dr-15-05-2007

52
1 Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Upload: yani-rk

Post on 08-Jun-2015

2.188 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DR-15-05-2007

1Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Page 2: DR-15-05-2007

2Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Sapa Redaksi

PEMIMPIN UMUM: Dr. Ir. Transtoto Handadhari SHA, MSc. WAKIL PEMIMPIN UMUM: Drs. Sondang MH Gultom, MSc. PEMIMPIN REDAKSI / PENANGGUNG JAWAB: Ir. Audy Arthur Pattiruhu, MeD. SEKRETARIS REDAKSI: Ir. Wibowo Hadi HS, MM. DEWAN REDAKSI: Ir. Darman E Purba, Ir. Yopita Sari. REDAKTUR PELAKSANA: Marison Guciano, Henny Elevianty. DESIGN GRAFIS: T3ddy Octavin.

PERWAKILAN: Ir. Dadang Ishardiyanto. (Jawa Tengah dan Yogyakarta), Ir. Murgunadi, MM (Jawa Timur), Ir. Ronald G. Suitela, M.Si, (Jawa Barat dan Banten), STAF REDAKSI: A. Soenarwoko (Foto), Idayati (Bendahara), Aristus Luhur (Data), Guritno, Nanang (Sirkulasi)KONTRIBUTOR: Bambang Sulaksano.

adalah majalah bulanan yang diterbitkan Perum Perhutani. Opini yang dituangkan oleh penulis dalam majalah ini tidak semuanya mencerminkan pendapat Perum Perhutani. Redaksi menerima tulisan yang sejalan dengan visi dan misi majalah

ini. Artikel ditulis dengan spasi ganda, maksimal 5 halaman kwarto. Dikirim ke alamat: Gedung Manggala Wanabakti Blok VII lantai 9, Jalan Gatot Subroto Senayan Jakarta Pusat. Telp: 021 - 5721282, Fax: 021 - 5732451, atau e-mail: [email protected], [email protected].

Visi dan misiPERUM PERHUTANI

VISIMenjadi Pengelola Hutan Tropis

Terbaik di Dunia

MISI1. Mengelola hutan tropis dengan

prinsip Pengelolaan Hutan Lestari bersama Masyarakat.

2. Meningkatkan produktivitas, kualitas dan nilai sumberdaya hutan.

3. Mengoptimalkan manfaat hasil hutan kayu, non kayu, dan jasa lingkungan serta potensi lainnya, dalam rangka meningkatkan pendapatan dan keuntungan perusahaan serta kesejahteraan masyarakat (sekitar hutan).

4. Membangun sumberdaya manusia perusahaan yang bersih, berwibawa dan profesional.

5. Mendukung dan berperanserta dalam pembangunan wilayah dan perekonomian nasional.

Page 3: DR-15-05-2007

3Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Page 4: DR-15-05-2007

4Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Page 5: DR-15-05-2007

5Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Page 6: DR-15-05-2007

6Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Page 7: DR-15-05-2007

7Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Page 8: DR-15-05-2007

8Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Page 9: DR-15-05-2007

9Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Page 10: DR-15-05-2007

10Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

gen Unit III tampil perkasa di ca-bang ini. Untuk putra, juara I dan II berhasil direbut kontingen dari Unit III sedangkan perunggu diraih Kantor Pu-sat. Untuk putri, medali emas berhasil direbut kontingen Unit I. Untuk medali perak dan perunggu, semuanya disabet kontingen dari Unit III.

Golf yang mempertandingkan beregu dan perorangan di dilangsung-kan di Merapi Golf, Cangkringan, Yogyakarta. Untuk beregu, medali emas diperoleh kontingen dari Unit II, perak diraih Unit I dan Kantor Pusat memperoleh perunggu. Untuk golf perorangan, overall best gross diraih kontingen Unit II. Overall Best Nett diraih Kantor Pusat. Best Gross A Flight, emas dan perak diraih Unit I. Perunggu diraih Unit II. Best Gross B Flight, emas dan perunggu diraih Kantor Pusat se-dangkan perak diraih Unit II.

Pertandingan bulutangkis dilang-sungkan Lembah Hijau, Kompleks UGM Yogyakarta. Unit III berhasil memperoleh medali emas. Perak berhasil diraih kontingen Unit I dan perunggu diraih Unit II.

Karaoke dan vocal group dilang-sungkan di Caesar Cafe, Plasa Am-barukmo Yogyakarta. Untuk karaoke, Unit I berhasil memperoleh medali emas dan perunggu. Perak diraih kontingen Unit III. Untuk vocal group, medali emas, perak dan perunggu, masing-masing diraih Unit II, Unit I dan Unit III.

Pada Porseni kali ini, Jawa Barat sebagai juara bertahan ternyata tidak dapat mempertahankan gelarnya dan harus mengakui keunggulan Jawa Tengah. Kontingen Jawa Tengah tampil sebagai juara Porseni dan berhak atas Piala Bergilir dengan mengumpulkan medali terbanyak dengan memperoleh 6 medali emas, 6 perak dan 2 perunggu. Urutan kedua ditempati Jawa Barat dengan mengumpulkan 5 medali emas, 4 perak dan 4 perunggu. Kontingen Jawa Timur menempati posisi ketiga dengan memperoleh 3 medali emas, 5 perak dan 4 perunggu.

Dengan materi pemain yang terba-tas, Kantor Pusat harus puas berada pada peringkat terakhir dengan perole-han 2 medali emas dan 5 perunggu. “Yang penting ikut menyemarakkan Porseni” kata salah seorang pemain Kantor Pusat.

Hari masih pagi, di sejumlah ho-tel sudah terlihat karyawan Perhuta-ni memakai kaos putih siap menuju Graha Sabha Pramana UGM. Pukul 06.00 WIB bendera start sudah diki-barkan oleh Direktur Keuangan Cipta Purwita didampingi Ketua Pa-nitia Miftahudin Affandi. Rute yang ditempuh adalah keliling kampus UGM dan finish kembali ke Graha Sabha Pramana.

Setelah acara jalan sehat, diada-kan lomba khas kehutanan terdiri dari tarik tambang, balap karung, memotong balok kayu dan mem-belah kayu. Suasana jadi penuh dengan gelak tawa dengan tingkah peserta yang lucu-lucu. Lomba memotong dan membelah kayu diikuti oleh Administratur atau Kepala Biro sehingga buat mereka yang tidak biasa cukup merepotkan. Menjadi juara I dalam lomba memo-tong dan membelah kayu ini adalah

Jalan Sehat dan Lomba Khas Kehutanan

Laporan Utama

Tardi, Kepala Biro Agraria Kantor Pusat. “Saya sampai digotong Pak Cipta, Pak Fachrodji, Pak Arthur dan Pak Heru Sis,” kata Pak Tardi gembira.

Selain perlombaan juga dilak-sanakan Bhakti Sosial kepada ma-syarakat sekitar. Dirut Perhutani sebagai Pembina Snake Hunter membuka acara bakti sosial terse-but. Banyak masyarakat yang berdatangan untuk mendapatkan pengobatan dengan serum ular. Berbagai macam penyakit konon dapat disembuhkan dengan serum tersebut. Ada yang dengan digigit ular langsung untuk tingkatan lanjutan. Ada juga penonton yang takut ketika melihat berbagai jenis ular digunakan untuk pengobatan tersebut.

(Yopita sari)

Page 11: DR-15-05-2007

11Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Laporan Utama

DAFTAR KARYAWAN BERPRESTASI PERUM PERHUTANIYANG MENDAPATKAN PENGHARGAAN TAHUN 2007

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUTANINO NAMA JABATAN PENGHARGAAN BIDANG1 DEDI, S.Hut Asisten Peneliti Laboratorium Biologi Seluler Peneliti tingkat Asper/KSS2 SUKAHARJA Kepala Urusan KBS Pinus Sempolan, Jember Peneliti tingkat Kepala Urusan3 ARIS WIBOWO, S.Hut, MP Pekerja Pelaksana Peneliti tingkat Staf Pelaksana

PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAHNO NAMA JABATAN PENGHARGAAN BIDANG1 TARWUD Mandor Tanam KPH Balapulang Tanaman Tingkat Mandor2 SUDARNO KRPH Klanunggal KPH Pemalang Tanaman Tingkat KRPH3 KARMIDI Asper/KBKPH Linggapada KPH Balapulang Tanaman Tingkat Asper4 SAMIDJAN Mandor Tebang pada KPH Cepu Produksi Kayu Tingkat Mandor5 SARDJONO KRPH Selogender KPH Randublatung Produksi Kayu Tingkat KRPH6 TONI KUSPUJA H, S.Hut Asper/KBKPH Subah KPH Kendal Produksi Kayu Tingkat Asper7 KARSENO Mandor Sadap KPH Banyumas Timur Produksi Non Kayu Tingkat Mandor8 DARTAM KRPH Tambak Serang KPH Pekalongan Barat Produksi Non Kayu Tingkat KRPH9 SULARSO Asper/KBKPH Majenang KPH Banyumas Barat Produksi Non Kayu Tingkat Asper10 HERMAN HARSONO Mandor PHBM pada KPH Kedu Selatan PHBM Tingkat Staf11 TOTOK RIYANTO KRPH Bangleyan KPH Randublatung PHBM Tingkat KRPH12 AMAT KSS PHBM & Binling KPH Kendal PHBM Tingkat KSS13 SUGIANTO Operator SS Sar KBM Industri Kayu Cepu Industri Kayu Tingkat Operator14 ACHMAD SUYUTI Kaur KBM Industri Kayu Cepu Industri Kayu Tingkat Kaur15 ARISNO Asman KBM Industri Kayu Cepu Industri Kayu Tingkat Asman16 ROMDHONI Operator Scabbing PGT Winduaji KBM Industri Non Kayu Industri Non Kayu Tingkat Operator17 JUNAEDI Kaur Produksi PGT Cimanggu KBM Industri Non Kayu Industri Non Kayu Tingkat Kaur18 SOEGITO Asman Penjualan Dalam Negeri KBM Industri Non Kayu Industri Non Kayu Tingkat Asman19 MUKHAMAD JAENUDIN Mandor TPK Jatirogo KBM Pemasaran Kayu II Pemasaran Tingkat Mandor20 EKO YULI WIBOWO Kaur Hasil Hutan KBM Pemasaran Kayu I Pemasaran Tingkat Kaur21 BN. KAHONO Asman Persediaan Kayu Kendal KBM Pemasaran Kayu I Pemasaran Tingkat Asman22 MOCHAMAD ACHDHORI Mandor Polter KPH Kebonharjo Keamanan Tingkat Mandor23 SUKARLAN KRPH pada KPH Kendal Keamanan Tingkat KRPH24 ASEP RUSKANDAR, BScF Asper/KBKPH Ngandang KPH Kebonharjo Keamanan Tingkat Asper25 RUDI PURNAMA, SE Staf Pelaksana Humas Kantor Unit Hukamas Tingkat Staf26 A. ROMDHON, SM.HK Kaur pada KPH Pekalongan Barat Hukamas Tingkat Kaur27 LUCKYARTO, S.Hut Asper/KBKPH Wonosobo KPH Kedu Utara Hukamas Tingkat Asper28 BUDI SANTOSO Staf Pelaksana Ukur Biro Perencanaan Perencanaan Tingkat Staf29 IMAM ACHMADI Operator SIGPDE Biro Perencanaan Perencanaan Tingkat Staf30 SIDIQ SUDJATMIKO Staf Pelaksana Perisalah Biro Perencanaan Perencanaan Tingkat Staf31 JUMILAH Juru Gambar pada Biro Perencanaan Perencanaan Tingkat Staf 32 NUGROHO Operator SISDH pada Biro Perencanaan Perencanaan Tingkat Staf33 TULUS SUHADI Kaur Wilayah Kedu Selatan Biro Perencanaan Perencanaan Tingkat Kaur34 WINARDI KSS Wilayah Surakarta Biro Perencanaan Perencanaan Tingkat KSS35 E. VERYANTO Staf Pelaksana Umum Kantor Unit Ketatausahaan Tingkat Staf36 A. ENDANG WARSITI Kaur SDM KPH Semarang Ketatausahaan Tingkat Kaur37 MOCH. YAF ALI KSS Sarpra & Optimalisasi Aset KPH Kedu Selatan Ketatausahaan Tingkat KSS

PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMURNO NAMA JABATAN PENGHARGAAN BIDANG1 HERI KINANTO Mandor RPH Glundengan BKPH Wuluhan KPH Jember Tanaman Tingkat Mandor

Pada acara pembukaan Ratna dan Porseni 2007 di Jogyakarta, Perum Perhutani memberikan penghargaan kepada mereka yang berprestasi. Mer-eka yang berprestasi dan mendapat penghargaan terdiri dari karyawan, Lembaga Masyarakat Desa Hutan

(LMDH), Lembaga Swadaya masyara-kat (LSM), dan rimbawan senior.

Bagi karyawan Perum Perhutani yang berprestasi berhak mendapatkan kenaikan pangkat istimewa 1 (satu) tingkat terhitung mulai tanggal 1 Juni 2007 sebagaimana diatur dalam

Keputusan Direksi Perum Perhutani No.1951/Kpts/Dir/1998. Bagi Pekerja Pelaksana yang mendapatkan peng-hargaan, berhak mendapatkan pen-ingkatan status kepegawaian dengan pangkat sesuai latar belakang yang dimiliki dengan maksimal golongan I/4 terhitung mulai 1 Juni 2007, dan bagi PKWT berhak mendapatkan peningka-tan status menjadi Pekerja Pelaksana terhitung mulai 1 Juni 2007.

Inilah mereka yang berprestasi, yang mendapat penghargaan:

Yang Berprestasi, Menfasilitasi Perhutani dengan Masyarakat dan Aktif Mengkritisi Pembangunan Kehutanan Nasional

Penghargaan Perhutani

Page 12: DR-15-05-2007

12Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

2 RIFAI KRPH Kayumas BKPH Prajekan KPH Bondowoso Tanaman Tingkat KRPH3 DJOKO SUDARSO Asper/KBKPH Karangan KPH Kediri Tanaman Tingkat Asper4 SUNTORO Mandor RPH Sumbar Kepuh BKPH Munung KPH Jombang Produksi Kayu Tingkat Mandor5 SARJU KRPH Tawun BKPH Bahoro KPH Jatirogo Produksi Kayu Tingkat KRPH6 BOB EDWARD Asper/KBKPH Dungus KPH Madiun Produksi Kayu Tingkat KRPH7 SUMARNO Mandor RPH Gombeng BKPH Ketapang KPH Bany.i Utara Produksi Non Kayu Tingkat Mandor8 SUNOTO HADI KRPH Sumberjati BKPH Sempolang KPH Jember Produksi Non Kayu Tingkat KRPH9 HERI ARGORO, SP Asper/KBKPH Trenggalek KPH Kediri Produksi Non Kayu Tingkat Asper10 SUKAMTO Mandor/TPM Pajaran KPH Saradan PHBM Tingkat Mandor11 SUDIYANTO KRPH Gedangan BKPH Gedangan KPH Jombang PHBM Tingkat KRPH12 MUHAMAD FITRI, BScF KSS PHBM & Binling KPH Bojonegoro PHBM Tingkat Asper13 SUPARLAN Operator PGM Jatirogo KBM Industri Kayu Gresik Industri Kayu Tingkat Operator14 SUJAT Kaur Produksi PGM Gresik KBM Industri Kayu Gresik Industri Kayu Tingkat Kaur15 MAJAR SISWANTO Asman Eksport KBM Industri Kayu Gresik Industri Kayu Tingkat Asman16 SARMANTO Operator PGT Sukun KBM Industri Non Kayu Industri Non Kayu Tingkat Operator17 HARIYANTO Kaur Produksi PMKP Sukun KBM Industri Non Kayu Industri Non Kayu Tingkat Kaur18 HABIB ISA ANSORI, SE Asman Penjualan KBM Industri Non Kayu Industri Non Kayu Tingkat Asman19 Drs. BASUKI Staf Pelaksana KBM Pemasaran Kayu II Bojonegoro Pemasaran Tingkat Staf20 SARIP Kep. TPK (C) Selating Jem. KBM Pem. Kayu III Probolinggo Pemasaran Tingkat Kaur21 IMAN SISWANTO Asman Hasil Hutan KBM Pemasaran Kayu I Madiun Pemasaran Tingkat Asman22 ASMIRAN Mandor Keamanan KPH Banyuwangi Selatan Keamanan Tingkat Mandor23 SUPRIYADI Dandur Keamanan KPH Jombang Keamanan Tingkat KRPH24 SUPRIYANTO Asper/KBKPH Dongko KPH Kediri Keamanan Tingkat Asper25 ROMI YULIANTO, SP Staf Pelaksana Humas KPH Blitar Hukamas Tingkat Staf26 MISADI Kaur Humas KPH Banyuwangi Utara Hukamas Tingkat Kaur27 DANDIT PUDYANTORO, SH KSS Agraria Biro Hukamas Unit II Jawa Timur Hukamas Tingkat KSS28 DRS. ANANG KUAT SANTOSO Staf Pel. Perisalah SPH II Madiun Biro Perencanaan SDH Perencanaan Tingkat Staf29 WARIMAN Staf Pelaksana Juru Ukur Biro Perencanaan SDM Perencanaan Tingkat Staf30 MARNI Staf Pelaksana Operator SIGPDE Biro Perencanaan SDH Perencanaan Tingkat Staf31 PUDJIYATNO Staf Pel. Operator SISDH SPH I Bojonegoro Biro Per. SDH Perencanaan Tingkat Staf32 HARI PURWANTO, SE Staf Pelaksana Juru Gambar Biro Perencanaan SDH Perencanaan Tingkat Staf33 NGA’AT Kaur Perencanaan SPH III Jombang Biro Perencanaan SDH Perencanaan Tingkat Kaur34 UTOMO KSS Perencanaan SPH I Bojonegoro Biro Perencanaan SDH Perencanaan Tingkat KSS35 ANIKE KARTIKA, SE Staf Pelaksana Akuntansi Biro Keuangan Ketatausahaan Tingkat Staf36 R. PRASETYO EDI WICAKSONO Kaur Keuangan KBM Pemasaran II Bojonegoro Ketatausahaan Tingkat Kaur37 SUPARDI KSS Kerumahtanggan Biro SDM dan Umum Ketatausahaan Tingkat KSS

PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN1 WARTONI Asper/KBKPH Ciledug KPH Kuningan Tanaman Tingkat Asper2 OKIM KRPH Cijangkar BKPH Cipeundeuy KPH Purwakarta Tanaman Tingkat KRPH3 ENDU Man. Tanam RPH Gadung BKPH Banjar Utara KPH Ciamis Tanaman Tingkat Mandor4 H. BUNYAMIN Asper/KBKPH Sagaranten KPH Sukabumi Produksi Kayu Tingkat Asper5 CUCU SUHENDAR KRPH Gadung BKPH Banjar Utara KPH Ciamis Produksi Kayu Tingkat KRPH6 HARIDIN Man. Tebang RPH Gadung BKPH Banjar Utara KPH Ciamis Produksi Kayu Tingkat Mandor7 CECEP MAHPUDIN Asper/ KBKPH Ciamis KPH Ciamis Produksi Non Kayu Tingkat Asper8 SUHLI KRPH Lembang/ BKPH Lembang KPH Bandung Utara Produksi Non Kayu Tingkat KRPH9 ACA SUJANA Man. Sadap RPH Rc Kalong BKPH Manglayang Tim. KPH Sum. Produksi Non Kayu Tingkat Mandor10 AHMAD FAUZAN KSS PHBM KPH Kuningan PHBM Tingkat KSS11 DODOY SUWANDI KRPH Gonggang Selatan KPH Sukabumi PHBM Tingkat KRPH12 RUKIMAN Man. PHBM RPH Pangalengan BKPH Pangalengan KPH Band. Sel. PHBM Tingkat Mandor13 Ir. ISNIN MUHAROM Asman PGT dan KOPAL pada KBM Industri Pemasaran Tingkat Asman14 ADE SUKENDAR Kaur Pelayanan Sukabumi & Bogor KBM Pemasaran Kayu Pemasaran Tingkat Kaur15 SYARIF HIDAYAT Staf Obyek Wisata Cilember Pemasaran Tingkat Staf16 RAHMAT, BSCF Asper/ KBKPH Telukjambe KPH Purwakarta Keamanan Tingkat Asper17 ACENG MAS’UD KRPH Cicapar BKPH Banjar Selatan KPH Ciamis Keamanan Tingkat KRPH18 ERYANTO Man. Jatimunggul Selatan SKPH Jatimunggul KPH Indramayu Keamanan Tingkat Mandor19 DADANG SUPARMAN KSS Dokumen dan Informasi Hukamas Tingkat KSS20 SUMARNA Kaur Humas KPH Cianjur Hukamas Tingkat Kaur21 BUDHI TRIANA Staf Humas dan Informasi Hukamas Tingkat Staf22 NANANG HILMAN KSS Wilayah IV Cirebon Perencanaan Tingkat KSS23 AGUS HERYANTO Kaur SIGPDE SPP dan PPH Perencanaan Tingkat Kaur24 AHMAD MEMED Staf Tehnik SPH I Bogor Perencanaan Tingkat Staf25 DARSONO Staf Ukur SPP dan PPH Perencanaan Tingkat Staf26 MUNGYATNO Staf/ Operator SIGPDE SPP dan PPH Perencanaan Tingkat Staf27 ITA ROSITA Staf/ Operator SISDH SPH I Bogor Perencanaan Tingkat Staf28 KUNDANG Staf Gambar dan PPH Perencanaan Tingkat Staf29 PUJI PRIYONO KTU pada KPH Purwakarta Ketatausahaan Tingkat KSS30 DAYAT KOSWARA Kaur Instalasi Ketatausahaan Tingkat Kaur31 NANA CAHRUNA Staf Perlengkapan/ Barang dan Jasa Ketatausahaan Tingkat Staf32 M. EDWIN H KSS PHBM KPH Bandung Selatan PHBM Tingkat KSS33 ITA Mandor Sukadanda KPH Sumedang PHBM Tingkat Mandor34 SUPARYO KSS Pengadaan SDM Ketatausahaan Tingkat KSS

Laporan Utama

Page 13: DR-15-05-2007

13Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Penghargaan kepada Lembaga Masyarakat Desa Hutan dalam mengimplementasikan sistem Pengelolaan Hutan Bersama Ma-syarakat sebagai berikut :· Sinardi, LMDH Wana Tani Mak-

mur, Unit I Jawa Tengah.· Suparno, LMDH Argomulyo,

Unit II Jawa Timar.· Dadung, LMDH Sukamanah,

Bandung Selatan, Unit III Jawa Barat& Banten.

