e medicine
DESCRIPTION
renalTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang OSTEOARTHRITIS,
yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “OSTEOARTHRITIS” yang sangat sering dialami oleh
masyarakat Indonesia terutama orang tua. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi
juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dokter pembimbing kami yaitu Dr.
Donny, SpOT yang telah membimbing kami, hingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon mohon maaf bila
terdapat kesalahan dalam penulisan kata-kata dalam makalah ini. Terima kasih.
Jakarta, Agustus 2010
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................I
DAFTAR ISI.....................................................................................................................II
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................III
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................1
BAB II. GAGAL HATI AKUT………………................................................................3
Anatomi Hati.............................................................................................3
Histologi Hati..............................................................................................
Fisiologi Hati........................................................................................10
Definisi.....................................................................................................13
Epidemiologi............................................................................................14
Etiologi............................................................................................. .......14
Klasifikasi.................................................................................................15
Patofisiologi..............................................................................................17
Tanda dan Gejala klinis............................................................................19
Pengaruh Lingkungan Terhadap Kejadian Rhinitis Alergi......................21
Diagnosis..................................................................................................23
Diagnosis Banding……….......................................................................23
Penatalaksanaan.......................................................................................26
Farmakoterapi pada rinitis alergi..............................................................27
Komplikasi...............................................................................................28
Prognosis..................................................................................................28
Edukasi pasien..........................................................................................28
BAB III. KESIMPULAN................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Anatomi rongga hidung ................................................................ 4
Gambar 2.2 Konka nasalis pada kavum nasi......................................................5
Gambar 2.3 Perdarahan rongga hidung..............................................................5
Gambar 2.4 Anatomi sinus paranasal.................................................................7
Gambar 2.5 Histologi mukosa hidung...............................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
Gagal hati akut (ALF) adalah sindrom multiorgan di mana penurunan cepat hasil fungsi hati pada koagulopati dan perubahan dalam status mental dari individu yang sebelumnya sehat yang ditandai dengan disfungsi hepatoseluler berat dan cepat dapat berlanjut sampai mati. Gagal hati akut sering mempengaruhi orang-orang muda dan membawa kematian yang sangat tinggi. Kegagalan hati akut istilah digunakan untuk menjelaskan pengembangan koagulopati, biasanya sebuah rasio normalisasi internasional (INR) lebih besar dari 1,5, dan setiap tingkat perubahan mental (ensefalopati) pada pasien tanpa riwayat sirosis dan dengan penyakit kurang dari 26 minggu durasi.
Gagal hati akut adalah istilah yang luas dan mencakup baik kegagalan hepatik fulminan (FHF) dan kegagalan hati subfulminant (atau akhir-onset kegagalan hepatik).Kegagalan hati fulminan umumnya digunakan untuk menggambarkan pengembangan ensefalopati dalam 8 minggu setelah timbulnya gejala pada pasien dengan hati yang sebelumnya sehat. Subfulminant kegagalan hati disediakan untuk pasien dengan penyakit hati sampai 26 minggu sebelum perkembangan ensefalopati hati.
Beberapa pasien dengan penyakit hati kronis yang sebelumnya tidak dikenal dekompensasi dan hadir dengan gagal hati, meskipun hal ini tidak secara teknis FHF, diskriminatif seperti pada saat presentasi mungkin tidak dapat dilakukan. Pasien dengan penyakit Wilson , vertikal diperoleh hepatitis B virus (HBV), atau hepatitis autoimun dapat dimasukkan meskipun kemungkinan sirosis jika penyakit mereka telah kurang dari 26 minggu.
Hepatotoksisitas obat-terkait adalah penyebab utama kegagalan hati akut di Amerika Serikat. Hasil gagal hati akut berhubungan dengan etiologi, derajat ensefalopati, dan komplikasi yang terkait. Sayangnya, meskipun pengobatan agresif, banyak pasien mati karena kegagalan hati fulminan. 1 , 2 Sebelum orthotopic transplantasi hati (OLT) untuk kegagalan hepatik fulminan, tingkat kematian pada umumnya lebih besar dari 80%. Sekitar 6% dari OLTs dilakukan di Amerika Serikat adalah untuk kegagalan hati fulminan. Namun, dengan perawatan intensif ditingkatkan, prognosis jauh lebih baik sekarang daripada di masa lalu, dengan beberapa seri melaporkan sekitar tingkat kelangsungan hidup 60%.
Pengembangan sistem pendukung hati memberikan beberapa janji untuk keadaan tertentu, meskipun masih merupakan tindakan sementara dan, sampai saat ini, tidak berdampak pada kelangsungan hidup. Lain modalitas terapi yang diteliti, termasuk hipotermia, telah diajukan tetapi tetap belum terbukti. 3 , 4
BAB II
GAGAL HATI AKUT
ANATOMI DAN HISTOLOGI HATI
Hepar merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia. Hepar pada manusia
terletak pada bagian atas cavum abdominis, di bawah diafragma, di kedua sisi kuadran atas, yang
sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1200 – 1600 gram. Permukaan atas
terletak bersentuhan di bawah diafragma, permukaan bawah terletak bersentuhan di atas organ-
organ abdomen. Hepar difiksasi secara erat oleh tekanan intraabdominal dan dibungkus oleh
peritoneum kecuali di daerah posterior-superior yang berdekatan dengan v.cava inferior dan
mengadakan kontak langsung dengan diafragma. Bagian yang tidak diliputi oleh peritoneum
disebut bare area.Terdapat refleksi peritoneum dari dinding abdomen anterior, diafragma dan
organ-organ abdomen ke hepar berupa ligamen.
Macam-macam ligamennya:
1. Ligamentum falciformis : Menghubungkan hepar ke dinding ant. abd dan terletak di antara
umbilicus dan diafragma.
2. Ligamentum teres hepatis = round ligament : Merupakan bagian bawah lig. falciformis ;
merupakan sisa-sisa peninggalan v.umbilicalis yg telah menetap.
3. Ligamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis :Merupakan bagian dari
omentum minus yg terbentang dari curvatura minor lambung dan duodenum sblh prox ke
hepar.Di dalam ligamentum ini terdapat Aa.hepatica, v.porta dan duct.choledocus communis.
Ligamen hepatoduodenale turut membentuk tepi anterior dari Foramen Wislow.
4. Ligamentum Coronaria Anterior ki–ka dan Lig coronaria posterior ki-ka :Merupakan refleksi
peritoneum terbentang dari diafragma ke hepar.
5. Ligamentum triangularis ki-ka : Merupakan fusi dari ligamentum coronaria anterior dan
posterior dan tepi lateral kiri kanan dari hepar.
Secara anatomis, organ hepar tereletak di hipochondrium kanan dan epigastrium, dan
melebar ke hipokondrium kiri. Hepar dikelilingi oleh cavum toraks dan bahkan pada orang
normal tidak dapat dipalpasi (bila teraba berarti ada pembesaran hepar). Permukaan lobus kanan
dpt mencapai sela iga 4/ 5 tepat di bawah aerola mammae. Lig falciformis membagi hepar secara
topografis bukan scr anatomis yaitu lobus kanan yang besar dan lobus kiri.
Secara Mikroskopis
Hepar dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan elastis yg
disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym hepar mengikuti pembuluh
darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hepar seperti spons yg terdiri dari sel-sel yg
disusun di dalam lempengan-lempengan/ plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem
pembuluh kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoid-sinusoid tersebut berbeda dengan kapiler-
kapiler di bagian tubuh yang lain, oleh karena lapisan endotel yang meliputinya terediri dari sel-
sel fagosit yg disebut sel kupfer. Sel kupfer lebih permeabel yang artinya mudah dilalui oleh sel-
sel makro dibandingkan kapiler-kapiler yang lain .Lempengan sel-sel hepar tersebut tebalnya 1
sel dan punya hubungan erat dengan sinusoid. Pada pemantauan selanjutnya nampak parenkim
tersusun dalam lobuli-lobuli Di tengah-tengah lobuli tdp 1 vena sentralis yg merupakan cabang
dari vena-vena hepatika (vena yang menyalurkan darah keluar dari hepar).Di bagian tepi di
antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis/ TRIAD yaitu
traktus portalis yang mengandung cabang-cabang v.porta, A.hepatika, ductus biliaris.Cabang dari
vena porta dan A.hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak
percabangan Sistem bilier dimulai dari canaliculi biliaris yang halus yg terletak di antara sel-sel
hepar dan bahkan turut membentuk dinding sel. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam
intralobularis, dibawa ke dalam empedu yg lebih besar , air keluar dari saluran empedu menuju
kandung empedu.
B. FISIOLOGI HATI
Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi tubuh
sebanyak 20% serta menggunakan 20 – 25% oksigen darah. Ada beberapa fung hati yaitu :
1. Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat
Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan protein saling berkaitan 1 sama
lain.Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari usus halus menjadi glikogen,
mekanisme ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun di dalam hati kemudian hati
akan memecahkan glikogen menjadi glukosa. Proses pemecahan glikogen mjd glukosa
disebut glikogenelisis.Karena proses-proses ini, hati merupakan sumber utama glukosa dalam
tubuh, selanjutnya hati mengubah glukosa melalui heksosa monophosphat shunt dan
terbentuklah pentosa. Pembentukan pentosa mempunyai beberapa tujuan: Menghasilkan
energi, biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan ATP, dan membentuk/ biosintesis
senyawa 3 karbon (3C)yaitu piruvic acid (asam piruvat diperlukan dalam siklus krebs).
