UNIVERSITAS INDONESIA
ISOLASI MIKROALGA THRAUSTOCHYTRIDS PENGHASIL ASAM DOKOSAHEKSANOAT (DHA)
SKRIPSI
HANNIE PUSPAANANDA 0806398285
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FARMASI
DEPOK JUNI 2012
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
ii Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
ISOLASI MIKROALGA THRAUSTOCHYTRIDS PENGHASIL ASAM DOKOSAHEKSANOAT (DHA)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
HANNIE PUSPAANANDA 0806398285
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FARMASI
DEPOK JUNI 2012
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
iii Universitas Indonesia
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Indonesia kepada saya.
Depok, 19 Juni 2012
Hannie Puspaananda
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
iv Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Hannie Puspaananda
NPM : 0806398285
Tanda tangan :
Tanggal : 19 Juni 2012
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
vi Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah S.W.T karena atas
segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu
saya hendak mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Maksum Radji M. Biomed.,Ph.D., Apt dan Prof. Dr. Witono Basuki
M.Sc selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga,
dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan saya selama penelitian
berlangsung serta dalam proses penyusunan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt selaku Ketua Departemen Farmasi
FMIPA UI yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan
penelitian dan penyusunan skripsi ini.
3. Sutriyo S.Si., M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis selama menempuh pendidikan di
Departemen Farmasi FMIPA UI.
4. Bapak dan Ibu staf pengajar serta karyawan dan laboran yang telah banyak
membantu penulis selama masa pendidikan hingga penelitian di
Departemen Farmasi FMIPA UI.
5. Bapak Adhy Pradana, Ibu Reni Giarni, Ibu Dini Ayudia serta para peneliti
dan karyawan di PTB BPPT Serpong yang telah memberikan bantuan dan
dukungan kepada penulis selama penelitian berlangsung.
6. Mama, papa, nenek, kakek serta adik tercinta dan pihak keluarga lainnya
yang telah banyak memberikan doa, semangat dan dukungan baik moral
maupun material kepada penulis hingga penulis mampu menyelesaikan
masa pendidikan dan penelitiannya.
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
vii Universitas Indonesia
7. Sahabat – sahabat seperjuangan Evelina, Cyntiani, Citra, Nurul, Wenny,
Nalla, Puji, dan Rio serta teman – teman Farmasi UI angkatan 2008 yang
telah memberikan doa, dukungan dan semangat kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
memberikan bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masihlah jauh dari sempurna
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun. Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
2012
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
viii Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Hannie Puspaananda
NPM : 0806398285
Program Studi : Sarjana Farmasi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jenis Karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Isolasi Mikroalga Thraustochytrids Penghasil Asam Dokosaheksanoat (DHA)
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 19 Juni 2012
Yang menyatakan
(Hannie Puspaananda)
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
ix Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Hannie Puspaananda Program Studi : Farmasi Judul : Isolasi Mikroalga Thraustochytrids Penghasil Asam
Dokosaheksanoat (DHA) Asam dokosaheksanoat (DHA) merupakan asam lemak omega-3 esensial yang berperan penting terhadap kerja otak, jaringan saraf serta retina. Saat ini, mikroalga mendapat perhatian sebagai sumber alternatif yang potensial dalam menghasilkan asam lemak omega-3, yang biasanya didapatkan dari produk ikan. Sebagai sumber DHA konvensional, minyak ikan memiliki kandungan DHA yang rendah, yang dapat memicu penangkapan ikan berlebihan (over fishing) apabila dibutuhkan jumlah DHA yang banyak. Mikroalga Thraustocytrids ditengarai sebagai mikroalga yang sangat potensial dalam menghasilkan DHA. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat mikroalga Thraustocytrids yang mampu menghasilkan (DHA). Mikroalga Thraustochytrids diisolasi dari guguran daun mangrove yang terletak di Kawasan Mangrove Lampung dengan metode direct planting. Mikroalga yang tumbuh diamati morfologinya dengan mikroskop cahaya. Koloni Thraustochytrids yang tumbuh dipurifikasi hingga dihasilkan koloni tunggal yang selanjutnya diperbanyak dan dibuat biomassanya. Asam lemak diekstraksi dan dimetilasi dengan metode direct transesterification serta diidentifikasi kandungan DHAnya dengan menggunakan Kromatografi Gas – Spektrofotometri Massa. Hasil identifikasi menunjukkan terdapat DHA pada sampel minyak mikroalga Thraustochytrids. Keberadaan DHA dipastikan oleh kecocokan fragmentasi massa DHA sampel dan fragmentasi massa DHA pada database spektrum massa NIST (National Institute of Standards and Technology). Kata kunci : Asam lemak, DHA, direct planting, Kromatografi Gas–
Spektrofotometri Massa, mikroalga, Thraustochytrids xiv+84 halaman : 7 gambar; 51 lampiran Daftar Pustaka : 48 (1972-2011)
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
x Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Hannie Puspaananda Program Study : Pharmacy Title : Isolation of Thraustochytrids Microalgae which
Produce Docosahexaenoic Acid (DHA) Docosahexaenoic acid (DHA) is an omega-3 fatty acid that is essential for the proper functioning of the brain, neural tissues and retina. In recent years, microalgae have gained attention as a potential alternative source of omega-3 fatty acid, which are commonly sourced from fish stocks. Fish stocks, as the conventional source of DHA have a very low concentration of DHA, which could bring overfishing issue as an impact of getting a high concentration of DHA. Thraustochytrids is known as a potential microalgae source of DHA. The purpose of this study is to isolate a Thraustochytrids microalgae that can produce DHA. Thraustochytrids microalgae were isolated from fallen mangrove leaves at Lampung Mangrove Zone with direct planting technique. The morphology of growing microalgae was observed with light microscope. The growing Thraustochytrids colony was purified until a single colony was obtained. The selected colony was cultured and was dried to make its biomass. Fatty acid was extracted and methylated using direct transesterification method. The presence of DHA in microalgae isolate was identified with Gas Chromatography- Mass Spectrophotometer. The result of DHA identification proved that the isolate of Thraustochytrids microalgae was contained DHA. The presence of DHA in the microalgae oil sample was confirmed by the similarity of DHA mass fragmentation in the sample and DHA mass fragmentation in NIST (National Institute of Standards and Technology) Library Database. Keywords : DHA, direct planting, fatty acid, Gas Chromatography-
Mass Spectrophotometer, microalgae, Thraustochytrids xiv+84 pages : 7 pictures; 51 appendixes Bibliography : 48 (1972-2011)
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
xi Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ........................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... viii
ABSTRAK .............................................................................................................. ix
ABSTRACT ............................................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4
2.1 Mikroalga ............................................................................................... 4
2.2 Kawasan Mangrove .............................................................................. 8
2.3 Metode Isolasi Thraustochytrids ............................................................ 8
2.4 Asam Dokosaheksanoat (DHA) ............................................................. 9
2.5 Metode Analisis Asam Dokosaheksanoat (DHA) ................................. 14
BAB 3 METODE PENELITIAN .......................................................................... 17
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 17
3.2 Alat ......................................................................................................... 17
3.3 Bahan ..................................................................................................... 18
3.4 Medium dan Pembuatan Medium .......................................................... 18
3.5 Reagen dan Pembuatan Reagen ............................................................. 19
3.6 Cara Kerja .............................................................................................. 19
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 22
4.1 Penyiapan Sampel .................................................................................. 22
4.2 Isolasi Mikroalga Thraustochytrids ....................................................... 24
4.3 Analisis DHA secara kualitatif dengan Kromatografi Gas –
Spektrofotometri Massa (KG-SM) ........................................................ 29
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 32
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 32
5.2 Saran ...................................................................................................... 32
DAFTAR ACUAN ................................................................................................. 33
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
xii Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 4.1.1 Kawasan Mangrove Lampung tempat pengambilan sampel ........ 38
Gambar 4.1.2 Sampel guguran daun mangrove ................................................... 38
Gambar 4.2.1 Potongan guguran daun mangrove ................................................ 39
Gambar 4.2.2 Isolat mikroalga yang tumbuh pada medium padat By+ .............. 40
Gambar 4.2.3 Isolat yang ditumbuhi jamur ......................................................... 41
Gambar 4.2.4 Pengamatan mikroskopik morfologi sampel isolat mikroalga 1 .. 41
Gambar 4.2.5 Pengamatan mikroskopik morfologi sampel isolat mikroalga 2 ... 45
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Alat Kromatografi Gas - Spektrofotometri Massa (KG-SM) ....... 51
Lampiran 2 Fragmentasi DHA pada Database NIST Library .......................... 51
Lampiran 3 Kromatogram LP-01 ..................................................................... 52
Lampiran 4 Fragmentasi DHA LP-01 .............................................................. 52
Lampiran 5 Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-01 dengan DHA
pada database NIST Library .......................................................... 53
Lampiran 6 Kromatogram LP-09 ..................................................................... 54
Lampiran 7 Fragmentasi DHA LP-09 .............................................................. 54
Lampiran 8 Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-09 dengan DHA
pada database NIST Library .......................................................... 55
Lampiran 9 Kromatogram LP-15 ..................................................................... 56
Lampiran 10 Fragmentasi DHA LP-15 .............................................................. 56
Lampiran 11 Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-15 dengan DHA
pada database NIST Library .......................................................... 57
Lampiran 12 Kromatogram LP-16 ..................................................................... 58
Lampiran 13 Fragmentasi DHA LP-16 .............................................................. 58
Lampiran 14 Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-16 dengan DHA
pada database NIST Library .......................................................... 59
Lampiran 15 Kromatogram LP-18 ..................................................................... 60
Lampiran 16 Fragmentasi DHA LP-18 .............................................................. 60
Lampiran 17 Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-18 dengan DHA
pada database NIST Library .......................................................... 61
Lampiran 18 Kromatogram LP-24 ..................................................................... 62
Lampiran 19 Fragmentasi DHA LP-24 .............................................................. 62
Lampiran 20 Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-24 dengan DHA
pada database NIST Library .......................................................... 63
Lampiran 21 Kromatogram LP-29 ..................................................................... 64
Lampiran 22 Fragmentasi DHA LP-29 .............................................................. 64
Lampiran 23 Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-29 dengan DHA
pada database NIST Library .......................................................... 65
Lampiran 24 Kromatogram LP-30 ..................................................................... 66
Lampiran 25 Fragmentasi DHA LP-30 .............................................................. 66
Lampiran 26 Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-30 dengan DHA
pada database NIST Library .......................................................... 67
Lampiran 27 Kromatogram LP-31 ..................................................................... 68
Lampiran 28 Fragmentasi DHA LP-31 .............................................................. 68
Lampiran 29 Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-31 dengan DHA
pada database NIST Library .......................................................... 69
Lampiran 30 Kromatogram LP-38 ..................................................................... 70
Lampiran 31 Fragmentasi DHA LP-38 .............................................................. 70
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
xiv Universitas Indonesia
Lampiran 32 Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-38 dengan DHA
pada database NIST Library .......................................................... 71
Lampiran 33 Kromatogram LP-40 ..................................................................... 72
Lampiran 34 Fragmentasi DHA LP-40 .............................................................. 72
Lampiran 35 Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-40 dengan DHA
pada database NIST Library .......................................................... 73
Lampiran 36 Kromatogram LP-41 ..................................................................... 74
Lampiran 37 Fragmentasi DHA LP-41 .............................................................. 74
Lampiran 38 Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-41 dengan DHA
pada database NIST Library .......................................................... 75
Lampiran 39 Kromatogram LP-42 ..................................................................... 76
Lampiran 40 Fragmentasi DHA LP-42 .............................................................. 76
Lampiran 41 Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-42 dengan DHA
pada database NIST Library .......................................................... 77
Lampiran 42 Kromatogram LP-47 ..................................................................... 78
Lampiran 43 Fragmentasi DHA LP-47 .............................................................. 78
Lampiran 44 Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-47 dengan DHA
pada database NIST Library .......................................................... 79
Lampiran 45 Kromatogram LP-53 ..................................................................... 80
Lampiran 46 Fragmentasi DHA LP-53 .............................................................. 80
Lampiran 47 Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-53 dengan DHA
pada database NIST Library .......................................................... 81
Lampiran 48 Kromatogram standar DHA (blanko positif) ................................ 82
Lampiran 49 Fragmentasi standar DHA (blanko positif) ................................... 82
Lampiran 50 Perbandingan head to tail fragmentasi standar DHA dengan DHA
pada database NIST Library .......................................................... 83
Lampiran 51 Sertifikat analisis standar DHA (Sigma) ....................................... 84
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam dokosaheksanoat atau yang biasa dikenal dengan DHA merupakan
asam lemak tidak jenuh ganda (polyunsaturated fatty acid, PUFA) berantai
karbon 22 dengan 6 ikatan rangkap. DHA termasuk ke dalam PUFA omega-3,
yaitu merupakan asam lemak yang ikatan rangkap pertamanya terdapat pada
atom karbon nomor 3 dihitung dari ujung metil rantai asam lemak (ERNA, 2008).
DHA merupakan asam lemak omega–3 yang penting bagi tubuh, karena
merupakan asam lemak esensial bagi manusia. Selain itu DHA merupakan asam
lemak utama di dalam otak, jaringan saraf serta retina (ERNA, 2008).
Mengkonsumsi DHA dapat berdampak positif terhadap pencegahan berbagai
penyakit, seperti penyakit jantung, kanker serta alzheimer. Pada penyakit jantung,
DHA diteliti dapat bergabung dengan membran sel jantung, sehingga berdampak
kardioprotektif (Masson et al., 2007). Pada penyakit kanker, DHA diteliti dapat
memulihkan proses pengaturan tertentu di dalam sel, sehingga menyebabkan sel-
sel kanker tersebut dapat dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh (Corsetto et
al., 2010), dan pada pencegahan penyakit Alzheimer, penelitian menunjukkan
penambahan DHA pada diet tikus dapat mengurangi penurunan kemampuan
belajar ke tingkat yang lebih rendah (Catalan et al., 2002 & Hashimoto et al.,
2002). Selain bersifat prefentif terhadap beberapa penyakit, DHA juga dapat
ditambahkan pada makanan, seperti contohnya pada susu formula bayi.
Penambahan DHA pada susu formula bayi bertujuan agar susu formula bayi dapat
memiliki kandungan DHA yang serupa dengan kandungan DHA yang terdapat
dalam air susu ibu (ASI), yang kandungan DHAnya tiga puluh kali lipat lebih
banyak daripada yang terdapat dalam susu sapi. Karena dampak yang
menguntungkan tersebut, asam lemak omega-3 DHA perlu ditambahkan pada
makanan untuk memelihara tubuh dan otak dalam kondisi yang optimal (Birch et
al., 2000).
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
2
Universitas Indonesia
American Dietetic Association dan Dietitians of Canada secara resmi
merekomendasikan 20 - 35% dari energi harian harus berasal dari lemak pada
makanan, dengan penekanan pada konsumsi asam lemak omega-3 (Kris-Etherton
& Innis, 2007). American Heart Association merekomendasikan kepada
konsumen yang sehat untuk mengkonsumsi lemak ikan per minggu dan
mendorong pasien yang mengidap penyakit jantung koroner untuk mengkonsumsi
1 g/hari EPA dan DHA (Kris-Etherton et al., 2002). Sedangkan, WHO
merekomendasikan untuk mengkonsumsi 1-2 porsi ikan per minggu bagi orang
sehat agar mendapatkan asupan 200-500 mg dari EPA dan DHA dengan
pertimbangan bagi kesehatan jantung dan perkembangan syaraf (ERNA, 2008).
