3.1. Organisasi dan Manajemen
3.1.1 Visi
Visi dari instalasi unit OK :
“Menjadi kamar bedah terkemuka dan inovatif dalam pendidikan,
penelitian dan pelayanan yang bertaraf internasional dengan
mengutamakan keselamatan pasien”
Tabel 3.1
Uji Check List Pernyataan Visi Unit OK
RS. Unhas Makassar Tahun 2012
No Pernyataan Uji Ya Tidak
1 Apakah pernyataan visi memberikan
gambaran yang jelas dari kondisi ideal
organisasi di masa datang?
√
2 Apakah pernyataan visi memiliki pengaruh dan
menantang?√
3 Apakah pernyataan visi bersifat singkat dan
mudah dimengerti?√
4 Apakah pernyataan visi bersifat menarik bagi
karyawan, pelanggan, dan stakeholder?√
5 Apakah pernyataan visi bersifat tetap
sepanjang waktu atau up to date?√
Analisis : Visi Unit OK mempunyai gambaran jelas akan kondisi
ideal yang akan dicapai di masa mendatang yaitu
terkemuka dan inovatif dalam pendidikan, penelitian dan
pelayanan yang bertaraf internasional dengan
mengutamakan keselamatan pasien yang paling
utama, yang dimana ini akan mempengaruhi dan
menantang segala staff yang ada di Unit OK. Visi Unit
OK sendiri ini mudah dimengerti dan menarik bagi
karyawan, pelanggan, dan stakeholder, serta up to date
karena visi ini memakai taraf internasional yang
mempunyai peraturan yang selalu berubah sesuai
perkembangan zaman.
3.1.2 Misi
Misi unit OK RS. Unhas yaitu :
1. Memberikan pelayanan kamar bedah yang bermutu dan
berstandar internasional dengan mengutamakan keselamatan
pasien.
2. Menjadikan kamar bedah sebagai pusat pendidikan dengan
dukungan tekhnologi mutakhir dan lingkungan akademik yang
optimal.
3. Menciptakan sumber daya manusia yang memiliki
pengetahuan, keterampilan dan sikap profesional dengan jiwa
dedikasi tinggi terhadap kemanusiaan.
4. Menciptakan hasil penelitian yang unggul untuk peningkatan
kualitas pelayanan kamar bedah yang berkesinambungan.Tabel 3.2
Uji Check List Pernyataan Misi Unit OK
RS. Unhas Makassar Tahun 2012
No Pernyataan Uji Ya Tidak
1 Apakah pernyataan misi menyatakan secara jelas tentang manfaat
kehadiran organisasi?
√
2 Apakah pernyataan misi telah jelas sehingga semua karyawan
dalam organisasi dapat melihat bagaimana mereka dapat
berkontribusi?
√
3 Dapatkah misi itu bertahan terhadap perubahan-perubahan dalam
administrasi?
√
4 Apakah pernyataan misi itu mampu menjawab pertanyaan tentang :
siapa kita, apa dan untuk siapa kita melakukan itu, dan mengapa itu
penting?
√
5 Apakah pernyataan misi itu mampu memberikan jawaban terhadap
alasan mengapa kita membelanjakan dana pada usaha-usaha
organisasi, program, atau sub program?
√
Analisis :
Dari misi diatas dapat disimpulkan bahwa misi ini memiliki
menfaat untuk memberikan pelayanan kamar bedah yang bermutu
dan berstandar internasional, menjadikan kamar bedah sebagai
pusat pendidikan, menciptakan sumberdaya yang profesional,
meningkatkan kualitas pelayanan. Misi ini juga sudah
menejelaskan bagaimana para karyawan dapat berkontribusi sesuai
dengan perubahan-perubahan yang ada sesuai dengan pendidikan
dan penelitian yang terbaru. Misi ini memberikan jawaban
terhadap pembelanjaan dana yang terdapat dalam instalasi OK
sendiri. Misi ini juga menjelaskan bahwa kita sebagai orang-orang
yang belajar dan bekerja di Unit OK untuk memberikan pelayanan
secara optimal dan tanpa kesalahan sekecil apapun karena nyawa
sesorang adalah penting.
3.1.3 Falsafah
Falsafah unit OK RS. Unhas unit OK RS. Unhas, yaitu :
“Kesehatan anda, harapan kami.”
Analisis : Falsafah Unit OK adalah kesehatan anda, harapan kami,
yang dimana Unit OK dalam melakukan suatu pelayanan
harus optimal dengan harapan pasien dapat sehat
kembali.
3.1.4 Motto
Motto unit OK masih mengacu pada motto RS. Unhas yaitu
“Tulus Melayani”
Analisis : Unit OK harus selalu tulus melayani pasien yang berada
di RS Universitas Hasanuddin tanpa memandang status
sosial pasien.
3.1.5 Tujuan
Tujuan Unit Ok RS. Unhas, yaitu:
1. Terwujudnya pelayanan kamar bedah yang bermutu dan
berstandar internasional.
2. Terciptanya nuasana/suasana akademik yang optimal dan
didukung oleh teknologi mutakhir.
3. Terciptanya sumber daya manusia yang professional.
4. Terselenggaranya hasil penelitian yang unggul dalam rangka
peningkatan pelayanan kamar bedah secara
berkesinamabungan.
Tabel 3.3
Uji Check List Pernyataan Tujuan Unit OK
RS. Unhas Makassar Tahun 2012
No. Pernyataan Uji Ya Tidak
1 Apakah tujuan yang ditetapkan mendukung misi &
sasaran ?
√
2 Apakah tujuan yang ditetapkan itu merefleksikan
secara spesifik Pencapaian yang diinginkan ?
√
3 Apakah kemajuan menuju pencapaian suatu tujuan
dapat diukur ?
√
4 Apakah tujuan yang ditetapkan bersifat agresif
menantang,
Namun realistis & dapat dicapai dlm periode
perencanaan &
Sumber-sumber daya yang tersedia
√
5 Apakah tujuan yang ditetapkan menyatakan suatu
hasil, bukan
Suatu aktivitas ?
√
6 Apakah ada batas waktu untuk pencapaian tujuan
tsb ?
√
7 Apakah telah ditetapkan penanggungjawab
pencapaian tujuan ?
√
8 Apakah pencapaian tujuan akan memimpin kepada
pencapaian
Sasaran ?
√
9 Apakah telah ditetapkan paling sedikit satu tujuan √
untuk
Setiap sasaran yang dirumuskan ?
10 Apakah seseorg yang tdk akrab dgn unit anggaran
(atau program/
Sub program) memahami maksud dari tujuan yang
ditetapkan?
√
Analisis :
Dari uji cheklist yang dilakukan tujuan unit OK RS Universitas
Hasnuddin telah mampu menjawab pernyataan checklist yang ada
pada tabel uji cheklist di atas akan tetapi ada satu hal yang tidak
terjawab karena pada tujuan yang ditetapkan tidak mencantumkan
batas waktu pencapaian tujuan tersebut.
3.1.6 Struktur Organisasi Unit OK (masih dalam tahap pengesahan)
Analisis :
Ket :
---- garis koordinasi
Garis komando
Struktur organisasi di atas merupakan rancangan struktur
organisasi yang akan digunakan pada unit OK RS Universitas
Hasanuddin. Struktur ini merupakan struktur organisasi yang
berdasarkan standar JCI. Dari struktur organisasi diatas sapat
dilihat hubungan bawahan atasan dan garis koordinasi antara
masing-masing jabatan.
3.1.7 Tugas Pokok dan Fungsi
Terdapat dua tupoksi dalam Instalasi OK yaitu tupoksi bidang
pelayanan medik dan keperawatan serta tupoksi perawat COT.
1. Bidang pelayanan medik.
Tugas pokok :
Mengelola administrasi yang dibutuhkan dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan medik
Fungsi :
Menyusun perencanaan pelayanan medik,
Mengelola administrasi penyelenggaraan pelayanan medik
meliputi rawat jalan, rawat inap, UGD dan OK, ICU,
Rehabilitasi medic, Home Care, dan Rekam Medik
Melaksanakan evaluasi pelayanan medik
2. Bidang keperawatan
Tugas pokok :
Mengelola administrasi yang dibutuhkan dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan
Fungsi :
Menyusun perencanaan pelayanan keperawatan,
Mengelola administrasi penyelenggaraan pelayanan
keperawatan meliputi rawat jalan, rawat inap, UGD dan
OK, ICU, Rehabilitasi medic, Home Care, dan Rekam
Medik
Melaksanakan evaluasi pelayanan keperawatan
3. Perawat COT
Tugas : Melakukan asuhan keperawatan di kamar operasi
Fungsi :
Persiapan peralatan operasi sesuai dengan jenis operasi
Persiapan administrasi pasien yang akan dioperasi
Menerima pasien yang akan dioperasi
Persiapan pasien di kamar operasi
Melaksanakan pengkajian, rencana tindakan evaluasi
intraoperatif.
