iii
UCAPAN SYUKUR DAN TERIMAKASIH
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan
Yang Mahaesa), karena berkat perkenan dan petunjuk-Nyalah laporan P2M Desa
Binaan yang berjudul “Memberdayakan Masyarakat Melalui Kegiatan Ekonomi
Kreatif dan Usaha Mandiri Berbasis Potensi Lokal di Desa Tembok, Kecamatan
Tejakula, Kabupaten Buleleng” sudah dapat diselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini dapat diselesaikan berkat
bantuan dari berbagai pihak. Laporan ini juga terselesaikan sebagai bukti dari telah
berjalannya beberapa program kegiatan yang dirancang sebelumnya. Kelancaran
pelaksanaan program kegiatan tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama berbagai pihak.
Oleh sebab itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan, kepada
yang terhormat:
1. Ketua LPM Undiksha yang telah memberikan dukungan dana, manajemen
administrasi, moral dan fasilitas untuk mendukung kegiatan pelatihan ini.
2. Perbekel Desa Tembok yang telah menyetujui dan memberikan bantuan serta
kerjasama selama pelaksanaan kegiatan P2M ini.
3. Ketua Kelompok Pengerajin Gula Semut di Dusun Moncol, desa Tianyar Tengah,
atas kerjasamanya sebagai instruktur dan pemberian bantuan peminjaman peralatan
produksi gula semut.
4. Ibu Nyoman Nila selaku Ketua Kelompok Sekar Sari Jaya, atas kerjasama dan
bantuan dalam mengatur anggota kelompok selama pelatihan.
5. Seluruh anggota Kelompok Mawar Sari, atas kehadiran dan kesediaannya mengikuti
pelatihan ini dengan semangat dan motivasi tinggi.
6. Seluruh anggota kelompok tani/ternak Desa Tembok, atas kehadiran dan
kesediaannya mengikuti pelatihan ini dengan semangat dan motivasi tinggi
7. Semua pihak yang telah membantu dan ikut menyiapkan pelatihan-pelatihan yang
dilaksanakan selama P2M ini dari awal sampai akhir.
Program kegiatan selama P2M ini tentu masih banyak kekurangan dan belum
sempurna. Dengan keterbatasan kemampuan dan waktu, maka sangat disadari perlunya
saran-saran dan masukan yang konstruktif dari berbagai pihak. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi insan pendidikan dan masyarakat luas.
Singaraja, 9 September 2015
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
UCAPAN SYUKUR DAN TERIMA KASIH .................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Analisis Situasi ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ................................................................................. 4
BAB II TARGET DAN LUARAN 6
2.1 Target ....................................................................................................... 6
2.2 Luaran ...................................................................................................... 6
BAB III METODE DAN PELAKSANAAN 8
3.1 Metode Pelaksanaan ................................................................................. 8
3.2 Pelaksanaan Kegiatan .............................................................................. 9
BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI 17
4.1 Kelayakan LPM Undiksha ....................................................................... 17
4.2 Kelayakan Ketua dan Anggota Pengususul ............................................. 19
BAB V HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN 20
5.1 Hasil Kegiatan yang Dicapai .................................................................... 20
5.2 Pembahasan .............................................................................................. 25
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 28
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 28
5.2 Saran-saran ............................................................................................... 29
DAFTAR RUJUKAN .......................................................................................... 30
LAMPIRAN – LAMPIRAN ................................................................................ 31
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Profil Perekonomian Desa Tembok .......................................................... 1
3.1 Rencana kegiatan yang dilaksanakan ....................................................... 10
3.2 Silabus Usaha Mandiri (Kerajinan) .......................................................... 12
5.1 Jenis kegiatan dan waktu pelaksanaan kegiatan ....................................... 20
5.2 Hasil evaluasi pembelajaran kelompok pengerajin inke .......................... 22
5.3 Hasil evaluasi pembelajaran kelompok produksi gula semut ................... 23
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Secara kedinasan, Desa Tembok merupakan sebuah desa yang terletak di ujung
timur Kabupaten Buleleng, yang termasuk ke dalam Kecamatan Tejakula. Desa
Tembok diperkirakan berdiri pada tahun 1668 M yang dipimpin oleh I Mekel Tembok.
Desa ini berdiri pada jaman kerajaan dimasa pemerintahan Raja Ida Dalem Pemayun
sekitar tahun 1665 M, yang telah memerintahkan untuk membuat batas desa dan
memberi nama desa masing-masing. Desa Tembok berasal dari kata dinding yang
berarti pagar atau batas wilayah, menurut kisah dahulunya dihuni oleh masyarakat
pindahan dari Batu Dinding wilayah pinggiran serta perbatasan dengan Tukat Luwah.
Daerah inilah sebagai batas wilayah Kabupaten Karangasem dengan Kabupaten
Buleleng. Daerah di mana lokasi Desa Tembok sekarang ini juga diberi sebutan “Purwa
Tawing Singa Praja” yang berarti batas timur Kabupaten Buleleng. Berdasarkan uraian
ini, jelas lah bahwa Desa Tembok sangat kaya dengan fakta-fakta dan nilai sejarah.
Berdasarkan hasil pemetaan potensi wilayah dalam rangka menyusun RPJM
Desa Tembok pada Tahun 2012, diperoleh resume profil potensi sumber daya eksisting
Desa Tembok seperti berikut. Pertama, jumlah penduduknya sebanyak 7258 jiwa atau
1976 KK yang terdiri dari laki-laki = 3660 jiwa dan perempuan = 3598 jiwa. Kedua,
angka angkatan kerja pengangguran 16,98%, dengan jmlah rumah tangga miskin
sebesar 17,72%. Ketiga, angka partisipasi kasar (APK) untuk SD = 80, SMP = 85, dan
SMA/SMK = 85, dengan jumlah siswa dari RTM sebesar 369 orang. Semua potensi
tersebut tidak banyak berubah sampai tahun 2014.
Potensi ekonomi Desa Tembok sejak tahun 2012 disajiikan pada Tabel 1.1.
Prrofil perekonomian tersebut juga tidak banyak berubah pada sat dievaluasi kembali
pada pertengahan tahun 2014.
Tabel 1.1 Profil Perekonomian Desa Tembok
No Uraian Data/Keterangan
1 Total APBD Tahun 2012 265,158 (dalam jutaan rupiah)
2 Luas desa Tembok 1081 Ha. Jumlah penduduk: 7196 Jiwa atau 1958 KK
yang terdiri dari Laki-laki: 3625 Jiwa Perempuan:
3571 Jiwa.
No Uraian Data/Keterangan
2.1 Perkebunan
2.2 Kuburan
2.3 Perumahan
2.4 Tegal
2.5 Pertokoan
2.6 Pasar Desa
2.7 Perkantoran
2.8 Perladangan
2.9 Jalan
782 Ha
0,75 Ha
0,60 Ha
0,98 Ha
0,25 Ha
0,25 Ha
0,15 Ha
0,81 Ha
20 Km
3 Peternakan/perikanan Peternakan: sapi, babi, ayam.
Di sektor perikanan jumlah rumah tangga perikanan
adalah 1.569 melayan dengan dukungan armada
penangkapan ikan 664 (perahu, perahu motor tempel
dan kapal motor), dengan produksi ikan basah
menurut areal penangkapan adalah tertinggi di
Kabupaten Buleleng. Sedangkan industri pengolahan
pangan (2539 perusahaan), sandang (6 perusahaan),
bahan bangunan (135 perusahaan), logam (235
perusahaan) dan kerajinan lainnya (520 perusahaan).
4 Pertanian Kelapa, enau, mangga, palawija
5 Kerajinan dan industri Jasa pariwisata, makanan khas dodol, minyak kelapa
tradisional, ingke, dan kerajinan tangan lainnya
6 Potensi wisata Wisata bahari, agrowisata desa.
Desa Tembok terletak di ketinggian 200 meter dari permukaan air laut, memiliki
topografi wilayah berupa dataran rendah, perbukitan dan pantai. Dengan Luas Wilayah
Desa Tembok: 1081 Ha. Pemanfaatan Wilayah adalah sebagai berikut: Perkebunan:
782 Ha, Kuburan: 0,75 Ha , Perumahan: 0,60 Ha, Tegal: 0,98 Ha, Pertokoan: 0,25 Ha,
Pasar Desa: 0,20 Ha, Perkantoran: 0,15 Ha, Perladangan: 0,81 Ha, Jalan: 20 Km. Desa
Tembok terdiri dari 6 dusun: Dusun Tembok, Dusun Bulakan, Dusun Sembung, Dusun
Dadap Tebel, Dusun Yehbau, Dusun Ngis. Jumlah penduduk: 7196 Jiwa atau 1958 KK
yang terdiri dari Laki-laki: 3625 Jiwa Perempuan: 3571 Jiwa. Adapun batas-batas:
Sebelah Utara: Laut Balis, Sebelah Selatan: Kec. Kintamani Kab. Bangli, Sebelah
Barat: Desa Sambirenteng, dan Sebelah Timur: Amlapura Karangasem. Orbitasi desa
dengan pusat adalah: Kecamatan: 10 Km, Kabupaten; 45 Km, dan Provinsi: 131 Km.
Potensi desa Tembok yang prospektif untuk dikembangkan sebagai
implementasi ideologi tri hita karana adalah (1) wisata bahari, (2) pertanian
berkelanjutan dalam arti luas yang meliputi perkebunan rakyat (mangga, kelapa, dan
buah-buahan tropis), palawija, budidaya pantai dan perikanan, serta peternakan, dan
3
(3) aneka kearjinan rakyat seperti ingke dari lidi daun rontal, minyak kelapa, dan lain
sebagainya. Di samping itu ada potensi masyarakat berupa organisasi adat (desa
pakraman), subak abian, kelompok-kelompok pengerajin, kelompok peternak, dan
kelompok nelayan. Salah satu kelompok pengerajin yang bernama “Sekar Sari Jaya”
yang anggotanya perempuan, diketuai oleh Ni Ketut Nila telah menyatakan
kesiapannya untuk menyukseskan program desa binaan ini. Kesiapan juga
disampaikan oleh Kelompok Pengerajin Gula Semut “Mawar Sari” untuk melanjutkan
program pemantapan dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2014.
Potensi pantai yang panjang didukung dengan fasilitas pariwisata berupa
penginapan dan restauran. Dukungan panorama nyiur melambai sangat mendukung
pengembangan wisata bahari berbasis desa pakraman. Kehidupan sosial budaya
masyarakat Desa Tembok terpelihara dengan baik, yang dilandasi awig-awig.
Kerukunan kehidupan beragama menjadi modal sosial yang patut dipuji di desa
Tembok, yang dilandasi pada nilai tat twam asi sekaligus sebagai modal
pengembangan desa wisata. Hasil kelapa sampai saat ini masih dijual dalam bentuk
buah kelapa, kopra maupun diolah secara tradisional. Pasaran minyak kelapa masih
bersifat lokal desa sekitarnya. Limbah kelapa seperti lidi, daun kelapa sudah banyak
dimanfaatkan sebagai kerajinan ingke, namun limbah kelapa yang lain belum
dimanfaatkan secara optimal. Produk buah-buahan seperti mangga yang sangat
menonjol, pada saat musim panen belum dapat dioptimalkan.
Berdasarkan analisis situasi di atas, maka masalah yang ditemui di Desa Tembok
Kecamatan Tejakula, adalah sebagai berikut:
1) Khususnya di Banjar Ngis, dan Banjar Dapdap Tebel, tersisa 23 orang yang belum
mampu tersentuh keaksaraan, umurnya relatif tua yaitu berkisar 40-60 tahun.
Sambil memberikan kemampuan dalam calistung, secara bersamaan diberikan
keterampilan dengan keaksaraan usaha mandiri (KUM) bagi warga belajar
sehingga warga mempunyai keterampilan usaha sebagai bekal hidup. Keterampilan
yang akan diberikan sesuai dengan potensi warga dan potensi lingkungan.
Berdasarkan realitas dan permintaan warga, sangat dibutuhkan keterampilan
membuat kue bolu, kue lapis ubi, kue berbahan jagung, dan pembuatan dodol,
termasuk disain lidi ingke, dan pengolahan gula semut yang berkualitas baik.
2) Ekonomi kreatif yang sudah ada, akan dikembangkan dalam bentuk (a) disain dan
inovasi produk, (b) manajemen usaha, (c) SDM, modal usaha, (d) pemasaran, (e)
penyediaan bahan baku. Semua hal tersebut di atas dalam rangka menunjang
pariwisata di desa Tembok.
3) Belum ada pemandu pariwisata berbasis masyarakat lokal (masyarakat/teruna-
teruni) yang mampu menjelaskan objek-objek wisata secara lengkap, baik wisata
pantai dengan keindahan lautnya, maupun wisata spiritual. Hal ini sebagai salah
satu penyebab sektor pariwisata belum mampu memberikan kontribusi
peningkatan penghasilan desa dan kesejahteraan masyarakat di desa Tembok.
4) Ternak sapi dan babi belum digarap dengan baik, sehingga kualitas ternak belum
baik. Sehingga perlu sentuhan Perguruan Tinggi (Undiksha) untuk memperbaiki
hal-hal tersebut.
5) Di bidang pengolahan hasil laut seperti ikan laut, belum diolah secara ekonomi,
sehingga sering dipermainkan oleh para spekulan.
