara langsung kegiatan masyarakat. desa Legok yang melakukan tradisi
pembayaran uang pelangkah perkawinan dan memakai pendekatan
fenomenologis yakni pendekatan yang berusaha memahami arti peristiwa dan
kaitan-kaitannya terhadap orang biasa dalam situasi tertentu.
Berdasarkan dari hasil penelitian, dapat penulis simpulkan bahwa adat
tradisi pembayaran uang pelangkah dapat dilestarikan karena adat tradisi
pembayaran uang pelangkah ini sebagai simbol identitas suatu daerah, dan dapat
juga sebagai suatu bentuk penghormatan kepada kakak yang akan dilangkahi dan
sebagai penjaga hubungan baik keluarga. Meskipun harus tetap dilestarikan, akan
tetapi harus ada penyesuaian dengan fiqih agar tidak ada pertentangan antara adat
dengan fikih.
Beberapa masalah adat tradisi pembayaran uang pelangkah harus tetap
disesuaikan dan dengan fikih diantaranya yaitu mengenai penghalang nikah dari
kakak kepada adik yang akan menikah. Menghalangi adiknya untuk menikah itu
tidak dibenarkan di dalam adat maupun di dalam fikih. Itu dapat diharamkan
karena dapat menimbulkan kemudharatan. Selain itu juga tentang permintaan
uang pelangkah kakak kepada adiknya tidak boleh terlalu berlebihan, karena akan
menyusahkan adiknya untuk menikah harus dihapuskan juga.
Kata kunci :Faktor Penyebab, Dampak Dan Berapa Nominal Uang
Pelangkahnya.
Pembimbing : Drs. H. Hamid Farihi, M.A
Daftar Pustaka : 1982 s.d 2016
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “Tradisi Pembayaran Uang Pelangkah dalam Perkawinan
(studi kasus Kasus di Desa Legok, Kecamatan Legok Kabupaten
Tangerang)” telah diujikan dalam dalam sidang Munaqashah Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 14 November 2016/14 Safar 1438 H. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar sarjana hukum (S.H) pada program studi
keluarga.
Jakarta, 14 November 2016
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah Dan Hukum
Dr. Asep Saepudin Jahar, MA
NIP 196912161996031001
PANITIA UJIAN MUNAQASHAH
1. Ketua :Dr. H. Abdul Halim, M.Ag (……………….)
NIP. 196706081994031005
2. Sekertaris :Arip Purkon, S.HI.,M.A (……………….)
NIP. 197904272003121002
3. Pembimbing :Drs. H. Hamid Farihi, M.A (……………….)
NIP. 1958111986031001
4. Penguji I :Dr. H. Ahmad Tholabi, S.H., M.H., M.A (.………………)
NIP. 197608072003121001
5. Penguji II :Afwan Faizin, M.A (……………….)
NIP. 197210262003121001
iv
KATA PENGANTAR
حيم حمن الره الره بسم للاه
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, Berkat Ridho-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini. Sholawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Baginda Besar Nabi
Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya, yang telah mendidik
umatnya dengan tarbiyah tentang keimanan, kesabaran, keramah-tamahan, ilmu
pengetahuan serta akhlaqul karimah, dan kita sebagai umatnya yang terus
istiqomah mengikuti ajaran dan sunahnya dalam setiap sendi kehidupan.
Alhamdulillah, akhirnya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai
syarat memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dengan kesadaran hati penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, mengingat terbatasnya
pengetahuan dan pengalaman penulis miliki. Namun demikian, Penulis sudah
berusaha keras dengan kemampuan tersebut dan berbagai macam upaya untuk
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan semaksimal mungkin. Tidak
sedikit hambatan, cobaan dan kesulitan yang ditemui dalam penulisan skripsi ini.
Skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan orang-orang disekitar Penulis,
yang selalu memberikan masukan, nasehat, bimbingan bahkan dorongan dan
semangat sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini dengan lancar dan tepat
waktu.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada
bapak/ ibu, terutama:.
1. Dr. Asep Saepudin jahar, M.A., Selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. H. Abdul Halim, M.A., dan Arip purkon, M.A., selaku Ketua dan
Sekertaris Prodi Hukum Keluarga yang selalu memberikan bimbingan,
nasehat dan dorongan kepada Penulis dalam menyelesaikan kuliah di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan penuh
tanggung jawab.
v
3. Drs. H. Hamid Farihi, M.A., selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu dan membagi ilmunya selama Penulis menyusun
skripsi ini. Dan kesabaran yang penuh dalam memberikan nasehat-nasehat
dan bimbingan kepada Penulis merupakan suatu kehormatan dan
kebanggaan tersendiri Penulis bisa berada di bawah bimbingan Beliau
dalam menyusun skripsi ini.
4. Dr. H. Ahmad Tholabi Karlie, S.H, M.A, M.H., selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang selalu senantiasa memberikan bimbingan dan motivasi
kepada penulis
5. Segenap bapak dan ibu dosen serta staf pengajar pada lingkungan prodi
Hukum Keluarga Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negri
Syarif Hifayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya
kepada penulis selama kuliah.
6. Emak dan Abah Tercinta yang selalu memberikan dorongan dan motivasi
baik moril maupun materil, serta yang telah tulus mendoakan setiap hari
dan ikhlas mendidik dari buaian sampai sekarang kepada Penulis
7. Eka nurhadiyat selaku Sekertaris desa Legok dan staf desa Legok dan
bapak Ahmad Mulyaman, S.pd., selaku Kepala desa legok, dan bapak jaro
Dana sutisna dan Wahyudin, S.Ag selaku tokoh masyarakat desa Legok
yang telah memberikan izin kepada Penulis untuk melakukan penelitian
dan wawancara serta meluangkan waktu dan memberikan kemudahan bagi
Penulis dalam melaksanakan penelitian guna menyelesaikan tugas skripsi
ini.
8. Kakak-kakakku tercinta, teteh Neneng Rahayu , Nurkomala dan adik adiku
yang tersayang yaitu muhamad sohban dan dinar syaharani
9. Terima kasih sahabat-sahabatku teman kelas Administrasi Keperdataan
Islam angkatan 2011 Iskandar selaku ketua kelas, Jali, Anas, Ainul, Debi,
eka,chairunisya,devi,aisyah,dewi,liza,asty,ana,nurul,ian,dedi,romli,harri,sy
airopi, aldi dan juga untuk teman kosan, tb, ais, bang boim, pay, bedur,
yang telah memberikan dorongan semangat dan motivasi Penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini.
vi
10. Untuk orang yang Penulis kagumi Husnul Khotimah yang merupakan
motivasi bagi penulis sekaligus isteri yang memberikan dorongan dan
dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah
memberikan kontribusi yang cukup besar dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan
sebagai rujukan penyusunan skripsi lainnya di masa mendatang. Penulis
pun sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan
skripsi ini selanjutnya.
Jakarta, 14 November 2016
Muhamad ilman
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ..................................... 7
1. Pembatasan Masalah ......................................................... 7
2. Rumusan Masalah ............................................................. 7
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian............................................... 8
1. Tujuan Penelitian............................................................... 8
2. Manfaat Penelitian............................................................. 8
D. Metode Penelitian .................................................................... 9
1. Jenis Penelitian .................................................................. 9
2. Pendekatan penelitian ....................................................... 9
3. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 10
4. Teknik Analisis Data ......................................................... 11
E. Studi Terdahulu ....................................................................... 11
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 12
BAB II PERKAWINAN MENURUT BAHASA, HUKUM FIQIH
KONTEMPORER DAN HUKUM ADAT
A. Pengertian Perkawinan ............................................................ 14
1. Menurut Bahasa................................................................. 14
2. Menurut Hukum Islam ...................................................... 16
3. Menurut Hukum Adat ....................................................... 17
4. Menurut Hukum Positif .................................................... 19
B. Dasar Hukum Perkawinan ....................................................... 19
1. Wajib ................................................................................. 20
2. Sunnah ............................................................................... 20
3. Makruh ............................................................................ 21
4. Haram ................................................................................ 21
C. Rukun Dan Syarat Perkawinan ............................................... 22
1. Menurut Hukum Fiqih kontemporer ................................. 22
ix
2. Menurut Hukum Positif ..................................................... 24
D. Tujuan Dan Hikmah Perkawinan ............................................ 25
1. Tujuan Perkawinan ............................................................ 25
2. Hikmah Perkawinan ......................................................... 30
BAB III PROFIL DESA LEGOK DAN GAMBARAN UMUM
PERNIKAHAN DI DESA LEGOK
A. Letak Geografis ....................................................................... 32
B. Kondisi Demografis ................................................................ 33
C. Kondisi Sosial Desa Legok ..................................................... 35
1. Keadaan Ekonomi ............................................................. 35
2. Pola Penggunaan Tanah .................................................... 37
3. Sarana Pendidikan ............................................................. 37
4. Sarana Ibadah .................................................................... 38
5. Sarana Kebutuhan Sosial Masyarakat ............................... 39
D. Gambaran Umum Tentang Pernikahan Di Masyarakat
Desa Legok .............................................................................. 40
BAB IV PERNIKAHAN MELANGKAHI KAKAK KANDUNG
DI DESA LEGOK
A. Definisi Pernikahan Melangkahi Kakak Kandung .................. 52
B. Melangkahi Dilihat Dari Sudut Pandang Adat dan
Hukum Islam ........................................................................... 54
1. Sudut Pandang Adat .......................................................... 54
2. Menurut Hukum Islam ...................................................... 57
C. Faktor penyebab pernikahan melangkahi kakak kandung,
macam macam uang pelangkahnya dan dampak
pernikahan melangkahi kakak kandung .................................. 60
1. Faktor penyebab terjadinya pernikahan melangkahi
kakak kandung di desa legok ............................................ 60
2. Tentang Uang Pelangkah Jenisnya Dan
Berapakah Nominalnya ..................................................... 62
3. Dampak pernikahan melangkahi kakak kandung.............. 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 66
B. Saran ........................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Batas Wilayah Desa ................................................................. 32
Tabel 3.2 Jarak tempuh dari pusat pemerintahan .................................... 33
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Secara Umum/KK ....................................... 33
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin ................................. 34
Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Menurut Usia .............................................. 34
Tabel 3.6 Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan ....................... 34
Tabel 3.7 Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan khusus .......... 35
Tabel 3.8 Tabel Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian ............... 36
Tabel 3.9 Tabel sarana pendidikan desa Legok ....................................... 38
Tabel 3.10 Jumlah Penduduk menurut Keagamaan ................................... 39
Tabel 3.11 Sarana Desa Legok .................................................................... 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah SWT berpasang-
pasangan, Allah SWT menciptakan manusia agar dapat berkembang
biak dan agar dapat beregenerasi dari generasi ke generasi
berikutnya.1 Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah SWT
dalam surat An-Nisaa ayat 1:
Artinya: “Hai sekalian manusia,bertakwalah bahwa kepada Tuhan-mu
yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari
padanya Allah menciptakan istrinya, dan dari keduannya
Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan
yamg banyak .dan bertakwalah kamu kepada Allah yang
dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta
satu sama yang lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu” (QS. An-Nisa: 1)
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang paling
mulia di antara makhluk makhluk yang lainya. Manusia dianugerahkan akal
dan fikiran untuk membedakan mana yang baik mana yang buruk, dan mana
yang halal dan mana yang haram. Manusia terlahir membawa fitrah pada
dirinya, dimana salah satunya adalah memiliki kecenderungan dengan lawan
1 Abdul Rahman Gozaly, Fikih Munakahat, (Jakarta: PT. kencana, 2003), cet. 1.h.,23.
2
jenisnya, yaitu nafsu dan syahwat. Nafsu dan syahwat ini tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia, karena ia merupakan suatu kebutuhan
yang sifatnya naluri.2
Allah SWT mensyaratkan pernikahan kepada hamba-hambaNya
karena pernikahan itu merupakan amal ibadah kepadanya, bahkan Allah
memberikan motivasi kepada hamba- hambaNya yang sudah sanggup untuk
melangsungkan pernikahan.3 Seperti yang telah dijelaskan dalam firman
Allah SWT, surat An-Nur ayat 32
Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara
kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-
hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu
yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha
Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.” (QS. An-Nur:
32)
Pernikahan adalah akad yang sangat kuat (mitsaqan ghalidzan)
yang dilakukan secara sadar oleh seorang laki-laki dan perempuan
untuk membentuk keluarga yang pelaksanaanya didasarkan pada
kerelaan kedua belah pihak. Oleh karena itu, pernikahan bukanlah arti
kewajiban, melainkan hanya hubungan sosial kemanusiaan semata.
2 Sayyid Sabiq , Fikih Sunnah, (Bandung: Al Maarif, 1994) ,cet. 9, Jilid 6. h.,153.
3 H. Penouh Dally, Pernikahan Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1998), cet.1.h., 76.
3
Pernikahan akan bernilai ibadah, jika diniatkan untuk mencari ridha
Allah SWT.4
Pernikahan merupakan salah satu sunatullah yang berlaku semua
makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan.
Pernikahan merupakan cara yang dipilih Allah SWT sebagai jalan bagi
manusia untuk memperbanyak keturunan, berkembang biak, dan melestarikan
kelangsungan hidupnya setelah masing masing pasangan siap melakukan
perannya yang positif dalam mewujudkan tujuan pernikahan.
Allah SWT tidak menjadikan manusia seperti makhluk
lainnya yang hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan
secara anarkhi tanpa aturan. Demi menjaga kehormatan dan martabat
kemuliaan manusia, Allah SWT mengadakan hukuman sesuai
martabatnya, sehingga hubungan antara laki-laki dan perempuan
diatur secara terhormat dan berdasarkan rasa saling meridhai, dengan
mengucapkan ijab kabul sebagai lambang adanya rasa ridha meridhai,
dan dengan dihadiri dengan para saksi yang menyaksikan bahwa
pasangan laki-laki dan perempuan itu telah saling terikat.
Dengan perkawinan, manusia dapat memelihara keturunannya
dengan baik, dan menjaga kaum perempuan agar tidak laksana
rumput yang dimakan oleh binatang ternak dengan seenaknya.
Pergaulan suami istri menurut ajaran islam diletakan di bawah naluri
keibuan dan kebapaan.
4 Muhammad Zain dkk, Membangun Keluarga Humanis, (Jakarta: Graha Cipta, 2005),
cet.1, h.,23.
4
Dalam hukum Islam juga ditetapkan untuk kesejahteraan
umat, baik untuk hidup di dunia maupun di akhirat. Kesejahteraan
masyarakat akan tercapai dengan terciptanya kesejahteraan keluarga
yang sejahtera, karena keluarga merupakan lembaga terkecil dalam
masyarakat, sehingga kesejahteraaan masyarakat sanggat tergantung
kepada kesejahteraan keluarga.
Islam mengatur keluarga bukan secara garis besar, tetapi sampai
terperinci. Yang demikian ini menunjukkan perhatian yang sangat besar
terhadap kesejahteraan keluarga. Keluarga terbentuk melalui pernikahan,
karena itu pernikahan sangat dianjurkan oleh Islam bagi orang yang
mempunyai kemampuan. Tujuan itu dinyatakan, baik dalam Al-Qur’an
maupun dalam sunnah.5
Penjelasan di atas sudah cukup memberikan gambaran bahwa
hendaknya pernikahan tidak ditunda-tunda atau bahkan dilarang
dengan alasan di luar syar’i seperti yang terjadi dalam sebagian
lingkungan masyarakat atau beberapa adat istiadat yang tidak sesuai
dengan tujuan pernikahan, seperti yang terjadi di masyarakat legok
kabupaten tangerang. Di masyarakat Legok ini terdapat adat bahwa
seorang adik dilarang menikah terlebih dahulu sebelum kakaknya
menikah.
Dalam masyarakat setempat pernikahan adalah suatu hal yang
sangat penting dalam kehidupan mereka, bahkan hal tersebut
5 Muhammad Zain dkk, Membangun Keluarga Humanis, (Jakarta: Graha Cipta, 2005),
cet.1, h.,45.
5
dianggap suatu hal yang sangat sakral. Pernikahan dalam adat istiadat
Sunda seperti yang berlaku di daerah legok ada dua macam yaitu :
pernikahan biasa dan pernikahan diam-diam. Istilah pernikahan diam-
diam didalamnya juga terbagi beberapa macam yaitu : kawin gantung,
kawin (sirri); kawin dengan pria pendatang; ditarik kawin; kawin tua
sama tua; naik ranjang dan turun ranjang.
