YAKIN CUMA MAU JADI
KARYAWANSEUMUR HIDUP?
Tip dan Trik Menjadi Pengusaha Apa Pun Profesi dan Latar Belakang Anda
YAKIN CUMA MAU JADI
KARYAWANSEUMUR HIDUP?
Tip dan Trik Menjadi Pengusaha Apa Pun Profesi dan Latar Belakang Anda
Ronald Leonardo
Penerbit PT Elex Media Komputindo
YAKIN CUMA MAU JADI KARYAWAN SEUMUR HIDUP?Ditulis oleh Ronald Leonardo
©2016 Ronald Leonardo
Editor: Fathurizqi [email protected]
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia - Jakarta
Anggota IKAPI, Jakarta
ID: 716061355
ISBN: 978-602-02-9076-8
Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta
Isi di luar tanggung jawab percetakan
DisclaimerIngin tahu, bagaimana saya banting setir dari seorang pegawai menjadi pengusaha beromzet ratusan juta
sampai miliaran per bulan?
Jangan dibaca untuk para mahasiswa/karyawan yang seumur hidupnya mau terus “diperintah” dan
memperkaya orang lain.
Di sini Anda akan mempelajari langkah-langkah penulis menghadapi kegagalan disertai tips-tips menarik ala kerabat penulis yang juga telah
sukses menjadi pengusaha.
Baca, resapi, dan praktikkan.
Ucapan Syukur dan Terima Kasih vii
Pendahuluan xi
BAB I: Awal Perjalanan 1
BAB II: Masa Pengabdian Pertama,
Bisnis Dagang Ikan & Toko Kelontong 21
BAB III: Trading Saham Options 39
BAB IV: PTT Kedua, Bisnis Sarang Walet,
dan Bisnis Reseller 55
BAB V: Usaha Apotek 93
BAB VI: Membuat Perusahaan 109
BAB VII: Ketika Badai Datang 117
Penutup 127
Pro�il Penulis 135
Daftar Pustaka 139
DAFTAR ISI
BAB I
AWAL PERJALANAN
Bab I: Awal Perjalanan II 3
Perjalanan Menjadi Seorang DokterHalo rekan-rekan di seluruh tanah air, bagaimana kabarnya?
Semoga baik dan sehat selalu ya… Amin...
Saya mulai sekelumit cerita perjalanan hidup saya ya. Saya
lahir tanggal 20 Agustus 1982 (ditunggu ucapan selamat dan
kadonya, haha..) dan besar di kota kecil sebelah utara Jawa,
yaitu kota Batik, Pekalongan. Saya anak pertama dari tiga
bersaudara dan diharapkan orangtua menjadi panutan untuk
kedua adik saya. Hidup dalam keluarga yang sederhana, di-
topang usaha orangtua saya di bidang home industry kon-
veksi baju dan kain Batik membuat saya ingin menjadi pengu-
saha, terutama ketika ingat perlakuan dari kerabat yang lebih
mapan dan orang-orang sekitar kepada kami. “Perlakuan
apa emangnya?” Yang pasti sih membekas sampai memecut
se seorang seperti saya dan adik-adik untuk merubah pan-
dangan dan mengganti perbuatannya menjadi lebih baik.
Pada awalnya saya bimbang untuk meneruskan kuliah di
jurusan apa. Karena saya suka dunia komputer saya coba
mendaftar ke salah satu universitas swasta ternama di
Jakarta melalui jalur PMDK (Penerimaan Minat dan Kemam-
puan) tanpa tes dilihat melalui buku raport dan referensi dari
sekolah. Ada dua pilihan studi yang saya daftarkan ketika
itu, bidang Teknologi Informasi (IT) dan Kedokteran Umum.
Tidak saya sangka keduanya diterima. Tetapi saya memutus-
kan tidak mengambil keduanya karena ingin mencoba melalui
jalur UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Nasional) yang
akhir nya gagal karena masalah administrasi.
Yang paling mendukung saya waktu itu untuk mengambil
jurusan Kedokteran Umum adalah ibu saya. Alasannya klise,
4 II Yakin Cuma Mau Jadi Karyawan Seumur Hidup
supaya tidak direndahkan keluarga besar. Saya yang memang
saat itu masih galau dan labil akhirnya mengambil keinginan
ibu sebagai keputusan hidup saya. Meskipun saya berat dan
stres dalam menjalani kuliah, saya tetap berusaha memberi-
kan seratus persen kemampuan sampai akhir lulus kuliah di
salah satu universitas swasta di Bandung.
