Download - TUGAS AKHIR PHB BAGUS.docx
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul………………………………………………….i
Statement Authorships………………………………………….ii
Daftar Isi……………………………………………………......iii
BAB I Pendahuluan……………………………………………..1
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………….1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………..5
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………6
1.4 Ruang Lingkup………………………………………...6
BAB II Pembahasan…………………………………………….7
2.1 Pengertian Pasar Monopoli……………………………7
2.2 Jenis-jenis Monopoli…………………………………..8
2.3 Ciri-ciri Pasar Monopoli………………………………9
2.4 Faktor-faktor penyebab Monopoli……………………11
2.5 Dampak terjadinya Monopoli………………………...12
2.6 Kelebihan dan Kelemahan Monopoli…………………13
2.7 Undang-Undang yang mengatur Monopoli…………...15
2.8 Analisis Kasus…………………………………………16
2.8.1 Sejarah PT. PLN……………………………......16
2.8.2 Kasus Monopoli PLN…………………………..18
2.8.3 Analisis kasus berdasarkan UU………………...19
BAB III Kesimpulan dan Saran…………………………………25
Daftar Pustaka…………………………………………………...28
LAMPIRAN……………………………………………………..iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Listrik telah menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting bagi seluruh
masyarakat Indonesia, setiap warga negara Indonesia mempunyai hak yang sama
untuk dapat memanfaatkan listrik bagi kehidupannya sehari-hari. Seluruh aktivitas
yang dijalankan oleh manusia hampir secara keseluruhan membutuhkan listrik
sebagai suatu sumber daya utama. Listrik yang awal mulanya hanya dapat
dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat yang berada atau tinggal dikota-kota
besar saja dimana jaringan listrik baru tersedia disana, namun kini listrik pun telah
dapat dirasakan oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia secara merata seiring
dengan perkembangan penyediaan jaringan listrik hingga di desa terpencil
sekalipun. Dengan tersebarnya jaringan listrik yang semakin merata maka
masyarakat yang berada di daerah terpencil pun dapat memanfaatkannya untuk
memudahkan mereka dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Namun karena listrik bukan merupakan sumber daya alam yang jumlahnya
tidak terbatas, oleh karena itu semakin tersebarnya jaringan listrik hingga ke
seluruh penjuru nusantara pun berbanding lurus dengan besarnya pemanfaatan
yang dilakukan oleh seluruh masyarakat. Hal ini membuat polemik bahwa
semakin lama maka Indonesia akan mengalami krisis listrik, dimana jumlah
ketersediaan listrik yang dipasok untuk memenuhi kebutuhan masyarakat semakin
lama jumlahnya semakin sedikit dan akan terancam pada kondisi yang sangat
buruk yakni tidak tersedianya lagi listrik yang dapat digunakan oleh seluruh
masyarakat guna menjalankan aktivitasya sehari-hari. Akibat dari terjadinya krisis
listrik ini adalah semakin lama listrik menjadi sesuatu yang mahal dan juga langka
karena keterbatasan jumlah persediaannya. Selain karena jumlah pemanfaatannya
yang semakin besar, faktor lain yang menjadi pemicu kelangkaan listrik ini adalah
kebutuhan tenaga listrik yang semakin meningkat tidak diimbangi oleh usaha
penyediaan tenaga listrik yang cukup memadai, dimana Indonesia hanya
1
mempunyai satu perusahaan penyedia tenaga listrik yakni PT. Perusahaan Listrik
Negara Persero (PT. PLN).
PT. Perusahaan listrik Negara Persero (PT. PLN) adalah Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang memiliki kewajiban untuk menyediakan kebutuhan
listrik bagi seluruh masyarakat Indonesia. PT. PLN merupakan satu-satunya
perusahaan yang bertugas memenuhi kebutuhan masyarakat akan listrik sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1972 tanggal 3 Juni 19721, dimana
status Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum
Listrik Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK)
dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. Kegiatan
Monopoli oleh PT. PLN sebagai penyedia tenaga listrik bagi seluruh warga negara
Indonesia ini dimaksudkan untuk memenuhi kepentingan mayoritas masyarakat
dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai UUD 1945 Pasal 33. Namun
faktanya, masih banyak kasus di mana mereka malah justru merugikan
masyarakat, tindakan PT. PLN ini justru belum atau bahkan tidak menunjukkan
kinerja yang baik dalam pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat.
2Wacana mengenai krisis listrik ini sebenarnya telah muncul sejak awal
tahun 2002 atau akhir tahun 2001. Pada waktu itu hingga sekarang muncul
pemikiran untuk keterlibatan pihak swasta terhadap pengelolaan ketenagalistrikan
di Indonesia yang selama ini dimonopoli oleh PLN. Keadaan krisis listrik yang
parah ditunjukkan oleh fenomena listrik padam serentak se-Jawa Bali pada Rabu,
20 Februari 2008 karena terjadi defisit pasokan listrik hingga 1.044 MW. Saat itu,
pemerintah bersiap untuk mengumumkan keadaan darurat jika defisit mencapai
1.500 MW. Krisis listrik di Indonesia bisa dikatakan sudah berada dalam tahap
yang mengkhawatirkan. Di beberapa wilayah, tiada hari tanpa pemadaman
berlgilir. Sistem Jawa-Bali yang paling maju dan terinterkoneksi juga masih
sering mengalami masalah.
Krisis listrik memuncak saat PT. Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN)
memberlakukan pemadaman listrik secara bergiliran di berbagai wilayah termasuk
Jakarta dan sekitarnya, selama periode 11-25 Juli 2008. Hal ini diperparah oleh
1 PP Nomor 18 Tahun 1972 tentang Perusahaan Umum “Listrik Negara”2 Bernadeta Anggreni Dian Kurniawati, Kasus Monopoli PT. PLN, https://nenygory.wordpress.com/2011/05/30/kasus-monopoli-yang-dilakukan-oleh-perusahaan-listrik-negara-pt-pln/, diakses 1 juni 2015.
2
pengalihan jam operasional kerja industri ke hari Sabtu dan Minggu, sekali
sebulan. Semua industri di Jawa-Bali wajib menaati, dan sanksi bakal dikenakan
bagi industri yang membandel. Dengan alasan klasik, PLN berdalih pemadaman
dilakukan akibat defisit daya listrik yang semakin parah karena adanya gangguan
pasokan batubara pembangkit utama di sistem kelistrikan Jawa-Bali, yaitu di
pembangkit Tanjung Jati, Paiton Unit 1 dan 2, serta Cilacap. Namun, di saat yang
bersamaan terjadi juga permasalahan serupa untuk pembangkit berbahan bakar
minyak (BBM) PLTGU Muara Tawar dan PLTGU Muara Karang.
Minimnya pasokan listrik sebagian besar dipicu stagnasi produksi PLN.
PLN sebagai pemasok 90% kebutuhan listrik nasional sulit meningkatkan
produksi karena minimnya keuangan perusahaan sehingga sulit diharapkan dapat
melakukan ekspansi. Produksi PLN yang sudah ada juga tidak optimal dan mahal
karena sebagian besar pembangkit sudah tua, boros bahan bakar, kekurangan
pasokan energi primer, dan sering mengalami kerusakan. PLN juga dikenal tidak
efisien, seperti susut daya listrik yang besar, mahalnya harga pembelian listrik
swasta, tingginya kasus pencurian listrih hingga korupsi. Stagnasi ini juga dipicu
oleh pembangunan listrik yang tidak bervisi ke depan akibat subsidi BBM regresif
membuat sebagian besar pembangkit PLN adalah pembangkit termal yang kini
kian mahal. Selain mahal, konversi energi bahan bakar fosil menjadi listrik juga
sangat tidak efisien (hanya sekitar 30%) dan tidak ramah lingkungan.
Belum lama 3Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said
menyampaikan, Indonesia bisa mengalami krisis listrik dalam dua tahun jika
pemerintah tidak membuat terobosan dalam membangun pembangkit listrik.
