BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup, baik tumbuhan, hewan maupun manusia terdiri atas unit-
unit kecil yang disebut sel. Selama makhluk itu masih hidup banyak sekali proses
perubahan yang terjadi di dalam sel. Aktivitas yang terjadi dalam sel inilah yang
menunjang fungsi organ-organ dalam makhluk itu dan dengan demikian juga
merupakan penunjang terlaksananya fungsi makhluk hidup itu sendiri.
Fenomena kehidupan yang ditandai oleh adanya pertumbuhan dan
reproduksi serta hal-hal yang berkaitan merupakan ruang lingkup Biologi dan
ilmu-ilmu yang relevan misalnya ilmu kedokteran atau kesehatan.
Selain itu, pada sel terjadi proses pembelahan sel,yaitu mitosi dan meiosis,
yang mana proses pembelahan sel tersebut sangat berpengaruh pada proses
pertumbuhan, reproduksi dan pewarisan sifat pada makhluk hidup.
Maka dari itu disusunlah makalah ini dengan judul “ PROSES MEIOSIS ”
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui proses pemebalahan meiosis
1.2.2 Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan antara meiosis dan
mitosis
1.2.3 Untuk mengetahui proses, factor dan dampak terjadinya non
disjunction
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Mitosis dan Tahap-tahap proses meiosis
2.1.1 Definsi meiosis
1. Meiosis (PembelahanReduksi) adalah reproduksi selmelalui tahap-tahap
pembelahanseperti pada mitosis, tetapi dalam prosesnya terjadi pengurangan
(reduksi) jumlah kromosom. (Anonymous a,2011)
2. Meiosis adalah proses seluler yang membelahsel diploid hingga membentuk
sel gamet haploid.
3. Meiosis adalah bentuk pembelahan inti yang sangat penting diantara
reproduksi seksual organisme.
4. Meiosis adalah proses pembelahansel di manajumlahkromosom per
sel ,dibelahdua.
5. Meiosis merupakan pembelahan sel secara tidak langsung melalui dua tahapan
meiosis I dan meiosis II, tanpamelaluiinterfase. ( Anonymous b,2011)
2.1.2 Tahapan Meiosis
Tahapan pembelahan meiosis adalah sebagai berikut:
a. Interfase I
Fase dimana sel tumbuh dan berkembang. Merupakan tahap persiapan untuk
mengadakan pembelahan sel. Pada fase ini terjadi peristiwapenggandaan DNA
dari satu salinan menjadi dua salinan. Akhir dari fase dihasilkan dua salinan DNA
dan siap berubah menjadi kromosom.
2
b. Profase I
Profase I pada meiosis jauh lebih lebih lama daripada profase.
Leptoten : pengumpulan kromosom
- Kromsosm merenggang dan kelihatan sebagai benang-benang
halus. Kromomernya menjadi kelihatan dan serabutnya (filament)
mungkin telah mengganda tetapi tidak kelihatan. Biasanya
nucleolus dan selaput inti masih ada.
- Filamen protein mulai terbentuk secara lateral dan kemudian
melekar pada sentromer.
Zigoten : krmosom memendek dan berpasangan (sinapsis)
- Kromosom homolog saling tarik menarik dan mulai berpasangan
(sinapsis). Suatu prosedur yang tepat dan terjadi anatar kromomer
dan kromomer.
- Peristiwa ini merupakan perbedaan yang jelas antara meiosis dan
mitosis. Pasangan kromososm homolog itu disebut bivalen.
- Diduga kromosom homolog berdekatan satu dengan yang lain
selama interfase. Replikasi AND terjadi selama interfase dan
terbentuk kromatid. Pada leptoten terbentik serabut protein sebagai
elemen lateral yang kemudian melekat pada kromatid. Struktur ini
disebut synaptinemal complex. Ternyata elemen lateral inin saling
tarik menarik dan melekatkan kromosom menjadi satu.
- Sinapsis ini memungkinkan pertukaran bahan genetic dari
kromosom induk dan kromosom bapak.
Pakhiten : tahap akhir dari proses berpasangan
- Kromosom makin pendek karena makin berpilin.
- Masing-masing bivalen menjadi dua dan terlihat empat benang
yang disebut tetrad (jangan dikacaukan denga hasil dari meiosis
yaitu empat sel yang menuju pada pembentukan gamet).
