Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
PERANAN NOTARIS DALAM PELAKSANAAN
PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI
ALTERNATIF PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA
BANK
TESIS
NALIA SAFITRI NPM 1006828855
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
SALEMBA
JANUARI 2013
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
PERANAN NOTARIS DALAM PELAKSANAAN
PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI
ALTERNATIF PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA
BANK
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Kenotariatan
NALIA SAFITRI
NPM 1006828855
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
SALEMBA
JANUARI 2013
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Nalia Safitri
NPM : 1006828855
Tanda Tangan :
Tanggal : 12 Januari 2013
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh : Nama : Nalia Safitri NPM : 1006828855 Program Studi : Magister Kenotariatan Judul Tesis : Peran Notaris Dalam Pelaksanaan Pengambilalihan
Aset Debitur (AYDA) Sebagai Alternatif Penyelesaian Kredit Macet Pada Bank
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Hukum Tentang Hubungan Sesama Anggota Masyarakat, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
v
Pembimbing : Dr. Yunus Husein, S.H, L.L.M Penguji : Dr. Drs. Widodo Suryandono, S.H., M.H Penguji : Aad Rusyad Nurdin, S.H., M.Kn
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 21 Januari 2013
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
pertolongan-Nya saya mampu menyelesaikan penyusunan skripsi sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Sarjana di Fakultas Hukum
Universitas Indonesia.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya
untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, saya ingin menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Dr. Yunus Husein, S.H, L.L.M, selaku Pembimbing dan pengajar yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing,
mengoreksi dan mengarahkan penulis hingga tesisi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
2. Bapak Dr. Drs. Widodo Suryandono., S.H., M.H., selaku Ketua Program
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia
3. Seluruh tim pengajar Magister Kenotariatan atas tiap ilmu dan
pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis.
4. Kedua orang tua penulis, H. Auzar Djamin dan Hj. Nurmiaty, yang telah
memberikan dukungan baik barupa materi maupun kasih sayang serta doa
yang selalu dipanjatkan dalam setiap sujudnya. Untuk keduanyalah Tesis
ini penulis persembahkan. Terimakasih telah menjadi orangtua terhebat.
5. Ketiga kakak penulis, Apdianto Auzar, Ari A. Kurniawan dan Nadia
Safitri S.si yang amat sangat penulis sayangi. Life’s won’t worth living
without you
6. Sahabat yang telah banyak membantu penulis dari masa perkuliahan
sampai pada penyusunan tesis, Atas Rihajeng S.H., M.Kn,
Rahmadhyatmika S.H., M.Kn dan Wardhani Prihartiwi S.H., M.Kn.
7. Elza Huzaifah Nirmaliana S.H., M.Kn dan Tika Amelia S.H., M.Kn
terimakasih atas kebersamaan selama ini. Perjalanan cita-cita dimulai
gengss, yeaaayyyy!!!!
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
8. Margaretha Uly Pakpahan A.Md, Nita Cornella Handekowati A.Md, Vivi
Yanti Margareth Situngkir S.Psi, mauliate boiy atas kegilaan dan
kehebohan kita. Kalian Semua Luar Biasaaa :P
9. Bapak Vittory Wijaya selaku staf Divisi SMEB Collection dan Recovery
PT Bank Internasional Indonesia, TBk Jakarta dan Ibu Eni Yuniarni selaku
staf Group Kredit Bank DKI Jakarta atas informasi dan penjelasan yang
telah diberikan dalam penyusunan Tesis ini.
10. Seluruh sahabat Magister Kenotariatan UI Salemba angkatan 2010, I so
grateful for every moment I spent with you all, dan seluruh pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
penyelesaian Tesis ini.
Akhir kata, semoga Allah SWT berkenan memberikan balasan yang terbaik atas
setiap kebaikan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini
dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu khususnya ilmu
hukum.
Salemba, 5 Januari 2013
Penulis
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Nalia Safitri
NPM : 1006828855
Program Studi : Magister Kebotariatan
Fakultas : Hukum
Jenis Karya : Tesis
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
“Peran Notaris Dalam Pelaksanaan Pengambilalihan Aset Debitur (AYDA)
Sebagai Alternatif Penyelesaian Kredit Macet Pada Bank”
Beserta perangkta yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti noneksklusif Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantunkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Salemba
Pada Tanggal : 5 Januari 2013
Yang menyatakan
( Nalia Safitri )
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Nalia Safitri
Program studi : Magister Kenotariatan
Judul : Peran Notaris Dalam Pelaksanaan Pengambilalihan Aset Debitur
(AYDA) Sebagai Alternatif Penyelesaian Kredit Macet Pada
Bank
Dalam berbagai hubungan hukum di bidang bisnis, perbankan, bahkan kegiatan sosial, kebutuhan akan pembuktian tertulis berupa akta otentik semakin meningkat sejalan dengan berkembangnya tuntutan akan kepastian hukum dalam berbagai kegiatan ekonomi dan sosial. Perkembangan ini juga berpengaruh besar terutama dalam bidang perbankan. Notaris merupakan salah satu unsur penting dalam setiap operasional transaksi perbankan, terutama dalam pembuatan akta-akta perjanjian kredit/pembiayaan serta pembuatan akta-akta terkait dengan penyelesaian kredit macet. Salah satu upaya penyelesaian kredit macet pada bank yang diatur melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit yang telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No 2/15/PBI/2000 adalah dengan dilakukannya pengambilalihan agunan/ aset debitur atau dewasa ini dikenal dengan sebutan AYDA (Aset Yang Diambilalih). Pelaksanaan AYDA dilakukan melalui penyerahan sukarela oleh debitur, lelang Hak Tanggungan dan melalui pengambilalihan melalui proses hukum. Pengambilalaihan aset debitur oleh bank dilakukan melalui perbuatan hukum kompensasi dengan membuat Akta Jual Beli atau Perjanjian Pengikatan Jual Beli oleh Notaris sebagai alas hukum yang sah dalam peralihan haknya. Metode penulisan yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif dengan tahap penulisan kepustakaan (library Research) dan penggunaan data sekunder. Penulisan ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dan penelitian evaluatif. Sehingga dapat diperoleh gambaran mengenai permasalahan secara jelas baik dari segi perundang-undangan maupun di dalam realita dan melihat keberhasilan pelaksanaan AYDA dalam upaya penyelesaian kredit macet pada bank.
Kata Kunci:
Notaris, Kredit Macet, Aset Yang Diambil Alih (AYDA)
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Nalia Safitri
Study Program : Magister Of Notary
Tittle : Notary Role in Implementing Asset Settlement (AYDA)
as an Alternative Completion Of Bad
Debts in Bank
In various legal relationships in business, banking, and even social activities, the need for written evidence in the form of an authentic act is increasing in line with growing demand for the rule of law in various economic and social activities. This development is influence in banking sector. Notary is one of important element in banking operations, especially in making the deed of loan agreement / financing and the making of the deed of settlement relating to bad debts. One of the remedies of bad loans at banks regulated by Decree of the Board of Directors of Bank Indonesia number 31/150/KEP/DIR dated 12 November 1998 on Debt Restructuring as amended by Bank Indonesia Regulation No. 2/15/PBI/2000 is to do a takeover collateral / assets of the debtor or today known as Asset Settlement (AYDA). The implementation of AYDA through voluntary surrender by the debtor, auctions and through acquisition Mortgages through a legal process. Asset Settlement of the debtor by the bank through legal action compensated by making the Deed of Sale and Purchase or Sale and Purchase Agreement by the Notary as valid legal base in the transition right. Writing method used is normative legal research with library Research and using the secondary data. The type of research is descriptive and evaluative research. To gets explanation of the problem both in terms of legislation and in reality and to seeing the successful implementation of asset settlement in completion of bad loans in banks. Key Words: Notary, Loan Loss, Asset Settlement (AYDA)
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............................. vi
ABSTRAK ..................................................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................................... ix
DAFTAR ISI.................................................................................................................. x
1. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Pokok Permasalahan ........................................................................................ 15
1.3 Metode Penelitian ............................................................................................ 15
1.4 Sistematika Penulisan ...................................................................................... 17
2. PERAN NOTARIS DALAM PELAKSANAAN PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA BANK .......................................................................... 19
2.1 Tinjauan Umum tentang Notaris ...................................................................... 19
2.1.1 Peran, Tugas, dan Wewenang Notaris .................................................. 19
2.1.2 Tanggung Jawab dan Perlindungan Hukum Bagi Notaris Dalam menjalankan Tugas Jabatannya ............................................................. 25
2.2 Perjanjian Kredit Perbankan Pada Umumnya .................................................. 29
2.2.1 Pengertian Perjanjian ............................................................................ 29
2.2.2 Pengertian Kredit ................................................................................... 31
2.2.3 Aspek-Aspek dan Prinsip-Prinsip Perkreditan ....................................... 33
2.2.4 Perjanjian Kredit Bank ........................................................................... 35
2.2.5 Hapusnya Perjanjian Kredit Perbankan ................................................. 43
2.2.6 Kredit Bermasalah ................................................................................. 44
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
2.2.7 Lembaga Hukum Jaminan ..................................................................... 48
2.2.7.1 Jenis-Jenis Jaminan .................................................................... 50
2.2.7.2 Sifat Pengikatan Jaminan ........................................................... 51
2.2.7.3 Pengikatan Jaminan Dengan Akta Otentik Atau Dibawah Tangan ....................................................................................... 53
2.3 Tindakan Hukum Penyelamatan Kredit dan Penyelesaian Kredit Macet ........ 54
2.3.1 Bentuk Penyelamatan Kredit Melalui Restrukturisasi ........................... 56
2.4 Tinjauan Umum Mengenai Pengambilalihan Aset Debitur (AYDA) Oleh Bank ................................................................................................................. 60
2.5 Pelaksanaan Pengambilalihan Aset Debitur (AYDA) Oleh Bank Sebagai Salah Satu Upaya Penyelesaian Kredit Macet ................................................. 65
2.5.1 Kebijakan Pengelolan AYDA ................................................................. 79
2.5.2 Peran Notaris Dalam Pelaksanaan AYDA .............................................. 84
2.5.3 Aspek Hukum Perpajakan Dalam Pengambilalihan Aset Debitur .......... 95
2.5.4 Kewajiban Bank Dalam Mencairkan Agunan Yang Diambilalih Dalam Waktu 1 (Satu) Tahun ................................................................. 98
3. PENUTUP .................................................................................................................. 101
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 101
3.2. Saran ................................................................................................................ 102
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 103
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
B A B 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Hukum berperan untuk mengatur kehidupan manusia sebagai makhluk sosial.
Hubungan antara masyarakat dan hukum diungkapkan dengan adagium ubi so
cietes ibi ius (dimana ada masyarakat di sana ada hukum). Dalam masyarakat
yang sederhana hukum berfungsi untuk menciptakan dan memelihara keamanan
serta ketertiban. Fungsi ini berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat
itu sendiri yang meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat yang bersifat
dinamis yang memerlukan kepastian dan perlindungan hukum yang berintikan
kebenaran dan keadilan.
Jabatan Notaris merupakan jabatan yang keberadaannya dikehendaki guna
mewujudkan hubungan hukum diantara para subyek hukum yang bersifat perdata.
Peran Notaris dalam sektor pelayanan jasa adalah sebagai pejabat yang diberi
wewenang oleh Negara untuk melayani masyarakat dalam bidang perdata
khususnya pembuatan akta otentik. Hal ini senada dengan apa yang disebutkan
dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris (UUJN) yang menyebutkan: “Notaris adalah pejabat umum yang
berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang ini.”
Pengertian tersebut diatas adalah pengertian Notaris secara umum, untuk
kewenangan notaris diuraikan dalam Pasal 15 ayat (1) UUJN dan ketentuan Pasal
1 Peraturan Jabatan Notaris Stb. 1860 Nomor 3 menyatakan pengertian notaris,
yaitu:
“Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan perundang-undangan dan/ atau oleh yang dikehendaki oleh yang berkepentingan, untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
itu sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau oran glain yang ditetapkan oleh undang-undang. “
Seiring dengan perkembangan zaman dewasa ini, kebutuhan masyarakat akan
notaris dan akta-akta yang dibuatnya mengalami perkembangan yang semakin
meluas. Masyarakat pada saat ini lebih mempunyai kesadaran hukum untuk
menggunakan jasa notaris dalam melakukan hubungan-hubungan hukumnya
untuk membuat akta otentik yang mengikat para pihak dalam kegiatannya.
Dengan adanya akta otentik memberikan kepastian hukum bagi pemegangnya,
guna menghindari terjadinya sengketa di kemudian hari. Walaupun sekiranya
sengketa tidak dapat dihindari, akta otentik tersebut merupakan alat bukti tertulis
yang memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna dalam proses penyelesaian
sengketa.
Notaris membuat akta otentik yang merupakan alat pembuktian terkuat dan
terpenuh yang mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum dalam
kehidupan masyarakat. Dalam berbagai hubungan hukum di bidang bisnis,
perbankan, bahkan kegiatan sosial, kebutuhan akan pembuktian tertulis berupa
akta otentik semakin meningkat sejalan dengan berkembangnya tuntutan akan
kepastian hukum dalam berbagai kegiatan ekonomi dan sosial, baik pada tingkat
nasional maupun internasional.
Perkembangan ini juga berpengaruh besar terutama dalam bidang perbankan.
Notaris merupakan salah satu unsur penting dalam setiap operasional transaksi
perbankan, terutama dalam pembuatan akta-akta perjanjian kredit/ pembiayaan
serta pembuatan akta-akta terkait dengan penyelesaian perjanjian kredit.
Menurut Pasal 1 angka 11 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan,
merumuskan pengertian kredit adalah “Penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Perjanjian kredit menurut hukum Perdata termasuk dalam perjanjian pinjam-
meminjam yang diatur dalam Pasal 1754-1769 KUHPerdata. Menurut Pasal 1754
KUHPerdata disebutkan bahwa: “Pinjam meminjam adalah suatu persetujuan
dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak lain suatu jumlah tertentu
barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak
yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan
keadaan yang sama.”1
Berdasarkan pada pasal-pasal tersebut, unsur-unsur kredit adalah:
a. Adanya kesepakatan atau perjanjian antara pihak kreditur dengan pihak
debitur yang disebut dengan perjanjian kredit.
b. Adanya para pihak, yaitu pihak kreditur sebagai pihak yang memberikan
jaminan, yang dalam hal ini adalah bank dan pihak debitur sebagai pihak
yang membutuhkan uang pinjaman atau barang atau jasa.
c. Adanya unsur kepercayaan dari kreditur bahwa pihak debitur mau dan
mampu membayar atau mencicil kreditnya
d. Adanya kesanggupan dan janji membayar hutang dari pihak debitur
e. Adanya pemberian sejumlah uang atau barang atau jasa oleh pihak
kreditur kepada pihak debitur.
f. Adanya pembayaran kembali sejumlah uang atau barang atau jasa pihak
debitur kepada kreditur disertai dengan pemberian imbalan atau bunga
atau pembagian keuntungan.
g. Adanya perbedaan waktu antara pemberian kredit oleh kreditur dengan
pengembalian kreditur oleh debitur.
h. Adanya risiko tertentu yang diakibatkan karena adanya perbedaan waktu.
Semakin jauh tenggang waktu pengembalian, semakin besar pula risiko
tidak terlaksananya pembayaran kembali suatu kredit.
Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain:2
1Indonesia, “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek)”, Cet XIX,
diterjemahkan oleh Subekti dan Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1995), Pasal 1754.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
1. Mencari Keuntungan
Bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil
yang dimaksud terutama dari bentuk bunga yang diterima oleh bank
sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada
nasabah.
2. Membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi
maupun dan untuk modal kerja, maka pihak debitur akan dapat
mengembangkan dan memperluas usahanya.
3. Membantu Pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak
perbankan maka semakin baik, semakin banyak kredit menggambarkan
adanya peningkatan pembangunan diberbagai sektor
Pemberian kredit merupakan kegiatan utama bank yang mengandung risiko
yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan kelangsungan usaha bank, sehingga
dalam pelaksanaannya bank harus berpegang pada asas-asas perkreditan yang
sehat guna melindungi dan memelihara kepentingan dan kepercayaan masyarakat.
Agar permberian kredit dapat dilaksanakan secara konsisten, maka diperlukan
suatu kebijakan perkreditan yang tertulis. Pedoman perkreditan dan pembiayaan
diatur dalam Pasal 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 Tentang
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, yang telah diperbaharui dengan Peraturan
Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank
Umum dimana mewajibkan bank (dalam hal ini Direksi) untuk menilai, memantau
dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar kualitas Aktiva (meliputi
Aktiva Produktif dan Aktiva Non Produktif ) senantiasa baik.
Aktifa Produktif adalah penyediaan dana bank untuk memperoleh
penghasilan, dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank,
tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual
2 Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004), hal. 96.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
kembali (reverse repurchase agreement), tagihan derivative, penyertaan, transaksi
rekening administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dipersamakan
dengan itu. Sementara itu, Aktiva non Produktif adalah asset bank selain Aktiva
Produktif yang memiliki potensi kerugian, antara lain dalam bentuk agunan yang
diambil alih.
Bank dalam memberikan kredit wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan
dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang
diperjanjikan, serta harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat karena
kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko.
Dalam praktek lazimnya perjanjian kredit ini didahului oleh suatu perjanjian
pendahuluan yang bersifat konsensual obligatoir, dimana masing-masing pihak
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan dan menerima sejumlah uang. Sebagai
contoh misalnya formulir perjanjian kredit dilingkungan perbankan, yang mana
pada saat perjanjian ditandatangani di atas formulir baku perjanjian kredit,
kekuatan perjanjian itu bagi para pihak adalah bersifat suatu pengikatan yang
kemudian akan diikuti dengan suatu penyerahan (perjanjian riil).3
Dalam pemberian kredit, bank menghendaki adanya suatu jaminan atau
agunan yang dapat digunakan sebagai pengganti pelunasan hutang bilamana
dikemudian hari debitur cidera janji atau wanprestasi. Jaminan kredit merupakan
pelunasan yang diberikan oleh debitur dengan cara mengeksekusi objek jaminan
kredit.
Pada bank konvensional, jaminan atau collateral adalah merupakan unsur
yang sangat penting dalam pemberian kredit. Sebagian besar kredit bank yang
diberikan adalah kredit yang disertai dengan jaminan atau agunan, baik itu
jaminan atas benda bergerak ataupun benda tidak bergerak, berwujud ataupun
tidak berwujud.
Hanya sebagian kecil saja kredit tanpa jaminan yang bisa diberikan. Kredit
tanpa jaminan hanya dapat diberikan pada seseorang atau perusahaan tertentu
3 Symposium Aspek-aspek Hukum Masalah Perkreditan, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum
Nasional Departemen Kehakiman, 1985), hal. 139.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
dengan berbagai alasan. Pertama, orang tersebut sudah sangat dikenal, teruji dan
terpercaya oleh pihak bank. Kedua prospek usaha debitur sangat baik dan
biasanya juga terkait dengan penilaian bank tentang reputasi seseorang atau
perusahaan tersebut. Namun kredit tanpa jaminan seperti ini sangat jarang
diberikan oleh bank.
Menurut ketentuan Pasal 2 Ayat 1 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
nomor 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian
Kredit bahwa yang dimaksud dengan jaminan adalah suatu keyakinan bank atas
kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai yang diperjanjikan.4
Hukum jaminan merupakan bidang ilmu yang sangat penting dalam
pembangunan ekonomi, karenanya lembaga jaminan sangat berperan dalam
penyaluran dana melalui kredit perbankan. Jaminan merupakan upaya hukum
dalam mengkover piutang dan sebagai tindakan preventif dalam penyelesaian
perjanjian kredit. Secara yuridis, jaminan merupakan sarana pelunasan piutang
kreditur.
Prinsip yang berlaku dalam hukum jaminan adalah kreditur tidak dapat
meminta suatu janji agar memiliki benda yang dijaminkan bagi pelunasan hutang
debitur kepada kreditur. Ratio dari ketentuan ini adalah untuk mencegah
terjadinya ketidakadilan yang akan terjadi jika kreditur memiliki benda jaminan
yang nilainya lebih besar dari jumlah hutang debitur kepada kreditur. Oleh karena
itu, banda jaminan harus dijual dan kreditur berhak mengambil uang dari
penjualan tersebut sebagai pelunasan piutangnya.
Adapun kegunaan jaminan kredit adalah untuk:5
4 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 68 . 5C.S.T.Kansil dan Christine S.T.Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan hukum Dagang Indonesia,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2002), hal. 320.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
a. memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan
pelunasan dari agunan apabila debitur cidera janji, yaitu untuk membayar
kembali hutangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.
b. Menjamin agar debitur berperan serta dalam transaksi untuk membiayai
usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau
proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat
dicegah atau sekurangkurangnya kemungkinan untuk berbuat demikian
dapat diperkecil.
c. Memberikan dorongan kepada debitur untuk memenuhi janjinya,
khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat
yang telah disetujui agar debitur dan/atau pihak ketiga yang ikut menjamin
tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank.
Pada umumnya jika memperhatikan jaminan kredit dari kepentingan bank,
maka lazimnya yang diminta adalah jaminan kebendaan atau jaminan
perseorangan, dan memiliki prinsip accesoir (tambahan). Mengenai jaminan
kebendaan yang lazim dipergunakan oleh bank dapat ditelaah dalam Surat Edaran
Bank Indonesia No 4/248/UPPK/PK tanggal 16 Maret 1972 yang menyebutkan
bahwa untuk benda bergerak dipakai lembaga jaminan Fiducia dan Gadai,
sedangkan untuk benda tidak bergerak sepanjang mengenai tanah dipakai lembaga
Hak Tanggungan.6
Jaminan perorangan merupakan suatu perjanjian antara seorang berpiutang
dengan seorang ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban
siberutang. Sedangkan jaminan kebendaan dapat diadakan antara kreditor dengan
debitornya, tetapi juga dapat diadakan antara kreditor dengan seorang ketiga yang
menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban siberutang.
Pemberian jaminan kebendaan selalu berupa menyendirikan suatu bagian dari
kekayaan seseorang, si pemberi jaminan dan menyediakannya guna pemenuhan
kewajiban seorang debitor. Dengan demikian maka pemberian jaminan kebendaan
6 Ignatius, Ridwan Widyadharma, Hukum Sekitar Perjanjian Kredit, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro, 1997), hal. 34.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
kepada seorang kreditor tertentu, memberikan kepada kreditor tersebut suatu
privilege atau kedudukan istimewa terhadap para krediotr lainnya.7
Untuk menjamin pengembalian kredit yang diberikan maka atas jaminan-
jaminan yang diserahkan oleh debitur diadakan pengikatan secara yuridis formil
oleh pihak kreditur/bank. Sifat perjanjian pengikatan jaminan itu lazimnya
dikonstruksi sebagai perjanjian yang bersiat accesoir, yaitu perjanjian yang
dikaitkan dengan perjanjian pokok, perjanjian kredit. Dalam suatu perjanjian
kredit dimana debitur menyerahkan jaminan untuk diikat oleh bank sebagai
krediturnya. Kemudian diadakan perjanjian terpisah yang merupakan tambahan
dan dikaitkan dengan perjanjian pokoknya. Perjanjian jaminan ini tergantung pada
perjanjian pokoknya. Apabila perjanjian pokok batal atau berakhir, maka
perjanjian jaminan juga akan batal atau berakhir dengan sendirinya menurut
hukum.8
Pengikatan jaminan dapat dilakukan dengan akta otentik maupun dengan akta
dibawah tangan. Dalam dunia perbankan, akta otentik pada umumnya dibuat oleh
dan dihadapan seorang notaris. Dengan adanya bantuan seorang notaris, maka
pihak bank tidak perlu khawatir lagi tentang kemungkinan adanya kekeliruan
pengikatan atas jaminan yang diterima dari calon debiturnya. Kecuali mengenai
jaminan yang berupa hak atas tanah, maka semua pengikatan jaminan dapat
dilakukan dengan akta dibawah tangan.9
Pada setiap pemberian kredit, bank dan nasabah lazimnya memperjanjikan
berbagai hal seperti jangka waktu pemberian fasilitas, kewajiban pembayaran
kembali disertai dengan jadwal atau rencana pembayaran angsuran pokok dan
7 Subekti, Jaminan-jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, (Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti, 1991), hal. 17.
8 Rasjim, wiraatmadja, Pengikatan Jaminan Kredit Perbankan, (Jakarta: PT. Bank NISP, 1984), hal. 9.
9 Peraturan pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 Tentang Pendaftaran Tanah, Pasal 19.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
bunga serta kewajiban lain yang harus dipenuhi. Apabila dalam
perkembangannya, debitor mulai memperlihat tanda-tanda:10
1. Mulai menunggak membayar angsuran pokok dan bunga,
2. Menggunakan kredit menyimpang dari tujuannya,
3. Menyampaikan laporan keuangan hasil rekayasa,
4. Mengalami problema intern, yang timbul antara lain karena campur tangan
pemilik dalam memutus pemberian kredit secara berlebihan dan
sebagainya.
Kredit yang bersangkutan mulai menghadapi masalah. Dengan adanya kredit
bermasalah maka bank tengah menghadapi risiko usaha bank jenis risiko kredit
(default risk) yaitu risiko akibat ketidakmampuan nasabah debitor mengembalikan
pinjaman yang diterimanya dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka
waktu yang telah ditentukan.11
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
31/150/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit yang
telah diperbaharui dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/15/PBI/2000
memberikan penggolongan mengenai kualitas kredit yang diberikan oleh bank,
terdiri dari:12
1. Kredit Lancar
Kredit digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria dibawah ini:
a. Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok, tunggakan bunga, atau
cerukan karena penarikan, atau
b. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga tetapi tidak lebih
dari 1 (satu) bulan dan kredit belum jatuh tempo
10Indrawati, Soewarso, Aspek Hukum jaminan Kredit, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 2002), hal. 109.
11 Muhammad Abdulkadir, Murniati Rilda, Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, (Bandung:
PT Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 97.