Menurut Sudirman, setiap pertumbuhan ekonomi satu persen, diperlukan
peningkatakan suplai listrik 1,5 persen. Untuk memenuhi kebutuan tersebut
pemerintah harus membangun 7.000 megawatt listrik setiap tahunnya. Saat ini,
kemampuan nasional baru sebatas membangun 2.000 megawatt per tahun. Ia juga
mengungkapkan bahwa PLN perlu melakukan terobosan-terobosan untuk
mengefisiensikan penyediaan listrik bagi masyarakat.
3 Ifang Wibowo, Indonesia terancam krisis listrik, http://tubanesian.blogspot.com/2014/11/indonesia-terancam-krisis-listrik.html, terakhir diakses 1 juni 2015
3
Masalah yang ingin diangkat dalam makalah ini adalah masalah monopoli
PLN atas penyediaan listrik bagi masyarakat namun hal tersebut tidak terlaksana
dengan baik dan dirasa perlu adanya bantuan pihak swasta sebagai kompetitor
untuk mendorong agar PT. PLN dapat lebih meningkatkan kinerja perusahaan
yang semakin memburuk, dilain pihak juga kehadiran perusahaan swasta dapat
membantu PT. PLN dalam memenuhi kebutuhan listrik seluruh warga Indonesia
sehingga memberi kemudahan bagi masyarakat dalam melakukan aktivitasnya
sehari-hari. Hal lain yang diangkat dalam masalah monopoli PT. PLN ini adalah
melihat kesesuaian dengan Undang-Undang anti monopoli dan apakah terjadi
persaingan usaha yang tidak sehat didalamnya.
Keberadaan PLN saat ini sangat mendominasi dan memonopoli
ketenagalistrikan di Indonesia. Tetapi keberadaannya tersebut malah tidak mampu
melayani masyarakat pengguna listrik. Oleh karena itu beberapa dekade ini,
fungsi PT. PLN sebagai pembangkit, distribusi, dan transmisi listrik mulai
dipecah. Swasta diizinkan berpartisipasi dalam upaya pembangkitan tenaga listrik.
Sementara untuk distribusi dan transmisi tetap ditangani PT. PLN. Saat ini telah
ada lebih dari 20 Independent Power Producer di Indonesia. Mereka diantaranya 4PT Cirebon electric power, PT Paiton Energi, PT Central Java Power, PT Jawa
Power, PT Sumber segara Primadaya, PT Bosowa Energi, PT Pusaka Jaya Pulau
Power, dan beberapa perusahaan swasta lainnya. Tetapi dalam menentukan harga
listrik yang harus dibayar masyarakat tetap ditentukan oleh PT. PLN sendiri, jadi
PLN masih mempunyai kendali dalam penetapan kebijakan walaupun banyak
perusahaan swasta telah ikut ambil bagian dalam usaha penyediaan tenaga listrik
bagi masyarakat.
Dari informasi tersebut dapat disimpulkan bahwa memang PT. PLN yang
awalnya sebagai perusahaan tunggal penyedia tenaga listrik untuk Negara, tidak
mampu melaksanakan fungsinya dengan baik dan benar sehingga perlu ada
keikutsertaan dari perusahaan swasta untuk menyediakan sumber tenaga listrik
demi pemenuhan kebutuhan masyarakat, Sementara untuk mewujudkan
keterlibatan swasta dalam bisnis listrik secara langsung (menjadi kompetitor PLN)
4 Daftar Pembangkit Listrik Swasta, oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jendral Listrik dan Pemanfaatan Energi, diunduh terakhir 1 Juni 2015
4
sulit dilakukan karena terdapat preseden 5putusan Mahkamah Konstitusi (MK)
No. 001-021-022/PUU-I/2003 yang menyatakan bahwa UU No. 20 Tahun 2002
tentang Ketenagalistrikan tidak memiliki kekuatan mengikat. Dalam
UU No.20 Tahun 2002 dijelaskan bahwa semua pelaku usaha diberikan
kesempatan yang lebih luas untuk dapat masuk dalam usaha penyediaan tenaga
listrik, melalui UU No. 20 Tahun 2002 tersebut akan dimungkinkan keterlibatan
swasta menjadi pelaku usaha yang menyediakan listrik di Indonesia. Namun
adanya putusan MK tersebut seolah membatasi UU No. 20 tahun 2002 tersebut
dan lebih mendukung PLN dalam memonopoli penyediaan tenaga listrik di
Indonesia, padahal pada kenyataannya sesuai banyaknya kasus yang terjadi
dilapangan terbukti bahwa PLN gagal dalam memenuhi penyediaan tenaga listrik
demi kebutuhan masyarakat secara menyeluruh. Oleh karena itu, makalah ini
bertujuan membahas persoalan monopoli yang dilakukan oleh PLN dalam kaitan
dan pandangan hukum anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat agar kita
mengetahui segala hal terkait monopoli dan melihat contoh kasus terjadinya
monopoli dan persaingan tidak sehat yang terjadi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan diatas maka dapat
diambil beberapa rumusan masalah dalam makalah ini :
1. Apa itu pasar monopoli?
2. Apa saja jenis-jenis monopoli yang ada?
3. Bagaimana ciri-ciri pasar monopoli?
4. Apa saja factor penyebab timbulnya monopoli?
5. Apa Dampak terjadinya monopoli bagi masyarakat sebagai konsumen?
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari Pasar Monopoli?
7. Apa Undang-undang yang mengatur praktik larangan Monopoli di
Indonesia?
8. Aapakah praktik monopoli yang dilakukan bertentangan dengan UU atau
tidak?
5 Putusan Perkara Mahkamah Konstitusi Nomor 001-021-022/PUU-I/2003 yang dimuat dalam berita Negara Republik Indonesia Nomor 102 tahun 2004, Terbit hari selasa tanggal 21 Desember 2004, Didalamnya tentang “UU Nomor 20 tahun 2002 tentang ketenagalistrikan tidak mempunyai kekuatan yang mengikat”, diunduh 1 Juni 2015
5
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan
makalah terkait “Kasus Monopoli perusahaan listrik Negara” ini adalah untuk
menjawab segala masalah terkait praktik monopoli yang dilakukan. Selain itu juga
agar dapat diketahui apakah praktik monopoli yang dilakukan bertentangan
dengan Undang-undang yang berlaku atau tidak yakni UU Nomor 15 Tahun 1999.
Selain itu juga sebagai upaya dalam pemenuhan tugas kuliah dari sisi penulis.
1.4 Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan ini adalah seputar kasus mengenai monopoli yang
dilakukan oleh perusahaan listrik Negara, yang dikaitkan dengan Undang-undang
yang berlaku dan mengaturnya. Penulis juga mengambil beberapa contoh kasus
berkaitan dengan kinerja perusahaan listrik Negara (PT. PLN) yang berkaitan
dengan analisis atas kasus tersebut.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pasar Monopoli
6Secara etimologi, kata “monopoli” berasal dari kata Yunani ‘Monos’ yang
berarti sendiri dan ‘Polein’ yang berarti penjual. Dari akar kata tersebut secara
sederhana orang lantas memberi pengertian monopli sebagai suatu kondisi dimana
hanya ada satu penjual yang menawarkan (supply) suatu barang atau jasa tertentu.
Menurut Undang-undang Nomor 5 tahun 1999 7Monopoli adalah penguasaan atas
produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh
satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha. Dengan kata lain, pasar
dikuasai oleh satu atau segelintir perusahaan, sementara pihak lain sulit masuk
didalamnya. Karena itu, hampir tidak ada persaingan berarti.
Perusahaan monopoli dipandang negatif karena biasanya perusahaan
monopoli bertujuan untuk mendapatkan hasil yang sangat maksimal atas usaha
yang dijalankannya karena mereka mempunyai kendali untuk memanipulasi harga
sesuai keinginan mereka, hal ini jelas terjadi akibat tidak adanya pesaing dalam
pasar. Atas praktik tersebut maka konsumenlah yang paling dirugikan terhadap
adanya praktik monopoli. Terkadang produk maupun jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan monopoli tidak memiliki kualitas yang memuaskan namun para
konsumen akan tetap memperolehnya dari perusahaan tersebut dikarenakan tidak
ada pilihan untuk mendapatkannya dari perusahaan lain.