3
- Terjadi pindah silang (crossing over) dengan pertukaran timbale
balik antara bagian kromosom homolog, lebih tepatnya anatar non-
sister chromatid. Beberapa sintesis AND tetap berlangsung yang
mungkin ada hubungannya dengan pindah silang, Synaptinemal
complex mungkin mempunyai peranan utama dalam pindah silang.
Diploten : kromosom yang berpasangan mulai memisah
- Pemendekan kromosm berlangsung terus.
- Mulai terjadi pemisahan pasangan kromosom
- Bukti terjadinya pindah silang ialah pembentukan kiasma yang
terlihat sebagai bentuk silang dari lengan kromosom. Pemisahan
gen terdapat pada kromosom yang sama.
- Synaptinemal complex kemudian terlepas dari kromatid
Diakenesis : bivalen berjauhan
- Pemendekan kromosom mendekati maksimum
- Kiasmata mendekati ujung dan jumlahnya makin berkurang
- Benang gelendong mulai terbentuk dan selaput inti mulai hilang
Gambar 1. Profase I
b. Metafase I : Kromosom-kromosom yang berpasangan berderet
Benang gelendong menjadi teratur dan beberapa benang melekat pada
sentromer
Sentromer dari bivalen terdapat pada bidang metaphase, yaitu merupakan
pasangan kromosom, bukan merupakan kromosom tunggal seperti pada
metaphase dari mitosis.
4
Berderetnya bivalen ini secara rambang, dalam hubungannya dengan
kromosom yang sama berasal dari pihak ayah dan pihak ibu. Pengaturan
kromosom pada metaphase ini adalah akibat pengaruh genetic.
c. Anafase I : pemisahan kromosom homolog ; reduksi jumlah kromosom
- Pemisahan kromosom homolog selesai dan kemudian kromosom bergerak
ke arah kutub yang berlawanan. Sentromer tidak membelah. Dan
perhatikan bahwa kromosom yang tertukar bergerak bersama dyad dimana
bagian itu baru saja melekat.Masing-masing kromosom sekarang
mempunyai dua kromatid.
- Pengaturan kromosom homolog dan perpindahannya kea rah kutub benang
gelendong ini secara kebetulan dan merupakan dasar hokum pemisahan
bebas (independent assortment) dan segregasi dari Mendel. Apabila gen
dominan dan resesif pada satu pasang kromosom homolog diberi symbol A
dan a, maka gen-gen ini akan memisah ke kutub yang berlawanan. Apabila
gen dominan dan resesif pada satu pasang kromsom homolog lain diberi
symbol B dan b, maka kedua pasang gen itu akan memisah secara bebas.
d. Telofase I : Dyad sampai pada kutub yang berlawanan
- Telah terjadi reduksi jumlah kromosom (haploid). Masing-masing
kromosom ini terdiri dari dua kromatid.
- Tahap ini sangat berbeda-beda antara spesies satu dengan yang lain. Pada
beberapa sel tanaman terbentuk selaput inti dan nucleolus muncul kembali,
sedang pada yang lain tidak terbentuk selaput inti. Replikasi AND tidak
terjadi lagi tetapi sintesis protein dapat berlangsung terus.
e. Profase II : Dyad (kromosom tunggal) dihubungkan oleh sentromer
- Kromosom mejadi pendek dan tebak dan menjadi kelihatan lagi.
Kromosom-kromosom ini mulai bergerak ke bidang metaphase.
5
f. Metafase II : Dyad terletak berderet pada bidang ekuator
- Kromosom kelihatan terdiri dari dua kromatid
- Penyebaran kromatid kea rah kutub secara rambang
- Sentromer melekat pada benang gelendong
- Semtromer mulai membelah
g. Anafase II : kromatid memisah
- Sentromer dari masing-masing kromosom telah membelah (reduksi yang
sebenarnya) dan kromatid telah memisah dan menjadi satu kromosom
- Kromosom baru itu bergerak menuju kutub.
h. Telofase II : tahap empat sel, pembentukan tetrad
- Selaput inti terbentuk mengelilingi empat hasil pembelahan
- Bentuk kromosom tidak jelas
- Masing – masing inti mengandung satu anggota dari pasangan kromosom,
keadaan haploid
- Terjadi modifikasi sel lebih lanjut untuk menghasilkan gamet.
