BAGIAN PERTAMA
HASIL AUDIT
BAB I
SIMPULAN HASIL AUDIT
Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) Tahun 2008 merupakan suatu program pembangunan perdesaan yang menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang difasilitasi oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum.
PPIP Tahun 2008 dilaksanakan di 2.060 desa tertinggal dan miskin pada 177 Kabupaten yang tersebar di 26 Provinsi. Alokasi anggaran PPIP Tahun 2008 adalah sebesar Rp 589.773.510.000,00 yang terdiri dari dana bantuan pembangunan infrastruktur perdesaan (IP) sebesar Rp 515.000.000.000,00 dan dana safeguarding sebesar Rp 74.773.510.000,00. Realisasi anggaran PPIP per 31 Desember 2008 adalah sebesar Rp 573.905.641.175,00 atau 97,31% terdiri dari Rp 509.850.000.000,00 atau 99,00% untuk dana bantuan pembangunan IP dan Rp 64.055.641.175,00 atau 85,67% untuk dana safeguarding, sehingga sampai dengan 31 Desember 2008 terdapat dana yang tidak terserap sebesar Rp 15.867.868.825,00, dengan rincian sebagai berikut:
Dana bantuan pembangunan IP Rp 5.150.000.000,00 (1,00%) yang berasal dari alokasi dana PPIP sebesar Rp 2.500.000.000 ,00 yang tidak terserap pada 9 desa di Provinsi Kalimantan Timur dan 1 desa di provinsi Kalimantan Tengah karena dibatalkan oleh tim pelaksana di daerah dengan alasan lokasi yang sulit dijangkau, serta adanya 4 desa di Sumatera Utara, 1 desa di Sumatera Barat dan 5 desa di Nusa Tenggara Timur yang tidak mencairkan dana PPIP Tahap 2 dan 3, serta adanya 2 desa di Sumatera Utara, 3 desa di Sumatera Barat, 1 desa di Lampung, 1 desa di Kalimantan Selatan, dan 16 desa di Nusa Tenggara Timur yang tidak mencairkan dana tahap 3 karena adanya keterlambatan penyelesaian fisik sampai dengan 31 Desember 2009 dengan total dana yang tidak cair tersebut sebesar Rp 2.650.000.000,00.
Dana safeguarding sebesar Rp 10.717.868.825,00 (14,33%) yang disebabkan adanya efisiensi dalam belanja honor tidak tetap, belanja bahan atk untuk kegiatan swakelola, dan belanja perjalanan lainnya serta adanya sisa kontrak karena penawaran dari peserta pengadaan barang/jasa yang lebih rendah dari pagu anggaran yang tersedia.
Tabel 1: Anggaran dan Realisasi Keuangan PPIP Tahun 2008
JENIS ANGGARAN ANGGARAN REALISASI SISA ANGGARAN % REALISASI
Bantuan PPIP 515.000.000.000,00 509.850.000.000,00 5.150.000.000,00 99,00%Safeguarding 74.773.510.000,00 64.055.641.175,00 10.717.868.825,00 85,67%Total 589.773.510.000,00 573.905.641.175,00 15.867.868.825,00 97,31%
*) Sumber Data Sekretariat PPIP Pusat, Dep. Pekerjaan Umum
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 1
Audit PPIP Tahun 2008 dilaksanakan dengan pendekatan audit kinerja yang dilaksanakan pada 843 desa yang tersebar di 91 Kabupaten pada 23 Provinsi dan tingkat pusat – Satuan Kerja Pembinaan Program Pembangunan Infrastruktur Tahun 2008.
Tingkat Keberhasilan PPIP Tahun 2008
Berdasarkan hasil audit kinerja PPIP Tahun 2008 dapat disimpulkan bahwa PPIP Tahun 2008 telah cukup berhasil dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Tingkat keberhasilan tersebut ditunjukkan dengan skor kinerja sebesar 74,53 dari target skor untuk dinyatakan berhasil sebesar 90,00 dengan maksimal skor 100,00. Pencapaian tersebut menunjukkan adanya peningkatan kinerja dibandingkan dengan kinerja PPIP Tahun 2007 yang hanya mencapai 68,24% (kurang berhasil).
Audit didasarkan atas penilaian terhadap pencapaian tujuan PPIP Tahun 2008 yang dijabarkan dalam 3 (tiga) indikator utama kinerja yaitu:
Tabel 2: Skor Indikator Utama Kinerja Nasional
NO INDIKATOR UTAMA KINERJA BOBOT SKOR KINERJA
1 Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan PPIP 76,64 59,27
2 Keandalan Penyajian dan Pelaporan Kegiatan 20,00 11,90
3 Ketaatan Terhadap Peraturan Perundang-undangan 5,36 3,36
Total Kinerja 100,00 74,53
1. Terwujudnya Efektivitas Dan Efisiensi Pelaksanaan PPIP Tahun 2008
Secara umum dapat disimpulkan bahwa Departemen PU cukup berhasil dalam mewujudkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan PPIP Tahun 2008, yang ditujukkan dengan pencapaian skor kinerja sebesar 59,27 atau mencapai 79,40% dari bobot kinerja sebesar 74,64.
Capaian kinerja sebesar 79,40% menunjukkan adanya peningkatan kinerja dibandingkan dengan kinerja efektivitas dan efisiensi PPIP Tahun 2007 yang hanya mencapai 67,75% (kurang berhasil).
Penilaian efektivitas dan efisiensi didasarkan atas penilaian ketepatan sasaran, ketepatan jumlah dan ketepatan waktu dalam melaksanakan PPIP Tahun 2008. Walaupun secara umum kinerja efektivitas dan efisiensi masih ditingkatan cukup berhasil, namun apabila dilihat per sub indikator kinerja sudah terdapat capaian kinerja yang berhasil yaitu berkaitan dengan kinerja ketepatan jumlah yang mencapai skor 18,11 atau 94,22% dari bobot 19,22 dan ketepatan sasaran yang sudah cukup berhasil yaitu mencapai skor 17,72 atau 88,18% dari bobot 20,10. Kontributor utama kurang optimalnya pencapaian kinerja adalah kinerja ketepatan waktu yang kurang berhasil dengan skor 23,44 atau 66,35% dari bobot 35,32.
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 2
Tabel - 3 : Penilaian kinerja efektivitas dan efisiensi Tingkat Nasional
NO INDIKATOR KINERJA
BOBOT KINERJA
SKOR KINERJA
CAPAIAN KINERJA
TINGKAT KEBERHASILAN
LOKASI PENILAIAN
1 Tepat Sasaran
20,10 17,72 88,18% Cukup Berhasil
Penetapan Lokasi
4,50 4,50 100,00% Sangat Berhasl Pusat
Peran Aktif Masyarakat
12,86 10,61 82,50% Cukup Berhasil Desa
Penetapan Jenis IP
2,74 2,61 95,41% Berhasil Desa
2 Tepat Jumlah
19,22 18,11 94,22% Berhasil
Penggunaan Dana Operasional
7,18 6,85 95,41% Berhasil Pusat, Provinsi dan Kabupaten
Penyaluran Dana IP
2,04 2,03 99,70% Sangat Berhasil Kabupaten
Penggunaan Dana IP
6,00 5,60 93,34% Berhasil Desa
Spesifikasi Teknis
4,00 3,62 90,59% Berhasil Desa
3 Tepat Waktu 35,32 23,44 66,35% Kurang BerhasilPenyiapan Dok. Pelaksanaan PPIP
13,50 6,46 47,88% Tidak Berhasil Pusat, Provinsi dan Kabupaten
Pelaksanaan Kegiatan PPIP
13,28 11,28 84,96% Cukup Berhasil Pusat, Provinsi dan Kabupaten
Mobilisasi Fasilitator
2,14 1,23 57,57% Kurang Berhasil Provinsi
Penyelesaian Pembangunan IP
4,00 2,94 73,62% Cukup Berhasil Desa
Pemanfaatan IP
2,40 1,51 63,06% Kurang Berhasil Desa
Efektivitas dan Efisiensi
74,64 59,27 79,40% Cukup Berhasil
2. Terwujudnya Penyajian Dan Pelaporan Kegiatan PPIP Tahun 2008 Yang Andal
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 3
Secara umum dapat disimpulkan bahwa dalam mewujudkan penyajian dan pelaporan yang andal dalam pelaksanaan PPIP Tahun 2008 Departemen PU kurang berhasil dengan ditunjukkan oleh pencapaian skor kinerja yang hanya mencapai 11,90 atau 59,50% dari bobot kinerja sebesar 20,00.
Meskipun capaian kinerja hanya mencapai 59,50%, namun hal tersebut telah menunjukkan adanya perbaikan kinerja dibandingkan dengan ketepatan penyajian dan pelaporan PPIP Tahun 2007 yang hanya mencapai 57,60% (kurang berhasil).
Tabel – 4 : Penilaian kinerja Keandalan Penyajian dan Pelaporan Tingkat Nasional
NO
INDIKATOR KINERJA
BOBOT KINERJA
SKOR KINERJA
CAPAIAN KINERJA
TINGKAT KEBERHASILAN
PENANGGUNGJAWAB
1 Pengelolaan Dana
11,33 8,90 78,58% Cukup Berhasil Pusat, Provinsi, Kabupaten, Desa
2 Pelaksanaan Kegiatan PPIP
6,00 2,63 43,91% Tidak Berhasil Pusat, Provinsi, Kabupaten
3 Pelaporan Aset 2,67 0,37 14,01% Tidak Berhasil DesaKeandalan Penyajian dan Pelaporan
20,00 11,90 59,56% Kurang Berhasil
3. Terwujudnya Ketaatan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan
Secara umum dapat disimpulkan bahwa dalam rangka mewujudkan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan khususnya proses pengadaan barang dan jasa untuk mendukung pelaksanaan PPIP Tahun 2008, Departemen PU masih kurang berhasil yang ditujukkan dengan pencapaian skor kinerja hanya mencapai 3,36 atau 62,73% dari bobot kinerja sebesar 5,36.
Capaian kinerja sebesar 62,73% menunjukkan adanya penurunan kinerja dibandingkan dengan kinerja ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan PPIP Tahun 2007 yang mencapai 87,81% (cukup berhasil).
Tabel – 5 : Penilaian Ketaatan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan Tingkat Nasional
NO
INDIKATOR KINERJA
BOBOT KINERJA
SKOR KINERJA
CAPAIAN KINERJA
TINGKAT KEBERHASILAN
PENANGGUNGJAWAB
1 Ketaatan Terhadap Per- UU
5,36 3,36 62,73% Kurang Berhasil
Pusat, Provinsi
Ketaatan Terhadap Per- UU
5,36 3,36 62,73% Kurang Berhasil
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 4
HAMBATAN PENCAPAIAN KINERJA
Pencapaian kinerja PPIP Tahun 2008 yang hanya mencapai skor 74,54 menunjukkan belum optimalnya pencapaian kinerja apabila dibandingkan dengan target pencapaian kinerja 90,00 untuk dapat dinyatakan berhasil. Tidak optimalnya pencapaian kinerja tersebut menunjukkan adanya aktivitas utama dari pelaksanaan PPIP yang tidak berjalan dengan optimal yang disebabkan oleh
aspek pengendalian intern yang kurang memadai.
Aktivitas utama PPIP Tahun 2008 meliputi aktivitas perencanaan, Pelaksanaan dan Pelaporan yang dilaksanakan oleh pihak – pihak yang terkait dalam pelaksanaan PPIP Tahun 2008 di tingkat pusat, provinsi, Kabupaten dan Desa.
Berdasarkan hasil audit dapat disimpulkan bahwa aktivitas utama yang mengakibatkan kinerja PPIP Tahun 2008 kurang optimal adalah aktivitas pelaporan yang ditunjukkan dengan capaian kinerja yang hanya mencapai skor 11,90 atau 59,50% (kurang berhasil) dari bobot kinerja 20,00. Sedangkan dari sisi aktivitas perencanaan dan pelaksanaan walaupun belum optimal namun sudah cukup memadai. Aktivitas perencanaan mencapai skor 21,72 atau 72,39% (cukup berhasil) dari bobot kinerja 30,00 dan aktivitas pelaksanaan mencapai skor 40,91 atau 81,81% (cukup berhasil) dari bobot kinerja 50,00.
Seperti telah dinyatakan di atas penyebab tidak optimalnya pelaksanaan aktivitas utama PPIP terutama disebabkan oleh kurang memadainya sistem pengendalian intern PPIP Tahun 2008, dengan uraian sebagai berikut:
1. Aktivitas Perencanaan
Aktivitas perencanaan meliputi; kegiatan penetapan lokasi oleh pelaksana PPIP Pusat, penyiapan dokumen pelaksanaan PPIP oleh Pelaksana PPIP di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten serta penyiapan pelaksanaan PPIP di tingkat Desa yang dilaksanakan oleh OMS.
Aktivitas perencanaan kegiatan yang kinerjanya rendah adalah kegiatan penyiapan dokumen pelaksanaan PPIP yang dilaksanakan oleh Pelaksana PPIP di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten dengan capaian kinerja 6,46 atau 47,88% (tidak berhasil) dari bobot kinerja 13,50. Hal tersebut disebabkan oleh kelemahan informasi dan komunikasi terutama berkaitan dengan sosialisasi PPIP yang kurang menekankan tugas dan fungsi masing-masing pelaksana kegiatan di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten.
2. Aktivitas Pelaksanaan
Aktivitas pelaksanaan PPIP meliputi kegiatan sosialisasi, monitoring, pelatihan PPIP di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten, dan pengadaan barang dan jasa di tingkat pusat dan provinsi serta mobilisasi konsultan di tingkat provinsi. Sedangkan di tingkat desa aktivitas pelaksanaan PPIP meliputi kegiatan pembangunan dan pemanfaatan IP yang dilaksanakan oleh OMS, KPP, KD, dan Aparat Desa.
Dalam aktivitas pelaksanaan PPIP, kinerja yang rendah antara lain:
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 5
Kegiatan pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakan di tingkat pusat yang hanya mencapai skor 1,88 atau 50,00% (kurang berhasil) dari bobot kinerja 3,75. Hal tersebut disebabkan oleh kelemahan aktivitas pengendalian terutama berkaitan dengan penempatan panitia pengadaan yang kurang memahami Keppres 80 Tahun 2003 dan perubahannya, serta kurang memadainya reviu yang dilakukan oleh atasan.
Kegiatan mobilisasi fasilitator yang dilaksanakan di tingkat provinsi yang hanya mencapai skor 1,23 atau 57,57% (kurang berhasil) dari bobot kinerja 2,14. Hal tersebut disebabkan oleh kelemahan aktivitas pengendalian berkaitan dengan keterlambatan pengadaan akibat penetapan personil satker provisi yang terlambat.
Kegiatan pemanfaatan IP yang dilaksanakan di tingkat desa yang hanya mencapai skor 1,51 atau 63,06% (kurang berhasil) dari bobot kinerja 2,40. Hal tersebut disebabkan oleh kelemahan aktivitas pengendalian berkaitan dengan kurangnya pembinaan Fasilitator kepada KPP berkaitan dengan tugas dan fungsi KPP.
Kegiatan Pelaksanaan PPIP (sosialisasi, monitoring, verifikasi dan pelatihan) di tingkat Kabupaten yang hanya mencapai skor 2,54 atau 69,67% (kurang berhasil) dari bobot kinerja 3,64. Hal tersebut disebabkan oleh kelemahan lingkungan pengendalian berkaitan dengan kebijakan penempatan personil untuk tim pelaksana PPIP yang beranggotakan pejabat pemerintah kabupaten yang telah memiliki aktivitas relatif padat sehingga mempengaruhi pelaksanaan tugas Tim PPIP Kabupaten.
Peran aktif masyarakat yang kurang memadai di desa yang hanya mencapai skor 2,46 atau 68,46% (kurang berhasil) dari bobot kinerja 3,60. Hal tersebut disebabkan oleh kelemahan aktivitas pengendalian terutama terkait dengan kurang optimalnya pendampingan dari fasilitator dan reviu oleh Satker PPIP Kabupaten kepada tim pelaksana PPIP desa dalam hal pengadaan barang, perencanaan kegiatan paska konstruksi yang akan dilaksanakan KPP, pemilihan jenis IP, pendokumentasian dan pertanggungjawaban penggunaan dana PPIP oleh OMS. Kelemahan informasi dan komunikasi terkait dengan pelaksanaan sosialisasi yang lebih fokus pada pelaksanaan pembangunan fisik IP sedangkan sosialisasi berkaitan dengan aspek manajerial pengelolaan PPIP dan peran KPP masih kurang memadai. Serta kelemahan monitoring dan evaluasi oleh Tim Pelaksana PPIP Kabupaten dan Satker Kabupaten atas pelaksanaan PPIP, pembinaan kelembagaan PPIP dan kegiatan paska konstruksi di Desa.
3. Aktivitas Pelaporan
Aktivitas pelaporan meliputi kegiatan pelaporan penggunaan dana oleh Satker PPIP Pusat, Provinsi, Kabupaten dan OMS di Desa, pelaporan pelaksanaan kegiatan PPIP oleh Tim Pelaksana PPIP dan Satker PPIP baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten serta pelaporan aset hasil pembangunan IP oleh Pemerintah Desa yang telah diserahkan satker PPIP Kabupaten kepada Pemerintah Desa.
Dalam aktivitas pelaporan PPIP, kinerja yang rendah antara lain:
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 6
Kegiatan pelaporan aset IP di tingkat desa yang hanya mencapai 0,37 atau 14,01% (tidak berhasil) dari bobot kinerja 2,67. Hal tersebut disebabkan oleh kelemahan aktivitas pengendalian terkait kurang memadainya pemahaman Satuan Kerja PPIP tingkat Kabupaten terkait Sistim Akuntansi Instansi Pemerintah dan pengadministrasian aset Barang Milik Negara hasil pembangunan Infrastruktur Perdesaan di tingkat Desa, dan kurang memadainya pedoman PPIP 2008 terutama terkait penyelenggaraan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara Pemerintah.
Kegiatan pelaporan pelaksanaan kegiatan IP terutama yang dilaksanakan oleh tim pelaksana PPIP di Pusat, Provinsi dan Kabupaten yang hanya mencapai skor 2,63 atau 43,91% (tidak berhasil) dari bobot kinerja 6,00. Hal tersebut disebabkan oleh Kelemahan lingkungan pengendalian terutama terkait kebijakan penempatan personil tim pelaksana PPIP tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten yang beranggotakan pejabat struktural di lingkungan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten yang telah memiliki aktivitas yang relatif padat sehingga mempengaruhi pelaksanaan tugasnya sebagai tim pelaksana PPIP.
PERMASALAHAN AUDIT
Dalam pelaksanaan audit kinerja PPIP selain fokus pada penilaian atas indikator kinerja PPIP, audit kinerja PPIP juga memperhatikan hal-hal lain yang perlu mendapat perhatian dan tindak lanjut dari para pihak yang terkait dalam pelaksanaan PPIP Tahun 2008, terutama hal-hal yang menjadi akibat dari pelaksanaan kegiatan PPIP yang kurang memenuhi ketentuan sehingga berpotensi merugikan keuangan negara atau perlu mendapat perhatian guna peningkatan pencapaian tujuan kegiatan PPIP berikutnya.