3.1.8 Uraian tugas
1. Kepala Unit OK
Bertanggungjawab secara keseluruhan atas tercapainya
visi & misi
Mengkoordinasikan program kerja
Membuat kebijakan-kebijakan
Menyusun Standar Prosedur Operasional (SPO)
2. Kepala Perawat Unit OK
Memastikan pelayanan keperawatan di OT sesuai Visi,
Misi rumah sakit, falsafah dan tujuan Divisi Keperawatan,
Implementasi Kebijakan Mutu Pelayanan, dan sasaran
kerja.
Mengembangkan pola kepemimpinan yang efektif dalam
rangka pencapaian tujuan pelayanan OT yang berkualitas
dan profesional.
Memberikan bimbingan, pembinaan, pengarahan, dan
motivasi kepada seluruh staf keperawatan yang berada di
bawah tanggung jawabnya.
Mensosialisasikan uraian tugas dan tanggung jawab staf
keperawatan di OT.
Membangun budaya integritas, profesional, semangat rasa
saling percaya, kerja sama tim, dan lingkungan kerja yang
kondusif untuk efektivitas pelayanan OT.
Mengawasi, mereview, dan mengevaluasi implementasi
dan strategi pelayanan OT.
Memastikan setiap staf bekerja sesuai dengan standar
praktek keperawatan, standar operasional prosedur, sistem
pendokumentasian kode etik profesi, uraian tugas dan
tanggung jawabnya.
Memastikan konsistensi pelaksanaan indikator pelayanan
OT, program mutu dan keselamatan pasien di OT.
Merencanakan kebutuhan tenaga (jumlah dan
kompetensinya), faislitas, peralatan, pemeliharaan
lingkungan, sarana dan prasarana.
Mengalokasikan dan mengatur pemanfaatna sumber daya
yang ada (staf, peralatan, system, biaya) untuk kelancaran
operasional pelayanan OT.
Mengendalikan dan mengawasi sleuruh kegiatan
pelayanan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas
pelayanan.
Melakukan pendelegasian tugas kepada staf keperawatan
yang tepat sesuai dengan “Scope of Nursing Practice”.
Menyusun daftar dinas roster untuk perencanaan tenaga
jangka pendek dan menjamin sumber daya manusia
dialokasikan sesuai denan kualifikasinya dalam rangka
memenuhi kebutuhan dan kegiatan OT.
Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan
cara bekerja sama dengan berbagai pihak yang terlibat
dalam pelayanan dan memelihara komunikasi yang efektif
dan terbuka dengan seluruh profesi yang bekerja di OT
dan antar departemen.
Menetapkab program pengembangna dan perencanaan
karir staf, serta memberikan program orientasi bagi
perawat baru.
Mereview praktek keparawatan bedah di kamar operasi
berdasarkan referensi yang terkini dan evidance based
serta mengenali strategi-strategi untuk meningkatkan
pelayanan yang bermutu.
Memberikan pendidikan dan pengajaran dalam rangka
meningkatkan kompetensi staf.
Membangun komunikasi yang efektif dan terbuka untuk
memfasilitasi hubungan yang profesional dengan para
dokter dan petugas lainnya.
Menyusun dan merevisis standar operasional prosedur dan
standar keperawatan yang berlaku di OT.
Membuat permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat,
dan bahan-bahan lain yang diperlukan.
Mengkoordinasikan jadwal pemeliharaan dan kalibrasi
peralatan agar selalu dalam keadaan siap pakai.
Bertanggung jawab dalam pelaksanaan inventaris
peralatan.
Melakukan pengawasan terhadap perencanaan kerja,
meliputi disiplin jam dan waktu kerja, administrasi pasien
masuk/keluar kamar operasi, kelengkapan dan kesiapan
peralatan, serta dokumentasi rekam medik pasien secara
lengkap.
Melakukan supervisi dan pengarahan aktivitas pelayanan
kamar operasi dengan cara:
a. Mengadakan pertemuan insidentil untuk memecahkan
masalah yang timbul
b. Mengadakan pertemuan berkala dengan semua staf
minimal sekali sebulan yang tercatat dalam risalah
pertemuan.
Berperan serta dalam tindakan bedah tertentu sebagai tim
Mengadakan pertemuan berkala dengan semua staf
keperawatan OT, minimal sekali sebulan.
Melakukan evaluasi penampilan kinerja staf secara berkala
sesuai kebijakan rumah sakit.
Mengevaluasi pencapaian program mutu, clinical indicator,
sasaran keselamatan pasien (IPSG) secara berkala, analisa
kecenderungan dana rencana tindak lanjut untuk program
peningkatan mutu di unitnya.
Mempromosikan riset keperawatan dan evidence based
practice.
Menjamin lingkungan kerja yang aman dengan persyaratan,
kebijakan dan prosedur rumah sakit berhubungan dengan
Keamanan, Keselamatan, dan Kesehatan Kerja, Program
Pengendalian Infeksi untuk diri sendiri, rekan kerja, pasien,
dan pengunjung.
Mendukung Head of OT Department melaporkan secara
berkala (bulanan/tahunan) semua aktifitas pelayanan dan
pencapaian kinerja OT dengan perencanaan, budget/target
volume dan pencapaiannya, pengembangan staf,
peneyelesaian masalah, atau pelaksanaan sistem
Memepersiapkan unit/ruangannya untuk penilaian akreditasi
atau evauasi mutu pelayanan rumah sakit oleh pihak luar.
Menghadiri program pelatihan yang relevan dan mengenali
kebutuhan untuk mengembangkan keterampilan dan
tambahan pengetahuan yang sesuai dengan posisi jabatan
saat in.
Melakukan tugas-tugas dan tanggung jawab lain yang
diberikan oleh atasan/pimpinan Rumah Sakit apabila
dianggap perlu untuk kepentingan perusahaan.
3. Perawat Instrumen
Mengetahui dan mengerti setiap operasi yang diikutinya
Menyiapkan semua kebutuhan yang akan digunakan
dalam tindak operasi.
Disisplin dalam prinsip kerja tehnik aseptic, mulai dari
persiapan selama dan sesudah prosedur.
Mampu mengantisispasi kebutuhan-kebutuhan operator
selama tindakan.
Melakukan penghitungan kasa, jarum, dan instrumen
bersama dengan perawat sirkulasi sebelum, selama, dan
sesudah tindakan.
Melaporkan segera kepada operator / head nurse bila
terjadi ketidak cocokan penghitungan dan segera
melakukan SOP yang berlaku sebagai indikasi
penyelidikan (contoh : meggunakan C. Arm).
Memperhatikan lingkungan daerah steril dan kerapihan
selama tindakan.
Memastikan pasien terhindar dari hal-hal yang
menimbulkan perlukaan selama tindakan berlangsung
(contoh : ujung pensil diatermi harus diletakkan dalam
tabungnya bila tidak digunakan).
Menangani spesimen secara aman dan benar, mulai dari
penyimpangan sampai dengan pengiriman ke
laboratorium.
Menutup dan membalut luka operasi secara steril.
Membantu dalam merapihka kembali pasien untuk
dibawa ke Ruang Pulih Sadar (recovery room).
Menangani peraltan/instrumen yang telah dipakai
(menghitung jumlah dan menempatkan dalam wadah
tertutup) untuk dikirim ke CSSD (Central Sterilization
Supply Demand).
Melengkapi formulir billing dan buku laporan operasi.
Mencatat dan menyediakan permintaan khusus dari
dokter sehubungan dengan tindakan yang akan
dilakukan.
Memberitahu petugas kebersihan untuk membersihkan
ruang tindakan agar dapat dipakai kembali
4. Perawat Sirkuler
Mengetahui dan mengerti setiap operasi yang diikutinya.
Memastikan bahwa semua perlatan dan kebutuhan yang
akan dipakai sudah siap dan lengkap sebelum pasien
diinduksi.
