V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Identitas Responden
Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Kuripan yang telah
memiliki hak pilih (17 tahun keatas atau sudah menikah) dan telah ditetapkan
sebagai pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pekon
Kuripan tahun 2009 serta telah memberikan suaranya dalam Pilperatin 2009.
Adapun jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 83 orang.
Berdasarkan kuesioner yang telah disebar dapat diketahui identitas responden
sebagai informasi untuk mengetahui karakteristik responden yang mengisi
kuesioner. Karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat
berdasarkan kelompok jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan mata
pencaharian.
1. Jenis Kelamin
Responden dalam penelitian ini berjumlah 83 orang yang terdiri atas laki-
laki dan perempuan. Untuk mengetahui identitas responden berdasarkan
jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini:
66
Tabel 11. Keadaan Responden Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki
Perempuan
43
40
51,81
48,19
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data Diolah dari Hasil Kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 83 responden dalam
penelitian ini adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 51,81% atau
43 orang responden, sedangkan responden dengan jenis kelamin
perempuan sebanyak 48,19% atau 40 orang responden. Dengan demikian
responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada responden
perempuan.
2. Umur Responden
Umur responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini beragam yaitu
berkisar antara umur 17 sampai 61 tahun. Jumlah responden berdasarkan
kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 12. Keadaan Responden Menurut Kelompok Umur
Umur Frekuensi Persentase (%)
17-35
36-54
55 tahun keatas
38
40
5
45,79
48,19
6,02
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data Diolah dari Hasil Kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 83 responden,
sebanyak 45,79% (38 orang responden) berusia antara 17-35 tahun, dan
sebanyak 48,19% (40 orang responden) berusia antara 36-54 tahun.
Sedangkan sisanya sebanyak 6,02% (5 orang responden) berusia di atas 55
tahun.
67
3. Pendidikan Responden
Untuk mengetahui identitas responden berdasarkan tingkat pendidikan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 13. Keadaan Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
SD
SLTP/Sederajat
SLTA/Sederajat
Diploma
S1
8
16
42
11
6
9,64
19,28
50,60
13,25
7,23
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data Diolah dari Hasil Kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki pendidikan atau tamatan SLTA/Sederajat yaitu sebanyak 50,60%
(42 orang responden). Sedangkan sisanya yaitu 19,28% (16 orang
responden) tamatan SLTP/Sederajat, 13,25% (11 orang responden)
berpendidikan diploma, 7,23% (6 orang responden) berpendidikan S1 dan
sebanyak 9,64% ( 8 orang responden) adalah tamatan SD.
4. Mata Pencaharian/Pekerjaan Responden
Untuk mengetahui identitas responden berdasarkan mata pencaharian atau
pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 14. Keadaan Responden Menurut Mata Pencaharian
Jabatan Frekuensi Persentase (%)
Tani
PNS
Nelayan
Wiraswasta
Pelajar
41
13
11
14
4
49,40
15,66
13,25
16,87
4,82
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data Diolah dari Hasil Kuesioner. 2010
68
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa responden yang memiliki
pekerjaan sebagi petani yaitu sebanyak 49,40% (41 orang responden). Hal
ini dikerenakan sebagian besar penduduk Pekon Kuripan bermata
pencaharian sebagai petani. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 16,87%
(14 orang responden) merupakan wiraswasta, sebanyak 15,66% (13 orang
responden) memiliki pekerjaan sebagai PNS, sebanyak 13,25% (11 orang
responden) adalah nelayan dan sebanyak 4,82% (4 orang responden)
masih berstatus sebagai pelajar SMA/Sederajat.
B. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrument Penelitian
Pengujian validitas instrumen dilakukan sebelum kuesioner disebarkan kepada
83 orang responden. Kuesioner disebar kepada 40 orang anggota masyarakat
Pekon Kuripan yang telah menggunakan hak pilihnya pada pemilihan peratin
Pekon Kuripan tahun 2009. Kuesioner yang terkumpul kemudian di uji
validitasnya dengan menggunakan correlation product moment dan
realibilitasnya dengan menggunakan cronbach alpha agar diketahui valid atau
tidaknya dan bagaimana tingkat reliabilitas kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini.
1. Uji Validitas Instrumen Penelitian
Hasil uji validitas instrumen penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Pemilih dalam Pemilihan Peratin Pekon Kuripan Kecamatan
Pesisir Utara Kabupaten Lmapung Barat Tahun 2009 dapat dilihat dalam
tabel berikut:
69
Tabel 15. Uji Validitas Instrumen Penelitian
Sumber: Data Diolah dari Hasil Kuesioner. 2010
Variabel
Nomor Item
Validitas Keterangan
r-hitung r-tabel
Sosiologis
(X1)
1 0,749
0,312
Valid
r-hitung > r-
tabel
2 0,812
3 0,686
4 0,733
5 0,689
6 0,477
7 0,373
8 0,430
9 0,462
10 0,353
Psikologis
(X2)
1 0,436
0,312
Valid
r-hitung > r-
tabel
2 0,598
3 0,369
4 0,608
5 0,687
6 0,352
7 0,433
8 0,403
9 0,629
10 0,516
Rasional
(X3)
1 0,697
0,312
Valid
r-hitung > r-
tabel
2 0,330
3 0,638
4 0,633
5 0,766
6 0,406
7 0,368
8 0,728
9 0,455
10 0,796
Perilaku
Pemilih
(Y)
1 0,491
0,312
Valid
r-hitung > r-
tabel
2 0,667
3 0,390
4 0,619
5 0,524
6 0,538
7 0,620
8 0,383
9 0,374
10 0,346
11 0,386
12 0,399
70
Tabel di atas menunjukkan bahwa semua item pertanyaan mempunyai nilai r-
hitung yang lebih besar dari nilai r-tabel sehingga item pertanyaan dinyatakan
valid. Sehingga setiap item pertanyaan dalam kuesioner dapat dijadikan
instrumen penelitian yang sahih dalam penelitian ini. Dimana nilai r-hitung
tertinggi adalah 0,812 dan nilai r-hitung terendah adalah 0,330 dan r-tabel
untuk taraf signifikan 5% adalah 0,312.
2. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Hasil uji validitas dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 16. Uji Reliabilitas Instrument Penelitian
No. Variabel Nilai
Reliabilitas
Ketetapan
Cronbach alpha Keterangan
1 Sosiologis 0,769 0,600 s/d 0,800 Reliabel
2 Psikologis 0,661 0,600 s/d 0,800 Reliabel
3 Rasional 0,787 0,600 s/d 0,800 Reliabel
4 Perilaku Pemilih 0,694 0,600 s/d 0,800 Reliabel
Sumber: Data Diolah dari Hasil Kuesioner. 2010
Dari tabel di atas diketahui bahwa seluruh item pertanyaan reliable atau dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini. Dengan
demikian item-item pertanyaan dalam kuesioner ini dinyatakan valid dan
reliabel untuk dijadikan instrumen penelitian dalam rangka mengumpulkan
data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih pada
pemilihan peratin Pekon kuripan Kecamatan Pesisisr Utara Kabupaten
Lampung Barat Tahun 2009.
71
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemilih
Berikut ini akan dideskripsikan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku pemilih masyarakat Pekon Kuripan Kecamatan Pesisir Utara
Kabupaten Lampung Barat pada pemilihan peratin tahun 2009 yang meliputi
Faktor Sosiologis, Faktor Psikologis, dan Faktor Rasional pemilih.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Deskripsi Data tentang Faktor Sosiologis (X1)
Faktor sosiologis merupakan aspek utama yang dikaji dalam pendekatan
sosiologis (Mazhab Columbia) yang menjelaskan bahwa Pengelompokkan
sosial dan Karakteristik sosial merupakan dua hal yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap keputusan memilih seseorang.
Kelompok-kelompok sosial dimana seseorang tergabung baik berupa
kelompok informal seperti keluarga atau kelompok pertemanan dan
kelompok formal seperti keanggotaan seseorang dalam organisasi profesi
dan lain-lain mampu memberikan peran besar dalam pembentukan sikap,
persepsi dan orientasinya termasuk dalam hal pilihan politiknya. Demikian
juga dengan karakteristik sosial seseorang yang mampu membangun
ketertarikan atau minatnya terhadap hal-hal tertentu yang dalam hal ini
adalah perilaku memilihnya.
Berikut tanggapan 83 orang responden mengenai faktor sosiologis yang
meliputi pengelompokkan sosial dan karakteristik sosial.
72
a. Pengelompokkan Sosial
Pengelompokkan sosial merupakan bagian dari faktor sosiologis yang
mempengaruhi perilaku memilih seseorang. Pengelompokan sosial ini
dilihat dari hubungan kekeluargaan dan pertemanan responden dengan
calon peratin serta keanggotaannya dalam kelompok sosial lainnya
yang memungkinkan responden memiliki pemahaman yang dapat
mempengaruhi orientasi dan pilihannya dalam pemilihan peratin
Pekon Kuripan Tahun 2009. Untuk mengetahui frekuensi tanggapan
responden mengenai pengelompokan sosial dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 17. Distribusi Jawaban Responden tentang Tingkat
Pengenalan Terhadap Calon Peratin yang Dipilih
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat mengenal
Mengenal
Cukup mengenal
Kurang mengena
Tidak mengenal
23
34
26
0
0
27,7
41,0
31,3
0
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 41% atau 34
orang responden mengenal calon yang dipilinya, dan dari tabel
diketahui bahwa seluruh responden mengenal calon peratin yang
mereka pilih dengan variasi jawaban sangat mengenal, mengenal dan
cukup mengenal. Artinya, seluruh responden mengenal dengan baik
calon yang mereka pilih, pengenalan ini tentunya menjadi pijakan
dasar bagi responden untuk menentukan pilihan. Besarnya frekuensi
ini juga dikarenakan ruang lingkup pemilihan yang hanya meliputi satu
73
pekon sehingga calon yang ada tentunya dikenal oleh seluruh
masyarakat pekon.
Tabel 18. Distribusi Jawaban Responden tentang Intensitas
Pertemuan dengan Calon Peratin yang Dipilih
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat sering
Sering
Cukup sering
Jarang
Tidak Pernah
11
36
26
10
0
13,3
43,4
31,3
12,0
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 43,4% atau 36 orang
responden menyatakan sering bertemu dengan calon peratin yang
mereka pilih. Dari tabel dapat dikategorikan bahwa sebanyak 72,35%
responden sering bertemu dengan calon peratin yang mereka pilih dan
sisanya sebanyak 27,65% responden dapat dinyatakan jarang bertemu
dengan calon peratin yang mereka pilih. Artinya, intensitas pertemuan
antara responden dan calon yang kemudian dipilih oleh responden
dapat dinyatakan sering atau tinggi.
Tabel 19. Distribusi Jawaban Responden tentang Intensitas
Berbincang-bincang dengan Calon Peratin yang Dipilih
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat sering
Sering
Cukup sering
Jarang
Tidak Pernah
2
30
21
28
2
2,4
36,1
25,3
33,7
2,4
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
74
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 36,1% atau 30
orang responden menyatakan sering berbincang-bincang dengan calon
yang dipilihnya dan dari tabel dapat dikategorikan bahwa 51,15%
responden sering berbincang-bincang dengan calon yang mereka pilih
dan sisanya sebanyak 48,85% responden diketegorikan jarang
berbincang-bincang dengan calon yang mereka pilih. Dengan demikian
lebih dari setengah total responden memiliki intensitas sering
mengenai perbincanganannya dengan calon peratin yang dipilih.
Tabel 20. Distribusi Jawaban Responden tentang Jarak Rumah
dengan Rumah Calon Peratin yang Dipilih
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat dekat
Dekat
Cukup dekat
Jauh
Sangat jauh
7
30
22
22
2
8,4
36,1
26,5
26,5
2,4
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, diketahui sebanyak 36,1% atau 30 orang
responden memiliki jarak rumah yang dekat dengan calon peratin yang
dipilih dan dapat dikategorikankan bahwa sebanyak 57,75% responden
menyatakan bahwa jarak rumah mereka terhadap rumah calon yang
mereka pilihan adalah dekat dan sisanya 42,25% responden memiliki
jarak rumah yang jauh dengan rumah calon peratin yang mereka pilih.
Dengan demikian lebih dari setengah total responden memiliki jarak
rumah yang berdekatan dengan calon yang mereka pilih. Tentunya
jarak rumah bukanlah merupakan penentu dalam keputusan memilih
seseorang akan tetapi hal ini akan mempengaruhi hubungan
75
pertemanan dan intensitas bertemunya responden dan calon yang
dipilih.
