dsm

7
Andryantini, et al., Uji Adhesi Neutrofil Ekstrak Bawang (Allium sativum L.) Dibandingkan dengan …. Jurnal Pustaka Kesehatan Uji Adhesi Neutrofil Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum L.) dibandingkan dengan Nistatin terhadap Candida albicans (In Vitro) (Neutrophil Adhesion Test Garlic Extract (Allium sativum L.) and Nystatin to Candida albicans (In Vitro)) Diah Andryantini 1 , I Dewa Ayu Ratna Dewanti 2 , Sri Hernawati 3 1 Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember 2 Bagian Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi Uiversitas Jember 3 Bagian Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Uiversitas Jember Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 e-mail korespondensi: dhia_andrya@rocketmail.com Abstract Abstrak Neutrophil is the most important cell leukocyte on phagocytosis and associated with local inflammatory response, including infections caused by C. albicans. The process begins with the adhesion of C. albicans infection on host cells that will cause neutrophils migrate stricken with an infection and perform phagocytosis. Former treatment of oral candidiasis tend to use anti-fungal drugs, one of which nystatin, nystatin however have side effects of nausea , vomiting , diarrhea and be toxic when used systemically . Alternative antifungal drug that can be used is a natural substance that is garlic. Garlic contains allicin, which is known to have anti fungal and imunomodulator. The purpose of this study was to determine differences in neutrophil adhesion garlic extract compared to nystatin against C. albicans. Total samples were 16 wells divided into 4 treatment groups: control, 3.13 % extract, 25 % extract, and nystatin. Isolate neutrophils incubated with EBP and Nystatin for 3.5 hours and then exposed for 5 hours C. Albicans. The result showed that there were significant differences in neutrophil adhesion garlic extract (EBP) compared to nystatin against C. albicans. The conclusion of this study is garlic extract has immunomodulatory and anti- fungal effect against C. albicans . Keywords: Adhesion, C. albicans, Garlic extract , Neutrophils, Nystatin Neutrofil merupakan sel leukosit yang paling utama dikaitkan dengan fagositosis dan respon inflamasi lokal, termasuk infeksi yang disebabkan C. albicans. Proses infeksi dimulai dengan adhesi C. albicans pada sel host yang akan menyebabkan neutrofil bermigrasi ke daerah yang terkena infeksi dan melakukan fagositosis. Selama ini pengobatan kandidiasis mulut cenderung menggunakan obat anti jamur, salah satunya nistatin, Namun nistatin memiliki efek samping mual, muntah, diare dan bersifat toksik apabila digunakan secara sistemik. Alternatif obat anti jamur yang bisa digunakan adalah bahan alami yaitu bawang putih. Bawang putih diketahui memiliki kandungan allicin yang bersifat anti jamur dan imunomodulator.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan adhesi neutrofil ekstrak bawang putih (EBP) dibandingkan dengan nistatin terhadap C. albicans.. Sampel berjumlah 16 well yang terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu kontrol, EBP 3,13 %, EBP 25 % dan nistatin. Isolat neutrofil diinkubasi dengan EBP dan nistatin selama 3,5 jam dan kemudian dipapar C. albicans selama 5 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan adhesi neutrofil ekstrak bawang putih (EBP) dibandingkan dengan nistatin terhadap C. albicans. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak bawang putih memiliki efek imunomodulator dan anti jamur terhadap C. albicans. Kata Kunci : Adhesi, C. albicans, ekstrak bawang putih, Neutrofil, Nistatin

Upload: cholida-rachmatia

Post on 20-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

inspirasi

TRANSCRIPT

Page 1: dsm

Andryantini, et al., Uji Adhesi Neutrofil Ekstrak Bawang (Allium sativum L.) Dibandingkan dengan ….

