dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/teologi entrepreuner...

108

Upload: vodieu

Post on 26-May-2019

250 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

aaaaaah-

hhhhhh-

shsjdsh-

dyuy-

ashaaaaa

sld-

sjdndsd-

jhAS-

Dqqqqqw-

esssssss

fffffff-

Pengantareeeeeeeee

Pengantareeeeeeeee

Membedah Visi Politik Nabi

NABI

ddddddd

Dr. Ahmad Amir Aziz, M.Ag, lahir 4 Nopember 1971 di sebuah desa yang terletak di Kabupaten Nganjuk Jawa Timur. Pendidikan dasar (SDN) dan menengah (MTsN) ditempuh di sekitar daerah kelahirannya, sekaligus belajar di pesantren milik keluarga besarnya, Pondok Pesantren Salafiyah Al-Falah Sambirobyong, Kec. Baron, Kab. Nganjuk. Selepas itu dia mulai hijrah guna melanjutkan studi ke Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) di Jember Jawa Timur (1987-1990). Pendidikan S.1 pada Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang Jurusan Tafsir-Hadits (1990-1995), sedangkan S.2nya pada Program Pascasarjana (PPs) jurusan Dirasah Islamiyah di IAIN Sunan Ampel Surabaya (1995-1998). Sejak tahun 1997 dia mulai menjalankan tugas sebagai Dosen pada Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram. Pendidikan S.3 ditempuhnya juga di IAIN Sunan Ampel Surabaya, sejak

2006 hingga selesai tahun 2013.

Penulis pernah menjadi sekretaris Lemlit (2004-2006), Ketua Penyunting Jurnal Penelitian Keislaman (2004-2009), Kepala Lembaga Penelitian (Lemlit) IAIN Mataram (2010), Wakil Dekan III pada Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah sebagai Wakil Rektor II IAIN Mataram sejak Agustus

2015.

Aktif menulis dan karya ini merupakan buku keenam yang dihasilkan. Karya lainnya adalah: (1) Teologi Islam Moderen (Gitamedia Press Surabaya, 1999); (2) Neo-Modernisme Islam di Indonesia Gagasan Sentral Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid diterbitkan (Rineka Cipta Jakarta, 1999); (3) Pembaruan Teologi Perspektif Modernisme Muhammad Abduh dan Neo-Modernisme Fazlur Rahman (Teras Yogyakarta, 2009); (4) Studi Ilmu Kalam Berbasis Problematika Keislaman Aktual (Putra Media Nusantara (PNM) Surabaya, 2010); (5) Pola Dakwah TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (Larispa Mataram, 2011). Selain itu, tulisan-tulisan juga dipublikasikan pada

sejumlah jurnal ilmiah nasional.

Puri Bunga Amanah Jln. Kerajinan I Blok C/13 MataramTelp. 0370-7505946, Mobile: 081-805311362Email: [email protected].

9 7 8 6 0 2 7 4 0 2 4 4 7

Page 2: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah
Page 3: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Teologi Entrepreneur Mahasiswa© Dr. Ahmad Amir Aziz, M.Ag., 2015

Judul:Teologi Entrepreneur Mahasiswa

Penulis:Dr. Ahmad Amir Aziz, M.Ag

Editor:Drs. H. Agus Mahmud, M.Ag

Layout:Hibbul Wathoni

Desain Cover:Sanabil Creative

All rights reservedHak Cipta dilindungi Undang Undang

DIlarang memperbanyak sebagian atau keseluruhan isi buku baik dengan media cetak ataupun digital tanpa izin dari penulis

Cetakan 1:Desember 2015

ISBN: 978-602-74024-4-7

Diterbitkan oleh:Diterbitkan oleh:

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) MataramJln. Pendidikan No. 35 Mataram

Telp. 0370-621298, Fax. 0370-625337Email: [email protected]

website: www.iainmataram.ac.id

Disetting dan dicetak oleh:Percetakan CV. Sanabil

Jl. Kerajinan I Perum Puri Bunga AmanahBlok C/13 Sayang Sayang Cakranegara Mataram

Email: [email protected]./SMS: 081805311362

Page 4: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

iii

SAMBUTAN REKTOR

Segala pujian hanya menjadi hak Allah. Shalawat dan salam kepada Nabi Mulia, Muhammad SAW.

Eksistensi dari idealisme akademis civitas akademika IAIN Mataram, khususnya para dosen, tampaknya mulai menampakkan dirinya melalui karya-karya tulis mereka. Karya tulis yang difasilitasi oleh Project Implementation Unit (PIU) IsDB, seperti beberapa buah buku dalam berbagai disiplin keilmuan semakin mempertegas idealisme akademis tersebut. Kami sangat menghargai dan mengapresiasinya.

Dalam konteks bangunan intelektual yang sedang dan terus dikembangkan di IAIN Mataram melalui “Horizon Ilmu” juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari karya-karya para dosen tersebut, terutama dalam bentangan keilmuan yang saling mendukung dan terkait (intellectual connecting). Bagaimanapun, problem kehidupan tidaklah tunggal dan variatif. Karena itu, berbagai judul maupun tema yang ditulis oleh para dosen tersebut adalah bagian dari faktualitas “kemampuan” para dosen dalam merespon berbagai problem tersebut.

Kiranya, hadirnya beberapa buku tersebut harus diakui sebagai langkah maju dalam percaturan akademis IAIN Mataram, yang mungkin, dan secara formal memang belum terjadi di IAIN Mataram. Kami sangat berharap tradisi akademis seperti ini akan terus kita kembangkan secara bersama-sama

Page 5: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

iv

dalam rangka dan upaya mengembangkan IAIN Mataram menuju suatu tahpan kelembagaan yang lebih maju.

Terimakasih kepada Drs. H. Lukmanul Hakim, M.Pd (selaku ketua PIU IsDB IAIN Mataram) yang telah memfasilitasi para dosen, dan kepada para penulis buku-buku tersebut.

Rektor IAIN Mataram

Dr. H. Mutawali, M.Ag

Page 6: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan, seraya mengucapkan alhamdulillahi Rabbil ’Alamin, atas segala karunia yang telah Allah berikan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

Buku Teologi Entrepreneur: Pemahaman Teologis dan Motivasi Berwirausaha Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam IAIN Mataram berasal dari hasil penelitian, yang dilatarbelakangi oleh fenomena munculnya semangat entrepreuner di kalangan mahasiswa, khususnya bagi mereka yang telah menerima mata kuliah kewirausahaan dan praktikum entrepreneur. Hal ini menarik di tengah kuatnya dorongan pemerintah untuk menciptakan wirausaha mandiri, dan juga semakin padatnya perebutan peluang menjadi PNS. Ketika semasa kuliah ada diantara mahasiswa yang sudah berfikir dan berusaha mengawali tradisi berwirausaha, itu merupakan hal penting untuk dikaji lebih lanjut.

Terselesaikannya karya ini tidak lepas dari peran banyak pihak. Utamanya mahasiswa yang menjadi responden, yang telah memberikan informasi berharga seputar pemikiran dan aneka kegiatan yang mereka jalankan. Kepada mereka-merekalah kami berhutang budi dan tanpa mereka hasil-hasil penelitian ini tidak bisa tersajikan seperti dalam buku ini. Ucapan terima kasih selanjutnya patut kami berikan kepada Rektor IAIN Mataram, Ketua LP2M, dan Kepala Pusat Penelitian, dan Ketua PIU Islamic Development Bank (IsDB) atas dukungannya, baik moral maupun finansial, sehingga hasil

Page 7: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

vi

penelitian ini dapat tersajikan menjadi buku. Tak lupa, kepada segenap dosen khususnya di lingkungan Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam, kami juga sampaikan terima kasih atas semangat kolegialnya.

Kepada para pembaca, kami harap kritik dan saran, guna memperkaya hasil studi ini. Akhirnya, kepada Allah jualah kami berharap, semoga karya ini dapat bermanfaat dan menjadi daya dorong bagi makin berkembangnya semangat dan tradisi entrepreneurship di kalangan mahasiswa.

Mataram, 7 Desember 2015

Ahmad Amir Aziz

Page 8: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

vii

DAfTAR IsI

Sambutan RektoR ~ iiikata PengantaR ~ vDaftaR iSi ~ vii

bab iPenDahuluan ~ 1A. Latar Belakang ~ 1B. Tujuan Penulisan ~ 7C. Signifikansi dan Manfaat ~ 7D. Studi-studi Terdahulu ~ 8E. Metode Penulisan ~ 12

bab iiPeRPSktif iSlam Dan entRePReneuRShiP ~ 17A. Pengertian dan Karakter Entreprenuer ~ 17B. Dasar-dasar Islam Tentang Entrepreneurship ~ 23C. Entrepreneurship Dilihat dari Teori Interaksi Simbolik ~ 36

bab iiiPotRet Pemahaman, aPlikaSi Dan motivaSi entRePReneuRShiP mahaSiSwa ~ 41A. Gambaran Umum Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam ~ 41B. Program Kurikuler Entrepreneurship Mahasiswa ~ 47C. Pandangan Mahasiswa Tentang Entrepreneurship ~ 51D. Bentuk Wirausaha dan Motivasi Entrepreneurship ~ 62

Page 9: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

viii

bab iv Pemahaman teologiS mahaSiSwa Dan StRategi Pengembangan entRePReneuRShiP ~ 77A. Tipologi Pandangan Teologi Entrepreneurship ~ 77B. Strategi Pengembangan Entrepreneurship Mahasiswa ~ 83

bab vPenutuP ~ 89A. Kesimpulan ~ 89B. Saran-saran ~ 90

DaftaR PuStaka ~ 93mengenai PenuliS ~ 97

Page 10: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangKaum muda merupakan aset suatu bangsa. Setiap negara

pasti membentuk generasi muda mereka dengan menggerakkan dan memberikan pendidikan untuk mencapai kemajuan masyarakat dan bangsa. Di Indonesia, seperti kita ketahui bersama ada pendidikan wajib 9 tahun untuk meningkatkan kecerdasan anak bangsa. Selepas dari kewajiban belajar 9 tahun tersebut, bisa kita lihat bahwa kesadaran generasi muda kita sangat tinggi untuk mengenyam pendidikan. Ini bisa dilihat dari peningkatan jumlah penerimaan mahasiswa-mahasiswi baru di berbagai universitas dan perguruan tinggi negeri maupun swasta. Namun apakah peningkatan kesadaran untuk berpendidikan tinggi ini mampu membawa negara ke arah yang lebih baik? Jawabannya tidaklah sederhana. Memang, melalui pendidikan kita bisa melakukan perubahan. Namun mengapa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar pula tingkat penganguran.

Fenomena banyaknya pengangguran yang semakin meningkat tiap tahunnya menjadi salah satu masalah sosial yang membutuhkan penyelesaian. Sedikitnya lapangan pekerjaan yang ada saat ini,S menjadi alasan utama bertambahnya angka pengangguran di negara ini, disamping SDM dan skill

Page 11: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

2

yang masih terbatas. Selain itu beberapa pabrik atau industri juga banyak merumahkan karyawannya karena mengalami kebangkrutan atau karena alasan lainnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sampai Februari 2010 tingkat pengangguran terbuka di Tanah Air mencapai 7,41 % atau 8,95 juta jiwa.1 Jumlah ini turun dibanding Agustus 2009 7,87 % tetapi secara populasi masih tetap besar, dan hampir separuhnya dari lulusan jenjang pendidikan SMA dan Perguruan Tinggi. Kondisi ini perlu dicermati dan ditelusuri dengan seksama, yang kemudian dapat dicarikan solusi kreatif untuk mengatasinya.

Karena itu, pembentukan jiwa entrepreneurship di kalangan kampus yang telah dan tengah dilakukan perlu terus-menerus diwujudkan menjadi program andalan. Keberhasilan membentuk jiwa entrepreneurship di kalangan kampus, terutama mahasiswa, merupakan salah satu cara menekan angka pengangguran. Kenyataan menunjukkan, lingkungan kampus belum sepenuhnya sadar arti penting pembentukan jiwa kewirausahaan. Apalagi di lingkungan Pergururuan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN), hal itu masih merupakan program yang baru menyentuh sebagian kecil mahasiswa.

Akibatnya, banyak sarjana alumni Pergururuan Tinggi Agama Islam yang kurang mempunyai kecakapan atau skill berwirausaha. Alih-alih pulang ke desa untuk mengembangkan ekonomi masyarakat daerah asalnya, mereka justru berburu mencari pekerjaan yang layak di kota. Faktor penyebab penyebaran penduduk dari desa ke kota, yaitu ada faktor penarik yang terdapat dalam kota, yaitu harapan untuk meningkatkan kesejahteraan dengan banyaknya peluang kerja, berbagai fasilitas untuk kemudahan hidup dan berbagai kesenangan

1“Membentuk Entrepreneurship Mahasiswa”, dalam http://www.depkop.go. id/

Page 12: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

3

yang ditawarkan oleh kota. Ada juga faktor pendorong dalam desa, seperti sempitnya peluang mendapatkan sumber ekonomi, suasana statis yang menjemukan dan sebagainya. Ada juga faktor di luar desa dan kota, seperti struktur mekanisme sosial ekonomi dan politik global yang memang mendorong meningkatnya urbanisasi.2 Apabila banyak alumni perguruan tinggi mengharap bekerja dengan cara dipekerjakan oleh perusahaan atau pemilik modal, itu menandakan jiwa kemandirian dan semangat entrepreneurnya mengalami kebuntuan.

Menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan memerlukan medium pembelajaran seperti melalui kegiatan simulasi bisnis yang dilakukan secara kelompok di lingkungan kampus. Namun berdasarkan pengalaman empiris, pihak kampus belum terbiasa dengan kegiatan ini dan masih dianggap semacam pedagang kaki lima. Sementara contoh menunjukkan, pengusaha sukses bermula dari usaha kecil mahasiswa yang meluncurkan produk bisnisnya perlu mendapatkan masukan untuk pengembangan produk lebih baik. Karena itu program Praktek Kerja Lapangan atau magang yang selama ini ditawarkan oleh kampus perlu semakin mendapat penguatan.

Di kampus-kampus umum semisal UI, ITB, IPB, dan UGM program magang dan pengembangan kewirausaan mahasiswa telah cukup lama dirintis. Hasilnya cukup bagus sebagai sarana mencetak alumni perguruan tinggi sebagai entrepreneur muda yang potensial. Mereka sukses memulai karir sebagai kaum muda yang selalu kaya gagasan inovasi untuk berbisnis dan mengembangkan usaha mandiri lainnya sesuai bidang masing-masing.

2Slamet Riyadi, Pembangunan Dasar-dasar dan Pengertiannya (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), 81-2.

Page 13: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

4

Kenyataan ini perlahan mampu mengubah pola pikir masyarakat dan juga mahasiswa sendiri. Dahulu banyak orang beranggapan bahwa menjadi entrepreneur (pengusaha) tergantung bakat dan garis keturunan. Salah kaprah masyarakat ini memunculkan stereotipe bahwa hanya etnis tertentu yang mampu berbisnis. Masyarakat awam berpandangan, pengusaha dilahirkan dan tidak dapat dididik, seakan pengaruh faktor genetik dan sifat yang dibawa sejak lahir mendominasi seseorang sukses dalam berwirausaha. Dengan kata lain, menjadi pengusaha tidak bisa melalui lembaga pendidikan. Namun tokoh pengusaha sukses semisal Ciputra, dia menampik anggapan itu.

Pada sisi lain perlu dilihat, pandangan orang tentang entrepreneurship itu sendiri terkait dengan keyakinan dasar yang melandasi seluruh pemikiran dan sikap hidupnya. Kalau Islam hanya diyakini sebagai sebuah doktrin aqidah semata tentu ruang lingkupnya menjadi sempit.3 Lain halnya jika Islam dipandang sebagai sebuah sistem kehidupan yang syumul (komprehensip), maka pemikiran demikian akan melahirkan pandangan yang lebih luas dalam meninjau segala hal. Seperti yang dipahami oleh kaum modernis Islam, etos entrepreneurship itu sendiri merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah dan pemikiran Islam.

Para entrepreneur muslim belakangan ini mulai giat melakukan kampanye untuk mengubah mindseat generasi muda Islam tentang hal itu. Buku-buku seputar Islam dan kewirausahaan banyak bermunculan. Seminar, pelatihan, dan workshop untuk menumbuhkan etos entrepreneur juga marak di kampus-kampus, termasuk di IAIN Mataram. Hal ini

3Mahmud Syalthout, Al-Islam Aqidah wa Syari’ah (Kairo: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1990).

Page 14: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

5

menandakan adanya semangat yang tumbuh subur di kalangan mahasiswa.

Dari observasi awal yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam (FSEI) IAIN Mataram diperoleh data bahwa minat mereka untuk memiliki jiwa entrepreneur telah bangkit. Apalagi setelah FSEI menggandeng kerjasama dengan STIE ’45 Mataram, Entrepreneur College Jakarta, Hiswana Migas NTB, Akademi Entrepreneur Mataram, UD Barokah, dan lainnya.4 Dengan kerjasama ini FSEI dan lembaga-lembaga tersebut mengadakan kerjasama ntuk mengadakan seminar dan pelatihan entrepreneurship, penyeleneggaraan PKL dan magang, serta pengembangan SDM kedua belah pihak dalam bidang ini. Kegiatan-kegiatan pun dapat terlaksana sepanjang tahun 2012 lalu, baik dalam bentuk pelatihan, praktikum entrepreneurship, magang mahasiswa, maupun kunjungan lapangan.

Dampak positif mulai terasakan. Motivasi mahasiswa berwirausaha tumbuh subur. Sekelompok mahasiswa yang menamai dirinya dengan “group kreatif ’ menggelar bisnis setiap hari minggu di Jl. Udayana. Mereka menjajakan aneka makanan, jilbab, dan souvenir. Demikian juga pada saat wisuda sarjana di kampus I IAIN Mataram, mereka juga menggelar stand di halaman depan kampus.5 Tidak hanya itu, beberapa mahasiswa FSEI secara personal juga berkreasi ala caranya masing-masing untuk mulai belajar bekerja. Ada mahasiswa yang bergabung dengan usaha laundry di Kekalik. Ada juga yang belajar bekerja di sebuah kedai kaki lima di Jl. Pemuda. Yang lainnya dipercaya sebagai salah seorang tenaga tetap di McD yang berada di pusat keramaian, Mataram Mall. Di

4Dokumentasi Piagam Kerjasama Fakultas Syari’ah Tahun 2012.5Wawancara dengan Heri Zulhadi (Ketua group mahasiswa kreatif ),

tanggal 21 Mei 2013.

Page 15: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

6

samping itu, ada juga yang melayani minuman segar, dengan membawa tuak manis dari kampungnya. Seorang mahasiswa lainnya berusaha mengembangkan home industri melalui usaha kripik ceker ayam.6 Sementara itu sebagian lainnya berinovasi melalui layanan jasa. Ada yang mengembangan pendidikan al-Qur’an dari rumah ke rumah melalui les-privatnya. Beberapa lainnya melayani jasa pengetikan dan sewa printer. Semua itu dilakukan mahasiswa dengan tanpa mengorbankan kepentingan utamanya untuk kuliah di kampus. Motivasi berwirausaha di kalangan mahasiswa FSEI telah terlihat nyata mulai berkembang.

Dari latar belakang di atas terlihat bahwa menggejalanya jiwa entrepreneur di kalangan mahasiswa FSEI perlu ditelaah lebih lanjut. Satu sisi mereka telah menunjukkan upaya kreatif untuk membangun kemandirian sejak dini, sementara itu di sisi lain motivasi mereka dalam melakukan kegiatan wirausaha belum terkuak secara jelas. Gejala konsumerisme di kalangan kaum muda boleh jadi ada pengaruhnya, sehingga ada kemungkinan juga motivasi mereka beruasaha semata mengumpulkan uang demi meraup kesenangan. Ada juga asumsi yang berkembang, motivasi mahasiswa melakukan usaha semata untuk menutupi biaya hidup dari orangtua yang pas-pasan, artinya mereka bekerja karena sebuah tuntutan. Bagi mahasiswa yang memiliki etos-religius yang kuat, mungkin juga motivasi teologis mereka berwirausaha karena nilai-nilia luhur yang terbangun dari dirinya. Berbagai kemungkinan motivasi tersebut sejauh ini belum dapat diketahui secara jelas, karena itu studi ini dirasa urgen dan mendesak untuk dilakukan.

Adapun fokus pokok studi ini adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana bentuk-bentuk usaha dan motivasi entrepreneurship

6Informasi ini dihimpun dari pelbagai sumber, sepanjang bulan Juni 2013.

Page 16: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

7

mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam?, dan (2) Bagaimana corak pandangan teologis mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam tentang entrepreneurship?

B. Tujuan PenulisanSebagai karya yang berasal dari hasil penelitian, tujuan

penulisan buku ini selaras dengan tujuan awal penelitian, yaitu:

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk usaha dan motivasi mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam dalam melakukan kegiatan entrepreneurship.

2. Untuk memahami corak pandangan teologis mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam tentang entrepreneurship.

C. SignifikansidanManfaatDengan menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

yang disebutkan diatas, signifiknasi karya ini tampak dalam dua hal.

Pertama, studi ini dapat memetakan berbagai jenis dan bentuk usaha dan motivasi entrepreneurship yang muncul dari masing-masing mahasiswa yang melakukan kegiatan wirausaha. Melalui langkah identifikasi dan pemetaan atas latar belakang usaha dan motif yang mendasari, dengan berbagai sudut pandang masing-masing yang mungkin sekali tidak sama, dapat ditemukan langkah-langkah alternatif untuk melakukan penguatan motivasi yang lebih genuin.

Kedua, dengan studi ini dapat dilacak pemahaman teologis mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam perihal entrepreneurship. Hal ini penting sebagai data ilmiah-keislaman untuk melihat pola pikir mahasiswa, terlebih jika

Page 17: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

8

studi ini berhasil menggali sisi terdalam pemahaman teologis yang melambari keseluruhan dasar pemikiran seputar Islam dan semangat kewirausahaan ini.

