perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT 40 METER
MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI 1 MAJASEM KECAMATAN KEMANGKON
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
SRI HARTATI
X 4710112
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
JULI 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sri Hartati
NIM : X4710112
Jurusan/Program Studi : FKIP/Penjaskesrek
Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”UPAYA MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR LARI CEPAT 40 METER MELALUI PENDEKATAN
BERMAIN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 MAJASEM
KECAMATAN KEMANGKON TAHUN PELAJARAN 2011/2012” ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang
dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Sri Hartati
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT 40 METER
MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI 1 MAJASEM KECAMATAN KEMANGKON
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
SRI HARTATI
X 4710112
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
JULI 2012
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Senin
Tanggal : 30 Juli 2012
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Sri Hartati. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT 40
METER MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS V SD
NEGERI 1 MAJASEM KECAMATAN KEMANGKON TAHUN PELAJARAN
2011/2012, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar lari cepat 40
meter melalui pendekatan bermain pada siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem
Kecamatan Kemangkon Tahun Pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus, dengan setiap siklus terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa
kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon yang berjumlah 22 siswa
yang terdiri dari 14 siswa putra dan 8 siswa putri. Sumber data berasal dari guru
dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, angket
dan dokumentasi atau arsip. Validitas data menggunakan teknik trianggulasi data.
Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif. Prosedur penelitian adalah
model siklus yang saling berkaitan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pendekatan bermain dapat
meningkatkan hasil belajar lari cepat 40 meter dari pra siklus sebesar 45,5%
kemudian pada siklus I meningkat menjadi 72,6% dan pada siklus II sebesar
90,9%. Proses pembelajaran pada pra siklus bersifat teacher-centered sehingga
hasil belajar lari cepat 40 meter siswa rendah. Peningkatan terjadi pada siklus I.
hasil belajar siswa dalam pembelajaran lari cepat 40 meter meningkat walaupun
belum optimal. Pelaksanaan siklus II menyebabkan hasil belajar lari cepat 40
meter siswa meningkat tinggi sehingga mendukung suatu pembelajaran yang
berkualitas.
Simpulan penelitian ini adalah melalui pendekatan bermain dapat
meningkatkan hasil belajar lari cepat 40 meter siswa kelas V SD Negeri 1
Majasem Kecamatan Kemangkon Tahun Pelajaran 2011/2012.
Kata kunci: pendekatan bermain, hasil belajar, lari cepat 40 meter.
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Mengajar seringkali disebut sebagai ibu dari segala profesi (Stinnett Dan
Huggett)
Berbicara masalah martabat guru, separuhnya adalah kesejahteraannya
(Wardiman Djojonegoro)
Agar para pendidik jangan menampilkan diri sebagai sosok yang serba tahu,
biarkan anak didik yang menemukan sendiri (Muchlas Samani)
Profesionalisme guru dibangun melalui penguasaan kompetensi-kompetensi
yang secara nyata diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan (Purwanto)
Adanya standar untuk menentukan guru sebagai profesi, memungkinkan tidak
semua orang menjadi guru (Purwanto)
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembakan karya ini untuk:
SD Negeri 2 Majasem Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga
Terima kasih atas segala dukungan dan motivasinya
Suami dan anak-anakku tercinta,
Segalanya bagiku
Bapak dan Ibuku,
Kasihmu sepanjang jalanku
Bapak dan Ibu Mertuaku,
Sumber inspirasiku
Setiyarto, Salamun, Saefullah, Didik Kambriyatna, Endang Triningsih, Wasis
Priyono, Widati, Fajriyah.
Bersama kalian segalanya jadi mudah dan cerdas.
FKIP Universitas Sebelas Maret, almamater tercinta kampus tempatku
mengasah dan mempertajam wawasan keilmuan
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
limpahan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga Penelitian Tindakan Kelas
dapat terselesaikan guna memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana
Pendidikan. Selama penyusunan penelitian, tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan izin penyusunan Penelitian Tindakan Kelas.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan Penelitian Tindakan
Kelas.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
4. Drs Sunardi, M. Kes, selaku Pembimbing I, dan Sri Santoso Sabarini, S. Pd. M.
Or, selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan
dorongan sehingga penelitian dapat terselesaikan dengan lancar
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar
(PPKHB) Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan yang telah tulus
memberikan ilmu dan masukan-masukan.
6. Kepala Sekolah SD Negeri 1 Majasem yang telah memberikan izin
terlaksananya penelitian.
7. Kolaborator yang telah memberikan bantuan dan motivasi dalam penyusunan
penelitian.
8. Siswa-siswi SD Negeri 1 Majasem yang telah bersedia untuk berpartisipasi
dalam pelaksanaan penelitian ini.
9. Semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun spiritual demi
terselesaikannya Penelitian Tindakan Kelas ini.
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penelitian Tindakan Kelas ini telah diusahakan sebaik-baiknya, saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan penelitian.
Semoga penelitian yang telah disusun dapat bermanfaat dan menambah wawasan
bagi para pembaca.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL..........................................................................................................
PERNYATAAN…………………………………………………………...
PENGAJUAN……………………………………………...........................
PERSETUJUAN...........................................................................................
PENGESAHAN……………………………………………………………
ABSTRAK…………………………………………………………………
MOTTO……………………………………………………........................
PERSEMBAHAN…………………………………………........................
KATA PENGANTAR……………………………………………………..
DAFTAR ISI................................................................................................
DAFTAR TABEL…………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................
B. Perumusan Masalah....................................................................
C. Tujuan Penelitian........................................................................
D. Manfaat Penelitian......................................................................
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ………………………………………………
1. Pengertian Pendidikan Jasmani…………………………….
2. Pengertian Lari……………………………………………..
3. Karakteristik Lari Sprint…………………………………...
a. Start……………………………………………………...
b. Gerakan Sprint…………………………………………..
c. Gerakan Finish..................................................................
4. Karakteristik dan Kebutuhan Anak SD……………………
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
xi
xiv
xv
xvi
1
5
5
5
6
6
7
8
9
9
9
10
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Hakikat Belajar Gerak……………………………………..
a. Pengertian Belajar……………………………………….
b. Pengertian Belajar Gerak.................................................
c. Proses Belajar Gerak…………………….........................
6. Pengertian Permainan dan Bermain………………………..
7. Teori Tentang Permainan………………………………….
8. Pembelajaran Berorientasi Bermain…………………….....
B. Kerangka Berpikir......................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
1. Tempat Penelitian.................................................................
2. Waktu Penelitian..................................................................
B. Subyek Penelitian.......................................................................
C. Data dan Sumber Data...............................................................
D. Pengumpulan Data.....................................................................
E. Uji Validitas Data……………………………………………..
F. Analisis Data..............................................................................
G. Indikator Kinerja Penelitian……………………………………
H. Prosedur Penelitian.....................................................................
1. Siklus I……………………………………………………..
a. Tahap Perencanaan……………………………………..
b. Tahap Pelaksanaan……………………………………...
c. Pengamatan Tindakan…………………………………..
d. Tahap Evaluasi………………………………………….
2. Siklus II…………………………………………………….
a. Tahap Perencanaan……………………………………..
b. Tahap Pelaksanaan……………………………………...
c. Pengamatan Tindakan…………………………………..
d. Tahap Evaluasi………………………………………….
13
13
14
15
16
17
18
19
21
21
21
22
22
22
23
23
24
24
26
26
26
27
27
27
27
27
28
28
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pra Tindakan……………………………………………..
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus………………………………
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus…………………………
D. Pembahasan…………………………………………………………
BABV SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan………………………………………………………….....
B. Implikasi………………………………………………………….....
C. Saran………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
LAMPIRAN……………………………………………………………….
29
31
39
41
44
44
45
47
48
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian.........................
2. Teknik dan Alat Pengumpulan Data.......................................................
3. Indikator Kinerja Penelitian…………………...…………………….....
4. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Pra Penelitian………………………….
5. Deskripsi Hasil belajar Siswa Siklus I…………………………………
6. Deskripsi Hasil belajar Siswa Siklus II………………………………..
7. Deskripsi Data Perbandingan Hasil belajar Tiap Siklus……………….
21
22
24
30
34
38
39
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gerak Dasar Lari ………………………………………………………..
2. Kerangka Berpikir……………………………………………………….
3. Skema Siklus…………………………………………………………….
4. Grafik Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Lari Cepat……………
9
20
25
40
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus Pembelajaran…………………………………………………….
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I.………………....................
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II.…………………………..
4. Data Hasil Belajar Pra Siklus………………………………....................
5. Data Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus I………………..................
6. Data Hasil Pengamatan Sikap Sisiwa Siklus I………………...................
7. Data Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I……………………………...
8. Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus I…………………………....................
9. Data Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus II...……………..................
10. Data Hasil Pengamatan Sikap Siswa Siklus II………………..................
11. Data Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus II………………......................
12. Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus II……………………………………..
13. Foto-foto Kegiatan………………………………………….. ………….
14. Surat Ijin Penelitian……………………………………………………...
15. Surat Ijin Menyusun Skripsi……………………………………………..
16. Surat Permohonan Izin Penelitian……………………………………….
17. Surat Keterangan Penelitian……………………………………………..
48
49
60
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
86
87
88
89
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan
bagian keseluruhan dari sistem pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan
aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berpikir kritis, stabilitas
emosional, keterampilan sosial, penalaran, dan tindakan moral. Di dalam
penyelenggaraan pendidikan yang berkesinambungan merupakan suatu proses
pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Peranan pendidikan jasmani,
olahraga, dan kesehatan adalah sangat penting, yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui
aktivitas jasmani, bermain, dan olahraga yang dilakukan secara sistematis.
Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus
membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.
Ada dua prinsip utama dalam pendidikan jasmani, yakni, pertama,
mengutamakan partisipasi semua siswa. Kedua, upaya pendidikan itu harus dapat
membentuk kebiasaan hidup aktif di sepanjang hayat, Ismaryati (2008: 37).
Prinsip pertama berkaitan dengan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran
pendidikan jasmani. Prinsip kedua berkaitan dengan usaha mencapai kualitas
hidup sehat sejahtera dan paripurna. Dengan kata lain, tingkat partisipasi siswa
dalam pembelajaran pendidikan jasmani adalah salah satu sarat suksesnya
pembelajaran pendidikan jasmani yang bermuara pada tujuan. Tingkat partisipasi
siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani juga akan berpengaruh terhadap
pencapaian kualitas kesegaran jasmani siswa. Oleh karena itu, perlu upaya yang
nyata agar pembelajaran menarik dan menyenangkan sehingga meningkatkan
minat dan motivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
pendidikan jasmani.
