BUPATI DHARMASRAYA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYANOMOR 4 TAHUN 2010
TENTANG
PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI DHARMASRAYA,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Pemerintah dan Pemerintah Provinsi serta Pemerintah Kabupaten berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan urusan kependudukan sesuai dengan kewenangan masing-masing;
b. bahwa untuk memberikan perlindungan, pengakuan, penentuan status pribadi dan status hukum setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh penduduk didaerah, maka perlu dilakukan pengaturan penyelenggaraannya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3474);
4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235);
6. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan, dan Kabupaten Pasaman Barat di Propinsi Sumatera Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4348);
7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dua kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4634);
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1975 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3050);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3730);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
2
Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 80, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4736);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;
17. Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;
18. Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pedoman Pendataan dan Penerbitan Dokumen Kependudukan Bagi Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pedoman Pencatatan Perkawinan dan Pelaporan Akta Yang Diterbitkan Oleh Negara Lain;
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengangkatan dan Pemberhentian serta Tugas Pokok Pejabat Pencatatan Sipil dan Petugas Registrasi;
22. Peraturan Daerah Kabupaten Dharmasraya Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Dharmasraya (Lembaran Daerah Kabupaten Dharmasraya Tahun 2008 Nomor 4);
23. Peraturan Daerah Kabupaten Dharmasraya Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Dharmasraya (Lembaran Daerah Kabupaten Dharmasraya Tahun 2008 Nomor 6);
24. Peraturan Daerah Kabupaten Dharmasraya Nomor 10 Tahun 2008 tentang Teknik Pembentukan dan Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Dharmasraya Tahun 2008 Nomor 10);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYAdan
BUPATI DHARMASRAYA
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
3
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Dharmasraya.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Bupati adalah Bupati Dharmasraya.
4. Instansi Pelaksana adalah perangkat Pemerintah Daerah yang
bertanggungjawab dan berwenang melaksanakan pelayanan dalam
urusan administrasi kependudukan.
5. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, selanjutnya disebut Dinas
adalah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Dharmasraya.
6. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah.
7. Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas-
batas wilayah tertentu dan berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan filosofi adat Minangkabau
(Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah) dan atau berdasarkan
asal usul adat istiadat setempat dan merupakan pemerintahan terendah
dalam wilayah Kabupaten Dharmasraya Provinsi Simatera Barat yang
diakui dan dihormati dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
8. Camat adalah Kepala Kecamatan di Kabupaten Dharmasraya.
9. Wali Nagari adalah Pimpinan penyelenggaraan Pemerintah Nagari dalam
Kabupaten Dharmasraya.
10. Jorong adalah bagian dari Wilayah Nagari yang dipimpin oleh seorang
Kepala Jorong.
11. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan
penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui
pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi
Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk
pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
12. Sistem Informasi Administasi Kependudukan, selanjutnya disingkat SIAK
adalah sistem informasi yang memanfaatkan tehnologi informasi dan
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
4
komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi Administrasi
Kependudukan ditingkat Pemerintah Daerah sebagai satu kesatuan.
13. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing yang
masuk secara sah serta bertempat tinggal di Daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
14. Warga Negara Indonesia, selanjutnya disingkat WNI adalah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan
Undang-Undang sebagai Warga Negara Indonesia.
15. Warga Negara Asing, selanjutnya disingkat WNA adalah orang-orang
bangsa lain yang bukan WNI.
16. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan Dinas
yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang
dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
17. Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregat
yang terstruktur sebagai hasil dari kegiatan pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil.
18. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata penduduk, pencatatan
atas pelaporan peristiwa kependudukan dan pendataan penduduk rentan
Administrasi Kependudukan serta penerbitan Dokumen Kependudukan
berupa Kartu Identitas atau Surat Keterangan Kependudukan.
19. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami penduduk yang
harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau
perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan/atau surat
keterangan kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan
alamat serta perubahan status Tinggal Terbatas menjadi Tinggal Tetap.
20. Nomor Induk Kependudukan, selanjutnya disingkat NIK adalah nomor
identitas penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat
pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia.
21. Kartu Keluarga, selanjutnya disingkat KK adalah kartu identitas keluarga
yang memuat data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga,
serta identitas anggota keluarga.
22. Kartu Tanda Penduduk, selanjutnya disingkat KTP adalah identitas resmi
penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Dinas yang berlaku di
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
23. Pencatatan Sipil adalah pencatatan peristiwa penting yang dialami oleh
seseorang dalam register Pencatatan Sipil pada Dinas.
24. Pejabat Pencatatan Sipil adalah pejabat yang melakukan pencatatan
peristiwa penting yang dialami seseorang pada Dinas yang
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
5
pengangkatannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
25. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi
kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak,
pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama, dan perubahan
status kewarganegaraan.
26. Izin Tinggal Terbatas adalah izin tinggal yang diberikan kepada WNA
untuk tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam
jangka waktu terbatas sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
27. Izin Tinggal Tetap adalah izin tinggal yang diberikan kepada WNA untuk
tinggal menetap di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
28. Petugas Registrasi adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas dan
tanggungjawab memberikan pelayanan pelaporan peristiwa
kependudukan dan peristiwa penting serta pengelolaan dan penyajian
data kependudukan di Kelurahan.
29. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-
Undang untuk melakukan penyidikan.
30. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah
Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah
Daerah yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk
melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah.
31. Penyidikan Tindak Pidana adalah serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindakan pidana yang terjadi
serta menemukan tersangkanya.
32. Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat,
dan dijaga kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya.
33. Tempat Perekaman Data Kependudukan yang selanjutnya disingkat TPDK
adalah tempat pelayanan Dinas di Kecamatan yang memiliki fasilitas untuk
melakukan perekaman, pengolahan dan pemutakhiran data hasil
pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil untuk penerbitan dokumen
kependudukan, serta penyajian informasi kependudukan.
34. Database Kependudukan adalah kumpulan berbagai jenis data
kependudukan yang tersimpan secara sistematik, terstruktur dan saling
berhubungan dengan menggunakan perangkat lunak, perangkat keras
dan jaringan komunikasi data.
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
6
35. Hak Akses adalah hak yang diberikan oleh Bupati kepada petugas yang
ada pada Dinas untuk dapat mengakses database kependudukan sesuai
dengan izin yang diberikan.
36. Kantor Urusan Agama Kecamatan yang selanjutnya disebut KUA
Kecamatan adalah satuan kerja yang melaksanakan pencatatan nikah,
talak, cerai dan rujuk pada tingkat kecamatan bagi penduduk yang
beragama Islam.
BAB IIMAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2Maksud penyelenggaraan administrasi kependudukan adalah untuk
pengaturan administrasi kependudukan di Daerah dalam rangka memberikan
perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status
hukum atas peristiwa kependudukan dan peristiwa penting lainnya yang
dialami oleh penduduk
.
Pasal 3Tujuan penyelenggaraan administrasi kependudukan adalah untuk :
a. Memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas
dokumen penduduk untuk setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa
penting yang dialami penduduk di Daerah;
b. Memberikan perlindungan status hak sipil penduduk;
c. Menyediakan data dan informasi kependudukan;
d. Mewujudkan tertib administrasi kependudukan.
BAB IIIPENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
Bagian KesatuHak dan Kewajiban Penduduk
Pasal 4Setiap penduduk mempunyai hak untuk memperoleh:
a. dokumen kependudukan;
b. pelayanan yang sama dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil;
c. perlindungan atas data pribadi;
d. kepastian hukum atas kepemilikan dokumen;
e. informasi mengenai data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil
atas dirinya dan / atau keluarganya; dan
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
7
f. ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan dalam
pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta penyalahgunaan data
pribadi oleh Dinas.
Pasal 5Setiap penduduk wajib melaporkan peristiwa kependudukan dan peristiwa
penting yang dialaminya kepada Dinas dengan memenuhi persyaratan yang
diperlukan dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
Bagian KeduaKewajiban Pemerintah Daerah
Pasal 6(1) Pemerintah Daerah berkewajiban dan bertanggungjawab
menyelenggarakan urusan Administrasi Kependudukan, yang meliputi:
a. penyelenggaraan sistem, pedoman dan standar pelaksanaan
Administrasi Kependudukan;
b. koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;
c. pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas dan fungsinya di bidang
Administrasi Kependudukan;
d. pengaturan teknis penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan;
f. pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang Administrasi
Kependudukan;
g. penugasan kepada Wali Nagari untuk menyelenggarakan sebagian
Administrasi Kependudukan;
h. pengelolaan dan penyajian data kependudukan berskala daerah; dan
i. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan.
(2) Penyelenggaraan urusan Administrasi Kependudukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada peraturan perundang-
undangan.
Bagian KetigaKewajiban dan Kewenangan Instansi Pelaksana
Paragraf 1Dinas
Pasal 7
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
8
(1) Dinas dalam menyelenggarakan urusan Administrasi Kependudukan,
mempunyai kewajiban meliputi:
a. pendaftaran peristiwa kependudukan dan pencatatan peristiwa
penting;
b. memberikan pelayanan yang sama dan profesional kepada setiap
penduduk atas pelaporan peristiwa kependudukan dan peristiwa
penting;
c.menerbitkan dokumen kependudukan;
d. mendokumentasikan hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil;
e. menjamin kerahasiaan dan keamanan data atas peristiwa
kependudukan dan peristiwa penting; dan
f. melakukan verifikasi dan validasi data dan informasi yang disampaikan
oleh penduduk dalam pelayanan pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk pencatatan
nikah, talak, cerai dan rujuk bagi penduduk yang beragama Islam pada
tingkat Kecamatan dilakukan oleh pegawai pencatat pada KUA
Kecamatan.
(3) Pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil pada tingkat
Kecamatan dilakukan oleh TPDK.
(4) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk persyaratan dan
tatacara pencatatan peristiwa penting bagi penduduk yang agamanya
belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan berpedoman
pada peraturan perundang-undangan.
Pasal 8(1) Dalam menyelenggarakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7, Dinas berwenang:
a. memperoleh keterangan dan data yang benar tentang peristiwa
kependudukan dan peristiwa penting yang dilaporkan penduduk;
b. memperoleh data mengenai peristiwa penting yang dialami penduduk
atas dasar putusan atau penetapan pengadilan;
c.memberikan keterangan atas pelaporan peristiwa kependudukan dan
peristiwa penting untuk kepentingan penyelidikan, penyidikan, dan
pembuktian kepada lembaga peradilan; dan
d. mengelola data dan mendayagunakan informasi hasil pendaftaran
penduduk dan pencatatan sipil untuk kepentingan pembangunan.
(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b
berlaku juga bagi KUA Kecamatan, khususnya untuk pencatatan nikah,
talak, cerai, dan rujuk bagi penduduk yang beragama Islam.
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
9
(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas
mempunyai kewenangan untuk mendapatkan data hasil pencatatan
peristiwa perkawinan, perceraian, dan rujuk bagi penduduk yang
beragama Islam dari KUA Kecamatan.
Pasal 9Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan kewenangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8 diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.
Paragraf 2Pejabat Pencatatan Sipil dan Petugas Registrasi
Pasal 10
(1) Pejabat Pencatatan Sipil mempunyai kewenangan melakukan verifikasi
kebenaran data, melakukan pembuktian pencatatan atas nama
jabatannya, mencatat data dalam register akta pencatatan sipil,
menerbitkan kutipan akta pencatatan sipil, dan membuat catatan pinggir
pada akta-akta pencatatan sipil.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengangkatan dan pemberhentian serta
tugas pokok Pejabat Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 11
(1) Petugas Registrasi membantu Wali Nagari dan Dinas dalam memberikan
pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
(2) Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari
Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan, diangkat dan
diberhentikan oleh Bupati.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengangkatan dan pemberhentian serta
tugas pokok Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB IVPENDAFTARAN PENDUDUK
Bagian KesatuNomor Induk Kependudukan
Pasal 12(1) Setiap penduduk wajib memiliki NIK.
