Download - triz 1.pdf
7/22/2019 triz 1.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/triz-1pdf 1/11
PERANCANGAN JUMBO BAG DENGAN PENDEKATAN QFD DAN TRIZ DALAM
UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
(Studi Kasus : Bongkar Muat Pupuk di PT. Petrokimia Gresik)
Anindya Lakshitta & Sritomo Wignjosoebroto
Jurusan Teknik IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111Email : [email protected] ; [email protected]
ABSTRAK PT. Petrokimia Gresik merupakan salah satu perusahaan penyedia pupuk terbesar di Jawa Timur. Dalam
kegiatan distribusi pupuk, material handling merupakan suatu kegiatan yang dominan. Hal ini menjadi salah satu fokus perhatian perusahaan, sebab kegiatan bongkar muat tidak produktif. Hal yang tidak produktif
tersebut dipicu oleh proses bongkar muat pupuk yang dilakukan secara manual oleh tenaga buruh. Atas dasar
uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk merancang alat yang dapat meningkatkan produktivitas dari waktu
bongkar muat. Alat ini berupa tas jumbo yang digunakan untuk menampung sekaligus 30 karung pupuk kemasanin bag. Jumbo bag tersebut berfungsi sebagai alat pengaman dan alat bantu material handling. Dengan
demikian, pupuk tidak perlu ditata satu per satu oleh buruh. Perancangan jumbo bag ini disusun menggunakanmetode Quality Function Deployment (QFD) dan Theoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ). Metode
QFD ini digunakan untuk menterjemahkan kebutuhan dan keinginan konsumen dalam karakteristik desain produk jumbo bag. Dari hasil identifikasi kebutuhan konsumen, dilakukan penyelesaian masalah kontradiksi
yang ada dengan metode TRIZ. Dengan kedua metode di atas, dihasilkan jumbo bag yang mampu
meningkatkan output standar bongkar muat sebesar 250 % dan mampu menghemat biaya shipment Rp.
333.117.368,86 per tahun.
Kata kunci : Desain Produk, Qual ity F unction Deployment, Theoriya Resheniya I zobretatelskikh Zadatch,
Jumbo Bag. ABSTRACT
PT. Petrokimia Gresik is one of the big fertilizer company in East Java. In fertilizer distribution process,
material handling becomes a dominant activity. This matter become company’s main concern, because loading
and unloading is considered as non productive activity. This non productive activity occurs from loading and
unloading process using manual labor . Based on given explanation, this research aim to design equipment that can increase loading and unloading time productivity. This equipment called jumbo bag, which can be mounted with 30 fertilizer bag at once. This jumbo bag acts as a material handling safety and helper equipment. Using
this jumbo bag, fertilizer doesn’t need to be arranged one by one by manual labor. The development of this
product uses Quality Function Deployment methods and Theoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ).
QFD was used to identify consumer’s needs and wants on jumbo bag design characteristic. From consumer’s
need identification, contradiction which occurs were solved by TRIZ methods. From both methods, designed
jumbo bag could increase loading and unloading standard output up to 250% and reduce shipment cost by Rp.333.117.368,86 annualy.
Key words : Product Design, Quali ty Functi on Deployment, Theori ya Resheniya I zobretatelskikh Zadatch,
Jumbo Bag.
1. Pendahuluan1.1 Latar Belakang
Suatu perusahaan yang bergerak di bidang
manufaktur menempatkan kegiatan material
handling sebagai prioritas konsentrasi
perusahaan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh
fakta bahwa 20%-25% dari total manufacturing
labor cost, menurut Groover (2008),
dikeluarkan perusahaan untuk kegiatan material
handling . Material handling merupakan non-
value added activity, namun penting untuk
dilakukan oleh perusahaan, sebab material perlu
dipindahkan untuk menuju pada proses
selanjutnya, menurut Gunadarma (2009).
Dengan demikian, agar proses non-value added
ini efektif, perlu dilakukan minimasi biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk aktivitas tersebut
melalui penggunaan alternatif-alternatif yang
ada. Perlengkapan material handling yang
digunakan untuk melaksanakan kegiatan harus
didesain sedemikian rupa sehingga hanya
memerlukan sedikit operator untuk
mengendalikan dan menjalankan fungsi
pemeliharaan. Di samping itu, alat material
handling juga tidak boleh merusak muatan yang
dipindahkan.
7/22/2019 triz 1.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/triz-1pdf 2/11
2
Salah satu produsen pupuk terlengkap dan
terbesar di Indonesia, bahkan se-ASEAN adalah
PT. Petrokimia Gresik, yang telah
mengembangkan sayapnya mulai tahun 1972 di
Gresik (Erlangga, 2010). Dalam proses material
handling pupuk, terjadi beberapa hambatan
yang tidak produktif. Hambatan yang terjadi
adalah dalam hal bongkar muat pupuk.
Berdasarkan padatnya jadwal pengiriman pupuk
subsidi yang dikirimkan setiap tahunnya, PT.
Petrokimia Gresik berupaya seefisien mungkin
dalam penggunaan waktu material handling ,
khususnya dalam hal bongkar muat pupuk.
Masalah yang timbul antara lain disebabkan
oleh delay time yang timbul akibat penataan
pupuk secara satu per satu di lambung kapal dan
juga pengunaan jasa buruh yang banyak guna
menata pupuk. Selain dari segi penggunaankapal time charter yang kurang efisien, masalah
penggunaan pallet yang sudah rusak,
mengakibatkan dalam perjalanannya pupuk
mengalami runtuh (terjatuh dari pallet ),
terutama pada saat dipindahkan menggunakan
crane, serta rusak akibat tertancap sling .