Penghargaan kepada Lembaga / Organisasi yang telah berperan aktif membantu Perhutani mem-fasilitasi masyarakat dalam proses pengelolaan Sumberdaya Hutan sebagai berikut :1. Dr. Ir. San Afri Awang, MSc.,

Direktur Pusat Kajian Hu-tan Rakyat Universitas Gajah Mada.

2. Ir. Indro Tjahjono, Koordinator LSM SKEPHI.

3. Elfian Efendi, Direktur Ekseku-tif LSM Greennomics.

4. Drs. Wawan Setiawan, Advisor PHBM, Unit III Jawa Barat & Banten.

5. Ir. Dudi Kurniadi, LSM Kem-bara Tani, Unit II Jawa Timur

Rimbawan Senior Perum Per-hutani yang mendapat penghar-gaa atas jasa-jasanya:· Ir. Djamaludin Suryohadikusu-

mo penghargaan dalam bidang Pembinaan Kelembagaan Perum Perhutani.

· Prof. Ir. Soekiman Atmosoedarjo (Alm) penghargaan dalam bidang perintis prosperity approach (pendekatan kesejahteraan).

· Ir. Hartono Wirjodarmodjo, MA penghargaan dalam bidang Pemuliaan Jati di Perum Per-hutani.

Penghargaan kepada Sdri. Dra. SOESIJATI jabatan Kepala Seksi Perpajakan pada Kantor Pusat Perum Perhutani, atas prestasi kerjanya melakukan restitusi uang pajak Perum Perhutani.

Laporan Utama

PEMASANGAN IKLAN DIMajalah Duta Rimba

Iklan memuat jenis produk dan alamat atau kontak person. Lebih baik lagi bila disertai harga dan stok barang

Selain barang dapat ditawarkan bermacam-macam bentuk kerja sama dengan pihak eksternal.

Iklan dikirim ke Biro Humas Kantor Pusat via email atau faximile.

Fax : 021 - 5733616Email : [email protected]

*) Berlaku untuk PT. PAK, PT. PALAWI, Seluruh KPH dan KBM Perum Perhutani, Pusdiklat SDM Madiun, Puslitbang Cepu.

PELATIHAN PHBM BAGI LMDHPelatihan PHBM bagi LMDH ditujukan untuk Pengelola Hutan (Mandor Perhutani), Anggota LMDH maupun Petugas Pengelola Hutan.

Hubungi :

• Biaya per orang Rp 1,7 juta (Perhutani) / Rp. 1,9 juta (Non Perhutani)

• Peserta per kelas 25 - 30 orang dengan durasi 4 hari efektif (48 jam pelajaran)

• Tempat Pusdiklat SDM Perum Perhutani

Pusdiklat SDM Perum Perhutani

Jl. Rimba Mulya No. 11 Madiun

Contact Person : Seksi Perencanaan & Assessment; ext. 22 Telp / Fax : (0351) 453094 /

(0351) 453093

Page 14: DR-15-05-2007

14Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Oleh Darman Efendi P u r b a d a n M a r i s o n Guciano

Raut muka haru nampak jelas pada mantan orang-orang nomor satu di Perum Perhutani, seperti Wardono Saleh, Hendarsun, dan Abas TS, yang kehadirannya masing-masing didam-pingi istri. Hadir pula mantan Menteri Kehutanan Sumohadi beserta istri dan tokoh-tokoh lembaga swadaya masyara-kat seperti Indro Tjahyono dan San Afri Awang.

Sejak keberangkatan di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, kehadiran para sesepuh kehutanan tersebut dis-ambut hangat oleh Direktur Utama Pe-rum Perhutani Transtoto Handadhari. Dirut bahkan memilih untuk duduk bersama-sama mereka dan peserta fieldtrip lainnya di kelas ekonomi dalam penerbangan Jakarta-Surabaya.

Di Bandara Juanda Surabaya, Dirut dalam sambutannya mengatakan san-gat membutuhkan nasehat-nasehat para sesepuh kehutanan untuk terus memperbaiki kinerja perusahaan yang dipimpinnya. Maka, kata Dirut, bila dalam fieldtrip nanti terlihat kelema-han implementasi dari berbagai pro-gram Perhutani, ia sangat berharap diberi tahu dan diberi masukan yang membangun.

AgroforestryDari Surabaya, bus yang membawa

rombongan meluncur ke Kediri menuju petak 130 RPH Pandantoyo, BKPH Pare, KPH Kediri. Di sana, rombongan melihat-lihat agroforestry. Di bawah tegakan pohon sengon yang berdiri

kokoh tinggi menjulang, tumbuh subur tanaman nanas. Menurut mantan Administratur KPH Kediri yang kini menjabat Kepala Biro Pembinaan dan Konservasi Sumberdaya Hutan Unit I Soewarno, tanaman nanas yang tum-buh dibawah tegakan pohon sengon tersebut telah beberapa kali dipanen masyarakat. Nanas tersebut sebagian di jual langsung ke pasaran dan sebagian lagi diolah menjadi jus nanas dan dijual dalam bentuk kemasan.

Menurut Soewarno, saat ini KPH Kediri telah menandatangani kerjasa-ma PHBM dengan 189 LMDH dari 214 desa sekitar hutan. Sisanya, ia berharap dapat rampung tahun ini.

Pada 2006, KPH Kediri telah me-nyerahkan sharing produksi getah pinus sebesar Rp. 450 juta dan sharing produksi kayu sebesar Rp. 11 juta pada beberapa LMDH. Sedangkan sumban-gan pangan yang diberikan KPH Kediri

kepada masyarakat pada 2006 sebesar Rp. 134 miliar yang berasal dari komo-ditas tanaman palawija, seperti jagung, kacang tanah, dan ketela pohon.

Keberhasilan KPH Kediri dalam mengelola hutan, diakui Soewarno, tak terlepas dari dukungan pihak eksternal. Salah satu bentuk dukungan diberikan Bupati Kediri dengan mengeluarkan kebijakan pemberian bonus dalam bentuk uang sebesar Rp 1 juta kepada polisi yang berhasil menangkap para pencuri kayu. Selain dari Bupati Kediri, dukungan juga datang dari kabupaten tetangga, seperti Kabupaten Nganjuk, Tulungagung, dan Trenggalek.

PorangUsai istirahat dan makan siang di

Kediri, rombongan menuju pendopo Kabupaten Nganjuk. Di pendopo, rom-bongan disambut Bupati Nganjuk Siti Nurhajati dan Administratur KPH Nganjuk Oscar Salmon Maukar.

Di pendopo, diperlihatkan beberapa penghargaan yang diterima LMDH Argomulyo dari Nganjuk, diantaranya penghargaan Pengelolaan Hutan Les-tari Berbasis Masyarakat CBFM Award dari Menteri Kehutanan.

Selain penghargaan, Bupati juga menjelaskan pengembangan tanaman porang yang sekarang sedang diinten-sifkan di Nganjuk. Budidaya porang, kata Bupati, tidak membutuhkan biaya yang besar, hanya kurang lebih Rp. 2 juta per hektarnya. Pada tahun kedua, umbi porang yang ditanam sudah bisa dipanen tanpa memerlukan perawatan

Fieldtrip Perum PerhutaniDari Agroforestry, Porang, hingga Jati Plus

Bagi sebagian peserta, fi eldtrip pada 12-13 Mei 2007 terasa sangat berkesan. Acara yang mengawali Ratna dan Porseni yang dimulai dari Surabaya dan berakhir di Jogjakarta tersebut telah membawa mereka melintasi batas-batas ruang dan waktu. Ketika masih muda, gagah, dan berani, puluhan tahun lalu, mereka berada di tempat yang sama, di tempat yang kini mereka singgahi.

Laporan Utama

Page 15: DR-15-05-2007

15Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

khusus.Dikatakan Bupati, permintaan porang saat ini cukup tinggi,

baik dari dalam maupun luar negeri. Didalam negeri, porang dari Jombang dipasarkan ke PT. Agro Alam Raya di Jombang dan PT. Ambiko di Pasuruan, Jawa Timur. Sedangkan dari luar negeri, permintaan datang dari Jepang, Taiwan, Korea, dan beberapa negara di Eropa.

Porang yang sekarang sedang intensif dikembangkan di Nganjuk dimanfaatkan untuk bahan lem pesawat, jeli, mie, tahu, perekat tablet, pembungkus kapsul, penguat kertas, dan lain-lainnya.

Dalam kesempatan ini, Bupati Nganjuk berkali-kali me-nyatakan terima kasih kepada Perhutani atas bantuannya menye-jahterakan masyarakat sekitar hutan.

Pertukaran siswaDari Pendopo Kabupaten Nganjuk, rombongan menuju Pusat

Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Perhutani di Madiun dan ber-malam di sana. Di Pusdiklat, rombongan diterima Kepala Pusdiklat Sadhardjo Siswamartana yang kini menjabat KSPI. Usai makan malam, Sadhardjo mengungkapkan bahwa Pusdiklat Perhutani kini tidak lagi menjadi cost center, tetapi profit center. Kemajuan Pusdiklat tersebut tercapai berkat kemampuan menjual program dan mengembangkan kerjasama dengan semua pihak.

Dirut mengarahkan, kedepan, kerjasama Pusdiklat diharapkan tidak hanya dengan lembaga dari dalam negeri, tetapi diperluas hingga ke luar negeri. Salah satu bentuk kerjasama luar negeri yang diharapkannya adalah melakukan pertukaran siswa.

JPPPagi harinya, pukul 07.00 WIB, dari Madiun rombongan ber-

tolak menuju Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Hutan (Puslitbang SDH) Cepu. Kepala Puslitbang SDH Soedarsono dalam presentasinya mengatakan, Jati Plus Perhutani (JPP) yang merupakan temuan terbesar Puslitbang mampu tumbuh tiga kali lebih cepat dari jati biasa.

Kesimpulan tersebut didapat melalui uji klon unggulan di Petak 40a, RPH Klapanunggal, BKPH Bantarsari, KPH Pemalang. Penelitian menunjukkan, pada umur 3 tahun, JPP telah berdia-mater rata-rata 14 cm dan tinggi rata-rata 15 meter dengan kondisi pertumbuhannya merata. Sedangkan tegakan jati dari APB sendiri tingkat kesuburannya (bonita) pada umur 10 tahun baru mencapai 5,5 ke atas dengan diameter 16,6 cm dan tinggi 13,6 m. Dengan demikian, tanaman JPP pada umur 3 tahun telah mampu mencapai diameter dan tinggi yang setara dengan jati APB umur 10 tahun. Tanaman JPP yang diuji cobakan tersebut adalah tanaman tahun 2003 yang ditanam pada Februari 2004 lalu.

Selain mempresentasikan keunggulan JPP, rombongan juga diajak untuk melihat jutaan bibit JPP. Dijelaskan Soedarsono, produksi bibit Puslitbang Cepu sebesar 3 juta bibit per tahun. Direncanakan, Puslitbang akan membangun kebun pangkas JPP di beberapa tempat dari hasil pengembangan kultur jaringan.

Dari Puslitbang, perjalanan dilanjutkan menuju Pasar Sore dan Monumen Jati Alam di KPH Kediri. Di Pasar Sore, rombon-gan dibuat tertawa sejenak oleh ulah Petruk dan Gareng dalam pertunjukan gamelan tradisional Cepu sebelum melihat-lihat hasil tanaman JPP di petak 61, RPH Sidolaju, BKPH Kd. Galar, KPH Ngawi.

Ketika acara di KPH Ngawi usai, maka usai pula fieldtrip 12-13 Mei 2007. Di suatu kesempatan, mantan Menteri Kehutanan Sumohadi mengatakan, “Saya yakin dengan kemampuan yang dimiliki dan dukungan Pemda Perhutani mampu mewujudkan

Laporan Utama

Mantan Menteri Kehutanan Sumohadi bernyanyi di sela-sela fi eldtrip: “Saya yakin dengan kemampuan yang dimiliki dan dukungan Pemda Perhutani mampu mewujudkan tekad dan program-programnya yang baik”.

Direktur Keuangan Tjipta Purwita (kiri) sedang mengukur diameter pohon JPP

Pegawai Puslitbang Cepu sedang menjelaskan Tahapan Mikropropagasi Tanaman dalam kegiatan fi eldtrip

Page 16: DR-15-05-2007

16Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Menurut Dodit, banyak persoalan PT PAK yang harus diselesaikan saat ia menerima jabatan Dirut, sep-erti kondisi perusahaan yang merugi dan memiliki hutang yang cukup besar, namun, sebagai karyawan Perhutani, ia harus siap ditempatkan dimanapun juga. “Saya harus tetap melanjutkan hidup perusahaan ini,” katanya. Berikut petikan wawancara Yopita Sari dan Aristus Luhur dari Duta Rimba dengan Dodit beberapa waktu lalu di kantornya di bilangan Jakarta Selatan.

Kalau merugi terus, mengapa PT. PAK perlu diteruskan?

PT. PAK merupakan perusahaan patungan dengan PT. BAIK dimana Perhutani memiliki saham 55 persen. Awal semangat berdirinya PT. PAK adalah untuk menghasilkan nilai tambah lebih banyak daripada seke-dar gondorukem dan terpentin. Ide itu sangat bagus dan memang harus ke sana. Seperti dikatakan Dirut Perhutani, bahwa semua pabrik gondorukem dan terpentin harus dikembangkan untuk menghasilkan derivative.

Gondorukem merupakan step a head dari getah. Bila sampai disini saja, sama saja dengan meracik tembakau untuk rokok. Perusahaan yang bergerak dalam industri de-rivative akan terus berkembang dan saat ini telah banyak perusahaan yang direlokasi ke Cina, Vietnam dll. Dapat dibayangkan bila pasar sudah dibanjiri produk-produk derivative dalam jumlah banyak dan murah

Dodit Artanto Dari Rugi Menjadi UntungKetika dilantik menjadi Direktur Utama PT Perhutani Anugerah Kimia (PT PAK) beberapa waktu lalu, Dodit Artanto, dengan semangat tinggi bertekad mengubah neraca keuangan PT PAK dari rugi menjadi untung. Dengan pengetahuan yang luas di bidang industri, tekad tersebut dirasakan banyak pihak tidak berlebihan.

serta proses produksi lebih cepat dan mudah maka pabrik-pabrik yang tadinya memproses sendiri gon-dorukem atau terpentin akan beralih ke derivative karena lebih murah dan efisien. Berarti, Perhutani mulai kehilangan pasar. Perhutani harus berpikir ke sana. Mau tidak mau, sedapat mungkin mempersiapkan diri dan secara cepat berpacu dengan industri-industri tersebut.

Ekspor gondorukem memang menghasilkan devisa namun impor produk derivative juga menghabiskan devisa yang lebih besar. Selain itu yang muda-muda harus bangga den-gan rasa berbangsa dan bernegara. Kebutuhan dalam negeri sedapat

Wawancara

Dodit Artanto

16Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 17: DR-15-05-2007

17Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

mungkin dicukupi dari dalam negeri. Karena alasan itulah PT. PAK perlu diteruskan keberadaannya.

Apa permasalahan yang mem-buat PT. PAK terus merugi?

Saya tidak ingin mencari kesala-han yang lalu-lalu. Namun yang lalu harus dijadikan pelajaran. Di awal masa jabatan, saya menginventarisir semua permasalahan dan menemu-kan hampir di semua aspek perlu pembenahan, baik manajemen mau-pun operasional perusahaan. Tadinya, saya pikir masalahnya ada di sumber-daya manusia (SDM) dan pasar. Na-mun, setelah diinventarisir, ternyata pasar sangat besar dan bagus, SDM muda-muda dengan semangat tinggi. Yang kurang manajemen sistemnya yang perlu diimprove.

Ketika pasar oke, SDM cukup, kemudian ternyata perusahaan merugi, hal ini terjadi karena keg-iatan operasional di bawah skala eko-nomi yang ada. Artinya, perusahaan menghasilkan atau menjual produk di bawah kapasitas minimal/BEP/impas. Ternyata pula, income tidak cukup untuk menutupi semua biaya perusahaan.

Lalu, bagaimana jalan keluarnya

agar PT PAK untung?Untuk mengatasi masalah PT.

PAK, saya perlu memastikan dulu apa dan berapa jenis produk yang akan dihasilkan. Produk yang di-hasilkan haruslah sesuai dengan ke-butuhan pasar. Selain itu, pabrik juga harus mampu menghasilkan produk dalam jumlah yang cukup.

Di pabrik, setelah saya cek, ternyata ada masalah di instalasi pabrik yang perlu dilakukan improve serius. Di PT. PAK, dulu baru ada satu reaktor sebagai wajan pemasak. Kemudian ditambah satu lagi, men-jadi dua reaktor. Tetapi kompornya atau boilernya tidak mampu diop-erasikan untuk 2 reaktor sehingga harus bergantian. Dengan kondisi ini pabrik tetap tidak bisa menghasilkan produk dalam jumlah cukup.

Tanpa ada suntikan dana dari Perhutani sebagai induk perusa-haan PT. PAK, apa yang bisa Anda lakukan?

Saya harus tetap running. Lang-kah yang akan saya ambil adalah memasukkan modal bagi pem-bayaran hutang dan kewajiban pe-rusahaan serta perbaikan pabrik dengan melakukan trading. Trading

yang dilakukan adalah trading gon-dorukem karena PT. PAK juga agen. Pengalaman memang sedikit karena alokasi sedikit. Bila agen lain mampu mengapa PT. PAK tidak? Saya yakin dapat memasarkan gondorukem berapapun jumlah yang dialokasikan oleh Perhutani. Tahun ini, minimal saya minta dialokasikan 8000 ton gondorukem.

Ada kekhawatiran sebagian pihak dengan melakukan trading, PT. PAK menjadi tidak fokus dalam kegiatan manufacturing?

