perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
UNSUR BUDAYA KOREA DALAM DRAMA KOREA
PRINCESS HOURS
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Unsur-unsur Budaya Korea Dalam
Drama Korea Princess Hours di Indosiar)
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat-syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh
Rizky Adiyana Cahyanti
D1206563
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
UNSUR BUDAYA KOREA DALAM DRAMA KOREA
PRINCESS HOURS
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Unsur-unsur Budaya Korea Dalam
Drama Korea Princess Hours di Indosiar)
Disusun oleh :
RIZKY ADIYANA CAHYANTI
D 1206563
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji skripsi
Program S1 Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Nuryanto, M.Si Drs. Aryanto Budhy S., M.Si
NIP. 194908311978021001 NIP. 195811231986031002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pada hari : Kamis
Tanggal : 31 Maret 2011
Tim Penguji :
1. Drs. Haryanto, M. Lib ( )
NIP. 196006131986011001 Ketua Penguji
2. Drs. Widyantoro, M. Si ( )
NIP. 195802021990101001 Sekretaris
3. Drs. Nuryanto, M.Si ( )
NIP. 194908311978021001 Penguji I
4. Drs. Aryanto Budhy S., M.Si ( )
NIP. 195811231986031002 Penguji II
Mengetahui,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta,
Dekan,
Drs. H. Supriyadi S. N., SU
NIP. 195301281981031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan dibawah ini,
Nama : RIZKY ADIYANA CAHYANTI
NIM : D1206563
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi
Judul : UNSUR BUDAYA KOREA DALAM DRAMA KOREA
PRINCESS HOURS
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Unsur-unsur Budaya
Korea Dalam Drama Korea Princess Hours di Indosiar)
adalah karya asli saya dan bukan plagiat baik secara utuh atau sebagian, serta
belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di institusi lain.
Apabila ada footnote ataupun kutipan dari buku atau pendapat lain, sudah dikutip
menurut tata cara penulisan ilmiah. Saya bersedia menerima akibat dari
dicabutnya gelar sarjana apabila ternyata di kemudian hari terdapat bukti-bukti
yang kuat, bahwa karya saya ternyata bukan karya saya yang asli atau sebenarnya.
Surakarta, Maret 2011
Yang memberikan pernyataan,
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
We do the best, God does the rest
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Karya sederhana yang tidak sempurna ini penulis persembahkan untuk :
Allah SWT yang selalu memberikan bimbingan dan kekuatan dalam setiap
detik kehidupan
Almarhum Papa dan Adik tersayang (I ALWAYS MISS YOU ALL)
Mama tercinta
Teman teman yang selalu ada dalam suka maupun duka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan juga bimbingan, sehingga akhirnya penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Budaya Korea Dalam
Drama Korea Princess Hours (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Unsur-unsur
Budaya Korea Dalam Drama Korea Princess Hours di Indosiar) ”.
Hanya ucapan terima kasih yang dapat penulis sampaikan kepada semua
pihak yang telah ikut membantu kegiatan penulis dari awal mula penelitian hingga
akhirnya penelitian ini selesai disusun. Penulis meyakini bahwa penyusunan
skripsi ini tidak akan terwujud dan berjalan lancar tanpa adanya bantuan dari
pihak-pihak terkait dalam proses penyusunan skripsi ini, sehingga dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada kepada semua pihak yang telah membantu dari awal hingga akhirnya
skripsi ini selesai.
1. Drs. H. Supriyadi SN, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Priyanto Susiloadi, M.Si selaku Pembantu Dekan I atas kesempatan yang
diberikan.
3. Drs. Surisno Satrijo Utomo,M.Si selaku sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi
Program S1 non Reguler.
4. Drs. Nuryanto, M.Si dan Drs. Aryanto Budhy S., M.Si selaku Pembimbing I
dan Pembimbing II terima kasih atas segala kesabaran bapak dalam
memberikan bimbingan, kritik dan saran sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. Hamid Arifin, M.Si selaku Pembimbing Akademis terima kasih atas
segala bimbingan, motivasi dan pengarahan yang diberikan selama penulis
menjadi mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Non Reguler Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, terima kasih atas semua
ilmu yang telah diberikan.
7. Para Responden yang telah menyumbang banyak untuk keberhasilan skripsi
ini. Tanpa kalian penulis tidak akan mungkin menyelesaikan penelitian ini.
8. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena
itu dengan rendah hati serta tangan terbuka, penulis menerima kritik dan saran
dari pembaca sekalian.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca dan menambah pengetahuan bagi kita semua
Surakarta, Maret 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ....................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN............................................................................ iv
MOTTO ..................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi
ABSTRAK ................................................................................................. xii
ABSTRACT ............................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 6
E. Kerangka Konsep ................................................................... 6
F. Definisi Konsepsional ........................................................... 17
G. Metodologi Penelitian ........................................................... 26
BAB II DESKRIPSI LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................... 33
1. Universitas Sebelas Maret Surakarta .............................. 33
2. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas
Maret Surakarta ............................................................... 37
B. Deskripsi Objek Penelitian .................................................... 42
1. Korea ............................................................................... 42
2. Indosiar ............................................................................ 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB III SAJIAN DATA
A. Karakter Pemain ..................................................................... 47
B. Jalan Cerita ............................................................................. 49
C. Lokasi ..................................................................................... 51
BAB IV ANALISIS DATA
A. Unsur-unsur Budaya Dalam Tayangan Drama Korea Princess
Hours ...................................................................................... 55
1. Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan .......................... 56
2. Sistem Pengetahuan ......................................................... 58
3. Kesenian ........................................................................... 61
4. Sistem Teknologi dan Peralatan ....................................... 67
B. Faktor Mengapa Tayangan Drama Korea Princess Hours
Mudah Diterima oleh Masyarakat Indonesia ........................ 69
1. Data Responden Penelitian ............................................. 70
2. Selektifitas Terhadap Tayangan Drama Korea ................ 74
3. Selektifitas Terhadap Tayangan Drama Princess Hours .. 82
4. Penilaian Responden Terhadap Tayangan Drama Korea
Princess Hours .................................................................. 89
BAB V KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................... 99
B. Saran ....................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 104
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Komunikasi Antar Budaya................................................
Gambar 2 : Pengaruh Timbal Balik Antara Masyarakat, Budaya, dan
Kepribadian Individu........................................................
Gambar 3 : Model Analisis Interaktif..................................................
Gambar 4 : Suami dan Istri .................................................................. 36
Gambar 5 : Menantu .............................................................................
Gambar 6 : Kelas Seni Rupa.................................................................
Gambar 7 : Kelas Film .........................................................................
Gambar 8 : Kelas Tari ..........................................................................
Gambar 9 : Bangunan Tradisional Korea ............................................
Gambar 10 : Alat Musik Tradisional Korea .........................................
Gambar 11 : Pakaian Wanita Tradisional Korea ..................................
Gambar 12 : Pakaian Pria Tradisional Korea .......................................
Gambar 13 : Sanggul Wanita Korea.....................................................
Gambar 14 : Han Bok dan Pelengkapnya ............................................
Gambar 15 : Museum Teddy Bear........................................................
Gambar 16 : Handphone......................................................................
Gambar 17 : Laptop ............................................................................
Gambar 18 : Peralatan Makan ..........................................................
12
14
32
57
58
59
59
60
61
62
62
63
64
64
66
68
68
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
ABSTRACT
Rizky Adiyana Cahyanti, D1206563, “KOREAN CULTURE in KOREAN DRAMA
PRINCESS HOURS (Qualitative Descriptive Study of Korean Cultural Elements in
Korean Drama Princess Hours in Indosiar)”, Communication Science Major, Faculty
of Social and Politics Science, Sebelas Maret University, Surakarta, 2011.
Different from Indonesian drama todays, Korean drama still hold their national
cultural elements. Korean drama always try to insert several cultural elements in every
single episode, therefore Korean drama can be such an effective media to build Korean
culture in its own country and to promote Korean culture to other countries. That is why the
writer is interested to hold a research about what Korean cultural elements mostly presented
in Korean drama are. Korean drama Princess Hours, which has been presented three times
in Indosiar tv channel, is chosen as the object of the research. Princess Hours is chosen
because the drama brings a thick Korean culture into a light story, therefore the cultural
elements inside can be easily appreciated by the audience. Despites, Princess Hours also
combines Royal family life with modern life, therefore the culture presented are not only
traditional culture, but also culture used by Korean in their daily life.
The writer then continue to hold a research by holding several interviews with
several informants about what are the factors causing Korean drama Princess Hours is
easily appreciated in Indonesia. Through this research, the writer wants to prove whether
the Korean cultural elements are being point of interest for the informants or not. The
students of Non Regular Communication Science major in the faculty of Social and Politics
Science, Sebelas Maret University in the generation of 2006 are chosen to be informants of
the research. They are chosen because they have learned about Intercultural
Communication and Mass Communication which are more or less related to the research.
As the come from various background of diploma degrees, it is expected that they can give
any answers from various point of views.
Consider to the result of the research, it can be concluded that Korean drama
Princess Hours has four cultural elements which are mostly presented, which are system
and social organization, knowledge system, art, technology and equipment system.
Despites, it is also concluded that cultural elements inside, is one of point of interest to
make the drama can be easily appreciated by the informants.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
ABSTRAK
Rizky Adiyana Cahyanti, D 1206563, “BUDAYA KOREA DALAM DRAMA
KOREA PRINCESS HOURS (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Unsur-unsur
Budaya Korea Dalam Drama Korea Princess Hours di Indosiar)”, Jurusan Ilmu
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Non Reguler, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta, 2011.
Berbeda dengan drama produksi Indonesia saat ini, drama Korea masih
memegang unsur-unsur budaya nasionalnya. Drama Korea selalu berusaha
menyisipkan unsur-unsur budaya Korea dalam setiap episodenya, sehingga drama
Korea mampu berfungsi secara efektif sebagai media untuk membangun budaya
Korea di negara sendiri dan memperkenalkan budaya Korea di negara lain. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai unsur-unsur budaya
Korea apa saja yang menonjol dalam tayangan drama Korea. Terpilih sebagai objek
penelitian ini adalah drama Korea Princess Hours, yang sudah tayang tiga kali di
stasiun televisi Indosiar. Drama Korea Princess Hours terpilih sebagai objek
penelitian karena drama tersebut mengemas budaya Korea yang kental dalam cerita
yang ringan, sehingga unsur-unsur budaya yang terkandung mudah diserap oleh
pemirsanya. Selain itu drama tersebut juga memadukan kehidupan kerajaan dengan
kehidupan modern, sehingga budaya yang ditampilkan tidak melulu budaya yang
sifatnya tradisional namun juga budaya yang digunakan oleh masyarakat Korea
dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis juga melakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan wawancara
dengan beberapa informan mengenai factor apa yang menyebabkan drama Korea
mudah diterima di Indonesia. Melalui penelitian ini, penulis ingin mengetahui juga
apakah unsur budaya Korea menjadi daya tarik tersendiri bagi informan, sehingga
mereka mudah menerima drama Korea Princess Hours. Terpilih sebagai informan
dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 Non Reguler Ilmu Komunikasi FISIP UNS
angkatan 2006, dengan pertimbangan para mahasiswa tersebut tengah mempelajari
mata kuliah Komunikasi Antar Budaya dan Komunikasi Massa yang sedikit banyak
berhubungan dengan penelitian ini. Mahasiswa non reguler terpilih juga karena
mereka berasal dari bermacam latar belakang pendidikan diploma sebelumnya,
sehingga diharapkan dapat memberikan jawaban dari sudut pandang yang beragam
pula.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa drama Korea Princess
Hours mengandung empat unsur budaya yang paling menonjol, yakni sistem dan
organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, kesenian, serta sistem teknologi dan
peralatan. Dari hasil penelitian juga diperoleh kesimpulan bahwa unsur budaya dalam
tayangan drama Korea Princess Hours memang menjadi salah satu daya tarik yang
menonjol, sehingga drama tersebut mudah diterima oleh para informan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi, arus budaya baik ke dalam maupun luar negeri
semakin tak terkendali. Budaya asing dengan mudahnya masuk melalui
berbagai media seiring dengan perkembangan teknologi, seperti internet dan
televisi. Meluasnya budaya asing menyebabkan semakin terkikisnya budaya
nasional suatu negara. Indonesia merupakan salah satu contoh negara yang
mengalami kemerosotan nilai budaya nasional. Pengikisan budaya di Indonesia
ditandai juga dengan semakin hilangnya jati diri sebagai bangsa Indonesia
dengan berbagai hal yang berbau barat, seperti gaya berpakaian, gaya hidup,
dan bentuk interaksi dengan sesama. Sebagian masyarakat Indonesia,
khususnya generasi muda bahkan tidak mengenal budaya bangsanya sendiri.
Tak dapat dipungkiri kemajuan teknologi selain membawa dampak positif
juga membawa dampak negatif. Apa yang ditayangkan di televisi sedikit
banyak akan mempengaruhi pemirsanya dalam dunia nyata, sebagai contoh
tayangan Smack Down yang berbuntut dengan adanya korban jiwa dari
golongan anak-anak. Ironisnya tayangan buatan dalam negeri pun juga
mengalami kemerosotan kualitas, sehingga tak heran jika pemirsa televisi
Indonesia lebih memilih tayangan asing. Walaupun tidak semua tayangan asing
membawa dampak negatif bagi masyarakat Indonesia, namun perlu diwaspadai
dampak negatif yang mungkin terjadi di kemudian hari. Masyarakat harus
selektif dalam memilih tayangan di televisi untuk dikonsumsi. Stasiun televisi
seharusnya juga berperan aktif dalam memilih program-program apa saja yang
akan ditayangkan di televisi. Program-program yang ditayangkan di televisi
hendaknya merupakan program-program yang berkualitas dan mempunyai nilai
edukasi yang tinggi.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Sebagai contoh tayangan yang meraih rating tertinggi di Indonesia adalah
drama. Drama baik buatan dalam maupun luar negeri hampir memenuhi
sebagian besar waktu mengudara stasiun televisi di Indonesia. Perlu
digarisbawahi bahwa walaupun tayangan drama meraih rating yang tinggi,
namun tayangan drama tersebut belum tentu mempunyai kualitas yang tinggi.
Sebagian tayangan drama ada yang tidak mempunyai nilai edukasi bahkan
hanya membawa pengaruh buruk, baik ditinjau dari segi budaya maupun
pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat dari drama buatan dalam negeri yang
sebagian besar hanya mengekspos kehidupan kelas atas yang menjual mimpi
dan kekerasan yang berakibat buruk bagi perkembangan jiwa pemirsanya.
Ironisnya hal tersebut tidak membuat stasiun televisi semakin selektif dalam
menayangkan program-program drama di televisi tetapi mereka justru semakin
berlomba-lomba menayangkan drama baik buatan dalam maupun luar negeri
yang menjadi tayangan favorit masyarakat.
Diantara berbagai drama asing yang masuk di Indonesia, tayangan drama
dari kawasan Asia lah yang paling menonjol dalam sejarah penayangan drama
di Indonesia. Pada periode tahun 1990an tayangan drama Jepang, Oshin,
merebut perhatian pemirsa televisi Indonesia yang kemungkinan besar terjadi
karena pemirsa membutuhkan tayangan yang tidak monoton di TVRI. Hal
tersebut diikuti dengan kesuksesan drama Hongkong, The Return of the Condor
Heroes. Pada periode tahun 2000, tayangan drama Meteor Garden berhasil
membius pemirsa televisi di Indonesia. Tayangan drama Asia bahkan menjadi
tayangan andalan dari salah satu stasiun televisi swasta, yaitu Indosiar.
Kesuksesan tayangan drama Asia terus berlanjut dengan masuknya
tayangan drama Korea ke Indonesia. Tayangan drama Korea tersebut sukses
besar di Indonesia bahkan secara umum mengungguli tayangan drama dari
kawasan Asia lainnya. Meledaknya pemirsa tayangan drama Korea membuat
stasiun televisi swasta lain di Indonesia mengekor Indosiar untuk menayangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
tayangan drama Korea sejak tahun 2002 karena melihat permintaan dari pasar,
yang dalam hal ini adalah pemirsa televisi.
Indosiar memang jeli melihat peluang pasar dengan menayangkan drama-
drama Korea yang telah sukses di negeri asalnya. Lebih dari 20 judul drama
Korea telah tayang di stasiun televisi tersebut. Drama Korea memang
mempunyai kualitas yang tinggi jika ditinjau dari segi budaya maupun
pendidikan yang terkandung di dalamnya. Sebagai contoh serial drama Korea,
Jewel in The Palace yang sudah dua kali tayang di Indosiar berhasil menaikkan
pamor masakan Korea. Selain itu drama yang bersetting pada awal abad ke-16
tersebut juga menanamkan etos kerja, perjuangan dan pengetahuan bagi
pemirsanya.
Berbeda dengan Indonesia, Korea sebagai salah satu negara maju di Asia
memang masih memegang unsur-unsur budaya nasionalnya. Salah satu cara
yang ditempuh oleh pemerintah Korea dalam memperkenalkan dan
melestarikan budaya Korea adalah dengan melakukan pengenalan melalui
drama. Drama Korea selalu berusaha menyisipkan unsur-unsur budaya Korea
dalam setiap episodenya sehingga drama Korea diharapkan mampu berfungsi
secara efektif sebagai media untuk membangun sekaligus mempertahankan
budaya Korea di negaranya sendiri. Bahkan menurut Asia Times edisi 22
Januari tahun 2004, pihak Kementrian Luar Negeri Korea Selatan mengakui
bahwa negaranya menggunakan drama-drama Korea sebagai media untuk
mempromosikan budaya Korea ke negara lain, termasuk negara di luar Asia.
Salah satu manfaat yang diharapkan dari kandungan unsur-unsur budaya
dalam drama Korea adalah generasi muda Korea akan mudah menyerap,
memahami dan menerapkan budaya negaranya sendiri dengan cara dan media
yang menarik. Budaya dalam hal ini tidak hanya melulu soal kesenian, tetapi
juga etos kerja dan pengetahuan. Dengan ditayangkannya drama Korea di
Indonesia melalui stasiun televisi Indosiar, maka secara tidak langsung.nilai-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
nilai positif yang terkandung dalam drama tersebut dapat ditularkan pada
masyarakat Indonesia.
Masyarakat Indonesia juga akan mudah menyerap nilai-nilai positif dari
tayangan drama Korea melalui kemasan cerita yang ringan mengenai kehidupan
sehari-hari. Ditambah lagi dengan adanya fakta bahwa budaya Korea
sebenarnya tak jauh berbeda dengan budaya Indonesia mengingat perbedaan
geografis yang tidak terlalu jauh yakni masih dalam satu kawasan Asia. Hal
tersebutlah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian
mengenai unsur-unsur budaya Korea dalam tayangan drama Korea. Terpilih
sebagai objek dalam penelitian ini adalah drama Korea Princess Hours yang
sudah tiga kali tayang di stasiun televisi Indosiar.
Drama Korea Princess Hours terpilih sebagai objek penelitian karena
drama tersebut mengemas budaya Korea yang kental dalam cerita yang ringan,
sehingga unsur-unsur budaya yang terkandung mudah diserap oleh pemirsanya.
Drama yang ditayangkan di stasiun televisi Indosiar tersebut bercerita tentang
perjuangan seorang gadis biasa bernama Chae Kyeong yang tiba-tiba harus
menikah dengan calon pewaris tahta kerajaan untuk kemudian diangkat sebagai
calon permaisuri raja di kemudian hari. Dalam drama tersebut digambarkan
bahwa Korea memegang sistem pemerintahan monarki konstitusional. Cerita
kemudian berkembang dengan adanya konflik atau perbedaan antar kehidupan
di luar istana yang sudah modern dan bebas dengan kehidupan dalam istana
yang masih memegang teguh budaya asli Korea. Dari konflik tersebut maka
akan tergambar jelas perpaduan antara kehidupan modern dan budaya asli
Korea. Hal tersebut yang menjadikan drama Korea Princess Hours merupakan
drama yang unik sekaligus mempunyai unsur-unsur budaya yang tinggi dengan
adanya perpaduan dua budaya yang saling melengkapi.
Peneliti juga melakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan
wawancara dengan beberapa mahasiswa mengenai faktor apa yang
menyebabkan drama Korea mudah diterima di Indonesia. Melalui hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
wawancara tersebut peneliti ingin mengetahui apakah bahwa kandungan unsur
budaya dalam drama Korea Princess Hours merupakan salah satu faktor yang
menjadi daya tarik bagi pemirsa di Indonesia, yang selanjutnya menyebabkan
drama Korea mudah diterima di Indonesia. Terpilih sebagai responden adalah
mahasiswa SI Non Reguler Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006,
dengan pertimbangan para mahasiswa tersebut telah mempelajari mata kuliah
Komunikasi Massa dan Komunikasi Antar Budaya yang sedikit banyak
berhubungan dengan penelitian ini. Selain itu mahasiswa non reguler terpilih
sebagai informan, karena mahasiswa non reguler berasal dari beragam latar
belakang pendidikan diploma, sehingga diharapkan para informan tersebut
dapat memberikan jawaban yang lebih beragam pula. Melalui penelitian ini
maka secara umum diharapkan agar pembaca dapat lebih memahami budaya
Korea beserta unsur-unsur positif yang terkandung dalam drama Korea.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa saja unsur-unsur budaya yang terkandung dalam tayangan drama
Korea Princess Hours di Indosiar?
2. Apakah unsur budaya merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
tayangan drama Korea Princess Hours mudah diterima oleh
masyarakat Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk memberikan gambaran unsur-unsur budaya apa saja yang
terkandung dalam tayangan drama Korea Princess Hours di Indosiar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Untuk mengetahui apakah unsur budaya merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan tayangan drama Korea Princess Hours mudah
diterima oleh masyarakat Indonesia
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah wawasan tentang unsur-unsur budaya asing dalam
kaitannya dengan proses komunikasi antar budaya.
b. Dapat dijadikan sebagai bahan penelitian awal yang mendasari
penelitian yang lebih luas cakupannya
2. Manfaat praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi
tayangan drama Indonesia untuk lebih menonjolkan unsur-unsur
budaya Indonesia yang selanjutnya dapat membantu pemerintah dalam
mempromosikan budaya Indonesia
E. Kerangka Konsep
1. Komunikasi
Komunikasi merupakan proses sosial yang sangat mendasar dan
vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan vital karena setiap individu
memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu lainnya.