(Crowder,1997)
6
Gambar 2. Proses meiosis
Gambar 3. Meiosis I
7
Gambar 4. Meiosis II
8
2.2 Perbedaan dan persamaan anatara mitosis dan meiosis
2.2.1 PERBEDAAN MITOSIS DENGAN MEIOSIS
Gambar 5. Bagan perbandingan antara mitosis dengan
meiosis
Pada mahkluk hidup multiseluller ( bersel banyak ) dengan tipe sel eukariota
terjadi dua macam pembelahan sel / reproduksi sel yaitu mitosis dan meiosis.
Keduanya merupakan pembelahan yang terjadi secara bertahap.
Meskipun demikian keduanya memiliki perbedaan.
Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain :
1. Mitosis bertujuan untuk perbanyakan sel untuk proses pertumbuhan,
sedangkan meiosis membentuk sel gamet ( pada hewan dan tumbuhan
berbiji ) dan spora pada tumbuhan berspora dam brfungsi mengurangi jumlah
kromosom agar keturunan mempunyai jumlah kromosom yang sama dari
generasi ke generasi
9
2. Mitosis terjadi di jaringan meristematis ( pada tumbuhan di ujung akar dan
batang ), sedangkan meiosis terjadi di dalam organ kelamin jantan dan betina
3. Mitosis berlangsung melalui tahapan : profase-metafase-anafase dan telofase
diselingi oleh interfase, sedangkan meiosis berlangsung melalui tahapan :
profase I – metafase I – anafase I – telofase I – profase II – metafase II –
anafase II – telofase II tanpa interfase
4. Pada meiosis 1 sel induk mengalami satu kali pembelahan , sedangkan pada
meiosis 1 sel induk mengalami dua kali pembelahan.
5. Pada mitosis 1 sel induk akan menghasilkan 2 sel anak yang memiliki jumlah
kromosom sama dengan jumlah kromosom sel induk, sedangkan pada meiosis
1 sel induk akan menghasilkan 4 sel anak dengan jumalh kromosom separuh
dari jumlah kromosom sel induk
6. Pada mitosis sel anak bersifat diploid ( 2n ), sedangkan pada meiosis sel anak
bersifat haploid ( n ).
Mitosis:
satu sel induk = 2 sel anak
diploid (2n) = diploid (2n)
terjadi di sel badan atau kromosom autosom
satu kali pembuahan
Meiosis:
satu sel induk = 4 sel anak
diploid (2n) = haploid (n)
terjadi di sel sex
terjadi 2 kali pembuahan (Anonymous c,2011)
10
2.2.2 Persamaan mitosis dan meiosis
mitosis dan meiosis merupakan dua tipe pembelahan sel yang berbeda, dengan
beberapa ciri yang sama. Persamaan pertama adalah perlunya duplikasi seluruh
isi kromosom sel sebelum pembelahan dan keduanya juga menggunakan mesin
sel dari sel induk untuk membuat DNA, RNA dan protein baru yang akan
terlibat dalam pembelahan sel. Persamaan kedua, kedua proses bergantung pada
penggunaan gelondong mitosis untuk memisahkan kromosom menjadi dua
kutub sel yang nantinya akan menjadi turunan dari sel tersebut.
(Bambang,2009)
2.3 Hormon yang berperan dalam proses meiosis
Hormon yang terlibat dalam proses meiosis. Spermatogenesis dipengaruhi oleh
beberapa hormon yaitu :
1. Gonadotropin praduksi hipotalamus, hormon ini merangsang produksi FSH
dan LH oleh kelenjar hipofisa.
2. Folicle Stimulating Hormon (FSH) selanjutnya merangsang sel sertoli untuk
memproduksi ABP/Androgen Binding Protein yang akan memicu
pembentukan sperma.
3. Luteinizing Hormon (LH) selanjutnya merangsang produksi testoteron
(androgen) oleh Sel Leydig.
4. Testoteron selanjutnya akan merangsang perkembangan seks primer dan seks
sekunder dan juga merangsang spermatogenesis. Jika spermatozoa sudah
terbentuk, maka Sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin yang akan
menghambat hipofisa memproduksi FSH dan LH.
