UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS BAGAN KLASIFIKASI ISLAM
T E S I S
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Humaniora (M.Hum)
YASSER ARAFAT
NPM 0906587376
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
PROGRAM MAGISTER ILMU PERPUSTAKAAN
DEPOK
JUNI 2011
ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa tesis
saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Indonesia kepada saya.
Jakarta, Juli 2011
Yasser Arafat
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Yasser Arafat
NPM : 0906587376
Tanda Tangan :
Tanggal : Juli 2011
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Humaniora
di bidang Ilmu Perpustakaan, Program Magister Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah
sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan
terima kasih kepada:
(1) DR. H. Zulfikar Zen, S.S., M.A., selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan tesis ini;
(2) Drs. H. Muh Kailani ER, MM dan Taufik Asmiyanto M.Si, selaku penguji yang
senantiasa memberikan bimbingan, arahan dan informasi kepada penulis dalam
penyusunan tesis ini;
(3) Fuad Gani, M.A., selaku Ketua Departemen Ilmu Perpustakaan sekaligus Dosen
Wali Akademik, serta seluruh staf Pengajar/Dosen pada Program Studi Ilmu
Perpustakaan, Program Magister Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas
Indonesia, semoga “benih pembelajaran” yang telah ditanamkan akan terus
tumbuh dan berkembang disetiap langkah kehidupan penulis;
(4) Drs. Andy Bahruddin Malik dan Faridah Aryani, orang tua penulis yang dengan
penuh ketulusan, keikhlasan dan kesabaran dalam mendidik penulis sedari kecil
hingga saat ini, serta untuk adinda tercinta Umayra, Lita dan Adam;
(5) Fadhilatul Hamdani dan Keluarga yang telah memberikan motivasi dan inspirasi
dalam penulisan tesis ini;
(6) Jiper’s Magister UI angkatan 2009. Sungguh berteman dan bersahabat dengan
kalian telah menggoreskan ukiran kehidupan yang terpatri dalam hati dan telah
memberikan warna bagi kehidupan penulis, semoga pertemanan dan persahabatan
kita dalam menimba ilmu tidak berakhir di sini;
vi
(7) Alumnus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Anak Kosan Ciputat), bersahabat
dengan kalian telah membuka mata dan hati penulis akan pentingnya sebuah
pendidikan dan kebersamaan.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.
Depok, Juli 2011
Penulis
vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Nama : Yasser Arafat
NPM : 0906587376
Program Studi : S-2 Ilmu Perpustakaan
Departemen : Ilmu Informasi dan Perpustakaan
Fakultas : Ilmu Pengetahuan Budaya
Jenis karya : Tesis
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Analisis Bagan Klasifikasi Islam,
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 22 Juni 2011
Yang menyatakan,
(Yasser Arafat)
viii
ABSTRAK
Nama : Yasser Arafat
Program Studi : S-2 Ilmu Perpustakaan
Judul : Analisis Bagan Klasifikasi Islam
Tesis ini menganalisis subjek Islam dalam berbagai bagan klasifikasi yaitu SKI
Depag tahun 2003, DDC edisi 22, dan IOCS Ziauddin Sardar. Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui perbandingan taksonomi ilmu pengetahuan Islam antara SKI
Depag dengan bagan Klasifikasi Islam DDC; SKI Depag dengan Islam: Outline of a
Classification Scheme; Bagan Klasifikasi Islam DDC dengan Islam: Outline of a
Classification Scheme; dan menganalisis ketiga bagan tersebut. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian komparatif. Berdasarkan
hasil penelitian diketahui perbedaan penggunaan notasi dasar, redakasi faset,
pembagian cabang ilmu pengetahuan Islam ke dalam kelas utama, pengelompokan
kelas, dan tata urut faset pada ketiga bagan tersebut. Terdapat persamaan, yaitu
mempunyai perhatian terhadap keilmuan Islam. Selain itu, terdapat kelebihan dan
kelemahan pada ketiga bagan klasifikasi Islam tersebut.
Kata kunci:
Klasifikasi Islam, Islam, DDC.
ix
ABSTRACT
Name : Yasser Arafat
Study Program : Magister Library Science
Title : Classification Sheme Analysis of Islam
This research analyzed subject of Islam in a variety of classification scheme, this is
System Classification of Islam Departement of Religion (2003), DDC in 22th
edition,
and IOCS (Ziaudin Sardar). The research purpose is to know taxonomy camparison
from Islamic Science between Sytem Classification of Islam Ministry of Religion
with Islamic Scheme of DDC in 22th
edition, Sytem Classification of Islam Ministry
of Religion dengan Islam: Outline of a Classification Scheme”, Islamic Scheme of
DDC in 22th
edition between Islam: Outline of a Classification Scheme, and analized
three of scheme. This research use quantitative approach with comparative research.
Based of research was known the diffrences of basic notation, facet editorial,
distribution the branch of Islamic Science in Main Class, grouping of class, fequential
order of facet of the three scheme. The are is have attention to Islamic Knowledge.
Further more, there are surplus and minus at three scheme of Islam Classification.
Key word:
Islam Classification, Islam, DDC.
.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ..................................... ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
1. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
1.5 Batasan Penelitan .................................................................................. 5
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 6
2.1 Organisasi informasi di perpustakaan .................................................... 6
2.1.1 Pengatalogan Deskriptif ............................................................... 7
2.1.2 Pengatalogan Subjek .................................................................... 7
2.2 Pengertian Klasifikasi ........................................................................... 8
2.2.1 Tujuan Klasifikasi ......................................................................... 10
2.2.2 Manfaat Klasifikasi ....................................................................... 11
2.3 Bagan Klasifikasi .................................................................................. 11
2.3.1 Agama Islam dalam Bagan Klasifikasi Islam DDC ....................... 15
2.3.2 Islam Outline of a Classification Scheme (Ziauddin Sardar) .......... 18
2.3.4 Adaptasi dan Perluasan DDC seksi Islam di Indonesia .................. 21
2.4 Ilmu Pengetahuan Islam......................................................................... 25
2.4.1 Pengertian ..................................................................................... 25
2.4.2.Sumber Hukum Islam ................................................................... 25
2.4.3 Pilar-Pilar Islam ............................................................................ 26
2.4.4 Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam ........................................ 26
xi
3. METODE PENELITIAN .......................................................................... 29
3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................ 29
3.2 Jenis Penelitian ...................................................................................... 29
3.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ................................................. 29
3.4 Instrumen Penelitian .............................................................................. 29
3.5 Teknik Analisa Data .............................................................................. 30
3.5 Interpretasi Data dan Kesimpulan .......................................................... 31
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 32
4.1 Perbandingan Bagan Klasifikasi Islam ....................................................... 32
4.1.1 Perbandingan Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan
DDC seksi Islam dengan Bagan Klasifikasi Islam DDC ................... 32
4.1.2 Perbandingan Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC
seksi Islam dengan Islam: Outline of a Classification Scheme ......... 41
4.1.3 Perbandingan Bagan Klasifikasi Islam DDC dengan Islam: Outline
of a Classification Scheme ................................................................ 47
4.2 Analisis Bagan Klasifikasi Islam ................................................................ 55
4.2.1 Analsis Bagan Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan
DDC seksi Islam .............................................................................. 55
4.2.2 Analisis Bagan Klasifikasi Islam DDC ............................................. 49
4.2.3 Analisis Islam: Outline of a Classification Scheme ........................... 51
5. PENUTUP ................................................................................................. 59
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 59
5.2 Saran .................................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 61
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Formulir Isian 30
Tabel 4.1 Perbandingan Bagan SKI Depag dengan Bagan Klasifikasi
Islam DDC 32
Tabel 4.2 Perbandingan Faset Al-Qur’an SKI Depag dengan Bagan
Klasifikasi Islam DDC 34
Tabel 4.3 Perbandingan Faset Hadis SKI Depag dengan Bagan
Klasifikasi Islam DDC 35
Tabel 4.4 Perbandingan Faset Aqaid dan Ilmu Kalam SKI Depag
dengan Bagan Klasifikasi Islam DDC 37
Tabel 4.5 Perbandingan Faset Ibadah Islam SKI Depag dengan Bagan
Klasifikasi Islam DDC 38
Tabel 4.6 Perbandingan Faset Sekte dan Gerakan Pembaharuan dalam Islam
SKI Depag dengan Bagan Klasifikasi Islam DDC 40
Tabel 4.7 Perbandingan bagan SKI Depag dengan Islam: Outline of a
Classification Scheme 41
Tabel 4.8 Perbandingan Faset Islam (Umum) dengan Islam: Outline of a
Classification Scheme 43
Tabel 4.9 Perbandingan Faset Al-Qur’an dalam SKI Depag dengan Islam:
Outline of a Classification Scheme 43
Tabel 4.10 Perbandingan Faset Hadis SKI Depag dengan Islam: Outline
of a Classification Scheme 45
Tabel 4.11 Perbandingan Faset Aqaid dan Ilmu Kalam dengan Islam: Outline
of a Classification Scheme 46
Tabel 4.12 Perbandingan Faset Filsafat SKI Depag dengan Islam: Outline
of a Classification Scheme 47
Tabel 4.13 Perbandingan Faset Ibadah SKI Depag dengan Islam: Outline
of a Classification Scheme 48
Tabel 4.14 Perbandingan bagan DDC dengan Islam: Outline of a
Classification Scheme 50
Tabel 4.15 Perbandingan Faset Al-Qur’an Bagan Klasifikasi Islam DDC
dengan Islam: Outline of a Classification Scheme 51
Tabel 4.16 Perbandingan Faset Hadis Bagan Klasifikasi Islam DDC
dengan Islam: Outline of a Classification Scheme 52
Tabel 4.17 Perbandingan Faset Akidah Bagan Klasifikasi Islam DDC dengan
Islam: Outline of a Classification Scheme 53
Tabel 4.18 Perbandingan Faset Ibadah Bagan Klasifikasi Islam DDC dengan
Islam: Outline of a Classification Scheme 54
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Diagram Sistem Informasi ......................................................... 6
1
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fungsi utama setiap perpustakaan adalah menyediakan dan menyampaikan
informasi yang terdapat dalam koleksinya kepada para pemakai (pemustaka) yang
membutuhkannya (Somadikarta, 1981). Perpustakaan mengelola berbagai jenis
koleksinya menurut tata urut tertentu sebelum disebarluaskan kepada pemustaka.
Perlunya pengelolaan informasi di perpustakaan menurut Taylor (1999) adalah
untuk temu kembali informasi. Rowley (1992) menyatakan bahwa kegiatan
klasifikasi bahan pustaka merupakan bagian dari kegiatan katalogisasi yang
bertujuan mempermudah sistem temu kembali informasi.
Dalam kegiatan klasifikasi, setelah menganalisa ciri isi atau subjek suatu
dokumen, selanjutnya adalah memberikan kode atau simbol untuk subjek tersebut.
Lancaster (1975) menyebut kegiatan ini sebagai penerjemahan hasil analisis ke
dalam bahasa indeks. Bahasa indeks dimaksud berupa notasi verbal atau huruf-
huruf, angka-angka atau gabungan dari keduanya. Salah satu bahasa indeks yang
digunakan untuk menerjemahkan hasil dari kegiatan analisis subjek adalah bagan
atau skema klasifikasi. Bagan klasifikasi merupakan daftar atau kumpulan subjek-
subjek ilmu pengetahuan yang dilengkapi dengan notasi. Terdapat banyak bagan
klasifikasi yang digunakan untuk keperluan pengelompokan bahan pustaka di
perpustakaan seperti Dewey Decimal Classification (DDC), Universal Decimal
Classification (UDC), Colon Classification (CC), Library of Congress
Classification (LCC) dan lain sebagainya. Bagan klasifikasi tersebut merupakan
bagan umum yang mencakup berbagai subjek atau beragam disiplin ilmu.
Dari berbagai bagan klasifikasi tersebut, terdapat dua bagan klasifikasi
paling banyak digunakan di dunia yaitu DDC dan UDC. DDC merupakan bagan
klasifikasi hirarki yang menganut prinsip “desimal” dalam pengelompokan ilmu
pengetahuan. Sedangkan, UDC merupakan adaptasi dari DDC, karena pembagian
kelas utama UDC tidak jauh berbeda dengan DDC (Sulistiyo-Basuki, 1991). UDC
2
Universitas Indonesia
merupakan bagan klasifikasi umum yang mencakup seluruh cabang ilmu
pengetahuan. Kedua bagan klasifikasi tersebut menggunakan penomoran dengan
menggunakan prinsip desimal dengan menggunakan angka Arab untuk
mengembangkan notasinya dan membagi seluruh bidang pengetahuan ke dalam
sepuluh bagian. Akan tetapi kedua bagan klasifikasi tersebut mempunyai
keterbatasan dalam subjek keislaman dan hanya menempatkan subjek keislaman
pada seksi 297. Minimnya cakupan subjek dalam bidang ilmu-ilmu Islam juga
diakui oleh banyak ahli. Sayers (1967) dalam Manual Classification for Librarian
menyatakan bahwa bagan klasifikasi DDC merupakan pencerminan agama
Kristen, sehingga arahnya lebih ke Kristiani „sentris‟. Ahmad Tahriri Iraqi juga
menyatakan bahwa DDC tidak menjelaskan cukup detail terkait dengan dunia
Islam, pengelompokan subjek banyak yang tidak sesuai dengan tradisi Islam dan
banyak subjek-subjek keislaman yang penting tidak terakomodir (Arianto, 2006).
Pembagian porsi notasi yang kurang seimbang bagi subjek-subjek yang
tercakup di dalam DDC disadari oleh Dewey. Adanya kenyataan tersebut di atas,
dan terbatasnya cakupan subjek dari DDC, kemudian memberikan „optional‟
terutama kepada agama-agama selain Kristen untuk mengembangkan atau
membuat perluasan notasi untuk kebutuhan setempat. Hal ini dapat dilihat dalam
bagian pengantar (Introduction) DDC edisi ke 22. Dengan kenyataan tersebut,
berbagai upaya adaptasi dan perluasan sistem klasifikasi Islam menurut sistem
DDC di Indonesia telah beberapa kali diadakan. Menurut Kailani, (1999) Sebagai
pionir dalam hal ini adalah Badan Wakaf Islam Yogyakarta yang mengadakan
perluasan notasi 297 DDC edisi 15 pada tahun 1958, sehingga menghasilkan
Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Agama Islam: Perluasan notasi 297 DDC. Hal yang
sama juga dilakukan oleh Panitia Tahun Buku Internasional Indonesia 1972 yang
mengadakan adaptasi dan perluasan DDC edisi 18 dan menghasilkan Klasifikasi
Islam: Perluasan dan Penyesuaian Notasi 297 DDC (1973). Ada juga yang
menggunakan Library Classification Schedule on Islam and Related Subjects
(1974) dari Indian Institute of Islamic Studies dan Perluasan DDC karya Mahmud
Sheniti dan Dr. Ahmad Kabish dari Mesir (1975), sedangkan Pusat Perpustakaan
3
Universitas Indonesia
Islam Indonesia menerbitkan Klasifikasi Islam: Adaptasi Klasifikasi Persepuluh
Dewey dan Perluasan 297 (1985).
Pada tahun 1979, Ziauddin Sardar membuat sebuah bagan klasifikasi Islam
yang berjudul Islam: Outline of a classification scheme yang merupakan salah
satu upaya untuk menghasilkan bagan klasifikasi Islam yang berpedoman dari
Ranganathan’s Colon Classification (Sardar, 1979). Bagan tersebut membagi
kelas utama ke dalam enam belas kelas utama dan notasi yang digunakan adalah
huruf. Selain itu, bagan ini dibuat sebagai acuan pustakawan muslim dalam
melakukan pengindeksan subjek bahan pustaka keislaman.
Di Indonesia, dalam rangka penyeragaman pedoman klasifikasi Islam,
Departemen Agama (Kemenag) telah mengadakan penerbitan ”Daftar Tajuk
Subjek Islam dan Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC seksi
Islam” tahun 1987. Demikian juga, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
menerbitkan pedoman klasifikasi Islam dengan judul “Klasifikasi Islam: Adaptasi
dan Perluasan Notasi 297 Dewey Decimal Classification (DDC)” pada tahun
2005.
