Download - wildan ahid mujamal 1101070039.docx
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA
PELUANG
Di Susun oleh:
Nama : Wildan Ahid Mujamal
NIM : 1101070039
Prodi /Kelas : pend. Biologi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2015
PELUANG
I. TUJUAN
Untuk mengetahui peluang munculnya jenis kelamin betina atau jantan
dengan menggunakan koin
Untuk mengetahui peluang munculnya fenotipe pada persilangan
monohibrid dengan menggunakan kancing baju (2 warna)
Untuk mengetahui peluang munculnya berbagai macam fenotipe pada
persilangan dihibrid dengan menggunakan kancing baju (4 warna)
II. DASAR TEORI
Teori kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah dari tiap-
tiap persilangan genotipe yang berbeda. Penggunaan teori 9n memungkinkan kita
untuk menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu dari persilangan
tersebut (LV Crowder:1986).
Teori kemungkinan disebut juga dengan probabilitas. Penerapan teori ini
dalam kehidupan sehari-hari di antaranya yaitu pelemparan uang logam,
pengambilan kartu secara acak, pengangambilan benik genetika secara acak dan
lain sebagainya. Tujuan pelemparan uang logam yaitu untuk mengetahui berapa
peluang munculnya angka atau gambar. Sedangkan pengambilan benik genetika
untuk mengetahuai berapa kemungkinan peluang terambilnya benik warna merah,
kuning, hijau, atau putih dalam satu wadah.
Menurut (Pay, C. Anna. 1987) dasar-dasar dari teori kemungkinan, diantaranya:
1. Peluang akan diperolehnya sesuatu yang diharapkan adalah sama dengan
perbandingan antara sesuatu yang diharapkan terhadap keseluruhannya.
2. Peluang munculnya dua peristiwa atau lebih, yang masing-masing berdiri
sendiri adalh sama dengan hasil perkalian dari besarnya peluang untuk
peristiwa-peristiwa itu.
3. Peluang terjadinya dua peristiwa atau lebih, yang saling mempengaruhi
adalah sama dengan jumlah dari besarnya peluang untuk peristiwa-peristiwa
itu.
Setiap individu baru yang muncul dalam setiap perkawinan atau
persilangan yang dapat dilihat melalui fenotipenya, pada dasarnya merupakan
kumungkinan-kemungkinan dari setiap pertemuan gamet jantan dan betina. Pada
setiap keturunan yang muncul dari setiap perkawinan tidak bisa dipastikan begitu
saja tetapi hanya bisa diduga dengan berdasarkan peluang-peluang yang ada.
Teori kemungkinan atau probabilitas mempunyai peranan yang sangat penting
dalam mempelajari ilmu genetika ini.
Untuk mengetahui sesuatu yang belum jelas akan kebenarannya sering di
gunakan kata kemungkinan atau peluang. Contohnya siswa yang menghadapi UN
tentu ia menghadapi kemungkinan antara lulus dan tidak. Sebuah tim yang
bermain sepak bola juga akan menghadapi kemungkinan antara menang atau
kalah. Dan juga jika seseorang melempar uang logam ke atas, disitu juga terdapat
kemungkinan munculnya salah satu sisi apakah terlentang atau terlungkup. Dan
begitu juga seorang ibu yang melahirkan juga menghadapi kemungkinan seorang
anak yang muncul apakah anaknya laki-laki atau perempuan dan masih banyak
lagi contoh yang lainnya. ( Suryo,1990 :154)
Dalam Genetika, peluang tersebut mempunyai peranan yang penting.
Contohnya : tentang pemindahan gen dari orang tua ke gamet-gamet, jenis dari
spermatozoa yang dibuahi sel telur dan berkumpulnya kembali gen-gen dalam
zigot sehingga muncul berbagai kombinasi. (Suryo, 1990: 154)
Dasar-dasar Teori Kemungkinan:
Kemungkinan terjadinya sesuatu yang diharapkan sama dengan
perbandingan dari sesuatu yang diharapkan tersebut terhadap keseluruhan.
