draft osce

Upload: axiu-xabialonsony

Post on 10-Oct-2015

123 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

draft ujian praktek kedokteran umum

TRANSCRIPT

  • Communication Skill and Medical Record

    Communication Skill

    1. Sapa pasien.

    Selamat pagi/ selamat siang/ selamat malam.

    2. Perkenalan diri siswa (nama, peran).

    Pastikan kenyamanan pasien.

    Selamat pagi, Pak. Saya X mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

    yang hari ini mendapat tugas jaga di klinik ini dan akan membantu mengatasi

    keluhan Bapak. Sebelumnya, apakah Bapak sudah nyaman?

    3. Pastikan kesiapan diri pasien dan privasi, hilangkan semua penghalang dan suara

    pengganggu.

    Baik pak ZY, saya mohon kepada bapak untuk menceritakan semua keluhan yang

    bapak ingin sampaikan. Saya jamin semua informasi yang bapak berikan akan

    terjaga kerahasiaannya, karena informasi tersebut akan sangat membantu saya

    untuk melakukan pemeriksaan. Bagaimana Pak? Setuju?

    Membuka Percakapan

    4. Menjelaskan maksud kedatangan.

    Tujuan bapak datang untuk berobat/ konsultasi/ meminta surat keterangan sehat

    atau sakit?

    5. Persilakan pasien untuk berbicara tanpa interupsi.

    6. Menanyakan Apakah ada yang lainnya? agar keterangannya lengkap.

    Mengumpulkan Informasi

    7. Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup dengan baik, dari yang terbuka dulu baru ke

    tertutup. Jangan gunakan pertanyaan yang menjurus.

    Terbuka: Bapak sakit apa? Sakitnya seperti apa?

    Tertutup: Apakah sakitnya seperti ditusuk-tusuk? (jawabannya hanya ya/ tidak.)

    8. Jangan menggunakan istilah kedokteran. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti.

    9. Rangkum informasi secara berkala untuk memastikan pasien sudah mengerti, tanyakan

    juga apakah ada pertanyaan atau tidak.

    History of patient illness (HPI):

    a. Location: Keluhan bapak apa? Dibagian mana?

    b. Quality: Seperti apa sakitnya? Bisa ditahan? Apakah hilang timbul?

    c. Severity: Apakah rasa sakitnya mengganggu kegiatan lain?

    d. First occurence: kapan pertama kali rasa sakitnya terasa? / sejak kapan?

    e. Context: tanya seputar keluhan; frekuensi sakit? (pagi/siang/malam)

    f. Modifying factors: Kalau tidur bertambah baik/ buruk? Kalau minum air hangat?

  • g. Associated symptoms: Ada rasa sakit dibagian lain?

    Sejarah penyakit pasien:

    a. Alergi/reaksi obat: sebelumnya setelah minum obat, kulit gatal-gatal dan

    kemerahan tidak?

    b. Pengobatan: sedang pakai obat/mengikuti pengobatan tidak? Sedang minum

    jamu? Sering memakan obat dari warung/ toko?

    c. Concurrent medical problems; hospitalizations; surgeries; previous

    injuries/trauma; previous illness: Pernah dirawat? Karena apa? Pernah

    dioperasi? Pernah kecelakaan atau terkena bencana alam?

    d. Growth and development/diet; childhood diseases/immunizations: Pola makan

    bagaimana? Teratur tidak?

    e. Toxins and/or industrial exposures/ occupational history: Tempat kerja bapak

    bagaimana? Aman atau tidak? Terkena panas dan debu tidak?

    f. OB/GYN history: Riwayat menstruasi, menopause, melahirkan, pemeriksaan

    payudara dan serviks (Hanya untuk wanita).

    Family history: Adakah anggota keluarga yang memiliki gejala yang sama? Penyakit

    anggota keluarga yang menular? Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga?

    Social history: Tinggal dirumah dengan siapa saja? Bagaimana lingkungan rumah?

    Hubungan dengan teman dan tetangga? Sering berolahraga tidak? Adakah pemicu

    stress di kehidupan sosial? Sering berekreasi tidak?

    Lifestyle risk factor (karena sensitif, izin bertanya dan mohon maaf terlebih dahulu)

    a. Rokok: Apakah bapak merokok? (Jika ya) Sehari berapa batang? (Jika tidak)

    dulu pernah merokok? Kapan? Berhentinya kapan?

    b. Alkohol: Apakah bapak meminum minuman beralkohol? (Jika ya) minum

    berapa botol? Seberapa sering? (Jika tidak) Apakah dulu pernah mengonsumsi

    alkohol? Seberapa sering? Kapan? Berhentinya kapan?

    c. Obat ilegal/Narkotika: Apakah bapak suka menyuntikkan sesuatu ke dalam

    tubuh bapak? Apakah bapak suka mengonsumsi obat yang selain obat dokter?

    (Jika ya) Seberapa sering? Kapan penggunaannya? Apa yang digunakan? (Jika

    tidak) Apakah dulu pernah menggunakan? Kapan? Kapan berhentinya?

    d. Sexual history: Apakah bapak berhubungan hanya dengan istri saja? (jika tidak)

    apakah berhubungan yang aman?

    e. Occupational hazards,environmental exposures: tempat bekerja bapak aman

    atau tidak?

    10. Ulas tentang sistem. Tanya setidaknya 10 sistem organ.

    Apakah ada keluhan di bagian lain? Tanya organ yang berhubungan dengan

    keluhan pasien.