6) Belum berkembangnya sekaa santi sebagai implementasi sikap spiritual,yang akan
memperkuat karakter warga masyarakat. Yang ada sekarang ini adalah pesantian
yang dilakukan secara individu, belum terorganisir dalam bentuk kelompok.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan program kegiatan P2M tahun ke-
2 ini adalah sebagai berikut.
1) Membantu masyarakat yag masih buta huruf menjadi mampu dalam calistung.
2) Membantu masyarakat dalam mengembangkan usaha mandiri sesuai dengan
kemampuan dan potensi lokal yang ada di masyarakat.
3) Membantu masyarakat dalam mengembangkan ekonomi kreatif berupa kerajinan
inka dengan variasi desain dan inovasi berbasis potensi lokal.
4) Membantu masyarakat dalam pemelihara dan pengelolaan ternak (khususnya sapi
yang ada di desa Tembok).
5) Menyiapkan pemandu pariwisata yang profesional berbasis masyarakat lokal.
6) Membantu masyarakat membentuk sekaa santi.
Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk (1) meningkatkan kualitas
hidup masyarakat di Desa Tembok dengan berbasiskan pada pemanfaatan dan
pengelolaan potensi desanya; (2) mengembangkan potensi desanya ke arah
pembangunan ekonomi kreatif; dan (3) pengembangan Desa Tembok sebagai
5
pendukung atau penyangga kawasan pariwisata di bagian Timur Buleleng, dan Bali
pada umumnya.
Manfaat program kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut: (1) hasil pemetaan
potensi SDM Desa Tembok dapat memberikan gambaran kepada pejabat/lembaga yang
terkait dalam mengembangkan program-program pelatihan yang sesuai kebutuhan
untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat; (2) hasil pemetaan dan pemanfaatan
SDA Desa Tembok dapat dijadikan rujukan untuk meningkatkan kualitas produksi
kerajinan, produksi peternakan dan perkebunan; (3) dapat mempercepat pertumbuhan
ekonomi masyarakat Desa Tembok melalui pemanfaatan potensi desanya, seperti
pohon rontal, ketela pohon, dll; dan (4) memberikan sumbangan bagi pengembangan
dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terkait dengan revitalisasi
masyarakat melalui kelompok-kelompok ternak/pengerajin berbasis Tri Hita Karana.
BAB II
TARGET DAN LUARAN
2.1 Target
Target yang ingin dicapai dalam Program P2M Desa Binaan Tahun 2015 ini
yang dilakukan melalui beberapa kegiatan pelatihan adalah sebagai berikut.
(1) Semakin banyaknya masyarakat di Desa Tembok yang bebas dari buta aksara.
(2) Waga desa yang tergabung dalam kelompok pengerajin yang melek aksara,
sekaligus memiliki keterampilan desain dan inovasi produk kerajinan sebagai
usaha mandiri.
(3) Mengembangkan produk kerajinan inke yang khas/unik untuk menambah daya
tarik pariwisata Desa Tembok.
(4) Meningkatnya daya jual produksi gula aren melalui revitalisasi kelompok dan
pengubahan jenis produksi menjadi “gula semut” dengan pengemasan yang lebih
hiegenis.
(5) Meningkatnya keterampilan ibu-ibu PKK dalam mengolah potensi hasil
perkebunan, ketela pohon dan jagung sebagai bahan dasar dalam memproduksi
berbagai jenis panganan kue, sehingga menambah daya jual hasil perkebunan.
(6) Meningkatnya keterampilan anggota kelompok peternak mandiri untuk
memanfaatkan hasil samping ternak, pupuk kandang dan “biofertilizer” dari urine
sapi
(7) Menghasilkan produk pakan ternak sapi untuk menyiapkan kekurangan pakan saat
musim kering (melalui pemantapan pembuatan silage).
(8) Meningkatnya keterampilan berbahasa inggris anak-anak dan para pemuda untuk
menunjang potensi pariwisata dii Desa Tembok.
2.2 Luaran
Luaran yang diharapakan dari pelaksanaan Program P2M Desa Binaan di Desa
Tembok pada Tahun 2015 adalah sebagai berikut.
(1) Terbentuknya pengerajin inka yang terorganisir dengan baik, yang memiliki
metode/strategi untuk menghasilkan produk yang lebih modern guna terjadinya
pertumbuhan ekonomi di antara anggotanya.
7
(2) Terbentuknya pengerajin gula semut yang terorganisir dengan baik, yang memiliki
metode/strategi untuk menghasilkan produk yang lebih modern dan hieginis guna
terjadinya pertumbuhan ekonomi di antara anggotanya.
(3) Berkembangnya kelompok peternak sapi yang kuat, untuk memperkuat akses
kepada pemerintah, sehingga bantuan pemerintah umumnya diberikan kepada
kelompok, bukan pribadi.
(4) Tumbuhnya beberapa “home industry” pengolahan hasil perkebunan (ketela dan
jagung) untuk memproduksi beberapa jenis panganan kue.
(5) Tersedianya tenaga pemandu pariwisata (pantai dan spiritual) yang mampu
menjelaskan objek secara baik dan lengkap.
(6) Laporan kegiatan
(7) Artikel ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal ber-ISSN atau terakreditasi nasional
BAB III
METODE DAN PELAKSANAAN
3.1 Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan selama Program P2M di Desa Tembok pada
Tahun 2015 dilakukan melalui metode sebagai berikut.
a. Indentifikasi masalah menggunakan model partisipatory rural apprasial (PRA).
Identifikasi difokuskan pada kelemahan-kelemahan dan kendala/permasalahan
yang timbul setelah pelaksanaan program pada tahun pertama (2014). Metode PRA
adalah suatu teknik untuk menyusun dan mengembangkan program operasional
dalam pembangunan tingkat desa. Metode ini ditempuh dengan memobilisasi
sumberdaya manusia dan alam setempat, serta lembaga lokal guna mempercepat
peningkatan produktivitas, menstabilkan, dan meningkatkan pendapatan
masyarakat serta mampu pula melestarikan sumberdaya setempat. Bertolak dari
konsep PRA, maka tahapan kegiatan dalam model ini adalah melaksanakan
identifikasi masalah setiap program baik program bidang pendidikan, bidang
pertanian/peternakan maupun bidang ekonomi, juga dalam perumusan program dan
pendanaan dilakukan secara terarah dengan berpihak dan melibatkan masyarakat.
Dengan demikian dalam merumuskan masalah, mengatasi masalah, penentuan
proses dan kriteria masalah harus mengikutsertakan bahkan ditentukan oleh
masyarakat/kelompok sasaran. Penggunaan model pendekatan di atas diharapkan
akan: (1) dikenalnya masalah secara tepat/efektif sesuai dengan pesepsi, kehendak,
dan ukuran/ kemampuan serta kebutuhan mereka, (2) tumbuhnya kekuatan
(empowering) masyarakat atau kelompok sasaran dalam pengalaman merancang,
melaksanakan, mengelola dan mempertanggungjawabkan upaya
peningkatan/pertumbuhan diri dan ekonominya, dan (3) efektifitas dan efisiensi
penggunaan sumberdaya masyarakat atau kelompok sasaran. Selanjutnya melalui
analisis akan terinventarisir keterbatasan dan keterpenuhan berbagai sumberdaya,
sarana dan prasarana, maupun jenis-jenis usaha masyarakat. Di samping itu, akan
ditemukan berbagai jenis kesenjangan dan kemiskinan secara mendalam baik
secara natural, struktural, ataupun kultural.
9
b. Pelaksanaan program dengan model enthrepreneurship capasity building (ECB)
dan model Technology Transfer (TT) serta menerapkan Teknologi Tepat Guna
(TTG). Model ECB terkait erat dengan kemampuan berwirausaha dari masyarakat,
dengan model ini diharapkan: (1) memberikan wawasan, sikap, dan keterampilan
usaha, (2) memberikan peluang, (3) memfasilitasi (modal pinjamaan dsb.), dan (4)
memonitor dan mengevaluasi bagaimana perkembangan usahanya. Model TT
dilakukan agar masyarakat atau kelompok sasaran: (1) menguasai prinsip-prinsip
penerapan teknologi terutama yang berkaitan dengan proyek yang sedang/akan
dilaksanakan, (2) kalau teknologinya dirasakan terlalu rumit untuk menyelesaikan
masalah/kebutuhan, maka ketua proyek mempunyai kewajiban untuk
menyederhanakan melalui penerapan TTG, (3) memproduk yang bersifat
mereplikasi/modifikasi dengan alat sederhana yang dapat menyelesaikan
masalah/kebutuhan.
Memberdayakan dan membelajarkan kelompok pengerajin dengan keaksaraan
usahan mandiri untuk mengembangkan usaha baik produk, desain, dan pemasaran.
Dengan cara di atas kelompok pengerajin akan dapat meningkatkan keterampilannya
sehingga bisa bersaing dengan pengerajin lainnya. Dalam proses pembelajaran dan
pemberdayaan akan dipandu dengan silabus sehingga terarah dalam mengembangkan
usaha. Selain panduan silabus juga disiapkan tenaga yang profesional dari Jurusan Seni
Rupa, khususnya Seni Kriya. Silabus disajikan pada Tabel 3.2.
3.2 Pelaksanaan Kegiatan
Semua kegiatan pelatihan dan ceramah pemberian materi sudah dirancang
sebelumnya. Semua kegiatan tersebut selanjutnya didiskusikan ulang dengan Perbekel
Desa Tembok dan beberapa aparat desa lainnya. Hasil diskusi tersebut menyebabkan
terjadinya perubahan pada sasarn kelompok dan jenis kegiatan. Oleh karena itu,
program kegiatan yang sudah dirancang sedikit berubah. Atas dasar itu, maka
dilakukan pemetaan ulang terhadap potensi SDM dan SDA yang ada di Desa Tembok.
Terkait dengan perubahan program kegiatan P2M tersebut, maka dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut.
1) Indentifikasi dan evaluasi ulang potensi dan masalah setelah implementasi program
pada tahun 2014.
2) Penyesuaian beberapa kegiatan berdasarkan kondisi riil yang ada
3) Penjajagan kepada kelompok yang sudah ada dan pembentukan kelompok baru
4) Pelaksanaan program kegiatan dengan metode sebagai berikut: (a) memberikan
wawasan, sikap, dan keterampilan usaha kepada sasaran kelompok yang sudah ada,
serta memonitor dan mengevaluasi bagaimana perkembangan usahanya; (b)
memberdayakan dan membelajarkan kelompok baru (pengerajin gula dan ternak)
dengan keaksaraan usahan mandiri; dan (c) melaksanakan kegiatan-kegiatan
penunjang lainnya yang terkait dengan peningkatan wawasan Tri Hita Karana.
