Download - Tugas Ujian Akhir Semester
TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTERMATA KULIAH KEWARGANEGARAAN
ISU WILAYAH PERBATASAN
Oleh TATIK FARIHAH (2409100062)
JURUSAN TEKNIK FISIKAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERSURABAYA
2009
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
nikmatNya. Sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis yang berjudul
ISU WILAYAH PERBATASAN. Karya tulis ini di susun untuk memenuhi
tugas ujian akhir semester 1 pada mata kuliah kewarganegaraan. Penulis
menyadari bahwa karyan tulis yang telah di susun masih sangat jauh dari keadaan
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan agar dapat
menyusun lebih baik lagi.
Surabaya, 20 Desember 2009
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belang
Karya tulis ini di buat untuk memenuhi tugas ujian akhir semester 1 pada mata
kuliah kewarganegaraan. Karya tulis ini berjudul ISU WILAYAH
PERBATASAN. Wilayah perbatasan merupakan wilayah yang rawan terhadap
berbagai gangguan-gangguan di sekitarnya. Biasanya pada wilayah perbatasan
sering terjadi tindak kriminal seperti penyelundupan barang-barang illegal,
pembajakan di laut, perompakan, penyelundupan, teror dan sabotase terhadap
objek vital di laut, pengambilan sumber daya alam secara tidak sah dan
penyelundupan kayu terutama di sekitar Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah
dan Kalimantan Timur. Selain itu pada wilayah – wilayah perbatasan sering
menjadi perebutan wilayah oleh dua buah Negara yang saling berbatasan sehingga
pada wilayah perbatasan rawan untuk terjadi peperangan untuk memperebutkan
wilayah tersebut.
Batas (negara) tidak saja berperan peranan penting dalam menentukan
kedaulatan dan keamanan nasional suatu negara. Bahkan, batas negara memiliki
posisi penting dalam politik luar negeri sebuah negara. Ini sebagai upaya
membentuk tata interaksi antarnegara yang konstruktif dalam suatu cakupan
kawasan geografis. Hubungan internasional kontemporer dan agenda politik luar
negeri tetap akan didominasi persoalan tradisional batas-batas negara. Hal ini
amat terkait masalah keamanan nasional, kedaulatan teritorial, serta efektivitas
politik luar negeri dan diplomasi yang diperankan sebuah negara.
Pembentukan dan perancangan undang-undang (UU) tentang Batas Wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah menjadi usul inisiatif DPR
sebagai salah satu Rancangan Undang-Undang (RUU) yang sangat penting pada
masa transisi ini. Tentu saja RUU itu merupakan hal baru terutama dari segi
substansi dan pelaksanaan operasionalnya. Terbukti sampai sekarang Indonesia
belum bisa menentukan dan menetapkan batas wilayah negaranya serta belum
mempunyai UU mengenai batas wilayah negara.
RUU itu merupakan amanah dari konstitusi negara sebagaimana tercantum
dalam Amendemen Kedua UUD 1945 dalam Pasal 25 A, "Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara
dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-
undang." Hal ini menyiratkan bahwa mutlak diperlukan UU yang mengatur
perbatasan sebagai dasar kebijakan dan strategi untuk mempertahankan
kedaulatan NKRI, memperjuangkan kepentingan nasional dan keselamatan
bangsa, memperkuat potensi, pemberdayaan dan pengembangan sumber daya
alam bagi kemakmuran seluruh bangsa Indonesia sesuai dengan UUD 1945.
