Download - Yasmin FEIS
ix
ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KUALITAS KINERJA AUDIT AKUNTAN PUBLIK DITINJAU
DARI STANDAR PROFESIONAL PSA SA NO.04 :
INDEPENDENSI
Oleh Y a s m i n
NIM : 103082029480
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008
ix
ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS
KINERJA AUDIT AKUNTAN PUBLIK DITINJAU DARI STANDAR
PROFESIONAL PSA SA NO.04 : INDEPENDENSI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Yasmin
NIM : 103082029480
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.Dr. Abdul Hamid, MS Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si
NIP. 131. 474. 891 NIP. 150. 377. 440
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
ix
Hari ini Senin Tanggal 20 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Tujuh telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas nama Yasmin NIM : 103082029480 dengan judul
Skripsi “ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KUALITAS KINERJA AUDIT AKUNTAN PUBLIK DITINJAU DARI
STANDAR PROFESIONAL PSA SA NO.04 : INDEPENDENSI”.
Memperhatikan kemampuan kelimuan mahasiswa tersebut selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta 20 Agustus 2007
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si Rahmawati, SE, M.Si
Ketua Sekertaris
Prof.Dr. Abdul Hamid, MS.
Penguji Ahli
ix
Hari ini Kamis Tanggal 8 Bulan Mei Tahun Dua Ribu Delapan Telah dilakukan
Ujian Skripsi atas nama Yasmin NIM : 103082029480 dengan judul Skripsi
“ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KUALITAS KINERJA AUDIT AKUNTAN PUBLIK DITINJAU
DARI STANDAR PROFESIONAL PSA SA NO.04 :
INDEPENDENSI”. Memperhatikan kemampuan kelimuan mahasiswa
tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta 9 Mei 2008
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Abdul Hamid. Ms Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si Pembimbing I Pembimbing II
Amilin, SE,Ak, M.Si
Penguji Ahli
ix
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT Sang Maha Cahaya, sumber segalala
kebenaran dengan izin Nya akhirnya selesai sudah penelitian ini dilakukan.
Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan
dan khusunya bagi mereka yang meminati bidang audit, penelitian dengan judul :
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit Akuntan
Publik Ditinjau dari PSA SA. NO 04: Independensi Penulis melakukan penelitian
karena menurut penulis Independensi merupakan topik yang tidak pernah ada
habisnya untuk selalu diangkat, diterapkan,dan menjadi suatu keharusan tanpa
pengecualian khususnya bagi seorang akuntan publik, menurut peneliti tanpa
independensi fungsi seorang auditor menjadi suatu kealfaan.
Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat-
syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa
segala kerja keras demi terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan,
dorongan, serta bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Orang tua, Keluarga yang selalu memberikan semangat dan Doa yang tak
henti- hentinya.
2. Drs. Mohammad Faisal Badroen, MBA. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh staf akademik
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.
3. Kepada Pembimbing peneliti Bu’Yessy yang selalu memberikan semangat
dan menyediakan waktu dan Pak’Hamid yang selalu memberikan masukan
dan selalu memberikan semangat kepada para mahasiswanya.
4. Special Person’s to KAP Basyiruddin Nur.SE.Ak…..beserta semua
karyawannya,…Pak’Basyir terimakasih ilmu yang sudah diberikan ke
peneliti baik langsung ataupun enggak, Beliau selalu mempunyai cara
berbeda untuk memberikan semangat + masukan kesemua karyawan-
karyawannya untuk menjadi dan selalu memperbaiki diri untuk jadi lebih
ix
baik lagi, mS’Budi… yang selalu bantuin peneliti, Ms’Jok_yo….makaci ya
masukan_tau ilmu- ilmunya ke peneliti, Ms’Aji yang Q Teror terus untuk
bantuin isi Kuesioner. Mb’Anikss wong Solo yang selalu bikin Q
tersenyumm, Iruull, Irwan, Dedi, Nirwan, Lia, Endyah Versi KAP faozan,
mb’NOvi Ajizz …..oH y Wartoyo….and Parmin alias Joniyanto.
5. Eka, Rahill,…Soliyah Wulandari and Endyah terimakasih atas Semangatnya.
6. Andikka dan semuanya untuk temen-temen peneliti Khususnya Akuntansi D
yang selalu Kompak, yg nggak bisa disebutkan satu-persatu, dan Temen-
temen diKelas Audit, temen-temen seAngkatan….
7. Semua yang sudah mengisi Kuesioner peneliti.
8. Dannn…. Semuanya belum disebutkan, karena keterbatasan baik Langsung
ataupun nggak langsung yang sudah bantuin peneliti menjadi : Yasmin, SE.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya skripsi ini masih terdapat kekurangan
karena terbatasnya kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik
yang membangun. Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Jakarta, 26 Desember 2007
Yasmin
ix
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS
KINERJA AUDIT AKUNTAN PUBLIK DITINJAU DARI STANDAR
PROFESIONAL PSA SA NO.04 : INDEPENDENSI
Oleh
Yasmin
Tujuan penelitian ini adalah: Untuk melihat secara empiris faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kualitas kinerja audit akuntan publik apabila ditinjau
dari independensi yaitu: Audit fee, Lamanya hubungan audit dan penugasan audit
untuk klien yang sama, Tekanan/ konflik peran (Role Stress) dalam penugasan/
penyelesaian audit, Pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit, Audit
delay.
Kualitas kinerja merupakan salah satu hal yang sangat penting didalam setap aktivitas, dalam Standar profesional akuntan publik yang merupakan
standar pemeriksaan yang harus dijalankan/ dimiliki oleh seorang akuntan publik mengatur mengenai profesionalisme auditor salah satunya adalah standar PSA.
SA NO.04 yaitu independensi merupakan sikap yang tidak memihak kepada siapapun, pihak manapun atau oleh faktor apapun, banyak faktor yang dapat
mempengaruhi sikap independensi tersebut. Penelitian dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh auditor independen.
Responden penelitian adalah para auditor yang bekerja di KAP di wilayah Jakarta.
Sebanyak 75 auditor terpilih berdasarkan teknik convenience sampling. 45
kuesioner (60,00%) yang diterima dianalisa dengan metode regresi berganda.
Hasil penelitian ini secara parsial hanya faktor audit delay yang
berpengaruh terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik apabila ditinjau dari
independensi. Secara bersamaan faktor-faktor Audit fee, Lamanya hubungan
audit dan penugasan audit untuk klien yang sama, Tekanan/ konflik peran (Role
Stress) dalam penugasan/ penyelesaian audit, Pengaruh sosial dalam
menyelesaikan tugas audit dan Audit delay mempengaruhi kualitas kinerja audit
akuntan publik ditinjau dari independensi.
Kata kunci: Independensi, Kualitas kinrerja audit akuntan publik, Audit fee,
Lamanya hubungan audit dan penugasan audit untuk klien yang sama, Tekanan/
konflik peran (Role Stress) dalam penugasan/ penyelesaian audit, Pengaruh sosial
dalam menyelesaikan tugas audit, Audit delay.
ix
ABSTRACK
ANALYSIS UPON FACTORS AFFECTING AUDIT PERFORMANCE
QUALITY FROM POINT OF VIEW OF PROFESSIONAL STANDARD
PSA SA No. 04 : INDEPENDENCE
By
Yasmin
The objectives of the research were as follows: To see whether there
significant factors that affect audit performance quality by a public accountant
from independence point of view: Audit Fee, the relationship with client, previous
audit assignments with the same client, Role Stress, and social conditions related
with the audit.
The qualities of performances are indeed an important aspect in every
activity. The Professinal Standard of Public Accountant sets the bar for
performance for a public accountant. The PSA SA No. 4 clearly states that a
public accountant must be independent, which translated to the ability to refrain
from taking sides, under any circumstances. Despite the standard, there are many
factors that may mislead a public accountant to take side.
The research was conducted by sending questionnaire to independent
auditors working in Public Accountant Office in Jakarta. Seventy Five auditors
were chosen through convenience sampling method. From 75 questionnaires sent,
45 questionnaires (60%) were responded. These 45 questionnaires were then
analyzed by double regression method.
Partially, the result of this research proves that on audit delay has a direct
effect on audit performance quality from independence point of view. Which
means that together with audt fee, the relationship with client, previous audit
assignments with the same client, Role Stress, and social conditions related with
the audit, audit delay has a direct effect on audit performance quality from
independence point of view
Keywords: Independence, Audit Fee, the relationship with client, previous audit
assignments with the same client, Role Stress, and social conditions related with
the audit.
ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Yasmin
Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 25 April 1985
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Tabanas Raya Ujung No. 35, Rt. 005/ 04
Kompl. BI Kedaung Bulak – Ciputat 15411
Telp/Hp : 08176805374
Pendidikan Formal
SD Negeri 12 pg , Jakarta Barat : Lulus tahun 1997
SMP Negeri 229, Jakarta Barat : Lulus tahun 2000
SMK Muhammadiyah 09, Jakarta Selatan : Lulus tahun 2003
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Lulus tahun 2008
ix
DAFTAR ISI
Hal.
Daftar Riwayat Hidup ……………………………………………………….. i
Abstract ………………………………………………………………………. ii
Abstrak ……………………………………………………………………….. iii
Kata Pengantar ……………………………………………………………….. iv
Daftar Isi ………………………………………………………………………vi
Daftar Tabel ………………………………………………………………….. x
Daftar Gambar ………………………………………………………………. xiv
Daftar Lampiran …………………………………………………………….... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………. 1
B. Perumusan Masalah ……………………………………………........ 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian ………………………………………….. 10
2. Manfaat Penelitian ……………………………………….... 10
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Kinerja
Akuntan Publik …………………………………………………….. 12
1. Komposisi Tim …………………………………………..... 13
ix
2. Integritas dan Obyektivitas ……………………………… 16
3. Program Audit …………………………………………… 17
4. Supervisi …………………………………………………. 18
5. Kepuasan Kerja ………………………………………….. 21
6. Profesionalisme ………………………………………….. 23
B. Independensi ………………………………………………………. 25
1. Pengertian Independensi …………………………………. 30
2. Komponen-komponen Independensi …………………...... 31
3. Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Independensi .. 32
C. Standar Pemeriksaan ……………………………………………… 36
D. Hipotesis ………………………………………………………….. 45
E. Model Penelitian …………………………………………………... 46
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………... 47
B. Metode Penentuan Sampel ……………………………………….. 47
C. Metode Pengumpulan Data ………………………………………. 48
1. Sumber Data ……………………………………………… 48
D. Metode Pengumpulan Data ………………………………………. 49
E. Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel ………………………. 50
1. Variabel Dependen ………………………………….. 50
2. Variabel Independen ………………………............... 50
F. Metode Analisis Data …………………………………………….. 54
ix
1. Uji Kualitas Data …………………………………………. 54
2. Uji Normalitas dan Asumsi Klasik ……………………….. 56
3. Analisis Regresi Berganda………………………………… 58
4. Uji Hipotesis ……………………………………………….59
BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ………………………………. 61
1. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………...... 61
2. Karakteristik Responden ………………………………...... 62
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ……………………………………. 63
1. Uji Validitas ………………………………………………. 63
2. Uji Reliabilitas ……………………………………………. 64
C. Hasil Uji Normalitas dan Asumsi Klasik ………………………… 66
1. Uji Normalitas ………………………………………......... 66
2. Uji Asumsi Klasik ………………………………………... 67
3. Hasil Uji Hipotesis ..…….…………………………........... 67
D. Penemuan dan Pembahasan ………………………………………68
1. Independensi ………………………………………………68
2. Audit Fee ………………………………………………… 69
3. Lamanya Penugasan Auditor Untuk Klien Yang Sama …..74
4. Tekanan (konflik peran) Dalam Penugasan/
Penyelesaian Audit …………………………………….....77
5. Pengaruh Sosial Dalam Menyelesaikan Tugas Audit ……. 81
ix
6. Audit Delay …………………………………………….. 85
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………. 102
B. Implikasi ………………………………………………………. 103
C. Saran …………………………………………………………... 104
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………... 105
LAMPIRAN …………………………………………………………….. 109
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
4.1 Wilayah dan Nama KAP 62
4.2 Rincian Pembagian dan Pengumpulan Kuesioner 63
4.3 Karakteristik Responden 63
4.4 Hasil Uji Validitas 65
4.5 Hasil Uji Reliabilitas 66
4.6 Sikap Wajib Yang Harus Dimiliki Oleh Auditor 68
4.7 Keharusan Aturan Independensi Dalam
Standar Profesional Akuntan Publik 68
4.8 Sangat Berpengaruh Terhadap Kualitas Kinerja Audit 69
4.9 Kepentingan Independensi Di atas Kepentingan Klien 70
4.10 Laporan Audit Tidak Berguna Tanpa Sikap Independensi 70
4.11 Sangat Berpengaruh Terhadap Opini Auditor Dalam Laporan Audit 71
4.12 Memperhatikan Besarnya Fee Yang Diberikan
Kepada Auditor Oleh KAP Adalah Sangat Penting 72
4.13 Fee Harus Seimbang Dengan Penugasan Audit 72
4.14 Fee Sangat Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit 73
4.15 Semakin Besar Fee Maka Kualitas Kinerja Auditor
Semakin Bagus Dan Begitupun Sebalkinya 73
4.16 Fee Sangat Mempengaruhi Independensi 74
4.17 Semakin Besar Fee Maka Akan Semakin Independen
Opini Yang Akan Diberikan 74
ix
4.18 Lamanya Hubungan Penugasan Auditor Untuk Klien
Yang Sama Suatu Hal Yang Penting Untuk Diperhatikan 76
4.19 Penugasan Auditor Untuk Klien Yang Sama Tidak Boleh Lebih Tiga Tahun Berturut-Turut 76
4.20 Semakin Lama Hubungan Penugasan Auditor Untuk Klien
Yang Sama Maka Kualitas Kinerja Audit Akan Semakin Menurun Begitipun Sebaliknya 77
4.21 Lamanya Hubungan Penugasan Auditor Untuk Klien
Yang Sama Mempengaruhi Independensi Auditor 77
4.22 Semakin Lama Penugasan Auditor Untuk Klien Yang Sama
Maka Akan Semakin Berkurang Independensi Auditor
Begitupun Sebaliknya 78
4.23 Tekanan Internal (KAP) Sangat Mempengaruhi Kinerja
Auditor Dalam Menyelesaikan Tugas 79
4.24 Tekanan Internal Sangat Mempengaruhi Hasil Audit
Yang Dilakukan 79
4.25 Tekanan Internal Sangat Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit 80
4.26 Semakin Tinggi Tekanan Internal Maka Akan
Semakin Rendah Kualitas Kinerja Audit Yang Dihasilkan Dan Begitupun Sebaliknya 80
4.27 Tekanan Internal Sangat Mempengaruhi
Independensi Auditor 81
4.28 Semakin Tinggi Tekanan Internal Maka Akan
Semakin Rendah Independensi Auditor
Begitupun Sebaliknya 81
4.29 Persepsi Masyarakat Tentang Laporan Independen
Audit Merupakan Suatu Hal Yang Sangat Penting
Dalam Proses Audit 82
4.30 Pengaruh Sosial Sangat Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit 83
ix
4.31 Semakin Tinggi Pengaruh Sosial Maka Akan Semakin
Tinggi Kualitas Kinerja Audit Dan Begitupun Sebaliknya 84
4.32 Pengaruh Sosial Sangat Mempengaruhi independensi Auditor 85
4.33 Semakin Tinggi Pengaruh Sosial Maka Akan
Semakin Tinggi Independensi Auditor Begitupun Sebaliknya 85
4.34 Audit Delay Merupakan Suatu Hal Yang Sangat Mempengaruhi Proses Audit 87
4.35 Audit Delay Sangat Mempengaruhi Opini Audit 87
4.36 Audit Delay Sangat Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit 88
4.37 Audit Delay Sangat Mempengaruhi Independensi Auditor 88
4.38 Uji Multikolinearitas 91
4.39 Uji Autokorelasi 92
4.40 Koefisien Determinasi 94
4.41 Hasil Uji F 95
4.42 Hasil Uji t 96
4.43 Hasil Regresi Berganda 97
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Behavioral Model Of Independence 30
2.2 Proses Perencanaan Strategis 36
2.3 Model Penelitian 47
4.1 Uji Normalitas P-Plot 89
4.2 Uji Heteroskedasitas 93
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Kuesioner Penelitian 110
2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 115
3 Hasil Output Regresi 121
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan suatu alat atau media yang dipergunakan
sebagai tempat komunikasi antara pihak yang memiliki laporan keuangan
(perusahaan) dengan para pihak pengguna laporan keuangan itu sendiri yaitu para
investor, dan pihak-pihak eksternal lainnya yang memiliki kepentingan akan
laporan keuangan tersebut. Secara fungsional laporan keuangan menjadi
infrastruktur kunci bagi stockholders untuk meneropong perkembangan dan
kinerja keuangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu. Laporan keuangan
disajikan dalam format informasi tertentu yang membutuhkan kemampuan
analisis tertentu untuk dapat memahaminya.
Laporan keuangan yang berisi mengenai entitas keuangan, keadaan
atau kondisi perusahaan dalam suatu periode tertentu diharapkan dan harus
mencerminkan keadaan sebenarnya dari suatu aktivitas tertentu dan sesuai dengan
periode tertentu pula, sehingga para pengguna dapat memperoleh dan mengambil
informasi dari laporan keuangan untuk pertimbangan bahkan pengambilan
keputusan ekonomik. Oleh karena itu para pengguna informasi, menginginkan
laporan keuangan yang disediakan perusahaan adalah laporan keuangan yang
sesungguhnya terjadi dan menggambarkan keadaan yang sebenarnya, tetapi
acapkali terjadi adalah adanya kecenderungan pihak penyaji informasi untuk
melaporkan yang “baik” saja sedangkan pihak pemakai laporan keuangan sangat
ix
berkepentingan untuk mendapatkan informasi yang objektif mengenai kesatuan
usaha yang sesungguhnya. Biasanya manajemen merupakan pihak yang terpisah
dengan investor, pihak manajemen mempunyai keahlian untuk mengelola sumber
ekonomi, sedangkan investor memiliki dana dalam artian investorlah yang lebih
dominan dan berperan aktif dalam memberikan modalnya kedalam suatu entitas
perusahaan, dalam keadaan seperti ini akan membentuk sebuah kondisi, yaitu
pertentangan kepentingan-kepentingan, walaupun memang pihak investor dengan
pihak manajemen mempunyai satu keinginan yang searah satu sama lainnya yaitu
profit.
Pihak manajemen yang mengelola sumberdaya perusahaan harus
mempertanggungjawabkan pengelolaannya kepada pihak eksternal ataupun
internal perusahaan, pertanggungjawaban inilah yang dicerminkan melalui
laporan keuangan. Untuk menjaga objektifitas laporan keuangan maka diperlukan
pihak yang independen yaitu akuntan publik, yang berkompenten untuk
memeriksa (pengauditan) keabsahan dari laporan keuangan dengan bersandarkan
pada standar yang berlaku umum untuk mengungkapkan penuh hasil evaluasi
yang dilakukan oleh seorang auditor.