    11. Tanyakan pertanyaan tambahan terfokus tentang sistem yang berhubungan dengan

    sejarah penyakit pasien.

  • Membangun Hubungan dan Memfasilitasi Keterlibatan Pasien

    12. Memperlihatkan perilaku non verbal yang sesuai: eye contact, mimik wajah, postur,

    posisi, sikap, gerakan lain, vokal (kecepatan, volume, nada, pitch).

    13. Jika membaca, menulis, minta izin dan lakukan dengan sopan.

    Maaf pak, izinkan saya sambil menulis ya pak? Terimakasih.

    14. Mempraktikan dengan percaya diri.

    15. Menerima pandangan dan perasaan yang dirasakan pasien, jangan menghakimi.

    16. Berempati, mengerti dan menghargai perasaan dan situasi pasien, menawarkan

    kerjasama, dan keinginan untuk membantu.

    Baik pak, dugaan sementara berdasarkan informasi yang bapak berikan adalah........ .

    Untuk lebih jelas dan akurat, mari ke pemeriksaan fisik terlebih dahulu, pak. Silakan.

    Medical Record

    Persiapan

    1. Persiapkan peralatan. (pulpen, kertas medical record)

    Menulis yang Didapatkan

    2. Mengisi identitas pasien.

    Identifikasi data: nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status pernikahan, tanggal

    dan waktu pemeriksaan, alamat.

    Sumber : auto anamnesis/ allo anamnesis (tulis: kakaknya,suaminya,dll)

    3. Tulis data secepatnya.

    4. Sisakan spasi untuk mengisi detil nanti-nanti.

    5. Selama pemeriksaan fisik, catat langsung hasil pemeriksaannya.

    6. Perhatikan urutan dan derajat kedetailan.

    7. Terbaca!

    Urutan Tulisan

    8. Urutannya harus konsisten dan jelas sehingga yang baca nantinya mudah untuk

    mendapatkan informasi spesifik dari tulisan kita.

    9. Pisahkan bagian sejarah dengan pemeriksaan yang sekarang, jangan dicampur.

    Memperjelas Tulisan

    10. Membuat penekanan dengan menggunakan tanda kutip dan garis bawah pada bagian

    yang penting.

    11. Urutkan penyakit pasien secara kronologis, dimulai dari yang sekarang baru yang latar

    belakangnya.

    12. Jika pasien dirawat di rumah sakit dan koma, mulai dengan keadaan yang menyebabkan

    koma baru yang sejarah-sejarahnya.

  • General Survey

    1. Sapa pasien, tanya nama, umur, pekerjaan, perkenalkan diri sendiri. Selamat pagi pak. Saya X, mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas

    Padjadjaran. Boleh tahu umur bapak berapa? Pekerjaan bapak?

    2. Analisis apakah: pasien terlihat sakit atau tidak, pasien kooperatif atau tidak.

    Kooperatif tidak nya dapat dilihat dengan apakah pasien mau bila diminta sesuatu

    untuk kepentingan data kita. Contoh: menjawab umur, pekerjaan, nama.

    Lapor ke dokter: Jadi dok, pasien bernama Z berumur 30 tahun berprofesi sebagai

    manager. Pasien terlihat sehat dan kooperatif.

    3. Tentukan level kesadaran pasien. Cara: tanya nama.

    I. Alert: pasien dapat merespon dengan cepat.

    II. Lethargy: pasien merespon setelah kita berbicara dengan nada lebih keras.

    III. Somnolent: pasien merespon setelah kita goyangkan perlahan.

    IV. Stupor: pasien merespon setelah kita lakukan kontak fisik (contoh: dicubit).

    V. Coma: pasien tidak merespon dalam bentuk rangsang apapun.

    Lapor ke dokter: Level kesadaran pasien ini adalah alert, karena pasien merespon

    dengan cepat pada saat saya tanya.

    4. Periksa tanda-tanda sakit pasien. Pasien terlihat mengalami sakit pada jantung dan pernapasan (Ciri-ciri: pasien

    memegang dada, batuk).

    Sakit pada bagian lain (contoh: berkeringat berlebihan).

    Pasien terlihat cemas atau depresi kah?

    Lapor ke dokter: Disini pasien terlihat memegang dada nya yang kemungkinan

    memiliki gangguan pada jantung nya, lalu pasien terlihat sedikit cemas.

    5. Mengukur tinggi, berat badan, dan BMI pasien.

    Tanyakan apakah pasien masih kuat berdiri untuk diukur tinggi dan berat badannya.

    Mengukur tinggi:

    Suruh pasien melepaskan sepatu.

    Pasien berdiri tegak dengan kepala belakang, pundak, bokong, tumit

    menempel ke tembok. Tumit rapat. Pandangan lurus ke depan. Tangan di

    samping.

    Ukur dan catat.

    Mengukur berat: Meminimalisir pakaian. Berdiri menghadap skala timbangan.

    Berdiri tegak, pandangan lurus ke depan, tangan di samping. Ukur dan catat.

  • Bapak apa masih kuat berdiri untuk diukur tinggi dan berat badannya? Tolong

    lepaskan sepatu dan jaket bapak dan juga kosongkan semua isi kantong baju bapak.

    Hitung BMI dengan kalkulator.

