drainase waduk jatiluhur.docx

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota merupakan tempat bagi banyak orang untuk melakukan berbagai aktivitas, maka untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan penduduknya harus ada sanitasi yang memadai, misalnya drainase. Dengan adanya drainase tersebut genangan air hujan dapat disalurkan sehingga banjir dapat dihindari dan tidak akan menimbulkan dampak ganguan kesehatan pada masyarakat serta aktivitas masyarakat tidak akan terganggu. Drainase merupakan suatu sistem untuk menyalurkan air hujan. Sistem ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat, apalagi di daerah yang berpenduduk padat seperti di perkotaan. 1.2 TUJUAN Tujuan dibuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas drainase perkotaan sebagai pengganti ujian akhir semester, dan juga untuk mengetahui peran bendungan jatiluhur sebagai drainase untuk perkotaan.

Upload: nuthfa-rizki-zuhriono

Post on 25-Oct-2015

137 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tugas drainase

TRANSCRIPT

Page 1: drainase waduk jatiluhur.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kota merupakan tempat bagi banyak orang untuk melakukan berbagai

aktivitas, maka untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan penduduknya harus ada

sanitasi yang memadai, misalnya drainase.

Dengan adanya drainase tersebut genangan air hujan dapat disalurkan

sehingga banjir dapat dihindari dan tidak akan menimbulkan dampak ganguan

kesehatan pada masyarakat serta aktivitas masyarakat tidak akan terganggu.

Drainase merupakan suatu sistem untuk menyalurkan air hujan. Sistem ini

mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat,

apalagi di daerah yang berpenduduk padat seperti di perkotaan.

1.2 TUJUAN

Tujuan dibuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas drainase perkotaan

sebagai pengganti ujian akhir semester, dan juga untuk mengetahui peran bendungan

jatiluhur sebagai drainase untuk perkotaan.

Page 2: drainase waduk jatiluhur.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN BENDUNGAN

Bendungan atau Dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju

air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan

untuk mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air. Kebanyakan

bendungan juga memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang

tidak diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan.

2.2 PROFIL BENDUNGAN JATILUHUR

Bendungan Jatiluhur berjarak kurang lebih 100 km arah Tenggara Jakarta Dari

Kota Purwakarta sekitar 7 km arah barat. Berdasarkan koordinat geografis, posisi

Tubuh Bendungan Jatiluhur berada pada 6o31’ Lintang Selatan dan 107o23’ Bujur

Timur. Kotak merah pada gambar kiri menunjukkan posisi Bendungan Jatiluhur pada

peta.

Gambar 1: Posisi Bendungan Jatiluhur pada peta

Page 3: drainase waduk jatiluhur.docx

Bendungan Jatiluhur adalah bendungan terbesar di Indonesia. Bendungan itu

dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H. Juanda, dengan panorama danau yang

luasnya 8.300 ha. Biaya pembangunan waduk jatiluhur menelan biaya US 230 juta.

Bendungan ini mulai dibangun sejak tahun 1957 hingga 1967 oleh kontraktor asal

Perancis, dengan potensi air yang tersedia sebesar 12,9 miliar m3 / tahun dan

merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia.

Di dalam Bendungan Jatiluhur, terpasang 6 unit turbin dengan daya terpasang

187 MW dengan produksi tenaga listrik rata-rata 1.000 juta kwh setiap tahun, dikelola

oleh Perum Jasa Tirta II.

Selain dari itu Bendungan Jatiluhur memiliki fungsi penyediaan air irigasi

untuk 242.000 ha sawah (dua kali tanam setahun), budi daya perikanan dan

pengendali banjir yang dikelola oleh Perum Jasa Tirta II.

Page 4: drainase waduk jatiluhur.docx

Gambar 2: Gambar Bendungan Jatiluhur

2.3 DESAIN BENDUNGAN JATILUHUR

Proses perencanaan pembangunan bendungan di Sungai Citarum dimulai dari

penetapan lokasi. Berdasarkan gagasan awal Prof. Dr. Ir. W.J. van Blommestein

berjudul “Integrated Water Resources Development in the Western Part of Java

Island”, direncanakan dibangun tiga buah bendungan di Jatiluhur. Penyelidikan-

penyelidikan pertama dilakukan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang waktu

itu masih dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga, dengan mempekerjakan

tenaga-tenaga ahli dari Perancis.

Sesuai dengan konsep pembangunan bendungan, yakni dimulai dari udik ke

hilir, rencana awal pembangunan dimulai dengan melakukan pengukuran di daerah

Padalarang, yaitu lokasi Bendungan Saguling saat ini. Pengukuran tidak dapat

diteruskan karena pada waktu pelaksanaan banyak mengalami gangguan dari pasukan

DI/TII, memakan korban beberapa petugas ukur yang meninggal dunia. Pengukuran

kemudian dipindahkan ke lokasi berikutnya, yakni lokasi sekitar Bendungan Cirata

saat ini. Sama seperti dengan di daerah Padalarang, di lokasi ini pun mendapat

gangguan dari DI/TII, sehingga akhirnya pengukuran dilakukan di sekitar lokasi

Jatiluhur. Mempertimbangkan masalah keamanan dan kebutuhan irigasi yang

mendesak, maka diputuskan pembangunan Bendungan Jatiluhur.

