draft susunan panitia hari anak.doc

5
Tanjungpinang, gugustugastrafficking.org, Permasalahan perdagangan orang yang terjadi di Kota Tanjungpinang dewasa ini Sangat memprihatinkan, Pemerintah Kota Tanjungpinang merespon terhadap permasalahan perdagangan orang yang semakin tinggi kasus tindak pidana dengan membentuk Tim Gugus Tugas sesuai dengan petunjuk pelaksanaan teknis dari Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun 2008. Rapat Koordinasi dan sekaligus mensosialisasikan Surat Keputusan Walikota Tanjungpinang Nomor 459 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Tim Gugus Tugas PTPPO Kota Tanjungpinang dibuka langsung oleh Walikota Tanjungpinang bertempat di Melia Hotel pada tanggal 02 September 2009 pukul 08.30 Wib. Walikota mengatakan kegiatan ini ádalah untuk Menindak Lanjuti Hasil Pertemuan Kita Dalam Membahas Draf Pembentukan Tim Gugus Tugas Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Dan Rencana Aksi Daerah. Salah Satu Hasil Kesepakatan Sudah Dirumuskan Dan Telah Ditandatangan Surat Keputusan Walikota Tentang Pembentukan Tim Gugus Tugas Penghapusan Tindak Pidana Perdagangan Orang Dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Serta Rencana Aksi Daerah Kota Tanjung Pinang Tahun 2009, Dalam Rangka Implementasi Kebijakan Nasional Dibidang Perlindungan Perempuan Sebagai Mana Diamanatkan Oleh Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Selanjutnya Walikota Menyatakan Untuk Melaksanakan Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, Pemerintah Daerah Bersama Pemerintah Pusat Wajib Mengambil Langkah-Langkah Untuk Pencegahannya. Salah Satu Upaya/ Strategi Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah Adalah Melalui Pembentukan Tim Gugus Tugas Yang Terdiri Dari Unsur Pemerintah Daerah, Penegak Hukum, Organisasi Masyarakat, Lsm, Organisasi Profesi Dan Akademisi. Oleh Sebab Itu Setelah Dibentuk Tim Gugus Tugas Penghapusan Tindak Pidana Perdagangan Orang Kota Tanjungpinang Agar Dapat Meningkatkan Koordinasi, Kerjasama Yang Saling Menguatkan Antara Tim. Acara tersebut juga dihadiri oleh Nara sumber yang didatangkan dari Departemen Social RI yang diwakili oleh Asisten Deputi Bidang Perlindungan Perempuan Eka yulianti serta moderator