    BMI =

    Underweight: < 17

    Normal: 17-25

    Overweight: 26 - 30

    Obese: > 30

    Tentukan apakah pasien:

    Tinggi/ pendek

    Ramping/ kurus/ kerempeng/ langsing

    Berotot/ bantet gemuk/ gendut

    Tubuh simetris/ tidak

    Terdapat kecacatan/ tidak

    Lapor ke dokter: Pasien dengan BMI 22 yang berarti normal dengan postur tinggi,

    kurus berotot, tubuh simetris, dan tidak terdapat kekurangan pada bagian tubuhnya.

    6. Perhatikan kulit pasien.

    Rambut: Berapa jumlah, warna, tekstur, kualitas.

    Kulit: Warna, kelembaban, suhu, tekstur, tekanan turgor, lesi, temperatur.

    Kuku: Warna, bentuk, lesi.

    Maaf pak, boleh saya pinjam tangannya serta buka sepatunya pak? Boleh saya

    pegang rambut, kulit, dan kuku nya? Boleh saya cubit sedikit pak? Boleh saya garuk

    sedikit kulitnya pak?

    Lapor ke dokter: Rambut pasien terlihat lebat, berwarna hitam normal, dengan tekstur

    sedikit kasar, serta kualitas yang baik karena tidak rontok.

    Kulit pasien berwarna sawo matang, suhu normal, tekstur halus, tekanan turgor baik,

    kulitnya lembab, dan tidak terdapat lesi, serta temperatur normal. Kulit kaki pasien juga

    normal.

    Kuku pasien terlihat pink normal, bentuk normal, dan tidak ada lesi. Kuku kaki pasien

    juga baik.

    7. Perhatikan penampilan pasien.

    Apakah pasien terlihat rapi? Sesuai dengan pekerjaannya? Sesuai dengan umurnya?

    Sepatu pasien bolong-bolong kah?

    Apa ada perhiasan berlebihan?

    Apa ada makeup berlebihan? Apakah ada tato/ tindik pada tubuh pasien?

    Apa terlihat perokok dari bibirnya? Personal hygiene nya bagaimana?

  • Lapor ke dokter: Pasien terlihat berpakaian rapi, sesuai umur, dan sesuai pekerjaannya

    sebagai manager. Sepatu pasien tidak ada kerusakan bolong. Pasien juga tidak

    menggunakan perhiasan dan makeup berlebih. Terlihat dari bibir pasien yang sedikit

    gelap bahwa pasien perokok. Personal hygiene pasien terlihat baik, pasien terlihat

    bersih.

    8. Perhatikan eye contact, bau mulut (alkohol, aseton, uremia), bau badan, dan ekspresi wajah.

    Tips: Untuk mencium bau mulut dan bau badan dapat dilakukan ketika melakukan

    pemeriksaan tinggi dan berat badan pasien, dan biasanya yang paling tercium bau

    mulut. Eye contact dan ekspresi wajah diperhatikan ketika dari awal kita berkenalan

    dengan pasien.

    Lapor ke dokter: Eye contact pasien kurang karena ketika diajak bicara pasien sering

    memalingkan muka, dari bau mulut pasien tidak tercium bau alkohol, aseton, maupun

    uremia, dan ekspresi wajah pasien terlihat menahan ringisan dimungkinkan karena sakit

    pada dadanya.

    9. Postur, cara jalan, gerak motorik pasien Postur: bungkuk kah, tegak kah.

    Cara jalan (gait): menyeret kaki, pincang, seperti ingin jatuh, tidak seimbangkah.

    Gerak motorik: apa ada bagian tubuh pasien yang sering gerak sendiri, apakah

    banyak gerak lain.

    Tips: Perhatikan postur, cara jalan ketika pasien berjalan untuk diukur tinggi dan

    beratnya.

    Lapor ke dokter: Dari postur pasien, pasien terlihat tegak. Cara berjalan normal, dan jari

    pasien terlihat selalu bergerak yang menandakan ada gangguan pada syaraf motorik.

  • Universal Precautions

    1. Perkenalan: Selamat pagi,pak. Saya X, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

    Padjadjaran akan memperagakan prosedur Universal Precautions. Prosedur ini bertujuan

    untuk meminimalisir bahaya/resiko penyebaran agen-agen infeksi baik melalui darah

    maupun cairan tubuh lainnya.

    2. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan peralatan yang dibutuhkan, yaitu:

    head cap, masker, sarung tangan dengan ukuran yang sesuai (sebutkan ukurannya!),

    handuk kering, sabun cair, dan keran air. Periksa ketersediaan air yang mengalir dan

    sabun cair.

    3. Pakai masker . Masker ada 2 tipe, yaitu masker dengan ear loop dan masker yang diikat

    (with ties). Masker dengan ear loops memakainya dengan cara mengaitkan tali masker

    ke telinga, sedangkan kali ini saya memakai masker yang diikat. Bagian masker ada 2,

    yaitu bagian yang berwarna dan tidak berwarna (putih). Bagian yang berwarna putih

    menghadap ke dalam, sedangkan bagian yang berwarna menghadap keluar. Selain itu,

    bagian yang berkawat diletakkan di atas,sesuaikan dengan bentuk tulang hidung kita.

    Ikat ke belakang. Lalu, bagian bawah tarik sampai menutupi dagu, ikat kembali. Lakukan

    fiksasi (menekan kawat pada masker mengikuti tulang hidung) pada bagian hidung.

    4. Lepaskan Aksesoris yang ada di tangan kita, seperti : cincin, gelang, jam tangan, dsb.

    Dianjurkan pula untuk memotong kuku/memiliki potongan kuku yang pendek.