Melihat dalam buku pesanan operasi apakah ada pesanan-
pesanan khusus yang harus disediakan.
Memastikan bahwa ruang opeasi sudah siap depergunakan.
Melihat suhu dan kelembaban ruang operasi, apakah sudah
sesuai dengan standar (20-22 C).⁰ Memberitahu HCA untuk menjemput pasien dari ruang
perawatan.
Membantu scrub nurse dalam menyiapkan peralatan streril.
Membantu menyiapkan pasien :
a. Memasang plat diatermi.
b. Membantu memasang kateter.
c. Membantu membukan paket steril dan melakukan
penghitungan bersama scrub nurse dan
mendokumentasikannya dalam formulir penghitungan
alat dan kasa.
d. Membantu mengikatkan tali gaun operasi steril dari
Team Steril.
e. Membantu dalam mengatur posisi pasien.
f. Membanu menyiapkan pasien untuk melakukan
desinfeksi.
g. Menghubungkan semua alat-alat penunjang seperti
selang penghisap dan kabel diatermi ke mesinnya
masing-masing.
h. Mengatur posisi lampu operasi, meja instrumen steril
tanpa menimbulkan kontaminasi.
i. berperan aktif dalam pengendalian infeksi selama
tindakan berlangsung di kamar operasi tersebut.
Terhadap pasien :
a. Melakukan pelaporan segera kepada Dokter anestesi
tentangkondisi pasien.
b. Melakukan serah terima dengan perawat bangsal pada
saat pemulangan pasien
c. Untuk pasien One Day Care harus diberikan penjelasan
lengkap tentang perawatan selanjutnya di rumah
d. Memastikan pasien One Day Care ada pendamping
pada saat pulang.
Prosedur Administrasi
a. Mencatat semua pemakaian alat / obat-obatan yang
digunakan selama di Rocovery Room dalam formulir
billing.
b. Menyerahkan semua dokumen-dokumen penting milik
pasien secara lengkap.
c. Melakukan konfirmasi dengan Ward Clerk bahwa
pasien One Day Care sudah boleh pulang.
5. Perawat Ruang pemulihan
Bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan recovery
room, meliputi :
a. Penyusunan jadwal dinas
b. Pembuatan laporan bulanan dan tahunan
c. Evaluasi pengendalian mutu pelayanan
Bertanggungjawab terhadap seluruh sarana dan prasarana
recovery room, meliputi :
a. Pendataan
b. Inventarisasi
c. Pemeliharaan
d. Perencanaan kebutuhan
e. Pengadaan
Bertanggungjawab terhadap pengembangan sumber daya
manusia , meliputi :
a. Perencanaan tenaga
b. Sistem rekruitment
c. Program pendidikan dan pelatihan
d. Evaluasi kinerja staff
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan/atasan
6. Perawat Perfusionis
Mengkalibrasi dan memastikan Mesin Jantung Paru,
peralatan monitoring tekanan berfungsi dengan baik dan
siap pakai.
Memilih barang-barang yang terkait untuk keperluan
perfusi seperti Oxygenator, Cardiotomy reservoir dan
selang bypass.
Memastikan tehnik aseptic yang sempurna dalam
pemasangan sirkuit bypass dan sistem monitoring.
Memastikan keselamatan pasien.
Mentaati etik ruang operasi.
Membantu tim operasi sesuai kebutuhan.
Memastikan pencatatan dan pelaporan yang tepat.
Memastikan pemindahan pasien dari kamar operasi ke ICU
berlangsung dengan sempurna.
Memastikan monitoring tekanan pasca operasi yang tepat di
ICU.
Membersihkan dan merapikan mesin dan peralatan lainnya
setelah digunakan.
Membantu dalam perencanaan pengembangan bedah
jantung.
3.1.9 Sumber Daya Unit OK
No
. Tugas Status jumlah Keterangan
1
Kepala Instalasi
OK PNS 1
2
Kepala perawat
OK PNS 1
3 Perawat OK
1 PNS,
1
CPNS,
5
Kontra
k
7
Merangkap sebagai
perawat anestesi, perawat
sirkuler, perawat
perfusionis, merangkap
ruang pemulihan
Analisis :
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perawat Unit OK masih
kurang sehingga perawat di Unit OK jabatannya masih saling
merangkap dan tidak adanya pembagian tugas yang jelas untuk
masing-masing perawat. Hal ini tentu saja memberikan beban kerja
yang berat kepada perawat di Unit OK sendiri.
3.1.10 Jadwal Pembagian Shift Kerja Unit OK
a. Elektif
Senin – Jumat : 07.30 – 15.30 WITA
b. Cyto (emergency)
Senin – Jumat : 15.30 – 07.30 WITA (on call)
Sabtu & Minggu : 24 Jam (on call)
Untuk operasi emergency telah dilakukan pembagian shift
kerja khusus, yaitu pembagian perawat menjadi 2 tim yaitu on call
first team dan on call second team dimana jika terjadi operasi yang
mendadak on call first akan dihubungi terlebih dahulu dan jika
terjadi 2 operasi mendadak secara bersamaan atau waktu yang
saling berdekatan maka on call second team juga dihubungi. Maka
dari itu perawat yang bertugas pada saat menjadi on call fisrt team
harus mengaktifkan ponsel mereka selama masa waktu yang telah
ditetapkan diatas.
Analisis :
Dilihat dari jadwal dan pembagian tugasnya perawat unit
OK telah melakukan pembagian shift kerja yang efektif akan tetapi
beban kerjanya masih sangat tinggi karena pada hari kerja elektif
seluruh perawat harus datang pada jam kerja tersebut belum lagi
apabila pada hari tersebut juga mendapatkan tugas menjadi tim
emergency.
3.2. Deskripsi Fisik dan Bangunan Unit OK
3.2.1 Denah Unit OK
Analisis :
Ket :
Kuning : zona tingkat
resiko rendah
Hijau : zona tingkat resiko
sedang
Merah : zona resiko tinggi
Dari denah di atas dapat dilihat bahwa terdapat 4 kamar
operasi yang terdiri atas tiga kamar operasi besar dan 1 kamar
operasi sedang. Kamar operasi khusus mempunyai luas
Di Unit OK terdapat beberapa zona, yaitu zona risiko rendah
dimana orang-orang yang berada di dalam ruangan tersebut masih
bisa memakai pakaian dan alasan yang dipakainya sebelum masuk
ke zona ini, zona resiko sedang dimana orang-orang yang berada di
dalam zona ini menggunakan pakaian khusus yang disediakan,
zona resiko tinggi dimana yang berada di zona ini adalah orang
yang berhubungan langsung dengan pembedahan dan
menggunakan pakaian khusus yang lebih lengkap. Hal ini
dilakukan untuk menghindari keterpaparan mikrobiologi, kuman,
dan bakteri pada unit OK khususnya di kamar bedah.
Dari denah dapat dilihat juga bahwa tempat masuk antara
pasien dan petugas berbeda pada saat memasuki unit OK. Di denah
juga memperlihatkan tempat masuk dan keluarnya pasien dari unit
kamar operasi berbeda dengan tempat kluar alat-alat, pakaian, dan
bahan-bahan habis pakai suatu operasi.
Ukuran Ruangan Unit OK
a. Ruang OK 1, OK 2, dan OK 3 berukuran 10,35 x 6,6 m2
b. Ruang OK 4 berukuran 8,72 x 6.6 m2 (Ruangan ini belum
terpakai)
c. Ruang Preoperasi 4,9 x 8,7 m2
d. Recovery Room berukuran 13,12 x 6,6 m2
e. Ruang Ganti Pria berukuran 7,7 x 6,6 m2 dan Wanita berukuran
6,6 x 6,6 m2 (ruang locker)
f. Dapur berukuran 1,2 x 3,2 m2
g. Ruang Istirahat (Perawat dan Dokter) berukuran 6,54 x 6 m2
h. Ruang staf jaga ukuran 4,35 x 9,9 m2
i. Ruang Scrub – up untuk 2 orang
j. Ruang tunggu
Analisis :
Hasil pengukuran di atas telah memenuhi standar kamar
operasi yaitu minimal ukurannya 6x6 m2 (pedoman
penyeenggaraan rumah sakit 2008).
