draft buku putih bab ii pessel revisi

Upload: kartika-munir

Post on 17-Oct-2015

193 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 1

    BAB II

    GAMBARAN UMUM KABUPATEN PASISIR SELATAN

    2.1. GEOGRAFIS, TOPOGRAFIS DAN GEOHIDROLOGI

    2.1.1. KONDISI GEOGRAFIS

    Luas daerah Pesisir Selatan 5.794,95 Km atau 13,70 persen dari luas total wilayah

    Provinsi Sumatera Barat, yang terletak antara 0-59- 228,6 Lintang Selatan dan 10019 -

    10118 Bujur Timur yang memanjang dari Utara ke Selatan dengan panjang garis pantai 234 Km.

    Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang

    Pembentukan Daerah Otonomi Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera

    Tengah.

    Posisi geografis daerah ini, sebelah Utara berbatasan dengan Kota Padang, sebelah

    Selatan dengan Kabupaten Muko-Muko (Provinsi Bengkulu), sebelah Timur dengan Kabupaten

    Solok, Solok Selatan dan Kerinci (Provinsi Jambi) dan sebelah Barat dengan Samudera Indonesia.

    Dengan letak tersebut menjadikan Kabupaten Pesisir Selatan sebagai gerbang masuk

    wilayah Selatan Provinsi Sumatera Barat yang perlu didukung oleh prasarana, baik transportasi

    darat dan laut yang memadai, seperti jalan nasional Padang Bengkulu dan pelabuhan Panasahan

    Carocok Painan.

    2.1.2 KONDISI TOPOGRAFI

    Kondisi topografi wilayah memiliki keberagaman kemiringan lereng berkisar antara 0-

    40% dan > 40%. Klasifikasi Kemiringan lereng untuk wilayah Kabupaten Pesisir Selatan meliputi :

    1) Kemiringan 0 2% yang merupakan kemiringan datar, terdapat di seluruh kecamatan yang

    ada di Kabupaten Pesisir Selatan, dengan luas 181.654 Ha (31,59%).

    2) Kemiringan 2 15% yang merupakan kemiringan agak landai, terdapat dikecamatan Lunang

    Silaut, Kecamatan Basa IV Balai Tapan, Kecamatan Pacung Soal, Kecamatan Linggo Sari

    Baganti, Kecamatan Sutera, Kecamatan Batang Kapas, dan Kecamatan Koto XI Tarusan,

    dengan luas 5.102 Ha (0,89%).

    3) Kemiringan 15 25% yang merupakan kemiringan Landai terdapat di seluruh kecamatan

    yang ada di Kabupaen Pesisir Selatan, dengan luas 24.562 Ha (4,27%).

    4) Kemiringan 25 40% yang merupakan kemiringan agak curam terdapat di seluruh

    kecamatan yang ada di Kabupaen Pesisir Selatan, dengan luas 59.436 Ha (10,34%).

    5) Kemiringan > 40% yang merupakan kemiringan curam terdapat di seluruh kecamatan yang

    ada di Kabupaten Pesisir Selatan, dengan luas 304.235 Ha (52,91%).

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 2

    TABEL 2.1

    Luas Dan Persebaran Kelas Lereng

    Sumber : Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, Tahun 2009

    Berdasarkan peta topografi dan klasifikasi kelas lereng wilayah, diketahui bahwa sebagian

    besar wilayah termasuk dalam kelas lereng curam dengan kemiringan lereng di atas 40 % yang

    mencapai luas 304.235 Ha (52,91 %) terdapat pada seluruh Kecamatan Kabupaten Pesisir

    Selatan. Sementara luas wilayah dengan kemiringan lereng datar 0 2 % dengan luas 181.654 Ha

    (31,59) terdapat diseluruh kecamatan, Kemiringan 2 15% dengan luas 5.102 Ha (0,89%)

    terdapat di Kecamatan Lunang Silaut, Basa IV Balai Tapan, Pancung Soal, Linggo Sari Baganti,

    Sutera, Batang Kapas dan Koto XI Tarusan, kemiringan 15 25% dengan luas 24.562 Ha (4,27%)

    terdapat diseluruh kecamatan, dan agak curam dengan kemiringan 25 40% dengan luas 304.235

    Ha (52,91%) terdapat diseluruh Kecamatan. Untuk lebih jelasnya mengenai kelas kelerengan dan

    topografi (kelerengan) dapat dilihat pada peta 2.1 dan 2.2

    NO NAMA KECAMATAN

    KELAS KELERENGAN JUMLAH

    0 2

    %

    2 - 15

    %

    15 - 25

    %

    25 - 40

    %

    > 40

    %

    (Ha)

    1. Koto XI Tarusan 5.436 350 2.314 4.824 29.639 42.563

    2. Bayang 3.668 - 1.152 2.088 1.624 8.532

    3. IV Nagari Bayang Utara 724 - 1.080 4.104 18.384 24.292

    4. IV Jurai 2.808 - 1.800 4.500 28.272 37.380

    5. Batang Kapas 4.932 396 2.880 5.976 21.723 35.907

    6. Sutera 9.792 468 2.304 6.408 25.593 44.565

    7. Lengayang 9.432 - 252 3.348 46.028 59.060

    8. Ranah Pesisir 6.804 - 1.296 13.428 34.911 56.439

    9. Linggo Sari Baganti 9.720 396 1.584 8.388 11.453 31.541

    10. Pancung Soal 34.380 504 3.672 2.124 33.330 74.010

    11. Basa IV Balai Tapan 22.788 720 972 2.700 40.570 67.750

    12. Lunang Silaut 71.170 2.268 5.256 1.548 12.708 92.950

    TOTAL 181.654 5.102 24.562 59.436 304.235 574.989

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 3

    Gambar 2.1 Peta Topografi (Ketinggian) Kabupaten Pesisir Selatan

    Sumber : RTRW Kab. Pesisir Selatan Periode 2010 - 2030

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 4

    Gambar 2.1 Peta Ketinggian Kabupaten Pesisir Selatan

    Sumber : RTRW Kab. Pesisir Selatan Periode 2010 - 2030

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 5

    2.1.3 KONDISI GEOHIDROLOGI

    A. SUNGAI

    Kondisi Geohidrologi di daerah ini terdiri dari 19 sungai besar dan sungai kecil yang

    merupakan bagian dari sistem jaringan sungai yang dipengaruhi oleh kondisi topografi dan

    struktur fisiografi terpapar dari timur ke barat. Seluruh sungai yang berada di daerah ini hulunya

    berada di Kabupaten Solok Selatan dan kawasan Hutan Suaka Alam Wisata (HSAW) serta

    Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang debit rata-rata 29,696 M3/dt (tahun 2008) dengan

    luas 6.232,02 km2. Selain dari sungai sebagai sumber daya air, potensi ketersediaan air tanah

    cukup memedai yaitu 9.420,44 juta M3. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 2.3 Sungai

    yang Mengalir Ke Pantai Barat Sumatera di bawah ini.

    TABEL 2.2

    Sungai-Sungai Yang Mengalir Kepantai Barat Sumatera

    NO NAMA SUNGAI KECAMATAN YANG

    DILALUI

    PANJANG

    SUNGAI

    (KM)

    LUAS

    DAS

    (KM2)

    DEBIT

    RATA-

    RATA

    (M3/DT)

    1 Batang Lunang Lunang Silaut

    93,70

    1087,5 3,907

    2 Batang Tapan Basa Iv Balai Tapan 711,12 2,55

    3 Batang Inderapura Pancung Soal, Basa IV

    Balai, Linggo Sari Baganti 2,035.89 7,315

    4 Batang Air Haji Linggo Sari Baganti 45,85 367,37 1,319

    5 Batang Pelangai Ranah Pesisir 51,11 498,86 1,792

    6 Batang Kambang Lengayang 45,75 457,14 1,642

    7 Batang Surantih Sutera 45,69 297,1 1,067

    8 Batang Kapas Batang Kapas 37,12 449,67 1,620

    9 Batang Lumpo Iv Jurai 32,71 120,53 0,430

    10 Batang Bayang Bayang 43,86 396,17 1,423

    11 Batang Tarusan Koto Xi Tarusan 52,47 508,34 1,826

    12 Batang Salido IVJurai 18,16 85,1 0,305

    13 Batang Painan IV Jurai 13,61 23,36 0,084

    14 Batang Amping Parak Sutera 17,41 110,47 0,396

    15 Batang Lakitan Lengayang 29,18 117,78 0,423

    16 Batang Punggasan Linggo Sari Baganti 20,84 142,07 0,510

    17 Batang Bantaian Linggo Sari Baganti 16,06 103,38 0,371

    18 Batang Sindang Lunang Silaut 43,47 239,17 0,859

    19 Batang Silaut Lunang Silaut 56,43 516,89 1,857

    JUMLAH 663,42 6.232,02 29,696

    Sumber : RTRW Kabupaten Pesisir Selatan Periode 2010 -2030

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 6

    Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa Batang Inderapura merupakan Sungai terpanjang

    dengan panjang aliran sungai 93,70 km2 dan luas Daerah Aliran Sungai 2.035.89 km2 serta debit

    aliran sebesar 7,315 M3/dt. Sungai ini melalui tiga kecamatan yaitu kecamatan Pancung soal, Basa

    IV Balai dan Linggo Sari Baganti, sedangkan yang terpendek adalah Batang Painan dengan panjang

    aliran sungai 13,61 Km dan luas Daerah Aliran Sungai 23,36 km2 serta debit aliran sebesar 0,084

    M3/dt. Menurut hidrologi permukaan, sistem pengaliran terbuka sungai dan anak sungai tersebut

    dimanfaatkan juga untuk mengaliri sawah penduduk dan keperluan irigasi yang dialirkan melalui

    bendungan.

    Sungai yang mengalir di Pesisir selatan sumber airnya berasal dari Solok Selatan, Kawasan

    Suaka Alam dan Taman Kerinci Seblat, sebagian besar dari mata air yang cukup membentuk

    spring belt pada kaki perbukitan. Pemanfaatan air sungai tersebut digunakan sebagai sumber air

    bersih dan PDAM. Air permukaan tidak hanya berupa sungai tetapi juga berupa rawa seperti

    yang disajikan pada Tabel 2.4 Daerah Genangan Rawa Kabupaten Pesisir Selatan.

