Download - Tumor Jinak Palpebra
TUMOR JINAK
HEMANGIOMA
Hemangioma kapiler merupakan tumor palpebra yang paling sering ditemukan pada
anak. Hemangioma kapiler atau hemangioma strawberry dapat mengenai kulit pada 10% bayi
dan tampaknya lebih sering pada bayi prematur dan anak kembar. Tumor ini biasanya muncul
pada waktu lahir atau segera sesudah lahir sebagai lesi yang berwarna merah terang,
bertambah besar dalam beberapa minggu hingga bulanan, dan mengalami involusi pada usia
sekolah.
Hemangioma merupakan pertumbuhan hamartomatous yang terdiri dari sel-sel
endotel kapiler yang berproliferasi. Hemangioma ditemukan pada fase awal pertumbuhan
aktif pada bayi dengan periode selanjutnya berupa regresi dan involusi.
a. Klasifikasi
Secara histologik hemangioma dibedakan berdasarkan besarnya pembuluh darah yang
terlibat, menjadi 3 jenis, yaitu:3
1. Hemangioma kapiler yang terdiri atas:
a. hemangioma kapiler pada anak (nevus vasculosus, strawberry nevus)
b. granuloma piogenik
c. cherry-spot (ruby-spot), angioma senilis
2. Hemangioma kavernosum
a. hemangioma kavernosum (hemangioma matang)
b. hemangioma keratotik
c. hamartoma vaskular.
3. Telangiektasis
a. nevus flameus
b. angiokeratoma
c. spider angioma
Dari segi praktisnya, umumnya para ahli memakai sistem pembagian sebagai berikut:3
1. Hemangioma kapiler
2. Hemangioma kavernosum
3. Hemangioma campuran
Perkembangan dalam karakteristik biologi dari lesi vaskuler telah merevisi klasifikasi
dari hemangioma. Klasifikasi lesi vaskuler yang digunakan saat ini mampu membedakan
dengan jelas gambaran klinis, histopatologi, dan prognosis antara hemangioma dan
malformasi vaskuler. Istilah lama hemangioma kapiler dan hemangioma strawberry diubah
menjadi satu istilah saja yaitu hemangioma. Sebaliknya, hemangioma kavernosa, port-wine
stains, dan limfangioma merupakan bagian dari malformasi vaskuler. Penamaan ini telah
dimasukkan ke dalam literatur kedokteran tetapi belum digunakan secara konsisten pada
literature mata.
b. Etiologi
Sampai saat ini, patogenesis terjadinya hemangioma masih belum diketahui.
Meskipun growth factor, hormonal, dan pengaruh mekanik di perkirakan menjadi penyebab
proliferasi abnormal pada jaringan hemangioma, tapi penyebab utama yang menimbulkan
defek pada hemangiogenesis masih belum jelas. Dan belum terbukti sampai saat ini tentang
pengaruh genetik.
Vaskularisasi kulit mulai terbentuk pada hari ke-35 gestasi, yang berlanjut sampai
beberapa bulan setelah lahir. Maturasi sistem vaskular terjadi pada bulan ke-4 setelah lahir.
Faktor angiogenik kemungkinan mempunyai peranan penting pada fase proliferasi dan
involusi hemangioma. Pertumbuhan endotel yang cepat pada hemangioma mempunyai
kemiripan dengan proliferasi kapiler pada tumor.
Proliferasi endotel dipengaruhi oleh agen angiogenik. Angiogenik bekerja melalui dua
cara:
1. Secara langsung mempengaruhi mitosis endotel pembuluh darah,
2. Secara tidak langsung mempengaruhi makrofag, mast cell, dan sel T helper.
Heparin yang dilepaskan makrofag menstimuli migrasi sel endotel dan pertumbuhan
kapiler. Di samping heparin sendiri berperan sebagai agen angiogenesis. Efek angiogenesis
ini dihambat oleh adanya protamin, kartilago, dan beberapa kortikosteroid. Konsep inhibisi
kortikosteroid ini diterapkan untuk terapi pada beberapa jenis hemangioma pada fase
involusi.