Jurnal Pustaka Kesehatan

Uji Adhesi Neutrofil Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum L.) dibandingkan dengan Nistatin terhadap

Candida albicans (In Vitro)

(Neutrophil Adhesion Test Garlic Extract (Allium sativum L.) and Nystatin to Candida albicans (In Vitro))

Diah Andryantini1, I Dewa Ayu Ratna Dewanti2, Sri Hernawati3

1Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember

2 Bagian Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi Uiversitas Jember

3 Bagian Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Uiversitas Jember

Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 e-mail korespondensi: [email protected]

Abstract

Abstrak

Pendahuluan

Neutrophil is the most important cell leukocyte on phagocytosis and associated with local inflammatory response, including infections caused by C. albicans. The process begins with the adhesion of C. albicans infection on host cells that will cause neutrophils migrate stricken with an infection and perform phagocytosis. Former treatment of oral candidiasis tend to use anti-fungal drugs, one of which nystatin, nystatin however have side effects of nausea , vomiting , diarrhea and be toxic when used systemically . Alternative antifungal drug that can be used is a natural substance that is garlic. Garlic contains allicin, which is known to have anti fungal and imunomodulator. The purpose of this study was to determine differences in neutrophil adhesion garlic extract compared to nystatin against C. albicans. Total samples were 16 wells divided into 4 treatment groups: control, 3.13 % extract, 25 % extract, and nystatin. Isolate neutrophils incubated with EBP and Nystatin for 3.5 hours and then exposed for 5 hours C. Albicans. The result showed that there were significant differences in neutrophil adhesion garlic extract (EBP) compared to nystatin against C. albicans. The conclusion of this study is garlic extract has immunomodulatory and anti- fungal effect against C. albicans . Keywords: Adhesion, C. albicans, Garlic extract , Neutrophils, Nystatin Keywords: down syndrome, gingivitis severity level, plaque,

Neutrofil merupakan sel leukosit yang paling utama dikaitkan dengan fagositosis dan respon inflamasi lokal, termasuk infeksi yang disebabkan C. albicans. Proses infeksi dimulai dengan adhesi C. albicans pada sel host yang akan menyebabkan neutrofil bermigrasi ke daerah yang terkena infeksi dan melakukan fagositosis. Selama ini pengobatan kandidiasis mulut cenderung menggunakan obat anti jamur, salah satunya nistatin, Namun nistatin memiliki efek samping mual, muntah, diare dan bersifat toksik apabila digunakan secara sistemik. Alternatif obat anti jamur yang bisa digunakan adalah bahan alami yaitu bawang putih. Bawang putih diketahui memiliki kandungan allicin yang bersifat anti jamur dan imunomodulator.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan adhesi neutrofil ekstrak bawang putih (EBP) dibandingkan dengan nistatin terhadap C. albicans.. Sampel berjumlah 16 well yang terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu kontrol, EBP 3,13 %, EBP 25 % dan nistatin. Isolat neutrofil diinkubasi dengan EBP dan nistatin selama 3,5 jam dan kemudian dipapar C. albicans selama 5 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan adhesi neutrofil ekstrak bawang putih (EBP) dibandingkan dengan nistatin terhadap C. albicans. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak bawang putih memiliki efek imunomodulator dan anti jamur terhadap C. albicans. Kata Kunci : Adhesi, C. albicans, ekstrak bawang putih, Neutrofil, Nistatin

Page 2: dsm

Andryantini, et al., Uji Adhesi Neutrofil Ekstrak Bawang (Allium sativum L.) Dibandingkan dengan ….