    TABEL 2.3

    Darah Genangan Rawa Kabupaten Pesisir Selatan

    NO NAMA PERAIRAN

    LUAS (HA) MASALAH

    Kec. Koto XI Tarusan

    1 Carocok Ampang Pulai 3,00 Terjadi genangan pada musim hujan

    2 Gurun Panjang Kapuh 2,50 Terjadi genangan pada musim hujan

    Kec. Bayang

    1 Cania Teluk Kabung 3,00 Terjadi genangan pada musim hujan dan

    muara sering tertutup

    2 Gurun Panjang 1,75 Terjadi genangan pada musim hujan

    Kec. IV Jurai

    1 Laban IV Jurai 1,80 Aliran sungai berbelok terjadi genangan pada

    musim hujan

    2 Koto Ranggo Sungai Putih - Terjadi genangan pada musim hujan

    Kec. Batang Kapas

    1 Taratak 2,00 Sudah dditangani dengan pengeringan rawa

    dan dan banjir

    2 Kampung Baru 2,00 Terjadi genangan pada musim hujan

    Kec. Sutera

    1 Amping Parak 3,50 Terjadi genangan pada musim hujan

    2 Rimbo Kaling 2,00 Sudah dditangani dengan pengeringan rawa

    dan dan banjir

    3 Seberang Tarok 2,00 Terjadi genangan pada musim hujan

    Kec. Ranah Pesisir

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 7

    1 Sumedang 2,00 Terjadi genangan pada musim hujan

    2 Sungai Tunu 1,50 Terjadi genangan pada musim hujan

    Kec. Linggo Sari Baganti

    1 Pungasan 2,50 Terjadi genangan pada musim hujan

    2 Air Haji 4,00 Terjadi genangan pada musim hujan

    3 Labuhan Tanjak 8,00 Terjadi genangan pada musim hujan

    4 Lagan 3,50 Terjadi genangan air pada lahan terlantar

    5 Sei. Sirah Mudik 3,50 Terjadi genangan air pada lahan terlantar

    6 Lubuk Buaya 9,50 Terjadi genangan air pada lahan terlantar

    Kec. Pancung Soal

    1 Sungai Kunyung 1,50 Terjadi genangan pada musim hujan

    2 Ampang Tulak Tapan 10,00 Terjadi genangan pada musim hujan

    3 Parit Merantih 1,50 Terjadi genangan pada musim hujan

    Kec. Lunang Silaut

    1 Lunang 6,00 Terjadi genangan pada musim hujan

    2 Silaut V 8,00 Terjadi genangan pada musim hujan

    Kec. Lengayang

    1 Sikabu Koto Rawang 4,00 Terjadi genangan pada musim hujan

    2 Pasar Lakitan 1,50 Terjadi genangan pada musim hujan

    3 Talang 2,00 Terjadi genangan pada musim hujan

    4 Padang Panjang 1,80 Terjadi genangan pada musim hujan

    Kec. Basa Ampek Balai

    1 Sungai Pangatahan 3,50 Terjadi genangan pada musim hujan

    2 Padang Cupak 1,50 Terjadi genangan pada musim hujan

    3 Talang TS 1,50 Terjadi genangan pada musim hujan

    4 Kampung Kalik 1,50 Terjadi genangan pada musim hujan

    Jumlah 118,85

    Sumber : PSDA Kabupaten Pesisir Selatan 2009

    B. AIR TANAH

    Kondisi air tanah di Kabupaten Pesisir selatan pada umumnya memiliki sistem akuifer

    berdasarkan letak kedalaman dan satuan litologinya, sebagai berikut:

    1. Akuifer Permukaan

    Litologi bersifat lepas-lepas yang merupakan hasil pelapukan dan batuan asal dengan

    kedalaman maksimum 20 meter

    2. Akuifer Dasar

    Litologi merupakan batuan dasar pada kedalaman di bawah 20 meter. Produktifitas

    akuifernya mampu menghasilkan debit 5 lt/dt dengan aliran tanah melalui ruang antar butir

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 8

    dan setempat melalui rekahan dengan parameter transmissivity sebesar +600 meter/hari

    dan ketebalan akuifernya dapat mencapai ketebalan +12 meter.

    Pada umumnya air tanah di daerah dataran mempunyai kedalaman antara 0,5 3 meter

    sedangkan di daerah perbukitan kedalamannya + 15 m. Penyebaran air tanah ini terdapat di bagian

    barat dimana air tanah membentuk mata air di lereng perbukitan. Selain air tanah, Kabupaten

    Pesisir selatan juga memiliki beberapa sumber air dengan debit yang cukup besar yang bisa

    dimanfaatkan untuk PDAM. sumber air ini jika diolah dengan baik dapat memenuhi kebutuhan

    air bersih di Kabupaten Pesisir selatan.

    Sumber Air Bersih pada Kabupaen Pesisir selatan berasal dari ledeng/PDAM, sumur,

    sungai, hujan dan air kemasan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut 2.8 Jumlah

    Rumah Tangga Berdasarkan Air Minum Yang Digunakan dan Tabel 2.9 Jumlah Pemakai Air

    Minum Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2009.

    TABEL 2.4

    Persentase Jumlah RT Berdasarkan Sumber Air Minum Yang Digunakan

    NO SUMBER AIR 2007

    (%)

    2008

    (%)

    2009

    (%)

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    Air Kemasan Bermerk

    Air Isi Ulang

    Ledeng

    Pompa

    Sumur

    Mata Air

    Sungai

    Hujan

    Lainnya

    0

    0

    19,41

    1,72

    59,18

    16,42

    2,80

    0,15

    0,32

    0,2

    2,9

    11,30

    0,90

    67,30

    11,90

    5,00

    0,00

    0,50

    0,59

    4,80

    14,93

    3,80

    63,02

    7,23

    2,96

    2,51

    0,15

    100,00 100,00 100,00

    Sumber : Bappeda Kabupaten Pesisir Selatan, 2009

    TABEL 2.5

    Jumlah Pemakai Air Minum

    NO JENIS PEMAKAI

    JUMLAH

    PELANGGAN

    JUMLAH

    PEMAKAIAN AIR

    (M3)

    1

    2

    3

    3

    4

    5

    Sosial Umum

    Sosial Khusus

    Rumah Tangga

    Kantor/Instansi Pemerintah

    Niaga Kecil

    Niaga Besar

    46

    52

    7.209

    149

    186

    20

    60.126

    23.451

    1.112.622

    69.051

    2.899

    9.385

    7,662 1,277,534

    Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan, 2009

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 9

    C. KLIMATOLOGI

    Kondisi iklim Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan curah hujan tahunan rata-rata

    sebanyak 299,6 mm/tahun. Puncak curah hujan maksimum terjadi sekitar bulan Januari dan

    Desember. Sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan Mei. Untuk lebih jelasnya

    mengenai kondisi curah hujan dapat dilihat pada Tabel 2.10 dibawah ini.

    TABEL 2.6

    Jumlah Curah Hujan Berdasarkan Bulan

    Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

    1. Koto XI Tarusan 56.20 30.10 26.00 17.75 17.00 23.00 23.90 31.09 18.29 33.85 27 49.73

    2. Bayang - - - - - - - - - - - -

    3. IV Nag. Bayang Utara - - - - - - - - - - - -

    4. IV Jurai - - - - - - - - - - - -

    5. Batang Kapas - - - - - - - - - - - -

    6. Sutera 17.73 29.08 69.00 20.85 7.69 14.10 11.56 23.67 21.22 18.72 15.8 17.67

    7. Lengayang - - - - - - - - - - - -

    8. Ranah Pesisir - - - - - - - - - - - -

    9. Linggo Sari Baganti - - - - - - - - - - - -

    10. Pancung Soal - - - - - - - - - - - -

    11. Basa IV Balai Tapan 23.13 43.80 21.14 18.75 38.00 43.78 27.00 19.42 38.75 69.67 83.67 71.45

    12. Lunang Silaut 60.70 44.90 31.00 30.90 16.80 44.80 39.10 27.50 23.40 19.30 14.9 40.4

    TOTAL 157.76 147.88 147.14 88.25 79.49 125.68 101.56 101.68 101.66 141.54 99.47 179.25

    NO KECAMATANCURAH HUJAN RATA-RATA BULANAN (mm)

    Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab.Pesisir Selatan, Tahun 2009

    Sedangkan Suhu minimum terjadi antara bulan April sampai dengan Juni dan suhu

    maksimum terjadi antara bulan Oktober dan Januari dengan temperatur suhu udara berkisar

    antara 22 C 28 C dan 23 C 32 C serta kelembaban rata-rata 80 %. Hujan terjadi hampir

    sepanjang tahun tanpa ada bulan-bulan kering dengan jumlah hari hujan berkisar antara 13-15

    hari perbulan. Suhu rata-rata bulanan secara lengkap dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 10

    TABEL 2.7

    Data Suhu Berdasarkan Hujan

    Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

    1. Koto XI Tarusan 33.21 33.57 32.45 27.28 26.23 27.11 32.15 33.19 32.86 33.21 28.33 26.79

    2. Bayang 33.22 31.07 31.53 27.28 26.32 26.18 31.51 33.21 31.16 32.65 27.34 26.27

    3. IV Nag. Bayang Utara 33.13 32.27 32.25 27.28 26.23 26.32 32.05 32.21 32.18 31.25 26.54 27.86

    4. IV Jurai 33.12 31.33 32.45 27.28 26.23 27.13 31.57 32.31 31.76 32.27 26.18 28.15

    5. Batang Kapas 33.15 32.42 31.15 27.28 26.23 26.87 31.89 32.14 32.23 32.12 27.12 28.23

    6. Sutera 32.43 33.11 31.73 26.79 26.97 27.16 32.19 33.03 32.45 32.97 32.97 29.13

    7. Lengayang 31.51 32.77 31.13 26.29 26.17 26.19 32.24 32.03 32.15 33.17 27.53 26.96

    8. Ranah Pesisir 32.42 33.21 31.14 27.13 27.77 26.17 31.56 33.12 31.55 32.24 26.34 26.79

    9. Linggo Sari Baganti 33.03 33.13 31.27 26.43 27.21 26.65 31.65 33.24 32.36 31.27 28.54 27.86

    10. Pancung Soal 32.13 31.67 32.12 26.77 26.87 26.46 32.34 32.11 31.51 32.67 27.38 28.57

    11. Basa IV Balai Tapan 31.53 32.66 31.24 27.17 27.57 27.62 31.14 33.45 32.15 31.13 26.15 27.93

    12. Lunang Silaut 32.23 31.32 31.19 26.81 26.88 26.45 32.08 32.23 31.57 33.35 27.17 26.87

    TOTAL 391.11 388.53 379.65 323.79 320.68 320.31 382.37 392.27 383.93 388.30 331.59 331.41

    NO KECAMATANSUHU RATA-RATA BULANAN (mm)

    Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab.Pesisir Selatan, Tahun 2009

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 11

    Gambar 2.3 Peta Hidrologi Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan

    Sumber: RTRW Kabupaten Pesisir Selatan Periode 2010 - 2030

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 12

    2.2 ADMINISTRATIF

    Kabupaten Pesisir Selatan terdapat di Bagian Selatan Provinsi Sumatera Barat yang

    memiliki Luas daratan 5.794,95 km atau sebesar 13,70 % dari luas wilayah Propinsi Sumatera

    Barat. Secara administrasi Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari 12 Kecamatan dan 76 Nagari.

    Lebih jelasnya mengenai letak dan luas wilayah dapat dilihat pada Tabel 2.13

    TABEL 2.8

    Luas Berdasarkan Kecamatan

    NO KECAMATAN NAGARI KAMPUNG

    LUAS

    WILAYAH PERSENTASE

    (km2) (%)

    1. Koto XI Tarusan 12 34 425,63 7,40

    2. Bayang 4 32 78,00 1,36

    3. IV Nagari Bayang Utara 4 15 250,24 4,35

    4. IV Jurai 6 30 373,80 6,50

    5. Batang Kapas 5 23 359,07 6,24

    6. Sutera 4 27 445,65 7,75

    7. Lengayang 9 45 590,60 10,27

    8. Ranah Pesisir 4 27 564,39 9,82

    9. Linggo Sari Baganti 7 40 315,41 5,49

    10. Pacung Soal 8 32 740,10 12,87

    11. Basa IV Balai Tapan 8 22 677,50 11,78

    12. Lunang Silaut 5 36 929,50 16,17

    Jumlah 76 363 5.794,95 100,00

    Sumber : Kabupaten Pesisir Selatan Angka, Tahun 2009

    Dari tabel 2.13 tersebut, diketahui bahwa Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan

    Lunang Silaut (929,50 Km2) dan Kecamatan Pancung Soal (740,10 Km2) serta Kecamatan Basa IV

    Balai Tapan (677,50 Km2), Sedangkan Kecamatan dengan luas wilayah paling kecil adalah

    Kecamatan Bayang dengan luas (78,00 Km2) dan Kecamatan IV Nagari Bayang Utara dengan luas

    (250,24 Km2).

    Dari jumlah nagari dan kampung, Kecamatan Koto XI Tarusan merupakan nagari yang

    terbanyak yaitu, mempunyai 12 nagari (dua belas) dan 34 kampung. Kecamatan Lengayang

    merupakan kecamatan yang mempunyai nagari terbanyak kedua dengan 9 nagari (sembilan) dan

    45(empat puluh lima) kampung, sedangkan Kecamatan Bayang merupakan kecamatan yang

    memiliki nagari paling sedikit yaitu 4 (empat) Nagari dan 32 kampung.