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
10
(2) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku seumur hidup dan
selamanya, yang diberikan oleh Pemerintah dan diterbitkan oleh Dinas
kepada setiap penduduk setelah dilakukan pencatatan biodata.
(3) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan dalam setiap
dokumen kependudukan dan dijadikan dasar penerbitan Paspor, Surat Izin
Mengemudi, Nomor Pokok Wajib Pajak, Polis Asuransi, Sertifikat Hak Atas
Tanah, dan penerbitan dokumen identitas lainnya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, tatacara dan ruang lingkup
penerbitan dokumen identitas lainnya, serta pencantuman NIK diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Bupati.
Bagian KeduaPendaftaran Peristiwa Kependudukan
Paragraf 1Perubahan Alamat
Pasal 13(1) Dalam hal terjadi perubahan alamat penduduk, Dinas wajib
menyelenggarakan penerbitan perubahan dokumen pendaftaran
penduduk.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara penerbitan
perubahan dokumen pendaftaran penduduk sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Paragraf 2Pindah Datang Penduduk
Pasal 14(1) Setiap perpindahan penduduk wajib dilaporkan kepada Jorong, Nagari,
Kecamatan, dan Dinas.
(2) Perpindahan Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Antar Jorong dalam satu Nagari, wajib dilaporkan kepada Kepala
Jorong dan Wali Nagari setempat ;
b. Antar Nagari dalam satu Kecamatan, wajib dilaporkan kepada Wali
Nagari dan Camat setempat ;
c.Antar Kecamatan dalam Daerah wajib dilaporkan kepada Camat dan
Dinas;
d. Keluar Daerah, wajib dilaporkan kepada Nagari, Camat dan Dinas.
(3) Setiap perpindahan penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b, huruf c dan huruf d diterbitkan :
a. Surat Keterangan Pindah Datang dari Nagari, untuk perpindahan antar
Nagari dalam satu Kecamatan;
b. Surat Keterangan Pindah Datang dari Kecamatan, untuk perpindahan
antar Kecamatan dalam Daerah;
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
11
c. Surat Keterangan Pindah Datang dari Dinas, untuk perpindahan keluar
Daerah;
(4) Perpindahan penduduk yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada pada ayat (1) dan ayat (2), atau pindah tanpa dilaporkan
melebihi waktu 3 (tiga) bulan, Kepala Jorong melaporkan kepada Wali
Nagari.
(5) Perpindahan penduduk yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), melebihi waktu 6 (enam) bulan,
Dinas akan menghapus data penduduk yang bersangkutan dari database
kependudukan.
Pasal 15(1) Setiap kedatangan penduduk WNI yang diakibatkan perpindahan wajib
dilaporkan kepada Dinas paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
diterbitkannya Surat Keterangan Pindah dari daerah asal.
(2) Berdasarkan Surat Keterangan Pindah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Dinas menerbitkan Surat Keterangan Pindah Datang setelah dilakukan
proses verifikasi dan validasi terhadap alasan pindah.
(3) Surat Keterangan Pindah Datang sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
digunakan sebagai dasar perubahan atau penerbitan KK dan KTP bagi
WNI yang bersangkutan.
Pasal 16(1) Penduduk WNI yang pindah dengan alasan mencari pekerjaan, bekerja,
berdagang atau menjalankan usaha diberikan Surat Keterangan
Pendaftaran Penduduk Sementara yang berlaku 6 (enam) bulan dan
berstatus sebagai calon penduduk.
(2) Calon penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwajibkan
menyerahkan uang jaminan dan Surat Keterangan atau jaminan
bertempat tinggal dari Kepala Keluarga tempat tinggalnya yang diketahui
Jorong.
(3) Uang jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diserahkan kepada Dinas saat pendaftaran dan harus diambil kembali paling lambat 1 (satu) bulan sejak berakhirnya masa berlakunya Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Sementara.
(4) Uang jaminan yang tidak diambil dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), menjadi milik Pemerintah Daerah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan uang jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati
Pasal 17Dinas menerbitkan Surat Keterangan Pindah Datang, apabila calon penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) telah menyerahkan Surat Keterangan Mempunyai Pekerjaan Tetap dari Pimpinan tempatnya bekerja atau dari Instansi yang berwenang.
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
12
Pasal 18
(1) Dalam hal Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) telah habis masa berlakunya dan calon penduduk belum mempunyai pekerjaan tetap, Pemerintah Daerah dapat memulangkan ke daerah asal dengan menggunakan uang jaminan yang telah diserahkan.
(2) Calon penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang menolak dipulangkan, Pemerintah Daerah berhak melakukan upaya paksa untuk memulangkan ke daerah asal.
Pasal 19Dinas wajib menyelenggarakan pendaftaran pindah datang Penduduk yang
bertransmigrasi.
Pasal 20(1) WNA yang memiliki Izin Tinggal Terbatas dan WNA yang memiliki Izin
Tinggal Tetap di Daerah yang pindah ke luar Daerah wajib melaporkan
rencana kepindahannya kepada Dinas.
(2) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Dinas
mendaftar dan menerbitkan Surat Keterangan Pindah Datang.
(3) Surat Keterangan Pindah Datang sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
digunakan sebagai dasar perubahan atau penerbitan KK, KTP, atau Surat
Keterangan Tempat Tinggal bagi WNA yang bersangkutan.
Pasal 21(1) Setiap kedatangan penduduk WNA yang diakibatkan perpindahan wajib
dilaporkan kepada Dinas paling lambat 14 (empatbelas) hari sejak di
terbitkannya Surat Keterangan Pindah dari daerah asal.
(2) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Dinas
mendaftar dan menerbitkan Surat Keterangan Tempat Tinggal.
(3) Masa berlaku Surat Keterangan Tempat Tinggal sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) disesuaikan dengan masa berlaku Izin Tinggal Terbatas di
Daerah.
(4) Surat Keterangan Tempat Tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
wajib di bawa pada saat bepergian.
Pasal 22(1) Penduduk WNA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 wajib
menyerahkan uang jaminan dan Surat Keterangan atau jaminan
bertempat tinggal dari Kepala Keluarga tempat tinggalnya yang diketahui
Jorong dan Wali Nagari.
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
13
(2) Uang jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diserahkan kepada
Dinas saat pendaftaran dan dapat diambil kembali pada tanggal
berakhirnya masa berlaku Surat Keterangan Tempat Tinggal atau saat
yang bersangkutan kembali ke negara asal sebelum masa berakhirnya
Surat Keterangan Tempat Tinggal.
(3) Uang jaminan yang tidak diambil dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), menjadi milik Pemerintah Daerah.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan uang jaminan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
Paragraf 3Pendaftaran WNI Tinggal Sementara
Pasal 23(1) Setiap kedatangan penduduk WNI yang bermaksud tinggal sementara
dengan tujuan mencari pekerjaan, bekerja, berdagang, atau menjalankan
usaha, wajib melaporkan kepada Dinas paling lambat 30 (tigapuluh) hari
sejak diterbitkan Surat Keterangan dari daerah asal.
(2) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas
mendaftar dan menerbitkan Surat Keterangan Tinggal Sementara.
(3) Surat Keterangan Tinggal Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) berlaku selama 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang hanya 1 (satu)
kali.
(4) Perpanjangan Surat Keterangan Tinggal Sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) paling lambat 14 (empatbelas) hari sejak masa
berlakunya telah berakhir.
(5) Surat Keterangan Tinggal Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), wajib di bawa pada saat bepergian.
(6) Dalam hal Surat Keterangan Tinggal Sementara sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) telah habis masa berlakunya, maka penduduk yang
bersangkutan harus kembali ke daerah asal.
Pasal 24(1) Penduduk WNI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, wajib
menyerahkan uang jaminan tinggal sementara kepada Dinas.
(2) Uang jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diserahkan kepada
petugas di Dinas pada saat pendaftaran dan harus diambil kembali paling
lambat 1 (satu) bulan sejak berakhirnya masa berlakunya Surat
Keterangan Tinggal Sementara.
(3) Uang jaminan yang tidak diambil dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), menjadi milik Pemerintah Daerah.
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
14
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan uang jaminan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 25Penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) tidak kembali ke
daerah asal, Pemerintah Daerah berhak melakukan upaya paksa untuk
memulangkan ke daerah asal.
Pasal 26(1) Setiap kedatangan penduduk yang bermaksud tinggal sementara dengan
tujuan ingin melanjutkan pendidikan di luar kedinasan, wajib dilaporkan
kepada Dinas paling lambat 30 (tigapuluh) hari sejak diterbitkan Surat
Keterangan dari daerah asal.
(2) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas
mendaftar dan menerbitkan Surat Keterangan Tinggal Sementara.
(3) Surat Keterangan Tinggal Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) berlaku selama 1 (satu) tahun, dan wajib diperpanjang sampai dengan
berakhirnya masa pendidikan.
(4) Perpanjangan Surat Keterangan Tinggal Sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) paling lambat 14 (empatbelas) hari sejak masa
berlakunya telah berakhir.
(5) Surat Keterangan Tinggal Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), wajib di bawa pada saat bepergian.
Paragraf 4Tamu
Pasal 27(1) Setiap penduduk yang kedatangan tamu lebih dari 2 X 24 jam wajib lapor
kepada Kepala Jorong sejak tanggal kedatangan.
(2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan menunjukkan
identitas diri berupa KTP dari daerah asal.
(3) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala
Jorong mendaftar dalam Buku Tamu.
Paragraf 5Pindah Datang Antar Negara
Pasal 28(1) Penduduk WNI yang pindah ke Luar Negeri wajib melaporkan rencana
kepindahannya kepada Dinas.
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
15
(2) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Dinas
mendaftar dan menerbitkan Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri.
Pasal 29(1) Penduduk WNI yang datang dari Luar Negeri wajib melaporkan
kedatangannya kepada Dinas paling lambat 14 (empatbelas) hari sejak
tanggal kedatangannya didaerah.
(2) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas
mendaftar dan menerbitkan Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri
sebagai dasar penerbitan KK dan KTP.
Pasal 30(1) WNA yang memiliki Izin Tinggal Terbatas yang datang dari Luar Negeri
dan WNA yang memiliki izin lainnya yang telah berubah status sebagai
pemegang Izin Tinggal Terbatas yang berencana bertempat tinggal di
Daerah wajib melaporkan kepada Dinas paling lambat 7 (tujuh) hari sejak
diterbitkan Izin Tinggal Terbatas.
(2) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Dinas
mendaftar dan menerbitkan Surat Keterangan Tempat Tinggal.
(3) Masa berlaku Surat Keterangan Tempat Tinggal sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) disesuaikan dengan masa berlaku Izin Tinggal Terbatas.
(4) Surat Keterangan Tempat Tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
wajib di bawa pada saat bepergian.
Pasal 31(1) WNA pemegang Izin Tinggal Terbatas yang berencana bertempat tinggal
di Daerah sebagaimana dimaksud Pasal 30 wajib menyerahkan uang
jaminan.
(2) Uang jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diserahkan kepada
Dinas saat pendaftaran dan dapat diambil kembali pada tanggal
berakhirnya masa berlaku Surat Keterangan Tempat Tinggal atau saat
yang bersangkutan kembali ke negara asal sebelum masa berakhirnya
Surat Keterangan Tempat Tinggal.
(3) Uang jaminan yang tidak diambil dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), menjadi milik Pemerintah Daerah.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan uang jaminan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 32(1) WNA yang memiliki Izin Tinggal Terbatas yang telah mengubah status
menjadi WNA yang memiliki Izin Tinggal Tetap wajib melaporkan kepada
Dinas paling lambat 14 (empatbelas) hari sejak diterbitkan Izin Tinggal
Tetap.
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
16
(2) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Dinas
mendaftar dan menerbitkan KK dan KTP.