Dalam melaksanakan audit, profesi akuntan publik merupakan profesi yang
unik dibandingkan dengan profesi lain. Sebagai contoh misalnya profesi
pengacara, mereka bekerja dan dibayar untuk kepentingan yang memberikan
“fee”. Profesi akutan publik melaksanakan audit bukan hanya untuk kepentingan
klien yang membayar “fee” tetapi juga untuk pihak ketiga atau masyarakat yang
mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan klien yang diaudit.
ix
Pengauditan adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti mengenai
informasi keuangan tentang suatu entitas ekonomik oleh seorang yang kompeten
dan independen guna menentukan kesesuaian antara informasi tersebut dengan
suatu kriteria tertentu. (Arens, et al, 2003:1). Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa pengauditan pada dasarnya adalah suatu proses pengumpulan
bukti dan mengevaluasi bukti dari informasi keuangan suatu entitas ekonomik
dengan standar tertentu. Pihak pemakai informasi yang terkandung di dalam
laporan keuangan adalah pihak yang terpisah dari pihak manajemen yang
bertanggungjawab atas penyusunan laporan keuangan tersebut. Kecenderungan
manajemen untuk melaporkan hal-hal yang menguntungkan bagi kepentingan
manajemen menjadikan pihak-pihak pemakai informasi akuntansi ragu akan
keandalan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Idealnya, setiap
pemakai informasi akuntansi memeriksa kebenaran laporan keuangan yang dibuat
manajemen, namun hal ini selain tidak layak secara ekonomik karena akan terjadi
pengulangan proses (pengauditan) yang serupa atas perusahaan yang sama, juga
yang bersangkutan belum tentu kompeten dalam melakukan pengauditan, dalam
kondisi yang demikian adanya pihak ketiga yang independen untuk melaksanakan
fungsi pengauditan menjadi penting. Oleh karena itu keindependenan seorang
auditor menjadi suatu hal yang wajib dimiliki, karena nantinya akan
mempengaruhi kualitas laporan audit.
Independensi adalah salah satu norma pemeriksaan akuntan yang penting.
Sebab, pendapat akuntan independen diberikan untuk tujuan menambah
kredibilitas laporan keuangan yang pada dasarnya merupakan gambaran kinerja
ix
manajemen, pihak yang membayar fee atas bisnis akuntan publik. Jika akuntan
tidak independen terhadap manajemen atau kliennya, maka pendapat yang
diberikan tidak akan mempunyai arti. Dengan adanya independensi, akuntan
publik dapat menarik kesimpulan yang tidak memihak mengenai laporan
keuangan yang diaudit.
Tanpa adanya ruh independensi peneliti yakin proses audit akan terasa
“beku” karena independensi merupakan sikap yang terpenting dalam pengauditan
walaupun seorang auditor tersebut memiliki kompeten yang tinggi tetapi tetap saja
opini yang nantinya akan diberikan dari seorang auditor tidak akan objektif, sudah
banyak kasus yang terjadi dan skandal-skandal keuangan yang terjadi yang
melibatkan akuntan publik sebagai salah satu penyebabnya. Yang tidak
mengungkapkan secara full disclosure ini menjadi sebuah pertanyaan besar
apakah memang dikarenakan auditor tidak mampu untuk mengerjakan tugasnya
(tidak kompeten) yaitu segala kejahatan dengan trik-trik tertentu tidak bisa
diketahui oleh auditor sebagaimana peran dari auditor tersebut untuk mengaudit
laporan keuangan dari entitas-entitas ekonomik tersebut?Atau memang auditor
tersebut sengaja untuk tidak independen (profesional) di dalam melakukan
tugasnya, tentunya ini sangat erat sekali hubungannya dengan kualitas akhir
pengauditan yaitu pelaporan audit. Banyak faktor–faktor yang mempengaruhi
kualitas kinerja audit akuntan independen, baik itu yang ditimbulkan dari
eksternal kantor akuntan publik (KAP) ataupun yang berasal dari internal kantor
(KAP), hal inilah yang melatar belakangi peneliti untuk melakukan analisis
ix
penelitian terhadap faktor–faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kinerja
akuntan publik ditinjau dari independensi.
Menjamurnya skandal keuangan baik domestik maupun mancanegara
sebagian besar bertolak dari laporan keuangan yang pernah dipublikasikan oleh
perusahaan, fakta ini menunjukkan adanya keterkaitan skandal keuangan dengan
kinerja audit. Dan dalam penelitian Lestanti (2005) mengungkapkan dua definisi
independensi (independensi profesi dan independensi praktisi) yang menjadi salah
satu penyebab dari segala permasalahan skandal keuangan yang terjadi seperti
skandal kasus Enron, Andersen, Xerox, WorldCom, Tyco, Global Crossing, dan
Merill Linch, Adelphia, yaitu independensi sikap mental (praktisi) yang bertolak
dari moral auditor dan independensi dalam penampilan (profesi) yang dipengaruhi
oleh ikatan kepentingan keuangan.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian-penelitian terdahulu
dan berdasarkan literatur teori pendukung yang ada, yaitu penelitian dengan
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kinerja audit akuntan
publik, yang ditinjau dari standar profesional akuntan publik PSA No: 04, SA
Seksi 220 (independensi). Alasan peneliti tertarik untuk meneliti dan
mengembangkan penelitian dari peneliti-peneliti terdahulu karena peneliti merasa
bahwa independensi merupakan salah satu standar profesional akuntan publik
yang sangat penting, harus dimiliki oleh seorang “pengaudit”, seorang auditor
yang tidak memiliki sikap independensi adalah seperti “makhluk tanpa nyawa”
segala skandal-skandal keuangan akan semakin menjamur dimana-mana dan
khususnya korupsi di Indonesia akan menjadi semakin kental, takkala seorang
ix
auditor didalam melakukan tugasnya untuk mengungkapkan segala temuan-
temuan audit yang sesungguhnya terjadi menjadi sesuatu yang “langka”
dikarenakan tidak memiliki jiwa independensi yang tertanam dalam setiap
langkah auditor. Oleh karena itu, dibutuhkannya kualitas kinerja audit yang sangat
maksimal, bebas dari ketidak objektifitasan oleh seorang akuntan publik karena
pengungkapan penuh tersebut akan berpengaruh signifikan terhadap opini audit
yang akan diberikan oleh seorang auditor, yang nantinya opini tersebut akan
dimanfaatkan oleh para pengguna informasi keuangan untuk mengambil suatu
keputusan tertentu dari suatu entitas ekonomi.
B. Perumusan Masalah
Pada dasarnya tujuan audit laporan keuangan oleh auditor independen
pada menurut Standar Auditing (SA) seksi 110 adalah untuk menyatakan
pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku di Indonesia.
Berdasarkan hasil pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan,
auditor memberikan pendapat akuntan, dalam segala hal yang material, apakah
laporan keuangan tersebut telah disusun secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Sebelum mencapai perumusan masalah yang ada peneliti terlebih dahulu
akan mencoba memaparkan identifikasi masalah yang ada. Peneliti
mengidentifikasi masalah dengan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
ix
kualitas kinerja audit akuntan publik ditinjau dari standar profesional akuntan
publik PSA No.04 yaitu independensi.
Penelitian yang dilakukan Deis dan Giroux (1992) yang meneliti
determinan kualitas audit disektor publik menujukkan bahwa kualitas audit
meningkat seiring meningkatnya jumlah klien tetapi menurun seiring dengan masa
jabatan auditor, juga disampaikan bahwa faktor peer review, jam kerja dan
laporan waktu juga meningkatkan kualitas audit.
Penelitian yang dilakukan oleh Retty dan Indra (2001) menyatakan bahwa
faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap independensi penampilan
akuntan publik adalah ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan
klien, sebaliknya faktor-faktor yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
independensi penampilan akuntan publik adalah pemberian jasa selain jasa audit,
lamanya penugasan audit, ukuran kantor akuntan publik, persaingan antar akuntan
publik dan audit fee .
Penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari (2000) menguji independensi
terhadap pendapat audit menujukkan bahwa ternyata auditor yang independen
memberikan pendapat yang berbeda dengan auditor yang tidak independen,
sedangkan auditor yang tidak independen memberikan pendapat yang sama
namun demikian, pendapat auditor yang ahli dan independen lebih tepat
dibandingkan dengan auditor yang tidak ahli.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2002) pengujian konsekuensi konflik
peran dan ketidakjelasan peran menyediakan dukungan bahwa kesulitan seseorang
atas peran organisasionalnya meningkat pada saat konflik dan ketidakjelasan
ix
meningkat, salah satu untuk menurunkan tekanan peran adalah menurunkan
elemen pemicu tekanan (stress).
Shockley (1981) bukti empiris yang diteliti adalah terdapat tambahan
mengenai masalah independensi akuntan publik. Secara khusus, penelitian yang
dilkukannya itu ingin meneliti dampak variabel- variabel tertentu terhadap
independensi akuntan publik. Variabel-variabel tersebut hanya dibatasi pada
empat varibel utama yaitu : (1) kompetisi, (2) jasa konsultan manajemen (3)
besarnya (size) kantor akuntan publik, dan (4) lamanya akuntan publik mengaudit
klien tertentu. Dengan menggunakan teknik Factorial analysis of variance
Shockley berhasil menyimpulkan bahwa tiga variabel yaitu: kompetisi, jasa
konsultan manajemen, dan besarnya kantor akuntan publik berpengaruh signifikan
terhadap independensi akuntan publik, pada tingkat signifikan 0,01. Namun
variabel lamanya akuntan publik mengaudit klien tertentu tidak berpengaruh
signifikan terhadap independensi akuntan publik. Atau dengan kata lain, kantor
akuntan publik yang beroperasi pada lingkungan yang kompetitif, memberikan
jasa konsultan manajemen dan berskala kecil dipersepsikan akan menghadapi
ancaman yang lebih besar dalam hal menpertahankan independensinya.
Christiawan (2002), hasil penelitiannya membuktikan bahwa dalam
mengambil keputusan akuntan publik dipengaruhi oleh dorongan untuk
mempertahankan klien auditnya, tetapi disisi lain terdapat beberapa kekuatan yang
bisa meredakan pengaruh tersebut, hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa
pemisahan staf audit dari staf yang melakukan consulting service dirasakan akan
meningkatkan independensi akuntan publik, pengaruh budaya masyarakat atau
ix
organisasi terhadap pribadi akuntan publik juga akan mempengaruhi sikap
independensinya.
Penelitian yang dilakukan oleh Mack dan Samet (1992, dalam Lestari
2003) menghasilkan lima kunci karakteristik kualitas audit, yaitu perencanaan,
administrasi, prosedur, evaluasi, dan perlakuan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya peneliti mencoba
untuk mengembangkan penelitian yang berhubungan dengan standar profesional
akuntan publik PSA NO.04 (independensi) yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas kinerja audit akuntan publik ditinjau dari standar
profesional akuntan publik PSA NO.04, yaitu dengan menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas kinerja akuntan publik ditinjau dari independensi
dengan menggunakan variabel : audit fee, lamanya hubungan audit dan
penugasan audit untuk klien yang sama, tekanan/ konflik peran (role stress) dalam
penugasan/ penyelesaian audit, pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit,
audit delay.
Setelah identifikasi masalah yang ada, peneliti membatasi permasalahan
yang akan dibahas, yaitu analisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas
kinerja audit akuntan publik yang ditinjau dari standar profesional akuntan publik
yaitu independensi. Dimana peneliti mencoba untuk mengembangkan penelitian
sebelumnya, dengan landasan teoritis yang ada dan realitas ekonomik yang ada.
Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi pokok permasalahan dalam
penelitian ini, diwujudkan dalam pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah audit fee berpengaruh terhadap independensi akuntan publik?
ix
2. Apakah Lamanya hubungan audit dan penugasan audit pada klien yang sama
berpengaruh terhadap independensi akuntan publik ?
3. Apakah Konflik peran (Role Stress) berpengaruh terhadap independensi
akuntan publik?
4. Apakah Pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit berpengaruh
terhadap independensi akuntan publik?
5. Apakah Audit Delay berpengaruh terhadap independensi akuntan publik?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan tentunya memberikan bukti
empiris tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kinerja
audit ditinjau dari standar profesional akuntan publik yaitu independensi
untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan atau apakah terdapat
hubungan terhadap independensi auditor.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat bagi penulis
Selain merupakan prasyarat tugas akhir studi akademis peneliti, manfaat
lain yang dapat diperoleh adalah dengan adanya penelitian ini peniliti
dapat memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh dari independensi
terhadap pengungkapan penuh temuan audit, dan tentunya menambah
khasanah pengetahuan peneliti dalam dunia pengauditan.
b. Bagi dunia akademis
ix
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembuktian empiris mengenai
independensi khususnya kepada para auditor, dan berapa besar
pengaruhnya independensi auditor terhadap kualitas kinerja audit.
c. Bagi para pembaca
Dapat digunakan sebagai salah satu bahan bacaan dan menambah
wawasan tentang independensi dan pengaruh pengungkapan penuh
temuan audit yang disampaikan melalui opini auditor yang nantinya
digunakan sebagai salah satu sumber informasi untuk mengambil
keputusan para pengguna informasi.
ix
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Kinerja Akuntan Publik
Wooten (2003) menyebutkan bahwa kualitas audit sulit untuk diteliti,
karena itu peneliti selama ini melihat pada indikator (surrogates) dari kualitas
audit atau karakter/atribut yang diduga menentukan kualitas audit itu. Dalam
penelitiannya ada dua karakteristik yang menetukan kualitas audit dan ternyata
karakteristik yang melekat pada tim audit lebih penting daripada firm-wide
factors.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menguraikan beberapa faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas kinerja audit dan kualitas kinerja audit yang
ditelitipun diartikan sebagai efektifitas didalam pencapaian tujuan audit yang
tertuang dalam SAP mengatur ketepatan waktu secara khusus dalam standar
pelaporan kedua: ”Auditor harus dengan semestinya menerbitkan laporan
untuk menyediakan informasi yang dapat digunakan secara tepat waktu oleh
manajemen, dan pihak lain yang berkepentingan”, efektifitas pencapaian tujuan
audit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kinerja tim
audit (Putra Djaja, 2002). Suksesnya audit sangat erat terkait dengan kinerja
tim audit serta supervisi oleh pengendali teknis dan pengendali mutu. Tim audit
dituntut untuk dapat mengetahui standar waktu dan peneliti membatasinya
yaitu kualitas kinerja audit ditinjau dari independensinya, yang merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas kinerja audit, peneliti akan
ix
menjelaskannya secara terpisah faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
kinerja akuntan publik dibawah ini:
1. Komposisi Tim
Komposisi tim audit merefleksikan penerapan standar umum
pertama dari Standar Audit Pemerintahan (SAP): “Staf yang ditugasi untuk
melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki kecakapan profesional
yang memadai untuk tugas disyaratkan”, begitu pula halnya standar umum
pertama Standar Prosfesional Akuntan Publik (SPAP): “Audit harus
dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”.
Penyusunan tim audit, berusaha menempatkan pegawai yang berasal
dari unit kerja kompeten (unit kerja pengusul obyek audit) dan tetap
dimungkinkan untuk menggunakan pegawai yang berasal dari unit kerja
lain, baik sebagai ketua/ pemimpin tim ataupun sebagai anggota tim.
Suatu komposisi tim audit merefleksikan kehandalan suatu tim
dalam melaksanakan dan menyelesaikan suatu penugasan. Setidaknya ada
dua faktor yang dapat dijadikan perhatian/pertimbangan dalam penyusunan
tim adalah:
a. Latar belakang pendidikan serta pelatihan anggota tim
Auditor merupakan profesi yang mensyaratkan tingkat pendidikan
dan keahlian tertentu. Keahlian sebagian diperoleh dari pendidikan yang
didapat baik dari pendidikan akademik maupun pendidikan profesi. SAP
mengharuskan organisasi/ lembaga audit mempunyai program
ix
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan bagi stafnya. Pendidikan dan
pelatihan berkelanjutan sangat penting bagi auditor untuk meningkatkan
keahlian dan profesionalismenya sehingga dapat mengikuti
perkembangan audit mutakhir. Peningkatan profesionalisme akan
berpengaruh pada peningkatan kualitas audit. Penelitian Deis and Giroux
(1992) menujukkan pendidikan (education) merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi kualitas audit. Beragamnya jenjang pendidikan (D-3
hingga S-2) dan bidang studi pilihan (akuntansi dan non akuntansi)
mencerminkan kemampuan masing-masing anggota tim dalam
memberikan kontribusi pada kinerja tim secara keseluruhan.
SPAP dalam standar umum ketiga mewajibkan auditor menjalani
pelatihan teknis, karena untuk menyatakan pendapat (opini) auditor harus
senantiasa sebagai ahli dalam bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian
keahlian diawali dari pendidikan formal dan diperluas melalui
pengalaman dalam praktik audit dan melalui pelatihan teknis yang cukup
(dalam artian memadai baik dari sisi aspek teknis maupun pendidikan
umum).
b. Masa kerja dan pengalaman anggota tim:
Dengan pengalaman akuntan dapat meningkatkan keahlian
profesionalnya baik berupa keahlian teknis maupun dalam membuat
pertimbangan audit (audit judgment). Pengalaman mempengaruhi
kualitas audit, paling tidak ada dalam kualitas pertimbangan audit.
Pengalaman biasanya diukur dari lamanya akuntan bekerja sebagai
ix
auditor atau menurut jenjang struktural tertentu, walaupun sebenarnya
kurang dapat dijadikan ukuran yang tepat untuk ukuran tingkat
pengalaman auditor. Secara umum memang, usia dan pengalaman dapat
menunjukkan kedewasaan dan kemampuan seseorang dalam memahami
bentuk penugasan yang harus dilakukan. Tetapi masa kerja dan
pengalaman dapat juga berarti sebaliknya (kontradiktif). Hal ini
diungkapkan dalam Stephen P. Robbins, (1996 dalam Putra Djaja, 2002)
yang menyatakan mengenai masa kerja dan usia:
“…there is a widespread belife that job performance declines with
increasing age.Regardless of whether it’s true or not, a lot of people
believe it and act on it.”
………bahwa ada kepercayaan bahwa kinerja seseorang menurun
seiring dengan meningkatnya umur, entah benar atau salah namun
kenyataannya banyak orang mepercayainya dan berlaku seperti itu.
Pengalaman merupakan faktor penting, dibuktikan dari penelitian
Neni Meidawati (2001, dalam Widagdo, Lesmana dan Irwadi, 2002)
bahwa tingkat kesalahan yang dibuat auditor yang tidak berpengalaman
lebih banyak daripada auditor yang berpengalaman. Lebih lanjut Tubs
(1992 dalam, Lestari 2003) masih di dalam jurnal yang sama,
menyebutkan bahwa auditor yang berpengalaman akan memiliki
keunggulan dalam tiga hal: mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan
secara akurat dan mencari penyebab kesalahan.