Sumber utama asam lemak omega-3 DHA yang tersedia di pasaran adalah
minyak ikan, yang biasanya dikonsumsi dalam bentuk ikan yang dimasak, kapsul
minyak ikan, atau makanan dengan bahan tambahan minyak ikan (Alonso &
Maroto, 2000). Sejak 1984 produksi minyak ikan masih stabil, dengan produksi
rata-rata tahunan sebesar 13 juta ton, namun dengan adanya peningkatan
permintaan terhadap minyak ikan, harga minyak ikan naik dengan cepat.
Diperkirakan, 50 % minyak ikan yang ada saat ini, berasal dari industri akuakultur
(Tidwell & Allan, 2001). Food and Agriculture Organization United Nations
meramalkan bahwa permintaan terhadap minyak ikan global pada tahun 2015
akan mencapai 145% dari kapasitas produksi global historis dan diperkirakan
akan terus meningkat (New & Wijkström, 2002). Namun, minyak ikan sendiri
memiliki beberapa kekurangan yang cukup menjadi masalah, salah satu masalah
utamanya adalah kandungan DHA yang terdapat dalam minyak ikan relatif
rendah, yakni hanya 7-14 %. Dengan kandungan DHA yang rendah dari minyak
ikan, maka untuk menghasilkan kandungan DHA yang tinggi diperlukan ikan
dalam jumlah yang sangat banyak. Hal tersebut dapat menyebabkan penangkapan
ikan yang berlebihan (over fishing) yang memicu pada ketidakseimbangan dari
ekosistem laut (Lahaye, 2001). Kemudian, beberapa kekurangan lainnya adalah
sifat minyak ikan yang tidak stabil terhadap oksidasi serta memiliki bau amis yang
menyebabkan minyak ikan sulit untuk ditambahkan pada produk suplemen
makanan, susu formula bayi ataupun obat-obatan yang diharapkan dapat memiliki
aroma dan rasa yang menarik. Disamping itu pula kekurangan lain dari minyak
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
3
Universitas Indonesia
ikan adalah terkandung asam lemak tidak jenuh ganda lain yang mirip DHA tetapi
bukan merupakan DHA (DHA like compounds) yang menyebabkan DHA dari
minyak ikan sulit untuk ditambahkan pada obat yang memerlukan kandungan
DHA dengan kemurnian yang tinggi (Belarbi et al., 2000).
Dewasa ini, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat
sumber lain yang dapat menghasilkan DHA dengan jumlah yang lebih tinggi
daripada DHA yang dihasilkan dari minyak ikan, yakni, salah satunya adalah dari
mikroalga. Mikroalga telah diteliti mampu menghasilkan DHA dengan
konsentrasi tinggi yang sesuai bagi kelompok vegetarian (Scott et al., 2007).
Spesies mikroalga yang dapat menghasilkan DHA diantaranya adalah
Crypthecodinium cohnii, Ulkenia sp. Thraustochytrium aureum dan
Schizochytrium sp.. Dua spesies yang terakhir termasuk ke dalam anggota
mikroalga Thraustochytrid. Thraustocytrids ditengarai sebagai mikroalga yang
sangat potensial dalam menghasilkan DHA, dikarenakan mikroalga tersebut dapat
tumbuh dalam kondisi heterotrof sehingga dapat diproduksi dengan biaya yang
lebih rendah. Selain itu, keuntungan lain yang dimiliki oleh mikroalga
Thraustocytrids yaitu memiliki kecepatan tumbuh dan kemampuan
mengakumulasi asam lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan mikroalga
lainnya (Perveen et al., 2006).
Pada penelitian ini, akan dilakukan isolasi mikroalga Thraustochytrids
penghasil DHA dari kawasan mangrove di Indonesia, yang kemudian akan diiuji
kemampuannya dalam menghasilkan DHA. DHA dari mikroalga tersebut
diharapkan dapat bermanfaat bagi industri farmasi sehingga dapat meningkatkan
taraf kesehatan masyarakat.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan isolat mikroalga
Thraustochytrids yang mampu menghasilkan asam dokosaheksanoat (DHA).
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
4 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mikroalga
Mikroalga merupakan kumpulan beragam mikroorganisme yang masing –
masing memiliki suatu karakteristik khas yang membedakannya, masing – masing
mikroorganisme tersebut dapat dibedakan atas ukuran sel, warna serta tempat
habitatnya di laut selain dari selnya yang bersifat uniseluler dan dapat berupa
mahluk fotoautotof ataupun heterotrof (Olaizola, 2003). Mikroalga dapat berupa
mahluk prokariotik maupun eukariotik, dan seiring evolusinya mereka dapat
dikatakan sebagai makhluk primitif atau mahluk novel. Keberagaman ini
membuat mikroalga dapat dijadikan sebagai suatu sumber yang potensial dari
berbagai produk yang pada tingkat tertentu dapat bermanfaat sebagai bahan
pendukung makanan (baik bagi nutrisi manusia ataupun hewan), kosmetik,
farmasi, serta bagi industri bahan bakar (Olaizola, 2003).
Saat ini mikroalga sedang memperoleh berbagai perhatian dikarenakan
dapat menjadi solusi yang paling memungkinkan untuk berbagai permasalahan
kritis yang sedang terjadi, seperti menyangkut peran sebagai sumber alternatif
bahan bakar maupun sebagai sumber yang potensial dari banyak komponen
bioaktif yang dibutuhkan manusia seperti asam lemak omega 3 yang umumnya
berasal dari ikan. Kekhawatiran terhadap ketersediaan ikan menyebabkan
mikroalga menjadi sumber yang berpotensi untuk menjadi alternatif yang
diharapkan dapat tanpa henti menyediakan minyak yang kaya akan asam lemak
omega 3. Mikroorganisme seperti mikroalga memiliki berbagai keuntungan
apabila dibandingkan dengan sumber energi tradisional, hal ini dikarenakan
mikroorganisme memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan
dengan sumber lain, jumlah produksi biomassa yang tinggi serta penggunaan
lahan yang tidak terlalu banyak dibandingkan dengan sumber tradisional (Lee et
al., 2009).
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
5
Universitas Indonesia
2.1.1 Mikroalga Thraustochytrids
Thraustochytrids (Thraustochytriidae) merupakan mikroalga laut yang
bersifat heterotrof dan umumnya diisolasi dari berbagai sampel seperti air laut,
sedimen serta guguran daun dari kawasan mangrove (Lewis et al., 1999).
Thraustochytrids (Thraustochytriidae) dahulu dianggap sebagai protozoa (sebagai
rhizopoda, porifera, fungi (sebagai mycetozoa), atau tumbuhan (sebagai
chrysophyta). Namun, berbagai bukti ultrastruktural menunjukkan bahwa
Thraustochytrids (Thraustochytriidae) tidak dapat dikategorikan sebagai hewan,
tumbuhan ataupun fungi melainkan kedalam suatu divisi tunggal yaitu divisi
Labyrinthulomycota. Divisi Labyrinthulomycota terdiri dari kelas tunggal yaitu
Labyrinthulea, dan ordo Labyrinthulida dengan dua suku yaitu Labyrinthulidae
dan Thraustochytriidae (Olive, 1975). Labyrinthulidae memiliki 1 marga yaitu
Labyrinthula dengan berangotakan 8 spesies, sedangkan Thraustochytriidae terdiri
dari 7 marga, yaitu Thraustochytrium, Schizochytrium, Ulkenia, Labyrinthuloides,
Japonochytrium, Aplanochytrium, dan Althornia (Porter, 1989).
Gambar 1. Labyrinthuloides salah satu anggota Thraustochytrids (Sumber:
American Type Culture Collection)
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
6
Universitas Indonesia
2.1.1.1 Klasifikasi Thraustochytrids
Kingdom : Protoctista
Divisi : Labyrinthulomycota
Kelas : Labyrinthulea
Ordo : Labyrinthulida
Suku : Thraustochytriidae
2.1.1.2 Morfologi
Thraustochytrids memiliki suatu jaringan khas yang tumbuh dari bagian
basal. Jaringan itu tumbuh dari suatu organ yang disebut dengan sagenogen.
Bagian sitoplasma sel tidak termasuk ke dalam bagian jaringan Thraustochytrids,
hal ini dikarenakan bagian sitoplasma yang memadat menyumbat sagenogen
(Perkins, 1972).
Thraustochytrids juga memiliki dinding sel. Dinding tersebut disintesis
oleh badan golgi dan di transport menuju membran sel dimana selanjutnya akan
disimpan menjadi dinding sel. Komponen utama dari dinding sel berupa
karbohidrat L-galatosa yang dihasilkan dari proses hidrolisis pada 2 spesies yang
telah dianalisa yaitu Scyzochitrium aggregatum and Thraustochytrium motivum
(Darley et al., 1973).
Gambar 2. Struktur Thraustochytrids (Sumber: Fungal Diversity and
Biotechnology)
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
7
Universitas Indonesia
Komponen sitoplasma Thraustochytrids meliputi mitokondria, granul
lipoid, badan multivesikular, serta badan golgi. Retikulum Endoplasma (RE)
Thraustochytrids tersusun membentuk susunan sisterna paralel (Moss, 1980).
Badan sel tersusun atas sisterna retikulum endoplasma (RE) yang membumbung
dan kompleks yang telah ditemukan pada kebanyakan genus (Perkins, 1973).
2.1.1.3 Habitat dan Ekologi
Thraustochytrids memiliki anggota spesies yang tersebar di seluruh dunia,
mereka dapat diperoleh dengan mudah pada habitatnya yang terdapat di laut dan
sungai. Thraustochytrids secara umum dapat diisolasi dari material organik yang
telah membusuk, seperti guguran daun, sedimen atau dari sampel air yang
diperoleh dari kawasan pantai. Thraustochytrids dapat bertahan hidup pada
permukaan material organik dan bersifat saprotropik. Thraustochytrids
sebelumnya telah ditemukan di kawasan mangrove subtropis dan diduga sebagai
koloni yang hidup secara detritus pada guguran daun mangrove (Margulis et al.,
1989). Selain itu, Thraustochytrid juga dikaitkan dengan proses membusuknya
daun mangrove, hal ini dikarenakan daun mangrove berperan dalam proses siklus
karbon Thraustochytrids. Sehingga semakin busuk suatu daun mangrove
diharapkan akan semakin banyak Thraustochytrids yang dihasilkan (Bongiorni et
al., 2004).
Thraustochytrids telah banyak diisolasi dari habitatnya dengan kondisi
salinitas yang beragam. Mulai dari air payau dengan salinitas sebesar 3% sampai
dengan kolam tambak yang memiliki kadar garam tinggi sebesar 150% (Jones &
Harrison, 1976). Thraustochytrids diduga merupakan mahluk yang bersifat
eurihalin, yakni mahluk yang toleran terhadap salinitas yang tinggi. Namun,
beberapa spesies ini juga ditemukan pada habitat dengan salinitas rendah atau
bersifat stenohalin, yakni mahluk yang tidak toleran terhadap salinitas tinggi.
Pada kondisi dimana Thraustochytrids berada pada lingkungan dengan salinitas
tinggi, mikroalga ini ditemukan dalam keadaan istirahat. Pada observasi lebih
lanjut ditunjukkan bahwa tidak lebih dari 14 spesies Thraustocyhtrids yang
mampu tumbuh pada kultur murni dengan salinitas lebih besar dari 40%
(Bahnweg, 1979). Selain itu, beberapa Thraustochyrids juga ditemukan tahan
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
8
Universitas Indonesia
terhadap proses pengeringan dan pembekuan. Hal ini dibuktikan oleh adanya
beberapa Thraustochytrids yang ditemukan di kawasan pantai artik dan di laut
kering yang berumur 50 tahun serta berhasil ditumbuhkan pada kultur murni oleh
Kuznetsov (1981). Isolat Thraustochytrids tahan terhadap pengeringan selama 10
tahun atau pendinginan pada -10⁰C selama 1 bulan. Ketahanan Thraustochytrids
terhadap lingkungan yang ekstrim, termasuk salinitas tinggi, adalah hal yang
menarik karena sedikit dari spesies Thraustochytrids yang menunjukkan struktur
morfologi yang resisten terhadap berbagai keadaan ekstrim.
2.2 Kawasan Mangrove
Hutan Mangrove adalah sebutan untuk sekelompok tumbuhan yang hidup
di daerah pasang surut pantai. Hutan Mangrove dikenal juga dengan istilah tidal
forest, coastal woodland, vloedbosschen, atau juga hutan payau. Hutan mangrove
merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis
pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut
pantai berlumpur (Bengen, 2000).
Ekosistem Mangrove merupakan sumber daya alam yang memberikan
banyak keuntungan bagi kehidupan manusia, yakni dikarenakan oleh
produktivitasnya yang tinggi serta kemampuannya dalam memelihara alam.
Mangrove sendiri memproduksi nutrien yang dapat menyuburkan perairan laut,
mangrove membantu dalam perputaran karbon, nitrogen dan sulfur serta perairan
mangrove kaya akan nutrien baik nutrien organik maupun anorganik (Bengen,
2001).
2.3 Metode Isolasi Thraustochytrids
Thraustochytrids umumnya diisolasi dengan tehnik direct planting.
Namun Thraustochytrids juga dapat diisolasi dengan menggunakan tehnik baiting
sampel air laut dengan menggunakan polen pohon pinus, atau juga dapat diisolasi
dengan menggunakan lembaran herbarium dari alga kering (Kuznetzov, 1981).
Untuk tehnik direct planting, potongan kecil seluas 1 cm2 dipotong dari tanaman
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
9
Universitas Indonesia
atau material yang ditumbuhi alga dan diletakkan diatas permukaan agar pada
cawan petri. Pada pollen baiting, tanaman atau material beralga diletakkan
didalam tabung atau cawan petri yang didalamnya telah berisi air laut steril.
Selanjutnya, permukaan atasnya ditaburi polen steril. Sedimen sampel selanjutnya
digoreskan pada permukaan agar pada plat isolasi (Porter, 1989).
2.4 Asam Dokosaheksanoat (DHA)
Asam dokosaheksanoat atau yang biasa dikenal dengan DHA merupakan
asam lemak tidak jenuh ganda (polyunsaturated fatty acid, PUFA) berantai
karbon 22 dengan 6 ikatan rangkap. Asam lemak sendiri merupakan komponen
dari lemak. Asam lemak kebanyakan terdapat dalam bentuk terikat dengan
molekul lain, seperti trigliserida atau fosfolipid. Saat mereka tidak berikatan
dengan molekul lain, mereka dikenal sebagai asam lemak bebas (free fatty acid).