3.2.2 Letak Unit OK
Unit OK terletak di lantai dua ujung kiri bangunan E dan F
Rumah Sakit Universitas Hasanuddin. Merupakan bangunan yang
mudah dicapai, Unit OK diapit oleh ruangan HCU yang saling
terhubung, hal ini agar memudahkan pasien yang mengalami
kondisi kritis di HCU yang perlu segera mendapatkan operasi lebih
cepat ditangani. Unit OK juga terhubung dengan CSSD yang
berguna untuk memudahkan alur pengumpulan alat-alat operasi
yang habis digunakan untuk disterilisasi. Tetapi akan lebih baiknya
jika Unit OK terletak dekat dengan UGD sehingga memudahkan
apabila ada kasus operasi darurat. (Pedoman Penyelenggaraan
Rumah sakit)
3.2.3 Keadaan Fisik Ruang Unit OK
Persyaratan Umum Ruang menurut pedoman teknis ruang
operasi kementrian kesehatan 2012:
Tabel
Persyaratan Umum Ruang
(Pedoman Teknis Ruang Operasi 2012)
No Bagian Persyaratan Status
1 Lantai Terbuat dari vinil anti statik Memenuhi
Tingkat ketahanan listrik lantai
diukur tiap bulan
Belum
dilakukan
Permukaan lantai tidak boleh
porous tetapi cukup keras untuk
penggolontoran dan pemvakuman
Memenuhi
basah
Lantai berwarna cerah Memenuhi
Hubungan lantai dan dinding
melengkung
Memenuhi
2 Dinding Mudah dibersihkan, tahan bahan
kimia, tidak berjamur dan anti
bakteri
Memenuhi
Dinding tidak mengandung pori-
pori
Memenuhi
Pertemuan dinding antara dinding
melengkung
Memenuhi
Dinding terbuat dari bahan
porselen
Memenuhi
Dinding cerah Memenuhi
3 Langit-
langit
Mudah dibersihkan dan tahan
terhadap segala cuaca, air, tidak
berjamur dan anti bakteri
Memenuhi
Tidak berpori Memenuhi
Tinggi langit-langit dari lantai
maks. 3 meter
Memenuhi
4 Pintu Pintu ayun (untuk pintu ruang
induksi yang menuju ruang
operasi disarankan sliding door)
Memenuhi
Bahan panil dan dicat anti bakteri
&jamur dengan warna terang
Memenuhi
Membuka ke arah dalam Memenuhi
Dilengkapi kaca pengintai (ruang
scrub up, ruang penyiapan
peralatan/instrumen)
Memenuhi
Analisis: Unit OK telah memenuhi segala persyaratan umum yang
telah ditetapkan pedoman teknis kamar operasi 2012.
Tabel
Standar Ruang Operasi
RS Universitas Hasanuddin 2012
No Standar ruang
operasi
Standar menkes
2012
Kondisi RS UH
1 Sistem ventilasi 25 kali
pertukaran udara
di ruang bedah
Memenuhi
standar
Menggunakan
filter yang hanya
menghilangkan
pasrtikel-partikel
debu
Memenuhi
standar
Menggunakan
aliran udara
laminair
Memenuhi
standar
Tekanan positif Memenuhi
standar
2 Sistem
pencahayaan
Pencahayaan
untuk dokter
anestesi min
2000 lux
Memenuhi
standar
Lampu operasi
yang tergantung
dengan rentang
10.000-20.000 lux
Memenuhi
standar
3 Kelembapan 45%-60% Belum tersedia
alat pengukur
kelembapan
kamar operasi
4 Temperatur 19⁰C-24⁰C Ada indikator
suhu di sebagian
kamar operasi
dan suhu
memenuhi
standar saat
dilakukan
observasi, tetapi
belum ada
daftar daily
checking
5 Kebisingan Maks 45 dBA Memenuhi
standar
6 Sistem proteksi
petir
Ada Memenuhi
standar
7 Sistem proteksi
kebakaran
Ada alat
pemadam api
ringan
Terdapat
pendeteksi asap
Memenuhi
standar
Analisis : Dari data di atas dapat dilihat bahwa Unit OK belum
memenuhi beberapa standar persyaratan yang
ditetapkan karena belum diadakannya beberapa
pengukuran dalam Unit OK karena tidak adanya
ketersediaan alat. Serta untuk suhu Unit OK sendiri
belum dilakukan daily check setiap harinya,
sebagaimana diketahui suhu dari unit OK harus selalu
dipantau untuk menghindari perkembangan mikroba,
virus, dsb jika terjadi perubahan suhu.
3.2.4 Sarana dan Peralatan Unit OK
Menurut Kementerian Kesehatan RI 2012 hubungan antar
ruang dalam bangunan instalasi bedah haruslah :
a) Bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit harus bebas
dari lalu lintas dalam lokasi rumah sakit, dalam hal ini lalu
lintas melalui bagian Ruang Operasi Rumah Sakit tidak
diperbolehkan.
b) Bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit secara fisik
disekat rapat oleh sarana “air-lock” di lokasi rumah sakit
c) Kompleks ruang operasi adalah zone terpisah dari ruang-ruang
lain pada bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit
Analisis :
Ketiga hal di atas telah dipenuhi pada RS Universitas
Hasanuddin. Jadi dapat dipastikan bahwa keterpaparan Unit OK
terhadap bakteri, kuman, virus, mikroba,dsb telah terminimalisir.
Tabel
Sarana Unit OK Berdasarkan Pedoman Teknis Ruang Operasi
RS Universitas Hasanuddin 2012
N
o
Sarana Menurut Kementerian Kesehatan
RI 2012 Status
1 Ruang Pendaftaran Ada
2 Ruang Tunggu Pengantar Ada
3 Ruang Transfer Ada
4 Ruang Tunggu Pasien Ada
5 Ruang Persiapan Pasien Ada
6 Ruang Induksi Ada
7 Ruang Penyiapan Peralatan/Instrumen Bedah Ada
8 Ruang Operasi Ada
9 Ruang Pemulihan Ada
10 Ruang Resusitas bayi/Neonatus Ada
11 Ruang Ganti Pakaian (Loker) Ada
12 Ruang Dokter Ada
13 Scrub Station Ada
14 Ruang Utilitas Kotor Ada
15 Ruang Linen Ada
16 Ruang Penyimpanan Perlengkapan Bedah Ada
17 Ruang Penyimpanan Peralatan Kebersihan Ada
Analisis :
Dari data di atas dapat dilihat bahwa seluruh sarana yang di
tetapkan oleh pedoman teknis kamar operasi 2012 telah memenuhi
standar. Dengan sarana yang terpenuhi ini pegawai unit OK dapat
menjalankan tugasnya dengan baik.
Tabel
Peralatan Ruang Operasi
RS Universitas Hasanuddin
Peralatan Menurut Pedomen Kamar
Operasi Kementrian Kesehatan RI
2012
Status Keterangan
1. Ruang Operasi
a) Satu meja operai khusus
b) Satu set lampu operasi, terdiri
dari lampu utama dan lampu
satelit
c) 2 set peralatan pendant, masing-
masing untu pendan anestesi dan
pendan bedah
d) Satu mesin anestesi
e) Film viewer
f) Instrumen Trolley untu peralatan
bedah
g) Tempat sampah klinis
h) Tempat linen kotor
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Analisis :
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa banyaknya
kelengkapan peralatan unit OK dapat memperlancar dan
mengoptimalkan kegiatan operasi yang berlangsung. Seluruh
peralatan di atas ada pada masing-masing kamar operasi RS
Universitas hasanuddin.
Tabel
Standar Peralatan Medis Berdasarkan Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan di RS (Depkes RI, 2008)
No. Standar Peralatan OK Kondisi di RS Unhas
1. Anaestesi APP Ada
2. Operating Lamp Ada
3. Operating Table Ada
4. Electro Surgery Ada
5. Suction Pump Ada
6. Respirator Ada
7. Defibrillator Ada
8. Autoclave Table Ada
9. Laser Coagulator Ada
10. Refrigerator Tidak ada
11. Infusion pump Ada
12. UV sterilizer Ada
13. Ultrasound cleaner Tidak ada
14. USG Tidak ada
15. Mobile operating lamp Ada
16. ECG monitor Tidak ada
17. CO2 analyzer Tidak ada
18. Blood pressure monitor Ada
19. Temperature monitor Ada
20. Operating microscope Ada
21. Endoscopy Ada
22. Patient monitor Ada
23. Baby incubator Tidak ada
24. Colposcope Tidak ada
25. Echotonometer Tidak ada
26. Centrifuge Tidak ada
27. Flame photometer Tidak ada
28. Spectrophotometer Tidak ada
29. Water bath Tidak ada
30. Magnetic stirrer Tidak ada
31. Colony counter Tidak ada
32. Dry oven Tidak ada
33. Instasi gas medic Ada
34. Electrolyte analyzer Tidak ada
35. Microtome Tidak ada
36. Peralatan pembedahan
subspesialistik yang sesuai
Ada
Analisis :
Dari data yang ada pada table di atas maka dapat dilihat
bahwa peralatan medic yang dimiliki unit OK hamper memenuhi
standar. Hanya saja memang terdapat beberapa alat yang tidak
dimiliki oleh OK. Hal tersebut karena peralatan tersebut telah ada
di unit lain seperti USG di radiologi, dry oven di rawat inap dll.
