Download - Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
TUGAS TUTORIAL UROLOGIMODUL I SKENARIO 1
SUSAH KECING
Oleh :Kelompok 1 dan VAndi Nur RahmatWahyuni TahirNi Luh Putu Rintho A. DewiAndi JunaidahMaria Gorety Bahi
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JALUR KERJASAMA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2015
1 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
Tn SJ Umur 57 tahun, masuk Rumah Sakit / RS dengan keluhan Susah
kencing. Keluhan ini pasien rasa sejak 6 bulan yang lalu, pasien selalu merasakan
kencing tidak puas, dan tampak menetes setelah akhir kencing. Saat ini pasien
terpasang kateter. Jumlah urin tertampung pada urin bag ±350 cc/ 8 jam.
Konsistensi urin keruh, berwarna kuning, hasil laboratorium menunjukkan HB 12
gr/dl. Ht 39%, Leukosit 9 rb/ul. Pasien memiliki riwayat Hipertermia.
A. KATA KUNCI
1. Jenis kelamin
2. Usia 57 tahun
3. Susah kencing
4. Kencing tidak puas
5. Keluhan dirasakan sejak 6 bulan lalu
6. Urin menetes setelah akhir kencing
7. Terpasang kateter
8. Urin tertampung pada urin bag 350 cc / 8 jam
9. Konsistensi urin keruh
10. Urin berwarna kuning
11. Hematokrit 39 %
12. Riwayat hypertermi
2 | P a g e
SKENARIO 1
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
B. KLARIFIKASI KATA KUNCI
1. Susah Kencing
Dimana seseorang harus benar-benar memaksa diri untuk dapat buang air
kecil. Beberapa orang merasakan bahwa mereka harus membuang air seni
mereka. Namun ketika mereka benar-benar ingin melakukannya, jumlah
urin yang mengalir sangat sedikit. Kondisi ini dapat menyakitkan dan
membuat tidak nyaman dalam berkemih.
2. Kencing Tidak Puas
Suatu keadaan dimana seseorang masih ingin mengeluarkan urin namun
sudah berhenti.
3. Urin Menetes Stelah akhir kencing
Suatu keadaan dimana seseorag pada saat sudah selesai mengeluarkan urin
namun uretra masih mengeluarkan urin beberapa ml.
4. Terpasang Kateter
Suatu keadaan dimana pasien menunjukkan bahwa pasien tersebut
mengalami gangguan sistem perkemihan.
5. Urin Tertampung Pada Urin Bag 350 cc / 8 jam
Urin meupakan sisa metabolisme yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui uretra. Urin yang
dikeluarkan 350 cc / 8 jam menunjukkan adanya gangguan sistem
perkemihan karena urin yang dikeluarkan volumenya kurang dari normal.
6. Konsistensi keruh
Urin yang berubah warna menjadi keruh merupakan salah satu indikator
seseorang mengalami infeksi pada saluran kemih
7. Hematokrit 39 %
Hematokrit merupakan suatu hasil pengukuran yang menyatakan
perbandingan sel darah merah terhadap volume darah. Kata hematokrit
berasal dari yunani yaitu hema (darah) krite (menilai atau mengukur)
secara harfiah hematokrit berarti mengukur atau menilai darah. Dalam
kasus di atas hematokrit pasien menunjukkan39% yang berarti bahwa
3 | P a g e
Susah Kencing
Manifestasi klinik
Hesistensi Retensi Urin
Masalah Keperawatan
ASKEP
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
hematokrit pasien di bawah normal. Normal hematokrit pada orang
dewasa adalah 40%- 50%.
8. Hypertermi
Hipertermi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan suhu tubuh. Suhu tubuh dikatakan meningkat jika hasil
pengukuran suhu tubuh seseorang di atas 37 ˚C.
C. PROBLEM TREE
D. PERTANYAAN PENTING
1. Mengapa pada usia lanjut lebih sering mengalami susah kencing ?
2. Mengapa pada laki-laki bisa terjadi susah kencing ?
3. Bagaimanakah mekanisme susah berkemih dan mengapa urin menetes
setelah akhir miksi ?
4. Bagaimana mekanisme kencing tidak puas ?
5. Mengapa tindakan pemasangan kateter harus dilakukan pada pasien yang
mengalami susah kencing ?
6. Jelaskan :
a. Bagaimanakah proses pembentukan urin dan berapakah jumlah urin
dikandung kemih yang menyebabkan rangsangan untuk berkemih ?
b. Bagaimana proses berkemih pada kasus susah kencing?