Dari berbagai bagan klasifikasi tersebut, bagan klasifikasi Islam seperti
DDC, Islam Outline of a Classification Scheme, Klasifikasi Islam: Adaptasi dan
Perluasan Notasi 297 DDC dan Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan
DDC seksi Islam mempunyai notasi dan taksonomi ilmu pengetahuan keislaman
yang berbeda. Sebagai ilustrasi, dalam DDC faset Al-Qur‟an, Hadis, Hukum
agama dan tata cara serta keputusannya (fikih) dan faset cerita legenda, parabel,
pepatah, anekdot untuk pendidikan keagamaan dikelompokan dalam satu kelas,
yaitu kelas sumber-sumber Islam. Sedangkan pada bagan Islam Outline of a
Classification Scheme, bagan Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC
seksi Islam dan bagan Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan Notasi
297 DDC, faset-faset tersebut dikelompokan pada kelas yang berbeda yaitu
berdasarkan cabang ilmu dan ilmu-ilmu yang berkaitan, misalnya Al-qur‟an dan
ilmu yang berkaitan, Hadis dan Ilmu yang berkaitan, dan Fikih. Contoh lainnya
adalah faset Teks Arab, dalam bagan klasifikasi Islam DDC dan Islam Outline of
4
Universitas Indonesia
a Classification Scheme faset tersebut menjadi sub bagian faset Al-Qur‟an.
Sedangkan pada bagan Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC seksi
Islam dan bagan Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan Notasi 297
DDC faset tersebut tidak ada, karena Al-Qur‟an sudah pasti dalam tulisan dan
bahasa Arab sebagaimana dijelaskan dalam surat Q.S Az-Zukhruf ayat 3 dan Q.S
Yusuf ayat 2.
Dengan melihat latar belakang tersebut di atas, dimana terdapat optional
dari DDC untuk pengembangan subjek keislaman sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan setempat, sehingga melahirkan berbagai jenis bagan klasifikasi Islam
yang mempunyai notasi dan taksonomi ilmu pengetahuan Islam yang berbeda.
Hasil pengembangan bagan klasifikasi Islam yang dilakukan oleh Ziauddin
Sardar, Departemen Agama (Kementrian Agama), dan Perpustakaan Nasional
menarik untuk diteliti dengan menggunakan studi komparatif.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah
bagaimana taksonomi ilmu pengetahuan Islam dalam bagan Sistem Klasifikasi
Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC seksi Islam (Kemenag), Sistem klasifikasi
Islam DDC, dan Islam: outline of a classification Scheme (Ziauddin Sardar)??
1.3 Tujuan Penelitian
a. Membandingkan taksonomi ilmu pengetahuan Islam bagan Sistem Klasifikasi
Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC seksi Islam dengan bagan klasifikasi Islam
DDC.
b. Membandingkan taksonomi ilmu pengetahuan Islam dalam bagan Sistem
Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC seksi Islam dengan Islam:
Outline of a Classification Scheme (Ziauddin Sardar).
c. Membandingkan taksonomi ilmu pengetahuan Islam dalam bagan klasifikasi
Islam DDC dengan Islam: Outline of a Classification Scheme (Ziauddin
Sardar).
5
Universitas Indonesia
d. Menganalisa bagan Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC
seksi Islam (Kemenag), Sistem klasifikasi Islam DDC, dan Islam: Outline of a
Classification Scheme (Ziauddin Sardar).
1.4 Manfaat Penelitan
Hasil penelitian ini diharapkan:
a. Mengetahui perbandingan taksonomi ilmu pengetahuan Islam yang
terakomodir dalam bagan klasifikasi Islam Kementerian Agama, DDC, dan
Ziauddin Sardar.
b. Sebagai bahan masukan untuk pengembangan bagan klasifikasi khususnya
yang berkaitan dengan subjek keislaman baik nasional maupun internasional.
c. Menambah khazanah intelektual dibidang perpustakaan khususnya yang terkait
dengan bagan klasifikasi Islam.
d. Penelitian ini dapat menjadi pijakan penelitian lanjutan, tentang bagan
klasifikasi Islam.
1.5 Batasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bagan klasifikasi yang mengakomodir
taksonomi ilmu pengetahuan Islam. Bagan klasifikasi tersebut adalah Dewey
Decimal Classification (DDC) edisi 22 tahun 2003, Islam: Outline of a
Classification Scheme (Ziauddin Sardar) tahun 1979, dan Sistem Klasifikasi
Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC seksi Islam (Kementerian Agama R.I.) tahun
2003.
6
Universitas Indonesia
BAB 2
TIJAUAN PUSTAKA
2.1 Organisasi Informasi di Perpustakaan
Menurut Lancaster (1975), sebagai salah satu unit informasi, perpustakaan
berfungsi sebagai interface atau penghubung antara sumber-sumber informasi
dengan masyarakat pemakai. Dalam menjalankan fungsi tersebut, perpustakaan
mempunyai tiga tugas pokok, yaitu akuisisi (acquisition), organisasi
(organization), dan distribusi (distribution) terhadap informasi. Tugas akuisisi
berkenaan dengan penyediaan berbagai sumber informasi yang diperlukan
masyarakat, tugas organisasi berkaitan dengan pengelolaan sumber-sumber
informasi agar dapat ditemukan kembali oleh pemakai pada saat diperlukan secara
cepat dan mudah, dan tugas distribusi berhubungan dengan penyebarluasan atau
pemberian layanan informasi kepada masyarakat.
Kegiatan pengorganisasian informasi tersebut di atas merupakan bagian
penting dari tugas suatu lembaga informasi, termasuk perpustakaan. Di
perpustakaan, sumber-sumber informasi yang masuk akan dikelola menurut
ketentuan tertentu agar mudah dan cepat pada saat diperlukan.
Dalam kerangka pengorganisasian informasi, Doyle (1976) melukiskan
kegiatan atau proses transfer informasi pada suatu unit informasi termasuk di
dalamnya adalah perpustakaan dalam suatu diagram sebagai berikut:
Masukan: Keluaran:
Karakteristik & Organisasi Mencocokan & penyampaian
Gambar 1.1 Diagram Sistem Informasi
Bahan
Pustaka
Susunan
Koleksi
Katalog
Pengindeksan Temu Kembali Pengguna
7
Universitas Indonesia
Dalam diagram Doyle tersebut, memberikan garis besar sistem informasi
sederhana, serta menunjukkan komponen sistem informasi yang sama pada semua
lembaga simpan dan temu kembali informasi. Komponen sistem informasi tesebut
adalah bahan pustaka, susunan koleksi, katalog dan pengguna. Katalog merupakan
hasil dari kegiatan pengatalogan. Dalam pengatalogan terdapat dua kegiatan
utama yaitu pengatalogan deskriptif dan pengatalogan subjek.
2.1.1 Pengatalogan Deskriptif
Pengatalogan deskriptif merupakan kegiatan mengidentifikasi ciri-ciri fisik
suatu bahan pustaka (dokumen). Hasil indentifikasi dokumen ini disebut dengan
istilah deskripsi bibliografi yang memberikan sajian ringkas untuk membedakan
satu bahan pustaka dari bahan pustaka lain. Dalam pengatalogan deskriptif
ditentukan tajuk entri sebagai akses untuk pembuatan bibliografis bahan pustaka
tersebut. Terdapat dua jenis tajuk dalam pengatalogan deskriptif yaitu tajuk entri
utama (TEU) dan tajuk entri tambahan (TET). Pada umunya yang menjadi tajuk
entri utama adalah sama degan pengarang yang bertanggung jawab terhadap isi
intelektual atau artistik suatu karya, sedangkan tajuk entri tambahan adalah tajuk
entri yang merupakan tambahan pada tajuk entri utama dalam suatu katalog.
Tajuk entri tambahan biasanya judul dan subjek dari bahan pustaka.
Dalam melakukan kegiatan pengatalogan deskriptif, yang perlu
diperhatikan adalah keseragaman dan ketaatasasan. Oleh karena itu diperlukan
peraturan standar sebagai pedoman dalam pengatalogan tersebut antara lain adalah
Anglo American Cataloging Rules (AACR).
2.1.2 Pengatalogan Subjek
Pengatalogan subjek merupakan kegiatan melakukan identifikasi tentang
subjek atau pokok persoalan yang dibahas dalam suatu bahan pustaka. Dalam hal
ini klasifikasi merupakan bagian dari kegiatan pengindeksan subjek yang
menghasilkan notasi atau nomor kelas sebagai deskripsi indeks.
8
Universitas Indonesia
Menurut Rowley (1992), kegiatan yang dilakukan dalam proses klasifikasi
meliputi tiga tahap kegiatan, yaitu kegiatan pengenalan (familiarization),
penguraian (analysis), penerjemahan (translation).
Familiarization Analysis Translation
Dalam tahap pengenalan, pengindeks berusaha mengetahui isi dokumen
melalui kata-kata yang terdapat di dalam dokumen, dan atau dari sumber-sumber
lainnya di luar dokumen. Dalam hal ini pengindeks perlu meneliti isi dokumen,
khususnya informasi yang terdapat pada judul, halaman isi (content page), tajuk
bab (chapter heading), abstrak, kata pengantar, pembukaan dan keterangan
lainnya. Pada tahap analisis pengindeks melakukan identifikasi konsep dalam
dokumen yang dianggap mempunyai nilai dalam pengindeksan, dan menentukan
tema utama dari suatu dokumen. Selanjutnya pada tahap penerjemahan, hasil
analisis diterjemahkan ke dalam bahasa indeks dengan menggunakan bagan
klasifikasi.
Dua jenis kegiatan pertama sering disebut dengan analisis subjek
(Somadikarta, 1998). Kegiatan analisis subjek dalam kegiatan klasifikasi
dilakukan dengan mengenali seluruh isi dokumen atau konsep-konsep yang
terdapat di dalam dokumen, dan menentukan subjek dokumen. Dalam kegiatan
penerjemahan, hasil dari kegiatan analisis subjek kemudian diterjemahkan ke
dalam suatu notasi dengan menggunakan alat bantu berupa bagan klasifikasi.
2.2 Pengertian Klasifikasi
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat atau mengerjakan
kegiatan klasifikasi. Misalnya, di toko buku, kita akan melihat barang-barang dan
buku-buku yang dijual dikelompokan menurut jenisnya, misalnya alat tulis-
menulis, perlengkapan kantor, perlengkapan sekolah, buku pelajaran dari tingkat
TK (taman kanak-kanak) sampai tingkat Perguruan Tinggi. Pengelompokan ini
dimaksudkan untuk penyesuaian keperluan pembeli. Dengan demikian pengertian
klasifikasi secara umum adalah mengelompokkan benda, objek, gagasan
berdasarkan ciri yang sama atau hampir bersamaan pada tempat yang sama atau
9
Universitas Indonesia
berdekatan atau sekaligus memisahkan dari jenis lainnya, dengan tujuan untuk
memudahkan identifikasi.
Disamping pengertian klasifikasi di atas, terdapat beberapa pengertian
khusus dari klasifikasi yang dikemukakan oleh para ahli. Pengertian klasifikasi
tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Sulistyo Basuki (1991) mengatakan pengertian klasifikasi sebagai berikut:
“Klasifikasi adalah proses pengelompokan, artinya mengumpulkan
benda/entitas yang sama serta memisahkan benda/entitas yang tidak sama.”.
2) Lois Mai Chan, mengatakan (1994) klasifikasi adalah sebagai kegiatan
pengorganisasian alam pengetahuan ke dalam susunan yang sistematis.
3) Ny. Hapasah L. Supriyanto (1990) mengatakan bahwa klasifikasi adalah
mengelompokkan benda, objek, gagasan berdasarkan ciri yang sama atau
hampir bersamaan pada tempat yang sama atau berdekatan atau sekaligus
memisahkan dari jenis lainnya, dengan tujuan untuk memudahkan
identifikasi.
Dari ketiga pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa klasifikasi
merupakan kegiatan untuk mengenali ciri suatu objek, dimana objek yang yang
sama akan terkelompok dan letaknya berdekatan, sedangkan objek yang
mempunyai ciri yang berbeda akan ditempatkan terpisah.
Sebagai kegiatan pengelompokan benda atau objek, klasifikasi di
perpustakaan digunakan untuk mengelompokkan dokumen atau bahan pustaka
berdasarkan ciri tertentu. Pengelompokan bahan pustaka atau dokumen di
perpustakaan pada dasarnya dibedakan ke dalam dua bentuk, yaitu
pengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri fisik yang disebut sebagai
klasifikasi artifisial, dan pengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri isi atau
subjek yang disebut dengan klasifikasi fundamental (Batjo, 1985).
Diperpustakaan bentuk-bentuk klasifikasi tersebut sering dilakukan, akan
tetapi biasanya klasifikasi fundamental merupakan kegiatan utama yang dilakukan
dalam rangka pengorganisasian dokumen. Klasifikasi artifisial merupakan bentuk
10
Universitas Indonesia
klasifikasi tambahan karena tujuan tertentu. Adapun alat yang digunakan untuk
melakukan klasifikasi disebut dengan bagan klasifikasi. Bagan klasifikasi seperti
DDC, UDC, LC Classification, Colon Classification, dan lain-lain merupakan
bagan yang digunakan oleh perpustakaan di dalam melakukan klasifikasi
dokumen. Menurut Batjo (1985) di Indonesia, bagan klasifikasi yang banyak
digunakan adalah UDC dan DDC.
Menurut Batjo (1985) klasifikasi perpustakaan dapat didefinisikan sebagai
pengelompokan bahan pustaka menurut jenis atau golongan tertentu berdasarkan
ciri-ciri yang sama atau hampir bersamaan dan sekaligus memisahkannya dari
bahan pustaka lain berdasarkan tingkat perbedaannya. Dengan demikian kegiatan
klasifikasi di perpustakaan ditujukan tidak semata-mata pengelompokan
dokumen, akan tetapi juga dengan memperhatikan kepentingan pemakai, yaitu
kemudahan akses terhadap informasi yang dimiliki oleh perpustakaan.
Kebutuhan akan pentingnya klasifikasi di perpustakaan menurut Kumar
(1996) dilatarbelakangi dengan adanya perkembangan koleksi dokumen yang
terus bertambah. Agar koleksi dokumen dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh
pemakai perlu diorganisasikan secara baik. Klasifikasi perpustakaan merupakan
suatu teknik yang dapat membantu di dalam organisasi dokumen dan informasi
agar para pemakai dapat dapat menggunakan sumber-sumber informasi tersebut
secara efektif. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Akers (1954) yang
menjelaskan bahwa alasan perlunya klasifikasi perpustakaan dimaksud agar
koleksi (buku) perpustakaan mudah untuk digunakan.
2.2.1 Tujuan Klasifikasi
Menurut Sulistyo Basuki (1991) tujuan klasifikasi adalah untuk temu
kembali dokumen yang dimiliki perpustakaan. Bila dirinci lebih lanjut, tujuan
klasifikasi perpustakaan adalah sebagai berikut:
a. Menghasilkan urutan yang bermanfaat.
b. Penempatan yang tepat.
c. Penyusunan mekanis.
11
Universitas Indonesia
d. Tambahan dokumen baru.
e. Penarikan dokumen dari rak.
Sedangkan menurut Zen (2006), tujuan klasifikasi adalah sebagai berikut:
a. Memudahkan penyimpanan.
b. Memudahkan pencarian kembali.
c. Menghemat tempat.
d. Memudahkan pengawasan.
e. Mudah melihat kesinambungan.
f. Indah dipandang mata.
Uraian tersebut memberikan gambaran bahwa kegiatan klasifikasi
merupakan bagian dalam organisasi informasi yang bertujuan untuk
mempermudah dalam temu kembali informasi secara cepat dan tepat.
2.2.2 Manfaat Klasifikasi
Menurut Kailani (1993), Manfaat klasifikasi adalah sebagai berikut:
a. Buku-buku yang sama atau mirip isinya akan terletak berdekatan;
b. Memudahkan dalam mengadakan perimbangan koleksi yang dimiliki;
c. Memudahkan dalam mengadakan penelusuran terhadap bahan pustaka
menurut subjek;
d. Memudahkan dalam pembuatan bibliografi menurut pokok masalah.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan klasifikasi dapat
memberikan kemudahan bagi pustakawan maupun pemustaka. Bagi pustakawan
kegiatan klasifikasi dapat mempermudah dalam melakukan pekerjaannya,
sedangkan bagi pemustaka, dapat mempermudah dalam temu kembali informasi.
2.3 Bagan Klasifikasi
Bagan klasifikasi merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh
pengindeks untuk mengelompokkan dokumen atau informasi yang pada dasarnya
merupakan susunan sistematis dari alam pengetahuan. Meskipun demikian, bagan
klasifikasi yang digunakan di perpustakaan tidaklah semata-mata klasifikasi ilmu
12
Universitas Indonesia
pengetahuan, akan tetapi klasifikasi ilmu pengetahuan yang digunakan untuk
keperluan praktis di dalam penyusunan dokumen dan pengorganisasiannya untuk
kepentingan pemakai (Kumar, 1996). Secara teoritis, Gates (1994)
mengemukakan bahwa bagan klasifikasi harus diorganisasikan dimana suatu
bahan dari satu subjek dapat ditemukan pada satu tempat. Untuk itu para pakar
ilmu pengetahuan (pustakawan) telah menciptakan berbagai bagan klasifikasi.
