e-book · alhamdulilah, puji syukur saya ucapkan ke hadirat allah swt. berkat nikmat dan...
TRANSCRIPT
Sanksi Pelanggaran Pasal 72: Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milya rupiah)
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
E-Book
Edition
THE WINNING STUDENT
Ardiansyah, S.T., M.Cs Dosen Tetap Program Studi Teknik Informatika
Universitas Ahmad Dahlan
Diterbitkan oleh CV. Ardi Publishing
Kelompok Ardi Group-Yogyakarta
The Winning Student Oleh: Ardiansyah, S.T., M.Cs Hak Cipta © 2010 Pada Penulis Editor : Sri Handayaningsih Setting : Dendy Cover : Dendy Produser : Ardiansyah ISBN : 978-979-98276-6-1 Cetakan Pertama: Oktober 2010 Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa ijin tertulis dari penulis. Penerbit: CV. Ardi Publishing Geplakan Village No.1 Geplakan 06/06 Banyuraden Gamping Sleman, Yogyakarta 55293. Telp. 0274-7498868 Fax. 0274-626242 Website : www.ardipublishing.com Email : [email protected] Percetakan: PT Niaga Sejati Jl. Laksda Adisucipto 29 Yogyakarta Telp. 0274-587405, 560645 Isi di luar tanggung jawab percetakan
Persembahan
Buku ini saya dedikasikan untuk:
Mahasiswa yang studinya sedang terpuruk dengan IPK jeblok,
hingga bayang-bayang DO sudah menghantui di depan mata...
Mahasiswa yang minder padahal pinter, tapi karena tidak tahu
bagaimana mengubahnya jadi terus merasa merana...
Mahasiswa yang selalu gugup dan terbata-bata hingga sulit
sekali untuk PeDe ngomong di depan kelas...
Mahasiswa yang frustrasi karena kesulitan dalam menulis
artikel tugas kuliah hingga Skripsi...
Mahasiswa yang ketakutan akan MADESU (Masa Depan Suram)
karena ngeri bakal tidak mendapat pekerjaan setelah lulus...
Seluruh mahasiswa yang sedang menghadapi berbagai macam
kendala dalam menjalani kuliahnya...
Kata Pengantar
Alhamdulilah, puji syukur saya ucapkan ke hadirat Allah SWT.
Berkat nikmat dan karunia-Nya yang tanpa putus, akhirnya
saya bisa menyelesaikan sebuah buku mungil ini.
Buku ini lahir dari keprihatinan saya terhadap trend
kehidupan mahasiswa belakangan ini yang seakan lemah dan
miskin motivasi serta krisis kepercayaan diri yang akut. Hal ini
telah saya amati selama beberapa tahun terakhir yang terus
mengganggu dan mengusik hati saya. Selama itu pula saya
terus menerus mencari sebuah solusi permasalah tersebut.
Akhirnya pilihan saya jatuh pada penulisan buku sebagai
kontribusi konkrit.
Di tengah berbagai kesibukan sehari-hari, maka saya bertekad
untuk menuntaskan buku ini sesegera mungkin. Akhirnya
alhamdulilah buku ini bisa sampai di tangan pembaca sekalian
dengan selamat.
Buku ini sarat akan pengalaman dan kisah nyata yang telah
saya jalani sendiri. Sehingga diharapkan mahasiswa sekalian
akan mendapatkan inspirasi dalam menghadapi berbagai
masalah dalam menjalani studinya. Setelah membaca buku ini
mahasiswa akan sadar bahwa ternyata banyak sekali berbagai
macam warna warni permasalahan yang dihadapi oleh
seorang mahasiswa. Sehingga bila tidak ada sebuah contoh
sukses dan cara-cara serta kiat yang jitu, maka alangkah
kasihannya mahasiswa kita tersebut. Untuk itu besar harapan
saya buku ini bisa membawa sebuah solusi sekaligus
pencerahan atas berbagai permasalahan yang ada.
Selain itu buku ini memiliki makna yang khusus bagi
saya pribadi, karena buku ini juga menandai kembalinya saya
ke pentas penulisan buku yang sempat saya tinggalkan sejak
tahun 2004 alias enam tahun yang lalu! Sungguh sebuah obat
kerinduan yang sangat mendalam dengan berhasil terbitnya
buku ini.
Bagi pembaca yang telah merasakan manfaat buku ini saya
sangat menunggu testimoni dan sharing pengalamannya
dengan mengirimkan SMS langsung ke saya di nomor HP 0815
689 2648 atau email [email protected].
Yogyakarta, Oktober 2010
Ardiansyah, S.T., M.Cs
Janjiku
Saya berjanji akan lulus dengan IPK minimal di atas 3
Saya berjanji tidak akan menyontek ketika ujian, dan akan
menjawab seluruh soal dengan usaha saya sendiri
Saya berjanji akan belajar dengan sungguh-sungguh
Saya berjanji tidak akan menyia-nyiakan waktu dengan
kegiatan yang tidak bermanfaat
Saya berjanji akan serius mengerjakan seluruh tugas yang
diberikan oleh dosen
Saya berjanji akan benar-benar mengembangkan hard & soft
skill untuk kelak bisa berkompetisi di dunia kerja
Saya berjanji tidak akan mengecewakan kedua orang tua yang
telah membiayaiku selama kuliah
Mengundang Penulis
Penulis dapat diundang dalam acara bedah buku, dialog dan seminar terkait buku ini. Untuk itu silahkan hubungi penulis
di nomor HP: 0815 689 2648 atau email: [email protected]
Daftar Isi
Prolog...............................................................................................................12
1. Persiapan dan Bekal Sebelum Menempuh Kuliah................14
2. Tak Kenal Maka Tak Sayang, Tak Sayang Maka Tak
MENANG! ...............................................................................................18
3. Mahasiswa Pintar vs Bodoh Atau Mahasiswa Rajin vs
Malas.........................................................................................................23
4. Pentingnya Ikut Organisasi Kemahasiswaan..........................26
5. Tahun Pertama yang Sangat Menentukan................................29
6. Malas Membaca....................................................................................31
7. Bagaimana Membuat Skripsi Kurang Dari 6 Bulan Dan
Sukses Menghadapi Ujian Pendadaran......................................33
8. Kemampuan Menulis Rendah........................................................43
9. Bagaimana Membuat Anda Lihai Nulis Tanpa Kesulitan
Mencari Kata-Kata...!.........................................................................49
10. Libur Kuliah: Saatnya Berkarya dan Meningkatkan Skill
52
11. Budaya menyontek dan plagiat...............................................55
12. “Minderisme” Mahasiswa PTS.................................................58
13. Tipe-Tipe Mahasiswa...................................................................62
14. Kenali dan Cintai Pilihan Anda.................................................65
15. Malu Bicara & Bertanya: Teknik Ampuh Membuat Anda
Lihai Ngomong di Depan Kelas Tanpa Gugup..!................67
16. Ketika Mahasiswa Mendapatkan Proyek............................73
17. Mengintip “Dapur” Seorang Dosen........................................75
18. Bangkit Dari Keterpurukan: Bagaimana Mengubah IP 1
Koma Menjadi 3 Bahkan Lebih Hanya Dalam 6 Bulan..80
19. Sukses Dengan Gank atau Kelompok...................................86
20. Bagaimana Kalau Kuliah Sambil Bekerja?.........................89
21. Mahasiswa Sebagai Karyawan Orang Tua........................92
22. Mental Mahasiswa: TAKUT SALAH......................................94
23. Mahasiwa Sebagai “Konsumen & Client” Perguruan
Tinggi...............................................................................................97
24. Lulus is My Rights!....................................................................100
25. Jangan Mau Jadi Mahasiswa Merugi..................................103
26. Tips Memahami Materi Kuliah Yang Tidak Dipahami
Sewaktu di Kelas........................................................................106
27. Cara Jitu Mendapat Kerja & Diburu Pekerjaan Sejak
Masih Mahasiswa......................................................................109
28. The Flight Plan for Student...................................................115
29. Bagaimana Menjaga Fokus dan Konsistensi Selama
Kuliah?..........................................................................................127
Penutup...................................................................................................130
Bahan Bacaan........................................................................................131
Biodata Penulis.....................................................................................132
Beli Buku The Winning Student
Hanya Rp. 29.000
Beli edisi cetaknya sekarang juga! Karena stok tinggal 400 eksemplar
(Gratis Ongkos Kirim)
Lakukan pembayaran (Rp. 29.000) dengan mentransfer ke salah satu rekening berikut: Bank Mandiri KC Yogyakarta Sudirman nomor 137-00-
0566556-3 a.n. Ardiansyah Bank BCA KCP Ahmad Dahlan Yogyakarta nomor
1691651199 a.n. Ardiansyah
Bank BNI Taplus nomor rekening 0074349239 a.n. Sri Handayaningsih
Konfirmasi pembayaran, ketik SMS:
[nama lengkap] [alamat lengkap] [no bukti transfer]
[bank pengirim] [bank tujuan].
Kirim ke nomor 0815 689 2648.
Atau konfirmasi lewat email:
Informasi Lanjut Hubungi :
Email : [email protected]
Telepon : 0274-7498868, 626242
Fax : 0274-626242
SMS : 0815 689 2648
Buku The Winning Student Dapat pula Anda peroleh di
jaringan toko buku Gramedia, Toga Mas, dan Gunung Agung di
kota Anda.
Ingin Menjadi Agen buku “The Winning Student”?
Silahkan kontak [email protected]
Prolog
Bersyukur dan berbahagialah Anda bila saat ini
menjadi seorang mahasiswa. Karena menurut data yang
dikemukakan Prof. Dr. Edy Suandi Hamid (Rektor UII), seperti
yang saya kutip dari Kedaulatan Rakyat edisi 24 September
2010, bahwa dari 55 juta remaja di Indonesia, ternyata hanya
8,8% saja yang berkesempatan mengenyam pendidikan di
bangku perguruan tinggi. Jadi, selamat Anda telah masuk
dalam 8,8% tersebut!
Menjadi seorang mahasiswa merupakan dambaan
setiap remaja pasca lulus dari sekolah menengah. Setiap orang
tua pun pasti menginginkan putera puterinya bisa
mengenyam pendidikan tinggi di perguruan tinggi negeri
hingga perguruan tinggi swasta yang berkualitas.
Anda, orang tua Anda dan kita semua pasti
menginginkan agar Anda bisa lulus kuliah dengan baik dan
sukses. Karena dengan keberhasilan tersebut, maka artinya
Anda telah memiliki modal buat menyongsong masa depan
yang cerah.
Akan tetapi dalam prakteknya di lapangan, ketika
menjalani kehidupan sebagai mahasiswa, banyak sekali di
antara Anda yang “bertumbangan” di tengah jalan. Entah dari
faktor Anda sendiri, maupun faktor-faktor lain. Ternyata
kondisi tersebut semakin hari semakin meningkat dan cukup
membuat prihatin banyak kalangan. Gagalnya seorang
mahasiswa dalam menyelesaikan kuliah sudah tentu banyak
menimbulkan “korban” baik pihak yang merrasakan langsung
maupun tidak.
Memang untuk sukses menjalani perjalanan panjang
perkuliahan, seorang mahasiswa tidak hanya bisa
mengandalkan faktor kecerdasan intelektualnya belaka.
Ternyata ada banyak bekal lain yang perlu dipersiapkan
seperti mental psikologis, strategi kuliah yang tepat, finansial
dan lain sebagainya. Untuk itulah isi dari buku ini akan
menunjukkan pada Anda semua bahwa menjadi seorang
mahasiswa itu tidaklah mudah, namun di sisi lain terkadang
menjadi mudah. Selamat menikmati seluruh “menu” dalam
buku ini.
1 Persiapan dan Bekal Sebelum
Menempuh Kuliah
Layaknya seorang atlet yang hendak bertanding atau
seperti seseorang yang hendak melakukan perjalanan jauh. Masa-masa kuliah dapat juga dikatakan sebagai proses perjalanan Anda dalam menempuh perjalanan tour yang dinamakan “sekolah”. Maka sebelum memulai perjalanan panjang tersebut, hendaknya Anda mempersiapkan segala hal yang diperlukan agar nanti selama perjalanan semua kebutuhan Anda akan terpenuhi. Sehingga perjalanan yang bakal Anda lalui akan menjadi mulus, lancar tanpa rintangan berarti. Prinsip sederhananya dalam menyiapkan bekal ini adalah, semakin panjang dan lama perjalanan yang akan dilalui, maka persiapan dan bekalnya tentu akan semakin banyak dan matang pula. Mari kita tinjau secara singkat petualangan dan perjalanan yang akan Anda lalui kelak.
Lama Kuliah Untuk menyelesiakan S1 saat ini bisa ditempuh antara 3,5 tahun hingga 5 tahun. Selama kurun waktu tersebut berarti paling tidak Anda akan menghabiskan:
1. 7-10 Semester perkuliahan 2. 100 SKS lebih dengan rata-rata Anda harus
“melahap” sebanyak 40 lebih mata kuliah yang beragam. Mulai dari mata kuliah yang dasar hingga yang sangat teknis.
3. 6.480 menit kuliah untuk menyelesaikan 144 SKS hingga lulus. Ini di luar Anda nantinya mengerjakan PR atau Tugas, mencari referensi, data dan lain sebagainya.
Perhitungan ini belum termasuk ketika Anda menulis laporan Skripsi dan Praktek Kerja Lapangan yang tentu menghabiskan banyak waktu tambahan.
4. 16-20 kali mengikuti ujian kuliah, baik ujian tengah semester, maupun ujian akhir semester.
5. 24-50 soal yang harus Anda jawab dalam menjalani seluruh rangkaian ujian mid dan akhir dari semester awal hingga semester akhir.
6. Minimal Anda harus mengerjakan 40 buah tugas, dengan asumsi setiap mata kuliah ada tugasnya di setiap semester.
7. SPP kuliah berkisar 40 jutaan lebih bila SPP per semester Anda sekitar lima jutaan untuk selama 8 semester. Ini tentu saja di luar uang sumbangan gedung ketika masuk kuliah pertama kali.
8. Bagi yang hidupnya ngekos/ngontrak, sekitar Rp. 43 jutaan hanya untuk makan Anda tiga kali sehari selama 8 semester hingga lulus.
9. Pembelian buku-buku kuliah mencari hampir 5 juta rupiah bila dipukul rata untuk satu mata kuliah butuh satu buku teks seharga 100 ribuan. Ini tentu saja di luar buku-buku lain sebagai pendukung, plus ongkos fotokopi-fotokopi yang selama kuliah Anda lakukan.
Oke, sekarang Anda sudah melihat betapa banyak waktu,
tenaga dan uang harus dipersiapkan selama menempuh
perjalanan kuliah bukan? Untuk itu Anda benar-benar harus
menyiapkan modal dan mental secara matang dan mencukupi.
Terutama untuk masalah mental, ini berkaitan dengan
kesiapan dan kesigapan Anda ketika harus menjalani
banyaknya tugas dan PR kuliah, apalagi bila ada mata kuliah
praktikumnya, maka beban kerja Anda akan semakin
bertambah dan tentu saja tekanan mental Anda akan semakin
bertambah pula. Apalagi deadline antara satu tugas dengan
tugas yang lain biasanya tidak berjauhan, maka bertambah
pula tekanan bagi Anda.
Untuk itu, bagi yang gampang stress, panik dan putus asa,
maka saya sangat menyarankan agar belajar untuk tidak cepat
stress dan panik. Untuk itu kiatnya adalah, setiap ada tugas
maka segeralah selesaikan, dan jangan ditunda-tunda! Karena
sekali Anda menunda, maka tugas Anda akan semakin
menumpuk karena telah ditambah oleh tugas baru lagi oleh
dosen lain dari mata kuliah yang berbeda. Sehingga
sebenarnya pangkal kepanikan dan stress Anda adalah ada
pada kebiasaan menunda-nunda tugas kuliah! Untuk itu
manajemen waktu Anda harus benar-benar baik dan disiplin.
Sudah banyak contoh yang bisa kita lihat akibat dari
meremehkan tugas kuliah, biasanya para mahasiswa ini akan
datang cepat-cepat ke kampus untuk menyontek atau bahkan
memfotokopi tugas temannya. Betul nggak, hayo ngaku....??
Selain persiapan mental, ternyata persiapan fisik
juga perlu Anda perhatikan. Karena ternyata selama menjalani
kuliah tidak hanya dibutuhkan kekuatan mental psikologis
yang harus mampu menyerap sedemikian banyak mata kuliah,
tugas, PR, laporan, Skripsi dan lain-lain. Tetapi daya tahan fisik
Anda mutlak diperlukan untuk menjalani serangkaian
perkuliahan yang bisa berlangsung dari pagi hingga sore.
Bahkan malam harinya harus fokus mengulangi pelajaran atau
pun membuat tugas. Untuk itu pola hidup sehat mau tidak
mau harus Anda terapkan. Seperti misalnya bila besok masuk
kuliah pagi, maka tentu seharusnya jangan tidur sampai larut
malam apalagi begadang karena ada pertandingan sepakbola.
Kalau masih dilanggar maka jangan heran Anda bakal bangun
kesiangan, sehingga kalau nggak mau bolos kuliah ya terpaksa
Anda harus mempermalukan diri Anda karena datang
terlambat. Kalaupun Anda bisa masuk kuliah tentu mata
kuliahnya tidak akan bisa ditangkap dengan baik oleh otak,
karena kondisi Anda sedang dalam keadaan teler berat akibat
ngantuk.!
Satu lagi yang biasanya dilalaikan mahasiswa selain
masalah tidur, yaitu tentang pola makan. Terutama ini
biasanya terjadi pada Anda mahasiswa yang kos/ngontrak.
Karena tidak ada yang masak makanan sehari-hari, maka
terkadang Anda harus makan pagi di siang atau sore hari, dan
makan siang di malam hari...
Untuk itu jangan sepelekan masalah persiapan mental dan
fisik, karena jangan sampai Anda harus terbengkalai kuliahnya
karena kelalaian Anda sendiri dalam mengelola mental dan
fisik. Ketika Anda jatuh sakit, maka “harganya” sangat mahal.
Anda akan ketinggalan banyak materi kuliah, hingga mungkin
tidak bisa ikut ujian. Semoga selama kuliah Anda sehat dan
kuat secara fisik dan mental. Amin.
2 Tak Kenal Maka Tak Sayang, Tak
Sayang Maka Tak MENANG!
Sekilas mungkin terasa sepele bahwa salah satu aspek pendukung keberhasilan Anda sebagai mahasiswa adalah sejauh mana Anda mengenal seluk beluk kampus Anda. Sejauh mana Anda mengenal nafas dan kehidupan akademik di kampus Anda. Sekarang coba Anda ingat, berapa orang yang Anda kenal dan seberapa paham Anda mengenal kampus Anda, bila saya tanyakan: - Siapa saja dosen-dosen di Program Studi Anda kuliah
sekarang? Siapa saja yang bergelar Master, Doktor bahkan Profesor?
- Berapa dosen yang Anda ketahui track record pendidikan dan penelitiannya?
- Buku apa saja yang telah ditulis oleh dosen Anda? - Siapa saja staf administrasi & perpustakaan di Fakultas
tempat Anda kuliah sekarang? - Siapa saja staf operasional di kampus Anda, mulai dari
tukang kebersihan, tukang parkir dan satpam kampus? - Apa saja organisasi kemahasiswaan yang terdapat di
kampus Anda, mulai dari tingkat Jurusan/Program Studi, Fakultas, UKM bahkan Universitas.
- Siapa saja jajaran Rektorat di Universitas Anda? Siapa Rektor dan Wakil-Wakil Rektornya?
Coba hitung berapa persen Anda bisa menjawab
pertanyaan di atas? Semakin banyak yang bisa Anda jawab menunjukkan semakin luas pengetahuan dan rasa ‘sayang/memiliki’ pada kampus Anda tersebut.
Pertanyaannya sekarang apa hubungannya dengan mengenal seluk beluk kampus dengan tujuan Anda untuk menjadi The Winning Student? Jawabannya hubungannya adalah ‘masih baik-baik saja’ he...he..he..., nggak, becanda ding! Tentu saja hubungannya sangat erat dan saling melengkapi. Karena bila kita coba renungkan, seluruh pertanyaan tersebut memilikih peran dan pengaruh yang sangat besar dalam proses keberhasilan Anda selama di kampus. Mari kita coba urai satu per satu: 1. Dosen-dosen di program studi/jurusan tempat Anda
kuliah tentulah orang yang paling sering Anda temui dan yang paling berperan besar dalam menggembleng Anda selama menjadi mahasiswa, bahkan ‘nasib’ Anda tidak jarang berada di tangan sang dosen. Saya termasuk yang sangat senang mengenal dosen-dosen secara tidak langsung, misalnya dengan membaca biodatanya di web/blog pribadi mereka, melakukan googling untuk mengetahui sejauh mana kepopuleran mereka di dunia maya terutama di bidang ilmu yang mereka kuasai. Begitu pula track record pendidikan yang selama ini mereka tempuh. Saya punya pengalaman unik mengenai hal ini dan betapa bermanfaatnya bila kita mengenal dosen kita. Ceritanya saya waktu itu kuliah software engineering dengan salah satu dosen UNY (Universitas Negeri Yogyakarta) yaitu Bpk. Priyanto, M.Kom. Beliau termasuk yang enak dan jelas cara mengajarnya. Suatu ketika tidak sengaja saya membaca salah satu Prosiding Seminar Nasional yang ada tulisan beliau dan di akhir tulisan tersebut beliau menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bobby Nazief, Ph.D selaku pembimbing Tesis S2 di UI, karena memang tulisan paper beliau berasal dari Tesis S2. Dari sana saya akhirnya tahu bahwa pembimbing pak Priyanto ini adalah pak Bobby. Sehingga ketika akhir kuliah saya sempatkan ngobrol singkat dan saya menyebutkan nama pembimbing S2 beliau tersebut yang kemudian membuat pak Priyanto sedikit kaget karena mungkin tidak menyangka kalau saya tahu nama pembimbing S2 nya. Sejak saat itu lah kami menjadi lebih akrab dan sering terlibat pembicaraan yang lumayan
serius masalah IT. Terlebih lagi ketika saya menawarkan beliau untuk menulis buku tentang software engineering, walaupun akhirnya tidak kesampaian karena beliau akhirnya menulis buku yang lain yang berjudul “Desain Visual Presentasi Multimedia”, namun paling tidak semangat beliau menulis buku tergugah karena tawaran saya tersebut. Inilah yang saya maksudkan bahwa mengenal dosen tidak hanya tahu bahwa nama dosen tersebut mengajar mata kuliah yang kita ambil, tapi kalau perlu telusurilah informasi-informasi dosen tersebut yang sekarang sudah sangat mudah ditemukan lewat Internet.
2. Staf administrasi & perpustakaan di tingkat
jurusan/program studi/fakultas juga menjadi salah satu komponen yang berperan penting dalam keberhasilan studi Anda. Coba bayangkan siapa yang mengurus segala keperluan penjadwalan kuliah sehingga Anda bisa tahu jadwal kuliah, pengaturan ujian tengah dan akhir semester, ujian skripsi Anda bahkan yang mengurus transkrip akademik dan ijasah Sarjana Anda! Bayangkan kalau suatu saat ketika mereka sedang bete dan proses ijasah Anda jadi molor apa nggak bakalan dongkol bukan? Tapi kalau Anda jauh sebelumnya sudah mengenal dan sering ngobrol, paling tidak akan ada kemudahan dalam setiap mengurus keperluan administrasi Anda. Mulailah dengan sering memberikan senyuman/tegur sapa setiap kali bertemu, dan seterusnya. Begitu pula misalnya Anda sering berkunjung ke perpustakaan sudah barang tentu Anda kenal dan dikenal oleh staf perpustakaan. Karena perpustakaan merupakan salah satu sumber pengetahuan utama dalam menunjang proses belajar Anda di kampus, maka intensitas Anda ke perpustakaan tentu saja bisa jadi tolok ukur sejauh mana bobot pengetahuan di kepala Anda.
3. Sama seperti staf administrasi, staf operasional pun
jangan Anda anggap remeh walaupun mereka bekerja di “kasta” yang mungkin Anda anggap rendah karena lebih
bayak mengandalkan fisik dalam menjalankan pekerjaannya. Para penjaga parkir, satpam dan petugas kebersihan adalah orang-orang yang sering Anda temui setiap hari di kampus. Coba lihat setiap Anda masuk gerbang kampus pasti sudah disambut dengan ‘lirikan’ mata sang satpam dan ketika memarkir kendaraan pasti akan berpapasan dengan petugas parkir dan ketika menuju ke ruang kelas akan bertemu dengan petugas kebersihan yang sedang membersihkan lantai. Kenalilah mereka, tegur dan sapalah setiap bertemu mereka. Berikan senyuman terbaikmu, karena ternyata mereka akan sangat berkesan dengan Anda. Mungkin nanti ketika mereka tahu bahwa Anda sudah menjadi orang sukses maka kelak mereka akan berkata “...sangat pantas dia sukses, karena sejak mahasiswa ramah dengan saya dan teman-teman...” Yang pernah menonton film Ada Apa dengan Cinta (AADC) tentu tidak lupa dengan hubungan akrab antara si Rangga (Nicholas Saputra) dengan penjaga sekolahnya bukan?
4. Kenali juga Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Special
Interest Group (SIG), Badan Eksekutif Mahasiswa/Universitas (BEM) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), kalau perlu Anda masuk ke salah satu dari organisasi tersebut. Namun saya mensinyalir saat ini telah terjadi degradasi minat mahasiswa untuk aktif dalam organisasi kemahasiswaan. Mungkin salah satu faktor yang bisa saya identifikasi adalah karena banyaknya beban kuliah, tugas, praktikum sehingga membuat alokasi waktu dan fikiran ke organisasi kemahasiswaan menjadi tidak ada. Padahal mengikuti salah satu organisasi ini merupakan syarat penting untuk Anda menjadi mahasiswa yang sukses (pembahasan masalah ini dibahas di bab Pentingnya Ikut Organisasi Kemahasiswaan). Minimal kenalilah organisasi kemahasiswa di ruang lingkup program studi/jurusan kuliah Anda, karena program-program kerja yang mereka buat biasanya banyak memberikan manfaat pada Anda selama menjadi mahasiswa. Dari
pengalaman saya pribadi dalam mengikuti organisasi kemahasiswaan, manfaatnya sangat terasa sekali dalam membantu pengembangan soft skill saya.
5. Kalau Anda pernah menyaksikan prosesi wisuda atau
pernah diundang dalam acara Milad (ulang tahun) kampus Anda maka perhatikanlah orang-orang barisan yang paling depan di stage/panggung. Biasanya orang-orang itu adalah jajaran Rektorat yang terdiri dari Rektor dan Wakil Rektor. Terutama Rektor adalah orang yang akan menyalami dan menggeser Toga Anda ketika wisuda kelak. Tidak hanya itu, jajaran Rektorat ini lah yang memegang wewenang besar di kampus Anda, bahkan bila Anda melakukan pelanggaran berat merekalah yang akan mencabut status mahasiswa Anda! Oleh karena itu sangat wajar bila biasanya mahasiswa kurang dekat dan mengenal Rektorat mereka, karena memang sebagai mahasiswa Anda akan sangat jarang bisa ketemu dengan mereka bahkan kemungkinan Anda bisa bertemu mereka hanya ketika acara penyambutan mahasiswa baru ketika Anda baru masuk menjadi mahasiswa dan ketika Anda diwisuda. Sebagai orang nomor satu di kampus, tentu saja kita dituntut untuk mengenal mereka, paling tidak kalau ditanya orang tua siapa Rektornya kita bisa menjawabnya lah...
Nah sekarang bila Anda sudah membaca penjelasan di
atas, silahkan baca kembali pertanyaan saya dan tentu Anda bakal bisa menyebutkan banyak nama bukan? Selamat mencoba menjadi mahasiswa yang suka bergaul dan mengenal kampusnya
3 Mahasiswa Pintar vs Bodoh atau
Mahasiswa Rajin vs Malas
Sejak dari pendidikan dasar mulai dari SD hingga
SMU ada dua tipe siswa yang selalu dicapkan kepada kita. Terutama kalau kita tidak bisa menjawab soal ujian atau ketika rapor yang ada nilai merahnya. Cap pertama berarti kita termasuk siswa yang bodoh. Sebaliknya bila selalu bisa menjawab ujian dengan baik dengan rapor yang selalu cemerlang berarti cap kita adalah siswa yang pintar. Itu saja? Ya itu saja. Bagi siswa yang tadinya telah terlanjur dicap bodoh maka rasanya dunia sudah mau kiamat. Karena bagi mereka yang telah dicap bodoh ini sama saja mereka harus menanggung aib dan malu sebagai mahasiswa yang tidak berkualitas alias bodoh, blo’on atau sebutan lainnya. Apalagi ditambah dengan perlakuan guru-guru mereka yang selalu dekat dan lebih perhatian dengan siswa-siswa yang pintar-pintar. Sehingga bertambahlah rasa minder dan malu bagi siswa-siswa yang “bodoh” tersebut.