Demikian juga menurut penelitian Utami dan Mardiasmo (1991,
dalam Lestari 2003 ) yang menguji pengaruh pengalaman mengaudit
laporan keuangan terhadap mutu pertimbangan audit dengan
ix
menggunakan sampel mahasiswa, akuntan yunior dan akuntan senior.
Hasil penelitian menujukkan bahwa pengalaman mengaudit laporan
keuangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap mutu
pertimbangan audit. Pengalaman pelatihan dan pendidikan lanjutan juga
ikut mempengaruhi mutu pertimbangan audit dengan sumbangan efektif
sampai 36%.
2. Integritas dan Obyektivitas
Arens, Elder & Beasley (2003:81) dalam AICPA Code of
Professional Conduct, menyebutkan :
“Integrity: to maintain and broaden public confidence, member
should perform all professional responsibilities with the highest sense of
integrity. Objectivity, a member should maintain objectivity and be free of
conflict of interest in discharging professional responsibilities.
Definisi prinsip diatas, memberikan gambaran prinsip integritas
bahwa seorang auditor harus melaksanakan seluruh professional
responsibilities mereka dengan semangat integritas yang paling tinggi untuk
menjaga dan memperoleh kepercayaan publik. Prinsip Objektivitas, auditor
harus tetap obyektif dan bebas dari konflik kepentingan.
Aturan Etika Kompertemen Akuntan Publik butir 102
menyebutkan: ”Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus
mempertahankan integritas dan obyektifitas, harus bebas dari benturan
kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah
saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan
(mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain.”
ix
3. Program Audit
Program audit merupakan wujud dari perencanaan audit.
Didalamnya memuat tujuan dan lingkup audit serta metodologi yang
dipergunakan untuk merealisasikan tujuan tersebut.
Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) menyatakan hakekat
perencanaan sebagai suatu proses pengidentifikasian peluang dan kendala
yang akan terkait atau yang akan dihadapi dalam upaya mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Terkait dengan perencanaan baik SAP maupun SPAP
mengharuskan: “Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan
jika digunakan tenaga asisten harus disupervisi dengan semestinya. Dengan
lebih memprioritaskan aspek perencanaan, maka setiap pekerjaan audit
harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dengan mempertimbangkan
antara lain: materialitas, sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit serta
mengevaluasi hasil prosedur audit tersebut. Selain itu untuk mendukung
kepentingan perencanaan dikemudian hari SAP menegaskan bahwa:
“Auditor harus mengikuti tindak lanjut temuan audit yang diketahuinya
material beserta rekomendasinya, yang berasal dari audit sebelumnya.”
Dengan demikian baik buruknya kesiapan perencanaan audit
setidak-tidaknya dapat dicermati dari program audit yang disusun. Program
audit sendiri tidak selalu seragam baik dalam bentuk maupun dalam isinya
antara lembaga/ institusi penyelenggara audit. Idealnya program audit
ix
mengandung unsur-unsur sebagai berikut (Pany dan Whittington dalam
Putra Djaja, 2002):
a. Description of the client company. Its structure, business, and
organization;
b. Objective of the audit (e.g. audit for stockholder, special – purpose
audit, SEC filing);
c. Nature and extant of other services, such as preparation of tax return, to
be performed for the client;
d. Timing and schedulling of the audit work, Including determining which
procedure may be performed before the balance sheet date, what be be
done or after the balance sheet date, and setting dates for such critical
procedures as cash count, account receivable confirmations, and
inventory observation;
e. Work to be done by the clients staff;
f. Staffing requirements during the engagement;
g. Target dates for completing major segments of the engangements, such
as the consideration of internal control, tax returns, the audit report, and
SEC filings;
h. Any special audit risk for the engagement;
i. Preeliminary Jugmen about materiality levels for the enggement.
4. Supervisi
ix
Standar audit SPAP dan SAP mengharuskan pekerjaan harus
direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan tenaga asisten
harus disupervisi dengan semestinya. Supervisi mencakup pengarahan
kegiatan auditor dan pihak lain (misalnya konsultan dan spesialis luar) yang
terlibat dalam audit untuk menentukan apakah tujuan audit dapat dicapai.
Unsur supervisi meliputi pemberian instruksi kepada anggota staf, pemberi
informasi mutakhir tentang masalah signifikan yang dihadapi, pelaksanaan
review atas pekerjaan yang dilakukan dan pemberian pelatihan kerja
lapangan (on the job training) yang efektif.
Supervisi merupakan salah satu elemen pengendalian kualitas dan
prosedur review (quality control and review procedures). Kekuatan
pengendalian kualitas dan prosedur review ikut mempengaruhi kualitas
audit. Selain itu kemampuan supervisor juga mempengaruhi kualitas audit
(Deis and Giroux, 1992). Penelitian tersebut diperkuat oleh penelitian Meier
dan Fuglister (1992 dalam Putra Djaja 2002) yang membuktikan bahwa
supervisi dan training adalah rekomendasi paling penting menurut anggapan
auditor dan klien untuk meningkatkan kualitas audit. Supervisi dapat
membuat auditor berkonsentrasi pada area yang memiliki risiko tinggi. Putra
Djaja (2002) juga membuktikan bahwa supervisi merupakan faktor
penunjang kinerja tim yang paling mempengaruhi dari kelima faktor lainnya
terhadap efektifitas pencapaian tujuan audit.
Accounting Education Change Commision (AECC) melalui issues
statement No.4 (recommendations for supervisor of early work experience),
ix
merekomendasikan pada supervisor akuntan pemula untuk melaksanakan
supervisi dengan tepat khususnya dalam tiga aspek utama sebagaimana
dinyatakan oleh AECC berikut:
a. Supervisor hendaknya menujukkan sikap kepemimpinan dan mentoring
yang kuat, rincian aktifitas yang disarankan oleh AECC adalah:
1) Supervisor sering memberikan feedback yang jujur, terbuka dan
interaktif kepada akuntan pemula dibawah supervisinya;
2) Supervisor mempertahankan pesan-pesan tak langsung dari akuntan
pemula dan jika yang disampaikan adalah ketidakpuasan, secara
langsung supervisor menanyakan keadaan dan penyebabnya;
3) Supervisor meningkatkan konseling dan mentoring, misalnya dengan
memberikan pujian terhadap kinerja yang baik, memperlakukan
akuntan pemula sebagai profesional, membantu akuntan pemula
untuk mengenali peluang kerja masa datang dan memperdulikan
minat serta rencana akuntan pemula;
4) Supervisor dituntut mampu menjadi panutan sebagai profesional
dibidangnya, mampu menumbuhkan kebanggaan akan profesi dan
mampu menunjukkan kepada klien dan masyarakat akan peran
penting profesi yang digeluti tersebut.
b. Supervisor hendaknya menciptakan kondisi kerja yang mendorong
tercapainya kesuksesan, rincian aktivitas yang disarankan oleh AECC
adalah:
ix
1) Menumbuhkan sikap/ mental pada akuntan pemula untuk bekerja
dengan benar sejak awal dan menciptakan kondisi yang
memungkinkan hal itu terjadi.
2) Mendistribusikan tugas dan beban secara adil dan sesuai dengan
tingkat kemampuan akuntan pemula;
3) Meminimalkan stress yang berkaitan dengan pekerjaan.
c. Supervisor hendaknya memberikan penugasan yang menantang dan
menstimulasi terselesaikanya tugas. Rincian aktivitas yang disarankan
AECC adalah:
1) Supervisor mendelegasikan tanggung jawab sesuai kemampuan dan
kesiapan akuntan pemula;
2) Memaksimalkan kesempatan akuntan pemula untuk menggunakan
kemampuan verbal, baik lisan maupun tulisan, berpikir kritis dan
menggunakan teknis analitis serta membantu akuntan pemula untuk
meningkatkan kemampuan tersebut.
Memadai/ tidaknya supervisi dalam suatu penugasan tergantung
pada banyak faktor, termasuk didalamnya kompleksitas permasalahan dan
kualifikasi orang yang melaksanakan penugasan audit.
5. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah suatu sikap seseorang terhadap pekerjaan
sebagai perbedaan antara banyaknya ganjaran yang diterima pekerja dan
banyaknya yang diyakini seharusnya diterima. Hal ini dikemukakan Robbins
ix
(1996, dalam Trisnaningsih dan Iswati, 2003), lebih lanjut menurut peneliti
tersebut (dalam Putra Djaja, 2002) determinan dari kepuasan kerja adalah:
”mentally challenging work, equitable rewords, supportive working
conditions, supportive colleagues”, sebagai berikut:
a. Pekerjaan yang menantang (mentally challenging work), pelaksana
cendrung menerima penugasan yang memungkinkan mereka untuk
memanfaatkan keahlian dan kemampuannya serta menawarkan beragam
tugas, kebebasan clan umpan balik atas prestasi kerjanya.
b. Kondisi kerja yang kondusif (supportive working conditions), pelaksana
sangat peduli dengan lingkungan kerja yang menawarkan kenyamanan
dan mendukung terciptanya prestasi kerja yang baik.
c. Dukungan rekan kerja (supportive colleagues), pelaksanaan tidak hanya
berfokus pada uang tetapi juga membutuhkan interaksi sosial (social
need). Tidak mengherankan jika untuk mencapai dan meningkatkan
kepuasan kerja mereka bersikap bersahabat dan kooperatif (supportive
worker).
d. Kompensasi yang memadai (equitable rewards), pelaksanaan
mengharapkan adanya sistem pembayaran dan kebijakan promosi yang
menunjang dan sejalan dengan harapan mereka. Kewajaran pembayaran
biasanya disesuaikan dengan penugasan, tingkat keahlian dan standar
yang berlaku.
Vroom (1964, dalam Trisnaningsih dan Iswati, 2003) menjelaskan
bahwa kepuasan kerja dapat mengharapkan kepada sikap positif terhadap
ix
kemajuan suatu pekerjaan. Luthans (1995) dalam jurnal yang sama
menyatakan bahwa kepuasan kerja memiliki tiga dimensi. Pertama, bahwa
kepuasan kerja tidak dapat dilihat tetapi hanya diduga. Kedua, kepuasan
kerja sering ditentukan oleh sejauh mana hasil kerja memenuhi atau
melebihi harapan seseorang. Ketiga, kepuasan kerja mencerminkan
hubungan dengan berbagai sikap lainnya daripada individual.
Berbagai hal dapat mempengaruhi kepuasan kerja, misalnya upah
dan promosi, supervisi yang diterima dan kepuasan dengan rekan sekerja.
Dalam perencanaan audit telah dianggarkan tentang besarnya biaya audit.
Tim auditor menggunakan dana sebatas pada anggaran yang sudah tertuang
pada rencana audit.
Kepuasan kerja juga dipengaruhi oleh fungsi dan kedudukan
karyawan dalam organisasi, seperti yang diungkapkan Basset (1995, dalam
Myrna Nurahma dan Indriantoro, 2000). Lebih lanjut disebutkan bahwa
karyawan pada kedudukan yang tinggi merasa lebih puas karena memiliki
otonomi yang lebih besar, pekerjaannya lebih bervariasi dan memiliki
kebebasan melakukan penilaian. Karyawan level bawah lebih besar
kemungkinannya mengalami ketidakpuasan dan kebosanan karena pekerjaan
yang kurang menantang dan tanggung jawab yang kecil.
Albrecrt dan Brown (1981, dalam Nurahm dan Indriantoro, 2000)
menunjukan bahwa kepuasan kerja akuntan pemula lebih rendah
dibandingkan manajer atau partner dan kepuasan kerja tertinggi dialami oleh
partner.
ix
6. Profesionalisme
Dalam kamus bahasa Indonesia yang baku, menurut A.Th.Soetedjo
(2003) kata “Profesionalisme” berasal dari kata profesi yang mempunyai arti
“Bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan,
kejujuran, dan sebagainya) tertentu”. Selanjutnya profesionalisme adalah
mutu, kualitas, dan tindak-tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau
orang yang ahli dibidangnya, atau profesional; sedangkan profesional
memiliki beberapa pengertian, yaitu: (1) bersangkutan dengan profesi, (2)
memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (3) mengharuskan
adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan kata amatir).
Seiring dengan meningkatnya kompetensi dan perubahan glonal,
profesi akuntan/ auditor saat ini dan masa mendatang menghadapi tantangan
yang semakin berat sehingga menjalankan aktivitasnya seorang auditor
dituntut untuk selalu meningkatkan profesionalisme. Ada tiga hal utama
menurut Machfoedz (1997, dalam Winarna dan Retnowati 2003) yang harus
dimiliki oleh setiap anggota profesi dalam mewujudkan profesionalismenya
yaitu berkeahlian, berpengetahuan dan berkarakter.
SAP, Tepatnya didalam standar umum ketiga menyebutkan:
“Dalam pelaksanaan audit penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya”. Standar ini mewajibkan setiap
auditor untuk menggunakan kemahiran profesionalnya secara profesionalnya secara profesional, cermat dan seksama yang berarti auditor harus selalu
memahami dan melaksanakan seluruh arahan dalam Petunjuk Teknis
Pemeriksaan, selalu menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam
penentuan lingkup audit, pemilihan metodelogi serta pemilihan pengujian
dan prosedur audit serta selalu menggunakan pertimbangan profesional
dalam penentuan standar audit/ kriteria yang digunakan.
ix
B. Independensi
Athur W. Holmer (1971, dalam Nila Eka Putri,1999) mengungkapkan
Independensi sebagai sebuah kebebasan dari pengaruh, bujukan dan
pengendalaian dari klien audit. Dengan kata lain bila auditor mengikuti
kemauan klien maka laporannya tidak akan bermanfaat.
Arens, Elder & Beasley (2003:83) menegaskan juga bahwa:
“Not only is it essential for auditor to maintain an independent attitude
in fulfilling their responsibilities, but it also important that the users of
financial statements have confidence in that independence. These two
objectives are often identified as independence in fact and independence in
appearance. Independence in fact exists when the auditor is actually able to
maintain an unbiased attitude throughout the audit, whereas independence in
appearance is the result of others’ intepretation of this independence. If
auditors are independent in fact, but users believe them to be advocates for the
client, most of the value of the audit function will be lost”
Independensi sangat penting bagi auditor untuk dijaga dalam
melaksanakan tanggung jawabnya. Dua hal independensi, in fact yaitu ketika
auditor mampu menjaga prilaku yang tidak bias sepanjang audit. Kedua, in
appearance ketika auditor terlihat independen menurut penampilan/ sudut
pandang orang. Walaupun auditor bisa menjaga independence in fact tapi jika
users yakin kalau auditor berpihak kepada kliennya maka sebagian besar nilai
dari fungsi audit menjadi hilang.
Standar umum kedua SAP (2001:20) yang mengatur tentang independensi
menyebutkan : “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit,
organisasi/ lembaga audit dan auditor baik pemerintah maupun akuntan publik,
harus independen (secara organisasi maupun secara pribadi), bebas dari
ix
gangguan independensi yang bersifat pribadi dan yang diluar pribadinya
(ekstern), yang dapat mempengaruhi independensinya, serta harus dapat
mempertahankan dan penampilan terhadap independen”.
Dalam PSA SA Seksi 801 paragraf 06 dijelaskan bahwa: “Tanggung
jawab auditor untuk mendeteksi dan melaporkan salah saji sebagai akibat
adanya unsur pelanggaran hukum yang berdampak langsung dan material
terhadap penelusuran jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan
adalah sama dengan tanggung jawab auditor untuk mendeteksi salah saji yang
disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan”.
Tidak satu alat ukurpun yang secara obyektif dapat mengukur apakah
auditor tersebut benar-benar independen, sehingga auditor dituntut untuk
benar-benar menyadari independensi dalam profesinya dan menjaga
kepercayaan masyarakat dengan menjaga independensi dalam pelaksanaan
audit. Namun auditor dapat mengenali/ mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mungkin mempengaruhi (mengurangi) independensi auditor. Menurut
Supriyono (1988, dalam Nila Eka Putri,1999) ada enam faktor yang
mempengaruhi independensi auditor, yaitu:
1. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien,
2. Persaingan, semakin banyaknya kantor akuntan pesaing membuat suatu
kantor akuntan berusaha apa saja untuk mendapatkan/ mempertahankan
klien.
3. Jasa lain selain audit, bila suatu kantor memberikan jasa non audit juga
kepada klien yang diaudit, tentu hal ini mengurangi independensi,
ix
4. Lamanya penugasan audit suatu kantor akuntan, semakin lama kantor
tersebut memberikan jasa audit kepada satu klien maka akan mengalami
kesulitan untuk memisahkan diri dari manajemen dan bertindak sebagai
pihak ketiga yang bekerja untuk kepentingan masyarakat bukan untuk
manajemen,
5. Ukuran Kantor Akuntan Publik,
6. Audit Fee
SAP juga mengidentifikasikan beberapa gangguan/ hal-hal yang
mengurangi atau meniadakan independensiyang dapat bersifat pribadi, ekstern
atau organisasi. Dengan demikian apabila satu atau lebih dari gangguan yang
terhadap independensi tersebut mempengaruhi kemampuan auditor dalam
melaksanakan tugas auditnya serta melaporkan hasilnya secara tidak memihak,
maka auditor dimaksud sebaiknya menolak penugasan yang dipercayakan
kepadanya
Didalam praktik pelaksanaan audit, (Putra Djaja,2002) ada beberapa
kondisi yang dapat berpengaruh pada independensi auditor, diantaranya:
1. Adanya hubungan keluarga dan kepentingan antar personil tim dengan
manajemen auditan. Kondisi ini berhubungan dengan interprestasi:
independence of patners and staff, cohabitation clan direct and indirect
financial interest clan merupakan perwujudan dari independen dalam
penampilan (independence in appearance).
2. Efek pemberian fasilitas akomodasi dan entertainment oleh auditan. Kondisi
ini berhubungan dengan interprestasi. Other situations that may impair
ix
independence (khusus tentang gifts from clients) clan merupakan
peerwujudan dari independen dalam penampilan (independence in
appearance).
Selain itu, SAP juga menyatakan bahwa gangguan yang dihadapi auditor
yang bersumber dari luar pribadi auditor (gangguan eksternal) dapat
berpengaruh pada independensi dalam menyatakan pendapat (opini) dan
kesimpulan audit. Diantaranya:
1. Pembatasan waktu yang tidak masuk akal untuk penyelesaian suatu audit.
Kondisi ini berhubungan dengan interprestasi: other situations that may
impair independence (khususnya tentang client and auditor litigation) dan
merupakan perwujudan dari independent dalam penampilan (independence
in appearance).
2. Pembatasan data dan informasi yang berdampak pada kemampuan tim audit
menuntaskan penugasan.
