dpr ramai-ramai ke luar negeri - ftp.unpad.ac.id filedi provinsi jawa barat, ... bongan dari panitia...

1
PENDIRI Partai Keadilan, seka- ligus mantan anggota Majelis Syuro PKS Yusuf Supendi, mendatangi Komisi Pembe- rantasan Korupsi (KPK) guna melaporkan dugaan korupsi dana bantuan sosial (bansos) di Provinsi Jawa Barat, provinsi yang dipimpin oleh kader PKS Ahmad Heryawan. “Saya menemukan dana ban- sos disunat 50%. Saya punya datanya walaupun ini masalah- nya kecil, tetapi totalnya (dana bansos) seluruh Indonesia kan Rp300 triliun,” kata Yusuf Su- pendi di Kantor KPK, Jakarta Selatan, kemarin. Dia menjelaskan dana bansos yang dikucurkan Kemendagri sangat besar mencapai Rp300 triliun untuk seluruh Indone- sia. Dari besaran tersebut, un- tuk wilayah Jawa Barat diang- garkan sebesar Rp836 miliar. Menurut Yusuf, dana bansos untuk Jawa Barat kuat dugaan dipangkas hingga 50% oleh oknum-oknum pemerintah, yang nama-namanya dia lapor- kan ke KPK. Dia mengetahui hal itu ka- rena pengurus sebuah yayasan dan kepala SMA di Bogor nyaris baku hantam dengan oknum, yang memaksa agar ada sunat dana hibah 50% dari total dana bansos Rp180 juta. “Kemarin saya hampir me- nangkap orang yang memberi- kan bansos meminta dipotong 50%. Setelah dia tahu pemilik yayasan itu saya, mereka tidak jadi minta bagian,” ungkap- nya. Yusuf mengatakan, berdasar- kan fakta tersebut seharusnya KPK proaktif menginvestigasi penyaluran dana hibah dan ban- sos karena nilai penyimpang- annya diduga tidak kecil. “Oleh karena itu, saya me- minta KPK untuk memantau indikasi kuat penyimpangan- penyimpangan dana bansos itu walaupun jumlahnya kecil di tiap daerah,” tandasnya. Yusuf Supendi merupakan pendiri PK yang sangat kritis, yang tidak pandang kawan maupun lawan. Walaupun Gu- bernur Jawa Barat ialah kader PKS, dia tidak sungkan untuk membongkar kebobrokan di daerah itu. Pada wawancara dengan Media Indonesia pada 24 April 2011, Yusuf menyebutkan PKS saat ini sudah menjadi partai pencari kursi bahkan terkesan seperti pencari uang, bukan lagi partai dakwah. Sekarang PKS bukan lagi partai dakwah karena orang yang mau didak- wahkan, seperti kader, semakin merosot. Jumlah kader PKS pada 2009 berkurang sampai 130.000 orang. Jadi, PKS tidak berhasil dari segi dakwah. (*/ EM/P-4) HAFIZD MUKTI A NGGOTA DPR ternyata beramai- ramai melakukan perjalanan ke luar negeri dengan dalih studi banding. Dalam rangka pem- bahasan Rancangan Undang- Undang (RUU) tentang Pangan dan RUU Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, Komisi IV DPR membagi diri menjadi empat tim untuk bepergian ke luar negeri. Ketua Komisi IV DPR M Romahurmuziy memimpin rombongan ke Amerika Serikat (AS), Wakil Ketua Komisi IV Firman Soebagyo memimpin rombongan ke China, Wa- kil Ketua Komisi IV Herman Khaeron membawa delegasi ke Jepang, dan Anna Muawa- nah memimpin rombongan ke India. “Studi banding itu sangat penting karena berkaitan de- ngan sistem tarif, proteksi, lem- baga keuangan petani, subsidi, promosi, asuransi pertanian, lembaga pangan, serta peran dan keterlibatan pemerintah, swasta, dan masyarakat. Ten- tunya lain negara lain cara, dan kami ingin mencari kon- sep yang ideal,” kata Herman Khaeron di Jakarta, kemarin. Pada 3-9 Desember, rom- bongan dari Panitia Khusus (Pansus) DPR tentang RUU Penanganan Konik Sosial juga melakukan kunjungan kerja ke dua negara, yaitu Swedia dan India. Wakil Ketua Pansus RUU Penanganan Konik Sosial Eva Kusuma Sundari mengung- kapkan itu melalui rilis yang dia kirim dari Swedia. Eva berangkat ke Swedia diikuti tujuh anggota pansus dan dua staf sekretariat DPR. Adapun tim yang berang- kat ke India dipimpin oleh anggota F-PKS DPR Adang Daradjatun. Menurut Eva, kunjungan kerja ke dua negara itu untuk memastikan agar RUU itu me- muat aspek lengkap sehingga memberikan kemanfaatan yang maksimal. Wakil Ketua Badan Legis- lasi (Baleg) DPR Ida Fauziyah menambahkan, sebanyak 11 anggota Baleg DPR juga sedang bepergian ke luar negeri. Me- reka berangkat ke China sejak 5 Desember terkait dengan RUU tentang Ketersediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Perlengkapan Kebutuhan Rumah Tangga, dan Pangan