Angioplastin, salah fragmen internal dari plasminogen merupakan inhibitor potent dan
spesifik untuk proliferasi endotel. Makrofag meghasilkan stimulator ataupun inhibitor
angiogenesis. Pada fase proliferasi, jaringan hemangioma di infiltrasi oleh makrofag dan mast
cell, sedangkan pada fase involusi terdapat infiltrasi monosit.
Diperkirakan infiltrasi makrofag dipengaruhi oleh Monocyte chemoattractant protein-
1 (MCP-1), suatu glikoprotein yang berperan sebagai kemotaksis mediator. Zat ini dihasilkan
oleh sel otot polos pembuluh darah pada fase proliferasi, tetapi tidak dihasilkan oleh
hemangioma pada fase involusi ataupun malformasi vaskuler. Keberadaan MCP-1 dapat di-
down-regulasi oleh deksametason dan interferon alfa. Interferon alfa terbukti menghambat
migrasi endotel yang disebabkan oleh stimulus kemotaksis. Hal ini memberikan efek
tambahan interferon alfa dalam menurunkan jumlah dan aktifitas makrofag. Bukti-bukti di
atas menjelaskan efek deksametason dan interferon alfa pada hemangioma pada fase
proliferasi.
c. Epidemiologi
Prevalensi hemangioma infantil ± 1- 3% pada neonatus dan ± 10% pada bayi sampai
dengan umur 1 tahun. Lokasi tersering yaitu pada kepala dan leher (60%), dan faktor resiko
yang telah teridentifikasi, terutama neonatus dengan berat badan lahir di bawah 1500 gram.
Rasio kejadian perempuan disbanding laki-laki 3:1. Hemangioma infantil lebih sering terjadi
di ras kaukasia daripada ras di Afrika maupun Amerika.
Lesi hemangioma infantil tidak ada pada saat kelahiran. Seiring dengan bertambahnya
usia, resiko hemangioma infantil, pada usia 5 tahun meningkat 50%, pada usia 7
meningkatkan 70%, dan 90% pada usia 9 tahun. Mereka bermanifestasi pada bulan pertama
kehidupan, menunjukkan fase proliferasi yang cepat dan perlahan-lahan berinvolusi menuju
bentuk lesi yang sempurna.
d. Gambaran Klinis
Gambaran klinis hemangioma berbeda-beda sesuai dengan jenisnya. Hemangioma
kapiler tampak beberapa hari sesudah lahir. Strawberry nevus terlihat sebagai bercak merah
yang makin lama makin besar. Warnanya menjadi merah menyala, tegang dan berbentuk
lobular, berbatas tegas, dan keras pada perabaan. Ukuran dan dalamnya sangat bervariasi, ada
yang superfisial berwarna merah terang, dan ada yang subkutan berwarna kebiru-biruan.
Involusi spontan ditandai oleh memucatnya warna di daerah sentral, lesi menjadi kurang
tegang dan lebih mendatar.
Hemangioma kavernosa tidak berbatas tegas, dapat berupa macula eritematosa atau
nodus yang berwarna merah sampai ungu. Biasanya merupakan tonjolan yang timbul dari
permukaan, bila ditekan mengempis dan pucat lalu akan cepat menggembung lagi apabila
dilepas dan kembali berwarna merah keunguan. Lesi terdiri atas elemen vaskular yang
matang. Lesi ini jarang mengadakan involusi spontan, kadang-kadang bersifat permanen.