4 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
7. Apa yang menyebabkan konsistensi urin menjadi keruh ?
8. Apa saja manifestasi klinik yang dapat timbul pada pasien yang
mengalami susah kencing ?
9. Apa saja data penunjang yang diperlukan untuk pasien yang mengalami
susah kencing ?
10. Apa hubungan Hipertermi dengan Susah Kencing ?
E. JAWABAN PERTANYAAN PENTING
5 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
2. Laki-Laki lebih sering mengalami susah kencing
6 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
3. Mekanisme Susah Kencing
7 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
4. Bagaimana mekanisme kencing tidak puas
8 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
5. Pemasangan kateter harus dilakukan pada pasien yang mengalami susah
kencing
9 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
6. Proses pembentukan urin dan jumlah urin dikandung kemih yang
menyebabkan rangsangan untuk berkemih dan proses berkemih pada kasus
susah kencing
10 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
11 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
7. Proses Terjadinya Urin Keruh
12 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
8. Manifestasi Klinis Susah Kencing
a. Kesulitan memulai berkemih
b. Perasaan berkemih tidak puas atau kandung kemih terasa tidak kosong
c. Ketidakmampuan untuk mengosongka kandung kemih
d. Nyeri abdomen bagian bawah dan distensi serta spasme abdomen
e. Sering berkemih dg jumlah sedikit
f. Diawali dengan urin mengalir lambat.
g. Terasa ada tekanan
h. Kadang terasa nyeri dan rasa ingin BAK
i. Sensasi kandung kemih penuh
j. Tidak ada haluaran urin
k. Mengedan bila miksi
l. Ketidaknyamanan daerah pubis
9. Pemeriksaan penunjang pada klien yang mengalami susah kencing
a. Darah rutin
Menilai adanya gangguan pada sistem perkemihan. Hb menurun
menandakan penurunan produksi eritropoitin. Peningkatan leukosit
menandakan adanya proses inflamasi.
b. Analisis urin
PH kurang dari normal kemungkinan terdapat infeksi oleh bakteri
pemecah urea, sedangkan jika ph meningkat kemungkinan terdapat
asidosis pada tubulus ginjal
c. Fungsi ginjal
Pemeriksaan kadar BUN untuk menilai adanya gangguan fungsi
ginjal.
d. Foto polos abdomen
Untuk menilai adanya batu saluran kemih
e. IVP
Untuk melihat adanya komplikasi pada ureter dan ginjal
f. PSA ( Prostat Spesifik Antigen )
Untuk menilai keganasan pada prostat
13 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
g. Erytouretroscope
Untuk mengamati uretra, kandung kemih dan ukuran prostat
10. Hubungan antara hipertermi dengan susah kencing
Jawab:
Hubungan secara langsung mungkin tidak ada tapi hipertermi memiliki
hubungan yang sangat erat dengan salah satu penyebab susah
kencing,yaitu infeksi saluran kemih. Mekanisme terjadinya adalah :
Skema Pathofisiologi Hubungan Susah Kncing dengan Hipertermi:
14 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
F. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi retensi urin
2. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi retensi urin
3. Mahasiswa mampu menjabarkan patofisiologi retensi urin
4. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinik retensi urin
5. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan retensi urin
6. Mahasiswa mampu menyebutkan diagnosa keperawatan yang dapat
muncul dari retensi urin
G. INFORMASI TAMBAHAN
1. pasien mengejan saat memulai miksi
2. distensi abdomen
3. Tidak ada haluan urin
4. Ketidaknyamanan daerah pubis
5. Sensasi kandung kemih penuh
6. Kadang rasa nyeri dan perasaan ingin berkemih
7. Pemeriksaan penunjang
8. Fungsi ginjal
9. Potopolos abdomen
10. Ivp
11. PSA
H. ANALISA & SINTESIS
Dari analisis kelompok kami, skenario diatas lebih mengarah pada
terjadinya retensi urin yang dicurigai dikarenakan pasien mengalami BPH.
namun masih membutuhkan beberapa data-data penunjang lainnya
seperti,pemeriksaan laboratorium lengkap dan beberapa pemeriksaan
penunjang lain yang lebih memfokuskan untuk dapat menegakkan diagnosa
keperawatan dan diagnosa medis.
15 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
Retensi Urine
Definisi
Retensi Urin (akut dan kronik) Ketidak Mampuan Melakukan
urinasi meskipun terdapat keinginan ataudorongan terhadap hal tersebut.
Retensi Urin adalah ketidak mampuan seseorang untuk
mengeluarkan urin yang terkumpul dalam buli-buli hingga kapsitas
maksimal buli-buli terlampaui. Proses miksi terjadi kerena adanya
koordinasi harmonik antara otot detrusor buli-buli sehingga penampang
pemompa urin dengan Uretra yang bertindak sebagai penyalur urin.