Dengan demikian, penelitian dapat bermanfaat bagi banyak pihak;

1. Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat menjadi potret diri, sehingga dapat dijadikan sebagai cermin untuk melihat eksistensi kewirausahaannya. Potret yang ditulis oleh peneliti (baca: orang luar) biasanya lebih tajam dibanding dengan potret yang ditulis oleh pelaku (baca: mahasiswa) sendiri.

2. Bagi IAIN Mataram, khususnya pihak Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam, hasil studi ini dapat dijadikan bahan untuk mereview kurikulum yang dituntut untuk terus dapat diperbaharui. Apalagi, belakangan ini kegiatan softskill dan entrepreneurship semakin didorong oleh Kementerian Agama RI agar dapat digalakkan di perguruan tinggi.

3. Bagi kalangan akademisi dan peneliti lainnya, hasil studi ini dapat dijadikan bahan komparasi mengenai etos entrepreneurship yang muncul dari kalangan mahasiswa IAIN. Kelebihan dan kekurangannya dapat menjadi bahan telaahan lebih lanjut, sehingga dapat muncul pemikiran alternatif sebagai pengembangan ke depan.

D. Studi-studi TerdahuluSejauh ini telah muncul sejumlah hasil penelitian seputar

mahasiswa dan entrepreneurship. Bambang Banu Siswoyo meneliti “Pengembangan Jiwa Kewirausahaan di Kalangan Dosen dan Mahasiswa” (2009).7 Dalam studinya dia mencatat,

7Bambang Banu Siswoyo, “Pengembangan Jiwa Kewirausahaan di Kalangan Dosen dan Mahasiswa” dalam Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol, 12 Nomor 2, Jui 2009, 114-123.

Page 18: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

9

sebagian besar lulusan Perguruan Tinggi lebih siap sebagai pencari kerja, daripada sebagai pencipta kerja. Namun demikian, masa depan wirausahawan digambarkan akan terus cemerlang. Pembekalan dan penanaman jiwa entrepreneur pada mahasiswa diharapkan dapat memotivasi mahasiswa menjadi wirausahawan yang tangguh, ulet dan mandiri. Program rintisan Kreativitas Mahasiswa, KKN Usaha dan Cooperative Education (Co-op) telah banyak menghasilkan alumni yang terbukti lebih kompetitif di dunia kerja. Peneliti selanjutnya menemukan ada tiga faktor dominan dalam memotivasi sarjana menjadi wirausahawan yaitu faktor kesempatan, faktor kebebasan, dan faktor kepuasan hidup. Pada akhirnya dia merekomendasikan bahwa program pengembangan jiwa kewirausahaan bagi mahasiswa dapat dilakukan melalui: kuliah kewirausahaan secara terstruktur, program KKN-Magang Usaha, Klinik Konsultasi Bisnis, workshop-Role models, koperasi mahasiswa model, kerjasama usaha dengan alumni, dan pendirian Inkubator Wirausaha.

Sementara itu Made Gunarakswati Mastra-ten Veen meneliti Teologi Kewirausahaan: Konsep dan Praktik Bisnis Gereja Kristen Protestan di Bali.8 Penelitian ini diawai kegelisahan bahwa pada awal tahun 1972 Gereja Bali mengalami defisit sehingga tidak mampu membayar gaji pendetanya sehingga hidupnya serba berkekurangan. Jemaat juga mengalami kesulitan ekonomi dan umumnya berprofesi sebagai petani dan pekerja kasar. Peralihan menjadi agama Kristen membuat mereka kehilangan harta benda, warisan dan dikucilkan masyarakat. Anak-anak muda generasi kedua sulit mendapat pekerjaan di pemerintahan karena mereka Kristen. Di sektor pariwisata juga tidak mudah untuk masuk karena mereka tidak mampu membiayai sekolah

8Made Gunarakswati Mastra-ten Veen, Teologi Kewirausahaan: Konsep dan Praktik Bisnis Gereja Kristen Protestan di Bali (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen dan Centre for Business Ethics and Profesionalism,Universitas Kristen Duta Wacana, 2009)

Page 19: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

10

pariwisata yang mahal sehingga mereka tidak bisa bekerja di hotel atau biro perjalanan. Mereka juga tidak bisa membuka usaha sendiri karena tidak memiliki modal dan jaminan ke bank untuk mendapat pinjaman. Kondisi seperti inilah yang membuat pengurus Gereja untuk fokus memikirkan peningkatan perekonomian gereja dan jemaat. Pada perkembangannya, kebijakan tahun 1972 memutuskan untuk menjadikan Gereja Bali menjadi gereja yang mandiri dan kontekstual dengan budaya Bali. Misi kontekstualisasinya adalah mengupayakan kekristenan menjadi bagian dari masyarakat dan memberikan makna baru kehidupan tanpa menghilangkan budaya dan lingkungan dimana mereka tinggal. Misi kontekstualisasi ini diwujudkan dalam bentuk penggunaaan elemen-elemen budaya Bali yang berestetika tinggi dalam gedung gereja, seni tari dan musik dan mengembangkan usaha-usaha bisnis yang terkait dengan pariwisata untuk mengembangkan perekonomian dan pelayanan gereja.

Selanjutnya, Amalia menulis “Kendala Berwirausaha di Kalangan Mahasiswa”.9 Latar belakang ekonomi yang kurang mencukupi mendorong banyak mahasiswa untuk memutar otak agar bisa survive. Salah satu cara yang mereka lakukan agar dapat survive adalah dengan berwirausaha. Beragam masalah timbul ketika menjalankan wirausaha. Penulisan paper ini berusaha menggambarkan kendala di lapangan yang dihadapi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UIN Jakarta ketika berwirausaha. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu analisa yang bersandarkan hasil wawancara mendalam, catatan dari pendampingan wirausaha bersama mahasiswa, dan data penunjang lainnya. Hasil dari penelitian ditemukan bahwa terdapat kendala internal

9Amalia, “Kendala Berwirausaha di Kalangan Mahasiswa”, Makalah Hasil Penelitian, UIN Jakarta, 2010.

Page 20: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

11

dan ekternal yang dihadapi oleh mahasiswa ketika melakukan wirausaha. Kendala internal adalah kendala yang timbul dari dalam diri mahasiswa, sedangkan kendala ekternal adalah kendala yang timbul dari luar diri mahasiswa. Kendala internal seperti kurangnya modal untuk melakukan peningkatan usaha, rasa enggan yang cukup tinggi untuk berurusan dengan bank dalam hal untuk memperoleh tambahan modal, kurangnya pengetahuan tentang menjalankan dan mempertahankan suatu bisnis usaha, adanya keengganan untuk menambah wawasan dalam berwirausaha dan masih adanya rasa kurang percaya diri. Sedangkan kendala eksternal seperti kurangnya dukungan bahkan tidak adanya dukungan dari orang tua untuk berwirausaha. Orang tua cenderung memilih anaknya bekerja di suatu perusahaan dibandingkan berwirausaha. Selain itu terbatasnya dukungan dari kampus dan pemerintah dalam hal bantuan melakukan pameran khusus yang berkelanjutan bagi mahasiswa yang wirausahanya baru berkembang. Serta terbatasnya dukungan dari sektor perbankan dalam hal bantuan modal dengan tingkat bunga yang ringan untuk kalangan mahasiswa.

Berbeda dengan penelitian dan studi-studi terdahulu, penelitian ini memotret aspek pemahaman teologis yang melandasi aktifitas wirausaha mahasiswa. Selain itu penelitian ini juga mengkaji motiv-motiv yang muncul dari masing-masing pelaku, dan pada akhirnya akan menganalisis apakah kegiatan wirausaha mahasiswa yang selama ini muncul telah berhasil membentuk jiwa entrepreuner sejati atau belum. Dengan demikian, riset ini dapat dipandang orosinil karena memiliki perbedaan dengan riset-riset sebelumnya.

Page 21: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

12

E. Metode PenulisanStudi ini didesain sebagai penelitian lapangan dengan

jenis penelitian kualititatif sesuai fokus masalah. Dalam suatu penelitian kualitatif, subjek peneliti menjadi instrumen untuk menemukan data,10 yang dalam hal ini adalah data yang terkait dengan model usaha mahasiswa. Namun dari segi pengumpulan data, metode kuantitatif juga diterapkan, karena untuk menelusuri pandangan mahasiswa sulit dikonkretkan jika hanya deskriptif semata. Dengan demikian, jenis penelitian ini adalah mix kuantitatif-kualitatif.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosiologis,11 karena berusaha memotret apa adanya tentang dimensi-dimensi kewirausahaan dan pemahaman teologis yang dikonstruksikan oleh mahasiswa. Dalam pendekatan ilmu sosial, fenomena yang muncul akan dipahami oleh peneliti melalui perspektif emic. Dalam pendekatan ini, secara khusus perspektif interaksionisme simbolik digunakan. Perspektif ini sebenarnya dibawah payung fenomenologi dan perspektif interpretatif. Maurice Natason, seperti dikutip Mulyana (2001)12 menggunakan istilah fenomenologis sebagai istilah generik untuk merujuk kepada semua pandangan pengetahuan ilmu sosial yang menganggap kesadaran manusia dan makna subyektifnya sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial. Bagi perspektif ini, individu bersifat aktif, reflektif dan kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku yang rumit dan sulit diramalkan. Dalam konteks studi ini, mahasiswa wirausaha dan juga orang-orang yang terlibat di dalamnya,

10Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama (Bandung: Rosdakarya, 2001), 134.

11Lihat M. Deden Ridwan (ed), Tradisi Baru Penelitian Agama Islam (Bandung, Nuansa, 2001), 106 dan 179.

12 Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 2006), 60.

Page 22: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

13

merupakan pihak aktif-reflektif, sehingga melahirkan beragam motivasi berikut usaha yang dikembangkan.

Adapun sumber datanya adalah para mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam yang telah menerima matakuliah kewirausahaan, praktikum entrepreneurship, dan mereka yang telah melakukan upaya entrepreneurship. Karena jumlah sumber data mencapai ratusan orang, peneliti mengambil secara purposive,13 mewakili program studi Ahwal Al-Syakhsiyyah, Muamalah, Ekonomi Islam, dan juga semester yang berbeda.

Sumber data yang digunakan meliputi:

1. Orang/subyek, yang terdiri dari mahasiswa yang telah menerima matakuliah, praktikum maupun seminar entrepreneurship. Pada tiap-tiap jurusan diambil perwakilan mahasiswa yang mencerminkan pemahamannya tentang entreprenurship sebagai sumber data utama.

2. Fenomena alamiah dan gejala sosial, yang terdiri dari latar alamiah, bentuk-bentuk usaha yang dilakukan, dan hal-hal lain yang berhungan dengan itu.

3. Dokumen, yang terdiri dari data bahan-bahan bacaan mahasiswa yang dijadikan pegangan dalam berwirausaha, data praktek usaha, dan dokumentasi pengalaman entrepreneurship mahasiswa.Dalam karya ini data dikumpulkan dengan menggunakan

teknik observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi.14 Ketiga metode ini diterapkan secara terpadu-utuh sehingga mencerminkan gambaran yang lengkap. Implementasi praksis dari ketiga metode ini adalah sebagai berikut:

13Irawan Suhartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 63. Lihat juga Sedarmayanti dan Syarifudin Harahap, Metodologi Penelitian (Bandung: Mandar Maju, 2002), 129-31.

14Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial ( Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2005), 52.

Page 23: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

14

a. Kuisioner, yang mana peneliti menyebar angket kepada sejumlah mahasiswa. Model angket ada dua bagian; pertanyaan tertutup dan terbuka. Dengan kuisioner ini dapat dipetakan pandangan dan pemahaman secara umum mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam seputar entrepreneurship. Teknik kuisioner merupakan pintu masuk untuk pendalaman lebih lanjut mengenai motivasi kewirausahaan mahasiswa.

b. Observasi atau pengamatan langsung, dilakukan terutama untuk aspek fisik jenis usaha dan pengamatan suasana sosial di seputar kawasan tempat usaha. Peneliti memanfaatkan alat bantu, berupa kamera digital yang dapat berfungsi sekaligus untuk merekam acara/peristiwa penting. Tidak lupa peneliti juga membuat fieldnote hasil pengamatan, sehingga segala fenomenanya dapat tercatat dengan baik.

c. Wawancara mendalam atau dept inteview, dilakukan untuk eksplorasi dan pendalaman mengenai pemahaman mahasiswa secara teologis tentang semangat entrepreneurship tersebut. Wawancara dilakukan dengan para mahasiswa, dosen pembimbing, maupun pihak-pihak lain yang relevan dan memiliki informasi yang diperlukan sesuai dengan ancangan tema penelitian. Untuk menjamin informasi yang akurat, maka dilakukan dengan beberapa pendekatan: (a) partisipasif, artinya peneliti ikut langusng serta dalam wawancara; (b) identifikasi, yakni peneliti mengadakan pendekatan; (c) persuasi, artinya peneliti juga akan memperhatikan etika dan tradisi terwawancara. Seusai wawancara, peneliti langsung membuat transkripsi sehingga memudahkan untuk proses katagorirsasi data hasil wawancara tersebut.

d. Dokumentasi, dilakukan terhadap dokumen-dokumen penting yang terkait dengan kegiatan usaha mahasiswa,

Page 24: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

15

dokumen hasil kegiatan pelatihan, koordinasi dengan pihak lain, dan dokumen penting lainnya.Buku ini menggunakan pola analisis kualitatif-deskriptif

untuk melakukan eksplorasi, dan pemetaan terhadap pemahaman teologis dan fakta sosial terkait entrepreneurship mahasiswa. Pengolahan dan analisis data mencakup langkah-langkah editing (dan verifikasi ulang jika diperlukan), klasifikasi (dan coding), dan kemudian dilakukan interpretasi untuk menemukan kesimpulan final.15

Tahap berikutnya menganalisis data hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan metode induktif dan komparatif.16 Kedua teknik ini digunakan secara acak sesuai kebutuhan. Dalam konteks ini telaah kuantitatif juga digunakan untuk keperluan penajaman peta segmentasi dari data empirik yang berhasil dikumpulkan. Dengan kata lain data kuantitatif dijadikan sebagai bagian dari rujukan sekunder dalam rangka lebih memahami dan memperoleh pengertian yang lebih mendalam wawasan teologis yang mendasari semangat mahasiswa dan motivasi mereka dalam melakukan usaha.

15S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 2003) 126-9. Lihat juga Irawan Suhartono, Metode Penelitian Sosial, 89-93.

16Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1989), 205-215.

Page 25: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah
Page 26: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

17

BAB II

PERPsKTIf IsLAM DAN ENTREPRENEURsHIP

A. Pengertian dan Karakter Entreprenuer

1. PengertianMembahas pengertian entrepreneurship sama luasnya

dengan membahas pengertian bisnis. Banyak definisi yang mengemuka, masing-masing tokoh berusaha menggambarkan maknanya sesuai pengalaman masing-masing. Beberapa pengertian terlihat tidak sama persis, meskipun point besar yang dituju adalah sama. Satu pengertian menyebutkan bahwa “Entrepreneurship is the process whereby an individual or a group of individuals uses organized efforts and means to pursue opportunities to create value and grow by fulfilling wants and need through innovation and uniqueness, no matter what resources are currently controlled”.1

Dari teks di atas dapat dipahami bahwa semangat entrepreneurship ditandai, setidaknya oleh tiga hal. Pertama, entrepreneurship berkenaan dengan mengejar kecenderungan dan perubahan-perubahan lingkungan yang orang lain

1Lihat Zimmerer and Scarborough, Essential of Entrepreneurship and Small Bussiness Management (New Jersey: Pearson Education, Inc. 2008).

Page 27: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

18

tidak melihat dan memperhatikannya (pursue opportunities). Kedua, entrepreneurship mencakup perubahan perombakan, pergantian bentuk, dan memperkenalkan pendekatan-pendekatan baru, yaitu produk baru atau cara baru dalam melakukan bisnis (innovation). Ketiga, pasca entrepreneur mengejar pertumbuhan, mereka tidak puas dengan tetap kecil atau tetap dengan ukuran yang sama. Entrepreneur menginginkan bisnisnya tumbuh dan bekerja keras untuk meraih pertumbuhan sambil secara berkelanjutan mencari kecenderungan dan terus melakukan inovasi produk dan pendekatan baru (growth).

Tokoh entrepreneur Indonesia Dr. Ir. Ciputra mendefinisikan seorang entrepreneur adalah seseorang dengan kecakapan mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas. Lebih lanjut dalam laman webnya, dia menegaskan bahwa kecakapan ini tidak melulu harus berada di dunia bisnis. Seorang yang memiliki jiwa entrepreneurship bisa berada dimana saja, seperti di instansi pemerintahan, karyawan swasta, pelajar, dan mahasiswa. Dengan demikian jiwa entrepreneurship akan dapat mengembangkan segala potensi yang ada untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, atau bahkan mampu mengubah sesuatu yang tadinya tidak berharga menjadi sesuatu yang berharga atau bernilai, baik material maupun secara fungsional.2

Dengan demikian, makna dasar yang terkandung dalam entrepreneurship adalah semangat mengubah suatu potensi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Muncul pertanyaan, apakah keadaan semacam itu merupakan mental bawaan dari orang tua atau merupakan suatu keterampilan yang dapat diasah/dilatih. Keduanya mungkin. Jiwa wirausaha merupakan salah satu karakteristik bawaan dari orang tua ataupun secara genetis dan juga dapat dilatihkan pada diri seseorang. Bagi

2Http://www.ciputraenterpreneurship.com

Page 28: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

19

orang-orang yang telah memiliki jiwa wirausaha sejak kecil (bawaan), mereka tidak perlu memunculkan jiwa wirausaha itu secara intensif. Bagi orang-orang yang ditakdirkan memiliki jiwa wirausaha sejak kecil, maka di setiap aktivitasnya akan memperlihatkan kegiatan-kegiatan entrepreneurship.

Berdasarkan makna tersebut dapat dipahami, seseorang jika hanya sekedar berjualan belumlah dikatakan seorang entrepreuner sampai dia paham bahwa apa yang dilakukannya adalah untuk mengubah potensi menjadi lebih baik, bukan sekedar lakunya dagangan. Seorang entrepreneur melihat peluang bisnis berdasar pengetahuan, latar belakang, dan pengalaman mereka; entrepreuneur memiliki energi yang lebih besar dibandingkan para pedagang biasa. Ketika dia telah berhasil menjalankan satu segi usahanya, dia terus mengembangkannya hingga potensi sumber daya, sumber dana, sumber sosial di sekitarnya dapat dikembangkan lebih maksimal. Kalau pedagang biasa, umumnya hanya ingin barang dagangannya segera laku atau cepat habis. Dia tidak fokus pada usaha-usaha alternatif yang mungkin dapat lebih prospektif. Sementara para entrepreneur selalu memutar otak untuk mencari peluang-peluang lain dengan memanfaatkan segala potensi yang ada di sekelilingnya.

2. Karakter EntrepreneurBerdasarkan ciri di atas dapat dipahami, entrepreneur

cenderung suka bekerja keras, pantang menyerah, tabah menghadapi cobaan, dan yang paling penting yaitu mereka akan memperlihatkan kepada orang lain bahwa mereka adalah seorang yang mandiri. Hal ini sangat berkebalikan jika dibandingkan dengan seseorang yang berusaha menumbuhkan jiwa wirausaha pada dirinya. Jiwa wirausaha memang dapat diusahakan untuk ditanamkan pada diri seseorang. Usaha yang mereka tempuh diantaranya yaitu dengan mengikuti seminar

Page 29: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

20

kewirausahaan. Keinginan seseorang untuk menumbuhkan jiwa wirausaha ini pada dasarnya didasari oleh keinginan untuk menjadi seorang wirausaha muda yang sukses.

Menurut Siswoyo, kepribadian seorang entrepreneur diidentifikasi oleh beberapa peneliti (Siswoyo, 2006) sebagai berikut: (a) Desire for responsibility yaitu memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap usaha yang baru dirintisnya; (b) Preference for moderate risk. Entrepreneur lebih memperhitungkan risiko. Entrepreneur melihat peluang bisnis berdasar pengetahuan, latar belakang, dan pengalaman mereka; (c) Confidence in their ability to succeed. Entrepreneur seringkali memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Sebuah studi yang digelar oleh National Federation of Independent Business (NFIB) mengemukakan sepertiga entrepreneur merasa memiliki peluang sukses sebesar 100%; (e) Desire for immediate feedback. Entrepreneur ingin mengetahui bagaimana tanggapan orang lain tentang cara yang mereka sedang jalankan, dan untuk itu mereka senang sekali jika mendapat masukan dari orang lain; (f ) Highlevel of energy. Entrepreneur terkesan memiliki energi yang lebih besar dibandingkan dengan kebanyakan orang; (g) Future orientation. Entrepreneur diberkahi kemampuan yang baik dalam melihat sebuah peluang.3

Dalam ungkapan yang lebih sederhana, karakter entrepreuner antara lain adalah tidak cepat puas. Ia harus terus berkeinginan dan berusaha untuk terus meningkatkan kemampuannya, dengan membawa prinsip: “hari ini harus lebih baik dari kemaren, dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini”. Pada gilirannya potensi tersebut menggiringnya untuk berani mengambil resiko. Para pebisnis meski memiliki sense untuk mencoba hal-hal baru dan tidak takut terjadi kegagalan.

3Siswoyo, “Kendala Berwirausaha di Kalangan Mahasiswa”, Makalah Hasil Penelitian, UIN Jakarta, 2010.

Page 30: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

21

Inovasi demi inovasi dalam menjalankan usahanya selalu muncul. Mengiringi hal itu kesabaran dan keuletan selalu menjadi ciri kuat dalam pribadi sang pebisnis.

