perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
TUGAS AKHIR
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEBERDAYAAN
PRODUSEN TAHU TERHADAP KEBERLANJUTAN USAHA
TERKAIT DENGAN FAKTOR LOKASI DI KOTA KEDIRI
Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai
Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota
Disusun Oleh:
KURNIASARI
I 0607050
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEBERDAYAAN PRODUSEN TAHU
TERHADAP KEBERLANJUTAN USAHA
TERKAIT DENGAN FAKTOR LOKASI DI KOTA KEDIRI
KURNIASARI
I0607050
Menyetujui,
Surakarta, Agustus 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Ana Hardiana, MT Ir. Widi Suroto, MT
NIP. 19690919 199412 2 001 NIP . 19560905 198601 1 001
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Arsitektur Ketua Program Studi
Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT Ir. Galing Yudana, MT
NIP. 19620610 199103 1 001 NIP. 19620129 198703 1 002
Pembantu Dekan I
Fakultas Teknik
Kusno Adi Sambowo, ST, MT, Ph.D
NIP. 19691026 199503 1 002
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
ABSTRAK
Industri kecil rumah tangga (IKRT) memiliki kontribusi yang besar
dalam pembangunan karena menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar,
menjadi penyumbang pendapatan asli daerah yang signifikan, prospektif
untuk ekspor, dan mampu bertahan dalam kondisi krisis. IKRT jelas perlu
mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi
sebagian besar angkatan kerja Indonesia, namun juga merupakan ujung
tombak dalam upaya pengentasan kemiskinan. Di perdesaan, peran penting
IKRT memberikan tambahan pendapatan, merupakan seedbed bagi
pengembangan industri dan sebagai pelengkap produksi pertanian bagi
penduduk miskin. Dengan kata lain, IKRT juga berfungsi sebagai strategi
mempertahankan hidup (survival strategy) di tengah krisis moneter. Salah
satu aspek yang dapat mengangkat perekonomian rakyat adalah
pemberdayaan. Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan
individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan
masyarakat yang bersangkutan. Di Kota Kediri terdapat industri rumah
tangga makanan olahan yang mampu menjadikan Kediri dikenal sebagai Kota
Tahu. Salah satu wilayah yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor
industri rumah tangga tahu adalah Kelurahan Tinalan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor
keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya, dengan sasaran
utama menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi maupun variabel
yang dipengaruhinya. Kemudian dilihat pengaruhnya antara faktor-faktor
keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya. Analisis
dilakukan secara deskriptif kuantitatif dengan mengkorelasikan antara faktor-
faktor keberdayaan produsen tahu, yang meliputi: faktor bantuan modal,
faktor pemasaran, faktor teknologi dan faktor tantangan terhadap faktor
keberlanjutan usaha yaitu kontinuitas produksi. setelah mengetahui
pengaruhnya dilakukan uji keeratan hubungan antara masing-masing faktor
keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usaha.
Dari analisis korelasi dan keeratan hubungan, dapat diketahui bahwa
faktor-faktor yang cukup kuat mempengaruhi kontinuitas produksi adalah
faktor bantuan modal, faktor pemasaran dan faktor tantangan. Faktor
teknologi tidak begitu kuat mempengaruhi karena ketersediaan tenaga kerja
masih dibutuhkan di industri tersebut. Direkomendasikan perlu adanya
kerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan sektor ini baik dalam
bidang permodalan, pemasaran, peralatan bahkan dalam menghadapi
tantangan yang sering menerpa sektor ini agar produsen tahu lebih
berdayaguna dan dapat bersaing di pasar yang lebih luas.
Kata kunci: industri rumah tangga, bantuan modal, pemasaran, teknologi,
tantangan, kontinuitas produksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRACT
Household industries (IKRT) has greatly contributed in the construction
workforce as it absorbs large quantities, a contributor to revenue is significant,
for exports prospective, and can survive in conditions of crisis. IKRT obvious
need of attention because it not only provides income for most of the Indonesian
workforce, but also is spearheading efforts to alleviate poverty. In rural areas, an
important role IKRT provide additional income, is a seedbed for the development
of industrial and agricultural production as a complement to the poor. In other
words, IKRT also serves as a strategy of survival (survival strategy) in the middle
of the monetary crisis. One aspect that can lift people's economy is empowerment.
In the context of community empowerment is the ability of individuals bersenyawa
in society and build community empowerment is concerned. In Kediri households
are food processing industry capable of making known Kediri as the city of
‘tahu’. One area that most residents work in the household industrial sector of
‘tahu’ is Tinalan Village.
This study aimed to determine the influence of factors of empowerment of
the producers out of business sustainability, with the main objective to analyze the
variables that affect or variables that influence. Then seen the effect of these
factors on the empowerment of the ‘tahu’ producer its business sustainability.
Quantitative descriptive analysis carried out by correlating between the factors of
empowerment of the ‘tahu’ producers, including: factors of capital assistance,
marketing factors, technological factors and factors of business challenges to the
sustainability factor is continuity of production. after knowing the impact test
conducted between the closeness of the relationship of each factor of
empowerment of the producers about their sustainability efforts.
From the correlation analysis and the closeness of the relationship, it is
known that factors affecting the continuity that is strong enough capital is a factor
of production, marketing factors and the challenge factor. Factors affecting
technology is not so strong because of the availability of manpower is still needed
in the industry. Recommended the need for cooperation with the government to
boost this sector both in the field of capital, marketing, equipment and even in the
face of challenges that frequently hit this sector so that ‘tahu’ manufacturers
more efficient and can compete in the broader market.
Key words: household industries, capital, marketing, technology, challenge,
continuity of production.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala
serta rahmat dan pertolonganNya sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan
dan perkuliahan pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas
Sebelas Maret Surakarta, sampai dengan penyusunan Tugas Akhir ini dengan
judul : “Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap
Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri”.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak tidak mungkin
Tugas Akhir ini dapat terselesaikan, untuk itu perkenankan penulis memberikan
penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih yang tulus
kepada :
1. Allah swt. yang telah memberikan kesempatan hidup serta rahmat dan
hidayahNya hingga penulis mendapat kesempatan belajar di PWK UNS.
2. Bapak Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
3. Bapak Ir. Galing Yudana, MT selaku Ketua Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret.
4. Ibu Ir. Ana Hardiana, MT yang telah memberikan tuntunan dan pengarahan
dengan sabar dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
5. Bapak Ir. Widi Suroto, MT yang juga telah memberikan tuntunan dan
pengarahan dengan sangat sabar dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
6. Segenap instansi pemerintahan Kota Kediri yang telah mempermudah
pencarian data untuk Tugas Akhir ini.
7. Produsen Tahu Kelurahan Tinalan Kota Kediri yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk penulis.
8. Ninik Hani’ah dan Muhammad Hanik yang telah memberikan segenap kasih
sayang, dukungan, do’a dan mengajarkan banyak hal dalam hidup.
9. Andira Fajryah dan Muhammad Ardian yang telah memberikan segala
dukungan moral dan material serta doa dalam setiap langkah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
10. Keluarga Besar PWK UNS 2007 yang telah banyak berbagi canda tawa,
keluh kesah, pelajaran hidup dan arti kebersamaan selama 4 tahun
kebelakang.
11. Penghuni Kost Aura yang telah menemani penulis dalam suka maupun duka.
12. Semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung
dalam penyelesaian pembuatan laporan ini.
Sebagai manusia biasa yang tidak terlepas dari kekurangan, keterbatasan dan
kekhilafan penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Dalam rangka penyempurnaan
Tugas Akhir ini penulis sangat mengharapkan masukan dan kritik yang sifatnya
membangun dan dapat dikembangkan dalam penelitian lebih lanjut. Akhirnya
penulis berharap kiranya Allah Subhanahuwata’ala selalu memberikan
anugerahNya kepada penulis, semua pihak dan selalu dalam lindunganNya. Amin.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
Kurniasari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO :
There are many people who have big plans but their big plans never
come true. The reason is, too many people have big plans but fail to
keep their small agreements.
[Robert Kiyosaki]
Disaat semuanya tidak memperdulikan kesedihanmu, cintanya Ibu paling
setia menuntaskan kegelisahan dan kegundahan.
[@TerimaKasihIBU]
Jangan berkata menyerah jika kamu masih bisa mencoba, karena
sahabat baikmu tidak akan membiarkanmu sendiri dalam kesulitan.
[@pepatah]
Rencana yang paling luar biasapun akan sia-sia, jika hanya terhenti pada
wacana. Berani bergerak! Sukses pasti akan tercapai.
[Andri Wongso]
Karya ini dipersembahkan untuk:
Ibu dan Bapak tercinta
Kakak dan adik ku tersayang
Saudara seperjuanganku di
PWK 2007 UNS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
ABSTRACT ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
MOTTO ................................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR PETA .................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 3
C. Tujuan dan Sasaran .......................................................................................... 3
1 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
2 Sasaran Penelitian ........................................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4
E. Batasan Penelitian ............................................................................................. 4
1. Ruang Lingkup Spasial ............................................................................... 4
2. Ruang Lingkup Substansial ........................................................................ 6
F. Sistematika Pembahasan ................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tentang Industri ................................................................................................ 9
1. Pengertian Industri Kecil ............................................................................ 9
2. Klasifikasi Skala Industri .......................................................................... 11
3. Teori Lokasi ............................................................................................. 11
4. Industri Kecil Dengan Konsep Rumah ..................................................... 14
5. Industri Kecil Sebagai Upaya Pengembangan Lokal Di Indonesia .......... 14
6. Industri Kecil Rumah Tangga Berkelanjutan ........................................... 15
7. Potensi Dan Kendala Industri Kecil .......................................................... 16
8. Arti Penting Koperasi dalam Industri Kecil dan Rumah Tangga ............. 19
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008
Tentang Kebijakan Industri Nasional ....................................................... 21
B. Tentang Pemberdayaan ................................................................................... 23
1. Definisi pemberdayaan dan keberdayaan ................................................. 23
2. Keberdayaan Masyarakat .......................................................................... 24
C. Indikator yang Digunakan .............................................................................. 25
1. Indikator Faktor Bantuan Modal ............................................................... 25
2. Indikator Faktor Pemasaran ...................................................................... 25
3. Indikator Faktor Teknologi ....................................................................... 26
4. Indikator faktor Tantangan ....................................................................... 27
5. Indikator Kontinuitas Produksi ................................................................. 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
D. Metode Analisa ............................................................................................... 28
1. Uji Validitas dan Realibitas ...................................................................... 28
2. Analisa Chi Kuadrat .................................................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ....................................................................................... 29
1. Populasi ..................................................................................................... 29
2. Sampel ...................................................................................................... 29
B. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ............................................................. 31
1. Jenis Data .................................................................................................. 31
2. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 31
C. Definisi Operasional Variabel......................................................................... 33
1. Keberdayaan produsen tahu ...................................................................... 33
2. Keberlanjutan Usaha ................................................................................. 34
D. Validitas Data ................................................................................................. 35
1. Trianggulasi .............................................................................................. 35
2. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner .................................................. 35
E. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 35
BAB IV GAMBARAN UMUM INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU
KELURAHAN TINALAN
A. Kondisi Wilayah Penelitian ............................................................................. 40
1. Kondisi Geografis Kota Kediri ................................................................. 40
2. Kondisi Geografis Kelurahan Tinalan ...................................................... 45
3. Kondisi Fisik Wilayah Penelitian ............................................................. 48
4. Penduduk Dan Ketenagakerjaan ............................................................... 53
5. Prasarana Wilayah Penelitian ................................................................... 54
6. Kondisi Perekonomian Kota Kediri .......................................................... 60
B. Proses pembuatan makanan olahan tahu .......................................................... 60
1. Perendaman dan pencucian ....................................................................... 60
2. Penggilingan ............................................................................................ 61
3. Perebusan .................................................................................................. 61
4. Penyaringan dan penggumpalan ............................................................... 61
5. Pencetakan dan Pemotongan..................................................................... 62
C. Perkembangan Industri Kecil Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan ......... 65
1. Sejarah ........................................................................................................ 66
2. Bahan Baku ................................................................................................ 66
3. Teknologi ................................................................................................... 69
4. Perkembangan Produksi Tahu ................................................................... 70
5. Pesaing ....................................................................................................... 71
6. Kelembagaan .............................................................................................. 71
7. Tenaga Kerja .............................................................................................. 72
D. Karakteristik Sosial Ekonomi Produsen Tahu ................................................. 73
1. Pendapatan ................................................................................................. 73
2. Tingkat Pendidikan .................................................................................... 74
3. Lama Berusaha ........................................................................................... 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
E. Peran Pemerintah Dalam Perkembangan Industri Tahu Di Kota Kediri ......... 75
1. Dinas Perindustrian dan Perdagangan........................................................ 75
2. Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah................................. 75
BAB V ANALISIS
A. Validitas dan Realibilitas Kuesioner ................................................................ 78
1. Uji Validitas ............................................................................................... 78
2. Uji Reabilitas ............................................................................................. 78
B. Keberdayaan Produsen Tahu di Kelurahan Tinalan ........................................ 79
1. Bantuan Modal ........................................................................................... 79
2. Pemasaran .................................................................................................. 82
3. Teknologi ................................................................................................... 87
4. Tantangan ................................................................................................... 89
C. Keberlanjutan Usaha Tahu di Kelurahan Tinalan ............................................ 91
1. Kontinuitas Produksi .................................................................................. 91
D. Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu terhadap
Keberlanjutan Usaha Tahu di Kelurahan Tinalan ............................................ 93
1. Pengaruh Bantuan Modal terhadap Kontinuitas Produksi ......................... 93
2. Pengaruh Pemasaran terhadap Kontinuitas Produksi................................. 98
3. Pengaruh Teknologi terhadap Kontinuitas Produksi ............................... 102
4. Pengaruh Tantangan terhadap Kontinuitas Produksi ............................... 105
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ................................................................................................... 110
B. Rekomendasi ................................................................................................. 112
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
Lampiran 1 Kuesioner ................................................................................................
Lampiran 2 Hasil Kuesioner ......................................................................................
Lampiran 3 Rangkuman Hasil Wawancara ...............................................................
Lampiran 4 Hasil Perhitungan Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner
menggunakan SPSS ................................................................................
Lampiran 5 Hasil Perhitungan Uji Chi Kuadrat dan Uji Keeratan Hubungan
menggunakan SPSS ................................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...................................................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kekuatan dan Kelemahan Industri Kecil ...................................... 18
Tabel 3.1 Definisi Variabel Operasional....................................................... 34
Tabel 3.2 Kriteria Guilford Keeratan Hubungan .......................................... 36
Tabel 3.3 Metodologi Penelitian ................................................................... 37
Tabel 4.1 Sebaran Industri Tahu di Kota Kediri ........................................... 43
Tabel 4.2 Tata Guna Lahan Kota Kediri ....................................................... 48
Tabel 4.3 Tata Guna Lahan Kelurahan Tinalan ............................................ 52
Tabel 4.4 Pembuangan Air Limbah Industri Tahu Kelurahan Tinalan......... 56
Tabel 4.5 Perkembangan Produksi Kedelai Kabupaten Kediri
Tahun 2000 – 2008 ....................................................................... 67
Tabel 4.6 Tabel Penggunaan Kedelai Industri Tahu Kelurahan Tinalan ...... 68
Tabel 4.7 Perbedaan Peralatan Konvensional dan Modern
dalam Industri Tahu Kelurahan Tinalan ....................................... 69
Tabel 4.8 Pendapatan Bersih Per Hari Produsen Tahu
Kelurahan Tinalan ........................................................................ 73
Tabel 4.9 Tingkat Pendidikan Produsen Tahu Kelurahan Tinalan ............... 74
Tabel 4.10 Lama Berusaha Produsen Tahu Kelurahan Tinalan.................... 75
Tabel 4.11 Syarat-syarat Pengajuan Modal Bergulir
Dinas Koperasi dan UMKM ......................................................... 76
Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner ....................................................... 78
Tabel 5.2 Hasil Uji Realibilitas Kuesioner ................................................... 79
Tabel 5.3 Jaringan Pemasaran Tahu Luar Kota ............................................ 81
Tabel 5.4 Perkembangan Ragam Produk Tahu
di Kelurahan Tinalan Tahun 2006 – 2010 ................................... 81
Tabel 5.5 Pendapatan Bersih Per Bulan Produsen Tahu
Kelurahan Tinalan ........................................................................ 87
Tabel 5.6 Uji Chi Kuadrat dan Uji Signifikansi Bantuan Modal terhadap
Kontinuitas Produksi .................................................................... 94
Tabel 5.7 Perkembangan Produksi Kedelai Kabupaten Kediri
Tahun 2000 – 2008 ....................................................................... 96
Tabel 5.8 Uji Chi Kuadrat dan Uji Signifikansi Pemasaran terhadap
Kontinuitas Produksi .................................................................... 98
Tabel 5.9 Uji Chi Kuadrat dan Uji Signifikansi Teknologi terhadap
Kontinuitas Produksi .................................................................... 102
Tabel 5.10 Uji Chi Kuadrat dan Uji Signifikansi Tantangan terhadap
Kontinuitas Produksi ................................................................... 106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR PETA
Peta 1.1 Peta Lokasi Penelitian Kelurahan Tinalan .............................................. 5
Peta 3.1 Peta Administrasi Sampel Penelitian ...................................................... 30
Peta 4.1 Peta Batas Administrasi Kota Kediri ...................................................... 41
Peta 4.2 Peta Persebaran Industri Tahu di Kota Kediri......................................... 44
Peta 4.3 Peta Batas Administrasi Kelurahan Tinalan ........................................... 46
Peta 4.4 Peta Sebaran Industri Tahu di Kelurahan Tinalan .................................. 47
Peta 4.5 Peta Tata Guna Lahan Kota Kediri ......................................................... 49
Peta 4.6 Peta Jenis Tanah Kota Kediri .................................................................. 51
Peta 4.7 Peta Jaringan Jalan Kelurahan Tinalan ................................................... 57
Peta 5.1 Peta Jaringan Pemasaran Dalam Kota
Industri Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan ................................... 84
Peta 5.2 Peta Jaringan Pemasaran Luar Kota
Industri Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan ................................... 86
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Latar Belakang ................................................................ 8
Gambar 2.1 Hipotesis Christaller ........................................................................ 13
Gambar 3.1 Bagan Proses Pengambilan Sampel ................................................ 29
Gambar 3.2 Kerangka Pikir Penelitian ............................................................... 39
Gambar 4.1 Diagram Penggunaan Lahan Kelurahan Tinalan ............................ 52
Gambar 4.2 Citra Satelit Kelurahan Tinalan ....................................................... 53
Gambar 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Kelurahan Tinalan Tahun 2010 ....................................................... 54
Gambar 4.4 Jalan Kota dan Jalan Nasional di Sekitar
Kelurahan Tinalan ........................................................................... 55
Gambar 4.5 Gambaran Lokasi Industri Tahu Kelurahan Tinalan ....................... 59
Gambar 4.6 Bagan Proses Pembuatan Tahu ....................................................... 62
Gambar 4.7 Proses Pembuatan Tahu Kelurahan Tinalan ................................... 63
Gambar 4.8 Proses Pembuatan Tahu Takwa Kelurahan Tinalan........................ 64
Gambar 4.9 Proses Pembuatan Stik Tahu Kelurahan Tinalan ............................ 65
Gambar 4.10 Perkembangan Produksi Kedelai Kabupaten Kediri
Tahun 2000 – 2008 ....................................................................... 67
Gambar 4.11 Grafik Perkembangan Produksi Tahu
Kelurahan Tinalan .......................................................................... 70
Gambar 5.1 Diagram Bantuan Modal Industri Rumah Tangga Tahu
dalam kurun waktu 5 tahun ............................................................. 79
Gambar 5.2 Grafik Perkembangan Jenis Produksi Tahu di
Kelurahan Tinalan Tahun 2006 – 2010 ........................................... 82
Gambar 5.3 Diagram Jaringan Pemasaran Industri Rumah Tangga Tahu
Tahun 2006 – 2010 .......................................................................... 82
Gambar 5.4 Titik-titik pemasaran menurut Central Place Theory ..................... 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Gambar 5.5 Diagram Peralatan Produksi Industri Kecil Rumah Tangga
Tahu di Kelurahan Tinalan .............................................................. 88
Gambar 5.6 Diagram Tingkat Pendidikan Produsen Tahu
di Kelurahan Tinalan ....................................................................... 89
Gambar 5.7 Diagram Tantangan yang Dihadapi oleh Industri
Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan ........................................ 90
Gambar 5.8 Diagram Lama Berusaha Industri Rumah Tangga Tahu
Kelurahan Tinalan ........................................................................... 91
Gambar 5.9 Diagram Kontinuitas Produksi Tahu
di Kelurahan Tinalan ....................................................................... 92
Gambar 5.10 Grafik Perkembangan Penggunaan Kedelai
Industri Tahu Kelurahan Tinalan ................................................... 93
Gambar 5.11 Diagram Pengaruh Bantuan Modal Terhadap
Kontinuitas Produksi Tahu Kelurahan Tinalan .............................. 94
Gambar 5.12 Sumber Bantuan Modal yang Diperoleh Produsen
Tahu Kelurahan Tinalan................................................................. 95
Gambar 5.13 Grafik Perkembangan Produksi Kedelai
Kabupaten Kediri Tahun 2000 – 2008 ........................................... 96
Gambar 5.14 Pola Panen Kedelai Bulanan di Jawa Timur ................................. 97
Gambar 5.15 Diagram Pengaruh Pemasaran Terhadap
Kontinuitas Produksi Tahu Kelurahan Tinalan .............................. 99
Gambar 5.16 Jaringan Pemasaran Produk Tahu Kelurahan Tinalan .................. 100
Gambar 5.17 Diagram Pengaruh Teknologi Terhadap
Kontinuitas Produksi Tahu Kelurahan Tinalan .............................. 102
Gambar 5.18 Grafik Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja dengan
Produksi Tahu Kelurahan Tinalan ................................................. 104
Gambar 5.19 Diagram Pengaruh Tantangan Terhadap
Kontinuitas Produksi Tahu Kelurahan Tinalan .............................. 106
Gambar 5.20 Diagram Tantangan yang Dihadapi dalam Industri
Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan ....................................... 107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri kecil dan rumah tangga (IKRT) memiliki kontribusi yang besar
dalam pembangunan karena menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar,
menjadi penyumbang pendapatan asli daerah yang signifikan, prospektif untuk
ekspor, dan mampu bertahan dalam kondisi krisis. Perhatian untuk
menumbuhkembangkan industri kecil dan rumah tangga (IKRT) setidaknya
dilandasi oleh tiga alasan. Pertama, IKRT menyerap banyak tenaga kerja.