Negara KesatuanRepublik Indonesia secara geografis memiliki posisi yang
sangat strategis, terletak diantara 2 benua yaitu benua Asia-Australia dan 2 lautan,
yaitu lautan Pasifik dan lautan India. Wilayah Teritorial darat Republik Indonesia
(RI) berbatasan langsung dengan tiga negara, yaitu Malaysia, Papua New Guinea
(PNG) dan Timor Leste. Kawasan perbatasan kontinen tersebut tersebar di tiga
pulau, empat propinsi dan 15 kabupaten/kota yang masing-masing wilayah
memiliki karakteristik kawasan perbatasan berbeda-beda. Demikian pula negara
tetangga yang berbatasan dengan RI, memiliki karakteristik sosial, ekonomi,
politik dan budaya berbeda.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam menyusun karya tulis ini penulis merumuskan beberapa masalah antara
lain :
1. Masalah-masalah apa saja yang timbul dalam wilayah perbatasan Negara
2. Negara-negara mana saja yang berbatasan dengan Indonesia
3. Bagaimana cara mengatasi masalah-masalah yang muncul di wilayah
perbatasan
4. Langkah-langkah apa saja yang telah di tempuh pemerintah dalam
mengatasi masalah tersebut.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah :
1. Mengetahui masalah-masalah apa saja yang muncul di wilayah perbatasan
2. Mengetahui Negara-negara yang berbatasan dengan Indonesia
3. Mampu menemukan solusi atas permasalahan yang muncul
4. Mengetahui langkah-langkah yang telah di tempuh pemerintah dalam
mengatasi masalah yang muncul
1.4 Teori
Wilayah Negara Kesatuan RI yang posisi geografisnya diantara dua benua dan
dua samudera, memiliki potensi konflik dengan negara-negara tetangga, baik yang
berbatasan dengan laut maupun wilayah perbatasan darat.
Banyaknya kasus pelanggaran hukum di wilayah perbatasan tersebut seperti kasus
imigran gelap, pengambilan Sumber Daya Alam secara ilegal dan penyelundupan,
antara lain akibat belum tuntasnya penetapan maupun penegasan batas Negara
Kesatuan RI dengan negara-negara tetangga.
Selama ini pula penyelesaian penetapan garis batas wilayah darat dilakukan
dengan perjanjian perbatasan yang masih menimbulkan masalah dengan negara-
negara tetangga yang sampai sekarang belum tuntas sepenuhnya. Misalnya
kesepakatan bersama dengan Timor Leste tentang Garis Batas Laut belum
dilakukan
Dalam beberapa kasus di banyak negara berkembang, masalah batas negara
belum dapat dikelola dengan baik, bahkan menjadi salah satu indikator bahwa
negara itu amat lemah atau gagal (weak/failed state). Hal ini, misalnya, ditandai
ketidakmampuan negara mengelola secara fisik pengelolaan wilayah
perbatasannya. Selain itu, ketiadaan administrasi yang efektif dalam mengatur
batas wilayahnya juga menjadi masalah tersendiri yang menambah rumit
persoalan batas wilayah negara.
Terbatasnya dan rendahnya kemampuan negara dalam mengelola dan mengawasi
semua wilayah perbatasan dan teritorialnya, baik udara, laut, dan darat, juga akan
berdampak amat dalam baik secara internal dan eksternal. Kompleksitas persoalan
wilayah perbatasan ini secara tradisional bukan saja akan mendorong terjadinya
intrastate conflict/war, tetapi juga akan memicu terjadinya konflik antarnegara dan
interstate war. Hal ini bukan saja dipicu prinsip kesatuan teritorialitas, tetapi juga
dipertegas prinsip kedaulatan yang selama ini menjadi kepentingan pertama dan
utama tiap negara-bangsa. Secara tradisional, tiap negara- bangsa akan siap
melakukan apa saja untuk mempertahankan kedaulatan wilayahnya.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Metodologi
Dalam penulisan karya tulis ini penulis menggunakan metode-metode
kajian pustaka. Kajian pustaka tersebut penulis dapatkan dari media elektronik
berupa internet. Penulis mencari materi-materi dengan proses searching melalui
google. Sebelum penulis mencari materi melalui google penulis terlebih dahulu
menentukan permasalahan yang akan di bahas dalam karya tulis ini. Kemudian
dari beberapa masalah yang telah tersusun penulis menggunakan masalah tersebut
untuk di jadikan sebagai kata kunci dalam proses pencarian data di Google.
Kemudian penulis mengumpulkan beberapa sumber untuk dijadikan referensi
dalam penulisan karya tulis ini. Setelah metei-materi tersebut terkumpul penulis
meneliti dan menyaring materi apa saja yang perlu untuk di bahas dalam karya
tulis tersebut. Setelah materi yang tersaring sudah di dapatkan penulis menyusun
karya tulis berdasarkan sistematika yang telah di tentukan. Sistematika tersebut
antara lain adalah karya tulis memuat:
1.Pendahuluan yang berisi : Latar belakang, rumusan permasalahan dan konsep /
pendekatan / teori
2. Metodologi yang merupakan langkah-lankan yang dilakukan penulis untuk
memperoleh data.