Salah satu dari beragam bahan ajar yang kurang diminati siswa dalam
pelajaran pendidikan jasmani, adalah atletik cabang lari. Mayoritas siswa menolak
dan menghindari materi atletik, karena siswa menganggap atletik hanya berisi
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
aktivitas membosankan dan melelahkan, kurang menarik bila dibanding dengan
materi yang lain seperti sepakbola ataupun kasti. Menyikapi permasalahan
tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah konkrit oleh guru untuk memberikan
pencerahan kepada siswa bahwa materi atletik tidak kalah pentingnya dengan
bahan ajar pendidikan jasmani yang lainnya. Oleh karena itu, guru pendidikan
jasmani harus memiliki beragam kemampuan yang dapat menunjang tugasnya
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satunya adalah memiliki
kreativitas dan daya inovatif dalam mengembangkan model-model pembelajaran
yang menarik siswa. Sehingga materi atletik yang semula dianggap sulit menjadi
menarik. Tidak hanya menarik tetapi yang utama adalah mampu meningkatkan
derajat kebugaran siswa seperti yang tertuang dalam tuntutan kurikulum.
Menciptakan suasana pembelajaran yang menarik bagi siswa tidaklah
mudah, terlebih lagi jika materi yang akan diajarkan bertolak belakang dengan
karakteristik psikologis anak. Karakteristik anak usia sekolah dasar cenderung
menyukai aktivitas yang menyenangkan seperti bermain. Kecermatan guru dalam
menentukan dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik bahan pelajaran yang akan diberikan (diajarkan) dengan karakteristik
psikologis anak akan mendukung terciptanya proses belajar mengajar yang efektif
dan efisien. Oleh karena itu, guru harus senantiasa mengembangkan kreativitasnya
dalam mengembangkan model-model pembelajaran.
Bermain dan bermain adalah dunia milik anak-anak seusia SD.
Dimanapun, kapanpun dalam kondisi apapun dorongan untuk bermain ada dalam
jiwa anak-anak. Demikian pula dinamika dari suatu permainan yang merangsang
anak untuk bergerak dan terus bergerak, secara perlahan namun pasti akan
merangsang pertumbuhan serta perkembangan fisik si anak. Apalagi kalau situasi
permainan tersebut menyenangkan bagi mereka, dimana rasa senang, puas serta
berbagai keberhasilan akan mereka rasakan dari kegiatan yang sedang mereka
lakukan tersebut akan menumbuh kembangkan aspek-aspek psikologis mereka
secara positif.
Nomor-nomor yang ada dalam atletik seperti jalan, lari, lompat dan
lempar adalah aktivitas yang selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Berjalan cepat, berjalan jauh, berjalan lama setiap saat akan selalu kita perlukan
dalam hidup kita. Berlari dengan cepat, mampu berlari jauh dengan cepat atau
mampu berlari lama, juga seringkali kita perlukan. Demikian juga dengan
berbagai kemampuan melompat serta melempar seringkali dibutuhkan dalam
kehidupan kita, apalagi bila dikaitkan dengan kebutuhan serta keterkaitan dengan
aktivitas fisik pada cabang olahraga lain. Artinya bahwa pembelajaran atletik
tidak boleh diabaikan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, utamanya di
sekolah dasar. Dengan mempertimbangkan materi pembelajaran yang kurang
bernuansa bermain seperti cabang atletik, maka perlu dilakukan upaya strategis
dan efektif agar anak termotivasi untuk beraktivitas layaknya dalam pembelajaran
aktivitas penjas seperti pada materi permainan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari nilai siswa kelas V SD Negeri 1
Majasem dalam kegiatan pembelajaran lari cepat 40 meter, dari 22 siswa hanya
45,5% atau 10 siswa yang mendapat nilai 70 ke atas. Besar jumlah rata-rata dan
nilai siswa yang mendapat nilai di bawah 70 menjadi bukti kongkrit bahwa hasil
siswa-siswi di kelas V SD Negeri 1 Majasem belum mencapai batas ketuntasan
belajar siswa yang dipatok pada angka 70. Hal tersebut menunjukkan proses
pembelajaran yang belum melibatkan siswa secara aktif, guru masih menjadi
pusat pembelajaran, kurangnya model pembelajaran, gaya mengajar serta
pemodifikasian dan media pembelajaran yang masih kurang untuk mencapai
tujuan pendidikan. Penyebab masalah belajar dapat bersumber dari faktor interen
dan ekstern, faktor dari dalam individu sendiri atau interen, misalnya motivasi dan
antusiasme siswa terhadap materi pembelajaran. Sedangkan faktor eksternal
mencakup keluarga dan lingkungan sekitar yang dapat berupa guru, lingkungan,
materi, media dan metode yang digunakan guru. Kurangnya partisipasi siswa
dalam mengikuti pembelajaran siswa dalalm mengikuti pembelajaran akan
menurunkan tingkat keberhasilan siswa dalam belajar, oleh karena itu diperlukan
suatu tindakan yang mampu melibatkan peran aktif siswa dalam mengikuti
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
Berdasarkan hasil observasi pra penelitian yang dilakukan di SD Negeri
1 Majasem, khususnya dalam pembelajaran pendidikan jasmani, persoalan belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
yang sering dijumpai adalah siswa sulit menerima materi yang disampaikan oleh
guru. Hal ini disebabkan karena siswa kurang berminat terhadap bahan ajar
tersebut, pelajaran yang disampaikan menjemukan, sulit dipahami dan terkesan
kurang menarik. Oleh karena itu semakin baik suatu model pembelajaran yang
dipergunakan, maka semakin mudah tujuan pembelajaran dapat tercapai. dalam
memberikan pelajaran, makin efektif digunakan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Model pembelajaran efektif yang digunakan dalam proses
pembelajaran bergantung pada bermacam-macam faktor antara lain: tujuan yang
akan dicapai, kemampuan guru dalam menggunakan model pembelajaran,
kemampuan siswa, besarnya kelompok belajar, waktu, dan fasilitas yang tersedia.
Penggunaan model pembelajaran yang efektif akan sangat membantu
dalam proses pembelajaran. Suatu model pembelajaran dalam proses
pembelajaran memiliki hubungan yang erat dengan tujuan proses tersebut. Guru
sebagai pengajar memiliki peranan penting dalam mengorganisasi dan mengatur
lingkungan belajar siswa sebaik-baiknya sehingga tercipta kegiatan belajar yang
ideal.
Dalam memilih suatu model pembelajaran untuk meningkatkan
prosentase ketuntasan hasil belajar siswa tersebut, guru dituntut merancang model
pembelajaran yang lebih tepat serta penerapan bahan ajar yang variatif dan dari
kenyataan tersebut, salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah menumbuhkan
minat dan menarik simpati siswa untuk mencintai bahan ajar atletik. Oleh karena
itu salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut adalah melalui pendekatan
bermain.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian
dengan judul ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Cepat 40 Meter Melalui
Pendekatan Bermain Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan
Kemangkon Tahun Pelajaran 2011/2012”
Penelitian ini diharapkan dapat membentuk suasana yang lebih menarik
dan menyenangkan dalam pembelajaran atletik. Adapun pemilihan materi ajar
dalam bentuk bermain ini didasarkan pada keterkaitannya dengan konsep-konsep
pembelajaran atletik yang sedang menjadi bahan kajian yang ada dalam kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
tersebut. Sehingga sistem pembelajarannya tetap mengacu pada batasan kajian
yang diberikan sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta
dapat merangsang peserta didik untuk lebih menyukai atletik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: Bagaimanakah pendekatan bermain dapat meningkatkan
hasil belajar lari cepat 40 meter siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan
Kemangkon Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
adalah untuk meningkatkan hasil belajar lari cepat 40 meter melalui pendekatan
bermain pada siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon
Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat utama dari penelitian ini adalah untuk menentukan dapat
tidaknya pendekatan bermain digunakan untuk meningkatkan hasil belajar lari
cepat 40 meter siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem. Manfaat lainnya adalah:
1. Bagi siswa
Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran lari cepat yang
dilaksanakan.
2. Bagi guru
a. Menambah pengetahuan tentang macam-macam model pembelajaran.
b. Sebagai usaha untuk mengubah cara pembelajaran dari model konvensional
menjadi pembelajaran kearah PAKEM.
3. Bagi sekolah
a. Sebagai masukan untuk meningkatkan mutu sekolah khususnya mata
pelajaran Penjasorkes.
b. Sebagai masukan untuk penyusunan program sekolah berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pendidikan Jasmani
Aip Syarifudin (2001: 116) mengemukakan bahwa “Pendidikan
jasmani adalah phase dari proses pendidikan secara keseluruhan yang
berhubungan dengan aktivitas berat yang mencakup sistem, otot serta hasil
belajar dari partisipasi dalam aktivitas tersebut”. UNESCO masih dalam
Syarifudin, mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses
pendidikan seseorang sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat
yang dilakukan secara sadar dan sistimatik melalui berbagai kegiatan jasmani
dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani,
pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak.
Rusli Lutan (2001: 14) mendefinisikan bahwa, ”Pendidikan jasmani
adalah proses pendidikan via aktivitas jasmani, permainan dan/atau olahraga”.
Sedangkan Subagiyo (2001: 118) mengatakan Pendidikan Jasmani yang
dipergunakan dalam istilah di lembaga-lembaga pendidikan adalah sebagai
berikut: “Pendidikan Jasmani adalah latihan jasmani yang dimanfaatkan,
dikembangkan, didayagunakan dalam ruang lingkup pendidikan, baik sebagai
sarana, metode, dan merupakan bagian mutlak dari seluruh pendidikan”.
Di sisi lain Sugiyanto (2001: 737) menyatakan bahwa, ”Pendidikan
jasmani adalah bagian integral dari proses pendidikan secara total, yang
bertujuan untuk mengembangkan warga negara segar fisik, mental, emosional,
dan sosial melalui aktivitas fisik”.
Dari tiga pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
jasmani adalah suatu proses pembelajaran yang melalui aktivitas jasmani yang
dilakukan secara sistematik untuk meningkatkan kebugaran jasmani,
keterampilan gerak, pengetahuan kesehatan, perilaku hidup sehat dan
kecerdasan emosi. Proses pembelajaran pendidikan jasmani yang efektif dapat
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani,
kognitif, dan afektif setiap siswa.
2. Pengertian Lari
Langkah kaki terdiri dari tahap menumpu dan tahap melayang.
Sedangkan gerakan kaki mulai tahap menumpu kemudian mendorong (kaki
tolak) sedangkan kaki ayun melakukan gerak pemulihan dan gerak ayunan.
Menurut Djumidar (2001: 52), ”Lari adalah frekuensi langkah yang
dipercepat sehingga pada waktu berlari ada kecenderungan badan melayang,
yang artinya pada waktu lari kedua kaki tidak menyentuh tanah sekurang-
kurangnya satu kaki tetap menyentuh tanah”.
Lebih lanjut menurut Djumidar (2001: 126), “Lari jarak pendek adalah
semua peserta perlombaan berlari dengan kecepatan penuh sepanjang jarak
yang harus ditempuh”. Kelangsungan gerak pada lari jarak pendek, baik 100 m,
200 m, 400 m secara teknis adalah sama. Kalau ada perbedaan hanyalah
terletak pada penghematan penggunaan tenaga, karena perbedaan jarak yang
harus ditempuh. Makin jauh jarak yang harus ditempuh makin membutuhkan
keuletan atau daya tahan. Lari 400 m membutuhkan daya tahan yang besar,
maka ada yang menamakan Endurance Sprint, lari cepat disertai daya tahan.
