Download - Tugas Doni Trinanda
LAPORAN TUGAS
PEMERIKSAAN DAN KELAINAN PADA MAMMAE
Disusun Oleh:
DONI TRINANDA
H1A010028
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
1
KATA PENGANTAR
Assalamua’alaikum, Wr, Wb
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang masih melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya selaku penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemeriksaan dan Kelainan pada Mammae”. Tidak lupa pula salawat dan salam saya kirimkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan umat manusia hingga akhir zaman.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, kelancaran, kesehatan, dan rahmatNya.
2. dr. Raymond, Sp.B, dr. Julian, Sp.B, dr Amir, Sp.B, dr. Yanuar, Sp.B dan dr. Meirizal,
Sp.OT selaku dokter pembimbing koas state bedah yang telah banyak mengajarkan,
memberikan ilmunya dan menasehati sehingga memperkuat semangat dan kepercayaan
diri.
3. Dr. Ahmad Azmi Nasution selaku sekretaris modul state bedah yang telah banyak
membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan state bedah.
4. Mbak Fitri, selaku sekretaris bakordik state bedah di RSUD M. Yunus yang telah
membantu penulis selama belajar di ruang O.K RSUD M. Yunus.
5. dr. Aini, dr. Nancy, Ibu Nerry, Kak Oscar , selaku bakordik di RS. Bhayangkara Polda
Bengkulu, yang sudah sangat sabar mengajari, membimbing, memberikan ilmunya
kepada penulis selama belajar di RS. Bhayangkara Polda Bengkulu.
6. Seluruh dokter- dokter jaga di RS. Bhayangkara Polda Bengkulu,yang telah membimbing
penulis selama belajar di RS. Bhayangkara polda Bengkulu
7. Uni Deti, Mba bela, Kak Romi, Kak Boank, Kak Randi, Kak Anggi, Kak Surya, Kak
Heru, Kak Jono, Kak Heri, Kak Dodi, ayuk Ela, Mbak Tuti dan semua kakak-kakak
perawat jaga yang ada di ruang O.K RS. Bhayangkara yang telah membantu,
mengajarkan, memberikan ilmunya kepada penulis selama belajar di ruang O.K RS.
Bhayngkara Polda Bengkulu.
8. Teman-teman seperjuangan stase bedah , Bayu, Jemi, Arsy, Fanny, Mbak Selvi, Siti,
Tiwul dan Mbak Epi.
2
Demikianlah, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita dalam
menunjang proses belajar dan menambah pengetahuan pembaca terutama penulis mengenai
Monitoring Anestesi. Dan apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Saya juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan ke depan.Terima kasih.
Wassalamu’alaikum, Wr, Wb
Bengkulu, Juni 2014
DONI TRINANDA
3
1. Anamnesis
Gejala yang yang paling sering meliputi 1 :
1. Penderita merasakan adanya perubahan pada payudara atau pada puting susunya
a. Benjolan atau penebalan dalam atau sekitar payudara atau di daerah ketiak
b. Puting susu terasa mengeras
2. Penderita melihat perubahan pada payudara atau pada puting susunya
a. Perubahan ukuran maupun bentuk dari payudara
b. Puting susu tertarik ke dalam payudara
c. Kulit payudara, areola, atau puting bersisik, merah, atau bengkak. Kulit mungkin
berkerut-kerut seperti kulit jeruk.
3. Keluarnya sekret atau cairan dari puting susu
Pada awal kanker payudara biasanya penderita tidak merasakan nyeri. Jika sel kanker
telah menyebar, biasanya sel kanker dapat ditemukan di kelenjar limfe yang berada di
sekitar payudara. Sel kanker juga dapat menyebar ke berbagai bagian tubuh lain, paling
sering ke tulang, hati, paru-paru, dan otak.2
Pada 33% kasus kanker payudara, penderita menemukan benjolan pada payudaranya.
Tanda dan gejala lain dari kanker payudara yang jarang ditemukan meliputi pembesaran
atau asimetrisnya payudara, perubahan pada puting susu dapat berupa retraksi atau keluar
sekret, ulserasi atau eritema kulit payudara, massa di ketiak, ketidaknyamanan
muskuloskeletal. 50% wanita dengan kanker payudara tidak memiliki gejala apapun. Nyeri
pada payudara biasanya berhubungan dengan kelainan yang bersifat jinak.3
2. Pemeriksaan fisik payudara
SADARI (Pemeriksaan payudara sendiri)
Tujuan dari pemeriksaan payudara sendiri adalah mendeteksi dini apabila terdapat
benjolan pada payudara, terutama yang dicurigai ganas, sehingga dapat menurunkan angka
kematian.Meskipun angka kejadian kanker payudara rendah pada wanita muda, namun sangat
penting untuk diajarkan SADARI semasa muda agar terbiasa melakukannya di kala tua 1.Wanita
4
premenopause (belum memasuki masa menopause) sebaiknya melakukan SADARI setiap bulan,
1 minggu setelah siklus menstruasinya selesai 1.
Cara melakukan SADARI adalah :
1. Wanita sebaiknya melakukan SADARI pada posisi duduk atau berdiri menghadap cermin.
2. Pertama kali dicari asimetris dari kedua payudara, kerutan pada kulit payudara, dan
puting yang masuk.
3. Angkat lengannya lurus melewati kepala atau lakukan gerakan bertolak pinggang untuk
mengkontraksikan otot pektoralis (otot dada) untuk memperjelas kerutan pada kulit
payudara.
4. Sembari duduk / berdiri, rabalah payudara dengan tangan sebelahnya.
5. Selanjutnya sembari tidur, dan kembali meraba payudara dan ketiak
6. Terakhir tekan puting untuk melihat apakah ada cairan.
1. Inspeksi
1. Duduk tegak tangan di sisi tubuh, yang dinilai: ukuran dan kesimetrisan mamae,
perubahan warna kulit, ulserasi, kulit berlekuk, edema, deformitas dan retraksi mamae 4.
5
2. Tangan diangkat tegak lurus ke atas dan turun ke bawah, yang dinilai: fiksasi kulit atau
papillae mamae, axilla diamati untuk melihat pembengkakan limfonodi 4.
3.Manuver kontraksi m. Pectoralis dengan kedua lengan menekan di pinggang,
penderita duduk, yang dinilai: mamae yang menderita kanker tampak lebih menonjol
daripada kulit yang melekuk atau terfiksir akan terlihat lebih jelas 4.
2. Palpasi
Dalam posisi duduk paling baik untuk palpasi lnn. Supraklavikuler dan aksiler.4 Palpasi lnn.
Supraklavikular dilakukan dari depan dan belakang penderita dengan ujung jari. Untuk
palpasi lnn. Aksiler, m. Pektoralis harus betul-betul relaksasi dengan menyokong lengan
yang bersangkutan dengan satu tangan sedang ujung jari tangan yang lain meraba lnn.
Aksiler pasien. 4
Penderita tidur telentang pertama dengan posisi tangan penderita di samping tubuhnya
kemudian kedua tangan diangkat di atas kepala.
Melalui inspeksi dan palpasi nilailah:
Massa tumor: ukuran, lokasi, bentuk, konsistensi, terfiksir atau tidak ke kulit atau dinding
dada
Perubahan kulit: kemerahan, edema, peau d’orange, dimpling, nodul satelit, ulserasi
Perubahan puting: tertarik, kemerahan, erosi, krusta, perubahan warna, cairan (discharge)
hemorrhagis atau tidak.