2. Fungsi hati sebagai metabolisme lemak
Hati tidak hanya membentuk/ mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan katabolisis asam
lemak Asam lemak dipecah menjadi beberapa komponen :
1. Senyawa 4 karbon – KETON BODIES
2. Senyawa 2 karbon – ACTIVE ACETATE (dipecah menjadi asam lemak dan gliserol)
3. Pembentukan cholesterol
4. Pembentukan dan pemecahan fosfolipid
Hati merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresi kholesterol .Dimana
serum Cholesterol menjadi standar pemeriksaan metabolisme lipid
3. Fungsi hati sebagai metabolisme protein
Hati mensintesis banyak macam protein dari asam amino. dengan proses deaminasi, hati
juga mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino.Dengan proses transaminasi, hati
memproduksi asam amino dari bahan-bahan non nitrogen. Hati merupakan satu-satunya
organ yg membentuk plasma albumin dan ∂ - globulin dan organ utama bagi produksi
urea.Urea merupakan end product metabolisme protein.∂ - globulin selain dibentuk di dalam
hati, juga dibentuk di limpa dan sumsum tulang β – globulin hanya dibentuk di dalam
hati.albumin mengandung ± 584 asam amino dengan BM 66.000
4. Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan darah
Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi
darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X. Benda asing
menusuk kena pembuluh darah – yang beraksi adalah faktor ekstrinsi, bila ada hubungan
dengan katup jantung – yang beraksi adalah faktor intrinsik.Fibrin harus isomer biar kuat
pembekuannya dan ditambah dengan faktor XIII, sedangakan Vit K dibutuhkan untuk
pembentukan protrombin dan beberapa faktor koagulasi.
5. Fungsi hati sebagai metabolisme vitamin
Semua vitamin disimpan di dalam hati khususnya vitamin A, D, E, K
6. Fungsi hati sebagai detoksikasi
Hati adalah pusat detoksikasi tubuh, Proses detoksikasi terjadi pada proses oksidasi, reduksi,
metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap berbagai macam bahan seperti zat racun, obat
over dosis.
7. Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitas
Sel kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen dan berbagai bahan melalui proses
fagositosis. Selain itu sel kupfer juga ikut memproduksi ∂ - globulin sebagai imun livers
mechanism.
8. Fungsi hemodinamik
Hati menerima ± 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal ± 1500 cc/ menit
atau 1000 – 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam a.hepatica ± 25% dan di dalam
v.porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh faktor
mekanis, pengaruh persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu exercise,
terik matahari, shock.Hepar merupakan organ penting untuk mempertahankan aliran darah.
DEFINISI GAGAL HATI AKUT
Adalah munculnya komplikasi parah dengan cepat setelah tanda-tanda pertama dari penyakit hati
(seperti jaundice ), dan menunjukkan bahwa hati telah mengalami kerusakan parah (kehilangan fungsi dari 80-90%
dari sel-sel hati). Gagal hati akut (ALF) (juga disebut kegagalan hepatik fulminan) adalah merupakan kondisi yang
jarang ditandai dengan timbulnya mendadak cedera hati yang berat, bermanifestasi sebagai disfungsi hati yang
mendalam, dan individu tanpa riwayat penyakit hati. Para komplikasi ensefalopati hepatik dan gangguan sintesis
protein (yang diukur dengan tingkat albumin serum dan waktu protrombin dalam darah). Klasifikasi 1993
mendefinisikan hiperakut sebagai dalam waktu 1 minggu, akut 8-28 hari dan subakut sebagai 4-12 minggu. [1] Ini
mencerminkan fakta bahwa kecepatan evolusi penyakit sangat mempengaruhi prognosis.
Pasien yang menderita kerusakan akut sirosis yang sebelumnya cenderung stabil dari alkohol atau hepatitis
kronis mungkin memiliki penyakit yang mengancam jiwa, tetapi mereka tidak memiliki ALF. Tidak seperti pasien
tersebut dengan penyakit hati akut-on-kronis, pasien dengan ALF memiliki potensi untuk sepenuhnya memulihkan
fungsi hati yang normal. Walaupun relatif jarang, ALF penting karena terkait dengan kematian tinggi. Namun,
prognosis menyedihkan terkait dengan ALF tampaknya meningkatkan, setidaknya di Barat. Tren ini mungkin
mencerminkan pengenalan transplantasi hati sebagai terapi yang sangat efektif, perbaikan dalam perawatan intensif
medis, dan perubahan dalam epidemiologi ALF dengan pergeseran dari penyebab dengan prognosis yang relatif
miskin (misalnya, hepatitis B) untuk mereka yang relatif prognosis yang baik (misalnya overdosis asetaminofen).
KLASIFIKASI GAGAL HATI AKUT
Bernuau dan rekan di dasar klasifikasi mereka, kegagalan hati akut pada interval antara deteksi
pertama penyakit kuning dan munculnya ensefalopati . Mereka mendefinisikan kegagalan hati
fulminan sebagai pengembangan ensefalopati hati dalam waktu 2 minggu setelah onset penyakit
kuning. Kegagalan hati Istilah subfulminant digunakan untuk menunjuk subkelompok lain gangguan
menyebabkan gagal hati akut ditandai dengan perkembangan ensefalopati 2 minggu sampai 3 bulan
setelah munculnya penyakit kuning.
Sebaliknya, Gimson dan koleganya di King's College Hospital di London mendefinisikan
kegagalan hati fulminan sebagai awalnya diusulkan oleh Trey dan Davidson. Mereka menggunakan
kegagalan akhir jangka onset hati sebagai sinonim dengan kegagalan hati subfulminant, tetapi interval
antara onset penyakit dan ensefalopati didefinisikan sebagai 8 minggu hingga 6 bulan.
O'Grady dan koleganya, juga dari King's College Hospital, mengusulkan terminologi baru
berdasarkan interval antara timbulnya ensefalopati kuning dan berikutnya: (1) gagal hati hiperakut,
dengan interval kurang dari 7 hari; (2) hati akutkegagalan, dengan selang waktu antara 8 dan 28 hari,
dan (3) gagal hati subakut, dengan selang waktu antara 5 dan 12 minggu.
Klasifikasi Bernuau dan kolega dan O'Grady dan rekan memungkinkan dimasukkannya pasien
dengan penyakit hati kronis yang sebelumnya telah tanpa gejala dan kemudian memperburuk bawah
penunjukan gagal hati akut. Perbedaan antara fulminan (hiperakut atau akut) dan subfulminant (onset
terlambat-atau subakut) kegagalan hati adalah penting secara klinis, karena pasien dengan interval
terpendek antara penyakit kuning dan terjadinya ensefalopati memiliki prognosis yang terbaik. Selain
itu, penyebab kegagalan hati akut biasanya berbeda pada pasien mengalami kegagalan hati fulminan
dan subfulminant. Pengelolaan pasien dengan gagal hati akut harus individual sesuai dengan
kecepatan dan tempo penyakit, yang sering dapat diprediksi oleh penyebab kegagalan hati. Tujuan
umum pengobatan adalah untuk menyediakan perawatan dukungan dan membeli waktu untuk
memungkinkan regenerasi hati, sementara pada saat yang sama menilai untuk indeks prognostik yang
menunjukkan hasil yang buruk dan kebutuhan untuk melanjutkan cepat untuk transplantasi hati.
Seperti disebutkan di atas, subset kecil pasien dengan gagal hati akut akan, dalam kenyataannya,
memiliki penyakit hati sebelumnya tidak dikenal kronis. Sebagai contoh, penyakit Wilson awalnya
dapat hadir dengan gejala-gejala dan tanda-tanda hepatitis akut atau, jika parah, gagal hati akut,
kegagalan hepatik biasanya subfulminant. Penyakit Wilson, bagaimanapun, lebih sering muncul
sebagai penyakit kronis dengan gambaran klinis hepatitis kronis atau sirosis. Contoh lain dari
penyakit hati kronis yang mungkin sekarang akut adalah hepatitis autoimun, yang kadang-kadang
pertama diakui dalam bentuk cepat progresif yang memenuhi kriteria gagal hati akut.
Kejadian sebenarnya dari gagal hati akut tidak diketahui, tetapi sekitar 2000 orang yang
terpengaruh setiap tahun di Amerika Serikat. Karena ini adalah kondisi biasa, pasien cenderung
dirujuk ke pusat-pusat tersier yang mampu memberikan perawatan intensif agresif mendukung dan
transplantasi hati, yang dilakukan di 200A € "300 pasien dengan gagal hati akut per tahun di Amerika
Serikat. Dengan demikian, bias rujukan tentu mempengaruhi informasi yang dipublikasikan mengenai
penyebab dan hasil dari gagal hati akut.
ETIOLOGI
Penyebab umum untuk kegagalan hati akut parasetamol (asetaminofen) overdosis , reaksi istimewa untuk
obat-obatan (misalnya tetrasiklin ,troglitazone ), berlebihan asupan alkohol (parah hepatitis alkohol ), hepatitis virus
( hepatitis A atau B - hal ini sangat jarang di hepatitis C ),hati akut lemak dari kehamilan dan idiopatik (tanpa jelas)
menyebabkan., Reye syndrome adalah kegagalan akut hati pada anak dengan infeksi virus (misalnya cacar air ),
tampak bahwa aspirin mungkin memainkan signifikan. peran menggunakan Wilson's disease (akumulasi tembaga
turun temurun ) jarang dapat hadir dengan gagal hati akut.