Secara umum bagan klasifikasi dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
a. Bagan klasifikasi umum, yaitu bagan klasifikasi yang mencakup seluruh
subjek ilmu pengetahuan. Seperti,
1) Dewey Decimal Classification (DDC), dibuat oleh Melvil Dewey tahun
1876 di USA.
2) Expansive Classification (EC), dikenalkan oleh C.A. Cutter tahun 1893 di
USA;
3) Universal Decimal Classification (UDC), dikenalkan oleh Paul Otlet dan
Henri La Fontaine pada tahun 1896 di Belgia.
4) Library of Congress Classification (LCC), dibuat tahun 1902 dan
digunakan di Library of Congress Amerika Serikat. Sistem ini
menggunakan huruf dan angka sebagai notasinya , namun masih lebih
dominan pemakaian huruf.
5) Subject Classification (SC), dibuat oleh J.D Brown pada tahun 1906 di
Britain (Inggris).
6) Colon Classification (CC), dibuat pada tahun 1933 oleh S.R. Ranganathan
dari India. Klasifikasi ini menggunakan sistem huruf tanpa angka.
7) Bibliographic Classification (BC), dikenalkan oleh H.E. Bliss di USA
pada tahun 1935.
8) Readers International Classification (RIC),dibuat oleh F. Ridy tahun 1961
di USA.
9) Telescopic Classification (TC), dibuat oleh Issaic tahun 1970 di USA.
10) Broad System of Ordering (BSO), dibuat oleh UNESCO pada tahun 1978
di USA.
13
Universitas Indonesia
b. Bagan klasifikasi khusus, yaitu bagan klasifikasi yang dibuat untuk memenuhi
kebutuhan perpustakaan yang memiliki koleksi tertentu. Seperti:
1) Islam: Outline of a Classification Scheme, dibuat oleh Ziauddin Sardar
pada tahun 1979.
2) The London Classification of Business Studies, dibuat oleh Vernon dan
Lang pada tahun 1970.
3) The CI SFB System: for use ini project information and related general
information, dibuat oleh B. Agard Evans dan Egil Nicklin pada tahun
1966.
4) Moys’ Classification Scheme for Law Books, dibuat oleh Elizabeth Moys
pada tahun 1968.
5) FIAF Classification Scheme for literature on film and television, dibuat
oleh Michael Moulds pada tahun 1980.
6) The Cheltenham Classification Scheme for Literature on film and
Television, dibuat oleh Michael Moulds pada tahun 1980, dan lain
sebagainya.
c. Bagan klasifikasi Adaptasi, yaitu suatu bagan klasifikasi yang mengadopsi
salah satu bagian dari bagan klasifikasi umum, baik kelas utama, divisi, seksi
atau sub seksi yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan setempat.
Misalnya:
1) Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC seksi Islam, dibuat
oleh Badan Litbang dan Pengembangan Lektur Keagamaan (Kementrian
Agama) pada tahun 1987.
2) Adaptasi dan Perluasan Notasi 297 Dewey Decimal Classification (DDC),
dibuat oleh Perpustakaan Nasional pada tahun 2005.
Menurut Berwick Sayers dalam buku An Introduction to Library
Classification, dalam Kailani (1993) mengatakan bahwa bagan klasifikasi dapat
dikatakan baik jika memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya:
a. Bersifat universal
14
Universitas Indonesia
Suatu bagan klasifikasi yang baik bersifat universal, artinya meliputi seluruh
bidang ilmu pengetahuan. Dengan demikian berbagai pihak dari berbagai
disiplin keilmuan dapat menggunakan bagan klasifikasi tersebut.
b. Terperinci
Di samping universal, suatu bagan klasifikasi yang baik adalah terperinci
dalam membagi-bagi bidang ilmu pengetahuan. Dengan demikian, setiap
subjek dapat memperoleh tempat secara sesuai aturan dalam bagan klasifikasi
tersebut.
c. Sistematis
Susunan bagan klasifikasi yang baik menggunakan sistem tertentu agar
mudah bagi pemakiannya. Sistematis berarti direkayasa dengan cara
sedemikian rupa sehingga aturan itu menjadi mudah untuk digunakan.
Misalnya, notasi yang bernomor kecil secara urut berjajar ke nomor yang
lebih besar.
d. Fleksibel
Susunan bagan hendaknya fleksibel, karena ilmu pengetahuan itu senantiasa
berkembang, dinamis, tidak statis. Dengan demikian, jika di dalam
pengembangannya diketemukan subjek-subjek baru, hal itu dapat ditampung
di dalam bagan yang sudah ada.
e. Mempunyai notasi yang sederhana
Notasi merupakan suatu simbol yang mewakili suatu subjek. Dalam bagan
klasifikasi setiap subjek mempunyai simbol tertentu. Bagan klasifikasi yang
baik menggunakan notasi yang sederhana dan mudah diingat. Diantara notasi
yang mudah diingat adalah angka arab dan huruf latin.
f. Mempunyai indeks
Indeks merupakan suatu daftar kata atau istilah yang disusun secara
sistematis, yang mengacu pada suatu tempat. Dalam indeks bagan klasifikasi
yang dijadikan pedoman adalah klasifikasi.
g. Mempunyai badan pengawas
Suatu bagan klasifikasi yang baik mempunyai suatu badan yang bertugas
memantau dan mengawasi perkembangan bagan klasifikasi sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, bangan klasifikasi
tersebut selalu muktahir dan tidak ketinggalan zaman.
Batjo (1985) mengemukakan bahwa suatu bagan klasifikasi dapat dinilai
baik apabila memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
a. Mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan.
b. Diakui oleh umum dan susunannya harus taat azas.
c. Perinciannya harus dapat menampung hal-hal yang sekecil mungkin.
d. Bersifat luwes, agar memungkinkan menampung hal-hal yang baru, tanpa
merombak susunan klasifikasi.
e. Memiliki notasi yang sederhana, dikenal umum dan luwes.
f. Memiliki indeks yang lengkap.
g. Ada badan yang mengawasi perkembangannnya.
15
Universitas Indonesia
Dari beberapa uraian tersebut bahwa di dalam proses klasifikasi, peranan
bagan klasifikasi yang baik dapat membantu pada tercapainya proses klasifikasi
yang tepat. Bagan klasifikasi di samping sifatnya yang fleksibel sehingga dapat
akomodatif terhadap perkembangan suatu subjek, tetapi juga perlu adanya
konsistensi terhadap pemakainya.
2.3.1 Agama Islam dalam Bagan Klasifikasi Islam DDC
DDC membagi disiplin ilmu pengetahuan ke dalam sepuluh kelas utama,
dan masing-masing kelas utama dibagi lagi menjadi sepuluh divisi. Agama Islam
merupakan salah satu sub divisi dari divisi yang terdapat di kelas agama (200).
Dalam bagan DDC pembagian kelas utama secara garis besar terlihat
sebagai berikut:
200 Agama
210 Filsafat dan Teori Agama
220 Alkitab
230 Kristinitas Teologi Kristen
240 Teologi Moral dan devosi Kristen
250 Gereja Kristen lokal dan ordo agama Kristen
260 Teologi sosial dan eklestial Kristen
270 Aspek historis, geografis, manusia dari Kristinitas
Sejarah Gereja
280 Denominasi & Sekte-sekte Kristen
290 Agama-agama lainnya
Selanjutnya dalam kelas 290 (Agama-agama lain & Perbandingan Agama)
terlihat pembagian sebagai berikut:
290 Agama-agama lainnya
293 Agama Germanik
294 Agama-agama asal India
295 Zoroastrianisme Mazdaisme, Parsiisme)
16
Universitas Indonesia
296 Judaisme
297 Islam, Babisme, Kepercayaan Bahai
299 Agama yang tidak terdapat di tempat lain
Selanjutnya kelas 297 (Islam, Babisme, Kepercayaan Bahai) terlihat
pembagiannya sebagai berikut:
297.1 Sumber Agama Islam
297.2 Teologi doktrin Islam (Aqaid dan ilmu Kalam); Islam disiplin sekuler;
Islam dan sistem kepercayaan lain
297.3 Ibadah Islam
297.4 Sufisme (Mistik Alam)
297.5 Etika Islam dan pengalaman, hidup dan praktik religius
297.6 Pemimpin dan organisasi Islam
297.7 Perlindungan dan perkembangan Islam
297.8 Sekte dan gerakan pembaharuan Islam
297.9 Babisme dan Bahai
Dari bagan tersebut di atas dapat dilihat bahwa agama Islam merupakan
sub divisi dari divisi agama lain (selain kristen) yang merupakan divisi dari kelas
agama dan dikelompokan bersama Babisme dan Bahai.
2.3.1.1 Opsional DDC tentang agama lain di dunia
Pada dua edisi yang lalu, para editor Dewey mengurangi kelas agama
Kristen pada notasi 200 dan menyediakan tempat yang lebih luas bagi agama-
agama lain di dunia. Dalam DDC 21, para editor menyediakan karya yang
menyeluruh bagi agama Kristen dari notasi 200 ke notasi 230, menetapkan
subdivisi standar untuk agama Kristen dari 201-209. Untuk nomor-nomor yang
khusus dimasukan kedalam notasi 230-270 dan menyatukan subdivisi standar dari
perbandingan agama dengan agama lain secara umum dalam notasi 200.1-9.
mereka juga merevisi dan memperluas daftar untuk Yahudi pada notasi 296 dan
Islam pada notasi 297 (Mcllwaine, 2006).
17
Universitas Indonesia
Pada edisi terbaru DDC 22 terdiri dari perencanaan, penetapan dan
perluasan skema dalam dua edisi. Perubahan penting pada tingkat ini adalah
menetapkan kembali aspek-aspek agama tertentu dari notasi 291 ke notasi 201-
209 yang dahulu kosong pada DDC 21. Nomor-nomor dari notasi 201-209
digunakan untuk topik umum dalam agama dan sebagai sumber untuk aspek
agama tertentu pada notasi 292-299.
Perbaikan lainnya dalam edisi 22 termasuk perluasan untuk sumber
kepercayaan bahai pada notasi 297.938, juga merivisi dan memperluas
perkembangan notasi 299.6 untuk agama-agama pemula diantara orang negro
(Afrika) dan keturunanya. Pada notasi 299.7-8 untuk agama-agama penduduk asli
Amerika. Walaupun ada perubahan, kelas agama pada notasi 200 tetap lebih
mengutamakan agama Kristen pada tiga angka awal.
Saat ini, perubahan yang sangat signifikan pada kelas agama (200) adalah
memberikan perlakuan khusus pada agama-agama yang lain, yang dimungkinkan
sebagai solusi untuk menggunakan salah satu dari lima opsi dibawah ini:
a. Opsi A: Kelaskan agama tersebut pada notasi 230-280, sumber-sumber
agamanya pada notasi 220, karya-karya komprehensif dari agama tersebut
dikelaskan pada notasi 200, untuk kasus ini kelaskan al-kitab dan agama
Kristen pada notasi 298.
b. Opsi B: Kelaskan ke dalam notasi 210 dan tambahkan dibelakang notasi dasar
21 dengan notasi dasar untuk kelas agama pada notasi 292-299 sebagai contoh
agama Hindu pada notasi 210, Mahabarata dengan notasi 219.23 dalam hal ini
kelaskan filsafat dan teori keagamaan pada notasi 200, subdivisinya pada
notasi 211-218 dari notasi 201-208, aspek khusus untuk perbandingan agama
kelaskan pada notasi 200.1-200.9, subdivisi keagamaan kelaskan pada notasi
200.01-200.09.
c. Opsi C: Kelaskan ke dalam notasi 291 dan tambahkan dibelakang notasi 291,
notasi yang mengikuti notasi dasar untuk agama pada kelas 292-299, sebagai
contoh agama Hindu pada kelas 291, Mahabarata kelaskan pada notasi
291.923.
18
Universitas Indonesia
d. Opsi D: Kelaskan pada notasi 298, karena notasi tersebut masih kosong.
e. Opsi E: Letakkan huruf atau simbol didepannya sebagai contoh agama Hindu
2H0 (sebelumnya pada notasi 220) atau 29H (sebelumnya pada notasi 291
atau notasi 292) tambahkan notasi dasar sehingga diperoleh misalnya untuk
2H atau 29H notasi yang mengikuti notasi dasar, untuk agama itu pada notasi
292-299 sebagai contoh shivaisme 2H5.13 atau 29H.513 (Dewey, 2003).
Opsi A mengkosongkan nomor-nomor agama Kristen untuk digunakan
oleh agama lain. Opsi B dan C memperlakukan secara khsusus kepada nomor-
nomor yang lebih pendek dan sepadan untuk agama tertentu. Keduanya secara
tegas mendapat notasi secara langsung dari bagan yang ditetapkan yaitu notasi
210 dan notasi 291 (yang merupakan notasi kosong pada DDC 22). Opsi D
memperlakukan secara khusus kepada nomor-nomor yang lebih pendek dan
sepadan untuk agama tertentu yang ditetapkan pada notasi 298, dimana notasi
tersebut tidak ditetapkan secara permanen (tidak selalu digunakan). Opsi E
memberikan perlakuan khsusus kepada nomor-nomor yang lebih pendek dan
sepadan untuk agama tertentu. Opsi E juga menggunakan notasi pada bagan yang
telah ditetapkan, tetapi memperkenalkan penggunaan notasi campuran. Masing-
masing opsi mempunyai kesamaan masalah, dan mempunyai peluang yang sama
bagi setiap agama untuk melakukan perluasan notasi.
2.3.2 Bidang Agama Islam dalam bagan Islam: Outline of a Classification
Scheme (Ziauddin Sardar)
Pada tahun 1979, Ziauddin Sardar telah menulis sebuah bagan klasifikasi
Islam yang berjudul Islam: Outline of a classification scheme. Selanjutnya ia
menyatakan bahwa tujuan pembuatan bagan klasifikasi Islam tersebut adalah
untuk mendorong perdebatan dan diskusi bagan klasifikasi kontemporer tentang
Islam serta membuat suatu model (Sardar, 1979). Kegiatan tersebut merupakan
salah satu upaya yang dilakukan Ziauddin Sardar untuk menghasilkan bagan
19
Universitas Indonesia
klasifikasi tentang Islam yang bersumber dari Ranganathan’s Colon
Classification.
Selanjutnya, Sardar memaparkan masalah yang terkait dengan
pengelompokan subjek tentang Islam dalam tiga klasifikasi yaitu DDC, UDC dan
LC. Lebih jauh dia menyatakan bahwa masalah klasifikasi untuk para sarjana
muslim tidak hanya bagaimana mengatur buku di rak, tetapi juga bagaimana
mengorganisir pengetahuan sehingga dapat ditransfer secara sistematis ke
generasi berikutnya. Sebagai solusi untuk masalah ini, Sardar merekomendasikan
beberapa pemikiran. Pertama, pustakawan dan ilmuwan muslim membutuhkan
bagan informasi umum untuk klasifikasi sumber daya Islam di seluruh dunia.
Kedua, mereka juga membutuhkan bagan yang lebih khusus dalam bahasa lokal.
Ketiga, bagan yang lebih baru akan membuka pemikiran baru untuk suatu
penelitian.
Prinsip pembagian kelas klasifikasi Islam ini dibagi berbeda dengan DDC
dan UDC, karena kelas utama dikelompokan menjadi enam belas dan hanya
mencakup bidang ilmu pengetahuan keislaman. Bagan klasifikasi Islam ini juga
dilengkapi dengan tabel pembantu dan indeks relatif yang mempunyai fungsi yang
sama dengan DDC dan UDC. Stuktur pembagian kelas klasifikasi Islam ini
dikelompokan sebagai berikut:
1) Pre-Main Classes
A Religion
B Pre-Judaic Religion
C Judaism
D Christianity
2) Main Classes
E Islam
F The Qur’an: Wahy
G Hadith
H Phophet Muhammad: The Seerah
J Muslim Faith
20
Universitas Indonesia
K Philosophy
L Ibadah
M Politics
N Law
P Economics
Q Education and Learning
R History and People
S Civilisation and Culture
T The Ummah
U Human Behavioural Characteristics
V Contemporary Issues
3) Post-Classes
W Minority View
X Contemporary Philosophies
Y Common Attributes
4) Auxiliary Schedules
.1 Time
.2 Geographical Subdivision
.3 Language
.4 Bibliographic Form Division (Sardar, 1979).