Adanya penyumbatan pada uretra, kontraksi buli-buli yang tidk
adekuat, atau tidak adanya koordinasi antara buli-buli dan uretra dapat
menimbulkan terjadinya retensi urin.
Etiologi
1. Adanya penyumbatan pada uretra
2. Kontraksi buli buli tidak adekuat
3. Tidak ada kontraksi buli buli dan uretra
4. Kelainan medula spinalis, misalnya meningkokel, tabes dosalis, atau
spasmus sfingter yang di tandai dengan rasa sakit yang hebat. Vesikal
berupa kelemahan otot detrusor karena lama tegang, atoni pada pasien DM
atau penyakit neurolgit divertikel yang besar
5. Dapat disebabpakan oleh kecemasan, pembesaran prostat, kelainan
patologi urethra(infeksi, tumor, kalkul), Trauma, disvungsi neurologi
kandung kemih
6. Beberapa obat mencakup preparat antikolinergik,
antispasmotik(fenotiazin), preparat antihistamin (pseudoefedrin
hidroklrida = sudafet).
Manifestasi Klinik:
1. Diawali dengan urin mengalir lambat
2. Kemudian terjadi poliuri yang makin lama menjadi parah karena
pengosongan kandung kemih tidak efesien
16 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
3. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
4. Terasa ada tekanan
5. Kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK
6. Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc
7. Sensasi kandung kemih penuh
8. Tidak ada haluaran urin
9. Mengedan bila miksi
10. Hesistansi
11. Nokturia atau pancaran kurang kuat
12. Ketidak nyamanan daerah pubis
17 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
Patway Susah Kencing
18 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
ASKEP SESUAI DENGAN SCENARIO
A. PENGKAJIAN:
SIIRKULASI:
Tanda: peninggian TD (efek pembesaran ginjal)
ELIMINASI:
Gejala:
1) Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan
lengkap
2) dorongan dan frekuensi berkemih
3) penurunan kekuatan/dorongan aliran urine;tetesan.
4) Disuria
5) hematuria
Tanda:
1) massa padat dibawah abdomen bawah (distensi kandung kemih),
2) nyeri tekan kandung kemih
MAKANAN/CAIRAN:
Gejala:
1) anoreksia
2) mual
3) muntah
4) Penurunan berat badan
KEAMANAN:
Gejala: demam .
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK:
- Urinalisa: warna kuning, coklat gelap, merah gelap atau terang
(berdarah); penampilan keruh; pH7 atau lebih besar (menunjukkan
infeksi); bacteria, SDP,SDM mungkin ada secara mikroskopis.
- Kultur urine: dapat menunjukkan Staphylococcus aureus, proteus,
klebisella, pseudomonas, atau Escherichia coli.
- Sitologi urine: untuk mengesampingkan kanker kandung kemih.
19 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
- BUN/ kreatinin: Meningkatkan bila fungsi ginjal dipengaruhi.
- Asam fosfat serum/antigen khusus prostatic: peningkatan karena
pertumbuhan selular dan pengaruh hormonal pada kanker prostat (dapat
mengindikasikan metastase tulang).
- SDP: mungkin lebih besar dari 11.000, mengindikasikan infeksi bila
pasien tidak imunosupresi.
- Penentuan kecepatan aliran urine: Mengkaji derajat obstruksi kandung
kemih.
- IVP dengan film pasca-berkemih: menunjukkan pelambatan pengosongan
kandung kemih, membedakan derajat obstruksi kandung kemih dan
adanya pembesaran prostat, divertikuli kandung kemih dan penebalan
abnormal otot kandung kemih.
- Sistouretrografi berkemih: digunakan sebagai ganti IVP untuk
memvisualisasikan kandung kemihdan uretra karena ini menggunakan
bahan kontras local.
- Sistogram: mengukur tekanan dan volume dalam kandungan kemih untuk
mengidentifikasi disfungsi yang tak berhubungan dengan BHP.
- Sistouretroskopi: untuk menggambarkan derajat pembesaran prostat dan
perubahan dinding kandung kemih (kontraindikasi pada adanya ISK akut
sehubungan dengan risikosepsis gram negatif).
- Sistometri: mengevaluasi fungsi otot detrusor dan tonusnya.
