draft topik/judul kajian berdasarkan usul...
TRANSCRIPT
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
I
1 RUU Pertanahan Problematika:
• Lemahnya kebijakan pengelolaan pertanahan;
• Belum adanya tertib administrasi pertahanan (pendataan dan sertifikasi).
Tujuan :
• Mengidentifikasi peta kebijakan pengelolaan; dan mendorong terwujudnya tertib administrasi
pertahanan (pendataan dan sertifikasi).
Socio Legal
analysis
Socio Legal analysis
Pengelolaan dan Administrasi
Pertanahan
Ikut Membahas Kajian jangka
pendek,(25
juta)
Komite I DPD RI dan
Komisi II DPR RI
2 RUU Pertanahan Problematika:
Banyaknya peraturan dibidang pertanahan yang terindikasi tumpang tindih misalnya dengan UU
Penataan Ruang, UU Minerba, UU Kehutanan dll.
Tujuan :
Memetakan dan sinkronisasi regulasi-regulasi pertanahan.
Legal analysis Legal analysis Regulasi
Sektoral Pertanahan
Ikut Membahas Kajian jangka
pendek,(25
juta)
Komite I DPD RI dan
Komisi II DPR RI
3 RUU Tentang Konvergensi
Telematika
Problematika:
• Masih senjangnya akses informasi di tiap daerah.
• Teknologi informasi hanya dinikmati oleh sebagian besar penduduk Indonesia yang bermukim di
perkotaan.
Tujuan:
• Belum adanya payung hukum dalam bidang teknologi informasi dan jaminan penyediaan sarana
komunikasi di daerah pedesaan dan perbatasan
• Teknologi berkembang menuju arah konvergensi sehingga peraturan-peraturan harus menyesuaikan
dengan teknologi yang diatur agar perkembangan teknologi yang terjadi dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin.
Kajian Kebijakan Kajian Kebijakan Urgensi
Konvergensi Telematika Dalam
Membangun Keterbukaan
Informasi Publik
Pandangan DPD RI,
DIM, dan Pendapat
Mini DPD RI.
Kajian jangka
pendek,(25
juta)
Komite I DPD RI
4 RUU tentang Perubahan atas UU
No 32 tahun 2002 tentang
Perijinan Penyelenggaraan
Penyiaran
Problematika:
• Belum meratanya ketersediaan infastruktur penyiaran di daerah, khususnya di daerah terpencil dan
perbatasan;
• Adanya aturan mengenai diberlakukannya digitalisasi penyiaran di Indonesia;
• Belum adanya regulasi payung yang mengatur telematika secara komprehensif termasuk perijinan
penyelenggaraan penyiaran didalamnya
Tujuan:
• Mendorong percepatan infrastruktur penyiaran khususnya di daerah terpencil dan perbatasan;
• Mendapatkan informasi kesiapan penyelenggara penyiaran dalam hal digitalisasi penyiaran;
• Urgensi kebutuhan untuk menyiadakan regulasi payung yang komprehensif dalam hal telematika.
Evaluasi Kebijakan Evaluasi Kebijakan
Problematika Media Penyiaran
di Indonesia (Infrastruktur,
Digitalisasi, Perijinan dan
Regulasi)
Pandangan DPD RI,
DIM, dan Pendapat
Mini DPD RI.
Kajian jangka
pendek,(25
juta)
Komisi I DPR RI
KOMITE I
DRAFT TOPIK/JUDUL KAJIAN
BERDASARKAN USUL PROLEGNAS PRIORITAS DPD-RI TAHUN 2015-2019
BIRO PERSIDANGAN I
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
5 RUU tentang Radio dan Televisi
Republik Indonesia
Problematika:
• Ketertinggalan pengelolaan Radio Republik Indonesia dibandingkan dengan penyelenggara radio
swasta;
• Ketertinggalan pengelolaan Televisi Republik Indonesia dibandingkan dengan penyelenggara televisi
swasta;
Tujuan:
• Menyediakan pengelolaan Televisi dan radio yang mampu berkompetisi dengan penyelenggara
swasta sekaligus menyediakan informasi yang menjangkau seluruh Indonesia
Kajian Latar
Belakang Kebijakan
Kajian Latar Belakang
Kebijakan tentang Tantangan
Radio Televisi Republik
Indonesia
Pandangan DPD RI,
DIM, dan Pendapat
Mini DPD RI.
Kajian jangka
pendek,(25
juta)
Komisi I DPR RI
6 RUU tentang atas perubahan UU
No. 11 tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE)
Problematika:
• Adanya kerancuan dalam penentuan pidana dalam kebebasan berekspresi dalam hal informasi dan
transaksi elektronik;
• Belum jelasnya koridor/rambu-rambu mengenai konten internet yang legal atau illegal
Tujuan:
• Menjamin kebebasan memperoleh informasi dan transaksi elektronik
• Menjamin kebebasan berekspresi di media elektronik
• Adanya jaminan kepastian hukum mengeni informasi dan transaksi elektronik
Evaluasi Kebijakan Evaluasi Kebijakan Dampak
diberlakukannya UU No. 11
tahun 2008 tentang ITE
terhadap Kebebasan Informasi
dan Transaksi Elektronik
Pandangan DPD RI,
DIM, dan Pendapat
Mini DPD RI.
