Download - Tugas Proposal Ptk Yanuar Alvin 5215097035
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISIONS (STAD) DALAM UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR
DASAR – DASAR ELEKTRONIKA BAGI SISWA KELAS X TAV SMK Karya
Guna Jakarta Selatan
DI SUSUN OLEH
Yanuar Alvin
5215097035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
JANUARI 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga proposal penelitian ini telah selesai meskipun jauh
dari sempurna. Penulis berharap proposal penelitian ini, dapat diterima dan bermanfaat
bagi semua pihak, khususnya dalam bidang pendidikan.
Proposal penelitian ini disusun untuk menjelaskan tentang PENERAPAN MODEL
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PEMBELAJARAN DALAM
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR DASAR – DASAR ELEKTRONIKA
BAGI SISWA KELAS X SMK Karya Guna Jakarta Selatan karena dengan penelitian
ini sangat berguna untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar yang dicapai dalam
pemberian tugas pekerjaan rumah.
Dalam penyusunan proposal penelitian ini peneliti banyak menghadapi kesulitan baik
dalam penyusunan maupun dalam pengumpulan data. Tetapi semua itu dapat penulis
atasi. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu, terutama :
1. Orang tua yang telah memberikan doa dan dukungan moril maupun materil.
2. Bapak Dr. Bambang Dharma Putra, M.Pd sebagai dosen pembimbing dalam
penelitian.
3. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Proposal penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kelengkapan proposal
penelitian ini. Akhir kata semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca umumnya.
Jakarta, Januari 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Arti pendidikan menurut Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka perlu
diselenggarakan pendidikan. Dalam pendidikan terdapat tiga jalur pendidikan
yaitu, pendidikan informasi (informal) yang diselenggarakan di lingkungan
keluarga, pendidikan formal yang diselenggarakan di lingkungan sekolah, serta
pendidikan non formal yang diselenggarakan di lingkungan masyarakat. Ketiga
jalur pendidikan tersebut saling melengkapi dalam mewujudkan cita-cita nasional
melalui pendidikan. Jalur pendidikan formal terbagi lagi menjadi tiga jenjang,
yaitu pendidikan dasar, pendidikan pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Sedangkan pendidikan di Indonesia, terdapat pembagian satuan pendidikan yaitu
pendidikan umum yang lebih dikenal dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan
pendidikan kejuruan yang lebih dikenal dengan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK). Sebagai lembaga pendidikan sekolah menengah kejuruan merupakan
lembaga pendidikan yang mempersiapkan peserta didiknya untuk dapat bekerja
dalam bidang tertentu sesuai dengan keahliannya.
Dari uraian di atas nampak jelas tuntutan akan keberadaan pendidikan
kejuruan adalah untuk membentuk dan mengembangkan keahlian dan
keterampilan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas, kreativitas, mutu dan
efisiensi kerja.
SMK melaksanakan kurikulum seperti yang ditetapkan pemerintah.
Dimana telah disusun program pendidikan dan pelatihan yang terbagi menjadi tiga
yaitu : Normatif, Adaptif dan Produktif. Untuk kategori Normatif di dalamnya
mencakup pelajaran Agama, PPKN, Bahasa Indonesia, dan Sejarah. Kelompok
Adaptif adalah Matematika, Fisika, Bahasa Inggris, Kimia dan Komputer.
Sedangkan kelompok produktif khususnya jurusan elektronika (audio-video) yaitu
gambar teknik, elektronika dasar, teknik audio, rangkaian listrik, komunikasi data,
teknik televisi dan audio, teknik digital dan lain sebagainya. Ketiga kurikulum
yang ditetapkan pemerintah tersebut saling melengkapi dan menunjang
keterampilan siswa terlebih lagi dalam kelompok kategori Adaptif dan Produktif.
Salah satu sekolah yang menggunakan kurikulum tersebut adalah SMKN 35 di
Jakarta Barat.