1. Temuan Hasil Audit
Berdasarkan hasil audit temuan hasil audit kinerja PPIP yang perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut dari para penanggung jawab kegiatan PPIP di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten, adalah sebagai berikut:
Tabel – 6 : Temuan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008
NO
TEMUAN KODE TEMUAN
JUMLAH KEJADIAN
JUMLAH
1 Kejadian Yang Merugikan Negara
01 70 2.848.319.382,77
2 Kewajiban Penyetoran Kepada Negara
02 12 179.159.308,08
3 Temuan Administrasi 03 sd 010 214 0,00JUMLAH 296 3.027.478.690,85
Rincian temuan hasil audit PPIP Tahun 2008 lihat lampiran 5.
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 7
2. Hal- Hal Yang Perlu Mendapat Perhatian
Salah satu sasaran dari PPIP Tahun 2008 adalah terlaksananya penyelenggaraan pembangunan infrastruktur perdesaan yang partisipatif, transparan, akuntabel, dan berkelanjutan. Berkaitan dengan hal tersebut terutama untuk kegiatan paska konstruksi Departemen PU perlu lebih memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Pembinaan pengadministrasian aset hasil PPIP di desa. 2) Monitoring dan Evaluasi Efektivitas Tugas dan Fungsi KPP3) Penyusunan Data Base Infrastruktur Desa Pra dan Paska PPIP4) Keterlambatan Penetapan Satker Propinsi dan Satker Kabupaten / Kota5) Peran aktif masyarakat yang kurang optimal dalam penyusunan pertanggungjawaban
penggunaan dana PPIP dan pelaporan di tingkat desa, karena pendampingan fasilitator yang kurang optimal.
6) Kinerja dari Tim Pelaksana Prov, Kab/kota yang belum optimal.7) Pemberian penghargaan bagi penyelenggara PPIP terbaik.
REKOMENDASI
Terhadap permasalahan yang telah diuraikan dalam hambatan pencapaian kinerja dan permasalahan audit, kami rekomendasikankepada Penanggung Jawab PPIP Pusat sebagai berikut:1. Mengambil langkah-langkah perbaikan atas permasalahan yang menghambat pencapaian
kinerja.2. Melakukan monitoring temuan hasil audit PPIP di tingkat propinsi dan kabupaten/kota.3. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta sosialisasi yang lebih intensif kepada aparat
pemerintahan desa mengenai pengadministrasian aset hasil PPIP.4. Melaksanakan pembinaan yang berkelanjutan, monitoring dan evaluasi atas efektivitas peran
KPP paska konstruksi.5. Menyusun data base infrastruktur desa pra dan paska PPIP.6. Menetapkan batas waktu pengusulan personil satker propinsi dan kab/kota.7. Melaksanakan pembinaan, pendidikan dan pelatihan serta sosialisasi yang lebih intensif kepada
OMS mengenai pertanggungjawaban penggunaan dana PPIP dan pelaporan ditingkat desa serta kegiatan-kegiatan paska konstruksi lainnya.
8. Perlu melibatkan/ditambahkan dengan personil non pejabat struktural dan dibentuk sekretariat tim pelaksana pada tiap-tiap provinsi, Kab/kota.
9. Melaksanakan pemilihan penyelenggara PPIP terbaik tingkat nasional.
Direktur,
SuharyatNIP 19521107 197603 1 001
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 8
BAB II
URAIAN HASIL AUDIT
INFORMASI KEUANGAN
Alokasi anggaran PPIP Tahun 2008 adalah sebesar Rp 589.773.510.000,00 yang terdiri dari dana bantuan pembangunan infrastruktur perdesaan (IP) sebesar Rp 515.000.000.000,00 dan dana safeguarding sebesar Rp 74.773.510.000,00. Realisasi anggaran PPIP per 31 Desember 2008 adalah sebesar Rp 573.905.641.175,00 atau 97,31% terdiri dari Rp 509.850.000.000,00 atau 99,00% untuk dana bantuan pembangunan IP dan dana safeguarding Rp 64.055.641.175,00 atau 85,67%, sehingga sampai dengan 31 Desember 2008 terdapat dana yang tidak terserap sebesar Rp 15.867.868.825,00, dengan rincian sebagai berikut:
Dana bantuan pembangunan IP sebesar Rp 5.150.000.000,00 (1,00%) yang berasal dari alokasi dana PPIP sebesar Rp 2.500.000.000 ,00 yang tidak terserap pada 9 desa di Provinsi Kalimantan Timur dan 1 desa di provinsi Kalimantan Tengah karena dibatalkan oleh tim pelaksana di daerah dengan alasan lokasi yang sulit dijangkau, serta 4 desa di Sumatera Utara, 1 desa di Sumatera Barat dan 5 desa di Nusa Tenggara Timur yang tidak mencairkan dana PPIP Tahap 2 dan 3, serta adanya 2 desa di Sumatera Utara, 3 desa di Sumatera Barat, 1 desa di Lampung, 1 desa di Kalimantan Selatan, dan 16 desa di Nusa Tenggara Timur yang tidak mencairkan dana tahap 3 karena adanya keterlambatan penyelesaian fisik sampai dengan 31 Desember 2009 dengan total dana yang tidak cair tersebut sebesar Rp 2.650.000.000,00.
Dana safeguarding sebesar Rp 10.717.868.825,00 (14,33%) yang disebabkan adanya efisiensi dalam belanja honor tidak tetap, belanja bahan atk untuk kegiatan swakelola, dan belanja perjalanan lainnya serta adanya sisa kontrak karena penawaran dari peserta pengadaan barang/jasa yang lebih rendah dari pagu anggaran yang tersedia.
Tabel – 7: Rekapitulasi Anggaran dan Realisasi PPIP Tahun 2008 per 31 Desember 2008(dalam ribuan)
No. Provinsi Nilai IP yang diterima Safe Guarding TOTAL Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi % Realisasi
1 2 5 6 7 8 11 12 13
0 Pusat -
-
10.280.678
8.783.569
10.280.678 8.783.569 85,44%
1 Nangroe Aceh Darussalam
30.750.000
30.750.000
3.140.045
2.657.793
33.890.045 33.407.793 98,58%
2 Sumatera Utara
8.750.000
8.050.000
1.284.700
944.293
10.034.700 8.994.293 89,63%
3 Sumatera Barat
34.750.000 34.450.000 3.831.064
3.111.036
38.581.064 37.561.036 97,36%
4 Sumatera Selatan
28.250.000
28.250.000
3.078.065
2.648.395
31.328.065 30.898.395 98,63%
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 9
5 Bangka Belitung
2.500.000
2.500.000
413.820
397.709
2.913.820 2.897.709 99,45%
6 Lampung 26.000.00
0 25.950.00
0 3.079.0
65 2.007.0
83 29.079.06
5 27.957.083 96,14%
7 DKI Jakarta 1.250.00
0 1.250.00
0 42.
085 21.
043 1.292.08
5 1.271.043 98,37%
8 Banten 6.500.00
0 6.500.00
0 2.552.7
02 1.076.2
11 9.052.70
2 7.576.211 83,69%
9 Jawa Barat 55.750.00
0 55.750.000 5.359.668 4.916.588 61.109.66
8 60.666.588 99,27%10 D.I.
Yogyakarta 2.500.00
0 2.500.00
0 384.
266 307.
413 2.884.26
6 2.807.413 97,34%11 Jawa
Tengah 53.250.00
0 53.250.00
0 5.159.5
29 4.933.1
02 58.409.52
9 58.183.102 99,61%12 Jawa Timur 84.500.00
0 84.500.00
0 9.740.4
40 8.855.2
51 94.240.44
0 93.355.251 99,06%13 Kalimantan
Barat 24.250.00
0 24.250.00
0 2.882.7
80 2.718.8
68 27.132.78
0 26.968.868 99,40%14 Kalimantan
Tengah 7.750.00
0 7.500.00
0 1.480.5
50 1.442.5
50 9.230.55
0 8.942.550 96,88%15 Kalimantan
Selatan 16.250.00
0 16.200.00
0 2.113.9
66 1.424.2
82 18.363.96
6 17.624.282 95,97%16 Kalimantan
Timur 14.000.00
0 11.750.00
0 1.836.9
60 1.670.0
18 15.836.96
0 13.420.018 84,74%17 Nusa
Tenggara Barat
2.500.000
2.500.000
440.762
406.037
2.940.762 2.906.037 98,82%
18 Nusa Tenggara Timur
25.250.000
23.700.000
4.130.890
3.468.338
29.380.890 27.168.338 92,47%
19 Gorontalo 2.500.000
2.500.000
356.003
354.861
2.856.003 2.854.861 99,96%
20 Sulawesi Tengah
2.500.000
2.500.000
330.531
327.552
2.830.531 2.827.552 99,89%
21 Sulawesi Barat
500.000
500.000
56.310
45.048
556.310 545.048 97,98%
22 Sulawesi Selatan
34.500.000
34.500.000
4.385.501
4.154.817
38.885.501 38.654.817 99,41%
23 Sulawesi Tenggara
1.500.000
1.500.000
281.560
281.560
1.781.560 1.781.560 100,00%
24 Maluku 3.750.000
3.750.000
659.510
593.560
4.409.510 4.343.560 98,50%
25 Irjabar 10.000.000
10.000.000
1.594.105
1.393.324
11.594.105 11.393.324 98,27%
26 Papua 35.000.000
35.000.000
5.877.955
5.115.340
40.877.955 40.115.340 98,13%
Jumlah 515.000.0
00 509.850.0
00 74.773
.510 64.055
.641 589.773.5
10 573.905.64
1 97,31%*) Sumber Data Sekretariat PPIP Pusat, Dep. Pekerjaan Umum
PENILAIAN KINERJA PPIP
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 10
Berdasarkan hasil audit kinerja PPIP Tahun 2008 dapat dinyatakan bahwa PPIP Tahun 2008 telah cukup berhasil dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Tingkat keberhasilan tersebut ditunjukkan dengan skor kinerja sebesar 74,53 dari target skor untuk dinyatakan berhasil sebesar 90,00 dengan maksimal skor 100,00. Pencapaian tersebut menunjukkan adanya peningkatan kinerja dibandingkan dengan kinerja PPIP Tahun 2007 yang hanya mencapai 68,24% (kurang berhasil).
Penilaian keberhasilan tersebut didasarkan atas pelaksanakan penilaian kinerja pada 4 (empat) tingkatan pelaksana kegiatan PPIP yaitu: Tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Desa. Penilaian keberhasilan didasarkan terhadap kinerja tiap pelaksana kegiatan dalam mencapai tujuan PPIP Tahun 2008 yang dijabarkan dalam 3 (tiga) indikator utama kinerja yaitu: terwujudnya efektivitas dan efisiensi pelaksanaan PPIP Tahun 2008, terwujudnya penyajian dan pelaporan kegiatan PPIP yang andal dan terwujudnya ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan dalam pelaksanaan kegiatan pengadaan barang dan jasa.
Gambaran tingkat keberhasilan pelaksanaan PPIP Tahun 2008 secara nasional per indikator utama kinerja, adalah sebagai berikut:
Tabel – 8 : Rekapitulasi Kinerja per Indikator Utama Kinerja Nasional
NO INDIKATOR KINERJA BOBOT KINERJA
SKOR KINERJA
CAPAIAN KINERJA
TINGKAT KEBERHASILAN
1 Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan PPIP
74,64 59,27 79,40% Cukup Berhasil
2 Keandalan Penyajian dan Pelaporan
20,00 11,90 59,56% Kurang Berhasil
3 Ketaatan Terhadap Per UU 5,36 3,36 62,73% Kurang Berhasil
Total Kinerja Provinsi 100,00 74,53 74,53% Cukup Berhasil
Dari tabel tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa secara nasional kontributor utama kurang optimalnya pencapaian kinerja adalah masih belum optimalnya pelaksanaan penyajian dan pelaporan kegiatan oleh pelaksana PPIP dan pelaksanaan kegiatan pengadaan barang dan jasa yang belum sepenuhnya sesuai dengan Keppres 80 Tahun 2003 dan perubahannya tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
Gradasi tingkat keberhasilan PPIP Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
Tabel – 9: Gradasi Tingkat Keberhasilan PPIP Tahun 2008
No Rentang Skor Predikat1 99,00 sd 100,00 Sangat Berhasil2 90,00 s.d 98,99 Berhasil3 70,00 s.d 89,99 Cukup Berhasil4 50,00 s.d 69,99 Kurang Berhasil5 0,00 s.d 49,99 Tidak Berhasil
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 11
Hasil penilaian kinerja PPIP Tahun 2008 di 4 (empat) tingkatan pelaksana kegiatan PPIP adalah sebagai berikut:
1. TINGKAT PUSAT
Di tingkat pusat pelaksana kegiatan PPIP antara lain: Tim Pelaksana Pusat (Sekretariat Tim Pelaksana dan Satgas), Satker PIP Pusat dan Inspektorat Jenderal PU, serta dibantu Konsultan Manajemen Provinsi. Kegiatan yang dilakukan oleh pelaksana kegiatan di tingkat pusat antara lain: Melakukan penyiapan dokumen pendukung pelaksanaan PPIP meliputi Pedoman Pelaksanaan, Dokumen Penganggaran, melakukan penetapan desa sasaran, melakukan sosialisasi, monitoring dan Evaluasi, serta menyusun dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan secara nasional.
Berdasarkan hasil audit, kinerja di tingkat pusat secara umum dapat disimpulkan telah cukup berhasil. Hal tersebut ditunjukkan dengan capain skor 73,65 dari target skor untuk dinyatakan berhasil sebesar 90,00 dengan maksimal skor 100,00.
Tabel – 10: Rekapitulasi Kinerja per Indikator Utama Kinerja Tingkat Pusat
NO INDIKATOR KINERJA BOBOT KINERJA
SKOR KINERJA
CAPAIAN KINERJA
TINGKAT KEBERHASILAN
1 Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan PPIP
70,00 56,15 80,21% Cukup Berhasil
2 Keandalan Penyajian dan Pelaporan
20,00 12,50 62,50% Kurang Berhasil
3 Ketaatan Terhadap Per UU 10,00 5,00 50,00% Kurang Berhasil
Total Kinerja 100,00 73,65 73,65% Cukup Berhasil
Dari tabel tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa di tingkat pusat kontributor utama kurang optimalnya pencapaian kinerja adalah masih belum optimalnya pelaksanaan penyajian dan pelaporan kegiatan oleh pelaksana PPIP di tingkat pusat dan pelaksanaan kegiatan pengadaan barang dan jasa yang belum sepenuhnya sesuai dengan Keppres 80 Tahun 2003 dan perubahannya tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
Uraian lebih lanjut pencapaian kinerja per indikator kinerja utama di tingkat pusat adalah sebagai berikut:
1) Terwujudnya Efektivitas Dan Efisiensi Pelaksanaan PPIP Tahun 2008
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 12
Penilaian kinerja efektivitas dan efisiensi atas pelaksanaan PPIP Tahun 2008 di tingkat pusat didasarkan atas penilaian 3 (tiga) sub indikator utama kinerja yaitu: penilaian ketepatan sasaran penetapan lokasi desa penerima bantuan, penilaian ketepatan jumlah pengunaan dana operasional, serta penilaian ketepatan waktu yang meliputi; ketepatan waktu penetapan dan pendistribusian dokumen pendukung pelaksanaan PPIP dan ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan PPIP di tingkat pusat.
Berdasarkan hasil audit kinerja efektivitas dan efisiensi di tingkat pusat mencapai skor 56,15 atau 80,21% (cukup berhasil) dari bobot kinerja 70,00, dengan rincian kinerja per sub indikator kinerja sebagai berikut:
Tabel – 11: Penilaian kinerja efektivitas dan efisiensi Tingkat Pusat
NO INDIKATOR KINERJA BOBOT KINERJA
SKOR KINERJA
CAPAIAN KINERJA
TINGKAT KEBERHASILAN
1 Tepat Sasaran 20,00 20,00 100,00% Sangat Berhasil
Tepat Penetapan Lokasi 20,00 20,00 100,00% Sangat Berhasil
2 Tepat Jumlah 10,00 9,63 96,30% Berhasil
Tepat Jumlah Penggunaan Dana
10,00 9,63 96,30% Berhasil
2 Tepat Waktu 40,00 26,52 66,30% Kurang Berhasil
Tepat Waktu Penetapan dan Pendistribusian Dok. Pendukung PPIP
20,00 7,72 38,60% Tidak Berhasil
Tepat Waktu Pelaksanaan Kegiatan PPIP
20,00 18,80 94,00% Berhasil
Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan PPIP
70,00 56,15 80,21% Cukup Berhasil
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kontributor utama penyebab kinerja efektivitas dan efisiensi pelaksanaan PPIP Tahun 2008 di tingkat pusat belum optimal disebabkan oleh pelaksanaan penetapan dan pendistribusian dokumen pendukung pelaksanaan PPIP yang tidak sesuai dengan jadual yang telah direncanakan. Hal tersebut ditunjukkan dengan kondisi sebagai berikut:
(1) adanya keterlambatan penetapan Kasatker PPIP di tingkat pusat maupun daerah dari tenggat waktu yang direncanakan yaitu tanggal 31 Januari 2008, sesuai dengan Keputusan Menteri PU No: 266/KPTS/M/2008 tentang penetapan kasatker baru terbit tanggal 15 April 2008.
(2) adanya penerbitan revisi Surat Keputusan Penetapan Kasatker yang melebihi target waktu direncanakan yaitu maksimal 30 hari sejak usulan revisi diterima oleh Direktorat Bina Program.
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 13
(3) adanya keterlambatan pendistribusian Surat Keputusan Penetapan Kasatker ke daerah dari jadual waktu yang direncanakan yaitu 1 minggu setelah Surat Keputusan mendapat pengesahan dari Sekretariat Jenderal Dep. Pekerjaan Umum.
(4) adanya keterlambatan pendistribusian Pedoman Operasional Kegiatan (POK) yang direncanakan dapat didistribusikan paling lambat 1 bulan sejak DIPA diterbitkan (Maret 2008), namun berdasarkan dokumen pengiriman baru didistribusikan pada bulan Juli 2008.
(5) adanya keterlambatan pendistribusian Surat Keputusan Penetapan Desa Penerima Bantuan PPIP Tahun 2008 yang direncanakan dapat didistribusikan paling lambat akhir bulan Februari 2008, namun berdasarkan dokumen Surat Keputusan Menteri PU No: 220/KPTS/M/2008 tentang penetapan desa penerima bantuan baru diterbitkan tanggal 17 Maret 2008.
2) Terwujudnya Penyajian Dan Pelaporan Kegiatan PPIP Yang Andal
Penilaian kinerja ketepatan penyajian dan pelaporan kegiatan PPIP Tahun 2008 di tingkat pusat didasarkan atas penilaian 2 (dua) sub indikator utama kinerja yaitu: Penilaian ketepatan penyajian dan pelaporan yang meliputi; tepat pelaporan pengelolaan dana, dan pelaksanaan kegiatan.