Kecenderungan menyerap banyak tenaga kerja umumnya membuat banyak
IKRT juga intensif dalam menggunakan sumberdaya alam lokal. Apalagi
karena lokasinya banyak di pedesaan, pertumbuhan IKRT akan menimbulkan
dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah
kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan
ekonomi di pedesaan (Simatupang, et al., 1994; Kuncoro, 1996). Dari sisi
kebijakan, IKRT jelas perlu mendapat perhatian karena tidak hanya
memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja Indonesia, namun
juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan kemiskinan. Di
perdesaan, peran penting IKRT memberikan tambahan pendapatan (Sandee et
al., 1994), merupakan seedbed bagi pengembangan industri dan sebagai
pelengkap produksi pertanian bagi penduduk miskin (Weijland, 1999). Dengan
kata lain, IKRT juga berfungsi sebagai strategi mempertahankan hidup
(survival strategy) di tengah krisis moneter.
Di Kota Kediri juga terdapat industri rumah tangga seperti yang disebut
diatas, yaitu industri rumah tangga tahu. Industri rumah tangga tahu adalah
suatu industri yang melakukan usaha pembuatan tahu melalui proses produksi
dengan bahan baku kedelai, serta menggunakan modal, peralatan, keterampilan
dan tenaga kerja sebagai faktor-faktor produksi (Sutomo 2001:21).
Kota Kediri sangat terkenal dengan makanan khasnya yang berupa tahu,
sejak lama Kediri dikenal sebagai Kota Tahu. Tahu Kediri berbeda dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
produk-produk tahu terkenal lainnya. Berbagai macam produk olahan tahu
digunakan sebagai oleh-oleh bagi para wisatawan yang berkunjung maupun
wisatawan yang hanya melewati Kota Kediri. Sebagian besar industri makanan
tahu di Kota Kediri merupakan industri kecil dan rumah tangga (home based
enterprises).
Salah satu wilayah yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor
industri rumah tangga tahu adalah Kelurahan Tinalan. Karakteristik atau ciri-
ciri usaha tersebut adalah masih menggunakan teknologi tradisional, sangat
sederhana, dan banyak menggunakan keahlian tangan. Untuk memperoleh
bahan dasar umumnya diperoleh dengan cara mudah, yaitu didapat dari daerah
pedesaan atau daerah sekitarnya. Pemasaran hasil produksi tidak didasarkan
atas promosi atau iklan melainkan melalui perantara (Mubiarto dalam Sutomo
2001 : 3). Industri rumah tangga tahu di Kelurahan Tinalan ini dikerjakan oleh
tenaga keluarga, dengan bekal ketrampilan dan pengetahuan tentang
pembuatan tahu yang para produsen miliki secara turun temurun, mereka juga
berusaha untuk mengembangkan usahanya dengan cara meningkatkan kualitas
tahu sesuai permintaan konsumen.
Dengan target pemasaran umumnya menjangkau pasar yang lebih luas
dari industri lokal maka dapat mempertahankan tahu sebagai ciri khas/ branded
Kota Kediri. Selain itu dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja, sehingga
proses produksinya tidak terbatas hanya satu produk saja dan dapat
mengembangkan pangsa pasarnya ke wilayah yang lebih luas sehingga dapat
memperkenalkan ciri khas tahu Kediri ke luar wilayah Kota Kediri.
Salah satu aspek yang dapat mengangkat perekonomian rakyat adalah
pemberdayaan. Menurut Kartasasmita (1996), menyatakan bahwa
pemberdayaan masyarakat secara praktis merupakan upaya pengerahan sumber
daya untuk mengembangkan potensi ekonomi rakyat akan berakibat
meningkatkan produktivitas rakyat. Sehingga baik sumber daya manusia
maupun sumber daya alam di sekitar keberadaan rakyat dapat pula ditingkatkan
produktivitasnya. Dengan demikian, rakyat dan lingkungannya mampu secara
partisipatif menghasilkan dan menumbuhkan nilai tambah ekonomis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
Diakui bahwa pemberdayaan usaha kecil menghadapi beberapa kendala
antara lain kemampuan dan keterampilan, keahlian, manajemen sumber daya
manusia, permodalan dan pemasaran. Kendala-kendala yang dihadapi
mengakibatkan sektor ini kalah bersaing. Pelham (1999) menemukan
bahwasanya industri kecil masih lemah dalam hal perencanaan, pemikiran
strategis dan orientrasi jangka panjang. Kecenderungan memenuhi kebutuhan
jangka pendek mengakibatkan mereka tidak melakukan perencanaan ke depan
tentang pasar, pengelolaan keuangan, atau persediaan sumber daya yang
dibutuhkan.
Keberdayaan pelaku usaha dapat dilihat dari seberapa besar pelaku usaha
mendapat bantuan modal, seberapa jauh pemasaran yang dapat dijangkau,
teknologi yang digunakan dalam industri tahunya, dan besar kecilnya tantangan
yang dihadapi oleh industri tahu akan menentukan keberlanjutan usaha masing-
masing pelaku usaha. Kendala yang dihadapi sangat beragam, antara lain
keterbatasan modal, banyaknya pesaing/kompetitor yang bekerja di sektor yang
sama, terbatasnya sarana prasarana yang memadai, sampai pada faktor cuaca
yang tidak menentu (Susilowati et al., 2004; 2005). Dalam penelitian ini
penulis ingin mengetahui bagaimana faktor-faktor pengaruh keberdayaan
produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap
keberlanjutan usahanya?
C. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya.
2. Sasaran
a. Perkembangan industri rumah tangga tahu di Kelurahan Tinalan
b. Karakteristik sosial ekonomi produsen tahu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
c. Peran pemerintah dalam perkembangan industri tahu di Kota Kediri
d. Identifikasi faktor-faktor keberdayaan produsen tahu
e. Identifikasi faktor keberlanjutan usaha
f. Pengaruh faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap
keberlanjutan usaha di Kelurahan Tinalan
D. Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan secara ilmiah dan secara praktis. Diharapkan hasil penelitian ini
dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Bagi pembangunan industri kecil, diharapkan penelitian ini dapat
dimanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan dan
program pemberdayaan pengrajin.
2. Dapat menjadi masukan untuk kemajuan industri rumah tangga tahu di
Kota Kediri
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian
selanjutnya yang sejenis.
E. Batasan Penelitian
1. Ruang Lingkup Spasial
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tinalan, Kecamatan
Pesantren, Kota Kediri. Penulis memilih lokasi tersebut karena di Kelurahan
Tinalan merupakan lokasi industri rumah tangga tahu di Kota Kediri yang
mempunyai potensi untuk dikembangkan. Kelurahan Tinalan mempunyai
luas wilayah 92,60 Ha dengan batasan wilayah sebagai berikut:
Sebelah utara : Kelurahan Burengan
Sebelah selatan : Kelurahan Tosaren
Sebelah timur : Kelurahan Banaran
Sebelah barat : Kelurahan Setonogedong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
Peta 1.1 Peta Lokasi Penelitian Kelurahan Tinalan Sumber: Dinas Tata Ruang Kota Kediri, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
2. Ruang Lingkup Substansial
Dalam penelitian ini akan lebih banyak membahas tentang aspek
sosial dan ekonomi dari faktor-faktor keberdayaan produsen tahu dan
keberlanjutan usahanya, yang meliputi:
a. Kondisi fisik wilayah penelitian, meliputi lokasi penelitian, prasarana
wilayah, tata guna lahan, jaringan distribusi tahu dan sebaran industri
tahu di Kota Kediri dan Kelurahan Tinalan.
b. Kondisi sosial ekonomi produsen tahu, meliput jenjang pendidikan,
pendapatan dan lama usaha yang digeluti produsen tahu.
c. Pengaruh faktor-faktor keberdayaan produsen tahu meliputi faktor
bantuan modal, pemasaran, teknologi dan tantangan terhadap
keberlanjutan usaha yaitu kontinuitas produksi.
F. Sistematika Pembahasan
Tahap pendahuluan berisi tentang latar belakang, perumusan masalah,
tujuan dan sasaran penelitian, kerangka pemikiran, batasan penelitian, dan
sistematika pembahasan.
Tahap kajian teori berisi teori-teori yang terkait dengan judul penelitian,
yaitu “Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap
Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi Di Kota Kediri”. Seperti
teori tentang industri rumah tangga, pemberdayaan masyarakat,
keberlanjutan usaha dan teori lokasi pemasarannya.
Tahap metode penelitian berisi tentang kebutuhan data, subyek
penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, kerangka
analisis, teknik analisis dan sintesis data.
Tahap gambaran umum industri rumah tangga tahu Kelurahan Tinalan
berisi tentang gambaran kondisi geografis Kelurahan Tinalan, jangkauan
pendistribusian tahu di Kelurahan Tinalan, kondisi sosial ekonomi dan sosial
kependudukan terkait produsen tahu di Kelurahan Tinalan, mekanisme proses
produksi tahu, dan peran pemerintah dalam perkembangan industri rumah
tangga Kelurahan Tinalan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
Tahap analisis berisi tentang analisis faktor-faktor keberdayaan produsen
tahu dan keberlanjutan usaha. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor
tersebut dilakukan uji independensi Chi Kuadrat dan uji keeratan hubungan.
Tahap kesimpulan dan rekomendasi berisi kesimpulan dari penelitian ini
dan rekomendasi bagi pemerintah kota Kediri dan produsen tahu di Kelurahan
Tinalan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
Sumber: Analisis Penulis, 2011
Gambar 1.1 Kerangka Latar Belakang
Kota Kediri sangat khas dengan oleh-oleh
berupa tahu
Menjamurnya industri rumah tangga
tahu di Kota Kediri
Jaringan pemasaran hingga
menjangkau luar kota
Namun sistem produksinya masih
menggunakan peralatan konvensional
Mengalami berbagai tantangan dalam
perjalanan industri tahu
Namun hingga sekarang produksi
tahunya tetap berlanjut
Bagaimana pengaruh faktor-faktor keberdayaan
produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tentang Industri
1. Pengertian Industri Kecil
Ada beberapa pengertian berbeda tentang apa itu industri. Menurut
Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian, yang dimaksud
industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
bahan baku, bahan setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang
dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya.
Menurut Nurimansjah Hasibuan (1994), industri adalah kumpulan dari
perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang mempunyai
sifat saling mengganti yang sangat erat. Namun dari segi pembentukan
pendapatan industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai
tambah.
Menurut Winardi (1983), industri sebagai usaha yang bersifat produktif
terutama dalam bidang produksi atau perusahaan tertentu yang
menyelenggarakan jasa-jasa. Misalnya transportasi dan perhubungan yang
menggunakan modal dan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif besar.
Istilah tersebut dapat dipandang dari arti kolektif, misalnya perhubungan
dengan aktifitas suatu negara secara keseluruhan dan juga sering istilah
tersebut digunakan untuk mengidentifikasi segmen khususnya dari usaha-
usaha produksi yang produktif seperti industri mobil, kapal, dan industri
berat lainnya. Badan Pusat Statistik mengartikan industri sebagai suatu unit
kesatuan yang terletak pada suatu tempat yang tertentu untuk melakukan
suatu kegiatan untuk mengubah barang atau jasa sehingga menjadi bernilai.
Barang atau jasa tersebut diolah menjadi produk-produk tertentu yang
nilainya lebih tinggi.
Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha
Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu
dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.”
Ciri-ciri usaha kecil yaitu:
Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak
gampang berubah;
Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;
Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih
sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan
keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha;
Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk
NPWP;
Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam
berwirausaha;
Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;
Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik
seperti business planning.
Contoh usaha kecil yaitu:
Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga
kerja;
Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;
Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan
rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri
kerajinan tangan;
Peternakan ayam, itik dan perikanan;
Koperasi berskala kecil.
Terkait dengan tempat sebagai lokasi industri, industri kecil berbasis
rumah menjadi salah satu pilihan untuk melakukan suatu kegiatan/ usaha
dengan memanfaatkan tempat tinggal sebagai lokasi industri. Dari segi
tenaga kerja, industri rumah tangga sangat efektif dalam memberikan
kesempatan/ peluang kerja terutama bagi masyarakat yang tinggal disekitar
lokasi industri kecil tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
2. Klasifikasi Skala Industri
Badan Pusat Statistik mengklasifikasikan usaha industri pengolahan di
Indonesia ke dalam 4 skala usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja yang
dimiliki oleh suatu usaha tanpa memperhatikan besarnya modal yang
ditanam ataupun kekuatan mesin yang digunakan. Keempat skala tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Industri besar, memiliki jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih,
b. Industri sedang, memiliki jumlah tenaga kerja antara 20–99 orang,
c. Industri kecil, memiliki jumlah tenaga kerja antara 5–19 orang,
d. Industri rumah tangga, memiliki jumlah tenaga kerja antara 1–4 orang.
3. Teori lokasi
Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order)
kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari
sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau
pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/ kegiatan lain baik
ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006:77).
Salah satu hal banyak dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh jarak
terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
Analisis ini dapat dikembangkan untuk melihat suatu lokasi yang memiliki
daya tarik terhadap batas wilayah pengaruhnya, dimana orang masih ingin
mendatangi pusat yang memiliki daya tarik tersebut. Hal ini terkait dengan
besarnya daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara lokasi dengan pusat
tersebut.
Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan apakah
suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat
aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk
mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan,
2006:78). Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak,
kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk
melalui jalur tersebut.
a. Teori Tempat Pemusatan
Suatu tempat merupakan pusat pelayanan. Menurut Christaller,
pusat-pusat pelayanan cenderung tersebar di dalam wilayah menurut
pola berbentuk heksagon (segi enam). Keadaan seperti itu akan terlihat
dengan jelas di wilayah yang mempunyai dua syarat: (1) topografi yang
seragam sehingga tidak ada bagian wilayah yang mendapat pengaruh
dari lereng dan pengaruh alam lain dalam hubungan dengan jalur
pengangkutan, (2) kehidupan ekonomi yang homogen dan tidak
memungkinkan adanya produksi primer, yang menghasilkan padi-
padian, kayu atau batu bara. Dalam keadaan yang mempunyai kedua
syarat seperti di atas itu akan berkembang tiga hal (Jayadinata,
1999:180) seperti diterangkan di bawah ini.
1) Ajang jasa (ajang niaga) akan berkembang secara wajar di seluruh
wilayah dengan jarak dua jam berjalan kaki atau 2 x 3,5 = 7 km.
Secara teori tiap pusat pelayanan melayani kawasan yang
berbentuk lingkaran dengan radius 3,5 km (satu jam berjalan kaki),
jadi pusat wilayah layanan akan terletak di pusat kawasan tersebut.
Teori ini disebut teori tempat pemusatan (central place theory).
2) Kawasan-kawasan berbentuk lingkaran yang saling berbatasan,
walaupun bentuk lingkaran adalah paling efisien, akan mempunyai
bagian-bagian yang bertumpang tindih atau bagian-bagian yang
senjang (kosong), sehingga bentuk lingkaran itu tidak biasa
digunakan untuk kawasan atau wilayahnya. Berhubung dengan itu
Christaller mengemukakan bahwa pusat pelayanan akan berlokasi
menurut pola heksagon, sehingga wilayah akan saling berbatasan
tanpa bertumpang tindih.
3) Dalam wilayah akan berkembang ajang niaga dalam pola
heksagon. Yang palng banyak adalah dusun-dusun sebagai pusat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
perdagangan yang melayani penduduk wilayah pedesaan. Satu
dusun dengan dusun lainnya akan menempuh jarak 7 km.
Gambar 2.1 Hipotesis Christaller
Sumber: Tarigan, 2010
b. Teori Lokasi Biaya Minimum
Alfred Weber adalah orang yang mempelopori pembentukan teori
lokasi pada kegiatan industri pengolahan (manufacturing). Teori ini
muncul pada masa revolusi industri di Jerman tahun 1929. Dengan
pernyataannya bahwa penentuan lokasi industri ditempatkan di tempat-
tempat yang resiko biaya atau ongkosnya paling murah atau minimal
(least cost location). Weber berpendapat ada tiga faktor yang
mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, biaya tenaga
kerja dan kekuatan aglomerasi. Dipandang dari segi tata guna lahan
model Weber berguna untuk merencankan lokasi industri dalam rangka
mensupli pasar wilayah, pasar nasional dan pasar dunia. Dalam model
ini, fungsi tujuan biasanya meminimumkan ongkos transportasi sebagai
fungsi dari jarak dan berat barang yang harus diangkut oleh perusahaan.
Karena terdapat perbedaan upah buruh anter tempat dan tidak ada
keuntungan aglomerasi bila lokasi berdekatan. Weber menyusun model
yang dikenal dengan sebutan segitiga lokasional (locational triangle).
Menurut Weber, untuk menentukan lokasi industri ada tiga faktor
penentu yaitu : Material, konsumsi, dan tenaga Kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
4. Industri Kecil Dengan Konsep Rumah
Home industry juga dapat berarti industri rumah tangga, karena
termasuk dalam kategori usaha kecil yang dikelola keluarga. Pada
umumnya, pelaku kegiatan ekonomi berbasis rumah adalah keluarga itu
sendiri yang berdomisili di tempat tinggalnya. Meskipun dalam skala yang
tidak terlalu besar, kegiatan ekonomi ini secara tidak langsung membuka
lapangan pekerjaan bagi warga disekitar kegiatan usaha tersebut. Sehingga
kegiatan industri kecil ini dapat membantu pemerintah dalam upaya
mengurangi angka pengangguran. Selain itu usaha mikro juga sering
diidentikkan dengan industri rumah tangga karena sebagian besar kegiatan
dilakukan di rumah, menggunakan teknologi sederhana atau tradisional
dengan mempekerjakan warga sekitar yang berorientasi pada pasar lokal.
Kegiatan usaha seperti ini banyak ditemukan di negara-negara berkembang
dan berperan cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan
pengentasan kemiskinan.
Bertambahnya jumlah keluarga tentu saja akan menambah jumlah
kebutuhan anggota keluarga itu sendiri semakin meningkat. Kebutuhan
keluarga ini akan terasa ringan terpenuhi apabila terdapat usaha yang bisa
mendatangkan income atau penghasilan keluarga untuk menutupi kebutuhan
tersebut. Home industry yang pada umumnya berawal dari usaha keluarga
yang turun temurun dan pada akhirnya mulai meluas ini secara otomatis
dapat bermanfaat menjadi mata pencaharian penduduk kampung
disekitarnya. Biasanya home industry dijadikan sebagai tumpuan mata
pencaharian oleh masyarakat kampung, karena memiliki peluang
penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak dan peluang untuk mencapai
pekerjaan tersebut sangatlah mudah (Selawati, 2007).
5. Industri Kecil Sebagai Upaya Pengembangan Lokal Di Indonesia
Menurut Tambunan (1997), dalam konteksnya sebagai usaha kecil
dalam perekonomian nasional memiliki kedudukan yang strategis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
mengingat jumlah penduduk Indonesia yang relatif besar dengan tingkat
pendidikan rata-rata yang masih rendah dan sebagian hidup dalam kegiatan
usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Kedudukan strategis
usaha kecil yang demikian, menempatkan usaha kecil selalu menjadi
perhatian dalam setiap tahap pembangunan. Namun demikian, usaha
pengembangan yang telah dilakukan masih belum memuaskan karena
dirasakan keberadaan industri kecil selalu tertinggal jika dibandingkan
dengan kemajuan yang dicapai usaha besar. Terkait hal tersebut, dalam
mengahadapi persaingan yang semakin ketat karena semakin terbukanya
pasar di dalam negeri, dikhawatirkan keberadaan industri kecil akan
tergusur oleh arus derasnya barang dan jasa yang masuk dari luar.
Oleh karena itu pemberdayaan industri kecil pada saat ini dirasakan
semakin mendesak dan sangat strategis untuk mengangkat perekonomian
rakyat. Perekonomian rakyat yang selama ini identik dengan industri kecil
yang perkembangannya sangat diharapkan untuk dapat melahirkan kelas
menengah yang dapat menjadi motor bagi perekonomian nasional yang
lebih handal.
Menurut Tambunan (1998), berbagai pengamatan mengenai masalah
industri kecil dengan modal dibawah 50 juta yang tersebar di pedesaan dan
perkotaan menunjukkan berbagai permasalahan serius yang dihadapi oleh
usaha kecil pada skala ini, antara lain: produktivitas usaha dan tenaga kerja
(umumnya anggota keluarga) sangat rendah, orientasi pasar terbatas,
pendidikan rata-rata masih rendah dan usaha dibuat sebagai usaha
sampingan. Industri kecil dalam perkembangannya memiliki beberapa
kelemahan dan kekurangan. Akan tetapi di sisi lain, industri kecil juga
memiliki potensi dan kekuatan yang dapat dijadikan dasar upaya
perkembangan industri kecil.