Pembagian taksonomi keilmuan menurut Ziauddin Sardar yang dituangkan
dalam bagan Islam: Outline of a Classification Scheme dalam sub faset Pre-Main
Classes belum mengakomodir seluruh agama di dunia seperti agama Hindu,
Budha dan sekte-sekte keagamaan. Hal ini dikarenakan Ziauddin Sardar
berpedoman pada ajaran agama Islam, yaitu tentang uraian agama yang
diturunkan oleh Allah SWT itu ada tiga, yaitu agama Yahudi, Nasrani dan Islam.
Ketiga agama tersebut dikenal dengan istilah agama samawi, sebagaimana
dijelaskan dalam Q.S Al-Baqarah ayat 135-136 dan Q.S Al-Imran ayat 64.
21
Universitas Indonesia
2.3.3 Adaptasi dan Perluasan Bagan Klasifikasi DDC seksi Islam di
Indonesia
2.3.3.1 Klasifikasi Islam Adaptasi dan Perluasan Notasi 297 DDC
(Perpustakaan Nasional RI)
Klasifikasi Islam: adaptasi dan perluasan notasi 297 DDC dibuat dalam
rangka melaksanakan tugas dan fungsi Perpustakaan Nasional RI sebagai instansi
Pembina yang bertanggung jawab menyediakan pedoman yang baku, standar dan
taat azas untuk pengolahan semua jenis bahan pustaka, termasuk di dalamnya
menyediakan pedoman klasifikasi untuk agama Islam. Selain itu, dibuatnya
pedoman tersebut adalah untuk mengatasi kelemahan dan menyeragamkan
penggunaan penggunaan bagan klasifikasi dibidang agama Islam di perpustakaan
seluruh Indonesia, serta untuk memenuhi kebutuhan bangsa Indonesia yang
mayoritas agama Islam (Kailani, 2008).
Pedoman klasifikasi Islam pertama kali diterbitkan oleh Perpustakaan
Nasional adalah ―Klasifikasi Bahan Pustaka tentang Indonesia Menurut DDC
oleh Soekarman dan J.N.B Tairas”, diterbitkan pada tahun 1993 dan
menggunakan notasi 2X0. Pada tahun 2005 Perpustakaan Nasional kembali
menerbitkan pedoman klasifikasi Islam dengan judul “Klasifikasi Islam:
Adaptasi dan Perluasan Notasi 297 Dewey Decimal Classification (DDC)‖.
Berbeda dengan edisi sebelumnya, notasi yang digunakan adalah 297. Penerbitan
pedoman klasifikasi Islam tersebut dilatarbelakangi oleh perkembangan literatur
bidang agama khususnya agama Islam cukup besar. Selain itu, dalam sistem
klasifikasi persepuluhan Dewey (edisi 22), kelas agama Islam menempati seksi
(297) yang kecil dan terbatas. Dalam berbagai kajian penggunaan klasifikasi
persepuluhan Dewey bidang agama Islam notasinya dirasa kurang memadai,
terbukti dari segi posisinya hanya menempati suatu seksi, struktur notasi kurang
mencerminkan pengembangan ilmu bidang agama Islam maupun kelengkapan
subjek. Pada tahun berikutnya, Perpustakaan Nasional menyusun kembali Daftar
Tajuk Subjek Islam. Kedua pedoman ini menjadi produk yang dibakukan oleh
Perpustakaan Nasional dan Badan Standarisasi Nasional (BSN) dan diterbitkan
pada tahun 2006 dengan judul ―Daftar Tajuk Subjek Islam dan Klasifikasi Islam:
22
Universitas Indonesia
Adaptasi dan Perluasan Notasi 297 Dewey Decimal Classification” (Kailani,
2008).
Penyusunan bagan klasifikasi Islam ini didasarkan pada struktur yang ada
dalam DDC. Bagan ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu bagan yang memuat
istilah-istilah subjek dalam bidang kajian Islam dengan disertai notasi dasar dari
297–297.9, tabel-tabel dan indeks untuk membantu pemakai dalam mencari notasi
subjek. Dengan berdasarkan prinsip persepuluhan seperti DDC, dalam menyusun
bagan klasifikasi, Namun bagan klasifikasi Islam ini membagi seksi menjadi
sepuluh kelas sub seksi, dan dari sepuluh kelas sub seksi dibagi lagi menjadi
sepuluh sub-sub seksi kelas, dan seterusnya. Sepuluh kelas seksi tersebut (Kailani,
2006) adalah sebagai berikut:
297 Islam Umum
297.1 Al-Qur‘an dan Ilmu yang berkaitan
297.2 Hadis dan ilmu yang berkaitan
297.3 Aqaid dan ilmu yang berkaitan
297.4 Fiqih
297.5 Ahlak dan Tasawuf
297.6 Sosial dan Budaya
297.7 Filsafat dan perkembangan
297.8 Aliran dan Sekte
297.9 Sejarah Islam dan Biografi
Penggunaan tabel dalam bagan klasifikasi Islam ini terdiri dari enam tabel,
yaitu tabel subdivisi standar (tabel 1) , tabel wilayah (tabel 2), tabel sub divisi
kesusastraan (tabel 3), tabel sub divisi bahasa (tabel 4), tabel 5 etnik dan
kelompok bangsa (tabel 5) dan tabel bahasa (tabel 6). Indeks di dalam bagan ini
juga mengunakan indeks relatif, yaitu berusaha mengumpulan aspek-aspek subjek
berkaitan.
2.3.3.2 Sistem klasifikasi Islam Adaptasi dan Perluasan Notasi DDC seksi
Islam (Kementerian Agama)
Disusun untuk mengakomodasi perkembangan subjek di bidang agama
Islam. Sistem ini dikembangkan dari bagan klasifikasi DDC, khususnya untuk
23
Universitas Indonesia
agama Islam. Oleh karena itu dinamakan Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan
Perluasan DDC seksi Islam. Sistem ini dikembangkan oleh Badan Litbang
Departemen Agama. Penerbitan sistem klasifikasi Islam ini dilakukan setelah
beberapa kajian mendalam melalui serangkaian pertemuan antar perpustakaan
seperti perpustakaan IAIN di seluruh Indonesia, Perpustakaan Nasional, dan
perpustakaan PDII-LIPI. Sistem klasifikasi Islam yang menggunakan notasi dasar
2X0 telah ditetapkan atau disahkan penggunaannya melalui surat keputusan
bersama antara Menteri Agama Dan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan RI
tahun 1987, yaitu nomor 159 tahun 1987 dan nomor 0543 C/U/1987. Kalangan
pengguna sistem ini adalah perpustakaan-perpustakaan IAIN, STAIN, Madrasah,
Perpustakaan Masjid, dan perpustakaan Islam lainnya (Kailani, 2003).
Perluasan DDC seksi Islam tersebut dilatarbelakangi oleh minimnya atau
terbatasnya cakupan subjek terutama bidang Islam yang terdapat dalam bagan
klasifikasi DDC yang ada, sementara jumlah literatur Islam terus berkembang.
Sebagai suatu bagan klasifikasi yang bersifat universal, DDC mencakup seluruh
subjek-subjek ilmu pengetahuan termasuk di dalamnya subjek-subjek yang
berkaitan dengan agama Islam. Meskipun demikian tidak semua subjek yang
tercakup di dalam DDC mendapatkan porsi yang sama. Beberapa subjek
mempunyai porsi yang luas, sebaliknya subjek lainnya mendapat porsi yang
terbatas. Salah satu subjek yang mendapat porsi notasi yang terbatas adalah
bidang agama Islam. Adanya kenyataan tersebut di atas, dan kesadaran akan
terbatasnya cakupan subjek dari DDC ini, kemudian memunculkan alternatif
untuk memberikan ‗optional‘ terutama kepada kepada agama-agama selain
Kristen untuk mengembangkan atau membuat perluasan notasi untuk keperluan
setempat.
Melalui serangkaian pertemuan dengan melibatkan berbagai kalangan baik
para pustakawan, akademisi dan para ahli di bidang agama Islam dibentuklah
suatu tim yang bertugas menyusun bagan klasifikasi Islam. TIM ini kemudian
menghasilkan suatu draf yang berjudul “Sistem klasifikasi Islam: adaptasi dan
perluasan DDC seksi Islam”, dengan mengambil notasi dasar 297 yang
24
Universitas Indonesia
dipendekkan dengan menyingkat angka 97 pada 297 menjadi X, sehingga bentuk
notasinya adalah 2X (2X0-2X9). Draf inilah yang kemudian disahkan dan
ditetapkan melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) dua menteri, Menteri Agama
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI pada tahun 1987. pada tahun 2003
bagan klasifikasi tersebut mengalami revisi, dan diterbitkan bersama daftar tajuk
Islam, dengan judul “Daftar Tajuk Islam dan sistem klasifikasi Islam: adaptasi
dan perluasan DDC seksi Islam” oleh Puslitbang Lektur Agama. Penyusunan
bagan klasifikasi Islam ini didasarkan pada struktur yang ada di dalam DDC.
Bagan ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu bagan yang memuat istilah-istilah
subjek dalam bidang kajian Islam dengan disertai notasi dasar dari 2X0 – 2X9,
tabel-tabel, dan indeks untuk membantu pemakai dalam mencari notasi suatu
subjek.
Dengan berdasarkan prinsip persepuluhan seperti DDC, dalam menyusun
bagan klasifikasi, kelas utama bagan klasifikasi Islam ini dibagi menjadi sepuluh
kelas utama, dan dari sepuluh kelas utama dibagi lagi menjadi sepuluh sub kelas,
dan seterusnya. Sepuluh kelas utama tersebut (Kailani, 2006) adalah sebagai
berikut:
2X0 Islam Umum
2X1 Al-Qur‘an dan Ilmu yang berkaitan
2X2 Hadis dan ilmu yang berkaitan
2X3 Aqaid dan ilmu yang berkaitan
2X4 Fiqih
2X5 Ahlak dan Tasawuf
2X6 Sosial dan Budaya
2X7 Filsafat dan perkembangan
2X8 Aliran dan Sekte
2X9 Sejarah Islam dan Biografi
Penggunaan tabel dalam bagan klasifikasi Islam ini terdiri dari tiga tabel,
yaitu tabel subdivisi standar (tabel 1) , tabel wilayah (tabel 2), dan tabel bahasa
25
Universitas Indonesia
(tabel 6). Indeks di dalam bagan ini juga mengunakan indeks relatif, yaitu
berusaha mengumpulan aspek-aspek subjek berkaitan.
2.4 Ilmu Pengetahuan Islam
2.4.1 Pengertian
Islam merupakan agama Allah yang diwahyukan kepada para rasul-
rasulNya sebagai petunjuk (hidayah) bagi seluruh umat manusia dalam
kehidupannya di dunia dan merupakan manisfestasi dari sifat Rahman dan Rahim
(kasih sayang) Allah SWT. Islam sebelum diutus kepada Nabi Muhammad hanya
untuk kepentingan suku, bangsa dan daerah-daerah tertentu dan pada waktu
tertentu pula. Namun ketika Islam datang kepada Muhammad SAW, Islam
menjadi agama universal atas berbagai suku dan golongan dimuka bumi dan akan
disampaikan kepada manusai sampai akhir zaman (Al-Qardhawi, 2004).
Selanjutnya ia menjelaskan bahwa agama Islam adalah agama Allah yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan serta diteruskan
kepada seluruh umat manusia yang mengandung ketentuan-ketentuan keimanan
(aqidah) dan ketentuan-ketentuan ibadah dan muamalah (syariah) yang
menentukan proses berpikir, merasa dan berbuat, dan proses terbentuknya kata
hati.
2.4.2 Sumber Hukum Islam
Hukum Islam merupakan kumpulan tugas-tugas kewajiban dan ajaran
yang diserukan oleh Nabi Muhammad SAW dan tidak terbatas pada aspek praktis
(amaliyah) ataupun perundang-undangan yang terdiri dai ibadah dan muamalat,
tidak juga hanya pada aspek teoritis atau akidah keyakinan, dan tidak pula pada
aspek spriritual (rohani) ataupun moral, melainkan mencakup keseluruhan dan
berkesinambungan, integralitas dan harmonika (Al-Qardhawi, 2004). Al-Qur’an
dan Hadis merupakan sumber utama hukum Islam dan dijadikan pedoman dalam
hidup manusia.
26
Universitas Indonesia
2.4.3 Pilar-Pilar Islam
Menurut Yusuf Al-Qardhawi (2004), pilar-pilar dalam Islam yaitu akidah,
ibadah, akhlak, dan perundang-undangan. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa
akidah Islam merupakan penutup akidah-akidah samawi dimana penjelasan dan
penunjukkannya telah dijamin oleh Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, yang
tergambar dalam bentuk keimanan kepada Allah, hari Akhir, para malaikat, kitab
dan Nabi. Dasar dari akidah adalah iman kepada Allah, Iman kepada kenabian,
dan iman kepada hari akhir.
Ibadah menurut syara‘ adalah ketundukan dan kecintaan, dan pada
dasarnya ibadah mengandung dua unsur yaitu ketaatan dan pelaksanaan terhadap
segala hal yang telah disyariatkan oleh Allah dan didakwahkan oleh para rasul-
Nya, yang berupa perintah dan larangan dan pelaksanaan dari ibadah, harus
muncul dari hati.
Akhlak merupakan salah satu bentuk karakter dari berbagai karakter Islam,
karena moralitas (akhlakiyah) merasuk ke dalam seluruh dimensi Islam, seluruh
ajaran Islam, sampai kepada akidah, ibadah, dan mu‘amalat, serta politik,
ekonomi, perdamaian dan perang. Sedangkan perundang-undangan merupakan
aspek yang mendisplinkan perjalanan kehidupan Islam dengan sejumlah hukum-
hukum sya‘riat praktis yang mengatur hubungan manusia satu sama lain dalam
berbagai aspek kehidupan.
2.4.4 Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam
Al-Qur’an dan Hadis merupakan sumber ilmu-ilmu Islam dan mempunyai
peran ganda dalam penciptaan dan pengembangan ilmu-ilmu (Azra, 2002).
Selanjutnya ia menjelaskan bahwa prinsip-prinsip seluruh ilmu dipandang kaum
muslim terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadis menciptakan iklim yang kondusif
bagi pengembangan ilmu dengan menekankan kebijakan dan keutamaan menuntut
ilmu; pencarian ilmu dalam segi apapun berujung pada penegasan Tahuhid—
keunikan dan keesaan Allah SWT.
27
Universitas Indonesia
Menurut Sunanto (2003) perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia
Islam dibagi menjadi lima periode, yaitu:
a. Perkembangan Ilmu pengetahuan pada masa Rasul dan Khulafaur ar-Rasyidin
Pada masa ini, perhatian dan pengembangan ilmu pengetahuan terpusat pada
usaha untuk memahami Al-Qur’an dan Hadis Nabi untuk memperdalam
akidah, akhlak, ibadah, muamalah dan kisah-kisah Al-Qur’an.
b. Perkembangan Ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah
Pada masa Bani Umayyah telah terjadi perkembangan dan pembidangan ilmu
pengetahuan sebagai berikut:
1) Ilmu pengetahuan bidang agama yaitu segala ilmu yang bersumber dari Al-
Qur’an dan Hadis.
2) Ilmu pengetahuan bidang sejarah yaitu segala ilmu yang membahas
tentang perjalanan hidup, kisah, dan riwayat.
3) Ilmu pengetahuan bidang bahasa yaitu segala ilmu yang mempelajari
bahasa, nahwu, sharaf, dan lain-lain.
4) Ilmu pengetahuan bidang filsafat yaitu segala ilmu yang pada umumnya
berasal dari bangsa asing seperti ilmu mantiq, kedokteran, kimia,
astronomi, ilmu hitung, dan ilmu lain yang berhubungan dengan ilmu itu.
c. Perkembangan Ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah
Pada masa Bani Abbasiyah perkembangan ilmu pengetahuan dibagi menjadi
dua, yaitu:
1) Perkembangan ilmu naqli
Ilmu naqli adalah ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis seperti,
ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu kalam, ilmu tasawuf, ilmu bahasa, dan ilmu
fiqh.