- Ultrasound transrektal; mengukur ukuran prostat, jumlah residu urine;
melokalisasi lesi yang tak berhubungan dengan BHP.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Retensi urine
2. Nyeri
3. Eliminasi urine
4. Ansietas
5. Kurang Pengetahuan
20 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Retensi urine
No Intervensi Rasional1. Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4
jam dan bila tiba-tiba dirasakan
Meminimal kanretensi urine distensi
berlebihan pada kandung kemih
2. Tanyakan pasien tentang inkontinensia
stress
Tekanan ureteral tinggi menghambat
pengosongan kandung kemih atau dapat
menghambat berkemih sampai tekanan
abdominal meningkat cukup untuk
mengeluarkan urine secara tidak sadar
3. Observasi aliran urine, perhatikan
ukuran dan kekuatan
Berguna untuk mengevaluasi obstruksi
dan pilihan intervensi
4. Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap
berkemih. Perhatikan penurunan
haluaran urine dan perubahan beratjenis
Retensi urine meningkatkan tekanan
dalam saluran perkemihan atas, yang
dapat mempengaruhi fungsi ginjal
adanya deficit aliran darah ke ginjal
mengganggu kemampuannya untuk
memfilter dan mengkonsentrasi
substansi
5. Perkusi/palpasi area suprapubik Distensi kandung kemih dapat dirasakan
di area suprapubik
6. Dorong masukan cairan sampai 3000 ml
sehari, dalam toleransi jantung, bila
diindikasikan
Peningkatan aliran cairan
mempertahankan perfusi ginjal dan
kandung kemih dari pertumbuhan
bakteri
7. Berikan/dorong kateter lain dan
perawatan perineal
Menurunkan risiko infeksi asendens
8. Berikan rendam duduk sesuai indikasi Meningkatkan relaksasi otot, penurunan
edema, dan dapat meningkatkan upaya
berkemih
9. Berikan obat sesuai indikasi: Menghilangkan spasme kandung kemih
21 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
Antispasmodic, contoh; oksibutin
inklorida (ditropan)
sehubungan dengan iritasi oleh kateter
22 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
2. Nyeri
No Intervensi Rasional
1. Kajinyeri, perhatikanlokasi, intensitas(skala 0-10) Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan
pilihan/keefektifan intervensi
2. Plester selang drainase pada paha dan kateter
pada abdomen (bila traksi tidak diperlukan)
Mencegah penarikan kandung kemih dan erosi pertemuan penis-skrotal
3. Perhatikan tirah baring bila diindikasikan Tirah baring mungkin diperlukan pada awal selama retensi akut. Namun,
ambulasi dini dapat memperbaiki pola berkemih normal dan
menghilangkan nyerikolik
4. Berikan tindakan kenyamanan, contoh pijatan
punggung; membantu pasien melakukan posisi
yang nyaman; mendorong penggunaan relaksasi/
latihan napas dalam; aktivitas teraupetik
Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian, dan dapat
meningkatkan kemampuan koping
5. Dorong menggunakan rendam duduk, sabun
hangat untuk perineum
Meningkatkanrelaksasiotot
6. Masukkan kateter dan dekatkan untuk kelancaran
drainase
Pengaliran kandung kemih menurunkan tegangan dan kepekaan kelenjar
7. Lakukan masase prostat Membantu dalam evakuasi duktus kelenjar untuk menghilangkan
kongesti/inflamasi. Kontraindikasi bila infeksi terjadi
23 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
8. Berikan obat sesuai indikasi:
Narkotik, conto heperidin (Demerol)
Antibacterial, contoh metenamin hipurat (Hiprex)
Diberikan untuk menghilangkan nyeri berat, memberikan relaksasi
mental danfisik
Menurunkan adanya bakteri dalam traktus urinaryus juga yang
dimasukkan melalui system drainase
3. Eliminasi urine
No Intervensi Rasional
1. Awasi pemasukan dan pengeluaran dan
karakteristik urine
Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contoh
infeksi dan perdarahan. Perdarahan dapat mengindikasikan peningkatan
obstruksi atau iritasi ureter
2. Tentukan pola berkemih normal pasien dan
perhatikan variasi
Kalkulus dapat menyebab kaneksi tabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi
kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekuensi dan urgensi meningkat bila
kalkulus mendekati pertemuan uretrovesikal
3. Periksa semua urine. Catat jika adanya
keluaran batu
Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu
danmempengaruhipilihanterapi
4. Observasi perubahan status mental, perilaku
atau tingkat kesadaran
Akumulasi sisa uremik dan ketidak seimbangan elektrolit dapat menjadi
toksik pada SSP
5. Awasi pemeriksaan laboratorium, elektrolit,
BUN, Kreatinin
Peniinggian BUN, kreatinin dan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal
24 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
4. Ansietas
No Intervensi Rasional
1. Selalu ada untuk pasien. Buat hubungan
saling percaya dengan pasien/orang terdekat
Menunjukkan perhatian dan keinginan untu kmembantu
Membantu dalam diskusi tentang subjek sensitive
2. Berikan informasi tentang prosedur dan
teskhusus dan apa yang akan terjadi, contoh
kateter,urin berdarah, iritasi kandung kemih.