Namun tidak seluruhnya berpraktik secara demikian terkadang sisi positif
yang dapat kita ambil dari adanya perusahaan monopoli adalah bahwa akan
terlindunginya konsumen atas perusahaan-perusahaan yang beniat menawarkan
produk dan jasa yang tidak baik dan berusaha mempermainkan harga terhadap
konsumen, karena perusahaan monopoli tersebut bergerak demi kepentingan
masyarakat. Contohnya yakni PT. KAI sebagai penyelenggara tunggal jasa
transportasi darat (perkeretaapian) di Indonesia dan juga PT. PLN sebagai
penyedia tenaga listrik di Indonesia dimana, keduanya tidak menghadapi
6 Pengertian Monopoli, https://zonegirl.wordpress.com/2012/01/06/pengertian-monopoli-dan-oligopoli/, Terakhir diakses 1 Juni 20157 Undang-undang Nomor 5 tahun 1999, BAB I tentang Ketentuan Umum
7
persaingan secara langsung dengan perusahaan lainnya yang bergerak dalam
bidang sejenis, dikarenakan memang tidak ada perusahaan lain yang bergerak
dibidang yang sama. Namun pada makalah ini akan membahas kenyataan
dilapangan bahwa PT. PLN kurang bisa menyelenggarakan fungsinya dengan baik
sehingga timbul isu akan krisis listrik yang dihadapi Indonesia kedepannya, oleh
karena itu dinilai apakah perlu pihak swasta yang turut serta dalam bisnis ini.
2.2 Jenis-Jenis Monopoli
Secara umum, monopoli dapat dibedakan menjadi dua macam sesuai
dengan cara dan tujuan terbentuknya pasar monopoli tersebut. Kita dapat
membedakannya menjadi dua jenis monopoli yakni monopoli yang tidak dilarang
dan monopoli yang dilarang. Monopoli yang tidak dilarang yakni dimana kondisi
monopoli ini lahir secara wajar dan alamiah karena kondisi objektif yang dimiliki
oleh suatu perusahaan sehingga memang tidak ada perusahaan lain yang dapat
memnandingi perusahaan tersebut secara memadai, dalam hal ini tentunya pasar
bersifat terbuka yang memungkinkan perusahaan lain dapat ikut bersaing dalam
bisnis yang sama. Alasan selanjutnya yakni terbentuknya monopoli tersebut
karena memang telah dikehendaki sesuai dengan aturan yang jelas untuk
penyelenggaraan monopoli karena menyangkut hajat hidup orang banyak dan
demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 8Pasar monopoli yang tidak
dilarang ini dapat dibedakan menjadi 3 macam berdasarkan proses terbentuknya,
yakni :
A. Monopoli karena Undang-undang (Monopoly by The Law)
Monopoli ini dapat terjadi karena dikehendaki oleh hokum. Seperti yang
tertuang dalam UUD 1945 pasal 33 dimana disebutkan bahwa diberikan
kekuasaan monopoli bagi Negara untuk menguasai Sumber Daya yang
berasal dari bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
serta cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak.
selain itu juga pemberian hak-hak istimewa dan ekslusif atas penemuan
baru, baik yang berasal dari hak cipta, hak paten, merek dagang dll, juga
merupakan bentuk monopoli yang diakui udang-undang.
8 Monopoli yang tidak dilarang, http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_monopoli, terakhir diakses 1 Juni 2015
8
B. Monopoli Alamiah (Monopoli by Nature)
Monopoli ini terjadi secara alamiah karena kondisi alam dan lingkungan
yang mendukung sehingga suatu perusahaan secara sendirinya terbentuk
sebagai sebuah perusahaan monopoli yang dimana tidak terdapat
perusahaan kompetitor yang dapat bersaing dalam bisnis yang sama.
C. Monopoli karena Lisensi (Monopoli by Lisence)
Monopoli ini diperoleh karena adanya izin usaha dan kepemilikan lisensi
yang jelas untuk memiliki kekuasaan atas sesuatu. Namun terjadi polemik
atas monopoli jenis ini karena dianggap kadang berbenturan dengan
kepentingan publik karena terkadang lebih mengutamakan kepentingan
pribadi perusahaan.
Setelah penjelasan mengenai beberapa jenis monopoli yang tidak dilarang
tersebut, selanjutnya yang harus diperhatikan yakni monopoli yang dilarang
karena dapat merugikan masyarakat dan bertujuan hanya untuk memperoleh
keuntungan semata demi kepentingan sekelompok orang. Jenis monopoli yang
dilarang ini disebut sebagai monopoli artifisial, dimana monopoli semacam ini
lahir karena adanya persekongkolan sekelompok orang atau kolusi politis dan
ekonomi antara pengusaha dan penguasa demi melindungi kepentingan kelompok
pengusaha tersebut. Monopoli semacam ini juga dapat lahir karena beberapa
pemikiran mengenai tujuan awalnya, contohnya bertujuan untuk melindungi
industry dalam negeri agar tetap dapat bertahan dan tidak tergeser perusahaan
asing yang masuk, kemudian dari situlah muncul kesepakatan bersama untuk
menetapkan sebuah aturan monopoli pada sekelompok golongan. Namun
pemikiran buruk yang muncul sebagai awal terbentuknya monopoli semacam ini
yakni karena adanya kepentingan yang lebih bersifat pribadi untuk memperoleh
keuntungan.
2.3 Ciri-Ciri Pasar Monopoli
Pasar monopoli memiliki 5 ciri-ciri utama yang menandakan bahwa
praktek yang terjadi dalam bisnis tersebut bersifat monopolistik, yakni :
1. Hanya terdapat satu penjual yang mendominasi pasar, hal ini
menyebabkan ketika konsumen mencari suatu barang dan jasa maka
mereka hanya dapat menemukannya pada perusahaan tersebut dan secara
9
tidak langsung akan memperolehnya bagaimanapun kondisi yang
ditetapkan oleh perusahaan tersebut. Contohnya seperti PT. KAI, PT. PLN
dan PDAM sebagai penyedia jasa tunggal dalam sektor bisnis mereka
masing-masing.
2. Barang yang diperdagangkan tidak memiliki pengganti yang mirip/tidak
ada barang subtitusi, dalam pasar monopoli jenis barang yang
diperdagangkan tidak memiliki pengganti sehingga konsumen tidak
mempunyai pilihan dalam membeli suatu produk barang dan jasa dari
suatu perusahaan.
3. Sulitnya perusahaan lain masuk kedalam pasar monopoli karena terdapat
hambatan akibat keunggulan yang dimiliki suatu perusahaan monopoli.
hambatan ini menjadi facktor penting yang membentuk suatu kondisi
monopoli dikarenakan tidak terdapat perusahaan pesaing yang dapat
masuk. Hambatan ini dapat muncul karena memang ada aturan jelas yang
mengaturnya ataupun karena adanya persekongkolan beberapa pihak demi
mencapai suatu keuntungan, dimana sebenarnya banyak perusahaan
pesaing yang ingin memasuki pasar dan mereka menawarkan produk
barang dan jasa yang lebih baik dari perusahaan yang ada, namun karena
terhambat oleh aturan yang dibuat sekelompok orang berkepentingan
maka perusahaan pesaing tersebut tidak dapat menjalankan bisnisnya pada
pasar tersebut.
4. Konsumen tidak memiliki pengetahuan atau memiliki pengetahuan namun
terbatas terhadap kondisi pasar. Hal ini disebabkan karena perusahaan
monopoli bersifat tertutup atas informasi produk, mereka tidak
mengungkapkan informasi penting seperti sumber daya dan bahan baku
yang digunakan serta bagaimana kualitas produk tersebut apakah telah
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Konsumen hanya menerima
produk jadi yang telah tersedia tanpa dapat bertanya lebih lanjut terkait
produk tersebut.