6. Industri Rumah Tangga Berkelanjutan
Menurut Hamidah Nayati Utami, dalam tesisnya yang berjudul
Keberdayaan, Kemajuan, dan Keberlanjutan Usaha Pengrajin menuliskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
bahwa, usaha yang berkelanjutan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1)
mampu menghasilkan produksi barang secara terus menerus, (2) melakukan
perencanaan produksi dengan didasarkan prediksi jumlah kebutuhan
konsumen, (3) selalu mengupayakan dihasilkannya produk bermutu sesuai
kebutuhan konsumen, (4) senantiasa mengupayakan terpenuhinya target
penjualan trend penjualan meningkat, (5) selalu melakukan tindakan
proaktif untuk melayani konsumen, (6) secara sadar mengalokasikan dana
untuk promosi, (7) melakukan perencanaan kebutuhan bahan baku yang
tepat dan secara periodik, dan (8) selalu mengupayakan pengendalian bahan
baku secara cermat selalu mengupayakan terpenuhinya kebutuhan bahan
baku yang bermutu. Kriteria keberlanjutan usaha dapat dinilai dari
kemampuan pengrajin dalam mempertahankan industrinya yang dapat
dilihat dari kontinuitas produksi, kontinuitas pemasaran, dan kontinuitas
bahan baku setiap individu.
Keberlanjutan usaha sebagai terjemahan dari “sustainable livelihood”
dapat didefinisikan sebagai upaya seseorang atau sekelompok orang untuk
memenuhi kebutuhan hidup dan keberlanjutan hidupnya dengan
memanfaatkan segala kemampuan, pengetahuan, akses, dan tuntutan serta
kekayaan yang dimiliki secara lokal maupun global dan terus meningkatkan
kemampuan dirinya dengan bekerja sama dengan orang lain, berinovasi,
berkompetisi, agar dapat bertahan dalam kondisi berbagai perubahan dan
tercapai suatu pemerataan (Chambers dan Conway, 1992).
7. Potensi Dan Kendala Industri Kecil
Karakteristik yang melekat pada industri kecil bisa merupakan
kelebihan atau kekuatannya yang potensial. Di sisi lain, pada kekuatan
tersebut implisit terkandung kekurangan atau kelemahan yang justru
menjadi penghambat perkembangannya. Kombinasi dari kekuatan dan
kelemahan serta interaksi keduanya dengan situasi eksternal akan
menetukan seberapa besar kemungkinan industri kecil bisa berkembang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
Beberapa kekuatan atau potensi industri kecil menurut Sjaifudian (1995:79)
adalah:
a. Memiliki kemampuan bertahan hidup yang tinggi
b. Motivasi pengusaha sangat kuat untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya karena merupakan satu-satunya sumber penghasilan
keluarganya. Sekalipun nilai tambah yang diperolehnya sangat rendah
permintaan pangsa pasar menengah ke bawah yang dimasukinya cukup
tinggi. Dengan karakteristiknya yang lentur usaha kecil sangat adaptif
dalam menghadapi perubahan situasi dalam lingkungan usahanya.
c. Kemampuan menggunakan pasokan (input produksi) secara efisien
d. Pengusaha kecil sangat pandai memanfaatkan pasokan produksi yang
murah secara efisien untuk menghasilkan produk dan jasa yang murah
bagi konsumennya khususnya yang berpenghasilan rendah. Efisiensi
usaha dapat dicapai karena memanfaatkan sumberdaya lokal yang
mudah didapat.
Kendala yang dihadapi industri kecil menurut Kuncoro (1997: 316-
317) adalah sebagai berikut:
a. Kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar
pangsa pasar
b. Kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk
memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan
c. Kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia
d. Keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem
informasi pemasaran)
e. Iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling
mematikan
f. Pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya
kepercayaan kepedulian masyarakat terhadap industri kecil.
Secara ringkas, potensi dan kendala industri kecil digambarkan dalam
Tabel 2.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
Tabel 2.1. Kekuatan dan Kelemahan Industri Kecil
No. Faktor-Faktor Kekuatan Kelemahan
1. Sumber daya
a. Manusia Motivasi yang kuat
paling tidak untuk
mempertahankan
usahanya
Suplai tenaga kerja
berlimpah
Kemampuan melihat peluang
pengembangan usaha terbatas
b. Ekonomi Mengandalkan sumber-
sumber keuangan
informal yang mudah
diperoleh
Mengisi segmen pasar
bawah yang tinggi
permintaannya
Nilai tambah yang diperoleh
relatif rendah
Pengelolaan uang untuk
konsumsi dan produksi belum
terpisah
Tergantung kepada modal
kerja
c. Informasi Interaksi yang terjadi
antar dan inter
kelompok-kelompok
usaha merupakan ajang
pertukaran informasi
efektif
Proses belajar dari pengalaman
(keberhasilan/kegagalan)
orang lain sangat minim terjadi
Distribusi informasi kepada
industri kecil sangat terbatas
(kuantitatif)
Budaya membaca masih
minim
d. Lembaga
pendukung Budaya atau kekerabatan
dapat menggalang
solidaritas untuk
memberdayakan
pengusaha kecil
Lembaga kekerabatan
bisa pula berfungsi
sebagai sarana konsultasi
sekaligus kontrol
terhadap implementasi
program dan intervensi
Kemampuan koordinasi
berdasarkan pembagian kerja
masih terbatas
2. Program dan intervensi
a. Permodalan Membantu kelancaran
pengembangan usaha
Kebutuhan modal berbeda-
beda pada usaha yang tingkat
perkembangannya juga
berbeda
Industri kecil menghadapi
kendala administratif
b. Pelatihan Bermanfaat „sesaat‟
meningkatkan
produktivitas
Ketidakberlanjutan program
Lamanya pelatihan perlu pula
memperhatikan faktor
kesiapan kelompok binaan
untuk dilepas secara mandiri
c. Pemasaran Pola keterkaitan Posisi tawar yang rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
membuka peluang pasar
Pengelompokan
(aglomerasi) dalam
batas-batas tertentu
memberikan keuntungan
melalui penekanan
ongkos produksi,
meningkatkan akses ke
sumber daya
cenderung menyudutkan
pengusaha kecil
Meningkatkan persaingan
melalui proses tiru meniru,
akumulasi menjadi terbatas
d. Fungsi
kelembagaan Budaya kekerabatan bisa
menjadi institusi yang
merepresentatif bagi
pengusaha kecil
Meningkatkan (terbatas)
akses kepada
sumberdaya
Pelayanan sangat
terfragmentasi dan belum
memberikan peluang untuk
memilih sesuai kebutuhan
masing-masing jenis usaha
Pemasaran masih tetap
menjadi kendala besar
3. Kinerja
a. Padat karya Jaring pengaman masalah
kelangkaan kesempatan
kerja
Kurang memperhatikan
kualitas kesempatan kerja
Sering mengandalkan tenaga
kerja tak dibayar
Cenderung eksploitatif
terhadap tenaga kerja untuk
mengejar tingkat penghasilan
b. Nilai tambah
rendah
Efisien menggunakan
bahan baku
Proses akumulasi sulit terjadi
c. Lentur dan luwes Daya tahan hidupnya tinggi
terutama dalam situasi
ekonomi yangkurang
menguntungkan
Spesialisasi dan akumulasi
terbatas
d. Strategi usaha
jangka pendek
Proses pengembalian modal
dapat cepat tercapai Usaha bersifat sementara (ad
hoc)
Kurang antisipatif terhadap
dinamika ekonomi makro Sumber: Sjaifudian, 1995: 80-81
8. Arti Penting Koperasi dalam Industri Kecil dan Rumah Tangga
Industri kecil dan rumah tangga erat kaitannya dengan
kelembagaan, salah satu lembaga yang mewadahi industri kecil dan rumah
tangga adalah koperasi. Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan
Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor :
03/PER/M.KUKM/VI/2010 tentang Pedoman Program Bantuan
Pengembangan Koperasi Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan
Menengah. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
seorang atau Badan Hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berdasarkan atas azas kekeluargaan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Adapun
tujuannya adalah mendorong pemberdayaan Masyarakat, khususnya.
Usaha Mikro dan Kecil melalui koperasi; memberikan perlindungan
usaha kepada Koperasi; melakukan penyelamatan usaha Koperasi dan
Usaha Mikro kecil anggota Koperasi; dan memacu penumbuhan usaha
Koperasi serta usaha mikro kecil anggota koperasi dalam mendukung
upaya penciptaan kesempatan kerja dan penanggulangan kemiskinan.
Fasilitas dan/atau buntuan dana yang diberikan kepada koperasi
digunakan untuk pengembangan usaha; dan/atau pengembangan
permodalan. Pemberian fasilitas dan/atau bantuan dana untuk
pengembangan usaha meliputi:
a. Pengembangan usaha bidang produksi dan pengolahan yang terdiri
dari Pertanian, Tanaman pangan dan Holtikultura, Perkebunan,
Kehutanan, peternakan dan Perikanan, Industri, Kerajinan dan
Pertambangan, Energi dan Ketenagalistrikan serta Aneka Jasa;
b. Pengembangan usaha di bidang pemasaran yang terdiri dari
pengembangan pasar tradisional, pedagang kaki lima, warung
masyarakat dan retail;
c. Pengembangan sumber daya manusia yang terdiri dari :
Penumbuhan wirausaha baru melalui dukungan pengembangan
Tempat Praktek Keterampilan Usaha (TPKU);
Penumbuhan wirausaha baru melalui magang;
Penumbuhan wirausaha baru melalui penyediaan voucher;
Penumbuhan wirausaha usaha baru melalui kemitraan peningkatan
kualitas SDM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
d. Pengembangan usaha dalam bidang inovas dan teknologi yang terdiri
dari:
Peningkatan Kemampuan di bidang desain dan teknologi serta
pengendalian mutu;
Peningkatan Kerjasama dan alih teknologi;
e. Pengembangan lembaga pendukung yang terdiri dari :
Peningkatan fungsi inkubator;
Peningkatan fungsi layanan pengemhangan usaha dan konsultan
keuangan mitra bank;
Pengembangan lembaga-lembaga profesi lainnya sebagai lembaga
pendukung pengembangan Koperasi.
Sedangkan Pemberian program untuk pengembangan permodalan
meliputi:
a. Pengembangan sirnpan pinjam dan jasa Keuangan koperasi;
b. Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro;
c. Pengembangan jaringan keuangan Koperasi; dan/atau
d. Pengembangan instrumen keuangan Koperasi.
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008
Tentang Kebijakan Industri Nasional
a. Strategi Operasional Pembangunan Industri Nasional Pengembangan
Lingkungan Bisnis yang Kondusif meliputi:
Mengembangkan lingkungan usaha yang mampu menciptakan:
keuntungan berusaha para wirausaha, tersedianya lapangan kerja
yang layak, hak-hak pekerja, dan terpeliharanya lingkungan hidup;
Menyediakan persyaratan dasar bagi tumbuhnya lingkungan usaha
yang nyaman, yaitu: stabilitas politik, tata kelola dan dialog sosial
yang baik, rasa menghormati hak asasi manusia (HAM) dan
standar ketenagakerjaan internasional, budaya kewirausahaan,
stabilitas makroekonomi dan pengelolaan perekonomian yang baik,
kebijakan perdagangan yang berkeadilan, dukungan kelembagaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
dan perundangan yang menunjang, jaminan hukum terhadap
kepemilikan kekayaan intelektual, kemudahan untuk mendapat
pelayanan dari perbankan dan lembaga keuangan, serta tanggung
jawab terhadap tata kelola usaha yang baik;
Mengembangkan prasarana dan sarana fisik di daerah-daerah yang
prospek industrinya potensial ditumbuhkan, antara lain: jalan,
jembatan, pelabuhan, jaringan tenaga listrik, bahan bakar, jasa
angkutan, pergudangan, telekomunikasi, telematika dan air bersih;
Mendorong ketersediaan sarana pendidikan dan pelatihan bagi
pengembangan SDM Industri, khususnya di bidang teknik produksi
dan manajemen serta bisnis;
Mendorong pengembangan usaha jasa prasarana dan sarana bisnis
penunjang industri, antara lain kawasan industri, jasa R & D
(Research and Development), jasa pengujian mutu, jasa
rekayasa/rancang bangun dan konstruksi, jasa inspeksi teknis, jasa
layanan teknologi informasi dan komunikasi, jasa audit, jasa
konsultansi industri, jasa pemeliharaan dan perbaikan, jasa
pengamanan, jasa pengolahan/pembuangan limbah, jasa kalibrasi,
dan sebagainya;
Mengembangkan kebijakan sistem insentif yang efektif, edukatif,
selektif, dan menarik;
Menyempurnakan instrumen hukum untuk pengaturan kehidupan
industri yang kondusif, yang memenuhi kriteria:
i. lebih menjamin kepastian usaha/kepastian hukum, termasuk
penegakan hukum yang konsisten;
ii. aturan main berusaha yang jelas dan tidak menyulitkan;
iii. mengurangi sekecil mungkin intervensi pemerintah terhadap
pasar;
iv. menghormati kebebasan usaha pelaku industri;
v. kejelasan hak dan kewajiban pelaku industri;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
vi. terjaminnya dan tidak terganggunya kepentingan publik,
termasuk gangguan keselamatan, kesehatan, nilai budaya dan
kelestarianlingkungan hidup;
vii. terjaminnya kepentingan konsumen secara seimbang.
Mensinkronisasi kebijakan sektor terkait, seperti kebijakan bidang
investasi dan sektor perdagangan, kebijakan di bidang energi,
kebijakan di bidang pertanian, dan lain-lain;
Membina Aparat Pembina agar bersih, profesional, dan pro-bisnis
dalam membina dan memberikan pelayanan fasilitatif kepada
dunia usaha, melalui ketentuan administratif yang
sederhana/mudah, dapat mencegah kecurangan dan manipulasi
yang merugikan negara dan masyarakat, dengan dampak beban
yang tidak memberatkan pelaku industri.
B. Tentang Pemberdayaan
1. Definisi pemberdayaan dan keberdayaan
Pertama-tama perlu terlebih dahulu dipahami arti dan makna
keberdayaan dan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan merupakan
suatu upaya yang diarahkan pada proses memampukan/ pengembangan
kemampuan, penggalian sumberdaya lokal, serta pemberian peran yang
lebih luas kepada masyarakat untuk berperan sebagai pelaku utama.
Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu
yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan
masyarakat yang bersangkutan. Keberdayaan masyarakat adalah unsur-
unsur yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan (survive), dan dalam
pengertian yang dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan.
Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat
dan martabat lapisan masyarakat kita yang dalam kondisi sekarang tidak
mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan
dan memandirikan masyarakat. Konsep ini menyangkut masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
penguasaan teknologi, pemilikan modal, akses ke pasar dan ke dalam
sumber-sumber informasi, serta keterampilan manajemen.
2. Keberdayaan Masyarakat
Keberdayaan pelaku usaha merupakan suatu usaha yang membuat
produsen berdaya. Tingkat keberdayaan masyarakat dilihat dari dua akses,
yaitu:
a. Akses terhadap kekuatan ekonomi dilihat dari:
1) Akses usaha diukur dari kemampuan responden dalam mengakses
bantuan kredit. Tingkat keberdayaan tinggi, bila responden
memiliki kemampuan mengakses bantuan kredit ≥ 50% untuk
kegiatan usahanya, dan sebaliknya (Susilowati et al., 2004; 2005).
2) Akses informasi pasar diukur dari kemampuan responden dalam
mengakses informasi pasar, meliputi informasi tentang penawaran
dan permintaan pasar. Tingkat keberdayaan tinggi, bila responden
memiliki kemampuan ≥ 50% dalam mengakses informasi pasar
untuk kegiatan usahanya, dan sebaliknya (Susilowati et al., 2004;
2005; Bartle, 2003).
3) Akses teknologi diukur dari kemampuan responden dalam
mengakses teknologi dengan melakukan perubahan perbaikan
teknologi perbatikan. Tingkat keberdayaan tinggi, bila responden
memiliki kemampuan ≥ 50% dalam mengakses teknologi dengan
mekakukan perubahan perbaikan teknologi (Susilowati et al.,
2004; 2005).
b. Akses terhadap kekuatan non-ekonomi dilihat dari :
1) Politik, diukur dari kemampuan responden melakukan lobi dan
mempresentasikan diri atau kelompoknya. Tingkat keberdayaan
tinggi, bila responden memiliki kemampuan ≥ 50% dalam
melakukan lobi dan mempresentasilan diri, yaitu responden pernah
meminta tolong pada stakeholders dan berhasil dan sebaliknya
(Bartle, 2003; Susilowati et al., 2004; 2005; Moser, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
2) Sosial Budaya diukur dari kemampuan responden dalam
menembus atau mengikuti dinamika tatanan sosial budaya yang
ada (apakah keputusan dalam berusaha, berorganisasi, berdasarkan
pertimbangan keluarga). Tingkat keberdayaan tinggi, bila
responden memiliki kemampuan ≥ 50% dalam menenbus atau
mengikuti dinamika tatanan sosial budaya yang ada, yaitu apabila
keputusan berusaha responden atau berorganisasi berdasarkan
pertimbangan keluarga dan sebaliknya (Spreitzer, 1995;
McMillan,1995; Susilowati et al., 2004; 2005).
3) Peranan stakeholders diukur dengan melihat peran stakeholders
dalam membantu pengembangan usaha. Penilaian evaluasi
menggunakan skala konvensional (1-10) terhadap peran
stakeholders dalam membantu pengembangan usaha (Grootaert,
2003; Susilowati et al., 2004; 2005).
C. Indikator yang Digunakan
1. Indikator Faktor Bantuan Modal
a. Jangkauan pasar
Menurut Christaller dalam teori Central Place Theory disebutkan
bahwa jangkauan pasar merupakan jarak dimana seseorang bersedia
untuk menempuhnya untuk mendapatkan jasa tersebut. Lebih jauh dari
jarak ini orang akan mencari tempat lain yang lebih dekat untuk
memenuhi kebutuhannya akan jasa yang sama. Jangkauan pasar ini
tidak hanya ditentukan oleh jarak tapi juga oleh faktor waktu dan biaya
untuk mencapai pusat pelayanan. Jangkauan pasar ini juga tidak
konstan untuk aktivitas jasa tertentu melainkan dipengaruhi oleh arti
atau pentingnya pusat pelayanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
2. Indikator Faktor Pemasaran
a. Aksesibilitas
Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan
apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat
aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk
mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan,
2006:78). Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak,
kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana
penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta
kenyamanan untuk melalui jalur tersebut.
b. Pendapatan
Pendapatan merupakan uang yang diterima seseorang dan
perusahaan dalam bentuk gaji (wages), upah (salaries), bunga
(interest), laba (profit), tunjangan pengangguran, uang pension dan lain
sebagainya (Collin, 1994:287). Dari segi ekonomi mikro istilah
pendapatan dipakai berkenaan dengan aliran penghasilan dalam suatu
periode waktu yang berasal dari penyediaan faktor-faktor produksi:
sumber daya alam (sewa), tenaga kerja (upah/gaji) dan modal
(bunga/laba).
3. Indikator Faktor Teknologi
a. Pendidikan
Pendidikan menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20
tahun 2003 Bab VI pasal 13, menyatakan: “pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
1) Pendidikan formal
Pendidikan formal adalah pendidikan yang diselenggarakan
disekolah secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat
yang jelas dan ketat (Vebrianto, St, 1978:20). Sekolah merupakan
lembaga utama yang bertugas untuk mengembangkan dan
membentuk pribadi siswa, mentransmisikan kulturil, interaksi
social, inovasi serta pra seleksi dan pra alokasi tenaga kerja
(Vebrianto, St, 1978:53).
2) Pendidikan informal
Pendidikan informal adalah pendidikan yang diselenggarakan
di luar sekolah oleh badan-badan pemerintah ataupun swasta secara
teratur dalam waktu yang relative singkat yang lebih menekankan
kepada kecakapan dan keterampilan tertentu, tetapi tidak mengikuti
peraturan yang ketat dan tetap seperti pendidikan formal. Dengan
kata lain pendidikan informal itu merupakan pendidikan di luar
sekolah yang bersifat kursus-kursus yang lebih menekankan
kepada pengetahuan keterampilan.
4. Indikator faktor tantangan
a. Lama berusaha
Adalah satuan waktu dimana produsen tahu mulai mendirikan
usaha pembuatan tahu, dimana satuan hitungnya dalam tahun (Astarina,
Elsa. 2008).
5. Indikator kontinuitas produksi
Kontinuitas produksi dapat terlihat ketika terdapat peningkatan penggunaan
bahan baku
a. Peningkatan penggunaan bahan baku
Peningkatan adalah upaya untuk menambah tingkat, derajat,
kualitas ataupun kuantitas (Ristek, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang merupakan
bagian daripada barang jadi yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan
untuk membeli bahan mentah langsung ini mempunyai hubungan yang
erat dan sebanding dengan jumlah barang jadi yang dihasilkan
(Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri, 1982 : 185)
D. Metode Analisa
1. Uji Validitas dan Realibilitas
a. Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana skor/ nilai/ ukuran yang
diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran/ pengamatan
yang ingin diukur (Agung, 1990).
b. Uji Realibilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan
(Singarimbun, 1989).
2. Analisa Chi Kuadrat
Uji Chi Kuadrat digunakan untuk menguji hubungan atau pengaruh
dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara
variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya (C = Coefisien of
Contingency).(Pengantar Statistika, 2000)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan
analisis data primer. Dalam penelitian ini lebih menekankan pada analisis
kuantitatif, karena menguji pengaruh dengan uji independensi Chi-Kuadrat antar
variabel keberdayaan dan keberlanjutan usaha menggunakan software SPSS
dengan memperhatikan kondisi di lapangan sehingga mendapatkan hasil yang
akurat.
A. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi berarti keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup
yang ingin diteliti. Populasi penelitian ini adalah produsen tahu skala
rumah tangga di Kota Kediri. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian
dan Perdagangan, jumlah produsen tahu skala rumah tangga di Kota
Kediri adalah 177 produsen.