12 Rene, Setyawan, Penghimpunan Dana, (Medan: Universitas Sumatera Utara, 1994), hal. 7.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
2. Kredit Dalam Perhatian Khusus
Kredit digolongkan dalam perhatian khusus jika terdapat tunggakan
pembayaran pokok dan/ atau bunga sampai dengan 90 hari (3 bulan).
3. Kredit Kurang Lancar
Kredit digolongkan kurang lancer apabila memnuhi kriteria dibawah ini:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga melampaui 90
hari sampai dengan 180 hari (6 bulan) dan/ atau
b. Kredit telah jatuh tempo tidak lebih dari 1 (satu) bulan
4. Kredit diragukan
Kredit digolongkan diragukan apabila kredit yang bersangkutan tidak
memnuhi kriteria lancar dan kurang lancer, yaitu memnuhi kriteria:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok yang telah melampaui 180 hari
sampai dengan 270 hari (9 bulan), atau
b. Kredit masih dapat diselamatkan dan agunannya bernillai sekurang-
kurangnya 75% dari hutang peminjam, termasuk bunganya, atau
c. Kredit tidak dapat diselamatkan tetapi agunannya masih bernilai
sekurang-kurangnya 100% dari hutang peminjam.
5. Kredit Macet
Kredit digolongkan macet apabila:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga yang telah
melampaui 270 hari (9 bulan lebih), atau
b. Memenuhi kriteria diragukan seperti tersebut diatas, tetapi dalam
jangka waktu 21 bulan sejak digolongkan diragukan belum ada
pelunasan atau usaha penyelamatan kredit , atau
c. Kredit tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada Pengadilan
Negeri atau Kantor Pelayanan Pengurusan Piutang dan Lelang Negara
atau diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi
kredit.
Ketidakmampuan debitur/ nasabah dalam pengembalian kredit tepat pada
waktunya sesuai dengan perjanjian dapat dikategorikan sebagai tindakan
wanprestasi. Di dalam perjanjian kredit wanprestasi atau ingkar janji dewasa ini
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
dikenal dengan sebutan event og default. Jika dikaitkan dengan perjanjian kredit
maka keadaan default (wanprestasi) dapat terjadi beberapa diantaranya yaitu
karena adanya:13
1. Wanprestasi Pembayaran (Payment Default)
Debitur dianggap melakukan wanprestasi jika debitur gagal melakukan
pembayaran kembali pokok pinjaman atau bunga, pada tanggal jatuh
tempo, atau tidak membayar biaya-biaya lainnya yang merupakan
kewajibannya menurut perjanjian kredit atau dokumen lainnya yang
terkait.
2. Wanprestasi yang berhubungan dengan representasi
Dalam perjanjian kredit biasanya terdapat bagian yang disebut representasi
dan waransi, yang berisikan jaminan dari debitur akan kebenaran dan
keabsahan terhadap tindakan-tindakan perusahaan maupun dokumen yang
ada. Apabila dikemudian hari hal tersebut tidak benar, maka debitur
dianggap melakukan wanprestasi, yakni wanprestasi yang berhubungan
dengan represantasi.
3. Wanprestasi yang berhubungan dengan hal-hal yang dilarang (Covenant
Default)
Wanprestasi seperti ini dimaksudkan jika debitur melanggar salah satu hal
yang biasanya diperinci dalam hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh
debitur (negative covenant)
4. Wanprestasi atas kewajiban lain-lain
Dalam bagian ini biasanya ditegaskan bahwa kelalaian debitur terhadap
pasal-pasal lain dalam perjanjian kredit selain pasal-pasal larangan bagi
debitur, atau pasal tentang representasi dan waransi, juga dianggap
terjadinya wanprestasi. Biasanya wanprestasi tersebut akan efektif setelah
lewat jangka waktu tertentu (misalnya 14 hari) setelah ditegur oleh
kreditur, tetapi debitur tidak berhasil memperbaiki kesalahannya.
Terhadap tindakan wanprestasi yang dilakukan oleh debitur/ nasabah, bank
biasanya melakukan tindakan eksekusi hak jaminan disebabkan karena
13 Igantius, Ridwan Widyadharma, Op.cit, hal 66-67.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
ketidakmauan debitor melakukan kewajibannya sebagai cara penyelesaian akhir
karena upaya penyelamatan kredit tidak berhasil.
Salah satu cara yang ditempuh pihak bank dalam penanganan eksekusi hak
jaminan atas kredit macet yakni melalui penjualan dibawah tangan. Ketentuan
undang-undang membuka kemungkinan bagi kreditor untuk melakukan penjualan
secara di bawah tangan yang seharusnya melalui pelelangan jika dengan cara yang
demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak.
Ketentuan undang-undang juga menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi
terlebih dahulu, yaitu:14
1. Mengumumkannya dalam 2 (dua) surat kabar setempatnya,
2. Penjualan dilakukan sebulan setelah pengumuman dan tidak ada sangkalan
atau keberatan dari pihak manapun.
Disamping harga yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan harga
lelang, umumnya penjualan dengan lelang amat memakan waktu, tertunda-tunda
karena sulit mendapatkan harga yang baik atau menemukan pembeli yang
berminat.
Selain penjualan di bawah tangan yang dianggap dapat mengatasi kesulitan
yang timbul dalam penjualan secara lelang, khusus bagi bank ketentuan undang-
undang menetapkan kemungkinan untuk membeli sendiri barang jaminan
meskipun hal tersebut bersifat sementara atau pengambilalihan agunan oleh bank,
dewasa ini dikenal dengan sebutan Agunan Yang Diambil Alih (AYDA).
Praktek pelaksanaan AYDA dilakukan karena terdapatnya berbagai hambatan
atau kendala dalam pelaksanaan eksekusi hak tanggungan yang merugikan pihak
bank sebagai kreditur serta salah satu upaya jangka pendek bank untuk mengatasi
tingginya jumlah kredit macet yang berpengaruh besar terhadap kelangsungan
usaha bank itu sendiri.
14 Indrawati, Soewarso, Op.cit, hal. 120.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Pengambilalihan aset debitor yang merupakan suatu cara penyelesaian yang
diperkenalkan melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No
31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit yang
telah diperbaharui dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/15/PBI/2000.15
Ketentuan tersebut antara lain menetapkan salah satu upaya yang dapat dilakukan
oleh bank dalam melakukan restrukturisasi kredit adalah pengambilalihan aset
debitor sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Merujuk pada ketentuan Bab I ketentuan umum, khususnya Pasal 1 angka 24
Peraturan Bank Indonesia No 9/9/PBI/2007 tentang Perubahan Atas Peraturan
Bank Indonesia No 8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum
yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah yang dimaksud
dengan AYDA adalah:
“…aktiva yang diperoleh Bank, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah tidak memenuhi kewajibannya kepada Bank.”
Jadi yang dimaksud dengan AYDA adalah suatu aktiva yang diperoleh bank
baik melalui pelelangan maupun di luar lelang dari pemilik agunan, karena
pemilik agunan/ debitur lalai dalam memenuhi kewajibannya.
Pada awalnya penyelesaian kredit dengan cara jual beli barang agunan di luar
lelang adalah tidak diperkanankan oleh undang-undang. Hal ini dapat dilihar dari
ketentuan Pasal 6 k Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 yang berbunyi:
“…Usaha Bank Umum meliputi: membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya.”
Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut pembelian harus melalui
pelelangan umum, sehingga pembelian diluar lelang tidak diperbolehkan. Namun,
berdasarkan Pasal 12 A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang
15 Ibid, hal. 122.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
menghapus ketentuan Pasal 6 k Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan menyebutkan sebagai berikut:
“Bank Umum dapat membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelalngan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya”
Dengan adanya ketentuan Pasal 12 A Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
tersebut diatas, memberikan keleluasaan bagi bank dan debitur dalam
mengusahakan penyelesaian kredit macet diantara mereka melalui pembelian
diluar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan
atau berdasarkan kuasa untuk menjual diluar lelang dari pemilik agunan.
Bank dimungkinkan membeli agunan di luar pelelangan dimaksudkan agar
dapat mempercepat penyelesaian kewajiban nasabah debiturnya. Agunan yang
dibeli oleh bank secepat-cepatnya harus dijual kembali atau dicairkan selambat-
lambatnya dalam jangka waktu satu tahun, agar hasil penjualan agunan dapat
segera dimanfaatkan oleh bank.
Dalam prakteknya, penyelesaian kredit melalui pengambilalihan asset debitur
(AYDA) ini cukup menyulitkan bank, khususnya bank swasta. Hal ini disebabkan
karena berbagai ketentuan hukum yang masih belum menguntungkan bagi bank
swasta nasional, seperti jangka waktu pengambilalihan asset debitur maksimal 1
(satu) tahun dan ketentuan dalam Pasal 12 UUHT yang menyebutkan bahwa objek
hak tanggungan tidak boleh diperjanjikan untuk dimiliki oleh kreditur apabila
debitur cidera janji.
Berdasarkan pada uraian diatas penulis merasa perlu mengakaji lebih dalam
mengenai bagaiamanakah penyelesaian terhadap permasalahan hukum yang
timbul dalam pelaksanaan pengambilalihan aset debitur oleh bank bila agunan
yang telah diambilalih belum dapat dicairkan setelah lewat jangka waktu satu
tahun dari sejak dialihkan sebagaimana yang diamanatkan oleh Pasal 12 A
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Selanjutnya penulis juga ini mengkaji sejauh apa peran notaris dalam
pelaksanaan pengambilalihan aset debitur oleh bank mengingat bagi proses
pengambilalihan aset debitur tidak tersedia blanko resmi pengalihan hak yang
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. Sehingga dalam hal ini dibutuhkan
peran notaris dalam membuat akta-akta otentik sebagai alat bukti terkait
pelaksanaan proses pengambilalihan aset/ agunan milik debitur guna menghindari
adanya tuntutan hukum dikemudian hari.
Dibuatnya akta tersebut adalah untuk memenuhi perintah undang-undang yang
tertuang dalam Pasal 12A Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
mengenai pembelian sementara barang agunan. Karena PP No 24/97 jo
PMA/KBPN No 3/97 yang menetapkan bentuk-bentuk akta peralihan dan
pembebanan hak atas tanah tidak mengeluarkan blanko akta untuk melaksanakan
peralihan hak mengenai pembelian sementara barang agunan.
1.2 Pokok Permasalahan
Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan pokok permasalahan adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan penyelesaian kredit macet melalui
pengambilalihan aset debitur (AYDA)?
2. Bagaimana peran Notaris dalam pelaksanaan pengambilalihan aset debitur
oleh bank?
1.3 Metode Penelitian
Metode penulisan yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif.
Dalam penulisan hukum normatif, pengolahan data pada hakikatnya berarti
kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap hukum tidak tertulis maupun
tertulis yang mengacu kepada norma hukum yang terdapat dalam peraturan
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
perundang-undangan dan putusan pengadilan. Obyek penelitian hukum normatif
antara lain asas-asas hukum, sistematik hukum, taraf sinkronisasi vertikal dan
horisontal.16
Penulisan ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dan penelitian evaluatif.
Penulisan deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum
mengenai proses pengambilalihan aset debitur oleh bank sebagai salah satu upaya
alternatif penyelesaian kredit macet. Selanjutnya penelitian evaluatif ditujukan
untuk menilai atau melakukan analisis tentang keberhasilan dari suatu obyek
penelitian yang diteliti. Dalam penulisan ini ditujukan untuk menilai tingkat
keberhasilan dari pelaksanaan pengambilalihan aset debitur (AYDA) sebagai
salah satu upaya penyelesaian kredit macet pada bank.
Tahap penulisan merupakan penulisan kepustakaan (Library Research)
dengan sumber data berupa peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen,
laporan, hasil seminar, hasil penulisan, dan artikel serta pendapat-pendapat ahli
hukum yang berkaitan dengan penulisan ini.
Data sekunder/ data kepustakaan merupakan data utama yang digunakan.
Kepustakaan yang dominan adalah kepustakaan dalam hukum perdata, khususnya
mengenai perjanjian kredit perbankan dan lembaga hukum jaminan. Termasuk
pula studi dokumen berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
permasalahan yang penulis angkat dalam penulisan ini. Selain data sekunder
dalam penulisan ini juga digunakan data primer yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan nara sumber dan informan.
Bahan penulisan yang dipergunakan meliputi studi dokumentasi, yaitu:17
1. Bahan hukum primer, mencakup peraturan perundang-undangan dan
yurisprudensi yang berhubungan dengan perjanjian kredit perbankan dan
lembaga hukum jaminan.
2. Bahan sekunder, terdiri dari:
16 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, (Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2010), hal,. 37.
17 Ibid, hal. 40
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
a. Hasil-hasil penulisan yang telah ada sebelumnya mengenai
pengambilalihan aset debitur oleh bank
b. Kepustakaan (termasuk bahan dan hasil seminar atau diskusi) yang
berkaitan seputar masalah perjanjian kredit dan pengambilalihan aset
debitur.
3. Bahan hukum tersier, yang terdiri dari Kamus Hukum, Ensiklopedia, dan
kamus lainnya.
Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis data kualitatif
yang bertujuan untuk mendalami makna di balik kenyataan, dalam hal ini
berkaitan dengan pengambilalihan aset debitur oleh bank. Hasil penelitian yang
diperoleh adalah evaluatif analitis, diamana peneliti memberikan penilaian atas
proses pelaksanaan pengambilalihan aset debitur oleh bank sebagai salah satu
upaya penyelesaian kredit macet.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika dari suatu penulisan merupakan suatu utarian tentang susunan dari
penulisan itu sendiri secara berurutan dan teratur. Maksud dan tujuannya adalah
agar dapat memberikan suatu gambaran yang jelas. Dalam penulisan ini
sistematika penulisan terdiri dari:
Bab 1, merupakan bab pendahuluan, yang menguraikan mengenai latar
belakang penulisan, pokok permasalahan, dan pada bagian berikutnya
menjelaskan mengenai metodelogi dan sistematika penulisan.
Bab 2, berisi pembahasan mengenai peran notaris dalam pelaksanaan
pengambilalihan aset debitur (AYDA) sebagai alternatif penyelesaian kredit
macet pada bank, yang terdiri dari sub bab teori mengenai peran, tugas dan
wewenang notaris sebagai pejabat pembuat akta otentik, tanggung jawab dan
perlindungan hukum bagi notaris dalam menjalankan tugas jabatannya, perjanjian
kredit perbankan pada umumnya, lembaga hukum jaminan, dan tinjauan umum
mengenai pengambilalihan aset debitur oleh bank. Selanjutnya sub bab mengenai
analisis hukum dari pelaksanaan pengambilalihan aset debitur oleh bank sebagai
salah satu upaya penyelesaian kredit macet dan bagaimanakah peran notaris dalam
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
proses pengambilalihan aset debitur oleh bank, akta-akta apa saja yang harus
dibuat oleh notaris sebagai alat bukti otentik dalam membantu penyelesaian kredit
macet melalui proses pengambilalihan aset debitur, aspek hukum perpajakan
dalam pengambilalihan aset debitur oleh bank dan bagaimanakah tindakan bank
apabila agunan yang telah diambilalih belum dapat dicairkan kepada pihak lain
terkait pasal 12 A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
yang mewajibkan AYDA dicairkan selambat-lambatnya dalam waktu satu tahun.
Bab 3, merupakan penutup dalam penulisan ini, dimana terdiri dari
kesimpulan dan saran dari apa yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
BAB 2
Peranan Notaris Dalam Pelaksanaan Pengambilalihan Aset Debitur (AYDA)
Sebagai Alternatif Penyelesaian Kredit Macet Pada Bank
2.1 Tinjauan Umum Tentang Notaris
2.1.1 Peran, Tugas, dan Wewenang Notaris
Dalam lalu lintas hukum diperlukan adanya suatu alat bukti dalam
menentukan hak dan kewajiban seseorang sebagai subjek hukum yang dapat
melindungi hak-hak seseorang dalam berinteraksi di kehidupan bermasyarakat.
Pasal 1870 dan 1871 KUH Perdata menyebutkan bahwa akta otentik adalah
alat pembuktian yang sempurna bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya serta
sekalian orang yang mendapat hak darinya tentang apa yang dimuat dalam akta
tersebut. Akta otentik merupakan bukti yang lengkap (mengikat) berarti
kebenaran dari hal-hal yang tertulis dalam akta tersebut dianggap benar, selama
kebenarannya itu tidak ada pihak lain yang dapat membuktikan sebaliknya.18
Akta otentik menurut Pasal 1868 KUH Perdata adalah suatu akta yang dibuat
oleh atau di hadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat
dimana akta dibuatnya. Di Indonesia hal ini dapat dilihat dari keberadaan notaris
yang berfungsi untuk membuat akta otentik. Menurut Pasal 1 angka (1) Undang-
undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris disebutkan bahwa notaris
adalah satu-satunya yang mempunyai wewenang umum itu, artinya tidak turut
para pejabat lainnya. Wewenang notaris adalah bersifat umum, sedangkan
wewenang pejabat lain adalah pengecualian.
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik
sejauh pembuatan akta otentik tidak dikhususkan kepada pejabat umum lainnya.
Akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan notaris, bukan saja karena
18 Teguh, Samudera, Hukum Pembuktian dalam Acara Perdata, (Bandung: P.T Alumni, 2004), hal. 49.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
diharuskan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga dikehendaki oleh para
pihak yang berkepentingan
Menurut Izenic bentuk atau corak notaris dapat dibagi menjadi dua kelompok
utama, yaitu:19
1. Notariat Functionnel
Dimana wewenang pemerintah didelegasikan dan demikian jug
amempunyai kebenaran isinya, mempunyai kekuatan bukti formal, dan
mempunyai daya/ kekuatan eksekusi. Di negara-negara yang menganut
macam/ bentuk notariat seperti ini terdapat pemisahan yang keras antara
“wettelijke” dan “niet wettelijke”, yaitu pekerjaan-pekerjaan yang
berdasarkan undang-undang/ hukum dan yang tidak/ bukan dalam notariat.
2. Notariat Professionel
Dalam kelompok ini walaupun pemerintah mengatur tentang
organisasinya, akta-akta notaries itu tidak mempunyai akibat-akibat
khusus tentang kebenarannya, kekuatan bukti, demikian pula kekuatan
eksekutorialnya.
Ciri tegas yang menentukan apakah notaris di Indonesia, notaris fungsional atau
notaris profesional, yakni:20
1. akta yang dibuat dihadapan/oleh notaris fungsional mempunyai kekuatan
sebagai alat bukti yang sempurna dan mempunyai daya eksekusi. Akta
notaris seperti ini harus dilihat “apa adanya” sehingga jika ada pihak yang
berkeberatan dengan akta tersebut, pihak yang berkeberatan berkewajiban
untuk membuktikannya.
2. Notaris fungsional menerima tugasnya dalam bentuk delegasi dari Negara.
Hal ini merupakan konsekuensi logis notaris di Indonesia memakai
lambang negara, kepada mereka yang diangkat sebagai notaris diberikan
dalam bentuk sebagai jabatan dari negara.
19 Komar, Andasasmita, Notaris I, (Bandung: Sumur Bandug, 1981), hal. 12.
20 Habib, Adjie, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT,(Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2009), hal.2.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
3. Notaris di Indonesia diatur oleh Peraturan Jabatan Notaris (Reglement op
het Notarisambt), Stb 1860. Dalam teks asli disebutkan bahwa “ambt”
adalah “jabatan”
Penyebutan notaris sebagai pejabat umum dapat dilihat dari ketetentuan Pasal
1 angka 1 Undang-undang Jabatan Notaris, sedangkan PPAT sebagai pejabat
umum, antara lain dapat dilihat dalam Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
Menurut Heryanto, notaris dalam menjalankan profesinya sebagai notaris dan
sebagai pejabat publik, setidak-tidaknya notaris harus memerankan 4 (empat)
fungsi, yakni:21
1. Notaris sebagai pejabat yang membuatkan akta-akta bagi pihak yang
datang kepadanya baik itu berupa akta partij maupun akta relaas.
2. Notaris sebagai hakim dalam hal menentukan pembagian warisan
3. Notaris sebagai penyuluh hukum dengan memberikan keterangan-
keterangan bagi pihak dalam hal pembuatan akta
4. Notaris sebagai pengusaha yang degan segala pelayanannya berusaha
mempertahankan klien atau relasinya agar operasionalisasi kantornya tetap
berjalan.
Fungsi notaris dibidang pekerjaannya adalah berkewajiban dan bertanggung
jawab terutama atas pembuatan akta otentik yang telah dipercayakan kepadanya,
khususnya dia bidang hukum perdata, menyimpan minuta aktanya, termasuk
semua protokol notaris dan memberi grosse, salinan dan petikan. Selain itu juga
berfungsi melakukan pendaftaran atas surat di bawah tangan, membuat dan
mensahkan salinan atau turunan berbagai dokumen serta memberiakn nasihat
hukum.22
Sehubungan dengan tugas pokok notaris yaitu dalam hal membuat akta
otentik, yang menurut pasal 1870 KUH Perdata akta otentik itu memberikan
21 Ibid, hal. 4.
22 Ibid, hal. 6.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
kepada pihak-pihak yang membuatnya suatu pembuktian yang mutlak, maka
Soegondo Notodisoerjo menyatakan sebagai berikut:23
“arti penting dari notaris ialah bahwa ia karena undang-undang diberi wewenang menciptakan alat pembuktian yang mutak, dalam pengertian bahwa apa yang tersebut dalam akta otentik itu pada pokoknya dianggap benar. Hal ini sangat penting untuk mereka yang membutuhkan alat pembuktian untuk keperluan, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan suatu usaha. Yang dimaksud untuk kepentingan pribadi ialah antara lain: membuat testament, mengakui anak yang dilahirkan diluar kawin sah, memberikan dan menerima hibah, mengadakan pembagian warisan, dan lain-lain. yang dimaksud untuk kepentingan suatu usaha ialah akta-akta yang dibuat untuk kegiatan di bidang usaha, antara lain akta-akta pendirian perusahaan dan sebagainya.”
Notaris sebagai sebuah jabatan tentunya mempunyai wewenang tersendiri.
Wewenang merupakan suatu tindakan hukum yang diatur dan diberikan kepada
suatu jabatan berdasarkan peraturan perundang-undnagan yang berlaku yang
mengatur jabatan yang bersangkutan.24
Berdasarkan ketentuan yang tercantum pada Pasal 15 UUJN kewenangan
notaris bisa dibedakan menjadi 3 (tiga) macam yaitu:25
1. kewenangan utama/umum, yakni notaris berwenang membuat akta otentik
mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan
oleh peraturan perundang-undangan dan/ atau yang dikehendaki oleh yang
berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian
tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan
kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang
ditetapkan oleh undang-undang.
2. kewenangan tertentu, meliputi:
23 Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan, (Jakarta: Rajawali Pers, 1982), hal. 9.
24Habib, Adjie, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris, (Bandung: P.T Refika Aditama, 2008), hal 77.
25Sjaifurrachman, Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta,(Bandung: Mandar Maju, 2011), hal. 78.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di
bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus
b. membukukan surat-surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam
buku khusus
c. membuat kopi dari asli surat-surat dibawah tangan berupa salinan yang
memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang
bersangkutan
d. melakukan pengesahan kecocokan fotocopi dengan surat aslinya
e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta
f. membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan atau
g. membuata akta risalah lelang
3. kewenangan lain-lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Pada Bab III Pasal 15 UUJN telah mengatur mengenai kewenangan notaris.
Berdasarkan pada pasal tersebut notaris sebagai pejabat umum melaksanakan
tugas dan pekerjaan memberikan pelayanan publik atau pelayanan kepada
masyarakat untuk membuat akta-akta otentik, disamping itu notaris juga bertugas
untuk melakukan pendaftaran dan mensahkan surat-surat yang dibuat dibawah
tangan. Selain itu, notaris juga bertugas untuk memberikan nasihat dan penjelasan
mengenai undang-undang kepada para pihak yang bersangkutan.26
Wewenang utama notaris adalah membuat akta otentik, tapi tidak semua
pembuatan akta otentik menjadi wewenang notaris, misalnya akta kelahiran,
pernikahan, dan perceraian yang dibuat oleh pejabat lain selain notaris. Akta yang
dibuat oleh notaris tersebut hanya akan menjadi akta otentik, apabila notaris
mempunyai wewenang yang meliputi empat hal, yaitu: 27
1. Notaris harus berwenang sepanjang menyangkut akta yang dibuat itu. Hal
ini sesuai dengan Pasal 15 ayat (1) UUJN, diamana notaris adalah pejabat
26 Ibid, hal. 36.
27 G.H.S. Lumban, Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1996), hal.49-50.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
umum yang dapat membuat akta yang ditugaskan kepadanya berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
2. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai orang untuk kepentingan
siapa akta itu dibuat. Pasal 52 ayat (1) UUJN menyatakan bahwa notaris
tidak diperkenankan membuat akta untuk diri sendiri, isteri/suami, atau
orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan notaris baik karena
perkawinan maupun hubungan darah dalam garis lurus ke bawah dan/ atau
ke atas tanpa pembatasan derajat, serta dalam garis ke samping dengan
derajat ketiga serta menjadi pihak untuk diri sendiri, maupun dalam suatu
kedudukan ataupun dengan perantara kuasa. Maksud dan tujuan dari
ketentuan ini adakah untuk mencegah terjadinya tindakan memihak dan
penyalahgunaan jabatan.
3. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai tempat diaman akta itu
dibuat. Pasal 18 UUJN notaris mempunyai tempat kedudukan di daerah
kabupaten/kota. Wilayah jabatan notaris meliputi seluruh wilayah provinsi
dari tempat kedudukannya. Akta yang dibuat diluar wilayah jabatannya
adalah tidak sah.
4. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai waktu pembuatan akta itu.
Notaris tidak boleh membuat akta selama ia masih cuti atau dipecat dari
jabatannya, demikian juga notaris tidak boleh membuat akta sebelum ia
memangku jabatannya.