Berdasarkan fenomena kejadian di atas,
diperlukan suatu alat angkut yang dapat
meningkatkan produktivitas bongkar muat pada
PT. Petrokimia Gresik. Salah satu alternatif
yang dapat digunakan dalam pelaksanaan proses
bongkar muat adalah dengan melakukan perancangan alat bantu jumbo bag . Penelitian
yang akan dilakukan, dilaksanakan
menggunakan pendekatan Quality Function
Deployment (QFD), yang digunakan untuk
menjaring kebutuhan dan keinginan dari
konsumen dan mendapatkan respon teknis dari
permasalahan yang ada, dan Theoriya Resheniya
Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ) yang
digunakan untuk menjembatani trade off yang
ada di lapangan sehingga didapatkan solusi yang
feasible atas permasalahan yang ada. Dengan
demikian, produktivitas dari waktu bongkar muat akan menjadi baik dan selanjutnya akan
mengurangi biaya yang dikeluarkan perusahaan
dalam hal pelaksanaan distribusi dan material
handling .
1.2 TujuanTujuan dilakukan penelitian ini adalah
melakukan evaluasi material handling existing ,
merancang jumbo bag dengan metode QFD dan
TRIZ serta melakukan evaluasi material
handling hasil desain jumbo bag.
1.3 Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah perusahaan dapat
meminimasi dan dapat memprediksi kekurangan
dari proses material handling existing, diperoleh
desain rancangan jumbo bag baru yang lebih
efektif dan efisien sehingga dapat
diimplementasikan di perusahaan serta dapat
mengoptimalkan proses bongkar muat pupuk.
2. Metodologi PenelitianMetodologi penelitian ini meliputi tahapan-
tahapan proses penelitian yang dilakukan dalam
menjalankan penelitian. Di awal dilakukan
tahap identifikasi awal permasalahan yang ada
serta perumusan masalah. Kemudian dilakukan
penetapan tujuan penelitian. Langkah
selanjutnya dilakukan studi literatur yangmempelajari mengenai perancangan dan
pengembangan produk, QFD, TRIZ, Nordic
Body Map, Stopwatch Time Study dan
melakukan review penelitian terdahulu. Pada
tahap identifikasi awal, dilakukan pula studi
lapangan untuk mengetahui proses bongkar
muat pupuk dan kondisi eksisting di pelabuhan
serta produktivitas bongkar muat dengan
menggunakan alat bantu handling existing .
Tahap kedua adalah pengumpulan dan
pengolahan data. Data kondisi eksisting yang
diambil antara lain waktu bongkar muat pupuk serta nordic body map atas buruh yang bekerja
di kapal. Selanjutnya, dilakukan identifikasi
kebutuhan pelanggan dengan menggunakan
kuesioner. Dengan hasil perhitungan VoC,
disusunlah House of Quality. Selanjutnya,
dalam tahapan desain konsep produk, konsep
produk dipilih berdasarkan problem kontradiksi
yang ada dengan bantuan TRIZ. Dari desian
usulan, kemudian dilakukan proses prototyping .
Tahapan selanjutnya adalah analisis dan
intepretasi data. Pada tahapan tersebut dilakukan
analisis dan pembahasan atas tahapan yang telahdilakukan sebelumnya. Kemudian dilanjutkan
dengan penarikan kesimpulan serta saran atas
penelitian.
3. Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan
pengolahan data atas kondisi existing dan proses
bongkar muat yang ada di PT. Petrokimia
Gresik. Selanjutnya data yang diperoleh akan
digunakan dalam proses penyusunan House of
Quality. Kemudian disusun konsep produk,
alternatif desain dari kontradiksi yang ada.
7/22/2019 triz 1.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/triz-1pdf 3/11
3
setelah didapatkan desian akhir produk,
dilakukan pembuatan prototyping .
3.1 Proses Bongkar Muat Kondisi Existing Data kondisi existing yang dikumpulkan
adalah data mengenai waktu standar bongkar
muat existing dengan menggunakan bantuan
pallet, data perhitungan biaya untuk kondisi
existing penggunaan pallet dalam proses
bongkar muat serta penyebaran kuesioner
Nordic Body Map untuk mengetahui keluhan-
keluhan sakit yang dirasakan oleh para buruh.
a. Waktu Standar Bongkar Muat Pupuk
Perhitungan waktu standar ini dilakukan
dengan mengambil sampel dengan bantuan
stopwatch. pada kapal time charter Tradisi 8 di
pelabuhan PT.Petrokimia Gresik. Setelahdidapatkan data sampel, data diseragamkan
dnegan bantuan software Minitab. Setelah data
diseragamkan, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan uji kecukupan data sampel. Hal ini
dilakukan dengan tujuan mengetahui apakah
data yang telah diambil telah mencukupi
kebutuhan. Apabila data yang diambil belum
cukup, akan diketahui jumlah data yang
dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan data
tersebut. Rumus yang digunakan untuk
menghitung kecukupan data :
Setelah diuji kecukupan data, ditentukan
performance rating dengan metode
Westinghouse Rating System. Pada metode
Westinghouse Rating System ini terdapat empat
faktor yang digunakan dalam proses
pengevaluasian performansi operator, yaitu skill
(keahlian), effort (usaha), conditions (kondisi),
dan consistency (konsistensi). Rating atas setiap
faktor di atas didapatkan dengan cara
melakukan wawancara dengan kepala bagian
operasional pelabuhan bongkar muat dan bagian
Departemen Distribusi Wilayah II.