Upload: anggraini

Post on 05-Sep-2015

11 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Tanjungpinang, gugustugastrafficking.org, Permasalahan perdagangan orang yang terjadi di Kota Tanjungpinang dewasa ini Sangat memprihatinkan, Pemerintah Kota Tanjungpinang merespon terhadap permasalahan perdagangan orang yang semakin tinggi kasus tindak pidana dengan membentuk Tim Gugus Tugas sesuai dengan petunjuk pelaksanaan teknis dari Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun 2008.Rapat Koordinasi dan sekaligus mensosialisasikan Surat Keputusan Walikota Tanjungpinang Nomor 459 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Tim Gugus Tugas PTPPO Kota Tanjungpinang dibuka langsung oleh Walikota Tanjungpinang bertempat di Melia Hotel pada tanggal 02 September 2009 pukul 08.30 Wib. Walikota mengatakan kegiatan ini dalah untuk Menindak Lanjuti Hasil Pertemuan Kita Dalam Membahas Draf Pembentukan Tim Gugus Tugas Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Dan Rencana Aksi Daerah. Salah Satu Hasil Kesepakatan Sudah Dirumuskan Dan Telah Ditandatangan Surat Keputusan Walikota Tentang Pembentukan Tim Gugus Tugas Penghapusan Tindak Pidana Perdagangan Orang Dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Serta Rencana Aksi Daerah Kota Tanjung Pinang Tahun 2009, Dalam Rangka Implementasi Kebijakan Nasional Dibidang Perlindungan Perempuan Sebagai Mana Diamanatkan Oleh Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.Selanjutnya Walikota Menyatakan Untuk Melaksanakan Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, Pemerintah Daerah Bersama Pemerintah Pusat Wajib Mengambil Langkah-Langkah Untuk Pencegahannya. Salah Satu Upaya/ Strategi Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah Adalah Melalui Pembentukan Tim Gugus Tugas Yang Terdiri Dari Unsur Pemerintah Daerah, Penegak Hukum, Organisasi Masyarakat, Lsm, Organisasi Profesi Dan Akademisi. Oleh Sebab Itu Setelah Dibentuk Tim Gugus Tugas Penghapusan Tindak Pidana Perdagangan Orang Kota Tanjungpinang Agar Dapat Meningkatkan Koordinasi, Kerjasama Yang Saling Menguatkan Antara Tim.Acara tersebut juga dihadiri oleh Nara sumber yang didatangkan dari Departemen Social RI yang diwakili oleh Asisten Deputi Bidang Perlindungan Perempuan Eka yulianti serta moderator perwakilan dari ICMC Jakarta. Dijelaskan oleh Eka yulianti bahwa Menko Kesra Sangat berterima kasih kepada Pemerintah Kota Tanjungpinang yang sudah Sangat peduli terhadap permasalahan social masyarakat yang dalam hal ini tentang Kebijakan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Beliau juga menerangkan langkah-langkah Rencana strategis dari pelaksanaan Tim Gugus Tugas PTPPO secara optimal. Pemahaman dari masing-masing stakeholder daerah tentang Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang dan Rekomenasi-rekomendasi yang tetap dan tepat sesuai dengan amanat yang tertuang didalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang PTPPO. Eka yulianti juga membicarakan secara gamblang mekanisme pelayanan dan penanganan yang mesti dilaksanakan kepada korban-korban sesuai kapasitas dari uraian tugas dari Tim Gugus Tugas yang telah terbentuk. Kegiatan selanjutnya juga diisi oleh Nara sumber dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Tanjungpinang yang dalam kesempatan tersebut Ibu Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Hj. R. Khairani, S.Sos, MM secara langsung memberikan wacana Strategi Kebijakan Penanganan PTPPO dan Sekilas tentang Fenomena Tindak Pidana Perdagangan Orang yang terjadi di Kota Tanjungpinang serta sudah sejauh mana kinerja penanganan yang dilaksanakan oleh stakeholeder di Kota Tanjungpinang. Data-data dari jumlah kasus sampai dengan penanganannya secara terperinci disebutkan didalam rapat tersebut. Khairani juga mengatakan Factor-faktor terjadinya Tindak Pidana Perdagangan Orang di Kota Tanjungpinang didominasi Factor cultural dan struktural, Ekonomi, pendidikan yang rendah dll.

Isu yang berkembang terkait pada permasalahan ini menurut Khairani dalah Masih rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang kejahatan perdagangan orang, Masyarakat masih belum melihat perdagangan orang sebagai bentuk kejahatan. Hal ini disebabkan budaya yang masih timpang gender dan anak, Nilai konsumtifisme yang mendorong praktek perdagangan orang terus terjadi di masyarakat dan Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam memberikan dukungan dan perlindungan korban perdagangan orang merupakan salah satu hambatan penegakan Undang-Undang perdagangan orang di tengah masyarakat.Acara tersebut selanjutnya dibuka paparan diskusi dan masukan oleh masing-masing peserta undangan yang dihadiri oleh unsur-unsur yang terlibat secara langsung dalam Tim Gugus Tugas Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Kota Tanjungpinang. (R n R & Uun)

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=15" \o "Page 15"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=16" \o "Page 16"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=17" \o "Page 17"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=18" \o "Page 18"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=19" \o "Page 19"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=20" \o "Page 20"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=21" \o "Page 21"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=22" \o "Page 22"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=23" \o "Page 23"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=24" \o "Page 24"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=25" \o "Page 25"

Sebanyak 4 kementerian sepakat mendukung upaya-upaya mempercepat penghentian segala bentuk diskriminasi di tempat kerja yang masih banyak terjadi di berbagai perusahaan dan lembaga di Indonesia.

Kesepakatan ini ditandai dengan penandatangan Nota Kesepahaman Bersama antara tentang Optimalisasi Penerapan Kesempatan dan Perlakuan yang Sama dalam Pekerjaan tanpa Diskriminasi.

Kesepakatan 4 kementerian ini mengatasi perbedaan persepsi antara stake holder, serta koordinasi lintas sektoral sehingga penerapan kesempatan dan perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dalam pekerjaan dapat berjalan optimal, kata Menakertrans Muhaimin Iskandar di Jakarta pada Rabu (27/8).

Kementerian yang menandatangani nota kesepahaman ini terdiri dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Penandatangan ini dilakukan oleh Menakertrans Muhaimin Iskandar, Dirjen Otonomi Daerah Johermansyah Johan, Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender Bidang Ekonomi Kem PP dan PA Sulikanti Agusni dan Deputi Bidang Kemiskinan,Ketenagakerjaan dan Usaha Kecil Menengah BAPPENAS Rahma Iryanti.