Status kelenjar getah bening (axilla, infraklavikula, supraklavikula): jumlah, lokasi, ukuran,
terfiksasi atau tidak.
2. Pemeriksaan penunjang
6
1. Mammografi
Mammografi merupakan pemeriksaan yang paling dapat diandalkan untuk mendeteksi
kanker payudara sebelum benjolan atau massa dapat dipalpasi. Karsinoma yang tumbuh
lambat dapat diidentifikasi dengan mammografi setidaknya 2 tahun sebelum mencapai
ukuran yang dapat dideteksi melalui palpasi.5
Mammografi mempunyai 2 jenis gambaran, yaitu kraniokaudal (CC) dan oblik
mediolateral (MLO). MLO memberikan gambaran jaringan mammae yang lebih luas,
termasuk kuadran lateral atas . Dibandingkan dengan MLO, CC memberikan visualisasi yang
lebih baik pada aspek medial dan memungkinkan kompresi payudara yang lebih besar.
Gambaran mammografi yang spesifik untuk karsinoma mammae antara lain massa
padat dengan atau tanpa gambaran seperti bintang (stellate), penebalan asimetris jaringan
mammae dan kumpulan mikrokalsifikasi. Mammografi lebih akurat daripada pemeriksaan
klinis untuk deteksi karsinoma mammae stadium awal, dengan tingkat akurasi sebesar 90%.
Protokol saat ini berdasarkan National Cancer Center Network (NCCN) menyarankan bahwa
setiap wanita diatas 20 tahun harus dilakukan pemeriksaan payudara setiap 3 tahun 6. Pada
usia di atas 40 tahun, pemeriksaan payudara dilakukan setiap tahun disertai dengan
pemeriksaan mammografi. Pada suatu penelitian atas screening mammography,
menunjukkan reduksi sebesar 40% terhadap karsinoma mammae stadium II, III dan IV pada
populasi yang dilakukan skrining dengan mammografi 6.
2. Ultrasonografi (USG)
Penggunaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang penting untuk membantu
hasil mammografi yang tidak jelas atau meragukan, baik digunakan untuk menentukan
massa yang kistik atau massa yang padat. Pada pemeriksaan dengan USG, kista mammae
mempunyai gambaran dengan batas yang tegas dengan permukaan yang halus dan daerah
bebas echo di bagian tengahnya. Massa payudara jinak biasanya menunjukkan kontur yang
halus, berbentuk oval atau bulat, echo yang lemah di bagian sentral dengan batas yang
tegas. Karsinoma mammae disertai dengan dinding yang tidak beraturan, tetapi dapat juga
7
berbatas tegas dengan peningkatan akustik. USG juga digunakan untuk mengarahkan fine-
needle aspiration biopsy (FNAB), core-needle biopsy dan lokalisasi jarum pada lesi payudara.
USG merupakan pemeriksaan yang praktis dan sangat dapat diterima oleh pasien tetapi
tidak dapat mendeteksi lesi dengan diameter ≤ 1 cm.6
3. Biopsi
Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) dilanjutkan dengan pemeriksaan sitologi
merupakan cara praktis dan lebih murah daripada biopsi eksisional dengan resiko yang
rendah. Teknik ini memerlukan patologis yang ahli dalam diagnosis sitologi dari karsinoma
mammae dan juga dalam masalah pengambilan sampel, karena lesi yang dalam mungkin
terlewatkan. Insidensi false-positive dalam diagnosis adalah sangat rendah, sekitar 1-2% dan
tingkat false-negative sebesar 10% 7.
Large-needle (core-needle) biopsy mengambil bagian sentral atau inti jaringan dengan
jarum yang besar. Alat biopsi genggam membuat large-core needle biopsy dari massa yang
dapat dipalpasi menjadi mudah dilakukan di klinik dan cost-effective dengan anestesi lokal 7
Open biopsy dengan lokal anestesi sebagai prosedur awal sebelum memutuskan
tindakan defintif merupakan cara diagnosis yang paling dapat dipercaya. FNAB atau core-
needle biopsy, ketika hasilnya positif, memberikan hasil yang cepat dengan biaya dan resiko
yang rendah, tetapi ketika hasilnya negatif maka harus dilanjutkan dengan open biopsy.
Open biopsy dapat berupa biopsy insisional atau biopsi eksisional. Pada biopsi insisional
mengambil sebagian massa payudara yang dicurigai, dilakukan bila tidak tersedianya core-
needle biopsy atau massa tersebut hanya menunjukkan gambaran DCIS saja atau klinis
curiga suatu inflammatory carcinoma tetapi tidak tersedia core-needle biopsy. Pada biopsi
eksisional, seluruh massa payudara diambil.2,7
4. Skrining
8
Rekomendasi untuk deteksi kanker payudara dini menurut American Cancer Society 4 :
Wanita berumur ≥ 40 tahun harus melakukan screening mammogram secara terus-
menerus selama mereka dalam keadaan sehat, dianjurkan setiap tahun.
Wanita berumur 20-30 tahun harus melakukan pemeriksaan klinis payudara (termasuk
mammogram) sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan yang periodik oleh dokter,
dianjurkan setiap 3 tahun.
Setiap wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri mulai umur 20
tahun. untuk kemudian melakukan konsultasi ke dokter bila menemukan kelainan.
Wanita yang berisiko tinggi (>20%) harus melakukan pemeriksaan MRI dan mammogram
setiap tahun.
Wanita yang risiko sedang (15-20%) harus melakukan mammogram setiap tahun, dan
konsultasi ke dokter apakah perlu disertai pemeriksaan MRI atau tidak.
Wanita yang risiko rendah (<15%) tidak perlu pemeriksaan MRI periodik tiap tahun.
Wanita termasuk risiko tinggi bila :
- mempunyai gen mutasi dari BRCA1 atau BRCA2
- mempunyai kerabat dekat tingkat pertama (orang tua, kakak-adik) yang memiliki gen
mutasi dari BRCA1 atau BRCA2 tetapi belum pernah melakukan pemeriksaan genetik
- mempunyai risiko kanker ≥ 20-25% menurut penilaian faktor risiko terutama berdasarkan
riwayat keluarga
- pernah mendapat radioterapi pada dinding dada saat umur 10-30 tahun
Wanita dengan risiko sedang bila :
- mempunyai risiko kanker 15-20% menurut penilaian faktor risiko terutama berdasarkan
riwayat keluarga
- mempunyai riwayat kanker pada satu payudara, ductal carcinoma in situ (DCIS), lobular
carcinoma in situ (LCIS), atypical ductal hyperplasia (ADH), atau atypical lobular
hyperplasia (ALH)
- mempunyai kepadatan yang tidak merata atau berlebihan terlihat pada pemeriksaan
mammogram
9
Tabel 1.5. Penilaian risiko kanker payudara6
Faktor risiko Relative Risk
Usia menarche (tahun)
>14 1.00
12–13 1.10
<12 1.21
Umur (tahun)
Pasien tanpa saudara yg menderita kanker
<20 1.00
20–24 1.24
25–29 or nullipara 1.55
≥ 30 1.93
Pasien dengan saudara dekat tingkat satu yg menderita kanker
<20 1.00
20–24 2.64
25–29 or nullipara 2.76
≥ 30 2.83
Pasien dengan saudara dekat tingkat dua yg menderita kanker
<20 6.80
20–24 5.78
10
25–29 or nullipara 4.91
≥30 4.17
Breast biopsies (n)
Pasien berumur < 50 tahun saat konseling
0 1.00
1 1.70
2 2.88
Pasien berumur 50 tahun saat konseling
0 1.00
1 1.27
2 1.62
Atypical hyperplasia
No biopsies 1.00
At least 1 biopsy, no atypical hyperplasia 0.93
No atypical hyperplasia, hyperplasia status unknown for at least 1 biopsy
1.00
Atypical hyperplasia in at least 1 biopsy 1.82
3.Tumor Jinak Payudara
11
Definisi
Tumor jinak mammae ialah lesi jinak yang berasal dari dari parenkim, stroma, areola dan
papilla mamma termasuk tumor jinak jaringan lunak mamma, lipoma, hemangioma mamma dan
displasia mamma 3.