Olahan. Selain itu, lanjut dia, kebi- jakan dan peraturan tentang obat tradisional di China sudah diakui secara global. “Sebenarnya lewat studi literatur bisa dilakukan di dalam negeri, namun penga- laman lapangan saya anggap sama pentingnya untuk men- dapatkan data dan informasi,” ujar Ida. Penempatan TKI Tidak berhenti di situ, se- jumlah anggota Komisi IX juga sedang berkunjung ke Korea Selatan. Perjalanan itu antara lain terkait dengan revisi Un- dang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja In- donesia di Luar Negeri. Anggota Komisi IX Rieke Diah Pitaloka menjelaskan kepergian Komisi IX bisa diper- tanggungjawabkan. Apalagi, Komisi IX termasuk jarang bepergian ke luar negeri. “Ada dua kelompok kerja (pokja) yang berangkat dari Komisi IX untuk tenaga kerja dan kesehatan,” ujarnya. Rieke mengaku tidak ikut da- lam kunjungan itu, tetapi men- dukung kegiatan koleganya. Pasalnya, kunjungan kerja itu memiliki relevansi dan dapat dipertanggungjawabkan. “Jadi, jangan ada anggapan Komisi IX hanya mengejar tutup ang- garan DPR di akhir tahun.” (Ant/P-1) [email protected] DPR Ramai-Ramai ke Luar Negeri Meskipun bisa melakukan studi literatur dari dalam negeri, DPR tetap memilih untuk ke luar negeri. LEMBAGA pemerhati hak asasi manusia (HAM) Setara Institut menduga pelanggaran HAM oleh negara sepanjang 2012 terus berkembang. Menurut Ketua Setara Insti- tut Hendardi, tolok ukurnya sederhana, yakni tidak adanya peningkatan signifikan dari tahun sebelumnya atas kinerja pemerintah dalam menyele- saikan pelanggaran HAM di masa lalu. “Berdasarkan hasil penelitian Setara mengenai kinerja pene- gakan HAM di 2011, tidak ada peningkatan signifikan dari tahun sebelumnya. Jika pelang- garan HAM di masa lalu tidak mendapat penanganan serius dari pemerintah, hal ini akan dilihat sebagai potensi untuk melakukan pelanggaran HAM kembali oleh oknum-oknum tertentu,” katanya saat mema- parkan Indeks Kinerja Pene- gakan HAM 2011 di Jakarta, kemarin. Menurut salah seorang pe- neliti Setara, Ismail Hasani, berdasarkan hasil survei terha- dap 71 responden dari sejumlah provinsi, nilai penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu sangat rendah. Tidak cuma kinerja pemerin- tah, Setara juga melihat adanya penurunan performa kinerja Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Ia menduga penyusunan ulang birokrasi dalam tubuh Komnas HAM menjadi penye- bab utama turunnya agresivitas komisi tersebut dalam pene- gakan HAM. Setara juga meminta peme- rintah membangun kebijakan penegakan HAM yang akunta- bel, memutus impunitas, dan menyediakan legislasi yang kondusif bagi penegakan hu- kum. Menurut Hendardi, sebe- narnya pemerintahan di ba- wah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mempunyai peluang yang lebih besar untuk menuntas- kan kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia. Kemenangan dalam pemilu legislatif dan pemilu presi- den menunjukkan pemerintah punya modal yang lebih besar jika dibandingkan dengan pe- merintahan sebelumnya. Modal yang lebih besar itu, menurutnya, harus bisa di- manfaatkan untuk membuat kebijakan yang dapat memecah kebuntuan terhadap banyaknya pelanggaran HAM yang tersen- dat di pengadilan. (Ant/P-2) ASOSIASI Pemerintahan Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) berharap ke depannya tidak ada lagi gubernur yang dipidana korupsi atas peng- gunaan anggaran untuk keper- luan darurat. Pemerintah pusat pun diminta membuat aturan yang tegas terkait hal itu. Demikian diungkapkan oleh Ketua APPSI Fauzi Bowo seu- sai bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden, Jakarta, kemarin. Dia menyebutkan, masih ada gubernur yang tersangkut ko- rupsi. “Karena ketidaktahuan atas aturan walaupun ternyata tidak ada kerugian negara yang diakibatkan dan sang gubernur tidak memperkaya diri sendiri. Saya harap ada panduan yang jelas agar jika tidak terindikasi korupsi, ini tidak dipidana- kan,” cetus Fauzi. Salah satu tindakan daru- rat, dia mencontohkan, ialah penggunaan anggaran daerah untuk penanggulangan ben- cana. Masalahnya ialah banyak gubernur yang dipidana karena melakukan korupsi terhadap anggaran bencana