Berdasarkan hasil audit, kinerja ketepatan penyajian dan pelaporan kegiatan PPIP di tingkat pusat mencapai skor 12,50 atau 62,50% (kurang berhasil) dari bobot kinerja 20,00, dengan rincian kinerja per sub indikator kinerja sebagai berikut:
Tabel – 12: Penilaian kinerja Penyajian dan Pelaporan Kegiatan PPIP Tingkat Pusat
NO INDIKATOR KINERJA BOBOT KINERJA
SKOR KINERJA
CAPAIAN KINERJA
TINGKAT KEBERHASILAN
1 Tepat Pelaporan Pengelolaan Dana
10,00 10,00 100,00% Sangat Berhasil
2 Tepat Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan
10,00 2,50 25,00% Tidak Berhasil
Penyajian dan Pelaporan Pelaksanaan PPIP
20,00 12,50 62,50% Kurang Berhasil
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kontributor utama penyebab kinerja penyajian dan pelaporan pelaksanaan PPIP Tahun 2008 di tingkat pusat belum optimal disebabkan oleh kinerja pelaporan pelaksanaan kegiatan yang masih belum diselenggarakan secara memadai oleh pelaksana kegiatan di Pusat. Hal tersebut ditunjukkan dengan kondisi sebagai berikut;
(1) Kurang memadainya dokumentasi laporan pengaduan masyarakat dan pelaksanaan tindak lanjutnya.
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 14
(2) Tim Pelaksana PPIP Pusat belum melaporkan penyelenggaran PPIP kepada Menteri Pekerjaan Umum secara periodik setiap bulan.
3) Terwujudnya Ketaatan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan
Penilaian kinerja ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan di tingkat provinsi didasarkan atas penilaian 1 (satu) sub indikator utama kinerja yaitu: Penilaian ketaatan Pelaksana Kegiatan PPIP di tingkat Pusat dalam menerapkan Keppres 80 Tahun 2003 beserta perubahannya dalam pelaksanaan kegiatan pengadaan barang dan jasa.
Berdasarkan hasil audit, kinerja ketepatan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan di tingkat pusat hanya mencapai skor 5,00 atau 50,00% (kurang berhasil) dari bobot kinerja 10,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa panitia lelang dalam melaksanaan pengadaan barang dan jasa belum sepenuhnya mematuhi Keppres 80 Tahun 2003 beserta perubahannya dalam pelaksanaan kegiatan pengadaan barang dan jasa pemerintah terutama yang berkaitan dengan proses penyusunan HPS dan evaluasi atas dokumen penawaran yang diajukan oleh peserta pengadaan barang dan jasa.
2. TINGKAT PROVINSI
Di tingkat provinsi pelaksana kegiatan PPIP antara lain: Gubernur sebagai penanggungjawab PPIP di tingkat Provinsi, Tim Pelaksana Provinsi, dan Satker PIP Provinsi, serta dibantu oleh Konsultan Manajemen Kabupaten. Kegiatan yang dilakukan oleh pelaksana kegiatan di tingkat provinsi antara lain: melakukan penyiapan dokumen pendukung pelaksanaan PPIP meliputi perencanaan kegiatan PPIP di tingkat provinsi, melakukan sosialisasi, mobilisasi konsultan pendamping desa/ fasilitator, monitoring dan evaluasi, serta menyusun dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan di tingkat provinsi.
PPIP Tahun 2008 dilaksanakan di 26 Provinsi dan audit telah dilakukan di 23 Provinsi atau 88,46% Provinsi penerima bantuan.
Berdasarkan hasil audit, kinerja di tingkat provinsi secara umum dapat disimpulkan cukup berhasil. Hal tersebut ditunjukkan dengan capaian skor 75,28 (cukup berhasil) dari target skor untuk dinyatakan berhasil sebesar 90,00 dengan maksimal skor 100,00.
Tabel – 13: Rekapitulasi Kinerja per Indikator Utama Kinerja Tingkat Provinsi
NO INDIKATOR KINERJA BOBOT KINERJA
SKOR KINERJA
CAPAIAN KINERJA
TINGKAT KEBERHASILAN
1 Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan PPIP
65,00 46,30 71,24% Cukup Berhasil
2 Keandalan Penyajian dan Pelaporan
20,00 15,12 75,58% Cukup Berhasil
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 15
3 Ketaatan Terhadap Per UU 15,00 13,86 92,39% Berhasil
Total Kinerja Provinsi 100,00 75,28 75,28% Cukup Berhasil
Dari tabel tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa di tingkat provinsi kontributor utama kurang optimalnya pencapaian kinerja adalah masih belum optimalnya kinerja efektivitas dan efisiensi pelaksanaan PPIP dan penyajian dan pelaporan kegiatan oleh pelaksana PPIP di tingkat provinsi yang belum andal.
Uraian lebih lanjut pencapaian kinerja per indikator kinerja utama di tingkat provinsi adalah sebagai berikut:
1) Terwujudnya Efektivitas Dan Efisiensi Pelaksanaan PPIP Tahun 2008
Penilaian kinerja efektivitas dan efisiensi atas pelaksanaan PPIP Tahun 2008 di tingkat provinsi didasarkan atas penilaian 2 (dua) sub indikator utama kinerja yaitu: Penilaian ketepatan jumlah yang meliputi; tepat jumlah penggunaan dana, dan penilaian ketepatan waktu yang meliputi; tepat waktu penyiapan dokumen pendukung, tepat waktu pelaksanaan kegiatan dan tepat waktu mobilisasi fasilitator/konsultan pendamping ke desa penerima dana IP.
Berdasarkan hasil audit kinerja efektivitas dan efisiensi di tingkat provinsi mencapai skor 46,30 atau 71,24% (cukup berhasil) dari bobot kinerja 65,00, dengan rincian kinerja per sub indikator kinerja sebagai berikut:
Tabel – 14: Penilaian kinerja efektivitas dan efisiensi Tingkat Provinsi
NO INDIKATOR KINERJA BOBOT KINERJA
SKOR KINERJA
CAPAIAN KINERJA
TINGKAT KEBERHASILAN
1 Tepat Jumlah 15,00 13,74 91,62% Berhasil
Tepat Jumlah Penggunaan Dana 15,00 13,74 91,62% Berhasil
2 Tepat Waktu 50,00 32,56 65,12% Kurang Berhasil
Tepat Waktu Penyiapan Dokumen Pendukung
10,00 5,20 51,96% Kurang Berhasil
Tepat Waktu Pelaksanaan Kegiatan
20,00 15,85 79,26% Cukup Berhasil
Tepat Waktu Mobilisasi Fasilitator/Konsultan Pendamping
20,00 11,51 57,57% Kurang Berhasil
Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan PPIP
65,00 46,30 71,24% Cukup Berhasil
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kontributor utama penyebab kinerja efektivitas dan efisiensi pelaksanaan PPIP Tahun 2008 di tingkat provinsi belum optimal disebabkan oleh:
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 16
kinerja ketepatan waktu penyiapan dokumen pendukung pelaksanaan PPIP di tingkat provinsi yang belum optimal, meliputi: belum terlaksananya secara tepat waktu pengajuan usulan penetapan Satker Provinsi oleh gubernur selambat-lambatnya akhir tahun anggaran 2007 ke Dep. Pekerjaan Umum, adanya keputusan gubernur tentang penetapan Tim Koordinasi Provinsi dan Tim Pelaksana Provinsi selambat-lambatnya akhir Maret 2008, tersusunnya jadual/waktu koordinasi oleh tim koordinasi, tim pelaksana dan Satker provinsi selambat-lambatnya akhir Maret 2008 dan tersusunnya jadual/waktu pemantuan dan evaluasi oleh tim koordinasi, tim pelaksana dan Satker provinsi selambat-lambatnya akhir Maret 2008, hal tersebut ditunjukkan dengan kondisi berikut; dari 23 provinsi yang diaudit hanya 9 atau (39,13%) provinsi yang telah berhasil menyiapkan dokumen pendukung pelaksanaan kegiatan PPIP di tingkat provinsi secara tepat waktu sesuai dengan kriteria yang ditetapkan yaitu: Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Papua Barat, Banten, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Lampung, Jawa Barat, Gorontalo.
kinerja ketepatan waktu mobilisasi fasilitator/konsultan yang masih belum tepat waktu sesuai dengan jadual yang telah ditetapkan, ditunjukkan dengan adanya mobilisasi tenaga ahli paling lambat April minggu keempat tahun 2008 dengan didukung Berita Acara Mobililisasi, seharusnya Tenaga Ahli/Fasilitator telah berada di lokasi/Kabupaten pada saat sosialisasi PPIP di tingkat Kabupaten dan Tenaga Ahli/Fasilitator telah berada di lokasi Desa pada saat Musdes I di tingkat Desa. Hal tersebut ditunjukkan dengan kondisi berikut; dari 23 provinsi yang diaudit hanya 4 atau 17,39% provinsi yang telah melaksanakan mobilisasi konsultan tepat waktu sesuai dengan jadual yang ditetapkan.
Rincian kinerja efektivitas dan efisiensi per provinsi adalah sebagai berikut:
(1) Tepat Jumlah
Tepat Jumlah Penggunaan Dana
Kinerja ketepatan jumlah yang mencapai 91,62% (berhasil) menunjukkan bahwa penggunaan dana operasional IP di tingkat provinsi telah didukung dengan bukti yang memadai.
Rincian kinerja ketepatan jumlah penggunaan dana per provinsi, sebagai berikut:
Tabel – 14.1: Tepat Jumlah Penggunaan Dana Per Provinsi
NO PROVINSI CAPAIAN KINERJA
TINGKAT KEBERHASILAN
1B
angka Belitung1
00,00% Sangat Berhasil
2B
anten1
00,00% Sangat Berhasil
3D
I. Yogyakarta1
00,00% Sangat Berhasil
4J
awa Timur1
00,00% Sangat Berhasil5 N 1 Sangat Berhasil
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 17
anggroe Aceh Darusalam 00,00%
6N
usa Tenggara Barat1
00,00% Sangat Berhasil
7N
usa Tenggara Timur1
00,00% Sangat Berhasil
8P
apua Barat1
00,00% Sangat Berhasil
9S
ulawesi Tenggara1
00,00% Sangat Berhasil
10S
umatera Barat1
00,00% Sangat Berhasil
11G
orontalo1
00,00% Sangat Berhasil
12J
awa Barat9
9,00% Sangat Berhasil
13L
ampung9
8,87% Berhasil
14K
alimantan Selatan9
8,83% Berhasil
15J
awa Tengah9
7,46% Berhasil
16K
alimantan Tengah9
6,78% Berhasil
17P
apua9
5,32% Berhasil
18K
alimantan Barat9
3,00% Berhasil
19S
ulawesi Tengah8
8,05% Cukup Berhasil
20K
alimantan Timur8
1,02% Cukup Berhasil
21M
aluku8
0,70% Cukup Berhasil
22S
umatera Selatan7
8,33% Cukup Berhasil
23S
umatera Utara0
,00% Tidak Berhasil KINERJA RATA - RATA PROVINSI 91,62% BERHASIL
(2) Tepat Waktu
Kinerja ketepatan waktu yang hanya mencapai 65,35% (kurang berhasil) menunjukkan bahwa pelaksana PPIP di provinsi kurang dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara tepat waktu.
Rincian kinerja ketepatan waktu per provinsi, sebagai berikut:
Tabel – 14.2: Tepat Waktu Per Provinsi
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 18
NO PROVINSI
TEPAT WAKTUTINGKAT
KEBERHASILANPENYIAPAN DOKUMEN
PENDUKUNG
PELAKSANAAN KEGIATAN
MOBILISASI FASILITATOR
TOTAL
1 Kalimantan Tengah
100,00% 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil
2 Sulawesi Tengah
100,00% 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil
3 Papua Barat 100,00% 90,00% 100,00% 96,00% Berhasil4 Banten 100,00% 86,67% 66,67% 81,34% Cukup Berhasil5 Kalimantan
Timur100,00% 60,00% 90,00% 80,00% Cukup Berhasil
6 Nusa Tenggara Timur
50,00% 100,00% 66,67% 76,67% Cukup Berhasil
7 Kalimantan Barat
100,00% 70,00% 67,00% 74,80% Cukup Berhasil
8 Lampung 100,00% 70,00% 66,67% 74,67% Cukup Berhasil9 Kalimantan
Selatan30,00% 100,00% 66,67% 72,67% Cukup Berhasil
10 DI. Yogyakarta 70,00% 70,00% 66,67% 68,67% Kurang Berhasil11 Sumatera
Utara0,00% 100,00% 67,00% 66,80% Kurang Berhasil
12 Jawa Tengah 20,00% 90,00% 66,67% 66,67% Kurang Berhasil13 Jawa Barat 100,00% 73,00% 33,33% 62,53% Kurang Berhasil14 Gorontalo 100,00% 100,00% 0,00% 60,00% Kurang Berhasil15 Maluku 45,00% 56,67% 66,67% 58,33% Kurang Berhasil16 Sulawesi
Tenggara0,00% 70,00% 66,67% 54,67% Kurang Berhasil
17 Nusa Tenggara Barat
0,00% 70,00% 66,67% 54,67% Kurang Berhasil
18 Papua 50,00% 100,00% 0,00% 50,00% Kurang Berhasil19 Sumatera
Selatan30,00% 100,00% 0,00% 46,00% Tidak Berhasil
20 Nanggroe Aceh Darusalam
0,00% 80,00% 33,33% 45,33% Tidak Berhasil
21 Bangka Belitung
0,00% 40,00% 66,67% 42,67% Tidak Berhasil
22 Jawa Timur 0,00% 40,00% 66,67% 42,67% Tidak Berhasil23 Sumatera
Barat0,00% 56,67% 0,00% 22,67% Tidak Berhasil
RATA - RATA PROVINSI
51,96% 79, 26% 57,57% 65,12% Kurang Berhasil
2) Terwujudnya Penyajian Dan Pelaporan Kegiatan PPIP Yang Andal
Penilaian kinerja ketepatan penyajian dan pelaporan kegiatan PPIP Tahun 2008 di tingkat provinsi didasarkan atas penilaian 2 (dua) sub indikator utama kinerja yaitu: Penilaian ketepatan penyajian dan pelaporan yang meliputi; tepat pelaporan pengelolaan dana, dan pelaksanaan kegiatan.
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 19
Berdasarkan hasil audit, kinerja ketepatan penyajian dan pelaporan kegiatan PPIP di tingkat provinsi mencapai skor 15,12 atau 75,58% (cukup berhasil) dari bobot kinerja 20,00, dengan rincian kinerja per sub indikator kinerja sebagai berikut:
Tabel – 15: Penilaian kinerja Penyajian dan Pelaporan Kegiatan PPIP Tingkat Provinsi
NO INDIKATOR KINERJA BOBOT KINERJA
SKOR KINERJA
CAPAIAN KINERJA
TINGKAT KEBERHASILAN
1 Tepat Pelaporan Pengelolaan Dana
10,00 9,17 91,74% Berhasil
2 Tepat Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan
10,00 5,94 59,42% Kurang Berhasil
Penyajian dan Pelaporan Pelaksanaan PPIP
20,00 15,12 75,58% Cukup Berhasil
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kontributor utama penyebab kinerja penyajian dan pelaporan pelaksanaan PPIP Tahun 2008 di tingkat provinsi belum optimal disebabkan oleh kinerja pelaporan pelaksanaan kegiatan yang masih belum diselenggarakan secara memadai oleh pelaksana kegiatan di Provinsi yang meliputi kegiatan pelaporan pengaduan masyarakat dan tindak lanjutnya yang didokumentasikan dengan baik, pelaporan perkembangan kegiatan pemantauan dan evaluasi PPIP dari Tim Koordinasi PNPM Provinsi kepada gubernur dan Tim Pengendali PNPM Mandiri, dan pelaporan perkembangan kegiatan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PPIP dari Tim Pelaksana Provinsi kepada Tim Koordinasi Provinsi dan Tim Pelaksana Pusat. Hal tersebut ditunjukkan dengan kondisi berikut; dari 23 provinsi yang diaudit hanya 6 atau 26,09% provinsi yang menyelenggarakan pelaporan pelaksanaan kegiatan PPIP di tingkat provinsi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
Rincian kinerja ketepatan penyajian dan pelaporan kegiatan per provinsi, sebagai berikut:
Tabel 15-1 : Penilaian kinerja Penyajian dan Pelaporan Kegiatan PPIP Per Provinsi
NO PROVINSI TEPAT PELAPORAN TINGKAT KEBERHASILANPENGELOLAAN
DANA PELAKSANAAN
KEGIATAN TOTAL
KINERJA
1 Lampung 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil2 Banten 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil3 Jawa Barat 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil4 DI. Yogyakarta 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil5 Nusa Tenggara
Timur100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil
6 Kalimantan Tengah
100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil
7 Sumatera Selatan
100,00% 75,00% 87,50% Cukup Berhasil
8 Bangka Belitung 100,00% 75,00% 87,50% Cukup Berhasil9 Jawa Timur 100,00% 75,00% 87,50% Cukup Berhasil
10 Nanggroe Aceh Darusalam
100,00% 50,00% 75,00% Cukup Berhasil
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 20
11 Jawa Tengah 100,00% 50,00% 75,00% Cukup Berhasil12 Kalimantan
Timur100,00% 50,00% 75,00% Cukup Berhasil
13 Kalimantan Selatan
100,00% 50,00% 75,00% Cukup Berhasil
14 Kalimantan Barat
100,00% 50,00% 75,00% Cukup Berhasil
15 Gorontalo 100,00% 50,00% 75,00% Cukup Berhasil16 Sulawesi
Tengah70,00% 75,00% 72,50% Cukup Berhasil
17 Papua 100,00% 25,00% 62,50% Kurang Berhasil18 Maluku 70,00% 50,00% 60,00% Kurang Berhasil19 Papua Barat 70,00% 50,00% 60,00% Kurang Berhasil20 Sumatera Utara 100,00% 0,00% 50,00% Kurang Berhasil21 Sulawesi
Tenggara70,00% 25,00% 47,50% Tidak Berhasil
22 Nusa Tenggara Barat
60,00% 16,67% 38,33% Tidak Berhasil
23 Sumatera Barat 70,00% 0,00% 35,00% Tidak Berhasil
RATA - RATA KINERJA PROVINSI
91,74% 59,42% 75,58%
3) Terwujudnya Ketaatan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan
Penilaian kinerja ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan di tingkat provinsi didasarkan atas penilaian 1 (satu) sub indikator utama kinerja yaitu: Penilaian ketaatan Pelaksana Kegiatan PPIP di tingkat Provinsi dalam menerapkan Keppres 80 Tahun 2003 beserta perubahannya dalam pelaksanaan kegiatan pengadaan barang dan jasa.