Yakni : K (x) =x
x+ y
Keterangan :
K = kemungkinan/ peluang
K(x) = peluang/ kemungkinan dari peristiwa x
X = peristiwa/ kejadian yang diharapkan
Y = peristiwa yang tidak diharapkan
Misalnya :
Jika kita melempar uang logam, maka kemungkinan yang muncul dapat
berupa angka atau gambar, maka kemungkinannya adalah:
K (x) =x
x+ y
K angka = angka = 1 = ½
Angka+ gambar 1+1
Dan kemungkinan seorang ibu melahirkan anak laki-laki :
K (laki-laki) = laki-laki = 1 = ½
Laki-laki+perempuan 1+1
Peluang terjadinya dua peristiwa atau lebih yang masing-masing berdiri
sendiri sama dengan hasil perkalian dari besarnya peluang utuk masing-masing
peristiwa tersebut. (Suryo, 1990:157)
Misalnya peluang 4 anak dalam keluarga mempunyai kemungkinan
berseling yaitu laki-laki, perempuan, laki-laki, perempuan:
Diketahui kemungkinan lahirnya anak laki-laki dan anak perempuan itu
sama ½ maka peluang dari peristiwa tersebut adalah ½ x 1/2 x ½ x ½ = ¼
Peluang dari 2 peristiwa atau lebih yang saling mempengaruhi sama
dengan jumlah peluang untuk tiap peristiwa tersebut
Kemudian percobaan dengan kancing baju adalah untuk mengetahui
kemungkinan yang terjadi pada persilangan monohibrid dan persilangan dihibrid.
K (x+y) = k (x) x k (y)
K (x+y) = k (x) + k (y)
Persilangan dengan menggunakan satu sifat beda disebut dengan
persilangan monohibrid. Pada persilangan ini dihasilkan 4 kombinasi pada
keturunan dengan perbandingan 3:1 . pada persilangan ini berlaku Hukum Mendel
1 atau sering disebut dengan hukum segregasi yang berbunyi “ pada pembentukan
gamet, gen yang merupakan pasangan akan disegregasikan ke dalam dua sel
anak” (Tjan Kiau Nio, 1991: 32). Sehingga pada praktikum kali ini diharapkan
pada percobaan dengan kancing baju yang berwarna merah untuk sifat lonjong
dan warna kuning untuk sifat bulat akan menghasilkan F2 yang memiliki
perbandingan fenotipe lonjong (kancing merah): bulat (kancing kuning) 3:1
Persilangan dihibrid yang merupakan pewarisan dua pasang sifat itu diawasi
oleh dua pasang gen yang yang terletak pada dua kromosom yang berlainan.
Persilangan ini sesuai dengan Hukum Mendel II yakni “the law of independent
assortment of genes” atau hukum pengelompokan gen secara bebas.
(Suryo,1990:95) dan memiliki rasio fenotip 9:3:3:1 yang merupakan hasil yang
khas diperoleh dari penyilangan-penyilangan antara individu-individu yang
heterozigitik untuk dua pasang gen, apabila pasangan-pasangan gen tersebut
terletak pada dua kromosom yang berlainan. ( Tjan Kiauw Nio,1991:44) Sehingga
pada praktikum kali ini diharapkan percobaan yang dilakukan dengan
menggunakan kancing baju dengan 4 warna yaitu merah untuk sifat lonjong,
kuning untuk sifat bulat, hijau untuk sifat halus dan putih untuk sifat keriput akan
menghasilkan F2 yang memiliki rasio fenotip 9:3:3:1 sesuai dengan Hukum
Mendel II.
