Download - Ujian Tesis TRIYONO
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia usaha saat ini ditandai dengan persaingan yang
semakin ketat yang menjadikan semua elemen yang terlibat dan senantiasa
menghadapi ketidakpastian perubahan dalam sektor ekonomi dunia usaha,
perubahan itu tidak hanya terjadi dalam prakteknya saja tetapi juga secara
teoritis mengalami perubahan, ini menunjukkan betapa besar tantangan pasar
dalam dunia usaha sehingga membutuhkan keinginan serta ketangguhan jika
ingin tetap eksis berkiprah dalam sektor ekonomi, dalam era pertumbuhan
ekonomi setiap perusahaan dituntut untuk meningkatkan kinerja baik kinerja
keuangan maupun kinerja non keuangan.
Laporan keuangan merupakan sumber informasi yang dapat digunakan
dalam menganalisis rasio keuangan untuk menilai kinerja keuangan
perusahaan yang sifatnya jangka pendek, sehingga menunjukkan hasil yang
sesungguhnya menyangkut kemampuan perusahaan untuk membayar hutang
jangka pendek, hutang jangka panjang serta kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba.
Keberhasilan perusahaan akan sangat tergantung pada kemampuan
manajemen dalam menjalankan usahanya, sehingga sebagian besar rencana
suatu perusahaan diukur dalam “Financial Term” atau berdasarkan tingkat
keberhasilan finansial yang dicapainya. Seperti halnya dengan apa yang
dilakukan oleh PT. Pukati Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB) yang
bergerak di bidang perindustrian dan perdagangan.
PT. Pukati Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB) berupaya untuk
mencapai hasil yang maksimal, dengan cara mengintensifkan upaya
pengembangan produk merek sendiri, memperluas basis produksi dan jenis
produksi yang ditawarkan dan memfokuskan operasi pada produk yang telah
terbukti menjadi kebijakan strategis serta merupakan langkah yang tepat
dengan mengembangkan berbagai jenis produk melalui proyek mandiri
sehingga menambah jenis produk secara konsisten. Perseroan ini berhasil
menciptakan berbagai peluang bisnis di pasar domestik dan internasional,
meningkatkan efisiensi produksi dan nilai tambah yang tinggi. Disamping itu,
penerapan sistem penuh, sistim proses produksi yang terintegrasi dan
bergantung pada permintaan diseluruh bagian operasi telah mengefisiensikan
modal usaha.
Tahun 2007 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi PT. Pukati
Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB) yang ditandai oleh melonjaknya harga
minyak dunia telah berdampak pada kenaikan tingkat suku bunga, hal ini
secara langsung berdampak pada melambatnya perekonomian Indonesia dan
menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka salah satu hal penting dalam
mengembangkan perusahaan yaitu dengan mencari cara bagaimana
mempertahankan kinerja keuangan agar perusahaan senantiasa berada dalam
kondisi yang sehat. Salah satu langkah yang dapat ditempuh dengan cara
2
mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan dan
memaksimalkan kinerja keuangan perusahaan. Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja keuangan ditujukan untuk melakukan pemeriksaan
terhadap kinerja keuangan perusahaan, dengan menggunakan metode analisis
rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan yang dihasilkan dari beberapa
periode.
Berdasarkan latar belakang dari fenomena di atas dapat
memformulasikan judul dalam penulisan tesis ini adalah :
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA
KEUANGAN PT. PUKATI PELANGI BAHANA AGROPOLITAN
(PPAB) GORONTALO” .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas
maka peneliti secara umum dapat merumuskan permasalahannya yaitu
“Faktor-Faktor Apakah Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan pada PT.
Pukati Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB) Gorontalo”.
Dari permasalahan tersebut di atas maka dapat dirinci menjadi
beberapa permasalahan yang lebih khusus yaitu sebagai berikut :
1. Seberapa besar tingkat rasio Likuiditas PT. Pukati Pelangi Bahana
Agropolitan (PPAB).
2. Seberapa besar tingkat rasio Solvabilitas PT. Pukati Pelangi Bahana
Agropolitan (PPAB).
3
3. Seberapa besar tingkat rasio Rentabilitas PT. Pukati Pelangi Bahana
Agropolitan (PPAB).
4. Seberapa besar tingkat rasio Aktivitas PT. Pukati Pelangi Bahana
Agropolitan (PPAB).
5. Seberapa besar tingkat rasio Pertumbuhan PT. Pukati Pelangi Bahana
Agropolitan (PPAB).
C. Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk menganalisis data keuangan
dan melihat seberapa besar faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kinerja keuangan dengan melalui analisis rasio likuiditas, solvabilitas,
rentabilitas, aktivitas dan pertumbuhan pada PT. Pukati Pelangi Bahana
Agropolitan (PPAB) Gorontalo.
2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah pokok yang diuraikan di atas, maka yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
rasio likuiditas pada PT. Pukati Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB).
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
rasio solvabilitas pada PT. Pukati Pelangi Bahana Agropolitan
(PPAB).
4
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
rasio rentabilitas pada PT. Pukati Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB).
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
rasio aktivitas pada PT. Pukati Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB).
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
rasio pertumbuhan pada PT. Pukati Pelangi Bahana Agropolitan
(PPAB).
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Keilmuan
Melalui penelitian ini penulis mengharapkan agar hasilnya dapat
memberikan sumbangsih pemikiran dalam hal peningkatan kinerja
keuangan yang diterapkan pada perusahaan dengan teori-teori dari ilmu
ekonomi.
2. Praktisi
a. Sebagai bahan masukan bagi pengambilan keputusan pada PT.
Pukati Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB) dalam mengelola
perusahaan agar memberikan hasil yang maksimal untuk kemakmuran
pemegang saham.
b. Sebagai masukan dalam perbaikan prosedur dan mekanisme
terhadap peningkatan kinerja keuangan.
5
3. Peneliti
Sebagai bahan masukan kepada peneliti yang akan meneliti lebih
lanjut tentang Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Keuangan dan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Magister
Manajemen.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Analisis Laporan Keuangan
1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata, yaitu Analisis dan
Laporan Keuangan. Ini berarti juga bahwa analisis laporan keuangan
merupakan suatu kegiatan menganalisis laporan keuangan suatu
perusahaan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Prastowo
(2005:56) mendefinisikan kata analisis adalah penguraian suatu pokok atas
berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan
antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman
arti keseluruhan.
Menurut Munawir (2004:2) laporan keuangan pada dasarnya
adalah hasil dari proses akuntasi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan
dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas
perusahaan tersebut.
Menurut Helfert (1997:23) bahwa laporan keuangan adalah
mencerminkan semua transaksi usaha sepanjang waktu yang menghasilkan
baik peningkatan maupun penurunan bersih nilai ekonomi bagi pemilik
modal.
7
Menurut Copeland (1995:24) mengemukakan bahwa laporan
keuangan adalah melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan
dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi,
untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan.
Harahap (2001:105) mengemukakan bahwa laporan keuangan
menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada
saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
Menurut Margaretha (2004:12) bahwa laporan keuangan adalah
laporan yang memberikan gambaran akuntansi atas operasi serta posisi
keuangan perusahaan.
Menurut Munawir (2004:6) bahwa analisa laporan keuangan
adalah neraca dan perhitungan rugi laba serta segala keterangan-
keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya antara lain laporan
sumber dan penggunaan dana.
Lebih Lanjut Prastowo (2005:56) mengemukakan bahwa analisis
laporan keuangan tidak lain merupakan suatu proses untuk membedah
laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing
unsur tersebut, dan menelaah hubungan diantara unsur-unsur tersebut,
dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik
dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa analisis laporan
keuangan adalah merupakan suatu proses untuk mengevaluasi kinerja
perusahaan berdasarkan informasi yang terdapat dalam unsur-unsur neraca
8
laporan laba rugi, dan laporan arus kas sehingga dapat mengambil
keputusan yang tepat untuk menjalankan suatu usaha kedepan nanti.
2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan mencakup pengaplikasikan berbagai
alat dan teknik analisis pada laporan dan data keuangan dalam rangka
untuk memperoleh ukuran-ukuran dan hubungan-hubungan yang berarti
dan berguna dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian
fungsi yang pertama dan yang terutama dari analisis laporan keuangan
adalah untuk mengkonversi data menjadi informasi.
Menurut Bernstein dalam Harahap (2001:19) mengemukakan
bahwa tujuan analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut :
1. Screening, Analisa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi
dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke
lapangan
2. Understanding, Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil
usahanya
3. Forcasting, Analisa digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan
perusahaan di masa yang akan datang
4. Diagnosis, Analisa dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya
masalah-masalah yang terjadi baik dalan manajemen, operasi,
keuangan atau masalah lain dalam perusahaan.
5. Evaluation, Analisa dilakukan untuk menilai prestasi manajemen
dalam mengelola perusahaan
9
Lebih lanjut Prastowo (2005:60) menyimpulkan bahwa analisis
laporan keuangan pada hakekatnya bertujuan untuk memberikan dasar
pertimbangan yang lebih layak dan sistematis dalam rangka memprediksi
apa yang mungkin akan terjadi di masa datang, mengingat data yang
disajikan oleh laporan keuangan menggambarkan apa yang telah
terjadi. Selain itu, analisis laporan keuangan juga akan mampu
mengurangi dan mempersempit berbagai ketidakpastian.
3. Prosedur Analisis Laporan Keuangan
Berbagai langkah harus ditempuh dalam menganalisis laporan
keuangan. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh menurut
Prastowo (2005:58) adalah sebagai berikut:
1. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan
Pemahaman latar belakang data keuangan perusahaan yang
dianalisis mencakup pemahaman tentang bidang usaha yang diterjuni
oleh perusahaan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan
oleh perusahaan tersebut.
2. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan
Selain latar belakang data keuangan, kondisi-kondisi yang
mempunyai pengaruh terhadap perusahaan perlu juga untuk dipahami.
Kondisi-kondisi yang perlu dipahami mencakup informasi mengenai
trend (kecenderungan) industri di mana perusahaan beroperasi;
perubahan teknologi; perubahan selera konsumen; perubahan faktor-
faktor ekonomi seperti perubahan pendapatan perkapita, tingkat bunga,
10
tingkat inflasi dan pajak; dan perubahan yang terjadi di dalam
perusahaan itu sendiri, seperti perubahan posisi manajemen kunci.
3. Mempelajari dan me-review laporan keuangan
Kedua langkah pertama akan memberikan gambaran mengenai
karakteristik (profil) perusahaan. Sebelum berbagai teknis analisis
laporan keuangan diaplikasikan, perlu dilakukan reviuw terhadap
laporan keuangan secara menyeluruh.
4. Menganalisis laporan keuangan
Setelah memahami profil perusahaan dan me-review laporan
keuangan, maka dengan menggunakan berbagai metode dan teknik
analisis yang ada dapat menganalisis laporan keuangan dan
menginterprestasikan hasil analisis tersebut.
4. Unsur-Unsur Laporan Keuangan
Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari
transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa
kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. Kelompok besar ini
merupakan unsur laporan keuangan.
Weston & Copeland (1995:25) mengemukakan bahwa gambaran
yang lengkap tentang laporan keuangan suatu perusahaan selama satu
tahun terdiri dari tiga laporan keuangan dasar yaitu (1) Neraca awal tahun
memberikan gambaran tentang perusahaan pada permulaan tahun
pajaknya; ditambah necara akhir tahun yang memberikan gambaran
tentang harta dan hutang akhir; (2) Perhitungan laba rugi menunjukkan
11
arus pendapatan dan beban atau biaya selama interval antara neraca awal
dan akhir periode; dan (3) Laporan arus kas merinci sumber-sumber
perubahan kas dan ekuivalen kas selama interval waktu yang sama dengan
perhitungan laba rugi. Harahap (2001:4) mengemukakan bahwa laporan
keuangan adalah sebagai berikut :
1. Daftar Neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada
satu tanggal tertentu. Neraca menggambarkan posisi harta, utang dan
modal pada tanggal tertentu.
2. Perhitungan Laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya,
laba/rugi perusahaan pada suatu periode tertentu. Laba rugi
menggambarkan hasil yang diterima perusahaan selama suatu
periode tertentu serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan hasil tersebut serta labanya.
3. Laporan dan sumber penggunaan dana.
Disini dimuat sumber dana dan pengeluaran perusahaan selama satu
periode. Dana bisa diartikan kas bisa juga modal kerja
4. Laporan arus kas
Laporan ini merupakan ikhtisar Arus Kas masuk dan Arus Kas keluar
yang dalam format laporannya dibagi dalam kelompok-kelompok
kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan kegiatan pembiayaan.
5. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan akuntansi atau laporan keuangan menurut beberapa sumber
adalah sebagai berikut :
12
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007:3) mengemukakan
tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
Copeland (1995:24) mengemukakan bahwa tujuan laporan
keuangan adalah sebagai berikut :
1. Memberikan satu bahasa yang dimengerti oleh semua pihak,
2. Menunjukkan logika dari hubungan timbal balik antara laporan-
laporan keuangan,
3. Memperkenalkan beberapa prinsip keuangan yang pertama dan
4. Menetapkan pentingnya arus kas yang akan datang (future value )
suatu organisasi
Menurut Harahap (1993:66) bahwa laporan keuangan bertujuan
untuk memberikan informasi keuangan kepada para pemakainya untuk
dipakai dalam proses pengambilan keputusan
Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia dalam Harahap (2001:132)
menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan itu adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2. Untuk meberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan
dalan aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang
timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.