Acetaminophen
Hepatotoksisitas adalah alasan paling umum bahwa obat-obatan dan produk herbal dikeluarkan dari pasar (misalnya, bromfenac, troglitazone, dan kava kava), dan berbagai produk telah dikaitkan dengan ALF. Asetaminofen (N-asetil-p-aminofenol atau APAP) adalah pelaku yang paling umum (45-50% pasien ALF) diikuti oleh luka hati dari obat lainnya (11-15%). [5,6] Produk-produk ini dibagi menjadi intrinsik (langsung) hepatotoxins dan hepatotoxins istimewa. Acetaminophen adalah, intrinsik dosis-tergantung hati toksin, yang berarti bahwa jika setiap individu diberikan cukup mengambil acetaminophen, mereka akan mengembangkan luka hati yang parah, mungkin berpuncak pada ALF. hepatotoxins langsung menyebabkan nekrosis hepatoseluler diprediksi tergantung dosis. hepatotoxins istimewa tidak bisa ditebak, tidak berhubungan dengan dosis, dan hadir sebagai salah-dimediasi hipersensitivitas imun atau cedera metabolisme. [7]
APAP adalah hepatotoxin langsung yang pada dosis supratherapeutic (umumnya> 7-10 g / hari) dapat mengakibatkan nekrosis hati. Sebuah acetaminophen mengambil individu untuk tujuan terapeutik (misalnya, rasa sakit atau demam) tidak sengaja mengkonsumsi jumlah yang berlebihan tanpa menyadari hal ini dapat menyebabkan kerusakan hati. Dari catatan, ALF sekunder untuk asetaminofen dapat mengakibatkan keracunan dari sengaja menelan sejumlah besar asetaminofen (sebagai bagian dari upaya bunuh diri) overdosis APAP . Biasanya, pasien yang mencoba untuk bunuh diri melalui overdosis asetaminofen dan mengembangkan ALF hampir selalu diambil lebih besar dari 10 gram (20 x 500 mg tablet) dan sering lebih dari 20 gram dalam konsumsi tunggal.Sebaliknya, kelompok overdosis yang tidak disengaja biasanya membutuhkan dosis yang lebih
kecil tetapi beberapa kali sehingga lebih dari satu hari atau selama beberapa hari sebelum presentasi dengan ALF, sehingga total dosis acetaminophen tertelan biasanya masih cukup besar. Karena acetaminophen di sejumlah dingin over-the-counter dan produk flu, tidak sulit untuk membayangkan bagaimana seseorang dengan gejala flu yang parah tanpa disadari mungkin overdosis pada acetaminophen. Ada juga hampir pasti genetik dan faktor lingkungan yang mempengaruhi ambang seseorang tertentu tentang toksisitas. Misalnya, penyalahgunaan alkohol dan puasa yang berkepanjangan mungkin berhubungan dengan kerentanan ditingkatkan untuk asetaminofen toksisitas.
Beberapa pasien dengan nyeri kronis menjadi toleran terhadap opiat dan perlu untuk mengambil jumlah peningkatan untuk mengontrol rasa sakit mereka. Kecanduan obat-obat ini juga merupakan masalah umum. Pasien yang kecanduan komponen candu, umumnya menginginkan lebih dan lebih, dan dengan demikian tanpa disadari mengkonsumsi meningkatkan jumlah asetaminofen, akhirnya menyebabkan ALF. Ada juga laporan sementara peningkatan aminotransferase asimtomatik pada individu normal mengambil dosis terapi dan hepatotoksisitas pada dosis terapi dalam kondisi tertentu (misalnya, konsumsi alkohol dan malnutrisi). [5,8,9] overdosis APAP menguasai proses detoksifikasi hati. Hal ini masih kontroversial untuk apa gelar sitokrom aktivasi yang berlebihan, seperti yang disebabkan oleh obat lain, atau menipisnya toko glutathione (yaitu, dari kekurangan gizi atau alkohol) memberikan kontribusi terhadap keracunan APAP. [5]
Meskipun keracunan acetaminophen dapat menyebabkan luka hati yang mendalam, lembaga awal pengobatan
dengan penangkal yang disebut N-asetil sistein (NAC) [Mucomyst ®] dapat menyelamatkan jiwa.Terapi dengan
NAC, yang dapat diberikan baik melalui mulut atau IV (intravena), harus dimulai segera di ruang gawat darurat bila
overdosis asetaminofen diduga.
Obat-obatanObat selain asetaminofen juga dapat menghasilkan luka hati yang parah. Tidak seperti acetaminophen,
bagaimanapun, sebagian besar obat ini menghasilkan luka hati yang parah sangat jarang dan tidak dalam mode
tergantung dosis.
Hepatotoxins biasanya langsung diakui cepat dan dihapus dari penggunaan (misalnya, karbon tetraklorida, kloroform, dan asam samak). hepatotoxins langsung tertentu telah diijinkan untuk tinggal dalam penggunaan klinis karena racun yang dikenal dan terjadi hanya pada dosis tinggi [yaitu, APAP, besi sulfat, intravena (iv) tetrasiklin, etanol, dan fosfor]. racun lingkungan juga dapat menyebabkan ALF, termasuk fosfor kuning, yang digunakan dalam racun tikus dan kembang api, Bacillus cereus toksin, dan aflatoksin.
Banyak produk menyebabkan jenis kekebalan-dimediasi luka hati (misalnya, fenitoin, amoksisilin-klavulanat, eritromisin, sulfonamid, halotan, dapson, diklofenak, carbamazepine, dan sulindac). reaksi metabolik istimewa tidak menunjukkan hipersensitivitas dan bisa terjadi hingga beberapa minggu setelah penghentian obat (misalnya, isoniazid, ketoconazole, disulfiram,
valproate, troglitazone, amiodarone, halotan, fenitoin, sulfonamid, methyldopa, propylthiouracil, obat-obat antiinflamasi nonsteroid, bromfenac, dan troglitazone)
Jamurjamur tertentu, terutama Amanita phalloides (foto), juga disebut "kematian topi", mengandung racun hati yang
sangat kuat. Memang, konsumsi bahkan jamur tunggal dapat mengakibatkan kerusakan hati yang parah.Sayangnya,
pemetik jamur amatir terlalu sering kesalahan Amanita phalloides untuk berbagai dimakan.Makan Amanita
phalloides menghasilkan sindrom klasik mual berat, muntah, diare berlimpah, dan nyeri perut kram yang biasanya
dimulai sekitar 8-16 jam setelah makan jamur. Dalam satu atau dua hari, kerusakan hati yang berat dapat terjadi,
yang dapat mengancam kehidupan bahkan dengan terapi medis. Makan jamur liar dengan demikian sebaiknya
dihindari oleh semua tetapi pemetik jamur yang paling berpengalaman.
Viral Hepatitis
Hepatitis virus akut adalah penyebab paling umum di negara berkembang . Di masa lalu, virus hepatitis B(VHB) adalah salah satu penyebab utama ALF di AS, namun insiden telah menurun. Sekarang menyebabkan jarang ALF di AS, terhitung sekitar 5% dari kasus ALF. Infeksi hepatitis B dapat terjadi melalui penularan seksual dan parenteral (misalnya, dari penggunaan narkoba suntikan). Vertikal penularan virus dari ibu ke anak pada saat
kelahiran juga dapat terjadi. Kebanyakan kasus kegagalan hati fulminan sekunder untuk hepatitis A dan hepatitis B mengikuti kursus hiperakut (yaitu, ensefalopati dalam waktu 1 minggu penyakit kuning). Dalam pengalaman rujukan besar dengan gangguan ini, kasus pada orang dewasa dapat dikaitkan dengan virus hepatitis. Kelima virus hepatotropic telah terlibat sebagai penyebab kegagalan hati akut, walaupun kontribusi dari virus hepatitis C adalah doublful. Menurut kompilasi penyebab kegagalan hati akut di pusat-pusat rujukan, non-A, hepatitis non-B, penunjukan berdasarkan pengecualian hepatitis A, hepatitis B, dan penyebab lain dari gagal hati akut dan dianggap merupakan suatu yang tidak teridentifikasi yang spesifikagen virus, yang biasanya merupakan penyebab yang paling umum, diikuti oleh hepatitis B dan kemudian hepatitis A. Virus hepatitis A berkembang menjadi kegagalan hati fulminan. Selain itu, pasien yang mengalami hepatitis fulminan A memiliki prognosis yang relatif baik, dengan tingkat kelangsungan hidup 50 -60% dan kebutuhan kurang sering untuk transplantasi hati. Fulminan hepatitis A adalah umum pada pengguna narkoba suntikan, dan lebih parah pada pasien yang lebih tua dan orang dengan penyakit hati kronis yang sudah ada sebelumnya, termasuk hepatitis C kronis
Virus hepatitis B adalah penyebab paling umum virus yang dikenal kegagalan hati fulminan, dan merupakan penyebab paling umum di banyak negara Eropa selatan, Perancis, dan Timur Jauh. Kebanyakan pasien yang mengalami fulminan hepatitis B adalah orang dewasa muda. pasien imunosupresi yang akut terinfeksi virus hepatitis B cenderung mengalami kegagalan hati fulminan.nekrosis hati Massive dengan kegagalan hati fulminan juga telah dilaporkan di asimtomatik antigen permukaan hepatitis kronis B (HBsAg) carrier setelah penarikan obat imunosupresif atau kemoterapi. Pasien dengan gagal hati akut sekunder untuk hepatitis B akut dapat memiliki izin yang
cepat dari virus hepatitis B dalam satu-sepertiga sampai setengah dari kasus, kemungkinan besar terkait dengan serangan imunologi besar pada hepatosit yang terinfeksi; individu-individu ini tidak akan memiliki beberapa hari terdeteksi HBsAg setelah mulai sakit.Untuk alasan ini, infeksi virus hepatitis B mungkin menjelaskan beberapa kasus kegagalan hati fulminan diklasifikasikan di masa lalu sebagai non-A, hepatitis non-B. Hipotesa ini didukung dengan ditemukannya serum atau hati (atau keduanya) virus hepatitis B DNA pada beberapa pasien yang menjalani transplantasi hati untuk kegagalan hati kriptogenik akut. Mutan virus hepatitis B, serta jenis liar yang lebih umum virus ini, telah terbukti dapat menyebabkan kegagalan hati fulminan.
Hepatitis D Virus ini juga terkait dengan perkembangan gagal hati akut, terutama pada pengguna narkoba suntikan, yang sering terinfeksi virus ini. Penanda hepatitis delta lebih umum di antara pasien dengan hepatitis B fulminan dibandingkan pada penderita hepatitis B akut khas Pasien dengan gagal hati akut fulminan mungkin koinfeksi dengan hepatitis B dan virus hepatitis D secara bersamaan, sebagai alternatif, pasien dengan hepatitis B kronis dapat mengembangkan fulminan sekunder untuk superinfeksi kemudian dengan virus hepatitis D hati kegagalan. Beberapa data menunjukkan bahwa risiko kegagalan hati fulminan lebih tinggi pada pasien koinfeksi dengan hepatitis B dan virus hepatitis D dibandingkan pada pasien memiliki hepatitis B akut saja.
Virus hepatitis E baru-baru ini diidentifikasi enterik sering menyebabkan infeksi pada pengaturan epidemi dan ditandai oleh kejadian luar biasa tinggi kegagalan hati fulminan pada wanita hamil, yang mengalami angka kasus kematian mendekati 40%.Secara keseluruhan, bagaimanapun, kegagalan hepatik fulminan tampaknya merupakan komplikasi jarang hepatitis E, dan hepatitis E infeksi virus tidak umum ditemukan pada pasien dengan gagal hati akut menyebabkan tak tentu.