    5. Gulung lengan baju sampai siku. Hal ini bertujuan agar aktivitas pemeriksaan tidak

    terganggu dan kita dapat leluasa bergerak.

    6. Prosedur cuci tangan :

    a. Nyalakan keran air, basuh tangan sampai pergelangan tangan.

    b. Ambil sabun cair 3-5 cc.

    c. Ratakan sabun, gosok kedua telapak tangan (palm to palm). Minimal 5 kali.

    d. Gosok punggung tangan dengan telapak tangan beserta sela-sela jari tangan (palm

    to dorsum with interlace) di masing-masing tangan. Minimal 5 kali.

    e. Gosok kedua telapak tangan beserta sela-sela jari tangan (palm to palm with

    interlace). Minimal 5 kali.

    f. Bersihkan punggung jari di masing-masing tangan(interlocked). Minimal 5 kali.

    g. Bersihkan ibu jari (thumb rotation) dengan berputar di masing-masing tangan.

    Minimal 5 kali.

    h. Bersihkan kuku-kuku jari (finger tips) dengan cara memutar ujung jari di telapak

    tangan yang lain. Minimal 5 kali.

    i. Bersihkan masing-masing pergelangan tangan (wrist). Minimal 5 kali.

    j. Bilas, tangan yang satu tidak boleh bersentuhan dengan tangan lainnya maupun

    bersentuhan dengan benda lain.

    k. Pertahankan posisi tangan terangkat (seperti orang berdoa) agar bakteri/kuman

    tidak terjatuh ke tangan yang sudah dibersihkan.

  • l. Keringkan tangan dengan handuk kering, prinsip: satu sisi handuk untuk 1 tangan.

    m. Matikan keran air dengan handuk yang telah dipakai.

    n. Pisahkan handuk ke tempat yang aman.

    7. Pakai glove/sarung tangan :

    a. Pakai glove dengan metode glove-to-glove dan skin-to-skin.

    b. Bagian luar glove tidak boleh menyentuh kulit dan sebaliknya. Bagian dalam glove

    adalah bagian skin dan bagian luar glove adalah bagian glove.

    c. Pakai glove satu persatu dengan memperhatikan bagian skin dan glovenya, jangan

    sampai terkena satu sama lain.

    d. Ketika sudah terpasang, lakukan aktivitas pemeriksaan. Hindari kontak langsung

    dengan anggota tubuh lainnya agar tidak terkontaminasi.

    e. Setelah selesai, buka glove satu persatu dengan prinsip yang sama (glove to glove

    dan skin to skin). Buang/amankan.

    f. Buka masker, buang/amankan.

    g. Buka head cap, buang/amankan.

  • Blood Pressure Measurement

    1. Sapa pasien, perkenalkan diri, beritahu apa yang akan kita lakukan kepada pasien.

    Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya X mahasiswa Fakultas Kedokteran

    Universitas Padjadjaran. Pada pagi ini saya akan mengukur tekanan darah bapak.

    2. Persiapan:

    Tanyakan dan pastikan pasien tidak dalam keadaan stres/ kecapean.

    Pastikan pasien tidak mengkonsumsi rokok/ kafein 30 menit sebelumnya.

    Gunakan tangan dominan pasien dan tidak ada pakaian yang menghalangi daerah

    pengukuran.

    Apa bapak merokok/ minum kopi sekitar 30 menit yang lalu? (Bila pasien dalam

    keadaan capek, suruh istirahat 5 menit lalu lapor ke dokter bahwa pasien

    diistirahatkan 5 menit. Jika habis mengkonsumsi kopi/merokok, istirahat 30 menit.)

    Maaf pak, sebelumnya bapak seringnya menggunakan tangan yang sebelah mana

    ya?

    3. Jelaskan bagian alat-alat yg akan digunakan ke dokter.

    a. Sphygmomanometer:

    Manometer

    Cuff (terdapat inflatable bladder)

    Tube

    Valve

    Pump

    b. Stethoscope:

    Earpieces

    Diaphragm

    Bell

    Tube

  • Lapor ke dokter: Jadi disini ada 2 alat untuk mengukur tekanan darah, yaitu

    sphygmomanometer dan stetoskop. Pada sphygmomanometer terdapat cuff yang

    terdapat bladder, lalu ada manometer, tube, switch, dan pump. Untuk stetoskop

    terdapat earpieces, tube, diaphragm, dan bell.

    4. Teknik pengukuran:

    Posisikan tangan dominan sejajar jantung, setengah tekuk sikunya (semi fleksi). Cari

    arteri brachial nya.

    Pasang cuff pada lengan pasien yaitu sekitar 2,5cm/ sekitar 2 jari di atas siku

    (sesuaikan garis pada cuff dengan arteri brachialis).

    Cuff jangan terlalu ketat, pastikan ada ruang untuk kepala stetoskop.

    Gunakan tangan kanan kita berada pada arteri radialis pasien (pada pergelangan

    tangan) untuk mengecek pulse dengan cara di palpasi dan tangan kiri memompa

    pump sphygmo sampai terasa tidak ada detak nadi pada arteri radial. Ingat-ingat

    angka terakhir tekanan lalu kendurkan pompa dengan valve. Tambahkan angka

    yang didapat tadi dengan 30mmHg. Misal detak nadi terakhir terdengar pada

    110mmHg, jadi tambahkan 30mmHg menjadi 140mmHg.

    Pasang stetoskop. Masukkan bagian bell dan diafragma stetoskop pada cuff,

    letakkan pas diatas arteri brachial. Pompa lagi sampai tekanan terakhir pulse hilang

    lalu ditambahkan 30mmHg tadi.

