Download - Tugas Cacingan
Analisis Kasus
PROMOSI KESEHATAN
PUSKESMAS SEJAHTERA
Oleh:
Indah Kencana, S.Ked
Sivanandhan, S.Ked
Pembimbing:
dr. Mariatul, MARS
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infeksi cacing perut (soil transmitted helminthiasis ) merupakan masalah yang
endemik di Indonesia. Survey oleh Depkes dan berbagai Fakultas Kedokteran di
Indonesia menemukan prevalensi asksriasis 70% -- 90%, t ri khuriesis 80 - 95% dan
cacing tambang 30% -59%. Pemeriksaan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
pada tahun 1986 di sebuah sekolah di Jakarta Timur menemukan prevalensi 82.5%.
Infeksi parasit cacing merupakan masalah kesehatan yang sering terlewatkan. Hal
ini disebabkan karena minimnya perhatian terhadap penyakit ini, meskipun jika
diperhitungkan dapat berakibat yang sangat merugikan. Secara klinis sering tidak
menampakkan gambaran yang jelas dan keluhan yang berarti, tetapi infeksinya yang
bersifat menahun akan mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan pemenuhan
kecukupan gizi.
Meski demikian cacingan jarang merenggut nyawa korbannya, namun cacingan
bisa menimbulkan gangguan gizi serta anemia defisiensi zat besi. Karenanya meskipun
tidak menyebabkan kematian, tapi jangan sepelekan masalah infeksi cacing ini, sebab
dapat menurunkan kualitas penderitanya baik anak-anak maupun orang dewasa.
Sedangkan pada remaja yang mengalami anemia akibat cacingan telah menunjukkan
penurunan prestasi belajarnya.
Masalah kesehatan yang paling terkait dengan faktor-faktor lainnya, menuntut
upaya penuntasan infeksi cacing secara terpadu dan berkelanjutan. Dengan demikian
upaya penanggulangan infeksi cacing supaya dilakukan secara berkesinambungan,
sehingga memberikan hasil yang optimal dan tingkat keberhasilan yang maksimal.
B. Tujuan
Menurunkan angka penderita cacingan di wilayah Puskesmas Sejahtera
C. Manfaat
Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat
Mencegah penularan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PENYAKIT CACINGAN
Pengertian Penyakit Cacingan
Cacingan merupakan penyakit khas daerah tropis dan sub-tropis, dan biasanya meningkat ketika
musim hujan. Pada saat tersebut, sungai dan kakus meluap, dan larva (masa hidup setelah telur)
cacing menyebar ke berbagai sudut yang sangat mungkin bersentuhan dan masuk ke dalam tubuh
manusia. Larva (masa hidup setelah telur) cacing yang masuk ke dalam tubuh perlu waktu 1-3
minggu untuk berkembang. Cacing yang sering menyerang tubuh manusia adalah cacing
tambang, cacing gelang dan cacing kremi.
Penyebab dan Cara Penularan Penyakit Cacingan
- Kebersihan lingkungan
Di Indonesia seharusnya tidak lagi menggunakan septictank untuk keperluan buang air besar.
Ketika seorang anak yang cacingan buang air besar di lantai, maka telur atau sporanya bisa tahan
berhari-hari, meskipun sudah dipel. Sebelum dapat rumah, larva tidak akan keluar (menetas).
Begitu masuk ke usus, baru ia akan keluar. Telur cacing keluar dari perut manusia bersama feses.
Jika limbah manusia itu dialirkan ke sungai atau got, maka setiap tetes air akan terkontaminasi
telur cacing. Meskipun seseorang buang air besar di WC, ia tetap saja bisa menyebarkan telur ini
bila kakusnya meluber saat musim banjir.
- Kebiasaan yang buruk
Telur lainnya terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang tangan manusia. Lewat interaksi
sehari-hari, mereka bisa berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Mereka akan masuk ke dalam
perut jika biasa makan tanpa cuci tangan. Jika orang – orang selalu menggaruk-garuk lubang
pantatnya saat sedang tidur, bisa jadi ia terserang cacing kremi. Saat digaruk, telur-telur ini
bersembunyi di jari dan kukunya. Sebagian lagi menempel di seprei, bantal, guling, dan
pakaiannya. Lewat kontak langsung, telur menular ke orang-orang yang tinggal serumah
dengannya. Lalu, siklus cacingan pun dimulai lagi
- Makanan yang tercemar oleh larva cacing.