Tabel 3.1. Perhitungan Performance Rating
Setelah dilakukan perhitungan performance
rating , maka dilakukan perhitungan waktu
normal: Waktu Normal = Total Waktu Aktual (seragam)
x PR
Tabel 3.2. Perhitungan Waktu Normal Existing
Selanjutnya,dihitung waktu standarnya.
Berdasarkan data perhitungan waktu normal,
dapat ditentukan waktu standar untuk
departemen bongkar muat pupuk:
Sehingga didapatkan waktu standar departemen
bongkar muat adalah 0,10152 jam/ pallet dan
output standar adalah 9,85028 10 pallet/ jam.
b. Nordic Body Map
Selanjutnya, penyebaran kuesioner
dilakukan pada buruh-buruh yang bekerja di
kapal, saat pemuatan pupuk. Tujuan disebarkan
kuesioner Nordic Body Map ini adalah untuk
mengetahui keluhan sakit apa saja dan di bagianmana saja yang dialami oleh buruh pada saat
bekerja. Kuesioner ini disebarkan pada delapan
buruh yang melakukan kegiatan bongkar muat
pada kapal Tradisi 8. Berikut adalah rekapan
hasil kuesioner yang telah dibagikan kepada
buruh bongkar muat pada kapal time charter
Tradisi 8.
Tabel 3.3 Rekap Kuesioner Nordic Body Map Existing
7/22/2019 triz 1.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/triz-1pdf 4/11
4
c. Biaya Shipment
Perhitungan biaya pada kondisi existing ,
yaitu dengan bantuan pallet. Perhitungan biaya
bongkar muat existing adalah biaya yang
diperlukan untuk melakukan satu kali pelayaran.
Tabel 3.4. Biaya Bongkar Muat Pupuk Existing
3.2 Pembuatan House of Qual ity Salah satu tahapan yang dilalui dalam
proses penyusunan House Of Quality adalah
evaluasi produk. Evaluasi produk ini dilakukan
dengan cara benchmarking antara alat handling
existing dengan produk perbaikan. Dengan
mengetahui kelebihan dan kekurangan produk-
produk yang telah ada diharapkan menjadi
acuan untuk mengembangkan produk yang akan
kita hasilkan. Setelah dilakukan tahapan
benchmarking , dilakukan proses perhitungan
project objectives. Tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan bobot dari setiap tingkat
kebutuhan yang akan dipenuhi. Bobot ini
diperoleh dari nilai tingkat perbaikan
( Improvement Rate) yang akan dikalikan dengan
Relative Importance Index (RII). Nilai tingkat
perbaikan ini diperoleh dari nilai target yang
ingin dicapai dibagi dengan evaluation score.
Sedangkan untuk nilai RII sendiri didapatkan
dari perhitungan jawaban tingkat kepentingan
dari kuisioner yang disebarkan. Kemudian
dilakukan pendefinisian Technical Response.
Technical response merupakan acuan atau
spesifikasi teknis yang akan dilakukan untuk
memenuhi setiap atribut (keinginan konsumen).
Setelah mendefinisikan Technical Response
dibentuk Relationship matrix yang merupakan
matriks berisi hubungan antara masing-masing
elemen kebutuhan pelanggan dengan masing-
masing respon teknis. Selanjutnya dibentuk
Technical correlation yang mendefinisikan
hubungan yang terjadi antara respon teknis yang
satu dengan respon teknis yang lain.
Tabel 3.5. Technical Matrix
3.3 Theori ya Resheniya I zobretatelskikh
Zadatch (TRIZ)
Setelah dilakukan penyusunan House of
Quality, metode TRIZ, merupakan metode guna
menyelesaikan permasalahan kontradiksi yang
terjadi. Jumbo bag ini diharapkan mampu
memperbaiki sistem bongkar muat dan
meningkatkan produktivitas perusahaan.
Berdasarkan hasil pembuatan House of
Quality, terdapat lima respon teknis teratas yang
memiliki korelasi negatif. Kontradiksi yang
diselesaikan menggunakan TRIZ adalah
kontradiksi yang termasuk dalam lima respon
teknis teratas, yang mana apabila salah satu
respon teknis berkontradiksi dengan selain dari
kelima respon teknis teratas, maka tidak
diselesaikan.
Dalam House of Quality pada bagian
technical correlation, terdapat beberapa
hubungan antar respon teknis. Yang dijadikan
spesific problem dalam TRIZ ini adalah respon
7/22/2019 triz 1.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/triz-1pdf 5/11
5
teknis yang memiliki hubungan negatif dengan
respon teknis lainnya. Respon teknis yang
memiliki hubungan negatif dengan respon
teknis lainnya, yang juga termasuk dalam lima
teratas, kemudian diubah menjadi general
problem dengan menggunakan tabel 39
parameter teknis.
Kontradiksi antar respon teknis dijelaskan
dan diklasifikasikan dalam kategori useful
feature dan harmful feature. Useful feature
merupakan suatu teknis yang ingin diperbaiki
namun menimbulkan masalah lain, sedangkan
harmful feature merupakan suatu teknis yang
akan menjadi lebih buruk ketika masalah
tersebut diselesaikan.