Berdasarkan tahapan-tahapan kegiatan tersebut di atas, maka program-program
kegiatan yang disepakati untuk dilakukan di Desa Tembok adalah sebagai berikut,
seperti pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Rencana kegiatan dan waktu pelaksanaan
No Program/Kegiatan Sasaran Waktu/Tempat
1 Identifikasi potensi desa dan
SDM PKK dan Pemudi,
Perwakilan Kelompok
pengerajin/usaha
Sabtu, 13 Juni 2015
Minggu, 14 Juni 2015
di Aula Kantor Perbekel
2 Kunjungan ke lokasi 20 KK warga belajar
pembuat inke, Kelompok
ternak sapi, dan produksi
gula semut
Sabtu, 20 Juni 2015
3 Identifikasi Masalah dan
penetapan solusi/kegiatan
- 26-28 Juni 2015 di
Kampus Undiskha
4 Koordinasi terkait dengan
permasalahan dan tawaran solusi,
serta jenis kegiatan
Kepala Desa dan Aparat
desa lainnya
Perwakilan kelompok
Sabtu, 4 Juli 2015
5 Program untuk Warga Belajar
Penyuluhan ttg Wawasan,
sikap, dan keterampilan
peluang usaha bagi anggota
baru pengerajin inke
Kelompok warga belajar
pengerajin inka yang baru
(Kelompok Sekar Sari
Jaya)
Sabtu, 11 Juli 2015;
Balai Desa
Pemantapan produk inka
khusus untuk pendukung
sarana perhotelan
Kelompok pengerajin
inka (Kelompok Sekar
Sari Jaya)
Minggu, 17-18 Juli 2015
(di halaman rumah Ibu
Nym. Nila, Br. Ngis)
Pelatihan dan pemantapan
pembuatan gula semut (anggota
baru)
Kelompok belajar
pengolah nira (Kelompok
“Mawar Sari”)
Sabtu, 1 Agustus 2015
Minggu, 2 Agustus 2015
di Balai Kelompok
Evaluasi hasil pelatihan dan
penilaian produk gula semut
Kelompok belajar
pengolah nira (Kelompok
“Mawar Sari”)
Sabtu-Minggu, 8-9
Agustus 2015 di Balai
Kelompok
Pelatihan membuat kue dengan
bahan ketela pohon dan jagung
Kelompok ibu-ibu PKK
dan pemudi
Jumat-Sabtu, 15-16
Agustus 2015; Aula
Kantor Perbekel
6 Program Penunjang
Penyuluhan ttg Wawasan,
sikap, dan keterampilan
peluang usaha
Anggota PKK dan
Pemudi (yang baru)
Minggu, 16 Agustus
2015 di Aula Kantor
Perbekel
11
Penyuluhan tentang upacara
nitya dan naimitika karma
Anggota PKK dan
Pemudi (yang baru)
Minggu, 16 Agustus
2015 di Aula Kantor
Perbekel
7 Program Kelompok Ternak
Penyuluhan tentang program
penggemukan ternak sapi
Kelompok ternak Minggu, 23 Agustus
2015 di Balai Kelompok
Pemantapan praktek
pembuatan silage dan
pengolahan urine sapi
Kelompok ternak Minggu, 23 Agustus
2015 di Balai Kelompok
8 Pelatihan keterampiilan dasar
bahasa inggris untuk penunjang
parwisata
Anak-anak dan
pemuda/pemudi
Sabtu-Minggu, 29-30
Agustus 2015
Sabtu-Minggu, 6-7
September 2015
Tabel 3.2 Silabus Usaha Mandiri (Kerajinan)
SILABUS USAHA MANDIRI (KERAJINAN)
Jenis Usaha : Kerajinan Ingke dan Gula Aren
Alokasi Waktu : 116 jam
Standar
Kompetensi
Lulusan
Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Pengalaman
Belajar
Sumber/
Bahan /Alat
Belajar
Alokasi
Waktu
Penilaian
Mengidentifikasi
jenis-jenis usaha Mengidentifikasi
dengan
menuliskan bidang
usaha yang sesuai
dengan minat dan
keterampilan yang
dimiliki
Menetapkan
bidang usaha yang
akan
dikembangkan
Menyebutkan
macam-macam usaha
Mengidentifikasi
minat dan potensi
dirinya
Mengidentifikasi
bidang usaha yang
sesuai dengan minat
dan potensi dirinya
Menyebutkan
macam bidang usaha
WB dapat
menyebutkan
macam bidang
usaha
WB dapat
mengidentifikasi
minat dan potensi
dirinya
WB dapat
mengidentifikasi
bidang usaha yang
sesuai dengan
minat dan potensi
dirinya
WB dapat
menyebutkan
macam bidang
usaha
WB menulis dan
membaca
macam-macam
usaha yang
sesuai dengan
minat drinya
Teks bacaan
mengenai
orang-orang
yang sukses
dalam
berwirausaha
dan warga
belajar
9 jam WB mengisi
daftar
pertanyaan
Menuliskan
rencana usaha Mengemukakan
secara lisan dan
Menulis rencana
usaha
WB dapat menulis
rencana usaha
WB menulis dan
berbicara
Teks bacaan
mengenai
6 jam WB
menjawab
11
tertulis dengan
bahasa Indonesia
tentang rancangan
usaha mandiri yang
akan dikembangkan
Mengemukakan
rencana usaha secara
lisan dalam bahasa
Indonesia
WB dapat
mengemukakan
rencana usaha
secara lisan dalam
bahasa Indonesia
berkenaan
dengan rencana
usaha dalam
bahasa
Indonesia
orang-orang
yang sukses
dalam
berwirausaha,
alat tulis dan
warga belajar
pertanyaan
yang
diberikan
oleh tutor
Menguasai
keterampilan
produksi
Mengungkapkan
cara-cara produksi
sesuai bidang usaha
yang dikembangkan
Mengungkapkan
sumber daya
manusia dan
sumber daya alam
di lingkungannya
yang dapat
mendukung bidang
usaha yang
dikembangkan
Menjelaskan bahan,
alat, dan langkah-
langkah produksi
dalam usaha yang
akan dikembangkan
Mendemonstrasi-kan
keterampilan yang
dimiliki untuk
mendukung usaha
Menyebutkan jenis-
jenis sumber daya
alam yang potensial
Mengidentifikasi
sumber daya manusia
di lingkungannya
yang kompeten dalam
bidang usaha yang
dikembangkan
WB dapat
menyebutkan dan
mencatat bahan
untuk membuat
ingke
WB dapat
menyebutkan dan
mencatat alat-alat
yang diperlukan
WB dapat
menyebutkan dan
mencatat langkah-
langkah cara
pembuatan ingke
WB dapat
mempraktekkan
keterampilan yang
dimilikinya dalam
membuat ingke
WB dapat
menyebutkan
jenis-jenis sumber
WB praktik
membuat ingke
dengan berbagai
jenis
Alat-alat tulis,
alat-alat dan
bahan yang
diperlukan
untuk
membuat
ingke
66 jam Pengamatan
daya alam yang
potensial di
daerahnya
WB dapat
mengidentifikasi
sumber daya
manusia di
lingkungannya
yang kompeten
dalam bidang
usaha yang
dikembangkan
Memasarkan
produk usaha
Memberikan
tanggapan dan
saran sederhana
mengenai cara-cara
memasarkan
produk usaha yang
dijalankan dengan
menggunakan
kalimat yang runtut
dan pilihan kata
yang tepat
Menyebutkan cara
pemasaran hasil
produksi
Mengantisipasi
adanya hambatan
dalam pemasaran
WB dapat
menyebutkan cara
pemasaran hasil
produksi
WB dapat
mendeteksi
hambatan-
hambatan yang
mungkin muncul
dalam pemasaran
WB dapat
mengantisipasi
adanya hambatan
dalam pemasaran
WB
mengomunikasi
kan cara-cara
memasarkan
hasil produksi
dan cara-cara
mengantisipasi
hambatan dalam
pemasaran
Warga belajar,
teks bacaan
mengenai cara
pemasaran,
dan hambatan
dalam
pemasaran
6 jam WB
menjawab
pertanyaan
yang
diberikan
oleh tutor
dan
pengamatan
13
Membuat
perhitungan
laba/rugi
Mengidentifikasi
jenis-jenis biaya
pada usaha tertentu
Menghitung biaya
pendapatan, dan
keuntungan atau
kerugian dalam
menjalankan usaha
mandiri yang
dikembangkan
Membuat
pembukuan
sederhana
Menyebutkan dan
mencatat dengan jelas
modal usaha
Mencatat penggunaan
uang
Mengetahui dan
mencatat keadaan
keuangan, rugi atau
laba
Membuat pembukuan
inventaris barang
Membuat buku biaya
pembuatan
Membuat buku
penjualan
Membuat buku kas
harian
WB dapat
menyebutkan dan
mencatat dengan
jelas modal usaha
WB dapat
mencatat
penggunaan uang
WB dapat
menggambarkan
keadaan keuangan
WB dapat
mencatat laba yang
diperoleh
WB dapat
membuat
pembukuan
inventaris barang
WB dapat
membuat buku
biaya pembuatan
WB dapat
membuat buku
penjualan
WB dapat
membuat buku kas
harian
WB membuat
perhitungan
laba/rugi
melalui
pembukuan
sederhana
Alat-alat tulis
dan teks
bacaan
mengenai cara
membuat
pembukuan
21 jam WB
menjawab
pertanyaan
yang
diberikan
oleh tutor
dan
pengamatan
Menjalin
kemitrausahaan Melakukan
komunikasi baik
secara individu
maupun kelompok
dengan
menggunakan
kalimat yang runtut
dan pilihan kata
yang tepat
Memahami strategi
pemasaran
Menyebutkan dan
mencatat cara
menawarkan produk
usaha kepada sasaran
individu maupun
kelompok dengan
menggunakan kalimat
yang runtut dan
pilihan kata yang tepat
Menentukan produk
yang khas sesuai
dengan selera
konsumen
Menetapkan harga
produk yang sesuai
dengan target pasar
Mengemas produk
dengan menarik
WB dapat
menyebutkan cara
menawarkan
produk usaha
kepada sasaran
individu maupun
kelompok dengan
menggunakan
kalimat yang
runtut dan pilihan
kata yang tepat
WB dapat
menentukan
produk yang khas
sesuai dengan
selera konsumen
WB dapat
menetapkan harga
produk yang sesuai
dengan target pasar
WB dapat
mengemas produk
dengan menarik
WB
berkomunikasi,
baik secara
individu
maupun
berkelompok
dengan bahasa
yang baik dan
membuat
strategi
pemasaran
Warga belajar,
teks bacaan
mengenai
strategi
pemasaran
6 jam WB
menjawab
pertanyaan
yang
diberikan
oleh tutor
dan
pengamatan
15
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1 Kelayakan LPM Undiksha
Visi Universitas Pendidikan Ganesha adalah menjadi perguruan tinggi pusat
pengembangan pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS) yang
berbudaya dan humanis berlandaskan Tri Hita Karana, serta menghasilkan tenaga
kependidikan dan non-kependidikan yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.
Berdasarkan visi ini, secara konsepsional akan menjadikan Undiksha sebagai perguruan
tinggi yang mampu menyelenggarakan layanan prima pendidikan tinggi yang
berbudaya dan humanis di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
berlandaskan Tri Hita Karana untuk menghasilkan tenaga kependidikan dan non-
kependidikan yang berkualitas dan berdaya saing tinggi”.
Misi Undiksha adalah menyelenggarakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam
bidang kependidikan dan non-kependidikan untuk menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas tinggi dalam bidang vokasional, akademik, dan profesi yang
berkontribusi pada daya saing bangsa. Secara lebih rinci misi Undiksha adalah sebagai
berikut.
(1) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran untuk menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas tinggi dalam bidang vokasi, akademik, dan profesi baik
bidang pendidikan dan nonkependidikan, yang berwawasan global berbasis
kearifan lokal yang humanis, berbudaya, dan peduli lingkungan.
(2) Menyelenggarakan penelitian untuk pengembangan dan penerapan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni, serta budaya, baik dalam bidang kependidikan
maupun nonkependidikan.
(3) Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat sebagai wujud penerapan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta budaya dalam rangka meningkatkan
kontribusi Undiksha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kecerdasan,
kepedulian sosial, kepedulian lingkungan, nilai, moral, dan etika.
(4) Menyelenggarakan manajemen pendidikan tinggi yang efektif, efisien, akuntabel,
transparan, dan konsisten serta mampu memberikan layanan yang optimal
kepada masyarakat.
(5) Menyelenggarakan pembangunan komunitas, pengembangan jiwa kewirausahaan
dan kerjasama atau kemitraan yang saling menguntungkan dengan perguruan
tinggi di dalam dan di luar negeri, instansi terkait, dan dunia usaha.
(6) Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas/Mutu dan Relevansi,
Kesetaraan dan Kepastian/Keterjaminan layanan pendidikan tinggi yang meliputi
tridharma perguruan tinggi, pengelolaan perguruan tinggi, program pendukung
dan kerjasama serta pemgembangan komunitas Undiksha.
Berdasarkan visi dan misi tersebut di atas, maka pengembangan Undiksha harus
berwawaskan global, regional dan nasional dengan memperhatikan asas keseimbangan
antara wawasan global dan nasional, antara sifat universal dan individual, antara nilai
tradisional dan modern, antara perkembangan jangka pendek dan jangka panjang,
antara kebutuhan kompetisi dan persamaan kesempatan, serta antara orientasi material
dan spiritual.
Khusus terkait dengan pelaksanaan P2M, secara kuantitas, persentase kegiatan
Pengabdian pada Masyarakat (P2M) mengalami peningkatan. Pada tahun 2006, jumlah
judul yang diterima sebanyak 32 buah, jumlah dosen yang terlibat 128 orang, dan dana
yang diterima Rp. 132.000.000,00. Pada tahun 2007, jumlah judul yang diterima
sebanyak 67 buah, jumlah dosen yang terlibat 268 orang, dan jumlah dana yang
diterima Rp. 360.000.000,00. Pada tahun 2008, jumlah judul yang diterima sebanyak
71 buah, jumlah dosen yang terlibat 284 orang, dan jumlah dana yang diterima sebesar
Rp.355.000.000,00. Sedangkan pada tahun anggaran 2009, jumlah judul yang diterima
sebanyak 77 buah, jumlah dosen yang terlibat 258 orang, dan jumlah dana yang
diterima sebesar Rp 385.000.000,00. Prestasi Undiksha dalam bidang P2M juga dapat
dilihat dari dimenangkannya beberapa hibah di tingkat nasional seperti Voucer, Hibah
Sibermas, dan P2M lainnya bekerja sama dengan pemerintah daerah di Bali.
Peningkatan kuantitas dan kualitas P2M masih memiliki peluang yang cukup besar
dalam kurun lima tahun ke depan.
Gambaran di atas memberikan bukti bahwa kelayakan Lembaga Pengabdian
Masyarakat (LPM) Undiksha untuk mendukung program-program pemerintah sangat
tinggi. Undiksha juga sangat responsif terhadap pengembangan dan revitalisasi
masyarakat dalam dunia pendidikan formal dan non-formal di pedesaan, melalui
kegiatan desa binaan dengan pendanaan program dari DIPA Undiksha lewat LPM.
17
4.2 Kelayakan Ketua dan Anggota Pengusul
Kelayakan personalia pelaksana P2M Desa Binaan ini dapat dipertanggung
jawabkan karena ketua dan semua anggota telah memiliki pengalaman dalam
mengelola kegiatan-kegiatan di tingkat lembaga Undiksha. Ketua dan anggota pengusul
Program P2M Desa Binaan ini juga memiliki kualifikasi akademik yang sudah tidak
diragukan lagi, berkualifikasi doktor dan magister. Kompetensi akademik ini tentu akan
memberikan wawasan yang cukup untuk mengelalola sebuah program kegiatan P2M
yang melibatkan masyarakat di pedesaan, melalui pendekatan-pendekatan humanis agar
masyarakat merasa menyatu dengan personalia pengusul.