Dalam adat Sunda, dikenal suatu istilah menikah melangkahi
kakak kandung (ngarunghal). Pernikahan yang melangkahi kakak
kandungnya itu dipandang merupakan suatu perbuatan terlarang yang
tidak baik dilakukan dalam keluarga, karena masih ada saudara yang
lebih tua di atasnya yaitu kakak nya (sendiri).
Larangan ini secara tidak langsung, merupakan penghalang
bagi seseorang untuk melangsungkan pernikahan, karena kakak atau
orang tua mereka tidak akan memberikan izin. Kalau pun kemudian
diperbolehkan maka mereka di haruskan membayar uang pelangkah
terlebih dahulu kepada kakak nya yang belum menikah, sehingga hal
tersebut menjadi beban dan terkadang ada yang mengurungkan niat
nya untuk menikah.
Namun pada kenyataannya di desa legok masih diperdebatkan
karena ada masyarakat yang masih berpegang teguh dengan hukum
adat yang berpendapat bahwa jika sang adik dalam pernikahan
melangkahi kakaknya, maka ditakutkan si kakak akan mendapatkan
jodohnya dalam waktu yang sangat lama dan di tambah lagi akan
6
adanya musibah yang akan di dapatkan apabila melangkahi kakak
kandung.
Dalam lingkungan masyarakat desa Legok yang penulis teliti
lihat masih kental berlaku adat istiadat memberi uang pelangkah yaitu
bila terjadi pernikahan melangkahi kakak kandung dan apabila ada
adik laki-laki yang melangsungkan pernikahan dengan melangkahi
kakak nya laki-laki ataupun sebaliknya. Maka diyakini akan
menimbulkan musibah yang akan menimpa keluarga tersebut bila
tidak dilangsungkan terlebih dahulu upacara tradisi memberi uang
pelangkah.
Dari permasalahan di atas maka timbul pertanyaan, bagaimana
jika seorang adik atau seseorang yang mempunyai pasangan dan
ternyata pasangannya itu masih mempunyai seorang kakak yang
belum menikah, sedangkan yang bersangkutan memiliki keinginan
untuk menikah tapi takut kalau tidak segera menikah maka ia akan
terjerumus pada perbuatan zina atau bahkan membawa dampak
negatif dan cenderung mempersulit proses pernikahan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis
mengangkat permasalahannya dalam skripsi yang diberi judul
“TRADISI PEMBAYARAN UANG PELANGKAH DALAM
PERKAWINAN (Studi Kasus di Desa Legok, Kecamatan Legok,
Kabupaten Tangerang).
7
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pernikahan merupakan kebutuhan biologis dan psikologis,
manusia sejak zaman dahulu pernikahan mempunyai pengaruh
yang sangat besar bagi kehidupan manusia, baik dalam keluarga
maupun masyarakat. Oleh karena itu pernikahan harus
dilaksananakan sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku.Pernikahan dinyatakan sah apabila terpenuhi syarat dan
rukunnya.
Mengingat luasnya pembahasaan mengenai pernikahan,
maka perlu kiranya penulis memberikan batasan agar tidak
melebar dan lebih terarah. Maka penelitian ini difokuskan
pembahasannya hanya menyangkut masalah pernikahan dengan
melangkahi kakak kandung, baik itu rnenurut hukum Islam,
maupun adat dan juga mengenai uang pelangkah dalam
masyarakat Sunda yang ada di daerah Kecamatan Legok
Kabupaten Tangerang.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah ini dapat rinci kedalam
beberapa pertanyaaan sebagai berikut:
1) Apa saja dampak pernikahan melangkahi kakak kandung di
desa legok?
8
2) Apa faktor penyebab terjadinya melangkahi kakak kandung
dalam pernikahan di desa legok?
3) Berapakah jumlah pembayaran uang pelangkah yang di
bayarkan dalam pernikahan yang melangkahi kakak
kandung pria dan kakak kandung wanita di desa legok?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun hasil yang hendak dicapai dari penelitian ini
terjawabnya semua permasalahan dalam perumusan sebagai
berikut:
a) Untuk mengetahui apa saja dampak pernikahan melangkahi
kakak kandung di desa Legok.
b) Untuk mengetahui faktor apa saja penyebab terjadinya
melangkahi kakak kandung dalam pernikahan didesa legok
c) Untuk mengetahui berapakah jumlah pembayaran uang
pelangkah yang di bayarkan dalam pernikahan melangkahi
kakak kandung pria dan kakak kandung wanita di desa Legok.
2. Manfaat Penelitian
a) Membuka wawasan kepada masyarakat dan untuk mengetahui lebih
dalam tentang suatu adat pernikahan melangkahi kakak kandung.
b) Pengembangan ilmu pengetauan di bidang hukum, khususnya
menyangkut bidang pernikahan.
9
c) Sosialisasi hukum terhadap masyarakat muslim di Indonesia
khususnya hukum tentang pernikahan Islam, karena sebuah peraturan
terbentuk bukan hanya sebagai aturan hukum saja, tetapi jika
peraturan harus ditaati oleh masyarakat.
d) Menambah literature kepustakaan
D. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Mengingat kajian ini bersifat ilmiah dan di tuangkan dalam
bentuk skripsi, maka penulis berusaha mendapatkan data yang akurat dan
bukti-bukti yang benar. Untuk itu penulis menggunakan pendekatan
antropologi hukum yaitu dengan melihat secara langsung kegiatan
masyarakat.6 desa Legok yang melakukan tradisi pembayaran uang
pelangkah perkawinan dan memakai pendekatan fenomenologis yakni
pendekatan yang berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya
terhadap orang biasa dalam situasi tertentu.
2. Jenis Penelitian
Jenis data yang di gunakan oleh penulis adalah kualitatif,
penelitian kualitatif tampaknya di artikan sebagai penelitian yang tidak
mengadakan perhitungan7 dimana data-data yang di kumpulkan diperoleh
6 Fahmi Muhamamad Ahmadi Dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum (lembaga
penelitian UIN syarif hidayatullah jakarta, 2010). Cet.1, h., 58.
7 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), cet.8, h., 2.
10
dari berbagai sumber data tertulis, sedangkan sumber data itu terbagi
menjadi dua yaitu:
a. Sumber Data Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat
autoritatif artinya mempunyai otoritas8 sebagai sumber data primer
penulis memanfaatkan dokumen, literature, serta wawancara dengan
para tokoh dan para pelaku pernikahan melangkahi kakak kandung
di Desa Legok.
b. Sumber Data Sekunder
Bahan hukum sekunder yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer seperti9 : penulis memanfaatkan
berbagai literature yang berkaitan dengan persoalan tersebut seperti:
buku-buku, jurnal-jurnal, laporan penelitian, artikel, majalah dan
koran.
3. Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengolahan data dalam penyusunan skripsi ini dibagi atas
tiga bagian sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara yaitu proses Tanya jawab secara langsung antara
peneliti dan informan. Wawancara ini bertujuan untuk memeriksa
kebenaran informasi yang sebelumnya.
8 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008), cet.4, h., 141.
9 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grapindo
Persada, 2007), h., 184.
11
b. Studi Observasi
Dilakukan untuk mendapatkan data langsung dengan melihat
proses pembayaran uang pelangkah yang dilakukan oleh berbagai
kalangan masyarakat.
c. Dokumen
Dokumen yaitu sejumlah bahan bukti berupa fakta dan data-
data yang tersimpan dalam bentuk dokumen. Dapat dalam bentuk
dokumen pemerintahan atau swasta, maupun dalam bentuk website,
dll.
4. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan dara, perlu
digarap oleh peneliti.10
Bahan yang telah diperoleh lalu di uraikan dan di
hubungkan sedemikian rupa sehingga agar menjadi sistematis dalam
menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Karena penelitian ini
bersifat kualitatif yaitu analisis dari suatu pernyataan dan dikembangkan
sejalan dengan penelitian ini.
Adapun teknik penulisan, penulis merujuk kepada buku
“pedoman penulisan skripsi fakultas syariah dan hukum“ yang
diterbitkan oleh Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas
Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.11
10
Suharsimi Arikuntp, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT
Renika Cipta, 1992), h., 203.
11
Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah Dan Hukum, Pedoman
Penulisan Skripsi, (Jakarta: Pusat Peningkatan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah Dan
Hukum, 2012).
12
E. Studi Terdahulu
Review studi terdahulu perlu dilakukan untuk menguasai teori
yang relevan dengan topik atau masalah penelitian dan rencana model
analisis yang akan dipakai. Idealnya penulis dapat mengetahui hal-hal
apa yang telah diteliti dan yang belum diteliti, sehingga tidak terjadi
duplikasi atau plagiat penelitian.
No Judul Skripsi Isi Pembeda
1 Muhamad syarif,
larangan melangkahi
kakak dalam perkawinan
adat mandailing (Desa
Sirambas Kecamatan
Panyabungan Barat
Mandailing Natal).
Jakarta 2010
Membahas tentang
larangan melangkaki
kakak dalam
perkawinan menurut
fiqih dan KHI.
Membahas tentang
tradisi pernikahan
dalam adat
mandailing
disini penulis
menjelaskan
tentang seberapa
banyak uang
pelangkah dan
apa akibat dari
pernikahan
melangkahi kakak
kandung.
2 Alfian anwar, pernikahan
ngarunghal pada
masyarakat desa
karanggan kabupaten
bogor utara (tinjauan
hukum islam dan UU No.
1 tahun 1994). Jakarta
2012
Membahas Tentang
Bagaimana tradisi
prnikahan
melangkahi kakak
kandung Dan
Bagaimana
Pandangan
Masyarakat
Terhadap Pernikahan
Melangkahi Kakak
Kandung.
Di Sini Penulis
menjelaskan
tentang faktor apa
yang
menyebabkan
pernikahan
melangkahi kakak
kandung.
13
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini terdiri
dari lima bab, yang perinciannya sebagai berikut:
BAB I Berisi tentang pendahuluan yang mencakup latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian , metode penelitian, analisis data, studi
review terdahulu dan sistematika penulisan.
BAB II Berisi tentang pernikahan menurut bahasa, hukum fiqih
kontemporer dan hukum adat yang mencakup pengertian
pernikahan, dasar hukum pernikahan, rukun dan syarat
pernikahan serta tujuan dan hikmah pernikahan.
BAB III Berisi tentang gambaran umur masyarakat desa Legok,
membahas tentang kondisi geografis dan sosial, adat istiadat,
serta tata cara pernikahan yang berlaku di desa Legok
Tangerang.
BAB IV Berisi tentang dampak apa yang mempengaruhi pernikahan
melangkahi kakak kandung di desa Legok, faktor-faktor apa
yang mempengaruhi pernikahan melangkahi kakak kandung di
desa Legok dan jenis-jenis uang pelangkah dan berapakah
jumlah pembayaran uang pelangkah yang dibayarkan dalam
pernikahan yang melangkahi kakak kandung pria dan kakak
kandung wanita di desa Legok.
14
BAB V Berisi tentang bagian akhir dari pembahasan skripsi ini yaitu
penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
14
BAB II
PERKAWINAN MENURUT BAHASA, HUKUM FIQIH KONTEMPORER
DAN HUKUM ADAT
A. Pengertian Perkawinan
1. Menurut Bahasa
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia, asal kata dari
perkawinan adalah “kawin” yang menurut arti bahasanya adalah
membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan hubungan kelamin
atau bersetubuh.12
Kata nikah sendiri sering dipergunakan untuk arti
yang sebenarnya, dan berarti akad dalam arti majazi13
Perkawinan atau pernikahan di dalam literatur fiqh berbahasa
Arab disebut dengan dua kata, yaitu nikah dan zawaj. Kata-kata tersebut
sangat erat sekali dengan kehidupan sehari-hari dari orang Arab dan juga
banyak terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi. Sedangkan kata na-
ka-ha banyak terdapat dalam Al-Qur’an dengan arti kawin, seperti dalam
surat An-Nisa ayat 3:
12
Dep Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), cet.3,
edisi kedua, h.,639.
13
Syaikh Hasan Ayyub, Fiqih Keluarga, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar), cet.5, h,.3.
15
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya),
maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua,
tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat
berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-
budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat
kepada tidak berbuat aniaya” (QS. An-Nisaa’:3) 14
Karena arti kata nikah berarti “bergabung”, hubungan kelamin
dan juga berarti akad jadi adanya dua kemungkinan arti ini karena kata
nikah yang terdapat dalam Al-Qur’an memang mengandung dua arti
tersebut. Kata nikah yang terdapat pada surat al-baqarah ayat 230
Artinya: Maka jika suami menalaknya (sesudah talak dua kali), maka
perempuan itu tidak boleh lagi dinikahinya hingga perempuan
itu kawin dengan laki-laki lain . (QS. Al-baqarah:230)
Mengandung arti hubungan kelamin dan bukan hanya sekedar
akad nikah karena ada petunjuk dari hadist Nabi bahwa setelah akad
nikah dengan laki-laki kedua perempuan itu boleh dinikahi oleh mantan
suaminya kecuali suami yang kedua telah merasakan nikmatnya
hubungan kelamin dengan perempuan tersebut.15
14
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia (Jakarta Kencana, 2007).
cet.2, h., 35.
15
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia (Jakarta Kencana, 2007).
cet.2, h., 36.
16
2. Menurut Hukum Fiqih Konvensional
Sedangkan dalam Hukum Islam, para ulama fiqh masing-masing
mempunyai pendapatnya sendiri, antara lain sebagai berikut:
a. Menurut Imam Abu Hanifah:
اانكاح بانه عقد يفيد ملك المتعة قصد 16
“Nikah adalah suatu akad dengan tujuan memiliki kesenangan
secara sengaja.”
Nikah itu mengandung arti secara hakiki untuk hubungan kelamin.
Bila berarti juga untuk lainnya seperti untuk akad adalah dalam arti
majazi yang memerlukan penjelasan untuk maksud tersebut.(ibn al-
Humam,III,185)17
b. Menurut Imam Malik:
ية غير مو جب قيمتها ببينة عقد علي مجر د متعة التلد ذ با د مانكاح با نه
قبله18
“Nikah adalah suatu akad yang mengandung ketentuan hukum
semata-mata untuk membolehkan watha’, bersenang-senang dan
menikmati apa saja yang ada pada diri seorang perempuan yang
boleh dinikahinya”.
c. Menurut Imam Syafi’i:
و ط ء بلفظ ا نكا ح او تز و يج ا و معنا هما النكا ح با نه عقد يتضمن ملك
“Nikah itu berarti akad dalam arti yang sebenarnya (hakiki); dapat
berarti juga untuk hubungan kelamin, namun dalam arti tidak
sebenarnya (arti majazi). Penggunaan kata untuk bukan arti
16
Abdurrahman Jaziri, Kitab Fiqh Al-Mazhab Al-Arba’ah,( Mishr: tp,t.th), h., 2.
17
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia (Jakarta Kencana, 2007).
cet. 2,h., 37.
18
Abdurrahman Jaziri, Kitab Fiqh Al-Mazhab Al-Arba’ah,( Mishr: tp,t.th), h., 2.
17
sebenarnya itu memerlukan penjelasan di luar dari kata itu sendiri.
(al-mahalliy,III,hlm.206)19
d. Menurut Imam Hambali:
النكا ح با نه عقد بلفظ او تز و يج علي منفعة اال ستما ع20
“Nikah adalah suatu akad dengan menggunakan lafadz-lafadz inkah
atau tazwij untuk manfaat (menikmati) kesenangan”.
Sedangkan Dilihat dari beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa para ulama mutaqaddimin (generasi awal),
memandang nikah hanya dari satu segi saja yaitu kebolehan hukum
antara seorang laki-laki dengan seorang wanita untuk berhubungan yang
semula dilarang . Mereka tidak memperhatikan tujuan, akibat nikah
tersebut terhadap hak dan kewajiban suami isteri yang timbul.21
3. Menurut Hukum Adat
Kata melangkahi berasal dari kata langkah yang artinya adalah
melewati atau mendahului. Disini ada tiga pengertian tentang melangkahi
yang pertama : melangkahi artiya mendahului kawin. Yang kedua:
pelangkah artinya barang yang diberikan oleh calon pengantin pria
kepada kakak calon pengantin wanita yang belum menikah (yang
dilangkahi atau yang didahului kawin) dan yang ketiga: pelangkahan
artinya proses, cara, perbuatan melangkahi atau melangkahkan,
19
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia (Jakarta Kencana, 2007), cet
.2,h., 37
20
Abdurrahman Jaziri, Kitab Fiqh Al-Mazhab Al-Arba’ah( Mishr: tp,t.th,), h., 4
21
Djama’an Nur, Fiqih Munakahat, (Semarang : Dina Utama Semarang, 1993), cet.1, h.,
3.