Berdasarkan hasil audit, kinerja ketepatan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan di tingkat provinsi mencapai skor 13,86 atau 92,39% (berhasil) dari bobot kinerja 15,00. Hal tersebut ditunjukkan dengan kondisi sebagai berikut dari 23 provinsi yang diaudit hanya 3 atau 17,39% provinsi yang belum melaksanakan pengadaan barang dan jasa sesuai ketentuan yang telah ditetapkan yaitu; Sumatera Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tenggara. Rincian kinerja ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan per provinsi sebagai berikut:
Tabel – 16 : Penilaian Kinerja Ketaatan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan Per Provinsi
NO PROVINSI CAPAIAN KINERJA TINGKAT KEBERHASILAN
1 Nanggroe Aceh Darusalam 100,00% Sangat Berhasil2 Sumatera Utara 100,00% Sangat Berhasil3 Sumatera Selatan 100,00% Sangat Berhasil
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 21
4 Bangka Belitung 100,00% Sangat Berhasil5 Lampung 100,00% Sangat Berhasil6 Banten 100,00% Sangat Berhasil7 Jawa Barat 100,00% Sangat Berhasil8 DI. Yogyakarta 100,00% Sangat Berhasil9 Jawa Timur 100,00% Sangat Berhasil
10 Nusa Tenggara Barat 100,00% Sangat Berhasil11 Nusa Tenggara Timur 100,00% Sangat Berhasil12 Kalimantan Timur 100,00% Sangat Berhasil13 Kalimantan Tengah 100,00% Sangat Berhasil14 Kalimantan Barat 100,00% Sangat Berhasil15 Sulawesi Tengah 100,00% Sangat Berhasil16 Gorontalo 100,00% Sangat Berhasil17 Maluku 100,00% Sangat Berhasil18 Papua 100,00% Sangat Berhasil19 Papua Barat 100,00% Sangat Berhasil20 Sumatera Barat 75,00% Cukup Berhasil21 Jawa Tengah 75,00% Cukup Berhasil22 Kalimantan Selatan 75,00% Cukup Berhasil23 Sulawesi Tenggara 0,00% Tidak Berhasil
KINERJA RATA - RATA PROVINSI 92,39%
3. TINGKAT KABUPATEN
Di tingkat kabupaten pelaksana kegiatan PPIP antara lain: Bupati sebagai penanggungjawab kegiatan PPIP di Kabupaten, Tim Pelaksana Kabupaten dan Satker PIP Kabupaten. Kegiatan yang dilakukan oleh pelaksana kegiatan di tingkat Kabupaten antara lain: melakukan penyiapan dokumen pendukung pelaksanaan PPIP meliputi perencanaan kegiatan PPIP di tingkat kabupaten, melakukan sosialisasi, monitoring dan evaluasi, serta menyusun dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan di tingkat kabupaten.
PPIP Tahun 2008 dilaksanakan di 177 Kabupaten dan audit telah dilakukan di 91 Kabupaten atau 51,41% kabupaten penerima bantuan. Di tingkat kabupaten pencapaian kinerja didasarkan atas penilaian 2 (dua) indikator utama kinerja yaitu: terwujudnya efektivitas dan efisiensi pelaksanaan PPIP Tahun 2008 dan terwujudnya penyajian dan pelaporan pelaksanaan kegiatan PPIP yang andal.
Berdasarkan hasil audit, kinerja di tingkat kabupaten secara umum dapat disimpulkan cukup berhasil. Hal tersebut ditunjukkan dengan capaian skor 78,32 dari target skor untuk dinyatakan berhasil sebesar 90,00 dengan maksimal skor 100,00.
Tabel – 17 : Rekapitulasi Kinerja per Indikator Utama Kinerja Tingkat Kabupaten
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 22
NO INDIKATOR KINERJA BOBOT KINERJA
SKOR KINERJA
CAPAIAN KINERJA
TINGKAT KEBERHASILAN
1 Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan PPIP
80,00 64,36 80,45% Cukup Berhasil
2 Keandalan Penyajian dan Pelaporan
20,00 13,96 69,81% Kurang Berhasil
Total Kinerja Kabupaten 100,00 78,32 78,32% Cukup Berhasil
Dari tabel tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa di tingkat kabupaten kontributor utama kurang optimalnya pencapaian kinerja adalah masih belum optimalnya penyajian dan pelaporan kegiatan oleh pelaksana PPIP di tingkat kabupaten.
Uraian lebih lanjut pencapaian kinerja per indikator kinerja utama di tingkat kabupaten adalah sebagai berikut:
1) Terwujudnya Efektivitas Dan Efisiensi Pelaksanaan PPIP Tahun 2008
Penilaian kinerja efektivitas dan efisiensi atas pelaksanaan PPIP Tahun 2008 di tingkat kabupaten didasarkan atas penilaian 2 (dua) sub indikator utama kinerja yaitu: Penilaian ketepatan jumlah yang meliputi; tepat jumlah penyaluran dana dan tepat jumlah penggunaan dana, serta penilaian ketepatan waktu yang meliputi; tepat waktu penyiapan dokumen pendukung dan tepat waktu pelaksanaan kegiatan PPIP di tingkat kabupaten.
Berdasarkan hasil audit kinerja, efektivitas dan efisiensi di tingkat kabupaten mencapai skor 64,36 atau 80,45% (cukup berhasil) dari bobot kinerja 80,00, dengan rincian kinerja per sub indikator kinerja sebagai berikut:
Tabel – 18: Penilaian kinerja efektivitas dan efisiensi Tingkat Kabupaten
NO INDIKATOR KINERJA BOBOT KINERJA
SKOR KINERJA
CAPAIAN KINERJA
TINGKAT KEBERHASILAN
1 Tepat Jumlah 36,00 35,37 98,24% Berhasil
Tepat Jumlah Penyaluran Dana 19,00 18,42 96,92% Berhasil
Tepat Jumlah Penggunaan Dana 17,00 16,95 99,70% Sangat Berhasil
2 Tepat Waktu 44,00 13,96 69,81% Kurang Berhasil
Tepat Waktu Penyiapan Dokumen Pendukung
10,00 5,31 53,08% Kurang Berhasil
Tepat Waktu Pelaksanaan Kegiatan
34,00 23,69 69,67% Kurang Berhasil
Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan PPIP
80,00 64,36 80,45% Cukup Berhasil
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 23
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kontributor utama penyebab kinerja efektivitas dan efisiensi pelaksanaan PPIP Tahun 2008 di tingkat kabupaten belum optimal disebabkan oleh:
kinerja tepat waktu penyiapan dokumen pendukung yang belum dilaksanakan tepat waktu, meliputi pengajuan usulan penetapan Satker Kabupaten Kota oleh Bupati/Walikota ke Dep. Pekerjaan Umum selambat-lambatnya akhir tahun anggaran 2007, penetapan Tim Koordinasi Kab/kota dan Tim Pelaksana Kab/kota oleh Bupati/Walikota selambat-lambatnya akhir Maret 2008, tersusunnya jadual/waktu koordinasi oleh tim koordinasi, tim pelaksana dan Satker kabupaten selambat-lambatnya pertengahan April 2008, tersusunnya jadual/waktu pemantuan dan evaluasi oleh tim koordinasi, tim pelaksana dan Satker kabupaten selambat-lambatnya pertengahan April 2008. Hal tersebut ditunjukkan dengan kondisi berikut; dari 91 kabupaten yang di uji petik hanya 8 atau 8,79% Kabupaten yang menyelenggarakan penyiapan dokumen pendukung pelaksanaan PPIP Tahun 2008 secara tepat waktu, yaitu 3 kabupaten di provinsi Kalimantan Selatan dan 5 Kabupaten di Provinsi Lampung.
kinerja ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan PPIP di kabupaten yang masih belum tepat waktu sesuai dengan jadual yang ditetapkan meliputi kegiatan sosialisasi PPIP di tingkat Kabupaten, pelaksanaan verifikasi RKM dan RAB dari OMS oleh Tim Pelaksana PPIP Kabupaten, pelaksanaan koordinasi PPIP dan pelatihan kepada Perangkat Kecamatan dan Desa. Hal tersebut ditunjukkan dengan kondisi berikut: dari 91 Kabupaten yang diuji petik hanya 5 atau 5,49% kabupaten yang melaksanakan kegiatan PPIP di tingkat Kabupaten secara tepat waktu, yaitu 2 kabupaten di provinsi Papua Barat dan 3 Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara.
Rincian kinerja efektivitas dan efisiensi per kabupaten adalah sebagai berikut:
(1) Tepat Jumlah
Kinerja ketepatan jumlah yang mencapai 98,24% (berhasil) menunjukkan bahwa kinerja pelaksana dalam menyalurkan dana PPIP ke Desa dan penggunaan dana operasional IP di tingkat kabupaten secara umum telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
Rincian kinerja ketepatan jumlah per kabupaten, sebagai berikut:
Tabel – 18.1: Tepat Jumlah PPIP Rata-Rata Kabupaten Per Provinsi
NO PROVINSI JML KAB. DIAUDIT
TEPAT JUMLAH TINGKAT KEBERHASILAN
PENYALURAN DANA
PENGGUNAAN DANA
TOTAL
1 Sumatera Utara
3 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil
2 Sumatera Selatan
5 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil
3 Bangka 2 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 24
Belitung4 Sumatera
Barat7 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil
5 Banten 2 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil6 Jawa Barat 10 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil7 DI.
Yogyakarta3 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil
8 Jawa Timur 12 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil9 Nusa
Tenggara Barat
3 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil
10 Kalimantan Timur
3 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil
11 Kalimantan Tengah
2 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil
12 Kalimantan Barat
4 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil
13 Papua 5 100,00% 98,92% 99,49% Sangat Berhasil14 Nanggroe
Aceh Darusalam
3 98,83% 100,00% 99,38% Sangat Berhasil
15 Lampung 5 98,34% 99,71% 98,98% Berhasil16 Jawa Tengah 7 98,50% 98,85% 98,66% Berhasil17 Maluku 3 86,67% 100,00% 92,96% Berhasil18 Kalimantan
Selatan3 85,96% 100,00% 92,59% Berhasil
19 Nusa Tenggara Timur
7 86,97% 98,28% 92,31% Berhasil
20 Papua Barat 2 57,89% 100,00% 77,78% Cukup Berhasil
KINERJA RATA-RATA KABUPATEN
91 96,92% 99,70% 98,24% Berhasil
(2) Tepat Waktu
Kinerja ketepatan waktu yang hanya mencapai 65,90% (kurang berhasil) menunjukkan bahwa pelaksana PPIP di kabupaten kurang dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara tepat waktu.
Rincian kinerja ketepatan waktu per kabupaten, sebagai berikut:
Tabel – 18.2: Tepat Jumlah PPIP Rata-Rata Kabupaten Per Provinsi
NO PROVINSI JML KAB. DIAUDIT
TEPAT WAKTU TINGKAT KEBERHASILAN
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 25
PENYIAPAN DOKUMEN
PENDUKUNG
PELAKSANAAN KEGIATAN
TOTAL
1 Papua Barat 2 87,50% 92,16% 91,10% Berhasil
2 Sumatera Utara 3 66,67% 97,38% 90,40% Berhasil
3 Jawa Tengah 7 71,43% 85,26% 82,12% Cukup Berhasil
4 Kalimantan Selatan
3 100,00% 74,26% 80,11% Cukup Berhasil
5 Nusa Tenggara Timur
7 67,14% 83,75% 79,98% Cukup Berhasil
6 Lampung 5 90,00% 69,21% 73,94% Cukup Berhasil
7 Jawa Barat 10 48,50% 77,96% 71,27% Cukup Berhasil
8 Sumatera Selatan
5 66,00% 72,25% 70,83% Cukup Berhasil
9 Kalimantan Barat 4 40,00% 78,92% 70,08% Cukup Berhasil
10 Jawa Timur 12 30,83% 80,44% 69,17% Kurang Berhasil
11 Sumatera Barat 7 58,57% 67,93% 65,80% Kurang Berhasil
12 Kalimantan Tengah
2 75,00% 58,82% 62,50% Kurang Berhasil
13 Banten 2 72,50% 52,94% 57,39% Kurang Berhasil
14 DI. Yogyakarta 3 8,33% 67,65% 54,17% Kurang Berhasil
15 Maluku 3 51,67% 52,78% 52,53% Kurang Berhasil
16 Papua 5 52,00% 45,67% 47,11% Tidak Berhasil
17 Kalimantan Timur
3 38,33% 47,06% 45,08% Tidak Berhasil
18 Nusa Tenggara Barat
3 26,67% 46,08% 41,67% Tidak Berhasil
19 Nanggroe Aceh Darusalam
3 10,00% 26,80% 22,98% Tidak Berhasil
20 Bangka Belitung 2 10,00% 20,59% 18,18% Tidak Berhasil
KINERJA RATA-RATA KABUPATEN
91 53,08% 69,67% 65,90% Kurang Berhasil
2) Terwujudnya Penyajian Dan Pelaporan Kegiatan PPIP Yang Andal
Penilaian kinerja ketepatan penyajian dan pelaporan kegiatan PPIP Tahun 2008 di tingkat kabupaten didasarkan atas penilaian 2 (dua) sub indikator utama kinerja yaitu: Penilaian ketepatan penyajian dan pelaporan yang meliputi; tepat pelaporan pengelolaan dana, dan pelaksanaan kegiatan.
Berdasarkan hasil audit, kinerja ketepatan penyajian dan pelaporan kegiatan PPIP di tingkat kabupaten mencapai skor 13,96 atau 69,81% (kurang berhasil) dari bobot kinerja 20,00, dengan rincian kinerja per sub indikator kinerja sebagai berikut:
Tabel – 19: Penilaian kinerja Penyajian dan Pelaporan Kegiatan PPIP Tingkat Kabupaten
NO
INDIKATOR KINERJA BOBOT KINERJA
SKOR KINERJA
CAPAIAN KINERJA
TINGKAT KEBERHASILAN
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 26
1 Tepat Pelaporan Pengelolaan Dana 10,00 7,34 73,40% Cukup Berhasil
2 Tepat Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan
10,00 6,62 66,21% Kurang Berhasil
Penyajian dan Pelaporan Pelaksanaan PPIP
20,00 13,96 69,81% Kurang Berhasil
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kontributor utama penyebab kinerja penyajian dan pelaporan pelaksanaan PPIP Tahun 2008 di tingkat kabupaten belum optimal disebabkan oleh kinerja pelaporan pelaksanaan kegiatan yang belum diselenggarakan secara memadai, meliputi kegiatan pelaporan pengaduan masyarakat dan tindak lanjutnya yang belum didokumentasikan dengan baik, Tim Koordinasi PNPM Kab/kota belum melaporkan perkembangan kegiatan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan IP kepada Bupati/Walikota dan Tim Koordinasi Provinsi dan Tim Pelaksana Kab/kota yang belum melaporkan perkembangan kegiatan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan IP kepada Tim Koordinasi Kab/Kota dan Tim Pelaksana Pusat sesuai ketentuan yang telah ditetapkan. Hal tersebut ditunjukkan dengan kondisi berikut: dari 91 Kabupaten yang diuji petik hanya 8 atau 8,79% kabupaten yang menyelenggarakan pelaporan pelaksanaan kegiatan sesuai ketentuan yang ditetapkan yaitu; 2 Kabupaten di Provinsi Papua Barat, 3 Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara dan 3 Kabupaten di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Rincian kinerja ketepatan penyajian dan pelaporan kegiatan per kabupaten adalah sebagai berikut:
Tabel – 19.1 : Rincian Penilaian kinerja Penyajian dan Pelaporan Kegiatan PPIP Rata-Rata Kabupaten Per Provinsi
NO PROVINSI TEPAT PELAPORAN TINGKAT KEBERHASILAN
JML KAB. DIAUDIT
PENGELOLAAN DANA
PELAKSANAAN KEGIATAN
TOTAL KINERJA
1 Jawa Tengah 7 99,46% 82,14% 90,80% Berhasil2 Papua Barat 2 70,00% 100,00% 85,00% Cukup
Berhasil3 Sumatera Utara 3 63,33% 100,00% 81,67% Cukup
Berhasil4 Nanggroe Aceh
Darusalam3 70,00% 91,67% 80,83% Cukup
Berhasil
5 Lampung 5 76,00% 80,00% 78,00% Cukup Berhasil
6 Kalimantan Barat
4 81,28% 68,75% 75,02% Cukup Berhasil
7 Nusa Tenggara Timur
7 69,86% 78,57% 74,21% Cukup Berhasil
8 Jawa Barat 10 73,38% 75,00% 74,19% Cukup Berhasil
9 Banten 2 85,00% 62,50% 73,75% Cukup
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 27
Berhasil10 Kalimantan
Selatan3 70,00% 75,00% 72,50% Cukup
Berhasil
11 Sumatera Selatan
5 65,50% 75,00% 70,25% Cukup Berhasil
12 Bangka Belitung 2 90,00% 50,00% 70,00% Cukup Berhasil
13 Nusa Tenggara Barat
3 73,33% 66,67% 70,00% Cukup Berhasil
14 Kalimantan Tengah
2 85,00% 50,00% 67,50% Kurang Berhasil
15 Papua 5 70,80% 60,00% 65,40% Kurang Berhasil
16 Jawa Timur 12 70,58% 52,08% 61,33% Kurang Berhasil
17 Kalimantan Timur
3 71,33% 50,00% 60,67% Kurang Berhasil
18 Maluku 3 63,33% 50,00% 56,67% Kurang Berhasil
19 DI. Yogyakarta 3 83,33% 25,00% 54,17% Kurang Berhasil
20 Sumatera Barat 7 54,73% 39,29% 47,01% Kurang Berhasil
KINERJA RATA-RATA KABUPATEN
91 73,40% 66,21% 69,81% Kurang Berhasil
4. TINGKAT DESA
Di tingkat desa pelaksana kegiatan PPIP antara lain: Organisasi Masyarakat Desa (OMS), Kader Desa (KD), Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP), Fasilitator dan Pemerintah Desa terkait. Kegiatan yang dilakukan oleh pelaksana kegiatan di tingkat desa antara lain: melakukan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMD), Rencana Anggaran Belanja IP, sosialisasi PPIP di Desa, menetapkan jenis IP yang akan dibangun, menyusun rencana pemanafaatan dan pemeliharaan, serta menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan di tingkat desa.
Berdasarkan hasil audit, kinerja di tingkat desa secara umum dapat disimpulkan telah cukup berhasil. Hal tersebut ditunjukkan dengan capain skor 80,50 dari target skor untuk dinyatakan berhasil sebesar 90,00 dengan maksimal skor 100,00.
PPIP Tahun 2008 dilaksanakan di 2.060 desa dan audit telah dilakukan pada 826 desa atau 40,10% desa. Di tingkat desa pencapaian kinerja didasarkan atas penilaian 2 (dua) indikator utama kinerja yaitu: terwujudnya efektivitas dan efisiensi pelaksanaan PPIP Tahun 2008 dan terwujudnya penyajian dan pelaporan pelaksanaan kegiatan PPIP yang andal.
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 28
Berdasarkan hasil audit, kinerja di tingkat desa secara umum dapat disimpulkan telah cukup berhasil. Hal tersebut ditunjukkan dengan capaian skor 78,88 dari target skor untuk dinyatakan berhasil sebesar 90,00 dengan maksimal skor 100,00.
Tabel – 20 : Rekapitulasi Kinerja per Indikator Utama Kinerja Tingkat Desa
NO INDIKATOR KINERJA BOBOT KINERJA
SKOR KINERJA
CAPAIAN KINERJA
TINGKAT KEBERHASILAN
1 Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan PPIP
85,00 71,75 84,41% Cukup Berhasil
2 Keandalan Penyajian dan Pelaporan
15,00 7,13 47,52% Tidak Berhasil
Total Kinerja Kabupaten 100,00 80,50 78,88% Cukup Berhasil
Dari tabel tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa di tingkat desa kontributor utama kurang optimalnya pencapaian kinerja adalah masih belum optimalnya penyajian dan pelaporan kegiatan oleh pelaksana PPIP di tingkat desa.