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 13

    GAMBAR 2.4 PETA ADMINISTRASI KABUPATEN PESISIR SELATAN

    Sumber : RTRW Kab. Pesisir Selatan Periode 2010 - 2030

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 14

    2.3. KEPENDUDUKAN

    Dalam perencanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang penting, karena

    tujuan utama pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk/ masyarakat.

    Peyebarannya, jumlah, kepadatan dan pola penduduk merupakan faktor pembentuk suatu

    kegiatan dan pembentuk karakteristik suatu wilayah. Pertumbuhan suatu wilayah banyak

    dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan kegiatan sosial ekonominya.

    Keberadaan penduduk harus direncanakan, baik pola persebaran maupun jumlah

    kepadatannya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung wilayah. Selain itu, hal yang lebih

    penting adalah masalah kualitas penduduk. Dengan kualitas penduduk yang rata-rata baik akan

    berdampak pada tingkat kesejahteraan penduduk. Kualitas penduduk juga akan menentukan

    pertumbuhan wilayah terutama dalam pemanfaatan seluruh potensi daerah yang dimiliki untuk

    pembangunan daerah.

    2.3.1. PERTUMBUHAN PENDUDUK

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2008 jumlah penduduk sebanyak 442,257

    jiwa, sedang pada tahun 2009 jumlah penduduk sebanyak 448.488 jiwa. Jumlah ini mengalami

    peningkatan sebesar 6.231 jiwa atau 97,96%, jika dilihat pada tahun 2009 jumlah penduduk

    terbanyak terdapat di Kecamatan Lengayang yaitu 53.991 jiwa, sedangkan yang paling sedikit

    terdapat di Kecamatan IV Nagari Bayang Utara yaitu 7.590 jiwa.

    TABEL 2.9

    Distribusi, Jumlah, Kepadatan Dan Pertambahan Penduduk

    Tahun 2008 - 2009

    PERNAGARI PER KM2 PERNAGARI PER KM2

    2008 2009 2008 2009

    1 Koto XI Tarusan 425,63 53.266 50.115 12.087 10.667 5,918,44 125,15 5,568,33 117,74

    2 Bayang 77,50 44.318 38.304 10.189 8.854 11,079,50 571,85 9,576,00 494,25

    3 IV Nagari Bayang Utara 250,74 8.280 7.590 1.901 1.798 2,070,00 33,02 1,897,50 30,27

    4 IV Jurai 373,80 43.891 45.250 10.201 10.538 10,972,75 117,42 7,541,67 121,05

    5 Batang Kapas 359,07 32.185 32.150 7.569 7.079 10,728,33 89,63 6,430,00 89,54

    6 Sutera 445,65 44.516 48.011 9.942 10.123 14,838,67 99,89 12,002,75 107,73

    7 Lengayang 590,60 54.411 53.911 11.999 12.554 27,205,50 92,13 5,990,11 91,28

    8 Ranah Pesisir 564,39 32.435 31.406 7.784 7.674 16,271,50 57,47 7,851,50 55,65

    9 Linggo Sari Baganti 315,41 42.013 44.145 10.079 10.188 21,006,50 133,20 6,306,43 139,96

    10 Pancung Soal 740,10 34.287 39.080 6.110 8.396 34,287,00 46,33 4,885,00 52,80

    11 Basa IV Balai Tapan 677,50 24.646 26.833 5.548 6.211 24,646,00 36,38 3,354,13 39,61

    12 Lunang Silaut 929,50 28.009 31.693 6.627 8.038 14,004,50 30,13 6,338,60 34,10

    5,749,89 442.257 448.488 100.036 102.138 11,952,89 76,92 6,143,67 78,00

    2009

    LUAS

    WILAYAHNO NAMA KECAMATAN

    JUMLAH PENDUDUK RUMAH TANGGA

    2008

    Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan, Tahun 2009

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 15

    Dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk kabupaten Pesisir Selatan tahun 2009 telah

    mencapai 78 jiwa/km2 mengalami peningkatan 1 jiwa perkilometer di banding tahun 2008.

    Gambaran menarik yang dapat dilihat adalah semakin ke utara kepadatan penduduk cendrung

    semakin naik, dalam artian bahwa kecamatan yang berada disebelah selatan kota painan

    mempunyai kepadatan penduduk yang lebih rendah dari pada kecamatan yang berada di utara

    kota painan. Hal ini terjadi karena ketiga kecamatan IV Jurai, Bayang, Koto XI Tarusan memiliki

    luas 12,25% dari wilayah kabupaten pesisir selatan, tetapi dilihat dari sebaran penduduknya

    ketiga kecamatan tersebut memiliki penduduk sepertiga dari penduduk kabupaten pesisir

    selatan.

    Sedangkan Proyeksi pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2011

    2015 dapat dilihat dibawah ini.

    Tabel 2.10

    Proyeksi pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan

    pada tahun 2011 sampai 2015

    NO. KECAMATAN TAHUN

    2011 2012 2013 2014 2015

    1 Koto XI Tarusan 55,099 55,724 56,355 56,995 57,641

    2 Bayang 45,843 46,363 46,888 47,420 47,958

    3 Bayang Utara 8,565 8,662 8,760 8,860 8,960

    4 IV Jurai 45,401 45,916 46,437 46,963 47,496

    5 Batang Kapas 33,292 33,670 34,052 34,438 34,828

    6 Sutera 46,048 46,570 47,098 47,632 48,172

    7 Lengayang 56,283 56,921 57,567 58,220 58,880

    8 Ranah Pesisir 33,551 33,931 34,316 34,705 35,099

    9 Linggo Sari Baganti 43,459 43,951 44,450 44,954 45,464

    10 Pancung Soal 35,467 35,869 36,276 36,687 37,103

    11 Basa Ampek Balai 25,494 25,783 26,075 26,371 26,670

    12 Lunang Silaut 28,973 29,301 29,634 29,970 30,309

    JUMLAH 457,474 462,662 467,908 473,214 478,581

    Sumber : RTRW Kab.Pesisir Selatan 2009

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 16

    Gambar 2.5 Peta Demografi Kependudukan Kabupaten Pesisir Selatan

    Sumber : RTRW Kabupaten Pesisir Selatan Periode 2010 - 2030

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 17

    Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pada tabel 2.17

    berikut ini : Angka kemiskinan yang relatif tinggi yakni sebanyak 41.414 keluarga pada tahun

    2006 telah berhasil ditekan hingga 29.117 KK atau 24.08% pada tahun 2009. Data ini sebenarnya

    telah menunjukan penurunan yang signifikan dibandingkan tahun 2006. Walaupun demikian

    Kabupaten Pesisir Selatan masih harus bekerja keras karena angka tersebut masih berada diatas

    rata-rata kemiskinan propinsi dan nasional. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut.

    TABEL 2.11

    Data Keluarga Miskin Per Kecamatan

    Kabupaten Pesisir Selatan 2006 2009

    NO KECAMATAN DATA KELUARGA MISKIN

    2006 2007 2008 2009

    1 Koto XI Tarusan 3,783 3,205 3,206 3,046

    2 Bayang 4,248 3,707 3,415 3,244

    3 IV Nagari Bayang Utara 910 992 985 936

    4 IV Jurai 3,024 2,643 3,027 2,876

    5 Batang Kapas 2,314 2,219 2,115 2,009

    6 Sutera 4,877 5,353 2,930 2,784

    7 Lengayang 5,074 4,271 3,781 3,592

    8 Ranah Pesisir 2,782 2,301 2,227 2,116

    9 Linggo Sari Baganti 5,474 4,942 2,499 2,374

    10 Pancung Soal 3,330 4,005 2,636 2,504

    11 Basa Ampek Balai Tapan 2,232 2,160 2,003 1,903

    12 Lunang Silaut 3,366 2,682 1,825 1,734

    Jumlah 41,414 38,480 30,649 29,118

    Sumber : Bappeda Kab.Pesisir Selatan Tahun 2009

    2.3.2. PERSEBARAN DAN KEPADATAN

    Distribusi atau tingkat persebaran penduduk hingga akhir tahun perencanaan diperkirakan

    akan masih sama dengan pola perkembangan penduduk eksisting. Di mana jumlah konsentrasi

    penduduk akan relatif terkonsentrasi pada pusat-pusat aktivitas ekonomi dengan kelengkapan

    sarana dan infrastruktur yang pada umumnya terletak di kawasan perkotaan (ibukota kecamatan,

    kabupaten). Selain itu analisis distribusi penduduk akan berpengaruh pula terhadap rencana

    kebutuhan sarana dan prasarana pendukung penduduk di kemudian hari.

    Oleh karena itu, perkembangan wilayah kota kabupaten dan kecamatan di masa yang akan

    datang perlu diantisipasi karena dinamika akan terus berlanjut. Hal ini didasari dengan tingkat daya

    dukung sumberdaya alam dan lingkungan yang terbatas di mana pada kondisi tertentu terjadi

    penipisan SDA (nature resource deplation) dan penurunan kualitas lingkungan (environmental

    degradation). Di samping itu juga untuk menghindari kemungkinan terjadinya disparitas

    perkembangan antar wilayah secara horisontal dan perilaku sosial ekonomi sebagai faktor

    pengikutnya. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah dengan sistem pendistribusian

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 18

    penduduk ke semua wilayah secara merata dengan penyediaan dan kelengkapan faktor pengikat

    (sarana dan prasarana pendukung aktivitas sosial ekonomi termasuk infrastruktur yang lebih baik),

    sehingga penduduk tidak lagi terkonsentrasi pada wilayah terpadat, terutama pada daerah

    perkotaan. Selain itu pembangunan usaha ekonomi potensial yang berbasis pada kemampuan dan

    nilai potensi wilayah yang dapat dikembangkan, sehingga tingkat kesejahteraan penduduk

    meningkat.

    2.3.3. STRUKTUR PENDUDUK

    Struktur penduduk diperlukan untuk mengetahui lebih lanjut karakteristik penduduk,

    terutama dalam kaitannya dengan penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, baik saat ini

    maupun masa mendatang.

    1. Berdasarkan Jenis Kelamin

    Jumlah penduduk tahun 2009 menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa penduduk

    perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Hal ini ditunjukkan

    oleh rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 97,97%, dimana jumlah penduduk laki-laki

    sebanyak 221,939 jiwa, dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 226,549 jiwa. Untuk lebih

    jelasnya mengenai struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin ini dapat dilihat pada Tabel

    3.11.