Karena peluang tidak selalu tersedia dan biasanya datang dan berlalu dengan cepat, maka seorang pebisnis harus bertindak cepat dengan perhitungan yang matang. Dari sini ia harus memiliki kepercayaan diri dan optimisme. Tanpa kepercayaan diri dan optimisme, peluang akan berlalu tanpa dimanfaatkan. Pebisnis yang sukses harus berani berspekulasi dengan perhitungan. Keberanian menurut Abu Usman al-Jahiz, sebagaimana dikutip Quraish Shihab; bukannya melakukan sesuatu yang telah jelas akibatnya, tetapi yang akibatnya belum jelas, sehingga boleh jadi mengorbankan jiwa dan hartanya.4

Richard Cantillon, orang pertama yang menggunakan istilah entrepreneur di awal abad ke-18, mengatakan bahwa wirausaha adalah seseorang yang menanggung risiko. Wirausaha dalam mengambil tindakan hendaknya tidak didasari oleh spekulasi, melainkan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil risiko terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani mengambil risiko yang moderat, artinya risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi risiko yang didukung komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil.

Selain hal-hal tersebut di atas, pada hakikatnya motif prestasilah yang bisa menggiring orang pada keberhasilan. Motif prestasi akan membawa orang pada keinginan untuk bisa lebih baik dan lebih baik lagi. Mendapatkan pencapaian yang maksimal jauh lebih memuaskan dibandingkan mendapatkan keuntungan finansial. Motif prestasi membuat seseorang akan

4M. Quraish Shihab, Bisnis Sukses Dunia Akhirat ( Jakarta: Lentera Hati, 2011), 30.

Page 31: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

22

terus berusaha menggali potensi terbaik dirinya dalam bidang yang sedang ditekuni saat itu. Motif berprestasi ini berbeda sekali dengan motif ekonomis. Kalau dalam motif ekonomis, seseorang hanya mengejar keuntungan belaka, tidak lebih dari itu.

Sebagai ilustrasi, kita bayangkan ada seorang karyawan. Kita memahami, kalau seorang karyawan dibebani target tertentu oleh sang atasan. Motif prestasi akan menggiring karyawan tersebut kepada sebuah target pribadi bahwa pekerjaan tersebut harus bisa dituntaskan dengan waktu sesingkat mungkin dan mutu pekerjaan yang sebaik-baiknya. Motif ini akan membawa karyawan tersebut bekerja dengan standar mutu dan efisiensi yang tinggi yang tentu saja bermanfaat bagi perusahaan. Di sisi lain, karyawan yang hanya mengedepankan motif ekonomisnya tentu berpikir sebaliknya, yaitu apa yang akan didapatkannya (secara finansial) dari pekerjaan yang akan dikerjakannya. Dia baru akan bergerak cepat mengerjakan pekerjaan tersebut ketika ada iming-iming imbalan besar. Motif ekonomis juga akan membawa seorang karyawan pada mentalitas bekerja yang rendah. Mereka hanya akan bekerja sesuai target tanpa berusaha mencari pencapaian yang lebih tinggi. Lebih parah lagi, motif ekonomis akan membuat karyawan bekerja di bawah target manakala tidak ada ancaman sangsi yang keras dan tegas. Ketika mereka merasa dibayar di bawah keinginan mereka, mereka akan menurunkan kinerja mereka seperti yang mereka mau.

Motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti to move atau menggerakkan. Motivasi merupakan dorongan, hasrat, atau kebutuhan seseorang. Motif dan motivasi berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan berperilaku tertentu untuk mencapai tujuan. Motif menghasilkan mobilisasi energi (semangat) dan menguatkan perilaku seseorang. Seorang

Page 32: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

23

entrepreneur yang memiliki motif berprestasi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (i) ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya; (ii) selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan; (iii) memiliki tanggung jawab personal yang tinggi; (iv) berani menghadapi resiko dengan penuh perhitungan; (v) menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang. Jika tugas yang diembannya sangat ringan, dia merasa kurang tantangan, tetapi dia selalu menghindari tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah. Dengan demikian jiwa entrepreneur membuat seseorang selalu aktif daalam mengubah situasi ke arah yang lebih baik.

B. Dasar-dasar Islam Tentang Entrepreneurship Secara leksikal, kata entrepreneurship tidak ada dalam

teks suci Agama Islam. Kendati demikian, bukan berarti entrepreneurship tidak ada hubungannya dengan Islam, bahkan kegiatan entrepreneurship sangat dianjurkan. Jika ditilik secara seksama, awalnya Islam adalah agama kaum pedagang. Islam lahir di kota dagang dan disebarkan oleh pedagang. Kota suci Makkah pada abad ke-6 adalah kota bisnis, dan terus berlanjut sampai beberapa abad berikutnya. Sampai abad ke-13, penyebaran Islam dilakukan oleh para pedagang muslim ke berbagai penjuru dunia.

Tidak heran jika entrepreneurship sudah melekat dan inheren dengan diri umat Islam. Entrepreneurship sesungguhnya mendapat tempat yang sangat tinggi dalam Islam. Islam mengangkat derajat kaum pedagang, dengan memberikannya kehormatan sebagai profesi pertama yang diwajibkan membayar zakat. Lagi pula, sebagai umat yang ditunjuk sebagai khalifah, sudah sepantasnya kita menujukkan

Page 33: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

24

kepemimpinan di dunia. Bahkan, Rasulullah Saw sendiri merupakan teladan terbaik dalam soal ini.5

Secara teologis, pijakan entrepreneurship ditanamkan secara kuat oleh kitab suci. Dalam surat al-Jum’ah ayat 10 juga ditegaskan,

لة فانتشروا ف الرض وابتغوا من فضل فإذا قضيت الص

كثريا لعلكم تفلحون )10( الل واذكروا الل

“Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (Qs. al-Jumu’ah/62: 10) 6

Dalam teks tersebut terdapat dua kata kunci, yaitu bertebaranlah dan carilah. Artinya, kita tidak hanya dituntut untuk bekerja atau berusaha, tetapi juga aktif menggunakan seluruh potensi dan kemampuan untuk mencari karunia Allah yang sangat luas. Mencari karunia Allah perlu dilakukan dengan berekspansi, misalnya untuk memperluas peluang dan kesempatan sehingga seseorang dapat lebih optimal memperoleh rizki yang telah disediakan Allah. Akan tetapi penting dicatat, perintah bertebaran di muka bumi itu muncul sesudah ditunaikannya kewajiban shalat. Dengan demikian, dalam perspektif Qur’ani, sebelum orang berbisnis ataupun berusaha mencari rizki, terlebih dahulu kewajiban beribadah harus ditunaikan.

Pada ayat lain disebutkan;

5Syafi’i Antonio, Muhammad Saw: The Super Leader Super Manager ( Jakarta: ProLM, 2007).

6Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 933.

Page 34: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

25

دقات هو يقبل التوبة عن عباده ويأخذ الص أل يعلموا أن الل

اب الرحيم )104( هو التو وأن الل

Dan katakanlah: bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang yang beriman akan melihat pekerjaanmu itu; dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang mengetahui perkara-perkara yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang kamu telah kerjakan (Qs. al-Tawbah/9: 104).7

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa kerja dan amal perbuatan tidak hanya berdimensi jangka pendek di dunia saja, melainkan akan tercatat di sisi Allah, sebagai pemilik alam semesta. Kerja, dengan demikian, merupakan karya manusia yang terdokumentasikan dan kelak akan dibuka kembali di hadapan para pelakunya. Orang yang menginginkan hasil kerjanya baik, tentu saja dia akan melakukan pelbagai perbuatan secara baik dan benar. Ayat ini secara teologis memberikan penekanan bahwa usaha yang dilakukan manusia bukan semata-mata kepentingan jangka pendek atau untuk keperluan sesaat saja, misalnya untuk memberikan kepuasan hidup sekarang, namun sekaligus juga kebahagiaan kelak di akhirat. Dengan demikian, orientasi ukhrawi sangat kental ditegaskan dalam Islam. Ini sangat berbeda dengan paradigma kapitalis yang acapkali tidak memiliki visi ukhrawi. Karena itulah orientasi entrepreneurship di dalam Islam memiliki tujuan jangka panjang yang amat luas.

Pertanyaannya, bagaimana kaum muslimin menerapkan nilai-nilai dasar tersebut? Dalam hal ini teladan terbaik adalah Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Mereka telah menunjukkan jalan dan memberikan teladan yang baik untuk itu. Banyak tokoh

7Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 298.

Page 35: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

26

Islam yang dapat kita teladani. Selain Nabi Muhammad Saw, sebagian besar sahabat Rasulullah juga merupakan pedagang. Abdurrahman bin Auf misalnya. Abdurrahman Bin Auf adalah sahabat Rasulullah Saw yang populer dengan kemandiriannya dalam berwirausaha. Ketika hijrah ke Madinah, Abdurrahman bin Auf dikenalkan dengan Sa’ad bin Rabi’ Al Anshori, yaitu salah seorang jutawan yang pemurah di Madinah. Tatkala itu, Abdurrahman pernah ditawari Sa’ad untuk memilih salah satu dari dua kebunnya yang sangat luas. Namun Abdurrahman menolaknya. Ia hanya meminta kepada Sa’ad agar ditunjukkan lokasi pasar di Madinah.

Abdurrahman adalah seorang pengusaha kaya yang sangat dermawan. Dia menyantuni para veteran perang badar dan menyantuni para janda Rasulullah. Ia juga memberi makan anak yatim dan fakir miskin di Madinah. Abdurrahman bin Auf adalah salah seorang sahabat yang punya kepribadian luar biasa. Dia tahu dan mampu bagaimana menempatkan dirinya. Ia mampu membagi tugas, baik di masjid, di pasar, di keluarga, maupun pada saat di medan perang. Selama berperang, ia menyerahkan bisnis kepada anak buahnya. Selepas perang, ia akan aktif kembali mengelola bisnis.8

Dia merupakan sosok terpuji yang patut diteladani. Ia adalah pebisnis yang sukses dan sangat disegani. Ia tak hanya memiliki ketajaman bisnis yang menunjukkan profesionalitasnya. Namun juga akhlak yang merupakan cermin kepribadian seorang pemimpin. Ia mempunyai kapasitas dan peran yang besar dalam mengembangkan sosial ekonomi masyarakat Islam, khususnya di kota Madinah. Sejak awal, sudah banyak pengorbanan dan penderitaan yang ia lewati. Oleh karena itu, kini ia menjadi salah satu orang yang namanya tercatat

8Bambang Trims, Briliant Enterpreneur Muhammad Saw. (Bandung: Salamadani, 2009).

Page 36: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

27

dalam sejarah Islam dengan tinta emas. Teladan-teladan di atas menggambarkan betapa para usahawan yang sukses dalam Islam telah menunjukkan contoh mulia. Mereka tidak hanya aktif berbisnis di dunia, tetapi juga “berbisnis” untuk akhirat.

Hal yang dapat dipetik adalah semangat usaha dan mencari peluang. Itulah yang menjadi kunci jiwa entrepreneurship dalam tradisi Islam. Jika ditelaah secara sosiologis, memang tidak seluruh tradisi yang berkembang pada masyarakat muslim mencerminkan semangat tersebut, sebab hal itu tergantung pada konteks historis-sosiologis. Sebagai contoh, penyebaran Islam di pelbagai kawasan, termasuk di Nusantara, jelas menunjukkan pararelitas antara pertumbuhan Islam dengan semangat dagang para da’i. Tidak bisa dibantah bahwa para penyebar Islam dari datang dari Gujarat adalah sekaligus menjalankan fungsinya sebagai pedagang melalui pelabuhan laut menuju Samudra Pasai, Aceh, Palembang, dan Demak (Pesisir Utara Jawa). Dengan bekal semangat mengembangkan usaha plus semangat mendakwahkan Islam, mereka berhasil membuktikan diri sebagai contoh orang-orang yang telah bertebaran di muka bumi, sebagaimana diperintahkan dalam QS. Al-Jumu’ah di atas.

Hal di atas mencerminkan adanya semangat entrepreneur. Dalam kehidupan keseharian, banyak fenomena yang bisa dipetik sebagai gambaran pengertian semangat tersebut. Sekedar contoh, kita dapat menyimak film “Ketika Cinta Bertasbih”. Inilah cerita lain yang dapat kita teladani. Kisah yang dituliskan Habiburrahman El Shirazy ini sarat akan amanat. Dengan apik, dia memadukan unsur islami dalam sebuah keteladanan berbisnis. Film ini bercerita tentang Azzam, salah seorang mahasiswa Universitas Al Azhar, Cairo. Sejak ayahnya meninggal dunia, ia merasa kesusahan membayar biaya kuliah.

Page 37: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

28

Oleh karena itu, situasi inilah yang memaksanya untuk mencari jalan mendapatkan dana.

Azzam mempunyai spirit entrepreneurship yang tinggi. Ia kemudian tak mau hanya berprofesi sebagai seorang mahasiswa. Namun ia juga mencoba menjadi pengusaha atau produsen tempe dan bakso. Azzam adalah satu-satunya mahasiswa Al Azhar asal Indonesia yang menjual bakso di Cairo. Ia tidak merasa malu sama sekali, karena menurutnya menjadi pedagang bakso bukanlah pekerjaan yang buruk. Justru menurutnya, seorang pedagang atau pengusaha adalah profesi yang luhur. Ia pun tidak ingin menjadi seorang pegawai kantoran. Ia bermimpi ingin menjadi konglomerat dengan kekayaan separuh pulau Jawa. Bagi anak-anak muda, tokoh Azzam bisa dijadikan teladan. Azzam merupakan potret manusia dengan spirit entrepreneur.

Point penting yang hendak digarisbawahi di sini, Islam merupakan agama yang tidak hanya menekankan aspek keyakinan, tetapi sekaligus juga amal. Inti ajarannya adalah bahwa hamba mendekati dan memperoleh ridha Allah melalui ibadah (kerja amal saleh) dan dengan memurnikan sikap penyembahan hanya kepada-Nya (Qs. al-Kahfi :110). Hal ini mengandung makna bahwa Islam adalah agama yang memiliki orientasi kerja (achievement orientation), sebagaimana dinyatakan dalam suatu ungkapan bahwa “penghargaan dalam jahiliyah berdasarkan keturunan, sedangkan penghargaan dalam Islam berdasarkan amal.”9 Tinggi atau rendahnya derajat takwa seseorang juga ditentukan oleh prestasi kerja atau kualitas amal saleh sebagai aktualisasi dari potensi imannya.

Lebih jauh, secara teologis, semua kegiatan yang dilakukan seorang muslim hendaknya dikaitkan dengan prinsip-prinsip

9Nurcholish Madjid, Islam Agama Kemanusiaan ( Jakarta: Paramadina, 1995), 217.

Page 38: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

29

penting, termasuk juga dalam urusan berkarya, berusaha, atau berbisnis. Karena itu konsep theopreneruship dalam tinjauan Islam mencakup beberapa aspek normatif sebagai berikut;

a. Sumber daya alam dan harta adalah milik dan amanat Allah yang diserahkan kepada manusia agar mereka tunaikan sesuai pesan Allah. Dengan demikian, harta di tangan entrepreneur muslim adalah sarana untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Ia harus memiliki fungsi sosial sebagaimana yang dipesankan Allah Swt.

b. Setiap orang harus memperoleh sumber-sumber daya itu dengan cara yang sah dan halal, bukan hasil kolusi dan cara-cara curang lainnya. Bertindak secara tidak fair adalah melanggar fungsi kekhalifahan manusia. Dalam prinsip Islam, kesejahteraan bukan hanya milik seseorang atau keluarga tertentu, tetapi juga untuk orang lain secara menyeluruh. Dengan demikian, seseorang sebagai pengemban amanah, tidak akan menjadi egois, rakus, jahat, dan bekerja untuk kesejahteraan dirinya sendiri.

c. Tidak seorang pun berwenang menghancurkan atau memboroskan sumber-sumber daya pemberian Tuhan. Tindakan ini oleh Al-Qur’an disamakan dengan fasad (kerakusan, kejahatan dan korupsi) yang dilarang Tuhan (QS. 2:205). Karena itu ketika Abu Bakar, mengirim Yazid bin Abi Sufyan dalam suatu peperangan, ia melarang Yazid membunuh dengan sembarangan atau merusak kehidupan tumbuh-tumbuhan atau binatang sekalipun di daerah musuh.

d. Jika hal ini tidak diizinkan, sekalipun dalam kondisi perang dan di daerah musuh, maka tidak ada alasan untuk mengizinkannya pada saat damai dan di negeri sendiri. Dengan memikian, maka benar-benar tidak dibolehkan menghancurkan dan memusnahkan barang-barang

Page 39: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

30

yang telah diproduksi, baik dengan membakar atau membuangnya kelautan, dengan alasan agar harga barang itu tetap tinggi.Dalam Islam usaha manusia untuk memperoleh apa yang

diinginkan mendapat posisi strategis, bahkan Allah menjamin semua permintaan manusia. Tentu saja adalah harapan dan permintaan yang wajar dan disesuaikan dengan kondisi yang ada. Yang pasti Allah telah menyediakan jagad raya ini dan seluruh isinya untuk dieksplorasi dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidup manusia. Sebut saja, isi perut bumi berupa tambang, minyak dan gas, lalu isi lautan berupa ikan dan seluruh biota laut, adalah contoh betapa luasnya karunia Allah di muka bumi ini. Sumber daya alam sungguh luar biasa dan tak ternilai harganya.

Terkait dengan poin di atas, Allah berfirman;

وا نعمت الل ل تصوها وآتاكم من كل ما سألتموه وإن تعد

إن النسان لظلوم كفار )34(

Dan dia telah menganugerahkan kepada kamu dari segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu nmenghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia sangat zalim dan sangat kafir (Qs. Ibrahim/14: 34).10

Dari ayat di atas dapat dipahami maksudnya, antara lain dalam arti, Allah Swt. telah menyiapkan dan memberikan kepada setiap orang apa yang dimintanya, baik melalui usahanya yang disukseskan Allah maupun melalui perintah-Nya kepada yang memiliki rizki untuk memberikan sebagian

10Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 385.

Page 40: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

31

kelebihan yang dimilikinya kepada yang membutuhkan. Dengan demikian, potensi alam raya sudah jelas ada, selain juga potensi pemberian oleh sesama manusia. Jika dikaitkan dengan usaha pengembangan nilai tambah sesuai karakter entrepreneurship, Allah telah membuka peluang besar bagi seluruh umat manusia. Tergantung pada manusia sendiri, apakah dia mau berusaha atau tidak. Nikmat Allah sungguh tidak terhitung, andai saja manusia menguraikannya satu demi satu.

Namun harus segera ditegaskan, peluang besar dan nikmat yang Allah berikan itu perlu dijaga dan dipelihara dengan baik. Islam menegaskan adanya aturan dan etika yang mesti dipedomani agar usaha dan kreasi manusia untuk memakmurkan dunia dapat berlangsung dengan baik. Salah satu yang harus dipedomani adalah menjaga alam dan lingkungan dan agar membuat kerusakan. Dalam Al-Qur’an larangan fasad muncul dalam sejumlah konteks; 1. Perusakan tumbuhan, generasi muda, dan keharmonisan lingkungan (Qs. Al-Baqarah/2: 205), 2. Perampokan, pembunuhan dan gangguan keamanan (Qs. al-Maidah/5: 32), 3. Usaha memecah belah kesatuan (QS. al-Anfal/8: 73), 4. Makar dan penipuan (Qs. an-Naml/27: 49), 5. Pengurangan takaran, timbangan, dan hak-hak manusia (Qs. al-A’raf/7: 86).

Sedangkan yang berkaitan dengan sikap manusia secara umum, yang hal ini dapat dikaitkan dengan semangat entrepreneur, adalah larangan bersikap sombong/angkuh. Sifat ini dapat merusak nilai dasar kemanusiaan sekaligus juga merusak hubungan sesama manusia. Ada beberapa term dan ungkapan Allah mencela sifat ini, antara lain mukhtal fakhur, terulang sebanyak tiga kali, yang berarti ”sombong, angkuh,

Page 41: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

32

serta membanggakan diri”.11 Tak syak lagi, keangkuhan merupakan suatu keadaan kejiwaan yang menjadikan seseorang merasa lebih tinggi dan unggul yang membawanya cenderung merendahkan orang lain. Dengan kata lain takabbur atau kesombongan adalah membuat-buat kebesaran pada diri sendiri. Keangkuhan merupakan sumber dosa dan dosa pertama yang terjadi sebagaimana terekam dalam al-Qur’an, yaitu ketika iblis enggan sujud pada Adam, semata karena keangkuhannya. Jika manusia mengidap penyakit ini, maka akan sulit baginya untuk bisa diterima oleh sesamanya.

Masih dalam konteks sisi normatif, ada hal menarik dalam al-Qur’an kaitannya dengan usaha manusia dalam bidang ekonomi. Dalam satu ayat al-Qur’an ditegaskan hubungan amalan manusia dengan balasannya digunakan istilah bisnis, ini merupakan suatu yang menarik. Berbisnis dengan Allah, demikian kata kunci untuk konsep ini. Harus diakui bahwa motivasi memperoleh imbalan atas ibadah yang dilakukan --baik keterhindaran dari neraka maupun perolehan surga-- kendati tidak dilarang oleh al-Qur’an dan sunnah, ia bukanlah motivasi tertinggi. Motivasi tertinggi dalam orang berhubunagn dengan Allah adalah tidak berpikir untung-rugi, namun semata karena kecintaan kepada-Nya.

Betapapun, dapatlah kita nyatakan bahwa berbisnis dengan Allah bukanlah sesuatu yang terlarang, kalau kita enggan berkata ia dianjurkan oleh-Nya. Bukankah al-Qur’an sendiri menggunakan kata-kata yang digunakan dalam dunia bisnis untuk menggambarkan interaksi dengan Allah? Coba kita lihat fiman Allah berikut ini;

11Lihat Qs. An-Nisa’/4: 36, Qs. Luqman/31: 18, dan Qs. Al-Hadid/57: 23.