SMK Karya Guna Jakarta Selatan merupakan salah satu bagian dari
pendidikan formal yang memiliki 3 (tiga) program studi. Salah satu diantaranya
yaitu Audio Video. Program studi Audio Video mempunyai beberapa kompetensi
yang seluruhnya dijadikan judul mata diklat. Salah satu dari mata diklat itu yaitu
Teori Dasar Elektronika dengan Standar Kompetensi Menguasai Dasar-dasar
Elektronika. Mata diklat ini diberikan pada kelas X semester I. Salah satu solusi
yang dapat diterapkan untuk mendorong siswa berdiskusi, saling bantu
menyelesaikan tugas, menguasai dan pada akhirnya menerapkan keterampilan
yang diberikan untuk meningkatkan hasil belajar adalah dengan mengubah cara
belajarnya dan menggunakan model pembelajaran dengan model cooperative
learning yang bertujuan merangsang keaktifan siswa dalam belajar. Salah satu
model pembelajaran itu adalah penerapan model pembelajaran Student Teams
Achievement Divisions (STAD).
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan
permasalahan yang diajukan dalam proposal ini adalah :
Apakah melalui penerapan model pembelajaran Student Teams
Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar dasar-dasar
elektronika siswa kelas X Teknik Audio Video SMK Karya Guna Jakarta Selatan?
3. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang masalah dan berbagai permasalahan yang telah
diidentifikasi di atas, maka perlu adanya pembatasan masalah dalam penelitian
ini, pembahasan masalah hanya mencakup:
“Apakah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatakan hasil belajar
Dasar – Dasar Elektronika”?
4. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DALAM UPAYA PENINGKATAN HASIL
BELAJAR DASAR –DASAR ELEKTRONIKA BAGI SISWA KELAS X
TEKNIK AUDIO VIDEO (TAV) SMK Karya Guna Jakarta Selatan”.
5. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan peneliti yang diharapkan dari penelitian ini menjadi masukan bagi guru
dan siswa untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran melalui penerapan model
pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD).
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah “Untuk mengetahui apakah
melalui model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD).dapat
meningkatkan hasil belajar dasar-dasar elektronika bagi siswa kelas X TAV SMK
Karya Guna Jakarta Selatan
3. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Sekolah
1. Dalam hal ini adalah SMK Karya Guna Jakarta Selatan dengan hasil penelitian
ini diharapkan SMK Karya Guna Jakarta Selatan dapat lebih meningkatkan
kegiatan pembelajaran melalui model pembelajaran Student Teams Achievement
Divisions (STAD) agar prestasi belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk
diterapkan pada pelajaran lain.
2. Berbagi informasi dengan sekolah lain dalam menerapkan pembelajaran.
3. Guru
1. Guru sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di
kelasnya.
2. Menambah wawasan guru untuk menerapkan model pembelajaran Student
Teams Achievement Divisions (STAD).
3. Menjadi umpan balik untuk mengetaui kesulitan siswa yang dihadapi siswa.
1. Menggembangkan kemamapuan berfikir, belajar berdiskusi, serta kerja sama
dalam kegiatan belajar dasar – dasar elektronika.
2. Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan melalui model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).
3. Meningkatkan hasil belajar siswa khusunya pada mata pelajaran Dasar – Dasar
Elektronika.
4. Peneliti
1. Memperoleh pengalaman strategi pembelajaran, melakukan seleksi materi, dan
mengembangkan seleksi instrument.
2. Memperoleh pengalaman tentang pelaksanaan model pembelajaran kooperatif
tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) yang berorientasi pada hasil
belajar siswa.
BAB II
KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PERUMUSAN
HIPOTESIS
1. Kerangka Teoritis
1. Hakikat Belajar
Hasil belajar menurut Rohani adalah kemajuan belajar peserta didik dalam penguasaan
materi pelajaran yang dipelajarinya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan menurut Winarno Surahmad (1997 : 88) sebagai berikut : hasil belajar
adalah hasil dimana guru melihat bentuk akhir dari pengalaman interaksi edukatif yang
diperhatikan adalah menempatkan tingkah laku. Sedangkan menurut pendapat
Suharsimi Arikunto, hasil belajar adalah akhir setelah mengalami proses belajar, dimana
tingkah itu tampak dalam bentuk perbuatan yang dapat diamati dan diukur. Belajar
dalam penelitian ini diartikan segala usaha yang diberikan oleh guru agar mendapat dan
mampu menguasai apa yang telah diterimanya dalam hal ini adalah pelajaran Dasar
Dasar Eelektronika Teknik Audio Video.