Asam lemak merupakan sebuah rantai karbon linier dengan ujung metil (CH3-
atau disebut sebagai ujung-ω) dan ujung karboksil (-COOH). Asam lemak
dibedakan atas jumlah atom karbon dan ikatan rangkapnya, yaitu berupa asam
lemak jenuh (saturated fatty acid, SFA), asam lemak tidak jenuh tunggal
(monounsaturated fatty acid, MUFA), dan asam lemak tidak jenuh ganda
(polyunsaturated fatty acid, PUFA). DHA sendiri termasuk ke dalam asam tidak
lemak jenuh ganda (PUFA) omega-3, dimana DHA memiliki ikatan rangkap
pertama yang terletak pada atom karbon nomor 3 dihitung dari ujung metil rantai
asam lemak, sehingga digolongkan kedalam PUFA omega-3. (ERNA, 2008).
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
10
Universitas Indonesia
2.4.1 Karakteristik Fisika Kimia Asam Dokosaheksanoat (DHA)
Gambar 3. Rumus bangun Asam Dokosaheksanoat (DHA)
Pemerian : Cairan minyak berwarna jingga atau kuning terang
Nama Senyawa : Asam cis-dokosa-4,7,10,13,16,19-heksanoat
Sinomim : Asam Servonat ; DHA
Rumus Molekul : C22H32O2
Berat Molekul : 328,488 g/mol
Berat Jenis : 0.944 g/cm3
Titik Didih : 446.732 °C pada 760 mmHg
2.4.2 Manfaat Asam Dokosaheksanoat (DHA)
DHA merupakan substansi penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
fungsional otak serta merupakan komponen struktural dari fosfolipid pada
membran sel. Komposisi dari fosfolipid tersebut dapat mempengaruhi
karakteristik membran sel seperti fluiditas dan permeabilitasnya terhadap molekul
lain. DHA merupakan PUFA utama yang terdapat pada otak, jaringan saraf, serta
retina. DHA merupakan komponen esensial bagi proses penglihatan pada retina
dan fungsi otak yang optimal (ERNA, 2008).
DHA terbukti mempunyai dampak menguntungkan dalam pencegahan
penyakit kardiovaskuler, kanker, alzheimer serta schizophrenia. Pada penyakit
kardiovaskuler, studi terbaru menunjukkan bahwa DHA dapat bergabung dengan
membran sel jantung, sehingga berdampak kardioprotektif. Sedangkan, untuk
memelihara kesehatan jantung disarankan untuk mengonsumsi asam lemak
omega-3 sebanyak 1g/hari (Masson et al., 2007). Dampak menguntungkan asam
lemak omega-3 terhadap penyakit kanker dihubungkan dengan fakta akan
rendahnya kasus kanker payudara pada orang Eskimo yang dikenal banyak
mengonsumsi asam lemak omega-3 dalam bentuk ikan (Nettleton, 1995). Sejak
saat itu banyak penelitian dilakukan lebih lanjut untuk memahami dampak
H3CCOOH
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
11
Universitas Indonesia
menguntungkan asam lemak omega-3 pada penyembuhan berbagai penyakit
kanker. Mekanismenya sendiri belum dapat dipahami sepenuhnya, namun banyak
penelitian yang menunjukkan bahwa DHA dapat bermanfaat dalam melawan
berbagai penyakit kanker. Sebagai contoh, Hering et al. (2007) menemukan
bahwa perkembangbiakan sel kanker pankreas terhambat setelah diberi perlakuan
dengan asam lemak omega-3. Dalam kasus tersebut diduga bahwa asam lemak
omega-3 memulihkan proses pengaturan tertentu di dalam sel. Dengan pulihnya
proses tersebut, sel -sel dapat dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh atau
dengan perawatan kanker tradisional. Kemudian, asam lemak omega-3 diteliti
dapat membantu dalam mencegah timbulnya kanker kolorektal. Hal ini
ditunjukkan dari penurunan radang kolon dan tumorigenesis terhadap tikus yang
diberi perlakukan dosis tinggi asam lemak omega-3 (Nowak et al., 2007). Lebih
lanjut, Little et al. (2007) menemukan bahwa tikus tua yang diberi dosis harian 10
mg DHA mengalami lebih sedikit perlemahan otak dibandingkan dengan tikus
kontrol yang tidak diberikan DHA. Pengaruh ini dihubungkan dengan adanya
perubahan pada fluiditas selaput otak oleh DHA. Branchey dan Branchey (2008)
menemukan bahwa orang dengan bertemperamental tinggi akan menjadi
berkurang sifat pemarah dan agresifnya dengan mengkonsumsi 3 g asam lemak
omega-3 setiap hari selama 3 bulan dibandingkan dengan pasien yang diberi
plasebo. Hal tersebut dikarenakan terjadi modifikasi neurotransmiter serotonergik.
Peningkatan kandungan serotonin dalam otak akan menimbulkan penurunan
agresifitas pada pasien.
Suplemen asam lemak omega-3 juga diteliti berdampak positif terhadap
pengendalian penyakit schizoprenia (Peet & Stokes, 2005). Dampak
menguntungkan ini terjadi karena adanya perubahan dalam komposisi membran
otak yang kemudian menyebabkan perubahan beberapa sinyal intraneural sistem
transduksi. Selain itu, DHA juga memainkan peran penting dalam perkembangan
otak bayi. Makrides et al. (1995) menunjukkan bahwa bayi yang diberi makanan
dengan ditambah suplemen yang dilengkapi DHA, akan terjadi perbaikan
ketajaman pandangan dibandingkan dengan bayi yang diberi makan dengan
formula standar. Dampak menguntungkan tersebut akan berlanjut sampai
bertahun-tahun setelah masa kanak-kanak. Anak berumur empat tahun yang diberi
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
12
Universitas Indonesia
formula suplemen yang ditambahkan DHA selama 17 minggu pertama
menunjukkan memiliki ketajaman pandangan dan nilai IQ yang tidak berbeda
dengan anak-anak yang diberi ASI sedangkan anak-anak yang diberi formula
biasa tanpa penambahan DHA mempunyai nilai IQ yang lebih rendah secara
nyata. Penelitian-penelitian diatas tersebut menunjukkan bahwa suplemen DHA
sangat penting pada saat tahap awal kehidupan (Birch et al., 2007).
2.4.3 Rekomendasi Asupan Asam Dokosaheksanoat (DHA)
Rekomendasi asupan total asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA) yang
disarankan oleh WHO adalah mulai dari 6% sampai 10% dari total asupan energi
harian. Sedangkan rekomendasi untuk asam lemak omega-3 adalah 1 sampai 2%.
American Dietetic Association dan Dietitians of Canada secara resmi
merekomendasikan 20 - 35% dari energi harian harus berasal dari lemak
makanan, dengan penekanan pada konsumsi asam lemak omega-3 (Kris-Etherton
& Innis, 2007). American Heart Association merekomendasikan kepada
konsumen yang sehat untuk mengkonsumsi lemak ikan per minggu dan
mendorong pasien yang mengidap penyakit jantung koroner untuk mengkonsumsi
1 g/hari EPA dan DHA (Kris-Etherton et al., 2002). Sedangkan, WHO
merekomendasikan untuk mengkonsumsi 1-2 porsi ikan per minggu bagi orang
sehat agar mendapatkan asupan 200-500 mg dari EPA dan DHA dengan
pertimbangan bagi kesehatan jantung dan perkembangan saraf (ERNA, 2008).
2.4.4 Sumber Asam Dokosaheksanoat (DHA)
Sumber utama asam lemak omega-3 (termasuk DHA) yang tersedia di
pasar adalah minyak ikan, biasanya minyak ikan dikonsumsi dalam bentuk ikan
yang dimasak, kapsul minyak ikan, atau makanan dengan bahan tambahan minyak
ikan (Alonso & Maroto, 2000). Namun demikian, minyak ikan sebagai sumber
asam lemak omega-3 mempunyai beberapa keterbatasan,seperti yang pertama
adalah adanya kekhawatiran mengenai penerimaan konsumen terhadap minyak
ikan atau kapsul minyak ikan karena rasa dan baunya yang kurang enak, seperti
yang dilaporkan oleh Kris-Etherton et al. (2002) bahwa mengkonsumsi lebih dari
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
13
Universitas Indonesia
1 g/hari minyak ikan dapat menyebabkan rasa amis. Selain itu terdapat
kekhawatiran lain mengenai adanya pencemaran logam berat pada ikan dan
minyak ikan. Environmental Protection Agency dan Food and Drug
Administration (FDA) merekomendasikan kepada wanita hamil, ibu menyusui
serta bayi untuk menghindari makan ikan dan kerang yang mungkin memiliki
kandungan merkuri yang tinggi (EPA, 2004). Kemudian, kekawatiran lainnya
terhadap penggunaan minyak ikan adalah mengenai kelanjutan sumber daya alam
yang juga menjadi kekhawatiran industri akuakultur. Sejak 1984 produksi minyak
ikan masih stabil, dengan produksi rata-rata tahunan sebesar 13 juta ton, namun
dengan peningkatan permintaan terhadap minyak ikan menyebabkan harga
minyak ikan naik dengan cepat. Saat ini, diperkirakan 50 % minyak ikan berasal
dari industri akuakultur (Tidwell & Allan, 2001). Food dan Agriculture
Organization United Nations meramalkan bahwa permintaan terhadap minyak
ikan global pada tahun 2015 akan mencapai 145% dari kapasitas produksi global
dan akan terus meningkat (New & Wijkström, 2002).
Oleh karena adanya kekhawatiran mengenai persediaan ikan sebagai
sumber asam lemak omega-3, telah dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengembangkan sumber alternatif asam lemak yang penting ini. Mikroba seperti
mikroalga atau fungi merupakan produsen utama asam lemak omega-3 karena
memiliki lintasan biosintesa yang diperlukan. Mikroba tersebut telah diteliti
secara ekstensif sebagai sumber potensial asam lemak. Asam lemak yang berasal
dari mikroba dapat diekstrak dan digunakan sebagai komponen pada pangan yang
ingin diperkaya dengan omega-3 (Simopoulos, 1999) atau sebagai bahan
tambahan pakan unggas serta pakan ikan kolam (Harel et al., 2002). Studi terbaru
juga telah meneliti tanaman tinggi dan hewan yang secara genetik diubah untuk
menghasilkan asam lemak omega-3. Saat ini, asam lemak omega-3 dari mikroba
menjadi alternatif yang lebih disukai, meski penelitian dalam pengembangan
tumbuhan atau hewan transgenik untuk produksi omega-3 masih berlanjut.
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
14
Universitas Indonesia
2.5 Metode Analisis Asam Dokosaheksanoat (DHA)
2.5.1 Direct Transesterification
Metode direct transesterification atau disebut juga sebagai
transesterifikasi in situ merupakan metode yang menggabungkan proses ekstraksi
dan transesterifikasi menjadi proses tunggal sehingga penggunaan pelarut dan
waktu yang digunakan dapat dikurangi (Yokochi et al., 1998). Pada proses ini
biomassa ditambahkan dengan campuran alkohol dan asam atau basa yang akan
menghasilkan ekstraksi reaktif dari lipid sebagai FAME (fatty acid methyl esters).
Pada metode konvensional, volume pelarut dan waktu yang diperlukan menjadi
lebih banyak dikarenakan pembuatan ekstrak lipid terlebih dahulu, yang
dibutuhkan untuk derivatisasi untuk analisis dan kuantitasi dari fatty acid methyl
esters (FAME) dengan kromatografi gas. Pengerjaan dengan langkah yang jauh
lebih banyak akan meningkatkan peluang adanya kontaminasi, kehilangan jumlah
sampel, serta keberagaman sampel. Penggunaan metode langsung (direct
transesterification) untuk asam lemak sebelumnya telah diteliti oleh Lepage dan
Roy (1984), bahkan telah digunakan untuk asam lemak dari jaringan pada sampel
akuakultur yang telah di keringkan (freeze dried). Metode ini telah diteliti dapat
diaplikasikan terhadap berbagai macam jenis lipid, baik lipid sederhana maupun
lipid kompleks.
2.5.2 Kromatografi Gas - Spektrofotometri Massa (KG-SM)
2.5.2.1 Kromatografi Gas
Pada kromatografi gas, sebagai fase gerak digunakan gas dan sebagai fase
diam dapat digunakan padatan atau cairan. Kromatografi gas dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok utama, yaitu: kromatografi gas padat
dimana digunakan padatan sebagai fase diam dan kromatografi gas cair dimana
digunakan cairan yang dilapiskan dengan tipis pada pendukung padat (supporting
solid) yang inert atau dilapiskan langsung pada dinding dalam dari kolom sebagai
fase diam. Fase gerak gas pada kromatografi gas lebih dikenal sebagai gas
pembawa. Pemisahan campuran menjadi komponen – komponennya pada
kromatografi gas padat terjadi karena perbedaan adsorbsi relatif masing masing
komponen pada fase diam padatan, sedangkan pada kromatografi gas cair
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
15
Universitas Indonesia
permisahan terjadi karena perbedaan kelarutan (partisi) relatif masing – masing
komponen pada fase diam cairan.
Kromatografi gas dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun
kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara membandingkan waktu
tinggal / waktu retensi dari substansi yang dianalisis (sampel) dengan waktu
retensi dari zat pembanding (standar). Analisis kuantitatif dilakukan dengan
membandingkan tinggi atau luas puncak kromatogram dari substansi yang
dianalisis (sampel) dengan tinggi atau luas puncak kromatogram zat pembanding
(standar) (McNair & Bonelli, 1988).
Kromatografi gas sebagai instrument untuk keperluan analisis saat ini
menduduki posisi yang sangat penting dan banyak dipakai karena:
1. Aliran fase gerak gas dengan kecepatan atau tekanan terkontrol dapat
dikendalikan
2. Pencampuran uap sampel ke dalam aliran fase gerak gas dapat
dengan mudah terjadi
3. Kolom (yang merupakan tempat terjadinya pemisahan fisik) banyak
jenisnya serta panjang dan suhunya dapat diatur. Kolom pada
kromatografi gas ini dapat diganti dengan mudah dan cepat
4. Macam detektor yang dapat dipakai cukup banyak
5. Dapat digabungkan dengan instrumen lain sehingga merupakan
teknik yang terpadu, seperti contohnya GC/FTIR/MS
2.5.2.2 Spektrofotometri Massa
Spektrofotometri massa pertama kali dikembangkan oleh ahli fisika
Cambridge J.J Thompson dan F.W Aston di awal tahun 1990an untuk
memisahkan isotop – isotop untur dan menentukan massanya. Setelah
dikembangkan, instrumen ini menarik perhatian para ahli kimia selama tahun
1950an dan sekarang merupakan instrumen analitik yang digunakan secara luas.
Berbagai komponen dan penyesuaian dibuat untuk memenuhi berbagai kebutuhan
(Day et al, 1996).
Dalam versi paling sederhana, yang masih sering dipakai, sebuah senyawa
volatil diuapkan ke dalam ruang tempat molekul – molekul ditumbuk bertubi –
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
16
Universitas Indonesia
tubi oleh elektron dan dipancarkan oleh kawat pijar panas. Pencepatan elektron –
elektron ini dalam medan listrik akan menentukan energi mereka. Tabrakan antara
sebuah molekul sampel dan sebuah elektron bisa saja melemparkan elektron lain
dari molekul tersebut.
