Download - Tutorial Abortus Inkomplit Fix
BAB II
LAPORAN KASUS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 8 Juli 2013 pukul
14.45 WITA di ruang VK Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.
ANAMNESIS
Identitas Pasien
Nama : Ny. YL
Usia : 27 tahun
Alamat : Jln. Jaya Mulya RT. 37 Lempake Samarinda
Pekerjaan : Ibu rumah tangga (IRT)
Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA)
Suku : Jawa
Agama : Islam
Identitas Suami Pasien
Nama : Tn. D
Usia : 35 tahun
Alamat : Jln. Jaya Mulya RT. 37 Lempake Samarinda
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : S1
Suku : Jawa
Agama : Islam
Masuk ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda pada 8 Juli 2013 pukul 14.00 WITA dengan
Keluhan Utama
Keluar darah per vaginam sejak 1 minggu yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan keluar darah per vaginam sejak 1 minggu yang lalu.
Darah yang keluar berwarna merah segar dan darah jumlahnya sedikit. Akan tetapi
darah semakin banyak sejak 1 hari yang lalu. Pasien juga mengatakan keluar
gumpalan darah. Selain itu pasien juga mengeluhkan nyeri perut di atas simfisis sejak
1 minggu yang lalu.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus,
asma, dan gangguan pembekuan darah.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, penyakit jantung, diabetes
melitus, asma, dan gangguan pembekuan darah.
Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus haid : 30 hari/ teratur
Lama haid : 7 hari
Jumlah darah haid : 3-4 kali ganti pembalut
Hari pertama haid terakhir : 21- 04 - 2013
Taksiran persalinan : 28- 01- 2014
Riwayat Pernikahan
Merupakan pernikahan pertama, pasien menikah pada usia 20 tahun dengan
lama pernikahan selama 7 tahun.
Riwayat Obstetrik
No.Tahun partus
Tempat Partus
Umur kehamilan
Jenis Persalinan
Penolong Persalinan
PenyulitJenis Kelamin/ Berat Badan
Keadaan anak
Sekarang
1. 2008 RS aterm Spontan Bidan - Laki-laki/2900 gr
sehat
2.Hamil
ini
Kontrasepsi
Suntik 3 bulan selama 5 tahun
Pemeriksaan Fisik
Antropometri : Berat badan (BB) : 55 kg, Tinggi badan (TB) : 155 cm.
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital :
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Frekuensi nadi : 82 kali/menit
Frekuensi nafas : 18 kali/menit
Suhu : 36,3 ºC
Status Generalisata
Kepala : tidak ditemukan kelainan
Mata : konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-).
Telinga : tidak ditemukan kelainan
Hidung : tidak ditemukan kelainan
Tenggorokkan : tidak ditemukan kelainan
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Thoraks :
Jantung : S1S2 reguler tunggal, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : suara napas vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Abdomen :
Inspeksi : datar, linea (-), striae (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas :
Superior : edema (-/-), akral hangat
Inferior : edema (-/-), akral hangat
Pemeriksaan Obstetrik
Inspeksi : datar
Palpasi : TFU
VT : Pembukaan 1 cm, teraba jaringan, perdarahan tidak aktif, nyeri goyang (-)
Pemeriksaan Dalam
Tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin
Leukosit : 7.600 /mm3
Hemoglobin : 12,5 gr/dl
Hematokrit : 34 %
Trombosit : 183.000 /mm3
Bleeding Time : 3 menit
Clotting Time : 9 menit
Kimia Darah
GDS : 95 mg/dl
Serologi
HbsAg : -
Anti HIV : non reaktif
Urin
PP Tes : +
Diagnosis Kerja Sementara
G2P1A0 gr. 10-11 minggu + Abortus inkomplit
Follow Up
Tanggal/Jam Follow Up
8 Juli 2013
14.45
Menerima pasien dari IGD dan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis:
Lapor dr. SpOG, advis:
Mencoba pengeluaran secara manual, evaluasi dan lapor ulang
16.00 Mencoba secara manual namun tidak berhasil
17.00 Lapor dr. SpOG, advis:
-Rencana kuret besok
9 juli
07.00 Pasien mengeluhkan keluar darah (+) sedikit
TD= 110/80 mmHg; N= 86 x/mnt; RR: 20x/mnt T: 36,7 C
12.20 Dilakukan kuretase pada pasien
Terapi post kuretase
Cefotaxime injeksi 3x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
Cek Hb post kuretase