13
3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu pemakai
laporan di dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan
laba.
4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan
dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi
mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.
5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang
berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan
pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang
dianut perusahaan.
Menurut A Statement Of Basic Accounting Theory dalam Harahap
(2001:134) merumuskan empat tujuan akuntasi sebagai berikut :
1. Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang
terbatas dan untuk menetapkan tujuan.
2. Mengarahkan dan mengontrol secara efektif sumber daya manusia dan
foktor produksi lainnya.
3. Memelihara dan melaporkan pengamanan terhadap kekayaan
4. Membantu fungsi dan pengawasan sosial
Lebih lanjut APB Statement No. 4 (AICPA) dalam Harahap
(2001:133) menggambarkan tujuan laporan keuangan dengan membaginya
menjadi dua yaitu sebagai berikut :
14
1. Tujuan Umum : “Menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha,
dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntasi
yang diterima”
2. Tujuan khusus : “Memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban,
kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban,
serta informasi lainnya yang relevan”.
Sedangkan Trueblood Committee dalam Harahap (2001:134)
merumuskan tujuan utama laporan keuangan adalah “Memberikan
informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan”.
6. Pemakai Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan komoditi yang bermanfaat dan
dibutuhkan masyarakat, karena ia dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan para pemakainya dalam dunia bisnis yang dapat menghasilkan
keuntungan. Dengan membaca laporan keuangan dengan tepat maka
seseorang dapat melakukan tindakan ekonomi menyangkut lembaga
perusahaan yang dilaporkan dan diharapkan akan menghasilkan
keuntungan baginya.
Menurut Munawir (2004:2) mengemukakan bahwa pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap laporan keuangan maupun perkembangan
suatu perusahaan adalah : para pemilik perusahaan, manajer perusahaan
yang bersangkutan, para kreditor, bankers, para investor dan pemerintah
dimana perusahaan tersebut berdomisili, buruh serta pihak-pihak lain.
15
Para pemakai laporan keuangan beserta kegunaannya dapat dilihat
dari penjelasan berikut ini :
1. Pemegang Saham,
Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan,
asset, utang, modal, hasil, biaya dan laba. Ia juga ingin mengetahui
jumlah dividen yang akan diterima, jumlah pendapatan persaham,
jumlah laba yang ditahan. Juga ingin mengetahui perkembangan
perusahaan dari waktu ke waktu, perbandingan dengan usaha sejenis,
dan perusahaan lainnya.
2. Investor
Investor dalam hal tertentu juga sama seperti pemegang saham diatas.
Bagi investor potensial ia akan melihat kemungkinan potensi
keuntungan yang akan diperoleh dari perusahaan yang dilaporkan.
3. Analis Pasar Modal
Analis pasar modal selalu melakukan analisa tajam dan lengkap
terhadap laporan keuangan perusahaan yang go publik maupun yang
berpotensi masuk pasar modal. Ingin mengetahui nilai perusahaan,
kekuatan dan posisi keuangan perusahaan.
4. Manajer
Manajer ingin mengetahui situasi ekonomis perusahaan yang
dipimpinnya. Seorang manajer selalu dihadapkan kepada seribu
satu masalah yang memerlukan keputusan cepat dan setiap saat.
Untuk sampai pada keputausan yang tepat maka ia harus
16
mengetahui selengkapnya-lengkapnya kondisi keuangan perusahaan
baik posisi semua pos neraca (asset, utang, modal), laba rugi,
likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, break even, laba kotor dan
sebagainya.
5. Karyawan
Karyawan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk
menetapkan apakah ia masih terus bekerja disitu atau pindah. Ia juga
perlu mengetahui hasil usaha perusahaan supaya ia bisa menilai apakah
penghasilan yang diterimanya adil atau tidak.
6. Instansi Pajak
Perusahaan selalu memiliki kewajiban pajak baik pajak pertambahan
nilai (PPN), pajak bumi dan bangunan (PBB), pajak pembangunan,
pajak penjualan barang mewah, Ppn Bm, pajak daerah, retribusi, pajak
penghasilan (PPh).
7. Pemberi Dana (kreditur)
Sama dengan pemegang saham investor, lender seperti bank,
perusahaan leasing, juga ingin mengetahui informasi tentang situasi
dan kondisi perusahaan baik yang sudah diberi pinjaman maupun yang
akan diberi pinjaman.
8. Supplier
Supplier hampir sama dengan kreditur diatas. Laporan keuangan bisa
menjadi informasi untuk mengetahui apakah perusahaan layak
17
diberikan fasilitas kredit, seberapa lama akan diberikan, dan sejauh
mana potensi resiko yang dimiliki perusahaan.
9. Pemerintah atau Lembaga Pengatur Resmi
Pemerintah atau Lembaga Pengatur sangat membutuhkan laporan
keuangan. Karena ia ingin mengetahui apakah perusahaan telah
mengikuti peraturan yang telah ditetapkan.
10. Langganan atau Lembaga Konsumen
Langganan dalam era modern seperti sekarang ini khususnya dinegara
maju benar-benar raja. Dengan konsep ekonomi pasar dan ekonomi
persaingan konsumen sangat diuntungkan. Ia berhak mendapatkan
layanan memuaskan dengan harga equilibrium, dalam kondisi ini
konsumen terlindungi dari kemungkinan praktek yang merugikan baik
dari segi kwalitas, kwantitas, harga dan lain sebagainya.
11. Lembaga Swadaya Masyarakat
Banyak jenis lembaga swadaya masyarakat (LSM). Untuk LSM
tertentu bisa saja memerlukan laporan keuangan misal LSM yang
bergerak melindungi konsumen, lingkungan, serikat pekerja. LSM
seperti ini membutuhkan laporan keuangan untuk menilai sejauh mana
perusahaan merugikan pihak tertentu yang dilindunginya.
12. Peneliti/Akademisi/Lembaga Peringkat
Bagi peneliti maupun akademis laporan keuangan sangat penting,
sebagai data primer dalam melakukan penelitian terhadap topik
tertentu yang berkaitan dengan laporan keungan atau perusahaan.
18
B. Kinerja Keuangan
1. Pengertian Kinerja Keuangan
Sebelum kita menguraikan makna dari kinerja keuangan
terlebih dahulu ada baiknya kita memahami arti kinerja itu
sebelumnya dan bagian-bagian kinerja. Untuk mengetahui pengertian
kinerja berikut ini dikutip beberapa pendapat para ahli yakni:
Mahmudi (2005:21) mengemukakan bahwa kinerja merupakan
suatu konstruk multidimensional yang mencakup banyak faktor yang
mempengaruhinya.
Collius yang dikutip Gaffar (2004:51) mengemukakan bahwa
yang dimaksud dengan kinerja adalah tindakan yang dilaksanakan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan suatu perbandingan
dari beberapa ukuran atau standar.
Menurut Malayu Hasibuan (2003:41), bahwa kinerja adalah
sejumlah aktivitas fisik dan mental yang dilakukan seseorang untuk
mengerjakan suatu pekerjaan.
Lebih Lanjut Bambang Marhijnato dalam Kamus Lengkap Besar
Bahasa Indonesia (1999:213) mendefenisikan kinerja sebagai sesuatu yang
dicapai atau sesuatu yang diperoleh.
Dari uraian diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa kinerja keuangan adalah merupakan kemampuan suatu
perusahaan dalam mengelolah keuangannya sehingga nilai perusahaan
dapat dimaksimalkan.
19
2. Pengertian dan Tujuan Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan bagian penting dari proses
pengendalian manajemen, baik organisasi publik maupun swasta. Berikut
ini akan diuraikan beberapa pendapat ahli tentang pengukuran kinerja.
Menurut Mahmudi (2005:12) mengemukakan bahwa pengukuran
kinerja merupakan alat untuk menilai kesuksesan organisasi dalam konteks
organisasi sektor publik, kesuksesan organisasi itu akan digunakan untuk
mendapatkan legitimasi dan dukungan publik.
Menurut Mulyadi (2001:415) penilaian kinerja adalah penentuan
secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi
dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Lebih lanjut Mahmudi (2005:14) mengemukakan bahwa tujuan
dilakukan penilaian kinerja disektor publik yaitu :1) Mengetahui tingkat
ketercapaian tujuan organisasi, 2) Menyediakan sarana pembelajaran
pegawai, 3) Memperbaiki kinerja periode berikutnya, 4) Memberikan
pertimbangan yang sistematis dalam pembuatan keputusan pemberian
reward dan punishment, 5) Memotivasi pegawai, 6) Menciptakan
akuntabilitas publik.
20
C. Analisis Rasio Keuangan
1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Irawati (2006:22) berpendapat tentang rasio keuangan yaitu
merupakan suatu teknik analisis dalam bidang manajemen keuangan
yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi-kondisi keuangan suatu
perusahaan dalam periode tertentu, atau hasil usaha dari suatu
perusahaan pada periode tertentu dengan jalan membandingkan dua
buah variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan.
Harahap (2002;297) mengemukakan bahwa rasio keuangan
adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu
pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai
hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).
Martono & Agus Marjito (2004:50) beropini tentang rasio
keuangan yaitu analisis laporan keuangan merupakan analisis mengenai
kondisi keuangan suatu perusahaan yang melibatkan neraca dan laporan
laba rugi
Menurut Djahidin (1994:96) bahwa rasio keuangan dapat diartikan
sebagai gambaran suatu hubungan dari dua unsur secara sistematis,
sehingga dapat mengetahui gambaran kepada penganalisa tentang baik dan
buruknya suatu perusahaan atau posisi keuangan.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
analisis rasio keuangan adalah suatu alat yang digunakan dalam mengukur
dan menilai kinerja keuangan perusahaan dengan membandingkan laporan
21
keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi di beberapa
periode tertentu.
2. Kegunaan dan Kelemahan Analisis Rasio Keuangan
Zulian Yamit (2005:4) mengemukakan beberapa kegunaan analisis
rasio keuangan adalah sebagai berikut :
1. Bagi para bankir berguna untuk mempertimbangkan perbaikan kredit
jangka pendek maupun kredit jangka panjang kepada perusahaan
2. Bagi para kreditur jangka panjang lebih tertarik pada kemampuan
memperoleh laba dan tingkat efisiensi operasional
3. Bagi para penanam modal lebih tertarik pada kemampuan memperoleh
laba jangka panjang dan tingkat efisiensi perusahaan
4. Bagi Manajemen sendiri tentu saja sangat berkepentingan dengan
semua aspek analisis rasio keuangan, karena ia harus mampu
membayar hutang jangka pendek, mampu meningkatkan efisiensi
perusahaan, mampu memaksimalkan nilai perusahaan, dan mampu
memperoleh laba untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
Menurut Harahap (2001;298) bahwa analisa rasio memiliki
keunggulan dibanding teknik analisa lainnya. Keunggulan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
22
3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score)
5. Menstandarisir size perusahaan
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain
atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time
series”
7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di
masa yang akan datang.
Lebih Lanjut Zulian Yamit (2005:4) mengemukakan beberapa
kelemahan analisis rasio keuangan adalah sebagai berikut :
1. Rasio keuangan dihitung berdasarkan data akuntasi yang dapat
memiliki berbagai penafsiran bahkan dapat dimanipulasi, di Indonesia
manipulasi ini banyak sekali contohnya, oleh karena itu jika kita akan
membandingkan ratio perusahaan harus dianalisis lebih dahulu data
akuntansi dasar yang menjadi lembar perhitungan ratio
2. Perbedaan dan kesamaan dengan rata-rata industri harus dinilai secara
hati-hati, perbedaan dengan rata-rata industri tidak berarti hal ini
menunjukan kelemahan atau ada yang kurang beres di dalam
perusahaan tersebut. Sebaliknya kesamaan dengan rata-rata industri
tidak menjamin bahwa perusahaan berjalan dengan normal dan
dikelola dengan baik.
23
Lebih lanjut Harahap (2001;298) mengemukakan bahwa disamping
keunggulan yang dimiliki analisis rasio keuangan, tekhnik ini juga
memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu
penggunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaanya. Adapun
keterbatasan analisa rasio keuangan adalah sebagai berikut :
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntasi atau laporan keuangan juga
menjadi keterbatasan teknik.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan
menimbulkan kesulitan menghitung rasio
4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron
5. Jika dua perusahaan dibandingkan bias saja teknik dan standar
akuntasi yang dipakai tidak sama.
3. Jenis-jenis Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan perbandingan antara data yang
diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang di jadikan bahan
perbandingan dari beberapa periode tertentu. Dengan kata lain analisis
rasio dengan menggunakan perhitungan-perhitungan perbandingan data
kuantitatif atau dalam hal ini laporan keuangan perusahaan dari
beberapa periode tertentu. Penggunaan analisis rasio keuangan akan
berarti apabila ada suatu standar tertentu sebagai pedoman atau
penilaian, namun jika belum ada maka sebaiknya dikombinasikan
24
dengan analisis komperatif agar perkembangan rasio-rasio tersebut
dapat diketahui dari waktu kewaktu.