Gambaran klinis hemangioma campuran merupakan gabungan dari jenis kapiler dan
jenis kavernosum. Lesi berupa tumor yang lunak, berwarna merah kebiruan yang pada
perkembangannya dapat memberikan gambaran keratotik dan verukosa. Sebagian besar
ditemukan pada ekstremitas inferior dan biasanya unilateral.
e. Pemeriksaan Penunjang
Ketersediaan alat-alat canggih saat ini memungkinkan pencitraan massa orbita untuk
dibedakan secara non-invasif dalam banyak kasus. Untuk evaluasi diagnostik pada orbita,
CT-Scan memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap tulang, sedangkan MRI terutama untuk
jaringan lemak. Selain itu, di tangan yang berpengalaman, USG juga dapat memberikan
informasi penting dalam diagnosis massa orbita.
Jika diagnosis hemangioma belum jelas secara klinis, MRI sangat berguna untuk
membedakan hemangioma dari neurofibroma pleksiformis, malformasi limfatik, dan
rhabdomiosarkoma, dimana masing-masing berhubungan dengan pertumbuhan dan
proliferasi yang cepat atau proptosis yang progresif. MRI atau USG Doppler dapat
menggambarkan perluasan tumor ke posterior apabila tidak dapat dipastikan secara klinis.
Gambaran histopatologi tergantung dari stadium perkembangan hemangioma. Lesi
awal tampak banyak sel dengan sarang-sarang padat sel endotel dan selalu berhubungan
dengan pembentukan lumen vaskuler yang kecil. Lesi yang terbentuk secara khas
menunjukkan saluran kapiler yang berkembang dengan baik, rata, dan mengandung endotel
dengan konfigurasi lobuler. Lesi involusi menunjukkan peningkatan fibrosis dan hyalinisasi
dinding kapiler dengan oklusi lumen.
f. Penatalaksanaan
Observasi dilakukan apabila hemangioma berukuran kecil dan tidak ada risiko
terjadinya ambliopia, baik akibat obstruksi aksis visual maupun astigmat terinduksi.
Hemangioma yang belum mengalami komplikasi sebagian besar mendapat terapi
konservatif, baik hemangioma kapiler, kavernosa maupun campuran. Hal ini disebabkan lesi
ini kebanyakan akan mengalami involusi spontan. Pada banyak kasus hemangioma yang
mendapatkan terapi konservatif mempunyai hasil yang lebih baik daripada terapi
pembedahan baik secara fungsional maupun kosmetik. Terdapat dua cara pengobatan pada
hemangioma, yaitu:
Terapi konservatif
Pada perjalanan alamiahnya lesi hemangioma akan mengalami pembesaran dalam bulan-
bulan pertama, kemudian mencapai besar maksimum dan sesudah itu terjadi regresi spontan
sekitar umur 12 bulan, lesi terus mengadakan regresi sampai umur 5 tahun. Hemangioma
superfisial atau hemangioma strawberry sering tidak diterapi. Apabila hemangioma ini
dibiarkan hilang sendiri, hasilnya kulit terlihat normal.
Terapi aktif
Hemangioma yang memerlukan terapi secara aktif, antara lain adalah hemangioma yang
tumbuh pada organ vital, seperti pada mata, telinga, dan tenggorokan; hemangioma yang
mengalami perdarahan; hemangioma yang mengalami ulserasi; hemangioma yang mengalami
infeksi; hemangioma yang mengalami pertumbuhan cepat dan terjadi deformitas jaringan.
Terapi kompresi
Terdapat dua macam terapi kompresi yang dapat digunakan yaitu continous
compression dengan menggunakan bebat elastik dan intermittentpneumatic compression
dengan menggunakan pompa Wright Linear. Diduga dengan penekanan yang diberikan, akan
terjadi pengosongan pembuluh darah yang akan menyebabkan rusaknya sel-sel endothelial
yang akan menyebabkan involusi dini dari hemangioma.