Pasal 33(1) WNA yang memiliki Izin Tinggal Terbatas atau WNA yang memiliki Izin
Tinggal Tetap yang akan pindah ke Luar Negeri wajib melaporkan kepada
Dinas paling lambat 14 (empatbelas) hari sebelum rencana
kepindahannya.
(2) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Dinas
melakukan pendaftaran.
Pasal 34Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara pendaftaran
peristiwa kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Pasal 14,
Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, Pasal
22, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29,
Pasal 30, Pasal 31, Pasal 32 dan Pasal 33 diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian KetigaPendataan Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan
Pasal 35
(1) Dinas wajib melakukan pendataan penduduk rentan Administrasi
Kependudukan yang meliputi :
a. penduduk korban bencana alam;
b. penduduk korban kerusuhan sosial;
c.orang terlantar;
(2) Pendataan penduduk rentan Administrasi Kependudukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b dapat dilakukan ditempat
sementara.
(3) Hasil pendataan penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
digunakan sebagai dasar penerbitan Surat Keterangan Kependudukan
untuk penduduk rentan Administrasi Kependudukan.
(4) Hasil pendataan penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
tidak dapat digunakan sebagai dasar penerbitan Dokumen
Kependudukan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara pendataan
penduduk rentan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Bupati.
Bagian Keempat
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
17
Pelaporan Penduduk Yang Tidak Mampu Mendaftarkan Sendiri
Pasal 36
(1) Penduduk yang tidak mampu melaksanakan sendiri pelaporan terhadap
peristiwa kependudukan yang menyangkut dirinya sendiri dapat dibantu
oleh Dinas atau meminta bantuan kepada orang lain.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB VPENCATATAN SIPIL
Bagian KesatuKelahiranParagraf 1
Pencatatan Kelahiran
Pasal 37(1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh penduduk kepada Dinas paling
lambat 60 (enampuluh) hari sejak kelahiran.
(2) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat
Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Kelahiran dan menerbitkan
Kutipan Akta Kelahiran.
(3) Kutipan Akta Kelahiran yang pelaporannya dilakukan tepat waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dikenakan biaya.
Pasal 38(1) Pencatatan kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan penerbitan
Kutipan Akta Kelahiran terhadap peristiwa kelahiran seseorang yang tidak
diketahui asal-usulnya atau keberadaan orangtuanya, didasarkan pada
pelaporan orang yang menemukan dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan
dari Kepolisian.
(2) Kutipan Akta Kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan
oleh Pejabat Pencatatan Sipil dan disimpan oleh Dinas.
Pasal 39(1) Kelahiran WNI di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib
dilaporkan kepada Dinas paling lambat 30 (tigapuluh) hari sejak WNI yang
bersangkutan kembali ke Daerah dengan membawa Kutipan Akta
Kelahiran.
(2) Pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), direkam
dalam database kependudukan dan diterbitkan Tanda Bukti Pelaporan
Kelahiran di Luar Negeri.
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
18
Paragraf 2Pencatatan Kelahiran di atas Kapal Laut atau
Pesawat Terbang
Pasal 40(1) Kelahiran penduduk di atas kapal laut atau pesawat terbang wajib
dilaporkan oleh penduduk kepada Instansi Pelaksana ditempat tujuan atau
tempat singgah berdasarkan keterangan kelahiran dari nahkoda kapal laut
atau kapten pesawat terbang.
(2) Dalam hal tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
kelahiran dilaporkan kepada Instansi Pelaksana setempat untuk dicatat
dalam Register Akta Kelahiran dan diterbitkan Kutipan Akta Kelahiran.
(3) Dalam hal tempat tujuan atau tempat singgah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, kelahiran dilaporkan kepada negara tempat tujuan atau tempat
singgah.
(4) Pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3),
dilaporkan oleh penduduk kepada Dinas paling lambat 30 (tigapuluh) hari
sejak penduduk yang bersangkutan kembali ke Daerah.
(5) Pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (4), direkam
dalam database kependudukan dan diterbitkan Tanda Bukti Pelaporan
Kelahiran di Luar Negeri.
Pasal 41Dinas wajib melakukan pencatatan atas pelaporan kelahiran WNI dan WNA di
atas kapal laut dan pesawat terbang.
Pasal 42
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara pencatatan
kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 38, Pasal 39, Pasal
40, dan Pasal 41 diatur dengan Peraturan Bupati.
Paragraf 3Pencatatan Kelahiran Yang Melampaui Batas Waktu
Pasal 43
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
19
(1) Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) yang
melampaui batas waktu 60 (enampuluh) hari sampai dengan 1 (satu)
tahun sejak tanggal kelahiran, pencatatan dilaksanakan setelah
mendapatkan persetujuan Kepala Dinas.
(2) Pencatatan kelahiran yang melampaui batas waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan penetapan Pengadilan
Negeri.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara pencatatan
kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
Peraturan Bupati.
Bagian KeduaLahir Mati
Pasal 44(1) Setiap lahir mati wajib dilaporkan oleh penduduk kepada Dinas paling
lambat 30 (tigapuluh) hari sejak lahir mati.
(2) Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan Surat
Keterangan Lahir Mati.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara pencatatan lahir
mati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
Peraturan Bupati.
Bagian KetigaPerkawinan
Pasal 45(1) Perkawinan bagi yang bukan beragama Islam yang telah dilakukan
menurut hukum agama dan kepercayaannya berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan wajib dilaporkan oleh penduduk kepada
Dinas paling lambat 60 (enampuluh) hari sejak tanggal perkawinan.
(2) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat
Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Perkawinan dan
menerbitkan Kutipan Akta Perkawinan.
(3) Kutipan Akta Perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing-
masing diberikan kepada suami dan isteri.
(4) Pelaporan perkawinan bagi penduduk yang beragama Islam dilaporkan
kepada KUA Kecamatan.
(5) Data hasil pencatatan atas peristiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dan dalam Pasal 7 ayat (2) wajib disampaikan oleh KUA Kecamatan
kepada Dinas dalam waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah
pencatatan perkawinan dilaksanakan.
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
20
(6) Hasil pencatatan data sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak
memerlukan penerbitan kutipan akta pencatatan sipil.
(7) Pada tingkat Kecamatan, pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan pada TPDK.
Pasal 46
Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 berlaku pula
bagi:
a. perkawinan yang ditetapkan oleh pengadilan; dan
b. perkawinan WNA yang dilakukan di Daerah atas permintaan WNA yang
bersangkutan.
Pasal 47Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan Akta Perkawinan,
pencatatan perkawinan dilakukan setelah adanya penetapan pengadilan.
Pasal 48(1) Perkawinan WNI di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
wajib dilaporkan kepada Dinas paling lambat 30 (tigapuluh) hari sejak WNI
yang bersangkutan kembali ke Daerah dengan membawa Kutipan Akta
Perkawinan.
(2) Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), direkam
dalam database kependudukan dan diterbitkan Tanda Bukti Pelaporan
Perkawinan di Luar Negeri.
Pasal 49Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara pencatatan
perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47, dan
Pasal 48 diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian KeempatPembatalan Perkawinan
Pasal 50(1) Pembatalan perkawinan wajib dilaporkan oleh penduduk yang mengalami
pembatalan perkawinan kepada Dinas paling lambat 30 (tigapuluh) hari setelah putusan pengadilan tentang pembatalan perkawinan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencabut Kutipan Akta Perkawinan dari kepemilikan subyek akta dan mengeluarkan Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara pencatatan pembatalan perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
21
Bagian KelimaPerceraian
Pasal 51
(1) Perceraian wajib dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada Dinas paling lambat 40 (empatpuluh) hari setelah putusan pengadilan tentang perceraian yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Perceraian dan menerbitkan Kutipan Akta Perceraian.
Pasal 52(1) Perceraian WNI di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib
dilaporkan kepada Dinas paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak WNI yang
bersangkutan kembali ke Daerah dengan membawa Kutipan Akta
Perceraian.
(2) Pencatatan perceraian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), direkam
dalam database kependudukan dan diterbitkan Tanda Bukti Pelaporan
Perceraian di Luar Negeri.
Pasal 53
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara pencatatan
perceraian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 dan Pasal 52 diatur
dengan Peraturan Bupati.
Bagian KeenamPembatalan Perceraian
Pasal 54
(1) Pembatalan perceraian wajib dilaporkan oleh penduduk kepada Dinas
paling lambat 60 (enampuluh) hari setelah putusan pengadilan tentang
pembatalan perceraian yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas
mencabut Kutipan Akta Perceraian dari kepemilikan subyek akta dan
mengeluarkan Surat Keterangan Pembatalan Perceraian.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara pencatatan
pembatalan perceraian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur dengan Peraturan Bupati.
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
22
Bagian KetujuhKematian
Pasal 55
(1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili
kepada Dinas paling lambat 30 (tigapuluh) hari sejak tanggal kematian.
(2) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat
Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Kematian dan menerbitkan
Kutipan Akta Kematian.
(3) Pencatatan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
berdasarkan Surat Keterangan Kematian dari pihak yang berwenang.
(4) Dalam hal terjadi ketidakjelasan keberadaan seseorang karena hilang atau
mati tetapi tidak ditemukan jenazahnya, pencatatan oleh Pejabat
Pencatatan Sipil baru dilakukan setelah adanya penetapan Pengadilan
Negeri.
(5) Dalam hal terjadi kematian seseorang di daerahyang tidak jelas
identitasnya, Dinas melakukan pencatatan kematian berdasarkan
keterangan dari kepolisian.
Pasal 56(1) Kematian penduduk WNI di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili kepada
Dinas paling lambat 30 (tigapuluh) hari sejak WNI yang bersangkutan
kembali ke Daerah.
(2) Pencatatan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), direkam
dalam database kependudukan dan diterbitkan Tanda Bukti Pelaporan
Kematian di Luar Negeri.
Pasal 57Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara pencatatan
kematian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 dan Pasal 56 diatur dengan
Peraturan Bupati.
Bagian KedelapanPengangkatan Anak, Pengakuan Anak,
dan Pengesahan Anak
Paragraf 1
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
23
Pengangkatan Anak
Pasal 58(1) Pencatatan pengangkatan anak dilaksanakan berdasarkan penetapan
pengadilan di tempat tinggal pemohon.
(2) Pencatatan pengangkatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib dilaporkan oleh penduduk kepada Dinas paling lambat 30 (tigapuluh)
hari setelah diterimanya salinan penetapan pengadilan oleh penduduk.
(3) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pejabat
Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Register Akta Kelahiran
dan Kutipan Akta Kelahiran.
Pasal 59(1) Pengangkatan anak WNA yang dilakukan oleh WNI di luar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia wajib dilaporkan oleh penduduk kepada
Dinas paling lambat 30 (tigapuluh) hari sejak yang bersangkutan kembali
ke Daerah.
(2) Pencatatan pengangkatan anak WNA sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), direkam dalam database kependudukan dan mengukuhkan Surat
Keterangan Pengangkatan Anak.
Paragraf 2Pengakuan Anak
Pasal 60(1) Pengakuan anak wajib dilaporkan oleh orangtua pada Dinas paling lambat
30 (tigapuluh) hari sejak tanggal Surat Pengakuan Anak oleh ayah dan
disetujui oleh ibu dari anak yang bersangkutan.
(2) Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan
bagi orangtua yang agamanya tidak membenarkan pengakuan anak yang
lahir di luar hubungan perkawinan yang sah.
(3) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat
Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Pengakuan Anak dan
menerbitkan Kutipan Akta Pengakuan Anak.
Paragraf 3Pengesahan Anak
Pasal 61(1) Setiap pengesahan anak wajib dilaporkan oleh orangtua kepada Dinas
paling lambat 30 (tigapuluh) hari sejak ayah dan ibu dari anak yang
bersangkutan melakukan perkawinan dan mendapatkan akta perkawinan.