Kajian jangka
pendek,(25
juta)
Komisi I DPR RI
7 Pemilihan Gubernur, Bupati, dan
Walikota
Problematika:
Pelaksanakannya Pilkada serentak pertama kali pada Desember 2015
Tujuan
Mendapatkan informasi tentang kesiapan penyelenggaraan pilkada serentak
Policy Research Policy Research Kesiapan
Penyelenggaraan Pilkada
Serentak
Kajian jangka
pendek,(25
juta)
8 Pemilihan Gubernur, Bupati, dan
Walikota
Problematika:
• Belum adanya mekanisme secara formal penyelesaian sengketa Pilkada melalui jalur non litigasi;
• Problematika kompetensi institusi hukum dalam penyelesaian sengketa Pilkada
Tujuan:
• Menghasilkan mekanisme penyelesaian sengketa Pilkada melalui jalur non litigasi;
• Untuk mendudukkan kompetensi penyelesaian sengketa Pilkada pada institusi hukum yang tepat
Policy Research Policy Research Penanganan
Penyelesaian Sengketa Pilkada
secara Litigasi dan Non Litigasi
Pengawasan Kajian jangka
pendek,(25
juta)
Komite I DPD RI
9 Pengawasan UU Otonomi Khusus
Papua
Problematika:
Masih adanya permasalahan dalam pelaksanaan UU Otonomi Khusus Papua berkaitan antara lain:
Alokasi Dana Otonomi Khusus, Penataan Daerah, dan Penyelesaian Konflik Sosial
Tujuan:
Menghasilan evaluasi dan rekomendasi pelaksanaan UU Otonomi Khusus Papua berkaitan antara lain:
Alokasi Dana Otonomi Khusus, Penataan Daerah, dan Penyelesaian Konflik Sosial
Evaluasi Kebijakan Evaluasi Kebijakan
Pelaksanaan UU No. 21 Tahun
2001 tentang Otonomi Khusus
Papua
Pengawasan Kajian jangka
pendek,(25
juta)
Komite I DPD RI
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
10 Pengawasan UU Administrasi
Kependudukan
Problematika:
Masih adanya permasalahan implementasi UU Administrasi Kependudukan
Tujuan:
Menghasilkan evaluasi dan rekomendasi UU Administrasi Kependudukan
Evaluasi Kebijakan Evaluasi Kebijakan
Implementasi Undang-Undang
Administrasi Kependudukan
Pengawasan Kajian jangka
pendek,(25
juta)
Komite I DPD RI
11 Pengawasan UU Aparatur Sipil
Negara
Problematika:
Belum optimalnya pelaksanaan UU Aparatur Sipil Negara dalam mewujudkan good governance
Tujuan:
Menghasilkan evaluasi dan rekomendasi pelaksanaan UU Aparatur Sipil Negara dalam mewujudkan
good governance
Evaluasi Kebijakan Evaluasi Kebijakan
Implementasi UU Aparatur Sipil
Negara dalam rangka
mewujudkan good governance
Pengawasan Kajian jangka
pendek,(25
juta)
Komite I DPD RI
12 Pengawasan UU No. 23 tahun
2014 tentang Pemerintahan
Daerah
Problematika:
Adanya perubahan regulasi yang mengatur mengenai pemerintahan daerah khususnya yang
menyangkut hubungan pusat dan daerah
Tujuan:
Gambaran dan informasi hubungan pusat dan daerah pasca diterbitkannya UU No. 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah
Evaluasi Kebijakan Evaluasi Kebijakan Hubungan
Pusat dan Daerah
(Kewenangan, Keuangan,
Kelembagaan dan
Pengawasan) dalam Konteks
Pelaksanaan UU No. 23 tahun
2014 tentang Pemerintahan
Daerah
Pengawasan Kajian jangka
pendek,(25
juta)
Komite I DPD RI
13 Pengawasan UU No. 23 tahun
2014 khususnya mengenai
Penataan Daerah
Problematika:
Adanya perubahan regulasi yang mengatur mengenai pemerintahan daerah khususnya yang
menyangkut penataan daerah
Tujuan:
Menghasilkan gambaran strategi penataan daerah serta deskripsi mekanisme pemekaran dan
penggabungan daerah mengacu pada UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Evaluasi Kebijakan Evaluasi Kebijakan Kajian
terhadap Penataan Daerah
dalam Konteks Pelaksanaan
UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah
Pengawasan Kajian jangka
pendek,(25
juta)
Komite I DPD RI
14 Pengawasan UU No. 23 tahun
2014 khususnya mengenai
Kewenangan Daerah Provinsi di
Laut dan Provinsi yang bercirikan
Kepulauan
Problematika:
• Adanya perubahan regulasi yang mengatur mengenai pemerintahan daerah khususnya yang
menyangkut kewenangan Daerah Provinsi di Laut dan yang Bercirikan Kepulauan
• Belum adanya model eksplorasi, eksploitasi dan konverasi dan pengelolaan kekayaan laut di luar
minyak dan gas untuk daerah Provinsi di Laut dan Provinsi Bercirikan Kepulauan
• Belum adanya model pengaturan administrasi, tata ruang dan keamanan di laut untuk daerah Provinsi
di Laut dan Provinsi Bercirikan Kepulauan
Tujuan:
• Adanya gambaran model eksplorasi, eksploitasi dan konservasi dan pengelolaan kekayaan laut di luar
minyak dan gas untuk daerah Provinsi di Laut dan Provinsi Bercirikan Kepulauan serta model
pengaturan administrasi, tata ruang dan keamanan di laut untuk daerah Provinsi di Laut dan Provinsi
Bercirikan Kepulauan berdasarkan UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Evaluasi Kebijakan Evaluasi Kebijakan Kajian
terhadap Kewenangan Daerah
Provinsi di Laut dan Provinsi
Bercirikan Kepulauan dalam
Konteks Pelaksanaan UU No.