Benjolan jinak pada payudara 3,4
Kebanyakan benjolan jinak pada payudara berasal dari perubahan normal pada
perkembangan payudara, siklus hormonal, dan perubahan reproduksi. Terdapat 3 siklus
kehidupan yang dapat menggambarkan perbedaan fase reproduksi pada kehidupan wanita
yang berkaitan dengan perubahan payudara, yaitu :
1. Pada fase reproduksi awal (15-25 tahun) terdapat pembentukan duktus dan stroma
payudara. Pada periode ini umumnya dapat terjadi benjolan Fibroadenoma mammae
dan juvenil hipertrofi (perkembangan payudara berlebihan).
2. Periode reproduksi matang (25-40 tahun). Perubahan siklus hormonal mempengaruhi
kelenjar dan stroma payudara.
3. Fase ketiga adalah involusi dari lobulus dan duktus yang terjadi sejak usia 35-55 tahun.
Jenis-Jenis Tumor Jinak Payudara
1 Fibrokistik
Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia adalah benjolan
payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Benjolan ini harus dibedakan dengan
keganasan. Penyakit fibrokistik pada umumnya terjadi pada wanita berusia 25-50 tahun (>50%) 8.
Kelainan fibrokistik pada payudara adalah kondisi yang ditandai penambahan jaringan
fibrous dan glandular. Manifestasi dari kelainan ini terdapat benjolan fibrokistik biasanya
multipel, keras, adanya kista, fibrosis, benjolan konsistensi lunak, terdapat penebalan, dan rasa
nyeri. Kista dapat membesar dan terasa sangat nyeri selama periode menstruasi karena
hubungannya dengan perubahan hormonal tiap bulannya 8. Wanita dengan kelainan fibrokistik
mengalami nyeri payudara siklik berkaitan dengan adanya perubahan hormon estrogen dan
12
progesteron. Biasanya payudara teraba lebih keras dan benjolan pada payudara membesar
sesaat sebelum menstruasi. Gejala tersebut menghilang seminggu setelah menstruasi selesai.
Benjolan biasanya menghilang setelah wanita memasuki fase menopause 8.
Pembengkakan payudara biasanya berkurang setelah menstruasi berhenti. Kelainan
fibrokistik dapat diketahui dari pemeriksaan fisik, mammogram, atau biopsi. Biopsi dilakukan
terutama untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis kanker. Perubahan fibrokistik biasanya
ditemukan pada kedua payudara baik di kuadran atas maupun bawah 8.
Evaluasi pada wanita dengan penyakit fibrokistik harus dilakukan dengan seksama untuk
membedakannya dengan keganasan. Apabila melalui pemeriksaan fisik didapatkan benjolan
difus (tidak memiliki batas jelas), terutama berada di bagian atas-luar payudara tanpa ada
benjolan yang dominan, maka diperlukan pemeriksaan mammogram dan pemeriksaan ulangan
setelah periode menstruasi berikutnya. Apabila keluar cairan dari puting, baik bening, cair, atau
kehijauan, sebaiknya diperiksakan tes hemoccult untuk pemeriksaan sel keganasan. Apabila
cairan yang keluar dari puting bukanlah darah dan berasal dari beberapa kelenjar, maka
kemungkinan benjolan tersebut jinak 8.
2 Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan tumor payudara jinak yang terkadang terlalu kecil untuk
dapat teraba oleh tangan, walaupun diameternya bisa saja meluas beberapa inchi.
Fibroadenoma dibentuk baik itu oleh jaringan payudara glandular maupun stroma, dan
biasanya terjadi pada wanita muda berusia 15-25 tahun 8. Setelah menopause, tumor tersebut
tidak lagi ditemukan. Fibroadenoma sering membesar mencapai ukuran 1 atau 2 cm. Kadang
fibroadenoma tumbuh multiple (lebih 5 lesi pada satu mammae) tetapi sangat jarang 9.
Etiologi dari fibroadenoma masih tidak diketahui pasti tetapi dikatakan bahwa
hipersensitivitas terhadap estrogen pada lobul dianggap menjadi penyebabnya.Usia menarche,
usia menopause dan terapi hormonal termasuklah kontrasepsi oral tidak merubah risiko
terjadinya lesi ini. Faktor genetik juga dikatakan tidak berpengaruh tetapi adanya riwayat
keluarga (first-degree) dengan karsinoma mammae dikatakan meningkatkan risiko terjadinya
penyakit ini.
13
Fibroadenoma mammae dianggap mewakili sekelompok lobus hiperplastik dari
mammae yang dikenal sebagai “kelainan dari pertumbuhan normal dan
involusi”.Fibroadenoma sering terbentuk sewaktu menarche (15-25 tahun), waktu dimana
struktur lobul ditambahkan ke dalam sistem duktus pada mammae.Lobul hiperplastik sering
terjadi pada waktu ini dan dianggap merupakan bagian dari perkembangan mammae 9.
Gambaran histologi dari lobul hiperplastik ini identik dengan fibroadenoma 9.
Biasanya wanita muda menyadari terdapatnya benjolan pada payudara ketika sedang
mandi atau berpakaian. Kebanyakan benjolan berdiameter 2-3 cm, namun FAM dapat tumbuh
dengan ukuran yang lebih besar (giant fibroadenoma). Pada pemeriksaan, benjolan FAM kenyal
dan halus. Benjolan tersebut tidak menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri, panas), mobile
(dapat digerakkan) dan tidak menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun retraksi puting
(puting masuk). Benjolan tersebut berlobus-lobus 9.
Pemeriksaan mammografi menghasilkan gambaran yang jelas jinak berupa rata dan
memiliki batas jelas. Pada masa adolesens, fibroadenoma tumbuh dalam ukuran yang besar.
Pertumbuhan bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau menjelang menopause, saat
rangsangan estrogen meningkat.
Fibroadenoma teraba sebagai benjolan bulat atau berbenjol-benjol, dengan simpai licin
dan konsistensi kenyal padat. Tumor ini tidak melekat ke jaringan sekitarnya dan amat mudah
digerakkan kesana kemari 8. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri bila ditekan. Kadang-kadang
fibroadenoma tumbuh multipel. Pada pasien dengan usia kurang dari 25 tahun, diagnosa bisa
ditegakkan melalui pemeriksaan klinik walaupun dianjurkan untuk dilakukan aspirasi sitologi 8.