13.30 Pasien kembali ke ruang perawatan
TD= 100/70 mmHg; N= 72 x/mnt; RR: 18x/mnt T: 36 C
18.00 Mengambil sampel darah untuk memeriksa darah lengkap
Hasil - Leukosit : 6800
- Hb : 10,8
- Hematokrit : 31%
- Trombosit : 186.000
10 Juli Pasien mengatakan tidak ada keluhan
TD= 110/70 mmHg; N= 88 x/mnt; RR: 18x/mnt T: 36 C
Pasien boleh pulang
Kontrol poli
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ABORTUS
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa
getasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek
liewollyn&Jones, 2002). Kelainan dalam kehamilan ada beberapa macam yaitu
abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Biasanya abortus spontan
dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. Abortus buatan
merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28
minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus
terapeutik (Prawirohardjo, S, 2002).
Hal yang menyebabkan fenomena tersebut adalah faktor ovovetal dan ibu
(Derek liewollyn & Jones, 2002).
Faktor ovovetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan
janin dan kelainan pada plasenta. Penyebab kelainan pertumbuhan janin ialah
kelainan kromosom, lingkungan kurang sempurna, dan pengaruh dari luar. Kelainan
plasenta disebabkan endarteritis pada villi koriales yang menghambat oksigenisasi
plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan bahkan menyebabkan kematian
(Prawirohardjo, S, 2002).
Keadaan ibu yang menyebabkan abortus antara lain: 1) penyakit Ibu seperti
pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, 2) toksin, bakteri, virus,
plasmodium masuk ke janin menyebabkan kematian sehingga terjadi abortus, 3)
penyakit menahun, dan 4) kelainan traktus genitalis, seperti inkompetensi serviks,
retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus (Prawirohardjo, S, 2002).
Pada awal abortus terjadi pendarahan yang menyebabkan janin terlepas. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu janin biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi
koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8–14 minggu
villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan
sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah
ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion
kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2002).
Tindakan klinik yang dapat kita lakukan untuk mengetahui terjadinya abortus
antara lain: 1) terlambat haid kurang dari 20 minggu, 2) pemeriksaan fisik yang
terdiri dari keadaan umum tampak lemah, tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, dan suhu badan normal atau meningkat, 3)
perdarahan pervagina yang disertai keluarnya jaringan janin, mual, dan nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus, 4) pemeriksaan ginekologi meliputi inspeksi vulva
dengan melihat perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan janin, dan tercium/tidak
bau busuk dari vulva Inspekulo, 5) perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka
atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, dan ada/tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dari ostium, dan 6) colok vagina dengan melihat porsio masih
terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar
uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang,
tidak nyeri pada saat perabaan adneksa, dan kavum douglasi tidak menonjol dan tidak
nyeri (Arif Mansjoer dkk, 2004).
Pemeriksaan penunjang yang umumnya dilakukan antara lain: 1) tes
kehamilan akan menunjukkan hasil positif bila janin masih hidup bahkan 2-3 hari
setelah abortus, 2) Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup, dan 3) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion (Arif
Mansjoer dkk, 2004).
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi
dan syok (Prawirohardjo, S, 2002).
Perdarahan, cara mengatasinya dengan mengosongkan uterus dari sisa–sisa
janin dan transfuse darah, bila tidak segera ditolong menyebabkan kematian.