Dengan kata lain manusia tidak dapat tidak berkomunikasi. Menurut
paradigma Laswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media, yang menimbulkan efek
tertentu.1
1 Onong Uchjana Effendy, Drs. MA. Prof., Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT Remadja
Rosdakarya, Bandung, 1990, Hal 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Pengertian komunikasi juga dapat ditinjau dari dua sudut pandang,
yaitu komunikasi dalam pengertian secara umum dan pengertian secara
paradigmatik. Komunikasi dalam pengertian umum dapat dilihat dari dua
segi:
a. Pengertian komunikasi secara etimologis
Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi
berasal dari bahasa Latin yaitu communicate, yang bersumber dari kata
communis yang berarti sama maknua mengenai suatu hal. Jadi
komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat
terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.
b. Pengertian komunikasi secara terminologis
Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang,
dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. .2
Sedangkan secara paradigmatis, komunikasi adalah proses
penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik
langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.3
Dari pengertian komunikasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
komunikasi antar manusia hanya dapat terjadi apabila setidaknya ada
sumber, pesan, media, dan penerima. Unsur-unsur tersebut biasa disebut
komponen atau elemen komunikasi. Setiap komponen mempunyai
peranan yang sangat penting dalam proses komunikasi, yang artinya
ketidaksertaan salah satu komponen akan memberi pengaruh pada
jalannya komunikasi. Komunikasi terbagi menjadi empat macam tipe,
sebagai berikut:
a. Komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication)
Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi
di dalam diri individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi
dengan diri sendiri.
2 Onong Uchjana, Drs., MA.Dinamika Komunikasi, CV Remaja Karya, Bandung, 1986, Hal 3
3 Ibid, Hal 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b. Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication)
Komunikasi antar pribadi yang dimaksud disini adalah proses
komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap
muka.
c. Komunikasi publik (public communication)
Komunikasi publik menunjukkan suatu proses komunikasi, dimana
pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di
depan khalayak.
d. Komunikasi massa (mass communication)
Komunikasi massa menunjukkan suatu proses komunikasi,dimana
pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang
sifatnya massal, melalui alat-alat yang bersifat mekanis, seperti: radio,
televisi, surat kabar, dan film.4
Dari beberapa tipe komunikasi diatas, tipe komunikasi yang akan
digunakan oleh penulis untuk diteliti adalah tipe komunikasi massa. Tipe
tersebut terpilih karena pada hakekatnya penelitian ini berusaha
mempelajari pesan-pesan dalam proses komunikasi yang berlangsung
melalui media massa yakni televisi, khususnya dalam tayangan drama
Korea.
2. Komunikasi massa
Komunikasi massa merupakan penyebaran pesan dengan
menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni
sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan.5 Fungsi
komunikasi massa yaitu:
a. Fungsi pengawasan
Komunikasi massa memberikan peringatan mengenai ancaman dan
bahaya menunjukkan pengumpulan dan distribusi arus informasi
mengenai kejadian-kejadian yang berlangsung di lingkungan, baik di
luar maupun di dalam suatu masyarakat tertentu.
b. Fungsi korelasi
Fungsi ini meliputi interpretasi informasi mengenai lingkungan dan
pemakaiannya untuk berrperilaku dalam reaksinya terhadap peristiwa
atau kerjadian tertentu.
4 Hafied Cangara, MSc. Dr. Prof., Pengantar Ilmu Komunikasi Cet. ke 6, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2005, Hal 30 5 Ibid, Hal 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
c. Fungsi sebagai transmisi budaya
Fungsi ini berfokus pada komunikasi pengetahuan, nilai-nilai dan
norma-norma sosial dari satu generasi ke generasi lain atau dari
anggota suatu kelompok kepada para pendatang baru.
d. Fungsi hiburan
Fungsi ini menunjukkan tindakan-tindakan komunikatif yang terutama
dimaksudkan untuk menghibur, dengan tidak mengindahkan efek-efek
instrumental yang dimilikinya.6
Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat
menghubungkan antar sumber dan penerima yang sifatnya terbuka,
dimana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya.
Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang
menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan
informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi
setiap media massa jelas melahirkan suatu efek sosial yang bermuatan
perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia.7 Komunikasi juga sangat
erat hubungannya dengan budaya karena melalui budayalah manusia
belajar berkomunikasi, dan memandang dunia mereka melalui kategori-
kategori, konsep-konsep, dan label-label yang dihasilkan budayanya. 8
Berbagai tayangan dalam media televisi baik drama, film, berita
akan mempengaruhi kejiwaan pemirsa. Dari sekian banyak tayangan yang
ada di televisi, drama merupakan tayangan yang mendapat sambutan
hangat dari pemirsa. Masyarakat Indonesia saat ini tengah dimanjakan
dengan banyaknya tayangan drama di berbagai stasiun televisi. Kehadiran
drama yang ditayangkan di televisi hakekatnya merupakan bagian dari
pewarisan nilai sosial budaya kepada pemirsa. Drama menggambarkan
sisi-sisi sosial dan moral dalam kehidupan masyarakat yang tergambar
6 Charles R. Wright, Sosiologi Komunikasi Massa, CV Remadja Karya, Bandung, 1988, Hal 8
7 Wawan Kuswandi, Drs. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media Televisi, PT Rineka Cipta,
Jakarta, 1996, Hal 21. 8 Alo Liliweri, M.S. DR., Gatra-Gatra Komunikasi Antar Budaya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2001,Hal 160
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
secara simbolis dalam alur ceritanya. Drama yang ditayangkan di televisi
pun tak hanya berasal dari produk negeri sendiri tetapi juga banyak drama
dari negara asing yang ternyata berhasil merebut hati pemirsa Indonesia.
Tak dapat dipungkiri bahwa media massa merupakan salah satu
media penyebaran budaya, baik budaya lokal, nasional, maupun asing
kepada masyarakat. Ketika stasiun televisi memutuskan untuk
menayangkan program tayangan dari negara lain, maka secara otomatis
stasiun televisi tersebut mengenalkan dan mensosialisasikan budaya
bangsa dari tayangan tersebut.
Secara umum proses pengenalan dan sosialisasi budaya tersebut
dapat dikatakan berhasil, terbukti dengan banyaknya jumlah penggemar
tayangan drama Korea di Indonesia. Melalui tayangan drama Korea maka
akan terjadi komunikasi antar budaya seiring dengan proses pengenalan
dan sosialisasi dari budaya Korea dalam drama tersebut. Masyarakat
Indonesia yang sebelumnya kurang mengenal budaya Korea akan lebih
mengenal budaya Korea melalui tayangan drama dari negeri ginseng
tersebut. Dalam proses pengenalan dan sosialiasi budaya Korea itulah
terjadi proses komunikasi antar budaya.
3. Komunikasi Antar Budaya
Budaya berkenaan dengan cara hidup manusia. Manusia belajar
berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan sesuatu yang patut
menurut budayanya. Istilah budaya berasal dari istilah bahasa Inggris
culture yang merupakan turunan dari istilah bahasa Latin colore yang
artinya adalah daya dan kegiatan manusia untuk mengelola dan merubah
alam.9 Menurut Sapardi, budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta,
9 Koentjaraningat, PengantarIlmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta, 1990, Hal 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
rasa, dan karsa. Sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan
karsa tersebut.10
Goodenough seperti yang dikutip Sapardi menyatakan bahwa
pengertian budaya mencakup dua hal.
Pertama, budaya digunakan untuk mengacu pada pola kehidupan
suatu masyarakat. Kedua, budaya untuk mengacu pada sistem
pengetahuan dan kepercayaan yang disusun sebagai pedoman
manusia dalam mengatur pengalaman dan persepsi mereka,
menentukan tindakan, dan memilih di antara alternative yang ada.11
Seorang antropolog, yaitu E.B. Taylor juga pernah mencoba
memberi definisi mengenai kebudayaan yaitu bahwa kebudayaan adalah
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-
kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat.12
Kebudayaan mempunyai beberapa unsur yang dikenal sebagai
unsur-unsur kebudayaan yang universal. Unsur-unsur kebudayaan yang
universal merupakan isi dari semua kebudayaan yang ada di dunia. Unsur-
unsur kebudayaan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sistem religi
b. Sistem dan organisasi kemasyarakatan
c. Sistem pengetahuan
d. Bahasa
e. Kesenian
f. Sistem mata pencaharian
g. Sistem teknologi dan peralatan13
Budaya dan komunikasi berinteraksi secara erat dan dinamis. Inti
budaya adalah komunikasi, karena budaya muncul melalui komunikasi.
Budaya yang tercipta tersebut pada saatnya nanti juga akan mempengaruhi
10
Sapardi, Drs., MSi, Antropologi Budaya, Universitas Tanjungpura, Pontianak, 2000, Hal 76 11
Ibid, Hal 80 12
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal 172 13
Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2004, Hal 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Budaya A Budaya B
Budaya C
komunikasi anggota budaya bersangkutan. Hubungan antara budaya dan
komunikasi adalah timbal balik. Budaya tidak akan eksis tanpa
komunikasi dan komunikasi pun tidak akan eksis tanpa budaya. Setiap
pola budaya dan setiap tindakan melibatkan komunikasi. Untuk dapat
dipahami keduanya harus dipelajari bersama-sama. Budaya tidak akan
dapat dipahami tanpa mempelajari komunikasi, dan komunikasi hanya
dapat dipahami dengan memahami budaya yang mendukungnya.
Menurut Alo Liliweri, definisi yang paling sederhana dari
komunikasi antar budaya adalah komunikasi antara dua orang atau lebih
yang berbeda latar belakang kebudayaan.14
Komunikasi antar budaya
terjadi apabila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima
adalah anggota budaya lainnya. Proses komunikasi antar budaya dapat
digambarkan dalam bagan berikut:15
Gambar 1
Komunikasi Antar Budaya
Pengaruh budaya atas individu dan masalah-masalah penyandian dan
penyandian balik pesan terlukis pada gambar diatas. Tiga budaya diwakili
14
Alo Liliweri, Op Cit, Hal 9 15
Deddy Mulyana dan Jalaludin Rachmat, Komunikasi Antar Budaya, PT Remaja Rodakarya,
Bandung, 2001, Hal 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
dalam model ini oleh tiga bentuk geometrik yang berbeda. Budaya A dan
budaya B relatif serupa dan masing-masing diwakili oleh suatu segi empat
dan suatu segi delapan tak beraturan yang hampir menyerupai segi empat.
Budaya C sangat berbeda dari budaya A dan budaya B. Perbedaan yang
lebih besar ini tampak pada bentuk melingkar budaya C dan jarak fisiknya
dari budaya A dan budaya B.
Perlu digaris bawahi bahwa komunikasi antar budaya terjadi apabila
produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima adalah anggota
budaya lainnya. Masalah-masalah yang timbul dalam keadaan dimana
suatu pesan disandi balik dalam budaya lain. Budaya mempengaruhi cara
orang dalam berkomunikasi, bertanggungjawab atas seluruh
perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki setiap
orang. Dalam penelitian ini komunikasi antar budaya berlangsung melalui
proses pengenalan budaya oleh suatu negara kepada negara lain melalui
media televisi yang selanjutnya membentuk suatu hubungan komunikasi
antar budaya negara yang dilakukan melalui tayangan drama Korea di
televisi.
Tak dapat dipungkiri bahwa kebudayaan dimiliki oleh setiap
masyarakat. Perbedaan terletak pada kebudayaan masyarakat yang satu
lebih sempurna daripada kebudayaan yang lainnya. Kebudayaan juga
memiliki fungsi yang sangat besar bagi masyarakat. Kebudayaan
mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak,
berbuat, dan menentukan sikap apabila mereka berhubungan dengan yang
lainnya. Budaya mempengaruhi cara orang berkomunikasi,
bertanggungjawab atas budaya dan komunikasi memiliki keterkaitan yang
sangat kuat. Budaya mempunyai komponen yang bersifat abstrak dan
konkret. Meskipun budaya merupakan sebuah konsep yang umum tetapi
budaya memiliki efek yang sangat kuat terhadap perilaku individu,
termasuk perilaku komunikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Komunikasi antar manusia, termasuk juga komunikasi antar budaya,
selalu mempunyai tujuan tertentu yakni menciptakan komunikasi yang
efektif melalui pemaknaan yang sama atas pesan yang dipertukarkan.
Komunikasi antar budaya yang efektif dapat mengubah persepsi dan sikap
orang lain, bahkan dapat meningkatkan kreativitas manusia.16
Hal tersebut
juga berkaitan dengan kenyataan bahwa budaya sangat mempengaruhi
persepsi dan sikap individu. Masyarakat, kebudayaan dan pribadi individu
termasuk perilakunya memiliki pengaruh timbal balik, yang dapat
digambarkan dalam gambar berikut:
Gambar 2
Pengaruh timbal balik antara masyarakat, budaya dan
kepribadian individu
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat
mempunyai pengaruh terhadap suatu kebudayaan. Selanjutnya
kebudayaan dan juga masyarakat tersebut akan mempengaruhi pribadi
individu, dimana individu tersebut pada hakekatnya adalah anggota atau
16
Alo Liliweri, Op Cit, Hal 254
Masyarakat kebudayaan
Individu
serta
perilakunya
Kepribadian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
bagian dari masyarakat. Sehingga antara individu, masyarakat dan
kebudayaan saling mempengaruhi.17
4. Televisi
Televisi sebagai salah satu media massa yang paling digemari
masyarakat memang merupakan salah satu media massa yang mampu
mempengaruhi pandangan atau persepsi masyarakat terhadap segala hal.
Menurut Mc Luhan seperti dikutip Wawan Kuswandi, media massa
merupakan perpanjangan dari alat indera kita. Dengan media massa kita
memperoleh informasi tentang benda, orang, atau tempat yang tidak kita
alami secara langsung.18
Menurut Kuswandi sendiri, komunikasi
berlangsung dari satu budaya ke budaya yang lain melalui media massa
dengan pesan-pesan yang terkandung dalam setiap pesan yang terkandung
di dalamnya.19
Hal tersebut berlaku pula terhadap informasi mengenai
budaya, melalui tayangan drama Korea di televisi maka masyarakat
Indonesia akan mendapat informasi tentang budaya Korea.
Menurut Skornis dalam bukunya Television and Society seperti yang
dikutip oleh Wawan Kuswandi, televisi merupakan gabungan dari media
dengar dan gambar yang bisa bersifat politis, informatif, hiburan, dan
pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut.20
Televisi
menciptakan suasana tertentu yaitu para pemirsa dapat melihat sambil
duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikannya. Penyampaian isi
pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi
yang disampaikan televisi akan mudah dimengerti karena jelas terdengar
secara audio dan terlihat secara visual. Televisi mempunyai lima fungsi
yang dikenal sebagai teori lima fungsi sebagai berikut:
17
Astrid Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bina Cipta, Bandung, 2002, Hal 57 18
Wawan Kuswandi, Op Cit, Hal 25 19
Ibid, Hal 13 20
Ibid, Op Cit, Hal 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
a. Pengawasan situasi masyarakat dan dunia
Fungsi ini juga biasa disebut sebagai fungsi informasi. Fungsi televisi
adalah untuk mengamati kejadian di dalam masyarakat dan kemudian
melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan.
b. Menghubungkan satu dengan yang lain
Menurut Neil Postman televisi tidak berkesinambungan. Televisi yang
menyerupai sebuah mosaic dapat saja menghubungkan hasil
pengawasan satu dengan hasil pengawasan lain secara jauh lebih
gampang daripada sebuah dokumen tertulis.
c. Menyalurkan kebudayaan
Televisi juga turut serta dalam pengembangan suatu kebudayaan.
Kebudayaan tersebut disampaikan melalui setiap program yang di
tayangkan di televisi.
d. Hiburan
Pada umumnya setiap orang menghabiskan waktu berjam-jam di
depan layar televisi untuk mendapatkan hiburan. Sehingga setiap
program di televisi setidaktidaknya mempunyai unsur hiburan.
e. Pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat
Televisi seringkali digunakan untuk memberitakan keadaan darurat
yang terjadi di suatu wilayah agar masyarakat dapat segera
bertindak.21
5. Drama
Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di
atas pentas. Drama berasal dari bahasa Yunani, draomai yang berarti
berbuat, bertindak, dan beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan, atau
action.22
Drama dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu:
a. Tragedi
Tragedi adalah drama yang melukiskan kisah sedih, dimana tokoh-
tokohnya terlibat dalam bencana yang besar. Dengan kisah tentang
bencana ini, penulis naskah mengharapkan agar penontonnya
memandang kehidupan secara optimis.
21
Ruedi Hofmann, Dasar-Dasar Apresiasi Program Televisi, PT Grasindo, Jakarta, 1999,Hal 54 22
Herman J. Waluyo, Prof., Drama Teori dan Pengajarannya, PT Hanindita Graha Widya,
Yogyakarta, 2002, Hal 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
b. Komedi
Komedi adalah drama ringan yang sifatnya menghiburdan di dalamnya
terdapat dialog kocak yang bersifat menyindir dan biasanya berakhir
dengan kebahagiaan.
c. Melodrama
Melodrama adalah lakon yang sangat sentimental dengan tokoh dan
cerita yang mendebarkan hati dan mengharukan.
d. Dagelan
Dagelan disebut juga banyolan. Dagelan adalah drama kocak dan
ringan yang alurnya tersusun berdasarkan arus situasi. Ciri khas yang
membedakan banyolan dengan komedi adalah banyolan hanya
mementingkan hasil tertawa yang diakibatkan oleh lakon yang dibuat
selucu mungkin.23
Pada kenyataanya, suatu drama terkadang merupakan penggabungan
beberapa jenis drama, seperti misalnya: penggabungan melodrama dan
komedi.
F. Definisi Konsepsional
Definisi konsepsional adalah definisi yang digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial dari seorang peneliti.24
Definisi tersebut bertujuan untuk menjembatani perbedaan penafsiran antara
peneliti dengan pembaca terhadap variabel-variabel yang akan diuji. Definisi
konsepsional yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1. Drama Korea
Drama Korea beberapa tahun terakhir ini memang merebut perhatian
pemirsa televisi Indonesia. Indonesia sebenarnya termasuk negara terakhir
di Asia yang terkena gelombang drama Korea setelah Singapura, Taiwan,
Jepang, Malaysia, Vietnam, dsb.
Drama Korea sangat khas dibanding dengan drama dari negara lain.
Drama Korea mempunyai karakteristik sebagai berikut:
23
Herman J. Waluyo, Op Cit, Hal 38 24
Masri Singarimbun, Sofian Effendi. Metode Penelitian Survey, PT Perpustakaan, LP3ES, Jakarta.
1989, Hal 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
a. Unsur Budaya
Drama Korea tidak pernah meninggalkan unsur budaya Korea. Budaya
dalam hal ini tidak hanya berarti kebudayaan tradisional yang
menyangkut kebendaan, tetapi juga budaya yang menyangkut
kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
b. Sinematografi
Pengambilan gambar dalam drama Korea sangat variatif, tidak melulu
mengambil gambar close up pemainnya saja tetapi juga menonjolkan
setting atau latar dari drama tersebut untuk menarik pemirsa.
Sinematografi sangat menunjang penggambaran unsur budaya dalam
drama Korea, karena unsur budaya yang ada dapat ditonjolkan.
c. Soundtrack dan Sound Effect
Drama Korea selalu mempunyai beberapa jenis soundtrack dan sound
effect untuk adegan yang berbeda. Soundtrack dan sound effect
tersebut pun bervariasi, ada yang bernuansa musik modern maupun
tradisional dalam setiap drama.
d. Memperkenalkan Teknologi
Sebagai salah satu negara maju dalam bidang teknologi di Korea,
drama Korea juga dimanfaatkan sebagai media untuk memperkenalkan
teknologi dalam negeri mereka. Sebagian besar gadget maupun alat
transportasi yang digunakan dalam adegan drama Korea merupakan
buatan dalam negeri sendiri.
e. Mengungkap Sisi Lain Kehidupan
Tema yang diangkat dalam drama Korea sangat beragam. Drama
Korea tidak hanya mengangkat tema kekayaan atau kelas atas, tetapi
juga kehidupan kelas bawah yang ada di Korea. Beberapa drama
Korea bahkan dibuat berdasarkan sejarah kehidupan beberapa tokoh
di Korea, seperti Dae Jang Geum yang merupakan dokter wanita
pertama di Korea.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Drama Korea juga mempunyai ciri khas sebagai berikut:
“Korean dramas unravel a simple love story between men and women.
Although the stories are sometimes unrealistic, such as with sudden
deaths caused by car accidents or leukemia, Korean dramas do not
demand from its audience a high level of complicated thought.
Therefore, Korean dramas are able to approach viewers in friendlier
manner.”25
(Drama Korea mengungkap cerita cinta sederhana antara pria dan
wanita. Meskipun ceritanya terkadang tidak realistis, sepeti kematian
karena kecelakaan mobil atau leukemia, drama Korea tidak
membutuhkan pemahaman yang rumit dari pemirsanya. Hal
tersebutlah yang menyebabkan drama Korea mampu menarik hati
pemirsanya dengan pendekatan yang lebih mudah diterima).
Drama Korea juga selalu berusaha memberikan kualitas dalam setiap
episodenya, hal tersebut diperkuat dengan penyataan berikut:
“Korean drama considers “broadcasting for the good of the people” as
an important motto. The important function of broadcasting in Korea
is to enlighten people while responding to audience interests.”26
(Drama Korea mengacu pada “menayangkan demi kebaikan
masyarakat” sebagai mottonya. Fungsi penting dari penayangan di
Korea adalah untuk memberi disamping mengikuti minat pemirsa).
Beberapa orang berpendapat bahwa drama Korea terlalu cengeng, namun
beberapa orang lainnya justru menganggap bahwa drama Korea memang
menyentuh dalam setiap ceritanya. Penggemar dari drama Korea pada
umumnya adalah wanita, namun tak bisa dikatakan sedikit pula
penggemar dari kaum pria. Sebagian besar drama Korea yang tayang di
Indonesia sukses besar menarik hati pemirsa, baik pria maupun wanita.