Ketahui seberapa banyak informasi yang
diinginkan pasien
Membantu pasien memahami tujuan dari apa yang dilakukan, dan
mengurangi masalah karena ketidak tahuan, termasuk ketakutan akan kanker.
Namun kelebihan informasi tidak membantu dan dapat meningkatkan
ansietas.
3. Pertahankan perilaku nyata dalam melakukan
prosedur/menerima pasien. Lindungi privasi
pasien.
Menyatakan penerimaan dan menghilangkan rasa malupasien.
4. Dorong pasien/orang terdekat untuk
menyatakan masalah/perasaan
Mendefinisikan masalah, memberikan kesempatan untuk menjawab
pertanyaan, memperjela skesalahan konsep, dan solusi pemecahan masalah
5. Beri penguatan informasi pasien yang telah
diberikan sebelumnya
Memungkinkan pasien untuk menerima kenyataan dan menguatkan
kepercayaan pada pemberian perawatan dan pemberian informasi
5. Kurang pengetahuan
25 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
No Intervensi Rasional
1. Kaji ulang proses penyakit, pengalaman
pasien
Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan
informasi terapi
2. Dorong menyatakan rasa takut/ perasaan dan
perhatian
Membantu pasien mengalami perasaan dapat merupakan rehabilitasi vital
3. Berikan informasi bahwa kondisi tidak
ditularkan secara seksual
Mungkin merupakan ketakutan yang tak dibicarakan
4. Anjurkan menghindari makanan berbumbu,
kopi, alcohol, mengemudikan mobil lama,
pemasukan cairan cepat (terutama alcohol)
Dapat menyebabkan iritasi prostat dengan masalah kongesti. Peningkatan
tiba-tiba pada aliran urine dapat menyebabkan distensi kandung kemih dan
kehilangan tonus kandung kemih, mengakibatkan episode retensi urinaria
akut
5. Bicarakan masalah seksual, contoh bahwa
selama episode akut prostatitis, koitus
dihindari tetapi mungkin membantu dalam
pengobatan kondisi kronis
Aktivitas seksual dapat meningkatkan nyeri selama episode akut tetapi dapat
memberikan sesuatu massase pada adanya penyakit kronis
6. Berikan informasi tentang anatomi dasar
seksual. Dorong pertanyaan dan tingkatkan
dialog tentang masalah
Memiliki informasi tentang anatomi membantu pasien memahami implikasi
tindakan lanjut, sesuai dengan afek penampilan seksual
7. Kaji ulang tanda/gejala yang memerlukan Intervensi cepat dapat mencegah komplikasi
26 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
evaluasi medik, contoh urine keruh,
penurunan haluaran urine, adanya demam/
menggigil
8. Diskusikan perlunya pemberitahuan pada
perawat kesehatan lain tentang diagnose
Menurunkan resiko terapi tak tepat, contoh penggunaan dekongestan, anti
kolinergik, dan anti depresan meningkatkan retensi urin dan dapat
mencetuskan episode akut
9. Beri penguatan pentingnya evaluasi medic
untuk sedikitnya 6 bulan - 1tahun, termasuk
pemeriksaan rektal, urinalisa
Hipertrofi berulang dan/infeksi (disebabkan oleh organisme yang sama atau
berbeda) tidak umum dan akan memerlukan perubahan terapi untuk
mencegah komplikasi serius.
27 | P a g e
Tutorial Susah Kencing
Modul 1 Skenario 1
Kelompok 1 & 5
DAFTAR PUSTAKA
Purnomo, Basuki B. (2011). Dasar-Dasar urologi. Jakarta: Sagung Seto
Corwin, E. (2009). Buku saku patofisiologi edisi revisi 3. Jakarta: EGC.
Hopkins, T. (2014). Intisari medikal bedah edisi 3. Jakarta: EGC.
Muttaqim, A., & Kumala, S. (2011). Asuhan keperawatan gangguan sistem
perkemihan. Jakarta: Salamba medika.
Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine. (2006). Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Sari, N. (n.d.). Konsep dasar benigna prostat hiperplasia. Unimus.
Smetzer, C., & Bare, B. (2013). Buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8.
Jakarta: EGC.
28 | P a g e