Jurnal Pustaka Kesehatan

Pendahuluan

Insiden infeksi jamur mengalami peningkatan selama lebih dari 10 tahun terakhir [1]. Candida albicans (C. albicans) merupakan penyebab utama kandidiasis oral, sekitar 85-95 %. Infeksi C. albicans pada rongga mulut tampak sebagai bercak putih pada gingiva, lidah, dan membran mukosa oral [2]. Proses infeksi dimulai dengan perlekatan C. albicans pada sel epitel. C. albicans mensekresikan enzim proteolitik yang mengakibatkan kerusakan ikatan protein sel pejamu , sehingga memudahkan proses invasi. C. albicans juga mengeluarkan mikotoksin, diantaranya gliotoksin yang mampu menghambat aktivitas fagositosis dan menekan sistem imun lokal [3]. Neutrofil merupakan sel yang sangat penting khususnya untuk mengeliminasi C. albicans dalam sistem kekebalan tubuh. Neutrofil efektif melawan bakteri dan jamur dan merupakan sel leukosit yang paling utama dikaitkan dengan fagositosis dan respon inflamasi lokal [4]. Reseptor pada neutrofil yang berperan dalam adhesi C. albicans yaitu Dectin-1, Toll-like receptors (TLR) 2 dan TLR4 yang bisa mengenali khamir jamur [5]. Penatalaksanaan pengobatan kandidia-sis mulut cenderung menggunakan anti jamur. Salah satu obat anti jamur yang dipakai adalah nistatin, lebih sering digunakan secara intraoral untuk mengatasi candida di rongga mulut. Penggunaan nistatin secara sistemik tidak dianjurkan karena sifatnya yang toksik [6]. Dewasa ini pengobatan berkembang lebih ditujukan pada respon host dengan menggunakan imunomodulator. Efek imuno-modulator yang dapat diperoleh dari bahan-bahan alam. Salah satu bahan alami yang diketahui memiliki kandungan bahan sebagai anti jamur adalah bawang putih (Allium sativum L.) [7]. Kandungan bahan aktif dalam ekstrak bawang putih meliputi 34 % allicin, 44 % total thiosulfinates, dan 20 % vinyldithiins [8]. Salah satu kandungan yang diketahui memiliki efek anti jamur adalah allicin. Penelitian secara in vitro zona hambat yang menggunakan ekstrak bawang putih dalam berbagai konsentrasi, diketahui bahwa konsentrasi 3,13 % merupakan konsentrasi dengan zona hambat minimal sedangkan konsentrasi 25 % merupakan konsentrasi dengan zona hambat maksimal [9]. Berdasarkan penelitian mengenai aktivitas imunomodulator yang telah diteliti pada hewan

baik secara in vivo maupun in vitro membuktikan bahwa bawang putih memiliki beberapa efek penguat imunitas [10]. Penelitian menyatakan bahwa bawang putih memiliki aktifitas imunomodulator dan fagositosis makrofag, sehingga diduga bawang putih juga akan mempengaruhi sel lain termasuk neutrofil.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Dengan rancangan post test only control group design. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium bio science Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Jember, Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas jember, dan Laboratorium Biologi Farmasi Universitas Jember. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2014. Sampel berjumlah 16 sampel yang ditempatkan pada 16 well yang terbagi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari kelompok kontrol (tanpa ekstrak dan nistatin), kelompok perlakuan 1 (diinkubasi ekstrak 3,13 %), kelompok perlakuan 2 (diinkubasi ekstrak 25 %), dan kelompok perlakuan 3 (diinkubasi nistatin). Prosedur penelitian terbagi menjadi 2 tahapan yaitu tahapan persiapan dan tahapan perlakuan uji indeks adhesi. Tahapan persiapan yang pertama adalah sterilisasi alat. Semua alat yang terbuat dari kaca disterilkan selama 15 menit dalam oven dengan suhu 121

0C.

Sedangkan alat yang berbahan plastik dicuci bersih dan dikeringkan, kemudian diulas dengan alkohol 70 %. Tahapan selanjutnya yaitu pembuatan ekstrak bawang putih. Bawang putih dikupas, diiris hingga ketebalan 0.5 cm. Keringkan dengan oven vakum dengan suhu 50

0C.

Bawang putih kering kemudian diblender dan dilakukan pengayakan untuk mendapatkan serbuk halus bawang putih. Serbuk bawang putih sebanyak 250 mg kemudian dicampur dengan etanol 70 % sebanyak 7,5 kali berat serbuk simplisia, diamkan selama 4x24 jam, lakukan pengadukan setiap hari. Hasil ekstraksi kemudian disaring dengan kertas saring Whatman No. 1 menggunakan penyaring vakum dan dipekatkan dengan Rotary Vaccum Evaporator dengan suhu 50

0C dengan titik didih

etanol < 78 0C hingga didapatkan ekstrak

konsistensi kental dengan konsentrasi 100 %. Persiapan biakan C. albicans dalam media Sabouraud’s broth terdiri dari berbagai bahan. Setelah media Sabouraud’s broth jadi,

Page 3: dsm

Andryantini, et al., Uji Adhesi Neutrofil Ekstrak Bawang (Allium sativum L.) Dibandingkan dengan ….