25
Kim Hyun Mee, Korean TV Dramas in Taiwan: With an Emphasis on the Localization Process,
Yonsei University, Korea, 2005, Hal. 196 26
Do Goan Kim, TV, Culture, and Audience in Korea: A Reception Study of Korean Drama, Texas
Tech University, USA, 1998, Hal.6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Beberapa drama Korea yang sukses di Indonesia dalam kurun waktu lima
tahun terakhir diantaranya adalah:
a. Endless Love
b. Winter Sonata
c. Full House
d. Lovers In paris
e. Sassy Girl-Chun Yang
f. Dae Jang Geum
g. Princess Hours
h. All About Eve
i. Friends
j. Hotelier
2. Budaya Korea
Korea selama ini dikenal sebagai salah satu negara paling maju di
Asia. Namun dibalik kesuksesan dalam bidang ekonomi, Korea juga
sukses dalam melestarikan budaya asli negara tersebut. Korea sangat kaya
akan budaya, khususnya budaya tradisional mulai dari dari pakaian,
bangunan bersejarah hingga kulinernya sangat menarik dan khas. Banyak
wisatawan luar negeri datang ke Korea untuk menikmati kebudayaan asli
Korea. Pemerintah Korea pun tak main main dalam usaha melestarikan
budaya Korea. Upaya sosialisasi atau pengenalan budaya Korea ke negara
lain juga dilakukan oleh pemerintah Korea. Salah satunya melalui drama
Korea yang sukses dinegara-negara Asia, dan mulai merambah kawasan
Amerika dan Eropa.
Drama Korea sangat menjunjung tinggi unsur-unsur budaya
negaranya. Dalam setiap drama yang dibuat sedapat mungkin terkandung
unsur-unsur budaya yang coba diperkenalkan kepada pemirsa. Beberapa
budaya Korea yang paling khas dari negara Korea diantaranya adalah
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
a. Bahasa
Bahasa rakyat Korea adalah bahasa Korea, yang memakai abjad
Hangeul. Terdapat 78 juta orang yang berbicara bahasa Korea di
seluruh dunia termasuk kelompok-kelompok besar di Uni Soviet, AS,
Kanada dan Jepang. Penulisan bahasa Korea dinamakan Hangeul.
Hangeul diciptakan oleh Raja Sejong pada abad ke 15. Hangeul terdiri
dari 10 huruf vokal dan 14 konsonan yang bisa dikombinasikan
menjadi banyak sekali huruf-huruf dalam bahasa Korea. Hangeul
sangat mudah dibaca dan dipelajari. Hangeul juga dianggap sebagai
bahasa tulisan yang paling sistematik dan scientifik di dunia. Berikut
adalah contoh Hangeul.
Bahasa Korea pada dasarnya memiliki dialek-dialek yang saling
bertalian satu sama lain. Setiap wilayah dapat memahami dialek
lainnya, kecuali dialek Pulau Jeju yang dianggap kurang bisa
dimengerti dari dialek-dialek propinsi lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
b. Pakaian
Pakaian tradisional Korea disebut Han bok (Korea Utara menyebut
Choson-ot). Hanbok terbagi atas baju bagian atas (Jeogori), celana
panjang untuk laki-laki (baji) dan rok wanita (Chima). Orang Korea
berpakaian sesuai dengan status sosial mereka sehingga pakaian
merupakan hal penting. Orang-orang dengan status tinggi serta
keluarga kerajaan menikmati pakaian yang mewah dan perhiasan-
perhiasan yang umumnya tidak bisa dibeli golongan rakyat bawah
yang hidup miskin. Dahulu, Hanbok diklasifikasikan untuk
penggunaan sehari-hari, upacara dan peristiwa-peristiwa tertentu.
Hanbok untuk upacara dipakai dalam peristiwa formal seperti ulang
tahun anak pertama (doljanchi), pernikahan atau upacara kematian.
c. Musik
Pertunjukkan musik tradisional Korea mementingkan improvisasi,
berjalan terus-menerus, serta sedikit jeda dalam setiap
pertunjukkannya. Pansori contohnya, dapat berlangsung sampai lebih
dari 8 jam dengan hanya satu penyanyi. Kontras dengan perbedaan
alunan musik barat, sebagian besar pertunjukkan musik tradisonal
Korea dimulai dari gerakan (alunan) yang paling lambat sampai paling
cepat.
Alat musik tradisional Korea dapat dibagi menjadi alat musik tiup,
petik (memiliki senar), dan perkusi. Beberapa jenis alat musik tiup:
piri, taepyeongso, daegeum, danso, saenghwang dan hun. Alat musik
petik: kayageum, geomungo, ajaeng, serta haegeum. Alat musik
perkusi tradisional Korea sangat beragam, seperti kwaenggwari, jing,
buk, janggu, bak, pyeonjong, dan sebagainya. Musik istana, Jeongak,
pada zaman dahulu dipentaskan oleh masyarakat kelas atas. Jeongak
dimainkan dengan sangat lambat, dengan hanya satu ketukan dalam
setiap 3 detik. Ketukan ini diselaraskan dengan kecepatan nafas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
sehingga berasa statis (monoton). Alat musik yang digunakan dalam
pementasan Jeongak dibuat dari bahan alam, sehingga suaranya
lembut dan tenang. Hampir semua alat musik tiup dibuat dari bambu,
sedangkan alat musik petik memiliki senar yang dibuat dari sutra.
Pungmul adalah jenis musik rakyat Korea yang kencang dan ekspresif.
Pungmul dikategorikan dalam jenis minsogak atau musik rakyat
kebanyakan.
d. Tarian
Seperti halnya musik, ada perbedaan dalam bentuk tarian antara rakyat
kelas atas (tarian istana) dan kelas bawah. Tarian istana yang umum
contohnya jeongjaemu yang dipentaskan dalam pesta kerajaan, ilmu
yang dipentaskan dalam upacara Konghuchu. Jeongjaemu dibagi
dalam jenis yang asli dari Korea (hyangak jeong Jae) dan jenis yang
dibawa dari Cina (dangak jeong jae). Tarian lainnya adalah tarian
shamanisme yang dipentaskan oleh shaman dalam upacara-upacara
tertentu.
e. Kerajinan
Kerajinan Korea umumnya dibuat untuk digunakan dalam kehidupan
dan kegiatan sehari-hari. Bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan kerajinan khas Korea umumnya metal, kayu, kain, tanah
liat, kaca, kulit dan kertas. Artefak kerajinan prasejarah seperti
tembikar merah dan hitam memiliki banyak kesamaan dengan
tembikar Cina kuno yang ditemukan di sekitar wilayah kebudayaan
Sungai Kuning. Dalam masa dinasti Koryo, pembuatan kerajinan yang
menggunakan bahan perunggu dan kuningan berkembang pesat. Selain
itu dinasti ini juga terkenal akan kerajinan celadon (keramik) yang
indah. Pembuatan kerajinan pada masa dinasti Choson berkembang
pesat yakni kerajinan keramik, ukiran kayu, serta benda-benda
furniture.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
f. Peninggalan Bersejarah
Di Korea terdapat banyak peninggalan sejarah yang berasal dari masa
Dinasti Joseon, seperti Taman Jongmyo yang didalamnya terdapat
banyak prasasti-prasasti dan disini biasa dilaksanakan upacara-upacara
keagamaan atau mistik yang besar. Ada juga istana-istana Dinasti
Joseion antara lain Gyeongbokgung (dibangun pada tahun 1394),
Changdeokgung (tidak diketahui kapan dibangun tetapi bangunan ini
ditemukan pada tahun 1592), Changgyeonggung (anak istana dari
istana Changdeokgung), dan Deoksugung yang saat ini telah dijadikan
sebagai kantor Walikota Seoul . Korea pada saat ini merupakan negara
berkembang di Asia yang paling maju. Korea dikenal sebagai
“choson” yang artinya “negeri setenang pagi hari”. Tapi sejarah Korea
yang penuh perang sangat berbeda dengan kata “choson” yang dikenal
pada saat ini
g. Kuliner
Kuliner Korea sangat terkenal hingga ke manca negara. Kuliner Korea
sebagian besar dibentuk dari hasil fermentasi yang sudah berkembang
sejak lama. Contohnya adalah kimchi dan doenjang. Makanan
fermentasi sangat berguna dalam menyediakan protein dan vitamin
ketika musim dingin. Dalam kenyataannya (menurut hasil penelitian
kesehatan WHO), jenis-jenis kimchi memiliki total gizi yang jauh
lebih tinggi dari buah manapun. Hal yang membuat kimchi menjadi
makanan yang spesial ada banyak faktornya. Faktor pertama adalah
pembuatannya. Kimchi (dalam hal ini adalah kimchi yang dihidangkan
untuk acara-acara spesial, bukan kimchi untuk acara makan biasa dan
sehari-hari) dibuat oleh wanita dari keluarga bersangkutan yang
mengadakan acara tersebut dan hanya bisa dibuat pada hari di mana
acara tersebut dilaksanakan. Semakin banyak wanita yang turut
membantu dalam pembuatan kimchi ini, semakin “bermakna” pula
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
kimchi tersebut. Kimchi juga merupakan faktor penentu kepintaran
atau kehebatan seorang wanita dalam memasak. Konon katanya, jika
seorang wanita mampu membuat kimchi yang enak, tidak diragukan
lagi kemampuan wanita tersebut dalam memasak makanan lain.
Faktor ketiga adalah asal mula kimchi. Kimchi pada awalnya dibuat
oleh permaisuri dari Raja Sejong sebagai hidangan untuk perayaan
Sesi. Beberapa menu makanan dikembangkan untuk merayakan
peristiwa-peristiwa khusus seperti festival atau upacara seperti ulang
tahun anak yang ke-100 hari, ulang tahun pertama, perkawinan,
ulangtahun ke-60, upacara pemakaman dan sebagainya. Makanan
kerajaan (surasang) saat ini sangat terkenal karena sudah dapat
dinikmati seluruh lapisan rakyat.
h. Sistem Pendidikan
Sistem pendidikan di Korea saat ini mirip dengan di Indonesia, yaitu 6
tahun pendidikan dasar, 3 tahun pendidikan menengah awal, 3 tahun
menengah atas, baru kemudian pendidikan tinggi. Usia untuk sekolah
dasar pun sama dengan di negara kita yaitu dari mulai usia sekitar 6
tahun, dan untuk tingkat pendidikan seterusnya pun tak jauh berbeda.
Sekolah menengah atas di korea biasanya dibagi menjadi dua jenis,
sekolah umum dan kejuruan. Ada juga beberapa sekolah yang disebut
sekolah komprehensif, yaitu sekolah umum dan kejuruan digabung.
Sekolah-sekolah khusus pun ada, misalnya sekolah menengah khusus
seni, olahraga, ilmu pengetahuan, dll. Tujuan dari sekolah-sekolah ini
adalah untuk menyediakan pendidikan yang tepat untuk murid-murid
dengan bakat-bakat istimewa dalam bidang-bidang tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian deskriptif, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk
memaparkan situasi atau peristiwa. Pada penelitian deskriptif, peneliti
bertugas untuk mengembangkan konsep dan menghidupkan fakta, tetapi
tidak melakukan pengujian hipotesa.27
Dalam penelitian kualitatif, data bersifat kualitas dan berbentuk
verbal, yakni berwujud kata-kata serta merupakan suatu penelitian yang
menekankan proses serta makna. Metode deskriptif sendiri dapat diartikan
sebagai suatu metode dalam meneliti suatu status sekelompok manusia,
suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau pun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang. Metode deskriptif ini tidak terbatas pada
pengumpulan data tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi data.
Moleong menyatakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif digunakan
berdasarkan pertimbangan:
a. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan
dengan kenyataan.
b. Metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara
peneliti dengan responden.
c. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan
penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang
dihadapi.28
Bertolak dari sifat-sifat metode deskriptif tersebut, peneliti berupaya
mendeskripsikan secara sistematis dan akurat dengan dukungan data-data
yang diperoleh di lapangan, dokumen,dan buku-buku yang berhubungan
dengan objek yang diteliti dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini
27
Jalaludin Rakhmat, Drs., MSc. Metode Penelitian Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,
1999, Hal 24
28
Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, CV Remadja Rosdakarya, Bandung, 1998
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
peneliti juga berusaha mempelajari fakta-fakta yang ada dan relevan
dengan masalah penelitian serta menggambarkan dan menghubungkannya
dengan teori-teori yang ada.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kampus FISIP, khususnya di gedung
perkuliahan mahasiswa non reguler, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Pertimbangan atas pemilihan lokasi tersebut adalah karena lokasi ini
berpopulasikan mahasiswa, terutama mahasiswa SI Non Reguler Ilmu
Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006.
3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis yang cirinya dapat
diduga. Dalam penelitian ini, terpilih sebagai populasi adalah mahasiswa.
SI Non Reguler Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006. Mahasiswa
tersebut dipilih sebagai responden dengan pertimbangan bahwa para
mahasiswa tersebut telah mendapat mata kuliah Komunikasi Massa dan
Komunikasi Antar Budaya yang menjadi dasar dari penelitian ini.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini bersifat purposive
sampling dimana peneliti cenderung memilih informan yang dianggap
tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang memiliki
kebenaran dan pengetahuan yang dalam. Namun demikian informan yang
telah dipilih dapat menunjukkan informan lain yang dipandang lebih tahu,
maka pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan
kemantapan peneliti dalam memperoleh data.29
Penelitian ini lebih tepatnya menggunakan teknik snow ball
sampling. Snow ball sampling adalah pengumpulan data oleh peneliti yang
berupa informasi dari informan dalam suatu lokasi yang pertama kali
ditemui. Dari informan pertama, peneliti dapat bertanya dan meminta
29
H.B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, Sebelas Maret University Press, Surakarta, 2002, Hal 56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
petunjuk bilamana informan tersebut mengetahui orang lain yang lebih
memahami informasinya, sehingga peneliti bisa menemui informan
selanjutnya dan bertanya lebih jauh dan mendalam.30
Penelitian ini menggunakan enam mahasiswa sebagai responden,
dari enam puluh mahasiswa sebagai populasi. Enam mahasiswa tepilih
sebagai responden karena jumlah tersebut dinilai sudah memiliki
keterwakilan informasi dari keseluruhan jumlah populasi.
4. Jenis Data
a. Data Primer
adalah sejumlah data yang akan terkumpul dari hasil observasi.
Sehingga dalam penelitian ini, penulis memperoleh data dari
sumber-sumber primer yang berupa fakta atau keterangan yang
diperoleh secara langsung untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yang meliputi: buku,
hasil penelitian, dan artikel di internet sebagai tambahan.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan maksud untuk mendeskripsikan
mengenai orang, kejadian, kegiatan, perasaan, motivasi, dan lain-
lain. Teknik wawancara yang digunakan adalah bentuk wawancara
terstruktur. Wawancara terstruktur ini bersifat lentur dan terbuka,
tidak dalam suasana formal sehingga diharapkan cara ini akan
mampu mengorek kejujuran informasi untuk memberikan informasi
yang dibutuhkan menyangkut penelitian ini.
30
Ibid. Hal 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
b. Observasi
Metode observasi adalah suatu teknik atau metode untuk
pengumpulan data dan informasi dalam penelitian dengan jalan
mengadakan pengamatan atas peristiwa dan gejala-gejala sosial
dengan inderanya.
c. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan membaca buku, jurnal, laporan
penelitian dan sumber bacaan lain, seperti koran atau pun majalah
yang relevan dengan obyek penelitian. Teknik telaah pustyaka ini
dimaksudkan sebagai sumber referensi atau pun bahan rujukan bagi
penulis untuk memperoleh orientasi dan wawasan yang lebih
luasdalam memperdalam obyek yang diteliti.
6. Validitas Data
Untuk menguji validitas data, penelitian ini menggunakan teknik
trianggulasi. Teknik trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Dalam penelitian ini digunakan trianggulasi sumber data. Trianggulasi
sumber data yaitu menggali data yang sama atau sejenis yang diperoleh
dari beberapa data yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh
dari sumber yang satu, bisa lebih teruji kebenarannya bilamana
dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang
berbeda.31
Patton dalam H.B. Sutopo menyatakan ada empat macam
teknik trianggulasi, yaitu:
a. Trianggulasi sumber data
Trianggulasi sumber yang memanfaatkan jenis sumber data berbeda-
beda untuk menggali data yang sejenis. Teknik ini mengarahkan
peneliti agar di dalam mengumpulkan data, ia wajib menggunakan
beragam data yang tersedia.
31
H.B. Sutopo, Op cit, Hal 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
b. Trianggulasi peneliti
Yang dimaksud dengan teknik trianggulasi ini adalah hasil penelitian
baik data ataupun simpulan mengenai bagian tertentu atau
keseluruhannya bias diuji validitasnya dari beberapa peneliti.
c. Trianggulasi metodologis
Teknik trianggulasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis
tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data
berbeda.
d. Trianggulasi teoritis
Teknik trianggulasi dilakukan dengan menggunakanperspektif lebih
dari satu teori dalam membahas perasalahan yang dikaji. Dari
beberapa perspektif teori tersebut akan pandangan yang lebih
lengkap.32
7. Teknik Analisa Data
Proses analisis dalam penelitian kualitatif mempunyai tiga
komponen utama, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan
serta verifikasinya. Tiga komponen tersebut terlibat dalam proses analisis
dan saling berkaitan serta menentukan hasil akhir analisis.33
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan komponen pertama yang berupa proses
seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari
fieldnote. Proses ini terus berlangsung sepanjang pelaksanaan
penelitian.
b. Sajian Data
Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi
dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat
dilakukan. Sajian ini juga merupakan rakitan kalimat yang disusun
secara logis dan sistematis sehingga bila dibaca, berbagai hal akan
dapat mudah dipahami dan memungkinkan peneliti untuk berbuat
sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan
32
Ibid, Hal 78 33
H. B. Sutopo, Op Cit, Hal 91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
pemahamannya tersebut. Kedalaman dan kemantapan hasil analisis
sangat ditentukan oleh kelengkapan sajian datanya.
c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi
Simpulan akhir tidak akan terjadi sampai pada waktu proses penelitian
berakhir. Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-
benar bisa dipertanggung-jawabkan. Selanjutnya perlu dilakukan
aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data
kembali dengan cepat, yang mungkin terjadi sebagai akibat pikiran
kedua yang timbul melintas pada peneliti pada waktu menulis sajian
data dengan melihat kembali sebentar pada catatan lapangan. Pada
dasarnya makna data harus diuji validitasnya supaya simpulan
penelitian menjadi lebih kokoh dan lebih dipercaya.
Adapun model analisis yang digunakan adalah model analisis
interaktif. Dalam model ini, tiga komponen pokok analisis, aktivitasnya
dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data
sebagai suatu bentuk siklus.34
Untuk lebih jelasnya, model analisis
interaktif dapat digambarkan dengan skema berikut ini:
34
H. B. Sutopo,Op Cit, Hal 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Gambar 3
Model Analisis Interaktif
Pengumpulan
data
Reduksi
data
sajian
data
Penarikan
simpulan /
verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB II
DESKRIPSI LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Universitas Sebelas Maret Surakarta
a. Sejarah dan Perkembangan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Universitas Sebelas Maret atau disingkat UNS diresmikan pada
tanggal 11 Maret Surakarta 1976 berdasarkan Surat Keputusan Presiden
Republik Indonesia. UNS merupakan penggabungan lima unsur perguruan
tinggi yang ada di Surakarta pada saat itu. Kelima perguruan tinggi
tersebut adalah:
1) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Surakarta.
2) Sekolah Tinggi Ilmu Olah Raga ( STO) Negeri Surakarta.
3) Akademi Administrasi Niaga (AAN) Surakarta yang telah
diintegrasikan ke dalam AAN Negeri di Yogyakarta.
4) Universitas Gabungan Surakarta (UGS) merupakan gabungan
beberapa Universitas Swasta di Surakarta, yaitu Universitas Islam
Indonesia (UII) cabang Surakarta, Universitas 17 Agustus 1945
cabang Surakarta, Universitas Cokroaminoto Surakarta, Universitas
Nasional Saraswati Surakarta.
5) Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Pembangunan Nasional
(PTPN) Veteran cabang Surakarta.
Penggabungan beberapa perguruan tinggi tersebut, mempunyai satu
tujuan yang besar, yakni meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di
Surakarta. Setelah melebur menjadi Universitas Sebelas Maret, UNS
memiliki 9 fakultas, yaitu:
1) Fakultas Ilmu Pendidikan
2) Fakultas Keguruan
3) Fakultas Sastra Budaya
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
4) Fakultas Sosial Politik
5) Fakultas Hukum
6) Fakultas Ekonomi
7) Fakultas Kedokteran
8) Fakultas Pertanian
9) Fakultas Teknik
Setelah 5 tahun melakukan konsolidasi, UNS mempersiapkan diri
untuk memulai proses perkembangannya. Pembangunan secara fisik
dimulai pada tahun 1980. Di bawah kepemimpinan dr. Prakosa, kampus
yang semula terletak di beberapa tempat disatukan dalam suatu kawasan.
Lokasi tersebut adalah di daerah Kenthingan, di tepi Sungai Bengawan
Solo, dengan cakupan area sekitar 60 hektar. Di daerah Kenthingan inilah,
pembangunan kampus tahap pertama berakhir pada tahun 1985.
Pembangunan fisik kampus yang tergolong cepat, juga diimbangi dengan
perkembangan di sektor yang lain.
Sekarang ini, UNS Surakarta merupakan universitas muda dengan
pertumbuhan yang luar biasa. Dengan berbagai potensi yang ada, misal
seperti dokter bedah kulit dengan reputasi nasional (Fakultas Kedokteran),
penemuan starbio dan padi tahan garam (Fakultas Pertanian), dan
beberapa kemajuan yang terjadi di setiap fakultas dan unit-unit kerja
lainnya. UNS juga melakukan langkah maju dalam perkembangan
teknologi informasi. Dengan ekspansi jaringan teknologi informasi yang
lebih besar lagi, Pusat Komputer UNS Solo membuat torehan sejarah
UNS dalam buku kemajuan dan perkembangan UNS. Torehan-torehan
sejarah yang lebih mengesankan lainnya akan terjadi seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangan universitas ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
b. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Universitas Sebelas Maret hingga saat ini
mengalami 4 kali penyusunan. Struktur organisasi UNS disusun
berdasarkan Keputusan Mendikbud RI No. 0297/O/ 1996 pada tanggal 1
Oktober 1996, Surat Keputusan Rektor No. 161/ J27/ KM/ 1997 tanggal
27 Mei 1997 serta Surat Keputusan Rektor No. 207/ J27/PP/1997 tanggal
7 Juli 1997. Struktur organisasi UNS saat ini terdiri dari:
1) Rektor dan Pembantu Rektor
2) Biro Administrasi Akademik
3) Biro Administrasi Umum dan Keuangan
4) Biro Administrasi Kemahasiswaan
5) Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi
6) Fakultas (Fak. Sastra & Seni Rupa, FKIP, Fak. Hukum, Fak.