Masih menurut Djumidar, tahapan gerakan lari jarak pendek itu dapat dibagi
menjadi tiga tahap yaitu a) start b) gerakan lari cepat atau sprint c) gerakan
finish.
Menurut Munasifah (2008: 13), ”Lari jarak pendek disebut juga
dengan istilah sprint atau lari cepat. Disebut dengan lari cepat karena jarak
yang ditempuh adalah pendek atau dekat. Jadi dalam nomor lari ini yang
diutamakan adalah kecepatan maksimal mulai dari awal lari (start) sampai
akhir lari (finish)”. Mengingat dalam lari ini yang diutamakan adalah
kecepatan maka kekuatan fisik yang prima sangat diperlukan.
Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa lari
cepat atau sprint adalah gerakan langkah kaki yang dipercepat dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
kecepatan maksimal dari start hingga finish untuk mencapai jarak tertentu
dengan waktu yang sesingkat-singkatnya.
3. Karakteristik Lari Sprint
Gerak dominan yang utama dari gerak lari adalah gerakan langkah
kaki dan ayunan lengan. Sedangkan aspek lain yang perlu diperhatikan pada
saat berlari adalah kecondongan badan, pengaturan napas, dan harmonisasi
gerakan lengan dan tungkai. Sedangkan yang paling menentukan kecepatan lari
seseorang adalah panjang langkah dan kekerapan langkah. Langkah kaki terdiri
dari tahap menumpu dan tahap melayang. Sedangkan gerakan kaki mulai tahap
menumpu kemudian mendorong (kaki tolak) sedangkan kaki ayun melakukan
gerak pemulihan dan gerak ayunan.
Secara umum gerak dasar dominan lari meliputi start, gerak lari dan
finish. Start pada lari sprint harus dilakukan dengan start jongkok, sedangkan
untuk lari jarak menengah dan jauh menggunakan start berdiri. Aba-aba start
pada lari sprint ada tiga yaitu “Bersedia-Siap-Ya (tembakan pistol)”.
Sedangkan pada lari jarak menengah dan jauh hanya dua yaitu “Bersedia dan
Ya”.
Tujuan start pada lari sprint adalah meninggalkan start blok secepat
mungkin. Karena jarak larinya pendek dan sepanjang jarak lari menggunakan
kecepatan maksimum, maka teknik start menjadi salah satu kunci keberhasilan
seorang pelari. Setelah melakukan gerakan start dengan langkah-langkah
peralihan yang makin meningkat lebar dan condong badan yang berangsur-
angsur berkurang, kemudian dilanjutkan dengan melakukan gerakan lari jarak
pendek.
Menurut Muklis (2007: 13) Cara-cara melakukan lari jarak
pendek/sprint adalah sebagai berikut:
1) Kemiringan tubuh ± 60º
2) Berat badan terpusat pada pinggang
3) Semua otot badan rileks
4) Pandangan ke depan
5) Kaki digerakkan cepat dengan lutut diangkat tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
6) Tangan dan siku dibengkokkan, diayun ke depan dan ke belakang
bergantian sebatas di depan hidung untuk mengimbangi gerakan
kaki.
Lebih lanjut menurut Munasifah (2008: 14-18), “Kelangsungan
gerakan sprint dibedakan menjadi 3 bagian yaitu start, gerakan sprint, gerakan
finish”.
a. Start
Gerakan start merupakan gerakan yang dilakukan dengan eksploitasi, di
mana otot-otot harus melakukan kontraksi secara mendadak dengan
kekuatan penuh.
b. Gerakan Sprint
Cara melakukan sprint adalah sebagai berikut:
1) Kaki bertolak kuat-kuat sampai terkadang lurus. Lutut diangkat tinggi-
tinggi, setinggi panggul. Tungkai bawah mengayun ke depan untuk
mencapai langkah lebar. Lebar langkah sesuai dengan panjang tungkai.
2) Usahakan badan tetap rileks. Badan condong ke depan dengan sudut
antara 25º-30º. Hal ini hanya dapat terlaksana apabila gerakan lengan
tidak terlalu berlebihan.
3) Lengan bergantung di samping badan secara wajar. Siku ditekuk kira-
kira 90º. Tangan menggenggam kendor. Gerakan atau ayunan lengan ke
depan dan ke belakang secara wajar, gerakan lengan makin cepat
berimbang dengan gerak kaki yang makin cepat pula.
4) Pungung lurus dan segaris dengan kepala.
5) Pandangan lurus ke depan.
6) Pelari harus menggerakan kaki dengan frekuensi yang tinggi dan langkah
selebar mungkin. Kecepatan kaki harus tidak mengurangi panjang
langkah.
c. Gerakan Finish
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan pada waktu pelari mencapai finish:
1) Lari terus tanpa perubahan apapun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2) Dada dicondongkan ke depan, kedua tangan diayunkan ke bawah ke
belakang, di Amerika lazim di sebut ”the lunge” (merebahkan diri)
3) Dada diputar dengan ayunan tangan ke depan atas sehingga bahu sebelah
maju ke depan, yang lazim disebut ”the shrug”.
Gambar 1. Gerak Dasar Lari
(Tim Bina Karya Guru 2005: 43)
4. Karakteristik dan Kebutuhan Anak SD
Menurut Mulyani Sumantri (2009: 63-65), ”Karakteristik dari anak
SD diantaranya: (1) anak SD adalah senang bermain, (2) anak SD adalah
senang bergerak, (3) anak seusia SD adalah senang bekerja dalam kelompok,
(4) anak usia SD adalah senang merasakan atau memeragakan/melakukan
sesuatu secara langsung”.
Karakteristik yang pertama dari anak SD adalah senang bermain.
Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan pembelajaran yang
bermuatan permainan terutama bagi siswa-siswa kelas rendah. Model
pembelajaran hendaknya dirancang yang memungkinkan adanya unsur
permainan di dalamnya.
Karakteristik yang kedua dari anak SD adalah senang bergerak. Oleh
karena itu hendaknya proses pembelajaran dirancang yang memungkinkan
anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi merupakan
situasi yang menyiksa bagi mereka.
Karakteristik yang ketiga anak seusia SD adalah senang bekerja dalam
kelompok. Dari pergaulannya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-
aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti belajar mematuhi aturan-
aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak bergantung pada orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
dewasa, belajar bekerja sama, mempelajari perilaku yang dapat diterima oleh
lingkungannya, belajar menerima tanggung jawab, belajar bersaing dengan
orang lain secara sehat (sportif), mempelajari olahraga dan permainan
kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa
implikasi bahwa guru penjas harus merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak untuk bekerja sama dalam kelompok.
Karakteristik yang keempat anak usia SD adalah senang merasakan
atau memeragakan/melakukan sesuatu secara langsung. Ditinjau dari
perkembangan kognitif, anak usia SD memasuki tahap operasional konkret.
Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep
baru dengan konsep-konsep lama. Berdasarkan pengalaman ini, siswa
membentuk konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, peran
jenis kelamin, moral dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang
materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama
halnya dengan pemberian contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru
hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat
langsung dalam proses pembelajaran.
Di samping memperhatikan karakteristik anak usia SD, implikasi
pendidikan juga dapat bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan keb
utuhan anak SD dapat diidentifikasi dari tugas-tugas perkembangannya. Tugas-
tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu
periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan
rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-
tugas berikutnya, sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut
menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat, dan kesulitan
menghadapi tugas-tugas berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan yang berhubungan dengan kematangan
fisik diantaranya adalah belajar berjalan, belajar melempar-menangkap dan
menendang bola, belajar menerima jenis kelamin yang berbeda dengan dirinya.
Beberapa tugas perkembangan terutama bersumber dari kebudayaan seperti
belajar membaca, menulis dan berhitung, belajar bertanggung jawab sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
warga negara. Sementara tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari nilai-
nilai kepribadian individu diantaranya memilih dan memepersiapkan untuk
bekerja, memperoleh nilai filsafat dalam kehidupan.
Lebih lanjut Mulyani Sumantri menegaskan bahwa anak usia SD
ditandai tiga dorongan keluar yang besar yaitu: (1) Kepercayaan anak untuk
keluar rumah dan masuk dalam kelompok teman sebaya, (2) Kepercayaan anak
memasuki dunia pemainan dan kegiatan yang memerlukan keterampilan fisik,
dan (3) Kepercayaan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, simbolis
dan komunikasi orang dewasa.
Subyek didik sebagai individu sesungguhnya merupakan kesatuan dari
berbagai karakteristik yang terpadu di dalam dirinya. Guru harus mengetahui
dan mendalami berbagai karakteristik yang ada di dalam diri subyek didiknya
secara menyeluruh yang merupakan suatu kesatuan. Ini sangat penting karena
aktivitas subyek didik dalam proses pembelajaran sesungguhnya melibatkan
keseluruhan karakteristik yang mereka miliki yang berfungsi secara berkaitan
satu sama lain dalam suatu kesatuan. Keterkaitan fungsi berbagai karakteristik
dalam suatu kesatuan aktivitas subjek itu menghasilkan proses belajar yang
mereka lakukan.
Mengabaikan atau menafikan salah satu atau beberapa karakteristik
subyek didik dalam suatu sistem proses pembelajaran akan berakibat timbulnya
ketimpangan proses belajar yang mereka lakukan. Akibatnya, mereka tidak
akan dapat melakukan proses belajar secara maksimal. Pemahaman berbagai
karakteristik subyek didik secara holistik ini akan mengantarkan para guru atau
pendidik kepada pemahaman dan penghayatan secara mendalam tentang
keberbedaan individual (individual differences) subyek didik. Ini akan sangat
bermanfaat bagi para guru atau pendidik karena dengan demikian mereka akan
mampu menyelenggarakan proses pembelajaran secara arif dan bijaksana.
Dengan demikian pemahaman terhadap tugas-tugas perkembangan
anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD,
dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai
dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Dengan memahami karakteristik perkembangan siswa guru
pendidikan jasmani dapat mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan mereka, sehingga siswa dapat belajar secara efektif. Pembelajaran
yang bercirikan permainan dapat meningkatkan partisipasi siswa dan pada
akhirnya tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan mudah.
5. Hakikat Belajar Gerak
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan sesuatu yang kompleks, yang menyangkut bukan
hanya kegiatan berpikir untuk mencari pengetahuan, melainkan juga gerak
tubuh dan emosi juga perasaan.
Robert N. Gagne dalam Sugiyanto (2001: 7.33) mengatakan bahwa,
”Aspek-aspek kemampuan yang bisa ditingkatkan melalui belajar adalah
meliputi: 1) Keterampilan intelekual; 2) Kemampuan mengungkapkan
informasi dalam bentuk verbal; 3) Strategi berpikir; 4) Keterampilan gerak;
5) Emosi dan perasaan”.