Jurnal Pustaka Kesehatan

dilakukan perbenihan C. albicans pada media Sabouraud’s broth. Pengambilan darah pada vena pada subjek sebesar 6 cc lalu di bagi menjadi 2 tabung dengan jumlah masing – masing 3 cc pada tiap tabung heparin. Melapiskan 3 ml histopaque pada falcon. Melapiskan 3 ml ficoll diatas histopaque secara hati-hati agar tidak tercampur dengan histopaque. Melapiskan 6 ml darah diatasnya secara hati-hati. Sentifugasi dengan kecepatan 1.900 rpm selama 30 menit pada suhu 26

0C. Terbentuk 6 lapisan, neutrofil

berada pada lapisan ke 4 yaitu lapisan paling jernih. Selanjutnya membuang lapisan atas, ambil lapisan yang mengandung neutrofil kemudian letakkan pada tabung falcon. Tambahkan HBSS (Hank’s Balanced Salt Solution)1:1 dan dipipeting. Sentrifugasi dengan kecepatan 1700 rpm selama 10 menit pada suhu 26

0C. Hasilnya akan terbentuk 2 lapisan

Buang bagian supernatan dan sisakan endapan. Tambahkan HBSS sebanyak 2 cc. Tambahkan Fungizone sebanyak 5 µL dan Penstripe sebanyak 20 µL per 1 cc. Pipeting kemudian masukkan neutrofil pada masing-masing well @100 µL dengan hati-hati. Inkubasi selama 15 menit. Tahapan selanjutnya adalah tahapan perlakuan uji indeks adhesi. Pertama-tama, menyiapkan 16 coverslip yang telah dibersihkan dengan asam. Neutrofil ditapiskan pada masing-masing coverslip (@100 µL) dan diletakkan dalam 16 microplate. kemudian diinkubasi selama 15 menit. Tambahkan RPMI 1cc pada tiap well, penstripe 20 µL dan fungizone 5 µL. Inkubasi selama 20 menit. Lakukan pencucian kira-kira sebanyak dua kali hingga tidak ada kontaminasi. Caranya yaitu cairan diambil dengan pipet kemudian dibuang, tambahkan RPMI pada tiap well kemudian dicuci lagi. Kalau sudah tidak ada kontaminasi tambahkan media complete. Tambahkan ekstrak dengan konsentrasi yang diperlukan. Pemberian ekstrak pada tiap konsentrasi sebanyak 200 µL sedangkan pemberian nistatin sebanyak 12 µL. Untuk kelompok kontrol tanpa penambahan ekstrak dan nistatin, hanya diberikan medium complete, penstripe dan fungizone. Inkubasi selama 3,5 jam kalau sudah tidak ada kontaminasi dipapar C. albicans sebanyak 100 µL. Inkubasi selama 5 jam. Dilakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop. Membuang medium inkubasi dan sel dicuci 1x dengan HBSS kemudian difiksasi dengan metanol absolut >1 menit. Membuang metanol dengan mikropipet kemudian dikeringkan

dengan posisi miring. Tahap selanjutnya yaitu pengecatan dengan Giemza. Amati dengan mikroskop hasil preparat yang sudah dicat dengan Giemza dengan pembesaran 400x, terlebih dahulu mengamati jumlah C. albicans yang menempel pada neutrofil pada perlakuan kontrol. Kemudian dilanjutkan dengan mengamati indeks adhesi dengan konsentrasi yang berturut-turut mulai dari 3,13 % kemudian 25 % dan dihitung indeks adhesinya. Indeks adhesi diperoleh dengan menghitung banyaknya jamur yang melekat pada suatu sel. Untuk neutrofil, dihitung jumlah C. albicans pada 100 sel neutrofil menggunakan mikroskop inverted dengan pembesaran 400x, untuk kemudian dihitung rata-ratanya . Data hasil penelitian diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui normalitas distribusi kelompok sampel dan diuji Levene untuk mengetahui homogenitasnya. Selanjutnya apabila data hasil penelitian terdistribusi normal dan homogen, dilakukan uji parametrik Anova untuk melihat perbedaaan uji adhesi neutrofil ekstrak bawang putih dibanding nistatin terhadap C. albicans dan dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Difference). Namun jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal dan atau tidak homogen, digunakan uji non parametrik Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann Whitney.