Saya jamin hal tersebut tidak akan terjadi. Bahkan manufacturing akan terus dibesarkan dan tidak akan dibiarkan. Sampai dengan Maret 2007, PT. PAK telah membukukan pendapatan dari trading dan manu-facturing sebesar Rp. 8,867 miliar. Terjadi kenaikan 235 persen diband-ing triwulan I tahun 2006 sebesar Rp.3,77 milyar.

Produk-produk derivative yang dihasilkan PT. PAK antara laino Glycerine Rosin Esters (GE 5085, GE

5095)o Penta Rosin Esters (PE 4100, PE 5100,

PE 5110)o Maleic Penta modifi ed rosin esters

(MEP 5130)o Maleic Glycerin modifi ed rosin es-

ters (MEG 5130)o Stabilized Gum Rosin (RS 1000)o Disproportionated Gum Rosin (RS

2000)Selain itu juga akan dikembang-

kan produk dari terpentin :o Alpha Pineneo Pine Oilo Terpineolo Campheneo Isolongifolene

Wawancara

17Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 18: DR-15-05-2007

18Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

“Di Jerman yang tidak ada masalah kependudukan, ngapain kita bicara so-sial forestry, tetap timber management. Namun, untuk Pulau Jawa yang persoa-lan kependudukannya kompleks, kita harus bicara sosial forestry,” kata San Afri Awang dari Pusat Kajian Hutan Rakyat Universitas Gadjah Mada.

Sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang diharapkan menjadi jalan keluar persoalan ke-miskinan masyarakat sekitar hutan, kata San Afri, sudah baik, namun, “spirit di tingkat lapangan masih harus terus diperbaiki”.

Berikut perbincangan San Afri de-ngan Darman Effendi Purba, Yopita Sari dan Marison Guciano dari Duta Rimba di sela-sela Pembukaan Rapat Paripurna dan Pekan Olahraga dan Seni (Ratna dan Porseni) di Jogjakarta, Senin (14/5), lalu.

Sampai saat ini, dari pengamatan Anda, apakah Perum Perhutani sudah berada dalam trek yang benar dalam mengelola hutan di Pulau Jawa?

Gagasan dari pihak di luar Perhuta-ni sebetulnya menginginkan apa yang disebut access right terhadap sumber-daya alam dalam rangka menegakkan pasal 33 UUD 1945 bahwa bumi, air, dan kekayaan alam sebesar-besarnya dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat.

Sejak dulu, Perhutani saya nilai ber-beda sekali dengan BUMN-BUMN yang lain, seperti BUMN perkebunan, yang pemberdayaan masyarakatnya me-mang kurang. Pada Perhutani, gagasan pemberdayaan masyarakat sudah ada sejak tahun 1972 yang bermetamorfosa menjadi PMDH, kehutanan sosial, dan sekarang PHBM. Ini adalah rangkaian pemberdayaan masyarakat yang sejak lama dicita-citakan.

Saat ini, PHBM oleh PHT adalah senjata pamungkas Perhutani untuk memberdayakan masyarakat. Kalau ini gagal, mungkin Perhutani dilikui-dasi karena rakyat akan lebih berontak lagi.

Kelebihan PHBM adalah sudah benar-benar melakukan access right terhadap sumberdaya alam. Itu sudah luar biasa. Nyaris tidak kita temui di negara yang lain. Dan yang lebih luar biasa, satu LMDH memangku kawasan sampai 3000 hektar. Itu spektakuler bagi saya. Ini yang didorong oleh LSM sejak tahun 1992. Makanya, tekanan LSM ke Perhutani sekarang sudah relatif berkurang. Dan saya sudah

San Afri AwangImplementasikan PHBM Jilid Dengan menguasai 2,4 juta hektar kawasan hutan di Pulau Jawa, Perhutani memiliki tanggung jawab sosial terhadap 23,5 juta orang yang menggantungkan hidupnya langsung pada sumberdaya hutan. Hingga kini, tanggung jawab sosial itulah yang terus disoroti banyak pihak.

Wawancara

18Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 19: DR-15-05-2007

19Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

meyakinkan kawan-kawan jaringan saya se-Jawa, kita wait and see. Sudah berhenti dulu nekan karena sekarang sudah ada perubahan.

Berarti, Perhutani telah lebih luas mengakomodasi kepentingan masya-rakat?

Sistem PHBM yang dipakai kan sistem perwakilan melalui LMDH. Itu tidak jelek. Yang saya permasalahkan adalah bagaimana mendistribusikan sharing dari level pengurus ke forest user groupnya. Karena se-jak 1972, yang jadi persoalan, ya, yang grass rootnya ini. Ini yang harus diperhatikan PHT.

Kritik saya sejak tahun 1972 sampai sekarang adalah bagaimana Perhutani bisa me-nyejahterakan masyarakat miskin. Yang harus diperhatikan adalah kelembagaan PHBM, ang-gota LMDH adalah harus benar-benar masyarakat miskin.

Persoalan pokok yang hen-dak Anda sampaikan adalah bagaimana sharing PHBM bisa langsung menyentuh kepada orang miskin?

Ya. Kenapa? Hipotetik Perum Perhutani selama ini adalah orang miskin yang mencuri kayu. Saya bilang tidak. Orang miskin itu tidak mencuri. Mer-eka mencuri itu karena keadaan yang memaksanya dan ada penadahnya.

Tapi, kalau sharing PHBM yang sudah Rp. 15 miliar per ta-hun tidak juga menyentuh mer-eka, ya, nyuri lagi. Angka gang-guan hutan itu turun, menurut saya, ada dua sebab, satu orang sadar, dua, tidak ada lagi kayu yang mau dicuri.

Kritikan Anda terkait den-gan persoalan kelembagaan PHBM. Namun, pada LMDH, bukankah sudah ada AD/ART dimana seluruh anggota bisa melakukan monitoring dan evaluasi untuk membenahi kelemahan terse-but?

AD/ART LMDH se-Jawa ini kan hampir sama semua. Begini, saya mengatakan pelaksanaan PHBM saat ini dengan PHBM jilid 1. That’s OK. Karena Perhutani dikejar target su-dah cukup 6000 LMDH. Saya minta,

laksanakan PHBM jilid 2. Jilid 2 itu improve. Kalau Pak Dirut mengatakan itu PHBM Plus. Istilah saya jilid 2. Yang plus itu apa? Plusnya adalah kes-ejahteraan itu masuk ke tingkat bawah, bukan di elit. Kalau pendekatan ke masyarakat, saya lihat, sampai saat ini OK. Namun, penguatan kelembagaan di lapangan yang masih kurang. Karena

dan menyentuh masyarakat. Lalu katakan, Perhutani setuju landreform, tapi landreform kami ini bentuknya. Boleh dong orang punya konsep kita punya konsep? Mengapa kita harus takut sama konsep orang. Karena lan-dreform itu teorinya banyak, mulai dari Amerika Latin sampai Eropa. Untuk Jawa, kita punya konsep landreform

sendiri dan imposible bila kita melakukan handed over. Di luar Jawa, ya, monggo. Karena yang dipahami para pengkritik reclaiming, itu adalah landre-form yang handed over, tanah negara yang bila rakyat butuh diberikan. Dan itu dijamin oleh UU No. 560. That’s OK kalau tanahnya mungkin. Kalau tidak mungkin, kita punya cara lain dan kita bisa perdebatkan kon-sep para pengkritik itu.

Seringkali banyak pihak

terjebak pada pemikiran bah-wa sumbangan Perhutani kepa-da rakyat hanya pada sharing. Padahal, ada multiplier efek dari berbagai program yang diimplementasikan Perhutani. Bagaimana menurut Anda?

Persis. Yang salah, ya, Per-hutani sendiri. Karena yang diomong dimana-mana itu cuma sharing, bukan pengelolaan-nya. Itu juga sudah saya kritik dua tahun yang lalu. Jaman PMDH, yang jadi jargon adalah charity, bagi-bagi kambing, bagi-bagi modal. Jaman perhu-tanan sosial yang jadi jargon-nya buah-buahan, terus PUKK. Jaman manajemen rezimnya Pak Simon di Madiun, jargon-nya plong-plongan tanah. Dan jaman PHBM sekarang, yang jadi jargon adalah sharing. Di setiap jaman, selalu ada ikon. Itu tidak salah. Ikon itu penting agar orang bisa ingat.

Sekarang, Perhutani harus secara detil menyampaikan bahwa PHBM itu sistem penge-lolaan, bukan sistem bagi hasil.

Ini kesalahan dari kawan-kawan di Perhutani sendiri, karena pada waktu itu tidak cukup trust pada diri sendiri untuk melansir program ini. Makanya, saya bilang PHBM jilid 2 ini perbaikilah PHBM dengan mengubah citra. Shar-ing itu ngomongnya di belakang saja, pada waktu extension. Terus posisi Perum perhutani jangan jadi tenaga

PHBM jilid 1 mengejar target, maka jilid 2 adalah mengejar kualitas.

Bila PHBM Jilid 2 telah diimple-mentasikan, berarti wacana landre-form sudah tidak layak lagi?

Kemaslah oleh Perum Perhutani apa yang disebut wengkon atau hutan pangkuan desa. Kemas secara cerdik

Wawancara

19Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 20: DR-15-05-2007

20Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

yang dilakukan berkaitan dengan kegiatan Rapat Paripurna dan Pekan Olahraga dan Seni (Ratna dan Porseni) 12-16 Mei lalu.

Sebelumnya, di tempat yang sama, Kepala Pusdiklat Perum Perhutani Sad-hardjo Siswamartana yang saat ini men-jabat KSPI mengatakan, pihaknya telah melakukan terobosan untuk mengubah Pusdiklat dari cost centre menjadi profit centre, salah satunya dengan membuka kursus untuk Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang biayanya diambil tidak dari Perum Perhutani, tetapi dari pemerintah daerah asal LMDH.

“Kami juga telah memberanikan diri membuat modul PHBM yang berisi bagaimana agar LMDH bisa bekerja bersama-sama Perum Perhutani dalam mengelola hutan di Pulau Jawa ini. Program ini sudah kita tawarkan ke berbagai pihak, termasuk ke Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI),” terang Sadhardjo.

Program lain yang ditawarkan Pusdiklat adalah kursus pengukuhan dan perencanaan hutan. Hal tersebut dilatar belakangi oleh keinginan para rimbawan untuk belajar kehutanan pada Perum Perhutani. “Sampai saat ini, di luar Jawa, jangankan terbentuk Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) dengan benar, batas hutan pun nyaris tidak diketemukan,” jelas Sadhardjo.

Dikatakan Sadhardjo, saat ini Pus-diklat juga sedang mengkaji untuk melaksanakan kursus-kursus yang menyangkut pengujian, baik itu pengu-jian kayu bulat dan kayu persegi, juga pengujian kopal dan gondorukem. Kuri-kulum pendidikan pengujian produk non hutan lainnya, seperti cengkeh dan rotan, akan segera menyusul dilaksanakan menunggu pengesahan dari Kapusdiklat Dephut.

Selain materi-materi kursus, materi lain yang ditawarkan Pusdiklat adalah outbond, yang terdiri dari berbagai ma-tra, seperti air, darat, dll. Biasanya, sebe-lum masuk kepada materi utama, para peserta kursus selalu diikutkan dalam outbond. Kegiatan outbond dilakukan untuk menggalang persatuan dan kes-

Pusdiklat Tidak lagi Menjadi Cost CentreDirut ingin ada pertukaran siswaPusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Perum Perhutani di Madiun kini tidak lagi menjadi cost center, tetapi profi t center. Kemajuan Pusdiklat tersebut tercapai berkat kemampuan menjual program dan mengembangkan kerjasama dengan semua pihak.

Ke depan, kerjasama Pusdiklat diharapkan tidak hanya dengan lem-baga dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Bentuk kerjasama yang diharapkan salah satunya adalah melakukan pertukaran siswa.

Keinginan agar Pusdiklat melaku-

kan pertukaran siswa dilontarkan Dirut Perum Perhutani Transtoto Handadhari kepada Kapusdiklat yang baru Haryoto dalam jamuan makan malam dengan sesepuh kehutanan di Pusdiklat Ma-diun, Minggu (13/5). Acara tersebut termasuk dalam rangkaian fieldtrip

F o k u s

Sadhardjo Siswamartana

20Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 21: DR-15-05-2007

21Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Menurut Heru, trend potensi tegakan pinus yang menurun menjadi-kan target produksi getah pinus tahun 2007 sebanyak 31.584 ton menjadi lebih kecil dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 32.830 ton.

Hingga Maret 2007, jelas Heru, sebab utama turunnya produksi getah pinus tahun ini karena bencana alam. Pemungutan kayu dari pohon yang roboh karena bencana alam (tebangan D) diperkirakan mencapai 111 ribu meter kubik, dengan jumlah pohon sebanyak kurang lebih 165 ribu batang. Pohon pinus yang rusak paling banyak terdapat di KPH Banyuwangi Barat sebanyak 106 ribu pohon akibat angin puting beliung yang melanda daerah itu beberapa waktu lalu, disusul KPH Kediri sebanyak 21 ribu pohon, KPH Bondowoso 14.700 pohon, KPH Jember 14.500 pohon dan KPH Lawu DS seban-yak 8.200 pohon.

Sedangkan untuk hama cabuk lilin, saat ini bukan saja sudah menyerang tegakan-tegakan produktif untuk sadapan, tetapi sudah merambah pada pembibitan, seperti yang terjadi pada KPH Lawu DS beberapa waktu lalu.

Getah pinus adalah bahan baku gondorukem dan terpentin yang saat ini merupakan andalan pendapatan terbesar kedua Perhutani setelah produksi kayu bundar jati. Kalau gondorukem dan terpentin produk-sinya turun karena ad-anya suplai bahan baku yang tidak lancar, maka lambat atau cepat akan megncaman perolehan penghasilan yang pada gilirannya mengganggu eksistensi Perhutani.

Menurut Heru Lutfi, dengan asumsi kebutuhan getah pinus akan terus meningkat dan harga gondorukem di pasaran dunia yang saat ini cukup baik, sekitar US $ 700 per ton, ini bisa dija-dikan peluang untuk memposisikan gondorukem menjadi primadona non kayu di masa mendatang. Namun say-angnya, jelas Heru, dalam rangka me-menuhi target itu di lapangan banyak ditemukan penyadap yang melanggar kaidah-kaidah penyadapan.

Karena itu, Heru berharap target yang dibebankan Direksi kepada Unit yang selanjutnya akan dibebankan ke-pada KPH saat ini perlu ditinjau ulang agar target yang dibebankan kepada KPH ini benar-benar tidak melanggar kaidah-kaidah sadapan, terutama ke-dalaman quare dan pemakaian cairan asam stimulansia (CAS) yang dapat mengakibatkan pohon mati.

“Untuk mengintensifkan dan men-goptimalkan sadapan getah diperlukan adanya review ulang pada kawasan-kawasan yang belum tersentuh sada-pan, contoh kasus seperti di BKPH Trenggalek KPH Kediri, ada sekitar 80 ha yang semestinya sudah masuk sadap lanjutan namum belum pernah disadap,” tutur Heru.

(Djaelani/Tuti)

Bencana Alam dan Cabuk lilin Ancam Potensi Sadapan Pinus JatimBencana alam dan serangan hama cabuk lilin kini menjadi ancaman serius bagi kelangsungan produksi getah pinus di wilayah Perum Perhutani Unit II Jatim. Demikian dikatakan Kepala Biro Produksi Unit II Jatim, Ir. Heru Lutfi , dalam sambutannya pada Pelatihan Sadapan Getah Pinus yang diikuti oleh para pemasok getah di wilayah Unit II Jatim di Pasuruan akhir Maret lalu.

F o k u s

21Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 22: DR-15-05-2007

22Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Konser yang bertemakan aksi penanaman pohon tersebut dilakukan sebagai upaya kampanye Indonesia Menanam dan Puncak Aksi Rehabili-tasi Hutan dan Lahan di Propinsi Jawa Timur. “Saya terinspirasi oleh Pak Dirman, yang dalam keadaan sakit beliau masih gigih berjuang, dan sing-gah selama tiga hari di Desa ini,” kata Iwan Fals.

Kampanye Indonesia Menanam merupakan kegiatan untuk menin-gkatkan kesadaran, peran serta, dan kepedulian masyarakat dalam pelestar-

ian sumberdaya alam hutan dan ling-kungan. Selain itu, untuk menggugah serta menggerakkan swadaya masyara-kat dalam memperbaiki lingkungan hidup dengan menanam pohon, serta memperbanyak ruang terbuka hijau, khususnya daerah perkotaan.

Kampanye Indonesia Menanam dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa kondisi lingkungan hidup yang sema-kin rusak, dengan berbagai akibat ben-cana alam yang berturut-turut, seperti banjir, tanah longsor yang sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia.

Sebelum acara konser musik, dis-erahkan bibit secara simbolis kepada 9 Bupati di sekitar Pacitan, yaitu Bupati Trenggalek, Ponorogo, Ngawi, Magetan, Madiun, Gunung kidul, Wonogiri, Ka-ranganyar oleh Menteri Kehutanan, MS. Kaban. Secara simbolis diserahkan 25 ribu bibit pohon yang langsung di drop di Kabupaten masing-masing. Se-dangkan kepada Bupati Pacitan, secara simbolis MS. Kaban menyerahkan 100 ribu bibit jati, pinus, dan sengon.

Kedatangan Iwan Fals bersama ke-luarga disambut tepukan meriah oleh masyarakat sekitar yang memadati areal monumen Jenderal Besar Sudir-man, termasuk hadirin peserta aksi penanaman pohon dan penggemarnya yang tergabung dalam kelompok Orang Indonesia (OI), yang sudah menunggu-nya sejak pagi. Sebelum konser musik, Iwan fals mendampingi Menteri Kehu-tanan MS. Kaban melakukan penana-man pohon di areal lokasi Monumen Jenderal Sudirman.

Usai penanaman, Iwan Fals didapuk segera tampil ke atas panggung. Pe-nonton yang sudah menunggu sejak pagi rupanya sudah tak sabar untuk menyaksikan penampilan sang leg-endaris. Tepukan dan teriakan terus bergema saat pertama kali Iwan Fals menyanyikan lagu yang berjudul Desa, sapaan akrab pun terdengar dari Iwan kepada para penggemarnya, OI, yang mengacung-acungkan bendera, hingga Iwan fals memintanya untuk menu-runkan bendera karena yang belakang tidak kelihatan.

Konser musik selama satu jam lebih dengan lagu-lagu kritik sosial yang sudah akrab di telinga membuat para penonton terhipnotis dan terbawa emosi untuk ikut menyanyikan lagu tersebut. Hingga konser berakhir pun penonton tak beranjak dari tempatnya seolah ingin konser diteruskan.

Malam harinya, Iwan Fals berkolab-orasi dengan dalang terkenal Ki Anom Suroto pada pagelaran wayang kulit yang digelar semalam suntuk di alun-alun Kabupaten Pacitan, sebagai pun-cak acara aksi penanaman pohon di Pacitan. (Tuti/Djaelani/Humas Unit II Jatim)

Menanam Pohon di Pacitan Bersama Iwan FalsTerinspirasi oleh kegigihan perjuangan Jenderal Besar Sudirman, legendaris musikus Iwan Fals dan beberapa seniman lokal melakukan konser musik bersama aksi penanaman pohon di Monumen Jenderal Sudirman, Sabtu (5/5), di Desa Pakis Baru, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan.

“Saya terinspirasi oleh Pak Dirman, yang dalam keadaan sakit beliau masih gigih berjuang, dan singgah selama tiga hari di Desa ini,” kata Iwan Fals.

F o k u s

Menteri Kehutanan MS Kaban dan Iwan Fals menanam pohon di Pacitan

22Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 23: DR-15-05-2007

23Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Dalam rangka penerapan praktek GCG tersebut, Perhutani dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pemban-gunan atau BPKP, Selasa (22/5), men-gadakan kesepakatan bersama tentang layanan jasa akuntan negara BPKP pada Perum Perhutani. Kesepakatan bersama ini ditandatangani Direktur Utama Perum Perhutani, Transtoto Handadhari, dan Kepala BPKP Per-wakilan Propinsi DKI Jakarta I, Irsan Gunawan.