Konfirmasi secara patologi diperlukan untuk menyingkirkan karsinoma seperti kanker tubular
karena sering dikelirukan dengan penyakit ini 8. Fine-needle aspiration (FNA) sitologi
merupakan metode diagnosa yang akurat walaupun gambaran sel epitel yang hiperplastik bisa
dikelirukan dengan neoplasia.
Diagnosa fibroadenoma bisa ditegakkan melalui gambaran klinik pada pasien usia muda
dan karena itu, mammografi tidak rutin dikerjakan. Pada pasien yang berusia, fibroadenoma
memberikan gambaran soliter, lesi yang licin dengan densitas yang sama atau hampir
menyerupai jaringan sekitar pada mammografi 8. Ultrasonografi mammae juga sering
14
digunakan untuk mendiagnosa penyakit ini. Ultrasonografi dengan core-needle biopsy dapat
memberikan diagnosa yang akurat. Kriteria fibroadenoma yang dapat terlihat pada
pemeriksaan ultrasonografi adalah massa solid berbentuk bulat atau oval, berbatas tegas
dengan internal echoes yang lemah, distribusinya secara uniform. Diameter massa hipoechoic
yang homogenous ini adalah antara 1 – 20 cm 8.
Fibroadenoma dapat dengan mudah didiagnosa melalui aspirasi jarum halus atau biopsi
jarum dengan diameter yang lebih besar (core needle biopsi).
Pada umumnya dokter menyarankan untuk dilakukannya pengangkatan fibroadenoma
terutama jika pertumbuhan terus berlangsung atau terjadi perubahan bentuk payudara.
Terkadang (terutama pada usia petengahan atau wanita usia dewasa) tumor ini akan berhenti
tumbuh atau bahkan mengecil dengan sendirinya tanpa terapi apapun. Dalam hal ini, selama
dokter yakin massa tersebut adalah benar-benar fibroadenoma dan bukan kanker payudara,
pembedahan untuk mengangkat fibroadenoma mungkin tidak diperlukan. Pendekatan ini
berguna untuk wanita dengan fibroadenoma yang multipel yang tidak berlanjut
pertumbuhannya.
Pada beberapa kasus, pengangkatan fibroadenoma multipel berarti mengangkat
sejumlah besar jaringan payudara sekitar yang normal, sehingga menyebabkan jaringan parut
yang akan mengubah bentuk dan tekstur payudara. Hal ini juga nantinya akan menyebabkan
hasil pemeriksaan fisik serta mammografi menjadi sulit untuk diinterpretasikan. Sangat penting
bagi wanita yang tidak melakukan pengangkatan fibroadenoma tersebut untuk memeriksakan
payudaranya secara teratur untuk meyakinkan bahwa massa tersebut tidak berlanjut
pertumbuhannya. Terkadang satu atau lebih fibroadenoma akan tumbuh setelah salah satu
fibroadenoma diangkat. Hal ini berarti bahwa fibroadenoma baru telah terbentuk dan bukanlah
fibroadenoma yang lama yang tumbuh kembali.
3. Adenoma
Adenoma tubular dan lactatinal adalah lesi yang secara histologis jinak berhubungan dengan
FAM 8. Cirinya adalah struktur glandular dengan sedikit atau tanpa struktur stroma.Secara klinis
dan Radiologi, mirip dengan FAM. Lactation adenoma terjadi selama kehamilan dan laktasi,
15
membesar saat dipengaruhi hormon gestational, dan diferensiasi sekresi saat analisis PA.Sekali
lagi biopsi adalah diagnostik dan terapi 8.
4. Adenosis
Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan kelainan
fibrokistik.Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang mencakup kelenjar-kelenjar
yang lebih banyak dari biasanya. Apabila pembesaran lobulus saling berdekatan satu sama lain,
maka kumpulan lobulus dengan adenosis ini kemungkinan dapat diraba 8.
Banyak istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini, diantaranya adenosis agregasi, atau
tumor adenosis. Sangat penting untuk digarisbawahi walaupun merupakan tumor, namun
kondisi ini termasuk jinak dan bukanlah kanker 8. Adenosis sklerotik adalah tipe khusus dari
adenosis dimana pembesaran lobulus disertai dengan parut seperti jaringan fibrous. Apabila
adenosis dan adenosis sklerotik cukup luas sehingga dapat diraba, dokter akan sulit
membedakan tumor ini dengan kanker melalui pemeriksaan fisik payudara. Kalsifikasi dapat
terbentuk pada adenosis, adenosis sklerotik, dan kanker, sehingga makin membingungkan
diagnosis.Biopsi melalui aspirasi jarum halus biasanya dapat menunjukkan apakah tumor ini
jinak atau tidak.Namun dengan biopsi melalui pembedahan dapat dianjurkan untuk
memastikan tidak terjadinya kanker 8.
Sklerosing adenosis adalah proliferasi jinak baik jaringan stromal (sclerosis)
berhubungan dengan peningkatan ductules terminalis yang kecil (adenosis).Biasanya
merupakan komponen fibrocystic disease dan bermanifestasi sebagai mikrokalsifikasi yang
ditemukan saat screening mammogram.Stereotactic core atau wire localization biopsy adalah
diagnosis pastinya 8.
5. Tumor Filoides ( Sistosarkoma Filoides )
Tumor filodes atau dikenal dengan sistosarkoma filodes adalah tumor fibroepitelial yang
ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan dengan komponen epitel. Tumor filodes
umum terjadi pada dekade 5 atau 6. Benjolan ini jarang bilateral (terdapat pada kedua
16
payudara), dan biasanya muncul sebagai benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan
FAM. Ukuran bervariasi, meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin
karena pertumbuhannya yang cepat. Berdasarkan pemeriksaan histologi (sel), diketahui bahwa
tumor filodes jinak berkisar 10%, dimana tumor filodes ganas berkisar 40% 8.
Tumor filoides merupakan suatu neoplasma jinak yang bersifat menyusup secara lokal
dan mungkin ganas (10-15%). Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran yang
besar. Tumor ini terdapat pada semua usia, tapi kebanyakan pada usia sekitar 45 tahun.
Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor payudara, yang hampir sama dengan
fibroadenoma yaitu terdiri dari dua jaringan, jaringan stroma dan glandular. Perbedaan antara
tumor filoides dengan fibroadenoma adalah bahwa terdapat pertumbuhan berlebih dari
jaringan fibrokonektif pada tumor filoides. Sel yang membangun jaringan fibrokonektif dapat
terlihat abnormalitasnya dibawah mikroskop. Secara histologis, tumor filoides dapat
diklasifikasikan menjadi jinak, ganas, atau potensial ganas (perubahan tumor ke arah kanker
masih diragukan). Tumor filoides pada umumnya jinak namun walaupun jarang dapat juga
berubah menjadi ganas dan bermetastase 8. Tumor filoides jinak diterapi dengan cara
melakukan pengangkatan tumor disertai 2 cm (atau sekitar 1 inchi) jaringan payudara sekitar
yang normal. Sedangkan tumor filoides yang ganas dengan batas infiltratif mungkin
membutuhkan mastektomi (pengambilan jaringan payudara). Mastektomi sebaiknya dihindari
apabila memungkinkan. Apabila pemeriksaan patologi memberikan hasil tumor filodes ganas,
maka reseksi komplit dari seluruh area harus dilakukan agar tidak ada sel keganasan yang
tersisa 8.