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
24
(2) Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan
bagi orangtua yang agamanya tidak membenarkan pengesahan anak
yang lahir di luar hubungan perkawinan yang sah.
(3) Berdasarkan pelaporan pengesahan anak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Akta
Kelahiran.
Pasal 62
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara pencatatan
pengangkatan anak, pengakuan anak, dan pengesahan anak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58, Pasal 59, Pasal 60 dan Pasal 61 diatur dengan
Peraturan Bupati.
Bagian KesembilanPerubahan Nama dan
Perubahan Status KewarganegaraanParagraf 1
Perubahan Nama
Pasal 63(1) Pencatatan perubahan nama dilaksanakan berdasarkan penetapan
Pengadilan Negeri.
(2) Pencatatan perubahan nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dilaporkan oleh penduduk kepada Dinas paling lambat 30 (tigapuluh) hari
sejak diterimanya salinan penetapan Pengadilan Negeri oleh penduduk.
(3) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pejabat
Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Register Akta Pencatatan
Sipil dan Kutipan Akta Pencatatan Sipil.
Paragraf 2Perubahan Status Kewarganegaraan
Pasal 64(1) Perubahan status kewarganegaraan dari WNA menjadi WNI wajib
dilaporkan oleh penduduk yang bersangkutan kepada Dinas paling lambat
30 (tigapuluh) hari sejak Berita Acara Pengucapan Sumpah atau
Pernyataan Janji Setia oleh Pejabat.
(2) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat
Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Register Akta Pencatatan
Sipil dan Kutipan Akta Pencatatan Sipil.
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
25
Pasal 65Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada register Akta
Pencatatan Sipil dan Kutipan Akta Pencatatan Sipil setelah menerima
pemberitahuan pelepasan kewarganegaraan penduduk dari WNI menjadi
WNA di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari Menteri yang
berwenang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 66Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan
perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 63, Pasal 64 dan Pasal 65 diatur dengan Peraturan
Bupati.
Bagian Kesepuluh Peristiwa Penting Lainnya
Pasal 67(1) Pencatatan peristiwa penting lainnya dilakukan oleh Pejabat Pencatatan
Sipil atas permintaan penduduk yang bersangkutan setelah adanya
penetapan pengadilan negeri yang teleh memperoleh kekuatan hukum
tetap.
(2) Pencatatan peristiwa penting lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling lambat 30 (tigapuluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan
pengadilan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara pencatatan
peristiwa penting lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian KesebelasPelaporan Penduduk Yang Tidak Mampu
Melaporkan Sendiri
Pasal 68(1) Penduduk yang tidak mampu melaksanakan sendiri pelaporan terhadap
peristiwa penting yang menyangkut dirinya sendiri dapat dibantu oleh
Dinas atau meminta bantuan kepada orang lain.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara pelaporan
penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Bupati.
BAB VIDATA DAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN
Bagian Kesatu
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
26
Data Kependudukan
Pasal 69
(1) Data kependudukan terdiri atas data perseorangan dan / atau data
agregat penduduk.
(2) Data perseorangan meliputi :
a. nomor KK;
b. NIK;
c. nama lengkap;
d. jenis kelamin;
e. tempat lahir;
f. tanggal / bulan / tahun lahir;
g. golongan darah;
h. agama / kepercayaan;
i. status perkawinan;
j. status hubungan dalam keluarga;
k. cacat fisik dan / atau mental;
l. pendidikan terakhir;
m.jenis pekerjaan;
n. NIK ibu kandung;
o. nama ibu kandung;
p. NIK ayah;
q. nama ayah;
r. alamat sebelumnya;
s. alamat sekarang;
t. kepemilikan akta lahir / surat kenal lahir;
u. nomor akta kelahiran / nomor surat kenal lahir;
v. kepemilikan akta perkawinan / buku nikah;
w. nomor akta perkawinan / buku nikah;
x. tanggal perkawinan;
y. kepemilikan akta perceraian;
z. nomor akta perceraian / surat cerai;
aa. tanggal perceraian.
(3) Data agregat meliputi himpunan data perseorangan yang berupa data
kuantitatif dan data kualitatif.
Bagian KeduaDokumen Kependudukan
Pasal 70
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
27
(1) Dokumen kependudukan meliputi :
a. Biodata Penduduk;
b. KK;
c. KTP;
d. Surat Keterangan Kependudukan; dan
e. Akta Pencatatan Sipil.
(2) Surat Keterangan Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d meliputi :
a. Surat Keterangan Pindah;
b. Surat Keterangan Pindah Datang;
c. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri;
d. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri;
e. Surat Keterangan Identitas Penduduk;
f. Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Sementara;
g. Surat Keterangan Tinggal Sementara;
h. Surat Keterangan Tempat Tinggal;
i. Surat Keterangan Kelahiran;
j. Surat Keterangan lahir Mati;
k. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan;
l. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian;
m.Surat Keterangan Kematian;
n. Surat Keterangan Pengangkatan Anak;
o. Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia;
p. Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas; dan
q. Surat Keterangan Pencatatan Sipil.
(3) Dokumen Kependudukan yang diterbitkan dan ditandatangani oleh Kepala
Dinas meliputi :
a. Biodata penduduk;
b. KK;
c. KTP;
d. Surat Keterangan Pindah Penduduk WNI ke luar Daerah;
e. Surat Keterangan Pindah Datang penduduk WNI;
f. Surat Keterangan Pindah Datang penduduk WNA;
g. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri;
h. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri;
i. Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Sementara;
j. Surat Keterangan Tinggal Sementara untuk WNI Tinggal Sementara;
k. Surat Keterangan Tempat Tinggal untuk WNA Tinggal Terbatas;
l. Surat Keterangan Kelahiran untuk WNA;
m. Surat Keterangan Lahir Mati untuk WNA;
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
28
n. Surat Keterangan Kematian untuk WNA;
o. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan;
p. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian;
q. Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas;
r. Surat Keterangan Identitas Penduduk; dan
s. Surat Keterangan Pencatatan Sipil.
(4) Dokumen Kependudukan yang diterbitkan dan ditandatangani oleh Camat
atas nama Kepala Dinas meliputi :
a. Surat Keterangan Pindah penduduk WNI antar Kecamatan dalam
Daerah; dan
b. Surat Keterangan Pindah Datang penduduk WNI antar Kecamatan
dalam Daerah.
(5) Dokumen Kependudukan yang diterbitkan dan ditandatangani oleh Wali
Nagari atas nama Kepala Dinas meliputi :
a. Surat Keterangan Pindah Datang penduduk WNI dalam satu Nagari;
b. Surat Keterangan Pindah Datang penduduk WNI antar Nagari dalam
satu Kecamatan;
c. Surat Keterangan Kelahiran untuk penduduk WNI;
d. Surat Keterangan Lahir Mati untuk penduduk WNI; dan
e. Surat Keterangan Kematian untuk penduduk WNI.
Pasal 71Biodata penduduk paling sedikit memuat keterangan tentang nama, tempat
dan tanggal lahir, alamat dan jatidiri lainnya secara lengkap, serta perubahan
data sehubungan dengan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang
dialami.
Pasal 72(1) KK memuat keterangan mengenai kolom :
a. nomor KK;
b. nama lengkap kepala keluarga dan anggota keluarga;
c. NIK;
d. jenis kelamin;
e. alamat;
f. tempat lahir;
g. tanggal Iahir;
h. agama;
i. pendidikan;
j. pekerjaan;
k. status perkawinan;
l. status hubungan dalam keluarga;
m.kewarganegaraan;
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
29
n. dokumen imigrasi; dan
o. nama orang tua.
(2) Nomor KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berlaku untuk
selamanya, kecuali terjadi perubahan kepala keluarga.
(3) Keterangan mengenai kolom agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf h bagi penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau bagi penghayat
kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database
kependudukan.
(4) KK diterbitkan dan diberikan oleh Kepala Dinas kepada penduduk WNI
dan WNA yang memiliki Izin Tinggal Tetap.
(5) KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijadikan salah satu dasar
penerbitan KTP.
Pasal 73(1) Penduduk WNI dan penduduk WNA yang memiliki Izin Tinggal Tetap
hanya diperbolehkan terdaftar dalam 1 (satu) KK.
(2) Perubahan susunan keluarga dalam KK wajib dilaporkan kepada Dinas
paling lambat 30 (tigapuluh) hari sejak terjadinya perubahan.
(3) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Dinas
mendaftar dan menerbitkan KK.
Pasal 74(1) Penduduk WNI dan penduduk WNA yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang
telah berumur 17 (tujuhbelas) tahun atau telah kawin atau pernah kawin
wajib memiliki KTP.
(2) Penduduk WNA yang mengikuti status orangtuanya yang memiliki Izin
Tinggal Tetap dan sudah berumur 17 (tujuhbelas) tahun wajib memiliki
KTP.
(3) KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku secara
nasional.
(4) Penduduk wajib melaporkan perpanjangan masa berlaku KTP kepada
Dinas paling lambat 14 (empatbelas) hari sejak masa berlakunya telah
berakhir.
(5) Penduduk yang telah memiliki KTP wajib membawa pada saat bepergian.
(6) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya
diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP.
Pasal 75(1) KTP mencantumkan gambar lambang Garuda Pancasila dan peta wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, memuat keterangan tentang :
a. NIK;
b. nama lengkap;
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
30
c. tempat / tanggal lahir;
d. jenis kelamin;
e. agama;
f. status perkawinan;
g. golongan darah;
h. alamat;
i. pekerjaan;
j. kewarganegaraan;
k. pas foto;
l. masa berlaku;
m.tempat dan tanggal dikeluarkan KTP;
n. tandatangan pemegang KTP; dan
o. nama dan nomor induk pegawai pejabat yang menandatanganinya.
(2) Keterangan tentang agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e bagi penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database kependudukan.
(3) Dalam KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan ruang untuk memuat kode keamanan dan rekaman elektronik pencatatan peristiwa penting.
(4) Masa berlaku KTP :a. untuk penduduk WNI berlaku selama 5 (lima) tahun;b. untuk penduduk WNA Tinggal Tetap disesuaikan dengan masa berlaku
Izin Tinggal Tetap.(5) Penduduk yang telah berusia 60 (enampuluh) tahun diberi KTP yang
berlaku seumur hidup.
Pasal 76Surat Keterangan Kependudukan paling sedikit memuat keterangan tentang :
a. NIK;b. nama lengkap;c. jenis kelamin;d. tempat tanggal lahir;e. agama;f. alamat; dang. peristiwa Kependudukan dan peristiwa Penting yang dialami oleh
seseorang.
Pasal 77(1) Akta Pencatatan Sipil terdiri atas :
a. Register Akta Pencatatan Sipil; danb. Kutipan Akta Pencatatan Sipil.
(2) Akta Pencatatan Sipil berlaku selamanya.
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
31
Pasal 78(1) Register Akta Pencatatan Sipil memuat seluruh data peristiwa penting.(2) Data peristiwa penting yang berasal dari KUA Kecamatan diintegrasikan
ke dalam database kependudukan dan tidak diterbitkan Akta Pencatatan Sipil.
(3) Register Akta Pencatatan Sipil disimpan dan dirawat oleh Dinas.(4) Register Akta Pencatatan Sipil memuat :
a. Jenis peristiwa penting;b. NIK dan status kewarganegaraan;c. Nama orang yang mengalami peristiwa penting;d. Nama dan identitas pelapor;e. Tempat dan tanggal peristiwa;f. Nama dan identitas saksi;g. Tempat dan tanggal dikeluarkannya akta; danh. Nama dan tandatangan Pejabat yang berwenang.
Pasal 79(1) Kutipan Akta Pencatatan Sipil terdiri atas kutipan akta
a. kelahiran;
b. kematian;
c. perkawinan;
d. perceraian, dan
e. pengakuan anak.