Tabel 21. Distribusi Jawaban Responden tentang Hubungan
Kekeluargaan dengan Calon Peratin yang Dipilih
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat dekat
Dekat
Cukup dekat
Kurang dekat
Tidak dekat
15
23
22
20
3
18,1
27,7
26,5
24,1
3,6
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, dapat dikategorikan bahwa sebanyak
59,05% responden memiliki hubungan kekerabatan (kekeluargaan)
yang dekat dengan calon yang mereka pilih. Sedangkan sisanya
40,95% responden dapat dikegorikan memiliki hubungan kekerabatan
(kekeluargaan) yang tergolong jauh dengan calon yang mereka pilih.
Dengan demikian sebagian besar responden mengaku memiliki
hubungan kekerabatan yang dekat dengan calon peratin yang mereka
pilih. Frekuensi hubungan kekelurgaan responden dengan calon yang
dipilih tergolong tinggi, hal ini juga menunjukkan bahwa sistem
kekerabatan pada masyarakat pedesaan sangat kental karena hubungan
kekerabatan ini tidak hanya didasarkan pada keluarga batih saja.
Tabel 22. Distribusi Jawaban Responden tentang Dukungan
Keluarga terhadap Pilihan Responden
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat mendukung
Mendukung
Cukup mendukung
Kurang mendukung
Tidak mendukung
8
55
18
1
1
9,6
66,3
21,7
1,2
1,2
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
76
Berdasarkan tabel di atas, diketahui sebanyak 66,3% atau 55 orang
responden menyatakan bahwa keluarga mereka mendukung pilihannya
dan dapat dikategorikan sebanyak 86,75% responden menyatakan
bahwa keluarga mereka ikut mendukung pilihannya dan sisanya
sebanyak 13,25% responden menyatakan bahwa pilihannya tidak
didukung oleh keluarga. Dengan demikian mayoritas responden
mengaku bahwa pilihannya didukung oleh pihak keluarga. Hal ini
berarti bahwa didalam keluarga responden tersebut terdapat orientasi
yang sama mengenai keputusan memilih pada pemilihan peratin tahun
2009 ini.
Tabel 23. Distribusi Jawaban Responden tentang Keputusan
Memilih Mengikuti Pilihan Keluarga
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat mengikuti
Mengikuti
Cukup mengikuti
Tidak mengikuti
Sangat tidak mengikuti
3
28
31
19
2
3,6
33,7
37,3
22,9
2,4
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, dapat dikategorikankan bahwa sebanyak
55,95% responden mendasarkan pilihannya pada pilihan anggota
keluarga yang lain atau dengan kata lain mengikuti pilihan keluarga.
Sedangkan 44,05% dapat dinyatakan memilih berdasarkan inisiatif
sendiri. Idealnya memilih berdasarkan inisiatif sendiri, dan umumnya
pemilih independen berdasarkan inisiatif sendiri ini didominasi oleh
kepala keluarga, namun hal ini tidak berarti bahwa pemilih (diluar
77
status kepala keluarga) tidak bisa bersifat independen dalam
menentukan pilihan.
Tabel 25. Distribusi Jawaban Responden tentang Kesamaan
Profesi dengan Calon Peratin yang Dipilih
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju
Setuju
Cukup setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
6
24
17
29
7
7,2
28,9
20,5
34,9
8,4
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, dapat dikategorikan bahwa sebanyak
53,65% responden memiliki profesi berbeda dengan calon yang
mereka pilih, dan 46,35% responden dapat dinyatakan memilih calon
yang seprofesi dengannya. Kesamaan profesi kerap menimbulkan
solidaritas, yang dijadikan sebagai representasi dari kelompoknya
(kelompok profesi). Namun dalam hal ini kesamaan profesi kurang
menjadi perhatian pemilih.
Tabel 25. Distribusi Jawaban Responden tentang Kesamaan
Organisasi Sosial dengan Calon Peratin yang Dipilih
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju
Setuju
Cukup setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
6
23
21
27
6
7,2
27,8
25,3
32,5
7,2
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, dapat dikategorikan bahwa sebanyak
47,65% responden pernah terlibat dalam organisasi yang sama
78
(bekerja sama dalam suatu kegiatan) dengan calon yang mereka pilih
dan sisanya 52,35% respoden dapat dinyatakan tidak pernah berada
dalam organisasi yang sama dengan calon yang dipilihnya. Kesamaan
organisasi akan meningkatkan intensitas pertemuan dan terjalin
kedekatan antara pemilih dan yang dipilih, organisasi juga dapat
memberikan pengaruh yang sama seperti halnya profesi, namun dalam
hal ini tampak bahwa kesamaan organisasi juga kurang menjadi
pertimbangan bagi pemilih.
b. Karakteristik Sosial
Karakteristik sosial juga merupakan bagian dari faktor sosiologis yang
mempengaruhi perilaku memilih seseorang. Karakteristik sosial dalam
hal ini lebih didasarkan pada ketertarikan pemilih terhadap
karakteristik sosial calon yang dibatasi hanya pada aspek umur calon.
Hal ini dikarenakan selain umur, karakteristik sosial calon lainnya
pada pemilihan peratin Pekon Kuripan Tahun 2009 relatif sama
(seperti agama, jenis kelamin, perkerjaan dan lain-lain). Untuk
mengetahui frekuensi tanggapan responden mengenai karakteristik
sosial dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 26. Distribusi Pendapat Responden tentang Pengaruh Usia
Terhadap Kemampuan Memimpin Seseorang
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat mempengaruhi
Mempengaruhi
Cukup mempengaruhi
Tidak mempengaruhi
Sangat tidak mempengaruhi
24
36
13
10
0
28,9
43,4
15,7
12,0
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
79
Berdasarkan tabel di atas, diketahui sebanyak 43,4% atau 36 orang
responden menyatakan bahwa usia mempengaruhi kemampuan
memimpin seseorang dan dapat dikategorikan bahwa sebanyak 80,15%
responden menyatakan bahwa usia mempengaruhi kemampuan
memimpin calon. Pendapat responden ini cukup beralasan dimana
secara psikis usia memang mempengaruhi aktivitas seseorang, akan
tetapi dalam beberapa hal dimasyarakat juga diyakini bahwa semakin
tua seseorang maka semakin bijak ia dalam perbuatan dan perkataan
namun dalam hal lain usia muda juga diyakini mampu menghasilkan
pemikiran-pemikiran kritis dan cenderung bertentangan dengan status
quo.
2. Deskripsi Data tentang Faktor Psikologis (X2)
Faktor psikologis lebih melihat bahwa perbuatan memilih merupakan
keputusan seseorang yang didasarkan atas kekuatan emosional yang ada
dalam diri pemilih terhadap pilihannya. Ikatan emosional ini terbentuk
melalui proses sosialisasi yang dialami pemilih yang kemudian
mengarahkan tindakannya (tindakan politiknya). Untuk melihat gambaran
faktor psikologis ini digunakan tolak ukur yaitu ketokohan.
a. Ketokohan
Ketokohan merupakan salah satu faktor yang cukup dipertimbangkan
dalam setiap kajian tentang perilaku pemilih di Indonesia pada
umumnya, ketokohan merupakan keterikatan emosional pemilih
terhadap tokoh tertentu baik itu calon yang akan dipilih ataupun tokoh-
80
tokoh pendukung calon yang akan dipilih dimana calon atau tokoh
dibelakang calon ini dirasakan dekat atau memiliki kharisma yang kuat
ditengah masyarakat. Berikut gambaran pendapat responden mengenai
faktor psikologis:
Tabel 27. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Waktu
Penentuan Pilihan
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju
Setuju
Cukup setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
15
48
19
0
1
18,1
57,8
22,9
0
1,2
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 57,8% atau 48
orang responden telah menentukan pilihan sejak awal pencalonan
sedangkan responden yang tidak setuju dengan pernyataan ini hanya
1,2% (1 orang responden) Artinya bahwa sebagian besar responden
telah menentukan pilihan sejak awal pencalonan, hal ini menunjukkan
bahwa pemilih telah mengidentifikasi calon dan telah mengenal calon
dengan baik, hal ini juga mengindikasikan bahwa kharisma calon atau
sosok dibelakang calon cukup diperhitungkan dalam masyarakat.
Tabel 28. Distribusi Jawaban Responden tentang Kemampuan
Memimpin Calon Peratin yang Dipilih
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup tinggi
Rendah
Sangat rendah
14
33
36
0
0
16,9
39,8
43,4
0
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
81
Berdasarkan tabel di atas, dapat dinyatakan bahwa seluruh responden
menilai calon yang dipilihnya memiliki kemampuan dalam memimpin
pekon. Variasi jawaban dari responden tentang kemampuan memimpin
calon meliputi cukup tinggi, tinggi dan sangat tinggi. Artinya seluruh
responden percaya akan kemampuan memimpin calon yang dipilihnya,
tentunya kepercayaan ini merupakan hal utama yang harus dimiliki
seorang pemimpin sebagai bekal dalam menjalankan amanah.
Tabel 29. Distribusi Jawaban Responden tentang Peran Calon
Peratin yang Dipilih dalam Kegiatan Kemasyarakatan
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat aktif
Aktif
Cukup aktif
Kurang aktif
Pasif
13
42
28
0
0
15,7
50,6
33,7
0
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 50,6% atau 42
orang responden menyatakan bahwa calon yang dipilihnya aktif dalam
kegiatan kemasyarakatan dan dari tabel dikategorikan bahwa seluruh
responden menilai keaktivan calon yang dipilihnya dalam kegiatan
kemasyarakatan ini meliputi cukup aktif, aktif dan sangat aktif.
Keaktivan calon merupakan hal penting yang harus diperhatikan
karena seorang calon pemimpin tentunya haruslah orang yang
mengerti dan kerap berbaur dengan masyarakat yang akan
dipimpinnya sehingga ia mengerti dan mengetahui permasalahan dan
peluang kemajuan pekon dan masyarakatnya.
82
Tabel 30. Distribusi Jawaban Responden tentang Pandangannya
terhadap Calon dan Keluarga Calon Peratin yang
Dipilih
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat menghormati
Menghormati
Cukup menghormati
Tidak menghormati
Sangat tidak menghormati
26
40
17
0
0
31,3
48,2
20,5
0
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, dapat dinyatakan bahwa keseluruhan
responden menghormati calon dan keluarga calon peratin yang
dipilihnya, dengan variasi jawaban sangat menghormati 31,3%,
menghormati 48,2% dan cukup menghormati 20,5% responden, hal ini
dapat terjadi juga disebabkan beberapa aspek, baik yang berasal dari
latar belakang keluarga calon atau norma-norma yang tertanam dalam
diri pemilih sendiri.
Tabel 31. Distribusi Jawaban Responden tentang Kekhawatiran
Jika Tidak Memilih Calon Peratin yang Dipilih
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju
Setuju
Cukup setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
17
24
17
17
8
20,5
28,9
20,5
20,5
9,6
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, dapat dikategorikan sebanyak 59,65%
responden merasa khawatir atau merasa sungkan jika tidak memilih
calon yang dipilihnya, dan sisanya 40,35% responden menyatakan
bahwa mereka tidak terpengaruh oleh perasaan sungkan atau khawatir
83
dalam memutuskan pilihan sehingga mereka tidak setuju dengan
pernyataan di atas. Responden yang setuju dengan pernyataan ini dapat
dikarenakan hubungan sosial dan emosional yang erat antara pemilih
dan yang dipilih (keluarga calon).
Tabel 32. Distribusi Jawaban Responden tentang Intensitas
Ajakan yang Diterima untuk Memilih Calon Peratin
Tertentu
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat sering
Sering
Pernah
Tidak pernah
Sangat tidak pernah
8
13
37
25
0
9,6
15,7
44,6
30,1
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa sebanyak 44,6% atau 37
orang responden menyatakan pernah mendapat saran atau ajakan untuk
memilih calon tertentu, dan sebanyak 30,1% atau 25 orang responden
menyatakan tidak pernah mendapat ajakan atau saran untuk memilih
calon tertentu. Dengan demikian, berdasarkan tabel dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar responden pernah mendapat ajakan untuk
memilih calon tertentu.
Tabel 33. Distribusi Jawaban Responden tentang Pandangannya
Terhadap Adat Istiadat Budaya Setempat
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat menghormati
Menghormati
Cukup menghormati
Tidak menghormati
Sangat tidak menghormati
25
35
23
0
0
30,1
42,2
27,7
0
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
84
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 42,2% atau 35
orang responden menyatakan bawa dirinya merupakan pribadi yang
menghormati adat budaya ditempatnya tinggal. Dari tabel juga dapat
diketegorikan bahwa keseluruhan responden merupakan pribadi yang
menghormati adat istiadat setempat (budaya lokal), dan diketahui
bahwa variasi jawaban responden meliputi sangat menghormati,
menghormati dan cukup menghormati, hal ini juga dapat berimplikasi
terhadap pandangan dan sikap responden kepada tokoh-tokoh budaya
setempat yang tentunya tokoh-tokoh adat ini merupakan salah satu
aspek yang berperan dalam membentuk perilaku masyarakat.