Khusus pengalaman di luar mengajar, ketua dan anggota pengusul P2M ini
sudah sering melakukan kegiatan P2M. Bidang kegiatan P2M yang sering dilakukan
oleh ketua dan anggota sangat beragam, seperti program-program pelatihan untuk guru
dalam mendesain proses pembelajaran di sekolah dan desain penilaiannya
(evaluasinya), jenis P2M berupa penerapan teknologi tepat guna di pedesaan, dan
program-program pelatihan kewirausahaan pengerajin menengah. Disamping itu,
bercermin dari kesuksesan pelaksanaan program pada tahun pertama (2014), program
tahun 2015 ini merupakan program lanjutan yang menyasar hal yang sama dengan
penambahan beberapa kegiatan pengembangan. Hal ini tentu memberikan pengalaman
yang baik untuk keberhasilan pelaksanaan program pada tahun 2015. Ketua tim
pengusul juga pernah dan lama menjabat sebagai Ketua BPD di desanya, sehingga ini
memberikan pengalaman tersendiri untuk melakukan pendekatan-pendekatan dan
mengetahui situasi dan kondisi suatu daerah pedesaan sebagai daerah sasaran.
Pengalaman yang dimiliki oleh ketua dan anggota pengusul memberikan keyakinan
bahwa program P2M Desa Binaan di Desa Tembok pada tahun 2015 ini bisa berjalan
dengan baik dan lancar, serta mendapat sambutan yang antusias dari aparat desa dan
masyarakat, khususnya kelompok pengerajin, kelompok tani/ternak, dan ibu-ibu PKK.
Dengan demikian, keberlanjutan program kegiatan P2M di Desa Tembok ini bisa
dijamin, sehingga nantinya terbentuk kelompok usaha ekonomi kreatif yang lebih
produktif.
BAB V
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Kegiatan yang Dicapai
Secara umum, hasil yang dicapai dalam pelaksanaan Prgram P2M Desa Binaan
di Desa Tembok adalah (1) meningkatnya kemampuan dan keterampilan berbahasa
inggris anak-anak dan para pemuda/pemudi; (2) adanya penambahan anggota baru
yang sekaligus juga adanya penambahan ketuntasan buta aksara para anggota
kelompok pengerajin inke; (3) bervariasinya model dan desain jenis produksi inke di
Kelompok Pengerajin “Sekar Sari Jaya”; (4) semakin berkembangnya anggota
Kelompok “Mawar Sari” yang mengembangkan usaha produksi gula semut, sebagai
pengembangan dari para masyarakat yang membuat gula aren secara sangat tradisional,
sekaligus berkurangnya jumlah masyarakat penikmat minuman tuak; (5) adanya
revitalisasi kelompok ternak sapi dalam upaya untuk memanfaatkan urine sapi sebagai
“bio fertilizer” dan bertambahnya keterampilan para peternak untuk membuat silage,
sebagai pakan ternak hasil fermentasi dalam mengatasi kekurangan pakan pada saat
musim kering; (6) bertambahnya wawasan para ibu-ibu PKK dan pemudi di Desa
Tembok terkait dengan pelaksanaan yadnya naimitika karma dan nitya karma; Hal ini
sangat penting untuk menjaga pelaksanaan yadnya sebagai pengejewantahan dari
konsep Tri Hitta Karana. dan (7) semakin terorganisirnya kelompok sekeha santi di
masing-masing banjar dinas/dusun. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan selama Program
Desa Binaan di Desa Tembok adalah seperti pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Jenis kegiatan dan waktu pelaksanaan kegiatan
No Program/Kegiatan Sasaran Petugas Waktu
Pelaksanaan
1 Identifikasi potensi desa
dan SDM
PKK, Pemudi,
Perwakilan
Kelompok usaha/
pengerajin
Sukra Warpala
Dewa Sanjaya
Putu Panca Adi
Sabtu-Minggu,20-
21 Juni 2015
di Aula Kantor
Perbekel
2 Kunjungan ke lokasi 20 KK warga
belajar pembuat
inke, Kelompok
ternak sapi, dan
produksi gula
semut
Sukra Warpala
Putu Panca Adi
Gede Nurjaya
Sabtu, 28 Juni 2015
3 Identifikasi Masalah - Semua Tim 2-5 Juli 2015 di
Kampus Undiskha
19
4 Koordinasi terkait dengan
permasalahan dan tawaran
solusi, serta jenis kegiatan
Kepala Desa
dan Aparat desa
lainnya
Perwakilan
kelompok
Dewa Sanjaya
Putu Panca Adi
Gede Nurjaya
Sabtu, 11 Juli 2015
5 Program untuk Warga
Belajar
Penyuluhan Wawasan,
sikap, dan keterampilan
peluang usaha bagi
pengerajin inke & gula
semut
Kelompok warga
belajar pengerajin
inke (Kelompok
Sekar Sari Jaya)
dan Mawar Sari
Sukra Warpala
Dewa Sanjaya
Gede Nurjaya
Sabtu, 1 Agustus
2015 di Balai
Desa/Aula Kantor
Perbekel
Pemantapan produk
inka khusus untuk
pendukung sarana
perhotelan
Kelompok
pengerajin inka
(Kelompok Sekar
Sari Jaya)
Sukra Warpala
Dewa Sanjaya
Minggu-Selasa,
2-3 Agustus 2015
(di halaman rumah
Ibu Nym. Nila, Br.
Ngis)
Pelatihan dan
pemantapan pembuatan
gula semut (anggota
baru)
Kelompok belajar
pengolah nira
(Kelompok
“Mawar Sari”)
Putu Panca Adi
Gede Nurjaya
Instruktur gula:
2 orang
Sabtu, 8 Agustus
2015
Minggu, 9 Agustus
2015 di Balai
Kelompok
Evaluasi hasil pelatihan
dan penilaian produk
gula semut
Kelompok belajar
pengolah nira
(Kelompok
“Mawar Sari”)
Sukra warpala
Dewa Sanjaya
Putu Panca Adi
Gede Nurjaya
Sabtu-Minggu, 15-
16 Agustus 2015 di
Balai Kelompok
Pelatihan membuat kue
dengan bahan ketela
pohon dan jagung
Kelompok ibu-ibu
PKK dan pemudi
Sukra Warpala
Gede Nurjaya;
2 or. instruktur
Jumat-Sabtu, 21-22
Agustus 2015; Aula
Kantor Perbekel
6 Program Kegiatan
Penunjang
Penyuluhan ttg
Wawasan, sikap, dan
keterampilan peluang
usaha
Anggota PKK dan
Pemudi (yang
baru)
Dewa Sanjaya
Panca Adi;
Penyuluh (Ir.
Ketut Masan)
Minggu, 23 Agustus
2015 di Aula Kantor
Perbekel
Penyuluhan tentang
upacara nitya dan
naimitika karma
Anggota PKK dan
Pemudi (yang
baru)
Dewa Sanjaya
Panca Adi;
Penyuluh (Jro
Kadek Putra)
Minggu, 23 Agustus
2015 di Aula Kantor
Perbekel
7 Program Kegiatan
Kelompok Ternak
Penyuluhan tentang
program penggemukan
ternak sapi
Kelompok ternak Sukra Warpala
Dewa Sanjaya
Penyuluh (Ngh.
Sukradana)
Minggu, 30 Agustus
2015 di Balai
Kelompok
Pemantapan praktek
pembuatan silage dan
pengolahan urine sapi
Kelompok ternak Sukra Warpala
Dewa Sanjaya
Penyuluh (Ngh.
Sukradana)
Minggu, 30 Agustus
2015 di Balai
Kelompok
8 Pelatihan keterampiilan
dasar bahasa inggris
untuk penunjang
parwisata
Anak-anak dan
pemuda/pemudi
Sukra Warpala
Panca Adi
Sabtu-Minggu, 5-6
September 2015
Dewa Sanjaya
Gede Nurjaya
Sabtu-Minggu, 12-
13 September 2015
5.1.1 Hasil Pelatihan Kelompok Pengerajin Inke
Pelatihan pemantapan untuk kelompok pengerajin inke telah dilaksanakan bagi
para anggotanya yang tergolong baru. Para anggota kelompok tersebut sekaligus
diberikan pembelajaran yang terkait dengan penuntasan buta aksara. Hasil
pembelajaran membaca, menulis, dan berhitung disampaikan seperti pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Hasil evaluasi pembelajaran kelompok pengerajin inke
No. Nama Warga
Belajar
Kemampuan awal Kemampuan akhir
Baca Tulis Hitung Baca Tulis Hitung
1 Ketut Rasti 65 60 65 75 75 80
2 Nengah Rai 70 65 70 80 80 85
3 Ni Wayan Suci 70 65 70 85 85 85
4 Made Matri 70 65 70 85 80 85
5 Ni Made Sayang 60 60 65 75 75 80
6 Ketut Sukarji 70 65 70 80 85 85
7 Ni Nyoman Tilem 65 60 65 75 75 80
8 Ni Luh Sukita 65 60 65 80 75 80
9 Ni Luh Sari 70 60 70 80 75 85
10 Ni Luh Setia 65 60 65 75 75 80
11 Made Mursi 65 55 65 70 75 75
12 Nyoman Juita 70 60 70 80 75 85
13 Made Mandri 55 50 60 70 70 75
14 Ni Ketut Sarga 70 60 70 80 80 85
15 Ni Luh Pasek 65 60 70 75 75 85
16 Made Mendri 70 65 75 85 80 90
17 Ni Luh Darma 65 65 70 80 80 85
18 Wayan Sukarmi 65 60 70 75 75 85
19 Nyoman Luwer 65 60 65 75 75 80
20 Ni Nengah Pica 65 65 70 80 80 90
Berdasarkan Tabel 5.2 di atas, semua kelompok warga belajar anggota
pengerajin inke menunjukkan peningkatan kemampuan dalam membaca, menulis, dan
berhitung. Hal ini terlihat dari skor rerata awal membaca meningkat dari 66,25 menjadi
78, skor rerata awal menulis sebesar 61 meningkat menjadi 77,25, dan skor rerata awal
berhitung meningkat dari 68 menjadi 83. Secara kualitatif, perolehan skor rerata akhir
membaca, menuls, dan berhitung berkategori baik.
5.1.2 Hasil Pelatihan Pemantapan Produksi Gula Semut
Kegiatan pemantapan memproduksi gula semut diawali dengan “brain
stroming” dari anggota terkait dengan kendala-kendala yang dihadapi pasca pelatihan
di tahun 2014. Pelaksanaan pemanatapan dibantu oleh pengerajin gula semut di Dusun
Moncol, Desa Tianyar Tengah. Yang membantu pelatihan tersebut adalah Bapak
21
Nyoman Muliadi dan istrinya. Pemantapan dilaksanakan dengan memberikan praktek
secara mandiri kepada peserta dan sesekali Bapak Nyoman Muliadi dengan dibantu
istrinya memberikan arahan kepada peserta.
Hasil yang diperoleh selama kegiatan pemantapan sudah semakin baik. Banyak
peserta yang sudah menghasilkan produk berkualitas baik, sudah layak dipasarkan
sebagai brown sugar bagi konsumsi hotel. Ada beberapa peserta (sebagian kecil) belum
bisa mendapatkan produk berkualitas baik, dengan kata lain kualitasnya berkualifikasi
sedang. Hal ini disebabkan karena air nira yang dipakai oleh peserta tersebut
kualitasnya tidak baik. Menurut Bapak Nyoman Muliadi, air nira yang dibawa
kebanyakan sudah berasa asam, artinya bahwa air nira tersebut sudah menjadi “tuak
wayah”. Walaupun demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa keterampilan para
anggota kelompok dalam memproduksi “gula semut” sudah semakin meningkat.
Selain diberikan pemantapan teknis memproduksi gula semut, sebanyak 10
peserta diberikan pembelajaran membaca, menulis, dan berhitung. Hasilnya adalah
seperti pada Tabel 5.3
Tabel 5.3 Hasil evaluasi pembelajaran kelompok produksi gula semut
No. Nama Warga
Belajar
Kemampuan awal Kemampuan akhir
Baca Tulis Hitung Baca Tulis Hitung
1 Ketut Darmi 65 60 70 75 70 80
2 Ketut Suci 70 65 70 80 75 85
3 Nengah Ariani 70 65 75 80 75 85
4 Made Mertasih 70 70 75 80 80 85
5 Ketut Manis 60 60 65 75 75 75
6 Nyoman Kompyang 60 60 65 70 70 70
7 Ni Ketut Suasti 65 60 65 75 70 75
8 Luh Parni 65 60 70 75 70 80
9 Kadek Kartika 70 60 70 75 70 85
10 Made Sumerti 65 60 65 75 70 75
5.1.3 Hasil Pelatihan Kelompok Ternak
Kondisi yang terjadi pada awal kunjungan untuk memulai program persis sama
dengan kondisi awal pelaksanaan program tahun 2014 bahwa sapi-sapi bantuan
Siimantri tidak dipeihara secara bersama dalam satu kandang. Apa yang disarankan
pada saat program tahun 2014 belum busa dilaksanakan. Disamping itu, kondisi awal
sebelum pemantapan kegiatan pada tahun 2015 adalah: (1) perekrutan anggota
kelompok yang dilakukan diakhir program tahun 2014 mengalami kegagalan karena
mereka tidak aktif; (2) beberapa sapi milik pribadi (bukan program Simantri) banyak
yang tidak jadi dpelihara secara kelompok; (3) produksi silage pada musim kering tidak
sesuai harapan, sebanyak 50% anggota kelompok tidak mencoba memproduksi silage.