.
3.3. Deskripsi Kegiatan Unit OK
Di Unit OK terdapat beberapa tindakan yang dibagi atas :
a. Golongan Operasi
1. Operasi kecil
Operasi yang dianggap mudah dan cukup bius lokal. Contohnya
incisi abses (nanah), angkat tahi lalat, angkat kutil, sirkumsisi
(sunat) dll.
2. Operasi sedang
Operasi yang tidak terlalu sulit dan tidak butuh waktu lama dalam
mengerjakanya. contohnya tonsilektomi (angkat amandel),
appendektomi (angkat usus buntu) dll
3. Operasi besar
Operasi yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Contohnya
adalah laparoskopi, bedah saraf, bedah digestif, bedah jantung dll
4. Operasi khusus
Operasi besar yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dan
butuh waktu lama mengerjakanya.
5. Operasi TMO I
6. Operasi TMO II
7. Operasi TMO III
8. Operasi TMO khusus
b. Golongan Anastesi
1. Anastesi umum
2. Anastesi lokal
3. Anastesi spinal
c. Jenis Pembedahan Spesialis
1. Bedah Orthopedi
2. Bedah Urologi
3. Bedah Anak
4. Bedah Saraf
5. Bedah Digestif (saluran cerna)
6. Bedah Plastik
7. Bedah Onkologi (pengangkatan kanker dan tumor)
8. Bedah Thorax
9. Bedah Vaskular
10. Bedah Obgyn
11. Bedah Mata
d. Waktu Operasi
1. Operasi Elektif
2. Operasi Cito
Alur Kegiatan Operasi menurut Kementerian Kesehatan RI 2012
1. Pasien dan dokter masuk ke ruang operasi melalui pintu yang
berbeda
2. Alur pasien masuk ke kamar operasi berbeda dengan alur pasien
keluar kamar operasi setelah pembedahan
3. Alur peralatan kotor dan peralatan bersih berbeda.
4. Petugas kesehatan masuk dan keluar melalui satu pintu.
Kenyataan yang ada di RS Unhas :
Unit OK RS Universitas Hasanuddin telah memenuhi standar dari
kementerian kesehatan RI 2012
Dari hasil observasi dan wawancara, berikut ini adalah kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh unit OK untuk melakukan suatu operasi :
1. Mencatat nama-nama pasien yang akan dioperasi, jadwal operasi,
jenis operasi, dan dokter yang akan melakukan operasi di papan yang
disediakan si bedah sentral.
2. Menerima pasien yang akan dioperasi, untuk diregistrasi ulang di
unit bedah sentral.
3. Memeriksa kembali kelengkapan pasien sebelum disiapkan untuk
operasi, seperti: pemeriksaan lab, radiologi, konsul anak (jika pasien
anak), interna (jika pasien dewasa), konsul anastesi, persetujuan
operasi, dan kelengkapan-kelengkapan lain yang diperlukan.
4. Mengganti baju pasien dengan pakaian yang disediakan di bedah
sentral.
5. Menyiapkan pasien di ruang tunggu, menunggu giliran operasi.
6. Melakukan premedikasi pada pasien sesuai kebutuhan pasien.
7. Menyiapkan alat-alat/bahan-bahan, serta ruangan yang akan
digunakan untuk operasi.
8. Dokter melakukan operasi sesuai keahlian masing-masing dibantu
oleh perawat dan bagian anastesi jika diperlukan.
9. Melakukan observasi di ruang pemulihan apabila pasien sudah
dioperasi.
10. Melakukan serah terima pasien dengan petugas dari bagian rawat
inap,jika pasien akan dikembalikan ke ruang rawat inap.
11. Melakukan serah terima pasien dengan petugas ICU jika pasien
memerlukan perawatan intensif.
12. Memasukkan data ke komputer yang langsung on line dengan bagian
sentral pembayaran mengenai tindakan yang dilakukan, serta obat
anastesi dan bahan-bahan habis pakai yang digunakan pada pasien
untuk keperluan pembayaran pasien nanti sebelum pulang.
13. Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang kegiatan di instalasi
bedah sentral, baik harian, bulanan, maupun tahunan.
14. Memberi bimbingan kepada dokter PPDS yang bertugas di bedah
sentral.
15. Memberi bimbingan pada para dokter muda yang betugas di bedah
sentral.
16. Menerima dan menjawab konsul anastesi maupun bedah.
17. Membuat perencanaan tentang kebutuhan alat/bahan maupun sumber
daya manusia yang dibutuhkan untuk kemajuan bedah sentral.
3.4. Kinerja Kegiatan Unit OK
3.4.1 Data kegiatan
Berikut ini adalah pembagian-pembagan kegiatan Unit OK, yaitu:
Jenis Tindakan
Grafik
Jenis Tindakan Operasi Bulan April-September 2012
RS Universitas HasanuddiAp
ril
Mei
Juni Juli
Agus
tus
Sept
embe
r
Bulan
0
5
10
15
20
25
30
35
Jenis Tindakan OnkologiJenis Tindakan OrthopediJenis Tindakan DisgestifJenis Tindakan UrologiJenis Tindakan Bedah SarafJenis Tindakan Bedah PlastikJenis Tindakan VaskularJenis Tindakan Bedah anakJenis Tindakan ObginJenis Tindakan MataJenis Tindakan Thoraks
JUM
LAH
Analisis :
Dari data diatas dapat dilihat jenis tindakan yang paling
banyak dilakukan tiap bulannya, seperti pada bulan April,
Mei, Juni, dan September jenis jenis tindakan yang paling
banyak dilakukan adalah onkologi, artinya banyak pasien
yang menderita tumor atau kanker pada bulan tersebut. Lalu
pada bulan Juli jenis tindakan yang paling banyak dilakukan
adalah jenis tindakan disgestif, jenis tindakan ini diberikan
kepada pasien yang mempunyai kelainan dalam saluran
pencernaanya. Lalu pada bulan agustus jenis tindakan yang
paling banyak dilakukan adalah bedah saraf.
Status Tindakan Operasi
April
Mei
Juni Juli
Agus
tus
Sept
embe
rBulan
0
5
10
15
20
25
30
35
GrafikKelompok Tindakan Bulan April-September 2012
RS Universitas Hasanuddin
Kelompok Tindakan SedangKelompok Tindakan BesarKelompok Tindakan KhususKelompok Tindakan TMO IKelompok Tindakan TMO IIKelompok Tindakan TMO IIIKelompok Tindakan TMO KhususJU
MLA
H
Analisis :
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kelompok tindakan
TMO khusus merupakan kelompok tindakan yang paling
tinggi terjadi setiap bulannya dan terus bertambah setiap
bulannya kecuali pada bulan Mei terjadi penurunan dari
bulan April sebelumnya. Hal ini berarti semakin banyak
pasien pengguna Askes yang mempunyai penyakit yang
berat. Pada grafik tidak di tampilkan kelompok tindakan kecil
karena Unit OK RS Universitas Hasanuddin tidak pernah
melakukan kelompok tindakan kecil selama periode April-
September 2012.
Status Pasien Operasi
April
Mei
Juni Juli
Agus
tus
Sept
embe
r
Bulan
01020304050607080
GrafikStatus Pasien RS Universitas Hasanuddin 2012
Status Pasien AskesStatus Pasien UmumStatus Pasien AsuransiStatus Pasien JamkesmasStatus Pasien Jamkesda
Axis Title
Analisis :
Tiap bulannya pasien pengguna Askes selalu lebih banyak
dari pasien umum. Artinya, masih sedikit pasien umum yang
dapat di layani oleh RS Universitas Hasanuddin dikarenakan
biaya yang tinggi dan hanya tercover untuk kalangan
masyarakat menengah keatas. Akan tetapi pada Bulan
Agustus terdapat pengguna Jamkesmas dan Jamkesda hal ini
masih belum saya pertanyakan kepada pegawai Unit OK
sendiri.