3. Pembahasan yang berisi temuan kasun dan Analisis
4. Penutup yang berisi kesimpulan dan saran
5. Referensi
6. Lampiran berupa gambar)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Temuan Data
3.1.1 Negara-negara yang Berbatasan dengan Indonesia
Negara KesatuanRepublik Indonesia secara geografis memiliki posisi yang sangat
strategis, terletak diantara 2 benua yaitu benua Asia-Australia dan 2 lautan, yaitu
lautan Pasifik dan lautan India. Wilayah Teritorial darat Republik Indonesia (RI)
berbatasan langsung dengan tiga negara, yaitu Malaysia, Papua New Guinea
(PNG) dan Timor Leste. Kawasan perbatasan kontinen tersebut tersebar di tiga
pulau, empat propinsi dan 15 kabupaten/kota yang masing-masing wilayah
memiliki karakteristik kawasan perbatasan berbeda-beda. Demikian pula negara
tetangga yang berbatasan dengan RI, memiliki karakteristik sosial, ekonomi,
politik dan budaya berbeda.
Wilayah maritim Indonesia berbatasan dengan 10 negara, yaitu; India, Malaysia,
Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Republik Palau, Australia, Timor Leste
dan PNG.
• Perbatasan Indonesia-Singapura.
Penambangan pasir laut di perairan sekitar Kepulauan Riau yakni wilayah yang
berbatasan langsung dengan Singapura, telah berlangsung sejak tahun 1970.
Kegiatan tersebut telah mengeruk jutaan ton pasir setiap hari dan mengakibatkan
kerusakan ekosistem pesisir pantai yang cukup parah. Selain itu mata pencaharian
nelayan yang semula menyandarkan hidupnya di laut, terganggu oleh akibat
penambangan pasir laut. Kerusakan ekosistem yang diakibatkan oleh
penambangan pasir laut telah menghilangkan sejumlah mata pencaharian para
nelayan.
Penambangan pasir laut juga mengancam keberadaan sejumlah pulau kecil karena
dapat menenggelamkannya, misalnya kasus Pulau Nipah. Tenggelamnya pulau-
pulau kecil tersebut menimbulkan kerugian besar bagi Indonesia, karena dengan
perubahan pada kondisi geografis pantai akan berdampak pada penentuan batas
maritim dengan Singapura di kemudian hari.
• Perbatasan Indonesia-Malaysia.
Penentuan batas maritim Indonesia-Malaysia di beberapa bagian wilayah perairan
Selat Malaka masih belum disepakati kedua negara. Ketidakjelasan batas maritim
tersebut sering menimbulkan friksi di lapangan antara petugas lapangan dan
nelayan Indonesia dengan pihak Malaysia.
Demikian pula dengan perbatasan darat di Kalimantan, beberapa titik batas belum
tuntas disepakati oleh kedua belah pihak. Permasalahan lain antar kedua negara
adalah masalah pelintas batas, penebangan kayu ilegal, dan penyelundupan.
Forum General Border Committee (GBC) dan Joint Indonesia Malaysia Boundary
Committee (JIMBC), merupakan badan formal bilateral dalam menyelesaikan
masalah perbatasan kedua negara yang dapat dioptimalkan.
• Perbatasan Indonesia-Filipina.
Belum adanya kesepakatan tentang batas maritim antara Indonesia dengan
Filipina di perairan utara dan selatan Pulau Miangas, menjadi salah satu isu yang
harus dicermati. Forum RI-Filipina yakni Joint Border Committee (JBC) dan Joint
Commission for Bilateral Cooperation (JCBC) yang memiliki agenda sidang
secara berkala, dapat dioptimalkan menjembatani permasalahan perbatasan kedua
negara secara bilateral.
• Perbatasan Indonesia-Australia.
Perjanjian perbatasan RI-Australia yang meliputi perjanjian batas landas kontinen
dan batas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) mengacu pada Perjanjian RI-Australia
yang ditandatangani pada tanggal 14 Maret 1997. Penentuan batas yang baru RI-
Australia, di sekitar wilayah Celah Timor perlu dibicarakan secara trilateral
bersama Timor Leste
• Perbatasan Indonesia-Papua Nugini.