Kondisi ini terus-menerus berlangsung bertahun-tahun sehingga lambat laun stigma seperti itu terus membentuk kuat di dalam hati kita dan menjadi karakter yang berurat hingga kita menjejakkan kaki di bangku kuliah. Jujur saja, dengan kondisi tersebut sebenarnya bukan membuat para siswa/mahasiswa yang katanya bodoh tersebut semakin terpacu untuk menjadi pintar, namun sebaliknya semakin minderlah diri kita karena semakin merasa bodoh saja. Alhasil di kampus pun kita merasa sebagai mahasiswa “kelas dua” yang tersisih dari mahasiswa yang pintar-pintar yang mereka biasanya selalu berkumpul dengan teman-teman yang “sealiran” dengan mereka. Ya bisa kita lihat biasanya,
mahasiswa yang katanya bodoh-bodoh itu akan selalu bersama dan berkumpul dengan mahasiswa yang punya kapasitas otak yang sama pula. Mengapa begitu? Karena mereka ini tahu diri dan juga tidak punya mental untuk berdekat-dekat dengan mahasiswa-mahasiswa yang pintar yang IP nya selalu di atas tiga koma. Setiap kali mahasiswa yang katanya bodoh ini kesulitan mengerjakan tugas dari dosen ataupun bingung terhadap materi kuliah, mereka hanya bisa memendam sendirian kebingungan tersebut dan tidak bernyali untuk bertanya dan minta diajari oleh mahasiswa yang pintar. Akhirnya lepas ujian akhir mereka telah pasrah dengan IP yang selalu rendah karena ketika ujian sudah dipastikan kewalahan dan tidak bisa menjawab soal-soal dengan baik dan benar. Ok mahasiswa. Sebenarnya mari kita kembali lagi putar roda perjalanan sekolah Anda. Mari bertanya dengan diri Anda masing-masing. Apa benar sih Anda itu memang siswa dan mahasiswa yang BODOH seperti yang Anda pikirkan dan dikatakan teman-teman Anda selama ini..?? Coba perhatikan teman-teman yang katanya pintar tersebut. Lihat apakah mereka juga makan nasi seperti Anda? Apakah mereka juga minum air putih, apakah mereka juga bermain, tidur dan juga sakit kalau dicubit? Kalau seluruh jawabannya YA, maka Anda juga pasti bisa seperti mereka! Namun apa sih sebenarnya yang membedakan Anda dengan mereka?
Sebenarnya jawabannya adalah pada sejauh mana Anda ingin BISA seperti mereka. Karena setiap ada keinginan dari diri Anda seperti mereka, maka akan ada konsekuensinya juga. Misalnya, Anda ingin bisa mendapat nilai A untuk satu mata kuliah tertentu. Maka untuk mendapatkan nilai A tersebut Anda diharuskan “membayar ongkosnya”. Berapa ongkosnya? Harganya adalah RAJIN. Ya, satu kata inilah yang saya sendiri telah membuktikannya dan berhasil.
Saya pribadi berprinsip bahwa sebenarnya tidak ada mahasiswa yang pintar maupun bodoh. Yang ada hanyalah mahasiswa yang rajin atau malas. Bila Anda merasa tidak tahu dan menguasai satu mata kuliah yang telah diajarkan oleh dosen, maka sudah barang tentu Anda harus meluangkan waktu lebih banyak untuk kembali belajar dan mempelajari
bahan materi kuliah dari dosen berulang-ulang, sampai Anda merasa bisa. Cara yang paling efektif adalah dengan cara menyelesaikan soal-soal. Terus ulang dan ulangi dan pasti hasilnya Anda akan mampu menguasainya. Ini sudah menjadi formula ampuh. Bahkan ada rumusannya, bahwa untuk menjadi expert atau ahli di bidang apa pun, maka paling tidak kita harus menghabiskan selama 7 (tujuh) tahun untuk belajar terus menerus, atau setara dengan 10.000 jam. Ingin jago main bola, gitar, tari dsb, maka habiskanlah waktu selama itu, maka Anda pasti akan menjadi expert di bidangnya.
Dengan begitu maka sebenarnya buanglah jauh-jauh pemikiran bahwa Anda adalah mahasiswa yang bodoh. Sebenarnya Anda itu cuma mahasiswa yang malas, sehingga solusinya Anda cukup menjadi rajin untuk bisa menjadi mahasiswa yang berhasil di kuliah.
Hanya saja masalahnya tidak begitu mudah dalam penerapannya, karena ini akan berhadapan dengan kebiasaan/pola belajar Anda sendiri yang tentu bahan bakarnya adalah motivasi/keinginan Anda sendiri. Bila motivasi Anda rendah dan tidak ada kemauan, tentu saja semua itu hanya sebatas MIMPI dan Angan-angan Anda belaka. Ingin mendapatkan nilai A hanya sekedar mimpi indah Anda di siang bolong. Banyak sekali godaan bagi Anda kelak untuk berubah menjadi rajin. Terutama dari lingkungan sekitar Anda yang bisa jadi tidak mendukung. Misalnya sudah terbiasa sering jalan-jalan atau menghabiskan waktu sia-sia, tiba-tiba harus rajin buka buku, tekun latihan soal-soal dan lain sebagainya. Memang perubahan Anda ini akan menjadi pemandangan “aneh” bagi teman-teman Anda di kos misalnya. Sehingga di awal-awal tersebut, Anda juga akan merasa canggung dan jengah. Tapi biarkanlah kondisi itu berlangsung, karena itu hanyalah respon di awal saja. Nanti lambat laun mereka semua akan terbiasa dan maklum dengan pola belajar Anda yang sudah berubah tersebut. Bahkan bisa jadi perubahan Anda akan diikuti dan diinspirasi oleh mereka juga yang masih malas sehingga ikut berubah menjadi rajin. Nah, apakah masih ada alasan lagi buat Anda untuk bersantai-santai dalam kuliah...??
4 Pentingnya Ikut Organisasi
Kemahasiswaan
Salah satu hal yang menyenangkan saya ketika masih mahasiswa adalah karena adanya organisasi kemahasiswaan. Begitu banyak pilihan organisasi kemahasiswaan yang terdapat di sebuah kampus, mulai di tingkat paling kecil yaitu di jurusan/program studi kita hingga di tingkat universitas. Bahkan ada pula organisasi yang khusus mengembangkan minat dan bakat di luar keilmuan akademik kita yaitu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) seperti bela diri, pecinta alam, musik dan lain sebagainya. Dengan mengikuti salah satu kegiatan kemahasiswaan, maka rutinitas kuliah bisa diselingi dengan kegiatan ini. Namun walaupun sebagai kegiatan sampingan, terlibat aktif dalam organisasi kemahasiswaan banyak sekali manfaatnya lho... terutama untuk mengasah soft skill Anda yang tidak akan Anda dapatkan dalam kuliah teori di kelas. Adapun beberapa manfaat Anda mengikuti organisasi kemahasiswaan adalah sebagai berikut: 1. Di dalam organisasi kemahasiswaan tersebut Anda dapat
memperluas pergaulan dengan lintas jurusan dan fakultas bahkan universitas. Lingkup pergaulan Anda akan bertambah karena akan bertemu dengan mahasiswa yang berasal dari latarbelakang yang beragam dalam suatu event acara, mulai dari seminar, workshop, pameran dan bahkan demonstrasi. Di sinilah kesempatan Anda untuk bisa mengenal mereka satu sama lain. Bila Anda bisa supel dengan mereka maka ini menjadi modal awal yang bagus dalam membangun jaringan pertemanan/relasi yang kelak tidak hanya
berguna selama Anda menjadi mahasiswa, bahkan sampai ketika Anda lulus dan bekerja kelak.
2. Melatih Anda menjadi organisatoris. Kegiatan kemahasiswaan biasanya tidak lepas dari yang namanya penyelenggaraan kegiatan, coba deh lihat di program kerja yang dibuat, maka tidak jauh-jauh kegiatannya adalah seperti seminar, pameran, lomba, pentas, dan lain-lain yang intinya membuat suatu acara. Nah, bila Anda terlibat dalam salah satu agenda kegiatan tersebut maka Anda akan mendapatkan pengalaman yang sangat berharga terutama dalam hal penyelenggaraan kegiatan tersebut. Anda akan paham dan berpengalaman bagaimana membuat suatu kegiatan. Mulai dari persiapan, pembagian kerja antarpanitia, melobi sponsor, kegiatan administratif surat-menyurat kegiatan, pengelolaan keuangan kegiatan, dan masih banyak lagi yang lainnya. Di sinilah letak seni dan pengalaman unik yang akan Anda dapatkan. Betapa senang dan bangganya bila Anda dan panitia berhasil sukses menyelenggarakan acara dan sebaliknya betapa gugup dan cemasnya bila di tengah acara ada masalah yang mengganggu. Itulah sekelumit kisah dan pengalaman yang bakal Anda dapatkan, sebagai modal besar Anda kelak ketika terjun ke masyarakat dan di pekerjaan. Khusus tentang mengikuti kegiatan kemahasiswaan ini saya sendiri punya kesan manis yang akan menjadi cerita bagus untuk diturunkan kepada anak cucu dan juga mahasiswa lain. Satu gank saya yang terdiri dari tujuh mahasiswa dengan masing-masing spesialisasi tersendiri yaitu saya sendiri (spesialis ketua panitia urusan eksternal), Dudy Rudianto (wakil ketua urusan internal), Abdullah (kalam ilahi), Andhie L. Adam (humas), Panuju Dodot Sasongko (sekretariat), dan Yusbianti Susiharyani (keuangan). Dengan spesialisasi tersebut kami sangat paham peran dan kontribusi kami di setiap penyelenggaraan kegiatan mulai dari menyelenggarakan pelatihan Internet satu tahun penuh bagi seluruh mahasiswa UAD, hingga tiga kali membuat
seminar nasional tentang Teknologi Informasi. Semua panitia inti selalu berasal dari gank saya tersebut, sehingga tidak heran gank kami telah menciptakan sejarah tersendiri dalam generasi mahasiswa UAD.
3. Membangun jaringan/relasi sosial dan pertemanan. Mungkin tanpa Anda sadari setiap interaksi dengan berbagai pihak yang Anda lakukan ketika menyelenggarakan event secara tidak langsung telah membentuk suatu jejaring/relasi pertemanan sosial. Ambil contoh misalnya Anda bertugas sebagai humas sudah tentu Anda akan banyak terlibat berkomunikasi dengan orang-orang luar seperti pembicara, hotel, rektorat dan lain sebagainya yang dari sana lah akan menambah jumlah kenalan/relasi Anda yang nantinya akan sangat berguna kelak dan menjadi modal tersendiri ketika Anda lulus dan terjun ke dunia kerja. Karena selain relasi Anda telah terbentuk sejak mahasiswa, kemampuan berkomunikasi Anda dengan berbagai pihak sudah terasah dengan baik.
5 Tahun Pertama yang Sangat
Menentukan Untuk lulus S1 rata-rata waktu yang dibutuhkan adalah antara 4-5 tahun. Kuliah teori biasanya akan Anda tempuh pada semester satu hingga enam dan sisanya semester tujuh dan delapan lebih kepada praktek lapangan, KKN dan ditutup dengan Skripsi. Dengan distribusi dan komposisi tersebut, maka ketika Anda gagal di salah satu semester, maka akan berdampak pada molornya studi Anda. Sebagai contoh, bila ada mata kuliah yang gagal di semester Ganjil maka paling tidak Anda harus memperbaikinya pada semester Ganjil di tahun berikutnya. Otomatis ini akan semakin menambah beban kuliah Anda ditambah beban secara finansial yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan lagi bila Anda telah berhasil sebelumnya. Hal ini juga akan berdampak pada kelulusan Anda kelak. Pada prinsipnya sekali Anda gagal, maka akan memiliki efek beruntun.
Untuk itu pada bab ini saya bermaksud memberikan saran agar bisa meminimalisir kegagalan tersebut maka usahakanlah Anda jangan pernah gagal di semester-semester awal! Mengapa demikian? Karena dengan selalu berhasil di semester awal akan membawa pengaruh positif terutama motivasi belajar Anda. Bila di semester 1 dan 2 IP Anda sudah jeblok, bisa dibayangkan Anda bakal menjadi lemah semangat, karena sudah terbayang betapa beratnya akan mengulang di tahun depan. Bila kondisi ini terus berlarut maka tidak heran pada semester-semester akhir Anda hanya akan berharap bisa “sekedar lulus” dengan nilai sangat pas-pasan dan sekarat.
Celakanya saya perhatikan banyak mahasiswa yang “terjerat” dengan kondisi seperti ini. Sebaliknya bila di semester-semester awal tersebut IP Anda bagus, maka prestasi dan capaian tersebut tentu akan Anda pertahankan terus bahkan berusaha untuk dinaikkan. Dengan adanya motivasi seperti itu, maka Anda akan selalu semangat, giat dan fokus menjalani semester-semester berikutnya. Dengan terus menjaga ritme keberhasilan di setiap semester maka ketika menjelang lulus, Anda akan menuai hasil yang sangat membanggakan hingga tidak mungkin mencapai cum laude. Dari pengalaman dan pengamatan saya, menjaga prestasi di semester awal sangatlah penting. Karena akan sangat sulit untuk bangkit dari keterpurukan, kecuali Anda punya motivasi yang sangat besar untuk bangkit kembali seperti pengalaman saya sendiri yang telah dibahas di bab “Bangkit Dari Keterpurukan”. Untuk itu sekali lagi saya sampaikan bahwa berjuanglah dengan keras agar jangan sampai Anda gagal di tahun pertama kuliah Anda. Pastikan Anda berhasil meraih IP di atas tiga pada tahun pertama kuliah Anda!
6 Malas Membaca
Salah satu lagi kebiasaan yang kurang dilakukan oleh
mahasiswa adalah MEMBACA. Ya, membaca sepertinya belum menjadi sebuah gaya hidup mahasiswa. Sebenarnya mudah sekali untuk mengetahui apakah mahasiswa hobi membaca atau tidak. Perhatikanlah ruang kamar kos/kontrakan mereka. Bila rak buku mereka kosong melompong hanya terisi satu dua buku, artinya pasti Anda sudah tahu sendiri kan? Begitu pula sebaliknya.
Membaca bukan hanya hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran kuliah. Lebih dari itu, membaca seluruh hal yang menarik dan informatif untuk Anda. Sehingga Anda bisa tahu berita terkini, kemajuan, prestasi apa saja yang telah dicapai, trend dan peluang yang ada. Sehingga dari sana Anda akan bisa mengakumulasi seluruh informasi yang diterima, mengolahnya, mengkaitkan satu informasi dengan informasi yang lain dan jangan kaget bila nantinya Anda akan bisa menemukan sebuah peluang-peluang baru, kesimpulan-kesimpulan baru yang sangat berguna.
Sebenarnya masalah membaca ini adalah terletak pada kebiasaan dan gaya hidup. Jadi kalau Anda tidak memulai membiasakan diri untuk rajin membaca, maka sampai kapan pun kebiasaan ini tidak akan menjadi bagian hidup Anda. Saya pribadi dulu juga tidak terlalu hobi membaca. Namun ketika melihat teman satu asrama yang rak bukunya selalu penuh buku, di manapun selalu membaca buku, apalagi setiap berbicara, diskusi, bahkan sedang berdebat pun terlihat sekali kosakata, susunan kalimat yang diucapkan sangat variatif, tersusun rapi dan kaya akan ilmu. Maka saat itulah saya pun terpengaruh untuk mulai hobi membaca.
Saran saya mulailah belajar untuk mengalokasikan sejumlah dana agar Anda bisa rutin membeli buku. Saya juga sejak mahasiswa sudah menetapkan minimal membeli 1-2 buku setiap bulannya dengan anggaran berkisar Rp. 100.000 hingga Rp. 200.000. Buatlah jadwal rutin setiap bulan untuk mengunjungi toko buku. Carilah buku-buku yang menarik buat Anda. Yakinlah, tidak akan rugi bila kita membeli buku. Bahkan saya masih ingat betul sewaktu kuliah, walau masih semester tiga, tapi saya sudah membeli buku-buku kuliah untuk semster empat, lima dan seterusnya.
Saya pernah menghitung-hitung, misalnya saja dalam satu semester rata-rata ada tujuh mata kuliah. Berarti paling tidak dalam satu semester tersebut Anda sudah bisa mengkoleksi dan membaca tujuh buku teks. Apabila Anda menempuh sebanyak tujuh sampai delapan semester, berarti paling tidak rak buku Anda sudah terisi sebanyak lima puluhan buku. Ini belum lagi, buku-buku pendukung lainya, majalah, artikel ilmiah dan sebagainya.
7 Bagaimana Membuat Skripsi Kurang
Dari 6 Bulan dan Sukses Menghadapi
Ujian Pendadaran
Tahap akhir dalam menjalani proses studi S1 adalah
menulis Skripsi atau Tugas Akhir. Biasanya pada masa-masa
inilah mental seorang mahasiswa akan diuji sungguh-sungguh.
Karena seluruh hasil pemahaman dan pengetahuannya selama
mendapatkan pelajaran dari berbagai macam mata kuliah,
tugas, ujian-ujian hingga praktek di laboratorium akan
tercermin pada hasil dan kualitas Skripsinya.
Oleh karena itu sangat wajar kiranya banyak mahasiswa
yang akan mengambil Skripsi mulai dihinggapi dengan
berbagai macam perasaan, seperti bingung mau mengambil
topik apa, krisis percara diri karena takut tidak mampu
membuat Skripsi dengan baik dan berbagai macam mental
blocking lainnya yang membuat Anda bakal gundah gulana.
Berikut ini saya akan coba uraikan apa saja yang biasanya
menjadi kendala mahasiswa dalam membuat Skripsi.
1. Tidak memiliki ide topik Skripsi
Kondisi ini sepertinya sudah jamak dihadapi oleh
kebanyakan mahasiswa. Banyak faktor yang membuat
para mahasiswa seolah-olah kekeringan ide dalam
menentukan topik Skripsi. Kondisi ini bisa jadi disebabkan
beberapa faktor misalnya kurangnya eksplorasi yang
mendalam terhadap bidang minat mahasiswa. Kurangnya
membaca dan mengamati trend atau permasalahan apa
yang sedang terjadi sehingga bisa dicarikan solusinya.
Namun dari itu, sebenarnya kunci Anda agar dapat mudah
mendapatkan topik yang bisa digunakan sebagai Skripsi
adalah sebagai berikut:
a. Pastikan dan tetapkan dulu minat Anda. Misalnya
Anda mahasiswa di bidang TI, maka fokuskan dan
mantapkan diri Anda pada bidang minat tersebut.
Apakah di bidang networking, software engineering,
database systems, soft computing atau security.
b. Pelajari, baca, amati dan perhatikan apa saja di area
minat bidang Anda tersebut yang sedang menjadi
trend saat ini. Sehingga dari sana Anda akan bisa tahu
bagian-bagian mana yang belum tersentuh untuk
diteliti atau bagian mana yang masih butuh penelitian
lebih lanjut.
c. Atau bisa juga dari eksplorasi yang mendalam, Anda
bisa mengetahui masalah-masalah apa sebenarnya
yang sering dihadapi oleh para pengguna atau
masyarakat yang solusinya sebenarnya bisa ditangani
oleh bidang minat Anda tersebut.
Saya sejak lama selalu menuliskan setiap ada ide
penelitian yang bisa dijadikan Skripsi melalui blog pribadi
saya. Bila Anda coba search dengan kata kunci misalnya
“topik penelitian skripsi informatika”. Maka tulisan saya
tersebut akan masuk dalam daftar Google!. Dari sana saya
dapat melihat bahwa sebenarnya mahasiswa pun
setidaknya sudah sering melakukan penggalian dan
pencarian informasi mengenai topik-topik Skripsi.
Selanjutnya saya sering sekali menerima komentar di
blog yang intinya meminta ide topik penelitian Skripsi dari
saya. Padahal blog saya tersebut tidak jarang sudah saya
beri penjelasan singkat mengenai gambaran singkat.
2. Kurang memahami metode penelitian Skripsi
Ini salah satu kendala besar yang dihadapi oleh
kebanyakan mahasiswa. Karena menulis Skripsi memang
dilakukan hanya sekali selama selama berstatus
mahasiswa, maka pekerjaan ini merupakan pekerjaan
yang cukup memberatkan, karena menuntut kemandirian
mahasiswa sendiri dalam mengerjakannya. Mengikuti
kaidah-kaidah penelitian sesuai bidang ilmu masing-
masing memang membutuhkan usaha ekstra bagi
mahasiswa. Mulai dari menjelaskan latar belakang
masalah, perumusan masalah, tinjauan pustaka, analisis
dan desain penelitian, hasil dan pembahasan hingga saran-
saran atau future works.
Semua itu harus dikerjakan secara urut, sistematis dan
berkaitan satu sama lain. Sehingga memang betul
seharusnya selama masa penulisan Skripsi, sebaiknya
Anda sudah tidak sedang mengambil mata kuliah lagi.
Sehingga fokus Anda memang benar-benar pada Skripsi
ini.
Adapun beberapa contoh kekurangan mahasiswa dalam
penulisan Skripsi adalah sebagai berikut:
a. Latar belakang masalah sering tidak nyambung
dengan rumusan masalah. Biasanya apa-apa yang
ditulis pada rumusan masalah, malah tidak menjawab
latar belakang masalah yang ada. Bahkan ada latar
belakang masalah yang sudah memberikan solusinya.
b. Kurangnya landasan teori atau tinjauan pustaka. Hal
ini menyebabkan keringnya acuan mahasiswa dalam
menyelesaikan penelitiannya, sehingga tidak memiliki
pegangan yang kuat dalam menuliskan analisa dan
hasil penelitiannya.
c. Tata tulis yang masih banyak salah juga menjadi salah
satu kendala besar yang dihadapi oleh mahasiswa.
Mulai dari tanda baca, mengutip referensi, penulisan
tabel, gambar dan lain-lain.
3. Kemampuan Menulis Ilmiah Rendah
Menulis merupakan salah satu kendala terbesar yang saya
amati di mahasiswa. Saya banyak menemukan saat ini
terutama mahasiswa-mahasiswa baru, kemampuan
menulis mereka sudah jauh merosot dibandingkan dengan
masa-masa saya sekolah. Sebagai contoh saya pernah
mengoreksi jawaban soal mahasiswa yang mana tulisan
jawabannya menggunakan bahasa pergaulan anak muda
saat ini seperti “nggak ada”, “kayaknya”, dan masih banyak
lagi. Untuk yang Skripsi tidak jarang saya bisa menemukan
mahasiswa yang hanya copy paste dari tulisan Skripsi
sebelumnya, yang ternyata sangat berbeda sekali dengan
tema Skripsinya. Tentu sangat ironis bukan?
Padahal dalam menulis Skripsi Anda diharuskan
menuliskan seluruh laporan Anda tersebut dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
hingga sampai tata tulis yang benar pula. Karena ini
masalah menulis, dan menulis merupakan suatu
kemampuan yang tidak bisa dikuasi secara tiba-tiba, maka
tidak ada jalan lain memang, bahwa Anda harus jauh-jauh
hari melatih kemampuan menulis Anda. Karena
kebanyakan mahasiswa yang tidak terasah kemampuan
menulisnya, kebanyakan akan bingung ketika menulis
laporan Skripsinya. Alhasil, kualitas tulisannya pun sangat
buruk. Tentu Anda nggak mau kan mengalami hal
demikian? Untuk itu berlatihlah menulis sedari dini!
Agar Skripsi Bisa Selesai Kurang Dari 6 Bulan
Menulis skripsi dengan cepat dan berkualitas tentu
menjadi dambaan setiap mahasiswa. Namun kenyataannya
banyak yang berlarut-larut hingga tidak jarang ada yang
sampai beberapa semester baru bisa menyelesaikan Skripsi.
Untuk itu berikut ini saya akan bagi kiat jitu agar Anda bisa
menyelesaikan Skripsi kurang dari 6 bulan.
1. Pastikan Anda telah memasukkan mata kuliah Skripsi
pada semester berjalan. Misalnya Anda telah bertekad
untuk mengerjakan Skripsi di semester 7 maka Anda
harus memasukkan Skripsi di KRS semester 7. Dengan
begitu Anda sudah memastikan satu tiket untuk mata
kuliah Skripsi ini.
2. Ketika mengambil Skripsi, akan lebih baik bila Anda
sudah tidak mengambil mata kuliah teori. Atau kalaupun
masih harus mengambil teori, cukup satu atau dua mata
kuliah saja. Hal ini penting agar fokus Anda tidak
terganggu oleh mata kuliah teori tersebut. Sehingga
usaha Anda agar bisa selesai kurang dari 6 bulan bisa
terwujud.
3. Pastikan beberapa bulan sebelum mengambil Skripsi
Anda telah memiliki topiknya. Memiliki lebih banyak
topik akan lebih baik. Karena Anda akan memiliki
banyak alternatif bila ditolak oleh calon pembimbing.
Salah satu cara singkat agar Anda punya topik adalah
dengan banyak membaca laporan Skripsi yang sudah
ada. Terutama lihat di bagian saran di bab akhir. Di sana
biasanya tertulis beberapa hal yang bisa dijadikan topik
penelitian sebagai kelanjutan Skripsi tersebut.
4. Pastikan Anda telah mendekati salah satu calon
pembimbing untuk meminta kesediaan mereka menjadi
pembimbing Skripsi Anda. Sekali pembimbing Anda
menyatakan bersedia membimbing dengan topik Skripsi
yang Anda tawarkan, maka sudah sangat membantu
kesuksesan Anda berikutnya.
5. Langsung saat itu juga Anda mulai buat proposal
Skripsinya, dan konsultasikan secara intensif kepada
pembimbing Anda. Ketika ada revisi, langsung diperbaiki
dan konsultasi lagi. Pastikan Anda dengan tekun
melakukan itu sampai pembimbing menyatakan siap dan
layak untuk diujikan.
6. Proposal Skripsi yang Anda buat harus benar-benar
sesuai dengan format dan ketentuan yang telah
ditentukan di Fakultas/Program Studi/Jurusan Anda.
Begitu pula tata tulisnya harus benar-benar Anda
perhatikan, sehingga tidak ada yang salah tulis. Karena
dengan mentaati semua format dan ketentuan yang
berlaku akan mengurangi potensi “serangan” dari para
dosen penguji.
7. Ketika menjalani ujian proposal Skripsi, pastikan bahwa
Anda benar-benar paham dengan isi proposal tersebut.
Inti dari proposal Skripsi adalah Anda bermaksud
“menawarkan” atau “mengajukan” sebuah topik riset
yang akan di-review oleh dosen penguji proposal. Karena
sifatnya mengajukan/menawarkan maka Anda sebagai
pihak yang mengajukan harus benar-benar bisa
meyakinkan dengan argumentasi yang kuat sehingga
para dosen penguji bisa menerima penawaran proposal
Anda tersebut. Masalahnya karena dosen penguji Skripai
Anda juga sudah barang tentu memiliki kompetensi di
bidang topik Skripsi yang bakal Anda buat, maka jangan
kaget dan heran bila pertanyaan yang mereka ajukan
sangat kritis dan detil. Tapi Anda tidak perlu khawatir,
karena selama proposal yang Anda tawarkan tersebut
memiliki kontribusi yang signifikan di level S1 dan
memiliki kemanfaatan yang jelas maka insya allah
proposal Anda pasti diterima.
8. Sekali proposal Skripsi Anda diterima, maka jangan
buang-buang waktu, langsung Anda tancap gas dengan
menggarap bab satu, dua hingga bab terakhir. Karena hal
ini penting dilakukan agar Anda tetap bisa menjaga
ritme dan semangat dalam mengerjakan Skripsi.
9. Ibarat tanaman, biasanya di sekitar tanaman tersebut
akan tumbuh tanaman pengganggu alias parasit yang
mengganggu pertumbuhan. Sama halnya proses
penulisan Skripsi Anda. Ketika sedang menjalani proses
Skripsi, tidak jarang Anda akan menghadapi berbagai
“pengganggu” yang bisa menghalangi kelancaran Skripsi
Anda. Halangan tersebut bisa berupa jenuh, malas,
pekerjaan, dan dalam bentuk lain yang kadang tidak kita
sadari. Misalnya saja dengan alasan mengusir jenuh,
Anda lantas menginstal berbagai macam game di
komputer hingga asyik larut dan lupa waktu dalam
permaianan tersebut. Tidak jarang hal ini berlangsung
hingga beberapa minggu tanpa Anda sadari!
Belum lagi karena Anda orangnya banyak teman karena
supel, tidak jarang ada saja yang “menggoda” dengan
mengajak Anda untuk jalan-jalan hingga ke luar kota
selama beberapa hari. Ada pula yang “tergiur” dengan
pekerjaan sambilan yang karena godaan rupiah Anda
terpaksa menomorduakan Skripsi.
Yah begitu lah banyak sekali godaan yang bakal Anda
hadapi kelak. Untuk itu pastikan Anda bisa “membabat”
habis semua parasit tersebut, sehingga “tanaman”
Skripsi Anda bisa tumbuh berkembang dengan cepat
sesuai harapan.
Pengalaman pribadi saya sendiri ketika menyelesaikan
Skripsi S1 dan dan Teis S2, tidak jarang berbagai macam
pekerjaan datang menyodorkan dirinya kepada saya.