Lebih lanjut Robert N. Gagne mendefinisikan: ”Belajar adalah suatu
perubahan pembawaan atau kemampuan yang bertahan dalam jangka waktu
tertentu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan”.
Masih dalam Sugiyanto (2001: 7.34) S. Nasution mengemukakan
bahwa, “Belajar adalah perubahan urat-urat, perubahan pengetahuan, dan
perubahan perilaku yang dihasilkan dari pengalaman dan latihan”.
Charles Galloway (1976) dalam Sugiyanto (2001: 7.34)
mendefinisikan: “Belajar adalah perubahan kecenderungan tingkah laku
yang relatif permanen, yang merupakan hasil dan berbuat berulang-ulang”.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses yang bisa menghasilkan perubahan-perubahan pada diri
seseorang dalam berbagai macam kemampuan atau sifat yang ada pada
dirinya. Perubahan dalam belajar terjadi karena pengalaman, berbuat
berulang-ulang atau berlatih. Perubahan yang terjadi akibat dari belajar bisa
bertahan dalam jangka waktu yang relatif lama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
b. Pengertian Belajar Gerak
Belajar yang menekankan pada aktivitas berpikir bisa disebut belajar
kognitif. Belajar yang menekankan pada aktivitas emosi dan perasaan bisa
disebut belajar afektif. Sedangkan belajar yang menekankan pada aktivitas
gerak tubuh disebut belajar gerak.
John N Drowtzky dalam Sugiyanto (2001: 736), mengemukakan
bahwa “Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-
respon muskular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian
tubuh”.
Masih dalam Sugiyanto (2001: 737), berkaitan dengan belajar gerak
Reuben B. Frost mengemukakan secara rinci mengenai fungsi pendidikan
jasmani sebagai berikut:
1. Mengembangkan keterampilan gerak, dan pengetahuan tentang
bagaimana dan mengapa seseorang bergerak, serta pengetahuan
tentang bagaimana cara-cara gerakan dapat diorganisasi.
2. Untuk belajar menguasai pola-pola gerak keterampilan secara
efektif melalui latihan, pertandingan, tari dan renang.
3. Memperkaya pengertian tentang konsep ruang, waktu dan gaya
dalam hubungannya dengan gerakan tubuh.
4. Mengekspresikan pola-pola perilaku personal dan hubungan
interpersonal yang baik di dalam pertandingan dan lari.
5. Meningkatkan kondisi jantung, paru-paru, otot dan sistem organ
tubuh lainnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dalam
keadaan darurat.
6. Memperoleh manfaat serta bisa menghargai kondisi fisik dan
bentuk tubuh yang baik, serta kondisi perasaan yang selaras.
7. Mengembangkan minat atau keinginan berpartisipasi dalam
olahraga sepanjang hidup
Lebih lanjut Sugiyanto (2001: 738-739) berpendapat bahwa, ”Belajar
gerak berperan dalam pendidikan jasmani yang melibatkan domain
psikomotor, yaitu dalam upaya pencapaian tujuan: 1) Mengembangkan
keterampilan gerak tubuh, 2) Menguasai pola-pola gerak keterampilan
olahraga, 3) Mengekspresikan pola-pola perilaku personal dan interpersonal
yang baik di dalam pertandingan dan lari”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar gerak mempunyai
peranan penting di dalam pendidikan jasmani. Oleh karena itu pembelajaran
pendidikan jasmani seyogyanya dirancang dan dikembangkan sesuai dengan
karakteristik siswa, dan memberikan kesempatan gerak seluas-luasnya
sehingga dapat membantu tercapainya pertumbuhan dan perkembangan
siswa secara optimal.
c. Proses Belajar Gerak
Belajar gerak merupakan sebagian dari belajar secara umum yang
mempunyai tujuan tertentu. Tujuannya adalah untuk menguasai berbagai
keterampilan gerak dan mengembangkannya agar keterampilan gerak yang
dikuasai bisa dilakukan untuk menyelesaikan tugas-tugas gerak untuk
mencapai sasaran tertentu. Berikut beberapa pendapat para ahli tentang
belajar gerak dalam Sugiyanto (2001: 9.4-9.9) antara lain:
1. Fase Belajar Gerak Menurut Fitts dan Posner
Proses belajar gerak keterampilan terjadi dalam tiga fase belajar,
yaitu: fase kognitif, fase asosiatif, fase otonom. Penjelasan mengenai
ketiga fase tersebut adalah sebagai berikut:
1) Fase kognitif
Pada fase kognitif proses belajar diawali dengan aktif berpikir
tentang gerakan yang dipelajari. Informasi yang ditangkap oleh
indera kemudian diproses dalam mekanisme perseptual yang
berfungsi untuk menangkap makna informasi
2) Fase asosiatif
Fase asosiatif juga disebut juga fase menengah. Fase ini ditandai
dengan tingkat penguasaan gerakan dalam bentuk rangkaian yang
tidak tersendat-sendat pelaksanaannya.
3) Fase otonom
Fase otonom bisa dikatakan fase akhir belajar gerak. Dalam fase
ini seseorang mampu melakukan gerakan keterampilan tanpa
terpengaruh walaupun pada saat melakukan gerakan harus
memperhatikan hal-hal lain selain gerakan yang dilakukan.
2. Fase Belajar Gerak Menurut Adam
Adam berpendapat bahwa proses belajar gerak keterampilan terjadi
dalam 2 fase yaitu:
1) Fase gerak verbal
Fase gerak verbal adalah fase belajar gerak dimana gerakan yang
dipelajari masih berada dalam pikiran. Aktivitas gerakan tubuh
masih dipengaruhi oleh aktivitas berpikir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2) Fase gerak
Pada fase gerak ini karena penguasaan geraknya sudah baik, maka
pada saat melakukan gerakan seolah-olah tidak memikirkan lagi
gerakan yang sedang dilakukan.
6. Pengertian Permainan dan Bermain
Permainan merupakan cabang olahraga yang kita gunakan sebagai alat
dalam usaha pendidikan. Syamsir Azis (2001: 14) mengatakan bahwa,
”Permainan adalah suatu kegiatan yang menarik, menantang dan yang
menimbulkan kesenangan yang unik, baik dilakukan oleh seorang atau lebih,
yang dilakukan oleh anak-anak atau orang dewasa, tua atau muda, orang
miskin atau kaya, laki-laki atau perempuan”.
John Dewey dalam Soetoto Pontjopoetro, dkk. (2002: 13), ”Bermain
adalah suatu sikap hidup yang dapat dilakukan dalam segala situasi”.
Lebih lanjut masih dalam Soetoto Pontjopoetro, dkk, (2002: 13) J.
Hizinga mengatakan bahwa, ”Bermain adalah perbuatan atas kemauan sendiri
yang dikerjakan dalam batas-batas tempat dan waktu yang telah ditentukan,
diikuti oleh perasaan, sedangkan permainan adalah keluar dari hidup biasa
masuk ke dalam dunia angan-angan dan sudah ditentukan aturan-aturannya”.
Clarence Rainwater yang juga dalam Soetoto Pontjopoetro, dkk,
(2002: 13) mengatakan bahwa,”Bermain (play) sebagai cara hidup dan hidup
atau pengalaman hidup yang menyenangkan, dan dilakukan tidak untuk
mendapatkan hasil semata-mata dan kegiatan tersebut dapat diterima oleh
masyarakat sekelilingnya”.
Masih dalam Soetoto Pontjopoetro, dkk (2002: 13), Joseph Lee
mengatakan bahwa bermain merupkan suatu faktor yang mempengaruhi
perkembangan tiap individu. Lawrence Jacks mengutarakan bahwa
kepentingan bermain juga terletak pada sifat atau unsur perangsang terhadap
keinginan belajar atau pendidikan. Jay Nas mengatakan bahwa bermain adalah
suatu kegiatan yang khususnya tidak ditujukan mencari nafkah, dan dapat
digunakan untuk mengisi waktu luang secara kreatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
permainan adalah suatu perbuatan atas kemauan sendiri yang dikerjakan dalam
batas-batas ruang dan waktu tertentu yang diikuti rasa senang, serta dapat
menuntun perkembangan jasmani dan rohani. Sedangkan bermain adalah suatu
pandangan atau sikap hidup yang dapat dilakukan dalam segala situasi. Begitu
pula jika permainan dilaksanakan di sekolah dan direncanakan oleh guru penjas
maka akan sangat berguna untuk membantu anak didik berkembang secara
optimal yang meliputi kognitif, afektif, psikomotorik, dan sosial emosional.
7. Teori Tentang Permainan
Beberapa teori tentang permainan dari para ahli dalam Soetoto
Pontjopoetro, dkk. (2002: 1.7-1.8), diantaranya:
a. Teori Kelebihan Tenaga Dari Herbert Spencer
Mengatakan bahwa tenaga yang berlebihan yang ada pada anak itu
menuntut jalan keluar dan dapat disalurkan dalam permainan. Lebih-
lebih bagi pemuda-pemuda yang kurang mendapatkan kesempatan
untuk mengeluarkan atau melayani hasrat bergeraknya.
b. Teori Rekreasi Dari Schaller Dan Lazarus
Permainan itu adalah keasyikan yang bukan dalam bentuk bekerja
dan bermaksud untuk bersenang-senang serta istirahat. Permainan
dilakukan orang setelah lelah bekerja dan bermaksud menyegarkan
kembali jiwa dan raganya.
c. Teori Atavisme Dari Stanley Hall
Permainan anak adalah itu adalah ulangan dari pada kehidupan
nenek moyangnya. Teori yang sesuai adalah dari pendapat dari
Haeckel yang mengatakan bahwa menurut hukum dasar biogenese
tiap-tiap anak itu mengulangi perbuatan-perbuatan nenek
moyangnya.
d. Teori Persiapan Dari Atau Latihan Dari Groos
Bermain sebagai latihan manusia belum dewasa untuk menyiapkan
beberapa fungsi-fungsi bagi keperluan hidup.
e. Teori Katarsis Dari Aristoteles
Permainan itu sebagai saluran untuk menyalurkan segala emosi yang
tertahan dan menyalurkan perasaan yang tidak dapat dinyatakan
kearah yang lebih baik.
f. Teori Fantasi Dari Claparede
Anak itu bermain karena dalam hidupnya sehari-hari ia tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
mendapat kepuasan, sehingga ia melarikan diri ke alam fantasi di
dalam permainannya, tempat ia dapat melepas segala kemauannya,
dapat menjadi raja dan sebagainya.
g. Teori Relaksasi Dari Patrick
Bermain adalah menyenangkan dan karena ingin bermain. Bermain
adalah cara untuk melepaskan diri dari segala beban kehidupan dan
segala macam paksaan. Bermain menimbulkan kepuasan,
menghilangkan ketegangan dan tekanan yang ada pada diri pribadi.