alam. Apalagi, bencana alam itu bersifat tidak bisa diprediksi terjadinya sementara para pemimpin daerah harus meng- ambil respons yang cepat untuk menanggulangi. Akibatnya, gubernur sering kali menggunakan anggaran yang diperuntukkan kegiatan lainnya untuk penanggulangan bencana alam. Namun, usulan APPSI itu dinilai berlebihan. Direktur Pusat Studi Hukum dan Ke- bijakan Indonesia (PSHK) Ro- nald Rofriandri mengatakan gubernur tidak perlu menda- pat perlakuan khusus berupa penerbitan keputusan presiden (kepres) atau pepres, ataupun UU untuk melindungi diskresi kebijakan. “Kenapa harus membuat aturan khusus untuk gubernur? Tidak ada alasan untuk takut bila mereka bertindak sesuai koridor,” ujar Ronald ketika dihubungi Media Indonesia di Jakarta, kemarin. Menurutnya, perlakuan khu- sus menciptakan korupsi baru karena para gubernur dalam mengambil kebijakan bisa ber- lindung di balik UU, kepres, atau pepres. “Kalau mereka takut, kan ada pengawasan dari pusat. Kalau bertindak dalam koridornya, mereka sudah terlindungi,” cetus Ronald. (Mad/*/P-4) Penyimpangan Dana Bansos Dilaporkan Kalau Sesuai Koridor Kenapa Takut? Pelanggaran HAM bakal Meningkat di 2012 DINAMIKA Karena ketidaktahuan atas aturan walaupun ternyata tidak ada kerugian negara yang diakibatkan dan sang gubernur tidak memperkaya diri sendiri. Saya harap ada panduan yang jelas agar jika tidak terindikasi korupsi.” Fauzi Bowo Ketua APPSI Pemerintah Serukan Setop Kekerasan MENTERI Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto menegaskan agar segala bentuk kekerasan di Papua segera dihentikan. Seusai memimpin rapat ko- ordinasi bidang politik, hu- kum, dan keamanan di Jakarta, kemarin, ia mengatakan segala bentuk kekerasan di Papua ha- rus dihentikan baik oleh aparat maupun kelompok bersen- jata. “Kondisi Papua yang da- mai sangat dibutuhkan untuk melanjutkan pembangunan,” katanya. Djoko juga mengimbau agar aparat tegas dalam menegak- kan hukum, tetapi tidak boleh melakukan tindakan represif dan berlebihan. Ia meminta semua pihak menyadari kehadiran aparat keamanan di Papua untuk penegakan hukum. Dia me- minta sepak terjang aparat tidak dilihat sebagai teror atau kekerasan. “Jika aparat melaku- kan pengejaran pada kelompok bersenjata, maksudnya untuk menegakkan hukum. Kalau ada yang berlebih-lebihan, pasti kami beri sanksi.” (Yoi/ Ant/P-1) Permohonan Perlindungan Membeludak KORBAN dan saksi berbagai kejahatan yang meminta per- lindungan ke Lembaga Perlin- dungan Saksi dan Korban (LPSK) terus meningkat. Pe- ningkatan setiap tahun menca- pai lebih dari 100%. Demikian dikatakan Ketua LPSK Abdul Haris Semendawai dalam jumpa pers jelang semi- nar Membangun Perspektif Keadilan bagi Korban Keja- hatan dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia, di Jakarta, kemarin. Pada 2008, kata dia, jumlah korban pelapor hanya 20 orang. Tahun berikutnya, pemohon perlindungan meningkat men- jadi 60 orang, 2010 menjadi 164 orang, dan 2011 mencapai 325 permohonan. Meski tidak memerinci secara khusus, Abdul mengatakan kegagalan terbesar negara dalam melindungi korban terjadi kala kejahatan yang sifatnya frontal tidak mendapat perhatian dan tidak terungkap. “Banyak la- poran menyebutkan korban jus- tru belum mendapat perlakuan sungguh-sungguh dari aparat penegak hukum, padahal mung- kin ancaman dari pelaku itu nyata terhadap mereka. Sering kali mereka yang sudah men- jadi korban justru malah ingin menghindari proses hukum itu sendiri,” katanya.(*/P-3) MELAPOR KE KPK: Mantan politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Yusuf Supendi mendatangi Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, kemarin. Yusuf melaporkan dugaan korupsi pengelolaan dana bantuan sosial serta dana hibah di Jawa Barat. HARI ANTIKORUPSI: Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo (kiri) bersalaman dengan Jaksa Agung Basrief Arief (tengah) disaksikan Kapolri Jenderal Timur Pradopo sebelum mengikuti rapat terbatas di Kantor Kepresidenan, Jakarta, kemarin. Rapat tersebut membahas persiapan peringatan Hari Antikorupsi Sedunia. ANTARA/RENO ESNIR ANTARA/WIDODO S JUSUF 4 SELASA, 6 DESEMBER 2011 P OLKAM MI/ROMMY PUJIANTO