Oogenesis dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu :
Ovum diproduksi di ovarium. Pada embrio terdapat sekitar 600.000 buah sel
induk telur (oogonium). Pada usia 5 bulan oogonium akan bermitosis sehingga
11
menghasilkan 7 juta oosit primer dan pada ssat lahir jumlah oosit primer tinggal 2
juta yang bertahan samapai masa pubertas. Oogonium dan oosit ini terdapat di
folikel telur yang pertumbuhannya dari folikel primer, sekunder, tersier
dipengaruhi oleh FSH. Pada ssat ovulasi, folikel tersier berubah menjadi folikel
de graff. Ovum terbentuk setelah oosit primer bermeiosis menjadi ovum.
1. Pada saat embrio, seorang wanita mempunyai 600.000 oogonium (calon
ovum) yang kemudian membelah secara mitosis menjadi 7 juta oogonium
pada saat embrio berusia 5 bulan, tetapi menurun menjadi 2 juta oogonium
pada saat embrio tersebut neonatus.
2. Selang 6 bulan berikutnya terjadi meiosis I tahap I yang berhenti pada profase
I. Pada usia 7 tahun terjadi lanjutan meiosis I (metafase I, anafase I, dan
telofase I) yang menghasilkan 300.000-400.000 oosit primer.
3. Pada masa pubertas terjadi meiosis I tahap II (profase II, metafase II, anafase
II, dan telofase II), dan bersamaan menjelang ovulasi akan dihasilkan oosit
sekunder dan badan polar I, badan polar I kemudian mebelah menjadi 2 badan
polar.
4. Selanjutnya oosit sekunder mengalami meiosis II yang berhenti pada metafase
II sebelum ovulasi. Setelah ovulasi dan ada penetrasi sperma, maka meiosis II
dilanjutkan yang menghasilkan ootid dan badan polar II.
5. Ootid kemudian berdiferensiasi menjadi ovum pada saat menjelang pelburan
inti sel sperma dan ovum. 3 badan polar menempel di ovum dan
berdegenerasi.
Gambar 6. Oogenesis
12
PENGARUH HORMON DALAM OOGENESIS
1. Pada saat pascamenstruasi (dimana pegaruh`progesteron sudah tidak ada)
hipotalamus menghasilkan hormon gonadotropin menyebabkan hipofisa
menghasilkan FSH dan LH.
2. FSH menyebabkan folikel berkembang (dari folikel primer folikel sekunder
folikel de graaf).
3. Folikel de graaf memfasilitasi ovulasi dengan produksi satu ovum. Terjadinya
ovulasi juga diransang oleh LH pada hari ke-14 fase estrus.
4. Di sisi lain folikel de graaf juga menghasilkan estrogen yang menyebabkan
penebalan endomentrium dan mempengaruhi hipofisa untuk menghentikan
produksi FSH dan LH.
5. Folikel de graff yang telah mengeluarkan satu ovum (folikel kosong) akan
membentuk korpus luteum (badan kuning) yang mampu menghasilkan
progesteron.
6. Progesteron selanjutnya menghambat hipofisa memproduksi FSH dan LH
yang menyebabkan ovulasi berikutnya dihambat untuk sementara. Di sisi lain
progesteron juga menyebabkan munculnya fase luteal (hari ke-10 pasca
ovulasi, endomentrium tebal, lembut, dan kaya akan pembuluh darah).
7. Jika ovulasi gagal korpus luteum dan endomentrium berdegenerasi yang
menyebabkan pendarahan (menstruasi) pada hari ke-28 setelah ovulasi.
Degerasi korpus luteum juga menyebabkan produksi progresteron tidak ada
sehingga hipotalamus dapat memproduksi gonadotropin yang akan meransang
mengulang siklus ovulasi tahap berikutnya. ( Anonymous d, 2011)
2.4 Proses fertilisasi
Dalam proses gametogenesis ada 2 hal, yaitu proses spermatogenesis dan
oogenesis. Dimana, spermatogenesis adalah pembentukan gamet. Oogenesis
adalah pembentukan ovum. Mekanisme oogenesis sangat berbeda dengan
13
spermatogenesis, walaupun memiliki persamaan dalam pembelahan meiosis.