8. Pembelajaran Berorientasi Bermain
Anak-anak itu senang bermain. Permainan itu dilakukan dengan
gembira. Oleh karena itu segala sesuatu yang diajarkan pada waktu bermain
dapat diungkapkannya dengan mudah. Maka sebaiknya semua pelajaran
kepada anak-anak diberikan dalam suasana gembira, sambil bermain. Ahli-ahli
ilmu pendidikan seperti Gutsmuths, Montessori, dan Frohel menganjurkan
supaya permainan itu menjadi alat pendidikan yang utama, untuk menuntun
pertumbuhan jasmani dan rohani. Umumnya anak-anak bermain dalam suasana
jiwa bebas, lepas dari segala rintangan dan tekanan. Dalam bermain seakan-
akan mencerminkan jiwa mereka, hingga mudah bagi kita untuk mengetahui
tabiat anak. Maka tepat sekali jika para ahli pendidikan mengatakan bahwa
anak yang sedang bermain adalah sebagi buku yang terbuka, yang mudah
terbaca.
Permainan-permainan yang bersifat pertandingan, sifat sportivitas dan
fair play harus dipupuk sepenuhnya dengan menjunjung tinggi peraturan-
peraturan. Peraturan-peraturan baik yang tidak tertulis dan tertulis dalam
permainan harus diperhatikan untuk menumbuhkan jiwa sportivitas pada anak.
Sebagai hiburan dan pengisi waktu luang yang baik, permainan itu
sungguh merupakan hal yang penting sekali. Waktu yang terluang hendaknya
diisi dengan usaha-usaha yang bermanfaat dan berguna bagi petumbuhan dan
perkembangan kesehatan dan jiwa raga anak, dan menambah pengalaman-
pengalaman yang berharga agar hidup anak lebih berarti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Agar pembelajaran nomor lari sprint dapat berhasil dengan baik, maka
unsur-unsur bermain harus menjadi pokok pertimbangan penyelenggaraan
pembelajaran yang dilakukan. Unsur yang terkandung dalam permainan adalah
kegembiraan atau keceriaan. Tanda-tanda menuju ke arah permainan yang
menggembirakan tersebut antara lain: a) menanamkan kegemaran berlomba
atau berkompetisi dalam situasi persaingan yang sehat, b) penuh tantangan dan
kegembiraan, c) memberikan kesempatan untuk unjuk kemampuan atau
ketangkasan yang dikuasainya. Pendekatan permainan dapat digunakan dalam
pembelajaran lari sprint sebagai upaya untuk meningkatkan minat siswa dalam
proses pembelajaran.
B. Kerangka Berpikir
Bermain sangat penting bagi perkembangan fisik, psikis dan sosial anak.
Dengan bermain anak berinteraksi dengan teman main yang banyak memberikan
berbagai pengalaman berharga. Bermain memberikan peluang dan pelajaran
kepada anak untuk berinteraksi, bertenggang rasa dengan sesama teman.
Melalui bentuk permainan yang disukai anak dapat membangun atau
membentuk serta mampu mengembangkan kreativitas anak. Selain itu permainan
juga membantu perkembangan otot dan pembentukan tubuh.
Bermain akan menimbulkan perasaan senang pada diri anak. Usia siswa
sekolah dasar masih tergolong anak-anak. Pendekatan permainan sangatlah
mungkin untuk digunakan dalam mengelola proses pembelajaran penjas. Suasana
keceriaan sebagai akibat dari proses pembelajaran sambil bermain, akan meminat
siswa untuk beraktivitas. Melalui permainan siswa akan terbawa kepada suasana
riang dan gembira sehingga lupa dan tidak peduli bahwa permainan itu
membuatnya lelah. Permainan yang disukai anak dapat membangun atau
membentuk serta mampu mengembangkan kreativitas anak. Selain itu permainan
juga membantu perkembangan otot dan pembentukan tubuh.
Melalui pendekatan permainan yang berorientasi pada pengalaman gerak
yang seluas-luasnya akan memberikan kepuasan tersendiri pada diri si anak.
Permainan dalam pembelajaran lari sprint yang penuh dengan suasana keriangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dan kegembiraan, serta permainan yang mempesona dengan berbagai macam
variasi gerak, memungkinkan anak untuk menikmati seperti layaknya pada
permainan olahraga lain.
Pendekatan permainan dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan
minat dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran. Permainan dapat
mengoptimalkan pembelajaran lari sprint, di SD Negeri 1 Majasem. Pembelajaran
lebih bermakna dan menjadi lebih efektif dan efisien. Siswa lebih aktif dan
berminat dalam mengikuti pembelajaran. Dengan terbentuknya suasana semacam
ini tujuan pembelajaran akan tercapai dengan mudah.
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, maka
kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Kerangka Berpikir
Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Melalui pendekatan
berrmain dapat
meningkatkan hasil
belajar siswa dalam
pembelajaran lari
sprint
Menerapkan model
pembelajaran lari
sprint melalui
pendekatan bermain
Guru kurang kreatif
dan inovatif dalam
proses pembelajaran
Siklus II: upaya perbaikan
dari siklus I sehingga
meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran
lari sprint melalui
pendekatan bermain
Siklus I: guru dan peneliti
menyusun pola pengajaran
yang bertujuan meningkatkan
hasil belajar siswa dalam
proses pembelajaran lari sprint
melalui pendekatan bermain
a. Siswa kurang antusias
dan cepat bosan dengan
pelajaran pendidikan
jasmani
b. Hasil belajar siswa dalam
pembelajaran lari sprint
masih rendah.
Tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri 1
Majasem Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran
2011/2012.
2. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada bulan April
Tahun Pelajaran 2011/2012.
Tabel 1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
Kegiatan Penelitian 2011/2012
Apr Mei Jun Jul Ag
1. Persiapan Penelitian
a. Koordinasi peneliti dengan kepala
sekolah
b. Diskusi dengan teman sejawat
dan kolaborator
c. Penyusunan proposal
d. Menyiapkan perangkat
pembelajaran dan instrumen
(lembar observasi)
e. Simulasi pelaksanaan tindakan
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Siklus I
b. Siklus II
3. Analisis Data dan Pelaporan
a. Analisis Data
b. Penyusunan Laporan Skripsi
c. Ujian dan Revisi
d. Penggandaan dan Pengumpulan
Laporan
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
B. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah semua siswa kelas V SD
Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon Tahun Pelajaran 2011/2012 yang
berjumlah 22 siswa terdiri atas 14 siswa putra dan 8 siswa putri.
C. Data dan Sumber Data
Sumber data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebagai
berikut:
a. Data Primer
1. Data hasil belajar lari cepat 40 meter diperoleh dari siswa
2. Data tentang keaktivan siswa diperoleh dari peristiwa yang terjadi selama
berlangsungnya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
3. Data tentang penggunaan pendekatan bermain diperoleh dari peristiwa yang
terjadi selama berlangsungnya KBM
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini terdiri atas: nilai hasil belajar lari cepat 40
meter siswa sebelum menjalani tindakan, RPP, silabus, kurikulum; diperoleh
dari dokumen yang dimiliki guru dan sekolah.
D. Pengumpulan Data
Tabel 2. Teknik dan alat pengumpulan data
No Jenis Data Sumber
Data
Teknik
Pengumpulan
Data
Instrumen
1 Hasil belajar lari cepat
40 meter
Tes Praktik Tes lari cepat
40 meter
2 Keaktivan siswa Siswa
Pengamatan Lembar
pengamatan
3 Pendekatan bermain Peristiwa Pengamatan Lembar
pengamatan
4 Nilai hasil belajar lari
cepat 40 meter sebelum
tindakan
Dokumen Studi Simak Daftar Nilai
5 RPP, silabus, kurikulum Dokumen Studi Simak Analisis
Content (isi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
E. Uji Validitas Data
Validitas adalah ukuran yang menyatakan ketepatan tujuan tes (alat ukur)
dan memenuhi persyaratan pembuatan tes. Validitas tes menunjukkan derajat
kesesuaian antara tes dan atribut yang akan diukur. Menurut Kirkendall (Ismaryati
2011: 14) validitas menggambarkan kemampuan kemampuan tes dalam mengukur
apa yang ingin diukur.
Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan triangulasi.
1. Hasil belajar lari cepat 40 meter dianalisis dengan triangulasi tiga sumber
data, yakni data yang diperoleh dari peneliti, observer, dan siswa.
2. Keaktifan siswa, tiga sumber data, yakni data yang diperoleh dari peneliti,
observer, dan siswa.
3. Pendekatan bermain, tiga sumber data, yakni data yang diperoleh dari
peneliti, observer, dan siswa.
4. Nilai hasil belajar lari cepat 40 meter sebelum tindakan, divalidasi dengan
triangulasi peneliti
5. RPP, silabus, kurikulum divalidasi dengan triangulasi dokumen
F. Analisis Data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan
kualitatif. Data kuantitatif dianalisis dengan teknik statistik deskriptif komparatif,
sedangkan data kualitatif dianalisis dengan analisis kritis. Secara rinci analisis
tersebut adalah:
a. Hasil belajar lari cepat 40 meter; dianalisis dengan menghitung persentase
capaian di siklus I dan siklus II.
b. Keaktifan siswa; dianalis tentang kelemahan dan kelebihan siswa ketika
berlangsungnya KBM.
c. Penggunaan pendekatan bermain; dianalis tentang kelemahan dan kelebihan
siswa ketika berlangsungnya KBM lari cepat 40 meter dengan menggunakan
pendekatan bermain.
d. Nilai hasil belajar lari cepat 40 meter sebelum tindakan; dianalisis dengan
cara membandingkan nilai yang dicapai dengan KKM yang sudah ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
e. RPP; dianalisis melalui analisis isi untuk melihat kesesuaian kompetensi
dasar dalam RPP dengan silabus dan kurikulum, serta langkah-langkah
pembelajaran untuk mencapai tujuan.
G. Indikator Kinerja Penelitian
Kriteria ketuntasan minimal materi lari cepat 40 meter di SD Negeri 1
Majasem adalah 70. Penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil apabila
jumlah siswa yang berhasil mencapai KKM minimal mencapai 80%.
Tabel 3. Indikator Kinerja Penelitian
Aspek yang
diukur
Persentase
Cara mengukur Pra
Siklus
Siklus
1
Siklus
2
Hasil belajar
siswa dalam
pembelajaran
lari cepat 40
meter
45,5% 70%
80 Dengan membandingkan gerakan
lari cepat 40 meter yang dilakukan
siswa dengan teknik lari cepat 40
meter yang benar. Yang diamati
adalah: sikap start, sikap sprint,
sikap finish
H. Prosedur Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Dalam
penelitian tindakan kelas, dilakukan tindakan-tindakan yang dalam pelaksanaanya
berlangsung secara terus-menerus dan dilaksanakan dalam siklus yang diberikan
pada siswa yang dijadikan subyek penelitian.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas prosedurnya adalah dilaksanakan
secara partisipatif atau kolaborasi dengan teman sejawat bekerja sama, mulai dari
tahap orientasi dilanjutkan penyusunan rencana tindakan dilanjutkan pelaksanaan
tindakan dalam siklus.