18
permulaan melakukan sesuatu (pekerjaan: perjalanan).22
Kaitannya
dengan skripsi ini penulis mengambil pengertian yang pertama yaitu
melaangkahi atau mendahului kawin (menikah).
Sedangkan pernikahan menurut hukum adat adalah merupakan
peringatan adat dan sekaligus perikatan kekerabatan, jadi terjadinya
pernikahan bukan semata-mata membawa akibat terhadap hubungan
keperdataan saja seperti hak dan kewajiban suami isteri, harta bersama,
kedudukan anak, hak dan kewajiban orang tua, tetapi juga menyangkut
hubungan adat istiadat kewarisan, kekeluargaan, ketetanggaan ,
kekerabatan dan keagamaan.23
Hukum adat merupakan hukum yang tidak tertulis juga disebut
hukum non statutair (yang tidak diundangkan). Kendati ada pula yang di
tulis, tetapi tetap dikatakan sebagai hukum non statutair. Lagi pula yang
tertulis merupakan sebagian kecil saja dari hukum adat di Indonesia dan
yang tidak tertulis tetap bagian yang terbesar.24
22
Kamus besar bahasa Indonesia, artikel diakses pada Mei 2016 dari
http://www.kamusKbbi.web.id/arti-kata-melangkahi-kamus-bahasa-indonesia-Kbbi.html.
23
Hilman hadikusuma, Hukum Perkawinan Di Indonesia Menurut Hukum Adat,
Perundang-Undangan, Agama, (ttp: mandar maju,tt), h., 8.
24
Soerojo Wignjodipoero, Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Adat,(Jakarta, CV.
Masagung, 1994), cet.XII,h., 22.
19
Menurut soepomo, hukum adat merupakan hukum non statutair,
yang sebagian besar adalah hukum kebiasaan dan sebagian kecil adalah
hukum Islam .25
4. Menurut Hukum Positif
Dalam undang-undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 1: Perkawinan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang kekal
berdasarkan ketuhanan yang maha esa.
Adapun pengertian menurut kompilasi hukum Islam (KHI) KHI
adalah sebagai berikut “Perkawinan menurut hukum Islam adalah
perkawinan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqon gholizan untuk
mentaati perintah allah dan melaksanakan merupakan ibadah.26
B. Dasar Hukum Perkawinan
Menurut Jumhur ulama hukum perkawinan atau perkawinan itu adalah
sunnah. Hal ini di dasari dari banyaknya perintah Allah di dalam Al-Qur’an
dan juga hadist-hadist Nabi yang beberapa di antaranya berisi anjuran untuk
melangsungkan perkawinan seperti firman dibawah ini surat An-nur:32 :
25
Yaswirman,Hukum Keluarga Karakteristik Dan Prospek Doktrin Islam Dan Adat
Dalam Masyarakat Matrilineal Minangkabau,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011),cet.1, h.,
9. 26
Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Departemen Agama, kompilasi Hukum
Islam di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama, 1992), h., 14.
20
Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan
orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu
yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika
mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya.
Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”.(QS.
An-Nur 24:32)
Tentang hukum melakukan perkawinan, ibnu rusyd menjelaskan:
segolongan fuqoha, yakni jumhur berpendapat bahwa nikah itu hukumnya
sunnat. Golongan zahiriyah berpendapat bahwa nikah itu wajib. Para ulama
malikiyah mutaakhirin berpendapat bahwa nikah itu wajib untuk sebagian
orang, sunnat untuk sebagian lainnya dan mubah untuk segolongan lain. 27
Hukum nikah sangat erat hubungannya dengan mukallaf (pelakunya).28
Dilihat dari segi kondisi orang yang yang melaksanakannya, maka melakukan
perkawinan itu dapat dikenakan hukum wajib, sunat, haram, makruh ataupun
mubah.29
.Berikut adalah definisinya:
1. Wajib
Apabila seseorang sudah mampu manikah, kebutuhan biolgisnya
sudah mendesak dan dia takut atau khawatir akan menuju hal diharamkan
oleh agama (berzinah) maka di wajibkanlah untuk orang yang seperti itu
menikah, karena untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang haram adalah
sesuatu hal yang wajib dan tidak ada jalan yang lain kecuali menikah.30
27
Abdul Rahman Gozaly, Fikih Munakahat, (Jakarta: PT. kencana, 2003), cet.1, h., 16.
28
Abdul Fatah Idris dan Abu Ahmad, Fikih Islam Lengkap, h., 224.
29
Abdul Rahman Gozaly, Fikih Munakahat, (Jakarta: PT. kencana, 2003), cet.1, h., 18.
30
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1992) Jilid 2, juz 6, h., 13.
21
2. Sunnah
Seseorang yang telah di sunnatkan untuk menikah adalah sesorang
yang sudah mempunyai kesanggupan untuk menikah dan sudah mampu
untuk memelihara diri sendiri dari segala perbuatan yang terlarang karena
sudah jelas perkawinan adalah suatu hal yang bagus dan baik bagi dirinya,
dan juga Rasulullah SAW melarang sesorang hidup sendirian tanpa
menikah.31
3. Makruh
Seseorang yang di anggap makruh untuk melakukan perkawinan
adalah seseorang yang belum pantas untuk menikah, belum mempunyai
keinginan untuk menikah, serta belum mempunyai bekal untuk
melangsungkan perkawinan.Namun ada juga orang yang telah mempunyai
bekal untuk menikah. Namun fisiknya mengalami cacat, seperti impoten,
usia lanjut berpenyakit tetap, dan kekurangan fisik.
4. Haram
Seseorang di haramkan untuk menikah, alasannya adalah orang
tersebut sebenarnya mempunyai kesanggupan untuk menikah akan tetapi
apabila ia melakukan perkawinan ia akan menimbulkan atau memberikan
kemudharatan kepada pasangannya, seperti contoh, orang gila, orang yang
suka membunuh atau yang mempunyai sifat-sifat yang dapat
membahayakan pasangannya ataupun orang-orang di sekitarnya atau orang
yang memiliki penyakit HIV atau AIDS yang mana akan menyebabkan
31
Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1993), h., 16
22
menularnya penyakit yang akan merugikan pasangannya dan
keturunannya. Atau juga orang yang tidak mampu memnuhi nafkah lahir
bathin pasangannya, serta kebutuhan biologisnya tidak mendesak maka
orang tersebut haram untuk menikah.
Dari beberapa definisi yang telah di uraikan di atas dapat di
simpulkan bahwa suatu hukum perkawinan dapat berubah sewaktu-waktu
sesuai dengan penjelasan sebelumnya. Apabila ia sudah memenuhi kriteria
dengan beberapa hukum di atas maka dia harus melaksanakannya, dalam
islam, perkawinan merupakan suatu yang sakral dan juga merupakan suatu
untuk pengalaman ibadah kita kepada Allah SWT.
C. Rukun dan Syarat Perkawinan
1. Menurut Hukum Islam
Rukun dan syarat dalam Islam merupakan dua hal yang tidak dapat
di pisahkan antar satu dengan yang lainnya, karena setiap aktifitas ibadah
yang ada dalam ajaran Islam senantiasa ada yang namanya rukun dan
syarat. Rukun yaitu sesuatu yang harus ada yang menentukan sah atau
tidaknya suatu pekerjaan (Ibadah) dan sesuatu itu termasuk dalam
rangkaian pekerjaan itu adapun syarat yaitu sesuatu yang menetukan sah
atau tidak-Nya suatu pekerjaan (Ibadah), tetapi sesuatu itu tidak termasuk
dalam rangkaian pekerjaan itu.dan suatu pekerjaan (Ibadah) bisa dikatakan
sah apabila telah memenuhi rukun dan syarat.32
32
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat. (Jakarta: Kencana, 2006), cet.2, h., 45-46.
23
Adapun syarat merukan suatu yang mesti ada dakam perkawina
dan merupakan salah satu bagian hakikat perkawinan tersebut misalnya
syarat bahwa wali itu laki-laki, baligh, berakal dan seorang muslim yang
sedang tidak ihram dan harus adil, ini menjadi penting Karen disini selain
menjadi saksi perniakahan, wali mempunyai posisi atau hak penuh untuk
mengijinkan kedua mempelai itu boleh menikah atau tidak.
Para ulama bersepakat bahwa rukun dan syarat perkawinan itu
terdiri dari beberapa bagian seperti:
a. Calon suami, syarat-syaratnya; beragama Islam, laki-laki, jelas
orangnya, baligh/ dapat memberikan persetujuan dan tidak
terdapat halangan perkawinan.
b. Calon isteri, syart-syaratnya; beragama, meskipun Yahudi
maupun Nasrani, perempuan, jelas orangnya, baligh/ dapat
diminta persetujuannya dan tidak halangan perkawinan.
c. Wali nikah, syarat-syaratnya; laki-laki, dewasa, emmpunyai hak
perwalian dan tidak terdapat halangan perwaliannya.
d. Saksi nikah, syarat-syaratnya; minimal dua orang laki-laki,
hadir dalam ijab qabul, dapat mengerti maksud akad, Islam dan
dewasa.
e. Ijab qabul, syarat-syaratnya: adanya pernyataan mengawinkan
dari wali, adanya penerimaan dari calon mempelai, memakai
kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari kedua kata tersebut,
antara ijab dan qabul berkesinambungan, antara ijab dan qabul
24
jelas maksudnya, orang yang terkait dengan ijab qabul tidak
sedang ihram atau haji dan majelis ijab dan qabul itu harus
dihadiri minimum empat orang yaitu, calon mempelai atau
wakilnya, wali dari mempelai wanita dan dua orang saksi.33
Kaitannya pada bidang perkawinan adalah bahwa rukun
perkawinan merupakan sebagian dari hakikat perkawinan, seperti
keharusan atau kewajiban ada kedua calon mempelai baik laki-laki dan
perempuan, wali, ijab-qabul serta dua orang saksi.34
2. Menurut Hukum Positif
Dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
Syarat-syarat perkawinan disebutkan dalam Pasal 6:
a. Perkawinan harus didasarkan pada persetujuan kedua calon mempelai.
b. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai
umur 21 tahun harus mendapat izin orang tua.
c. Dalam hal orang tua yang telah meninggal dunia atau dalam keadaan
tidak mampu untuk menyatakan kehendaknya maka ijin yang
dimaksud ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih
hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan kehendaknya.
d. Dalam hal ada perbedaan antara orang-orang yang disebut dalam ayat
(2), (3) dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau diantara mereka tidak
menyatakan pendapatnya, maka pengadilan dalam daerah hukum
33
Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia. (Jakarta: Rajawali Press, 1998), h., 71.
34
Slamet Abidin dan H. Aminuddin, Fiqh Munakahat (Bandung: CV. Pustaka Setia,
1999), h.,24.
25
tempat tinggal orang yang melangsungkan perkawinan atas permintaan
orang tersebut dalam memberikan ijin setelah lebih dahulu mendengar
orang-orang tersebut dalam ayat dan pasal ini.
e. Ketentuan tersebut ayat (1) sampai ayat (5) pasal ini berlaku sepanjang
hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu dari yang
bersangkutan tidak menentukan lain.35
Sedangkan dalam KHI (kompilasi Hukum Islam) pada bab IV
tentang rukun dan syarat perkawinan bagian kesatu pasal 14 yaitu:
Untuk melaksanakan perkawinan harus ada :
a. Calon suami
b. Calon isteri
c. Wali nikah
d. Dua orang saksi dan
e. Ijab dan Kabul.36
D. Tujuan Dan Hikmah Perkawinan
1. Tujuan Perkawinan
Tujuan lain dari perkawinan dalam islam ialah untuk memenuhi
tuntutan hajat tabiat kemanusiaan yaitu berhubungan diantara laki-laki dan
wanita dalam rangka mewujudkan suatu keluarga yang bahagia dengan
35
Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, Hukum
Kewarisan,Hukum Perwakafan. (Bandung: Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2008), cet.2, h. 81.
36
Kompilasi Hukum Islam, Hukum Perkawinan. Bab IV Rukun Dan Syarat Perkawian
Bagian Ke Satu Pasal 14.
26
rasa cinta kasih sayang untuk memperoleh keturunan yang sah dalam
masyarakat dalam ketentuan mengikuti ketentuan syara’
Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) tujuan perkawinan adalah
untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah
warahmah. Sedangkan dalam undang-undang No 1 tahun 1974 bahwa
tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga (Rumah Tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa.
Sedikitnya ada empat macam yang menjadi tujuan perkawinan
keempat tujuan perkawinan itu hendaknya benar-benar dapat dipahami
calon suami atau isteri supaya terhindar dari keretakan rumah tangga yang
biasanya berakhir dengan perceraian yang dibenci oleh Allah SWT, yaitu:
a. Menentramkan Jiwa
Allah menciptakan hamba-Nya hidup berpasangan dan tidak
hanya manusia saja, tetapi juga hewan dan tumbuh-tumbuhan. Hal itu
adalah sesuatu yang alami yaitu pria tertarik kepada wanita dan begitu
juga sebaliknya.
Bila sudah terjadi akad nikah, si wanita merasa jiwanya
tentram, karena merasa ada yang melindungi dan ada yang
bertanggung jawab dalam berumah tangga.
Si suami pun merasa tebtram karena ada pendampingnya untuk
mengurus rumah tangga, tempat menumpahkan perasaan suka dan
duka, dan teman bermusyawarah dalam menghadapi berbagai macam
persoalan.
27
b. Mewujudkan (melestarikan) keturunan
Biasanya sepasang suami isteri tidak ada yang tidak
mendambakan anak untuk meneruskan kelangsungan hidup. Anak
turunan di harapkan dapat mengambil alih tugas, perjuangan dan ide
ide yang pernah tertanam di dalam jiwa suami atau isteri. Fitrah yang
sudah dalam diri manusia ini di ungkapkan oleh Allah dalam firman-
Nya: An-Nahl: 72
Artinya: Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis
kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri
kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu
rezki dari yang baik-baik. Maka Mengapakah mereka
beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat
Allah
c. Memenuhi Kebutuhan Biologis
Hampir semua manusia yang sehat jasmaninya dan rohaninya.
Menginginkan hubungan seks. Bahkan di dunia hewan pun berperilaku
demikian. Keingin demikian adalah alami, tidak usah dibendung dan
dilarang.
Pemenuhan kebutuhan biologis itu harus di atur melalui
lembaga perkawinan, supaya tidak terjadi penyimpangan, tidak lepas
begitu saja sehingga norma-norma adat-istiadat dan agama dilanggar.
28
Kecenderungan cinta lawan jenis dan hubungan seksual sudah
ada tertanam dalam diri manusia atas kehendak Allah. Kalau tidak ada
kecenderungan dan keinginan untuk itu, tentu manusia tidak akan
berkembang biak.
d. Latihan Memikul Tanggung Jawab
Apabila perkawinan di lakukan untuk mengatur fitrah manusia,
dan mewujudkan bagi manusia itu kekekalan hidup yang diinginkan
nalurinya (tabiatnya), maka faktor keempat yang tidak kalah
pentingnya dalam perkawinan itu adalah menumbuhkan rasa tanggung
jawab. Hal ini berarti, bahwa perkawinna adalah merupakan pelajaran
dan latihan praktis bagi pemikulan tanggung jawab itu dan pelaksanaan
segala kewajiban yang timbul dari pertanggung jawaban tersebut.
Pada dasarnya, Allah menciptakan manusia di dalam kehidupan
ini, tidak hanya untuk sekedar makan, minum, hidup kemudian mati
seperti yang dialami makhluk hidup lainnya. Lebih jauh lagi, manusia
diciptakan supaya berpikir, menentukan, mengatur, mengurus segala
persoalan, mencari dan memberi manfaat untuk umat.
Sesuai dengan penciptaan manusia dengan segala
keistimewaannya berkarya, maka manusia itu tidak pantas bebas dari
tanggung jawab. Manusia bertanggung jawab dalam keluarga,
masyarakat dan Negara. Latihan itu pula dimulai dari ruang lingkung
yang terkecil lebih dahulu (keluarga), kemudian baru meningkat
kepada yang lebih luas lagi.
29
Keempat faktor yang terpenting, (menentramkan jiwa,
melestarikan keturunan, memenuhi kebutuhan biologis dan latihan
bertanggung jawab), dari tujuan perkawinan tersebut perlu mendapat
perhatian dan di renungkan matang-matang, agar kelangsungan hidup
berumah tangga dapat berjalan lancer sebagaimana yang
diharapkan.37
Ada beberapa tujuan dari di isyaratkannya perkawinan
atas ummat islam diantaranya adalah:
Untuk mendapatkan anak keturunan yang sah bagi melanjutkan
generasi yang akan datang sebagaimana Allah SWT berfirman dalam
surat An-Nisa ayat 1 :
Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu
yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan
dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari
pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-
laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-
Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. An-
Nisaa’:1)
37
M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, (Jakarta: Siraja, 2003),
cet.1, h., 13-21.