Ekonomi, Fak. ISIP, Fak. Kedokteran, Fak. Pertanian, Fak. Teknik,
Fak. MIPA)
7) Lembaga Penelitian
8) Lembaga Pengabdian Masyarakat
9) Lembaga Pengabdian pada Masyarakat
10) Lembaga Pengembangan Kewirausahaan
11) Unit Pelaksanaan Teknis (Perpustakaan, Komputer, Unit Program
Pengenalan Lapangan, Pelayanan dan Pengembangan, UNS Press,
Laboratorium MIPA Pusat, Pembinaan Olahraga dan Seni
Mahasiswa)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
c. Lambang Universitas Sebelas Maret Surakarta
1) Lambang berbentuk bunga dengan 4 daun bunga, melambangkan
bangsa, maksudnya Universitas mendidik putra-putri bangsa yang
kelak akan membawa keharuman tanah air.
2) Tiga daun bunga: atas, samping kanan dan samping kiri, merupakan
pengejawantahan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
3) Satu daun bunga di bawah terdiri atas lima satuan melambangkan
sila-sila Pancasila
4) Garis pembentuk 4 daun bunga dibuat secara berantai sedemikian
rupa, menggambarkan kesatuan Civitas Akademika UNS.
5) Bentuk putik bunga digambarkan sebagai Wiku.
6) Tulisan melingkar yang mirip aksara Jawa itu adalah Candra
Sangkala (hitungan tahun Jawa) "Mangesthi Luhur Ambangun
Nagara", melambangkan angka tahun Jawa 1908 atau tahun Masehi
1976.
Secara keseluruhan tulisan tersebut berarti bahwa UNS bercita-cita
membangun negara dengan sifat-sifat yang luhur. Candra sangkala
itu seolah-olah praba yang bersinar. Praba dalam sejarah agama dan
pewayangan dipakai oleh orang suci, bijaksana dan berbudi luhur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Pusat lambang itu adalah otak Wiku yang digambarkan sebagai
nyala api, mengisyaratkan sinar keabadian ilmu pengetahuan. Ini
berarti bahwa UNS ikut berperan untuk menyumbangkan ilmu
pengetahuan kepada negara. Warna biru laut melambangkan ikrar
kesetiaan dan kebaktian kepada negara, bangsa dan ilmu
pengetahuan.
2. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Surakarta
a. Sejarah Singkat Perkembangan FISIP UNS
Sejarah FISIP UNS dimulai pada tahun 1976 di Surakarta,
bersamaan dengan berdirinya UNS secara resmi yang dikukuhkan dengan
Keputusan Presiden RI No. 10 Tahun 1976. FISIP UNS termasuk salah
satu diantara delapan fakultas di lingkungan UNS yang diresmikan secara
bersamaan melalui Keputusan Presiden tersebut.
Pada saat berdiri fakultas ini bernama Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik dan memiliki dua jurusan, yaitu jurusan Administrasi Negara dan
jurusan Publisistik. Pada tahun 1982, berdasarkan SK Presiden RI Nomor
: 55 Tahun 1982 tentang Susunan Organisasi Universitas Sebelas Maret,
nama fakultas dirubah menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret (FISIP-UNS). Kemudian berdasarkan SK
Mendikbud RI Nomor : 017/0/1983, tertanggal 14 Maret 1983 nama
jurusan juga berubah, menjadi jurusan Ilmu Administrasi dan jurusan Ilmu
Komunikasi.
Dengan keluarnya SK Mendikbud RI Nomor : 055/0/1983 tanggal 8
Desember 1983 tentang Jenis dan Jumlah Jurusan pada Fakultas di
Lingkungan Universitas Sebelas Maret, FISIP UNS menambah satu
jurusan baru, yaitu jurusan Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU). Jurusan
ini khusus melayani Mata Kuliah Dasar Umum di semua Program Studi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
(Prodi) di lingkungan Universitas Sebelas Maret dan berada di bawah tim
MKDU Universitas Sebelas Maret. Berdasarkan Surat Keputusan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan R.I (SK Dirjen Dikti Depdikbud) Nomor :
27/Dikti/Kep./1986 tanggal 29 Mei 1986, di FISIP UNS dibentuk Program
studi Sosiologi yang mengawali programnya pada semester Juli-Desember
1986.
Terakhir dengan SK Dirjen Dikti Nomor : 66/Dikti/Kep./1998,
tanggal 2 Maret 1998 Program Studi Sosiologi menjadi jurusan Sosiologi
yang merupakan Program Sarjana (S1) dan berada dibawah Dekan.
Kemudian jenis dan jumlah Program Studi di setiap jurusan pada fakultas
di lingkungan UNS juga ditata atau dibakukan berdasarkan SK Dirjen
Dikti Depdikbud R.I. Nomor : 222/Dikti/Kep./1996 tentang Program Studi
pada Program Sarjana di Lingkungan Universitas Sebelas Maret. Program
studi untuk jurusan Ilmu Administrasi dan jurusan Ilmu Komunikasi
masing-masing adalah Ilmu Administrasi Negara dan Ilmu Komunikasi.
FISIP UNS juga mempunyai serangkaian visi, misi, tujuan sebagai
berikut:
1) Visi
Mengembangkan konsep-konsep dan teori-teori keilmuan sosial dan
politik yang sesuai dengan perubahan masyarakat baik pada tingkat
global, regional, nasional maupun lokal. Dengan demikian terjadi
link and match antara perguruan tinggi dengan masyarakat
penggunanya.
2) Misi
a) Menghasilkan sarjana ilmu sosial dan ilmu politik yang
memiliki power of reasoning, kepakaran dalam bidang
penelitian, keahlian dalam menerapkan ilmu pengetahuan bagi
kemaslahatan manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
b) Menghasilkan sarjana yang sujana (berbudi luhur), yang
memiliki kepekaan (sensitif) dan kepedulian sosial, khususnya
terhadap masyarakt miskin, tidak berdaya, tidak mempunyai
hak suara dan tertindas.
c) Meningkatkan kualitas dan profesionalisme tenaga akademik
dan tenaga adminitrasi.
d) Menumbuhkembangkan suasana ilmiah dan terbentuknya pola
sikap budaya keilmuan di kalangan civitas akademika.
e) Melengkapi sarana penunjang bagi kegiatan proses belajar
mengajar.
f) Meningkatkan sistem pembinaan penalaran, minat dan bakat,
serta kesejahteraan mahasiswa.
g) Melengkapi sarana penunjang bagi kegiatan mahasiswa.
h) Peningkatan mutu profesionalisme organisasi mahasiswa.
i) Peningkatan mutu dan pembinaan mahasiswa melalui berbagai
media.
3) Tujuan
a) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yaitu dosen,
karyawan dan mahasiswa.
b) Melaksanakan pemberdayaan fakultas dan jurusan dalam
rangka menuju otonomi kampus.
c) Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak baik pemerintah
maupun swasta baik dalam negeri maupun luar negeri.
d) Menjadikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebagai
pusat kegiatan ilmiah.
e) Mewujudkan cita-cita Universitas Sebelas Maret (UNS)
sebagai teaching university menuju research university.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
b. Struktur Organisasi
FISIP UNS dipimpin oleh Dekan yang bertanggung jawab langsung
kepada Rektor. Dekan mempunyai tugas memimpin penyelenggaraan
pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, membina tenaga
kependidikan, mahasiswa, tenaga administrasi dan administrasi fakultas.
Dalam melaksanakan tugas sehari-hari Dekan dibantu oleh tiga orang
Pembantu Dekan yang bertanggung jawab langsung kepada Dekan yaitu:
1) Pembantu Dekan Bidang Akademik (PD I)
Bertugas membantu Dekan dalam memimpin pelaksanaan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
2) Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum (PD II)
Bertugas membantu Dekan dalam memimpinpelaksanaan kegiatan
di bidang keuangan dan administrasi umum.
3) Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan (PD III)
Bertugas membantu Dekan dalam memimpin pelaksanaan kegiatan
di bidangpembinaan serta layanan kesejahteraan mahasiswa.
c. Unsur Pelaksana Akademik
Unsur pelaksana akademik FISIP UNS meliputi:
1) Jurusan atau Program studi
Jurusan atau Program Studi (Prodi) adalah unsur pelaksana fakultas
di bidang studi tertentu yang berada di bawah Dekan. Jurusan atau
Prodi dipimpin oleh seorang Ketua Jurusan atau Program Studi yang
dipilih diantara para dosen menurut Peraturan Perundangan yang
berlaku. Dalam melakukan tugas sehari-hari Ketua Jurusan atau
Prodi dibantu oleh seorang Sekretaris Jurusan atau Prodi.
Tugas Jurusan atau Prodi adalah melaksanakan pendidikan dan
pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat dalam
sebagian atau satu cabang ilmu teknologi atau kesenian tertentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
sesuai dengan program pendidikan yang ada dan ketentuan
Perundang-undangan yang berlaku.
2) Laboratorium
Laboratorium atau studio merupakan perangkat penunjang pelaksana
pendidikan pada jurusan dalam pendidikan akademik dan
atauprofesional. Laboratorium atau studio dipimpin oleh dosen yang
keahliannya telah memenuhipersyaratan sesuai dengan cabang ilmu
pengetahuan, teknologi, atu kesenian tertentu dan bertanggung jawab
kepada Ketua Jurusan atau Prodi.
3) Dosen
Dosen adalah tenaga pengajar di lingkungan fakultas yang berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Dekan. Dosen
terdiri dari Dosen Biasa, Dosen Luar Biasa, dan Dosen Tamu. Jenis
dan jenjang kepangkatan tenaga pengajar diatur sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Dosen mempunyai
tugas utama mengajar, membimbing, dan atau melatih mahasiswa
serta melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
d. Unsur Penunjang
1) Perpustakaan
Perpustakaan mempunyai tugas memberikan pelayanan bahan
pustaka dan kegiatan-kegiatan lain untuk kkeperluan pendidikan dan
pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat, kepada
mahasiswa, dosen, dan karyawan di lingkungan FISIP pada
khususnya dan UNS pada umumnya.
2) Organisasi Kemahasiswaan
Mahasiswa FISIP diberi kebebasan untuk membentuk organisasi
kemahasiswaan yanmg berperan menangani, mengelola atau
menyelenggarakan berbagai macam kegiatan yang diperlukan
mahasiswa. Saat ini organisasi kemahasiswaan yang ada di masing-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
masing fakultas tidaklah sama. Khususc untuk FISIP nama yang
digunkan adalah Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) untuk badan
legislative, sedang untuk badan eksekutif bernama Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) yang membawahi beberapa Himpunan
Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
e. Unsur Pelaksana Administrasi
Bagian Tata Usaha adalah pembantu pimpinan fakultas yang
mempunyai tugas melaksanankan administrasi umum, perlengkapan,
keuangan, kepegawaian, kemahasiswaan dan pendidikan di fakultas.
Bagian Tata Usaha di FISIP UNS mempunyai empat sub bagian yang
meliputi:
1) Sub Bagian Pendidikan
Bertugas melakukan administrasi pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat.
2) Sub Bagian Umum dan Perlengkapan
Bertugas melakukan urusan Tata Usaha, rumah tangga dan
perlengkapan.
3) Sub Bagian Keuangan
Bertugas melakukan administrasi keuangan dan kepegawaian.
4) Sub Bagian Kemahasiswaan
5) Berugas melakukan administrasi kemahasiswaan dan alumni.
B. Deskripsi Objek Penelitian
1. Korea
a. Sejarah Korea
Sejarah awal Korea berkisar di sekitar kerajaan kuno Choson yang
muncul sekitar 2.300 tahun sebelum Masehi. Pada sekitar abad ke 2
sebelum Masehi, bangsa Cina mendirikan koloni di daerah kerajaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
tersebut. Namun, lima abad kemudian, bangsa Korea mengusir mereka
keluar. Sejak itu, muncul sebuah kerajaan, yaitu kerajaan Silla. Kerajaan
Silla (668 – 935) membawa puncak ilmu pengetahuan dan budaya yang
besar. Akibat adanya kerusuhan yang terjadi di dalam negeri pada abad ke
10, dinasti Silla jatuh dan digantikan oleh dinasti Koryo. Selama periode
kepemimpinan dinasti Koryo (935 – 1392), Korea mengalami banyak
serbuan. Tentara Mongol yang dipimpin oleh Genghis Khan menyerbu
dan akhirnya menguasa Korea sehingga Korea menjadi bagian kekaisaran
Mongol.
Setelah runtuhnya Mongol pada akhir abad ke 14, berbagai golongan
bangsawan dan militer berusaha memegang kekuasaan di Korea .
Akhirnya, seorang jenderal yang bernama Yi Sung-Gy menghilangkan
pemerintahan yang korup dan mendirikan dinasti Yi (1392 – 1910).
Kongfucuisme diperkenalkan sebagai agama resmi. Reformasi politik dan
social dimulai. Ibu kota negara dipindahkan dari Kaesong ke Seoul .
Namun , Korea masih tetap terancam oleh Cina dan Jepang. Kedua negara
tersebut ingin menguasai Korea untuk memperluas wilayah mereka.
Setelah serangan yang gagal dari kepang pada tahun 1592 – 1598, Korea
jatuh di bawah kekuasaan Manchu dari utara.
Beberapa abad berikutnya, Korea menutup diri dari pergaulan dunia
menjadi negara pertapa. Pada tahun 1800-an, Rusia, Jepang, dan Cina
bersaing untuk menguasai Korea . Setelah perang Rusia – Jepang pada
tahun 1904 - 1905, Jepang bergerak ke semenanjung Korea dan
mendudukinya pada tahun 1910. Pada tahun 1919, penduduk Korea
mengadakan demonstrasi secara damai karena menginginkan
kemerdekaan. Akan tetapi, polisi Jepang membubarkannya, malah ada
yang dibunuh dalam aksi tersebut. Pada tahun 1945, di akhir perang dunia
II, tentara Uni Soviet menduduki bagian utara Korea sedangkan tentara
Amerika di bagian selatan. Setelah membuat suatu perjanjian, Korea
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
dibagi sejajar dengan garis lintang 38˚. Pada bagian selatan berdirilah
Republik Korea, sedangkan di daerah utara didirikan Republik
Demokratik Rakyat Komunis.
Pada tanggal 25 Juni 1950, tentara Korea Utara menyerang Korea
Selatan dalam upaya menyatukan Korea dibawah kekuasaan komunis.
Korea Utara yang memakai persenjataan yang disediakan oleh Uni Soviet
menang atas Korea Selatan. Akan tetapi, atas bantuan PBB, Korea Selatan
diselamatkan atas kekalahan dan pertempuran pun diakhiri dengan
gencatan senjata pada bulan Juli 1953. Sejak saat itu, berbagai
perundingan yang dilakukan untuk menyatukan Korea selalu gagal. Saat
ini Korea Selatan lah yang menjadi perhatian dunia. Hal tersebut karean
Korea Utara menutup diri dari dunia luar. Sebaliknya, Korea Selatan
berkembang pesat sebagai negara maju di kawasan Asia. Korea Selatan
berbentuk Republik, dengan sistem pemerintahan Presidensial terpusat.
Kepala pemerintahannya adalah Perdana Menteri, sedangkan Kepala
negaranya adalah Presiden. Korea Selatan beribu kota di Seoul dan
mempunyai mata uang Won. Agama yang berkembang di Korea Selatan
adalah Buddha dan Kristen.
b. Keadaan Sosial Budaya
Dalam budaya Korea , keturunan atau anak dianggap sebagai sebuah
anugerah yang amat besar dari Tuhan. Setiap keluarga disarankan untuk
memiliki paling tidak seorang keturunan. Oleh karena budaya yang amat
menghormati anugerah Tuhan tersebut, aborsi yang bersifat sengaja akan
diberikan hukuman yang amat berat secara adat, yaitu hukuman mati
kepada sang ibu dan orang lain yang mungkin terlibat di dalamnya, seperti
suaminya (jika suaminya yang memaksa), dokter (jika dokter yang
memberikan sarana untuk aborsi), dan lain-lain. Akan tetapi, secara
hukum, tidak akan diadakan hukuman mati. Hukuman mati biasanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
hanya dilaksanakan di daerah pedalaman Korea di mana adat masih
berpengaruh secara kuat.
Pembagian harta warisan dalam budaya ini amatlah adil. Tanpa
memperdulikan jenis kelamin, keturunan dari seseorang akan
mendapatkan pembagian harta dengan jumlah yang sama dengan saudara-
saudaranya. Akan tetapi, dalam prakteknya ini tidak selalu terjadi.
Kebanyakan orang tua menyisihkan lebih banyak harta warisan kepada
anak tertua mereka.
Dalam budaya Korea , ada satu makanan khas yang memiliki suatu
arti yang tidak dimiliki oleh makanan lainnya. Makanan ini disebut
kimchi. Di setiap session makanan, ketidakberadaan kimchi akan
memberikan kesan tidak lengkap. Kimchi adalah suatu makanan yang
biasanya merupakan sayuran yang rendah kalori dengan kadar serat yang
tinggi (misalnya bawang, kacang panjang, selada, dan lain-lain) yang
dimasak sedemikian rupa dengan bumbu dan rempah-rempah sehingga
menghasilkan rasa yang unik dan biasanya pedas.
c. Kesenian
Kesenian tradisional di Korea, dalam hal ini musik dan tarian,
diperuntukkan khusus sebagai suatu bagian dalam penyembahan “lima
dewa”. Ada beberapa alat musik tradisional yang digunakan, misalnya
hyeonhakgeum (sejenis alat musik berwarna hitam yang bentuknya seperti
pipa dengan tujuh buah senar) dan gayageum (alat musik mirip
hyeonhakgum tetapi bentuk, struktur, corak, dan cara memainkannya
berbeda dan memiliki dua belas buah senar). Tarian tradisional yang
cukup terkenal di Korea antara lain cheoyongmu (tarian topeng), hakchum
(tarian perang), dan chunaengjeon (tarian musim semi). Tarian
chunaengjeon ditarikan sebagai tanda terima kasih kepada dewa
irwolseongsin dan dewa sancheonsin atas panen yang berhasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
d. Kerjasama Antar Negara
Korea mengadakan banyak kerjasama ke negara lain dalam hal
industri, pariwisata, dan lain-lain. Dalam hal industri, Korea banyak
mengekspor barang seperti bahan pangan (beras, padi-padian, jagung,
tembakau, sayuran), bahan tambang (bijih besi, tembaga, fosfat), dan
bahan hasil industri (tekstil, pupuk, barang elektronik). Korea juga
mengadakan impor barang terutama dalam hal bahan bakar. Dalam
masalah kerja sama perdamaian dunia, Korea merupakan salah satu
anggota PBB dan telah menjadi anggota dari kira-kira 38 badan-badan
PBB. PT Samsung yang didirikan Korea di Indonesia merupakan salah
satu bukti nyata dari bentuk kerja sama yang dilakukan Korea dalam
bidang industri.
2. Indosiar
a. Riwayat Singkat Perusahaan
Stasiun televisi Indosiar, berdiri pada tanggal 19 Juli 1991 dengan
nama awal PT Indovisual Citra Persada. Kemudian perusahaan tersebut
berubah nama menjadi PT Indosiar Karya Media Tbk (Perseroan). Pada
tahun 2004 perseroan tersebut berkembang menjadi perusahaan induk
operasional usaha penyiaran televisi yaitu PT Indosiar Visual Mandiri,
salah satu televisi swasta nasional terkemuka, dan selanjutnya melakukan
pencatatan efek di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (kini telah
bergabung dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia). Perseroan
yang beralamatkan di Jl. Damai no.11 Daan Mogot, Jakarta ini kini
memiliki sebanyak 1565 karyawan.
b. Bidang Usaha
Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perseroan, maksud dan tujuan
Perseroan adalah berusaha dalam bidang perdagangan umum dan jasa
dalam bidang hukum dan pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB III
SAJIAN DATA
Dalam penelitian ini, drama Korea yang digunakan sebagai objek
penelitian adalah drama Korea Princess Hours. Drama ini sangat sukses di
negara asalnya dan negara di kawasan Asia. Drama ini sebenarnya
bertema kehidupan anak muda namun dalam kenyataannya drama ini
sukses menggaet kaum wanita maupun pria, tua dan muda sebagai
pemirsa setia. Drama ini sudah tiga kali tayang di layar kaca Indonesia
melalui stasiun televisi Indosiar.
Drama Korea Princess Hours pertama kali tayang di Indosiar pada
tahun 2006, dan diputar lagi di stasiun yang sama pada tahun 2007 dan
2008. Walaupun sudah diputar berulangkali, namun penayangan Princess
Hours selalu mampu manarik banyak pemirsa. Drama Korea Princess
Hours sebenarnya diangkat dari komik Korea, atau yang biasa disebut
manhwa, berjudul Goong karya Park So Hee. Di Korea drama ini berjudul
sama dengan komiknya, yakni Goong, di Indonesia berjudul Princess
Hours, dan di Amerika Utara berjudul The Palace.
Drama yang dibuat oleh MBC ini bersetting abad 21 dimana Korea
masih mengnut sistem pemerintahan Monarkhi Konstitusional. Drama ini
menggabungkan kehidupan kerajaan dan di luar kerajaan dalam setiap
adegannya, sehungga drama ini kental dengan unsur budaya, walaupun
mempunyai tema modern.
A. Karakter Pemain
Drama ini mempunyai empat tokoh utama, yaitu:
1. Lee Shin diperankan oleh Joo Ji Hoon
Lee Shin adalah seorang putra mahkota kerajaan Korea.
Dibesarkan di dalam istana membuatnya menjadi orang yang
kurang sensitif, kurang memperhatikan perasaan orang lain,
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
dingin, kesepian, dan penuh misteri dengan sikap-sikapnya.
disamping itu ia merupakan sosok yang pintar dan sangat
cocok menjadi seorang raja. Ia menyadari takdirnya sebagai
calon raja dengan segala peraturan istana membuatnya
membatasi perbuatan dan keinginannya di dunianya yang
membosankan. Kehadiran Chae Kyeong di istana membuat
kehidupannya lebih terasa hidup membuatnya jatuh hati pada
permaisurinya itu.