Untuk menilai Analisis rasio keuangan terhadap peningkatan
kinerja keuangan maka dapat digunakan beberapa rasio. Adapun rasio
yang dapat digunakan sebagai alat dalam melakukan analisis pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Rasio Likuiditas
Menurut James O. Gill (2002:11) bahwa rasio likuiditas
mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat dikonversikan
atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, tagihan, dan
seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo.
Kuswadi (2005:79) bahwa rasio likuiditas bertujuan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-
kewajiban jangka pendeknya (likuiditasnya) sehingga menjadi penting
bagi pimpinan perusahaan, manajer keuangan, bank atau para pemasok
yang memberikan kredit penjualan kepada perusahaan
Kemudian Martono dan Marjito (2002:5) mengemukakan
bahwa likuiditas merupakan indikator kemampuan perusahaan untuk
membayar atau melunasi kewajiban-kewajibannya pada saat jatuh
tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.
Selanjutnya Harahap (2001:301) mengemukakan bahwa rasio
likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung
25
dengan melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos
aktiva lancar dan hutang lancar.
Adapun pengukuran rasio yang digunakan oleh Harahap
(2001:301-302) dapat dinyatakan dalam formulasi sebagai berikut :
a. Rasio Lancar
Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva
lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan
perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio
lancar ini 1:1 atau 100% ini berarti bahwa aktiva lancar dapat
menutupi semua hutang lancar. Rasio lancar yang lebih aman
adalah jika berada diatas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh
diatas jumlah hutang lancar. Formulasi yang dapat digunakan
untuk menentukan rasio lancar adalah sebagai berikut :
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang
paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio
ini semakin baik. Angka rasio ini tidak harus 100% atau 1:1.
Adapun formulasi yang dapat digunakan untuk menentukan rasio
cepat adalah sebagai berikut :
26
Aktiva LancarRasio Lancar = x 100 %
Hutang Lancar
c. Rasio Kas atas Aktiva Lancar
Rasio ini menunjukan porsi jumlah kas dibandingkan
dengan total aktiva lancar. Adapun formulasi yang digunakan
untuk menentukan rasio ini adalah :
d. Rasio Kas atas Hutang Lancar
Rasio ini menunjukkan porsi kas yang dapat menutupi
hutang lancar. Adapun formulasi yang digunakan untuk
menentukan rasio ini adalah :
e. Rasio Aktiva Lancar dan Total Aktiva
Rasio ini menunjukkan porsi aktiva lancar atas total aktiva.
Adapun formulasi yang digunakan untuk menentukan rasio ini
adalah :
27
Aktiva Lancar - PersediaanRasio Cepat = x 100 %
Hutang Lancar
KasRasio Kas Atas Aktiva Lancar = x 100 %
Aktiva Lancar
KasRasio Kas Atas Hutang Lancar = x 100 %
Hutang Lancar
Aktiva LancarRasio Aktiva Lancar dan Total Aktiva = x 100%
Total Aktiva
f. Rasio Aktiva Lancar dan Total Hutang
Rasio ini menunjukan porsi aktiva lancar atas total
kewajiban perusahaan. Adapun formulasi yang digunakan untuk
menentukan rasio ini adalah :
2. Rasio Solvabilitas
Menurut Kuswadi (2005:88) bahwa rasio solvabilitas bertujuan
memberikan gambaran tentang kemampuan perusahaan untuk
memenuhi semua kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka
panjang.
Selanjutnya Harahap (2001:303) mengemukakan bahwa rasio
solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila
perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang
sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka panjang.
Adapun pengukuran rasio yang digunakan oleh Harahap
(2001:303:304) adalah dapat dinyatakan dalam formulasi sebagai
berikut:
a. Rasio Hutang atas Modal
Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal
pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar.
28
Aktiva LancarRasio Aktiva Lancar dan Total Hutang = x 100%
Total Hutang
Semakin kecil rasio ini semakin baik. Rasio ini disebut juga
rasio leverage. Untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika
jumlah modal lebih besar dari jumlah hutang atau minimal
sama. Namun bagi pemegang saham atau manajemen rasio
leverage ini sebaiknya besar. Adapun formulasi yang
digunakan untuk menentukan rasio ini adalah :
b. Debt Sevice Ratio (Rasio Pelunasan Hutang)
Rasio ini menggambarkan sejauh mana laba setelah
dikurangi bunga dan penyusutan serta biaya non kas dapat
menutupi kewajiban bunga dan pinjaman. Semakin besar rasio ini
semakin besar kemampuan perusahaan menutupi hutang-
hutangnya. Perusahaan yang sehat mestinya laba yang diperoleh
jauh melebihi kewajiban pembayaran/pelunasan hutang. Adapun
formulasi yang digunakan untuk menentukan rasio ini adalah :
c. Rasio Hutang atas Aktiva
Rasio ini menunjukan sejauh mana hutang dapat ditutupi
oleh aktiva. Bisa juga dibaca berapa porsi hutang dibanding dengan
aktiva. Supaya aman porsi hutang terhadap aktiva harus lebih kecil.
29
Total HutangRasio Hutang Atas Modal = x 100%
Modal
Laba Bersih-(Bunga+Penyusutan Beban Non Kas) Rasio Pelunasan Hutang = x 100%
Pembayaran Bunga dan Pinjaman
Adapun formulasi yang digunakan untuk menentukan rasio
ini adalah :
3. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas
James O.Gill & Moira Chatton (2003:36) mengemukakan
bahwa Rasio Profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur dan membantu mengendalikan pendapatan, yaitu dengan
cara memperbesar penjualan, memperbesar margin. mendapatkan
manfaat yang lebih besar dari pengeluaran biaya-biaya, dan atau
kombinasi ketiga hal ini.
Menurut Riyanto (1999:35) bahwa rentabilitas adalah
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode
tertentu”. Umumnya di dalam perusahaan masalah rentabilitas lebih
penting dari pada masalah laba, karena laba yang besar saja belum
tentu dapat mencerminkan kalau perusahaan telah bekerja secara
efesien. Karena keefesienannya baru dapat diketahui setelah
membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal
yang menghasilkan laba.
Selanjutnya Harahap (2001:304) mengemukakan bahwa rasio
rentabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan,
30
Total HutangRasio Hutang Atas Aktiva = x 100%
Total Aktiva
dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah
karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.
Beberapa jenis rasio rentabilitas yang dikemukakan Harahap
(2001:304:306) adalah sebagai berikut :
a. Margin Laba (Profit Margin)
Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan
bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini
semakin baik, karena dianggap kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba cukup tinggi. Adapun Formulasi yang
digunakan adalah sebagai berikut :
b. Asset Turn Over (Return On Asset)
Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari
volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini
berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.
Formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut :
31
Pendapatan BersihMargin Laba (Profit Margin) = x 100%
Penjualan
Penjualan BersihAsset Turn Over (Return On Asset) = x 100%
Total Aktiva
c. Return On Investment (Return on Equity)
Rasio ini menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih
bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus.
Formulasi rasio ini adalah sebagai berikut :
d. Return On Total Asset
Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh
perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Formulasi rasio ini adalah
sebagai berikut :
e. Basic Earning Power
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan
memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga
dan pajak dibandingkan dengan total aktiva. Semakin besar rasio
ini semakin baik. Formulasi rasio ini adalah sebagai berikut :
32
Laba BersihReturn On Equity (RQE) = x 100%
Modal
Laba BersihReturn On Total Asset = x 100%
Total Asset
Laba Sebelum Bunga dan PajakBasic Earning Power = x 100%
Total Aktiva
f. Contribution Margin
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan
melahirkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau
biaya operasional lainnya. Rasio ini dapat mengontrol
pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasional sehingga
perusahaan dapat menikmati laba. Formulasi rasio ini adalah
sebagai berikut :
4. Rasio Aktivitas
Menurut Agnes Sawir (2000:14) bahwa rasio aktifitas
mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber
daya yang ada pada pengendalianya.
James O. Giil (2002:15) mengemukakan bahwa rasio
efisiensi/Aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa baik suatu
bisnis dijalankan. Rasio ini dapat menunjukkan secara cepat mengenai
seberapa baik kebijakan kredit dijalankan serta seberapa cepat
perputaran sediaan.
Harahap (2001:308) mengemukakan bahwa rasio aktivitas
menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam
menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan
kegiatan lainnya.
33
Laba BersihContribution Margin = x 100%
Penjualan
Lebih lanjut Harahap (2001:308:309) bahwa rasio akitvitas
antara lain adalah sebagai berekut:
a. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Rasio ini menunjukkan berapa cepat perputaran
persediaan dalam siklus produksi normal. Semakin besar rasio
ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan
berjalan cepat. Adapun formulasi dari rasio ini adalah sebagai
berikut :
b. Recevabel Turn Over
Rasio ini menunjukkan berapa cepat penagihan piutang.
Semakin besar rasio ini semakin baik karena penagihan piutang
dilakukan dengan cepat. formulasi dari rasio ini adalah sebagai
berikut :
c. Fixed Asset Turnover
Rasio ini menunjukkan berapa kali nilai aktiva berputar bila
diukur dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin
baik. Artinya kemampuan aktiva tetap menciptakan penjualan
tinggi. Adapun formulasi dari rasio ini adalah sebagai berikut :
34
Harga Pokok PenjualanInventory Turn Over = x 100%
Rata-Rata Persediaan Barang
Penjualan BersihRecevabel Turn Over = x 100%
Rata-Rata Piutang
d. Total Asset Turnover
Rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari
volume penjualan. Dengan kata lain seberapa jauh kemampuan
semua aktiva menciptakan penjualan. Raio ini semakin tinggi
semakin baik. Adapun formulasi dari rasio ini adalah sebagai
berikut :
5. Rasio Pertumbuhan
Menurut Harahap (2001;309) bahwa rasio pertumbuhan
menggambarkan persentasi pertumbuhan pos-pos perusahaan dari
tahun ke tahun.
Lebih lanjut Harahap (2001;309:310) bahwa rasio pertumbuhan
antara lain adalah sebagai berikut :
a. Kenaikan Penjualan
Rasio ini menunjukkan persentasi kenaikan penjualan tahun
ini dibanding dengan tahun lalu. Semakin tinggi semakin baik.
Formulasi dari rasio ini adalah sebagai berikut :
35
PenjualanFixed Asset Turn Over = x 100%
Aktiva Tetap
PenjualanTotal Asset Turn Over = x 100%
Total Aset
b. Kenaikan Laba Bersih
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan
meningkatkan laba bersih dibandingkan tahun lalu. Formulasi dari
rasio ini adalah sebagai berikut :
D. Hasil Penelitian Terdahulu
Andriyanto, (1998) telah melakukan penelitian mengenai penilaian
tingkat kinerja BUMN PT. Mricantex periode 1996-1997 berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 826/KMK.013/1992 tentang
Penilaian Tingkat Kinerja Keuangan BUMN. Kesimpulan yang diperoleh
adalah pada tahun 1996 perusahaan mengalami kondisi yang tidak sehat dan
tahun 1997 perusahaan mengalami kondisi sehat sekali.
Hasil penelitian tersebut tidak berlaku umum, dalam pengertian bahwa
kesimpulan yang diperoleh melalui penelitian tersebut tidak dapat digunakan
untuk menjelaskan BUMN di wilayah lain, walaupun menggunakan tolak ukur
yang sama. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu
mengenai aspek, indicator yang akan diteliti serta model dasar yang
digunakan.
36
Penjualan Tahun Ini – Penjualan Tahun LaluKenaikan Penjualan = x 100%
Penjualan Tahun Lalu
Laba Bersih Tahun Ini – Laba Bersih Tahun LaluKenaikan Laba Bersih = x 100%
Laba Bersih Tahun Lalu
Jordan, (1996) meneliti kinerja keuangan 25 (dua puluh lima)
perusahaan air minum di Georgia dengan maksud untuk melengkapi teori
analisis rasio dalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan. Model yang
digunakan adalah regresi dan ekonometrika dengan menggunakan informasi
yang bersumber dari laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba/rugi.
Model tersebut berisi 5 (lima) variabel untuk menghitung tingkat harta lancar,
hutang lancar, aliran kas dan tingkat biaya.
Hasil kajian menunjukkan bahwa dari 5 (lima) variabel independen
menjelaskan varian dalam jumlah hutang : current ratio, debt ti equity ratio,
interest coverage ratio, return on asset dan an operating ratio. Namun hanya
3 (tiga) terakhir yang signifikan dengan estimasi OLS.
Yuni Herawati, dkk (2003) untuk memotivasi Koperasi Unit Desa
(KUD) meningkatkan kinerjanya dan mampu bersaing dalam era globalisasi,
pemerintah meluncurkan program KUD Mandiri dengan 13 (tiga belas)
kriteria sebagai pedomannya dimana salah satu kriteria yang berkaitan dengan
rasio keuangannya dihitung dari aspek Rentabilitas, Likuiditas dan
Solvabilitas (RLS) dengan nilai terhitung 75 % sebagai ukuran kemampuan
KUD dalam mengelola dana yang diperoleh guna melaksanakan kegiatan
usahanya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui KUD di Kabupaten Malang
yang memiliki kinerja baik dan kinerja kurang baik ditinjau dari rasio
keuangan dan mengetahui rasio keuangan mana yang signifikan dalam
mengklasifikasi kinerja baik dan kinerja kurang baik.