    Tabel 3.12

    Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2009

    NO NAMA KECAMATAN JENIS KELAMIN (JIWA)

    JUMLAH

    PENDUDUK RUMAH

    TANGGA

    SEK

    RASIO LAKI-LAKI PEREMPUAN (JIWA)

    1. Koto XI Tarusan 24,844 25,271 50,115 10,667 98,31

    2. Bayang 18,404 19,900 38,304 8,854 92,48

    3. IV Nagari Bayang Utara 3,619 3,971 7,590 1,798 91,14

    4. IV Jurai 22,317 22,933 45,250 10,538 97,31

    5. Batang Kapas 15,745 16,405 32,150 7,079 95,98

    6. Sutera 23,914 24,097 48,011 10,123 99,24

    7. Lengayang 26,336 27,575 53,911 12,554 95,51

    8. Ranah Pesisir 15,252 16,154 31,406 7,674 94,42

    9. Linggo Sari Baganti 22,043 22,102 44,145 10,188 99,73

    10. Pancung Soal 19,849 19,231 39,080 8,396 103,21

    11. Basa IV Balai Tapan 13,335 13,498 26,833 6,211 98,79

    12. Lunang Silaut 16,281 15,412 31,693 8,038 105,64

    221,939 226,549 448,488 102,138 97,97

    Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan, 2009

    2. Berdasarkan Kelompok Umur

    Struktur penduduk berdasarkan kelompok umur tahun 2009 menunjukkan bahwa sebagian

    besar jumlah penduduk didominasi kelompok umur (usia 10-14 tahun) yaitu sebanyak 51,085

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 19

    jiwa. Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur terendah yaitu usia 65-69

    sebanyak 12,333 jiwa. Sebaran jumlah penduduk menurut kelompok umur yang dirinci

    berdasarkan jenjang umur masing-masing seperti yang disajikan dalam Tabel 2.12

    Tabel 2.13

    Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009

    NO. GOLONGAN

    UMUR

    JENIS KELAMIN (JIWA)

    TOTAL

    JUMLAH

    PENDUDUK

    LAKI-LAKI PEREMPUAAN (JIWA)

    1. 0-4 24,547 19,431 43,978

    2. 5-9 27,087 20,937 48,025

    3. 10-14 26,490 24,595 51,085

    4. 15-19 18,192 22,894 41,086

    5. 20-24 15,723 13,883 29,605

    6. 25-29 15,070 17,039 32,723

    7. 30-34 15,191 17,039 32,230

    8. 35-39 15,235 14,287 29,522

    9. 40-44 12,362 14,062 26,424

    10. 45-49 13,964 14,214 28,178

    11. 50-54 10,135 14,426 24,562

    12. 55-59 8,427 8,557 16,984

    13. 60-64 6,135 7,173 13,308

    14. 65-69 6,160 6,172 12,333

    15. 70+ 7,219 11,227 18,455

    221,938 226,550 448,488

    Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan, 2009

    3. Berdasarkan Mata Pencaharian

    Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian tahun 2007-2009 sebagian besar

    didominasi oleh pekerja di sektor pertanian (petani). Tahun 2009 tercatat 55,51 persen

    penduduk bekerja disektor pertanian mengalami penurunan jika di banding tahun 2008.

    Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian yang dirinci berdasarkan sektor / lapangan

    pekerjaan disajikan dalam Tabel 2.13.

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 20

    Tabel 2.14

    Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2009

    NO LAPANGAN USAHA

    JUMLAH

    PEND PERS

    JUMLAH

    PEND PERS

    JUMLAH

    PEND PERS

    (JIWA) (%) (JIWA) (%) (JIWA) (%)

    2007 2008 2009

    1. Pertanian 95,872

    58,72 95.898 59,59 94,668 55,51

    2. Industri Pengelolaan 6,780

    4,15 6.791 4,22 4,174 2,45

    3.

    Perdagangan, Hotel Dan

    Restoran 27,085

    16,39 24.783 15,40 34,934 20,48

    4. Jasa Jasa 14,957

    9,16 13.518 8,40 19,134 11,22

    5. Lainnya 11,38

    11,38 19.939 12,39 17,626 10,34

    JUMLAH 163,282 100,00 160.929 100,00 170,536 100,00

    Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan, Tahun 2009

    2.3.4 ANGKATAN KERJA

    Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) adalah banyaknya penduduk usia kerja yang terserap

    dalam pasar kerja atau penduduk umur 15 tahun dan lebih yang bekerja. Dalam pengertian ini,

    kesempatan kerja bukanlah lapangan pekerjaan yang masih terbuka, walaupun komponen yang

    terakhir ini akan menambah kesempatan kerja yang akan datang. Pada suatu waktu, lapangan

    pekerjaan yang masih terbuka cukup banyak, sementara jumlah pencari kerja juga banyak. Hal ini

    dapat terjadi karena kurang baiknya distribusi lapangan pekerjaan yang masih terbuka serta

    bertalian dengan pola penyebaran penduduk, ataupun karena alasan lain seperti faktor

    keterampilan keahlian dari pada pencari kerja.

    Jumlah angkatan kerja tahun 2008, tercatat sebanyak 176,690 jiwa sedangkan pada tahun

    2009 tercatat sebanyak 188,906 jiwa. Bila dilihat dari angkatan kerja jumlah penduduk yang

    bekerja pada tahun 2008 sebanyak 160,929 jiwa dan pada tahun 2009 sebanyak 170,536 jiwa.

    Dan jumlah penggangguran pada tahun 2008 sebanyak 15,761 jiwa dan pada tahun 2009

    sebanyak 18,370 jiwa.

    Perkembangan di sektor ketenagakerjaan ditandai dengan semakin banyaknya jumlah

    perusahaan yang tentunya membutuhkan tenaga kerja. Hubungan timbal balik antara industri

    dengan tenaga kerja akan menimbulkan persoalan mengenai hubungan industrial, kesejahteraan

    tenaga kerja dan perlindungan terhadap tenaga kerja dari berbagai resiko kecelakaan kerja.

    Resiko kecelakaan kerja yang terjadi dapat ditimbulkan oleh pemanfaatkan ilmu pengetahuan dan

    kemajuan teknologi dalam proses produksi guna meningkatkan produktifitas.

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 21

    Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu prioritas pembangunan bidang ekonomi,

    yang keterkaitannya sangat kuat dengan sektor lainnya. Menyusun kebijakan sektor

    ketenagakerjaan adalah identik dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang

    notabene dibutuhkan oleh sektor pembangunan lainnya. Untuk meningkatkan kemampuan

    tenaga kerja, maka pemerintah harus bisa mendorong atau memberikan fasilitas. Dengan

    dibuatnya fasilitas Balai Latihan kerja maupun pelatihan pelatihan maka akan meningkatkan

    daya saing kemampuan tenaga kerja. Berikut ini ditampilkan data proyeksi angkatan kerja yang

    ada di Kabupaten Pesisir Selatan.

    Tabel 2.15

    Data Angkatan Kerja Kabupaten Pesisir Selatan

    Tahun 2006-2009

    2006 2007 2008 2009

    ANGKATAN KERJA 197.484 184.916 176.69 188.906

    - Bekerja 146.846 163.282 160.929 170.536

    - Pencari Kerja 50.638 21.634 15.761 18.37

    Terdaftar

    BUKAN ANGK. KERJA 230.664 248.265 265.567 259.582

    - Sekolah 66.038 25.459 24.67 26.549

    - Penddk berusia 15

    164.626 222.806 240.897 233.033 th ke bawah dan

    60 th ke atas

    JUMLAH PENDUDUK 428.148 433.181 442.257 448.488

    Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Pesisir Selatan, 2009

    2.4 PENDIDIKAN

    Tingkat pendidikan menjadi salah satu tolak ukur kualitas sumberdaya manusia yang akan

    menjadi pelaku pembangunan di daerah. Keberhasilan pembangunan bidang pendidikan didukung

    dengan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, sehingga proses mengajar dan mendidik

    dapat berlangsung dengan baik. Struktur penduduk berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2009,

    sebagian besar didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan tidak/belum tamat sekolah

    dasar yaitu berjumlah sekitar 127,192 jiwa (34.42%) dan yang paling rendah adalah penduduk

    dengan tingkat pendidikan S1/Diploma 11,996 jiwa (3.25%). Untuk lebih jelasnya mengenai

    Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.34.

    Bertenun kain

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 22

    Tabel 2.16

    Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Berdasarkan Jenis Kegiatan

    TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH

    PENDUDUK PERSENTASE

    1. Tidak / Belum Pernah Sekolah 8,362 2.26

    2. Tidak / Belum Tamat SD 127,192 34.42

    3. SD 84,606 22.9

    4. SMTP 69,561 18.83

    5. SMTA 67,759 18.34

    6. D 1 / universitas 11,996 3.25

    Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan, Tahun 2009

    Perkembangan akses pendidikan Kabupaten Pesisir Selatan selama 5 tahun terakhir

    menunjukkan peningkatan yang signifikan, ditandai dengan bertambahnya anak usia sekolah yang

    ada disetiap jenjang pendidikan. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir jumlah murid SD/MI

    menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2005, jumlah murid SD/MI berjumlah 59.716 siswa,

    meningkat menjadi 65.232 siswa pada tahun 2009 atau rata-rata meningkat 1.85%. Hal ini

    disebabkan oleh meningkatnya kesadaran penduduk dalam menyekolahkan anaknya dan

    meningkatnya kemampuan pemerintah daerah menyediakan fasilitas pendidikan.

    Meningkatnya partisipasi pendidikan ini disebabkan kerena tingginya kepedulian dan

    keseriusan pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan dalam pendidikan, hal ini ditunjukkan dengan

    meningkatnya pembangunan sarana prasarana pendukung pendidikan. Pada tahun 2005 jumlah

    SD/MI adalah sebanyak 400 unit, sedang pada tahun 2009 menjadi 401 unit atau bertambah 1

    (satu) unit sekolah. Jumlah sekolah SD/MI ini hanya bertambah satu unit tetapi masih mampu

    menampung anak-anak usia sekolah di Kabupaten Pesisir Selatan. Sedangkan untuk ruang kelas

    tahun 2005 sebanyak 2.297 lokal, bertambah menjadi 2.786 lokal pada tahun 2009 atau

    meningkat rata-rata sebesar 4.26%. Dengan meningkatnya ruang kelas ini maka daya tampung

    sekolah semakin meningkat.

    Di bidang peningkatan mutu pendidikan Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan telah

    berupaya meningkatkan jumlah guru. Pada tahun 2005 jumlah guru SD/MI masih 2.613 orang

    meningkat pada tahun 2009 menjadi 4.939 orang, meningkat rata-rata sebesar 17,80% dengan

    meningkatnya jumlah guru diharapkan mutu pendidikan akan semakin membaik. Rasio antara

    murid dengan ruang kelas pada SD/MI semakin membaik dari tahun ke tahun dan sudah

    mencapai titik ideal. Tahun 2005 rasio murid terhadap ruang kelas adalah 26 orang per lokal dan

    pada tahun 2009 menjadi 24 orang per lokal, hal ini disebabkan dengan semakin banyaknya ruang

    kelas yang dibangun dan direalisasikan oleh Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan walaupun

    jumlah murid juga mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan

    grafik dibawah ini.

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 23

    Tabel 2.17

    Jumlah Sekolah, Jumlah Murid, Jumlah Guru Dan Jumlah

    Ruang Kelas Sd/Mi Tahun 2005 -2009

    No. Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009

    1 Jumlah Sekolah 400 399 399 401 401

    2 Jumlah Murid 59.710 61.471 62.003 63.590 65.232

    3 Jumlah Guru 2.013 3.555 3.750 4.050 4.939

    4 Jumlah Ruang Kelas 2.297 2.409 2.050 2.704 2.750

    Sumber: data diolah, AMJ 5 th Bupati

    GAMBAR 2.6

    JUMLAH SEKOLAH, JUMLAH MURID, JUMLAH GURU DAN JUMLAH

    RUANG KELAS SD/MI TAHUN 2005 -2009

    Sumber: data diolah, AMJ 5 th Bupati

    Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan telah membangun dan meningkatkan sarana dan

    prasarana pendukung seperti pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) di beberapa Kecamatan,

    penambahan dan rehabilitasi ruang kelas dan penambahan jumlah guru serta peningkatan kualitas

    guru. Perkembangan siswa SLTP dari tahun 2005 sampai tahun 2009 mengalami peningkatan

    yang cukup pesat, dimana jumlah siswa pada tahun 2005 sebanyak 18.252 siswa meningkat

    menjadi 27.428 siswa pada tahun 2009. Meningkat rata-rata sebesar 10.25% per tahun.

    Meningkatnya jumlah siswa pada jenjang SLTP ini menunjukkan Wajib Belajar Sembilan Tahun

    cukup berhasil di Kabupaten Pesisir Selatan. Untuk mengantisipasi melonjaknya jumlah siswa dari

    tahun ke tahun maka perlu upaya peningkatan sarana dan prasarana sekolah terutama

    pembangunan dan rehabilitasi Unit Sekolah Baru (USB).

