downloadfile-2

3
2.1.1 Penanganan Sindroma Premenstrual(PMS) Terdapat suatu persetujuan dalam penatalaksanaan premenstrual syndrome (PMS). Riwayat yang terinci dan dikaji dengan cermat serta kelompok gejala harian dan fluktuasi mood yang terdapat pada beberapa siklus dapat menjadi petunjuk dalam penyusunan rencana penatalaksanaan. Konseling, dalam bentuk kelompok pendukung atau konseling pasangan/individu dapat sangat bermanfaat. Penggunaan obat-obatan seperti inhibitor prostaglandin dan diuretik untuk meredakan edema, bromokriptin (parlodel) untuk mengatasi nyeri tekan pada payudara dan diet yang seimbang, rendah kafein dan natrium atau disertai makanan diuretik alami dapat meredakan gejala. Latihan fisik dan suplemen vitamin (B6 dan E) seringkali direkomendasikan. Para wanita yang diganggu PMS dapat mengurangi gejala- gejala dengan melakukan perubahan pada dietnya seperti mengurangi jumlah gula yang dimakan, memperbanyak mengonsumsi serat, mengurangi asupan lemak, mengurangi jumlah garam jika terdapat retensi cairan dan menghindari kafein (Health Media Nutrition Series, 1996). Menurut Rayburn (2001), terapi PMS dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :

Upload: jeffrey-perry

Post on 09-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: downloadfile-2

2.1.1 Penanganan Sindroma Premenstrual(PMS)

Terdapat suatu persetujuan dalam penatalaksanaan premenstrual syndrome (PMS).

Riwayat yang terinci dan dikaji dengan cermat serta kelompok gejala harian dan fluktuasi

mood yang terdapat pada beberapa siklus dapat menjadi petunjuk dalam penyusunan rencana

penatalaksanaan. Konseling, dalam bentuk kelompok pendukung atau konseling

pasangan/individu dapat sangat bermanfaat. Penggunaan obat-obatan seperti inhibitor

prostaglandin dan diuretik untuk meredakan edema, bromokriptin (parlodel) untuk mengatasi

nyeri tekan pada payudara dan diet yang seimbang, rendah kafein dan natrium atau disertai

makanan diuretik alami dapat meredakan gejala. Latihan fisik dan suplemen vitamin (B6 dan

E) seringkali direkomendasikan.

Para wanita yang diganggu PMS dapat mengurangi gejala-gejala dengan melakukan

perubahan pada dietnya seperti mengurangi jumlah gula yang dimakan, memperbanyak

mengonsumsi serat, mengurangi asupan lemak, mengurangi jumlah garam jika terdapat

retensi cairan dan menghindari kafein (Health Media Nutrition Series, 1996).

Menurut Rayburn (2001), terapi PMS dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :

a. Terapi simtomatik untuk menghilangkan gejala-gejala antara lain dengan diuretika

untuk mengobati kembung, anti depresan dan anti ansietas untuk menghilangkan

cemas dan depresi, bromokriptin untuk menghilangkan bengkak dan nyeri pada

payudara dan anti prostaglandin untuk mengatasi nyeri payudara, nyeri sendi dan

nyeri muskuloskeletal.

b. Terapi spesifik dibuat untuk mengobati etiologi yang diperkirakan sebagai

penyebab dari PMS antara lain dengan progesteron alamiah untuk mengatasi

defisiensi progesteron dan pemberian vitamin B6.

c. Terapi ablasi yang bertujuan untuk mengatasi PMS dengan cara menghentikan

haid. (Http://razimaulana.files.wordpress.com/2008/12/pms.doc.)

Page 2: downloadfile-2

Untuk mengatasi Sindrom premenstruasi, biasanya dokter memberikan

pengobatan diuretika untuk mengatasi retensi cairan atau edema (pembengkakan)

pada kaki dan tangan. Pemberian hormon progesteron dosis kecil dapat dilakukan

selama 8 - 10 hari sebelum haid untuk mengimbangi kelebihan relatif estrogen.

Pemberian hormon testosteron dalam bentuk methiltestosteron sebagai tablet isap

dapat pula diberikan untuk mengurangi kelebihan estrogen.(http.artikelterbaru,

2011) Selain pengobatan secara medis ada pula dilakukan secara alami yaitu rajin

berolahraga seperti lari-lari kecil, jalan-jalan, senam, atau aerobik (30 menit, 4-6

kali seminggu). Dengan olahraga, hasil yang didapat adalah mengurangi stress

yang biasanya timbul saat Sindrom premenstruasi. Olahraga secara teratur akan

membantu melakukan aktivitas dan rutinitas harian tanpa gangguan Sindrom

premenstruasi. Selesai berolahraga, pastikan 6 tubuh cukup mendapat asupan

makanan yang bergizi dan modifikasi diet serta istirahat yang cukup. (Laila, N.

2011)

(http://digilib.umpo.ac.id/files/disk1/4/jkptumpo-gdl-evinurhaya-192-1-abstrak-

i.pdf)