Kesepakatan bersama tersebut me-liputi kegiatan Diagnostic Assessment penerapan praktik-praktik GCG di Perum Perhutani. BPKP akan melaku-kan pendampingan sosialisasi untuk teknis penyusunan pedoman tata kelola perusahaan (Code of Corporate Gover-nance) dan Pedoman Perilaku (Code of Conduct). BPKP akan melakukan bimb-

ingan teknis penera-pan manajemen resiko serta pendampingan internalisasi prinsip-prinsip GCG ke dalam proses bisnis Perum Perhutani

Penandatangan ke-sepakatan bersama itu dilakukan di Kantor BPKP Perwakilan DKI Jakarta I. Acara terse-but dihadiri seluruh Di-reksi Perum Perhutani, Ketua Dewan Penga-was Perhutani, Kepala BPKP, Didi Widayadi, pejabat Perhutani yang terkait serta pejabat dari BPKP. Penan-datangan kesepakatan

Penerapan Good Corporate Governance di Perum PerhutaniPerum Perhutani akan menerapkan praktek-praktek Good Corporate Governance (GCG) untuk mewujudkan Perum Perhutani yang bersih, sehat, maju dan berkembang. Penerapan GCG akan membuat tata kelola dan perilaku dalam bekerja menjadi lebih baik.

bersama ini merupakan tindak lanjut dari MOU Menteri BUMN dan Kepala BPKP nomor MoU-03/MBU/2006 dan MoU-199/K/05/2006 tentang Kerjasama Percepatan Pemberantasan Korupsi dan Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik di Lingkungan BUMN.

“Perhutani ingin menjadi contoh untuk sistem pengelolaan hutan yang baik di Indonesia bahkan`di dunia ses-uai dengan visi Perum Perhutani yang baru,” ujar Transtoto. Pelaksanaan GCG di Perhutani bisa dipercepat dengan adanya penandatanganan ini. Perhu-tani akan berusaha memperbaiki diri untuk membangun sistem kerja yang maju dan sehat.

“Penerapan GCG di Perhutani sangat strategis. Selain karena adanya perputaran uang di dalam perusahaan, Perhutani mampu mengentaskan ke-miskinan masyarakat di sekitar hutan,” kata Didi Widayadi. “Untuk itu harus ada perubahan paradigma. Akuntan mempunyai peranan yang penting

dalam suatu perusahaan,” lanjutnya.Penerapan GCG ini secara tidak

langsung akan meningkatkan citra Pe-rum Perhutani. Jika Perum Perhutani mampu menerapkan GCG dengan baik maka Perum Perhutani dapat menjadi contoh bagi pengelola-pengelola hutan Indonesia yang lain.

F o k u s

Direktur Utama Perum Perhutani Transtoto Handadhari dan Kepala BPKP Perwakilan Propinsi DKI Jakarta I, Irsan Gunawan menandatangani kesepakatan bersama dalam rangka GCG disaksikan Kepala BPKP Didi Widayadi

Direktur Utama Perum Perhutani Transtoto Handadhari dan Kepala BPKP Perwakilan Propinsi DKI Jakarta I, Irsan Gunawan berjabat tangan usai menandatangani kesepakatan bersama dalam rangka

23Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 24: DR-15-05-2007

24Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Kepala Seksi (Kasi) Keamanan Perum Perhutani Unit II Jatim, Arif Herlambang mengatakan, pihakya telah menggelar penerimaan Polisi Hutan (Polhut) khusus Polhut Mobil (Polhutmob).

Dari 209 peserta yang mengikuti test psikologi, jasmani maupun kelengka-pan administrasi di tingkat Unit, Senin (9/4) lalu, 178 orang telah dinyatakan lulus dan kini sedang menjalani pendi-dikan di Lembaga Pendidikan Brimob Simongan, Semarang.

Dikatakan Arif, sebelum calon Polhutmob itu dinyatakan lulus di tingkat Unit, mereka telah mengikuti serangkaian seleksi di tingkat Kes-

atuan Pemangkuan Hutan (KPH). “Mer-eka umumnya adalah pekerja kontrak waktu terbatas (PKWT) di KPH-KPH tapi telah mengikuti dan dinyatakan lulus dalam serangkaian seleksi calon Polhutmob di KPH,” ujarnya.

Arif berharap, penambahan personel Polhutmob ini dapat diandalkan untuk membantu memperkuat pengamanan kawasan hutan di tiap-tiap KPH yang tingkat kerawanannya cukup tinggi. Berdasarkan data terakhir (Januari s/d Februari 2007), Perhutani telah men-galami kerugian sebesar Rp. 2,3 Milyar akibat sebanyak 9.593 pohon tercuri. Pencurian pohon tertinggi pertama terjadi di KPH Saradan dengan jumlah

pohon hilang sebanyak 2.322 batang, kedua pada KPH Parengan sebanyak 1.001 pohon dan ketiga pada KPH Bo-jonegoro sebanyak 746 pohon.

Dibandingkan dengan data Feb-ruari 2006, angka kerugian tahun ini masih 48 persen lebih rendah. “Pada tahun 2006, kami memang telah ber-hasil menurunkan angka gangguan keamanan hutan khususnya pencurian pohon hingga 54 persen dari tahun 2005. Kalau pada 2006, nilai kerugian akibat pencurian pohon masih Rp. 18 Milyar, tahun ini kami upayakan bisa turun hingga 50 persen dari tahun 2006,” ungkap Arif.

(Tuti/Djaelani)

Perhutani Unit II Rekrut 178 Anggota PolhutmobUntuk menekan angka pencurian pohon yang ditargetkan turun 50 persen pada tahun ini, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur dipastikan akan menambah kekuatan pengamanan hutan, khususnya di kawasan yang tingkat kerawanannya cukup tinggi.

F o k u s

24Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 25: DR-15-05-2007

25Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Menurut Direktur Utama Perum Perhutani Transtoto Handadhari dalam sambutannya pada acara Pembukaan Pendidikan dan Pelatihan Pembentu-kan Polhutmob di Markas Komando Brimob Simongan Semarang, Senin (7/5), Polhutmob akan menjadi bagian kunci di dalam pengamanan hutan yang dilakukan bersama polisi.

Pada Januari 2006 lalu, Perum Per-hutani bersama POLRI telah melaku-kan kegiatan Operasi Hutan Lestari (OHL). Dari OHL tersebut, berhasil ditetapkan tersangka pencuri kayu sebanyak 872 orang. Namun, yang menjadi keprihatinan, vonis para pencuri kayu tersebut sangat ringan, hanya antara 3 bulan sampai 1,5 tahun, meskipun UU lingkungan mengatakan vonis bisa sampai 5-10 tahun.

“Ke depan, ini harus kita kawal. Saya ingin sampaikan bahwa Pe-rum Perhutani ke depan akan terus melakukan pengamanan hutan dengan mencanangkan Perhutani Hijau 2010.

Polhutmob Harus Miliki Komitmen, Disiplin, Keberanian, dan Moral yang Tinggi

Sebelum 2010, tanah Jawa yang dikua-sai Perum Perhutani harus sudah hijau. Demikian pula hutan-hutan yang ada harus sudah aman. Untuk itulah kita menggelar OHL Tanpa Batas, yaitu operasi yang tidak ada hentinya tetapi dilakukan dengan program-program yang sangat komprehensif, terpadu, berjangka, dan bersifat arif. Ini harus saudara kawal,” kata Transtoto di depan 253 Polhutmob yang ikut menjalani Diklat.

Saat ini, jelas Transtoto, Perum Per-hutani memiliki 7700 Polhut, dimana 7000 Polhut bersifat teritorial dan 700 Polhut bersifat mobile. Ke depan, ke-mampuan Polhut akan terus dilipatgan-dakan, mengikuti 253 orang yang saat ini sedang mengikuti Diklat.

Menurut Transtoto, dalam pen-gamanan hutan, Perum Perhutani

tidak mengutamakan tindakan represi, tetapi kegiatan yang dilakukan bersifat pendekatan kesejahteraan, pendidikan, penyadaran hukum, dan sebagainya. “Namun, bila di luar pendekatan tadi masih terjadi juga pencurian kayu, Polhutmob adalah pasukan pemukul yang harus siap memutari Pulau Jawa ini dalam rangka mengamankan hutan bersama 7700 Polhut yang kita miliki,” tuturnya.

Salah satu bentuk pengaman-an hutan bersifat komprehensif yang dimaksud Transtoto adalah Program PHBM, dimana dalam PHBM masyara-kat bukan hanya menjadi penonton dan pemanfaat lahan hutan, tetapi juga ikut mengolah dan mengamankan hutan.

Angka kerusakan hutan yang di-kuasai Perum Perhutani sendiri tiap tahun mengalami penurunan tajam. Pada 2004, Perhutani merugi Rp. 130 miliar, 2005 Rp. 73 miliar, 2006 Rp. 23 miliar, dan 2007, hingga April, keru-gian berhasil ditekan sampai Rp 1-2 miliar./Marison

Polisi hutan mobil (Polhutmob) diharapkan tidak hanya mampu menangkal kerusakan hutan, tetapi juga dapat diandalkan sebagai petugas yang memiliki komitmen, disiplin, keberanian, dan moral yang tinggi didalam mengemban tugas negara yang sangat berat ini.

F o k u s

25Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Dirut menyematkan tanda peserta Diklat kepada salah satu Polhutmob

Polhutmob siap mengemban tugas

Page 26: DR-15-05-2007

26Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Rekaman Lensa Kalah Menang Tidak Penting

Karo Hugra Tardi digotong beramai-ramai

Suporter kontingen kantor pusat

Pasangan bulutangkis Unit II Jatim, Wakanit Edy Purnomo dan Karo Industri Heru Lutfi Tim Volly Jabar paling diminati

Dirsar ayunkan stik golf

Page 27: DR-15-05-2007

27Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Rekaman Lensag, yang Penting Kebersamaan

Dirkeu: melompat lebih tinggi

Papan skor menunjukkan kemenangan Unit III Jabar

Santai: Audi Arthur Pattiruhu dengan kawan-kawan

Tarik tambang

Suporter Unit III Jabar

Page 28: DR-15-05-2007

28Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Oleh Dahono Irianto

Kelembagaan PHBM salah satunya diwujudkan dalam wadah Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang terbentuk di tingkat desa. Selain ikut mengelola dan memelihara hutan, LMDH juga melakukan kegiatan ekonomi produktif guna mendukung perekonomian mereka.

Tiga faktor yang seringkali dinilai banyak pihak paling menentukan ke-berhasilan kegiatan ekonomi produktif LMDH adalah space (lahan garap), waktu pemanfaatan ruang/space, dan jenis yang dikembangkan. Kegiatan

tersebut telah terwujud pada berbagai produk andalan LMDH, mulai dari ketela pohon, jagung, kacang tanah, porang, cim cau, sharing produksi kayu, dan lain-lain.

Namun, dibalik itu, hasil penelu-suran penulis menemukan persoalan yang seringkali munncul adalah:1. Apakah produk-produk LMDH sudah

di inventory dan dikonsolidasi men-jadi kekuatan bahan baku industri yang bisa dikembangkan/mencukupi untuk sebuah industri.

2. Sudahkah dirancang alur, pengum-pulan bahan baku industri dan siapa yang menangani produk-produk LMDH sebagai bahan baku industri andalan.

3. Apakah produktivitas produk-produk LMDH sudah cukup menjadi satu kekuatan kapasitas bahan baku pada tingkat kapasitas industri tertentu.

4. Mungkinkah Produk-produk LMDH dapat diolah menjadi output/ kelu-aran yang bisa diproses dan bersaing dalam masalah harga dan kualitas produknya.

5. Bagaimana dampak positif dan negatif yang timbul sebagai akibat didirikannya industri yang berbasis produk LMDH.

Industri Berbasis Produk LMDHBahan baku produk LMDH dan

pelaksanaan PHBM sangatlah beragam, tetapi ada produk-produk yang sudah memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi sebuah industri, antara lain ja-gung, ketela pohon, porang, nanas, dan kacang-kacangan. Tampilan produksi yang dikelompokkan oleh Direktorat Produksi ditampilkan dalam tabel 1 di bawah ini:

Dari data di atas dapat di analisa

Mengembangkan Industri Berbasis Produk LMDHPengelolaan Hutan Bersama Masyarakat atau PHBM yang diperkenalkan melalui S.K. Dewan Pengawas Perum Perhutani No. 136/Tahun 2001 dan diimplementasikan di seluruh wilayah Perum Perhutani mengandung sepuluh prinsip yang sangat bagus dan bermuara pada prinsip kebersamaan antara Perum Perhutani dengan masyarakat dalam upaya melestarikan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan agar secara terus menerus memberikan manfaat ekonomi, lingkungan, dan sosial.

Tabel 1 : Produk-produk LMDH (Tahun 2000 – 2006)

No. Tahun Jenis Produk (Ton)

Padi Jagung Kacang-kacangan Lain-lain

1. 2001 94.611,96 152.294,13 65.152,55 75.911,41

2. 2002 71.017,81 171.447,80 27.554,40 30.546,62

3. 2003 86.076,29 182.027,94 16.787,67 108.762,43

4. 2004 76.185,61 136.972,32 23.352,50 26.682,20

5. 2005 70.043,83 140.667,67 34.584,48 103.963,90

6. 2006 99.818,22 197.811,69 33.783,06 390.118,54

Jumlah 497.753,72 981.221,55 201.214,66 735.985,10

Sumber: Data laporan Direktorat Produksi Direksi Perum Perhutani.

F o k u s

Jagung: sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai industri berbasis produk LMDH

28Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 29: DR-15-05-2007

29Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

bahwa potensi produk LMDH yang bisa digunakan sebagai sumber bahan baku industri alternative Perum Perhutani adalah Jagung. Kesimpulan tersebut diambil dari kenyataan bahwa jagung, dalam lima tahun terakhir, menjadi produksi primadona dan paling banyak dihasilkan oleh berbagai LMDH. Maka, Perhutani harus memprioritaskan pengembangan industri jagung sebagai upaya mengembangkan industri berba-sis produk LMDH.

Jagung bisa dikembangkan untuk berbagai industri -antara lain- tepung maizena, brondong, marning, dan pak-an ikan. Hasil industri tersebut tergan-tung jenis jagung yang diproduksi, pen-gelolaan bahan baku, dan perhitungan bisnis (L/R) dan rancangan investasi industri yang direncanakan.

Kepentingan perwujudan industri berbasis produk LMDH memiliki be-berapa kelebihan antara lain:- Menjamin kepastian produksi petani

desa hutan, yang tergabung dalam wadah LMDH.

- Meningkatkan pendapatan/kesejahter-aan masyarakat desa hutan karena terjalinnya hubungan usaha yang lebih baik dengan Perum Perhutani.

- Memberikan lapangan kerja bagi LMDH dan keluarganya.

- Menumbuhkan usaha-usaha lain dis-ekitarnya, antara lain packing, trans-porting, kuliner, dan lain-lain.

- Menambah value added bagi Perum Perhutani di sektor Industri Non Kayu.

HarapanDari uraian di atas, Perhutani perlu

segera melakukan proses bisnis, anali-sis potensi, penyusunan studi kelay-akan dan rendable untuk mewujudkan pendirian industri berbasis produk LMDH.

Kita tentu sangat berharap kepedu-lian seluruh jajaran manajemen untuk menciptakan usaha-usaha lain yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan konsumen.

Dahono Irianto;

F o k u s

Di Perhutani KPH Nganjuk, dengan Pro-gram PHBM, beberapa LMDH sudah menanam tanaman porang sejak tahun 2003, dan saat ini luasnya mencapai 750 Ha.

Areal tanaman porang seluas 750 Ha dita-nam oleh 8 LMDH, antara lain :1. LMDH Arto Moro di RPH Jeruk BKPH Tritik2. LMDH Tri Mulyo di RPH Bendosewu BKPH

Tritik3. LMDH Sumber Rejeki di RPH Kedungrejo

BKPH Tritik4. LMDH Argo Mulyo di RPH Cabean BKPH

Wengkal5. LMDH Jati Makmur di RPH Wedegan dan

Tamanan BKPH Tamanan6. LMDH Jati Mulyo di RPH Nguyu BKPH

Wengkal7. LMDH Wono Mulyo di RPH

Senggoar BKPH Wengkal8. LMDH Jati Lestari di RPH

Wengkal BKPH Wengkal

Keuntungan tanaman po-rang bisa mencakup 3 aspek, yaitu aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Dilihat dari aspek ekologi, tanaman porang membutuhkan naungan seperti jati, mahoni dan sono. Apabila porang dikelola dengan baik, tanaman hutan akan ter-jaga hingga sampai akhir daur karena porang juga tidak tahan dengan kebakaran, termasuk penggembalaan liar. Jadi se-cara otomatis, masyarakat akan menjaga hutan.

Dar i aspek ekonomi , penanaman dan pemeliharaan tanaman porang sangat mudah sehingga tidak memakan biaya tinggi. Dengan sekali tanam, tanaman akan berkembang sampai masa akhir daur tanaman pokok tanpa memerlukan perawatan khusus.

Bagi masyarakat yang paham tanaman porang pasti akan menggebu-gebu mencari pengembangan tanaman porang, karena harga jual panennya yang sangat menarik. Kalau dilihat dari waktu tanam pertama sampai dengan panen

memang lama, yaitu lebih kurang 3 tahun. Kemu-dian untuk berikutnya, setiap tahun porang bisa dipanen dengan hasil yang bertingkat.

Hasil panen yang pertama masih berbentuk umbi gelondong, kurang lebih 5 ton per hektar dengan harga jual Rp. 800 per kg. Apabila diolah dalam bentuk kripik, harganya meningkat lagi menjadi Rp. 8.000 per kg. Ini masih bisa diolah ke bentuk lainnya seperti tepung yang siap dimasak dengan harga Rp. 70.000 per kg.

Dari aspek sosial, tanaman porang dapat me-nyerap tenaga petani hutan, sehingga nantinya bisa menambah kesejahteraan masyarakat yang ada di sekitar hutan. Dampaknya, menanam porang akan menurunkan biaya keamanan hutan. Masyarakat ikut terlibat langsung dalam pengamanan hutan.

LMDH Argo Mulyo merupakan salah satu

contoh. LMDH ini men-gelola tanaman porang

paling luas. Sampai den-gan tahun ini, seluas 269 Ha dan hasilnya sudah

mencapai 2 ton lebih.Apabila mau belajar

dengan tekun dan meneliti dengan baik tanaman porang, serta dapat mempertahankan

mutu panennya dan produk yang diolah, pasti ke depan akan memperoleh hasil yang

baik pula. Seperti yang dik-erjakan oleh LMDH Argo Mulyo.

Sekarang, saldo kas LMDH Argo Mulyo sudah ratusan juta rupiah. Di samping itu, kerja sama

yang baik dengan Perhu-tani KPH Nganjuk, termasuk

ikut dalam bidang pengamanan hutan setempat. Keamanan ini bukan

hanya dikerjakan oleh bapaknya saja, tetapi juga ibu-ibunya yang keluarganya sudah ikut menjadi anggota-anggota LMDH.

Inilah sekilas tentang tanaman porang di wilayah KPH Nganjuk. Selamat mencoba membu-didayakan tanaman porang dan semoga berhasil. (Wied En/Humas Nganjuk)

Sekilas Budidaya Tanaman PorangTanaman porang (Amorphallius Onohopillus) merupakan satu komoditi hasil hutan non kayu.

29Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 30: DR-15-05-2007

30Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

F o k u s

“Saya merasa tertantang untuk mengusahakan keberhasilan tanaman di petak ini,” ujar Lukman, KRPH Pen-anjakan sambil menahan hawa dingin yang menusuk di pagi itu. “Lokasi tana-man ini berbatasan dengan kawasan Ta-man Nasional yang tanamannya selalu gagal,” lanjutnya.

Tanaman seluas 256 hektar yang dilaksanakan sejak tahun 2004, 2005, hingga tahun 2006 yang digarap dengan sistem tumpangsari itu memang mem-berikan pemandangan yang berbeda dengan kawasan TN Bromo Tengger Semeru, yang ditanami dengan cara cemplongan. Pandangan hijau yang dipenuhi tanaman kentang Grand Kembang itu merupakan lokasi tana-man dengan lahan yang nampak jelas

dan larikan hijau tua dari tanaman pohon jenis cemara yang meski samar, memancarkan harapan kekuatan tekad sang KRPH.