Uraian lebih lanjut pencapaian kinerja per indikator kinerja utama di tingkat desa adalah sebagai berikut:
1) Terwujudnya Efektivitas Dan Efisiensi Pelaksanaan PPIP Tahun 2008
Penilaian kinerja efektivitas dan efisiensi atas pelaksanaan PPIP Tahun 2008 di tingkat desa didasarkan atas penilaian 3 (tiga) sub indikator utama kinerja yaitu: penilaian ketepatan sasaran yang meliputi; ketepatan peran aktif masyarakat di tahap perencanaan dan pelaksanaan dan ketepatan penetapan jenis IP, penilaian ketepatan jumlah yang meliputi; ketepatan jumlah pengunaan dana dan ketepatan spesifikasi teknis, serta penilaian ketepatan waktu yang meliputi; tepat waktu pembangunan IP dan tepat waktu pemanfaatan IP.
Berdasarkan hasil audit kinerja efektivitas dan efisiensi di tingkat desa mencapai skor 71,75 atau 84,41% (cukup berhasil) dari bobot kinerja 85,00, dengan rincian kinerja per sub indikator kinerja sebagai berikut:
Tabel – 21 : Penilaian kinerja efektivitas dan efisiensi Tingkat Desa
NO INDIKATOR KINERJA BOBOT KINERJA
SKOR KINERJA
CAPAIAN KINERJA
TINGKAT KEBERHASILAN
1 Tepat Sasaran 44,00 37,54 85,32% Cukup Berhasil
Tepat Peran Aktif Masyarakat 36,00 29,91 83,08% Cukup Berhasil
- Tahap Perencanaan 27,00 23,75 87,96% Cukup Berhasil
- Tahap Pelaksanaan 9,00 6,16 68,46% Kurang Berhasil
Tepat Penetapan Jenis IP 8,00 7,79 97,38% Berhasil
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 29
2 Tepat Jumlah 25,00 23,06 92,24% Berhasil
Tepat Jumlah Penggunaan Dana 15,00 14,00 93,34% Berhasil
Tepat Spesifikasi Teknis 10,00 9,06 90,59% Berhasil
2 Tepat Waktu 16,00 11,15 69,66% Cukup Berhasil
Tepat Waktu Pembangunan IP 10,00 7,36 73,62% Cukup Berhasil
Tepat Waktu Pemanfaatan IP 6,00 3,78 63,06% Kurang Berhasil
Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan PPIP
85,00 71,75 84,41% Cukup Berhasil
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kontributor utama penyebab kinerja efektivitas dan efisiensi pelaksanaan PPIP Tahun 2008 di tingkat desa belum optimal disebabkan oleh:
kinerja tepat sasaran peran aktif masyarakat di tahap pelaksanaan yang belum sesuai ketentuan meliputi: penggunaan tenaga kerja yang terlibat dalam pembangunan IP yang belum sepenuhnya masyarakat desa setempat, pelaksanaan pengadaan material adalah material setempat dan yang belum sesuai ketentuan, dan KPP yang belum berperan aktif dalam pelaksanaan tugasnya. Hal tersebut ditunjukkan dengan kondisi berikut; dari 843 desa yang diuji petik hanya 37 atau 4,39% desa yang masyarakatnya telah berperan aktif sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam pelaksanaan pembangunan IP yaitu 10 desa di provinsi Sulawesi Tengah dan 27 desa di Provinsi Sumatera Utara.
kinerja ketepatan waktu pemanfaatan IP di desa yang masih belum dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku, meliputi belum terlaksananya Musdes IV paling lambat 31 Desember 2008 dan serah terima dana pengelolaan (operasi dan pemeliharaan) IP dari OMS dalam Mudes IV tersebut. Hal tersebut ditunjukkan dengan kondisi berikut: dari 843 desa yang diuji petik hanya 124 atau 14,71% desa yang telah melaksanakan tepat waktu yaitu 10 desa di provinsi DI. Yogyakarta, 15 desa di provinsi Kalimantan Tengah, 10 desa di Provinsi Sulawesi Tengah, 9 desa di provinsi Gorontalo, 75 desa di Provinsi Jawa Tengah dan 5 Desa di provinsi Sulawesi Tengah.
Rincian kinerja efektivitas dan efisiensi rata-rata Desa per Provinsi adalah sebagai berikut:
(1) Tepat Sasaran
Kinerja ketepatan sasaran yang mencapai 85,32% (cukup berhasil) menunjukkan bahwa para pelaksana PPIP di tingkat desa telah cukup berhasil melaksanakan PPIP dengan melibatkan peran aktif masyarakat dalam menyusun perencanaan dan melaksanakan pembangunan IP serta menetapkan jenis IP yang akan dibangun sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam pedoman PPIP Tahun 2008.
Rincian kinerja ketepatan sasaran tingkat desa, sebagai berikut:
a. Peran Aktif Masyarakat
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 30
Penilaian peran aktif masyarakat dilaksanakan pada 2 tahapan pelaksanaan PPIP di tingkat desa yaitu di tahap perencanaan dan pelaksanaan. Kinerja peran aktif masyarakat secara umum telah cukup memadai, hal tersebut ditunjukkan dengan pencapaian skor kinerja sebesar 29,91 atau 83,08% (cukup berhasil) dari bobot kinerja 36,00. Dari 2 penilaian kinerja tersebut, di tahap perencanaan peran aktif masyarakat sudah cukup memadai dengan pencapaian skor 23,75 atau 87,96% (cukup berhasil) namun di tahap pelaksanaan peran aktif masyarakat kurang memadai ditunjukkan dengan pencapaian skor hanya mencapai 6,16 atau 68,46% (kurang berhasil).
Rincian kinerja ketepatan sasaran – peran aktif masyarakat di tingkat desa per provinsi adalah sebagai berikut:
Tabel – 21.1: Tepat Sasaran – Peran Aktif Masyarakat Rata-Rata Desa Per Provinsi
NO PROVINSI JML DESA DI AUDIT
TEPAT SASARAN - PERAN AKTIF MASYARAKAT TINGKAT KEBERHASILAN
PERENCANAN PELAKSANAAN TOTAL KINERJA
1 Sulawesi Tengah
10 100,00% 91,39% 97,85% Berhasil
2 Sumatera Utara
27 96,60% 100,00% 97,45% Berhasil
3 Nusa Tenggara Timur
62 94,56% 85,69% 92,34% Berhasil
4 Jawa Tengah 75 95,59% 72,67% 89,86% Cukup Berhasil5 DI. Yogyakarta 10 93,33% 78,29% 89,57% Cukup Berhasil6 Jawa Timur 99 94,70% 73,18% 89,32% Cukup Berhasil7 Gorontalo 9 98,15% 58,24% 88,17% Cukup Berhasil8 Sulawesi
Tenggara5 86,11% 88,89% 86,81% Cukup Berhasil
9 Banten 16 97,22% 53,47% 86,28% Cukup Berhasil10 Kalimantan
Selatan25 92,81% 62,69% 85,28% Cukup Berhasil
11 Kalimantan Barat
46 89,51% 70,41% 84,74% Cukup Berhasil
12 Jawa Barat 114 87,95% 64,35% 82,05% Cukup Berhasil13 Sumatera
Barat75 86,62% 67,07% 81,73% Cukup Berhasil
14 Kalimantan Tengah
15 86,11% 67,72% 81,51% Cukup Berhasil
15 Nanggroe Aceh Darusalam
36 89,63% 55,69% 81,15% Cukup Berhasil
16 Bangka Belitung
5 84,44% 67,78% 80,28% Cukup Berhasil
17 Sumatera Selatan
60 80,57% 67,92% 77,41% Cukup Berhasil
18 Lampung 61 79,11% 69,49% 76,71% Cukup Berhasil19 Kalimantan 17 81,81% 54,25% 74,92% Cukup Berhasil
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 31
Timur20 Nusa
Tenggara Barat
10 75,00% 57,12% 70,53% Cukup Berhasil
21 Papua Barat 16 79,63% 38,89% 69,44% Kurang Berhasil22 Papua 35 74,23% 50,32% 68,25% Kurang Berhasil23 Maluku 15 50,31% 50,37% 50,32% Kurang Berhasil
RATA - RATA KINERJA
843 87,96% 68,46% 83,08% Cukup Berhasil
b. Penetapan Jenis IP
Kinerja penetapan jenis IP yang mencapai 95,41% (berhasil) menunjukkan bahwa para pelaksana PPIP di tingkat desa bersama masyarakat telah berhasil menetapkan jenis IP yang akan dibangun sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam Pedoman PPIP Tahun 2008.
Rincian kinerja ketepatan sasaran – penetapan jenis IP di tingkat desa per provinsi adalah sebagai berikut:
Tabel – 21.2: Tepat Sasaran – Peran Aktif Masyarakat Rata-Rata Desa Per Provinsi
NO PROVINSI JML DESA DI AUDIT
PENETAPAN JENIS IP
TINGKAT KEBERHASILAN
1 Sumatera Utara 27 100,00% Sangat Berhasil2 Bangka Belitung 5 100,00% Sangat Berhasil3 Nusa Tenggara Timur 62 100,00% Sangat Berhasil4 Sulawesi Tengah 10 100,00% Sangat Berhasil5 Sulawesi Tenggara 5 100,00% Sangat Berhasil6 Gorontalo 9 100,00% Sangat Berhasil7 Papua Barat 16 100,00% Sangat Berhasil8 Jawa Barat 114 99,82% Sangat Berhasil
9 Banten 16 98,91% Berhasil10 Jawa Timur 99 98,67% Berhasil11 Nanggroe Aceh Darusalam 36 98,46% Berhasil12 Jawa Tengah 75 98,23% Berhasil13 Sumatera Barat 75 98,03% Berhasil14 Kalimantan Selatan 25 96,32% Berhasil15 Sumatera Selatan 60 96,25% Berhasil16 Kalimantan Tengah 15 96,00% Berhasil
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 32
17 Lampung 61 94,88% Berhasil18 DI. Yogyakarta 10 91,00% Berhasil19 Kalimantan Barat 46 88,17% Cukup Berhasil20 Kalimantan Timur 17 83,53% Cukup Berhasil21 Nusa Tenggara Barat 10 79,99% Cukup Berhasil22 Papua 35 78,34% Cukup Berhasil23 Maluku 15 46,67% Tidak Berhasil
RATA - RATA KINERJA 843 95,41% Berhasil
(2) Tepat Jumlah
Kinerja ketepatan jumlah yang mencapai 92,24% (berhasil) menunjukkan bahwa para pelaksana PPIP di tingkat desa telah berhasil menggunakan dan mempertanggungjawabkan dana yang dialokasikan ke desa sebesar Rp 250.000.000,00/desa sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam pedoman PPIP Tahun 2008 serta membangun infrastruktur perdesaan sesuai dengan rencana anggaran belanja dan desain yang telah dirancang dan ditetapkan.
Rincian kinerja ketepatan jumlah di tingkat desa per provinsi adalah sebagai berikut:
Tabel – 21.3: Tepat Jumlah Rata-Rata Desa Per Provinsi
NO PROVINSI
JML DESA
DI AUDIT
TEPAT JUMLAH TOTAL
KINERJATINGKAT
KEBERHASILANPENGGUNAAN
DANA SPESIFIKASI
TEKNIS
1D
I. Yogyakarta1
0 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil
2S
ulawesi Tengah1
0 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil
3K
alimantan Barat4
6 100,00% 98,91% 99,57% Sangat Berhasil
4J
awa Timur9
9 100,00% 98,70% 99,48% Sangat Berhasil
5G
orontalo9
99,07% 99,21% 99,12% Sangat Berhasil
6 Nanggroe Aceh Darusalam
36 99,75% 97,92% 99,02% Sangat Berhasil
7J
awa Barat1
14 99,27% 96,72% 98,25% Berhasil
8L
ampung6
1 99,88% 94,61% 97,77% Berhasil
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 33
9J
awa Tengah7
5 98,38% 93,56% 96,45% Berhasil
10B
anten1
6 100,00% 89,06% 95,63% Berhasil
11S
umatera Selatan6
0 98,39% 87,86% 94,18% Berhasil
12S
umatera Utara2
7 88,40% 100,00% 93,04% Berhasil
13S
umatera Barat7
5 92,68% 93,33% 92,94% Berhasil
14N
usa Tenggara Barat1
0 100,00% 80,00% 92,00% Berhasil
15N
usa Tenggara Timur6
2 91,50% 76,61% 85,55% Cukup Berhasil
16S
ulawesi Tenggara5
100,00% 60,00% 84,00% Cukup Berhasil
17K
alimantan Timur1
7 89,01% 76,47% 83,99% Cukup Berhasil
18K
alimantan Selatan2
5 77,45% 88,67% 81,94% Cukup Berhasil
19P
apua3
5 84,49% 75,71% 80,98% Cukup Berhasil
20P
apua Barat1
6 50,00% 100,00% 70,00% Cukup Berhasil
21B
angka Belitung5
100,00% 20,00% 68,00% Kurang Berhasil
22K
alimantan Tengah1
5 26,67% 93,33% 53,33% Kurang Berhasil
23M
aluku1
5 53,04% 20,00% 39,82% Tidak Berhasil RATA - RATA KINERJA 843 93,34% 90,59% 92,24% Berhasil
(3) Tepat Waktu
Kinerja ketepatan waktu yang mencapai 69,66% (kurang berhasil) menunjukkan bahwa para pelaksana PPIP di tingkat desa kurang berhasil melaksanakan pembangunan IP dan memanfaatkan hasil pembangunan IP sesuai dengan jadual waktu yang telah ditetapkan dalam pedoman PPIP Tahun 2008.
Rincian kinerja ketapatan waktu tingkat Desa per Provinsi sebagai berikut:
Tabel – 21.4: Tepat Waktu Rata-Rata Desa Per Provinsi
NO PROVINSI JML DESA DI AUDIT
TEPAT WAKTU TOTAL KINERJA
TINGKAT KEBERHASILAN
PEMBANGUNAN IP
PEMANFAATAN IP
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 34
1 DI. Yogyakarta 10 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil
2 Kalimantan Tengah
15 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil
3 Sulawesi Tengah 10 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil
4 Gorontalo 9 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil
5 Jawa Tengah 75 94,00% 96,67% 95,00% Berhasil
6 Kalimantan Barat 46 84,78% 86,96% 85,60% Cukup Berhasil7 Jawa Timur 99 85,66% 82,83% 84,60% Cukup Berhasil
8 Sumatera Selatan 60 97,17% 61,83% 83,92% Cukup Berhasil
9 Sulawesi Tenggara
5 80,00% 90,00% 83,75% Cukup Berhasil
10 Jawa Barat 114 90,35% 67,54% 81,80% Cukup Berhasil
11 Lampung 61 86,89% 72,13% 81,35% Cukup Berhasil
12 Bangka Belitung 5 100,00% 50,00% 81,25% Cukup Berhasil
13 Nusa Tenggara Barat
10 100,00% 50,00% 81,25% Cukup Berhasil
14 Papua Barat 16 100,00% 50,00% 81,25% Cukup Berhasil
15 Kalimantan Timur 17 70,59% 76,47% 72,79% Cukup Berhasil
16 Papua 35 94,29% 32,86% 71,25% Cukup Berhasil
17 Kalimantan Selatan
25 48,00% 100,00% 67,50% Kurang Berhasil
18 Banten 16 25,00% 87,50% 48,44% Tidak Berhasil
19 Maluku 15 73,33% 0,00% 45,83% Tidak Berhasil
20 Sumatera Utara 27 33,33% 33,33% 33,33% Tidak Berhasil
21 Sumatera Barat 75 26,67% 40,67% 31,92% Tidak Berhasil
22 Nusa Tenggara Timur
62 38,71% 19,35% 31,45% Tidak Berhasil
23 Nanggroe Aceh Darusalam
36 22,22% 0,00% 13,89% Tidak Berhasil
RATA - RATA KINERJA
843 73,62% 63,06% 69,66% Kurang Berhasil
2) Terwujudnya Penyajian Dan Pelaporan Kegiatan PPIP Yang Andal
Penilaian kinerja ketepatan penyajian dan pelaporan kegiatan PPIP Tahun 2008 di tingkat desa didasarkan atas penilaian 2 (dua) sub indikator utama kinerja yaitu: Penilaian ketepatan penyajian dan pelaporan yang meliputi; tepat pelaporan pengelolaan dana, dan pelaporan aset.
Berdasarkan hasil audit, kinerja ketepatan penyajian dan pelaporan kegiatan PPIP di tingkat desa hanya mencapai skor 7,13 atau 47,52% (tidak berhasil) dari bobot kinerja 15,00, dengan rincian kinerja per sub indikator kinerja sebagai berikut:
Tabel – 22 : Penilaian kinerja Penyajian dan Pelaporan Kegiatan PPIP Tingkat Kabupaten
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 35
NO INDIKATOR KINERJA BOBOT KINERJA
SKOR KINERJA
CAPAIAN KINERJA
TINGKAT KEBERHASILAN
1 Tepat Pelaporan Pengelolaan Dana
10,00 6,43 64,28% Kurang Berhasil
2 Tepat Pelaporan Aset 5,00 0,70 14,01% Tidak Berhasil
Penyajian dan Pelaporan Pelaksanaan PPIP
15,00 7,13 47,52% Tidak Berhasil
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kedua indikator kinerja penyajian dan pelaporan pelaksanaan PPIP Tahun 2008 di tingkat kabupaten belum diselenggarakan secara memadai.
kinerja tepat pelaporan pengelolaan dana, meliputi seluruh transaksi penerimaan dan pengeluaran belum dicatat dalam BKU, OMS belum melaporkan progres/ pertanggungjawaban pelaksanaan IP (fisik dan keuangan) secara mingguan dan bulanan dalam media/sarana komunikasi formal pada desa yang bersangkutan, menyampaikan Foto kondisi lapangan (0%;36%;72%;100%), menyampaikan laporan pertanggungjawaban akhir dalam Mudes IV dan KPP belum melaporkan operasi dan pemeliharaan serta pengumpulan dan pengelolaan dana kepada pemerintahan desas sesuai ketentuan yang ditetapkan. Hal tersebut ditunjukkan dengan kondisi berikut: dari 843 desa yang diuji petik hanya 5 atau 0,59% desa di provinsi Sulawesi Tenggara yang menyelenggarakan sesuai ketentuan.
kinerja tepat pelaporan aset, meliputi aset IP belum dicatat dalam perubahan profil desa dan nilai aset IP belum dibukukan dalam kekayaaan inventaris desa oleh Kepala Desa yang menerima aset IP dari Satker PPIP di tingkat Kabupaten. Hal tersebut ditunjukkan dengan kondisi berikut dari 843 desa yang diuji petik hanya 5 atau 0,59% desa di provinsi Sulawesi Tenggara yang menyelenggarakan sesuai ketentuan.
Rincian kinerja ketepatan penyajian dan pelaporan kegiatan di tingkat desa per provinsi adalah sebagai berikut:
Tabel – 22.1 : Rincian Penilaian kinerja Penyajian dan Pelaporan Kegiatan PPIP Rata-Rata Desa Per Provinsi
NOPROVINSI JML KAB.