Sebagai pejabat umum, Notaris dan PPAT harus independen. Hal ini terkait
dengan kemerdekaan pejabat umum dari intervensi, pengaruh pihak lain, ataupun
diberi tugas oleh instansi lain. oleh karenanya idependensi ini harus diimbangi
dengan akuntabilitas.28 Akuntabilitas mempersoalkan keterbukaan menerima
kritik dan pengawasan dari luar serta bertanggung jawab kepada pihak luar atas
hasil perkerjaannya atau pelaksanaan tugas jabatannya.
Dalam independensi ada tiga bentuk, yaitu:29
28 Habib Adjie, Meneropong Khazanah..Ibid, hal. 95.
29 Ibid, hal 96.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
1. structural independent
yaitu independen secara kelembagaan (institusioanl) yang dalam bagan
struktur (organigram) terpisah dengan tegas dari institusi lain. dalam hal
ini, meskipun notaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, secara kelembagaan tidak berarti
menjadi bawahan Menteri atau berada dalam struktur Kementrian Hukum
dan Hak Asasi Manusia. Demikian halnya dengan PPAT, secara struktural
tidak menjadi bawahan atau berada dalam struktur Badan Pertanahan
Nasional
2. functional independent
yaitu independen dari fungsinya yang disesuaikan dengan peraturan
perundang-undangan yang mengatur tugas, wewenang, dan jabatan
notaris/ PPAT.
3. financial independent
yaitu independen dalam bidang keuangan yang tidak pernah memperoleh
anggaran dari pihak manapun. Notaris/ PPAT bergerak dalam bidang jasa
yang sifatnya “”intangible” sehingga sangat sulit untuk menghitung “cost
produksi” dari suatu jasa yang diberikan kepada mereka yang
membutuhkannya.
2.1.2 Tanggungjawab dan Perlindungan Hukum bagi Notaris dalam
Menjalankan Tugas Jabatannya
Pasal 65 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
menentukan bahwa notaris, notaris pengganti, notaris pengganti khusus dan
pejabat sementara notaris bertanggung jawab atas setiap akta yang dibuatnya
meskipun protokol notaris telah diserahkan atau dipindahkan kepada pihak
penyimpan protokol notaris.
Berdasarkan ketentuan pasal di atas, khususnya pada kalimat “meskipun
protokol notaris telah diserahkan atau dipindahkan kepada pihak penyimpan
protokol” menimbulkan permasalahan dan juga pertanyaan sampai kapankah
batas waktu pertanggungjawaban notaris terhadap akta yang dibuat dihadapan
atau olehnya.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Dalam hal ini pembuat pasal 65 UUJN menilai bahwa:30
1. mereka yang diangkat sebagi notaris, notaris pengganti, notaris pengganti
khusus, dan pejabat sementara notaris dianggap sebagai menjalankan tugas
pribadi dan seumur hidup sehingga tanpa batas waktu
pertanggungjawaban.
2. Pertanggungjawaban notaris, notaris pengganti, notaris pengganti khusus,
dan pejabat sementara notaris dianggap melekat, kemana pun dan dimana
pun mantan notaris, mantan notaris pengganti, mantan notaris pengganti
khusus, dan mantan pejabat sementara notaris berada.
Untuk menentukan sampai kapankan notaris harus bertanggungjawab atas akta
yang dibuat dihadapan atau olehnya, maka harus dikaitkan dengan konsep notaris
sebagai suatu jabatan (ambt).
Konsep akuntabilitas (accountability) atau pertanggungjawaban notaris, terdiri
dari:31
1. Akuntabilitas Spritual
Hal ini berkaitan dengan keyakinan secara langsung-vertikal kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan bersifat pribadi. Artinya apa yang notaris
perbuat bukan hanya dipertanggungjawabkan kepada masyarakat,
melainkan juga kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Akuntabilitas Moral kepada Publik
Kehadiran notaris/ PPAT adalah untuk melayani kepentingan
masyarakat yang membutuhkan akta-akta otentik maupun surat-surat
lain yang menjadi kewenangannya. Oleh karenanya masyarakat berhak
mengontrol hasil kerja dari notaris/ PPAT, misalnya masyarakat dapat
menuntut notaris/ PPAT jika ternyata hasil pekerjaannya merugikan
anggota masyarakat ataupun ada tindakan notaris yang dapat
30 Habib, Adjie, Ibid, hal. 43. 31 Ibid, hal. 97-99.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
mencederai masyarakat yang menimbulkan kerugian baik materiil
maupun immaterial.
3. Akuntabilitas Hukum
Notaris bukan jabatan yang kebal hukum, jika terdapat perbuatan atau
tindakan notaris/ PPAT yang menurut ketentuan hukum yang berlaku
dapat dikategorikan melanggar hukum, mau tidak mau kita harus
bertanggungjawab.
4. Akuntabilitas Profesional
Notaris/ PPAT dapat dikatakan professional jika dilengkapi dengan
berbagai keilmuan yang mumpuni yang dapat diterapkan dalam
praktik. Bagaimana mengolah nilai-nilai atau ketentuan-ketentuan
yang abstrak menjadi suatu bentuk yang tertulis (akta) sesuai yang
dikehendaki oleh para pihak.
5. Akuntabilitas Keuangan
Bentuk akuntabilitas dalam bidang keuangan yakni melaksanakan
kewajiban membayar pajak ataupun membayar kewajiban lain pada
organisasi, seperti iuran bulanan.
Notaris sebagai pejabat umum kepadanya dituntut tanggung jawab terhadap
akta yang dibuatnya. Apabila akta yang dibuatnya ternate di belakang hari
mengandung sengketa maka hal ini perlu dipertanyakan, apakah akta ini
merupakan kesalahan notaries atau kesalahan para pihak yang tidak memberiakn
dokumen dengan sebenar-benarnya dan para pihak memberikan keterangan yang
tidak benar diluar sepengetahuan notaris.
Apabila akta yang dibuat notaris mengandung cacat hukum karena kelalaian
maupun karena kesengajaan notaris itu sendiri, maka notaris itu harus
memberikan pertanggungjawaban baik secara moral maupun secara hukum.
Perbuatan hukum yang tertuang dalam suatu akta notaris bukanlah perbuatan
hukum dari notaris, melainkan akta tersebut memuat perbuatan hukum dari pihak-
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
pihak yang meminta atau menghendaki secara mufakat perbuatan hukum tersebut
untuk dituangkan dalam suatu akta otentik.32
Notaris hanyalah pembuat untuk lahirnya suatu akta otentik. Dalam
pembuatan suatu akta, notaris sama sekali tidak bisa disalahkan karena apa yang
tertuang dalam akta itu adalah keinginan para pihak.
Notaris merupakan jabatan tertentu yang menjalankan profesi dalam
pelayanan hukum kepada masyarakat perlu mendapatkan perlindungan dan
jaminan demi tercapainya kepastian hukum.
Terhadap para notaris diadakan pengawasan yang dilakukan oleh Majelis
Pengawas Notaris. Peran Majelis Pengawas sangat penting bagi terlaksannya
pengawasan yang berkualitas dan proporsional yang menjamin kepastian hukum,
perlindungan hukum dan ketertiban hukum bagi notaris. Fungsi pengawasan
dalam hal ini harus disertai dengan fungsi pembinaan dan perlindungan, karena
tanpa pembinaan dan perlindunganm maka pengawasan akan tidak berarti bagi
notaris.33
Majelis Pengawas dalam memberiakn perlindungan hukum terhadap notaris,
melakukan tugasnya dengan selalu memperhatikan dan melihat relevansi serta
urgensi seorang notaris dipanggil sebagai saksi maupun sebagai tersangka.
Perlindungan hukum tersebut dituangkan dalam Pasal 66 UUJN yang
menyatakan, bahwa untuk proses peradilan, penyidik, penuntut umum atau hakim
dengan persetujuan Majelis Pengawas berwenang mengambil fotokopi minuta
akta dan atau surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta atau protocol notaris
dalam penyimpanan dan memanggil notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang
berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau protokol notaris yang berada dalam
penyimpanannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kata “persetujuan”
32 G.H.S, Lumban, Tobing, Ibid, hal. 39.
33 Ibid, hal. 84.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
tersebut mempunyai arti bahwa dengan tidak adanya persetujuan maka hal
tersebut tidak dapat dilakukan.34
Ketentuan Pasal 66 UUJN ini bersifat imperatif atau keharusan, yang dalam
pelaksanaannya dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah. Apabila Majelis
Pengawas Daerah berdasarkan hasil pemeriksaannya memutuskan notaris yang
bersangkutan tidak diizinkan untuk memenuhi panggilan polisi, maka notaris yang
bersangkutan harus mematuhinya. Namun jika ternyata notaris yang bersangkutan
tetap ingin memenuhi panggilan tersebut, maka segala akibat hukumnya menjadi
tanggungjawab notaris yang bersangkutan.
2.2 Perjanjian Kredit Perbankan Pada Umumnya
2.2.1 Pengertian Perjanjian
Istilah hukum perjanjian atau kontrak merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris yaitu contract law, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan
istilah overeenkomst. Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji
kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
sesuatu hal yang diucapkan atau ditulis. Dengan adanya peristiwa ini, timbulah
suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan.
Perikatan menurut Hofmann adalah suatu hubungan hukum antara sejumlah
terbatas subjek-subjek hukum, sehubungan dengan itu, seseorang atau beberapa
orang daripadanya (debitur atau para debitur) mengikatkan dirinya untuk bersikap
menurut cara-cara tertentu terhadap pihak lain yang berhak atas sikap yang
demikian.35
34 Ibid, hal. 85.
35 Ade Maman Suherman, Aspek Hukum dalam Ekonomi Global, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hal. 20.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Menurut Pitlo perikatan adalah suatu hubungan hukum yang bersifat harta
kekayaan antara dua orang atau lebih atas dasar mana pihak yang satu berhak
(kreditur) dan pihak yang lain berkewajiban (debitur) atas suatu prestasi.36
Pengertian perjanjian dapat kita temui dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang
berbunyi: ”Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”37
Dalam sudut pandang KUH Perdata pihak yang berkewajiban harus dapat
ditentukan dan diketahui, hal ini dikarenakan tidaklah mungkin suatu perjanjian
atau perikatan dapat dipenuhi jika tidak diketahui dengan pasti pihak yang
berkewajiban untuk melakukan kewajiban tersebut.
Dalam setiap perjanjian atau perikatan mengandung dua macam hal. Pertama
menunjuk pada keadaan wajib yang harus dipenuhi oleh pihak yang berkewajiban.
Kedua berkaitan dengan pemenuhan kewajiban tersebut, yang dijamin dengan
harta kekayaan pihak yang berkewajiban tersebut. Maka setiap hubungan hukum
yang tidak membawa pengaruh terhadap pemenuhan kewajiban yang bersumber
dari harta kekayaan pihak yang berkewajiban tidaklah masuk dalam pengertian
dan ruang lingkup batasan hukum perikatan. Dalam hal ini dapat kita ambil
contoh dimana kewajiban orang tua untuk mengurus anaknya bukanlah kewajiban
dalam pengertian perikatan.
Dalam suatu perikatan, sekurang-kurangnya terdapat empat unsur38:
1) Bahwa perikatan itu adalah suatu hubungan hukum, yakni yang terjadi
antara dua pihak atau lebih dimana hukum melekatkan ‘hak’ pada satu
pihak dan ‘kewajiban’ di pihak lainnya;
36 Ibid, hal. 20.
37 Indonesia, “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek)”, Cet XIX, diterjemahkan oleh Subekti dan Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1995), Pasal 1313.
38 Gunawan widjaja dan Kartini Muljadi. Hapusnya Perikatan, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2003), hal. 4.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
2) Subyek perikatan, yakni pihak-pihak yang berhak atas presatsi dan pihak
yang wajib memenuhi prestasi;
3) Hubungan hukum tersebut adalah hubungan hukum dalam lapangan
hukum harta kekayaan
4) Obyek hukum atau prestasi, menurut Pasal 1234 KUH Perdata kewajiban
pemenuhan perikatan dikelompokan menjadi 3 macam:
1. Kewajiban untuk memberikan sesuatu
2. Kewajiban untuk tidak melakukan sesuatu
3. Kewajiban untuk tidak melakukan sesuatu
Eksistensi perjanjian sebagai salah satu sumber perikatan dapat ditemui
landasannya pada ketentuan Pasal 1233 KUH Perdata, dimana menyatakan bahwa
tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik karena perjanjian baik karena undang-
undang.39 Perikatan yang lahir dari perjanjian merupakan yang paling banyak
terjadi dalam kehidupan manusia sehari-hari.
2.2.2 Pengertian Kredit
Kata kredit secara etymologi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata
Credere yang berarti kepercayaan.40 Kepercayaan dilihat dari sisi bank adalah
suatu keyakinan bahwa uang yang diberikan akan dapat dikembalikan tepat pada
waktunya sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak yang tertuang dalam akta
perjanjian kredit.
Kredit dapat diartikan pula sebagai suatu bentuk kesepakatan kedua belah
pihak untuk saling memberi dan menerima sesuatu di mana pada saat tertentu
pihak penerima harus membayar pokok dan ganti rugi (opportunity cost) atas dana
yang dipinjamnya.
Raymon P. Kent dalam buku karangannya Money and Banking mengatakan
bahwa “kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk
39 Indonesia, “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek)”, Cet XIX, diterjemahkan oleh Subekti dan Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1995), Pasal 1233.
40 Suharno, Analisa Kredit, (Jakarta: Djambatan, 2003), hal. 1.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
melakukan pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang
karena penyerahhan barang-barang sekarang41
Menurut Pasal 1 angka 11 Undang-undang nomor 10 Tahun 1998 Tentang
perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Than 1992 Tentang Perbankan,
merumuskan pengertian kredit adalah “Penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga”42
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kredit merupakan kesepakatan
kedua belah pihak untuk saling memberi dan menerima sesuatu dimana pada saat
tertentu pihak penerima harus membayar pokok dan ganti rugi (opportunity cost)
atas dana yang dipinjamnya. Besarnya ganti rugi (bunga) dan syarat-syarat
penarikan dan atau pembayaran biasanya dituangkan dalam bentuk akta perjanjian
kredit.43
Adapun Unsur-unsur kredit sebagai berikut:44
a. Kepercayaan, adalah keyakinan dari kreditor bahwa keprcayaan yang
diberikan baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar-benar
diterima kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.
Selanjutnya dari unsur kepercayaan ini juga termuat adanya penyerahan
barang, jasa atauuang dari pemberi kredit kepada penerima kredit.
b. Waktu, adalah suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi
dengan kontraprestasi yang akan diterima di masa mendatang.
41 Thomas, Suyatno, Dasar-Dasar Perkreditan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991), hal. 17.
42 Inonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 1 angka 11.
43 Surharno, Op.cit, hal. 2.
44Yasabari, Nasroen dan Nina Kurnia Dewi, Penjaminan Kredit, mengantar UKMK Mengakases Pembiayaan, (Bandung: PT. Alumni, 2007), hal. 8-9.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
c. Risiko, adalah suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari
adanya jangka waktu yang memisahkan prestasi dam kontraprestasi yang
akan diterima di kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin
tinggi tingkat risikonya. Hal ini karena adanya unsur ketidakpastian di
masa mendatang, yang menyebabkan munculnya unsure risiko. Unsur
risiko inilah yang mendasari timbulnya jaminan dalam pemberian kredit.
d. Prestasi, adalah obyek kredit yang dalam praktiknya tidak hanya berbentuk
uang, tetapi jug adapat berbentuk barang atau jasa.
e. Adanya unsur bunga atau margin sebagai kompensasi bagi pemberi kredit
yang merupakan perhitungan atas beberapa komponen seperti biaya modal
(cost of fund), biaya umum (overhead cost), biaya atau premi risiko dan
lain-lain.
2.2.3 Aspek-Aspek dan Prinsip-Prinsip Perkreditan
Pemberian kredit merupakan transaksi yang penuh dengan ketidakpastian,
oleh karena itu ada beberapa aspek perkreditan yang secara global harus
diperhatikan yaitu:45
a. Aspek yuridis, yaitu untuk memeriksa tentang masalah hukum, baik yang
menyangkut subyek maupun obyek pembiayaan. Penelitian ini dilakukan
guna untuk mengetahui kecakapan pihak yang akan melakukan perikatan
dan legalitas dari usaha debitur. Aspek yuridis merupakan hal utama yang
harus diperhatikan karena walaupun usaha calon debitor feasible tetapi bila
tidak memenuhi aspek yuridis maka pihak bank tidak akan memberikan
kredit.
b. Aspek pemasaran, berhasil atau tidaknya usaha calon debitor tergantung
bagaimana bagian ini dapat memasarkan produk yang telah diproduksi.
c. Aspek teknis/ produksi, dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah
mengenai kelayakan usaha debitur
d. Aspek keuangan, setelah aspek pemasarandan produksi yang tidak kalah
penting adalah mengenai aspek keuangan, karena layak tidaknya suatu
45 Ibid, hal. 10-12.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
proposal kredit tergantung hasil analisa keuangan. Hendaknya sebelum
melakukan analisa laporan keuangan terlebih dahulu memeriksa kewajaran
angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan tanpa kecuali baik
yang dibuat oleh kantor akuntan maupun dibuat sendiri oleh calon debitor.
Dengan demikian hasil analisa dapat dipergunakan sebagai salah satu alat
pengambil keputusan.
e. Aspek jaminan, pada tahap ini pemeriksaan harus dititik beratkan pada
jenis jaminan, pemilik jaminan, status pemilikan jaminan, lokasi barang
jaminan dan cara pengikatan jaminan.
Untuk mengantisipasi terjadinya kredit bermasalah di kemudian hari, selain
aspek-aspek kredit juga harus memperhatikan prinsip-prinsip perkreditan yang
sehat. Berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, hal-hal
yang mesti dinilai oleh bank sebelum memberikan kredit atau pembiayaan
yakni:46
1. Penilaian Watak (character)
Penilaian watak atau kepribadian calon debitur dimaksudkan untuk
mengetahui kejujuran dan itikad baik calon debitur untuk melunasi atau
mengembalikan pinjamannya.
2. Penilaian Kemampuan (capacity)
Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitur dalam bidang usahanya
dan kemampuan manajerialnya, sehingga debitur dalam jangka waktu
tertentu mampu melunasi atau mengembalikan pinjamannya.
3. Penilaian Terhadap Modal (capital)
Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara
menyeluruh mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehingga dapat
diketahui kemampuan permodalan calon debitur dalam menunjang
pembiayaan proyek atau usaha calon debitur yang bersangkutan.
4. Penilaian Terhadap Agunan (collateral)
46 Rachamadi, Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), hal. 246.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Untuk menanggung pembayaran kredit macet, calon debitur umumnya
wajib menyediakan jaminan berupa agunan yang berkualitas tinggi dan
mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau
pembiayaan yang diberikan kepadanya.
5. Penilaian Terhadap Prospek Usaha Nasabah Debitor (condition of
economy)
Bank harus menganalisis keadaan pasar baik dimasa lalu maupun yang
akan datang, sehingga masa depan pemasaran hasil proyek atau usaha
calon debitur yang dibiayai bank dapat diketahui.
2.2.4 Perjanjian Kredit Bank
Pemberian kredit lahir berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam uang antara bank sebagai kreditur dan nasabah peminjam dana sebagai
debitur dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama dan akan
melunasi hutangnya dengan sejumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil
keuntungan.
Timbul pertanyaan apakah perjanjian kredit tunduk pada pengaturan pinjam-
meminjam yang terdapat dalam KUHPerdata. Perjanjian kredit tidak secara
khusus diatur dalam KUHPerdata tetapi termasuk dalam perjanjian tidak bernama
di luar KUHPerdata. Beberapa pakar hukum berpendapat bahwa perjanjian kredit
pada hakikatnya adalah perjanjian pinjam-meminjam sebagaimana yang diatur
dalam KUHPerdata. R. Subekti berpendapat:47
“dalam bentuk apapun juga pemberian kredit itu diadakan, dalam semuanya itu pada hakikatnya yang terjadi adalah suatu perjanjian pinjam-meminjam sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769”
Selanjutnya hal yang sama dikemukakan oleh Mariam Darus Badrulzaman yang
menyatakan:48
47 R, Subekti, Jaminan-Jaminan untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, (Bandung: PT. Cipta Aditya Bakti, 1991), hal. 3.
48 Rachmadi, Usaman, Op.cit, hal. 261.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
“dari rumusan yang terdapat di dalam Undang-Undang perbankan mengenai perjanjian kredit, dapat disimpulkan bahwa dasar perjanjian kredit adalah perjanjian pinjam-meminjam di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1754. Perjanjian pinjam-meminjam ini juga mengandung makna yang luas yaitu objeknya adalah benda yang menghabis jika verbruiklening termasuk di dalamnya uang. Berdasarkan perjanjian pinjam meminjam uang ini, pihak penerima pinjaman menjadi pemilik uang dipinjam dan kemudian harus dikembalikan dengan jenis yang sama kepada pihak yang meminjamkan. Karenanya perjanjian kredit ini merupakan perjanjian yang bersifat riil, yaitu bahwa terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh “penyerahan” uang oleh bank kepada nasabah”
Namun, kedua pendapat pakar hukum diatas dibantah oleh Sutan Remy Sjahdeini
yang menyatakan bahwa:49
1. sifat yang konsensual dari suatu perjanjian kredit bank itulah yang
merupakan ciri pertama yang membedakan dari perjanjian peminjaman
uang yang bersifat riil. Bagi perjanjian kredit yang jelas-jelas
mencantumkan syarat-syarat tangguh tidak dapat dibantah lagi bahwa
perjanjian tersebut bersifat konsensual. Setelah perjanjian kredit
ditandatangani oleh bank dan nasabah debitur, nasabah belum berhak
menggunakan atau melakukan penarikan kredit. Atau sebaliknya
setelah ditandatanganinya kredit oleh kedua belah pihak, belumlah
menimbulkan kewajiban bagi bank untuk menyediakan kredit
sebagaimana yang diperjanjikan. Hak nasabah debitur untuk dapat
menarik atau kewajiban bank untuk menyediakan kredit, masih
tergantung kepada telah terpenuhinya seluruh syarat yang ditentukan di
dalam perjanjian kredit.
2. Ciri kedua yang membedakan perjanjian kredit dengan perjanjian
pinjaman uang adalah bahwa kredit yang diberikan oleh bank kepada
nasabah debitur tidak dapat digunakan secara leluasa untuk keperluan
atau tujuan tertentu oleh nasabah debitur. Pada perjanjian kredit, kredit
harus digunakan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di dalam
49 Sutan, Remy Sjahdeini, Kebebasan berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia,(Jakarta: Institut Bankir Indonesia,1993), hal. 158-161.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
perjanjian dan pemakaian yang menyimpang dari tujuan itu akan akan
menimbulkan hak kepada bank untuk mengakhiri perjanjian kredit
secara sepihak. Dengan demikian nasabah debitur bukan pemilik
mutlak dari kredit yang diperolehnya sebagaimana perjanjian
peminjaman uang.
3. Perjanjian kredit bank yang membedakannya dengan perjanjian
peminjaman uang adalah mengenai syarat penggunaannya. Kredit
bank hanya dapat digunakan menurut cara tertentu, yaitu dengan
menggunakan cek atau perintah pemindahbukuan. Dimana cara lain
hampir dapat dikatakan tidak dimungkinkan atau tidak diperbolehkan.
Pada perjanjian peminjaman uang biasa, uang yang dipinjamkan
diserahkan seluruhnya oleh kreditur ke dalam kekuasaan debitur
dengan tidak diisyaratkan bagaimana cara debitur akan menggunakan
uang pinjaman itu. Pada perjanjian kredit bank, kredit tidak pernah
diserahkan oleh bank kedalam kekuasaan mutlak nasabah debitur.
Kredit selalu diberikan dalam bentuk rekening koran yang penarikan
dan penggunaannya selalu di bawah pengawasan bank.
Namun, pasal 1 ayat (11) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
menyebutkan bahwa kredit didasarkan atas kesepakatan pinjam-meminjam antara
pihak bank dengan pihak lain. Sehingga tunduk pada ketentuan yang diatur dalam
Buku III KUHPerdata pasal 1754 yang mengatur tentang pinjam-meminjam.
Berdasarkan definisi perjanjian pinjam meminjam tersebut di atas, pihak yang
menerima pinjaman wajib untuk mengembalikan barang yang dipinjam dalam
jumlah yang sama dan dari jenis dan mutu yang sama pada waktu tertentu kepada
pihak yang memberikan pinjaman. Ketentuan dalam perjanjian pinjam meminjam
tersebut sama halnya dengan ketentuan dalam perjanjian kredit.
Di dalam perjanjian kredit pihak yang meminjamkan adalah kreditur dan
pihak yang menerima pinjaman adalah debitur. Barang yang dipinjamkan dalam
hal ini adalah uang. Sama halnya dengan perjanjian pinjam meminjam dimana
debitur wajib mengembalikan uang yang telah dipinjamkan kreditur dalam jumlah
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
yang sama. Berdasarkan Pasal 1765 KUH Perdata dalam perjanjian kredit
diperbolehkan memperjanjikan bunga, dengan demikian debitur tidak saja hanya
berkewajiban untuk mengembalikan uang dalam jumlah yang sama, namun
debitur berkewajiban pula membayar bunga apabila hal tersebut diperjanjikan.
Oleh karena itu perjanjian kredit dianggap sebagai salah satu bentuk perjanjian
pinjam meminjam.
Pemberian kredit wajib dituangkan dalam perjanjian kredit secara tertulis, baik
dengan akta dibawah tangan maupun akta notarial. Dasar hukum perjanjian kredit
secara tertulis dapat mengacu pada pasal 1 ayat (11) Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan. Dalam pasal tersebut terdapat kata-kata penyediaan uang atau tagihan
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lain. Kalimat tersebut menunjukan bahwa pemberian kredit harus dibuat
perjanjian.
Dalam SK Direksi BI No. 27/162/KEP/DIR dan SEBI No. 27/7/UPPB tanggal
31 Maret 1995 pada lampiran Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Pemberian
Kredit (PPKPB) angka 450 tentang perjanjian kredit dinyatakan: “Setiap kredit
yang telah disetujui dan disepakati pemohon kredit wajib dituangkan dalam
perjanjian kredit (akad kredit) secara tertulis”.50 Hal ini menunjukkan bahwa
peraturan yang berlaku menghendaki setiap pemberian kredit dalam bentuk
apapun harus senantiasa disertai dengan surat perjanjian tertulis yang jelas dan
lengkap.