Seperti disebutkan di atas, penunjukan non-A, hepatitis non-B di masa lalu telah diterapkan untuk pasien dengan gagal hati fulminan dan tidak ada penanda virus atau penyebab lain yang diakui kegagalan hati akut. Terminologi ini telah mengisyaratkan bahwa virus hepatitis C, atau beberapa agen virus lainnya, merupakan faktor penyebab. Bahkan, hepatitis C virus RNA atau antibodi (atau keduanya) untuk virus hepatitis C jarang ditemukan pada pasien yang ditunjuk sebagai memiliki kegagalan hati fulminan crytpogenic. Dengan demikian tampaknya tidak mungkin bahwa virus hepatitis C memainkan peran penting dalam pengembangan gagal hati akut.
Virus lainnya menyebabkan ALF termasuk herpes simplex virus (HSV), virus varicella zoster, cytomegalovirus, virus Epstein-Barr, B19 parvovirus, dan-virus demam kuning. Virus ini umumnya mengarah pada ALF di pengaturan kompromi kekebalan atau kehamilan, namun kasus pada individu imunokompeten telah dilaporkan.
Tak tentu ALF
Ketika semua dikatakan dan dilakukan, setelah melakukan evaluasi yang luas yang meliputi tes darah, studi radiologis, dan sering bahkan biopsi hati, penyebab ALF di minimal 15% kasus dewasa di AS masih misterius. Kelompok ini, disebut ALF tak tentu, mungkin terdiri dari beberapa penyebab yang berbeda, termasuk infeksi virus esoteris, eksposur beracun yang belum diakui, autoimun dan penyakit metabolik. Satu studi terbaru dari Kegagalan Hati Akut Kelompok Studi (lihat di bawah) menunjukkan bahwa hampir 20% pasien dengan ALF tak
tentu sebelumnya keracunan asetaminofen yang belum diakui ketika darah mereka diuji dengan alat tes baru untuk adduct acetaminophen-protein yang ada dalam darah setelah overdosis asetaminofen. Hal ini menunjukkan bahwa keracunan acetaminophen merupakan masalah yang lebih besar dari yang sebelumnya diperkirakan.
Penyakit metabolik
Metabolik penyebab kegagalan hati akut termasuk fatty liver akut kehamilan dan sindrom Reye. Kedua sindrom yang berhubungan dengan perubahan lemak mikrovaskuler daripada karakteristik besar lebih khas nekrosis hati penyebab lain kegagalan hati fulminan. Akut lemak hati kehamilan biasanya terjadi pada trimester ketiga dan ditandai dengan timbulnya penyakit kuning yang cepat dan ensefalopati, sering disertai dengan hipoglikemia.Meskipun waktu protrombin yang mencolok berkepanjangan, serum aminotransferase ini biasanya tidak meningkat lebih dari 1000 IU / L. Pengobatan terdiri dari pengiriman cepat janin. Akut lemak hati kehamilan (AFLP) dan hemolisis itu, peningkatan enzim hati, trombosit rendah (HELLP) syndrome adalah bagian dari spektrum dari proses penyakit yang sama. ALF menyajikan selama trimester ketiga, tapi jarang terjadi sedikit sebelumnya atau segera setelah melahirkan. kekurangan janin dalam rantai panjang 3-hydroxyacyl-dehidrogenase koenzim-A telah diidentifikasi dan menyebabkan akumulasi asam lemak menengah dan panjang rantai pada ibu. Keunggulan dari preeklamsia (hipertensi dan proteinuria) dapat hadir. Dalam 1-2 minggu sejak timbulnya gejala, dan dalam beberapa hari setelah perkembangan penyakit kuning, pasien dapat mengembangkan tanda-tanda ALF. HELLP mungkin juga rumit oleh infark hati atau pecah.
ALF dari AIH terjadi pada pasien dengan penyakit yang telah ada sebelumnya yang belum diakui. Tidak ada presentasi klasik untuk menyarankan AIH sebagai penyebab ALF, dan pengecualian dari semua penyebab lainnya harus dilakukan. Serum antibodi autoimun mungkin tidak ada, dan, dalam situasi ini, biopsi hati mungkin dapat membantu dalam menetapkan diagnosis.
Penyakit Wilson adalah gangguan resesif autosomal metabolisme tembaga, dan minoritas pasien akan hadir dengan ALF. Diagnosis ALF dari penyakit Wilson adalah penting karena ia dilaporkan membawa kematian 100% tanpa transplantasi hati, namun sulit dalam pengaturan ini karena studi diagnostik yang biasa kurangnya sensitivitas dan spesifisitas. Kayser-Fleischer cincin yang absen pada sampai dengan 50% dari pasien. Peningkatan tembaga kemih dan perubahan pada tembaga serum dapat dilihat pada ALF karena penyebab lain. [12] ceruloplasmin Serum akan normal dalam 15% pasien, dan tingkat ceruloplasmin rendah dapat dilihat pada ALF dari penyebab lain. Namun, Wilson penyakit-ALF sering disertai dengan anemia hemolitik Coombs-negatif, hiperbilirubinemia parah, peningkatan moderat aminotransferases (<500 IU / l), dan serum yang tinggi dan konsentrasi tembaga kemih. Penggunaan rendah alkali fosfatase serum tingkat normal, sebuah fosfatase alkali terhadap jumlah rasio bilirubin kurang dari 2,0, atau aminotransferase aspartat untuk alanine aminotransferase rasio lebih dari 4,0 untuk diagnosis penyakit-ALF Wilson masih kontroversial. [ 12]
Yang umum bentuk paling dari luka hati hipoksia adalah hepatopathy hipoksia ('hati shock'), terlihat setelah episode hipotensi sistemik atau keadaan aliran darah rendah.[13] Prognosis tergantung pada yang mendasari penyakit negara pasien, dan hati shock per se jarang fatal. Kondisi, yang mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah lebih parah, lebih cenderung
mengakibatkan ALF dan kematian. Ini termasuk sindrom Budd-Chiari, sindrom sinusoidal-sumbatan (penyakit Veno-oklusif) karena obat atau jamu, dan keganasan melibatkan hati (yaitu, limfoma).
Patofisiologi
Pengembangan edema serebral adalah penyebab utama morbiditas dan kematian pasien yang menderita gagal hati akut. 3 , 5 , 6. Etiologi dari hipertensi intrakranial (ICH) tidak sepenuhnya dipahami, tetapi dianggap multifaktorial.
Secara singkat, hiperamonemia mungkin terlibat dalam pengembangan edema serebral. Brain edema dianggap baik sitotoksik dan vasogenic berasal. edema sitotoksik merupakan konsekuensi dari osmoregulasi selular gangguan di otak, mengakibatkan edema astrosit. astrosit Cortical pembengkakan adalah observasi yang paling umum dalam studi neuropathologic edema otak pada gagal hati akut. Di otak, amonia didetoksifikasi untuk glutamin melalui amidasi glutamat oleh sintetase glutamin.Akumulasi glutamin dalam hasil astrosit di edema pembengkakan dan otak astrosit. Ada bukti yang jelas peningkatan konsentrasi otak glutamin dalam model binatang dari gagal hati akut. Hubungan antara amonia tinggi, glutamin, dan dibesarkan ICH telah dilaporkan pada manusia.
Fenomena lain yang telah terlibat dalam kegagalan hati akut adalah peningkatan volume darah intrakranial dan aliran darah otak. Peningkatan hasil aliran darah otak karena gangguan autoregulasi serebral. Gangguan autoregulasi serebral dianggap dimediasi oleh peningkatan konsentrasi sistemik oksida nitrat, yang bertindak sebagai vasodilator kuat. Namun, dalam pengaturan ini, profil sitokin juga gila. Peningkatan konsentrasi serum dari endotoksin bakteri, tumor necrosis factor-alpha (TNF-a), dan interleukin-1 (IL-1) dan -6 (IL-6) telah ditemukan pada gagal hati fulminan.
Konsekuensi lain kegagalan hati fulminan adalah organ multisistem kegagalan, yang sering diamati dalam konteks negara sirkulasi hiperdinamik yang meniru sepsis (resistensi vaskular sistemik rendah), karena itu, insufisiensi sirkulasi dan perfusi organ miskin mungkin baik memulai atau mempromosikan komplikasi dari hati fulminan kegagalan.
Perkembangan kegagalan hati merupakan hasil akhir yang umum dari berbagai macam penyebab potensial, sebagai diagnosis diferensial luas menyarankan (lihatMasalah lain untuk Be Dianggap ). Sebuah diskusi yang lengkap berada di luar cakupan artikel ini, dan pembaca diarahkan untuk berkonsultasi literatur yang khususnya berkaitan dengan faktor-faktor etiologi yang mendasari. Namun, mekanisme hepatotoksisitas acetaminophen patut membahas secara singkat.
Seperti banyak obat yang mengalami metabolisme hepatik (dalam hal ini, oleh sitokrom P-450), metabolit oksidatif acetaminophen lebih toksik dari obat. 2 , 7 , 8 , 9 An metabolit aktif, N-asetil-p-benzoquinon -imina (NAPQI), muncul untuk menengahi banyak kerusakan pada jaringan hati dengan membentuk ikatan kovalen dengan protein selular. Oleh karena itu, kehadiran radikal bebas yang sangat reaktif setelah proses pencernaan acetaminophen menimbulkan ancaman bagi parenkim hati, tetapi biasanya diatasi cukup dengan cadangan glutation intrahepatik. Glutathione mengurangi memuaskan metabolit reaktif dan bertindak untuk mencegah oksidasi nonspesifik struktur selular yang dapat mengakibatkan disfungsi hepatoseluler parah.