Hasil

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, rata-rata indeks adhesi neutrofil terhadap C. albicans pada masing-masing kelompok perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata indeks adhesi neutrofil

terhadap C. albicans

Kelompok N X

K 4 0,08

P1 4 0,19

P2 4 0,22

P3 4 0,06

n : Besar sampel

X : Nilai rata-rata indeks adhesi

K : tanpa ekstrak maupun nistatin (kontrol)

P1 : Ekstrak bawang putih 3,13%

P2 : Ekstrak bawang putih 25 %

P3 : pemberian obat nistatin

Page 4: dsm

Andryantini, et al., Uji Adhesi Neutrofil Ekstrak Bawang (Allium sativum L.) Dibandingkan dengan ….

Jurnal Pustaka Kesehatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata adhesi neutrofil terhadap C. albicans kelompok P2 (diinkubasi ekstrak bawang putih 25%) paling tinggi dibandingkan dengan kelompok K, kelompok P1 (diinkubasi ekstrak bawang putih 3,13%), dan kelompok P3 (diinkubasi nistatin). Sedangkan rata-rata jumlah adhesi neutrofil terhadap C. albicans kelompok P3 paling rendah daripada kelompok K, kelompok P1, dan kelompok P2. Gambar histogram rata-rata adhesi neutrofil terhadap C. albicans dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Gambar histogram rata-rata adhesi

neutrofil terhadap C. albicans. Menunjukkan bahwa indeks adhesi tertinggi pada kelompok P2 dan terendah pada kelompok P3.

Hasil analisis dengan uji Kolmogorov- Smirnov menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dengan nilai signifikansi sebesar 0,48 (p>0,05). Pengolahan data kemudian dilanjutkan dengan uji homogenitas Levene, didapatkan bahwa data homogen dengan nilai signifikansi sebesar 0,12 (p>0,05). Hasil analisa data menunjukkan data berdistribusi normal dan homogen, oleh karena itu dilakukan uji parametrik yaitu One Way Anova. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,014 (p<0,05) yang menunjukkan perbedaan indeks adhesi pada keempat kelompok penelitian. Selanjutnya dilakukan uji Least Significant Different ( LSD) untuk mengetahui perbedaan bermakna antar tiap kelompok. Dari uji LSD diketahui bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kelompok K dengan kelompok P1, kelompok K dengan kelompok P2, Kelompok P1 dengan kelompok P3, kelompok P2 dengan kelompok P3. Sedangkan kelompok P1 dengan kelompok P2 serta kelompok K

dengan kelompok P3 tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Gambar 2. Menunjukkan indeks adhesi neutrofil terhadap C. albicans kelompok K (a), kelompok P1 (b), kelompok P2 (c) dan kelompok P3 (d). Tanda panah hitam menun-jukkan adhesi. Tanda panah putih menunjukkan kerusakan membran sel neutrofil.

Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa pada kelompok K indeks adhesi neutrofil terhadap C. albicans rendah, dan dijumpai beberapa membran sel neutrofil mengalami kerusakan. Gambar B menunjukkan bahwa terdapat indeks adhesi yang tinggi dan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol, kerusakan membran sel lebih sedikit. Gambar C menunjukkan indeks adhesi C. albicans yang diberikan ekstrak bawang putih 25%. Indeks adhesi C. albicans tinggi, dan dijumpai 1 sel neutrofil ditempeli 1-2 C.albicans. Kerusakan membran sel rendah jika dibandingkan kelompok kontrol. Gambar D menunjukkan indeks adhesi pada kelompok nistatin. Indeks adhesi C. albicans rendah dan banyak membran sel neutrofil mengalami kerusakan.