Jika air yang telah tercemar dipakai untuk menyirami tanaman atau aspal jalan, telur-telur itu
naik ke darat. Begitu air mengering, mereka menempel pada butiran debu. Saking kecilnya telur-
telur itu tak akan pecah, meskipun dilindas ban mobil atau sepeda motor. Bersama debu, telur itu
tertiup angin, lalu mencemari gorengan atau es doger yang dijual terbuka di pinggir-pinggir
jalan. Karena menular lewat makanan, korban cacingan umumnya anak-anak yang biasa jajan di
pinggir jalan. Mereka juga bisa menelan telur cacing dari sayuran mentah yang dicuci kurang
bersih. Misalnya, hanya dicelup-celup di baskom tanpa dibilas dengan air mengalir. Buang air
besar sembarangan juga berbahaya. Prosesnya kotoran yang mengandung telur cacing
mencemari tanah lalu telur cacing menempel di tangan atau kuku lalu masuk ke mulut bersama
makanan. Kotoran yang dikerumuni lalat kemudian lalat hinggap di makanan, juga bisa masuk
melalui mulut.
- Tanah yang mengandung larva cacing
Tanah yang mengandung larva cacing dan masuk melalui pori – pori tubuh. Selain melalui
makanan yang tercemar oleh larva cacing, cacing juga masuk ke tubuh manusia melalui kulit
(pori-pori). Dari tanah, misalnya lewat kaki anak telanjang yang menginjak larva atau telur. Bisa
juga larva cacing masuk melalui pori-pori, yang biasanya ditandai dengan munculnya rasa gatal
Akibat Penyakit Cacingan
Pada kasus ringan cacingan memang tidak menimbulkan gejala nyata, tetapi pada kasus-kasus
infeksi berat bisa berakibat fatal. Cacing dapat bermigrasi ke organ lain yang menyebabkan
infeksi pada usus dan dapat berakhir pada kematian.
Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi penderita yang menyebabkan
daya tahan tubuh menurun sehingga memudahkan terjadinya infeksi penyakit lain termasuk
HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria.
Dampaknya dapat dilihat dari terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak-anak,
komplikasi kehamilan, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), kerusakan tubuh secara signifikan
hingga kecacatan, kebutaan, stigma sosial, serta produktivitas ekonomi dan pendapatan rumah
tangga yang menurun. Bisa juga terjadi “erratic“, yakni, cacing keluar keluar lewat hidung atau
mulut.”
Cacingan menyebabkan anemia sehingga membuat anak mudah sakit karena tidak punya daya
tahan. Anak juga akan kehilangan berat badan, dan prestasi belajar turun. Dari pertumbuhan fisik
yang terhambat, hingga IQ loss (penurunan kemampuan mental). Dalam perjalanannya, anak
bisa jadi batuk seperti TBC, berdahak seperti asma.
Perjalanan Cacing
Sebelum membahas perjalanan cacing di tubuh manusia, akan dijelaskan bentuk dari cacing –
caicng yang sering masuk ke tubuh manusia. Cacing gelang berukuran 20 hingga 40 centimeter,
cacing betina mampu bertelur 200.000 butir sehari. Organ tubuh yang diserang adalah otak, hati,
dan usus buntu. Cacing cambuk berukuran 4-5 centimeter, mampu bertelur 5.000 butir sehari dan
senang menghisap darah. Oleh karena itu penderita yang terinfeksi cacing ini akan kehilangan
darah 0.005 centimeter cubik (cc) per hari. Cacing tambang berukuran 1 centimeter, mampu
bertelur 10.000 sehari. Cacing ini pun dapat menghisap darah.
- Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)
Manusia merupakan satu-satunya hospes (tempat hidup) cacing ini. Cacing jantan berukuran 10
– 30 cm, sedangkan betina 22 – 35 cm, pada stadium dewasa hidup di rongga usus halus, cacing
betina dapat bertelur sampai 100.000 – 200.000 butir sehari, terdiri dari telur yang dibuahi dan
telur yang tidak dibuahi. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi tumbuh menjadi
bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan manusia,
akan menetas menjadi larva di usus halus, larva tersebut menembus dinding usus menuju
pembuluh darah atau saluran limfa dan dialirkan ke jantung lalu mengikuti aliran darah ke paru-
paru menembus dinding pembuluh darah, lalu melalui dinding alveolus masuk rongga alveolus,
kemudian naik ke trachea melalui bronchiolus dan broncus. Dari trachea larva menuju ke faring,
sehingga menimbulkan rangsangan batuk, kemudian tertelan masuk ke dalam esofagus lalu
menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa. Proses tersebut memerlukan waktu
kurang lebih 2 bulan sejak tertelan sampai menjadi cacing dewasa
– Cacing Tambang
Cacing tambang Hospes parasit ini adalah manusia, Cacing dewasa hidup di rongga usus halus
dengan giginya melekat pada mucosa usus. Cacing betina menghasilkan 9.000 – 10.000 butir
telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm,
cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur
hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1 –
1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam waktu sekitar 3
hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup
7–8 minggu di tanah. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-
paru. Di paru-paru menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring.
Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa.
Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan.
- Cacing Cambuk
Manusia merupakan hospes cacing ini. Cacing betina panjangnya sekitar 5 cm dan yang jantan
sekitar 4 cm. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dengan bagian anteriornya masuk ke dalam
mukosa usus. Satu ekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur sehari sekitar 3.000 –
5.000 butir. Telur yang dibuahi dikelurkan dari hospes bersama tinja, telur menjadi matang
(berisi larva dan infektif) dalam waktu 3 – 6 minggu di dalam tanah yang lembab dan teduh.
Cara infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh manusia (hospes), kemudian
larva akan keluar dari telur dan masuk ke dalam usus halus sesudah menjadi dewasa cacing turun
ke usus bagian distal dan masuk ke kolon asendens dan sekum. Masa pertumbuhan mulai tertelan
sampai menjadi cacing dewasa betina dan siap bertelur sekitar 30 – 90 hari.
Gejala Penyakit Cacingan
Gejala Umum
Perut buncit, badan kurus, rambut seperti rambut jagung, lemas dan cepat lelah, muka pucat,
serta mata belekan. sakit perut, diare berulang dan kembung, kolik yang tidak jelas dan berulang,
Gejala Khusus
- Cacing Gelang
Sering kembung, mual, dan muntah-muntah. Kehilangan nafsu makan dibarengi diare, akibat
ketidakberesan di saluran pencernaan. Pada kasus yang berat, penderita mengalami kekurangan
gizi. Cacing gelang yang jumlahnya banyak, akan menggumpal dan berbentuk seperti bola,
sehingga menyebabkan terjadinya sumbatan di saluran pencernaan.
- Cacing Cambuk
Dapat menimbulkan peradangan di sekitar tempat hidup si cacing, misalnya di membrane usus
besar. Pada kondisi ringan, gejala tidak terlalu tampak. Tapi bila sudah parah dapat
mengakibatkan diare berkepanjangan. Jika dibiarkan akan mengakibatkan pendarahan usus dan
anemia. Peradangan bisa menimbulkan gangguan perut yang hebat, yang menyebabkan mual,
muntah, dan perut kembung.
- Cacing Tambang
Cacing tambang menetas di luar tubuh manusia, larvanya masuk kedalam tubuh melalui kulit.
Cacing tambang yang hidup menempel di usus halus menghisap darah si penderita. Gejala yang
biasa muncul adalah lesu, pucat, dan anemia berat.
- Cacing Kremi
Telur cacing ini masuk ke dalam tubuh melalui mulut, lalu bersarang di usus besar. Setelah
dewasa, cacing berpindah ke anus. Dalam jumlah banyak, cacing ini bisa menimbulkan gatal-
gatal di malam hari. Tidak heran bila si kecil nampak rewel akibat gatal-gatal yang tidak dapat
ditahan. Olesi daerah anusnya dengan baby oil dan pisahkan semua peralatan yang bisa menjadi
media penyebar, seperti handuk, celana, pakaian.