Ketiga kondisi di atas menjadi tantangan tersendiri dan menyebabkan pola
pemantapan mengalami perubahan kegiatan. Perubahan ini juga disebabkan oleh
adanya kendala bahwa empat kelompok kecil yang dibentuk dulu sudah berkurang
menjadi tiga kelompok. Oleh karena itu, pelatihan pemantapan dilakukan pada ketiga
kelompok tersebut dan melibatkan para istri anggota kelompok. Hal ini dilakukan
karena berdasarkan informasi bahwa para istri anggota Simantri sering terlibat dan ikut
memelihara sapi-sapi tersebut. Jadi, pelatihan pemantapan dilakukan dengan
pemaparan sediikit teori terlebiih dulu, selanjutnya lebih banyak praktek dengan
bimbingan instruktur. Bahkan ketua kelompok Bapak Wayan Merta ikut dengan siigap
membantu instruktur.
Pelatihan pemantapan untuk Kelompok Peternak ini dikuti oleh 10 orang.
Pemantapan yang diberikan adalah (1) pembuatan pakan ternak melalui proses
fermentasi silage dan (2) pengolahan urine sapi untuk dijadikan biofertilizer (sebagai
pupuk cair organik). Proses pelatihan pemantapan ini melibatkan Bapak Nengah
Sukradana dan Ketut Sabudi, keduanya sebagai pengurus Gapoktan “Sari Lemek” Desa
Tamblang, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng yang sudah berhasil. Jadi, ada ketok
tular di antara kelompok Simantri dan Gapoktan di wilayah Kabupaten Buleleng.
Kendalanya pelatihan produksi biofertilizer adalah volume urine sapi yang dihasilkan
di kelompok-kelompok kecil tidak terlalu tinggi karena sapi yang dipelihara tidak
terlalu banyak. Para anggota Simantri belum bsa mengembangkan jumlah sapinya
karena kesulitan modal dan sapi yang dipelihara banyak yang belum beranak.
5.1.4 Hasil Pelatihan Keterampilan Berbahasa Inggris
Pada awal perencanaan program, pelatihan keterampiilan bahasa inggris
difokuskan untuk para pemuda agar memiliki kemampuan dasar sebagai pemandu
wisata. Selanjutnya pada penjajagan awal, ternyata tdak banyak pemuda desa masih
tinggal dii Desa Tembok, sebagian besar mereka sudah merantau ke Denppasar. Oleh
karena iitu, pelatihan pemandu wiisata berubah menjadii pelatihan berbahasa inggris
bagi anak-anak. Selaiin anak-anak SD dan SMP, juga menyasar sedikit pemuda yang
putus sekolah yang masih tinggal di desa. Pelatihan bahasa iinggris yang diiberiikan
adalah englis for special purpose yang menjadi dasar pengetahuan pariwisata. Pelatihan
ini dibantu oleh tiga orang mahasiswa S1 Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha.
23
Materi yang diberikan lebih banyak tentang (1) pengenalan vocabulary berupa
kata-kata yang berkaitan dengan dunia pariwisata dan (2) keterampilan speaking
dasar/permulaan yang juga berkaiitan dengan percakapan sehari-hari dalam duniia
pariwisata. Pelaksanaan pelatihan dilaksanakan selama empat kali dari pukul 09.00 s.d
15.00 dengan metode direct instruction. Pertama para instruktur memberikan beberapa
pengenalan kata dan cara melafalkannya, selanjutnya menggabungkan kata-kata itu
menjadi kalimat tanya dan pernyataan/jawaban. Kedua, para instruktur memperagakan
sebuah percakapan sederhana dan para peserta pelatihan memperhatikan dengan
seksama. Ketiga, para peserta dilatih dengan bimbingan pata instruktur. Keempat, para
peserta diberikan kesempatan berlath secara mandiri. Metode iini terus diulang-ulang
untuk jeniis percakapan sederhana yang lainnya.
Hasil pelatihan menunjukkan bahwa sebagian kecil peserta menunjukkan bakat
yang tinggi dalam kemampuan berbahasa inggris. Para peserta sudah bisa dan terampil
menggunakan bahasa inggrs untuk (1) greeting-memberiikan salam dan percakapan
lanjutannya sebagai kepedulian terhadap orang asing (tamu); (2) direction-memberikan
jawaban/keterangan tentang penunjuk arah suatu lokasi di Desa Tembok; dan (3)
offering-menawarkan bantuan dan berbagai fasilitas pendukung pariwisata di Desa
Tembok, bahkan menawarkan potensi yang bisa dijual yang ada dii Desa Tembok.
5.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil-hasil yang telah dicapai selama program P2M Desa Binaan di
Desa Tembok pada tahun 2015, ada beberapa hal yang perlu dikemukakan dalam
laporan ini. Pertama yang terkait dengan revitalisasi anggota pengerajin inke untuk
peningkatan keterampilan desain dan penuntasan buta aksara. Hasil yang diperoleh
adalah sebanyak 20 orang anggota baru telah terbebas dari buta akasara. Hal ini berarti
sudah memenuhi kuota yang direncanakan sebanyak 40 orang selama dua tahun
pelaksanaan program. Beberapa anggota pengerajin masih ada yang belum fasih
membaca dan menulis, tetapi tidak mau mengikuti program pembelajaran karena sangat
sulit mengajak belajar dengan alasan kesibukan dan rumahnya terlalu jauh dari pusat
tempat pelatihan. Hal yang perlu dipikirkan ke depan adalah perlunya campur tangan
dari Pemkab Buleleng dengan mekanisme dan metode pelatihan yang sesuai untuk
mengakses anggota yang secara geografis lokasi tempat tinggalnya sangat jauh.
Kedua terkait dengan pelatihan pemantapan produksi gula semut, diperoleh
hasil bahwa kualitas produk sudah semakin membaik. Sebagian besar angggota sudah
bisa memproduksi gula semut dengan kualtas berkategori baik. Hal ini disebabkan
karena keterampilan sudah meningkat dalam hal cara memasak air nira dan juga kualtas
air nira sudah sangat baik. Masih ada sebagian kecil anggota/peserta yang hasil
produksi berkualifikas sedang karena air nira yang diipakai berkualtas rendah.
Rendahnya kualitas air nira tersebut karena sudah terfermentasi berlanjut. Artinya
bahwa air nira sudah banyak menjadi alkohol. Kondisi inilah yang menyebabkan
produksi gula semut tidak banyak dan kualitasnya rendah. Walaupun demikian, para
anggota telah memiliki keterampilan terkait dengan mengolah air nira menjadi gula
semut, sebagai peningkatan kualitas dan jenis produk dari gula aren sebelumnya.
Penggandengan program penuntasan buta aksara pada pelatihan ini sudah berjalan,
tetapi hanya bsa mengakses 10 orang. Kemampuan membaca dan berhitung sudah
meningkat, sedangkan keterampilan menulis belum maksimal (berkategori sedang).
Selain pemantapan tentang teknis pembuatan gula semut, para anggota juga diberikan
pengetahuan tentang tata cara pengemasan produk yang memenuhi syarat higienis,
yang memenuhi standar untuk di jual ke pasaran luas (super market dan hotel).
Ketiga, terkait dengan pelatihan pemantapan pembuatan silage sebagaii pakan
ternak alternatif di musim kering dan pengolahan urine sapi sebagai biofertilizer sudah
berjalan lancar, walaupun pada awalnya ada beberapa kendala. Para anggota Simantri
beserta istrinya masing-masing sangat antusias dan serius mengikuti pelatihan. Pada
saat pelaksanaan pemantapan memproduksi silage, para peserta telah berhasil
memfermentasi rumput dan dedaunan sebanyak 10 kantong dengan berat rata-rata
masing-masing kantong adalah 50 kg. Walaupun demikian, ada kendala dalam hal
penyediaan bahan mentah karena pada saat pelaksanaan pemantapan kondisi di Desa
Tembok sudah memasuki musim kearau panjang. Untuk produksi biofertilizer dari
bahan urine sapi juga mengalam kendala berupa ketersediaan urine sapi yang belum
banyak di ketiga kelompok. Sisi yang lain, keterampilan anggota kelompok dalam
penyiapan pakan ternak sebagai solusi pada saat musin kemarau panjang (musim
kering) juga sudah meningkat. Dilakukan beberapa kali perlakuan/treatmen latihan
karena hal ini sangat urgen di Desa Tembok yang secara geografis, wilayah lahannya
sangat kering.
25
Keempat, pemberian keterampilan berbahasa inggris sebagai penunjang
pariwisata dengan percakapan sederhana sudah berhasil dilakukan untukanak-anak SD
dan SMP di Desa Tembok. Keberhasilan ini tidak terlepas dari sentuhan para
mahasiswa semester 7 S1 Jurusan Pendidikan Bahas Inggris Undiksha. Dengan metode
direct instruction dan cooperatif learning-nya, para peserta pelatihan bisa “dipoles”
untuk sedikit terampil berbicara bahasa inggris, walaupun hanya percakapan sederhana.
Kedua metode itu sangat efektif digunakan dalam pelatihan karena para peserta tidak
merasa malu dan takut berbicara menggunakan bahasa inggris. Para peserta diberikan
contoh terlebih dulu, kemudian mengikuti ucapan para instruktur, diberikan waktu
pelatihan terbimbing, dan selanjutnya dibrikan kesempatan latihan mandiri.
Kelima, pelaksanaan penyuluhan tambahan tentang pelaksanaan yadnya dan
pembuatan panganan kue bag ibu-ibu dan pemudi telah berjalan lancar. Khusus
penyuluhan tentang pelaksanaan yadnya sehari-hari sebetulnya tidak akan dilaksanakan
di program tahun 2015 ini, tetapi karena permintaan warga di Banjar Dinas Ngis maka
penyuluhan ini dilakukan. Hal ini karena penyuluhan pada pelaksanaan program pada
tahun pertama (2014) memberikan ekses yang bak dan luar biasa bagi masyarakat di
Desa Tembok. Pelaksanaan yadnya sehari-hari semakin bayak diilakukan oleh
masyarakat dan dengan tata cara yang benar sesuai pedoman. Untuk pelatihan
pembuatan kue, fokus pada penggunaan ketela pohon untuk membuat lapis legit dan
pemanfaatan bahan dari jagung. Ada 3 jenis panganan kue yang dilatihkan, yaitu
pembuatan lapis legit berbahan ketela, pisang rai kukus sebagai modifikasi pengganti
tepung beras, dan kue bolu berbahan dasar jagung.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiiata yang sudah dilaksanakan dan proses evaluasinya, maka
hasil yang diperoleh dari Program P2M Desa Binaan di Desa Tembok untuk tahun
2015 adalah sebagai berikut.
1) Adanya tambahan penuntasan buta aksara sebanyak 20 orang anggota baru dari
kelompok pengerajin inke.
2) Adanya tambahan dua desain baru bagi pengerajin inke, yang diharapkan akan
meningkatkan daya saing dan daya jual produksinya, yaitu tempat botol dan
lampu hias di kamar.
3) Adanya tambahan penuntasan buta aksara sebanyak 10 orang dari anggota
kelompok Mawar Sari (penghasil gula semut).
4) Adanya peningkatan keterampilan sebagian besar anggota kelompok Mawar
Sari (15 orang dari 20 anggota) untuk membuat gula semut (gula kristal).
5) Adanya peningkatan keterampilan 20 orang ibu-ibu PKK dan Pemudi dalam hal
mengolah potensi ketela pohon dan jagung sebagai panganan kue yang
berkualitas.
6) Adanya keterampilan tambahan para anggota Simantri di Desa Tembok, yang
terkait dengan pemanfaatan urine sapi untuk biofertilizer cair dan fermentasi
silage.
7) Adanya peningkatan keterampilan dasar bahasa inggris pemandu wisata bagi
anak-anak SMP di Desa Tembok.
8) Adanya penambahan wawasan kewirausahaan bagi para anggota baru kelompok
pengerajin inke dan juga bagi anggota pengerajin gula semut.
9) Adanya penambahan wawasan dan pengetahuan tata cara melaksanakan
upacara keagamaan, khususnya pelaksanaan yadnya sehari-hari dan rerainan
wuku dan sasih sebagai basis dasar pelaksanaan Tri Hita Karana.
10) Adanya kelompok pesantian yang semakin terorganisir di tingkat desa
pakeraman Tembok dan di masing-masing banjar dinas.
27
6.2 Saran
Beberapa saran yang dapat disampaikan berdasarka hasil dan pembahasan
pelaksanaan Program P2M di Desa Tembok adalah sebagai berikut.
1) Adanya rasa malu dikalangan masrakat untuk menyatakan dirinya buta akasara,
maka dari itu disaran kan harus betul-betul bekerjasama dengan aparat desa dan
jika memungkinkan anggota kelompok/warga belajar diberikan tes pendahuluan
(pra tes) sebelum memulai program kegiatan/pelatihan.
2) Masih adanya pandangan yang “miring” terhadap program-program pelatihan di
kalangan masyarakat Desa Tembok yang perlu diluruskan oleh karena itu
disarankan agar semua pemangku kebijakan, baik Undiksha maupun Pemkab
Buleleng, melakukan penyuluhan-penyuluhan dan lebih sering membawa
program khusus ke Desa Tembok.
3) Kendala waktu luang terutama dengan kesibukan para anggota kelompok di
desa sangat memungkinkan program kegiatan berjalan tidak sesuai rencana,
maka disarankan agar negosiasi program memperhatiakn pola kehidupan dan
kebiasaan masyarakat di desa tempat P2M.