Pembahasan

Penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratoris, untuk mengetahui apakah ada perbedaan adhesi neutrofil pada

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

Kontrol (K) P1 P2 P3

rata

-rata

perlakuan

rata-rata indeks adhesi C.albicans A B

C D

Page 5: dsm

Andryantini, et al., Uji Adhesi Neutrofil Ekstrak Bawang (Allium sativum L.) Dibandingkan dengan ….

Jurnal Pustaka Kesehatan

pemberian ekstrak bawang putih dibandingkan dengan nistatin terhadap C. albicans. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan indeks adhesi neutrofil terhadap C. albicans yang diinkubasi ekstrak bawang putih. Indeks adhesi paling tinggi yaitu pada kelompok P2 (pemberian ekstrak bawang putih 25 %), selanjutnya kelompok P1 (pemberian ekstrak 3,13 %), kelompok K, dan indeks adhesi paling rendah adalah pada kelompok P3 (pemberian nistatin). Jika dibandingkan antara kelompok K dengan kelompok P1 dan P2, terdapat perbedaan signifikan. Kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak menunjukkan indeks adhesi C. albicans pada neutrofil tinggi. Hal ini disebabkan karena senyawa allicin yang terdapat dalam bawang putih diduga bersifat sebagai immunomodulator. kandungan allicin dalam bawang putih dapat melindungi sel terhadap infeksi plasmodium dengan meningkatkan sistem imun non spesifik dan sistem imun adaptif [11]. Pemberian ekstrak 25 % akan meningkatkan aktivitas sel neutrofil dalam melakukan fagositosis. Komponen bawang putih mengandung senyawa yang memiliki efek imunomodulator dan anti jamur. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak bawang putih yang diberikan diduga akan meningkatkan efek imunomodulator dan anti jamur. Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok P1 dan P2 terjadi peningkatan indeks adhesi neutrofil terhadap C. albicans dibandingkan dengan kelompok kontrol. Adhesi merupakan tahap awal dalam proses fagositosis. Peningkatan adhesi akan menyebabkan sel neutrofil semakin mudah dalam melakukan fagositosis. Hal ini sesuai literatur yang menyatakan bahwa mekanisme sistem imun non spesifik terhadap sel jamur bisa melalui 2 cara, yaitu mengaktifkan komplemen atau melalui aktivitas fagositosis yang dilakukan oleh neutrofil [12]. Adhesi neutrofil terhadap C. albicans paling rendah yaitu pada kelompok perlakuan yang diberi nistatin. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok yang diberikan ekstrak bawang putih dan nistatin. Mekanisme kerja ekstrak bawang putih meningkatkan aktivitas neutrofil sehingga terjadi peningkatan adhesi, namun nistatin memiliki mekanisme yang menyebabkan penurunkan adhesi. Nistatin merupakan obat anti jamur yang efektif dalam membunuh C. albicans. Aktivitas anti jamur nistatin tergantung dari adanya ikatan dengan sterol pada membran sel jamur atau ragi