Oogenesis berbeda dengan spermatogenesis dalam 3 hal penting. Pertama,
selama pembelahan meiosis dalam oogenesis, sitokinesis bersifat tidak sama.
Sitoplasma hampir dimonopoli oleh satu sel anak yaitu oosit sekunder. Sel yang
sempurna dengan sitoplasma tersebut seterusnya akan berkembang menjadi
ovum, sementara sel yang lebih kecil yang disebut badan polar (polosit) akan
mengalami degenerasi. Kedua, saat seorang wanita dilahirkan, ovarium telah
mengandung semua sel yang akan berkembang menjadi sel telur. Ketiga, proses
oogenesis memiliki siklus hidup yang panjang mulai periode istirahat.
Gambar 7. Sprematogenesis
14
Gambar 8. Oogenesis
Gametogenesis pada tumbuhan ada 2, yaitu megasporogenesis dan
mikrosporogenesis. Dimana megasporogenesis didalam ovarium terdapat bakal
biji atau kantung lembaga. Setiap ovulum masing-masing mengandung sebuah
sporangium yang didalamnya mengandung sel induk megaspora yang akan
mengalami meiosis dan akan menghasilkan empat megaspora haploid. Pada
kebanyakan angiospermae, hanya satu dari empat megaspora yang akan bertahan
hidup. Megaspora tersebut kemudian akan mengalami pembelahan inti
(kariokinesis) sebanyak tiga kali. Proses megasporagenesis adalah sebagai
berikut.
1. Sel induk megaspora diploid (2n) mengadakan pembelahan meiosis sehingga
dihasilkan empat sel megaspora haploid.
2. Tiga dari empat sel tersebut mengalami degenerasi. Satu sel megaspora tetap
hidup dan membentuk kantung embrio.
15
3. Sel megaspora mengalami kariokinesis sebanyak tiga kali sehingga sel
tersebut memiliki 8 inti haploid.
4. Dari 8 inti tersebut, 3 inti yang berada dekat kalaza disebut antipoda, 1 inti
ditengah dekat mikrofil dinamakan ovum. 2 inti yang mengapit ovum disebut
sinergid dan 2 inti yang berada di pusat disebut inti kandung lembaga
sekunder.
Sedangkan pada mikrosporagenesis, pada bagian dalam kepala sari terdapat 2
atau 4 buah ruang kotak sari. Setiap kotak sari terdapat sel induk mikrospora
yang diploid (2n). Sel induk mikrospora kemudian mengalami meiosis sehingga
dihasilkan empat sel mikrospora haploid (n). Mikrospora kemudian mengalami
kariokinesis secara mitosis sehingga sel tersebut memiliki 2 inti yang berukuran
besar dan kecil. Inti yang berukuran besar dinamakan inti vegetatif, sedangkan
inti yang berukuran kecil dinamakan inti generatif. Mikrospora dinamakan pula
serbuk sari atau tepung sari. Serbuk sari yang sudah mengalami kariokinesis dan
matang akan keluar dari kepala sari. Jika serbuk sari menempel di kepala putik
(penyerbukan), maka serbuk sari akan mengalami perkecambahan menjadi buluh
serbuk sari yang ditandai dengan membelahnya inti generatif sehingga setiap
buluh serbuk sari akan memiliki 1 inti vegetatif dan 2 inti generatif yang
masing-masing bersifat haploid. Buluh serbuk sari inilah yang nantinya akan
membuahi ovum sehingga dihasilkan individu baru hasil perkawinan generatif.
(Anonymous e, 2011)
2.5 Proses non disjunction
2.5.1 Perubahan jumlah kromosom.
Ada dua konsep tentang jumlah kromosom. Pertama adalah euploid, termasuk ke
dalamnya serangkaian kelompok kromosom atau seluruh materi yang berada di
dalam suatu sel yang disebut genom. Kedua adalah aneuploid, yang berhubungan
erat dengan variasi pada suatu kromosom atau pada sejumlah kecil kromosom.
16
Pembahasan tentang jumlah kromosom ini hanya terbatas pada pengertian
mengenai ploidi saja dan pemikiran-pemikiran yang berhubungan dengan teknik
persilangan tanaman.