Tabel 34. Distribusi Jawaban Responden tentang Peran Tokoh
Masyarakat dalam Menentukan Pilihan
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat besar
Besar
Cukup besar
Kecil
Sangat kecil
11
30
38
4
0
13,3
36,1
45,8
4,8
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 45,8% atau 38
orang responden menyatakan bahwa peran tokoh masyarakat dalam
menentukan pilihannya cukup besar, dan dapat dikategorikan sebanyak
72,3% responden berpendapat bahwa tokoh masyarakat memiliki
peran besar dalam menentukan pilihan. Dengan demikian sebagain
besar responden berpandangan bahwa tokoh masyarakat memiliki
peran dalam mempengaruhi keputusan memilih seseorang.
85
Tabel 35. Distribusi Jawaban Responden tentang Tingkat
Dukungan Terhadap Calon Peratin yang Dipilih
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup tinggi
Rendah
Sangat rendah
17
39
27
0
0
20,5
47,0
32,5
0
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa sebanyak 47,0% atau 39
orang responden memiliki tingkat dukungan yang tinggi kepada calon
yang mereka pilih, dan dapat dikategorikan bahwa seluruh responden
mendukung calon yang mereka pilih. Tingkat dukungan ini terdiri atas
ketegori sangat tinggi 20,5%, tinggi 47% dan cukup tinggi 32,5%.
Tabel 36. Distribusi Jawaban Responden tentang Tingkat
Kebanggaan Terhadap Calon Peratin yang Dipilih
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup tinggi
Rendah
Sangat rendah
12
35
36
0
0
14,5
42,2
43,4
0
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa sebanyak 43,4% atau 36
orang responden memiliki kebanggaan yang cukup tinggi terhadap
calon yang mereka pilih, dan dari tabel di atas diketahui bahwa seluruh
responden memiliki tingkat kebanggan yang variatif terhadap calon
yang mereka pilih. Tingkat dukungan ini terdiri atas ketegori sangat
tinggi 14,5%, tinggi 42,2% dan cukup tinggi 43,4%.
86
3. Deskripsi Data tentang Faktor Rasional
Faktor rasional melihat aktifitas memilih merupakan tindakan rasional
individu. Dimana setiap individu menjatuhkan pilihannya bukanlah
dikarenakan solidaritas kelompok sosial, ketertarikan karakteristik sosial
ataupun karena ketokohan calon atau tokoh dibelakang calon, akan tetapi
yang mendasari pilihan adalah orientasi pemilih mengenai visi dan misi
yang ditawarkan kandidat dan kualitas kandidat.
a. Orientasi Visi dan Misi
Maksud dari orientasi visi dan misi adalah dimana seseorang memlih
calon yang dipilihnya dikarenakan pertimbangan akan program-
program yang ditawarkan (isu yang diusung calon). Pemilih yang
berorientasi visi dan misi ini cenderung selektif dalam memutuskan
pilihan, karena calon yang akan dipilih diharapkan mampu
mewujudkan programnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup
masyarakat. Pandangan responden mengenai orientasi visi dan misi
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 37. Distribusi Jawaban Responden tentang Pengetahuan
akan Visi dan Misi Calon Peratin yang Dipilih
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat mengetahui
Mengetahui
Cukup mengetahui
Kurang mengetahui
Tidak mengetahui
16
35
22
9
1
19,3
42,2
26,5
10,8
1,2
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
87
Berdasarkan tabel di atas, secara keseluruhan pengetahuan akan visi
dan misi calon sebanyak 88% responden yang terdiri atas 19,3%
sangat mengetahui, mengetahui 42,2% dan cukup mengetahui
sebanyak 26,5% responden, serta 12,0% responden kurang mengetahu
visi dan misi calon yang dipilihnya. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa sebagian besar responden dapat diketegorikan
mengetahui visi dan misi yang ditawarkan calon yang dipilihnya.
Ketidaktahuan responden mengenai visi dan misi calon yang dipilinya
mengindikasikan bahwa pertimbangan rasional pemilih kurang
diperhatikan.
Visi dan misi calon harus disosialisaikan secara luas karena
masyarakat perlu mengetahui program apa yang akan dilaksanakan
calon untuk kemajuan masyarakatnya sehingga masyarakat dapat
menilai dan menyatakan sikap terhadap calon tersebut.
Tabel 38. Distribusi Jawaban Responden tentang Pemahaman
akan Visi dan Misi Calon Peratin yang Dipilih
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat memahami
Memahami
Cukup memahami
Kurang memahami
Tidak memahami
7
34
30
12
0
8,4
41,0
36,1
14,5
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa sebanyak 41,0% atau 34
orang responden memahami visi dan misi yang ditawarkan calon yang
dipilihnya dan sebanyak 14,5% atau 12 orang responden kurang
88
memahami visi dan misi calon yang dipilihnya. Dari tabel dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar responden telah memahami visi dan
misi yang ditawarkan calon.
Tabel 39. Distribusi Pendapat Responden tentang Visi dan Misi
yang Ditawarkan Calon Peratin yang Dipilih
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Buruk
Sangat buruk
Missing System
21
36
16
0
0
10
35,3
43,4
19,4
0
0
12,0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Pertanyaan pada no. 23 ini berkaitan dengan soal no. 21 dimana
berdasarkan tabel di atas, responden yang menyatakan mengetahui visi
dan misi yang ditawarkan calon yang dipilihnya sebanyak 43,4% atau
36 orang responden berpendapat bahwa visi dan misi yang
disampaikan tersebut bernilai baik dan dari tabel diketahui bahwa
variasi penilaian yang diberikan responden adalah cukup baik, baik
dan sangat baik. Sementara sebanyak 12,0% atau 10 orang responden
yang menjawab tidak tahu, tidak memberikan penilaian terhadap visi
dan misi calon.
89
Tabel 40. Distribusi Tingkat Keyakinan Responden tentang
Kemampuan Calon yang Dipilih dalam Mewujudkan
Visi dan Misinya
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat yakin
Yakin
Cukup yakin
Kurang yakin
Tidak yakin
20
42
21
0
0
24,1
50,6
25,3
0
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa secara keseluruhan
responden memiliki keyakinan akan kemampuan calon yang dipilihnya
untuk dapat mewujudkan visi dan misinya namun tingkat keyakinan
ini cukup variatif yakni sangat yakin (24,1%), yakin (50,6%) dan
cukup yakin (25,3%). Kepercayaan akan kemampuan kandidat dalam
mewujudkan visi dan misinya juga merupakan hal yang harus
diperhatikan disamping visi dan misi itu sendiri, karena visi dan misi
itu diharapkan tidak hanya sekedar janji namun mampu direalisasikan
secara benar.
b. Orientasi Kandidat
Orientasi kandidat menjadikan kandidat sebagai fokus utama dimana
kualitas kandidat menjadi perhatian pemilih dalam memutuskan
pilihan. Disamping visi dan misi pemilih juga mempertimbangkan
bagaimana kemampuan yang dimiliki oleh kandidat yang
memungkinkannya untuk bisa mewujudkan visi dan misi tersebut,
dalam hal ini yang dijadikan tolak ukur untuk orientasi kandidat
diantaranya melihat kedudukan sosial ekonomi dan latar belakang
90
pendidikan calon. Tabel berikut merupakan gambaran pendapat
responden mengenai orientasi kandidat:
Tabel 41. Distribusi Jawaban Responden tentang Pengetahuan
Mengenai Profile Calon Peratin yang Dipilih
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat mengetahui
Mengetahui
Cukup mengetahui
Kurang mengetahui
Tidak mengetahui
18
49
16
0
0
21,7
59,0
19,3
0
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa keseluruhan responden
mengetahui profile calon yang dipilihanya dengan variasi jawaban
sangat mengetahui sebanyak 21,7% atau 18 orang responden
mengetahui sebanyak 59,0% atau 49 orang dan cukup mengetahui
sebanyak 19,3% atau 16 orang responden. Tentunya pengetahuan akan
profile kandidat ini merupakan aspek penting bagi responden (pemilih)
untuk bisa menilai atau mempertimbangkan kemampuan calon dalam
mewujudkan visi dan misinya kelak (kredibilitasnya).
Tabel 42. Distribusi Pendapat Responden tentang Tingkat
Pendidikan Calon Peratin yang Dipilih
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat memadai
Memadai
Cukup memadai
Tidak memadai
Sangat tidak memadai
42
30
11
0
0
50,6
36,1
13,3
0
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
91
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa secara keseluruhan
responden menilai bahwa tingkat pendidikan calon yang dipilihnya
telah memadai. Jawaban responden cukup variatif yakni meliputi
50,6% atau 42 orang responden menyatakan bahwa sangat memadai,
36,1% atau 30 orang memadai dan 13,3% atau 11 orang menyatakan
cukup memadai untuk jabatan peratin di pekonnya. Hal ini
dikarenakan seluruh calon peratin pada pemilihan peratin Pekon
Kuripan tahun 2009 sudah memenuhi persyaratan mengenai tingkat
pendidikan calon dengan baik.
Tabel 43. Distribusi Pendapat Responden tentang Kedudukan
Sosial Ekonomi Calon Peratin yang Dipilih
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup tinggi
Rendah
Sangat rendah
1
30
52
0
0
1,2
36,1
62,7
0
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa variasi jawaban responden
mengenai kedudukan sosial ekonomi calon peratin yang dipilih
diantaranya 62,7% atau 52 orang cukup tinggi, 36,1% atau 30 orang
tinggi, dan 1,2% atau 1 orang sangat tinggi, variasi jawaban ini
disebabkan penilain responden yang berbeda-beda, mengenai kriteria
tinggi dan rendahnya status sosial ekonomi seseorang.
92
Tabel 44. Distribusi Pendapat responden tentang Pengaruh
Tingkat Pendidikan Terhadap Kemampuan Memimpin
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat mempengaruhi
Mempengaruhi
Cukup mempengaruhi
Tidak mempengaruhi
Sangat tidak mempengaruhi
34
34
12
3
0
41,0
41,0
14,5
3,6
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 41% atau 34
orang responden menyatakan tingkat pendidikan calon sangat
mempengaruhi kemampuan memimpin calon, sebanyak 41% atau 34
orang responden menyatakan mempengaruhi dan 14,5% atau 12 orang
responden menyatakan cukup mempengaruhi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa
pendidikan calon akan mempengaruhi kemampuan memimpinnya.
Korelasi positif antara pendidikan dan pengetahuan serta keterampilan
akan memudahkan calon dalam mengatasi segala permasalahan yang
dihadapi dalam proses kepemimpinannya kelak.
Tabel 45. Distribusi Pendapat Responden tentang Pengaruh
Kemampuan Sosial Ekonomi Calon Terhadap
Kelancaran Tugas dan Kewajibannya Jika Terpilih
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat membantu
Membantu
Cukup membantu
Kurang membantu
Tidak membantu
18
27
35
3
0
21,7
32,5
42,2
3,6
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
93
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 42,2% atau 35
orang responden menyatakan bahwa kemampuan sosial ekonomi calon
akan membantu kelancaran tugas dan kewajiban calon jika terpilih
kelak. Dapat dikategorikan sebanyak 75,3% responden berpendapat
bahwa kemampuan sosial ekonomi calon akan membantu kelancaran
tugas dan kewajiban calon jika terpilih kelak Sehingga dapat
dinyatakan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa
kemampuan sosial ekonomi calon akan membantu kelancaran calon
dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.
Tabel 46. Distribusi Jawaban Responden tentang Tingkat
Keyakinan Terhadap Kemampuan Calon Memajukan
Pekon
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat yakin
Yakin
Cukup yakin
Kurang yakin
Tidak yakin
23
47
13
0
0
27,7
56,6
15,7
0
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa berdasarkan latar belakang
pendidikan dan kedudukan sosial ekonomi calon, seluruh responden
menyakini kemampuan calon yang dipilihnya dalam rangka
memajukan pekon dengan variasi jawaban sangat yakin, yakin dan
cukup yakin. Artinya dengan melihat latar belakang sosial ekonomi
dan pendidikan calon peratin pemilih yakin bahwa calon yang
dipilihnya akan mampu mewujudkan kemajuan pekon.