Indonesia dan PNG telah menyepakati batas-batas wilayah darat dan maritim.
Meskipun demikian, ada beberapa kendala kultur yang dapat menyebabkan
timbulnya salah pengertian. Persamaan budaya dan ikatan kekeluargaan antar
penduduk yang terdapat di kedua sisi perbatasan, menyebabkan klaim terhadap
hak-hak tradisional dapat berkembang menjadi masalah kompleks di kemudian
hari.
• Perbatasan Indonesia-Vietnam.
Wilayah perbatasan antara Pulau Sekatung di Kepulauan Natuna dan Pulau
Condore di Vietnam yang berjarak tidak lebih dari 245 mil, memiliki kontur
landas kontinen tanpa batas benua, masih menimbulkan perbedaan pemahaman di
antara ke dua negara. Pada saat ini kedua belah pihak sedang melanjutkan
perundingan guna menentukan batas landas kontinen di kawasan tersebut.
• Perbatasan Indonesia-India.
Perbatasan kedua negara terletak antara pulau Rondo di Aceh dan pulau Nicobar
di India. Batas maritim dengan landas kontinen yang terletak pada titik-titik
koordinat tertentu di kawasan perairan Samudera Hindia dan Laut Andaman,
sudah disepakati oleh kedua negara. Namun permasalahan di antara kedua negara
masih timbul karena sering terjadi pelanggaran wilayah oleh kedua belah pihak,
terutama yang dilakukan para nelayan.
• Perbatasan Indonesia-Thailand.
Ditinjau dari segi geografis, kemungkinan timbulnya masalah perbatasan antara
RI dengan Thailand tidak begitu kompleks, karena jarak antara ujung pulau
Sumatera dengan Thailand cukup jauh, RI-Thailand sudah memiliki perjanjian
Landas Kontinen yang terletak di dua titik koordinat tertentu di kawasan perairan
Selat Malaka bagian utara dan Laut Andaman. Penangkapan ikan oleh nelayan
Thailand yang mencapai wilayah perairan Indonesia, merupakan masalah
keamanan di laut. Di samping itu, penangkapan ikan oleh nelayan asing
merupakan masalah sosio-ekonomi karena keberadaan masyarakat pantai
Indonesia.
• Perbatasan Indonesia-Republik Palau.
Sejauh ini kedua negara belum sepakat mengenal batas perairan ZEE Palau
dengan ZEE Indonesia yang terletak di utara Papua. Akibat hal ini, sering timbul
perbedaan pendapat tentang pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh para
nelayan kedua pihak.
• Perbatasan Indonesia-Timor Leste.
Saat ini sejumlah masyarakat Timor Leste yang berada diperbatasan masih
menggunakan mata uang rupiah, bahasa Indonesia, serta berinteraksi secara
sosial dan budaya dengan masyarakat Indonesia. Persamaan budaya dan ikatan
kekeluargaan antarwarga desa yang terdapat di kedua sisi perbatasan, dapat
menyebabkan klaim terhadap hak-hak tradisional, dapat berkembang menjadi
masalah yang lebih kompleks. Disamping itu, keberadaan pengungsi Timor
Leste yang masih berada di wilayah Indonesia dalam jumlah yang cukup besar
potensial menjadi permasalahan perbatasan di kemudian hari.
3.1.2 Masalah-masalah yang Dihadapi di Wilayah Perbatasan
Selama ini pula penyelesaian penetapan garis batas wilayah darat dilakukan
dengan perjanjian perbatasan yang masih menimbulkan masalah dengan negara-
negara tetangga yang sampai sekarang belum tuntas sepenuhnya. Misalnya
kesepakatan bersama dengan Timor Leste tentang Garis Batas Laut belum
dilakukan.
Begitu juga halnya dengan Republik Palau di daerah utara laut Halmahera belum
ada pertemuan bersama. Sedangkan garis batas darat masih ada permasalahan
yang belum terselesaikan, antara lain dengan Malaysia di Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur yang disepakati diselesaikan melalui
General Border Committee (GBC) antara kedua negara, dan dengan Papua Nugini
di sepanjang Provinsi Papua sebelah timur, sedangkan dengan Timor Lorosae di
sepan- jang timur Nusa Tenggara Timur.