Penumbukan bergantung pada energi elektron tersebut, mengakibatkan
molekul itu pecah menjadi gugus – gugus yang lebih kecil. Ion – ion positif
diarahkan melalui medan listrik dan atau magnet dalam penganalisis massa, dan
kondisi dimana detektor merasakan kedatangan suatu ion tertentu menetapkan
suatu lintasan yang nantinya tergantung pada rasio massa terhadap muatan (m/e)
ion tersebut.
Pemisahan dan identifikasi senyawa menggunakan KG-SM merupakan
teknik analisis yang sangat handal yang dapat memberikan bukti / data
terdapatnya suatu senyawa yang diduga. MS digunakan untuk memastikan
identitas suatu senyawa obat yang telah diskrining atau diduga sementara. MS
menghasilkan partikel bermuatan yang terdiri dari susunan ion pecahan (fragmen)
ion dari molekul asalnya dimana urutan susunan ion ini sesuai dengan rasio
massa/muatan ionnya. Spektrum massa dari asal senyawa adalah karakteristik dari
senyawa tersebut.
Keuntungan utama MS dibandingkan dengan metode instrumental analitik
lainnya adalah mempunyai sensitivitas dan spesivitas yang tinggi untuk
mengidentifikasi atau mengkonfirmasi adanya suatu senyawa yang telah diduga.
Spesivitas yang sangat tinggi menghasilkan karakterisasi pola pemecahan /
fragmentasi yang dapat memberikan informasi tentang berat molekul dan struktur
molekul (Day et al, 1996).
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
17 Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, meliputi:
laboratorium bakteriologi, laboratorium pangan dan laboratorium mikologi,
LAPTIAB, PUSPIPTEK, BPPT selama bulan Februari 2012- Mei 2012.
3.2 Alat
Alat - alat yang digunakan pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut:
laminar air flow cabinet [ESCO Airstream Vertical Laminar Flow], Mikroskop
cahaya [Nikon Eclipse E600], spektrofotometer GC-MS [Thermo Scientific ISQ
GC TRACE ULTRA] dilengkapi dengan kolom kapiler TR-FAME (30 m x
0,25mm x 0,25μm) dan AS 300 Series II Autosampler, neraca analitik [Radwag
WAS 220/C/2], hot magnetic stirrer [AM 4], water bath [Kottermann], autoklaf
[Iwaki ACV-2450], pH meter [Oakton pH 510] , vortex mixer [Stuart SA-8],
lemari es [Sharp], inkubator [Memmert], oven [Memmert], filter membran
[Sartorius], kamera digital [Nikon Coolpix S30], lemari asam, refraktometer,
termometer, cawan petri gelas dan plastik diameter 6 cm dan 9 cm, tabung reaksi
berpenutup Teflon berukuran 10 mL [Pyrex, Iwaki], pipet berukuran μL
[Eppendorf], jarum ose, tube eppendorf, tips pipet, pipet Pasteur, pipet volume,
balon pipet, kaca objek dan deck glass, vial dan penutupnya [Chromacol], alat-
alat gelas.
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
18
Universitas Indonesia
3.3 Bahan
3.3.1 Sampel
Sampel yang digunakan berupa guguran daun mangrove yang diambil dari
Kawasan Mangrove Bakauheni, Lampung. Guguran daun mangrove yang diambil
adalah daun yang berwarna hijau, kuning dan coklat.
3.3.2 Bahan Kimia
Bahan – bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Diklorometan [Merck], metanol [Merck], HCl P [Merck], NaCl [Merck], n-
heksan [Merck], glukosa [Merck], etanol 70% dan 96%, yeast extract [Conda],
mycological peptone [Fluka], air laut alami steril, aquadest, agar [Himedia],
antibiotik streptomisin [Naqalai tesque], antibiotik penisilin G [Naqalai tesque],
standar DHA [Sigma].
3.4 Medium dan Pembuatan Medium
Medium yang digunakan dalam penelitian ini adalah medium padat By+
dan medium padat yeast extract peptone (YEP).
3.4.1 Medium Padat By+ (Perveen, 2006)
Untuk membuat medium padat By+, dimasukkan yeast extract (0,1%),
mycological peptone (0,1%), glukosa (0,5%) dan agar (1%) ke dalam erlenmeyer.
Setelah semua bahan dimasukkan, ditambahkan air laut alami steril pH 6,0 (50%)
dan dicukupkan dengan aquadest. Pencampuran dilakukan hingga homogen
dengan menggunakan hot magnetic stirrer, erlenmeyer yang berisikan larutan
kemudian ditutup dengan kapas dan dibungkus dengan aluminium foil. Kemudian
erlenmeyer berisi medium diautoklaf pada suhu 121⁰C selama 15 menit. Setelah
steril, erlenmeyer didinginkan.kemudian ditambahkan antibiotik streptomisin dan
antibiotik penisilin G. larutan media selanjutnya dimasukkan ke dalam cawan
petri. Penuangan ke dalam cawan petri dilakukan di dalam laminar air flow
cabinet untuk menjaga kondisi pembuatan media tetap steril bebas kontaminan.
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
19
Universitas Indonesia
3.4.2 Medium Padat YEP
Untuk membuat medium padat YEP 1 L, dimasukkan yeast extract 1 g,
mycological peptone 1 g, glukosa 10 g dan agar 13 g ke dalam Erlenmeyer.
Setelah semua bahan dimasukkan, ditambahkan air laut alami steril pH 6,0 (15%)
dan dicukupkan dengan aquadest hingga 1 L. Pencampuran dilakukan hingga
homogen dengan menggunakan hot magnetic stirrer, erlenmeyer yang berisikan
larutan kemudian ditutup dengan kapas dan dibungkus dengan aluminium foil.
Kemudian erlenmeyer berisi medium diautoklaf pada suhu 121⁰C selama 15
menit. Larutan media selanjutnya dimasukkan ke dalam cawan petri. Penuangan
ke dalam cawan petri dilakukan di dalam laminar air flow cabinet.
3.5 Reagen dan Pembuatan Reagen
3.5.1 HCl 2M dalam Metanol
Untuk membuat 25 mL HCl 2M dalam metanol, pertama-tama
dimasukkan metanol sebanyak 10 mL ke dalam beaker glass, kemudian
dimasukkan 5 mL HCl pekat, selanjutnya ad metanol hingga 25 mL lalu aduk
homogen.
3.5.2 Larutan NaCl jenuh
Untuk membuat 100 mL larutan NaCl jenuh, pertama – tama ditimbang
NaCl sebanyak 36 gram. Selanjutnya, 36 gram NaCl dilarutkan dalam 100 mL
aquadest, aduk homogen.
3.6 Cara Kerja
3.6.1 Isolasi Mikroalga
Isolasi mikroalga dilakukan dengan metode direct planting, yaitu dengan cara
sebagai berikut:
Guguran daun mangrove yang berwarna hijau, kuning dan coklat dipotong
kecil – kecil bentuk persegi 1 x 1 cm2, ditanam secara aseptik pada permukaan
media By+ pada cawan petri, diinkubasikan pada suhu 28º C selama 1 sampai 4
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
20
Universitas Indonesia
hari. Selama proses inkubasi, pertumbuhan mikroalga diamati dari hari ke hari.
Mikroalga yang tumbuh selanjutnya diambil secara aseptik dengan jarum ose
steril dan digoreskan 4 kuadran (streak plate) pada medium By+ pada cawan petri
lain. Diinkubasi selama 2 hingga 3 hari pada suhu 28ºC.
Koloni mikroalga yang tumbuh selanjutnya dicocokkan morfologinya
dengan morfologi mikroalga yang diinginkan (mikroalga Thraustochytrids)
dengan cara melihat morfologinya dengan menggunakan mikroskop cahaya. Hal
tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah mikroalga yang diinginkan telah
terisolasi atau belum. Setelah itu, dilakukan proses seleksi terhadap koloni
mikroalga. Koloni mikroalga yang bebas kontaminan (mikroorganisme lain)
diambil dan digoreskan kembali pada medium By+ baru pada cawan petri lain.
Penggoresan mikroalga selanjutnya diulangi hingga didapatkan koloni mikroalga
yang benar – benar murni. Pengulangan prosedur penggoresan mikroalga akan
mengurangi kemungkinan kontaminasi bakteri.
3.6.2 Pengamatan Mikroskopik Morfologi Mikroalga
Mikroalga yang tumbuh pada cawan petri diambil sedikit dengam
menggunakan jarum ose, kemudian disuspensikan dalam aquadest pada tube
eppendorf. Aduk larutan dengan bantuan vortex mixer hingga homogen. Suspensi
mikroalga dipipet sebanyak 2 μL dan diteteskan diatas kaca objek, tutup dengan
deck glass. Selanjutnya morfologi mikroalga diamati dengan menggunakan
mikroskop cahaya dan dibandingkan dengan mikroalga Thraustochytrids pada
literatur.
3.6.3 Kultur Isolat Mikroalga
Isolat mikroalga yang dianggap sudah murni selanjutnya dikultur dan
diperbanyak dengan cara diinokulasikan secara aseptik menggunakan jarum ose
steril pada cawan petri lain yang berisi media YEP dan selanjutnya diinkubasi
selama 4 hari pada suhu 28ºC.
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
21
Universitas Indonesia
3.6.4 Analisis Asam Dokosaheksanoat (DHA) dengan Kromatografi Gas -
Spektrofotometer Massa (KG-SM)
3.6.4.1 Pembuatan Biomassa Kering Mikroalga
Koloni mikroalga yang telah murni dikerok (scraped) secara aseptik,
kemudian diletakkan pada tabung reaksi ukuran 10 mL yang telah ditimbang
sebelumnya. Selanjutnya koloni mikroalga tersebut dimasukkan ke dalam oven
pada suhu 105ºC selama 3 jam untuk dikeringkan. Kemudian tabung ditimbang
kembali. Untuk menghitung berat biomassa mikroalga, dihitung berat tabung yang
berisi mikroalga dikurangi berat tabung kosong.
3.6.4.2 Ekstraksi dan Metilasi Lipid Mikroalga (Direct Transesterification)
Biomassa mikroalga yang terdapat dalam tabung kemudian ditambahkan
0,5 mL larutan diklorometan (CH2Cl2), dan ditambahkan 1 mL HCl 2M dalam
metanol, tutup rapat. Reaksikan dalam water bath pada suhu 60oC, selama 3 jam.
Setelah itu, ditambahkan 2 mL larutan NaCl jenuh dan 1 mL n- heksan, campur
homogen. Selanjutnya didiamkan agar terjadi pemisahan DHA dalam bentuk
FAME ( fatty acid methyl ester) dalam pelarut n-heksan. DHA dalam larutan n-
heksan tersebut kemudian dipisahkan menggunakan pipet Pasteur dan disimpan
dalam tube eppendorf pada suhu 4 o
C sebelum dilakukan analisa menggunakan
Kromatografi Gas – Spektrofotometer Massa (KG-SM).
3.6.4.3 Identifikasi Asam Dokosaheksanoat (DHA) dengan Kromatografi Gas –
Spektrofotometer Massa (KG-SM)
Komposisi asam lemak dalam sampel minyak mikroalga selanjutnya
dianalisa secara kualitatif dengan kromatografi gas – spektrofotometer massa
dengan cara sebagai berikut: minyak mikroalga yang diperoleh, diambil sebanyak
1 mL dan dimasukkan ke dalam vial berukuran 2 mL, tutup vial hingga rapat. Vial
yang berisi minyak mikroalga kemudian diletakkan pada autosampler yang secara
otomatis akan menginjek sampel minyak mikroalga dengan volume injeksi
sebesar 1μL.
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
22 Universitas indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penyiapan Sampel
Tahap awal penelitian ini adalah mengumpulkan sampel guguran daun
mangrove. Guguran daun mangrove yang dijadikan sampel merupakan guguran
daun mangrove yang diperoleh dari Kawasan Mangrove Lampung. Gambar
kawasan mangrove tempat pengambilan sampel dan sampel guguran daun
mangrove yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 4.1.1 dan 4.1.2.
Mikroalga Thraustochytrids dapat bertahan hidup pada permukaan
material organik dan bersifat saprotropik, seperti guguran daun yang diperoleh
dari kawasan pantai (Porter, 1989). Thraustochytrids telah banyak diisolasi dari
habitatnya dengan kondisi salinitas dan suhu yang beragam, mulai dari air payau
dengan salinitas sebesar 3% sampai dengan kolam tambak yang memiliki kadar
garam tinggi yaitu sebesar 150% (Jones & Harrison, 1976). Selain itu, beberapa
Thraustochytrids juga ditemukan di kawasan pantai artik dan di laut kering yang
berumur 50 tahun (Porter, 1989). Pada saat pengambilan sampel, air laut berada
pada suhu 31ºC dengan salinitas sebesar 27 %.
Total guguran daun mangrove yang diambil adalah sebanyak 60 daun,
yang terdiri dari 25 daun berwarna coklat kehitaman, 14 daun berwarna coklat, 16
daun berwarna kuning kecoklatan, 2 daun berwarna kuning serta 2 daun berwarna
hijau. Guguran daun yang terkumpul diletakkan didalam plastik yang kemudian
diisi dengan sedikit air laut dan ditutup rapat. Sampel daun mangrove selanjutnya
disimpan di dalam kotak pendingin yang telah diisi es. Penyimpanan pada suhu
rendah tersebut dimaksudkan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme yang
ada pada sampel guguran daun mangrove selama perjalanan sebelum dilakuan
proses penanaman. Proses penanaman dilakukan sesegera mungkin di
Laboratorium Biokimia Universitas Lampung. Selanjutnya, sampel guguran daun
mangrove tersebut masing – masing dibilas dengan air laut yang telah disterilkan
dan diberi antibiotik. Hal tersebut bertujuan untuk menghilangkan atau
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
23
Universitas Indonesia
memperkecil kontaminan yang ada pada guguran daun mangrove sebelum
dilakukan proses isolasi.