Sifat Operasi
April
Mei
Juni Juli
Agus
tus
Sept
embe
r
Bulan
0102030405060708090
GrafikSifat Operasi RS Universitas Hasanuddi 2012
Sifat Operasi CytoSifat Operasi Elektif
JUM
LAH
Analisis :
Dari grafik diatas dapat dilihat operasi elektif lebih tinggi
setiap bulannya dibandingkan operasi cyto. Operasi cyto
sendiri meningkat tajam pada bulan Agustus dikarenakan
banyaknya keadaan emergensi yang dialami oleh pasien
sehingga perlu diadakan operasi secara tiba-tiba dan cepat.
SPM Unit OK
Tabel
Kepatuhan SPM
RS Universitas Hasanuddin
Indikator SPM SPM Menkes RI No.
129/Menkes/SK/II/2008
Bulan
April Mei juni Juli Agus Sept
Waktu Tunggu
Operasi Elektif
≤ 2 Hari - - - - - -
Kejadian
Kematian di
Meja Operasi
≤ 1 % - - - - - -
Tidak Adanya
Kejadian
Operasi salah
Sisi
100% - - - - - -
Tidak Adanya
Kejadian
Operasi Salah
Orang
100% - - - - - -
Tidak Adanya
Kejadian Salah
Tindakan pada
Operasi
100% - - - - - -
Tidak Adanya
Kejadian
100% - - - - - -
Tertinggalnya
Benda
Asing/Lain
pada Tubuh
Pasien Setelah
Operasi
Komplikasi
Anestesi
karena
Overdosis,
Reaksi
Anastesi, dan
Salah
penempatan
Anestesi
Endotracheal
Tube
≤ 6 % - - - - - -
Analisis :
Dari tabel di atas unit OK RS Universitas Hasanuddin telah
memnuhi ketetapan standar pelayanan minimal yang
ditetapkan oleh Republik Indonesia. Dengan kata lain Unit
OK RS Universitas Hasanuddin dapat dipercaya.
Keterlambatan/Penundaan Operasi
Tabel
Keterlambatan Operasi Bulan April - September 2012
RS Universitas Hasanuddin
Keterlambatan/Penundaan
Jumlah Rata2 Persentase
BulanApril 30 2 jam 36 menit 56%Mei 35 1 jam 37 menit 66%Juni 24 1 jam 17 menit 60%
Juli 20 1 jam 23 menit 44%Agustus 30 1 jam 41 menit 35%
September 44 1 jam 18 menit 50%
Analisis :
Rata-rata keterlambatan yang paling tinggi berda pada
bulan April. Hal ini dikarenakan RS Universitas Hasanuddin
baru saja menempati gedung E dan F pada bulan tersebut
sehingga memerlukan pembenahan-pembenahan dan adaptasi
juga perawat dan dokter ahli bedah pada saat itu masih
kurang. Keterlambatan pada bulan selanjutnya juga
dikarenakan keterlambatan dokter penanggung jawab bedah
dalam menghadiri operasi yang telah ditetapkan sebelumnya
(operasi elektif).
Persentase keterlambatan yang paling tinggi terjadi pada
bulan Mei (66%). Hal ini dikarenakan jumlah operasi yang
terlambat pada bulan Mei lebih dari setengah jumlah operasi
pada bulan tersebut.
3.5. Kebijakan-kebijakan Unit OK
a) Kebijakan layanan anestesia dan sedasi
Layanan anastesi dan sedasi dilakukan oleh staff bagian/SMF
Anastesiologi dan Terapi Intensif yang mencakup pelayanan :
Layanan anestesia
Layanan sedasi
Penanganan nyeri (pain management)
Layanan resusitasi
Layanan terapi intensif (intensive care)
Layanan anestesia dan sedasi dilakukan di unit pelayanan di
lingkungan RS Universitas Hasanuddin
Layanan anestesia dan sedasi yang diberikan harus dapat
memenuhi kebutuhan layanan anestesia dan sedasi dari disiplin
terkait serta sesuai dengan bentuk layanan anestesia yang
dimiliki oleh bagian/SMF anestesiologi dan terapi intensif di RS
Universitas Hasanuddin.
Layanan anestesia dan sedasi dilakukan oleh staff bagian/SMF
anestesiologi dan terapi intensif yang memiliki SIP di RS
Universitas Hasanuddin sebagai DPJP anestesi dan oleh peserta
didik yang berada di bawah supervisi DPJP anestesi sesuai
dengan tingkat kompetensinya.
Setiap layanan anestesia dan sedasi harus melalui proses
penerimaan, penilaian, perencanaan, dan persiapan.
Setiap tindakan anestesia dan sedasi yang dilakukan oleh DPJP
harus melalui proses komunikasi dan pemberian informasi serta
mendapat persetujuan dari pasien atau keluarga pasien.
Setiap layanan anestesia dan sedasi harus didokumentasikan
dalam rekam medis dan status anestesia.
Setiap pemberi layanan anestesia dan sedasi bertanggung jawab
untuk:
o Ikut mengembangkan, menanamkan dan menjaga agar
kebijakan serta prosedur layanan anestesia dan sedasi yang
ada terus dikembangkan dan diperbaiki.
o Menjaga program pengendalian kalitas yang telah dibentuk
serta melaksanakannya.
o Mengawasi dan meninjau seluruh layanan anestesia dan
sedasi yang telah dibentuk serta melaksanakannya.
b) Kebijakan layanan anestesia pada kedaruratan
Layanan anestesi kedaruratan dilakukan dalam 24 jam dan
dilakukan oleh staff bagian/SMF Anestesiologi dan terapi
intensif yang memiliki SIP di RS Universitas Hasanuddin
sebagai DPJP anestesi.
Layanan anestesi kedaruratan dilakukan berdasarkan pedoman
pelayanan medis Bagian/SMF
Pelayanan anestesi kedaruratan yang dilakukan oleh peserta
didik harus berada di bawah supervisi DPJP Anestesiologi.
Pasien kegawatdaruratan harus mendapatkan prioritas utama
dari layanan anestesi serta layanan-layanan lain yang
berhubungan dengan tindakan anestesia tersebut dengan tujuan
untuk menyelamatkan nyawa pasien.
Layanan anestesi kedaruratan yang dilakukan oleh DPJP harus
dikomunikasikan dan diedukasikan ke keluarga pasien baik
sebelum, selama dan sesudah tindakan anestesia dilakukan,
kecuali pada keadaan darurat yang mengancam nyawa.
Layanan anestesia kegawa daruratan dilakukan di kamar bedah
dan di luar kamar bedah termasuk ruang resusitasi, ruangan
tindakan invasif, ruang radiologi, RTI/ICU, ruang rawat inap
dan ruang rawat jalan.
Setiap tindakan yang dilakukan harus didokumentasikan dalam
rekam medis dan status anestesia pasien serta ditandatangani
oleh DPJP dan peserta didik Anestesiologi ayang ikut
menangani pasien,
c) Kebijakan pelaku sedasi selain dokter anestesiologi
Pelayanan anestesi dan sedasi dilakukan ole DPJP dan Residen
anestesiologi.
Pada kondisi tertentu, layanan sedasi dapat dilakukan oleh
dokter non anestesiologi atau perawat/pinata anestesi yang
meemnug=hi persyaratan dan skill yang telah ditentukan.
Setiap layanan sedasi yang dilakukan oleh non anestesiologi,
harus selalu dikoordinasi dengan Bagian/SMF Anestesiologi dan
Terapi Intensif.