2. Shin Chae Kyeong diperankan oleh Yoon Eun Hye
Shin Chae Kyeong adalah seorang siswa sekolah seni dari
sebuah keluarga biasa. Kakeknya pernah menyelamatkan Raja
terdahulu, sehingga Raja tersebut membuat perjanjian dengan
kakeknya bahwa Chae Kyeong akan menikahi putra mahkota
nantinya. Pembawaan Chae Kyeong yang ceria dengan segala
tingkah polah lucunya mampu merubah suasana yang tadinya
kaku menjadi lebih hidup. Hal inilah yang membuat Lee Shin
akhirnya jatuh cinta padanya.
3. Lee Yool diperankan oleh Kim Jeong Hoon
Lee Yool adalah sepupu Lee Shin. Ayahnya merupakan kakak
ayah Lee Shin. Dulu ketika ayahnya masih hidup, ialah yang
diangkat menjadi putra mahkota. Namun, ketika ayahnya
meninggal, kedudukan putra mahkota jatuh ketangan Lee Shin.
Ia merupakan orang yang lembut, hangat, dan romantis,
sifatnya kebalikan dari Lee Shin. Ia menyukai Chae Kyeong,
karena itulah ia memiliki penyesalan atas kedudukannya
sebagai putra mahkota dulu, karena seharusnya ialah yang
menjadi suami Chae Kyeong.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
4. Hyo Rin diperankan oleh Sung Ji Hyo
Min Hyo Rin merupakan pacar Lee Shin. Pada awal cerita, Lee
Shin melamarnya, namun ia menolak demi karir baletnya.
Setelah merasa terancam kedudukannya sebagai pacar oleh
Chae Kyeong, ia berusaha mempertahankan hubungannya
dengan Lee Shin, walaupun akhirnya tidak berhasil. Ia
merupakan wanita yang cantik dan pintar. Ia berusaha
mewujudkan mimpinya menjadi balerina sukses, namun, dalam
kehidupan cintanya, ia mengejar sesuatu yang bukan miliknya.
B. Jalan Cerita
Cerita bermula ketika ayah Lee Shin, sebagai pemegang
kekuasaan kerajaan pada masa itu, menderita sakit. Keadaan tersebut
membuat kerajaan memutuskan bahwa Lee Shin harus segera
mempunyai istri, agar sewaktu waktu apabilan hal buruk terjadi, Lee
Shin bisa segera diangkat menjadi raja. Shin diharuskan menikah
dengan seorang gadis biasa, yang telah dipilih oleh almarhum
kakeknya di masa lalu. Perjodohan itu terjadi karena kakek Lee Shin
pernah ditolong oleh kakek Chae Kyeong, sebagai tanda
persaudaraan maka diadakan perjodohan antar kedua cucu mereka
yang akan diadakan di kemudian hari ketika mereka sudah
menginjak dewasa.
Lee Shin sebenarnya tidak mau menjadi raja, karena cita
citanya adalah menjadi sutradara. Lee Shin pun sebenarnya telah
mempunyai kekasih bernama Hyo Rin yang bercita-cita menjadi
seorang balerina, sehingga Lee Shin sebenarnya tidak setuju
dijodohkan dengan Chae Kyeong. Sebelum menikah dengan Chae
Kyeong sebenarnya Lee Shin sudah melamar Hyo Rin, namun Hyo
Rin menolak dengan alasan bahwa kehidupan di istana akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
menghambat cita-citanya untuk menjadi balerina. Penolakan Hyo
Rin membuat Lee Shin mau menikah dengan Chae Kyeong. Chae
Kyeong sendiri mau menikah dengan Lea Shin karena ingin
membantu keluarganya yang terlilit hutang. Pernikahan dengan
anggota kerajaan menurutnya akan membebaskan keluarganya dari
masalah. Masalah muncul ketika Chae Kyeong merasa tidak nyaman
di kerajaan. Pribadi Chae Kyeong yang bebas dan ceria tidak cocok
dengan kehidupan istana yang menurutnya sangat mengekang. Pada
saat itulah muncul Lee Yool, yang merupakan anak dari paman Lee
Shin. Paman Lee Shin sebenarnya merupakan pemegang kekuasaan
yang sah setelah kakek Lee Shin. Namun karena sakit dan akhirnya
meninggal maka tahta kerajaan diserahkan kepada ayah Lee Shin.
Lee Yool berniat untuk merebut kembali tahta kerajaan yang
seharusnya jatuh ke tangannya. Di istana, Chae Kyeong berteman
baik dengan Lee Yool hingga akhirnya Lee Yool jatuh cinta
padanya. Sayangnya Chae Kyeong terlanjur mencintai Lee Shin,
walaupun Lee Shin selalu kasar terhadapnya. Sadar bahwa Chae
Kyeong harus menjadi istri dari pemegang tahta kerajaan, maka Lee
Yool pun semakin bertekad untuk merebut tahta kerajaan. Konflik
semakin memanas ketika akhirnya Hyo Rin merasa iri terhadap Chae
Kyeong yang berhasil mendampingi Lee Shin. Hyo Rin pun
akhirnya melupakan cita citanya untuk menjadi balerina dan
bertekad merebut Lee Shin kembali ke tangannya. Drama ini
selanjutnya terfokus pada berhasilkah Lee Shin memimpin kerajaan,
berhasilkah Chae Kyeong beradaptasi dengan lingkungan kerajaan,
berhasilkah Chae Kyeong merebut hati Lee Shin, berhasilkah Lee
Yool merebut tahta kerajaan dan juga hati Chae Kyeong, dan
berhasilkah Hyo Rin mendapatkan kembali hati Lee Shin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
C. Lokasi
Sebagian besar adegan di dalam ruangan diambil di Osan.
Produser sengaja membuat set untuk adegan indoor, terutama untuk
setting bangunan istana. Set untuk bangunan istana didesain dengan
gaya klasik dan modern. Set tersebut menghabiskan dana senilai
hampir lima milyar won.
Selain mengambil adegan di dalam set, drama Korea Princess
Hours juga mengambil setting di tempat yang memang benar-benar
ada di Korea, diantaranya:
1. Villa Gangneung Seongyojang
Villa tersebut digunakan sebagai lokasi dimana dua tokoh
utama yakni Lee Shin dan Chae Kyeong berlibur bersama.
Villa yang bergaya tradisional Korea tersebut, terletak di
provisi Gangwondo. Seongyojang adalah sebuah villa pribadi
yang mempunyai empat bangunan terpisah dengan dikelilingi
beberapa kolam bunga teratai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
2. Sekolah Seni Kaywon
Lokasi set untuk sekolah keempat tokoh utama diambil di
Sekolah Seni Kaywon yang terletak di Bundang. Sekolah seni
Kaywon sangat terkenal. Sekolah tersebut mempunyai desain
arsitektur bergaya modern. Sekolah tersebut mempunyai tiga
jurusan seperti halnya yang diceritakan dalam drama Korea
Princess Hourse, yakni jurusan seni rupa, film dan tari. Sekolah
tersebut merupakan sekolah unggulan, hingga setiap tahun
hanya 320 siswa yang mendaftar agar diterima dalam delapan
kelas yang dimiliki oleh sekolah tersebut..
3. Universitas Duksung
Jika set istana kerajaaan di dalam ruangan adalah buatan, lain
halnya dengan set bangunan luar istana. Bangunan luar istana
diambil dari bangunan Universitas Duksung.di ibukota Korea
Selatan, yakni Seoul. Bangunan tersebut bergaya Renaissance
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
dengan dinding putih yang berkesan antik dengan dikelilingi
taman yang indah.
4. Distrik Myeongdong
Distrik Myeongdong adalah tempat dimana dua tokoh utama
menghabiskan waktu bersama sebelum mereka terpisah karena
salah satu dari mereka harus dikirim keluar negeri. Distrik
Myeongdong adalah salah satu tempat wisata belanja yang
paling ramai di Korea Selatan. Disini orang dapat berjalan-
jalan menikmati pemandangan dari gedung-gedung yang ada di
Korea sambil berbelanja.
5. Museum Teddy Bear
Dalam suatu episode diceritakan ibu suri dan cucu
menantunya, Chae Kyeong mengunjungi museum Teddy Bear.
Museum tersebut terletak di Pulau Jeju. Museum tersebut
adalah museum terbesar di seluruh dunia yang mengkoleksi
boneka Teddy Bear. Di museum tersebut pengunjung dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
melihat Teddy Bear dari berbagai penjuru dunia dan juga
tempat-tempat yang menarik untuk berfoto.
Seluruh lokasi benar benar diperhitungkan dan dipersiapkan
dengan matang agar sedapat mungkin menggambarkan unsur budaya
Korea secara lebih nyata. Pemilihan lokasi sangat menunjang dalam
penggambaran unsur budaya dalam drama Korea Princess Hours.
Drama ini berhasil meraih beberapa penghargaan di Korea,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. MBC Acting Awards 2006: Aktris wanita terpopuler diraih
oleh Yoon Eun Hye.
2. MBC Acting Awards 2006: Aktor pria terpopuler diraih oleh
Joo Ji Hoon.
3. MBC Acting Awards 2006 : Pasangan terbaik diraih oleh Joo
Ji Hoon dan Yoon Eun Hye.
4. MBC Acting Awards 2006: Princees Hours terpilih sebagai
drama terbaik tahun 2006.
Drama ini telah diputar di beberapa negara seperti:
1. Singapura (2006)
2. Thailand (2006)
3. Filipina (2006 dan 2007)
4. Malaysia (2007)
5. Kanada (2007)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB IV
ANALISIS DATA
Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan menggambarkan atau
mendeskripsikan secara obyekif keadaan dan kondisi yang bisa ditangkap dan
dilihat dari suatu obyek penelitian. Dalam penelitian ini kondisi obyek yang
dimaksud adalah unsur-unsur budaya Korea dalam drama Korea Princess Hours
di Indosiar. Sebagaimana telah dikemukakan dalam rumusan masalah,
penelitian ini berusaha memberikan gambaran mengenai apa saja unsur-unsur
budaya Korea yang terkandung di dalam drama Korea Princess Hours dan
faktor-faktor apa saja yang menyebabkan tayangan drama Korea Princess Hours
mudah diterima masyarakat Indonesia. Dari faktor-faktor tersebut peneliti
berusaha menggali, apakah memang salah satu faktor yang menyebabkan
tayangan drama Korea Princess Hours mudah diterima masyarakat Indonesia
adalah unsur-unsur buadaya yang terkandung di dalam tayangan drama Korea
Princess Hours.
Tak dapat dipungkiri bahwa tayangan drama Korea Pricess Hours yang
ditayangkan melalui media televisi, berusaha menjalankan fungsi dari
komunikasi massa. Namun dalam pembahasan ini, peneliti akan lebih
memfokuskan penelitian pada fungsi sebagai transmisi budaya. Selain itu
peneliti juga ingin menyoroti tayangan drama Korea Princess Hours dalam
kaitannya dengan komunikasi antar budaya. Hal ini mengingat sebagai
komunikan dari penayangan drama Korea ini adalah orang Korea, sedangkan
sebagai komunikatornya adalah orang Indonesia.
A. Unsur-Unsur Budaya Dalam Tayangan Drama Korea Princess Hours
Digunakan sebagai pedoman untuk mendeskripsikan unsur-unsur budaya
dalam tayangan drama Korea Princess Hours ini adalah pendapat dari
Koentjaraningrat, yang mengemukakan bahwa ada tujuh unsur budaya yang
bersifat universal. Penelitian ini akan berusaha mendeskripsikan unsur budaya
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
yang bersifat universal tersebut, yang tergambar dalam tayangan drama Korea
Princess Hours. Dari ketujuh unsur kebudayaan universal yang ada, memang
tidak semua tergambar secara menonjol dalam tayangan drama Korea Princess
Hours, namun setidaknya ada empat unsur kebudayaan universal yang
tergambar secara menonjol dalam tayangan drama ini. Untuk memberikan
gambaran mengenai unsur-unsur budaya yang terkandung dalam tayangan
drama Korea Princess Hours, peneliti menggunakan beberapa potongan adegan
dari tayangan drama Korea princess Hours yang mencerminkan unsur-unsur
budaya Korea.
1. Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan
Tayangan drama Korea Princess Hours menggambarkan sistem dan
organisasi kemasyarakatan Korea dalam beberapa adegan. Sistem dan
organisasi kemayarakatan yang tergambar dari drama ini diantaranya
adalah gambaran mengenai bentuk sistem perkawinan di Korea. Menurut
Korea Overseas Information Service menjelaskan bahwa kebudayaan
garis keluarga di Korea adalah berdasarkan atas sistem patrilinial. Pria
memegang peranan penting dalam kesejahteraan keluarga dan diwajibkan
untuk bekerja. Wanita diperbolehkan untuk bekerja hanya kalau
diperbolehkan oleh suami atau jika hasil kerja suaminya tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Tugas utama wanita adalah untuk
mengasuh anak dan menjaga rumah. Hal tersebut tergambar dalam
potongan gambar berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Gambar 4. Suami dan Istri
Dalam potongan gambar diatas, terlihat sepasang suami istri
dimana sang suami memakai celemek dan sarung tangan, sedangkan sang
istri menggunakan baju kerja. Dalam drama Korea Princess Hours ini,
ayah dari tokoh utama wanita diceritakan sebagai seorang ayah rumah
tangga. Dia bertugas mengurusi semua tetek bengek rumah tangga, seperti
memasak dan membersihkan rumah, sedangkan istrinya bertindak sebagai
pencari nafkah keluarga. Dia bekerja sebagai seorang agen di perusahaan
asuransi.
Sang istri bertindak sebagai pencari nafkah karena sang suami tidak
mempunyai pekerjaan. Seperti yang telah diutarakan diatas, menjadi
pencari nafkah bagi seorang wanita adalah hal lumrah jika sang suami
tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga. Di sisi lain, sang suami lah
yang kemudian bertugas mengurus semua urusan rumah tangga.
Menyangkut sistem dan organisasi kemasyarakatan, di Korea juga
berlaku semacam ketentuan dimana budaya perkawinan Korea sangat
menghormati kesetiaan. Para janda, walaupun jika suami mereka mati
muda, tidak dizinkan menikah lagi dan harus mengabdikan hidupnya
untuk melayani orang tua dari suaminya. Begitu juga yang terjadi pada
seorang duda yang harus melayani orang tua dari istrinya walaupun
istrinya tersebut mati muda. Dalam drama Korea princess Hours, menantu
dari raja dan ibu suri tidak menikah lagi setelah suaminya yang merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
pewaris tahta meninggal. Dia hanya mengabdi pada keluarga mendiang
suaminya, dan tinggal di lingkungan mendiang keluarga suaminya.
Gambar 5. Menantu
Gambar diatas menunjukkan bahwa dia mengikuti adat dari keluarga
mendiang suaminya, yang notabene adalah keluarga kerajaan, dengan
selalu menggunakan pakaian tradisional Korea di lingkungan kerajaan.
Gambar diatas juga menunjukkan bahwa selepas kepergian suaminya,
hidupnya hanyalah untuk mengurus dan membesarkan anaknya. Menikah
kembali tidak menjadi pemikirannya selepas kepergian suaminya.
2. Sistem Pengetahuan
Sejauh pengamatan penulis, salah satu hal yang menarik dari
tayangan drama Korea, terutama tayangan drama Korea Princess Hours
adalah bahwa drama ini memberikan gambaran mengenai bagaimana
sistem pengetahuan yang berlaku di Korea. Empat tokoh utama yang
digambarkan sebagai pelajar SMA beberapa kali ditampilkan sedang
melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya. Dari adegan-adegan
tersebut, penonton dapat mendapatkan gambaran mengenai sekolah
menengah khusus di Korea. yang tidak mengelompokkan siswa ke dalam
dua jurusan, yakni IPA dan IPS, seperti layaknya sistem pendidikan di
Indonesia. Dalam tayangan drama Korea Princess Hours, sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
menengah khusus yang digambarkan adalah sekolah menengah khusus
seni, dimana sekolah tersebut terbagi menjadi beberapa jurusan yang lebih
spesifik yakni film, seni rupa dan tari. Hal tersebut tercermin dalam
potongan gambar berikut:
Gambar 6. Kelas Seni Rupa
Gambar diatas menunjukkan kegiatan kelas seni rupa, yang
diantaranya meliputi kegiatan melukis dan membuat patung. Gambar
diatas juga menunjukkan bahwa kegiatan tidak hanya dilakukan secara
individu namun juga secara kelompok.
Gambar 7. Kelas Film
Gambar diatas menunjukkan seorang siswa yang sedang melakukan
kegiatan praktek pembuatan film. Teks narasi juga menunjukkan bahwa
siswa sedang mempelajari tekhnik pencahayaan dalam pembuatan sebuah
film.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Gambar 8. Kelas Tari
Gambar diatas menunjukkan beberapa siswa yang sedang melakukan
kegiatan menari balet. Seorang siswa telihat bermain piano untuk
mengiringi beberapa siswa lain berlatih balet. Sedangkan gambar
selanjutnya menunjukkan beberapa siswa melakukan pemanasan sebelum
berlatih balet.
Dari beberapa gambar diatas juga dapat disimpulkan bahwa kegiatan
belajar mengajar di sekolah, dalam hal ini di Korea, tidak melulu
mempelajari teori namun juga banyak melakukan praktek, sehingga siswa
lebih bisa menguasai ilmu yang dipelajarinya. Sejauh pengamatan peneliti,
hal ini berbeda dengan drama Indonesia pada umumnya, atau yang biasa
dikenal dengan sebutan sinetron. Walaupun banyak sekali sinetron yang
menggambarkan kehidupan pelajar mulai dari SD hingga kuliah, namun
bisa dikatakan hampir tidak ada sinetron yang menunjukkan kegiatan
belajar mengajar mereka.
Seringkali sinetron hanya menyoroti kisah percintaan mereka di
sekolah, atau yang lebih ironis lagi terkadang digambarkan seorang siswa
yang sedang mengerjai gurunya. Penggambaran kegiatan belajar mengajar
tentu saja diharapkan setidaknya dapat secara tidak langsung mengajak
siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal inilah yang
jarang bisa didapat dari sinetron di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
3. Kesenian
Menyangkut kesenian, tayangan drama Korea Princess Hours cukup
banyak memberikan gambaran mengenai beberapa bentuk kesenian dari
Korea. Beraneka ragam benda dan kegiatan bernilai seni dapat kita jumpai
dalam tayangan drama Korea Princess Hours. Sutradara sangat cermat
dalam membidik berbagai hal-hal yang mencerminkan kesenian asli
Korea.
Gambar 9. Bangunan tradisional Korea
Beberapa kali adegan dalam tayangan drama Korea Princess Hours
diambil dengan setting bangunan istana yang notabene mempunyai bentuk
bangunan tradisional Korea. Sebagai penonton, tidak hanya orang awam
saja seperti orang Indonesia yang akan memperoleh pengetahuan
mengenai bangunan tradisional Korea, namun juga pastinya orang Korea
sendiri sebagai sasaran utama dari drama Korea Princess Hours ini. Hal
tersebut karena tentu saja tidak semua orang Korea tahu bangunan
tradisional Korea, seperti halnya tidak semua orang Indonesia mengenal
berbagai bentuk bangunan tradisional yang ada di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Gambar 10. Alat Musik tradisional Korea
Gambar diatas menunjukkan beberapa orang, termasuk tokoh utama
dari tayangan drama Korea Princess Hours, yakni Chae Kyeong, yang
sedang memainkan alat musik tradisional Korea. Beberapa potong adegan
diatas menunjukkan permainan alat musik tradisional Korea, baik yang
dimainkan dengan ditiup maupun dipetik. Secara audio penonton pun
dapat mendengarkan alunan alat musik tradisional tersebut. Sehingga
penonton tidak hanya dapat menikmati beberapa alat musik tradisional
tersebut secara visual namun juga secara audio.
Gambar 11. Pakaian Wanita Tradisional Korea
Pakaian tradisional Korea tak dapat dipungkiri merupakan daya tarik
tersendiri dalam tayangan drama Korea Princess Hours. Banyak sekali
adegan dimana para pemain wanita mengenakan pakaian tradisional Korea
yang disebut Han Bok. Dari gambar diatas memang terlihat perbedaan
antara gambar di sebelah kiri dan kanan. Han Bok memang mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
perbedaan, menyangkut siapa yang memakainya. Terlihat Han Bok untuk
bangsawan mempunyai warna yang cerah dan merupakan perpaduan dari
beberapa warna. Selain itu Han Bok yang dikenakan oleh bangsawan juga
dihiasi dengan ornamen keemasan sehingga Han Bok terlihat sangat
indah. Sedangkan Han Bok untuk masyarakat dari kalangan biasa,
cenderung tidak berwarna cerah, atau setidaknya tidak secerah yang
dipakai oleh kaum bangsawan, dan tidak memakai ornamen keemasan.
Selain Han Bok yang dikenakan para pemain wanita, Han Bok yang
dikenakan para pemain pria pun tak kalah beragam. Walaupun tidak
sesering pemain wanita namun pemain pria pun beberapa kali terlihat
memakai Han Bok, seperti yang terlihat dalam beberapa potongan gambar
berikut:
Gambar 12. Pakaian Pria Tradisional Korea
Dari gambar diatas, secara visual terlihat bahwa Han Bok Pria untuk
bangsawan tidak terlalu menonjolkan perpaduan warna. Meskipun Han
Bok tersebut juga menggunakan ornamen emas. Dari gambar diatas pun
dapat terlihat bahwa orang Korea mempunyai beberapa jenis penutup
kepala sebagai pelengkap pemakaian Han Bok. Jika pria Korea
mempunyai beragam penutup kepala, demikian halnya dengan wanita
yang mempunyai beragam bentuk sanggul sebagai pelengkap pemakaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Han Bok. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa potongan gambar
berikut:
Gambar 13. Sanggul Wanita Korea
Dari gambar diatas terlihat beberapa perbedaan bentuk sanggul.
Sejauh yang terlihat dalam tayangan drama Korea Princess Hours,
pemakaian sanggul berbeda, biasanya tergantung dari siapa pemakainya
serta acara yang akan dihadiri oleh si pemakai. Dalam beberapa adegan
terlihat bagaimana posisi atau kedudukan dan juga status si pemakai
menentukan bentuk sanggul, seperti yang terlihat dalam gambar berikut
ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Gambar 14. Han Bok dan Pelengkapnya
Dalam gambar diatas wanita yang selalu berdiri nomer dua dari kiri,
mempunyai sedikit perbedaan. Perbedaan tersebut karena perbedaan
kedudukan yang dimilikinya ketika pengambilan foto. Foto sebelah kiri
diambil ketika dia masih berstatus sebagai menantu dari seorang pria yang
meskipun adalah anak raja,namun dia bukanlah sebagai pewaris tahta.