Lokasi penelitian adalah di Kelurahan Tinalan, Kecamatan
Pesantren, Kota Kediri Jawa Timur. Pemilihan lokasi tersebut didasari
karena penduduk Kelurahan Tinalan sebagian besar bekerja sebagai
produsen tahu skala kecil rumah tangga dan jaringan pemasarannya berada
pada lingkup dalam dan luar kota.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari anggota populasi yang dipilih dengan
menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili
populasinya. Sampel produsen tahu diambil dengan metode Multi Stage
Sampling (sampel bertingkat) yang terkuota (Waridin, 1999; Susilowati et
al., 2005). Seluruh produsen tahu yang terdapat di Kelurahan Tinalan
adalah sebesar 27 produsen tahu.
Gambar 3.1 Bagan proses pengambilan sampel Sumber: Analisis Penulis, 2011
Kota Kediri Kecamatan Pesantren Kelurahan Tinalan ( ±27 produsen)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
Peta 3.1 Peta Administrasi Sampel Penelitian Sumber: Analisis Penulis, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
B. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan sekunder. Data
Primer dalam penelitian ini adalah data responden dari kuesioner untuk
mengetahui keberdayaan produsen tahu di Kelurahan Tinalan untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap keberlanjutan usahanya. Data Primer
yang terkait dengan analisis keberdayaan, meliputi data yang terkait
dengan bantuan modal, pemasaran, teknologi dan pengendalian masalah.
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, Badan Pusat Statistik, Kantor Kelurahan
Tinalan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan
UMKM, dan Koperasi Mekar Mulya. Data ini meliputi:
Data perkembangan produksi tahu di Kota Kediri
Data perkembangan produksi tahu di Kelurahan Tinalan
Data perkembangan penjualan tahu di Kelurahan Tinalan pada
khususnya
Peta sebaran industri tahu di Kota Kediri
Peta sebaran industri tahu di Kelurahan Tinalan
Peta administrasi Kelurahan Tinalan
Monografi Kelurahan Tinalan
Data Perekonomian (PDRB, PAD)
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor
penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana
cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan alat apa yang digunakan.
a. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik mendekati sumber informasi
dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis
dan berdasarkan tujuan penelitian. Wawancara merupakan percakapan
dengan tujuan tertentu dan dilakukan oleh pewawancara dan informan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
(Moleong.Metode Penelitian Kualitatif.2001:135). Wawancara Semi
Terstruktur (Semi-Structured Interwiewing). Teknik ini adalah
wawancara yang mempergunakan panduan pertanyaan sistematis yang
hanya merupakan panduan terbuka dan masih mungkin untuk
berkembang selama interview dilaksanakan.
b. Dokumentasi
Teknik dokumentasi bertujuan untuk memperoleh data
berdasarkan sumber-sumber yang berasal dari buku-buku, literature,
laporan, serta dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan
penulisan. Dokumen ini dapat diperoleh dari lembaga pemerintah dan
arsip serta dokumen pribadi. Seperti yang dikatakan H.B. Sutopo
dalam Metode Penelitian Kualitatif (2002:54) bahwa dokumen dan
arsip adalah sumber informasi tertulis yang berkaitan dengan suatu
peristiwa atau kegiatan. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah berupa arsip yang berkaitan dengan jurnal pemberdayaan
komunitas, data kependudukan, monografi kecamatan, data
ketenagakerjaan, dll. Selain itu digunakan juga foto untuk memperkuat
hasil penelitian. Dokumen berupa foto diambil pada saat peneliti
melakukan penelitian di lapangan, serta pada saat peneliti melakukan
wawancara dengan informan.
c. Kuesioner
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan
data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab
dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga
disebut angket berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab atau direspon oleh responden. Kuesioner yang digunakan
adalah kuesioner terbuka, yaitu kuesioner yang memberi kesempatan
penuh member jawaban menurut apa yang dirasa perlu oleh responden.
Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau
respon sesuai dengan persepsinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
C. Definisi Operasional Variabel
Masing-masing variabel dan pengukurannya perlu dijelaskan agar
diperoleh kesamaan pemahaman terhadap konsep-konsep dalam penelitian ini,
yaitu:
1. Keberdayaan produsen tahu
Unsur-unsur yang memungkinkan produsen tahu bertahan (survive),
dan dalam pengertian yang dinamis mengembangkan diri dan mencapai
kemajuan. Faktor-faktor keberdayaan antara lain:
a. Bantuan Modal
Dilihat dari seberapa besar kemampuan responden dalam mengakses
bantuan seperti subsidi kedelai, pinjaman, dan sebagainya.
b. Pemasaran
Dilihat dari seberapa besar responden dalam memasarkan produknya.
Ketika responden memiliki kemampuan dalam menembus pasar
interlokal/ internasional maka dikatakan berdaya.
c. Teknologi
Dilihat dari seberapa besar responden menggunakan alat-alat produksi
tahu. Ketika responden memiliki kemampuan dalam mengakses
teknologi modern yang mampu memproduksi tahu menjadi lebih cepat
maka dikatakan berdaya.
d. Tantangan
Yang dimaksud disini adalah besar kecilnya tantangan yang dihadapi
oleh produsen tahu akan menentukan keberlanjutan usaha masing-
masing responden. Tantangan yang dihadapi sangat beragam, antara
lain modal, pesaing, ketidakpastian harga, dll.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
2. Keberlanjutan usaha
Kriteria keberlanjutan usaha dapat dinilai dari kemampuan pengrajin
dalam mempertahankan industrinya yang dapat dilihat dari:
a. Kontinuitas Produksi
Dilihat dari seberapa besar responden dapat memproduksi tahu secara
berkelanjutan meskipun ada beberapa kendala dalam proses produksi
tahu tersebut.
Tabel 3.1
Definisi Variabel Operasional
No. Variabel Sub Variabel Definisi
operasional
Hasil ukur/
kategori
Skala
1. Keberdayaan
produsen
Bantuan modal Kemampuan
produsen tahu
dalam
memperoleh
bantuan modal
1 : pernah
2 : tidak pernah
Nominal
Pemasaran Kemampuan
produsen tahu
dalam menjangkau
pemasaran produk
tahunya
1 : dalam kota
2 : luar kota
Nominal
Teknologi Kemampuan
produsen tahu
dalam
menggunakan
peralatan produksi
1 : konvensional
2 : modern
Nominal
Tantangan Kemampuan
produsen tahu
dalam
mengantisipasi
kendala-kendala
yang dihadapi
dalam usaha
tahunya
1 : kurang
mampu
mengantisipasi
tantangan dalam
industri tahunya
2 : cukup mampu
mengatasi
tantangan dalam
indutri tahunya
3: mampu
mengatasi
tantangan dalam
indutri tahunya
Ordinal
2. Keberlanjutan
usaha
Kontinuitas
produksi
Kemampuan
produsen tahu
dalam
mempertahankan
produksi tahunya
1 : pernah
berhenti
2 : tidak pernah
berhenti
Nominal
Sumber: Analisis Penulis, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
D. Validitas Data
1. Trianggulasi
Trianggulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan
menggunakan sesuatu yang lain selain data tersebut untuk memeriksa atau
untuk membandingkan data yang telah ada tersebut. (Metodologi
Penelitian Kualitatif, 1995).Untuk menjamin keakuratan data yang
diperoleh dalam penelitian ini maka dilakukan dengan trianggulasi data.
Trianggulasi data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan
beberapa data dari sumber yang berbeda, kemudian data-data tersebut
dibandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber yang lain sehingga
data yang satu akan dikontorl dengan data yang lain.
b. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Tujuan dilakukannya uji validitas dan reliabilitas adalah untuk
mengukur sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen
pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya dan untuk mengukur sejauh
mana hasil pengukuran dapat dipercaya.
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis data deskriptif
kualitatif yang dilengkapi data kuantitatif. Faktor-faktor pengaruh
keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya dapat diketahui
dengan cara menganalisis faktor-faktor keberdayaan produsen dan
keberlanjutan usahanya.
Faktor-faktor keberdayaan produsen tahu tersebut di uji independensi
dengan keberlanjutan usaha menggunakan uji Chi-Kuadrat dengan
menggunakan program SPSS. Uji independensi Chi-Kuadrat melihat
hubungan antara faktor-faktor keberdayaan produsen tahu dan keberlanjutan
usahanya. Uji korelasi Chi-Kuadrat dipilih dalam penelitian dengan
pertimbangan bahwa kedua variabel penelitan tingkat pengukurannya adalah
nominal. Langkah analisis Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
1. Pengumpulan data
2. Uji independensi Chi-Kuadrat
Uji independensi dipakai untuk menguji ada tidaknya hubungan
antara dua kategori (klasifikasi) suatu hasil observasi dari suatu sampel
dengan kategori (klasifikasi) sampel lain dengan menggunakan hipotesis,
hipotesis yang diajukan:
Ho : Tidak ada hubungan (korelasi) antara faktor-faktor keberdayaan
produsen tahu terhadap keberlanjutan usaha
H1 : Ada hubungan (korelasi) antara faktor-faktor keberdayaan produsen
tahu terhadap keberlanjutan usaha
Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak yang berarti terdapat
hubungan antara faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap
keberlanjutan usaha
3. Uji keeratan hubungan
Setelah mengetahui terdapat hubungan atau tidaknya, maka langkah
selanjutnya membandingkan nilai koefisien kontingensi terhadap nilai
koefisien korelasi table untuk mengetahui keeratan hubungan. Dalam hal
ini, menggunakan Kriteria Guilford (Aplikasi Statistik dalam Pendidikan,
212), yaitu:
Tabel 3.2 Kriteria Guilford Keeratan Hubungan
Besar r Interpretasi
0,00 – < 0,20 Hubungan sangat lemah (diabaikan)
≥ 0,20 – < 0,40 Hubungan rendah
≥ 0,40 – < 0,70 Hubungan sedang/cukup
≥ 0,70 – < 0,90 Hubungan kuat/tinggi
≥ 0,90 – ≤ 1,00 Hubungan sangat kuat/tinggi
Sumber: JP. Guilford, Fundamental Statistic in Psychology and Education
Untuk mengetahui tahap metode penelitian, data yang dibutuhkan, jenis
data serta sumber data dapat dilihat pada tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
Tabel 3.3 Metodologi Penelitian
Tahap Penelitian Data Metode Jenis Data Sumber Data
Identifikasi Data Data fisik wilayah
Kondisi administrasi
dan geografis Kota
Kediri
Kondisi administrasi
dan geografis
Kelurahan Tinalan
Tata Guna Lahan Kota
Kediri
Tata Guna Lahan
Kelurahan Tinalan
Prasarana wilayah
Persebaran industri
tahu di Kota Kediri
Persebaran industri
tahu di Kelurahan
Tinalan
Distribusi bahan baku
dan distribusi
pemasaran tahu di
Kelurahan Tinalan.
Wawancara,
dokumentasi
Primer dan
sekunder
Monografi
Kelurahan
Tinalan,
produsen tahu
Kelurahan
Tinalan,
Bappeda,
Dinas Tata
Ruang
Proses pembuatan
makanan olahan tahu
Wawancara Primer produsen tahu
Kelurahan
Tinalan
Perkembangan industri
rumah tangga tahu di
Kelurahan Tinalan
Wawancara,
kuesioner
Primer produsen tahu
Kelurahan
Tinalan
Data social ekonomi dan
kependudukan
Penduduk dan
ketenagakerjaan
Pendapatan
Tingkat pendidikan
Lama berusaha
Wawancara,
kuesioner
Primer produsen tahu
Kelurahan
Tinalan
Peran pemerintah dalam
perkembangan industri
tahu di Kota Kediri
Wawancara Primer Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan,
Dinas
Koperasi dan
UMKM
Faktor-faktor
keberdayaan produsen
tahu
Bantuan modal
Pemasaran
Wawancara,
kuesioner
Primer produsen tahu
Kelurahan
Tinalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
Teknologi
Tantangan
Faktor keberlanjutan
usaha industri tahu
Kontinuitas produksi
Wawancara,
kuesioner
Primer produsen tahu
Kelurahan
Tinalan
Analisis Data Uji Validitas dan
Realibilitas Kuesioner
Analisis
kuantitatif
(SPSS)
Primer produsen tahu
Kelurahan
Tinalan
Uji independensi Chi-
Kuadrat dan uji keeratan
hubungan tentang
pengaruh faktor-faktor
keberdayaan produsen
tahu terhadap
keberlanjutan usaha
Analisis
kuantitatif
(SPSS) dan
deskriptif
Primer produsen tahu
Kelurahan
Tinalan
Sintesis Data Kesimpulan dan
rekomendasi mengenai
pengaruh faktor-faktor
keberdayaan produsen
tahu terhadap
keberlanjutan usahanya.
Deskriptif
kualitatif
Primer dan
sekunder
Monografi
Kelurahan
Tinalan,
produsen tahu
Kelurahan
Tinalan,
Bappeda,
Dinas Tata
Ruang
Sumber:Analisis Penulis, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
Gambar 3.2 Kerangka Pikir Penelitian
Sumber: Analisis Penulis, 2011
Latar Belakang
Industri kecil dan rumah tangga (IKRT) memiliki kontribusi yang besar dalam pembangunan
Berkembangnya industri makanan tahu di Kota Kediri
Tahu sebagai produk andalan di Kota Kediri
Industri kecil masih lemah dalam hal perencanaan, pemikiran strategis dan
orientrasi jangka panjang.
Keberdayaan pelaku usaha akan menentukan keberlanjutan usahanya
Research Question
Tujuan
Bagaimana pengaruh faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap
keberlanjutan usahanya?
Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap
keberlanjutan usahanya
Pengertian industri kecil
Klasifikasi skala industri
Faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi industri
Industri kecil dengan konsep rumah
Industri rumah tangga yang berkelanjutan
Potensi dan kendala industri kecil
Definisi pemberdayaan dan keberdayaan
Keberdayaan masyarakat
Kajian Teori
Analisis
Hasil Pengaruh faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya
Perkembangan industri rumah tangga tahu di Kelurahan Tinalan
Karakteristik sosial ekonomi produsen tahu
Peran pemerintah dalam perkembangan industri tahu di Kota Kediri
Temuan
Lapangan
Analisis Keberlanjutan Usaha: Analisis Keberdayaan Produsen Tahu:
Bantuan modal: - Jangkauan pasar
Pemasaran : - Aksesibilitas
- Pendapatan
Teknologi : - Tingkat pendidikan
Tantangan : - Lama berusaha
Kontinuitas produksi : - Penggunaan
bahan baku kedelai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
BAB IV
GAMBARAN UMUM INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU
KELURAHAN TINALAN
A. Kondisi Wilayah Penelitian
1. Kondisi Geografis Kota Kediri
Secara geografis Kota Kediri terletak pada koordinat 509‟30‟ –
509‟37‟ Bujur Timur dan 7045‟50” – 7051‟30” Lintang Selatan. Struktur
wilayah Kota Kediri terbelah menjadi 2 bagian oleh sungai Brantas, yaitu
sebelah timur dan barat sungai. Wilayah dataran rendah terletak dibagian
timur sungai, meliputi Kec. Kota dan kec. Pesantren, sedangkan dataran
tinggi terletak pada bagian barat sungai yaitu Kec. Mojoroto. Secara
administratif, Kota Kediri mempunyai luas wilayah 6340 Ha, terdiri dari 3
kecamatan yaitu Kecamatan Mojoroto, Kota, dan Pesantren dengan 46
kelurahan. Seluruh wilayah Kota Kediri dibatasi oleh wilayah Kabupaten
Kediri, yaitu :
Sebelah utara : Kecamatan Gampengrejo
Sebelah timur : Kecamatan Wates dan Kecamatan Gurah
Sebelah selatan : Kecamatan Kandat dan Kecamatan Ngadiluwih
Sebelah barat : Kecamatan Grogol dan Kecamatan Semen
Berikut adalah peta administrasi Kota Kediri yang berbatasan dengan
Kabupaten Kediri:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
Peta 4.1 Peta Batas Administrasi Kota Kediri Sumber: Analisis Penulis, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
Faktor-faktor penentuan pemilihan lokasi industri tahu ini tidak lepas
dari karakteristik air dalam yang terdapat di Kota Kediri. Kualitas air di
Kota Kediri memiliki kesamaan dengan negara asal pencetus tahu yaitu
Cina. Jenis air yang digunakan sangat berpengaruh terhadap hasil akhir
tahu tersebut. Karakter air tanah yang pada umumnya jernih dengan
kedalaman air tanah 3 – 12 meter dapat dimanfaatkan untuk air minum
(sumur gali, sumur pompa) terutama penduduk yang tidak mendapat
fasilitas air minum. Hal tersebut merupakan salah satu yang
mempengaruhi keunikan tahu Kediri, selain Kota Kediri merupakan
daerah penghasil kedelai. Selain itu, Kota Kediri merupakan daerah
penghasil kedelai sehingga memiliki banyak industri berbahan baku
kedelai seperti industri tahu.
Produsen tahu di Kota Kediri menurut Dinas Perindustrian dan
Perdagangan terdapat 177 produsen tahu yang tersebar di 3 kecamatan
yaitu Kecamatan Mojoroto, Kecamatan Kota dan Kecamatan Pesantren.
Namun pengrajin di Kota Kediri bagian barat banyak yang tidak dapat
bertahan sehingga produsen tahu lebih banyak tersebar di Kota Kediri
bagian timur yaitu di Kecamatan Pesantren. Berawal dari sini maka
sample yang digunakan untuk penelitian ini berada di Kelurahan Tinalan
yang sebagian besar produsen tahunya dapat mempertahankan usahanya.
Menurut data yang terdapat di Dinas Perindustrian dan Perdagangan,
terdapat 177 industri tahu yang tersebar di Kota Kediri. Berikut tabel
sebaran industri tahu di Kota Kediri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
Tabel 4.1 Sebaran Industri Tahu di Kota Kediri
No. Kelurahan Jumlah Industri
1 Bawang 56
2 Banjarmlati 7
3 Banaran 8
4 Tamanan 5
5 Lirboyo 1
6 Campurejo 6
7 Mrican 15
8 Pakunden 7
9 Blabak 1
10 Tinalan 27
11 Tempurejo 2
12 Ketami 4
13 Pojok 2
14 Gayam 2
15 Ngletih 8
16 Ngronggo 1
17 Singonegaran 1
18 Bandar Kidul 1
19 Kaliombo 1
20 Bangsal 2
21 Jagalan 20
Jumlah 177
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2010
Sebagian besar industri rumah tangga tahu berpusat di Kelurahan Bawang, namun
ketika mereka kekurangan modal untuk membeli bahan baku karena melonjaknya
harga kedelai mereka pun memutuskan untuk beralih profesi. Menurut hasil
wawancara dengan Ketua Koperasi Tahu Tempe Kota Kediri, industri rumah
tangga tahu yang tetap berlanjut sebagian besar terdapat di Kelurahan Tinalan,
selain itu distribusinya sudah mencapai ke luar daerah sekitar Kota Kediri. Berikut
ini merupakan peta persebaran produsen tahu di Kota Kediri:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
Peta 4.2 Peta Persebaran Industri Tahu di Kota Kediri Sumber: Analisis Penulis, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
2. Kondisi Geografis Kelurahan Tinalan
Kelurahan Tinalan yang merupakan lokus penelitian ini berada di
Kecamatan Pesantren dengan luas wilayah 92,60 Ha. Secara administratif,
Kelurahan Tinalan berada di sebelah timur sungai Brantas dengan batas
wilayah sebagai berikut:
Sebelah utara : Kelurahan Burengan
Sebelah selatan : Kelurahan Tosaren
Sebelah timur : Kelurahan Banaran
Sebelah barat : Kelurahan Setonogedong
Produsen tahu yang tersebar di Kelurahan Tinalan menurut data dari
Dinas Perindustrian dan Perdagangan sebesar 27 produsen yang tersebar di
sepanjang tepian aliran sungai kecil yang berada di gang 4. Berikut ini
adalah peta batas administrasi Kelurahan Tinalan dan peta persebaran
produsen tahu di Kelurahan Tinalan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
Peta 4.3 Peta Batas Administrasi Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
Peta 4.4 Peta Sebaran Industri Tahu di Kelurahan Tinalan
Sumber: Analisis Penulis, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
3. Kondisi Fisik Wilayah Penelitian
Sebagian besar lahan peruntukan lahannya digunakan sebagai lahan
terbangun yang meliputi permukiman, perdagangan, jasa dan industri.
Berikut adalah tabel penggunaan lahan di Kota Kediri:
Tabel 4.2 Tata Guna Lahan Kota Kediri
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase
1 Hutan 346,58 5,47%
2 Kebun 1524,53 24,05%
3 Sawah 2431,90 38,36%
4 Lahan Terbangun 1925,74 30,37%
5 Sungai 111,25 1,75%
Jumlah 6340 100%
Sumber: Dinas Tata Ruang Kota Kediri, 2010
Tabel diatas menunjukkan bahwa persentase luas lahan terbangun
hampir sama dengan persentase luas sawah di Kota Kediri. Sehingga para
produsen tahu menggunakan bahan baku kedelai yang dipasok dari
Kabupaten di sekitar Kota Kediri. Berikut adalah peta tata guna lahan Kota
Kediri Tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
Peta 4.5 Peta Tata Guna Lahan Kota Kediri
Sumber: Analisis Penulis, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
Jenis tanah di Kota Kediri terdiri dari 4 (empat) jenis yaitu alluvial,
asosiasi alluvial kelabu dan alluvial coklat kekelabuan, mediteran coklat
kemerahan dan litosol, dan regosol coklat kekelabuan. Dari keempat jenis
tanah diatas semuanya berpotensi sebagai pertanian lahan basah.