Euploid.
Euploid didefinisikan sebagai variasi dalam sejumlah set dasar kromosom yang
disebut genom. Set dasar kromosom yang dimaksudkan ialah jumlah kromosom
terkecil yang pernah dimiliki oleh suatu jenis pada evolusinya.
Label genom secara keseluruhan dinyatakan dengan notasi ‘X’. Individu yang
memiliki genom tunggal (1X) disebut monoploid, yang genomnya dua (2X)
adalah bentuk diploid, 4X ialah tetraploid, 5X adalah pentaploid, 6X adalah
heksaploid dan seterusnya. Tingkatan euploidi yang lebih dari diploid biasanya
dikelompokkan dalam poliploid. Jumlah seluruh kromosomnya ialah hasil
perkalian antara jumlah genom dengan jumlah kromosom pada genom tersebut.
Sering terjadi kekeliruan notasi antara jumlah genom (X) dan jumlah kromosom
(n). Tanda X dipakai untuk menyatakan jumlah genom. Setiap genom mempunyai
jumlah kromosom tertentu. Perhatikan tabel yang disajikan !
17
Euploidi dibedakan lagi menjadi autopoliploid dan alopoliploid.
Autopoliploid (auto = sendiri) merupakan kelipatan jumlah kromosom yang
berasal dari genom spesies yang sama. Autopoliploid terdiri dari beberapa genom
yang identik dengan kromosom-kromosom aslinya.
Alopoliploid (allo : berbeda) merupakan kelipatan jumlah kromosom yang
berasal dari genom spesies yang berbeda. Terbentuknya spesies alopoliploid ini
berasal dari persilangan antara dua spesies. Meski hasil persilangan itu steril, akan
tetapi individu tersebut dapat lebih kuat (vigor) dibanding induknya dan dapat
mengalami perbanyakan secara tidak kawin.
Aneuploid.
Aneuploid adalah variasi jumlah kromosom yang diakibatkan adanya
pengurangan atau penambahan satu atau sejumlah kecil kromosom, tetapi tidak
berlangsung pada seluruh genom. Peranan mekanisme ini dalam evolusi
tumbuhan tidak begitu menonjol dibandingkan dengan euploidi.
Idealnya, benang spindel meiotik mendistribusikan kromosom pada sel-sel
anak tanpa kesalahan Tetapi ada kalanya terjadi kecelakaan yang disebut gagal
berpisah (non disjunction), yaitu pada saat bagian-bagian dari sepasang
kromosom yang homolog tidak bergerak memisahkan diri sebagaimana mestinya
pada waktu meiosis I, atau pada saat pasangan kromatid gagal berpisah selama
meiosis II. Pada kasus-kasus ini, satu gamet menerima dua jenis kromosom yang
sama dan satu gamet lainnya tidak mendapat salinan sama sekali.Kromosom-
kromosom lainnya biasanya terdistribusi secara normal. Jika salah satu di antara
gamet-gamet yang menyimpang ini bersatu dengan gamet normal pada waktu
pembuahan, keturunannya akan memiliki jumlah kromosom yang tidak normal
disebut aneupliod.
18
Kromosom yang terdapat pada pasangan normal yaitu 2n, disebut disomi. Jika
satu kromosom hilang sehingga sel memiliki jumlah kromosom 2n–1, maka sel
aneuploidnya disebut monosomi. Jika dua kromosom yang hilang maka disebut
nulisomi (2n – 2). Jika pada dua pasangan masing-masing ada satu kromosom
yang hilang, individu tersebut dikatakan mengalami monosomi ganda (2n – 1 –
1).Peristilahan untuk kromosom yang hilang selanjutnya dapat diturunkan seperti
pada contoh-contoh berikut ini.
Kromosom dapat hadir dalam bentuk triplikat (rangkap tiga) di dalam sel telur
yang sudah dibuahi. Akibatnya sel aneuploidnya memiliki total kromosom 2n + 1
yang disebut trisomi. Jika ada dua kromosom lebih, maka namanya menjadi
tetrasomi (2n + 2). Dengan demikian pada trisomik ganda akan ada penambahan
satu kromosom untuk setiap pasangan tersebut, yaitu (2n + 1 + 1).
