dpr
DESCRIPTION
12. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. Anggota DPR dipilih melalui pemilihan umum [Pasal 19(1)]. Anggota DPR dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang (Pasal 22B). DPR. Fungsi, Wewenang, dan Hak. Pasal 20 (1) Pasal 20A (1) Pasal 20A (2) - PowerPoint PPT PresentationTRANSCRIPT
DPRAnggota DPR dipilih melalui
pemilihan umum[Pasal 19(1)]
Anggota DPR dapat
diberhentikan dari jabatannya,
yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-
undang(Pasal 22B)
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
Fungsi, Wewenang, dan Hak
1. Pasal 20 (1)2. Pasal 20A (1)3. Pasal 20A (2)4. Pasal 7B (1)5. Pasal 11 (1)6. Pasal 13 (2)7. Pasal 13 (3)
8. Pasal 14 (2)9. Pasal 22 (2)10.Pasal 23 (2) dan (3)11.Pasal 23F (1)12.Pasal 24A (3)13.Pasal 24B (3)14.Pasal 24C (3)
12
Fungsi DPRFungsi DPR
LegislasiLegislasiAnggaranAnggaranPengawasanPengawasan
(Pasal 20A UUD NRI Tahun 1945)(Pasal 20A UUD NRI Tahun 1945)
Fungsi LegislasiFungsi Legislasi Fungsi Legislasi adalah fungsi membentuk Fungsi Legislasi adalah fungsi membentuk
undang-undang yang dibahas dengan Presiden undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersamauntuk mendapat persetujuan bersama
(Penjelasan Pasal 25 huruf a UU 22/2003)(Penjelasan Pasal 25 huruf a UU 22/2003) Pembentukan undang-undang atau peraturan Pembentukan undang-undang atau peraturan
perundang-undangan pada intinya meliputi perundang-undangan pada intinya meliputi kegiatan perencanaan, persiapan, teknik kegiatan perencanaan, persiapan, teknik penyusunan, perumusan, pembahasan, penyusunan, perumusan, pembahasan, pengesahan, pengundangan dan penyebarluasanpengesahan, pengundangan dan penyebarluasan
(Pasal 1 angka 1 UU 10/2004)(Pasal 1 angka 1 UU 10/2004) Peran DPR dalam membentuk UU ini sangat Peran DPR dalam membentuk UU ini sangat
penting karena salah satu hasil perubahan UUD penting karena salah satu hasil perubahan UUD 1945 adalah bergesernya kekuasaan membentuk 1945 adalah bergesernya kekuasaan membentuk UU dari Presiden ke DPR UU dari Presiden ke DPR
Perencanaan Penyusunan UUPerencanaan Penyusunan UU
Perencanaan Penyusunan UU dibuat dalam Perencanaan Penyusunan UU dibuat dalam suatu Program Legislasi Nasional suatu Program Legislasi Nasional (Prolegnas)(Prolegnas)
(Pasal 15 ayat (1) UU 10/2004)(Pasal 15 ayat (1) UU 10/2004)
Proglegnas adalah instrumen perencanaan Proglegnas adalah instrumen perencanaan program pembentukan UU yang disusun program pembentukan UU yang disusun secara berencana, terpadu dan sistematis.secara berencana, terpadu dan sistematis.