TEPAT PELAPORAN TINGKAT KEBERHASILAN
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 36
DIAUDIT PENGELOLAAN DANA
PELAKSANAAN KEGIATAN
TOTAL KINERJA
1 Sulawesi Tenggara
5 100,00% 100,00% 100,00% Sangat Berhasil
2 Bangka Belitung
5 82,00% 60,00% 74,67% Cukup Berhasil
3 Kalimantan Barat
46 75,22% 34,78% 61,74% Kurang Berhasil
4 Gorontalo 9 65,56% 50,00% 60,37% Kurang Berhasil5 Jawa Timur 99 78,08% 21,72% 59,29% Kurang Berhasil6 Kalimantan
Timur17 80,59% 11,76% 57,65% Kurang Berhasil
7 Jawa Tengah 75 77,07% 17,33% 57,16% Kurang Berhasil8 Lampung 61 74,75% 16,39% 55,30% Kurang Berhasil9 Kalimantan
Selatan25 80,40% 0,00% 53,60% Kurang Berhasil
10 DI. Yogyakarta
10 69,97% 15,00% 51,65% Kurang Berhasil
11 Sumatera Selatan
60 68,33% 16,83% 51,17% Kurang Berhasil
12 Nusa Tenggara Timur
62 58,84% 24,19% 47,29% Tidak Berhasil
13 Sulawesi Tengah
10 70,00% 0,00% 46,67% Tidak Berhasil
14 Jawa Barat 114 62,73% 13,60% 46,35% Tidak Berhasil15 Sumatera
Barat75 58,96% 0,00% 39,31% Tidak Berhasil
16 Nanggroe Aceh Darusalam
36 56,39% 0,00% 37,59% Tidak Berhasil
17 Nusa Tenggara Barat
10 51,00% 10,00% 37,33% Tidak Berhasil
18 Sumatera Utara
27 50,00% 0,00% 33,33% Tidak Berhasil
19 Banten 16 42,50% 0,00% 28,33% Tidak Berhasil20 Papua 35 39,69% 0,00% 26,46% Tidak Berhasil21 Papua Barat 16 35,00% 0,00% 23,33% Tidak Berhasil22 Kalimantan
Tengah15 31,33% 0,00% 20,89% Tidak Berhasil
23 Maluku 15 4,40% 0,00% 2,93% Tidak Berhasil
RATA - RATA KINERJA
843 64,28% 14,01% 47,52% Tidak Berhasil
HAMBATAN PENCAPAIAN KINERJA
Pencapaian kinerja PPIP Tahun 2008 yang hanya mencapai skor 74,53 menunjukkan belum optimalnya pencapaian kinerja apabila dibandingkan dengan target pencapaian kinerja 90,00 untuk dapat dinyatakan berhasil. Tidak optimalnya pencapaian kinerja tersebut menunjukkan adanya
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 37
aktivitas utama dari pelaksanaan PPIP yang tidak berjalan dengan optimal yang disebabkan oleh
aspek pengendalian intern yang kurang memadai.
Aktivitas utama PPIP Tahun 2008 meliputi aktivitas perencanaan, Pelaksanaan dan Pelaporan yang dilaksanakan oleh pihak – pihak yang terkait dalam pelaksanaan PPIP Tahun 2008 di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Desa.
Berdasarkan hasil audit dapat disimpulkan bahwa aktivitas utama yang mengakibatkan kinerja PPIP Tahun 2008 kurang optimal adalah aktivitas pelaporan ditunjukkan dengan capaian kinerja yang hanya mencapai skor 11,90 atau 59,50% (kurang berhasil) dari bobot kinerja 20,00. Sedangkan dari sisi aktivitas perencanaan dan pelaksanaan walaupun belum optimal namun sudah cukup memadai. Aktivitas perencanaan mencapai skor 21,72 atau 72,39% (cukup berhasil) dari bobot kinerja 30,00 dan aktivitas pelaksanaan mencapai skor 40,91 atau 81,81% (cukup berhasil) dari bobot kinerja 50,00.
Seperti telah dinyatakan di atas penyebab tidak optimalnya pelaksanaan aktivitas utama PPIP terutama disebabkan oleh kurang memadainya sistem pengendalian intern PPIP Tahun 2008, tidak memadainya pengendalian intern tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Pusat
1) Aktivitas Perencanaan
Aktivitas perencanaan meliputi; kegiatan penetapan lokasi oleh pelaksana PPIP Pusat, penyiapan dokumen pelaksanaan PPIP oleh Pelaksana PPIP di tingkat Pusat.
Dalam aktivitas perencanaan kegiatan yang kinerjanya rendah adalah kegiatan penyiapan dan pendistribusian dokumen pelaksanaan PPIP yang dilaksanakan oleh Pelaksana PPIP di tingkat Pusat yang hanya mencapai 7,72 atau 38,60% (tidak berhasil) dari bobot kinerja 20,00. Hal tersebut disebabkan oleh kelemahan penilaian risiko berkaitan dengan kesulitan pemerintah provinsi dan kabupaten dalam memutuskan kebijakan penempatan personil sebagai pengelola kegiatan PPIP.
2) Aktivitas Pelaksanaan
Aktivitas pelaksanaan PPIP meliputi kegiatan sosialisasi, monitoring, pelatihan PPIP dan pengadaan barang dan jasa di tingkat pusat.
Dalam aktivitas pelaksanaan PPIP kinerja yang rendah antara lain:
Kegiatan pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakan di tingkat pusat yang hanya mencapai skor 5,00 atau 50,00% (kurang berhasil) dari bobot kinerja 10,00. Hal tersebut disebabkan oleh kelemahan aktivitas pengendalian terutama berkaitan dengan penempatan panitia pengadaan yang kurang memahami Keppres 80 Tahun 2003 dan perubahannya, serta kurang memadainya reviu yang dilakukan oleh atasan.
3) Aktivitas Pelaporan
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 38
Aktivitas pelaporan meliputi kegiatan pelaporan penggunaan dana dan pelaporan pelaksanaan kegiatan PPIP oleh Tim Pelaksana PPIP dan Satker PPIP di tingkat pusat.
Dalam aktivitas pelaporan kinerja yang rendah yaitu, kegiatan pelaporan pelaksanaan kegiatan IP terutama yang dilaksanakan oleh tim pelaksana PPIP di Pusat yang hanya mencapai skor 2,50 atau 25,00% (tidak berhasil) dari bobot kinerja 10,00. Hal tersebut disebabkan oleh Kelemahan lingkungan pengendalian terutama terkait kebijakan penempatan personil tim pelaksana PPIP tingkat Pusat yang telah memiliki aktivitas yang relatif padat sehingga mempengaruhi pelaksanaan tugasnya sebagai tim pelaksana PPIP dan kelemahan aktivitas pengendalian terkait belum adanya mekanisme pendokumentasian dan pelaporan penanganan pengaduan masyarakat khusus mengenai PPIP.
2. Tingkat Provinsi
1) Aktivitas Perencanaan
Aktivitas perencanaan meliputi; kegiatan penyiapan dokumen pelaksanaan PPIP oleh Pelaksana PPIP di tingkat Provinsi.
Dalam aktivitas perencanaan kegiatan yang kinerjanya rendah adalah kegiatan penyiapan dokumen pelaksanaan PPIP yang dilaksanakan oleh Pelaksana PPIP di tingkat Provinsi yang hanya mencapai 5,20 atau 51,96% (kurang berhasil) dari bobot kinerja 10,00. Hal tersebut disebabkan oleh kelemahan informasi dan komunikasi terutama berkaitan dengan sosialisasi PPIP yang kurang menekankan tugas dan fungsi masing-masing pelaksana kegiatan di tingkat provinsi.
2) Aktivitas Pelaksanaan
Aktivitas pelaksanaan PPIP meliputi kegiatan sosialisasi, monitoring dan pengadaan barang dan jasa serta mobilisasi konsultan di tingkat provinsi.
Dalam aktivitas pelaksanaan PPIP kinerja yang rendah antara lain:
Kegiatan mobilisasi fasilitator yang dilaksanakan di tingkat provinsi yang hanya mencapai skor 11,51 atau 57,57% (kurang berhasil) dari bobot kinerja 20,00. Hal tersebut disebabkan oleh kelemahan aktivitas pengendalian berkaitan dengan keterlambatan pengadaan akibat penetapan personil satker provisi yang terlambat.
Kegiatan Pelaksanaan PPIP (sosialisasi, monitoring, dan pelatihan) di tingkat provinsi yang hanya mencapai skor 15,85 atau 79,26% (cukup berhasil) dari bobot kinerja 20,00. Hal tersebut disebabkan oleh kelemahan lingkungan pengendalian berkaitan dengan kebijakan penempatan personil untuk tim pelaksana PPIP yang beranggotakan pejabat pemerintah kabupaten yang telah memiliki aktivitas relatif padat sehingga mempengaruhi pelaksanaan tugas Tim PPIP Provinsi antara lain untuk melakukan perencanaan dan melaksanakan koordinasi, pemantauan yang menjadi tugas dan kewenangannya.
3) Aktivitas Pelaporan
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 39
Aktivitas pelaporan meliputi kegiatan pelaporan penggunaan dana oleh Satker PPIP Provinsi, pelaporan pelaksanaan kegiatan PPIP oleh Tim Pelaksana PPIP dan Satker PPIP di tingkat provinsi.
Dalam aktivitas pelaporan kinerja yang rendah yaitu; kegiatan pelaporan pelaksanaan kegiatan IP terutama yang dilaksanakan oleh tim pelaksana PPIP di Provinsi yang hanya mencapai skor 5,94 atau 59,42% (kurang berhasil) dari bobot kinerja 10,00. Hal tersebut disebabkan oleh Kelemahan lingkungan pengendalian terutama terkait kebijakan penempatan personil tim pelaksana PPIP tingkat Kabupaten yang beranggotakan pejabat struktural di lingkungan Kabupaten yang telah memiliki aktivitas yang relatif padat sehingga mempengaruhi pelaksanaan tugasnya sebagai tim pelaksana PPIP.
3. Tingkat Kabupaten
1) Aktivitas Perencanaan
Aktivitas perencanaan meliputi; kegiatan penyiapan dokumen pelaksanaan PPIP oleh Pelaksana PPIP di tingkat Kabupaten.
Dalam aktivitas perencanaan kegiatan yang kinerjanya rendah adalah kegiatan penyiapan dokumen pelaksanaan PPIP yang dilaksanakan oleh Pelaksana PPIP di tingkat Kabupaten yang hanya mencapai 5,31 atau 53,08% (kurang berhasil) dari bobot kinerja 10,00. Hal tersebut disebabkan oleh kelemahan informasi dan komunikasi terutama berkaitan dengan sosialisasi PPIP yang kurang menekankan tugas dan fungsi masing-masing pelaksana kegiatan di tingkat kabupaten.
2) Aktivitas Pelaksanaan
Aktivitas pelaksanaan PPIP meliputi kegiatan penyaluran dana PPIP, sosialisasi, monitoring, pelatihan PPIP dan pertanggungjawaban penggunaan dana di tingkat Kabupaten.
Dalam aktivitas pelaksanaan PPIP kinerja yang rendah yaitu; kegiatan Pelaksanaan PPIP (sosialisasi, monitoring, verifikasi dan pelatihan) di tingkat Kabupaten yang hanya mencapai skor 23,69 atau 69,67% (kurang berhasil) dari bobot kinerja 34,00. Hal tersebut disebabkan oleh kelemahan lingkungan penggendalian berkaitan dengan kebijakan penempatan personil untuk tim pelaksana PPIP yang beranggotakan pejabat pemerintah kabupaten yang telah memiliki aktivitas relatif padat sehingga mempengaruhi pelaksanaan tugas Tim PPIP Kabupaten.
3) Aktivitas Pelaporan
Aktivitas pelaporan meliputi kegiatan pelaporan penggunaan dana oleh Satker PPIP Kabupaten dan pelaporan pelaksanaan kegiatan PPIP oleh Tim Pelaksana PPIP dan Satker PPIP baik di tingkat kabupaten.
Dalam aktivitas pelaporan kinerja yang rendah yaitu;
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 40
Kegiatan pelaporan pelaksanaan kegiatan IP terutama yang dilaksanakan oleh tim pelaksana PPIP di Kabupaten yang hanya mencapai skor 6,62 atau 66,21% (kurang berhasil) dari bobot kinerja 10,00. Hal tersebut disebabkan oleh Kelemahan lingkungan pengendalian terutama terkait kebijakan penempatan personil tim pelaksana PPIP tingkat Kabupaten yang beranggotakan pejabat struktural di lingkungan Pemerintah Kabupaten yang telah memiliki aktivitas yang relatif padat sehingga mempengaruhi pelaksanaan tugasnya sebagai tim pelaksana PPIP.
Kegiatan pelaporan pertanggungjawaban penggunaan dana oleh Satker PPIP Kabupaten yang hanya mencapai skor 7,34 atau 73,40% (cukup berhasil) dari bobot kinerja 10,00. Hal tersebut disebabkan oleh kelemahan pemantauan pengendalian intern oleh Kasatker PPIP Kabupaten atas perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan pertanggungjawaban realisasi keuangan.
4. Tingkat Desa
1) Aktivitas Perencanaan
Aktivitas perencanaan meliputi; kegiatan penyiapan pelaksanaan PPIP di tingkat Desa yang dilaksanakan oleh Kepala Desa dan OMS, serta KPP.
Dalam aktivitas perencanaan kegiatan yang kinerjanya rendah adalah kurang optimalnya peran aktif masyarakat dalam perencanaan kegiatan PPIP di tingkat Desa yang hanya mencapai 23,75 atau 87,96% (cukup berhasil) dari bobot kinerja 27,00. Hal tersebut disebabkan oleh kelemahan aktivitas pengendalian terutama berkaitan dengan kurang optimalnya pemberdayaan yang dilakukan oleh fasilitator terutama dalam mengarahkan agar yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan PPIP di tingkat desa (OMS, KD, KPP) bukan aparat desa setempat, dan monitoring dari tim pelaksana PPIP di tingkat Kabupaten yang kurang optimal terutama di awal pelaksanaan pembentukan organisasi pelaksana PPIP di tingkat desa.
2) Aktivitas Pelaksanaan
Aktivitas pelaksanaan PPIP di tingkat desa meliputi kegiatan pembangunan dan pemanfaatan IP yang dilaksanakan oleh OMS, KPP, KD, dan Aparat Desa.
Dalam aktivitas pelaksanaan PPIP kinerja yang rendah antara lain:
Kegiatan pemanfaatan IP yang dilaksanakan di tingkat desa yang hanya mencapai skor 3,78 atau 63,06% (kurang berhasil) dari bobot kinerja 6,00. Hal tersebut disebabkan oleh kelemahan aktivitas pengendalian berkaitan dengan kurangnya pembinaan Fasilitator kepada KPP berkaitan dengan tugas dan fungsi KPP dan belum optimalnya monitoring pelaksanaan kegiatan PPIP di tingkat desa oleh Tim Pelaksana PPIP di tingkat Kabupaten.
Peran aktif masyarakat yang kurang memadai di desa yang hanya mencapai skor 6,16 atau 68,46% (kurang berhasil) dari bobot kinerja 9,00. Hal tersebut disebabkan oleh kelemahan aktivitas pengendalian terutama terkait dengan kurang optimalnya pendampingan dari
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 41
fasilitator dan reviu oleh Satker PPIP Kabupaten kepada tim pelaksana PPIP desa dalam hal pengadaan barang, perencanaan kegiatan paska konstruksi yang akan dilaksanakan KPP, pemilihan jenis IP, pendokumentasiaan dan pertanggugjawaban penggunaan dana PPIP oleh OMS. Kelemahan informasi dan komunikasi terkait dengan pelaksanaan sosialisasi yang lebih fokus pada pelaksanaan pembangunan fisik IP sedangkan sosialisasi berkaitan dengan aspek manajerial pengelolaan PPIP dan peran KPP masih kurang memadai. Serta kelemahan monitoring dan evaluasi oleh Tim Pelaksana PPIP Kabupaten dan Satker Kabupaten atas pelaksanaan PPIP, pembinaan kelembagaan PPIP dan kegiatan paska konstruksi di Desa.
Kegiatan pembangunan IP yang hanya mencapai skor 7,36 atau 73,62% (cukup berhasil) dari bobot kinerja 10,00. Hal tersebut disebabkan oleh kelemahan aktivitas pengendalian terutama terkait belum optimalnya pendampingan yang dilakukan oleh fasilitator terkait pemilihan jenis IP oleh masyarakat yang cenderung memilih pembangunan jalan dengan menggunakan alat berat yang berakibat penyelesaian tidak tepat waktu karena ketersediaan alat berat yang tidak mencukupi.
5. Aktivitas Pelaporan
Aktivitas pelaporan meliputi kegiatan pelaporan penggunaan dana oleh OMS di Desa, dan pelaporan aset hasil pembangunan IP oleh Pemerintah Desa yang telah diserahkan satker PPIP Kabupaten kepada Pemerintah Desa.
Dalam aktivitas pelaporan kinerja yang rendah antara lain:
Kegiatan pelaporan aset IP di tingkat desa yang hanya mencapai 0,70 atau 14,01% (tidak berhasil) dari bobot kinerja 5,00. Hal tersebut disebabkan oleh kelemahan aktivitas pengendalian terkait kurang memadainya pemahaman Satuan Kerja PPIP tingkat Kabupaten terkait Sistim Akuntansi Instansi Pemerintah dan pengadministrasian aset Barang Milik Negara hasil pembangunan Infrastruktur Perdesaan di tingkat Desa, dan kurang memadainya pedoman PPIP 2008 terutama terkait penyelenggaraan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara Pemerintah.
Kegiatan pelaporan pengelolaan dana yang hanya mencapai 6,43 atau 64,28% (kurang berhasil) dari bobot kinerja 10,00. Hal tersebut disebabkan oelh kelemahan aktivitas pengendalian terkait kurang optimalnya pendampingan dari fasilitator kepada OMS dalam mendokumentasikan dan menyusun laporan pertanggungjawaban penggunaan dana bantuan PPIP, kurangnya reviu dan monitoring oleh Satker PPIP dan Tim Pelaksana PPIP tingkat Kabupaten untuk pelaksanaan kegiatan paska konstruksi terutama penyusunan dokumen pendukung pengeluaran dan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana yang dilakukan oleh OMS.
PERMASALAHAN AUDIT
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 42
Dalam pelaksanaan audit kinerja PPIP selain fokus pada penilaian atas indikator kinerja PPIP, audit kinerja PPIP juga memperhatikan hal-hal lain yang perlu mendapat perhatian dan tindak lanjut dari para pihak yang terkait dalam pelaksanaan PPIP Tahun 2008, terutama hal-hal yang menjadi akibat dari pelaksanaan kegiatan PPIP yang kurang memenuhi ketentuan sehingga berpotensi merugikan keuangan negara atau perlu mendapat perhatian guna peningkatan pencapaian tujuan kegiatan PPIP berikutnya.
1. Temuan Hasil Audit
Berdasarkan hasil audit temuan hasil audit kinerja PPIP yang perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut dari para penanggung jawab kegiatan PPIP di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten, adalah sebagai berikut:
Tabel – 23 : Temuan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008
NO TEMUAN KODE TEMUAN
JUMLAH KEJADIAN
JUMLAH
1 Kejadian Yang Merugikan Negara
01 70 2.848.319.382,77
2 Kewajiban Penyetoran Kepada Negara
02 12 179.159.308,08
3 Temuan Administrasi 03 sd 010 214 0,00JUMLAH 296 3.027.478.690,85
Rincian temuan hasil audit per provinsi lihat lampiran 5
Uraian lebih lanjut temuan hasil audit tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1) KEJADIAN YANG MERUGIKAN NEGARA DAN MASYARAKAT (01)
(1) Pusat
Satker Pusat
Terdapat kelebihan pembayaran biaya perjalanan dinas yang tidak didukung dengan
bukti pertanggungjawaban yang memadai sebesar Rp324.976.300,00.