Kalau hitung-hitungan uang tentu saja sangat
menggiurkan, akan tetapi dengan tegas saya tolak itu
semua! Karena saya sadar, ketika bersedia mengambil
pekerjaan tersebut, otomatis kita harus komitmen,
konsisten dan profesional untuk mengerjakannya hingga
tuntas. Sempat saya terpikir untuk bekerja secara paralel
antara pekerjaan dan menulis Skripsi atau Tesis, tapi
saya sadar hasilnya tentu tidak akan optimal, karena
saya sadar saya bukanlah Superman! Sadarilah segala
macam bentuk godaan yang menerpa kita sebagai
bentuk ujian keseriusan kita menggarap Skripsi. Oleh
karena itulah saya dengan teguh lebih memilih Skripsi
dan Tesis daripada disambi bekerja. Hasilnya baik
Skripsi dan Tesis bisa saya kerjakan dengan cepat di
bawah 6 bulan. Selanjutnya dengan senang hati saya bisa
menerima berbagai pekerjaan dan mengerjakannya
dengan baik dan profesional.
10. Ikuti gaya dan aturan yang telah ditetapkan pembimbing
Anda. Misalnya pembimbing Anda meminta Anda yang
aktif menghubungi dan konsultasi dengan beliau, maka
jangan sungkan-sungkan untuk selalu aktif menghubungi
dan berkonsultasi. Ada juga pembimbing yang tidak mau
bimbingan sekaligus dari bab satu hingga bab terakhir,
melainkan bab per bab. Apalagi misalnya Anda
mendapatkan pembimbing yang sibuk, maka Anda harus
benar-benar jeli dalam mengatur waktu bimbingan.
Untuk itu pastikan Anda benar-benar memahami
karakter pembimbing Anda. Semakin Anda bisa
menyesuaikan diri dengan pembimbing, maka akan
semakin memudahkan penulisan Skripsi Anda.
11. Jangan sungkan untuk menanyakan berbagai hal yang
sekiranya Anda belum paham kepada dosen
pembimbing. Atau juga minta pendapat mereka kira-kira
di mana letak kelemahan dan kekurangan Skripsi Anda.
Sehingga dengan begitu Anda bisa menyiapkan segala
sesuatunya bila nanti ternyata ada dari salah satu
kekurangan tersebut ditanyakan pada waktu ujian
pendadaran.
12. Menjelang ujian pendadaran, pastikan segala macam
urusan administrasi sudah beres. Jangan sampai karena
kekurangan satu syarat bisa menghambat Anda menjadi
Sarjana. Buatlah checklist apa saja yang dipersiapkan
untuk menghadapi ujian pendadaran, mulai dari slide
presentasi, bahan referensi, alat tulis, dan lain
sebagainya. Ibarat akan menghadapi perang, maka tentu
persiapannya harus mantap pula.
13. Usahakanlah untuk datang 30-60 menit sebelum
pendadaran. Karena dengan begitu Anda memiliki waktu
yang cukup untuk menyiapkan seluruh “amunisi” yang
Anda bawa. Mulai dari mempersiapkan LCD proyektor
sehingga Anda bisa memastikan bahwa slide presentasi
Anda di laptop bisa tampil dengan baik di layar. Selain
itu dengan datang lebih cepat Anda bisa melakukan
persiapan dengan lebih baik, terutama meredam rasa
nervous, gugup yang biasa melanda mahasiswa ketika
akan ujian pendadaran. Untuk melawan gugup dan grogi
ketika presentasi, jangan lupa gunakan jurus kiat
berbicara di depan kelas yang telah saya bahas di bab
selanjutnya di buku ini.
14. Ketika ujian pendadaran berlangsung, fokuslah pada
setiap inti dari pertanyaan dosen penguji. Untuk itu
konsenstrasi penuh mutlak Anda lakukan.
Ketika menjawab pertanyaan penguji, jawablah dengan
singat, tepat dan jelas. Jangan menjawab terlalu panjang
dan bertele-tele, karena kalau Anda menjawab bertele-
tele bisa membuat penguji bosan dan kurang antusias
dengan Anda. Selain itu pula tidak jarang jawaban
seperti itu akan “memancing” penguji untuk lebih
“keras” kepada Anda dan terus memperluas lingkup
pertanyaannya kepada Anda.
15. Ketika Anda agak bingung dengan pertanyaan yang
diajukan penguji, maka berilah isyarat kepada dosen
pembimbing Anda. Karena seharusnya dosen
pembimbing akan membantu mengarahkan Anda
sehingga Anda akan bisa menemukan jawabannya.
Kalau ternyata Anda benar-benar tidak bisa menjawab
suatu pertanyaan dari penguji, maka jangan sungkan
untuk mengatakan tidak bisa atau tidak tahu. Karena
saya perhatikan banyak mahasiswa yang sadar bahwa
sebenarnya mereka tidak bisa menjawab, namun terus
saja menjawab dengan jawaban yang sama sekali tidak
nyambung. Dengan mengatakan tidak tahu, maka penguji
akan segera beralih ke pertanyaan lain, tanpa menunggu
jawaban yang tidak nyambung tersebut.
16. Ingatlah bahwa bagi dosen penguji, yang namanya ujian
pendadaran itu tugas mereka adalah mencari
kekurangan, kelemahan, ketidakjelasan dan berbagai
macam celah yang bisa menjadi bahan mereka untuk
bertanya atau menguji Anda. Karena untuk itulah honor
mereka dibayar
17. Anda tidak perlu malu dan takut dengan berbagai
pertanyaan yang diajukan penguji. Karena selama
memang Anda sendiri yang membuat Skripsi tersebut
logikanya tentu Anda telah memahami ujung pangkal
dari Skripsi tersebut. Kalau sudah begitu, keberhasilan
ujian pendadaran Anda sudah di depan mata. Maka dari
itu saya yakin sekali minimal insya allah nilai B sudah
Anda genggam. Karena sebenarnya ketika Anda sudah
lolos ujian proposal, berarti penelitian untuk Skripsi
Anda tersebut sudah dianggap layak dan bermutu.
Sehingga tinggal bagaimana perjuangan Anda dalam
mengerjakan penelitian tersebut hingga menjadi laporan
Skripsi. Intinya Anda yang mengerjakan Skripsi, berarti
Anda menguasai penelitian tersebut dan mampu
mengkomunikasikannya dengan baik dan meyakinkan
selama ujian pendadaran.
18. Hindari debat yang tidak perlu. Maksudnya bila dalam
proses ujian ada perbedaan pendapat antara Anda
dengan penguji, maka kalau memang yang
diperdebatkan tersebut tidak terlalu prinsip, maka saya
sarankan lebih baik jangan dilakukan. Karena dengan
begitu berarti Anda telah berhasil menghindari potensi
bermunculannya berbagai pertanyaan lain dari penguji.
Sehingga akan membuat waktu ujian akan semakin lama
dan kurang bermanfaat buat Anda. Kecuali bila Anda
senang berbedat dan memang siap dengan segala
“konsekuensinya”.
8 Kemampuan Menulis Rendah
Saya akan bercerita mengenai sejarah awal mulanya saya
bisa menjadi gemar dan hobi menulis hingga sekarang. Waktu
kuliah saya tinggal di Asrama mahasiswa daerah OKI (Ogan
Komering Ilir) propinsi Sumatera Selatan. Di Asrama tersebut
kami tinggal bersama dengan mahasiswa-mahasiswa lain yang
berasal dari kampus-kampus yang berbeda. Kebetulan saya
tinggal bersama dengan generasi mahasiswa-mahasiswa yang
aktif dan tergolong cerdas di kampus mereka masing-masing.
Sehingga saya bisa banyak belajar dan berdiskusi dengan
mereka.
Ada salah satu dari senior saya tersebut yang
merupakan mahasiswa Fakultas Pertanian UGM. Dia berasal
dari keluarga kurang mampu di dusun OKI tersebut, dan bila
dibandingkan dengan saya secara ekonomi keluarga mungkin
bisa dikatakan masih lumayan.
Tetapi ada satu peristiwa penting yang menjadi kilas
balik perubahan besar dari diri saya di bidang tulis menulis
dan juga perubahan sikap mental ingin maju, berkembang dan
berprestasi. Suatu ketika saya sedang main ke kamar teman
saya tersebut saya melihat potongan kliping koran yang
kemudian saya tahu bahwa itu merupakan tulisan teman saya
tersebut di rubrik opini di sebuah surat kabar terbesar di
Yogyakarta yaitu Kedaulatan Rakyat (KR). Dari situlah
perasaan salut dan kagum saya muncul kepada teman saya itu.
Apalagi setelah tahu bahwa honor dari menulis di surat kabar
tersebut jumlahnya sangat lumayan bagi sekelas mahasiswa.
Terus terang kejadian pertama itu memang belum membawa
perubahan apa-apa terhadap diri saya, hanya baru sebatas
kagum. Namun pembuktian kedualah yang membuat
semuanya berubah. Yaitu, ketika saya sedang membaca rubrik
resensi di koran terbesar nasional Kompas dan tertulis nama
teman saya tersebut. Sontak saja saya sudah tidak bisa
membendung rasa kagum dan salut yang luar biasa padanya.
Kemudian saya tanya ke teman saya tersebut, bagaimana
caranya bisa menulis dan menembus koran-koran besar
tersebut. Dari jawabannya saya tahu bahwa ia termotivasi
menulis karena memang sudah hobinya sejak mahasiswa dan
juga kebetulan dia waktu itu sempat menjadi ketua organisasi
pers kemahasiswaan di fakultas tempatnya kuliah. Sehingga
dia bisa mengasah kemampuannya menulis di sana. Di
samping juga ternyata honor di koran nasional tersebut
sangatlah besar bagi mahasiswa untuk ukuran waktu saat itu.
Selanjutnya beberapa hari ke depan saya habiskan waktu
untuk merenungi beberapa pelajaran dari teman saya tersebut
yang saya bisa rumuskan sebagai berikut:
1. Teman saya tersebut hanyalah mahasiswa biasa dari
kampung dan dari keluarga dengan tingkat ekonomi
termasuk kurang mampu, yang mana kadang kiriman
uang dari kampung pun sebelum tutup bulan sudah
habis karena tidak cukup sehingga menutupinya dengan
berhutang.
2. Walau begitu, di kampus dia cukup aktif dan dikenal
baik, hal ini terbukti dengan sempat menjadi ketua
organisasi pers mahasiswa di fakultasnya tersebut.
Dengan begitu, kondisi ekonomi tidak menghambatnya
untuk berorganisasi apalagi membuatnya minder.
3. Ternyata dengan konsisten menulis tulisan yang
bermutu maka sebagai mahasiswa pun dapat
memperoleh penghasilan sampingan.
4. Sedangkan saya sendiri yang secara ekonomi memang
bukan dari keluarga berada, namun masih digolongkan
lumayan dibandingkan dengan teman saya tersebut,
sepatutnya bersyukur bahwa bisa agak aman dan
nyaman berkuliah yang notabene di perguruan tinggi
swasta yang katanya biaya kuliahnya lebih mahal
dibanding negeri (jaman dulu loh). Makanya saya
berpikir masak sih nggak bisa melakukan hal yang
serupa dengan teman saya tersebut?
Terus terang sejak itulah bisa dikatakan sebagai tonggak
bersejarah yang sangat penting dalam hidup saya. Sejak itu
pula saya sudah bertekad untuk bisa mengikuti teman saya
tersebut atau bisa dikatakan bisa menyaingi teman saya
tersebut. Selanjutnya, dimulailah perjalananku menjadi
seorang penulis mahasiswa, karena saya bergelut di kuliah
Teknik Informatika maka sasaran awal saya waktu itu adalah
menembus tulisan di salah satu majalah TI terkenal nasional
waktu itu yaitu Mikrodata (sekarang majalah tersebut sudah
tidak terbit lagi). Bukan main grogi dan harap-harap cemas
saya waktu itu menunggu tulisan perdana ku agar bisa dimuat.
Dan hasilnya sangat mengharukan bagi saya, ternyata
tulisanku dimuat! Dapat honor lagi sebesar Rp. 150.000. Sejak
itulah saya seperti “kesetanan” dalam menulis, tidak kurang
tiap bulan saya bisa menulis 2-3 artikel dan resensi buku,
tidak lupa juga merambah ke surat kabar harian di tingkat
lokal maupun nasional. Tulisan saya pun bisa masuk di
Kedaulatan Rakyat dan Jawa Pos. Hingga selanjutnya saya
benar-benar bisa “menyaingi” prestasi teman saya tersebut
setelah resensi buku saya dimuat di Kompas!, yang semakin
membuat rasa haru dan bangga dalam hati saya. Apakah
cukup bagi saya dengan pencapaian tersebut? Ternyata belum,
saya masih ingin melakukan satu pencapaian terbesar lainnya,
yaitu menulis buku. Sebuah pekerjaan berat dan sangat
menantang, apa lagi ditambah status saya yang hanyalah
seorang mahasiswa. Pada era 90-an sudah maklum bahwa
menulis buku itu identik dengan dosen-dosen yang sudah
berpengalaman yang bergelar Master, Doktor maupun
Profesor. Atau paling tidak orang yang sangat ahli di
bidangnya. Sehingga kalau punya ambisi untuk menulis buku
dengan status di luar itu seperti “mimpi di siang bolong”.
Namun uniknya untuk dunia TI pada waktu itu “aturan”
tersebut tidak berlaku. Banyak penulis-penulis yang masih
berstatus mahasiswa telah menghasilkan banyak buku-buku
yang bermutu. Bahkan yang lebih mencengangkan lagi, ada
yang menulis buku komputer pada waktu itu berasal dari
mahasiswa dengan latar belakang di luar TI yaitu dari jurusan
Psikologi!. Pada waktu itu seorang anak muda bernama
Gregorius Agung seolah-olah telah memberikan “tamparan”
keras bagi saya sebagai mahasiswa TI. Dia seolah-olah ingin
menunjukkan bahwa “kalau saya yang dari Psikologi aja bisa
nulis buku, kenapa kamu tidak...!?”. Inilah yang kemudian
menjadi pemicu keras saya untuk membuktikan bahwa saya
juga bisa menulis buku komputer.
Selanjutnya babak baru saya sebagai penulis buku
dimulai, perjalan panjang dan berliku saya lalui dalam
mewujudkan ambisi tersebut. Memang saya akui untuk
menulis buku tidak secepat dalam menulis artikel di
majalah/surat kabar. Menulis buku butuh kesabaran,
ketelitian, konsistensi, stamina yang prima untuk menghadapi
fluktuasi suasan hati yang kadang mood dan tidak mood. Saya
sangat sepakat dengan apa yang dikatakan oleh salah satu
rekan dosen senior saya di UNY di mana beliau menyatakan
sangat salut dengan para penulis buku. Karena dia
menganggap ketika seseorang “berani” untuk menulis buku,
terlepas kualitas buku tersebut bagus atau tidak, namun dia
sudah membuktikan dengan mempersembahkan sebuah
karya ilmu pengetahuan yang bisa dinikmati oleh orang
banyak. Untuk itu termasuk jarang orang yang mau “bersusah
payah” menulis buku karena begitu berat jalan proses yang
akan dilaluinya kelak. Jadi intinya hargai dan apresiasilah
orang-orang yang telah berhasil menulis buku.
Kembali ke proses buku saya tadi, setelah naskah buku
yang siang malam saya kerjakan bahkan di waktu libur kuliah
dan lebaran pun saya habiskan untuk menyelesaikan buku
tersebut. Setelah naskah selesai, ternyata perjuangannya tidak
terhenti sampai di situ. Satu lagi tantangan yang harus
dihadapi yaitu siapa yang akan menjadi penerbitnya. Sampai
di sini saya harus menunggu sekian lama. Akan tetapi
syukurlah saya punya kenalan seorang penulis terkenal yang
juga akademisi muda yaitu Dr. Richardus Eko Indrajit
(sekarang sudah jadi Profesor) yang telah membuka
kesempatan bagi saya untuk berkenalan dengan salah satu
penerbit elit di tanah air yaitu PT Elex Media Komputindo.
Sampai di sana naskah saya kirimkan dan akan di-review
untuk dinilai kelayakannya untuk diterbitkan atau tidak.
Sampai di sini, peristiwa menunggu penuh harap dan cemas
kembali menerpa saya, namun tentu saja dengan bobot yang
lebih berat. Hingga suatu malam saya ingat betul ketika
membaca email dari mbak Risa Elex Media bahwa naskah
buku saya diterima untuk diterbitkan, “subhanallah
alhamdulilah allahuakbar!” pekik saya saat itu. Rasa gembira
yang amat sangat membuncah dicampur haru biru telah
mengaduk-aduk seluruh perasaanku saat itu. Tak terasa air
mata menetes di pipiku. Sambil mengepalkan tangan lalu
berteriak dalam hati “yes, alhamdulilah ya Allah, aku yang
cuma mahasiswa swasta dan anak kampung bisa membuktikan
saya bisa nulis buku..!”
Wahai mahasiswa, cobalah perhatikan akhirnya ambisi
saya untuk bisa menulis artikel di majalah dan surat kabar
sudah terpenuhi, dan juga untuk bisa menulis buku yang
diterbitkan oleh penerbit nasional juga tercapai. Nah, apa yang
ingin saya sampaikan dari pengalaman saya tersebut?
Saya tidak mengajak Anda untuk menjadi penulis artikel
di majalah/surat kabar atau bahkan menjadi penulis buku.
Namun yang ingin saya sampaikan adalah, sebagai mahasiswa
kemampuan membaca dan menulis merupakan dua
kemampuan pokok yang patut untuk dikuasai. Sedari
mahasiswa mulailah untuk mulai mencoba mengasah
kemampuan Anda sejak dini. Mungkin banyak dari Anda yang
mengeluh, “wah pak, saya sebenarnya pengen nulis, tapi
bingung dan sulit sekali menuliskan kalimat-kalimat untuk
membuat rangkaian tulisan”. Untuk masalah tersebut cara
terbaik dan ampuh adalah dengan membiasakan serta
membudayakan kebiasaan membaca. Karena dengan sering
membaca, kita akan terlatih dan terbiasa melihat rangkaian
kalimat. Begitu juga perbendaharaan kata-kata ilmiah dan
populer semakin banyak kita kuasai, sehingga kesulitan yang
sering dikeluhkan tadi akan semakin berkurang dan teratasi.
Jangan lupa juga untuk menjadikan membaca dan menulis
sebagai life style atau gaya hidup Anda. Sama seperti halnya
gaya hidup sekarang yang senang dengan chatting,
facebookan, googling!, dan lain sebagainya. Untuk kiat
menumbuhkan kebiasaan menulis saya juga telah menuliskan
di bab lain dalam buku ini.
9 Bagaimana Membuat Anda Lihai
Nulis Tanpa Kesulitan Mencari Kata-
Kata...!
A. Membiasakan Menulis di Blog
Sudah tidak dapat dipungkiri lagi, blog sekarang sudah
menjadi gaya hidup masyarakat di Internet. Jadi jangan heran
kalau Anda yang belum memiliki blog dibilangin “please deh,
hari gini gak punya blog…!”. Oleh karena itu saya sekarang
gencar mengajak mahasiswa saya untuk memiliki blog.
Kenapa? Karena banyak manfaat yang bisa mereka dapatkan.
Bila dijabarkan beberapa di antara manfaat tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan Kemampuan Menulis. Dengan secara
rutin menulis blog, maka lambat laun kualitas tulisan
Anda akan terasah, sehingga nanti ketika membuat
laporan PKL dan Skripsi tidak akan terlalu mengalami
kesulitan yang saat ini sering melanda mahasiswa. Saran
saya, karena blog tidak terlalu terikat dengan tata tulis
yang baku (ilmiah), maka harus pintar-pintar kapan
menulis dengan baik dan benar, dan kapan menulis
dengan bahasa gaul.
2. Mendokumentasikan Ide, Gagasan, Ilmu dan
Informasi. Pasti ingat kan dengan ungkapan “ikatlah
ilmu dengan menuliskannya”. Nah blog sangat cocok
diterapkan di sini. Dengan blog mahasiswa dapat
menuliskan curhat, ide, gagasan, kiat, tips atau apa saja
yang terlintas dan terfikirkan di otak/benak Anda. Kalau
tulisan Anda tersebut bermanfaat tentu kita sangat
senang bukan? Selain itu bila suatu saat kita
memerlukannya, kita tinggal “buka” lagi arsipnya.
Dengan sering melakukan dokumentasi seperti ini, kita
sudah meringankan beban memori otak kita.
3. Memperluas Pergaulan. Semakin banyak pengunjung
yang “mampir” dan memberikan komentar ke blog Anda,
berarti Anda sudah menambah teman/relasi. Situasi ini
menjadi hal yang positif, karena dengan bertambahnya
teman berarti Anda bisa saling sharing ilmu, informasi,
pekerjaan, dan hal lain yang bermanfaat.
4. Sebagai Branding. Bila blog Anda manfaatkan dengan
optimal dan serius, maka sesungguhnya bisa menjadikan
branding bagi diri Anda sendiri. Misalnya Anda rutin
menulis tentang sebuah skill tertentu yang menjadi
kemampuan Anda, apakah tentang programming, desain
grafis, multimedia, akuntansi, arsitek, dll. Maka secara
tidak langsung Anda sudah melakukan promosi diri
sendiri di dunia maya. Bukan tidak mungkin para
perusahaan yang sedang mencari tenaga kerja
menemukan nama Anda karena surfing di Internet lewat
search engine. Sehingga jangan kaget bila suatu saat tiba-
tiba Anda menerima email untuk mengerjakan sebuah
proyek. Enak bukan...??
Mungkin masih banyak lagi manfaat/keuntungan lainnya yang
belum saya tuliskan (ada yang mau menambahkan ?). Paling
tidak dari uraian di atas dapat menggugah mahasiswa untuk
segera memiliki blog. Saya tunggu ya…
B. Membaca
Rasanya hampir mustahil bila seseorang bisa lihai menulis tanpa didahului dengan membaca terlebih dahulu. Karena hampir dari seluruh rangkaian kata dan susunan kata-kata yang terasa indah dan bagus tersebut, sebenarnya terinspirasi dari berbagai macam model tulisan yang pernah
dibaca dari berbagai macam buku dan tulisan orang lain. Semakin banyak Anda membaca, maka perbendaharaan kalimat, kata, susunan, alur tulisan yang Anda baca, akan memperkaya khasanah pengetahuan Anda dalam seni tulis menulis. Untuk itu membaca adalah salah satu syarat wajib yang mutlak Anda lakukan untuk bisa lihai menulis. Dengan banyak membaca, dijamin Anda tidak akan kekurangan dan kehabisan kata-kata untuk ditulis. C. Menulis Setiap Hari
Ya, salah satu kunci utama agar kemampuan menulis Anda bisa terasah dengan cepat adalah dengan menulis sesering mungkin. Karena dengan semakin sering Anda menulis, maka intuisi serta kepekaan Anda dalam merangkai kata-kata akan semakin terasah. Karena walaupun Anda merasa mampu menulis, tapi kalau jarang dipraktekkan langsung dengan menulis, saya yakin Anda juga akan sulit membuat rangkaian tulisan yang bagus. Untuk itu setelah Anda banyak membaca, maka langkah selanjutnya tidak lain dan tidak bukan adalah dengan langsung praktek menulis. Lakukanlah kegiatan ini setiap hari dan sesering mungkin. Jangan pernah bingung dan takut kekurangan ide tulisan. Banyak sekali sebenarnya objek-objek dan peluang yang bisa dijadikan objek tulisan. Contoh mudahnya adalah menuliskan pengalaman Anda dalam satu hari. Tuliskan saja apa yang telah Anda lalui selama satu hari tersebut. Atau bisa juga ketika Anda mendapatkan sebuah ide tertentu, bisa langsung menjadi tulisan. Anda sedang sebel dengan seseorang atau sebaliknya sedang senang sama seseorang, itu juga bisa menjadi satu bahan tulisan. Intinya selama Anda masih bisa bernapas dan berpikir, maka selama itu pula Anda tidak bakalan kekurangan ide tulisan. Jadi selamat menulis ya...
10 Libur Kuliah: Saatnya Berkarya dan
Meningkatkan Skill
Libur panjang merupakan waktu yang ditunggu-
tunggu oleh mahasiswa. Setelah 1-2 minggu berperang dengan
ujian akhir semester, akhirnya datang juga hari “kebebasan”
itu, ya LIBUR PANJANG di akhir semester!
Tidak disangkal lagi nyaris seluruh mahasiswa larut
mengharu biru dengan datangnya liburan. Bagi yang berasal
dari luar kota sudah jauh-jauh hari membeli tiket pulang
kampung untuk mudik mengunjungi orang tua, saudara dan
teman di kampung. Tidak sedikit pula yang sudah
merencanakan perjalanan liburan ke berbagai tempat. Ya,
semua agenda mahasiswa sudah dipenuhi nuansa bersenang-
senang dan rileks, yang sebenarnya kalau diperhatikan akan
jauh dari nuansa akademik perkuliahan.
Semua kegiatan liburan di atas tidaklah buruk, toh
sebagai mahasiswa juga butuh refreshing bukan? (ingat
mahasiswa juga manusia lho..) Masak tiap hari harus kuliah,
belajar, di laboratorium, buat tugas dari dosen dll. Stress lah...
Namun, terlepas dari itu semua pada tulisan kali ini saya akan
membagikan pengalaman saya bagaimana menjalani musim
liburan tersebut ketika masih jadi masiswa S1 dulu.
Bagi saya pribadi, libur panjang adalah saat-saat
yang ditunggu. Karena dengan adanya libur panjang yang bisa
sampai 2-3 bulan itu, saya dapat meningkatkan karya-karya
produktif di bidang tulis menulis dan juga meningkatkan
kemampuan teknis di bidang komputer yang saya geluti. Terus
terang tidak ada agenda liburan seperti yang tergambarkan di
atas. Bagi saya dulu, liburannya ya menulis buku dan membuat
program baik dalam rangka latihan biasa atau untuk
mengerjakan proyek kecil-kecilan. Bahkan sudah ditargetkan
bahwa paling tidak selama libur tersebut saya harus bisa
menyelesaikan satu buah buku.
Nah, apa pelajaran yang kita dapat dari dua kondisi
yang kontras di atas? Alasannya begini, sebagai mahasiswa
kita harus jeli dalam melihat liburan di depan mata. Sekilas
memang pulang mudik atau jalan-jalan sangat menyenangkan,
siapa sih yang nggak mau senang-senang? Tapi ingat, memang
di balik kesenangan tentu ada konsekuensi yang harus
dibayar. Begitu pula sebaliknya dibalik kerja keras dan tidak
liburan santai tentu ada hasil yang akan dinikmati kelak. Mari
kita kalkulasi bersama. Anggap saja libur yang akan dijalani
selama dua bulan. Bagi mahasiswa yang menghabiskannya
dengan pulang kampung, dan atau jalan-jalan yang akan
didapatkan tentu saja rasa senang, bahagia, fresh dan mungkin
terkesan sedikit hura-hura. Dari sisi finansial sudah bisa
dihitung berapa ratus ribu atau bahkan juta rupiah yang telah
dihabiskan sepanjang liburan tersebut.
Mari kita lihat yang mengisi liburan dengan kegiatan yang
agak berbeda. Bila dalam dua bulan tersebut bisa
menyelesaikan satu buah buku, tentu akan ada beberapa
manfaat yang diraih sebagai mahasiswa. Mulai dari
kemampuan menulis yang semakin baik, personal branding
yang semakin meluas, dan pemasukan finansial yang semakin
bertambah.
Ada contoh lain misalnya selama liburan panjang
tersebut dihabiskan dengan mengikuti kursus dan pelatihan
yang menunjang keahlian yang ditekuni, misalnya bahasa
Inggris, pemrograman, teknisi, dll. Sehingga pascaliburan
kemampuan mereka akan melejit jauh melebihi dengan
mahasiswa yang hanya liburan “biasa” tersebut. Bisa juga bagi
yang lemah dalam mata kuliah-mata kuliah tertentu, atau
kemampuan teknis tertentu, maka di masa liburan ini menjadi
ajang yang sangat berharga untuk memperbaiki kelemahan-
kelemahan tersebut beserta meningkatkan kemampuan yang
memang dirasa lemah/kurang. Sehingga ketika masuk kuliah
kembali, mereka datang dengan kekuatan ilmu dan
pengetahuan yang semakin kuat dan matang.
Namun perlu juga diingat bahwa tulisan ini tidak
bermaksud meremehkan atau merendahkan bagi yang
menjalani liburan biasa/refreshing lho... Tulisan ini secara
tulus bermaksud mengajak mahasiswa untuk lebih jeli dan
selektif dalam menentukan agenda yang akan dijalankan
selama liburannya kelak. Pada akhirnya toh Anda sendiri yang
akan menjalani dan menikmati “hasil” dari liburan yang pilih
tersebut. Selamat berlibur.....