Dasar hukum lainnya yang mengharuskan perjanjian kredit dibuat dalam
bentuk tertulis adalah Instruksi Presidium Kabinet No. 15/EK/IN/10/1966 tanggal
10 Oktober 1966. Dalam instruksi tersebut ditegaskan “Dilarang melakukan
pemberian kredit tanpa adanya perjanjian kredit yang jelas antara Bank dengan
50Widjanarto, Solusi Hukum Dalam Menyelesaikan Kredit Bermasalah, (Jakarta: InfoBank, 1997), hal. 23.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
debitur”.51 Perjanjian kredit memiliki identitas sendiri dengan sifat-sifat umum
sebagai berikut:52
a. Merupakan perjanjian pendahuluan (voorovereenkomst) dari perjanjian
penyerahan uang
b. Perjanjian kredit bersifat konsensuil, obligatoir
c. Perjanjian penyerahan uangnya bersifat riil
d. Perjanjian kredit termasuk dalam jenis perjanjian standard
e. Perjanjian kredit harus mengandung perjanjian jaminan
f. Perjanjian kredit dalam aspek riil adalah perjanjian sepihak
g. Perjanjian kredit dalam aspek konsensuil adalah perjanjian timbal balik.
Perjanjian kredit mempunyai beberapa fungsi, diantaranya:53
1. perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian
kredit merupakan sesuatu tang menentukan batal atau tidak batalnya
perjanjian lain yang mengikutinya, misalnya perjanjian pengikatan
jaminan;
2. perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan
hak dan kewajiban di antara debitur dan kreditur;
3. perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit
Susunan sebuah perjanjian kredit bank pada umumnya meliputi:54
a. judul
Dalam dunia perbankan masih belum terdapat kesepakatan tentang judul
atau penamaan perjanjian kredit bank ini. Judul berfungsi sebagai nama
dari perjanjian yang dibuat tersebut, setidaknya kita akan mengetahui
bahwa akta atau surat itu merupakan perjanjian kredit bank.
51 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, hal. 99.
52 Badrulzaman, Mariam Badrul, Perjanjian Kredit, (Bandung: Penerbit Alumni, 1983), hal.
179.
53 Muhammad, Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996), hal. 228.
54 Rachmadi, Usman, Op.cit, hal. 268.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
b. Komparisi
Komparisi berisikan identitas, dasar hukum, dan kedudukan para pihka
yang akan mengadakan perjanjian kredit bank. Sebuah perjanjian kredit
bank akan dianggap sah bila ditandatangani oleh subjek hukum yang
berwenang untuk melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan.
c. Substantif
Perjanjian kredit bank berisikan klausula-klausula yang merupakan
ketentuan dan syarat-syarat pemberian kredit, minimal harus memuat
maksimum kredit, bunga dan denda, jangka waktu kredit, cara pembayaran
kembali kredit, agunan kredit, opeinsbaarclause, dan pilihan hukum.
Menurut Mariam Darus Badrulzaman Perjanjian kredit bank adalah perjanjian
pendahuluan (voorovereenkomst) dari penyerahan uang. Perjanjian pendahuluan
ini merupakan hasil permufakatan antara pemberi dan penerima pinjaman
mengenai hubungan-hubungan hukum antara keduanya. Perjanjian ini bersifat
konsensuil (pacta de contrahendo) obligatoir. Penyerahan uangnya sendiri adalah
bersifat riil. Pada saat penyerahan uang dilakukan, barulah kemudian berlaku
ketentuan yang dituangkan dalam model perjanjian kredit pada kedua pihak.55
Pembedaan perjanjian kredit dari penyerahan uang mempunyai arti teoritis dan
praktis, sebagai berikut:56
Kalau perjanjian penyerahan uang dianggap konsensuil, saat berlakunya
perjanjian kredit adalah pada saat ditandatanganinya perjanjian kredit hal ini dapat
menimbulkan kerugian pada penerima kredit, antara lain dalam dua hal, yaitu:
1. Untuk barang jaminan yang diikat pada perjanjian kredit, maka perjanjian
jaminan akan berlaku pada saat perjanjian kredit dibuka, sedangkan pada
saat itu hutang belum lagi ada. Hal ini bertentangan dengan sifat accessoir
perjanjian jaminan.
55 Badrulzaman, Mariam Badrul, Ibid, hal. 28.
56 Ibid, hal. 29.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
2. Kalau perjanjian kredit itu disertai bunga, maka bunga diperhitungkan
pada saat-saat perjanjian kredit dibuka. Hal ini juga bertentangan dengan
sifat perjanjian kredit dalam aspeknya yang riil karena pada saat itu hutang
belum ada lagi.
Perjanjian kredit di dalam praktek tumbuh sebagai perjanjian standard. Setiap
bank telah menyediakan blanko (formulir, model) perjanjian kredit, yang isinya
telah disiapkan terlebih dahulu (standaardform). Formulir ini disodorkan kepada
setiap pemohon kredit. Isinya tidak diperbincangkan dengan pemohon. Kepada
pemohon hanya dimintakan pendapat apakah dapat menerima syarat-syarat yang
tersebut di dalam formulir itu atau tidak.
Perjanjian standard mengandung kelemahan karena syarat yang ditentukan
secara sepihak dan pihak lainnya terpaksa menerima keadaan itu karena posisinya
yang lemah. Akibatnya unsur kesepakatan sebagai salah satu syarat perikatan
yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata telah tiada dalam perjanjian standard
ini.57 Sedangkan Pitlo menekankan bahwa perjanjian standard merupakan suatu
“Dwangcontract” karena disini kebebasan pihak-pihak yang dijamin oleh pasal
1338 ayat 1 KUHPerdata telah dilanggar.
Kelemahan perjanjian standard makin menyolok, bila dihubungkan dengan
perkembangan hukum dewasa ini dengan munculnya penyalahgunaan keadaan
(Misbruik van omstandingenheden) yang telah diterima dalam kehidupan hukum
di Indonesia. Alasan terjadinya penyalahgunaan keadaan, ada 3 macam, yakni:58
1. Disebabkan adanya keunggulan ekonomi yang tidak seimbang
2. Disebabkan keunggulan kejiwaan yang tidak seimbang
3. Disebabkan keadaan darurat
Pasal 1759 KUH Perdata menyebutkan bahwa Orang yang meminjamkan
tidak dapat meminta kembali apa yang telah dipinjamkannya sebelum lewat waktu
yang ditentukan dalam persetujuan.
57 Widyadharma, Ignatius ridwan, Op.cit, hal. 8.
58 Ibid, hal. 8.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Pasal 1763 mengatur tentang kewajiban-kewajiban si peminjam. Kewajiban
pokok si peminjam adalah mengembalikan pinjaman dalam jumlah dan keadaan
yang sama dan pada waktu yang ditentukan.
Pelaksanaan isi perjanjian kredit, senantiasa harus ditaati oleh kedua belah
pihak, bank dan nasabah debitur harus melaksanakan hak dan kewajibannya
masing-masing sebagaimana dituangkan dalam perjanjian kredit. Namun apabila
salah satu pihak melakukan wanprestasi, dapat menyebabkan tumbulnya kredit
macet. Hal ini dapat dikarenakan debitur tidak dapat membayar kredit
(wanprestasi).
Untuk memperkuat posisi bank dalam menghadapi risiko macet, hendaknya
aspek yuridis dari perjanjian kredit dibuat dengan sempurna. Dalam penyusunan
perjanjian kredit hendaknya ada keseimbangan mengenai hak dan kewajiban
antara bank dan nasabah. Untuk kesempurnaan perjanjian kredit, perlu dilengkapi
dengan klausula sebagai berikut:59
a. Perjanjian ini dibuat tanpa paksaan dari pihak manapun dan dalam bentuk
apapun
b. Pernyataan bahwa seluruh pinjaman yang telah disepakati telah diterima
seluruhnya oleh debitur
c. Grose akta (agunan) akan dilaksanakan tanpa perlawanan dari pihak
manapun.
Beberapa bank perkreditan rakyat mengusulkan agar dalam akta pengakuan
utang dan dokumen pengikatan agunan dicantumkan klausul bahwa eksekusi
agunan dapat dilakukan dengan tidak menunggu penyelesaian perkara di
pengadilan.
Dalam suatu perjanjian kredit, beberapa hal yang memberikan kepastian
hukum dan wajib dicantumkan antara lain adalah sebagai berikut:60
59 Arie, sundari, penelitian hukum tentang aspek hukum pertanggung jawaban bank terhadap nasabah, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departeman Kehakiman Republik Indonesia), hal.117.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
a. Besarnya jumlah kredit/ pinjaman yang diberikan oleh pihak penyedia
uang atau tagihan
b. Besarnya bunga atau margin bagi hasil, provisi/commitment fee, dendan
dan biaya-biaya lain
c. Jangka waktu pemberian kredit/pembiayaan
d. Tempat pembayaran kembali utang atau kredit
e. Agunan sebagai sesuatu yang dapat memberikan keyakinan kepada
bank/lembaga penyedia kredit untuk memutuskan pemberian
kredit/pembiayaan
2.2.5 Hapusnya Perjanjian Kredit Bank
Pada Pasal 1319 KUHPerdata menetapkan semua perjanjian baik yang
mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu
tunduk pada peraturan-peraturan umum yang termuat dalam Buku III
KUHPerdata. Karenanya pasal 1381 KUHPerdata yang mengatur cara hapusnya
perikatan dapat diberlakukan pula pada perjanjian kredit bank. Dari sepuluh cara
yang ditentukan dalam pasal 1381 KUHPerdata, umumnya perjanjian kredit bank
harus hapus atau berakhir karena hal-hal di bawah ini:61
1. Pembayaran
Pembayaran (lunas) ini merupakan pemenuhan prestasi dari debitur,
baik pembayaran utang pokok, bunga, denda maupun biaya-biaya
lainnya yang wajib dibayar lunas oleh debitur. Pembayaran ini baik
karena jatuh tempo kreditnya atau karena diharuskannya debitur
melunasi kreditnya secara seketika dan sekaligus (opelbaarheid
clause)
2. Subrogasi (Subrogatie)
Pasal 1382 KUHPerdata menyebutkan kemungkinan pembayaran
hutang dilakukan oleh pihak ketiga kepada pihak berpiutang (kreditur),
sehingga terjadi penggantian kedudukan atau hak-hak kreditur oleh
60 Arbi, Syarif, Mengenal Bank dan Lembaga keuangan Non Bank, (Jakarta: Djambatan,
2003), hal. 12.
61 Rachmadi, Usman, Ibid. hal. 279-280
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
pihak ketiga. Dengan demikian subrogasi terjadi karena adanya
penggantian kedudukan atau hak-hak kreditur lama oleh kreditur baru
dengan mengadakan pembayaran, segala kedudukan dan hak-hak yang
dipunyai kreditur lama beralih kepada kreditur baru/ pihak ketiga.
Subrogasi dapat terjadi karena perjanjian atau demi undang-undang
yang diatur pada Pasal 1401 dan 1402 KUHPerdata.
3. Pembaruan Hutang (Novasi)
Pembaruan hutang terjadi dengan jalan mengganti hutang lama dengan
hutang baru, debitur lama dengan debitur baru, dan kreditur lama
dengan kreditur baru.
Pada umumnya pembaruan hutang yang terjadi dalam dunia perbankan
adalah dengan mengganti atau memperbarui perjanjian kredit bank
yang ada. Dalam hal ini yang diganti adalah perjanjian kredit banknya
dengan perjanjian kredit bank yang baru. Dengan terjadinya
penggantian atau pembaruan kredit, otomatis perjanjian kredit bank
yang lama berakhir atau tidak berlaku lagi
4. Perjumpaan Hutang (kompensasi)
Kompensasi adalah perjumpaan dua hutang, yang berupa benda-benda
yang ditentukan menurut jenis, yang dipunyai oleh dua orang atau
pihak secara timbal balik, dimana masing-masing pihak berkedudukan
baik sebagai kreditur maupun debitur terhadap orang lain sampai
jumlah terkecil yang ada di antara kedua hutang tersebut.
Kondisi demikian dijalankan oleh bank dengan cara
mengkompensasikan barang jaminan debitur dengan hutangnya kepada
bank, sebesar jumlah jaminan tersebut yang diambilalih.
2.2.6 Kredit Bermasalah
Pemberian kredit oleh bank mengandung risiko kegagalan atau kemacetan
dalam pelunasannya. Bank harus meyakini bahwa kredit yang akan diberikannya
tersebut dapat dilunasi kembali pada waktunya oleh nasabah debitur dan tidak
akan berkembang menjadi kredit bermasalah atau macet.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Untuk menentukan suatu kredit dikatakan bermasalah atau macet didasarkan
pada kolektibilitas kreditnya. Kolektibilitas adalah keadaan pembayaran pokok
atau angsuran dan bunga kredit oleh debitur serta tingkat kemungkinan
diterimanya kembali dana tersebut.
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 yang telah diperbaharui oleh
Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/15/PBI/2000 memberikan penggolongan
mengenai kualitas kredit yang diberikan oleh bank, terdiri dari:62
1. Kredit Lancar
Kredit digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria dibawah ini:
c. Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok, tunggakan bunga, atau
cerukan karena penarikan, atau
d. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga tetapi tidak lebih
dari 1 (satu) bulan dan kredit belum jatuh tempo
2. Kredit Dalam Perhatian Khusus
Kredit digolongkan dalam perhatian khusus jika terdapat tunggakan
pembayaran pokok dan/ atau bunga sampai dengan 90 hari (3 bulan).
3. Kredit Kurang Lancar
Kredit digolongkan kurang lancer apabila memnuhi kriteria dibawah ini:
c. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga melampaui 90
hari sampai dengan 180 hari (6 bulan) dan/ atau
d. Kredit telah jatuh tempo tidak lebih dari 1 (satu) bulan
4. Kredit diragukan
Kredit digolongkan diragukan apabila kredit yang bersangkutan tidak
memnuhi kriteria lancar dan kurang lancer, yaitu memenuhi kriteria:
d. Terdapat tunggakan angsuran pokok yang telah melampaui 180 hari
sampai dengan 270 hari (9 bulan), atau
62 Rene, Setyawan, Penghimpunan Dana, (Medan: Universitas Sumatera Utara, 1994), hal. 7.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
e. Kredit masih dapat diselamatkan dan agunannya bernillai sekurang-
kurangnya 75% dari hutang peminjam, termasuk bunganya, atau
f. Kredit tidak dapat diselamatkan tetapi agunannya masih bernilai
sekurang-kurangnya 100% dari hutang peminjam.
5. Kredit Macet
Kredit digolongkan macet apabila:
d. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga yang telah
melampaui 270 hari (9 bulan lebih), atau
e. Memenuhi kriteria diragukan seperti tersebut diatas, tetapi dalam
jangka waktu 21 bulan sejak digolongkan diragukan belum ada
pelunasan atau usaha penyelamatan kredit , atau
f. Kredit tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada Pengadilan
Negeri atau Kantor Pelayanan Pengurusan Piutang dan Lelang Negara
atau diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi
kredit.
Suatu kredit digolongkan sebagai kredit bermasalah ialah kredit-kredit yang
tergolong sebagai kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet.
Adapun tanda-tanda atau gejala-gejala kredit mengarah kepada kredit bermasalah
antara lain adalah:63
1. Mulai terjadinya tunggakan baik atas bunga maupun pokok pinjaman
2. Memburuknya (adverse trends) neraca rugi laba (financial statement)
debitur dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
3. Adanya pemberian keterangan yang tidak benar (fraudulent information)
oleh debitur
4. Hilangnya kerja sama yang baik dengan debitur.
5. Tidak terpeliharanya dengan baik barang-barang jaminan
Rene Setyawan mengemukakan bahwa kredit macet dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Adapun faktor internal penyebab
63Widjanarto, Solusi Hukum Dalam Menyelesaikan Kredit Bermasalah (Kajian Legal Dalam Analisa dan Proses Kredit Komersial Serta Solusi Hukum Menghadapi Kredit bermaslah), (Jakarta:InfoBank, 1997), hal. 41-43.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
kredit macet yaitu kebijakan perkreditan yang ekspansif, penyimpangan dalam
pelaksanaan prosedur perkreditan, itikad kurang baik dari pemilik, pengurus atau
pegawai bank, lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit serta
lemahnya sistem informasi kredit macet. Sedangkan faktor eksternal penyebab
timbulnya kredit macet adalah kegagalan usaha debitur, musibah terhadap debitur
atau terhadap kegiatan usaha debitur, pemanfaatan iklim persaingan perbankan
yang tidak sehat oleh debitur, serta menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya
suku bunga kredit.64
Bila ditarik suatu garis besar terjadinya kegagalan kredit (kredit macet) adalah
kurang cakapnya pihak pengelola kredit, lemahnya monitoring penggunan kredit,
dan adanya itikad yang kurang baik dari debitor. Terdapat beberapa hal yang
dapat menyebabkan kegagalan kredit antara lain:65
1. Faktor Internal
Ada beberapa faktor internal bank dapat yang menyebabkan kredit macet
yakni:
a. Adanya self dealing atau tindak kecurangan dari aparat pengelola
kredit
b. Bank terlalu mengejar target
c. Petugas bank terlalu memfokuskan terhadap jaminan
d. Petugas bank merasa berutang budi, karena telah memperoleh
hadiah dari debitur
e. Bank terlambat mencairkan pinjaman
f. Terlalu kecil atau terlalu besar memberikan kredit
g. Debitur memperoleh katabelece dari pejabat yang lebih tinggi baik
dari top manajemen bank itu sendiri atau dari pejabat pemerintah
yang berkuasa
h. Kurangnya pengetahuan teknis para pengelola kredit
64Rene, Setyawan, Op.cit, hal.7-8.
65 Suharno, Analisa Kredit, Ibid,Hal. 102.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
i. Pengelola kredit tidak tegas dan lemah dalam melakukan
monitoring penggunaan kredit
j. Kurang baiknya managemen information system yang ada di bank
tersebut
k. Kebijakan kredit yang ada belum memadai
l. Lemahnya monitoring terhadap penggunaan kredit
m. Adanya sikap yang ceroboh dan menggampangkan dari pengelola
kredit
2. Faktor Eksternal
a. Kebijakan pemerintah yang berpengaruh terhadap operasional
perusahaan
b. Terjadinya bencana alam, kerusuhan yang merusak/
menghancurkan usaha debitor
c. Itikad buruk dari debitur
d. Adanya penyalahgunaan fasilitas kredit
e. Pemalsuan usaha
f. Menggunakan angunan milik pihak III
g. Debitor melarikan diri
h. Mis manajemen
i. Jaminan yang tidak marketable sehingga sulit dilakukan likuidasi
pada saat kredit macet.
2.2.7 Lembaga Hukum Jaminan
Jaminan dalam perkreditan mempunyai makna yang sangat penting karena
merupakan benteng terakhir bila debitur wanprestasi atau mengalami kegagalan
dalam menyelesaikan kewajiban kepada pihak bank. Jaminan kredit adalah segala
sesuatu yang mempunyai nilai mudah untuk diuangkan yang diikat dengan janji
sebagai jamian untuk pembayaran dari hutang debitur berdasarkan perjanjian
kredit yang dibuat kreditur dengan debitur.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Dalam hukum perdata kita mengenal adanya suatu asas bahwa semua benda
dari seseorang menjadi tanggungan untuk semua hutang-hutangnya.66 Hal ini
berarti bahwa benda-benda orang yang bersangkutan dengan sendirinya menurut
hukum menjadi jaminan bagi para krediturnya. Apabila orang yang bersangkutan
tidak lagi dapat membayar hutang-hutangnya, maka atas benda-benda miliknya itu
akan dilakukan penjualan guna membayar hutang-hutangnya.
Barang-barang yang diterima bank harus dikuasai atau diikat secara yuridis,
baik berupa akta di bawah tangan maupun akta otentik. Kegunaan jaminan adalah
untuk:67
1. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan
pelunasan dari hasil penjualan barang-barang jaminan tersebut, apabila
nasabah melakukan cidera janji, yaitu tidak membayar kembali utangnya
pada waktu yang telah ditetapkan dlam perjanjian.
2. Menjamin agar nasabah berperan serta di dalam transaksi untuk
membiayai usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha
atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya, dapat
dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk dapat berbuat
demikian diperkecil terjadinya.
3. Memberi dorongan kepada debitur (tertagih) untuk memenuhi perjanjian
kredit. Khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-
syarat yang telah disetujui agat ia tidak kehilangan kekayaan yang telah
diajminkan kepada bank.
Untuk menghindari kerugian karena nilai barang jaminan lebih kecil dari
jumlah kredit, bank harus melakukan transaksi nilai barang yang dijaminkan
secara cermat.
Apabila kredit berkembang menjadi kredit macet dan barang jaminan terpaksa
dieksekusi, jumlah hasil penjualan barang itu harus dapat menutup jumlah kredit
66 Indonesia, “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek)”, Cet XIX, diterjemahkan oleh Subekti dan Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1995), Pasal 1131.
67 Thomas, Suyatno, Op.cit, hal. 84.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
dan bunga yang tertunggak. Apabila tidak bank akan menderita kerugian. Bila
jumlah hasil penjualan harta jaminan tidak cukup untuk menutup tunggakan kredit
(dan bunga), bank masih dapat menagih kekurangannya kepada debitur.
Jadi fungsi jaminan adalah memberikan hak dan kekuasaan kepada kreditur
untuk mendapatkan pelunasan dari hasil penjualan barang-barang jaminan
tersebut bila debitur tidak melunasi hutangnya pada waktu yang telah ditentukan.
2.2.7.1 Jenis-Jenis Jaminan
a. Jaminan Umum
Jaminan umum lahir dan bersumber karena undang-undang, adanya
ditentukan dan ditunjuk oleh undang-undang tanpa ada perjanjian dari
para pihak (Kreditur dan Debitur). Perwujudan jaminan umum
bersumber dari Pasal 1131 KUHPerdata yang menetapkan bahwa segala
kebendaan si berutang baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik
yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari menjadi
tanggungan untuk seluruh perikatannya.
b. Jaminan Khusus
Jaminan khusus lahirnya karena ada perjanjian antara kreditur dan
debitur yang dapat berupa jaminan yang bersifat kebendaan atau jaminan
bersifat perorangan. Jaminan yang bersifat kebendaan adalah adanya
benda-benda tertentu yang disediakan debitur sebagai jaminan.
Sedangkan jaminan yang bersifat perorangan adalah debitur
menyediakan orang lain yang menyanggupi untuk melunasi hutang
debitur manakal debitur cidera janji.
Agar kreditur memiliki hak yang utama atau istimewa atau preferen atas
benda jaminan secara khusus disediakan oleh debitur, maka jaminan
tersebut harus diikat secara khusus. Pasal 1131 ayat (2) KUHPerdata
mengatur hak untuk didahulukan diantara kreditur terbit dari hak
istimewa seperti hak hipotik, hak tanggungan, gadai, dan fiducia.
c. Jaminan Kebendaan
Jaminan kebendaan adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu
benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya di tangan
siapapun benda tersebut berada dan dapat dialihkan.
Jaminan kebendaan dapat diadakan antara kreditur dengan debitur,
namun dapat juga diadakan antara kreditur dengan pihak ketiga yang
menyediakan harta kekayaan khusus misalnya tanah dan bangunan yang
digunakan untuk menjamin dipenuhinya kewajiban debitur kepada
kreditur.
d. Jaminan Penanggungan Hutang
Jaminan penanggungan hutang adalah jaminan yang bersifat perorangan
yang menimbulkan hubungan langsung dengan orang tertentu. Jaminan
ini hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta
kekayaan debitur semumumnya, contohnya borgtocht.
Jaminan yang bersifat perorangan ini tidak membedakan piutang mana
yang lebih dahulu terjadi dan piutang mana yang terjadi kemudian.
Keduanya memiliki kedudukan yang sama terhadap harta kekayaan
penjamin dan tidak mengindahkan urutan terjadinya.
Borgtocht adalah perjanjian antara kreditur dengan seorang pihak ketiga
yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban debitur. Perjanjian
antara krditur dengan pihak ketiga dapar dilakukan dengan
sepengetahuan si debitur atau bahkan tanpa sepengetahuan debitur.68
2.2.7.2 Sifat Pengikatan Jaminan
Untuk menjamin pengembalian kredit yang diberikan, maka atas jaminan-
jaminan yang diserahkan oleh debitur diadakan pengikatan oleh pihak kreditur/
bank. Sifat perjanjian pengikatan jaminan pada umumnya dikonstruksikan sebagai
perjanjian yang bersifat accessoir, yakni perjanjian yang dikaitkan dengan suatu
perjanjian pokok dalam hal ini adalah perjanjian kredit.
Dalam suatu perjanjian kredit dimana debitur menyerahkan jaminan untuk
diikat oleh bank sebagai krediturnya. Kemudian diadakan perjanjian terpisah yang
merupakan tambahan (accessoir) dan dikaitkan dengan perjanjian pokoknya
68 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank,Op.cit, hal. 149.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
(perjanjian kredit). Perjanjian jaminan ini tergantung pada perjanjian pokoknya,
apabila perjanjian pokok batal atau berakhir, maka perjanjian jaminan juga akan
batal atau berakhir dengan sendirinya menurut hukum. Dengan demikian
kedudukan perjanjian pengikatan jaminan yang dikonstruksikan sebagai perjanjian
accessoir mempunyai akibat hukum yaitu:69
a. Eksistensinya tergantung perjanjian pokok (perjanjian kredit)
b. Hapusnya tergantung perjanjian pokok (perjanjian kredit)
c. Jika perjanjian pokok batal, perjanjian jaminan ikut batal
d. Jika perjanjian pokok beralih maka ikut beralih juga perjanjian jaminan
e. Jika perjanjian pokok beralih karena cessi, subrogasi maka ikut beralih
juga perjanjian jaminan tanpa adanya penyerahan khusus.