Banyaknya kasus pelanggaran hukum di wilayah perbatasan seperti
penyelundupan, kegiatan terorisme, pengambilan sumber daya alam oleh warga
negara lain, dan banyaknya nelayan Indonesia yang ditangkap oleh polisi negara
lain karena nelayan Indonesia melewati batas wilayah negara lain akibat tidak
jelasnya batas wilayah negara.
Masalah lain adalah ketidakjelasan siapa yang berwenang dan melakukan
koordinasi terhadap masalah-masalah perbatasan antara Indonesia dan negara-
negara tetangga, mulai dari masalah konflik di wilayah perbatasan antara
masyarakat perbatasan, siapa yang bertugas mengawasi wilayah perbatasan dan
pulau-pulau terluar, sampai kepada siapa yang berwenang mengadakan kerja sama
dan perundingan dengan negara-negara tetangga, misalnya tentang penentuan
garis batas kedua negara.
Perbatasan darat di Kalimantan, beberapa titik batas, belum tuntas disepakati oleh
kedua belah pihak. melalui Forum General Border Committee (GBC) dan Joint
Indonesia Malaysia Boundary Committee (JIMBC), badan formal bilateral.
Permasalahan lain antarkedua negara adalah masalah pelintas batas, penebangan
kayu ilegal, dan penyelundupan.
Penentuan batas maritim Indonesia-Malaysia di beberapa bagian wilayah perairan
Selat Malaka masih belum disepakati kedua negara. Ketidakjelasan batas maritim
tersebut sering menimbulkan friksi di lapangan antara petugas lapangan dan
nelayan Indonesia dengan pihak Malaysia.
Masalah dengan Singapura adalah mengenai penambangan pasir laut di perairan
sekitar Kepulauan Riau yang telah berlangsung sejak tahun 1970. Kegiatan
tersebut telah mengakibatkan dikeruknya jutaan ton pasir setiap hari dan
mengakibatkan kerusakan ekosistem pesisir pantai yang cukup parah. Selain itu
mata pencaharian nelayan yang semula menyandarkan hidupnya di laut, terganggu
oleh akibat penambangan pasir laut. Kerusakan ekosistem yang diakibatkan oleh
penambangan pasir laut telah menghilangkan sejumlah mata pencaharian para
nelayan
3.2 Analisis
3.2.1 Solusi dalam Menyelesaikan Permasalahan yang Muncul di Daerah
perbatasan
Dengan melihat kondisi wilayah perbatasan dan skanario ancaman terhadap
Pulau Kalimantan dimana salah satunya menjadikan Kalbar atau Kaltim sebagai
sasaran untuk melindungi gerakan musuh pada corong darat maupun tengah atau
menjadikan Pulau Kalimantan sebagai Staging Area untuk menguasai Pulau Jawa
dan Sulawesi maupun Sumatera, maka untuk kepentingan pertahanan pulau
Kalimantan perlu dibuat klasifikasi daerah yang meliputi daerah tempur,daerak
komunikasi dan daerah pangkal perlawanan yang tentunya berdampak pada
kebijakan pembangunan daerah ( Perbangda Provinsi dan Kabupaten perbatasan )
dan salah satu kunsekuensinya dengan membangun wilayah perbatasan dengan
tujuan :
1) Menegakkan kedaulatan.
Penegakan kedaulatan negara diperbatasan sedangkan dan terus dilakukan oleh
Kodam VI/Tpr yang saat ini menempatkan pos pengamanan perbatasan dengan
kekuatan 2 Batalyon yang terbagi dalan 112 pos, 3 diantaranya pos bersama
dengan Tentara Darat Malaysia (TDM), disamping penegakkan kedaulatan tugas
satuan ini juga harus mampu untuk meningkatkan wawasan masyarakat tentang
kehidupan berbangsa serta mengembangkan daya tahan masyarakat untuk
menjadi kekuatan pertahanan serta melindungi segenap kekayaan alam dari rong-
rongan dan pencurian pihak luar
2) Meningkatkan kesejahtraan masyarakat.