Pengobatan
Setiap enam bulan sekali pada masa usia tumbuh, yaitu usia 0 sampai sekitar usia 15 tahun, anak
diberi obat cacing.” Jangka waktu enam bulan ini untuk memotong siklus kehidupan cacing.
BAB III
ANALISIS KASUS
A. Penduduk
Jumlah Penduduk : 90000 jiwa
B. Fasilitas Sosial :
Puskesmas Pembantu (2 buah)
Posyandu (16 buah)
Sekolah
Pasar
C. Fasilitas Kesehatan
Satu buah puskesmas dengan sarana dan prasarana yang lengkap.
D. Diagnosis Masalah
Fase 1. Diagnosis Sosial
Di Kecamatan A terdapat sungai dan penduduk setempat rata-rata bermata
pencaharian sebagai petani dan nelayan. Permasalahan sosial yang timbul yaitu
penggunaan air sungai sebagai sumber air utama masyarakat setempat. Masyarakat
mengeluh perut buncit, badan kurus, rambut seperti rambut jagung, lemas dan cepat
lelah, muka pucat.
Fase 2. Diagnosis Epidemiologi
Permasalahan yang timbul yaitu masyarakat mengeluh seringnya mereka dan
anak mereka mengalami gatal – gatal di daerah anus dan sering merasa lemas,banyak
makan tetapi tidak gemuk. Hal ini disebabkan penduduk setempat kurang menjaga
kebersihan tempat tinggal dan diri sendiri ( hyginitas), tinggal di sekitar sungai, dan
mengandalkan sumber air dari sungai. Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan-
kegiatan yang dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan jalan meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang perlunya air bersih sebagai sumber air utama bagi
kehidupan dan perlunya menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan tempat
tinggal.
Fase 3. Diagnosis Perilaku dan Lingkungan
Keadaan sosial seperti rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat
tentang bagaimana menjaga kesehatan serta kurangnya ekonomi masyarakat
mempengaruhi tingkat kesehatan individu maupun masyarakat.
Diagnosis Perilaku:
Berbagai dugaan penyebab cacingan antara lain:
Kebiasaan minum air yang tidak dimasak,
Kebiasaan tidak memakai alas kaki
Kebiasaan jarang memotong kuku
MCK di sungai yang airnya tercemar
Kurangnya kebiasaan mencuci tangan dan kaki dengan sabun setiap
selesai beraktivitas.
Sumber makanan yang tercermar telur cacing ( contoh : ikan dan
sayuran yang kurang bersih dalam penyajiannya)
Kebiasaan Buang sampah di sungai
Pemanfaatan pelayanan kesehatan yang kurang maksimal
Diagnosis Lingkungan:
Tidak adanya WC/ fasilitas MCK yang memadai
Sumber air yang kurang bersih
Kurangnya penyuluhan tentang kesehatan terhadap masyarakat
Fase 4. Diagnosis pendidikan dan organisasional
Menetapkan tujuan penyuluhan berdasarkan:
1. Faktor predisposisi (tujuan pembelajaran); untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang sanitasi lingkungan, mengubah sikap dan persepsi masyarakat
agar berperilaku hidup sehat seperti mengubah persepsi masyarakat bahwa makan
ikan menyebabkan cacingan.
2. Enabling Factor; menyediakan fasilitas yang dapat mendukung perilaku sehat bagi
masyarakat, misalnya menyediakan tempat MCK, tempat pembuangan sampah,
sumber air bersih.
3. Reinforcing Factor (tujuan pemberdayaan masyarakat) seperti melakukan
penyuluhan kesehatan, pengorganisasian, dan pengembangan masyarakat misalnya
pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga. Dengan
meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap kemampuan
dalam pemeliharaan kesehatan mereka.
Fase 5. Diagnosis Administratif dan Kebijakan
Sumber daya (diagnosis administratif):
Mayoritas pekerjaan masyarakat petani dan nelayan, maka pemanfaatan
bahan makanan cukup gizi dipermudah.