Upload: phamhuong

Post on 02-Apr-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENDIRI Partai Keadilan, seka-ligus mantan anggota Majelis Syuro PKS Yusuf Supendi, mendatangi Komisi Pembe-rantasan Korupsi (KPK) guna melaporkan dugaan korupsi dana bantuan sosial (bansos) di Provinsi Jawa Barat, provinsi yang dipimpin oleh kader PKS Ahmad Heryawan.

“Saya menemukan dana ban-sos disunat 50%. Saya punya datanya walaupun ini masalah-nya kecil, tetapi totalnya (dana bansos) seluruh Indonesia kan Rp300 triliun,” kata Yusuf Su-pendi di Kantor KPK, Jakarta Selatan, kemarin.

Dia menjelaskan dana bansos yang dikucurkan Kemendagri sangat besar mencapai Rp300 triliun untuk seluruh Indone-sia. Dari besaran tersebut, un-tuk wilayah Jawa Barat diang-garkan sebesar Rp836 miliar.

Menurut Yusuf, dana bansos untuk Jawa Barat kuat dugaan dipangkas hingga 50% oleh oknum-oknum pemerintah, yang nama-namanya dia lapor-kan ke KPK.

Dia mengetahui hal itu ka-rena pengurus sebuah yayasan dan kepala SMA di Bogor nyaris baku hantam dengan oknum, yang memaksa agar ada sunat dana hibah 50% dari total dana bansos Rp180 juta.

“Kemarin saya hampir me-nangkap orang yang memberi-kan bansos meminta dipotong 50%. Setelah dia tahu pemilik yayasan itu saya, mereka tidak jadi minta bagian,” ungkap-nya.

Yusuf mengatakan, berdasar-kan fakta tersebut seharusnya KPK proaktif menginvestigasi penyaluran dana hibah dan ban-sos karena nilai penyimpang-annya diduga tidak kecil.

“Oleh karena itu, saya me-minta KPK untuk memantau indikasi kuat penyimpangan-penyimpangan dana bansos itu walaupun jumlahnya kecil di tiap daerah,” tandasnya.