(Pasal 1 angka 9 UU 10/2004)(Pasal 1 angka 9 UU 10/2004)
Dalam prolegnas memuat daftar RUU yang Dalam prolegnas memuat daftar RUU yang akan dibahas oleh DPR dan Pemerintah akan dibahas oleh DPR dan Pemerintah untuk 5 tahunan dan 1 tahunanuntuk 5 tahunan dan 1 tahunan
(Pasal 42 ayat (1) huruf a Tata Tertib DPR) (Pasal 42 ayat (1) huruf a Tata Tertib DPR)
Pembahasan RUUPembahasan RUU Pembahasan RUU dilakukan oleh DPR bersama Pembahasan RUU dilakukan oleh DPR bersama
Presiden yang dapat diwakili oleh Menteri yang Presiden yang dapat diwakili oleh Menteri yang ditugasiditugasi
(Pasal 32 ayat (1) UU 10/2004)(Pasal 32 ayat (1) UU 10/2004) Pembahasan RUU ‘tertentu’ dilakukan dengan Pembahasan RUU ‘tertentu’ dilakukan dengan
mengikutkan DPDmengikutkan DPD(Pasal 32 ayat (2) dan ayat (3) UU 10/2004)(Pasal 32 ayat (2) dan ayat (3) UU 10/2004) DPD diundang oleh DPR untuk melakukan DPD diundang oleh DPR untuk melakukan
pembahasan RUU bersama pemerintah pada awal pembahasan RUU bersama pemerintah pada awal pembicaraan tingkat I, yaitu dalam hal penyampaian pembicaraan tingkat I, yaitu dalam hal penyampaian pandangan dan pendapat DPD atas RUU serta pandangan dan pendapat DPD atas RUU serta tanggapan atas pandangan dan pendapat masing-tanggapan atas pandangan dan pendapat masing-masing lembaga. Pandangan, pendapat dan masing lembaga. Pandangan, pendapat dan tanggapan tersebut dijadikan sebagai masukan untuk tanggapan tersebut dijadikan sebagai masukan untuk pembahasan lebih lanjut antara DPR dan Pemerintahpembahasan lebih lanjut antara DPR dan Pemerintah
(Pasal 43 UU 22/2003)(Pasal 43 UU 22/2003)
Pengesahan RUUPengesahan RUU RUU yang telah disetujui bersama oleh DPR dan Presiden, RUU yang telah disetujui bersama oleh DPR dan Presiden,
disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada Presiden untuk disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada Presiden untuk disahkan menjadi UUdisahkan menjadi UU
(Pasal 37 ayat (1) UU 10/04)(Pasal 37 ayat (1) UU 10/04) RUU yang telah disetujui bersama tersebut disahkan oleh RUU yang telah disetujui bersama tersebut disahkan oleh
Presiden dengan membubuhkan tanda tangan dalam jangka Presiden dengan membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu paling lambat 30 hari sejak RUU tersebut disetujui waktu paling lambat 30 hari sejak RUU tersebut disetujui bersama.bersama.
(Pasal 38 ayat (1) UU 10/04)(Pasal 38 ayat (1) UU 10/04) Apabila setelah 15 hari kerja, RUU yang sudah disampaikan Apabila setelah 15 hari kerja, RUU yang sudah disampaikan
belum disahkan menjadi UU, Pimpinan DPR mengirim surat belum disahkan menjadi UU, Pimpinan DPR mengirim surat kepada Presiden untuk meminta penjelasankepada Presiden untuk meminta penjelasan
(Pasal 121 ayat (2) Tata Tertib DPR)(Pasal 121 ayat (2) Tata Tertib DPR) Apabila RUU sebagaimana dimaksud tidak ditandatangani Apabila RUU sebagaimana dimaksud tidak ditandatangani
oleh Presiden dalam waktu 30 hari sejak RUU tersebut oleh Presiden dalam waktu 30 hari sejak RUU tersebut disetujui bersama maka RUU tersebut sah menjadi UU dan disetujui bersama maka RUU tersebut sah menjadi UU dan wajib diundangkanwajib diundangkan
(Pasal 38 ayat (2) UU 10/04)(Pasal 38 ayat (2) UU 10/04)
Pembahasan PerpuPembahasan Perpu Perpu adalah peraturan perundang-undangan yang Perpu adalah peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa. Dalam hirarki peraturan perundang-yang memaksa. Dalam hirarki peraturan perundang-undangan Perpu diletakkan pada posisi yang sama dengan undangan Perpu diletakkan pada posisi yang sama dengan UUUU
Pembahasan Perpu pada dasarnya sama dengan Pembahasan Perpu pada dasarnya sama dengan pembahasan RUU, perbedaan yang sangat prinsip bahwa pembahasan RUU, perbedaan yang sangat prinsip bahwa pilihan bagi DPR adalah menolak atau menerima isi Perpu pilihan bagi DPR adalah menolak atau menerima isi Perpu secara keseluruhan. Dengan demikian, tidak ada secara keseluruhan. Dengan demikian, tidak ada penambahan dan pengurangan materi Perpu oleh DPRpenambahan dan pengurangan materi Perpu oleh DPR
(Pasal 36 ayat (2) UU 10/04)(Pasal 36 ayat (2) UU 10/04) Dalam hal RUU mengenai penetapan Perpu menjadi UU Dalam hal RUU mengenai penetapan Perpu menjadi UU
ditolak oleh DPR, maka Perpu tersebut dinyatakan tidak ditolak oleh DPR, maka Perpu tersebut dinyatakan tidak berlaku. Untuk itu selanjutnya, Presiden mengajukan RUU berlaku. Untuk itu selanjutnya, Presiden mengajukan RUU tentang pencabutan Perpu tersebut yang dapat mengatur tentang pencabutan Perpu tersebut yang dapat mengatur pula segala akibat dari penolakan tersebut.pula segala akibat dari penolakan tersebut.