    Jumlah SLTP tahun 2005 sebanyak 65 unit dan pada tahun 2009 menjadi 96 unit, atau

    meningkat rata-rata sebesar 9,54%. Demikian juga dengan jumlah ruang kelas, tahun 2005 jumlah

    ruang kelas yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan masih sebanyak 492 lokal meningkat menjadi

    691 lokal pada tahun 2009. Rasio murid terhadap ruang kelas, pada tahun 2005 adalah 37 dan

    pada tahun 2009 naik menjadi 39. ini disebabkan karena tingginya partisipasi orang tua murid

    untuk menyekolahkan anaknya di jenjang SLTP yang berdampak positif terhadap penurunan

    angka putus sekolah.

    0

    20000

    40000

    60000

    80000

    JUMLAH SEKOLAH 400 399 399 401 401 JUMLAH MURID 59,716 61,471 62,663 63,896 65,232 JUMLAH RUANG KELAS 2,297 2469 2585 2764 2786 JUMLAH GURU 2613 3555 3785 4685 4939

    2005 2006 2007 2008 2009

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 24

    Seiring perkembangan jumlah siswa yang meningkat setiap tahunnya berdampak pula

    terhadap pertumbuhan tenaga pendidik, baik kualitas maupun kuantitasnya. Untuk itu,

    penerimaan CPNSD Kabupaten Pesisir Selatan beberapa tahun terakhir ini diutamakan untuk

    tenaga pendidik. Pada tahun 2005 jumlah guru SLTP di Kabupaten Pesisir Selatan berjumlah

    1.223 orang dan pada tahun 2009 menjadi 2.233 orang. Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah

    guru pada tingkat SLTP naik rata-rata sebesar 16,52 %. Angka putus sekolah pada tingkat SLTP

    mengalami penurunan, jika pada tahun 2005 berjumlah 182 anak dan tahun 2009 turun menjadi

    71 anak, turun rata-rata pertahun sebesar 12,20%. Berikut ini adalah gambaran jumlah sekolah,

    murid, guru dan ruang kelas SLTP pada tahun 2005-2009.

    Tabel 2.18

    Jumlah Sekolah, Murid, Guru Dan Ruang Kelas Sltp

    Tahun 2005 2009

    No. Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009

    1 Jumlah Sekolah 85 85 89 90 96

    2 Jumlah Murid 18.252 24.152 26.092 26.366 27.428

    3 Jumlah Guru 1.222 1.720 1.908 2.174 2.222

    4 Jumlah Ruang Kelas 492 621 642 672 691

    Sumber : data diolah, AMJ 5 tahun Bupati

    Gambar 2.7

    Jumlah Sekolah, Murid, Guru Dan Ruang Kelas Sltp

    Tahun 2005 2009.

    Sumber: data diolah, AMJ 5 tahun Bupati

    Jumlah murid juga mengalami perkembangan yang cukup baik, hal ini menandakan

    masyarakat Pesisir Selatan telah sadar bahwa pendidikan sangat penting bagi kehidupan ini.

    Kesadaran masyarakat tentang pendidikan ini dapat dilihat dari jumlah murid yang naik dari

    tahun ke tahun pada tingkat SLTA. Dimana jumlah pada tahun 2005 adalah 11.463 siswa dan

    meningkat pada tahun 2009 menjadi 19.539 siswa, naik rata-rata sebesar 14,09%. Dengan

    pertambahan jumlah murid ini maka kebutuhan akan sekolah juga semakin naik, hal ini diatasi

    dengan penambahan jumlah sekolah. Pada tahun 2005 jumlah sekolah SMA sebanyak 20 buah

    dan pada tahun 2009 jumlah sekolah menjadi 49 buah, bertambah rata-rata sebesar 29%. Karena

    0 5000

    10000 15000 20000 25000 30000

    JUMLAH SEKOLAH 65 85 89 90 96 JUMLAH MURID 18,252 24,183 26,093 26,366 27,428 JUMLAH RUANG KELAS 492 621 643 672 691 JUMLAH GURU 1223 1720 1908 2174 2233

    2005 2006 2007 2008 2009

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 25

    pertambahan sekolah baru membutuhkan dana yang cukup besar, maka solusi untuk menampung

    siswa yang semakin naik juga dilakukan dengan menambah jumlah ruang kelas. Dimana jumlah

    ruang kelas untuk tahun 2005 masih berjumlah 295 lokal menjadi 589 lokal pada tahun 2009,

    meningkat sebesar 19.93%. Rasio antara jumlah murid dengan jumlah ruang kelas untuk SLTA

    pada tahun 2005 adalah 1:39 dan pada tahun 2009 turun menjadi 1:33, ini menunjukkan bahwa

    rasio masih cukup jauh dari ideal dan diharapkan pada tahun-tahun selanjutnya rasio ini bisa

    diturunkan lagi.

    Dengan pertambahan murid ini maka jumlah guru juga harus ditingkatkan, sehingga mutu

    dari pendidikan SLTA tidak turun. Pada tahun 2005 jumlah guru untuk SLTA adalah 896 orang

    dan meningkat sebesar 15.60 % per tahun menjadi 1.595 orang pada tahun 2009. demikian juga

    dengan rasio murid terhadap guru juga mengalami penurunan, pada tahun 2005 adalah 1:12 dan

    tahun 2009 sebanyak 1:0 atau turun sebanyak 3,33 %. Angka putus sekolah pada tingkat SMA

    mengalami penurunan, jika pada tahun 2005 berjumlah 150 anak dan tahun 2009 turun menjadi

    58 anak, turun rata-rata pertahun sebesar 12,27%. Secara lengkap jumlah sekolah, murid, Guru

    daqqn ruang kelas dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini :

    Tabel 2.19

    Jumlah Sekolah, Murid, Guru Dan Ruang Kelas Pada Sma

    Tahun 2005 2009

    No. Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009

    1 Jumlah Sekolah 20 41 41 46 49

    2 Jumlah Murid 11.463 16.366 16.862 17.982 19.536

    3 Jumlah Guru 896 1242 1274 1414 1595

    4 Jumlah Ruang Kelas 295 408 449 509 589

    Sumber : data diolah, AMJ 5 tahun Bupati

    Gambar 2.8

    Jumlah Sekolah, Murid, Guru Dan Ruang Kelas Pada Sma

    Tahun 2005 2009

    Sumber: data diolah, AMJ 5 tahun Bupati

    0

    5000

    10000

    15000

    20000

    JUMLAH SEKOLAH 20 41 41 46 49 JUMLAH MURID 11,463 16,366 16,862 17,982 19,536 JUMLAH RUANG KELAS 295 408 449 509 589 JUMLAH GURU 896 1242 1274 1414 1595

    2005 2006 2007 2008 2009

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 26

    2.5 KESEHATAN

    Selain pendidikan, kesehatan juga menjadi prioritas pada pemerintahan Kabupaten Pesisir

    Selatan, karena dengan kesehatan pembangunan manusia bisa menjadi lebih baik lagi.

    Perkembangan jumlah tenaga medis atau paramedis mengalami pertumbuhan yang semakin baik.

    Hal ini sejalan dengan program nasional Indonesia Sehat 2010 dan dijabarkan oleh Dinas

    Kesehatan melalui strategi pelayanan publik dengan visi Pesisir Selatan Sehat 2010. Dengan

    memanfaatkan dana yang tersedia dari APBD Kabupaten, APBD Propinsi maupun APBN.

    Untuk merealisasikan kebijakan itu, selain bekerjasama dengan pihak ASKES (Asuransi

    Kesehatan), pemerintah daerah juga menganggarkan dana sendiri untuk membayar jasa dokter

    atau tenaga-tenaga medis, sebagai pendukung gerakan sehat yang dilakukan. Kebijakan ini,

    disambut baik oleh masyarakat, ditandai dengan meningkatnya jumlah kunjungan warga berobat

    ke Puskesmas, Polindes dan Posyandu di daerah-daerah mereka setempat. Sampai tahun 2009,

    perkembangan tenaga medis atau paramedis mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Ini

    terlihat seperti grafik dibawah ini.

    Gambar 2.9

    Jumlah Tenaga Medis/Paramedis

    Sumber: data diolah, AMJ 5 tahun Bupati

    TABEL 2.35

    Tabel 2.20

    Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan

    Di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010

    NO FASILITAS KESEHATAN PEMDA SWASTA JUMLAH

    1 Rumah Sakit Umum 1 1

    2 Puskesmas 18 18

    3 Puskesmas Pembantu 86 86

    4 Puskesmas Keliling 18 18

    050

    100150200250300350

    2006 2007 2008 2009 2010Perawat 234 262 259 282 299

    Bidan 168 202 238 341 278

    Dok.Gigi 8 9 10 12 9

    Dok. Umum 28 28 44 49 33

    Dok. Spesialis 5 6 8 12 14

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 27

    5 Posyandu 642 642

    6 Polindes/Poskesri 282 282

    7 Balai Pengobatan 1 1

    8 Apotik 4 4

    9 Toko Obat 21 21

    10 Gfk 1 1

    11 Praktek Dokter Bersama 1 1

    12 Praktek Dokter Perorangan 30 30

    Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan 2010

    Gambar 2.10

    Jumlah Sarana Prasarana Kesehatan

    Tahun 2006 - 2010

    Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan 2010

    Agar penambahan tenaga medis ini dapat tertampung pada semua sarana kesehatan.

    Untuk puskesmas ada dua jenis yaitu puskesmas rawat jalan dan puskesmas rawat inap. Bila

    dilihat dari tabel diatas dimana untuk sarana kesehatan puskesmas dari tahun 2006 sampai tahun

    2010 tidak ada peningkatan terdapat 18 unit. Belum adanya penambahan puskesmas ini

    dikarenakan masih terlayaninya kunjungan masyarakat pada puskesmas yang tersedia. Untuk

    mendukung kegiatan pada puskesmas ini di bantu dengan puskesmas keliling yaitu mobil

    ambulance yang bisa mencapai sampai kedaerah-daerah terpencil sehingga masyarakat daerah

    terpencil yang belum bisa pergi berobat ke puskesmas dapat dilayani dengan puskesmas keliling

    pada tahun 2006 berjumlah 18 unit dan pada tahun 2010 masih belum ada penambahan, untuk

    tahun 2009 ini setiap satu puskesmas mempunyai 1 buah mobil ambulance atau puskesmas

    keliling. Dan pada tahun 2008 Kabupaten Pesisir Selatan mendapat bantuan mobil BSB (Brigade

    Siaga Bencana) sebanyak 1 buah dan pada tahun 2009 mendapat 2 buah. Dimana fungsi dari

    mobil ini adalah untuk membantu jika terjadi bencana di Kabupaten Pesisir Selatan. Pustu pada

    0 100 200 300 400 500 600 700

    2006 2007 2008 2009 2010 Puskesmas 18 18 18 18 18

    Puskesmas Keliling 18 18 18 18 18

    Pustu 86 86 86 87 87

    Posyandu 620 620 620 632 644

    Polindes/Poskesri 178 178 185 191 181

    Desa Siaga/Kampung 18 88 108 280

    RSUD 1 1 1 1 1

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 28

    tahun 2006 berjumlah 86 unit dan pada tahun 2010 berjumlah 87 unit terjadi penambahan 1

    unit, untuk posyandu pada tahun 2006 berjumlah 620 unit dan pada tahun 2010 berjumlah 644

    unit terjadi penambahan 24 unit, polindes dan poskesri tahun 2006 berjumlah 178 unit dan

    tahun 2010 berjumlah 181 unit terjadi penambahan 3 unit, desa siaga kampung pada tahun 2006

    berjumlah 18 unit dan pada tahun 2010 tidak ada kegiatan, sedangkan untuk RSUD pada tahun

    2006 berjumlah 1 unit dan tahun 2010 tetap 1 unit. Dilihat perkembangannya posyandu dan

    polindes cukup mengalami peningkatan untuk memberikan pelayanan pelayanan kesehatan bagi

    masyarakat terutama pada ibu hamil dan balita menyusui.