Tabel 4.1.1. Sampel guguran daun mangrove yang diperoleh
Sampel Warna Daun Sampel Warna Daun
LP-01 Coklat Kehitaman LP-31 Coklat
LP-02 Coklat Kehitaman LP-32 Coklat
LP-03 Coklat Kehitaman LP-33 Coklat
LP-04 Coklat Kehitaman LP-34 Coklat
LP-05 Coklat Kehitaman LP-35 Coklat
LP-06 Coklat Kehitaman LP-36 Coklat
LP-07 Coklat Kehitaman LP-37 Coklat
LP-08 Coklat Kehitaman LP-38 Coklat
LP-09 Coklat Kehitaman LP-39 Coklat
LP-10 Coklat Kehitaman LP-40 Kuning Kecoklatan
LP-11 Coklat Kehitaman LP-41 Kuning Kecoklatan
LP-12 Coklat Kehitaman LP-42 Kuning Kecoklatan
LP-13 Coklat Kehitaman LP-43 Kuning Kecoklatan
LP-14 Coklat Kehitaman LP-44 Kuning Kecoklatan
LP-15 Coklat Kehitaman LP-45 Kuning Kecoklatan
LP-16 Coklat Kehitaman LP-46 Kuning Kecoklatan
LP-17 Coklat Kehitaman LP-47 Kuning Kecoklatan
LP-18 Coklat Kehitaman LP-48 Kuning Kecoklatan
LP-19 Coklat Kehitaman LP-49 Kuning Kecoklatan
LP-20 Coklat Kehitaman LP-50 Kuning Kecoklatan
LP-21 Coklat Kehitaman LP-51 Kuning Kecoklatan
LP-22 Coklat Kehitaman LP-52 Kuning Kecoklatan
LP-23 Coklat Kehitaman LP-53 Kuning Kecoklatan
LP-24 Coklat Kehitaman LP-54 Kuning Kecoklatan
LP-25 Coklat Kehitaman LP-55 Kuning Kecoklatan
LP-26 Coklat LP-56 Kuning Kecoklatan
LP-27 Coklat LP-57 Kuning
LP-28 Coklat LP-58 Kuning
LP-29 Coklat LP-59 Hijau
LP-30 Coklat LP-60 Hijau
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
24
Universitas Indonesia
4.2 Isolasi Mikroalga Thraustochytrids
Proses isolasi mikroalga Thraustochytrids dilakukan dengan menggunakan
teknik direct planting, yakni dengan memotong bagian kecil seluas 1 cm2 dari
tanaman atau material yang ditumbuhi mikroalga, yang selanjutnya diletakkan
diatas permukaan medium agar pada cawan petri yang berisikan media padat
(Porter, 1989). Proses isolasi mikroalga dilakukan dengan menggunakan medium
By+ yang berisikan glukosa 0.5 % (w/v), yeast extract 0.1 % (w/v), mycological
peptone 0.1 % (w/v), air laut steril 50 % (v/v), agar 1 % (w/v), antibiotik
streptomisin 0.3 g/l dan antibiotik penisilin G 0.3 g/l. Gambar potongan daun
mangrove dapat dilihat pada Gambar 4.2.1. Proses pemisahan mikroalga terjadi
karena adanya antibiotik yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri,
sedangkan mycological peptone, berguna untuk memisahkan mikroalga dari
jamur, dimana terjadi pertumbuhan mikroalga yang lebih cepat dibandingkan
dengan jamur. Isolat mikroalga yang tumbuh segera diisolasi terlebih dahulu
sebelum medium ditumbuhi oleh jamur dan kemudian ditanam pada medium By+
dan diinkubasi pada suhu 28ºC selama 1-4 hari. Selama masa inkubasi dilakukan
pengamatan terhadap mikroalga yang tumbuh (Perveen, 2006).
Pada hari pertama inkubasi, terlihat belum terjadi pertumbuhan
mikroorganisme apapun pada 60 cawan petri. Sedangkan pada hari kedua,
terdapat 26 cawan petri yang sudah mulai ditumbuhi oleh jamur, 12 cawan petri
mulai tampak ditumbuhi mikroalga yang masih terlalu sedikit untuk diisolasi dan
sisanya belum terdapat pertumbuhan mikroorganisme apapun. Pada hari ketiga,
jumlah cawan petri yang telah ditumbuhi mikroalga meningkat dari yang
sebelumnya 12 menjadi 16 cawan petri. Karena jumlah isolat mikroalga pada 12
cawan petri tersebut dianggap sudah mencukupi, maka isolat mikroalga tersebut
diisolasikan ke cawan petri lain yang berisikan medium By+ padat. Pada 26
cawan petri yang hari sebelumnya tampak ditumbuhi oleh jamur, 3 cawan petri
tampak telah ditumbuhi mikroalga. Mikroalga tersebut langsung diisolasi karena
dikhawatirkan akan terjadi pertumbuhan jamur yang lebih banyak yang dapat
menutupi mikroalga. Proses isolasi pada 3 cawan petri tersebut dilakukan dengan
hati-hati agar jamur yang ada pada cawan petri tersebut tidak ikut terbawa ke
dalam medium padat baru pada cawan petri lain. Untuk 18 cawan petri lainnya
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
25
Universitas Indonesia
(yang pada hari kedua belum ditumbuhi mikroorganisme apapun), 13 cawan petri
tidak mengalami pertumbuhan apapun dan 5 cawan petri sisanya ditumbuhi oleh
jamur. Pada hari keempat, terjadi peningkatan jumlah isolat mikroalga pada 4
cawan petri yang pada hari sebelumnya telah ditumbuhi mikroalga dalam jumlah
sedikit, dilakukan proses isolasi pada 4 cawan petri tersebut. Pada 18 cawan petri
lainnya, tidak terjadi pertumbuhan mikroalga. Sedangkan pada 23 cawan petri
yang sebelumnya ditumbuhi oleh jamur, nampak pertumbuhan mikroalga pada 2
cawan petri. Namun, dikarenakan karena jumlahnya yang terlalu sedikit dan telah
tertutupi oleh pertumbuhan jamur yang sudah terlalu banyak, mikroalga tidak
diisolasi. Secara keseluruhan, total mikroalga yang berhasil diisolasi adalah
sebanyak 19 cawan petri. Gambar pertumbuhan isolat mikroalga dapat dilihat
pada Gambar 4.2.2 dan 4.2.3.
Tabel 4.2.1. Pengamatan pertumbuhan mikroalga
Sampel Warna Daun
Pengamatan pertumbuhan mikroorganisme (Hari ke-)
Hasil 1 2 3 4
M J M J M J M J
LP-01 Coklat Kehitaman - - < - << (+) - (+) +
LP-02 Coklat Kehitaman - - - < - << - <<< -
LP-03 Coklat Kehitaman - - - < - << - <<< -
LP-04 Coklat Kehitaman - - - < - << - <<< -
LP-05 Coklat Kehitaman - - - < - << - <<< -
LP-06 Coklat Kehitaman - - < - << (+) - (+) +
LP-07 Coklat Kehitaman - - - < - << - <<< -
LP-08 Coklat Kehitaman - - - < - << - <<< -
LP-09 Coklat Kehitaman - - - < < (+) << (+) +
LP-10 Coklat Kehitaman - - - - - - - - -
LP-11 Coklat Kehitaman - - - < - << < <<< -
LP-12 Coklat Kehitaman - - - < - << - <<< -
LP-13 Coklat Kehitaman - - - - - < - << -
LP-14 Coklat Kehitaman - - - - < - << (+) - +
LP-15 Coklat Kehitaman - - < - << (+) - (+) +
LP-16 Coklat Kehitaman - - < - << (+) - (+) +
LP-17 Coklat Kehitaman - - - < - << - <<< -
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
26
Universitas Indonesia
LP-18 Coklat Kehitaman - - < - << (+) < (+) +
LP-19 Coklat Kehitaman - - - < - << - <<< -
LP-20 Coklat Kehitaman - - - < - << - <<< -
LP-21 Coklat Kehitaman - - - - - < - << -
LP-22 Coklat Kehitaman - - - < - << - <<< -
LP-23 Coklat Kehitaman - - - < - << - <<< -
LP-24 Coklat Kehitaman - - < - << (+) < (+) +
LP-25 Coklat Kehitaman - - - < - << - <<< -
LP-26 Coklat - - - - - < - << -
LP-27 Coklat - - - - - - - - -
LP-28 Coklat - - - - - < - << -
LP-29 Coklat - - < - << (+) - (+) +
LP-30 Coklat - - - - < - << (+) - +
LP-31 Coklat - - < - << (+) - (+) +
LP-32 Coklat - - - < - << < <<< -
LP-33 Coklat - - - - - - - - -
LP-34 Coklat - - - < - << - <<< -
LP-35 Coklat - - - - - < - << -
LP-36 Coklat - - - < - << - <<< -
LP-37 Coklat - - - < - << - <<< -
LP-38 Coklat - - - - < - << (+) - +
LP-39 Coklat - - - < - << - <<< -
LP-40 Kuning Kecoklatan - - - < < (+) << (+) +
LP-41 Kuning Kecoklatan - - - - < - << (+) - +
LP-42 Kuning Kecoklatan - - < - << (+) - (+) +
LP-43 Kuning Kecoklatan - - - < - << - <<< -
LP-44 Kuning Kecoklatan - - - - - - - - -
LP-45 Kuning Kecoklatan - - - - - - - - -
LP-46 Kuning Kecoklatan - - - < - << - <<< -
LP-47 Kuning Kecoklatan - - - < < (+) << (+) +
LP-48 Kuning Kecoklatan - - - < - << - <<< -
LP-49 Kuning Kecoklatan - - - < - << - <<< -
LP-50 Kuning Kecoklatan - - - - - - - - -
LP-51 Kuning Kecoklatan - - < - << (+) < (+) +
LP-52 Kuning Kecoklatan - - < - << (+) - (+) +
LP-53 Kuning Kecoklatan - - < - << (+) - (+) +
LP-54 Kuning Kecoklatan - - - - - - - - -
LP-55 Kuning Kecoklatan - - - - - - - - -
LP-56 Kuning Kecoklatan - - - - - - - - -
LP-57 Kuning - - - - - - - - -
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
27
Universitas Indonesia
LP-58 Kuning - - - - - - - - -
LP-59 Hijau - - - - - - - - -
LP-60 Hijau - - - - - - - - -
Keterangan : M : Mikroalga; J : Jamur; (+) : Mikroalga diisolasi/ telah diisolasi ke cawan petri
lain yang berisi medium padat.
Selanjutnya, 19 cawan petri tersebut diamati morfologinya secara
mikroskopik untuk memastikan bahwa terdapat mikroalga yang diinginkan
didalamnya. Morfologi mikroalga yang tumbuh pada isolat dicocokkan dengan
morfologi mikroalga Thraustochytrids yang sesungguhnya. Hal ini bertujuan
untuk menapis isolat yang berisi mikroalga Thraustochytrids. Hasilnya, dari 19
isolat mikroalga yang diamati, 3 diantaranya telah terkontaminasi oleh bakteri
dengan jumlah yang lebih dominan dibandingkan dengan jumlah mikroalga yang
ada. Isolat tersebut kemudian dianggap tidak murni dan disingkirkan. Pengamatan
mikroskopik morfologi sampel isolat mikroalga I dapat dilihat pada Gambar 4.2.4.
Adanya bakteri yang tumbuh diduga oleh karena bakteri tersebut telah resisten
terhadap antibiotik yang digunakan, atau dapat juga dikarenakan oleh jenis bakteri
yang tumbuh pada isolat tersebut tidak sensitif terhadap antibiotik yang
digunakan.
Tabel 4.2.2. Hasil pengamatan mikroskopik morfologi isolat mikroalga I
No. Sampel Hasil Pengamatan
1 LP-01 Murni Mikroalga
2 LP-06 Terkontaminasi Bakteri
3 LP-09 Murni Mikroalga
4 LP-14 Murni Mikroalga
5 LP-15 Murni Mikroalga
6 LP-16 Murni Mikroalga
7 LP-18 Murni Mikroalga
8 LP-24 Murni Mikroalga
9 LP-29 Murni Mikroalga
10 LP-30 Murni Mikroalga
11 LP-31 Murni Mikroalga
12 LP-38 Murni Mikroalga
13 LP-40 Murni Mikroalga
14 LP-41 Murni Mikroalga
15 LP-42 Murni Mikroalga
16 LP-47 Murni Mikroalga
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
28
Universitas Indonesia
17 LP-51 Terkontaminasi Bakteri
18 LP-52 Terkontaminasi Bakteri
19 LP-53 Murni Mikroalga
Setelah melakukan proses purifikasi isolat mikroalga dengan teknik streak
plate berulang – ulang hingga didapatkan koloni tunggal dari mikroalga,
pengamatan mikroskopik dilakukan kembali. Hal ini bertujuan untuk memastikan
bahwa isolat mikroalga yang didapatkan benar - benar murni (hanya terdapat
mikroalga Thraustochytrids), sebelum dilakukan perbanyakan isolat untuk analisis
kandungan DHA. Pengamatan mikroskopik morfologi isolat mikroalga II dapat
dilihat pada Gambar 4.2.5. Hasilnya, terdapat 1 isolat yang dianggap tidak murni
dan disingkirkan karena ditumbuhi oleh bakteri dengan jumlah yang jauh lebih
dominan dibandingkan dengan jumlah mikroalga yang tumbuh. Sedangkan 15
isolat sisanya dianggap murni.
Tabel 4.2.3. Hasil pengamatan mikroskopik morfologi isolat mikroalga II
No. Sampel Hasil Pengamatan
1 LP-01 Murni Mikroalga
2 LP-09 Murni Mikroalga
3 LP-14 Terkontaminasi Bakteri
4 LP-15 Murni Mikroalga
5 LP-16 Murni Mikroalga
6 LP-18 Murni Mikroalga
7 LP-24 Murni Mikroalga
8 LP-29 Murni Mikroalga
9 LP-30 Murni Mikroalga
10 LP-31 Murni Mikroalga
11 LP-38 Murni Mikroalga
12 LP-40 Murni Mikroalga
13 LP-41 Murni Mikroalga
14 LP-42 Murni Mikroalga
15 LP-47 Murni Mikroalga
16 LP-53 Murni Mikroalga
Isolat mikroalga yang dianggap murni dan kemudian dikultur pada
medium YEP padat adalah isolat yang mulanya berasal dari 6 daun berwarna
coklat kehitaman, 4 daun berwarna coklat dan 5 daun berwarna kuning
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
29
Universitas Indonesia
kecoklatan. Daun yang berwarna kuning kecoklatan merupakan daun yang paling
banyak menghasilkan mikroalga dengan persentase sebesar 31,25%. Hasil
tersebut berbeda dengan teori dimana proses pembusukkan guguran daun
mangrove dapat dikaitkan dengan adanya Thraustochytrids dimana daun
mangrove berperan dalam proses siklus karbon Thraustochytrids (detrivora).
Sehingga semakin busuk suatu daun mangrove diharapkan semakin banyak
Thraustochytrids yang dihasilkan (Bongiorni et al., 2004). Jamur yang tumbuh
pada sampel guguran daun mangrove diduga merupakan mikroorganisme yang
hidup pada daun mangrove dengan jumlah yang lebih dominan dibandingkan
dengan mikroalga yang tumbuh. Hal tersebut dikarena jamur sendiri dapat pula
bersifat sebagai mahluk detrivor yang mempengaruhi proses pembusukan daun.
Mahluk detrivor merupakan organisme heterotrof yang memanfaatkan serpihan
organik padat (detritus) sebagai sumber makanan (Rangkumar et al, 1993). Oleh
karena itu, diharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan pemilihan lokasi
yang sekiranya bebas dari adanya jamur, agar pada sampel guguran daun
mangrove yang diperoleh hanya ditumbuhi oleh mikroalga, atau mikroalga
tumbuh sebagai mahluk detrivor dominan pada guguran daun mangrove tersebut.
Kemudian, 15 isolat yang dianggap murni tersebut selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan Kromatografi Gas - Spektrofotometri Massa (KG-SM).
4.3 Analisis DHA secara kualitatif dengan Kromatografi Gas -
Spektrofotometri Massa (KG-SM)
4.3.1 Pembuatan Biomassa Kering
Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan membuat biomassa
kering mikroalga. Pembuatan biomassa kering mikroalga dilakukan dengan cara
memanaskan pasta isolat koloni mikroalga yang telah murni dalam oven pada
suhu 105ºC selama 3 jam (Yokochi et al., 1998). Berat biomassa kering yang ada
dihitung dengan cara mengurangi berat tabung yang berisi biomassa kering
dengan berat tabung kosong.