23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah
Pengawasan Kajian jangka
pendek,(25
juta)
Komite I DPD RI
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
II
1 RUU Ekonomi Kreatif Situasi Problematis yang dihadapi dalam kajian ekonomi kreatif yang paling utama menyangkut harmonisasi
perundang-undangan. Hal ini disebabkan, substansi ekonomi kreatif selama ini tersebar dalam berbagai
perundang-undangan seperti UU Kepariwisataan, UU Perfilman dan terdapat di bagian-bagian tertentu seperti UU
Cagar Budaya, UU Hak Cipta, serta beberapa perda terkait ekonomi kreatif, dsbnya. Dengan demikian dibutuhkan
payung aturan dan pengintegrasian serta substansi materi muatan yang tepat di dalam menyusun UU Ekonomi
Kreatif.Sedangkan tujuan kajian ini adalah memberikan penguatan bagi pembentukan UU Ekonomi Kreatif yang
mampu mengharmonisasikan berbagai kebijakan dan perundang-undangan terkait ekonomi kreatif
Kajian Analisis
Legal/Legal
Analysis
Analisis Legal Harmonisasi
Kebijakan terkait Ekonomi
Kreatif
Pembahas Utama Pendek, 25
Juta
Komite III Long List 2015-
2019
2 RUU tentang Bahasa dan
Kesenian Daerah
situasi problematis yang dihadapi menunjukkan bahwa realitas kekinian memperlihatkan penggunaan dan
pelestarian bahasa dan kesenian daerah sudah semakin memudar. Penggunaan bahasa daerah di tengah
masyarakat semakin menurun dan demikian juga dengan kesenian daerah. Kebijakan yang tegas dan jelas terkait
perlindungan terhadap pelestarian bahasa dan kesenian lokal belum ada yang signifikan bertindak tegas dalam
melindungi bahasa dan kesenian daerah. Dengan demikian tujuan kajian ini untuk melihat latar belakang kebijakan
selama ini menyangkut bahasa dan kesenian daerah sehingga dapat ditemukenali persoalan dalam perlindungan
bahasa dan kesenian daerah
Kajian Latar
Belakang
Kebijakan
Kajian Latar Belakang
Kebijakan Perlindungan dan
Pelestarian Bahasa dan
Kesenian Daerah
Pembahas Utama Pendek, 25
Juta
Komite III Long List 2015-
2019
3 RUU tentang Pengelolaan
Ibadah Haji dan
Penyelenggaraan Umroh
Situasi problematis yang dihadapi selama ini adalah penyelenggaraan ibadah haji selama ini terlalu berfokus pada
hal-hal teknis manajerial haji seperti mencakup katering, transportasi, pemondokan dan sebagainya serta kurang
optimal menyoroti sisi pemenuhan syariat, khususnya pengetahuan jamaah haji terhadap rukun haji. Hal ini
memerlukan kajian spesifik menyangkut persoalan masalah pemenuhan syariat dimaksud. Dengan demikian
tujuan dari kajian pengelolaan ibadah haji dan penyelenggaraan umroh adalah mengidentifikasi kebijakan maupun
implementasi yang dinilai bermasalah di dalam penyelenggaraan haji dan umroh, khususnya sisi pemenuhan
syariat.
Kajian Evaluasi
Kebijakan
Evaluasi Kebijakan
Pengelolaan Ibadah Haji dan
Penyelenggaraan Umroh
Memberi
Pertimbangan
Pendek, 25
Juta
Komite III Prioritas
Prolegnas 2015
4 RUU Tentang Penyandang
Disabilitas
Situasi problematis yang tidak dapat dinafikan di masyarakat adalah gejala penyandang disabilitas masih
mengalami praktik diskriminasi, baik dalam kebijakan, perlakuan, penyediaan fasilitas umum, pendidikan maupun
akses pekerjaan. Situasi problematik ini diharapkan akan diminiamlisasi bila terbit undang-undang penyandang
disabilitas yang memberikan perlindungan dan penyetaraan hak bagi disabilitas. Dengan demikian tujuan kajian
adakah mengidentifikasi kebijakan yang bermasalah menyangkut disabilitas dan memberikan penguatan akan
urgensi pembentukan undang-undang disabilitas.
Kajian Latar
Belakang
Kebijakan
Kajian Latar Belakang
Kebijakan terhadap
Penyandang Disabilitas
Memberi
Pertimbangan
Pendek, 25
Juta
Komite III Prioritas
Prolegnas 2015
5 RUU tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 39
Tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar
Negeri
Situasi problematis yang dihadapi terkait TKI di luar negeri adalah persoalan lemahnya regulasi dan implementasi
regulasi. Dari sisi regulasi, UU PPTKILN ternyata minim memberikan perlindungan TKI dan dominan memberikan
pertanggungjawaban pada PPTKIS (Pelaksana Penempatan TKI Swasta). Dari sisi praktik, terdapat inkonsistensi
terhadap ketentuan UU PPTKILN dan pelanggarannya masih marak terjadi yang menyebabkan kerugian bagi pihak
CTKI/TKI. Dengan demikian tujuan kajian adalah menyajikan peta permasalahan baik sisi regulasi maupun praktik
penempatan dan perlindungan TKI Luar Negeri serta mengevaluasi kebijakan dan implementasi menyangkut
penempatan dan perlindungan TKI di luar Negeri
Kajian Evaluasi
Kebijakan
Evaluasi Kebijakan dan
Mekanisme Penempatan
dan Perlindungan TKI di
Luar Negeri
Ikut Membahas Pendek, 25
Juta
Komite III Prioritas
Prolegnas 2015
KOMITE III
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
6 RUU Tentang Sistem
Perbukuan
Menyangkut perbukuan teridentifikasi situasi problematik berikut: 1) Minimnya perlindungan terhadap penulis,
termasuk aspek perjanjiannya; 2) etika penerbit yang seringkali melakukan jual beli buku pada satuan pendidikan
secara langsung; 3) Materi muatan yang kadang tidak sesuai dengan kebutuhan dan minimnya pengawasan dan
kontrol terhadap materi muatannya, seringkali ditemukannya buku-buku yang tidak layak di baca sesuai umur
terbit dan 4) dukungan pemerintah atas keberlangsungan penerbitan minim. Tujuan dari kajian adalah
mengidentifikasi persoalan sistem perbukuan selama ini dan memberikan penguatan kebijakan urgensi
pembentukan RUU tentang Sistem Perbukuan.
Kajian Latar
Belakang
Kebijakan
Kajian Latar Belakang
Kebijakan Sistem Perbukuan
di Indonesia
Memberi
Pertimbangan
Pendek, 25
Juta
Komite III Prioritas
Prolegnas 2015
7 RUU Tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan
Situasi problematis yang dihadapi di bidang tenaga kesehatan adalah realitas kebutuhan akan tenaga kesehatan
masih banyak di sisi lain distribusinya timpang. Selain itu, belum ada keseragaman ataupun jaminan memadai
kualitas tenaga kesehatan secara optimal. Meskipun ada UU yang mengatur terkait tenaga kesehatan secara
parsial, namun pada praktiknya masih belum dapat menyelesaikan persoalan ketimpangan dalam distribusi tenaga
kesehatan, kualitas tenaga kesehatan yang belum memenuhi standar dan kompetensi antar tenaga kesehatan
baik di tingkat nasional maupun daerah. Tujuan kajian adalah menemukenali persoalan ketimpangan tenaga
kesehatan baik dari jumlah, distribusi, mutu dan perlindungannya serta menyusun rekomendasi peluang
perbaikannya dalam RUU tentang Perubahan UU tentang Tenaga Kesehatan
Kajian Evaluasi
Kebijakan
Evaluasi Kebijakan
mengenai kebutuhan
Tenaga Kesehatan di
Indonesia dan realitanya
Memberi
Pertimbangan
Pendek, 25
Juta
Komite III Long List 2015-
2019
8 RUU tentang Perubahan atas
UU Nomor 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi
Situasi problematis yang dihadapi kekinian adalah tuntutan terhadap perguruan tinggi yang semakin besar terkait
pemenuhan kualitas, sehingga biaya yang dibebankan kepada mahasiswa menjadi besar atau mahal. Selain itu,
Perguruan tinggi belum memiliki standar yang sama di masing-masing daerah. Dan juga belum adanya kolaborasi
yang maksimal antara perguruan tinggi dengan lembaga riset baik swasta maupun pemerintah. Tujuan kajian
adalah menemukenali secara komperhensif persoalan pendidikan tinggi serta peluang perbaikannya melalui
perubahan UU Pendidikan Tinggi.