11 Budaya menyontek dan plagiat
Nyontek dan plagiat memang suatu “aib” yang tidak
jarang ditemukan di berbagai instutisi pendidikan. Mulai dari mahasiswa hingga dosen pernah tersandung dengan masalah ini sesuai dengan modusnya masing-masing. Khususnya mahasiswa biasanya contek menyontek ini dilakukan pada saat: 1. Ujian teori baik pada waktu UTS (Ujian Tengah
Semester) maupun UAS (Ujian Akhir Semester). Dalam melaksanakan niatnya, pertama-tama mahasiswa akan melihat kondisi sekelilingnya apakah sedang diawasi oleh pengawas ujian atau tidak. Bila tidak maka biasanya mahasiswa melirik temannya yang di kiri atau di kanan atau bahkan yang di depan. Yang dilirik tentu saja kertas ujian temannya yang “terbentang lebar”. Sehingga si penyontek dengan rela memiring-miringkan kepalanya hingga mau “patah”. Kalau tulisan teman yang dicontek bagus sih masih lumayan dapat hasil, tapi yang kasihan lagi kalau tulisan temannya tidak jelas membacanya, tambah sengsaralah mahasiswa penyontek tersebut. Sudah kepala pegel, tulisan yang dicontek tidak bisa dibaca. Biasanya di tengah-tengah melakukan aksinya, mahasiswa penyontek akan selalu mengawasi gerak-gerik pengawas. Apabila ketika sedang asyik menyontek ternyata si mahasiswa penyontek tidak sengaja beradu pandang dengan pengawas ujian, maka lantas dnegan sigap ia pasang akting pura-pura “mikir” sambil memegang pena seolah-olah sedang menulis “serius”. Sang penyontek ingin menunjukkan kepada pengawas bahwa ia memang sedang mikir menjawab soal ujian.
Padahal seperti kita tahu bersama itu hanyalah akting kamuflase belaka untuk menutupi aksi nyonteknya tersebut.
2. Plagiat biasanya dilakukan mahasiswa ketika ada PR, Tugas dari dosen dan terkadang Skripsi. Berbagai alasan yang dilontarkan oleh mahasiswa ketika ditanyakan mengapa mereka melakukan plagiat untuk membuat tugas/PR kuliah. Mulai dari tidak sempat, alias sibuk dengan urusan lain, malas karena meremehkan mengerjakan karena menganggap cukup pagi-pagi ke kampus lalu meminjam tugas temannya untuk disalin ulang, beres! Akibatnya dosen yang bingung, kenapa seluruh tugas mahasiswa seragam dan sama persis semua. Alhasil semua nilai dianggap sama dan dikenai pinalti sebagai hukuman. Tentu kasihan kan bagi mahasiswa yang benar-benar mengerjakan sendiri? Hasil kerja kerasnya dirusak oleh para mahasiswa yang malas belajar dan malas mikir tersebut.
Terus terang saya pribadi waktu kuliah S1 memang
termasuk mahasiswa “pelaku” penyontekan. Termasuk hal tersebut saya lakukan ketika ujian dan plagiat kalau ada tugas kuliah. Tapi semua perilaku tersebut saya hentikan mulai semester 4! Dengan percaya diri saya kerjakan semua ujian MID dan akhir semester dengan hasil belajar dan kerja keras otak sendiri. Hasilnya alhamdulilah sangat memuaskan dan ternyata saya bisa!, sesuatu yang membuat saya sendiri hampir tidak percaya. Satu pelajaran penting yang saya dapatkan ketika beralih dari mahasiswa tidak percaya diri ketika ujian hingga bisa menjawab sendiri tanpa menyontek atau pun bekerjasama dengan mahasiswa lain. Yaitu bila kita ulangi terus menerus materi kuliah ditambah dengan memperbanyak latihan soal plus sesuai dengan kisi-kisi ujian yang diberikan dosen. Maka kemungkinan besar Anda akan sukses menjawab seluruh soal ujian yang diberikan dosen. Tanpa harus menghinakan diri dengan menyontek dan juga kerjasama dengan teman!
Bagi saya ketika sudah mentok dan tidak bisa menjawab soal ya sudah kosongkan saja, tidak usah dijawab. Karena
berarti itulah kadar kemampuan kita dalam menjawab soal ujian. Begitu pula sebaliknya, bila kita masih mampu menjawab teruskanlah sampai tuntas. Kita tidak bisa menjawab soal bisa jadi karena kurang belajar keras, malas ataupun kurang memahami materi. Begitu pula sebaliknya kita bisa menjawab soal dengan lancar dan baik, itulah balasan indah hasil dari kerja keras Anda karena telah belajar dengan giat hingga kadang mesti mengurangi jatah tidur. Ya, kembali lagi pada prinsip umum, tiada keberhasilan tanpa kerja keras dan sedikit penderitaan.
Bagi Anda yang masih malas belajar hingga sering menyontek, dan malas mengerjakan tugas/PR sendiri karena mengandalkan teman. Mulailah berubah, yakinkan diri Anda bahwa Anda pasti bisa mengerjakan dengan otak dan tangan Anda sendiri!
12 “Minderisme” Mahasiswa PTS
Siapa yang tidak bangga dan senang menyandang
status sebagai mahasiswa negeri seperti UGM, UI, ITB, ITS, IPB dan lain sebagainya. Sejak dulu impian terbesar para alumni sekolah menengah atas adalah untuk berebut “tiket” masuk ke universitas-universitas bergengsi tersebut. Sampai-sampai saking ketatnya persaingan untuk masuk ke sana telah menimbulkan suatu industri pendidikan baru yaitu bimbingan belajar. Saat ini hampir sebagian besar siswa-siswi SMU akan dimasukkan oleh orang tuanya untuk mengikuti Bimbel tersebut, karena dipercaya dengan masuk ke Bimbel kemungkinan untuk masuk universitas negeri tersebut akan semakin besar.
Nah, bagaimana dengan Anda sekarang yang “hanya” masuk di universitas swasta? Apakah lantas membuat Anda menjadi mahasiswa “kelas dua”? Ternyata memang masih ada mahasiswa yang merasa minder dan rendah diri dengan statusnya yang “hanya” dari mahasiswa swasta. Apalagi misalnya karena sudah terbiasa mulai dari SD, SMP dan SMU semuanya di sekolah swasta, sangat mungkin berharap kuliahnya kelak bisa di negeri. Tapi nasib ternyata menentukan dia harus masuk swasta lagi. Bisa jadi ini menjadi pukulan berat bagi mahasiswa tersebut yang sangat berambisi untuk masuk ke PTN.
Saat ini, seiring dengan semakin pesatnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK) membuat akses terhadap informasi dan ilmu pengetahuan semakin mudah didapatkan. Kita dengan mudah dapat mengetahui berbagai informasi yang berkaitan dengan kuliah dan sumber-sumber penunjang kuliah lainnya. Di Internet sumber-sumber dan bahan untuk
belajar sangat berlimpah dan semua ditulis oleh orang-orang yang langsug menguasai dan ahli di bidangnya. Sehingga akses Anda kepada para pakar menjadi semakin mudah. Dan yang paling hebatnya lagi, untuk mendapatkan itu semua tidak memandang apakah Anda dari mahasiswa negeri atau swasta. Inilah salah satu dampak positif dari perkembangan TIK tersebut. Sehingga pelan namun pasti, jarak antara PTS dan PTN semakin tipis dan pada akhirnya rasa minder Anda sebagai mahasiswa swasta sudah tidak relevan dan tidak bisa dijadikan alasan untuk merasa rendah diri dan malu yang mengakibatkan rendahnya motivasi belajar serta ambisi untuk berprestasi maju secara akademik.
Mungkin dulu dikarenakan akses kepada pakar ahli sangat sulit dan hanya terdapat di PTN-PTN, apakah itu dosen-dosen yang bergelar Profesor dan Doktor sehingga memang menimbulkan kesan bahwa untuk mendapatkan pendidikan dan ilmu yang berkualitas haruslah masuk ke PTN. Namun sekarang semuanya sudah berubah. Dengan hadirnya sekolah-sekolah pascasarjana di PTN, semakin memudahkan para dosen-dosen di PTS untuk meningkatkan kemampuan mereka. Hasilnya sekarang bisa kita lihat bersama, dosen-dosen Anda pun saat ini yang sudah banyak yang bergelar Master ataupun Doktor. Semua merupakan hasil didikan dari para pakar di PTN-PTN bonafid di negeri ini, bahkan saya sangat yakin tidak sedikit dari dosen-dosen swasta yang merupakan lulusan dari kampus-kampus bergengsi luar negeri!
Dari segi ketersediaan fasilitas kampus dan
infrastruktur yang biasanya terkenal minim dan
memprihatinkan di kampus swasta. Saat ini dengan gencarnya
program-program semacam hibah dan block grant yang
disediakan oleh pemerintah, membuat kesempatan bagi para
kampus-kampus swasta untuk memiliki infrastruktur yang
bagus dan memadai sangat terbuka lebar. Dengan begitu
fasilitas kampus-kampus swasta pun saat ini sudah bisa
menyamai dengan fasilitas-fasilitas yang ada di kampus-
kampus negeri.
Oleh karena itu, sudah tidak jamannya lagi saat ini
bila Anda masih merisaukan masalah rendah diri dan
“minderisme” tersebut. Perasaan tersebut sudah tidak laku
dan hanyalah perbuatan yang sia-sia. Hilangkanlah perasaan
tersebut secepatnya bila masih menguasai hatimu. Yakinlah,
walaupun Anda cuma mahasiswa swasta biasa dan dari PTS
yang tidak terkenal di daerah sekalipun. Namun, kesempatan
dan peluang Anda untuk maju dan berprestasi sama besarnya
dengan para mahasiswa dari PTN-PTN tersebut bahkan yang
dari luar negeri sekali pun !
Sukses Karena Minder Saya ingin membagi cerita pengalaman nyata yang
tidak akan saya lupakan. Saya dulu kuliah S1 di Universitas Ahmad Dahlan (UAD), sebuah PTS di Yogyakarta. Memang salah satu keberuntungan PTS di Yogyakarta adalah karena waktu itu PTS banyak dibantu tenaga dosen dari PTN. Sehingga ilmu yang kami terima sudah barang tentu sama saja dengan yang diterima oleh mahasiswa negeri. Nah, salah satu dosen saya adalah berasal dari UGM tepatnya dari Fakultas MIPA, yaitu bapak Drs. Bambang Nurcahyo Prastowo, M.Sc. Bisa dikatakan beliaulah yang membuka dan memberi kesempatan saya dan teman-teman mahasiswa saya dulu di jurusan Teknik Informatika bisa maju dan berprestasi. Sebelumnya kami pun sama dengan para mahasiswa yang dari PTS-PTS lain, merasa minder dan kurang bergairah untuk berprestasi. Namun, sejak dibimbing oleh beliau dalam suatu komunitas beliau mengatakan kata-kata “sindiran” penyemangat kepada kami, yang saya kutipkan sebagai berikut:
“...kalian ini dari UAD, yang cuma perguruan tinggi swasta, nggak terkenal lagi..! Coba tanya UAD ke orang lain, pasti kebanyakan nggak kenal. Bayangkan aja, kalian ini dari UAD, swasta nggak terkenal, mahasiswanya pun sudah duluan dicap bodoh jadi apa lagi yang menjadi kebanggaan kalian, apa yang bisa Anda banggakan dengan status kemahasiswaan kalian...? Beda dengan saya atau mahasiswa saya yang di UGM. Sebodoh-bodohnya mahasiswa UGM, tetap saja dia dianggap mahasiswa pintar, lha wong dari UGM, salah satu PTN terkenal di negeri
ini. Apalagi bila mahasiswa tersebut berprestasi, kan tambah terkenal nama UGM. Begitu juga saya, semalas-malasnya saya mengajar, tetap saja saya dosen UGM, yang prestise...! Nah, oleh karena itu kalian yang dari UAD ini harus memiliki sesuatu yang bisa dijadikan “alat” untuk menunjukkan prestasi kalian sehingga bisa mengangkat harum nama kalian sebagai mahasiswa UAD yang dari swasta...”
Bayangkan kalau Anda yang “disemprot” dengan kata-kata tersebut, mungkin reaksinya jadi sedikit tersinggung bukan? Begitu juga kami pada waktu itu. Tapi kami langsung menyerap maksud beliau berkata seperti itu dikarenakan beliau ingin memotivasi kami agar bangkit, maju dan berprestasi. Sejak itulah kami akhirnya menjadikan salah satu bidang dalam Informatika yaitu GNU/Linux yang menjadi “alat” kemajuan dan prestasi kami sebagai mahasiswa, dan hasilnya memang sungguh luar biasa. Nama UAD telah tercatat sebagai salah satu kampus yang terkenal di bidang TI di Indonesia!
Tampaknya juga saat ini kampus-kampus swasta sudah menerapkan cara seperti ini yaitu dengan memberikan sesuatu yang berbeda atau menjadi brand yang menunjukkan kelebihan kampus tersebut. Misalnya, STIMIK AMIKOM yang terkenal sebagai kampus yang menghasilkan para wirausaha (entrepreneur) dan beberapa kampus lain yang telah memiliki ciri khas masing-masing.
13 Tipe-Tipe Mahasiswa
Dari pengamatan dan interaksi yang sering saya lakukan
selama ini, dapat diketahui beberapa tipe mahasiswa yang ada di kampus berdasarkan dengan sejarah masuknya mereka menjadi mahasiswa: 1. Mahasiswa yang masuk ke salah satu Jurusan
berdasarkan kesadaran dan pertimbangan yang matang. Mahasiswa ini memang jauh-jauh hari bahkan ketika menjelang lulus SMU telah mantap dengan pilihan jurusan yang akan dimasukinya kelak. Sehingga ketika kuliah mahasiswa ini benar-benar menikmati perjalanan belajarnya di kampus dan biasanya tipe mahasiswa ini akan lulus dengan baik.
2. Mahasiswa yang masuk kuliah akibat “kecelakaan” Mahasiswa tipe ini masuk ke dalam salah satu jurusan dikarenakan keadaan yang memaksanya. Biasanya mahasiswa ini awalnya sudah memiliki pilihan utama yang sudah diidamkan, ambil saja contoh jurusan Farmasi. Namun apa daya ketika hasil ujian menyatakan ia tidak masuk ke Jurusan tersebut membuat mahasiswa ini harus membuat keputusan untuk menentukan jurusan alternatif. Jadilah mahasiswa ini “terpaksa” masuk ke jurusan yang sama sekali jauh dari keinginan dan cita-citanya. Mahasiswa tipe ini biasanya dalam kuliah akan merasakan ketersiksaan yang amat sangat, dikarenakan semua proses perkuliahan yang ia jalani laksana “neraka” yang sungguh menyakitkan. Karena selama kuliah, semua hal yang dijalani mahasiswa ini dilakukan karena TERPAKSA! Memang mahasiswa ini rajin masuk
kuliah, memang ia rajin mengerjakan tugas, memang ia ikut ujian tengah dan akhir semester dan sekilas memang mahasiswa ini tidak ada bedanya dengan mahasiswa “normal” lainnya. Bahkan tidak jarang mungkin karena pada pada dasarnya daya serap setiap mata kuliah mahasiswa ini tergolong tinggi. Hasil IPK nya pun bisa jadi di atas rata-rata. Namun yang membedakannya adalah “passion”, karena mahasiswa tipe ini walaupun secara akademik bisa lulus dengan lumayan atau tidak jarang memuaskan, tapi si mahasiswa tidak menjiwai sepenuhnya bidang kuliah yang telah dia jalani. Jadi bisa dikatakan jiwanya kosong. Namun kebanyakan untuk mahasiswa tipe ini lebih sering menjadi mahasiswa standar atau di bawah standar. Karena dengan kehampaan untuk menjiwai dan menikmati proses kuliah di jurusan yang diambil karena kecelakaan tersebut, sangat sulit untuk bisa mengerjakan berbagai tugas mata kuliah dan menguasai mata kuliah yang diujikan. Terutama motivasi belajar sudah barang tentu sangat kering dan mengakibatkan hasil kuliah yang tidak memuaskan bahkan menyedihkan. Jangan sampai kita lupakan, ternyata ada juga mahasiswa yang “kecelakaan” ini dikarenakan akibat dari paksaan orang tua yang memaksa untuk masuk ke jurusan yang sebenarnya tidak disenanginya. Alhasil, tentu saja hasil kuliahnya pun tidak akan memuaskan dan optimal.
3. Mahasiswa yang masuk kuliah sebagai mahasiswa “zombie”
Pernahkah Anda melihat teman Anda yang sebenarnya tidak mau kuliah di jurusan tersebut. Tetapi karena dipaksa orang tuanya untuk kuliah, sehingga dengan terpaksa ia akhirnya kuliah juga? Mahasiswa seperti ini saya ibaratkan seperti “zombie” atau “mayat hidup” yang mana secara fisik dia memang selalu hadir di kampus dan tentu saja menyandang predikat mahasiswa sama seperti Anda.
4. Ada juga mahasiswa hanya mengejar ijazah semata. Satu-satunya motivasi yang mereka miliki adalah gelar Sarjana. Tipe mahasiswa seperti ini memang murni hanya mengincar gelarnya saja. Ciri-cirinya golongan mahasiswa ini menjadi mahasiswa yang minimalis yang bisa dilihat dari IPK nya yang pas-pasan, PR dan tugas kuliah juga rajin dikerjakan walaupun dengan hasil dari “menyalin” pekerjaan temannya. Karena yang penting mereka sudah menggugurkan kewajibannya. Nilai UTS dan UAS pun merupakan hasil dari nyontek dan atau kerjasama dengan temannya. Hingga sampai Skripsi pun dibuatkan oleh orang lain. Lengkap sudah...
14 Kenali dan Cintai Pilihanmu
Banyak saya jumpai bahwa ternyata mahasiswa
masuk ke sebuah jurusan/program studi hanya karena mengikuti trend, ikut-ikutan teman, pilihan alternatif karena pilihan pertamanya gagal masuk, hingga karena disuruh orang tua. Intinya banyak mahasiswa yang masuk ke sebuah jurusan/program studi sebenarnya tidak sesuai dengan minatnya sendiri. Namun bagi Anda yang masuk ke jurusan yang sesuai dengan pilihan dan minat sendiri, maka saya ucapkan selamat, karena Anda telah berhasil menjadi salah satu orang yang bakal berhasil. Karena memilih jurusan sesuai dengan hati nurani, dan minat kita sendiri merupakan salah satu faktor utama kesuksesan Anda kelak ketika menjalani proses perkuliahan. Bila Anda kuliah sesuai dengan minat dan pilihan sendiri, maka akan menimbulkan rasa senang. Dari rasa senang, maka selanjutnya Anda akan merasa enjoy/menikmati setiap mata kuliah, tugas dan ujian-ujian. Kalau sudah begitu, walaupun kelihatan sulit dan berat, rasa sulit itu akan terasa nikmat pula. Sehingga semua bisa dilalui dengan manis. Sama halnya bila Anda punya hobi main gitar. Walaupun di awal-awal belajar jari-jari Anda harus sakit dan bengkak-bengkak, namun karena sudah punya tekad dan senang, maka semua kesakitan tersebut akan hilang dan berganti dengan kenikmatan. Setelah menyatu dengan pilihan jurusan tersebut. Selanjutnya Anda harus memahami benar apa dan seperti apa program studi/jurusan yang Anda ambil tersebut. Gampangnya begini, ketika Anda mengidolakan klub sepakbola, ambil contoh klub AC Milan (kebetulan ini adalah klub favorit saya sejak SMP).
Tentu saja Anda akan memburu segala sesuatu hal yang berhubungan dengan AC Milan, mulai dari sejarahnya, daftar pemainnya dari jaman dulu hingga sekarang, jumlah trofi yang telah diraih, aksi-aksi pemainnya di lapangan, membaca komentar orang lain tentang AC Milan, membeli jersey dan segala asesoris AC Milan, hingga perseteruan klub ini dengan klub rivalnya. Nah, sama halnya dengan jurusan/program studi yang Anda pilih. Karena di jurusan/Prodi inilah kelak salah satu pilar masa depan Anda akan disandarkan, maka tentu saja Anda harus memahami benar segala sesuatu di dalamnya. Anda harus tahu seperti apa karir di jurusan/Prodi ini nantinya. Apa saja syarat-syaratnya, sejauh apa tingkat kompetisi antarlulusan dari Prodi ini, kompetensi apa saja yang diperlukan agar bisa menjadi lulusan yang berkualitas, siapa saja orang-orang yang sudah sukses di jurusan/Prodi ini, bagaimana kiat sukses dan karakter orang-orang sukses tersebut dan banyak lagi yang lainnya. Semuanya bisa Anda ketahui dengan rajin bertanya, membaca dan melihat berita-berita terkini yang berkaitan dengan Prodi Anda. Misalnya Anda kuliah di Prodi Farmasi, maka tentu Anda akan banyak menggali seluruh informasi yang berkaitan dengan bidang ini. Siapa saja yang sudah sukses bekerja di bidang Farmasi, bagaimana kiat yang telah mereka lakukan, apa dan bagaimana pendidikan profesi Farmasi itu, bagaimana peluang karir di bidang Farmasi, berapa standar gaji seorang apoteker sekarang, dan banyak lagi informasi yang perlu Anda ketahui serta begitu pula halnya di Prodi lainnya.
15 Malu Bicara & Bertanya: Teknik
Ampuh Membuat Anda Lihai Ngomong di Depan Kelas Tanpa
Gugup..! Dalam setiap perkuliahan sudah jamak biasanya
dosen di tengah atau akhir penyampaian materi selalu mengajukan beberapa pertanyaan kepada mahasiswa atau memberikan kesempatan kepada Anda untuk bertanya mengenai topik kuliah yang dibahas. Coba ingat-ingat apakah banyak dari mahasiswa yang dengan agresif penuh semangat mengacungkan jarinya?
Salah satu penyakit mahasiswa kita adalah sifat malu bertanya dan bicara mengemukakan pendapat. Perhatikan kembali kasus di atas. Saya yakin sekali sebenarnya dalam hati Anda ingin sekali untuk menjawab, bertanya, dan mengemukakan pendapat. Entah karena Anda merasa mampu menjawab atau ada beberapa bagian yang belum jelas dari penjabaran yang dosen berikan. Namun, karena rasa takut dan malu yang lebih dominan di hati Anda, sehingga menyebabkan mulut rasanya terkunci rapat, jari tangan seperti kaku tak kuasa untuk mengacung ke atas. Kira-kira apa yang menjadi penyebab rasa malu bertanya dan menjawab tersebut?
Ketahuilah bahwa sesungguhnya perasaan malu dan ketakukan tersebut sebenarnya bukan sifat asli Anda. Namun yang menjadi penyebab utamanya adalah trauma “mimpi buruk” pengalaman Anda sendiri. Trauma ini terjadi karena Anda sering menyaksikan “nasib” teman Anda yang ketika tidak sengaja melakukan kesalahan dalam menjawab atau bertanya, ternyata malah mendapat tertawaan dan
dicela/dicemooh teman-teman Anda yang lain. Parahnya lagi, peristiwa traumatis tersebut berlangsung lama dan terakumulasi dalam memori Anda sejak lama mulai dari Sekolah Dasar, SMP dan SMU. Sehingga, ketika sudah menjadi mahasiswa pun Anda masih terjerat dengan kondisi tersebut, yaitu jadi sangat malu dan takut untuk bertanya ataupun berbicara.
Padahal mesti disadari bahwa sebenarnya Anda itu sedang menjalani proses belajar, dan yang namanya belajar apabila melakukan sesuatu kekeliruan ataupun kesalahan adalah sangat wajar dan dimaklumi. Bahkan seorang mahasiswa yang pintar pun, pasti di awal-awal penguasaan materi kuliah pernah mengalami kekeliruan dan kesalahan. Begitu pula di awal-awal belajar bicara dan mengemukakan pendapat, sudah menjadi kebiasaan umum banyak melakukan kesalahan dalam menyampaikan kalimat dan kata-kata. Jangan malu, karena memang melakukan kesalahan-kesalahan itulah proses yang harus kita jalani, yang kemudian kita dapat belajar dari kesalahan tersebut dan memperbaikinya sehingga lambat laun rasa malu dan takut bicara tadi menjadi terkikis dan berubah menjadi sifat kritis dan berani mengemukakan pendapat. Jadi, hendaknya sekarang sudah tidak ada alasan lagi bagi Anda untuk malu dalam bertanya dan bicara di depan kelas/publik. Teknik Ampuh Lihai Ngomong di Depan Kelas
Bicara di depan banyak orang bagi kebanyakan kita merupakan salah satu aktifitas yang sangat “menakutkan”. Karena untuk melakukan hal tersebut memerlukan keberanian yang tidak sembarangan orang bisa miliki. Banyak kita lihat orang yang maju bertanya, mengemukakan pendapat, presentasi, dll yang sebenarnya mereka pintar, ternyata ketika bicara, kata-kata yang keluar dari mulutnya jadi “samar-samar” dan susah dimengerti. Terlihat jelas kegugupannya ketika berbicara di depan umum. Terutama ini biasanya sangat dirasakan oleh para mahasiswa (hayo ngaku..? he.he.he). Untuk itu tips sederhana ini mungkin saja bisa membantu, selamat menyimak.
1. Mulai Dari yang Kecil Mulaihlah untuk berlatih berbicara dari lingkup yang
kecil. Lingkup kecil ini yang biasa Anda temui, misalnya pada rapat-rapat kepanitiaan acara. Pada rapat kecil ini Anda bisa jadikan ajang berbicara mengemukakan pendapat Begitu pula rapat di kampung RT/RW. Ketika menjadi peserta seminar Anda harus belajar aktif memberikan pertanyaan/tanggapan. Ketika di kelas Anda aktif bertanya dan berargumen.
2. Perlunya Jam Terbang
Semuanya berawal dari kebiasaan. Mungkin ini kata yang sangat tepat untuk membiasakan diri Anda agar mau menjalani proses untuk mengasah kemampuan berbicara di depan kelas/umum. Coba lihat orang yang mampu mengetik sepuluh jari dengan cepat. Bagi Anda yang belum bisa mengetik secepat itu pasti merasa takjub dan terkagum-kagum. Tapi bagi yang bisa merasa kemampuan tersebut biasa saja. Dikarenakan memang sudah terbiasa melakukannya selama bertahun-tahun. Nah, hal ini juga yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas bicara Anda di depan umum. Yakinlah, bila jam terbang Anda sudah tinggi, kualitas Anda menjadi public speaker akan menjadi baik, dan yang namanya perasaan malu/takut untuk bicara tidak akan menguasai diri Anda lagi.
3. Percayalah, Semua Pembicara Pasti Grogi
Setiap pembicara yang tampaknya sangat hebat ketika di atas panggung, percaya diri yang tinggi, dan dengan kata-katanya mampu membuat audiens larut terhipnotis dalam orasinya itu, jangan Anda kira tidak mengalami grogi loh... Percayalah setiap pembicara, MC, presenter, public speaker, bahkan dosen Anda sendiri pun ketika pertama kali tampil dan berbicara di depan umum pasti mengalami gugup dan grogi terlebih dahulu. Akan tetapi, setelah berada di atas panggung dan melontarkan beberapa kata pembuka, dengan cepat kegugupan mereka sirna dan berganti dengan rasa enjoy dan mampu bicara dengan lancar.
4. Tips Pernafasan untuk Menjinakkan Grogi Ketika kita gugup maka suara yang kita keluarkan
akan terasa bergetar, kerongkongan kita terasa tercekat bahkan untuk beberapa orang sampai ada yang mules-mules perutnya. Beruntunglah saya sempat bergaul dengan teman-teman orator unggul yang mau membagi tipsnya. Dari mereka saya tahu cara mengatasinya adalah; setiap gugup muncul tariklah nafas dalam-dalam kemudian tahan, lalu mulailah bicara dengan perlahan. Efeknya sungguh menggembirakan, walaupun dada kita masih berdegup kencang, tapi suara yang keluar sangatlah datar dan intonasinya pun terjaga.
5. Tatapan Mata Tahukah Anda apa sebenarnya yang sering
menyebabkan kita selalu gugup dan dengkul merasa lemas ketika berbicara di depan publik? Ya, salah satunya adalah ketika kita dilihat oleh puluhan bahkan ratusan pasang mata..! Rasanya nyawa mau melayang bukan? Hal ini biasanya dikarenakan mata kita selalu menatap secara langsung mata para hadirin. Sehingga selalu muncul perasaan seolah-olah mereka bakal mentertawakan kita dan apalagi bila kita melihat dua orang hadirin yang sedang berbisik sambil melirik ke arah kita, hal itu menambah daya gugup yang sudah mengguncang dada kita bukan?
Memang untuk beberapa pembicara tidak masalah tapi bagi yang mudah gugup saran saya jangan terlalu sering melihat/kontak langsung dengan mata hadirin. Tapi jangan lupa untuk tetap sesekali melakukan kontak mata langsung, karena sebagai wujud perhatian serius kita ke mereka.
Lalu kemana seharusnya mata kita tujukan? Cara yang biasa saya lakukan adalah dengan melihat ke bagian kepala para hadirin. Karena dengan begitu mereka tidak sadar bahwa sebenarnya kita tidak melihat langsung ke mereka, tetapi bagi mereka merasa kita telah memperhatikan. Ada juga caranya dengan melihat di bagian tengah dari kerumunan peserta/hadirin.