Adanya dukungan pemerintah untuk mempermudah pembangunan fasilitas
kesehatan
Tersedianya fasilitas umum seperti mushola, balai desa sebagai tempat
pelaksanaan promosi kesehatan
Penilaian dalam diagnosis kebijakan:
Dukungan dan hambatan politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi
program, pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat. Hal
tersebut mebutuhkan pengorganisasian untuk memfollow-up kegiatan yang dilakukan.
PELAKSANAAN PROGRAM KESEHATAN
Program kesehatan ini mencakup :
1. Upaya Promosi Kesehatan; termasuk dalam strategi peningkatan kesehatan promotif.
A Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada:
1.Rumah Tangga
2.Institusi Pendidikan (Sekolah)
3.Institusi Sarana Kesehatan
4.Institusi Tempat Ibadah
5.Institusi Tempat Kerja
6.Institusi Tempat Umum
7.Warung Makan
B Bayi mendapat ASI eksklusif
C Mendorong terbentuknya upaya kesehatan bersumber masyarakat
Posyandu
2. Upaya Kesehatan Lingkungan termasuk dalam strategi peningkatan kesehatan Promotif,
Preventif, dan Rehabilitatif.
A Penyehatan Air
1Inspeksi Sanitasi sarana air bersih
2.Pembinaan kelompok masyarakat/kelompok pemakai air
B Hygiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman
1.Inspeksi sanitasi tempat pengelolaan makanan
2.Pembinaan tempat pengelolaan makanan
C Penyehatan Tempat Pembuangan Sampah dan Limbah
1.Inspeksi sanitasi sarana pembungan sampah dan limbah
2.Tempat pembuangan sampah dan limbah memenuhi syarat
D. Penyehatan Lingkungan dan Jamban Keluarga
1.Pemeriksaan penyehatan lingkungan pada pemukiman dan jamban keluarga
2.Penyehatan lingkungan pada pemukiman dan jamban yang memenuhi syarat
E. Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum
1.Inspeksi sanitasi tempat-tempat umum
2.Sanitasi tempat umum memenuhi syarat
3. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular termasuk dalam strategi
peningkatan kesehatan Promotif dan Preventif.
A Pencegahan dan Penanggulangan Cacingan
Pencegahan
1. Menjaga Kebersihan Perorangan
2. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar dengan
menggunakan air dan sabun.
3. Potong kuku anak secara teratur. Kuku panjang bisa menjadi tempat
bermukim larva cacing.
4. Ajari anak untuk tidak terbiasa memasukkan tangan ke dalam mulutnya.
Selalu pakaikan sandal atau sepatu setiap kali anak bermain di luar rumah.
5. Bilas sayur mentah dengan air mengalir atau mencelupkannya beberapa
detik ke dalam air mendidih.
6. Juga tidak jajan di sembarang tempat, apalagi jajanan yang terbuka
7. Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum, dan mandi :
8. Memasak air untuk minum
9. Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum dimakan;
10. Mandi dan membersihkan badan paling sedikit dua kali sehari;
11. Memakai alas kaki bila berjalan di tanah, dan memakai sarung tangan bila
melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan tanah;
12. Menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah debu dan lalat
mencemari makanan tersebut;
1. Menjaga Kebersihan Lingkungan
2. Membuang tinja di jamban agar tidak mengotori lingkungan.
3. Jangan membuang tinja, sampah atau kotoran di sungai.
4. tidak menyiram jalanan dengan air got
5. Mengusahakan pengaturan pembuangan air kotor.
6. Membuang sampah pada tempatnya untuk menghindari lalat dan
lipas.
7. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya.
3. Upaya Pengobatan Dasar termasuk dalam strategi peningkatan kesehatan Kuratif.
A Pengobatan
Pemberian obat cacing, usia 0 sampai sekitar usia 15 tahun, anak diberi obat cacing
B Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan feses
Advocacy
Mengajak tatanan struktural desa ikut memberikan dukungan.
Mengajak pemerintah untuk membantu pembengunan desa berupa pembuatan
MCK, tempat pembuangan sampah, penyediaan sumber air bersih.
Kebijakan
Meminta dukungan dari pejabat setempat seperti kepala desa, camat, tokoh masyarakat
tentang program promosi kesehatan dalam bentuk peraturan.
Organisasi
Organisasi keagamaan dan masyarakat yang ada di kecamatan A yang
menanggulangi masalah cacingan.