2) Perkembangan ilmu aqli
Ilmu aqli adalah ilmu yang didasarkan pada pemikiran (rasio) seperti, ilmu
kedokteran, ilmu filsafat, ilmu optik, ilmu astronomi, ilmu hitung, dan
ilmu kimia.
d. Perkembangan Ilmu pengetahuan di provinsi
Perkembangan ilmu pengetahuan keislaman di negera-negera provinsi
diantaranya, ilmu kesusastraan, ilmu seni bangunan (arsitektur), ilmu
28
Universitas Indonesia
keislaman (fikih, hadis, tafsir, ilmu kalam, ilmu sejarah, tata bahasa arab dan
filsafat), ilmu hitung, musik, kedokteran, ilmu hukum, dan lain sebagainya.
e. Perkembangan ilmu di dunia Islam setelah Baghdad hancur
Pada masa ini, tumbuh ilmu-ilmu baru seperti mulai matangnya ilmu umron
(sosiologi), dan filsafat tarikh (philosophy of history) serta mulai
disempurnakannya penyusunan ilmu politik, ilmu tata usaha, ilmu peperangan
dan ilmu kritik sejarah.
Sedangkan, menurut Kailani (1981), perkembangan ilmu pengetahuan
Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis adalah Aqaid, Hukum Islam,
Akhlak, ajaran untuk menggunakan akal pikiran dan mempelajari alam sememsta
berserta isinya dalam usaha mendekatkan diri kepada Tuhan YME, ajaran amal
Ma‘ruf nahi Mungkar, dan ajaran yang bersifat kemasyarakatan. Ia menjelaskan
bahwa dalam perkembangannya, ajaran-ajaran Islam mengalami perkembangan
menjadi berbagai cabang ilmu pengetahuan dan bahkan ada yang melahirkan
cabang ilmu pengetahuan baru. Selanjutnya ia menyimpulkan bahwa sumber dan
cabang-cabang ilmu pengetahuan Islam meliputi beberapa bagian, antara lain:
a) Al-Qur’an dan Hadis dan ilmu-ilmu yang berkaitan.
b) Aqaid dan Ilmu Kalam.
c) Fiqh dan Ushul Fiqh.
d) Akhal.
e) Tasawuf.
f) Falsafat Islam.
g) Da‘wah Islam.
h) Kemasyarakatan Islam.
i) Tarikh Islam.
j) Kebudayaan Islam, dan
k) Sekte-sekte dalam Islam.
Beberapa cabang yang erat berkaitan dapat dikumpulkan dalam satu
kelompok dalam penyusunan faset-faset klasifikasi, seperti akhlak dan tasawuf,
filsafat Islam dapat dapat dikelompokan dalam pendidikan Islam dan da‘wah
Islam.
29
Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
merupakan metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti
hubungan antar variabel (Creswell, 2010). Variable dalam penelitian ini yaitu
taksonomi ilmu pengetahuan Islam yang terakomodir dalam bagan Sistem
Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC seksi Islam, bagan klasifikasi
Islam DDC, dan Islam: Outline of a Classification Scheme.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
komparatif. Menurut Nazir (2003) “Penelitian komparatif merupakan penelitian
deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat,
dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu
fenomena tertentu”. Sedangkan Sugiyono (1998) medefinisikan penelitian
komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan.
3.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber dan teknik pengumpulan data penelitian yaitu dengan
mengumpulkan bagan Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC
seksi Islam, bagan klasfikasi Islam DDC, dan Islam: Outline of a Classification
Scheme (Ziauddin Sardar), serta literatur yang berkaitan dengan ketiga bagan
tersebut.
3.4 Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2002) instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas
yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih baik, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah.
30
Universitas Indonesia
Untuk mengumpulkan data, penulis menjadikan formulir isian sebagai instrumen
penelitian. Formulir isian digunakan untuk menganalisis taksonomi ilmu
pengetahuan Islam yang terakomodir dalam bagan Sistem Klasifikasi Islam:
Adaptasi dan Perluasan DDC seksi Islam, bagan klasifikasi Islam DDC, Islam:
outline of a classification scheme,. Formulir isian dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3.1 Formulir Isian
Notasi SKI DEPAG Notasi DDC Notasi
ISLAM OUTLINE OF
A CLASSIFICATION
SCHEME
2X0 Islam (umum) 297.1 Sumber agama Islam E Islam (umum)
2X1 Al-Qur'an dan Ilmu yang
berkaitan
297.2 Teologi doktrin Islam (Aqaid dan
Ilmu Kalam
F Al-Qur'an: wahyu
2X2 Hadis dan Ilmu
yang berkaitan 297.3
Tempat-tempat suci
ziarah G Hadis
2X3 Aqaid dan Ilmu
Kalam 297.4 Ibadah Islam H
Nabi Muhammad:
perjalanan
2X4 Fikih 297.5
Etika Islam dan
Pengalaman, hidup
dan praktik religius
J Akidah Muslim
(Teologi Umum)
2X5 Akhlak dan
Tasawuf 297.6
Pemimpin dan
organisasi K Filsafat (umum)
2X6 Sosial dan
Budaya 297.7
Perlindungan dan
perkembangan Islam L Ibadah
2X7 Filsafat dan
Perkembangan 297.8
Sekte dan gerakan
permbaharuan Islam M
Politik: Teori Politik
(umum)
2X8 Aliran dan Sekte 297.9 Babisme dan Bahai N Hukum (umum)
2X9 Sejarah Islam dan
Biografi P Ilmu Ekonomi (umum)
Q Pendidikan (umum)
R
Sejarah dan Tokoh
(umum)
S Peradaban dan Budaya
T Umat
U
Karakteristik Perilaku
Manusia
V Isu-Isu Kontemporer
3.5 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data dilakukan dengan cara statistik deskriptif. Menurut
Sugiyono (1998), Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
31
Universitas Indonesia
umum atau generalisasi”. Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan
analisis data adalah sebagai berikut:
1) Membandingkan taksonomi ilmu pengetahuan Sistem Klasifikasi Islam:
Adaptasi dan Perluasan DDC seksi Islam dengan taksonomi ilmu pengetahuan
yang terakomodir dalam bagan DDC, Islam: Outline of a Classification
Scheme dan membandingkan bagan klasifikasi Islam DDC dengan bagan
Islam: Outline of a Classification Scheme dengan cara membuat tabulasi
perbandingan.
2) Menganalisis taksonomi ilmu pengetahuan Islam yang terakomodir dalam
bagan Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC seksi Islam,
bagan klasifikasi Islam DDC, dan bagan Islam: outline of a classification
scheme.
3.6 Iterpretasi Data dan Kesimpulan
Interpretasi data dilakukan setelah bagan klasifikasi Islam yang terdapat
pada bagan DDC, Islam: Outline of a Classification Scheme, Klasifikasi Islam:
Adaptasi dan Perluasan Notasi 297 DDC dianalisa, dengan cara menterjemahkan
hasil analisis perbandingan secara deskriptif. Selanjutnya hasil dari interpretasi
data tersebut, kemudian disimpulkan bagan klasifikasi Islam mana yang paling
relevan dengan pembagain ilmu keislaman.
32
Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menguraikan hasil perbandingan dan analisis bagan
klasifikasi Islam DDC, Islam Outline of a Classification Scheme dan Sistem
Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC seksi Islam.
4.1 Perbandingan Bagan Klasifikasi Islam
Perbandingan taksonomi ilmu pengetahuan bagan sistem klasifikasi Islam
bertujuan untuk mengetahui perbedaan, persamaan pada kedua bagan klasifikasi
Islam tersebut.
4.1.1 Perbandingan Bagan SKI Depag dengan Bagan Klasifikasi Islam
DDC
Perbandingan bagan SKI Depag dengan bagan klasifikasi Islam DDC
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1 Perbandingan Bagan SKI Depag dengan Bagan Klasifikasi Islam DDC
Notasi SKI DEPAG Notasi DDC
2X0 Islam (umum) 297.01-09 Subdivisi standar
2X1 Al-Qur'an dan Ilmu
yang berkaitan 297.1 Sumber agama Islam
2X2 Hadis dan Ilmu yang
berkaitan 297.2
Teologi doktrin Islam (Aqaid
dan Ilmu Kalam
2X3 Aqaid dan Ilmu Kalam 297.3 Ibadah Islam
2X4 Fikih 297.4 Sufisme (Mistik Islam)
2X5 Akhlak dan Tasawuf 297.5 Etika Islam dan Pengalaman,
hidup dan praktik religious
2X6 Sosial dan Budaya 297.6 Pemimpin dan organisasi
2X7 Filsafat dan
Perkembangan 297.7
Perlindungan dan
perkembangan Islam
2X8 Aliran dan Sekte 297.8 Sekte dan gerakan
permbaharuan Islam
2X9 Sejarah Islam dan
Biografi 297.9 Babisme dan Bahai
33
Universitas Indonesia
Pada tabel 4.1 menunjukkan perbedaan pengelompokkan taksonomi ilmu
pengetahuan Islam, perbedaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Faset-faset Islam (umum) dalam SKI Depag, seperti faset Islam dan Filsafat;
Islam dan ilmu pengetahuan alam; matematika; Islam dan Teknologi; Islam
dan Politik; Islam dan Politik; dalam bagan klasifikasi Islam DDC merupakan
sub bagian faset Akidah; Islam dan disiplin sekuler; Islam dan sistem
kepercayaan lain.
2) Faset Al-Qur’an dan ilmu yang berkaitan; Hadis dan ilmu yang berkaitan; dan
fikih dalam SKI Depag mempunyai kelas tersendiri, sedangkan pada bagan
klasifikasi Islam DDC dikelompokan dalam satu faset sumber-sumber agama.
3) Faset Aqaid dan ilmu kalam SKI Depag, dalam bagan klasifikasi Islam DDC
dikelompokan dalam faset Teologi doktrin Islam (Aqaid dan Ilmu Kalam).
4) Faset Ibadah Islam dalam bagan klasifikasi Islam DDC, dalam SKI Depag
dikelompokan pada faset Fikih.
5) Faset Sufisme (Mistik Islam) dalam bagan klasifikasi Islam DDC, pada bagan
SKI Depag dikelompokan pada faset Ahlak dan Tasawuf.
6) Faset Etika Islam dan pengalaman hidup, praktik religius dan ibadah Islam,
dalam SKI Depag dikelompokan bersama dalam faset Fikih, sedangkan pada
bagan klasifikasi Islam DDC dikelompokan tersendiri.
7) Faset Pemimpin dan Organisasi dalam bagan klasifikasi Islam DDC, pada SKI
Depag dikelompokan pada faset sejarah Islam dan biografi.
8) Faset perlindungan dan perkembangan Islam dalam bagan klasifikasi Islam
DDC, pada SKI Depag dikelompokan pada faset Filsafat dan Perkembangan.
9) Faset Sekte dan gerakan pembaharuan dalam Islam, Babisme dan Bahai dalam
SKI Depag dikelompokan bersama dalam faset Aliran dan Sekte, sedangkan
pada bagan klasifikasi Islam DDC dikelompokan tersendiri.
34
Universitas Indonesia
4.1.1.1 Perbandingan Faset Al-Qur’an SKI Depag dengan Bagan Klasifikasi
Islam DDC
Perbandingan faset Al-Qur’an SKI Depag dengan bagan klasifikasi Islam
DDC dapat dilihat dalam pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2 Perbandingan Faset Al-Qur’an SKI Depag dengan Bagan Klasifikasi
Islam DDC
Notasi SKI DEPAG Notasi DDC
2X1 Al-Qur'an dan Ilmu yang
berkaitan 297.122 Al-Qur'an
2X1.1 Ilmu-Ilmu Al-Qur'an 297.122 1 Asal-usul dan otentitas
2X1.2 Al-Qur'an dan
terjemahannya 297.122 2
Dongeng Al-Qur'an
dikisahkan kembali
2X1.3 Tafsir Al-Qur'an 297.122 4 Teks Arab
2X1.4 Kumpulan ayat-ayat dan
surat-surat tertentu 297.122 5 Terjemahan
2X1.5 Kritik dan komentar
mengenai Al-Qur'an 297.122 5
Interpretasi dan kritisisme
(tafsir)
2X1.6 Kandungan Al-Qur'an 297.122 6 Komentar
2X1.7 Musabaqah tilawatil
Qur'an 297.122 7
Subjek non agama yang
dibahas dalam Al-Qur'an
2X1.9 Sejarah Al-Quran 297.122 9 Surat dan kumpulan surat
Pada tabel 4.2 terdapat perbedaan dalam taksonomi ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan Al-Qur’an diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Faset Al-Qur’an dalam SKI Depag dikelompokan tersendiri berdasarkan Al-
Qur’an dan Ilmu yang berkaitan, sedangkan dalam bagan Klasifikasi Islam
DDC faset Al-Qur’an menjadi sub faset sumber-sumber Islam.
2) Ilmu pengetahuan yang mempelajari Al-Qur’an dalam SKI Depag
dikelompokan dalam faset ilmu-ilmu Al-Qur’an, sedangkan dalam bagan
klasifikasi Islam DDC ilmu pengetahuan yang mempelajari Al-Qur’an
menjadi sub faset dari faset teks Arab, dan faset interpretasi dan kritisisme.
35
Universitas Indonesia
3) Terjemahan Al-Qur’an dalam SKI Depag menggunakan redaksi Al-Qur’an
dan terjemahannya, sedangkan dalam bagan klasifikasi Islam DDC
menggunakan redaksi terjemahan.
4) Tafsir Al-Qur’an dalam SKI Depag menggunakan redaksi Tafsir Al-Qur’an,
sedangkan dalam bagan klasifikasi Islam DDC menggunakan redaksi
komentar.
5) Mengenai ayat-ayat Al-Qur’an dalam SKI Depag menggunakan redaksi
kumpulan ayat-ayat dan surat-surat tertentu, sedangkan dalam bagan
klasifikasi Islam DDC menggunakan redaksi surat dan kumpulan surat.
6) Kritik dan komentar tentang Al-Qur’an dalam SKI Depag dikelompokan
dalam faset kritik dan komentar mengenai Al-Qur’an, sedangkan dalam
bagan klasifikasi Islam DDC dikelompokan dalam faset interpretasi dan
kritisisme (tafsir).
7) Kandungan tentang Al-Qur’an dalam SKI Depag dikelompokan dalam faset
kandungan dalam Al-Qur’an, sedangkan dalam bagan klasifikasi Islam DDC
dikelompokan dalam faset dongeng Al-Qur’an dikisahkan kembali.
8) Musabaqah dalam SKI Depag dikelompokan dalam faset musabaqah tilawatil
Qur’an, sedangkan dalam bagan klasifikasi Islam DDC menjadi sub faset dari
faset teks Arab.
9) Mengenai sejarah Al-Qur’an dalam SKI Depag dikelompokan dalam faset
sejarah Al-Qur’an, sedangkan dalam bagan klasifikasi Islam DDC
dikelompokan dalam faset asal usul dan otentisitas.
4.1.1.2 Perbandingan Faset Hadis SKI Depag dengan Bagan Klasifikasi
Islam DDC
Perbandingan faset hadis SKI Depag dengan Bagan Klasifikasi Islam
DDC dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.3 Perbandingan Faset Hadis SKI Depag dengan Bagan Klasifikasi Islam
DDC
Notasi SKI DEPAG Notasi DDC
2X2 Hadis dan ilmu yang
berkaitan 297.124 Hadis
36
Universitas Indonesia
2X2.1 Ilmu Hadis 297.124 1 Al-Bukhari, Muhammad
bin Ismail
2X2.2 Kumpulan Hadis 297.124 2 Abu Daud Sulaiman bin
al-Ash Sijitani
2X2.3 Kumpulan Hadis
menurut bidang tertentu 297.124 3
Muslim bin al-Haj al-
Qushayri
2X2.4
Kumpulan hadis menurut
derajat hadis, dan
kumpulan hadis lainnya
297.124 4 Al-Tirmidhi, Muhammad
bin Isa
2X2.5 Kritik terhadap hadis 297.124 5 Al-Nasai, Ahmad bin
Shuayub
2X2.6 Cerita-cerita hadis 297.124 6 Ibnu Majah, Muhammad
bin Yazid
2X2.9
Sejarah pengumpulan,
penulisan, dan
pembukuan hadis
297.124 7 Hadis Suni Lainnya
297.124 8 Hadis Sekte lainnya
Pada tabel 4.3 terdapat perbedaan dalam taksonomi ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan hadis diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Faset hadis dalam SKI Depag dikelompokan tersendiri berdasarkan hadis dan
Ilmu yang berkaitan, sedangkan dalam bagan Klasifikasi Islam DDC faset
hadis menjadi sub faset sumber-sumber Islam.