Tips Menaklukkan Lawan Bicara Ketika berbicara face to face dengan seseorang, Anda
tentu harus terlihat antusias dan menunjukkan bahwa Anda merupakan partner bicara yang baik dan menyenangkan. Akan tetapi masalah yang sering Anda hadapi adalah bahwa setiap kali Anda bertatapan langsung dengan mata lawan bicara tersebut, seketika itu pula timbul rasa tidak nyaman, grogi dan bahkan salah tingkah (terutama kalau yang berbicara adalah antara pria dan wanita, hayo ngaku? he.he.he…). Tentu ini menimbulkan rasa serba salah. Di satu sisi bila wajah dan tatapan mata Anda tidak ditujukan ke lawan bicara ini tentu menimbulkan kesan tidak sopan dan seperti tidak perhatian, tapi bila kita terus melakukan kontak mata secara langsung rasa grogi dan salah tingkah tetap akan muncul.
Untunglah saya memiliki seorang adik yang sangat luar biasa, yang walaupun tidak sempat mengenyam pendidikan tinggi, namun dia memiliki pengetahuan “sekolah kehidupan” yang luas sehingga saya banyak belajar darinya. Adik saya pernah ikut sebuah pelatihan dan membagikan sedikit ilmunya yang sangat berharga dan tidak akan pernah saya lupakan sampai saat ini (thanks my beloved brother…!). Untuk menghindari grogi dan salah tingkah bahkan sampai menundukkan kepala akibat grogi ketika habis saling bertatapan mata. Maka ada kiat yang sangat jitu yang patut dicoba. Yaitu ketika berbicara dengan lawan bicara kita, arahkanlah tatapan mata Anda di wilayah triangle face yang meliputi dahi, gelembung pipi dekat hidung dan wilayah bibir kiri-kanan (lihat gambar). Pengalaman Penerapan
Perlu diperhatikan, ketika pertama kali saya mencoba tips ini, saya dulu juga kadang masih tidak percaya apa bener sih cara ini berhasil. Sehingga kadang-kadang masih juga menundukkan pandangan karena tidak yakin dengan cara ini. Tetapi setelah saya coba lagi dan lagi ternyata hasilnya luarrrr biasa…! Ternyata semakin saya intens mengarahkan tatapan mata pada area triangle face, semakin membuat lawan bicara saya sendiri yang terlihat “kewalahan” dan grogi sendiri (he.he.he.., sorry ya … yg pernah jadi korban gue…). Ini terlihat
dari cara mereka yang sering mengalihkan pandangan hingga tertunduk “kalah”. Khusus masalah “korban” ini saya pribadi banyak cerita unik bin lucu. Ada yang sampai saking groginya, makanan yang sedianya siap dia santap sampai tumpah deh…! (…once again, I am so sorry ya bro… peace.!)
Tentu saja hasil positif dari keberhasilan menggunakan tips ini akan sangat membantu kita dalam melakukan pembicaraan yang berhasil. Misalnya teknik ini bisa Anda terapkan ketika sedang menerima curhat dari teman, memberikan pengarahan/penjelasan kepada bawahan/atasan, negosiasi bisnis, dll yang memerlukan tingkat konsentrasi tinggi untuk menghasilkan sesuatu yang penting.
Saran saya kepada pemula yang ingin menerapkan teknik ini, cobalah terlebih dahulu kepada teman dekat Anda. Minta pendapatnya, apa benar dia merasa Anda sedang melihat matanya? Padahal saat itu Anda sedang melihat ke arah keningnya. Begitu seterusnya dicoba-coba dengan memindahkan arah tatapan mata kita ke hidung, dan bibir teman Anda tersebut. Tidak percaya? Silahkan mencoba… semoga berhasil…!
16 Ketika Mahasiswa Mendapatkan
Proyek Bagi para Anda yang berasal dari mahasiswa TI
(Informatika, Ilmu Komputer, Teknik Elektro), sudah merupakan hal yang biasa kalau ketika masih berstatus mahasiswa sering menerima pekerjaan atau proyek. Hal ini biasanya dilakukan oleh Anda yang memang memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam keahlian teknis, semisal membuat aplikasi software, instalasi jaringan, troubleshooting, desain grafis, animasi, dll.
Ketika pertama kali mendapatkan pekerjaan tersebut, biasanya Anda akan senang bukan kepalang. Maklum, selain bayangan gemerincing rupiah sudah di depan mata, gengsi di mata teman, dosen dan orang tua pun semakin tinggi. Sehingga pengakuan dan apresiasinya dalam pergaulan sehari-hari bakal semakin “kinclong”. Namun, sebelum pekerjaan/proyek itu diterima ada baiknya Anda harus memperhatikan beberapa hal penting yang biasanya sering dilupakan dan juga belum diketahui bagi para new comer. Karena sudah banyak “korban” berjatuhan bila hal-ini diabaikan, yaitu antara lain:
Mintalah kepastian dan kejelasan pekerjaan/proyek yang akan dikerjakan. Dalam hal ini, Anda harus tahu secara detil apa hak dan kewajibannya, sanksi, ruang lingkup pekerjaannya, durasi pekerjaannya, siapa yang memberi kerja dalam artian apakah dari tangan pertama langsung atau dari broker. Karena ini bakal menentukan keberlanjutan serta kenyamanan dalam menyelesaikan proyek.
Usahakan agar pekerjaan/proyek tersebut sudah jelas hitam di atas putihnya, dalam artian dibuat secara legal formal dalam sebuah perjanjian tertulis, bermaterai dan lain sebagainya yang intinya sah di mata hukum. Karena biasanya saking senangnya menerima pekerjaan tersebut membuat Anda tidak peduli dengan aspek legal ini. Kelalaian Anda dengan menganggap remeh aspek legal ini akan sangat merugikan Anda kelak nantinya. Kerugian yang bisa Anda alami misalnya ketika pembayaran yang diterima jumlahnya kurang dari yang seharusnya, atau bisa berupa pembayaran yang diterima menjadi molor. Selain itu bisa jadi pekerjaan yang terus bertambah dan kompleks yang ternyata di luar lingkup yang diungkapkan di awal proyek. Kalau hal-hal ini sudah terjadi biasanya Anda hanya akan bisa dongkol dan menyesal.
Patut Anda perhatikan juga, bahwa biasanya motif yang bisa terlihat adalah melalui sebuah ungkapan yang mungkin sering Anda dengar “…. ah gampanglah itu mas, yang penting kerjakan saja proyeknya, nanti urusan legal dan perjanjian kerjanya di belakang aja..”. Bila Anda mendengar ungkapan tersebut, saya sangat menyarankan agar dengan tegas untuk menolaknya. Mintalah kepada mereka untuk membuat perjanjian kerja tuntas dulu di awal!.
Mungkin beberapa uraian singkat di atas bisa memberikan pencerahan kepada mahasiswa, dan bila ada tambahan dan sharing pengalaman sangat diharapkan untuk memperkaya khasanah pada topik ini.
17 Mengintip “Dapur” Seorang Dosen
Dosen, adalah sosok yang cukup memberi pengaruh
dalam membentuk anda sebagai seorang sarjana nantinya. Di tangan dan pemikiran serta bimbingan Dosen lah Anda akan dibentuk menjadi apa. Seorang dosen sebagaimana yang kita pahami selama ini adalah staf pengajar yang ditugaskan mengajar di sebuah lembaga pendidikan tinggi.
Diakui atau tidak, selama ini persepsi mahasiswa terhadap dosen masih seperti halnya seorang santri kepada kiai jaman dulu. Yaitu menganggap dosen adalah sumber pengetahuan utama. Dosen masih dianggap sebagai orang yang “pintar” yang tahu segala-galanya terhadap mata kuliah yang diajarkan. Sehingga hal ini ternyata membuat kebanyakan mahasiswa merasa tidak perlu lagi membaca dan mencari sumber pengetahuan di luar sang dosen.
Tentu saja hal ini adalah sebuah salah kaprah yang parah. Kalau boleh saya katakan, bahwa sebenarnya dosen itu kelihatannya lebih tahu, hal tersebut dikarenakan mereka telah lebih duluan belajar daripada Anda . Bahkan terkadang ada joke bahwa sebenarnya dosen itu lebih dulu tahu satu hari dibanding mahasiswa.
Terus kalau memang begitu apa dong fungsinya dosen dalam proses belajar mengajar di kelas? Fungsi ideal seorang dosen di kelas adalah memfasilitasi mahasiswa dalam mempelajari sebuah mata kuliah. Jadi dosen itu sebagai fasilitator dalam proses transfer ilmu kepada mahasiswa, sehingga dari mahasiswa yang belum tahu menjadi tahu dan dari tahu menjadi paham, dari paham menjadi bisa menganalisis dan dari menganalisis mampu mengembangkan.
Sebenarnya pemahaman Anda terhadap profesi seorang dosen akan cukup membantu dalam keberhasilan Anda menempuh kuliah. Oleh karena itu Anda harus mengetahui seluk beluk kehidupan seorang dosen. Mari kita intip kehidupan seorang dosen itu. Jenjang Karir & Pendidikan
Seorang dosen juga sama seperti halnya karyawan dan staf di perusahaan. Artinya dosen juga memiliki jabatan dan kepangkatan dalam meniti karirnya. Secara umum jenjang karir dosen adalah sebagai berikut:
1. Penata Muda 2. Penata 3. Penata Tingkat I
Jabatan Fungsional: 1. Asisten Ahli 2. Lektor 3. Lektor Kepala 4. Guru Besar
Jabatan Akademik 1. Sarjana (S1) 2. Magister (S2) 3. Doktor (S3)
Bila ditilik dari sisi karir akademik, seorang dosen wajib
memiliki gelar tertinggi yaitu Doktor. Karena dengan memiliki gelar tertinggi tersebut secara tidak langsung akan dapat menjadi penyokong utama dalam peningkatan kualitas akademik sebuah perguruan tinggi. Apalagi sekarang peraturan pemerintah telah mewajibkan seorang dosen wajib minimal bergelar S2 atau Magister. Berdasarkan aturan tersebut maka tidak heran nanti mungkin pada waktunya dosen itu akan wajib bergelar Doktor. Oleh karena itu Anda patut heran dan bertanya-tanya, bila seorang dosen yang sudah tua dan senior ternyata jabatan fungsional dan jabatan akademiknya tidak naik-naik. Berarti ada sesuatu yang tidak beres dengan dosen tersebut. Persiapan Mengajar
Jangan dikira ketika seorang dosen mengajar dengan baik itu dilakukan dengan tanpa persiapan loh. Beberapa hari, bahkan mungkin beberapa jam sebelum mengajar seorang dosen pasti selalu membuat persiapan. Bisa dengan melihat kembali bahan-bahan materi kuliah yang akan disampaikan. Memberi tanda pada poin-poin penting yang akan disampaikan. Bahkan sebenarnya bila Anda sering melihat atau mambaca skenario film, maka dosen pun sebenarnya memiliki skenario mengajar yang berisi urut-urutan penyajian dalam peroses belajar mengajar yang diatur hingga dari menit ke menit. Semua itu tertuang dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Sehingga dengan adanya RPP maka seorang dosen akan dapat memandu jalannya perkuliahan dengan terstruktur dan urut. Oleh karena dosennya sudah menyiapkan diri dengan matang sebelum mengajar, maka hendaknya Anda juga melakukan persiapan juga sebelum kuliah agar ilmu yang bakal Anda dapatkan lebih berkualitas dan efektif. Anda bisa mencari referensi tambahan di Internet atau perpustakaan terhadap materi yang akan diajarkan besok. Persiapkan beberapa pertanyaan yang bakal diajukan, dan sebagainya. Sehingga ketika kuliah berlangsung, Anda akan bisa menyesuaikan dan mematangkan konsep dan informasi yang telah Anda dapatkan sebelumnya. Bahkan, bukan tidak mungkin Anda bisa memberikan argumen tersendiri untuk misalnya mempertanyakan penjelasan dari dosen yang Anda rasa kurang tepat dengan pemahaman Anda. Di sinilah sebenarnya proses belajar mengajar yang baik itu seharusnya terjadi. Jadi bukan yang selama ini kebanyakan Anda atau teman-teman Anda lakukan, yang hanya bersikap 4D yaitu Datang, Duduk, Diam, Dengarkan. Bukankah sikap seperti itu tentu akan sangat membosankan? Membuat dan Mengoreksi Soal
Kegiatan ini biasanya akan dilakukan setiap menjelang dan sesudah ujian. Namun, ada satu hal perlu Anda ingat bahwa setiap dosen memiliki batas waktu pengumpulan hasil koreksi ujian. Sehingga saran saya Anda harus tahu kapan batas waktu yang mesti dipenuhi oleh dosen tersebut, agar Anda dapat segera tahu nilai hasil ujian Anda. Jadi jangan
sampai karena kemalasan dosen tersebut mengakibatkan nilai Anda tertunda dan molor keluarnya. Pastikanlah Anda mendapatkan nilai ujian tepat waktu. Menulis Artikel dan Buku Salah satu keahlian yang wajib dimiliki oleh seorang dosen adalah menulis. Baik itu menulis artikel maupun buku. Sehingga dengan begitu, dosen yang memiliki minat ke bidang tertentu dapat mengaktualisasikan dan mensosialisasikan seluruh ilmu dan wawasan yang dimilikinya melalui media tulisan. Mulai dari menulis di koran, majalah, jurnal nasional maupun internasional, diktat kuliah, petunjuk praktikum hingga buku teks. Paling tidak salah satu atau bahkan seluruh media tersebut sudah pernah dijelajahi oleh dosen. Oleh karena itu Anda patut heran dan bertanya-tanya, bila ada Dosen yang tidak pernah Anda jumpai satu karya tulis pun! Ke mana dan ngapain aja tuh dosen ya??? he..he..he.. Pengabdian Kepada Masyarakat Wujud lain dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang mesti dilakukan dosen adalah dengan melakukan Pengabdian Kepada Masyarakat. Sehingga Anda jangan kaget misalnya para dosen akan sering melakukan penyuluhan, pelatihan, pendampingan kepada beberapa elemen masyarakat. Karena memang ilmu dan pengetahuan yang dimiliki dosen tersebut harus dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat. Sehingga masyarakat juga merasakan manfaat dari keberadaan institusi pendidikan, dan tidak hanya sebagai menara gading. Jadi perguruan tinggi itu bukan hanya tempat mendidik mahasiswa seperti Anda, tetapi juga melakukan semacaram Education Social Responsibility. Mengenal Tipe-Tipe Dosen
Mungkin Anda sering merasakan dan amati bahwa terdapat banyak perbedaan antara dosen yang satu dengan dosen yang lain. Dosen A orangnya kaku, kalau ngajar membosankan dan membuat ngantuk, nilainya pun pelit dan kalau ngajar cuma buka-buka slide. Pokoknya garing banget deh...
Namun ada juga dosen B, orangnya enerjik, suka humor, easy going, wawasannya luas karena banyak memberikan contoh dan cerita, disiplin dan kalau ngasih nilai standarnya tidak terlalu tinggi. Dan masih banyak lagi contoh model dosen yang dapat Anda temui di kampus. Setiap akan masuk perkuliahan dosen yang bersangkutan, mental dan mindset Anda akan menyesuaikan dulu dengan dosen yang bersangkutan. Kalau nantinya bakal masuk ke kelasnya dosen A, maka bisa jadi Anda akan berat hati dan sedikit terpaksa untuk masuk karena sudah tahu bakal seperti apa nantinya suasana kelas dan hati Anda. Namun ketika akan menjelang kuliah dosen B, Anda akan merasa tidak sabar untuk masuk kuliah dan menunggu-nunggu curahan ilmu yang akan diberikan dosen tersebut. Bahkan tidak jarang ada para mahasiswa atau mahasiswi yang mengidolakan dosen-dosen tertentu karena selain ngajarnya enak tapi juga ganteng atau cantik, sehingga sedikit menambah semangat belajar, iya nggak??
18 Bangkit Dari Keterpurukan:
Bagaimana Mengubah IP 1 Koma Menjadi 3 Bahkan Lebih Hanya Dalam
Waktu 6 Bulan Ini adalah salah satu cerita favorit sekaligus heroik
saya dalam menyemangati dan memotivasi para mahasiswa yang merasa putus asa dan terpuruk dalam menjalani kuliah. Putus asa dan terpuruk bisa dalam bentuk IPK kuliah yang masih di bawah dua atau satu koma, sampai kuliah yang masih tidak lulus-lulus hingga di atas semester sepuluh!.
Baiklah akan saya beberkan sejarah “kelam” saya dulu ketika menempuh kuliah seperti Anda. Sejak menjadi mahasiswa, dari semester satu hingga semester tiga saya sangat keranjingan dengan yang namanya ikut organisasi kemahasiswaan. Mungkin suasana dan kehidupan kemahasiswaan waktu itu sangat kondusif dan hidup. Ditambah lagi tahun 1997-1999 Indonesia masih dalam suasana euforia reformasi. Di mana mahasiswa adalah salah satu elemen penting reformasi pada waktu itu.
Sejak semester satu hingga tiga saya sudah banyak malang melintang menjadi pengurus inti organisasi kemahasiswaan. Sebut saja mulai dari Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), hingga puncak karir organisasi saya adalah ketika menjadi Sekjen BEM Universitas ketika masih di semester 3! Ini belum lagi keterlibatan saya secara aktif di berbagai kegiatan-kegiatan praktis seperti menjadi ketua panitia berbagai seminar nasional, diskusi, musyawarah anggota, menggalang demonstrasi, hingga pelatihan Internet yang memakan waktu satu tahun penuh! Yang luar biasanya
lagi seluruh kegiatan tersebut dilakukan hanya dalam kurun waktu tiga semester! Satu waktu yang singkat untuk menjalankan seabreg aktivitas tadi.
Namun keberhasilan saya sebagai ikon aktivis mahasiswa yang sangat bersinar pada waktu itu harus dibayar mahal yaitu dengan jebloknya IPK kuliah saya! Dengan berat hati saya harus mendapatkan IPK di bawah dua. Sebuah nilai yang sangat memalukan dan tidak bisa dibanggakan. Apalagi saya sebagai aktivis mahasiswa seharusnya bisa memberikan contoh pada mahasiswa yunior saya bahwa sebagai aktivis yang sukses juga harus menjadi mahasiswa yang sukses dalam kuliah. Namun pada waktu itu saya tidak mampu melakukannya.
Mengapa IPK saya bisa sedemikian parah? Mungkin sebagian dari Anda bisa menebaknya yaitu disebabkan oleh BOLOS atau jarang masuk kuliah! Ya betul sekali, bagaimana tidak wong ketika teman-teman saya pada rajin kuliah saya malah asyik rapat, rapat dan rapat. Pernah suatu ketika menjelang jam Ujian kuliah berlangsung saya sedang asyik nongkrong di kantor BEM ditanyai teman yang sedang lewat, “mas kok nggak ikut ujian?” Saya jawab “saya jarang masuk nih, pasti bakal nggak bisa jawab soal, udah besok aja tak ulang mata kuliahnya”.
Dari percakapan singkat di semester tiga itulah, yang telah menjadi titik balik kehidupan kuliah saya waktu itu. Sesampainya di Asrama saya langsung termenung dan melakukan perenungan yang amat dalam. Langsung ingatan saya menerawang dan kembali menjelajahi seluruh hal yang telah saya lewati dan lakukan sejak semester satu hingga semester tiga sekarang. Betapa saya akhirnya menyadari, saya telah terlampau asyik dengan dunia organisasi, hingga kuliah sangat terbengkalai dan tidak punya porsi yang memadai. IPK saat ini hanya di bawah dua, sedangkan semakin lama semester akan bertambah tua. Bila kondisi seperti ini terus berlangsung apa yang bakal terjadi dengan kuliah saya? Karena sehebat apa pun saya sebagai aktivis mahasiswa, bila kuliah saya tetap jeblok seperti ini, bukan tidak mungkin saya akan menjadi mahasiswa drop out.
Kemudian ingatan saya kembali pada masa pertama diantar papap (sebutan Ayah) ketika akan berangkat ke Jogja. Tentu saja harapan orang tua waktu itu saya harus selesai kuliah dengan baik dan tepat waktu. Seketika itu pula saya tersentak, astaghfirullah!. Kuliah saya ini adalah amanah dari orang tua! Bagaimana mungkin saya bisa menunaikan amanah ini bila saya masih terus seperti ini. Saya dikirim ke Jogja bukan untuk terlena menjadi aktivis organisasi mahasiswa sehingga melupakan kuliah.!
Akhirnya sejak saat itu saya sudah menyiapkan seluruh bekal untuk menyongsong perkuliahan semester empat. Saya langsung melakukan kalkulasi, dengan membuat daftar mata kuliah yang hancur dan wajib diulang untuk diperbaiki. Sehingga nanti bisa memprediksikan kapan bisa lulus kuliah. Akhirnya saya dapatkan bahwa untuk memperbaiki beberapa mata kuliah yang hancur tersebut, maka saya harus mengulangnya di seluruh semester tersisa yaitu mulai dari semester 4, 5, 6, 7, dan 8!. Jadi nanti ada mata kuliah yang di semester satu, dua atau tiga harus saya ulang di semester-semester akhir!
Melihat itu semua saya hanya bisa menghela nafas berat penuh penyesalan. Sambil meneguhkan semangat dan tekad bahwa memang ini adalah konsekuensi dan tanggung jawab yang harus saya ambil akibat perbuatan saya sendiri di masa lalu! Jadi saya menganggap lima semester ke depan sudah tidak ada masa-masa santai, semuanya harus dilalui dengan baik dan penuh belajar dan kerja keras! Bahkan saya harus belajar menepis rasa malu karena harus sekelas dengan yunior yang jauh di bawah saya, dan harus menceritakan bahwa saya mengambil mata kuliah ini karena dulu nilainya jeblok. Pada waktu itu pula saya bertekad untuk berhasil mendapatkan nilai dengan perjuangan dan jerih payah sendiri dan sama sekali tidak akan menyontek/bekerjasama dengan teman di waktu ujian. Suatu hal yang terus terang belum pernah saya lakukan sebelum-sebelumnya di semester awal bahkan SMU!
Akhirnya setelah semester empat terlewati, hasilnya sungguh luar biasa! IP semester empat saya mencapai tiga koma empat!! Suatu pencapaian yang sungguh sangat
membanggakan dan sangat di luar dugaan. Sampai-sampai saya sendiri hampir tidak mempercayainya. Bagaimana tidak, saya yang dulu paling malas kuliah, dan bisa dikatakan tidak pintar-pintar amat dan tidak jarang juga sering nyontek/kerjasama, ternyata bisa mengenyahkan perilaku buruk tersebut! Selain bisa meraih IP yang baik, saya juga sudah bisa peraya diri dengan menjawab soal-soal ujian dengan tangan dan otak sendiri! Bahkan tanpa kerjasama, toleh kanan kiri melihat jawaban teman! Alhamdulilah.
Sejak saat itulah prestasi kuliah saya semakin moncer. IP setiap semester saya rata-rata di atas tiga koma selalu dan akhirnya saya bisa lulus dengan IPK tiga koma dua. Oh ya, Anda mungkin bertanya-tanya, terus bagaimana dengan aktivitas organisasi kemahasiswaan saya? Memang saya telah membuat pilihan bahwa sudah saatnya saya pensiun dari organisasi kemahasiswaan saat itu. Karena saya sudah bertekad untuk berjuang habis-habisan mulai semester empat untuk menyelesaikan kuliah dengan baik. Namun, saya mengalihkan energi organisatoris saya kepada level keilmuan saya pada waktu itu. Saya menjadi seorang penulis yang produktif dan menggalang rekan-rekan satu gank untuk menulis buku. Hingga akhirnya bisa bekerjasama dengan penerbit Elex Media untuk menerbitkan Buku Seri Pintar Linux.
Saya sangat bersyukur perjalanan kuliah S1 saya ditutup dengan catatan manis dan mengesankan. Dan perlu saya tegaskan juga bahwa saya tidak pernah menyesali seluruh apa yang pernah saya alami ketika memilih menjadi aktivis dan melupakan kuliah, karena saya mendapatkan banyak sekali pengalaman dan ilmu yang bermanfaat dengan menjadi aktivis. Bahkan bisa dikatakan, keberhasilan yang saya raih saat ini fondasi dasarnya adalah dari tempaan saya ketika menjadi aktivis. Saya bisa bicara/berorasi di depan publik, melakukan negosiasi, membangun jejaring relasi, menulis, dll jika bukan karena menjadi aktivis dan banyak bergaul mungkin saya tidak bisa menjadi sekarang ini.
Terus apa pelajaran yang bisa saya bagi dari pengalaman saya tersebut kepada Anda? Bagi Anda yang saat ini merasa terpuruk kuliahnya, maka lihatlah, saya juga
sempat mengalaminya. Saya juga pernah merasakan bagaimana tidak enaknya menyandang mahasiswa dengan IPK di bawah dua. Betapa malu dan mindernya kita dengan status itu bukan? Artinya Anda sudah punya contoh nyata yang mungkin lebih buruk dari Anda, yaitu saya sendiri. Namun, saya bisa bangkit dan membuktikan bahwa saya juga bisa berhasil kuliah. Bagaimana caranya? Ya tentu saja dengan fokus kuliah, belajar dan bekerja keras! Titik! Tidak ada cara lain. Jadi Anda pun harus begitu, jangan terlena dengan kondisi keterpurukan Anda. Jangan biarkan KEGAGALAN mengalahkan DIRI ANDA. Karena yang bertanggung jawab penuh atas keberhasilan Anda siapa lagi kalau bukan diri Anda sendiri. Toh kalau berhasil Anda sendirilah yang akan merasakannya, begitu pula sebaliknya.! Oleh karena itu AYO BANGKIT DARI KETERPURUKAN!
Bagaimana mengubah IP 1 koma menjadi 3 koma bahkan lebih hanya dalam waktu 6 bulan?
1. Selama Anda masih sehat jangan pernah bolos satu pertemuan pun di seluruh mata kuliah.
2. Catat dan perhatikan dengan serius setiap dosen menyampaikan materi.
3. Perhatikan penekanan-penekanan tertentu dari materi yang disampaikan dosen. Karena biasanya itulah yang akan masuk di ujian. Sehingga Anda bisa belajar dengan tepat sasaran.
4. Ketika mengulangi pelajaran di rumah, pastikan Anda menuliskan berulang-ulang kembali dengan kata-kata Anda sendiri materi yang Anda pelajari tersebut.
5. Bila masih sulit memahami materi kuliah, jangan ragu, sungkan apalagi malas untuk bertanya pada teman Anda yang sudah paham. Kalau perlu Anda belajar khusus dengan mendatanginya di rumah/kos mereka sampai Anda merasa paham. Kalau memang perlu, jangan sungkan-sungkan untuk kembali bertanya kepada dosennya. Pokoknya jangan sampai ada satu materi pun yang Anda tidak paham. Terutama materi yang menurut prediksi Anda bakal keluar di ujian. Karena kalau Anda
biarkan hal ini terjadi, berarti Anda telah membuat sebuah bibit masalah yang bisa menyulitkan Anda kelak dalam menjawab soal ujian.
6. Untuk mata kuliah yang eksak/hitungan/rumus, perbanyaklah latihan soal secara terus menerus. Dengan sering melakukan latihan soal tersebut akan mengasah penguasaan materi dan insting Anda, yang kelak akan sangat membantu Anda dalam menjawab soal-soal ujian.
7. Ketika sedang ujian, bacalah dulu secara sekilas seluruh soal. Lalu jawablah dulu soal yang paling mudah Anda kerjakan atau yang paling Anda rasa 80% Anda sudah tahu jawabannya. Dengan begitu berarti Anda sudah bekerja secara efektif, karena mengingat waktu ujian yang terbatas, maka Anda perlu pastikan untuk memprioritaskan menjawab soal-soal yang mudah untuk dijawab terlebih dahulu.
8. Bila Anda kesulitan dalam menjawab soal dikarenakan lupa, padahal Anda yakin sudah mempelajarinya. Coba Anda pejamkan mata dan kembali mengingat-ingat, materi apa sebelumnya yang telah Anda pelajari tentang hal yang Anda lupa tersebut. Dilacak kembali materi utama apa yang menjadi dasar untuk menjawab pertanyaan tersebut. Ingat kembali apa yang Anda pelajari atau lakukan ketika berlatih soal tentang materi tersebut. Biasanya bila Anda lakukan dengan tenang dan pelan, maka Anda nanti akan bisa mengingatnya kembali. Sehingga dengan begitu Anda bisa menjawab soal tersebut.
9. Ketika ujian anggaplah Anda seorang diri di ruang ujian, jangan hiraukan teman di depan, belakang, kiri dan kanan Anda. Pokoknya fokuslah 100% pada kertas ujian Anda selama 60-120 menit tersebut!
19 Sukses Dengan Gank atau Kelompok
Memang tidak dapat kita pungkiri, bahwa selama menjadi mahasiswa kita tidak bisa hidup sendirian. Kita butuh teman lain yang seiring sejalan, senasib sepenanggungan selama mengarungi perjalanan kuliah. Maka tidak heran bila Anda perhatikan setiap satu angkatan atau bahkan satu kelas, mahasiswa selalu terpecah-pecah menjadi beberapa kelompok. Kelompok ini sering disebut gank dengan sebutan nama-nama tertentu seperti gank Sendowo, gank papringan, gank inf 2010 A, dan banyak lagi sebutan lainnya. Keberadaan gank-gank tersebut menunjukkan sekumpulan mahasiswa yang kesehariannya sering dan selalu bersama-sama.