5. Harga yang berlaku dipasar telah ditentukan oleh perusahaan dominan.
Hal ini disebabkan karena perusahaan dalam pasar monopoli tersebut tidak
memiliki pesaing sehingga mereka dapat menetapkan harga sesuai
10
keinginannya dan terkadang harga yang ditetapkan terlalu tinggi bila
dibandingkan dengan biaaya yang dikeluarkan dalam proses produksinya,
sehingga hal ini sangat merugikan masyarakat karena mereka mau tidak
mau harus mendapatkan barang tersebut untuk memenuhi kebutuhannya
sehari-hari.
2.4 Faktor-Faktor Penyebab Monopoli
Suatu pasar atau perusahaan dapat terbentuk sebagai perusahaan monopoli
karena terdapat beberapa faktor pendukung kuat yang menjamin berlangsungnya
suatu kegiatan transaksi jual beli secara ekonomis. Terdapat tiga faktor yang dapat
menyebabkan terwujudnya suatu kondisi pasar monopoli, ketiga faktor tersebut
yakni :
1. Terdapat sumber daya yang unik atau istimewa yang hanya dimiliki suatu
perusahaan sehingga memungkinkan mereka menjadi penyelenggara
tunggal dalam suatu bisnis tersebut. Sumber daya sendiri memiliki peranan
yang penting pada suatu perusahaan sebagai bagian awal untuk suatu
perusahaan melakukan proses produksi, sehingga Perusahaan yang
memiliki sumber daya yang unik dan tidak dimiliki oleh perusahaan lain
dapat memproduksi barang atau jasa yang satu-satunya tersedia dipasar.
Oleh karena itu perusahaan ini secara langsung dapat menguasai seluruh
atau sebagian besar dari bahan baku yang tersedia sehingga menjadikan
mereka sebagai sebuah perusahaan monopoli. Namun terbentuknya suatu
perusahaan monopoli atas situasi seperti ini adalah bersifat alamiah dan
memang tanpa adanya persekongkolan untuk mencapai tujuan dari pihak-
pihak tertentu. Pada posisi ini sesungguhnya pasar bersifat terbuka, namun
dikarenakan tidak adanya perusahaan pesaing yang memadai maka
terjadilah suatu kondisi pasar monopoli.
2. Perusahaan monopoli umumnya dapat menikmati skala ekonomi hingga ke
tingkat produksi yang sangat tinggi. Pasar monopoli sendiri terjadi ketika
biaya investasi dan biaya produksi adalah sangat tinggi, sehingga jumlah
produksi harus besar. Pada tingkat produksi yang sangat tinggi, harga
dapat ditekan, sehingga menyebabkan perusahaan baru akan menjadi sulit
untuk memproduksi barang sama dan masuk pasar. Beberapa contoh
11
perusahaan yang dapat menikmati skala ekonomis dalam skala produksi
tinggi dan menjadi monopoli adalah perusahaan listrik, perusahaan jasa
angkutan, perusahaan jasa telekomunikasi.
3. Karena adanya aturan atau Undang-undang dari pemerintah yang
memberikan hak kepada suatu perusahaan untuk melakukan monopoli di
suatu sektor bisnis. Beberapa peraturan atau perundang-undangan secara
langsung menyebabkan terjadinya pasar monopoli untuk jenis barang atau
jasa tertentu. Peraturan hak paten dan hak cipta merupakan contoh
peraturan yang menyebabkan terjadinya perusahaan menjadi monopoli
atas produknya. Produk-produk teknologi baru yang dilindungi dengan
hak cipta dan paten akan menyebabkan produk-produk tersebut dihasilkan
oleh sebuah perusahaan saja. Dan ini menyebabkan produk dan
perusahaan menjadi monopoli di pasar. Beberapa Perusahaan dapat
menjadi monopoli ketika mendapatkan hak usaha eksklusif dari
pemerintahan. Hak ekslusif diberikan pada perusahaan yang secara
ekonomis baru tercapai pada skala produksi yang sangat tinggi. Skala
produksi tinggi akan menyebabkan investasi dan biaya produksi menjadi
sangat tinggi. Untuk menjamin usahanya menjadi ekonomis, maka
perusahaan tersebut mendapat hak eksklusif dari pemerintah.
2.5 Dampak Terjadinya Monopoli
Perusahaan monopoli seringkali mendapat kesan dan komentar negatif dari
masyarakat, hal ini karena pada praktiknya memang para perusahaan yang
menjalankan kegiatan monopoli banyak merugikan masyarakat sebagai
konsumen. Masyarakat merasa dirugikan dan dipermainkan oleh perusahaan
monopoli karena kebijakan memang sepenuhnya berada pada perusahaan tersebut
dalam menjual produknya baik itu mulai harga barang maupun bagaimana standar
kualitasnya, produsen tidak akan mendapatkan pengetahuan secara jelas dan
menyeluruh atas hal-hal tersebut. Contoh beberapa kerugian yang secara nyata
dialami masyarakat antara lain: produsen monopolis memperoleh keuntungan
lebih (excess profit) karena mereka mempunyai kekuasaan untuk mengatur harga
atas produk yang mereka jual, kemudian kerugian lain yang dirasakan masyarakat
12
yakni seringkali produsen monopolis memberikan layanan yang buruk dan tidak
ada reaksi, mereka juga mengeksploitasi pembeli dan pemilik faktor produksi.
Dalam pasar monopoli yang hanya ada satu penjual dari suatu produk
(barang atau jasa) yang tidak mempunyai alternatif produk pengganti ataupun
perusahaan pesaing didalamnya, maka penjual dalam pasar monopoli dapat
menentukan tingkat harga jual yang dapat memaksimumkan keuntungan demi
mencapai tujuan pribadi perusahaan. Penentuan tingkat harga oleh produsen
monopolis akan mengakibatkan penerimaan keuntungan produsen yang lebih dari
keuntungan normal karena menerima keuntungan yang lebih besar daripada
produsen lainnya. Disamping itu, karena tidak ada produsen yang lain yang
menghasilkan produk substitusi maka produsen monopolis dapat saja dengan
mudah sesuai keinginannya untuk tidak memperhatikan saran maupun kritik dari
pembeli, mereka menganggap hal tersebut tidak penting bagi kelangsungan
perusahaan karena walau bagaimanapun merekalah yang memiliki kekuasaan
penuh terhadap pasar monopoli, jadi biarpun barang yang ditawarkan kualitasnya
tidak memenuhi standard dan pelayanan yang diberikan terhadap konsumen juga
buruk mereka seperti menutup mata akan hal tersebut. Sebagai contoh, kritik dan
saran yang berkaitan dengan penigkatan kualitas produk yang dihasilkan tidak
akan memperoleh reaksi produsen monopolis karena dengan kualitas yang seperti
itupun tetap ada yang membeli produknya.Sebagai produsen tunggal yang harus
menentukan harga produk yang dihasilkan (price maker), produsen monopolis
dapat menentukan harga yang mahal dan akan mengeksploitasi pembeli dan
pemilik faktor produksi.
2.6 Kelebihan dan Kelemahan Monopoli
Pasar monopoli dimana hanya terdapat satu penjual yang dominan
didalamnya, terkadang tidak hanya menyebabkan kerugian saja bagi masyarakat.
Terkadang terjadinya sebuah kondisi pasar monopoli memang telah diatur sesuai
dengan kebijakan pemerintah yang terkadang memang berdasarkan tujuan
awalnya adalah untuk melindungi para produsen lokal dari besarnya pengaruh
produsen asing, apalagi pada zaman dimana perkembangan teknologi sedang
berlangsung secara pesat dan juga pada masa sekarang ini persingan usaha antar
13
Negara pun sudah banyak yang dilakukan secara terbuka dan tanpa ada aturan
ketat yang membatasi, sehingga perusahaan asing dapat membuka usaha dan
menanamkan modalnya diberbagai Negara. Selain itu penetapan aturan monopoli
oleh pemerintah biasanya berkaitan karena perusahaan tersebut memang bergerak
demi kepentingan hajat hidup orang banyak sehingga perlu adanya aturan yang
jelas demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berikut ini beberapa
kelebihan dan juga kelemahan dari timbulnya praktik monopoli :
Kelebihan Pasar Monopoli :
1. Karena aturan monopoli maka keuntungan yang diterima perusahaan
akan semakin tinggi, dengan kata lain perusahaan akan memiliki
kelangsungan hidup yang lebih lama, lalu dengan semakinnya
keuntungan yang diterima maka perusahaan pun dapat membuat
lembaga research and development untuk mengembangkan produk
barang dan jasa yang ditawarkan agar semakin inovatif dan penuh
terobosan-terobosan yang membuatnya semakin efisien dan juga
memiliki manfaat yang lebih saat diperjualkan kepada konsumen.