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Apabila terjadi perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk
menentukan luas cedera sehingga dapat dilakukan tindakan selanjutnya. Syok terjadi
karena perdarahan dan infeksi berat (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Etiologi
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang di dahului oleh kematian
mudigah.sebaliknya pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin di keluarkan dalam
keaadaan masih hidup.
Kelainana pertumbuhan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian
mudigah pada kehamilan muda.faktor- faktor yang dapat menyebabkan kelainan
dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut
a. Kelaianan kromoson kelainan yang sering di temukan pada abortus spontan adalah
trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromoson seks.
b. Lingkungan kurang sempurna
bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna
sehingga pemberian zat- zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
c. Pengaruh dari luar Radiasi
virus,obat- obat, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun
lingkungan hidupnya dalam uterus.
Pengaruh ini umumnya di namakan pengaruh teratogen.Zat teratogen yang lain
misalnya tembakau,alkohol,kafein, dan lainnya.
d. Kelainan pada placenta
Endarteritis dapat terjadi dalam vili chorialis dan oksigen placenta
terganggu,sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin
keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun
e. Penyakit Ibu
1) Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu;pneumonia,tifus
abdominalis,pielonefritis, malarie ,dan lainnya. Toksin, bakteri, virus, atau
plasmodium dapat melalui placenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan
kematian janin, kemudian dapat terjadi abortus
2) Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol
metabolik pada trimester pertama.selain itu juga hypotirodisme dapat meningkatkan
resiko terjadinya abortus, dimana auto anti bodi tiroid menyebabkan peningkatan
insidensi abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidisme yang nyata.
3) . Kelainan traktus urogenital
mioma uteri , atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus.tetapi ,harus
diingat bahwa hanya rertroversion uteri gravid inkarserata atau mioma sub mukosa
yang memegang peranan penting.
Sebab lain abortus dalam trimester ke- 2 ialah serviks inkompeten yang dapat
disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan,
konisasi,amputasi,atau robekan serviks luas yang tidak di jahit.
Patofisiologi terjadinya abortus
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti
oleh nekrosis jaringan di sekitarnya.hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas
sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. keadaan
ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.
pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya di keluarkan
seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua lebih dalam,sehingga hasil
konsepsi mudah di lepaskan .pada kehamilan 8 sampai 14 minggu villi korialis
menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak di lepaskan
sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang di keluarkan setelah
ketuban pecah adalah janin di susul dengan plasenta. Perdarahan jumlahnya tidak
banyak jika placenta segera terlepas dengan lengkap
Hasil konsepsi pada abortus dapat di keluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk
jelas( blighted ovum) atau janin telah mati dalam waktu yang lama ( missed
abortion). apabila mudigah yang mati tidak di keluarkan secepatnya,maka akan
menjadi mola karneosa.Mola karneosa merupakan suatu ovum yang di kelilingi oleh
kapsul bekuan darah.Kapsul memiliki ketebalan bervariasi, dengan villi koriales yang
telah bergenerasi tersebar diantaranya.
Rongga kecil di dalam yang terisi cairan tampak mennggepeng dan terdistorsi
akibat dinding bekuan darah yang lama tebal.Bentuk lainnya adalah mola
tuberosa,dalam hal ini amnion tampak berbenjol- benjol karena terjadi hematoma
antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninnggal dan tidak di keluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi.Mumifikasi merupakan proses pengeringan janin karena cairan amnion
berkurang akibat di serap,kemudian janin menjadi gepeng (fetus kompresus).dalam
tingkat lebih lanjut janin dapat menjadi tipis seperti kertas perkamen ( fetus
papiraseus).kemungkinan lain pada janin mati yang tidak cepat di keluarkan adalah
terjadinya maserasi.
Tulang –tulang tengkorak kolaps dan abdomen kembung oleh cairan yang
mengandung darah. Kulit melunak dan terkelupas in utero atau dengan sentuhan
ringan.organ- organ dalam mengalami degenerasi dan nekrosis.