37
Hasil analisis dari 15 (lima belas) variabel rasio keuangan dengan
metode simultan menunjukkan bahwa semua variabel berperan dalam
memprediksi klasifikasi kinerja koperasi dengan nilai canonical correlation
sebesar 0,720 yang berarti ada hubungan yang kuat antara rasio keuangan
dengan kinerja KUD. Wilks Lambda sebesar 0,482, Chi Square 52,176 serta
signifikansi 0,000 berarti variabel pembeda (rasio keuangan) secara nyata
dapat membedakan pengelompokkan KUD.
Hasil klasifikasi KUD kedalam kelompok KUD berkinerja baik yang
semula 33 KUD dikelompokkan benar sebanyak 24 KUD (72,7%) atau terjadi
kesalahan pengelompokkan sebanyak 9 KUD (27,3%). Kelompok KUD
berkinerja kurang baik yang semula 48 KUD dikelompokkan benar sebanyak
44 KUD (91,7%) atau terjadi kesalahan pengelompokkan sebanyak 4 KUD
(8,3%).
Sedangkan analisis diskriminan dengan metode stepwise menunjukkan
bahwa dari 15 variabel dalam pengelompokkan KUD berkinerja baik dan
kurang baik sebanyak 5 variabel yang signifikan dengan nilai canonical
correlation 0,680, Wilks Lambda 0,538, Chi Square 47,470 dengan
signifikansi 0,000. Adapun 5 (lima) variabel tersebut adalah ROI (X1); NPM
(X3); DTE (X10); FALTD (X13) dan CR (X15).
Hasil klasifikasi kedalam kelompok berkinerja baik yang semula 33
KUD dikelompokkan benar sebanyak 21 KUD (63,6%) atau terjadi kesalahan
pengelompokkan sebanyak 12 KUD (36,4%). Kelompok KUD berkinerja
38
kurang baiksemula 48 KUD dikelompokkan benar sebanyak 44 KUD (91,7%)
atau terjadi kesalahan pengelompokkan sebanyak 4 KUD (8,35%).
Terdapat perubahan klasifikasi KUD berkinerja baik dan kurang baik
oleh Departemen Koperasi dengan hasil analisis diskriminan baik dengan
metode simultan maupun stepwise.
39
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konseptual
Dalam rangka mengetahui Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Kinerja Keuangan PT. Pukati Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB) dilakukan
analisis dengan menggunakan analisis rasio keuangan, yang meliputi : Rasio
Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Rentabilitas, Rasio Aktivitas dan Rasio
Pertumbuhan. Hasil analisis tersebut akan menggambarkan tentang
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya serta dapat
diketahui tingkat kinerja keuangan perusahaan yang telah dicapai, yang pada
akhirnya dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan bagi
pihak-pihak yang terkait dengan menggunakan berbagai kebijaksanaan yang
mendukung kelangsungan perusahaan tersebut.
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan diatas, maka selanjutnya
dapat digunakan untuk menyusun kerangka konseptual. Adapun kerangka
konseptual penelitian adalah sebagai berikut :
40
Gambar I. Skema Kerangka Konseptual
41
RASIO LIKUIDITAS
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN
PT. PUKATI PELANGI BAHANA AGROPOLITAN (PPAB)
RASIO PERTUMBUHAN
RASIO AKTIVITAS
RASIO RENTABILITAS
RASIO SOLVABILITAS
KINERJA KEUANGAN PT. PPAB
B. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah.
Karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya
melalui data empirik yang terkumpul (Sugiyono, 2006;306)
Bertolak dari identifikasi permasalahan yang telah diuraikan di atas
maka diajukan sebagai dugaan sementara terhadap objek kajian yang diteliti
adalah sebagai berikut :
1. Tingkat rasio Likuiditas PT. Pukati Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB)
terjadi penurunan sehingga berpengaruh terhadap kinerja keuangan
2. Tingkat rasio Solvabilitas PT. Pukati Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB)
terjadi penurunan sehingga berpengaruh terhadap kinerja keuangan
3. Tingkat rasio Rentabilitas PT. Pukati Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB)
terjadi penurunan sehingga berpengaruh terhadap kinerja keuangan
4. Tingkat rasio Aktivitas PT. Pukati Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB)
terjadi penurunan sehingga berpengaruh terhadap kinerja keuangan
5. Tingkat rasio Pertumbuhan PT. Pukati Pelangi Bahana Agropolitan
(PPAB) terjadi Peningkatan sehingga berpengaruh terhadap kinerja
keuangan
42
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah pada perusahaan
PT. Pukati Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB) Gorontalo yang berlokasi
di Provinsi Gorontalo.
2. Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini direncanakan akan menggunakan waktu
selama 2 (dua) bulan lamanya yaitu dari bulan Agustus sampai bulan
September 2010.
B. Metode Pengumpulan Data
Untuk dapat mencapai tujuan penelitian dan untuk membuktikan benar
tidaknya hipotesis yang telah diajukan dalam penulisan ini serta untuk
mendapatkan informasi yang objektif, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan, maka dilakukan metode pengumpulan data sebagai
berikut :
1. Observasi
Yaitu dengan melakukan pengamatan serta pencatatan secara
langsung dan terstruktur pada objek penelitian menyangkut variabel yang
diangkat dalam penulisan ini.
43
2. Wawancara.
Selain itu dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang
berkompeten dengan masalah yang diteliti.
3. Dokumentansi
Yaitu berupa upaya pengumpulan data melalui pencatatan dari berbagai
dokumen yang mendukung penelitian atau bukti – bukti yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Dalam penelitian ini, ada dua jenis data yang dikumpulkan oleh
peneliti guna menguji hipotesis yang diajukan. Yaitu data kuantitatif yang
berupa berbagai jenis data dalam bentuk angka-angka dalam laporan
keuangan. Serta data kualitatif yaitu data yang dapat mendukung data
kuantitatif dalam pemecahan kasus yang berupa penjelasan secara
deskriptif terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi dalam pemecahan
kasus seperti informasi – informasi yang berkaitan dengan masalah
keuangan.
2. Sumber data
a. Data Primer
Yaitu data keuangan yang diperoleh langsung dari obyek
penelitian PT. Pukati Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB) Gorontalo.
44
b. Data Sekunder
Yaitu data yang bersumber dari referensi kepustakaan sebagai
dasar dalam penerapan teori dan konsep operasionalisasi.
D. Metode Analisis
Untuk menguji keabsahan dari hipotesis yang merupakan jawaban
sementara penelitian, peneliti menggunakan analisis rasio keuangan yang
meliputi: rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas, rasio aktivitas
dan rasio pertumbuhan yang datanya berupa laporan keuangan PT. Pukati
Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB) Gorontalo selama dua tahun yaitu tahun
2008 dan tahun 2009 dengan formulasi sebagai berikut :
1. Rasio Likuiditas
a. Rasio Lancar
b. Rasio Cepat
c. Rasio Kas Atas Aktiva Lancar
45
Aktiva LancarRasio Lancar = x 100 %
Hutang Lancar
Aktiva Lancar - PersediaanRasio Cepat = x 100 %
Hutang Lancar
KasRasio Kas Atas Aktiva Lancar = x 100 %
Aktiva Lancar
d. Rasio Kas Atas Hutang Lancar
e. Rasio Aktiva Lancar Atas Total Aktiva
f. Rasio Aktiva Lancar Atas Total hutang
2. Rasio Solvabilitas
a. Rasio Hutang Atas Modal
b. Rasio Pelunasan Hutang (Debt Service Ratio)
46
KasRasio Kas Atas Hutang Lancar = x 100 %
Hutang Lancar
Aktiva LancarRasio Aktiva Lancar dan Total Aktiva = x 100%
Total Aktiva
Aktiva LancarRasio Aktiva Lancar dan Total Hutang = x 100%
Total Hutang
Total HutangRasio Hutang Atas Modal = x 100%
Modal
Laba Bersih-(Bunga+Penyusutan Beban Non Kas) Rasio Pelunasan Hutang = x 100%
Pembayaran Bunga dan Pinjaman
c. Rasio Hutang Atas Aktiva
3. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas
a. Rasio Margin Laba (Profit Margin Ratio)
b. Asset Turn Over Ratio (Return On Asset)
c. Return On Investment Ratio (Return On Equity)
d. Return On Total Asset Ratio
47
Total HutangRasio Hutang Atas Aktiva = x 100%
Total Aktiva
Pendapatan BersihMargin Laba (Profit Margin) = x 100%
Penjualan
Penjualan BersihAsset Turn Over (Return On Asset) = x 100%
Total Aktiva
Laba BersihReturn On Equity (ROE) = x 100%
Modal
Laba BersihReturn On Total Asset = x 100%
Total Asset
e. Basic Earning Power Ratio
f. Contribution Margin Ratio
4. Rasio Aktivitas
a. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
b. Recevabel Turn Over Ratio
c. Fixed Asset Turn Over Ratio
48
Laba Sebelum Bunga dan PajakBasic Earning Power = x 100%
Total Aktiva
Laba BersihContribution Margin = x 100%
Penjualan
Harga Pokok PenjualanInventory Turn Over = x 100%
Rata-Rata Persediaan Barang
Penjualan BersihRecevabel Turn Over = x 100%
Rata-Rata Piutang
PenjualanFixed Asset Turn Over = x 100%
Aktiva Tetap
d. Total Asset Turn Over Ratio
5. Rasio Pertumbuhan
a. Kenaikan Penjualan
b. Kenaikan Laba Bersih
E. Defenisi Operasional
Indikator-indikator dari operasional variabel kinerja keuangan dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Rasio Likuiditas indikatornya sebagai berikut :
a. Rasio Lancar, yaitu jumlah aktiva lancar dibagi dengan jumlah hutang
lancar. Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva
lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan
menutupi kewajiban jangka pendeknya.
49
PenjualanTotal Asset Turn Over = x 100%
Total Aset
Penjualan Tahun Ini – Penjualan Tahun LaluKenaikan Penjualan = x 100%
Penjualan Tahun Lalu
Laba Bersih Tahun Ini – Laba Bersih Tahun LaluKenaikan Laba Bersih = x 100%
Laba Bersih Tahun Lalu
b. Rasio Cepat, yaitu jumlah aktiva lancar dikurangi dengan persediaan
dibagi dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan kemampuan
aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar.
c. Rasio Kas atas Aktiva Lancar, yaitu jumlah kas dibagi dengan jumlah
aktiva lancar. Rasio ini menunjukan porsi jumlah kas dibandingkan
dengan total aktiva lancar.
d. Rasio Kas atas Hutang Lancar, yaitu jumlah kas dibagi dengan jumlah
hutang lancar. Rasio ini menunjukkan porsi kas yang dapat menutupi
hutang lancar
e. Rasio Aktiva Lancar dan Total Aktiva, yaitu jumlah aktiva lancar
dibagi dengan total aktiva. Rasio ini menunjukkan porsi aktiva lancar
atas total aktiva.
f. Rasio Aktiva Lancar dan Total Hutang, yaitu jumlah aktiva lancar
dibagi dengan total hutang. Rasio ini menunjukan porsi aktiva lancar
atas total kewajiban perusahaan.
2. Rasio Solvabilitas indikatornya sebagai berikut :
a. Rasio Hutang Atas Modal yaitu, total hutang dibagi dengan modal.
Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat
menutupi hutang-hutang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini
semakin baik. Rasio ini disebut juga rasio leverage. Untuk keamanan
pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah
hutang atau minimal sama. Namun bagi pemegang saham atau
manajemen rasio leverage ini sebaiknya besar.
50
b. Debt Service Ratio (Rasio Pelunasa Hutang), yaitu Laba bersih setelah
dikurangi bunga dan penyusutan serta beban non kas dibagi dengan
pembayaran bunga dan pinjaman. Rasio ini menggambarkan sejauh
mana laba setelah dikurangi bunga dan penyusutan serta biaya nonkas
dapat menutupi kewajiban bunga dan pinjaman. Semakin besar rasio
ini semakin besar kemampuan perusahaan menutupi hutang-
hutangnya.
c. Rasio Hutang atas Aktiva, yaitu total hutang dibagi dengan total
aktiva. Rasio ini menunjukan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh
aktiva. Bisa juga dibaca berapa porsi hutang dibanding dengan aktiva.
Supaya aman porsi hutang terhadap aktiva harus lebih kecil.
3. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas indikatornya sebagai berikut:
a. Margin Laba (Profit Margin), yaitu jumlah pendapatan bersih dibagi
dengan jumlah penjualan. Rasio ini menunjukkan berapa besar
persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.
Semakin besar rasio ini semakin baik, karena dianggap kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.
b. Asset Turn Over (Return on Asset), yaitu jumlah penjualan bersih
dibagi dengan total aktiva. Rasio ini menggambarkan perputaran
aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin
baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan
meraih laba.
51
c. Retur on Investment (Return on Equity), yaitu jumlah laba bersih
dibagi dengan jumlah modal. Rasio ini menunjukan berapa persen
diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar
semakin bagus.
d. Return on Total Asset, Yaitu jumlah laba bersih dibagi dengan total
asset. Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh
perusahaan bila diukur dari nilai aktiva.
e. Basic Earning Power, yaitu jumlah laba sebelum bunga dan pajak
dibagi dengan total aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum
dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva. Semakin
besar rasio ini semakin baik.
f. Contribution Margin, yaitu jumlah laba kotor dibagi dengan jumlah
penjualan. Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan melahirkan
laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasional
lainnya. Rasio ini dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau
biaya operasional sehingga perusahaan dapat menikmati laba.