(2) Kutipan Akta Pencatatan Sipil memuat :
a. jenis peristiwa penting;
b. NIK dan status kewarganegaraan;
c. nama orang yang mengalami peristiwa penting;
d. tempat dan tanggal peristiwa;
e. tempat dan tanggal dikeluarkannya akta;
f. nama dan tandatangan Pejabat yang berwenang;
g. pernyataan kesesuaian kutipan tersebut dengan data yang terdapat
dalam Register Akta Pencatatan Sipil.
Pasal 80(1) Dinas atau Pejabat yang diberi kewenangan, sesuai tanggung jawabnya,
wajib menerbitkan dokumen Pendaftaran Penduduk sebagai berikut:
a. KTP paling lambat 7 (tujuh) hari;
b. KK paling lambat 7 (tujuh) hari;
c. Akta Kelahiran Umum paling lambat 7 (tujuh) hari;
d. Akta Kelahiran Terlambat paling lambat 10 (sepuluh) hari;
e. Akta Perkawinan paling lambat 3 (tiga) hari;
f. Akta Perceraian paling lambat 3 (tiga) hari;
g. Akta Kematian paling lambat 5 (lima) hari;
h. Akat Pengangkatan Anak paling lambat 3 (tiga) hari;
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
32
i. Akta Pengakuan dan Pengesahan Anak paling lambat 3 (tiga) hari;
j. Perubahan Akta paling lambat 3 (tiga) hari;
k. Surat Keterangan Identitas Penduduk paling lambat 3 (tiga) hari;
l. Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Sementara untuk Calon
Penduduk paling lambat 7 (tujuh) hari;
m. Surat Keterangan Tinggal Sementara untuk WNI Tinggal Sementara
paling lambat 7 (tujuh) hari;
n. Surat Keterangan Tempat Tinggal untuk Orang Asing yang memiliki
Izin Tinggal Terbatas paling lambat 7 (tujuh) hari;
o. Surat Keterangan Kelahiran paling lambat 3 (tiga) hari;
p. Surat Keterangan Lahir Mati paling lambat lambat 3 (tiga) hari;
q. Surat Keterangan Kematian paling lambat 3 (dua) hari;
r. Surat Keterangan Pindah :
1. antar Nagari dalam satu Kecamatan paling lambat 2 (dua) hari;
2. antar Kecamatan dalam Daerah paling lambat 2 (dua) hari;
3. antar Daerah paling lambat 7 (tujuh) hari;
s. Surat Kerangan Pindah ke Luar Negeri paling lambat 7 (tujuh) hari;
t. Surat Keterangan Pindah Datang paling lambat 7 (tujuh) hari;
u. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri paling lambat 7 (tujuh) hari;
v. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan paling lambat 3 (tuga) hari;
atau
w. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian paling lambat 3 (tiga) hari
(2) Ketentuan waktu dalam penerbitan dokumen kependudukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terhitung sejak tanggal dipenuhinya semua
persyaratan.
Pasal 81(1) Pembetulan KTP hanya dilakukan untuk KTP yang mengalami kesalahan
tulis redaksional.
(2) Pembetulan KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan atau tanpa permohonan dari orang yang menjadi subyek KTP.
(3) Pembetulan KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
Dinas.
Pasal 82
(1) Pembetulan akta pencatatan sipil hanya dilakukan untuk akta yang
mengalami kesalahan tulis redaksional.
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
33
(2) Pembetulan akta pencatatan sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan atau tanpa permohonan dari orang yang menjadi
subyek akta.
(3) Pembetulan akta pencatatan sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh Pejabat Pencatatan Sipil sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 83
(1) Pembatalan akta pencatatan sipil dilakukan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
(2) Berdasarkan putusan pengadilan mengenai pembatalan akta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipil membuat
catatan pinggir pada Register Akta dan mencabut Kutipan akta-akta
Pencatatan Sipil yang dibatalkan dari kepemilikan subyek akta.
Pasal 84
Dalam hal wilayah hukum pengadilan yang memutus pembatalan akta
berbeda, maka salinan keputusan pengadilan disampaikan kepada Dinas oleh
pemohon atau pengadilan.
Pasal 85
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara pencatatan
pembetulan dan pembatalan akta pencatatan sipil sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 82 dan Pasal 83 diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 86
Ketentuan mengenai spesifikasi dan formulasi kalimat dalam Biodata
Penduduk, blangko KK, KTP, Surat Keterangan Kependudukan, Register dan
Kutipan Akta Pencatatan Sipil diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian KetigaDokumen Kependudukan Petugas Rahasia Khusus
Pasal 87
(1) Petugas Rahasia Khusus diberikan Kartu Tanda Penduduk Khusus, untuk
memberikan perlindungan dan menjamin kerahasiaan identitas selama
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
34
menjalankan tugas rahasia.
(2) Kartu Tanda Penduduk Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diterbitkan Dinas dengan menggunakan spesifikasi yang sama dengan
spesifikasi Kartu tanda Penduduk Nasional.
(3) Kartu Tanda Penduduk Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
tidak diperlukan pencatatan biodata penduduk dan KK dari Petugas
rahasia Khusus.
(4) Kartu Tanda Penduduk Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berlaku selama 5 (lima) tahun.
(5) Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan tanpa dipungut biaya.
(6) Ketentuan mengenai tatacara dan persyaratan penerbitan dokumen
kependudukan bagi petugas rahasia khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian KeempatLarangan dan Pedoman Pendokumentasian
Pasal 88Setiap orang dilarang mengubah, menambah atau mengurangi tanpa hak, isi
elemen data pada dokumen kependudukan.
Pasal 89Ketentuan mengenai pedoman pendokumentasian hasil pendaftaran
penduduk dan pencatatan sipil diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian KelimaPerlindungan Data dan Dokumen Kependudukan
Pasal 90(1) Data dan dokumen kependudukan wajib disimpan dan dilindungi oleh
Pemerintah Daerah.
(2) Bupati sebagai penanggungjawab memberikan hak akses kepada petugas
pada Dinas untuk memasukkan, menyimpan, membaca, mengubah,
meralat dan menghapus, serta mencetak data, mengkopi data dan
dokumen kependudukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, ruang lingkup, dan tatacara
mengenai pemberian hak akses sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB VIIPENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
35
SAAT TERJADI KEADAAN DARURAT DAN LUAR BIASA
Pasal 91
(1) Apabila Daerah atau sebagian Daerah dinyatakan dalam keadaan darurat
dengan segala tingkatannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan, otoritas pemerintahan yang menjabat pada saat itu diberi
kewenangan membuat Surat Keterangan mengenai peristiwa
kependudukan dan peristiwa penting.
(2) Surat Keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai dasar
penerbitan dokumen kependudukan.
(3) Apabila keadaan sudah dinyatakan pulih, Dinas aktif mendata ulang
dengan melakukan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil di tempat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 92
(1) Dalam hal terjadi keadaan luar biasa sebagai akibat bencana alam, Dinas
wajib melakukan pendaftaran penduduk bagi pengungsi dan korban
bencana alam.
(2) Dinas menerbitkan Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas atau
Surat Keterangan Pencatatan Sipil berdasarkan hasil pendaftaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas atau Surat Keterangan
Pencatatan Sipil digunakan sebagai tanda bukti diri dan bahan
pertimbangan untuk penerbitan dokumen kependudukan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara penerbitan
Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas atau Surat Keterangan
Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Bupati.
BAB VIIISISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
Pasal 93
(1) Pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan dilakukan oleh Bupati.
(2) Pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui pembangunan SIAK.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai SIAK dan pengelolaannya sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
36
(4) Pengkajian dan pengembangan SIAK dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
(5) Pedoman pengkajian dan pengembangan SIAK sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 94
(1) Data penduduk yang dihasilkan oleh SIAK dan tersimpan di dalam
database kependudukan dimanfaatkan untuk kepentingan perumusan
kebijakan di bidang pemerintahan dan pembangunan.
(2) Pemanfaatan data penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mendapatkan izin Bupati.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara mendapatkan
izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB IXPERLINDUNGAN DATA PRIBADI PENDUDUK
Pasal 95
(1) Data pribadi penduduk yang harus dilindungi memuat:
a. nomor KK;
b. NIK;
c. tanggal/bulan/tahun lahir;
d. keterangan tentang kecacatan fisik/atau mental;
e. NIK ibu kandung;
f. NIK ayah; dan
g. beberapa isi catatan peristiwa penting.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai beberapa isian catatan peristiwa penting
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g diatur dengan Peraturan
Bupati.
Pasal 96
(1) Data pribadi penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 wajib
disimpan, dijaga kebenarannya dan dilindungi kerahasiaannya oleh
Pemerintah Daerah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyimpanan dan perlindungan terhadap
data pribadi penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Bupati.
Pasal 97
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
37
(1) Bupati memberikan hak akses kepada Dinas untuk memasukkan,
menyimpan, membaca, mengubah, meralat dan menghapus, mengkopi
data serta mencetak data pribadi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, ruang lingkup, dan tatacara
mengenai pemberian hak akses sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 98
(1) Pengguna data pribadi penduduk dapat memperoleh dan menggunakan
data pribadi dari petugas Dinas.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara untuk
memperoleh dan menggunakan data pribadi penduduk sebagaimana
dimaksud ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XPENYIDIKAN
Pasal 99(1) Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, PPNS
yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya dalam bidang Administrasi
Kependudukan atau dalam bidang pelanggaran Peraturan Daerah diberi
wewenang khusus untuk melakukan penyidikan tindak pidana
pelanggaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakan tugas
penyidikan berwenang untuk :
a. menerima laporan atau pengaduan dari orang atau badan hukum
tentang adanya dugaan tindak pidana Administrasi Kependudukan;
b. memeriksa laporan atau keterangan atas adanya dugaan tindak pidana
Administrasi Kependudukan;
c. memanggil orang untuk diminta keterangannya atas adanya dugaan
sebagaimana dimaksud pada huruf b;
d. membuat dan menandatangani Berita Acara Pemeriksaan; dan
e. mengadakan tindakan lain yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Pengangkatan, mutasi, dan pemberhentian Penyidik Pegawai Negeri Sipil,
serta mekanisme penyidikan dilakukan berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundangundangan.
BAB XISANKSI ADMINISTRATIF
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
38
Bagian KesatuDenda
Pasal 100(1) Setiap penduduk dikenai sanksi administratif berupa denda apabila
melampaui batas waktu pelaporan peristiwa kependudukan dalam hal :
a. pindah datang bagi WNI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat
(1);
b. tinggal sementara di luar domisili atau tempat tinggal tetap
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) atau Pasal 26 ayat
(1);
c. pindah datang bagi WNA yang memiliki izin Tinggal Terbatas atau
WNA yang memiliki Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 ayat (1);
d. pindah datang dari Luar Negeri bagi penduduk WNI sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1);
e. pindah datang dari Luar Negeri bagi WNA yang memiliki Izin Tinggal
Terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1);
f. perubahan status WNA yang memiliki Izin Tinggal Terbatas menjadi
WNA yang memiliki Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 ayat (1);
g. pindah ke Luar Negeri bagi WNA yang memiliki Izin Tinggal Terbatas
atau WNA yang memiliki Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 33 ayat (1);
h. perubahan KK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2);
i. perpanjangan Surat Keterangan Tinggal Sementara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (4) atau Pasal 26 ayat (4);
j. perpanjangan KTP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (4).
(2) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap:
a. penduduk WNI paling sedikit Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah)
dan paling banyak Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah); dan
b. penduduk WNA paling sedikit Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah)
dan paling banyak Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah).