2. Hakikat Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti
serangkaian kegiatan instruksional tertentu. Hasil belajar yang dicapai oleh
siswa erat kaitannya dengan rumusan instruksional yang direncanakan oleh guru
sebelumnya. Hasil dan bukti belajar ialah adanya perubahan tingkah laku orang
yang belajar yang terjadi karena proses kematangan dan hasil belajar bersifat
relatif menetap, misalnya dati tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti. Menurut Mudjiono (2000), bahwa hasil dan bukti belajar
adalah adanya perubahan tingkah laku orang yang belajar.
Menurut Howard Kingsley (Sudjana, 1989), ada tiga macam hasil belajar
yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap
dan cita-cita, yang masing-masing dapat golongan, dapat diisi dengan bahan
yang diterapkan dalam kurikulum sekolah. Benyamin Bloom berpendapat
bahwa tujuan pendidikan yang hendak kita capai terdiri dari tiga bidang, yaitu
bidang kognitif, bidang afektif, dan bidang psikomotorik.
Setiap kegiatan yang berlangsung pada akhirnya kita ingin mengetahui
hasilnya, demikian pula dengan pembelajaran. Untuk mengetahui hasil kegiatan
pembelajaran, harus dilakukan pengukuran dan penilaian. Pengukuran adalah
suatu usaha untuk mengetahui sesuatu seperti apa adanya, sedangkan penilaian
adalah usaha yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan belajar dalam
penguasaan kompetensi (Haling, 2002). Dengan demikian pengukuran hasil
belajar adalah suatu usaha untuk mengetahui kondisi status kompetensi dengan
menggunakan alat ukur sesuai dengan apa yang diukur, sedangkan penilaian
adalah usaha untuk membandingkan hasil pengukuran dengan patokan yang
ditetapkan.
3. Hasil Belajar Dasar – Dasar Elektronika
Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya bahwa hasil belajar adalah hasil
yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti serangkaian kegiatan instruksional
tertentu. Maka hasil belajar dasar – dasar elektronika adalah hasil belajar yang
dicapai oleh siswa yang erat kaitannya dengan rumusan instruksional yang
direncanakan oleh guru sebelumnya pada hal ini adalah penyesuaian pencapaian
indikator kriteria keberhasilan dalam hasil belajar atau Ketuntasan Kriteria
Minimal (KKM) yang telah di tetapkan oleh seorang guru sebelum mengajar
pada silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam hal ini
tentunya seorang guru hendaknya menentukan terlebih dahulu Standar
Kompetensi serta Kompetensi Dasar apa saja yang akan di ajarkan dalam
kegiatan pembelaran yang semuanya telah tertuang dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan silabus dalam hal ini adalah mata pelajaran Dasar -
Dasar Elektronika.
Dasar - Dasar Elektronika adalah salah satu mata pelajaran kejuruan
teknik audio video yang ada di SMK. Bahkan sebagian mata pelajaran ada yang
sudah menjadi mata diklat pada kejuruan teknik audio video. Hasil belajar yang
dicapai dapat di lihat melalui hasil belajar teori atau praktik pada saat kegiatan
pembelajaran dan tentunya mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dan silabus yang digunakan pada saat Kegiatan Belajar dan Mengajar
(KBM).
4. Hakikat Model Pembelajaran
Model dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhnya, walaupun
model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia yang sebenarnya. Atas dasar
pengertian tersebut, maka model mengajar dapat dipahami sebagai kerangka
konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para
guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sagala, 2005:176).
Model pembelajaran adalah pola pembelajaran khusus yang direncanakan
untuk mencapai tujuan belajar tertentu ( Agustian, 2004:8). Model pembelajaran
sesungguhnya disusun untuk mengarahkan belajar, dimana guru membantu siswa
untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir dan
mengekspresikan dirinya (Joyce et al, 2009:7).
5. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan
faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling
bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam
pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pelajaran
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan
kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif
memiliki ciri-ciri:
1. Untuk memuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja
sama
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah
3. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis
kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut.
4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
1. Hasil belajar akademik , yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas
akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep yang sulit.
2. Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai macam latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan sosial, yaitu untuk mengembangkan keterampilan social
siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain,
memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam
kelompok.
4. Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif :
Fase Indikator Aktivitas Guru
1 Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa
2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan
3 Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok-
kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi efisien
4 Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada
saat mengerjakan tugas
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil
belajar siswa baik individu maupun kelompok.
1. Hakikat Model Pembelajaran STAD
STAD adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa
dalam kelompok – kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang
memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda.
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari 5 langkah tahapan
yaitu : persiapan, penyajian materi (precentation), tahap kerja kelompok (teams),
tahap tes individu, dan tahap perhargaan kelompok ( team
recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model
pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki ciri – ciri sebagai berikut.
1. Siswa Bekerja Dalam Kelompok – Kelompok Kecil
Siswa ditempatkan dalam kelompok – kelompok belajar yang beranggotakan 5
sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang
berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotifasi
siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang
berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan
tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat
menyenangkan.
2. Tahap Tes Individu
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai,
diadakan tes secara individual atau quiz mengenai materi yang telah dipelajari
dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan open-ended tasks dimana tes
individu dilakukan pada akhir setiap pertemuan. Tujuannya agar siswa dapat
menunjukkan pemahaman dan apa yang telah dipelajari sebelumnya. Skor yang
diperoleh siswa per individu ini didata dan diarsipkan sebagai bahan untuk
perhitungan skor kelompok.
3. Penghargaan Kelompok
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah
menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan
dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing – masing anggota
kelompok dibagi dengan dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian
penghargaan didasarkan atas rata – rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut.
Penghargaan pada kelompok terdiri atas 3 tingkat, yaitu:
1. Super team diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata 25
2. Great team diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata 20
3. Good team diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata 15
4. Kerangka Berfikir
Proses belajar mengajar (PBM) dipandang berkualitas jika berlangsung
efektif, bermakna dan ditunjang oleh sumber daya yang wajar. Proses belajar
mengajar dapat dikatakan berhasil jika siswa menunjukkan tingkat penguasaan
yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar yang harus dikuasai dengan sasaran dan
tujuan pembelajaran. Oleh karena itu guru sebagai pendidik bertanggung jawab
merencanakan dan mengelola kegiatan-kegiatan belajar mengajar sesuai dengan
tuntutan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap mata pelajaran.
Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa
dapat belajar secara efektif dan efisiensi, mengena pada tujuan yang diharapkan.
Salah satu strategi yang harus dimiliki oleh guru adalah harus menguasai cara –
cara penyajian atau biasa disebut model pembelajaran.
Model pembelajaran adalah pola pembelajaran khusus yang
direncanakan untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Dalam hal ini guru
menngunakan metode pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya dengan
tujuan agar siswa dapat berfikir kritis, kreatif, dan mengembangkan kerja sama
antar tim dalam pembelajaran kooperatif
Berbagai macam-macam model pembelajaran, model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) diharapkan siswa
dapat lebih berminat dalam belajar mata pelajaran Dasar – Dasar Elektronika
dan dapat memberikan solusi dalam memahami materi, serta memberikan
keaktifan, perhatian, belajar memecahkan masalah yang dapat berpengaruh
positif terhadap hasil belajar siswa dalam rangka perbaikan proses belajar
mengajar. Dengan demikian diharapkan agar siswa dapat meningkatkan
prestasinya.
5. Perumusan Hipotesis
Hipotesis yang akan diajukan dalam proposal penelitian ini adalah Jika
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) diterapkan maka
ada peningkatan hasil belajar Dasar – Dasar Elektronika pada siswa kelas X
Teknik Audio Video (TAV) SMK Karya Guna Jakarta Selatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang akan di ajukan dalam proposal penelitian ini adalah SMK Karya
Guna Jakarta Selatan
Waktu Penelitian
Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu
penelitian selama 3 bulan Februari s/d Apri.
1. Subyek penelitian
Subyek yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X
SMK Karya Guna Jakarta Selatan dengan jumlah sampel siswa 40 orang.