Lokasi yang berada pada bukit yang mengelilingi pasir yang terkenal itu memang tidak terlalu mudah untuk di datangi. Topografi yang berat, hawa dingin yang menyergap setiap saat menjadi batu ujian tekad Lukman yang baru setahun memangku jabatan KRPH.

Buah SimalakamaTanah yang subur menjadi buah

simalakama bagi tekad ayah dua anak itu untuk menumbuhkan tanaman yang berbatasan dengan kawasan Ta-man Nasional BTS yang dalam proses

penyerahan dari Perum Perhutani ke Departemen Kehutanan. Seakan bukan rahasia lagi, bahwa suburnya lahan yang semestinya menunjang kesuburan tanaman itu, banyak yang malah menjadi faktor penghambat ke-berhasilan tanaman hutan. Hambatan keberhasilan bukan berarti tanaman-nya tidak jadi, tanaman yang seakan tidak juga membesar adalah salah satu gejala yang mungkin dijumpai. Dugaan adanya keinginan tumpangsari abadi yang melatar belakangi kejadian terse-but tidaklah berlebihan. Betapa tidak, pengakuan salah seorang mitra kerja yang turut melaksanakan penanaman dengan tumpangsari kentang di lokasi itu, sempat membeberkan bahwa dari lahan tumpangsarinya seluas 1 hektar, setiap masa panen, tak kurang dari Rp. 18 Juta bersih mengisi kantongnya.

Saat ini, harus dipikirkan alterna-tive komoditas yang secara proposional dapat menggantikan kentang atau jenis lain yang menimbulkan problem semacam itu. Untuk mengatasi per-soalan klise pada lahan-lahan subur tapi tanamannya hampir tak pernah berhasil.

Peningkatan StatusBelum hilang kabut yang menyeli-

muti bukit pagi itu, setelah berbincang-bincang dengan Lukman, sang KRPH, nampak sosok berbalut baju tebal, terseok mengusung keranjang penuh anakan acacia decuren menuju lokasi tanaman tahun 2006. “Bibit ini untuk mengganti tanaman pengisi yang mati pak,” demikian jelasnya setelah men-gucap sapa. Bapak dua anak yang sudah 16 tahun tercatat sebagai Tenaga Borong di RPH itu kemudian mengung-kap kekhawatiran akan nasibnya.

“Bagaimana nasib saya nanti pak, untuk peningkatan status ada tes tertulis yang bagi saya cukup berat menyelesaikannya. Saya pasti kalah dengan yang muda-muda,” katanya beruneg-uneg yang diucapkan dalam dialeg Tengger yang kental.

Nampaknya, lelaki yang sudah mulai kelihatan tua itu, belum mema-hami benar bahwa point penilaian tidak hanya hasil tes. Disamping masa kerja, juga dipertimbangkan tantangan di ha-dapannya juga cukup memberikan pel-uang untuk menaikkan statusnya kalau dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dan menghasilkan penghargaan atas prestasinya. Penghargaan atas prestasi seseorang yang juga mempunyai nilai yang berarti untuk meraih peningkatan

Tantangan di Gunung PenanjakanHamparan tanah di gunung Pananjakan yang luas terbentang dengan balutan didominasi warna hijau diselingi warna coklat khas tanah pegunungan. Diantara dua bukit nampak sebuah lembah yang kelihatan jelas melalui garis batas yang membelah di tengah lembah.

30Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 31: DR-15-05-2007

31Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

F o k u s

Pernyataan ini disampaikan saat Audiensi Pengurus Sekar dan BOD (Direktur Utama Perum Perhutani) pada tanggal 12 April 2007 di Hotel JW Marriot, Surabaya. Acara ini dihadiri oleh Direktur Utama Perum Perhu-tani, Kepala Unit II, Asisten Direktur Pemasaran, Asisten Direktur SDM, dan seluruh pengurus Sekar. Panitia Mubes II melaporkan hasil Mubes, susunan pengurus Sekar periode 2007 – 2009 serta struktur organisasinya kepada Manajemen Perum Perhutani.

Pada saat Mubes II lalu terpilih Adrian Bestari sebagai Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Sekar Pe-rum Perhutani Periode 2007 – 2009 dan Beddi Taviffudin sebagai Sekretaris Jenderal. Ketua Umum merupakan koordinator dan Sekretaris Jenderal merupakan “motor” organisasi. Sekar

mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan. Untuk men-gambil keputusan atau kebijakan pen-gurus dilakukan rapat pleno. Sedang untuk keputusan tertinggi dilakukan di Mubes Sekar.

Saat audiensi, Direktur Utama Perum Perhutani menginginkan agar Sekar dapat berperan sebagai mitra manaje-men dan membantu manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan. Untuk itu, diharapkan terjalin komunikasi yang baik antara Sekar dengan Manajemen (BOD). Di satu sisi, Sekar berharap ke-pada manajemen, agar dalam penunjuk-kan atau pengangkatan pejabat Perum Perhutani jangan berdasarkan apakah yang diangkat merupakan pengurus atau anggota Sekar melainkan harus berdasarkan kepada kompetensi pejabat

yang akan diangkat tersebut.Pada saat audiensi tersebut juga di-

hasilkan beberapa keputusan. Manaje-men Perhutani bersama Sekar akan se-segera mungkin melakukan sosialisasi Perjanjian Kerja Bersama (PKB) serta melaksanakan implementasinya. BOD juga menerbitkan surat kepada segenap Satuan Unit Kerja untuk memfasili-tasi dan memberikan ijin pemasangan plang nama Sekar dan penggunaan ruang kantor untuk sekretariat Sekar.

Dari hasil audiensi tersebut tercapai kesepakatan bahwa Manajemen dan Sekar akan melakukan sosialisasi ke seluruh karyawan Perum Perhutani bahwa acara Rapat Paripurna (Ratna) dan Porseni tidak bersifat hura-hura tetapi mempunyai sasaran output dalam rangka peningkatan produk-tivitas bagi karyawan. Inti kegiatan Pekan Olah Raga dan Seni (Porseni) adalah meningkatkan tali silaturahmi agar bisa saling berkomunikasi dan menciptakan suasana kondusif untuk mewujudkan kesuksesan tugas Perhu-tani tahun ini yaitu mereboisasi lahan seluas 201 ribu hektar.

Manajemen juga menghembuskan berita “angin segar”. Manajemen Pe-rum Perhutani telah memperhitungkan kemungkinan kenaikan gaji dan premi dalam bentuk bantuan pendidikan bagi seluruh karyawan. Besarnya kenaikan dan waktu pelaksanaannya akan di-proses lebih lanjut dengan memperha-tikan kemampuan perusahaan. Semoga “angin segar” tersebut benar-benar berhembus./Aristus

Audiensi Pengurus Sekar dengan BODSerikat Karyawan (Sekar) menyampaikan terima kasih atas dukungan Manajemen Perum Perhutani dalam pelaksanaan Musyawarah Besar (Mubes) II Sekar Perum Perhutani dan berharap dukungan yang sama agar Manajemen Perum Perhutani hadir dalam Pembukaan Musyawarah Wilayah yang akan dilaksanakan oleh masing-masing Dewan Pengurus Wilayah (DPW).

Kapusdiklat Perhutani Haryoto (paling kiri) bersama Jajaran pengurus Sekar saat beraudiensi dengan Dirut Perum Perhutani Transtoto Handadhari.

31Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 32: DR-15-05-2007

32Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

F o k u s

“Ini cukup berat, tapi kita harus memprioritaskan untuk membantu jajaran sertifikasi agar semua unit manajemen dapat sertifikat ekola-bel,” ungkapnya dalam rapat evaluasi Produksi dan Pemasaran di Graha Perum Perhutani Unit II, Surabaya, Kamis (3/5) lalu.

Menurut Fachrodji, kondisi pasar khusus industri kayu banyak yang menunggu hasil sertifikasi. Begitu pun untuk permintaan ekspor kayu bundar Jati. Rata-rata meminta agar bersertifikat sebagai tanda telah memenuhi prinsip-prinsip Forest Stewardship Council (FSC).

“Contoh, untuk pembelian kayu hasil industri khusus order dari Jer-man dan Belanda kita dideadline bulan Juni sudah harus berserti-fikasi. Makanya, saya mendorong agar semua pihak membantu jajaran sertifikasi,” pintanya.

Dikatakan Fachrodji, posisi pendapatan Perum Perhutani yang telah mencapai Rp 600 Miliar per 30 April, sebenarnya telah menjadi bukti sinergi yang sangat baik antara direktorat produksi, pemasaran dan keuangan.

“Tapi ini harus kita tingkatkan lagi karena target pencapaian Per-hutani tahun ini cukup tinggi, Rp. 2,4 triliun atau dua kali lipat dari target tahun 2005. Oleh karena itu, semua pihak harus meningkatkan kerjasama dan saling membantu mempercepat proses agar semua unit manajemen mendapatkan serti-fikasi, karena kondisi pasar internal maupun eksternal menghendaki

agar semua produk bersertifikat,” pintanya lagi.

Berkaitan dengan itu, di tempat terpisah, Kepala Seksi (Kasi) Humas dan Informasi Perum Perhutani Unit II, Murgunadi mengatakan, un-tuk Jawa Timur semua Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) telah mempersiapkan diri untuk mem-

peroleh sertifikat ekolabel. “Tahun ini dua KPH yaitu KPH

Madiun dan KPH Banyuwangi Utara sedang dilakukan full assesment dan diharapkan tahun 2008 dapat mengantongi sertifikat ekolabel. Menyusul tahun berikutnya, KPH

Sertifi kat Ekolabel, Tingkatkan Gairah Pasar Kayu

Bojonegoro, Jatirogo dan Saradan,” ujarnya sembari menambahkan, Perhutani Unit II menargetkan pada 2015 nanti, 23 KPH yang ada di Jatim sudah bersertifikat.

Pada bagian lain, Fahroji juga menjelaskan, kondisi pasar Internal juga menghendaki agar Perum Per-hutani meningkatkan produksi kayu non Jati. Ini terkait dengan tingginya permintaan kayu non Jati khususnya Accacia mangium, Gmelina arborea untuk faber castell dan Sono.

Tantangan Perhutani kedepan juga semakin berat. Sebab selain sertifikat ekolabel, Perhutani juga diperhadapkan dengan kondisi pasar eksternal yang diantaranya, men-empatkan Cina sebagai pesaing

dalam pengembangan produk vineer jati dengan harga lebih murah dan dominasi pasar gondorukem. (Tuti/Djaelani/Humas Unit II)

Untuk meningkatkan gairah pembelian kayu, khususnya di pasar internasional, Direktur Pemasaran Perum Perhutani, Ahmad Fachrodji, memotivasi seluruh unit kerja Perhutani yang ada di Jawa dan Madura untuk secepatnya mendapatkan sertifi kat ekolabel sebagai pengakuan telah melakukan Pengelolaan Hutan lestari (PHL).

32Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 33: DR-15-05-2007

33Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Daun atau kelopak bunganya bisa direbus dengan air dan dibuat sirup yang berkhasiat menurunkan tekanan darah. Bijinya dapat digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan gangguan pencernaan. Minyak biji rosela mempu-nyai kandungan yang menyerupai biji jarak, sehingga dapat dipakai sebagai pengganti minyak jarak kasar.

Karena seluruh bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan, maka banyak investor yang ingin masuk ke bidang ini. Salah satu investor mengatakan bahwa prospek rosela bisa melebihi tanaman jarak. Hasil pendapatan dari pengembangan rosela diyakini bisa lebih tinggi dari jarak. KPH Purwodadi bahkan ingin mengembangkan tana-man ini sebagai tanaman tumpang sari di salah satu petaknya.

Rosela memiliki efek antikanker. Menurut hasil penelitian di Institut Pertanian Bogor, kandungan anti oksi-

dan rosela lebih tinggi dibanding kumis kucing dan terbukti secara klinis me-luruhkan batu ginjal. Dengan adanya antioksidan, sel-sel radikal bebas yang merusak inti sel dapat dihilangkan. Yang lebih berperan adalah antosianin pigmen tumbuhan yang berperan men-jaga dari kerusakan sel akibat penyera-pan sinar ultraviolet yang berlebih.

Rosela berkhasiat menurunkan tekanan darah tinggi, terutama bagian kelopak bunganya. Menurut Planta Medical Journal, kelopak rosela besifat hipotensif, antihipertensi, dan antike-jang pernapasan.

Rosela mulai masuk ke Indonesia, ketika budak dari Afrika masuk dan bekerja di Indonesia serta membawa bibitnya. Di Jamaika, rosela dimakan mentah sebagai salad. Di Indonesia, rosela disajikan sebagai minuman tradisonal. Direbus, didinginkan se-malaman lalu disajikan dengan es dan

ditambahkan pemanis. Padahal, awal pembudidayaan rosela ditujukan untuk memperoleh serat batang yang digu-nakan sebagai bahan baku pembuatan tali. Tapi, karena adanya bahan plastik, maka serat alami rosela mulai jarang digunakan.

Rosela merupakan tanaman ta-hunan yang tingginya bisa mencapai 0.5 – 3 meter. Batangnya bulat, tegak, berkayu dan berwarna merah. Pada se-tiap tangkai hanya terdapat satu bunga. Setiap bunga terdiri ats 8 – 11 helai kelopak daun. Bunga ini yang sering dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan makanan dan minuman. Rosela dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis dan subtropis.

Rosela dapat ditanam dengan me-nyemaikan biji secara langsung di lahan penanaman. Supaya mendapat-kan kelopak yang besar perlu diberi pupuk, yang diperlukan adalah pupuk kandang. Kualitas bunga rosela dipen-garuhi oleh adanya sinar matahari. Jika kurang mendapatkan sinar matahari, maka bunga yang dihasilkan akan berkualitas rendah.

Pemanenan pertama dapat dilaku-kan setelah 4–5 bulan waktu penana-man. Kelopak bunga yang masih segar dipanen saat bijinya sudah masak. Setelah dipanen, biji harus segera dipisahkan dari kelopaknya. Proses pemanenan sebaiknya dilakukan secara manual dan kelopak bunga se-baiknya jangan bersentuhan dengan tanah atau permukaan kotor supaya mengurangi kontaminasi.

Jika tidak digunakan dalam bentuk segar, maka kelopak rosela sebaiknya dikeringkan. Sebelum dikeringkan, kelopak bunga biasanya dipotong-potong terlebih dahulu agar proses pengeringan bisa berlangsung dengan cepat. Pemotongan ini sangat baik bila rosela ingin disajikan seperti teh yang diseduh dengan air panas. Pegeringan yang bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti diangin-anginkan, dijemur langsung bahkan dengan oven listrik.

Rosela dapat disajikan sebagai ba-han minuman serta dapat digunakan untuk pengobatan. Sebagai bahan minuman, biasanya rosela disajikan seperti teh, sirup bahkan sebagai selai. Tanaman rosela kaya akan vitamin C dan protein. Kandungan gizi rosela untuk 100 gram kelopak segar, vitamin C sebesar 14 mg dan protein sebesar 1,6 gram. Kandungan kalorinya sebesar 44 kal. Tertarik untuk mencobanya? (Aristus)

Rosela, dari Biji hingga Daunnya Bermanfaat Tanaman rosela (Hibiscus Sabdariffa) bisa berfungsi sebagai obat tradisional. Seluruh bagian dari tanaman ini mempunyai manfaat.

PERNIK

33Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 34: DR-15-05-2007

34Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

IPTEK

Maharseto Kukuh S, B.Comp, MIT

Teknologi Informasi. Kita sering menden-gar istilah tersebut di berbagai media cetak maupun media informasi lainnya. Tapi, apakah kita paham arti dan makna dari kata Teknologi Informasi tersebut? Dan, apakah kita betul-betul dapat memanfaatkan teknologi tersebut secara maksimal? Pertanyaan-pertanyaan mendasar itulah yang ingin saya jawab dalam tulisan ini. Karena dalam pergaulan sehari-hari, saya sering mendengar suara-suara sumbang mengenai su-litnya penggunaan Teknologi Informasi.

Tidak ada salahnya kita tetap berpandangan seperti itu, tetapi, jika kita tidak mau belajar, peradaban kita akan terus jauh tertinggal di-belakang. Saya ingat betul pada saat masih ku-liah S2 di Australia pengajar saya mengatakan, ”If we want to be able to success and compete in a cyber world and technology, we have to open our mind through changes”. Pada perinsipnya, tidak ada yang susah and “there is no mission impos-sible if we want to try”.

Tidak bisa kita tahan dan pungkiri, perkembangan teknologi di dunia selalu men-galami kemajuan dari hari ke hari. Kehidupan kita saat ini pun sarat dan sungguh sangat dibantu dengan teknologi informatika, sebagai contoh TV, Radio, Komputer, Internet, HSPDA, WiMAX, LAN, WAN, Wi-Fi, dan yang baru-baru ini sering kita dengar adalah istilah 3G. 3G adalah singkatan dari generasi ketiga, suatu istilah un-tuk standar teknologi internasional yang punya tujuan meningkatkan efisiensi dan memperbaiki kinerja Sistem Informasi Teknologi. Jadi, inti-nya, 3G dapat meningkatan aplikasi yang ada sekarang sehingga aktivitas browsing di internet bisa lebih cepat, kualitas pengiriman data lebih

instan, dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya.

Teknologi Informasi, bila dili-hat dari kata penyusunnya adalah teknologi dan informasi. Mudahnya, teknologi informasi adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari pen-girim ke penerima sehingga infor-masi menjadi lebih cepat, lebih luas sebarannya, dan lebih lama penyim-panannya.

Sejarah InformasiAgar lebih mudah memahaminya,

kita lihat perkembangan teknologi in-formasi. Pada awal sejarah, manusia bertukar informasi melalui bahasa. Maka bahasa adalah teknologi. Ba-hasa memungkinkan seseorang me-mahami informasi yang disampaikan oleh orang lain. Tetapi bahasa yang disampaikan dari mulut ke mulut hanya bertahan sebentar saja, yaitu saat si pengirim menyampaikan in-formasi melalui ucapannya. Setelah ucapan itu selesai maka informasi berada ditangan si penerima. Selain itu, jangkauan suara juga terbatas. Sampai jarak tertentu meskipun masih terdengar informasi yang dis-ampaikan lewat bahasa suara akan terdegradasi bahkan hilang sama sekali.

Setelah itu, teknologi penyam-paian informasi berkembang melalui gambar. Dengan gambar, jangkauan informasi bisa lebih jauh. Gambar ini bisa dibawa-bawa dan disampaikan kepada orang lain. Melalui gambar,

Perum Perhutani dan Informasi Teknologi

34Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 35: DR-15-05-2007

35Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

informasi yang ada bertahan lebih lama. Beberapa gambar peningga-lan jaman purba masih ada sampai sekarang sehingga manusia seka-rang dapat -mencoba- memahami informasi yang ingin disampaikan pembuatnya.

Adanya alfabet dan angka arabik memudahkan penyampaian infor-masi dari yang sebelumnya satu gambar mewakili suatu peristiwa dibuat dengan kombinasi alfabet, atau penulisan angka yang tadinya MCMXLIII diganti dengan 1943. Teknologi ini memudahkan penu-lisan informasi.

Teknologi percetakan memung-kinkan pembuatan pintu informasi lebih cepat lagi. Teknologi elektronik seperti radio, tv, komputer bahkan membuat informasi menjadi lebih cepat tersebar di area yang lebih luas dan lebih lama tersimpan.

KebutuhanPerum Perhutani sebagai perusa-

haan negara pengelola hutan di Pulau Jawa dan Madura sangat membu-tuhkan suatu rancangan Teknologi Informasi yang canggih dan dapat dihandalkan serta dapat meningkat-kan kinerja dan penghasilan peru-sahaan. Dengan luas wilayah kerja yang tersebar di seluruh Pulau Jawa dan Madura, sudah jelas Perum Per-hutani mempunyai pekerjaan rumah yang sangat berat di dalam bidang Teknologi Informatika, mulai dari sistim pelaporan yang harus tepat waktu, hilangnya istilah pekerjaan kertas (Paper work), sampai kepada komunikasi antar satuan-satuan kan-tor yang tidak pernah putus.