Klasifikasi Abortus berdasarkan tindakan
Berdasarkan jenis tindakan, abortus di bedakan menjadi 2 golongan yaitu;
1) Abortus spontan
Abortus yang berlangsung tanpa tindakan. Kata lain yang di gunakan adalah
keguguran ( miscarriage).
2) Abortus provokatus
Abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat suatu
tindakan.
Abortus provokatus di bagi menjadi 2 yaitu :
1) Abortus provokatus terapeutik/ artificialis
Merupakan terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu
hidup (viabel). Beberapa indikasi untuk abortus terapeutik diantaranya adalah
penyakit jantung persisten dengan riwayat dekompensasi cordis dan penyakit
vaskuler hipertensi tahap lanjut. Yang lain adalah carsinoma serviks invasif. American
College Obstetricians and gynecologists (1987) menetapkan petunjuk untuk abortus
terapeutik:
a. Apabila berlanjutnya kehamilan dapat mengancam nyawa Ibu atau mengganggu
kesehatan secara serius. Dalam menentukan apakah memang terdapat resiko
kesehatan perlu di pertimbangkan faktor lingkungan pasien.
b. Apabila kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest. Dalam hal ini pada evaluasi
wanita yang bersangkutan perlu di terapkan kriteria medis yang sama.
c. Apabila berlanjutnya kehamilan kemungkinana besar menyebabkan lahirnya bayi
dengan retardasi mental atau deformitas fisik yang berat
2) Abortus provokatus kriminalis
Abortus provokatus kriminalis adalah interupsi kehamilan sebelim janin
mampu hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi bukan karena alasan
penyakit janin atau gangguan kesehatan Ibu.sebagian besar abortus yang di lakukan
saat ini termasuk dalam kategori ini.
Secara klinik abortus dapat di klasifikasikan menjadi :
1) Abortus imminens
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa
dilatasi serviks. Pada kondisi seperti ini, kehamilan masih mungkin berlanjut atau
dipertahangkan.
2) Abortus insipiens
Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum
kehamilan 20 minggu dengan adamya dilatasi serviks uterus yang meningkat,tetapi
hasil konsepsi masih dalam uterus. Kondisi ini menunjukkan proses abortus sedang
berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit.
3) Abortus inkomplit
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minngu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
4) Abortus komplit
Abortus komplit adalah pengeluaran seluruh hasil konsepsi pada kehamilan 20
minggu.
5) Abortus tertunda ( Missed abortion)
Abortus tertunda adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu,tetapi janin
yang mati tersebut tidak di keluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed
abortion tidak di ketahui,tetapi di duga adanya pengaruh hormon progesteron.
Pemakaian hormon progesteron pada abortus imminens mungkin juga dapat
menyebabkan missed abortion.
6) Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut- turut.etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama dengan penyebab
abortus spontan.selain itu telah di temukan sebab imunologik yaitu kegagalan reaksi
terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross reactiv (TLX). Pasien dengan reaksi
lemah atau tidak ada akan mengalami abortus.
7) Abortus infeksiosa, abortus septik
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada
genetalia,sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat disertai
penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritonium.
8) Abortus servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus di halangi oleh
ostium uteri eksternum yang tidak membuka,sehingga semuanya terkumpul dalam
kanalis servikalis,dan serviks uteri menjadi besar dengan dinding yang menipis.
Diagnosis
Abortus harus di duga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh
tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami terlambat haid. Kecurigaan
tersebut di perkuat dengan di tentukannya kehamianlan muda pada pemeriksaan
bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis (Galli Manini) atau imonologik
( pregnosticon,Gravindex ).
Sebagai kemungkinan diagnosisi yang lain harus di pikirkan kehamilan ektopik
terganggu,molahidatidosa,atau kehamilan dengan kelainan pada serviks. Kehamilan
ektopik terganggu dengan hematokel retrouterina kadang sulit di bedakan dengan
abortus di mana uterus posisi retroversi. Pada keduanya ditemukan amenorrhea di
sertai perdarahan pervaginam, rasa nyeri di perut bagian bawah, dan tumor di
belakang uterus. Tetapi keluhan nyeri biasanya lebih hebat pada kehamilan ektopik.