6. Nekrosis Lemak
Nekrosis lemak terjadi bila jaringan payudara yang berlemak rusak, bisa terjadi spontan
atau akibat dari cedera yang mengenai payudara.Nekrosis lemak dapat juga terjadi akibat terapi
17
radiasi.Ketika tubuh berusaha memperbaiki jaringan payudara yang rusak, daerah yang
mengalami kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut 8.
Nekrosis lemak berupa massa keras yang sering agak nyeri tetapi tidak membesar.
Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak rata.Karena kebanyakan kanker payudara
berkonsistensi keras, daerah yang mengalami nekrosis lemak dengan jaringan parut sulit untuk
dibedakan dengan kanker jika hanya dari pemeriksaan fisik ataupun mammogram
sekalipun.Dengan biopsi jarum atau dengan tindakan pembedahan eksisi sangat diperlukan
untuk membedakan nekrosis lemak dengan kanker.Secara histopatologik terdapat nekrosis
jaringan lemak yang kemudian menjadi fibrosis 8.
Menurut American Cancer Society, beberapa area dari nekrosis dapat berespon
berbeda-beda terhadap cedera. Di samping pembentukan jaringan parut, sel-sel lemak akan
mati dan mengeluarkan isi sel, yang membentuk kumpulan seperti kantong-kantong berisi
cairan berminyak dan disebut kista minyak. Kista minyak dapat ditemukan melalui aspirasi
jarum halus, yang sekaligus merupakan tindakan untuk terapinya 8.
7. Intraductal Papilloma
Papilloma intraduktal adalah pertumbuhan menyerupai kutil dengan disertai tangkai
yang tumbuh dari dalam payudara yang berasal dari jaringan glandular dan jaringan
fibrovaskular. Papilloma seringkali melibatkan sejumlah besar kelenjar susu. Lesi jinak yang
berasal dari duktus laktiferus dan 75% tumbuh di bawah areola mamma ini memberikan gejala
berupa sekresi cairan berdarah dari puting susu. Hampir 90% dari Papilloma Intraduktus adalah
dari tipe soliter dengan diameternya kurang dari 1cm dan sering timbul pada duktus laktiferus
dan hampir 70% dari pasien datang dengan nipple discharge yang serous dan bercampur darah.
Ada juga pasien yang datang dengan keluhan massa pada area subareola walaupun massa ini
lebih sering ditemukan pada pemeriksaan fisis. Massa yang teraba sebenarnya adalah duktus
yang berdilatasi 8.
Pasien dengan Papilloma Intraduktus multiple biasanya tidak gejala nipple discharge dan
biasanya terjadi pada duktus yang kecil. Diperkirakan hampir 25% dari Papilloma Intraduktus
multiple adalah bilateral 8.
18
Perubahan payudara jinak yang menyebabkan keluarnya sekresi cairan dari puting,
hampir setengahnya adalah papilloma, dan sisanya adalah campuran perubahan fibrokistik.
Walaupun papilloma bisa dicurigai dari pemeriksaan terhadap discharge, namun banyak dokter
menganggap pemeriksaan tersebut tidak begitu bermanfaat. Apabila papilloma cukup besar,
biopsi jarum bisa dilakukan. Papilloma dapat juga didiagnosa melalui pemeriksaan pencitraan
pada duktus payudara yaitu dengan duktogram atau galaktogram.
Terapi untuk papilloma adalah dengan mengangkat papilloma serta bagian duktus dimana
papilloma tersebut ditemukan, dimana biasanya dengan melakukan insisi pada tepi sekeliling
areola 8.
Papilloma Intraduktus subareolar soliter atau intrakistik adalah benigna. Namun, telah
terjadi pertentangan apakah penyakit ini merupakan prekursor bagi karsinoma papillary atau
merupakan predisposisi untuk meningkatkan resiko terjadinya karsinoma. Menurut komuniti
dari College of American Pathologist, wanita dengan lesi ini mempunyai risiko 1,5 – 2 kali untuk
terjadinya karsinoma mammae 8.
8. Kista
Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular.Kista terbentuk dari
cairan yang berasal dari kelenjar payudara.Mikrokista terlalu kecil untuk dapat diraba, dan
ditemukan hanya bila jaringan tersebut dilihat di bawah mikroskop. Jika cairan terus
berkembang akan terbentuk makrokista. Makrokista ini dapat dengan mudah diraba dan
diameternya dapat mencapai 1 sampai 2 inchi.(7,8)
Selama perkembangannya, pelebaran yang terjadi pada jaringan payudara menimbulkan
rasa nyeri.Benjolan bulat yang dapat digerakkan dan terutama nyeri bila disentuh, mengarah
pada kista. Walaupun penyebab kista masih belum diketahui, namun para ahli mengetahui
bahwa terdapat hubungan antara kista dengan kadar hormon. Kista muncul seminggu atau 2
minggu sebelum periode menstruasi mulai dan akan menghilang sesudahnya. Kista banyak
terjadi pada wanita saat premenopause, terutama bila wanita tersebut menjalani terapi sulih
hormon.Kista biasanya dipastikan dengan mammografi dan ultrasound (sonogram). Ultrasound
sangat tepat digunakan untuk mengidentifikasi apakah abnormalitas payudara tersebut
merupakan kista ataukah massa padat 8.
19
Kebanyakan kista yang simpel dapat digambarkan dengan baik, yaitu memiliki tepi yang
khas, dan sinyal ultrasound dapat dengan mudah melewati.Walaupun begitu, beberapa kista
didapatkan dengan tingkat ekoik internal yang rendah yang menyulitkan ahli radiologi untuk
mendiagnosis sebagai kista tanpa mengeluarkan cairan.Tipe kista yang seperti ini disebut kista
kompleks. Walaupun kista kompleks tersebut terlihat sebagai massa yang solid, namun kista
tersebut bukanlah kanker. Dalam keadaan tertentu, kista dapat menimbulkan nyeri yang hebat.
Mengeluarkan isi kista dengan aspirasi jarum halus akan mengempiskan kista dan mengurangi
ketidaknyamanan.Apabila cairan dari kista tampak seperti darah atau terlihat mencurigakan,
cairan tersebut harus diperiksakan ke laboratorium patologi untuk dilihat di bawah mikroskop.
Diagnosis kista mammae ditegakkan melalui aspirasi sitologi. Jumlah cairan yang diaspirasi
biasanya antara 6 atau 8 ml. Cairan dari kista bisa berbeda warnanya, mulai dari kuning pudar
sampai hitam, kadang terlihat translusen dan bisa juga kelihatan tebal dan bengkak 8.
Menurut kepustakaan dikatakan kista terjadi pada hampir 7% dari wanita pada suatu
waktu dalam kehidupan mereka.Dikatakan bahwa kista ditemukan pada 1/3 dari wanita berusia
antara 35 sampai 50 tahun. Secara klasik, kista dialami wanita perimenopausal antara usia 45
dan 52 tahun, walaupun terdapat juga insidens yang diluar batas usia ini terutamanya pada
individu yang menggunakan terapi pengganti hormon 8.