Banyak penelitian yang sudah membuktikan mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi independensi, Shockley (1981) membuktikan bahwa
kompetensi untuk mendapatkan klien, jasa layanan management advisory,
ukuran kantor akuntan dan lama waktu audit ternyata mempengaruhi
independensi auditor. Kemudian Gul dan Windsor (1991) membuktikan bahwa
kondisi keuangan klien dan ukuran fee yang diberikan sangat mempengaruhi
independensi auditor. Chang dan Monroe (1993) membuktikan bahwa persepsi
independensi auditor dipengaruhi oleh ketergantungan fee, dimana auditor
ix
yang tidak tergantung pada klien untuk masalah fee income dianggap lebih
independen daripada auditor yang tergantung pada klien.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa untuk mencapai tujuan audit
dengan efektif dibutuhkan sikap independen dari auditor baik in fact ataupun in
appearance. Pengaruh yang ditimbulkan diantaranya transparasi dan kualitas
pelaporan tidak memenuhi standar yang berlaku dan berujung pada
penambahan waktu untuk penyempurnaan laporan audit atau menggugurkan
hasil audit yang telah diperoleh. Karena gangguan pada independensi
pencapaian tujuan audit dan mempertimbangkan bahwa independensi in fact
sulit untuk diukur, maka peneliti hanya melibatkan konsep independensi in
appearance dalam penelitian ini.
Meidawati (2001) untuk dapat menjadi auditor independen yang
menegakkan etika profesinya diperlukan hal – hal sebagai berikut:
1. Menjunjung tinggi tanggungjawab profesinya, dengan mematuhi aturan-
aturan yang telah disepakati bersama
2. Memiliki sikap keadilan dan obyektif
3. Memiliki moralitas yang tinggi
4. Mempunyai visi dan misi yang sama dengan wadah profesinya
5. Menjunjung tinggi tanggung jawab yang lain
6. Mengerti landasan hukum yang dapat digunakan sebagai pijakan dalam
melaksanakan pekerjaannya; dan
7. Berani menolak dalam kondisi tidak dimungkinkan untuk memberikan jasa
astetasi.
ix
Model yang dikembangkan oleh Goldem-Berlev (1974) Behavioral Model
Of Independence (Maria dan Pinnarwan : 2003)
Goldman dan Barlev menyimpulkan bahwa ada hubungan kekuasaan
antara akuntan publik dan klien ternyata lebih berpihak pada klien, akhirnya
hubungan yang tidak seimbang antara akuntan publik dan klien menjadi jawaban
dari pertanyaan mengapa independensi menjadi topik yang sentral dalam diskusi
profesi akuntan publik apabila dibandingkan dengan profesi-profesi lainnya.
1. Pengertian Independensi
Independensi merupakan terjemahan kata independence yang berasal dari
Bahasa Inggris, dalam kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary of
Current English terdapat entri kata independence yang artinya “dalam
keadaan independen”, adapun entri kata independent bermakna ”tidak
tergantung atau dikendalikan oleh (orang lain atau benda); tidak
Kekuatan Kantor
Akuntan
Kemampuan
Auditor Untuk
Bekerja Dibawa
Tekanan
Jumlah Kekuatan
Auditor
Perilaku
berdasarkan
Standar
Profesional
ix
mendasarkan pada diri pada orang lain; bertindak atau berpikir sesuai
dengan kehendak hati; bebas dari pengendalian orang lain; tidak dipengaruhi
oleh orang lain (Hornby, 1987:433). Menurut AICPA, independence is an
attiude of mind, much deeper than the surface display of visible standards,
sedangkan definisi independensi menurut Brown (1971) adalah independent
is not subject to bias influence.
Dari pengertian-pengertian independensi dari berbagai sumber
peneliti dapat menyimpulkan pengertian tersebut yaitu Independensi adalah
suatu sikap mental dari seseorang ataupun auditor yaitu bebas dari pengaruh
dalam menjalankan segala tanggung jawabnya.
2. Komponen-komponen Independensi :
a. Independensi Praktisi atau Independensi sikap mental.
Independensi praktisi mengandung arti ada kejujuran didalam diri
akuntan dalam mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan
objektif, tidak memihak didalam merumuskan dan menyatakan
pendapatnya, independensi ini lebih terfokus pada moral seorang auditor,
yaitu kondisi jiwa dan perbuatan hati yang berakibat pada perbuatan
lahiriyah, moral yang baik akan menghasilkan lahiriah yang baik seperti
sikap kejujuran, keadilan dalam bertindak dan lain-lain, tetapi perbuatan
lahiriah yang kelihatannya baik belum tentu didasarkan pada moral yang
baik, moral tersebut dipengaruhi oleh keyakinannya terhadap kekuasaan
Tuhan YME.
b. Independensi Profesi atau Independensi penampilan.
ix
Independensi Profesi mengandung arti bahwa adanya kesan dari
masyarakat bahwa akuntan publik bertindak independen, jadi
independensi penampilan berhubungan dengan persepsi masyarakat
terhadap akuntan publik yang bersangkutan.
3. Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Independensi
a. Independensi Moral
Yaitu berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, dimana
kejujuran, keadilan, kewajiban, moralitas, mematuhi janji dan integritas
menjadi satu kesatuan komponen yang terkait pada independensi ini.
b. Independensi Penampilan
Yaitu yang berhubungan dengan penampilan luar (esternal
kantor akuntan), persepsi masyarakat, rusaknya independensi
penampilan akuntan publik akan merusak kepercayaan masyarakat
terhadap akuntan publik yang bersangkutan. Faktor –faktor yang
mempengaruhinya antara lain:
1) Ikatan kepentingan keuangan
Akuntan publik dapat kehilangan independensinya apabila
mempunyai kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien
yang diauditnya. Beberapa jenis ikatan keuangan dan hubungan
usaha tersebut diantaranya selama perjanjian kerja atau saat
menyatakan opininya, akuntan publik atau kantornya memiliki
kepentingan keuangan langsung dan tidak langsung yang material di
dalam perusahaan yang menjadi kliennya. Misalnya, memiliki utang
ix
atau piutang pada perusahaan yang diaudit, menjadi trustee atau
eksekutor atau administrator atas satu atau beberapa estate memiliki
kepentingan keuangan langsung, dan lain sebagainya.
2) Jasa-jasa lain selain selain jasa audit
Aktivitas bisnis kantor akuntan publik selain memberikan jasa
audit juga memberikan jasa-jasa lain. Misalnya, jasa perpajakan, jasa
konsultasi manajemen, serta jasa akuntansi dan pembukuan.
Pemberian jasa lain ini memungkinkan hilangnya independensi
akuntan publik karena akuntan publik akan cendrung memihak
kepada kliennya.
3) Lamanya hubungan atau penugasan audit
Lamanya penugasan audit digolongkan menjadi dua. Yaitu,
lima tahun atau kurang, atau lebih dari lima tahun. Penugasan lebih
dari lima tahun dianggap dapat mempengaruhi independensi akuntan
publik secara negatif.
4) Ukuran kantor akuntan publik
Kantor akuntan publik yang lebih besar tidak begitu tergantung
pada salah satu klien saja. Hilangnya satu klien tidak akan begitu
mempengaruhi pendapatnya. Sehingga kantor akuntan publik yang
lebih besar dipercaya akan lebih independen dibandingkan dengan
kantor akuntan publik yang kecil.
5) Persaingan antar kantor
ix
Persaingan antar kantor akuntan publik yang tajam
kemungkinan akan berdampak secara signifikan terhadap
independensi kantor akuntan publik sebab, setiap kantor akuntan
publik mempunyai kekhawatiran akan kehilangan kliennya. Kantor
akuntan publik dihadapkan pada dua pilihan. Yaitu, akan kehilangan
kliennya karena klien mencari kantor akuntan publik lain atau
mengeluarkan opini sesuai dengan keinginan klien.
6) Audit Fee
Audit fee yang besar jumlahnya kemungkinan akan
mengakibatkan berkurangnya independensi akuntan publik. Hal ini
setidaknya disebabkan oleh dua hal. Pertama, kantor akuntan yang
melakukan audit merasa tergantung pada klien sehingga cenderung
segan untuk menolak keinginan klien. Kedua, jika memberikan opini
yang tidak sesuai dengan keinginan klien, maka akan muncul
kekhawatiran kantor akuntan akan kehilangan kliennya mengingat
pendapatan yang diterima relatif besar.
7) Tekanan peran (Role Stress)
Tekanan peran yaitu seberapa luas ekspektasi serangkaian
peran anggota organisasi adalah tidak jelas/ membingungkan
(ambiguous) atau tidak sesuai satu dengan lainnya/ bertentangan
(conflict). Tekanan peran mencakup konflik peran (role conflict) dan
ketidakjelasan peran (role ambiguity). Konflik peran didefinisikan
oleh Wolfe dan Snoke (1962) sebagai kejadian yang simultan dari
ix
dua tekanan atau lebih seperti ketaatan pada satu hal akan membuat
sulit atau tidak mungkin untuk menaati yang lainnya. Sedangkan
ketidakjelasan peran adalah tidak adanya informasi yang memadai
yang diperlukan seseorang untuk menjalankan perannya dengan cara
yang memuaskan (Khan dkk.,1946).
8) Tekanan Kesesuaian (Confarmity Pressure)
Confarmity atau peneliti menyebutnya dengan pengaruh
sosial yaitu, mengacu kepada perilaku yang dipengaruhi oleh
contoh-contoh yang diberikan oleh rekan kerja, bukan oleh intruksi
dari figur otoritas. Seseorang/ auditor akan menyesuaikan diri
mereka dengan situasi pengaruh normatif karena mereka takut
terhadap konsekuensi negatif atas penampilan yang menyimpang.
9) Audit Delay
Audit delay yaitu rentang waktu penyelesaian pelaksanaan
audit laporan keuangan tahunan, yang biasanya diukur berdasarkan
lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan
independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan sejak
penugasan audit sampai dengan pelaporan audit independen
diterbitkan. Suksesnya audit sangat erat terkait dengan kinerja tim
audit serta supervisi oleh pengendali teknis dan pengendali mutu tim
audit dituntut untuk dapat memenuhi standar waktu sebagaimana
yang tertuang dalam program audit yang sudah ditetapkan.
4. Standar Pemeriksaan
ix
Standar Perencanaan Pemeriksaan beberapa negara dalam The Fith
ASOSAI Research Procet-Performance Auditing Guidelines disebutkan
bahwa proses perencanaan strategis digambarkan sebagai berikut:
INPUT OUTPUT
Proses tersebut dimulai dengan adanya input yang berupa rencana
strategis audit sebelumnya, gambaran pemerintah, anggaran, laporan dan
evaluasi tahunan, laporan media dan eksternal, pekerjaan audit sebelumnya,
analisis indikasi kinerja, kesepakatan dengan auditee, prioritas legislative
dan pemerintah yang kemudian outputnya berbentuk Rencana Strategik
Audit yang isinya pemeriksaan yang potensial, prioritas, adanya kebutuhan-
kebutuhan yang baru setelah itu dibuat anggarannya.
a. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
Dalam SPAP dijelaskan bahwa Standar Pekerjaan Lapangan adalah :
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
� Rencana strategis audit sebelumnya � Opini pemerintah, anggaran, dll,
laporan dan evaluasi tahunan agen
laporan media and external
� Audit lapangan sebelumnya
� Analisa indikator kinerja
� Diskusi dengan agen, klien, dll
� Prioritas legislatif
� Prioritas pemerintah
Rencana Strategis Audit
Audit potensial Prioritas
Kebutuhan penunjang
ANGGARAN
ix
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
Oleh karena itu perlu dibuat perencanaan pemeriksaan, dijelaskan
pula dalam perencanaan auditor harus mempertimbangkan, antara lain:
1) Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang
menjadi tempat usaha entitas tersebut.
Informasi yang perlu untuk diketahui terutama di bidang keuangan,
melalui laporan keuangan dapat tercermin jenis industri klien.
2) Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
Berdasarkan peraturan klien dapat diketahui metode akuntansi yang
digunakan oleh klien. Hal ini perlu diketahui karena dalam akuntansi
terdapat beberapa metode yang dapat digunakan.
3) Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah
informasi akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan
organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok
perusahaan.
4) Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
ix
Risiko pengendalian adalah ukuran penetapan auditor akan
kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji) dalam segmen audit
yang melewati batas toleransi, yang tak terdeteksi atau tercegah oleh
srtruktur pengendalian intern klien. Dengan mengetahui kondisi
struktur pengendalian klien, pemeriksaan dapat menetapkan faktor
risiko dalam melakukan pemeriksaan.
5) Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
Pemeriksaan membuat pertimbangan awal mengenai jumlah
seberapa yang disebut material.
6) Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian.
Meneliti dan memahami pos-pos laporan keuangan bila terjadi
kesalahan pos atau selisih.
7) Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan
pengujian audit, seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang
material atau adanya transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa.
8) Sifat laporan keuangan auditor yang diharapkan akan diserahkan
(sebagai contoh, laporan auditor tentang laporan keuangan
konsolidasi, laporan keuangan yang diserahkan ke Bapepam, laporan
khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak
perjanjian).
Berikut ini standar perencanaan yang digunakan lembaga audit
pemerintah beberapa negara:
ix
1) General Accounting Office (GOA) Financial Audit Manual (Amerika)
Dalam Financial Audit Manual yang digunakan Amerika, standar
perencanaanya adalah:
a) Memahami Bisnis dan Industri Klien.
Sebelum melakukan pemeriksaan, perlu mengenal lebih baik
mengenai kegiatan usaha yang dilakukan klien termsauk bisnis-
bisnis khusus yang dilakukannya.
b) Melaksanakan Prosedur Analitis Pendahuluan.
Dalam melaksanakan prosedur analitis pendahuluan, kegiatan
yang dilakukan meliputi penandingan jumlah-jumlah yang
tercatat atau ratio yang dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat,
dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor.
c) Menetapkan Perencanaan, Disain dan Tes Materialitas.
Setelah melakukan prosedur analitik, dibuat perencanaan dan
disain audit juga tes materialitas untuk mmempertimbangkan
tingkat materialitas awal. Yang dimaksud materialitas adalah
besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat
mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap
pertimbangan orang yang meletakan kepercayaan terhadap
informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji
itu.
ix
d) Memahami Item-item Lini, Perkiraan-perkiraan, Asersi-asersi
dan Kebutuhan Informasi Tambahan yang signifikan.
Tahap ini diperlukan untuk memudahkan pemeriksaan dengan
memahami kegiatan-kegiatan dan pencatatan-pencatatan
akuntansi secara spesifik yang biasa digunakan oleh klien.
e) Memahami siklus-siklus signifikan,
Aplikasi-aplikasi Akuntansi dan Sistem Manajemen Keuangan.
Pada tahap ini juga diperlukan oleh auditor untuk lebih mengenal
klien melalui standar-standar kegiatan yang digunakan dan
ditetapkan oleh klien.
f) Memahami ketetapan-ketetapan hukum dan peraturan.
Hal-hal yang perlu dipelajari dalam memahami ketetapan-
ketetapan hukum dan peraturan antara lain adalah Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga; Perjanjian Persekutuan;
Notulen Rapat Direksi dan Pemegang Saham; Kontrak;
Peraturan-peraturan Pemerintah Terkait Langsung dengan klien;
Arsip Korespondensi.
g) Memahami Batasan Anggaran Terkait.
Anggaran yang diaudit dipelajari penggunaanya sesuai batasan
yang telah ditentukan entitas.
h) Mempertimbangkan Faktor-faktor Risiko.
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa
disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya,
ix
atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji
material.
i) Menetapkan Lingkungan Pengendalian Sistem Informasi yang
efektif.
Lingkungan pengendalian terdiri dari tindakan, kebijakan, dan
prosedur yang mencerminkan sikap menyeluruh manajemen
puncak, direktur dan komisaris, dan pemilik suatu satuan usaha
terhadap pengendalian dan pentingnya terhadap satuan usaha
tersebut. Sistem komunikasi dan informasi akuntansi merupakan
komponen dari stuktur pengendalian intern yang merupakan
metode yang dipakai mengidentifikasi, menggabungkan,
mengklasifikasikan, mencatat, dan melaporkan transaksi satu
entitas untuk menjamin akuntabilitas untuk aktiva yang terkait.
j) Memahami Pengendalian Operasi terkait untuk dievaluasi dan
diuji.
Evaluasi dan uji dilakukan untuk menilai efektifitas pengendalian
yang dilakukan entitas sehingga dapat dilakukan perancangan
pengendalian yang efektif.
k) Perancanaan Prosedur Audit Alternatif.
Tahap ini dilkukan apabila prosedur audit yang sedang
dilaksanakan masih kurang sempurna atau tidak sesuai lagi untuk
diteruskan.
l) Perencanaan Kunjungan.
ix
Untuk melaksanakan kegiatan audit dilakukan perencanaan
antara lain mencakup jumlah hari, anggaran, dan jumlah anggota
tim.
m) Dokumentasi.
Membuat ringkasan atas kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
sesuai dengan kebutuhan perencanaan dan hasilnya, kemudian
dituangkan secara tertulis dalam bentuk laporan.
2) European Communities Court of Auditors, Court Audit Policies and
Standards
Standar yang digunakan di negara-negara Eropa untuk perencanaan
adalah:
a) Perencanaan.
Dalam melaksanakan perencanaan audit, auditor seharusnya
mengembangkan dan mendokumentasikan sebuah Memorandum
Perencanaan Audit (MPA) menyeluruh menggambarkan ruang
lingkup dan pelaksanaan audit yang diharapkan, pertanyaan-
pertanyaan utama yang harus dijawab, bukti-bukti audit yang
dihasilkan, metode-metode yang digunakan dan dasar yang
digunakan untuk mengevaluasi. The APM seharusnya juga
memuat ringkasan hasil prosedur analitik, jadwal dilaksanakanya
audit dan persiapan laporan audit serta anggaran untuk kebutuhan
dan kegiatan audit.
b) Memahami Bisnis dan Industri Klien.
ix
Dalam melaksanakan perencanaan audit, auditor sebaiknya
mempunyai atau memperoleh informasi tentang entitas dan
kegiatan yang cukup agar auditor dapat memahami dan mengerti
kegiatan-kegiatan, transaksi-transaksi dan praktek-praktek yang,
dalam pertimbangan auditor, mungkin mempunyai efek
signifikan atas perkiraan-perkiraan atau pemeriksaan-
pemeriksaan atau laporan audit.
c) Materialitas.
Dalam melaksanakan perencanaan audit, auditor harus
mempertimbangkan materialitas dan hubungannya dengan risiko
audit saat melaksanakan audit.
Untuk setiap temuan audit individu, auditor sebaiknya
mempertimbangkan kemungkinan materialitas disebabkan
nilainya, dasarnya atau keadaan yang menjadikannya material.