Menurut Agus Kristiyanto (2010:54), langkah-langkah PTK pada
prinsipnya meliputi 4 (empat) langkah pokok pada tiap siklusnya. Keempat
langkah tersebut meliputi (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindaakan,
(3) observasi, dan (4) refleksi. PTK adalah penelitian praktis untuk menemukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
solusi atas masalah yang dihadapi, dengan cara melakukan aksi atau tindakan
rasional yang telah dipilih dan disepakati oleh peneliti utama dan kolaborator.
Melalui kerjasama dan diskusi, diharapkan dapat memecahkan kebuntuan dalam
proses pembelajaran, sehingga mendukung tercapainya tujuan pembelajaran
secara keseluruhan.
Diskusi yang bersifat analitik yang kemudian dilanjutkan pada langkah
reflektif-evaluatif atas kegiatan yang dilakukan pada siklus pertama, untuk
kemudian mempersiapkan rencana modifikasi, koreksi, pembetulan, atau
penyempurnaan pada siklus dan seterusnya. Secara sederhana prosedur tindakan
atau langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas dapat digambarkan seperti
skema berikut:
SIKLUS I
TINDAKAN LANJUTAN
SIKLUS II
HASIL
Gambar 3. Skema Siklus
Penetapan fokus masalah
Perencanaan
Pelaksanaan
Refleksi
Observasi
Perencanaan
Refleksi
Observasi
Pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti bersama teman sejawat dan kolaborator
menyusun skenario pembelajaran yang terdiri dari:
1) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi
dasar yang akan disampaikan siswa dalam pembelajaran penjasorkes
2) Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan yang
diterapkan dalam PTK, yaitu pembelajaran lari cepat 40 meter.
3) Menyusun instrument yang digunakan dalam siklus PTK, lembar
pengamatan pembelajaran lari cepat 40 meter.
4) Menyiapakan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap, pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan
aktivitas pembelajaran di lapangan dengan langkah-langkah kegiatan
antara lain sebagai berikut:
1) Menjelaskan kegiatan pembelajaran lari cepat 40 meter melalui
pendekatan bermain
2) Melakukan pemanasan
3) Membentuk kelompok dalam proses pembelajaran
4) Melakukan latihan gerak dasar lari cepat 40 meter.
a. Cara melakukan lari cepat 40 meter melalui pendekatan bermain yang
telah dirancang oleh guru dan peneliti.
b. Cara melakukan lari cepat 40 meter dan penerapan alat bantu
5) Menarik kesimpulan
6) Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung
7) Melakukan pendinginan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
c. Pengamatan tindakan
Pengamatan tindakan tahap (1) hasil belajar siswa dalam pembelajaran
lari cepat 40 meter melalui pendekatan bermain (2) kemampuan melakukan
gerak dasar lari cepat 40 meter (3) aktivitas siswa dalam pembelajaran.
d. Tahap Evaluasi (Refleksi)
Refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil
penelitian dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan
perbaikan yang dilaksanakan serta kriteria dan rencana bagi siklus tindakan
berikutnya.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti bersama teman sejawat dan kolaborator
menyusun skenario pembelajaran yang terdiri dari:
1) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi
dasar yang akan disampaikan siswa dalam pembelajaran penjasorkes
2) Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan yang
diterapkan dalam PTK, yaitu pembelajaran lari cepat 40 meter.
3) Menyusun instrumen yang digunakan dalam siklus PTK, lembar
pengamatan pembelajaran lari cepat 40 meter.
4) Menyiapakan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap, pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah
melaksanakan aktivitas pembelajaran di lapangan dengan langkah-langkah
kegiatan antara lain sebagai berikut:
1) Menjelaskan kegiatan pembelajaran lari cepat 40 meter melalui
pendekatan bermain
2) Melakukan pemanasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
3) Membentuk kelompok dalam proses pembelajaran
4) Melakukan latihan gerak dasar lari cepat 40 meter.
a. Cara melakukan lari cepat 40 meter melalui pendekatan bermain yang
telah dirancang oleh guru dan peneliti.
b. Cara melakukan lari cepat 40 meter dan penerapan alat bantu
5) Menarik kesimpulan
6) Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung
7) Melakukan pendinginan
c. Pengamatan tindakan
Pengamatan tindakan tahap (1) hasil belajar siswa dalam pembelajaran
lari cepat 40 meter melalui pendekatan bermain (2) kemampuan melakukan
gerak dasar lari cepat 40 meter (3) aktivitas siswa dalam pembelajaran.
d. Tahap Evaluasi (Refleksi)
Refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil
penelitian dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan
perbaikan yang dilaksanakan serta kriteria dan rencana bagi siklus tindakan
berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pra Tindakan
Pembelajaran pendidikan jasmani yang dilaksanakan di SD Negeri 1
Majasem Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga selama ini belum
berjalan efektif. Pembelajaran tak ubahnya rutinitas yang menjemukan bagi siswa.
Pembelajaran berorientasi pada teknik, sehingga pembelajaran menjadi suasana
yang monoton. Guru kurang bisa memodifikasi pembelajaran menjadi suatu
aktifitas yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Kecenderungan pola
pembelajaran yang monoton tersebut di atas berdampak pada ketidaktercapaian
tujuan pembelajaran.
Dari hasil pengamatan pra penelitian yang dilakukan pada kelas V SD
Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga, diperoleh
data sebagai berikut:
a. Siswa Kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon Tahun Pelajaran
2011/2012 berjumlah 22 siswa terdiri atas 14 siswa putra dan 8 siswa putri.
b. Dari jumlah keseluruhan 22 siswa, hanya 45,5% siswa atau sekitar 10 siswa
yang dapat mencapai batas ketuntasan minimal.
c. Model pembelajaran yang diterapkan belum bisa meningkatkan minat dan
motivasi siswa dalam pembelajaran atletik dengan materi lari cepat. Situasi
yang demikian berakibat tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Berdasarkan hasil observasi pra penelitian tersebut di atas menjadi bukti
konkrit bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran atletik dengan materi lari
cepat masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh pembelajaran yang masih
monoton. Kurangnya model-model pembelajaran serta kecenderungan
pembelajaran yang berorientasi pada teknik. Pendekatan yang dilakukan oleh guru
belum dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Sementara karakteristik gerak dasar lari cepat juga merupakan
aktivitas yang cepat membuat siswa lelah dan kurang menggembirakan bagi siswa
kelas V SD Negeri 1 Majasem pada khususnya. Pendekatan yang digunakan guru
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dalam pembelajaran juga belum sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar,
yaitu menyukai aktivitas yang menyenangkan seperti bermain.
Kegagalan guru dalam merancang pembelajaran, sering mengakibatkan
pembelajaran yang seharusnya menyenangkan menjadi suasana yang menjemukan
dan membosankan bagi siswa. Hal tersebut berdampak buruk terhadap pencapaian
hasil belajar siswa kurang memuaskan.
Adapun hasil belajar siswa Kelas IV SD Negeri 1 Majasem Kecamatan
Kemangkon pada tahap pra penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Pra Penelitian
Skor Kriteria Jumlah
Siswa Persentase Keterangan
90-100 Baik Sekali 0 0% -
80-89 Baik 4 18,3% Tuntas
70-79 Cukup 6 27,2% Tuntas
60-69 Kurang 10 45,4 Tidak Tuntas
< 60 Kurang Sekali 2 9,1% Tidak Tuntas
Jumlah 22 100%
Berdasarkan data tabel 5, dari 22 siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem
Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga, siswa yang berhasil mencapai
ketuntasan minimal dalam mengikuti pembelajaran lari cepat hanya 45,5% dan
sisanya sebesar 54,5% masih belum mencapai batas ketuntasan minimal yang
ditetapkan. Data selengkapnya ada pada lampiran.
Oleh karena itu dilakukan tindakan dalam pembelajaran lari cepat
melalui pendekatan bermain. Skenario pembelajarannya adalah berupa pemberian
materi gerak dasar lari cepat yang dikemas sesuai dengan karakteristik siswa usia
sekolah dasar. Pemberian tindakan dilakukan dari gerakan yang mudah kemudian
meningkat ke gerakan yang lebih kompleks. Melalui pendekatan bermain materi
gerak dasar lari cepat dilakukan dalam bentuk bermain sehingga diharapkan dapat
menyenangkan dan menggembirakan bagi siswa. Melalui pendekatan bermain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
tersebut memungkinkan siswa menyerap materi lari cepat yang diberikan oleh
guru dengan mudah dan tuntas dalam suasana yang menggembirakan.
Tindakan yang dilakukan terdiri dari dua siklus yang bertujuan untuk
mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran lari cepat khususnya di
SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon. Setiap siklus terdiri dari dua
pertemuan. Untuk mengetahui hasil dari tindakan tersebut, maka dilakukan
evaluasi dengan cara mengamati peningkatan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran lari cepat, kemudian diklasifikasikan dengan indikator yang telah
ditetapkan pada tiap akhir siklus.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri
atas dua pertemuan. Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu
tanggal 12 Mei 2012, sedangkan pertemuan kedua siklus I pada hari Sabtu tanggal
19 Mei 2012. Pada siklus II tindakan juga dilakukan dalam dua pertemuan.
Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 26 Mei 2012,
sedangkan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 2 Juni 2012.
Masing-masing siklus terdiri dari: (1) perencanaan (2) pelaksanaan (3)
observasi (4) refleksi. Pada setiap akhir siklus, dilakukan refleksi bersama
kolaborator dan teman sejawat untuk membahas tentang tindakan yang telah
dilaksanakan dalam siklus. Selanjutnya mencari solusi dari permasalahan yang
muncul pada siklus dan menentukan tindakan berikutnya agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
1. Deskripsi Siklus Pertama
a. Perencanaan Tindakan I
- Penentuan waktu tindakan kelas
- Penentuan kelas yang akan diberi tindakan
- Perencanaan tindakan yang akan diberikan
- Pembuatan RPP
- Persiapan alat-alat yang digunakan dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
b. Tindakan I
Pelaksanaan tindakan pada siklus I terdiri dari dua pertemuan yaitu
pada hari Kamis tanggal 26 April 2012, sedangkan pertemuan kedua pada
hari Kamis tanggal 3 Mei 2012.
Adapun kegiatan yang dilakukan pada siklus I pertemuan pertama
adalah sebagai berikut:
1) Pendahuluan
- Siswa berbaris, berdo’a dan presensi
- Apersepsi (menghubungkan materi pelajaran dengan pengetahuan
awal).
- Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa.
- Pemanasan dilakukan dengan melakukan gerakan statis dan dinamis,
yang dilakukan secara urut dari tubuh bagian atas sampai tubuh bagian
bawah.
2) Kegiatan Inti
Pembelajaran Lari melalui “Permainan Hijau Hitam”
Satu kelompok diberi nama “hijau” sedangkan kelompok yang lain
adalah “hitam”. Setelah ada aba-aba dari guru maka kelompok yang
disebut lari ke arah belakang dan kelompok yang lain mengejarnya.
Permainan ini dilakukan dengan variasi dari sikap awal jongkok, duduk,
tidur terlentang dan seterusnya. Di samping untuk melatih reaksi juga
untuk melatih start.