Apabila gejala- gejala menunjukkan kehamilan ektopik terganggu,dapat
dilakukan kuldosintetis untuk memastikan diagnosanya. Pada molahidatidosa uterus
biasanya lebih besar daripada lamanya amenorrea dan muntah lebih sering. Apabila
ada kecurigaan terhadap molahidatidosa, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.
Karsinoma servik uteri, polypus serviks dan sebagainya dapat
menyertai kehamilan. Perdarahan dari kelainan ini dapat menyerupai abortus.
Pemeriksaan dengan spekulum , pemeriksaan dengan sitologik dan biopsi dapat
menentukan diagnosis dengan pasti.
Abortus komplit
Pada abortus komplit di temukan adanya perdarahan yang sedikit, ostium uteri
telah menutup, dan uterus telah mengecil. Diagnosis dapat di permudah apabila hasil
konsepsi dapat di periksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan
lengkap.
Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan :
a. Anamnesa:
- Adanya amenore pada masa reproduksi
- Perdarahan pervagina disertai jaringan hasil konsepsi
- Rasa sakit atau keram perut di daerah atas simpisis
b. Pemeriksaan Fisis :
- Abdomen biasanya lembek dan tidak nyeri tekan
- Pada pemeriksaan pelvis, sisa hasil konsepsi ditemukan di dalam uterus, dapat
juga menonjol keluar, atau didapatkan di liang vagina.
- Serviks terlihat dilatasi dan tidak menonjol.
- Pada pemeriksaan bimanual didapatkan uterus membesar dan lunak.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit, waktu
bekuan, waktu perdarahan, dan trombosit.
2. Pemeriksaan USG ditemukan kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi.
Penanganan abortus inkomplit :
Di anjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara digital
agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera di
keluarkan,kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa
berhenti,selanjutnya di lakukan tindakan kuretase langsung pada umur kehamilan
kurang dari 14 minggu. Dan dengan induksi pada umur kehamilan diatas 14 minggu.
Pengobatan yang di berikan yaitu uterustonika dan anti biotika untuk
menghindari terjadinya infeksi.
1. Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah
dan cairan yang cukup.
2. Pemberian antibiotika yang cukup tepat
- Suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam
- Suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam
- atau antibiotika spektrum luas lainnya
3. 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila
terjadi perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan
hasil konsepsi.
4. Pemberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan
penderita.
Semua pasien abortus disuntik vaksin tetanus 0,5 cc IM. Umumnya setelah tindakan
kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah. Kecuali bila ada komplikasi
seperti perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat atau infeksi. Pasien
dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2 hari. Pasien dianjurkan kembali ke dokter bila
pasien mengalami demam atau nyeri setelah perdarahan atau gejala yang lebih
berat.Tujuan perawatan untuk mengatasi anemia dan infeksi.
KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus kriminalis.
Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera
dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan
alat-alat lain.
3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat.
4. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan
flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci,
Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum),
Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada
lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp.,
Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi
terbatas pada desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi
menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium. Organisme-organisme
yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus adalah E.coli,
Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus,
Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang
dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetani.
Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.
PROGNOSA
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan
sebelumnya.
- Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus yang rekuren
mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %.
- Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan
keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %.
- Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin
pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan
yang tidak jelas
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Anamnesis
Teori Kasus
Keluhan subyektif:
- Adanya amenore pada
masa reproduksi
- Perdarahan pervaginam
disertai jaringan hasil
konsepsi
- Rasa sakit atau keram perut
di daerah atas simpisis
Pasien mengeluhkan keluar
darah per vaginam sejak 1 minggu yang
lalu. Darah yang keluar berwarna
merah segar dan darah jumlahnya
sedikit. Akan tetapi darah semakin
banyak sejak 1 hari yang lalu. Pasien
juga mengatakan keluar gumpalan
darah. Selain itu pasien juga
mengeluhkan nyeri perut di atas
simfisis sejak 1 minggu yang lalu.