4. Rasio Aktivitas indikatornya sebagai berikut :
a. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over), yaitu jumlah harga
pokok penjulan dibagi dengan jumlah persediaan barang. Rasio ini
menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus
produksi normal. Semakin besar rasio ini semakin baik karena
dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat.
52
b. Receivable Turn Over, yaitu Penjualan kredit bersih dibagi dengan
rata-rata piutang. Rasio ini menunjukkan berapa cepat penagihan
piutang. Semakin besar semakin baik karena penagihan piutang
dilakukan dengan cepat.
c. Fixed Asset Turn Over, yaitu jumlah penjualan dibagi dengan
jumlah aktiva tetap. Rasio ini menunjukkan berapa kali nilai aktiva
berputar bila diukur dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini
semakin baik. Artinya kemampuan aktiva tetap menciptakan penjualan
tinggi.
d. Total Asset Turn Over, yaitu penjualan dibagi dengan total asset.
Rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume
penjualan. Dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva
menciptakan penjualan. Raio ini semakin tinggi semakin baik.
5. Rasio Pertumbuhan (Growth) indikatornya sebagai berikut :
a. Kenaikan Penjualan, yaitu Penjualan tahun ini kurang penjualan tahun
lalu dibagi dengan penjualan tahun lalu. Rasio ini menunjukkan
persentasi kenaikan penjualan tahun ini disbanding dengan tahun lalu.
Semakin tinggi semakin baik.
b. Kenaikan Laba Bersih, yaitu Laba bersih tahun ini kurang laba bersih
tahun lali dibagi dengan laba bersih tahun lalu. Rasio ini menunjukkan
kemampuan perusahaan meningkatkan laba bersih disbanding tahun
lalu.
53
54
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian
PT. Pukati Pelangi Bahana Agropolitan atau disingkat PPBA
merupakan anak perusahaan dari PT. Kaltim Industrial Estate (KIE),
beralamat di Jalan Agus Salim No. 370 Gorontalo. Didirikan pada tanggal 16
Februari 2006 berdasarkan Akta Notaris Gunawan Budiarto, SH. Nomor 39
Tanggal 16 Februari 2006 dan Akta Perubahan Nomor 1 Tanggal 2 Juli 2007.
Perusahaan ini bergerak dalam bidang usaha pembuatan pupuk
majemuk, dengan merek NPK Pelangi. Nama NPK Pelangi sendiri merupakan
merek dagang milik PT. Pupuk Kalimantan Timur (PKT), perusahaan yang
melakukan riset dan penelitian mengenai pupuk NPK dan telah didaftarkan
pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Kehakiman
dan HAM nomor IDM000041049 tanggal 08 Juli 2005. Atas pemakaian
merek ini perusahaan diharuskan membayar kompensasi sejumlah tertentu
kepada PKT sebagaimana tertuang dalam Surat Perjanjian Pemakaian Merek
NPK Pelangi.
Sesuai dengan Akta Perubahan No. 01 Tanggal 2 Juli 2007 dan
merujuk kepada Laporan Keuangan, modal dasar Perseroan berjumlah Rp.
20.000.000.000,- yang terbagi dalam 20.000 saham dengan nilai nominal
sebesar 1.000.000,- per saham. Dari keseluruhan modal dasar tersebut telah
ditempatkan dan disetor penuh oleh para pemegang saham sebagai berikut :
55
Tabel 5.1. Susunan Pemegang Saham PT. PPBA
No. Pemegang Saham Lembar Saham Jumlah (Rp) %
1
2
3
4
PT. Gorontalo Fitrah Mandiri
PT. Bahana Utama Line
PT. Pupuk Kalimantan Timur
PT. Kaltim Industrial Estate
2.300 Lbr
1.250 Lbr
950 Lbr
500 Lbr
2.300.000.000
1.250.000.000
950.000.000
500.000.000
46,0
25,0
19,0
10,0
Jumlah 5.000 Lbr 5.000.000.000 100
Saham dalam Portepel 15.000 15.000.000.000
Sumber : Akta Perubahan No. 01 Tanggal 02 Juli 2007
Struktur manajemen PT. Pukati Pelangi Bahana Agropolitan terdiri
dari 3 orang Direksi dan 2 Kepala Manager. Sedangkan fungsi
pengawasannya sesuai dengan perubahan Anggaran Dasar Perseroan terdiri
dari 1 orang Komisaris Utama dan 2 orang Komisaris. Jumlah karyawan
PPBA per 31 Juli 2008 sebanyak 14 orang, yang terdiri dari bagian operasi
dan produksi 9 orang serta bagian administrasi, keuangan dan umum 5 orang.
Susunan Pengurus PT. Pukati Pelangi Bahana Agropolitan per 29 April
2008 adalah sebagai berikut :
a. Dewan Komisaris :
Komisaris Utama : Ir. Abdul Halim Usman,MM
Komisaris : Ir. Herry Susanto, MM
Ir. Drs. Gandhen Aryo Nanggolo
b. Dewan Direksi :
Direktur Utama : Ir. Djoni Sastra
Direktur Keuangan : Zainudin Laisa, SE
Direktur Operasional : Yedhy Stiady Suryana, SE
56
Struktur Organisasi yang digunakan dalam operasional PT. Pukati
Pelangi Bahana Agropolitan adalah sebagai berikut :
B. ;
Gambar 2. Struktur Organisasi PT PPBA
Aktivitas usaha PT. Pukati Pelangi Bahana Agropolitan pada awalnya
adalah untuk menjamin ketersediaan pupuk NPK untuk tanaman pangan di
daerah Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara,
terutama dalam rangka menunjang program agropolitan dengan gerakan
Gorontalo Sejuta Ton Jagung. Namun sejak ditetapkannya pupuk NPK
sebagai pupuk bersubsidi berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.
76/Permentan/OT.140/12/2007, daya saing pupuk NPK Pelangi menjadi
sangat berkurang, karena adanya disparitas harga yang sangat tinggi.
Berdasarkan SK Menteri Pertanian tersebut, Harga Eceran Tertinggi (HET)
57
Direktur Utama
SekretarisPerusahaan
Direktur Keuangan Direktur Operasional
Akuntansi &Anggaran
Manager Peroduksi dan
Pemasaran
Manager Administrasi
dan Keuangan
Administrasi& Keuangan
Umum &Personalia
Operasi &Pemeliharaan
Pemasaran& Distribusi
Logistik &Kendali Mutu
untuk pupuk NPK pelangi adalah Rp. 1.830,-per kg, sedangkan harga non
subsidi sebesar Rp. 9.669,- per kg.
Untuk mengatasi hal tersebut PT. Pukati Pelangi Bahana Agropolitan
mengalihkan penjualan dari sektor tanaman pangan ke sektor perkebunan yang
tidak memperoleh pupuk subsidi. Mengingat luas area perkebunan di daerah
Gorontalo dan sekitarnya tidak terlalu luas, maka saat ini PT. Pukati Pelangi
Bahana Agropolitan memperluas daerah pemasarannya ke seluruh Indonesia.
B. Analisis Deskriptif
Analisis kinerja keuangan PT Pukati Pelangi Bahana Agropolitan
dilakukan dengan sekumpulan rasio keuangan yang dirancang untuk
mengungkapkan kekuatan dan kelemahan dari perusahaan dan untuk
menunjukkan apakah posisi keuangannya selama ini telah membaik atau
memburuk. Analisis rasio keuangan yang digunakan meliputi : Rasio
Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Rentabilitas, Rasio Aktivitas dan Rasio
Pertumbuhan.
Rasio Likuiditas digunakan untuk menunjukkan hubungan antara
aktiva lancar perusahaan terhadap kewajiban lancarnya, sehingga dapat dilihat
kemampuannya untuk memenuhi hutang-hutang yang jatuh tempo. Rasio
likuiditas yang digunakan meliputi ; Rasio Lancar, yaitu untuk menunjukkan
kemampuan perusahaan menggunakan semua aktiva lancarnya dalam
menjamin segala hutang lancarnya. Rasio Cepat, yaitu untuk menunjukkan
kemampuan perusahaan menggunakan semua aktiva lancarnya yang cepat
58
dapat diuangkan untuk menjamin segala hutang lancarnya. Rasio Kas atas
Aktiva Lancar, yaitu untuk menunjukkan porsi jumlah kas dibandingkan
dengan total aktiva lancar. Rasio Kas Atas Hutang Lancar, yaitu untuk
menunjukkan porsi kas yang dapat menutupi hutang lancar. Rasio Aktiva
Lancar dan Total Aktiva, yaitu untuk menunjukkan porsi aktiva lancar atas
total aktiva. Rasio Aktiva Lancar dan Total Hutang, yaitu untuk menunjukkan
porsi aktiva lancar tas total kewajiban perusahaan.
Rasio Solvabilitas digunakan untuk memberikan gambaran tentang
kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya, baik
kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio Solvabilitas yang
digunakan meliputi ; Rasio Hutang Atas Modal, yaitu untuk menggambarkan
sampai sejauh mana modal pemilik perusahaan dapat menutupi hutang-hutang
kepada pihak luar. Rasio Pelunasa Hutang (Debt Service Ratio), yaitu untuk
menggambarkan sejauh mana laba bersih setelah dikurangi bunga dan
penyusutan serta biaya non kas dapat menutupi kewajiban bunga dan
pinjaman. Rasio Hutang Atas Aktiva, yaitu untuk menunjukkan sejauh mana
hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Agar posisi perusahaan aman maka porsi
hutang terhadap aktiva harus lebih kecil.
Rasio Rentabilitas/Profitabilitas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan menciptakan laba dengan menggunakan segenap
kemampuan seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan yang bersumber dari
modal sendiri dan utang. Rasio Rentabilitas/Profitabitas yang digunakan
meliputi ; Rasio Margin Laba (Profit Margin), yaitu untuk menggambarkan
59
kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan bersih yang diperoleh dari
setiap penjualan. Asset Turn Over (Return On Asset), yaitu untuk
menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Hal ini
berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Return On
Investment (Return On Equity), yaitu untuk menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba yang tersedia bagi para pemilik
perusahaan atas modal yang mereka investasikan kedalam perusahaan. Return
On Total Asset, yaitu untuk menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh
perusahaan dibandingkan dengan total aset. Rasio ini memberikan petunjuk
bahwa semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik kondisi perusahaan secara
keseluruhan. Basic Earning Power, yaitu untuk menunjukkan kemampuan
perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi
bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva. Contribution Margin, yaitu
untuk menunjukkan kemampuan perusahaan melahirkan laba yang akan
menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasional lainnya. Rasio ini dapat
mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasional sehingga
perusahaan dapat menikmati laba.
Rasio Aktivitas digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
perusahaan dalam mempergunakan seluruh sumber daya yang dimiliki
perusahaan. Rasio Aktivitas yang digunakan meliputi ; Rasio Perputaran
Persediaan (Inventory Turnover), yaitu untuk menunjukkan berapa cepat
perputaran persediaan perusahaan dalam siklus produksi normal. Semakin
besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan
60
berjalan cepat. Recevabel Turnover, yaitu untuk menunjukkan berapa cepat
penagihan piutang yang dilakukan perusahaan. Semakin besar rasio ini
semakin baik karena penagihan piutang dilakukan dengan cepat. Fixed Asset
Turnover, yaitu untuk menunjukkan berapa kali nilai aktiva berputar bila
diukur dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik karena
kemampuan aktiva tetap dapat menciptakan penjualan tinggi. Total Asset
Turnover, yaitu untuk menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari
volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik karena kemampuan
total aktiva dapat meningkatkan penjualan.
Rasio Pertumbuhan digunakan untuk menggambarkan persentase
pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun. Rasio Pertumbuhan
yang digunakan meliputi ; Rasio Kenaikan Penjualan, yaitu untuk
menunjukkan persentase kenaikan penjualan pada tahun dimaksud
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Rasio Kenaikan Laba Bersih, yaitu
untuk menunjukkan kemampuan perusahaan meningkatkan laba bersih
dibandingkan tahun sebelumnya.