3) Annual Audit Manual (Office of the Auditor General of Canada)
Sebagaimana terdapat dalam standar pemeriksaan
keuangannya, standar perencanaan dalam hal ini adalah perencanaan
strategik di Kanada adalah:
a) Tujuan Audit.
b) Memahami Bisnis dan Industri Klien.
c) Materialitas dan Faktor-faktor Risiko.
d) Memahami lingkungan Pengendalian Klien dan Sistem
Pengendalian.
ix
e) Mempertimbangkan Risiko Bawaan.
f) Perencanaan Strategik.
g) Dokumentasi Perencanaan Strategik.
4) Kompilasi Standar Perencanaan Beberapa Negara
Berdasarkan data standar perencanaan pemeriksaan General
Accounting Office (Amerika), European Communities Court of
Auditors (Eropa) dan Office of the Auditor General of Canada
(Kanada) di atas, terdapat beberapa poin yang mempunyai
persamaan, karenanya standar pemeriksaan tersebut dikompilasi agar
tidak terjadi pengulangan. Berikut adalah kompilasi standar
perencaan pemeriksaan General Audit Office (Amerika), European
Communities Court of Auditors (Eropa) dan Office of the Auditor
General of Canada (Kanada):
a) Memahami Bisnis dan Industri Klien.
b) Melaksanakan Prosedur Analitis Pendahuluan.
c) Menetapkan Perencanaan, Disain dan Tes Materialitas.
d) Memahami Item-item Lini, Perkiraan-perkiraan, Asersi-asersi
dan kebutuhan Informasi Tambahan yang signifikan.
e) Memahami Siklus-siklus signifikan, Aplikasi-aplikasi Akuntansi
dan Sistem Manajemen Keuangan.
f) Memahami ketetapan-ketetapan hukum dan peraturan.
g) Memahami Pagu Anggaran Terkait.
h) Mempertimbangkan Faktor-faktor Risiko.
ix
i) Menetapkan lingkungan Pengendalian Sistem Informasi yang
efektif.
j) Memahami Pengendalian Operasi terkait untuk dievaluasi dan
diuji.
k) Perencanaan Prosedur Audit Alternatif.
l) Perencanaan Kunjungan.
m) Dokumentasi.
n) Mempertimbangkan Risiko Bawaan.
o) Perencanaan Strategik.
p) Dokumentasi Perencanaan Strategik.
C. Hipotesis
Melihat dari penelitian-penelitian sebelumnya peneliti ingin
mengembangkan penelitian untuk membuktikan secara empiris mengenai hasil
dari penelitian yaitu sebagai berikut:
Ha1: Audit fee berpengaruh terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik
(independensi).
Ha2: Lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama
berpengaruh terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik
(independensi).
Ha3 : Konflik peran (Role Stress) berpengaruh terhadap kualitas kinerja audit
akuntan publik (independensi).
ix
Ha4: Pengaruh sosial dalam menyelesaikan audit berpengaruh terhadap
kualitas kinerja audit akuntan publik (independensi).
Ha5: Audit Delay berpengaruh terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik
(independensi).
Ha6: Audit fee, lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama
konflik peran (role Stress), pengaruh sosial dalam menyelesaikan audit,
dan audit delay berpengaruh terhadap kualitas kinerja audit akuntan
publik (independensi).
D. Model Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
BAB III
METODA PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas kinerja
audit akuntan publik
1. Audit fee
2. Lamanya hubungan atau
penugasan auditor untuk klien
yang sama. 3. Tekanan peran (Role Stress)
dan tekanan pengaruh sosial. 4. Pengaruh sosial dalam
menyelesaikan audit. 5. Audit Delay
SPAP PSA NO.04
INDEPENDEN
ix
Tujuan penelitian ini pertama adalah untuk membuktikan secara
empiris faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kinerja audit akuntan publik
ditinjau dari standar profesional akuntan publik, peneliti juga ingin mengetahui
seberapa signifikan pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
kinerja audit akuntan publik tersebut terhadap independensi akuntan publik,
selain itu dapat menjawab pertanyaan apakah kualitas kinerja audit akan sangat
mempengaruhi independensi akuntan publik.
Terdapat dua golongan variabel dala penelitian ini yaitu, variabel
independen dan variabel dependen, variabel independen terdiri dari: Audit fee,
Lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama, Tekanan
(konflik peran) didalam penugasan/ penyelesaian audit, Pengaruh sosial dalam
menyelesaikan tugas audit, Audit Delay, dan variabel dependen adalah standar
profesional akuntan publik PSA SA No.04: Independensi.
B. Metode Penentuan Sampel
Penentuan sampel pada penelitian ini adalah Judgment, menurut metode
ini pengumpulan data berdasarkan atas strategi kecakapan/ pertimbangan
penulis semata. Dengan kata lain, sampel yang diambil sesuai dengan
karakteristik populasi yang diinginkan, siapapun responden yang bersangkutan,
dimanapun, dan kapan saja, ditemui dijadikan elemen-elemen sampel
penelitian (Hamid, 2004 : 22).
Untuk membuktikan secara hipotesis, responden yang peneliti gunakan
sebagai sampel adalah akuntan publik (auditor) yang bekerja pada Kantor
ix
Akuntan Publik di daerah DKI Jakarta. Pertimbangan ini didasarkan karena
peneliti merasa akuntan publik merupakan objek peneliti yang utama, karena
seorang auditor yang lebih mengetahui kinerja audit, didalam melakukan
pemeriksaan terhadap entitas keuangan perusahaan yang telah ditugaskan
kepada auditor tersebut.
C. Sumber dan Metode Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer yaitu
sumber data yang langsung dari sumber asli (Indriantoro dan Supomo, 2000
: 147) untuk memperoleh data digunakan metode penelitian lapangan (field
research) melalui kuesioner. Kuesioner ini terdiri dari pertanyaan umum
(nama, usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pengalaman sebagai
auditor, nama kantor akuntan publik, kantor terletak didaerah) dan
pertanyaan khusus (pertanyaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas kinerja audit akuntan publik) sebagai sumber data. Kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner yang dirancang khusus oleh peneliti dengan
literatur-literatur pustaka yang ada dan disesuaikan dengan konteks saat ini.
Setelah itu instrumen ini disebarkan kepada auditor yang ada dikantor
akuntan publik yang tersebar di daerah DKI Jakarta.
Selain itu penelitian ini juga menggunakan data sekunder yang
biasanya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun di
dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
ix
dipublikasikan (Indriantono dan Supomo, 2000:147). Data sekunder dalam
penelitian ini berasal dari sumber eksternal, yaitu berupa daftar nama
Kantor Akuntan Publik yang berasal dari Directory Kantor Akuntan Publik
yang dikeluarkan oleh IAI. Selain itu juga berupa buku, jurnal atau
berbagai bentuk terbitan periodi baik secara manual atau melalui komputer.
2. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan, peneliti menggunakan
instrumen berupa kuesioner yang akan diberikan kepada para auditor yang
bekerja di KAP wilayah Jakarta. Kuesioner yang peneliti sebarkan kepada
responden peneliti rancang berdasarkan data-data sekunder yang peneliti
dapatkan yaitu berdasarkan literatur-literatur referensi dimana kuesioner
tersebut sebelum peneliti sampaikan kepada auditor (responden) peneliti
melakukan uji kelayakan kuesioner tersebut untuk melihat validitas dari
butir-butir pertanyaan yang nantinya akan disebarkan. Pada tahap uji
kelayakan kuesioner peneliti menyabarkan kuesioner tersebut kepada 15
responden yaitu yang memiliki jenjang pendidikan S1 (Strata 1) bidang
studi akuntansi dengan kriteria mahasiswa yang telah mendapatkan mata
kuliah auditing. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik personally
administered questionnaires, yakni kuesioner disampaikan, dan
dikumpulkan langsung oleh peneliti (Indriantoro dan Supomo, 2000:154).
Selain itu, peneliti juga menitipkan kuesioner kepada karyawan yang
bekerja di KAP responden demi kemudahan pengumpulan data.
D. Operasionalisasi dan PengukuranVariabel
ix
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
likert yaitu skala pengukuran untuk sikap (attitude) dengan menyatakan setuju
atau ketidak setujuannya terhadap subjek, objek atau kejadian tertentu. Dalam
bagian ini, peneliti menguraikan operasionalisasi dan pengukuran masing-
masing variabel, sebagai berikut:
1. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variable bebas
(Sugiono, 2005:33). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
Independensi Auditor, independensi yang dimaksud adalah berdasarkan
Standar Profesional Akuntan Publik PSA NO.04 yaitu sikap tidak memihak
dengan pihak manapun.
Variabel ini diukur dengan menggunakan skala Numeris (Numeric
Scala), dengan memberikan 5 (lima) alternatif nomor. Variabel dependen
menggunakan lima penilaian sangat tidak setuju- Sangat setuju diantara
kelima alternatif nomor.
2. Variabel Independen
Variabel Independen dinamakan pula dengan variabel yang diduga
sebagai sebab (presume cause variabel) (Indriantono & Supomo, 2002:63)
adapun termasuk variabel independen dalam penelitian ini adalah:
a. Audit fee.
Merupakan biaya audit didefinisikan sebagai honor yang
diberikan kepada auditor, sebagai timbal balik kontribusinya didalam
ix
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pihak kantor akuntan publik,
adakalanya seorang auditor menyelesaikan tugas pemeriksaan
keuangan terpaku pada fee yang dibayarkan, padahal kewajiban
profesinya lebih harus diutamakan didalam pengauditan suatu entitas,
hal ini dapat mempengaruhi sikap independensi auditor tersebut.
Variabel ini diukur dengan menggunakan 6 butir pertanyaan.
Masing-masing item pertanyaan dalam instrumen dinilai dengan
menggunakan Skala Numeris (Numeric Scala) dengan 5 (lima)
alternatif nomor.
b. Lama atau tidaknya hubungan penugasan untuk auditor untuk
klien yang sama.
Adakalanya kantor akuntan publik cenderung menugaskan
kembali auditornya untuk melakukan pemeriksaan entitas keuangan
disuatu perusahaan yang telah di audit oleh kantor akuntan publik
adalah yang sudah pernah/ berpengalaman (auditor yang sama)
didalam melakukan pemeriksaan tahun berikutnya pada entitas
perusahaan yang sama. Hal ini dipandang karena auditor tersebut
dipersepsikan pernah melakukan pemeriksaan pada periode
sebelumnya, padahal hal ini dapat memungkinkan pergeseran sikap
independensi dari auditor tersebut.
Variabel ini diukur dengan menggunakan 6 butir pertanyaan.
Masing-masing item pertanyaan dalam instrumen dinilai dengan
ix
menggunakan Skala Numeris (Numeric Scala) dengan 5 (lima)
alternatif nomor.
c. Tekanan (konflik peran) didalam penugasan/ penyelesaian audit.
Tekanan peran didalam penyelesaian audit dapat muncul
didalam lingkungan internal perusahaan banyak hal yang mendorong
tekanan peran ini, hal ini berhubungan erat sekali dengan kepuasan
kerja/ kinerja yang dihasilkan baik hal tersebut berasal dari pimpinan
kantor ataupun berasal dari auditor tersebut, hal ini terjadi dapat
disebabkan oleh kecenderungan untuk meninggalakan kantor karena
auditor tidak merasa nyaman dengan pekerjaan yang dilakukan, atau
tuntutan pimpinan yang tidak sesuai dengan sistem kerja yang
dilakukan oleh auditor, dan tekanan lainnya yang dapat muncul dari
internal kantor auditor, sehingga tekanan yang timbul tersebut dapat
mempengaruhi sikap independensi seorang auditor.
Variabel ini diukur dengan menggunakan 6 butir pertanyaan.
Masing-masing item pertanyaan dalam instrumen dinilai dengan
menggunakan Skala Numeris (Numeric Scala) dengan 5 (lima)
alternatif nomor.
d. Pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit.
Pengaruh sosial merupakan pengaruh yang timbul dari luar
kantor (eksternal kantor auditor), hal ini dapat muncul berasal
persepsi, polemik yang timbul dari pendapat masyarakat mengenai
ix
pemeriksaan keuangan yang dilakukan oleh auditor, persepsi yang
dapat muncul sangatlah kompleks sehingga argumen ataupun pola
pikir masyarakat (publik) dapat mendorong auditor didalam sikap
independensi auditor tersebut.
Variabel ini diukur dengan menggunakan 6 butir pertanyaan.
Masing-masing item pertanyaan dalam instrumen dinilai dengan
menggunakan Skala Numeris (Numeric Scala) dengan 5 (lima)
alternatif nomor.
e. Audit Delay.
Audit delay merupakan rentang waktu penyelesaian laporan
audit antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam
penyelesaian pemeriksaan, adakalanya waktu permintaan suatu
perusahaan (klien) untuk dilakukan pemeriksaan keuangannya oleh
kantor akuntan publik adalah tidak setelah tahun bukunya (per 31
Desember pada umumnya), adakalanya rentang waktu tersebut adalah
satu bulan atau dua bulan dari periode tutup buku tersebut, dalam
penelitian ini peneliti mengasumsikan bahwa audit delay tersebut
adalah rentang waktu antara tanggal penugasan (permintaan audit oleh
klien) dengan tanggal diterbitkannya laporan independen akuntan
publik, dalam rentang waktu tersebut terdapat proses pemeriksaan,
didalam proses tersebut terdapat proses pemeriksaan, didalam proses
tersebut dapat memungkinkan pergeseran sikap independensi auditor.
ix
Variabel ini diukur dengan menggunakan 6 butir pertanyaan.
Masing-masing item pertanyaan dalam instrumen dinilai dengan
menggunakan Skala Numeris (Numeric Scala) dengan 5 (lima) alternatif
nomor.
E. Teknik Analisis Data
1. Uji Kualitas Data
Ketepatan pengujian suatu hipotesa tentang hubungan variabel
penelitian sangat tergantung pada kualitas data yang dipakai dalam
pengujian tersebut (Sigarimbun & Effendi, 1989 : 122). Dalam suatu
penelitian diperoleh instrumen yang valid dan reliabel. Validitas
menujukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang
ingin diukur. Realibilitas adalah suatu nilai yang menujukkan
konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama
(Husein Umar, 2003 : 113).
a. Validitas
Seperti yang telah diutarakan bahwa uji validitas digunakan
untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas digunakan untuk
mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Pengujian validitas tiap
butir pertanyaan pada kuesioner digunakan analisis korelasi total
(corrected item – total correlation), yaitu mengkorelasikan skor tiap
butir dengan total yang merupakan jumlah tiap butir dalam tabel.
ix
Setiap butir pertanyaan dapat dilihat dalam output spss (lampiran).
Suatu instrumen penelitian dikatakan valid apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1). Bila r hitung > 0,300, maka dinyatakan valid
2). Bila r hitung < 0,300, maka dinyatakan tidak valid
b. Reliabilitas
Menghitung raliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk
menunjukan sejauh mana hasil pengukuran relatif konsisten apabila
pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Pada penelitian ini,
reliabilitas diukur dengan menggunakan Cronbach Alpha.
Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki
nilai Cronbach Alpha >0,6 (Nunnally dalam Nugroho, 2005:72).
Rumus varians: =
n : Jumlah sampel
X : Nilai skor yang dipilih
Rumus Cronbach’s Alpha (
: Reliabilitas instrument
k : Banyak butir pertanyaan
: Varians total
ix
: Jumlah varians butir
3. Uji Normalitas dan Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Tujuan pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel independen dan variabel independen dan variabel
dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati
normal. Modal regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal
atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas
menggunakan Normal P-Plot. Suatu variabel dikatakan normal jika
gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar
garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis
diagonal.
b. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen (tidak terjadi multikolinearitas). Menurut
Ghozali (2005:91), uji multikolienaritas dilihat dari nilai
tolerance dan variance inflantion factor (VIF). Suatu model
regresi yang bebas dari multikolinearitas adalah mempunyai nilai
ix
VIF lebih kecil dari 10 dan mempunyai nilai tolerance lebih besar
dari 0,1.
2) Uji Autokolerasi
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t
(sekarang) dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Model regresi yang baik adalah model yang tidak
terjadi autokorelasi. Uji autokorelasi dalam penelitian ini
menggunakan uji Durbin Watson (DW). Menurut Santoso
(2001:216), regresi yang terjadi autikorelasi jika memiliki nilai
DW antara -2 dan +2(-2<d<2), sedangkan untuk regresi yang
terjadi autokorelasi positif jika memiliki nilai DW lebih rendah
dari -2 dan regresi yang terjadi autokorelasi negatif jika memiliki
nilai DW lebih besar dari +2.
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi terjadi ketidaksamaan Variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap. Uji
heteroskedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan grafik plot
antara nilai prediksi variable terikat (ZPRED) dengan residual
(SRESID). Jika grafik plot menujukkan suatu pola titik seperti
titik yang bergelombang atau melebar kemudian mengemput,
ix
maka dapat disimpulkan bahwa terjadi homoskedastisitas (tidak
terjadi heteroskedastisitas) (Ghozali, 2005:105).
4. Analisis Regresi Berganda
Dalam penelitian ini digunakan model analisis regresi berganda
(multiple regression analysis). Model ini digunakan karena penulis
ingin mengetahui tentang pengaruh variabel Audit fee (X1), Lamanya
hubungan audit dan penugasan audit akuntan public (X2), Tekanan
peran ( Role Stress) (X3) Pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas
audit (X4) dan Audit Delay (X5) terhadap kualitas kinerja audit akuntan
publik yaitu independensi (Y). dengan menggunakan rumus regresi:
Y = a + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ß4X4 + ß5X5 + e
Dimana :
Y : Independensi
a : konstanta (harga Y bila X = 0)
b1-5 : koefisien regresi (menujukkan angka peningkatan atau
penurunan variabel dependen yang didasarkan pada hubungan
nilai variabel independen)
X1 : Audit fee
X2 : Lamanya hubungan audit dan penugasan audit akuntan publik
X3 : Tekanan (konflik peran) dalam penugasan/ penyelesaian audit
X4 : Pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit
X5 : Audit delay
ix
e : error
5. Uji Hipotesis
a. Uji R dan R Square (R2)
Uji ini digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan
variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen
(Nugraha, 2005:50) nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen
mampu memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen.
b. Uji Statistik F
Uji statisitk F dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara
bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005:84).