Organisasi tersebut untuk memecahkan masalah yang akan dipimpin oleh
masing-masing ibu kepala desa dan dibantu oleh ibu-ibu tokoh masyarakat.
Pelaksanaan Program Perencanaan Kesehatan dipengaruhi oleh:
Man; penggerak program kesehatan seperti perawat, bidan, kader-kader yang
mendapat pelatihan terlebih dahulu, serta organisasi-organisasi keagamaan
dan masyarakat yang ada di kecamatan A.
Money; diperlukan dana untuk melaksanakan program tersebut.
Materials; sarana dan prasarana yang kita perlukan untuk melakukan program
kesehatan seperti balai desa.
Machine; alat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam melaksanakan
program kesehatan, seperti proyektor, leaflet, flip chart, dan poster.
Metoda; dilakukan dengan ceramah dan tanya jawab.
Market; semua masyarakat di kecamatan A merupakan target yang akan
diambil untuk dilakukan program kesehatan.
Pemantauan dan Evaluasi Promosi Kesehatan
Pemantauan dilakukan untuk melihat hal-hal yang mengganggu prosedur. Hal yang
dipantau antara lain : minat masyarakat mengikuti promosi kesehatan, ketersediaan alat-
alat dalam melaksanakan promosi kesehatan.
Evaluasi awal
Mengumpulkan baseline data sebelum intervensi berupa:
Data jumlah masyarakat yang menderita cacingan
Keluarga yang mengetahui informasi tentang cacingan
Keluarga yang melakukan pencegahan terhadap cacingan
Evaluasi proses (monitoring)
Mengevaluasi kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan apakah sesuai dengan
perencanaan sebelumnya.
Evaluasi akhir
– Mengumpulkan data jumlah penderita setelah intervensi (end line data)
– Membandingkan data awal dan data akhir apakah terdapat penurunan atau
peningkatan jumlah penderita cacingan.
– Menilai hasil akhir dari kegiatan promosi kesehatan yang telah dilakukan, apakah
mencapai target yang diharapkan.
JADWAL HEALTH PROMOTION RAPP TENTATIVE:
Bulan Juni 2010
NO
TOPIK Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Minggu V
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1 Penyuluhan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat
2 Penyuluhan ASI Eksklusif
dan posyandu
3 Penyuluhan Penyakit
Cacingan
NOTOPIK JADWAL BULAN AGUSTUS 2010
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
4 MCK dan Air Bersih
5 MCK dan Air Bersih
6 MCK dan Air Bersih
NO TOPIK JADWAL BULAN SEPTEMBER 2010
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
7 Kesehatan Lingkungan
8 Kesehatan Lingkungan
9 Kesehatan Lingkungan
Ket Kesehatan Lingkungan:A Penyehatan Air
1Inspeksi Sanitasi sarana air bersih
2.Pembinaan kelompok masyarakat/kelompok pemakai air
B Hygiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman
1.Inspeksi sanitasi tempat pengelolaan makanan
2.Pembinaan tempat pengelolaan makanan
C Penyehatan Tempat Pembuangan Sampah dan Limbah
1.Inspeksi sanitasi sarana pembungan sampah dan limbah
2.Tempat pembuangan sampah dan limbah memenuhi syarat
D. Penyehatan Lingkungan dan Jamban Keluarga
1.Pemeriksaan penyehatan lingkungan pada pemukiman dan jamban keluarga
2.Penyehatan lingkungan pada pemukiman dan jamban yang memenuhi syarat
E. Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum
1.Inspeksi sanitasi tempat-tempat umum
2.Sanitasi tempat umum memenuhi syarat
BAB IV
PENUTUP
Demikian program ini dibuat dengan tujuan Menurunkan angka penderita cacingan di
wilayah Puskesmas Sejahtera, diharapkan program ini dapat berjalan lancar dan sukses serta
mencapai tujuan awal tersebut. Bantuan dari pihak lain sangat diperlukan dalam melancarkan
program ini (khususnya Pemerintah Daerah setempat). Bila terdapat kesalahan dalam
penyusunan program ini, akan dilakukan evaluasi dan revisi dikemudian hari.