Kajian Evaluasi
Kebijakan
Evaluasi kebijakan UU
Nomor 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi
pasca di tolaknya UU No. 9
Tahun 2009 tentang Badan
Hukum Pendidikan oleh MK
Memberi
Pertimbangan
Pendek, 25
Juta
Komite III Long List 2015-
2019
9 RUU Tentang Perubahan
Undang-Undang No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan
Situasi problematis yang dihadapi adalah fakta beberapa pasal yang yang ada di UU Ketenagakerjaan sudah
dibatalkan oleh MK. Selain itu, Adanya hubungan industrial yang belum seimbang antara buruh dan pengusaha
diantaranya terkait hak-hak buruh dan kewenangan pengusaha dalam mem-PHK buruh termasuk persoalan
outsourcing khususnya dari sisi pengaturan sanksi yang belum ada. Tujuan kajian adalah menemukenali
permasalahan ketenagakerjaan, mendesain gagasan perbaikan persoalan ketenagakerjaan dan menganalisis
peluang perubahan UU Ketenagakerjaan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan.
Policy Research Policy Research
Pengawasan
Ketenagakerjaan di
Indonesia
Ikut Membahas Pendek, 25
Juta
Komite III Long List 2015-
2019
10 RUU tentang Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan (Corporate
Social Responsibility )
Situasi problematis berkembang ketika perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial bagi lingkungan belum
diatur secara tegas dalam perundangan terkait tugas dan tanggung jawabnya. Mekanisme pengaturan
pelaksanaan tanggung jawab perusahaan dan bagaimana cakupan yang harus diatur dalam UU menjadi
permasalahan tersendiri. DI sisi lain, UU Perseroan Terbatas sangat terbatas mengatur mengenai CSR dan itupun
hanya bagi korporasi yang bergerak di bidang sumber daya alam. Tujuan kajian adalah mengidentifikasi persoalan
CSR selama ini dan memberikan penguatan argumentasi menyangkut kebutuhan UU CSR serta materi muatan apa
saja yang diperlukan untuk diatur di dalam RUU CSR.
Kajian Latar
Belakang
Kebijakan
Kajian Latar Belakang
Kebijakan mengenai
tanggung jawab sosial
perusahaan
Ikut Membahas Pendek, 25
Juta
Komite III Long List 2015-
2019
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
11 RUU Tentang tentang
Perlindungan Umat Beragama
Situasi problematis yang dihadapi menyiratkan adanya kompleksitas, tantangan dan masalah dalam
pengembangan kehidupan umat beragama yang beragam di Indonesia, namun di sisi lain minim upaya
perlindungan kepada agama yang diakui khususnya dari dimensi legal dan pengaturan legal interaksi antar umat
beragama. Tujuan kajian adalah mengidentifikasi persoalan perlindungan umat beragama selama ini dan menggali
prospek peluang pengaturan UU perlindungan agama khususnya menyangkut materi muatan apa saja yang
prinsipil harus diatur di dalam UU Perlindungan Umat Beragama.
Kajian Latar
Belakang
Kebijakan
Kajian Latar Belakang
Kebijakan Perlindungan
Umat Beragama di
Indonesia
Ikut Membahas Pendek, 25
Juta
Komite III Long List 2015-
2019
12 RUU Tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Kebijakan pendidikan di Indonesia tengah dihadapkan pada situasi probelmatis. Pertama, Kurikulum 2013
diluncurkan dalam situasi kondisi dimana: 1) Penerapan yang tergesa-gesa dengan sosialisasi dan penguatan
kapasitas guru yang minim; 2) Tidak melalui tahapan evaluasi kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Kedua, menyangkut penyelenggaraan Ujian Nasional maka kebijakan Pemerintahan
Jokowi-Kalla hendak meletakkan fungsi UN pada hakikat sesungguhnya sebagai pemetaan mutu. Persoalannya,
regulasi belum diubah di mana UN masih menjadi bagian salah satu penentu kelulusan serta penerapannya masih
menimbulkan kebingungan di daerah. Tujuan kajian ini adalah untuk mendeskripsikan peta persoalan kurikulum
dan ujian nasional, serta menganalisis peluang perubahan UU Sisdiknas untuk memperbaiki penerapan kurikulum
2013 dan Ujian nasional.
Kajian Evaluasi
Kebijakan
Evaluasi Kebijakan
Pelaksanaan Kurikulum
2013 dan Penyelenggaraan
Ujian Nasional
Ikut Membahas Pendek, 25
Juta
Komite III Long List 2015-
2019
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
III
1 Pengkajian tentang Sistem
Lembaga Perwakilan Indonesia
Situasi Problematis: mekanisme checks and balances dalam lembaga perwakilan tidak optimal
Tujuan Kajian: memberikan dasar argumentasi mengenai perlunya menyempurnakan kedudukan dan
fungsi MPR-DPR-DPD sebagai lembaga perwakilan
Meta Study
Analysis
Meta Study analysis
Kedudukan, fungsi, dan
mekanisme hubungan ideal
antara MPR-DPR-DPD
Pembahas Utama Muda (Rp. 40
juta)
BPKK
2 Pengkajian tentang Pola Dasar
Pembangunan Nasional
Situasi Problematis: sistem perencanaan pembangunan nasional yang diatur melalui beberapa UU
terkait dipandang kurang terintegrasi.
Tujuan Kajian: memberikan dasar argumentasi mengenai perlunya payung hukum yang lebih tinggi
untuk mengatur pola dasar pembangunan nasional.