Kemudian mitosis akan meneruskan kelainan ini pada semua sel embrionik.
Jika organisme tersebut mampu bertahan hidup, organisme itu biasanya
memperlihatkan sejumlah gejala yang disebabkan oleh abnormalnya jumlah gen
yang terletak pada kromosom tambahan atau kromosom yang hilang tersebut.
Gambar 9. non disjunction
19
Terdapat dua tahapan nondisjunction yang bisa terjadi yaitu pada meiosis I
dan meiosis II. Pada meiosis I, nondisjunction yang terjadi akan menghasilkan
dua jenis sel; yang satunya mengandung dua pasang kromosom, yang satu lagi
tidak mengandung kromosom. Nondisjunction pada meiosis II akan menghasilkan
tiga jenis sel: sel normal, sel dengan monosomy dan sel dengan trisomy.
Nondisjunction selama Mitosis
Profase
Metafase
Anafase
20
Telofase
Perhatikan bahwa sel terbentuk di
sebelah kiri memiliki kromosom ekstra
dan membentuk sel di sebelah kanan
memiliki kromosom yang hilang.
G 1 Interfase
Selama fase ini, kromosom uncoiled
dan tidak terlihat.
G 2 Interfase
Selama fase ini, kromosom uncoiled
dan tidak terlihat.
Nondisjunction selama Meiosis
G 2 Interfase
Selama fase ini, kromosom uncoiled
dan tidak terlihat.
21
Profase I
Metafase
Anafase
Telofase Saya
Profase II
22
Metafase II
Anafase II
Telofase II
Sel haploid Putri
Selama fase ini, kromosom uncoiled
dan tidak terlihat.
Meiosis II nondisjunction
G 2 Interfase
Selama fase ini, kromosom
uncoiled dan tidak terlihat.
23
Profase I
Metafase I
Anafase I
Telofase I
24
Profase II
Metafase II
Anafase II
Telofase II
Sel haploid
Selama fase ini, kromosom
uncoiled dan tidak terlihat.
( Anonymous f ,2011)
25
2.5.2 Faktor penyebab terjadinya non disjunction :
1. Genetik
Diperkirakan terdapat predisposisi genetic terhadap “non disjunction”. Bukti
yang mendukung teori ini adalah berdasarkan atas hasil penelitiab
epidemiologi yang menyatakan adanya peningkatan risiko berulang bila
dalam keluarga terdapat anak dengan sindrom Down.
2. Radiasi
Radiasi dikatakan merupakan salah satu penyebab terjadinya “ non
disjunctional” pada sindrom Down ini. Uchida 1981 (dikutip Ueschel dkk)
menyatakan bahwa sekitar 30% ibu yang melahirkan anak dengan sindrom
Down, pernah mengalami radiasi didaerah perut sebelum terjadinya konsepsi.
Sedangkan peneliti lain tidak mendapatkan adanya hubungan antara radiasi
dengan penyimpangan kromsom.
3. Infeksi
Infeksi juga dikatakan sebagai salah satu penyebab terjadinya sindrom Down.
Sampai saat ini belum ada peneliti yang mampu memastikan bahwa virus
dapat mengakibatkan terjadinya “non disjunction”.
4. Autoimun
Factor lain yang juga diperkirakan sebagai etiologi sindrom Down adalah
autoimun. Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan
tiroid. Penelitian Fialkow 1966 ( dikutip dari Pueschel dkk), secacar konsisten
mendapatkan adanya perbedaan autoantibody tiroid pada ibu yang melahirkan
anak dengan sindrom Down dengan ibu control yang umurnya sama.
5. Umur ibu
Apabila umur ibu diatas 35 tahun, diperkirakan terdapat perubahan hormonal
yang dapat menyebabkan “ non disjunction” pada kromosom. Perubahan
endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya kadar
hidropiandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiol sistemik, perubahan
26
konsentrasi reseptor hosmon, dan peningkatan secara tajam kadar LH
( Luteinizing hormone) dan FSH (follicular Stimulating hormone) secara tiba-
tiba sebelum dan selama menopause, dapat meningktkan kemungkinan
terjadinya non disjunction
6. Umur ayah
Selain pengaruh umur ibu terhadao sindrom Down, juga dilaporkan adanya
oengaruh dari umur ayah. Penelitian sitogenik pada orang tua dari anak
dengan sindrom Down mendapatkan bahwa 20-30% kasus ekstra kromosom
21 bersumber dari ayahnya. Tetapi korelasinya tidak setinggi dengan umur
ibu.