Kaitannya dengan tahu adalah, bahan baku utama pembuat tahu adalah
kedelai. Meskipun jenis tanah di Kota Kediri mempunyai potensi di
bidang pertanian namun ketika peruntukan lahan untuk pertanian semakin
berkurang, sehingga tidak ada pilihan lain selain mengimpor kedelai dari
luar wilayah Kota Kediri. Sebelum Kota Kediri penuh dengan lahan
terbangun, Kota Kediri merupakan daerah penghasil kedelai yang
memiliki potensi dan peluang yang besar dalam peningkatan produksi
kedelai. Sehingga Kota Kediri selain penghasil kedelai juga merupakan
daerah yang memiliki banyak industri berbahan baku kedelai, misalnya
industri kecap dan industri tahu. Berikut ini adalah peta sebaran jenis tanah
di Kota Kediri:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
Peta 4.6 Peta Jenis Tanah Kota Kediri
Sumber: Dinas Tata Ruang Kota Kediri, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
Begitu pula dengan Kelurahan Tinalan yang memiliki luas wilayah
92,60 Ha dan areal yang digunakan untuk permukiman seluas 46,385 Ha
dan lahan pertanian seluas 44,975 Ha. Tidak mampu menghasilkan kedelai
secara optimal karena lebih dari 50% lahan dipenuhi oleh blok bangunan.
Berikut ini tabel tata guna lahan di Kelurahan Tinalan Tahun 2010.
Tabel 4.3 Tata Guna Lahan Kelurahan Tinalan
No. Penggunaan Luas (Ha) Persentase
1. Permukiman 46,38 50,09%
2. Pertanian 44,98 48.57%
3. Bangunan 0,24 0,26%
4. Rekreasi dan olahraga 1 1,08%
Jumlah 92,60 100%
Sumber: Monografi Kelurahan Tinalan, 2010
Gambar 4.1 Diagram Penggunaan Lahan Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa 50% penggunaan lahan
terdiri atas permukiman.
50%49%
0% 1%
Grafik Penggunaan LahanKelurahan Tinalan
Permukiman
Pertanian
Bangunan
Rekreasi dan olahraga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
Gambar 4.2 Citra Satelit Kelurahan Tinalan Sumber: Dinas Tata Ruang Kota Kediri, 2011
4. Penduduk Dan Ketenagakerjaan
Jumlah penduduk di Kelurahan Tinalan sebanyak 5655 jiwa yang
terdiri dari 2690 laki-laki dan 2965 perempuan, serta 1529 KK. Mata
pencaharian masyarakat di Kelurahan Tinalan sebagian besar bekerja di
sektor jasa/perdagangan (46%) dan yang lainnya bekerja di sektor industri
(33%) dan petani (21%). Penduduk yang bekerja disektor industri
meliputi penduduk yang bekerja di industri rokok Gudang Garam dan juga
industri pengolahan makanan tahu. Berikut adalah grafik komposisi
penduduk menurut mata pencahariannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
Gambar 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Kelurahan Tinalan Tahun 2010 Sumber: Analisis Penulis, 2011
Karakteristik mata pencaharian di Kelurahan Tinalan 79% penduduk
bekerja di sektor perdagangan dan industri dan penduduk yang bekerja di
sektor pertanian hanya 21%. Hal ini karena sebagian besar areal di
Kelurahan Tinalan sudah dipenuhi oleh lahan terbangun selain itu letak
Kelurahan Tinalan yang berada di tengah kota yang mempunyai ciri non-
agraris.
5. Prasarana Wilayah Penelitian
Sarana transportasi umum yang melewati Kelurahan Tinalan
meliputi bus dan angkutan umum. Hal ini merupakan lokasi yang sangat
strategis dalam industri tahu karena ketika aksesibiltas dalam suatu daerah
bernilai tinggi maka akan berpotensi dalam proses distribusi tahu itu.
Seperti yang tertera dalam UU no. 38 tahun 2004 tentang jaringan
transportasi bahwa Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa
merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Status
jalan yang terdapat di Kelurahan Tinalan terdiri dari jalan Nasional dan
jalan Kota. Sebagimana yang disebutkan dalam UU no. 38 tahun 2004
pasal 9 bahwa Jalan Nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor
dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota
provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol. Dan Jalan Kota
Sektor Perdagangan
46%Sektor Industri
33%
Petani21%
Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
merupakan sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan
antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan
persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat
permukiman yang berada di dalam kota. Dari penjelasan diatas, Kelurahan
Tinalan memiliki aksesibilitas yang mendukung baik bagi distribusi bahan
baku maupun distribusi hasil produknya.
Gambar 4.4 Jalan Kota dan Jalan Nasional di Sekitar
Kelurahan Tinalan Sumber: Dokumentasi Penulis, 2011
Jika dilihat dari gambar diatas, kondisi jaringan jalan di Kelurahan
Tinalan sudah relatif baik, sebagian besar jaringan jalan sudah diaspal, dan
memliki sistem drainase tertutup. Pengelolaan air limbah industri rumah
tangga tahu dilakukan dengan sistem pengelolaan air limbah setempat (on-
site system). Menurut Buku Panduan Penyehatan Lingkungan
Permukiman, sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site system)
adalah sistem penanganan air limbah domestik yang dilakukan secara
individual dan/atau komunal dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau
beberapa bangunan, yang pengolahannya diselesaikan secara setempat
atau di lokasi sumber. Begitu juga sistem pengelolaan air limbah industri
rumah tangga tahu di Kelurahan Tinalan, produsen tahu di Kelurahan
Tinalan membuat semacam saluran untuk mengalirkan limbah cairnya ke
sungai yang terletak di bagian belakang rumah mereka. Sungai tersebut
Contoh status jalan kota di
Kelurahan Tinalan
Contoh status jalan Nasional di
Kelurahan Tinalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
alirannya lancar sehingga tidak menimbulkan bau yang mengganggu
warga sekitar.
Tabel 4.4 Pembuangan Air Limbah Industri Tahu Kelurahan Tinalan
No. Gambar Keterangan
1.
Limbah cair yang dihasilkan
dari penggumpalan bubur
kedelai.
2.
Produsen membuat semacam
aliran yang menyalurkan ke
sungai
3.
Pipa yang menyalurkan limbah
cair tahu ke sungai
4.
Sungai kecil di bagian
belakang rumah yang
digunakan untuk membuang
limbah cair hasil produksi tahu
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2011
Berikut ini adalah peta jaringan jalan di Kelurahan Tinalan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi
di Kota Kediri
Peta 4.7 Peta Jaringan Jalan Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Jalan S. Parman merupakan ruas jalan Nasional yang berada di
selatan Kelurahan Tinalan, jalan tersebut merupakan jalan dua arah dari
arah timur ke barat dan barat ke timur. Bis antar kota banyak yang
melewati jalan S. Parman, mulai dari bis jurusan Surabaya, Nganjuk,
Trenggalek, dan Tulungagung. Ditepian jalan S. Parman digunakan
sebagai agen penjualan tiket baik antar kota maupun antar provinsi. Jika
dilihat dari sisi aksesibilitas, Jalan S. Parman sangat potensial sebagai
areal pemasaran tahu Kediri.
Produsen tahu di Kelurahan Tinalan menggunakan air sumur baik
untuk kebutuhan sehari-hari maupun memenuhi kebutuhan produksi
tahunya. Air merupakan kebutuhan primer setelah kedelai dalam membuat
tahu, dalam memproduksi tahu dibutuhkan banyak air disamping itu air
yang digunakan juga harus bersih, kebersihan airnya akan terlihat pada
tahu yang dihasilkannya. Produsen tahu cenderung memilih air sumur
karena disamping air yang dibutuhkan jumlahnya cukup banyak disamping
itu juga kualitas airnya jernih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Gambar 4.5 Gambaran Lokasi Industri Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Sungai tempat
pembuangan limbah
cair sisa pembuatan
tahu
Lokasi produksi tahu yang masih menyatu dengan tempat
tinggal, karena merupakan industri rumah tangga
Kondisi jalan
lingkungan di
Kelurahan
Tinalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
6. Kondisi Perekonomian Kota Kediri
Penyumbang PDRB Kota Kediri terbesar menurut Kota Kediri dalam
angka tahun 2010 adalah dari sektor industri, yaitu industri makanan,
minuman dan tekstil. Perusahaan Rokok Gudang Garam yang terletak di
Kota Kediri, sangat mempengaruhi mata pencaharian penduduk, Gudang
Garam banyak menyerap tenaga kerja di Kota Kediri. Selain itu industri
yang tidak kalah menariknya adalah industri makanan olahan tahu dan
getuk pisang yang sering dijadikan oleh-oleh bagi para wisatawan. Di
posisi kedua sebagai penyumbang PDRB terbesar di Kota Kediri adalah
sektor perdagangan, hotel dan restoran. Jumlah pasar yang dikelola oleh
Dinas Pengelolaan Pasar Kota Kediri pada tahun 2009 sebanyak 9 pasar,
salah satu diantaranya yaitu Pasar Gudang Garam yang terletak di kawasan
Industri Rokok Gudang Garam. Besarnya pemasukan dari retribusi pasar
yang berupa parker, retribusi pedagang, persewaan kios, reklame dan
sebagainya merupakan penyumbang PDRB terbesar kedua di Kota Kediri.
B. Proses Pembuatan Makanan Olahan Tahu
Proses pembuatan tahu ini meliputi beberapa tahap, mulai dari
perendaman kedelai sampai pemotongan dan pengemasan dilakukan dengan
cara yang sederhana. Jenis tahu yang diproduksi oleh produsen tahu di Tinalan
terdiri dari 3 macam yaitu tahu pong, tahu takwa, dan stik tahu. Untuk
memahami proses pembuatan tahu secara lebih detail maka disajikan dalam
Gambar 4.13 urutan proses pembuatan tahu pada semua industri rumah tangga
tahu pada umumnya sama, mengenai urutan dalam proses pembuatan tahu
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Perendaman Dan Pencucian
Pada tahap pertama dalam pembuatan tahu, kedelai harus direndam
dahulu selama ±3 jam untuk memudahkan kulit lepas dari kedelainya.
Setelah itu, kedelai dicuci dengan air mengalir hingga bersih dan tidak ada
kotoran yang menempel. Dalam proses pembuatan tahu, hal yang harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
diperhatikan adalah kebersihan. Ketika ada kotoran sedikit saja yang
menempel, tahu tidak dapat jadi dengan sempurna.
2. Penggilingan
Setelah proses perendaman dan pencucian, kedelai lalu digiling
dengan menggunakan mesin. Ada dua macam mesin yang dapat digunakan
untuk menggiling kedelai, mesin diesel dan dynamo. Bahan bakar yang
digunakan untuk mesin diesel adalah solar, sedangkan dynamo
menggunakan tenaga listrik. Beberapa produsen ada yang masih
menggunakan mesin diesel untuk menggiling kedelai, namun sebagian
besar produsen tahu menggiling kedelai dengan mesin diesel dan dibantu
dengan mesin dynamo. Pada proses penggilingan juga membutuhkan air
mengalir agar bubur kedelai terdorong keluar, hasil dari proses
penggilingan berupa bubur kedelai. Bubur kedelai yang sudah terdorong
keluar kemudian ditampung dalam ember.
3. Perebusan
Selanjutnya adalah proses perebusan, bubur kedelai direbus hingga
dua kali proses pendidihan. Bahan bakar yang digunakan untuk merebus
bubur kedelai adalah kayu bakar, seluruh produsen tahu di Kelurahan
Tinalan masih menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakarnya.
4. Penyaringan Dan Penggumpalan
Dalam keadaan panas cairan bahan baku tahu disaring dengan kain
blaco sambil dibilas dengan air, penyaringan dilakukan 5-7 kali sehingga
susu kedelai dapat terekstrak semua. Dari penyaringan tersebut akan
menghasilkan ampas padat yang dapat dijual lagi untuk makanan olahan
lain berupa tempe gembus. Setelah itu, susu kedelai dalam keadaan hangat
yang dihasilkan dari proses penyaringan diaduk sambil diberi asam cuka
hingga mengental dan mengendap. Dari proses penggumpalan akan
menghasilkan limbah cair yang menimbulkan bau tak sedap. Para
produsen menampung limbah cair ke dalam septic tank sebelum akhirnya
disalurkan ke sungai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
5. Pencetakan Dan Pemotongan
Gumpalan tahu kemudian diambil dan dituangkan ke dalam cetakan
kayu yang sudah tersedia dan dialasi dengan kain dan diisi penuh.
Selanjutnya kain ditutupkan ke seluruh gumpalan tahu dan dipres.
Semakin berat benda yang dipergunakan untuk mengepres semakin keras
tahu yang dihasilkan, sebagian besar produsen tahu menggunakan batu
sebagai alat pemberat dalam mengpres tahu. Ketika tahu sudah dingin,
kemudian dipotong-potong sesuai dengan permintaan konsumen di pasar.
Berikut adalah bagan proses pembuatan tahu:
Gambar 4.6 Bagan Proses Pembuatan Tahu Sumber: Analisis Penulis, 2011
Kedelai
Pencucian dan Perendaman (3 jam)
Penggilingan
Perebusan (hingga matang)
Penyaringan
Filtrat
Penggumpalan
Pencetakan/ Pengepresan
Pemotongan
Tahu
Ampas Tahu
Air & Panas
Air
Air
Asam cuka Limbah Cair
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Gambar 4.7 Proses Pembuatan Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Dokumentasi Penulis, 2011
2. Penggilingan
1. Perendaman dan Pencucian
3. Perebusan
4. Penyaringan dan
Penggumpalan
6. Pemotongan
5. Pencetakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Gambar diatas merupakan cara pembuatan tahu pong (tahu putih), untuk
membuat tahu takwa, prosesnya sama namun setelah tahu dipotong kemudian
direbus dan diberi pewarna menggunakan kunyit minimal satu jam. Berikut
adalah gambar perebusan tahu untuk pembuatan tahu takwa.
Gambar 4.8 Proses Pembuatan Tahu Takwa Kelurahan Tinalan Sumber: Dokumentasi Penulis, 2011
Namun tidak semua produsen tahu menggunakan kunyit sebagai
pewarna tahu takwa, di Kota Kediri sempat muncul isu formalin dan pewarna
makanan kimia. Perbedaannya dapat dilihat ketika tahu dipotong, tahu takwa
yang menggunakan kunyit warna kuningnya merasuk hingga ke dalam.
Namun tahu takwa yang menggunakan pewarna kimia warna kuningnya
hanya diluar tahunya saja. Isu ini juga pernah mengurangi produksi tahu di
Kelurahan Tinalan.
Selain tahu pong dan tahu takwa terdapat produk makanan olahan dari
tahu yaitu stik tahu. Pembuatan awalnya seperti tahu pong, setelah dipotong
menyerupai stik kemudian tahu-tahu direndam dalam air berbumbu. Lalu
dijemur selama ± 3 hari, jika sedang musim hujan biasanya produsen tahu
menggunakan oven untuk mengeringkan stik tahu. Untuk produsen yang tidak
memiliki oven biasanya produsen mengurangi produksi stik tahunya. Setelah
dikeringkan, stik tahu kemudian digoreng dan dikemas dalam plastik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Gambar 4.9 Proses Pembuatan Stik Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Dokumentasi Penulis, 2011
Dari proses pembuatan tahu diatas, dapat diketahui sebagian besar masih
menggunakan tenaga manusia dalam proses pengerjaan. Namun peran
peralatan produksi disini juga tidak dapat dipungkiri dapat membantu proses
pengerjaan.
C. Perkembangan Industri Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan
Sebutan kota tahu untuk Kota Kediri tak lepas dari sejarah masuknya
warga Cina ke Indonesia pada tahun 1900. Saat itu belum terjadi pemisahan
kota dan kabupaten. keputusan warga Cina membuat tahu di Kediri tak lepas
dari penilaian air di lokasi rantau memiliki kesamaan dengan di Cina. Dalam
proses pembuatannya, tahu yang diklaim sebagai makanan khas bangsa Cina
dan bernama tofu itu diyakini tidak segampang membalikkan telapak tangan.
Jenis air dianggap sangat berpengaruh terhadap hasil akhir. Kualitas yang
1. Perendaman stik tahu
2. Penjemuran
3. Penggorengan
4. Pengemasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
terjaga menjadikan tahu semakin dikenal, begitu Kondisi ini mengangkat
nama Kota Kediri hingga berujung pada disematkannya sebutan Kota Tahu.
1. Sejarah
Usaha membuat tahu dimulai sejak tahun 1983 oleh produsen tahu di
Kelurahan Tinalan, Usaha ini merupakan usaha turun temurun dari
keluarga, para produsen tahu sebagian besar mengawali karirnya di
Tulungagung, para produsen pada awalnya menjadi tenaga kerja di
industri tahu milik kakak, orangtua bahkan pamannya. Setelah ilmu yang
didapat dirasa cukup, lalu para produsen tahu hijrah dari Tulungagung ke
Kota Kediri. Selama kurun waktu 27 tahun terjadi perkembangan industri
tahu. Industri tahu yang merupakan usaha keluarga ini memperkerjakan
saudara sendiri dalam proses produksi sampai distribusinya, lama-
kelamaan setelah usaha tahunya berkembang dan mendapat permintaan
tahu dari berbagai konsumen, produsen tahu mengajak tetangganya untuk
ikut membantu dalam proses produksinya. Industri rumah tangga tahu
yang dirintis oleh para produsen dapat mengurangi pengangguran dan
menyerap lapangan kerja bagi masyarakat yang tinggal disekitarnya. Dari
informasi-informasi diatas dapat diketahui bahwa lambat laun industri tahu
di Kelurahan Tinalan telah mampu memberikan lapangan pekerjaan yang
cukup bagi masyarakat sekitar.
2. Bahan baku
Jika dilihat dari faktor lokasinya, industri tahu ini merupakan industri
yang berorientasi pada bahan baku (Raw material oriented industri)
karena industri tahu ini didirikan dekat dengan ketersediaan bahan baku
sebagai roda penggerak utama industri. Hal ini dipikirkan karena bahan
baku yang digunakan oleh industri tahu mudah rusak. Hal ini sejalan
dengan teori lokasi yang dikemukakan oleh Greenhut bahwa biaya
angkutan dapat merupakan faktor yang penting dalam produksi. Bila berat
bahan baku lebih berat dari hasil akhir atau bahan baku bersifat cepat
rusak maka lokasi akan berorientasi ke bahan baku. Sebelum adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
kabupaten dan kota Kediri, bahan baku diambil dari wilayah Kediri, yaitu
yang sekarang menjadi Kabupaten Kediri. Produktivitas kedelai di
Kabupaten Kediri tiap tahunnya mengalami penurunan, berikut adalah
tabel perkembangan produksi kedelai Kabupaten Kediri tahun 2000 –
2008.
Tabel 4.5 Perkembangan Produksi Kedelai Kabupaten Kediri
Tahun 2000 – 2008
No. Tahun Produksi (ton)
1 2000 2243
2 2001 1837
3 2002 732
4 2003 521
5 2004 647
6 2005 774
7 2006 956
8 2007 703
9 2008 770
Sumber: BPS Provinsi Jatim, berbagai tahun
Gambar 4.10 Grafik Perkembangan Produksi Kedelai Kabupaten
Kediri Tahun 2000 – 2008 Sumber: BPS Provinsi Jatim, berbagai tahun
Dapat dilihat dari gambar diatas bahwa produksi kedelai setiap
tahunnya mengalami penurunan, untuk memenuhi kebutuhan kedelai lokal
(dalam negeri) produsen tahu mengambil kedelai dari Kabupaten Nganjuk.
Namun ketika pasokan kedelai lokal telah habis dipasaran, produsen
menggunakan kedelai impor sebagai gantinya. Jika dilihat dari mutu,
2243
1837
732 521 647 774 956703
770
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Grafik Perkembangan Produksi Kedelai Kabupaten Kediri Tahun 2000-2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
kedelai lokal jauh lebih baik dibanding kedelai impor. Kedelai lokal
diambil dari wilayah sekitar Kota Kediri, terutama Kabupaten Nganjuk.
Kedelai yang diimpor dari Amerika rasanya masam, kedelainya besar dan
kaku sehingga mempengaruhi saat tahu digoreng. Harga kedelai lokal
cenderung lebih mahal dan kualitasnya tidak sebagus kedelai impor.
Sedapat mungkin, produsen tahu mempertahankan penggunaan kedelai
lokal namun ketika kedelai lokal sudah habis dipasaran, produsen
menggunakan kedelai impor. Kedelai dipasok setiap hari oleh agen
kedelai, sistem pembayarannya pun dilakukan keesokan harinya setelah
kedelai tersebut diproses menjadi tahu.
Dalam sehari produsen tahu menghabiskan kedelai antara 50 kg –
100 kg. berikut adalah tabel penggunaan kedelai untuk pembuatan tahu di
Kelurahan Tinalan:
Tabel 4.6 Tabel Penggunaan Kedelai Industri Tahu
Kelurahan Tinalan
No. Penggunaan Kedelai
(kg)
Jumlah
produsen tahu
Persentase
1 < 50 kg 9 33%
2 50 – 75 kg 11 41%
3 >75 kg 7 26%
Jumlah 27 100%
Sumber: Quisioner, 2011
Tabel diatas menunjukkan rata-rata penggunaan kedelai yang
dihabiskan oleh produsen tahu dalam sehari. Terlihat bahwa 41% produsen
tahu menghabiskan kedelai dalam sehari antar 50 – 75 kg. Kedelai tersebut
dipasok setiap tiga atau lima hari sekali oleh agen kedelai. Tidak semua
produsen memiliki persediaan bahan baku kedelai, hanya 14 produsen atau
sekitar 52% yang memiliki persediaan bahan baku untuk mengantisipasi
naiknya harga kedelai sehingga produksi dapat berjalan setiap harinya.