(Pasal 36 ayat (3) dan (4) UU 10/04)(Pasal 36 ayat (3) dan (4) UU 10/04)
YA
DPR
UU
Presiden
3
dibahas bersama
[Pasal 20 (2)]
RUU
4b
mengesahkan[Pasal 20 (4)]
4c
dalam hal RUU tidak disahkan, dalam waktu 30
hari, RUU tersebut sah
menjadi UU dan wajib
diundangkan[Pasal 20 (5)]
1a
memegang kekuasaan
membentuk UU[Pasal 20 (1)]
anggota berhak mengajukan usul
RUU(Pasal 21)
4a
tidak boleh diajukan lagi dalam persi-dangan masa
itu[Pasal 20 (3)]
4
persetujuan bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYATPembentukan UU
1b
berhak mengajukan RUU
[Pasal 5 (1)]
2
RUUtertentu
ikut membahas
memberi pertimbang
an
DPD
TIDAK
13
DPRPresiden
3b
harus dicabut
[Pasal 22 (3)]
1
dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, berhak menetapkan peraturan
pemerintah sebagai pengganti undang-undang
[Pasal 22 (1)]
2
peraturan pemerintah pengganti UU itu harus mendapat persetujuan
[Pasal 22 (2)]
3a
menjadi UU
3
persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYATPeraturan Pemerintah pengganti UU
TIDAK
YA
14
Fungsi PengawasanFungsi Pengawasan
Fungsi PengawasanFungsi Pengawasan
Fungsi Pengawasan DPR adalah fungsi Fungsi Pengawasan DPR adalah fungsi melakukan pengawasan terhadap melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UUD NRI Tahun 1945, UU, pelaksanaan UUD NRI Tahun 1945, UU, dan peraturan pelaksanaannya.dan peraturan pelaksanaannya.