1. Desain produk versus material yang
digunakanRespon teknis desain produk
berkontradiksi dengan respon teknis material
yang digunakan. Perbaikan yang diharapkan
adalah kemampuan mendeteksi keadaan
pupuk yang berada dalam jumbo bag. Hal ini
menimbulkan ide untuk merubah bentuk
jumbo bag sehingga keadaan pupuk dapat
terpantau dari luar. Namun, perubahan
bentuk material tersebut juga tidak
diharapkan.
Tabel 3.6 Warna Produk versus Material yang Digunakan
Dalam tabel general problem, respon
teknis desain produk digeneralisasi menjadi
difficulty of detecting . Hal ini sesuai dengan permasalahan yang timbul akibat pupuk sulit
terpantau dari luar. Desain produk di sini
menjelaskan bentuk jumbo bag yang
digunakan dalam desain menyebabkan pupuk
sulit untuk dideteksi keadaannya sehingga
sulit untuk terpantau. Sedangkan, respon
teknis material yang digunakan
digeneralisasi menjadi shape. Material yang
digunakan di sini adalah tampilan luar
produk.
2. Waktu penggunaan versus material yang
digunakan
Respon teknis waktu penggunaan
berkontradiksi dengan respon teknis material
yang digunakan. Perbaikan yang diharapkan
adalah penggunaan produk dalam jangka
panjang. Dengan demikian life time produk
akan tinggi, namun disisi lain, intensitas
penggunaan yang tinggi menyebabkan
produk mudah rusak, karena beban yang
dimuat berat.
Tabel 3.7 Waktu Penggunaan versus Material yang
digunakan
Sehingga, dalam tabel general problem,
respon teknis waktu penggunaan
digeneralisasi menjadi length of moving
object . Hal ini disebabkan penggunaan
produk dengan tujuan mendapatkan life time
produk yang tinggi. Sedangkan material yang
digunakan digeneralisasi menjadi weight of moving object . Hal ini berkaitan dengan
beban yang dipindahkan, yaitu pupuk.
Dengan intensitas penggunaan produk yang
tinggi, berat objek yang dipindahkan akan
memperpendek life time produk.
3. Banyak tali pengaman versus berat produk
Respon teknis banyak tali pengaman
berkontradiksi dengan respon teknis berat
produk. Perbaikan yang diinginkan adalah
produk mudah untuk dipindahkan dengan
adanya tali pengaman. Dengan demikian
produk akan lebih aman ketika dipindahkan.
Namun, hal ini menjadi masalah, karena
beban muatan yang dipindahkan sangat
berat. Hal ini menyebabkan pergerakan
produk juga terbatas. Respon teknis banyak
tali pengaman digeneralisasi menjadi
durability of moving object . Banyak tali
pengaman di sini menjelaskan alat
pengamanan pengangkutan pupuk.
Sedangkan, respon teknis berat produk
digeneralisasi menjadi amount of substance.
7/22/2019 triz 1.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/triz-1pdf 6/11
6
Tabel 3.8 Banyak Tali Pengaman versus Berat Produk
Setelah diketahui kontradiksi-kontradiksi
apa saja yang terjadi dan di generalisasikan,
maka langkah selanjutnya adalah mendapatkan
solusi atas kontradiksi yang ada dan
digeneralisasikan solusi yang didapat, sesuai
dengan prinsip TRIZ, yaitu menghasilkan ide-
ide baru dan kreatif. Berdasarkan generalisasi
problem yang ada, didapatkan beberapa solusi
atas problem kontradiksi yang ada. Dari
alternatif-alternatif solusi yang ada, kemudiandipilih satu solusi yang paling feasible, untuk
dijadikan spesific solution.
Dalam rangka mendapatkan alternatif-
alternatif di atas, digunakan alat bantu berupa
situs TRIZ, yang di dalamnya tedapat bagian
penginputan data dan hasil, yang dinamakan
interactive matrix. Yang digunakan sebagai
inputan adalah generalisasi atas respon teknis
pada bagian sebelumnya.
1. Desain produk versus material yang
digunakanRespon teknis desain produk (difficulty
of detecting ) yang berkontradiksi dengan
respon teknis material yang digunakan
( shape) memiliki beberapa alternatif solusi
yang ditawarkan. Dengan menggunakan
Altshuller Table of Contradiction didapatkan
beberapa alternatif solusi yang dijadikan
acuan dalam pemilihan spesific solution.
Tabel 3.9 Matriks Kontradiksi Difficulty of Detecting versus Shape
Setelah dilakukan penginputan data pada
situs TRIZ, didapatkan prinsip-prinsip solusi
dari kontradiksi di atas yaitu nomor 27, 13, 1
dan 39. Pada prinsip 27, solusi yang
diberikan adalah dengan cara mengganti
objek yang murah dengan beberapa objek
murah yang memiliki kualitas tambahan
tertentu. Solusi yang diberikan pada prinsip
13 adalah dengan cara membalikkan
tindakan pemecahan permasalahan yang ada.
Pada prinsip 1, solusi yang diberikan yaitu
membagi objek menjadi beberapa bagian
atau membuat objek mudah untuk dibongkar
pasang. Prinsip 39 yaitu penambahan fitur
atau komponen lain dalam produk.