Beberapa waktu lalu, Perum Perhutani melalui Biro SIM/PDS (Sistem Informasi Management dan Pengelolaan Data Statistik) nya telah melakukan beberapa upa-ya pembenahan Sistem Informasi Teknologinya. Salah satunya dengan memperbaiki OS (Operating Sytem), yang sampai sekarang masih ada be-berapa OS yang masih menggunakan Sistim UNIX bahkan DOS, sistem yang sudah tidak proporsional lagi

untuk suatu perusahaan besar seperti Perum Perhutani yang membutuh-kan kecepatan waktu dalam sistim pelaporannya.

Saat ini, perbaikan sistem Teknolo-gi Informasi Perum Perhutani tengah dilakukan. Perbaikan ini menyentuh Sistem Server yang sekarang masih terpecah di beberapa lantai agar menjadi satu Sistem Server. Komu-nikasi melalui penggunaan sistim jaringan LAN & WAN (Local Area Network & Wide Area Network) juga sedang diperbaharui agar dapat lebih menghemat waktu, tenaga dan biaya. Pembenahan lainnya adalah pada

banyak lagi tugas-tugas yang meng-hadang seperti halnya pembenahan pada sektor Hardware, Software serta Brainware nya yang sudah pasti akan menelan biaya yang cukup besar serta waktu yang tidak sebentar. Namun, kita semua percaya hal terse-but dapat segera kita atasi bersama dengan dukungan dan komitment penuh dari manajemen. Paling tidak, ketika kita membuka Web site www. perumperhutani.com, tidak muncul tampilan error atau data yang sudah tidak up of date. Padahal, alamat web tersebut telah di launch diberbagai profil perusahaan, buku-buku pedo-man, bahkan di stiker-stiker. Cukup ironis bila kita membuka website perusahaan sebesar ini dengan visi yang mendunia mempunyai tampilan data yang sudah kadaluwarsa.

Namun, sekarang timbul per-tanyaan, apakah Perum Perhutani mampu untuk dapat melakukan se-gala perubahaan di bidang Informasi Teknologi nya agar dapat menjadi suatu perusahaan kehutanan dengan teknologi canggih walaupun ada be-berapa pendapat yang mengatakan teknologi bukanlah core business kita? Jawabannya adalah mampu dan harus segera dilaksanakan “What ever the consequences are” although Technology is not our Core Busi-ness. Because if we are not doing the changes, we will always be left behind and never be the number one Forestry Company who is ready to competent with others in the world. Just like our Vision “Menjadi Pengelola Hutan Tropis Terbaik di Dunia”.

Maharseto Kukuh S, B.Com, MIT; bekerja pada Biro SIM/PDS Perum

Perhutani.

System Cyber Security nya serta me-rencanakan agar seluruh Informasi Teknologi di Perum Perhutani dapat segera ON-Line.

Saat ini, pengiriman data dari satuan kantor yang berada di daerah sudah dapat dilakukan melalui sistim cyber-net. Sudah jelas, hal tersebut sangat membanggakan kita karena hal tersebut dapat menghemat wak-tu, tenaga dan biaya. Tidak cukup sampai disitu saja tugas yang harus di laksanakan untuk dapat menjadi kan Perum Perhutani sebagai suatu perusahaan yang mengadopsi Sistem Informasi yang canggih, masih

”If we want to be able to success and compete in a cyber

world and technology, we have to open our mind through changes”. Pada

perinsipnya, tidak ada yang susah and “there is no mission

impossible if we want to try”

35Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 36: DR-15-05-2007

36Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Menurut Arie Sulistyawatie, ak-tivis yang juga Ketua DPC Gerakan Nasio nal Anti Narkoba atau GRANAT Jawa Timur, hasil investigasinya ban-yak sekali menemukan kasus-kasus penyalahgunaan narkoba yang para pengguna nya berasal dari keluarga yang tidak bahagia meskipun ia cukup

seminar “Penanggulangan Bahaya Narkoba dalam Keluarga”, Senin (14/5), di Gedung Graha Sabha Universitas Gadjah Mada. Seminar hasil kerjasama antara Perum Perhutani, DPC GRANAT Surabaya, dan Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut merupakan rang-kaian acara yang digelar dalam Rapat Paripurna dan Pekan Olahraga dan Seni (Ratna dan Porseni) yang berlang-sung 14-16 Mei 2007 di Jogjakarta.

Dikatakan Arie, saat ini, 3,2 juta orang terjerumus dalam penyalahgu-naan narkoba, dengan proporsi laki-laki 79 persen dan perempuan 21 persen. Pada tahun 2004, biaya ekonomi sosial penyalahgunaan narkoba di Indonesia diperkirakan mencapai Rp. 23, 6 triliun. Sedangkan angka kematian pecandu narkoba mencapai 15 ribu orang per tahunnya.

Menurut Endang Ekowarni, staf pengajar dari Universitas Gadjah Mada, keluarga, sekolah, masyarakat, maupun pemerintah tidak akan mampu berbuat banyak untuk mengatasi penyalahgu-naan narkoba apabila tidak ada sinergi diantara lembaga tersebut. “Penyalah-gunaan narkoba yang merebak saat ini tidak mungkin diatasi dengan pendeka-tan satu sistem saja,” katanya.

Dikatakan Endang, ada beberapa lembaga yang perlu ditingkatkan fungsi dan perannya untuk memer-angi narkoba, misalnya Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang tidak hanya harus mengurus balita maupun ibu-ibu peserta Keluarga Berencana (KB), tetapi juga memberikan penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan nar-koba. Selain Posyandu, Lembaga ketah-anan Masyarakat Desa (LKMD), karang taruna, dan PKK dapat merupakan support group bagi keluarga selain LSM yang lebih terkoordinasi secara profesional.

Selain tidak harmonisnya hubun-gan dalam keluarga, faktor lain yang menyebabkan seseorang terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba antara lain pengendalian diri yang rendah, suka mencari sensasi, ikut dengan to-koh idola, keinginan coba-coba, bergaul dengan penyalahguna narkoba, dan rendah penghayatan spiritualnya.

Sedangkan bahaya narkoba bagi kes-ehatan antara lain gangguan fungsi otak, gangguan fungsi pernafasan, gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, gangguan fungsi pencernaan, dan yang paling mematikan tertular penyakit HIV/AIDS melalui penggunaan jarum

Keluarga Harmonis Cegah Penyalahgunaan NarkobaKetidakharmonisan hubungan dalam keluarga menjadi faktor dominan penyebab seseorang terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. Seorang anak yang brokenhome, jauh dari kasih sayang dan pengawasan orang tua, akhirnya lebih memilih narkoba sebagai alternatif penyelesaian masalah yang membelitnya dalam kehidupan sehari-hari.

secara ekonomi.“Berawal dari pelarian, seorang

gadis cantik terjerumus dalam peng-gunaan putaw, salah satu jenis barang haram yang mematikan. Itu saya temu-kan dalam kasus penyalahgunaan nar-koba di Surabaya,” kata Arie yang siang itu didaulat menjadi pembicara dalam

Dharma Wanita

Arie Sulistyawatie, Ketua DPC Gerakan Nasional Anti Narkoba atau GRANAT Jawa Timur

36Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 37: DR-15-05-2007

37Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Lomba yang digelar di GOR Wilis Madiun ini memperebutkan enam ke-juaraan dari jenis lomba, yaitu analisa musik, displai & showmanship, general efect, mayoret, gitapati, dan uniform.

Lomba drum band menyambut hari Bhayangkara ke 61 ini dibuka oleh Kapolres Madiun AKBP Tabana Bangun. Dalam sambutannya Ta-bana mengatakan, generasi penerus harus kita siapkan sejak dini agar kelak mereka menjadi generasi yang berprestasi, berdedikasi tinggi, dan memiliki kepedulian terhadap bangsa dan negara.

Senada dengan Tabana, ketua pani-tia Ali Imron mengatakan, lomba drum-band ini untuk melatih keberanian anak-anak tampil di depan umum. Se-lain itu juga sebagai upaya membantu

TK Tunas Rimba Perhutani Madiun Sabet Lima Trophi TK Tunas Rimba Perhutani Madiun sabet lima trophi kejuaraan pada lomba Drum Band TK se-Eks Karesidenan Madiun (29/4). Tiga Trophi kejuaraan itu dari jenis lomba Uniform, Gitapati dan Analisa Musik. Sedang dua trophi lainnya adalah sebagai suporter terbaik dan trophi partisipasi.

program pemerintah dalam pembinaan generasi muda dan memberikan wadah untuk berkreasi dan berkompetisi se-cara sehat sehingga anak-anak memi-liki jiwa sportivitas dan tanggung jawab yang baik.

Lomba diikuti oleh 14 satuan drum band dengan peserta sebanyak 743 anak dan 149 orang offi-cial ini merupakan lomba yang perta-ma kali diadakan di Kota Madiun. ”Saya

sungguh bangga ternyata kegiatan ini mendapat sambutan luar biasa dari semua unsur, termasuk Walikota Madi-un yang hadir menyaksikan langsung,” kata Tabana.

Lomba yang digelar di GOR Wilis yang berkapasitas 3.000 tempat duduk ini tak mampu menampung penonton yang ingin menyaksikan laga drum band Gita Taman Kanak-Kanak.

Tampil di urutan nomor sebelas, Gita Tunas Rimba Perhutani Madiun tampil memukau dengan Uniform warna hijau daun dipadu balutan aksesoris kuning. Tepukan suporter yang umumnya dari keluarga para peserta itu semakin riuh saat lagu pertama maju tak gentar mulai di tabuh oleh anak-anak. Tepukan su-porter seolah mengikuti setiap lang-kah dan irama lagu tersebut.

Display & showmanship yang di usung oleh Gita Tunas Rimba dengan latar belakang hutan mampu menyedot

perhatian penonton, tampilan display bernuansa hutan dengan pohon-pohon yang rindang yang menggambarkan visi Perhutani adalah sebagai upaya untuk mengkampayekan Perhutani Hijau 2010. (Jaelani/Patuh)

Didaktika

37Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 38: DR-15-05-2007

38Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Ali Rahman

Mendampingi perjalanan silaturahmi ketua de-wan pengawas ke semua unit Perhutani merupakan perjalanan sarat makna. Dalam tiga kesempatan, presentasi tentang spirit rimabawan, tergambar jelas tentang revitalisasi makna rimbawan ditengah karut marutnya kondisi kehutanan Indonesia pada umum-nya. Karena disadari atau tidak, Jawa (hutan Jawa) merupakan holistic of miniature tentang perilaku social terhadap hutan itu sendiri.

Laju kerusakan hutan di Indonesia yang konon kabarnya akan masuk dalam guiness book of record memiliki dua dimensi pemaknaan. Pertama, bisa sebagai pembunuhan karakter terhadap komunitas kehutanan Indonesia, dan kedua, sebagai feed back atau peringatan kuat agar semua pemangku ke-pentingan kehutanan di Indonesia bahu membahu membenahi kondisi hutan.

Spirit rimbawanPemaknaan kembali terhadap peran dan kon-

tribusi rimbawan dalam mengelola hutan terasa sangat penting sebagai upaya refleksi dalam menata mindset tentang bagaimana seharusnya seorang rimbawan memperlakukan hutan. Dalam sebuah buku yang sangat menarik untuk dikaji kalangan rimbawan, yang berjuduk The secret life of Plant, di-katakan bahwa sesungguhnya tanaman itu mampu merespon dan mengerti apa yang dilakukan, bahkan niat baik atau buruk manusia dan makhluk lainnya sekali pun.

Di beberapa negara Eropa dan Jepang, peng-gunaan tanaman sebagai lie detector sudah mulai banyak dipergunakan di lembaga peradilan atau pihak kepolisian. Ini artinya aplikasi biomimikiri sudah mulai diaplikasikan dalam membantu ke-hidupan manusia.

Kembali ke spirit rimbawan, kalau semua kompo-nen dalam hutan memiliki respon terhadap apa yang dilakukan manusia sebagai pengelola hutannya, maka menjadi sangat penting pola sikap rimbawan dalam mengelola hutan. Pola sikap dibentuk oleh pola pikir yang komponennya adalah niat baik, piki-ran positif, hati yang jernih merupakan modal awal yang harus dimiliki oleh seorang rimbawan dalam

mengelola hutan.Pernah dalam suatu kunjungan

kerja ke Probolinggo, saya mendapat pembelajaran yang sangat luar biasa dan semakin memperkuat keyaki-nan tentang interaksi kita dengan makhluk hidup lainnya. Seorang menuturkan, ketika memprilakukan kutu lak kita dalam kondisi jiwa yang tidak baik (misalnya sedang gundah gulana karena gaji tidak cukup atau anak belum membayar SPP Sekolah) maka hasil seedlak tidak akan opti-mal. Akan tetapi ketika kondisi batin sedang baik dan dikerjakan dengan riang gembira maka hasil seedlak-nya akan melebihi dari perkiraan minimal yang diharapkan. Sungguh luar biasa!

Sembilan karakter rimbawanSungguh menjadi sangat relevan

ketika membedah 9 karakter rim-bawan seperti yang disampaikan dalam makalah dari Ketua Dewan Pengawas Muslimin Nasution. Ke-sembilan karakter tersebut adalah seorang rimbawan harus memiliki keterikatan dengan tuhan secara hakiki, artinya cinta/mahabah ke-pada sang pencipta. Kedua, tanggung jawab dan mandiri, artinya seorang rimbawan harus bersikap sebagai seorang kesatria yang selalu bertang-gung jawab atas apa yang dilakukan-nya dan mandiri dalam mentukan pola sikap dan perilakunya. Ketiga, kejujuran, merupakan sikap yang sangat relevan didalam budaya yang serba pragmatis seperti sekarang ini. Budaya pragmatis yang selalu beru-jung pada korupsi dan kolusi.

Keempat, adalah hormat dan santun, merupakan etika dasar untuk membangun good corporate governance. Sehingga mekanisme

Spirit Rimbawan

KOLOM

38Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 39: DR-15-05-2007

39Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Dengan berlandaskan pada asas ke-adilan semua kontribusi, saran, gaga-san dan kreativitas akan mendapat tempat yang proporsional. Ini akan memiliki implikasi pada etos kerja semua lapisan karyawan sehingga ti-dak akan ada lagi dalam proses carier planing terjadi pola like and dislike, tetapi yang akan terjadi akibat etos dan prestasi kerja yang ditampilkan oleh karyawan.

Kedelapan, rendah hati, merupak-an spirit rimbawan akibat kedalaman ilmu dan pemahaman akan kehidu-pan yang serba relatif dan temporer sehingga seorang rimbawan yang memiliki jabatan tertentu akan pa-ham bahwa jabatan adalah amanah dan gantungan harapan karyawan. Kesembilan, seorang rimbawan harus memiliki sifat toleransi dan cinta damai. Bahwa dalam kehidupan ada kalanya kita harus memberi kesem-patan kepda orang lain dalam menun-aikan hak dan kewajibannya.

Ketika kesembilan karakter terse-but mamapu diinternalisasikan oleh

hubungan antar level management dan karyawan melalui mekanisme yang santun dan produktif tanpa menutup kreativitas dan apa adanya. Kelima, adalah kasih sayang dan kepedulian, merupakan ruh dalam membangun kedekatan secara per-manen. Bagaimana seorang direktur berinteraksi dengan karyawan harus dilandasi oleh spirit kasih sayang dan memiliki empati yang tinggi bahwa karyawan merupakan representasi dari sebuah keluarga besar perusa-haan.

Keenam, adalah percaya diri dan kreatif, merupakan sikap mental yang harus dimiliki oleh seorang rimbawan. Dengan memiliki ke-percayaan diri yang dibangun oleh kultur perusahaan secara kondusif maka kreativitas pasti akan muncul dan berkembang sehingga pada akh-irnya proses pembelajaran dan pem-berdayaan karyawan akan terwujud. Ketujuh, keadilan dan kepemimpi-nan, merupakan kondisi yang harus diciptakan oleh seorang pemimpin.

seorang rimbawan, maka dampak nyata yang akan muncul berupa sikap yang adil dan kreatif (gema kaizen – perbaikan secara terus menerus). Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana upaya internalisasi karakter tersebut? Hal ini berpulang kepada kedewasaan individu dan keteladanan seorang pemimpin. Seorang pemimpin merupakan tokoh yang akan selalu diacu oleh karyawan dalam setiap gerak langkah dalam menjalankan roda perusahaan.

Ali Rahman ; Tenaga Ahli Dewan Pengawas

Perum Perhutani

39Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 40: DR-15-05-2007

40Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Kawasan yang merupakan hasil ruislag dengan PT. Semen Gresik tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan sampah di Kab. Bogor dan sekitarnya, termasuk Jakarta.

Dikatakan Transtoto, keadaan tanah di kawasan TPST Nambo juga sangat tandus dan telah dicoba ditanami ac-cacia mangium namun gagal. Agar termanfaat secara maksimal, kawasan tersebut kemudian didayagunakan sebagai tempat pengelolaan sampah

dengan harapan tanahnya menjadi subur dan sampah yang dikelola dapat dimanfaatkan sebagai kompos dan sumber tenaga listrik. “TPST Nambo juga akan dimanfaatkan pengumpul ba-rang bekas untuk meningkatkan peng-hasilan mereka,” tambah Transtoto.

Sedangkan Bupati Bogor Agus Utara Effendi mengatakan, warga Bogor sangat berterima kasih dan me-nyambut baik kerjasama ini. Penanga-nan persampahan di wilayah perkotaan, terutama Kab. Bogor sebagai daerah

hinterland ibukota negara, kata Bupati, merupakan kebutuhan yang sangat mendasar.

Peningkatan kebutuhan pemuki-man, jelas Agus, telah menyebabkan Kab. Bogor mengalami pengurangan ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah akibat kelangkaan lahan. Pada sisi lain, jumlah penduduk di Kab. Bogor senantiasa meningkat.

Dijelaskan Agus, konsep TPPST Nambo yang dikelola secara korporasi akan menjadi solusi yang tempat untuk mengatasi masalah persampahan di Kab. Bogor. “Dengan teknologi ramah lingkungan dan menerapkan beberapa metode secara simultan, diharapkan dampak dan sisa pembuangan dapat ditekan,” katanya.

Menurut Administratur KPH Bogor Hezlisyah Siregar, berbagai kegiatan fisik di TPPST Nambo telah dilakukan, terutama tata batas kawasan, seperti pengadaan, pemasangan, pemancangan dan penomoran pal batas. “Gunanya untuk memastikan kawasan yang akan di pakai di Nambo tersebut,” tuturnya. (Darman/Marison)

Perum Perhutani dan Kab. Bogor

Kerjasama Kelola SampahWarga Bogor Berterima kasih

Dirut Perum Perhutani Transtoto Handadhari dan Bupati Bogor menandatangani Nota Kesepahaman Tempat Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah Terpadu (TPST) Nambo yang terletak di kawasan hutan Blok Cibedil, RPH GN. Karang, BKPH Jonggol, KPH Bogor, seluas 100 hektar.

Dirut Perum Perhutani Trantoto Handadhari berjabat tangan dengan Bupati Bogor Agus Utara Effendi usai penandatanganan MoU

Page 41: DR-15-05-2007

41Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Dengan adanya cacat doreng pada sebuah pohon jati, tentunya berdampak pada degradasi mutu yang ada karena semula sebuah po-hon dicalonkan Vineer (Vi) setelah diketahui ada cacat doreng bisa menjadi Hara Doreng (HDR) atau bahkan kualitas lokal apabila doreng tersebut merata.

Namun, bila jati terkena cacat doreng masih dalam batasan wajar, bagi kalangan industri kayu, khu-susnya di Perhutani, hal tidak men-jadi masalah karena cacat tersebut bisa siasati pada waktu pengolahan kayu.

Untuk lebih mengenal cacat doreng, dilakukan pelatihan bersama antara para mandor tebang dan pen-guji kayu gelondong dari tiga KPH, yaitu KPH Randublatung, KPH Cepu

gah Agus Priantono yang ditemui disela–sela pelaksanaan pelatihan tersebut mengatakan, pentingnya pengenalan cacat doreng bagi pelak-sana lapangan adalah untuk me-nyamakan persepsi, karena tidak menutup kemungkinan dari sekian banyaknya mandor tebang yang ada di tiga KPH (KPH Randublatung, KPH Blora dan KPH Cepu) tersebut tidak mengetahui betul tentang cacat doreng. Sebab, di lapangan bisa jadi alur hitam ataupun cacat kebiruan bisa dikatakan doreng.