Kriteria yang dipakai untuk membuat keputusan terhadap hasil uji
hipotesis yang diuji adalah berdasarkan tingkat signifikansi sebesar
0,05 yang merupakan probabilitas kesalahan sebesar 5%. Dasar
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1) Jika probabilitas > 0,05 dan nilai F < 4, maka Ha ditolak
2) Jika probabilitas < 0,05 dan nilai F > 4, maka Ha diterima
Dimana, Ha : bk 0 semua variabel independen secara simultan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
ix
c. Uji Statistik t
Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen yang dimasukkan dalam model regresi secara individu
terhadap variable dependen (Ghozali, 2005:84). Kriteria yang
dipakai untuk membuat keputusan terhadap hasil uji hipotesis yang
diuji adalah berdasarkan tingkat signifikansi sebesar 0,05 yang
mrnujukkan probabilitas kesalahan sebesar 5% dasar
pengambilankeputusan adalah sebagai berikut:
1) Nilai Signifikansi > 0,05 dan nilai t < 2, maka Ha ditolak
2) Nilai Signifikansi < 0,05 dan nilai t > 2, maka Ha diterima
Dimana, Ha : bi 0 variabel independen secara parsial
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
ix
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap auditor yang bekerja di Kantor
Akuntan Publik di Wilayah Jakarta.. Peneliti membagikan kuesioner kepada
10 KAP yang ada diwilayah Jakarta yang ditunjukkan dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1
Wilayah dan Nama KAP
No. Wilayah Nama KAP
1. Jakarta Pusat Bismar, Salmon & Rekan
2. Jakarta Pusat Erwin, Sugandhi & Jajat Marjat
3. Jakarta Timur Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang
4. Jakarta Timur BDO Tanubrata Sutanto Sibarani
5. Jakarta Barat Jamaludin Iskak
6. Jakarta Selatan Basyiruddin Nur
7. Jakarta Selatan Hadisoerya & Maharani
8. Jakarta Selatan Ishak, Saleh, Soewondo & Rekan
9. Jakarta Selatan S Mannan, Sofwan, Adnan, & Rekan
10. Jakarta Selatan Hertanto, Djoko, Ikah, Sutrisno
Sumber: data primer yang diolah
Pembagian sebanyak 75 Kuesioner dilakukan pada tanggal 25
Juni 2007, dan pengumpulan bagi kuesioner dapat kembali hanya 45
kuesioner tetapi yang bisa diolah hanya 31 kuesioner. Ringkasan pembagian
dan pengumpulan kuesioner dalam penelitian ini ditunjukan dalam tabel
berikut:
Tabel 4.2
Rincian Pembagian dan Pengumpulan Kuesioner
Keterangan Jumlah
ix
Dari rincian di atas dapat dilihat bahwa 75 kuesioner yang dibagikan
yang terkumpul sebanyak 45 kuesioner atau sebesar 60,00% dari total
kuesioner. Hal ini menujukkan tingkat response rate yang sedang.
2. Karakteristik Responden
Berikut ini adalah karakteristik dari responden yang disajikan
dalam bentuk tabel 4.3
Tabel 4.3
Karakteristik Responden
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari jumlah
responden yaitu 31 responden 70,97% pria dan sisanya 29,03% adalah
Pembagian kuesiner
Kuesioner yang tidak terkumpul
Kuesioner yang terkumpul
Kuesioner yang tidak bisa diolah Kuesioner yang bisa diolah
75
30
45
9 31
Tingkat Pengembalian (response rate)
45/75 * 100%
60,00%
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Jumlah Responden
Jenis Kelamin Pria
Wanita
Pendidikan Pasca Sarjana
Sarjana
Diploma
Pengalaman Sebagai
Auditor < 2 Tahun
> 2 Tahun
45
22
9
26
5
23
8
100,0
70,97
29,03
83,87
16,13
74,19
25,80
ix
wanita. Dilihat dari jenis pendidikan, tidak terdapat responden yang
brpendidikan S3 maupun S2 atau Pasca Sarjana, sebagian besar responden
yang terkumpul adalah yang berpendidikan S1 yaitu sebanyak 83,87%
dan sisanya sebanyak 16,13%. Dari kelompok pengalaman sebagai auditor
yang memiliki pengalaman < 2 tahun sebanyak 23 responden atau 74,19%
dari total keseluruhan responden yang terkumpul sedangkan responden
yang memiliki pengalaman > 2 tahun sebanyak 8 responden yaitu 25,80%.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data primer, peneliti melakukan penyebaran
kuesioner kepada para auditor yang bekerja di 10 Kantor Akuntan Publik di
Wilayah Jakarta sebanyak 75 kuesioner. Sebelum kuesioner disebarkan ke 75
responden peneliti melakukan uji kelayakan kuesioner terhadap 35 responden
dengan 36 butir pertanyaan untuk menguji tingkat validitas dan reliabilitas
instrumen penelitian yang digunakan.
1. Uji Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas
No. Butir
Pertanyaan
Variabel r hitung Kesimpulan
ix
1
2
3
4 5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
AF
AF
AF
AF AF
AF
LHP
LHP
LHP
LHP
LHP
LHP
KP
KP
KP
KP
KP
KP
PS
PS
PS
PS
PS
PS
AD
AD
AD
AD
AD
AD
IN
IN
IN
IN
IN
IN
0,541
0,539
0,526
0,678 0,514
0,514
0,432
0,295
0,499
0,357
0,747
0,856
0,908
0,912
0,845
0,793
0,742
0,675
0,352
0,233
0,661
0,634
0,613
0,641
0,379
0,303
0,340
0,231
0,440
0,275
0,830
0,756
0,884
0,575
0,802
0,847
Valid
Valid
Valid
Valid Valid
Valid
Valid
Tdk Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tdk Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tdk Valid
Valid
Tdk Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan hasil uji validitas, diperoleh data yang menyatakan
terdapat 4 pertanyaan yang tidak valid, karena nilai korelasi dibawah
0,300 (Sugiyono:2005). Yang memiliki nilai korelasi < 0,300 yaitu
pertanyaan nomor 8, 20, 28, 29 dari ke empat pertanyaan tersebut yang
jauh dibawah nilai korelasi adalah pertanyaan nomor 28 yaitu 0,231.
ix
2. Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel berarti instrumen tersebut bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama. Reliabilitas suatu konstruk variabel
dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Nugroho,
2005:72).
Tabel 4.5
Hasil Uji Reliabilitas
No. Variabel hitung Kesimpulan
1
2
3
4
5
6
AF
LHP
KP
PS
AD
IN
0,792
0,778
0,935
0,776
0,665
0,923
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Sumber : data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.5 menujukkan bahwa instrumen untuk
setiap variabel penelitian adalah reliabel dengan nilai hitung > 0,60
sedangkan untuk variabel yang lain memiliki hitung > 0,60 yang
paling tinggi adalah Konflik peran (KP) yaitu sebesar 0,935 dan yang
paling rendah adalah Audit delay (AD) yaitu sebesar 0,665. Hasil
tersebut mengindikasikan bahwa instrument penelitian ini akan
menghasilkan data yang sama walaupun digunakan beberapa kali untuk
mengukur objek yang sama.
Terlihat dari uji validitas dan reliabilitas, terdapat 4 (empat)
pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan pada Lamanya hubungan
ix
penugasan auditor untuk klien yang sama (LHP) sebanyak 1
pertanyaan, pertanyaan pada variabel pada Pengaruh sosial (PS)
sebanyak 1 pertanyaan, Audit delay sebanyak 2 pertanyaan sehingga
peneliti mengeluarkan 4 butir pertanyaan tersebut, sehingga total
pertanyaan menjadi 32 butir pertanyaan yang semula 36 pertanyaan.
C. Penemuan dan Pembahasan
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kinerja
audit dalam penelitian ini, peneliti melihat kualitas tersebut dari standar
profesional akuntan publik yaitu Independensi (PSA.04). Faktor-faktor yang
dilakukan penelitian antara lain: Audit fee, Lamanya hubungan penugasan
auditor untuk klien yang sama, Tekanan (konflik peran) dalam
penugasan/penyelesaian audit, Pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas
audit, dan Audit delay.
1. Independensi
Independensi merupakan alat ukur untuk melihat kualitas akuntan
publik yang diukur dengan indikator: pertanyaan antara lain sikap wajib
yang dimiliki oleh auditor, keharusan aturan independensi dalam standar
profesional akuntan publik, sangat berpengaruh terhadap kualitas kinerja
audit, kepentingan independensi diatas kepentingan klien, laporan audit
tidak berguna tanpa sikap independensi, sangat berpengaruh terhadap
opini auditor dalam laporan audit.
Tabel 4.6
Sikap Wajib Yang Harus Dimiliki Oleh Auditor
ix
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 2 6,5
Ragu-ragu 0 0
Setuju 10 32,3
Sangat Setuju 19 61,3
Total 31 100,00
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas sebanyak 61,3% responden sangat
setuju sikap independensi harus dimiliki oleh seorang auditor sedangkan
yang ragu-ragu sebanyak 0% atau tidak ada yang menjawab ragu-ragu
untuk independensi wajib dimiliki oleh seorang auditor, sedangkan yang
menjawab tidak setuju hanya 6,5% sisanya 32,3% berpendapat setuju.
Independensi merupakan suatu hal yang mutlak dimiliki oleh
seorang auditor, karena fungsi akuntan publik merupakan pihak yang
independen.
Tabel 4.7
Keharusan Aturan Independensi Dalam Standar Profesional
Akuntan Publik
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 1 3,2
Tidak Setuju 0 0
Ragu-ragu 1 3,2
Setuju 11 35,5
Sangat Setuju 18 58,0
Total 31 100
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas 58,0% responden sangat setuju bahwa
independensi harus diatur dalam standar profesional akuntan publik,
ix
sedangkan responden yang tidak yang tidak setuju 0% atau tidak ada, yang
ragu-ragu dan sangat tidak setuju sebanyak 1 respoden saja atau 3,2%,
responden yang setuju sebanyak 11 responden atau 35,5%
Didalam Standar profesional akuntan publik mengharuskan auditor
memiliki sikap independensi didalam melakukan pemeriksaan (audit).
Tabel 4.8
Sangat Berpengaruh Terhadap Kualitas Kinerja Audit
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 1 3,2
Tidak Setuju 1 3,2
Ragu-ragu 1 3,2
Setuju 11 35,5
Sangat Setuju 17 54,8
Total 31 100
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan Tabel di atas 54,8% responden sangat setuju
independensi sangat berpengaruh terhadap kualitas kinerja akuntan
publik, dan 35,5% setuju responden yangsangat tidak setuju, tidak setuju
dan ragu-ragu hanya 3,2% atau masing-masing 1 responden.
Tabel 4.9
Kepentingan Independensi Di atas Kepentingan Klien
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 1 3,2
ix
Tidak Setuju 0 0
Ragu-ragu 5 16,1
Setuju 13 41,9
Sangat Setuju 12 38,7
Total 31 100,0
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas hanya 0% responden yang menyatakan
tidak setuju kepentingan independensi di atas kepentingan klien dengan
kata lain tidak ada responden yang tidak setuju atau 0, sedangkan yang
menjawab ragu-ragu 5 responden atau 16,1 %, sangat setuju 38,7%, setuju
41,9% dan yang sangat tidak setuju hanya 1 responden.
Tabel 4.10
Laporan Audit Tidak Berguna Tanpa Sikap Independensi
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 1 3,2
Tidak Setuju 2 6,5
Ragu-ragu 3 9,7
Setuju 14 45,2
Sangat Setuju 11 35,5
Total 31 100,0
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan Tabel di atas 45,2% responden setuju apabila
laporan audit tidak berguna tanpa sikap independensi, dan jumlah
responden yang menjawab sangat setuju adalah 35,5% atau sebanyak 11
responden, sisanya sebanyak 3 (9,7%) responden menjawab ragu-ragu,
2 (6,5%) responden tidak setuju dan hanya 1 (3,2) responden yang
menjawab sangat tidak setuju.
Tabel 4.11
ix
Sangat Berpengaruh Terhadap Opini Auditor Dalam Laporan
Audit
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 3 9,7
Ragu-ragu 1 3,2
Setuju 11 35,5
Sangat Setuju 16 51,6
Total 31 100,0
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan Tabel di atas sebanyak 16 responden yang
menjawab sangat setuju atau 51,6%, sebanyak 35,5% atau 11
responden menyatakan setuju, yang sangat tidak setuju sebesar 0%,
tidak setuju sebanyak 3 responden atau 9,7% yang menjawab ragu-ragu
hanya 1 responden atau 3,2%.
2. Audit fee
Audit fee merupakan besarnya biaya audit yang diberikan KAP
oleh auditor.Penilaian kualitas akuntan publik yang dinilai dari audit fee
yaitu terlihat dari jawaban responden atas : memperhatikan besarnya fee
yang diberikan kepada auditor oleh KAP adalah sangat penting, fee harus
seimbang dengan penugasan audit, fee sangat mempengaruhi kualitas
kinerja audit, semakin besar fee maka kualias kinerja auditor semakin
bagus begitupun sebaliknya, fee sangat mempengaruhi independensi,
semakin besar fee maka akan semakin independen opini yang akan
diberikan.
Tabel 4.12
ix
Meperhatikan Besarnya Fee Yang Diberikan Kepada Auditor
Oleh KAP Adalah Sangat Penting
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 2 6,5
Tidak Setuju 5 16,1
Ragu-ragu 0 0
Setuju 12 38,7
Sangat Setuju 12 38,7
Total 31 100
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas, tidak ada responden yang menjawab
ragu-ragu atau 0%, sedangkan responden yang menjawab setuju dan
sangat setuju seimbang yaitu 12 responden atau 38,7% sedangkan
responden yang menjawab sangat tidak setuju ada 2 responden atau 6,5%
dan responden yang tidak setuju sebanyak 16,1% atau 5 responden.
Tabel 4.13
Fee Harus Seimbang Dengan Penugasan Audit
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 2 6,5
Ragu-ragu 0 0
Setuju 16 51,6
Sangat Setuju 13 41,9
Total 31 100
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas responden yang menjawab sangat setuju
sebanyak 13 responden atau 41,9%, responden yang setuju sebanyak 16
dengan 51,6% sedangkan yang menjawab ragu-ragu dan sangat tidak
setuju adalah 0% yang menjawab tidak setuju sebanyak 2 orang.
ix
Tabel 4.14
fee sangat mempengaruhi kualitas kinerja audit
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas responden yang menjawab setuju fee
sangat mempengaruhi kualitas kinerja audit sebanyak 13 responden atau
41,9%, sangat setuju sebesar 19,4% sedangakan yang sangat tdiak setuju
hanya 1 responden sebesar 3,2% sementara responden yang tidak setuju
sebesar 19,4% atau 6 responden sedangkan ragu-ragu sebanyak 5
responden.
Tabel 4.15
Semakin Besar fee maka kualias kinerja auditor Semakin
Bagus Dan Begitupun sebaliknya
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 1 3,2
Tidak Setuju 8 25,8
Ragu-ragu 6 19,4
Setuju 7 22,6
Sangat Setuju 9 29,0
Total 31 100
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas ternyata yang menjawab sangat setuju
pertanyaan fee besar maka kualitas kinerja auditor semakin bagus dan
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 1 3,2
Tidak Setuju 6 19,4
Ragu-ragu 5 16,1
Setuju 13 41,9
Sangat Setuju 6 19,4
Total 31 100
ix
begitupun sebaliknya sebanyak 29,0% atau 9 responden yang menjawab
setuju sebanyak 7 responden atau 22,6% sedangkan yang ragu-ragu
sebesar 19,4%, tidak setuju sebanyak 8 responden atau 25,8% dan sangat
tidak setuju hanya 1 responden.
Tabel 4.16
Fee Sangat Mempengaruhi Independensi
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas ternyata rata-rata responden menjawab
tidak setuju sebanyak 10 responden atau 32,3%, sedangkan responden
yang menjawab ragu-ragu dan setuju seimbang yaitu 6 responden atau
19,4% dan sangat setuju 5 responden atau 6,1%.
Tabel 4.17
Semakin Besar Fee Maka Akan Semakin Independen Opini
Yang Akan Diberikan
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 4 12,9
Tidak Setuju 13 41,9
Ragu-ragu 6 19.4
Setuju 6 19,4
Sangat Setuju 2 6,5
Total 31 100
Sumber: data primer yang diolah
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 4 12,9
Tidak Setuju 10 32,3
Ragu-ragu 6 19,4
Setuju 6 19,4
Sangat Setuju 5 16,1
Total 31 100
ix
Berdasarkan tabel di atas ternyata yang menjawab sangat setuju
hanya 2 responden atau 6,5% untuk responden yang menjawab tidak setuju
sebanyak 13 responden atau 41,9%, untuk responden yang ragu-ragu dan
setuju sebanyak 6 responden atau 19,4% dan angat tidak setuju 4
responden atau 12,9%.
3. Lamanya Hubungan Penugasan Auditor Untuk Klien Yang Sama
Adakalanya lamanya hubungan auditor terhadap penugasan
pemeriksaan laporan keuangan untuk klien yang sama dapat
mempengaruhi kualitas kinerjanya pada variabel ini indikatornya adalah
lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama suatu hal yg
penting untuk diperhatikan, penugasan auditor untuk klien yang sama tidak
boleh lebih tiga tahun berturut-turut. Semakin lama hubungan penugasan
auditor untuk klien yang sama maka kualitas kinerja audit akan semakin
menurun begitupun sebaliknya, lamanya hubungan penugasan auditor
untuk klien yang sama sangat mempengaruhi independensi auditor,
semakin lama hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama maka
akan semakin berkurang independensi auditor, begitupun sebaliknya.
Tabel 4.18
Lamanya Hubungan Penugasan Auditor Untuk Klien
Yang Sama Suatu Hal Yang Penting Untuk Diperhatikan
ix
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas sebanyak 17 responden menjawab setuju
atau 54,8% yang menjawab ragu-ragu sebesar 16,1% atau 5 responden
sedangkan yang tidak setuju dan sangat tidak setuju hanya 1 responden
atau 3,2%.
Tabel 4.19
Penugasan Auditor Untuk Klien Yang Sama Tidak Boleh Lebih
Tiga Tahun Berturut-Turut
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 1 3,2
Ragu-ragu 2 6,5
Setuju 15 48,3
Sangat Setuju 13 41,9
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas yang menjawab sangat tidak setuju
sebesar 0%, tidak setuju 1 responden atau 3,2% , ragu-ragu 2 responden
atau 6,5% jawaban teringgi dari responden atas pertanyaan tersebut adalah
setuju yaitu sebanyak 15 responden atau 48,3% dan sangat tidak setuju 13
responden 41,9%.
Tabel 4.20
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 1 3,2
Tidak Setuju 1 3,2
Ragu-ragu 5 16,1
Setuju 17 54,8
Sangat Setuju 7 22,6
ix
Semakin Lama Hubungan Penugasan Auditor Untuk Klien
Yang Sama Maka Kualitas Kinerja Audit Akan Semakin
Menurun Begitupun Sebaliknya
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas ternyata responden yang menjawab tidak
setuju sebanyak 11 responden atau 35,5% sedangkan yang tidak setuju
dan ragu-ragu sebanyak 4 responden sebesar 12,9% responden yang
menjawab sangat setuju hanya 9,7% atau 3 responden.
Tabel 4.21
Lamanya Hubungan Penugasan Auditor Untuk Klien Yang
Sama Sangat Mempengaruhi Independensi auditor
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 1 3,2
Tidak Setuju 6 19,4
Ragu-ragu 7 22,6
Setuju 10 32,3
Sangat Setuju 7 22,6
Total 31 100
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas terdapat jawaban dari responden yang
seimbang untuk yang menjawab ragu-ragu dan sangat setuju yaitu sebesar
22,6% sebanyak 7 responden dan untuk jawaban yang setuju sebanyak 10
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 4 12,9
Tidak Setuju 11 35,5
Ragu-ragu 4 12,9
Setuju 9 29,0
Sangat Setuju 3 9,7
Total 31 100
ix
responden atau sebesar 32,3% untuk yang tidak setuju sebanyak 6 responden
atau 19,4% dan sangat tidak setuju 1 responden yaitu sebesar 3,2%.