Persediaan kedelai setiap produsen berbeda-beda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
3. Teknologi
Peralatan yang digunakan dalam proses produksi tahu sifatnya masih
konvensional. Berikut adalah perbedaan peralatan konvensional dan
modern:
Tabel 4.7 Perbedaan Peralatan Konvensional dan Modern dalam
Industri Tahu Kelurahan Tinalan
No. Proses Konvensional Modern
1. Produksi
Sumber: bahkacung’s blogspot
Penggilingan kedelai masih
menggunakan tenaga manusia
Penggilingan kedelai
menggunakan tenaga mesin
Pengawetan
Pengeringan tahu yang akan diolah
menjadi stik tahu dengan menjemur
dibawah sinar matahari
Pengeringan tahu yang
akan diolah menjadi stik
tahu dengan menggunakan
oven
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2011
Penggilingan kedelai dengan proses tradisional sudah lama
ditinggalkan oleh produsen tahu di Tinalan, seluruh produsen tahu telah
memiliki mesin penggilingan kedelai sendiri. Namun alat produksi lainnya
seperti tungku yang digunakan untuk memasak bubur tahu masih
menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakarnya. Selain itu untuk
mengepres tahu pun masih menggunakan alat sederhana yang terbuat dari
mur dan baut yang dirangkai sehingga berfungsi sebagai alat pengepres.
Dalam pembuatan stik tahu diperlukan oven untuk mengeringkan tahu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
agar dihasilkan stik tahu yang renyah dan tahan lama. Produsen tahu
biasanya menjemur stik tahunya di bawah matahari selama ± 3 hari,
namun ketika cuaca tidak mendukung dibutuhkan oven untuk
mengeringkan stik tahu tersebut. Namun pengeringan antara menggunakan
oven dengan menjemurnya langsung dibawah matahari hasilnya berbeda.
Kualitas stik tahunya lebih bagus dijemur dibawah sinar matahari.
4. Perkembangan Produksi tahu
Produksi tahu di Kelurahan Tinalan telah mengalami penurunan dari
tahun ke tahun. Berikut grafik perkembangan produksi tahu di Kelurahan
Tinalan:
Gambar 4.11 Grafik Perkembangan Produksi Tahu
Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa terjadi dua kali penurunan
yaitu tahun 2000 dan tahun 2007, penurunan produksi pada tahun 2000
dikarenakan dampak krisis ekonomi global membuat subsidi kedelai
dihentikan oleh pemerintah dan seketika itu pula harga kedelai melonjak.
Efek yang ditimbulkan dari naiknya harga kedelai adalah banyak industri
tahu yang gulung tikar karena tidak memiliki modal untuk menutup harga
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
Ke
de
lai (
kg)
Perkembangan Produksi Tahudi Kelurahan Tinalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
kedelai yang melonjak drastis. Kemudian penurunan produksi pada tahun
2007 dikarenakan munculnya issu penggunaan formalin pada tahu takwa
(tahu kuning). Produsen tahu mengawetkan tahu takwa dengan cara
mengukus bukan dengan menggunakan formalin. Karena ada issu formalin
tersebut, permintaan tahu jadi menurun dan kios-kios menghentikan
pengiriman tahu untuk sementara waktu hingga issu ini berlalu. Akibat
issu ini 48% produsen tahu di Tinalan sempat berhenti berproduksi selama
beberapa hari.
5. Pesaing
Walaupun industri tahu di Kota Kediri sangat berprospek lantas tidak
sepi akan competitor/pesaing sesama produsen tahu. Competitor yang
paling besar berasal dari industri tahu milik etnis Cina, karena pelopor
tahu Kediri adalah dari etnis Cina yaitu Bah Kacung. Di salah satu ruas
jalan di Kota Kediri, yaitu di Jalan Pattimura terdapat kios-kios tahu milik
etnis Cina yang sering dijadikan oleh-oleh bagi para wisatawan.
Produsen tahu cina menembak pasaran para wisatawan yang datang
ke Kota Kediri, karena ketika wisatawan dating ke Kota Kediri, pusat
oleh-olehnya berada di sepanjang Jalan Pattimura. Berbeda dengan
produsen tahu pribumi yang menembak pasaran para wisatawan yang
melewati Kota Kediri. Karena kios-kios tempat penitipan produk tahu
berada di daerah perbatasan Kota Kediri sehingga mudah dijangkau oleh
para wisatawan.
6. Kelembagaan
Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (KOPTI) Kediri didirikan
tahun 1994 di Kota Kediri. KOPTI di Kota Kediri terbagi menjadi 3
bagian, yaitu KOPTI Kota Timur, KOPTI Kota Tengah dan KOPTI Kota
Barat. Hanya KOPTI Kota Tengah yang masih aktif, KOPTI Kota Timur
dan Kota Barat sudah tidak aktif lagi. Karena industri tahu di Kota Timur
dan Kota Barat banyak yang jatuh karena meningkatnya harga kedelai dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
sudah tidak mendapatkan subsidi kedelai lagi. Kelurahan Tinalan termasuk
dalam bagian KOPTI Kota Tengah. Fungsi utama KOPTI adalah
memperoleh dan menyalurkan kedelai bagi para anggotanya. Namun
setelah masa krisis moneter tahun 1997, subsidi kedelai dihentikan oleh
pemerintah. Hal ini yang membuat banyak industri tahu gulung tikar.
Meskipun fungsi KOPTI tidak lagi menyalurkan kedelai bagi anggotanya
namun kegiatan simpan pinjam masih dilakukan setiap bulannya.
Pinjaman berkisar antara Rp 3.000.000,00 hingga Rp 5.000.000,00
menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing produsen tahu. Menurut
wawancara dengan Ketua Koperasi Tahu Tempe Kota Kediri, karena
pengurusnya adalah produsen tahu makanya koperasinya tidak dapat
berkembang karena untuk membuat tahu saja sudah menyita banyak waktu
sehingga tidak ada waktu untuk mengurus koperasi tersebut.
7. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan dalam industri rumah tangga tahu di
Kelurahan Tinalan rata-rata tidak lebih dari 5 orang, karena industri tahu
ini termasuk industri rumahan yang proses produksinya juga menyatu
dengan rumah jadi usahanya masih tergolong kecil sehingga tidak
membutuhkan banyak tenaga untuk membuat tahu. Begitu juga dengan
sistem penerimaan tenaga kerjanya tidak membutuhkan standar
pendidikan atau syarat tertentu karena tidak memerlukan
skill/keterampilan khusus dalam membuat tahu. Sistem pembagian
kerjanya pun juga serabutan, tidak ada job desk sendiri dalam melakukan
pekerjaan. Sebagian besar industri rumah tangga tahu menggunakan
sistem borongan dalam membayar upah pekerjanya. Jadi dihitung berapa
kali pekerja memasak tahu dalam sehari, biasanya permasakan dihargai
antara Rp 7.000,00 hingga Rp 8.500,00. Dalam sehari industri tahu
memasak antara 5-7 kali dan kedelai yang dihabiskan setiap masakan
berkisar antara 6-8 kg kedelai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
D. Karakteristik sosial ekonomi produsen tahu
1. Pendapatan
Besaran Upah Minimum Kota (UMK) Kota Kediri terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan besarnya inflasi, yaitu
sebesar Rp 906.000,00 pada tahun 2009. Hampir 100% produsen tahu di
Kelurahan Tinalan memiliki penghasilan diatas UMK Kota Kediri,
pendapatan produsen tahu di Kelurahan Tinalan berkisar antara Rp
1.000.000,00 – Rp 3.000.000,00. Berikut adalah pendapatan bersih yang
diperoleh oleh produsen tahu setiap harinya.
Tabel 4.8 Pendapatan Bersih Per Hari Produsen Tahu
Kelurahan Tinalan
No. Pendapatan per hari Jumlah produsen
tahu
Persentase
1. Kurang dari Rp 50.000,00 9 33%
2. Rp 50.000,00 – Rp 75.000,00 8 30%
3. Lebih dari Rp 75.000,00 10 37%
Jumlah 27 100%
Sumber: Kuesioner, 2011
UMK merupakan ukuran minimal penghasilan seseorang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya setiap bulannya, hal ini berarti UMK
merupakan garis batas minimal penghasilan seseorang. UMK ditiap kota
berbeda besarannya, semakin tinggi UMK di suatu kota maka semakin
tinggi tingkat kesejahteraan hidup seseorang. Besarnya tanggungan
keluarga juga mempengaruhi tingkat pendapatan seseorang, ketika
semakin besar tanggungan keluarga biasanya semakin besar pula
pendapatan seseorang karena semakin besar kebutuhan hidup yang harus
dipenuhinya. Pendapatan bersih produsen tahu di Kelurahan Tinalan
berkisar antara Rp 1.000.000,00 hingga Rp 3.000.000,00 per bulan.
Pengeluaran rutin yang dikeluarkan untuk kebutuhan industri tahu setiap
bulannya antara lain upah pekerja, bahan baku kedelai, bahan bakar kayu,
dan bahan bakar solar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
2. Tingkat Pendidikan
Para produsen tahu di Kelurahan Tinalan menempuh pendidikan
formal, sebagian besar adalah lulusan sekolah dasar. Namun demikian
rendahnya tingkat pendidikan tidak mempengaruhi kesuksesan para
produsen tahu karena usaha tahu yang dikelola mampu menghidupi
kebutuhan sehari-harinya, mulai dari belanja sehari-hari, membayar upah
pekerja, bahkan membiayai pendidikan anak-anak mereka. Jika dilihat
dengan kasat mata, pekerjaan sebagai seorang produsen tahu tidak
mungkin dapat menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang S1, namun
para produsen tahu di Kelurahan Tinalan mampu membiayai kebutuhan
pendidikan anak-anaknya hingga selesai.
Tabel 4.9 Tingkat Pendidikan Produsen Tahu Kelurahan Tinalan
No. Tingkat
pendidikan
Jumlah
produsen tahu
Persentase
1. SD 12 45%
2. SMP 9 33%
3. SMA 6 22%
Jumlah 27 100%
Sumber: Kuesioner, 2011
Jika dilihat dari pendidikan yang ditempuh oleh produsen tahu,
pendidikan bukan hal utama dalam usaha tahu karena strategi dalam
berbisnis tidak selamanya ditemukan dalam bangku sekolah.
3. Lama berusaha
Pengalaman usaha yang dimiliki juga bervariasi, sebaran produsen
tahu menurut lama berusaha dapat dilihat pada Tabel xxx. Rata-rata lama
berusaha produsen tahu diatas 10 tahun, suatu masa yang cukup penting
untuk mengembangkan usahanya menjadi lebih baik. Berikut adalah tabel
sebaran produsen tahu menurut lama berusaha:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Tabel 4.10 Lama Berusaha Produsen Tahu Kelurahan Tinalan
No. Lama berusaha Jumlah produsen
tahu
Persentase
1. Diatas 10 tahun 20 74%
2. Dibawah 10 tahun 7 26%
Jumlah 27 100%
Sumber: Kuesioner, 2011
Jam terbang dalam bidang industri tahu juga menentukan
keberhasilan/ kelangsungan industri tahu tersebut karena ketika seorang
produsen tahu telah lama menggeluti usaha tahu, mereka mengerti seluk
beluk, strategi dalam berbisnis, mengerti kelemahan dalam usaha tahu dan
mengatasi permasalahan-permasalahan seperti naiknya harga kedelai,
semakin banyaknya pesaing dalam bidang industri tahu, dan lain-lain.
E. Peran Pemerintah Dalam Perkembangan Industri Tahu Di Kota Kediri
1. Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Peran dinas perindustrian dalam mengembangkan industri tahu di
Kota Kediri yaitu dengan membantu menjaga kualitas hidup dan
kelangsungan hidup dengan fokus pembinaan industri kecil dan
menengah. Bentuk nyata dari menjaga kelangsungan hidup adalah
mengikutsertakan para pelaku usaha dalam pameran-pameran produk
unggulan. Melalui pameran-pameran tersebut diharapkan dapat membawa
produk unggulan Kota Kediri dapat dipasarkan hingga ke luar Kota Kediri.
“Dalam setahun biasanya terdapat dua kali pameran, pameran terakhir
yang menyelenggarakan dari Departemen Industri dengan tingkat
nasional.”
Bantuan yang diberikan Dinas Perindustrian berupa subsidi kedelai
pada tahun 2008 dengan persyaratan skala produksi dibawah 100 kg/hari.
2. Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Peran Dinas Koperasi dalam memajukan industri rumah tangga tahu
di Kota Kediri yaitu menjembatani Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) sebelum akhirnya UMKM tersebut mempunyai label/branded
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
sendiri. Dinas koperasi mempunyai program pemberdayaan UMKM
dengan tiga kategori, yaitu untuk perorangan, kelompok dan koperasi.
Berikut ini adalah syarat-syarat pengajuan modal bergulir adalah:
Tabel 4.11 Syarat-syarat Pengajuan Modal Bergulir Dinas Koperasi
dan UMKM
No. Syarat-syarat Perorangan Kelompok Koperasi
1. Proposal permohonan
pinjaman
2. Fotocopy SIUP, TDP,
NPWP, HO
3. Fotocopy susunan pengurus
dan pengawas dilegalisir
Kepala Dinas KUMKM
4. Fotocopy akta pendirian
koperasi (minimal 2 tahun)
5. Pas foto suami istri dan atau
pengurus berwarna 4 x 6 @2
lembar
6. Fotocopy surat nikah, KK,
KTP pengurus
7. Sertifikat kelompok UMKM
dilampiri susunan pengurus
dan keanggotaan kelompok
8. Buku Laporan RAT 2 tahun
terakhir
9. Surat pernyataan sanggup
menyerahkan jaminan
bermaterai dilampiri foto
copy jaminan (untuk jaminan
sertifikat disertai PBB)
10. Sertifikat penilaian kesehatan
koperasi
11. Berita Acara Rapat Anggota
tentang pengajuan dana dan
kuasa kepada pengurus
12. Surat keterangan taksiran
harga tanah dari kelurahan
apabila menggunakan
jaminan sertifikat tanah
Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM
Bantuan yang diberikan kepada para pelaku usaha yaitu berupa
bantuan modal dengan angsuran selama dua tahun dengan bunga sebesar
6% per tahun dan besaran pinjaman yang ditentukan oleh Dinas Koperasi.
“Sosialisasi program pemberdayaan telah dilakukan melalui media massa.
Untuk para pelaku usaha yang berminat harus memenuhi persyaratan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
setelah itu mengajukan proposal kemudian ada tim survey yang akan
menyurvei langsung industri tahunya, besaran bantuannya akan
disesuaikan dengan skala industri tahunya.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
BAB V
ANALISIS
A. Validitas dan Realibilitas Kuesioner
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berasal dari jawaban
responden sebelum penelitian berlangsung kepada 14 responden produsen
tahu di Kelurahan Tinalan.
1. Uji Validitas
Cara mengetahui validitas alat ukur dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan teknik korelasi product moment yang dikemukakan
oleh Pearson. Item pertanyaan dinyatakan valid jika mempunyai nilai r
hitung yang lebih besar dari r standar yaitu 0,3. Untuk menguji validitas
alat ukur ini dapat menggunakan program SPSS. Hasil pengujian validitas
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.1
Hasil Uji Validitas Kuesioner
Sumber: Analisis penulis, 2011
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari pengujian validitas seluruh
item mempunyai nilai r hitung lebih dari 0,3. Sehingga kuesioner valid dan
dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya. Hasil selengkapnya
pengujian dapat dilihat pada lampiran.
2. Uji Reliabilitas
Uji realibilitas dari masing-masing faktor dengan menggunakan Uji
Alpha – Cronbach. Kuesioner dinyatakan reliable jika mempunyai nilai
koefisien alpha yang lebih besar dari 0,7. Untuk menguji realibilitas alat
Variabel Faktor r hitung Keterangan
Keberdayaan
produsen tahu
Bantuan modal 0,704 Valid
Pemasaran 0,636 Valid
Teknologi 0,636 Valid
Tantangan 0,751 Valid
Keberlanjutan
usaha Kontinuitas produksi 0,782 Valid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
ukur ini dapat menggunakan program SPSS. Hasil pengujian realibilitas
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.2
Hasil Uji Realibilitas Kuesioner
Variabel Faktor Koef. Alpha Keterangan
Keberdayaan
produsen tahu
Bantuan modal 0,901 Reliabel
Pemasaran 0,908 Reliabel Teknologi 0,908 Reliabel Tantangan 0,896 Reliabel
Keberlanjutan
usaha Kontinuitas produksi 0,893 Reliabel
Sumber: Analisis penulis, 2011
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuesioner penelitian untuk
masing-masing faktor reliable.
B. Keberdayaan Produsen Tahu di Kelurahan Tinalan
Keberdayaan produsen tahu terdiri dari bantuan modal, pemasaran,
teknologi, serta tantangan dan masing-masing faktor tersebut memiliki tolak
ukur yang berbeda.
1. Bantuan modal
Salah satu Indikator untuk mengetahui keberdayaan produsen tahu
terhadap bantuan modal, dalam hal ini adalah kemampuan untuk
memperoleh bantuan modal. Keberdayaan produsen tahu dari faktor
bantuan modal di daerah penelitian seperti pada Gambar 5.1 dibawah ini.
Gambar 5.1 Diagram Bantuan Modal Industri Rumah Tangga
Tahu dalam kurun waktu 5 tahun Sumber: Analisis Penulis, 2011
tidak pernah
mendapat44%
pernah mendapat
56%
Bantuan modal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Dalam kurun waktu 5 tahun, terhitung dari tahun 2006-2010 dari 27
responden produsen tahu, yang menyatakan pernah memperoleh bantuan
modal sebesar 15 responden (56%) dari instansi pemerintah, lembaga bank
maupun koperasi. Dari Gambar 5.1 terlihat bahwa responden yang
menyatakan pernah mendapatkan bantuan modal lebih besar dibanding
responden yang menyatakan tidak pernah mendapatkan bantuan modal.
Jenis bantuan yang diperoleh produsen tahu adalah bantuan modal berupa
uang. Bantuan modal digunakan untuk membeli bahan baku kedelai,
kedelai tersebut digunakan untuk menambah ragam jenis produk tahu yang
dihasilkan sehingga dapat memperluas jaringan pemasaran. Karena
semakin banyak ragam produk tahu yang ditawarkan, konsumen pun akan
tertarik untuk mencobanya. Jika awalnya produsen tahu hanya
memproduksi tahu pong dan tahu takwa, produsen mengembangkan
produk tahunya dengan memproduksi stik tahu. Dalam proses pembuatan
stik tahu dibutuhkan panas yang besar untuk mengeringkan stik tahu
tersebut. Para produsen biasanya memanfaatkan panas matahari untuk
menjemur stik tahu selama 3 hari, namun ketika musim hujan produsen
tahu tidak dapat menjemur stik tahu dibawah sinar matahari. Untuk itu
dibutuhkan oven sebagai alat pengeringan stik tahu. Tidak semua produsen
tahu memiliki oven, sehingga pada musim hujan biasanya produsen tahu
mengurangi pembuatan stik tahu. Kemudian untuk mengemas stik tahu
tersebut dibutuhkan plastik dan label untuk lebih dikenal oleh para
konsumen.
Bantuan modal sangat berguna untuk membeli peralatan yang
menunjang kebutuhan produksi tahu selain itu untuk mengembangkan
industri tahunya dibutuhkan ijin usaha yang dikeluarkan oleh Dinas
Perindustrian dan Perdagangan. Tidak semua industri tahu di Kelurahan
Tinalan memiliki ijin usaha, rata-rata industri tahu hanya memiliki merk
dagang karena untuk mengurus merk dagang tidak dikenai pajak setiap
bulannya. Dalam mendaftarkan produk tahunya dibutuhkan biaya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
tidak sedikit, maka salah satu kegunaan bantuan modal ini juga digunakan
sebagai memperlebar jaringan pemasaran.
Indikator yang dapat menjadi tolok ukur bahwa bantuan modal telah
sukses mengembangkan industri tahu diantaranya adalah semakin
meluasnya jangkauan pasar produksi tahu di Kelurahan Tinalan.
Jangkauan pasar produksi tahu dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.3 Jaringan Pemasaran Tahu Luar Kota
No. Jaringan
pemasaran
Jumlah
produsen tahu
Persentase
1 Kabupaten Kediri 3 23%
2 Kabupaten Nganjuk 4 31%
3 Kabupaten Jombang 6 46%
Jumlah 13 100%
Sumber: Data primer olahan, 2011
Meluasnya jangkauan pasar hingga ke luar kota juga dikarenakan
bertambahnya ragam produk yang dihasilkan oleh industri tahu. Dapat
dilihat tabel perkembangan ragam produk tahu di Kelurahan Tinalan
dalam kurun waktu 5 tahun ke belakang.
Tabel 5.4
Perkembangan Ragam Produk Tahu di Kelurahan Tinalan
tahun 2006 – 2010
No. Tahun Jenis Ragam
Produksi Jumlah
1 2006 Tahu Pong dan
Tahu Takwa 2
2 2007 Tahu Pong 1
3 2008 Tahu Pong dan
Tahu Takwa 2
4 2009
Tahu Pong,
Tahu Takwa
dan Stik Tahu
3
5 2010
Tahu Pong,
Tahu Takwa
dan Stik Tahu
3
Sumber: Data Primer Olahan, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Gambar 5.2 Grafik Perkembangan Ragam Produksi Tahu di
Kelurahan Tinalan Tahun 2006 – 2010 Sumber: Analisis Penulis, 2011
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa jenis produksi setiap
tahunnya mengalami peningkatan, hal ini menunjukkan bahwa bantuan
modal telah dapat meningkatkan keberdayaan produsen tahu.
2. Pemasaran
Target pemasaran industri tahu di Kelurahan Tinalan yaitu dalam
kota dan luar kota. Keberdayaan produsen tahu dari faktor pemasaran di
daerah penelitian seperti pada Gambar 5.3 dibawah ini.
Gambar 5.3 Diagram Jaringan Pemasaran Industri Rumah
Tangga Tahu Tahun 2006 – 2010
Sumber: Analisis Penulis, 2011
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
2006 2007 2008 2009 2010
Jen
is p
rod
uks
i
Tahun
Perkembangan Ragam Produksi Tahu di Kelurahan Tinalan
dalam kota52%
luar kota48%
Pemasaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa produsen tahu yang
pemasarannya di luar kota sebanyak 13 responden produsen tahu (48%).