Untuk melakukan pembuktian mengenai cacat doreng dilakukan di PGM Randublatung dengan per-timbangan bahwa lokasi tersebut masih menyatu dengan KPH Ran-dublatung.

Pembuktian dilakukan setelah kayu mengalami proses penggerga-jian dengan menentukan bahwa ada kemungkinan cacat doreng yang ada pada potongan kayu (deel) di lapangan, apabila masih dalam batas toleransi, bisa dimasukkan dalam kualitas kayu penghara (H).

Dengan adanya pelatihan ini, para peserta pelatihan diberikan wa-wasan dan kesamaan cara pandang kepada para mandor tebang tentang pemahaman cacat pada kayu, khu-susnya dalam menentukan cacat doreng sehingga mereka tidak akan ragu lagi untuk menilai mana yang doreng, mana yang alur hitam, dan sebagainya sehingga prakiraan mutu kayu dari lapangan bisa ditentukan lebih akurat lagi. ( Andan. S)

Pelatihan Pengenalan Cacat DorengCacat doreng selama ini menjadi kendala utama pelaksana lapangan dalam menaksir kualitas pohon jati karena cacat doreng tidak bisa diketahui dengan kasat mata apabila sebuah pohon masih berdiri tegak. Cacat doreng baru diketahui setelah adanya perlakuan cutting pada sebuah pohon jati.

dan KPH Blora, yang pelaksanaannya dilakukan di KPH Randublatung beberapa waktu lalu.

Kepala Seksi Produksi dan Pen-gujian Kayu Perhutani Jawa Ten-

Penjelasan mengenai cacat kayu dilapangan yang dilanjutkan dengan pembuktian cacat kayu di KBM Industri kayu Randublatung ( Foto : Andan. S )

L I N T A S K

Page 42: DR-15-05-2007

42Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

L I N T A S K

Meskipun jadwal kedatangan sam-pai Ngawi di atas pukul 14.00 Wib, namun sejak pukul 09.00 Wib sudah nampak berbagai persiapan penyam-butan di Kantor KPH Ngawi. Di petak 61 A RPH Sidolaju, tempat Dirut berkunjung kesibukan bahkan terlihat sudah sejak malam.

Selain para pejabat dan karyawan KPH Ngawi, nampak pula pejabat Kan-tor Unit II, Administratur (Adm), serta Waka Adm dari beberapa KPH di Jawa Timur dan Madura. Salah satu pejabat di Kantor Unit II Jawa Timur yang ikut bergabung dengan kesibukan di

Dwiono RahardjoKawin Silangkan ‘Sri Rejeki’Seperti biasanya, menghadapi suatu kunjungan, pasti terjadi kesibukan yang luar biasa. Terlebih yang berkunjung Direktur Utama Perum Perhutani. Kesibukan itu pula yang terjadi di KPH Ngawi pada Minggu pertengahan Mei kemarin saat Dirut Perhutani Transtoto Handadhari beserta rombongan berencana singgah dalam perjalanannya dari Cepu ke Jogyakarta.

KPH Ngawi adalah Kepala Biro Binhut, Dwiono Rahardjo. Beliau inilah yang memberi nuansa lain saat menunggu kedatangan Dirut. Karena menurut kabar terakhir Dirut memasuki wilayah Cepu dan diperkirakan masih sekitar 2–3 jam lagi masuk wilayah Ngawi, untuk menghilangkan kejenuhan Pak Dwiono berbagi ilmunya dengan ‘Tim Penyambutan’.

Yang dibagi, bukan ilmu bidang kehutanan, meski masih terkait dengan tanaman, yaitu ilmu tentang perkawi-nan silang jenis bunga agloenema atau yang lebih dikenal dengan bunga Sri

Rejeki.Kebetulan di depan ruang Adm

Ngawi memang terdapat pot bunga yang berisi beberapa jenis bunga agloenema seperti Donacarmen, Silver dan Snow Rain. Sambil mengajak ‘tim-nya’, Pak Dwiono kemudian memetik salah satu tangkai bunga agloenema silver. “Begini caranya membuat per-silangan untuk menghasilkan jenis baru,” kata beliau sembari memprak-tekkan ilmunya. Mula-mula bunga yang sudah masak dikupas kelopaknya kemudian serbuk bunga pada pangkal biji yang telah terkupas dioles-oleskan pada putik bunga agloenema jenis lainnya. “Tapi harus satu varietas dan upayakan dari jenis yang berdaun tebal dengan yang memiliki warna bagus supaya menghasilkan varietas unggul,” tambahnya.

Dengan bercanda Adm Ngawi me-nimpali, “Wah…, jangankan mengawin silangkan bunga, Pak. Saya sendiri aja nggak sempat…”. Hal ini membuat semua orang yang ada di sekitar Pak Dwiono tertawa terpingkal-pingkal. Ya, meskipun kalimat Pak Adi Pradana tidak selesai, namun semua sudah tahu kalau beliau hanya seminggu sekali bertemu keluarganya yang sampai saat ini tinggal di Boyolali. Artinya…? ya

Karo Binhut Unit II Jawa Timur sedang mempraktekkan penyilangan agloenema

42Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 43: DR-15-05-2007

43Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Terkesan dengan kalimat Yog-yakarta adalah ‘magic land’, saat waktu luang di tengah kegiatan acara Rapat Paripurna dan Porseni yang begitu padat pun saya melang-kahkan kaki menyusuri sudut-sudut kota Yogya, mencoba mencari makna ‘magic land’ itu sendiri.

Memang, tidak salah apa yang diucapkan Pak Dirut, banyak hal di kota budaya ini yang membuat saya tercengang, suasana kota yang tentram, keramah-tamahan warga Yogya, membuat serasa ada ‘atmos-fer’ lain di kota ini.

Jalan-jalan di Yogya? Ternyata

nyaman juga dengan lalu lintas yang sungguh sangat jauh berbeda dengan Jakarta. Di Yogya, saya tidak merasakan ‘kemrungsung’, Padahal, di lingkungan tempat saya tinggal sekarang, tetangga menjulu-ki saya P6 (Pergi Paling Pagi Pulang Paling Petang) meskipun jarak rumah saya dengan kantor hanya sekitar 20 km. Arus lalu lintas yang sangat macet, membuat saya harus menempuh perjalanan lebih kurang 2 jam.

Soal memanjakan lidah? Wah, ternyata Yogya memang tempat-

nya. Berbekal buku panduan yang diterbitkan panitia, saya kunjungi pula gudeg Yu Djum Barek, Bakmi Kadin yang khas dengan ayam kampungnya, Sate Karang Alun-alun Kotagede, Spesial Udang Mang Engking, Jl. Godean, dan yang jelas saya tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk memanjakan lidah di Yogya.

Bagi yang gemar belanja juga tidak perlu khawatir, wisata belanja di kota ini ternyata juga menarik, selain sepanjang jalan malioboro yang begitu unik, ada pula Plaza Ambarukmo, Galeria Mall, dll.

Ada hal unik lain yang saya rasakan. Ketika saya tiba di alun-alun selatan, saat menikmati ronde sambil lesehan, saya melihat orang-orang di sekitar saya banyak yang berjalan dengan mata tertutup kain hitam mencoba berjalan diantara kedua pohon beringin. Namun,

sedikit sekali orang yang berhasil sampai di pohon beringin tersebut.

“Wah begitu aja kok nggak bisa,” kata saya membatin. Tapi, meskipun kelihatan mudah, ternyata setelah saya coba saya juga tidak berhasil ... he... he... he...

Ada satu keinginan saya yang belum terwujud, yakni belajar membatik di lingkungan kraton, tapi tidak perlu khawatir, karena ke Yogyakarta aku kan kembali.../(Henny Elevianty)

“Yogyakarta adalah ‘magic land’, siapa yang pernah ke Yogyakarta pasti terkesan dan ingin kembali lagi”.

Transtoto Handadhari

Ke Yogyakarta Aku Kan Kembali...

Perjalanan

43Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 44: DR-15-05-2007

44Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Bambang Eko Supriyadi

PENDAHULUAN“Aanslibbing” berarti penambahan tanah.

Suatu bentuk mendapatkan hak milik (karena alam). Penambahan tanah di tepi sungai dan danau, juga di tepi pantai lautan adalah menjadi hak milik pemilik tepi tersebut. Demikian menu-rut Kamus Istilah Hukum Belanda - Indonesia Fockema Andreae.

Dalam kosa kata bahasa Indonesia, aanslib-bing dikenal dengan berbagai istilah, antara lain : tanah timbul; tanah pembawaan lumpur; tanah lambiran, dan sebagainya, yaitu tanah yang ter-bentuk karena endapan lumpur, baik di pantai maupun di muara sungai.

Tanah timbul, demikian seterusnya akan kita namakan, merupakan fenomena alam biasa yang dapat terjadi di beberapa daerah yang berbatasan dengan laut, danau, atau sungai, yaitu adanya tanah yang perlahan-lahan timbul ke permukaan air yang berasal dari endapan lumpur dan lama-kelamaan menjadi suatu pulau atau merupakan suatu perluasan dari suatu pantai atau tepian sungai.

Fenomena alam ini berubah menjadi fenome-na hukum tatkala kemudian tanah hasil endapan lumpur tersebut menjadi ajang perebutan atau bertumbuknya berbagai klaim. Secara kebetulan, tanah timbul ada yang berimpit (lèngkèt) dengan kawasan hutan, biasanya hutan Bakau/Man-grove. Dapat disebutkan disini beberapa kasus Tanah Timbul yang terjadi di beberapa Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH), yaitu : di wilayah Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah di KPH Banyumas Barat, wilayah Unit II Jawa Timur di KPH Banyuwangi Selatan; dan juga dapat ditemukan di KPH Indramayu, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Pertanyaannya, siapa yang paling berwenang menguasai/memi-liki tanah timbul tersebut ?

LANDASAN PENGATURANTerhadap permasalahan Tanah Timbul, be-

lum banyak ditemukan landasan hukumnya. Peraturan yang ada saat ini berupa Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 593/Kep.518/Hak/88 tentang Penggunaan, Peruntukan dan Peng-

gunaan Tanah Pantai di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, Surat Edaran Menteri Negara Agraria/Ke-pala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Nomor : 410-1293 tanggal 9 Mei 1996, yang ditujukan kepada para Kakanwil BPN dan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya di seluruh Indonesia, dan terakhir Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.

Dalam Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 593/Kep.518/Hak/88 tersebut pada intinya dinyatakan bahwa Tanah Timbul dikuasai oleh negara dan berada di bawah pen-gawasan Gubernur, yang dalam pelaksanaan sehari-hari dilakukan dan dipertanggungjawabkan kepada Bupati/Walikotamadya. Sesuai SK Gubernur tersebut, khusus untuk Tanah Timbul yang berimpit dengan kawasan hutan langsung menjadi kawasan hutan, dan berada dalam pengelolaan Kehutanan dan atau Per-hutani. Apabila Tanah Timbul yang berada di kawasan hutan diperlukan untuk suatu proyek baik Pemerintah maupun Swasta, harus mendapatkan persetujuan dari Menteri Kehutanan sesuai peraturan perundang-undan-gan yang berlaku. Selanjutnya Bu-pati/Walikotamadya, sebagai kepala wilayah berkewajiban mengawasi dan mengamankan Tanah Timbul yang ada di dalam kawasan hutan.

Dalam Surat Edaran Menteri Neg-ara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor : 410-1293 disebut-kan bahwa tanah-tanah timbul secara alami seperti delta, tanah pantai, tepi danau/situ, endapan tepi sungai, pu-lau timbul dan tanah timbul secara alami lainnya dinyatakan menjadi ta-nah yang langsung dikuasai Negara. Selanjutnya penguasaan/pemilikan dan penggunaannya diatur oleh Men-teri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional sesuai dengan

Aanslibbing

HUKUM

”Hukum agraria yang berlaku atas

bumi, air dan ruang

angkasa ialah hukum

adat, ....... dan

seterusnya”

44Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 45: DR-15-05-2007

45Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan dalam PP. 16 Tahun 2004 pada pasal 12 dinyatakan bahwa tanah yang berasal dari tanah timbul atau hasil reklamasi di wilayah perairan pantai, pasang surut, rawa, danau, dan bekas sungai dikuasai langsung oleh Negara.

VERSI KUH PERDATADalam Buku Kedua Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata (KUH Perda-ta) terdapat pasal-pasal yang mengatur tentang cara mendapatkan hak milik, diantaranya berupa penambahan dan pendamparan tanah (aanslibbing dan aanspoeling). Sebagai contoh dalam Pasal 589 disebutkan : “Pulau besar dan pulau kecil, yang terdapat di sungai yang tidak dapat dilayari atau diseberangi dengan rakit, begitu pula beting yang timbul dari endapan lumpur di sungai seperti itu, menjadi milik si pemilik tanah di tepi sungai tempat tanah timbul itu terjadi. Bila tidak berada pada salah satu dari kedua belah sungai, maka pulau itu atau beting itu menjadi milik semua pemilik tanah di kedua tepi sungai dengan garis yang menurut perkiraan ada di tengah-tengah sun-gai sebagai batas”. Selanjutnya di pasal 596 alinea kedua dinyatakan : “Pertambahan menjadi keuntungan pemilik tanah di tepi sungai, tanpa membedakan, apakah dalam akta tanah disebutkan luas tanah itu atau tidak; tetapi hal itu tidak mengurangi ketentuan-ketentuan dalam undang-undang atau peraturan umum men-genai jalan bagi pejalan kaki atau jalan bagi pemburu”.

Terkait dengan dua pasal terse-but, dalam pasal 597 kemudian din-yatakan : “ketentuan dalam alinea kedua pasal yang lalu berlaku juga bagi pertambahan yang terjadi pada tanah di tepi telaga yang dapat di-layari dengan perahu; dan akhirnya berlaku juga terhadap pertambahan tanah akibat damparan dari laut di pantai dan di tepi sungai yang men-galami pasang naik dan pasang surut, baik tanah tepian itu milik negara, maupun milik perorangan atau persekutuan”.

Jadi dalam KUH Perdata cukup jelas diatur siapa yang kemudian menjadi pemilik dari tanah timbul.

POSTA BERLAKUNYA UUPADengan berlakunya Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1960 ten-tang ”Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria”, atau yang lebih dikenal dengan nama Undang-undang Pokok Agraria (UUPA), maka pasal-pasal dalam Buku II KUH Perdata yang mengatur mengenai bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di-dalamnya, termasuk yang mengatur masalah aanslibbing dan aanspoeling ikut dinyatakan dicabut dan tidak berlaku.

UUPA sendiri secara tegas men-ganut konsepsi hukum adat seb-agaimana disebut dalam pasal 5 yang menyatakan : ”Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat, ....... dan seterusnya”.

Menurut hukum adat, selain me-lalui cara pembukaan tanah (ontgin-ning), hak milik juga dapat diperoleh atas tanah pembawaan lumpur, yang timbul di tepi sungai. Pada umumnya di Jawa, tanah yang timbul karena pembawaan lumpur adalah hak orang yang mempunyai tanah, dimana tam-bahan tanah itu terjadi. Bila tanah lama di tepi sungai itu adalah hak mi-lik, maka pemilik itu akan mendapat hak milik pula atas tanah tambahan itu (Ardiwilaga, 1962 : 71).

B. Ter Haar, seorang Profesor Hukum Adat Hindia Belanda, dalam bukunya ”Beginselen en Stelsel van Het Adatrecht”, menulis bahwa hukum adat mengakui adanya hak terdahulu atas tanah (voorkeursrecht op grond), yaitu ”een rechtsverhoud-ing tot den grond, welke de aanspraak meebrengt, een bepaald bouwveld door (verdere) bewerking tot het zijne te maken (in inlands bezit te bren-gen)” - suatu hubungan hukum yang memberi hak untuk mengerjakan tanah itu (terus-menerus) dan untuk memilikinya (dengan ”hak milik”). Hak ini juga berlaku bagi pemilik ta-nah pertanian atas tanah pembawaan lumpur (aanslibbing) pada tanah pertaniannya; het voorkeursrecht van den bouwveldbezitter op aan zijn bouwveld aanslibbenden grond, demikian dinyatakan oleh Ter Haar (1950 : 74-75).

UUPA dalam pasal 22 ayat (1) me-

nyatakan bahwa terjadinya hak milik menurut hukum adat diatur dengan Peraturan Pemerintah, namun PP tersebut hingga saat ini belum pernah terbit. Dalam Rancangan UU tentang Hak Milik Atas Tanah yang pernah dibuat pada tahun 1997, pada pasal 12 ayat (2) disebutkan bahwa orang atau badan hukum yang mempunyai hak milik atas tanah yang berbatasan langsung dengan tanah timbul yang merupakan tanah negara mempunyai kesempatan lebih dahulu untuk men-gajukan permohonan hak atas tanah timbul tersebut.

PENUTUPBerdasarkan ketentuan Pasal 2

UUPA, maka sudah pada ghalibnya Tanah Timbul menjadi tanah yang langsung dikuasai oleh Negara. Apa-lagi hingga saat ini Peraturan Pemer-intah yang mengatur terjadinya hak milik menurut hukum adat belum pernah diterbitkan. Dan karenanya barangsiapa berkeinginan untuk menguasai atau memilikinya, dapat mengajukan permohonan kepada BPN sesuai ketentuan peraturan pe-rundang-undangan yang berlaku.

Dalam hal Departemen Kehu-tanan atau Perhutani memerlukan sebidang tanah timbul yang berimpit dengan kawasan hutan dalam rangka efektivitas pengelolaan hutan, maka perlu mengajukan permohonan. Mengacu pasal 5 UUPA, secara hu-kum Departemen Kehutanan atau Perhutani memiliki hak prioritas penguasaan atas dasar hak terda-hulu (voorkeursrecht) yang memang diakui dalam hukum adat - hukum asli bangsa Indonesia - hukum yang menjadi dasar UUPA. Dalam rangka penyelesaian kasus-kasus tanah tim-bul yang berimpit dengan kawasan hutan dengan Instansi-instansi terkait, SK Gubernur Jawa Barat dimaksud dapat dijadikan petunjuk atau rujukan.

Bambang Eko Supriyadi; Kasie Hukum Kantor Pusat

Perum Perhutani

45Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 46: DR-15-05-2007

46Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

A R Septiana

Konon ada dua metode untuk membangkitkan motivasi seseorang sehingga dapat bekerja lebih, yaitu dengan: ‘menakut-nakuti’ dan ‘mengiming-imingi’. Bahasa kerennya: Stick and Carrot Sys-tem atau Reward and Punishment System, seperti yang mulai digandrungi Perhutani sekarang ini. Menakut-nakuti artinya membuat seseorang takut bila tak dapat melakukan atau mencapai target sesuai yang ditetapkan si pemberi perin-tah. Contohnya, seorang boss mengancam akan memecat salesnya bila tak dapat mencapai target pejualan tertentu. Ketakutan akan ancaman itu membuat si sales mengerahkan segenap daya upaya yang dimilikinya untuk mencapai target yang ditetapkan.

Menakut-nakuti mungkin adalah metode pembangkit motivasi paling primitif dan efektif yang dikenal manusia. Pernah dengar anekdot tentang seseorang yang tiba-tiba bisa melompati sungai yang sangat lebar, hanya karena ngeri dikejar anjing? Atau pernah nonton film For-rest Gump, si lumpuh yang tiba-tiba bisa berlari kencang karena takut dijailin teman-temannya? Itu bukti keampuhan metode ini. Mengapa be-gitu ampuh? Karena dia merangsang timbulnya potensi paling besar dalam diri manusia yang kerap tersembunyi: daya untuk survive. Tak ada yang lebih keras pada manusia selain upayanya dalam bertahan untuk hidup. Makanya, meski kuno, teknik ini masih banyak dianut dalam ilmu manajemen modern.

Tetapi ada kekurangan dalam metode ini. Karena sifatnya yang menekan, maka akan selalu ada perasaan terpaksa mengiringi pelaksanaan-nya. Ini berimplikasi pada beberapa kemung-kinan. Misalnya, hanya efektif bila dilakukan pengawasan ketat. Bila tidak diawasi, maka dia akan berlaku seperti semula, atau malah lebih parah. Persis bunyi iklan: Patuh Karena Ada yang

Lihat. Pada kasus lain bisa terjadi keberhasilan yang dicapai hanyalah keberhasilan semu. Karena meng-hindari sanksi yang menakutkan, maka dilakukan rekayasa sedemiki-an rupa sehingga seakan-akan target benar-benar berhasil diraih. Yang penting selamat pada saat dilakukan pemeriksaan. Ketika sang pemeriksa pulang, baru kelihatan aslinya yang ancur-ancuran.