Mekanisme ini gagal dalam 2 setting yang berbeda namun sama pentingnya. Yang pertama adalah overdosis (kebetulan atau sengaja) acetaminophen. Ini hanya menguasai toko-toko hati glutathione, yang memungkinkan metabolit reaktif untuk melarikan diri. Skenario kedua dan kurang jelas terjadi dengan seorang pasien yang mengkonsumsi alkohol secara teratur. Ini tidak selalu memerlukan riwayat penyalahgunaan alkohol atau alkoholisme. Bahkan peminum moderat atau sosial yang secara konsisten mengkonsumsi 1-2 minuman harian mungkin cukup menguras cadangan glutation intrahepatik. Hal ini menyebabkan hepatotoksisitas berpotensi mematikan dari apa yang dinyatakan aman dosis acetaminophen (di bawah dosis total maksimum 4 g / d) dalam individu yang tidak curiga.
Frekuensi
Amerika Serikat
Insiden kegagalan hati fulminan tampaknya rendah, dengan sekitar 2.000 kasus per tahun yang terjadi di Amerika Serikat. hepatotoksisitas yang terkait dengan obat terdiri dari lebih dari 50% kasus gagal hati akut, termasuk toksisitas asetaminofen (42%) dan reaksi obat istimewa (12%). Hampir 15% kasus tetap etiologi tak tentu.Penyebab lain terlihat di Amerika Serikat adalah penyakit hepatitis B, hepatitis autoimun, penyakit Wilson, fatty liver kehamilan, dan HELLP (hemolisis, peningkatan enzim hati, trombosit rendah) sindrom.
Internasional
Acetaminophen atau overdosis parasetamol adalah penyebab FHF terkemuka di Eropa dan, khususnya, Inggris. Di dunia berkembang, infeksi akut HBV mendominasi sebagai penyebab kegagalan hati fulminan karena tingginya prevalensi HBV. Virus hepatitis delta (HDV) superinfeksi jauh lebih umum di negara berkembang daripada di Amerika Serikat karena tingginya tingkat kronis infeksi HBV. hepatitis E virus (HEV) dikaitkan dengan tingginya insiden kegagalan hati fulminan pada wanita yang sedang hamil dan perhatian pada pasien hamil yang tinggal di atau melakukan perjalanan melalui daerah endemik. Daerah ini termasuk, tetapi tidak terbatas pada, Meksiko dan Amerika Tengah, India dan benua India, dan Timur Tengah.
Mortalitas / Morbiditas
Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap morbiditas dan kematian pada kasus gagal hati.
Faktor etiologi yang menyebabkan kegagalan hati dan perkembangan komplikasi adalah penentu utama kegagalan hati. Pasien dengan gagal hati akut yang disebabkan oleh acetaminophen memiliki prognosis lebih baik dibandingkan dengan bentuk tak tentu dari kekacauan. Pasien dengan stadium 3 atau 4 ensefalopati memiliki prognosis buruk. Risiko kematian meningkat dengan perkembangan salah satu komplikasi, yang meliputi edema otak, gagal ginjal, sindrom distres pernapasan dewasa (ARDS), koagulopati, dan infeksi.
Viral Hepatitis : Pada pasien dengan gagal hati fulminan akibat virus hepatitis A (HAV) , tingkat kelangsungan hidup lebih besar dari 50-60%. Pasien-pasien ini account untuk proporsi yang substansial (10-20%) dari transplantasi hati anak-anak di beberapa negara walaupun infeksi yang relatif ringan yang diamati dalam banyak anak terinfeksi HAV. Hasil untuk pasien dengan kegagalan hati fulminan sebagai akibat dari penyebab lain dari virus hepatitis jauh kurang menguntungkan.
toksisitas Acetaminophen: gagal hati fulminan akibat keracunan asetaminofen umumnya memiliki hasil yang relatif baik, dan variabel prognostik izin cukup akurat dalam menentukan kebutuhan OLT. Pasien dengan mendalam (kelas ensefalopati hati 3-4) koma saat masuk telah meningkat mortalitas dibandingkan dengan pasien dengan ensefalopati lebih ringan. PH arteri lebih rendah daripada 7.3 dan baik waktu protrombin (PT) lebih besar dari 100 detik atau kreatinin serum lebih besar dari 300 mcg / mL (3,4 mg / dL) adalah prediktor independen terhadap prognosis buruk.
Non-acetaminophen-induced kegagalan hati fulminan: Dalam non-acetaminophen-induced kegagalan hati fulminan, sebuah PT yang lebih besar dari 100 detik dan setiap 3 kriteria berikut 5 adalah prediktor independen 10 : (1) usia yang lebih muda dari 10 tahun atau lebih tua dari 40 tahun; (2) kegagalan hati fulminan karena non-A, hepatitis non-B, non-C; hepatitis halotan, atau reaksi obat istimewa,, (3) jaundice hadir lebih dari 1 minggu sebelum timbulnya ensefalopati; (4) PT lebih besar dari 50 detik, dan (5) bilirubin serum lebih besar dari 300 mmol / L (17,5 mg / dL). Setelah pasien ini diidentifikasi, mengatur persiapan yang sesuai untuk OLT.
o Kriteria tersebut di atas dikembangkan di King's College Hospital di London 10 dan telah divalidasi di pusat-pusat lainnya, namun, variabilitas signifikan terjadi dalam hal populasi pasien ditemui di setiap pusat, dan heterogenitas ini mungkin menghalangi penerapan luas.
o Banyak tes prognosticating lainnya telah diusulkan. Mengurangi tingkat-komponen spesifik kelompok (Gc)-globulin (molekul yang mengikat aktin) yang dilaporkan dalam kegagalan hati fulminan, 11 , 12 dan PT peningkatan terus-menerus menandakan kematian. Parameter ini dan lainnya tidak divalidasi secara luas belum.
penyakit Wilson: Ketika kondisi ini hadir sebagai kegagalan hati fulminan tanpa OLT, hampir seragam fatal.
Umur: Pasien yang lebih muda dari 10 tahun dan lebih tua dari 40 tahun cenderung tarif yang relatif buruk.
Tingkat pembangunan dan derajat ensefalopati: Beberapa waktu dari penyakit kuning (biasanya tanda tegas pertama dari penyakit hati yang diakui oleh pasien atau keluarga) untuk ensefalopati terkait paradoks dengan kelangsungan hidup ditingkatkan. Bila interval ini kurang dari 2 minggu, pasien gagal hati hiperakut.Meskipun kelas ensefalopati merupakan faktor prognostik dalam kasus overdosis asetaminofen, tidak berkorelasi dengan hasil di rangkaian lain.
Ras
Kegagalan hati akut terlihat di antara semua ras. Dalam studi multicenter AS gagal hati akut, distribusi etnis termasuk putih (74%), Hispanik (10%), kulit hitam (3%), Asia (5%), dan Amerika Latin (2%). 8 , 9 , 13
Seks
Virus hepatitis E dan penyakit hati autoimun lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Dalam sebuah kelompok studi multicenter AS, kegagalan hati akut terlihat lebih sering pada wanita (73%) dibandingkan pria.
Umur
Umur mungkin berkaitan dengan morbiditas dan kematian pada mereka yang gagal hati akut. Pasien yang lebih muda dari 10 tahun dan lebih tua dari 40 tahun cenderung tarif yang relatif buruk. Menurut kelompok multisenter studi AS, wanita dengan kegagalan hati akut lebih tua (39 y) dibandingkan laki-laki (32,5 y).
Klinis
Sejarah
Semua pasien dengan bukti klinis atau laboratorium dari hepatitis akut sedang atau berat harus segera pengukuran waktu protrombin (PT) dan evaluasi yang teliti terhadap status mental. Para pasien harus dirawat di rumah sakit jika ada perubahan dalam sensorium mental atau waktu protrombin yang berkepanjangan.
Gambaran klinis mungkin jelas dan mengarah pada diagnosis cepat gagal hati akut. Sejarah pasien berharga untuk membimbing intervensi yang sesuai.
o Jika pasien tidak mampu, erat pertanyaan anggota keluarga dan teman.o Detail tanggal timbulnya penyakit kuning dan ensefalopati, penggunaan alkohol,
penggunaan obat (resep dan terlarang atau rekreasi), menggunakan obat herbal atau tradisional, riwayat keluarga penyakit hati (penyakit Wilson), faktor risiko eksposur untuk hepatitis virus (perjalanan, transfusi, kontak seksual, pekerjaan, tindik badan), dan menelan toksin (jamur, pelarut organik, fosfor terdapat dalam kembang api).
o Tentukan jika ada komplikasi telah dikembangkan.
Fisik
Pemeriksaan fisik mencakup penilaian hati-hati dan dokumentasi status mental dan mencari stigmata dari penyakit hati kronis. Penyakit kuning sering tetapi tidak selalu hadir. Kelembutan kuadran kanan atas adalah bervariasi hadir. Rentang hati mungkin kecil, indikasi kerugian besar volume akibat nekrosis hati. Sebuah hati yang membesar bisa dilihat dengan gagal jantung kongestif, hepatitis virus, atau sindrom Budd-Chiari .
Pengembangan edema serebral pada akhirnya dapat menimbulkan manifestasi dari tekanan intrakranial meningkat (ICP), termasuk papilledema , hipertensi, dan bradikardi.
Perkembangan cepat asites , terutama jika diamati pada pasien dengan kegagalan hati fulminan disertai dengan sakit perut, menunjukkan kemungkinan vein thrombosis hati (Budd-Chiari syndrome).
Hematemesis atau melena dapat mempersulit penyajian kegagalan hati fulminan sebagai akibat pendarahan atas gastrointestinal (GI).
Biasanya, pasien hipotensi dan tachycardic sebagai akibat dari resistensi pembuluh darah sistemik berkurang yang menyertai kegagalan hepatik fulminan, pola yang tidak dapat dibedakan dari syok septik. Meskipun hal ini mungkin intrinsik gagal hati, mengingat kemungkinan infeksi tindih (terutama peritonitis bakteri spontan) adalah penting.