Kebiasaannya kista ini soliter tetapi tidak jarang ditemukan kista yang multiple. Pada
kasus yang ekstrim, keseluruhan mammae dapat dipenuhi dengan kista. Kista dapat
memberikan rasa tidak nyaman dan nyeri. Dikatakan bahwa terdapat hubungan antara ketidak
nyamanan dan nyeri ini dengan siklus menstruasi dimana perasaan tidak nyaman dan nyeri ini
meningkat sebelum menstruasi 8. Kista ini biasanya dapat dilihat. Karekteristiknya adalah licin
dan teraba kenyal pada palpasi. Kista ini dapat juga mobil namun tidak seperti fibroadenoma.
Gambaran klasik dari kista ini bisa menghilang jika kista terletak pada bagian dalam mammae.
Jaringan normal dari nodular mammae yang meliputi kista bisa menyembunyikan gambaran
klasik dari lesi yakni licin semasa dipalpasi. Mammografi dan ultrasonografi membantu dalam
penegakkan diagnosis tetapi pemeriksaan ini tidak begitu penting bagi pasien yang simptomatik 9.
20
Massa soliter dengan dilatasi dari duktus retroareolar merupakan gambaran yang bisa
terlihat pada mammografi atau ultrasonografi sekiranya massa yang terbentuk agak besar.
Massa yang kecil tidak memberikan gambaran khas pada mammografi dan ultrasonografi.
Gambaran kalsifikasi jarang terlihat pada penyakit ini namun bisa terjadi pada massa yang kecil
maupun besar. Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan adalah eksisi massa dan diperiksa dengan
teknik histopatologi konvensional 8.
Sebelum ini, eksisi merupakan tatalaksana bagi kista mammae. Namun terapi ini sudah
tidak dilakukan karena simple aspiration sudah memadai. Setelah diaspirasi, kista akan menjadi
lembek dan tidak teraba tetapi masih bisa dideteksi dengan mammografi. Walau
bagaimanapun, bukti klinis perlu bahwa tidak terdapat massa setelah dilakukan aspirasi 7.
Terdapat dua cardinal rules bagi menunjukkan aspirasi kista berhasil yakni :
(1) massa menghilang secara keseluruhan setelah diaspirasi .
(2) cairan yang diaspirasi tidak mengandungi darah.
Terdapat dua indikasi untuk dilakukan eksisi pada kista. Indikasi pertama adalah
sekiranya cairan aspirasi mengandung darah (selagi tidak disebabkan oleh trauma dari jarum),
kemungkinan terjadinya intrakistik karsinoma yang sangat jarang ditemukan. Indikasi kedua
adalah rekurensi dari kista 7. Hal ini bisa terjadi karena aspirasi yang tidak adekuat dan terapi
lanjut perlu diberikan sebelum dilakukan eksisi. Apabila kista masih terus membesar, eksisi
direkomendasikan 7.
Teknik yang digunakan untuk aspirasi kista mammae yang dapat dipalpasi sama dengan
teknik yang digunakan untuk pemeriksaan sitologi FNA. Permukaan kulit dibersihkan dengan
alkohol. Biasanya digunakan jarum 21-gauge dan juga syringe 20 ml 7. Kista di fiksasi
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk atau jari telunjuk dan jari tengah. Syringe dipegang oleh
tangan yang lain dan kista dipalpasi sehingga sudah tidak teraba. Volume dari cairan kista
biasanya 5 ml sampai 10 ml tetapi dapat mencapai 75 ml atau lebih. Cairan dari kista biasanya
berwarna coklat, kuning atau kehijauan. Sekiranya didapatkan cairan sedemikian, pemeriksaan
sitologi tidak diperlukan. Apabila ditemukan cairan kista bercampur darah, 2 ml dari cairan
diambil untuk pemeriksaan sitologi 7.
21
Apabila kista ditemukan pada ultrasound tetapi tidak bisa dipalpasi, aspirasi dengan
ultrasound-guided needle bisa dilakukan. Kulit dibersihkan dengan alkohol. Probe ultrasound
dipegang dengan satu tangan untuk mengidentifikasi kista. Syringe dipegang dengan tangan
lain dan kista diaspirasi 7.
9. Ektasia Duktus
Ektasia duktus merupakan pelebaran dan pengerasan dari duktus, dicirikan dengan
sekresi puting yang berwarna hijau atau hitam pekat, dan lengket.Pada puting serta daerah
disekitarnya akan terasa sakit serta tampak kemerahan 9. Ektasia duktus adalah kondisi yang
biasanya menyerang wanita usia sekitar 40 sampai 50 tahun. Ektasia duktus adalah kelainan
jinak yang walaupun begitu dapat mengacaukan diagnosis dengan kanker dikarenakan benjolan
yang keras di sekitar duktus yang abnormal akibat terbentuknya jaringan parut.
Kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan apapun, atau dapat membaik dengan
melakukan pengkompresan dengan air hangat dan obat-obat antibiotik. Apabila keluhan tidak
membaik, duktus yang abnormal dapat diangkat melalui pembedahan dengan cara insisi pada
tepi areola 9.
10. Mastitis
Mastitis adalah infeksi yang sering menyerang wanita yang sedang menyusui atau pada
wanita yang mengalami kerusakan atau keretakan pada kulit sekitar puting. Kerusakan pada
kulit sekitar puting tersebut akan memudahkan bakteri dari permukaan kulit untuk memasuki
duktus yang menjadi tempat berkembangnya bakteri dan menarik sel-sel inflamasi 8. Sel-sel
inflamasi melepaskan substansi untuk melawan infeksi, namun juga menyebabkan
pembengkakan jaringan dan peningkatan aliran darah.Perubahan ini menyebabkan payudara
menjadi merah, nyeri, dan terasa hangat saat perabaan 8.
Gambaran klinisnya sukar dibedakan dengan karsinoma, yaitu massa berkonsistensi
keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting susu akibat fibrosis periduktal,
dan bisa terdapat pembesaran kelenjar getah bening aksila. Kondisi ini diterapi dengan
antibiotik.Pada beberapa kasus, mastitis berkembang menjadi abses atau kumpulan pus yang
harus dikeluarkan melalui pembedahan 9.
13. Galaktokel
22
Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang hamil atau
menyusui. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti kanker. Biasanya galaktokel
tampak rata, benjolan dapat digerakkan, walaupun dapat juga keras dan susah digerakkan.
Penatalaksanaan galaktokel sama seperti kista lainnya, biasanya tanpa melakukan tindakan
apapun. Apabila diagnosis masih diragukan atau galaktokel menimbulkan rasa tidak nyaman,
maka dapat dilakukan drainase dengan aspirasi jarum halus 8.
4.Tumor Ganas Payudara
4.1 Epidemiologi
23
Kanker payudara merupakan kanker yang sering terjadi pada negara berkembang, yaitu sekitar
18% dari seluruh kelompok kanker. Insidensi di negara Inggris yaitu 2 : 1000 wanita tiap tahun,
dengan prevalensi yaitu 2% wanita pada umur 50 tahun. Kurva insidensi Ca mammae menurut
usia terus meningkat sejak usia 30 tahun. Ca mammae jarang sekali ditemukan pada usia
kurang dari 20 tahun 1.
Gambar 2.12 Prevalensi Carcinoma mammae
(Henry M.M, Thompson J.N, 2007).