Page 5: drainase waduk jatiluhur.docx

Setelah ditetapkan rencana lokasi tubuh bendungan, dimulai pekerjaan

perancangan yang dalam perjalanannya mengalami beberapa perubahan. Proses

perancangan dan perubahan yang terjadi baik selama perancangan maupun pada saat

pembangunan adalah sebagai berikut:

1. Desain Awal (Preliminary Design)

Bendungan Jatiluhur dirancang pertama kali oleh Neyrpic Laboratory (sejak

tahun 1955 Neyrpic Laboratory berubah menjadi Sogreah), sekitar tahun 1953.

Sogreah (dulu Neyrpic Laboratory) adalah perusahaan Perancis yang bergerak

dibidang konsultasi perencanaan yang juga memiliki pabrik pembuatan unit

pembangkit listrik (khusus pembuatan turbin dan waterways).

Berbeda dengan desain yang sekarang, denah bendungan berbentuk busur

dengan jari-jari 360 m ke arah udik dengan pelimpah samping yang terletak di sebelah

kiri bendungan. Panjang bendungan lebih pendek karena memanfaatkan semenanjung

yang berada di udik bendungan saat ini. Terowongan pengelak berada di sebelah kiri

bendungan, berjumlah dua buah dengan diameter 10,5 m. Direncanakan salah satu

terowongan pengelak akan digunakan sebagai intake pembangkit listrik. Memiliki 4

unit pembangkit listrik yang terletak di hilir bendungan dengan pengambilan di kiri

bendungan, (lokasi di tubuh bendungan sekarang pada bagian kiri) memanfaatkan

sebagian diversion tunnel sebelah kanan.

Gambar 3: Preliminary Design Denah Bendungan Jatiluhur oleh Neyrpic.

Page 6: drainase waduk jatiluhur.docx

Gambar 4: Ilustrasi Rencana Lokasi Tubuh Bendungan Berdasarkan Preliminary Design

Data teknis Bendungan Jatiluhur berdasarkan preliminary design ini adalah sebagai

berikut:

Tipe Bendungan : Urugan Batu dengan inti tanah liat.

Lebar puncak : 6 m.

Elevasi puncak bendungan : +111,00 m.

Kemiringan lereng :  U/S 1 : 1,4, (D/S) juga 1 : 1,4.

Pelimpah : Pelimpah samping saluran terbuka,

menggunakan 4 buah pintu pengeluaran lebar masing-masing 8 m, dengan

elevasi udik pelimpah +88,00 m dan hilir +21,00 m. Lebar saluran pelimpah

20 m.

PLTA :  4 unit, berada di hilir bendungan. Lokasi

sekitar tubuh bendungan yang sekarang. Intake memanfaatkan diversion

tunnel kanan.

Elevasi puncak cofferdam udik : +41 m.

Saluran Pengelak                    :  berjumlah dua buah, dengan diameter masing-

masing 10,50 m.

Page 7: drainase waduk jatiluhur.docx

Rencana ini tidak diteruskan karena berdasarkan hasil penyelidikan geologi

menunjukkan bukit tumpuan kanan terdapat sinklin dengan pelapisan yang miring

kearah hilir. Sedangkan kondisi geologi lokasi spillway kurang baik.

2. Desain Kedua

Desain bendungan berikutnya dilakukan oleh A. Coine & J. Beller Consulting

Engineers Paris. Desain yang dibuat masih berbentuk busur, namun arahnya

berlawanan dengan desain sebelumnya, yaitu berbentuk busur ke hilir.

Mempertimbangkan kondisi geologi yang ada, maka bukit tumpuan bendungan

digeser ke hilir, kurang lebih sekitar 100 m. Lokasi bukit tumpuan dalam desain

kedua ini persis sama dengan lokasi bukit tumpuan bendungan saat ini.

Desain pelimpah diubah dari sebelumnya menggunakan pelimpah samping,

pada desain kedua ini menggunakan pelimpah dengan struktur morning glory (lihat

penjelasan sebelumnya tentang pelimpah morning glory). Sedangkan PLTA disatukan

dalam bangunan menara morning glory. Letak PLTA di udik bendungan tidak lazim,

biasanya berada di bagian hilir bendungan. Pertimbangan PLTA disatukan dengan

bangunan menara pelimpah adalah berdasarkan efisiensi, artinya tidak perlu dibuatkan

bangunan tersendiri untuk bangunan PLTA (beda tinggi hilir tidak signifikan) dan

intake ke PLTA tidak terlalu panjang sehingga dapat mengurangi loses.

Gambar 5: Denah Bendungan Jatiluhur Berdasarkan Desain Kedua.

Page 8: drainase waduk jatiluhur.docx

Data teknis Bendungan Jatiluhur berdasarkan preliminary design ini adalah sebagai

berikut:

Tipe Bendungan : Urugan Batu dengan inti tanah liat

miring.