    RSUD M. Zein, Painan, yang telah lulus tahap penilaian oleh Tim Komite Akreditasi Pusat

    (KARS) untuk menjadi Type B pada tahun 2007 semakin melengkapi ketersediaan sarana dan

    prasarana kesehatan masyarakat yang dimiliki oleh daerah Pesisir Selatan.

    RSUD melakukan pelayanan medis pada unit rawat jalan, rawat inap, kamar operasi dan

    Instalasi Gawat Darurat. Sedangkan dengan poliklinik/rawat jalan dapat melayani untuk penyakit

    dalam, umum, anak, kebidanan, bedah, mata, jiwa, THT, gigi dan mulut serta fisioterapi. Khusus

    untuk Pelayanan rawat jalan jiwa dilakukan dua kali sebulan yang dilayani oleh dokter spesialis

    jiwa dari RSJ Padang. Pelayanan rawat jalan THT dilaksanakan sekali seminggu oleh dokter

    spesialis THT dari RSUP Dr. M. Jamil Padang.

    Kapasitas tempat tidur untuk rawat inap RSUD berjumlah 100 tempat tidur (unit anak,

    kebidanan dan kandungan, bedah, penyakit dalam, perinatologi dan unit perawatan terpadu VIP)

    pada tahun 2005, dan meningkat menjadi 160 tempat tidur pada tahun 2009 atau meningkat

    rata-rata sebesar 12%. Hal ini untuk mengantisipasi semakin meningkatnya jumlah kunjungan

    pasien rumah sakit, dimana pada tahun 2005 jumlah kunjungan pasien rumah sakit adalah 21.283

    kunjungan dan pada tahun 2009 menjadi 39.239 kunjungan, meningkat rata-rata sebesar 16,87%

    Pelayanan kamar operasi juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun

    2005 pelayanan kamar operasi mencapai 964 operasi yang terdiri dari bedah umum, bedah

    obgyn dan bedah mata, dan pada tahun 2009 menjadi 1.439 operasi yang terdiri dari bedah

    umum, bedah obsgin, bedah mata, bedah tulang dan bedah THT. Berarti mengalami peningkatan

    rata-rata pertahun sebesar 9,85%. berikut ini adalah tabel tentang jumlah kunjungan pasien

    rumah sakit dari tahun 2005 2009 :

    Gambar 2.11

    Jumlah Kunjungan Pasien Rsud M. Zein Painan

    Tahun 2005 - 2009

    Sumber : RSUD M.Zein Painan

    - 5,000

    10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000

    JUMLAH KUNJUNGAN RSUD

    Jml Kunjungan RSUD 21,283 26,786 31,915 33,865 39,239 2005 2006 2007 2008 2009

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 29

    2.6 SOSIAL MASYARAKAT

    Beragamnya permasalahan sosial saat ini menjadi suatu dilema bagi daerah daerah

    dalam pelaksanaan pembangunan termasuk Kabupaten Pesisir Selatan. Adapun bentuk

    permasalahan tersebut antara lain tingginya angka kemiskinan dan masih rendah tingkat

    kesejahteraan sosial. Masyarakat yang menyandang masalah sosial diantaranya adalah keluarga

    yang tergolong miskin, cacat, lanjut usia dan anak terlantar dan masyarakat yang terkena

    bencana. Dari jumlah tersebut, yang menonjol masalah sosialnya adalah keluarga miskin.

    Tingginya angka kemiskinan di Pesisir Selatan juga berdampak buruk terhadap kesehatan

    lingkungan antar lain rendahnya kondisi sanitasi perumahan, timbulnya ancaman penyakit,

    rawannya pencemaran lingkungan, dan rawannya keracunan makanan akibat rendahnya higienes

    dan sanitasi.

    Disamping itu timbulnya permasalahan sosial tersebut akibat kurangnya perhatian

    masyarakat terhadap prilaku hidup sehat dan bersih. Faktor penting yang sangat menentukan

    adalah rendahnya akses masyarakat terhadap lingkungan pemukiman dan kwalitas air bersih. Hal

    ini menyebabkan tingginya resiko dan gangguan kesehatan akibat penyebaran penyakit yang

    berbasis lingkungan. Jika kondisi ini terjadi, maka pada akhirnya akan menghambat produktifitas

    masyarakat untuk meningkatkan prikehidupan dan penghidupannya.

    Sementara itu masalah kemiskinan, masalah kecacatan juga merupakan permasalahan

    yang cukup mendasar, karena hilangnya normalitas dari fungsi atau struktur anatomi, psikologi

    maupun psiologi seseorang. Dengan kecacatan seseorang menjadi hidup terbatas serta memiliki

    ketergantungan kepada orang lain tidak mempunyai kepercayaan diri, harga diri, interaksi dengan

    orang lain maupun lingkungan. Kondisi seperti ini juga berakibat pada keterbatasan kesempatan

    bergaul, bersekolah, bekerja dan bahkan menimbulkan perlakukan diskriminatif dari mereka yang

    tidak cacat.

    Anak merupakan aset dan generasi penerus yang dijadikan modal dasar bagi

    pembangunan nasional. Untuk itu anak perlu mendapat perhatian khusus dan kesempatan yang

    seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.

    Sementara dilihat dari kepercayaan Penduduk Pesisir Selatan hampir seluruhnya

    beragama Islam, hanya 0,01% saja yang non-muslim. Dengan demikian, ketersediaan sarana dan

    prasarana ibadah, masjid dan mushalla, menjadi keharusan untuk kenyamanan mereka dalam

    menjalankan ibadah. Sampai 2009, kabupaten ini mempunyai 1.208 masjid/ mushalla yang

    tersebar hampir merata di seluruh kecamatan. Lebih lengkapnya sarana prasarana ibadah dapat

    dilihat pada tabel dibawah ini.

    Tabel 2.21

    Jumlah Sarana Prasarana Ibadah Perkecamatan

    NO KECAMATAN JUMLAH UNIT

    JUMLAH MESJID MUSHALA

    1. KOTO XI TARUSAN 34 79 113

    2. BAYANG 41 50 91

    3. IV NAGARI BAYANG UTARA 15 9 24

    4. IV JURAI PAINAN 43 64 107

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 30

    5. BATANG KAPAS 34 59 74

    6. SUTERA 42 84 126

    7. LENGAYANG 75 69 144

    8. RANAH PESISIR 44 77 121

    9. LINGGO SARI BAGANTI 52 80 132

    10. PANCUNG SOAL 38 68 106

    11. BASA IV BALAI TAPAN 29 25 54

    12. LUNANG SILAUT 45 51 96

    JUMLAH TOTAL 493 715 1.208

    Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan, 2009

    Partisipasi dalam pembangunan di daerah ini sangat tinggi. Hampir semua sarana dan

    prasarana publik dibangun di atas tanah adat yang diserahkan oleh masyarakat hukum adat baik

    tanah pusako maupun tanah ulayat nagari. Potensi ini bisa menjadi keunggulan bagi daerah ini

    dalam pengadaan tanah untuk pembangunan. Sebagaimana lazimnya orang Minang, masyarakat

    Pesisir Selatan juga terkenal dengan budaya lisan. Hal ini melahirkan jenis kesenian anak nagari

    yang populer di daerah ini yaitu kesenian lisan Rabab Pasisie yang menggunakan biola dan

    nyanyian vokal. Sementara itu, seni bela diri Pencak Silat juga berkembang baik di daerah ini.

    2.7 PEREKONOMIAN

    2.7.1 PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

    Kondisi kesejahteraan dan perekonomian daerah dapat dilihat dari salah satu indikator

    makro yaitu pendapatan regional. Perekonomian Kabupaten Pesisir Selatan dalam kurun waktu 5

    tahun terakhir dapat dilihat dalam tabel PDRB dibawah ini:

    Tabel 2.22

    Pdrb Pesisir Selatan Tahun 2005 - 2009

    Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan

    2005 2.274,86 1.625,74 5,10

    2006 2.654,32 1.710,57 5,22

    2007 3.082,92 1.801,34 5,31

    2008 3.580,15 1.898,90 5,42

    2009 4.080,69 2.002,25 5,44

    PDRB (Milyar Rp.)Tahun

    Pertumbuhan

    Ekonomi (%)

    Sumber: Pesisir Selatan Dalam Angka 2005 -2009

    Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pesisir Selatan sejak tahun 2005 sampai tahun 2009

    terus menunjukan peningkatan. Tahun 2007 PDRB Kabupaten Pesisir Selatan sebesar 3.082,92

    Milyar rupiah kemudian meningkat menjadi 3.581,15 Milyar tahun 2008. Selanjutnya di tahun

    2009 terjadi peningkatan sebesar 5,4 persen menjadi 4.080,69 Milyar Rupiah. Hal ini menunjukan

    bahwa secara makro telah terjadi peningkatan perekonomian daerah.

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 31

    Tabel 2.23

    Perkembangan Struktur Perekonomian Kab. Pesisir Selatan Terhadap Pdrb

    Berdasarkan Tahun Berlaku ( 2005 -2009 )

    2005 2006 2007 2008 2009

    (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %

    1 Pertanian 781.424,60 34,35 936.914,02 35,30 1.087.676,75 35,281.253.188,76 34,981.409.756,29 34,68

    2 Pertambangan dan penggalian 36.564,94 1,61 42.553,14 1,60 51.376,83 1,67 '61.825,23 1,73 71.041,91 1,79

    3 Industri Pengolahan 288.737,67 12,69 337.753,43 12,72 396.563,29 12,86 464.371,16 12,97 532.876,51 13,08

    4 Listrik,gas dan air bersih 16.512,19 0,73 19.242,01 0,72 22.372,75 0,73 25.881,88 0,72 29.006,29 0,71

    5 Bangunan/konstruksi 100.803,99 4,43 118.745,23 4,47 141.494,37 4,59 172.644,31 4,82 201.134,64 5,05

    6 Perdagangan, hotel dan restoran 473,288.52 20,81 537,017,52 20,23 629.860,04 20,43 745.979,88 20,84 864.417,96 21,25

    7 Pengangkutan dan komunikasi 71.171,78 3,13 89.752,77 3,38 104.341,69 3,38 120.791,09 3,37 139.815,53 3,36

    8 Keu. Persewaan dan jasa perusahaan 88.884,49 3,91 101.426,50 3,82 117.256,82 3,80 135.925,91 3,80 155.821,44 3,80

    9 Jasa-jasa 417.469,02 18,35 470.942,64 17,74 531.976,90 17,26 600.545,16 16,77 677.819,13 16,28

    Jumlah 2.274.857,20100,002.654.320,26 100,003.082.919,44 100,003.581.153,38 100,004.080.689,70 100,00

    SektorNo.

    Sumber: Pesisir Selatan Dalam Angka 2005 - 2009

    Dalam PDRB Kabupaten Pesisir Selatan terdapat 4 sektor utama yang memberikan

    kontribusi terbesar bagi daerah. Sektor pertanian berada diurutan teratas, perdagangan,hotel

    dan restoran, sektor jasa dan selanjutnya sektor industri pengolahan. Masing masing sektor

    tersebut memberikan kontribusi sebesar 34,98 persen, 20,84%, 16,77% dan 12,97% dapat dilihat

    pada tabel di atas.

    Sektor pertanian memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukan nilai tambah

    PDRB yaitu sebesar 34,68 persen.Terjadi penurunan dari tahun sebelumnya walaupun tidak

    terlalu siknifikan tapi cukup menggambarkan adanya sedikit peningkatan dalam sektor

    perdagangan, hotel dan restoran dari 20,84 persen menjadi 21,25 persen. Tetapi secara umum

    pertanian masih menjadi kontributor utama dalam PDRB.