Page 42: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

33

اشتى من الؤمنني أنفسهم وأموالم بأن لم النة إن الل

عليه حقا ف ويقتلون وعدا فيقتلون يقاتلون ف سبيل الل

التوراة والنيل والقرآن ومن أوفى بعهده من الل فاستبشروا

ببيعكم الذي بايعتم به وذلك هو الفوز العظيم )111(

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh dan terbunuh. (Itu telah terjadi) janji atas diri-Nya, yang benar, di dalam Taurat, Injil, dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (Qs. al-Tawbah/9: 111).12

Jika diperhatikan, teks di atas jelas mengatakan telah terjadi bisnis, jual-beli antara Allah dan orang mukmin? Ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah “membeli” jiwa raga dan harta orang beriman dan “bayarannya” adalah surga. Dalam ajakan berbisnis dengan manusia, Allah menggunakan juga salesman yang bertugas menjelaskan secara simpatik apa yang “dijual”, bahkan menunjukkan secara gamblang keistimewaan apa yang ditawarkan. Promotor utama atau pemimpin para salesman itu adalah Nabi yang diutus Allah untuk manusia. Selanjutnya, seperti halnya bernisnis dengan sesama manusia, berbisnis dengan Allahpun mengandung resiko yang bukan bersumber dari Allah, tetapi dari yang berinteraksi dengan-Nya. Resikonya adalah tertolaknya komoditas (baca: amalan) yang ditawarkan

12Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 299.

Page 43: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

34

manusia karena tidak terpenuhinya kualifikasi yang ditentukan-Nya akibat rayuan setan atau ulah hawa nafsu.13

Apa yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa nilai-nilai normatif-teologis dalam kitab suci tentang jiwa kewirausahaan dalam pengertian umum cukup menjadi penguat dan dapat dijadikan pijakan. Al-Qur’an tidak menghendaki manusia hanya berdiam selaku hamba dan menerima nasib belaka. Ia harus bersikap terbuka dan aktif mengembangkan peluang sesuai potensi insaniahnya. Karakter seorang muslim adalah aktif, pekerja keras, dan memiliki etos kerja tinggi. Suasana batin (inner life) seseorang dapat menimbulkan rangsangan dari dalam (inner drive). Etos kerja sebagai action konkret seseorang dapat didrive dari pandangan seseorang mengenai kehidupan yang menekankan kepada pencapaian kesejahteraan lahir-batin, kemerdekaan dalam berbuat dan berkehendak, dan nilai kerja itu sendiri.

Di level inner life, ada sebagian komunitas muslim yang berpikiran fatalistis yang mengatakan bahwa segala sesuatu telah ditentukan langsung oleh Tuhan. Penganut pendekatan pasivisme-relijius ini, pada dasarnya, tidak begitu peduli dengan soal kerja keras, kemiskinan ataupun ketimpangan sosial lainnya. Ada atau tidaknya kemiskinan dan ketimpangan sosial bukanlah urusan manusia, tetapi sepenuhnya urusan Tuhan. Pandangan sosial seperti ini dapat ditemukan dalam tradisi teologi umat mana saja, termasuk di dalamnya umat Islam. Di kalangan Muslim, pandangan ini dicarikan pembenarannya, antara lain, dari al-Qur’an surah al-Zukhruf ayat 325 dan surah al-Nahl ayat 716 yang dipahami secara secara terpotong.

Meskipun mengacu pada ayat suci, pandangan ini mengandung kelemahan yang mendasar karena dibangun dari

13M. Quraish Shihab, Bisnis Sukses Dunia Akhirat , 46.

Page 44: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

35

pemahaman yang tidak utuh, sepotong-sepotong. Pandangan tersebut sekaligus mengandung pengingkaran yang sewenang-wenang terhadap idealisme al-Qur’an agar manusia selalu aktif mengupayakan keadilan dalam kehidupan sosialnya. Orang-orang yang bertanggung jawab atas berkembangnya paham pasivisme keagamaan ini tidak pernah mau memahami struktur ayat-ayat dalam al-Qur’an; mana bagian yang berbicara tentang das sein (realitas yang ada, selaku fakta) dan mana yang berbicara perihal das sollen (realitas ideal sebagi cita-cita). Bagian ayat kategori pertama berfungsi membeberkan realitas yang menjadi tantangan ikhtiar kekhalifatan manusia. Sementara, bagian ayat kategori kedua berfungsi untuk menegaskan tujuan ke mana seharusnya ikhtiar manusia itu ditambatkan.

Pemahaman ajaran secara doktriner, seperti yang ditebarkan di kalangan umat selama ini, cenderung meletakkan semua ayat sebagai acuan tentang das sollen, apa yang seharusnya ada. Untuk merubah kehidupan, orang harus bekerja. Kerja dalam Islam tidak hanya diartikan sebagai upaya mencari nafkah, baik bagi dirinya, keluarga, kerabat maupun orang lain, tetapi lebih dari itu kerja dalam Islam berdimensi ibadah. Bahkan membuang duri dari jalan pun, yang dalam konteks duniawi dipahami sebagai upaya penyelamatan diri dan masyarakat dari kecelakaan, termasuk dalam kategori ibadah. Demikian pula, memberi minum kepada anjing yang kehausan, misalnya, dimaknai sebagai ibadah. Surah al-Tawbah ayat 1057 dan hadith nabi yang artinya “Nabi ditanya tentang pekerjaan yang lebih utama. Kemudian Beliau bersabda: Jual beli yang dilakukan secara jujur dan pekerjaan hasil kerja kerasnya sendiri” menunjukkan bahwa Islam lebih menghargai, bahkan mengistimewakan, para pekerja keras.

Page 45: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

36

C. Entrepreneurship Dilihat dari Teori Interaksi Simbolik Studi tentang kewirausahaan secara umum, dan

entrepreneurship secara khusus, dapat didekati dengan berbagai disiplin ilmu, seperti sosiologi, antropologi, manajemen, politik, ideologi, dan lain-lain. Para ahli sosiologi, misalnya, mengkaji kewirausahaan sebagai sebuah fenomena sosial, model-model kewirausahaan, serta kepemimpinan yang ada dalam sebuah perusahaan, ahli antropologi mengetengahkan perlunya mengubah sikap-sikap tradisional dan menumbuhkan suatu etik/etos kerja, para ahli politik menekankan perlunya kontrol dan dukungan politik, sedangkan para ahli manajemen membicarakan perlunya sistem manajerial yang tepat untuk menjamin keberlangsungan sebuah usaha.

Fenomena industrialisasi, yang kemudian di dalamnya muncul konsep kewirausahaan, bisa dikatakan merupakan “penyimpangan” dari pola kehidupan yang telah distrukturkan agama, sebab kebangkitan dunia industri dan proses industrialisasi berakar pada setting apa yang saat ini disebut kapitalisme: usaha massif memperoleh keuntungan material dengan menggunakan makanisme pasar. Peristiwa tersebut, sebagaimana kata Ellen Meiksins Wood dalam The Origin of Capitalism, tidak lahir di perkotaan Eropa melainkan dunia agraria Inggris. Industrialisasi beranjak dari perubahan total sikap mental, orientasi kerja, dan struktur sosial-politik atas dasar market imperative. Maka, pada esensinya, dunia industri dan proses industrialisasi adalah pemberlakuan sistem kehidupan dan mental baru dengan “disiplin pasar” dalam mencari keuntungan. Akumulasi modal, division of labor, diferensiasi struktural, gedung-gedung pabrik, alat-alat teknologi maju, sistem transportasi, serta komunikasi canggih hanya manifestasi kasat mata dari berkinerjanya sistem kehidupan industrial.

Page 46: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

37

Dengan demikian ada hubungan sinergis yang tidak dapat dipisahkan antara ide/gagasan manusia, produk yang dihasilkan, pasar sebagai sarana interaksi manusia dalam melakukan transaksi bisnis, dan juga sarana-sarana pendukungnya. Dalam konteks ini, untuk menelaah fenomena entrepreneurship yang banyak melibatkan pemikiran dan tindakan manusia, kiranya relevan dibaca dengan perspektif teori tindakan sosial.

Teori interaksionisme simbolik dikenal dalam lingkup sosiologi interpretatif yang berada di bawah payung teori tindakan sosial (action theory) yang dikemukakan oleh filosof dan sekaligus sosiolog besar Max Weber (1864 – 1920). Meskipun teori interaksi simbolik tidak sepenuhnya mengadopsi teori Weber namun pengaruh Weber cukup penting. Sebagai pencetus teori ini, George H. Mead, pada awalnya tidak pernah menerbitkan gagasannya secara sistematis, para mahasiswanya setelah kematiannya menerbitkan pemikiran Mead tersebut dalam sebuah buku yang berjudul Mind, Self and Society (1934). Herbert Blumer, teman sejawat Mead, kemudian mengembangkan dan menyebutnya sebagai teori interaksionisme simbolik. Sebuah terminologi yang ingin menggambarkan apa yang dinyatakan oleh Mead bahwa “the most human and humanizing activity that people can engage in—talking to each other.”

Sebagaimana dijelaskan Dedy Mulyana (2006), teori ini didasarkan pada premis-premis berikut. Pertama, individu merespon suatu situasi simbolik. Mereka merespon lingkungan termasuk obyek fisik (benda) dan obyek sosial (perilaku manusia) berdasarkan makna yang dikandung komponen lingkungan tersebut bagi mereka. Kedua, makna merupakan produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada obyek melainkan dinegosiasikan melalui medium bahasa. Ketiga, makna yang diinterpretasikan individu dapat berubah

Page 47: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

38

dari waktu ke waktu sejalan dengan perubahan situasi yang terjadi dalam interaksi sosial.14

Dari uraian tersebut jelas bahwa simbol merupakan esensi dari teori interaksionisme simbolik. Teori ini menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi. Dalam konteks studi ini jenis-jenis usaha mahasiswa dapat menjadi simbol dalam berinteraksi antara berbagai elemen. Dengan teori interaksi simbolik ini bentuk-bentul usaha dan motivasi para pelaku bisnis akan dapat terkuak.

Bahkan dalam perspektif lebih luas, dalam era kapitalisme, jiwa entrepreneurship selalu ada dimana-mana. Unsur yang tidak kasat mata, atau roh dari industrialisasi, adalah kewirausahaan itu sendiri. Konsep wirausaha lahir sebagai garda depan dalam industri karena menyangkut inovasi dan produktivitas seorang pengusaha. Joseph Schumpeter (1934) dengan tegas menyatakan bahwa wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk 1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru, 2) memperkenalkan metoda produksi baru, 3) membuka pasar yang baru (new market), 4) Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau 5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Dari sini, mudah untuk dimengerti mengapa dunia industri dapat maju pesat.

Pada sisi lain perlu dilihat, pandangan orang tentang entrepreneurship itu sendiri terkait dengan keyakinan dasar yang melandasi seluruh pemikiran dan sikap hidupnya. Kalau Islam hanya diyakini sebagai sebuah doktrin aqidah semata

14Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: Rosdakarya, 2006), 71-72.

Page 48: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

39

tentu ruang lingkupnya menjadi sempit.15 Lain halnya jika Islam dipandang sebagai sebuah sistem kehidupan yang syumul (komprehensip), maka pemikiran demikian akan melahirkan pandangan yang lebih luas dalam meninjau segala hal. Seperti yang dipahami oleh kaum modernis Islam, etos entrepreneurship itu sendiri merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah dan pemikiran Islam.

15Mahmud Syalthout, Al-Islam Aqidatun wa Syariatun (Kairo: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1990).

Page 49: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah
Page 50: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

41

BAB III

POTRET PEMAHAMAN, APLIKAsI DAN MOTIVAsI

ENTREPRENEURsHIP MAHAsIsWA

A. Gambaran Umum Fakultas Syari’ah dan Ekonomi

IslamFakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam IAIN Mataram

memiliki sejarah panjang. Pada awalnya dahulu bernama Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS) Mataram, merupakan sebuah perguruan tinggi swasta yang dibentuk oleh sebuah yayasan pengelola STIS Mataram dengan Akta Notaris Nomor 25, Tanggal 20 Agustus 1984 dengan nama Yayasan An-Nawawi. Atas dasar itu, dikeluarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Binbaga Islam Departemen Agama No: Kep:E.III/PP.009/123/85 Tanggal 4 Mei 1985 tentang Pemberian Status Terdaftar kepada STIS Mataram yang Melaksanakan Program Perkuliahan sampai Sarjana Muda. Sejak bulan Desember 1986 sampai dengan bulan Juni 1988 STIS telah berhasil meluluskan 77 orang mahsasiswa program sarjana muda Syari’ah STIS Mataram.

Page 51: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

42

Dengan adanya kebijakan pemerintah yang menghapuskan sistem perkuliahan sarjana muda untuk seluruh perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, STIS Mataram segera menata diri lagi menyesuaikan program perkuliahannya dengan sistem baru sesuai dengan Keputusan Menteri Agama Nomor: 42, Tahun 1989, tentang Lembaga Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta dan Keputusan Menteri Agama Nomor: 44, Tahun 1988, tentang Persyaratan Status Terdaftar, Diakui dan Disamakan untuk Program Strata Satu (SI) serta Penataan Kembali Nama Unit dan Jurusan serta Status Terdaftar pada Perguruan Tinggi Agma Islam Swasta. Dengan demikian, sejak Tahun Akademik 1988/1989 STIS Mataram mulai melaksanakan perkuliahan program S1 dengan menetapkan Jurusan Peradilan Agama pada tanggal 4 November 1992. STIS Mataram melaksanakan wisuda perdana dengan meluluskan sebanyak lima orang mahasiswa program sarjana S1 Syari’ah.

Berkenaan dengan keinginan untuk membentuk IAIN yang definitif, termasuk keinginan untuk menjadikan STIS sebagai fakultas tersendiri yang dinegerikan, keluarlah Surat Ketua DPRD Tingkat I NTB No: 421a.5/001, Tanggal 24 Oktober 1992, Surat Majelis Ulama Indonesia Propinsi NTB, No: 42/MUI-NTB/XI/1992, Tanggal 23 November 1992, Surat Gubernur KDH. Tk.I NTB Nomor 451.41/1503/008, Tanggal 30 November 1992, dan Surat Gubernur KDH. Tk.I NTB Nomor 451.41/1503/008361/006, Tanggal 19 juli 1993. Dengan dukungan dari berbagai pihak, berdirilah Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel di Mataram. Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel di Mataram yang berasal dari STIS diresmikan berdasarkan SK Menag RI, Nomor 27/ 1994. Pada tahun 1997

Page 52: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

43

Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel di Mataram membuka jurusan Peradilan Agama, Muamalah, dan Jinayah-Siyasah.1

Pada tanggal 13 Juni 1997 (berdasarkan Keputusan Menpan, Nomor B-589/I/1997 tentang Persetujuan Pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri), terjadi alih status dari Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel di Mataram menjadi STAIN Mataram sesuai dengan Kepres RI, Nomor 11, Tahun 1997. Fakultas Syari’ah berubah menjadi jurusan syari’ah, sedangkan jurusan menjadi program studi. Ketua Jurusan Syari’ah adalah Drs. H. M. Fachrir Rahman, M.A. dan sekretaris jurusan adalah Drs. Sainun, M.Ag. Sejak tahun 2002 ketua Jurusan Syari’ah dijabat oleh Drs. M. Nur Yasin, M.Ag. dengan sekretaris jurusan Drs. Sainun, M.Ag. Jurusan Syari’ah membuka tiga program studi yakni ahwal al-syakhshiyah, muamalah, dan ekonomi Islam.

Upaya alih status dari STAIN Mataram menjadi IAIN Mataram berhasil dicapai dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 91, Tahun 2004, Tanggal 18 Oktober 2004 dan diresmikan oleh Menteri Agama RI pada hari Senin, Tanggal 11 Juli 2005, tentang “Perubahan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten Serang menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Mataram menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Amai Gorontalo menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo”.

Dengan alih status menjadi IAIN, IAIN Mataram secara bertahap menata manajemen kelembagaan sesuai dengan kelembagaan IAIN Mataram. Pimpinan tertinggi IAIN adalah

1Tim Penyusun, Profil Fakultas Syari’ah IAIN Mataram (Mataram: FS, 2010), 4.

Page 53: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

44

rektor. Pada saat itu belum ada rektor definitif sehingga diangkat Pgs Rektor, yaitu Drs. H. Lukman al-Hakim, M.M. Jurusan Syari’ah STAIN Mataram juga ikut berubah menjadi Fakultas Syari’ah dengan adanya alih status menjadi IAIN. Pimpinan tertinggi di tingkat fakultas adalah dekan. Karena belum ada dekan definitif, diangkat Pgs. Dekan, yaitu Drs. M. Nur Yasin, M.Ag., yang sebelumnya menjadi ketua Jurusan Syari’ah. Setelah lebih kurang satu tahun Pgs. Rektor dan Pgs. Dekan melaksanakan tugas (berdasarkan Surat Menteri Agama Nomor MA/B.II/2.-a/Kp.07.1/245/2006, Tanggal 13 April 2006, untuk mengisi lowongan jabatan rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram yang definitif untuk masa jabatan tahun 2006–2010 diangkat Dr. H. Asnawi, M.A. sebagai rektor IAIN Mataram yang definitif berdasarkan SK Presiden RI Nomor 63/M Tahun 2006 dan dilengkapi dengan beberapa pembantu rektor: Dra. Hj. Nurjannah, M.Pd, Drs. H. Nashuddin, M.Pd dan Drs. Muhammad, M.Pd.

Adapun pimpinan Fakultas Syari’ah sebagai berikut:

a. Dekan : Drs. Sainun, M.Ag. b. Pembantu Dekan I : Drs. Moh. Asyiq Amrulloh, M.Ag.c. Pembantu Dekan II : Drs. H. Abdullah Mustafa, M.H.d. Pembantu Dekan III : H. Akhmad, S.H., M.H.

Pada perkembangannya, setelah pergantian periode, yang terpilih sebagai Rektor periode 2010-2014 adalah Dr. H. Nashuddin, M.Pd dengan para pembantu rektor: Prof. Dr. HM. Taufik, M.Ag, Drs. H. Achsanuddin, M.Pd dan Dr. Suhirman, M.Si. Adapun pimpinan Fakultas Syari’ah sebagai berikut:2

2Meskipun periodenya mulai 2010, pimpinan institut dan fakultas baru efektif bekerja mulai tahun 2011 karena keterlambatan pemilihan dan turunnya SK Rektor.

Page 54: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

45

a. Dekan : Dr. H. Mutawali, M.Ag. b. Pembantu Dekan I : H. Muhammad Taufiq, Lc, M.Hic. Pembantu Dekan II : Drs. Agus Mahmud, M.Agd. Pembantu Dekan III : Ahmad Amir Aziz, M.Ag

Setelah adanya perubahan Organisasi dan Tata Kerja (Ortaker) yang baru ada sedikit perubahan nama Fakultas, sehingga Fakultas Syari’ah berubah nama menjadi Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam.

Visi Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam adalah “Terkemuka dalam pengembangan hukum dan ekonomi yang berbasis keislaman, keilmuan, dan keindonesiaan bagi kemanusiaan dan peradaban”. Adapun misinya adalah;

1. menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran hukum dan ekonomi yang berbasis keislaman, keilmuan, dan keindonesiaan,

2. mengembangkan penelitian hukum Islam dan ekonomi Islam untuk kepentingan keilmuan dan kemanusiaan,

3. meningkatkan peran hukum Islam dan ekonomi Islam dalam masyarakat bagi terwujudnya manusia yang beradab, dan

4. membangun kerja sama dengan pihak lain dalam meningkatkan disiplin ilmu syariah untuk mengimplementasikan tridarma perguruan tinggi. Sedangkan tujuan Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam

sebagai berikut:

1. menghasilkan sarjana muslim yang bertakwa dan memiliki keahlian di bidang hukum Islam dan ekonomi Islam,

2. menghasilkan sarjana muslim yang mampu menerapkan dan mengembangkan hukum Islam dan ekonomi Islam, dan

Page 55: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

46

3. menghasilkan ahli dan praktisi hukum Islam dan ekonomi Islam yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan.3

Disadari ataupun tidak, perubahan yang terjadi di masyarakat akan selalu berdampak pada eksistensi kelembagaan pendidikan termasuk di dalamnya FSEI IAIN Mataram. Kebutuhan akan pengakuan dari masyarakat terhadap sebuah lembaga tidak lagi dipengaruhi status negeri atau swasta dan seberapa lama lembaga tersebut berdiri, tetapi bagaimana lembaga tersebut memperlakukan stake holder-nya dan memberikan jaminan pada mereka bahwa apa yang akan mereka peroleh dari lembaga sangat mereka butuhkan. Hal ini pula yang sedang dilakukan oleh Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam, yakni dengan melakukan upaya pembenahan internal dalam rangka meningkatkan dan memberikan jaminan kualitas mutu pelayanan terhadap mahasiswa, masyarakat dan semua stakeholder.

Program pengembangan FSEI IAIN Mataram ini diarahkan untuk meningkatkan hubungan baik dengan lembaga Peradilan, Lembaga Keuangan, baik yang perbankan maupun yang non perbankan dan memperkuat kembali jalinan kerjasama dalam kaitan dengan kegiatan Praktikum dan Praktik Kerja Lapangan bagi mahasiswa Fakultas Syari’ah IAIN Mataram. Beberapa hasil yang sudah terlaksana MoU adalah dengan lembaga-lembaga sebagai berikut;

1. Bank Indonesia (BI)2. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)3. Pengadilan Agama Mataram, Giri Menang, Praya, dan

Lombok Timur4. Lembaga Perbankan Syari’ah se Pulau Lombok

3Tim Penyusun, Renstra Fakultas Syari’ah 2010-2014 (Mataram: FS, 2010), 5.