Yusuf Supendi merupakan pendiri PK yang sangat kritis, yang tidak pandang kawan maupun lawan. Walaupun Gu-bernur Jawa Barat ialah kader

PKS, dia tidak sungkan untuk membongkar kebobrokan di daerah itu.

Pada wawancara dengan Media Indonesia pada 24 April 2011, Yusuf menyebutkan PKS saat ini sudah menjadi partai pencari kursi bahkan terkesan seperti pencari uang, bukan

lagi partai dakwah. Sekarang PKS bukan lagi partai dakwah karena orang yang mau didak-wahkan, seperti kader, semakin merosot. Jumlah kader PKS pada 2009 berkurang sampai 130.000 orang. Jadi, PKS tidak berhasil dari segi dakwah. (*/EM/P-4)

HAFIZD MUKTI

AN G G O TA D P R ternyata beramai-ramai melakukan perjalanan ke luar

negeri dengan dalih studi banding. Dalam rangka pem-bahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Pangan dan RUU Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, Komisi IV DPR membagi diri menjadi empat tim untuk bepergian ke luar negeri.

Ketua Komisi IV DPR M Romahurmuziy memimpin rombongan ke Amerika Serikat (AS), Wakil Ketua Komisi IV Firman Soebagyo memimpin rombongan ke China, Wa-kil Ketua Komisi IV Herman Khaeron membawa delegasi ke Jepang, dan Anna Muawa-nah memimpin rombongan ke India.

“Studi banding itu sangat penting karena berkaitan de-

ngan sistem tarif, proteksi, lem-baga keuangan petani, subsidi, promosi, asuransi pertanian, lembaga pangan, serta peran dan keterlibatan pemerintah, swasta, dan masyarakat. Ten-tunya lain negara lain cara, dan kami ingin mencari kon-sep yang ideal,” kata Herman Khaeron di Jakarta, kemarin.

Pada 3-9 Desember, rom-bongan dari Panitia Khusus (Pansus) DPR tentang RUU Penanganan Konfl ik Sosial juga melakukan kunjungan kerja ke dua negara, yaitu Swedia dan India.

Wakil Ketua Pansus RUU Penanganan Konfl ik Sosial Eva Kusuma Sundari mengung-kapkan itu melalui rilis yang dia kirim dari Swedia. Eva berangkat ke Swedia diikuti tujuh anggota pansus dan dua staf sekretariat DPR.

Adapun tim yang berang-kat ke India dipimpin oleh anggota F-PKS DPR Adang

Daradjatun. Menurut Eva, kunjungan

kerja ke dua negara itu untuk

memastikan agar RUU itu me-muat aspek lengkap sehingga memberikan kemanfaatan yang

maksimal. Wakil Ketua Badan Legis-

lasi (Baleg) DPR Ida Fauziyah menambahkan, sebanyak 11 anggota Baleg DPR juga sedang bepergian ke luar negeri. Me-reka berangkat ke China sejak 5 Desember terkait dengan RUU tentang Ketersediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Perlengkapan Kebutuhan Rumah Tangga, dan Pangan Olahan.

Selain itu, lanjut dia, kebi-jakan dan peraturan tentang obat tradisional di China sudah diakui secara global.

“Sebenarnya lewat studi literatur bisa dilakukan di dalam negeri, namun penga-laman lapangan saya anggap sama pentingnya untuk men-dapatkan data dan informasi,” ujar Ida.

Penempatan TKITidak berhenti di situ, se-

jumlah anggota Komisi IX juga sedang berkunjung ke Korea

Selatan. Perjalanan itu antara lain terkait dengan revisi Un-dang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja In-donesia di Luar Negeri.

Anggota Komisi IX Rieke Diah Pitaloka menjelaskan kepergian Komisi IX bisa diper-tanggungjawabkan. Apalagi, Komisi IX termasuk jarang bepergian ke luar negeri.

“Ada dua kelompok kerja (pokja) yang berangkat dari Komisi IX untuk tenaga kerja dan kesehatan,” ujarnya.