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
30
Universitas Indonesia
Tabel 4.3.1.1. Berat biomassa kering sampel isolat mikroalga
No. Sampel Berat Tabung
Kosong (mg)
Berat Tabung Berisi
Biomassa Kering (mg)
Berat
Biomassa
(mg)
1 LP-01 16866,7 16902,8 3,51
2 LP-09 16828,5 16857,3 2,88
3 LP-15 16952,8 16983,9 3,11
4 LP-16 16977,0 17006,7 2,97
5 LP-18 16877,1 16904,6 27,5
6 LP-24 16925,5 16036,6 1,11
7 LP-29 16853,8 16867,8 1,40
8 LP-30 17107,0 17133,1 2,61
9 LP-31 16816,0 16850,5 3,45
10 LP-38 16838,6 16882,6 4,40
11 LP-40 17035,1 17071,7 3,66
12 LP-41 17043,5 17070,7 2,72
13 LP-42 16811,0 16835,8 2,48
14 LP-47 16974,9 16992,7 1,78
15 LP-53 16995,0 17019,4 2,44
4.3.2 Ekstraksi dan Metilasi
Pada proses ekstraksi dan metilasi dipilih metode direct transesterification
(transesterifikasi langsung), dimana merupakan metode yang menggabungkan
proses ekstraksi dan transesterifikasi menjadi suatu proses tunggal sehingga
penggunaan pelarut dan waktu yang digunakan dapat dikurangi (Yokochi et al.,
1998). Pelarut diklorometan dipilih karena diklorometan dapat menghasilkan
ekstrak lipid yang lebih banyak dibandingkan dengan pelarut kloroform (Gertler
& Wells, 2011). Proses yang terjadi adalah, asam lemak yang telah terekstraksi
oleh pelarut diklorometan, akan berikatan dengan metanol membentuk fatty acid
methyl ester (FAME) dengan bantuan HCl sebagai katalisator asam. Setelah
diperoleh FAME, dilakukan separasi untuk memisahkan FAME dari campuran
pelarut. Penggunaan NaCl jenuh bertujuan untuk menarik kandungan air yang
ada. Sedangkan komponen – komponen yang tidak larut dalam air (nonpolar),
seperti asam lemak akan larut didalam pelarut heksan mengikuti teori like dissolve
like dimana kelarutan akan terjadi apabila memiliki sifat kepolaran yang sama.
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
31
Universitas Indonesia
Heksan merupakan pelarut yang baik dan paling sering digunakan untuk
melarutkan lipid dengan polaritas yang rendah (Gertler & Wells, 2011).
4.3.3 Identifikasi Asam Dokosaheksanoat (DHA) dengan Kromatografi Gas –
Spektrofotometri Massa (KG-SM)
Sampel minyak mikroalga yang terdapat dalam pelarut n-heksan
selanjutnya di analisis secara kualitatif dengan kondisi analisis sebagai berikut:
Temperatur kromatografi gas adalah 100⁰C yang dipertahankan selama 2
menit, kemudian dinaikkan hingga 180⁰C pada laju pemanasan 10⁰C/menit,
diikuti dengan pemanasan sampai 260⁰C pada laju pemanasan 4⁰C/menit yang
dipertahankan selama 15 menit. Temperatur injektor kromatografi gas adalah
270⁰C dan laju alir dari gas pembawa yang berupa gas Helium adalah 1,0
mL/menit.
Temperatur penghubung pada spektrofotometer massa adalah 260⁰C,
dengan energi elektron sebesar 70 eV dan volume injeksi sebesar 1μL.
Database fragmentasi DHA pada NIST library (National Institute of
Standards and Technology) digunakan sebagai pembanding untuk memastikan
kebenaran fragmentasi DHA pada sampel dengan cara melihat kualitas
kemiripannya. Hasilnya, dari 15 sampel asam lemak mikrolaga yang dianalisis, 15
sampel tersebut mengandung DHA didalamnya dengan kualitas kemiripan lebih
dari 900, dari skala 1 sampai 1000. Kromatogram dan fragmentasi DHA yang ada
dapat dilihat pada lampiran.
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
32 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil isolasi, dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Mikroalga berhasil diisolasi dari 15 sampel guguran daun mangrove dari
total 60 daun yang dikumpulkan dari Kawasan Mangrove Lampung.
b. Daun yang paling banyak menghasilkan isolat mikroalga adalah daun yang
berwarna kuning kecoklatan dengan persentase sebesar 31,25%.
c. 15 Isolat mikroalga yang dianalis dengan Kromatografi Gas –
Spektrofotometri Massa (KG-SM) terbukti memiliki kandungan asam
dokosaheksanoat (DHA). 15 isolat tersebut adalah; LP-01; LP-09; LP-14;
LP-16; LP-18; LP-24; LP-29; LP-30; LP-31; LP-38; LP-40; LP-41; LP-42;
LP-47; dan LP-53.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah perlu adanya penelitian
lebih lanjut dengan melakukan analisis kuantitatif guna mengetahui mikroalga
yang paling potensial dalam menghasilkan DHA yang selanjutnya diidentifikasi
gennya untuk mengetahui spesies mikroalganya.
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
33
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Alonso, D.L., & Maroto, F.G. (2000). Plants as 'chemical factories' for the
production of polyunsaturated fatty acids. Biotechnology Advances, 18, 481-
497.
Bahnweg, G. (1979). Studies on the physiology of Thraustochytriales I. Growth
requirements and nitrogen nutrition of Thraustochytrium spp.,
Schizochytrium sp., Japonochytrium sp., Ulkenia spp., and Labyrinthuloides
spp. Veræff. Inst. Meeresforsch. Bremerh. 17: 245-268.
Barrow, C., Shahidi, F.(2008) Marine Nutraceuticals and Functional Foods. US:
Taylor & Francis Group.
Belarbi, H. (2000). A process for high yield and scaleable recovery of high purity
eicosapentaenoic acid esters from microalgae and fish oil A process for high
yield and scaleable recovery of high purity. Enzyme and Microbial
Technology 26 : 516–529.
Bengen, D. G. (2000). Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Bogor:
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor.
Bengen, D. G. (2001). Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem
Mangrove. Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut
Pertanian Bogor.
Birch, E.B., Garfield, S., Castañeda, Y., Hughbanks-Wheaton, D., Uauy, R.,
Hoffman, D. (2007). Visual acuity and cognitive outcomes at 4 years of age
in a double-blind, randomized trial of long-chain polyunsaturated fatty acid-
supplemented infant formula. Early Human Development 83, 279-284.
Bongiorni, L.; Pignataro, L.; Santangelo, G. (2004). Thraustochytrids (fungoid
protests): an unexplored component of marine sediment microbiota. Sci.
Mar. 68, 43-48.
Branchey, L.B.,& Branchey, M. (2008). Long-chain n-3 polyunsaturated fatty
acids decrease feelings of anger in substance abusers. Psychiatry Research
157, 95-104.
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
34
Universitas Indonesia
Catalan, J., Moriguchi, T., Slotnick, B., Murthy, M., Greiner, R.S., & Salem, N.,
(2002). Cognitive defects in docosahexaenoic acid-deficient rats. Behavioral
Neuroscience 116(6), 1022-1031.
Corsetto, P. A., et al. (2010). Effects of n-3 PUFAs on breast cancer cells through
their incorporation in plasma membrane. Lipids in Health and Disease, 10,
73-111.
Darley, J. M., et al. (1973). Do groups always inhibit individuals’ responses to
potential emergencies? Journal of Personality and Social Psychology, 26,
395–399.
Day, R.A., & Underwood, A.L. Analisis kimia Kuantitatif, edisi keenam, Penerbit
Erlangga.
EPA. (2004). What you need to know about mercury and shellfish. Washington,
D.C, U.S: Environmental Protection Agency. January 29, 2012.
http://www.cfsan.fda.gov/~dms/ admehg3.html.
ERNA. (2008). Polyunsaturated fatty acid (PUFA). Belgium : 50 Rue de
l’Assosiation.
Gertler, W & Wells., S.G. (2011). Final report algal based fuel. Las Vegas:
Nevada Renewable Energy Consortium.
Harel, M., W. Koven, I. Lein, Y. Bar, P. Behrens, J. Stubblefield, Y. Zohar, A.R.
Place. (2002). Advanced DHA, EPA, and ARA enrichment materials for
marine aquaculture using single cell heterotrophs. Aquaculture. 213: 347-
362.
Hashimoto, M., S. Hossain, T. Shimada, K. Sugioka, H. Yamasaki, Y. Fujii, Y.
Ishibashi, J. Oka, and O. Shido. (2002). Docosahexaenoic acid provides
protection from impairment of learning ability in Alzheimer's disease model
rats. Journal of Neuro chemistry. 81(5): 1084-1091.
Hering, J., et al. (2007). Inhibition of proliferation by omega-3 fatty acids in
chemoresistant pancreatic cancer cells. Annals of Surgical Oncology 14(12),
3620-3628.
Jones, E. B. G., & Harrison, (1976) J.L. Physiology of marine phycomycetes.
Recent advance in Aquatic Mycology. New York: John Wiley and Son.
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
35
Universitas Indonesia
Kamlangdee, J & Fan K.W. (2003). Polyunsaturated fatty acid production by
Schyzochytrium sp. Isolated from mangrove. Songklanakarin Journal of
Science and Technology. 25(5), 643-650.
Kris-Etherton, P., Harris, W.S., & Appel, L.J. (2002). Fish consumption, fish oil,
omega-3 fatty acids, and cardiovascular disease. Circulation 106(21), 2747-
2757.
Kris-Etherton, P. & Innis, S. (2007). Position of the American Dietetic
Association and Dietitians of Canada: dietary fatty acids. Journal of the
American Dietetic Association. 107(9), 1599-1611.
Kuznetsov, E.A. (1981). Anabiosis in lower aquatic fungi. Mikologie and
Fitopatologie 15 : 526-531.
Lahaye, M.(2001) Developments on gelling algal galactans, their structure and
physico-chemistry. J. Appl. Phycol., 13, 173–184.
Lee, J.Y., et al. (2009). Comparison of several methods for effective lipid
eatraction from microalgae. Biores. Technol. 101. S75-S77.
Lepage,G., & C.C.Roy.(1984).Improved recovery of fatty acid through direct
transesterification without prior extraction or purification. Journal of Lipid
Research 25 :139l-1396.
Lewis, T.E., et al. (1999). The Biotechnological Potential of Thraustochytrids.
Marine Biotechnology 1 ( 6) : 580-587.
Little, S.J., Lynch, M.A., Manku M., & Nicolaou A. (2007). Docosahexaenoic
acid-induced changes in phospholipids in cortex of young and aged rats: a
lipidomic analysis. Prostaglandins Leukotrienes & Essential Fatty Acids 77,
155-162.
Makrides, M., Neumann, M., Simmer, K., Pater, J., & Gibson, R. (1995). Are
long-chain polyunsaturated fatty acids essential nutrients in infancy?. The
Lancet 345,1463-1468.
Margulis, L. et al. (1989). Handbook of Protoctista Jones and Bartlett Publishers
Boston. 914.
Masson, S., Latini M., Tacconi, M., & Bernasconi, R. (2007). Incorporation and
washout of n-3 polyunsaturated fatty acids after diet supplementation in
clinical studies. Journal of Cardiovascular Medicine 8 (suppl 1), 4-10.
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
36
Universitas Indonesia
McNair., H, M. & Bonelli E.,J.. (1998). Dasar kromatografi gas. Bandung :
Institut Teknologi Bandung.
Moss, B. L. (1980). The effect of photoperiod on receptacle initiation in
Ascophyllum nodosum (L.) Le Jol. BT. Phycol. J. 15: 291-301.
New, M.B., & Wijkström, U.N. (2002). Use of fishmeal and fish oil in aquafeeds:
further thoughts on the fishmeal trap. FAO Fisheries Circular No. 975.
January 3, 2012. Rome, Italy: FAO.
ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/005/y3781e/y3781e00.pdf.
Nettleton, J.A. (1995). Omega-3 fatty acids and health. New York, NY: Chapman
& Hall.
Nowak, J., et al. (2007). Colitis-associated colon tumorigenesis is suppressed in
transgenic mice rich in endogenous n-3 fatty acids. Carcino genesis 28(9),
1991-1995.
Olive, L., S. (1975). The Mycetozoans. New York : Academic Press: 293.
Olaizola, M., (2003). Commercial development of microalgal biotechnology:
From the test tube to the marketplace. Biomol. Eng.20. 459-466.
Perkins, F.O. (1972). The ultrastructure of holdfast. “ rhizoids,” and ‘slimetracks”
in thraustochytriaceous fungi and labyrinthula spp. Archiv fur Mikrobiologie
84, 95-118.
Perveen, Z., et al. (2006). Isolation and characterization of a novel thraustochytrid-
like microorganism that efficiently produces docosahexaenoic acid.
Biotechnology Letter 28, 197–202.
Peet, M. & C. Stokes.( 2005). Omega-3 fatty acids in the treatment of psychiatric
disorders. Drugs. 65: 1051-1059.
Porter, D. (1990). Phylum Labyrinthulomycota. Handbook of Protoctista. Boston:
Jones and Bartlett Publ.
Scott et al. (2010). Biodiesel from algae: challenges and prospects. prospects, Curr
Opin Biotechnol. 21:1–10.
Simopoulos, A.P. (1999). New products from the agri-food industry: the return of
n-3 fatty acids into the food supply. Lipids 34, 297-301.
Simopoulos, A.P. (2002). The importance of the ratio of omega-6/omega-3
essential fatty acids. Biomedicine & Pharmacotherapy 56, 365-379.
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
37
Universitas Indonesia
Tidwell, J.H. & Allan, G.L. (2001). Fish as food: aquaculture's contribution.
EMBO Reports. 21(11), 958-963.
Yokochi, T., Honda, D., Higashihara, T., & Nakahara. T. (1998). Optimization of
docosahexaenoic acid production by S. limacinum SR21. Applied
Microbiology and Biotechnology. 49, 72-76.
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
GAMBAR
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
38
Gambar 4.1.1. Kawasan Mangrove Lampung tempat pengambilan sampel
Gambar 4.1.2. Sampel guguran daun mangrove
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
39
Gambar 4.2.1. Potongan guguran daun mangrove
Keterangan : (a) Daun mangrove yang telah dipotong 1 cm2; (b) Cawan petri yang
telah ditanami potongan daun mangrove
(a)
(b)
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
40
Gambar 4.2.2. Isolat mikroalga yang tumbuh pada medium padat By+
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
41
Gambar 4.2.3. Isolat yang ditumbuhi jamur
Gambar 4.2.4. Pengamatan mikroskopik morfologi sampel isolat mikroalga 1
(a) (b)
(c) (d)
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
42
(e) (f)
(g) (h)
(i) (j)
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
43
(k) (l)
(m) (n)
(o) (p)
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
44
Keterangan : (a)LP-01; (b)LP-06; (c)LP-09; (d)LP-14; (e)LP-15; (f)LP-16;
(g)LP-18; (h)LP-24; (i)LP-29; (j)LP-30; (k)LP-31; (l)LP-38;
(m)LP-40; (n)LP-41; (o)LP-42; (p)LP-47; (q)LP-51; (r)LP-52;
(s)LP-53. (Perbesaran 5x45).