4.2 Klasifikasi Kanker Payudara
1. Non invasive carcinoma
a) Ductal carcinoma in situ
Ductal carcinoma in situ, juga disebut intraductal cancer, merujuk pada sel kanker
yang telah terbentuk dalam saluran dan belum menyebar.Saluran menjadi tersumbat
dan membesar seiring bertambahnya sel kanker di dalamnya.Kalsium cenderung
terkumpul dalam saluran yang tersumbat dan terlihat dalam mamografi sebagai
kalsifikasi terkluster atau tak beraturan (clustered or irregular calcifications) atau disebut
kalsifikasi mikro (microcalcifications) pada hasil mammogram seorang wanita tanpa
gejala kanker 7.
DCIS dapat menyebabkan keluarnya cairan puting atau munculnya massa yang
secara jelas terlihat atau dirasakan, dan terlihat pada mammografi. DCIS kadang
24
ditemukan dengan tidak sengaja saat dokter melakukan biopsy tumor jinak 7.Sekitar
20%-30% kejadian kanker payudara ditemukan saat dilakukan mamografi.Jika diabaikan
dan tidak ditangani, DCIS dapat menjadi kanker invasif dengan potensi penyebaran ke
seluruh tubuh 7.
DCIS muncul dengan dua tipe sel yang berbeda, dimana salah satu sel cenderung
lebih invasif dari tipe satunya.Tipe pertama, dengan perkembangan lebih lambat,
terlihat lebih kecil dibandingkan sel normal 8.Sel ini disebut solid, papillary atau
cribiform.Tipe kedua, disebut comedeonecrosis, sering bersifat progresif di awal
perkembangannya, terlihat sebagai sel yang lebih besar dengan bentuk tak beraturan 9.
AB
Gambar 2.14 Ductal Carcinoma in situ (A) dan Sel-sel kanker menyebar keluar dari ductus, menginvasi jaringan sekitar dalam mammae (B)
b) Lobular carcinoma in situ
Meskipun sebenarnya ini bukan kanker, tetapi LCIS kadang digolongkan sebagai tipe
kanker payudara non-invasif. Bermula dari kelenjar yang memproduksi air susu,
tetapi tidak berkembang melewati dinding lobulus. Mengacu pada National Cancer
Institute, Amerika Serikat, seorang wanita dengan LCIS memiliki peluang 25%
munculnya kanker invasive (lobular atau lebih umum sebagai infiltrating ductal
carcinoma) sepanjang hidupnya.
25
Gambar 2.15 Lobular carcinoma in situ
2. Invasive carcinoma
I. Paget’s disease dari papilla mammae
Paget’s disease dari papilla mammae pertama kali dikemukakan pada tahun 1974.
Seringnya muncul sebagai erupsi eksim kronik dari papilla mammae, dapat berupa lesi
bertangkai, ulserasi, atau halus. Paget's disease biasanya berhubungan dengan DCIS (Ductal
Carcinoma in situ) yang luas dan mungkin berhubungan dengan kanker invasif. Biopsi papilla
mammae akan menunjukkan suatu populasi sel yang identik (gambaran atau perubahan
pagetoid). Patognomonis dari kanker ini adalah terdapatnya sel besar pucat dan bervakuola
(Paget's cells) dalam deretan epitel. Terapi pembedahan untuk Paget's disease meliputi
lumpectomy, mastectomy, atau modified radical mastectomy, tergantung penyebaran tumor
dan adanya kanker invasif.
II. Invasive ductal carcinoma
a. Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous, simplex, NST) (80%)
26
Kanker ini ditemukan sekitar 80% dari kanker payudara dan pada 60% kasus kanker
ini mengadakan metastasis (baik mikro maupun makroskopik) ke KGB aksila. Kanker ini
biasanya terdapat pada wanita perimenopause or postmenopause dekade kelima
sampai keenam, sebagai massa soliter dan keras. Batasnya kurang tegas dan pada
potongan meilntang, tampak permukaannya membentuk konfigurasi bintang di bagian
tengah dengan garis berwarna putih kapur atau kuning menyebar ke sekeliling jaringan
payudara. Sel-sel kanker sering berkumpul dalam kelompok kecil, dengan gambaran
histologi yang bervariasi.
b. Medullary carcinoma (4%)
Medullary carcinoma adalah tipe khusus dari kanker payudara, berkisar 4% dari
seluruh kanker payudara yang invasif dan merupakan kanker payudara herediter yang
berhubungan dengan BRCA-1. Peningkatan ukuran yang cepat dapat terjadi sekunder
terhadap nekrosis dan perdarahan. 20% kasus ditemukan bilateral. Karakterisitik
mikroskopik dari medullary carcinoma berupa (1) infiltrat limforetikular yang padat
terutama terdiri dari sel limfosit dan plasma; (2) inti pleomorfik besar yang
berdiferensiasi buruk dan mitosis aktif; (3) pola pertumbuhan seperti rantai, dengan
minimal atau tidak ada diferensiasi duktus atau alveolar. Sekitar 50% kanker ini
berhubungan dengan DCIS dengan karakteristik terdapatnya kanker perifer, dan kurang
dari 10% menunjukkan reseptor hormon. Wanita dengan kanker ini mempunyai 5-year
survival rate yang lebih baik dibandingkan NST atau invasive lobular carcinoma.
c. Tubular carcinoma (2%)
Tubular carcinoma merupakan tipe khusus lain dari kanker payudara sekitar 2% dari
semua kanker payudara yang invasif. Biasanya ditemukan pada wanita perimenopause
dan pada periode awal menopause. Long-term survival mendekati 100%.
III. Invasive lobular carcinoma (10%)
27
Invasive lobular carcinoma sekitar 10% dari kanker payudara.Gambaran histopatologi
meliputi sel-sel kecil dengan inti yang bulat, nucleoli tidak jelas, dan sedikit
sitoplasma.Pewarnaan khusus dapat mengkonfirmasi adanya musin dalam sitoplasma, yang
dapat menggantikan inti (signet-ring cell carcinoma).Seringnya multifokal, multisentrik, dan
bilateral.Karena pertumbuhannya yang tersembunyi sehingga sulit untuk dideteksi.
4.3 Staging 6
Tabel 1.3. TNM Staging System untuk Breast Cancer
Tumor Primer (T)
TX Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada bukti terdapat tumor primer
Tis Carcinoma in situ
Tis(DCIS) Ductal carcinoma in situ
Tis(LCIS) Lobular carcinoma in situ
Tis(Paget's) Paget's disease dari papilla mammae tanpa tumor (Catatan : Paget's disease yang berhubungan dengan tumor diklasifikasikan menurut ukuran tumor)
T1 Tumor ≤ 2 cm
T1mic Microinvasion ≤ 0.1
T1a Tumor > 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5 cm
T1b Tumor > 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1 cm
T1c Tumor > 1 tetapi tidak lebih dari 2 cm
T2 Tumor > 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm
T3 Tumor > 5 cm
T4 Tumor ukuran berapapun dengan perluasan langsung ke dinding dada atau kulit,
28
seperti yang diuraikan dibawah ini :
T4a Perluasan ke dinding dada, tidak melibatkan otot pectoralis
T4b Edema (termasuk peau d'orange), atau ulserasi kulit [ayudara, atau ada nodul satelit terbatas di kulit payudara yang sama
T4c Kriteria T4a dan T4b
T4d Inflammatory carcinoma
Kelenjar Getah Bening—Klinis (N)
NX KGB regional tidak dapat dinilai (misalnya sebelumnya telah diangkat)
N0 Tidak ada metastasis ke KGB regional
N1 Metastasis ke KGB aksilla ipsilateral tetapi dapat digerakkan
N2 Metastasis KGB aksilla ipsilateral tetapi tidak dapat digerakkan atau terfiksasi, atau tampak secara klinis ke KGB internal mammary ipsilateral tetapi secara klinis tidak terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla ipsilateral
N2a Metastasis ke KGB aksilla ipsilateral dengan KGB saling melekat atau melekat ke struktur lain sekitarnya.