Page 56: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

47

5. Lembaga Pegadaian Syari’ah dan Asuransi Syari’ah 6. Lembaga BMT se pulau Lombok7. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ’45 Mataram8. Perusahan-perusahaan tempat PKL dan magang

mahasiswaPengaruh usaha program pengembangan fakultas adalah

makin terbukanya peluang bagi mahasiswa dan alumni untuk dapat berkiprah di sejumlah lembaga yang telah menjalin hubungan kerjasama dengan FSEI.

B. Program Kurikuler Entrepreneurship Mahasiswa Kurikulum Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam (FSEI)

IAIN Mataram mengacu pada Keputusan Menteri Agama RI No, 387 tahun 1987 tentang Kurikulum Nasional program strata satu yang dipadukan dengan kurikulum Lokal. Namun setelah adanya surat edaran dari Dirjen Kelembagaan Agama Islam Nomor Dt. 11.111/PP.12.3/AZ/1752/02 tentang Pembahasan Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Sarjana (S-1), untuk merespon Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.232/U/2000, 045/U/2002 dan keputusan Dirjen Dikti Depatemen Pendidikan Nasional No. 38/DIKTI/Kep/2002, FSEI IAIN Mataram telah mengadakan pembenahan dan penyesuaian. Adapun kurikulum yang ditetapkan FSEI IAIN Mataram adalah kurikulum berbasis kompetensi, antara lain: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK), Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB), Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB) dan Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB).

Sedangkan untuk jumlah SKS yang ditempuh dalam program strata satu di FSI IAIN Mataram ini adalah mengacu pada Surat Keputusan Mendiknas RI Nomor: 234/U/2000 tentang Pedoman Pendidikan Perguruan Tinggi, bahwa untuk

Page 57: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

48

kurikulum program sarjana S-1 jenjang pendidikan akademik mempunyai beban studi minimal 144 SKS dan maksimal 160 SKS.

Khusus Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB) pada prodi Ekonomi Islam bertujuan untuk memperkuat penguasaan dan memperluas wawasan kompetensi keahlian dalam berkarya di tengah masyarakat, khususnya menyangkut persoalan Ekonomi dan lembaga keuangan, sehingga pada akhirnya Mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mendesain perhitungan keuangan dan dapat menciptakan lembaga-lembaga keuangan di berbagai pedesaan, seperti: Baitul Mal wa al-Tanwil (BMT)/Koperasi, disamping juga memiliki kemampuan untuk menata strategi dan memasarkan produk yang dimiliki oleh lembaga keuangan/ perbankan syari’ah.

Salah satu mata kuliah yang masuk kategori tersebut adalah Kewirausahaan yang dipaketkan untuk semester VII pada Program Studi Ekonomi Islam. Kewirausahaan atau Entrepreneurship adalah mata kuliah yang disiapkan untuk mahasiswa untuk membaca peluang usaha, baik yang sejalan dengan jurusan yang diambil, dan atau bahkan menyimpang jauh dari materi pembelajaran selama di bangku kuliah. Inti dari perkuliahan ini adalah perubahan pola pikir (mindset) dalam melihat, menilai, dan memanfaatkan realitas. Oleh karenanya ketajaman intuisi peserta belajar juga menjadi fokus dalam proses pembelajaran.

Entrepreneurship ini menjadi penting mengingat realitas bangsa Indonesia yang harus didukung oleh entrepreneur dalam mengembangkan ekonomi. Jebolan perguruan tinggi mestinya mengambil peran dalam pembangunan ekonomi, bukan malah menjadi beban. Pengangguran dengan titel sarjana di Indonesia sudah mencapai angka 1 juta lebih pada tahun 2010. Pada sisi lain, lapangan kerja untuk mereka semakin sempit dan terbatas.

Page 58: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

49

Inilah yang menjadikan mata kuliah entrepreneurship menjadi ’cahaya’ dalam kegalauan sarjana kita. Mahasiswa diarahkan untuk menciptakan pekerjaan, bukan untuk mencari kerja.

Sedangkan untuk Program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah (AS) ada praktikum khusus yang diberi nama entrepreneurship. Praktikum ini dirancang pada semester II, dengan harapan mahasiswa sejak awal sudah mendapatkan wawasan kewirausahaan. Argumen lainnya, jika mereka menerimanya pada semester atas maka kesempatan memulai usaha atau mengubah mindset sudah agak terlambat. Pada prakteknya, pelaksanaan praktikum ini dibagai menjadi dua bagian. Pertama adalah sejumlah kuliah tatap muka untuk memberi bekal teoretis, motivasi dan wawasan entrepreneurship bagi mahasiswa. Teori-teori sederhana dijelaskan oleh dosen, motivasi diberikan, dan juga kiat-kiat memulai usaha. Pada bagian kedua, mahasiswa diminta terjun ke lapangan untuk meninjau contoh model usaha, menelaahnya, dan mengambil pelajaran langsung dari praktek orang lain di lapangan. Mahasiswa juga diminta membuat rancangan jenis usaha yang akan dilakukannnya nanti. Karena praktikum ini lebih bersifat praksis, dosen pengampu diambil dari praktisi dengan gelar minimal S.2 sebagaimana dosen reguler. Dosen pengampu yang sering dipakai praktikum entrepreneurship adalah dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ’45 Mataram sekaligus pelaku bisnis yang sudah sukses.

Dari mata kuliah kewirausahaan maupun praktikum entrepreneurship tersebut mahasiswa diharapkan mampu untuk hal-hal sebagai berikut :

a. Memahami tentang konsep dan esensi enterepreneurship serta mengenali sikap, kemampuan, sifat, dan skill yang harus melekat dengan seorang entrepreneur.

Page 59: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

50

b. Memahami tentang Usaha/Bisnis secara baik dan utuh yang terkait dengan konsep, evolusi, sumber daya, lingkungan, dan persaingan usaha/bisnis.

c. Menciptakan minimal satu ide/rencana bisnis yang mungkin dilaksanakan oleh mahasiswa setelah tamat dari bangku kuliah, lengkap dengan operasionalnya.

d. Mampu merubah mindset dari seorang pencari kerja (seeker) menjadi orang yang menciptakan perkerjaan (creator).4

Salah satu realisasi program kurikuler adalah kunjungan lapangan praktikum enterpreneurship yang dilaksanakan tanggal 12 dan 19 Mei 2012 di berbagai perusahaan yang ada di NTB. Pemberangkatan perdana kegiatan ini di lepas langsung oleh Dekan Fakulktas Syari’ah IAIN Mataram yang diwakili oleh Pembantu Dekan III. Praktikum enterpreneurship ini dilaksanakan sebanyak 12 kali pertemuan yaitu 6 kali pertemuan yang berbentuk teoritis di dalam kelas dan 6 kali pertemuan berbentuk praktikum yang dilaksanakan di masing-masing perusahaan. Kegiatan praktikum ini dipimpin langsung oleh Irwansyah, ME selaku ketua Mataram Enterpreneur Club (MEC) dan Drs Nurdin Ending,MM selaku Ketua Hiswana Migas NTB, juga selaku narasumber dalam kegiatan tersebut. Adapun materi kegiatan antara lain adalah membangun spritualitas dalam bisnis, berbisnis dengan qalbu, dan praktik memulai berwirausaha. Sedangkan kunjungan lapangan, semua peserta yang terdiri dari mahasiswa semester II diajak berkunjung ke perusahaan-perusahaan dengan didampingi para mentor masing-masing.

Berawal dari Kampus I IAIN Mataram para peserta dengan didampingi para mentor menuju kebeberapa perusahaan antara lain seperti Perusahaan Rumah Makan Jamur, Perusahaan Fajar Raya Group di jalan Swakarya Kekalik Mataram dan di

4Lihat Sillabi Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam (Mataram: FS, 2012).

Page 60: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

51

beberapa perusahaan lainnya. Adapun para Mentor dalam kegiatan ini adalah Mujianto sekaligus menyampaikan materi yang berhubungan dengan “bagaimana tips-tips seseorang untuk memulai berusaha”, Irwansyah dengan materi “bagaimana fokus dalam berbisnis”, Suri Rahmadi, S.Kom dan Lindriana Anggaraini, S.kom “bagaimana membangun mitra, membuka kursus dan merakit komputer gratis”, Hadi dengan materi “memulai usaha dengan modal nekad”, dan H. Wawan Hermana, dengan judul materi “berbisnis dengan virus ganas”.5

Output dari kegiatan ini, mahasiswa memahami strategi sukses di dunia enterpreneurship. Sedangkan tujuannya antara lain adalah meningkatkan kecakapan dan keterampilan mahasiswa khususnya sense of business sehingga akan tercipta wirausaha-wirausaha muda potensial, menumbuh-kembangkan wirausaha-wirausaha baru yang berpendidikan tinggi, menciptakan unit bisnis baru di kampus IAIN Mataram, membangun jejaring bisnis antara pelaku bisnis wirausaha pemula dengan pengusaha (terutama UKM) yang sudah mapan. Beberapa hal yang sangat menarik dari hasil kunjungan tersebut, mahasiswa gratis konsultasi bisnis sampai berhasil, selain itu mahasiswa juga gratis praktik merakit komputer pada tiap hari sabtu yang yang dipimpin oleh Bapak Suri Rahmadi, S.Kom tersebut. Pada intinya kegiatan semacam ini sangatlah diminati oleh mahasiswa karena dapat mendorong dan menginspirasi mereka untuk terjun ke dunia bisnis dalam makna luas.

C. Pandangan Mahasiswa Tentang Entrepreneurship Sesuai fokus masalah, penelitian ini menelusuri pemahaman

teologis mahasiswa seputar entrepreneurship. Aspek teologis

5Laporan Kegiatan Entrepreunership Mahasiswa Jurusan AS 2013

Page 61: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

52

ini penting diungkap karena ia merupakan pengetahuan dan kesadaran yang melandasi perilaku secara keseluruhan. Jika kita hanya melihat kemampuan entrepreneurship mahasiswa dari gejala yang tampak, kita akan gagal melihat potensi lebih jauh, karena sesungguhnya apa yang tampak merupakan pengejawantahan dari kesadaran terdalam.

Pemahaman teologis yang dimaksud bukanlah hal-hal yang bersifat murni teologis, namun termasuk pemahaman dasar yang masih ada hubungannya dengan konsep umum yang merupakan bagian keseluruhan penghayatan mahasiswa. Hal di atas peneliti rumuskan dalam 10 poin petanyaan, yang masing-masing berisi beberapa alternatif pilihan jawaban. Lewat angket yang telah disusun peneliti mengedarkannya kepada mahasiswa sesuai kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Rumusan-rumusan pertanyaan bersifat umum, namun sebagian diantaranya berhubungan erat dengan aspek teologis. Dengan adanya instrument angket dan pilihan jawaban yang diberikan mahasiswa, peneliti dapat lebih mudah untuk mengelompokkan kecenderungan pemahaman mereka mengenai entrepreneurship secara umum maupun entrepreneurship dalam kaitannya dengan aspek teologis.

Memang teknik angket ini dapat menyederhanakan persoalan, peneliti menyadari hal itu, karenanya angket hanya diposisikan sebagai data awal, yang kemudian peneliti lanjutkan dengan wawancara pendalaman untuk mengorek lebih jauh pandangan mereka. Data yang tersaji pada sub berikut ini merupakan rekap hasil kuisioner yang diisi mahasiswa, sedangkan hasil wawancara pendalaman tersaji pada sub berikutnya.

Adapun data hasil pilihan mahasiswa atas 10 poin pertanyaan dan pernyataan perihal entrepreneurship terangkum dalam bagan sebagai berikut;

Page 62: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

53

20%

50%

12%

18%

Usaha memenuhikebutuhan hidup

Memanfaatkan potensihingga menghasilkannilai tambah

Berwirausaha yangbaik dan benar

Pengembanganekonomi masyarakatdalam makna luas

Gambar 1: Pemahaman tentang pengertian entrepreneurship

Data di atas dengan jelas menunjukkan bahwa 50% responden memahami bahwa pengertian entrepreneurship bertumpu pada kemampuan memanfaatkan potensi sehingga menghasilkan nilai tambah. Pengertian ini secara konseptual benar dan merupakan pengertian yang sudah diterima secara luas di dunia entrepreneurship. Meskipun demikian, sebagian responden memahaminya sebagai usaha memenuhi kebutuhan hidup (20%), pengembangan ekonomi masyarakat dalam makna luas (18%), dan berwirausaha yang baik dan benar (12%). Pada prakteknya, yang mana hal ini sering dipahami publik, entrepreneurship sama persis dengan kewirausahaan, padahal entrepreneurship lebih luas karena ia mencakup segala aspek yang berkenaan dengan pengembangan nilai tambah.

Page 63: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

54

Gambar 2. Asal usul kemampuan/keterampilan entrepreneurship

Mengenai asal usul kemampuan/keterampilan entrepreneurship, 50% responden memandang sebagai pengaruh pendidikan dan lingkungan, sedangkan 40% menyatakannya sebagai hasil usaha. Kedua kelompok ini mencerminkan teologi rasional, yang dalam teologi Islam klasik mewakili aliran Qadariyah, Mu’tazilah, atau Maturidiyah. Mereka memandang kemampuan entrepreneurship sebagai sesuatu yang bisa diperoleh atau dikejar dengan dengan usaha dan proses pendidikan. Sementara itu, sisanya 7% menganggapnya sebagai ketentuan/takdir Tuhan dan 3% menilainya sebagai potensi bawaan/keturunan. Kelompok 10% ini mencerminkan corak teologi tradisional, yang dalam aliran Islam klasik mewakili Jabariyah dan Asy’ariyah.

Page 64: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

55

Gambar 3.Landasan keagamaan sikap mental entrepreneur

Mengenai landasan keagamaan sebagai sikap mental terpenting, 50% mahasiswa menyebut al-amanah (kejujuran), 22% menyebut an-niyyat (niat), 20% memilih al-juhdu (kesungguhan), dan 8% menyebut at-ta’awun (kerjasama). Dengan demikian secara kognitif mahasiswa terbilang idealis dan menjunjung tinggi nilai kejujuran sebagai landasan paling urgen bagi kaum entrepreuner. Di tengah badai korupsi yang melanda negeri ini, opsi yang dipilih mahasiswa penting digarisbawahi. Ini berarti secara implisit mereka menyatakan pada diri mereka sendiri bahwa untuk mengembangkan entrepreneurship, sikap mental kejujuran haruslah dinomorsatukan. Sementara mereka yang memilih ketiga lainnya, yaitu niat, kesungguhan dan kerjasama, melihat sisi lain. Perbedaan pandangan ini boleh jadi dilatar belakangi oleh perbedaan pemahaman, pengalaman dan obsesi mereka.

Page 65: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

56

Gambar 4. Watak yang harus dimiliki sebagai modal penting entrepreneur

Pandangan mahasiswa mengenai watak yang harus dimiliki entrepreneur menyebut bahwa kreasi/inovasi dinilai sebagai paling penting (62%). Pemahaman demikian selaras dengan teori-teori entrepreneurship bahwa kreatifitas menjadi kunci keberhasilan. Kreatif dalam konteks entrepreneurship mencakup segala ide dan gagasan pembaruan untuk membaca peluang, memenej dengan cara baru, memasarkan dengan strategi baru, mengembangkan jaringan secara baru, dan seterusnya. Sementara sisi kemandirian hanya dipilih oleh 15% mahasiswa, kemandirian 15%, dan sisanya 8% memilih transparansi. Ketiga opsi terakhir mendapat porsi sedikit, menunjukkan bahwa watak kreatif dan inovatiflah yang menjadi kriteria menonjol dalam pemahaman mahasiswa.

Page 66: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

57

Gambar 5.Ayat Al-Qur’an yang menjadi dorongan entrepreneurship

Terkait dengan ayat yang menjadi inspirasi, mayoritas mahasiwa (80%) memilih ayat, yang artinya: “Allah tidak akan mengubah suatu kaum sampai mereka sendiri mengubah dirinya”. Ayat ini dinilai paling inspiratif sesuai pandangan mayoritas, ini menunjukkan pemahaman teologis mahasiswa lebih banyak mengacu pada sisi usaha dan kemampuan mengubah sesuatu. Mereka tidak mau terjebak pada teologi jabari, yang hanya menunggu nasib. Sementara itu 18% mahasiswa menyebut sumber inspirasi adalah pada ayat, yang artinya: “Tolong menolonglah kalian ke dalam kabaikan dan taqwa dan janganlah kalian tolong menolong ke dalam dosa dan permusuhan”. Sedangkan 2% memilih ayat, yang artinya: “Allah meninggikan derajat orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang berilmu”.

Page 67: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

58

Gambar 6.Alasan seorang muslim penting untuk menjadi entrepreneur

Berbeda dengan sub sebelumnya, item ini tidak ada pilihan jawaban yang mendominasi, yaitu mengenai alasan seorang muslim penting untuk menjadi entrepreneur. 42% beralasan bahwa menjadi entrepreneur berarti menjadi orang kuat, sedangkan seorang mukmin yang kuat lebih dicintai Allah dari pada mukmin yang lemah (iman, ekonomi, dll). Sementara itu 40% memilih jawaban penting menjadi entrepreneur karena mengamalkan hadis Nabi bahwa pekerjaan yang paling baik adalah dari hasil tangan (baca: upaya, karyanya) sendiri. 15% berargumen karena umat Islam adalah khaira ummah (umat terbaik) maka harus menjadi umat yang terbaik dalam segala hal, termasuk dalam segi ekonomi. Hanya 3% yang menjawab dengan alasan karena mengejar ketertinggalan dari Barat (non-muslim).

Page 68: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

59

Gambar 7.Langkah yang dipilih dalam kegiatan kewirausahaan

Mengenai langkah yang dipilih dalam kegiatan kewirausahaan, mayoritas mahasiswa (75%) menginginkan merintis usaha kecil-kecilan sambil berusaha mengembangkannya. 12% memilih bekerja/magang pada perusahaan atau unit usaha. 10% lainnya berharap dapat menjual gagasan/ide usaha untuk memanfaatkan pelbagai peluang usaha yang ada. Sisanya 3% bermaksud mencari modal dari pihak lain untuk memulai usaha. Dominannya pilihan pertama tampaknya dilandasi oleh pengetahuan dan pengalaman yang secara luas dikehendaki oleh mahasiswa. Dalam wawancara pendalaman, sebagaimana diuraikan pada bab IV, terlihat jelas banyak diantara mereka yang melakukan uji coba melalui bisnis kecil-kecilan sesuai dengan modal dan waktu yang mereka punyai di sela-sela kesibukan kuliah.

Page 69: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

60

Gambar 8.Teladan dalam berwirausaha

Terhadap poin berikutnya tentang teladan dalam berwirausaha, jawaban mayoritas (77%) memilih Rasulullah dan para sahabat. Tampaknya figur Rasulullah tetap menjadi pilihan anutan mereka hingga ke persoalan-persoalan kewirausahaan. Ini menandakan sikap normatif mereka yang sangat kuat untuk selalu berpegang pada prinsip-prinsip Islam. Sementara itu 18% memilih pengusaha muslim yang telah banyak berperan dalam perekonomian umat sebagai teladan, 5% memilih tokoh/komunitas luar (Cina, Jepang, lainnya) yang dikenal ulet berbisnis, dan 0% yang memilih tokoh nasional yang terbukti telah sukses. Dengan demikian jelas, mayoritas mahasiswa memilih Nabi Muhammad Saw sebagai figur yang paling tepat untuk menjadi teladan dalam wirausaha atau entrepreneurship secara luas.

Page 70: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

61

Gambar 9.Penyebab kegagalan berwirausaha

Mengenai pertanyaan penyebab kegagalan seseorang dalam berwirausaha: 47% menjawab karena tidak mematuhi prinsip dan logika ekonomi, 40% karena keteledoran/kecerobohan, 10% karena faktor nasib/takdir, dan 3% memilih jawaban karena kalah bersaing dengan pihak yang lebih besar. Dari jawaban ini terlihat jelas aspek rasionalitas mahasiswa, yaitu bahwa kegagalan dalam berbisnis lebih disebabkan karena faktor manusia itu sendiri, bukan karena faktor lainnya. Hal ini mencerminkan sikap mereka yang realistis dalam melihat aspek kegagalan, ataupun sebaliknya, kesuksesan. Faktor prinsip dan logika ekonomi lebih mereka kedepankan dari pada faktor nasib atau kalah bersaing dengan pihak lain. Namun demikian tetap ada yang menyebut karena faktor nasib dan kalah bersaing dengan orang lain, namun jumlahnya hanya sedikit.

Page 71: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

62

Gambar 10. Prioritas penggunaan hasil usaha

Mengenai prioritas penggunaan hasil usaha, jawaban mahasiswa beragam. Menariknya, yang memilih jawaban untuk menambah modal sebesar 33%, lebih sedikit dari yang memilih untuk meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah sebesar 40%. Ternyata pemikiran mahasiswa untuk meningkatkan ibadah lebih dominan daripada untuk memutar usaha. Poin ini menunjukkan pemahaman normatif yang tetap kuat di kalangan mereka. Bisa jadi mereka tidak memilih untuk memutar usaha karena beranggapan hal itu belum tentu akan semakin berkembang usahanya, lantas mereka memilih untuk meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah. Dengan kata lain, jika mereka mendapat penghasilan/keuntungan, mereka tidak mau dikesankan egois dan lupa pada Tuhan, sedangkan modal awalnya tetap digunakan untuk melanjutkan usahanya.

D. Bentuk Wirausaha dan Motivasi Entrepreneurship Dari paparan data di atas dapat dipahami kecenderungan

umum teologi entrepreneurship yang dianut mahasiswa.