Terapi kortikosteroid
Steroid digunakan selama fase proliferatif tumor untuk menghentikan pertumbuhan
dan mempercepat involusi lesi. Steroid dapat digunakan secara topikal, intralesi, atau
sistemik. Krim clobetasol propionate 0,05% topikal dapat digunakan pada lesi superfisial
yang kecil. Injeksi intralesi kombinasi antara steroid kerja panjang dan kerja singkat sering
digunakan pada hemangioma periorbita terlokalisir (sebaiknya digunakan sediaan steroid
yang terbukti dapat digunakan untuk suntikan intralesi). Jika hemangioma difus atau meluas
ke posterior orbita, digunakan steroid sistemik dengan dosis anjuran prednison atau
prednisolon 2-5 mg/kg BB/hari. Terapi dengan kortikosteroid dalam dosis besar kadang-
kadang akan menimbulkan regresi pada lesi yang tumbuh cepat.
Steroid dihubungkan dengan banyak komplikasi sehingga perlu dipertimbangkan
keuntungan dan kerugiannya. Supresi adrenal dan retardasi pertumbuhan dapat terjadi pada
semua cara penggunaan, termasuk krim topikal. Injeksi intralesi berisiko menyebabkan
emboli arteri retinalis bilateral, atrofi lemak subkutan linier, dan depigmentasi palpebra.
Imunisasi perlu ditunda pada anak-anak yang mendapat terapi steroid dosis tinggi.
Dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis anak.
Kriteria pengobatan dengan kortikosteroid ialah:
1. Apabila melibatkan salah satu struktur yang vital,
2. Tumbuh dengan cepat dan mengadakan destruksi kosmetik,
3. Secara mekanik mengadakan obstruksi salah satu orifisium,
4. Adanya banyak perdarahan dengan atau tanpa trombositopenia,
5. Menyebabkan dekompensasio kardiovaskular.
Hemangioma kavernosum yang tumbuh pada kelopak mata dan mengganggu
penglihatan umumnya diobati dengan steroid injeksi untuk mengurangi ukuran lesi secara
cepat, sehingga penglihatan bisa pulih. Hemangioma kavernosum atau hemangioma
campuran dapat diobati bila steroid diberikan secara oral dan injeksi langsung pada
hemangioma. Penggunaan kortikosteroid peroral dalam waktu yang lama dapat meningkatkan
infeksi sistemik, tekanan darah, diabetes, iritasi lambung, serta pertumbuhan terhambat.
Terapi pembedahan
Indikasi pembedahan tergantung dari ukuran dan lokasi hemangioma yang akan
dieksisi. Karena itu pemeriksaan radiologi dan penunjang lainnya sangat diperlukan untuk
menegakkan diagnosa secara akurat. Adapun indikasi dilakukannya terapi pembedahan pada
hemangioma adalah:
1. Terdapat tanda-tanda pertumbuhan yang terlalu cepat, misalnya dalam beberapa
minggu lesi menjadi 3-4 kali lebih besar,
2. Hemangioma raksasa dengan trombositopenia,
3. Tidak ada regresi spontan, misalnya tidak terjadi pengecilan sesudah 6-7 tahun.
Eksisi hemangioma periorbita dapat dilakukan dengan mudah pada beberapa lesi yang
terlokalisir dengan baik. Pada kasus lain, pembedahan rekonstruksi dapat dilakukan bertahun-
tahun setelah terapi medis.
Embolisasi sebelum pembedahan dapat sangat berguna apabila hemangioma yang
akan dieksisi mempunyai ukuran yang besar dan lokasi yang sulit dijangkau dengan
pembedahan. Embolisasi akan mengecilkan ukuran hemangioma dan mengurangi resiko
perdarahan pada saat pembedahan.
Terapi radiasi
Pengobatan radiasi pada tahun-tahun terakhir ini sudah banyak ditinggalkan karena:
1. Penyinaran berakibat kurang baik pada anak-anak yang pertumbuhan tulangnya
masih sangat aktif,
2. Komplikasi berupa keganasan yang terjadi pada jangka panjang,
3. Menimbulkan fibrosis pada kulit yang masih sehat yang akan menyulitkan bila
diperlukan suatu tindakan.