N2b Metastasis hanya tampak secara klinis ke KGB internal mammary ipsilateral dan tidak terbukti secara klinis terdapat metastasis ke KGB aksilla ipsilateral
N3 Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksilla, atau secara klinis ke KGB internal mammary ipsilateral tetapi secara klinis terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla ipsilateral; atau metastasis ke KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB infraklavikula atau aksilla ipsilateral
N3a Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral
N3b Metastasis ke KGB internal mammary dan aksilla
N3c Metastasis ke KGB supraklavikula ipsilateral
29
Kelenjar Getah Bening Regional—Patologia anatomi (pN)
pNX KGB regional tidak dapat dinilai (sebelumnya telah diangkat atau tidak dilakukan pemeriksaan patologi)
pN0b
Secara histologis tidak terdapat metastasis ke KGB, tidak ada pemeriksaan tambahan untuk isolated tumor cells (Catatan : Isolated tumor cells (ITC) diartikan sebagai sekelompok tumor kecil yang tidak lebih dari 0.2 mm, biasanya dideteksi hanya dengan immunohistochemical (IHC) atau metode molekuler
pN0(i–) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, IHC (-)
pN0(i+) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, IHC (+), IHC cluster tidak lebih dari 0.2 mm
pN0(mol–) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, pemeriksaan molekuler (-) (RT-PCR)
pN0(mol+) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, pemeriksaan molekuler (+) (RT-PCR)
pN1 Metastasis ke 1-3 KGB aksila, dan atau KGB internal mammary terdeteksi secara mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB, secara klinis tidak tampak
pN1mi Micrometastasis (> 0.2 mm, < 2.0 mm)
pN1a Metastasis ke 1-3 KGB aksila
pN1b Metastasis ke KGB internal mammary terdeteksi secara mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB, secara klinis tidak tampak
pN1c Metastasis ke 1-3 KGB aksila dan ke KGB internal mammary terdeteksi secara mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB, secara klinis tidak tampak (jika berhubungan dengan >3 (+) KGB aksila, KGB internal mammary diklasifikasikan sebagai pN3b)
pN2 Metastasis ke 4-9 KGB aksila, atau tampak secara klinis ke KGB internal
30
mammary tetapi secara klinis tidak terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla
pN2a Metastasis ke 4-9 KGB aksila (sedikitnya 1 tumor > 2 mm)
pN2b tampak secara klinis ke KGB internal mammary tetapi secara klinis tidak terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla
pN3 Metastasis ke 10 KGB aksila, atau KGB infraklavikula, atau secara klinis ke KGB internal mammary ipsilateral dan terdapat 1 atau lebih metastasis ke KGB aksilla atau > 3 metastasis ke KGB aksilla tetapi secara klinis microscopic metastasis (-) ke KGB internal mammary; atau ke KGB supraklavikular ipsilateral
pN3a Metastasis ke ≥10 KGB aksila (minimal 1 tumor > 2 mm), atau metastasis ke KGB infraklavikula
pN3b Secara klinis metastasis ke KGB internal mammary ipsilateral dan terdapat 1 atau lebih metastasis ke KGB aksilla atau > 3 metastasis ke KGB aksilla dan dalam KGB internal mammary dengan kelainan mikroskopis yang terdeteksi melalui diseksi KGB sentinel, tidak tampak secara klinis
pN3c Metastasis ke KGB supraklavikular ipsilateral
Metastasis Jauh (M)
MX Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak terdapat metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh
Tampak secara klinis didefinisikan bahwa dapat dideteksi melalui alat pencitraan atau dengan pemeriksaan klinis atau kelainan patologis terlihat jelas.Tidak tampak secara klinis berarti tidak terlihat melalui alat pencitraan (kecuali dengan lymphoscintigraphy) atau dengan pemeriksaan klinis.Klasifikasi berdasarkan diseksi KGB aksila dengan atau tanpa diseksi sentinel dari KGB. Klasifikasi semata-mata berdasarkan diseksi sentinel KGB tanpa diseksi KGB aksila yang selanjutnya direncanakan untuk "sentinel node", seperti pN-(l+) (sn).RT-PCR = reverse transcriptase polymerase chain reaction.SOURCE: Modified with permission from American Joint Committee on Cancer: AJCC Cancer
31
Staging Manual, 6th ed. New York: Springer, 2002, pp 227–228.
Tabel 1.4. TNM Stage Groupings
Stage 0 Tis N0 M0
Stage I T1a N0 M0
Stage IIA T0 N1 M0
T1a N1 M0
T2 N0 M0
Stage IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stage IIIA T0 N2 M0
T1a N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stage IIIB T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stage IIIC Any T N3 M0
Stage IV Any T Any N M1
T1 termasuk T1 mic.
SOURCE: Modified with permission from American Joint Committee on Cancer: AJCC Cancer
32
Staging Manual, 6th ed. New York: Springer, 2002, p 228.
DAFTAR PUSTAKA
1. Moningkey, Shirley Ivonne, 2000. Epidemiologi Kanker Payudara. Medika; Januari 2000.
Jakarta
2. Cohen S.M, Aft R.L, and Eberlein T.J. 2002. Breast Surgery. In: Doherty G.M et all, ed. The
Washington Manual of Surgery. Third edition. Philadelphia: Lippincott Williams and
Wilkins. p 40.
33
3. Tjindarbumi, 2000. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penanggulangannya, Dalam: Deteksi Dini
Kanker. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
4. Kumpulan Naskah Ilmiah Muktamar Nasional VI Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi
Indonesia. Semarang.2003
5. Evans A, Ellis I. 2002. Breast Benign Calcification. In: Evans A, Pinder S, Wilson R, Ellis I,
ed. 2002. Breast Calcification a Diagnostic Manual. London: Greenwich Medical Media.
p 4, 5-6, 12, 20
6. Vaidya, M.P, and Shukla, H.S. A textbook of Breast Cancer. Vikas Publishing House PVT LTD.
7. Jatoi I, Kaufmann M, Petit J.Y. 2006. Diagnostic Procedures. In: Schroder G, ed. Atlas of
Breast Surgery. Berlin: Springer-Verlag Berlin Heidelberg. p 19-21
8. Cohen S.M, Aft R.L, and Eberlein T.J. 2002. Breast Surgery. In: Doherty G.M et all, ed. The
Washington Manual of Surgery. Third edition. Philadelphia: Lippincott Williams and
Wilkins. p 40.
9. Evans A, Ellis I. 2002. Breast Benign Calcification. In: Evans A, Pinder S, Wilson R, Ellis I,
ed. 2002. Breast Calcification a Diagnostic Manual. London: Greenwich Medical Media.
p 4, 5-6, 12, 20
10. Greenall M.J, Wood W.C. 2000. Cancer of the Breast. In: Morris J.P, Wood W.C, ed.
Oxford Textbook of Surgery. Second edition. Oxford University Press
34