Lebar puncak : 10 m.

Elevasi puncak bendungan : +114,50 m.

Kemiringan lereng :  U/S 1 : 1,4, (D/S) juga 1 : 1,4.

Menara pelimpah utama  :  Tipe Morning Glory, Ogee, 14 jendela,

tanpa pintu, elevasi mercu +107 m, panjang mercu   151,5 m, dengan 14 buah

jendela. Kapasitas 3.000 m3/s pada elevasi maksimum. Diameter menara 

terluar  90 m. Tinggi menara  110 m.

Elevasi puncak cofferdam udik : +65 m.

Saluran Pengelak :  satu buah, dengan diameter 10,50 m,

berada di kanan menara, berlawanan dengan desain sebelumnya.

3. Desain Akhir

Desain akhir bendungan sebagian besar sama dengan desain kedua. Yang

membedakannya adalah tapak dan kemiringan inti tanah liat bendungan. Pada desain

akhir ini bentuk as bendungan digeser ke udik, sehingga mengakibatkan jarak tubuh

bendungan dengan bangunan menara menjadi semakin dekat. Perubahan lainnya

adalah inti tanah liat yang memiliki kemiringan lebih tegak dibandingkan

sebelumnya.

Perubahan ini dilakukan pada masa konstruksi. Pada waktu konstruksi menara

dan tailrace/access gallery selesai pada tahun 1962, ditemukan pergeseran yang terjadi

pada joint 1 dan 2 tailrace dan access gallery ke arah hilir. Untuk mendapatkan

informasi lebih lanjut pada waktu itu dilakukan pengeboran dan pada pondasinya

ditemukan lapisan seam clay yang licin di antara sandy claystone dan claystone

miring yang ke hilir.

Page 9: drainase waduk jatiluhur.docx

Gambar 6: Kondisi Geologi di Bawah tailrace dan Access Gallery (Penampang Berdasarkan

Desain Kedua).

Berdasarkan hasil analisis terdapat kekhawatiran bahwa pergeseran joint 1 dan

2 akibat dari pergeseran lapisan pondasi. Diputuskan pada waktu itu untuk melakukan

pengangkuran lapisan pondasi tersebut.

Gambar 7: Skema Pengangkuran dan Penampang Bendungan Setelah Dilakukan Perubahan

Desain.

Pengangkuran dilakukan dengan menggunakan besi beton berulir diameter 32 mm.

Page 10: drainase waduk jatiluhur.docx

Gambar 8: Desain Rinci Pengangkuran.

Setelah dilakukan pemasangan angkur, masih terdapat kekhawatiran bila

tubuh bendungan sesuai dengan desain, tubuh bendungan akan mengalami pergeseran

ke arah hilir. Mempertimbangkan hal tersebut di atas, desain disesuaikan dengan

kondisi yang ada, sehingga desain tubuh bendungan menjadi seperti gambar di bawah

ini:

Gambar 9: Desain Akhir Bendungan Jatiluhur

Page 11: drainase waduk jatiluhur.docx

Gambar 10: Penampang Melintang Bendungan Utama Melalui Struktur Menara Pelimpah

Catatan    :

1  Diversion Structure

2  Downstream Cofferdam

3  Upstream Cofferdam

4  Main Dam

Page 12: drainase waduk jatiluhur.docx

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Bendungan Jatiluhur adalah bendungan terbesar di Indonesia. Biaya

pembangunan waduk jatiluhur menelan biaya US 230 juta. Bendungan ini mulai

dibangun sejak tahun 1957 oleh kontraktor asal Perancis, dengan potensi air yang

tersedia sebesar 12,9 miliar m3 / tahun dan merupakan waduk serbaguna pertama di

Indonesia. Di dalam Bendungan Jatiluhur, terpasang 6 unit turbin dengan daya

terpasang 187 MW dengan produksi tenaga listrik rata-rata 1.000 juta kwh setiap

tahun, dikelola oleh Perum Jasa Tirta II. Selain dari itu Bendungan Jatiluhur memiliki

fungsi penyediaan air irigasi untuk 242.000 ha sawah (dua kali tanam setahun), budi

daya perikanan dan pengendali banjir yang dikelola oleh Perum Jasa Tirta II.

Page 13: drainase waduk jatiluhur.docx

DAFTAR PUSTAKA

Andrijanto. 2011. Sejarah Bendungan Jatiluhur.

http://jatiluhurdam.wordpress.com/2011/04/26/sejarah-bendungan-jatiluhur/. Diakses 27

november 2012

Asep C H. 2012. Waduk Jatiluhur. http://juxutrieut.blogspot.com/2012/03/waduk-

jatiluhur.html. Diakses 27 november 2012

Anonim. 2008. Waduk JATILUHUR.

http://hasyimibrahim.wordpress.com/2008/07/13/waduk-jati-luhur/. Diakses 27 november

2012

Anne ahira. 2012. Waduk Jatiluhur – Waduk Serbaguna Pertama di Indonesia.

http://www.anneahira.com/waduk-jatiluhur.htm. Diakses 27 november 2012