Biasanya hal-hal seperti ini berlangsung pada perusahaan yang
menguasai hajat hidup orang banyak sehingga perlu adanya nilai
tambah pada setiap produknya yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
2. Terdapat efisiensi usaha dikarenakan produksi yang dijalankan oleh
perusahaan berlangsung pada skala yang sangat besar. Semakin
besarnya produksi maka akan semakin murah biaya yang dikeluarkan
dalam prosesnya, oleh karena itu perusahaan monopoli seharusnya
dapat mengefisiensikan pengeluarannya dan dapat mengalihkannya
pada hal-hal yang bermanfaat seperti pada program CSR mereka
ataupun demi mempertahankan kelangsungan usahanya.
Kelemahan pasar Monopoli :
1. Tidak adanya pemerataan distribusi pendapatan, karena pendapatan
besar yang diperoleh oleh satu perusahaan saja akibat adanya praktik
monopoli maka hal tersebut akan menguntungkan bagi perusahaan
14
tersebut saja ataupun daerah dimana perusahaan tersebut beroperasi,
sehingga tidak adanya pemerataan distribusi pendapatan.
2. Adanya permainan harga, praktik monopoli membuat terjadinya
permainan dalam penetapan harga oleh produsen monopolis dimana
harga yang ditetapkan tidak sesuai dengan produk barang dan jasa
yang ditawarkan. Untuk perusahaan yang berkaitan dengan hajat hidup
orange banyak, tentunya produk yang mereka jual sebaiknya dapat
dijangkau oleh seluruh masyarakat, namun terkadang harga yang
ditetapkan tidak berada pada harga minimal yang seharusnya sehingga
tidak semua elemen masyarakat dapat memperolehnya. Hal ini
disebabkan juga karena informasi tertutup yang memang sengaja
dilakukan oleh produsen monopolis.
3. Masyarakat tidak memiliki banyak pilihan dalam memproduksi barang
dan jasa. Akibat praktik monopoli yang dilakukan maka masyarakat
hanya dapat memperoleh barang dan jasa dari satu produsen
monopolis saja, hal ini terkadang merugikan karena barang dan jasa
yang ditawarkan tidak terjamin kualitasnya, namun masyarakat sebagai
konsumen mau tidak mau harus memperolehnya dari produsen
monopolis tersebut. Hal ini sangat merugikan masyarakat dimana
mereka taerkadang tidak mendapatkan nilai tambah atas barang dan
jasa yang di konsumsinya.
2.7 Undang-Undang Yang Mengatur Monopoli
Dalam situasi tertentu kita membutuhkan perusahaan besar dengan
kekuatan ekonomi yang besar dalam hal praktek monopoli, yang harus dibatasi
dan dikendalikan, karena apabila tidak dapat merugikan kepentingan masyarakat
pada umumnya dan kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat. Maka
Indonesia pun kemudian membuat sebuah peraturan antimonopoli yaitu Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Undang-undang ini menerjemahkan
monopoli sebagai suatu tindakan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran
barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu
kelompok pelaku usaha. Sedangkan praktik monopoli pada UU tersebut dijelaskan
15
sebagai suatu pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha
yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan
atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat
merugikan kepentingan umum. UU ini dibagi menjadi 11 bab yang terdiri dari
beberapa pasal. Beberapa hal yang diatur dalam UU No.5 tahun 1999 tentang
arangan monopoli dan persaingan tidak sehat ini antara lain :
1. Perjanjian yang dilarang, misalnya praktek oligopoli, penetapan harga,
pembagian wilayah, pemboikotan, kartel, trust, oligopsoni, dan
sebagainya. (pasal 4 sampai pasal 16 UU No.5 Tahun 1999)
2. Kegiatan yang dilarang, misalnya praktek monopoli, praktek
monopsoni, persekongkolan, dan sebagainya. (pasal 17 sampai pasal
24 UU No 5 Tahun 1999)
3. Penyalahgunaan posisi dominan. Posisi dominan yang dimaksud
adalah keadaan di mana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang
berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang
dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi di antara
pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan
keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, serta
kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau
jasa tertentu. Adapun penyalahgunaan posisi dominan misalnya
jabatan rangkap, pemilikan saham, dan lain-lain sebagaimana diatur
dalam pasal 25 sampai dengan pasal 27 UU No 5 Tahun 1999.
Untuk mencegah terjadinya suatu praktik monopoli dan persaingan tidak
sehat yang terjadi di kalangan para pelaku usaha, maka didalam UU No 5 tahun
1999 disebutkan bahwa pemerintah membentuk lembaga Komisi Pengawasan
Persaingan Usaha (KPPU). Tugas KPPU adalah untuk menilai dan megawasi
apakah terjadi suatu tindakan ataupun kegiatan yang bertentangan dengan UU No
5 tahun 1999 mengenai larangan praktik monopoli dan persaingan usaha ang tidak
sehat. KPPU ini merupakan sebuah lembaga Independen yang tidak ada pengaruh
pemerintah didalamnya, sehingga dapat menjalankan tugasnya dengan baik tanpa
ada campur tangan untuk memenuhi kepentingan suatau pihak ataupun golongan.
Dalam sebuah kasus yang terkait pelanggaran atas UU No 5 tahun 1999, maka
16
KPU mempunyai wewenang untuk memproses perusahaan yang menjalankan
praktik yang bertentangan tersebut dan memberikan sanksi atasnya.
2.8 Analisis Kasus (Kasus Monopoli PT. PLN Sebagai Penyedia Tenaga
Listrik di Indonesia)
2.8.1 Sejarah PT. PLN Indonesia9Berawal di akhir abad ke 19, perkembangan ketenagalistrikan di
Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang
bergerak di bidang pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit listrik
untuk keperluan sendiri.
Antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan perusahaan- perusahaan
Belanda tersebut oleh Jepang, setelah Belanda menyerah kepada pasukan tentara
Jepang di awal Perang Dunia II.
Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada
Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini
dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai
Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan Pimpinan KNI Pusat berinisiatif
menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan
tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada 27 Oktober 1945, Presiden
Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan
Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5
MW.
Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi
BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di
bidang listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada
saat yang sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN)
sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN)
sebagai pengelola gas diresmikan.
Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status
Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik
9 Sejarah berdirinya Perusahaan PLN, http://www.pln.co.id/blog/profil-perusahaan/, diakses 1 Juni 2015
17
Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan
tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. Seiring dengan
kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk
bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status PLN
beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga
sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga
sekarang.
2.8.2 Kasus Monopoli Perusahaan Listrik Negara
10Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengakui adanya dugaan
pelanggaran UU No.5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat oleh PT PLN (Persero) apabila BUMN sektor listrik itu
meneruskan kebijakan capping untuk TDL sektor industri. KPPU akan mengkaji
sesuai dengan prosedur lewat pemeriksaan selanjutnya. Kemungkinan pasal yang
akan dikaji KPPU ialah pasal 19d di dalam Undang-Undang Nomor 5/1999 yang
mengatur masalah diskriminasi terkait penerapan tarif terhadap para
pelaku industri.Untuk itu, KPPU akan segera menelisik data-data PLN untuk
melihat siapa saja pelanggan industri yang menikmati capping dengan yang tidak.