30
2. Hikmah Perkawinan
Adapun hikmah perkawinan itu diantaranya adalah:
a. Sesunnguhnya naluri seksual merupakan naluri yang sangat kuat yang
selalu mengarahkan manusia untuk berusaha mencari sarana untuk
menyalurkannya. Jika tidak dipenuhi, dia akan dihinggapi rasa gelisah
yang berkelanjutan bahkan bisa terjerumus kepada hal-hal yang tidak
baik. Pernikahan merupakan sarana terbaik untuk menyalurkan naluri
seksual manusia.
b. Pernikahan merupakan sarana terbaik untuk mendapatkan keturunan,
menjaga keberlangsungan hidup dan dapat menghindari terputusnya
nasab yang mendapatkan perhatian tersendiri dalam islam.
c. Naluri kebapakan dan keibuaan akan terus berkembang dan semakin
sempurna setelah lahirnya seorang anak. Kemudian rasa kasih sayang
akan semakin nampak, yang itu semua akan menyempurnakan sifat
kemanusiaan seorang manusia
d. Rasa tanggung jawab untuk menafkahi keluarga dan mengayomi anak-
anak dapat menumbuhkan semangat untuk bekerja dan menampakan
kreatifitasnya. Semua itu dilakukan sebagai rasa tanggung jawab untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangganya. dengan demikian, dunia usaha
akan semakin berkembang dan mendorong investasi yang dapat
memicu kesejahteraan dengan banyaknya produksi yang dapat di
garap, yang semua itu telah disediakan oleh allah swt
31
e. Pembagian tugas kerja, baik yang di dalam (istri) maupun yang di luar
(suami) dengan tetap mengacu pada tanggung jawab bersama antara
suami dan istri. Istri bertanggung jawab untuk mengurus rumah
tangga, mendidik anak, dan menciptakan suasana yang baik yang dapat
menghilangkan penat suami
f. Pernikahan dapat menyatukan kekeluargaaan, menumbuhkan jalinan
kasih sayang di antara dua keluarga, serta memperkuat ikatan social
dalam amsyarakat yang senantiasa dianjurkan dalam syariat islam.
Pada dasarnya, masyarakat yang saling berempati dan berkasih saying
adalah masyarakat yang kuat dan bahagia.
32
BAB III
PROFIL DESA LEGOK DAN GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DI
DESA LEGOK
A. Letak Geografis
Desa legok Kecamatan legok Kabupaten tangerang adalah suatu
wilayah desa yang berbatasan dengan desa rancagong. Berdasarkan
data monografi desa, desa legok memiliki luas wilayah 223.775Ha.
berikut ini letak desa-desa yang berbatasan dengan desa legok.38
Tabel 3.1
Batas Wilayah Desa
No Letak Batas Desa/Kelurahan Kecamatan
1. Sebelah Utara Bojong nangka Kecamatan Kelapa Dua
2. Sebelah Selatan Babakan Kecamatan Legok
3. Sebelah Barat Rancagong Kecamatan Legok
4. Sebelah Timur Cijantra Kecamatan Legok
Sumber data : Monografi Desa Legok
Iklim dan curah hujan Desa Legok sebesar 1000-2000Mm,
jumlah bulan hujan yakni 5 bulan dan suhu rata-rata harian 30-34⁰C,
bulan hujan yaitu terjadi pada bulan November sampai dengan bula
Maret sedangkan musim kemarau jatuh pada bulan Oktober dengan
peralihan musim terjadi pada setiap awal musim dan musim kemarau
serta tinggi tempat dari permukaan laut 22 mdl.
38
Monografi Desa Legok Tahun 2015
32
33
Wilayah desa legok berada dalam wilayah kecamatan legok dan
salah satu dari 6 Desa di Legok dengan jarak tempuh terhadap pusat
pemerintahan yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.2
Jarak tempuh dari pusat pemerintahan
No Jarak Tempuh KM
1. Jarak dari pusat pemerintahan kecamtan 25 Km
2. Jarak dari pusat pemerintahan kota 25 Km
3. Jarak Kota / Ibukota Provinsi 97 Km
Sumber data: Monografi Desa Legok39
B. Kondisi Demografis
Pemerintahan Desa Legok di pimpin oleh Kepala Desa dan
dibantu oleh beberapa staf yang terdiri dari 11 RW dan 43 RT dan 2
kadus, jumlah penduduk Desa Legok kecamatan Legok berjumlah
sebagai berikut40
:
Tabel 3.3
Jumlah Penduduk Secara Umum/KK
No. Kependudukan Jumlah Ket
1. Jumlah Penduduk 12.136 Orang
2. Jumlah Kepala Keluarga 3.163 Orang
Sumber data : Monografi Desa Legok
39 Monografi Desa Legok Tahun 2015
40
Monografi Desa Legok Tahun 2015
34
Tabel 3.4
Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah Keterangan
1. WNI Laki-laki 6.272 Jiwa
2. WNI Perempuan 5.864 Jiwa
Sumber data : Monografi Desa Legok
Tabel 3.5
Jumlah Penduduk Menurut Usia
No Usia Jumlah Ket
1. 0-6 Tahun 1.189 Orang
2. 7-12 Tahun 1.463 Orang
3. 13-18 Tahun 1.178 Orang
4. 19-24 Tahun 1.512 Orang
5. 25-55 Tahun 5.898 Orang
6. 56-79 Tahun 875 Orang
7. 80 Tahun ke Atas 21 Orang
Sumber data: Monografi Desa Legok
Tabel 3.6
Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Ket
1. TK ( Paud ) 243 Orang
2. SD 3455 Orang
3. SMP 2998 Orang
4. SMA 2711 Orang
5. Akademi / D1-D3 837 Orang
6. Sarjana 573 Orang
7. Pascasarjana 24 Orang
Sumber data : Monografi Desa Legok
35
Tabel 3.7
Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan khusus
No Pendidikan Jumlah Ket
1. Pondok pesantren 334 Orang
2. Pendidikan Keagamaan 356 Orang
3. Sekolah Luar Biasa 2 Orang
4. Kursus Keterampilan 67 Orang
Sumber data : Monografi Desa Legok
C. Kondisi Sosial Desa Legok
Kondisi sosial masyarakat Desa Legok masih memegang
teguh pada adat istiadat daerah dengan cirri-ciri budaya sunda yang
terlihat masih kental dengan kegotong-royongan, ronda malam
bergilir, kesopanan dan budaya-budaya luhur sunda lainnya. Kondisi
sosial inilah yang selalu dijadikan dasar dan modal dalam melakukan
setiap proses pembangunan yang senantiasa dijaga, dipelihara dan
dikembangkan oleh masyarakat desa Legok.
1. Keadaan Ekonomi
Mata pencaharian merupakan aktivitas penduduk untuk
memperoleh nafkah secara maksimal. Setiap aktifitas penduduk
dalam memperoleh nafkahnya mempunyai mata pencaharian yang
berbeda-beda. Lingkungan geografis juga seperti iklim,tanah, dan
sumber-sumber mineral yang terkandung di dalamnya akan
mempengaruhi sifat mata pencaharian penduduknya. Sedangkan
tingkat kebudayaan akan mempengaruhi kegiatan penduduk
36
dalam usahanya. Begitu pula mata pencaharian penduduk di
wilayah Desa Legok pun berbeda-beda.
Karena di Desa Legok merupakan Desa yang dekat
dengan industri dan pabrik-pabrik sehingga rata-rata masyarakat
legok mencari nafkahnya dengan cara menjadi karyawan swasta
maupun buruh, walaupun desa dekat degan industry namun masih
banyak juga yang mencari nafkah dengan bertani karena tanah
yang berada di desa legok merupakan tanah yang subur dan cocok
di pergunakan untuk cocok tanam, ada juga warga yang sudah
memulai bisnis dengan cara berwirausaha sehinga ekonomi di
desa legok sudah berada dalam ekonomi yang kuat walaupun ada
sebagian masyarakat yang masih belum berkecukupan dalam
bidang ekonominya. Berikut ini adalah tabel mata pencaharian
masyarakat desa legok41
:
Tabel 3.8
Tabel Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah Ket
1. Karyawan 2.407 Orang
2. Pegawai Negri Sipil 195 Orang
3. TNI/POLRI 35 Orang
4. Karyawan Swasta 3441 Orang
5. Wiraswasta 223 Orang
6. Petani 156 Orang
41
Monografi Desa Legok Tahun 2015
37
No Mata Pencaharian Jumlah Ket
7. Buruh 776 Orang
8. Pensiunan 46 Orang
9. Peternak 6 Orang
10. Jasa 10 Orang
11. Tidak/ Belum Kerja 4553 Orang
12. Lainnya 285 Orang
Sumber data : Monografi Desa Legok
2. Pola Penggunaan Tanah
Pola penggunaan tanah yang ada masih sebatas pertanian
itupun pada musim hujan saja, sedangkan pada musim kemarau
ada sebagian petani yang mengolah tanahnya untuk menanam
sayur-sayuran dan yang lainya itupun yang dekat dengan sumber
air.
3. Sarana Pendidikan
Dari hasil wawancara pribadi dengan sekertaris desa
Legok dengan bapak eka nurhadiyat mengenai pendidikan, beliau
mengemukakan bahwa pendidikan didesa ini lumayan sudah
bagus, banyak sekali sudah ada sekolah-sekolah SMP maupun
SMK ataupun Madrasah Aliah dan Tsanawiyah.
Akan tetapi ada saja masyarakat yang tidak sekolah,
karena salah satu faktor utama lemahnya pendidikan adalah
dikarenakan masyarakat belum sadar dan mengerti akan
38
pentingnya pendidikan. Mungkin kalau di desa ini alhamdulilah
rata-rata SD, SMP dan SMA pada sekolah kebanyakan, walaupun
hanya sebagian kecil yang tidak sekolah, ujar kata bapak eka
nurhadiyat.42
Tabel 3.9
Tabel sarana pendidikan desa Legok
No Sarana Pendidikan Banyak
1. TK / PAUD 10 Unit
2. SD / sederajat 3Unit
3. SLTP / sederajat 4 Unit
4. SLTA / sederajat 1 Unit
5. Yayasan Pendidikan Islam 3 Unit
6. Pondok Pesantren 1 Unit
Sumber data : Monografi Desa Legok
4. Sarana Ibadah
Mayoritas di desa ini hampir semuanya pemeluk agama
islam, hanya 10% pemeluk agama Kristen, sehingga hampir
seluruhnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakat tersebut
lebih mengarah kepada unsur keagamaan, setiap tahun itu
masyarakat di sanah mengadakan kegiatan agama seperti Maulud
dan Rajaban, setiap acara itu selalu dihadiri oleh banyak
masyarakat.
42
Eka Nurhadiyat, Sekertaris Desa Legok, Interview Pribadi, Legok 13 Mei
2016.
39
Ada juga pengajian-pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak,
kalau pengajian bapak-bapak di pondok pesantren as-ssyizahu itu
setiap malam jum’at dan pengajian campuran antar desa satu
bulan sekali yang disebut pengajian al-munir dan untuk pengajian
setelah shalat jum’at berada di kediaman KH. Nahrowi di
manungtung , tapi kebanyakan pengajian ibu-ibu, hampir setiap
minggu nya ada 1 pengajian di desa Legok.
Tabel 3.10
Jumlah Penduduk menurut Keagamaan
No Sarana Jumlah Ket
1. Masjid 10 Unit
2. Mushola 18 Unit
3. Gereja 0
4. Pura 0
5. Vihara 0
Sumber data : Monografi Desa Legok
Prasarana dan peribadatan di desa ini jumlah masjid 10
(Sepuluh) dan jumlah langgar atau mushola 18 (Delapan Belas)
bangunan. Kebanyakan masyarakat di desa ini memahami islam
dengan pemahaman kalsik, seperti orang dulu.
5. Sarana Kebutuhan Sosial Masyarakat
Sarana Kebutuhan masyarakat yang sedang diupayakan
pembangunannya yaitu pembangunan jalan lingkungan ( Jaling )
40
baik dengan mengandalkan dana APBD Kab.Banten melalui
aspirasi Dewan, Musrenbang dan APBD Desa.
Sedangkan ditinjau dari sarana angkutannya, dari Desa
Legok sudah ada angkot dari jam 6 pagi hingga jam 3 sore, tetapi
mayoritas daerah di Kecamatan Legok dapat dijangkau dengan
ojeg motor. Kondisi lalu lintas di desa Legok relatif sepi, hanya
ramai pada waktu puncak dan pada daerah tertentu yang memiliki
aktivitas ekonomi tinggi seperti Desa Legok Kota dan bojong
nangka.
Sarana dan prasarana yang masih belum ada yaitu
pengadaan Sarana Balai Latihan Kerja dan MCK, juga untuk
membantu para petani dalam pengadaan pupuk, bibit, dan obat-
obatan guna meningkatkan hasil panen yang lebih optimal dan
memuaskan.
Tabel 3.11
Sarana Desa Legok
No SARANA JUMLAH
1. Olah Raga 4
2. Balai Pertemuan 1
3. Sumur desa 3
4. UKBM( Posyandu, Polindes) 7
5. Puskesmas 1
6. Kantor Desa 1
41
D. Gambaran Umum tentang Pernikahan di Masyarakat Desa Legok
Seperti yang telah penulis jelaskan di atas bahwa para
penduduk desa Legok atau masyarakat sunda masih sangat kental
kepercayaan nya dengan adat istiadat dan tradisi-tradisi yang hidup
dan ada di desa mereka, khususnya dalam hal pernikahan. Bahkan
mereka mempunyai spesifikasi terhadap sebuah pernikahan, seperti
yang telah penulis uraikan pada bab sebelumnya, pernikahan dalam
adat sunda di bagi menjadi dua, diantaranya sebagai berikut :
1. Pernikahan Biasa
Pernikahan yang aturan dan tata caranya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di Negara ini
2. Pernikahan Diam-Diam
Pernikahan yang aturan dan tata caranya sesuai dengan adat
istiadat atau tradisi yang berlaku di daerah tersebut. Dalam
pernikahan ini terbagi menjadi beberapa bagian atau beberapa
macam jenis pernikahan atau perkawinan, yaitu :43
a. Kawin gantung
Kawin gantung adalah kawin yang ditangguhkan, baik
itu kawinnya yang ditangguhkan maupun cara bergaulnya.
Maksudnya adalah adanya kesepakatan dari kedua orang tua
dari dua orang anak kecil yang berlainan jenis (laki-laki dan
perempuan ) yang mana kedua orang tua tersebut mempunyai
43
Proyek Invetarisasi Dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jakarta, Upacara
Perkawinan Jawa Barat, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, (Jakarta , 1982), h., 64-69.
42
rencana apabila dua orang anak kecil tersebut sudah dewasa,
akan diikat kedalam sebuah ikatan pernikahan. Kesepakatan
ini dilakukan ketika kedua anak tersebut masih kecil dan
belum mengerti akan arti dari sebuah ikatan pernikahan,
kesepakatan ini hanya dilaksanakan oleh kedua orang tua dari
anak kecil tersebut dan disaksikan oleh sanak saudara dari
kedua belah pihak yang diikuti oleh acara selamatan
sekedarnya saja, tanpa perlu dihadiri oleh petugas KUA.
b. Kawin ngarah gawe
Perkawinan yang dilakukan oleh anak perempuan
yang belum dewasa dan belum akil baligh dengan seorang
laki-laki yang dewasa, yang sesudah perkawinan
dilangsungkan pengantin wanita wajib mondok atau tinggal di
umah mertuanya. Karena pengantin perempuannya belum
balig, maka tidak dibolehkan adanya hubungan suami isteri
antara pengantin perempuan dan pengantin laki-laki. Tujuan
sebenarnya adalah sang mertua menjadikan sang menantu
sebagai tenaga pembantu (Ngarah Gawe) baik itu untuk
membantu di rumah ataupun di kebun. Tujuan awal dari
perkawinan ini adalah agar sang mertua mempunyai tenaga
pembantu baik untuk di rumah ataupun di kebun, tanpa harus
memberikan upah atau gaji kepada menantunya.