94
Dengan melihat rekapitulasi jawaban responden mengenai variabel
independen yaitu faktor sosiologis, faktor psikologis dan faktor rasional,
maka hasil secara keseluruhan akan dilakukan analisis tabulasi sederhana
berdasarkan skor ideal tertinggi dan skor terendah untuk memberikan
gambaran mengenai kondisi responden terkait faktor sosiologis, psikologis
dan faktor rasional, dengan melakukan pengkategorian sebagai berikut:
Nt – Nr
I =
k
Diketahui: Nt (Nilai tertinggi) = 50
Nr (Nilai terendah) = 10
K (kelas/kategori) = 5
50 – 10
maka I (Interval klas) = = 8
5
Setelah diketahui interval klas maka dapat disusun kategori yaitu:
1) Sangat tinggi = 42 – 50
2) Tinggi = 34 – 41
3) Sedang = 26 – 33
4) Rendah = 18 – 25
5) Sangat rendah = 10– 17
Untuk faktor sosiologis hasil dari pengkategorian tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 47. Kategori Faktor Sosiologis Responden.
Kategori Interval klas Frekuensi Persentase (%)
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
42 – 50
34 – 41
26 – 33
18 – 25
10 – 17
3
46
32
2
0
3,6
55,4
38,6
2,4
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
95
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang dilatarbelakangi
oleh faktor sosiologis secara sangat tinggi sebanyak 3,6% atau 3 orang
responden, kategori tinggi sebanyak 55,4% atau 46 orang responden,
kategori sedang 38,6% atau 32 orang responden dan yang berkategori
rendah sebanyak 2,4% atau 2 orang serta tidak ada seorang pun yang
berkategori sangat rendah (lihat lampiran 3). Dengan demikian, dapat
dilihat bahwa responden yang dilatarbelakangi oleh faktor sosiologis
dominan berada pada kategori tinggi.
Sementara untuk latar belakang psikologis responden, hasil dari
pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 48. Kategori Faktor Psikologis Responden.
Kategori Interval klas Frekuensi Persentase (%)
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
42 – 50
34 – 41
26 – 33
18 – 25
10 – 17
9
62
12
0
0
10,8
74,7
14,5
0
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang dilatarbelakangi
oleh faktor psikologis secara sangat tinggi sebanyak 10,8% atau 9 orang
responden, kategori tinggi sebanyak 74,7% atau 62 orang, kategori sedang
sebanyak 14,5% atau 12 orang dan tidak ada seorang pun yang berkategori
rendah dan sangat rendah (lihat lampiran 3). Dengan demikian, dapat
dilihat bahwa responden yang dilatarbelakangi oleh faktor psikologis
dominan berada pada kategori tinggi.
96
Sedangkan untuk latar belakang faktor rasional pemilih, hasil dari
pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 49. Kategori Faktor Rasional Responden.
Kategori Interval klas Frekuensi Persentase (%)
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
42 – 50
34 – 41
26 – 33
18 – 25
10 – 17
10
50
21
2
0
12
60,2
25,4
2,4
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang dilatarbelakangi
oleh faktor rasional secara sangat tinggi sebanyak 12% atau 10 orang,
kategori tinggi sebanyak 60,2% atau 50 orang, kategori sedang 25,4% atau
21 orang responden, kategori rendah 2,4% atau 2 orang dan tidak ada
responden dengan kategori sangat rendah (lihat lampiran 3). Dengan
demikian, dapat dilihat bahwa responden yang dilatarbelakangi oleh faktor
rasional dominan berada pada kategori tinggi.
Untuk melihat besarnya faktor sosiologis, faktor psikologis dan faktor
rasional secara keseluruhan yang dialami responden, berdasarkan
rekapitulasi jawaban kuesioner yang telah disebar, maka dilakukan
pengkategorian sebagai berikut:
Nt – Nr
I =
k
Diketahui: Nt (Nilai tertinggi) = 150
Nr (Nilai terendah) = 30
K (kelas/kategori) = 5
97
150 – 30
maka I (Interval klas) = = 24
5
Setelah diketahui interval klas maka dapat disusun kategori yaitu:
1) Sangat tinggi = 126 – 150
2) Tinggi = 102 – 125
3) Sedang = 78 – 101
4) Rendah = 54 – 77
5) Sangat rendah = 30 – 53
Untuk ketiga variabel secara bersama-sama hasil dari pengkategorian
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 50. Kategori Faktor Sosiologis, Psikologis dan Rasional
Responden
Kategori Interval klas Frekuensi Persentase (%)
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
126 – 150
102 – 125
78 – 101
54 – 77
30 – 53
2
67
14
0
0
2,41
80,72
16,87
0
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang memiliki latar
belakang ketiga faktor baik sosiologis, psikologis dan rasional secara
keseluruhan yang bergolong sangat tinggi sebanyak 2,41% atau 3 orang
responden, kategori tinggi sebanyak 80,72% atau 67 orang responden,
kategori sedang 16,87% atau 14 orang responden dan tidak ada jawaban
yang berkategori rendah dan berkategori sangat rendah (lihat lampiran 3).
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa responden dilatarbelakangi oleh
ketiga variabel dominan berada pada kategori tinggi.
98
4. Deskripsi Data tentang Perilaku Pemilih (Y)
Perilaku pemilih merupakan tindakan politik seseorang dalam memberikan
suara pada pemilihan umum yang meliputi keputusan untuk memilih
kandidat tertentu yang dilandasi oleh pertimbangan-pertimbangan tertentu
yakni faktor sosiologis, faktor psikologis, dan faktor rasional pemilih.
Untuk mengetahui distribusi jawaban responden mengenai perilaku
pemilihnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 51. Distribusi Pendapat Responden tentang Pertimbangan
Hubungan Kekeluargaan dengan Calon Peratin dalam
Menentukan Pilihan
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju
Setuju
Cukup setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
20
20
25
16
2
24,1
24,1
30,1
19,3
2,4
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, dapat dikategorikan bahwa sebanyak 63,25%
responden mempertimbangkan hubungan kekeluargaan dalam menentukan
pilihan dan sisanya sebanyak 36,75% responden kurang setuju dengan
pernyataan tersebut, dengan demikian sebagian besar responden
menyatakan bahwa hubungan kekeluargaan atau kekerabatan dengan calon
menjadi pertimbangan dalam menentukan pilihan. Dalam hal pemilihan
peratin ini hubungan kekeluargaan memang perlu diperhatikan karena
lingkup pemilihan yang kecil dan kentalnya ikatan kekeluargaan pada
masyarakat pedesaan juga berpengaruh dalam membentuk perilaku
penduduknya.
99
Tabel 52. Distribusi Pendapat Responden tentang Pertimbangan
Hubungan Pertemanan dengan Calon Peratin dalam
Menentukan Pilihan
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju
Setuju
Cukup setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
6
22
28
24
3
7,2
26,5
33,7
28,9
3,6
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data Diolah dari Hasil Kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, dapat dikategorikan sebanyak 50,55%
responden mempertimbangkan hubungan pertemanan dalam menentukan
pilihan dan sisanya 49,45% responden tidak mempertimbangkan hubungan
pertemanan dalam memutuskan pilihan, dengan demikian sebagian besar
responden menyatakan bahwa hubungan pertemanan dengan calon
menjadi pertimbangan dalam menentukan pilihan. Hubungan pertemanan
dengan calon juga berperan dalam membentuk keputusan memilih, hal ini
dikarenakan hubungan pertemanan dapat menimbulkan solidaritas dan
perasaan sungkan (tekanan tertentu) termasuk dalam menentukan pilihan
politiknya.
Tabel 53. Distribusi Pendapat Responden tentang Pertimbangan
Pilihan Keluarga dalam Menentukan Pilihan
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju
Setuju
Cukup setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
4
35
35
7
2
4,8
42,2
42,2
8,4
2,4
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data Diolah dari Hasil Kuesioner. 2010
100
Berdasarkan tabel di atas, dapat dikategorikan bahwa sebanyak 68,1%
responden mempertimbangkan pilihan keluarga dalam memutuskan
pilihan dan sisanya 31.9% dapat dinyatakan tidak mempertimbangkan
pilihan keluarga dalam menentukan pilihannya. Dengan demikian
sebagian besar responden menyatakan bahwa pilihan keluarga menjadi
pertimbangan dalam menentukan pilihan. Besarnya responden yang
mempertimbangkan pilihan keluarga menunjukkan bahwa pola-pola
paternalistik cukup berperan dalam membentuk perilaku pemilih
masyarakat.
Tabel 54. Distribusi Pendapat Responden tentang Pertimbangan Usia
Calon dalam Menentukan Pilihan
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju
Setuju
Cukup setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
18
47
9
5
4
21,7
56,6
10,8
6,0
4,8
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebnayak 56,6% atau 47 orang
responden menyatakan bahwa usia menjadi pertimbangan dalam
memutuskan pilihan, dapat dikategorikan sebanyak 83,7% responden
mempertimbangkan usia calon dalam menentukan pilihan. Artinya
sebagian besar responden memandang usia sebagai salah satu faktor
penting dalam menunjang kemampuan memimpin seseorang hal ini
dikarenakan usia menjadi indikator prodiktivitas seseorang baik dalam
tindakan maupun pemikiran, meskipun terdapat beberapa orang responden
yang menganggap usia bukanlah hal yang perlu dipertimbangkan.
101
Sesuai dengan hasil prariset dimana salah satu informan menyatakan
bahwa alasan mempertimbangkan usia calon peratin dikarenakan perlunya
pemimpin muda yang lekat dengan pemikiran segar untuk kemajuan
pekon.
Tabel 55. Distribusi Pendapat Responden tentang Pertimbangan
Keaktivan Calon dalam kegiatan Kemasyarakatan dalam
Menentukan Pilihan
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju
Setuju
Cukup setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
18
44
21
0
0
21,7
53,0
25,3
0
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 53% atau 44 orang
responden menyatakan keaktivan calon dalam kegiatan kemasyarakatan
menjadi pertimbangan dalam menentukan pilihan dan dapat dikategorikan
bahwa keseluruhan responden mempertimbangkan keaktivan calon dalam
kegiatan kemasyarakatan dalam menentukan pilihan dengan variasi
jawaban sangat setuju, setuju dan cukup setuju. Artinya peran aktif calon
dalam kegiatan kemasyarakatan menjadi pertimbangan penting untuk
melihat sejauh mana keterlibatan calon dalam agenda-agenda yang
melibatkan masyarakat umum. Hal ini cukup penting untuk diperhatikan
terkait pemahaman calon mengenai kondisi pekon secara umum sebagai
pertimbangan dalam memajukan pekon.
102
Tabel 56. Distribusi Pendapat Responden tentang Pertimbangan
Kemampuan Memimpin Calon dalam Menentukan Pilihan
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju
Setuju
Cukup setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
26
37
19
1
0
31,1
44,6
22,9
1,2
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, diketahui sebanyak 44,6% atau 37 orang
responden menyatakan kemampuan memimpin calon menjadi
pertimbangan dalam menentukan pilihan dan hanya 1,2% atau 1 orang
responden yang kurang setuju dengan kemampuan calon memimpin
menjadi pertimbangan dalam menentukan pilihan. Dari tabel dapat
dikatakan sebagian besar responden setuju dengan pertimbangan tersebut.
Kemampuan memimpin calon yang terlihat dari sikap demokratis, tegas,
disiplin dan lain-lain merupakan hal penting yang harus diperhatikan,
karena nilai-nilai ini idealnya harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Tabel 57. Distribusi Pendapat Responden tentang Pertimbangan
Kedudukan Sosial Keluarga Calon dalam Menentukan
Pilihan
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju
Setuju
Cukup setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
17
31
30
4
1
20,6
37,3
36,1
4,8
1,2
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, dapat dikategorikan bahwa sebanyak 75,95%
responden mempertimbangkan kedudukan sosial keluarga calon dalam
103
menentukan pilihan dan sisanya sebanyak 24,05% responden dapat
dinyatakan kurang mempertimbangkan kedudukan sosial keluarga calon
dalam menentukan pilihan. Pertimbangan kedudukan keluarga calon ini
juga sesuai dengan hasil prariset dinama informan menyatakan bahwa
pilihannya dididasarkan pada kedudukan calon yang tidak lain adalah
saibatin pekon yang harus dijunjung oleh masyarakat Pekon Kuripan.
Tabel 58. Distribusi Pendapat Responden tentang Pertimbangan
Saran Tokoh Masyarakat dalam Menentukan Pilihan
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju
Setuju
Cukup setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
6
26
38
13
0
7,2
31,3
45,8
15,7
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, dapat dinyatakan bahwa sebanyak 61,4%
responden mempertimbangkan saran tokoh masyarakat dalam menentukan
pilihan sisanya sebanyak 38,6% responden dapat dikategorikan kurang
mempertimbangkan saran tokoh masyarakat dalam menentukan pilihan.