Dalam hukum mengenai pengikatan jaminan, penggolongan atas benda
bergerak dan tidak bergerak mempunyai arti yang penting sekali. Adanya
perbedaan penggolongan tersebut juga akan menentukan jenis lembaga jaminan/
pengikatan jaminan yang mana yang dapat dipasang atas kredit yang diberikan
Suatu barang dapat diterima menjadi jaminan apabila mempunyai nilai
ekonomi dan memenuhi aspek yuridis. Jaminan dikatakan mempunyai nilai
ekonomis bila telah memnuhi kriteria sebagai berikut:70
a. dapat diperjualbelikan atau dipindah tangankan
b. jaminan marketable
c. mempunyai nilai yang tetap dan diusahakan mempunyai tendensi
meningkat
d. jaminan tidak mudah rusak atau cacat yang dapat mengurangi harga jual
e. nilai taksasi jaminan harus lebih besar dari plafond yang disetujui.
Jaminan yang diserahkan harus memenuhi aspek yuridis, jaminan memenuhi
aspek yuridis apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut:71
69 Ibid, hal. 143.
70 Sunarno, Analisa Kredit, (Jakarta: Djambatan, 2003), hal. 41.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
a. memiliki bukti pemilikan yang sah
b. jaminan tidak dalam status sengketa
c. jaminan tidak dalam status dijaminkan ke bank/ orang lain.
2.2.7.3 Pengikatan Jaminan Dengan Akta Otentik Atau Dibawah Tangan
Diawal telah disebutkan bahwa fungsi dari pemberian jaminan adalah guna
memberikan hak dan kekuasaan kepada kreditur/ bank untuk mendapatkan
pelunasan dengan barang-barang jaminan yang diserahkan oleh debitur bilamana
debitur cidera janji dan tidak membayar kembali pinjamannya pada saat jatuh
waktu perjanjian.
Agar kreditur dapat melaksanakan hak dan kekuasaan atas barang jaminan/
agunan pinjaman yang diserahkan debitur, maka perlu terlebih dahulu dilakukan
pengikatan secara yuridis formil atas barang-barang jaminan tersebut menurut
hukum yang berlaku.
Pengikatan secara tertulis dapat dilakukan dengan akta otentik maupun dengan
akta dibawah tangan. Akta adalah surat/ tulisan tanda bukti yang ditandatangani
dan diperuntukan untuk membuktikan kebenaran apa yang tertera didalamnya.
Tercantum dalam pasal 1867 KUHPerdata, pada pokoknya akta dibagi dalam 2
macam:
a. Akta Otentik
Yang dimaksud dengan akta otentik adalah suatu akta yang bentuknya
ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-
pegawai umum yang berwenang untuk itu di tempat dimana akta
dibuatnya (Pasal 1868 KUHPerdata). Akta otentik memberikan suatu bukti
yang sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya kepada para pihak
serta para ahli warisnya dan orang-orang yang mendapat hak daripadanya.
Dalam dunia perbankan, akta otentik dibuat oleh dan dihadapan seorang
Notaris, sehingga pihak tidak perlu khawatir lagi tentang adanya
kekeliruan pengikatan atas jaminan yang diterima dari calon debiturnya.
71 Ibid, hal. 41.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
b. Akta Dibawah tangan
Akta atau tulisan-tulisan dibawah tangan adalah akta-akta yang
ditandantangani dibawah tangan, surat-surat atau tulisan-tulisan yang
dibuat tanpa perantara seorang pegawai umum.72 Akta dibawahtangan
(onderhands acte), misalnya surat perjanjian jual beli yang dibuat sendiri
dan ditandatangani sendiri oleh kedua pihak yang mengadakan perjanjian
tersebut (Pasal 1874 KUHPerdata).
Kecuali mengenai jaminan yang berupa hak atas tanah, maka semua
pengikatan jaminan dapat dilakukan dengan akta dibawah tangan. Setiap
perjanjian yang bermaksud memindahkan hak atas tanah, memberikan
sesuatu hak baru atas tanah, menggadaikan tanah atau meminjam uang
dengan hak atas tanah sebagai tanggungan, harus dibuktikan dengan suatu
akta yang dibuat oleh dan dihadapan pejabat yang ditunjuk misalnya
Notaris/PPAT atau camat. (Pasal 37 Peraturan Pemerintah N0. 24 Tahun
1997 atau Pasal 19 Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1961)
2.3 Tindakan Hukum Penyelamatan Kredit dan Penyelesaian Kredit Macet
Kredit merupakan risk asset bagi bank karena asset bank itu dikuasai pihak
luar bank yaitu para debitur. Namun kredit yang diberikan kepada para debitur
selalu ada risiko berupa kredit tidak dapat kembali tepat pada waktunya yang
dinamakan kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL). Kredit
bermasalah selalu ada dalam kegaitan perkreditan bank karena bank tidak
mungkin menghindarkan adanya kredit yang bermasalah, namun bank sadapat
mungkin berusaha menekan besarnya jumlah kredit bermasalah.
Masalah-masalah yang dihadapi dalam menyelesaikan kredit macet, dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian besar.73
72 Rasjim, Wiraatmadja, Op.cit, hal.11.
73Sibarani, Bachtiar, Kredit Macet dan Upaya Penanggulangannya (Himpunan dari sebagian Karya Tulis yang pernah diterbitkan Surat Kabar dan Majalah), (Bandung, 2001), hal. 1.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
1. Nilai kredit yang melebihi agunan, di lain pihak ketika agunan hendak
dieksekusi pihak bank bisanya bertahan pada harga alimit yang tinggi.
Akibatnya lelang sering tidak laku.
2. Para calon pembeli umumnya sudah mengetahui bahwa kondisi agunan
memang jelek, sehingga ketika dieksekusi kurang banyak peminat.
Akibtanya agunan terpaksa dijual dengan harga seadanya.
Adanya kredit macet akan menjadi beban bank karena kredit macet menjadi
salah satu faktor dan indikator penentu kinerja sebuah bank,oleh karena itu adanya
kredit bermasalah apalagi dalam golongan macet menuntut:74
1. penyelesaian yang cepat, tepat dan akurat dan segera mengambil tindkaan
hukum jika sudah tidak ada jalan lain penyelesaian melalui restrukturisasi.
Untuk menjaga agar kredit yang telah diberikan kepada debitur memiliki
kualitas performing loan maka harus dilakukan pemantauan dan
pengawasan untuk mengetahui secara dini bila terjadi deviasi
(penyimpangan) dan langkah-langkah memperbaikinya.
2. Dilakukan penilaian uang (review) secara periodik agar dapat diketahui
sedini mungkin baik actual loan problem, maupun potensial problem
sehingga bank dapat mengambil langkah-langkah pengamanannya (action
program).
3. Dilakukan penyelamatan dan penyelesaian segera, bila kredit
menunjukkan bermasalah (Non Performing Loan)
Untuk menyelesaikan kredit bermasalah (non performing loan) ada dua
strategi yang dapat ditempuh yaitu:75
1. Penyelamatan kredit
Penyelamatan adalah suatu langkah penyelesaian kredit bermasalah
melalui perundingan kembali antara kreditur dan debitur dengan
memperingan syarat-syarat pengembalian kredit sehingga dengan
74 Sutarno, Op.cit, hal. 265.
75 Ibid, hal. 265-266.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
memperingan syarat-syarat pengembalian tersebut diharapkan debitur
memiliki kemampuan kembali untuk menyelesaikan kredit. Pada tahap
penyelamatan kredit ini belum memanfaatkan lembaga hukum karena
debitur masih kooperatif dan dari prospek usaha masih feasible.
Langkah penyelesaian melalui restrukturisasi kredit ini diperlukan syarat
paling utama yaitu adanya kemauan dan itikad baik dan kooperatif dari
debitur serta bersedia mengikuti syarat-syarat yang ditentukan bank karena
dalam penyelesaian kredit melalui restrukturisasi lebih banyak negosiasi
dan solusi yang ditawarkan bank untuk menentukan syarat dan ketentuan
restrukturisasi kredit.
2. Penyelesaian kredit
Penyelesaian kredit adalah langkah penyelesaian kredit bermasalah
melalui lembaga hukum seperti pengadilan atau Direktorat Jenderal
Piutang dan Lelang Negara atau badan lainnya dikarenakan langkah
penyelamatan sudah tidak dimungkinkan kembali. Tujuan penyelesaian
kredit melalui lembaga hukum ini adalah untuk menjual atau
mengeksekusi benda jaminan.
2.3.1 Bentuk Penyelamatan Kredit Melalui Restrukturisasi
Untuk mengatasi kredit bermasalah dan menghindarkan kerugian yang besar
di perbankan, Bank Indonesia mengeluarkan petunjuk dan pedoman tentang cara
penyelamatan kredit melalui restrukturisasi kredit bermasalah dengan surat
Direksi Bank Indonesia Nomor 31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 yang
telah diubah melalui Peraturan Bank Indonesia No 2/15/PBI/2000. Restrukturisasi
adalah upaya yang dilakukan bank dalam usaha perkreditan agar debitur dapat
memenuhi kewajibannya. Jadi tujuan restrukturisasi adalah:76
1. Untuk menghindarkan kerugian pada bank karena bank harus menjaga
kualitas kredit yang telah diberikan.
2. Untuk membantu memperingan kewajiban debitur sehingga dengan
keringanan ini debitur mempunyai kemampuan untuk melanjutkan
76 Ibid, hal. 267.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
kembali usahanya dan dengan menghidupkan kembali usahanya akan
memperoleh pendapatan yang sebagian dapat digunakan untuk membayar
hutangnya dan sebagian untuk melanjutkan kegiatan usahanya.
3. Dengan restrukturisasi maka penyelesaian kredit melalui lembaga-lembaga
hukum dapat dihindarkan karena penyelesaian melalui lembaga hukum
dalam prakteknya memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang tidak sedikit
dan hasilnya lebih rendah dari piutang yang ditagih.
Fasilitas atau kebijakan yang dapat digunakan untuk melakukan restrukturisasi
kredit bermasalah menurut keputusan Direksi Bank Indonesia antara lain:
1. Penurunan suku bunga kredit
Penurunan suku bunga kredit merupakan salah satu bentuk restrukturisasi
yang bertujuan memberikan keringanan kepada debitur sehingga dengan
penurunan bunga kredit besarnya bunga yang harus dibayar debitur setiap
tanggal pembayaran menjadi lebih kecil disbanding suku bunga yang
ditetapkan sebelumnya. Penurunan suku bunga tidak merubah perjanjian
ikutannya yaitu perjanjian pengikatan jaminan.
2. Pengurangan tunggakan bunga kredit
Salah satu tanda kredit bermasalah adalah adanya tunggakan bunga kredit
lebih dari tiga kali pembayaran. Dalam hal ini restrukturisasi kredit dapat
dilakukan dengan memperingan beban debitur dengan cara menurangi
tunggakan bunga kredit atau menghapus seluruh tunggakan bunga kredit.
3. Pengurangan tunggakan pokok kredit
Pengurangan tunggakan pokok merupakan restrukturisasi kredit yang
paling maksimal diberikan bank kepada debitur karena pengurangan
tunggakan pokok biasanya diikuti dengan penghapusan bunga dan denda
seluruhnya.
4. Perpanjangan jangka waktu kredit
Dengan memperpanjang jangka waktu kredit maka kualitas kredit debitur
digolongkan menjadi performing loan (tidak bermasalah) dan dengan
perpanjangan jangka waktu memberikan kesempatan kepada debitur untuk
melanjutkan usahanya.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
5. Penambahan fasilitas kredit
Dengan penambahan kredit diharapkan usaha debitur akan berjalan
kembali dan berkembang yang pada akhirnya akan menghasilkan
pendapatan yang dapat digunakan untuk mengembalikan hutang lama dan
tambahan kredit baru.
6. Pengambil alihan agunan/ aset debitur
Pengambil alihan aset debitur dalam hukum dapat disebut kompensasi atau
perjumpaan hutang. Untuk menyelamatkan kredit dengan cara ini bank/
kreditur mengambil alih agunan kredit yang nilai jaminan tersebut
dikompensasikan dengan jumlah kredit sebesar nilai agunan yang diambil,
maka terjadilah kompensasi. Dengan kata lain agunan kredit yang yang
diambil alih bank dibayar dengan menggunakan kredit yang tertunggak.
Sehingga agunan kredit menjadi milik/ aset bank dan hutang debitur
dinyatakan lunas.
7. Jaminan kredit dibeli oleh bank
Untuk menyelamatkan kredit bank dapat membeli agunan melalui
penjualan umum atau lelang. Undnag-undang melarang bank memiliki
langsung agunan tersebut, janji yang diadakan untuk memiliki agunan jika
debitur cidera janji adalah batal demi hukum. Undang-undang Perbankan
memungkinkan bank untuk membeli agunan melalui pelelangan agunan,
seluruh atau sebagian apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya
kepada bank dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan
secepatnya.
8. Konversi kredit menjadi modal sementara dan pemilikan saham
Konversi kredit menjadi modal artinya sejumlah nilai kredit dikonversikan
menjadi saham pada perusahaan debitur hal ini disebut dengan Dept
Equity Swap. Dengan demikian bank memiliki sejumlah saham pada
perusahaan debitur dan hutang debitur menjadi lunas. Kebijakan Bank
Indonesia mengatur tentang penyertaan modal dan pemilikan saham oleh
bank antara lain menentukan bahwa penyertaan modal hanya dapat
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 5 tahun atau perusahaan
dimana bank melakukan penyertaan telah memperoleh laba. Apabila telah
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
melampaui batas waktu lima tahun dan perusahaan dimana bank
melakukan penyertaan modal belum memperoleh laba maka bank wajib
menghapus bukukan penyertaan modal tersebut.
9. Debitur menjual sendiri barang jaminan
Kreditur dapat meminta debitur melakukan penjualan jaminan kredit.
Karena dengan cara ini dapat menghemat waktu, biaya dan hasilnya akan
lebih baik daripada lelang. Bank sebagai kreditur harus membantu debitur
dalam melakukan penjualan jaminan tersebut, dengan cara mencarikan
calon pembeli dan kalau perlu ikut berunding dengan calon pembeli untuk
memperlancar penjualan tersebut.
10. Bank menjual barang-barang jaminan di bawah tangan berdasarkan surat
kuasa
Jika kredit macet ada kalanya debitur memberi kuasa kepada bank/
kreditur untuk menjual barang jaminan karena debitur kesulitan atau tidak
mampu menjual sendiri. Untuk memberikan wewenang kepada kreditur
menjual barang jaminan, dibuat surat kuasa secara notariil dari debitur
kepada bank untuk menjual jaminan jika debitur cidera janji pada saat
debitur sudah cidera janji.
Secara yuridis dengan surat kuasa tersebut debitur telah melimpahkan
wewenang kepada bank dan karenanya bank memiliki kewenangan untuk
melakukan penjualan jaminan berdasarkan surat kuasa dan hasil penjualan
tersebut digunakan untuk melunasi hutangnya.
Meski kredit disalurkan berdasarkan asas-asas yang baik, bank akan tetap
dihadapkan pada risiko kredit macet. Hal ini dikarenakan pengembalian kredit
mengadung ketidakpastian, tidak dapat dipastikan apakah bisa dikembalikan atau
tidak. Oleh karena itu bank harus dapat berdampingan dengan masalah kredit
macet yang selalu mungkin terjadi. Beberapa cara penanganan kredit macet:77
1. Jangan terlambat
Kredit akan sulit diatasi jika terlambat dinyatakan macet, karena hutang
debitur akan meningkat dengan cepat akibat bunga dan denda. Nilai
77 Bachtiar, Sibarani, Op.cit, hal. 11.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
barang jaminanpin akan tertinggal jauh, terutama agunana barang
bergerak.
Bunga uang merupakan pembagian laba dari modal usaha. Jadi kalau
modal tidak lagi diusahakan dan tidak lagi menghasilkan laba, maka bunga
harus dihentikan. Artinya kredit harus dinyatakan macet
2. Keadaan jaminan
Keadaan jaminan perlu diperhatikan, jaminan barang atau jaminan orang,
mampukan jaminan menutup hutang, mudah atau sulitkah jaminan
dicairkan, milik debitur atau pihak ketiga, pihak yang menguasai barang
agunan, biaya untuk mencairkan agunan, kelengkapan dokumen, diikat
jaminan atau tidak.
3. Dalam hal menyelesaikan kredit macet, ada beberapa hal yang pantas
dicatat.
Pertama, kredit macet harus dilihat sebagai usaha yang gagal atau yang
rugi, sepanjang tidak disengaja debitur. Oleh karena itu, bank sejak awal
harus rela membagi kerugian bersama debitur,.
Kedua, status bank, apakah swasta atau pemerintah, sangat
mempernagruhi alternative prosedur yang akan ditempuh. Bank
pemerintah pada umumnya akan menyerhakan pengurusan kredit, akan
menempuh proses eksekusi melalui pengadilan. Khusus bank pemerintah,
meski ada kewajiban untuk menyerahkan kredit macet ke PUPN, tetapi
peraturan perundang-undangan juga memungkinkan pengadilan untuk
mengurus kredit macet dari bank pemerintah.
Ketiga, status jaminan apakah orang atau benda bergerak atau benda tetap,
menentukan alternate yang mungkin ditempuh dalam mengatasi kredit
macet.
2.4 Tinjauan Umum Mengenai Pengambilalihan Aset Debitur (AYDA) oleh
Bank
Di Indonesia ada dua tempat penyelesaian kredit macet secara resmi. Pertama
yakni Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) untuk bank umum. Kedua,
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Pengadilan Negeri untuk bank-bank swasta. Proses penyelesaian kredit macet
melalui PUPN dan pengadilan masih cenderung lama.
Pengurusan sengketa kredit macet ke pengadilan memerlukan waktu
penyelesaian yang lama. Pada umumnya pemeriksaan di tingkat pertama
berlangsung sekurang-kurangnya satu tahun, ditingkat banding kurang lebih
demikian dan sampai ketingkat kasasi membutuhkan waktu tiga sampai empat
tahun.78
Jaminan kredit macet, lazimnya akan dijual untuk menutupi kewajiban
debitur. Penjualan pada umumnya dilakukan melalui cara lelang, namun ketentuan
undang-undang khususnya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan pada pasal 20 ayat (2) memungkinkan dilakukannya penjualan secara
di bawah tangan jika dengan cara yang demikian dapat diperoleh harga tertinggi
yang menguntungkan semua pihak.
Disamping harga yang menguntungkan dibandingkan dengan harga lelang,
umumnya penjualan dengan lelang amat memakan waktu, tertunda-tunda karena
sulit mendapatkan harga yang baik atau menemukan pembeli yang berminat.
Selain penjualan di bawah tangan yang dianggap dapat mengatasi kesulitan yang
timbul dalam penjualan secara lelang, khusus bagi bank ketentuan undang-undang
menetapkan kemungkinan untuk membeli sendiri barang jaminan melalui
pelaksanaan pengambilalihan aset debitur.
Seperti yang telah diuraikan diatas, salah satu upaya penyelesaian kredit macet
pada bank yang diatur melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.
31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit yang
telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No 2/15/PBI/2000 adalah dengan
dilakukannya pengambilalihan agunan/ aset debitur atau dewasa ini dikenal
dengan sebutan AYDA (Aset Yang Diambilalih). Bank dimungkinkan untuk
membeli sendiri agunan/ aset meskipun hal tersebut hanya bersifat sementara.
Bank diwajibkan untuk secepatnya melakukan pencairan kembali atas agunan
yang dibeli baik melalui lelang atau diluar lelang melalui penyerahan secara
78 Mariam, Badrulzaman, Perjanjian Kredit, Op.cit, hal. 174.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
sukarela oleh debitur, agar dana hasil pencairan dari penjualan agunan tersebut
dapat segera dimanfaatkan oleh bank. Ketentuan seperti ini adalah salah satu
upaya untuk mencegah kerugian yang lebih besar bagi bank yang memiliki kredit
macet.79
Praktek pelaksanaan AYDA dilakukan mengingat terdapatnya berbagai
hambatan atau kendala dalam pelaksanaan eksekusi hak tanggungan yang
merugikan pihak bank sebagai kreditur serta salah satu upaya jangka pendek bank
untuk mengatasi tingginya jumlah kredit macet yang nantinya akan berpengaruh
besar terhadap kelangsungan usaha bank itu sendiri.
Merujuk pada Pasal 1 angka 24 Peraturan Bank Indonesia No 9/9/PBI/2007
tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No 8/21/PBI/2006 tentang
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha
Berdasarkan Prinsip Syariah disebutkan mengenai pengertian AYDA yakni:
“…Aktiva yang diperoleh bank, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah tidak memenuhi kewajibannya kepada bank.”
Jadi yang dimaksud dengan AYDA adalah suatu aktiva yang diperoleh bank baik
melalui pelelangan maupun di luar lelang dari pemilik agunan karena pemilik
agunan/ debitur lalai dalam memenuhi kewajibannya.
Pada mulanya penyelesaian kredit melalui cara jual beli barang agunan
diluar lelang adalah tidak diperkenankan oleh undang-undang. Hal ini dapat
dilihat dari ketetentuan Pasal 6 k Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
perbankan yang menyebutkan:
“…Usaha Bank Umum meliputi: membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya.”
Ketentuan diatas menetapkan pembelian agunan debitur baik semua maupun
sebagian hanya melalui pelelangan, sehingga pembelian diluar lelang tidak
79 Bachtiar, Sibarani,Op.cit, hal. 48.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
dimungkinkan. Namun, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan telah
menghapus ketentuan Pasal 6 k Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan tersebut. Pada pasal 12 A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan
telah diatur adanya kemungkinan mengenai pembelian agunan oleh bank di luar
pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan, yang
menyebutkan sebagai berikut:
“Bank Umum dapat membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelelangan maupun diluar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan sepenuhnya.”
Ketentuan Pasal 12 A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
tersebut diatas, memberikan keleluasaan dan kemudahan bagi bank dan debitur
dalam mengusahakan penyelesaian kredit macet diantara mereka melalui
pembelian diluar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik
agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual diluar lelang dari pemilik agunan.
Pembelian agunan oleh bank baik melalui lelang maupun di luar pelelangan
dimaksudkan untuk membantu bank agar dapat menyelesaikan kewajiban nasabah
debiturnya. Berdasarkan penjelasan dari Pasal 12 Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan disebutkan bahwa bank tidak diperbolehkan memiliki agunan
yang dibelinya dan secepat-cepatnya harus dijual kembali agar hasil penjualan
agunan dapat segera dimanfaatkan oleh bank dalam jangka waktu selambat-
lambatnya satu tahun.
Pasal 1468 KUHPerdata menentukan para hakim, jaksa, panitera, advokat,
pengacara, jurusita dan notaris tidak diperbolehkan karena penyerahan menjadi
pemilik hak-hak dan tuntutan-tuntutan yang menjadi pokok perkara yang sedang
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
bergantung pada pengadilan negeri yang dalam wilayahnya mereka melakukan
pekerjaan mereka atas ancaman kebatalan serta penggantian baiya rugi dan bunga.
Ketentuan umum dalam pasal 32 KMK No 557/KMK.01/1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang telah menentukan bahwa pejabat lelang, penjual,
hakim, jaksa, panitera, juru sita, pengacara/ advokat, notaries, PPAT dan penilai
yang terkait dengan pelaksanaan lelang dilarang menjadi pembeli. Dengan adanya
ketentuan ini penjual atau pemohon lelang seperti bank, pada dasarnya tidak
diperkenankan menjadi pembeli lelang.
Namun, menyimpang dari ketentuan umum tersebut, dalam pasal 12 A
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, menentukan bank umum dapat membeli
sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelelangan maupun diluar pelelangan.
Kemungkinan bank melakukan pembelian aset debitur (pelaksanaan AYDA)
sebagai upaya penyelesaian kredit macet pada bank juga dapat kita jumpai pada
penjelasan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan. Dimana dijelaskan bahwa pemegang Hak Tanggungan dilarang
untuk secara serta merta menjadi pemilik objek Hak Tanggungan karena debitur
cidera janji. Namun demikian tidaklah dilarang bagi pemegang hak Tanggungan
untuk menjadi pembeli objek Hak Tanggungan asalkan melalui prosedur sebagai
berikut:
1. Apabila debitur cidera janji, maka berdasarkan:
a. Hak pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual obyek Hak
Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum dengan
hak mendahulu dari pada kreditur-kreditur lainnya serta mengambil
pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut.
b. Titel eksekutorial yang terdapat dalam sertipikat Hak Tanggungan
2. Atas kesepakatan pemberi dan pemegang Hak Tanggungan, penjualan
obyek Hak Tanggungan dapat dilaksanakan dibawah tangan jika dengan
demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua
pihak.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Ketentuan penjelasan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang
Hak Tanggungan tersebut diatas senada dengan apa yang diatur dalam Pasal 12 A
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang memungkinkan pembelian agunan
oleh bank untuk sebagian atau seluruhnya, baik melalui pelelangan umum maupun
diluar pelelangan berdasarkan penyerahan secara suka rela oleh pemilik agunan.
Seperti yang telah diuraikan diatas Agunan Yang Diambil Alih (AYDA)
adalah agunan/ aset debitur lainnya yang diambil-alih oleh bank melalui
pelelangan maupun diluar pelelangan berdasarkan penyerahan sukarela oleh
pemilik agunan dalam hal debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada
bank. Sesuai dengan PBI nomor 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 yang telah
diperbaharui dengan PBI nomor 14/15/PBI/2012, maka:
1. Bank wajib melakukan upaya penyelesaian terhadap AYDA yang dimiliki
antara lain dengan cara memasarkan dan menjual kembali barang sitaan.
2. Bank wajib mendokumentasikan upaya penyelesaian AYDA sebagaimana
dimaksud pada poin diatas.
3. Tunggakan bunga yang diselesaikan dengan AYDA tidak dapat diakui
sebagai pendapatan sampai dengan adanya realisasi (penjualan) AYDA.
Setiap Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) ditetapkan memiliki kualitas
macet dan harus dicadangkan 100% sejak pertama kali diperoleh. Pencadangan
yang dibentuk berdasarkan Net Realizable Value dari AYDA tersebut. NRV
adalah nilai AYDA dikurangi dengan perkiraan biaya pelepasan (termasuk biaya
iklan, jasa perantara/broker, akte jual beli, dan pajak).