2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang diterapkan dalam hal ini antara lain :
1. Perencanaan
Meliputi penyampaian Rencana Perencanaan Pembelajaran (RPP), materi
pelajaran, Guru membentuk siswa ke dalam beberapa grup, membantu pekerjaan
siswa, latihan soal, pembahasan latian soal, ulangan harian. Bagian ini berisikan
perlakuan yang akan diberikan kepada siswa sesuai dengan yang tertulis pada
rencana tindakan. Di luar itu adalah pembelajaran-biasa yang telah anda lakukan
sehari-hari, tidak perlu dituliskan di sini. Harus dibedakan benar antara
pembelajaran biasa dengan PTK. Yang dituliskan dalam siklus hanyalah bagian
yang diteliti saja.
2. Tindakan ( Action )
Pada fase Tindakan ini kegiatan mencakup :
1. Siklus I, meliputi : Pendahuluan, kegiatan pokok dan penutup.
2. Siklus II ( sama dengan I )
3. Siklus III ( sama dengan I dan II )
4. Pengamatan
Bagian ini berisikan hasil pengamatan menggunakan berbagai instrument
Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah sifat triangulasi dan saturasi data.
Hasil-hasil pekerjaan siswa yang otentik dapat disajikan di sini.
5. Refleksi, dimana perlu adanya pembahasan antara siklus – siklus tersebut
untuk dapat menentukan kesimpulan atau hasil dari penelitian.Refleksi
berisikan penjelasan tentang keberhasilan atau kegagalan yang terjadi
setelah selang waktu tertentu. Refleksi diakhiri dengan perencanaan kembali
untuk siklus berikutnya.
1. Instrument penelitian
Instrument penelitian yang digunakan dalam pengajuan proposal ini adalah:
1. Data Hasil Belajar Siswa Kelas X Teknik Audio Video (TAV)
Dalam hal ini peneliti hanya mengambil sampel 40 siswa pada data hasil
belajar siswa pada mata pelajaran dasar – dasar elektronika.
2. Dokumen siswa
Dokumen siswa berupa catatan siswa untuk menunjang lembar observasi
berkurangnya kemalasan maupun kebosanan siswa. Dokumen siswa dilihat dan
dicatat peneliti pada setiap akhir pelajaran.
3. Catatan Lapangan
Catatan – catatan lapangan diperlukan untuk merekam kejadian – kejadian selama
proses pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan meliputi perencanaan,
tindakan, observasi dan refleksi. Berdasarkan dari hasil refleksi ini peneliti dapat
melakukan perbaikan – perbaikanterhadap rencana awal.
4. Wawancara dengan siswa
Wawancara dengan siswa dilaksanakan setiap akhir siklus dengan pemilihan
siswa yang diwawancarai secara acak sesuai dengan kebutuhan refleksi untuk
perbaikan pada tindakan siklus berikutnya. Pedoman wawancara dengan siswa
menitikberatkan pada tanggapan dan kesulitan belajar siswa selama proses
pembelajaran berikutnya.
1. Teknik analisis data
Data hasil belajar siswa berupa tes akan dianalisis dengan menggunakan
skor yang berdasarkan penilaian acuan patokan, dihitung berdasarkan skor
maksimal yang mungkin dicapai oleh siswa. Nilai yang diperoleh dikelompokkan
menjadi lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat
rendah. Pedoman pengkategorian hasil belajar siswa yang digunakan dapat dilihat
pada Tabel 1. Di samping itu juga dideskripsikan hasil pengamatan aktifitas
pembelajaran dan perilaku siswa yang diketahui dari hasil pengamatan dengan
menggunakan lembar observasi yang terjadi pada pelaksanaan proses belajar
mengajar.
Tabel 1. Tingkat penguasaan dan kategori hasil belajar siswa
Tingkat Penguasaan Kategori
8,0-10 Sangat Tinggi
6,6-7,9 Tinggi
5,6-6,5 Sedang
40-5,5 Rendah
0-3,9 Sangat Rendah
DAFTAR PUSTAKA
Ali Imron. (1996). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Pustaka Jaya.
Ahmad Rohani. (1995). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Bambang Prasetyo, Lina Mifhatul Jannah. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif.
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Depdiknas. (2004). GBBP dan Kurikulum SMK Edisi 2004. Jakarta : Depdiknas.
Dekdikbud. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bandung : Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
PengertianBelajardanHasilBelajar.Dalamhttp://duniabaca.com/pengertian-belajar-
hasil-belajar.html.diunduh pada 4 Desember 2011.