Terapi sklerotik
Terapi ini diberikan dengan cara menyuntikan bahan sklerotik pada lesi hemangioma,
misalnya dengan namor rhocate 50%, HCl kinin 20%, Na-salisilat 30%, atau larutan NaCl
hipertonik. Akan tetapi cara ini sering tidak disukai karena rasa nyeri dan menimbulkan
sikatriks.
Terapi pembekuan
Aplikasi dingin dengan memakai nitrogen cair. Dianggap cukup efektif diberikan
pada hemangioma tipe superfisial, akan tetapi terapi ini jarang dilakukan karena dilaporkan
menyebakan sikatrik paska terapi.
Terapi embolisasi
Embolisasi merupakan tehnik memposisikan bahan yang bersifat trombus kedalam
lumen pembuluh darah melalui kateter arteri dengan panduan fluoroskopi. Embolisasi
dilakukan apabila modalitas terapi yang lain tidak dapat dilakukan atau sebagai persiapan
pembedahan. Pembuntuan pembuluh darah ini dapat bersifat permanen, semi permanen atau
sementara, tergantung jenis bahan yang digunakan. Banyak bahan embolisasi yang
digunakan, antara lain methacrylate spheres, balon kateter, cyanoacrylate, karet silicon, wol,
katun, spon gelatin, spon polyvinyl alcohol.
Terapi laser
Penyinaran hemangioma dengan laser dapat dilakukan dengan menggunakan pulsed-
dye laser (PDL), dimana jenis laser ini dianggap efektif terutama untuk jenis Port-Wine stain.
Pulsed-dye laser dapat digunakan untuk mengobati hemangioma superfisial dengan beberapa
komplikasi, tetapi berefek kecil terhadap komponen tumor yang lebih dalam. Jenis laser ini
memiliki keuntungan bila dibandingkan dengan jenis laser lain karena efek keloid yang
ditimbulkan minimal.
Kemoterapi
Vincristine merupakan alternatif yang dapat dipertimbangkan tetapi masih dalam
penelitian. Vinkristin merupakan terapi lini kedua lainnya yang dapat digunakan pada anak-
anak yang tidak berhasil diterapi dengan kortikosteroid dan juga dianggap efektif pada anak-
anak yang menderita Sindrom Kassabach-Merritt. Vinkristin diberikan secara intravena
dengan angka keberhasilan lebih dari 80%. Efek samping dari terapi ini adalah peripheral
neuropathy, konstipasi dan rambut rontok. Siklofosfamid jarang digunakan pada tumor
vaskuler yang jinak karena mempunyai efek toksisitas yang sangat besar.
g. Komplikasi
Morbiditas hemangioma mata sangat bergantung dari seberapa besar ukurannya
mengisi rongga mata. Komplikasi yang paling sering dari hemangioma adalah ambliopia
deprivasi pada mata yang terkena jika lesi cukup besar untuk menghalangi aksis visual. Hal
ini dapat ditemukan pada 43-60% pasien dengan hemangioma palpebra. Jika lesi cukup besar
untuk menyebabkan distorsi kornea dan astigmat, maka ambliopia anisometrik dapat terjadi.
Selain itu, perdarahan juga merupakan komplikasi yang paling sering terjadi.
Penyebabnya ialah trauma dari luar atau ruptur spontan dinding pembuluh darah karena
tipisnya kulit di atas permukaan hemangioma, sedangkan pembuluh darah di bawahnya terus
tumbuh.
Ulkus dapat menimbulkan rasa nyeri dan meningkatkan resiko infeksi, perdarahan
dan sikatrik. Ulkus merupakan hasil dari nekrosis. Ulkus dapat juga terjadi akibat ruptur.