Tabel. Grading dari ensefalopati hepatik
Kelas Tingkat Kesadaran
Kepribadian dan Akal
Tanda neurologis Electroencephalogram (EEG) Kelainan
0 Normal Normal Tak satupun Tak satupunSubklinis Normal Normal Kelainan hanya di tes
psikometriTak satupun
1 Siang / malam tidur pembalikan, kegelisahan
Kelupaan, kebingungan ringan, agitasi, iritabilitas
Tremor, apraxia, ketiadaan, tulisan tangan terganggu
Trifasik gelombang (5 Hz)
2 Kelesuan, diperlambat tanggapan
Disorientasi ke waktu, hilangnya inhibisi, perilaku yang tidak pantas
Asterixis, dysarthria, ataksia, refleks hypoactive
Trifasik gelombang (5 Hz)
3 Mengantuk, kebingungan
Disorientasi ke tempat, perilaku agresif
Asterixis, kekakuan otot, tanda-tanda Babinski, refleks hiperaktif
Trifasik gelombang (5 Hz)
4 Koma Tak satupun Decerebration Delta / kegiatan lambat gelombang
Penyebab
Banyak penyebab kegagalan hati fulminan ada, tapi hepatotoksisitas narkoba karena acetaminophen dan obat reaksi istimewa adalah penyebab paling umum dari gagal hati akut di Amerika Serikat. Selama hampir 15% dari pasien, menyebabkan tetap tak tentu.
Hepatitis A dan B adalah virus yang khas yang menyebabkan hepatitis virus dan dapat mengakibatkan kegagalan hati. Hepatitis C jarang menyebabkan gagal hati akut. HDV (co-infeksi atau superinfeksi dengan HBV) dapat mengakibatkan kegagalan hati fulminan. HEV (sering diamati pada wanita hamil) di daerah endemik adalah penyebab utama kegagalan hati fulminan.
virus atipikal lain dapat menyebabkan hepatitis virus dan kegagalan hati fulminan.o Sitomegaloviruso Demam hemorrhagic viruso Virus herpes simplexo Paramyxoviruso Virus Epstein-Barr
Insiden fatty liver akut kehamilan, sering memuncak pada kegagalan hati fulminan, telah diperkirakan 0.008% (biasanya pada trimester ketiga; preeklamsia berkembang di sekitar 50% dari pasien). Namun, penyebab paling umum penyakit kuning akut pada kehamilan hepatitis virus akut, dan sebagian besar pasien tidak mengembangkan gagal hati fulminan. Satu pengecualian utama untuk ini adalah pasien hamil yang mengembangkan infeksi HEV dan dalam sejarah eksposur yang biasanya luar biasa untuk perjalanan dan / atau tinggal di Timur Tengah, India dan benua India, Meksiko, atau daerah endemik lainnya. Pada pasien ini, pengembangan menjadi kegagalan hati fulminan sayangnya umum dan sering fatal. Di Amerika Serikat, yang relatif jarang namun harus dipertimbangkan dalam pengaturan yang sesuai.
Sindrom HELLP terjadi pada 0,1-0,6% dari kehamilan dan biasanya berhubungan dengan preeklamsia.
Insiden kegagalan hati fulminan berikut penyakit hati lainnya kurang mapan. Banyak obat (baik resep dan haram) yang terlibat dalam pengembangan FHF. Daftar
yang diberikan tidak lengkap, dan hanya para agen lebih umum
diidentifikasi.Konsultasikan teks farmasi yang sesuai referensi jika ada kekhawatiran mengenai obat tertentu. reaksi obat istimewa dapat terjadi dengan hampir pengobatan apapun. Untungnya, ini tampaknya mengakibatkan kegagalan hati fulminan jarang, meskipun mereka adalah bentuk paling umum dari reaksi obat untuk mengakibatkan kegagalan hati fulminan (dengan pengecualian keracunan asetaminofen).
o Obat racun - Asetaminofen (juga dikenal sebagai parasetamol dan APAP) Disengaja atau tidak disengaja overdosis. Di Kegagalan akut US Hati
(ALF) studi, gunakan asetaminofen disengaja menyumbang 48% dari kasus, sedangkan 44% kasus adalah karena sengaja digunakan, di 8% kasus, niat tidak diketahui.
Dosis terkait toksisitas Mungkin sangat meningkat kerentanan terhadap hepatotoksisitas dengan
toko glutathione habis dalam pengaturan penggunaan alkohol kronis (mempertimbangkan kerentanan meningkat karena penggunaan alkohol kronis)
o Resep obat (reaksi hipersensitivitas istimewa) Antibiotik (ampisilin-klavulanat, siprofloksasin, doksisiklin, eritromisin,
isoniazid, nitrofurantoin, tetrasiklin) Antivirus (fialuridine) Antidepresan (amitriptyline, nortriptyline) Antidiabetics (troglitazone) Antiepileptics (fenitoin, valproate) Agen anestesi (halotan) Obat penurun lipid (atorvastatin, lovastatin, simvastatin) Agen imunosupresif (cyclophosphamide, methotrexate) Steroid anti-inflamasi agen (NSAID) Salisilat (Reye syndrome) Agen oral hipoglikemik (troglitazone) Lainnya (disulfiram, flutamide, emas, propylthiouracil)
o Obat terlarang Ekstasi (3,4-methylenedioxymethamphetamine [MDMA]) Kokain (mungkin hasil dari iskemia hati)
o Herbal atau obat alternatif Ginseng Pennyroyal minyak Teucrium polium Chaparral atau teh germander Kawakawa
Racun berikut ini berhubungan dengan dosis toksisitas terkait:o Amanita phalloides toksin jamur 14
o Bacillus cereus toksino Cyanobacteria toksino Pelarut organik (misalnya karbon tetraklorida)o Fosfor kuning
Berikut ini adalah penyebab vaskular kegagalan hati:
o Hepatitis iskemik (pertimbangkan terutama jika dalam pengaturan hipotensi berat atau Chemoembolization tumor baru hepatik)
o Trombosis vena hepatik (Budd-Chiari syndrome)o Hati Veno-oklusif penyakito Portal trombosis venao Trombosis arteri hepatik (pertimbangkan posttransplant)
Penyakit metabolik berikut dapat menyebabkan kegagalan hati:o Akut lemak hati kehamilano Alpha1 antitrypsin kekurangano Intoleransi Fruktosao Galactosemiao Lecithin-kolesterol kekurangan acyltransferaseo Reye syndromeo Tyrosinemiao Penyakit Wilson
Penyakit autoimun (hepatitis autoimun) dapat menyebabkan kegagalan hati. Keganasan dapat menyebabkan kegagalan hati.
o tumor hati primer (hepatocellular carcinoma biasanya, jarang cholangiocarcinoma)
o Tumor sekunder (metastasis hati yang luas atau infiltrasi dari adenokarsinoma, seperti payudara, paru-paru, melanoma primer [umum]; limfoma, leukemia)
Berikut ini adalah aneka penyebab kegagalan hati:o Masih onset dewasa penyakito Heat strokeo Primer korupsi nonfunction (dalam penerima transplantasi hati)
Diagnosa Banding
Masalah lain untuk Be Dianggap
Akut lemak hati kehamilan Masih onset dewasa penyakit Sebuah phalloides keracunan jamur B cereus toksin Intoleransi Fruktosa Galactosemia HELLP sindrom kehamilan Dengue virus (virus Ebola, Lassa virus, virus Marburg) Idiopatik obat reaksi (hipersensitivitas) penyakit penyimpanan besi Neonatal Paramyxovirus Primer korupsi nonfunction (dalam penerima transplantasi hati) Tyrosinemia Kuning keracunan fosfor Keracunan asetaminofen
Hasil pemeriksaan
Laboratorium Studi
sel darah lengkap (CBC) menghitung: Hasil dapat mengindikasikan trombositopenia . PT dan / atau rasio normalisasi internasional (INR)
o Tes ini digunakan untuk menentukan kehadiran atau keparahan koagulopati.o Mereka adalah penanda sensitif kegagalan sintetik hati tetapi jarang dalam
pengaturan kegagalan hati fulminan dicurigai.o nilai laboratorium mereka dapat ditingkatkan karena penyebab extrahepatic
(kekurangan vitamin K,koagulasi intravaskular diseminata [DIC] , koagulopati konsumtif).
Enzim hatio Tingkat dari transaminase (aspartate aminotransferase [AST] / serum glutamat-
oksaloasetat transaminase [SGOT] dan alanine aminotransferase [ALT] / serum glutamat piruvat transaminase-[SGPT]) sering meningkat secara dramatis sebagai hasil dari nekrosis hepatoseluler berat.
o Dalam kasus toksisitas asetaminofen (terutama alkohol yang disempurnakan), tingkat AST mungkin lebih dari 10.000 U / L.
o The alkaline phosphatase (ALP) tingkat mungkin normal atau meningkat. Serum bilirubin
o Dengan definisi, yang harus nilai ini meningkat pada gagal hati fulminan. Hal memanjat sebagai memperburuk disfungsi hati.
o Serum bilirubin yang meningkat lebih besar dari 4 mg / dL menunjukkan prognosis yang buruk dalam pengaturan keracunan asetaminofen.
Serum amoniao Tingkat ini mungkin meningkat secara dramatis pada pasien dengan kegagalan
hati fulminan. darah arteri adalah cara terbaik untuk mengukur amonia.o Tingkat serum arteri amonia yang paling akurat, tetapi tingkat amonia vena pada
umumnya dapat diterima.o Ini tidak mengecualikan kemungkinan penyebab lain untuk perubahan status
mental (terutama meningkat ICP dan kejang). Serum glukosa: tingkat mungkin sangat rendah dan bahaya yang serius. Ini hasil dari
gangguan dalam produksi glikogen dan glukoneogenesis. Serum laktat
o laktat darah arteri baik pada 4 jam (> 3,5 mmol / L) atau di 12 jam (> 3.0 mmol / L) adalah prediktor awal dari hasil di acetaminophen-induced gagal hati akut. tingkat sering tinggi sebagai akibat dari gangguan perfusi jaringan (peningkatan produksi) dan penurunan clearance oleh hati.
o Anion gap asidosis metabolik meningkat dikaitkan dengan kondisi ini (meskipun mungkin disertai dengan alkalosis pernafasan sebagai akibat dari hiperventilasi).
Gas darah arteri (ABGs): ini dapat mengungkapkan hipoksemia, yang merupakan keprihatinan yang signifikan sebagai akibat dari distress sindrom pernapasan dewasa (ARDS) atau penyebab lainnya (misalnya, pneumonia).