C. Analisis Kinerja Keuangan PT. PPBA
Tinjauan kinerja keuangan PT. Pukati Pelangi Bahana Agropolitan
dilakukan berdasarkan laporan keuangan audited yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2007 dan 31 Desember 2008 dengan menggunakan analisis rasio
keuangan yang hasilnya dapat dilihat sebagai berikut :
61
Tabel 5.2. Analisis Rasio Keuangan PT. PPBA
Indikator 31 Desember 2008 31 Desember 2009
1. LIKUIDITAS ( % )
a. Rasio Lancar 1789,55 % 196,65 %
b. Rasio Cepat 1266,26 % 143,77 %
c. Rasio Kas Atas Aktiva Tetap 0,04 % 0,02 %
d. Rasio Kas Atas Hutang Lancar 0,23 % 0,03 %
e. Rasio Aktiva Lancar dan Total Aktiva 60,72 % 86,11 %
f. Rasio Aktiva Lancar dan Total Hutang 1789,55 % 196,65 %
2. SOLVABILITAS ( % )
a. Rasio Hutang Atas Modal 3,17 % 97,21 %
b. Rasio Pelunasan Hutang -259,63% 195,28 %
c. Rasio Hutang Atas Aktiva 3,39 % 43,79 %
3. RENTABILITAS ( % )
a. Margin Laba 14,59 % -6,33 %
b. Asset Turn Over (Return On Asset) 10,27 % 111,72 %
c. Return On Investment (Return On Equity) -9,87 % 34,67 %
d. Return On Total Asset -10,58 % 15,62 %
e. Basic Earning Power -10,58 % 20,68 %
f. Contribution Margin -102,98 % 13,98 %
4. AKTIVITAS ( % )
a. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over) 558,37 % 43,80 %
b. Recevabel Turn Over 986,99 % 550,96 %
c. Fixed Asset Turn Over 37,28 % 49,72 %
d. Total Asset Turn Over 10,27 % 10,27 %
5. PERTUMBUHAN ( % )
a. Kenaikan Penjualan 2487,83 %
b. Kenaikan Laba Bersih -451,26 %
Sumber : Hasil Olahan Data, tahun 2010
62
Dari hasil analisis yang disajikan pada table 5.2 diatas, dapat diketahui
perbandingan angka rasio keuangan PT Pukati Pelangi Bahana Agropolitan
pada tahun 2008 dan tahun 2009 sebagai berikut :
1. Rasio Likuiditas
a. Rasio Lancar
Angka rasio lancar pada tahun 2008 sebesar 1789,55% dan
pada tahun 2009 sebesar 196,65 %. Hal ini berarti terjadi penurunan
rasio lancar sebesar 1592,90 %.
b. Rasio Cepat
Angka rasio cepat pada tahun 2008 yaitu sebesar 1266,26 %
dan pada tahun 2009 yaitu sebesar 143,77 %. Hal ini berarti terjadi
penurunan rasio cepat sebesar 1122,49 %.
c. Rasio Kas Atas Aktiva Tetap
Angka rasio Kas atas Aktiva Tetap pada tahun 2008 yaitu
sebesar 0,04 % dan pada tahun 2009 yaitu sebesar 0,02 %. Hal ini
berarti terjadi penurunan rasio kas atas aktiva tetap sebesar 0,02 %.
d. Rasio Kas Atas Hutang Lancar
Angka rasio Kas atas Hutang Lancar pada tahun 2008 yaitu
sebesar 0,23 % dan pada tahun 2009 yaitu sebesar 0,03 %. Hal ini
berarti terjadi penurunan rasio kas atas hutang lancar sebesar 0,20 %.
e. Rasio Aktiva Lancar dan Total Aktiva
Angka rasio Aktiva Lancar dan Total Aktiva pada tahun 2008
yaitu sebesar 60,72 % dan pada tahun 2009 yaitu sebesar 86,11 %. Hal
63
ini berarti terjadi kenaikan rasio aktiva lancar dan total aktiva sebesar
25,39 %.
f. Rasio Aktiva Lancar dan Total Hutang
Angka rasio Aktiva Lancar dan Total Hutang pada tahun 2008
yaitu sebesar 1789,55 % dan pada tahun 2009 sebesar 196,65 %. Hal
ini berarti terjadi penurunan rasio aktiva lancar dan total hutang
sebesar 1592,90 %.
2. Rasio Solvabilitas
a. Rasio Hutang Atas Modal
Angka rasio Hutang atas Modal pada tahun 2008 yaitu sebesar
3,17 %, dan pada tahun 2009 yaitu sebesar 97,21 %. Hal ini berarti
terjadi kenaikan rasio hutang atas modal sebesar 94,04 %.
b. Rasio Pelunasan Hutang (Debt Service Ratio)
Angka rasio Pelunasan Hutang pada tahun 2008 yaitu sebesar
minus 259,63 % dan pada tahun 2009 yaitu sebesar 195,28 %. Hal ini
berarti terjadi kenaikan rasio pelunasan hutang sebesar 454,91 %.
c. Rasio Hutang Atas Total Aktiva
Angka rasio Hutang atas Total Aktiva pada tahun 2008 yaitu
sebesar 3,17 % dan pada tahun 2009 yaitu sebesar 97,21 %. Hal ini
berarti terjadi kenaikan rasio hutang atas total aktiva sebesar 94,04 %.
64
3. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas
a. Rasio Margin Laba (Profit Margin)
Angka rasio Margin Laba pada tahun 2008 yaitu sebesar
14,59% dan pada tahun 2009 yaitu sebesar minus 6,33 %. Hal ini
berarti telah terjadi penurunan pada rasio margin laba sebesar 20,92 %.
b. Asset Turn Over Ratio (Return On Asset)
Angka Asset Turn Over Ratio pada tahun 2008 yaitu sebesar
0,10 % dan pada tahun 2009 yaitu sebesar 111,72 %. Hal ini berarti
telah terjadi kenaikan Asset Turn Over Ratio sebesar 101,45 %.
c. Return On Investment Ratio (Return on Equity)
Angka Return On Investment Ratio pada tahun 2008 yaitu
sebesar minus 9,87 % dan pada tahun 2009 yaitu sebesar 34,67 %. Hal
ini berarti telah terjadi kenaikan Return On Investmen Ratio sebesar
44,54 %.
d. Return On Total Asset Ratio
Angka Return On Total Asset Ratio pada tahun 2008 yaitu
minus 10,58 % dan pada tahun 2009 yaitu sebesar 15,62 %. Hal ini
berarti telah terjadi kenaikan Return On Total Asset Ratio sebesar
26,20%.
e. Basic Earning Power
Angka Basic Earning Power Ratio pada tahun 2008 yaitu
sebesar minus 10,58 % dan pada tahun 2009 yaitu sebesar 20,68 %.
65
Hal ini berarti telah terjadi kenaikan Basic Earning Power Ratio
sebesar 31,26 %.
f. Contribution Margin Ratio
Angka Contribution Margin Ratio pada tahun 2008 yaitu
sebesar minus 102,98 % dan pada tahun 2009 yaitu sebesar 13,98 %.
Hal ini berarti telah terjadi kenaikan Contribution Margin Ratio
sebesar 116,96 %.
4. Rasio Aktivitas
a. Ratio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Angka Rasio Perputaran Persediaan pada tahun 2008 yaitu
sebesar 558,37 % dan pada tahun 2009 yaitu sebesar 43,80 %. Hal ini
berarti telah terjadi penurunan rasio perputaran persediaan sebesar
514,57 %
b. Recevabel Turnover Ratio
Angka Recevabel Turnover Ratio pada tahun 2008 yaitu
sebesar 986,99 % dan pada tahun 2009 yaitu sebesar 550,96 %. Hal ini
berarti telah terjadi penurunan Recevabel Turnover Ratio sebesar
436,03 %.
c. Fixed Asset Turnover
Angka Fixed Asset Turnover Ratio pada tahun 2008 yaitu
sebesar 37,28 % dan pada tahun 2009 yaitu sebesar 49,72 %. Hal ini
berarti telah terjadi kenaikan Fixed Asset Turnover Ratio yang sangat
tajam sebesar 12,44 %.
66
d. Total Asset Turnover Ratio
Angka Total Asset Turnover Ratio pada tahun 2008 yaitu
sebesar 10,27 % dan pada tahun 2009 yaitu sebesar 111,72 %. Hal ini
berarti telah terjadi kenaikan Total Asset Turnover Ratio sebesar
101,45 %.
5. Rasio Pertumbuhan
a. Rasio Kenaikan Penjualan
Angka rasio kenaikan penjualan dari tahun 2008 ke tahun 2009
yaitu sebesar 2487,83 %.
b. Kenaikan Laba Bersih
Angka rasio kenaikan laba bersih dari tahun 2008 ke tahun
2009 yaitu sebesar minus 451,26 %.
Dari hasil analisis data tersebut, maka dapat disajikan perbandingan
angka rasio pada tahun 2008 dengan tahun 2009 seperti terlihat pada tabel 5.3.
sebaga berikut :
67
Tabel 5.3. Perbandingan Angka Rasio tahun 2008 dan tahun 2009
Naik (N), Turun (T) dan Sama Dengan (=)
Indikator Perbandingan Nilai Perubahan
1. LIKUIDITAS ( % )
a. Rasio Lancar Turun 1592,90 %
b. Rasio Cepat Turun 1122,49 %
c. Rasio Kas Atas Aktiva Tetap Turun 0,02 %
d. Rasio Kas Atas Hutang Lancar Turun 0,20 %
e. Rasio Aktiva Lancar dan Total Aktiva Naik 25,39 %
f. Rasio Aktiva Lancar dan Total Hutang Turun 1592,90 %
2. SOLVABILITAS ( % )
a. Rasio Hutang Atas Modal Naik 94,04 %
b. Rasio Pelunasan Hutang Naik 454,91 %
c. Rasio Hutang Atas Aktiva Naik 94,04 %
3. RENTABILITAS ( % )
a. Margin Laba Turun 20,92 %
b. Asset Turn Over (Return On Asset) Naik 101,45 %
c. Return On Investment (Return On Equity) Naik 44,54 %
d. Return On Total Asset Naik 26,20 %
e. Basic Earning Power Naik 31,26 %
f. Contribution Margin Naik 116,96 %
4. AKTIVITAS ( % )
a. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over) Turun 514,57 %
b. Recevabel Turn Over Turun 436,03 %
c. Fixed Asset Turn Over Naik 12,44 %
d. Total Asset Turn Over Naik 101,45 %
5. PERTUMBUHAN ( % )
a. Kenaikan Penjualan Naik 24,88 %
b. Kenaikan Laba Bersih Naik -4,51 %
Sumber : Hasil Olahan Data, Tahun 2010
68
D. Pembahasan
Untuk melakukan analisis kinerja keuangan PT. Pukati Pelangi Bahana
Agropolitan digunakan analisis rasio keuangan. Adapun rasio-rasio yang
dianalisis dikelompokkan menjadi 5 (lima) kelompok rasio keuangan, yaitu :
rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas, rasio aktivitas dan rasio
pertumbuhan.
1. Rasio Likuiditas
a. Rasio Lancar
Rasio Lancar merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan
kewajiban lancar. Semakin tinggi rasio lancar berarti semakin baik
likuiditas perusahaan dalam arti kemampuan untuk membayar
kewajiban jangka pendek semakin baik. Angka rasio lancar pada tahun
2008 sebesar 1789,55%, artinya perusahaan mampu untuk
mengembalikan kewajiban jangka pendek karena aktiva lancar jauh
lebih besar dari kewajiban jangka pendeknya.
Pada tahun 2009 angka rasio lancar yang diperoleh sebesar
196,65%, artinya perusahaan masih mampu untuk mengembalikan
kewajiban jangka pendek karena aktiva lancar juga masih lebih besar
dari kewajiban jangka pendeknya. Aktiva lancar perusahaan meningkat
akan tetapi peningkatan aktiva lancar diikuti juga oleh kewajiban
lancar yang meningkat pula, sehingga rasio lancar perusahaan
mengalami penurunan, yaitu sebesar 1592,90%. Rasio Lancar
mengalami penurunan berarti perbandingan antara aktiva lancar dan
69
kewajiban lancar menurun atau kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban jangka pendek kurang baik. Jika Rasio Lancar
ditingkatkan akan mengakibatkan peningkatan kinerja keuangan
perusahaan dan sebaliknya bila Rasio Lancar menurun akan
menyebabkan juga penurunan kinerja keuangan perusahaan.
b. Rasio Cepat
Rasio Cepat merupakan perbandingan antara jumlah aktiva
lancar dikurangi persediaan dengan jumlah kewajiban lancar.
Persediaan biasanya dianggap merupakan asset yang paling tidak
likuid, ketidaklikuidan ini berkaitan dengan semakin panjangnya tahap
yang dilalui untuk sampai menjadi kas (yang berarti waktu yang
diperlukan untuk menjadi kas semakin lama), dan juga karena adanya
ketidakpastian nilai persediaan. Angka rasio cepat pada tahun 2008
sebesar 1266,26% dan pada tahun 2009 sebesar 143,77%, artinya rasio
cepat perusahaan mengalami penurunan yaitu sebesar 1122,49%.
Perusahaan masih mampu untuk mengembalikan kewajiban jangka
pendek karena aktiva lancar setelah dikurangi persediaan juga masih
lebih besar dari kewajiban jangka pendeknya. Hal ini menunjukkan
bahwa adanya kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban
jangka pendek yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia,
efek/surat berharga dan piutang yang dapat segera diuangkan/likuid,
sehingga resiko likuiditas dapat dikurangi dan kepercayaan pasar
terhadap perusahaan akan lebih baik.