Pada pelaku sedasi non Anestesiologi :
o Pelaku sedasi adalah seseorang yang memberikan dan
mengawasi sedasi. Pelaku sedasi adalah dokter, namun
dapat juga dilakukan oleh perawat anestesi/perawat yang
sudah memeiliki pengetahuan dan kemampuan mengenai
teknik sedasi yang aman, melakukan monitoring, dapat
berespon terhadap komplikasi sedasi, menggunakan zat-zat
reversal dan sekurang-kurangnya memiliki sertifikat
Bantuan Hidup Dasar (BHD).
o Asisten pelaku sedasi adalah perawat yang memiliki STR
atau pekerja kesehatan yang bekerja di bawah pelaku sedasi
yang memiliki wewenang seperti perawat anestesi. Assiten
pelaku sedasi bertanggung jawab terhadap montoring,
penilaian kesadaran, dan tatalaksana jalan nafas selama
dilakukannya prosedur sedasi. Apabila asisten pelaku sedasi
adalah seorang perawat yang memiliki STR, maka ia dapat
memberikan dosis sedasi yang pertama dan dosis rumatan
di bawah pengawasan pelaku sedasi. Asisten pelaku sedasi
harus memiliki sertifikasi BHD/BHL yang dilkeluarkan
rumah sakit. Pengawasan dan pemantauan sedasi berada di
bawah tanggung jawab pelaku sedasi, kecuali tindakan
sedasi terebut juga melibatkan praktisi yang berkompeten
lainnya yakni dokter anestesiologi atau dokter yang telah
menjalani pelatihan pemberian sedasi.
o Dierektur Rumah Sakit : memiliki tanggung jawab
menyediakan infrastruktur untuk mendukung sedasi yang
aman, termasuk menyediakan pelayanan di luar jam kerja.
d) Kebijakan rekruitmen staf anestesiologi
Rekrutmen dan pemilihan staf medis di tingkat konsultan harus
dilakukan secara tertib dan terencana berdasarkan pengajuan
kebutuhan rekruitmen dari divisi/peer group.
Semua proses penerimaan dilakukan oleh komite penerimaan
staf yang dibentuk pada tingkat departemen.
Tahapan penerimaan terdiri dari :
o Proses pre-interview
o Pra seleksi
o Seleksi
o Proses pasca wawancara
o Induksi ( masa percobaan staf) ????bulan
Seluruh tahap rekruitmen in berlaku bai untuk rekruitmen staf
baru maupun staf outsourcing.????
e) Kebijakan Kasus Sulit
Pembedahan kasus sulit adalah yang melibatkan lebih dari satu
disiplin ilmu dan memerlukan pemeriksaan khusus, proses
tatalaksana yang melalui pendekatan tim yang terintegrasi dan
memerlukan alat bantu khusus.
Bila diperlukan, pada setiap kasus yang sudah ditentuka sebagai
status sulit, dibentuk tim kasus sulit.
Setiap kasus yang sudah ditentukan sebagai status sulit harus
dibicarakan antar departemen terkait mengenai rencana diagnostik
dan terapinya juga perubahan atau perluasan tindakan yang
mungkin terjadi karena temuan intra-operatif.
Setiap proses dan tahapan tatalaksana unit kasus sulit, harus
diberikan penjelasan yang jelas dan adekuat kepada pasien dan
keluarganya.
Setiap pembedahan kasus sulit harus mendapatkan prioritas dalam
hal penjadwalan operasi, kebutuhan alat dan bahan medik, ruang
rawat inap, prosedur diagnostik dan ruang RTI bila diperluakan.
f) Kebijakan Perencanaan Pembedahan
Bahwa proses penilaian dan perencanaan pembedahan harus
dilakukan pada setiap pasien yang akan menjalani pemberdahan,
baik elektif maupun emergensi.
Untuk kasus kedaruratan, proses penilaian dan perencanaan
pembedahan dilakukan sesiangkat mungkin sesuai urgensi
pembedahan.
Proses perencanaan pembedahan selalu didasari oleh riwayat
penyakit pasien, status fisik, dan data diagnostik, serta faktor risiko
dan keuntungan yang didapat dan jenis pembedahan tersebut.
Dokter yang bertanggung jawab harus mendokumentasikan setiap
informasi yang didapat dari hasil penilaian yang dilakukan untuk
mengarahkan dan mendukung prosedur pembedahan yang
direncanakan.
Setiap perencanaan pembedahan, termasuk diagnosis pra bedah dan
rencana tekhnik pembedahan, harus didokumentasikan dalam
rekam medis pasien sebelum tindakan dilakukan (pada catatan
perkembangan terintegrasi)
Proses penilaian dan perencanaan pembedahan harus melalui
proses komunikasi dan edukasi terhadap pasien dan kelurga. Proses
penilaian praoperasi dicek kembali melalui ceklist evauasi
prabedah,
g) SOP Indikator Medis Anestesiologi
Indikator medis bukan sebagai standar yang pasti melainkan
dirancang sebagai peringatan bagi bagian/SMF bila hasil analisis
data terdapat indikasi mengenai kemungkinan adanya masalah
dalam pelayanan medis.
Dalam menetapkan indikator medis harus memperhatikan
objektifitas indikator, informasi yang dapat dipercaya dan
diandalkan tentang mutu layanan kesehatan, relevan dengan
kepentingan pelayanan anestesia, bersifat spesifik sesuai
depertemen terkait dan dapat diterima serta bermanfaat bagi
departemen yang terkait.
Indikator medis digunakan untuk mengukur suatu proses atau
outcome pelayanan medis.
h) SOP Penjadwalan Konsulen.
Agar penjadwalan berjalan teratur dan memenuhi kebutuhan,
maka dibutuhkan penjadwalan konsulen harian dan konsulen
jaga.
Pertemuan penjadwalan konsulen silakukan tiap akhir bulan.
Pertemuan penjadwalan konsulen dihadiri oleh semua DPJP
Anestesiologi.
i) SOP Konsulen Jaga
Setiap pelayanan anestesia di luar jam kerja dilakukan oleh
DPJP konsulen jaga berdasarkan penjadwalan yang sudah
dibuat.
Layanan anestesi dan sedasi yang dilakukan oleh PPDS
Anestesiologi harus berada di bawah supervisi DPJP konsulen
jaga.
Layanan anestesia di luar jam kerja dapat dilakukan di dalam
dan di luar kamar bedah termasuk ruang resusitasi, ruaang
tindakan invasif, ruang radiologi, RTI/HCU, rawat inap dan
ruang lainnya bilah dibutuhkan tindakan resusitais.
Setiap layanan anestesia yang dilakukan di luar jam kerja harus
melalui proses perencanaan dan persiapan kecualin pada kondisi
yang mengancam nyawa dapat dilakukan secara simultan.
j) SPO Layanan Sedasi Pasien Dewasa
Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan sedasi harus melalui
kunjungan pra-anestesia dan proses penilaian pra-sedasi.
DPJP Anestesiologi dan peserta didik yang sudah dinyatakan
kompeten melakukan kunjungan pra-sedasi dan melakukan
penilaian pra-sedasi.
Hasil pra sedasi menjadi dasar untuk menentukan jenis sedasi
yang man dan sesuai.
Harus terdapat proses komunikais antara dokter, pasien dan
keluarga pasien sedangkan pada kasus kedaruratan disesuaikan
dengan kondisi pada saat itu.
Semau proses sedasi harus tercata atau didokumentasikan secara
terpisah di dalam status anestesi,
k) SOP Ronde Pelayanan Anestesia dan Sedasi.
Memastikan assesemen pasien sudah benar, sebagai dasar
penatalaksanaan pasien
Memastikan tatalaksana pasien berjalan dengan aman, baik, dan
benar.
l) SOP pemantauan Selama Anestesia
Tinadakan pemantaua selama anestesia dimulai sebelum induksi
anestesia dilakukan.
Tindakan pematauan selama anestesia dilakukan pada semua
tindakan anestesia, seperti anestesia umum. Anestesia regional,
monitored anesthesia care, dan tindakan anestesia di luar kamar
bedah.
Tindakan pemantauan standard meliputi pemantauan jalan nafas,
ventilasi, oksigenasi, kardiovaskular, dan tempertaur.
Hasil pemantauan dicatat pada rekam medis anestesia pasien.
m) SPO Perhitungan Skor Aldrette
Kriteria discharge pasien yang dipakai adalah score Aldrette,
diisi dan ditandatangani oleh DPJP atau residen yang bertugas di
ruang pulih.
Kriteria skor Aldrette = 8 atau sama dengan skor pre-prosedur.
o Pemantauan terhadap skor Aldrette dilakukan secara
periodik setiap 15 menit
o Monitoring pasien sampai skor Aldrette mencapai 8 atau
skor pre-prosedur.
Rasio antara perawat ruang pulih dengan pasien disesuaikan
dengan kondisi pasien :
o Pasien sudah sadar = 1:2
o Pasien sudah ke tahap sadar = 1:4
n) SOP perencanaan Anestesi
Perencanaan anestesia dilakukan oleh DPJP Anestesiologi atau
peserta PPDS Anestesiologi yang akan melakukan tindakan
anestesia.