Hal ini menunjukkan bahwa peran tokoh masyarakat setempat sebagai
panutan masih kuat.
Tabel 59. Distribusi Pendapat Responden tentang Pertimbangan Visi
dan Misi yang Ditawarkan Calon dalam Menentukan
Pilihan
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju
Setuju
Cukup setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
14
42
15
8
4
16,9
50,6
18,1
9,6
4,8
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
104
Berdasarkan tabel di atas, diketahui sebanyak 50,6% atau 42 orang
responden menyatakan visi dan misi yang ditawarkan calon menjadi
pertimbangan dalam menentukan pilihan dan dapat dikategorikan bahwa
sebanyak 76,55% responden mempertimbangkan visi dan misi yang
ditawarkan calon dalam memutuskan pilihan dan sisanya sebanyak
23,45% responden kurang mempertimbangkan visi dan misi yang
ditawarkan calon dalam memutuskan pilihan. Dari tabel dapat dikatakan
sebagian besar responden setuju dengan pertimbangan visi dan misi calon
dalam menentukan pilihan, dengan pertimbangan visi dan misi ini maka
responden bisa dikategorikan rasional dalam memilih.
Tabel 60. Distribusi Pendapat Responden tentang Pertimbangan
Kemampuan Calon Mewujudkan Visi dan Misinya dalam
Menentukan Pilihan
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju
Setuju
Cukup setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
24
35
17
6
1
28,9
42,2
20,5
7,2
1,2
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, diketahui sebanyak 42,2% atau 35 orang
responden menyatakan kemampuan calon dalam mewujudkan visi dan
misinya menjadi pertimbangan dalam menentukan pilihan dan dapat
dikategorikan sebanyak 81,35% responden mempertimbangkan
kemampuan calon dalam mewujudkan visi dan misi yang ditawarkan calon
dalam memutuskan pilihan Artinya sebagian besar responden setuju
dengan pertimbangan kemampuan calon mewujudkan visi dan misinya
105
dalam menentukan pilihan. Hal ini penting dikarenakan visi dan misi yang
telah disampaikan perlu dipertimbangkan kemungkinan untuk terealisasi,
tentunya aspek utama yang menjadi penentu adalah kemampuan calon
dalam mewujudkannya.
Tabel 61. Distribusi Pendapat Responden tentang Pertimbangan
Tingkat Pendidikan Calon dalam Menentukan Pilihan
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju
Setuju
Cukup setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
34
42
4
2
1
41,0
50,6
4,8
2,4
1,2
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, diketahui sebanyak 50,6% atau 42 orang
responden menyatakan tingkat pendidikan calon menjadi pertimbangan
dalam menentukan pilihan dan dapat dikategorikan sebanyak 94%
responden mempertimbangkan tingkat pendidikan calon dalam
menentukan pilihan. Artinya hampir seluruh responden setuju dengan
pertimbangan tingkat pendidikan calon dalam menentukan pilihan.
Tabel 62. Distribusi Pendapat Responden tentang Pertimbangan
Status Sosial Ekonomi Calon dalam Menentukan Pilihan
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju
Setuju
Cukup setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
7
41
30
5
0
8,4
49,4
36,1
6,0
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
106
Berdasarkan tabel di atas, diketahui sebanyak 49,4% atau 41 orang
responden menyatakan status sosial ekonomi calon menjadi pertimbangan
dalam menentukan pilihan dan dapat dikategorikan bahwa sebanyak
75,85% responden mempertimbangkan status sosial ekonomi calon dalam
menentukan pilihan. Dari tabel dapat dikatakan sebagian besar responden
setuju dengan pertimbangan status sosial ekonomi calon dalam
menentukan pilihan.
Dengan melihat rekapitulasi jawaban responden mengenai variabel Y yaitu
perilaku pemilih, maka hasil secara keseluruhan akan dilakukan analisis
tabulasi sederhana berdasarkan skor ideal tertinggi dan skor terendah
untuk memberikan gambaran mengenai perilaku pemilih, dengan
melakukan pengkategorian sebagai berikut:
Nt – Nr
I =
k
Diketahui: Nt (Nilai tertinggi) = 60
Nr (Nilai terendah) = 12
K (kelas/kategori) = 5
60 – 12
maka I (Interval klas) = = 9,6 dibulatkan menjadi 10
5
Setelah diketahui interval klas maka dapat disusun kategori yaitu:
1) Sangat tinggi = 50 – 60
2) Tinggi = 40 – 49
3) Sedang = 30 – 39
4) Rendah = 20 – 29
5) Sangat rendah = 12 – 19
Hasil dari pengkategorian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
107
Tabel 63. Kategori Perilaku Pemilih Responden.
Kategori Interval klas Frekuensi Persentase (%)
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
50 – 60
40 – 49
30 – 39
20 – 29
12 – 19
7
64
12
0
0
8,43
77,11
14,46
0
0
Jumlah 83 100,00
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang perilaku
memilihnya dipengaruhi secara sangat tinggi oleh faktor sosiologis,
psikologis dan rasional yaitu sebanyak 8,43% atau 7 orang, kategori
tinggi sebanyak 77,11% atau 64 orang atau kategori sedang 14,46% atau
12 orang atau dan tidak ada seorang pun yang berkategori rendah, dan
sangat rendah (lihat lampiran 3). Dengan demikian, dapat dilihat bahwa
dominan perilaku pemilih terpengaruh oleh faktor sosiologis, psikologis,
dan rasional pada kategori tinggi.
D. Analisis Data Hasil Penelitian
Analisis data dilakukan dengan bantuan program SPSS 14, langkah-langkah dalam
mengolah data yang terkumpul meliputi editing, tabulasi dan interpretasi data, yang
meliputi analisis parsial dan analisis simultan.
1. Analisis Pengaruh Faktor Sosiologis Terhadap Perilaku Pemilih
Untuk mengetahui pengaruh faktor sosiologis (X1) terhadap perilaku pemilih
(Y) dilakukan uji parsial dengan mencari hubungan yang terjadi antara variabel
sosiologis dengan perilaku pemilih terlebih dahulu dengan menggunakan
108
korelasi pearson, berikut hasil perhitungan yang dilakukan dengan bantuan
program SPSS 14.
Tabel 64. Korelasi antara Faktor Sosiologis dengan Perilaku Pemilih
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan jawaban dari 83 orang responden diperoleh hasil perhitungan
koefisien korelasi faktor sosiologis dengan perilaku pemilih sebesar 0,356.
Angka yang dihasilkan ini dikonsultasikan dengan tabel pedoman interpretasi
korelasi dimana angka yang diperoleh yakni sebesar 0,356 berada pada interval
+ 0,30 – + 0,49 dengan kriteria hubungan positif yang sedang. Dengan
demikian besarnya hubungan kedua variabel adalah sedang dan korelasi positif
ini menunjukkan hubungan searah dimana jika faktor sosiologis mengalami
peningkatan maka variabel perilaku pemilih akan mengalami peningkatan pula.
Setelah diketahui arah hubungan dan besarnya korelasi yang terjadi antara
variabel sosiologis dengan perilaku pemilih maka langkah selanjutnya adalah
menghitung seberapa besar pengaruh atau peranan faktor sosiologis
terhadap perilaku pemilih dengan koefisien determinasi (KD) yakni
mengkuadratkan koefisien yang ditemukan. Nilai KD dapat diperoreleh
dari uji summary sebagai berikut:
Correlations
1,000 ,356
,356 1,000
. ,000
,000 .
83 83
83 83
PERILAKU
SOSIOLOGIS
PERILAKU
SOSIOLOGIS
PERILAKU
SOSIOLOGIS
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
PERILAKU SOSIOLOGIS
109
Model Summary
,356a ,127 ,116 4,282
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predic tors: (Constant), SOSIOLOGISa.
Coefficientsa
32,190 3,541 9,092 ,000
,356 ,104 ,356 3,431 ,001
(Constant)
SOSIOLOGIS
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff ic ients
Beta
Standardized
Coeff ic ients
t Sig.
Dependent Variable: PERILAKUa.
Tabel 65. Koefisien Determinasi Faktor Sosiologis
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Besarnya nilai koefisien determinasi (R Squere [r²]) yang diperoleh adalah
0,127. Hal ini berarti peranan variabel sosiologis terhadap perilaku pemilih
adalah sebesar 12,7%. Perolehan ini menunjukkan bahwa faktor sosiologis
yang terdiri atas pengelompokkan sosial dan karakteristik sosial memiliki
peranan atau sumbangan pengaruh terhadap perilaku pemilih pada
pemilihan peratin Pekon Kuripan Tahun 2009 sebesar 12,7%.
Sementara untuk memprediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen jika
nilai variabel independen dimanipulasikan, maka digunakan analisis
regresi dan berdasarkan tabel uji koefisien regresi didapatkan persamaan
regresi yaitu:
Tabel 66. Uji koefisien Regresi Faktor Sosiologis
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Rumus regresi linier dari kedua variabel ini terhitung sebagai berikut:
Y = a + bx
Y = 32,190 + 0,356x
110
Berdasarkan persamaan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa nilai
konstanta (a) adalah 32,190 dan koefisien regresi (b) adalah 0,356 yang
menyatakan bahwa jika tidak ada faktor sosiologis, maka nilai perilaku
pemilih adalah 0,356. Koefisien arah regresi adalah 0,356 menyatakan
bahwa setiap peningkatan faktor sosiologis akan meningkatkan perilaku
pemilih sebesar 0,356. Dari ketentuan ini diketahui bahwa jika faktor
sosiologis ditingkatkan hingga maksimum (50, yakni 5 x 10, 5 skor
tertinggi dan 10 jumlah butir instrumen sosiologis) maka persamaan
regresinya menjadi Y= 32,190 + 0,356 (50) dan hasil yang didapatkan
adalah 49,99.
Kemudian dilanjutkan dengan menentukan keputusan uji hipotesis dengan
menggunakan uji statistik regresi parsial (uji t) . Berdasarkan perhitungan
SPSS dari tabel coefficients diperoleh t hitung sebesar 3,431 yang artinya
pada dengan taraf signifikan 5% (0,05) dan derajat kebebasan (dk) 79 (n-
4). Hasil t hitung dikonsultasikan dengan nilai t tabel yang sebelumnya
diinterpolasi, karena nilai t tabel untuk jumlah sampel 98 tidak tersedia.
Perhitungan interpolasinya sebagai berikut:
Diketahui : Nilai t tabel dengan dk 60 = 2,000
Nilai t tabel dengan dk 120 = 1,980
t = 2,000 + 79 – 60 ( 1,980 – 2,000) = 1,994
120 – 60
Nilai yang dihasilkan dari interpolasi t tabel untuk uji dua pihak sebesar
1,994 pada tingkat kepercayaan 0,05. Berdasarkan perhitungan tersebut
111
diketahui bahwa t hitung lebih besar dari t tabel dengan persamaan sebagai
berikut:
t hitung (3,431) > t tabel (1,994)
maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, melalui
koefisien regresi tersebut diketahui hubungan dari kedua variabel yang
diuji adalah signifikan dan dapat diberlakukan pada tempat dimana sampel
diambil. Dengan demikian terdapat pengaruh faktor sosiologis terhadap
perilaku pemilih.
2. Analisis Pengaruh Faktor Psikologis Terhadap Perilaku Pemilih
Pengaruh faktor psikologis (X2) terhadap perilaku pemilih (Y) secara parsial
diawali terlebih dahulu dengan mencari hubungan yang terjadi antara variabel
psikologis dengan perilaku pemilih menggunakan korelasi pearson, dengan
bantuan program spss 14. Berikut hasil korelasi kedua variabel:
Tabel 67. Korelasi antara Faktor Psikologis dengan Perilaku Pemilih
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Hasil perhitungan koefisien korelasi faktor psikologis dengan perilaku pemilih
berdasarkan jawaban dari 83 responden diperoleh angka sebesar 0,428. Angka
Correlations
1,000 ,428
,428 1,000
. ,000
,000 .
83 83
83 83
PERILAKU
PSIKOLOGIS
PERILAKU
PSIKOLOGIS
PERILAKU
PSIKOLOGIS
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
PERILAKU PSIKOLOGIS
112
yang dihasilkan ini dikonsultasikan dengan tabel pedoman interpretasi korelasi
dimana angka yang diperoleh sebesar 0,428 berada pada interval +0,30 –
+0,49 dengan kriteria hubungan positif yang sedang. Angka tersebut
menunjukkan adanya korelasi sedang dan searah (nilai positif) yang artinya jika
faktor psikologis mengalami peningkatan (semakin tinggi) maka variabel
perilaku pemilih akan mengalami peningkatan pula (semakin besar).