Kelompok atau gank-gank mahasiswa ini biasanya masuk dan pulang kuliah selalu bersama-sama, makan di kantin sama-sama, nongkrong, kongkow-kongkow sama-sama, tidak jarang dugem sama-sama, ngerjain tugas-tugas kuliah sama-sama, hingga kelompok tugas kuliah juga sama-sama. Sehingga tidak heran ikatan emosional mereka satu sama lain sangat kuat dan kompak. Bila ada salah satu anggota sedang bokek, maka tidak perlu khawatir, karena pasti temannya akan selalu siap sedia membantu. Kesulitan mengerjakan tugas-tugas kuliah akan beres karena dilakukan sama-sama. Bahkan nanti coba deh lihat, di bagian persembahan atau ucapan terima kasih di laporan Skripsinya, pasti akan ada yang ditujukan untuk gank tercinta so sweet bukan...he.he.he....
Namun mungkin tidak banyak yang memahami bahwa sebenarnya Anda bisa berhasil kuliah dengan mengoptimalkan pemanfaatan tali pertemanan yang kuat di gank Anda tersebut. Jadi gank Anda tidak hanya digunakan untuk hal-hal yang bersifat bersenang-senang, happy-happy
atau hura-hura semata. Gank tersebut bisa dimanfaatkan lebih jauh lagi yaitu untuk saling bahu membahu, dan bantu membantu dalam mensukseskan kuliah. Caranya bagaimana? Banyak cara yang bisa Anda lakukan. Terutama misalnya setiap ada tugas-tugas kuliah Anda bisa bertanya dan atau minta diajari kepada salah satu anggota gank. Ketika menjelang Ujian MID atau Ujian Akhir Anda dan teman-teman bisa belajar dan berlatih sama-sama untuk memecahkan soal-soal ujian yang telah lalu. Sehingga bila Ada soal yang dirasa sulit, maka Anda punya teman yang bisa membantu memecahkannya. Begitu pula teman gank Anda bisa membantu untuk mengurus berbagai keperluan administrasi di kampus, menginformasikan perkuliahan bila suatu saat ternyata Anda tidak bisa hadir ke kampus. Hingga akhirnya ketika menjelang pembuatan Skripsi, maka komunitas gank Anda ini bisa menjadi lingkungan yang sangat efektif untuk mendukung keberhasilan pembuatan Skripsi tersebut.
Coba Anda perhatikan, sebelum menggarap Skripsi biasanya Anda akan mulai disibukkan sekaligus dipusingkan dengan mencari topik yang tepat. Dengan gank Anda tersebut Anda bisa melakukan diskusi, brainstorming dan sharing mengenai beberapa topik yang potensial untuk diangkat. Mungkin teman satu gank Anda bisa memberikan masukan ide kepada Anda, begitu pula sebaliknya. Selain itu biasanya Anda secara tidak langsung akan saling berlomba, terpacu dan menyemangati satu sama lain untuk bisa sama-sama menulis Skripsi. Misalnya ketika Anda sudah bertekad untuk mengambil Skripsi di semester ini, maka tentu Anda akan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain bukan? Sehingga teman Anda nanti akan tersemangati juga. Bahkan bisa jadi motivasi teman Anda yang jadi ikut-ikutan Skripsi tersebut karena “gengsi” atau malu dan takut ketinggalan sama Anda, ya kan...?
Kemudian ketika topik Skripsi sudah Anda dapatkan dan mulai melakukan penulisan Skripsi, maka biasanya Anda akan menghadapi berbagai macam kendala seperti kalau di bidang eksak/teknik terhalang pada sisi rumus, program komputer, algoritma, dan lain sebagainya. Kalau di bidang sosial/humaniora misalnya terkendala pada masalah
pengambilan data, survei, dll. Sehingga di masa-masa penuh kesulitan inilah teman-teman gank Anda akan menjadi penolong pertama untuk membantu memecahkan masalah tersebut. Kalian bisa saling mengajari, saling membantu dan berbagai macam bentuk bantuan lainnya. Sehingga penulisan Skripsi Anda bisa semakin mudah, ringan dan cepat. Karena kekuatan komunitas/gank itulah yang memungkinkan semuanya.
Saya akan ambil contoh ketika saya menyelesaikan Tesis S2. Saya adalah lulusan tercepat di angkatan saya. Ketika KRS saya sudah mengambil Tesis di semester II, sehingga teman-teman satu gank saya juga terinspirasi dan termotivasi untuk mengambil Tesis. Setelah itu ketika saya informasikan kepada mereka bahwa saya sudah menulis proposal, maka mereka juga bertanya mengenai peluang topik-topik Tesis lainnya. Hingga setelah diskusi, maka akhirnya teman-teman saya bisa juga menyelesiakan proposal Tesisnya. Sampai ketika saya sudah menyelesaikan laporan dan lulus ujian Tesis, maka teman satu gank saya pun semakin semangat dan terpacu karena sudah ada satu temannya yang lulus duluan!
Nah, terbukti bukan kalau sebenarnya gank atau kelompok Anda tersebut sebenarnya bisa membantu untuk menyukseskan kuliah Anda. Jadi, tunggu apa lagi, segera manfaatkan dan optimalkan gank Anda! Selamat Mencoba....
20 Bagaimana Kalau Kuliah Sambil
Bekerja? Tidak jarang ketika Anda sedang kuliah atau
menjelang semester-semester akhir, ada satu cobaan sekaligus anugerah yang patut disyukuri yaitu mendapatkan pekerjaan atau berwirausaha atau apapun yang intinya Anda bisa mendapatkan penghasilan sendiri. Kebetulan dari pengalaman, saya bisa mencari uang sendiri sejak semester tujuh yaitu dengan rutin menulis artikel untuk surat kabar. Pada waktu itu sekitar tahun 2001, sekali tulisan saya dimuat maka saya akan mendapatkan honor sekitar 150 ribu dan ditambah lagi dari bonus dari kampus sebesar nilai yang sama. Untuk mahasiswa seperti saya di masa-masa seperti itu, jumlah tersebut tergolong besar. Belum lagi saya lanjutkan dengan menulis buku sehingga pundi-pundi uang saya semakin bertambah.
Namun memang kembali ke prinsip awal, hidup itu memang harus memilih. Ketika sedang asyik bekerja mencari uang dengan menjadi penulis, pada waktu itu pula saya harus segera menyelesaikan Skripsi agar bisa menjadi Sarjana. Sedangkan sebenarnya peluang di luar sana masih banyak yang mesti harus digarap. Untuk itu saya harus memutuskan, kuliah atau kerja! Akhirnya saya memutuskan untuk menyelesaikan Skripsi dulu, baru kemudian melanjutkan pekerjaan saya. Perhitungan saya adalah, menulis skripsi ini memang kadang menjemukan dan tidak ada uangnya, bahkan butuh beberapa bulan lagi. Padahal selama waktu tersebut saya tentu bisa menyelesaikan beberapa tulisan. Namun saya sadar, menulis Skripsi hanya dilakukan sekali seumur hidup, sedangkan peluang penghasilan insya allah akan datang kapan
saja dan dapat dikerjakan kapan saja. Lalu saya meluangkan waktu khusus untuk fokus menulis Skripsi. Pikir saya toh tinggal selangkah lagi dan saya bisa meraih gelar Sarjana. Dengan titel baru tersebut saya akan semakin bebas bergerak dan mengembangkan bakat tulis menulis, tanpa harus masih terkekang dengan status mahasiswa!
Ternyata, keputusan saya tersebut tepat sekali. Setelah saya berhasil menyelesaikan kuliah, ternyata Skripsi saya tersebut pun dapat diterbitkan menjadi buku. Sehingga dengan sekali kerja saya mendapatkan dua manfaat sekaligus, yaitu Skripsi dan Buku. Lebih jauh lagi akhirnya setelah lulus saya lebih produktif menulis buku dan akhirnya bisa mendirikan penerbitan buku sendiri. Sesuatu yang mungkin akan sulit dilakukan bila saya masih berstatus mahasiswa.
Mungkin banyak dari Anda yang saat ini sedang mengalami masalah seperti saya tersebut. Di satu sisi Anda sudah masuk semester “melayang” jauh yang artinya batas untuk drop out sudah semakin dekat. Namun di sisi lain bayang-bayang gemerincing rupiah di depan mata sungguh menggiurkan. Saya sangat memahami betapa sulit untuk memilih di antara keduanya. Inginnya sih jalan dua-duanya bukan? Kuliah selesai, kerja juga jalan terus. Namun pada prakteknya sangat sulit dilakukan. Contoh saja beberapa mahasiswa saya sekarang banyak yang sedang kerja atau berwirausaha dan masih belum selesai kuliahnya. Akibatnya, kuliahnya tambah molor. Sering mereka melobi saya untuk memberikan keringanan agar bisa diberi nilai tanpa harus kuliah. Dikarenakan mereka harus tetap masuk kerja. Hingga ada juga yang sebenarnya sudah mengambil Skripsi, namun tidak kelar-kelar, dikarenakan sibuk bekerja.
Kepada mereka saya katakan bahwa antara kuliah Anda dan pekerjaan Anda itu adalah dua hal yang berbeda. Kuliah telah sedemikian rupa diatur agar Anda bisa selesai dengan syarat dan ketentuan yang ada. Begitu pula pekerjaan Anda tentu mensyaratkan Anda harus rajin dan mampu menyelesaikan seluruh pekerjaan dengan baik. Kedua-duanya menuntut attitude dan keseriusan Anda. Sedangkan Anda inginnya kampus yang harus “mengalah” untuk Anda. Bukankah itu tidak adil? Oleh karena itu saya selalu
menyarankan silahkan untuk memilih, kuliah atau kerja. Tentu saja saya sarankan mereka agar melakukan seperti yang pernah saya lakukan. Ternyata setelah mereka mengikuti saran saya, mereka menyadari dan berterima kasih, bahwa memang benar, cutilah barang sebentar untuk menyelesaikan Skripsi. Bila sudah selesai, sangat beda rasanya untuk melanjutkan pekerjaan dan cari uang, yaitu terasa lebih cepat peningkatan karirnya.
Namun ada lagi yang mengambil pilihan terbalik. Sewaktu buku ini saya tulis, saya kebetulan menjadi dosen wali seorang mahasiswa yang meminta ijin cuti ke saya satu semester. Padahal saya lihat mahasiswa ini sudah masuk semester sebelas. Alasannya meminta cuti adalah untuk fokus pada pengembangan bisnis Adsense Google. Karena ia butuh fokus agar bisa menaikkan rating situs yang dia kelola. Karena sehari rata-rata harus memposting review tulisan sampai tujuh tulisan. Di samping itu dia harus intensif kursus bahasa Inggris. Karena untuk dapat mem-posting review tulisan tersebut, bahasa Inggrisnya harus bagus. Jadi dia benar-benar tidak punya waktu untuk kuliah. Nanti ketika semester dua belas, dia akan kuliah lagi karena dengan harapan bahwa rating dan penghasilan yang dia peroleh dari situs tersebut sudah cukup. Saya sangat menghormati keputusannya terlepas dengan segala konsekuensinya. Namun yang saya hargai dia berani untuk memilih. Sehingga saya juga turut mendoakan agar usahanya tersebut maju sesuai yang dia harapkan. Jadi kesimpulannya, tetaplah kepada pilihan terbaik yang Anda yakini...!
21 Mahasiswa Sebagai Karyawan Orang
Tua Selama ini saya amati kinerja dan indeks prestasi
mahasiswa yang selalu rendah, kebanyakan dikarenakan
motivasi yang kurang dan daya semangat belajar yang juga
rendah. Apalagi mereka tanpa beban dan tidak merasakan
betapa besar harapan orang tua agar mereka bisa
mendapatkan indeks prestasi yang bagus dan lulus tepat
waktu bahkan cepat. Karena mahasiswa masih selalu merasa
sebagai seorang anak manja yang dalam kondisi apa pun dan
dengan prestasi seperti apa pun, tentu masih akan terus
dinafkahi dan disayang. Ya... namanya juga masih anak/darah
daging sendiri. Sehingga walaupun kuliah Anda malas dan
nilai jelek, Anda tetap santai dan tanpa beban untuk melapor
menghadap untuk mempertanggungjawabkan hasil kuliah
Anda kepada orang tua.
Sebenarnya secara tidak langsung antara Anda dan
orang tua sudah melakukan “kontrak pekerjaan”. Isi kontrak
tersebut biasanya adalah orang tua Anda bersedia untuk
menyekolahkan kita ke perguruan tinggi dengan menanggung
seluruh biaya selama kuliah mulai dari SPP setiap semester,
uang masuk, buku, praktikum dan lain sebagainya. Bahkan
bagi yang kos/kontrak maka bertambahlah subsidi atau “gaji”
dari orang tua berupa biaya kontrak/kos ditambah dengan
uang jajan bulanan/mingguan.
Dari uraian di atas maka saya berpikir, bagaimana
kalau kontrak tersebut diianggap sebagai kontrak Anda
sebagai “karyawan” dan orang tua sebagai atasan Anda?
Karena secara tidak langsung ada hak dan kewajiban masing-
masing pihak yang mesti ditunaikan. Kalau orang tua
menjamin keberlangsungan finansial kepada Anda atau bisa
dikatakan “gaji” selama Anda kuliah. Sedangkan Anda sendiri
harus benar-benar bisa kuliah dengan baik dan lulus tepat
waktu dengan hasil yang memuaskan. Coba bayangkan kalau
Anda lihat para karyawan atau pekerja di toko, pabrik atau
kantoran. Mereka pasti akan mengerahkan segenap
kemampuan dan kinerja mereka dalam melaksanakan
pekerjaannya. Karena dengan berkinerja baik, tentu bos akan
senang dan bisa jadi dapat bonus. Begitu pula sebaliknya, bila
kinerja turun dan tidak bener maka akan dimarahi bos bahkan
sampai dipecat!
Dengan logika yang sama, maka coba Anda ibaratkan
Anda adalah karyawan orang tua Anda. Sehingga setiap
semester nilai indeks prestasi semester Anda selalu baik dan
bahkan terbaik. Kemudian Anda bisa lulus tepat waktu dengan
IPK yang memuaskan pula. Hal ini tentu akan membanggakan
dan menyenangkan “bos” Anda bukan? Coba bayangkan bila di
setiap semester indeks prestasi Anda selalu jelek, maka sudah
pasti “bos” Anda akan marah besar dan bisa jadi sampai tega
memotong uang kiriman bulanan Anda. Coba Anda terapkan
mental seperti itu, maka saya pikir insya allah Anda akan bisa
serius dan bekerja keras untuk memberikan hasil kuliah yang
terbaik kepada orang tua Anda.
Semoga dengan mind set seperti ini Anda bisa merasa
lebih bertanggungjawab dan serius dalam menjalani
pekerjaan sebagai “karyawan” orang tua Anda.
22 Mental Mahasiswa: TAKUT SALAH
“saksikanlah pertandingan akbar seumur hidup, antara Diri
Anda vs Kegagalan. Siapakah yang akan keluar menjadi
pemenangnya?” --Ardiansyah
Dari pengalaman dan pengamatan saya selama ini,
salah satu sikap, perilaku dan persepsi keliru yang sering
dilakukan oleh mahasiswa adalah sebuah mental TAKUT
SALAH! Mental seperti ini merupakan salah satu attitude yang
sangat merugikan Anda sendiri. Memang seperti yang telah
dibahas pada bab-bab sebelumnya, perilaku ini adalah turun
temurun dan sudah menjadi kebiasaan Anda mulai dari SD
sampai SMU. Pelajaran yang bisa Anda dapatkan adalah ketika
di bangku sekolah, membuat kesalahan adalah TABU dan
merupakan “AIB”. Sehingga lihatlah setiap apa pun kesalahan
dan kekeliruan yang Anda lakukan, maka dampaknya Anda
akan dicemooh dan ditertawakan.
Masih ingat bukan bagaimana grogi dan takutnya
Anda bila disuruh menjawab soal atau pertanyaan yang
diajukan oleh guru? Betapa tercekatnya tenggorokan Anda,
kaki dan tangan gemetar, hingga ketika bicara terasa sekali
kata-kata yang diucapkan selalu terbata-bata.
Hal ini dikarenakan karena sejak semula otak Anda
sudah membayangkan bahwa Anda bakal melakukan
kesalahan. Bila hal itu terjadi maka Anda akan ditertawakan
teman sekelas, dan kalau sampai begitu berarti Anda akan
dianggap siswa/mahasiswa yang bodoh, dan kalau
mahasiswa/siswa bodoh itu akan tersingkir dalam pergaulan
dan akan menanggung aib, malu, dan begitu seterusnya.
Sehingga jadilah Anda menjawab sebuah soal atau pertanyaan
dengan beban psikologis yang teramat berat, dan tidak fokus
dalam menjawab soal tersebut. Kasihan bener deh...
Oke, sekarang mari kita resapkan kembali, bahwa
hakikatnya Anda bersekolah atau kuliah adalah untuk belajar
bukan? Artinya Anda belum tahu apa-apa sehingga bermaksud
belajar agar bisa jadi tahu apa-apa. Ambil sebuah contoh,
masih ingat bukan ketika Anda belajar bersepeda? Kira-kira
berapa kali Anda jatuh hingga tidak jarang sampai terluka?
Saya yakin jawabannya akan beragam. Ada yang dua, tiga,
empat bahkan mungkin puluhan kali. Lihatlah pula bagaimana
anak kecil ketika belajar berjalan. Apakah seketika itu bisa
langsung berjalan? Tidak bukan? Anak kecil itu akan sering
jatuh lalu menangis, kemudian bangun lagi hingga langkah
kaki ke sekian lantas jatuh kembali, bangun lagi begitu
seterusnya hingga bisa lancar berjalan. Begitu pula dengan
Anda yang belajar bersepeda. Jatuh, bangun, goes lagi
sepedanya, begitu seterusnya hingga Anda mahir, bahkan
balapan sepeda pun bisa menang.
Apa yang bisa Anda ambil pelajarannya dari cerita
tersebut? Hikmahnya adalah ketika sedang belajar, adalah
suatu hal yang lumrah dan mungkin “wajib” bagi kita untuk
melakukan kesalahan. Menjawab soal ujian salah, menjawab
pertanyaan dosen salah, hingga berargumen pun salah. Itu
semua adalah hal yang memang seharusnya terjadi dalam
proses belajar. Sehingga dari kesalahan tersebut Anda bisa
mengambil ilmu dan pelajarannya, tahu letak di mana
kesalahannya dan mencari tahu bagaimana cara yang benar.
Itulah yang namanya belajar. Bahkan ada pepatah bijak yang
mengatakan bahwa apabila kita belajar tanpa pernah berbuat
kesalahan, maka artinya kita tidak mendapatkan apa-apa!
Sehingga dengan konteks ini saya berani mengatakan bahwa
berbuat salah adalah hal wajib yang perlu dilakukan atau
dialami oleh mahasiswa untuk sukses dan berhasil dalam
studinya. Ingatlah kembali ketika Anda jatuh belajar sepeda,
apakah ketika jatuh Anda lantas berhenti belajar sepeda?
Tidak kan? Malah Anda tambah semangat terus belajar hingga
menjadi mahir.
Jadi tidak ada lagi persepsi bahwa berbuat salah itu
adalah sesuatu yang hina, aib dan hal buruk lainnya. Bahkan
ketika Anda gagal dalam satu atau beberapa mata kuliah
tertentu misalnya mendapat nilai D atau E. Tidak ada masalah
ketika Anda harus mengulang dan terus mengulanginya
hingga bisa menjadi B atau A.
23 Mahasiwa Sebagai “Konsumen &
Client” Perguruan Tinggi
Seperti halnya di dunia bisnis, maka perguruan tinggi
juga sedikit banyak mengadopsi pola-pola yang sama di
dalamnya. Mulai dari standar mutu, kualitas pelayanan
akademik dan kepuasan pelanggan hingga stakeholder. Sadar
atau tidak, sebenarnya hubungan antara Perguruan Tinggi dan
mahasiswa bisa dikatakan sama halnya seperti hubungan
antara perusahaan dan konsumennya. Dengan begitu, kualitas
produk atau jasa yang dihasilkan oleh perguruan tinggi harus
memuaskan konsumen/pelanggannya. Karena bila tidak,
maka jangan disalahkan bila pelanggan akan lari atau paling
tidak memprotes kurangnya kualitas yang mereka dapatkan.
Demikian pula sebagai sebuah kompensasi atas
pelayanan yang berkualitas, maka mahasiswa harus bersedia
membayar harganya. Akan tetapi sangat disayangkan,
kebanyakan mahasiswa tidak mengoptimalkan posisi dan
perannya sebagai seorang konsumen/pelanggan. Sebagai
contoh, mahasiswa banyak yang masih sangat sungkan, takut
bahkan tidak enak hati bila harus berkomunikasi, berdiskusi,
minta nasehat, bimbingan bahkan menelepon dosen pun
banyak yang takut karena nanti mengganggu. Persepsi yang
berkembang kebanyakan mahasiswa takut mengganggu
kesibukan sang dosen.
Padahal perlu Anda ketahui bahwa dosen adalah
salah satu instrumen atau bisa jadi salah satu lini “front office”
dari sebuah Universitas/Perguruan Tinggi. Suatu peran
penting yang diemban oleh seorang dosen adalah “melayani”
konsumennya yaitu mahasiswa dengan pelayanan terbaik.
Oleh karena itu, ketika Anda ingin berkomunikasi, berdiskusi,
bertanya, bimbingan dan lain sebagainya, maka sudah
kewajiban dosen tersebut harus dapat melayani keperluan
Anda dengan sebaik-baiknya. Dan juga sudah merupakan hak
Anda agar dapat mengakses “fasilitas” dan layanan dari dosen
tersebut. Sehingga tidak ada alasannya bila seorang dosen
sering merasa posisinya lebih “terhormat”, lebih penting dan
mahasiswalah yang harus selalu menyesuaikan dan mengalah
terhadap kepentingan dosen.
Seharusnya posisi antara dosen dan mahasiswa
adalah ideal dan sejajar. Dosen yang baik dan tahu
menempatkan peran dan posisinya sebagai pelayan
mahasiswa, maka dosen tersebut tentu akan mengatur
sedemikian rupa sehingga mahasiswa bisa terlayani dengan
baik. Sebagai contoh ketika masa perwalian, maka sudah suatu
kewajiban sang dosen untuk selalu siap menerima mahasiswa
ketika akan melakukan perwalian. Apalagi ini dilakukan setiap
satu semester sekali. Sehingga sungguh aneh bila ada dosen
yang malah sangat susah ditemui atau dihubungi oleh
mahasiswa dalam masa-masa perwalian. Kalau Anda
mengalami hal seperti ini, sangat layak Anda untuk melakukan
komplain. Begitu pula dalam hal pembimbingan mahasiswa
seperti tugas akhir/Skripsi. Ketahuilah, bahwa dosen akan
diberikan SK (Surat Keputusan) yang ditandatangani oleh
Rektor yang berupakan penugasan bahwa seorang dosen
tersebut ditugaskan untuk membimbing Anda. Untuk itu bila
pembimbingan yang dilakukan oleh dosen tersebut Anda rasa
tidak optimal, susah ditemui, tidak becus dalam membimbing
Anda, maka sudah sepantasnya juga Anda untuk komplain.
Tidak hanya dosen, seluruh bagian administratif, unit
pelayanan teknis dan unit-unit fasilitas kampus sebenarnya
telah disediakan sedemikian rupa agar bisa melayani Anda
dengan sebaik-baiknya. Perpustakaan yang berdiri megah,
dengan ratusan ribu koleksi buku beserta stafnya, akan selalu
siap sedia melayani Anda untuk melakukan peminjaman buku
kapan saja. Biro akademik dan tata usaha akan senang hati
melayani Anda membantu pengurusan hal-hal yang bersifat
administratif. Seperti pengurusan surat-surat, transkrip
akademik, ijazah, kartu ujian dan lain sebagainya.
Perlu Anda perhatikan juga, bahwa setiap karyawan
universitas yang melayani Anda sebenarnya harus
memberikan pelayanan yang terbaik. Mulai dari menyambut
Anda dengan senyuman, ramah dan cekatan dalam mengurus
segala keperluan Anda. Sebagai ujicoba, Anda bisa mendatangi
salah satu dari biro di kampus Anda. Ketika itu seharusnya
ketika melihat Anda, karyawan/staf di sana langsung akan
menyapa Anda dengan senyuman dengan berkata paling tidak
“selamat pagi/siang/sore mas/mbak. Ada yang bisa kami
bantu?”. Nah, kalau kata-kata sambutan seperti itu yang
terlontar, berarti itu satu awal pelayanan yang baik dan
membuat Anda merasa menjadi mahasiswa yang benar-benar
dilayani. Bukan dengan kondisi sebaliknya, mendiamkan Anda
celingak-celinguk tanpa disapa dan diacuhkan belaka, atau
bahkan malah mereka hanya melirik Anda tanpa ekspresi.
Kasihan deh lu... Atau ada juga yang sebenarnya mereka sudah
berdiri menyambut Anda, tapi nyaris tanpa senyuman dan
sapaan. Sangat berbeda dengan pelayanan karyawan teller di
institusi perbankan bukan?
Untuk itu sekali lagi, silahkan Anda cermati kembali
bahwa Anda itu adalah salah konsumen penting di perguruan
tinggi. Sehingga interaksi antara Anda dengan pihak penyedia
jasa yaitu perguruan tinggi harus dilandasi oleh konsep saling
memberi dan menerima. Saling memahami antara kewajiban
dan hak masing-masing. Apalagi memang Anda sebagai
mahasiswa juga bisa disebut sebagai “konsumen bahan baku”.
Artinya selain konsumen, Anda juga adalah “bahan baku” yang
akan atau sedang menjalani proses “pengolahan” agar
nantinya setelah lulus mampu menjadi “bahan” yang siap
“digunakan” oleh industri di dunia kerja.
24 Lulus is My Rights!
Meneguhkan tekad dan impian dari segala macam cobaan
Suatu ketika dalam sebuah kesempatan, ada
mahasiswi yang bertanya kepada saya tentang bagaimana
agar kita bisa selalu termotivasi dan tidak mudah surut dan
patah semangat dalam meraih cita-cita untuk sukses dan
berhasil dalam kuliah. Sebuah pertanyaan yang sangat bagus.
Memang dalam meniti jalan kesuksesan kita pasti
akan dihadapkan oleh berbagai macam kendala, baik dari
internal maupun eksternal. Mulai dari kendala teknis maupun
non teknis, baik yang sudah kita prediksi maupun yang tidak
terpikirkan sebelumnya. Nah, salah satu kendala tersebut
adalah menjaga konsistensi semangat juang dalam menjalani
seluruh proses. Suatu waktu kita merasa sangat bersemangat
aliasn on fire sehingga semua kuliah, tugas dan urusan kuliah
dengan cepat dan sigap dikerjakan. Ujian semester pun dilalui
dengan belajar keras hingga nilainya pun baik. Namun di suatu
waktu tiba-tiba semangat yang membara itu terkadang
meredup, gairah kuliah kita pun seakan-akan hilang lenyap
entah ke mana. Rutinitas kuliah yang dijalani terasa sangat
menjemukan, membosankan dan seperti tidak ada maknanya.
Baiklah mahasiswa, jangan khawatir, kondisi seperti
itu pasti akan melanda siapa pun. Tidak hanya mahasiswa kok,
dosen, profesor, artis, politisi, pengusaha atau siapa pun pasti
pernah mengalami suasana seperti itu. Kondisi semangat yang
turun ini sudah menjadi sebuah bagian dari perjalanan
menuju cita-cita kesuksesan kita. Jadi Anda tidak perlu
khawatir.
Dari pengalaman saya pribadi, apabila mengalami
masa-masa lemah semangat (bukan lemah syahwat loh..
he..he..), maka saya akan hentikan dulu seluruh aktivitas.
Biasanya kalau saya sih, lebih banyak rileks dengan tidur atau
nonton. Anda juga bisa mengambil cara lain misalnya dengan
jalan-jalan, cari suasana baru atau hal-hal lain yang sekiranya
bisa melupakan sejenak kepenatan dalam menjalani rutinitas
kuliah kita. Namun awas jangan sampai terlena, rileks dan
refreshing menghilangkan jenuh tersebut harus secukupnya
saja. Setelah itu seharusnya semangat Anda kembali terisi
(charged) sehingga kembali penuh semangat seperti sedia
kala.
Awas Pengaruh Lingkungan!
Namun, ada satu jebakan yang terkadang banyak
Anda lupakan atau bahkan tidak Anda sadari. Jebakan itu
adalah pengaruh lingkungan. Salah satu pengaruh tersebut
adalah teman kuliah yang tidak baik. Tidak baik ini dalam
artian yang selalu membuat kita tersuasana dalam hal-hal
yang kontraproduktif dengan apa-apa yang seharusnya kita
lakukan.