2.5 Pelaksanaan Pengambilalihan Aset Debitur (AYDA) oleh Bank Sebagai
Salah Satu Upaya Penyelesaian Kredit Macet
Dalam kenyataan sehari-hari kredit bermasalah telah menjadi bagian dalam
dari kehidupan bisnis bank. Karena berbagai macam sebab debitur tidak atau tidak
mampu membayar bunga dan/atau melunasi kredit yang mereka pinjam. Dalam
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
dunia perbankan internasional kredit dapat dikategorikan sebagai kredit
bermasalah apabila:80
1. Terjadi keterlambatan pembayaran bunga dan/ atau kredit induk, lebih dari
90 hari semenjak tanggal jatuh tempo,
2. Kredit yang terutang tidak dilunasi sama sekali
3. Diperlukan negosiasi kembali atas syarat pembayaran kembali kredit dan
bunga yang tercantum dalam perjanjian kredit.
Tiga dampak negatif kredit bermasalah yang berpengaruh terhadap kesehatan
bank umum adalah sebagai berikut:81
1. Menurunkan Profitibilitas Usaha
Kredit bermasalah merupakan harta operasional bank yang tidak produktif.
Apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerugian yang
besar. Akibatnya akan menurunkan profitabilitas bank sehingga citra
kesehatan operasi bank di mata masyarakat, dunia perbankan dan dimata
bank sentral dapat menurun.
2. Menambah beban biaya operasional
Bank sentral mengkategorikan kredit bermasalah sebagai aktiva produktif
bank yang diragukan kolektibilitasnya. Untuk menjaga agar para deposan
bank tidak ikut merugi karena aktiva itu tidak dapat ditagih lagi, Bank
Sentral mewajibkan bank-bank di negaranya menyediakan cadangan
penghapusan kredit bermasalah.
Semakin besar jumlah kredit bermasalah yang dimiliki bank akan semakin
besar pula cadangan penghapusan permasalahan yang harus disediakan
bank.
Konsekuensi semakin besar jumlah cadangan penghapusan yang harus
disediakan bank, akan semakin besar pula biaya yang harus mereka
tanggung untuk mengadakan dana penghapusan itu. Disamping itu
menangani kredit bermasalah membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang
80 Siswanto, Sutojo, Strategi Manajemen Kredit Bank Umum Konsep, Teknik dan Kasus, (Jakarta; PT. Damar Mulia Pustaka, 2000), hal. 181.
81 Ibid, hal. 184-186.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
cukup besar, karena pekerjaan itu sering memakan waktu yang cukup
lama.
3. Menurunkan persentase capital adequacy ratio
Seperti yang terjadi pada setiap jenis perusahaan, kerugian akan
mengurangi jumlah modal sendiri. Hanya saja pada bank umum kerugian
itu akan membawa dampak yang lain, yaitu menurunkan persentase
capital adequacy ratio (CAR). Apabila CAR turun sampai dibawah
ketentuan pemerintah banj yang bersangkutan harus menambah dana cair
untuk menaikan modal sendiri mereka. Bilamana hal tersebut tidak dapat
dilakukan peringkat kesehatan bank akan menurun.
Apabila bank memutuskan portofolio kredit atau portofolio kredit tertentu
dinyatakan menjadi kredit bermasalah, maka portofolio kredit tersebut harus
ditangani secara khusus. Keputusan pertama yang harus segera diambil adalah
menentukan siapa yang akan ditugaskan menangani kasus tersebut diatas
selanjutnya. Hingga saat ini terdapat dua pendapat yang berbeda tentang
penanganan kredit bermasalah.82
Pendapat pertama menyatakan (khususnya untuk kredit skala kecil)
penanganannya diserahkan kepada account officer yang sejak semula menangani
kredit yang bersangkutan. Pendapat lain menyatakan penanganan kredit
bermasalah harus diserahkan kepada team khusus yang mempunyai keahlian dan
pengalaman dalam hal itu.
Alasan utama mengapa kredit bermasalah perlu ditangani team khusus adalah
karena kualifikasi yang diperlukan petugas untuk menangani kasus kredit
bermasalah berbeda dengan yang diperlukan untuk menangani kredit biasa.
Disamping itu mereka dapat memenuhi syarat-syarat berikut:83
1. Menguasai ketentuan penyaluran kredit yang digariskan dalam
kebijaksanaan kredit bank yang bersangkutan
82 Ibid, hal. 190.
83 Ibid, hal. 190
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
2. Berpengalaman dalam bidang perkreditan
3. Mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat
4. Mempunyai daya analisis yang tajam
5. Memiliki kemampuan bernegosiasi yang tinggi
6. Mempunyai kemampuan manajemen.
Upaya penyelamatan kredit dilakukan bilamana bank melihat masih ada
kemungkinan memperbaiki kondisi usaha dan keuangan debitur. Disamping itu
nilai harta jaminan kredit yang dikuasai bank lebih besar dibandingkan dengan
jumlah kredit yang diberikan, serta mudah dicairkan tanpa harus menurunkan
harganya secara besar-besaran.
Apabila karena berbagai macam sebab upaya penyelamatan kredit tidak dapat
atau tidak berhasil dilakukan, bank harus segera menarik kembali kredit. Upaya
menarik kembali kredit dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, yaitu;84
1. Penagihan langsung
Penagihan langsung kepada debitur dapat dilakukan bilamana bank yakin
bahwa perusahaan debitur masih dapat berjalan atau bilamana harta
jaminan yang dikuasai bank secara yuridis telah diikat secara sempurna,
mudah dicairkan dan tinggi nilainya.
Dengan cara ini bank mengirimkan surat penagihan resmi, bilamana perlu
diikuti beberapa surat peringatan. Dalam surat penagihan tersebut dengan
tegas dan jelas bank meminta, dalam batas waktu yang ditentukan debitur
melunasi kredit induk dan bunga tertunggak. Apabila debitur tidak
memenuhi tagihan tersebut, bank wajib segera menutup rekening koran
debitur.
2. Menagih kredit kepada penjamin kredit
Dalam hal kredit dijamin pihak ketiga, apabila debitur tidak mampu atau
tidak bersedia melunasinya bank dapat menagihkan kredit tersebut kepada
penjamin kredit.
84 Ibid, hal. 199-201.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Jumlah pinjaman yang ditagihkan kepada penjamin dapat meliputi seluruh
tunggakan kredit dan bunga atau hanya saldo tunggakan kredit sesuai
dengan isi perjanjian penjaminan kredit.
3. Bekerja sama dengan kreditur lain
Kredit skala menengah dan besar seringkali diberikan secara sindikasi oleh
beberapa bank. Apabila kredit macet biasanya penagihannya dialkukan
secara bersama oleh para kreditur.
Manfaat yang diperoleh para kreditur untuk menagih kredit bersama-sama
adalah memperkuat posisi tawar menawar mereka dihadapan debitur.
Disamping itu mereka juga dapat mengurangi biaya penanganan kredit
bermasalah dibandingkan bilamana mereka melakukan penagihan itu
sendirian.
Dalam pelaksanaan penagihan kredit secara bersama-sama salah seorang
kreditur ditunjuk menjadi kuasa atau trustee, yang mewakili sindikasi
kreditur melakukan negosiasi dengan debitur.
4. Menjual harta jaminan
Dalam Pasal 1178 KUHPerdata disebutkan apabila debitur tidak
membayar kredit dan bunga yang terutang kreditur dapat mempergunakan
hak parate eksekusi.
Parate eksekusi adalah hak menjual harta jaminan yang telah diikat tanpa
sita jaminan dan persetujuan pengadilan terlebih dahulu. Hasil penjualan
jaminan digunakan untuk melunasi kredit dan bungan yang tertunggak.
Dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/150/KEP/DIR tanggal
12 November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit yang telah diubah dengan
Peraturan Bank Indonesia No. 2/15/PBI/2000 disebutkan bahwa salah satu upaya
penyelesaian kredit macet pada bank adalah dengan dilakukannya
pengambilalihan aset debitur atau yang dikenal dengan sebutan Agunan Yang
Diambilalih (AYDA)
Ketentuan Bab I ketentuan umum, khususnya Pasal 1 angka 24 Peraturan
Bank Indonesia No 9/9/PBI/2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank
Indonesia No. 8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah menyebutkan bahwa
yang dimaksud dengan AYDA adalah:
“…aktiva yang diperoleh Bank, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah tidak memenuhi kewajibannya kepada Bank”
Berdasarkan ketentuan Pasal diatas maka pelaksanaan AYDA oleh bank dapat
dilakukan melalui pelelangan maupun diluar pelelangan berdasarkan penyerahan
suka rela oleh pemilik agunan.
Pelaksanaan AYDA melalui pelelangan dapat kita temui dalam ketentuan
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang
menyatakan bahwa apabila debitur cidera janji, maka pemegang Hak Tanggungan
pertama dalam hal ini adalah bank, mempunyai hak untuk menjual objek Hak
Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum. Selain itu bank
sebagai pemegang Hak Tanggungan juga dimungkinkan untuk menjadi pembeli
objek Hak Tanggungan dalam hal dilakukannya lelang atas agunan apabila debitur
cidera janji.
Selanjutnya pelaksanaan AYDA oleh bank diluar pelelangan dilakukan
melalui cara mengkompensasikan barang jaminan debitur dengan hutangnya
kepada bank sebesar jumlah jaminan tersebut yang diambilalih. Debitur
menyerahkan barang agunan kepada bank sebagai pembayaran hutangnya. Hal ini
mirip dengan apa yang disebut dengan inbetaling geving sebagaimana yang
dimaksud dalam pasal 1389 KUHPerdata.85 Pada inbetaling giving ada
pembayaran, dengan adanya pembayaran maka perikatan yang ada dalam hali ini
adalah perjanjian kredit menjadi hapus. Kompensasi atau perjumpaan hutang
adalah salah satu cara hapusnya perikatan yang diatur dalam Pasal 1381
KUHPerdata.
85 Tahir, Kamil, Peran Notaris dalam Penyelesaian Kredit Macet Perbankan,(Jakarta: Pascasarjana Fakultas Hukum Program Studi Ilmu HUkum Universitas Indonesia, 2002), hal. 119.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Istilah perjumpaan atau kompensasi utang menunjuk pada suatu keadaan
dimana dua orang saling memiliki kewajiban atau utang satu terhadap yang
lainnya. Oleh undang-undang ditetapkan bahwa bagi kedua belah pihak yang
saling berkewajiban atau berutang tersebut, terjadilah penghapusan utang-utang
mereka satu terhadap yang lainnya, dengan cara memperjumpakan utang pihak
yang satu dengan utang pihak yang lain (Pasal 1425 KUHPerdata). Ketentuan ini
mensyaratkan adanya tiga hal bagi perjumpaan utang:86
1. Kedua kewajiban atau utang yang diperjumpakan tersebut haruslah utang
yang telah ada pada waktu perjumpaan serta telah jatuh tempo dan dapat
ditagih serta dapat dihitung besarnya (processueel liquid)
2. Kewajiban atau utang tersebut ada secara bertimbal balik antara dua pihak,
yang satu merupakan debitur sekaligus kreditur terhadap yang lainnya.
Jadi harus ada dua pihak (misalnya A dan B) yang saling berutang secara
timbal balik berdasarkan dua perjanjian yang berlainan. Berdasarkan
perjanjian yang satu si A berstatus sebagai debitur terhadap si B sedangkan
pada perjanjian yang lain, si B berstatus sebagai debitur terhadap si A.
3. Kewajiban atau utang yang diperjumpakan tersebut haruslah utang dengan
wujud prestasi yang sama, atau obyek yang sama, atau jumlah uang yang
sama.
Perjumpaan utang tidak memperhatikan sumber lahirnya (tidak perlu
mempunyai causa yang sama). Dengan demikian berarti perjumpaan utang dapat
terjadi, baik pada perikatan yang lahir dari undang-undang maupun yang lahir dari
perjanjian. Bahkan lebih jauh lagi perjumpaan utang tidak memperhatikan apakah
terhadap perikatan (yang lahir dari perjanjian) yang diperjumpakan membawa
serta hak-hak istimewa yang melekat padanya. Selama dan sepanjang ketiga
syarat tersebut terpenuhi, maka kedua atau lebih utang atau perikatan yang
diperjumpakan tersebut hapus demi hukum.
Dalam hal perikatan yang diperjumpakan keduanya bersumber dari perjanjian,
maka perikatan yang diperjumpakan tersebut haruslah bersumber dari dua
86 Gunawan, Widjaja dan Kartini Muljadi, Op.cit, hal. 103-104.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
perjanjian yang berbeda. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari perjanjian
bertimbal balik, dimana masing-masing pihak dalam perjanjian diwajibkan untuk
memenuhi perikatan atau kewajibannya, yang bersumber dari perjanjian tersebut,
secara bertimbal balik.
Pengertian utang dengan jumlah uang yang sama bukan berarti bahwa kedua
tagihan yang dikompensir harus sama besarnya. Namun yang dapat dikompensir
adalah sampai jumlah yang terkecil di antara kedua tagihan timbal balik
tersebut.87
Pasal 1429 KUHPerdata memberikan pembatasan atau limitasi perjumpaan utang,
yaitu:88
1. Dalam hal salah satu pihak memiliki kewajiban yang bersumber dari
perbuatan melawan hukum dalam bentuk tuntutan pengembalian suatu
barang yang secara berlawanan dengan hukum, dirampas dari pemiliknya.
2. Dalam hal kewajiban yang harus dipenuhi adalah pengembalian atas suatu
barang yang dititipkan atau dipinjamkan
3. Tuntutan terhadap suatu utang yang bersumber pada tunjangan nafkah
yang telah dinyatakan tak dapat disita.
Terjadinya kompensasi dalam pelaksanaan pengambilalihan aset debitur oleh
bank yakni dengan cara bank mengambilalih agunan kredit yang nilai jaminan
tersebut dikompensasikan atau diperjumpakan dengan jumlah kredit sebesar nilai
agunan yang diambil. Dengan kata lain agunan kredit yang diambilalih oleh bank
dibayar dengan menggunakan kredit yang tertunggak. Sehingga dengan demikian
agunan kredit menjadi milik bank dan hutang debitur dinyatakan lunas.89
Untuk melakukan pengambilalihan atau kompensasi atas jaminan kredit
diperlukan syarat-syarat atau kriteria agar nantinya dalam waktu satu tahun
87 Ibid, hal. 114.
88 Ibid, hal. 114-115.
89 Sutarno, Op.cit, hal. 270.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
agunan yang diambilalih segera dapat dijual kembali sehingga menjadi aktiva
produktif kembali. Syarat-syarat atau criteria yang diperlukan antara lain:90
a. Agunan yang akan diambilalih atau dikompensasikan dengan
tunggakan kredit tersebut harus marketable dan strategis sehingga
sewaktu-waktu bank dengan mudah untuk menjual kembali atau
dikerjasamakan dengan pihak lain.
b. Dokumen atau surat-surat benda yang menjadi agunan tersebut
lengkap dan sah menurut hukum
c. Nilai agunan yang diambilalih lebih besar dari tunggakan kredit yang
dikompensasikan.
Berkaitan dengan pengambilalihan asset debitur oleh bank, mengakibatkan
agunan telah menjadi milik atau aktiva tetap bank. Maka dalam batas waktu
tertentu bank harus segera menjual kembali kepada masyarakat untuk
mendapatkan aktiva yang lebih produktif. Penguasaan agunan sebagai aktiva tetap
bank yang terlalu lama tidak memberikan keuntungan bagi bank, sehingga
undang-undang perbankan mengharuskan agar agunan yang telah diambilalih
bank tersebut segera dicairkan/ dijual kembali dalam waktu selambat-lambatnya 1
(satu) tahun sejak tanggal pengambilalihan.
Tujuan dilakukannya penyelesaian kredit macet melalui pengambilalihan asset
debitur (AYDA) adalah:
1. Untuk menekan jumlah kredit macet (Non Performing loan) pada suatu
bank
2. Untuk mempercepat dan mempermudah proses penyelesaian kredit, karena
hal ini dilakukan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan debitur
3. Untuk mengantisipasi segala akibat yang timbul dalam waktu dekat akibat
jumlah kredit macet yang semakin meningkat.
Pemilihan penyelesaian kredit macet melalui AYDA dilakukan berdasarkan
penyelesaian yang dianggap terbaik bagi Bank, dalam arti memperkecil risiko
90 Sutarno, Op.cit,hal. 271.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
kerugian bank dan/ atau mengoptimalkan manfaat dan/ atau keuntungan dengan
mempertimbangkan syarat-syarat dan kondisi masing-masing kemungkinan
penyelesaian (mempercepat penyelesaian kredit bermasalah/ memperoleh
recovery yang optimal).
Sebelum bank melakukan AYDA tentunya bank telah melakukan tindakan-
tindakan pengamanan untuk mencegah semakin merosotnya kualitas kredit
debitur dan untuk meminimalkan kerugian bagi bank yang mungkin akan timbul,
maka perlu dilakukan tindakan pengaman untuk masing-masing jenis klasifikasi
kredit antara lain sebagai berikut:91
1. Kredit Dengan Perhatian Khusus/ Special Mention
Tindakan yang dilakukan untuk klasifikasi kredit ini adalah:
a. Debitur diberitahu baik secara lisan maupun tertulis untuk segera
melunasi tunggakan-tunggakannya
b. Pengikatan kredit dan agunan dicek dan disempurnakan
c. Melakukan pengecekan terhadap seluruh aktivitas keuangan yang ada
di bank
d. Melakukan kunjungan berkala setiap 3 (tiga) bulan guna monitoring
aktivitas usaha debitur dan update perihal debitur
2. Kredit Kurang Lancar
Tindakan pengaman yang dilakukan untuk klasifikasi kredit kurang lancar
yakni:
a. Debitur tidak diperkenankan untuk melakukan penarikan-penarikan
baru
b. Mengadakan pembahasan dengan debitur mengenai kesulitan yang
dihadapi dalam usahanya untuk menajajaki kemungkinan
penyelamatan kreditur, misalnya dengan jalan rescheduling.
Reconditioning atau restructuring
91 Wawancara dengan Bapak Vittory, (staf Divisi SMEB Collection dan Recovery PT Bank
Internasional Indonesia, TBk Jakarta), pada tanggal18 Oktober 2012.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
c. Meningkatkan pengamanan fisik agunan termasuk pemeriksaan on the
spot fisik agunan serta pemeriksaan ulang atas kelengkapan dan
kebenaran dokumen-dokumen pengikatan kredit dan agunan.
d. Melakukan kunjungan secara berkala setiap bulannya dan
melaporkannya dalam bentuk “Classified Loan Report”
3. Kredit Diragukan/ Macet
Tindakan yang diambil dalam klasifikasi kredit diragukan/ macet yakni;
a. Melakukan tindakan pengamanan untuk kredit kurang lancar seperti
terebut diatas.
b. Memanggil, menemui debitur kembali dan menawarkan kesempatan
untuk menyelesaikan kewajibannya secara baik-baik sebelum kasusnya
diserahkan ke Pengadilan Negeri.
c. Tetap melakukan kunjungan secara berkala setiap bulan untuk kredit
klasifikasi Diragukan dan setiap 6 (enam) bulan untuk kredit
klasifikasi Macet dan melaporkan hasil kunjungan tersebut dalam
bentuk “Classified Loan Report”.
Proses pelaksanaan penyelesaian kredit macet melalui pengambilalihan asset
debitur/ Asset Settlement (AYDA) dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:92
Asset Settlement dapat dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut:
92 Wawancara dengan Bapak Vittory, (staf Divisi SMEB Collection dan Recovery PT Bank
Internasional Indonesia, TBk Jakarta), pada tanggal18 Oktober 2012.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Sumber: PT. Bank Internasioanl Indonesia, Tbk
1. Penyerahan sukarela oleh debitur, dilakukan dengan membuat perjanjian
penyerahan asset/ penyelesaian kredit, Akta Jual Beli atau Perjanjian
Pengikatan Jual Beli dan Kuasa Jual
2. Lelang Hak Tanggungan via KPKNL/ Kantor Lelang Negara melalui
Risalah Lelang
3. Pengambilalihan melalui proses hukum/ litigasi/ lelang eksekusi via
Pengadilan Negeri melalui Risalah Lelang.
Pengambilalihan agunan/aset debitur dan/atau penjamin baik melalui eksekusi
maupun kompensasi harus dilakukan atas nama bank yang bersangkutan.
Pengambilalihan agunan/aset debitur dan/atau penjamin melalui eksekusi dapat
dilakukan langsung atas nama bank atau dengan menggunakan akta de command
(Surat Pernyataan bahwa pembelian tersebut dilakukan untuk pihak lain) dan
setelah lewat 1 (satu) tahun harus dilakukan balik nama kepada bank tersebut.
Pasal 31 KMK Nomor 557/KMK.01/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Lelang menyatakan bahwa:
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
1. Dalam hal pembeli bertindak untuk orang lain atau badan harus disertai
dengan surat kuasa
2. Bank sebagai kreditur dapat membeli agunannya melalui lelang, dengan
menyatakan bahwa pembelian tersebut dilakukan untuk pihak lain yang
akan ditunjuk kemudian
3. Pembelian agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disertai
dengan akta notaris.
Dalam ilmu hukum, akta notaris yang memuat keterangan untuk siapa seseorang
melakukan pembelian dikenal dengan acte de command.
Pengambilalihan agunan/aset debitur dan/atau penjamin melalui perbuatan
hukum kompensasi tanpa menggunakan Akta Jual Beli (AJB) kepada bank, dapat
pula dilakukan dengan akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) dan Akta
Kuasa Menjual dimana jika dalam waktu 1 (satu) tahun agunan belum juga terjual
maka harus dilakukan balik nama kepada bank yang bersangkutan. Biaya notaris
untuk pengalihan tersebut dibayar oleh pihak bank.
Pengambilalihan AYDA dengan menggunakan akta de command (Surat
Pernyataan bahwa pembelian tersebut dilakukan untuk pihak lain) maupun
kompensasi tanpa menggunakan AJB kepada bank dapat dilakukan sepanjang ada
keyakinan bahwa tidak ada risiko sita jaminan dari pihak lain ataupun hal lain
yang akan menyulitkan/menghambat pengalihan AYDA ke atas nama bank/pihak
lain.
Dalam pelaksanaan pengambilalihan asset debitur (AYDA) perlu diketahui
mengenai prosedur dan syarat yang harus ditempuh dalam penyelesaian kredit
macet melalui pengambilalihan asset debitur (AYDA) adalah:93
1. Pemenuhan pembayaran pajak
a. PPH dibayar oleh pihak yang mengalihkan asset (debitur) sebelum
adanya proses pengalihan tersebut.
93 Arie S. Hutagalung. Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Tanah. Op. Cit. halaman 319-321.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
b. Bea Perolehan Tanah dan Bangunan (BPHTB)
c. Pelunasan PBB sampai saat dialihkannya asset tanah
Hal ini penting diperhatikan karena walaupun secara yuridis hak atas tanah
belum beralih akan tetapi hak dan kepentingan atas tanah dan/atau
bangunan di atasnya telah beralih.
2. Pemenuhan syarat-syarat yang berkaitan dengan obyek yang dialihkan
a. Status tanah, hal ini sangat mempengaruhi proses pengambilalihan
asset, apakah status tanah yang diambilalih berupa tanah negara dan
tanah hak yaitu hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, hak
pakai dan tanah hak milik atas satuan rumah susun.
b. Lokasi tanah, hal ini perlu diketahui karena adanya tanah yang
berlokasi di kawasan tertentu dan hanya dapat dialihkan oleh pihak-
pihak tertentu saja, seperti kawasan industry, kawasan pariwisata dan
sebagainya.
c. Peruntukan tanah, yakni untuk tanah pertanian termasuk perkebunan
dan untuk tanah non pertanian. Khusus untuk tanah perkebunan,
peralihannya harus dilakukan dihadapan PPAT khusus.
d. Perlu atau tidaknya surat penghapusan hak tanggungan (roya)
e. Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT)/ Pengecekan status tanah
pada asli buku tanah.
f. Perlu tidaknya izin peralihan hak atas tanah dan pihak yang berwenang
g. Izin-izin yang berkaitan dengan peruntukan dan penggunaan tanah.
h. Ada tidaknya sengketa atas tanah. Hal ini dapat diketahui dengan
melakukan pengecekan di pengadilan yang mempunyai yuridiksi atas
lokasi tanah atau domisili hukum dan debitur.
3. Pemenuhan syarat subyeknya, perlu diperhatiakn hal sebagai berikut:
a. Untuk pemegang hak atas tanah individu, harus diobservasi perlu
tidaknya persetujuan istri/suami dan juga melihat pada status
pasangannya. Jangan sampai pengambilalihan asset menimbulkan
berlaku Pasal 21 ayat (1) UUPA yang dapat mengakibatkan perubahan
Hak Milik menjadi Hak Guna Bangunan/ Hak Guna Usaha/ Hak Pakai.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
b. Untuk pemegang hak atas tanah yang berbentuk Badan Hukum
Indonesia harus diobservasi perlu tidaknya persetujuan RUPS atau
Dewan Komisaris/Direksi.
2.5.1 Kebijakan Pengelolaan AYDA
a. Cabang atau UBKK atau KKK bertanggung jawab melakukan pengelolaan
AYDA yang mencakup tanggung jawab pengadministrasian dan perawatan
AYDA.
b. Cabang atau UBKK atau KKK bertanggung jawab melakukan pengosongan
setelah agunan diambilalih menjadi AYDA
c. Cabang atau UBKK atau KKK bertanggung jawab melaksanakan upaya-upaya
penyelesaian atas AYDA yang bermasalah dan penjualan AYDA.
d. Cabang atau UBKK atau KKK berkewajiban untuk menjual AYDA antara
lain melalui jual sendiri/ agen properti/ lelang sukarela paling lama 1 (satu)
tahun sejak agunan diambil alih.
e. Apabila dalam waktu 1 (satu) tahun sejak diambil alih, AYDA belum terjual,
maka jika dipandang perlu, Direksi dengan rekomendasi dari BPK dapat
menentukan harga dan cara penjualan yang dipandang terbaik bagi perusahaan
agar AYDA dapat segera terjual.