Page 72: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

63

Sebelumnya perlu diketengahkan, dianatara mereka masih agak asing melihat tema penelitian ini: teologi entrepreneurship, dengan asumsi, bukankah entrepreneurship berkaitan dengan duniawi sementara teologi berkaitan dengan keyakinan aqidah yang bersifat ukhrawiyah. Inilah gejala yang peneliti jumpai disela penelitian, suatu hal yang sebelumnya tidak diduga. Peneliti menyadarinya belakangan, karena mahasiswa belum banyak memahami isu integrasi keilmuan, bahkan di kalangan dosen sendiri sampai sekarang masalah ini masih menjadi bahan diskusi dan seminar.

Jiwa entrepreneurship mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam (FSEI) terlihat mulai tumbuh, terutama bagi mahasiswa yang sudah mendapatkan matakuliah kewirausahaan atau praktikum entrepreneurship. Meskipun pengertian mereka seputar entrepreneurship itu sendiri tidaklah tunggal, ada satu pemahaman yang muncul bahwa bekerja secara mandiri atau berwirausaha menjadi keinginan banyak mahasiswa.

Pada bagian ini dideskripsikan bentuk-bentuk usaha dan pengalaman mahasiswa FSEI dalam melakukan kegiatan wirausaha atau usaha dalam konteks entrepreneurship secara luas.

1. Bekerja pada perusahaan/unit usahaAda sejumlah mahasiswa yang bekerja pada perusahaan

atau unit usaha. Memang itu tidak termasuk entrepreneurship, namun masih berkaitan sepanjang mereka yang bekerja di sana tidak bermaksud terus menerus berada di tempat itu. Mereka umumnya hanya ingin mencoba atau mencari pengalaman bekerja, sebelum nantinya berusaha secara mandiri.

Ikrar Maulana (mahasiswa EI angkatan 2012) bekerja di sebuah restoran yang cukup dikenal luas, Mc.D, berlokasi di Mataram Mall lt.1. Karena dia ingin mendapat penghasilan

Page 73: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

64

sendiri, maka bekerja merupakan pilihannya, dan diapun merasa bersyukur karena diterima bekerja pada perusahaan yang cukup luas dikenal publik. Menurut pengakuannya, ke depan dia ingin mandiri, tidak seperti sekarang, yang masih bekerja pada orang lain. Dia pun tidak ingin kuliahnya berantakan, karenanya dia atur waktu sedemikian rupa supaya tidak meninggalkan kuliah dan dapat bekerja. Pagi dia ke kampus sampai siang. Baru sore harinya pk. 18.00 sampai tengah malam, bahkan hingga pk. 01.00 dini hari dia gunakan untuk bekerja di Mc.D. Dia sebagai kasir di situ sehingga harus jujur dan tertib administrasi.6

Ikrar tertarik bekerja karena ingin belajar mandiri, supaya tidak terus bergantung pada orang tua. Keinginan untuk mandiri itulah yang mendorongnya secara kuat untuk punya penghasilan sendiri. Cara untuk itu yang paling mudah menurutnya adalah dengan bekerja. Kalau harus mendirikan usaha, bagaimana mungkin katanya, karena kondisi saat ini memang masih begitu. Karenanya dia memilih kerja dulu pada orang, sambil mempelajari seluk beluknya, dan akhirnya nanti dia berkeinginan untuk memiliki usaha secara mandiri dan mengembangkannya.7

Mahasiswa lainnya, Misniati (mahasiswa MUA angkatan 2010) memiliki pengalaman menarik. Selama kuliah dia telah banyak mencoba melakukan kegiatan usaha dan bekerja, terutama pada saat libur semesteran. Dia mengaku pernah bekerja di rumah tangga mengurus anak, pernah juga bekerja sebagai pelayan di toko Titian Hidayah, dan juga berjualan makanan ringan di pantai Kuranji. Namun kini dia memilih menekuni kerja dengan bergabung pada perusahaan Radio Gemini FM di Jl. Bung Karno Mataram. Awalnya dia mendengar ada lowongan di radio itu untuk menjadi penyiar,

6Ikrar Maulana, Wawancara, tanggal 29 Desember 2013. 7Ibid.

Page 74: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

65

dia pun lantas mencoba melamar bersama 71 orang lainnya. Setelah melalui seleksi, terpilihlah 4 orang, termasuk Misniati. Menurut pengakuannya dia tertarik bekerja di radio karena untuk menyalurkan hobinya, yaitu suka mendengarkan lagu dan bernyanyi (karaoke). Kini setiap sore pk. 16.00 hari Senin, Rabu dan Jum’at dan Minggu pk. 07.00 dia tayang di udara dalam acara “Infus” (informasi dan musik Sasak). Miza, demikian panggilannya di udara. Meskipun per jam honornya hanya Rp. 4.500,- dia menikmati profesinya. “Paling tidak ada masukan tiap bulannya, gak enak nganggur, sekalian untuk menyalurkan hobi”.8

Sementara itu Zaenul Wahyudi, mahasiswa EI asal Mataram ini, menjadi staf ticketing PT Bumi Angkasa beralamat di Jl. Ismail Marzuki, tidak jauh dari tempat tinggalnya. Dia bekerja di sini merasa enak karena dekat dengan rumahnya, selain itu juga dapat bekerja paruh waktu sehingga tidak mengganggu aktifitasnya di kampus. Ditanya lebih lanjut mengenai kerjanya ini apakah akan selamanya, dia menjawab tidak. Dia mengaku punya rencana usaha lain yang lebih bersifat mandiri dari pada sekedar kerja di unit usaha milik orang lain. Rencananya dia akan membuka bisnis jual-beli gula merah dari aren yang diambil dari koleganya di Desa Kekait Lombok Barat untuk dijual kembali di Mataram dan sekitarnya.9

Zaenul mengemukakan, meskipun dia bekerja di PT Bumi Angkasa, dia tidak seterusnya di situ. Dia ingin belajar bekerja, sebelum nantinya berkeinginan bisa menjadi seorang entrepreuner yang handal. Selain itu motivasinya adalah agar dia sendiri nantinya tidak menggantungkan diri berharap menjadi PNS, sebab kuotanya memang terbatas. Alasan lainnya karena menjadi PNS seringkali membuat orang tidak kreatif karena terkungkung oleh aturan dan sistem. Lain halnya

8Misniati, Wawancara, tanggal 21 Desember 2013.9Zaenul Wahyudi, Wawancara, tanggal 10 Desember 2013.

Page 75: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

66

dengan seorang entrepreuner sejati, dia yang menentukan dan membuat system, sehingga dapat lebih leluasa mengatur. Ke depan, dia berharap dapat membuka usaha/bisnis yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat Mataram dan sekitarnya.

2. Berjualan KelilingSebagian mahasiswa melakukan kegiatan wirausaha

dengan berjualan tidak di tempat khusus, tetapi dengan berkeliling. Hal ini dilakukan bagi mereka yang penting adalah lakunya barang atau jasa yang dijual, sehingga tidak mesti harus standby di tempat tertentu. Pengalaman ini banyak dijumpai pada sejumlah mahasiswa yang kesibukan di kampusnya tinggi, namun memiliki semangat tinggi pula untuk menjual barang.

Salah satu diantaranya Siti Sumaiyah. Mahasiswi jurusan AS angkatan 2010 ini mengaku, sejak SMP sudah mulai belajar berjualan bros dan sandal ketika di Jawa. Kebiasaan itu dilanjutkannya sampai dia kuliah di Mataram. Di tempat tinggalnya di Ampenan dia melayani komunitas sekitarnya dengan aneka jajan yang bisa dibuatnya. Selain itu dia juga menjual sepatu, jilbab, baju batik, kosmetik, kepada tetangga dan teman-temannya di kampus. Dia tidak memerlukan tempat khusus sebagai stand berjualan. Dia membawa beberapa contoh untuk ditunjukkan kepada calon pembeli, atau hanya menunjukkan gambarnya saja. Jika barang tersedia, pembeli bisa langsung melihatnya, atau jika tidak ada akan diambilkannya beberapa hari kemudian. Semua itu dijalaninya sambil kuliah dan tetap aktif di organisasi intra kampus, yaitu BEM Fakultas Syari’ah. Hingga kini bisnis tersebut tetap digelutinya, meskipun mengalami pasang surut, namun usaha

Page 76: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

67

dompet pulsa tetap jalan. Dia bisa melayani pembelian pulsa isi ulang untuk semua operator dengan harga standar.10

Mahasiswa lainnya, Eva Lestari mengaku berpengalaman berjualan keiling di sekitar rumahnya di kawasan Selagalas Mataram. Bersama ibunya di berjuakan berkeliling kampung dengan membawa aneka jajan dan makanan. Sekilas pengalamannya itu dia menuturkan demikian;

Pengalaman saya dalam melakukan kegiatan entrepreneurship adalah berjualan keliling di rumah. Waktu itu hanya bermodalkan sedikit…. Rp. 50.000,- dan Alhamdulillah sampai sekarang masih bertahan. Kalau dihitung-hitung pendapatan perharinya antara Rp. 125.000,- sampai Rp. 170.000 jika keadaannya ramai pembeli/pelanggan. Tapi jika sepi ya hanya sekitar Rp. 90.000,-. Selain berjualan keliling, di rumah saya juga menjual es batu dan bakso cilok. Saya ingin terus mengembangkannya hingga suatu saat nanti bisa membuka kios sendiri.11

Dari penuturan di atas terungkap bahwa meskipun dia sekarang hanya sekedar bisnis kecil-kecilan dengan berkeliling, dia memiliki motivasi untuk terus mengembangkannya sampai menjadi besar dan memiliki sarana bisnis yang memadai.

3. Bergabung dengan usaha orang lainBerbisnis bersama orang lain merupakan salah satu bentuk

usaha yang banyak digeluti mahasiswa. Mereka sengaja tidak “berani sendiri” karena mengaku dunia bisnis penuh tantangan, harus ada modal dan pengalaman. Bagi kelompok ini, dari pada memulainya sendiri yang penuh resiko, mereka bergabung dengan orang lain untuk memulai usaha.

10Siti Sumaiyah, Wawancara, tanggal 15 Desember 2013. 11Eva Lestari, Wawancara, tanggal 12 Nopember 2013.

Page 77: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

68

Sumantri, mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam angkatan 2010 asal Desa Santong Lombok Utara, mengaku telah lama suka berbisnis. Sejak lulus SMA tahun 2008 dia tidak langsung kuliah, melainkan mencoba-coba usaha dengan berjualan bensin dan membuat counter HP di rumahnya. Setelah masuk kuliah, mental bisnis itu tetap diasahnya. Sekarang dia bergabung dengan usaha foto copy milik bapak Suwardi, salah seorang yang telah dia kenal sebelumnya. Usaha yang dibuka adalah kios foto copy Premium. Dia dipercaya oleh pak Suwardi untuk mengelolanya usaha itu yang berlokasi di Jl. Pemuda. Usaha ini sukses, bahkan mengembangkan sayapnya dengan membuka kios di 2 lokasi, yaitu di Jl, Majapahit dan Jl. Swadaya.12

Menurut Sumantri, apa yang dilakukannya selama ini dengan bergabung dengan unit foto copy, adalah untuk mendapatkan ilmunya. Dia berargumen, sama di kampus kita berlajar teori pada dosen, di dunia usaha kita ingin mendapatkan ilmu terapannya. Hanya saja, kegiatan usaha memang menyita waktu dan agak mengganggu konsentrasi tugas di kampus, demikian menurut pengakuannya. Dia pun hingga kini belum mengajukan judul skripsinya. Namun dia menyadari hal itu, sehingga tetap berusaha menyelesaikan kuliah. Motivasi dan cita-citanya; “Usai kegiatan PKL nanti, saya berencana mengambil usaha unit foto copy yang di Jl. Kekalik itu sehingga tidak lagi tergantung pada pemilik, dan saya bisa mengaturnya secara mandiri”.13

Mahasiswa lainnya, L. Fathin Yusuf bergabung dengan Royal Lombok Tour and Travel, yang berkantor di Jl. Koperasi No. 175 Pejeruk Ampenan. Usaha ini belum lama berdiri, izinnya baru keluar tahun 2009. Pemilik usaha ini bernama L. Fa’il adalah pamannya sendiri. Tidak hanya melayani ticketing, usaha ini

12Sumantri, Wawancara, tanggal 24 Desember 2013.13Sumantri, Wawancara, tanggal 24 Desember 2013.

Page 78: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

69

juga bergerak pada paket-paket wisata untuk tujuan Lombok dan sekitarnya. Promosi yang pernah dilakukan Royal Lombok Tour and Travel telah sampai ke kota-kota besar di Indonesia. Namun demikian Fathin tidak sampai ke situ, dia lebih terfokus pada pelayanan tamu-tamu yang memanfaatkan jasa usaha ini dalam paket wisata. Tugas utama Fathin di usaha ini, sesuai yang tertera pada kartu nama yang diberikan ke peneliti adalah sebagai Tour Operation.

Ketika ditanya pengalamannya bergelut di usaha ini, Fathin menuturkan panjang lebar demikian;

Saya ikut terlibat sejak tahun 2010. Banyak pengalaman yang saya dapat, termasuk suka dukanya. Hotel-hotel di kawasan Senggigi hingga Gili Trawangan sudah banyak saya kenal karena seringnya saya menadampingi tamu. Apalagi bulan-bulan desember begini, padat sekali. Tahun 2012 lalu ada 10 group yang berlibur ke Lombok yang saya layani. Desember 2013 ini juga hampir sama. Tanggal 19 lalu saya bawa tamu rombongan dari kerajaan Selangor Malaysia sebanyak 14 orang. Mereka berada di Lombok selama 4 hari 3 malam. Segala keperluan mereka selama di Lombok kami yang ngurus; kita inapkan di Sheraton, keliling pulau ini hingga menyeberang pake speadboad ke Gili Trawangan. Mengenai pengahsilannya lumayan. Terkadang tamu budgetnya sedang, bisa kami sesuaikan. Tapi yang dari kerajaan Malaysia kemaren itu kita kasih harga tinggi, 3,5 juta per orang, tidak mereka tawar. Akhirnya, kami servis mereka secara maksimal. Mengenai jaringan travel agent, kami sudah connect dengan banyak travel hingga di Singapura dan Spanyol. Itu beberapa keberhasilan yang menyenangkan. Oh ya, pernah juga kami layani tamu tokoh/artis, Rano Karno, wakil gubernur Banten itu. Kalau dukanya….. ya banyak juga. Karena capeknya melayani tamu tahun baruan saya dan kawan-kawan tidak bisa kemana-mana, terkapar sampai pagi di rumah saja. Terus mengenai guide, kita juga kesulitan kalau ada tamu yang meminta guide yang bisa berbahasa Perancis atau Mandarin, karena guide yang menguasai dua bahasa itu hanya sedikit di Lombok.14

14L. Fathin Yusuf, Wawancara, tanggal 27 Desember 2013.

Page 79: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

70

Dengan pengalaman tersebut makin membuat L. Fathin serius menekuni langkahnya. Dia merasa banyak belajar mengenai tata kelola (manajemen) sebuah usaha travel agent, baik dari segi pengelolaan administrasi, rekruitmen staf, promosi, jaringan dengan sesama agent, dan juga jaringan dengan pihak ketiga (hotel, transport, souvenir, dll). Dengan memegang prinsip “melakukan kerja dengan hobi”, dia berusaha memupuk komitmennya untuk tetap kuliah sambil bekerja sekaligus mengenal secara langsung praktek entrepreneurship di dunia luar kampus.

4. Mempromosikan barang/jasa milik perusahaan lainMarketing merupakan bentuk praktek kewirausahaan yang

dilakoni sejumlah mahasiswa. Meskipun demikian, tidak semua mahasiswa menyukai marketing, beberapa diantaranya bahkan menghindar jika ditawari menjadi marketing. Sebenarnya marketing sama dengan “dakwah”, dalam pengertian mengajak orang lain untuk menyukai dan membeli produk yang kita jual. Dengan segala teknik untuk mempromosikan, mahasiswa yang bergelut di dunia ini benar-benar sebagai juru bicara yang fasih.

Diantara mahasiswa yang bergerak di dunia marketing adalah L. Mat’ul Arifin (mahasiswa AS angkatan 2010). Dia gemar membantu orang mempromosikan barang/jasa kolega atau orang lain yang memberinya kepercayaan. Dalam salah satu pengakuannya, dia menuliskan pengalamannya demikian; “Saya berbisnis laptop second, saya hanya bermodal kepercayaan dari seorang teman yang ahli dalam bidang laptop. Saya dipercaya sebagai marketingnya”.15

Nurfitri Hidayanti, mahasiswi jurusan EI, pernah aktif mempromosikan rumah siap huni dari perusahaan property.

15L. Ma’tul Arifin, Wawancara, tanggal 26 Desember 2013.

Page 80: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

71

Bisnis perumahan lagi marak-maraknya di kota Mataram, sehingga setiap ada pengembang yang membangun komplek atau sejumlah unit langsung diserbu pembeli. Fitri menjadi marketing salah satu perusahaan ini, dengan cara menyebar brosur dan mengirim SMS ke siapa saja yang dikenalnya, termasuk para dosen. Dia terjun menjadi marketing perumahan selama beberapa bulan lamanya, dengan maksud mencari pengalaman. Belakangan dia beralih bekerja di unit usaha laundry di Kekalik. Bisnis ini dijalankannya sambil menyelesaikan skripsinya.16

5. Menjadi anggota Multi Level MarketingPenjualan barang melalui sistem muti level marketing

(MLM) berkembang pesat di tanah air khususnya dalam satu dasawarsa terakhir. Aneka jenis barang dipromosikan melalui cara ini. Barang yang ditawarkan melalui sistem ini biasanya tidak ada atau jarang ada di toko. Sistemnya mengharuskan anggota tidak hanya menjual barang, tapi membangun sistem jaringan pemasaran. Obat dan barang-barang kesehatan pernah laku keras dengan sistem ini. “Demam MLM” menjalar ke sana kemari, tidak hanya orang tua, laki dan perempuan, tetapi juga menggaet minat kaum muda dan mahasiswa.

L. Mat’ul Arifin mencoba berbisnis dengan sistem multi level marketing ini. Karena banyak peluang bergabung dengan bisnis model ini, dia memilih system MLM milik tokoh Islam (dai) terkenal, Yusuf Mansur. Dia mengemukakan:

Beberapa mahasiswa lainnya bergabung dengan perlengkapan kesehatan, misalnya propolis. Peneliti pernah menjumpai sekelompok mahasiswa berkumpul di kampus, mereka sedang asyik membicarakan sistem penjualan yang dimenej oleh PT. Milenea Nature Indonesia ini. Untuk menjadi

16Nurfitri Hidayanti, Wawancara, tanggal 12 Juli 2013.

Page 81: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

72

anggota, seseorang harus membeli satu paket produk, dengan mendapat discount harga. Mereka membidik jaringan pasar ke sesama mahasiswa, keluarga dekatnya, dan kenalan lainnya. Mereka yang sudah bergabung di sini membuat pertemuan-pertemuan rutin di sejumlah tempat. Sedangkan mereka yang sudah memiliki sekian banyak anggota juga membuat meeting sendiri. Peneliti pernah menjumpai group ini, mereka berpakaian rapi berjas hitam lengkap dengan dasinya, saat itu sedang meeting di KFC Airlangga Mataram.

6. Memelihara Ternak dan MenjualnyaBeternak juga menjadi salah satu bentuk pilihan kegiatan

kewirausahaan mahasiswa. Rabiatun Hadawiyah adalah salah satu contohnya, yang pengalamannya diungkapkan demikian;

Tepat pada bulan November saya melakukan kegiatan wirausaha. Waktu itu saya membeli ayam Blereng seharga Rp. 325.000,- yang berjumlah 8 ekor, umurnya sekitar 2 bulanan. Setiap pagi, siang, dan sore saya memberinya makan. Saya menyukainya karena ingin nanti terjual dan memperoleh untung. Tapi sayangnya ketika hendak dijual tiba-tiba ayam-ayam itu mati, hampir satu kampung ternak-ternak banyak yang mati. Saya juga heran, mungkin kena virus yang mematikan. Tapi saya tidak putus asa. Saya ganti pelihara ayam broiler (ayam potong). Saya coba pelihara 8 ekor. Sebagai uji coba. Saya berusaha memberinya makan cukup sehingga keluar banyak uang untuk beli bahan-pakannya. Karena ayam ini cepat gemuk dan banyak orang butuh, cepat laku. Akhirnya saya jual, dan setelah dihitung ada lah pengahasilannya. Itu pengalaman saya.17

Rabiatun tidak sendiri. Banyak mahasiswa lain yang mencoba dan belajar beternak. Menurut Sekretaris Jurusan AS, ada mahasiswa yang pernah diberinya modal untuk usaha ternak bebek. Untuk beberapa bulan lamanya peternak bebek

17Rabiatun Hadawiyah, Wawancara, tanggal 4 Desember 2013.

Page 82: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

73

memeliharanya, setelah mulai bertelur dia tinggal memanennya, dan itu bisa untuk mengembalikan modal awal.18

Mengenai motivasi melakukan wirausaha, Rabiatun mengemukakan ada dua faktor; “Pertama, saya ingin mempraktekkan teori yang didapatkan di bangku kuliah dan di beberapa seminar entrepreneurship yang pernah saya ikuti. Dan kedua, karena ingin punya penghasilan sendiri”.19

Pernyataan tersebut mempertegas apa yang dikemukakan mahasiswa lain sebelumnya. Mereka terdorong karena mendapatkan suntikan untuk mulai mencoba melakukan aktifitas entrepreneurship, di samping ingin memperoleh hasil dari keringatnya sendiri.

7. Kulakan Barang dan Menjualnya Sesuai PermintaanBentuk usaha lainnya, ada mahasiswa yang melakukan jual

beli barang tertentu sesuai kebutuhan yang ada di sekitarnya. Mereka kulakan barang dagangan di pasar Cakra, Sweta atau Bertais, untuk kemudian dijual kembali kepada warga sekitar di kampungnya. Barang-barang yang dijual belikan itu berupa pakaian, permainan anak, dan perlengkapan lainnya.