43
c. Kawin Pendok (Keris)
Perkwinan yang dilakukan oleh orang yang sudah
beristeri. Maksudnya adalah seorang suami yang ingin
mempunyai isteri lagi tapi tak mau diketahui oleh isteri
pertamanya. Cara yang dilakukan agar tidak diketahui oleh
isteri pertamanya adalah laki-laki tersebut tidak datang sendiri
ke tempat calon istrinya dan melangsungkan akad nikah
bersama, melainkan mengutus orang lain sebagai wakilnya
yang wakilnya tersebut membawa sebuah pendok (keris)
milik dari laki-laki tersebut. Jadi yang melakukan ijab qabul
di depan penghulu atau KUA adalah sang wakil namun
dengan membawa pendok (keris) tersebut. Ini menandakan
bahwa dia hanya mewakili pernikahan tersebut. Ada 2 alasan
kenapa bisa terjadi perkawinan semacam ini. Yang pertama
karena mempelai pria menjaga martabatnya (gengsi) karena
harus menikah dengan wanita yang tidak selevel dengannya
atau tidak sederajat dengannya. Yang kedua menjaga agar
jangan sampai pernikahan tersebut diketahui oleh isteri,
keluarga, maupun orang banyak.
d. Kawin sembunyi
Perkawinan yang dilangsungkan oleh suami yang
sudah beristeri, namun ingin menikah lagi tanpa diketahui
oleh isteri sebelumnya, ini sama dengan kawin pendok (keris)
44
hanya bedanya pengantin pria datang sendiri untuk
melangsungkan perkawinan tanpa harus diwakili.
e. Kawin dengan pria pendatang
Perkawinan yang dilangsungkan oleh orang tua sang
gadis kepada pria pendatang atau tamu dari daerah lain.
f. Ditarik kawin
Khusus untuk ditarik kawin ada 2 presepsi :
1) Ditarik kawin I
Perkawinan yang dilakukan karena dorongan
atau adanya desakan dari kedua orang tua calon
pengantin, khususnya orang tua pengantin wanita kepada
pengantin pria, karena mereka menganggap hubungan
yang terjalin sudah cukup lama namun belum juga
diresmikan, apabila sang pengantin pria belum siap atau
orang tuanya belum siap secara materi, maka orang tua
dari pengantin wanita siap menanggung semua beban
biaya pernikahan dan segala resikonya asalkan pernikahan
tersebut bisa segera dilangsungkan.
2) Ditarik Kawin II
Perkawinan yang dilangsungkan karena sudah
terjadi kehamilan sebelum menikah, akibat dari sudah
terlalu lama bergaul atu berhubungannya kedua pasangan
tapi belum juga menikah. Pernikahan ini diminta oleh
45
orang tua perempuan kepada orang tua laki-laki sebagai
sebuah bentuk tanggung jawab. Perkawinan ini biasanya
dilakukan tanpa adanya resepsi atau berlangsung biasa-
biasa saja karena orang tua dari kedua pengantin malu.
g. Kawin kias
Menurut adat, perkawinan ini juga disebut kawin tamba
karunghal. Digunakan istilah kias karena itu merupakan kiasan agar
adiknya tidak kawin mendahului kakaknya.
h. Kawin panyela
Perkawinan yang mengunakan orang ketiga. Perkawinan ini
dilakukan oleh suami yang telah mentalak isterinya dengan talak
tiga, namun ingin rujuk kembali dengan isterinya, oleh karena itu
sang isteri harus menikah dulu dengan orang lain kemudian setelah
habis masa iddahnya orang tersebut harus menceraikan sang wanita,
agar dapat menikah lagi dengan suaminya , oleh karena itu orang
lain tersebut adalah orang suruhan suami. Untuk segala biaya
perkawinan orang suruhan tersebut yang menanggung atau yang
membayar akan tetapi orang suruhan tersebut mendapatkan upah
dari sang suami yang menyuruhnya , jadi setelah habis masa
iddahnya sang suami bisa langsung menikah lagi dengan mantan
isterinya.
46
i. Kawin tua sama tua
Perkawinan yang dilakukan oleh duda yang sudah tua
dengan janda yang sudah tua pula.
j. Nyalindung ka gelung
Perkwinan Nyalindung Ka Gelung menurut bahasa
Indonesia adalah berlindung di (bawah) sanggul. Artinya
salah seorang suami yang menikahi isterinya, namun sang
isteri lebih kaya dan mempunyai kemampuan yang lebih dari
suaminya, oleh karena itu di pribahsakan berlindung di bawah
sanggul (isterinya).
k. Manggih kaya
Perkawinan ini adalah kebalikan dari Nyalindung Ka
Gelung, yaitu perkawinan antara laki-laki yang kaya dengan
perempuan yang miskin, nagi perkawinan ini juga tidak ada
syarat yang nyata, ini hanya pendapat di lingkungan hukum
yang berlaku disana, bila perkawinan yang seperti ini bisa di
sebut demikian.
l. Kawin turun ranjang
Maksudnya adalah perkawinan yang terjadi apabila
sang pengantin laki-laki menikah lagi dengan adik dari
mantan istri atau sebaliknya sang isteri menikah lagi dengan
adik mantan suaminya.
47
m. Kawin naek karanjang
Ini merupakan kebalikan dari kawin turun ranjang,
yaitu perkawinan yang terjadi apabila sang pengantin laki-laki
menikah dengan kaka perempuan dari mantan isterinya
sebaliknya juga apabila sang pengantin wanita ingin menikahi
kakak mantan suaminya maka ini disebut kawin naek ranjang
Tidak hanya ada macam macam dalam spesifikasi dalam
pernikahan, namun ada juga beberapa upacara kebudayaan yang
mewarnai pernikahan kedua calon mempelai, rangkaian demi
rangkaian upacara adat ini harus dilakukan bagi kedua mempelai baik
dilakukan sebeluma ataupun dalam proses pernikahan mereka.
Berikut adalah tata caranya44
:
1. Nendeun omong .
Pembicaraan orang tua atau utusan pihak pria yang
berniat mempersunting seorang gadis yang akan di nikahinya.
2. Lamaran
Dilaksanakan orang tua calon pengantin beserta keluarga
dekat. Disertai tokoh masyarakat sebagai pemimpin acara disertai
dengan pemberian pengikat (cincin) tunangan yang diberikan oleh
calon suami kepada calon istrinya
44
Saadah Soepomo, Dkk, Pandangan Generasi Muda Terhadap Upacara Peekawinan Di
Kota Bandung, ( Jakarta, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1998), h., 32-35.
48
3. Seserahan. (3 – 7 hari sebelum pernikahan)
Calon pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot
rumah tangga, perabot dapur, makanan, parcel-parcel dan lain-
lain.
4. Ngeyeuk Sereuh.
Dilakukan sebelum melakukan seserahan, diserahkan 3-7
hari sebelum pernikahan, apabila tidak dilakukan maka seserahan
dilaksanakan sesaat sebelum akad nikah.
5. Membuat lungkun
Dua lembar daun sirih bertangkai saling dihadapkan,
digulung menjadi satu memanjang, diikat dengan benang kanteh,
diikuti kedua orang tua dan para tamu yang hadir.
6. Saweran (Berebutan Uang Saweran)
Melambangkan berlomba dalam mencari rizki dan
disayang oleh keluarga.
7. Upacara Prosesi Pernikahan.
a. Penjemputan calon pengantin pria oleh utusan dari pihak
wanita.
b. Ngabaengken.
Ibu calon pengantin wanita menyambut dengan
pemberian kalung bunga melati kepada calon pengantin pria,
kemudian diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita
untuk masuk menuju ke pelaminan.
49
c. Akad Nikah.
Petugas KUA, para saksi, pengantin pria sudah berada
di tempat nikah. Kemudian orang tua mempelai wanita
menjemput pengantin wanita dari kamar, lalu didudukan di
sebelah kiri pengantin pria dan dikerudungi oleh tiung
panjang (Kerudung Panjang), yang berarti penyatuan dua
orang insan yang masih murni. Kemudian kerudung baru akan
dibuka saat kedua mempelai akan mentandatangani surat
nikah.
d. Sungkeman.
Kedua mempelai masing-masing memohon restu kepada
orang tua mereka.
e. Wejangan.
Dilakukan oleh ayah pengantin wanita atau keluarganya,
yang ditujukan sebagai wejangan bagi kedua mempelai tersebut.
f. Saweran
Kedua pengantin didudukan di kursi. Sambil penyaweran,
pantun sawer dinyanyikan, pantun berisi petuah utusan orang tua
pengantin wanita, kedua pengantin dipayungi payung besar diselingi
taburan beras kuning atau kunyit ke atas payung.
Setelah penulis menguraikan tata cara yang terjadi pada saat
pernikahan di desa tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa setiap
rangkaian prosesi acara pernikahan memiliki nilai tersendiri bagi
50
kedua mempelai. Mulai dari do’a agar memperoleh rezeki yang
melimpah, memiliki keturunan yang soleh yang akan berguna bagi
orang tua dan bangsa, menjadi keluarga sakinah mawaddah dan
rahmah dan di rahmati dan di berkahi oleh Allah, yang semuanya
dilakukan dengan suka cita dan penuh dengan kekhidmatan dengan
harapan supaya apa yang telah mereka laksanakan tersebut dapat
terwujud dan menjadi suatau hal yang baik bagi kelangsungan
pernikahan mereka ke depannya dan agar nantinya mereka menjadi
keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah.
Dari serangkaian upacara pernikahan yang telah penulis
uraikan di atas, dapat diambil beberapa nilai filosofis yang dapat kita
pelajari serta kita ambil hikmahnya diantaranya sebagai berikut:
1. Sungkeman dan wejangan
Ini dapat diartikan bahwa sang mempelai masih
menghormati jasa-jasa para kedua orang tua dari para mempelai
dan mengharapkan nasihat atau petuah yang dapat di contoh atau
di teladani oleh kedua mempelai untuk menjalani kehidupan
rumah tangga mereka.
2. Pembuatan lungkun
Ini dimaknai dengan maksud atau tujuan apabila kedua
mempelai di masa depannya dalam berumah tangga mempunyai
rezeki yang berlebih maka mereka dapat membantu keluarganya
atau membagi-bagikan kepada orang yang membutuhkan bantuan
51
3. Lamaran.
Melambangkan kemantapan, keseriusan dan keabadian
dalam menjalankan kehidupa berumah tangga.
Semua prosesi yang dilakukan diatas, selain untuk
menghormati dan mentaati adat istiadat yang berlaku di desa legok
kabupaten tangerang, namun juga untuk mengaharapkan ridho dan
restu dari banyak orang dan Allah SWT, agar pernikahan mereka
dapat berjalan dengan baik dan menjadi keluarga sakinah, mawaddah
warrahmah.
52
BAB IV
PERNIKAHAN MELANGKAHI KAKAK KANDUNG DI DESA LEGOK
A. Definisi Pernikahan Melangkahi Kakak Kandung
Pernikahan melangkahi kakak memiliki beberapa suku kata yang
masing-masingnya memiliki arti. Untuk mengartikan pernikahan melangkahi
kakak kandung, penulis menguraikan satu persatu dari suku kata tersebut.
Pertama, arti kata pernikahan, pernikahan memiliki asal kata nkah yaitu
perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami isteri dengan resmi.
Pada kata pernikahan, asal kata nikah ditambahi imbuhan per – an sehingga
menjadi kata pernikahan yang artinya hal (perbuatan) nikah.45
Kedua, arti melangkahi. Melangkahi memiliki arti asal kata langkah
yaitu gerakan kaki (ke depan, ke belakang, ke kiri, ke kanan). Pada kata
melangkahi asal kata langkah ditambahi dengan imbuhan me – I sehingga
menjadi kata melangkahi yang artinya melewati, melalui, menyalahi,
melanggar, mendahului (kawin, memperoleh sesuatu, dsb), melewatkan tidak
mengikutsertakan.46
Ketiga, arti kata kakak. Kakak artinya saudara tua (menurut silsilah),
panggilan kepada orang yang dianggap lebih tua, panggilan kepada suami.47
45
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h., 614.
46
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h., 494-495.
47
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h., 378.
53
Dari suku kata tersebut dapat penulis definisikan bahwa pernikahan
melangkahi kakak kandung yaitu perbuatan nikah yang mendahului saudara
yang lebih tua menurut silsilah. Maksudnya adalah pernikahan yang
dilakukan seseorang dengan mendahului kakak kandungnya
Dalam masyarakat sering terjadi penggunaan suatu adat istiadat di
suatu daerah-daerah, hal ini tidak terlepas dari pengaruh atau doktrin dari para
sesepuh atau orang yang dihormati didaerah tersebut, selain mereka sendiri
juga meyakini bahwa mereka memang patut untuk melaksankanan adat
istiadat tersebut. Di beberapa daerah di Indonesia ada sebagian masyarakat
yang mempunyai etnis atau budaya yang menandakan identitas budaya atau
suku mereka sendiri.
Kaitannya dengan pernikahan adalah bahwa budaya tersebut ikut
masuk kedalam pernikahan yang merupakan adat istiadat yang wajib
dilaksanakan oleh para pengikutnya atau para kerabatnya, ini ditunjukan agar
bertujuan untuk melestarikan adat istiadat dari kelompok mereka sendiri atau
budaya-budaya yang mereka yakini.48
Di dalam pernikahan masyarakat adat yang dikaitkan dengan
pengaruh hukum agama, ada tiga macam yang memungkinkan sah atau
tidaknya suatu pernikahan tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Di dalam penikahan masyarakat adat, hukum perkawinan atau
pernikahan islam menjadi penentu untuk sah atau tidaknya suatu
48
Imam Sudiyat, Hukum Adat : Sketsa Asas (Yogyakarta:Liberty Yogyakarta, 1981) cet.
2, h., 107
54
pernikahan, bahkan menolak segala hal yang berhubungan dengan
ketentuan hukum adat, termasuk didalamnya upcara-upacara nikah.
2. Suatu perkawinan atau pernikahan dapat dianggap sah apabila dalam
akad nikahnya sudah dilakukan menurut hukum islam. Walaupun
sebelumnya atau sedudahnya tetap dilakukan upacara adat.
3. Suatu perkawinan atau pernikahan belum diangap sah apabila perayaan
upacara perkawinan secara adat belum dilakukan walaupun sebelumnya
sudah dilakukan akad nikah secara islam. Hal seperti ini sering terjadi di
daerah pamingir (Lampung), Tapanuli, dan Minangkabau.49
B. Melangkahi Dilihat Dari Sudut Pandang Adat dan Hukum Islam
1. Sudut Pandang Adat
Dalam adat sunda di kenal dengan suatu istilah “ngarunghal”
(mendahului)50
. Dalam adat dikenal dengan istilah pernkahan yang
mendahului kakak kandung dari pihak perempuan ataupun pihak kakak
kandung dari pihak laki-laki, artinya suatu pernikahan yang tak di izinkan
apabila sang kakak kandung belum melangsungkan pernikahan maka
darin itu hukum adat yang berlaku ketika sang adik hendak menikah dan
sang kakak belum menikah maka pernikahan sang adik tidak boleh
dilakukan terlebih dahulu atau di tunda sampai sang kakak menikah
terebih dahulu.
49
Surojo Wigbjadipuro, Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Adat, ( Jakarta :
Gunung Agung ,1982), cet.4, h., 33
50
Sri Saadah Soepomo, Dkk, Pandangan Generasi Muda Terhadap Upacara
Perkawinan Di Kota Bandung, (Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
RI,1998) , h., 32-35
55
Pada masyarakat sunda khususnya di Desa Legok, pernikahan
seperti sangat dilarang karena para masyarakat di Desa ini sangat
percaya bahwa apabila ada sang kakak perempuan yang belum menikah
dan dilangkahi pernikahannya oleh sang adik , maka niscaya kehidupan
kakak perempuan tersebut kedepannya tidak akan baik dan bagus.
Terutama dalam hal jodoh dan juga sang kakak atau keluarga yang
dilangkahi akan mengalami dampak kesialan, kesusahan, atau akibat
yang tidak baik lagi bagi keluarganya terutama bagi sang kakak tersebut,
belum lagi kelakuan sang kakak yang stress karena dilangkahi dan
mengecewakan orang tua karena lama dalam mendapatkan jodoh dan
karena emosi dilangkahi oleh adiknya yang mau mendahuluinya
menikah, hal ini juga dapat berlaku bagi kakak laki-laki yang dilangkahi
oleh adik nya51
.
Hal ini didasari karena adanya pantangan turun temurun (pamali)
dari para pendahulu keluarga bahwa seorang adik dilarang keras untuk
menikah sebelum kakak wanitanya menikah. Bahkan karena kerasnya
larangan ini apabila memang sudah sangat darurat (mendesak) sang adik
harus menikah (hamil di luar nikah atau ada hal yang lainnya) maka sang
adik wajib memberikan uang pelangkah kepada kakak wanita atau laki-
laki yang akan dilangkahi (uang pelangkah).52
51
Dana Sutisna, Tokoh Masyarakat Desa Legok, Interview Pribadi, Legok 15
Mei 2015.