2. Waktu penggunaan versus material yang
digunakan
Respon teknis waktu penggunaan
(length of moving object ) yang
berkontradiksi dengan material yangdigunakan (weight of moving object )
memiliki empat alternatif solusi yang
ditawarkan. Dengan menggunakan tabel
Altshuller Table of Contradiction didapatkan
beberapa alternatif solusi yang dijadikan
acuan dalam pemilihan spesific solution.
Tabel 3.10 Matriks Kontradiksi Length of Moving Object versus Weight of Moving Object
Setelah dilakukan penginputan data pada
situs TRIZ, didapatkan prinsip-prinsip solusi
dari kontradiksi di atas yaitu nomor 8, 15, 29
dan 34. Solusi-solusi tersebut antara lain
anti-weight, dynamics, pneumatics and hydraulics dan discarding and recovering .
Pada prinsip 8, solusi yang ditawarkan
adalah dengan menyeimbangkan berat dari
objek dan membuat objek berinteraksi
dengan lingkungan. Untuk prinsip 15, solusi
yang ditawarkan adalah mendesain objek,
lingkungan sekitar atau proses yang ada
berubah menjadi optimal dengan membuat
bagian-bagian produk dapat bergerak satu
sama lain. Selanjutnya pada prinsip 29,
solusi yang ditawarkan adalah menggunakan
gas atau benda cair, bukan benda padat.
7/22/2019 triz 1.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/triz-1pdf 7/11
7
Sedangkan solusi yang diberikan pada
prinsip 34 adalah membuat porsi-porsi atas
objek yang berfungsi berjalan atau
modifikasi selama operasi.
3. Banyak tali pengaman versus berat produk
Respon teknis banyak tali (durability of
moving object ) yang berkontradiksi dengan
berat produk (amount of substance) memiliki
beberapa alternatif solusi yang ditawarkan.
Dengan menggunakan Altshuller Table of
Contradiction didapatkan beberapa alternatif
solusi yang dijadikan acuan dalam pemilihan
spesific solution.
Tabel 3.11 Matriks Kontradiksi Durability of Moving
Object versus Quantity of Substance
Setelah dilakukan penginputan data pada
situs TRIZ, didapatkan prinsip-prinsip solusi
dari kontradiksi di atas yaitu nomor 3, 35, 10
dan 40. Solusi-solusi tersebut antara lainadalah local quality, parameter changes,
preliminary action dan composite materials.
Pada prinsip 3, solusi yang diberikan adalah
mengubah struktur dari objek dari yang
awalnya seragam, menjadi tidak seragam
atau membuat setiap part dari fungsi objek
lebih baik. Pada prinsip 35, solusi yang
diberikan adalah merubah parameter baik
suhu, konsentrasi, konsistensi atau merubah
bentuk fisik objek. Kemudian solusi yang
ditawarkan pada prinsip 10 adalah
menyiapkan objek sehingga waktu yang
terbuang sedikit. Untuk prinsip 40, solusi
yang diberikan yaitu merubah dari seragam
menjadi beberapa jenis material.
Prinsip-prinsip solusi yang telah
ditawarkan di atas, yang didapatkan dari The 40
Inventive Problem Solving , dispesifikasikan
menjadi satu solusi yang paling tepat untuk
diaplikasikan pada perancangan jumbo bag .
1. Desain produk versus material yang
digunakan.
2. Pada penjelasan sub bab sebelumnya, maka
didapatkan ide solusi yaitu prinsip 1,
segmentation, pada poin B yang berbunyi
“make an object easy to disassemble”.
Prinsip di atas memberikan ide untuk
membuat tampilan jumbo bag dari luar
terbuka, terbagi menjadi 4 bagian sehingga
pupuk dapat terpantau dari luar sebagian.
3. Waktu penggunaan versus material yang
digunakan.
Pada penjelasan sub bab sebelumnya, maka
didapatkan ide solusi yaitu prinsip 8, anti-
weight , pada poin A yang berbunyi “to
compensate for the weight of an object,
merge it with other objects that provide lift ”.
Prinsip di atas memberikan ide untuk
membuat dasar jumbo bag berbentuk persegi,
sehingga berat muatan terdistribusi secaramerata.
4. Banyak tali pengaman versus berat produk.
Pada penjelasan sub bab sebelumnya, maka
didapatkan ide solusi yaitu prinsip 3, local
quality, pada poin B yang berbunyi “make
each part of an object function in conditions
most suitable for its operation”. Prinsip di
atas memberikan ide untuk membuat
pengaman pada bagian atas dan samping
jumbo bag sehingga muatan yang diangkat
lebih aman untuk dipindah-pindahkan serta
kekuatan jumbo bag optimal.
3.4 Pembuatan Prototype
Dalam pengilustrasian jumbo bag secara 3
dimensi, dilakukan dengan bantuan software
3D’s Max dan perancangan fisik jumbo bag
dilakukan di PT. Wiharta,Gresik. Pembuatan
prototype nyata dimaksudkan agar alat dapat
diuji coba secara langsung sehinga dapat
diketahui kekurangan-kekurangan alat.
3.5 Pengujian Prototype
Setelah dilakukan perancangan, baik fisik maupun prototype, maka tahapan selanjutnya
adalah dilakukan pengujian terhadap jumbo bag .