III. ALAT DAN BAHAN
Kancing baju 4 warna (hijau,putih,merah,kuning)
Koin
Alat tulis
Gelas plastik
IV. CARA KERJA
Koin
1. Menyiapkan koin dengan 2 sisi yang berbeda yaitu angka dan gambar
2. Menentukan betina dan jantan pada 2 sisi koin tersebut, yaitu betina dengan
angka dan jantan dengan gambar
3. Melempar koin itu ke atas, dan setelah jatuh mencatat apakah jantan atau
betina dari simbol angka atau gambar sampai 100 kali
4. Menghitung dengan analisis chi-kuadrat
Monohibrid
1. Menyiapkan 2 kancing baju yang berbeda warna, merah menunjukkan sifat
lonjong dengan genotipe M- dan kuning menunjukkan sifat bulat dengan
genotipe mm
2. Kemudian melepaskan kancing baju tersebut sehingga terbagi menjadi 2 dan
memisahkan ke 2 gelas sehingga 2 gelas itu berisi merah dan kuning yang
sama banyaknya yang di sebut dengan F1
3. Dari F1 tersebut kemudian, mengambil 1 kancing baju dari gelas yang satu
dan 1 kancing baju dari gelas yang satunya, kemudian membaca arti dari
hasil tersebut dan mencatat hasil berupa genotipe-nya
4. Menghitung dengan analisis chi-kuadrat
5. Membuat bagan persilangan
Dihibrid
1. Menyiapkan kancing baju 4 warna yaitu merah untuk sifat lonjong, kuning
untuk bulat, hijau untuk halus dan putih untuk keriput
2. Membagi kancing baju itu masing-masing menjadi 2 bagian dan meletakkan
pada gelas plastik sehingga pada masing-masing gelas itu terdapat 4 warna
sebagai F1
3. Mengambil 1 kancing dari tiap-tiap gelas kemudian membaca hasilnya dan
mencatat genotipe-nya, seperti itu terus sampai kancing dalam gelas itu
habis
4. Menganalisis dengan chi-kuadrat
5. Membuat bagan persilangan untuk mengetahui perbandingan fenotipe-nya
V. HASIL PRAKTIKUM
1) Koin ( untuk menentukan jantan dan betina)
♀ = angka
♂ = garuda
Tabel Perbandingan
Jantan Betina Jumlah
Jumlah
individu yang
diawasi
48 52 100
Jumlah
individu yang
diharapkan
50 50 100
Jumlah individu yang diharapkan :
Jantan = ½ x 100 =50
Betina = ½ x 100 =50
Derajat Kebebasan = K-1
= 2-1
= 1
Analisis chi-kuadrat
x²= ∑ ( ft−Ft )2
Ft
x²=(52−50)2
50 +¿
(48−50)250
x²= (2)250
+ (−2)2
50
x²= 4
50 +
450
x²= 0,08 + 0,08
x²= 0,16
Apabila dibandingkan dengan tabel chi-kuadrat, maka hasil
tersebut menunjukkan menerima hipotesis nol dengan taraf
kepercayaan 95% karena 0,66 < 3,84. Dan hasil ini sesuai dengan
harapan.
2) Monohibrid
Merah = M- (lonjong)
Kuning = mm (bulat)
Tabel Perbandingan
M- Mm Jumlah
Jumlah individu yang
di amati
30 10 40
Jumlah individu yang
diharapkan
00 10 40
Individu yang diharapkan =
M- = ¾ x 40 = 30
mm= ¼ x 40 = 10
Derajat kebebasan = K-1
= 2-1
= 1
Analisis chi-kuadrat
x²= ∑ ( ft−Ft )2
Ft
x²=(30−3 0)2
30 +¿
(10−10)21 0
x²= (0)260
+ (0)220
x²= 0
Apabila dibandingkan dengan tabel chi-kuadrat, maka hasil
tersebut menunjukkan menerima hipotesis nol dengan taraf
kepercayaan 95% karena 0< 3,84. Dan hasil ini sesuai dengan
Hukum Mendel 1
Diagram Persilangan
P MM X mm
(merah) (kuning)
F1 Mm X Mm
(merah) (merah)
F2 3M- = 3 merah
Mm = 1 kuning
3) Dihibrid
Merah = M-
Kuning = mm
Hijau = A-
Putih = aa
Tabel Perbandingan
M-A- M-aa mmA- Mmaa Jumlah
Jumlah individu
yang di amati
20 11 8 1 40
Jumlah individu
yang di
harapkan
22,5 7,5 7,5 2,5 40
Jumlah individu yang diharapkan :
M-A- = 9/16 x 40 = 22,5
M-aa = 3/16 x 40 = 7,5
mmA- = 3/16 x 40 = 7,5
mmaa = 1/16 x 40 = 2,5
Derajat kebebasan = K – 1
= 4-1
= 3
Diagram Persilangan
P lonjong halus X bulat
keriput
MMAA
mmaa
F1 MmAa X
MmAa
F2 = 3M- 3A- = 9 M-A-
Aa = 3 M-aa
mm 3A = 3 mmA-
aa = 1 mmaa
jadi rasio fenotipe nya :
lonjong halus : lonjong keriput : bulat halus : bulat keriput
9 : 3 : 3 : 1
Analisis chi-kuadrat
x²= ∑ ( ft−Ft )2
Ft
Dari perhitungan diatas maka:
X2 = (20−22,5)2
22,5 +¿
(11−7,5)27,5
+ (8−7,5)2
7,5 +
(1−2,5)22,5
= (2,5)222,5
+ (3 , 5)2
7,5 +
(0 , 5)27,5
+ (1 , 5)2
2,5
= 0,27+ 1,6 3 + 0,03 + 0,09
= 2,38
Jika dibandingkan dengan tabel chi-kuadrat, maka hasil tersebut
menunjukan menerima hipotesis nol dengan taraf kepercayaan
95% karena 2,38 < 7,82. Dan hasil tersebut sesuai dengan Hukum
Mendel II
VI. PEMBAHASAN
Peluang merupakan peristiwa yang diharapkan. Yaitu pebandingan
antara peristiwa yang diharapkan itu dengan semua peristiwa yang mungkin
terjadi pada suatu objek. (Wildan, 2003).