52
Dana Sutisna, Tokoh Masyarakat Desa Legok, Interview Pribadi, Legok 15
Mei 2015.
56
Dalam hal ini, kedudukan uang pelangkah menjadi sangat penting
karena secara tidak langsung itu sudah menjadi kewajiban bagi seorang
adik untuk memberikan pelangkah, baik berupa uang ataupun barang.
Namun akan berubah menjadi buruk apabila sang adik tidak dapat
memberikan uang pelangkah kepada kakanya, karena keterbatasan dan
lainnya. Namun apabila pelangkahnya dapat diberikan maka pernikahan
dapat dilangsungkan namun apabila pelangkah yang diminta tidak dapat
dipenuhi akan terjadi penundaan bahkan batalnya pernikahan tersebut
walaupun sudah mempersiapkan untuk acara pernikahan seperti surat
undangan, tenda hajatan dan lain-lain, karena yang dilangkahi belum
mendapatkan apa yang dia minta sebagai pelangkah.
Karena adanya hal tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan
dampak buruk kepada calon pengantin, yang seharusnya mereka sudah
menikah namun harus tertunda karena tidak sanggup untukn memenuhi
syarat pelangkah yang di berika oleh kakaknya. Yang akhirnya
membawa dampak buruk, seperti perzinahan ataupun gangguan kejiwaan
dan permusuhan yang kan timbul akibat keinginannya tertunda atau tidak
terpenuhi (tidak jadi).53
Jadi menurut adat, pernikahan melangkahi kakak kandung sangat
dilanggar karena :
53
Dana Sutisna, Tokoh Masyarakat Desa Legok, Interview Pribadi, Legok 15
Mei 2015.
57
a. Melanggar aturan adat yang sudah berlaku selama ratusan tahun
yang lalu dan sudah menjadi kebiasaan di masyarakat
b. Melanggar aturan keluarga yang sudah ada secara turun temurun
(pamali)
c. Adanya dampak yang akan terjadi kepada sang kakak apabila sang
adik tetap melakukan pernikahan (selain menyakiti perasaan sang
kakak, hal tersebut juga dapat mengangu kejiwaan sang kakak)
d. Dikucilkannya sang adik oleh masyarakat, karena tidak mau
menuggu kakaknya menikah terlebih dahulu dan kakaknya pun akan
membencinya dan tidak menganggapnya sebagai saudara karena
sudah mengecewakan sang kakak.
2. Menurut Hukum Islam
Islam merupakan agama yang fleksibel dan dinamis, cocok untuk
semua kalangan, untuk semua waktu dan kondisi. Islam juga sebenarnya
mengatur tentang kehidupan bermasyarakat. Mengenai masyarakat,
dalam fiqih tidak detail membahas tentang cara bermasyarakat. Namun
itulah fungsi manusia diberikan akal supaya dapat berfikir penyelesaian
bermasyarakat dengan cara yang islami. Hukum islam juga dapat
ditetapkan untuk kesejahteraan umat, baik secara perorangan maupun
secara bermasyarakat.54
Seperti halnya mengenai pernikahan melangkahi kakak kandung
ini, di dalam fiqih tidak membahas mengenai pernikahan melangkahi
54
Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, h., 13.
58
kakak kandung. Maka manusialah yang dituntut untuk berfikir cara
penyelesaiannya seperti apakah yang islami dan tidak bertentangan
dengan apa yang sudah diyakini di tengah-tengah masyrakat. Karena
sesuatu yang sudah diyakini oleh masyarakat mempunyai basis sosial
yang reltif kuat, keyakinan tersebut dipatuhi oleh warga secara
sukarela.55
Fiqih memang tidak menjelaskan mengenai pernikahan
melangkahi kakak kandung, pernikahan melangkahi kakak kandung
(ngarungal) hanya dijelaskan di dalam salah satu adat di Indonesia.
Karena di dalam fiqih tidak dijelaskan sebagai penghalang pernikahan,
maka islam menganjurkan orang menyegerakan berkeluarga.56
Sebagaimana telah diisyaratkan oleh firman Allah sebagai berikut:
Artinya: dan kawinkanlah orang-orang yang sediriandiantara
kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari
hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba
sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah
akan memampukan mereka dengan kaurnia-Nya. dan
Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui
(QS. An-Nur: 32)
Melihat dari ayat diatas, dapat penulis simpulkan bahwa
pernikahan tidak boleh dihalang-halangi kecuali dengan alasan-alasan
55
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, h., 340.
56
Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat , h., 15.
59
yang mendasar kepada fiqih, meskipun demikian, pada dasarnya adat
yang sudah memenuhi syarat dapat diterima secara prinsip.57
Bahkan di
dalam fiqih menyebutkan bahwa “adat itu dapat menjadi dasar hukum”.
Ulama sepakat dalam menerima adat. Adat yang dalam perbuatan
itu terdapat unsur manfaat dan tidak ada unsur mudharatnya atau unsur
manfaatnya lebih banyak dibanding mudharatnya serta adat yang pada
prinsipnya secara subtansial mengandung unsur maslahat, namun di
dalam pelaksanaanya tidak dianggap baik oleh islam. Adat dalam bentuk
itu dikelompokan kepada adat atau urf yang shahih.58
Melihat dari segi penilaian baik dan buruknya, adat atau urf
terbagi menjadi 2 macam, yaitu urf sahih dan urf fasid. Urf sahih ialah
sesuatu yang telah saling dikenal oleh manusia dan tidak bertentangan
dengan dalil syara’, juga tidak menghalalkan yang haram dan juga tidak
membatalkan yang wajib.59
Sedangkan urf fasid yaitu apa yang saling
dikenal orang, tapi berlainan dari syariat islam, atau menghalalkan yang
haram, atau mebatalkan yang wajib.60
Ulama yang mengamalkan adat sebagai dalil hukum menetapkan
4 syarat dalam pengamalannya:61
57
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Ushul Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2012,), h., 74.
58
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2009,), h., 395.
59
Abdul wahhab khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam: Ilmu Ushul Fiqh, Penerjemah:
Noer Iskandar Al-Barsany, Moh. Tolchan Mansoer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h.,
131. 60
Abdul wahhab khallaf, Ilmu Ushul Fikih, Penerjemah: Halimuddin, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2005), h., 105.
61
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Ushul Fiqih, h.,74.
60
a. Adat itu bernilai maslahat.
b. Adat itu berlaku umum dan merata dikalangan orang-orang yang
berada dalam lingkungan tertentu.
c. Adat itu berlaku sebelum kasus yang di tetapkan hukumnya.
d. Adat itu tidak bertentangan dengan nash.62
C. Faktor penyebab pernikahan melangkahi kakak kandung, macam
macam uang pelangkahnya dan dampak pernikahan melangkahi kakak
kandung
1. Faktor penyebab terjadinya pernikahan melangkahi kakak kandung
di desa legok
Di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal yang pertama adalah faktor internal yang mana kondisi kesiapan
sang adik yang akan melangkahi kakak kandung nya yang belum menikah
dimana dia sudah mendapatkan jodoh dan sudah sangggup secara batin
dan lahir untuk melakukan pernikahan. di banding sang kakak yang belum
siap menikah dan belum mendapatkan jodohnya. 63
Yang kedua yaitu
faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar atau masyarakat dan
lingkungan yang mana lingkungan ini sangat memberikan pengaruh yang
besar yang mana apabila kita bergaul dengan orang pergaulan nya salah
62
Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1 (Jakarta: Logos,1996), h.,144.
63
Muhammad Idrus, Pelaku Pernikahan Melangkahi Kakak Kandung, Interview Pribadi,
Legok, 22 April 2016.
61
maka kita akan terbawa kedalamnya yang mana pada jaman sekarang ini
sudah sangat lumrah yang namanya hamil diluar nikah yang mana bias
menyebabkan sang kakak akan dilangkahi oleh adiknya yang hamil
terlebih dahulu dibanding dirinya.64
Faktor ini juga bisa mempengaruhi banyaknya pernikahan
melangkahi kakak kandung, namun di desa legok penulis yang sudah
meneliti tentang kasus pernikahan melangkahii kakak kandung di desa
legok faktor yang menyebabakan sang adik melakukan pernikahan
melangkahi kakak kandung (ngsrunghal) yaitu:65
a. Kesiapan sang adik untuk melakukan pernikahan.
b. Sang adik sudah merasa mendapatkan jodoh yang pas.
c. Sang adik sudah memiliki penghasilan yang cukup untuk menafkahi
istrinya.66
d. Sang adik takut terjadi hal hal yang tidak diinginkan seperti fitnah
masyarakat dan kebablasan / hamil diluar nikah.67
e. Sang adik takut dosa apabila berpacaran terlalu lama sehingga
memutuskan untuk menikah.
64
Semua Para Pelaku Pernikahan Melangkahi Kakak Kandung, Interview Pribadi, Desa
Legok.
65
Semua Para Pelaku Pernikahan Melangkahi Kakak Kandung, Interview Pribadi, Desa
Legok.
66
Muhammad Luqman, Pelaku Pernikahan Melangkahi Kakak Kandung, Interview
Pribadi , Legok, 22 april 2016.
67
Muhammad Idrus, Pelaku Pernikahan Melangkahi Kakak Kandung, Interview Pribadi,
Legok, 22 april 2016.
62
f. Sang adik ingin menjaga kehormatan orang tuanya dan orang tua
pacarnya.
g. Di paksa menikah melangkahi kakaknya karena terlalu sering
berpacaran.68
2. Tentang Uang Pelangkah Jenisnya Dan Berapakah Nominalnya
a. Jenis uang pealangkah
Berbicara tentang uang pelangkah tentu berkaitan dengan
nominal nya dan macam-macamnya yang mana sangat sakral dan
harus di penuhi apabila sang adik ingin melangkahi kakak nya yang
belum menikah yang mana apabila sang adik tidak mampu untuk
memenuhinya maka sang adik itu tidak diperbolehkan melakukan
pernikahan dan ditunda sebelum permintaan sang kakak itu dipenuhi,
namun ada juga sang kakak yang baik hati dan legowo menerima sang
adik melangkahinya walaupun sang kakak tersebut tidak meminta uang
pelangkahnya namun untuk menjaga silaturahmi agar tetap terjaga
sang adik tetap harus memberikan semampunya walaupun kakak nya
tidak memintanya.
Tentang macam macamnya penulis melakukan wawancara
dengan para perlaku pernikahan melangkahi kakak kandung, tokoh
masyarakat desa legok dan tokoh agama desa legok yang mana mereka
68
Ibu N, Pelaku Pernikahan Melangkahi Kakak Kandung, Interview Pribadi, Legok, 24
april 2016.
63
menjelaskan tentang macam-macam uang perlangkah tersebut, macam-
macamnya yaitu:69
1) Pakaian satu stel (kemeja dan celana panjang).
2) Perlengkapan alat sholat .
3) Barang berharga yang diminta sang kakak, bisa berupa uang tunai,
alat-alat elektronik, perhiasan seperti kalung, anting, cincin emas.
4) Sesuai permintaan sang kakak. Yang mana ini sesuai permintaan
sang kakak entah dia mau meminta motor atau hal-hal yang dia
inginkan, ini merupakan abstrak karena permintaan sang kakak
setiap orang berbeda beda ada yang meminta agar berumah tangga
yang sesuai agama dan rukun namun ada juga yang meminta hal
yang tak masuk akal seperti keris sukarno atau hal-hal yang sulit
didapatkan.
Namun penulis menanyakan kepada mereka yang
diwawancarai apakah ada kemudahan atau keringanan apabila sang
adik tidak mampu membayar uang pelangkah tersebut karena terlalu
susah dicari dan terlalu tinggi dan mahal nilai barang nya? Tentu ada
keringanan apabila sang adik tidak mampu memenuhi permintaan sang
kakak yaitu dengan negosisasi antara kakak dan adik.
Namun apabila sang kakak masih tidak mau memberikan
keringanan juga maka orang tua lah yang berperan agar sang kakak
69
Semua Para Pelaku Pernikahan Melangkahi Kakak Kandung, Interview Pribadi, Desa
Legok
64
sedikit lebih berbelas kasih kepada sang adik karena dia sedang
mengumpulkan biaya untuk menikah maka jangan diberatkan oleh
permintaaan yang mahal atau yang lainnya sehingga sang kakak
mengubah permintaanya. 70
b. Nominal uang pelanglahnya
Untuk nominal uang yang yang rata-rata diberikan dan
dijaddikan patokan terkecil di desa legok untuk uang pelangkah yaitu
uang tunai sebesar 100 ribu beserta baju satu stel itu untuk kakak
kandung laki-laki namun untuk kaka perempuan untuk uang
pelangahnya paling sedikit adalah 500 ribu rupiah beserta pakaian
namun karena melangkahi kakak perempuan merupakan hal yang tidak
dibolehkan di masyarakat dan sanagat sacral ada yang sampai
menunda pernikahannya dan menungu dang kakak perempuan
menikah terlebih dahulu.71
Dan untuk nominal maksimalnya tidak ada batasan berapa
nominalnya dan apa jenis yang diiginkan nya selama sang adik masih
sanggup memenuhi permintaan dari sang kakak dan tidak berlebihan
dan dalam batas yang wajar.
3. Dampak pernikahan melangkahi kakak kandung
Dampak yang terjadi ketika adik melakukan pernikahan
melangkahi kakak kandung tentu sagat berpengaruh kepada sang kakak
70
Dana Sutisna, Tokoh Masyarakat Desa Legok, Interview Pribadi, Legok 15
Mei 2015.
71
Semua Pelaku Pernikahan Melangkahi Kakak Kandung, Interview Pribadi, Di
Desa Legok
65
dari dampak psikologis sampai dampak sosiologis, untuk dampak
psikologis karena sang kakak yang dilangkahi tentu akan merasa malu
karena tidak laku dan kalah oleh sang adik yang mendapatkan jodoh yang
lebih dulu dari adiknya, dampak psikolog yang dirasakan yaitu sang kakak
akan merasakan depresi dan malu karena merasa dirinya tidak laku dan
merasa dirinya jelek karena adiknya lebih dahulu menikah, belum lagi
mitos yang berkembang di masyarakat bahwa yang dilangkahi akan
mengalami jauh jodoh atau tidak laku laku walaupun nanti menikah pasti
akan menikah di waktu yang lama karena sudah dilangkahi pernikahannya
dan akan mengalami kesialan dalam percintaanya dan dampak
sosiologisnya adalah sang kakak akan medapatkan cemoohan dan ledekan
dari teman-temannya karena tidak laku-laku dan dilangkahi karena itu
merupakan perbuatan yang tabu dan merupakan tindakan tidak sopan
karena melangkahi kakak kandung dan belum lagi masyarakat ditempat
dia tinggali akan menggangap dia akan jauh jodohnya dan akan
membicarakan nya sebagai kakak yang kalah dengan adiknya dalam hal
jodoh.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan seluruh penjelasan yang telah dijelaskan pada bab bab
sebelumnya, pada akhirnya penulis dapat menarik kesimpulan beberapa hal
tentang masalah tradisi pembayaran uang pelangkah (uang garunghal)
diantara adalah:
1. Tradisi adat uang pelangkah ini sudah merupakan hal yang biasa yang
terjadi di masyarakat desa legok. Maksudnya adalah masyarakat dapat
menerima dengan baik tradisi seperti ini. Namun dengan berjalannya
waktu dan berkembangnya zaman, ada juga masyarakat yang tidak
setuju dengan tradisi seperti ini. Untuk mereka yang setuju dengan
diadakannya tradisi pembayaran uang pelangkah ini adalah bertujuan
untuk menghormati sang kakak yang belum menikah, dan sebagai syarat
untuk melangkahi kakak yang belum menikah karena sang kakak tidak
akan memberikan izin adiknya untuk melangkahinya apabila sang kakak
tidak dipenuhi permintaannya (uang pelangkah). Karena apabila ini tidak
diberikan maka sang kakak akan mendapatkan jodoh dalam waktu yang
lama dan akan mendapatkan kesialan, namun untuk yang tidak setuju
dengan tradisi seperti ini mereka beranggapan semua ini hanya akan
memberatkan kondisi sang adik yang mana disini sedang banyak
pengeluaran dan ditambah lagi dengan diharuskannya adanya uang
67
pelangkah ini maka tentu saja ini akan memperburuk kondisi sang adik,
apalagi jika sang adik tidak dapat memnuhi permintaannya maka sang
adik harus menunda pernikahannya ini akan membuat sang adik depresi
dan stress, bahkan bisa sampai nekat dengan melakukan kawin lari dan
berzinah.