(2) Provinsi Nangroe Aceh Darussalam
Satker Provinsi
1. Terdapat dua kontrak Konsultan Manajemen Kabupaten (KMK) pada Satker
Infrastruktur Perdesaan Provinsi NAD sehingga terdapat kelebihan pembayaran
terhadap biaya personil fasilitator senilai Rp 81.130.950,00.
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 43
2. Terdapat kesalahan pembayaran atas biaya sosialisasi, pelatihan, pemberdayaan
dan perjalanan senilai Rp 1.640.745,00 terhadap kontrak KMK-2 Nomor : KMK-
2/KONT/PIP-NAD/2008 tanggal 23 Juni 2008.
3. Terdapat kegiatan Sosialisasi, Pelatihan, Pemberdayaan yang tidak dilaksanakan
senilai Rp 13.050.000,00 dan perjalanan yang tidak dilaksanakan senilai Rp
21.492.000,00, dengan nilai keseluruhan berjumlah Rp 29.533.410,00, Kontrak
Nomor : KMK-2/KONT/PIP-NAD/2008 tanggal23 Juni 2008, terhadap Pekerjaan
Konsultan Manajemen Kabupaten (KMK-II).
Kabupaten Aceh Utara
Terdapat honor kepala desa dan kader desa yang belum dibayarkan selama 4 bulan
sebesar Rp 19.800.000.
(3) Provinsi Sumatera Utara
Satker Provinsi
1. Terdapat pembayaran honorarium Tim Pelaksana dan Sekretariat Tim Pelaksana
sebesar Rp 12.487.500,00 selama 3 bulan belum didukung SK Penetapan
2. Terdapat kelebihan pembayaran biaya Konsultan Manajemen Kabupaten sebesar
Rp 1.000.000,00 berupa biaya langsung personil dan biaya sosialisasi, pelatihan
dan pemberdayaan sesuai addendum No. KU.03.11-CL/PPIP-SU/02/2008 tanggal
24 September 2008 yang dibayarkan diatas nilai HPS.
Kabupaten Tapanuli Selatan
1. Pengeluaran uang kas melalui Bendaharawan OMS dan Kepala Desa tidak dapat
dipertanggungjawabkan sebesar Rp 83.560.492,00 atas pelaksanaan Program
Pembangunan Infrastruktur Perdesaan pola swakelola pada sembilan desa di tiga
kecamatan, ditemukan tiga orang Bendaharawan dan seorang Kepala Desa.
2. Terdapat pengadaan Meja Setengah Biro dan Kursi Pelastik yang belum
dilaksanakan pembeliannya senilai Rp 2.830.000,00 yang terdapat pada sembilan
desa.
Kabupaten Tapanuli Tengah
Berdasarkan Laporan Manajemen Keuangan (LMK) Kabupaten oleh Satuan Kerja PPIP
Tahun 2008 Kabupaten Tapanuli Tengah pelaksanaan kegiatan Infrastruktur
Perdesaan (IP) telah dilaksanakan, dengan fisik dan keuangan telah mencapai 100%.
Namun dari hasil audit terhadap bukti penggunaan dana IP tahun 2008 sebagai
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 44
dukungan terhadap LP2K, pada 4 (empat) desa penerima dana IP ditemukan bukti
yang tidak memadai sejumlah Rp 29.605.880,00.
(4) Provinsi Sumatera Barat
Kabupaten Pasaman Barat
1. Adanya pengeluaran uang untuk pembayaran upah tenaga kerja yang dobel
(Tenaga Kerja dibayarkan untuk tanggal yang sama pada pekerjaan yang berbeda)
dan pembayaran mesin gilas (sewa alat berat) yang pemakaian mesin gilas
tersebut tidak dimungkinkan (tidak ada). Sehingga terdapat pengeluaran dana
yang tidak benar sebesar Rp. 24.024.000,00.
2. Terdapat penggunaan dana yang tidak sesuai peruntukannya senilai Rp.
45.200.000 pada kegiatan PPIP di Jorong Air Talang.
3. Realisasi Pengeluaran Pembangunan jalan dan jembatan di Jorong Pagaran Tengah
tidak sesuai dengan yang dipertanggungjawabkan sebesar Rp 14.300.000,00.
Kabupaten Solok Selatan
Terdapat pengadaan sirtu/batu cadas sebanyak 255,91 M3 pada kegiatan PPIP desa
Sungai Landeh yang belum dapat dipertanggungjawabkan senilai Rp15.354.600,00.
Kabupaten Padang Pariaman
Kewajaran nilai pekerjaan pembuatan jalan di Korong Kayu Angik - Nagari Gunung
Padang Alai tidak dapat dipertanggungjawabkan sebesar Rp 43.800.000,00.
(5) Provinsi Sumatera Selatan
Satker Provinsi
Terdapat kelebihan pembayaran jasa Konsultan Manajemen Kabupaten (KMK) PPIP
yang dilaksanakan oleh PT Tomeko dan PT Cakra Jaya Persada, ternyata pihak
konsultan tidak melaksanakan pekerjaan sebagaimana yang tercantum dalam
dokumen kontrak dan RAB (Rincian Anggaran Biaya) sebesar Rp 471.507.375,00.
(6) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Satker Provinsi
Terdapat kelebihan pembayaran Konsultan Manajemen Kabupaten (KMK-39) PPIP
sebesar Rp 5.680.000,00.
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 45
(7) Provinsi Lampung
Satker Provinsi
1. Terjadi dobel pembayaran gaji/honor untuk tenaga fasilitator teknik pada
konsultan PT Bina Buana Raya dan PT Infratama Yakti sehingga terjadi kelebihan
pembayaran sebesar Rp. 15.050.000,00.
2. Terdapat pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas tenaga ahli konsultan yang
tidak sesuai dengan realisai kegiatan yang sebenarnya senilai Rp 8.500.000,00.
Kabupaten Lampung Selatan
Terdapat biaya sewa alat berat berupa aspal sprayer dan dump truck yang tercantum
dalam RAB namun tidak direalisasikan sebesar Rp 35.520.000,00.
Kabupaten Lampung Timur
Terdapat kekurangan droping material senilai Rp 463.000,00.
Kabupaten Lampung Utara
Terdapat biaya sewa alat berat berupa dump truck yang tercantum dalam RAB namun
tidak direalisasikan sebesar Rp 15.245.237,28.
Kabupaten Lampung Barat
Terdapat pekerjaan fisik yang belum diselesaikan oleh pihak OMS senilai Rp
61.139.326,74.
Kabupaten Way Kanan
Terdapat rencana kegiatan masyarakat yang belum dikerjakan dan pekerjaan kurang
senilai Rp 18.349.440,00
(8) Provinsi Jawa Barat
Satker Provinsi
Kegiatan monitoring oleh Satker PPIP Provinsi Jawa Barat belum sepenuhnya
dilaksanakan dengan baik mengakibatkan kelebihan pembayaran kepada KMK
sebesar Rp 36.000.000,00.
(9) Provinsi D.I. Yogyakarta
Satker Provinsi
Terdapat penggunaan Tenaga Ahli dan Tenaga Penunjang dalam Pelaksanaan
pekerjaan atas kontrak dengan konsultan CV Ripta Yasa tidak realistis. Sehingga
terjadi kelebihan pembayaran sebesar Rp 27.000.000,00.
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 46
(10) Provinsi Jawa Tengah
Satker Provinsi
1. Terdapat pertanggungjawaban yang tidak benar pada kegiatan pelatihan fasilitator
senilai Rp 3.350.000,00.
2. Terdapat penggantian tenaga ahli tetap dengan tenaga ahli tidak tetap
mengakibatkan kelebihan pembayaran Rp 75.442.925,00.
3. Pertanggungjawaban honor fasilitator lebih besar dari pada realisasinya sebesar
Rp 18.294.100,00.
Kabupaten Banjarnegara
1. Terdapat pekerjaan tidak sesuai dengan kontrak sebesar Rp 48.858.486,00 pada 4
desa penerima bantuan PPIP.
2. Terdapat kelebihan pembayaran sebesar Rp 11.964.650,00 berupa pembayaran
upah tukang di Desa Bandingan sebesar Rp 2.408.250,00 dan sewa walls di tiga
desa sebesar Rp 9.556.400,00.
3. Dana swadaya untuk pemeliharaan infrastruktur perdesaan Desa Karanganyar
Kabupaten Banjarnegara Rp 2.000.000,00 dipinjam warga untuk keperluan pribadi.
Berdasarkan surat perjanjian yang dibuat oleh Ketua KPP, dana tersebut akan
dikembalikan pada akhir bulan Maret 2009.
Kabupaten Kendal
1. Terdapat kemahalan harga terhadap Satker PPIP Kabupaten Kendal, Desa
Bangunrejo sebesar Rp 5.317.364,85.
2. Terdapat kelebihan pembayaran pada Satker PPIP Kabupaten Kendal Desa Puguh
Kecamatan Patebon sebesar Rp 19.222.769,42. Realisasi fisik yang digunkan
sebesar Rp 223.649.230,58 namun dipertanggungjawabkan sebesar
Rp 242.872.000,00.
Kabupaten Semarang
Terdapat kemahalan harga terhadap Satker PPIP Kabupaten Semarang, Desa
Regunung sebesar Rp 11.013.000,00.
Kabupaten Rembang
Terdapat kelebihan pembayaran pada Satker PPIP Kabupaten Rembang sebesar Rp
31.655.600,00 berupa Pembelian material di 6 desa sejumlah Rp 26.641.000 dan
pembayaran upah tenaga kerja Sebesar Rp 5.014.600.
Kabupaten Wonogiri
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 47
Satker PPIP Kabupaten Wonogiri sebesar Rp 4.500.000,00 berupa pembelian ATK
yang pertanggungjawabannya tidak benar.
(11) Provinsi Jawa Timur
Satker Provinsi
Temuan audit yang mengakibatkan adanya Kerugian Keuangan Negara sebesar Rp
200.000.000,00 dengan rincian sebagai berikut :
Fasilitator yang sama terdaftar pada dua konsultan berbeda dalam waktu yang
bersamaansehingga terjadi kelebihan pembayaran sebesar Rp 84.000.000,00.
Realisasi jumlah fasilitator pendamping dibeberapa kecamatan kurang satu orang
yang mengakibatkan terjadinya kelebihan pembayaran sebesar Rp 72.000.000,00.
Realisasi mobilisasi untuk sembilan orang fasilitator kelurahan dalam kegiatan
pendampingan PPIP tahun 2008 kurang dari masa kontrak yang disepakati
sehingga mengakibatkan adanya kelebihan pembayaran sebesar Rp 44.000.000,00
(12) Provinsi Kalimantan Barat
Satker Provinsi
Terdapat kelebihan pembayaran biaya sosialisasi dan pendampingan kepada
Konsultan Manajemen Kabupaten sebesar Rp 24.650.000,00 dan belum terpenuhinya
syarat bukti pertanggungjawaban pengeluaran sebesar Rp 118.350.000,00.
Kabupaten Sanggau
Terdapat kekurangan volume pekerjaan pelebaran rabat beton senilai Rp
1.251.046,51.
(13) Provinsi Kalimantan Selatan
Satker Provinsi
1. Pengeluaran biaya langsung non personil pada 2 (dua) kontrak konsultan dijumpai
adanya pengeluaran pada invoice yang tidak didukung dengan bukti pengeluaran
yang sah sebesar Rp 11.058.280,00.
2. Premi Jamsostek yang belum disetorkan sebesar Rp 1.955.700,00.
3. Kelebihan Perhitungan Kontrak sebesar Rp 2.337.500,00 atas biaya langsung non
personil.
Kabupaten Banjar
Terdapat kekurangan volume pekerjaan pada dua desa sasaran PPIP senilai
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 48
Rp 25.191.869,82.
Kabupaten Hulu Sungai Utara
Terdapat pencatatan di dalam Buku Kas Umum tidak didukung bukti sebesar Rp
2.500.000,00.
Kabupaten Barito Kuala
1. Terdapat Pelaksanaan Pekerjaan Yang Belum Selesai Senilai Rp 61.700.000,00.
2. Terdapat Kelebihan Pembayaran Upah Sebesar Rp 6.915.000,00.
3. Prosedur Pengadaan Bahan Belum Sesuai Ketentuan dan Menimbulkan Kerugian
Negara Senilai Rp 34.182.460,00.
(14) Provinsi Kalimantan Tengah
Satker Provinsi
Terdapat kelebihan pembayaran atas kontrak konsultan sebesar Rp 25.686.000,00
(tidak termasuk pajak sebesar Rp 2.854.000,00).
Kabupaten Katingan
Terdapat pengeluaran untuk biaya operasional OMS, pembuatan laporan serta
insentif kepada Fasilitator sebesar Rp 44.000.000,00.
Kabupaten Gunung Mas
1. Terdapat pertanggungjawaban yang tidak benar di Desa Batu Puter Kecamatan
Rungan Hulu atas pekerjaan Pembangunan Jalan Desa Cor Beton sepanjang 541 m,
lebar 2,5 m dan siring/plankstone serta Urugan Jalan Desa sepanjang 481 m, lebar
3 m yang dikerjakan oleh Pihak Ketiga sebesar Rp 55.000.000,00 (Rp
245.000.000,00-Rp190.000.000,00).
2. Terdapat pertanggungjawaban yang tidak benar di Desa Jangkit Kecamatan
Rungan Hulu atas pekerjaan Pembangunan Sarana Air Bersih yang diserahkan
kepada Pihak Ketiga sebesar Rp 46.355.675,00.
(15) Provinsi Kalimantan Timur
Satker Provinsi
1. Terdapat perhitungan biaya kontrak yang terlalu besar pada PPIP Provinsi
Kalimantan Timur sebesar Rp 21.650.000,00.
2. Jumlah tenaga fasilitator yang ditempatkan di Kabupaten Malinau tidak sesuai
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 49
dengan kontrak sehingga mengakibatkan kelebihan pembayaran sebesar Rp
28.000.000,00.
Kabupaten Kutai Timur
Terdapat pembayaran honor tumpang tindih pada PPIP Kutai Timur sebesar
Rp 1.350.000,00.
(16) Provinsi Nusa Tenggara Barat
Satker Provinsi
Terdapat Kelebihan Pembayaran sebesar Rp 8.850.000,00 atas pekerjaan Konsultan
Manajemen Kabupaten yang dilaksanakan oleh CV Adi Cipta Consultant.
Kabupaten Sumbawa
Terdapat kekurangan volume pekerjaan berupa lantai Saluran Drainase di Desa
Kalabeo Kecamatan Buer senilai Rp 5.812.700,00.
(17) Provinsi Nusa Tenggara Timur
Kabupaten Manggarai
Pengadaan pipa dan asesorisnya tidak sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan
No.18 Tahun 1983 tentang PPN sehingga PPN yang masih harus dipungut sebesar
Rp 24.656.934,00 dan PPh 23 sebesar Rp 5.263.754,00.
Kabupaten Belu
1. Pembayaran upah pekerja dan material infrastruktur tidak disertai dengan bukti
yang memadai dan belum dibayarkan dengan rincian yaitu upah pekerja sebesar
Rp 53.169.000,00.
2. Pengelolaan dana operasional OMS tidak sesuai ketentuan sebesar Rp
19.769.000,00 yang berasal dari kelebihan pembayaran ke rekanan dan telah
digunakan oleh OMS tanpa melalui musyawarah desa terjadi di Kabupaten Belu.
Kabupaten Flores Timur
Biaya pembuatan dokumen RAB dan laporan kemajuan fisik pekerjaan yang tidak
didukung dengan bukti yang memadai sebesar Rp 7.160.000,00.
Kabupaten Alor
Pembayaran upah pekerja dan material infrastruktur tidak disertai dengan bukti yang
memadai dan belum dibayarkan dengan rincian yaitu upah pekerja sebesar sebesar
Rp 10.944.000,00 serta material bangunan yang belum dibayarkan sebesar Rp
47.960.000,00 terjadi di Kabupaten Alor.
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 50
(18) Provinsi Gorontalo
Satker Provinsi
1. Terdapat kemahalan harga bak penampungan air senilai Rp 21.000.000,00.
2. Terdapat pengeluaran tidak sesuai ketentuan sebesar Rp 4.000.000,00.
(19) Provinsi Maluku
Satker Provinsi
1. Terdapat pembayaran biaya-biaya oleh OMS Desa Tanjung Karang dalam
pelaksanaan pekerjaan senilai Rp 11.250.000,00.
2. Jumlah tenaga fasilitator yang dimobilisasi ke lokasi pekerjaan tidak sesuai kontrak
dan berakibat adanya pembayaran tidak sesuai prestasi kerja senilai Rp
75.550.000,00.
Kabupaten Maluku Tenggara
1. Terdapat Pemungutan Dana Pengawas Lapangan dan Konsultan sebesar Rp
13.000.000,00.
2. Terdapat kelebihan pembayaran kepada rekanan sebesar Rp 116.500.000,00.
3. Terdapat Pemungutan Dana oleh Bendahara sebesar Rp 24.000.000,00.
(20) Provinsi Papua
Satker Provinsi
Terdapat kelebihan pembayaran konsultan manajemen kabupaten sebesar
Rp 177.400.000,00.
2) KEWAJIBAN PENYETORAN KEPADA NEGARA (02)
(1) Provinsi Banten
Satker Provinsi
Terdapat kelebihan pembayaran atas tagihan biaya langsung non personil konsultan
manajemen kabupaten sebesar Rp 1.750.000,00.
Kabupaten Pandeglang
Terdapat kekurangan volume atas pekerjaan aspalt penetrasi sepanjang 80m di Desa
Rawasari Kabupaten Pandeglang terdiri dari 4 (empat) kegiatan, senilai Rp
4.320.000,00.
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 51
(2) Provinsi Jawa Barat
Kabupaten Sukabumi
1. Terdapat kurang pungut dan setor PPh Ps 21 atas honor pelaksana PPIP sebesar
Rp 1.100.000,00.
2. Terdapat kurang kurang setor Pph 25 untuk sewa ruang hotel sebesar Rp
69.600,00.
(3) Provinsi Jawa Tengah
Kabupaten Wonogiri
Terdapat pembayaran honor Perangkat Tim Pelaksana Desa yang berstatus Pegawai
Negeri Sipil sebanyak 3 orang. PPh 21 atas pembayaran honor tersebut belum
dipungut yaitu sebesar Rp 247.500,00.
(4) Provinsi Jawa Timur
Kabupaten Jombang
Terdapat pekerjaan kurang volume pembangunan infrastruktur perdesaan berupa :
Saluran drainase di Desa Kedungturi, Kecamatan Gudo belum diselesaikan senilai
Rp 3.085.153,00
Saluran drainase di Desa Japanan, Kecamatan Gudo terdapat kurang volume
pekerjaan senilai Rp 5.934.565,00
Jalan rabat beton di Desa Bugasur Kedaleman, Kecamatan Gudo terdapat kurang
volume senilai Rp 896.427,88.
Kabupaten Bojonegoro
Terdapat kekurangan pekerjaan perkerasan jalan di desa Miyono sepanjang 130 m
dan lebar 2,5 m senilai Rp 12.458.989,40.
Kabupaten Mojokerto
Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 yang belum dipungut dan disetor sebesar Rp
577.500,00 (5% X Rp 11.550.000,00).