4) Untuk penyiapan pemandu pariwisata, Pemkab Buleleng diharapkan turun
tangan karena keterampiilan ini sangat diperlukan di Desa Tembok, terlebih
para pemudanya jarang ada di desa, mereka lebih banyak merantau ke Denpasar
sebagai tenaga/buruh.
5) Pelaksanaan kegiatan sering terkendala dengan dana, terutama yang terkait
dengan anggapan masyarakat bahwa akan ada tambahan dana untuk modal
usahanya, maka dapat disarankan agar pelaksanaan P2M Desa Binaan juga
menggandeng lembaga/institusi dari pemerintah terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat Dirtjen Pendidikan Anak Usia Dini,
Nonformal dan Informal Kemdiknas.2011. Keaksaraan dasar dan Keaksaraan
Usaha Mandiri. Jakarta: Kemdiknas.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang
Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Departemen Perdagangan Republik Indonesia.2008. “Pengembangan Ekonomi Kreatif
Indonesia 2025 : Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009 –
2025”
Heny Prananingrum, 2009, Perkembangan Desain dan Proses Produksi Kerajinan
Kayu di Desa Batokan Kasiman Bojonegoro, Jurusan Seni Rupa, Fakultas
Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 2011. Pokok-Pokok Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia tahun 2011-2025
disampaikan dalam Rakernas Kementerian KUKM tanggal 14 Mei 2011 di
Jakarta.
29
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KEAKSARAAN USAHA MANDIRI (KUM)
Aspek Keaksaraan : Minat dan Potensi WB dalam usaha
Alokasi Waktu : 12 jam
Pertemuan ke- : 1, 2, 3, dan 4
Standar Kompetensi : Mengidentifikasi dengan menuliskan bidang usaha yang
sesuai dengan minat dan keterampilan yang dimiliki
Kompetensi Dasar :
1. Menyebutkan macam-macam usaha
2. Mengidentifikasi minat dan potensi dirinya
3. Mengidentifikasi bidang usaha yang sesuai dengan minat dan potensi
dirinya
Indikator :
1. WB dapat menyebutkan macam bidang usaha
2. WB dapat mengidentifikasi minat dan potensi dirinya
3. WB dapat mengidentifikasi bidang usaha yang sesuai dengan minat dan
potensi dirinya
Aktivitas Tutor Aktivitas Warga
Belajar
Penilaian Alokasi
Waktu
Sarana
Belajar
Tutor memberikan
pengertian
mengenai apa itu
usaha serta
bagaimana cara
mengidentifikasi
minat dan potensi
diri dalam bidang
usaha
1. WB menyimak tutor
mengenai
pengertian usaha
2. WB menceritakan
kembali tentang apa
yang telah
didengarkan.
3. WB dapat
menceritakan
tentang minat dan
potensi dirinya
dalam bidang usaha.
WB
mengisi
daftar
pertanyaan
3 jam Alat-alat tulis,
Teks bacaan
mengenai
orang-orang
yang sukses
dalam
berwirausaha
dan warga
belajar
31
Lampiran 3. Artikel
MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT MELALUI KEGIATAN EKONOMI
KREATIF DAN USAHA MANDIRI BERBASIS POTENSI LOKAL DI DESA
TEMBOK, KECAMATAN TEJAKULA, KABUPATEN BULELENG
Oleh:
Dr. Wayan Sukra Warpala, M.Sc
Drs. Dewa Bagus Sanjaya, M.Si.
Drs. I Putu Panca Adi, M.Pd.
Drs. I Gede Nurjaya, M.Pd.
Abstrak
Tujuan pelaksanaan program kegiatan P2M ini adalah: (1) membantu
masyarakat yang masih buta huruf menjadi mampu dalam calistung, (2)
membantu masyarakat dalam mengembangkan ekonomi kreatif berupa
kerajinan inka dengan variasi desain dan inovasi berbasis potensi lokal, (3)
membantu masyarakat dalam pemelihara dan pengelolaan ternak, (4)
menyiapkan pemandu pariwisata yang profesional berbasis masyarakat lokal;
dan (5) Membantu masyarakat membentuk sekaa santi. Untuk mencapai tujuan
tersebut, telah dilakukan Indentifikasi masalah menggunakan model
partisipatory rural apprasial (PRA), pelaksanaan program dengan model
enthrepreneurship capasity building (ECB) dan model Technology Transfer
(TT) serta menerapkan Teknologi Tepat Guna (TTG). Hasil yang dicapai
selama pelaksanaan kegiatan P2M adalah sebagai berikut: (1) adanya tambahan
penuntasan buta aksara sebanyak 30 orang; (2) adanya tambahan dua desain
baru bagi pengerajin inke, yaitu tempat botol dan lampu hias di kamar; (3)
adanya peningkatan keterampilan sebagian besar anggota kelompok Mawar
Sari untuk memproduksi gula semut; (4) adanya peningkatan keterampilan
masyarakat dalam mengolah potensi ketela pohon dan jagung menjadi
panganan kue yang berkualitas; (5) adanya keterampilan tambahan para
anggota kelompok ternak mengolah urine sapi untuk biofertilizer cair dan
fermentasi silage; (6) adanya peningkatan keterampilan dasar bahasa inggris
pemandu wisata bagi anak-anak SMP di Desa Tembok; dan (8) adanya
penambahan wawasan dan pengetahuan tata cara melaksanakan upacara
keagamaan, khususnya pelaksanaan yadnya sehari-hari dan rerainan wuku dan
sasih sebagai basis dasar pelaksanaan Tri Hita Karana.
Kata kunci: pemberdayaan masyarakat, ekonomi kreatif, desa tembok
1. Analisis Situasi
Desa Tembok merupakan sebuah desa yang terletak di ujung timur Kabupaten
Buleleng, yang termasuk ke dalam Kecamatan Tejakula. Desa Tembok diperkirakan
berdiri pada tahun 1668 M yang dipimpin oleh I Mekel Tembok. Desa ini berdiri pada
jaman kerajaan dimasa pemerintahan Raja Ida Dalem Pemayun sekitar tahun 1665 M,
yang telah memerintahkan untuk membuat batas desa dan memberi nama desa masing-
masing. Desa Tembok berasal dari kata dinding yang berarti pagar atau batas wilayah,
menurut kisah dahulunya dihuni oleh masyarakat pindahan dari Batu Dinding wilayah
pinggiran serta perbatasan dengan Tukat Luwah. Daerah inilah sebagai batas wilayah
Kabupaten Karangasem dengan Kabupaten Buleleng. Daerah di mana lokasi Desa
Tembok sekarang ini juga diberi sebutan “Purwa Tawing Singa Praja” yang berarti
batas timur Kabupaten Buleleng. Berdasarkan uraian ini, jelas lah bahwa Desa Tembok
sangat kaya dengan fakta-fakta dan nilai sejarah.
Berdasarkan hasil pemetaan potensi wilayah dalam rangka menyusun RPJM
Desa Tembok, diperoleh resume profil potensi sumber daya eksisting Desa Tembok
seperti berikut. Pertama, jumlah penduduknya sebanyak 7258 jiwa atau 1976 KK yang
terdiri dari laki-laki = 3660 jiwa dan perempuan = 3598 jiwa. Kedua, angka angkatan
kerja pengangguran 16,98%, dengan jmlah rumah tangga miskin sebesar 17,72%.
Ketiga, angka partisipasi kasar (APK) untuk SD = 80, SMP = 85, dan SMA/SMK =
85, dengan jumlah siswa dari RTM sebesar 369 orang. Semua potensi tersebut tidak
banyak berubah sampai tahun 2014. Desa Tembok terletak di ketinggian 200 meter dari
permukaan air laut, memiliki topografi wilayah berupa dataran rendah, perbukitan dan
pantai. Luas wilayah Desa Tembok adalah 1081 Ha. Pemanfaatan luas wilayah tersebut
adalah sebagai berikut: Perkebunan: 782 Ha, Kuburan: 0,75 Ha , Perumahan: 0,60 Ha,
Tegal: 0,98 Ha, Pertokoan: 0,25 Ha, Pasar Desa: 0,20 Ha, Perkantoran: 0,15 Ha,
Perladangan: 0,81 Ha, Jalan: 20 Km. Desa Tembok terdiri dari 6 dusun: Dusun
Tembok, Dusun Bulakan, Dusun Sembung, Dusun Dadap Tebel, Dusun Yehbau,
Dusun Ngis. Jumlah penduduk: 7196 Jiwa atau 1958 KK yang terdiri dari Laki-laki:
3625 Jiwa Perempuan: 3571 Jiwa.
Potensi Desa Tembok yang prospektif untuk dikembangkan sebagai
implementasi ideologi tri hita karana adalah (1) wisata bahari, (2) pertanian
berkelanjutan dalam arti luas yang meliputi perkebunan rakyat (mangga, kelapa, dan
buah-buahan tropis), palawija, budidaya pantai dan perikanan, serta peternakan, dan
(3) aneka kearjinan rakyat seperti ingke dari lidi daun rontal, minyak kelapa, dan lain
sebagainya. Di samping itu ada potensi masyarakat berupa organisasi adat (desa
pakraman), subak abian, kelompok-kelompok pengerajin, kelompok peternak, dan
kelompok nelayan. Salah satu kelompok pengerajin yang bernama “Sekar Sari Jaya”
yang anggotanya perempuan, diketuai oleh Ni Ketut Nila telah menyatakan
33
kesiapannya untuk menyukseskan program desa binaan ini. Kesiapan juga
disampaikan oleh Kelompok Pengerajin Gula Semut “Mawar Sari” untuk melanjutkan
program pemantapan dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2014.
Berdasarkan analisis situasi di atas, maka masalah yang ditemui di Desa Tembok
Kecamatan Tejakula, adalah sebagai berikut: (1) angka buta aksara masih relatif tinggi,
khususnya di Banjar Ngis, dan Banjar Dapdap Tebel; (2) perlu pengembangan
berkelanjutan untuk ekonomi kreatif yang sudah ada (kerajinan inke) melalui inovasi
disain dan produk dan manajemen pemasaran; perlu pengembangan berkelanjutan
untuk kelompok produksi gula semut melalui inovasi produk dan kemasan, penyediaan
bahan baku, dan manajemen pemasaran; (4) belum ada pemandu pariwisata berbasis
masyarakat lokal (teruna-teruni) yang mampu menjelaskan objek-objek wisata secara
lengkap, khusunya keindahan laut dan wisata spiritual; (5) pengelolaan ternak sapi dan
pengolahan limbahnya belum tertangani secara baik; dan (6) belum berkembangnya
kelompok santi dan belum banyak masyarakat memahami pelaksanaan nitya dan
naimitika yadnya sebagai implementasi sikap spiritual.
2. Target dan Luaran
Target yang ingin dicapai dalam Program P2M Desa Binaan Tahun 2015 adalah
sebagai berikut: (1) semakin banyaknya masyarakat di Desa Tembok yang bebas dari
buta aksara; (2) waga desa yang tergabung dalam kelompok pengerajin yang melek
aksara, sekaligus memiliki keterampilan desain dan inovasi produk kerajinan sebagai
usaha mandiri; (3) mengembangkan produk kerajinan inke yang khas/unik untuk
menambah daya tarik pariwisata Desa Tembok; (4) meningkatnya daya jual produksi
gula aren melalui revitalisasi kelompok dan pengubahan jenis produksi menjadi “gula
semut” dengan pengemasan yang lebih hiegenis; (5) meningkatnya keterampilan ibu-
ibu PKK dalam mengolah potensi hasil perkebunan, ketela pohon dan jagung sebagai
bahan dasar dalam memproduksi berbagai jenis panganan kue; (6) meningkatnya
keterampilan anggota kelompok peternak mandiri untuk memanfaatkan hasil samping
ternak, pupuk kandang dan “biofertilizer” dari urine sapi; (7) menghasilkan produk
pakan ternak sapi untuk menyiapkan kekurangan pakan saat musim kering (melalui
pemantapan pembuatan silage); dan (8) meningkatnya keterampilan berbahasa inggris
anak-anak dan para pemuda untuk menunjang potensi pariwisata dii Desa Tembok.
Luaran yang diharapakan dari pelaksanaan Program P2M Desa Binaan di Desa
Tembok pada Tahun 2015 adalah sebagai berikut: (1) terbentuknya pengerajin inka
yang terorganisir dengan baik, yang memiliki produk lebih modern guna terjadinya
pertumbuhan ekonomi di antara anggotanya; (2) terbentuknya pengerajin gula semut
yang terorganisir dengan baik, sehingga menghasilkan produk yang lebih modern dan
hieginis guna terjadinya pertumbuhan ekonomi di antara anggotanya; (3)
berkembangnya kelompok peternak sapi yang kuat, untuk memperkuat akses kepada
pemerintah, sehingga bantuan pemerintah umumnya diberikan kepada kelompok,
bukan pribadi; (4) tumbuhnya beberapa “home industry” pengolahan hasil perkebunan
(khususnya ketela dan jagung) untuk diproduksi menjadi beberapa jenis panganan kue;
dan (5) tersedianya tenaga pemandu pariwisata (pantai dan spiritual) yang mampu
menjelaskan objek secara baik dan lengkap.
3. Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan selama Program P2M di Desa Tembok pada
Tahun 2015 dilakukan melalui metode sebagai berikut.
a. Indentifikasi masalah menggunakan model partisipatory rural apprasial (PRA).