(3) Ketentuan pelaksanaan lebih lanjut mengenai denda administratif
sebagaimana dimaksud pda ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 101
(1) Setiap penduduk dikenai sanksi administratif berupa denda apabila
melampaui batas waktu pelaporan peristiwa penting dalam hal :
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
39
a. kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) atau Pasal
39 ayat (1) atau Pasal 40 ayat (4);
b. lahir mati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1);
c. perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) atau Pasal
48 ayat (1);
d. pembatalan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat
(1);
e. perceraian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) atau Pasal
52 ayat (1);
f. pembatalan perceraian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat
(1);
g. kematian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) atau Pasal
56 ayat (1);
h. pengangkatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (2)
atau Pasal 59 ayat (1);
i. pengakuan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1);
j. pengesahan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1);
k. perubahan nama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (2);
l. perubahan status kewarganegaraan di Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 64ayat (1); dan
m.peristiwa penting lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat
(2).
(2) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap:
a. penduduk WNI paling sedikit Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) dan
paling banyak Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah); dan
b. penduduk WNA paling sedikit Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah) dan
paling banyak Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah).
(3) Ketentuan pelaksanaan lebih lanjut mengenai
denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Bupati.
Pasal 102
(1) Setiap penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (5) yang
bepergian tidak membawa KTP dikenakan denda administratif paling
banyak Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah).
(2) Setiap penduduk WNI Tinggal Sementara sebagaimana dimaksud Pasal
23 ayat (5) atau Pasal 26 ayat (5) yang bepergian tidak membawa Surat
Keterangan Tinggal Sementara dikenakan denda administratif paling
banyak Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah).
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
40
(3) Setiap penduduk WNA yang memiliki Izin Tinggal Terbatas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (4) atau Pasal 30 ayat (4) yang bepergian
tidak membawa Surat Keterangan Tempat Tinggal dikenai denda
administratif paling banyak Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah).
(4) Ketentuan pelaksanaan lebih lanjut mengenai denda administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan
Peraturan Bupati.
Pasal 103
(1) Apabila pejabat pada Dinas melakukan tindakan atau sengaja melakukan
tindakan yang memperlambat pengurusan dokumen kependudukan dalam
batas waktu yang ditentukan dalam Peraturan Daerah ini dikenakan sanksi
berupa denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
(2) Ketentuan pelaksanaan lebih lanjut mengenai denda administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian KeduaPencabutan dan atau Pembatalan
Dokumen Kependudukan
Pasal 104(1) Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (1)
yang diperoleh tanpa melalui prosedur sebagaimana ditetapkan dalam
Peraturan Daerah ini akan dicabut dan atau dibatalkan.
(2) Pencabutan dan atau pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terlebih dahulu meminta keterangan dari penduduk yang bersangkutan
atau instansi terkait.
(3) Dalam meminta keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pejabat
PPNS membuat Berita Acara Pemeriksaan.
(4) Pencabutan dan atau pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
juga termasuk akibat langsung yang terjadi atas penetapan dari instansi
lain dengan diterbitkan Surat Keterangan Pembatalan Status
Kependudukan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara pencabutan dan
atau pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Bupati.
BAB XIIKETENTUAN PIDANA
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
41
Pasal 105
Setiap penduduk yang dengan sengaja memalsukan surat dan/atau dokumen
kepada Dinas dalam melaporkan peristiwa kependudukan dan peristiwa
penting dipidana dengan pidana penjara dan/atau pidana denda berdasarkan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 106
Setiap orang yang tanpa hak dengan sengaja mengubah, menambah, atau
mengurangi isi elemen data pada dokumen kependudukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 88 dipidana dengan pidana penjara dan/atau pidana
denda berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 107Setiap orang yang tanpa hak mengakses database kependudukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (1) dan/atau Pasal 97 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara dan/atau pidana denda berdasarkan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 108Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak mencetak, menerbitkan,
dan/atau mendistribusikan blangko Dokumen Kependudukan dipidana
dengan pidana penjara dan/atau pidana denda berdasarkan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 109Setiap penduduk yang dengan sengaja mendaftarkan diri sebagai kepala
keluarga atau anggota keluarga lebih dari satu KK sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 73 ayat (1) atau untuk memiliki KTP lebih dari satu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 74 ayat (6) dipidana dengan pidana penjara dan/atau
pidana denda berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 110
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
42
(1) Apabila pejabat dan petugas pada Pemerintah Daerah melakukan tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105 atau Pasal 106, pejabat
yang bersangkutan dipidana dengan pidana penjara dan/atau pidana
denda berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(2) Apabila pejabat dan petugas pada Pemerintah Daerah membantu
melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107
pejabat yang bersangkutan dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 111Setiap orang yang melanggar ketentuan dalam Pasal 5 diancam pidana
kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Pasal 112(1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105, Pasal 106, Pasal
107, Pasal 108, dan Pasal 109 adalah tindak pidana Administrasi
Kependudukan.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 adalah
pelanggaran.
BAB XIIIKETENTUAN PERALIHAN
Pasal 113(1) Semua dokumen kependudukan yang telah diterbitkan atau yang telah
ada pada saat Peraturan Daerah ini diundangkan dinyatakan tetap berlaku
menurut Peraturan Daerah ini.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk KK
dan KTP sampai dengan batas waktu berlakunya atau diterbitkannya KK
dan KTP yang sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.
Pasal 114Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku :
a. Semua Instansi di lingkungan Pemerintah Daerah wajib menjadikan NIK
sebagai dasar dalam menerbitkan dokumen sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (3) paling lambat 3 (tiga) tahun setelah Peraturan
Daerah ini diundangkan;
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
43
b. KTP seumur hidup yang sudah mempunyai NIK tetap berlaku dan yang
belum mempunyai NIK harus disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini;
c. KTP yang diterbitkan belum mengacu pada Pasal 75 ayat (3) tetap
berlaku sampai dengan batas waktu berakhirnya masa berlaku KTP;
d. Keterangan mengenai alamat, nama dan nomor induk pegawai pejabat
dan penandatanganan oleh pejabat pada KTP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 75 ayat (1) dihapus setelah database kependudukan nasional
terwujud.
BAB XIVKETENTUAN PENUTUP
Pasal 115Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, semua peraturan
pelaksanaan yang berkaitan dengan Administrasi Kependudukan dinyatakan
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini.
Pasal 116
Peraturan pelaksanaan Peraturan Daerah ini harus telah ditetapkan paling
lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.
Pasal 117
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Dharmasraya.
Ditetapkan di Pulau Punjungpada tanggal 2010
BUPATI DHARMASRAYA,
H. MARLON MARTUA
Diundangkan di Pulau Punjungpada tanggal 2010
SEKRETARIS DAERAH,
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
44
H. B U S R A, S.H.Pembina Utama Madya
NIP. 19540204 198003 1 004
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA TAHUN 2010 NOMOR ...
PENJELASANATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYANOMOR TAHUN 2010
TENTANG
PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
I. UMUM
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan, bahwa Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan urusan
administrasi kependudukan sesuai dengan kewenangannya masing-masing
Dalam menyelenggarakan urusan administrasi kependudukan, Kabupaten
mempunyai kewenangan yang meliputi koordinasi penyelenggaraan administrasi
kependudukan, pembentukan instansi pelaksana yang tugas dan fungsinya
dibidang administrasi kependudukan, pengaturan teknis penyelenggaraan
administrasi kependudukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan administrasi
kependudukan, pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat dibidang administrasi
kependudukan, pengelolaan dan penyajian data kependudukan berskala
Kabupaten serta juga koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan adminstrasi
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
45
kependudukan.
Pada hakekatnya pemerintah, baik pusat maupun pemerintah daerah
berkewajiban untuk memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan
status pribadi dan status hukum atas setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa
penting lainnya yang dialami oleh penduduk.
Peristiwa kependudukan, antara lain perubahan alamat, pindah datang untuk
menetap, tinggal terbatas atau tinggal sementara, serta perubahan status Warga
Negara Asing Tinggal Terbatas menjadi Tinggal Tetap, dan peristiwa penting,
antara lain kelahiran, lahir mati, kematian, perkawinan dan perceraian, termasuk
pengangkatan, pengakuan, dan pengesahan anak, serta perubahan status
kewarganegaraan, ganti nama dan peristiwa penting lainnya yang dialami oleh
seseorang merupakan kejadian yang harus dilaporkan karena membawa implikasi
perubahan data identitas atau surat keterangan kependudukan. Untuk itu setiap
peristiwa kependudukan dan peristiwa penting memerlukan bukti yang sah untuk
dilakukan pengadministrasian dan pencatatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam pemenuhan hak penduduk terutama di bidang pencatatan sipil, masih
ditemukan penggolongan penduduk yang didasarkan pada perlakuan diskriminatif
yang membeda-bedakan suku, keturunan, dan agama sebagaimana diatur dalam
berbagai peraturan produk kolonial Belanda. Penggolongan penduduk dan
pelayanan diskriminatif yang demikian itu tidak sesuai dengan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Kondisi tersebut
mengakibatkan pengadministrasian kependudukan mengalami kendala yang
mendasar sebab data kependudukan belum terkoordinasi dan terintegrasi, serta
terbatasnya cakupan pelaporan yang belum terwujud dalam suatu sistem
Administrasi Kependudukan yang utuh dan optimal.
Kondisi sosial dan administratif seperti yang dikemukakan di atas tidak
memiliki sistem database kependudukan yang menunjang penyelenggaraan
pelayanan Administrasi Kependudukan.
Kondisi itu harus diakhiri dengan pembentukan suatu Sistem Administrasi
Kependudukan yang sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
untuk memenuhi tuntutan masyarakat atas pelayanan kependudukan yang
profesional.
Seluruh kondisi tersebut di atas menjadi dasar pertimbangan perlunya
membentuk Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan.
Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan ini
memuat pengaturan dan pembentukan sistem yang mencerminkan adanya
reformasi di bidang Administrasi Kependudukan. Salah satu hal penting adalah
pengaturan mengenai penggunaan Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK adalah
identitas penduduk Indonesia dan merupakan kunci akses dalam melakukan
verifikasi dan validasi data jati diri seseorang guna mendukung pelayanan publik di
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
46
bidang administrasi kependudukan. Sebagai kunci akses dalam pelayanan
kependudukan, NIK dikembangkan ke arah identifikasi tunggal bagi setiap
penduduk. NIK bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang
terdaftar sebagai penduduk Indonesia dan berkaitan secara langsung dengan
seluruh dokumen kependudukan.
Untuk penerbitan NIK, setiap penduduk wajib mencatatkan biodata penduduk yang diawali dengan pengisian formulir biodata penduduk di Nagari secara benar. NIK wajib dicantumkan dalam setiap dokumen kependudukan, baik dalam pelayanan pendaftaran penduduk maupun pencatatan sipil, serta sebagai dasar penerbitan berbagai dokumen yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pendaftaran penduduk pada dasarnya menganut stelsel aktif bagi penduduk. Pelaksanaan pendaftaran penduduk didasarkan pada asas domisili atau tempat tinggal atas terjadinya peristiwa kependudukan yang dialami oleh seseorang dan/atau keluarganya. Pencatatan sipil pada dasarnya juga menganut stelsel aktif bagi penduduk. Pelaksanaan pencatatan sipil didasarkan pada asas peristiwa, yaitu tempat dan waktu terjadinya peristiwa penting yang dialami oleh dirinya dan/atau keluarganya.
Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem diharapkan dapat
terselenggara sebagai bagian dari penyelenggaraan Administrasi Negara. Dari sisi
kepentingan penduduk, Administrasi Kependudukan memberikan pemenuhan hak-
hak administratif seperti pelayanan publik serta perlindungan yang berkenaan
dengan dokumen kependudukan tanpa adanya perlakuan yang diskriminatif.
Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan diarahkan untuk :
1. memenuhi hak azasi setiap orang di bidang Administrasi Kependudukan tanpa
diskriminasi dengan pelayanan publik yang profesional;
2. meningkatkan kesadaran penduduk akan kewajibannya untuk berperan serta
dalam pelaksanaan Administrasi Kependudukan;
3. memenuhi data statistik kependudukan daerah mengenai peristiwa
kependudukan dan peristiwa penting;
4. mendukung terhadap perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan
secara nasional, regional dan lokal;
5. mendukung terhadap pembangunan Sistem Administrasi Kependudukan.
Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan bertujuan untuk :
1. memberikan keabsahan identiras dan kepastian hukum atas dokumen penduduk
untuk setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh
penduduk;
2. memberikan perlindungan status dan pencatatan sipil penduduk;
3. menyediakan data dan informasi secara nasional mengenai pendaftaran
penduduk dan pencatatan sipil pada berbagai tingkatan secara akurat, lengkap,
mutakhir, dan mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi perumusan
kebijakan dan pembangunan pada umumnya;
4. mewujudkan tertib administrasi kependudukan daerah secara terpadu;
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
47
5. menyediakan data penduduk yang menjadi rujukan dasar bagi sektor terkait
dalam penyelenggaraan setiap kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan.
Prinsip-prinsip tersebut di atas menjadi dasar terjaminnya penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan sebagaimana yang dikehendaki oleh Peraturan Daerah
ini melalui penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Daerah dimaksudkan untuk :
1. terselenggaranya Administrasi Kependudukan daerah sebagai bagian Sistem
Administrasi Kependudukan dalam skala nasional yang terpadu dan tertib;
2. terselenggaranya administrasi kependudukan yang bersifat universal, permanen,
wajib, dan berkelanjutan;
3. terpenuhinya hak penduduk di bidang Administrasi Kependudukan dengan
pelayanan yang profesional;
4. tersedianya data dan informasi secara nasional mengenai pendaftaran penduduk
dan pencatatan sipil pada berbagai tingkatan secara akurat, lengkap, mutakhir,
dan mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi perumusan kebijakan dan
pembangunan pada umumnya.
Secara keseluruhan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini
meliputi Hak dan Kewajiban Penduduk, Kewenangan Penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan, Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, Data dan
Dokumen Kependudukan, Pedaftaran Pendudukan dan Pencatatan Sipil Saat
Terjadi Keadaan Darurat dan Luar Biasa, Pemberian Kepastian Hukum, dan
Perlindungan terhadap Data Pribadi Penduduk. Untuk menjamin pelaksanaan
Peraturan Daerah ini dari kemungkinan pelanggaran, baik administratif maupun
ketentuan materiil yang bersifat pidana, diatur juga ketentuan mengenai tatacara
penyidikan serta pengaturan mengenai sanksi administratif dan ketentuan pidana.
II. PASAL DEMI PASALPasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Yang dimaksud dengan “persyaratan” adalah persyaratan yang sesuai dengan
ketentuan dalam peraturan pelaksanaan Peraturan Daerah ini.
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
48
Pasal 6
Ayat (1)
Huruf a
Penyelenggaraan sistem, pedoman, dan standar bidang Administrasi
Kependudukan yang bersifat nasional di Daerah sangat diperlukan
dalam upaya penertiban Administrasi Kependudukan.
Pedoman di bidang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan diatur
dengan Peraturan Bupati.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Yang dimaksud dengan “pengelolaan dan penyajian data kependudukan
berskala daerah” adalah pengelolaan data kependudukan yang
menggambarkan kondisi daerah dengan menggunakan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan (SIAK) yang disajikan sesuai dengan
kepentingan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Huruf i
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
49
Cukup jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Pemberian NIK kepada penduduk menggunakan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “dokumen identitas lainnya” adalah dokumen resmi
yang diterbitkan oleh Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota atau Badan Hukum Publik
dan Badan Hukum Privat yang terkait dengan identitas penduduk, selain
dokumen kependudukan.
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 13
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “dokumen pendaftaran penduduk” adalah bagian
dari dokumen kependudukan yang dihasilkan dari proses pendaftaran
penduduk, misalnya KK, KTP, dan Biodata.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 14
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “perpindahan penduduk” adalah perubahan lokasi
tempat tinggal untuk menetap karena perpindahan dari tempat yang lama ke
tempat yang baru.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
50
Yang dimaksud dengan “kedatangan” adalah perubahan lokasi tempat
tinggal untuk menetap karena perpindahan dari tempat yang lama ke tempat
yang baru setelah disahkannya Surat Keterangan Pindah Datang.
Yang dimaksud dengan “hari” adalah hari kerja (berlaku untuk penjelasan
“hari” pada pasal-pasal berikutnya).
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk
Sementara” adalah surat keterangan kependudukan yang diberikan kepada
WNI sebagai bukti diri bahwa yang bersangkutan telah terdaftar di Daerah
sebagai calon penduduk.
Yang dimaksud dengan “calon penduduk” adalah WNI yang datang dari luar
Daerah yang akan bertempat tinggal di Daerah dan belum berstatus sebagai
penduduk tetap.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “uang jaminan” adalah titipan pembayaran atas
jaminan untuk tinggal sementara bagi WNI dan WNA yang datang dari luar
Daerah (berlaku untuk penjelasan “uang jaminan” pada pasal-pasal
berikutnya).
Yang dimaksud dengan “Surat Keterangan atau jaminan bertempat tinggal”
adalah Surat Pernyataan Jaminan Tempat Tinggal yang dibuat oleh pemilik
rumah diketahui oleh Wali Nagari setempat.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 17
Yang dimaksud dengan “pekerjaan tetap” adalah suatu aktivitas rutin yang
menghasilkan barang atau jasa yang dilakukan secara perorangan maupun
berkelompok, berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum pada waktu dan
tempat yang bersifat permanen, legal dan tidak terlarang, serta tidak
menimbulkan akibat gangguan maupun kerugian bagi pihak lain.
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
51
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “Surat Keterangan Tempat Tinggal” adalah surat
keterangan kependudukan yang diberikan kepada Warga Negara Asing
pemegang Izin Tinggal Terbatas sebagai bukti diri bahwa yang
bersangkutan telah terdaftar di Daerah sebagai penduduk tinggal terbatas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 22
Ayat (1)
Lihat penjelasan Pasal 16 ayat (2)
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 23
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan ”tinggal sementara” adalah penduduk WNI yang
datang dari luar Daerah dengan maksud untuk bekerja atau menempuh
pendidikan di luar kedinasan dan yang bersangkutan bertempat tinggal di
Daerah tetapi tidak bermaksud menjadi penduduk Daerah.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “Surat Keterangan Tinggal Sementara” adalah
adalah Surat Keterangan Kependudukan yang diberikan kepada WNI
Tinggal Sementara sebagai bukti diri bahwa yang bersangkutan telah
terdaftar di Daerah sebagai penduduk tinggal sementara.
Ayat (3)
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
52
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 24
Ayat (1)
Lihat penjelasan Pasal 16 ayat (2)
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “pendidikan di luar kedinasan” adalah pendidikan
yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun swasta, seperti : SD, SLTP,
SLTA, Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta, kursus-kursus, dan yang
sejenis.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 27
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “tamu” adalah setiap orang, baik WNI maupun
WNA yang melakukan kunjungan singkat ke Daerah bukan untuk bertempat
tinggal tetap yang lamanya tidak lebih dari 30 (tiga puluh hari) hari.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
53
Cukup jelas
Pasal 28
Ayat (1)
Yang dimaksud “pindah ke luar negeri” adalah penduduk WNI yang tinggal
menetap di luar negeri atau meninggalkan tanah air untuk jangka waktu 1
(satu) tahun berturut-turut atau lebih dari 1 (satu) tahun.
Penduduk tersebut termasuk Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja ke
luar negeri.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 29
Ayat (1)
Yang dimaksud “datang dari luar negeri” adalah penduduk WNI yang
sebelumnya pindah ke luar negeri kemudian datang untuk menetap kembali
di Daerah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 30
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Lihat penjelasan Pasal 21 ayat (2)
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 31
Ayat (1)
Lihat penjelasan Pasal 16 ayat (2)
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 32Cukup jelas
Pasal 33Cukup jelas
Pasal 34Cukup jelas
Pasal 35Ayat (1)
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
54
Yang dimaksud dengan “penduduk rentan administrasi kependudukan” adalah penduduk yang mengalami hambatan dalam memperoleh dokumen penduduk yang disebabkan oleh bencana alam dan kerusuhan sosial.Pendataan dilakukan dengan membentuk tim yang beranggotakan dari instansi terkait.
Huruf aCukup jelas
Huruf bCukup jelas
Huruf cYang dimaksud dengan ”orang terlantar” adalah penduduk yang karena suatu sebab sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara wajar, baik rohani, jasmani maupun sosial.Ciri-cirinya:1) tidak terpenuhinya kebutuhan dasar hidup khususnya makan,
sandang dan papan;2) tempat tinggal tidak tetap / gelandangan;3) tidak mempunyai pekerjaan / kegiatan yang tetap;4) miskin.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “tempat sementara” adalah tempat pada saat terjadi
pengungsian.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 36
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “penduduk yang tidak mampu melaksanakan
pelaporan sendiri” adalah penduduk yang tidak mampu melaksanakan
pelaporan karena pertimbangan umur, sakit keras, cacat fisik dan cacat
mental.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 37
Ayat (1)
Waktu pelaporan kelahiran paling lambat 60 (enampuluh) hari merupakan
tenggang waktu yang memungkinkan bagi penduduk untuk melaporkan
perstiwa kelahiran sesuai dengan kondisi/letak geografis Daerah.
Penduduk yang wajib melaporkan kelahiran adalah Kepala Keluarga.
Ayat (2)
Cukup jelas
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
55
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 38
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Kutipan Akta Kelahiran seorang anak yang tidak diketahui asal usulnya atau
keberadaan orangtuanya diserahkan kepada yang bersangkutan setelah
dewasa.
Pasal 39
Cukup jelas
Pasal 40
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “tempat singgah” adalah tempat persinggahan
pesawat terbang atau kapal laut dalam perjalanannya mencapai tujuan. Hal
ini sesuai asas yang berlaku secara universal, yakni tempat dimana
peristiwa kelahiran (persinggahan pertama pesawat terbang/kapal laut),
apabila memungkinkan pelaporan dilakukan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Ayat (1)
Persetujuan dari Kepala Dinas diperlukan mengingat pelaporan kelahiran
tersebut sudah melampaui batas waktu sampai dengan 1 (satu) tahun
dikhawatirkan terjadi manipulasi data atau hal-hal yang tidak diinginkan.
Persetujuan tersebut juga berfungsi sebagai verifikasi atas keabsahan data
yang dilaporkan.
Ayat (2)
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
56
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 44
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “lahir mati” adalah kelahiran seorang bayi dari
kandungan yang berumur paling sedikit 28 (duapuluh delapan) minggu pada
saat dilahirkan tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Ayat (2)
Peristiwa lahir mati hanya diberikan surat keterangan lahir mati, tidak
diterbitkan akta pencatatan sipil.
Meskipun tidak diterbitkan Akta Pencatatan Sipil tetapi pendataannya
diperlukan untuk kepentingan perencanaan dan pembangunan di bidang
kesehatan.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 45
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “perkawinan” adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perkawinan yang dimaksud adalah perkawinan yang dilaksanakan di
Daerah.
Perkawinan penduduk yang beragama Islam dicatat oleh Kantor Urusan
Agama Kecamatan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ayat (2)
Penerbitan akta perkawinan bagi penduduk yang beragama Islam dilakukan
oleh KUA Kecamatan.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Karena akta perkawinan bagi penduduk yang beragama Islam sudah
diterbitkan oleh KUA Kecamatan, data perkawinan yang diterima oleh Dinas
tidak perlu diterbitkan kutipan akta perkawinan.
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
57
Cukup jelas
Pasal 46
Huruf a
Perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan adalah perkawinan yang
dilakukan antar umat yang berbeda agama.