    Buka angin cuff perlahan(sekitar 3mmHg per detik) lalu dengarkan:

    Bunyi "deg" pertama : SISTOLE!

    Bunyi "deg" hilang/terakhir : DIASTOLE!

    Tunggu 2 menit lalu hitung ulang. Jika perhitungan kedua hasilnya berbeda

    5mmHg, maka rata-ratakan. Yang ini tidak perlu benar-benar dilakukan, cukup

    lapor saja pada dokter.

    5. Bilang ke pasien hasil interpretasi pengukuran tekanan darahnya.

    Interpretasi Sistole (mmHg) Diastole(mmHg)

    Normal

  • Examination of Vital Sign

    1. Katakan pada pasien apa yang ingin dilakukan padanya sebelumnya.

    Selamat pagi pak, dengan bapak siapa?.... Baik pak Z, perkenalkan saya X mahasiswa

    Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran yang sedang bertugas di klinik ini.

    Sebelumnya, apakah Bapak sudah merasa nyaman ?

    Baik pak, sekarang saya akan memeriksa tanda-tanda vital di tubuh bapak , seperti:

    denyut nadi, laju pernapasan, dan suhu tubuh. Apakah bapak bersedia?

    2. Persiapan.

    Relax/tenang ya pak (tidak dalam keadaan capek/stress), istirahat dahulu 5 menit

    sebelum pemeriksaan.

    Apakah bapak merokok dan minum kopi 30 menit terakhir? (Jika iya, istirahat

    dahulu 30 menit.)

    Pasien diminta berbaring (Silakan berbaring bapak). Siapkan dan jelaskan alat-alat

    yang akan digunakan (saat bagian mengukur suhu).

    3. Pulse rate

    Periksa denyut nadi (arteri radial), normal value: 60-100x/menit.

    Periksa laju, ritme (reguler/ireguler), kualitas (kuat/lemah), dan defisit denyut.

    Teknik:

    a. Cari arteri radial, yaitu di bagian dasar ibu jari di pergelangan tangan. Tekan

    dengan jari tengah dan telunjuk.

    b. Tekan cukup kuat, rasakan denyutnya.

    c. Hitung denyut selama 15 detik, lalu jumlah denyut kalikan 4.

    d. Jika denyut ireguler (tidak teratur), hitung sampai 1 menit penuh dan

    dievaluasi/dipastikan dengan auskultasi jantung.

    e.

    4. Respiratory rate and pattern of respiration

    Observasi dari arah depan pasien, minta pasien bernapas normal, perhatikan dada

    pasien.

    Lihat dan periksa laju, ritme (reguler/ireguler), kedalaman, simetri, pattern of

    movement (abdominal torakal/ torakal abdominal), dan usaha dalam bernapas (ada

    usaha otot-otot lain saat bernapas atau tidak).

    Hitung pernapasan selama 1 menit. Normal value: 14-20x/menit (sumber: Bates).

    5. Temperature

    a. Axillary temperature (Ketiak)

    - Bersihkan bagian ketiak pasien dari keringat; bersihkan pula termometer

    sebelum dan sesudah digunakan dengan alkohol.

    - Termometer manual: digoyangkan/dikalibrasi terlebih dahulu sampai raksanya

    dibawah 350C, waktu pengukuran 5-10 menit.

    - Termometer digital: otomatis, alarm menyala setelah 10 detik.

    - Letakkan ujung termometer di tengah ketiak. Apit dengan lengan atas, tunggu

    5-10 menit/ 10 detik (tergantung termometer yang digunakan).

  • - Lihat hasilnya, normal value: 37.5 0C-38.50C.

    b. Oral temperature (Mulut)

    - Jika memakai termometer kaca, goyangkan termometer sampai menunjuk

    angka 350C (960F) atau dibawahnya. Masukkan ke bawah lidah, minta pasien

    untuk menutup bibirnya/mulutnya, dan tunggu 3-5 menit. Baca hasilnya,

    masukkan kembali selama 1 menit dan baca lagi hasil pengukurannya. Jika

    skala terus meningkat, ulangi prosedur ini sampai skalanya stabil.

    - Jika memakai termometer digital, tempatkan termometer dibawah lidah

    dengan hati-hati. Minta pasien untuk menutup bibir/ mulutnya, dan lihat

    pembacaan skalanya. Pembacaan temperatur yang akurat biasanya memakan

    waktu 10 detik.

    - Jangan lupa bersihkan termometer sebelum dan sesudah dipakai dengan

    alkohol.

    c. Rectal temperature (Anus)

    - Minta pasien untuk berbaring menghadap ke satu sisi, paha fleksi/ditekuk. Pilih

    termometer rectal yang ujungnya tebal dan pendek, lumasi dulu, lalu masukkan 3-4

    cm ke canal anal, dengan arah menuju umbilicus. Keluarkan setelah 3 menit, lihat

    hasilnya (jika digital, tunggu 10 detik saja).

    - Bersihkan termometer sebelum dan sesudah digunakan dengan alkohol

    d. Tympanic membrane temperature (Telinga)

    - Termometer ini terdiri atas 3 bagian: termometer, membran/pembungkus, dan ring

    untuk memfiksasi membran.

    - Pastikan bagian sekitar lubang telinga bebas dari serumen (kotoran/ear wax).

    - Bilang pada pasien bahwa pemeriksaan ini akan menyebabkan rasa tidak nyaman

    pada telinga.