(q) (r)
(s)
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
45
Gambar 4.2.5. Pengamatan mikroskopik morfologi sampel isolat mikroalga 2
(a1) (a2)
(b1) (b2)
(c1) (c2)
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
46
(d)
(e1) (e2)
(f1) (f2)
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
47
(g1) (g2)
(h1) (h2)
(i1) (i2)
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
48
(j1) (j2)
(k1) (k2)
(l1) (l2)
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
49
(m1) (m2)
(n1) (n2)
(o1) (o2)
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
50
Keterangan : (a1) LP-01 (Perbesaran 5x45); (a2) LP-01 (Perbesaran 5x400); (b1)
LP-09 (Perbesaran 5x45); (b2) LP-09 (Perbesaran 5x400); (c1) LP-
14 (Perbesaran 5x45); (c2) LP-14 (Perbesaran 5x400); (d) LP-15
(Perbesaran 5x45); (e1) LP-16 (Perbesaran 5x45); (e2) LP-16
(Perbesaran 5x400); (f1) LP-18 (Perbesaran 5x45); (f2) LP-18
(Perbesaran 5x400); (g1) LP-24 (Perbesaran 5x45); (g2) LP-24
(Perbesaran 5x400); (h1) LP-29 (Perbesaran 5x45); (h2) LP-29
(Perbesaran 5x400); (i1) LP-30 (Perbesaran 5x45); (i2)LP-30
(Perbesaran 5x400); (j1) LP-31 (Perbesaran 5x45); (j2) LP-31
(Perbesaran 5x400); (k1) LP-38 (Perbesaran 5x45); (k2) LP-38
(Perbesaran 5x400); (l1) LP-40 (Perbesaran 5x45); (l2) LP-40
(Perbesaran 5x400); (m1) LP-41 (Perbesaran 5x45); (m2) LP-41
(Perbesaran 5x400); (n1) LP-42 (Perbesaran 5x45); (n2) LP-42
(Perbesaran 5x400); (o1) LP-47 (Perbesaran 5x45); (o2) LP-47
(Perbesaran 5x400); (p1) LP-53 (Perbesaran 5x45); (p2) LP-53
(Perbesaran 5x400).
(p1) (p2)
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
LAMPIRAN
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
51
Lampiran 1. Alat Kromatografi Gas - Spektrofotometri Massa (KG-SM)
Keterangan : A. Kromatografi Gas; B. Spektrofotometri Massa; C. Autosampler; D.Printer;
E. Komputer untuk mengontrol dan mengolah data pada alat.
Lampiran 2. Fragmentasi DHA pada database NIST Library
(mainlib) 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester, (all-Z)-
50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 3200
50
100
53
55
57
59
63
65
67
69
71
74
77
79
85
91
93
95
97
105
108
119
131
145159
166 173185 199 206 215 223 235 241 247 253 259 267 273 281 287 293 299 311
O
O
A
B
C
D
E
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
52
Lampiran 3. Kromatogram LP-01
Keterangan : DHA pada sampel memiliki waktu retensi 19,48.
Lampiran 4. Fragmentasi DHA LP-01
PUFA01 #3451 RT: 19.48 AV: 1 NL: 6.60E7T: {0,0} + c EI Full ms [50.00-400.00]
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380m/z
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rela
tive
Abun
danc
e
79.16
91.03
67.14
93.16
55.13
117.15119.16
131.04
133.18145.17
147.05173.21
185.10 199.10 215.27 241.13 255.29 273.17 313.22299.22 327.17 371.07 391.08352.10
RT: 0.00 - 32.51
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32Time (min)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
4.27
19.48
3.522.94 17.622.79 5.22 30.626.39 32.4914.28 30.0028.0819.7315.256.89 10.56 26.4725.7721.05 23.218.81 12.47 16.65 18.84
NL:1.74E9TIC MS PUFA01
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
53
Lampiran 5. Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-01 dengan DHA pada database
NIST Library
Keterangan : Fragmentasi Biru : 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester pada
NIST Library; Fragmentasi Merah : DHA pada sampel. Kualitas kemiripan
DHA pada sampel dengan database sebesar 928.
PUFA01#3451 RT: 19.48 AV: 1 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester, (all-Z)-Head to Tail MF=928 RMF=928
50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320
0
50
100
50
100
55
55
59
59
65
65
67
67
69
69
74
74
77
77
79
79
85
85
91
91
93
93
95
105
105
117
119
131
131
145
145
151 159
159
166
166
173
173
179
179
185
185
191
191
197
199
203
206
209 215
215
221
221
227
227
233
233
239
239 245
249
251
255
257 263
264
269
273
275 281 287 293 299 311
313
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
54
Lampiran 6. Kromatogram LP-09
Keterangan : DHA pada sampel memiliki waktu retensi 19,47.
Lampiran 7. Fragmentasi DHA LP-09
PUFA02 #3448 RT: 19.47 AV: 1 NL: 1.64E8T: {0,0} + c EI Full ms [50.00-400.00]
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380m/z
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rela
tive
Abun
danc
e
79.13
91.06
67.13
93.16
105.16
55.13 117.14
131.16
133.20145.17
147.18161.20
185.21 199.09 213.24 241.11 255.17 273.15 313.14299.19 327.37 370.93340.52 391.02
RT: 0.00 - 32.50
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32Time (min)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
4.27
19.47
3.5117.582.93
5.20 6.37 30.5814.2512.28 32.052.79 30.4419.697.00 28.5327.3921.94 23.15 25.4415.22 18.8810.53 16.298.79
NL:3.30E9TIC MS PUFA02
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
55
Lampiran 8. Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-09 dengan DHA pada database
NIST Library
Keterangan : Fragmentasi Biru : 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester pada
NIST Library; Fragmentasi Merah : DHA pada sampel. Kualitas kemiripan
DHA pada sampel dengan database sebesar 940.
PUFA02#3448 RT: 19.47 AV: 1 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester, (all-Z)-Head to Tail MF=940 RMF=940
50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320
0
50
100
50
100
55
55
59
59
65
65
67
67
69
69 74
77
77
79
79
85
85
91
91
93
93
95
95
105
105
117
119
131
131
145
145
151 159
159
166
166
173
173
179
179
185
185
191
191
197
199
203
206
209 215
215
221
221
227
227
233
233
239
239
245
245 251
253
257
259
263 269
273
275 281 287 293 299 311
313
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
56
Lampiran 9. Kromatogram LP-15
Keterangan : DHA pada sampel memiliki waktu retensi 19,42.
Lampiran 10. Fragmentasi DHA LP-15
PUFA03 #3438 RT: 19.42 AV: 1 NL: 8.83E7T: {0,0} + c EI Full ms [50.00-400.00]
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380m/z
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Relat
ive A
bund
ance
79.11
91.03
67.11
93.13
105.01
55.11 117.12
131.13
133.03
145.03147.18
161.06185.05 199.21 213.07 241.19 255.11 273.14 313.15288.12 327.09 352.19 371.01 387.44
RT: 0.00 - 32.52
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32Time (min)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
4.26
19.42
3.512.93
17.556.365.202.79 6.86 30.5610.53 32.4412.44 14.23 19.6915.208.78 30.342.17 21.0218.81 28.0223.23 27.2325.45
NL:2.97E9TIC MS PUFA03
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
57
Lampiran 11. Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-15 dengan DHA pada database
NIST Library
Keterangan : Fragmentasi Biru : 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester pada
NIST Library; Fragmentasi Merah : DHA pada sampel. Kualitas kemiripan
DHA pada sampel dengan database sebesar 932.
PUFA03#3438 RT: 19.42 AV: 1 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester, (all-Z)-Head to Tail MF=932 RMF=932
50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320
0
50
100
50
100
55
55
59
59
65
65
67
67
69
69
74
74
77
77
79
79
85
85
91
91
93
93
95
95
105
105
117
119
131
131
145
145
151 159
159
166
166
173
173
179
179
185
185
191
191
197
199
203
206
209 215
215
221
221
227
227
233
233
239
239
245
245 251
253
257
259
263 269
273
275 281 287 293 299 311
313
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
58
Lampiran 12. Kromatogram LP-16
Keterangan : DHA pada sampel memiliki waktu retensi 19,39.
Lampiran 13 Fragmentasi DHA LP-16
PUFA04 #3432 RT: 19.39 AV: 1 NL: 9.81E7T: {0,0} + c EI Full ms [50.00-400.00]
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380m/z
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
79.13
91.03
66.99
93.15
105.14
117.1355.12
131.02
133.11145.18
159.19161.20
185.07 199.22 213.10 241.25 255.13 273.23 313.14299.14 370.72327.10 342.15 386.37
RT: 0.00 - 32.51
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32Time (min)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
4.25
19.39
3.502.93 17.526.35
7.24 8.78 18.8810.525.912.79 12.43 14.47 19.66 30.53 32.238.07 15.17 29.7820.992.17 28.7722.14 25.999.52 23.6713.6111.22
NL:2.83E9TIC MS PUFA04
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
59
Lampiran 14. Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-16 dengan DHA pada database
NIST Library
Keterangan : Fragmentasi Biru : 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester pada
NIST Library; Fragmentasi Merah : DHA pada sampel. Kualitas kemiripan
DHA pada sampel dengan database sebesar 937.
PUFA04#3432 RT: 19.39 AV: 1 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester, (all-Z)-Head to Tail MF=936 RMF=937
50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320
0
50
100
50
100
55
55
59
59
65
65
67
67
69
69 74
77
77
79
79
85
85
91
91
93
93
95
95
105
105
117
119
131
131
145
145
151 159
159
166
166
173
173
179
179
185
185
191
191
197
199
203
206
209 215
215
221
221
227
227
233
233
239
239
245
245 251
253
257
259
263
267
269
273
275 281 287 293 299 311
313
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
60
Lampiran 15. Kromatogram LP-18
Keterangan : DHA pada sampel memiliki waktu retensi 19,41.
Lampiran 16. Fragmentasi DHA LP-18
PUFA05 #3436 RT: 19.41 AV: 1 NL: 2.23E8T: {0,0} + c EI Full ms [50.00-400.00]
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380m/z
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
79.13
91.04
67.13
93.15
105.01
117.1455.12
131.16
133.17
145.17147.18
173.21185.19 199.08 215.25 241.26 255.16 273.14 313.30285.13 327.18 342.19 371.25 391.31
RT: 0.00 - 32.50
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32Time (min)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
4.26
19.41
3.50
2.9217.53
5.186.34
2.78 14.196.84 10.51 12.428.77 15.16 30.5419.66 32.492.16 18.80 20.9916.62 30.3422.12 28.6925.43
NL:4.71E9TIC MS PUFA05
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
61
Lampiran 17. Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-18 dengan DHA pada database
NIST Library
Keterangan : Fragmentasi Biru : 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester pada
NIST Library; Fragmentasi Merah : DHA pada sampel. Kualitas kemiripan
DHA pada sampel dengan database sebesar 941.
PUFA05#3436 RT: 19.41 AV: 1 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester, (all-Z)-Head to Tail MF=941 RMF=941
50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320
0
50
100
50
100
55
55
59
59
65
65
67
67
69
69
74
74
77
77
79
79
85
85
91
91
93
93
95
95
105
105
117
119
131
131
145
145
151 159
159
166
166
173
173
179
179
185
185
191
191
199
199
205
206
211
215
217
221
223
227
229
233
235
239
241
245
249
251
255
257 263
267
269
273
275 281 287 293 299 311
313
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
62
Lampiran 18. Kromatogram LP-24
Keterangan : DHA pada sampel memiliki waktu retensi 19,37.
Lampiran 19. Fragmentasi DHA LP-24
PUFA06 #3429 RT: 19.37 AV: 1 NL: 6.51E7T: {0,0} + c EI Full ms [50.00-400.00]
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380m/z
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
79.13
91.05
67.02
105.15
117.1355.12
131.15
133.17
145.17159.18
173.07185.19 199.08 215.26 241.14 255.14 273.19 313.10299.11 370.94337.96 352.79 396.22
RT: 0.00 - 32.51
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32Time (min)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
4.25
19.37
6.96
2.16 4.652.92
17.5130.536.34 32.503.49 30.3619.66 28.7627.0620.3715.165.18 14.187.22 23.09 25.2618.8010.50 12.408.76 16.58
NL:2.26E9TIC MS PUFA06
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
63
Lampiran 20. Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-24 dengan DHA pada database
NIST Library
Keterangan : Fragmentasi Biru : 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester pada
NIST Library; Fragmentasi Merah : DHA pada sampel. Kualitas kemiripan
DHA pada sampel dengan database sebesar 934.
PUFA06#3429 RT: 19.37 AV: 1 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester, (all-Z)-Head to Tail MF=933 RMF=934
50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320
0
50
100
50
100
55
55
59
59
65
65
67
67
69
69
74
74
77
77
79
79
85
85
91
91
93
93
95
98
105
105
117
119
131
131
145
145
151 159
159
166
166
173
173
179
179
185
185
191
191
197
199
203
206
209 215
215
221
221
227
227
233
233
239
239
245
245 251
253
257
259
263
267
269
273
275 281 287 293
299
299 311
313
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
64
Lampiran 21. Kromatogram LP-29
Keterangan : DHA pada sampel memiliki waktu retensi 19,36.
Lampiran 22. Fragmentasi DHA LP-29
PUFA07 #3427 RT: 19.36 AV: 1 NL: 1.99E7T: {0,0} + c EI Full ms [50.00-400.00]
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380m/z
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
79.13
90.99
67.13
105.1493.0855.12
119.01
131.14
133.03
145.16
147.03161.05
185.06 199.08 218.94 241.10 263.95 313.15273.28 299.30 326.34 368.52 386.58350.16
RT: 0.00 - 32.52
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32Time (min)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
4.25
6.97
19.362.164.66
2.926.34 7.23 8.774.81 10.51 18.85 30.52 32.2117.513.94 12.42 30.2919.65 28.9714.468.07 27.4515.17 20.98 25.8223.1310.19
NL:1.60E9TIC MS PUFA07
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
65
Lampiran 23. Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-29 dengan DHA pada database
NIST Library
Keterangan : Fragmentasi Biru : 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester pada
NIST Library; Fragmentasi Merah : DHA pada sampel. Kualitas kemiripan
DHA pada sampel dengan database sebesar 938.
PUFA07#3427 RT: 19.36 AV: 1 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester, (all-Z)-Head to Tail MF=921 RMF=938
50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320
0
50
100
50
100
55
55
59
59
65
65
67
67
69
69
74
74
77
77
79
79
85
85
91
91
93
93
95
98
105
105
117
119
131
131
145
145
151 159
159
166
166
173
173
179 185
185
191
193
199
199
205
206
211
213
217
219
223
227
229 235 241
241
247 253 259 267 273 282 299 313
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
66
Lampiran 24. Kromatogram LP-30
Keterangan : DHA pada sampel memiliki waktu retensi 19,36.