Gambar sebelah kanan diambil ketika suaminya beralih menjadi pewaris
tahta setelah kakaknya meninggal. Hal tersebut secara otomatis merubah
posisnya atau kedudukannya sebagai calon permaisuri.
Dalam foto sebelah kiri, dia tidak menggunakan ornamen diatas
kepalanya. Sedangkan calon permaisuri sebelumnya yang berdiri paling
kanan mengenakan ornamen diatas kepalanya. Namun kedua wanita
tersebut mempunyai persamaan yakni, rambutnya yang tidak dibentuk
ekor kuda dan digelung keatas. Hal ini karena posisi mereka sama-sama
menjadi menantu dalam keluarga. Berbeda dengan wanita yang terlihat
duduk, secara kedudukan, dialah wanita yang mempunyai kedudukan
paling tinggi dalam keluarga tersebut. Bagi wanita yang belum menikah
pun, rambut hanya dikepang atau dibentuk ekor kuda, namun tidak
digelung ke atas. Dari gambar diatas terlihat pula perbedaan antara
penutup kepala para pria. Pria yang menjadi raja dan calon raja hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
memakai penutup kepala yang menjulang keatas, namun tidak memakai
ornamen di belakangnya.
Kekayaan ragam khasanah Han Bok, ditampilkan dalam beberapa
adegan tayangan drama Princess Hours dengan sangat menarik. Hal
tersebut secara tidak langsung juga akan menarik perhatian penonton
untuk mengenal lebih jauh tentang budaya Korea, khususnya dalam
bentuk pakaian tradisional Korea.
Gambar 15. Museum Teddy Bear
Bicara mengenai seni, ada satu hal yang menarik perhatian peneliti.
Dalam tayangan drama Korea Princess Hours, tergambar pula bahwa
orang Korea juga menghargai seni yang bisa dikatakan berasal dari
kebudayaan modern. Dalam satu adegan diceritakan bahwa ibu suri pergi
dengan cucu menantunya ke museum teddy bear. Museum tersebut
bukanlah rekayasa atau sekedar fiksi, karena museum tersebut memang
benar-benar ada di pulau Jeju, sebuah pulau yang sangat terkenal di Korea.
Hal tersebut menunjukan bahwa orang Korea mengapresiasi berbagai
macam bentuk seni. Dengan diperkenalkannya museum teddy bear di
pulau Jeju tersebut kepada penonton, bukan tidak mungkin, dapat menarik
hati penonton pula untuk berkunjung kesana. Terlebih lagi Korea selama
ini memang menyediakan tour ke tempat-tempat syuting drama Korea,
sebagai dampak dari kesuksesan drama Korea.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
4. Sistem Teknologi dan Peralatan
Seperti kita ketahui, Korea merupakan salah satu negara maju di
Korea terutama dalam hal teknologi. Kemajuan teknologi Korea juga
tergambar dalam beberapa adegan drama Korea Pincess Hours. Faktanya,
Korea sudah sangat maju dalam bidang alat komunikasi terutama
handphone, hampir semua orang mempunyai handphone. Namun drama
Korea biasanya menggunakan handphone buatan dalam negeri Korea
sendiri sebagai properti syuting. Hal tersebut tentu saja juga secara tidak
langsung dapat mengajak penonton yang berasal dari Korea untuk lebih
mencintai produk dalam negeri, dan juga memperkenalkan produk buatan
Korea bagi penonton drama Korea di luar negara tersebut. Begitu pula
halnya dengan tayangan drama Korea Princess Hours.
Beberapa kali, terdapat adegan penggunaan handphone. Bahkan
salah satu poster resmi dari drama Korea Princess Hours ini pun
menggambarkan tokoh utama wanitanya berpakaian Han bok dan
menggunakan handphone, yang seolah ingin menggambarkan bahwa
orang Korea memang “melek teknologi” dan yang lebih menarik lagi yang
digunakan adalah teknologi buatan dalam negeri. Meskipun tidak terlihat
jelas merk dari handphone yang dipakai, namun kita dapat mengenalinya
melalui bentuk handphone. Bentuk handphone produksi Korea sangat
khas, yakni rata-rata berbentuk flip, seperti yang dapat dilihat dalam
beberapa potongan gambar beikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Gambar 16. Handphone
Selain penggunaan handphone, kemajuan teknologi Korea juga
tergambar melalui beberapa adegan. Dalam tayangan drama Korea
Princess Hours terdapat beberapa adegan, dimana raja, putra mahkota dan
bibinya menggunakan laptop sebagai alat bantu dalam menjalankan
tugasnya. Hal ini dapat menggambarkan pula bahwa orang Korea “melek
teknologi.”
Gambar 17. Laptop
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Dalam hal peralatan, penulis akan menyorot hal sederhana mengenai
salah satu peralatan yang digunakan oleh orang Korea,yakni peralatan
makan. Seperti kita ketahui, sama halnya dengan orang Jepang, orang
Korea juga menggunakan sumpit sebagai alat makan. Namun sumpit
orang Korea biasanya terbuat dari besi, berbeda dengan sumpit orang
Jepang yang rata-rata terbuat dari kayu. Selain itu makanan biasanya
disajikan beraneka ragam pilihan dalam beberapa wadah, diantaranya
dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
Gambar 18. Peralatan Makan
B. Faktor Mengapa Tayangan Drama Korea Princess Hours Mudah Diterima
Oleh Masyarakat Indonesia
Untuk memberikan gambaran lebih mendalam mengenai unsur-unsur
budaya dalam tayangan drama Korea Princess Hours, dalam penelitian ini
peneliti juga menggunakan beberapa responden agar diperoleh gambaran
apakah unsur budaya merupakan salah satu faktor yang menyebabkan drama
Korea Princess Hours mudah diterima di Indonesia.
1. Data Responden Penelitian
Responden berjumlah enam orang yakni mahasiswa SI Non Reguler
Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006. Penulis mengambil
mahasiswa tersebut sebagai responden dengan pertimbangan bahwa para
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
mahasiswa tersebut telah mendapat mata kuliah Komunikasi Massa dan
Komunikasi Antar Budaya yang menjadi dasar dari penelitian ini.
Dari keenam responden tersebut semua mengaku mengikuti secara
aktif tayangan Princess Hours yang dimaksud dalam penelitian. Hal
tersebut menunjukkan adanya perhatian dari para mahasiswa SI Non
Reguler Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006 terhadap tayangan
tersebut yang memang sedikit banyak bersinggungan dengan mata kuliah
yang mereka pelajari, khususnya mata kuliah Komunikasi Massa dan
Komunikasi Antar Budaya. Dengan demikian pertimbangan pengambilan
mahasiswa SI Non Reguler Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006
dengan kondisi tersebut cukup mendukung dalam penelitian ini. Berikut
adalah data responden dari penelitian ini:
a. Diana Puspa Negara
Perempuan yang akrab dipanggil Didi ini adalah mahasiswi SI
Non Reguler Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Universitas Sebelas Maret, lulusan diploma Akademi Radya
Binatama Yogyakarta, jurusan Broadcasting. Mahasiswi kelahiran
Bogor, 19 Januari 1985 ini mempunyai perawakan sedang, dan
berkulit sawo matang. Perempuan berjilbab ini mengaku sangat
menyukai drama Korea. Namun tak semua drama Korea yang ada di
televisi dia suka. Menurutnya, dia akan menonton drama Korea jika
drama tersebut mempunyai jalan cerita yang bagus dan pemain
utama pria yang ganteng. Jika tak ada kedua syarat tersebut, dia akan
malas mengikuti drama itu. Drama Korea menurut pendapat didi
adalah media untuk mencari hiburan yang tepat. Dia selalu bisa
“cuci mata” jika menonton drama Korea. Kegemaran sulung dari
empat bersaudara ini terhadap drama Korea tak hanya sebatas
menontonnya saja di televisi, tetapi jika ada drama Korea yang dia
suka, dia akan mendownload soundtrack dan juga gambar-gambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
dari drama tersebut. Tak lupa pula dia akan browsing segala berita
tentang drama Korea yang dia suka, terutama berita tentang
pemainnya.
b. Eka Ernawati
Eka adalah lulusan diploma tiga jurusan Politeknik PPKP
Yogyakarta, yang sekarang sedang menempuh studi S1 di jurusan
Ilmu Komunikasi Non Reguler, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Universitas Sebelas Maret. Sulung dari tiga bersaudara ini dikenal
sebagai ratu download oleh teman-temannya. Dia gemar sekali
mendownload film, musik, dan juga serial drama baik dari Amerika
maupun Asia. Dari beberapa drama Asia yang ada, dia lebih
menyukai drama Korea dan drama Jepang. Mahasiswi yang
menjalani kuliah sambil kerja ini mengaku, hobinya itu semakin
menjadi karena perusahaan tempatnya bekerja mempunyai fasilitas
internet, sehingga di sela-sela waktu kerjanya dia kadang
mendownload beberapa hal yang dia suka. Perempuan kelahiran
Yogyakarta 22 Februari 1985 ini juga mengaku sering meminjam
VCD atau DVD drama Korea dan Jepang. Dia mempunyai rental
langganan di dekat rumahnya di Jogjakarta. Dia juga mengaku tak
pelit untuk berbagi info dengan teman mengenai drama Korea dan
Jepang. Dia selalu memberi info jika ada VCD atau DVD drama
Korea terbaru kepada teman-temannya. Perempuan ini pun tak segan
untuk membagi hasil downloadan drama-drama yang dia punya.
c. Esti Wardani
Esti adalah perempuan yang melanjutkan kuliah di jurusan S1
Ilmu Komunikasi Non Reguler, Universitas Sebelas Maret, setelah
sebelumnya menyelesaikan studi diploma tiganya di jurusan Public
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Relations, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gajah
Mada pada tahun 2004. Perempuan yang mengajar bahasa Inggris di
sebuah sekolah swasta di Solo ini terlihat antusias untuk
membicarakan drama Korea. Menonton tv adalah hobinya dan
drama Korea adalah salah satu acara favoritnya. Walaupun dia kini
telah menikah dan mempunyai seorang anak namun hal itu tidak
mengurangi kecintaanya terhadap drama Korea. Jika dia tak punya
waktu untuk menonton tayangan drama Korea di tv karena
kesibukan, terkadang dia akan pergi ke rental VCD untuk menyewa
beberapa VCD sekaligus. Sulung dari dua bersaudara yang lahir di
Karanganyar 17 Januari 1982 ini bahkan mengaku, terkadang
suaminya pun ikut menonton drama Korea baik yang ditayangkan di
tv maupun lewat VCD.
d. Miranti Dian
Mira adalah lulusan diploma tiga jurusan Public Relations,
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gajah Mada tahun
2006. Perempuan yang juga telah menikah pada tahun 2010 lalu ini,
tak jauh berbeda dengan Eka. Mereka sama-sama merupakan
penggila drama Korea. Mira tak segan segan merogoh kocek untuk
membeli DVD drama Korea yang dia sukai. Sulung dari dua
bersaudara, kelahiran Probolinggo, 22 Februari 1985 ini mengaku
telah mempunyai lima judul DVD drama Korea, dimana setiap judul
mempunyai sekitar enam belas samapai dua puluh empat episode.
Perempuan yang juga telah bekerja sebagai PNS di Pemkab
Probolinggo ini mengaku tak semua koleksi DVDnya original.
Namun hal itu dia lakukan demi memuaskan rasa kecintaanya pada
drama Korea.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
e. Danik Ratna Kusuma
Danik adalah perempuan yang melanjutkan studi S1 di jurusan
ilmu Komunikasi Non Reguler Universitas Sebelas Maret setelah
meraih gelar diploma tiganya di jurusan Disain Komunikasi Visual
fakultas Sastra dan Seni Rupa,di universitas yang sama pada tahun
2006. Perempuan berjilbab yang satu ini, mengaku tidak terlalu suka
menonton tv. Namun memang sesekali jika ada drama Korea di
televisi, dia akan menyaksikannya. Danik, yang lahir di Solo 24
Maret 1984 ini mengaku sangat moody, walaupun dia cukup
menyukai drama Korea, namun terkadang jika dia sedang tidak
mood, dia tidak akan menyaksikan drama Korea tersebut. Bungsu
dari dua bersaudara, yang hobi jalan-jalan ini, juga mengaku jarang
ada di kos, karena dia memang sering keluar bersama teman-
temannya. Jika sedang berada di rumahnya di Solo Baru, dia pun
juga jarang menonton tv. Dia lebih memilih mengahabiskan waktu
bersama keluarga atau pergi dengan temannya. Hal ini menjadi salah
satu faktor juga mengapa dia tidak selalu mengikuti setiap drama
Korea yang tayang di televisi.
f. Risma Hasnawati
Risma adalah mahasiswa S1 Non Reguler Ilmu Komunikasi
Universitas Sebelas Maret yang telah menyelesaikan studi diploma
tiganya di jurusan Komunikasi, Institut Pertanian Bogor, pada tahun
2006. Perempuan yang mencintai dunia jurnalistik ini merupakan
pecinta berbagai serial drama baik dari Amerika maupun dari Asia.
Salah satu drama Asia yang dia suka adalah drama Korea.
Perempuan yang pernah aktif di LPPM Pers UNS ini, kegiatannya
yang padat kadang membuatnya tak dapat selalu dapat mengikuti
setiap episode drama Korea di televisi. Namun, perempuan kelahiran
Bogor 15 November 1985 yang merupakan anak tunggal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
mengaku cukup sering menyewa VCD Drama di rental belakang
kampus UNS. Risma yang tinggal di sebuah kos ini berpendapat
bahwa drama Korea lebih asyik jika ditonton sendiri ketimbang
beramai-ramai. Meskipun begitu menurutnya lebih enak menikmati
drama Korea di televisi karena sudah didubbing, ketimbang
menonton lewat VCD yang terkadang narasi teksnya
membingungkan.
2. Selektifitas terhadap Tayangan Drama Korea
Selektifitas terjadi karena tidak semua stimulus mampu diolah oleh
individu, hanya stimulus yang menonjol dalam kesadaran individu yang
akan diperhatikan atau lebih banyak diperhatikan. Dalam hal ini, drama
Korea yang tayang di televisi tentu saja mempunyai banyak pesaing untuk
meraih perhatian dari penonton. Proses selektifitas terhadap tayangan
drama Korea akan menunjukkan apakah memang tayangan tersebut
sebagai stimulus, memang mampu menarik perhatian responden. Dengan
kondisi seperti itu, selektifitas responden terhadap tayangan drama Korea
akan mempengaruhi penilaian yang mereka berikan terhadap tayangan
drama Korea Princess Hours.
a. Pengenalan responden terhadap tayangan drama Korea
Penilaian terhadap suatu obyek tentunya berawal dari
pengenalan tehadap obyek tersebut. Dalam hal ini berbagai media
massa terutama televisi dapat menjadi media pengenalan yang
efektif bagi berbagai tayangan drama Korea. Stasiun televisi Indosiar
bahkan konsisten untuk menayangkan drama Korea secara
berkelanjutan. Dari apa yang diungkapkan responden penayangan
drama Korea di Indosiar memang mendominasi jawaban responden
atas awal perkenalan mereka terhadap tayangan tersebut. Seperti
yang diungkapkan Diana Puspa Negara:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
“aku pertama kali tahu tayangan drama Korea tu dari Indosiar,
waktu itu ada iklan Endless Love.” (Didi, 25 Agustus 2008)35
Ketiga responden lain pun mengungkapkan hal serupa:
“aku pertama kali tahu ada drama Korea karena lihat iklan
Endless Love di Indosiar, tapi sebenarnya waktu itu aku belum
tertarik nonton karena aku pikir cuma kayak drama Filipina
yang pernah tayang juga dulu.”(Danik, 02 September 2008)*
“Bener, pertama kali tahu dan kenal drama Korea ya dari
Indosiar, soalnya yang pertama nayangin di Indonesia kan
emang Indosiar.”(Esti, 29 Agustus 2008)
“Aku pertama lihat drama Korea tu di Indosiar, aku langsung
antusias pengin nonton, lagian udah bosan juga sama sinetron.”
(Risma, 03 September 2008)*
Berbeda dengan beberapa responden diatas, dua responden
lainnya mengenal drama dari DVD:
“Aku tahu drama Korea pertama kali, sebelum drama Korea
masuk TV, Aku tahu karena diajak temanku nonton DVDnya,
waktu itu judulnya Winter Sonata.” (Eka, 26 Agustus 2008)*
“Aku tahu dan kenal drama Korea pertama kali dari DVD, aku
nonton sama temanku, aku dapet DVDnya dari kakakku,
judulnya Winter Sonata.” (Mira, 01 September 2008)*
Dari apa yang diungkapkan oleh responden diatas dapat dilihat
bahwa selain dari spot iklan drama Korea yang ditayangkan oleh
Indosiar, responden juga pertama kali mengenal drama Korea dari
DVD. Meskipun mayoritas responden mengenal drama Korea dari
Indosiar, namun mereka juga mengenal drama Korea yang
ditayangkan oleh stasiun televisi lain. Seperti yang diungkapkan oleh
salah satu responden berikut ini:
35
Media pengenalan pertama terhadap tayangan drama Korea
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
“Ya aku tahu beberapa drama Korea selain yang tayang di
Indosiar, kayak RCTI, TV7 waktu itu, tapi menurutku lebih
bagus yang di Indosiar, cerita sama pemainnya lebih
bagus.”(Risma, 03 September 2008)**
Pernyataan Risma tersebut juga didukung oleh pernyataan responden
berikut:
“sebenarnya aku tahu juga beberapa drama Korea yang tayang
di stasiun TV lain, kayak misalnya The Days of the Youth di
RCTI, Beautiful Life sama Tomato di TV7. Tapi ya yang
tayang di Indosiar tu lebih variatif, terutama pilihan cerita atau
temanya, mungkin karena yang paling banyak nayangin drama
Korea juga Indosiar, jadi terus terang aku lebih suka yang di
Indosiar.”(Esti, 29 Agustus 2008)**
Selain itu Danik juga menambahkan:
“aku tahu juga sih drama Korea di stasiun tv lain, tapi kok
nggak menarik ya, soalnya ceritanya sedih melulu, aku jadi
males, kalo Indosiar ka nada lucu lucunya juga, jadi variatif,
nggak membosankan.”(Danik, 02 September 2008)**
Demikian halnya dengan tiga responden lain, mereka mengungkapkan
hal serupa:
“Kalau yang tayang di stasiun tv lain sih tahu, tapi waktu
tayangnya kurang pas, rata- rata drama Korea yang tayang di
TV7 waktu itu jam 11 siang, selain itu ceritanya kurang
menarik juga, menurutku stasiun TV lain kurang selektif milih
drama Koreanya, asal drama Korea aja.” (Didi, 25 Agustus
2008)**
“Drama Korea di stasiun tv lain tahu juga, kayak yang pernah
dijiplak jadi sinetron Liontin tu, tapi aku lupa judulnya,
pokoknya tayang di TV7 waktu itu, tapi rata-rata yang di
stasiun tv lain tu ceritanya monoton ya, sedih melulu,
pemainnya juga nggak secakep yang di Indosiar.” (Mira, 01
September 2008) **
**
Pengenalan terhadap tayangan drama Korea yang tayang selain di Indosiar **
Pengenalan terhadap tayangan drama Korea yang tayang selain di Indosiar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
“Indosiar menurutku kayak udah jadi trend setternya drama
Korea di Indonesia ya, jadi kalau nonton drama Korea di
stasiun tv lain kayak males gitu, nggak semenarik yang di
Indosiar dari cerita sama pemainnya.”(Eka, 26 Agustus
2008)**
Dari hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa responden
lebih memilih menonton drama Korea yang tayang di Indosiar,
diantaranya karena pilihan jalan cerita dan jajaran pemain yang lebih
menarik dari drama Korea yang tayang di stasiun tv lain.
Selain hal diatas, dari wawancara yang dilakukan juga
diperoleh suatu fakta yang menarik dimana beberapa responden
mengidentikan drama Korea dengan budaya Korea. Salah satu
responden bahkan mengungkapkan hal tersebut dengan antusias:
“menurutku drama Korea merupakan serial drama yang berasal
dari Korea, dimana Korea merupakan bagian dari benua Asia.
Selain ceritanya yang menyentuh, drama Korea juga
menyajikan detil-detil budaya negara itu sendiri, sehingga tidak
hanya menyajikan cerita-cerita yang menarik tetapi juga
ditempatkan dalam sebuah kemasan budaya yang menarik dari
negara itu sendiri. Maka bagi orang yang menonton, khususnya
aku sendiri menjadi lebih tahu bagaimana budaya dan
kehidupan sehari-hari di Korea. Selain menikmati cerita, kita
juga bisa sekaligus belajar dan menambah pengetahuan tentang
budaya lain” (Mira, 01 September 2008)***
Responden lain juga mengungkapkan hal serupa, meskipun
tidak sedetil apa yang sebelumnya diungkapkan oleh Mira:
“drama Korea adalah drama yang berasal dari Korea, pada
umumnya bertema percintaan, keluarga maupun sejarah dan
yang jelas sarat dengan adat dan budaya yang dimiliki oleh
Korea.”(Didi, 25 Agustus 2008)***
***
Pemahaman terhadap tayangan drama Korea ***
Pemahaman terhadap tayangan drama Korea
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Dari informasi yang didapat dapat diinterpretasikan bahwa
responden mendiskripsikan tayangan drama Korea adalah drama
yang bersetting kehidupan sehari hari masyarakat Korea beserta
berbagai budayanya. dan sebagian besar dari drama tersebut
bertema percintaan.
b. Motivasi menonton tayangan drama Korea
Kegiatan seseorang untuk menonton suatu tayangan tentunya
tidak lepas dari faktor motivasi dalam diri orang tersebut. Motivasi
adalah dorongan, hasrat atau penggerak yang berasal dari dalam diri
khalayak untuk melakukan tindakan tertentu. Dalam hal ini motivasi
akan mempengaruhi perhatian responden terhadap tayangan drama
Korea dan pada akhirnya dari adanya perhatian tersebut akan
mempengaruhi penilaian responden terhadap tayangan drama Korea
Princess Hours.