2) Notasi 297.124 1 – 297.124 8 mengenai para pengumpul hadis sebagaimana
diuraikan dalam bagan klasifikasi Islam DDC dikelaskan secara terpisah,
sedangkan dalam SKI Depag para pengumpul hadis dikelompokan dalam
faset kumupulan hadis.
3) Faset ilmu hadis, kumpulan hadis menurut bidang tertentu, kumpulan hadis
meurut derajat hadis, dan kumpulan hadis lainnya, kritik terhadap hadis,
cerita-cerita hadis, dan sejarah pengumpulan, penulisan dan pembukuan hadis
belum terakomodir dalam bagan klasifikasi Islam DDC.
37
Universitas Indonesia
4.1.1.3 Perbandingan Faset Aqaid dan Ilmu Kalam antara SKI Depag
dengan Bagan Klasifikasi Islam DDC
Perbandingan faset aqaid dan ilmu kalam antara SKI Depag dengan bagan
Klasifikasi Islam DDC dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.4 Perbandingan Faset Aqaid dan Ilmu Kalam SKI Depag dengan Bagan
Klasifikasi Islam DDC
Notasi SKI DEPAG
Notasi DDC
2X3 Aqaid dan ilmu kalam
297.2 Akidah (Aqaid dan Ilmu
Kalam)
2X3.1 Iman kepada Allah
297.21 Allah dan mahluk gaib
2X3.2 Malaikat
297.22 Manusia
2X3.3 Kitab-kitab Allah
297.23 Akhirat
2X3.4 Nabi dan rasul
297.24 Doktrin lain
2X3.5 Hari akhir
297.26 Islam dan aliran sekuler
2X3.6 Qada dan qadar
297.28 Islam dan agama serta
kepercayaan lainnya
2X3.7 Kepercayaan mengenai
hal-hal tertentu 297.29 Apologia dan polemic
2X3.8
Aqidah menurut aliran
dan sekte-sekte tertentu
dalam Islam
2X3.9 Islam tentang agama/
aliran lain
Pada tabel 4.4 terdapat perbedaan dalam taksonomi ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan aqaid dan ilmu kalam diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Iman kepada Allah dalam SKI Depag menggunakan redaksi Iman kepada
Allah, sedangkan dalam bagan klasifikasi Islam DDC menggunakan redaksi
Allah dan mahluk gaib.
2) Hari Akhir jaman dalam SKI Depag menggunakan redaksi hari akhir,
sedangkan bagan klasifikasi Islam DDC menggunakan redaksi Ahkirat.
3) Keyakinan terhadap sekte-sekte tertentu menurut Islam dalam SKI Depag
dikelompokan pada faset aqidah menurut aliran dan sekte-sekte tertentu
dalam Islam, sedangkan dalam bagan klasifikasi Islam DDC dikelompokan
dalam faset doktrin lain.
38
Universitas Indonesia
4) Pandangan Islam tentang agama lain dalam SKI Depag dikelompokan dalam
faset Isalm tentang agama/ aliran lain, sedangkan dalam bagan klasifikasi
Islam DDC dikelompokan dalam faset Islam dan agama serta kerpercayaan
lainnya.
5) Faset malaikat dan faset qada & qadar dalam SKI Depag dikelompokan
tersendiri, sedangkan dalam bagan klasifikasi Islam DDC menjadi sub bagian
dari faset Allah dan mahluk gaib.
6) Faset nabi dan rasul dalam SKI Depag dikelompokan tersendiri, sedangkan
dalam bagan klasifikasi Islam DDC menjadi sub bagian dari faset doktrin
lain.
7) Faset kitab-kitab Allah dan faset kepercayaan mengenai hal-hal tertentu tidak
terakomodir dalam bagan klasifikasi Islam DDC, begitu pula sebaliknya faset
manusia dan faset apologia dan polemik tidak terakomodir dalam SKI Depag.
4.1.1.4 Perbandingan Faset Ibadah Islam SKI Depag Dengan Bagan
Klasifikasi Islam DDC
Perbandingan Faset Ibadah Islam SKI Depag dengan Bagan Klasifikasi
Islam DDC dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.5 Perbandingan Faset Ibadah Islam SKI Depag dengan Bagan Klasifikasi
Islam DDC
Notasi SKI DEPAG
Notasi DDC
2X4.1 Ibadah
297.3 Ibadah Islam
2X4.11 Bersuci
297.31 Rukun Islam
2X4.12 Shalat
297.34 Syahadat
2X4.13 Puasa
297.35 Tempat-tempat suci dan
ziarah
2X4.14 Zakat
297.36 Hari-hari dan waktu khusus
2X4.15 Haji
297.37 Kotbah
2X4.16 Masalah pengurusan
orang sakit dan jenazah 297.38
Ibadah, tata cara, berdoa,
khalwat pelaksanaan dan
nas
2X4.17 Qurban dan Aqiqah
297.39 Praktik-praktik popular
2X4.18 Khitan
39
Universitas Indonesia
Pada tabel 4.5 terdapat perbedaan dalam taksonomi ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan ibadah Islam diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Faset ibadah, dalam SKI Depag menjadi sub faset dari faset fikih. Sedangkan
dalam bagan klasifikasi Islam dikelompokan tersendiri.
2) Faset bersuci dalam bagan klasifikasi Islam DDC tidak terakomodir secara
rinci. Hanya faset wudhu yang terakomodir dan faset tersebut menjadi sub
bagaian dari faset ibadah, tata cara, berdoa, khalwat pelaksanaan dan nas.
3) Shalat dalam SKI Depag mempunyai kelas tersendiri, sedangkan dalam bagan
klasifikasi Islam DDC faset tersebut menjadi sub bagian dari faset shalat dan
khalwat.
4) Faset puasa dalam SKI Kemanag mempunyai kelas tersendiri, sedangkan
dalam bagan klasifikasi Islam DDC faset puasa dikelompokan dalam dua faset.
Kedaua faset tersebut yaitu faset hari-hari dan waktu khusus untuk puasa
ramadhan dan faset etika Islam dan pengalaman, kehidupan, praktik
keagamaan untuk puasa dan dan karya komprehensif mengenai puasa.
5) Faset zakat dalam SKI Depag menjadi sub bagain dari faset ibadah, sedangkan
dalam bagan klasifikasi Islam DDC menjadi sub bagaian dari faset etika Islam
dan pengalaman, kehidupan, praktik keagamaan.
6) Faset haji dalam SKI Depag mempunyai kelas tersendiri, sedangkan dalam
bagan klasifikasi Islam DDC menjadi sub bagian dari faset Mekkah.
7) Faset masalah pengurusan orang sakit dan jenazah dalam bagan klasifikasi
Islam DDC tidak terakomodir.
4.1.1.5 Perbandingan Faset Sekte dan Gerakan Pembaharuan dalam Islam
SKI Depag dengan Bagan Klasifikasi Islam DDC
Perbandingan Faset Sekte dan Gerakan Pembaharuan dalam Islam SKI
Depag dengan Bagan Klasifikasi Islam DDC dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.6 Perbandingan Faset Sekte dan Gerakan Pembaharuan dalam Islam SKI
Depag dengan Bagan Klasifikasi Islam DDC
Notasi SKI DEPAG
Notasi DDC
2X8 Aliran dan Sekte dalam
Islam 297.81
Sekte dan gerakan
pembaharuan Islam
2X8.1 Ahlussunnah Wal Jamaah
297.82 Syiah
40
Universitas Indonesia
2X8.2 Syiah
297.83 Sekte dan gerakan
pembaharuan lainnya
2X8.3 Mu'tazilah
297.85 Druz
2X8.4 Khawarij
297.86 Gerakan Ahmadiyah
2X8.5 Qadariyah dan Jabariyah
297.87 Gerakan Muslim Negro
2X8.6 Murji'ah
2X8.7 Ahmadiyah
2X8.8 Bahaiyah
2X8.9 Aliran dan Sekte yang
timbul kemudian
Pada tabel 4.6 terdapat perbedaan dalam sekte dan gerakan pembaharuan
dalam Islam dan ilmu kalam diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Faset khawarij dalam SKI Depag mempunyai kelas tersendiri, sedangkan
dalam bagan klasifikasi Islam DDC faset menjadi sub bagian dari faset sekte
dan gerakan pembaharuan lainnya.
2) Faset gerakan muslim negro dalam bagan klsifikasi Islam DDC mempunyai
kelas tersendiri, sedangkan dalam SKI Depag faset tersebut dikelompokan
kedalam faset aliran dan sekte timbul kemudiaan.
3) Faset bahaiyah dalam SKI Depag dikelompokan dalam faset aliran dan sekte
dalam Islam, sedangkan dalam bagan klasifikasi Islam DDC faset tersebut
mempunyai kelas khusus dan tersendiri yaitu pada notasi 297.92
Selain perbedaan tersebut diatas, bagan klasifikasi DDC merupakan bagan
klasifikasi umum karena mencakup seluruh cabang ilmu pengetahuan, sedangkan
Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC seksi Islam merupakan
bagan klasifikasi adaptasi dan perluasan dari cabang klasifikasi umum yaitu
mengadopsi faset-faset dari bagan Dewey Decimal Classification. Perbedaan
lainnya yaitu perbedaan notasi dasar yang digunakan, Sistem Klasifikasi Islam:
Adaptasi dan Perluasan DDC seksi Islam menggunakan notasi 2X0, sedangkan
bagan klasifikasi Islam DDC menggunakan notasi 297.
Adapun persamaan dari kedua bagan klasifikasi diatas yaitu mempunyai
perhatian yang sama terhadap perkembangan ilmu pengetahuan Islam dan
41
Universitas Indonesia
membagi cabang ilmu pengetahuan Islam menjadi 10 kelas utama sebagaimana
diuraikan pada tabel 4.1.
4.1.2 Perbandingan Bagan Sistem Klasifikasi Islam: Adapatasi dan
Perluasan DDC seksi Islam dengan Islam: Outline of a Classification
Scheme
Perbandingan dan analisis taksonomi ilmu pengetahuan bagan Sistem
Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC seksi Islam dengan Islam: Outline
of a Classification Scheme bertujuan untuk mengetahui perbedaan, persamaan,
pada kedua bagan klasifikasi Islam tersebut.
4.1.2.1 Perbandingan Bagan SKI Depag dengan Islam: Outline of a
Classification Scheme
Perbandingan bagan SKI Depag dengan Islam: Outline of a Classification
Scheme dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.7 Perbandingan bagan SKI Depag dengan Islam: Outline of a
Classification Scheme
Notasi SKI DEPAG Notasi Islam: Outline of a
Classification Scheme
2X0 Islam (umum) E Islam (umum)
2X1 Al-Qur'an dan Ilmu
yang berkaitan F Al-Qur'an: wahyu
2X2 Hadis dan Ilmu yang
berkaitan G Hadis
2X3 Aqaid dan Ilmu Kalam H Nabi Muhammad: perjalanan
hidup
2X4 Fikih J Akidah Muslim (Teologi
Umum)
2X5 Akhlak dan Tasawuf K Filsafat (umum)
2X6 Sosial dan Budaya L Ibadah
2X7 Filsafat dan
Perkembangan M Politik: Teori Politik (umum)
2X8 Aliran dan Sekte N Hukum (umum)
2X9 Sejarah Islam dan
Biografi P Ilmu Ekonomi (umum)
42
Universitas Indonesia
Q Pendidikan (umum)
R Sejarah dan Tokoh (umum)
S Peradaban dan Budaya
T Umat
U Karakteristik Perilaku Manusia
V Isu-Isu Kontemporer
Pada tabel 4.7 menunjukkan perbedaan pengelompokkan taksonomi ilmu
pengetahuan Islam, perbedaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Faset Islam dan Isu-isu kontemporer yang dikelompokan tersendiri pada bagan
Islam: Outline of a Classification Scheme. Faset-faset tersebut dikelompokan
bersama dalam SKI Depag yaitu pada faset Islam (umum).
2) Faset hukum dan ibadah yang dikelompokan tersendiri pada bagan Islam:
Outline of a Classification Scheme. Faset-faset tersebut dikelompokan
bersama dalam SKI Depag yaitu pada faset Fikih.
3) Faset Ilmu Ekonomi (umum), Politik: Teori Politik (umum), Peradaban dan
Budaya, dan Umat yang terakomodir dalam bagan Islam: Outline of a
Classification Scheme dikelompokan dalam satu kelas dalam SKI Depag yaitu
pada faset sosial dan budaya. Selain itu kelas Aliran dan Sekte dalam bagan
Islam: Outline of a Classification Scheme, tidak dikelompokan secara khusus
seperti yang terakomodir dalam SKI Depag.
4) Faset filsafat (umum) dan Pendidikan (umum) yang dikelompokan tersendiri
pada bagan Islam: Outline of a Classification Scheme. Faset-faset tersebut
dikelompokan bersama dalam SKI Depag yaitu pada kelas faset filsafat dan
perkembangan.
5) Faset sejarah dan tokoh umum; dan nabi Muhammad: perjalanan
dikelompokan tersendiri pada bagan Islam: Outline of a Classification
Scheme. Faset-faset tersebut dikelompokan bersama pada SKI Depag yaitu
pada faset sejarah Islam dan biografi.
4.1.2.2 Perbandingan Faset Islam (Umum) SKI Depag dengan Islam: Outline
of a Classification Scheme
Perbandingan Faset Islam (Umum) SKI Depag dengan Islam: Outline of a
Classification Scheme dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
43
Universitas Indonesia
Tabel 4.8 Perbandingan Faset Islam (Umum) dengan Islam: Outline of a
Classification Scheme
Notasi SKI DEPAG
Notasi Islam: Outline of a
Classification Scheme
2X0 Islam (umum)
E Islam (umum)
2X0.1 Islam dan Filsafat
2X0.3 Islam dan Ilmu Sosial
2X0.5 Islam dan Ilmu Murni
2X0.6 Islam dan Teknologi
2X0.7 Islam dan Kesenian
2X0.9 Islam dan bidang lainnya
Pada tabel 4.9 menunjukkan perbedaan pengelompokan faset Islam
(umum). Dalam SKI Depag faset Islam (umum) mempunyai beberapa sub faset
yang berkaitan dengan Islam (umum) seperti faset Islam dan Filsafat; Islam dan
Ilmu Sosial; Islam dan Ilmu Murni; Islam dan Teknologi; Islam dan Kesenian;
Islam dan bidang lainnya, sedangkan dalam bagan Islam: Outline of a
Classification Scheme tidak mempunyai rincian sub faset.
4.1.2.3 Perbandingan Faset Al-Qur’an dalam SKI Depag dengan Islam:
Outline of a Classification Scheme
Perbandingan Faset Al-Qur’an dalam SKI Depag dengan Islam: Outline of
a Classification Scheme dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.9 Perbandingan Faset Al-Qur’an dalam SKI Depag dengan Islam: Outline
of a Classification Scheme
Notasi SKI DEPAG Notasi Islam:Outline of a
Classification Scheme
2X1 Al-Qur'an dan Ilmu yang
berkaitan F Al-Qur'an: Wahyu
2X1.1 Ilmu-Ilmu Al-Qur'an a Teks
2X1.2 Al-Qur'an dan
terjemahannya b Tafsir, penafsiran
2X1.3 Tafsir Al-Qur'an c
Ilmu-Ilmu Al-Qur'an
(Qira'at, kajian, dan
sebagainya)
44
Universitas Indonesia
2X1.4 Kumpulan ayat-ayat dan
surat-surat tertentu d Metode belajar Al-Qur'an
2X1.5 Kritik dan komentar
mengenai Al-Qur'an g Cerita dari Al-Qur'an
2X1.6 Kandungan Al-Qur'an h Hukum dalam Al-Qur'an
2X1.7 Musabaqah tilawatil
Qur'an j Ramalan dalam Al-Qur'an
2X1.8 Sejarah Al-Quran
Pada tabel 4.9 terdapat perbedaan dalam pengelompokan faset Al-Qur’an
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Ayat-ayat tertentu dan surat-surat tertentu dalam SKI Depag dikelompokan
dalam faset kumpulan ayat-ayat dan surat-surat tertentu, sedangkan dalam
Islam: Outline of a Classification Scheme dikelompokan dalam sub faset teks.
2) Faset metode belajar Al-Qur’an dan faset ilmu-ilmu Al-Qur’an dalam SKI
Depag dikelompokan pada faset ilmu-ilmu Al-Qur’an. Sedangkan dalam
Islam: Outline of a Classification Scheme, faset-faset tersebut dikelompokan
tersendiri.
3) Faset cerita dalam Al-Qur’an; hukum dalam Al-Qur’an; dan faset ramalan
dalam Al-Qur’an, dalam SKI Depag dikelompokan dalam faset kandungan
Al-Qur’an, sedangkan dalam Islam: Outline of a Classification Scheme, faset-
faset tersebut dikelompokan tersendiri.