    2.7.2 PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PER

    KAPITA

    PDRB Per Kapita Kabupaten Pesisir Selatan sejak tahun 2005 hingga tahun 2009 terus

    menunjukan peningkatan. Hal ini dapat terwujud akibat dari pertumbuhan PDRB atas dasar

    harga berlaku jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan penduduk itu sendiri. Dari tabel dibawah

    ini dapat terlihat nilai PDRB Per Kapita Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2009 adalah sebesar

    9,10 juta rupiah per tahun. Nilai tersebut jauh lebih tinggi dibanding tahun 2005 yaitu 5,52 juta

    rupiah, sedangkan tahun 2006 adalah sebesar 6,24 juta rupiah dan tahun 2007 adalah 7,07 juta

    rupiah. Selanjutnya 8,10 juta rupiah pada tahun 2008.

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 32

    Tabel 2.24

    Pdrb Perkapita Tahun 2005 2009 Kabupaten Pesisir Selatan

    URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009

    Nilai PDRB (Juta Rp) ADH Berlaku 2.274.857,20 2.654.320,26 3.082.919,44 3.581.153,38 4.080.689,70

    Nilai PDRB (Juta Rp) ADH Konstan 1.625.743,40 1.710.569,67 1.801.336,27 1.899.032,79 2.002.248,56

    Jumlah Penduduk (jiwa) 423.609 428.128 433.181 442.257 448.488

    PDRB perkapita ADH Berlaku 5.519.622,46 6.235.966,09 7.067.900,94 8.099.957,88 9.098.771,20

    PDRB perkapita ADH Konstan 3.944.638,71 4.018.751,85 4.129.743,44 4.295.288,13 4.464.441,77

    Sumber : Pesisir Selatan Dalam Angka 2005 -2009

    Dengan lebih tingginya PDRB Perkapita tahun 2009 ini mencerminkan bahwa secara rata-

    rata tingkat kesejahteraan penduduk semakin baik. Diharapkan tingkat kesejahteraan ini dapat

    terdistribusi secara adil, sehingga tidak ada lagi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan.

    2.7.3 SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN

    a) KOPERASI DAN UMKM

    Koperasi merupakan asosiasi orang-orang yang bergabung dan melakukan kegiatan

    ekonomi koperasi atas dasar prinsip-prinsip koperasi, nilai dan jati diri koperasi sehingga

    mendapatkan manfaat yang lebih besar dengan biaya yang rendah, melalui usaha bersama yang

    dimodali, dikelola dan diawasi secara demokratis oleh anggotanya. Tujuan koperasi adalah

    memberikan nilai tambah secara ekonomi kepada anggotanya. Koperasi berperan sebagai

    gerakan ekonomi rakyat berdasarkan azas kekeluargaan. Perkembangan koperasi di Indonesia

    pada umumnya dan Kabupaten Pesisir Selatan khususnya mencerminkan bahwa kemampuan

    masyarakat untuk menjalankan organisasi kecil telah meningkat, karena pendirian koperasi ini

    biasanya hanya pada lingkup kecil suatu instansi, atau sekelompok orang yang mempunyai tujuan

    yang sama.

    Perkembangan koperasi di Kabupaten Pesisir Selatan selama empat tahun terakhir terus

    berfluktuasi jumlahnya. Peningkatan jumlah koperasi terbesar terjadi tahun 2007 yang bertambah

    sebesar 49 unit koperasi. Sementara pada tahun 2008 jumlah koperasi berkurang sebanyak 26

    unit koperasi. Jumlah koperasi tahun 2009 ini mengalami penambahan sebesar 9 unit koperasi

    (2,50%), yaitu dari 360 unit koperasi tahun 2008 lalu menjadi 369 unit koperasi tahun 2009 ini.

    Dengan rincian sebagai berikut : Jumlah Koperasi Unit Desa (KUD) adalah 46 unit turun 2,13%,

    koperasi pertanian sebanyak 163 unit naik hingga 5,84%, koperasi jasa-jasa adalah 42 unit turun

    hingga 4,55%, koperasi fungsional sebanyak 118 unit naik sebesar 2,61% dari tahun 2008 lalu.

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 33

    Tabel 2.25

    Perkembangan Jumlah Koperasi Menurut Jenis Koperasi

    2006 2007 2008 2009

    Koperasi Unit Desa (KUD) 47 46 47 46

    Koperasi pertanian 148 173 154 163

    Koperasi jasa-jasa 35 42 44 42

    Koperasi Fungsional 107 125 115 118

    Jumlah 337 386 360 369

    Jenis KoperasiTahun

    Sumber: Indikator Ekonomi Tahun 2009

    Seiring meningkatnya jumlah koperasi di Kabupaten Pesisir Selatan mengakibatkan

    bertambahnya jumlah anggota koperasi tahun 2009 ini. Jumlah anggota koperasi tahun 2009

    mengalami penambahan sebesar 167 anggota (0,50%) dibanding dengan jumlah anggota pada

    tahun 2008 lalu. Dari anggota koperasi sebanyak 33.339 orang pada tahun 2008 lalu menjadi

    33.506 anggota tahun 2009. Rincian jumlah anggota untuk masing-masing jenis koperasi adalah

    KUD sebanyak 16.830 orang anggota, koperasi pertanian sebanyak 6.188 orang anggota,

    koperasi jasa-jasa sebanyak 2.171 orang anggota dan koperasi fungsional mempunyai 8.317 orang

    anggota. Penurunan terbesar terjadi pada koperasi jasa-jasa, yang anggotanya berkurang hingga

    986 anggota dari 3.157 anggota tahun 2008 menjadi 2171 anggota tahun 2009 ini. Jumlah

    anggota koperasi fungsional tahun 2009 mengalami pertambahan cukup besar sebesar 1.063

    anggota dari tahun 2008 lalu.

    Tabel 2.26

    Perkembangan Anggota Koperasi Menurut jenis Koperasi

    2006 2007 2008 2009

    Koperasi Unit Desa (KUD) 16.830 16.830 16.830 16.830

    Koperasi pertanian 6.290 6.571 6.098 6.188

    Koperasi Jasa-jasa 1.972 2.008 3.157 2.171

    Koperasi Fungsional 11.439 11.650 7.254 8.317

    Jumlah 36.531 37.059 33.339 33.506

    Jenis KoperasiTahun

    Sumber: Indikator Ekonomi Tahun 2009

    Hal positif yang dapat disimpulkan dari uraian di atas adalah berkurangnya jumlah hutang

    memberikan dampak positif bagi para anggota koperasi yang berarti memberikan peluang

    kemudahan bagi para anggota untuk mendapatkan pinjaman koperasi. Sedangkan meningkatnya

    jumlah simpanan, cadangan serta SHU koperasi memberikan dampak positif bagi perkembangan

    masing-masing usaha koperasi yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan.

    Selain koperasi, juga telah berkembang Usaha masyarakat yang tergolong ke dalam

    kelompok Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang terdiri dari usaha perindustrian,

    perdagangan dan jasa. UMKM ini dari tahun 2006 sampai 2009 mengalami kenaikan

    pertumbuhan setiap tahun rata-rata 13,2%, dimana jumlah UMKM pada tahun 2006 sebanyak

    4.289 UMKM dan tahun 2009 sebanyak 6.554 UMKM.

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 34

    Tabel 2.27

    Jumlah UMKM di Kabupaten Pesisir Selatan

    2006 2007 2008 2009

    UMKM 4.289 4.993 5.895 6.554 Sumber : Dinas Kumperintamben Kabupaten Pesisir Selatan, 2009

    b) PENANAMAN MODAL

    Penanaman modal merupakan urusan yang mendapat perhatian yang lebih besar di

    banding dengan masa-masa sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan kebijakan pembentukan

    SKPD yang khusus mengurus urusan perizinan dan penanaman modal. Ada dua manfaat yang

    dapat diambil dengan lahirnya SKPD ini, pertama jumlah investasi yang masuk tercatat dengan

    baik dan yang kedua, kemudahan perizinan yang dilaksanakan satu pintu membuat kesadaran

    masyarakat dan pengusaha dalam mengurus izin usaha menjadi meningkat.

    Hal ini tentu berimplikasi pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah yang akhirnya juga

    meningkatkan kemampuan pembiayaan daerah. Pembentukan SKPD ini, telah menampilkan citra

    pelayanan pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan semakin baik. Masyarakat merasakan

    pelayanan publik yang cepat, murah, mudah, transparan, pasti dan terjangkau serta meningkatkan

    koordinasi, perencanaan dan pengembangan sistim informasi penanaman modal.

    c) PELUANG INVESTASI

    Setelah melihat tabel struktur dan kontribusi perekonomian, maka beberapa peluang

    investasi yang dapat ditanamkan adalah pada sektor-sektor yang merupakan penggerak

    perekonomian wilayah Kabupaten Pesisir Selatan. Sektor-sektor ekonomi yang memiliki potensi

    untuk dapat dijadikan peluang berinvestasi tersebut diantaranya adalah :

    a. Sektor pertanian.

    Pengembangan Komoditi Jagung

    Pengembangan perikanan penangkapan tuna

    b. Sektor perdagangan, hotel dan restoran.

    Hotel

    Sampai saat ini, Pesisir Selatan belum memiliki hotel berbintang tiga. Padahal daerah ini

    dikenal sebagai salah satu kawasan pesisir terindah di Sumatera Barat bahkan nasional.

    Belum adanya hotel, telah menjadi pembatas jumlah pendatang dan lama tinggal

    wisatawan di Pesisir Selatan. Untuk itu, peluang bagi investasi perhotelan bintang III

    menjadi sangat terbuka. Pada tahun 2009 tercatat sebanyak 92.345 orang wisatawan

    yang berkunjung ke Kabupaten Pesisir Selatan dengan perincian 894 orang wisatawan

    asing dan 91.451 wisatawan domestik.

    c. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

    Perbankan

    Jasa keuangan Bank saat ini dijalani oleh dua Bank besar yakni BRI dan Bank Nagari.

    Kedua Bank tersebut selama ini telah sangat membantu transaksi perekonomian daerah.

    Namun seiring dengan semakin berkembangnya perokonomian sebuah wilayah,

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 35

    kebutuhan akan peningkatan pelayanan jasa perbankan tentunya akan semakin mendesak.

    Untuk itu, diharapkan pada beberapa tahun mendatang peluang investasi sektor keuangan

    ini segera diisi oleh Bank besar lainya di Indonesia.

    d. Sektor industri pengolahan.

    Industri makanan ringan dan pangan

    Pesisir Selatan dikenal sebagai pemasok beras Sumatera Barat, penghasil jagung, penghasil

    durian berkualitas, penghasil daging sapi dan penghasil ikan. Namun kesemua produksi

    tersebut masih dijual dalam bentuk bahan mentah dan belum diolah untuk memberi nilai

    tambah.

    Sehingga harga sangat sering berfluktuatif sesuai dengan kondisi produksi. Jika dalam

    kondisi panen raya, maka harga akan langsung tertekan dan sebaliknya.

    Hal ini tentu sangat merugikan petani penghasil produk-produk pertanian tersebut.

    Untuk itu, beberapa peluang pengembangan industri makanan ringan terbuka luas

    diantaranya: peluang investasi makanan rasa durian, makanan ringan dari jagung, bubur

    beras dan sosis daging sapi atau ikan.

    Industri Cinderamata (souvenir)

    Meningkatnya wisatawan ke daerah ini, maka permintaan terhadap cinderamata khas

    daerah juga akan meningkat. Berbagai cinderamata yang dapat dikembangkan antara lain

    batik tanah liat, sulaman bayangan, batu akik, gantungan kunci, baju trade mark daerah

    wisata dan lain-lainya.