Responden dalam menonton suatu tayangan pasti disesuaikan
dengan keinginannya. Hal ini ditentukan oleh motif yang terdapat
dalam dirinya. Motivasi responden menonton tayangan drama Korea
dapat dilihat dari alasan yang menyebabkan mereka menonton
tayangan tersebut. Seperti apa yang diungkapkan salah satu
responden sebagai berikut:
“ya seperti yang aku bilang juga tadi, awalnya karena aku
nggak suka sinetron, jadi aku pengin aja nonton drama dengan
kemasan yang beda. Dulu waktu serial drama Amerika tayang
aku suka nonton, tapi sekarang kan udah nggak tayang,
makanya waktu ada drama produksi Korea, aku langsung
antusias pengin nonton, penasaran kayak apa sih drama Korea
itu.”(Risma, 03 September 2008)*
* Motivasi menonton tayangan drama Korea karena rasa penasaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Hal senada juga diungkapkan oleh responden lain:
“awalnya penasaran aja kayak apa sih tayangan drama Korea
itu, sama nggak sama sinetron Indonesia. Sinetron kan ya gitu,
ceritanya nggak menarik, akting pemainnya kacangan,
pokoknya nggak banget.”(Danik,02 September 2008)*
Dalam kesempatan lain beberapa responden mengungkapkan
awal dari ketertarikan mereka menonton tayangan drama Korea
adalah untuk sekadar mencari hiburan. Salah satunyaadalah sebagai
berikut:
“aku ini emang dasarnya suka nonton drama Asia, cari hiburan
yang beda lah, yang asyik buat ditonton gitu, makanya
waktunya waktu diajak temenku nonton, aku langsung mau,
dan ternyata emang menghibur.”(Eka, 26 Agustus 2008)**
Dari hasil wawancara dengan responden, maka dapat
diinterpretasikan sebagai berikut:
1) Motif responden menonton tayangan drama Korea adalah karena
rasa penasaran yang berawal dari rasa jenuh terhadap tayangan
sinetron di televisi.
2) Motif responden menonton tayangan drama Korea adalah untuk
mencari hiburan.
c. Rutinitas menonton tayangan drama Korea
Rutinitas menonton tayangan drama Korea menjadi salah satu
ukuran dalam mengukur selektifitas. Yang dimaksud selektifitas
dalam hal ini adalah sejauh mana tayangan drama Korea menarik
perhatian penonton dibanding dengan berbagai tayangan lain di
televisi. Perhatian responden terhadap tayangan drama Korea dapat
dilihat dari rutinitas mereka menonton tayangan tersebut.
** Motivasi menonton tayangan drama Korea untuk mencari hiburan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Dari hasil wawancara yang didapat,menunjukkan bahwa
setiap responden rata-rata mengikuti minimal lima drama Korea
yang pernah tayang di televisi, terutama yang ditayangkan oleh
Indosiar. Seperti yang diungkapkanresponden berikut ini:
“wah kalo aku, banyak yang aku ikutin, soalnya gimana ya,
drama Korea tu punya daya tarik, jadi sekali aja nggak nonton,
pasti nyesel banget. Yang paling aku suka dan aku ikutin terus
tu All About Eve, Full House, My Girl, Jang Geum sama
Princess Hours.”(Esti, 29 Agustus 2008)*
Pernyataan Esti tersebut juga senada dengan apa yang
diungkapkan responden lain:
“walaupun awalnya skeptis sama drama Korea, akhirnya aku
malah jadi suka banget. Yang paling aku ikutin tu Full House,
Princess Hours, Sassy Girl Chun Yang, Winter Sonata, Lovers
in Paris, All About Eve, banyak deh.”(Risma, 03 Agustus
2008)*
Meskipun responden mengungkapkan bahwa mereka
mengikuti beberapa drama Korea di televisi, namun beberapa
responden mengungkapkan bahwa mereka tidak selalu mengikuti
setiap drama Korea yang ditangkan di televisi. Dari hasil wawancara
yang didapat menunjukkan bahwa beberapa responden tidak selalu
mempunyai ketertarikan untuk menonton atau mengikuti setiap drama
Korea yang ditayangkan di televisi. Salah satunya diungkapkan oleh
responden berikut ini:
“kalau aku, meskipun aku suka drama Korea, tetapi kadang ada
juga beberapa yang nggak aku ikutin, ya karena ceritanya atau
pemainnya. Misalnya: Hwang Jini sama Jang Geum, latar
belakang ceritanya sama-sama sejarah, tapi aku nggak ngikutin
Hwang Jini karena nggak suka sama pemainnya, tapi kalo Jang
* Mengikuti sedikitnya lima tayangan drama yang tayang di televisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Geum aku suka, cerita sama pemainnya menarik
soalnya.”(Didi, 25 Agustus 2008)**
Senada dengan yang diungkapkan Didi, Danik menambahkan
bahwa dia akan menonton kalau waktu menyalakan tv bertepatan
dengan tayangan drama Korea dan melihat cerita dan penampilan
fisik pemainnya menarik, dia akan mengikuti tayangan drama
tersebut:
“kalau ngikutin tiap drama Korea yang tayang di tv sih enggak,
tapi kalau pas nyalain tv ada tayangan drama Korea dan
kelihatannya pemain sama ceritanya menarik aku akan nonton
drama itu.”(Danik, 02 September 2008)**
d. Penyediaan waktu khusus khusus untuk menonton tayangan drama
Korea
Penyediaan waktu khusus untuk menonton akan menunjukkan
penegasan adanya perhatian yang lebih terhadap tayangan drama
Korea pada diri responden. Hal tersebut akan dapat menunjukkan
seberapa besar perhatian responden terhadap tayangan drama Korea
Princess Hours. Selanjutnya, adanya perhatian dari responden
terhadap tayangan drama Korea Princess Hours akan mempengaruhi
pula kedalaman penilaian mereka terhadap tayangan tersebut. Dari
hasil wawancara dari keenam responden yang peneliti wawancarai,
hanya satu dari mereka yang tidak menyediakan waktu khusus untuk
menonton drama tersebut.
“kalau aku, ya itu tadi, nggak pernah nyediain waktu khusus,
walaupun suka ceritanya pun, kadang kalau lagi nggak mood
juga aku nggak nonton, kadang juga karena lupa.”(Danik, 02
September 2008)*
**
Tidak selalu mengikuti setiap drama Korea yang tayang di televisi
* Tidak menyediakan waktu khusus untuk menonton tayangan drama Korea
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Namun responden lain mempunyai alternatif lain apabila dia
tidak dapat menonton tayangan drama Korea di tv. Salah satu
responden yang sudah bekerja di salah satu perusahaan percetakan di
Klaten ini, sangat gigih untuk tidak melewatkan drama Korea yang
dia suka:
“kadang aku nggak bisa nonton drama Korea yang aku suka
ditv karena jadwal tayangnya tabrakan sama jam kerjaku, kalau
udah gitu biasanya aku sewa VCDnya di rental atau kadang
juga download di internet, biasanya aku tonton pas malam
sehabis pulang kerja at pas weekend, pokoknya jangan sampai
kelewatan.”(Eka, 26 Agustus 2008)
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa rata-rata
responden menyediakan waktu khusus untuk menonton tayangan
drama Korea melalui media televisi. Responden juga mempunyai
alternatif lain, yakni VCD apabila tidak sempat menonton drama
Korea di televisi.
3. Selektifitas terhadap Tayangan Drama Princess Hours
Selektifitas terhadap tayangan berawal dari pengenalan mereka pada
tayangan tersebut. Selain itu selektifitas berhubungan dengan perhatian
mereka terhadap tayangan drama Princess Hours khususnya dalam hal
nilai nilai budaya yang terkandung dalam drama tersebut. Perhatian disini
dilihat dari intensitas dan penyediaan waktu khusus untuk menonton
tayangan tersebut.
a. Pengenalan responden terhadap tayangan drama Princess Hours
Penilaian seseorang terhadap suatu obyek harus melalui proses
pengenalan terlebih dahulu. Dengan pengenalan terhadap suatu
obyek, seseorang dapat mendeskripsikan segala hal yang
berhubungan dengan obyek tersebut. Dalam hal ini responden dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
mendeskripsikan segala hal tentang drama Korea, khususnya drama
Korea Princess Hours.
Pengenalan mereka pertama kali terhadap tayangan drama
Korea ini bervariasi. Salah satunya berawal dari cerita-cerita teman.
Seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden berikut ini:
“aku pertama kali nonton dan tahu tentang tayangan drama
Korea Princess Hours karena dikasih tahu Didi yang selalu
nonton, dengan cerita yang sangat mengasyikan, jadi aku
penasaran banget pengen nonton dan membuktikan sebagus
apa sih drama ini.”(Eka, 26 Agustus 2008)*
Apa yang diungkapkan oleh Eka didukung juga oleh
pernyataan Danik yang mengenal dan tahu tayangan drama Korea
Princess Hours dari cerita teman-teman kosnya:
“iya, aku tu pertama kali tahu dan kenal Princess Hours gara-
gara temen-temen kosku yang suka ngerumpi soal drama itu.
Sebenarnya aku tahu tayangan itu pertama kali dari iklan di
Indosiar tapi aku belum tertarik. soalnya drama itu pertama kali
tayang kan hari minggu jam 11 siang, aku jadi males,
mendingan tidur. Tapi setelah dikomporin sama temen-temen
kos, aku jadi penasaran.” (Danik, 02 September 2008)*
Pernyataan senada juga diungkapkan oleh responden lain:
“adik-adik kos tu suka heboh ngomong soal Princess Hours.
Mereka ngajak aku untuk nonton, aku jadi penasaran sebagus
apa, kok mereka bisa sebegitu sukanya.”
(Esti, 29 Agustus 2008)*
Hal ini memperlihatkan bahwa peran teman juga berpengaruh.
Selain itu terlihat adanya saling interaksi antara penggemar
tayangan drama Korea sehingga diantara mereka dapat saling
* Mengenal tayangan drama Korea Princess Hours dari teman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
bertukar pikiran, karena secara tidak langsung hal ini juga
mempengaruhi ketertarikan mereka terhadap suatu tayangan televisi.
Majalah dan tabloid juga merupakan salah satu sumber
informasi yang efektif dalam menarik penonton. Hal ini terbukti
dengan pengakuan Risma. Berbeda dengan dua responden diatas,
Risma mengaku perkenalannya dengan tayangan drama Princess
Hours berawal dari salah satu artikel di salah satu majalah remaja,
GAUL. Seperti yang diungkapkannya berikut ini:
“aku tahu Princess Hours tu tadinya dari artikel di GAUL yang
membahas drama itu, katanya drama itu booming banget di
Korea, Malaysia dan Jepang kalo ga salah, makanya aku
penasaran banget pengen nonton walaupun udah ketinggalan
beberapa episode.”(Risma, 03 September 2008)**
Iklan spot acara yang ditayangkan oleh Indosiar juga menjadi
daya tarik bagi responden untuk menonton tayangan drama Korea
Princess Hours. Informasi dari iklan spot acara yang ditayangkan
oleh stasiun televisi yang bersangkutan memperlihatkan adanya
perhatian pada stasiun televisi tersebut. Dalam hal ini iklan memang
merupakan hal yang tidak bisa dihindarkan bagi penonton televisi.
Hal tersebut didukung oleh pernyataan sebagai berikut:
“aku tertarik sama Princess Hours pas aku lihat iklannya di
Indosiar jauh hari sebelum drama itu mulai tayang. Wah aku
langsung aktifin pengingat di hp-ku biar ga lupa nonton pas
nanti tayang di Indosiar, tanggal berapa Princess Hours mau
tayang aku lupa tapi kalo ga salah sekitar 2 minggu setelah
iklan itu.”(Didi, 25 Agustus 2008)***
Pernyataan Didi tersebut juga didukung pernyataan responden
lain sebagai berikut:
**
Mengenal tayangan drama Korea Princess Hours dari tabloid ***
Mengenal tayangan drama Korea Princess Hours dari spot iklan di Indosiar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
“sebenarnya aku lihat tayangan itu setelah aku melihat
tayangan iklannya di tv, waktu itu aku pikir kayaknya Princess
Hours bagus,jadi pas hari Minggu aku nyoba nonton.”(Mira,
01 September 2008)***
Variasi sumber informasi mengenai tayangan drama Korea
tersebut diatas menunjukkan keberhasilan komunikator dalam suatu
proses komunikasi, karena adanya respon dari komunikan setelah
menerima pesan yang disajikan oleh komunikator baik itu melalui
media massa. Selain itu hal diatas juga menunjukkan banyaknya
alternatif bagi responden serta penikmat televisi dalam mencari
informasi tentang acara-acara yang menarik.
b. Motivasi menonton tayangan drama Korea Princess Hours
Menonton tidak melulu berhubungan dengan aspek
meluangkan waktu tetapi juga berhubungan dengan motivasi dan
minat. Motivasi adalah dorongan, hasrat atau penggerak yang berasal
dari dalam diri khalayak untuk melakukan tindakan tertentu.
Motivasi akan mendorong adanya perhatian dari responden terhadap
tayangan drama Korea Princesss Hours. Perhatian responden dalam
menonton tayangan drama Korea Princess Hours sedikit banyak
akan mempengaruhi pula kedalaman penilaian mereka terhadap isi
dari tayangan tersebut.
Dari data yang diperoleh kebanyakan dari responden
menyatakan bahwa motivasi utama mereka menonton tayangan
drama Korea, khususnya drama Korea Princess Hours adalah untuk
mencari hiburan dan rasa penasaran yang berawal dari rasa jenuh
terhadap sinetron, mengingat selama ini stasiun televisi kita kurang
***
Mengenal tayangan drama Korea Princess Hours dari spot iklan di Indosiar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
sekali dalam menayangkan drama-drama produksi Indonesia yang
benar-benar berkualitas. Rata-rata responden merasa jenuh dengan
drama-drama produksi Indonesia yang semakin lama semakin tidak
berkualitas.
“ya aku kepingin nonton aja tadinya, sebagus apa sih Princess
itu, soalnya aku tu ngga suka sinetron Indonesia, yang ngga
mutu banget itu, jadi ya pengin bandingin aja tadinya” (Esti, 29
Agustus 2008)*
“aku pengin liat soalnya emang aku suka banget drama-drama
Korea dari dulu, habisnya jenuh di Indonesia dramanya kacau
semua.” (Didi, 25 Agustus 2008)*
Motivasi senada juga dingkapkan oleh dua responden lain:
“ awalnya sih pengen lihat aja drama Korea lagi soalnya udah
lama ga nonton drama Korea karena sibuk, lagipula kan waktu
itu tayangnya hari minggu jadi aku ada waktu, lagian bosen
sama sinetron Indonesia.” (Risma, 03 September 2008)*
“aku nonton karena kata anak-anak enggak norak kaya sinetron
Indonesia, makanya aku adi penasaran” (Danik, 02 September
2008)*
Sedangkan Eka dan Mira menyatakan bahwa kegemarannya
menonton tayangan drama Princess Hours berawal dari keinginan
mencari hiburan.
“awalnya sih pengin nonton Princess Hours, karena kata Didi
ceritanya lucu jadi menghibur banget, aku jadi penasaran buat
nonton” (Eka, 26 Agustus 2008)**
“ya pengin nonton aja yang lucu kan bisa mengibur diri, habis
kalo kalo sinetron Indonesia menurutku enggak menghibur
sama sekali deh.”(Mira, 01 September 2008)**
* Motivasi menonton tayangan drama Korea Princess Hours karena rasa jenuh terhadap sinetron
** Motivasi menonton tayangan drama Korea Princess Hours karena untuk mencari hiburan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Tingginya minat responden pada tayangan drama Korea
Princess Hours dengan motivasi yang berawal dari kejenuhan pada
sinetron memperlihatkan bahwa tayangan drama Korea, khususnya
drama Korea Princess Hours merupakan alternatif baru bagi pemirsa
televisi yang mulai jenuh dengan tayangan drama Indonesia atau
yang lebih dikenal dengan sebutan sinetron.
c. Rutinitas menonton tayangan drama Princess Hours
Rutinitas menonton tayangan drama Korea Princess Hours
menjadi salah satu ukuran dalam mengukur selektifitas. Rutinitas
disini adalah keaktifan responden dalam mengikuti tayangan drama
Korea Princess Hours. Selanjutnya dari tinggi rendahnya keaktifan
responden dalam menonton tayangan drama Korea Princess Hours
akan mempengaruhi ketajaman penilaian mereka terhadapp isi dari
tayangan tersebut.
Dengan penayangan seminggu sekali pada penayangan perdana
di televisi dan setiap Senin-Jumat pada penayangan kedua dan
ketiga, hasil wawancara menunjukkan bahwa tidak semua responden
mengikuti tayangan tersebut setiap episodenya. Mereka cenderung
rutin menonton tayangan tersebut pada penayangan perdana di
televisi namun pada penayangan kedua dan ketiga mereka cenderung
jarang mengikuti tayangan drama Korea Princess Hours karena
waktu tayang yang bersamaan dengan waktu kuliah mereka. Alasan
tersebut diantaranya dinyatakan oleh Didi, Esti dan Eka:
“waktu tayang pertama kali sih aku selalu berusaha nonton
setiap episodenya, tapi waktu tayang yang kedua dan ketiga
kali aku hanya nonton kalo pas ga ada kuliah ato kegiatan lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
aja, walaupun sebenarnya masih pengin banget ngikutin setiap
episodenya.” (Didi, 25 Agustus 2008)
“sebenernya sih pengin nonton terus tiap episodenya pas
tayang pertama sampe yang ketiga di tv, tapi yang kedua sama
ketiga kalah sama kuliah, tapi kadang masih bisa nonton juga
kalo nggak ada kuliah jam kosong gitu.” (Esti, 29 Agustus
2008)
“kalo ngikutin tiap episodenya tu pas tayang perdana di tv aja,
soalnya pas tayang kedua dan ketiga sering bentrok sama
jadwal kuliah, jadi terpaksa nggak nonton deh.” (Eka, 26
Agustus 2008)
d. Penyediaan waktu khusus untuk menonton tayangan drama Princess
Hours
Penyediaan waktu khusus untuk menonton akan menunjukkan
penegasan adanya perhatian yang lebih terhadap tayangan drama
Korea Princess Hours pada diri responden. Dari keenam responden
yang peneliti wawancarai, sebagian besar menyatakan bahwa mereka
menyediakan waktu khusus untuk menonton drama Korea Princess
pada masa tayang perdananya. Diantaranya, Eka dan Didi, kedua
mahasiswi berjilbab ini bahkan mempunyai cerita unik seputar
keinginanya untuk tidak melewatkan satu episode pun dari drama
ini.
“waktu itu jadwal matrikulasiku dan Eka bentrok sama jadwal
tayang Princess Hours, akhirnya aku bela-belain bolos kuliah
sama Eka, dan sialnya ban motorku bocor di depan fakultas
ekonomi, akhirnya kita nekat ngomong sama satpam disana
minta channel tv diganti Indosiar, akhirnya kita nonton sambil
duduk di tangga sampe selesai. Satpamnya sampai ketawa
ketiwi lihat kita.”(Didi, 25 Agustus 2008)*
* Berusaha menyediakan waktu khusus untuk menonton tayangan drama Korea Princess Hours
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Hanya dua orang dari responden yang tidak menyediakan
waktu khusus atau waktu tersendiri untuk menonton tayangan itu.
Seperti yang diungkapkan responden berikut ini:
“kalau nonton di TV, menyediakan waktu khusus sih tidak,
tapi biasanya kalo anak kos pada nonton, aku ikut nonton, tapi
untungnya aku punya kopian VCDnya, jadi aku bisa lihat
sewaktu-waktu.”(Mira, 01 September 2008)**
“kalo aku, ga ada waktu khusus sih, karena kadang aku suka
lupa juga, tapi kalo pas di kos suka diajak nonton ma anak kos,
kadang kalo lupa nonton ya nyesel juga”(Danik, 01 September
2008)**
Dari data yang diperoleh memperlihatkan bahwa responden
menyukai tayangan drama Korea Princess Hours, walaupun tidak
semua dari mereka menyediakan waktu khusus untuk menontonnya,
yang diantaranya karena jam tayang yang bertabrakan dengan jadwal
kuliah mereka. Hal diatas memperlihatkan kecenderungan responden
yang menyatakan bahwa drama Korea Princess Hours adalah
tayangan yang menarik.
4. Penilaian Responden terhadap Tayangan Drama Princess Hours
Penilaian responden terhadap tayangan drama Korea Princess Hours
merupakan salah satu efek dari proses komunikasi, yaitu efek yang terjadi
pada mahasiswa dari hasil menonton. Efek tersebut berupa bentuk
penghargaan yang diberikan oleh mahasiswa, melalui unsur penilaian dan
penghayatan. Dari tinggi rendah penilaian-penilaian yang diberikan pada
unsur-unsur yang mendukung tayangan drama Korea Princess Hours dapat
disimpulkan baik buruk apresiasi yang diberikan.
Penilaian responden terhadap tayangan drama Korea Princess Hours
dipengaruhi oleh proses selektifitas yang dilakukan, dimana lebih
**
Tidak menyediakan waktu khusus untuk menonton tayangan drama Korea Princess Hours
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
mengacu pada kondisi individu atau pada Psikologi Komunikasi lebih
dikenal sebagai faktor-faktor personal. Selain itu juga dipengaruhi oleh
adanya faktor struktural dan fungsional yang terkandung dalam tayangan
drama Korea Princess Hours.
Faktor struktural mengacu pada sifat tayangan sebagai stimuli fisik
yang menerpa, sehingga menimbulkan efek-efek syaraf pada khalayak.