Direksi yang berwenang untuk memutuskan harga dan cara penjualan tersebut di
atas harus mempertimbangkan nilai buku AYDA dan besarnya nilai kerugian
Larangan penjualan AYDA yang dimiliki oleh bank kepada pihak-pihak yang
memenuhi salah satu criteria berikut ini:
a. Pejabat dan staf yang terlibat dalam persetujuan pemberian kredit maupun
pengambilalihan AYDA
b. Pejabat dan staf yangterlibat dalam keputusan penjualan AYDA
c. Staf bank yang terlibat dalam tugas pengelolaan AYDA
d. Suami/istri/orang tua/mertua/anak/saudara kanudng dari salah satu huru a
sampai dengan nomor c di atas.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Penjualan AYDA kepada eks debitur atau eks pemilik agunan sedapat
mungkin dihindari. Apabila akan dilakukan, maka penjualan AYDA tersebut
harus diputuskan oleh Direksi dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Dengan nilai buku AYDA ≤Rp1 M diputuskan oleh Direktur yang
membawahi bidang bisnis terkait setelah mendapatkan opini dari Direktur
yang membidangi Analisa Risiko Kredit (DMR).
2. Dengan nilai buku AYDA >Rp1 M diputuskan oleh Direksi berdasarkan
besarnya kerugian yang timbul
3. TPKK bertangggung jawab melakukan monitoring atas pengelolaan AYDA di
cabang-cabang serta memberikan arahan strategi dalam penjualan AYDA.
4. TPKK bertanggung jawab mengkoordinasikan pembuatan laporan yang
berkaitan dengan AYDA.
5. Setiap tahun TPKK atau UBKK membuat rencana kerja dan target penjualan
AYDA
6. Setiap tahun BPK menyusun rekapitulasi target penjualan AYDA secara
Nasional berdasarkan masukan dari TPKK maupun UBKK.
7. BPK bertanggung jawab melakukan monitoring pelaksanaan kebijakan dan
penjualan AYDA secara nasional.
Pada bank-bank pemerintah umumnya penyelesaian kredit macet melalui
pelaksanaan pengambilalihan asset debitur (AYDA) sangat jarang dilakukan. Hal
ini dikarenakan pada bank pemerintah akan menemui kesulitan dalam menjual
kembali agunan yang telah dibeli baik melalui lelang maupun melalui penyerahan
secara sukarela dari pemilik agunan. Sebab agunan yang telah dibeli kelak akan
menjadi asset negara yang memerlukan persetujuan Menteri Keuangan jika
hendak dihapus atau dicairkan.94
Karena telah menjadi kekayaan negara, penjualan kembali agunan bagi bank
pemerintah harus dengan persetujuan Menteri keuangan dan pada prinsipnya
harus dilakukan melalui penjualan di depan umum atau pelelangan. Namun, tidak
94 Bachtiar, Sibarani, Pembelian dan Penjualan Agunan Oleh Bank Dalam Penyelesaian Kredit Macet, (Bandung: Suara Pembaharuan, 2001), hal. 48.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
tertutup kemungkinan atas izin Menteri Keuangan dapat saja dilakukan penjualan
aset negara secara di bawah tangan.
Dengan alasan itu dan untuk efisiensi, maka telah dicari upaya pencairan
agunan yang tidak harus balik nama kepemilikan kepada bank.95 Pasal 110
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No 3/1997
tentang ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No 24/1997 tentang
Pendaftaran Tanah menentukan:96
1. Atas permintaan bank pemerintah peralihan hak atas tanah atau hak atas
satuan rumah susun yang dimenangkan oleh bank tersebut melalui lelang
dalam rangka pelunasan kreditnya dapat didaftarkan langsung atas nama
pembeli akhir yang ditunjuk oleh bank tersebut, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Di dalam risalah lelang dicantumkan bahwa dalam pembelian lelang
itu bank bertindak untuk pembeli yang belum disebut namanya.
b. Nama pembeli serta identitasnya kemudian dinyatakan di dalam surat
pernyataan oleh atau atas nama direksi bank yang bersangkutan.
2. Permohonan pendaftaran peralihan hak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus diajukan oleh pembeli yang ditunjuk bank selambat-lambatnya
(1) satu tahun terhitung dari tanggal pelaksanaan lelang yang bersangkutan
3. Apabila ketentuan pada ayat (2) dilanggar maka pendaftaran peralihan hak
kepada pembeli yang ditunjuk oleh bank hanya dapat dilakukan
berdasarkan akta jual beli bank dan pembeli tersebut sesudah dilakukan
pendaftaran peralihan hak atas nama bank yang bersangkutan berdasarkan
risalah lelang.
Pada salah satu bank pemerintah di daerah Jakarta, pengambilalihan asset
debitur bukan merupakan salah satu pilihan yang ditempuh dalam menyelesaikan
95 Ibid, hal. 48.
96Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Pasal 110.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
kredit macet.97 Proses pelaksanaan AYDA dirasa cukup merepotkan dan
memakan waktu yang panjang. Keputusan untuk melakukan AYDA harus dengan
izin dari direksi, dimana sebelumnya Group Kredit melakukan pendataan terhadap
kredit-kredit macet dan mengajukan asset-asset yang akan diproses untuk
diambilalih kebagian Quality Insurance.
Selanjutnya pada bagian Quality Insurance yang akan menentukan apakah
pelaksanaan pengambilalihan dapat dilaksanakan atau sebaliknya, untuk
kemudian dilaporkan kepada direksi. Proses pelaksanaan AYDA harus mendapat
izin dari Direksi kemudian Rapat Umum Pemegang Saham dan selanjutnya izin
dari Gubernur (mengingat status bank yang merupakan bank pemerintah daerah).
Jika disetujui maka pelaksanaan AYDA akan dilaksanakan dalam
menyelesaikan kredit macet. Namun, pada kenyataannya bank belum pernah
melakukan AYDA dikarenakan berbagai faktor seperti proses AYDA memakan
waktu dan biaya terkait pemiliharaan asset sebelum dilakukan pencairan kembali
oleh bank kepada pihak lain, risiko terjadinya penyusutan terhadap asset yang
diambilalih berupa benda bergerak, dan juga mengenai ketentuan Pasal 12A UU
Perbankan yang mengharuskan bank mencairkan kembali asset yang diambilalih
dalam jangka waktu 1 (satu) tahun, mengingat penjualan terhadap asset yang
diambilalih oleh bank tidaklah mudah khususnya asset yang berupa benda tidak
bergerak seperti tanah dan bangunan yang ada diatasnya.
Berdasarkan pada uraian diatas, kelemahan atau kesulitan dalam
menyelesaikan kredit macet melalui pelaksanaan AYDA yaitu:98
1. Untuk membuat alas hak yang berupa akta jual beli agunan antara kreditur
(pembeli) dengan debitur (penjual) memerlukan biaya seperti pajak jual
beli, biaya akta dan biaya balik nama sertipikat untuk agunan berbentuk
tanah dan bangunan. Baiaya pajak jual beli tanah cukup besar sehingga
menjadi persoalan siapa yang menanggung biaya pajak ini.
97 Wawancara dengan Ibu Eni Yuniarni, (staf Group Kredit Bank DKI Jakarta), pada tanggal
28 November 2012.
98 Sutamo, Ibid, hal. 272.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
2. Setelah agunan menjadi milik bank yang berarti menjadi asset bank, untuk
menjual kembali asset tersebut sesuai dengan ketentuan anggaran dasar
perusahaan biasanya memerlukan Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS), untuk memperoleh persetujuan RUPS memerlukan waktu tertentu
karena RUPS tidak setiap saat diselenggarakan.
3. Penentuan undangan-undangan perbankan yang menentukan waktu 1
(satu) tahun untuk segera menjual kembali agunan yang telah diambilalih
terlalu pendek karena untuk menjual kembali agunan seperti tanah dan
bangunan tidak mudah.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, penyelesaian kredit macet bagi
bank pemerintah merupakan kewenangan Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN).
Apabila kredit bank pemerintah macet maka berdasarkan Undang-Undang Nomor
49 Prp/1960 tentang PUPN dan peraturan pelaksanaanya, bank yang bersangkutan
diwajibkan menyerahkan pengurusannya kepada Panitia Urusan Piutang Negara
(PUPN)-Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN).
Dengan Undang-Undang Nomor 49 Prp/1960, PUPN bertugas menyelesaikan
piutang Negara yang telah diserahkan kepadanya oleh instansi pemerintah atau
badan-badan Negara. Dengan demikian bagi bank milik Negara penyelesaian
masalah kredit macetnya harus dilakukan melalui PUPN, dimana dengan adanya
penyerahan piutang macet kepada badan tersebut secara hukum wewenang
penguasaan atas hak tagih dialihkan kepadanya.
Namun, berdasarkan pada Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tanggal 25
September 2012 dengan Nomor 77/PUU-X/2012 mengenai pengujian Undang-
Undang Nomor 49 Prp/1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara terhadap
UUD 1945 memutuskan PUPN tidak lagi berweang menagih piutang Badan
Usaha Milik Negara (BUMN). PUPN hanya berwenang menagih piutang Negara.
MK berpendapat BUMN merupakan badan usaha yang memiliki kekayaan
terpisah dari keuangan Negara. Oleh karena itu kewenangan pengurusan kekayaan
usaha termasuk penyelesaian utang-piutang BUMN tunduk pada Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Dalam pertimbangan hukum, MK menjelaskan berlakunya Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pengertian piutang Negara
adalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 6 yang menyatakan “Piutang
Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Pusat dan/atau
hak Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian
atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau
akibta lainnya yang sah”.
Dengan demikian piutang Negara hanyalah piutang Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah, sehingga tidak termasuk piutang badan-badan usaha yang
secara langsung atau tidak langsung dikuasai oleh Negara termasuk dalam hal ini
piutang Bank BUMN (Bank Pemerintah). Sehingga piutang bank-bank BUMN
dapat diselesaikan sendiri oleh manajemen masing-masing Bank BUMN
berdasarkan prinsip-prinsip yang sehat di masing-masing Bank BUMN.99
Berdasarkan pada uraian diatas piutang badan atau BUMN telah dikeluarkan
dari lingkup piutang negara, menurut Darminto Hartono piutang BUMN adalah
piutang perseroan terbatas, sehingga mekanisme penyelesaian dapat diupayakan
dengan restrukturisasi kredit dimana salah satunya dilakukan melalui
pengambilalihan asset debitur (AYDA).100
2.5.2 Peran Notaris dalam Pelaksanaan AYDA
Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status), apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia
menjalankan suatu peran.
Menurut Heryanto dalam buku yang ditulis Habib Adjie, notaris dalam
menjalankan profesinya harus memerankan 4 (empat) fungsi, yaitu:101
99 Lulu Anjarsari, http://portal.mahkamahkonstitusi.go.id/webmk/index.php?page=web.Berita&id=7534#.UL34J-Rg-GM, diakses pada tanggal 10 Desember 2012, pada pukul 20.49 WIB.
100 http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5061a7c18afe5/mk-rombak-aturan-piutang-
bumn. diaksese pada tanggal 10 Desember 2012, pada pukul 20.55 WIB.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
1. Notaris sebagai pejabat yang membuatkan akta-akta bagi pihak yang
datang kepadanya baik itu berupa akta partij maupun akta relaas.
2. Notaris sebagai hakim dalam hal menentukan pembagian warisan
3. Notaris sebagai penyuluh hukum dengan memberikan keterangan-
keterangan bagi pihak dalam hal pembuatan akta
4. Notaris sebagai pengusaha yang dengan segala pelayanannya berusaha
mempertahankan klien atau relasinya agar operasionalisasi kantornya tetap
berjalan.
Peran notaris sebagai penyuluh hukum terkait dengan pelaksanaan AYDA
yakni, notaris memberikan keterangan-keterangan bagi pihak yang
berkepentingan dalam hal pembuatan akta-akta otentik. Notaris harus mampu
memberikan pertimbangan hukum bagi para pihak yang datang menghadap
kepadanya terkait pembuatan akta dan memberikan penjelasan mengenai undang-
undang kepada pihak yang bersangkutan.102 Selain itu juga notaris dituntut untuk
dapat melakukan penemuan hukum dalam hal belum adanya pengaturan mengenai
perbuatan hukum dibidang perdata yang hendak dimintakan alat buktinya berupa
akta otentik.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah jo PMA/KBPN No 3 Tahun 1997 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang menetapkan bentuk akta peralihan dan
pemindahan hak atas tanah, tidak mengatur tentang blanko akta yang dikeluarkan
untuk melaksanakan peralihan hak mengenai pembelian sementara barang agunan.
Oleh karena itu dibutuhkan peran notaris untuk membuat akta-akta otentik sebagai
alat bukti terkait pelaksanaan proses pengambilalihan aset/agunan milik debitur
oleh bank.
Kemudian Notaris juga berperan sebagai pejabat yang membuatkan akta-akta
bagi pihak yang datang kepadanya baik itu berupa akta partij maupun akta relaas.
Dalam pelaksanaan AYDA akta yang dibuat notaris merupakan akta partij,
dimana akta partij adalah akta yang dibuat oleh para pihak yang berkepentingan
101 Habib, Adjie, Ibid, hal. 4. 102 G.H.S, Lumban Tobing, Ibid, hal 37.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
dihadapan notaris. Dalam hal ini notaris berkewajiban menuangkan apa yang
menjadi kehendak para pihak mengenai perbuatan hukum yang mereka lakukan
ke dalam akta otentik.
Untuk mengalihkan suatu benda jaminan milik debitur kepada bank secara
hukum perlu alas hak yang menjadi landasan hukum beralihnya suatu benda.
Bank tidak cukup hanya dengan mengeluarkan surat yang menyatakan telah
mengambilalih agunan kredit. Karena surat yang dikeluarkan bank seperti ini
tidak dapat digunakan untuk mengalihkan agunan menjadi milik bank.
Untuk memperoleh pembuktian tentang telah adanya penyelesaian kredit
macet diantara para pihak yakni melalui pengambilalihan asset debitur oleh bank,
maka dibuatlah suatu alat bukti oleh pejabat yang berwenang untuk itu, dalam hal
ini adalah akta notaris.
Akta adalah tulisan yang sengaja dibuat untuk membuktikan suatu peristiwa
atau hubungan hukum tertentu.103 Pembuktian akan suatu peristiwa atau adanya
hubungan hukum tertentu diperlukan dalam persengketaan atau perkara dimuka
hakim atau pengadilan. Dalam hubungan keperdataan para pihak sengaja
membuat alat bukti berhubungan dengan kemungkinan diperlukannya bukti-bukti
dikemudian hari.
Akta notaris merupakan alat bukti tertulis dimana dalam perkara perdata
merupakan susunan alat bukti yang pertama. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal
1866 KUHPerdata, alat-alat bukti terdiri atas:
1. Bukti tulisan
2. Bukti dengan saksi-saksi
3. Persangkaan-persangkaan
4. Pengakuan
5. Sumpah
103 Setiawan, Aneka Masalah Hukum dan Hukum Acara Perdata,(Bandung: Alumni, 1992), hal. 403.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Akta otentik merupakan pilihan utama karena akta otentik memberikan
diantara para pihak beserta ahli warisnya atau orang-orang yang mendapat hak
dari mereka, suatu bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat didalamnya
sebagaimana diatur dalam Pasal 1870 KUHPerdata.104 Suatu bukti yang sempurna
berartti tidak memerlukan penambahan pembuktian lain, dirinya sendiri sudah
merupakan suatu alat bukti yang cukup dan mengikat, dalam arti apa yang
dituangkan dalam akta tersebut harus dipercaya sebagai kebenaran sampai
dibuktikan sebaliknya.
Dalam mengambilalih diperlukan alas hak yang berupa akta jual beli agunan
antara kreditur sebagai pembeli dan debitur sebagai penjual. Akta jual beli
merupakan alas hak atau alas hukum untuk memindahkan hak milik debitur
berupa agunan kepada kreditur. Bagi agunan barang tidak bergerak berupa tanah
dan bangunan yang melekat diatasnya maka akta jual beli dibuat oleh Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT) sedangkan bagi agunan yang merupakan barang
bergerak maka akta jual beli dibuat oleh Notaris.
Akta jual beli digunakan sebagai alas hak untuk balik nama sertipikat menjadi
atas nama kreditur jika agunan berupa tanah dan bangunan dan sebagai dasar
penyerahan agunan kepada kreditur jika benda agunan berupa benda bergerak.
Dengan akta jual beli agunan menjadi milik kreditur dan kredit yang
tertunggak menjadi lunas seluruhnya atau sebagian tergantung kesepakatan
kreditur dan debitur. Karena agunan telah menjadi milik atau aktiva tetap bank,
maka dalam batas waktu 1 (satu) tahun bank harus segera menjual kembali kepada
masyarakat untuk mendapatkan aktiva yang lebih produktif.105
Untuk melakukan pengambilalihan atau kompensasi agunan kredit diperlukan
akta-akta untuk kepentingan bank dan debitur yaitu:106
104 Indonesia, “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek)”, Cet XIX, diterjemahkan oleh Subekti dan Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1995), Pasal 1870.
105 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 12A.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
1. Akta Jual Beli dari debitur atau pemilik agunan kepada bank.
Jika agunan berupa tanah berikut bangunan yang ada diatasnya, maka
dengan akta jual beli yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT). Bila agunan berupa barang-barang bergerak seperti mobil, motor
dan benda bergerak lainnya dibuat dengan akta notaris atau akta dibawah
tangan.
Adanya penegasan dalam akta jual atau dengan kwitansi tersendiri bahwa
jual beli barang agunan/ jaminan tersebut dibayar atau dikompensasikan
dengan menggunakan kredit yang tertunggak.
2. Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) antara debitur dengan kreditur atau
kuasanya.
Pada PPBJ proses balik nama atas nama pembeli belum dilaksanakan,
maka penjual memberikan kuasa penuh kepada pembeli untuk melakukan
semua tindakan baik bersifat pengurusan maupun pemilikian atas agunan
yang diambilalih.
Penjual akan membantu pembeli apabila diperlukan dalam proses jual beli
dan balik nama. Penjual dengan ini memberikan kuasa kepada pembeli
untuk selama penjualan tersebut diatas belum dilaksanakan, atas nama
penjual melakukan dan menjelaskan segala hak, kepentingan dan
kekuasaan penjual mengenai asset yang diambilalih tersebut dan untuk
keperluan itu melakukan segala tindakan hukum baik tindakan pengurusan
maupun tindakan pemilikan.
3. Perjanjian Pengosongan antara debitur dan kreditur
Bahwa untuk menyelesaikan kewajibannya, debitur memberikan Surat
Kuasa Untuk Menjual Melepaskan Hak atas agunan yang diambilalih
tersebut kepada pembeli.
Debitur berkewajiban untuk mengosongkan aguanan tersebut dengan
tidak ada yang dikecualikan. Menyerahkan kepada pembeli dan/atau pihak
lain semua kunci atas agunan tersebut.
106 Ni Wayan, Anik Parwati, Penyelesaian Kredit Macet Melalui Pengambilalihan Asset
Debitur (AYDA) Beruapa Tanah dan Bangunan sebagai Alternatif penyelesaian Kredit Macet di Bank Century, Tbk di Jakarta, (Semarang: Program Studi Magister Kenotariatan, Program PascaSarjana Universitas Diponegoro, 2009), hal. 87-91.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Apabila pada tanggal pengosongan debitur belum juga mengosongkan
agunan yang diambilalih tersebut, maka debitur dengan ini memberikan
kuasa kepada pembeli untuk mengosongkan agunan tersebut, apabila perlu
minta bantuan pihak yang berwajib dengan segala biaya ditanggung dan
dibayar oleh pembeli.
4. Surat Kuasa Untuk Menjual/ Melepaskan Hak Para Pihak antara debitur
dan kreditur
Yang diberi kuasa berhak untuk membuat turut menyelesaikan dan
menandatangani Akta Jual Beli, Akta Pelepasan Hak dan/atau peralihan
hak yang diperlukan, menerima uang harga penjualan dan untuk itu
membuat, menandatangani dan menyerahkan kwitansinya dan/atau tanda
pembayarannya.
Menyerahkan segala sesuatu yang dijual/ dilepaskan/ dialihkan haknya
tersebut kepada yang berhak menerimanya, mengajukan permohonan
kepada pihak yang berwajib yang ada hubunganya dengan kepentingan
hak-hak atas agunan yang diambilalih tersebut.
5. Pernyataan dari debitur
Hutang tersebut diselesaikan oleh debitur dan/atau pemilik jaminan
dengan cara penyerahan barang jaminan kepada bank. Kemudian
penyerahan barang jaminan tersebut ditindaklanjuti dengan dilakukan
Pengikatan Jual Beli dan pemberian Kuasa Jual dari debitur dan/atau
pemilik barang jaminan kepada bank.
Setelah dilunasinya seluruh kewajiban/hutang dengan penyerahan tersebut,
pihak yang manyatakan sekaligus debitur masih berhak untuk
menempati/menghuni agunan yang diambilalih tersebut sampai dengan
terjualnya agunan tersebut dan/atau selambat-lambaanya selama 6 (enam)
bulan terhitung sejak tanggal pertanyaan.
6. Perjanjian Penyelesaian Hutang dengan Penyerahan Barang Jaminan
antara debitur dan/atau pemilik jaminan dengan bank.
Perjanjian ini bertujuan untuk menyelesaikan kewajiban-kewajiban debitur
kepada bank yang timbul berdasarkan akta perjanjian kredit.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Untuk menyelesaikan kewajiban debitur kepada bank, debitur dan/atau
pemilik jaminan menyerahkan kepada bank seluruh jaminan kredit.
Penyerahan barang jaminan dari debitur dan/atau pemilik jaminan kepada
bank ditindaklanjuti dengan Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan
Pemberian Kuasa Jual atas agunan yang diambilalih.
Dengan penyerahan barang jaminan dari debitur dan/atau pemilik jaminan
kepada bank, maka kewajiban atau hutang debitur kepada bank telah
selesai atau lunas.
Berdasarkan pada uraian di atas mengenai akta-akta yang dibuat notaris terkait
pengambilalihan agunan/aset debitur dan/atau penjamin. Perbuatan hukum
kompensasi tanpa menggunakan Akta Jual Beli (AJB) kepada bank, dapat pula
dilakukan dengan akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) dan Akta Kuasa
Menjual.
Dalam kenyataannya pengambilalihan AYDA dilakukan melalui Perjanjian
Pengikatan Jual Beli (PPJB) dan Kuasa Jual kepada bank menimbulkan risiko
bagi bank, karena PPJB pada dasarnya belum mengalihkan status kepemilikan
atas jaminan kepada pembeli.
Pasal 1458 KUHPerdata menegaskan bahwa perjanjian jual beli bersifat
konsensuil, berarti perjanjian jual beli tersebut sah dan mempunyai kekuatan
mengikat pada saat tercapai kata sepakat antara penjual dan pembeli mengenai
barang dan harga. Kesepakatan tersebut tetap sebagai jaminan antara penjual dan
pembeli walaupun barang belum diserahkan dan harga belum dibayar.107
Salah satu sifat jual beli yang lain adalah obligatoir, artinya jual beli belum
memindahkan hak milik. Perjanjian Pengikatan Jual Beli baru memberikan hak
dan meletakkan kewajiban pada kedua belah pihak, yaitu memberikan kepada si
pembeli hak untuk diserahkannya hak milik atas barang yang dijual.108 Hak milik
107 Indonesia, “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek)”, Cet XIX,
diterjemahkan oleh Subekti dan Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1995), Pasal 1754 108 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT. Intermasa, 2005), hal.80.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
atas barang yang dijual tidaklah berpindah kepada si pembeli selama
penyerahannya belum dilakukan.
PPJB dibuat karena suatu kondisi tertentu, misalnya pembeli belum melunasi
harga tanah atau sertipikat masih dalama proses di kantor pertanahan. PPJB tanah
timbul karena adanya kesepakatan oleh para pihak, yaitu penjual dan pembeli.
Disamping itu dalam kesepakatan ada obyek yang diperjanjikan juga adanya
sebab yang halal yaitu isi perjanjian itu sendiri, maka PPJB tanah merupakan
bagian dari hukum perjanjian yang bersumber pada hukum perdata
(KUHPerdata). Selain itu pada saat dibuat perjanjian tersebut belum ada
penyerahan hak (pengalihan hak), yang dibuat hanya mengenai kesepakatan
membayar, letak tanah, luas tanah, type bangunan, kewajiban pajak dan jangka
waktu penyerahan.
Perjanjian pengikatan jual beli belum memindahkan hak milik, hak milik baru
berpindah setelah dilakukan penyerahan yakni setelah syarat-syarat terpenuhi.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1459 yang menyatakan bahwa hak milik atas barang
yang dijual tidaklah berpindah kepada pembeli selama penyerahannya belum
dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang bersangkutan.
Menurut hukum perjanjian penyerahan merupakan suatu perbuatan yuridis
untuk memindahkan hak milik. Dalam hukum perdata terdapat 3 (tiga) macam
penyerahan yuridis yang masing-masing mempunyai caranya sendiri-sendiri,
yaitu:109
a. Penyerahan barang bergerak
Dilakukan dengan penyerahan yang nyata atau menyerahkan kekuasaan
atas barangnya (Pasal 612 KUHPerdata)
b. Penyerahan barang tidak bergerak
Terjadi dengan pengutipan sebuah “akta transport” dalam register tanah di
depan pegawai balik nama (Ordonansi Balik Nama L.N. 1834-27). Sejak
berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria No 5 Tahun 1960, yakni
dengan cara pembuatan akta jual beli oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah
109 Ibid., hal. 79.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
(PPAT). Hak milik atas tanah juga berpindah pada saat dibuatnya akta
dimuka/ dihadapan PPAT.110
c. Penyerahan piutang atas nama
Dilakukan dengan pembuatan akta yang diberitahukan kepada si berutang
(akta “cessie’ pasal 613)
Untuk jual beli tanah dianut hukum adat, karena berdasarkan Pasal 5 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria disebutkan bahwa
hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat.111
Dalam hukum adat pemindahan hak atas tanah harus memenuhi 3 syarat, yaitu:112
1. bersifat tunai, harga yang disetujui bersama dibayar penuh pada saat
dilakukan jual beli
2. bersifat terang, pemindahan hak dilakukan dihadapan PPAT yang
berwenang
3. bersifat riil atau nyata, setelah penandatanganan akta pemindahan hak,
maka akta tersebut menunjukkan secara nyata dan bukti adanya perbuatan
hukum tersebut.