Produk tahunya setiap hari diambil oleh kios-kios yang berada di dalam
kota. Kios-kios tersebut tersebar di pasar-pasar, stasiun, terminal, dan
alun-alun. Jaringan pemasaran di dalam kota lebih dominan dibanding
jaringan pemasaran luar kota. Sebaran jaringan pemasaran dalam kota
dapat dilihat pada peta dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Peta 5.1 Peta Jaringan Pemasaran Dalam Kota Industri Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan
Sumber: Analisis Penulis, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Lokasi penyebaran kios-kios penjualan tahu sejalan dengan Central
Place Theory milik Christaller bahwa suatu tempat merupakan pusat
pelayanan. Christaller berpendapat bahwa pusat-pusat pelayanan
cenderung tersebar di dalam wilayah menurut pola berbentuk heksagon
(segi enam). Keadaan seperti itu akan terlihat dengan jelas di wilayah yang
mempunyai dua syarat:
a. Topografi yang seragam sehingga tidak ada bagian wilayah yang
mendapat pengaruh dari lereng dan pengaruh alam lain dalam
hubungan dengan jalur pengangkutan
b. Kehidupan ekonomi yang homogen dan tidak memungkinkan adanya
produksi primer, yang menghasilkan padi-padian, kayu atau batu
bara.
Gambar 5.4 Titik-titik pemasaran menurut Central Place Theory Sumber: Analisis Penulis, 2011
Gambar diatas merupakan ilustrasi dari titik-titik pemasaran produk
tahu Kelurahan Tinalan, para produsen memilih pusat-pusat pelayanan/
kegiatan untuk menjaring banyak konsumen. Contohnya seperti pasar,
terminal, stasiun bahkan alun-alun.
Sedangkan jaringan pemasaran luar kota pun juga dikirim ke kios-
kios di luar kota seperti Jombang dan Nganjuk. Sebaran jaringan
pemasaran luar kota dapat dilihat pada peta dibawah ini:
Keterangan:
Kecamatan
Kota
Titik-titik pemasaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Peta 5.2 Peta Jaringan Pemasaran Luar Kota Industri Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan
Sumber: Analisis Penulis, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Jaringan distribusi luar kota hanya mencakup kabupaten-kabupaten
di sekitar Kota Kediri, produsen tahu pribumi belum mampu menembus
pangsa pasar yang lebih luas lagi. Indikator yang dapat menjadi tolok ukur
luasnya tingkat pemasaran adalah omzet/ pendapatan yang diperoleh setiap
bulannya. Seluruh produsen tahu pendapatan perbulannya telah melebihi
Upah Minimum Kota (UMK) Kota Kediri, yaitu diatas Rp 906.000,00.
UMK merupakan batas ambang pendapatan seseorang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya selama satu bulan. Dari pengolahan kuesioner yang
diperoleh, dapat diketahui pendapatan perbulan industri tahu di Kelurahan
Tinalan.
Tabel 5.5 Tabel Pendapatan Bersih Per Bulan Produsen Tahu
Kelurahan Tinalan
No. Pendapatan per bulan Jumlah
produsen tahu
Persentase
1 Kurang dari Rp 1.500.000,00 9 33%
2 Rp 1.500.000,00 – Rp 2.250.000,00 8 30%
3. Lebih dari Rp 2.250.000,00 10 37%
Jumlah 27 100%
Sumber: Analisis Penulis, 2011
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 37% produsen tahu
mempunyai pendapatan lebih dari Rp 2.250.000.00 dan 30% produsen
tahu mempunyai pendapatan antara Rp 1.500.000,00 – Rp 2.250.000,00.
Dapat diketahui bahwa semakin luas jangkauan pemasaran, pendapatan
yang diperoleh setiap bulannya pun juga akan meningkat.
3. Teknologi
Teknologi yang dimaksud dalam penelitian ini berkaitan dengan
peralatan yang digunakan dalam proses produksi. Penggolongan peralatan
produksi industri tahu dapat dilihat pada Gambar 5.7 dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Gambar 5.5 Diagram Peralatan Produksi Industri Rumah Tangga
Tahu di Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Dari gambar 5.7 diatas dapat diketahui bahwa produsen yang masih
menggunakan peralatan produksi secara konvensional sebesar 13 produsen
tahu (48%). Peralatan produksi konvensional yang dimaksud disini adalah
peralatan yang digunakan untuk mengeringkan stik tahu, 48% produsen
masih memanfaatkan panas matahari untuk menjemur stik tahu. Peralatan
modern yang digunakan dalam produksi tahu adalah oven yang berfungsi
untuk mengeringkan tahu untuk digunakan sebagai makanan olahan tahu
yaitu stik tahu. Seperti yang tertera dalam Strategi Operasional
Pembangunan Industri Nasional dalam Peraturan Presdien nomor 28 tahun
2008 disebutkan bahwa pengembangan lingkungan bisnis yang kondusif
dapat tercipta melalui mendorong ketersediaan sarana pendidikan dan
pelatihan bagi pengembangan sumber daya manusia industri, khususnya di
bidang teknik produksi dan manajemen serta bisnis. Dalam proses
produksi tahu tidak hanya mengandalkan teknologi namun juga tenaga
kerja yang mengoperasionalkan peralatan tersebut. Dalam mengoperasikan
peralatan tersebut dibutuhkan skill/keterampilan tersendiri. Indikator telah
masuknya peralatan modern ke dalam proses produksi tahu di Kelurahan
Tinalan dapat dilihat dari tingkat pendidikan para produsen tahu. Seluruh
produsen tahu mengenyam bangku pendidikan formal, namun tingkat
pendidikannya berbeda-beda. Berikut adalah gambaran tingkat pendidikan
produsen tahu di Kelurahan Tinalan:
konvensional48%
modern52%
Teknologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Gambar 5.6 Diagram Tingkat Pendidikan Produsen Tahu di
Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Dari grafik diatas terlihat bahwa produsen tahu yang mengenyam
pendidikan sampai bangku SD jumlahnya 45% dan produsen tahu yang
mengenyam pendidikan sampai bangku SMP dan SMA jumlahnya 55%.
Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 50% produsen tahu pendidikannya
tergolong tinggi yang dibarengi dengan tingginya penggunaan peralatan
modern dalam proses produksi yaitu diatas 50% juga.
4. Tantangan
Kendala yang dihadapi industri kecil sangat beragam, antara lain
modal usaha terbatas, cuaca, pesaing, ketidakpastian harga dan isu
formalin. Produsen yang kurang mampu mengatasi tantangan yang
dihadapi mengakibatkan mereka kalah bersaing. Produsen yang dapat
mengantisipasi tantangan dalam industri tahu dapat dilihat pada Gambar
5.7 dibawah ini:
SD45%
SMP33%
SMA22%
Tingkat Pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Gambar 5.7 Diagram Tantangan yang Dihadapi oleh Industri
Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa produsen tahu yang
mampu mengantisipasi tantangannya sebesar 12 produsen atau sebesar
14%. Mampu mengantisipasi tantangan yang dimaksud disini adalah
seperti apapun tantangannya tidak menjadi hambatan dalam industri
tahunya. Ia telah terbiasa dengan tantangan yang dihadapinya sehingga
ketika tantangan tersebut muncul lagi, produsen tahu telah mengambil
ancang-ancang dalam mengantisipasinya. Sedangkan produsen yang
cukup mampu mengantisipasi tantangannya sebesar 7 produsen atau
sebesar 26%. Sebagian besar produsen sudah mampu dan cukup mampu
mengantisipasi tantangan yang malang melintang di industri tahunya.
Tantangan yang sering dihadapi produsen tahu adalah ketersediaan
modal dan ketidakpastian harga kedelai. Produsen yang mampu
mengantisipasi tantangannya cenderung memiliki persediaan bahan baku,
sehingga ketika harga kedelai naik, mereka masih memiliki persediaan
kedelai. Sedangkan produsen yang membutuhkan modal untuk
mengembangkan industri tahunya biasanya menggunakan fasilitas simpan
pinjam dari KOPTI atau produsen tahu biasanya meminjam uang dari bank
dengan jaminan sertifikat rumahnya.
kurang mampu
30%
cukup mampu
26%
mampu44%
Tantangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Indikator yang dapat melihat seberapa besar produsen mampu
mengantisipasi tantangan yang ada yaitu jam terbang/ lama berusaha
produsen bergelut dalam industri tahu. Berikut adalah gambaran lama
berusaha produsen tahu di Kelurahan Tinalan:
Gambar 5.8 Diagram Lama Berusaha Industri Rumah Tangga
Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Grafik diatas menunjukkan bahwa industri tahu yang digeluti 74%
produsen tahu sudah diatas 10 tahun. Hal ini cukup signifikan dengan
gambar 5.9. Bahwa produsen yang mampu dan cukup mampu
mengantisipasi tantangan berjumlah lebih dari 50%.
C. Keberlanjutan Usaha Tahu di Kelurahan Tinalan
Keberlanjutan usaha industri tahu di Kelurahan Tinalan diukur
berdasarkan kontinuitas produksi. Kontinuitas produksi dilihat dari
kemampuan produsen tahu dalam mempertahankan produksinya.
1. Kontinuitas Produksi
Kontinuitas produksi dilihat dari segi kemampuan produsen dalam
mempertahankan produksinya, kontinuitas produksi dinilai tinggi ketika
produsen tidak pernah berhenti dalam proses produksinya dalam kurun
waktu 2006 – 2010. Kontinuitas produksi di daerah penelitian seperti pada
Gambar 5.10 dibawah ini.
dibawah 10 tahun26%
diatas 10 tahun74%
Lama Berusaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Gambar 5.9 Diagram Kontinuitas Produksi Tahu
di Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa 13 produsen tahu atau
sebesar 48% pernah berhenti produksi dan produsen yang tidak pernah
berhenti sebesar 14 produsen atau sebesar 52%. Berhentinya produksi tahu
dikarenakan munculnya isu penggunaan formalin dalam produksi tahu.
Hal ini menunjukkan bahwa produsen tahu yang mampu bertahan dalam
isu formalin lebih besar dibandingkan produsen yang pernah berhenti
karena isu formalin. Produsen yang tidak pernah berhenti dalam
memproduksi tahu hanya mengalami penurunan produksi tahu karena
beberapa agen menghetikan pemesanan tahu dan hanya memesan produk
tertentu. Sedangkan produsen yang berhenti akibat isu tersebut rata-rata
hanya berhenti berproduksi selama beberapa hari kemudian dapat
melanjutkan produksi lagi namun jangkauan pemasarannya hanya sebatas
lokal saja.
Indikator telah berlanjutnya produksi tahu dapat dilihat dari
penggunaan kedelai yang dihabiskan setiap tahunnya. Berikut adalah
grafik perkembangan penggunaan kedelai industri tahu Kelurahan Tinalan.
pernah berhenti
48%tidak pernah berhenti
52%
Kontinuitas Produksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Gambar 5.10 Grafik Perkembangan Penggunaan Kedelai
Industri Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Dari grafik diatas terlihat bahwa meskipun 48% produsen tahu
pernah berhenti berproduksi namun produksi tahu setelah ada isu tersebut
lambat laun mulai mengalami peningkatan.
D. Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu terhadap
Keberlanjutan Usaha Tahu di Kelurahan Tinalan
Untuk mengetahui faktor-faktor keberdayaan produsen tahu dan tingkat
keeratannya terhadap keberlanjutan usaha, tahap pertama yang perlu
dilakukan adalah dengan mengukur keberdayaan produsen tahu yang meliputi
bantuan modal, pemasaran, teknologi, dan tantangan. Setelah itu dikorelasikan
dengan keberlanjutan usaha yaitu faktor kontinuitas produksi.
1. Pengaruh Bantuan Modal terhadap Kontinuitas Produksi
Untuk mengetahui pengaruh bantuan modal terhadap kontinuitas
produksi maka dilakukan uji independensi. Hasil uji independensi yang
dilakukan dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut:
Uji independensi Chi-Kuadrat dan uji signifikansi
2006 2007 2008 2009 2010
kedelai (kg) 200 100 125 150 125
0
50
100
150
200
250
Perkembangan Penggunaan Kedelai Sebagai Bahan Baku Tahu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Ho : tidak ada hubungan antara bantuan modal dengan kontinuitas
produksi tahu
H1 : ada hubungan antara bantuan modal dengan kontinuitas
produksi tahu
Tabel 5.6 Uji Chi-Kuadrat dan Uji Signifikansi Bantuan Modal
terhadap Kontinuitas Produksi
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .433 .013
N of Valid Cases 27
Sumber: Analisis Penulis, 2011
Berdasarkan uji independensi diatas dapat diketahui bahwa besarnya
nilai koefisien kontingensi adalah 0,433 dan nilai signifikansi 0,013
kurang dari taraf nyata (α = 0,05) yang berarti terdapat pengaruh antara
faktor bantuan modal terhadap kontinuitas produksi yang cukup kuat dan
searah.
Gambar 5.11 Diagram Pengaruh Bantuan Modal Terhadap
Kontinuitas Produksi Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Persentase pengaruh bantuan modal terhadap kontinuitas produksi
dapat dilihat pada grafik diatas. Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui
bahwa banyaknya produsen tahu yang pernah berhenti berproduksi adalah
69% produsen tahu tidak pernah mendapat bantuan modal dan banyaknya
produsen tahu yang tidak pernah berhenti berproduksi adalah 79%
produsen tahu pernah mendapat bantuan modal. Sehingga dapat diketahui
Tidak pernah
mendapat bantuan
69%
Pernah mendapat bantuan
31%
Pernah berhentiTidak
pernah mendapat bantuan
21%
Pernah mendapat bantuan
79%
Tidak pernah berhenti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
bahwa bantuan modal cukup kuat pengaruhnya terhadap kontinuitas
produksi. Bantuan modal yang diperoleh produsen tahu didapat dari
berbagai sumber, antara lain Dinas Koperasi UMKM, lembaga bank dan
koperasi tahu tempe. Berikut adalah gambaran bantuan modal yang
diperoleh produsen tahu di Kelurahan Tinalan:
Gambar 5.12 Sumber Bantuan Modal yang Diperoleh Produsen
Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Bantuan modal digunakan untuk pembelian bahan baku utama
pembuatan tahu yaitu kedelai, selain untuk pembelian bahan baku bantuan
modal digunakan untuk kebutuhan penunjang kegiatan produksi tahu
misalnya untuk pembelian alat produksi, membayar upah pekerja dan
untuk kegiatan pemasaran.
Kedelai yang digunakan sebagai bahan baku utama tahu ini diperoleh
dari pemasok kedelai. Namun saat ini, pemasok kedelai kesulitan
mendapatkan kedelai lokal, Hal ini disebabkan karena terbatasnya lahan
yang digunakan untuk menanam kedelai. Berikut ini adalah tabel
perkembangan produksi kedelai di Kabupaten Kediri:
0 2 4 6 8 10 12
Dinas Koperasi
Lembaga Bank
Koperasi
Sumber Bantuan Modal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Tabel 5.7 Perkembangan Produksi Kedelai Kabupaten Kediri
Tahun 2000 – 2008
No. Tahun Produksi
(ton)
Perkembangan
Produksi per Tahun
1 2000 2243 18%
2 2001 1837 60%
3 2002 732 29%
4 2003 521 -24%
5 2004 647 -20%
6 2005 774 -24%
7 2006 956 26%
8 2007 703 -10%
9 2008 770 10%
Sumber: BPS Provinsi Jatim, berbagai tahun
Gambar 5.13 Grafik Perkembangan Produksi Kedelai
Kabupaten Kediri Tahun 2000 – 2008 Sumber: BPS Provinsi Jatim, berbagai tahun
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa produktivitas kedelai
semakin tahun semakin mengalami penurunan, selain karena adanya
konversi lahan disamping itu juga menurunnya minat petani dalam
menanam kedelai karena harga kedelai di pasaran tidak seimbang dengan
biaya produksi, hal ini menyebabkan meningkatnya harga kedelai lokal.
Dalam kurun waktu 8 tahun terhitung dari tahun 2000 hingga tahun 2008
terdapat kecenderungan penurunan produksi kedelai di Kabupaten Kediri.
Terlihat pada tahun 2001 terdapat penurunan produktivitas kedelai di
Kabupaten Kediri yang cukup signifikan yaitu sebesar 60%. Kedelai setiap
bulannya memiliki masa panen, namun hanya 1 kali musim panen yang
2243
1837
732521
647 774956
703770
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Grafik Perkembangan Produksi Kedelai Kabupaten Kediri Tahun 2000-2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
dapat produksi kedelainya paling tinggi. Jika dilihat masa panen kedelai
pada tahun 2010, bulan Juni merupakan waktu paling tinggi masa
panennya. Dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Gambar 5.14 Pola Panen Kedelai Bulanan di Jawa Timur Sumber: BPS Provinsi Jatim, berbagai tahun
Sehingga produsen tahu mengalami kesulitan dalam mendapatkan
kedelai dan harus memasok kedelai dari wilayah kabupaten sekitar Kediri.
Mahalnya harga kedelai merupakan dampak dari menurunnya
produktivitas kedelai, maka dibutuhkan modal yang tidak sedikit untuk
mempertahankan usaha produksi tahu ini.
Tidak hanya digunakan untuk membeli kebutuhan baku, namun juga
untuk keperluan produksi lainnya yang nantinya akan mempengaruhi pada
produktivitas tahu. Seperti penggunaan bantuan modal yang digunakan
untuk memperluas jangkauan pasar produksi tahu, Christaller dalam
Central Place Theory berpendapat bahwa jangkauan pasar tidak hanya
ditentukan oleh jarak tapi juga oleh faktor waktu dan biaya untuk
mencapai pusat pelayanan. Para produsen tidak hanya menjangkau pasar
kecamatan namun juga menjangkau pusat-pusat kegiatan seperti alun-alun.
melihat pelanggannya tidak hanya dari penduduk lokal namun juga
menembak pasar wisatawan maka produsen menjangkau pasar di pusat-
pusat kegiatan bahkan sampai jangkauan luar kota.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2010 (Ha) 3060 2223 1631 7079 2427 4251 1771 7034 1168 1529 3556 1784
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
45000
(Rib
u H
a)
Pola Panen Kedelai Bulanan di Jawa Timur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Meskipun alasan berhentinya produksi karena tersandung isu
penggunaan formalin, namun ketika produsen memiliki modal yang cukup
bahkan lebih dapat mengembangkan inovasi ragam produk tahunya
sehingga konsumen tidak terpaku dengan isu tersebut.
2. Pengaruh Pemasaran terhadap Kontinuitas Produksi
Disini akan dibahas bagaimana pengaruh antara faktor pemasaran
dengan kontinuitas produksi tahu. Pemasaran merupakan kegiatan
bagaimana agar hasil produksi dapat terjual dan dapat memuaskan
keinginan pembeli sehingga pembeli akan membeli lagi setelah merasa
cocok dan puas akan produk yang bersangkutan.
Uji independensi Chi-Kuadrat dan uji signifikansi
Ho : tidak ada hubungan antara pemasaran dengan kontinuitas
produksi
H1 : ada hubungan antara pemasaran masalah dengan kontinuitas
produksi
Tabel 5.8 Uji Chi-Kuadrat dan Uji Signifikansi Pemasaran terhadap
Kontinuitas Produksi
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .435 .012
N of Valid Cases 27
Sumber: Analisis Penulis, 2011
Berdasarkan uji independensi diatas dapat diketahui bahwa besarnya
nilai koefisien kontingensi adalah 0,435 dan nilai signifikansi 0,012
kurang dari taraf nyata (α = 0,05) yang berarti terdapat pengaruh antara
faktor pemasaran terhadap kontinuitas produksi yang cukup kuat dan
searah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Gambar 5.15 Diagram Pengaruh Pemasaran Terhadap Kontinuitas
Produksi Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Persentase pengaruh pemasaran terhadap kontinuitas produksi dapat
dilihat pada grafik diatas. Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui
bahwa banyaknya produsen tahu yang pernah berhenti berproduksi adalah
77% produsen tahu memasarkan produk tahunya di lingkup dalam kota
dan banyaknya produsen tahu yang tidak pernah berhenti produksi adalah
71% produsen tahu memasarkan produk tahunya di lingkup luar kota.
Sehingga dapat diketahui bahwa pemasaran cukup kuat pengaruhnya
terhadap kontinuitas produksi.
Lokasi industri tahu di Kelurahan Tinalan sejalan dengan teori lokasi
biaya minimum milik Weber. Weber berpendapat bahwa karena banyak
juga yang memilih berdekatan dengan industri yang sudah maka terjadilah
aglomerasi. Manfaat aglomerasi yang diperoleh antara lain adalah pada
lokasi tersebut biasanya sudah terdapat tenaga kerja terampil dan murah
serta fasilitas pendukung yang lebih baik dan lebih murah seperti
perbengkelan, fasilitas penyediaan air bersih, perumahan, pasar dan
lainnya (Tarigan, 2010:100).
Sedangkan untuk lokasi pemasaran produk tahunya sejalan dengan
teori tempat pusat milik Christaller karena titik-titik pemasaran produk
tahu Kelurahan Tinalan, para produsen memilih pusat-pusat pelayanan/
kegiatan untuk menjaring banyak konsumen.
Dalam kota77%
Luar kota23%
Pernah berhenti
Dalam kota29%
Luar kota71%
Tidak pernah berhenti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Gambar 5.16 Jaringan Pemasaran Produk Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Gambar diatas menjelaskan bahwa pemasaran produk tahu dilakukan
setiap hari dengan cara menyalurkan makanan olahan tahu maupun tahu
itu sendiri ke pasar, stasiun, terminal maupun alun-alun.
Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan
apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat
aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk
mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan,
2006:78). Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak,
kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung
termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk
melalui jalur tersebut. Karena letak Kelurahan Tinalan yang cukup
strategis sehingga ada beberapa konsumen yang dating langsung ke lokasi
produksi untuk membeli makanan olahan tahu.
Seperti yang tertera dalam Strategi Operasional Pembangunan
Industri Nasional dalam Peraturan Presdien nomor 28 tahun 2008
disebutkan bahwa pengembangan lingkungan bisnis yang kondusif dapat
tercipta melalui pengembangan prasarana dan sarana fisik di daerah-
daerah yang prospek industrinya potensial ditumbuhkan, antara lain: jalan,
Industri tahu
Industri tahu
Industri tahu
Pasar kecamatan
Pusat kegiatan 1
Pusat kegiatan 2
Pusat kegiatan 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
jembatan, pelabuhan, jaringan tenaga listrik, bahan bakar, jasa angkutan,
pergudangan, telekomunikasi, telematika dan air bersih. Jika dilihat dari
kondisi administrasinya, Kelurahan Tinalan memiliki potensi aksesibilitas
yang sangat kuat yaitu wilayah Kelurahan Tinalan dilewati oleh Jalan
Nasional dan Jalan Kota, sehingga dapat dimanfaatkan untuk membangun
kios oleh-oleh di sepanjang jalan tersebut. Namun potensi tersebut tidak
dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Produsen berorientasi pada produksi dengan memusatkan perhatian
pada upaya mencapai tingkat efisiensi produksi yang tinggi dan perluasan
distribusi. Karena pentingnya uang hasil penjualan tahu tersebut untuk
membayar upah pekerja, pembayaran kedelai dan kebutuhan sehari-hari
keluarga produsen. Hal ini berarti, pemasaran sangat berpengaruh pada
keberlanjutan usaha tahu tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan para
produsen berproduksi seolah-olah dimodali oleh pedagang kedelai karena
bahan baku dan upah pekerja baru dibayar setelah tahu terjual. Akibatnya
ketergantungan produsen terhadap pedagang kedelai tersebut sangat besar.
Jika penjualan tahu setiap harinya lancar maka upah pekerja lancar dan
pembayaran kedelai kepada pedagang juga lancar. Sehingga dapat
dikatakan pemasaran tahu setiap hari berkaitan dengan keberlanjutan
produksi antara produsen dengan pekerja dan antara produsen dengan
pedagang kedelai.
Selama permintaan tahu berkurang, produsen tahu menghentikan
pengiriman bahan baku dan pekerja untuk beberapa hari. Keadaan tersebut
tidak berlangsung lama dan produsen dapat berproduksi kembali dengan
jangkauan pemasaran yang hanya berada dalam lingkup lokal. Namun
tidak semua produsen tahu yang pernah berhenti produksinya memasarkan
tahu di lingkup lokal, 23% produsen yang pernah tersandung isu formalin
ternyata mampu mengembangkan pemasarannya sampai lingkup luar kota.
Hal ini dikarenakan memang produsen tahu tersebut mempunyai
kemampuan sendiri dalam mengembangkan industri tahunya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
3. Pengaruh Teknologi terhadap Kontinuitas Produksi
Teknologi yang dimaksud disini adalah peralatan yang digunakan untuk
mempermudah proses produksi tahu. Untuk mengetahui pengaruh
teknologi terhadap kontinuitas produksi maka dilakukan uji independensi.
Hasil uji independensi yang dilakukan dengan menggunakan SPSS adalah
sebagai berikut:
Uji independensi Chi-Kuadrat dan uji signifikansi
Ho : tidak ada hubungan antara teknologi dengan kontinuitas
produksi
H1 : ada hubungan antara teknologi dengan kontinuitas produksi
Tabel 5.9 Uji Chi-Kuadrat dan Uji Signifikansi Teknologi terhadap
Kontinuitas Produksi
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .377 .035
N of Valid Cases 27
Sumber: Analisis Penulis, 2011
Berdasarkan uji independensi diatas dapat diketahui bahwa besarnya
nilai koefisien kontingensi adalah 0,377 dan nilai signifikansi 0,035
kurang dari taraf nyata (α = 0,05) yang berarti terdapat pengaruh antara
faktor teknologi terhadap kontinuitas produksi, namun pengaruhnya tidak
cukup kuat atau lemah.
Gambar 5.17 Diagram Pengaruh Teknologi Terhadap Kontinuitas
Produksi Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Konvensional69%
Modern31%
Pernah berhenti
Konvensional29%
Modern71%
Tidak pernah berhenti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Persentase pengaruh teknologi terhadap kontinuitas produksi dapat
dilihat pada grafik diatas. Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui
bahwa banyaknya produsen tahu yang pernah berhenti produksi tahunya
adalah 69% produsen tahu menggunakan peralatan konvensional dalam
proses produksi tahu dan banyaknya produsen tahu yang tidak pernah
berhenti berproduksi adalah 71% produsen tahu menggunakan peralatan
modern dalam proses produksi tahu. Sehingga dapat diketahui bahwa
teknologi tidak cukup kuat pengaruhnya terhadap kontinuitas produksi.
Rata-rata produsen tahu hanya memiliki sebuah mesin penggiling,
jumlah mesin penggiling yang hanya satu-satunya inilah yang menjaga
kontinuitas dari proses produksi tahu. Selain mesin penggiling tersebut,
peralatan lainnya lebih bersifat konvensional. Seperti kayu bakar yang
digunakan sebagai merebus bubur tahu, alat pengepresan tahu yang
bertumpu pada batu, semakin berat beban batu semakin padat tahu yang
dihasilkan.
Industri rumah tangga tahu di Kelurahan Tinalan termasuk dalam
usaha padat karya, yaitu kegiatan produksi yang melibatkan banyak tenaga
kerja sebagai konsekuensi dari aktivitas yang menghasilkan produk yang
berciri hand made. Kontinuitas produksinya lebih banyak ditunjang oleh
ketersediaan tenaga kerjanya daripada ketersediaan teknologi yang
digunakan untuk proses produksinya. Dapat dilihat pada grafik dibawah
ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Gambar 5.18 Grafik Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja dengan
Produksi Tahu Kelurahan Tinalan
Sumber: Analisis Penulis, 2011
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa semakin banyak produksi
tahu semakin banyak pula tenaga kerja yang dipekerjakan dalam suatu
industri tahu. Untuk memproduksi 30 kg kedelai dibutuhkan 1 tenaga
kerja, produsen tahu yang memproduksi rata-rata 50 kg kedelai
mempekerjakan 2 orang tenaga kerja dalam industri tahunya. Sedangkan
produsen tahu yang memproduksi rata-rata 90 kg mempekerjakan 3 orang
tenaga kerja dan produsen tahu yang memproduksi rata-rata 125 kg
kedelai mempekerjakan 4 orang tenaga kerja. Dapat disimpulkan bahwa
kontinuitas produksi lebih berpengaruh terhadap ketersediaan tenaga
kerjanya meskipun tidak dapat dipungkiri juga bahwa produsen tahu
menggunakan mesin penggiling kedelai dalam proses produksinya namun
keberadaan mesin penggiling tersebut sifatnya lebih pada kebutuhan
penunjang.
Munculnya isu formalin yang menjadi penyebab berhentinya proses
produksi tahu lebih berpengaruh kepada tenaga kerja yang bekerja di
industri tahu. Dengan berhentinya proses produksi maka berhenti pula
pekerja yang bekerja di industri tersebut. Karena sebagian besar pekerjaan
dilakukan oleh tenaga kerja.
0
50
100
150
1 2 3 4K
ed
ela
i (kg
)
Jumlah tenaga kerja
Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja dengan Produksi Tahu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Selain itu karena industri rumah tangga lebih mementingkan
penyerapan tenaga kerja, ketika industri tahu banyak menggunakan
peralatan modern maka segala prosesnya akan dijalankan mesin dan
semakin berkurang kebutuhan tenaga kerja manusianya sehingga industri
rumah tangga sebagai landasan ekonomi kerakyatan tidak berguna lagi.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengaruh teknologi
terhadap keberlanjutan industri rumah tangga sifatnya lemah, karena
teknik produksinya masih dengan cara konvensional sehingga peran
individu atau dalam hal ini para pekerja sangatlah besar didalam proses
pembuatannya.
Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan
Menengah Republik Indonesia Nomor: 03/PER/M.KUKM/VI/2010
Tentang Pedoman Program Bantuan Pengembangan Koperasi Menteri
Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia,
disebutkan bahwa Pengembangan usaha dalam bidang inovas dan
teknologi terdiri dari: peningkatan kemampuan di bidang desain dan
teknologi serta pengendalian mutu; dan peningkatan Kerjasama dan alih
teknologi. Dari peraturan diatas dapat diketahui meskipun peran teknologi
tidak cukup erat pengaruhnya terhadap kontinuitas produksi namun tetap
perlu ditingkatkan karena dapat meringankan beban tenaga kerja manusia.
Selain itu, jika dirunut lagi ke belakang, yang lebih membutuhkan
sentuhan teknologi adalah produksi kedelainya. Teknologi pertanian
seperti intensifikasi lahan dapat membantu peningkatan produktivitas
kedelai dengan mengoptimalkan lahan pertanian yang sudah ada, sehingga
para produsen kedelai tidak perlu lagi mengimpor kedelai dari luar negeri.
4. Pengaruh Tantangan terhadap Kontinuitas Produksi
Jika dilihat dari kontinuitas produksi, produsen yang pernah berhenti
memproduksi tahu adalah produsen yang tidak memahami bagaimana
cara mengantisipasi tantangan yang dihadapi. Sedangkan produsen yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
tidak pernah berhenti memproduksi tahu adalah produsen yang mampu
menagatasi masalah yang sedang dihadapi.
Uji independensi Chi-Kuadrat dan uji signifikansi
Ho : tidak ada hubungan antara tantangan dengan kontinuitas
produksi
H1 : ada hubungan antara tantangan dengan kontinuitas produksi
Tabel 5.10 Uji Chi-Kuadrat dan Uji Signifikansi Tantangan terhadap
Kontinuitas Produksi
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .485 .004
N of Valid Cases 27
Sumber: Analisis Penulis, 2011
Berdasarkan uji independensi diatas dapat diketahui bahwa besarnya
nilai koefisien kontingensi adalah 0,485 dan nilai signifikansi 0,004
kurang dari taraf nyata (α = 0,05) yang berarti terdapat pengaruh antara
faktor tantangan terhadap kontinuitas produksi yang cukup kuat dan
searah.
Gambar 5.19 Diagram Pengaruh Tantangan Terhadap Kontinuitas
Produksi Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Persentase pengaruh faktor tantangan terhadap kontinuitas produksi
dapat dilihat pada grafik diatas. Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui
bahwa banyaknya produsen tahu pernah berhenti produksi adalah 46%
kurang mampu
54%
cukup mampu
23%
mampu23%
Pernah berhenti produksi
kurang mampu
7%
cukup mampu
29%
mampu64%
Tidak pernah berhenti produksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
produsen tahu kurang bisa mengantisipasi tantangan yang dihadapi dalam
industri tahu miliknya dan banyaknya produsen tahu yang tidak pernah
berhenti produksi adalah 50% produsen tahu bisa mengantisipasi
tantangan yang dihadapi dalam industri tahu miliknya. Sehingga dapat
diketahui bahwa faktor tantangan cukup kuat pengaruhnya terhadap
kontinuitas produksi.
Tantangan yang sering ditemui dalam industri tahu antara lain adalah
ketersediaan modal, pesaing, ketidakpastian harga, cuaca dan isu formalin
yang menerpa selama 5 tahun belakangan ini. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada grafik dibawah ini.
Gambar 5.20 Diagram Tantangan yang Dihadapi dalam Industri
Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Grafik diatas menunjukkan bahwa, tantangan terbesar dalam
perjalanan industri tahu adalah ketersediaan modal dan ketidakpastian
harga yaitu sebesar 44% produsen tahu yang menyatakan tersebut.
Sedangkan produsen yang menyatakan cuaca sebagai salah tantangan
dalam perjalanan industri tahu di Kelurahan Tinalan hanya 17% dari
keseluruhan produsen tahu. Produsen yang dapat mampu mengatasi
tantangan yang sedang dihadapi dalam dunia industri maka berakibat
ketersediaan modal22%
pesaing18%
ketidakpastian harga22%
issue formalin21%
cuaca17%
Tantangan dalam Industri Tahu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
positif terhadap kontinuitas produksinya. Semakin lama ia bergelut
dibidang industri ini maka semakin banyak pula ia mendapat pengalaman
dan keterampilan di bidang ini.
Golongan pengrajin kecil yang mempunyai motivasi untuk maju ini
sekarang menghadapi berbagai kendala, karena dalam eksistensinya
industri kecil mempunyai kelemahan-kelemahan antara lain:
a. Tingkat produksi rendah
b. Industri kecil memiliki kelemahan dalam menjangkau pasaran yang
lebih luas
c. Kurang mampu menyerap teknologi yang lebih modern dan efisien
d. Mengalami kesulitan dalam memperoleh kredit/ modal.
Sementara itu menurut Shaleh (1991:5) permasalahan pokok yang
sering dihadapi industri kecil adalah iklim diskriminatif yang bersumber
dari sikap dan tindakan pemerintahan, serta relative terbatasnya akses
untuk memperoleh kredit dari bank komersial. Begitu pula kendala yang
dihadapi oleh produsen tahu sebagian besar sama dengan penjelasan
diatas. Ketika produsen tahu memiliki kelemahan dalam menjangkau
pasaran yang lebih luas, mereka memiliki cara tersendiri agar produk
tahunya laku dipasaran sehingga produksinya dapat terus berjalan.
Contohnya pada saat produksi tahunya ada yang tidak laku dijual,
produsen biasanya menggoreng tahu tersebut kemudian dititipkan ke
warung-warung makan di sekitar rumahnya. Selain itu beberapa produsen
ada yang menggunakan merk dagang agar produk tahunya lebih dikenal
oleh konsumen. Dengan melihat merk, seseorang yang sudah menggemari
mutunya tidak akan memilih lagi dalam membeli suatu barang. Ketika
menghadapi keadaan kurang mampunya menyerap teknologi yang lebih
modern dan efisien, produsen tahu lebih memilih menggantungkan proses
produksinya kepada tenaga kerja manusia. Disamping karena dapat
menyerap tenaga kerja, peralatan modern di bidang produksi tahu belum
begitu dibutuhkan karena tenaga kerja manusia dapat mengcover proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
produksi tahu. Kemudian untuk mengatasi permasalahan meningkatnya
harga kedelai yang dibarengi dengan ketersediaan modal yang pas-pasan,
biasanya produsen untuk sementara memperkecil ukuran tahunya.
Produsen tahu juga harus mempertimbangkan daya beli konsumennya.
Karena jika produsen asal menaikkan harga tahu tanpa
mempertimbangkan kemampuan membeli masyarakat, dapat dipastikan
produknya tidak akan laku dipasaran dan mengakibatkan produktivitas
tahunya menurun.
Kemudian sikap diskriminatif yang bersumber dari tindakan
pemerintahan, terlihat jelas dari pengikutsertaan pameran-pameran yang
diselenggarakan pemerintah lebih banyak menggandeng produsen tahu
Cina. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa pemerintah cenderung
melihat sisi praktisnya saja, dengan menggunakan produk tahu milik Cina
tidak perlu memesan sebelum mengadakan pameran karena produsen tahu
milik Cina cenderung memiliki stok/ persediaan makanan olahan tahu,
dalam hal ini stick tahu. Seharusnya dari pameran produk unggulan ini
dapat mendatangkan banyak permintaan dan penawaran sehingga dapat
meningkatkan produktivitas tahu bagi produsen pribumi. Beberapa
produsen pribumi yang pernah mengikuti pameran produk unggulan
mengatakan bahwa setelah mengikuti acara tersebut, tidak ada
kelanjutannya dan tidak ada pengaruhnya terhadap produktivitas usahanya.
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa pemerintah masih setengah
hati dalam mengadakan acara tersebut. Padahal jika produsen dan
pemerintah mau bekerja sama, produktivitas tahu dapat meningkat drastis.
Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa tantangan yang tepat dapat
meningkatkan produktivitas tahu atau setidaknya produksi tahu dapat
berjalan secara kontinu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan dibawah ini didapat berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan. Setelah itu akan diberikan rekomendasi untuk pemerintah dan
pelaku usaha.
A. KESIMPULAN
1. Pengaruh bantuan modal terhadap kontinuitas produksi cukup kuat dan
searah. Banyaknya produsen tahu yang pernah berhenti berproduksi adalah
69% produsen tahu tidak pernah mendapat bantuan modal dan banyaknya
produsen tahu yang tidak pernah berhenti berproduksi adalah 79%
produsen tahu pernah mendapat bantuan modal. Bantuan modal yang
didapatkan biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku,
selain itu namun juga untuk keperluan produksi lainnya yang nantinya
akan mempengaruhi pada produktivitas tahu. Meskipun alasan berhentinya
produksi karena tersandung isu penggunaan formalin, namun ketika
produsen memiliki modal yang cukup bahkan lebih dapat mengembangkan
inovasi ragam produk tahunya sehingga konsumen tidak terpaku dengan
isu tersebut.
2. Pengaruh pemasaran terhadap kontinuitas produksi cukup kuat dan searah.
Banyaknya produsen tahu yang pernah berhenti berproduksi adalah 77%
produsen tahu memasarkan produk tahunya di lingkup dalam kota dan
banyaknya produsen tahu yang tidak pernah berhenti produksi adalah 71%
produsen tahu memasarkan produk tahunya di lingkup luar kota.
Pentingnya uang hasil penjualan tahu tersebut untuk membayar upah
pekerja, pembayaran kedelai dan kebutuhan sehari-hari keluarga produsen.
Hal ini berarti, pemasaran sangat berpengaruh pada keberlanjutan usaha
tahu tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan para produsen
berproduksi seolah-olah dimodali oleh pedagang kedelai karena bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
baku dan upah pekerja baru dibayar setelah tahu terjual. Akibatnya
ketergantungan produsen terhadap pedagang kedelai tersebut sangat besar.
3. Pengaruh teknologi terhadap kontinuitas produksi tidak cukup erat karena
banyaknya produsen tahu yang pernah berhenti produksi tahunya adalah
69% produsen tahu menggunakan peralatan konvensional dalam proses
produksi tahu dan banyaknya produsen tahu yang tidak pernah berhenti
berproduksi adalah 71% produsen tahu menggunakan peralatan modern
dalam proses produksi tahu. Munculnya isu formalin yang menjadi
penyebab berhentinya proses produksi tahu lebih berpengaruh kepada
tenaga kerja yang bekerja di industri tahu. Dengan berhentinya proses
produksi maka berhenti pula pekerja yang bekerja di industri tersebut.
Karena sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh tenaga kerja.
4. Pengaruh faktor tantangan terhadap kontinuitas produksi cukup kuat dan
searah. Banyaknya produsen tahu pernah berhenti produksi adalah 46%
produsen tahu kurang bisa mengantisipasi tantangan yang dihadapi dalam
industri tahu miliknya dan banyaknya produsen tahu yang tidak pernah
berhenti produksi adalah 50% produsen tahu bisa mengantisipasi
tantangan yang dihadapi dalam industri tahu miliknya. Sehingga dapat
diketahui bahwa faktor pengendalian masalah cukup kuat pengaruhnya
terhadap kontinuitas produksi. Tantangan yang sering ditemui dalam
industri tahu antara lain adalah ketersediaan modal, pesaing,
ketidakpastian harga, cuaca dan isu formalin yang menerpa selama 5 tahun
belakangan ini. Produsen yang dapat mampu mengatasi tantangan yang
sedang dihadapi dalam dunia industri maka berakibat positif terhadap
kontinuitas produksinya. Semakin lama ia bergelut dibidang industri ini
maka semakin banyak pula ia mendapat pengalaman dan keterampilan di
bidang ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
B. REKOMENDASI
1. Untuk pemerintah
a. Dalam memberikan bantuan modal kepada industri rumah tangga tahu
hendaknya pemerintah mensosialisasikannya langsung ke kelurahan-
kelurahan yang mengundang para produsen tahu.
b. Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (KOPTI) sebagai pemberi
bantuan modal hendaknya tetap perlu dikembangkan
c. Peran koperasi juga dapat sebagai penyalur informasi dari pemerintah
atau pihak swasta ke produsen tahu, hendaknya pemerintah juga turut
memperhatikan tumbuh kembangnya koperasi tahu tempe ini.
d. Penyuluhan tentang teknologi perlu diperhatikan, meskipun industri
rumah tangga merupakan landasan ekonomi kerakyatan namun peran
teknologi dapat meringankan proses produksi sehingga tidak semua
dikerjakan dengan tenaga manusia.
2. Untuk produsen tahu
a. Limbah cair yang dihasilkan oleh industri tahu sedikit banyak dapat
mencemari lingkungan, hendaknya para produsen memiliki IPAL
dalam industri tahunya
b. Berkaitan dengan bantuan modal, hendaknya produsen tahu yang
mengalami kesulitan modal, aktif dalam mencari informasi tentang
bantuan yang diadakan oleh pihak swasta ataupun pemerintah.
c. Berkaitan dengan kedelai sebagai bahan baku utama yang produksinya
mulai menurun, hendaknya petani dan pemerintah melakukan
kerjasama dalam meningkatkan produktivitas kedelai agar tidak sering
mengimpor kedelai dari luar.
d. Dalam menyelenggarakan pameran-pameran ke luar daerah hendaknya
pemerintah mengikutsertakan industri rumah tangga tahu yang sifatnya
lemah dalam permodalan namun mempunyai potensi sehingga para
produsen tersebut dapat mengembangkan industri tahunya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
e. Dalam memasarkan produk tahunya, para produsen dapat
memanfaatkan jalan arteri yang terdapat di selatan kelurahan Tinalan
untuk dibangun kios-kios sebagai etalase penjualan produk tahunya.