terutama ergosterol. Terbentuknya ikatan antara sterol dengan anti jamur ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan permeabilitas membran sel sehingga sel akan kehilangan berbagai molekul kecil [6]. C. albicans mengalami lisis sebelum beradhesi pada sel neutrofil, akibatnya adhesi neutrofil terhadap C. albicans rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol dan kelompok yang diberikan ekstrak bawang putih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan membran sel neutrofil terendah terdapat pada kelompok yang diberi ekstrak bawang putih 25 %. Hasil pengamatan menunjukkan banyak sel dalam keadaan aktif, hanya sedikit yang mengalami lisis. Sedangkan pada kelompok kontrol dan kelompok yang diberikan nistatin banyak sel neutrofil mengalami lisis. Kerusakan sel neutrofil disebabkan karena efek dari radikal bebas nitrit oksida (NO). Dalam proses imunologis, NO dihasilkan oleh sel host yang terpapar infeksi. Sel host yang menghasilkan NO meliputi sel makrofag, sel kupffer, sel hepatosit, sel astrosit dan mikroglial, sel kondrosit, sel otot polos vaskular, sel otot jantung dan termasuk sel neutrofil. NO berperan dalam proses imunologis. NO akan dihasilkan akibat aktivasi berbagai sitokin dan endotoksin bakteri patogen yang mampu merusak sel target atau sel bakteri melalui perannya sebagai bahan sitotoksik. Pada keadaan infeksi Nitrogen oksida disintesis dalam jumlah besar. Pada kadar NO tinggi akan berikatan dengan protein sel yang mengandung ferrum heme ataupun non-heme. Enzim respirasi selular (akonitase mitokondria, oksidoreduktase NADPH) merupakan protein yang mengandung ferrum heme, sehingga ikatan NO dengan enzim ini akan mengakibatkan gangguan respirasi selular. Semua itu menimbulkan gangguan fungsi dan proliferasi sel (sitostatik). Pada kadar yang amat tinggi NO tidak hanya berikatan dengan ferrum, tapi akan mencegah ferrum keluar dari sel sehingga menyebabkan kerusakan sel host (sitosidal) [13]. Bawang putih dapat mempengaruhi produksi NO. Bawang putih diketahui bersifat imunosupresan terhadap produksi NO untuk menghindari adanya stress jaringan. Bawang putih diduga berperan sebagai antioksidan. Allicin merupakan antioksidan utama dalam umbi bawang putih. Senyawa ini mampu menekan produksi NO melalui 2 jalur, yakni pada konsentrasi rendah (10 µM), menghambat kerja enzim cytokine-induced NO synthase (iNOS) melalui pengendalian iNOS mRNA,

Page 6: dsm

Andryantini, et al., Uji Adhesi Neutrofil Ekstrak Bawang (Allium sativum L.) Dibandingkan dengan ….

Jurnal Pustaka Kesehatan

sedangkan pada konsentrasi tinggi (40 µM) menghambat transport arginin melalui mekanisme pengendalian CAT-2 mRNA (cationic amino acid transporter-2 mRNA). Berkurangnya produksi NO mencegah terjadinya kerusakan sel neutrofil [14]. Hal tersebut yang menyebabkan pada kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak bawang putih kerusakan membran sel neutrofil lebih rendah daripada kelompok nistatin maupun kelompok kontrol. Bawang putih diketahui memiliki senyawa anti jamur yaitu allicin. Allicin memiliki mekanisme molekuler untuk menghambat aktivitas enzim fungi yang menyebabkan infeksi dan gangguan metabolisme, yaitu enzim sistein proteinase dan enzim alkohol dehidrogenase. Enzim sistein proteinase merupakan penyebab utama infeksi yang membantu fungi merusak dan menembus lapisan sel neutrofil, sedangkan enzim alkohol dehidrogenase membantu fungi tetap hidup dan berkembang biak dalam sel. Pemberian ekstrak bawang putih akan mencegah fungi merusak dan menembus sel neutrofil, serta mencegah fungi berkembangbiak dalam sel [15]. Berdasarkan hasil penelitian, kandungan Allicin dapat meningkatkan adhesi neutrofil terhadap C. albicans melalui pening-katan aktivitas sel neutrofil. Bawang putih diketahui memiliki senyawa anti jamur dan antioksidan yang mampu melindungi membran sel neutrofil sehingga tidak mengalami kerusakan. Jika dibandingkan nistatin yang hanya memiliki sifat anti jamur, maka efek bawang putih lebih baik karena memiliki 2 efek sekaligus. Kerusakan membran sel neutrofil yang terjadi pada nistatin diduga disebabkan karena nistatin hanya memiliki efek anti jamur, sedangkan efek antioksidan tidak terkandung didalamnya sehingga tidak bisa menurunkan kadar NO yang tinggi, akibatnya beberapa membran sel neutrofil mengalami lisis. Kerugian pemakaian nistatin secara sistemik dan berkepanjangan menyebabkan toksik [6]. Berdasarkan hasil penelitian, diharap-kan penggunaan bawang putih dapat dikembangkan sebagai alternatif obat imunomodulator, anti jamur yang sekaligus berperan sebagai antioksidan untuk penderita kandidiasis.

Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan indeks adhesi neutrofil

ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) dibandingkan dengan nistatin terhadap C. albicans. Konsentrasi bawang putih 3,13 % dan konsentrasi 25 % keduanya memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok nistatin. Bawang putih memiliki efek imunomodulator yang dapat meningkatkan aktivitas sel neutrofil dalam melakukan fagositosis, hal ini dibuktikan dengan banyaknya C. albicans yang beradhesi pada neutrofil yang aktif. Selain itu efek anti jamur dari bawang putih diduga dapat mencegah C. albicans merusak dan menembus sel neutrofil. Saran pada penelitian ini antara lain perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektifitas ekstrak bawang putih dengan konsentrasi lebih tinggi terhadap sel neutrofil. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek imunomodulator bawang putih dengan metode isolasi senyawa allicin. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut mengenai aplikasi ekstrak bawang putih sebagai obat alternatif mengatasi kandidiasis.

Daftar Pustaka

1. Tortora GJ, Funke BR, Case CL. Microbiology An Introduction. San Francisco : Pearson Educatin Inc. 2007:vol.9. 2. Carranza FA, Takei HH, Newman MG. Clinical Periodontology 9th ed. Philadelphia: W. B. Saunders Company ; 2002. 3. Jawetz, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23. Terjemahan oleh Edi Nugroho, RF Maulany dari Medical Microbiology. Jakarta: EGC; 2007. 4 Turgeon ML. Imunology & Serology in

laboratory Medicine . St Louise, Missouri: Mosby Inc.1996: vol. 2.

5. Netea MG, Gow NA, Munro CA. sensing of Candida albicans requires cooperative re- cognition of mannans and glucans by lectin and Toll-like receptors. Journal of Clinical Investigation. 2006 : vol. 116 (6): 1642–1650.

6. Setiabudy, Rianto & Bahry, Bahroelim. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. 7. Illic, Vesna, Nicolic. Allicin and Related Compounds: Byosinthesis, Synthesis and Pharmacological Activity. Journal Physics, Chemistry and Technology. 2011: Vol 9(1):9-20. 8. Davis LE, Shen J, Royer RE. In vitro

synergism of concentrated Allium sativum extract and amphotericin B against

Page 7: dsm

Andryantini, et al., Uji Adhesi Neutrofil Ekstrak Bawang (Allium sativum L.) Dibandingkan dengan ….

Jurnal Pustaka Kesehatan

Cryptococcus neoformans, Planta Med. 1994: 546–549.

9. Ratnasari W. Pengaruh Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) terhadap Pertumbuhan Candida albicans. Tidak Diterbitkan. Skripsi. Semarang: Program Sarjana Universitas Islam Sultan Agung; 2011.

10. Kusumaningrum. Efektivitas Kunyit, bawang putih dan zink dalam pakan terhadap akti- vitas dan kapasitas fagositosis sel Polimorfonuklear pada ayam Broiler”. Skripsi. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan IPB; 2008.

11. Feng, Zhu, Inghui Wang, Yongjun Jiang, Hong Shang

,Liwang Cui et al., Allicin

enhances host pro-inflammatory immune responses and protects against acute murine malaria infection. China: Malaria Journal . 2012: vol.11:268.

12. Le Tao, Haymore, Bret, Trujillo, Vivian.ACAAI Review For The Allergy & Immunology Boards. America: American

College of Allergy, Asthma & Immunology. 2010: 65.

13. Gunawijaya & Arhana. Peran Nitrogen Oksida pada Infeksi. Denpasar: Sari Pediatri .2000: Vol. 2 (2):113 – 119. 14. Hernawan U & Setyawan A. Senyawa

Organosulfur Bawang Putih (Allium sativum L.) dan Aktivitas Biologinya. Surakarta: Biofarmasi . 2003. Vol 1 (2): 65-76

15. Utami, Aras. Uji Banding Efektivitas Perasan Umbi Bawang Putih (Allium sativum L.) 25% Dengan Ketokonazol 2% secara In Vitro Terhadap Pertumbuhan Candida albicans. Pada Kandidiasis Vaginalis. Artikel Karya Tulis Ilmiah. Universitas Diponegoro: Fakultas Kedokteran; 2006.