MOLLUSCUM CONTAGIOSUM
a. Definisi
Molluscum contagiosum adalah infeksi virus pada epidermis yang sering mengenai
kelopak mata. Dahulunya molluscum contagiosum paling sering mengenai anak – anak tapi
baru – baru ini telah diketahui bahwa penyakit ini lebih sering terdapat pada orang dewasa
dengan sindrom defisiensi imun (AIDS). Pada anak – anak, penularan penyakit ini adalah
melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi dan autoinokulasi sedangkan pada
orang dewasa umumnya menular melalui hubungan seksual. Molluscum contagiosum
merupakan infeksi pox virus pada kulit yang juga bisa menyebabkan lesi pada wajah, batang
tubuh dan bagian proksimal ekstremitas.
b. Epidemiologi
Molluskum contagiosum lebih sering terlihat pada anak dibawah usia 15 tahun,
sekitar 80 % kasus dilaporkan bahwa anak – anak yang terkena pada usia 1 – 4 tahun yang
paling parah keadaannya.
c. Etiologi
Penyebab molluskum contagiosum adalah Poxvirus. Virus ini bereplikasi di dalam sel
epitel host. Masa inkubasi dari virus ini adalah sekitar 2 minggu.
d. Manifestasi Klinik
Infeksi molluskum contagiosum biasanya muncul sebagai satu atau lebih lesi yang
terpisah satu dengan yang lain, lesi berupa papul yang berukuran 1 – 5 mm. Setiap lesi
biasanya memiliki umbilisasi di tengahnya dimana dari bagian tengah lesi tersebut dapat
muncul detritus. Sebagai akibat dari penyebaran partikel virus ke dalam konjungtiva forniks
dapat mengakibatkan konjungtivitis follicular kronik yang jika tidak diobati maka hal ini
akan dapat menyebabkan pannus kornea dan dapat menimbulkan trachoma. Molluscum
contagiosum juga dapat menyebabkan dermatitis eksematosa di periorbita. Pada pasien yang
terinfeksi HIV, lesi cenderung lebih besar dan lebih agresif. Keterlibatan kelopak mata
bilateral dapat terjadi pada anak – anak dengan immunosupresan. Infeksi molluscum
kontagiosum bisa menjadi tanda awal dari AIDS.
e. Patologi
Secara histopatologi, khas dari lesi molluscum kontagiosum menunjukkan acanthosis
invasive dan degenerasi sel – sel epitel yang mengisi bagian tengah lesi dan terdapat juga
sejumlah badan inklusi intrasitoplasma.
f. Tatalaksana
Pengobatan yang paling umum digunakan adalah insisi dan kuretase dari bagian
tengah lesi. Krioterapi dan kularpengobatan dengan laser telah digunakan sebagian besar
untuk lesi ekstraokular. Krioterapi hiperfokal dengan anestesi local dilaorkan menjadi metode
yang lebih aman untuk molluscum kontagiosum kelopak mata yang multiple pada pasien
AIDS. Topikal trichoroacetic acid tretinoin, asam salisilat dan cantharidhin juga telah
digunakan. Sekali lesi dihilangkan secara total, hal ini akan memperkecil angka kekambuhan.
NEVUS
a. DEFINISI
Sel nevus berpigmen adalah pigmentasi tahi lalat yang umum terjadi pada
kebanyakan orang. Nevus berasal dari melanosit,yaitu sel yang memproduksi pigmen.
Permukaan dari nevus bisa halus ataupun berbenjol – benjol tergantung pada jumlah keratin
yang dikandungnya. Pada tahi lalat bisa terdapat beberapa rambut dengan ukuran panjangnya
yang bervariasi. Warna dari nevus bervariasi mulai dari sewarna kulit hingga coklat dan
hitam tergantung pada jumlah dan lokasi dari melanin dan pigmen di dalam tumor. Nevus
dengan warna yang lebih gelap memiliki pigmen yang lebih dekat ke permukaan.
b. Klasifikasi
1. Junctional nevus
Junctional nevus biasanya datar dan berbatas tegas dengan warna coklat yang
seragam. Dinamakan junctional nevus karena sel – sel nevus ini terletak pada
perbatasan antara epidermis dan dermis. Nevus ini memiliki potensi yang rendah
untuk berubah menjadi suatu keganasan.