2. Uang pelangkah (uang pangrunghal) biasanya diberikan oleh sang adik
yang akan melakukan perkawinan dengan melangkahi kakak
kandungnya. Dan untuk waktu pemberiannya biasanya sebelum sang
adik melakukan perkawinan, seminggu sebelumnya namun apabila
sebelum satu minggu itu sang adik sudah sanggup memberikan uang
pelangkahnya itu lebih baik asalkan tidak setelah menikah.
3. Bentuk uang pelangkah itu tidak saja dalam bentuk uang tunai bisa
berupa benda berharga seperti: emas, perhiasan, jam tangan, dan ada juga
yang berbentuk benda sehari-hari seperti handphone, motor, mobil,
kulkas, tv dan lain-lain sesuai dengan permintaan sang kakak dan
kesepakatan kedua belah pihak. Namun untuk kedudukan uang
pelangkah ini memang tidak ada anjurannya dalam hukum islam dimana
apabila sang adik ingin menikah melangkahi kakaknya harus
memberikan uang pelangkah.
4. Dalam pembahsan sebelumnya penulis sudah membahas tentang
beberapa faktor sang adik melakukan pernikahan melangkahi kakak
kandung yaitu:
68
a. Sang adik merasa sudah siap secara ekonomi dan merasa sudah siap
lahir batinnya.
b. Sang adik sudah merasa mendapatkan jodoh yang tepat.
c. Sang adik takut akan terjerumus kedalam perzinahan dan takut
kepada dosa Allah.
d. Sang adik sudah ingin melakukan hubungan intim.
e. Apabila adiknya perempuan sudah datang laki-laki yang mapan yang
akan melamarnya.
5. Untuk dampak yang ditimbulkan apabila sang adik akan melakukan
perkawinan melangkahi kakak kandung yaitu:
a. Sang kakak kandung akan depresi karena sang adik berani
melangkahi perkawinannya.
b. Sang kakak akan mendapakan ejekan, cemoohan, dari teman-
temannya karena perkawinannya sudah dilangkahi.
c. Sang kakak akan mendapatkan jodoh dalam waktu yang lama dan
kesialan dalam hidupnya.
d. Sang kakak akan menjalani hidupnya dengan pesimis karena sang
adik sudah berani melangkahi dirinya yang belum menikah.
e. Akan terjadi konflik antara kakak dan adik.
f. Akan adanya keretakan di dalam keluarga karena sang adik sudah
melangkahi kakaknya.
69
Di dalam hukum islam, Allah tidak pernah melarang umatnya untuk
melakukan perkawinan akan tetapi malah menganjurkan disegerakan
perkawinannya apabila sudah siap fisik dan batinnya.
Pada dasarnya tradisi pembayaran uang pelangkah ini hanyalah
sebuah adat istiadat (urf) yang sudah ada dan dikenal oleh masyarakat.
Namun karena sudah berlangsung dari dahulu dan turun temurun sehingga
masyarakat menjadikannya sebuah hukum (adat) di daerah mereka. Namun
itu semua tidak bisa mempengaruhi sah atau tidaknya suatu perkawinan.
Sejalan dengan tokoh adat dan tokoh ulama mengungkapkan bahwa uang
pelangkah itu boleh saja diberlakukan dengan dasar kaidah “Al-A’dah
Adawah” akan tetapi hal tersebut tidak menjadi keharusan.
B. Saran
Melihat penjelasan dari penelitian yang penulis lakukan diatas, penulis
ingin menyampaikan saran-saran kepada kita semua agar menjadi masyarakat
dan umat yang lebih baik. Karena mengenai pernikahan ini adalah sesuatu
yang serius dan tidak hanya melibatkan dua orang saja, akan tetapi
melibatkan dua keluarga yang akan dipersatukan. Oleh karena itu, penulis
akan memberikan beberapa saran sesuai dengan apa yang telah penulis teliti :
1. Hendaklah orang yang akan menikah, konsultasikan terlebih dahulu
kepada ahli Hukum Keluarga atau Ustadz – Ustadz yang mengerti
mengenai hal yang harus dilakukan dan hal yang harus ditinggalkan
ketika akan menikah.
70
2. Seseorang yang sudah ingin menikah akan tetapi memiliki kaka yang
belum menikah, hendaklah meminta izin terlebih dahulu kepada
kakaknya agar tidak terjadi kesalahpahaman ataupun konflik dalam
keluarga. Karena saling menghormati dan menghargai dalam keluarga itu
sangat penting.
3. Seorang adik yang akan menikah dan memenuhi persyaratan untuk
menikah, janganlah dibebani dengan sesuatu hal yang memberatkan
pernikahannya dan jangan dihalangi baik itu oleh kakaknya atau yang
lainnya. Karena hal itu hanya akan menimbulkan kemudharatan yang
lebih besar.
4. Hendaklah kepada ahli-ahli hukum keluarga maupun Ustadz-Ustadz yang
mengrti mengenai pernikahan, untuk memberikan pembelajaran-
pembelajaran kepada masyarakat mengenai pernikahan agar masyarakat
tidak hanya mengacu kepada sesuatu hal yang sudah ada seperti halnya
adat istiadat, akan tetaapi agar masyarakat berpikir lebih luas dan
modern, dan melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, baik itu sudut
pandang adat, sudut pandang hokum positif maupun sudut pandang
agama.
Daftar Pustaka
Abidin, Slamet dan H. Aminuddin. Fiqh Munakahat. Bandung: CV. Pustaka
Setia, 1999.
Ahmadi, Fahmi Muhamamad Dan Jaenal Aripin. Metode Penelitian Hukum
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Arikuntp, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Renika Cipta, 1992.
Aulia, Nuansa. Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, Hukum
Kewarisan,Hukum Perwakafan. Bandung: Tim Redaksi Nuansa Aulia,
2008.
Ayyub, Hasan. Fiqih Keluarga. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006.
Dally, H. Penouh. Pernikahan Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1998.
Dep Dikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1994.
Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Departemen Agama. kompilasi
Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan
Agama, 1992.
Ghazaly, Abdul Rahman. Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana, 2006.
Hadikusuma, Hilman Hukum Perkawinan Di Indonesia Menurut Hukum Adat,
Perundang-Undangan, Agama, Ttp: Mandar Maju.
Haroen, Nasrun. Ushul Fiqh 1.Jakarta: Logos, 1996.
Hasan, M. Ali. Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam. Jakarta: Siraja,
2003.
Idris, Abdul Fatah dan Abu Ahmad. Fikih Islam Lengkap. Jakarta: PT Rineka
Cipta.2004.
Interview Pribadi dengan bapak Dana Sutisna. Tokoh Masyarakat Desa Legok,
Legok 15 Mei 2016.
Interview Pribadi dengan Muhammad Idrus. Pelaku Pernikahan Melangkahi
Kakak Kandung, Legok, 22 april 2016.
Interview Pribadi dengan Muhammad Luqman. Pelaku Pernikahan Melangkahi
Kakak Kandung, Legok, 22 april 2016.
Interview Pribadi dengan Ibu N. Pelaku Pernikahan Melangkahi Kakak Kandung,
Legok, 24 april 2016.
Interview Pribadi dengan Eka Nurhadiyat. Sekertaris Desa Legok. Legok, 13 Mei
2016.
Jaziri, Abdurrahman. Kitab Fiqh Al-Mazhab Al-Arba’ah. Mishr: tp,t.th.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Artikel diakses pada Mei 2016 dari
http://www.kamusKbbi.web.id/arti-kata-melangkahi-kamus-bahasa
indonesia-Kbbi.html.
Khallaf, Abdul wahhab. Ilmu Ushul Fikih. Penerjemah Halimuddin. Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2005.
______________. Kaidah-Kaidah Hukum Islam: Ilmu Ushul Fiqh, Penerjemah:
Noer Iskandar Al-Barsany, Moh. Tolchan Mansoer, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2002.
Kompilasi Hukum Islam. Hukum Perkawinan. Bab IV Rukun Dan Syarat
Perkawian Bagian Ke Satu Pasal 14.
Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004.
Monografi Desa Legok Tahun 2015.
Mukhtar, Kamal. Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan. Jakarta: Bulan
Bintang, 1993.
Nur, Djama’an, Fiqih Munakahat. Semarang: Dina Utama Semarang, 1993.
Proyek Invetarisasi Dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jakarta. Upacara
Perkawinan Jawa Barat. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Jakarta, 1982.
Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah Dan Hukum,
Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: Pusat Peningkatan Jaminan Mutu
(PPJM) Fakultas Syariah Dan Hukum, 2012.
Rafiq ,Ahmad, Hukum Islam di Indonesia. (Jakarta: Rajawali Press, 1998), h., 71.
Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah. Bandung: Al Maarif, 1994.
Semua Para Pelaku Pernikahan Melangkahi Kakak Kandung, Interview Pribadi,
Desa Legok.
Soekanto, Soerjono. Hukum Adat Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003.
Soepomo, Saadah, Dkk. Pandangan Generasi Muda Terhadap Upacara
Peekawinan Di Kota Bandung. Jakarta.Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan RI, 1998.
Soerojo, Wignjodipoero. Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Adat. Jakarta: CV.
Masagung, 1994.
Sudiyat, Imam. Hukum Adat : Sketsa Asas. Yogyakarta:Liberty Yogyakarta,
1981.
Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: PT Raja Grapindo
Persada, 2007.
Syarifuddin, Amir. Garis-Garis Besar Ushul Fiqih. Jakarta: Kencana, 2012.
______________. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia. Jakarta Kencana,
2007.
______________. Ushul Fiqih. Jakarta: Kencana, 2009.
.
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan bahasa. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998.
Wigbjadipuro, Surojo. Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Adat. Jakarta : Gunung
Agung, 1982.
Yaswirman. Hukum Keluarga Karakteristik Dan Prospek Doktrin Islam Dan Adat
Dalam Masyarakat Matrilineal Minangkabau. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011.
Zain, Muhammad dkk. Membangun Keluarga Humanis. Jakarta: Graha Cipta,
2005.
HASIL WAWANCARA
Nama : Muhammad idrus
Tempat : Di Rumah Bapak Idrus
Waktu : Jumat, 22 April 2016
Pukul : 19:00 WIB
………………………………………………………………………………………….
1. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan melangkahi kakak
kandung?
Perkawinan melangkahi kakak kandung adalah perkawinan yang dilakukan
dengan melangkahi kakak kandung yang belum menikah , dan menurut saya
itu kurang baik karena itu melanggar adat yang berlaku
2. Menurut bapak bagaimana perkawinan melangkahi kakak kandung itu
boleh tidak menurut undang-undang dan hukum islam?
Perkawinan melangkahi kakak kandung itu sah-sah saja, karena tidak ada
undang- undang dan ayat Al-Qur’an dan Hadis yang melarang tentang
pernikahan tersebut
3. Apa faktor yang menyebabkan bapak melakukan pernikahan
melangkahi kakak kandung?
Untuk faktor yang menyebabkan saya melakukan pernikahan melangkahi
kakak kandung yaitu karena sudah mendapatkan jododh yang pas dan sudah
siap untuk berumah tangga yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad
SAW, dan takut akan dosa apabila saya terlalu lama berpacaran.
4. Apa saja macam –macam jenis uang pelangkah itu?
Untuk macam-macam uang pelangkah itu bukan saja berupa uang tunai tapi
ada juga yang lainnya seperti : baju pakaian satu stel dengan celananya, bisa
juga berupa perlengkapan shalat, handphone, dan lain-lain sesuai dengan
permintaan sang kakak yang akan dilangkahi
5. Apakah yang terjadi apabila bapak tidak mau membayar uang
pelangkah kepada kakak kandung bapak?
Sebenarnya jangan sampai hal ini terjadi karena akan mengakibatkan hal-hal
yang sangat buruk apabila uang pelangkah itu tidak di bayarkan, seperti akan
adanya permusuhan yang terjadi antara kakak dan adik dan sang kakak akan
lama mendapatkan jodoh, yang pastinya sang kakak akan menggangap sang
adik tidak ada dan akan menimbulkan konflik yang serius selama itu belum
dibayarkan
6. Apakah yang terjadi apabila anda tidak sanggup memenuhi uang
pelangkah yang diminta oleh sang kakak?
Mungkin apabila saya tidak sanggup memenuhi permintaan dari sang kakak
(uang pelangkah) saya akan melakukan musyawarah dengan kakak kandung
saya dan memberitahukan bahwa saya tidak mampu membayar atau
memenuhi uang pelangkah tersebut dan meminta keringanan uang
pelangkahnya.
7. Apakah ada solusi yang diberikaan orang tua apabila sang kakak
meminta uang pelangkah yang sangat besar dan sang adik tidak mampu
memberikan uang pelangkah sebesar itu?
Untuk solusinya pasti orang tua pasti akan memberikan solusi apabila sang
kakak kandung tetap mau permintaannya di penuhi tanpa adanya keringanan
yang diminta sang adik, maka disinilah orang tua akan menasihati sang kakak
agar lebih memudahkan dan memberikan keringanan dari permintaanya
tersebut karena bagaimana pun sang adik adalah adik kandungnya sendiri
maka berikanlah rasa kasihan mu kepada sang adik yang mau menikah
terlebih dahulu
8. Apa yang bapak berikan (uang pelangkah) kepada sang kakak, ketika
bapak ingin melakukan pernikahan melangkahi kakak kandung ?
berapakah jumlah nya?
Kalo saya sih memberikan uang sebesar 500 ribu rupiah dan memberikan baju
kemeja 1stel dengan celana nya. Sebenarnya kakak kandung saya tidak
meminta uang pelangkah kepada saya dia hanya meminta saya berumah
tangga yang benar, namun saya merasa tidak enak dan saya berikan saja yang
saya mampu
9. Adakah perbedaan antara uang pelangkah yang diberikan apabila
bapak melangkahi kakak kandung laki-laki atau kakak kandung
perempuan ?
Mungkin untuk perbedaan antara jumlah uang pelangkah antara kakak
perempuan dan laki-laki pasti akan ada perbedaanya karena perempuan lebih
dominan menggunakan perasaan dibanding logika sehingga mereka akan
lebih mempercayai mitos yang berkembang di masyarakat seperti jauh jodoh
atau akan jadi perawan tua karena sang adik menikah lebih dahulu sehingga
menyebabkan muncul lah permintaan uang pelangkah yang lebih besar
dibanding kakak laki-laki
10. Apakah akibat yang terjadi ketika bapak melakukan pernikahan
melangkahi kakak kandung kepada sang kakak ?
Untuk akibatnya apabila sang kakak tidak menerima pernikahan sang adik
maka akan terjadi kesenjangan sosial dan konflik antara kakak dan adik yang
berkepanjangan dan akan merasa dirinya jelek dan tidak laku karena
dilangkahi oleh sang adik yang menikah lebih dahulu dibanding kakak nya
dan teman-teman nya pun akan mencemooh dirinya yang dilangakahi belum
lagi mitos yang beredar yang mana akan susahnya sang kakak mendapatkan
jodoh dan akan mendapatkan kesialan, tetapi beda dengan sang kakak yang
legowo dan ikhlas menerima maka sang kakak akan menerima pernikhan
adiknya yang lebih dahulu karena jodoh itu sudah di atur sama Allah dan
mungkin saya belum waktunya mendapatkan jodoh seperti adik saya
11. Menurut bapak pernikahan kakak kandung itu baik tidak menurut
adat? Apakah itu melanggar adat ?
Menurut saya memang pernikahan melangkahi kakak kandung itu tidak baik
dan melanggar adat dan merupakan hal yang tabu di masyarakat karena
melanggar adat yang berlaku yang mana seharusnya sang kakak lah yang
menikah terlebih dahulu, namun apabila al-qur’an dan hadis tidak ada yang
mengaturnya maka saya tidak terlalu mempercayai hal tersebut
Peneliti Narasumber
Muhamad ilman Muhammad idrus
Legok 22 April 2016
HASIL WAWANCARA
Nama : Jaro Dana Sutisna
Tempat : Di Rumah bapak Jaro Dana Sutisna
Waktu : Minggu, 15 Mei 2016
Pukul : 14:00 WIB
………………………………………………………………………………………….
1. Menurut bapak apa itu pernikahan melangkahi kakak kandung
itu?
Pernikahan melangkahi itu adalah pernikahan yang dilakukan oleh
sang adik kandung dengan melangkahi kakak kandungnya yang belum
menikah (ngarunghal) kalau kata orang sunda mah
2. Apa sajakah jenis dan macam- macam uang pelangkah yang
diberikan ketika pernikahan melangkahi kakak kandung?