Meta Study
Analysis
Meta Study analysis
Reformulasi sistem
perencanaan pembangunan
nasional
Pembahas Utama Muda (Rp. 40
juta)
BPKK
Badan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan (BPKK)
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
IV
1 RUU tentang Wawasan
Nusantara
Budidaya rakyat suatu bangsa dalam membina dan meyelenggarakan tata hidup bangsa dan negara yang meliputi baik tata
negara (sistem pembinaan negara dan bangsa) maupun tata budaya (sistem pembinaan budi pekerti masyarakat bangsa), dan tata
hukum (sistem pembinaan hukum dan Peraturan Perundang-undangan), sebenarnya merupakam cermin dari Wawasan
Nusantara. Dengan demikian, Wawasan Nusantara merupakan paradigma suatu Bangsa dalam merancang seluruh aspek tatanan
hidup dan kehidupan dalam rangka mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional;
Bagi bangsa Indonesia pemikiran tentang Wawasan Nusantara, mula pertama terasa penting dan mendesak dalam rangka usaha
mengembangkan konsepsi Ketahanan Nasional. Oleh sebab itulah pengkajian dan pembahasan serta perumusan konsep-konsep
Wawasan Nusantara perlu mendapat penguatan dan kepastian hukum guna diimplementasikan dalam setiap ruang gerak
masyarakat, bangsa, dan negara guna mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD
1945;
Pembahasan dan pengkajian mengenai Wawasan Nusantara secara konseptual akan menunjukkan bahwa untuk dapat
menyelenggarakan dan meningkatkan kelangsungan hidup bangsa Indonesia memerlukan suatu konsepsi nasional yang
merupakan ajaran tentang Wawasan Nusantara. Ajaran inilah yang akan menjadi landasan dan pedoman kebijakan nasional
disegala segi kehidupan, yang lebih jelas terumuskan dari apa yang bersifat asas-asas filosofis dalam kelima sila Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 serta tidak kalah pentingnya adalah jiwa yang terkandung dalam lambang Bhinneka Tunggal Ika;
Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia dalam melihat diri dan lingkungannya sebenarnya pernah
dirumuskan dalam konteks hukum dan Peraturan Perundang-undangan ketika UUD 1945 belum diamandemen. Konsepsi
Wawasan Nusantara pada waktu itu telah diterima dan dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik
ketatanegaraan melalui Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973 dan dinyatakan kembali dalam Tap MPR Nomor IV/MPR/1978, serta
yang terakjir dalam Tap MPR Nomor II/MPR/1983 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara;
Setelah proses tahapan amandemen UUD 1945 dilakukan sebanyak 4 (empat) pasca reformasi 1998 kewenangan MPR untuk
menetapkan GBHN telah dipangkas, sehingga konsepsi Wawasan Nusantara tersebut menjadi tidak jelas perumusannya dalam
produk hukum sehingga implementasinya tidak memiliki kekuatan hukum. Hal ini tentu mengakibatkan Konsepsi Wawasan
Nusantara yang masih relevan dalam rangka mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional menjadi tidak jelas lagi keberadaannya.
Suatu bangsa akan mengalami kegagalan manakala tidak memiliki wawasan dalam bersikap dan bertindak. Oleh sebab itu
perumusan dan/atau pembentukan RUU tentang Wawasan Nusantara yang menjadi relevan untuk segera dilaksanakan.
Kajian Latar
Belakang
Kebijakan
Kajian Latar Belakang
Kebijakan (Policy
Background Paper)
Wawasan Nusantara
dalam dimensi Hukum
dan politik
Pembahas Utama Muda 40
juta
PPUU PPUU
2 RUU Perubahan atas Undang-
Undang No. 12 Tahun 2012
tentang Sistem Budidaya
Tanaman/Long List 2015-2019/
Pengaturan tentang
pelaksanaan Pembudidayaan
dan Pemuliaan Tanaman yang
dilakukan oleh Petani
UU No. 12 tahun 1992 dibentuk untuk mengatur budidaya tanaman agar produk komoditas pertanian
yang dihasilkan berkualitas yang memiliki daya saing dan mampu meningkatkan peranan pemasukan
sektor pertanian terhadap pendapatan negara.
Adanya krisis pangan global, alih fungsi lahan produktif dan beredarnya bermacam jenis pestisida dan
pupuk buatan menjadi salah satu penghambat pelaksanaan budidaya tanaman. Dalam undang-undang
ini belum mengatur kadar penggunaan pestisida dan pupuk kimia terutama masalah batasan
penggunaannya. Selain itu, perubahan iklim yang sangat menentukan produksi tanaman juga belum
diakomodasi dalam undang-undang ini. Perkembangan teknologi, budaya, dan pembentukan beberapa
undang-undang yang baru sangat mempengaruhi tingkat efektivitas dan aplikasi UU No 12 tahun 1992.
Undang-undang ini dirasa sudah tidak aplikatif sehingga harus segera dilakukan perubahan karena
penerapannya sudah tidak mendukung dan efektif bagi pelaksanaan budidaya tanaman.
Analisis
Legal/Legal
Analysis
Analisis Legal/Legal Analysis
Putusan Mahkamah
Konstitusi No.99/PUU-
X/2012 tentang Pengujian
UU No.12 Tahun 1992
tentang sistem Budidaya
Tanaman terhadap UUD NRI
tahun 1945
Ikut Membahas RUU
bersama dengan
DPR dan
Pemerintah
Muda 40
juta
PPUU
PUSAT PERANCANGAN KEBIJAKAN DAN INFORMASI HUKUM PUSAT-DAERAH (LAW CENTER ) DPD RI
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
3 RUU tentang
Perkoperasian/Kumulatif
terbuka/Pengaturan tentang
Perkoperasian terutama
kaitannya dengan telah
dikeluarkannya Putusan MK
No.28/PUU-XI/2012
Permasalahan utama dari UU No 17 Tahun 2012 yang menjadi landasan MK membatalkannya yakni
frasa koperasi adalah “badan hukum” bertentangan dengan tujuan negara untuk memajukan
kesejahteraan umum, jaminan kepastian hukum, asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Bahwa
pengertian “Koperasi adalah Badan Hukum” sesungguhnya hanya kontinum dari pengertian UU No 25
Tahun 1992 yang berlaku sebelumnya yang menyebut pengertian koperasi sebagai “Badan Usaha”.