4) Faset Al-Qur’an dan terjemahan, Kritik dan komentar mengenai Al-Qur’an,
musabaqah tilawatil qur’an dan sejarah Al-Qur’an dalam Islam: Outline of a
Classification Scheme tidak terakomodir.
4.1.2.4 Perbandingan Faset Hadis SKI Depag dengan Islam: Outline of a
Classification Scheme
Perbandingan faset hadis SKI Depag dengan Islam: Outline of a
Classification Scheme dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
45
Universitas Indonesia
Tabel 4.10 Perbandingan Faset Hadis SKI Depag dengan Islam: Outline of a
Classification Scheme
Notasi SKI DEPAG Notasi Islam: eOutline of a
Classification Schem
2X2 Hadis dan ilmu yang
berkaitan G Hadis
2X2.1 Ilmu Hadis a Kompilasi
2X2.2 Kumpulan Hadis b Pelestarian
2X2.3 Kumpulan Hadis
menurut bidang tertentu c Asma-ur-Rijaal
2X2.4
Kumpulan hadis menurut
derajat hadis, dan
kumpulan hadis lainnya
d Klasifikasi
2X2.5 Kritik terhadap hadis e Koleksi utama
2X2.6 Cerita-cerita hadis f Kritik Hadis
2X2.9
Sejarah pengumpulan,
penulisan, dan
pembukuan hadis
g Musnad
h Penghimpun Hadis
Pada tabel 4.10 terdapat perbedaan dalam pengelompokan faset hadis
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Faset Asma-ur-Rijaal dalam SKI Depag dikelompokan dalam faset ilmu
hadis, sedangkan dalam Islam: Outline of a Classification Scheme
mempunyai kelas tersendiri.
2) Faset kompilasi, pelestarian, koleksi utama, musnad dalam SKI Depag tidak
diakomodir.
3) Para penghimpun hadis dalam SKI Depag dikelompokan dalam faset
kumpulan hadis sedangkan dalam Islam: Outline of a Classification Scheme
dikelompokan pada faset penghimpun hadis.
4) Faset kumpulan hadis menurut derajat hadis, dan kumpulan hadis lainnya,
kritik terhadap hadis, cerita-cerita hadis dan sejarah pengumpulan, penulisan,
dan pembukuan hadis dalam Islam: Outline of a Classification Scheme tidak
terakomodir.
46
Universitas Indonesia
4.1.2.5 Perbandingan Faset Aqaid dan Ilmu Kalam SKI Depag dengan Islam:
Outline of a Classification Scheme
Perbandingan Faset Aqaid dan Ilmu Kalam dengan Islam: Outline of a
Classification Scheme dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.11 Perbandingan Faset Aqaid dan Ilmu Kalam dengan Islam: Outline of a
Classification Scheme
Notasi SKI DEPAG
Notasi Islam: Outline of a
Classification Scheme
2X3 Aqaid dan ilmu kalam
J Akidah Muslim, Teologi
Umum
2X3.1 Iman kepada Allah
b Keyakinan
2X3.2 Malaikat
c Prinsip Akidah Muslim
lainnya
2X3.3 Kitab-kitab Allah
d Teolog muslim
2X3.4 Nabi dan rasul
2X3.5 Hari akhir
2X3.6 Qada dan qadar
2X3.7 Kepercayaan mengenai
hal-hal tertentu
2X3.8
Aqidah menurut aliran
dan sekte-sekte tertentu
dalam Islam
2X3.9 Islam tentang agama/
aliran lain
Pada tabel 4.11 terdapat perbedaan dalam pengelompokan faset aqaid dan
ilmu kalam diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Faset kiamat, tauhid, kenabian, dalam SKI Depag dikelompokan tersendiri,
misalnya faset kiamat dikelompokan dalam faset hari akhir; faset tauhid
dikelompokan pada faset aqaid dan ilmu kalam; faset kenabian dikelompokan
pada faset nabi dan Rasul. Sedangkan dalam Islam: Outline of a
Classification Scheme, faset-faset tersebut menjadi sub bagian dari faset
keyakinan.
47
Universitas Indonesia
2) Faset iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab Allah, qada dan qadar,
kepercayaan mengenai hal-hal tertentu dan faset Islam tentang agama lain/
aliran lain dalam Islam: Outline of a Classification Scheme tidak terakomodir.
3) Faset teolog muslim dalam SKI Depag tidak dikelompokan dalam faset aqaid
dan ilmu kalam, tetapi menjadi sub bagian dari faset sejarah Islam dan
biografi. sedangkan dalam Islam: Outline of a Classification Scheme
dikelompokan pada faset ini.
4.1.2.6 Perbandingan Faset Filsafat SKI Depag dengan Islam: Outline of a
Classification Scheme
Perbandingan faset filsafat SKI Depag dengan Islam: Outline of a
classification Scheme dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.12 Perbandingan Faset Filsafat SKI Depag dengan Islam: Outline of a
Classification Scheme
Notasi SKI DEPAG Notasi Islam: Outline of a
Classification Scheme
2X7 Filsafat dan
perkembangan K Filsafat (umum)
2X7.1 Filsafat a Epistimologi
2X7.2 Dakwah b Metafisika
2X7.3 Pendidikan c Etika
2X7.4 Pemurnian dan
pembaharuan pemikiran d Tasawuf, pertapaan
2X7.5 Pers Islam e Sufi
f Pergerakan Filosofis
g Filosof klasik
h Filosof modern
Pada tabel 4.12 terdapat perbedaan dalam pengelompokan faset filsafat
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Faset epistimologi dan metafisika dalam SKI Depag menjadi sub bagian dari
faset filsafat. Sedangkan dalam Islam: Outline of a Classification Scheme
dikelompokan tersendiri.
2) Faset dakwah, pendidikan, pemurnian dan pembaharuan pemikiran, pers
Islam dalam Islam: Outline of a Classification Scheme tidak terkomodir.
48
Universitas Indonesia
Tetapi faset pendidikan dalam Islam: Outline of a Classification Scheme
mempunyai kelas tersendiri.
3) Faset tasawuf, pertapaan; sufi; pergerakan filosfis; filosof klasik; dan filosof
modern. Dalam SKI Depag tidak terakomodir. Tetapi, faset tasawuf,
pertapaan, etika dan faset sufi menjadi sub bagian faset akhlak dan tasawuf.
Sedangkan faset pergerakan filosofis menjadi sub bagian faset aliran dan
sekte dalam Islam serta faset filosof klasik dan filosof modern menjadi sub
bagian dari faset sejarah Islam dan biografi.
4.1.2.7 Perbandingan Faset Ibadah SKI Depag dengan Islam: Outline of a
Classification Scheme.
Perbandingan faset ibadah SKI Depag dengan Islam: Outline of a
Classification Scheme dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.13 Perbandingan Faset Ibadah SKI Depag dengan Islam: Outline of a
Classification Scheme
Notasi SKI DEPAG
Notasi Islam: Outline of a
Classification Scheme
2X4.1 Ibadah
L Ibadah
2X4.11 Bersuci
a Shalat
2X4.12 Shalat
b Do'a sehari-hari
2X4.13 Puasa
c Ramadhan (puasa)
2X4.14 Zakat
d Zakat
2X4.15 Haji
e Haji
2X4.16 Masalah pengurusan
orang sakit dan jenazah
f Jihad
2X4.17 Qurban dan Aqiqah
g Dakwah
2X4.18 Khitan
Pada tabel 4.13 terdapat perbedaan dalam pengelompokan faset ibadah
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Faset bersuci; masalah pengurusan orang sakit dan jenazah; qurban dan
aqiqah; dan khitan dalam Islam: Outline of a Classification Scheme tidak
terakomdir.
49
Universitas Indonesia
2) Faset jihad dan dakwah dalam SKI Kemanag tidak terakomodir. Tetapi faset
jihad dalam SKI Depag menjadi sub bagian dari faset fikih dan faset dakwah
menjadi sub bagian faset filsafat dan perkembangan.
Selain perbedaan sebagaiman diuraikan pada tabel-tabel diatas, bagan
Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC seksi Islam merupakan
bagan klasifikasi adaptasi, sedangkan bagan Islam: Outline of a Classification
Scheme merupakan bagan klasifikasi khusus yang mengakomodir cabang ilmu
pengetahuan Islam. Perbedaan lainnya yaitu penggunaan notasi dasar, dimana
bagan Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC seksi Islam
menggunakan notasi 2X0. Notasi tersebut diambil dari salah satu opsinal DDC
untuk pengembangan dan pemenuhan kebutuhan setempat, sedangkan notasi yang
digunakan Islam: Outline of a Classification Scheme adalah huruf, dimana kelas
utama menggunakan huruf kapital dan divisi dan pembagian berikutnya
menggunakan huruf kecil.
Adapun persamaan pada kedua bagan klasifikasi tersebut adalah
mempunyai perhatian yang sama terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
Islam, selain itu tujuan dari pembuatan kedua bagan ini sama-sama sebagai
pioneer untuk membuka mata umat muslim akan pentingnya bagan klasifikasi
Islam dan faset-faset yang dibutuhkan didalamnya.
4.1.3 Perbandingan Taksonomi Ilmu Pengetahuan Islam dalam Bagan
DDC dan Islam: Outline of a Classification Scheme
Perbandingan dan analisis taksonomi ilmu pengetahuan bagan klasifikasi
Islam DDC dengan Islam: Outline of a Classification Scheme bertujuan untuk
mengetahui perbedaan, persamaan pada kedua bagan tersebut.
4.1.3.1 Perbandingan Bagan Klasifikasi Islam DDC dengan Islam: Outline of
a Classification Scheme
Perbandingan bagan klasifikasi Islam DDC dengan Islam: Outline of a
Classification Scheme dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
50
Universitas Indonesia
Tabel 4.14 Perbandingan bagan DDC dengan Islam: Outline of a Classification
Scheme
Notasi DDC
Notasi ISLAM OUTLINE OF A
CLASSIFICATION SCHEME
297.1 Sumber agama Islam
E Islam (umum)
297.2
Teologi doktrin Islam
(Aqaid dan Ilmu
Kalam
F Al-Qur'an: wahyu
297.3 Ibadah Islam
G Hadis
297.4 Sufisme (Mistik Islam)
H Nabi Muhammad: perjalanan
297.5
Etika Islam dan
Pengalaman, hidup dan
praktik religius
J Akidah Muslim (Teologi
Umum)
297.6 Pemimpin dan
organisasi
K Filsafat (umum)
297.7 Perlindungan dan
perkembangan Islam
L Ibadah
297.8 Sekte dan gerakan
permbaharuan Islam
M Politik: Teori Politik (umum)
297.9 Babisme dan Bahai
N Hukum (umum)
P Ilmu Ekonomi (umum)
Q Pendidikan (umum)
R Sejarah dan Tokoh (umum)
S Peradaban dan Budaya
T Umat
U Karakteristik Perilaku Manusia
V Isu-Isu Kontemporer
Pada tabel 4.14 terdapat perbedaan dalam pengelompokan kelas utama
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Faset Al-Qur’an dan Hadis dalam bagan klasifikasi Islam DDC menjadi sub
bagian dari faset sumber-sumber Islam. Sedangkan dalam Islam: Outline of a
Classification Scheme dikelompokan tersendiri.
2) Faset sekte dan gerakan pembaharuan Islam; babisme dan bahai dalam Islam:
Outline of a Classification Scheme tidak terakomodir.
3) Faset umat; hukum [umum (fikih)] peradaban dan budaya; sejarah dan tokoh
dalam bagan klasifikasi Islam tidak terakomodir.
51
Universitas Indonesia
4.1.3.2 Perbandingan Faset Al-Qur’an Bagan Klasifikasi Islam DDC dengan
Islam: Outline of a Classification Scheme
Perbandingan faset Al-Qur’an Bagan Klasifikasi Islam DDC dengan
Islam: Outline of a Classification Scheme dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.15 Perbandingan Faset Al-Qur’an Bagan Klasifikasi Islam DDC dengan
Islam: Outline of a Classification Scheme
Notasi DDC
Notasi Islam:Outline of a
Classification Scheme
297.122 Al-Qur'an
F Al-Qur'an: Wahyu
297.122 1 Asal-usul dan otentitas
A Teks
297.122 2 Dongeng Al-Qur'an
dikisahkan kembali
B Tafsir, penafsiran
297.122 4 Teks Arab
C
Ilmu-Ilmu Al-Qur'an
(Qira'at, kajian, dan
sebagainya)
297.122 5 Terjemahan
D Metode belajar Al-Qur'an
297.122 5 Interpretasi dan kritisisme
(tafsir)
G Cerita dari Al-Qur'an
297.122 6 Komentar
H Hukum dalam Al-Qur'an
297.122 7 Subjek non agama yang
dibahas dalam Al-Qur'an
J Ramalan dalam Al-Qur'an
297.122 9 Surat dan kumpulan surat
Pada tabel 4.15 terdapat perbedaan dalam pengelompokan faset Al-Qur’an
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Faset asal-usul dan otentitas; terjemahan; komentar; subjek non agama yang
dibahas dalam Al-Qur’an; tidak terakomodir dalam bagan Islam: Outline of a
Classification Scheme.
2) Faset surat dan kumpulan surat dalam bagan klasifikasi Islam DDC, dalam
Islam: Outline of a Classification Scheme dikelompokan dalam sub bagian
faset teks.
3) Faset ilmu-ilmu Al-Qur’an dan metode belajar Al-Qur’an, hukum dalam Al-
Qur’an, ramalan dalam Al-Qur’an dalam bagan klasifikasi Islam DDC
menjadi sub bagian dari faset teks Arab dan interpretasi dan kritisissme
(tafsir).
52
Universitas Indonesia
4.1.3.3 Perbandingan Faset Hadis Bagan Klasifikasi Islam DDC dengan
Islam: Outline of a Classification Scheme
Perbandingan Faset Hadis Bagan Klasifikasi Islam DDC dengan Islam:
Outline of a Classification Scheme dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.16 Perbandingan Faset Hadis Bagan Klasifikasi Islam DDC dengan
Islam: Outline of a Classification Scheme
Notasi DDC
Notasi Islam: eOutline of a
Classification Schem
297.122 Hadis
G Hadis
297.122 1 Al-Bukhari, Muhammad
bin Ismail
a Kompilasi
297.122 2 Abu Daud Sulaiman bin
al-Ash Sijitani
b Pelestarian
297.122 4 Muslim bin al-Haj al-
Qushayri
c Asma-ur-Rijaal
297.122 5 Al-Tirmidhi, Muhammad
bin Isa
d Klasifikasi
297.122 5 Al-Nasai, Ahmad bin
Shuayub
e Koleksi utama
297.122 6 Ibnu Majah, Muhammad
bin Yazid
f Kritik Hadis
297.122 7 Hadis Suni Lainnya
g Musnad
297.122 9 Hadis Sekte lainnya
h Penghimpun Hadis
Pada tabel 4.16 terdapat perbedaan dalam pengelompokan faset hadis
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Faset dengan notasi 297.122 1 – 297. 122 9 yang terakomodir pada bagan
klasifikasi Islam DDC, dalam Islam: Outline of a Classification Scheme
dikelompokan pada faset penghimpun hadis.
2) Faset kompilasi, pelestarian, asma-ur-Rijaal, klasifikasi, koleksi utama, kritik
hadis, musnad dalam bagan klasifikasi Islam DDC tidak terakomodir.
53
Universitas Indonesia
4.1.3.4 Perbandingan Faset Akidah Bagan Klasifikasi Islam DDC dengan
Islam: Outline of a Classification Scheme.
Perbandingan Faset Akidah Bagan Klasifikasi Islam DDC dengan Islam:
Outline of a Classification Scheme dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.17 Perbandingan Faset Akidah Bagan Klasifikasi Islam DDC dengan
Islam: Outline of a Classification Scheme
Notasi DDC
Notasi Islam: Outline of a
Classification Scheme
297.2 Akidah (Aqaid dan Ilmu
Kalam)
J Akidah Muslim, Teologi
Umum
297.21 Allah dan mahluk gaib
b Keyakinan
297.22 Manusia
c Prinsip Akidah Muslim
lainnya
297.23 Akhirat
d Teolog muslim
297.24 Doktrin lain
297.26 Islam dan aliran sekuler
297.28 Islam dan agama serta
kepercayaan lainnya
297.29 Apologia dan polemik
Pada tabel 4.17 terdapat perbedaan dalam pengelompokan faset hadis
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Faset Doktrin lain; Islam dan aliran sekuler; Islam; apologia dan polemik
dalam Islam: Outline of a Classification Scheme tidak terakomodir.