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui
apakah jumbo bag hasil rancangan lebih baik
dari penggunaan pallet pada kondisi existing
yang ada.
a. Waktu Standar
Perhitungan waktu standar dalam pengujian
jumbo bag , untuk data yang digunakan adalah
data pengujian jumbo bag pada jenis pupuk
7/22/2019 triz 1.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/triz-1pdf 8/11
8
curah AlF3 pada jenis kapal yang sama, yaitu
kapal Tradisi 8 namun dengan tujuan Medan
dan Padang. Pengujian dengan rancangan jumbo
bag secara langsung pada kapal Tradisi 8 tidak
bisa dilakukan dikarenakan kapal sedang dalam
pelayaran pada saat penelitian berlangsung,
sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan
pengujian secara langsung.
Dengan menggunakan metode
Westinghouse Rating System, dilakukan
perhitungan terhadap performansi operator. Data
performansi operator didapatkan dari sub bab
penghitungan waktu standar existing . Kemudian
dilakukan perhitungan waktu normal, dan
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 3.12 Perhitungan Waktu Normal Pengujian
Selanjutnya, waktu normal yang sudah
didapatkan dari perhitungan di atas, digunakan
sebagai inputan untuk menghitung waktu
standar. Dengan rumus yang sama, didapatkan
hasil waktu standar bongkar muat dengan
menggunakan jumbo bag adalah 0,039637
jam/ jumbo bag dan output standar adalah
25,22916 25 jumbo bag /jam.
b. Nordic Body Map
Penyebaran kuesioner Nordic Body Map
dilakukan setelah pengujian dengan
menggunakan jumbo bag . Berdasarkan
kuesioner yang telah disebarkan, didapatkan
hasil bahwa buruh mengalami penurunan
keluhan rasa sakit, di seluruh bagian tubuh yang
dikeluhkan sebelum digunakannya jumbo bag .
Bagian-bagian tersebut antara lain adalah lengan
atas kiri, lengan atas kanan, pinggang, tangan
kiri, tangan kanan, lutut kiri, dan lutut kanan.
Gambar 3.1 Perbandingan Tingkat Keluhan Buruh
Tabel 3.13 Rekap Kuesioner Nordic Body Map
Pengujian
c. Biaya Shipment
Berikut ini adalah perhitungan biaya
bongkar muat pupuk dengan menggunakan
alat bantu jumbo bag . Asumsi yang
digunakan dalam menentukan kapasitas
angkut kapal dengan menggunakan jumbo
bag ini adalah 1.900 ton. Hal ini dikarenakan
terdapat broken space yang disebabkan oleh
bentuk lambung kapal yang cenderung
melengkung, sehingga jumbo bag kurangdapat menyesuaikan dengan bentuk tersebut.
Pada perhitungan biaya ini, ditambahkan
biaya gudang. Hal ini dikarenakan dalam
pengoperasian jumbo bag , diperlukan
beberapa resource lain. Resource tersebut
antara lain adalah penambahan buruh gudang
serta forklift. Total biaya per
shipment dengan menggunakan alat bantu
jumbo bag adalah Rp. 656.209.583,33. Total
biaya per shipment dengan pallet dan total
biaya per shipment dengan alat bantu jumbo
bag ini dijadikan input untuk perhitungan Present Value. Nilai present value yang
didapatkan, akan digunakan untuk
mengetahui nilai investasi saat ini. Dalam
membandingkan berbagai investasi,
dibutuhkan suatu periode studi yang disebut
planning horizon. Planning horizon yang
digunakan dalam perhitungan present value
ini adalah 5 tahun karena pihak perusahaan
menghendaki adanya inovasi baru atas
sistem bongkar muat pupuk yang ada. Rate
yang digunakan selama rencana investasi
sebesar 12%, besarnya rate ini disesuaikan
7/22/2019 triz 1.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/triz-1pdf 9/11
9
dengan besarnya bungan pada bank. Nilai
present value bernilai negatif karena
merupakan suatu biaya yang dikeluarkan
perusahaan sebagai investasi.
Tabel 3.14 Biaya Bongkar Muat Pupuk dengan Jumbo Bag
Tabel 3.15 Perhitungan Present Value
3.6 Biaya Pembuatan Jumbo Bag
Kebutuhan material dan rincian biaya
produksi yang digunakan dalam pembuatan
prototype adalah representatif kebutuhan
material yang digunakan dalam pembuatan
jumbo bag.
Tabel 3.15 Biaya Pembuatan Jumbo bag
4. Analisis dan Pembahasan
4.1 Analisis Kondisi Existing
Alat bantu yang digunakan dalam proses
bongkar muat pupuk adalah pallet . Pallet yang
berukuran 3x120x155 cm dibuat dari material
kayu rimba campur. Kapasitas angkut pallet iniadalah 1,5 ton.
Penggunaan pallet ini memiliki banyak
kekurangan yang mengakibatkan perusahaan.
Kerusakan pupuk ini disebabkan karena pada
saat bongkar muat maupun di storage, pupuk
tidak terlindungi dengan baik. Waktu sandar
kapal yang terbatas juga menjadi salah satu
alasan mengapa proses bongkar muat ini kurang
efektif dijalankan.