Koperasi bukanlah Badan Hukum atau Badan Usaha, tapi Koperasi adalah perkumpulan otonom dari
orang-orang dan/atau organisasi rakyat.
Definisi koperasi tersebut juga selaras dengan gerakan koperasi dunia, International Co-operative
Alliance (ICA). Sebab itu, koperasi adalah suatu sistem ekonomi yang bermuatan sosial.
Sebagai suatu sistem ekonomi sosial, koperasi terbangun dari bottom up process kelembagaan
ekonomi, sehingga Koperasi menjadi instrumen kesejahteraan pada kebijakan pro growth, pro poor,
pro job dan pro green atas hasil usaha para anggotanya.
Analisis
Legal/Legal
Analysis
Analisis Legal/Legal Analysis
Putusan Mahkamah
Konstitusi No.28/PUU-
XI/2013tentang Pengujian
Undang-Undang No.17
Tahun 2012 tentang
Perkoperasian
Ikut Membahas RUU
bersama dengan
DPR dan
Pemerintah
Muda 40
juta
PPUU
4 RUU tentang Pemerintahan
Daerah/ Prioritas Tahun
2015/ Pengaturan tentang
pelaksanaan fungsi dan
tugas Pemerintahan
Daerah.
Saat ini otonomi daerah telah menjadi prinsip dasar dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah.
Prinsip-prinsip tersebut tentunya bertujuan untuk menjadikan pemerintahan daerah yang lebih baik,
transparan, dan akuntabel dalam kerangka penciptaan good governance. Pengaturan tentang
Pemerintahan Daerah yang mengedepankan prinsip pelaksanaan otonomi daerah telah dituangkan
dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah namun dalam perjalanannya dengan
masih terlalu kompleksnya pengarturan tentang pemerintahan daerah dalam UU tersebut maka
pengaturan tentang Pilkada, Desa, serta Masyarakat Hukum Adat yang semula menjadi bagian dari UU
Nomo 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dipecah menjadi UU terpisah untuk kemudian UU
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dibentuk dengan memuat materi-materi yang
terkait dengan pelaksanaan pemerintahan di daerah yang salah satunya mengatur tentang pembagian
urusan pemerintah pusat dan urusan pemerintah daerah. Dalam hal tersebut tentunya keberadaan
Dewan Perwakilan Daeraah (DPD) sebagai lembaga representasi daerah memiliki peran penting
terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip otonomi yang tercantum dalam UU tentang Pemerintah Daerah
apakah dapat berjalan secara seksama dan merata di tiap daerah atau justru mengerdilkan serta
meminimalisir peran daerah dalam pelaksanaannya.
Legal analysis Legal Analysis terhadap
Kebijakan Pemerintahan
Daerah
Ikut Membahas RUU
bersama dengan
DPR dan
Pemerintah
Muda 40
juta
Komite I Kajian
Eksaminiasi UU
tentang
Pemerintahan
Daerah
diharapkan dapat
memperjelas
tugas dan fungsi
pemerintahan
daerah dalam
pelaksanaan
otonomi daerah
yang merupakan
objek dari kajian
ini sehingga
dapat berguna
bagi DPD dalam
konteks
pelaksanaan
fungsi dan
tugasnya sebagai
lembaga
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
5 RUU tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Nelayan dan
Pembudidaya Ikan/ Prioritas
Tahun 2015/ Pengaturan
tentang perlindungan dan
pemberdayaan Nelayan serta
pembudidaya Ikan.
Pemberdayaan potensi laut dewasa ini sudah mulai melibatkan unsur-unsur teknologi. Pemberdayaan potensi yang
dilakukan secara tradisional sudah mulai tergerus dengan keberadaan teknologi-teknologi tersebut. Kondisi dimana
nelayan-nelayan di Indonesia serta pembudidaya ikan yang masih melaksanakan fungsiya dengan hanya
menggunakan cara-cara tradisional otomatis menjadi tersingkirkan dengan sendirinya. Kondisi ini yang kemudian
perlu untuk dipetakan lebih lanjut agar keberadaan serta pelaksanaan pemberdayaan terhadap nelayan dapat
dilaksanakan sebagaimana peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Analisis
Legal/Legal
Analysis
Analisis Legal/Legal
Analysis Perlindungan
dan Pemberdayaan
Nelayan dan
Pembudidaya Ikan
Ikut Membahas RUU
bersama dengan
DPR dan
Pemerintah
Muda 40
juta
Komite II Pelaksanaan
kajian tentang
Kodifikasi Hukum
yang terkait
dengan RUU
tentang
Perlindungan dan
Pemberdayaan
Nelayan dan
Pembudidaya
Ikan tentunya
diperlukan
sebagai bahan
dukungan data
dan teoritis
terhadap
keberadaan
pengaturan
hukum yang
terkait dengan
Perlindungan dan
Pemberdayaan
Nelayan dan
Pembudidaya
Ikan yang telah
terlebih dahulu
6 RUU tentang Perubahan Atas UU
Nomor
Penempatan Dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia Di Luar
Negeri/ Long List 2015-2019/
Perubahan atas UU Nomor 39
Tahun 2004 tentang Penempatan
dan Perlindungan TKI di Luar
Negeri yang masih belum
maksimal menjamin pelaksanaan
perlindungan para TKI di luar
negeri.
Pelaksanaan perlindungan tenaga kerja di Indonesia dirasakan masih belum secara maksimal
dilaksanakan. Masih ditemukannya cara-cara kekerasan bagi tenaga kerja di Indonesia menandakan
masih belum terjaminnya pelaksanaan perlindungan bagi tenaga kerja. Keberadaan hukum normatif
yang ada saat ini masih saja berkutat terhadap pengaturan tentang hak dan kewajiban tenaga kerja.
Pengaturan tentang penciptaan sumber daya manusia yang handal serta pelaksanaan perlindungan
tidak secara penuh diatur dalam pengaturan hukum-hukum normatif tersebut. Terutama yang terkait
dengan perlindungan dan peningkatan mutu serta kualitas tenaga kerja Indonesia di luar negeri yang
asih dirsakan sangat kurang dan belum terlaksana secara komprehensif.