Rieke mengaku tidak ikut da-lam kunjungan itu, tetapi men-dukung kegiatan koleganya. Pasalnya, kunjungan kerja itu memiliki relevansi dan dapat dipertanggungjawabkan. “Jadi, jangan ada anggapan Komisi IX hanya mengejar tutup ang-garan DPR di akhir tahun.” (Ant/P-1)

[email protected]

DPR Ramai-Ramai ke Luar NegeriMeskipun bisa melakukan studi literatur dari dalam negeri,

DPR tetap memilih untuk ke luar negeri.

LEMBAGA pemerhati hak asasi manusia (HAM) Setara Institut menduga pelanggaran HAM oleh negara sepanjang 2012 terus berkembang.

Menurut Ketua Setara Insti-tut Hendardi, tolok ukurnya sederhana, yakni tidak adanya peningkatan signifikan dari tahun sebelumnya atas kinerja pemerintah dalam menyele-saikan pelanggaran HAM di masa lalu.

“Berdasarkan hasil penelitian Setara mengenai kinerja pene-gakan HAM di 2011, tidak ada peningkatan signifikan dari tahun sebelumnya. Jika pelang-garan HAM di masa lalu tidak mendapat penanganan serius dari pemerintah, hal ini akan dilihat sebagai potensi untuk melakukan pelanggaran HAM kembali oleh oknum-oknum tertentu,” katanya saat mema-parkan Indeks Kinerja Pene-gakan HAM 2011 di Jakarta, kemarin.

Menurut salah seorang pe-neliti Setara, Ismail Hasani, berdasarkan hasil survei terha-dap 71 responden dari sejumlah provinsi, nilai penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu sangat rendah.

Tidak cuma kinerja pemerin-tah, Setara juga melihat adanya

penurunan performa kinerja Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.

Ia menduga penyusunan ulang birokrasi dalam tubuh Komnas HAM menjadi penye-bab utama turunnya agresivitas komisi tersebut dalam pene-gakan HAM.

Setara juga meminta peme-rintah membangun kebijakan penegakan HAM yang akunta-bel, memutus impunitas, dan menyediakan legislasi yang kondusif bagi penegakan hu-kum.

Menurut Hendardi, sebe-narnya pemerintahan di ba-wah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mempunyai peluang yang lebih besar untuk menuntas-kan kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia. Kemenangan dalam pemilu legislatif dan pemilu presi-den menunjukkan pemerintah punya modal yang lebih besar jika dibandingkan dengan pe-merintahan sebelumnya.

Modal yang lebih besar itu, menurutnya, harus bisa di-manfaatkan untuk membuat kebijakan yang dapat memecah kebuntuan terhadap banyaknya pelanggaran HAM yang tersen-dat di pengadilan. (Ant/P-2)

ASOSIASI Pemerintahan Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) berharap ke depannya tidak ada lagi gubernur yang dipidana korupsi atas peng-gunaan anggaran untuk keper-luan darurat. Pemerintah pusat pun diminta membuat aturan yang tegas terkait hal itu.

Demikian diungkapkan oleh Ketua APPSI Fauzi Bowo seu-sai bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden, Jakarta, kemarin.

Dia menyebutkan, masih ada gubernur yang tersangkut ko-rupsi. “Karena ketidaktahuan atas aturan walaupun ternyata tidak ada kerugian negara yang diakibatkan dan sang gubernur tidak memperkaya diri sendiri. Saya harap ada panduan yang jelas agar jika tidak terindikasi korupsi, ini tidak dipidana-kan,” cetus Fauzi.

Salah satu tindakan daru-rat, dia mencontohkan, ialah penggunaan anggaran daerah untuk penanggulangan ben-cana. Masalahnya ialah banyak gubernur yang dipidana karena melakukan korupsi terhadap anggaran bencana alam.

Apalagi, bencana alam itu bersifat tidak bisa diprediksi terjadinya sementara para pemimpin daerah harus meng-ambil respons yang cepat untuk menanggulangi.

Akibatnya, gubernur sering kali menggunakan anggaran yang diperuntukkan kegiatan lainnya untuk penanggulangan bencana alam.

Namun, usulan APPSI itu dinilai berlebihan. Direktur Pusat Studi Hukum dan Ke-bijakan Indonesia (PSHK) Ro-nald Rofriandri mengatakan gubernur tidak perlu menda-pat perlakuan khusus berupa penerbitan keputusan presiden (kepres) atau pepres, ataupun UU untuk melindungi diskresi kebijakan.