Ada satu kejadian yang sangat membekas, pernah saya tulis-
kan di notes facebook saya:
Siang itu, seorang remaja yang belum genap 18 tahun ber-
sama ibunya tampak berada di depan sebuah kios di Pasar
Baru Bandung untuk menagih pesanan barang yang belum
dibayar si empunya kios. Ibu dan anaknya ini sengaja datang
dari jauh untuk melunasi pembayaran uang masuk kuliah
yang jatuh tempo hari itu.
Ibu: “Pak, tolong dong dibayar tagihannya. Sudah hampir 1
bulan sejak janji bapak terakhir. Ini buat bayar uang masuk
kuliah anak saya. Paling lambat hari ini.”
Pemilik kios (PK): “Wah, itu mah urusan istri saya, wong saya
gak pesan. Lagian ini barang masih numpuk begini. Gini aja
deh bu, minggu depan deh.”
I: “Wah, tolong deh pak.. ini buat bayar kuliah anak saya. Kalo
hari ini gak bayar, bisa gak masuk…” Ibu itu mengiba memelas
di depan banyak pelanggan toko itu.
PK: “Bener bu, saya juga lagi gak pegang uang. Minggu depan
deh.” Dia berkata sambil menyalahkan istrinya yang duduk di
kios seberangnya, dan tak berapa lama mereka pun berteng-
kar.
Bab I: Awal Perjalanan II 5
Karena melihat tanpa harapan, sang ibu memutuskan untuk
menyambangi kakak ipar suaminya yang tinggal di daerah
kota. Kebetulan kakak iparnya ini cukup kaya. Sesampainya
mereka di toko saudaranya itu, mereka disapa dengan basa-
basi. Sebetulnya sang ibu enggan meminta pertolongan ke
saudaranya karena dahulu pernah ada salah paham dengan
suaminya. Setelah menyampaikan maksud kedatangannya,
keluarga itu langsung menolak secara halus dengan berkata
uang tunai hari itu sudah disetor. Sekali lagi sang ibu me-
mohon-mohon untuk dibantu, tanpa menghiraukan senyum
sinis anggota keluarga dan tatapan merendahkan para pe-
langgan toko.
Merasa sekali lagi jalannya buntu, ibu itu menarik tangan
anaknya sambil berterima kasih. Tanpa putus asa, sang ibu
datang ke pihak universitas. Tapi malang tak dapat ditolak,
untung tak dapat diraih, batas waktu pembayaran sudah le-
wat. Ibu itu memohon sekali lagi kepada seorang ibu yang
ternyata menjabat bidang sekretariat penerimaan maha-
siswa baru untuk bisa dibantu dalam pembayaran. Ibu yang
baik hati ini menyarankan sang ibu untuk pergi menuju bank
swasta tempat kliring pembayaran pendaftaran.
Sang ibu tanpa menyia-nyiakan waktu bergegas menuju bank
tersebut. Waktu sudah menunjukkan pukul 15 yang artinya
batas kliring sudah berlalu beberapa jam sebelumnya. Si anak
disuruhnya menunggu di luar sambil berdoa. Sekitar 1 jam
berlalu, 2 jam berlalu, si anak mulai gelisah karena ibunya tak
kunjung keluar. Dan, ketika langit sudah mulai gelap, ibunya
keluar dari kantor sambil menahan isak tangis dengan sapu
tangannya yang basah. Sang ibu menuntun si anak untuk
masuk ke dalam kantor.
6 II Yakin Cuma Mau Jadi Karyawan Seumur Hidup
Di dalam kantor, si anak bertemu seorang ibu muda yang se-
dang hamil dan kemudian menyambut anak itu. “Oh, ini ya
yang mau kuliah?” Anak itu mengangguk sambil menunjuk-
kan wajah kebingungan. Sang ibu kemudian memperkenalkan
ibu muda itu sebagai direktur kepala cabang bank tersebut.
Ibu direktur itu menenangkan sang ibu, dan berkata kepada
si anak. “Ingat hari ini ya dik, perjuangan ibumu supaya kamu
bisa diterima benar-benar membuat saya tersentuh. Belum
pernah saya merogoh uang pribadi saya sendiri untuk mem-
bantu nasabah. Kamu harus belajar yang rajin ya, supaya ku-
liahnya tidak lama dan tidak membebani orangtua.”
Setelah berkata seperti itu, ibu direktur menyalami dan me-
meluk sang ibu. Tanpa sadar, ia meneteskan air mata. Si anak
pun bergetar hebat dan terharu melihat kebaikan ibu di rektur
itu. Dia berjanji dalam hati untuk menuntaskan kuliahnya se-
suai waktunya.
Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun berlalu, si
anak selalu mengingat hari itu ketika masalah di perkuliahan
menimpanya, ketika dosen membentaknya, ketika nilainya je-
blok, atau ketika orangtuanya terlambat mengirimkan uang.
Bagaimanapun ia harus berjuang. sampai akhirnya sekarang
anak itu sudah menjadi seorang dokter.
Ketahuilah rekan-rekan Anak itu adalah aku.
Perjuangan baru saja dimulai.
Terima kasih ibu.
I love you..
Bab I: Awal Perjalanan II 7
Kebangkrutan PertamaSaya masih ingat ketika berumur antara 5–6 tahun, mama
mengumpulkan kami bertiga dan berkata pelan, memeluk
kami sambil menangis “Anak-anak, mama sekarang bang-
krut, sudah tidak punya uang lagi”. Usaha orangtua saya yang
pertama adalah pengepul ikan dari nelayan untuk kemudian
disortir dan dijual kembali. Spontan saya mengajak kedua
adik saya berlari ke kamar, memecahkan celengan ayam
masing-masing, dan mengumpulkan uang untuk diberikan
ke ibu. Kami berlarian ke kios depan rumah dan memborong
permen-permen di situ kemudian menyerahkan semua ke
mama. “Mama nanti kita buka toko permen, kita bantu jualan
ya, biar mama punya uang lagi.”Mama saya yang sudah sedari
tadi menangis tambah tersedu-sedu sambil memeluk kami
lebih erat lagi. Mama berkata, “Terima kasih ya, ingat sesulit
apa pun keluarga kita tetap harus bersatu.” Jika ada yang mau meneteskan air mata saya beri kesempatan dulu, hehe…
Sudah? Okay back to the story. Dampak dari kebangkrutan
itu, orangtua menjual rumah dan barang berharga lainnya.
Kita sekeluarga diizinkan menumpang tinggal sementara di
rumah saudara, di pinggiran kota Pekalongan. Saya masih
ingat waktu itu dihukum pada hari pertama sekolah di kelas
1 Sekolah Dasar. Saya datang terlambat karena jarak dari ru-
mah ke sekolah yang relatif lebih jauh. Rumah yang tadinya
cukup besar sekarang menjadi kecil dan penuh sesak barang-
barang pindahan. Rumah yang sebelumnya berjarak selem-
paran batu ke sekolah (tinggal menyeberang jalan), kini
berjarak kurang lebih 15 kilometer. Rumah yang letaknya di
pinggir jalan raya, kini di pinggir sawah yang kalau mendekati
8 II Yakin Cuma Mau Jadi Karyawan Seumur Hidup
musim hujan kita bisa menikmati nyanyian Sang Katak ber-
sahutan seperti paduan suara. Baby sitter yang tadinya ada
tiga, diganti nenek yang menjaga kami.
Masalah dengan KeluargaMeskipun kita hidup sederhana, saya bersyukur ketika me-
ngenang masa-masa itu. Setiap akhir pekan, papa dengan
mobil pick up bututnya mengajak kita bertamasya ke pan-
tai. Untuk menghemat biaya tiket masuk, biasanya saya dan
adik-adik bersembunyi di balik jok mobil ditutupi karung be-
ras atau apa pun yang bisa menyamarkan tubuh kecil kami.
(Jangan ditiru ya, hehe..) Atau terkadang kita pergi keluar un-
tuk makan sambil membawa nasi ditaruh dalam rantang dari
rumah. Lebih irit kata ibu. Jadi kita hanya membeli lauknya
dan makan di tempat makan tersebut, lumayan bisa nambah
kuah atau sayuran, dan tidak perlu repot-repot cuci piring,
hehe.. Kalau dilihat sekarang, setiap kali masuk ke rumah ma-
kan atau restoran dengan tanda DILARANG MEMBAWA MA-
KANAN DAN MINUMAN DARI LUAR, kemungkinan kita tidak
akan pernah bisa masuk, hihi..
Ketika saya duduk di Sekolah Menengah Atas, salah satu
kerabat jauh yang status sosialnya jauh lebih tinggi dari kita
menggugat papa. Beliau meminta serti�ikat hak milik tanah
atas nama papa saya untuk dikembalikan ke dia. Pada awal-
nya, papa meminjam uang ke beliau untuk membeli sebidang
tanah, ketika tahu harganya sepuluh tahun kemudian yang
sudah berlipat sepuluh kali dari pinjaman, beliau yang meru-
pakan pengusaha besar di sebuah kota mencoba mengambil
alih dengan segala daya dan kemampuannya. Sampai-sampai
Bab I: Awal Perjalanan II 9
saat itu keluarga besar menuduh macam-macam ke papa.