Identifikasi difokuskan pada kelemahan-kelemahan dan kendala/permasalahan
yang timbul setelah pelaksanaan program pada tahun pertama (2014). Berdasarkan
model ini, maka tahapan kegiatannya adalah melaksanakan identifikasi masalah
setiap program bidang pertanian/peternakan maupun bidang ekonomi, juga dalam
perumusan program dan pendanaan dilakukan secara terarah dengan berpihak dan
melibatkan masyarakat (terutama kelompok sasaran). Dengan demikian dapat (1)
dikenali masalah secara tepat/efektif sesuai dengan pesepsi, kehendak, dan ukuran/
kemampuan serta kebutuhan sasran, (2) tumbuhnya kekuatan (empowering)
kelompok sasaran dalam pengalaman merancang, melaksanakan, mengelola dan
mempertanggungjawabkan upaya peningkatan/pertumbuhan diri dan ekonominya,
dan (3) efektifitas dan efisiensi penggunaan sumberdaya masyarakat atau kelompok
sasaran.
b. Pelaksanaan program dengan model enthrepreneurship capasity building (ECB)
dan model Technology Transfer (TT) serta menerapkan Teknologi Tepat Guna
(TTG). Model ECB terkait erat dengan kemampuan berwirausaha dari masyarakat,
dengan harapan: (1) memberikan wawasan, sikap, dan keterampilan usaha, (2)
memberikan peluang, (3) memfasilitasi (modal pinjamaan dsb.), dan (4)
memonitor dan mengevaluasi bagaimana perkembangan usahanya. Model TT
dilakukan agar masyarakat atau kelompok sasaran: (1) menguasai prinsip-prinsip
35
penerapan teknologi terutama yang berkaitan dengan proyek yang sedang/akan
dilaksanakan, (2) penerapan TTG untuk menyederhanakan kalau teknologinya
dirasakan terlalu rumit untuk menyelesaikan masalah/kebutuhan, (3) produk yang
bersifat mereplikasi/modifikasi dengan alat sederhana yang dapat menyelesaikan
masalah/kebutuhan.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Semua kegiatan pelatihan dan ceramah pemberian materi sudah dirancang
sebelumnya didiskusikan ulang dengan Perbekel Desa Tembok dan beberapa aparat
desa lainnya, serta perwakilan kelompok sasaran. Hasil diskusi tersebut menyebabkan
terjadinya perubahan pada sasarn kelompok dan jenis kegiatan. Terkait dengan
perubahan program kegiatan P2M tersebut, maka dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) indentifikasi dan evaluasi ulang potensi dan masalah setelah implementasi
program pada tahun 2014; (2) penyesuaian beberapa kegiatan berdasarkan kondisi riil
yang ada; (3) penjajagan kepada kelompok yang sudah ada dan pembentukan kelompok
baru; dan (4) pelaksanaan program kegiatan dengan metode sebagai berikut: (a)
memberikan wawasan, sikap, dan keterampilan usaha kepada sasaran kelompok yang
sudah ada, serta memonitor dan mengevaluasi bagaimana perkembangan usahanya; (b)
memberdayakan dan membelajarkan kelompok baru (pengerajin gula dan ternak)
dengan keaksaraan usahan mandiri; dan (c) melaksanakan kegiatan-kegiatan penunjang
lainnya yang terkait dengan peningkatan wawasan Tri Hita Karana. Berdasarkan
tahapan-tahapan di atas, maka program kegiatan yang disepakati untuk dilakukan di
Desa Tembok adalah sebagai berikut, seperti pada Tabel 1.
Tabel 1 Rencana kegiatan dan waktu pelaksanaan
No Program/Kegiatan Sasaran Waktu/Tempat
1 Identifikasi potensi desa dan
SDM PKK dan Pemudi,
Perwakilan Kelompok
pengerajin/usaha
Sabtu, 13 Juni 2015
Minggu, 14 Juni 2015
di Aula Kantor Perbekel
2 Kunjungan ke lokasi 20 warga belajar pembuat
inke, Kelompok ternak
sapi, dan gula semut
Sabtu, 20 Juni 2015
3 Identifikasi Masalah dan
penetapan solusi/kegiatan
- 26-28 Juni 2015 di
Kampus Undiskha
4 Koordinasi terkait dengan
permasalahan dan tawaran solusi,
serta jenis kegiatan
Kepala Desa dan Aparat
desa lainnya
Perwakilan kelompok
Sabtu, 4 Juli 2015
5 Program untuk Warga Belajar
Penyuluhan ttg Wawasan,
sikap, dan keterampilan
peluang usaha bagi anggota
baru pengerajin inke
Kelompok warga belajar
pengerajin inka yang baru
(Kelompok Sekar Sari
Jaya)
Sabtu, 11 Juli 2015;
Balai Desa
Pemantapan produk inka
khusus untuk pendukung
sarana perhotelan
Kelompok pengerajin
inka (Kelompok Sekar
Sari Jaya)
Minggu, 17-18 Juli 2015
(di pusat pengerajin
inke, Br. Ngis)
Pelatihan dan pemantapan
pembuatan gula semut (anggota
baru)
Kelompok belajar
pengolah nira (Kelompok
“Mawar Sari”)
Sabtu, 1 Agustus 2015
Minggu, 2 Agustus 2015
di Balai Kelompok
Evaluasi hasil pelatihan dan
penilaian produk gula semut
Kelompok belajar
pengolah nira (Kelompok
“Mawar Sari”)
Sabtu-Minggu, 8-9
Agustus 2015 di Balai
Kelompok
Pelatihan membuat kue dengan
bahan ketela pohon dan jagung
Kelompok ibu-ibu PKK
dan pemudi
Jumat-Sabtu, 15-16
Agustus 2015; Aula
Kantor Perbekel
6 Program Penunjang
Penyuluhan ttg Wawasan,
sikap, dan keterampilan
peluang usaha
Anggota PKK dan
Pemudi (yang baru)
Minggu, 16 Agustus
2015 di Aula Kantor
Perbekel
Penyuluhan tentang upacara
nitya dan naimitika karma
Anggota PKK dan
Pemudi (yang baru)
Minggu, 16 Agustus
2015 di Aula Kantor
Perbekel
7 Program Kelompok Ternak
Penyuluhan tentang program
penggemukan ternak sapi
Kelompok ternak Minggu, 23 Agustus
2015 di Balai Kelompok
Pemantapan praktek
pembuatan silage dan
pengolahan urine sapi
Kelompok ternak Minggu, 23 Agustus
2015 di Balai Kelompok
8 Pelatihan keterampiilan dasar
bahasa inggris untuk penunjang
parwisata
Anak-anak dan
pemuda/pemudi
Sabtu-Minggu, 29-30
Agustus 2015
Sabtu-Minggu, 6-7
September 2015
5. Hasil Kegiatan
Secara umum, hasil yang dicapai dalam pelaksanaan Prgram P2M Desa Binaan
di Desa Tembok adalah (1) meningkatnya kemampuan dan keterampilan berbahasa
inggris anak-anak dan para pemuda/pemudi; (2) adanya penambahan anggota baru
yang sekaligus juga adanya penambahan ketuntasan buta aksara para anggota
kelompok pengerajin inke; (3) bervariasinya model dan desain jenis produksi inke di
Kelompok Pengerajin “Sekar Sari Jaya”; (4) semakin berkembangnya anggota
Kelompok “Mawar Sari” yang mengembangkan usaha produksi gula semut, sekaligus
penuntasan buta aksara sebanyak 10 orang anggotanya; (5) adanya revitalisasi
kelompok ternak sapi dalam upaya untuk memanfaatkan urine sapi sebagai “bio
fertilizer” dan bertambahnya keterampilan para peternak untuk membuat silage; (6)
37
bertambahnya wawasan masyarakat di Desa Tembok terkait dengan pelaksanaan
yadnya naimitika karma dan nitya karma, sebagai pengejewantahan dari konsep Tri
Hitta Karana; dan (7) semakin terorganisirnya kelompok sekeha santi di masing-masing
banjar dinas/dusun. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan selama Program Desa Binaan di
Desa Tembok adalah sebagai berikut seperti pada Tabel 2.
Tabel 2 Jenis kegiatan dan waktu pelaksanaan kegiatan
No Program/Kegiatan Sasaran Waktu Pelaksanaan
1 Identifikasi potensi desa
dan SDM
PKK, Pemudi, Perwakilan
Kelompok usaha/ pengerajin
Sabtu-Minggu,20- 21
Juni 2015 di Aula
Kantor Perbekel
2 Kunjungan ke lokasi 20 KK warga belajar pembuat
inke, Kelompok ternak sapi, dan
produksi gula semut
Sabtu, 28 Juni 2015
3 Identifikasi Masalah - 2-5 Juli 2015 di
Kampus Undiskha
4 Koordinasi terkait dengan
permasalahan dan tawaran
solusi, serta jenis kegiatan
Kepala Desa dan Aparat desa
lainnya
Perwakilan kelompok
Sabtu, 11 Juli 2015
5 Program untuk Warga
Belajar
Penyuluhan Wawasan,
sikap, dan keterampilan
peluang usaha bagi
pengerajin inke & gula
semut
Kelompok warga belajar
pengerajin inke (Kelompok
Sekar Sari Jaya) dan Mawar Sari
Sabtu, 1 Agustus 2015
di Balai Desa/Aula
Kantor Perbekel
Pemantapan produk inka
khusus untuk pendukung
sarana perhotelan
Kelompok pengerajin inka
(Kelompok Sekar Sari Jaya)
Minggu, 2 Agustus
2015 (di halaman
rumah Ibu Nym. Nila,
Br. Ngis)
Pelatihan dan
pemantapan pembuatan
gula semut (anggota
baru)
Kelompok belajar pengolah nira
(Kelompok “Mawar Sari”)
Sabtu, 8 Agustus 2015
Minggu, 9 Agustus
2015 di Balai
Kelompok
Evaluasi hasil pelatihan
dan penilaian produk gula
semut
Kelompok belajar pengolah nira
(Kelompok “Mawar Sari”)
Sabtu-Minggu, 15-16
Agustus 2015 di Balai
Kelompok
Pelatihan membuat kue
dengan bahan ketela
pohon dan jagung
Kelompok ibu-ibu PKK dan
pemudi
Jumat-Sabtu, 21-22
Agustus 2015; Aula
Kantor Perbekel
6 Program Kegiatan
Penunjang
Penyuluhan ttg Wawasan,
sikap, dan keterampilan
peluang usaha
Anggota PKK dan Pemudi
(yang baru)
Minggu, 23 Agustus
2015 di Aula Kantor
Perbekel
Penyuluhan tentang
upacara nitya dan
naimitika karma
Anggota PKK dan Pemudi
(yang baru)
Minggu, 23 Agustus
2015 di Aula Kantor
Perbekel
7 Program Kegiatan
Kelompok Ternak
Penyuluhan tentang
program penggemukan
ternak sapi
Kelompok ternak Minggu, 30 Agustus
2015 di Balai
Kelompok
Pemantapan praktek
pembuatan silage dan
pengolahan urine sapi
Kelompok ternak Minggu, 30 Agustus
2015 di Balai
Kelompok
8 Pelatihan keterampiilan
dasar bahasa inggris untuk
penunjang parwisata
Anak-anak dan pemuda/pemudi Sabtu-Minggu, 5-6
September 2015
Sabtu-Minggu, 12-13
September 2015
5.1 Hasil Pelatihan Kelompok Pengerajin Inke
Pelatihan pemantapan untuk kelompok pengerajin inke telah dilaksanakan bagi
para anggotanya yang tergolong baru. Para anggota kelompok tersebut sekaligus
diberikan pembelajaran yang terkait dengan penuntasan buta aksara. Hasil
pembelajaran membaca, menulis, dan berhitung disampaikan seperti pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil evaluasi pembelajaran kelompok pengerajin inke
No. Nama Warga
Belajar
Kemampuan awal Kemampuan akhir
Baca Tulis Hitung Baca Tulis Hitung
1 Ketut Rasti 65 60 65 75 75 80
2 Nengah Rai 70 65 70 80 80 85
3 Ni Wayan Suci 70 65 70 85 85 85
4 Made Matri 70 65 70 85 80 85
5 Ni Made Sayang 60 60 65 75 75 80
6 Ketut Sukarji 70 65 70 80 85 85
7 Ni Nyoman Tilem 65 60 65 75 75 80
8 Ni Luh Sukita 65 60 65 80 75 80
9 Ni Luh Sari 70 60 70 80 75 85
10 Ni Luh Setia 65 60 65 75 75 80
11 Made Mursi 65 55 65 70 75 75
12 Nyoman Juita 70 60 70 80 75 85
13 Made Mandri 55 50 60 70 70 75
14 Ni Ketut Sarga 70 60 70 80 80 85
15 Ni Luh Pasek 65 60 70 75 75 85
16 Made Mendri 70 65 75 85 80 90
17 Ni Luh Darma 65 65 70 80 80 85
18 Wayan Sukarmi 65 60 70 75 75 85
19 Nyoman Luwer 65 60 65 75 75 80
20 Ni Nengah Pica 65 65 70 80 80 90
Berdasarkan Tabel 3 di atas, semua kelompok warga belajar anggota pengerajin
inke menunjukkan peningkatan kemampuan dalam membaca, menulis, dan berhitung.
Hal ini terlihat dari skor rerata awal membaca meningkat dari 66,25 menjadi 78, skor
39
rerata awal menulis sebesar 61 meningkat menjadi 77,25, dan skor rerata awal
berhitung meningkat dari 68 menjadi 83. Secara kualitatif, perolehan skor rerata akhir
membaca, menuls, dan berhitung berkategori baik.