(Penjelasan Pasal 25 huruf c UU 22/2003)(Penjelasan Pasal 25 huruf c UU 22/2003) Dalam Peraturan Tata Tertib DPR Dalam Peraturan Tata Tertib DPR
disebutkan bahwa DPR mempunyai tugas disebutkan bahwa DPR mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan dan wewenang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, APBN, serta kebijakan undang-undang, APBN, serta kebijakan pemerintahpemerintah
(Pasal 6 ayat (1) huruf f Tata Tertib DPR)(Pasal 6 ayat (1) huruf f Tata Tertib DPR)
Pengawasan dalam Bidang Pengawasan dalam Bidang LegislasiLegislasi
Pengawasan DPR di bidang legislasi dilakukan Pengawasan DPR di bidang legislasi dilakukan dengan melaksanakan pengawasan terhadap dengan melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UUpelaksanaan UU
(Pasal 4 ayat (1) Tata Tertib DPR)(Pasal 4 ayat (1) Tata Tertib DPR) Pengawasan ini dapat dilakukan melalui komisi Pengawasan ini dapat dilakukan melalui komisi
dan Badan Legislasidan Badan Legislasi Melalui komisi dilakukan dengan cara mengawasi Melalui komisi dilakukan dengan cara mengawasi
pelaksanaan undang-undang termasuk APBN, serta pelaksanaan undang-undang termasuk APBN, serta peraturan pelaksanaannyaperaturan pelaksanaannya
Melalui Baleg dilakukan dengan cara mengikuti Melalui Baleg dilakukan dengan cara mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap materi perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap materi UU melalui koordinasi dengan komisiUU melalui koordinasi dengan komisi
Terhadap UU ‘khusus’ pengawasan dilakukan Terhadap UU ‘khusus’ pengawasan dilakukan dengan memperhatikan pertimbangan DPD yang dengan memperhatikan pertimbangan DPD yang disampaikan dalam bentuk tertulisdisampaikan dalam bentuk tertulis
Pengawasan Terhadap Kebijakan Pengawasan Terhadap Kebijakan PemerintahPemerintah
Mengajukan/Mengusulkan, Memberikan Mengajukan/Mengusulkan, Memberikan Persetujuan, Perimbangan/Konsultasi Persetujuan, Perimbangan/Konsultasi dan Pendapat terhadap Pengangkatan dan Pendapat terhadap Pengangkatan Pejabat PublikPejabat Publik
Mengajukan/Mengusulkan, Memberikan Mengajukan/Mengusulkan, Memberikan Persetujuan, Perimbangan/Konsultasi Persetujuan, Perimbangan/Konsultasi dan Pendapat terhadap Pengangkatan dan Pendapat terhadap Pengangkatan Pejabat PublikPejabat Publik
Pengangkatan Pejabat Publik Pengangkatan Pejabat Publik II
Pejabat publik yang dalam Pejabat publik yang dalam pengangkatannya diusulkan oleh pengangkatannya diusulkan oleh DPR, dengan persetujuan DPR dan DPR, dengan persetujuan DPR dan dipilih oleh DPR. dipilih oleh DPR.
Pejabat-pejabat dalam kelompok ini Pejabat-pejabat dalam kelompok ini dalam proses pencalonannya dalam proses pencalonannya memerlukan persetujuan melalui memerlukan persetujuan melalui Paripurna DPR sebelum disampaikan Paripurna DPR sebelum disampaikan kepada Presiden untuk diproses lebih kepada Presiden untuk diproses lebih lanjut,lanjut,
Pejabat Publik dengan Pejabat Publik dengan Persetujuan DPRPersetujuan DPR
Ketua/Wakil Ketua dan Anggota BPKKetua/Wakil Ketua dan Anggota BPK Gubernur, Deputi Senior dan Deputi Gubernur BIGubernur, Deputi Senior dan Deputi Gubernur BI Anggota Badan Supervisi BIAnggota Badan Supervisi BI Hakim Agung, Ketua dan Waka dan Ketua Muda MAHakim Agung, Ketua dan Waka dan Ketua Muda MA Anggota KPUAnggota KPU Panglima TNIPanglima TNI KapolriKapolri Ketua dan Anggota Badan Pengatur Penyedian dan Ketua dan Anggota Badan Pengatur Penyedian dan
Pendistribusian BBM dan Gas Bumi pada kegiatan hilirPendistribusian BBM dan Gas Bumi pada kegiatan hilir Pimpinan KPKPimpinan KPK Anggota KPPUAnggota KPPU Anggota Komnas HAMAnggota Komnas HAM Anggota KPIAnggota KPI Hakim KonstitusiHakim Konstitusi Anggota KYAnggota KY Dewan Pengawas RRIDewan Pengawas RRI