    2.7.4 FASILITAS PEREKONOMIAN

    Fasilitas perekonomian berupa perdagangan dan jasa antara lain pasar, toko, kios,

    warung, dan jasa perbankan. Pasar sebagai tempat melakukan transaksi barang sangat dibutuhkan

    sebagai media pemasaran hasil-hasil pertanian, industri kecil, industri kerajinan penduduk

    sehingga mempunyai nilai ekonomi. Untuk mendorong sektor perekonomian sektor koperasi

    dan UKM mempunyai peran dalam pembentukan pertumbuhan produk domestik bruto (PDRB).

    Usaha masyarakat yang tergolong kedalam kelompok usaha mikro kecil menengah sudah

    tumbuh dan berkembang seperti usaha perindustrian, perdagangan dan jas. UMKM sejak tahun

    2005 sampai tahun 2009 mengalami kenaikan pertumbuhan setiap rata-rata kenaikan sebesar

    14,49 % di mana jumlah UKM pada tahun 2005 sebanyak 3.800 meningkat pada tahun 2009

    sebanyak 6.554. dalam rangka meningkatkan kualitas dan kemampuan usaha kecil dan menengah

    memberikan KPER kepada 13 koperasi.

    Koperasi yang mendapatkan dana KPER tersebut adalah Kopasta Tarusan, Koperasi

    Usaha Bersama Tarusan, Kopersi Maju Bersama IV Jurai, Koperasi Mia IV Jurai, Koperasi

    Nyanyian Ombak Batang Kapas, KSU Eko Raya Lengayang, KSU Al Uswah Lengayang, Koperasi

    Pedagang Pasar Ternak Saiyo Lengayang, Koptamela Ranah Pesisir, Koperasi Kinantan Suci

    Ranah Pesisir Koptarama Ranah Pesisir, Koptan Maju Bersama Pc.Soal dan Koperasi Maju Mapan

    Lunang Silaut.merupakan bentuk program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi, dan

    Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (PPIKM).

    Fasilitas perekonomian berupa perdagangan dan jasa yang ada di daerah ini tahun 2009

    terdiri dari pasar, toko, kios, warung, dan jasa perbankan. Pasar sebagai tempat melakukan

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 36

    transaksi barang sangat dibutuhkan sebagai media pemasaran hasil-hasil pertanian, industri kecil,

    industri kerajinan penduduk sehingga mempunyai nilai ekonomi. Industri yang ada di daerah ini

    dibedakan menjadi industri formal dan non-formal.

    Tabel 2.28

    Industri Kecil Menurut Kelompok Industri

    NO

    KELOMPOK

    INDUSTRI

    JUMLAH UNIT USAHA JUMLAH TENAGA KERJA

    FORMAL NON

    FORMAL JUMLAH FORMAL

    NON

    FORMAL JUMLAH

    1 Pangan 15 267 282 38 746 784

    2 Sandang dan

    Kulit - 25 25 - 85 85

    3 Kimia& Bahan

    Bangunan 46 39 85 247 17 404

    4 Logam dan

    Elektronika 4 53 67 50 280 330

    5 Kerajinan - 32 32 - 293 293

    Jumlah 75 416 491 335 156 1896

    Sumber : Dinas Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2009

    Bedasarkan tabel diatas industri kecil untuk kelompok industri formal berjumlah 75 unit

    dimana di diminasi oleh kegiatan kimia dan bahan bagunan merupakan jumlah terbanyak yaitu 46

    unit dengan jumlah tenaga kerja 247 orang, sedangkan kegiatan non formal berjumlah 416 unit

    dimana di dominasi oleh kegiatan industri pangan yaitu 267 unit dengan jumlah tenaga kerja 746

    orang. Kegiatan industri kecil tersebut mempunyai potensi untuk di kembangkan guna

    meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi angka pencari kerja dan pengangguran.

    Tabel 2.29

    Industri Kecil Menurut Tingkat Produksi/ Investasi

    N

    O

    KELOMPOK

    INDUSTRI

    NILAI PRODUKSI (RP.000,-) NILAI INVESTASI (RP.000,-)

    FORMAL NON

    FORMAL JUMLAH FORMAL

    NON

    FORMAL JUMLAH

    1 Pangan 470.000 750.000 1.220.000 860.000 425.000 1.285.000

    2 Sandang dan

    Kulit - 275.000 275.000 - 256.000 256.000

    3 Kimia& Bahan

    Bangunan 1.975.000 437.000 2.412.000 3.495.000 645.000 4.140.000

    4 Logam dan

    Elektronika 850.000 325.000 1.175.000 972.000 1.068.250 2.040.250

    5 Kerajinan - 532.000 532.000 - 565.000 565.000

    Jumlah 3.295.000 2,319.000 5.614.000 5.327.000 2.959.250 8.286.250

    Sumber : Dinas Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2009

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 37

    2.8. VISI, MISI KABUPATEN

    2.8.1. VISI RPJMD KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2011-2015

    Pesisir Selatan merupakan Kabupaten dengan wilayah yang cukup luas di Provinsi

    Sumatera Barat. Daerah ini memiliki keberagaman kandungan sumberdaya alam yang dapat

    dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam

    perioderisasi pemerintah sebelumnya upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat ini

    telah dilakukan, sehingga kondisi kehidupan masyarakat dan infrastrukutur dasar yang

    dibutuhkan telah mengalami perbaikan yang cukup berarti.

    Visi Pembangunan merupakan lanjutan dari periode pembangunan lima tahun

    sebelumnya. Untuk Visi Pembangunan tahun 2010 2015 Kabupaten Pesisir Selatan adalah

    TERWUJUDNYA MASYARAKAT PESISIR SELATAN YANG SEJAHTERA.

    Masyarakat sejahtera adalah masyarakat dengan pendapatan perkapita yang telah mampu

    memenuhi segala kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yakni kebutuhan pangan, sandang, papan,

    pendidikan, kesehatan dan berdemokrasi. Dengan terpenuhinya kebutuhan ini, maka dapat

    diartikan masyarakat Pesisir Selatan telah merdeka dari berbagai tekanan yang akan menganggu

    kebutuhan hidupnya. Visi ideal ini tentu sangat sulit diwujudkan, akan tetapi hal ini merupakan

    amanat yang termaktub dalam undang-undang yang mesti direalisasikan melalui berbagai tahapan

    pembangunan.

    Kesejahteraan juga ditunjukkan dengan perolehan tingkat kehidupan yang layak dipandang

    dari kelayakan ekonomi dan berkeseimbangan baik dilihat sisi agama mapun sosial budaya.

    Perwujudan visi tersebut dilaksanakan melalui Pembangunan Ekonomi, Agama dan Sosial Budaya,

    secara menyeluruh (holistik), dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip di Negara Kesatuan

    Republik Indonesia.

    2.8.2. MISI KABUPATEN PESISIR SELATAN

    Misi pembangunan 2011-2015 adalah rumusan dari usaha-usaha yang diperlukan untuk

    mencapai Visi 2015 yaitu Terwujudnya Masyarakat Pesisir Selatan sejahtera. Misi pembangunan

    2011-2015 diarahkan untuk meletakkan fondasi yang lebih kokoh bagi pembangunan Pesisir

    Selatan ke depan. Usaha-usaha Perwujudan Visi 2015 akan dijabarkan dalam misi daerah tahun

    2011-2015 sebagai berikut.

    Misi 1.

    Melanjutkan mengembangkan perekonomian lokal dan pusat-pusat pertumbuhan

    ekonomi dengan mengoptimalkan pengembangan kawasan ekonomi secara

    terpadu

    Misi 2.

    Melanjutkan pembangunan sumberdaya manusia berkualitas yang siap menghadapi

    tantangan dunia global

    Misi 3

    Revitalisasi prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik serta meningkatkan kapasitas

    kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat.

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 38

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010

    2015.

    Arah Kebijakan untuk Misi 1

    Diperlukan arah kebijakan yang bermuara kepada program dan kegiatan yang tepat untuk

    mengimplementasikan strategi yang telah disebutkan diatas. Arah kebijakan untuk melaksanakan

    strategi pada misi 1 adalah: Meningkatkan kualitas dan keterampilan tenaga, Menambah lapangan

    usaha bagi angkatan kerja, Menyediakan databasependuduk miskin, Memberikan bantuan biaya

    pendidikan dan kesehatan bagi penduduk, Melakukan koordinasi program pengentasan

    kemiskinan, Meningkatkan keterampilan penduduk miskin, Memanfaatkan media massa dan

    event pameran untuk promosi wisata, Mengembangkan kawasan Carocok dan Bukit Langkisau

    Painan, Mengembangkan Kawasan Mandeh, Mengembangkan dan menata Kawasan Mande

    Rubiah, Membangun dan merehabilitasi pasar Nagari yang potensial, Meningkatkan informasi

    harga pasar bagi produsen dan konsumen, Meningkatkan luas tanam komoditi unggulan,

    Meningkatkan jumlah koperasi yang telah melaksanakan RAT, Memanfaatkan sumberdaya air dan

    sumber energi terbaharukan untuk pemenuhan kebutuhan energy masyarakat, Peningkatan

    perencanaan sumberdaya energy, Peningkatan kualitas jalan Kabupaten, Pengembangan jalan-

    jalan agopolitan dan minapolitan, Pembangunan jalan-jalan menuju daerah tertinggal,

    Meningkatkan sarana transportasi daerah, Pembangunan sarana pendidikan dan kesehatan di

    daerah tertinggal, Pembangunan jalan-jalan primer dan sekunder, Menyediakan peta dan

    informasi wilayah rawan bencana, Meningkatkan sarana prasarana evakuasi bencana dan

    Memberikan sosialisasi dan simulasi tentang kebencanaan. Hubungan antara srategi dan arah

    kebijakan untuk Misi 1 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

    Tabel 2.30

    Hubungan Antara Strategi Dan Arah Kebijakan Pada Misi 1

    VISI: TERWUJUDNYA MASYARAKAT PESISIR SELATAN YANG SEJAHTERA.

    MISI 1: Mengembangkan perekonomian lokal dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan

    mengoptimalkan pengembangan kawasan ekonomi secara terpadu

    TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

    1. Menurunkan jumlah

    pengangguran dan

    kemiskinan

    1. Meningkatkan Meningkatkan

    pendapatan perkapita

    menjadi Rp. 19,71 juta pada tahun 2015

    2. Menurunnya jumlah pengangguran

    menjadi 7-8 % pada

    tahun 2015

    3. Berkurangnya jumlah penduduk miskin

    1. Meningkatkan keterampilan

    tenaga kerja

    2. Memperluas kesempatan kerja

    3. Melakukan updating data

    penduduk miskin

    4. Meningkatkan jangkauan

    pelayanan

    1. Meningkatkan kualitas dan

    keterampilan

    tenaga 2. Menambah

    lapangan usaha bagi

    angkatan kerja

    3. Menyediakan databasependuduk

    miskin

    4. Memberikan

  • Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

    Pokja Sanitasi Pesisir Selatan II - 39

    menjadi 16-17% pada

    tahun 2015

    kesehatan dan

    pendidikan

    5. Meningkatkan mutu pelayanan

    dasar

    bantuan biaya

    pendidikan dan

    kesehatan bagi

    penduduk

    5. Melakukan koordinasi

    program

    pengentasan

    kemiskinan

    6. Meningkatkan keterampilan

    penduduk miskin

    2. Pengembangan kawasan ekonomi

    dan destinasi

    wisata

    1. Meningkatnya jumlah kunjungan

    wisman dan wisnu ke

    Pesisir Selatan 2. Pengembangan

    kawasan Agropolitan,

    Minapolitan dan

    KTM

    3. Meningkatnya sarana dan prasarana pasar

    nagari

    4. Berkembangnya permodalan,

    pemasaran dan SDM

    UMKM

    5. Meningkatnya produksi dan

    produktifitas

    pertanian