Salah seorang mahasiswa yang melakukan jenis usaha ini adalah Ulmayana, berasal dari Ds. Kidang Praya Timur Lombok Tengah. Pengalamannya dituturkan demikian:

Pengalaman saya dalam berusaha yaitu menjual benang sesekan (songket). Warga dusun tempat saya tinggal banyak memiliki usaha sesekan, mereka banyak membutuhkan benang. Saya berinisiatif membelinya di Mataram untuk saya jual kembali ke mereka yang membutuhkan. Kalau sudah jalan enak…. mereka yang meminta saya untuk menyediakan benang tersebut. Selama ini saya membeli kalau gak di Cakra ya di Praya, ada orang Arab yang jual benang di situ. Selusin

18Ahmad Muhasim, Wawancara, tanggal 10 Mei 2013. 19Rabiatun Hadawiyah, Wawancara, tanggal 4 Desember 2013.

Page 83: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

74

harganya sekitar Rp. 12.500,-. Satu kotaknya 12 lusin. Di kampung saya jual tidak mahal-mahal…. Rp. 14.000,- . Adapun motivasi saya adalah untuk mendapatkan keuntungan dan bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dan juga untuk membantu orang tua mencari uang.20

Sementara itu ada seorang mahasiswi yang mengaku memiliki toko konveksi di dekat rumahnya di Pancordao. Dia juga kulakan barang dagangan seperti baju anak dan semacamnya untuk kemudian dijual di toko milik orang tuanya itu. Pola bisnis semacam ini tampaknya banyak dilakukan mahasiswa.

8. Jual Beli Hasil Pertanian/PerkebunanJual beli hasil pertanian dan perkebunan juga merupakan

salah satu usaha yang digeluti mahasiswa. Ada seorang mahasiswa asal Lombok Utara, bersama orang tuanya, dia menjalani jual beli kopi dan coklat/kakau. Di kampungnya biasa orang menjual tanaman hasil perkebunan kepada seorang tokoh. Sang tokoh masyarakat membelinya untuk kemudian menjual kembali kepada pedagang besar dari Mataram atau dari luar Lombok. L. Hendra Wiraksa melakoni bisnis tersebut didorong oleh keinginan mengembangkan tradisi wirausaha yang dirintis orang tuanya. Katanya: “Dengan kuliah di Ekonomi Islam semakin menambah semangat saya untuk berwirausaha”.21 Dengan bisnis semacam ini dia bisa mempekerjakan orang lain, misalnya sebagai tukang angkut barang, tukang timbang, dan bagian transportasi. Ada kesan kuat, Hendra memiliki motivasi tinggi untuk membangun ekonomi masyarakat sekitarnya dengan bergerak di bidang produksi dan pemasaran hasil-hasil perkebunan.

20Ulmayana, Wawancara, tanggal 6 Desember 2013.21L. Hendra Wiraksa, Wawancara, tanggal 10 Desember 2013.

Page 84: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

75

Selain perkebunan, ada juga usaha jual beli hasil pertanian. Seorang mahasiswa asal Lombok Tengah mengaku menjadi juragan padi: membeli di tetangga dan keluarga untuk kemudian menjualnya hingga ke Denpasar.

9. Memproduksi barang dan MenjualnyaSelain bentuk-bentuk yang tertuang di atas, ada sejumlah

mahasiswa yang menekuni produksi barang. Intensitasnya tidak sama antar satu dengan yang lainnya. Sebagian hanya mencoba berkreasi, sementara sebagian lagi memang sudah menjadi kebiasaannya.

Beni Yogi Setiawan mencoba memproduksi kripik singkong. Awalnya dia tertarik karena makanan sejenis kripik diminati banyak konsumen. Terbersit olehnya untuk mengembangkan jenis baru. Dengan memanfaatkan potensi lokal warga desa Sesela yang memiliki singkong, dia bereksplorasi. Singkong tersebut tidak dibuat lazimnya kripik, tetapi berbentuk stik. Dia memberi nama produknya itu “Tortila”. Produksinya dikerjakan oleh seorang ibu dari Sesela, desain bungkus dan labelnya Beni yang menyediakan. Untuk pemasaran dia jual ke warung-warung sekitar kampus IAIN dan IKIP.

Tentang motivasi melakukan itu semua, Beni menjawab ingin mengawali menjadi entrepreuner sejak mahasiswa. Prinsip yang dia pegang, setiap usaha yang dicoba pasti ada pengalaman yang berarti, meskipun belum menghasilkan keuntungan ekonomi. Di samping itu, baginya, menjadi entrepreuner tidak butuh banyak persyaratan, hanya butuh kesungguhan dan keberanian memulainya.22

Mirip dengan Beni, Sumiati Usman juga membikin kripik bersama teman-teman kelasnya. Mahasiswa EI asal Bebidas

22Beni Yogi Setiawan, Wawancara, tanggal 18 Desember 2013.

Page 85: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Pegesangan Mataram ini termotivasi karena ingin menjadi wirausahawan dari hal yang kecil. Disamping memproduksi makanan ringan, dia juga bisnis pulsa dan menjual jilbab. Satu obsesinya adalah membuat usaha dan bisa menciptakan lapangan kerja.23

Mahasiswa lainnya yang aktif memproduksi barang adalah Ulul Azmi. Rumahnya di Sekarbela Mataram, yang terkenal dengan mutiara itu. Dia pun ternyata juga sebagai pengrajin emas dan mutiara. Dia terdidik karena di lingkungannya memang banyak orang menekuni profesi itu. Hanya saja, dia tidak memproduksi dalam jumlah banyak karena memang modal dan waktu yang belum mendukung. Jika ada pesanan dia bisa membuatkannya. Namun jika permintaan banyak, atau ada permintaan tetapi modelnya dia belum begitu bisa, dia mengambil ke koleganya.

23Sumiati Usman, Wawancara, tanggal 29 Desember 2013.

Page 86: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

77

BAB IV

PEMAHAMAN TEOLOGIs MAHAsIWA DAN sTRATEGI

PENGEMBANGAN ENTREPRENEURsHIP

Bab ini menganalisis data-data yang telah tersaji pada bab sebelumnya. Ada dua hal mendasar yang menjadi fokus, yaitu tentang pola pemahaman teologis mahasiswa seputar entrepreneurship dan model pengembangan entrepreneurship mahasiswa. Keduanya penting diungkap sebagai bagian dari temuan penting penelitian ini. Setidaknya, dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk dapat dijadikan bahan penelaahan seputar kewirausahaan mahasiswa. Selengkapnya analisis kedua hal tersebut diuraikan pada dua sub berikut.

A. Tipologi Pandangan Teologi Entrepreneurship Dari paparan data sebagaimana tertuang di Bab III sub C dapat

dipahami kecenderungan umum teologi entrepreneurship yang dianut mahasiswa. Sebelumnya perlu diketengahkan, dianatara mereka masih agak asing melihat tema penelitian ini: teologi entrepreneurship, dengan asumsi, bukankah entrepreneurship berkaitan dengan duniawi sementara teologi berkaitan dengan keyakinan aqidah yang bersifat ukhrawiyah. Inilah gejala yang

Page 87: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

78

peneliti jumpai disela penelitian, suatu hal yang sebelumnya tidak diduga. Peneliti menyadarinya belakangan, karena mahasiswa belum banyak memahami isu integrasi keilmuan, bahkan di kalangan dosen sendiri sampai sekarang masalah ini masih menjadi bahan diskusi dan seminar.

Pendekatan integratif keilmuan menyadari koneksi antar disiplin. Teologi tidak dipahami berdiri sendiri, sementara ekonomi, politik, ataupun lainnya berdiri sendiri juga dengan tidak ada interkoneksi. Pola demikian sebenarnya adalah bangunan pemikiran klasik, yang jika dipertahkan tidak akan membuat keilmuan Islam berkembang. Sebagai contoh, akibat teologi berdiri sendiri, banyak orang alim namun perilakunya menyimpang, sebagaimana gejala makin banyaknya kaum muslimin menunaikan ibadah haji namun pada saat yang sama semakin marak pula gejala korupsi. Ini merupakan akibat dari keterputusan sisi normatif agama dan praksis kehidupan keberagamaan. Dalam konteks misi studi ini, entrepreneurship dicoba digali dengan mengaitkannya dengan dimensi teologis.

Dari data seputar pemahaman dasar mahasiswa tentang entrepreneurship, diketahui ragam pandangan yang muncul, masing-masing mencerinkan pola teologis yang berbeda. Sebagaimana diketahui, dalam wacana teologi Islam terdapat setidaknya empat paradigma teologi, yakni teologi (1) tradisionalis, (2) modernis, (3) skriptualis, dan (4) transformatif.1 Pemilahan ini dipakai untuk menjelaskan ciri umum dan kecenderungan padangan teologis mahasiswa seputar

1Bandingkan Mansour Faqih, “Teologi Kaum Tertindas” dalam Th. Sumartana, et.al. (eds), Spiritualitas Baru: Agama dan Aspirasi Rakyat (Yogyakarta: Institut Dian/Interfidei, 1994), 203-42; R. William Liddle, “Skripturalisme Media Dakwah: Sebuah Bentuk Pemikiran dan Aksi Politik Islam di Indonesia Orde Baru,” dalam Mark R. Woodward (ed.), Jalan Baru Islam: Memetakan Paradigma Mutakhir Islam Indonesia, terj. Ihsan Ali-Fauzi (Bandung: Mizan, 1998), 288-295.

Page 88: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

79

entrepreneurship. Diakui memang ada penyebutan lain untuk menjelaskan ragam dan tipologi pemikiran teologis, akan tetapi pembagian menjadi empat pola sebagaimana disebut dirasa cukup memadai untuk menjelaskan trend pemahaman mahasiswa tentang teologi entrepreneurship. Dengan menggunakan kerangka pikir tersebut, peneliti mencoba menganalisis ragam pandangan mahasiswa dan kecenderungan dominan yang menguasai pola pemikiran mereka.

Pertama, teologi tradisional, yang bertumpu pada logika teologis kaum Ash‘ariyah. Ciri umumnya, teologi ini berpedoman kuat pada nas dan ortodoksi. Dalam persoalan kebebasan manusia, misalnya, teori kasb al-Asy‘ari yang dimaksudkan sebagai sintesis qadariyah-jabariyah memunculkan kritik tajam. Ada yang menganggap solusi al-Asy‘ari tidak memiliki arti dan moderasi itu tidak pernah terwujud, karena teori kasb berakhir pada simpulan bahwa “manusia dipaksa dengan kasbnya itu”.2 Dengan mendasarkan data sebagaimana dipaparkan pada sub sebelumnya diketahui bahwa sebagian mahasiswa ada yang memiliki pola pemahaman semacam ini. Artinya, dalam banyak hal manusia serba terbatas, dan kekuasaan Allahlah yang menentukan. Ini tercermin dari responden yang menyebut jiwa entrepreneurship merupakan takdir Tuhan (7%).

Kalau saja pemikiran tersebut yang berkembang tentunya kita akan tidak bersemangat mengembangkan program entrepreneurship secara luas karena dari awal sudah terjebak pada takdir. Untung saja mahasiswa yang memiliki pandangan seperti itu tidak banyak. Masih dalam lingkup tipe ini, dalam hal kegagalan entrepreneurship, ada mahasiswa yang berpandangan hal itu terjadi bukan karena keteledoran atau

2Harry Austryn Wolfson, The Philosophy of the Kalam (Cambridge: Harvard University Press, 1976), 691.

Page 89: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

80

tidak memenuhi logika ekonomi, tetapi lebih karena faktor takdir juga (10%).

Pada intinya teologi entrepreneurship yang bercorak radisional ini lebih mengedepankan nasib dan faktor keberuntungan dari pada usaha serius menuju perubahan yang lebih menghasilkan. Memang keberuntungan terkadang mengundi nasib seseorang, tetapi tidak untuk dipahami sebagai sebuah paradigma pemikiran. Tipologi pandangan semacam ini dapat membuat dunia entrepreneurship tidak berkembang karena orang hanya terpaku menunggu kapan nasib baik datang. Sementara perubahan cepat di tengah kehidupan mendorong pencermatan langkah dan strategi yang lebih rasional.

Kedua, teologi modern, yang bertumpu pada kekuatan rasionalitas dengan slogan membangkitkan kemerdekaan manusia untuk menentukan nasibnya. Teologi ini muncul di era kebangkitan umat Islam, khususnya ketika negeri-negeri muslim mengalami penjajahan dari orang-orang Eropa. Dengan semangat menggali usaha dan berjuang menentukan nasibnya sendiri, para pembaharu menyuarakan kebebasan berpikir dan bertindak dengan maksud untuk mendorong lebih kuat lagi daya gerak umat yang tengah mengalami keterpurukan. Tokoh semisal Al-Afghani dan Muhammad Abduh dianggap sebagai corong kaum modernis.

Corak teologi entrepreneurship beraliran modernisme ini cukup mendominasi pemikiran mahasiswa. Mereka yang menyebut jiwa entrepreneurship bersal dari hasil usaha manusia mencapai 40%. Lebih jauh, rujukan ayat Al-Qur’an yang menjadikan motivasi entrepreneurship menurut mereka bersumber dari ayat yang sering dipakai argumen kaum Qadariyah dan Mu’tazilah, ternyata mencapai 80%. Ayat yang dimaksud adalah;

Page 90: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

81

وا ما بأنفسهم وإذا أراد ما بقوم حتى يغري ل يغري إن الل

الل بقوم سوءا فل مرد له وما لم من دونه من وال )11(

Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Qs. al-Ra‘d/13: 11).3

Berbeda dengan tradisionalisme sebelumnya yang memandang usaha manusia hanya kecil adanya, aliran modernisme memandang peran manusia jauh lebih besar. Teologi modernisme tetap percaya pada kekuasaan mutlak Allah atas segala sesuatu, namun mereka menekankan juga sisi usaha atau ikhtiar. Ikhtiar yaitu berusaha dengan sungguh-sungguh, karena Allah telah memberikan akal dan fikiran, untuk menimbang, memilih mana yang baik mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah, mana yang strategis dan mana yang kurang strategis kalau dikaitkan dengan suatu usaha. Mereka berargumen, orang bodoh bisa menjadi pandai jika dia mau belajar, dan orang miskin bisa menjadi kaya apabila mereka mau bekerja dengan sungguh-sungguh. Apabila ada kegagalan dalam usaha entrepreneurship, maka itu lebih karena keteledoran (40%) dan tidak mematuhi prinsip dan logika ekonomi (47%). Hal ini jelas menunjukkan kecenderungan umum pemikiran entrepreneurship mahasiswa bercorak rasional.

Ketiga, teologi skriptualis, yang bermaksud memurnikan paham teologi dari percampuran unsur-unsur khurafat, dengan konsep utama pembagian tauhid ke dalam tiga aspek: rububiyyah, uluhiyyah, dan asma’ wa al-sifat. Karakter teologi ini adalah semangat untuk memurnikan ajaran dan keyakinan

3Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 370.

Page 91: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

82

Islam dari percampurannya dengan keyakinan dan tradisi lokal, untuk kemudian dikembalikan pada keyakinan generasi awal sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan para sahabat. Dalam konteks penelitian ini ada kecenderungan kuat mayoritas mahasiswa dalam aspek tokoh dan keteladanan mengacu pada trend ini, yang mana tokoh yang dianggap layak diteladani dalam kegiatan entrepreneurship adalah Rasulullah Saw dan para sahabat (77%), mengalahkan pengusaha muslim yang mampu berperan dalam perenomian umat (18%), dan tokoh komunitas luar seperti Cina atau Jepang atau lainnya (5%).

Namun tidaklah pasti setiap pemikiran yang mengacu pada sumber klasik Islam selalu beraliran skriptualisme, yang terkadang mengarah pada fundamentalisme. Terkadang juga kaum tradisionalisme juga suka mengacu pada tradisi klasik Islam, semata karena berpegangan pada prinsip ortodoksi. Dalam hubungan ini menurut peneliti, mayoritas mahasiswa memilih keteladan Rasulullah Saw dan sahabat, bukan tokoh lain, dalam berwirausaha, lebih menunjukkan dominannya kekuatan doktriner yang mereka yakini selama ini. Dengan kata lain, dalam masalah entrepreneurship pun konstruksi berpikir mahasiswa, sisi normatifitasnya lebih menonjol daripada sisi historitas. Kebanyakan mereka terasa enggan ”mengalahkan” figur Rasulullah dan para Sabahat dengan pengusaha muslim yang sukses, apalagi hanya sekedar tokoh dari komunitas luar tradisi Islam.

Keempat, teologi transformatif yang berpangkal pada upaya pembumian teologi, yaitu teogi yang mempunyai visi kemanusiaan. Ciri teologi ini adalah kontekstualisasinya yang begitu kuat dan juga fungsinya dalam mengaktualkan kepercayaan menjadi gerakan nyata yang mampu mengubah kondisi masyarakat. Tokoh aliran ini antara lain Hasan

Page 92: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

83

Hanafi, yang menawarkan rekontruksi teologi Islam ke arah antroposentrisme. Menurutnya, sejarah Islam tentang teologi kenyataannya telah jauh menyimpang dari misinya yang paling awal dan mendasar yaitu liberasi atau emansipasi umat manusia, padahal semangat misi yang harus diemban adalah perubahan secara liberal, progresif, dan emansipatif.

Dalam konteks studi ini pembumian pemikiran dan gerakan entrepreneurship yang dipahami mahasiswa sudah terlihat benih-benihnya. Hal ini mengindikasikan bahwa mereka menghendaki pembumian entrepreneurship melalui praktek nyata di lapangan. Tidak banyak diantara mereka yang berencana memilih kerja pada perusahaan atau unit usaha (12%), sebaliknya kebanyakan mereka lebih memilih membuka usaha kecil-kecilan sambil mengembangkannya (77%). Dengan konsep ini mereka membayangkan usaha konkret sambil mengembangkannya secara perlahan. Umumnya mereka tidak memiliki idealisme dan bermimpi tinggi menjadi pengusaha besar, mereka lebih suka berangkat dari yang kecil-kecil dulu. Boleh dikatakan corak teologinya praksis, bukan idealis.

B. Strategi Pengembangan Entrepreneurship MahasiswaDari data pada Bab III sub D terdahulu terlihat jelas upaya

wirausaha yang dilakukan mahasiswa. Memang tidak semuanya murni wirausaha, ada juga yang kerja seperti biasa. Kenyataan ini menunjukkan bahwa dunia kerja sangatlah dibutuhkan mahasiswa sejak sebelum mereka lulus kuliah. Fakta juga menunjukkan tidak imbangnya lapangan kerja dibandingkan dengan jumlah pencari kerja. Jujur dikatakan, negari kita telah menumpuk stok pengangguran yang jumlahnya tiap hari semakin membengkak. Ini jelas terlihat dari jumlah pendaftar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang sangat membludak tiap tahunnya.

Page 93: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

84

Untuk mengatasi hal tersebut, maka langkah-langkah dini dan kongkrit sudah harus mulai diperhitungkan oleh semua pihak termasuk Lembaga Pendidikan Tinggi. Lembaga pendidikan mempunyai peran dan tanggungjawab yang besar dalam mencarikan solusi untuk mengatasi kondisi tersebut. Dengan ikut memikul tanggungjawab dan mencarikan solusi terhadap masalah minimnya lapangan kerja ini diharapkan akan dapat merubah citra Lembaga Pendidikan Tinggi yang selama ini dianggap sebagai salah satu penyumbang pengangguran terbesar di Indonesia.

Entrepreneurship atau berwirausaha dalam pengertian luas merupakan salah satu alternatif solusi tepat untuk mengatasi hal tersebut. Lembaga-lembaga Pendidikan Tinggi mempunyai peran untuk mencetak mahasiswanya menjadi wiraswasta-wiraswastawan baru yang kompeten dibidangnya sehingga mampu menghasilkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia yang memiliki pengetahuan tinggi, percaya diri dan berjiwa wirausaha. Wirausahawan harus memiliki potensi kemampuan, semangat, keinginan yang komprehensif dan motivasi yang tinggi untuk maju dan berkembang dalam kondisi apapun. Akan tetapi hasil analisis data yang dipublis Dirjen Dikti Depdiknas RI pada banyak kesempatan menunjukkan, bahwa semakin tingginya tingkat pendidikan di Indonesia ternyata tidak secara linier berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan dan ekonomi. Lebih jauh dari itu, ternyata semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang di Indonesia, semakin rendah tingkat kemandirian dan jiwa kewirausahaannya.

Hal tersebut tidak bisa dipungkiri, karena sebagian besar lulusan Perguruan Tinggi masih berorientasi sebagai pencari kerja (job seeker) daripada sebagai pencipta kerja (job creator). Hal ini terjadi karena sistem pembelajaran di berbagai

Page 94: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

85

perguruan tinggi masih terfokus pada bagaimana menyiapkan para mahasiswa yang cepat lulus dan mendapatkan pekerjaan, bukannya lulusan yang siap menciptakan pekerjaan. Setelah dicermati, harus diakui ternyata proses pendidikan di perguruan tinggi kurang menyentuh persoalan-persoalan nyata di dalam masyakarat. Perguruan tinggi belum bisa menghasilkan lulusan yang mampu berkreasi di dalam keterbatasan dan berdaya juang di dalam tekanan.

Berikut ini disampaikan pokok-pokok pemikiran mengenai strategi yang dapat diusahan untuk mengembangan entrepreneurship di kampus. Yang jelas semua komponen civitas akademika dan juga stakeholder dituntut dapat memerankan sesuai kapasitas masing-masing. Upaya dan strategi yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut.