Pada percobaan pertama dilakukan dengan menggunakan koin
untuk mengetahui peluang munculnya laki-laki atau perempuan pada
individu. Percobaan ini dilakukan dengan melempar koin ke atas
kemudian setelah jatuh akan muncul angka atau gambar, sebelumnya di
tentukan permisalan terlebih dahulu misalnya sisi yang angka untuk betina
dan sisi yang gambar untuk jantan. Maka setelah dilempar kemudian
muncul angka berarti dicatat sebagai munculnya individu betina begitu
seterusnya sampai 100 kali, maka dari percobaan yang dilakukan sisi yang
angka muncul 52 kali yang menunjukkan individu betina dan sisi gambar
muncul 48 kali yang menunjukkan munculnya individu laki-laki, hasil ini
sesuai dengan yang diharapkan karena hasil yang di harapkan dari masing-
masing individu adalah 50, dan derajat kebebasanya adalah 1, kemudian
setelah di analisis dengan menggunakan chi-kuadrat menunjukkan
menerima hipotesis nol dengan taraf kepercayaan 95% karena hasil
analisis yaitu 0,16 lebih kecil dari 3,84 sehingga percobaan ini sesuai
dengan harapan.
Kemudian dilanjutkan dengan uji monohybrid untuk menguji
hokum mendel 1 yaitu hukum segregasi yang berbunyi “ pada
pembentukan gamet, gen yang merupakan pasangan akan disegregasikan
ke dalam dua sel anak” (Tjan Kiau Nio, 1991). Untuk mengujinya
digunakan kancing baju warna merah dan warna kuning masing-masing 40
untuk kemudian di buka kancingnya dan di pisahkan pada dua gelas
sebagai F1 sehingga pada masing-masing gelas itu terdapat jumlah
kancing baju warna merah dan warna kuning sama banyak, lalu praktikan
mengambil secara acak dari gelas yang satu dan yang satunya lagi
kemudian dipasangkan, barulah kemudian di baca sifat fenotipe yang
muncul setelah sebelumnya di tentukan merah untuk sifat lonjong dan
kuning untuk sifat bulat, lalu setelah dihitung hasil yang diperoleh untuk
sifat lonjong (kancing warna merah) dengan genotipe M- adalah 30 dan
sifat bulat (kancing warna kuning) dengan genotipe mm adalah 10
sedangkan individu yang diharapkan untuk yang bergenotipe M- adalah 30
dan untuk yang bergenotipe mm 10, maka dari hasil tersebut maka
kemungkinan yang muncul menunjukkan sesuai dengan hukum Mendel 1
sehingga memiliki perbandingan fenotipe 3:1 dan memiliki derajat
kebebasan 1 dan setelah di analisis dengan chi-kuadrat menunjukkan
menerima hipotesis nol yang berarti tidak menyimpang dari hukum
Mendel 1. Karena hasil tersemut menunjukkan lebih kecil jika
dibandingkan dengan table chi kwadrat 0<3,841
Kemudian terakhir yaitu untuk percobaan dihibrid untuk menguji
hokum mendel II.
Persilangan dihibrid merupakan persilangan antara individu yang memiliki dua
atau lebih karakter beda. Pewarisan dihibrid terjadi pada perkawinan dengan dua
sifat beda. Pada persilangan ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel II (hukum
pemilihan bebas), yang menyatakan bahwa segregasi gen pada suatu lokus tidak
bergantung kepada segregasi gen pada lokus yang lain sehingga gen-gen akan
bertemu dengan bebas pada gamet-gamet yang terbentuk.