Kondisi tertekan, pada satu titik, juga bisa menimbulkan sikap antipa-ti, lebih jauhnya bisa menimbulkan perasaan dendam, sehingga tidak ba-gus untuk hubungan antar personal. Serta kekurangan-kekurangan lain yang bisa diidentifikasi lebih lanjut.

Karena itu, para ahli kemudian menyarankan untuk lebih mengede-pankan metode kedua -meski-pun dengan tidak harus mening-galkan yang pertama-, yaitu dengan ’mengiming-imingi’. Dia tidak me-maksa, tetapi berusaha membuat seseorang menginginkannya. Pada dasarnya, dia mengeksploitasi sifat manusia yang tak pernah puas.

Agar seseorang tergugah mo-tivasinya, maka ditawarkan atau dijanjikan bermacam-macam im-balan, baik berupa materil maupun yang sifatnya honouristic bila dapat mencapai apa yang ditetapkan. Jadi metode ini lebih bersifat positif.

Meski kekuatannya kadang tak sedahsyat yang pertama -karena tak ada konsekuensi yang menakutkan meski tak tercapai- tetapi metode mengiming-imingi juga efektif un-tuk membangkitkan motivasi selain

C I N T A

KOLOM

46Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 47: DR-15-05-2007

47Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

relatif lebih ’manusiawi’. Pernah menonton film mengharukan karya sutradara Iran Abbas Kiarostami yang mengisahkan perjuangan seorang anak untuk memenangi sebuah per-lombaan lari karena menginginkan hadiah sepasang sepatu buat adiknya yang ia hilangkan?

Iming-iming ternyata juga me-miliki kekuatan tersendiri untuk mengerakkan potensi tersembunyi seseorang. Tapi, metode ini juga tak lepas dari kekurangan. Selain kurang ’dahsyat’ -lari seseorang yang menge-jar hadiah seratus ribu perak tentu kalah cepat dari lari seseorang yang dikejar anjing, misalnya-, teknik ini juga menyimpan potensi ma-salah. Misalnya, persaingan untuk mendapatkan penghargaan/imbalan menjadi rawan konflik dan men-jadi arena sikut-sikutan. Apalagi bila ternyata parameternya tak jelas dan quotanya yang sangat terbatas.

Orientasi imbalan juga bisa mendidik orang men-jadi lebih materialistis dan pamrih. Bila tak ada im-ing-iming hilanglah motivasi kerja. Maka, timbul kasus-ka-sus dimana orang enggan melak-sanakan tugas hanya karena tak ada uangnya, dsb.dsb.

Namun demikian, meski masing-masing memiliki kekurangan dan menyimpan potensi problem, metode atau sistem ’menakut-nakuti dan mengiming-imingi’ ini banyak diter-apkan dalam manajemen perusahaan modern. Ini dikarenakan efektifit-asnya yang teruji dalam mencapai tujuan serta dampak positif lain yang dihasilkannya, seperti terpenuhinya rasa keadilan dimana orang yang bekerja baik tentu saja penghar-gaannya tidak boleh disamakan dengan yang bekerja asal-asalan. Untuk mengurangi efek negatifnya biasanya dilakukan berbagai variasi dan kombinasi disesuaikan dengan kebutuhan.

Ketika Perhutani menyatakan akan -dan sudah mulai- menerapkan sistem reward and punishment (teru-tama Reward-nya) secara konsisten

dan konsekuen, ini tentu saja adalah langkah maju, dan karenanya patut didukung. Hal Ini berarti manajemen Perhutani sudah mulai menyadari akan pentingnya upaya melakukan ’manajemen motivasi’ dalam menun-jang kinerja perusahaan, yaitu den-gan mendorong karyawannya untuk mau bekerja lebih. Dan dampaknya sudah cukup kelihatan, minimal itu saya lihat di lingkungan kecil kerja saya. Dalam bidang tanaman, mis-alnya, semenjak di terapkan sistem reward-punishment, para mandor nampak lebih serius dalam memper-hatikan lokasi tanamannya, meski juga sedikit menjadi lebih sensitif. Mereka juga bersuka cita ketika mendapatkan uang reward, meski

nilain-ya tak terlalu besar. Nampak jelas, m e r e k a kini merasa kerja k e r a s n y a lebih dihargai.

Namun, cukupkah semua itu memperbaiki keadaan? Cukupkah cara itu untuk menggerakkan mo-tivasi segenap komponen rimbawan sehingga dapat menghasilkan daya juang yang dibutuhkan untuk mem-bangun kembali hutan seperti yang dilakukan pendahulu-pendahulu kita? Mungkin belum. Ada satu hal yang nampaknya tidak kita miliki dibanding kakek-nenek kita dulu. Satu hal yang sangat mendasar dan merupakan penggugah motivasi paling dahsyat, tanpa pamrih dan zonder paksaan. Apakah itu? Cinta.

Ya, Cinta. Apapun tak kan berhasil tanpa Cinta, ujar Morihei Ueshiba. Dengan Cinta, kita akan tetap bekerja lebih meski tanpa diawasi. Tetap mencurahkan segenap kemampuan meski tanpa imbalan yang tinggi. Tetap antusias meski di tengah segala keterbatasan.

Dan Cinta itu t’lah lama hilang. Ketika Bang Mus (Dr. Muslimin Na-sution) berpesan jadilah Rimbawan Mujtahid, Mujaddid dan Mujahid dalam acara Mubes Sekar di Ma-diun kemarin, sebenarnya beliau mengingatkan kita akan hal ini, meski dengan bahasa yang lebih religius. Ikhlaslah, serunya, karena kita adalah yang terpilih sebagai pemegang amanah menyangga ke-

hidupan manusia untuk gen-erasi sekarang dan generasi

mendatang, kita adalah Khalifatullah Fil’ardh itu.

Kita membutuhkan Cinta. Sayang, kita hid-up di sebuah zaman yang tak ramah untuk spesies yang satu ini. Terjangan angin mate-rialisme dan kerasnya

persaingan hidup telah menggebah mereka entah

kemana. Dan kini, di hari-hari ini, di setiap kertas yang kita tulis,

setiap bibit yang kita tanam, setiap gram getah yang kita sadap, kita pun bertanya-tanya: dimana dia... dimana dia...

Rajamandala, 15 Maret 2007

AR Septiana; Asper/KBKPH Rajamandala

47Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 48: DR-15-05-2007

48Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Foto–foto calon pengantin itu bi-asanya dimanfaatkan untuk memper-cantik kartu undangan perkawinan maupun dipajang pada gedung pesta perkawinan sehingga tamu undangan dapat menikmati sepotong perjalanan cinta pengantin yang tengah bahagia di pelaminan. Nah, kini pemotretan di luar ruangan menjadi trend dan dimi-nati oleh banyak calon pengantin.

Seperti pada siang waktu lalu (25/4), sepasang kekasih sedang mengambil pemotretan out door pre wedding. Berbagai sudut alam curug Celember dimanfaatkan sebagai latar, seperti air terjun dan teras penginapan. Suasana alamnya sangat mendukung untuk diabadikan sebagai momen yang spesial. Mereka bergaya dengan berbagai pose di depan kamera sesuai arahan stylish dari foto studio.

Menurut petugas WW Curug Cilem-ber, trend pemotretan pasangan sebe-lum upacara perkawinan (pre wedding)

di Curug Cilember sudah berlangsung sejak tiga–empat tahun terakhir ini. “Trendnya terus meningkat,” jelas Idang, panggilan akrab Syarif Hi-dayatullah.

Awal mula WW Curug Cilember dimanfaatkan sebagai pemotretan out door pre wedding itu berasal dari salah satu Foto Studio, Art Foto, dari Jakarta. Mereka datang, ke-mudian mengambil gambar. Setelah itu, datang lagi foto studio lain. “Begitulah. Infor-masinya hanya dari mulut ke mulut. Akhirnya, WW Curug Cilember sering dimanfaatkan untuk pengambilan foto calon pengantin,” jelasnya.

Menurut penuturan Idang, pada awalnya mereka itu gra-tis. Akan tetapi, karena ma-kin lama banyak, maka kami lapor ke KPH Bogor. Maka diputuskan, pengambilan foto

pre wedding dikenakan biaya. “Nah, pengambilan gambar di luar ruangan sebelum upacara ini menjadi sumber pendapatan yang cukup signifikan bagi Wana Wisata Curug Cilember,” ungkap-nya. Idang menyebut, angka nominal sekitar Rp 100 juta pada tahun 2006.

Awalnya, tarif pengambilan foto pre wedding di Wana Wisata Curug Celem-ber Rp 250 ribu, kemudian dinaikkan menjadi Rp 275 ribu rupiah. Akhirnya, pada tahun 2005 dinaikkan lagi menjadi Rp 300 ribu. “Uang sebesar itu hanya untuk ijin pengambilan foto di lokasi Wana Wisata Curug Cilember. Kru foto studio, pasangan pengantin, dan ang-gota rombongan lainnya tetap harus membeli karcis tanda masuk yang seka-rang besarnya Rp 5000 per orang,” jelas tokoh pemuda dari desa Jogjokan yang direkrut KPH Bogor menjadi petugas WW Curug Celember itu.

Hampir tiap minggu, pemotretan pre wedding terus berlangsung. Begitu banyak animo yang memanfaatkan Curug Celember, lantas apakah tarif ijin pemotretan tidak dinaikkan oleh pihak pengelola? “Pertanyaan itu pernah dilontarkan oleh GM Wisata beberapa waktu lalu, tapi saya jawab, ‘tak usah,Pak. Soalnya nanti, mereka pindah ke lokasi lain. Karena di seki-tar sini banyak saiangannya.’ Itulah jawaban saya pada GM Wisata, Pak Teguh Purwanto,” kilahnya. Oh, ya, WW Curug Celember sekarang sudah lepas dari KPH Bogor dan dikelola oleh KBM Wisata dan Usaha Lain Unit III Jawa Barat dan Banten.

Sampai sekarang, ada 16 Foto Stu-dio dari Jakarta yang sudah menjadi langganan. Antara lain AA Foto King Foto A, King Foto B, Lesvi Foto, dan Faiyu Foto. Nah, bagi Anda yang mau menikah (lagi) atau mantu (lagi), sekali – kali mencoba untuk mengabadikan momen sebelum prosesi perkawinan di WW Curug Cilember. Siapa bermi-

Curug Cilember Ramai Dimanfaatkan Foto Pre Wedding Wana Wisata (WW) Curug Cilember sering dimanfaatkan foto out door pre wedding bagi pasangan calon pengantin yang ingin naik ke pelaminan.

WisataWisata

48Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 49: DR-15-05-2007

49Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Gerakan-gerakan indah namun penuh arti yang dilakoni para penari itu membuat ratusan penontonnya, terma-suk Direktur Utama Perum Perhutani Transtoto Handadhari terpesona.

Oleh penciptanya, Administratur Kedu Selatan Dwi Witjahyono, sendra-tari berdurasi sekitar sepuluh menit itu diberi judul Bangkit Bela Wanantara (BBW). Dwi yang mantan Kepala Seksi Perencanaan Hutan (KSPH) Jogya itu mengatakan, tarian ini merupakan susunan baru yang menggambarkan tekad, semangat serta gelora dalam menata alam semesta.

“Melalui tarian ini, saya mau men-gatakan bahwa hutan adalah nafas dan paru kehidupan untuk keabadian sem-purna. Menyapa mesra tetumbuhan dan seisi hutan adalah tugas suci selu-ruh umat bumi. Siapapun yang men-coba menjarah, merusak dan menodai hutan adalah musuh-musuh yang harus dilindas tuntas,” papar Dwi yang akrab disapa dengan nama Yoyok.

Makanya, kata Dwi, meski gerakan-gerakan dalam tarian ini cenderung lembut, namun ada kombinasi gerakan tegas seakan-akan mau menunjukkan pembelaan diri. Misalnya ada gerakan memainkan keris. “Itu artinya, kita selalu siap untuk melindas siapapun yang mencoba merusak hutan. Rawe-rawe rantas malang-malang putung. Satu tekad bersama. Bangkit, jaga, bela dan pertahankan kelestarian hutan

nusantara,” ujarnya.Menurut rimbawan yang juga “con-

cern” di bidang seni tari ini, memper-siapkan sendratari BBW bukanlah hal yang sulit. Bahkan awalnya tidak ter-pikirkan untuk menampilkan tarian ini dalam acara penutupan Porseni. “Terus terang ketika pembukaan, saya melihat kegiatan ini kok kurang meriah. Ter-pikirkanlah untuk menciptakan tarian ini dengan harapan dapat disajikan dalam acara penutupan,” ceritanya.

DWI WITJAHYONORimbawan yang Concern di Bidang Seni TariAlunan gamelan mengiringi lembut langkah kaki puluhan penari berparas ayu dalam acara penutupan Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) Perum Perhutani, yang dipusatkan Rabu (16/5) lalu di lapangan Akademi Angkatan Udara (AAU) Maguwo, Jogyakarta.

“Melalui tarian ini, saya mau mengatakan bahwa hutan adalah nafas dan paru kehidupan untuk keabadian sempurna. Menyapa mesra tetumbuhan dan seisi hutan adalah tugas

suci seluruh umat bumi. Siapapun yang mencoba menjarah, merusak dan menodai hutan adalah musuh-musuh yang harus dilindas tuntas,”

Dengan dibantu sang istri yang juga aktif di bidang seni tari, tarian BBW dapat dipersiapkan dalam waktu yang sangat singkat. BBW bukanlah tarian pertama yang diciptakan Yoyok. Sebelumnya, Yoyok sudah sering menciptakan tarian dengan beragam tema. Diantaranya pernah menciptakan tarian untuk panen raya padi di Ran-dublatung. “Bersama istri, saya akan terus berkarya dengan menciptakan tari,” pungkasnya. (Tuti/Humas Unit

SosokSosok

49Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 50: DR-15-05-2007

50Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Maka dari itu, peran mandor tanaman untuk menanam dan memelihara tanaman sangat besar. Di antara mandor tanaman yang punya peran besar itu adalah Pepe Sudiana. Dedikasinya dalam bidang tanaman boleh diacungi jempol. Karena seluruh waktu yang dimilikinya diwakafkan untuk mengurusi tanaman.

“Kalau ditanya kenapa saya berhasil? Jaw-abnya, bekerja tanpa pamrih, tidak mengenal jam dan hari, dan tidak mengenal waktu li-bur, otomatis jangan segan–segan tiap hari ke lapangan,” jawab laki–laki kelahiran Ciamis, 1 Februari 1965 itu, ketika ditanya apa kiatnya agar tanaman yang menjadi tanggung jawab-nya itu bagus.

Selain jawaban bersifat non teknis kehu-tanan, Pepe Sudiana mengemukakan juga, bahwa tanaman dapat tumbuh dan berkem-bang bagus, apabila memenuhi beberapa persyaratan. Di antaranya, persemaiannya harus baik. Jika persemaian pohon itu baik, maka tanamannya pun biasanya dapat tum-buh sebagaimana yang diharapkan.

Untuk memperoleh bibit yang baik, menu-rut Pepe Sudiana, ada beberapa cara yang di-lakukan. Seperti sebelum bibit ditanam harus dilakukan penyapihan agar memeliki tinggi yang sama, seumpama 30 cm. Kemudian, bibit daun jati itu dibersihkan ketika masih dipolibag. Setelah itu baru ditanam. “Kalau daun jati tidak dibersihkan dikawatirkan apabila turun hujan, daunnya itu mengga-yut ke tanah dan pada akhirnya batang akan terpengaruh dalam pertumbuhannya,” jelas laki–laki kurus, trengginas dan prigel ini.

Pepe Sudiana, bapak 3 anak yang hidupnya penuh warna. Sebelum bekerja di Perhutani, ia pernah bekerja di perkebunan coklat, Pangandaran. Kemudian melanglang buana ke Jakarta. Di ibukota, Pepe Sudiana berhasil menyunting gadis pujaannya asal Yogjakarta. Dari Jakarta, mereka kembali ke Ciamis, tepatnya Karang Nini, yang baru dibuka sebagai obyek wisata, tahun 1985.

Pepe, yang sebagai juara III mandor tana-man tingkat Direksi, mengaku memperoleh total hadiah sebesar Rp 23 juta, antara lain dari unit III dan dari Dirut ketika jalan–jalan di Gedung Manggala Wanabakti.

Hadiah sebanyak itu, ternyata tidak dinikmati Pepe sendiri. “Selain bagi–bagi rizki dengan pesanggem, juga saya wujud-kan dalam bentuk TV yang bertengger di kantor Asper/KBKPH Pangandaran,” ujarnya bangga. (MU)

Pepe SudianaBagi-bagi RezekiMandor tanaman merupakan ujung tombak Perum Perhutani. Perusahaan menjadi berkembang, kemudian maju, dan sehat, salah satunya ditentukan oleh mandor tanam. Apa pasal, karena core bisnis Perhutani adalah kayu, maka plances (baik jati maupun rimba) yang ditanam harus tumbuh dan berkembang sampai pada akhir daur.

SosokSosok

50Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 51: DR-15-05-2007

51Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007

Sinardi, Ketua LMDH Wana Tani Makmur, Desa Nglebur Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora, adalah salah satu orang yang paling berbahagia dalam acara pembukaan Ratna dan Porseni di Graha Sabha Pramana Uni-versitas Gadjah Mada (UGM), Senin (14/5). Sinardi adalah satu dari sekian orang yang mendapat penghargaan dari Perum Perhutani siang itu.

Sinardi, dengan semangat mem-bara, bercerita tentang kesuksesan LMDH yang dipimpinnya, yang terbentuk melalui sistem pemilihan langsung masyarakat pada 27 Okto-ber 2002. Dalam kurun waktu lima tahun, katanya, dengan menerapkan azas keterbukaan dalam berorgan-isasi, LMDH Wana Tani Makmur mampu menyumbang 25 persen

pendapatannya untuk desa, 2 persen untuk Forum Komunikasi PHBM Kecamatan, 3 persen untuk PHBM Desa, 5 persen untuk manajemen fee, dan 65 persen untuk kegiatan operasional LMDH.

Untuk menjalankan usaha produk-tifnya, LMDH Wana Tani Makmur telah membentuk Koperasi Sumber Tani Makmur yang bergerak mulai dari pembuatan tahu-tempe hingga usaha furniture.

Menurut Sinardi, LMDH adalah wadah yang tepat bagi masyarakat untuk mengaplikasikan program-program PHBM. “Terus terang ada ketakutan warga desa bila program PHBM berhenti, karena warga kami sudah banyak merasakan keun-tungan dari PHBM ini, misal un-

tuk mengsupport dana pendidikan tingkat sekolah dasar (SD) telah kami serahkan Rp. 5 juta untuk 5 SD. untuk Taman Kanak-kanak, kami berikan Rp. 750 ribu per TK untuk 2 TK. Sedangkan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), kami berikan Rp. 1 juta. Sumbangan ini sudah kami lakukan sejak tahun 2004,” tutur Sinardi.

Selain itu, dalam bidang sosial, LMDH Wana Tani Makmur juga bertanggung jawab pada warga desa yang fakir dan cacat. “Saat ini ada 4 orang warga kami yang fakir dan cacat yang menjadi tanggung jawab kami. Setiap bulan kami santuni 20 kilogram beras dan uang Rp. 250 ribu per orang per bulan,” katanya.

Atas itu semua, Sinardi merasa terharu. “Ternyata Perum Perhutani memperhatikan kinerja kami sebagai mitra dan ada kepedulian terhadap kami,” katanya.

“Dan saya yakin, Perhutani telah berbuat banyak menyejahterakan masyarakat khususnya yang ting-gal di sekitar hutan,” tambahnya. /(Henny)

Sinardi Terharu Perhutani Telah Berbuat Banyak Menyejahterakan Masyarakat

51Edisi 15/ Th. 2 / Mei 2007

Page 52: DR-15-05-2007

52Edisi 16 / Th. 2 / Juni 2007