Pengangkatan Pejabat Publik Pengangkatan Pejabat Publik IIII
Pejabat publik yang dalam Pejabat publik yang dalam pengangkatannya harus pengangkatannya harus mendapatkan pertimbangan dari mendapatkan pertimbangan dari DPR atau dikonsultasikan dengan DPR atau dikonsultasikan dengan DPRDPR
Untuk pejabat-pejabat ini dalam Untuk pejabat-pejabat ini dalam proses pencalonannya tidak proses pencalonannya tidak memerlukan persetujuan dari memerlukan persetujuan dari paripurna DPRparipurna DPR
Pejabat Publik dengan Pejabat Publik dengan Pertimbangan DPRPertimbangan DPR
Duta Besar (Pemberian Pertimbangan Duta Besar (Pemberian Pertimbangan DPR terhadap pencalonan Duta Besar DPR terhadap pencalonan Duta Besar negara-negara sahabat untuk RI dan negara-negara sahabat untuk RI dan Duta Besar RI untuk negara-negara Duta Besar RI untuk negara-negara sahabat)sahabat)
Anggota Badan Perlindungan Anggota Badan Perlindungan Konsumen NasionalKonsumen Nasional
Kepala Badan Pelaksana Pengendalian Kepala Badan Pelaksana Pengendalian Kegiatan Usaha Hulu di bidang MigasKegiatan Usaha Hulu di bidang Migas
Anggota KPA Anggota KPA
Persetujuan dan Pertimbangan Persetujuan dan Pertimbangan terhadap Bukan Pejabat Publikterhadap Bukan Pejabat Publik
Memberikan persetujuan diantaranya:Memberikan persetujuan diantaranya:Menyatakan perang, membuat perdamaian Menyatakan perang, membuat perdamaian
dan perjanjian dengan negara lain serta dan perjanjian dengan negara lain serta membuat perjanjian internasional lainnyamembuat perjanjian internasional lainnya
Memberikan usulan terhadap pembentukan Memberikan usulan terhadap pembentukan Pengadilan HAM Ad HocPengadilan HAM Ad Hoc
Memberikan pertimbangan/pendapatMemberikan pertimbangan/pendapatAmnesti dan AbolisiAmnesti dan AbolisiPembukaan Kedubes/Konjen RI di luar Pembukaan Kedubes/Konjen RI di luar
negerinegeri
Pengawasan dalam Bidang Pengawasan dalam Bidang AnggaranAnggaran
Dalam melaksanakan fungsi pengawasan Dalam melaksanakan fungsi pengawasan anggaran, DPR melakukan pengawasan anggaran, DPR melakukan pengawasan terhadap APBN. DPR mempunyai tugas dan terhadap APBN. DPR mempunyai tugas dan wewenang membahas dan menindaklanjuti wewenang membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan negara yang disampaikan oleh BPKkeuangan negara yang disampaikan oleh BPK
(Pasal 6 ayat (1) hruf f dan huruf i Tata Tertib DPR)(Pasal 6 ayat (1) hruf f dan huruf i Tata Tertib DPR)
Hasil pemeriksaan BPK diberitahukan kepada Hasil pemeriksaan BPK diberitahukan kepada DPR dalam bentuk Hasil Pemeriksaan DPR dalam bentuk Hasil Pemeriksaan Semester dan Hasil Pemeriksaan Semester dan Hasil Pemeriksaan Parsial/IndividualParsial/Individual
(Pasal 2 ayat (4) UU No. 5/74)(Pasal 2 ayat (4) UU No. 5/74)
HAK-HAK DPRHAK-HAK DPR
InterpelasiInterpelasiAngketAngketMenyatakan PendapatMenyatakan Pendapat
InterpelasiInterpelasi
Meminta keterangan kepada Meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan kehidupan bermasyarakat dan bernegarabernegara
AngketAngket
Melakukan penyelidikan terhadap Melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah yang penting kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang diduga bertentangan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-dengan peraturan perundang-undanganundangan
Menyatakan PendapatMenyatakan Pendapat
Hak DPR untuk menyatakan Hak DPR untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan pendapat terhadap kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air luar biasa yang terjadi di tanah air atau situasi dunia internasional atau situasi dunia internasional disertai dengan rekomendasi disertai dengan rekomendasi penyelesaiannyapenyelesaiannya