2) Faset teolog muslim pada bagan klasifikasi Islam DDC tidak terakomodir.
3) Faset Islam dan agama serta kepercayaan lainnya, dalam Islam: Outline of a
Classification Scheme dikelompokan akidah muslim lainnya.
4.1.3.5 Perbandingan Faset Ibadah Bagan Klasifikasi Islam DDC dengan
Islam: Outline of a Classification Scheme
Perbandingan Faset Ibadah Bagan Klasifikasi Islam DDC dengan Islam: Outline
of a Classification Scheme dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
54
Universitas Indonesia
Tabel 4.18 Perbandingan Faset Ibadah Bagan Klasifikasi Islam DDC dengan
Islam: Outline of a Classification Scheme
Notasi DDC
Notasi Islam: Outline of a
Classification Scheme
297.3 Ibadah Islam
L Ibadah
297.31 Rukun Islam
a Shalat
297.34 Syahadat
b Do'a sehari-hari
297.35 Tempat-tempat suci dan
ziarah
c Ramadhan (puasa)
297.36 Hari-hari dan waktu
khusus
d Zakat
297.37 Kotbah
e Haji
297.38
Ibadah, tata cara, berdoa,
khalwat pelaksanaan dan
nas
f Jihad
297.39 Praktik-praktik populer
g Dakwah
Pada tabel 4.18 terdapat perbedaan dalam pengelompokan faset Ibadah
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Faset syahadat; tempat-tempat suci dan ziarah; kotbah, praktik-pratik popular
dalam Islam: Outline of a Classification Scheme tidak terakomodir.
2) Faset jihad, zakat dalam bagan klasifikasi Islam DDC tidak terakomodir.
3) Faset do’a sehari-hari dan shalat yang tekomodir dalam Islam: Outline of a
Classification Scheme, dalam bagan klasifikasi Islam DDC dikelompokan
pada sub bagian dari faset Ibadah, tata cara, berdoa, khalwat pelaksanaan dan
nas.
4) Faset kotbah yang terakomodir dalam bagan klasifikasi Islam DDC, dalam
Islam: Outline of a Classification Scheme dikelompokan pada faset dakwah.
Selain perbedaaan tersebut sebagaimana diuraikan pada tabel-tabel diatas,
bagan klasifikasi Islam DDC merupakan bagan klasifikasi umum yang
menggunakan notasi angka Arab (297) yang mencakup seluruh cabang ilmu
pengetahuan, sedangkan Islam: Outline of a Classification Scheme merupakan
bagan klasifikasi khusus keislaman dengan menggunakan notasi huruf. Adapun
55
Universitas Indonesia
persamaan pada kedua bagan ini adalah mempunyai perhatian yang sama terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan Islam.
4.2 Analisis Bagan Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC
seksi Islam, Klasifikasi Islam DDC dan Islam: Outline of a
Classification Scheme
4.2.1 Analisis Bagan Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC
seksi Islam
a. Kelebihan
Kelebihan Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC
seksi Islam diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Cakupan fasetnya lebih luas dari bagan klasifikasi Islam Dewey Decimal
Classification misalnya pada faset fikih dan sejarah Islam. Pada Dewey
Decimal Classification faset fikih dikelompokan pada notasi 340.59 dan
tidak diperinci secara detail. Sedangkan untuk faset sejarah Islam dalam
bagan klasifikasi Islam Dewey Decimal Classification belum
terakomodir.
2) Lebih terperinci, misalnya pada rincian faset Al-Qur’an, Hadis, Aqaid
dan Ilmu Kalam, Fikih, Ahlak dan Tasawuf, Sosial dan Budaya, Filsafat
dan Perkembangan, Aliran dan Sekte, dan Sejarah Islam dan Biografi.
3) Memiliki tatanan kelas lebih sistematis dan praktis.
4) Notasi dasar lebih pendek yaitu 2X0 (divisi)
5) Dalam penjajaran, bahan pustaka dapat ditempatkan sebelum dan atau
setelah notasi 297 dengan catatan harus konsisten dan taat asas.
b. Kelemahan
Kelemahan Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC
seksi Islam diantaranya adalah sebagai beriktut:
1) Kurang terperinci pada Kelas Islam umum (2X0), untuk faset Islam dan
Bahasa; dan faset Islam dan Sastra belum terakomodir.
2) Akan terjadi penumpukkan notasi pada subjek yang berbeda [Islam
umum (2X0)], misalnya untuk notasi Islam dan filsafat; Islam dan ilmu
56
Universitas Indonesia
sosial; Islam dan ilmu murni; Islam dan Teknologi; Islam dan kesenian;
Islam dan bidang lainnya dikelompokan pada notasi 2X0 [Islam
(umum)]. Sehingga notasi untuk berbagai subjek tersebut akan
mempunyai notasi yang panjang dan harus menggunakan bagan Dewey
Decimal Classification.
3) Qualifier kurang, terutama pada faset-faset yang menggunakan istilah
Arab misalnya pada faset tajwid, gramatika Al-Qur’an, ma’ani Al-
Qur’an, majaz Al-Qur’an, amsal Al-Qur’an, I’jazul Al-Qur’an, nasikh
dan mansukh, garib Al-Qur’an, rasm Al-Qur’an, dan faset-faset lainnya
yang menggunakan istilah Arab.
4) Petunjuk penggunaan tabel kurang, misalnya pada faset organisasi sosial
dan faset sekte dan aliran dalam Islam seyogyanya diberikan petunjuk
untuk menggunakan tabel 2 wilayah. Karena pada faset tersebut
menguraikan organisasi dan sekte yang berada beberapa wilayah yang
berbeda.
5) Indeks relatif masih terdapat kekurangan diantaranya adalah sebagai
berikut:
a) Kurang terperinci, masih terdapat faset-faset yang belum
terakomodir dalam indeks seperti faset Druz, Jubaiyah dan lain
sebagainya.
b) Cross reference (petunjuk silang) kurang, misalnya pada Perzinahan
lihat Zina, dan lain sebagainya.
6) Akan menimbulkan broken order.
7) Tidak konsistennya waktu untuk pengembangan bagan klasifikasi.
8) Belum ada badan pengawas.
4.2.2 Analisis Bagan Klasifikasi Islam DDC
a. Kelebihan
Kelebihan bagan klasifikasi Islam DDC adalah sebagai berikut:
1) Adanya optional untuk pengembangan agama selain Kristen yang
bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan subjek ilmu pengetahuan agama
agama setempat.
57
Universitas Indonesia
2) Merupakan dasar pengelompokkan faset Sistem Klasifikasi Islam:
Adaptasi dan Perluasan DDC seksi Islam dan bagan klasifikasi lainnya.
3) Mempunyai badan pengawas.
b. Kelemahan
Kekurangan bagan klasifikasi Islam DDC adalah sebagai berikut:
1) Kelas untuk agama Islam relatif kecil dan terbatas, yaitu pada notasi 297
(seksi).
2) Belum mengakomodir seluruh cabang ilmu pengetahuan Islam, seperti
fikih dan sejarah Islam.
4.2.3 Analisis Bagan Islam: Outline of a Classification Scheme
a. Kelebihan
Kelebihan bagan Islam: Outline of a Classification Scheme adalah
sebagai berikut:
1) Merupakan bagan klasifikasi khusus tentang ilmu pengetahuan Islam.
2) Merupakan salah satu pioneer bagan klasifikasi Islam, khususnya di
benua Eropa.
b. Kelemahan
Kelemahan bagan Islam: Outline of a Classification Scheme adalah
sebagai berikut:
1) Pembagian cabang pengetahuan Islam tidak seimbang, yaitu kurang
terperincinya faset-faset yang berkaitan dengan cabang ilmu yang
berkaitannya seperti pada faset Al-Qur’an, Hadis. Ibadah, Hukum (Fikih)
dan lain sebagainya.
2) Belum mengakomodir seluruh cabang pengetahuan Islam yaitu
pengetahuan tentang sekte dan aliran kepercayaan tertentu. Seperti
Ahmadiyah, Murji’ah, Azariqah, Azajiyah dan lain sebagainya.
3) Kurang terperinci, seperti pada faset tafir, penafasiran (Ab), faset
penghimpun hadis (gh), iman (Jbe) dan faset lain sebagainya.
4) Scope note kurang, misalnya pada faset sejarah Al-Qur’an (Ag). Pada
faset ini seyogyanya diberikan cakupan “termasuk pembukuan Al-
Qur’an, Turunnya Al-Qur’an”.
58
Universitas Indonesia
5) Qualifier kurang, terutama pada faset-faset yang menggunakan istilah
Islam, seperti faset Musnad. Pada faset ini seyogyanya diberi qualifier
“sanad dan rawi muttashil hadis hingga kepada nabi Muhammad”.
6) Belum adanya upaya pengembangan bagan klasifikasi.
7) Tidak mempunyai badan pengawas.
59
Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bagan klasifikasi Islam DDC, Islam: Outline of a Classification Scheme
dan Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC seksi Islam
merupakan pedoman khusus untuk pengklasifikasian subjek ilmu pengetahuan
Islam. Hasil perbandingan dan analisis ketiga bagan klasifikasi Islam tersebut
dapat disimpulkan antara lain:
a. Perbandingan Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC seksi
Islam dengan bagan klasifikasi Islam DDC mempunyai perbedaan pada
penggunaan notasi dasar, cakupan subjek dalam kelas, tata urut faset, dan
redaksi subjek. Adapun persamaan kedua bagan klasifikasi ini adalah
mempunyai perhatian yang sama terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
Islam dan membagi seluruh cabang ilmu pengetahuan Islam menjadi 10 kelas
utama.
b. Perbandingan Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC seksi
Islam dengan Islam: Outline of a Classification Scheme mempunyai
perbedaan pada penggunaan notasi dasar, cakupan subjek dalam kelas, tata
urut faset, pengelompokan faset ke dalam kelas, dan pembagian cabang ilmu
pengetahuan Islam dalam kelas utama. Dimana SKI Depag membagai ilmu
pengetahuan Islam menjadi 10 kelas utama, sedangkan Islam: Outline of a
Classification Scheme membagi ilmu pengetahuan Islam menjadi 16 kelas
utama. Adapun persamaan kedua bagan klasifikasi tersebut yaitu mempunyai
perhatian yang sama terhadap perkembangan ilmu pengetahuan Islam, selain
itu tujuan dari pembuatan kedua bagan ini sama-sama sebagai pioneer untuk
membuka mata umat muslim akan pentingnya bagan klasifikasi Islam dan
faset-faset yang dibutuhkan didalamnya.
c. Perbandingan bagan klasifikasi Islam DDC dengan Islam: Outline of a
Classification Scheme mempunyai perbedaan pada penggunaan notasi dasar,
60
Universitas Indonesia
cakupan subjek dalam kelas, tata urut faset, dan pembagian ilmu pengetahuan
Islam kedalam kelas utama. Dimana bagan klasifikasi Islam DDC membagi
kedalam 10 kelas utama, sedangkan Islam: Outline of a Classification Scheme
membagi menjadi 16 kelas utama. Adapun persamaannya adalah mempunyai
perhatian yang sama terhadap perkembangan ilmu pengetahuan Islam.
d. Hasil analisis ketiga bagan klasifikasi Islam tersebut diketahui kelebihan dan
kelemahannya. Adapun kelebihan dan kelemahan pada ketiga bagan
klasifikasi Islam tersebut dapat mengindikasikan kelengkapan dan
kesempurnaan suatu bagan klasifikasi Islam.
5.2 Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pijakan untuk penelitian
lanjutan dengan subjek yang sama. Selain itu, diharapkan menjadi bahan
pertimbangan Kementerian Agama dan Perpustakaan Nasional dalam
mengembangkan bagan klasifikasi Islam.
61
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qardhawi, Yusuf. (2004). Sistem pengetahuan Islam. Jakarta: Restu Ilahi.
Arianto, M. Sholihin. (2006). “Islamic knowledge classification scheme in Islamic
countries’ libraries: Challenges and opportunities”. Al-Jami’ah, 44, 296-
323.
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktek (5 rd
ed). Jakarta: Rineka Cipta.
Azra, Azyumardi. (2002). Pendidikan Islam: tradisi dan modernisasi menuju
milenium baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Batjo, Abdul Aziz. (1985). Klasifikasi Islam: Adaptasai klasifikasi persepuluhan
Dewey dan perluasan 297. Jakarta: Pusat Perpustakaan Islam Indonesia.
Chan, Lois Mai. (1994). Cataloging and classification: An ntroduction (2 th ed).
New York: McGraw-Hill.
Creswell, John W. Penerjemah Ahmad Fawaid (2010). Research design:
Qualitative and quantitative research approaches (Achmad Fawaid,
Penerjemah). California: Sage Publication
Dewey, Melvil. (2003). Dewey decimal classification and relative index (22 rd
ed). New York: OCLC, Inc.
Doyle, Lauren B. (1976). Information retrieval and processing. Los Angeles:
Melville Publishing.
Gates, Jean Key. (1994). Guide to the libraries and information source. Seventh
edition. New York: McGraw-Hill.
Kailani Er, Muh (Penyunting). (2006). Daftar tajuk subjek Islam dan klasifikasi
Islam: Adaptasi dan perluasan notasi 297 Dewey Decimal Classification
(DDC). Jakarta: Perpustakaan Nasional R.I.
_______. (2003). Daftar tajuk subjek Islam dan sistem klasifikasi Islam: Adaptasi
dan perluasan Dewey Decimal Classification (DDC) seksi Islam. Jakarta:
Pustlitbang Lektur Agama Badan Litbang Agama Departemen Agama.
62
Universitas Indonesia
_______.(1993). Materi pokok pengolahan bahan pustaka. Jakarta: Universitas
terbuka, Depdikbud.
_______. (1981, November) Sistem Klasifikasi Perkembangan Dewey: Penerapan
Bidang Agama Islam: Adaptasi dan Perluasan 2X0 – 2X9. makalah
dipresentasikan pada seminar tentang penerapan sistem klasifikasi
persepuluhan Dewey (DDC) diperpustakaan Indonesia, Jakarta, FIB-PD-IPI
Jakarta.
_______. (2008). Perbandingan sistem klasifikasi Islam antara Departemen
Agama dan Perpustakaan Nasional. Majalah Perpustakaan dan Informasi,
1, 48-65.
Kumar, Krishan. (1996). Theory of classification. New Delhi: Vikas Publishing
House.
Lancaster, F.W. (1979). Information retrieval system: Characteristics, testing and
evaluation. New York: Wiley.
Marcella, Rita and Robert Newton. (1994). A manual ofcClassification. Aldershot,
England: Gower.
Mcllwaine, Ia C & Joan S. Mitchell. (2006, ). The new ecumenism: Exploration of
a DDC/UDC view of religion. Comments and Communications. 9-16. Juni
14, 2011. www.ukrbook.net/UDC_n/st_25.pdf
Nazir, Moh. (2003). Metode penelitian (5 rd ed). Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rowley, Jennifer. (1992). Organizing knowledge: An introduction to information
retrieval. Vermont, USA: Asghate.
Sardar, Ziauddin. (1979). Islam: Outline of a classification Scheme. London:
Clive Bingley LTD.
Somadikarta, L.K. (1981, November). Analisa subjek dalam klasifikasi. Makala
dipresentasikan pada Seminar tentang penerapan sisitem klasifikasi
persepuluhan dewey (DDC) di perpustakaan Indonesia. Jakarta, PD-IPI
Jakarta.
Sugiyono. (1998). Metode penelitian administrasi (5 rd ed). Bandung: Alfabeta.
63
Universitas Indonesia
Sunanto, Musrifah. (2003). Sejarah Islam klasik: Perkembangan ilmu
pengetahuan Islam. Jakarta: Prenada Offset.
Supriyanto, Ny. Hapsah L. (1990, Desember). Penerapan Klasifikasi 2X0-2X9:
suatu studi perbandingan. Makalah dipresentasikan pada Seminar
Klasifikasi Islam 2X0-2X9 dan Penggandaan Literatur Islam, Jakarta
Pengurus Besar Ikatan Pustakawan Indonesia.
Sulistyo-Basuki. (1991). Pengantar ilmu perpustakaan. Jakarta: Gramedia:
Pustaka Utama.
Taylor, Arlene G. (1999). The organization of information. Englewood, Colorado:
Libraries Unlimited.
Zen, Zulfikar. (2006). Klasifikasi DDC 22: Buku Kerja. Depok: Program Studi
Ilmu Perpustakaan FIB-UI.