Huruf b
Perkawinan yang dilakukan oleh Warga Negara Asing di Daerah, harus
mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai perkawinan
di Republik Indonesia.
Pasal 47
Cukup jelas
Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas
Pasal 52
Cukup jelas
Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Ayat (1)
Bagi penganut agama Islam diberlakukan ketentuan mengenai rujuk yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954 tentang Pencatatan
Nikah, Talak, dan Rujuk jo. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan dan peraturan pelaksanaannya.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 55
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “kematian” adalah tidak adanya secara permanen
seluruh kehidupan pada saat manapun setelah kelahiran hidup terjadi.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
58
Yang dimaksud dengan “pihak yang berwenang” adalah kepala rumah sakit,
dokter/paramedis, kepala desa/lurah atau kepolisian.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 56
Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “pengangkatan anak” adalah perbuatan hukum
untuk mengalihkan hak anak dari lingkungan kekuasaan keluarga orangtua,
wali yang sah, atau orang lain yang bertanggungjawab atas perawatan,
pendidikan dan membesarkan anak tersebut ke dalam lingkungan keluarga
orangtua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “catatan pinggir” adalah catatan mengenai
perubahan status atas terjadinya peristiwa penting dalam bentuk catatan
yang diletakkan pada bagian pinggir akta atau bagian akta yang
memungkinkan (di halaman/bagian muka atau belakang akta) oleh Pejabat
Pencatatan Sipil.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “pengakuan anak” adalah pengakuan seorang ayah
terhadap anaknya yang lahir di luar ikatan perkawinan yang sah atas
persetujuan ibu kandung anak tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 61
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan ”pengesahan anak” adalah pengesahan status
seorang anak yang lahir di luar ikatan perkawinan sah pada saat pencatatan
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
59
perkawinan kedua orangtua anak tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 62
Cukup jelas
Pasal 63
Cukup jelas
Pasal 64
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Pembuatan catatan pinggir pada akta pencatatan sipil diperuntukkan bagi
Warga Negara Asing yang melakukan perubahan kewarganegaraan dan
pernah mencatatkan peristiwa penting di Daerah.Pasal 65
Cukup jelas
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal 67
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “peristiwa penting lainnya” adalah peristiwa yang
ditetapkan oleh pengadilan negeri untuk dicatatkan pada Dinas, antara lain
perubahan jenis kelamin.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 68
Cukup jelas
Pasal 69
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
60
Cukup jelas
Huruf c
Yang dimaksud dengan “nama lengkap” adalah nama secara lengkap
sesuai dengan akta kelahiran atau sesuai dengan nama pemberian
orangtua tanpa gelar akademis, kebangsawanan atau gelar agama.
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas
Huruf j
Cukup jelas
Huruf k
Yang dimaksud dengan cacat fisik dan/atau mental berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undang yang menetapkan tentang hal
tersebut.
Huruf l
Cukup jelas
Huruf m
Cukup jelas
Huruf n
Cukup jelas
Huruf o
Cukup jelas
Huruf p
Cukup jelas
Huruf q
Cukup jelas
Huruf r
Cukup jelas
Huruf s
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
61
Cukup jelas
Huruf t
Cukup jelas
Huruf u
Cukup jelas
Huruf v
Cukup jelas
Huruf w
Cukup jelas
Huruf x
Cukup jelas
Huruf y
Cukup jelas
Huruf z
Cukup jelas
Huruf aa
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “data agregat” adalah kumpulan data tentang
peristiwa kependudukan, peristiwa penting, jenis kelamin, kelompok usia,
agama, pendidikan, dan pekerjaan.
Yang dimaksud dengan “data kuantitatif” adalah data yang berupa angka-
angka.
Yang dimaksud dengan “data kualitatif” adalah data yang berupa
penjelasan.
Pasal 70
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan ”Biodata Penduduk” adalah keterangan yang
berisi elemen data tentang jatidiri, informasi dasar serta riwayat
perkembangan dan perubahan keadaan yang dialami penduduk sejak
saat kelahiran.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
62
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Yang dimaksud dengan “Surat Keterangan Identitas Penduduk” adalah
adalah surat keterangan kependudukan yang diberikan kepada
pendududk yang genap berusia 15 (limabelas) tahun sampai dengan
menjelang umur 17 (tujuhbelas) tahun.
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas
Huruf j
Cukup jelas
Huruf k
Cukup jelas
Huruf l
Cukup jelas
Huruf m
Cukup jelas
Huruf n
Cukup jelas
Huruf o
Cukup jelas
Huruf p
Cukup jelas
Huruf q
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
63
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 71
Kata “paling sedikit” dalam ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan
kemungkinan adanya tambahan keterangan, tetapi keterangan tersebut tidak
bersifat diskriminatif.
Yang dimaksud dengan “alamat” adalah alamat sekarang dan alamat
sebelumnya.
Yang dimaksud dengan ”jatidiri lainnya” meliputi nomor KK, NIK,
laki-laki/perempuan, golongan darah, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan,
penyandang cacat fisik dan/atau mental, status perkawinan,
kedudukan/hubungan dalam keluarga, NIK ibu kandung, nama ibu kandung,
NIK ayah kandung, nama ayah kandung, nomor paspor, tanggal berakhir
paspor, nomor akta kelahiran/surat kenal lahir, nomor akta perkawinan/buku
nikah, tanggal perkawinan, nomor akta perceraian/surat cerai, dan tanggal
perceraian.
Pasal 72
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “Kepala Keluarga” adalah :
a. orang yang bertempat tinggal dengan orang lain, baik
mempunyai hubungan darah maupun tidak, yang bertanggungjawab
terhadap keluarga;
b. orang yang bertempat tinggal seorang diri; atau
c. kepala kesatrian, kepala asrama, kepala rumah yatim piatu, dan
lain-lain tempat beberapa orang tinggal bersama-sama.
Setiap kepala keluarga wajib memiliki KK, meskipun kepala keluarga
tersebut masih menumpang di rumah orangtuanya, karena pada prinsipnya
dalam satu alamat boleh terdapat lebih dari satu KK.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 73
Ayat (1)
Cukup jelas
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
64
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “perubahan susunan keluarga dalam KK” adalah
perubahan yang diakibatkan adanya peristiwa kependudukan atau peristiwa
penting seperti pindah datang, kelahiran atau kematian.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 74
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Dalam rangka menciptakan kepemilikan 1 (satu) KTP untuk 1 (satu)
penduduk diperlukan sistem keamanan / pengendalian dari sisi administrasi
ataupun teknologi informasi dengan melakukan verifikasi dan validasi dalam
sistem database kependudukan serta pemberian NIK.
Pasal 75
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Ketentuan tentang pindah domisili tetap bagi KTP seumur hidup mengikuti
ketentuan yang berlaku menurut Peraturan Daerah ini.
Pasal 76
Cukup jelas
Pasal 77
Cukup jelas
Pasal 78
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
65
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Yang dimaksud dengan ”pejabat yang berwenang” adalah Pejabat
Pencatatan Sipil pada Dinas yang telah diambil sumpahnya untuk
melakukan tugas pencatatan.
Pasal 79
Cukup jelas
Pasal 80
Cukup jelas
Pasal 81
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “kesalahan tulis redaksional” misalnya kesalahan
penulisan huruf dan/atau angka.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 82
Ayat (1)
Cukup jelas
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
66
Ayat (2)
Pembetulan akta biasanya dilakukan pada saat akta sudah selesai diproses
(akta sudah jadi) tetapi belum diserahkan atau akan diserahkan kepada
subyek akta. Pembetulan akta atas dasar koreksi dari petugas, wajib
diberitahukan kepada subyek akta.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 83
Ayat (1)
Pembatalan akta dilakukan atas permintaan orang lain atau subyek akta,
dengan alasan akta cacat hukum karena dalam proses pembuatan
didasarkan pada keterangan yang tidak benar dan tidak sah.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 84
Cukup jelas
Pasal 85
Cukup jelas
Pasal 86
Cukup jelas
Pasal 87
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “petugas rahasia khusus” adalah reserse dan intel
yang melakukan tugasnya di luar daerah domisilinya.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 88
Cukup jelas
Pasal 89
Cukup jelas
Pasal 90
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
67
Cukup jelas
Pasal 91
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “daerah atau sebagian dari daerah dinyatakan
dalam keadaan darurat dengan segala tingkatannya” adalah sebagaimana
diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 92
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “Surat Keterangan Pencatatan Sipil” adalah surat
keterangan yang diterbitkan oleh lembaga yang berwenang sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Daerah ini ketika Daerah atau sebagian Daerah
dalam keadaan luar biasa.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 93
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Pembangunan dan pengembangan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan bertujuan mewujudkan komitmen nasional dalam rangka
menciptakan sistem pengenal tunggal, berupa NIK bagi seluruh penduduk
Indonesia. Dengan demikian, data penduduk dapat diintegrasikan dan
direlasionalkan dengan data hasil rekaman pelayanan pendaftaran
penduduk dan pencatatan sipil. Sistem ini akan menghasilkan data
penduduk nasional yang dinamis dan mutakhir.
Pembangunan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dilakukan
dengan menggunakan perangkat keras, perangkat lunak dan sistem
jaringan komunikasi data yang efisien dan efektif agar dapat diterapkan di
seluruh Daerah.
Ayat (3)
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
68
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 94
Ayat (1)
Data penduduk yang dihasilkan oleh sistem informasi dan tersimpan di
dalam database kependudukan dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan, seperti dalam menganalisa dan merumuskan kebijakan
kependudukan, menganalisa dan merumuskan perencanaan pembangunan,
pengkajian ilmu pengetahuan. Dengan demikian baik pemerintah maupun
non pemerintah untuk kepentingannya dapat diberikan izin terbatas dalam
arti terbatas waktu dan peruntukkannya.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 95
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Yang dimaksud dengan ”beberapa isi catatan peristiwa penting” adalah
beberapa catatan mengenai data yang bersifat pribadi dan berkaitan
dengan peristiwa penting yang perlu dilindungi.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 96
Ayat (1)
Lihat Penjelasan Pasal 95 huruf g.
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
69
Ayat (2)
Penyimpanan dan perlindungan dimaksud meliputi tatacara dan
penanggungjawab.
Pasal 97
Cukup jelas
Pasal 98
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “pengguna data pribadi penduduk” adalah instansi
pemerintah dan swasta yang membutuhkan informasi data sesuai dengan
bidangnya.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 99
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Penyidik Pegawai Negeri Sipil memberitahukan kepada Pejabat Penyidik
Kepolisian Negara Republik Indonesia mengenai saat dimulainya penyidikan
dan menyerahkan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui
Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan jaminan bahwa hasil penyidikannya telah
memenuhi ketentuan dan persyaratan. Mekanisme hubungan koordinasi
antara Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan Pejabat Penyidik
Kepolisian Negara Republik Indonesia dilakukan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 100
Ayat (1)
Cukup jelas
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
70
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Penetapan besaran denda administratif dalam Peraturan Bupati dilakukan
dengan memperhatikan kondisi masyarakat.
Pasal 101
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Penetapan besaran denda administratif dalam Peraturan Bupati dilakukan
dengan memperhatikan kondisi masyarakat.
Pasal 102
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Penetapan besaran denda administratif dalam Peraturan Bupati dilakukan
dengan memperhatikan kondisi masyarakat.
Pasal 103
Cukup jelas
Pasal 104
Cukup jelas
Pasal 105
Cukup jelas
Pasal 106
Cukup jelas
Pasal 107
Cukup jelas
Pasal 108
Cukup jelas
Pasal 109
Cukup jelas
Pasal 110
Cukup jelas
Pasal 111
Cukup jelas
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
71
Pasal 112
Cukup jelas
Pasal 113
Cukup jelas
Pasal 114
Cukup jelas
Pasal 115
Cukup jelas
Pasal 116
Cukup jelas
Pasal 117
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR ……..
Perda No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
72