3) Penutup
a) Memberikan refleksi
b) Evaluasi umum terhadap proses dan hasil belajar siswa (pengetahuan,
sikap, dan keterampilan siswa)
c) Apresiasi atas hasil kerja siswa, baik kelompok dan atau individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus I pertemuan kedua
adalah sebagi berikut:
1) Pendahuluan
- Siswa berbaris, berdo’a dan presensi
- Apersepsi (menghubungkan materi pelajaran dengan pengetahuan
awal).
- Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa.
- Pemanasan dilakukan dengan melakukan gerakan statis dan dinamis,
yang dilakukan secara urut dari tubuh bagian atas sampai tubuh bagian
bawah.
2) Kegiatan Inti
Pembelajaran lari menggunakan alat bantu ban bekas. Ban ditata menjadi
4 baris. Tiap baris ada 5 ban, jarak masing-masing ban ± 1 m. Anak
dibagi menjadi 4 baris, masing-masing regu berbaris.
3) Penutup
a) Memberikan refleksi
b) Evaluasi umum terhadap proses dan hasil belajar siswa (pengetahuan,
sikap, dan keterampilan siswa)
c) Apresiasi atas hasil kerja siswa, baik kelompok atau individu.
c. Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung, yaitu pada hari Kamis tanggal 26 April 2012,
sedangkan pertemuan kedua pada hari Kamis tanggal 3 Mei 2012 diperoleh
data sebagai berikut:
1. Terjadi peningkatan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran atletik dengan materi lari cepat. Hal tersebut berkaitan
dengan model pembelajaran yang diterapkan yaitu melalui pendekatan
bermain berhasil menarik perhatian siswa. Pendekatan bermain juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
meningkatkan antusiasme siswa dalam mempelajari gerak dasar lari
cepat. Namun demikian masih ada beberapa siswa yang masih belum
maksimal dalam melakukan gerak dasar lari cepat.
2. Berdasarkan data hasil pengamatan pada siklus I, hasil belajar siswa
dalam pembelajaran atletik meningkat jika dibandingkan data pada pra
siklus. Dari 22 siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan
Kemangkon, 15 siswa atau 72,6% berhasil mencapai ketuntasan belajar.
Persentase tersebut meliputi 2 siswa atau 9,1% termasuk dalam kategori
baik sekali, 6 siswa atau 27,2% termasuk dalam kategori baik dan 8
siswa atau 36,3% termasuk dalam kategori cukup hasil belajarnya.
Sedangkan untuk kategori kurang adalah 4 siswa atau 18,3%. Sedangkan
2 siswa atau 9,1% berada pada kategori kurang sekali.
Adapun data peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
siklus I seperti pada tabel berikut:
Tabel 6. Deskripsi Hasil belajar Siswa Siklus I
Skor Kriteria Jumlah
Siswa Persentase Keterangan
90-100 Baik Sekali 2 9,1% Tuntas
80-89 Baik 6 27,2% Tuntas
70-79 Cukup 8 36,3% Tuntas
60-69 Kurang 4 18,3% Tidak Tuntas
< 60 Kurang Sekali 2 9,1% Tidak Tuntas
Jumlah 22 100%
Melalui pendekatan permainan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran atletik dengan materi lari cepat. Akan tetapi masih
ditemukan beberapa masalah yang mengakibatkan tindakan pada siklus I
kurang maksimal. Masalah tersebut diantaranya adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
1. Meskipun antusias siswa cukup tinggi permainan yang digunakan belum
cukup menantang bagi siswa.
2. Masih ada beberapa siswa yang masih belum maksimal aktivitasnya
dalam PBM.
d. Refleksi
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan
permasalahan yang muncul selama pembelajaran siklus I, maka perlu
dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya, yang antara lain meliputi:
1. Melakukan tindakan melalui aktivitas permainan dalam bentuk
kompetisi.
2. Memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran
2. Deskripsi Siklus Kedua
Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan kelanjutan dari
tindakan yang dilakukan pada siklus I. Implementasi tindakan yang dilakukan
pada siklus II adalah untuk mengatasi masalah-maslah yang muncul pada
siklus I. Setelah dilakukan tindakan yang dilakukan pada siklus II diharapkan
hasil belajar siswa semakin meningkat dan hambatan serta permasalahan-
permasalahan yang muncul pada siklus sebelumnya dapat teratasi, sehingga
tujuan pembelajaran yang diharapkan yaitu hasil belajar siswa dalam
pembelajaran lari cepat dapat meningkat lebih maksimal.
a. Perencanaan Tindakan II
- Penentuan waktu tindakan kelas
- Penentuan kelas yang akan diberi tindakan
- Perencanaan tindakan yang akan diberikan
- Pembuatan RPP
- Persiapan alat-alat yang digunakan dalam pembelajaran
c. Tindakan II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II terdiri dari dua pertemuan, yaitu
pada hari Kamis 24 Mei 2012 pertemuan pertama, sedangkan pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
kedua hari Kamis 31 Mei 2012. Adapun kegiatan yang dilakukan pada
siklus II pertemuan pertama adalah sebagi berikut:
1) Pendahuluan
- Siswa berbaris, berdo’a dan presensi
- Apersepsi (menghubungkan materi pembelajaran dengan pengetahuan
awal).
- Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa.
- Pemanasan dilakukan dengan melakukan gerakan statis dan dinamis,
yang dilakukan secara urut dari tubuh bagian atas sampai tubuh bagian
bawah.
2) Kegiatan Inti
a) Lari hilir mudik memindahkan benda. Aktivitas ini dilakukan dengan
memindahkan batu dalam bentuk lomba
b) Lari cepat melewati gawang
Pelaksanaan lari ini dilakukan dengan start jongkok. Setelah ada aba-
aba “Ya” maka pelari langsung lari kemudian berputar melompati
gawang dan masuk finish.
3) Penutup
a) Siswa duduk istirahat rileks.
b) Refleksi pengalaman belajar, siswa diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapat tentang hal-hal yang baru dipelajari.
c) Evaluasi umum terhadap proses dan hasil belajar siswa.
d) Siswa berbaris, dihitung, evaluasi, berdoa, dan dibubarkan
Pertemuan kedua pada siklus II dilakukan tindakan sebagai berikut:
1) Pendahuluan
- Siswa berbaris, berdo’a dan presensi
- Apersepsi (menghubungkan materi pelajaran dengan pengetahuan
awal).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
- Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa.
- Pemanasan dilakukan dengan melakukan gerakan statis dan dinamis,
yang dilakukan secara urut dari tubuh bagian atas sampai tubuh bagian
bawah.
2) Kegiatan Inti
Lari cepat menempuh jarak 20 m dan 40 m dilakukan dalam bentuk
lomba. Aktivitas ini dilakukan dengan start jongkok kemudian lari
secepat mungkin lalu masuk finish.
3) Penutup
a) Siswa berbaris rileks.
b) Refleksi pengalaman belajar, siswa diberi kesempatan untuk
berpendapat tentang hal-hal yang baru dipelajari.
c) Evaluasi umum terhadap proses dan hasil belajar siswa.
d) Siswa berbaris, dihitung, evaluasi, berdoa, dan dibubarkan
c. Observasi
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung pada siklus II, diperoleh data sebagai berikut:
1. Terjadi peningkatan pada hasil belajar siswa dalam mengikuti
pembelajaran atletik dengan materi atletik. Peningkatan hasil belajar
siswa berkaitan dengan permainan yang dilakukan dalam bentuk lomba
berhasil menarik perhatian siswa.
2. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil belajar, siswa yang berhasil
mencapai batas ketuntasan belajar dalam pembelajaran atletik meningkat
jika dibandingkan data pada siklus I. Dari 22 siswa Kelas V SD Negeri 1
Majasem Kecamatan Kemangkon yang dapat mencapai KKM 20 siswa
atau 90,9%. Sedangkan 2 siswa atau 9,1% berada pada kategori kurang.
Meskipun demikian, terjadi pengurangan siswa yang berada pada
kategori kurang sekali semula 2 siswa atau 9,1% menjadi 0%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Adapun data peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran siklus
II seperti pada tabel berikut:
Tabel 7. Deskripsi Hasil belajar Siswa Siklus II
Skor Kriteria Jumlah
Siswa Persentase Keterangan
90-100 Baik Sekali 5 22,5% Tuntas
80-89 Baik 5 22,5% Tuntas
70-79 Cukup 10 45,9 Tuntas
60-69 Kurang 2 9,1% Tidak Tuntas
< 60 Kurang Sekali 0 0% -
Jumlah 22 100%
Dari tabel tersebut di atas diketahui bahwa hasil belajar siswa-siswi
kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon Kabupaten
Purbalingga pada proses pembelajaran atletik dengan materi lari cepat pada
siklus II meningkat menjadi 90,9%. Prosentase tersebut meliputi jumlah
kriteria baik sekali 22,5% atau 5 siswa, kategori baik 22,5% atau 5 siswa,
kategori cukup 45,9% atau 10 siswa, kategori kurang 9,1% atau 2 siswa.
Pada kategori kurang tidak ada atau 0%.
d. Refleksi
Secara umum kelemahan-kelemahan dan hambatan yang muncul pada
siklus I telah dapat diatasi dan dapat diminimalkan dalam siklus II.
Tindakan yang dilakukan berhasil meningkatkan hasil belajar dan motivasi
siswa dalam mengikuti pembelajaran atletik dengan materi lari cepat. Siswa
terlihat lebih antusias dan semangat dalam mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan data hasil penelitian diketahui bahwa melalui pendekatan
permainan dapat meningkatkan hasil belajar lari cepat siswa kelas V SD
Negeri 1 Majasem. Pendekatan bermain dapat meningkatkan animo siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
dalam mempelajari gerak dasar lari cepat serta meningkatkan rasa percaya
diri siswa dalam belajar atletik.
Berdasarkan data pada siklus II (tabel 7) maka dapat disimpulkan
bahwa pemberian tindakan terhadap materi lari cepat melalui pendekatan
bermain dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negei 1
Majasem. Melalui kesepakatan bersama kolaborator, maka diputuskan
bahwa penelitian ini dinyatakan berhasil sehingga hanya sampai pada siklus
kedua.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus
Penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani dengan materi lari cepat melalui pendekatan
bermain dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem
Kecamatan Kemangkon. Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.
Dalam hal ini penguasaan materi pembelajaran siswa menjadi lebih baik.
Berdasarkan data hasil observasi pada pra siklus, siklus I, siklus II,
tindakan yang dilakukan melalui pendekatan bermain berhasil meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran lari cepat. Hasil belajar siswa dalam
pembelajaran lari cepat siklus I meningkat jika dibandingkan dengan data hasil
belajar pada pra siklus.