Kreatinin serum: tingkat mungkin meningkat, menandakan perkembangan sindrom hepatorenal atau beberapa penyebab lainnya gagal ginjal akut.
Darah budaya
o Kebanyakan pasien mengembangkan beberapa jenis infeksi selama atau sebelum rawat inap.Pasien beresiko garis sepsis dan komplikasi dari semua prosedur invasif lainnya.
o Infeksi jamur yang umum, kemungkinan besar sebagai akibat dari resistensi host menurun dan perawatan antibiotik. 15
o Infeksi dapat berhubungan dengan bakteremia, tapi mengidentifikasi dan memperlakukannya awal adalah penting karena kematian dari kegagalan hati fulminan meningkat secara signifikan dengan perkembangan ini komplikasi serius.
Serum-free tembagao studi tembaga Serum-bebas adalah penting untuk dipertimbangkan saat Wilson
penyakit harus dikecualikan atau dikonfirmasi. kegagalan hati fulminan dari penyakit Wilson tampaknya seragam fatal tanpa transplantasi.
o Diagnosis mungkin menantang karena tingkat serum ceruloplasmin mungkin meningkat sebagai reaktan fase akut atau tertekan secara spesifik sebagai akibat dari kegagalan hati, karena itu, studi tembaga lebih disukai tetapi bisa juga dikacaukan oleh ekskresi empedu terganggu. Hal ini menyebabkan ekskresi tembaga meningkat urin dengan cara tembaga serum meningkat. Dalam pengaturan ini, sebuah serum-bebas meningkat (tidak terikat) tembaga mungkin lebih handal daripada hasil studi lainnya.
Serum fosfato Tingkat fosfat serum mungkin rendah.o Telah dihipotesiskan bahwa orang-orang yang hati cepat beregenerasi akan
mengembangkan hypophosphatemia. Peningkatan tingkat fosfat menunjukkan gangguan regenerasi.
Viral serologieso HAV imunoglobulin M (IgM), hepatitis B antigen permukaan (HBsAg), dan HBV
anticore IgM serologies membantu menentukan infeksi akut dengan HAV atau HBV.
o Virus hepatitis C (HCV) tes antibodi mungkin negatif selama beberapa minggu atau bulan. Ulangi pengujian mungkin diperlukan, tapi akut infeksi HCV sebagai penyebab kegagalan hati fulminan tampaknya sangat jarang. Jika indeks kuat kecurigaan ada, memperoleh hepatitis C tes viral load.
o Jika HBsAg positif (terutama jika pasien adalah intravena dikenal [IV] pelaku narkoba), pertimbangkan HDV-IgM.
o Studi virus lain mungkin dapat membantu dalam pengaturan posttransplantation atau ketika pasien dinyatakan sangat imunosupresi. Penelitian lain termasuk viremia sitomegalovirus dan antigenemia sitomegalovirus. Juga mempertimbangkan virus herpes simpleks (HSV).
spidol autoimmune: Antinuclear antibodi (ANA), anti-halus antibodi otot (AsMa), dan tingkat imunoglobulin adalah tanda penting untuk diagnosis hepatitis autoimun.
Tingkat acetaminopheno Tingkat acetaminophen mungkin telah berkurang pada saat menyajikan pasien
dengan kegagalan hati fulminan, tapi mungkin dapat membantu untuk tujuan dokumentasi.
o Acetaminophen-protein aduk adalah biomarker spesifik toksisitas terkait obat. Ini dapat diukur dalam darah. Telah ditunjukkan bahwa pengukuran adduct serum meningkatkan keakuratan diagnostik pada pasien dengan gagal hati akut. Pengukuran adduct acetaminophen-protein sangat berguna untuk mendiagnosis kasus kurang data historis atau informasi klinis lainnya. Serum acetaminophen-protein adduct penurunan secara paralel untuk aminotransferases dan dapat dideteksi sampai 7 hari.
layar Obat: Pertimbangkan layar obat pada orang yang merupakan pelaku obat IV.
Studi Imaging
Hati ultrasonografi (Doppler)o Pemeriksaan ini dapat menentukan patensi dan aliran dalam vena hepatik
(pengecualian memungkinkan sindrom Budd-Chiari), arteri hati dan vena portal.o Pemeriksaan mungkin tidak diperlukan jika penjelasan yang jelas ada untuk
kegagalan hati. Namun, mungkin membantu klinisi dalam termasuk adanya karsinoma hepatoseluler atau metastasis intrahepatik (lihat gambar di bawah).
o
Ultrasonogram menunjukkan massa hyperechoic mewakili karsinoma hepatoseluler.
o ultrasonografi hati menetapkan adanya ascites. Computed tomography (CT) scanning atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) dari
peruto Ini mungkin diperlukan untuk definisi lebih lanjut dari anatomi hati dan untuk
membantu klinisi pengecualian proses intraabdominal lain, terutama jika pasien telah mengembangkan ascites besar, gemuk, atau jika transplantasi yang sedang direncanakan (lihat gambar di bawah).
o
Computed tomography scan dalam tahap arteri hepatik dari neovascularity kontras menunjukkan peningkatan dalam massa kepadatan rendah hati.
o kontras intravena dapat mengganggu fungsi ginjal. Pertimbangkan melakukan studi kontras-bebas.
CT scan kepala membantu mengidentifikasi edema otak dan menyingkirkan lesi massa intrakranial (terutama hematoma) yang dapat meniru edema dari kegagalan hati fulminan. Juga mempertimbangkan dan mengecualikan hematoma subdural (lihat gambar di bawah).
Hematoma subdural subakut dengan ekstensi ke dalam perigi interhemispheric anterior.Perhatikan bahwa jahitan tidak mengandung penyebaran perdarahan tersebut.
Tes Lainnya
Electroencephalogram: Pertimbangkan studi ini dalam evaluasi seorang pasien dengan ensefalopati jika kejang harus dikecualikan.
Prosedur
Biopsi hati: Sebuah hati perkutan biopsi merupakan kontraindikasi dalam pengaturan koagulopati. Namun, biopsi transjugular sangat membantu untuk diagnosis jika hepatitis autoimun, penyakit hati metastatik, limfoma, atau hepatitis herpes simpleks diduga.
Pemantauan tekanan intrakranialo Saat menetapkan diagnosis ICH atau edema serebral, pendekatan ini sering
diperlukan dan memiliki nilai dalam membimbing manajemen.o Biasanya, kateter ekstradural lebih aman daripada kateter intradural. kateter
Intradural agak lebih akurat dan, di tangan seorang ahli bedah saraf berpengalaman dengan penggunaan mereka, mungkin sama aman.
Temuan histologis
temuan biopsi hati mungkin spesifik, namun, secara umum, temuan tergantung pada etiologi yang mendasari kegagalan hati akut. Panlobular nekrosis umumnya diamati sebagai akibat dari aneh-hepatitis yang diinduksi obat menyebabkan kegagalan hati fulminan. nekrosis centrilobular khas acetaminophen-induced kegagalan hati fulminan, tapi cedera panlobular juga dapat diamati. Viral Hepatitis biasanya menunjukkan cedera panlobular dan mungkin sulit untuk membedakan dari obat-hepatitis diinduksi. Kehadiran steatosis microvesicular menyarankan obat tertentu (misalnya, asam valproik, salisilat dalam sindrom Reye) sebagai penyebab kegagalan hepatik fulminan, tetapi menemukan ini juga diamati pada fatty liver akut kehamilan.
Pengobatan
Perawatan Medis
Langkah yang paling penting adalah untuk mengidentifikasi penyebab dari kegagalan hati. Prognosis gagal hati akut tergantung pada etiologi. Beberapa etiologi dari gagal hati akut permintaan segera dan pengobatan khusus. Hal ini juga penting untuk mengidentifikasi pasien yang akan menjadi kandidat untuk transplantasi hati.
Yang penting Aspek yang paling pengobatan pada pasien dengan gagal hati akut adalah untuk memberikan dukungan perawatan intensif yang baik. 13 , 16 , 17 , 18 Pasien dengan ensefalopati grade II harus ditransfer ke unit perawatan intensif (ICU) untuk monitoring.Sebagai pasien ensefalopati berkembang progresif, perlindungan jalan napas adalah penting.
Kebanyakan pasien dengan gagal hati akut cenderung untuk mengembangkan beberapa tingkat disfungsi sirkulasi. Hati-hati perhatian harus dibayarkan kepada manajemen cairan, hemodinamik, parameter metabolik, dan pengawasan infeksi. Pemeliharaan gizi dan pengakuan segera perdarahan gastrointestinal sangat penting. parameter koagulasi, jumlah CBC, dan panel metabolisme harus diperiksa sering. aminotransferases serum dan bilirubin umumnya diukur setiap hari untuk mengikuti kursus infeksi. manajemen perawatan intensif termasuk pengakuan dan pengelolaan komplikasi.
Airway perlindungano Sebagai pasien dengan drift gagal hati fulminan lebih dalam koma, kemampuan
mereka untuk melindungi mereka dari jalan napas berkurang aspirasi. Pasien yang dalam keadaan koma stadium III harus memiliki tabung nasogastrik (NGT) untuk dekompresi lambung. Ketika pasien maju ke tahap koma III, intubasi harus dilakukan.
o benzodiazepin Short-acting dalam dosis rendah (misalnya, midazolam 2-3 mg) dapat digunakan sebelum intubasi atau propofol (50 mcg / kg / menit) dapat dimulai sebelum intubasi dan dilanjutkan infus. Propofol juga dikenal untuk mengurangi aliran darah otak dan ICH. Ini mungkin dianjurkan untuk menggunakan lidokain endotrakeal sebelum suction endotrakeal.