2. Intradermal nevus
Intradermal nevus umumnya meninggi di atas kulit dan merupakan jenis nevus yang
paling umum. Nevus ini biasanya berwarna coklat hingga hitam. Nevus intradermal
sering terdapat pada pinggir kelopak mata dan bulu mata pada kelopak mata yang
ditumbuhi nevus tersebut dapat tumbuh normal diatas nevus. Nevus ini juga bisa
tumbuh pada alis mata dan bulu – bulu alis mata juga dapat tumbuh baik pada
nevus. Oleh karena itu sebagian besar ahli berpendapat bahwa nevus ini tidak
memiliki potensi keganasan.
3. Compound nevus
Compound nevus adalah nevus yang berasal dari gabungan dari komponen jaringan
pembatas antara epidermis dan dermis dengan komponen jaringan dermis kulit.
Nevus ini memiliki potensi keganasan yang rendah.
4. Nevus biru
Nevus biru biasanya datar tetapi dapat pula berupa nodul yang berbatas tegas.
Nevus ini dapat berwarna biru, abu – abu hingga hitam. Warna biru-hitam dari
nevus ini dikarenakan karena letaknya yang jauh lebih dalam dari kulit yang di
atasnya.
5. Congenital oculodermal melanocytosis (nevus of Ota)
Adalah jenis dari nevus biru dari kulit di sekitar bola mata yang berhubungan
dengan nevus biru dari konjungtiva dan perluasan dari nevus di uvea. Nevus ini
biasa mengenai ras kulit hitam dan oriental dan jarang mengenai ras kaukasia.
Nevus ini berpotensi untuk menjadi ganas khususnya jika mengenai ras kaukasia.
c. Tatalaksana
Walaupun dari tampilan klinis dan riwayat penyakit membantu dalam membuat
diagnosis klinis, biopsy biasanya diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis nevus. Biopsi
insisi bisa dilakukan jika lesi berukuran besar dan untuk memastikan diagnosis. Biopsi
eksisi juga dapat dilakukan jika nevus ingin dihilangkan karena alasan kosmetik selain juga
untuk konfirmasi diagnosis. Nevus tidak sensitive terhadap radioterapi sehingga bedah eksisi
adalah cara terbaik untuk menghilangkan tumor ini.
XANTHELASMA
a. Defenisi
Xanthelasma adalah salah satu bentuk xantoma planum, merupakan jenis yang paling
sering dijumpai dari beberapa tipe klinik xantoma yang dikenal. Selain itu Xanthelasma
diartikan pula sebagai kumpulan kolesetrol di bawahkulit dengan batas tegas berwarna
kekuningan biasanya di permukaan anterior papelbra,sehingga sering disebut xanthelasma
palpebra.
b. Epidemiologi
Di Amerika Serikat jarang ditemukan xanthelasma. Secara global,xanthelasma juga
merupakan kasus jarang di populasi umum. Pada studikasus pasien dengan xanthomatosis,
xanthelasma lebih sering dijumpai padawanita dengan persenan 32% dan 17,4% pada laki-
laki. Onset timbulnya xanthelasma berkisar antara 15 – 73 tahun dengan puncak pada decade 40an dan 50
an. Xanthelasma jarang ditemukan pada anak-anak dan remaja.
c. Patofisiologi
Setengah pasien xanthelasma mempunyai kelainan lipid. Erupsi Xanthomasdapat
ditemui pada hiperlipidemia primer dan sekunder. Kelainan geneticprimer termasuk
dislipoproteinemia, hipertrigliseridimia dan defisiensi lipaselipoprotein yang diturunkan.
Diabetes yang tidak terkontrol jugamenyebabkan hiperlipidemia sekunder. Xanthelasma juga
bisa terjadi padapasien dengan lipid normal dalam darah yang mempunyai HDL
kolesterolrendah atau kelainan lain lipoprotein.
d. Manifestasi Klinis
Timbul plak irregular di kulit, warna kekuningan sering kali disekitar mata. Ukuran
xanthelasma bervariasi berkisar antara 2 – 30 mm, ada kalanya simetris dan cenderung bersifat
permanen. Pasien tidak mengeluh gatal, biasanya mengeluh untuk alasan estetika.