5.2 Hasil Pelatihan Pemantapan Produksi Gula Semut
Hasil yang diperoleh selama kegiatan pemantapan sudah semakin baik. Banyak
peserta yang sudah menghasilkan produk berkualitas baik, sudah layak dipasarkan
sebagai brown sugar bagi konsumsi hotel. Ada beberapa peserta (sebagian kecil) belum
bisa mendapatkan produk berkualitas baik, dengan kata lain kualitasnya berkualifikasi
sedang. Hal ini disebabkan karena air nira yang dipakai oleh peserta tersebut
kualitasnya tidak baik. Menurut Bapak Nyoman Muliadi, air nira yang dibawa
kebanyakan sudah berasa asam, artinya bahwa air nira tersebut sudah menjadi “tuak
wayah”. Walaupun demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa keterampilan para
anggota kelompok dalam memproduksi “gula semut” sudah semakin meningkat.
Selain diberikan pemantapan teknis memproduksi gula semut, sebanyak 10
peserta diberikan pembelajaran membaca, menulis, dan berhitung. Hasilnya adalah
seperti pada Tabel 4
Tabel 4 Hasil evaluasi pembelajaran kelompok produksi gula semut
No. Nama Warga
Belajar
Kemampuan awal Kemampuan akhir
Baca Tulis Hitung Baca Tulis Hitung
1 Ketut Darmi 65 60 70 75 70 80
2 Ketut Suci 70 65 70 80 75 85
3 Nengah Ariani 70 65 75 80 75 85
4 Made Mertasih 70 70 75 80 80 85
5 Ketut Manis 60 60 65 75 75 75
6 Nyoman Kompyang 60 60 65 70 70 70
7 Ni Ketut Suasti 65 60 65 75 70 75
8 Luh Parni 65 60 70 75 70 80
9 Kadek Kartika 70 60 70 75 70 85
10 Made Sumerti 65 60 65 75 70 75
5.3 Hasil Pelatihan Kelompok Ternak
Kondisi yang terjadi pada awal sebelum pemantapan kegiatan pada tahun 2015
adalah: (1) perekrutan anggota kelompok yang dilakukan diakhir program tahun 2014
mengalami kegagalan karena mereka tidak aktif; (2) beberapa sapi milik pribadi (bukan
program Simantri) banyak yang tidak jadi dpelihara secara kelompok; (3) produksi
silage pada musim kering tidak sesuai harapan, sebanyak 50% anggota kelompok tidak
mencoba memproduksi silage. Ketiga kondisi tersebut menjadi tantangan tersendiri dan
menyebabkan pola pemantapan mengalami perubahan kegiatan. Perubahan ini juga
disebabkan oleh adanya kendala bahwa empat kelompok kecil yang dibentuk dulu
sudah berkurang menjadi tiga kelompok. Oleh karena itu, pelatihan pemantapan
dilakukan pada ketiga kelompok tersebut dan melibatkan para istri anggota kelompok.
Pelatihan pemantapan untuk Kelompok Peternak ini dikuti oleh 10 orang.
Pemantapan yang diberikan adalah (1) pembuatan pakan ternak melalui proses
fermentasi silage dan (2) pengolahan urine sapi untuk dijadikan biofertilizer (sebagai
pupuk cair organik). Proses pelatihan pemantapan ini melibatkan Bapak Nengah
Sukradana dan Ketut Sabudi, keduanya sebagai pengurus Gapoktan “Sari Lemek” Desa
Tamblang, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng yang sudah berhasil. Jadi, ada ketok
tular di antara kelompok Simantri dan Gapoktan di wilayah Kabupaten Buleleng.
Kendalanya pelatihan produksi biofertilizer adalah volume urine sapi yang dihasilkan
di kelompok-kelompok kecil tidak terlalu tinggi karena sapi yang dipelihara tidak
terlalu banyak. Para anggota Simantri belum bsa mengembangkan jumlah sapinya
karena kesulitan modal dan sapi yang dipelihara banyak yang belum beranak.
5.4 Hasil Pelatihan Keterampilan Berbahasa Inggris
Pelatihan pemandu wisata berubah menjadi pelatihan berbahasa inggris bagi
anak-anak. Selain anak-anak SD dan SMP, juga menyasar sedikit pemuda yang putus
sekolah yang masih tinggal di desa. Pelatihan bahasa inggris yang diberikan adalah
englis for special purpose yang menjadi dasar pengetahuan pariwisata. Materi yang
diberikan lebih banyak tentang (1) pengenalan vocabulary berupa kata-kata yang
berkaitan dengan dunia pariwisata dan (2) keterampilan speaking dasar/permulaan yang
juga berkaitan dengan percakapan sehari-hari dalam dunia pariwisata. Pelaksanaan
pelatihan dilakukan dengan metode direct instruction.
Hasil pelatihan menunjukkan bahwa sebagian kecil peserta menunjukkan bakat
yang tinggi dalam kemampuan berbahasa inggris. Para peserta sudah bisa dan terampil
menggunakan bahasa inggris untuk (1) greeting-memberikan salam dan percakapan
lanjutannya sebagai kepedulian terhadap orang asing (tamu); (2) direction-memberikan
jawaban/keterangan tentang penunjuk arah suatu lokasi di Desa Tembok; dan (3)
offering-menawarkan bantuan dan berbagai fasilitas pendukung pariwisata di Desa
Tembok, bahkan menawarkan potensi yang bisa dijual yang ada di Desa Tembok.
41
6. Pembahasan
Berdasarkan hasil-hasil yang telah dicapai selama program P2M Desa Binaan di
Desa Tembok pada tahun 2015, ada beberapa hal yang perlu dikemukakan dalam
laporan ini. Pertama yang terkait dengan revitalisasi anggota pengerajin inke untuk
peningkatan keterampilan desain dan penuntasan buta aksara. Hasil yang diperoleh
adalah sebanyak 20 orang anggota baru telah terbebas dari buta akasara. Hal ini berarti
sudah memenuhi kuota yang direncanakan sebanyak 40 orang selama dua tahun
pelaksanaan program. Beberapa anggota pengerajin masih ada yang belum fasih
membaca dan menulis, tetapi tidak mau mengikuti program pembelajaran karena sangat
sulit mengajak belajar dengan alasan kesibukan dan rumahnya terlalu jauh dari pusat
tempat pelatihan. Hal yang perlu dipikirkan ke depan adalah perlunya campur tangan
dari Pemkab Buleleng dengan mekanisme dan metode pelatihan yang sesuai untuk
mengakses anggota yang secara geografis lokasi tempat tinggalnya sangat jauh.
Kedua terkait dengan pelatihan pemantapan produksi gula semut, diperoleh
hasil bahwa kualitas produk sudah semakin membaik. Sebagian besar angggota sudah
bisa memproduksi gula semut dengan kualtas berkategori baik. Hal ini disebabkan
karena keterampilan sudah meningkat dalam hal cara memasak air nira dan juga kualtas
air nira sudah sangat baik. Masih ada sebagian kecil anggota/peserta yang hasil
produksi berkualifikas sedang karena air nira yang diipakai berkualtas rendah.
Rendahnya kualitas air nira tersebut karena sudah terfermentasi berlanjut. Artinya
bahwa air nira sudah banyak menjadi alkohol. Kondisi inilah yang menyebabkan
produksi gula semut tidak banyak dan kualitasnya rendah. Walaupun demikian, para
anggota telah memiliki keterampilan terkait dengan mengolah air nira menjadi gula
semut, sebagai peningkatan kualitas dan jenis produk dari gula aren sebelumnya.
Penggandengan program penuntasan buta aksara pada pelatihan ini sudah berjalan,
tetapi hanya bsa mengakses 10 orang. Kemampuan membaca dan berhitung sudah
meningkat, sedangkan keterampilan menulis belum maksimal (berkategori sedang).
Selain pemantapan tentang teknis pembuatan gula semut, para anggota juga diberikan
pengetahuan tentang tata cara pengemasan produk yang memenuhi syarat higienis,
yang memenuhi standar untuk di jual ke pasaran luas (super market dan hotel).
Ketiga, terkait dengan pelatihan pemantapan pembuatan silage sebagaii pakan
ternak alternatif di musim kering dan pengolahan urine sapi sebagai biofertilizer sudah
berjalan lancar, walaupun pada awalnya ada beberapa kendala. Para anggota Simantri
beserta istrinya masing-masing sangat antusias dan serius mengikuti pelatihan. Pada
saat pelaksanaan pemantapan memproduksi silage, para peserta telah berhasil
memfermentasi rumput dan dedaunan sebanyak 10 kantong dengan berat rata-rata
masing-masing kantong adalah 50 kg. Walaupun demikian, ada kendala dalam hal
penyediaan bahan mentah karena pada saat pelaksanaan pemantapan kondisi di Desa
Tembok sudah memasuki musim kearau panjang. Untuk produksi biofertilizer dari
bahan urine sapi juga mengalam kendala berupa ketersediaan urine sapi yang belum
banyak di ketiga kelompok. Sisi yang lain, keterampilan anggota kelompok dalam
penyiapan pakan ternak sebagai solusi pada saat musin kemarau panjang (musim
kering) juga sudah meningkat. Dilakukan beberapa kali perlakuan/treatmen latihan
karena hal ini sangat urgen di Desa Tembok yang secara geografis, wilayah lahannya
sangat kering.
Keempat, pemberian keterampilan berbahasa inggris sebagai penunjang
pariwisata dengan percakapan sederhana sudah berhasil dilakukan untukanak-anak SD
dan SMP di Desa Tembok. Keberhasilan ini tidak terlepas dari sentuhan para
mahasiswa semester 7 S1 Jurusan Pendidikan Bahas Inggris Undiksha. Dengan metode
direct instruction dan cooperatif learning-nya, para peserta pelatihan bisa “dipoles”
untuk sedikit terampil berbicara bahasa inggris, walaupun hanya percakapan sederhana.
Kedua metode itu sangat efektif digunakan dalam pelatihan karena para peserta tidak
merasa malu dan takut berbicara menggunakan bahasa inggris. Para peserta diberikan
contoh terlebih dulu, kemudian mengikuti ucapan para instruktur, diberikan waktu
pelatihan terbimbing, dan selanjutnya dibrikan kesempatan latihan mandiri.
Kelima, pelaksanaan penyuluhan tambahan tentang pelaksanaan yadnya dan
pembuatan panganan kue bagi ibu-ibu dan pemudi telah berjalan lancar. Khusus
penyuluhan tentang pelaksanaan yadnya sehari-hari sebetulnya tidak akan dilaksanakan
di program tahun 2015 ini, tetapi karena permintaan warga di Banjar Dinas Ngis maka
penyuluhan ini dilakukan. Hal ini karena penyuluhan pada pelaksanaan program pada
tahun pertama (2014) memberikan ekses yang baik dan luar biasa bagi masyarakat di
Desa Tembok. Pelaksanaan yadnya sehari-hari semakin bayak dilakukan oleh
masyarakat dan dengan tata cara yang benar sesuai pedoman. Untuk pelatihan
pembuatan kue, fokus pada penggunaan ketela pohon untuk membuat lapis legit dan
pemanfaatan bahan dari jagung. Ada 3 jenis panganan kue yang dilatihkan, yaitu
43
pembuatan lapis legit berbahan ketela, pisang rai kukus sebagai modifikasi pengganti
tepung beras, dan kue bolu berbahan dasar jagung.
7. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan yang sudah dilaksanakan dan proses evaluasinya, maka
hasil yang diperoleh dari Program P2M Desa Binaan di Desa Tembok untuk tahun
2015 adalah sebagai berikut: (1) adanya tambahan penuntasan buta aksara sebanyak 20
orang anggota baru dari kelompok pengerajin inke; (2) adanya tambahan dua desain
baru bagi pengerajin inke, yang diharapkan akan meningkatkan daya saing dan daya
jual produksinya; (3) adanya tambahan penuntasan buta aksara sebanyak 10 orang dari
anggota kelompok Mawar Sari; (4) adanya peningkatan keterampilan sebagian besar
anggota kelompok Mawar Sari untuk memproduksi gula semut; (5) adanya peningkatan
keterampilan mengolah potensi ketela pohon dan jagung sebagai panganan kue yang
berkualitas; (6) adanya keterampilan tambahan para anggota kelompok ternak untuk
mengelola urine sapi sebagai biofertilizer cair dan fermentasi silage; (7) adanya
peningkatan keterampilan dasar bahasa inggris pemandu wisata bagi anak-anak SMP di
Desa Tembok; dan (8) adanya penambahan wawasan dan pengetahuan tata cara
melaksanakan upacara keagamaan, khususnya pelaksanaan yadnya sehari-hari dan
rerainan wuku dan sasih sebagai basis dasar pelaksanaan Tri Hita Karana.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat Dirtjen Pendidikan Anak Usia Dini,
Nonformal dan Informal Kemdiknas.2011. Keaksaraan dasar dan Keaksaraan
Usaha Mandiri. Jakarta: Kemdiknas.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang
Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Departemen Perdagangan Republik Indonesia.2008. “Pengembangan Ekonomi Kreatif
Indonesia 2025 : Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009 –
2025”
Heny Prananingrum, 2009, Perkembangan Desain dan Proses Produksi Kerajinan
Kayu di Desa Batokan Kasiman Bojonegoro, Jurusan Seni Rupa, Fakultas
Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 2011. Pokok-Pokok Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia tahun 2011-2025
disampaikan dalam Rakernas Kementerian KUKM tanggal 14 Mei 2011 di
Jakarta.