(5) Provinsi Nusa Tenggara Timur
Kabupaten Sikka
Pengadaan pipa dan asesorisnya tidak sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan
No.18 Tahun 1983 tentang PPN sehingga PPN yang masih harus dipungut sebesar
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 52
Rp 50.912.518,00.
(6) Provinsi Gorontalo
Satker Provinsi
Terdapat pajak atas sewa alat yang belum dipungut sebesar Rp 22.327.254,00.
(7) Provinsi Maluku
Satker Provinsi
Terdapat kekurangan volume pekerjaan fisik kontrak pembangunan jalan rabat di
Desa Simi Kec. Waisama senilai Rp 45.559.112,80.
2. Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan
1). Pembinaan pengadministrasian aset hasil PPIP di desa. Pembinaan pengadministrasian aset hasil PPIP di desa adalah berkaitan dengan kurangnya pemahaman dari aparat pemerintahan desa yang berkewajiban mencatat/ mengadministrasikan aset-aset hasil pelaksanaan PPIP yang telah diserahterimakan dari satker kab/kota kepada pemerintahan desa yang mengakibatkan rendahnya kinerja pencatatan aset di desa. Terhadap permasalahan tersebut perlu dilakukan langkah-langkah pembinaan pengadministrasian aset hasil pelaksanaan PPIP di desa melalui kegiatan pendidikan dan latihan serta sosialisasi yang lebih intensif kepada aparat pemerintahan desa mengenai pengadministrasian aset hasil PPIP .
2). Monitoring dan Evaluasi Efektivitas Tugas dan Fungsi KPPDalam rangka mencapai Indikator keberhasilan PPIP terutama mengenai partisipasi masyarakat paska konstruksi dan terlaksananya penyelenggaraan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, maka perlu dilaksanakan pembinaan yang berkelanjutan atas peran KPP serta monitoring dan evaluasi atas efektivitas peran dari Kelompok Pengguna dan Pemanfaat (KPP) dalam mengelola dan memanfaatkan aset hasil PPIP paska konstruksi sesuai dengan tugas dan fungai KPP sebagai lembaga masyarakat pengelola yang bertanggung jawab terhadap keberlanjutan pemanfaatan aset paska konstruksi.
3). Penyusunan Data Base Infrastruktur Desa Pra dan Paska PPIPDalam rangka akuntabilitas kinerja jangka menengah dan jangka panjang atas penyelenggaraan PPIP pada Departemen PU dan untuk tetap menjaga keberlanjutan aset hasil PPIP, maka perlu dilakukan pendokumentasian atas aset infrastruktur desa dalam suatu Data Base Infrastruktur Desa Pra dan Paska PPIP.
4). Keterlambatan Penetapan Satker Propinsi dan Satker Kabupaten/KotaDalam rangka meningkatkan capaian kinerja ketepatan waktu terutama yang berkaitan dengan keterlambatan Penyiapan Dokumen Pelaksanaan PPIP dan Mobilisasi Fasilitator yang disebabkan oleh keterlambatan penetapan Satker Propinsi dan Kab/Kota, maka perlu ditetapkan batas waktu pengusulan personil satker untuk tingkat propinsi dan kab/kota dan sesegera mungkin menyempaikan informasi kepada provinsi dan kabupaten/kota mengenai
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 53
penetapan Satker Propinsi dan Satker Kabupaten/Kota. Apabila batas waktu pengusulan tersebut terlampaui, maka harus ditetapkan personil Satker Propinsi dan Kab/Kota periode yang sebelumnya sebagai personil Satker Propinsi dan Satker Kabupaten/Kota yang baru.
5). Peran Aktif Masyarakat dalam Penyusunan Pertanggungjawaban Penggunaan Dana dan Pelaporan Kurang Memadai Akibat Kurang Optimalnya Pendampingan FasilitatorPendampingan fasilitator yang kurang optimal mengakibatkan kurangnya peran aktif masyarakat terutama dalam penyusunan pertanggungjawaban penggunaan dana PPIP dan pelaporan di tingkat desa serta kegiatan-kegiatan lainnya paska konstruksi. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat tersebut perlu dilakukan pembinaan, pendidikan dan pelatihan serta sosialisasi yang tidak hanya fokus pada pelaksanaan pembangunan fisik IP tetapi juga sosialisasi yang lebih intensif mengenai pertanggungjawaban penggunaan dana PPIP dan pelaporan ditingkat desa serta kegiatan-kegiatan paska konstruksi lainnya.
6). Kinerja dari Tim Pelaksana Prov, Kab/kota yang belum optimalBerkaitan dengan kurangnya partisipasi aktif dari Tim Pelaksana Prov, Kab/kota yang personilnya merupakan pejabat structural pemerintahan Prov, Kab/kota dan telah memiliki aktivitas yang relatif padat sehingga menyebabkan belum optimalnya kinerja Tim Pelaksana Prov, maka untuk lebih meningkatkan peran dari Tim Pelaksana Prov, Kab/kota tersebut perlu melibatkan/ditambahkan dengan personil non pejabat struktural dan dibentuk sekretariat tim pelaksana pada tiap-tiap provinsi, Kab/kota.
7). Pemberian penghargaan bagi penyelenggara PPIP terbaik.Dalam upaya untuk lebih menjamin adanya pemanfaatan, pemeliharaan dan pengelolaan infrastruktur hasil PPIP yang berkelanjutan dan untuk memacu kinerja provinsi dan kab/kota dan desa penerima bantuan PPIP, maka perlu dilaksanakan pemilihan penyelenggara PPIP terbaik tingkat nasional.
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 54
BAGIAN KEDUA
INFORMASI UMUM
BAB 3
INFORMASI UMUM PPIP TAHUN 2008
LATAR BELAKANGProgram Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) Tahun 2008, sebagai bagian dari PNPM Mandiri, merupakan program yang dilaksanakan sebagai salah satu upaya Pemerintah untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. PPIP 2008, dititikberatkan penanganannya pada desa tertinggal dan desa-desa miskin. Fokus utama program adalah (i) pengembangan masyarakat, (ii) pembangunan/peningkatan infrastruktur perdesaan dan (iii) peningkatan peran stakeholder dan pemerintah daerah.
MAKSUDProgram ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui perbaikan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan infrastruktur dasar perdesaan.
TUJUANProgram Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP 2008) memiliki tujuan yaitu:1. Meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap infrastruktur dasar di wilayah perdesaan. 2. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyediaan infrastruktur perdesaan.
SASARAN1. Tersedianya infrastruktur perdesaan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
masyarakat, berkualitas, berkelanjutan, serta berwawasan lingkungan;2. Meningkatnya kemampuan masyarakat perdesaan dalam penyelenggaraan infrastruktur
perdesaan;3. Meningkatnya jumlah penanganan desa tertinggal sejalan dengan RPJMN 2004–2009;4. Meningkatnya kemampuan aparatur pemerintah daerah sebagai fasilitator pembangunan di
perdesaan;5. Terlaksananya penyelenggaraan pembangunan infrastruktur perdesaan yang partisipatif,
transparan, akuntabel, dan berkelanjutan.
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 55
PRINSIP Pemilihan kegiatan berdasarkan musyawarah masyarakat (acceptable). Dilaksanakan masyarakat secara terbuka (transparent) Dapat dipertanggungjawabkan (accountable) Memberikan manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan (sustainable)
PENDEKATAN Pemberdayaan Keberpihakan kepada yang miskin Otonomi dan desentralisasi Partisipatif Keswadayaan Keterpaduan program pembangunan Penguatan kapasitas kelembagaan
INDIKATOR KINERJA PROGRAMKinerja pelaksanaan PPIP 2008 diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut:1. Masyarakat di lokasi sasaran mempunyai akses yang lebih mudah ke pusat kegiatan
perekonomian, dan atau mempunyai akses yang lebih mudah untuk memperoleh air irigasi guna meningkatkan produksi pertanian, dan atau mempunyai akses yang lebih mudah dan atau lebih murah untuk mendapatkan air minum, dan memiliki akses sanitasi yang memadai.
2. Terbentuknya lembaga pelaksana program (OMS) yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan PPIP 2008.
3. Terbentuknya lembaga masyarakat pengelola yang bertanggung jawab terhadap keberlanjutan pemanfaatan
ORGANISASI Tim Koordinasi
Tim Pengendali PNPM Mandiri Tim Koordinas PNPM Mandiri Tingkat Propinsi Tim Koordinas PNPM Mandiri Tingkat Kabupaten/Kota
Tim Pelaksana Tim Pelaksana Tingkat Pusat Tim Pelaksana Tingkat Propinsi Tim Pelaksana Tingkat Kabupaten Pemerintah Kecamatan Pemerintah Desa
Satuan Kerja Satker Tingkat Pusat Satker Tingkat Propinsi* Satker Tingkat Kabupaten
Bantuan Teknis Konsultan Manajemen Pusat (KMP)
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 56
Konsultan Manajemen Kabupaten/Kota (KMK), yang terdiri dari Tenaga Ahli dan
Fasilitator
*) Pada beberapa propinsi dilaksanakan oleh Satker Pengembangan Kawasan Permukiman Propinsi yang akan menerima Surat Kuasa Pengguna Anggaran (SKPA) dari alokasi yang ada pada Satker Pembinaan dan Pengembangan Program Cipta Karya.
MEKANISME PELAKSANAAN Pola Pelaksanaan
Pola pelaksanaan PPIP 2008 di setiap desa sasaran adalah swakelola oleh masyarakat dengan pengelolaan pelaksanaan dilakukan oleh OMS.
Pelaksanaan Kegiatan Fisik Meliputi persiapan, pelaksanaan fisik di lapangan, pengadaan material, pengadaan alat dan pengendalian tenaga kerja, serta pengendalian pengeluaran dana.
Pengelolaan Infrastruktur Terbangun Pengelolaan infrastruktur terbangun diserahkan kepada Pemerintah Desa untuk dimanfaatkan, dikelola, dilestarikan dan dikembangkan oleh masyarakat melalui KPP.
ANGGARANSumber Dana PPIP 2008 berasal dari APBN Rupiah Murni dengan alokasi anggaran PPIP Tahun 2008 sebesar Rp 589.773.510.000, dana penyelenggaraan program terdiri dari:1. Dana Safe Guarding (Operasional Pendukung) sebesar Rp 74.773.510.000,00
Pusat Rp 10.280.678.000,00 Daerah (Provinsi dan Kabupaten) Rp 64.492.832.000,00
2. Bantuan Sosial (Bantuan Langsung Masyarakat) sebesar Rp 515.000.000.000,00. Alokasi anggaran bantuan sosial tersebut dialokasikan untuk 26 Provinsi pada 177 Kabupaten dan 2.060 Desa. Tiap desa menerima bantuan PPIP sebesar Rp 250.000.000,00.
Rincian Alokasi Anggaran PPIP Tahun 2008 per Provinsi, lihat lampiran 6
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 57
BAB IV
INFORMASI UMUM AUDIT
DASAR AUDITDalam melakukan audit kinerja PPIP Tahun 2008 dasar yang digunakan adalah :1. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 31 Tahun 1983 tentang Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan yang telah diperbaharui dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.103 Tahun 2001 tanggal 13 September 2001 Bagian Kedelapanbelas (pasal 52, 53 dan 54) tentang Kedudukan,Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
2. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
TUJUAN AUDITAudit PPIP Tahun 2008, Tujuan audit adalah untuk menilai keberhasilan Departemen Pekerjaan Umum dan Instansi terkait dalam melaksanakan atau menyelenggarakan Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan, dan memberikan rekomendasi jika dijumpai kelemahan dalam kaitannya dengan peningkatan efektivitas dan efisiensi, Ketaatan terhadap Peraturan Perundang-undangan dan ketepatan penyusunan dan penyampaian laporan kegiatan dari pelaksanaan program tersebut.
SASARAN DAN RUANG LINGKUP AUDIT1. Sasaran Audit
(1). Menilai keberhasilan pelaksanaan penyaluran dana PPIP yang dijabarkan dalam tiga indikator utama (Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan Program, Ketaatan terhadap Peraturan Perundang-undangan dan Ketepatan Penyusunan dan Penyampaian Pelaporan) di tingkat Provinsi, Kab/Kota dan Desa.
(2). Mengindentifikasi hambatan pelaksanaan program di daerah(3). Mengindentifikasi adanya kerugian negara yang diakibatkan oleh pelaksanaan program
yang tidak sesuai ketentuan. 2. Ruang Lingkup Audit
Ruang lingkup audit meliputi seluruh aktivitas kegiatan perencanaan, penyaluran/penggunaan dana PPIP Tahun 2008, Monitoring dan Evaluasi (pelaporan) Kegiatan PPIP di tingkat Provinsi, Kabupaten dan Desa.
3. Periode AuditPeriode Audit adalah 1 Januari 2008 sampai dengan 31 Desember 2008
UJI PETIK AUDITUntuk memberikan gambaran komprehensif tentang persiapan instansi terkait dalam penyaluran dana PPIP Tahun 2008, audit selain dilaksanakan di satuan kerja PPIP di tingkat Provinsi dan Kabupaten, juga dilaksanakan uji petik pelaksanaan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur perdesaan pada 843 atau 40,92% desa dari 2.060
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 58
desa di 91 atau 51,41% Kabupaten dari 177 Kabupaten di 23 atau 88,46% dari 26 Provinsi yang menerima dana PPIP
Rincian lokasi uji petik lihat lampiran 7
STANDAR AUDITStandar Audit yang digunakan Standar Audit Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah (SAAPFP), BPKP.
METODOLOGI AUDITAudit Kinerja PPIP Tahun 2008 menggunakan pendekatan penilaian kinerja terpadu; dimana kinerja diukur pada indikator utama kinerja yang diidentifikasi dari tujuan yang ingin dicapai dari penyelenggaraan PPIP Tahun 2008. Penilaian kinerja dilaksanakan di 4 level pelaksana PPIP yaitu di tingkat pusat, provinsi, kabupaten dan desa, sedangkan hambatan tidak tercapainya kinerja diidentifikasi di tiap aktivitas utama kinerja yaitu ditahap perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan dengan menggunakan unsur-unsur dalam sistem pengendalian intern pemerintah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008, yaitu; lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan.
Pelaksanaan audit kinerja PPIP Tahun 2008 terbagi dalam 3 (tiga) tahap:1. Perencanaan Audit
Dalam tahap ini Tim Audit tingkat pusat akan melakukan survai pengumpulan data awal di Departemen Pekerjaan Umum dan Instansi Pemerintah yang terkait dalam Pelaksanaan PPIP Tahun 2008, meliputi data target (desa) dan alokasi dana PPIP, data rencana distribusi (jadual waktu pelaksanaan program), data peraturan-peraturan pendukung yang telah disiapkan (Petunjuk Teknis, Surat Keputusan Personil Penanggung Jawab Program di tingkat Departemen maupun pelaksana di daerah) dan data lainnya yang terkait sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
2. Pelaksanaan AuditAudit diawali dengan identifikasi atas peraturan – peraturan yang terkait dalam pelaksanaan penyaluran dana PPIP Tahun 2008, mekanisme dan kebijakan yang mengatur pelaksanaan penyaluran dana PPIP Tahun 2008 pada Instansi/Penanggung Jawab Program yang terkait.
Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi penerima dana kompensasi, jumlah dana kompensasi yang tersedia dan dana yang telah disalurkan kepada penerima dana tersebut, berdasarkan hal tersebut dilakukan penilaian apakah dana tersebut telah disalurkan secara efektif dan efisien, didukung pengadaan barang dan jasa sesuai ketentuan yang berlaku dan dikelola dan dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan penilaian tersebut kemudian dilakukan pengukuran pencapaian kinerja program. Apabila dalam pengukuran kinerja ternyata kinerjanya tidak sesuai dengan target, langkah berikutnya adalah mengidentifikasi penyebab dari tidak tercapainya kinerja tersebut dan mengidenfikasi adanya kerugian negara yang kemungkinan timbul dari pelaksanaan program yang tidak sesuai ketentuan tersebut.
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 59
3. Pelaporan Hasil AuditHasil audit akan dituangkan dalam Laporan Hasil Audit. Permasalahan audit sebelum dituangkan ke dalam Laporan Hasil Audit akan dilakukan pembahasan dengan Auditan.
Laporan Hasil Audit PPIP Tahun 2008, terdiri dari 5 jenis laporan, sebagai berikut:
No Jenis Laporan Penanggung Jawab Penyusun LHA
Tanda Tangan Laporan
Surat Pengantar Masalah
Pusat
1 Laporan Kompilasi Nasional
Koordinator Audit BPKP Pusat (Tim Teknis)
Kepala Direktorat
Pengawasan Industri dan
Distribusi
Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah
Bidang Perekonomian
2 Laporan Hasil Audit Satuan Kerja PPIP Tingkat Pusat
Tim Audit Terkait
Kepala Direktorat
Pengawasan Industri dan
Distribusi
Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah
Bidang Perekonomian
Perwakilan
3 Laporan Kompilasi Tingkat Provinsi
Perwakilan BPKP
Kepala Perwakilan
BPKP
Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah
Bidang Perekonomian
4 Laporan Hasil Audit Satuan Kerja PPIP Tingkat Provinsi
Perwakilan BPKP
Kepala Perwakilan
BPKP
Kepala Perwakilan BPKP
5 Laporan Hasil Audit Pelaksanan PPIP Tingkat Kab/Kota
Perwakilan BPKP
Kepala Perwakilan
BPKP
Kepala Perwakilan BPKP
Laporan hasil audit disampaikan kepada Instansi-Instansi terkait sesuai tingkat kepentingannya.
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 60
KRITERIA KEBERHASILAN PPIP TAHUN 2008Dalam melakukan penilaian keberhasilan PPIP Tahun 2008, pelaksanaan audit dilakukan di 4 tingkatan pelaksanaan PPIP Tahun 2008 yaitu: tingkat pusat, provinsi, kabupaten dan desa. Penilaian keberhasilan PPIP Tahun 2008 dibagi menjadi 3 indikator utama kinerja, yaitu:1. Terwujudnya efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan PPIP Tahun 2008;
PPIP Tahun 2008 dinyatakan telah dilaksanakan secara efektif dan efisien apabila dilaksanakan secara; tepat sasaran, tepat jumlah dan tepat waktu.
2. Terwujudnya keandalan penyajian dan penyusunan Laporan Pelaksanaan PPIP Tahun 2008;Pelaporan PPIP Tahun 2008 dinyatakan telah disajikan apabila pelaksana kegiatan PPIP di tingkat pusat, provinsi, Kabupaten dan Desa telah menyajikan dan menyampaikan laporan secara andal sesuai pedoman.
3. Terwujudnya Ketaatan terhadap peraturan perundang-undanganPelaksanaan PPIP Tahun 2008 dinyatakan telah mengikuti peraturan perundang-undangan apabila dalam proses pengadaan barang dan jasa telah mengacu pada Keppres 80 Tahun 2008 dan Perubahannya tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
Rincian kriteria Keberhasilan PPIP Tahun 2008, lihat lampiran 8
TANGGUNG JAWAB AUDITORTanggung Jawab Auditor terbatas pada simpulan hasil audit yang diperoleh berdasarkan analisis dan pengujian dengan menggunakan metodologi dan kriteria yang telah ditetapkan. Kebenaran data/dokumen yang diberikan kepada auditor oleh pihak-pihak terkait dan auditan sebagai dasar pelaksanaan audit diluar tanggung jawab auditor.
BPKP | Laporan Hasil Audit Kinerja PPIP Tahun 2008 61