Untuk menghitung besarnya pengaruh faktor psikologis terhadap perilaku
pemilih digunakan angka R Squere atau yang disebut koefisien
determinasi yakni mengkuadratkan koefisien yang ditemukan.
Tabel 68. Koefisien Determinasi Faktor Psikologis
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Dari tabel di atas diketahui besarnya nilai R Squere [r²] yang diperoleh
adalah 0,183. Hal ini berarti bahwa sebesar 18,3% variabilitas perilaku
pemilih yang terjadi dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel
psikologis, dengan kata lain besarnya pengaruh variabel psikologis
terhadap perilaku pemilih adalah 18,3%.
Analisi dilanjutkan dengan uji regresi, untuk melihat besarnya pengaruh
yang terjadi pada perilaku pemilih jika faktor psikologis dimanipulasi.
Berikut hasil perhitungan SPSS mengenai koefisien regresinya:
Model Summary
,428a ,183 ,173 4,142
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predic tors: (Constant), PSIKOLOGISa.
113
Tabel 69. Uji koefisien Regresi Faktor Psikologis
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel uji koefisien regresi didapatkan persamaan regresi dari
kedua variabel ini sebagai berikut:
Y = a + bx
Y = 24,626 + 0,528x
Dari persamaan di atas, diketahui bahwa nilai konstanta (a) adalah 24,626
dan koefisien regresi (b) adalah 0,528 yang menyatakan bahwa jika tidak
ada faktor psikologis, maka nilai perilaku pemilih adalah 0,528. Hal ini
berarti bahwa setiap peningkatan faktor psikologis akan meningkatkan
perilaku pemilih sebesar 0,528. Dari ketentuan ini diketahui bahwa jika
faktor psikologis ditingkatkan hingga maksimum (50, yakni 5 x 10, 5 skor
tertinggi dan 10 jumlah butir instrumen psikologis) maka persamaan
regresinya menjadi Y = 24,626 + 0,528 (50) dan hasil yang didapatkan
adalah 50,662.
Analisis dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakan uji t. Berdasarkan
perhitungan SPSS dari tabel coefficients diperoleh t hitung sebesar 4,257,
dengan taraf signifikan 5% (0,05) dan derajat kebebasan (dk) 79 (n-4)
hasil t hitung tersebut dikonsultasikan dengan nilai t tabel yang sudah
Coefficientsa
24,626 4,628 5,322 ,000
,528 ,124 ,428 4,257 ,000
(Constant)
PSIKOLOGIS
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff ic ients
Beta
Standardized
Coeff ic ients
t Sig.
Dependent Variable: PERILAKUa.
114
diinterpolasi sebelumnya, dimana nilai yang dihasilkan dari interpolasi t
tabel untuk uji dua pihak sebesar 1,994 pada tingkat kepercayaan 0,05.
Berdasarkan perhitungan tersebut diketahui bahwa t hitung > t tabel
dengan persamaannya yaitu
t hitung (4,257) > t tabel (1,994)
maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa
melalui koefisien regresi tersebut dari kedua variabel yang diuji adalah
terdapat korelasi yang signifikan dan dapat diberlakukan pada lokasi
pengambilan sampel. Hal ini berarti terdapat pengaruh faktor psikologis
terhadap perilaku pemilih.
3. Analisis Pengaruh Faktor Rasional terhadap Perilaku Pemilih
Uji parsial untuk melihat pengaruh faktor rasional (X3) terhadap perilaku pemilih
(Y) berdasarkan jawaban dari 83 responden dilakukan dengan mencari hubungan
yang terjadi antara kedua variabel terlebih dahulu dengan menggunakan korelasi
pearson, berikut hasil perhitungan yang dilakukan dengan bantuan program
SPSS 14.
Tabel 70. Korelasi antara Faktor Rasional dengan Perilaku Pemilih
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Correlations
1,000 ,504
,504 1,000
. ,000
,000 .
83 83
83 83
PERILAKU
RASIONAL
PERILAKU
RASIONAL
PERILAKU
RASIONAL
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
PERILAKU RASIONAL
115
Dari tabel di atas diperoleh hasil perhitungan koefisien korelasi faktor sosiologis
dengan perilaku pemilih sebesar 0,504. Angka yang dihasilkan ini
dikonsultasikan dengan tabel pedoman interpretasi korelasi dimana angka yang
diperoleh yakni sebesar 0,504 berada pada interval +0,50 – +0,69 dengan
kriteria hubungan positif yang kuat. Artinya hubungan kedua variabel terbilang
kuat dan korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan antara faktor rasional
dengan perilaku pemilih searah sehingga jika faktor rasional semakin besar maka
perilaku pemilih meningkat.
Untuk menghitung besarnya pengaruh atau peranan faktor rasional terhadap
perilaku pemilih dilakukan perhitungan koefisien determinasi (KD) yakni
dengan mengkuadratkan koefisien yang ditemukan. Nilai KD dapat dilihat
pada tabel model summary sebagai berikut:
Tabel 71. Koefisien Determinasi Faktor Rasional
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai koefisien determinasi (R Squere
[r²]) yang diperoleh adalah 0,254. Hal ini berarti peranan atau pengaruh yang
ditimbukan variabel rasional terhadap perilaku pemilih adalah sebesar
25,4%. Perolehan ini menunjukkan bahwa faktor rasional yang terdiri atas
orientasi visi dan mis dan orientasi kandidat memiliki peranan atau
Model Summary
,504a ,254 ,245 3,957
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predic tors: (Constant), RASIONALa.
116
sumbangan pengaruh terhadap perilaku pemilih pada pemilihan peratin
Pekon Kuripan Tahun 2009 sebesar 25,4%.
Selanjutnya dilakukan analisis regresi untuk memprediksi seberapa tinggi
nilai variabel dependen jika nilai variabel independen dimanipulasikan.
Koefisien regresi dapat diketahui dari tabel berikut:
Tabel 72. Uji koefisien Regresi Faktor Rasional Pemilih
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Dari tabel di atas diketahui bahwa persamaan regresi antara kedua variabel
adalah:
Y = a + bx
Y = 26,772 + 0,454x
Berdasarkan persamaan tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa nilai
konstanta (a) adalah 26,772 dan koefisien regresi (b) adalah 0,454 yang
menyatakan bahwa jika tidak ada faktor rasional, maka nilai perilaku
pemilih adalah 0,454. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan faktor
rasional akan meningkatkan perilaku pemilih sebesar 0,454. Dari ketentuan
ini diketahui bahwa jika faktor faktor rasional ditingkatkan hingga
maksimum (50, yakni 5 x 10, 5 skor tertinggi dan 10 jumlah butir instrumen
Coefficientsa
26,772 3,350 7,992 ,000
,454 ,086 ,504 5,256 ,000
(Constant)
RASIONAL
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff ic ients
Beta
Standardized
Coeff ic ients
t Sig.
Dependent Variable: PERILAKUa.
117
rasional) maka persamaan regresinya menjadi Y= 26,772 + 0,454 (50) dan
hasil yang didapatkan adalah 49,472.
Selanjutnya dilakukan uji hipotesis (uji statistik regresi) dengan menggunakan uji
t. Berdasarkan perhitungan SPSS diperoleh t hitung sebesar 5,256 dengan
taraf signifikan 5% (0,05) dan derajat kebebasan (dk) 79 (n-4). Hasil t hitung
dikonsultasikan dengan nilai t tabel yang telah diinterpolasi, nilai yang
dihasilkan dari interpolasi t tabel untuk uji dua pihak sebesar 1,994 pada
tingkat kepercayaan 0,05. Berdasarkan perhitungan tersebut diketahui bahwa
t hitung lebih besar dari t tabel dengan persamaan sebagai berikut:
t hitung (5,256) > t tabel (1,994)
maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, antara faktor
rasional dan perilaku pemilih terdapat hubungan yang signifikan dan
hubungan tersebut dapat diberlakukan pada tempat dimana sampel diambil.
Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat pengaruh faktor rasional
terhadap perilaku pemilih.
4. Analisis Uji Berganda
Uji berganda merupakan pengujian mengenai pengaruh variabel-variabel
independen terhadap variabel dependen secara bersamaan, dimana dalam
penelitian ini adalah menguji bagaimana pengaruh faktor sosiologis (X1), faktor
psikologis (X2), dan faktor rasional (X3) terhadap perilaku pemilih (Y) secara
bersama-sama.
118
Berdasarkan data yang telah terkumpul melalui penyebaran kuesioner terhadap
83 responden dilakukan analisis untuk diketahui ada tidaknya pengaruh antara
faktor sosiologis, psikologis, dan rasional terhadap perilaku pemilih dalam
pemilihan peratin Pekon Kuripan Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung
Barat Tahun 2009 dengan melihat hubungan yang terjadi antar variabel terlebih
dahulu menggunakan korelasi product moment. Untuk lebih jelasnya hasil
perhitungan korelasi Product Momentnya.disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 73. Hasil Perhitungan Korelasi Faktor Sosiologi, Psikologis, dan
Rasional dengan Perilaku Pemilih
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Tabel di atas menunjukkan besarnya korelasi antara masing-masing
variabel, dimana korelasi yang dihasilkan adalah secara parsial, sementara
besarnya korelasi keseluruhan atau simultan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Correlations
1,000 ,356 ,428 ,504
,356 1,000 ,366 ,038
,428 ,366 1,000 ,053
,504 ,038 ,053 1,000
. ,000 ,000 ,000
,000 . ,000 ,367
,000 ,000 . ,317
,000 ,367 ,317 .
83 83 83 83
83 83 83 83
83 83 83 83
83 83 83 83
PERILAKU
SOSIOLOGIS
PSIKOLOGIS
RASIONAL
PERILAKU
SOSIOLOGIS
PSIKOLOGIS
RASIONAL
PERILAKU
SOSIOLOGIS
PSIKOLOGIS
RASIONAL
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
PERILAKU SOSIOLOGIS PSIKOLOGIS RASIONAL
119
Tabel 74. Hasil Perhitungan Korelasi Variabel X (Faktor Sosiologi,
Psikologis, dan Rasional) dengan Variabel Y (Perilaku
Pemilih)
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa korelasi (nilai r) sebesar 0,676.
Nilai yang didapat dikonsultasikan dengan pedoman interpretasi korelasi
untuk mengetahui tingkat dan arah korelasi yang terjadi. Angka 0,676
berada pada interval +0,50 – +0,69 dengan arah hubungan yang positif
dan berkategori kuat. Hal ini berarti terdapat hubungan yang kuat dan
searah antara kedua variabel yakni semakin besar nilai variabel X maka
makin besar pula nilai variabel Y atau sebaliknya.
Berdasarkan tabel di atas juga diketahui nilai R Square (koefisien
determinasi) adalah sebesar 0,457 atau sebesar 45,7%. Angka ini
menunjukkan bahwa faktor sosiologis, psikologis, dan rasional secara
bersama-sama memberikan peranan atau pengaruh sebesar 45,7% terhadap
perilaku pemilih.
Model Summary
,676a ,457 ,437 3,418
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), RASIONAL, SOSIOLOGIS,
PSIKOLOGIS
a.
120
Tabel 75. Uji Hipotesis (Uji F)
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Kemudian dilanjutkan dengan uji statistik korelasi dengan menggunakan
uji F dengan persamaan sebagai berikut:
1383/457,01
3/457,0
hF
164,22hF
Dapat dilihat bahwa hasil perhitungan manual hampir mendekati nilai F
pada tabel anova. Dari perhitungan tersebut diketahui nilai F hitung adalah
22,164 dengan derajat kebebasan (dk) pembilang (k) = 3 dan dk penyebut
(n-k-1) = 79 dengan taraf signifikan 95%. Setelah itu hasil F hitung
dikonsultasikan dengan nilai F tabel yakni 3,72 pada tingkat kepercayaan
0,05. Hasil pengujian F hitung lebih besar dari F tabel yakni:
Fhitung (22,197) > Ftabel (3,72)
maka dapat disimpulkan koefisien korelasi antara variabel yang diuji
adalah signifikan dan dapat diberlakukan dimana sampel diambil. Dengan
ANOVAb
777,856 3 259,285 22,197 ,000a
922,795 79 11,681
1700,651 82
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), RASIONAL, SOSIOLOGIS, PSIKOLOGISa.
Dependent Variable: PERILAKUb.
1/1
/2
2
knR
kRFh
121
demikian terdapat hubungan yang signifikan antara faktor sosiologis,
psikologis dan rasional dengan perilaku pemilih.