    - Tarik telinga pasien ke belakang dan ke atas (dewasa). Posisikan termometer di

    lubang telinga sehingga sinar infra merah menyorot gendang telinga. Atau

    masukkan kedalam lalu hadapkan ke luar (dewasa), masukkan secukupnya sampai

    terasa tidak bisa masuk lagi. Jika pasien merasa tidak nyaman, hentikan untuk

    memasukkan lebih dalam.

    - Tunggu 2-3 detik, lihat hasilnya.

    - Bersihkan termometer sebelum dan sesudah digunakan dengan alkohol.

    Pada OSCE kali ini, yang diujikan adalah pengukuran dengan termometer axilary dan

    timpani, yang oral dan rectal cukup di sebutkan saja bahwa ada metode lain selain

    axilary dan timpani.

  • Informed Consent

    1. Sapa pasien. Perkenalkan diri sendiri. Beritahu pasien bahwa anda adalah dokter yang

    bertanggung jawab akan tindakan medis pasien. Pastikan lagi identitas pasien.

    Contoh kasus: ibu seorang anak penderita thalasemia.

    Selamat pagi ibu Y. Saya X yang bertanggung jawab terhadap anak ibu. Benar anak

    ibu bernama W? Berumur 4 tahun?

    2. Beritahu diagnosis pasien. Jelaskan sedikit tentang diagnosis pasien.

    Jadi bu, setelah dilakukan pemeriksaan darah, didiagnosis bahwa anak ibu

    menderita thalasemia. Dimana thalasemia itu penyakit kelainan hemoglobin darah

    yang menyebabkan darah menjadi lebih cepat dirombak sehingga anak ibu akan

    mengalami kekurangan darah.

    3. Beritahu dan jelaskan tindakan medis yang akan dilakukan serta tujuannya.

    Maka dari itu bu, saya menyarankan untuk dilakukan transfusi darah rutin 2 kali

    seminggu untuk mengganti kekurangan darah yang anak ibu alami.

    4. Jelaskan prosedur tindakan medis.

    Prosedur nya adalah pertama kami akan mencari golongan darah yang sesuai

    dengan anak ibu, lalu kami akan membersihkan kulit tempat ditransfusi dengan

    alkohol, dan menyuntik lalu mentransfusi darah.

    5. Jelaskan konsekuensi bila tindakan medis tidak dilakukan.

    Konsekuensi bila tindakan ini tidak dilakukan bu, mungkin anak ibu akan semakin

    lemas karena kekurangan darah, bahkan mungkin dapat berujung kematian.

    6. Jelaskan resiko dan efek samping tindakan medis dan cara mengantisipasinya.

    Adapun resiko tindakan ini bisa terjadi penggumpalan darah dan mungkin efek

    sampingnya infeksi dan gatal-gatal. Tetapi untuk penggumpalan darah kami akan

    mencegah dengan pemeriksaan golongan darah anak ibu sedetail mungkin dan

    untuk gatal-gatal kami akan memberikan obat anti gatal, lalu untuk infeksi kami

    berikan obat anti infeksi.

    7. Jelaskan tindakan alternatif beserta keuntungan dan kerugiannya.

    Alternatif untuk kasus ini mungkin tidak ada bu, karena sepertinya transfusi darah

    adalah satu-satunya jalan.

    8. Jelaskan prognosis pasien bila dilakukan dan tidak dilakukan tindakan medis.

    Apabila transfusi darah ini dilakukan, kemungkinan kondisi anak ibu dapat

    membaik. Sebaliknya apabila transfusi ini tidak dilakukan, kemungkinan besar

    kondisi anak ibu memburuk bahkan seburuk-buruknya dapat berujung kematian

    berdasarkan data medis di rumah sakit ini.

  • 9. Konfirmasi apa pasien sudah mengerti.

    Apa sejauh ini ibu sudah mengerti?

    10. Beri waktu untuk mempertimbangkan keputusan.

    Ibu tidak perlu memutuskan saat ini juga, mungkin ibu bisa berpikir dulu dan besok

    ibu sudah memutuskan karena takutnya hal buruk akan terjadi bila terlalu lama

    waktu berfikirnya.

    11. Mengisi formulir persetujuan dan tanda tangan dokter, pasien, serta saksi mata dari

    kedua belah pihak.

    Baik karena ibu sudah setuju maka ini formulir persetujuannya. [Isi formulir dan tanda

    tangan].

    Dalam mengisi formulir persetujuan, tulis nama lengkap pasien, jangan lupa tanggal dan

    tempat.

  • Patient Education in Drug Administration

    A. Rencana penanganan pada pasien.

    1. Jelaskan obat yang akan diberikan kepada pasien dan tujuannya.

    2. Jelaskan cara penggunaan setiap obat yang akan diberikan kepada pasien.

    3. Ingatkan pasien atau kerabat pasien untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah

    pemakaian obat.

    B. Penggunaan pengobatan oral.

    1. Apabila pasien maag/punya sakit lambung, agar obat tidak mengiritasi mukosa

    lambung maka minumlah obat setelah makan.

    2. Apabila makanan dirasa mengganggu penyerapan obat/ enzim pencernaan

    mengganggu porsi signifikan obat, anjurkan obat untuk diminum diantara waktu

    makan atau sebelum makan.

    3. Jika muntah, tunggu beberapa saat dan coba lagi berikan obatnya.

    a. Tablet/kapsul

    Gunakan obat sesuai petunjuk. Telan obatnya.

    b. Dry syrup/ Sirup kering

    - Buka tutup botol.