Tabel 4.22
Semakin lama hubungan penugasan auditor untuk klien yang
sama maka akan semakin berkurang independensi
auditor, begitupun sebaliknya
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 1 3,2
Tidak Setuju 9 29,0
Ragu-ragu 3 9,7
Setuju 11 35,5
Sangat Setuju 7 22,6
Total 31 100
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas yang menjawab setuju sebesar 35,5% atau
11 responden, sedangkan yang sangat setuju sebesar 7 responden atau 22,6%
untuk yang ragu-ragu sebesar 9,7% atau 3 responden yang menjawab sangat
tidak setuju sebanyak 1 responden atau 3,2% sedangkan yang tidak setuju
sebesar 29,0% dengan 9 responden.
4. Tekanan (konflik peran) Dalam Penugasan/ Penyelesaian Audit
Tekanan dalam penugasan audit atau konflik peran merupakan
tekanan auditor yang timbul dari internal kantor dalam menyelesaikan tugas
yang. Indikatornya adalah dalam tekanan internal (KAP) sangat
mempengaruhi kinerja auditor dalam menyelesaikan tugas, Tekanan Internal
sangat mempengaruhi hasil audit yang dilakukan,Tekanan internal sangat
mempengaruhi kualitas kinerja audit, semakin tinggi tekanan internal maka
akan semakin rendah kualitas kinerja audit yang dihasilkan, begitupun
sebaliknya, tekanan internal sangat mempengaruhi independensi auditor,
ix
semakin tinggi tekanan internal maka akan semakin rendah independensi
auditor begitupun sebaliknya
Tabel 4.23
Tekanan internal (KAP) sangat mempengaruhi kinerja
auditor dalam menyelesaikan tugas
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 1 3,2
Tidak Setuju 3 9,7
Ragu-ragu 4 12,9
Setuju 17 54,8
Sangat Setuju 6 19,4
Total 31 100
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas responden yang menjawab setuju sebesar
54,8% atau 17 responden, yang menjawab sangat setuju sebesar 19,4% atau
6 responden sedangkan 4 responden menjawa ragu-ragu, responden yang
tidak setuju sebesar 9,7% atau 3 responden untuk responden yang sangat
tidak setuju sebesar 1 responden saja atau 3,2%.
Tabel 4.24
Tekanan Internal sangat mempengaruhi hasil audit yang
dilakukan
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 2 6,5
Tidak Setuju 3 9,7
Ragu-ragu 3 9,7
Setuju 17 54,8
Sangat Setuju 6 19,4
Total 31 100
Sumber: data primer yang diolah
ix
Berdasarkan tabel di atas responden yang menjawab sangat
setuju sebesar 19,4% atau sebanyak 6 responden sedangkan 17 responden
sebesar 54,8% , 3 responden menjawab tidak setuju dan ragu-ragu yaitu
sebesar 9,7% yang sangat tidak setuju hanya 2 responden yaitu 6,5%.
Tabel 4.25
Tekanan Internal Sangat Mempengaruhi Kualitas Kinerja
Audit
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 3 9,7
Tidak Setuju 2 6,5
Ragu-ragu 6 19,4
Setuju 15 48,4
Sangat Setuju 5 16,1
Total 31 100
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas 48,4% menyatakan setuju dengan
jumlah responden 15, sedangan 5 responden sangat setuju dengan 16,1%, 6
karyawan menjawab ragu-ragu yaitu sebesar 19,4%, 2 responden tidak setuju
dengan perolehan sebesar 6,5% dan yang sangat tidak setuju sebesar 9,7%
atau 3 responden.
Tabel 4.26
Semakin Tinggi Tekanan Internal Maka Akan Semakin Rendah
Kualitas Kinerja Audit Yang Dihasilkan Dan Begitupun
Sebaliknya
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 4 12,9
Tidak Setuju 5 16,1
Ragu-ragu 5 16,1
Setuju 12 38,7
Sangat Setuju 5 16,1
ix
Total 31 100
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas 12 responden atau 38,7% menyatakan setuju
dengan indicator semakin tinggi tekanan internal maka semakin rendah
kualitas kinerja audit yang dihasilkan dan begitupun sebaliknya 5 responden
menjawab sangat setuju, tidak setuju dan ragu-ragu dengan perolehan 16,1%
sedangkan yang menyatakan sangat tidak setuju hanya 4 responden atau
12,9%.
Tabel 4.27
Tekanan Internal Sangat Mempengaruhi Independensi Auditor
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 2 6,5
Tidak Setuju 8 25,8
Ragu-ragu 5 16,1
Setuju 11 35,5
Sangat Setuju 5 16,1
Total 31 100
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas responden yang menyatakan setuju
sebanyak 35,5%, sedangkan yang tidak setuju sebanyak 25,8%, 5 responden
menjawab ragu-ragu dan sangat setuju atau 16,1% dan yang menjawab sangat
tidak setuju sebanyak 2 responden atau 6,5%.
Tabel 4.28
Semakin Tinggi Tekanan Tnternal Maka Akan Semakin
Rendah Independensi Auditor Begitupun Sebaliknya
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 2 6,5
Tidak Setuju 10 32,3
ix
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas 10 responden menyatakan tidak setuju dan
setuju atau 32,3%, 6 responden menjawab ragu-ragu atau 19,4%, 3 responden
menjawab sangat setuju dan 2 responden menjawab sangat tidak setuju atau
sebesar 6,5%.
5. Pengaruh Sosial dalam menyelesaikan Tugas Audit
Terkadang Persepsi masyarakat menjadi pertimbangan tersendiri
dalam opini auditor indikator dalam variabel ini adalah: persepsi masyarakat
tentang laporan independen audit merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam proses audit, pengaruh sosial sangat mempengaruhi kualitas kinerja
audit, semakin tinggi pengaruh sosial maka akan semakin tinggi kualitas
kinerja audit begitupun sebaliknya, pengaruh sosial sangat mempengaruhi
independensi auditor, semakin tinggi pengaruh sosial maka akan semakin
tinggi independensi auditor begitupun sebaliknya
Tabel 4.29
Persepsi Masyarakat Tentang Laporan Independen Audit
Merupakan Suatu Hal Yang Sangat Penting Dalam Proses
Audit
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 8 25,8
Ragu-ragu 3 9,7
Setuju 13 41,9
Ragu-ragu 6 19,4
Setuju 10 32,3
Sangat Setuju 3 9,7
Total 31 100
ix
Sangat Setuju 7 22,6
Total 31 100
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas 41,9% menjawab setuju dengan jumlah
responden 13, sebanyak 25,8% atau 8 responden menjawab tidak setuju,
22,6% responden atau 7 responden menyatakan sangat setuju dan yang
menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0 responden atau 0%.
Tabel 4.30
Pengaruh Sosial Sangat Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 2 6,5
Tidak Setuju 12 38,7
Ragu-ragu 8 25,8
Setuju 6 19,4
Sangat Setuju 3 9,7
Total 31 100
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas 38,7% menyatakan tidak setuju atau
sebanyak 12 responden, sebesar 25,8% responden menjawab ragu-ragu,
sedangkan 19,4% menyatakan setuju bahwa indikator pengaruh sosial sangat
mempengaruhi kualitas kinerja audit sedangkan responden yang menyatakan
sangat setuju sebesar 9,7% atau 3 responden dan responden yang menyatakan
sangat tidak setuju sebesar 6,5% atau 2 responden.
ix
Tabel 4.31
Semakin Tinggi Pengaruh Sosial Maka Akan Semakin
Tinggi Kualitas Kinerja Audit Dan Begitupun Sebaliknya
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas sebesar 41,9% yang menyatakan tidak setuju
atau sebanyak 13 responden, 32,2% yang menjawab ragu-ragu atau 10
responden, 4 responden atau 12,9% menyatakan setuju dan sebesar 9,7%
yang menyatakan sangat setuju apabila semakin tinggi pengaruh social maka
akan semakin tinggi kualitas kinerja audit dan begitupun sebaliknya
sedangkan hanya 1 responden yang menyatakan sangat tidak setuju.
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 1 3,2
Tidak Setuju 13 41,9
Ragu-ragu 10 32,2
Setuju 4 12,9
Sangat Setuju 3 9,7
Total 31 100
ix
Tabel 4.32
Pengaruh Sosial Sangat Mempengaruhi Independensi Auditor
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas sebesar 41,9% yang menyatakan tidak
setuju kalau pengaruh sosial sangat mempengaruhi independensi auditor
presentase ini paling besar di antara jawaban pilihan lainnya pada daftar tabel
di atas , sedangkan hanya 1 responden saja yang menyatakan sangat tidak
setuju atau sebesar 3,2%, yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 9 responden
atau 29,0%, 6 responden menyatakan setuju dan 2 responden sangat setuju
atau sebesar 6,5% responden yang menyatakan sangat setuju pengaruh sosial
sangat mempengaruhi independensi auditor.
Tabel 4.33
Semakin Tinggi Pengaruh Sosial Maka Akan Semakin Tinggi
Independensi Auditor Begitupun Sebaliknya
Sumber: data primer yang diolah
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 1 3,2
Tidak Setuju 13 41,9
Ragu-ragu 9 29,0
Setuju 6 19,4
Sangat Setuju 2 6,5
Total 31 100
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 1 3,2
Tidak Setuju 11 35,5
Ragu-ragu 10 32,3
Setuju 7 22,6
Sangat Setuju 2 6,5
Total 31 100
ix
Berdasarkan tabel di atas hanya 1 responden atau sebesar 3,2% saja
yang mrnyatakan sangat tidak setuju apabila semakin tinggi pengaruh sosial
maka akan semakin tinggi independensi auditor begitupun sebaliknya,
sebanyak 32,3% yang menyatakan ragu-ragu atau sebanyak 10 responden,
sedangkan yang menyatakan tidak setuju 11 responden atau 35,5%, 7
responden menyatakan setuju dan hanya 2 responden yang menyatakan
sangat setuju.
6. Audit Delay
Dalam melakukan proses audit memperhatikan perencanaan waktu
dalam audit delay merupakan suatu hal yang harus diperhatikan karena
akan mempengaruhi kualitas audit akuntan publik, pada variabel ini
peneliti menggunakan indikator: audit delay merupakan suatu hal yang
sangat mempengaruhi proses audit, audit delay sangat mempengaruhi
opini audit, audit delay sangat mempengaruhi kualitas kinerja audit,
semakin lama audit delay maka akan semakin rendah pula kualitas kinerja
audit, begitupun sebaliknya, audit delay sangat mempengaruhi
independensi auditor, semakin lama audit delay maka akan semakin
rendah pula independensi auditor begitupun sebaliknya.
ix
Tabel 4.34
Audit Delay Merupakan Suatu Hal Yang Sangat
Mempengaruhi Proses Audit
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 3 9,7
Ragu-ragu 5 16,1
Setuju 16 51,6
Sangat Setuju 7 22,6
Total 31 100
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas tidak ada responden yang menyatakan
sangat tidak setuju atau sebesar 0% responden, sedangkan yang
menyatakan yang menyatakan setuju sebesar 51,6% atau 16 responden
sementara itu responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 22,6%,
sebesar 9,7% responden menyatakan tidak setuju hanya 16,1% atau 5
responden saja yang menyatakan ragu-ragu.
Tabel 4.35
Audit Delay Sangat Mempengaruhi Opini Audit
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas ternyata yang menjawab audit delay sangat
mempengaruhi opini audit adalah sebesar 51,6% atau 16 responden, 7
responden atau sebesar 22,6% ragu-ragu, yang menyatakan tidak setuju
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 1 3,2
Tidak Setuju 5 16,1
Ragu-ragu 7 22,6
Setuju 16 51,6
Sangat Setuju 2 6,5
Total 31 100
ix
sebesar 16,1%, dan yang menjawab sangat setuju 2 atau 6,5% sedangkan
yang sangat tidak setuju sebesar 3,2%.
Tabel 4.36
Audit Delay Sangat Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 1 3,2
Ragu-ragu 5 16,1
Setuju 18 58,1
Sangat Setuju 7 22,6
Total 31 100
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas ternyata yang menjawab setuju audit delay
sangat mempengaruhi kualitas kinerja audit sebesar 58,1% atau 18 responden,
7 responden sangat setuju dan yang menjawab sangat tidak setuju hanya 0%,
tidak setuju sebesar 1 responden atau 3,2%, 5 responden atau sebesar 16,1%
ragu-ragu.
Tabel 4.37
Audit Delay Sangat Mempengaruhi Independensi Auditor
Keterangan Frekuensi
Absolut Presentase
Sangat Tidak Setuju 1 3,2
Tidak Setuju 6 19,4
Ragu-ragu 7 22,6
Setuju 13 41,9
Sangat Setuju 4 12,9
Total 31 100
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas sebesar 41,9% responden yang menjawab
setuju, sebanyak 7 responden yang menjawab ragu-ragu, sedangkan 4
ix
responden atau 12,9% yang sangat setuju, 6 responden atau 19,4% yang
menjawab tidak setuju, sedangkan 1 responden saja yang sangat tidak setuju
atau 3,2%
D. Hasil Uji Normalitas dan Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui distribusi
data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam
penelitian ini, normalitas data ditentukan dengan Normal P-Plot. Hasil uji
normalitas data menggunakan program SPSS 12 dapat dilihat pada gambar
berikut
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Exp
ecte
d C
um
Pro
b
Dependent Variable: INDPDENSI
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Gambar 4.1
Uji Normal P-Plot
ix
Pada gambar “Normal P-Plot” atau garis normalitas, digunakan
untuk uji normalitas data atau menunjukkan apakah perbedaan data
responden dalam penelitian terdapat data yang sangat berbeda diantara
yang lain, data yang normal akan mengikuti garis normalitas, pada gambar
dapat dilihat bahwa data mengikuti garis normalitas sehingga data di
anggap normal. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa distribusi dari
titik-titik data variabel penelitian (Audit fee, Lamanya hubungan
penugasan auditor untuk klien yang sama, konflik peran, pengaruh sosial
dalam menyelesaikan tugas audit, Audit delay) menyebar di sekitar garis
diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal.
Jadi data pada keseluruhan variabel dapat dikatakan berdistribusi normal.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji ini digunakan untuk melihat apakah ada hubungan secara
bersama-sama antar variabel independen dalam suatu fungsi regresi,
pada penelitian yang baik tidak boleh ada multikolinearitas dalam
fungsinya. Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
ix
Tabel 4.38
Uji Multikolinearitas Coefficients(a)
Model Collinearity Statistics
Toleranc
e VIF
1 (Constant)
AUDT_FEE ,592 1,691
LMA_HUB ,624 1,602
KON_PRN ,572 1,748
PGH_SOS ,732 1,366
AUDIT_DLY ,624 1,602
a Dependent Variabel: INDPDENSI
Berdasarkan tabel 4.38 terlihat bahwa nlai Tolerance tidak
kurang dari 0,1 dan nilai Varian Inflation Factor (VIF) tidak lebih
dari 10. Dapat disimpulkan hasil tersebut mengindikasikan tidak
terdapat gejala multikolinearitas terhadap variabel penelitian
sehingga model regresi berganda dapat digunakan dalam penelitian.
b. Uji Autokorelasi
Pengujian adanya autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai
Durbin Watson yang dapat dideteksi dari output SPSS pada tabel
Model Summary sebagai berikut:
Tabel 4.39
Uji Autokorelasi Model Summary(b)
a. Pa. Predictors: (Constant), AUDIT_DLY, PGH_SOS, KON_PRN, LMA_HUB, AUDT_FEE
b. Dependent Variabel: INDPDENSI
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,710(a) ,504 ,405 3,137 1,724
ix
Dalam penelitian yang baik tidak boleh terdapat korelasi antar
variabel independen. Standar untuk suatu penelitian lolos dari uji
autokorelasi adalah =2 atau mendekati 2. Hasil di atas menujukan nilai
Durbin Watson sebesar 1,724. Nilai Durbin Watson berada pada kisaran
antara –2 dan 2, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi
dan model regresi berganda dapat digunakan dalam penelitian.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini untuk mengetahui apakah jawaban dari responden
bersifat homogen atau rata-rata sama. Gambar “Scatterplot” dapat
digunakan untuk menguji heteroskedastisitas, dalam pengujian yang
baik data responden diharapkan bersifat heterogen, untuk
melakukannya dapat dilihat dari persebaran data scatterplot, data yang
mengumpul dianggap tidak lolos uji heteroskedastis. Deteksi ada
tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, yang
diperlihatkan pada gambar 4.2
ix
-3 -2 -1 0 1 2
Regression Standardized Predicted Value
-4
-2
0
2
4
Re
gre
ssio
n S
tud
en
tize
d R
esid
ual
Dependent Variable: INDPDENSI
Scatterplot
Gambar 4.2
Uji Heteroskedastisitas
Bedasarkan grafik scatterplot terlihat bahwa data tersebar di
sekitar titik nol dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada
penyebaran data tersebut. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas padamodel regresi berganda, sehingga
model regresi layak dipakai untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas kinerja akuntan publik ditinjau dari
independensi berdasarkan masukan variabel independen Audit fee,
ix
Lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama,
konflik peran, pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit,
Audit delay
E. Hasil Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yang
telah ditentukan, uji ini secara umum menguji tingkat hubungan dan
signifikansi antara beberapa variabel independen dengan 1 variabel
dependen, baik itu secara bersama-sama ataupun secara sendiri-sendiri.
Untuk menilai keseluruhan model regresi apakah fit dengan data, kita
harus memperhatikan nilai koefisien korelasi (R), koefisien determinasi (R
Square), nilai F hitung dan nilai t hitung.
Tabel 4.40
a Predictors: (Constant), AUDIT_DLY, PGH_SOS, KON_PRN, LMA_HUB, AUDT_FEE
b Dependent Variable: INDPDENSI
Nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,504 dan nilai
koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,405. Untuk model
regresi berganda digunakan nilai Adjusted R Square. Jadi, dalam penelitian
ini 40,5% variabel dependen Kualitas kinerja audit (Independensi)
dijelaskan oleh variabel Audit fee, Lamanya hubungan penugasan auditor
untuk klien yang sama, konflik peran, pengaruh sosial dalam
Koefisien Determinasi ( ) Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,710(a) ,504 ,405 3,137 1,724
ix
menyelesaikan tugas audit, Audit delay, dan sisanya 59,5% (100%-40.5%)
dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan.
Pengujian adanya pengaruh variabel independen secara simultan
terhadap variabel dependen dilakukan dengan melihat nilai F yang
dideteksi dari output SPSS pada tabel ANOVA
Tabel 4.41
Hasil Uji F
Model Sum of
Squares df Mean
Square F Sig.