Pengembangan kesejahtraan masyarakat dengan mendayagunakan potensi alam
secara maksimal perlu diimbangi dengan peningkatan SDM, dengan salah satu
cara pengembangan agrobisnis disepanjang perbatasan yang disamping serbagai
Safety Belt juga sebagai tanda batas hidup sehingga tidak mudah hilang dan
bergeser seperti yang terjadi selama ini
3) Mengembangkan Infastruktur wilayah.
Pengembangan Infastruktur wilayah selain sangat bermanfaat bagi satuan TNI AD
dalam manuver di daerah tersebut juga sangat bermanfaat bagi pengembangan
masyarakat seperti yang telah diuraikan di depan, termasuk pengembangan sarana
penyiar RRI maupun TVRI sehingga pengaruh siaran dari negara luar dapat
dieliminir. Infastruktur wilayah yang perlu dikembangkan berupa jalan yang
menghubungkan antar desa, antar Kecamatan dan antar Kabupaten baik yang
berada di Kalbar maupun di Kaltim serta jalan perbatasan yang sejajar dengan
garis perbatasan untuk memudahkan pengawasan dan pengendalian perbatasan.
4) Pengembangan pemukiman penduduk dengan cara Transmigrasi sehingga
pemukiman ini dapat menjadi titik kuat dalam rangka pengawasan dan
penguasaan wilayah jarak antara pemukiman perkisar sekitar 10 kilometer
sehingga memudahkan dalam pengorganisasian dan pendayagunaan untuk
kepentingan pertahanan disamping juga kemudahan untuk pembinaannya serta
sebagai sara deteksi dan penangkal awal terhadap setiap ancaman terhadap
kedaulatan.
4. Dalam era globalisasi perdagangan bebas (AFTA 2003)
daerah perbatasan utara Kalimantan akan memiliki arti penting karena menurut
pengaman dan pakar ekonomi pada masa mendatang akan terjadi pergeseran
perdagangan atlantis ke ara Pasifik. Ini berarti pelabuhan-pelabuhan bagian utara
Kalimantan akan memainkan peranan yang penting dalam pendistribusian barang
ke pasar internasional.
.
Disisi lain pada masa mendatang komoditas perdagangan nonmigas akan
menjadi promadona menggantikan komoditas migas yang selama ini dikuras
habis-habisan. Dengan kata lain sudah saatnya 2 Provinsi di Kalimantan yang
mempunyai wilayah perbatasn dengan Malaysia mulai memprioritaskan
pembangunan wilayah perbatasan yang secara tidak langsung disamping untuk
menyejahterakan masyarakat juga akan meningkatkan kemampuan pertahanan
negara yang dalam bab III pasal 7 UU No. 3 tahun 2002 disebutkan bahwa
komponen pertahanan negara ini terdiri dari komponen utama, komponen
pendukung dan cadangan, dan dalam hal ini pembangunan wilayah perbatasan
secara tidak langsung akan mengingatkan kemampuan komponen pendukung dan
cadangan serta memberikan kemudahan komponen utama dalam menegelola
wilayah perbatasan untuk kepentingan pertahanan.
3.2.2 Langkah-langkah Pemerintah yang Dilakukan untuk Mengatasi Masalah
yang Muncul
1. Menyelenggarakan Lokakarya
Menteri Pertahanan RI H. Matori Abdul Djalil selaku pembicara kunci pada
Lokakarya Pengelolaan Perbatasan Negara, berlangsung Senin (25/3) di Gedung
Sasana Bhakti Departemen Dalam NegeriLokakarya tersebut bertema
“Mengoptimalkan fungsi pemerintahan dalam pengelolaan perbatasan negara
guna memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia” diikuti 168 peserta
yang berasal dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah seluruh Indonesia.