Peningkatan hasil belajar siswa pada tiap siklus dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 8. Deskripsi Data Perbandingan Hasil belajar Tiap Siklus
Skor Kriteria Pra Siklus Siklus I Siklus II
Ket Jumlah
Siswa Persen
Jumlah
Siswa Persen
Jumlah
Siswa Persen
90-100 Baik Sekali 0 0% 2 9,1% 5 22,5% Meningkat
80-89 Baik 4 18,3% 6 27,2% 5 22,5% Meningkat
70-79 Cukup 6 27,2% 8 36,3% 10 45,9 Meningkat
60-69 Kurang 10 45,4 4 18,3% 2 9,1% Berkurang
< 60 Kurang Sekali 2 9,1% 2 9,1% 0 0% Berkurang
Jumlah 22 100% 22 100% 22 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tabel 8 menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa dalam mengikuti
pembelajaran atletik pada pra siklus, siklus I, dan siklus II. Dari tabel tersebut
diketahui bahwa hasil belajar siswa-siswi Kelas IV SD Negeri 1 Majasem
Kecamatan Kemangkon yang berjumlah 22 siswa pada pra siklus adalah sebesar
45,5%, siklus I 72,6%, siklus II 90,9%. Berdasarkan data persentase tersebut
menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa pada tiap siklus.
Peningkatan persentase dari pra siklus ke siklus I sebesar 27,1%. Sedangkan dari
siklus I ke siklus II sebesar 18,3%.
Pencapaian persentase pada siklus II sebesar 90,9% melampaui target
capaian yang direncanakan yaitu sebesar 80%. Dengan demikian pelaksanaan
tindakan melalui pendekatan bermain dinyatakan berhasil meningkatkan hasil
belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon Kabupaten
Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012.
Peningkatan persentase hasil belajar siswa pada tiap siklus, adalah
merupakan bukti konkrit bahwa melalui pendekatan bermain dapat mengatasi
rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran atletik. Tindakan yang
dilakukan dalam penelitian ini menghasilkan temuan bahwa cara penyampaian
materi pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik anak akan
memudahkan guru menyampaikan materi secara optimal. Selain itu siswa juga
dengan mudah menyerap materi dengan optimal pula.
Perbandingan peningkatan hasil belajar siswa dalam pra siklus, siklus I
dan siklus II seperti terlihat dalam grafik berikut:
0%
10%
20%
30%
40%
50%
Pra Siklus Siklus ISiklus II
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Kurang Sekali
Gambar 4. Grafik Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Lari Cepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
D. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani dengan materi lari cepat melalui pendekatan
bermain bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses
pembelajaran atletik. Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal,
penguasaan materi pembelajaran siswa menjadi lebih baik.
Pemberian tindakan dalam pembelajaran lari cepat menggunakan
pendekatan bermain ternyata tidak mengurangi makna dari pembelajaran itu
sendiri. Siswa lebih antusias, semangat, disiplin, tanggung jawab, serta percaya
diri, dalam melakukan tugas gerak. Pendekatan bermain merupakan salah satu
alternatif untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa pada proses pembelajaran
yang monoton, sehingga pembelajaran atletik yang dilaksanakan dapat berhasil.
Hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran meningkat jika dibandingkan
dengan data pada hasil belajar pra penelitian.
Berdasarkan tindakan yang dilakukan dalam penelitian melalui
pendekatan bermain, pembelajaran ini bertujuan untuk memberikan kemudahan
siswa agar lebih termotivasi untuk mempelajari gerak dasar lari cepat. Upaya
untuk memudahkan siswa dalam mempelajari materi lari cepat atletik dapat
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya melalui pendekatan bermain. Yang
perlu mendapat perhatian khusus dalam pembelajaran atletik di sekolah dasar
adalah pemberian materi gerak dasar atletik disesuaikan dengan karakteristik
siswa yang menyukai aktivitas dalam bentuk bermain.
Pemberian tindakan diawali dari siklus I pertemuan pertama berupa
melakukan gerak dasar lari cepat melalui permainan hijau hitam yang
pelaksanaannya dilakukan secara bervariasi dari sikap berbaring, duduk dan
berdiri. Aktivitas ini dimaksudkan untuk melatih reaksi siswa sekaligus
merupakan pembelajaran gerak dasar start.
Pertemuan kedua siklus I Pembelajaran dilanjutkan dengan aktivitas lari
menggunakan alat bantu ban bekas. Ban ditata menjadi 4 baris. Tiap baris ada 5
ban, jarak masing-masing ban ± 1 m. Anak dibagi menjadi 4 baris. Siswa berlari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dengan melewati ban secara bergantian. Aktivitas ini melatih gerak dasar langkah
lari cepat.
Pada siklus II pertemuan pertama, aktivitas pembelajaran masih
merupakan kelanjutan dari siklus sebelumnya. Pembelajaran masih dalam suasana
bermain namun dalam bentuk perlombaan. Pada tahap ini siswa melakukan lari
hilir mudik memindahkan benda. Siswa tercepat memindahkan benda yang
menjadi pemenangnya.
Siklus II pertemuan kedua, siswa masih melakukan lari dalam bentuk
lomba. Aktivitasnya berupa lari cepat melewati gawang. Pelaksanaan lari ini
dilakukan dengan start jongkok ataupun start berdiri. Setelah ada aba-aba “Ya”
maka pelari langsung lari kemudian berputar melompati gawang dan masuk finish.
Pelari tercepat masuk finish dinyatakan sebagi pemenang. Pada tahap ini siswa
terlihat sangat antusias dalam mengikuti semua instruksi guru.
Berdasarkan data hasil penelitian, hasil belajar siswa dalam pembelajaran
lari cepat meningkat jika dibandingkan data pada pra siklus. Pada siklus I
pencapaian target siklus sebesar 72,6% melebihi rencana target pencapaian yang
semula 70%. Dari 22 siswa kelas V SD Negeri 2 Majasem, 16 siswa atau 72,6 %
berhasil mencapai ketuntasan minimal yang ditetapkan.
Titik puncak peningkatan hasil belajar siswa pada penelitian ini adalah
pada siklus II. Berdasarkan data hasil penelitian diketahui bahwa 20 siswa atau
90,9% menunjukkan peningkatan hasil belajar sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan, sedangkan 2 siswa atau 9,1% berada pada kriteria kurang berhasil. Hal
itu berarti rencana pencapaian target siklus II yang semula 80%, dapat terlampaui.
Dengan demikian, penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran lari cepat melalui pendekatan bermain
pada siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem Kecamatan Kemangkon Kabupaten
Purbalingga Tahun 2011/2012, telah mencapai keberhasilan pada siklus II.
Dengan tercapainya peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran lari
cepat, maka penelitian ini dapat dikatakan berhasil dan dapat dihentikan.
Setelah dilakukan tindakan dalam penelitian ini, maka diperoleh fakta
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
1. Pendekatan bermain dapat digunakan sebagai alternatif dalam meningkatkan
hasil belajar lari cepat siswa.
2. Melalui pendekatan bermain dapat menanamkan konsep dasar gerakan lari
cepat.
3. Penyampaian materi pembelajaran dengan mempermudah karakteristik tugas
gerak dapat dilakukan dari gerakan yang mudah kemudian menuju gerakan
yang tingkat kesulitannya lebih kompleks.
4. Pendekatan bermain yang dirancang sesuai dengan karakteristik gerak dasar
lari cepat dapat digunakan dalam pembelajaran atletik khususnya bagi siswa
sekolah dasar kelas V SD Negeri 1 Majasem.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data yang dan pembahasan yang telah dilakukan
sebelumnya, diperoleh simpulan bahwa pendekatan bermain berhasil
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Majasem Kabupaten
Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam pembelajaran lari cepat 40 meter.
Hasil belajar siswa pada tahap pra siklus 45,5% atau 10 siswa, pada akhir
siklus I menjadi 72,6% atau 15 siswa, kemudian pada siklus II menjadi 90,9%
atau 20 siswa. Peningkatan dari pra siklus ke siklus I sebesar 27,1%, dan dari
siklus I ke siklus II meningkat sebesar 18,3%.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa
keberhasilan proses pembelajaran tergantung beberapa faktor. Faktor tersebut
berasal dari pihak guru maupun siswa, serta metode pembelajaran yang
digunakan. Faktor dari guru yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan
materi, menyampaikan materi, kemampuan guru dalam mengelola kelas, serta
metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran.
Sedangkan faktor dari siswa yaitu minat dan motivasi siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran. Ketersediaan perangkat pembelajaran yang menarik, dapat
juga membantu meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar, sehingga
akan diperoleh hasil yang optimal.
Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus
diupayakan secara maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru
dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas maupun di
lapangan. Apabila guru mempunyai kemampuan yang baik dalam menyampaikan
materi dan dalam mengelola kelas serta didukung sarana dan pra sarana yang
memadai, maka guru akan dapat menyampaikan materi dengan baik. Materi
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
tersebut akan diterima dengan baik pula apabila siswa memiliki minat dan
motivasi yang tinggi untuk selalu aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian,
kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, kondusif, efektif, dan
efisien.
Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa pendekatan
bermain dapat meningkatkan minat, motivasi dan semangat siswa sehingga hasil
belajar siswa meningkat. Penelitian ini juga memberikan implikasi bahwa
pendekatan bermain dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengatasi
rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran lari cepat 40 meter.
Pemberian tindakan dari siklus I, dan siklus II memberikan deskripsi
bahwa adanya kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung. Kekurangan dan kelemahan tersebut dapat diatasi
setelah dilakukan tindakan pada siklus-siklus berikutnya. Dari pelaksanaan
tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat
dideskripsikan terdapatnya peningkatan kualitas pembelajaran penjaskes terutama
hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Melalui pendekatan bermain dapat
meningkatkan gairah siswa dalam mempelajari gerak dasar lari cepat 40 meter
sehingga hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran lari cepat 40 meter dapat
meningkat.
C. Saran
Dari pembahasan di atas dapat disarankan sebagai berikut:
1. Untuk Guru
a. Guru hendaknya lebih inovatif dalam menerapkan metode untuk
menyampaikan materi pembelajaran dengan memaksimalkan pendekatan
bermain.
b. Pendekatan bermain dapat dikembangkan dan digunakan dalam
pembelajaran.
c. Dalam proses pembelajaran hendaknya guru lebih memperhatikan kondisi
siswa dalam menentukan model-model pembelajaran yang akan digunakan
dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
d. Guru hendaknya lebih membuka diri untuk menerima berbagai masukan,
saran dan kritikan agar dapat lebih meningkatkan kualitas mengajarnya.
2. Untuk Siswa
a. Siswa harus siap untuk mengikuti pembelajaran dengan metode apapun
yang diberikan guru dan selalu bersedia dengan penuh kesadaran untuk
melaksanakan instruksi yang diberikan guru.
b. Keaktifan siswa hendaknya tidak hanya selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, melainkan aktif belajar mandiri dengan banyak latihan di luar
jam belajar, untuk menggali dan meningkatkan kemampuannya.
3. Untuk Penelitian Berikutnya
Disarankan bagi peneliti di masa mendatang untuk dapat mengembangkan
penelitian tentang strategi dan metode pembelajaran, baik dari gaya
mengajar maupun penggunaan pendekatan dalam pembelajaran agar
kualitas pembelajaran dapat semakin meningkat sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.