    - Tambahkan air matang (tidak dingin dan tidak panas) sebanyak 60mL.

    - Tutup botol dengan rapat, kocok.

    - Berikan ke pasien sesuai anjuran.

    - Selalu kocok botol obat sebelum diminum.

    C. Penggunaan obat sublingual (dibawah lidah)

    - Letakkan tablet sublingual di bawah lidah.

    - Minta pasien untuk tidak menelan atau mengunyah tabletnya dan tidak minum air

    saat mengkonsumsi obat sublingual karena dapat mengganggu efektivitas obat.

    D. Penggunaan obat yang dihirup (inhalasi)

    - Batukkan/keluarkan sebanyak dan sebisa mungkin sputum.

    - Kocok aerosol sebelum digunakan, buka penutupnya.

    - Pegang aerosol seperti yang dianjurkan dari produk obat.

    - Buang napas perlahan, kosongkan paru-paru dari udara sebanyak mungkin.

    - Tempelkan mulut dengan rapat disekitar bagian mulut aerosol (mouthpiece).

    - Ambil napas dalam melalui mulut bersamaan dengan menekan tombol aerosol.

    - Tahan napas 3-4 detik saat full inspirasi.

    - Buang napas perlahan melalui hidung.

    E. Penggunaan obat tetes hidung

    - Bersihkan lubang hidung/ bersit hidung sebelum tetes hidung diberikan.

    - Pasien diminta mendongak (hiperekstensi kepala).

  • - Masukkan tetes hidung sekitar setengah cm kedalam hidung, teteskan.

    - Hindari menyentuh lubang hidung agar pasien tidak bersin.

    - Minta pasien untuk mempertahankan posisi tersebut 1-2 menit sampai obat

    diserap.

    - Ulangi prosedur untuk lubang hidung satunya jika dibutuhkan.

    - Bersihkan tetes hidung (dropper) dengan air hangat.

    F. Penggunaan obat tetes mata/ salep mata

    - Minta pasien untuk berbaring atau duduk dengan kepala mendongak.

    - Bersihkan daerah sekitar mata dengan cotton bud lembab dan air hangat.

    - Jangan sentuh dropper setelah penutupnya dibuka.

    - Pegang dropper mendekati mata, namun jangan sampai menyentuhnya.

    - Tetes/oles di bagian conjunctival sac. (Jelaskan pada pasien: yang bagian merah-

    merah dibawah mata ini loh pak/ bu).

    - Untuk eye drops/ tetes mata: Sesuaikan jumlah tetes obat dengan resep yang ada.

    Hindari tetesan di kornea, karena tidak nyaman untuk pasien dan bisa

    menyebabkan kerusakan jaringan.

    - Untuk eye ointment/ salep mata: Berikan 1 cm strip/oles di bagian conjunctival sac

    bawah.

    - Tutup mata kira-kira 1 menit agar obat meresap sempurna.

    G. Penggunaan obat tetes telinga

    - Hangatkan tetes telinga dengan dikepal agar suhu nya sesuai dengan suhu tubuh.

    - Minta pasien untuk berbaring ke satu sisi dengan telinga yang ingin diobati

    menghadap ke atas.

    - Untuk dewasa: tarik daun telinga ke belakang dan ke atas.

    - Untuk anak dibawah 3 tahun : tarik daun telinga ke belakang dan ke bawah.

    - Arahkan tetesan menuju gendang telinga.

    - Minta pasien untuk menahan posisi berbaring tersebut beberapa menit agar obat

    mencapai gendang telinga dan diserap.

    H. Penggunaan obat untuk anus

    a. Rectal Suppository

    - Jika suppository terlalu lembek, keraskan dengan mendinginkannya di kulkas

    atau dialiri air dingin (obat masih dalam kemasan).

    - Sebelum diberikan obat, pasien diminta mengosongkan perutnya dari makanan

    (buang air besar), kecuali obat laxative/pencahar.

    - Buka bungkus obat.

    - Dengan bantuan: Gunakan sarung tangan untuk melindungi tangan pembantu

    saat memasukkan obat (telunjuk untuk dewasa, kelingking untuk anak-anak) ;

    Minta pasien untuk berbaring ke satu sisi dengan satu kaki ditekuk satunya lagi

    lurus ; Minta pasien bernapas melalui mulut agar rileks ; Masukkan suppository

    ke dalam rectum ke arah umbilical. Dorong cukup jauh agar obat tidak keluar

    lagi.

    - Tanpa bantuan: Bisa dalam posisi jongkok atau berbaring ke satu sisi dengan 1

    kaki ditekuk ; Masukkan/ dorong suppository ke dalam rectum ke arah

    umbilical . Dorong cukup jauh agar obat tidak keluar lagi.

  • - Minta pasien untuk menahan posisi tersebut beberapa menit setelah

    memberikan obat.

    - Hindari buang air besar sedikitnya 1 jam setelah pemberian obat, kecuali obat

    laxative/pencahar.

    b. Rectal tube

    - Minta pasien untuk menghadap ke satu sisi dengan 1 kaki ditekuk.

    - Lepas tutup tube. Masukkan obat ke dalam bokong (dewasa sampai ujung tube,

    anak-anak dibawah 3 tahun tube) ke arah umbilical.

    - Habiskan obat seluruhnya, pencet dengan kuat menggunakan telunjuk dan ibu

    jari.