1 Regression 249,958 5 49,992 5,081 ,002(a)
Residual 245,977 25 9,839
Total 495,935 30
a Predictors: (Constant), AUDIT_DLY, PGH_SOS, KON_PRN, LMA_HUB, AUDT_FEE
b Dependent Variabel: INDPDENSI
Berdasarkan tabel 4.41 terlihat nilai F adalah 5,081 dengan
probabilitas 0,002. Karena probabilitas (0,002) jauh lebih kecil dari 0,05,
maka model regresi bisa dipakai untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas kinerja audit akuntan publik ditinjau dari
independensi. Atau bisa dikatakan Audit fee, Lamanya hubungan
penugasan auditor untuk klien yang sama, konflik peran, pengaruh sosial
dalam menyelesaikan tugas audit, Audit delay secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik ditinjau dari
independensi. Maka Ha diterima atau Hipotesis keenam diterima.
Untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial
terhadap variabel dependen dapat dilihat dari nilai t dan p value (Sig.) yang
dapat dideteksi dari output SPSS pada tabel Coefficients (tabel 4.42).
ix
Tabel 4.42
Hasil Uji t
Coefficients (a)
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 5,535 3,448 1,605 ,121
AUDT_FEE ,268 ,138 ,354 1,934 ,065
LMA_HUB ,146 ,176 ,149 ,834 ,412
KON_PRN -,047 ,126 -,070 -,375 ,711
PGH_SOS -,083 ,157 -,087 -,527 ,603
AUDIT_DLY ,648 ,262 ,440 2,468 ,021
a Dependent Variabel: INDPDENSI
Berdasarkan uji signifikan dengan menggunakan uji t dengan
penetapan alpha (taraf kesalahan) 5%, menyatakan bahwa variabel Audit
Delay secara parsial berpengaruh signifkan terhadap kualitas kinerja audit
akuntan publik apabila ditinjau dari independensi, berarti Ha5 diterima, hal
ini didukung oleh penelitian Dyer dan McHught (1975, dalam Aryati dan
Theresia 2001) yang membuktikan bahwa ketepatan waktu pelaporan
keuangan merupakan elemen pokok bagi catatan laporan keuangan yang
memadai. Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan
seharusnya disajikan pada suatu inteval waktu untuk menjelaskan
perubahan dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai
informasi dalam membuat prediksi dan keputusan, sehingga
ketepatanwaktu penyajian laporan keuangan tahunan perusahaan bisa
berpengaruh pada nilai laporan keuangan tersebut kepada publik.
Sedangkan untuk variabel lamanya hubungan penugasan auditor untuk
klien yang sama, konflik peran, pengaruh sosial dalam menyelesaikan
ix
tugas audit tidak berpengaruh signifikan secara parsial, terlihat dari nilai
Sig. hitung > 0,005 untuk masing-masing variabel.
Jika menggunakan uji t dengan penetapan alpha (derajat
kesalahan) 10%, maka secara parsial audit fee dan audit delay berpengaruh
terhadap independensi.
Besarnya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.43
Hasil Regresi Berganda
Variabel Koefisien Probabilitas
Konstanta 5,535 0,121
Audit Fee (AF) 0,268 0,065
Lamanya Hubungan Penugasan
Auditor (LHP)
0,146 0,412
Konflik Peran (KP) -0,047 0,711
Pengaruh Sosial (PS) -0,083 0,603
Audit Delay (AD) 0.648 0,021
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.43 diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = 5,535 + 0,268 + 0,146 - 0,047 - 0,083 + 0,648 . Dari
persamaan tersebut dapat diartikan bahwa harga 5,535 merupakan nilai
konstan. Konstanta sebesar 5,535 menyatakan bahwa jika tidak ada faktor
Audit fee, Lamanya hubungan penugasan auditor untuk klien yang sama,
konflik peran, pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit, Audit
delay, maka kemungkinan terjadinya pengaruh kualitas kinerja akuntan
publik (independensi) sebesar 5,535.
ix
a. Faktor Audit Fee Terhadap Kualitas Kinerja Audit Akuntan
Publik (Independensi)
Pada variabel ini p value (0,065) > 0,05 sehingga hipotesis pertama
ditolak atau Ho diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa Audit fee tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas kinerja audit
akuntan publik ditinjau dari independensi. Nilai koefisien regresi
sebesar 0,268 menujukkan bahwa setiap penambahan 1 satuan variabel
audit fee akan mempengaruhi kualitas kinerja audit akuntan publik
(independensi) sebesar 0,268.
Hasil di atas menujukkan bahwa ternyata audit fee tidak
mempengaruhi kualitas kinerja auditor apabila ditinjau dari
independensi. Hal ini didukung dalam penelitian yang dilakukan oleh
Retty dan Indra (2001) hasil penelitiannya adalah ternyata faktor audit
fee tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap independensi
penampilan akuntan publik, tetapi hasil penelitian Retty dan Indra
berbeda dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Supriyono
(1986) dalam penelitiannya Audit fee mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap independensi, berdasarkan hasil penelitian dan
literatur yang ada peneliti berpendapat bahwa ternyata fee tidak
selamanya berpengaruh terhadap independensi walaupun tidak dapat
dipungkiri bahwa fee biasanya menjadi suatu faktor yang menjadi
dorongan untuk seseorang akuntan publik melanggar suatu etika
profesi, apalagi terlihat bahwa krisis ekonomi yang melanda Indonesia
ix
yang belum hilang, tetapi bahwa faktor budaya yang berkembang
diIndonesia sisi keTimuran atau faktor keAgamaan masih melekat
dalam lingkup berbeda didalam etika seorang akuntan publik, selain itu
kebijakan atau peraturan-peraturan yang ada masih dapat membentengi
pergerakan atau aktifitas akuntan publik, hal ini lah yang
dimungkinkan mengapa audit fee tidak mempunyai pengaruh signifikan
terhadap independensi akuntan publik.
b. Faktor Lamanya Hubungan Penugasan Auditor Untuk Klien Yang
Sama Terhadap Kualitas Kinerja Audit Akuntan Publik
(Independensi).
Pada variabel ini p value (0,412) > 0,05 sehingga hipotesis kedua
ditolak. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa lamanya hubungan
penugasan auditor untuk klien yang sama tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Christiawan (2002) hasil penelitiannya membuktikan bahwa dalam
mengambil keputusan akuntan publik dipengaruhi oleh dorongan untuk
mempertahankan klien auditnya, tetapi disisi lain terdapat beberapa
kekuatan yang bisa meredakan pengaruh tersebut, hasil penelitiannya
memberikan bukti bahwa pemisahan staff audit dari staf yang
melakukuan consulting service dirasakan akan meningkatkan
independensi akuntan publik, pengaruh budaya masyarakat atau
ix
organisasi terhadap pribadi akuntan publik juga akan mempengaruhi
sikap independensi,
c. Faktor Konflik Peran Terhadap Kualitas Kinerja Audit Akuntan
Publik (Independensi).
Pada variabel ini p value (0,711) > 0,05 sehingga hipotesis ketiga
ditolak. Ternyata konflik Peran auditor tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik apabila
ditinjau dari independensi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sekar
Mayangsari didalam penelitianya menjelaskan bahwa independensi
secara esensial merupakan sikap pikiran seseorang yang dicirikan oleh
pendekatan integritas dan objektivitas tugas profesionalnya, hal ini
senada dengan American Institute of Certified Public Accountant
(AICPA) dan Kell et al. (1989) dalam artikel Pincus (1991) menyatakan
bahwa independensi adalah suatu kemampuan untuk bertindak
berdasarkan integritas dan objektivitas. Berarti bahwa apabila seorang
auditor yang memiliki sikap kerja profesional maka konflik peran yang
ada tidak akan mempengaruhi independensi auditor tersebut.
d. Faktor Pengaruh Sosial Dalam Menyelesaikan Tugas Audit
Terhadap Kualitas Kinerja Audit Akuntan Publik (Independensi).
Pada variabel ini p value (0,603) > 0,05 sehingga hipotesis kempat
ditolak. Ternyata pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas kinerja audit
akuntan publik apabila ditinjau dari independensi. Dalam penelitian
ix
tersebut membuktikan bahwa keadaan sosial atau masyarakat seperti
apapun juga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
kinerja audit akuntan publik ditinjau dari independensi.
e. Faktor Audit Delay Terhadap Kualitas Kinerja Audit Akuntan
Publik (Independensi).
Pada variabel ini p value (0,021) < 0,05 sehingga Ho ditolak atau
hipotesis kelima diterima. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa
Audit delay mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas
kinerja audit akuntan publik ditinjau dari independensi.Penelitian yang
dilakukan oleh (Giling 1977) menujukkan bahwa kantor akuntan publik
internasional atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai The Big Four
membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam menyelesaikan audit,
karena KAP tersebut dianggap dapat melaksanakan audit secara lebih
efisien dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu yang lebih tinggi
untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Di samping itu KAP
besar memperoleh insentif yang lebih tinggi untuk menyelesaikan
pekerjaan auditnya lebih cepat dibanding KAP lainnya. Waktu audit
yang cepat juga merupakan cara KAP besar untuk mempertahankan
reputasi mereka.
ix
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peneliti melakukan pengujian terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas kinerja audit ditinjau dari independensi (sesuai dengan
PSA SA NO.04), peneliti melakukan pengujian dari beberapa variabel yang
ada antara lain adalah Audit fee, Lamanya hubungan penugasan auditor untuk
klien yang sama, Tekanan (konflik peran) didalam penugasan/ panyelesaian
audit, Pengaruh sosial dalam menyelesaikan tugas audit, Audit delay. Variabel
tersebut merupakan variable yang menurut peneliti variabel yang erat
hubungannya dengan kualitas kinerja auditor dan dapat berpengaruh terhadap
independensi, ternyata dari hasil penelitian variable tersebut dapat disimpulkan
bahwa:
1. Hasil Uji F degan probabilitas 0,002 jauh lebih kecil dari 0,05 atau F =
5,081 > 0,05, menujukkan bahwa audit fee, lamanya hubungan penugasan
auditor untuk klien yang sama, konflik peran, pengaruh sosial dalam
menyelesaikan tugas audit, audit delay secara bersama-sama berpengaruh
terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik ditinjau dari independensi.
2. Hasil Uji t menujukan hanya audit delay yang secara parsial mempunyai
pengaruh terhadap kualitas kinerja audit akuntan publik apabila ditinjau dari
independensi, sedangkan audit fee, lamanya hubungan penugasan auditor
ix
untuk klien yang sama, konflik peran, pengaruh sosial dalam menyelesaikan
tugas audit secara parsial tidak berpengaruh.
B. Implikasi
Penelitian ini memiliki implikasi terhadap berbagai pihak yang terkait
dengan profesi akuntan, terutama akuntan publik (auditor Independen), antara
lain:
1. Berdasarkan kesimpulan di atas menyebutkan bahwa audit delay
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas kinerja akuntan
publik apabila ditinjau dari independensi, biasanya KAP yang memiliki
internal control yang baik maka kantor tersebut akan selalu menjaga
eksistensinya dan kualitasnya salah satunya adalah perencanaan audit
delay yang sesuai atau proprosional dengan tingkat pekerjaan pemeriksaan
keuangan, pada dasarnya rentang waktu pengerjaan audit ini (audit delay)
tidak mengharuskan KAP untuk membatasi waktu tertentu, tetapi KAP
yang baik selalu mempunyai perencanaan dan supervisi yang efektif dan
efisien dalam melakukan pemeriksaan baik dalam operasional KAP
tersebut ataupun sumber daya manusia yaitu auditor yang nantinya kualitas
kinerja KAP yang dilkukan oleh auditor akan tercermin dari hasil
pekerjaan tersebut. Dalam penelitian ini membuktikan bahwa ternyata
varabel audit delay mempunyai pengaruh terhadap kualitas kinerja audit
akuntan publik.
ix
C. Saran
Sebagai hasil dari analisis yang peneliti lakukan dapat disarankan bahwa:
1. Supervisi yang seksama dalam KAP dan Standar atau Kebijakan
pemerintah dalam meningkatkan kualitas akuntan publik dapat terus
diperhatikan karena fungsi akuntan publik adalah pihak yang paling
independen.
2. Didalam dunia audit khusunya seorang akuntan publik independensi
bukan merupakan “negosiasi” tetapi sikap dan mental yang harus dimiliki
oleh seorang auditor, jadi peneliti menyarankan kepada auditor agar tetap
selalu menjaga sikap independensi tersebut.
ix
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. “Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan
Publik”, Jilid 1 Edisi 3, FEUI, Jakarta, 2004.
Aryati, Titik dan Theresia Maria.”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Audit Delay Dan Timeliness”. Media Riset Auditing dan Informasi Vol 5 No. 3, Desember 2005.
A.M.B.P. Putra Djaja. “Analisis Pengaruh Faktor-faktor Penujang Kinerja Tim
Pemeriksa Terhadap Efektifitas Pencapaian Tujuan
Pemeriksaan”. Tidak dipublikasikan. Karya Akhir Magister
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002.
A.th.Soetedjo.”Profesionalisme Auditor dan Tantangan yang Menghadang”.
majalah Pemeriksa No.89, April-Mei 2003.BPK-RI.Hal.34-40.
Arens, Alvian A.; Randal J.Elder, Mark S. Beasley..”Auditing and Assurance
Service : An Integrated Approach”. 9th edition. Prentice Hall,
2003.
Arens, Alvian, dan James K Loebbecke, 2001, “Auditing Pendekatan
Terpadu” Edisi Indonesia Salemba Empat, Jakarta, 2001.
Aryati Titik dan Theresia Maria. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit
Delay dan Timelines” Media Riset akuntansi, auditing, dan
informasi Vol.3, 2004.
Boynton, William C. “Modern Auditing”. Erlangga: Jakarta, 2000.
Christina Sososutikno.“Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Perilaku
Difungsional serta Pengaruhnya terhadap Kualitas Audit”. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya, 16-17 Oktober
2003. Hal 1116-1128, 2003.
ix
Christiawan, Yulius Jogi, 2002, “Kompetensi Dan Independensi Akuntan
Publik:Refleksi Hasil Penelitian Empiris”, Jurnal Akuntansi
dan Keuangan, Jan 2002/ Vol 4/ No 2.
Deis, Donald R. Jr. and Gary A. Giroux, “Determinants of Audit Quality in the
Public Sectors”, The Accounting Review, Vol.67 no.3, July,
1992, pp.462-479.
Gul, F., and C. Windsor “The effects of client financial condition, size of audit
tendering on auditors’ ability to resist management pressure”.
Proceedings of the Annual Conference, The Accounting
Association of Australia and New Zealand. pp 263-67, 1991.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Edisi
Ketiga, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, 2005.
Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”. Grafika Karya Utama, Jakarta,
2005.
Indriantoro, Nur. Supomo, Bambang. ”Metodologi Penelitian Bisnis”. BPFE:
Yogyakarta, 2002
Irwati, Yuke. Mukhlasin, Thio Anastasia Petronila.. ”Hubungan Karakteristik
Personal Terhadap Tingkat Penerimaan Perilaku Dalam
Audit”. Makalah Simposium Nasional Akuntansi VII : Solo,
2005.
IAI Kompartemen Akuntan Publik. ”Standar Profesional Akuntan
Publik”,Salemba Empat, 2002.
Jaka Winarna dan Ninuk Retnowati.”Persepsi Akuntan Pendidik, Akuntan
Publik dan Mahasiswa Akuntansi terhadap Kode Etik Akuntan
Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya, 16-
17 Oktober 2003. Hal 839-848, 2003.
ix
Lastanti, H. Sri.”Tinjauan terhadap kompetensi dan independensi akuntan
publik: Refleksi atas skandal keuangan”. Media Riset
akuntansi, auditing, dan informasi Vol.5, 2005.
Lestari, Martini. “Analisis Kebijakan Pemeriksaan Dalam Rangka
Meningkatkan Kualitas Hasil Pemeriksaan”. Tidak
dipublikasikan. Karya Akhir Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003.
Mayangsari, Sekar.”Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Terhadap
Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperimen”.Makalah
Simposium Nasional Akuntansi VII: Solo, 2005.
Maria, Agnes. Pinnarwan, Djohan.”.Independensi Akuntansi Publik : Sebuah
Rekapitulasi. Media Riset akuntansi, auditing, dan informasi
Vol.3, 2003.
Meidawati, Neni.”Meningkatkan Akuntabilitas Auditor Independen Melalui
Standar Profesional”. Media akuntansi, No.16, 2001.
Mock, T., and M. Samet, 1982_”A multi-attribute model for audit evaluation”, Proceedings of the VI University of Kansas Audit Symposium.
Myrna Nurhama dan Nur Indriantoro, 2000, “Tindakan Supervisi dan
Kepuasan Kerja Akuntan Pemula di KAP”. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, Januari, hal. 104-105, 2000.
Novianty, Retty dan Wijaya Kusuma, Indra.”Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Independensi Penampilan Akutan Publik”.
Jurnal Akuntansi dan Auditing Vol 5 No. 1, Juni 2001.
Nugroho, Bhuono A. “Strategi Jitu memilih Metode Statistik Penelitian
dengan SPSS”, ANDI, Yogyakarta, 2005.
Pincus, K,V, “Audit Judgment Confindence.” Behavioral Research in Accounting 3. hal. 39-65, 1991.
ix
Supriyono, R. A. “Pemeriksaan Akuntansi (Auditing): Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik”, BPEF, Yogyakarta, 1988.
Rahayu Dyah Sih dan Faisal.”Pengaruh Komitmen Terhadap Respon Auditor
Atas Tekanan Sosial: Sebuah Eksperimen”. Jurnal Akuntansi,
Auditing dan Informasi Vol 9 No. 1, Juni 2005.
Ridwan Widagdo, Sukma Lesmana dan Soni Agus Irwadi.”Analisis Pengaruh
Atribut-atribut Kualitas Audit terhadap Kepuasan Klien”.
Simposium Nasional Akuntansi 5. Semarang, 5-6 September
2002. Hal. 560-574, 2002.
Sawyer, Lawrence. B. et al. Internal Auditing Sawyer. Salemba Empat: Jakarta,
2005.
Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”, Alfabet, Bandung, 2005.
Shockley, R.. “Perceptions of auditor independence”. The Accounting Review, October, pp 785-800, 1981.
Sri Trisnaningsih dan Sri Iswati.”Perbedaan Kinerja Auditor dilihat dari segi
Gender”. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya, 16-17
Oktober 2003. Hal 1036-1047, 2003.
Utami, Wiwik dan Mardiasmo. “Pengaruh Pengalaman Memeriksa Laporan
Keuangan Terhadap Mutu Pertimbangan”, Thesis S-2 tidak
dipublikasikan, Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta, 1991.
Wooten, Thomas C. “Research About Audit Quality”. The CPA Journal. Jan
2003; 73,1; ABI/INFORM Global pg. 48-51, 2003.
.