Pada stimuli fisik bisa digali dari penilaian-penilaian menurut pandangan
responden terhadap tayangan drama Korea Princess Hours sebagai suatu
stimulus.
a. Penilaian tehadap pemain
Sebagai pelaku atau pusat perhatian, seorang pemain selalu
mempunyai sesuatu yang mejadi ciri khasnya sendiri. Tak dapat
dipungkiri bahwa salah satu faktor yang memempengaruhi
ketertarikan seseorang dalam menyaksikan tayangan sebuah drama
adalah faktor pemain. Kelebihan yang dimiliki pemain, baik aktor
maupun aktris, akan menjadi nilai tambah dari tayangan drama
Korea Princess Hours dalam menarik penonton. Penampilan fisik
pemain ternyata menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi
responden. Hal ini mengingat tipikal fisik orang Korea yang berkulit
putih, berbeda dengan rata-rata orang Indonesia yang berkulit sawo
matang. Alasan tersebut jugalah yang membuat responden tertarik
untuk menyaksikan tayangan drama Korea Princess Hours di
Indosiar. Seperti yang diungkapkan oleh responden berikut:
“menurutku pemainnya tu cakep-cakep, kulitnya putih-putih,
secara fisik mereka ganteng dan cantik pula. Mereka rata-rata
berpostur tinggi, walaupun sepintas tidak terlihat berbeda jauh
dengan postur orang Indonesia sih. Tokoh Shin cocok banget
diperanin sama Joon Ji Hoon, karena postur tubuhnya cocok
banget dipakein baju resmi yang rata-rata model jas gitu. Yoon
Eun Hye juga cocok meranin tokoh Chae Kyeong, sosok gadis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
ceria berwajah agak chubby dengan rambut dicepol.”(Didi, 25
Agustus 2008)*
Salah satu responden, Eka mengungkapkan pendapatnya
sambil sesekali tertawa mengingat pengalamannya:
“menurutku kadang penampilan fisik mereka juga bisa
mengacaukan emosi penonton, kayak misalnya tokoh Lee Yool
adalah tokoh yang digambarkan licik tapi pemeran Lee Yool
kan cakep, imut lagi, jadi aku nggak peduli, nggak bisa benci
sama dia.”(Eka, 26 Agustus 2008)*
Namun penilaian terhadap pemain tidak melulu soal
penampilan fisik mereka. Responden menilai kemampuan akting
semua pemeran dalam tayangan drama Korea Princess Hours sangat
pas untuk peran masing-masing. Kemampuan akting para pemain,
terutama akting empat pemain utama, dinilai mumpuni oleh
responden. Seperti apa yang diungkapkan responden berikut ini:
“akting pemainnya kelihatan natural, apalagi kalo liat
aktingnya aktor yang jadi pangeran Yool waktu nangis,
menghayati banget. Kan nggak semua aktor bisa berakting
sedih sama nangis dengan natural, liat aja sinetron Indonesia,
aktornya rata-rata cuma modal tampang. Kalo lihat mereka
akting nangis, kadang aku malah pengin ketawa.”(Esti, 29
Agustus 2008)**
Dalam kesempatan lain, seorang responden menambahkan:
“aku akui akting mereka bagus sih, Yoon Eun Hye sangat
menghayati perannya sebagi gadis SMA yang ceria, padahal
aku nonton dia di drama lain jadi gadis super tomboy pun
menjiwai banget. Dia tu selalu bisa masuk ke peran yang dia
bawakan, aku paling terkesan waktu dia akting nangis, natural
banget, kadang aku sampai ikut nangis karean terbawa
emosi.”(Risma, 03 September 2008)**
* Penilaian terhadap penampilan fisik pemain
** Penilaian terhadap kualitas akting pemain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Hal senada juga diungkapkan oleh responden lain:
“iya, menurutku akting mereka bagus, karena kadang aku juga
terbawa emosi, misalnya waktu adegan ibunya pangeran Yool
memfitnah pangeran Shin, wah aku rasanya emosi banget, jadi
benci banget sama dia.”(Mira, 01 September 2008)
Dari hasil wawancara yang didapat responden menilai penampilan
para pemain secara fisik bagus dan sesuai dengan peran yang mereka
bawakan. Dari segi fisik, para pemain dinilai sesuai untuk membawakan
peran mereka masing-masing. Sedangkan dari segi kualitas akting pun,
para pemain dinilai sangat menghayati peran. Setiap pemain dinilai
mampu menjiwai peran masing-masing, hingga terkadang mampu
membawa penonton larut dalam emosi selama kegiatan menonton
berlangsung.
b. Penilaian terhadap jalan cerita
Di dalam penyajian drama, setiap drama akan menonjolkan jalan
atau isi cerita yang berbeda-beda. Jalan cerita merupakan inti dari setiap
tayangan drama, dalam hal ini tayangan drama Korea Princess Hours.
Jalan cerita yang dimaksudkan disini adalah apakah menarik, dapat
diterima oleh akal sehat, dan yang terakhir apakah menurut responden
jalan cerita dari drama Korea Princess Hours memang sesuai dengan
kehidupan sehari-hari masyarakat Korea.
Rata-rata drama Korea memang mengambil tema seputar percintaan,
pertemanan dan keluarga. Drama Korea Princess Hours dinilai
mempunyai komposisi yang pas dalam meramu ketiga tema tersebut.
Beberapa responden bahkan mengaku larut dalam cerita, sehingga
seringkali larut dalam emosi ketika menonton tayangan drama Korea
Princess Hours. Seperti yang diungkapkan oleh responden berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
“ walaupun aku nggak selalu nonton, tapi menurutku ceritanya
bagus, masuk akal, nggak berlarut larut kayak sinetron. Drama ini tu
ada kisah pertemanannya, keluarga dan yang pasti percintaan, tapi
dikemas dengan menarik dan nggak lebay.”(Danik, 02 September
2008)
Seorang responden bahkan terang-terangan mengungkapkan alasan
kuatnya mengikuti tayangan drama Korea Princess Hours adalah karena
ceritanya.
“aku suka Princess Hours karena ceritanya sangat menyentuh dan
unik karena drama ini memadukan kehidupan di dalam kerajaan
yang penuh tradisi dengan kehidupan modern. Jadi aku bisa tahu
gimana kehidupan di lingkungan kerajaan sekaligus kehidupan
sehari-hari orang Korea tu kayak apa.”(Didi, 25 Agustus 2010)
Hal serupa juga diungkapkan oleh responden lain:
“ceritanya unik banget, karena baru pertama kali ada drama Korea
yang memadukan kehidupan kerajaan yang penuh adat tradisi
dengan kehidupan modern yang cenderung lebih bebas. Seperti yang
digambarkan dalam drama ini, Chae Kyeong, yang semula gadis dari
keluarga biasa yang harus masuk ke lingkungan kerajaan dalam
perjalanannya akan mengalami masalah seperti percintaan dan
keluarga. Jadi asyik ngikutinnya, karena selalu bikin penasaran
juga.”(Esti, 29 Agustus 2008)
Dari apa yang diungkapkan responden, dapat disimpulkan bahwa
responden tertarik dengan cerita drama Korea Princess Hours yang dinilai
unik dan berbeda karena memadukan kehidupan kerajaan dengan
kehidupan modern. Selain itu tema percintaan, pertemanan dan keluarga
dinilai berhasil dikemas dengan menarik sehingga menjadi daya tarik
tersendiri bagi responden untuk menonton drama Korea Princess Hours.
c. Penilaian terhadap unsur-unsur budaya Korea dalam tayangan drama
Korea Princess Hours
Secara umum selama berlangsungnya wawancara, responden dengan
antusias mengungkapkan ketertarikannya terhadap unsur-unsur budaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
yang ada dalam drama Korea Princess Hours. Mereka mengungkapkan
bahwa unsur-unsur budaya dalam drama tersebut tidak terkesan berat. Hal
ini dikarenakan unsur-unsur budaya tersebut dikemas dengan cerita yang
ringan. Namun demikian, mereka berpendapat bahwa unsur-unsur budaya
tersebut sangat terasa dan juga tergambar baik secara visual maupun
audio.
Satu hal yang menarik adalah bahwa responden tidak hanya mampu
melihat dan merasakan unsur-unsur budaya yang terwujud dalam hal-hal
yang konkret seperti: pakaian dan bentuk bangunan, namun juga hal-hal
abstrak seperti adat istiadat dan budaya sopan santun yang berlaku di
Korea. Beberapa pendapat mengenai unsur-unsur budaya yang bersifat
abstrak yang ada dalam tayangan drama Korea Princess Hours
diantaranya:
“Unsur budayanya menurutku emang sukses memancing perhatian
pemirsanya, nggak heran jadi banyak yang nonton. Aku seneng
banget karena drama ini mengajarkan budaya sopan santun kepada
orang tua, biar bagaimanapun orang tua, tapi mereka tetap orang tua.
Dalam drama ini digambarkan betapa Yool, berbesar hati mengambil
alih tanggung jawab atas kejahatan ibunya dan tetap menerima dan
menyayangi ibunya. Hal ini menurutku bagus karena secara nggak
langsung kan mengajarkan pada pemirsanya untuk selalu hormat dan
menyayangi orang tua. Selain itu aku juga jadi tahu hal-hal lain,
seperti kebiasan orang Korea untuk melepas alas kaki kalau masuk
rumah, juga kebiasaan tidur di lantai tanpa tempat tidur.” (Risma, 03
September 2008)*
Namun dari hasil wawancara, unsur-unsur budaya yang bersifat
konkretlah yang paling menyita perhatian responden. Berbagai hal yang
mendukung drama Korea Princess Hours baik secara audio maupun visual
sangat mengena di hati responden, terutama jika dilihat dari segi nilai
budayanya. Salah satunya adalah unsur penggunaan musik dalam drama
Korea Princess Hours. Penggunaan musik dalam tayangan drama Korea
* Penilaian unsur budaya dalam wujud abstrak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Princess Hours selain dapat menghidupkan cerita, juga secara tidak
langsung dapat memperkenalkan musik Korea kepada penonton. Beberapa
responden merasa terkesan dengan unsur musik yang digunakan dalam
drama Korea Princess Hours seperti yang diungkapkan oleh responden
berikut ini:
“musiknya tu beragam, kan memang rata-rata setiap drama Korea
mempunyai banyak musik sebagai soundtrack. Musik di drama ini tu
ada unsur musik tradisional Korea. Dalam satu adegan bahkan ada
scene permainan alat musik tradisional Korea yang dimainkan untuk
raja dan permaisuri. Pokoknya aku suka banget musiknya,aku
sampai download soundtracknya. Beberapa ada yang aku pakai buat
ringtone hp.”(Didi, 25 Agustus 2010)**
Unsur-unsur budaya dalam tayangan drama Korea Princess Hours
juga dapat dilihat dari properti yang digunakan, seperti: kostum, dekorasi,
maupun adegan-adegan dalam tayangan itu sendiri. Responden
mengungkapkan bahwa drama Korea Princess Hours sarat akan budaya
Korea. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden:
“Princess Hours tu banyak ya benda-benda bernilai budaya, yang
paling menonjol sih bangunan tradisional Koreanya. Selain itu, ada
puisi dan tarian juga. Aku amazed banget liatnya, jadi pengin ke
Korea. Menurutku emang unsur budaya di drama ini memang jadi
salah satu daya tarik drama ini.”(Esti, 29 Agustus 2008)**
Pakaian tradisional Korea , yang disebut Han Bok pun juga menjadi
salah satu cerminan budaya Korea yang seringkali menarik perhatian
responden.
“aku rasa unsur budaya dalam drama ini sukses banget memancing
pemirsa untuk terus ngikutin. Banyak banget unsur budayanya,
misal: pakaian tradisional yang dipakai dalam pernikahan, maupun
yang dipakai sehari-hari oleh ibu suri dan permaisuri yang sangat
menonjol secara tidak langsung juga memperkenalkan salah satu
**
Penilaian unsur budaya dalam wujud konkret
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
budaya Korea kepada penonton, apalagi drama ini kabarnya tayang
di beberapa negara. Belum lagi berbagai macam bentuk sanggul
yang dipakai wanita Korea dalam drama ini pastinya bisa menambah
pengetahuan penonton juga tentang budaya Korea.” (Danik, 02
September 2008)**
Apa yang diungkapkan oleh Danik, didukung oleh pernyataan
responden lain sebagai berikut:
“aku rasa drama ini berhasil memperkenalkan budaya Korea dengan
kemasan drama yang ringan. Orang jadi penasaran dengan unsur
budayanya, yang otomatis membuat orang pengin nonton terus.
Drama ini tu unik karena pakaian tradisional, sanggul wanita Korea
bisa diperkenalkan dengan cara yang menarik. Waktu Jang Geum
memang ada juga hal-hal kayak gitu, tapi kan ya itu emang drama
berlatar belakang sejarah, jadi wajar kalo ada Han Bok, nggak akan
terlihat menonjol, tapi Princess Hours ini kan sebenarnya drama
remaja, jadi hal-hal semacam itu akan mudah menarik perhatian
penonton..”(Mira, 01 September 2008)
Dari hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa responden menilai
bahwa drama Korea Princess Hours mempunyai unsur-unsur budaya yang
sangat menonjol. Diantaranya dapat dilihat dari kostum yang juga
menggunakan pakaian tradisional Korea atau biasa disebut Han Bok,
sanggul tradisional Korea, dan juga bangunan tradisional Korea.
Responden juga bahkan tidak melewatkan adat istiadat Korea yang
ditampilkan dalam drama Korea Princess Hours, seperti: budaya sopan
santun sebagai nilai budaya yang coba diperkenalkan kepada penonton.
Dari pernyataan responden dapat disimpulkan pula bahwa unsur budaya
dalam tayangan drama Korea Princess Hours merupakan salah satu faktor
mengapa drama ini menarik perhatian dan diterima dengan oleh
responden.
**
Penilaian unsur budaya dalam wujud konkret
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
d. Penilaian terhadap keberhasilan drama Korea Princess Hours diterima
oleh masyarakat Indonesia
Beragam respon dan jawaban diperoleh menyangkut keberhasilan
drama Korea Princess Hours diterima oleh masyarakat Indonesia.
Beberapa responden bahkan mengutarakan keinginannya untuk pergi ke
Korea setelah menyaksikan tayangan drama Korea Princess Hours di
Indosiar. Seperti yang diungkapkan oleh responden berikut ini:
“menurutku drama Princess Hours sukses dalam mempromosikan
budaya Korea karena khalayak yang menonton drama ini jadi tahu
tentang budaya yang ada di Korea, bahkan jadi tertarik dengan
budaya-budaya Korea. Nonton Princess Hours tu bikin aku jadi
pengin pergi ke Korea. Unsur budaya di drama ini tu menarik dan
membuat orang jadi penasaran untuk nonton.”(Danik, 02 September
2008)
Apa yang diungkapkan Danik, serupa dengan apa yang diungkapkan
responden lain berikut ini:
“menurutku Princess Hours cukup berhasil memperkenalkan budaya
Korea, khususnya kepada masyarakat Indonesia karena penonton
secara tidak langsung mendapatkan pengetahuan tentang tata cara
dan nilai kehidupan masyarakat Korea, contohnya: aku jadi tahu
tentang tata cara memberi hormat kepada orang yang lebih tua di
Korea, menurutku caranya unik dan beda dengan tata cara memberi
hormat di Indonesia. Belum lagi bangunan, pakaian dan musik
tradisionalnya. Drama ini paket komplit banget buat mengenal
budaya Korea. Wah jadi pengin ke Korea jadinya.”(Esti, 29 Agustus
2008)
Pernyataan diatas juga didukung oleh pernyataan responden lain
sebagai berikut:
“menurutku drama ini sukses banget memperkenalkan budaya
Korea, karena meskipun ditujukan untuk kalangan remaja, tapi
kenyataannya drama ini juga merupakan tontonan keluarga, dimana
semua orang bisa nonton. Unsur budayanya menarik untuk dilihat.
Cerita yang unik dan ringan menurutku juga sangat membantu
keberhasilan drama ini memperkenalkan budaya Korea karena unsur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
kebudayaannya ditata dan dikemas secara apik dan tidak
rumit.”(Eka, 26 Agustus 2008)
Dari hasil wawancara, diperoleh kesimpulan bahwa responden
menilai bahwa tayangan drama Korea Princess Hours berhasil
memperkenalkan budaya Korea kepada penonton. Responden juga
berpendapat bahwa faktor keberhasilan drama Korea Princess Hours
mudah diterima oleh masyarakat Indonesia ialah karena drama tersebut
mengandung banyak unsur-unsur budaya, namun unsur-unsur budaya
tersebut dikemas dalam cerita yang ringan sehingga lebih mudah menarik
perhatian penonton.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data wawancara dan observasi yang peneliti lakukan dan
dievaluasi dengan model analisis interaktif dengan pendekatan kualitatif dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Tayangan drama Korea Princess Hours menampilkan empat unsur budaya
universal, yang paling menonjol diantaranya adalah: sistem dan organisasi
kemasyarakatan, sistem pengetahuan, kesenian, serta sistem teknologi dan
peralatan.
a. Sistem dan organisasi kemasyarakatan
Drama Korea Princess Hours menggambarkan budaya Korea, dimana
kebudayaan garis keluarga di Korea adalah berdasarkan sistem
Patrilineal. Pria memegang peranan penting dalam kesejahteraan
keluarga dan diwajibkan untuk bekerja. Wanita diperbolehkan untuk
bekerja hanya kalau diperbolehkan oleh suami atau jika hasil kerja
suaminya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hal
tersebut digambarkan dalam satu adegan dimana seorang suami
dengan memakai celemek bertindak sebagai “ayah rumah tangga”, dan
sang istri sebagai pencari nafkah, karena sang suami tidak mempunyai
pekerjaan.
Sistem dan organisasi kemasyarakatan di Korea juga digambarkan
dalam satu adegan dimana seorang menantu tidak menikah lagi
walaupun suaminya telah meninggal. Sepeninggal sang suami, dia
harus tetap mengabdi pada keluarga sang suami. Kenyataannya,
memang begitulah budaya perkawinan yang berlaku di Korea.
99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
b. Sistem pengetahuan
Tayangan drama Korea Princess Hours menggambarkan bahwa sistem
pendidikan di Korea, khususnya untuk tingkat Sekolah Menengah
Atas, terdapat sekolah menengah khusus, seperti sekolah khusus seni
yang mengklasifikasikan 3 macam jurusan,yakni: jurusan, film,tari dan
seni rupa.
c. Kesenian
Terdapat berbagai wujud dari unsur kesenian Korea dalam tayangan
drama Korea Princess Hours, diantaranya adalah: bangunan tradisional
Korea, alat musik tradisional Korea, dan pakaian tradisional Korea
yang biasa disebut Han Bok. Drama ini dalam satu adegan juga
menampilkan museum teddy bear, yang menunjukkan bahwa Korea
juga mengapresiasi dengan baik wujud seni budaya modern. Hal
tersebut juga sekaligus mempromosikan museum yang benar-benar
berdiri di pulau Jeju tersebut.
d. Sistem teknologi dan peralatan
Sistem teknologi dalam tayangan drama ini ditunjukkan dalam poster
resmi dan juga beberapa adegan yang menggambarkan tokoh dalam
drama tersebut sedang menggunakan handphone dengan bentuk flip,
yang notabene merupakan bentuk khas handphone buatan Korea
Sedangakan sistem peralatan di Korea diperkenalkan melalui peralatan
sederhana yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat Korea, yakni
peralatan makan. Seperti yang tergambar dalam beberapa adegan,
orang Korea makan dengan menggunakan sumpit. Sumpit tersebut
terbuat dari besi, berbeda dengan sumpit orang Jepang yang terbuat
dari kayu. Orang Korea juga biasa makan dengan berbagai jenis
makanan yang ditaruh dalam beberapa wadah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
2. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal
dibawah ini:
a. Secara umum pengenalan responden terhadap tayangan drama Korea,
pada umumnya dan drama Korea Princess Hours, pada khususnya,
baik. Hal tersebut disebabkan oleh adanya selektifitas yang tinggi
terhadap tayangan drama Korea pada umumnya dan drama Korea
Princess Hours, pada khususnya. Indikasi baiknya pengenalan
responden juga dapat terlihat dari perilaku menonton tayangan drama
Korea, pada umumnya dan drama Korea Princes Hours, pada
khususnya, serta penilaian-penilaian yang mereka berikan pada
kualitas tayangan tersebut secara keseluruhan.
b. Penilaian terhadap pemain drama Korea Princess Hours, baik. Hal
tersebut teridentifikasi dari penilaian mereka terhadap para pemain,
khususnya terhadap aktor dan aktris utama. Menurut responden para
pemain secara fisik menarik, cocok dengan karakter peran yang
mereka bawakan. Responden juga menilai bahwa para pemain
mempunyai kualitas akting yang mumpuni, sehingga tak jarang akting
pemain membuat responden larut dalam emosi selama kegiatan
menonton berlangsung.
c. Penilaian terhadap jalan cerita
Berdasarkan hasil wawancara, responden menilai jalan cerita drama
Korea Princess Hours unik, karena memadukan kisah kehidupan
kerajaan dengan kehidupan modern. Selain itu, drama tersebut juga
dinilai berhasil mengemas tema percintaan, pertemanan dan
kekeluargaan dengan cerita yang ringan dan menarik.
d. Penilaian terhadap unsur-unsur budaya Korea dalam tayangan drama
Korea Princess Hours ternyata baik. Responden menaruh perhatian
yang tinggi terhadap unsur-unsur budaya Korea dalam drama tersebut.
Responden menilai bahwa unsur-unsur budaya dalam tayangan drama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Korea Princess Hours sangat menonjol. Hal tersebut terindikasi dari
perhatian mereka terhadap unsur-unsur budaya dalam wujud konkret,
seperti: pakaian tradisional (Han Bok), bangunan tradisional, serta
alat musik tradisional Korea. Responden bahkan juga menaruh
perhatian pada nilai-nilai sopan santun, sebagai unsur budaya dalam
wujud abstrak yang coba diperkenalkan dalam drama ini.
e. Responden menilai bahwa salah satu faktor mengapa drama Korea
Princess Hours mudah diterima oleh masyarakat Indonesia adalah
karena drama ini mengemas beragam unsur budaya Korea dalam cerita
yang ringan. Drama ini tidak terkesan berat walupun sarat akan unsur-
unsur budaya Korea. Unsur-unsur budaya Korea yang terkandung
dalam drama tersebut berhasil memancing rasa penasaran responden
untuk mengikuti drama Korea Princess Hours, dan bahkan membuat
responden berkeinginan untuk pergi ke Korea.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan diatas, maka peneliti
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Berhubung penelitian ini merupakan penelitian yag bersifat kualitatif,
dimana interpretasi yang diberikan masih terkait dengan adanya
subyektifitas dan kedalaman hasil penelitian masih sangat terbatas, maka
untuk mendapatkan deskripsi yang luas dan lengkap dengan berbagai
argumen dan dimensi yang lebih luas, perlu diadakan penelitian lebih
lanjut dengan menggunakan pendekatan lain.
2. Perlu adanya penambahan tayangan drama Korea di stasiun-stasiun
televisi kita, mengingat sekarang ini hanya Indosiar saja yang intens
menayangkan drama Korea.
3. Drama produksi Indonesia (sinetron) sebaiknya berkaca pada tayangan
drama Korea, yang tidak mempunyai jumlah episode yang terlalu panjang,
namun isinya sarat dengan unsur-unsur budaya yang bersifat positif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Mengingat sekarang ini sinetron tengah menjamur di hampir semua
stasiun televisi, namun secara umum sinetron tersebut minim kualitas dan
juga kurang memberikan unsur-unsur budaya yang sifatnya positif kepada
penontonnya.