Coba Anda perhatikan teman kuliah atau teman
kos/kontrakan Anda. Misalnya Anda baru saja asyik membaca
buku, atau mengerjakan tugas kuliah. Tiba-tiba teman-teman
Anda mengajak untuk jalan-jalan, minta ditemenin bertandang
ke kos pacar teman Anda, ngajak shopping, ngajak main band,
nonton bioskop atau bahkan tidak jarang ngajak dugem! Coba
bayangkan betapa dahsyatnya godaan sekaligus cobaan yang
Anda alami bukan? Siapa sih anak muda yang nggak ngiler
dengan godaan semacam itu?
Saya yakin, sebagai anak muda yang masih punya
gairah “happy-happy” sangat lumrah dan alamiah kalau Anda
mulai “tergoda” dengan ajakan tersebut. Inilah yang saya
sering sebut sebagai pengaruh lingkungan. Bila Anda tidak
punya sikap dan keteguhan tekad, saya yakin Anda pasti akan
terpengaruh dan tergoda. Sehingga bisa dipastikan, waktu
Anda akan habis untuk larut dalam aktivitas yang tidak
bermanfaat karena dilakukan pada waktu yang tidak tepat.
Padahal seharusnya pada saat itu jatah waktu Anda untuk
dihabiskan untuk membaca, belajar atau kegiatan-kegiatan
yang merupakan bagian dari agenda cita-cita besar kuliah
Anda.
Mungkin Anda sedikit protes, kalau belajar terus dan
selalu menampik ajakan teman, berarti kita asosial dong alias
kuper? Saya jawab bodoh amat! Emang gue pikirin!?. Saya
bukan anti dengan kegiatan seperti itu. Hanya saja, Anda perlu
tegas dalam membagi waktu. Jangan sampai waktu untuk
belajar Anda “rampok” untuk menjadi aktivitas yang tidak
produktif bahkan sedikit menjurus ke negatif. Nah, kalau
karena pendirian dan sikap teguh Anda tersebut lantas
membuat Anda merasa dikucilkan, maka kalau saya pribadi sih
akan lagi-lagi menjawab “emang gue pikirin”!. Emang mereka
teman Anda itu peduli, kalau tugas kuliah Anda tidak selesai?
Emang mereka peduli bila nilai hasil ujian semester Anda
jeblok gara-gara harus diajak begadang karena nobar (nonton
bareng) piala dunia misalnya? Saya yakin pasti tidak! Karena
tipe pertemanan seperti itu, hanya merasa senang di kala
kegiatan senang, dan masa bodoh untuk hal-hal negatif yang
diakibatkannya.
Jadi intinya, saya sarankan Anda memiliki sikap
“masa bodoh” dengan semua godaan yang bakal
menjerumuskan atau paling tidak mengganggu konsistensi
pekerjaan Anda dalam meraih cita-cita. Ingatlah sukses kuliah
adalah sepenuhnya hak Anda! Sepenuhnya tercapai karena
kerja keras dan perjuangan Anda, ditambah dengan ridho
Allah SWT. Tidak ada satu orang pun yang boleh mengganggu
proses Anda meraih cita-cita tersebut. Karena sukses kuliah is
your rights atau sukses kuliah is my rights! Ya, sukses kuliah
adalah hak Anda! Tulis besar-besar motto itu di kamar Anda.
25 Jangan Mau Jadi Mahasiswa Merugi
Pada bab ini saya akan mencoba mengkritik salah
satu kebiasaan mahasiswa yang kurang baik. Kebiasaan
tersebut berupa ketidakaktifan di kelas. Artinya mahasiswa
hanya sekedar menjalani rutinitas menggugurkan kewajiban
untuk hadir di perkuliahan, yaitu hanya sekedar bisa mengisi
presensi kuliah.
Banyak mahasiswa yang hanya 4D (Datang, Duduk,
Diam, Dengar) selama di kelas. Kondisi ini sungguh ironis dan
sangat merugikan diri Anda sendiri. Mengapa demikian?
Karena tahukah Anda, bahwa sejak akan menjadi mahasiswa
baru Anda sudah membayar hingga jutaan rupiah untuk bisa
duduk memperebutkan sebuah kursi di bangku kuliah. Anda
telah menyingkirkan banyak saingan Anda yang gagal duduk
di bangku kuliah. Selain itu setiap menjelang awal semester
Anda pula harus membayar kuliah. Artinya sebelum Anda
menerima hak Anda yaitu perkuliahan, Anda diharuskan
membayar terlebih dahulu.
Nah, celakanya ketika menjalani proses kuliah
ternyata Anda malah pasif saja bahkan terkesan cuek dengan
materi yang sedang ditransfer. Anda tidak konsentrasi, pikiran
ke sana sini, penjelasan dosen hanya numpang lewat sebentar
dan tidak nyangkut satupun, ketika diberi kesempatan
bertanya Anda tidak manfaatkan. Padahal sudah jelas-jelas
Anda belum paham materi yang barusan dijelaskan. Hingga
ketika dosen mengajukan pertanyaan kepada Anda, dengan
tegang kelabakan Anda pun tidak bisa menjawab pertanyaan
dari dosen.
Saya yakin sekali kondisi seperti ini banyak melanda
mahasiswa seperti Anda. Memang tidak sepenuhnya
kesalahan ini ada pada Anda. Bisa jadi sang dosen juga tidak
bisa memberikan penyampaian dengan baik dan
mengesankan. Akan tetapi sebaik apapun penjelasan dosen,
bila Anda sendiri tidak siap menerima penjelasan dosen, maka
tetap saja setiap selesai perkuliahan yang Anda dapatkan
hanyalah nihil alias nol besar!
Inilah ciri mahasiswa yang merugi. Karena Anda
telah melewatkan sebuah momen di mana seharusnya Anda
benar-benar harus mendapatkan manfaat dan keuntungan di
dalamnya. Coba Anda bayangkan, setiap kali pertemuan
perkuliahan, maka perkuliahan tersebut tidak akan bisa
diputar kembali alias sudah menjadi masa lalu. Nah, bila dalam
pertemuan tersebut Anda ternyata tidak memahami beberapa
materi yang dibahas, sudah tentu Anda mengalami kerugian.
Karena idealnya, dalam setiap pertemuan kuliah Anda harus
100% menerima materi dan juga memahaminya. Jangan
sampai ada satupun materi yang dibahas/disampaikan yang
Anda tidak pahami. Ambil contoh, dengan standar satu
semester terdiri dari 14 kali pertemuan, maka misalnya dalam
setiap pertemuan Anda rata-rata tidak memahami 3 materi
kuliah. Maka dengan dikalikan 14 kali menghasilkan beban
sebesar 42 materi yang menjadi pekerjaan rumah Anda untuk
Anda kuasai/pahami.
Sayangnya, kebanyakan Anda selalu menunda-nunda
ketidakmengertian tersebut. Artinya Anda tidak selesaikan hal
tersebut di kelas, ketika materi tersebut sedang dibahas.
Malah Anda diamkan, disimpan lalu dibawa ketika kelas
bubar. Harapan Anda akan Anda ulangi di rumah. Namun
ternyata, itu cuma sekedar harapan. Karena pada
kenyataannya Anda malah sudah sibuk dengan kegiatan lain.
Sehingga PR tersebut terus mengendap, menumpuk dan
bertambah banyak karena materi selanjutnya terus Anda
terima.
Dampaknya sungguh luar biasa. Akibat Anda
menunda-nunda PR tersebut, tidak terasa Anda akan
menjalani ujian tengah semester (UTS). Padahal banyak PR
yang belum Anda tuntaskan untuk dipahami. Alhasil bisa
ditebak, nilai UTS Anda pun jatuh. Begitu pula kondisi ini terus
berlanjut ketika pasca UTS. Hingga akhirnya menjelang ujian
akhir semester (UAS), Anda tetap dengan tabiat yang sama
ketika sebelum UTS. Akhirnya nilai UTS pun jeblok, dan
akibatnya mata kuliah bersangkutan tidak lulus, alias gagal.
Apakah ini yang Anda inginkan? Tentu tidak kan?
Siapa sih yang mau gagal untuk suatu mata kuliah. Namun,
attitude Anda sendiri sudah menunjukkan sebuah mental
orang yang gagal. Sehingga mau tidak mau Anda harus
mengubah mental seperti itu. Saran saya setiap satu mata
kuliah anggaplah sebuah makanan lezat kesenangan Anda.
Kalau sudah makanan favorit sudah barang tentu Anda harus
habiskan tak bersisa kan? Begitu pula dengan mata kuliah.
Jangan biarkan setiap jengkal materi terlewat tanpa Anda
pahami. Setiap ada yang masih mengganjal atau belum paham,
jangan pernah canggung dan sungkan untuk bertanya ke
dosen! Kalaupun karena waktu yang terbatas dalam setiap
pertemuan. Anda bisa lanjutkan di luar kelas untuk bertanya
ke dosen. Bisa bertanya langsung, lewat YM atau email. Kalau
tetap tidak belum paham Anda bisa tanya teman yang sudah
bisa dan berbagai macam cara lainnya. Semua cara dan upaya
harus Anda lakukan agar Anda bisa memahami materi
tersebut.! Karena sekali Anda membiarkan materi tersebut
berlalu tanpa Anda mengerti, artinya Anda sudah menanam
beberapa lubang masalah di kemudian hari. Jadi, jangan
pernah menjadi mahasiswa yang merugi okay...!
26 Tips Memahami Materi Kuliah Yang
Tidak Dipahami Sewaktu di Kelas
Walaupun Anda masuk kuliah tepat waktu, dan
dengan gestur tubuh yang seolah-olah paham dan mengerti
apa yang disampaikan dosen, ditambah lagi dengan bahasa
tubuh Anda yang mengangguk-anggukkan kepala seolah
mengerti, namun saya yakin sekali belum tentu itu
menandakan anda paham seratus persen apa yang
disampaikan tersebut! Apalagi ditambah dengan memang
pada dasarnya daya tangkap Anda yang kurang cepat sehingga
menjadi kendala tersendiri. Saya pun sering mengalami hal ini.
Biasanya sepuluh menit pertama masih bisa menyerap dan
mengikuti materi dari dosen. Namun, selanjutnya mulai sulit
untuk berkonsentrasi hingga selesai materi.
Tentu saja akibatnya Anda pulang ke
rumah/kos/kontrakan dengan sambil membawa kebingungan
atas materi yang masih bingung memahaminya. Untuk itu,
mau tidak mau maka Anda harus melakukan pekerjaan
tambahan yaitu berusaha belajar kembali untuk bisa
memahami materi tersebut. Bagaimana cara yang terbaik agar
bisa memhami kembali materi kuliah tersebut?
Ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan yaitu
sebagai berikut:
1. Kembali mengingat-ingat apa saja yang telah disampaikan
oleh dosen dengan menelusurinya melalui buku teks atau
referensi yang tersedia. Ditambah dengan slide kuliah yang
biasanya juga disediakan oleh dosen. Dengan begitu Anda bisa
balik kembali memahami secara perlahan satu per satu setiap
slide yang ada.
2. Bila Anda mengalami kesulitan, dan setelah dibaca dan
dicoba berulang-ulang masih tetap tidak paham, maka ada
satu cara yang selama ini saya coba sangat membantu yaitu
bertanya kepada teman yang sudah tahu. Ya, cara ini sangat
efektif dan membantu Anda, karena dengan adanya bantuan
dari teman Anda dapat memahami materi yang Anda anggap
sulit dimengerti. Tentu saja salah satu syarat agar Anda bisa
dikasih tahu dan diajari oleh teman, maka Anda harus bisa
bergaul dengan baik bersama mereka. Saya amati selama ini,
kebanyakan mahasiswa ketika mengalami kesulitan dalam
belajar cenderung hanya mendiamkan saja kondisi tersebut.
Dengan kata lain mereka langsung bersikap pasrah dan
menerima kesulitan dan ketidakpahaman mereka tersebut.
Seharunya bila Anda tidak paham, langsung minta waktu
kepada teman dan kalau perlu main ke
rumah/kos/kontrakkannya. Bila perlu jangan pelit untuk
mentraktir makan hingga Anda bisa paham dan tuntas dalam
memahami materi tersebut. Tidak perlu malu atau gengsi
untuk bertanya kepada teman. Jangan pula merasa dicap
bodoh karena selalu sering bertanya dan diajari. Karena ketika
Anda berinisiatif untuk belajar dan bertanya kepada teman,
maka itu adalah awal kesuksesan Anda di mata kuliah
tersebut. Jangan pula dikira bahwa teman Anda tersebut bakal
keberatan mengajari Anda. Karena salah satu manfaat dari
mengajari teman adalah mereka akan bisa tambah paham lagi
dan tentu saja dapat traktiran dari Anda he..he..he....
3. Saya masih ingat sekali setiap menjelang ujian akhir
maupun ujian mid, maka saya sudah mengkondisikan untuk
menginap di tempat teman untuk bisa belajar sama-sama.
Siang malam kami habiskan untuk belajar pemecahan soal-
soal ujian yang terdahulu hingga kami merasa paham semua.
Bahkan tidak jarang kami belajar hingga larut malam, padahal
ujiannya dijadwal pada pagi harinya. Namun itu semua kami
lalui dengan senang hati. Karena kami juga puas dan percaya
diri ketika menghadapi ujian. Terbukti memang hasil ujian
mata kuliah tersebut sangat memuaskan.
27 Cara Jitu Mendapat Kerja & Diburu
Pekerjaan Sejak Masih Mahasiswa
Kalau Anda perhatikan, secara garis besar business process
yang selalu menjadi tradisi seorang mahassiwa adalah: Kuliah
-> Lulus -> Cari Kerja, betul nggak? Selanjutnya pada waktu
mencari kerja Anda bisa saksikan betapa panjang dan banyak
antrian yang harus Anda lalui untuk bisa masuk menjadi salah
satu yang terpilih lolos seleksi awal hingga akhir. Saya
kutipkan dua contoh kasus dari buku yang ditulis Ir. Ciputra.
Contoh kasus berikut bisa menjadi gambaran betapa
dahsyatnya persaingan yang kelak Anda hadapi ketika
mencari kerja.
Kasus I
Ketika membuka lowongan kerja di Departeman
Pendidikan Pemda DKI tahun 2006, terhitung 39.622 pelamar
yang memasukkan lamarannya untuk memperebutkan 950
posisi lowongan yang ditawarkan. Jadi hanya 2,39% yang akan
diterima! Terus ke mana 38.500 pelamar atau 97,61%
pelamar lainnya??
Kasus II
Pada waktu Trans TV dan Trans7 membuka
lowongan bagi 500 pelamar di tahun 2007, maka terdapat
110.000 orang yang berjubel melamar! Artinya dari 110.00
orang tersebut hanya 4,5% nya saja yang diterima, sedangkan
sisanya 109,500 orang lainnya mau di kemanakan??
Kalau setelah melihat contoh tersebut membuat
nyali Anda jadi ciut, maka saya sangat maklumi. Mengingat
peluang diterimanya sangatlah kecil. Namun sebenarnya bila
Anda tahu kiat dan rahasianya maka sebenarnya Anda bisa
terbebas dari antrian pelamar kerja tersebut dengan
mendapatkan pekerjaan yang layak. Kiat dan rahasianya
adalah sejauh mana Anda dapat memasarkan dan menjual diri
Anda sedini mungkin sejak mahasiswa.
Bila Anda perhatikan di bab-bab sebelumnya, dari
pemaparan pengalaman saya sebenarnya Anda bisa
mengambil intisari bahwa selagi masih menyandang status
mahasiswa pun Anda bisa mendapatkan pekerjaan dan hingga
diburu pekerjaan. Caranya Anda harus secepatnya
menemukan kompetensi inti dan keahlian Anda! Setelah itu
barulah Anda “memasarkan” dan menjual keahlian Anda
tersebut.
Berikut ini kiat dan rahasianya agar Anda bisa dapat kerja
dan diburu pekerjaan ketika masih menjadi mahasiswa:
1. Pastikan Anda telah menemukan kompetensi inti keahlian
Anda. Semakin cepat Anda menemukannya akan semakin
bagus. Menurut pengamatan dan pengalaman saya, maka
ketika mulai masuk semester 5 akhir dan masuk semester
6 sebenarnya Anda bisa menemukan kompetensi inti
keahlian Anda.
2. Segera temukan added value atau nilai tambah dari
keahlian Anda tersebut. Misalnya Anda seorang
programmer, kira-kira apa yang menjadi nilai tambah yang
khas yang Anda miliki yang tidak miliki oleh programmer
lain. Kalau Anda bisa bekerja dua kali lebih cepat dari
programmer lain, maka itu adalah nilai tambah Anda.
Tetapi bila banyak programmer lain yang bisa bekerja
seperti itu, maka itu bukan lagi sebuah added value. Maka
Anda harus mencari nilai tambah yang lain. Kunci untuk
mendapatkan nilai tambah adalah dengan cara menambah
atau mengubah beberapa aspek atau komponen dari
keahlian Anda.
3. Setelah menemukan nilai tambah, selanjutnya Anda harus
mengomunikasikan nilai tambah yang Anda miliki
tersebut. Karena percuma bila Anda telah memiliki nilai
tambah yang hebat, namun tidak ada orang
lain/perusahaan lain yang tahu. Maka nilai tambah
tersebut akan sia-sia belaka. Untuk itu harus Anda
komunikasikan atau umumkan secara luas.
4. Agar memiliki dampak yang hebat, maka Anda harus
mengomunikasikan nilai tambah tersebut kepada orang
yang tepat! Tidak ada gunanya Anda mengomunikasikan
nilai tambah tersebut kepada orang/perusahaan yang
bukan menjadi target Anda. Misalnya Anda
mengomunikasikan nilai tambah Anda tersebut kepada
tukang parkir di kampus atau petugas Satpam kampus.
Akibatnya, nilai tambah yang Anda miliki tidak bisa segera
terendus oleh orang/perusahaan yang tepat.
5. Anda harus mengkomunikasian nilai tambah tersebut
dalam jumlah yang banyak/masif. Perhatikanlah orang
berjualan di pasar. Apakah kalau penjual tersebut hanya
sesekali meneriakkan/mengumumkan barang
dagangannya akan banyak barang yang laku? Atau
minimal banyak calon pengunjung yang menoleh dan
tertarik untuk melihat-lihat? Tentu akan sangat sedikit
bukan. Coba bandingkan bila penjual tersebut setiap menit
selalu berteriak-teriak menawarkan dagangannya,
kemungkinan orang akan menoleh hingga membeli tentu
akan lebih besar.
Untuk itu, Anda juga perlu secara masif
mengomunikasikan nilai tambah Anda tersebut sesering
mungkin. Anda bisa mengirimkan email kepada
perusahaan-perusahaan atau kolega yang prospektif.
Selain itu, blog yang memuat kompetensi keahlian Anda
tersebut harus sering di-update (kalau bisa setiap hari).
Agar nanti blog Anda bisa masuk ke database pencarian.
Bayangkan saja misalnya Anda memiliki 1000 posting di
blog, tentu peluang nama Anda akan dilihat oleh
perusahaan/orang yang mencari tenaga kerja akan
semakin besar pula bukan?
Menulis buku juga merupakan salah satu sarana
mengomunikasikan keahlian/nilai tambah Anda. Rata-rata
sebuah buku sekali terbit sebanyak 2000-5000 eksemplar.
Jadi peluang Anda untuk sering dilihat oleh perusahaan
akan semakin besar. Dengan buku pula berarti Anda telah
memperlihatkan sebuah kualitas dan nilai tambah
tersendiri di mata para pencari tenaga kerja/perusahaan.
Saya pribadi telah beberapa kali ditawari berbagai
macam pekerjaan hanya karena mereka membaca tulisan
saya di Internet, artikel dan buku. Semuanya ketika saya
masih berstatus mahasiswa!
Selain itu jangan lupa bahwa hasil karya dan kemampuan
Anda harus dalam jumlah yang banyak. Atau kalaupun
hanya sedikit, namun kemampuan Anda tersebut sudah
berada pada taraf yang tinggi dan mendalam.
6. Dengan Cara yang Tepat
Agar Anda bisa segera mendapat kerjaan dan diburu
pekerjaan selagi masih mahasiswa, maka Anda perlu
menggunakan cara yang tepat. Cara ini terdiri dari: isi
promosi yang tepat, cara promosi yang tepat dan waktu
serta tempat yang tepat.
Isi Promosi yang Tepat
Isi promosi yang tepat harus memiliki USP (Ultimate
Advantage, Sensational Offer dan Powerful Promise).
Ultimate Advantage artinya Anda harus memiliki nilai
tambah seperti yang telah kita bahas sebelumnya.
Sensational Offer artinya Anda harus memberikan
penawaran yang memiliki kesan yang mendalam dan luar
biasa. Coba bandingkan misalnya ada resume CV tertulis:
1. “Berpengalaman sebagai programmer selama 5 tahun”
2. “Berpengalaman sebagai programmer selama 5 tahun di
PT X, PT, Y, PT Z dengan kecepatan pengerjaan dua kali
lipat di atas rata-rata, siap lembur dan bekerja ketika hari
libur!”
Tentu bagi perusahaan akan memilih yang nomor dua
bukan? Karena mereka begitu terkesan dengan resume CV
tersebut.
Powerful Promise artinya Anda berani menjamin kualitas
yang Anda miliki. Bahkan Anda siap menerima
konsekuensi bila melanggarnya. Sebagai contoh Anda
harus berani menuliskan di resume CV Anda “Garansi
100% uang kontrak/Gaji Kembali Bila Hasil Pekerjaan
Tidak Sesuai Dengan Rencana Awal! “ atau bisa juga “Siap
dipinalti 10% dari nilai kontrak/gaji setiap hari bila tidak
sesuai seperti yang diinginkan/telat dari jadwal”. Namun
tetap diperhatikan bahwa Anda jangan asal memberi
jaminan. Haruslah disesuaikan dengan kemampuan yang
Anda miliki.
Sarana Promosi yang Tepat
Selain melalui media blog sebagai media promosi yang
murah dengan jangkauan global, tidak ada salahnya Anda
mempromosikan diri Anda secara rutin di berbagai media
massa, misalnya iklan. Namun bila Anda jeli, Anda
sebenarnya bisa memanfaatkan media massa untuk
mempublikasi diri Anda secara gratis.
Bila Anda memiliki kemampuan dan karya yang layak
jadi berita, maka Anda bisa mempublikasikan diri Anda
dengan bekerjasama dengan beberapa media. Caranya:
1. Buatlah sebuah headline yang semenarik mungkin,
membuat tertarik bahkan bombastis. Sehingga
nantinya headline tersebut akan bisa menjadi daya
tarik yang luar biasa untuk diliput oleh media.
Misalnya saja “Baru Semester 6 Sudah Menulis 6 Buku
Skala Nasional” atau “Masih Mahasiswa Sudah Bekerja
Menangani Beberapa Proyek Perusahaan Besar” atau
berbagai headline lain yang membuat orang kagum
dengan Anda. Memang kuncinya agar bisa layak berita
Anda harus benar-benar memilik track record karya
dan pengalaman yang dahsyat atau banyak.
2. Selanjutnya Anda hubungi satu per satu media massa
yang menjadi target Anda. Caranya Anda bisa kirim
email atau faksimili langsung kepada mereka. Buatlah
resume singkat tentang diri Anda dan karya Anda
tersebut. Yakinlah media massa pasti selalu butuh
berita, dan hanya berita yang layak dan menarik yang
akan dimuat.
Sebenarnya dengan status Anda yang masih
mahasiswa, maka Anda akan lebih mudah lagi untuk
bisa berhubungan dengan media massa. Karena Anda
cukup mendekati biro humas atau promosi di kampus
Anda. Selanjutnya biro ini seharusnya bisa
mengakomodasi publisitas diri Anda. Anda tinggal
bersiap saja untuk diwawancarai. Karena semua
sudah disusun biro tersebut. Karena kampus tentu
saja punya kepentingan juga untuk menjadikan ajang
publisitas Anda sebagai sarana promosi dan branding.
Sehingga dengan demikian terciptalah hubungan yang
saling menguntungkan antara Anda dan kampus Anda
sendiri.
28 The Flight Plan for Student
Pada bagian ini saya akan memberikan sebuah panduan
penting bagi Anda untuk sukses merancang tujuan dalam
meraih kesuksesan kuliah. Cara yang saya gunakan diadopsi
dari buku berjudul “Flight Plan” karangan Brian Tracy. Metode
ini akan membantu Anda dalam merencanakan goal selama
menjalani masa studi, hingga bagaimana caranya agar bisa
mencapai goal tersebut. Saya pribadi sudah pernah
menerapkan metode ini ketika menjalani studi S2, dan
hasilnya sangat memuaskan. Seluruh sasaran yang saya ingin
capai selam S2 tersebut 90% tercapai! Untuk itu saya akan
membagikan kiat dan caranya untuk Anda.
Sama halnya ketika Anda ingin melakukan perjalanan
dari kota A ke kota B. Maka di benak Anda tentu sudah
terbayang sebuah titik/tujuan akhir yaitu kota B. Sehingga
sebelum berangkat, Anda pasti sudah menyiapkan segala
sesuatu yang dibutuhkan selama menjalani perjalanan agar
bisa sukses sampai di tujuan.
Nah, konsep flight plan hampir sama dengan itu. Dalam
flight plan Anda akan diminta untuk menetapkan apa saja
tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Lalu bagaimana cara Anda
mencapainya. Berikut ini adalah beberapa unsur penting
dalam membuat flight plan Anda.
1. Tetapkan Tujuan
2. Visualisasikan Tujuan Anda
3. Tuliskan Alasannya
4. Apa Saja hambatannya
5. Kemampuan/Skill tambahan yang dibutuhkan
6. Mentor
7. Cara
8. Evaluasi
Mari kita bahas satu per satu.
1. Tetapkan Tujuan
Saya sangat yakin bahwa Anda semua pasti memiliki
keinginan, cita-cita, atau ambisi. Dalam konteks
mahasiswa, maka sudah pasti banyak keinginan atau
ambisi yang ingin Anda raih mulai dari lulus seluruh mata
kuliah dengan nilai yang memuaskan, menyelesaikan
skripsi dengan lancar tanpa hambatan, lulus kuliah
cepat/tepat waktu dengan IPK yang memuaskan, dan ingin
segera mendapatkan pekerjaan kalau bisa tanpa harus
menganggur terlebih dahulu!. Idealnya memang begitu
bukan?
Selanjutnya setelah Anda telah mengidentifikasikan
apa saja keinginan Anda tersebut, maka langkah
berikutnya Anda harus menuliskan secara tertulis apa saja
yang menjadi tujuan Anda. Ada dua hal penting dalam
menuliskan tujuan Anda tersebut:
a. Tujuan tersebut harus spesifik
b. Tujuan tersebut harus terukur
Bandingkan kedua contoh berikut:
“Lulus Kuliah Secepatnya Dengan IPK Memuaskan”
“Lulus Kuliah 4 Tahun Dengan IPK 3,8”
Kira-kira mana yang lebih spesifik dan terukur? Ya betul,
jawabannya adalah yang nomor dua?
Dengan menuliskan tujuan-tujuan Anda dengan spesifik,
berarti Anda benar-benar tahu apa yang Anda inginkan
alias tidak bias dan mengambang. Terukur berarti Anda
tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
menggapai tujuan tersebut.
Coba perhatikan “Lulus Kuliah Secepatnya”. Secepatnya itu
hingga berapa tahun, berapa semester? Sangat tidak
spesifik bukan? Terus “IPK Memuaskan” itu berapa sih?
Tidak bisa diukur bukan?
Misalnya contoh lain: “Mahir Pemrograman PHP Dalam 4
Bulan” atau “Lulus KKN Dengan Nilai A di Semester 7” dan
lain sebagainya.
2. Waktu
Anda harus menentukan waktu atau durasi yang
dibutuhkan untuk meraih tujuan Anda tersebut. Dengan
adanya waktu pencapaian tersebut, maka Anda bisa
mengatur agenda pelaksanaannya dengan lebih cermat
dan matang. Jangan pernah ragu untuk menetapkan waktu
pencapaian tujuan Anda tersebut.
Misalnya berdasarkan contoh di atas, maka Anda bisa
menentukan waktu yang dibutuhkan untuk meraih
kelulusan adalah dari rentang tahun 2010-2013.
Dengan adanya batas waktu seperti ini, maka akan
ada semacam timer di dalam diri Anda yang senantiasa
akan mengingatkan bahwa Anda sedang dalam masa-masa
pencapaian sebuah goal. Sehingga dengan begitu, seluruh
fokus, pikiran, energi dan semangat Anda akan terus
terjaga selama waktu tersebut. Hingga akhirnya sampai
pada waktunya, tanpa Anda sadari tujuan tersebut benar-
benar bisa tercapai tepat waktu atau bahkan lebih cepat
dari yang direncanakan. Nggak percaya? Coba aja deh...
3. Visualisasi
Apa yang Anda bayangkan ketika melihat seseorang
berpakaian rapi, necis berjas habis turun dari mobil Mercy
sambil menenteng iPhone? Pasti di benak Anda orang
tersebut adalah orang yang sukses dan kaya. Hampir
kebanyakan dari kita mendambakan dan memimpikan
menjadi seperti itu bukan? Atau contoh lain, apa yang
Anda bayangkan ketika melihat teman-teman Anda yang
baru selesai menjalani prosesi wisuda sambil
menyunggingkan senyum lebar penuh bahagia? Pasti yang
Ada di benak Anda adalah keinginan yang sangat kuat agar
bisa segera menyusul seperti teman Anda tersebut.