Selanjutnya bilamana diperhatikan konstruksi kalimat yang digunakan dalam
Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftran Tanah
yang menyebut “perjanjian yang bermaksud memindahkan hak atas tanah harus
dibuktikan dengan akta”. Maka dapat kita simpulkan bahwa perjanjian jual beli
tanah merupakan perjanjian yang konsensuil, karena dipisahkan secara tegas
antara persetujuannya sendiri dengan penyerahannya (levering).
110 Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995), hal. 10. 111 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria, Pasal 5. 112 Boedi, Harsono, Hukum Agraria Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1999), hal. 317.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Hal ini seperti yang disebutkan dalam pasal 616 jo pasal 620 KUHPerdata,
bahwa untuk penyerahan atau penunjukan benda tidak bergerak dilakukan dengan
pengumuman dengan sebuah salinan otentik yang lengkap.113
Dalam sistem dimana perjanjian jual beli yang bersifat obligatoir, maka jika
terjadi suatu barang yang telah dijual, tetapi belum diserahkan, kemudian dijual
lagi untuk kedua kalinya oleh si penjual dan di lever kepada pembeli kedua, maka
barang tadi menjadi miliknya si pembeli kedua ini. Sebagai contoh, jika si A
menjual suatu barang kepada si B dan kemudian menjual lagi (untuk kedua
kalinya) barang tadi kepada si C diikuti dengan penyerahan (levering) barang
tersebut kepada si C, maka barang itu menjadi milik si C.
Pada penjelasan Pasal 12A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan disebutkan
bahwa pembelian agunan oleh bank dimaksudkan semata-mata agar dapat
mempercepat penyelesaian kewajiban debitur dan bank juga tidak diperbolehkan
untuk memiliki agunan tersebut dan secepatnya agunan tersebut dicairkan/dijual
kembali.
Berdasarkan pada pertimbangan dari penjelasan Pasal 12A Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 7 Tahun 1992
tentang Perbankan tersebut diatas, maka dimungkinkan pelaksanaan
pengambilalihan asset debitur oleh bank melalui perbuatan hukum kompensasi
dengan menggunakan Perjanjian Pengikatan Jual Beli. Sehingga dengan dibuatnya
PPJB antara bank dan debitur secara hukum telah mengikat kedua belah pihak
untuk menyerahkan suatu kebendaan dan untuk membayar harga yang telah
diperjanjikan.Walaupun pada dasarnya PPJB belum mengalihkan status
kepemilikan atas agunan yang diambilalih kepada bank/pembeli. PPJB dibuat
dengan pertimbangan bahwa bank tidak diperbolehkan untuk memiliki agunan
tersebut dan berkewajiban dalam jangka waktu satu tahun sejak diambilalih
agunan harus segera dicairkan. Sehingga ketika baik bank maupun debitur telah
113 Anastasia, Adha Rizka, Pelaksanaan PPJB dalam Kaitannya dengan Kuasa Mutlak di
Kotamadya Bekasi Tahun 2002 Studi Kasus Yayasan Yanatera, (Depok: Fakultas Hukum Program Magister Kenotariatan Universitas Indonesia, 2003), hal. 34.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
menemukan pihak ketiga sebagai pembeli akhir, PPJB akan dilanjutkan dengan
pembuatan AJB baik oleh antara pihak debitur dengan pembeli akhir atau antara
bank dengan pembeli akhir.
Karena hak atas benda yang diambilalih belum beralih kepada pembeli/bank,
maka pihak penjual/debitur dapat menjual kedua kalinya kepada pihak lain
sebagai konsekuensi dari sifat obligatoir dari perjanjian jual beli. Dan apabila
telah dilakukan penyerahan kepada pihak lain dalam hal ini adalah pembeli akhir
maka secara yuridis hak atas benda yang diambilalih telah beralih kepada pihak
pembeli akhir tersebut.
Ketentuan ini senada dengan yang disebutkan dalam Keputusan Menteri
Negara Perumahan Rakyat Nomor 09/KPTS/M/1995 tentang Pedoman Pengikatan
Jual Beli Rumah, dimana didalam angka VIII yang mengatur mengenai
Pengalihan Hak, disebutkan bahwa:114
a. selama belum dilaksanakannya jual beli dihadapan Pejabat Pembuat Akta
Tanah, tanpa persetujuan tertulis dari pihak Penjual, pihak Pembeli
dibenarkan untuk mengalihkan hak atas Tanah dan Bangunan Rumah
kepada pihak ketiga. Demikian pula sebaliknya berlaku bagi Pihak
Penjual.
b. Penjual dapat menyetujui secara tertulis kepada Pembeli untuk
mengalihkan hak atas Tanah dan Bangunan kepada pihak ketiga, apabila
Pembeli bersedia membayar biaya administrasi sebesar 2½ % (dua
setengah persen) dari harga jual pada transaksi yang berlangsung.
Dengan demikian maka PPJB yang telah dibuat sebelumnya oleh para pihak
dapat dibatalkan sebelum dilalaksanakannya AJB antara debitur dengan pembeli
akhir atau antara bank dengan pembeli akhir. PPJB dimungkinkan untuk
dibatalkan secara sepihak oleh salah satu pihak atau atas kesepakatan kedua belah
pihak. Dalam Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor
09/KPTS/M/1995 tentang Pedoman Pengikatan Jual Beli Rumah, dimana didalam
114 Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat nomor 09/KPTS/M/1995 tentang pedoman
Pengikatan Jual Beli Rumah, angka VIII Pengalihan Hak.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
angka IX tentang Ketentuan Pembatalan Pengikatan angka 2 huruf (f) disebutkan
bahwa Pengikatan Jual Beli menjadi batal apabila terjadi hal-hal sebagai berikut,
yakni salah satunya pembeli mengundurkan diri atau membatalkan transaksi jual
beli Tanah dan Bangunan Rumah karena suatu sebab atau alasan apapun juga.115
2.5.3 Aspek Hukum Perpajakan Dalam Pengambilalihan Aset Debitur
(AYDA)
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, bahwa
salah satu upaya dalam penyelesaian kredit macet yang dilakukan oleh bank
adalah melalui pengambilalihan aktiva debitur yang dijaminkan kepada bank pada
saat melakukan pinjaman.
Salah satu prosedur dan syarat yang harus ditempuh dalam penyelesaian kredit
macet melalui pengambilalihan asset debitur adalah pemenuhan pembayaran
pajak. Pajak-pajak yang harus dibayar dalam pelaksanaan AYDA yakni:
a. PPhTB (Pajak Penghasilan atas Pengalihan Hak atas Tanah dan atau
Bangunan) sebesar 5% dari nilai tertinggi antar akta pengalihan dengan
NJOP)
b. BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) untuk balik nama
sebesar 5% x (NPOP-NPOPTKP) atau 5% x (NJOP-NJOPTKP)
c. Pelunasan PBB sampai saat dialihkannya asset (bagi asset berupa benda
tidak bergerak)
Selain itu AYDA yang tidak terjual kepada pihak lain harus dibalik nama ke
Bank, sehingga akan timbul biaya-biaya sebagai berikut:
1. Biaya pajak pembeli 5% (BPHTB)
2. Biaya pajak penjual 5%
3. Biaya Balik Nama
4. Biaya PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak)
115 Ibid, angka IX tentang Ketentuan Pembatalan Pengikatan angka 2 huruf (f).
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
5. Biaya Roya
Selain biaya-biaya pajak yang telah disebutkan diatas, berdasarkan SE-
121/PJ/2010 tentang Penegasan Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Atas Kegiatan
Usaha Perbankan, juga mengatur bahwa penjualan AYDA merupakan penyerahan
barang yang terhutang Pajak Pertambahan Nilai.116
Issue AYDA terjadi karena terbitnya SE-121/PJ/2010 yang mengatur bahwa
bank umum dianggap juga dapat melakukan kegiatan yang bukan merupakan
penyerahan jasa. Dalam SE tersebut terdapat ketentuan yang terkait dengan
Agunan yang Diambil Alih (AYDA) sebagaimana berikut:
“6. Disamping usaha pada butir 3 sampai dengan butir 5 di atas, bank umum juga dapat melakukan kegiatan yang bukan merupakan penyerahan jasa, misalnya berupa membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik aguna dalam hal nasabah debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya, sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 12A UU Perbankan. Dalam hal ini, penjualan agunan, yang telah diambilalih oleh bank tersebut, merupakan penyerahan Barang Kena Pajak yang terutang PPN”
PPN ditinjau dari ilmu perpajakan termasuk dalam kategori (1) pajak objektif,
(2) pajak atas konsumsi umum dalam negeri, dan (3) pajak tidak langsung.
Menurut pakar PPN, Untung Sukardi, pajak objektif adalah suatu jenis pajak yang
saat timbulnya kewajiban pajak ditentukan oleh faktor objektif yang disebut
taatbestand. Istilah tersebut mangacu kepada keadaan, peristiwa atau perbuatan
hukum yang dapat dikenakan pajak yang juga disebut dengan objek pajak. PPN
sebagai pajak objektif dapat diartikan sebagai kewajiban membayar pajak oleh
konsumen yang terdiri atas orang pribadi atau badan dan tidak berkolerasi dengan
tingkat penghasilan tertentu. Siapapun yang mengonsumsi barang atau jasa yang
termasuk objek PPN, akan diperlakukan sama dan wajib membayar PPN atas
konsumsi barang atau jasa tersebut.
116 Gunadi, Haula, Rosdiana dkk, Laporan Kajian Akademik “Analisis Kebijakan Pajak
Pertambahan Nilai Atas Kegiatan Jasa Perbankan (Pengalihan Aktiva, Agunan Yang Diambilalih, dan Pemberian Cuma-Cuma)”, (Depok: Pusat Kajian Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia), hal. 64.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Di samping sebagai pajak objektif, PPN di Indonesia termasuk dalam kategori
pajak atas konsumsi. Ditinjau dari hukum perpajakan, pajak atas konsumsi adalah
pajak yang timbul akibat suatu peristiwa hukum yang menjadi beban konsumen
baik secara yuridis maupun ekonomis. Maksudnya, yang dikenai pajak adalah
barang-barang atau jasa yang dikonsumsi, bukan barang-barang dalam proses
produksi, dan ditujukan pada konsumen akhir. Selama barang-barang itu masih
dalam siklus produksi atau distribusi, pengenaan PPN pada area itu bersifat
sementara yang dapat dibebankan kepada pembeli berikutnya, melalui mekanisme
pengkreditan pajak masukan. Dalam penjelasan atas Undang-undang PPN,
ditegaskan bahwa PPN adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di dalam
daerah pabean yang dikenakan secara bertingkat pada setiap jalur produksi dan
distribusi.
Sehingga berdasarkan pada konsep pengenaan PPN diatas, maka terhadap
AYDA tidak dapat diberlakukan pengenaan PNN. Hal ini karena asset yang
diambilalih oleh bank bukan barang-barang atau jasa yang dikonsumsi, namun
untuk ditujukan pada konsumen akhir. Dimana dalam pelaksanaan AYDA bank
tidak diperbolehkan memiliki agunan yang dibelinya dan secepatnya harus dijual
kembali kepada pihak lain yang dalam hal ini adalah konsumen akhir. Pengenaan
PPN dalam hal ini bersifat sementara yang dapat dibebankan kepada pembeli
berikutnya/konsumen akhir malalui mekanisme pengkreditan pajak masukan.
Selanjutnya berdasarkan Pasal 1A ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 42
Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai, disebutkan bahwa yang tidak
termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah penyerahan
Barang Kena Pajak untuk jaminan utang piutang. Dengan demikian, tidak ada
pajak masukan yang dibayar oleh perbankan ketika debitur menyerahkan aktiva
sebagai jaminan kredit.117
AYDA bukan merupakan barang dagangan dan nature of business perbankan
dan juga bukan merupakan jual beli aktiva. Pembelian oleh pihak bank bukan
117 Ibid, hal. 66.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
dimaksudkan untuk dijadikan barang dagangan dengan harapan bank akan
mendapatkan capital gain atas penjualan agunan tersebut.
Dalam Pasal 12A Undang-Undang No 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan disebutkan bahwa
pembelian agunan oleh bank selaku kreditur dimaksudkan untuk mempercepat
penyelesaian kewajiban nasabah debiturnya. Bank bahkan tidak diperbolehkan
memiliki agunan yang dibelinya dan secepat-cepatnya harus dijual kembali agar
hasil penjualan agunan dapat segera dimanfaatkan oleh bank.
Dengan demikian AYDA bukan merupakan penyerahan Barang Kena Pajak
yang terutang PPN. Sebagaimana diatur dlaam Pasal 1A ayat (2) huruf b UU No
42 Tahun 2009, penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang piutang
bukan merupakan penyerahan yang terutang PPN.
Penjualan AYDA bukan merupakan kegiatan usaha bank, juga didukung
dengan dihapusnya ketentuan Pasal 6 huruf k Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan yang berkaitan dengan pengambilalihan dan penjualan
agunan dari kegiatan usaha bank umum pada Undang-Undang No 10 Tahun 1998
tentang Perubahan atas Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Selain itu, ketika debitur menyerahkan agunan tersebut secara sukarela atau
berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang kepada pihak Bank, atas
penyerahan tersebut bukan merupakan penyerahan yang terutang PPN baik
berdasarkan Pasal 1A ayat (1) huruf a (karena tidak ada transfer of ownership/ hak
kepemilikan berubah) ataupun berdasarkan Pasal 16D.
2.5.4 Kewajiban Bank Dalam Mencairkan Agunan Yang Diambil Alih Dalam
Waktu 1 (Satu) Tahun.
Dalam Pasal 12A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
atas Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan disebutkan bahwa bank
umum dapat membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelelangan
maupun diluar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual diluar lelang dari pemilik agunan
dalam hal nasabah debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank.
Namun berdasarkan penjelasan Pasal 12A ayat (1) Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan tersebut menentapkan bahwa bank tidak diperbolehkan memiliki
agunan yang dibelinya dan secepatnya harus dijual kembali agar hasil penjualan
agunan dapat segera dimanfaatkan. Karena pembelian agunan oleh bank
dimaksudkan untuk membantu bank agar dapat mempercepat penyelesaian
kewajiban nasabah debiturnya.
Penjualan kembali agunan yang telah diambilalih oleh bank terkadang
menemui kendala dalam pencairannya, khususnya agunan yang berupa benda
tidak bergerak. Sehingga terkadang agunan yang telah dikuasai oleh bank belum
dapat dicairkan kembali dalam waktu 1 (satu) tahun sejak dilakukan
pengambilalihan.
Maka dalam waktu 1 (satu) tahun terhadap agunan belum juga terjual maka
harus dilakukan balik nama kepada bank yang bersangkutan. Sehingga akan
timbul biaya-biaya sebagai berikut:118
1. Biaya pajak pembeli 5% (BPHTB)
2. Biaya pajak penjual 5%
3. Biaya Balik Nama
4. Biaya PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak)
5. Biaya Roya
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pada bank pemerintah pelaksanaan
AYDA bukan merupakan pilihan yang diambil diakibatkan karena biaya yang
cukup besar yang harus dikeluarkan dalam proses pengambilalihan aset dan juga
adanya kendala mengenai pembatasan jangka waktu bagi bank untuk memiliki
118 Wawancara dengan Bapak Vittory, (staf Divisi SMEB Collection dan Recovery PT Bank
Internasional Indonesia, TBk Jakarta), pada tanggal18 Oktober 2012.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
aset yang telah diambilalih untuk segera dicairkan kembali sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 12A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang akan
berdampak pada neraca keuangan bank.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
BAB 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
1. Salah satu upaya penyelamatan kredit macet pada bank adalah dengan
dilakukannya pengambilalihan aset debitur (AYDA). Pemilihan
penyelesaian kredit macet melalui AYDA dilakukan berdasarkan
penyelesaian yang dianggap terbaik bagi bank, dalam arti memperkecil
risiko kerugian bank dan/atau mengoptimalkan manfaat dan/atau
keuntungan (mempercepat penyelesaian kredit
bermasalah/memperoleh recovery yang optimal). Prosedur
pelaksanaan penyelesaian kredit macet melalui pengambilalihan aset
debitur dilakukan melalui cara sebagai berikut:
e. Penyelesaian sukarela oleh debitur, dilakukan dengan membuat
perjanjian penyerahan aset/penyelesaian kredit, melalui Akta
Jual Beli atau Perjanjian Pengikatan Jual Beli
f. Lelang Hak Tanggungan via KPKNL/Kantor Lelang Negara
melalui Rislaah Lelang
g. Pengambilalihan melalui proses hukum/litigasi/lelang eksekusi
via Pengadilan Negeri melalui Risalah Lelang.
Penyelesaian kredit macet melalui pengambilalihan aset debitur
tidaklah semudah yang dibayangkan dan pada dasarnya bukan
merupakan alternatif terbaik dalam penyelesaian kredit, mengingat
biaya yang dikeluarkan untuk AYDA cukup besar dan adanya jangka
waktu yang membatasi bank untuk mengambilalih.
2. Peran Notaris dalam pelaksanaan pengambilalihan aset debitur sebagai
salah satu alternatif penyelesaian kredit macet pada bank adalah
dengan membuat akta-akta otentik yang merupakan alas hak yang sah
sebagai landasan hukum beralihnya suatu jaminan milik debitur
kepada bank secara hukum. Untuk melakukan pengambilalihan
melalui kompensasi agunan kredit, akta-akta yang diperlukan guna
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
kepentingan bank dan debitur yakni Akta Jual Beli atau Perjanjian
Pengikatan Jual Beli. Disamping akta-akta tersebut juga dibuat akta-
akta pendukung lainnya seperti akta perjanjian penyelesaian hutang
dengan penyerahan barang jaminan, akta pernyataan, akta surat kuasa
untuk menjual, akta perjanjian pengosongan.
3.2 Saran
Pada kenyataan dilapangan, praktek pelaksanaan AYDA sebagai salah satu
alternatif penyelesaian kredit macet tidaklah mudah. Hal ini diakibtakan
karena biaya yang cukup besar yang harus dikeluarkan pihak bank dalam
proses pengambilalihan aset dan juga belum adanya keputusan yang
bersifat tegas dan jelas atas pelaksanaan AYDA melalui Peraturan
Pemerintah seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 7 Tahun 1992
tentang Perbankan
Selain itu adanya pembatasan jangka waktu yang ditetapkan oleh Pasal
12A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dimana bank harus
segera mancairkan aset yang diambilalih dalam jangka waktu 1 (satu)
tahun terhitung dilaksanakan AYDA, menimbulkan keenganan pihak bank
untuk memilih AYDA sebagai langkah dalam menyelesaikan kredit macet.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Abdulkadir, Muhammad, Murniati Rilda. Lembaga Keuangan dan Pembiayaan.
(Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000)
Adjie, Habib. Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT. (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2009)
-----------------. Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No 30 Tahun
2004 tentang Jabatan Notaris. (Bandung: P.T Refika Aditama, 2008)
Andasasmita, Komar. Notaris 1. (Bandung: Sumur Bandung, 1981)
Badrulzaman, Mariaml. Perjanjian Kredit. (Bandung: Penerbit Alumni, 1983)
Bachtiar, Sibarani. Kredit Macet dan Upaya Penanggulangannya (Himpunan
dari sebagian Karya Tulis yang pernah diterbitkan Surat Kabar dan
Majalah). (Bandung, 2001)
Djumhana, Muhammad. Hukum Perbankan di Indonesia. (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 1996)
Gunadi. Haula. Rosdiana dkk. Laporan Kajian Akademik “Analisis Kebijakan
Pajak Pertambahan Nilai Atas Kegiatan Jasa Perbankan (Pengalihan
Aktiva, Agunan Yang Diambilalih, dan Pemberian Cuma-Cuma)”. (Depok:
Pusat Kajian Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia)
Harsono, Boedi. Hukum Agraria Indonesia. (Jakarta: Djambatan, 1999)
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Hermansyah. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. (Jakarta: Kencana, 2006)
Kansil, C.S.T dan Christine S.T.Kansil. Pokok-Pokok Pengetahuan hukum
Dagang Indonesia. (Jakarta: Sinar Grafika, 2002)
Kasmir. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. (Jakarta: PT. Raja Grafindo,
2004)
Nasroen, Yasabari, dan Nina Kurnia Dewi. Penjaminan Kredit, mengantar UKMK
Mengakases Pembiayaan. (Bandung: PT. Alumni, 2007)
Notodisoerjo, Soegondo. Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan.
(Jakarta: Rajawali Pers, 1982)
Mertokusumo, Sudikno. Penemuan Hukum. (Yogyakarta: Penerbit Universitas
Atma Jaya Yogyakarta, 2010)
Samudera, Teguh. Hukum Pembuktian Dalam Acara Perdata. (Bandung: PT.
Alumni, 2004)
Setiawan. Aneka Masalah Hukum dan Hukum Acara Perdata. (Bandung: Alumni,
1992)
Setyawan, Rene. Penghimpunan Dana. (Medan: Universitas Sumatera Utara,
1994)
Sibarani, Bachtiar. Pembelian dan Penjualan Agunan Oleh Bank Dalam
Penyelesaian Kredit Macet. (Bandung: Suara Pembaharuan, 2001)
Sjahdeini, Sutan, Remy. Kebebasan berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang
bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia. (Jakarta:
Institut Bankir Indonesia, 1993)
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Sjaifurrachman. Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta.
(Bandung: Mandar Maju, 2011)
Soewarso, Indrawati. Aspek Hukum Jaminan Kredit. (Jakarta: Institut Bankir
Indonesia, 2002)
Subekti. Jaminan-jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia.
(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991)
----------. Hukum Perjanjian. (Jakarta: PT. Intermasa, 2005)
----------. Aneka Perjanjian. (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995)
Suharno. Analisa Kredit. (Jakarta: Djambatan, 2003).
Suherman, Ade Maman. Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global. (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2005)
Sundari, Arie. Penelitian Hukum Tentang Aspek Hukum Pertanggungjawaban
Bank Terhadap Nasabah. (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional
Departeman Kehakiman Republik Indonesia).
Sutojo, Siswanto. Strategi Manajemen Kredit Bank Umum Konsep, Teknik dan
Kasus. (Jakarta; PT. Damar Mulia Pustaka, 2000)
Suyatno, Thomas. Dasar-Dasar Perkreditan. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 1991)
Syarif, Arbi. Mengenal Bank dan Lembaga keuangan Non Bank. (Jakarta:
Djambatan, 2003)
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
Symposium Aspek-aspek Hukum Masalah Perkreditan. (Jakarta: Badan
Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, 1985)
Tobing, G.H.S. Lumban. Peraturan Jabatan Notaris. (Jakarta: Penerbit Erlangga,
1996)
Usman, Rachamadi. Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia. (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2003)
Widjaja Gunawan dan Kartini Muljadi. Hapusnya Perikatan. (Jakarta: PT.
Grafindo Persada, 2003)
Widjanarto. Solusi Hukum Dalam Menyelesaikan Kredit Bermasalah. (Jakarta:
InfoBank, 1997)
Wiraatmadja, Rasjim. Pengikatan Jaminan Kredit Perbankan. (Jakarta: PT. Bank
NISP, 1984)
TESIS
Tahir, Kamil. Peran Notaris dalam Penyelesaian Kredit Macet Perbankan.
(Jakarta: Pascasarjana Fakultas Hukum Program Studi Ilmu HUkum
Universitas Indonesia, 2002)
Parwati, Ni Wayan, Anik. Penyelesaian Kredit Macet Melalui Pengambilalihan
Asset Debitur (AYDA) Beruapa Tanah dan Bangunan sebagai Alternatif
penyelesaian Kredit Macet di Bank Century, Tbk di Jakarta. (Semarang:
Program Studi Magister Kenotariatan, Program PascaSarjana Universitas
Diponegoro, 2009)
Rizka, Anastasia Adha. Pelaksanaan PPJB dalam Kaitannya dengan Kuasa
Mutlak di Kotamadya Bekasi Tahun 2002 Studi Kasus Yayasan Yanatera.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
(Depok: Fakultas Hukum Program Magister Kenotariatan Universitas
Indonesia, 2003)
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Indonesia, “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek)”, Cet
XIX, diterjemahkan oleh Subekti dan Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya
Paramita, 1995)
-------------.Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor
09/KPTS/M/1995 tentang pedoman Pengikatan Jual Beli Rumah.
---------------, Peraturan pemerintah Tentang Pendaftaran Tanah, Nomor 10 Tahun
1961
---------------, Peraturan Bank Indonesia Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank
Umum Nomor 7/2/PBI/2005.
---------------,Peraturan Bank Indonesia Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank
Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah
Nomor 9/9/PBI/2007
---------------,Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Tentang Jaminan
Pemberian Kredit Nomor 23/69/KEP/DIR
---------------, Undang-Undang Tentang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
---------------, Undang-Undang Tentang Pokok-Pokok Agraria Nomor 5 Tahun
1960.
WAWANCARA
Wawancara dengan Eni Yuniarni, (staf Group Kredit Bank DKI Jakarta), pada
tanggal 28 November 2012.
Wawancara dengan Vittory, (staf Divisi SMEB Collection dan Recovery PT Bank
Internasional Indonesia, TBk Jakarta), pada tanggal18 Oktober 2012.
INTERNET
Lulu Anjarsari,
http://portal.mahkamahkonstitusi.go.id/webmk/index.php?page=web.Berit
a&id=7534#.UL34J-Rg-GM, diakses pada tanggal 10 Desember 2012,
pada pukul 20.49 WIB.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5061a7c18afe5/mk-rombak-aturan-
piutang-bumn. diaksese pada tanggal 10 Desember 2012, pada pukul 20.55
WIB.
Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013