Hasil penilaina dari kunjungan pra-anestesia menjadi dasar
perencanaan dalam melakukan tindakan anestesia.
Semua DPJP Anestesiologi atau peserta PPDS anestesiologi
melakukan komunikasi dan informasi terkait dengan
perencanaan anestesia kepada pasien dan eluarga.
PJP Anestesiologi atau peserta PPDS Anestesiologi melakukan
pencatatatn seluruh aktivitas aktivitas perencanaan di dalam
rekam medik.
Perencanaan berlaku untuk semua tindakan anestesia, baik
anestesia umum, regional, blok perfer, sedasi maupun MAC.
o) SOP Penilaian Pra-Induksi
Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan anestesia dan sedasi
harus melalui proses penilaian pra-induksi.
DPJP Anestesiologi dan peserta dididk yang sudah dinyatakan
kompeten melakukan penilaian pra-induksi.
Penilaian pra-induksi dilakukan sesaat sebelum dilakuka induksi
di kamar bedah.
Penilaian pra-induksi berfokus pada stabilitas kondisi fisiologis
pasien dan kesiapan untuk menjalani anestesia.
Pada pembedahan kedaruratan kunjungan pra-anestesia dan
penilaian pra-induksi dapat dilakukan bersamaan dengan
persiapan pembedahan pasien.
Penilaian pra induksi harus tercata dalam status anestesia.
p) SOP Persetujuan Tindakan Medis
Udang-Undang Praktek Kedokteran no. 29 pasal 45 ayat(3)
tahun 2008 tentang panduan pemberian informasi dalam rangka
persetujuan tindakan kedokteran
Permenkes No. 269/MENKES/PER/III?2008 tentang rekam
medik.
Permenkes NO. 290/Menkes/PER/III/2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran.
Keputusan Dierektur RS Universitas Hasanuddin tentang
pemberlakuan Peraturan Menteru Kesehatan RI No.
290/MENKES/PER/III/2008 tentang persetujuan tindakan
kedokteran RS Universitas Hasanuddin
q) SPO Persetujuan Tindakan Kedokteran
Diatur dalam Undang-Undang Praktek Kedokteran No. 29 pasal
45 ayat (3) tahun2008 tentang panduan pemberian informasi
daam rangka persetujuan tindakan kedokteran.
Diatur dalam Permenkes No : 290/Menkes/PER/III/2008 tentang
Rekam Medis.
Diatur dalam Permenkes :269/Menkes?PER/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran
Diatur dalam Keputusan Direktur Utama RS Universitas
Hasanuddin.
r) SPO Rekam Medis Anestesia
Pembuatan Rekam Medis Anestesia merupakan hal yang wajib
dalam setiap tindakan anestesia umum, anestesia regional,
pemberian sedasi dan Monitored Anesthesia Care.
Rekam Medis Anestesia dibuat di tempat tindakan anestesia di
atas dilakukan oleh dokter spesialis Anestesiologi atau peserta
PPDS Anestesiologi yang melakukan tindakan.
Rekam Medis Anestesia harus memuat identitas pasien dan data
demografisnya, diagnosis, jenis tindakan medis yang
direncanakan dan yang dilakukan, teknik dan obat-obat
anestesia, pemantauan tanda-tanda vital, oksigenasi dan
ventilasi, keseimbangan cairan masuk dan keluar; jenis cairan,
darah atau produk darah yang diberikan, pemeriksaan-
pemeriksaan yang dilakukan intraoperatif, dsb.
Rekam Medis Anestesia harus memuat identitas dokter yang
melakukan tindakan medis dan dokter pelaku anestesia.
Rekam Medis Anestesia harus dibuat dengan jujur dan apa
adanya.
Rekam medis anestesia harus ditandatangani oleh dokter pelaku
anestesia yang bertanggungjawab.
s) SPO Transportasi PascaBedah
Transpor pasien pasca bedah ke ruang rawat inap dilakukan oleh
perawat ruangan/dokter ruangan.
Pada ondisi khusus, transportasi pasien didampingi oleh dokter
anestesi.
Untuk pasien rawat jalan pasien pulang bersama keluaga.
t) SPO Serah Terima Pasien Pre dan Post Operasi
Berdasarkan standar pelayanan keperawatan kamar operasi.
u) SPO Kriteria Pemulangan Pasien Pasca Anestesia dan Pasca Sedasi
Kriteria yang digunakan untuk menilai pemulangan/discharge
pasca anestesia dan sedasi menggunakan skor SSPPP.
Wewenang untuk memutuskan pemulangan/discharge pasien
pasca anestesia dan sedasi dapat dilakukan oleh DPJP
Anestesiologi atau peserta didik yang mempunyai kompetensi.
Pemulangan/discharge pasien pasca anestesia dan sedasi dapat
dilakukan oleh perawat ruang pulih atau staf medis yang
mempunyai kualifikasi yang setara dengan berdasarkan skor
SSPPP.
Hasil penilaian SSPPP harus didokumentasikan dalam status
anestesia.
Untuk pasien tertentu, dapat dipindahkan ke unit khusus yang
dapat memberikan layanan pasca anestesia/pasca sedasi sesuai
kondisi pasien.
v) SPO Pengelolaan Pasca Anestesia dan Sedasi di Ruang Pulih
Semua pasien pasca anestesia/pasca sedasi harus menjalani
tatalaksana pasca anestesia yang tepat sesuai kondisi pasien.
Komplikasi yang terjadi di ruang pulih harus segera ditangani
oleh DPJP, residen anestesi dan perawat ruang pulih, dan bila
memerlukan tindakan lebih lanjut dilakukan oleh dokter bedah
yang bersangkutan.
Pasien diharapkan tidak lebih dari 6 jam berada di ruang pulih,
pada kondisi tertentu, pasien dapat dipindahkan ke unit khusus
yang dapat memberikan layanan pasca anestesia /pasca sedasi
sesuai kondidi pasien.
Penentuan kondisi dan kriteria layak discharge ke ruang rawat
biasa atau pulang untuk rawat jalan dilakukan oleh DPJP/residen
anestesi yang bertugas.
Semua hasil pemantauan tanda vital, pemberian obat cairan,
tindakan, maupun jenis komplikasi yang terjadi beserta
penanganannya selama pasien berada di ruang pulih harus
ditulis secara lengkap di rekam medis pasien oleh DPJP/resien
anestesi/perawat ruang pulih yang bertugas.
Instruksi pasca bedah oleh dokter bedh dan instruksi pasca
anestesia harus ditulis secara lengkap sebelum pasien keluar dari
ruang pulih.
w) SPO Konsultasi Persiapan Prabedah
Konsultasi diperlukan berdasarkan temuan dari hasil penilaian
awal.
Konsultasi yang dituju, didasarkan pada hasil temuan dari penilaian
awal.
DPJP yang mengkonsultasikan pasien wajib mengavaluasi jawaban
konsultasi.
Hasil konsultasi dan hasil pemerikasaan penunjang lainnya menjadi
dasar proses pengelolaan tindakan pembedahan.
Setiap proses pengelolaan konsultasi harus didokumentasikan
dalam rekam medik pasien.
x) SPO Pemantauan selama pembedahan dengan anestesia lokal
Setiap pasien dengan pembedahan dengan anestesia lokal harus
dilakukan pemantauan kondisi fisiologis pasien secara kontinu
selama pembedahan dan segera setalah pembedahan.
Sistem pemantauan yang dilakukan disesuaikan dengan kondisi
pasien dan tindakan yang akan dilakukan.
Pemantauan kondisi fisiologis pasien dilakukan oleh tim bedah.
Hasil pemantauan selama pembedahan dapat menjadi dasar untuk
pengelolaan pasca bedah dan juga menjadi panduan untuk tindakan
asuhan keperawatan, tindakan medis dan kebutuhan untuk
pemeriksaan diagnostik dan penunjang lainnya.
Seua hasil pemantauan harus tercata dalam rekam medis pasien,
ceklist asuhan keperawatan perioperatif dan form laporan operasi.
y) SPO Perencanaan Pembedahan
Setiap proses rencana pembedahan, harus melalui proses
perencanaan
Proses perencanaan dilakukan dengan melalui tahpan proses
penilaian, konsultasi, edukasi, komunikasi, dan persiapan
administrasi.