Lampiran 25. Fragmentasi DHA LP-30
PUFA08 #3426 RT: 19.36 AV: 1 NL: 7.89E7T: {0,0} + c EI Full ms [50.00-400.00]
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380m/z
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
79.13
91.04
67.13
93.01105.14
119.1455.12
131.01
133.16
145.17159.19
161.19185.21 199.21 213.09 241.27 255.12 273.15 313.13299.15 371.03 395.91340.47 354.77
RT: 0.00 - 32.50
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32Time (min)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
4.24
19.36
3.49
2.92
17.502.78 6.335.17
30.52 32.496.83 10.49 15.168.76 12.40 30.3519.642.16 14.17 28.5620.97 27.7123.1818.7616.58 24.46
NL:1.99E9TIC MS PUFA08
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
67
Lampiran 26. Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-30 dengan DHA pada database
NIST Library
Keterangan : Fragmentasi Biru : 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester pada
NIST Library; Fragmentasi Merah : DHA pada sampel. Kualitas kemiripan
DHA pada sampel dengan database sebesar 937.
PUFA08#3426 RT: 19.36 AV: 1 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester, (all-Z)-Head to Tail MF=937 RMF=937
50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320
0
50
100
50
100
55
55
59
59
65
65
67
67
69
69
74
74
77
77
79
79
85
85
91
91
93
93
95
105
105
119
119
131
131
145
145
151 159
159
166
166
173
173
179
179
185
185
191
191
197
199
203
206
209 215
215
221
221
227
227
233
233
239
239
245
245 251
253
257
259
263
267
269
273
275
281
281 287 293
299
299 311
313
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
68
Lampiran 27. Kromatogram LP-31
Keterangan : DHA pada sampel memiliki waktu retensi 19,35.
Lampiran 28. Fragmentasi DHA LP-31
PUFA09 #3425 RT: 19.35 AV: 1 NL: 8.88E7T: {0,0} + c EI Full ms [50.00-400.00]
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380m/z
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
79.12
91.05
67.13
93.01105.14
116.9955.12
131.17
133.06
145.18
147.18173.21
185.20 199.08 213.22 241.14 255.15 273.16 313.17299.19 327.18 340.47 370.80 387.12
RT: 0.00 - 32.50
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32Time (min)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
4.24
19.35
3.492.92
17.496.335.182.78 30.50 32.4810.506.83 8.76 12.41 14.17 19.6315.15 30.292.16 28.6020.9718.7716.58 26.8621.84 25.41
NL:3.00E9TIC MS PUFA09
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
69
Lampiran 29. Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-31 dengan DHA pada database
NIST Library
Keterangan : Fragmentasi Biru : 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester pada
NIST Library; Fragmentasi Merah : DHA pada sampel. Kualitas kemiripan
DHA pada sampel dengan database sebesar 935.
PUFA09#3425 RT: 19.35 AV: 1 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester, (all-Z)-Head to Tail MF=933 RMF=935
50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320
0
50
100
50
100
55
55
59
59
65
65
67
67
69
69 74
77
77
79
79
85
85
91
91
93
93
95
95
105
105
117
119
131
131
145
145
151 159
159
166
166
173
173
179
179
185
185
191
191
197
199
203
206
209 215
215
221
221
227
227
233
233
239
239
245
245 251
253
257
259
263
267
269
273
275
281
281 287 293 299 311
313
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
70
Lampiran 30. Kromatogram LP-38
Keterangan : DHA pada sampel memiliki waktu retensi 19,33.
Lampiran 31. Fragmentasi DHA LP-38
PUFA10 #3420 RT: 19.33 AV: 1 NL: 2.28E7T: {0,0} + c EI Full ms [50.00-400.00]
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380m/z
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
79.12
91.10
67.12
93.03105.14
55.12
117.14
131.14
133.04
145.15147.18
161.20185.19 199.20 219.09 241.13 263.95 273.12 313.43299.08 369.35322.06 338.25 390.95
RT: 0.00 - 32.50
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32Time (min)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
4.23
19.33
3.492.91
32.4831.6730.3117.47 29.0727.775.17 26.432.41 25.1519.53 23.0920.686.33 14.17 18.7415.1512.2011.20 16.196.94 9.708.75
NL:7.89E8TIC MS PUFA10
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
71
Lampiran 32. Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-38 dengan DHA pada database
NIST Library
Keterangan : Fragmentasi Biru : 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester pada
NIST Library; Fragmentasi Merah : DHA pada sampel. Kualitas kemiripan
DHA pada sampel dengan database sebesar 933.
PUFA10#3420 RT: 19.33 AV: 1 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester, (all-Z)-Head to Tail MF=921 RMF=933
50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320
0
50
100
50
100
55
55
59
59
65
65
67
67
69
69 74
77
77
79
79
85
85
91
91
93
93
95
97
105
105
117
119
131
131
145
145
151 159
159
166
166
173
173
179 185
185
191
193
197
199
203
206
209
213
215
219
221 227
227
233 239
241
245 251 258 264 271 313
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
72
Lampiran 33. Kromatogram LP-40
Keterangan : DHA pada sampel memiliki waktu retensi 19,35.
Lampiran 34. Fragmentasi DHA LP-40
PUFA11 #3425 RT: 19.35 AV: 1 NL: 1.57E8T: {0,0} + c EI Full ms [50.00-400.00]
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380m/z
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
79.11
91.09
67.12
104.99
119.14
55.12
131.03133.17
145.05
159.06173.06
185.20 199.20 213.22 241.25 255.26 273.13 313.17281.10 341.96 368.28 391.30
RT: 0.00 - 32.53
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32Time (min)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
4.24
19.35
3.492.91
17.486.325.16
14.16 30.496.82 15.1410.48 12.198.74 19.62 30.1918.76 28.3620.96 23.17 26.6225.36
NL:3.67E9TIC MS PUFA11
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
73
Lampiran 35. Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-40 dengan DHA pada database
NIST Library
Keterangan : Fragmentasi Biru : 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester pada
NIST Library; Fragmentasi Merah : DHA pada sampel. Kualitas kemiripan
DHA pada sampel dengan database sebesar 943.
PUFA11#3425 RT: 19.35 AV: 1 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester, (all-Z)-Head to Tail MF=942 RMF=943
50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320
0
50
100
50
100
55
55
59
59
65
65
67
67
69
69 74
77
77
79
79
85
85
91
91
93
93
95
105
105
117
119
131
131
145
145
151 159
159
166
166
173
173
179
179
185
185
191
191
197
199
203
206
209 215
215
221
221
227
227
233
233
239
239
245
245 251
253
257
259
263
268
269
274
275 281 287 293 299 311
313
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
74
Lampiran 36. Kromatogram LP-41
Keterangan : DHA pada sampel memiliki waktu retensi 19,34.
Lampiran 37. Fragmentasi DHA LP-41
PUFA12 #3422 RT: 19.34 AV: 1 NL: 1.37E8T: {0,0} + c EI Full ms [50.00-400.00]
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380m/z
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
79.12
90.98
67.12
105.14
119.15
55.12
131.02
133.03
145.03
147.18173.06
185.20 199.22 213.23 241.25 255.12 273.14 313.08299.11 342.39 371.20 387.73
RT: 0.00 - 32.51
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32Time (min)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
4.23
19.34
3.49
2.9117.47
5.166.322.78 30.4814.15 32.5030.2412.19 19.622.16 28.3615.146.94 20.9510.48 23.08 26.6825.868.74 18.7616.19
NL:3.10E9TIC MS PUFA12
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
75
Lampiran 38. Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-41 dengan DHA pada database
NIST Library
Keterangan : Fragmentasi Biru : 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester pada
NIST Library; Fragmentasi Merah : DHA pada sampel. Kualitas kemiripan
dengan database sebesar 941.
PUFA12#3422 RT: 19.34 AV: 1 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester, (all-Z)-Head to Tail MF=941 RMF=941
50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320
0
50
100
50
100
55
55
59
59
65
65
67
67
69
69 74
77
77
79
79
85
85
91
91
93
93
95
105
105
117
119
131
131
145
145
151 159
159
166
166
173
173
179
179
185
185
191
191
199
199
205
206
211
215
217
221
223
227
229
233
239
239
245
245 251
253
257
259
263 269
273
275 281 287 293 299 311
313
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
76
Lampiran 39. Kromatogram LP-42
Keterangan : DHA pada sampel memiliki waktu retensi 19,32.
Lampiran 40. Fragmentasi DHA LP-42
PUFA13 #3419 RT: 19.32 AV: 1 NL: 1.04E8T: {0,0} + c EI Full ms [50.00-400.00]
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380m/z
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
79.12
91.02
67.11
93.13
105.12
119.14
55.11131.15
133.17
145.17
147.18161.07
185.20 199.20 213.08 241.11 255.14 273.14 313.18299.11 371.08327.21 351.49 390.98
RT: 0.00 - 32.51
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32Time (min)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
4.23
19.32
3.48
2.91 17.466.322.78 5.16
6.81 10.48 12.398.74 15.14 30.4814.44 32.5119.6116.57 18.752.41 20.96 29.6928.5523.16 27.6325.389.96
NL:2.28E9TIC MS PUFA13
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
77
Lampiran 41. Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-42 dengan DHA pada database
NIST Library
Keterangan : Fragmentasi Biru : 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester pada
NIST Library; Fragmentasi Merah : DHA pada sampel. Kualitas kemiripan
DHA pada sampel dengan database sebesar 939
PUFA13#3419 RT: 19.32 AV: 1 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester, (all-Z)-Head to Tail MF=939 RMF=939
50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320
0
50
100
50
100
55
55
59
59
65
65
67
67
69
69 74
77
77
79
79
85
85
91
91
93
93
95
95
105
105
117
119
131
131
145
145
151 159
159
166
166
173
173
179
179
185
185
191
191
199
199
205
206
211
215
217
221
223
227
229
233
235
239
241
245
247
251
253
257
259
263
267
269
273
275 281 287 293
299
299 311
313
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
78
Lampiran 42. Kromatogram LP-47
Keterangan : DHA pada sampel memiliki waktu retensi 19,33.
Lampiran 43. Fragmentasi DHA LP-47
PUFA14 #3420 RT: 19.33 AV: 1 NL: 1.05E8T: {0,0} + c EI Full ms [50.00-400.00]
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380m/z
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
79.12
91.02
67.11
93.14 105.14
117.14
55.10
131.17
133.04
145.16
159.06173.19
185.19 199.07 213.23 241.13 255.15 273.23 313.17281.06 370.94327.16 342.97 398.24
RT: 0.00 - 32.50
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32Time (min)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
4.23
19.33
6.323.482.91
2.78 17.476.82 10.495.16 8.75 12.41 15.1314.45 16.58 18.77 30.4819.629.95 20.972.16 10.96 32.4923.20 29.7128.3925.4113.547.71
NL:3.50E9TIC MS PUFA14
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
79
Lampiran 44. Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-47 dengan DHA pada database
NIST Library
Keterangan : Fragmentasi Biru : 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester pada
NIST Library; Fragmentasi Merah : DHA pada sampel. Kualitas kemiripan
sampel DHA dengan database sebesar 943.
PUFA14#3420 RT: 19.33 AV: 1 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester, (all-Z)-Head to Tail MF=943 RMF=943
50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320
0
50
100
50
100
55
55
59
59
65
65
67
67
69
69 74
77
77
79
79
85
85
91
91
93
93
95
95
105
105
117
119
131
131
145
145
151 159
159
166
166
173
173
179
179
185
185
191
191
199
199
205
206
211
215
217
221
223
227
229
233
235
239
241
245
247
251
253
257
259
263
267
269
273
275
281
281 287 293
299
299 311
313
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
80
Lampiran 45. Kromatogram LP-53
Keterangan : DHA pada sampel memiliki waktu retensi 19,34.
Lampiran 46. Fragmentasi DHA LP-53
PUFA15 #3422 RT: 19.34 AV: 1 NL: 2.09E8T: {0,0} + c EI Full ms [50.00-400.00]
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380m/z
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
79.12
91.02
67.12
93.13
105.13
119.01
55.10131.15
133.19
145.17
159.18161.19
185.19 199.19 206.19 241.22 255.25 273.13 313.16299.14 327.01 342.22 370.70 395.40
RT: 0.00 - 32.53
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32Time (min)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
4.24
19.34
3.49
2.91 17.46
5.166.31 14.14 30.47 31.1312.18 30.2819.79 28.7221.806.94 26.6323.08 25.1818.7616.077.70 9.70
NL:4.00E9TIC MS PUFA15
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
81
Lampiran 47. Perbandingan head to tail fragmentasi DHA LP-53 dengan DHA pada database
NIST Library
Keterangan : Fragmentasi Biru : 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester pada
NIST Library; Fragmentasi Merah : DHA pada sampel. Kualitas kemiripan
DHA pada sampel dengan database sebesar 942.
PUFA15#3422 RT: 19.34 AV: 1 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester, (all-Z)-Head to Tail MF=941 RMF=942
50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320
0
50
100
50
100
55
55
59
59 65
67
67
69
69 74
77
77
79
79
85
85
91
91
93
93
95
95
105
105
119
119
131
131
145
145
151 159
159
166
166
173
173
179
179
185
185
191
191
199
199
205
206
211
215
217
221
223
227
229
233
235
239
241
245
247
251
253
257
259
263
267
269
273
275 281 287 293 299 311
313
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
82
Lampiran 48. Kromatogram standar DHA (blanko positif)
Keterangan : Standar DHA memiliki waktu retensi 19,05.
Lampiran 49. Fragmentasi standar DHA (blanko positif)
LP-03 #3364 RT: 19.04 AV: 1 NL: 1.96E7T: {0,0} + c EI Full ms [50.00-400.00]
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380m/z
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
79.10
91.01
67.10
93.11105.10
119.11
55.10
131.11
133.01
145.13159.14
161.15185.14 199.02 213.16 241.05 255.07 273.06 313.11299.02 351.84 391.37366.11326.68
RT: 0.00 - 32.52
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32Time (min)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
NL:5.78E8TIC MS PL_Std2
RT: 0.00 - 32.51
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32Time (min)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
Rel
ativ
e Ab
unda
nce
3.89
2.56
19.05
3.14
17.194.83 6.00 32.3330.9529.9028.5419.59 26.9021.7113.85 26.0023.9411.896.63 18.009.03 10.89 15.80
NL:4.21E8TIC MS LP-03
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
83
Lampiran 50. Perbandingan head to tail fragmentasi standar DHA dengan DHA pada
database NIST Library
Keterangan : Fragmentasi Biru: 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester pada
NIST Library; Fragmentasi Merah : Standar DHA. Kualitas kemiripan sampel
DHA dengan database sebesar 946
LP-03#3364 RT: 19.04 AV: 1 4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic acid, methyl ester, (all-Z)-Head to Tail MF=946 RMF=946
50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320
0
50
100
50
100
55
55
59
59
65
65
67
67
69
69 74
77
77
79
79
85
85
91
91
93
93
95
95
105
105
119
119
131
131
145
145
151 159
159
166
166
173
173
179
179
185
185
191
191
197
199
203
206
209 215
215
221
221
227
227
233
233
239
239
245
245 251
253
257
259
263
267
269
273
275 281 287 293 299 311
313
Std2#3364 RT: 19.05 AV: 1
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012
84
Lampiran 51. Sertifikat analisis standar DHA (Sigma)
Isolasi mikroalga..., Hannie Puspaananda, FMIPA UI, 2012