Biasanya yang terlontar adalah ungkapan kapan ya saya
bisa menyusul mereka?
Nah, apa yang Anda bayangkan tersebut adalah salah
atu bentuk visualisasi atau penggambaran “nyata” dari
sebuah tujuan, keinginan atau cita-cita yang telah Anda
tuliskan sebelumnya.
Oleh karena itu, setelah menuliskan tujuan Anda secara
spesifik dan terukur, maka langkah berikutnya adalah
Anda mesti melakukan visualisasi. Bagaimana caranya?
Kalau saya pribadi sih dengan membuat atau mencari
gambar yang mewakili/representasi dari keinginan/tujuan
saya. Misalnya saya ingin lulus kuliah tepat waktu maka
saya akan cari gambar orang yang berpakaian Toga. Ingin
mobil dan rumah mewah, maka saya cari gambar kedua
benda tersebut. Begitu seterusnya. Atau bisa juga Anda
melakukan “visualisasi” atau sering disebut “incantation”
atau secara harfiah artinya mantra/afirmasi. Sebagai
contoh salah satu orang yang sukses menerapkan
incantation ini adalah petinju Mohammad Ali. Sebelum
bertinju, dia berkali-kali mengulangi kata-kata dengan
penuh emosi “Saya KO dia pada Ronde 3!” Bahkan ketika
bertinju, dengan mantap dan penuh emosi Mohammad Ali
mengatakan “Saya KO kamu pada ronde ketiga!” Sering
kali terjadi bahwa lawannya benar-benar KO pada ronde
ketiga atau bahkan kurang dari itu.
Contoh lain adalah Tiger Wood. Kamarnya penuh
dengan tulisan, gambar, dan rekor-rekor golf dari pegolf
yang sudah ada. Sebelum tidur dan setiap kali bangun
tidur, Tiger Wood melakukan incantation dengan
mengatakan “Saya Pecahkan Rekormu!” dengan berulang-
ulang dan penuh perasaan. Setiap satu rekor terpecahkan,
tulisan atau gambar rekor tadi dicoret. Kini hampir semua
tulisan dan gambar rekor di kamarnya sudah dicoret
(Waringin, 2008).
Pada intinya, visualisasi dengan imajinasi (khayalan)
disertai gambar dan incantation sangat membawa
pengaruh hebat dalam pencapaian tujuan kita. Selanjutnya
Anda bisa menggambarkan visualisasi Anda sendiri
beserta “mantra” Anda sendiri, misalnya “Semester 3 Ini IP
Saya Harus 3!”. Bayangkan, ucapkan dan tegaskan dalam
hati Anda berulang-ulang setiap hari! Selanjutnya Anda
lihat apa yang terjadi...
4. Tuliskan Alasannya
Ketika Anda menuliskan tujuan-tujuan Anda, tentu
saja ada sebuah maksud atau alasan di balik itu. Misalnya
Anda ingin punya mobil, tentu saja karena supaya
memudahkan transportasi sehari-hari bersama keluarga
atau untuk urusan pekerjaan. Selain itu mungkin ada
alasan lain seperti prestise dan kebanggaan.
Begitu pula tujuan-tujuan yang Anda tetapkan di masa
kuliah misalnya “Semester 4 IP Harus 3,5”. Alasannya
adalah agar nanti ketika semester terakhir IPK Anda bisa
tetap 3,5 atau bahkan menjadi 4. Contoh lain “Lulus 3,8
Tahun”. Karena karena orangtua Anda sudah kesulitan
untuk membiayai kuliah. Sehingga bila lulus dengan cepat
bisa meringankan beban mereka. Dan masih banyak lagi
alasan-alasan lain yang melandasi tujuan-tujuan Anda
tersebut.
Pada prinsipnya, semakin banyak alasan yang bisa
Anda tuliskan/kemukakan yang melandasi penetapan
tujuan tersebut, maka akan semakin bagus. Karena dengan
semakin banyaknya alasan, berarti tujuan tersebut sangat
penting dan vital bagi Anda, sehingga semangat dan gairah
Anda untuk segera meraihnya akan semakin kuat dan
menggebu-gebu.
5. Apa Saja Hambatannya
Patut sadari bahwa dalam menggapai setiap tujuan
tentu tidak akan selalu mulus. Anda akan menghadapi
berbagai rintangan dan hambatan baik dari dalam atau
luar diri Anda. Untuk itu memahami dan mengidentifikasi
berbagai hambatan yang bakal dihadapi sedari dini tentu
akan sangat bermanfaat kelak.
Oleh karena itu langkah selanjutnya yang perlu Anda
lakukan adalah menuliskan berbagai hal yang bakal
menjadi penghambat/rintangan setiap tujuan yang telah
Anda tetapkan. Untuk satu tujuan bisa jadi akan
menghadapi lebih dari satu rintangan. Contoh misalnya
tujuan “Lulus 3,5 Tahun Dengan IPK 3,8”. Rintangannya:
a. Saya lemah matematika
b. Kurang menguasai bahasa Inggris
c. Sulit menghapal
d. Sulit konsentrasi ketika belajar
e. Mudah mengantuk
f. Kondisi tubuh sering tidak fit
g. dll
Dari daftar rintangan tersebut Anda paling tidak akan tahu
seperti apa dan seberapa berat yang bakal dihadapi.
Dengan begitu Anda akan bisa menyiapkan segala sesuatu
untuk menghadapinya. Misalnya untuk hambatan kondisi
tubuh sering tidak fit, berarti Anda harus mulai menjaga
kebugaran tubuh dengan berolahraga, fitness, atau
istirahat yang cukup. Hambatan kurang menguasai bahasa
inggris, bisa Anda atasi dengan mengikuti kursus atau
menyediakan waktu khusus untuk belajar sendiri. Begitu
seterusnya terhadap hambatan-hambatan yang lainnya.
6. Kemampuan/Skill Tambahan Yang Diperlukan
Untuk menggapai tujuan-tujuan kita, tidak jarang
kita harus memiliki kemampuan khusus/tambahan.
Karena bila kita tidak memilikinya bisa mengakibatkan
tujuan yang telah ditetapkan gagal dicapai. Untuk itu perlu
juga Anda mulai menyiapkan apa saja kemampuan/skill
yang dibutuhkan untuk memudahkan Anda mencapai
tujuan-tujuan tersebut. Seperti contoh Anda punya tujuan
“Selesai Menulis Skripsi dalam 5 Bulan”, namun ternyata
Anda kurang mahir menulis tulisan ilmiah. Sehingga dari
itu Anda merasa perlu mengasah terlebih dahulu skill
dalam hal tulis menulis. Oleh karena itu segeralah Anda
belajar dan berlatih khusus untuk dapat menguasai
kemampuan/skill menulis ilmiah. Sehingga setelah
berhasil dikuasai, selanjutnya Anda akan mudah menulis
Skripsi dengan baik dan lancar sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
7. Mentor
Salah satu cara terbaik untuk berhasil menggapai
tujuan adalah dengan dibantu oleh seorang mentor. Ya,
mentor atau pelatih yang sudah terbukti berhasil dalam
meraih tujuan yang sama seperti yang kita cita-citakan
tentu akan semakin membuat kita terbantu sekali bukan?
Misalnya kita ingin lulus kuliah 3,5 tahun dengan IPK 3,8.
Tentu saja kita harus menemukan mentor yang juga
pernah paling tidak lulus dalam jangka waktu tersebut
dengan IPK yang sama bahkan lebih bukan?
Nah, mentor di sini tidak harus dalam bentuk pelatih
sesungguhnya yang mengajari Anda langkah demi langkah.
Bagi saya mentor di sini cukup “mentor/tokoh imajiner”.
Artinya tokoh atau panutannya memang ada orangnya,
tapi kita dilatih secara “imajiner” oleh mereka dengan cara
kita mengamati gerak-geriknya, apa saja yang telah
mereka lakukan. Caranya bisa dengan berkomunikasi,
bertanya langsung, atau bisa jadi membaca tulisan/buku-
bukunya. Namun memang bisa dilatih/konsultasi secara
langsung dengan orangnya tentu akan lebih baik dan
meyakinkan.
8. Cara
Langkah penting berikutnya dalam menggapai tujuan
Anda adalah dengan membuat cara-cara yang harus
dilakukan atau dalam kata lain How To Do It (bagaimana
cara melakukannya). Bisa juga dikatakan bahwa cara di
sini merupakan serangkaian daftar yang berisi langkah
demi langkah yang perlu Anda lakukan untuk meraih
tujuan hingga berhasil. Dengan adanya panduan langkah
demi langkah ini, tata kerja Anda akan teratur dan terarah
ke arah yang benar, sehingga nanti akan mantap dan
meyakinkan hingga sampai ke tujuan.
Ambil contoh sederhana misalnya ketika Anda
memutuskan untuk “Selesai Skripsi Dalam 6 Bulan di
Semester 7”. Maka paling tidak langkah-langkah/cara yang
mesti Anda lakukan adalah:
a. Memasukkan Skripsi dalam KRS semester 7
b. Mencari topik Skripsi
c. Memilih dosen pembimbing
d. Mencari buku/referensi penunjang
e. Menulis proposal Skripsi
f. Dst hingga Anda akan menghadapi ujian pendadaran.
Coba perhatikan, dengan adanya cara-cara yang ditulis per
langkah tersebut secara tidak langsung telah membuat
daftar aksi/take action yang mesti Anda lakukan satu per
satu. Sehingga setiap selesai dengan satu langkah maka
Anda akan beranjak ke langkah berikutnya, hingga
akhirnya tanpa disadari Anda selesai dan berhasil meraih
tujuan Anda tersebut. Mudah bukan...
9. Evaluasi
Pada akhirnya, setelah seluruh langkah demi langkah
telah Anda lakukan, maka tentunya Anda bisa lihat apakah
tujuan tersebut berhasil diraih atau gagal. Kalaupun
berhasil, apakah tercapai 100% sesuai rencana ataukah
meleset sedikit. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan
keberhasilan tersebut. Bila gagal, mengapa dan apa
penyebabnya?
Semua itu merupakan bentuk dari evaluasi yang
mesti Anda lakukan. Karena dengan adanya evaluasi
berarti Anda akan tahu kelemahan dan kelebihan dari
langkah dan cara yang telah dilakukan. Bila ternyata
tujuannya gagal diraih, berarti Anda akan dapat pelajaran
berharga mengenai apa penyebabnya. Selanjutnya Anda
akan bisa menyiapkan langkah/strategi lain yang akan
diterapkan. Bila berhasil, berarti faktor-faktor apa yang
menyebabkan keberhasilan tersebut. Sehingga manfaatnya
Anda bisa berbagi pengalaman dengan siapa saja yang mau
belajar dari Anda.
Untuk lebih memudahkan Anda dalam menerapkan
metode Flight Plan for Student ini, maka saya akan berikan
contoh nyata dari penerapan Flight Plan ini yang telah
saya terapkan dalam mencapai salah satu tujuan saya yaitu
“Lulus S2 Bulan Juni 2010 dengan IPK 3,8” dan
kenyataannya saya “Lulus S2 Bulan Juli 2010 dengan IPK
3,5!”.
Sasaran 1 : “Saya Lulus S2 di Bulan Juni 2010 dengan IPK 3.8...!” Durasi : 12 bulan (1 Juni 2009-1 Juni 2010) Visualisasi
Ardiansyah, S.T., M.Cs.
Alasan 1. Karena tidak mau terlalu lama kuliah,
karena sudah terlambat masuk S2 2. Bisa naik pangkat menjadi Lektor-
Lektor Kepala 3. Bisa naik gaji dan tunjangan serta
vakasi. 4. Bisa membimbing dan menguji Tugas
Akhir mahasiswa S1 5. Untuk menambah peluang UAD
menyelenggarakan S2 Informatika 6. Untuk menaikkan prestise dan
pergaulan akademik. 7. Membanggakan orang tua dan keluarga
besar di Palembang-Jogja. 8. Tidak malu sama istri yang sudah S2. 9. Bisa memenuhi syarat minimum dosen
sesuai peraturan pemerintah. 10. Bisa mengikuti penelitan-hibah
dengan anggaran yang lebih besar. 11. Bisa dapat peluang untuk melanjutkan
S3. Hambatan & Masalah
1. Kematian 2. Sakit-sakitan 3. Sulit menyerap mata kuliah. 4. Tidak mengerjakan tugas & PR kuliah. 5. Jarang masuk kuliah. 6. Tidak rutin melihat informasi kuliah. 7. Tidak rutin berlatih soal-soal MID &
UAS. 8. Tidak memasukkan Tesis dalam KRS
semester III Maret 2010. 9. Terlambat/tidak mencari topik tesis di
bulan Juni-September 2009. 10. Tidak/terlambat mengajukan proposal
tesis di antara September-Desember 2009.
11. Sulit mencari topik membuat proposal Tesis
12. Sulit membuat proposal Tesis 13. Sulit membuat Tesis 14. IP semester I,II & III di bawah 3.8. 15. Malas mencatat & mengumpulkan
materi kuliah. 16. Malas bimbingan ke dosen. 17. Gagal meraih TOEFL 450 18. Gagal meraih TPA 500
Keahlian Skill Tambahan
1. Teknik Penulisan Proposal Tesis 2. Teknik Penulisan Tesis 3. Pelatihan TOEFL 4. Pelatihan TPA
Mentor 1. Muhammad Idham, M.Kom 2. Fery Sopian Efendi 3. Andri Setiawan, M.Sc 4. Sri Handayaningsih, M.T. 5. Dr. Sri Kusumadewi
Bagaimana caranya?
1. Perbanyak amal soleh 2. Rutin olahraga min 2 kali seminggu. 3. Meraih IP Semester I,II & III harus
3.8...! a. Rajin latihan menjawab soal-soal ujian
MID-UAS. b. Harus rajin masuk kuliah. c. Rajin mencatat & mengumpulkan
materi kuliah. 4. Sering lihat website Mkom, tanya pak
Sugeng & teman-teman tentang berbagai informasi kuliah.
5. Menyelesaikan pengerjaan Tesis 6. Latihan dan mempelajari buku-buku
TOEFL. 7. Latihan dan mempelajari buku-buku
TPA. Evaluasi: Saya Berhasil Meraih Tujuan ini Karena Saya:
1. Rajin latihan menjawab soal-soal Ujian 2. Rajin masuk kuliah 3. Latihan dan belajar TOEFL 4. Latihan dan belajar TPA 5. Menyelesaikan Tesis
Saya Gagal Meraih Tujuan ini Karena Saya:
Kira-kira menurut Anda apakah saya gagal dalam
mencapai tujuan saya? Memang kalau melihat dari tujuan dan
hasil memang meleset sedikit yaitu selisih satu bulan dan
selisih nol koma tiga untuk IPK. Namun bagi saya tujuan
tersebut berhasil saya raih! Mengapa begitu? Karena dalam
menetapkan tujuan atau goal kita harus memasang target
tinggi di atas kemampuan kita. Sehingga dengan begitu usaha
yang kita lakukan akan terpacu dan tertuju kepada target yang
“tinggi” tersebut. Sehingga kalau benar-benar tercapai maka
itu merupakan suatu “bonus” plus surprise bagi kita. Karena
sebenarnya kita tahu bahwa sulit untuk meraihnya. Namun
kalaupun tidak tercapai persis, hanya meleset sedikit di
bawahnya seperti contoh saya tersebut, maka kita tidak akan
terlalu kecewa karena tetap saja berhasil dengan sangat
gemilang. Sebagai informasi capaian saya tersebut membuat
saya menjadi lulusan S2 tercepat di jurusan Ilmu Komputer
UGM di tahun 2010 untuk se-angkatan saya.
29 Bagaimana Menjaga Fokus dan
Konsistensi Selama Kuliah?
Seperti yang telah saya singgung sebelumnya, bahwa
dalam menjalani proses menuju tujuan, kita akan sering
menghadapi berbagai rintangan yang datang silih berganti.
Namun, yang sering menjadi pertanyaan adalah bagaimana
caranya agar kita tetap bisa menjaga fokus dan konsistensi
dalam menjalani masa perkuliahan hingga tercapainya tujuan
kita tersebut?
Bagi saya pribadi pertanyaan ini gampang-gampang
sulit. Gampang kalo hanya sekedar diucapkan, dan sulit kalau
sudah benar-benar diterapkan. Karena sebagai manusia biasa,
kita tidak bisa mengindar dari rasa capek dan jenuh serta
ingin selalu hepi-hepi alias tidak mau capek dan susah. Namun
saya akan coba membagi kiat yang manjur dalam menjaga
fokus tersebut.
1. Lihat kembali Flight Plan yang telah Anda buat.
Perhatikan jadwal yang telah Anda tentukan dan tingkat
urgensinya.
2. Pilihlah tujuan yang sangat penting yang harus dicapai
saat itu. Misalnya yang terpenting hari itu adalah
membuat tugas mata kuliah A, maka pastikan agenda
utama Anda di pagi hari adalah langsung mengerjakan
tugas tersebut! Jangan pernah beralih ke
aktivitas/kegiatan lain sebelum selesai (kecuali untuk
sekedar minum, makan dan rehat sejenak).
3. Matikan saluran Internet, sehingga Anda tidak tergoda
untuk membuat tugas sambil browsing, email, chatting,
fesbukan. Karena hal ini akan sangat mengganggu fokus
Anda. Kalau Anda bertanya “kalo bahan-bahan tugasnya
ada di Internet terus gimana pak?” Caranya pastikan
bahwa Anda sudah mengumpulkan dulu seluruh bahan-
bahan yang diperlukan dari Internet. Dengan kata lain
Anda menyediakan waktu khusus untuk browsing
mencari data-data dan bahan yang diperlukan. Setelah
dirasa cukup, putuskan sambungan Internet dan
mulailah mengerjakan tugas Anda.
4. Pastikan Anda bekerja tanpa gangguan, misalnya HP di-
silent atau bahkan dimatikan terlebih dahulu selama
Anda bekerja mengerjakan tugas. Hal ini dilakukan agar
Anda bisa bekerja dengan bebas gangguan, atau paling
tidak minim gangguan.
5. Lakukan langkah-langkah di atas berulang-ulang dan
lambat laun tanpa Anda sadari akan membentuk sebuah
kebiasaan yang sangat bermanfaat bagi Anda.
6. Kalau tiba masanya Anda merasa jenuh dan bosan, maka
saran saya adalah langsung hentikan dulu
pekerjaan/tugas Anda. Kalau bisa jauhkan diri Anda
sementara waktu dari segala hal yang berkaitan dengan
tugas pekerjaan tersebut. Bila perlu Anda boleh juga
untuk melakukan refreshing seperti jalan-jalan ke pantai,
rekreasi, bermusik, membaca kitab suci dan lain
sebagainya yang tentu saja Anda senangi. Namun ingat
jangan melakukan refreshing terlalu lama lho. Karena
ditakutkan nanti bisa membuat fokus Anda akan hilang.
Karena ibarat mesin yang sudah terlalu lama dingin,
karena jarang dipanaskan, maka akan butuh waktu bagi
mesin untuk panas kembali. Begitu pula fokus dan mood
Anda jangan sampai hilang dan dingin sama sekali.
Karena untuk mengembalikan fokus dan mood cukup
memakan waktu. Untuk itu menghilangkan jenuh dan
bosan secukupnya saja oke...
Penutup
Akhirnya sampailah Anda pada sajian terakhir buku
ini. Selamat, karena Anda akhirnya telah banyak memahami
seluruh lika-liku permasalahan menjadi seorang mahasiswa
beserta strategi pemecahannya. Ada beberapa kiat dan cara
dalam buku ini yang masih jarang diketahui dan diterapkan
oleh mahasiswa yang lain. Saya sadar, tidak semua cara dan
kiat yang saya sharing di buku ini bisa sesuai dan “manjur”
dengan Anda. Karena bisa jadi butuh beberapa penyesuaian
tertentu. Akan tetapi di antara itu semua saya yakin paling
tidak ada yang bisa membantu memecahkan masalah Anda.
Jangan ragu untuk mengulang-ulang membaca buku
ini. Tapi tentu saja selain dengan membaca, satu hal yang
terpenting adalah untuk segera MEMPRAKTEKKAN isi buku
ini! Karena itulah yang membedakan antara seorang
mahasiswa pemenang dengan mahasiswa pecundang.
Saya tunggu kisah-kisah inspiratif atas kesuksesan
Anda. Testimoni Anda akan saya tampilkan pada materi
presentasi, website dan cetakan berikutnya buku ini. Saya
tunggu dengan senang hati kiriman testimoni Anda di email
saya [email protected] atau HP 0815 689 2648.
Bahan Bacaan Ciputra, 2007, Pentingnya Kewirausahaan Dalam Pendidikan
Tinggi dan Pemecahan Masalah Bangsa, Sekolah
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Hamid, E.S., 2010, Remaja Indonesia: Hanya 8,8% yang
Berkesempatan Kuliah, Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta. Sukirman, Silvana. 2004, Tuntunan Belajar di Perguruan
Tinggi. Jakarta. Pelangi Cendekia. Tracy, B., 2009, The Flight Plan, PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Waringin, T.D., 2008, Financial Revolution, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Waringin, T.D., 2008, Marketing Revolution, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Biodata Penulis
Nama Ardiansyah
Tempat & Tanggal Lahir
Ujung Pandang, 23 Juli 1979
Pendidikan S1 – S.T. (Sarjana Teknik Informatika) Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta-Indonesia, 1998-2003.
S2 – M.Cs (Master of Computer Science) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta-Indonesia, 2009-2010
Pekerjaan Dosen, Penulis & Pengusaha
Alamat Kantor Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan. Jl. Prof. Dr. Soepomo, Janturan, Yogyakarta 55164
Telepon 0274-7498868
Faximile 0274-381523
Handphone 0815 689 2648 / 0811 250 7723
Email [email protected] / [email protected]
YM! ardian_khalifah
Website http://ardi.staff.uad.ac.id
Blog http://blog.uad.ac.id/ardi
Facebook http://www.facebook.com/ardian2007
Research Interest
- Software Entrepreneurship & Business Management - Academic Entrepreneurship - E-Commerce - Financial Computing
Teaching - Pengantar Teknologi Informasi (Introduction to Information Technology)
- Pengembangan Aplikasi Berbasis Mobile (Mobile
Application Development) - Interaksi Manusia & Komputer (Human Computer
Interaction) - Sistem Operasi (Operating System)
Supervise Final Report (Tugas Akhir)
- Yusuf Afandi, 2007, Manajemen Paket UBUNTU Linux dengan Repository Server Berbasis Lightttpd 1.4.11.
- Mazin Ma'dan, 2009, Aplikasi Penyimpanan Data Sementara pada Perangkat Mobile untuk Aplikasi Pengelola Keuangan di Komputer Desktop.
Publikasi
Prosiding Call For Paper
Ardiansyah, Pujiyono, W., dan Ma'dan, M., Aplikasi Penyimpanan Data Sementara pada Perangkat Mobile untuk Aplikasi Pengelola Keuangan di Komputer Desktop, Seminar Nasional Riset Teknologi Informasi (SRITI) STMIK AKAKOM, Yogyakarta, 8 Agustus 2009.
Ardiansyah & Handayaningsih, S., Implementasi Special Purpose Search Engine di Internet, Seminar Nasional Teknik Informatika: Penerapan dan Pemanfaatan Mobile Application dalam Dunia Bisnis, Industri dan Pendidikan. Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 16 September 2003, hlm. 155-160.
Jurnal
Ardiansyah, Efendi, F.S., Syaifullah, Pinto, M., Pujianto, dan Tempake, H.S., Implementasi Algoritma Greedy untuk Melakukan Graph Coloring: Studi Kasus Peta Propinsi Jawa Timur, Jurnal Informatika, Volume 4, Nomor 1, Januari 2010.
Umar, R., Ardiansyah., dan Qamariah., A., Al-Hadits dan Terjemah dengan Menggunakan WAP, Jurnal Integrasi Teknologi, No. 2 Vol I, Maret 2004.
Buku
Ardiansyah. The Winning Student, CV Ardi Publishing, 2010.
Ardiansyah. Kisah Sukses Para Entrepreneur & Inovator Teknologi Informasi, CV Ardi Publishing, 2004.
Ardiansyah dan Akhmadi. Aplikasi Pemrograman WAP, PT Elex Media Komputindo, 2003.
R. E. Indrajit dan Ardiansyah. Buku Pintar Linux: Menggunakan KDE. PT Elex Media Komputindo, 2002.
Rahardjo, B., Memahami Teknologi Informasi, PT Elex Media Komputindo, 2002. Editor: Ardiansyah.
R. E. Indrajit, D. Turner, Ardiansyah (Editor). Open Source Software: Membangun Kekuatan Baru Teknologi Informasi Dunia. PT Elex Media Komputingo, 2002.
Ardiansyah. Membangung Sistem Komputerisasi Laboratorium Menggunakan Delphi, PT Elex Media Komputindo, 2002.
Artikel
Ardiansyah. Memahami Makna dan Seluk Beluk Propaganda. Resensi Buku: Komunikasi Propaganda. Pengarang: Nurudin. KOMPAS, 26 Oktober 2001.
Ardiansyah. Memahami e-Commerce. Resensi Buku: Mengenal e-Commerce. Pengarang: Onno W. Purbo & Aang Arif Wahyudi. JAWA POS, 2001.
Ardiansyah. Resensi Buku: Kursi Panas Cak Nur Menuju Presiden. Pengarang: Hartono Ahmad Jaiz. KEDAULATAN RAKYAT, 2001.
Ardiansyah. Membuat Menu Task Bar Pada KDE. MIKRODATA, 2001.
HaKI dan Paten
Program Komputer "MyFamily Accounting". Nomor dan tanggal permohonan: C22200700017, 18 September 2007. Terdaftar pada Direktorat Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Penelitian Ardiansyah., Model Pengintegrasian Sistem Aplikasi Keuangan Berbasis Komputer Desktop, Web dan Mobile (Studi Kasus: Software MyFamily Accounting), Penelitian Reguler Universitas Ahmad Dahlan T.A. 2009/2010.
Seminar & Workshop
Sebagai Pembicara
Kewirausahaan: Menyemai Spirit di Tengah Pergulatan Akademik, Pelatihan Entrepreneurship LP2S UAD, Yogyakarta, 6 Maret 2010.
Kiat Praktis Menjadi Penulis Buku Bagi Mahasiswa Informatika, Kelompok-Kelompok Studi Informatika UAD, Yogyakarta, 4 Maret 2010.
Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Dosen dan Mahasiswa, FTI UAD, Yogyakarta, 18 Februari 2010.
The Winning Student, Seminar Bagi Mahasiswa Baru AKMI Baturaja, Sumsel. 29 September 2009.
Mengenal Peluang Karir di Bidang TI, Seminar Regional AKMI Baturaja, Sumsel, 29 September 2009.
Diskusi Ilmiah Pengelolaan Keuangan Keluarga, Pusat Studi Wanita UAD, Yogyakarta, 2009.
MyFamily Accounting for Personal Financial Management, Bincang Cerdas Mengelola Keuangan Keluarga, Roadshow Rumah Zakat Indonesia di kota Jakarta, Tangerang, Bogor, 2009.
Merintis Usaha Industri Mass Production Software, Talkshow Interaktif PPTIK UGM, Yogyakarta, 27 Februari 2009.
Berjaya Dengan Open Source/Linux: Mungkinkah?, Seminar Teknologi Informasi Trend Penggunaan Sistem Operasi Open Source ( GNU/LINUX ) di dunia Pendidikan dan Pemerintahan, Keluarga Besar Mahasiswa Kabupaten Kutai Kartanegara ( KBMKKS ), 15 Juli 2006.
Linux untuk Usaha Kecil Menengah: Antara Konsep & Realita, Acara Temu Usaha Incubator Business Center Yayasan Pendidikan Setiabudi dengan Departemen Perindustrian RI, Surakarta 19 Juni 2006.
Saturday Linux Festival 2002, UNISSULA Semarang, 2 Nopember 2002.
Beberapa Seminar Linux & Open Source di Universitas Negeri Padang, STMIK Sinar Nusantara,
STTS Surabaya, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Sebagai Peserta
Workshop Modul Wirausaha Mandiri, 14-15 Juli 2010, PT Bank Mandiri, Melia Purosani Hotel, Yogyakarta.
Pelatihan Keterampilan Teknik Instruksional (PEKERTI), 27 Januari-2 Februari 2010 di P3AI Universitas Negeri Yogyakarta.
Thesis Ardiansyah. Aplikasi Bibliografi Perpustakaan Digital Berbasis Social Cataloging. Master Thesis. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia, 2010. Suvervisor: Dr. techn. Ahmad Ashari.
Ardiansyah. Model Pembayaran Pada Mobile Commerce. Undergraduate Thesis. Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Indonesia, 2003. Supervisor: Dr. Richardus Eko Indrajit & Dr. techn. Ahmad Ashari.
Perusahaan CV. Metasoft Technologies Indonesia, 2007-Sekarang.
CV. Ardi Publishing, 2004-Sekarang.