Perusahaan telah melakukan percobaan
bongkar muat pupuk dengan bantuan cargo net,
namun terdapat beberapa keterbatasan perusahaan yang mengakibatkan pengaplikasian
bongkar muat pupuk dengan cargo net tidak
dapat dilakukan. Hal tersebut antara lain adalah
space gudang di perusahaan tidak memadahi
untuk melakukan stapple pupuk, pupuk yang
tidak terlindung, serta bentuk cargo net yang
tidak beraturan menyebabkan pupuk mudah
rusak. Selain itu, pupuk yang ditempatkan
dalam cargo net , saat tiba di kapal masih harus
ditata ulang oleh buruh, sehingga waktu tunggu
tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan
proses bongkar muat menggunakan pallet .
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka
dibutuhkan suatu perancangan alat bantu
bongkar muat yang lebih baik agar produktivitas
kegiatan ini menjadi lebih baik.
4.2 Analisis Waktu Standar
Perhitungan waktu standar dilakukan pada
kondisi existing dan pada kondisi perbaikan. Hal
ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
dengan menggunakan alat bantu pallet , bila
dibandingkan dengan alat bantu jumbo bag ,
memiliki perbedaan yang signifikan dalam
7/22/2019 triz 1.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/triz-1pdf 10/11
10
upaya perbaikan proses bongkar muat pupuk.
Pada pengambilan data sampel di perusahaan,
diambil 30 data sampel yang kemudian diuji
keseragaman datanya. Berdasarkan perhitungan
yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa
waktu standar yang dibutuhkan dalam proses
bongkar muat pupuk untuk satu pallet adalah
0,10152 jam atau 6 menit 5 detik, dengan output
standar 10 pallet setiap jam.
Dengan menggunakan tahapan perhitungan
yang sama, untuk pengujian waktu standar
dengan alat bantu jumbo bag , didapatkan waktu
standar 0,039637 jam untuk tiap jumbo bag ,
atau setara dengan 2 menit 27 detik dengan
output standar 25 jumbo bag per jam. Dengan
penurunan waktu standar yang dibutuhkan pada
kegiatan bongkar muat pupuk serta output
standar yang meningkat, maka hal tersebut dapatdikatakan sebagai peningkatan produktivitas.
Peningkatan produktivitas dalam hal ini adalah
peningkatan volume output dengan volume
input yang tetap.
4.3 Analisis Nordic Body Map
Tahapan pengambilan data Nordic Body
Map yang telah dilakukan pada 8 buruh,
bertujuan untuk mengetahui dan
membandingkan keluhan-keluhan yang dialami
pada saat kondisi eksisiting dan kondisi
perbaikan. Berdasarkan data yang diperoleh,diketahui bahwa keluhan sakit yang paling
dirasakan buruh terdapat pada lengan atas kiri,
lengan atas kanan, pinggang, tangan kiri, tangan
kanan, lutut kiri dan lutut kanan. Total daerah
sakit sebanyak 7 bagian tubuh buruh. Keluhan
sakit yang dirasakan buruh disebabkan oleh
pekerjaan yang repetitif dengan jam kerja yang
panjang.
Berdasarkan data Nordic Body Map
hasil pengujian dengan penggunaan jumbo bag ,
keluhan buruh menurun hampir di seluruh
daerah sakit yang dikeluhkan sebelumnya, padakondisi existing . Hal ni dikarenakan buruh
sudah tidak harus melakukan pengangkatan dan
penataan pupuk, namun hanya bertugas
mengaitkan tali jumbo bag ke crane serta
mengarahkan penataan pupuk pada lambung
kapal.
4.4 Analisis Ekonomi
Berdasarkan data dan narasumber produsen
jumbo bag , biaya pembuatan jumbo bag ini
adalah Rp. 120.000,00 untuk setiap jumbo bag .
Biaya tersebut terdiri dari biaya bahan baku,
yaitu sebesar Rp. 99,668,37; biaya tenaga kerja
1 orang tukang jahit sebesar Rp.15.000,00 dan
biaya overhead sebesar Rp. 5.000,00. Biaya
tersebut dapat dikatakan lebih murah bila
dibandingkan dengan pallet yang berharga Rp.
165.000,00.
Pada perhitungan biaya bongkar muat
pupuk existing , didapatkan hasil untuk biaya per
shipment dengan menggunakan bantuan pallet
adalah sebesar Rp. 653.390.000,00. Sedangkan
untuk biaya bongkar muat pupuk menggunakan
jumbo bag , total biaya per shipment adalah
sebesar Rp. 656.209.583,33. Biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk setiap kali
shipment , bila dibandingkan memiliki selisih
biaya Rp. 2.819.583,33 dengan total shipment
jumbo bag yang memiliki harga yang lebih
mahal. Hal ini dikarenakan pada pengoperasian jumbo bag di gudang, harus ditambahkan buruh
sebanyak satu orang yang bekerja untuk
mengikat dan mempersiapkan jumbo bag yang
akan digunakan. Dari segi pembiayaan per
shipment , penggunaan jumbo bag memiliki
selisih biaya yang dikompensasi dengan umur
produk yang memiliki selisih cukup jauh, yaitu
pallet dengan umur produk 10 kali pemakaian,
sedangkan jumbo bag memiliki umur produk
yang lebih panjang yaitu 25 kali pemakaian.
Tabel 4.1 Perbandingan Eksisting dan Perbaikan
Perhitungan present value untuk total
shipment per tahun dilakukan pada alat bantu
pallet dan alat bantu jumbo bag dengan
menggunakan planning horizon 5 tahun. Present
value untuk total biaya shipment per tahun
untuk pallet adalah Rp. 57.797.309.012,24,
sedangkan total biaya shipment per tahun untuk jumbo bag adalah Rp. 57.464.191.643,38.