Papa sempat berkata, “Lebih baik kehilangan uang daripada
kehilangan saudara.” Akhirnya tanah tersebut jatuh ke tangan
kerabat tersebut. Di situ kita kembali diingatkan orangtua,
“Jangan pernah ribut antara sesama saudara, apalagi karena
masalah uang. Kalian anak-anak tetap harus bersatu.”
Saya belajar beberapa hal dari masalah tersebut, yaitu:
1. Legalkan setiap perjanjian Anda.
Setiap perjanjian atau kesepakatan apa pun itu yang ber-
hubungan dengan properti sebaiknya dilegalkan di no-
taris (di kasus papa saya, perjanjian pinjam meminjam
uang hanya ditulis di buku pribadi kerabat, sedangkan
papa tidak memegang surat apa pun). Perjanjian pun tidak
hanya sebatas jual beli properti, perjanjian kerja sama dua
belah pihak, perjanjian utang piutang, perlu Anda buat
legalitasnya.
Anda perlu ekstra berhati-hati, terutama di zaman seka-
rang ketika ada beberapa oknum yang memang mempu-
nyai niat kurang baik di awal berhubungan dengan Anda.
Saya ada satu kasus mengenai kontrak kerja sama yang
akan saya bahas di bab berikutnya.
2. Orang kaya menumpuk asetnya, salah satunya aset passive income.Setelah saya perhatikan, kerabat saya tersebut mempu-
nyai aturan sederhana seperti yang disampaikan Robert
T Kiyosaki, pengarang buku laris RICH DAD POOR DAD. Di
buku itu disampaikan beberapa poin, seperti:
10 II Yakin Cuma Mau Jadi Karyawan Seumur Hidup
a. Rumah bukanlah aset ketika belum menghasilkan uang
untuk Anda
Banyak orang menganggap ketika mereka memiliki ru-
mah dan mencicilnya itu sudah menjadi sebuah aset,
padahal setiap bulan mereka masih mengeluarkan uang
untuk cicilan tersebut. Kerabat kaya saya memiliki be-
berapa aset usaha yang berkaitan dengan properti ko-
mersial, seperti deretan ruko strategis yang disewakan,
rumah kost, hotel, dan area tambang batu. Aset-aset ini
menghasilkan pemasukan tanpa beliau bekerja. Bahkan
terakhir saya dengar beliau menjual salah satu aset ta-
nahnya untuk dijadikan apartemen. Dengar-dengar sih
nilai transaksinya mencapai ratusan miliar rupiah. Me-
narik bukan?
b. Perbedaan orang yang tampak kaya dengan orang kaya
Kenapa orang kaya bertambah kaya? Karena dia meng-
investasikan kembali pendapatan yang diperoleh ke
dalam aset yang menghasilkan uang. Berbeda sekali de-
ngan orang menengah yang begitu mendapat kenaikan
penghasilan, maka dia akan mencicil rumah yang lebih
besar, mencicil mobil yang lebih mewah, membeli hand-
phone/gadget terbaru. Orang kaya membeli barang me-
wah belakangan (bukan prioritas utama), sementara
orang miskin dan menengah cenderung membeli barang
mewah sebagai prioritas utama. Saya masih ingat mobil
operasional kerabat kaya saya adalah Panther keluaran
tahun lama. HP-nya pun Nokia seri lama.
Pernah seorang marketing sebuah bank bercerita ke-
pada saya, berikut kurang lebih percakapannya:
Bab I: Awal Perjalanan II 11
Salah satu teman saya juga pernah bercerita, ketika di-
rinya dan temannya hendak menyewa ruko di pinggir
jalan raya besar Jakarta untuk kantor. Mereka mene-
lepon nomor yang tertera di spanduk dan mengadakan
janji temu. Pada waktu yang telah disepakati di depan
ruko tersebut, mereka ditemui oleh seorang bapak tua
yang datang dengan naik sepeda motor butut. Ternyata
beliau adalah pemilik dari deretan ruko yang ada di situ.
Berawal dari usahanya sebagai penjahit hingga me miliki
beberapa aset yang nilainya wah banget.
Marketing (M): “Pak, saya salut lho sama orang-orang pengusaha yang saya tahu riwayat usahanya mulai dari kecil…”
Saya (S): “Oh, kenapa bu?”