Lokakarya yang diselenggarakan Departemen Dalam Negeri ini akan berlangsung
selama dua hari. Hari pertama sebagai penyaji Menteri Luar Negeri Hassan
Wirajuda tentang Justifikasi Pengelolaan Perbatasan Negara Wilayah laut , Men
PAN Faisal Tamin tentang Tinjauan Aspek Kelembagaan dalam Pengelolaan
Perbatasan Negara, Kepala Bakosurtanal Prof. Joenil Kahar tentang Justifikasi
pengelolaan Perbatasan di wilayah Darat. Sedangkan hari kedua sebagai penyaji
Kepala Bappenas Drs. Kwiek Kian Gie tentang Program Pengelolaan Perbatasan
Negara dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tujuan diselenggarakan Lokakarya untuk memperoleh gambaran tentang seberapa
jauh isu-isu wilayah perbatasan dapat dipecahkan dalam bentuk kegiatan program
dengan skala waktu jangka pendek, menengah, dan panjang menjadi
permasalahan dalam penyelenggaraan pengendalian daerah perbatasan. Mencari
rumusan-rumusan guna menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan isu yang
dihadapi. Mencari persamaan persepsi tentang bagaimana cara terbaik untuk
memadukan persepsi dan opini para aparatur pengelola perbatasan dalam
menjalankan peran dan fungsinya.
Menurut Menhan H. Matori Abdul Djalil, belum adanya institusi atau lembaga
yang secara resmi menangani masalah nasional, khususnya masalah perbatasan
wilayah antar negara secara tetap, akan mengakibatkan berbagai dokumen/data
ysng sudah ada seperti hasil perjanjian dan peta-peta batas yang berada di
berbagai instansi yang berbeda, sehingga dalam pengelolaan selanjutnya tentu
tidak akan efisien dan efektif
Menhan mengatakan, permasalahan yang dapat timbul di daerah sekitar
perbatasan darat dan laut meliputi pendatang ilegal, pembajakan di laut,
perompakan, penyelundupan, teror dan sabotase terhadap objek vital di laut,
pengambilan sumber daya alam secara tidak sah dan penyelundupan kayu
terutama di sekitar Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
2. Pengamanan Daerah Perbatasan
Kedaulatan negara menunjukkan integritas dan martabat suatu bangsa dan harus
dijaga keutuhannya. Negara tidak mampu menjaga keda-ulatan setiap jengkal
wilayahnya, termasuk daerah perbatasan menggambarkan lemahnya keutuhan dan
kedaulatan negara tersebut. Kedaulatan negara menurut pengertian dalam
Pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 yaitu kedaulatan di tangan rakyat
dengan berdasarkan kepada kelima butir Pancasila. Kedaulatan NKRI yang
dijabarkan dalam suatu konsep Wawasan Nusantara merupakan suatu konsep
kesatuan wilayah yang mencakup darat, laut (termasuk dasar laut dan daratan di
bawahnya) dan udara. Kedaulatan tersebut juga meliputi penguasaan dan
kewenangan atas pengelolaan SDA dan pengaturan alur laut ALKI. Sejak
diakuinya konsep Wawasan Nusantara oleh dunia internasional dalam Konvensi
Laut PBB tahun 1982 (yang telah berlaku sejak 16 Nopember 1994) telah
memperluas kewenangan Indonesia tidak saja terhadap wilayah kedaulatan-nya
atas perairan Nusantara dan Laut Wilayah yang mengelilinginya, tetapi juga hak-
hak di luar perairan Nusantara dan di dasar laut serta tanah di bawahnya di landas
kontinen Indonesia (Zona Ekonomi Ekslusif) sejauh 200 mil.
Mengingat kompleksnya permasalahan yang terjadi di daerah perbatasan, maka
untuk melaksanakan kebijaksana-an tersebut, disusun beberapa strategi
pengamanan daerah perbatasan guna penegakan kedaulatan negara dalam rangka
pertahanan Negara yaitu :
a. Mewujudkan pengamanan daerah perbatasan negara yang meliputi pengamanan
terhadap SDA, kejahatan trans-nasional (penyelundupan senjata, narkotika dan
masuknya teroris) serta konflik antar etnis.
b. Menjamin tetap tegaknya dan utuhnya wilayah kedaulatan negara. Hal ini
mengandung arti bahwa ancaman terhadap suatu wilayah di daerah perbatasan
merupakan ancaman terhadap kedaulatan NKRI.
c. Mewujudkan terselenggaranya pertahananan negara di daerah perbatasan.
Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2002 bahwa sistem pertahanan negara adalah
sistem pertahanan semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan
sumber daya nasional.