Factor lain : gangguang intragametik, organisasi nucleolus, bahan kimia dan
frekuensi koitus. (Soetjiningsih, 1995)
2.5.3 Dampak peristiwa non-disjunction
Sindrom Down
Gambar 10. Sindrom down
27
Sindrom turner
Gambar 11. Sindrom turner
Sindrom cri du cat
28
Gambar 12. Cri du cat
Sinrom Edward
Gambar 13. Sindrom Edward
29
Sindrom klinefelter
Gambar 14. Sindrom klinefelter
Dampak non-disjunction pada tanaman jagung
Gambar 15. Non-disjunction pada jagung
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Proses pembelahan meiosis terdiri atas profase I, metaphase I, anaphase I,
telofase I, profase II, metaphase II, anaphase II, telofase II
3.1.2 Perbedaa mitosis dan meiosis antara lain
Aspek yang dibedakan Mitosis Meiosis
Tujuan Untuk pertumbuhan Sifat mempertahankan diploid
Hasil pembelahan 2 sel anak 4 sel anakSifat sel anak diploid (2n) haploid (n)Tempat terjadinya sel somatis sel gonad
Persamaan mitosis dan meiosis :
mitosis dan meiosis merupakan dua tipe pembelahan sel yang berbeda,
dengan beberapa ciri yang sama. Persamaan pertama adalah perlunya
duplikasi seluruh isi kromosom sel sebelum pembelahan dan keduanya juga
menggunakan mesin sel dari sel induk untuk membuat DNA, RNA dan
protein baru yang akan terlibat dalam pembelahan sel. Persamaan kedua,
kedua proses bergantung pada penggunaan gelondong mitosis untuk
memisahkan kromosom menjadi dua kutub sel yang nantinya akan menjadi
turunan dari sel tersebut.
3.1.3 Proses non-disjunction adalah sebagai berikut
31
- factor yang menyebabkan non-disjunction,antara lain gentika, radiasi,
infeksi, autoimun, umur ibu, umur ayah, dan Factor lain : gangguang
intragametik, organisasi nucleolus, bahan kimia dan frekuensi koitus.
3.2 Saran
Untuk para pembaca agar lebih memahami dan mengerti materi mengenai
meiosis, untuk materi berikutnya agar lebih dikembangkan lagi secara materi namun
tetap pada batas permasalahn yang dibahas. Dan ilmu yang diperoleh dapat di
aplikasikan secara langsung maupun tidak langsung dalam berbagai bidang yang
berhubungan dengan ilmu tersebut dalam kehidupan masyarakat.
32
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous a. 2011. Definsi Meiosis.
Http://id.wikipedia.org/wiki/Reproduksi_sel Di akses 11 Desember 2011
Anonymous b. 2011. Definsi Meiosis.
Http://id.wikipedia.org/wiki/Reproduksi_sel Di akses 11 Desember 2011
Anonymous c. 2011. Proses Fertilisasi pada Tumbuhan.
http://www.edukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/
Materi%20Pokok/view&id=417. Diakses pada tanggal 14 november 2011.
Anonymous d. 2011. Hormon dalam proses meiosis. http://www.google.com
Di akses 14 Desember 2011
Anonymous e. 2011. Proses non disjunction
http://faculty.clintoncc.suny.edu/faculty/michael.gregory/files/bio%20101/bio
%20101%20laboratory/human%20genetics%201/drawings%20of
%20nondisjunction/nondisjunction.htm di akses 14 Desember 2011
Anonymous f. 2011. http://www.google.com Di akses 14 Desember 2011
Crowder, L. V. 1997. Genetika Tumbuhan. UGM Press : Yogyakarta
33
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh kembang anak . Penerbit buku kedokteran EGC :
Jakarta
Widjanarko, Bambang. 2009. Persamaan mitosis dan meiosis.
http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/11/genetika-reproduksi.html)
Di akses 12 Desember 2011
34