Perhitungan present value ini digunakan untuk
mengetahui nilai investasi saat ini. Dengan
planning horizon 5 tahun, didapatkan selisih
biaya sebesar Rp. 333.117.368,86. Dengan
demikian, nilai investasi jumbo bag lebih
menguntungkan bila dibandingkan dengan
pallet .
5. KesimpulanBerdasarkan pengolahan data serta
analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat
7/22/2019 triz 1.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/triz-1pdf 11/11
11
disimpulkan beberapa hal terkait dengan
penelitian ini, yaitu antara lain :
1. Hasil kuesioner penjaringan suara konsumen
(Voice of Customer ) menunjukkan bahwa
terdapat gap antara tingkat kepentingan
kebutuhan dengan tingkat kepuasan dari
pihak perusahaan dengan menggunakan
sistem bongkar muat pupuk dengan bantuan
pallet .
2. Gap terbesar adalah pada atribut biaya
pembuatan, umur produk dan kekuatan
produk, sedangkan untuk gap terendah
adalah pada atribut kemudahan perawatan
dan kapasitas angkut.
3. Kelemahan pelaksanaan bongkar muat pupuk
dengan pallet adalah pupuk defect (jatuh,
bocor dan basah) dan memakan banyak
waktu dalam proses bongkar muat dilambung kapal.
4. Proses perancangan jumbo bag dilakukan
melalui tahap penjaringan Voice of Customer
(VoC), penyusunan House of Quality (HoQ),
selanjutnya respon teknis yang berkontadiksi
berkorelasi negatif diselesaikan dengan
TRIZ.
5. Alat bantu jumbo bag telah dapat memenuhi
keinginan dan kebutuhan perusahaan dalam
hal produktivitas waktu bongkar muat pupuk.
6. Hasil pengujian waktu standar existing
bongkar muat pupuk 0,10152 jam atau 6menit 5 detik dengan output standar 10
pallet /jam, sedangkan waktu standar dengan
menggunakan jumbo bag adalah 0,039637
jam atau 2 menit 27 detik dengan output
standar 25 jumbo bag /jam.
7. Biaya pembuatan jumbo bag adalah Rp.
120.000,00. Dengan biaya tersebut diperoleh
penghematan biaya shipment sebesar Rp.
333.117.368,86
6. Daftar PustakaAnggrahini, D., 2010, Perancangan Mesin Sizing
Teri Nasi Berdasarkan Prinsip LengthGrader dengan menggunakan Quality Function Deployment. Surabaya : TugasAkhir Mahasiswa Jurusan Teknik IndustriFTI ITS
Barness, R.M., 1980, Motion and Time Study:
Design and Measurement of Work . NewYork : John Wiley & Sons
Chen, C., 2010, Application of Quality Function Deployment in the Semiconductor Industry: A Case Study. Taiwan : Departement of Business Administration, NationalPingtung University of Science and
Technology
Daulika, S., 2010, Perancangan Alat BantuPengelasan Ergonomis dengan
Menggunakan Quality FunctionDeployment (Studi Kasus : PT. ALSTOM Power Energy Systems Indonesia).Surabaya : Tugas Akhir MahasiswaJurusan TeknikIndustri FTI ITS
Domb, E., 1997, Contradictions : Air Bag Application (The TRIZ Journal). USA :
The TRIZ InstituteErlangga, B., 2010, Identifikasi Bahaya Metode
Dow Fire&Explosion Index pada Ammonia Storage di Unit Pabrik II, PT. Petrokimia Gresik. Surabaya : TugasAkhir Mahasiswa Jurusan Politeknik
Perkapalan ITSGuna, 2009, Analisa Teknik dan Biaya Proses
Produksi pada Material Handling .(Online) available <URL:http://www.gunadarma.ac.id> (Accessed
20 September 2010)Hidayat, A., 2002, Strategi Six Sigma. Elex Media
Komputindo, Jakarta
Ilham, M., 2009, Perancangan Tata Letak Gudang Ekspor PT. Hadi Baru dengan Metode Shared Strage. Medan : TugasAkhir Mahasiswa Jurusan Teknik IndustriUniversitas Sumatra Utara
Kim, J., 2009, Appplication of TRIZ Creativity Intensification Approach to Chemical
Process Safety. Korea : Departement of Chemical and Biomolecular Engineering,Yonsei University
Laksmi, A., 2010, Perancangan Ulang Kompor
Bioetanol dengan Pendekatan Quality Function Deployment (QFD) dan Teoriya
Resheniya Izobretatelskikh Zadatch(TRIZ). Surabaya : Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Teknik Industri FTIITS
Megawati, Y., 2007, Perencanaan Ulang Layout dan Material Handling di PT. Smart Tbk.
untuk Meminimumkan Waktu Perpindahan. Surabaya : Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Teknik IndustriUniversitas Kristen Petra
Ulrich, K.T., dan Eppinger, S.D., 2001,
Perancangan Dan Pengembangan Produk. Jakarta: Salemba Teknika
Wignjosoebroto, S., 1992, Teknik Tata Cara dan Pengukuran Kerja. Surabaya : GunaWidya
Wignjosoebroto, S., 2000, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu : Teknik Analisis untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja.
Jakarta : PT. Gunawidya
Wignjosoebroto, S. (2008). Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya : Guna Widya