    - Saat tube/ obat habis, tetap tahan memencet tube dan keluarkan tube (agar

    obat tidak keluar lagi).

    - Tahan bokong menempel keduanya (dikempitkan) untuk beberapa saat. Buang

    tube ke tempat sampah.

    I. Vaginal Suppositories

    - Pemberian obat dengan cara ini hanya untuk wanita yang sudah menikah/ sudah

    berhubungan seksual dan tidak dalam keadaan menstruasi.

    - Buka bungkus obat.

    - Minta pasien untuk berbaring telentang dengan kedua lutut naik dan agak

    membuka (seperti posisi melahirkan normal).

    - Masukkan suppository ke dalam vagina.

    - Hindari melakukan hubungan badan/ hubungan suami istri minimal 12 jam setelah

    pemberian obat.

  • Physical Examination of Chest

    1. Sapa, perkenalkan diri sendiri ke pasien. Bilang ke pasien untuk santai dan akan

    melakukan pemeriksaan dada kepada pasien.

    Selamat pagi bapak, saya X, saya mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas

    Padjadjaran. Pada hari ini saya akan melakukan pemeriksaan pada dada bapak

    untuk mengetauhi penyakit yang diderita bapak. Pemeriksaan ini dapat dilakukan

    dengan cara duduk atau berbaring, namun pada kali ini saya akan melakukan

    pemeriksaan secara berbaring. Lalu pada pemeriksaan ini baju bapak harus dibuka,

    apakah bapak bersedia?

    2. Cek keadaan pasien secara general:

    Kesan sakit

    Level kesadaran

    Berat dan tinggi pasien

    Lapor ke dokter: Jadi pasien tidak terlihat sakit, level kesadaran alert karena pasien

    merespon dengan baik, untuk tinggi dan berat badan pasien sudah dihitung.

    TAHAP: P I 2P A. Baca: pe i dua pe a.

    3. Persiapan

    Cek bagian depan dan samping dada pada keadaan duduk.

    Jika tidak memungkinkan memosisikan pasien dalam posisi terlentang, cek bagian

    dada dan paru-paru depan pasien, dan posisikan pasien miring ke satu sisi untuk

    mengecek bagian thorax belakang.

    4. Inspeksi (Perhatikan dada pasien pada posisi tidur, lihat dari ujung kaki)

    Lihat dan laporkan apakah ada kecacatan atau ketidaksimetrisan juga retraksi.

    Amati apa ada gangguan ketika bernapas.

    5. Palpation (perabaan)

    Tanyakan apa ada bagian dada yang sakit. Lakukan palpasi dari bagian yang tidak

    sakit ke yang sakit. Jika ada lesi kulit, lompati.

    Laporkan apabila terdapat skin disorder.

    Bilang akan melakukan palpasi pada bagian tactile fremitus (letakkan telapak

    tangan pada dada/ punggung pasien).

    Lapor ke dokter bahwa pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cara palmar

    (telapak tangan) dan ulnar (sisi samping tangan, bagian kelingking).

    Suruh pasien bicara "tujuh puluh tujuh" (rasakan apa getaran antara kedua thorax

    seimbang atau tidak).

    Kalau ada cairan di paru-paru, tidak terasa getaran. Di jantung dan payudara juga

    tidak akan ada getaran.

  • 6. Mencari apex jantung

    Posisi normal apex biasanya di intercostal space 4 dan 5 dan berada di tengah

    tulang klavikula (selangka) kiri pasien.

    Apabila masih belum terasa, minta pasien untuk berbaring ke samping lalu rasakan

    denyutnya.

    Apabila masih belum terasa juga, suruh pasien menarik napas dalam-dalam dan

    tahan napas beberapa detik.

    7. Perkusi

    Teknik:

    Jari tangan rapat, hiperekstensi jari tengah tangan kiri (bagi yang tidak kidal),

    tangan kiri usahakan santai.

    Ketuk pada bagian sendi inter phalanx (buku jari) menggunakan jari tengah tangan

    kanan.

    Ketuk mulai dari midclavicula kiri sejajar ke arah inferior.

    Dengarkan suara "dull" pertama (menandakan bagian atas jantung) lalu lanjut

    perkusi sampai terdenger bunyi "sonor" lagi (menandakan bagian bawah jantung)

    Dimulai dari bagian tengah antara atas dan bawah batas jantung, perkusi ke kiri dan

    ke kanan untuk mencari batas kiri dan kanan jantung.

    Ingat-ingat kira-kira posisi jantung.

    Lalu jika sudah sampai kanan bawah lalu terasa dull, untuk memastikan bahwa itu

    adalah liver dullness, minta pasien untuk tarik napas lalu ditahan, perkusi, lalu

    buang napas, perkusi lagi. Jika pada saat ditahan napasnya jadi sonor, itu liver.

  • 8. Auscultation

    Mendengar aliran udara paru

    Letakan bagian bell-diafragma sthetoscope sedikit dibawah jantung dan sedikit

    diatas hati.

    Dengarkan suara abnormal paru. Jika terdengar suara abnormal, dengarkan

    suara pasien pada saar berbicara dan berbisik (ajak bicara saja pasiennya).

    Mendengar katup jantung

    Aortic: Pada sternal ICS 2 kanan.

    Pulmonary: Pada sternal ICS 2 kiri.

    Tricuspid: Pada lower left sternum (ICS 5).

    Mitral: Pada apex jantung.

    Dari depan (dada) Dari belakang

    (punggung)

    1

    2

    3

    4