Sementara ini, KPPU mengakui pada 2010 memang terdapat perbedaan tarif
untuk golongan-golongan industri. Untuk golongan industri kecil atau rumah
tangga yang dikenakan capping diganjar Rp803 per KWh. Sementara yang tidak
kena cappingdikenakan Rp916 per KWh. Sehingga ada disparitas harga sekitar
Rp113 per KWh. Sementara untuk golongan menengah berkapasitas tegangan
menengah berbeda Rp667 per KWh apabila dikenakan cappingdan Rp731 KWh
untuk yang tidak. Perbandingan bagi industri yang memakai capping dengan yang
tidak, untuk tegangan menengah sebesar 23%. Untuk golongan tarif untuk
keperluan industri besar, mereka yang dikenakan capping harus membayar
sebesar Rp594 per KWh sementara yang tidak menjadi Rp605 per KWh
(disparitas harga Rp11 per KWh). Berdasarkan indikasi-indikasi tersebut, KPPU
10 Bernadeta Anggreni Dian Kurniawati, Kasus Monopoli Perusahaan Listrik Negara, https://nenygory.wordpress.com/2011/05/30/kasus-monopoli-yang-dilakukan-oleh-perusahaan-listrik-negara-pt-pln/, terakhir diakses 1 juni 2015.
18
akan segera melakukan pemeriksaan sesuai prosedur yang ada berdasarkan surat
yang masuk ke pihaknya pada 11 Januari silam.
KPPU juga akan panggil pihak yang selama ini diuntungkan dengan tarif
lebih rendah atau yang iri terhadap perbedaan harga karena mereka dikenakan
beban yang lebih tinggi dibanding yang lain. Selain itu, mereka juga akan
memanggil Pemerintah dan Kementerian Keuangan dan Dirjen Listrik
Kementerian ESDM untuk meminta pandangan dari mereka dan akan
membuktikan di lapangan misal cek kuitansi supaya ada fakta dan data hukum
tidak hanya data statistik.
Fungsi PT. PLN sebagai pembangkit, distribusi, dan transmisi listrik sebenarnya
sudah mulai dipecah. Swasta diizinkan berpartisipasi dalam upaya pembangkitan
tenaga listrik. Sementara untuk distribusi dan transmisi tetap ditangani PT. PLN.
Saat ini telah ada 27 Independent Power Producer di Indonesia. Mereka termasuk
Siemens, General Electric, Enron, Mitsubishi, Californian Energy, Edison
Mission Energy, Mitsui & Co, Black & Veath Internasional, Duke Energy,
Hoppwell Holding, dan masih banyak lagi. Tetapi dalam menentukan harga listrik
yang harus dibayar masyarakat tetap ditentukan oleh PT. PLN sendiri.
Krisis listrik kemudian juga memuncak saat PT. Perusahaan Listrik
Negara (PT. PLN) memberlakukan pemadaman listrik secara bergiliran di
berbagai wilayah termasuk Jakarta dan sekitarnya, selama periode 11-25 Juli
2008. Hal ini diperparah oleh pengalihan jam operasional kerja industri ke hari
Sabtu dan Minggu, sekali sebulan. Semua industri di Jawa-Bali wajib menaati,
dan sanksi bakal dikenakan bagi industri yang membandel. Dengan alasan klasik,
PLN berdalih pemadaman dilakukan akibat defisit daya listrik yang semakin
parah karena adanya gangguan pasokan batubara pembangkit utama di sistem
kelistrikan Jawa-Bali, yaitu di pembangkit Tanjung Jati, Paiton Unit 1 dan 2, serta
Cilacap. Namun, di saat yang bersamaan terjadi juga permasalahan serupa untuk
pembangkit berbahan bakar minyak (BBM) PLTGU Muara Tawar dan PLTGU
Muara Karang.
Akibat dari PT. PLN yang memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan
listrik masyarakat sangat bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak
mampu secara merata dan adil memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Banyak
19
daerah-daerah yang kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga sering terjadi
pemadaman listrik secara sepihak. Kejadian ini menyebabkan kerugian yang tidak
sedikit bagi masyarakat, dan investor menjadi enggan untuk berinvestasi.
2.8.3 Analisis Kasus Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999
Kelistrikan di Indonesia adalah bentukan sejarah, keadaan geografis, dan
keteresediaan sumber daya alam dari zaman dahulu. Dalam perjalanannya,
pemerintah selalu mengambil peran yang sempurna dalam penyediaan listrik bagi
rakyat yang didasarkan pada Pasal 33 UUD 1945. Meskipun pada masa
pemerintahan Kolonial Belanda dan setelah kemerdekaan telah ada perusahaan
swasta komersial yang memproduksi listrik, namun pemerintah nasional
mengambil peranan dalam pembangunan sektor ini selama 50 tahun terakhir.
Perusahaan Umum Listrik Negara yang didirikan pada 1950 telah menjadi pemain
kunci dalam cepanya pembangunan sektor kelistrikan. Data statistik menunjukkan
bahwa PLN adalah salah satu perusahaan listrik terbesar di dunia dengan total
pelanggan 22 juta dan lebih dari 50.000 karyawan serta hampir seluruh bagian
masyarakat adalah stakeholders bagi PLN.
PLN berdiri dilandaskan pada UU No. 15 Tahun 1985 tentang
Ketenagalistrikan dan pada tahun 2002 UUNo.15 Tahun 1985 dinyatakan tidak
berlaku oleh UU No. 20 Tahun 2002. Namun kemudian melalui Putusan MK No
001-021-022/PUU-I/2003 yang dibacakan pada hari Rabu tanggal 15 Desember
2004 menyatakan bahwa UU No. 20 Tahun 2002 tidak mempunyai kekuatan
hukum mengikat. Permasalahan inti dari persoalan UU No. 20 Tahun 2002 adalah
pada Pasal 16, 17 dan 68 yang menjiwai dari UU ketenagalistrikan tersebut. Pasal
16 menyatakan bahwa usaha penyediaan tenaga listrik dilakukan secara terpisah
oleh Badan Usaha yang berbeda. Pasal 17 menyatakan bahwa usaha
pembangkitan listrik dilakukan berdasarkan kompetisi dan dilarang menguasai
pasar. Larangan penguasaan pasar ini meliputi segala tindakan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
antara lain:
1. menguasai kepemilikan;
2. menguasai sebagian besar kapasitas terpasang pembangkitan tenaga listrik
dalam satu wilayah kompetisi;
20
3. menguasai sebagian besar kapasitas pembangkitan tenaga listrik pada posisi
beban puncak;
4. menciptakan hambatan masuk pasar bagi Badan Usaha lainnya;
5. membatasi produksi tenaga listrik dalam rangka mempengaruhi pasar;
6. melakukan praktik diskriminasi;
7. melakukan jual rugi dengan maksud menyingkirkan usaha pesaingnya;
8. melakukan kecurangan usaha; dan/atau
9. melakukan persekongkolan dengan pihak lain.
Sedangkan Pasal 68 menyatakan bahwa Pada saat Undang-undang ini
berlaku, terhadap Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK)
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang
Ketenagalistrikan dianggap telah memiliki izin yang terintegrasi secara vertikal
yang meliputi pembangkitan, transmisi, distribusi, dan penjualan tenaga listrik
dengan tetap melaksanakan tugas dan kewajiban penyediaan tenaga listrik untuk
kepentingan umum sampai dengan dikeluar-kannya Izin Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik berdasarkan Undang-undang ini.
Keputusan MK dalam hal ini menyatakan bahwa Pasal 16, 17 ayat (3),
serta 68 UU No. 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan berlawanan dengan
UUD 1945 dan oleh karenanya harus dinyatakan tidak mempunyai kekuatan
hukum mengikat. Meskipun yang berlawanan hanya tiga pasal tersebut, akan
tetapi karena pasal-pasal tersebut merupakan jantung dari UU No.20 Tahun 2002
padahal seluruh paradigma yang mendasari UU Ketenagalistrikan adalah
kompetisi atau persaingan dalam pengelolaan dengan sistem unbundling dalam
ketenagalistrikan tidak sesuai dengan jiwa dan semangat Pasal 33 ayat (2) UUD
1945 yang merupakan norma dasar perekonomian nasional Indonesia. MK
berpendapat bahwa cabang produksi dalam Pasal 33 ayat (2) UUD 1945 di bidang
ketenagalisrikan harus ditafsirkan sebagai satu kesatuan antara pembangkit
transmisi dan distribusi sehingga dengan demikian meskipun hanya pasal, ayat,
atau bagian dari ayat tertentu saja dalam undang-undang a quo yang dinyatakan
tidak mempunyai kekuatan hukum mengkiat akan tetapi hal tersebut
mengakibatkan UU No.20 Tahun 2002 secara keseluruhan tidak dapat
21
dipertahankan, karena akan menyebabkan kekacauan yang menimbulkan
ketidakpastian hukum dalam penerapannya.