Peranan yang dihasilkan oleh faktor sosiologis, psikologis dan rasional
terhadap perilaku pemilih berdasarkan hasil yang diperoleh dari 83
responden adalah 45,7% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain
dan untuk mengetahui berapa besar nilai variabel dependen jika nilai
variabel independen dimanipulasikan maka digunakan uji regresi ganda.
Berikut hasil perhitungan koefisien regresi ganda menggunakan SPSS.
Tabel 76. Koefisien Regresi Ganda
Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner. 2010
Berdasarkan hasil perhitungan, maka didapatkan persamaan regresi yaitu:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
Y = 5,468 + 0,220X1 + 0,397X2 + 0,431 X3
Berdasarkan persamaan tersebut, diketahui bahwa ketiga variabel
independen memiliki nilai koefisien regresi yang positif yang artinya
pengaruh yang ditimbulkan searah. Dan dari persamaan tersebut didapat
ketentuan sebagai berikut:
Coefficientsa
5,468 4,884 1,120 ,266
,220 ,089 ,220 2,471 ,016
,397 ,110 ,322 3,606 ,001
,431 ,075 ,479 5,769 ,000
(Constant)
SOSIOLOGIS
PSIKOLOGIS
RASIONAL
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff ic ients
Beta
Standardized
Coeff ic ients
t Sig.
Dependent Variable: PERILAKUa.
122
1. Dari koefisien regresi ganda diketahui nilai konstanta intercept (a)
adalah 5,468 yang artinya jika tidak ada nilai yang disumbangkan oleh
faktor sosiologis, psikologis, dan rasional maka nilai perilaku pemilih
adalah 5,468, atau dengan kata lain jika tidak ada perubahan pada
variabel-variabel independen maka nilai perilaku pemilih adalah 5,468.
2. Koefisien regresi X1 (faktor sosiologis) adalah 0,220 yang artinya setiap
faktor sosiologis dengan indikator pengelompokkan sosial dan
karakteristik sosial mengalami kenaikan 1 nilai maka perilaku pemilih
akan mengalami kenaikan sebesar 0,220. Koefisien bernilai positif
artinya semakin tinggi kenaikan yang dialami oleh faktor sosiologis
maka semakin meningkat nilai perilaku pemilih.
3. Koefisien regresi X2 (faktor psikologis) adalah 0,397 yang artinya setiap
kenaikan 1 nilai yang dialami faktor psikologis dengan ketokohan calon
dan tokoh dibelakang calon maka akan menimbulkan kenaikan sebesar
0,397 pada variabel perilaku pemilih. Koefisien bernilai positif artinya
semakin tinggi kenaikan yang dialami oleh faktor psikologis maka
semakin tinggi nilai perilaku pemilih.
4. Koefisien regresi X3 (faktor rasional) adalah 0,431 yang artinya setiap
faktor rasional dengan indikator orientasi visi misi dan orientasi kandidat
mengalami kenaikan 1 nilai maka perilaku pemilih akan menaikan nilai
perilaku pemilih sebesar 0,431. Koefisien bernilai positif artinya
semakin tinggi kenaikan yang dialami oleh faktor rasional maka semakin
meningkat nilai perilaku pemilih.
123
Dari koefisien regresi yang didapat dilakukan uji statistik regresi ganda
dengan rumus sebagai berikut:
457,013
1383457,00
F
535,60 F
Nilai Fo ini dikonsultasikan dengan Fα pada derajat kebebasan (db), v1= 4-1
= 3 dan v2= 83-4=79 pada taraf nyata 0,05, dari tabel distribusi F diketahui
bahwa nilai F(3),(79) adalah 3,72 dengan ketentuan kriteria pengujian sebagai
berikut:
Ho: Tidak terdapat pengaruh faktor sosiologis, psikologis dan rasional
terhadap perilaku pemilih.
Ha: Terdapat pengaruh faktor sosiologis, psikologis dan rasional terhadap
perilaku pemilih.
Ho diterima (Ha ditolak) apabila Fo ≤ 3,72
Ha diterima (Ho ditolak) apabila Fo >3,72
Dengan demikian diketahui bahwa Fo lebih lebih besar dari F0,05(3),(79) ( Fo =
6,535 > F0,05(3)(79) = 3,72 ) maka Ha diterima. Jadi, terdapat pengaruh yang
signifikan antara faktor sosiologis, psikologis dan rasional terhadap perilaku
pemilih dalam pemilihan peratin Pekon Kuripan Kecamatan Pesisir Utara
Kabupaten Lampung Barat Tahun 2009.
2
2
01
1
Rk
knRF
124
5. Uji Normalitas dan Uji Linearitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi baik variabel
dependen dan variabel independen data keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Jika pengujian hipotesis menggunakan statistik parametris
uji normalitas merupakan persyaratan yang harus dipenuhi. Model regresi
yang baik adalah yang memenuhi distribusi normal atau mendekati normal.
Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah dengan kurve P-
P Plot of Regression Standarized Residual (lihat lampiran 9).
Dari kurva tersebut dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis
diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa medel regresi pada penelitian ini telah
memenuhi asumsi normalitas.
Uji linearitas dilakukan dengan melihat nilai F dan signifikansi linearity
pada anova tabel (lihat lampiran 9) dimana nilai F menunjukkan angka
sebesar 55,953 dengan taraf signifikan 0,000 yang menunjukkan bahwa
linearity signifkan bahkan pada taraf signifikansi 0,01. Sehingga data baik
variabel independen maupun variabel dependen yang diuji linear.
125
D. Pembahasan
1. Pengaruh Faktor Sosiologis Terhadap Perilaku Pemilih Dalam
Pemilihan Peratin Pekon Kuripan Kecamatan Pesisir Utara Tahun
2009
Faktor Sosiologis berdasarkan hasil perhitungan cukup menjadi
pertimbangan masyarakat pemilih dalam menentukan pilihan. Dengan
melihat latar belakang pengelompokkan sosial dan karakteristik calon
yang ada maka faktor sosiologis masih mendapat tempat dalam keputusan
dan pertimbangan pemilih.
Aspek pengelompokkan sosial dari faktor sosiologis melahirkan
kepercayaan, nilai, dan harapan-harapan dimana dengan latar belakang
kelompok yang sama maka akan timbul orientasi yang sama (kognisi)
terhadap sesuatu dalam hal ini kelompok sosial yang sama akan
melahirkan pemahaman (kognisi sosial) yang sama akan nilai, harapan dan
bahkan perilaku yang sama karena kelompok-kelompok sosial baik formal
ataupun non formal seperti keluarga, kelompok pertemanan, organisasi
profesi dan lain-lain yang diikuti berperan besar dalam membentuk sikap,
persepsi dan orientasi seseorang.
Dari kuesioner penelitian diketahui bahwa seluruh responden mengenal
dengan baik calon yang mereka pilih. Hal pertama yang dilakukan dalam
proses mengambil keputusan untuk memilih sesuatu merupakan
pengenalan terhadap objek yang akan dipilih tersebut. Besarnya angka
yang diperoleh mengenai tanggapan responden akan pengenalan terhadap
calon yang dipilih dikarenakan lingkup pemilihan yang tidak terlalu luas,
126
sedangkan untuk latar belakang hubungan kekeluargaan dengan calon,
intensitas pertemuan dan perbincangan dan kesamaan organisasi
mengalami perbedaan dari tiap responden.
Secara keseluruhan tingkatan kondisi sosiologis yang dimiliki responden
terkait calon yang dipilinya berdasarkan tabulasi sederhana berada pada
kategori tinggi, hal ini sangat beralasan mengingat kondisi masyarakat
pedesaan dimana hubungan kekerabatannya tergolong masih kental, ruang
lingkup yang tidak terlalu luas juga memungkinkan tingkat pertemuan
yang terjadi antar calon dan pemilih mencapai intensitas yang baik,
pandangan pemilih terhadap umur calon peratin juga menunjukkan bahwa
pemilih pada umumnya berpandangan bahwa usia mempengaruhi
kemampuan memimpin seseorang. Namun dari hasil instrumen yang
disebar diketahui bahwa kesamaan profesi dan organsiasi dengan calon
kurang menjadi perhatian pemilih, hal ini dikarenakan masih minimnya
organisasi-organisasi sosial sebagai wadah berkumpulnya masyarakat pada
Pekon Kuripan.
Pengelompokan sosial juga dipandang mampu membangun intensitas
pertemuan, percakapan, solidaritas, bahkan membangun ikatan emosional
yang kuat yang mampu membentuk perilaku memilih seseorang, demikian
juga dengan karakteristik sosial juga mempengaruhi perilaku pemilih baik
dari sisi pemilih atau kandidat yang ada, dimana indentifikasi terhadap
kondisi pribadi akan menuntut seseorang pada orientasi tertentu,
127
identifikasi karakteristik sosial kandidat juga membentuk orientasi tertentu
bahkan menimbulkan ketertarikan dari pemilih.
Meskipun dari beberapa sub indikator yang dijadikan tolak ukur
menunjukkan kondisi yang kurang maksimal dalam mendukung pengaruh
yang ditimbulkan oleh faktor sosiologis, dari hasil perhitungan (Koefisien
Determinasi) didapat angka sebesar 12,7% sebagai sumbangan faktor
sosiologis terhadap perilaku pemilih dalam pemilihan peratin Pekon
Kuripan Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat Tahun 2009
angka ini menunjukkan pengaruh positif dengan kategori sedang. Dengan
demikian Faktor sosiologis masih relevan sebagai ukuran untuk melihat
perilaku pemilih masyarakat khususnya di Pekon Kuripan.
Hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan bahwa Pendekatan
sosiologis yang pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan
pengelompokkan sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan
dalam pembentukan perilaku pemilih sebagaimana diungkapkan dalam
mazhab colombia terbukti dan relevan dalam melihat perilaku pemilih
secara umum, dimana terdapat pemilih yang dalam keputusan memilihnya
masih mempertimbangkan nilai-nilai sosiokultural.
2. Pengaruh Faktor Psikologis Terhadap Perilaku Pemilih Dalam
Pemilihan Peratin Pekon Kuripan Kecamatan Pesisir Utara Tahun
2009
Faktor psikologis dalam penelitian ini memberikan pengaruh signifikan
terhadap perilaku pemilih pada pemilihan peratin Pekon Kuripan
Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat Tahun 2009. Faktor
128
psikologis menjadi perhatian penting dalam memahami perilaku pemilih di
Indonesia pada umunya, hal ini dikarenakan aspek emosional yang
tertanam dari pribadi pemilih dimana unsur-unsur feodalisme masih
mengakar kuat yang dasarkan pada sosok-sosok tertentu yang dipandang
ideal atau dirasa dekat secara emosional.
Faktor psikologis dalam penelitian ini memfokuskan pada aspek
ketokohan baik calon atau tokoh-tokoh dibelakang calon, kuatnya
pengaruh faktor ketokohan (kepemimpinan tradisional) dalam lingkungan
pedesaan cenderung menjadi aspek rasional kurang terlihat, sebagaimana
dinyatakan dalam Adman Nursal (2004:38) bahwa pada beberapa kasus
pemilihan kepala desa, misalnya kandidat yang memiliki program dan
kompetensi lebih baik seringkali terkalahkan oleh kandidat yang memiliki
kedekatan emosional dan sosio kultural dengan para pemilih. Bahkan hal
ini juga kerap terjadi pada lingkup politik yang lebih luas.
Kondisi ini terjadi dikarenakan pada masyarakat pedesaan nilai-nilai lokal
masih dijunjung tinggi, demikian juga dengan masyarakat Pekon Kuripan,
dimana dalam setiap event atau agenda-agenda sosial peran tokoh sangat
dominan hal ini terbawa dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya.
Faktor psikologis memberikan pengaruh yang lebih tinggi dari faktor
sosiologis yang mencapai 18,3%, hal ini dapat dijelaskan melalui
keberadaan salah satu calon yang merupakan penyimbang adat atau sai
batin pekon sehingga ikatan emosional menyangkut sejarah keberadaan
pekon dan hukum adatnya (promordialisme) perlu diperhatikan dan calon
129
tersebut memperoleh suara terbanyak bahkan mengalahkan calon
incumbent. Kondisi ini juga didukung oleh keluarga atau tokoh-tokoh
yang ada dibelakang calon. Hal ini dapat diketahui sebagaimana jawaban
responden yang juga melihat citra kandidat yang tertaman dalam benak
pemilih melalui keaktivan calon dalam kegiatan kemasyarakatan, sifat-
sifat kepemimpinan yang ditunjukkan calon dan lain-lain.