Meta Study
Analysis
Meta Study Legal
analysis Undang-Undang
tentang Ketenagakerjaan
Ikut Membahas RUU
bersama dengan
DPR dan
Pemerintah
Muda 40
juta
Komite III Carut marut
pelaksanaan
pengaturan
ketenagakerjaan
di Indonesia
secara tidak
langsung dapat
memberikan
dampak bagi
pelaksanaan
pembangunan
nasional.
Pembentukan
hukum yang
secara
komprehensif
mengatur tentang
hak dan
kewajiban tenaga
kerja di Indonesia
dirasakan masih
perlu dielaborasi
dalam rangka
menciptakan
hukum yang
dapat memberi
jaminan bagi
tenaga kerja di
Indonesia.
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
7 RUU tentang Perubahan
Atas Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2014
tentang MPR, DPR, DPD,
dan DPRD / RUU tentang
DPD.
UU Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3) telah menjelaskan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
fungsi, tugas dan kewenangan DPD, namun beberapa ketentuan yang tercantum dalam UU MD3 dinilai belum secara maksimal
mengejahwantahkan kewenangan DPD sebagaimana UUD 1945 hal ini diperkuat dengan adanya Putusan MK Nomor 92/PUU-
X/2012 yang telah mengembalikan kewenangan DPD dalam pemenuhan fungsi legislasinya sebagaimana diatur dalam UUD 1945.
Namun demikian, UU No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, DAN DPRD (UU MD3) yang terbit pasca Putusan Mahkamah
Konstitusi dan menggantikan UU No. 27 Tahun 2009, tetap saja memuat ketentuan Pasal-pasal yang mereduksi, menegasikan,
bahkan mengikis kewenangan konstitusional sebagaimana telah ditegaskan oleh Mahkamah Konstitusi tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa pembentuk UU MD3 nyata-nyata tidak menghargai putusan Mahkamah Konstitusi No. 92/PUU-X/2012
tersebut. Kondisi yang demikian ini jelas-jelas tidak memberikan teladan bagi rakyat Indonesia dalam melaksanakan penegakan
hukum, karena justru Lembaga Negara setingkat pembentuk UU juga tidak mengindahkan keputusan lembaga yang diberi
kewenangan konstitusi untuk memutuskan permohonan pengujian UU terhadap UUD 1945, yakni Mahkamah Konstitusi.
Berdasarkan Putusan MK tersebut, DPD berpandangan perlunya dilakukan penyesuaian dan perubahan terhadap UU MD3
terutama kaitannya dengan pelaksanaan kewenangan kelembagaan DPD serta mekanisme pelaksanaan pembahasan legislasi
yang konstitusional.
Disisi lain, DPD juga berpandangan bahwa pengaturan lebih lanjut mengenai pelaksanaan fungsi, tugas serta kewenangan DPR,
DPD, dan DPRD harus diatur melalui undang-undang yang terpisah. Hal ini sejalan dengan Pasal 22C Ayat (4) jo Pasal 19 Ayat
(2) UUD 1945 yang menyebutkan bahwa Susunan dan Kedudukan DPD diatur dengan undang-undang. Makna kata “dengan”
dapat diasumsikan bahwa pengaturan tengtang susunan dan kedudukan DPD diatur dalam ketentuan undang-undang sendiri.
Begitupun dengan DPR sebagaimana Pasal 19 Ayat (2) UUD 1945.
Adapun tujuan penyusunan RUU Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2014 tentang MD3, adalah:
1) Merumuskan permasalahan yang dihadapi oleh DPD sebagai lembaga perwakilan daerah dalam proses legislasi khususnya
dalam rangka mengemban visi dan misi memperjuangkan kepentingan daerah dalam penentuan kebijakan nasional;
2) Merumuskan permasalahan hukum yang terkait dengan penentuan norma-norma hukum kewenangan DPD sebagaimana telah
ditegaskan dalam UUD 1945 yang kemudian didelegasikan ke undang-undang pelaksanaannya, yaini UU MD3;
3) Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis pembentukan Rancangan Undang-undang tentang
Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD; dan
4) Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan dan arah pengaturan dalam Rancangan
Undang-Undang Tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.
Analisis Legal Analisis Legal Pasal-
Pasal Pelaksanaan tugas
dan fungsi DPD-RI untuk
Penyempurnaan Undang-
Undang Nomor 17 Tahun
2014 tentang MD3
Ikut Membahas
RUU bersama
dengan DPR dan
Pemerintah
Muda 40
juta
PANSUS
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
8 RUU tentang Perubahan Atas
UU Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-
undangan/ Kumulatif Terbuka/
Perubahan tentang tata cara
pembentukan Peraturan
Perundang-undangan yang
sesuai dengan amanat
Konstitusi (memuat materi
Putusan MK No. 92/PUU-
X/2012)
Indonesia adalah negara hukum. Ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tersebut merupakan kehendak rakyat (volonte generale) tertinggi bangsa Indonesia yang
dijadikan hukum dasar dalam penyelenggaraan ketatanegaraan Indonesia. Pilar utama dalam
mewujudkan prinsip negara hukum adalah pembentukan peraturan perundang-undangan dan penataan
kelembagaan negara. Pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan salah satu syarat
dalam rangka pembangunan hukum nasional yang hanya dapat terwujud apabila didukung oleh cara
dan metode yang pasti, baku, dan standar yang mengikat semua lembaga yang berwenang membuat
peraturan perundang-undangan.
Ada dua macam strategi pembangunan hukum yang akhirnya sekaligus berimplikasi pada karakter
produk hukumnya yaitu pembangunan hukum “ortodoks” dan pembangunan hukum “responsif”. Pada
strategi pembangunan hukum ortodoks, peranan lembaga-lembaga negara (pemerintah dan parlemen)
sangat dominan dalam menentukan arah perkembangan hukum sehingga lebih bersifat positivis-
instrumentalis, yaitu menjadi alat yang ampuh bagi pelaksanaan ideologi dan program negara.
Sedangkan dalam strategi pembangunan hukum responsif, lebih menghasilkan hukum yang bersifat
tanggap terhadap tuntutan-tuntutan berbagai kelompok sosial dan individu dalam masyarakat.
Situasi ini yang kemudian dilandasi untuk dapat memnemukan konsep penyusunan undang-undang
yang sesuai dengan sistem ketatanegaraan serta keberadaan lembaga perwakilan (parlemen) sebagai
pemegang mandat pembentuk undang-undang.