Pertama, Peningkatan SDM Dosen. SDM merupakan faktor kunci dalam mendesain perubahan. Setidaknya kampus harus mempersiapkan SDM dosen yang mampu memberikan paradigma baru tentang pentingnya kewirausahaan, mampu merubah mindset mahasiswa menjadi seorang yang berjiwa entrepreneurship, dan mampu memberikan contoh karya nyata kewirausahaan (barang/jasa) dan menyuguhkan succes story. Dengan demikian tidak hanya sekedar dosen entrepreneurship saja yang dipersiapkan. Khususnya di Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam IAIN Mataram telah ada beberapa dosen yang mampu menunjukkan contoh nyata dirinya bagi mahasiswa dan komunitas kampus. Ke depan perlu diperbanyak dosen-dosen semacam itu, termasuk yang didatangkan dari luar kampus, baik dari kalangan pengusaha maupun pelaku bisnis lainnya.

Kedua, Peningkatan Iklim Entrepreneurship. Suasana akademik penting, tetapi suasana sebagai entrepreneurship juga tidak kalah pentingnya. Sulit kiranya

Page 95: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

86

mengubah mindset mahasiswa menjadi seorang yang berjiwa entrepreneurship jika lingkungan dan suasana kampus tidak mendukung. Hal-hal yang bisa dilakukan banyak, misalnya mendatangkan tokoh yang sukses berwirausaha lewat studium general, kuliah tamu, maupun seminar. Dalam skala yang lebih kecil, kelompok-kelompok mahasiwa dapat berdiskusi menelaah kesuksesan usaha yang ada di seputarnya. Lomba-lomba kreasi usaha juga perlu ditampilkan. Demikian juga pamflet yang mendukung perlu diperbanyak. Semuanya itu akan dapat memeriahkan dan menggairahkan iklim entrepreneurship di kampus.

Ketiga, Membentuk Carier/Entrepreneurship Center. Untuk memperkuat iklim kampus, harus ada unit khusus yang bergerak di bidang ini. Unit itu bertugas menggagas, memelopori, dan melaksanakan pembinaan karir dan kewirausahaan mahasiswa. Ia berfungsi semacam inkubator sehingga jika mahasiswa selesai kuliah entrepreneurship langsung dimasukkan dalam program Carier/Entrepreneurship Center. Lembaga inilah yang akan memetakan potensi mahasiswa, menelaahnya, dan memberikan alternative bentuk karir dan kewirausahaan yang dapat digeluti mahasiswa. Patut dicontoh beberapa perguruan tinggi yang telah eksis mengelola berbagai kegiatan dibidang kewirusahaan mahasiswa seperti Entrepreneur College di UI, Center for Innovation, Entrepreneurship, and Leadership ITB, Community Business and Entrepreneurship Development (CDED) di STMB Telkom, BSI Entrepreneurship Center (BEC-BSI) di Bina Sarana Informatika, Community Entrepreneur Program (CEP) UGM, Center for Entrepreneurship, Change, and Third Sector (CECT) di Universitas Tri Sakti, Binus Entrepreneurship Center (BEC) di Binus, dan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa perguruan tinggi-perguruan tinggi diatas memahami betul tentang pentingnya entrepreneurship sebagai solusi cerdas mahasiswanya menjadi seorang entrepreneur muda. Jika

Page 96: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

87

kampus-kampus besar dan ternama saja memandang penting eksistensi lembaga semacam itu, apalagi bagi kampus Perguruan Tinggi Agama Islam yang masih taraf berkembang.

Keempat, Kerjama dengan Dunia Usaha. Kampus tidak dapat melahirkan entrepreneur sendiri, ia harus bekerjasama dengan dunia usaha semacam UKM atau pihak lain yang mendukung praktek mahasiswa di lapangan. Hal ini penting dilakukan oleh perguruan tinggi dalam rangka tiga tujuan sekaligus : (1) meningkatkan kualitas SDM dosen dan mahasiswa, (2) membuka peluang magang usaha bagi dosen dan mahasiswa, (3) membuka peluang kerjasama usaha khususnya untuk mahasiswa dan alumni. Dengan program kerjasama ini diharapkan mahasiswa terutama dapat menganalisa dan mengamati bentuk usaha nyata sehingga mempunyai gambaran ketika kelak berwirausaha. Magang kewirausahaan di dunia usaha tidak terbatas pada aspek produksi barang semata, sebab sektor jasa juga kian menarik.

Contohnya, Universitas Trunojoyo pernah melakukan program magang mahasiswa. Dalam Program Magang Kewirausahaan (MKU) ini beberapa orang mahasiswa Program Studi Sastra Inggris dan Manajemen, telah dimagangkan selama 3 bulan pada Lembaga Pendidikan Berkurikulum Standard Internasional I-Tutor Bangkalan untuk mempelajari keterampilan teknik dasar mengajar dengan menggunakan multimedia dan mempelajari menejemen usaha lembaga tersebut sehingga dapat memberikan inspirasi baru kepada peserta magang untuk berwirausaha. Hasil yang dicapai ternyata riil; (1) mahasiswa peserta magang mampu membuat rencana bisnis kursus/lembaga pendidikan berbasiskan bahasa Inggris dan multimedia yang dilengkapi dengan analisis kelayakannya, (2) mampu menguasai teknik pengajaran bahasa Inggris yang bervariasi, serta manajemen pengembangan usaha dari bekal kompetensi yang mereka kuasai di dalam kuliah, (3)

Page 97: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

88

mahasiswa peserta magang dapat mengestimasi peluang pasar, cara promosi, rekruitmen tenaga pengajar yang berkualitas, problem solving dalam menghadapi persaingan usaha.

Kelima, Program Wirausaha Mandiri. Untuk memaksimalkan langkah dan strategi pengembangan, kampus atau pihak lain dapat memelopori program wirausaha mandiri khusus untuk kalangan mahasiswa. Perguruan Tinggi Agama Islam melalui anggaran Kementerian Agama RI dalam beberapa tahun terakhir merintis program semacam ini, namun hasilnya masih belum maksimal. Sebenarnya hal itu dapat ditingkatkan dengan bekerjasama dengan Pemda atau pihak lain. Bank Mandiri misalnya, pernah merintis program sejenis dalam bentuk program wirausaha mandiri, yang mana pada tahun 2010 pesertanya mencapai 3.395 mahasiswa. Hal tersebut menunjukkan minat generasi muda untuk berwirausaha semakin meningkat. Pada penyelenggaraan 2010, pelatihan kewirausahaan tidak hanya diberikan kepada mahasiswa namun juga dosen untuk memperdalam pemahaman terhadap materi modul kewirausahaan sehingga menjadi referensi pengajaran mata kuliah di perguruan tinggi. Saat ini, modul kewirausahaan tersebut digunakan 264 perguruan tinggi di seluruh Indonesia, setelah dilakukan sosialisasi pada 13 kota dan diikuti oleh 1.265 dosen perguruan tinggi negeri dan swasta. Program Wirausaha Mandiri ini merupakan program tanggung jawab sosial perusahaan yang difokuskan pada bidang kewirausahaan dan pendidikan sejak 2007. Di tingkat nasional masih banyak program wirausaha melalui dana CSR lembaga perbankan maupun perusahaan nasional lainnya.

Di tingkat lokal, pemerintah daerah biasanya juga mengalokasikan dana untuk menyiapkan wirausaha-wirausaha baru. Peluang-peluang semacam ini dapat ditangkap oleh kampus untuk kemudian ditindaklanjuti secara nyata.

Page 98: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

89

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan Dari uraian terdahulu dapat disimpulkan sebagai berikut;

1. Bentuk-bentuk usaha entrepreneurship mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam IAIN Mataram beragam. Sebagian mencerminkan prinsip-prinsip entrepreneurship yang sesungguhnya, sebagian lagi merupakan bentuk usaha/bisnis, dan ada berbentuk aktifitas bekerja. Bentuk entrepreneurship yang riil terlihat dari usahanya yang bersifat mandiri, sejak dari perencanaan, produksi, hingga pemasaran. Mahasiswa yang terlibat di dalamnya mengerahkan segala potensi untuk manjadi entrepreneur. Adapun motivasi mahasiswa melakukan kegiatan usaha dan entrepreneurship cukup beragam. Masing-masing mencerminkan keadaan personal yang berbeda antara satu orang dengan lainnya. Ada yang tertarik dengan motif finansial, ada pula yang tertarik karena motif pembelajaran, dan ada pula motif coba-coba atau memanfaatkan waktu. Perbedaan motivasi yang mendorong masing-masing mahasiswa adalah hal wajar karena mereka berlatar belakang dan konteks sosial yang berbeda.

2. Pemahaman teologis mahasiswa seputar entrepreneurship tidaklah tunggal. Ada beragam pandangan yang muncul,

Page 99: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

90

masing-masing mencerinkan pola teologis yang berbeda. Setidaknya muncul empat corak teologi, yakni teologi tradisionalis, rasionalis, normatif, dan pragmatis. Teologi tradisional berpandangan, dalam banyak hal manusia serba terbatas, dan kekuasaan Allahlah yang menentukan. Ini tercermin dari beberapa mahasiswa yang menyebut jiwa entrepreneurship merupakan takdir Tuhan. Teologi entrepreneurship bercorak modernis mendominasi pemikiran mahasiswa, dengan ciri ikhtiar, yaitu berusaha dengan sungguh-sungguh, karena Allah telah memberikan akal dan fikiran, untuk menimbang, memilih mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah, mana yang strategis dan mana yang kurang strategis kalau dikaitkan dengan suatu usaha. Sementara itu teologi normatif muncul di kalangn sebagian mahasiswa yang mengidealkan nilai-niai keislaman dalam pemikirannya, seperti tentang figur/teladan, sumber nilai dan tentang aspek aksiologis entrepreneurship itu sendiri. Terakhir, teologi pragmatis tercemin dari banyak mahasiswa yang menginginkan usaha kecil-kecilan yang konkret sambil mengembangkannya secara perlahan. Dengan kata lain, praksis kehidupan lebih mendorong mereka untuk bersikap tidak idealis, namun ke arah yang lebih realistis.

B. Saran-saran Beberapa saran yang peneliti ajukan adalah sebagai

berikut;

1. Kepada peneliti sosial-keagamaan diharapkan dapat menindaklanjuti hasil studi ini dalam konteks pemikiran dan gerakan entrepreneurship secara luas. Bagaimana pun segmen masyarakat sangat kompleks, jika hal itu dapat dipotret secara lebih spesifik, maka akan muncul temuan-temuan teoretik yang penting dan bermakna

Page 100: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

91

bagi pengembangan studi keislaman dalam aspek entrepreneurship tersebut.

2. Kepada pihak pimpinan institut dan fakultas diharapkan menginisiasi pembentukan unit khusus di kampus semisal carier and entrepreneurship centre. Hal ini mendesak di tengah kian banyaknya mahasiswa yang tergerak untuk memulai gerakan wirausaha.

3. Kepada mahasiswa dan pegiat entrepreneurship, perlu makin didorong perluasan gerakan ini secara lebih massif kepada mahasiswa dan publik, agar semangat membangun kemandirian masyarakat dapat semakin tumbuh subur di masyarakat. Terobosan model-model baru entrepreneurship perlu terus dieksplorasi agar hasrat orang untuk menjadi entrepreuner tetap kuat.

Page 101: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah
Page 102: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

93

DAfTAR PUsTAKA

Arief Furchan. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional, 1992.

Alma, B. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta, 2008.Amalia. “Kendala Berwirausaha di Kalangan Mahasiswa”,

Makalah Hasil Penelitian, UIN Jakarta, 2010.Bambang Trims. Briliant Enterpreneur Muhammad Saw. Bandung:

Salamadani, 2009.Bambang Banu Siswoyo. “Pengembangan Jiwa Kewirausahaan

di Kalangan Dosen dan Mahasiswa” dalam Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol, 12 Nomor 2, Jui 2009

Bintarto. Urbanisasi dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986.

BPS. Mataram Dalam Angka Tahun 2011. Mataram: BPS, 2011. Burhan Bungin (Ed.). Analisis Data Penelitian Kualitatif:

Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Dedy Mulyana. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Rosdakarya, 2006.

Fadhl Ilahi. Menggugah Semangat Berdakwah, terj. Kathur Suhardi dan Munirul-Abidin. Solo: Hazanah Ilmu, 2000.

Bygrave, and William, D. The Portable MBA in Entrepreneurship. New York: John Willey & Sons, Inc., 1994.

Direktorat Kelembagaan Dikti. Pedoman Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan PTS, 2009.

Harry Austryn Wolfson. The Philosophy of the Kalam. Cambridge:

Page 103: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

94

Harvard University Press, 1976.Heidjrachman, R.P. Wiraswasta Indonesia. Yogyakarta: BPFE,

1982.Http://usaharumah.com/wirausaha/tips-menumbuhkan-

jiwa-entrepreneurship/Http://www.ciputraenterpreneurship.comHttp://bisnisukm.com/motivasi-berwirausaha-di-kalangan-

mahasiswa.htmlIwantoro. Kiat Sukses Berwirausaha. Jakarta: PT Gramedia,

2006.Imam Suprayogo dan Tobroni. Metodologi Penelitian Sosial

Agama. Bandung: Rosdakarya, 2001.Irawan Suhartono. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2000.Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Remaja Rosda Karya, 1989.Made Gunarakswati Mastra-ten Veen. Teologi Kewirausahaan:

Konsep dan Praktik Bisnis Gereja Kristen Protestan di Bali. Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen dan Centre for Business Ethics and Profesionalism,Universitas Kristen Duta Wacana, 2009.

Mansour Faqih. “Teologi Kaum Tertindas” dalam Th. Sumartana, et.al. (eds), Spiritualitas Baru: Agama dan Aspirasi Rakyat. Yogyakarta: Institut Dian/Interfidei, 1994.

Mahmud Syalthout. Al-Islam Aqidatun wa Syariatun. Kairo: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1990.

M. Deden Ridwan (ed). Tradisi Baru Penelitian Agama Islam. Bandung: Penerbit Nuansa, 2001.

M. Quraish Shihab. Bisnis Sukses Dunia Akhirat. Jakarta: Lentera Hati, 2011.

Malcolm Waters. Modern Sociological Theory. London-New Delhi: Sage Publications, 1994.

Page 104: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

Te o l o g i E n t r e p r e n e u r M a h a s i s w a

95

Mark R. Woodward (ed.). Jalan Baru Islam: Memetakan Paradigma Mutakhir Islam Indonesia, terj. Ihsan Ali-Fauzi. Bandung: Mizan, 1998.

Nurcholish Madjid. Islam Agama Kemanusiaan. Jakarta: Paramadina, 1995.

S. Nasution. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: tarsito, 2003.

Sanapiah Faisal. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2005.

Sedarmayanti dan Syarifudin Harahap. Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar Maju, 2002.

Siswoyo, B.B. and Suharmanto. Motivasi Bisnis, Membaca Peluang, Merintis dan Mengembangkan Usaha. PPK LPM Universitas Negeri Malang, 2004.

Syafi’i Antonio. Muhammad Saw: The Super Leader Super Manager. Jakarta: ProLM, 2007.

Slamet Riyadi. Pembangunan Dasar-dasar dan Pengertiannya. Surabaya: Usaha Nasional, 1981.

Tim Penyusun. Profil Fakultas Syari’ah IAIN Mataram. Mataram: FS, 2010.

Tim Penyusun. Renstra Fakultas Syari’ah 2010-2014. Mataram: FS, 2010.

Zimmerer, T.W., and Scarborough, N.M., Wilson, D. Essential of Entrepreneurship and Small Business Management, 5th Ed. Pearson Education, Inc. New Jersey, 2008.

Page 105: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah
Page 106: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

97

MENGENAI PENULIs

Dr. Ahmad Amir Aziz, M.Ag, lahir 4 Nopember 1971 di sebuah desa yang terletak di Kabupaten Nganjuk Jawa Timur. Pendidikan dasar (SDN) dan menengah (MTsN) ditempuh di sekitar daerah kelahirannya, sekaligus belajar di pesantren milik keluarga besarnya, Pondok Pesantren Salafiyah Al-Falah Sambirobyong, Kec. Baron, Kab. Nganjuk. Selepas itu dia mulai hijrah guna melanjutkan studi ke Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) di Jember Jawa Timur (1987-1990). Pendidikan S.1 pada Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang Jurusan Tafsir-Hadits (1990-1995), sedangkan S.2nya pada Program Pascasarjana (PPs) jurusan Dirasah Islamiyah di IAIN Sunan Ampel Surabaya (1995-1998). Sejak tahun 1997 dia mulai menjalankan tugas sebagai Dosen pada Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram. Pendidikan S.3 ditempuhnya juga di IAIN Sunan Ampel Surabaya, sejak 2006 hingga selesai tahun 2013.

Pengalamannya bidang akademik; aktif mengajar di Fakultas Syari’ah, sempat mengajar di sejumlah PTAIS di Lombok, beberapa tahun sebagai Sekretaris Lemlit (2004-2006), dan menjadi Ketua Penyunting Jurnal Penelitian Keislaman (2004-2009). Sejak awal 2010 dia diangkat sebagai Kepala Lembaga Penelitian (Lemlit) IAIN Mataram. Pada tahun 2011 diangkat sebagai Wakil Dekan III pada Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam. Kegiatan kemasyarakatannya antara lain, dia membangun komunitas yang memiliki concern terhadap kajian sosial-keagamaan dan pemberdayaan masyarakat dengan

Page 107: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

D r. A h m a d A m i r A z i z , M . A g

98

mendirikan Yayasan Nusatenggara Centre (NC-99) yang masih eksis hingga kini. Sedangkan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah sebagai Wakil Rektor II IAIN Mataram sejak Agustus 2015.

Karya ini merupakan buku keenam yang dihasilkan. Beberapa buku yang dia tulis sebelumnya adalah: (1) Teologi Islam Moderen diterbitkan oleh Gitamedia Press Surabaya tahun 1999; (2) Neo-Modernisme Islam di Indonesia Gagasan Sentral Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid diterbitkan oleh Rineka Cipta Jakarta tahun 1999; (3) Pembaruan Teologi Perspektif Modernisme Muhammad Abduh dan Neo-Modernisme Fazlur Rahman terbitan Teras Yogyakarta (2009); (4) Studi Ilmu Kalam Berbasis Problematika Keislaman Aktual diterbitkan oleh Putra Media Nusantara (PNM) Surabaya tahun 2010; (5) Pola Dakwah TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid terbitan Larispa Mataram tahun 2011. Selain itu, tulisan-tulisan juga dipublikasikan pada sejumlah jurnal ilmiah seperti: Ulumuna (IAIN Mataram), Jurnal Al-Tahrir (STAIN Ponorogo), Istinbath (Fak. Syariah IAIN Mataram), Penelitian Keislaman (Lemlit IAIN Mataram), Teologia (Fak. Ushuluddin IAN Walisongo Semarang), Jurnal Wahana Akademika (Kopertais Jawa Tengah/DIY), Jurnal Millah (Magister Agama UII Yogyakarta), dan Islamica Jurnal Studi Keislaman (Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya).

Bersama istri dan anak-anaknya penulis kini tinggal di perumahan Griya Pagutan Indah Mataram. Kontak dapat dilakukan melalui email: [email protected].

Page 108: Dqqqqqw- - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/61/1/TEOLOGI ENTREPREUNER buku.pdfdan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah

aaaaaah-

hhhhhh-

shsjdsh-

dyuy-

ashaaaaa

sld-

sjdndsd-

jhAS-

Dqqqqqw-

esssssss

fffffff-

Pengantareeeeeeeee

Pengantareeeeeeeee

Membedah Visi Politik Nabi

NABI

ddddddd

Dr. Ahmad Amir Aziz, M.Ag, lahir 4 Nopember 1971 di sebuah desa yang terletak di Kabupaten Nganjuk Jawa Timur. Pendidikan dasar (SDN) dan menengah (MTsN) ditempuh di sekitar daerah kelahirannya, sekaligus belajar di pesantren milik keluarga besarnya, Pondok Pesantren Salafiyah Al-Falah Sambirobyong, Kec. Baron, Kab. Nganjuk. Selepas itu dia mulai hijrah guna melanjutkan studi ke Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) di Jember Jawa Timur (1987-1990). Pendidikan S.1 pada Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang Jurusan Tafsir-Hadits (1990-1995), sedangkan S.2nya pada Program Pascasarjana (PPs) jurusan Dirasah Islamiyah di IAIN Sunan Ampel Surabaya (1995-1998). Sejak tahun 1997 dia mulai menjalankan tugas sebagai Dosen pada Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram. Pendidikan S.3 ditempuhnya juga di IAIN Sunan Ampel Surabaya, sejak

2006 hingga selesai tahun 2013.

Penulis pernah menjadi sekretaris Lemlit (2004-2006), Ketua Penyunting Jurnal Penelitian Keislaman (2004-2009), Kepala Lembaga Penelitian (Lemlit) IAIN Mataram (2010), Wakil Dekan III pada Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam (2011-2015), dan tugas tambahan yang diembannya sekarang adalah sebagai Wakil Rektor II IAIN Mataram sejak Agustus

2015.

Aktif menulis dan karya ini merupakan buku keenam yang dihasilkan. Karya lainnya adalah: (1) Teologi Islam Moderen (Gitamedia Press Surabaya, 1999); (2) Neo-Modernisme Islam di Indonesia Gagasan Sentral Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid diterbitkan (Rineka Cipta Jakarta, 1999); (3) Pembaruan Teologi Perspektif Modernisme Muhammad Abduh dan Neo-Modernisme Fazlur Rahman (Teras Yogyakarta, 2009); (4) Studi Ilmu Kalam Berbasis Problematika Keislaman Aktual (Putra Media Nusantara (PNM) Surabaya, 2010); (5) Pola Dakwah TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (Larispa Mataram, 2011). Selain itu, tulisan-tulisan juga dipublikasikan pada

sejumlah jurnal ilmiah nasional.

Puri Bunga Amanah Jln. Kerajinan I Blok C/13 MataramTelp. 0370-7505946, Mobile: 081-805311362Email: [email protected].

9 7 8 6 0 2 7 4 0 2 4 4 7