“Kenapa harus membuat aturan khusus untuk gubernur? Tidak ada alasan untuk takut bila mereka bertindak sesuai koridor,” ujar Ronald ketika dihubungi Media Indonesia di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, perlakuan khu-sus menciptakan korupsi baru karena para gubernur dalam mengambil kebijakan bisa ber-lindung di balik UU, kepres, atau pepres.

“Kalau mereka takut, kan ada pengawasan dari pusat. Kalau bertindak dalam koridornya, mereka sudah terlindungi,” cetus Ronald. (Mad/*/P-4)

Penyimpangan Dana BansosDilaporkan

Kalau Sesuai Koridor Kenapa Takut?

Pelanggaran HAM bakal Meningkat

di 2012

DINAMIKA

Karena ketidaktahuan atas

aturan walaupun ternyata tidak ada kerugian negara yang diakibatkan dan sang gubernur tidak memperkaya diri sendiri. Saya harap ada panduan yang jelas agar jika tidak terindikasi korupsi.”

Fauzi BowoKetua APPSI

PemerintahSerukan SetopKekerasan

MENTERI Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto menegaskan agar segala bentuk kekerasan di Papua segera dihentikan.

Seusai memimpin rapat ko-ordinasi bidang politik, hu-kum, dan keamanan di Jakarta, kemarin, ia mengatakan segala bentuk kekerasan di Papua ha-rus dihentikan baik oleh aparat maupun kelompok bersen-jata. “Kondisi Papua yang da-mai sangat dibutuhkan untuk melanjutkan pembangunan,” katanya.

Djoko juga mengimbau agar aparat tegas dalam menegak-kan hukum, tetapi tidak boleh melakukan tindakan represif dan berlebihan.

Ia meminta semua pihak menyadari kehadiran aparat keamanan di Papua untuk penegakan hukum. Dia me-minta sepak terjang aparat tidak dilihat sebagai teror atau kekerasan. “Jika aparat melaku-kan pengejaran pada kelompok bersenjata, maksudnya untuk menegakkan hukum. Kalau ada yang berlebih-lebihan, pasti kami beri sanksi.” (Yoi/Ant/P-1)

PermohonanPerlindunganMembeludak

KORBAN dan saksi ber bagai kejahatan yang meminta per-lindungan ke Lembaga Perlin-dungan Saksi dan Korban (LPSK) terus meningkat. Pe-ningkatan setiap tahun menca-pai lebih dari 100%.

Demikian dikatakan Ketua LPSK Abdul Haris Semendawai dalam jumpa pers jelang semi-nar Membangun Perspektif Keadilan bagi Korban Keja-hatan dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia, di Jakarta, kemarin.

Pada 2008, kata dia, jumlah korban pelapor hanya 20 orang. Tahun berikutnya, pemohon perlindungan meningkat men-jadi 60 orang, 2010 menjadi 164 orang, dan 2011 mencapai 325 permohonan.

Meski tidak memerinci secara khusus, Abdul mengatakan kegagalan terbesar negara dalam melindungi korban terjadi kala kejahatan yang sifatnya frontal tidak mendapat perhatian dan tidak terungkap. “Banyak la-poran menyebutkan korban jus-tru belum mendapat perlakuan sungguh-sungguh dari aparat penegak hukum, padahal mung-kin ancaman dari pelaku itu nyata terhadap mereka. Sering kali mereka yang sudah men-jadi korban justru malah ingin menghindari proses hukum itu sendiri,” katanya.(*/P-3)

MELAPOR KE KPK: Mantan politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Yusuf Supendi mendatangi Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, kemarin. Yusuf melaporkan dugaan korupsi pengelolaan dana bantuan sosial serta dana hibah di Jawa Barat.

HARI ANTIKORUPSI: Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo (kiri) bersalaman dengan Jaksa Agung Basrief Arief (tengah) disaksikan Kapolri Jenderal Timur Pradopo sebelum mengikuti rapat terbatas di Kantor Kepresidenan, Jakarta, kemarin. Rapat tersebut membahas persiapan peringatan Hari Antikorupsi Sedunia.

ANTARA/RENO ESNIR

ANTARA/WIDODO S JUSUF

4 SELASA, 6 DESEMBER 2011POLKAM

MI/ROMMY PUJIANTO