3 Konsepsi Pembangunan Daerah Perbatasan
Konsepsi Pengembangan strategi pengamanan daerah perbatasan diarahkan untuk
membuka, mengem-bangkan dan mempercepat pem-bangunan daerah di kawasan
tersebut serta menyerasikan laju pertumbuhan daerah perbatasan seperti daerah
lainnya yang lebih dahulu berkem-bang. Dalam pelaksanaannya disesuaikan
dengan prioritas dan potensi daerah masing-masing sehingga terwujud pola pem-
bangunan yang merupakan perwujudan Wawasan Nusantara, sehingga
memperoleh dukungan dan kontribusi dari segenap komponen masyarakat dalam
keuletan dan ketangguhan di seluruh wilayah perbatasan.
Secara garis besar terdapat dua hal penting yang harus dilakukan yaitu
pembangunan daerah perbatasan dengan pendekatan kesejahteraan (prosperity
approach) untuk mengangkat taraf kehidupan masyarakat setempat dan
pendekatan keamanan (security approach) yang diperlukan guna terciptanya
stabilitas politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan sehingga
memungkinkan terwujudnya keserasian hidup berdampingan secara damai dengan
negara-negara tetangga di sepanjang daerah perbatasan. Penerapan kedua
pendekatan tersebut melandasi tujuan program-program pembangunan di wilayah
perbatasan secara terintegrasi dan berkelanjutan.
a. Arah Pembangunan. Arah pem-bangunan daerah perbatasan diprioritaskan
untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya ke seluruh pelosok
daerah perbatasan guna meningkatkan kesejahteraan, menggalakkan prakarsa dan
peran serta aktif masyarakat di wilayah perbatasan serta pendayagunaan potensi
daerah secara optimal dan terpadu sesuai semangat otonomi daerah yang dinamis,
serasi dan bertanggung jawab sehingga pada gilirannya dapat memberikan
kontribusi untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Pembangunan
daerah perbatasan yang diarahkan untuk mengembang-kan tata ruang daerah
perbatasan menjadi kawasan strategis dan potensial dalam rangka penataan tata
ruang wilayah dengan memperhatikan pengamanan daerah perbatasan guna
menjaga tetap tegaknya keutuhan dan kedaulatan NKRI.
b. Tujuan Pembangunan Daerah Perbatasan. Tujuan jangka panjang pembangunan
daerah perbatasan yaitu untuk mewujudkan kehidupan masyarakat daerah
perbatasan yang sejahtera dan berkeadilan dalam keharmonisan hubungan dalam
segala aspek kehidupan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas penulis menarik beberapa kesimpulan di antaranya adalah :
1. Daerah-daerah perbatasan sering timbul permasalahan di antaranya adalah terjadinya konflik dengan Negara-negara tetangga.
2. Negara-negara yang berbatasan dengan Indonesia ada 10 negara
3. Solusi dalam penyelesaian masalah daerah perbatasan antara lain memperbaiki infrastruktur wilayah dan menegakkan kedaulatan
4. Langkah-langkah yang telah di tempuh pemerintah untuk mengatasi masalah daerah perbatasan adalah dengan menyelenggarakan lokakarya, mengadakan pengamanan terhadap daerah perbatasan dan membuat konsep pembangunan wilayah perbatasan.
4.2 Saran
Untuk menjaga wilayah –wilayah Indonesia di daerah perbatasan penulis menyampaikan beberapa saran antara lain :
1. Pemerintah lebih memperhatikan daerah perbatasan bukan hanya memusatkan pada daerah pusat
2. Pemerintah lebih meningkatkan keamanan di daerah perbatasan
3. Pemerintah segera mendaftarkan wilayahnya kepada PBB sebelum di rebut Negara tetangga
4. Masyarakat Indonesia ikut serta dalam menjaga dan merawat potensi yang terdapat di daerah perbatasan.
REFERENSI
1 http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=14&mnorutisi=6
2 http://www.kodam-tanjungpura.mil.id/index.php?option=com_content&task=view&id=47&Itemid=51
3 http://www.dephan.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=693
4 http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/08/26/02570521/isu.perbatasan.dan.kea
5 http://www.interpol.go.id/interpol/news.php?read=83
6 http://media.photobucket.com/image/ambalat/albatros/ambalat.jpg
7 http://www.elshinta.com/v2003a/images/foto/ambalat%20memanas.jpg
8 http://www.biak.go.id/poplink/peta_indonesia.jpg
LAMPIRAN