Dalam siaran Pers Koalisi Masyarakat Anti Kenaikan Harga sebagai pihak
yang mengajukan Judicial Reviewatas UU No. 20 Tahun 2002 menyatakan bahwa
dalam UU No. 20 Tahun 2002 terlihat bahwa negara tidak lagi bertanggung jawab
terhadap penyelenggaraan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan
umum dan tidak ada lagi ketentuan yang menyebutkan agar harga listrik
terjangkau oleh masyarakat sebagaimana semula ditetapkan dalam UU No. 15
Tahun 1985 terlebih lagi harga listrik diserahkan kepada pasar sehingga tidak
mempertimbangkan daya beli atau kondisi sosial ekonomi masyarakat. Hal ini
sangat merugikan kepentingan bangsa, negara dan rakyat Indonesia (merugikan
kepentingan publik).
Akibat adanya pertentangan antara UU No.20 Tahun 2002 dengan UUD
Pasal 33, menimbulkan dampak yang merugikan kepentingan bangsa, Negara dan
masyarakat (publik) Indonesia, PLN juga terkena dampaknya. PLN yang selama
ini merupakan satu-satunya BUMN yang mengelola sektor ketenagalistrikan dan
telah memberikan sumbangsih bagi bangsa, Negara, dan masyarakat yang telah
menjalankan fungsi untuk menyediakan tenaga listrik bagi seluruh masyarakat
Indonesia dengan harga terjangkau dan juga telah memberikan peran yang besar
bagi perekenomian nasional, berdasarkan UU No. 20 tahun 2002 tidak lagi
merupakan cabang produksi yang penting yang menguasai hajat hidup orang
banyak. Akibatnya, tidak adanya jaminan dan kepastian bagi seluruh masyarakat
untuk memperoleh tenaga listrik dengan harga terjangkau dan justru akan
merugikan perekonomian Negara yang pada akhirnya akan mengurangi tingkat
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Bahkan dapat pula mengganggu
keamanan negara dan kedaulatan negara karena negara tidak lagi berkewajiban
mengelola cabang produksi terpenting untuk kepentingan dan kemakmuran
rakyat.
Putusan MK ini sejalan dengan pengalaman dunia akan tenaga kelistrikan
yang telah membuktikan bahwa keberhasilan restrukturisasi sektor tenaga listik
adalah mitos belaka. Sejumlah negara baik negara maju dan berkembang telah
menerapkan restrukturisasi namun memberikan hasil yang serupa yaitu kenaikan
22
tarif listrik, terjadinya pemadaman, menurunnya tingkat kehandalan, penguasaan
sektor listrik oleh sebagian kecil perusahaan energi multinasional dan kegagalan
negara melindungi kepentingan ekonomi dan kepentingan masyarakat.
Secara ekonomi, iklim kompetensi dan persaingan yang sehat dapat
menghemat miliaran atau bahkan terilyunan rupiah uang konsumen yang harus
dibayarakan ke produsen karena harga yang tidak wajar (overcharge) sebagai
akibat kenaikan harga yang artifisial. Secara umum, terdapat beberapa manfaat
yang didapat perekonomian jika pada sektor ketenagalistrikan terjadi kompetisi
dan persaingan yang sehat, di antaranya adalah:
1. Harga yang wajar dilihat dari kualitas.
Dengan adanya rasa persaingan yang timbul dari dua perusahaan atau lebih, maka
produsen akan berlomba-lomba menarik konsumen dengan menurunkan harga
dan meningkatkan kualitas barang/jasa yang dijualnya. Hanya barang/jasa dengan
harga yang rendah dengan kualitas terbaik yang akan dibeli oleh konsumen.
2. Konsumen memiliki banyak pilihan dalam membeli barang/jasa.
Pasar yang kompetitif akan menghasilkan barang/jasa yang ditawarkan pelaku
usaha dengan pilihan harga dan kualitas yang bervariasi. Setiap konsumen pada
dasarnya memiliki daya beli dan selera yang berbeda-beda. Karakteristik
konsumen untuk memproduksi barang/jasa sesuai dengan kemampuan dan
keinginan konsumen. Produsen dituntut untuk sensitif terhadap daya beli dan
perubahan selera konsumen. Pelaku usaha yang tidak tanggap terhadap perubahan
daya beli dan perubahan selera konsumen semakin lama akan tersingkir di pasar.
3. Persaingan memungkinkan timbulnya inovasi.
Persaingan usaha akan merangsang pelaku usaha berlomba-lomba membuat
inovasi, baik inovasi produk untuk memenuhi selera konsumen, inovasi teknologi
maupun inovasi metode produksi yang lebih efisien. Inovasi akan terus
berkembang karena dalam pasar yang bersaing hanya pelaku usaha inovatif yang
dapat bertahan dan bersaing. Terkait dengan sektor ketenagalistrikan, jika ada
pesaing lain bagi PLN, tentunya akan mendorong PLN berpikir dan melakukan
yang terbaik dalam menentukan harga dan memberikan pelayanan. Hal ini secara
positif akan mendorong PLN pada efisiensi kinerja dan inovasi teknologi.
23
Namun, kompetisi yang dikehendaki agar dapat tercapai suatu iklim usaha
yang sehat tidak dapat dilakukan dalam bidang ketenagalistrikan. Hal ini
dikarenakan segmen yang bersifat monopoli alamiah tidak dikompetisikan dan
diprioritaskan untuk dikelola oleh BUMN. Pada dasarnya usaha penyediaan
ketenagalistrikan dilakukan secara monopoli, harga jual juga tetap dilakukan oleh
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah berdasarkan kewenangan dalam
memberi izin tersebut. Meskipun demikian usaha penyediaan ketenagalistrikan
juga dapat dilakukan secara terintegrasi atau satu jenis usaha saja. Namun karena
PLN adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maka diberi hak untuk
diprioritaskan dalam memenuhi ketenagalistrikan. Dengan demikian ketersediaan
listrik sesungguhnya merupakan tugas Pemerintah untuk menenuhinya.
Keterlibatan swasta dalam penguasaan listrik tidak dapat dilakukan melalui
mekanisme pasar dikarenakan ketenagalistrikan merupakan sektor yang unik dan
perlu penanganan khusus demi untuk tersedianya listrik yang relatif murah bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Oleh karena itu, secara hukum masih terdapat berbagai perdebatan, apakah
usaha yang dilakukan oleh PLN adalah tindakan monopoli yang diperbolehkan
atau tidak. Namun melihat dari kerugian yang diterima oleh masyarakat,
seharusnya tindakan monopoli ini tidak boleh dilakukan. Kerugian ini diduga
karena kurang optimalnya kinerja PLN dalam penyedia listrik masyarakat.
Sedangkan dari segi persaingan usaha, monopoli yang dilakukan PLN merupakan
persaingan usaha yang tidak sehat karena mulai adanya pihak swasta yang juga
menyediakan tenaga listrik di Indonesia. Persaingan ini dianggap sehat apabila
PLN tidak menghalangi usaha perusahaan listrik swasta lainnya untuk
menyediakan listrik bagi masyarakat, sedangkan dalam hal ini PLN malahan
menghalangi perusahaan lain untuk bersaing di bidang ketenagalistrikan ini.
24
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) telah melakukan tindakan
monopoli, sehingga menimbulkan dampak negatif yang merugikan masyarakat.