M: “Oh kebetulan saya dan tim tahu nilai transaksi nasabah-nasabah kami. Para pengusaha yang mulai dari nol dengan orang yang bergaya seperti orang kaya. Kita tahu semua dari tampilan mereka ketika ke bank ”
S: “Wah, memang apa bedanya bu?”
M: “Ya kita juga di awal-awal kaget. Ternyata bertolak belakang sekali. Orang yang datang dengan pakaian seadanya kadang lusuh dan pakai sendal jepit sekali setor uang ratusan juta dan rekening pribadinya nilai-nya fantastis. Jauh berbeda dengan orang yang tam-pilannya mentereng, pakaian yang kelihatan mahal, dan tas yang bermerk tapi di rekening dananya sedikit.”
RONALD LEONARDOPenulis yang lebih akrab dipanggil Ron Leon ini menyelesai-
kan program pendidikan kedokterannya pada tahun 2007
di Bandung. Lulus dari sekolah kedokteran, Ron langsung
mendaftarkan diri mengikuti program Departemen Kesehat-
an, dokter PTT Pusat (Pegawai Tidak Tetap) dengan lokasi
penempatan di kabupaten Asmat, Papua dengan kriteria ST
(Sangat Terpencil) selama 6 bulan. Karena merasa 6 bulan
waktu yang singkat, masa PTT diperpanjang hingga 1 tahun.
Perkenalan dengan dunia bisnis dimulai ketika PTT pertama
ini.
Sekembalinya ke Pulau Jawa, Ron bekerja sebagai Manajer
UGD di sebuah rumah sakit di bilangan Tangerang Selatan.
Dengan tujuan untuk mengikuti program pendidikan dokter
spesialis, Ron kemudian mendaftarkan diri mengikuti PTT
kedua di Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah dan diterima
untuk kriteria T (Terpencil) dengan jangka waktu 1 tahun.
Naluri dan keinginan bisnis yang semakin menggebu ketika
di Kapuas membuat Ron memutuskan untuk lebih memilih
PROFIL PENULIS
136 II Yakin Cuma Mau Jadi Karyawan Seumur Hidup
dunia usaha, ketimbang meneruskan sekolahnya menjadi
dokter spesialis.
Saat ini Ron masih aktif membuka pelayanan praktik dok-
ter umum (www.facebook.com/HomeCareCilegonMerak),
praktisi hipnoterapis, membuka usaha apotek, supplier ma-
terial batu split (www.jualbatusplit.com), investor properti,
investor kayu Jabon, supplier kotak kayu (www.jualkotak-
kayu.wordpress.com), aktif sebagai penulis di blog pribadi
(www.perjalanansukses.wordpress.com) dan aktif mengikuti
kegiat an sosial pengobatan maupun penyuluhan lainnya. Ron
juga aktif sebagai pengurus di PDUI (Perhimpunan Dokter
Umum Indonesia) daerah Cilegon, aktif sebagai pengurus
umat Buddha Dharma Indonesia di Cilegon, aktif sebagai ang-
gota di beberapa komunitas investor properti dan komunitas
klub mobil.
Riwayat pelatihan di luar kedokteran yang pernah diikuti
antara lain:
+ Life Revolution With FireWalk Experience, TDW Resour-
ces, 2008
+ Propery Rich Revolution, TDW Resources, 2008
+ Sales & Marketing Revolution, TDW Resources, 2008
+ Business Revolution, TDW Resources, 2008
+ Internet Marketing Revolution, TDW Resources, 2008
+ Mastering The Forex Market, Lumen Capital Resources,
2008
+ Mastering The Stock Market, Lumen Capital Resources,
2008
+ Becoming A Money Magnet, Success Spirit, 2008
Profi l Penulis II 137
+ Property Agency, Granarindo, 2009
+ Property Investor Club, Granarindo, 2015
+ Property Contractor & Developer, Granarindo, 2015
+ Rocket Marketing
+ Internet Marketing Solution Club, 2016
+ Certi�ied Consulting Hypnotist, NGH International Certi�i-
cate Program, School of Mind Reprogramming, 2016
+ Certi�ied Master of Hypnotherapist, Akademi Hipnoterapi
Indonesia, 2016
+ Certi�ied Instant Change Therapist, Akademi Hipnoterapi
Indonesia, 2016
Untuk Anda yang ingin bekerja sama menawarkan pe luang
bisnis, mencari mitra bisnis, memberikan modal usaha,
melakukan kegiatan sosial bersama, mengundang Ron se-
bagai pembicara, ataupun maupun mengundang Ron makan-
makan dan atau jalan-jalan, hehe… bisa hubungi Ron di e-mail
[email protected] atau +6287773399966