Pesilangan dihibrid pada praktikum ini menggunakan 40 pasang benik
genetika yang berwarna merah,kuning, hijau dan putih. Pasang benik genitika itu
diumpamakan sebagai kromosom yang berpasangan (diploid). Benik genetika
yang berwarna merah dianggap sebagai kode gen M yang mempunyai sifat
lonjong, benik kuning dianggap sebagai kode gen m yang mempunyai sifat bulat,
benik hijau dianggap sebagai gen A yang mempunyai sifat halus, sedangkan benik
merah dianggap sebagai kode gen a yang mempunyai sifat keriput. Sifat lonjong
dominan terhadap sifat bulat sedangkan sifat halus dominan terhadap sifat keriput.
Untuk mendapatkan keturunan F1 dilakukan dengan cara memasangkan
satu benik merah, kuning, hijau, dan putih sehingga didapat gamet MmAa dengan
fenotipenya lonjong halus. Untuk mendapatkan keturunan F2 Selanjutnya 40
pasang benik genetika dipisahkan sehingga terbentuk 80 buah benik genetika.
Kemudian mengambil 40 buah benik genetika berwarna merah dan kuning lalu
memasukkannya kedalam wadah yang sudah ditandai betina, 40 buah benik
genetika sisanya dimasukkan kedala wadah yang ditandai dengan jantan. Dan
memasukkan 40 buah benik genetika yang berwarna hijau dan putih kedalam
wadah yang sudah ditandai dengan betina, 40 buah benik genetika sisanya
dimasukkan kedalam wadah yang ditandai dengan jantan.
Untuk mengetahui peluang munculnya warna merah atau kuning dengan
cara mengambil benik genetika didalam 2 wadah jantan dan 2 wdah betina secara
bersamaan dan acak, lalau setiap benik yang terambil diterjemahkan. Misalnya
jika yang terambil adalah benik warna merah, merah, hijau dan putih berarti
gametnya yaitu MMAa sehingga fenotipenya yaitu lonjong halus. Kemudian
mencatat benik yang terambil yang sudah diterjemahkan sehingga hasilnya adalah
20 untuk yang bergenotipe M-A-, 11 untuk yang bergenotipe M-aa, 8 untuk yang
bergenotipe mmA- dan 1 untuk yang bergenotipe mmaa sehingga diperoleh
perbandingan fenotipe 9:3:3:1 sesuai dengan hasil persilangan dihibrid dan setelah
di analisis dengan chi-kuadrat hasilnya menerima hipotesis nol yang berarti tidak
menyimpang dari Hukum Mendel II. Karena jika dibandingkan dengan table chi
kuadrat menunjukkan 2,38<7,815
Maka dari berbagai hasil percobaan tersebut menunjukkan peluang
yang muncul semuanya sesuai dengan harapan.
VII. KESIMPULAN
Peluang merupakan peristiwa yang diharapkan. Yaitu untuk mengukur
seberapa besar kemungkinan yang yang diharapkan dari suatu peristiwa
Metode chi kuadrat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
membandingkan data hasil percobaan yang diperoleh dengan hasil yang
diharapkan secara teoritis
Percobaan dengan melempar koin untuk mengetahui kemungkinan dari
munculnya jenis laki-laki atau perempuan pada suatu individu
memperoleh hasil 50% untuk masing-masing, sehingga sesuai dengan
yang diharapkan.
Percobaan dengan kancing baju (2 warna) menunjukkan perbandingan
fenotipe 3:1 dan setelah di analisis dengan chi-kuadrat hasilnya menerima
h0 yang berarti sesuai dengan Hukum Mendel I
Percobaan dengan kancing baju (4 warna) menunjukkan adanya
perbandingan fenotipe 9:3:3:1 dan setelah di analisis dengan chi-kuadrat
hasilnya adalah 0,36 karena lebih kecil dari tabel chi-kuadrat 7,82
menunjukkan percobaan ini sesuai dengan Hukum Mendel II
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Kiauw Nio, Tjan. 1991. Genetika Dasar. Bandung : Insitut Teknologi Bandung
Crowder, L.V. 1986. Genetika Tumbuhan, Edisi Indonesia. Gadjah Mada
University Press,Yogyakarta.
Pay, C. Anna. 1987. Dasar-dasar Genetika, Terjemahan oleh M. Affandi.
Erlangga: Jakarta
Sisunandar. 2011. Penuntun Praktikum Genetika. Purwokerto : Universitas
Muhammadiyah Purwokerto
Sisunandar. 2015. Penuntun Praktikum Genetika. Purwokerto : Universitas
Muhammadiyah Purwokerto
Suryo. 1990. Genetika Manusia. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Yatim Wildan. 2003. Genetika. Bandung : Tarsito