Keterlibatan calon peratin dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan
merupakan salah satu pencitraan (personal selling) yang akan menguatkan
keyakinan dan kekaguman pemilih akan sosok calon peratin, serta adanya
nilai-nilai kepemimpinan tradisional dimana nilai-nilai kepemimpinan
dianggap dapat terjadi secara turun-temurun, tentunya akan
menguntungkan calon peratin dengan latar belakang institusi adat (tokoh
adat). Image positif ini dapat menjadi alternatif dalam merebut perhatian
pemilih.
Faktor psikologis ini merupakan dampak dari aspek sosiokultural
(sosiologis) yang melahirkan identifikasi terhadap tokoh-tokoh yang
dianggap ideal atau kredibel untuk dijadikan panutan. Tokoh-tokoh yang
mendukung calon ini memberikan referensi bagi pemilih tentang calon
yang tepat dalam mengisi jabatan politis yang diperlukan. Keyakinan-
keyakinan yang kuat terhadap tokoh-tokoh ini sering kali sulit diubah oleh
propaganda kampanye, sehingga faktor psikologis ini cenderung
menimbulkan pemilih tetap.
130
Ikatan emosional tidak hanya mempengaruhi penduduk asli pekon akan
tetapi kekuatan psikologis ini melalui proses sosialisasi juga mampu
membentuk sikap dan persepsi serta orientasi yang sama pada penduduk
pendatang.
Hasil perhitungan pada penelitian ini menguatkan pendekatan psikologis
atau mahzab michigan dimana dalam unsur-unsur masyarakat tertentu faktor
psikologis menjadi latar belakang pengambilan keputusan seseorang dalam
menentukan pilihan dalam suatu pemilihan umum. Hal ini juga cukup
menjadi alasan untuk menjelaskan koefisien determinan faktor psikologis
dengan tolak ukur ketokohan yang lebih besar dari faktor sosiologis
(18,3%>12,7%) dalam memberikan pengaruh terhadap pemilihan peratin
Pekon Kuripan Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat Tahun
2009 meskipun angka yang dihasilkan (18,3%) tidak terlalu besar.
3. Pengaruh Faktor Rasional Terhadap Perilaku Pemilih Dalam
Pemilihan Peratin Pekon Kuripan Kecamatan Pesisir Utara Tahun
2009
Memutuskan pilihan tentunya didasarkan pada berbagai alasan dan
pertimbangan, faktor rasional merupakan salah satu aspek yang cukup
penting untuk dijadikan pertimbangan dalam menentukan pilihan.
Rasionalitas sedikit berbeda dari faktor sosiologis dan psikologis, dimana
fokus pemilih terletak pada program yang ditawarkan dan kualitas kandidat.
Faktor rasional memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku
pemilih pada pemilihan peratin Pekon Kuripan Tahun 2009 dimana angka
yang diperoleh sebesar 25,4%. Dari angka ini dapat dikatakan bahwa
131
pemilih dalam penelitian ini tergolong cukup rasional dalam memutuskan
pilihan. Kondisi ini menunjukkan adanya perkembangan orientasi politik
pemilih dimana karakter rasional mulai terbangun.
Karakter rasional ini menunjukkan orientasi program dan kualitas kandidat
menjadi ukuran penting dalam memutuskan siapa yang pantas dan dipercaya
untuk menduduki jabatan politis yang diperlukan. Program yang ditawarkan
menjadi ukuran kesungguhan calon dalam memajukan masyarakat yang
dipimpinnya, tentunya kejelian pemilih dalam memahami visi dan misi ini
juga perlu diperhatikan untuk mengkategorikan pemilih kedalam kategori
rasional atau tidak.
Dalam instrumen penelitian terkait visi dan misi ini terdapat 10 orang
responden yang mengaku tidak mengetahui visi dan misi calon, dalam
pemilihan peratin Pekon Kuripan, media penyampaian visi dan misi ini
dilakukan pada saat kampanye melalui tim pemenangan atau calon secara
langsung dari mulut ke mulut (door to door), pada pemilihan peratin Pekon
Kuripan ini penggunaan media berupa famplet atau lainnya sebagai media
sosialisasi kurang diperhatikan, akan tetapi pada pemilihan peratin tahun
2009 ini hanya terdapat satu calon yang menggunakan media seperti
selebaran atau panduk dalam rangka kampanye dan sosialisasi visi dan
misinya.
Kondisi ini menunjukkan sosialisasi visi dan misi kurang maksimal namun
demikian bagi pemilih apa yang dilakukan calon peratin cukup dapat
dimengerti dan hasil perhitungan SPSS secara parsial menunjukkan bahwa
132
faktor rasional pemilih mampu memberikan pengaruh yang paling besar
diantara ketiga faktor yang ada. Tidak hanya visi dan misi yang ditawarkan
yang menjadi alasan pemilih menjatuhkan pilihannya akan tetapi
kemampuan calon dalam mewujudkan program yang telah ditawarkan
tersebut merupakan kompleks dari faktor rasional yang juga
dipertimbangkan pemilih.
Para pemilih tentunya akan menduga kemampuan calon pilihannya dalam
merealisasikan janji-janjinya dimana melalui kampanye, program yang
dijanjikan diketahui oleh pemilih, responden yang pada umumnya mengenal
calon, juga mampu memahami informasi yang diterimanya tentang calon,
dimana aspek yang dijadikan tolak ukur dalam orientasi kandidat ini adalah
tingkat pendidikan dan kondisi sosial ekonomi calon, keduanya disumsikan
dapat membantu kelancaran calon dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya dimana tingkat pendidikan yang memadai akan
mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memahami, menilai dan
mengambil sikap dan tindakan yang tepat dalam berbagai hal. Sehingga
pemilih mampu memprediksi kemampuan calon dalam mewujudkan
program yang ditawarkan.
Informasi mengenai tingkat pendidikan dan kondisi sosial ekonomi calon
yang diterima pemilih melibatkan proses kognisi dalam diri pemilih untuk
mengevaluasi kemampuan calon terkait kualitasnya. Dari hasil kuesioner
juga diketahui bahwa mayoritas responden mempertimbangkan kedua aspek
tersebut (orientasi visi dan misi serta orientasi kandidat) dalam memutuskan
133
pilihan. Dengan demikian pertimbangan rasional yang menyatakan bahwa
tindakan pemilih bukanlah karena faktor kebetulan dan kebiasaan, serta
bukan untuk kepentingan sendiri melainkan untuk kepentingan umum
menurut pikiran dan pertimbangan logis, juga direfleksikan masyarakat
Pekon Kuiripan dalam menentukan pilihannya pada pemilihan peratin pekon
tahun 2009.
Hasil yang diperoleh tersebut juga dapat dijelaskan dengan melihat latar
belakang pendidikan responden yang menunjukkan sebagian besar memiliki
latar belakang pendidikan SMA/SLTA/Sederajat, berdasarkan tingkat
pendidikan responden ini, dapat diasumsikan bahwa responden cukup
rasional, khususnya dalam menjatuhkan pilihan. Kualitas pilihan
dilatarbelakangi oleh kondisi pemilih, dimana pemilih yang memiliki bekal
yang cukup untuk menilai dan mengevaluasi visi dan misi serta kualitas
kandidat akan dengan mudah menilai calon peratin yang mana yang tepat
untuk dipilih.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dikatakan bahwa wawasan dan
pendidikan politik yang diterima masyarakat secara luas melalui berbagai
saluran atau media pasca reformasi, menjadikan pertimbangan rasional
sebagaimana yang diungkapkan dalam pendekatan rasional (ekonomis) yang
meliputi orientasi visi misi dan kualitas kandidat sangat relevan dan perlu
diperhatikan dalam melihat pola perilaku pemilih.
134
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan
Peratin Pekon Kuripan Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung
Barat Tahun 2009
Penelitian ini dilakukan pada masyarakat Pekon Kuripan yang telah
menggunkan hak pilihnya dalam pemilihan peratin Pekon Kuripan Tahun
2009, sehingga perbandingan jumlah DPT dengan jumlah populasi
mengalami perbedaan, hal ini dikarenakan yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah masyarakat yang memilih (bukan jumlah keseluruhan
DPT). Dari perbandingan ini terlihat bahwa angka partisipasi masyarakat
Pekon Kuripan mencapai 84,3% (lihat tabel.2), sementara 15,7% adalah
masyarakat yang tidak memilih. Angka partisipasi masyarakat Pekon
Kuripan tergolong cukup tinggi, maskipun masih terdapat anggota
masyarakat yang tidak memilih, hal ini dikarenakan pada saat pemilihan
mereka (masyarakat yang tidak memilih) berada diluar lokasi pemilihan,
dengan alasan dominan adalah faktor pekerjaan.
Berdasarkan pengujian secara berganda, ketiga faktor baik faktor sosiologis,
psikologis dan rasional memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku pemilih. Besarnya pengaruh yang dihasilkan berdasarkan hasil
perhitungan SPSS menunjukkan angka mencapai 45,7%, sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Dengan
demikian, ketiga faktor ini memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku
pemilih. Angka yang dihasilkan menunjukkan bahwa pengaruh yang
ditimbulkan tergolong sedang. Sehingga diperkirakan masih terdapat faktor
lain yang dominan membentuk perilaku pemilih masyarakat Pekon Kuripan
dalam pemilihan peratin pekon tahun 2009.
135
Dari segi sosiokultural (sosiologis) cukup beralasan dimana dimensi
geografis (lingkungan sosial masyarakat desa) menunjukkan terbangunnya
ikatan batin dan citra calon telah dipahami oleh masyarakat secara luas
melalui sosialisasi dan interaksi sehari-hari. Kondisi geografis ini juga
didukung oleh aspek budaya dan nilai-nilai adat yang masih dijunjung tinggi
masyarakat.
Adanya institusi adat yang melatarbelakangi calon menjadikan faktor
psikologis perlu diperhatikan dalam konteks perilaku pemiih dalam
penelitian ini. Dimana masyarakat sangat menghormati dan menjaga
eksistensi budaya lokal, yang juga bentuk aktualisasinya dapat diwujudkan
dengan memberikan dukungan penuh terhadap pihak-pihak terkait (calon
peratin yang memiliki latar belakang keluarga saibatin).
Hasil perhitungan menunjukkan aspek rasional pemilih juga perlu
diperhatikan disamping aspek sosiologis dan psikologis dalam melihat
perilaku pemilih dalam pemilihan peratin Pekon Kuripan. Keunggulan salah
satu calon dari segi pendidikan dan kedudukan sosial ekonomi mampu
membangun kepercayaan masyarakat akan kemampuan calon dalam
memajukan pekon. Jenjang pendidikan calon juga dipandang sebagai tolak
ukur kualitas calon disamping visi dan misinya yang merefleksikan
kesungguhan untuk mengabdikan diri kepada masyarakat Pekon Kuripan.
Dengan demikian banyak aspek yang dipertimbangkan masyarakat Pekon
Kuripan dalam memutuskan siapa yang dianggap tepat untuk mengisi
jabatan sebagai peratin pekon diantaranya faktor sosiologis dengan melihat
136
afiliasi pemilih dan ketertarikannya terhadap calon, faktor psikologis dengan
pertimbangan ikatan emosional pemilih dengan calon atau tokoh-tokoh
dibelakang calon serta faktor rasional yang meliputi program yang
ditawarkan, tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi calon terkait
kapabilitasnya dalam mewujudkan ekspektasi masyarakat terhadap
kemajuan dan pembangunan pekon.
Berdasarkan pengujian secara parsial diketahui bahwa faktor dominan yang
mempengaruhi perilaku pemilih dalam pemilihan peratin Pekon Kuripan
Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat adalah Faktor Rasional,
yang menujukkan adanya pergeseran asumsi awal tentang perilaku pemilih
masyarakat Pekon Kuripan dengan melihat kondisi Pekon Kuripan yang
lekat dengan nilai-nilai dan institusi adat namun angka yang diperoleh hanya
18,3% untuk pengaruh faktor psikologis dan faktor rasional secara parsial
mampu memberikan pengaruh sebesar 25,4%, hal ini menunjukkan
responden merupakan mayoritas pemilih dengan pertimbangan rasional.
Sementara hasil pengujian secara berganda menunjukkan pengaruh sebesar
45,7%, angka yang diperoleh ini menunjukkan bahwa pengaruh yang timbul
secara bersama-sama dari ketiga faktor sosiologis, psikologis dan rasional
pada perilaku pemilih berada pada kategori sedang. Hal ini dikarenakan
masih terdapat berbagai indikator lain yang mungkin menjadi pertimbangan
pemilih dalam menentukan pilihan diantaranya peran media, beberapa
domain kognitif dari faktor eksternal seperti peristiwa mutakhir dan
peristiwa personal yang umumnya berkembang menjelang pemilihan.