70
c. Rasio Kas Atas Aktiva Lancar
Rasio Kas Atas Aktiva Lancar merupakan perimbangan antara
jumlah kas dibagi dengan jumlah aktiva lancar. Angka rasio Kas Atas
Aktiva Lancar pada tahun 2008 sebesar 0,04 % dan pada tahun 2009
sebesar 0,02%, artinya rasio Kas Atas Aktiva Lancar perusahaan
mengalami penurunan yaitu sebesar 0,02%. Hal ini disebabkan adanya
ketidakseimbangan kenaikan jumlah kas dibandingkan jumlah aktiva
lancar.
d. Rasio Kas Atas Hutang Lancar
Rasio Kas Atas Hutang Lancar merupakan perbandingan antara
jumlah kas dibagi dengan jumlah hutang lancar. Hasil analisis
menunjukkan bahwa kemampuan untuk membayar hutang yang segera
harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan mengalami
penurunan. Angka rasio Kas Atas Hutang Lancar pada tahun 2008
sebesar 0,23% dan pada tahun 2009 sebesar 0,03%, artinya rasio Kas
Atas Hutang Lancar perusahaan mengalami penurunan yaitu sebesar
0,20%. Hal ini disebabkan adanya peningkatan yang sangat tajam
jumlah hutang lancar per 31 desember 2008 sebesar 158.277.138 naik
sebesar 4.702.043.456 dibandingkan posisi per 31 Desember 2009
sebesar 4.860.320.594.
e. Rasio Aktiva Lancar dan Total Aktiva
Rasio Aktiva Lancar dan Total Aktiva merupakan
perbandingan antara aktiva lancar dengan total aktiva. Hasil analisis
71
menunjukkan bahwa angka rasio aktiva lancar dan total aktiva pada
tahun 2008 sebesar 60,72 % dan pada tahun 2009 sebesar 86,11 %. Hal
ini berarti telah terjadi kenaikan angka rasio sebesar 25,39 %. Jadi
jumlah total aktiva mengalami peningkatan yang juga dibarengi oleh
meningkatnya jumlah aktiva lancar. Dengan meningkatnya rasio aktiva
lancar dan total aktiva akan memudahkan perusahaan mengembangkan
usaha dan memenuhi permintaan pasar. Usaha yang semakin
berkembang akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
f. Rasio Aktiva Lancar dan Total Hutang
Rasio Aktiva Lancar dan Total Hutang merupakan
perbandingan antara aktiva lancar dengan total hutang. Hasil analisis
menunjukkan bahwa angka rasio aktiva lancar dan total hutang pada
tahun 2008 sebesar 1789,55 % dan pada tahun 2009 sebesar 196,65 %.
Hal ini berarti telah terjadi penurunan angka rasio sebesar 1592,90 %.
Namun demikian perusahaan mampu untuk membayar total hutang
dari aktiva lancar, karena jumlah aktiva lancar jauh lebih besar dari
total hutangnya.
Secara umum Rasio Likuiditas perusahaan mengalami penurunan.
Hampir seluruh indikator pada rasio likuiditas mengalami penurunan,
kecuali pada rasio aktiva lancar atas total aktiva yang mengalami kenaikan
angka rasio sebesar 25,39 %. Penurunan tertinggi terjadi pada rasio lancar
dan rasio aktiva lancar atas total hutang sebesar 1592,90 %. Hal ini
disebabkan karena pada kedua rasio ini memiliki angka perbandingan yang
72
sama. Diikuti penurunan pada rasio cepat sebesar 1266,26 %, kemudian
rasio kas atas hutang lancar sebesar 0,20 % dan rasio kas atas aktiva lancar
sebesar 0,02 %.
Dengan demikian berdasarkan hipotesis pertama yang menyatakan
bahwa kinerja keuangan pada Tingkat Rasio Likuiditas PT. Pukati Pelangi
Bahana Agropolitan (PPAB) terjadi penurunan dapat diterima atau
terbukti.
2. Rasio Solvabilitas
a. Rasio Hutang Atas Modal
Rasio Hutang Atas Modal merupakan ukuran yang
digunakan untuk melihat besarnya hutang
dibandingkan dengan modal sendiri. Makin besar rasio
hutang atas modal berarti makin besar jumlah hutang
yang digunakan untuk membelanjai aktiva perusahaan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa angka rasio hutang atas modal pada
tahun 2008 sebesar 3,17 % dan pada tahun 2009 sebesar 97,21 %. Hal
ini berarti telah terjadi kenaikan angka rasio sebesar 94,04 %, yang
artinya perusahaan mengalami penurunan kinerja keuangan dimana
jumlah total hutang pada tahun 2008 sebesar 158.277.138 naik sebesar
4.702.043.456 dibandingkan pada tahun 2009 sebesar
4.860.320.594, yang diambil dari jumlah modal yang sama pada tahun
2008 dan 2009 sebesar 5.000.000.000.
73
b. Rasio Pelunasan Hutang (Debt Service Ratio)
Rasio Pelunasan Hutang yaitu laba bersih setelah dikurangi
bunga dan penyusutan serta beban non kas dibagi dengan pembayaran
bunga dan pinjaman. Jika angka rasio pelunasan hutang
besar maka laba bersih perusahaan memiliki
kemampuan untuk melunasi hutang yaitu dari bunga
dan pinjaman, sedangkan jika angka rasio pelunasan
hutang kecil maka hutang perusahaan makin kecil dan
laba bersih akan semakin meningkat. Hasil analisis
menunjukkan bahwa angka rasio pada tahun 2008 sebesar minus
259,63 % dan pada tahun 2009 sebesar 195,28 %. Hal ini berarti telah
terjadi kenaikan angka rasio sebesar 454,91 %.
c. Rasio Hutang Atas Aktiva
Rasio Hutang Atas Aktiva merupakan perbandingan antara
jumlah total hutang dibagi dengan jumlah total aktiva. Hasil analisis
menunjukkan bahwa angka rasio hutang atas aktiva pada tahun 2008
sebesar 3,39 % dan pada tahun 2009 sebesar 43,79 %, artinya rasio
hutang atas aktiva perusahaan mengalami kenaikan yaitu sebesar
40,40%. Hal ini disebabkan adanya peningkatan jumlah total aktiva
yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan pada jumlah total
hutang, sehingga perusahaan memiliki kemampuan yang cukup besar
untuk menutupi jumlah hutang dari jumlah aktiva.
74
Hasil analisis pada Rasio Solvabilitas perusahaan mengalami
kenaikan pada seluruh indikator. Kenaikan tertinggi terjadi pada rasio
pelunasan hutang yaitu sebesar 454,91 %, kemudian diikuti kenaikan pada
rasio hutang atas modal sebesar 94,04 %, dan kenaikan rasio hutang atas
aktiva yaitu sebesar 40,40 %
Dengan demikian berdasarkan hipotesis kedua yang menyatakan
bahwa kinerja keuangan pada Tingkat Rasio Solvabilitas PT. Pukati
Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB) terjadi penurunan tidak dapat
diterima atau tidak terbukti, dan untuk itu menerima hipotesis alternatif
yang menyatakan bahwa Rasio Solvabilitas PT. Pukati Pelangi Bahana
Agropolitan (PPAB) mengalami kenaikan.
3. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas
a. Rasio Margin Laba (Profit Margin)
Rasio Margin Laba (Profit Margin) merupakan perbandingan
antara laba bersih dengan penjualan. Profit Margin merupakan ukuran
untuk mengukur efisiensi terhadap omset penjualan, dengan kata lain
sampai seberapa besar keuntungan yang diterima dibandingkan dengan
omset penjualan yang dapat diraih, makin tinggi rasio ini maka makin
efisien usaha yang dilakukan dari penjualan pada konsumen. Dari hasil
analisis menunjukkan terjadi penurunan sebesar 20,92 % yaitu dimana
pada tahun 2008 angka rasio yang diperoleh sebesar 14,59 % menurun
menjadi minus 6,33 % pada tahun 2008. Hal ini disebabkan terjadinya
75
penurunan laba bersih yang diperoleh dibandingkan kenaikan
penjualan yang dialami perusahaan.
b. Asset Turn Over Ratio (Return On Asset)
Asset Turn Over Ratio (Return On Asset) merupakan
perbandingan antara jumlah penjualan bersih dibagi dengan total
aktiva. Hasil analisis menunjukkan bahwa angka rasio yang diperoleh
pada tahun 2008 yaitu sebesar 10,27 % dan pada tahun 2009 sebesar
111,72 %, artinya penjualan bersih atas aktiva perusahaan mengalami
kenaikan sebesar 101,45 %. Hal ini berarti terjadi perputaran nilai
aktiva yang sangat cepat dari volume penjualan perusahaan.
c. Return On Investment Ratio (Return OnEquity)
Return On Investment Ratio (Return OnEquity) merupakan
perbandingan antara jumlah laba bersih dibagi dengan jumlah modal.
Hasil analisis menunjukkan bahwa angka rasio pada tahun 2008
sebesar minus 9,87 % dan pada tahun 2009 sebesar 34,67 %. Hal ini
berarti telah terjadi kenaikan angka rasio sebesar 44,54 %. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan memperoleh peningkatan laba bersih
dari jumlah modal yang sama yang dimiliki perusahaan.
d. Return On Total Asset Ratio
Return On Total Asset Ratio merupakan perbandingan antara
jumlah laba bersih dengan total asset yang dimiliki perusahaan. Hasil
76
analisis menunjukkan bahwa angka rasio pada tahun 2008 sebesar
minus 10,58 % dan pada tahun 2009 sebesar 15,62 %. Hal ini berarti
telah terjadi kenaikan angka rasio sebesar 26,20 %. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan memperoleh peningkatan laba bersih
diukur dari jumlah total aset dimiliki perusahaan yang juga mengalami
kenaikan.
e. Basic Earning Power Ratio
Basic Earning Power Ratio merupakan perbandingan antara
jumlah laba sebelum pajak dengan total ativa yang dimiliki
perusahaan. Hasil analisis menunjukkan bahwa angka rasio pada tahun
2008 sebesar minus 10,58 % dan pada tahun 2009 sebesar 20,68 %.
Hal ini berarti telah terjadi kenaikan angka rasio sebesar 31,26 %. Hal
ini menunjukkan bahwa perusahaan memperoleh peningkatan laba
bersih diukur dari laba yang dipengaruhi pajak setelah dibagi dengan
jumlah total aktiva dimiliki perusahaan.
f. Contribution Margin Ratio
Contribution Margin Ratio merupakan perbandingan antara
laba kotor dengan jumlah penjualan. Rasio ini untuk mengukur
efisiensi terhadap laba setelah digunakan untuk menutupi biaya-biaya
tetap atau biaya operasional lainnya dari hasil penjualan, makin tinggi
rasio ini maka makin efisien usaha yang dilakukan.. Dari hasil analisis
menunjukkan terjadi kenaikan angka rasio sebesar 116,96 % yaitu
dimana pada tahun 2008 angka rasio yang diperoleh sebesar minus
77
102,98 % naik menjadi 13,98 % pada tahun 2009. Hal ini disebabkan
karena perbandingan kenaikan yang begitu tajam antara laba kotor
dibandingkan dengan kenaikan jumlah penjualan.
Secara umum Rasio Rentabilitas/Profitabilitas perusahaan
mengalami kenaikan. Hampir seluruh indikator pada rasio
Rentabilitas/Profitabilitas mengalami kenaikan, kecuali pada rasio Margin
Laba (Profit Margin) mengalami penurunan sebesar 20,92 %. Kenaikan
tertinggi terjadi pada Contribution Margin Ratio yaitu sebesar 116,96 %,
dan diikuti kenaikan pada Asset Turn Over Ratio (Return On Asset)
sebesar 101,45 %, kemudian kenaikan Return On Investment Ratio
(Return On Equity) sebesar 44,54 %, kenaikan Basic Earning Power Ratio
sebesar 31,26 % dan kenaikan Return On Total Asset Ratio yaitu sebesar
26,20 %.
Dengan demikian berdasarkan hipotesis ketiga yang menyatakan
bahwa kinerja keuangan pada Tingkat Rasio Rentabilitas/Profitabilitas PT.
Pukati Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB) terjadi penurunan tidak dapat
diterima atau tidak terbukti, dan untuk itu menerima hipotesis alternatif
yang menyatakan bahwa Rasio Rentabilitas/Profitabilitas PT. Pukati
Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB) mengalami kenaikan.
4. Rasio Aktivitas
a. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over) merupakan
perbandingan antara jumlah harga pokok penjualan dengan jumlah
78
persediaan barang yang dimiliki perusahaan. Hasil analisis
menunjukkan bahwa angka rasio pada tahun 2008 sebesar 558,37 %
dan pada tahun 2009 sebesar 43,80 %, artinya telah terjadi penurunan
angka rasio sebesar 514,57 %. Penurunan pengelolaan perputaran
persediaan yang cukup tinggi ini mengindikasikan bahwa semakin
rendahnya persediaan berputar dan menandakan tidak tercapainya
efektivitas pengendalian persediaan serta manajemen persediaan yang
tidak baik.
b. Receivable Turn Over Ratio
Receivable Turn Over Ratio merupakan perbandingan antara
jumlah penjualan kredit bersih dengan jumlah piutang perusahaan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa angka rasio pada tahun 2008
sebesar 986,99 % dan pada tahun 2009 sebesar 550,96 %, artinya telah
terjadi penurunan angka rasio sebesar 436,03 %. Meskipun telah
terjadi penurunan, perusahaan melakukan penagihan piutang dengan
cepat karena masih memperoleh angka rasio yang cukup tinggi.
c. Fixed Asset Turn Over Ratio
Fixed Asset Turn Over Ratio merupakan perbandingan antara
jumlah penjualan dengan jumlah aktiva tetap. Hasil analisis
menunjukkan bahwa angka rasio pada tahun 2008 sebesar 37,28 % dan
pada tahun 2009 sebesar 49,72 %, artinya telah terjadi kenaikan angka
rasio sebesar 12,44 %. Ini mengindikasikan bahwa perusahaan
berkemampuan menghasilkan penjualan yang relatif tinggi, hal ini
79
terlihat dari kenaikan angka rasio yang menggambarkan efektifitas
dalam penggunaan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan.
d. Total Asset Turn Over Ratio
Total Asset Turn Over Ratio merupakan perbandingan antara
penjualan dengan total asset. Hasil analisis menunjukkan bahwa angka
rasio pada tahun 2008 sebesar 10,27 % dan pada tahun 2009 sebesar
111,72 %, artinya telah terjadi kenaikan angka rasio sebesar 101,45%.