Xanthelasma atau xanthelasma palpebra biasanya terdapat di sisi medial kelopak mata atas.
Lesi berwarna kekuningan dan lembut berupa plaque berisi deposit lemak dengan batas tegas.
Lesi akan bertambah besar danbertambah jumlahnya. Biasanya lesi-lesi ini tidak
mempengaruhi fungsi kelopak mata, tetapi ptosis harus diperiksa bila ditemukan.
Xanthelasma palpebrarum
e. Pemeriksaan Laboratorium
Karena 50% pasien dengan xanthelasma mempunyai gangguan lipid, makadisarankan
untuk pemeriksaan plasma lipid juga HDL dan LDL. Xanthelasmabiasanya dapat didiagnosa
dengan jelas secara klinis dan jarang kelainan lain memberi gambaran klinis sama. Jika ada
keraguan, eksisi bedah dan analisispatologi sebaiknya dilakukan.
f. Pemeriksaan Histologi
Xanthelasma tersusun atas sel-sel xanthoma. Sel-sel ini merupakan histiosit dengan
deposit lemak intraseluler terutama dalam retikuler dermis atas. Lipid utama yang disimpan
pada hiperlipidemia dan xanthelasma normolipid adalah kolesterol. Kebanyakan kolesterol
ini adalah yang teresterifikasi.
g. Tatalaksana
Pembatasan diet dan penggunaan obat-obatan penurun lipid serum, hanya
memberikan respon pengobatan yang kecil terhadap xanthelasma. Terdapat beberapa pilihan
tindakanuntuk menghilangkanxanthelasmapalpebrarum, yaitu eksisibedah,argon
dankarbondioksidaablasilaser,kauterisasikimia,electrodesiccation, dan cryotherapy.
Eksisi Bedah
o Pada lesi liniar yang kecil, eksisi lebih disarankan, karena scar akan berbaur
dengan jaringan sekitar.
o Pada eksisi lebih tebal, kelopak mata bawah cenderung mudah terjadi scar
karena jaringan yang diambil juga lebih tebal. Eksisi sederhana pada lesi yang
lebih luas beresiko menyebablan retraksi kelopak mata, ektropion, sehingga
membutuhkan cara rekonstruksi lain. Pengangkatan xanthelasma sudah
menjadi bagian dari bedah kosmetik.
Pengangkatan dengan laser karbondioksida dan argon: menambah hemostasis,
memberikan visualisasi lebih baik, tanpa penjahitan dan lebih cepat, namun scar dan
perubahan pigmen dapat terjadi.
Kauterisasi kimia: penggunaan chloracetic acid efektif untuk menghilangkan
xanthelasma. zat ini mengendapkan dan mengkoagulasikan protein dan lipid.
Monochloroacetic acid, dichloroacetic acid, dan trichloroacetic acid dilaporkan memberi
hasil yang baik. Haygood menggunakan kurang dari 0.01ml dari 100% dichloracetic acid
dengan hasil yang sempurna dan scar minimal.
Elektrodesikasi dan cryoterapi dapat menghancurkan xanthelasma superficial tetapi
membutuhkan terapi berulang. Cryoterapi dapat menyebabkan scardan
hipopigmentasi.
h. Prognosis
Kekambuhan sering terjadi. Pasien harus mengetahui bahwa dari penelitianyang dilakukan
pada eksisi bedah dapat terjadi kekambuhan pada 40%pasien. Persentase ini lebih tinggi
dengan eksisi sekunder. Kegagalan ini terjadi pada tahun pertama dengan persentase 26% dan
lebih sering terjadipada pasien dengan sindrom hiperlipidemia dan bila terjadi pada 4
kelopakmata sekaligus.