4.2 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
Teori Kasus
. Pemeriksaan Fisis :
- Abdomen biasanya lembek dan
tidak nyeri tekan
- Pada pemeriksaan pelvis, sisa hasil
konsepsi ditemukan di dalam
uterus, dapat juga menonjol keluar,
atau didapatkan di liang vagina.
- Serviks terlihat dilatasi dan tidak
menonjol.
- Pada pemeriksaan bimanual
Tanda vital
-Tekanan darah 110/70
mmHg
-Nadi : 82x/menit
-Respirasi : 18x/menit
-Suhu :36,3 C
Pemeriksaan obstetrik
- Inspeksi :datar
-Palpasi : TFU
didapatkan uterus membesar dan
lunak.
Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan laboratorium berupa
tes kehamilan, hemoglobin,
leukosit, waktu bekuan, waktu
perdarahan, dan trombosit.
- Pemeriksaan USG ditemukan
kantung gestasi tidak utuh, ada sisa
hasil konsepsi.
-VT :Pembukaan 1 cm,
teraba jaringan,
perdarahan tidak aktif,
nyeri goyang (-)
Pemeriksaan darah rutin
- Leukosit :7.600 /mm3
- Hemoglobin :12,5 gr/dl
- Hematokrit :34%
- Trombosit:183.000/mm3
- Bleeding Time: 3 menit
- Clotting Time :9 menit
Kimia darah
- GDS: 95 mg/dl
Serologi
- HbsAg : -
- Anti HIV : non
reaktif
Urin
- PP Tes : +
Pemeriksaaan USG tidak
dilakukan
4.3 Penatalaksanaan
Teori Kasus
.
- Memperbaiki keadaan umum. Bila
perdarahan banyak, berikan
transfusi darah dan cairan yang
cukup.
- Pemberian antibiotika yang cukup
tepat
- Dalam 24 sampai 48 jam setelah
dilindungi dengan antibiotika atau
lebih cepat bila terjadi perdarahan
yang banyak, lakukan dilatasi dan
kuretase untuk mengeluarkan
hasil konsepsi.
Terapi Sp.OG
- Infuse RL 30 tetes per menit
- Melakukan kuretase
- Terapi post kuretase
Cefotaxime injeksi 3x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
- Cek Hb post kuretase
BAB V
KESIMPULAN
Pasien wanita 27 tahun dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan
penegakan diagnosis yang telah sesuai dengan literature dalam mendukung diagnosis
G2P1A0 gr. 10-11 minggu + Abortus inkomplit. Penatalaksanaan pada pasien ini
adalah sectio cesarea, dan terapi suportif pasca operasi.
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan
sebelumnya. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus yang
rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %. Pada wanita keguguran
dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar
40-80 %.
DAFTAR PUSTAKA
- Prawirohardjo, Sarwono. 2002. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : Tridasa Printer.
- Derek liewollyn & Jones. 2002. DASAR – DASAR OBSTETRI &
GINEKOLOGI. Jakarta : Hipokrates.
- Arif mansjoer,dkk. 2004. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jakarta : Media
Aesculapius.
- James L Lindsey, MD. 2007. Missed Abortion - Obstetrics and Gynecology; .
Emedicine.
- Janesh K. Gupta and Cara Williams. 2004. Evidence for preventing infection
in abortion care.
http://kedokteran.fkuii/index.php?option=com_wrapper&Itemid=29
- Jasveer Virk, M.S., M.P.H,dkk. 2007. Medical Abortion and the Risk
of Subsequent Adverse Pregnancy Outcomes. N ENGL MED 357;7 : 648-653.
- Professor Paul D. Blumenthal, MD, MPH and Beverly Winikoff, MD, MPH.
2007. The Supreme Court and the Partial-Birth Abortion Ban Act of 2003: A
Political Procedure Replaces Woman-Centered Care. MedGenMed 9(2) : 52.