Muhaimin mengatakan pemerintah Indonesia mempunyai komitmen dalam melaksanakan kesetaraan dan perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dalam pekerjaan. Hal tersebut, kata Muhaimin, merupakan konsekuensi dengan telah diratifikasinya berbagai ketentuan yang berkaitan dengan kesetaraan dan non diskriminasi di tempat kerja.

Semua pihak harus sepakat bahwa salah satu hak dasar di tempat kerja ialah untuk diperlakukan sama dan tidak diskriminatif. Kesetaraan perlakuan di tempat kerja itu penting untuk mengembangkan hubungan industrial yang adil dan harmonis, kata Muhaimin.

Muhaimin menambahkan, Ketentuan internasional yang berkaitan adalah Konvensi ILO Nomor 100 tentang Pengupahan yang Sama bagi Pekerja Laki-laki dan Wanita untuk Pekerjaan yang Sama Nilainya dan Konvensi ILO Nomor 111 tentang Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan.

Sejalan dengan ketentuan tersebut, kata Muhaimin untuk mewujudkan kesetaraan dan perlakuan yang sama dalam pekerjaan maka segala kebijakan termasuk pelaksanaannya ditujukan untuk menghapuskan ketidaksetaraan dan diskriminasi di dunia kerja.

"Untuk itu pemerintah telah mengadopsinya dalam ketentuan hukum ketenagakerjaan nasional yaitu melalui Pasal 5 dan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan," kata Muhaimin.

Masih Banyak terjadi

Muhaimin mengakui kondisi saat ini masih terdapat praktik-praktik ketidaksetaraan dan diskriminasi di tempat kerja, berkaitan dengan pelaksanaan pengupahan, rekruitmen, seleksi, kesejahteraan, jaminan sosial, pelatihan, pendidikan, kenaikan jabatan atau kondisi kerja secara umum.

Berkaitan masih adanya praktik-praktik ketidaksetaraan dan diskriminasi di tempat kerja, kata Muhaimin, pemerintah terus menerus melakukan berbagai terobosan salah satunya dengan melakukan jejaring kerja sama dan koordinasi antar kementerian/instansi terkait, organisasi pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh serta pemangku kepentingan lainnya. Dikatakan Muhaimin, pada tahun 2013 pihaknya mengeluarkan aturan melalui Kepmenakertrans Nomor 184 Tahun 2013 tentang Pembentukan Gugus Tugas Kesempatan dan Perlakuan yang Sama Dalam Pekerjaan (Task Force Equal Employment Opportunity/EEO) Tingkat Nasional. Task Force Equal Employment Opportunity (EEO) Tingkat Nasional, kata Muhaimin, diharapkan dapat menjadi salah satu wadah dalam upaya pencegahan dan penghapusan ketidaksetaraan dan diskriminasi di tempat kerja.

Tak hanya itu, Muhaimin pun menargetkan adanya komitmen dari perusahaan-perusahaan untuk mencantumkan kesepakatan Penerapan Kesempatan dan Perlakuan yang Sama dalam Pekerjaan tanpa Diskriminasi ke dalam perjanjian kerja bersama (PKB) yang melibatkan pekerja dan pengusaha.

Saat ini tercatat sebanyak 12.113 perusahaan yang telah melakukan PKB. Dari jumlah itu, baru 752 perusahaan yang mencantumkan anti diskriminasi tersebut dalam PKB. Ditargetkan minimal setiap tahun 200 perusahaan mencatumkan anti diskriminasi dalam PKBnya.

Kedepannya, Muhaimin berharap seluruh pihak yang terlibat dapat mendukung upaya pemerintah untuk menghapus dan mencegah praktik-praktik diskriminasi di tempat kerja, sehingga akan terwujud ketenangan bekerja dan ketentraman berusaha.

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=27" \o "Page 27"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=28" \o "Page 28"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=29" \o "Page 29"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=30" \o "Page 30"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=31" \o "Page 31"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=32" \o "Page 32"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=33" \o "Page 33"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=34" \o "Page 34"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=35" \o "Page 35"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=36" \o "Page 36"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=37" \o "Page 37"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=38" \o "Page 38"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=39" \o "Page 39"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=40" \o "Page 40"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=41" \o "Page 41"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=42" \o "Page 42"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=43" \o "Page 43"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=44" \o "Page 44"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=45" \o "Page 45"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=46" \o "Page 46"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=47" \o "Page 47"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=48" \o "Page 48"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=49" \o "Page 49"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=50" \o "Page 50"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=51" \o "Page 51"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=52" \o "Page 52"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=53" \o "Page 53"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=54" \o "Page 54"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=55" \o "Page 55"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=56" \o "Page 56"

HYPERLINK "http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122029.pdf" \l "page=57" \o "Page 57"