Analisis Legal Analisis legal Eksaminasi
Hukum Tentang Putusan
Mahkamah Konstitusi
No.92/PUU-X/2012
Terhadap Undang-
Undang No.12 Tahun
2011 Tentang
Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan
Ikut Membahas
RUU bersama
dengan DPR dan
Pemerintah
Muda 40
juta
PPUU
9 RUU tentang Perlindungan dan
Pengakuan Hak Masyarakat
Adat/ Loang List 2015-2019/
Pengaturan tentang
perlindungan terhadap
Masyarakat Hukum Adat
Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku-bangsa yang pada masing-masing entitas suku-
bangsa tersebut terdapat komunitas-komunitas yang mempunyai tata kelola sendiri dalam mengatur
kehidupan politk, ekonomi, sosial, dan budaya; yang disebut dengan kesatuan masyarakat hukum adat.
Keberadaan kesatuan masyarakat hukum adat ini diakui dan dihormati dalam Undang-Undang Dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 18B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa “Negara mengakui dan menghormati
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionilnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur
dalam Undang-undang”.
Socio Legal
Analysis
Socio Legal Analysis Potensi
Hukum Adat dalam
Pelaksanaan Pembangunan
Hukum Nasional
Pembahas Utama Muda 40
juta
Komite I Potensi
Masyarakat
Hukum Adat yang
beragam di
Indonesia
menjadi potensi
bagi pelaksanaan
pembentukan
hukum dalam
rangka
penciptaan
hukum yang
sesuai dengan
kehidupan sosial
masyarakat
Indonesia.
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
10 RUU tentang Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah/
Prioritas Tahun 2015/
Pengaturan tentang
pemaksimalan potensi daerah
dalam peningkatan PAD
Pelaksanaan otonomi daerah yang saat ini dilaksanakan telah membawa daerah pada kemandirian
untuk memajukan pembangunan. Kemandirian tersebut tentunya memposisikan pemerintah daerah
menjadi ujung tombak dalam memenuhi kesejahteraan masyarakatnya. Sudah barang tentu makin
baiknya pelaksanaan pemerintahan di daerah berarti makin besarnya pendapatan yang diterima oleh
daerah guna mempercepat pelaksanaan pembangunan di daerah tersebut. Namun di sisi lain, masih
terdapat daerah yang belum secara maksimal memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki.
Pemaksimalan potensi terebut tentunya harus didukungan dengan sumber daya manusia yang
mumpuni dan dilengkapi dengan kajian-kajian yang dapat memberikan solusi bagi pemaksimalan
potensi daerah dalam meningkatkan sumber-sumber pendapatan daerahnya.
Meta Study
Legal Alysis
Meta Study Legal
Analysis Kebijakan PAD
dalam rangka otonomi
daerah
Ikut Membahas
RUU bersama
dengan DPR dan
Pemerintah
Muda 40
juta
Komite IV Peran dan fungsi
DPD sebagai
lembaga perwakilan
daerah tentunya
memiliki posisi
penting bagi
pelaksanaan
peningkatan
pendapatan asli
daerah utamanya
dalam kerangka
pembentukan
kebijakan yang
berkaitan dengan
hal tersebut.
Dengan
tercantumnya RUU
tentang
Peningkatan
Pendapatan Asli
Daerah dalam
Prioritas Prolegnas
Tahun 2015
tentunya DPD harus
dapat menjadi
fasilitator bagi
daerah dalam
perumusan RUU
tersebut. Dengan
demikian melalui
kajian ini, DPD
dapat secara
komprehensif
mengawal
pembahasan RUU
tersebut agar
sesuai dengan
kondisi dan
keinginan
V Badan Kerjasama Parlemen (BKSP)
NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/
SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN
Pengetahuan
Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL Posisi/Tugas DPD Jenis Kajian
Alat Kelengkapan
PengusulKeterangan
1 Peran DPD RI dalam
memfasilitasi daerah untuk
mendapatkan manfaat dari
implementasi Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) 2015
Masalah :
1. Masyarakat di sebagain besar provinsi di Indonesia belum sepenuhnya mengetahui seluk beluk MEA
2. Terdapat kesenjangan kemampuan antara Indonesia dan negara anggota ASEAN lainnya maupun
antar daerah Indonesia sendiri
3. Indonesia perlu memanfaatkan keunggulan kompetitif-nya pada sektor-sektor tertentu yang perlu
dijadikan leverage agar dapat berperan serta secara aktif, secara setara.
Tujuan :
1. Memanfaatkan peluang bagi daerah untuk memasarkan produknya keberbagai negara dan secara
maksimal gencar mendatangkan investasi ke daerahnya.
2. Meminimalisir ancaman aliran barang dan jasa dari negara-negara ASEAN secara optimal.
Meta Studi Meta Studi Kesiapan
Daerah dalam Menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN
2015
1. Kajian terkait
dengan tugas
DPD RI dalam
memfasilitasi
segala upaya
promosi
penanaman modal
daerah dengan
investor asing.
2. Hasil kajian
akan bermanfaat
bagi DPD RI untuk
menjadi pedoman
memfasilitasi
daerah dalam
hubungan
kerjasama dengan
negara sahabat
baik regional
maupun
internasional.
Madya 60
juta
BKSP DPD RI
2 Peran Anggota DPD RI dalam
Pemanfaatan Kerjasama Luar
Negeri Khususnya dalam
Perjanjian Sister City
Masalah :
1. Perlu pemanfaatan konkrit dari berbagai kerjasama
2. Potensi setiap daerah yang terkait perlu didalami pemanfaatannya
3. Perlu dipikirkan pemanfaatan kerjasama tersebut dalam konteks pembangunan dan sumber daya
manusia.
Tujuan :
1. Optimalisasi peran DPD RI dalam melakukan kerjasama luar negeri baik yang bersifat bilateral,
multilateral maupun internasional dan kemanfaatannya bagi daerah.
Meta Studi Meta Studi Peran Anggota
DPD dalam Mendorong
Smart and Sister City
1. Realisasi peran
dan fungsi DPD RI
dalam berperan
kontributif bagi
kepentingan
bangsa Indonesia
sesuai Tatib.
2. Hasil Kajian
dapat dan perlu
diimplementasikan
oleh seluruh pihak
terkait.
Madya 60
juta
BKSP DPD RI