Kalau tentang jenis-jenis uang pelangkah itu sebenarnya tergantung
permintaan dari sang kakak kandung yang memintanya, namun pada
umumnya yang diminta dari sang kakak adalah : uang tunai, emas,
pakaian stelan seperti baju kemeja, kaos, celana levis atau bahan,
pakaian sholat seperti sarung, sajadah dan kokoh, bisa juga handphone
dan barang-barang elektronik lainnya seperti kipas angin, televisi,
radio dan yang lain-lain. namun kembali lagi kepada sang kakak
kandung maunya minta uang pelangkah berbentuk apa dan berapa
nominalnya
3. Kapan uang pelangkah itu diberikan ketikah ada seseorang ingin
melakukan pernikahan melangkahi kakak kandung?
Tentang pemberian uang pelangkah itu diberikan nya rata-rata
seminggu sebelum akad pernikahan dilakukan untuk lebih menghibur
kondisi sang kakak yang dilangkahi karena kondisi sang kakak apabila
sudah mendekati pernikahan akan semakin tidak stabil dan semakin
kacau
4. Adakah perbedaan jumlah uang pelangkah antara kakak
kandung laki laki dan kakak kandung perempuan?
Untuk perbedaan jumlah pasti ada perbedaan antara kakak laki-laki
yang dilangkahin dan kakak perempuan yang dilangkahi karena kakak
perempuan lebih dominan memakai perasaan disbanding kakak laki-
laki yang mengedepankan logika, karena pola fikir inilah adanya
perbedaan tentang jumlah uang pelangkahnya belum lagi tentang
mitos yang berkembang dimasyarakat bahwa apabila dilangkahi maka
akan mendapatkan kesialan dan jauh jodohnya dalam artian akan
mendapatkan jodoh dalam waktu yang lama
5. Berapakah jumlah uang pelangkah yang dibayarkan ketika kita
melangkahi kakak kandung perempuan atau kakak kandung laki
laki?
Untuk jumlah uang pelangkahnya ketika kita hendak melangkahi
kakak kandung laki-laki untuk nominal minimalnya adalah 500 ribu
untuk kakak kandung laki-laki namun untuk kakak kandung
perempuan mungkin lebih mahal karena belum pernah ada adik laki-
laki yang melangkahi kakak kandung perempuan dan untuk nominal
maksimalnya adalah tergantung permintaan sang kakak
6. Bagaimana kedudukan uang pelangkah menurut bapak? Apakah
itu memberatkan bagi sang mempelai suami isteri yang ingin
menikah?
Untuk kedudukan uang pelangkah menurut saya itu sangat penting
sebagai pelangkah sang kakak yang dilangkahi pernikahannya dan
tidak terlalu memberatkan karena merupakan tradisi yang sudah turun
temurun yang dilakukan di desa legok dan apabila memberatkan bisa
dimusyawarahkan agar nominalnya dikurangi dan agar lebih
terjangkau karena sang adik juga sedang banyak pengeluaran yang
dikeluarkan dalam pernikahan
7. Apakah dampak dan akibat apabila uang pelangkah itu tidak
dibayarkan?
Untuk dampaknya sangat buruk karena apabila uang pelangkah tidak
dibayarkan maka akan terjadi konflik antara kakak dan adik yang
mana sang kakak akan merasa tidak dihargai dengan tidak
dibayarkannya uang pelangkah tersebut dan masyarakat juga akan
memandang sang adik ini sudah kurang ajar karena sudah tidak
menghargai adat yang sudah ada turun temurun di masyarakat dan
sudah tidak menghargai kakaknya sendiri dan juga akan
mengakibatkan akibat yang buruk yang mana apabila uang tersebut
tidak dibayarkan maka sang kakak akan mengalami kesialan dalam
hidupnya dan akan sulit mendapatkan jodoh
8. Bagaimana menurut bapak apabila terjadi pernikahan
melangkahi kakak kandung apakah hal tersebut melanggar adat
yang berlaku di masyarakat?
Untuk pernikahan melangkahi kakak kandung tentu melanggar adat
yang berlaku di masyarakat dan pernikahan seperti ini merupakan hal
yang tabu yang terjadi di masyarakat dan merupakan kejadian yang
langka karena seharusnya yang menikah terlebih dahulu adalah
kakaknya dari pada adiknya pada umum nya
9. Bagaimana masyarakat di desa legok memandang tentang
pernikahan melangkahi kakak kandung?
Kalau masyarakat memandang tentang pernikahan melangkahi kakak
kandung merupakan pernikahan yang tidak baik karena sudah
mendahului kakak kandungnya belum menikah dan merupakan hal
yang tabu yang mana seharusnya sang adik harus mengalah karena
sang kakak belum mendapatkan jodoh dan belum siap menikah
10. Menurut bapak atau ibu pernikahan melangkahi kakak kandung
itu baik tidak menurut adat yang berlaku di masyarakat?
Menurut saya pernikahan melangkahi kakak kandung itu tidak baik
karena sudah merupakan hal yang tabu di masyarakat dan melanggar
adat yang berlaku di masyarakat
Legok ,15 Mei 2016
Peneliti, Tokoh Masyarakat
Muhamad ilman Jaro Dana Sutisna
HASIL WAWANCARA
Nama : M. Luqman hakim
Tempat : Di Rumah Bapak M. Luqman
Waktu : Jumat, 22 April 2016
Pukul : 14:00 WIB
………………………………………………………………………………………….
1. Bagaimana pendapat bapak mengenai perkawinan melangkahi kakak
kandung?
Perkawinan melangkahi kakak kandung adalah perkawinan yang dilakukan
dengan melangkahi kakak kandung yang belum menikah , dan menurut saya
itu kurang baik
2. Menurut bapak bagaimana perkawinan melangkahi kakak kandung itu
boleh tidak menurut undang-undang dan hukum islam?
Perkawinan melangkahi kakak kandung itu sah-sah saja, karena tidak ada
undang- undang dan hukum islam yang melarang tentang pernikahan tersebut
3. Apa faktor yang menyebabkan bapak melakukan pernikahan
melangkahi kakak kandung?
Untuk faktor yang menyebabkan saya melakukan pernikahan melangkahi
kakak kandung yaitu karena sudah mendapatkan jododh yang pas dan sudah
siap untuk berumah tangga yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW
4. Apa saja macam –macam jenis uang pelangkah itu?
Untuk macam-macam uang pelangkah itu bukan saja berupa uang tunai tapi
ada juga yang lainnya seperti : baju pakaian satu stel dengan celananya, bisa
juga berupa perlengkapan shalat, mobil, handphone, rumah, motor dan lain-
lain sesuai dengan permintaan sang kakak yang akan dilangkahi
5. Apakah yang terjadi apabila bapak tidak mau membayar uang
pelangkah kepada kakak kandung bapak?
Sebenarnya jangan sampai hal ini terjadi karena akan mengakibatkan hal-hal
yang sangat buruk apabila uang pelangkah itu tidak di bayarkan, seperti akan
adanya permusuhan yang terjadi antara kakak dan adik dan sang kakak akan
lama mendapatkan jodoh , cemoohan dari teman-teman dan keluarga, dan
tidak akan terjadi perkawinan nya karena pihak keluarga akan menghalagi
sang adik yang ingin menikah terlebih dahulu karena tidak menghargai kakak
kandung nya
6. Apakah yang terjadi apabila anda tidak sanggup memenuhi uang
pelangkah yang diminta oleh sang kakak?
Mungkin apabila saya tidak sanggup memenuhi permintaan dari sang kakak
(uang pelangkah) saya akan melakukan negosiasi dengan kakak kandung saya
dan memberitahukan bahwa saya tidak mampu membayar atau memenuhi
uang pelangkah tersebut dan meminta keringanan dari permintaanya
7. Apakah ada solusi yang diberikaan orang tua apabila sang kakak
meminta uang pelangkah yang sangat besar dan sang adik tidak mampu
memberikan uang pelangkah sebesar itu?
Untuk solusinya pasti orang tua akan memberikan solusi apabila sang kakak
kandung tetap mau permintaannya di penuhi tanpa adanya keringanan yang
diminta sang adik, maka disinilah orang tua akan menasihati sang kakak agar
lebih memudahkan dan memberikan keringanan dari permintaanya tersebut
karena bagaimana pun sang adik adalah adik kandungnya sendiri maka
berikanlah rasa kasihan mu kepada sang adik yang mau menikah terlebih
dahulu
8. Apa yang bapak berikan (uang pelangkah) kepada sang kakak, ketika
bapak ingin melakukan pernikahan melangkahi kakak kandung ?
berapakah jumlah nya?
Kalo saya sih memberikan uang sebesar 500 ribu rupiah dan memberikan baju
kemeja 1stel dengan celana nya. Sebenarnya kakak kandung saya tidak
meminta uang pelangkah kepada saya dia hanya meminta saya berumah
tangga yang benar, namun saya merasa tidak enak dan saya berikan saja yang
saya mampu
9. Adakah perbedaan antara uang pelangkah yang diberikan apabila
bapak melangkahi kakak kandung laki-laki atau kakak kandung
perempuan ?
Mungkin untuk perbedaan antara jumlah uang pelangkah antara kakak
perempuan dan laki-laki pasti akan ada perbedaanya karena perempuan lebih
dominan menggunakan perasaan dibanding logika sehingga mereka akan
lebih mempercayai mitos yang berkembang di masyarakat seperti jauh jodoh
atau akan jadi perawan tua karena sang adik menikah lebih dahulu sehingga
menyebabkan muncul lah permintaan uang pelangkah yang lebih besar
disbanding kakak laki-laki
10. Apakah akibat yang terjadi ketika bapak melakukan pernikahan
melangkahi kakak kandung kepada sang kakak ?
Untuk akibatnya apabila sang kakak tidak menerima pernikahan sang adik
maka akan terjadi kesenjangan sosial dan konflik antara kakak dan adik yang
berkepanjangan dan akan merasa dirinya jelek dan tidak laku karena
dilangkahi oleh sang adik yang menikah lebih dahulu dibanding kakak nya
dan teman-teman nya pun akan mencemooh dirinya yang dilangakahi, tetapi
beda dengan sang kakak yang legowo dan ikhlas menerima maka sang kakak
akan menerima pernikhan adiknya yang lebih dahulu karena jodoh itu sudah
di atur sama Allah dan mungkin saya belum waktunya mendapatkan jodoh
seperti adik saya
11. Menurut bapak pernikahan kakak kandung itu baik tidak menurut
adat? Apakah itu melanggar adat ?
Menurut saya memang pernikahan melangkahi kakak kandung itu tidak baik
dan melanggar adat dan merupakan hal yang tabu di masyarakat karena
melanggar adat yang berlaku yang mana seharusnya sang kakak lah yang
menikah terlebih dahulu
Legok 22 April 2016
Peneliti Narasumber
Muhamad ilman Muhammad luqman hakim
HASIL WAWANCARA
Nama : Ustdz Ahmad Alauzy
Tempat : Di Rumah Bapak Ustdz Alauzy
Waktu : Sabtu, 5 Maret 2016
Pukul : 13:00 WIB
………………………………………………………………………………………….
1. Menurut bapak apa itu pernikahan melangkahi kakak kandung
itu?
Pernikahan melangkahi itu adalah pernikahan yang dilakukan oleh
sang adik kandung dengan melangkahi kakak kandungnya yang belum
menikah (ngarunghal) orang kampung disini biasa menyebutnya
2. Apa sajakah jenis dan macam- macam uang pelangkah yang
diberikan ketika pernikahan melangkahi kakak kandung?
Kalau tentang jenis-jenis uang pelangkah itu sebenarnya tergantung
permintaan dari sang kakak kandung yang memintanya, namun pada
umumnya yang diminta dari sang kakak adalah : uang tunai, emas,
pakaian stelan seperti baju kemeja, kaos, celana levis atau bahan,
pakaian sholat seperti sarung, sajadah dan kokoh, dan yang lain-lain.
namun kembali lagi kepada sang kakak kandung maunya minta uang
pelangkah berbentuk apa dan berapa nominalnya
3. Kapan uang pelangkah itu diberikan ketikah ada seseorang ingin
melakukan pernikahan melangkahi kakak kandung?
Tentang pemberian uang pelangkah itu diberikan nya rata-rata
seminggu sebelum akad pernikahan dilakukan namun apabila uang
pelangkahnya sudah siap walaupun sebelum satu minggu bisa di
bayarkan kepada sang kakak walaupun belum satu minggu menjelang
pernikahan
4. Adakah perbedaan jumlah uang pelangkah antara kakak kandung
laki laki dan kakak kandung perempuan?
Untuk perbedaan jumlah pasti ada perbedaan antara kakak laki-laki
yang dilangkahi dan kakak perempuan yang dilangkahi karena kakak
perempuan lebih mengedepankan perasaan dan perempuan paling
tidak suka pernikahannya dilangkahi apalagi oleh adiknya laki-laki
seakan-akan dia merasa tidak di hargai dan juga pamali kalau orang
disini bilang mah
5. Berapakah jumlah uang pelangkah yang dibayarkan ketika kita
melangkahi kakak kandung perempuan atau kakak kandung laki
laki?
Untuk jumlah uang pelangkahnya ketika kita hendak melangkahi
kakak kandung laki-laki untuk nominal minimalnya adalah 500 ribu
untuk kakak kandung laki-laki namun untuk kakak kandung
perempuan mungkin lebih mahal karena belum pernah ada adik laki-
laki yang melangkahi kakak kandung perempuan dan untuk nominal
maksimalnya adalah tergantung permintaan sang kakak, namun itu
juga apabila sang adik sanggup memenuhinya
6. Bagaimana kedudukan uang pelangkah menurut hukum islam?
Apakah itu memberatkan bagi sang mempelai suami isteri yang
ingin menikah?
Untuk kedudukan uang pelangkah menurut hukum islam memang
tidak ada yang mengatur tentang uang pelangkah maupun hadis yang
menjelaskan tentang uang pelangkah namun karena adat di desa ini
memakai uang pelangkah maka harus diberikan nya uang pelangkah
tersebut karena didalam uang pelangkah itu banyak terdapat manfaat
yaitu untuk menghibur sang kakak yang dilangkahi pernikahannya dan
boleh saja selama masih dalam konteks batas yang wajar dan tidak
memberatkan pihak adik
7. Bagaimana kaidah fiqih memandang tentang uang pelangkah ?
kaidah apa yang dipakai ?
Kalau tentang kaidah fiqih yang dipakai untuk memandang tentang
uang pelangkah ini maka kita akan memakai kaidah al adatul
muhakkamah dan al adatul iddarah yang mana didalam kaidahnya adat
itu bisa di jadikan suatau hukum asalkan tidak bertentangan dengan
Al-Qu’an dan Hadis dan didalamnya terdapat banyak manfaatnya
dibanding mudharatnya
8. Apakah dampak dan akibat apabila uang pelangkah itu tidak
dibayarkan?
Untuk dampaknya sangat tidak baik dikarenakan akan adanya
perpecahan persaudaraan yang terjadi antara adik dan kakak dan akan
adanya konflik sosial yang timbul karena uang pelangkah ini tidak
dibayarkan dan menganggap sang adik tidak memiliki sifat yang baik
karena sudah kurang ajar dan tidak sopan kepada sang kakak
9. Bagaimana menurut bapak apabila terjadi pernikahan melangkahi
kakak kandung apakah hal tersebut melanggar adat yang berlaku
di masyarakat?
Untuk pernikahan melangkahi kakak kandung tentu melanggar adat
yang berlaku di masyarakat dan pernikahan seperti ini merupakan hal
yang tabu yang terjadi di masyarakat dan merupakan kejadian yang
langka karena seharusnya yang menikah terlebih dahulu adalah
kakaknya dari pada adiknya pada umum nya, namun apabila sang adik
ingin mendahuluinya karena takut dosa dan merasa takut akan azab
Allah maka syariat lah yang didahulukan dibanding adat yang berlaku
10. Bagaimana masyarakat di desa legok memandang tentang
pernikahan melangkahi kakak kandung?
Kalau masyarakat memandang tentang pernikahan melangkahi kakak
kandung merupakan pernikahan yang tidak baik karena sudah
mendahului kakak kandungnya belum menikah dan merupakan hal
yang tabu yang mana seharusnya sang adik harus mengalah karena
sang kakak belum mendapatkan jodoh dan belum siap menikah
11. Menurut bapak atau ibu pernikahan melangkahi kakak kandung
itu baik tidak menurut adat yang berlaku di masyarakat?
Menurut saya pernikahan melangkahi kakak kandung itu tidak baik
karena sudah merupakan hal yang tabu di masyarakat dan melanggar
adat yang berlaku di masyarakat
Legok 5 Maret 2016
Peneliti Narasumber
Muhamad Ilman Ustdz. A. Alauzy