Peningkatan terhadap Total Asset Turn Over Ratio berarti bahwa
perusahaan berkemampuan memutarkan dana yang tertanam dalam
keseluruhan asset/aktiva untuk menghasilkan pendapatan perusahaan
yang berasal dari pendapatan penjualan.
Rata-rata Rasio Aktivitas perusahaan mengalami penurunan.
sebesar 418,36 %. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan angka
rasio yang sangat tajam pada rasio perputaran persediaan dan diikuti
penurunan pada Receivable Turn Over Ratio sebesar 436,06 %,
dibandingkan dengan kenaikan angka rasio pada Fixed Asset Turn Over
Ratio sebesar 12,44 % dan kenaikan Total Asset Turn Over Ratio sebesar
101,45 %.
Dengan demikian berdasarkan hipotesis keempat yang menyatakan
bahwa kinerja keuangan pada Tingkat Rasio Aktivitas PT. Pukati Pelangi
Bahana Agropolitan (PPAB) terjadi penurunan dapat diterima atau
terbukti.
80
5. Rasio Pertumbuhan
a. Rasio Kenaikan Penjualan
Rasio Kenaikan Penjualan merupakan perbandingan antara
penjualan tahun ini dikurangi penjualan tahun lalu yang dibagi dengan
penjualan tahun lalu. Operasionalisasi perusahaan berjalan pada tahun
2008 sehingga penjualan perusahaan belum dapat dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Hasil analisis pada tahun 2009
menunjukkan kenaikan angka rasio kenaikan penjualan sebesar
2487,83%. Peningkatan terhadap Rasio Kenaikan Penjualan berarti
bahwa perusahaan mampu meningkatkan hasil penjualan perusahaan
dari tahun sebelumnya.
b. Rasio Kenaikan Laba Bersih
Rasio Kenaikan Laba Bersih merupakan perbandingan antara
laba bersih tahun ini dikurangi laba bersih tahun lalu yang dibagi
dengan laba bersih tahun lalu. Operasionalisasi perusahaan berjalan
pada tahun 2008 sehingga laba bersih perusahaan belum dapat
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hasil analisis pada tahun
2009 menunjukkan angka rasio sebesar 451,26 %. Hal ini disebabkan
karena telah terjadi kenaikan laba bersih perusahaan sebesar
81
2.226.819.644 yaitu dari minus 493.468.240 pada tahun 2008 menjadi
1.733.351.404 pada tahun 2009.
Secara umum Rasio Pertumbuhan perusahaan mengalami
kenaikan. Kedua indikator pada rasio pertumbuhan mengalami kenaikan.
Peningkatan rasio kenaikan penjualan perusahaan sebesar 2487,83 %
diikuti juga oleh kenaikan laba bersih perusahaan sebesar 451,26 %.
Dengan demikian berdasarkan hipotesis kelima yang menyatakan
bahwa kinerja keuangan pada Tingkat Rasio Pertumbuhan PT. Pukati
Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB) terjadi kenaikan dapat diterima atau
terbukti.
82
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Kinerja keuangan PT. Pukati
Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB) Gorontalo pada rasio likuiditas
mengalami penurunan. Seluruh indikator pada rasio ini terjadi penurunan,
kecuali pada rasio aktiva lancar atas total aktiva yang mengalami kenaikan
angka rasio sebesar 25,39 %. Penurunan tertinggi terjadi pada rasio lancar
dan rasio aktiva lancar atas total hutang sebesar 1592,90 %, disebabkan
karena pada kedua rasio ini memiliki angka perbandingan yang sama.
Diikuti penurunan pada rasio cepat sebesar 1266,26 %, kemudian rasio kas
atas hutang lancar sebesar 0,20 % dan rasio kas atas aktiva lancar sebesar
0,02 %. Hal ini disebabkan karena peningkatan aktiva lancar tidak
sebanding dengan peningkatan kewajiban lancar, peningkatan kas yang
tidak sebanding dengan peningkatan aktiva lancar dan juga peningkatan
kas tidak sebanding dengan peningkatan kewajiban lancar. Dengan
demikian berdasarkan hipotesis pertama yang menyatakan bahwa kinerja
keuangan pada Tingkat Rasio Likuiditas PT. Pukati Pelangi Bahana
Agropolitan (PPAB) terjadi penurunan dapat diterima atau terbukti.
83
2. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Kinerja keuangan PT. Pukati
Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB) Gorontalo pada rasio solvabilitas
mengalami peningkatan. Seluruh indikator pada Rasio ini mengalami
kenaikan. Kenaikan tertinggi terjadi pada rasio pelunasan hutang yaitu
sebesar 454,91 %, kemudian diikuti kenaikan pada rasio hutang atas modal
sebesar 94,04 %, dan kenaikan rasio hutang atas aktiva yaitu sebesar 40,40
%. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan jumlah hutang
dibandingkan dengan modal perusahaan yang jumlahnya tetap,
peningkatan laba bersih setelah dikurangi bunga dan penyusutan serta
beban non kas yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan
pembayaran bunga dan pinjaman, dan juga peningkatan total hutang lebih
kecil dibandingkan dengan peningkatan jumlah aktiva. Dengan demikian
berdasarkan hipotesis kedua yang menyatakan bahwa kinerja keuangan
pada Tingkat Rasio Solvabilitas PT. Pukati Pelangi Bahana Agropolitan
(PPAB) terjadi penurunan tidak dapat diterima atau tidak terbukti, dan
untuk itu menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa Rasio
Solvabilitas PT. Pukati Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB) mengalami
peningkatan.
3. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Kinerja keuangan PT. Pukati
Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB) Gorontalo pada rasio
rentabilitas/profitabitas mengalami peningkatan. Hampir seluruh indikator
pada rasio ini mengalami kenaikan, kecuali pada rasio Margin Laba (Profit
Margin) mengalami penurunan sebesar 20,92 %, disebabkan adanya
84
penurunan pendapatan bersih dibandingkan dengan jumlah penjualan yang
mengalami kenaikan. Kenaikan tertinggi terjadi pada Contribution Margin
Ratio yaitu sebesar 116,96 %, dan diikuti kenaikan pada Asset Turn Over
Ratio (Return On Asset) sebesar 101,45 %, kemudian kenaikan Return On
Investment Ratio (Return On Equity) sebesar 44,54 %, kenaikan Basic
Earning Power Ratio sebesar 31,26 % dan kenaikan Return On Total Asset
Ratio yaitu sebesar 26,20 %. Hal ini disebabkan karena adanya perputaran
aktiva yang cepat dalam mengasilkan laba, peningkatan laba bersih dari
modal yang tetap, peningkatan laba bersih yang dihasilkan dari total aset
perusahaan, peningkatan laba bersih sebelum pajak yang dihasilkan dari
total aktiva perusahaan, dan juga peningkatan kemampunan perusahaan
menutupi biaya-biaya operasional dari laba kotor hasil penjualan. Dengan
demikian berdasarkan hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa kinerja
keuangan pada Tingkat Rasio Rentabilitas/Profitabilitas PT. Pukati Pelangi
Bahana Agropolitan (PPAB) terjadi penurunan tidak dapat diterima atau
tidak terbukti, dan untuk itu menerima hipotesis alternatif yang
menyatakan bahwa Rasio Rentabilitas/Profitabilitas PT. Pukati Pelangi
Bahana Agropolitan (PPAB) mengalami peningkatan.
4. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Kinerja keuangan PT. Pukati
Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB) Gorontalo pada rasio Aktivitas
mengalami penurunan. Rata-rata Rasio Aktivitas perusahaan mengalami
penurunan. sebesar 418,36 %. Meskipun terjadi kenaikan angka rasio pada
Fixed Asset Turn Over Ratio sebesar 12,44 % dan kenaikan Total Asset
85
Turn Over Ratio sebesar 101,45 % tnamun tidak sebanding dengan
penurunan angka rasio yang sangat tajam pada rasio perputaran persediaan
sebesar 514,57 % dan diikuti penurunan pada Receivable Turn Over Ratio
sebesar 436,06 %,. Hal ini disebabkan adanya penurunan jumlah harga
pokok penjualan dibandingkan dengan jumlah persediaan barang yang
mengalami kenaikan dan peningkatan jumlah penjulan kredit yang tidak
sebanding dengan peningkatan rata-rata piutang perusahaan. Dengan
demikian berdasarkan hipotesis keempat yang menyatakan bahwa kinerja
keuangan pada Tingkat Rasio Aktivitas PT. Pukati Pelangi Bahana
Agropolitan (PPAB) terjadi penurunan dapat diterima atau terbukti.
5. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Kinerja keuangan PT. Pukati
Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB) Gorontalo pada rasio pertumbuhan
mengalami peningkatan. Kedua indikator pada rasio ini mengalami
kenaikan, peningkatan rasio kenaikan penjualan perusahaan sebesar
2487,83 % diikuti juga oleh kenaikan laba bersih perusahaan sebesar
451,26 %. Hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah penjualan
perusahaan sehingga laba bersih perusahaan juga mengalami kenaikan.
Dengan demikian berdasarkan hipotesis kelima yang menyatakan bahwa
kinerja keuangan pada Tingkat Rasio Pertumbuhan PT. Pukati Pelangi
Bahana Agropolitan (PPAB) terjadi peningkatan dapat diterima atau
terbukti.
86
B. Saran
1. Bahwa kinerja keuangan perusahaan PT. Pukati Pelangi Bahana
Agropolitan (PPAB) sangat ditentukan oleh seberapa besar tingkat rasio
Likuiditas, tingkat rasio Solvabilitas, tingkat rasio Rentabilitas, tingkat
rasio Aktivitas, dan tingkat rasio Pertumbuhan. Olehnya pihak perusahaan
harus dapat menjaga stabilitas rasio tersebut sehingga tidak terjadi
penurunan.
2. Agar PT. Pukati Pelangi Bahana Agropolitan (PPAB) dapat melakukan
diversifikasi usaha, sehingga dapat meningkatkan produktivitas usaha dan
pencapaian laba yang maksimal.
87
DAFTAR PUSTAKA
Andriyanto, W.A, 1998, "Penilaian Tingkat Kinerja BUMN", Antisipasi, Volume 2, Nomor 1, 135-159.
Brigham & Houston, 2006, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku 1, Edisi Kesepuluh, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
_______________, 2006, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku 2, Edisi Kesepuluh, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Gaffar, 1998, Pengaruh Kinerja Perusahaan terhadap Penetapan Price Earning Ratio Perdana Perusahaan Go Publik, Tesis Bandung.
Harahap Safri, Sofyan., 1993,. Teori Akuntansi, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Helfert Erich A, 1997, Teknik Analisis Keuangan, Edisi Kedelapan, Penerbit Erlangga, Jakarta
Husnan, Suad, 1998, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek), Buku Satu, Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta
___________, 1998, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek), Buku Dua, Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta
Husnan, Suad, & Pujiastuti, Enny, 1998, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku Satu, Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta
Jordan, Witt and Wilson,1996, "Modeling Water Utility Financial Performance", Water Resources Bulletin, volume32, No.1, 137-144.
Mahmudi, 2005, Manajemen Kinerja Sektor Publik, Penerbit Unit Akademi Manajeman Perusahaan YKPN.
Manullang, M. 2005, Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit Andi, Yogyakarta
Martono, Harjito,D Agus, 2005, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Ketiga, Penerbit Ekonosia, Yogyakarta
Margaretha Farah, 2004, Teori dan Aplikasi Manajemen Keuangan, Investasi dan Sumber Dana Jangka Pendek, Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta
88
Mulyadi, 2001, Akuntansi Manajemen, Edisi Tiga, Penerbit Salemba Empat Universitas Gaja Mada
Munawir S., 2004, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Penerbit Liberti, Yogyakarta
Mus, Abdul Rahman, 2007, Keputusan Manajemen Keuangan (Teori dan Aplikasi), Penerbit PT. Umithoha Ukhuwah Grafika, Makassar
Prastowo Dwi D, & Julianty Rifka, 2005, Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi Edisi Kedua, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta
Rahmawati Siti, 2004, Analisis Manajemen Struktur Modal Kerja Dan Likuiditas Pada PT INKA Madiun Periode 2000 -2004, Bandung
Riyanto, Bambang, 2000, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 4, Penerbit BPFE, Jogyakarta.
Sartono Agus, 2000, Dasar-Dasar Analisis Laporan Keuangan, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta
Sawir Agnes, 2001, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Cetakan Kedua, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Subardi, Agus, 1995, Manajemen Keuangan, Jilid 1, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta
Sutrisno, H, 2007, Manajemen Keuangan (Teori, Konsep dan Aplikasi), Cetakan kelima, Penerbit EKONISIA, Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta
Syamsuddin, Lukman, 2007, Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi Baru, Penerbit PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta
Umar, Husein, 2000, Research Methods in Finance and Banking, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Van Horne, James C, 2005, Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Weston, J. Fred & Copeland, Thomas E, 2000, Manajemen Keuangan, Edisi Revisi, Jilid 1, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.
Yuni Herawati, 2003, Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Koperasi Unit Desa di Kabupaten Malang, Malang
89