Memang posisi PT. PLN disini sebagai sebuah perusahaan yang berada langsung
dibawah naungan Negara dimana tujuan utamanya adalah melakukan penyediaan
listrik sebagai bagian dari pemenuhan hajat hidup orang banyak. Namun yang
terjadi adalah PLN belum mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Lalu bila
ditinjau dengan kaitannya terhadap UU No 5 tahun 1999 maka dapat dikatakan
bahwa tindakan PT. PLN ini telah melanggar Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat. Dimana bila dikaitkan maka terdapat praktik monopoli oleh PT. PLN
yang melakukan penguasaan atas sektor penyediaan tenaga listrik bagi warga
Negara Indonesia.
Namun bila ditinjau berdasarkan sejarah dan tujuan awalnya, sebenarnya
monopoli yang dilakukan oleh PLN dalam sektor ketenagalistrikan memiliki
landasan yuridis yang kuat yakni melalui konstruksi hukum Pasal 33 UUD 1945,
UU Ketenagalistrikan. Dimana memang awal dibentuknya PLN ini memang
bertujuan untuk melakukan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan tenaga listrik
yang tentu saja dapat dijangkau dan dinikmati oleh seluruh elemen masyarakat
secara meluas. Hanya saja dari fakta-fakta kasus yang terjadi dilapangan terlihat
bahwa PLN belum mampu menunjukkan kinerjanya secara optimal sehingga
belum dapat memenuhi kebutuhan listrik bagi seluruh rakyat Indonesia secara
layak. PLN masih memiliki kekurangan dalam penyelenggaraan internal mereka,
dimana dalam internal PLN sendiri minim dengan terobosan-terobosan yang
harusnya dapat semakin membuat efisiensi dari penyediaan listrik itu semakin
baik, selain itu banyak kendala yang dihadapi oleh pembangkit-pembangkit listrik
yang dimiliki PLN sendiri sehingga terkadang supply atas ketersediaan listrik
menjadi terhambat dan berdampak merugikan masyarakat dalam memenuhi
aktivitas-aktivitasnya sehari-hari. Hal-hal tersebut dianggap merupakan suatu hal
yang dilematis bagi penyelenggaraan ketenagalistrikan di Indonesia mengingat
kedudukan PLN yang kuat secara yuridis tersebut, namun nyatanya apa yang
25
diharapkan atas perusahaan penyedia tenaga listrik tersebut tidak sesuai harapan
masyarakat. Pada akhirnya isu mengenai krisis listrik yang akan dihadapi
Indonesia kedepannya menjadi sebuah masalah yang perlu dikaji untuk
melakukan pembenahan pada diri PLN sendiri.
Ketika PLN tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumen dengan baik
dan tidak memiliki nilai tambah atas produk yang dijualnya, maka dirasa perlu ada
bantuan yang datang dari pihak swasta demi memenuhi ketersediaan listrik bagi
seluruh rakyat Indonesia. Sayangnya lagi-lagi hal tersebut terhalang karena PLN
dalam sektor ketenagalistrikan memiliki landasan yuridis yang kuat yakni melalui
konstruksi hukum Pasal 33 UUD 1945. Ironis sekali disaat mereka tidak dapat
melakukan pemenuhan kebutuhan dan tidak terjadi pembenahan yang baik dalam
tubuh PLN sendiri agar lebih meningkatkan pelayanannya terhadap masyarakat
dan terhindar dari banyaknya masalah yang terjadi, namun disisi lain adanya
perusahaan swasta yang ingin masuk terhambat oleh aturan yang telah ada.
Sesungguhnya adanya perusahaan swasta yang masuk nantinya akan memberikan
sisi persingan bagi PLN dan tentunya dari situ mereka akan mencoba untuk
memperbaiki kualitasnya jika tidak mau kalah dengan perusahaan swasta tersebut.
Tidak adanya competitor selama ini juga mungkin merupakan salah satu penyebab
buruknya kinerja PT. PLN dalam sektor ketenagalistrikan di Indonesia.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat secara adil dan
merata, sebaiknya pemerintah juga membuka kesempatan yang luas bagi penyedia
listrik lain baik investor swasta maupun internasional dalam persaingan usaha
ketenagalistrikan. Akan tetapi, Pemerintah harus tetap mengontrol dan
memberikan batasan bagi investor tersebut, sehingga tidak terjadi penyimpangan
yang merugikan masyarakat yang nantinya malah memperparah situasi
sebelumnya dimana banyak investor yang menetapkan kebijakan mereka tanpa
melihat kepada kemampuan masyarakat secara umum, karena listrik ini
merupakan sebuah sumber tenaga yang mana setiap orang pasti membutuhkannya
dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Selain itu, Pemerintah hendaknya
dapat memperbaiki kinerja PLN saat ini, saat ini dalam tubuh PLN masih
memiliki banyak kekurangan yang mengakibatkan pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat pun menjadi buruk dan semakin lama banyak masyarakat yang
26
berpandangan negative terhadap perusahaan Negara, karena dinilai tidak dapat
meningkatkan kualitas kinerja dan pelayannnya. Perbaikan dalam tubuh PLN
sendiri wajib dilakukan sehingga menjadi lebih baik dan terhindar dari berbagai
kendala yang sangat merugikan kepentingan orang banyak akibat buruknya
system kerja di dalam perusahaan, selai itu hal penting perubahan yang harus
dilakukan oleh PLN yakni demi tercapainya tujuan awal dari dibentuknya PT.
PLN persero yang telah tertanam kuat yakni bergerak demi memenuhi kebutuhan
dan kesejahteraan masyarakat banyak sesuai amanat UUD 1945 Pasal 33.
27
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Tentang larangan monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat.
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2002 tentang
Ketenagalistrikan.
PP Nomor 18 Tahun 1972 tentang Perusahaan Umum “Listrik Negara”
Putusan Perkara Mahkamah Konstitusi Nomor 001-021-022/PUU-I/2003 yang
dimuat dalam berita Negara Republik Indonesia Nomor 102 tahun 2004, Terbit
hari selasa tanggal 21 Desember 2004, Didalamnya tentang “UU Nomor 20 tahun
2002 tentang ketenagalistrikan tidak mempunyai kekuatan yang mengikat”.
Daftar Pembangkit Listrik Swasta, oleh Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral Direktorat Jendral Listrik dan Pemanfaatan Energi, diunduh 1 Juni 2015
Sukirno, S, 2011, “Mikroekonomi Teori Pengantar”, PT Raja Grafindo Persada,
Edisi Ketiga, Cetatakan Ke 26, Jakarta.
Bernadeta Anggreni Dian Kurniawati, Kasus Monopoli Perusahaan Listrik Negara, https://nenygory.wordpress.com/2011/05/30/kasus-monopoli-yang-dilakukan-oleh-perusahaan-listrik-negara-pt-pln/, diakses 1 juni 2015.
Ifang Wibowo, Indonesia terancam krisis listrik, http://tubanesian.blogspot.com/2014/11/indonesia-terancam-krisis-listrik.html, diakses 1 juni 2015
https://zonegirl.wordpress.com/2012/01/06/pengertian-monopoli-dan-oligopoli/, diakses 1 Juni 2015
http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_monopoli, diakses 1 Juni 2015
http://irmadevita.com/2013/praktik-monopoli-dan-persaingan-usaha-menurut-uu-no-5-tahun-1999/ , diakses 1 juni 2015
http://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-mikro/pengertian-fungsi-jenis-pasar/faktor-yang-menimbulkan-pasar-monopoli/ , diakses 1 juni 2015
http://renawantana.blogspot.com/2013/09/bentuk-bentuk-monopoli.html, diakses 1 juni 2015
28
http://www.pln.co.id/blog/profil-perusahaan/, diakses 1 Juni 2015
http://rifqin.blogspot.com/2008/04/monopoli-pln-dan-persaingan-usaha-
dalam.html, diakses tanggal 1 Juni 2015
http://hileud.com/hileudnews?
title=KPPU+Duga+PLN+Lakukan+Praktek+Monopoli&id=511698, diakses pada
1 Juni 2015
http://lppcommunity.wordpress.com/2009/01/08/etika-bisnis-monopoli-kasus-pt-
perusahaan-listrik-negara/, diakses tanggal 1 Juni 2015
29