Ensefalopati dan edema serebralo Pasien dengan ensefalopati aku kelas kadang-kadang bisa aman dikelola pada
bangsal obat. Sering cek status mental harus dilakukan dengan transfer ke ICU dijamin dengan kemajuan ke ensefalopati grade II.
o Kepala pencitraan dengan CT scan digunakan untuk mengecualikan penyebab lain dari penurunan status mental, seperti perdarahan intrakranial.
o Sedasi harus dihindari jika mungkin; agitasi tidak terkendali dapat diobati dengan benzodiazepin short-acting dalam dosis rendah.
o Pasien harus diposisikan dengan kepala ditinggikan pada 30 °.o Upaya-upaya harus dilakukan untuk menghindari stimulasi pasien. Manuver yang
menyebabkan tegang atau, khususnya, gerakan Valsava seperti dapat meningkatkan ICP.
o Ada bukti bahwa peningkatan amonia mungkin memainkan peran patogen dalam pengembangan edema serebral. Mengurangi kadar amonia tinggi dengan administrasi enteral dari laktulosa dapat membantu mencegah atau mengobati edema serebral.
o pemantauan ICP membantu dalam pengakuan awal edema serebral. Tanda-tanda klinis ICP ditinggikan, termasuk hipertensi, bradikardia, dan respirasi tidak teratur (trias Cushing), tidak seragam ini; ini dan perubahan neurologis lainnya, seperti dilatasi pupil atau tanda-tanda decerebration, biasanya hanya terlihat di akhir kursus.
o CT scan otak tidak andal menunjukkan bukti edema, terutama pada tahap awal. Tujuan utama dari pemantauan ICP adalah untuk mendeteksi peningkatan dalam ICP dan penurunan tekanan perfusi serebral (CPP; dihitung sebagai rata-rata tekanan arteri [MAP] minus ICP) sehingga intervensi dapat dibuat untuk mencegah herniasi sambil mempertahankan perfusi otak.
o Tujuan utama tindakan tersebut adalah untuk menjaga integritas neurologis dan memperpanjang kelangsungan hidup sambil menunggu penerimaan organ donor atau pemulihan massa hepatosit berfungsi cukup. Selain itu, ICH refraktori dan / atau penurunan CPP dianggap kontraindikasi untuk transplantasi hati di pusat banyak.
Pemantauan kardiovaskularo derangements Homodynamic konsisten dengan kegagalan organ multiple terjadi
dengan kegagalan hati akut. Hipotensi (sistolik, <80 mm Hg) dapat hadir dalam 15% pasien. Kebanyakan pasien akan memerlukan resusitasi cairan pada masuk. Defisit volume Intravascular mungkin hadir pada masuk karena asupan oral penurunan atau kehilangan darah pencernaan. kekacauan hemodinamik menyerupai sepsis atau sirosis dengan sindrom hepatorenal (SVR rendah dengan curah jantung normal atau meningkat). Garis arteri harus ditempatkan untuk memantau tekanan darah terus menerus.
o Sebuah kateter Swan-Ganz harus ditempatkan dan penggantian cairan dengan koloid albumin harus dipandu oleh tekanan pengisian. Jika diperlukan, dopamin atau norepinefrin dapat digunakan untuk memperbaiki hipotensi.
Pengelolaan gagal ginjal: Hemodialisis secara signifikan dapat menurunkan tekanan arteri diartikan bahwa tekanan perfusi otak dikompromikan. hemofiltration Veno-vena kontinyu lebih disukai.
Manajemen koagulopati 19
o Dengan tidak adanya perdarahan, tidak perlu untuk mengoreksi kelainan pembekuan dengan plasma beku segar (FFP), pengecualian adalah ketika sebuah prosedur invasif direncanakan atau di hadapan koagulopati mendalam (INR>
7). (PT dan PTT menjadi berkepanjangan ketika plasma komponen koagulasi yang diencerkan hingga kurang dari 30%, dan perdarahan yang tidak biasa terjadi ketika mereka kurang dari 17% Satu unit FFP meningkatkan faktor koagulasi sebesar 5%;. 2 unit ditingkatkan sebesar 10%. ) FFP dari 15 mL / kg berat badan atau 4 unit kekurangan benar. Jika tingkat fibrinogen sangat rendah (<80 mg / dL), pertimbangkan cryoprecipitation.
o Rekombinan faktor VIIA dapat digunakan pada pasien yang kondisinya nonresponsive untuk FFP.Hal ini digunakan dalam dosis 4 mg / kg IV push over 2-5 menit. PT adalah normal dalam 20 menit dan tetap normal selama 3-4 jam.
o Transfusi trombosit tidak digunakan sampai menghitung kurang dari 10.000 / uL atau jika prosedur invasif yang sedang dilakukan dan jumlah platelet kurang dari 50.000 / uL. Enam sampai 8 platelet donor acak (1 donor unit acak platelet/10 kg) akan meningkatkan jumlah platelet untuk lebih besar dari 50.000 / uL. Jumlah platelet harus diperiksa setelah 1 jam dan 24 jam. transfusi trombosit bertahan 3-5 hari.
Mengelola keracunan (misalnya, acetaminophen, jamur) memerlukan perawatan khusus yang berbeda dari yang lain, isu-isu yang lebih umum terkait dengan kegagalan hati fulminan.
o Perlakukan asetaminofen (parasetamol, APAP) overdosis dengan N-asetilsistein (NAC). Para peneliti berteori bahwa penangkal ini bekerja dengan sejumlah mekanisme pelindung. Awal setelah overdosis, NAC mencegah pembentukan dan akumulasi imina N-asetil-p-benzoquinon (NAPQI), sebuah radikal bebas yang mengikat protein intraseluler, nonspesifik mengakibatkan keracunan.
o NAC meningkat toko glutathione, menggabungkan langsung dengan NAPQI sebagai pengganti glutathione, dan meningkatkan konjugasi sulfat. NAC juga berfungsi sebagai anti-inflamasi dan antioksidan dan memiliki efek inotropik dan vasodilatasi positif, yang meningkatkan aliran darah microcirculatory dan pengiriman oksigen ke jaringan. Efek ini terakhir menurunkan angka kesakitan dan kematian sekali hepatotoksisitas sudah mapan.
o Dampak perlindungan dari NAC sangat besar bila diberikan dalam 8 jam konsumsi, namun jika diperlukan, mengelola terlepas dari waktu sejak overdosis. Terapi dengan NAC telah terbukti menurunkan angka kematian pada akhir-presenting pasien dengan kegagalan hati fulminan (tanpa adanya asetaminofen dalam serum).
o Sebuah keracunan jamur phalloides jauh lebih umum di Eropa dan juga di California. Perlakukan dengan penisilin G IV, meskipun modus kerjanya tidak jelas. Silibinin, derivatif air-larut silymarin, dapat diberikan secara lisan, dan arang oral mungkin membantu dengan mengikat racun jamur.
Bedah Perawatan
transplantasi hati adalah pengobatan definitif di gagal hati, tetapi suatu diskusi yang terperinci adalah di luar cakupan artikel ini. Meskipun, 2 studi terbaru mengenai transplantasi hati yang disebutkan di bawah ini, manajemen preoperative ditekankan dalam bagian ini.
Lerut et al mengevaluasi pengaruh dari monoterapi tacrolimus dalam 156 orang dewasa menerima cangkok hati primer, mengacak mereka untuk menerima tacrolimus-plasebo dan
tacrolimus-dosis rendah, jangka pendek (64 hari), imunosupresi steroid. Tidak ada kriteria pengecualian pada pengacakan, dan semua pasien memiliki 12 bulan follow-up (range, 12-84). 20
Para peneliti menemukan bahwa pasien dalam kelompok tacrolimus-steroid memiliki tinggi 3 - dan 12-bulan tingkat kelangsungan hidup, serta 12 bulan lebih tinggi tingkat kelangsungan hidup korupsi, relatif terhadap orang-orang dalam kelompok tacrolimus-plasebo. Tidak hanya itu lebih sedikit pasien dalam kelompok-steroid tacrolimus diberikan perlakuan penolakan pada 3 dan 12 bulan, namun lebih sedikit orang dalam kelompok ini dan kelompok 145 pasien transplantasi tanpa dukungan organ buatan tahan menunjukkan penolakan kortikosteroid pada 3 dan 12 bulan. 20
Dengan 1 tahun, 82% (64/78) dari mereka dalam kelompok steroid tacrolimus berada di monoterapi tacrolimus dibandingkan dengan 78,2% (61/78) dari mereka dalam kelompok-plasebo tacrolimus (P = 0,54). Namun, ketika mengingat 74 tacrolimus-steroid dan 67-plasebo selamat tacrolimus, tingkat monoterapi lebih rendah pada kelompok-steroid tacrolimus versus-kelompok plasebo tacrolimus (P = 0,39). 20
Lerut dkk menyimpulkan bahwa monoterapi tacrolimus dapat dicapai dengan aman tanpa mengorbankan kelangsungan hidup pasien atau korupsi dalam yang tidak dipilih, dewasa transplantasi hati penduduk, bahkan primer dan bahwa strategi tersebut dapat mengakibatkan skala minimisasi penelitian besar lebih lanjut dalam transplantasi hati. 20 Para peneliti disebabkan insiden tinggi penolakan kortikosteroid-tahan di awal-kelompok plasebo tacrolimus ke lebih tinggi secara signifikan jumlah pasien transplantasi saat sedang pada dukungan organ buatan dan merekomendasikan bahwa strategi imunosupresif monodrug akan memerlukan adaptasi dalam pengaturan ini. 20
Dalam sebuah penelitian retrospektif, Taketomi et al dievaluasi donor keselamatan dalam ke-dewasa hidup donor transplantasi-hati dewasa dengan menetapkan kriteria seleksi untuk donor di mana lobus kiri pilihan pertama dari korupsi. 21 Dua ratus enam donor berturut-turut dibagi menjadi 2 kelompok sesuai dengan jenis korupsi (kiri [n = 137] vs kanan lobus [n = 69]). Berarti kehilangan darah intraoperatif nyata meningkat pada donor lobus kiri dibandingkan dengan donor lobus kanan, namun berarti pascaoperasi bilirubin total tingkat puncak dan masa tinggal di rumah sakit setelah operasi secara signifikan lebih kecil bagi mereka dalam kelompok lobus kiri (P<0,05). 21
Tidak ada donor meninggal atau mengalami komplikasi yang mengancam nyawa selama masa studi. Para peneliti mencatat bahwa analisis regresi logistik menunjukkan bahwa jenis korupsi hanya (kiri vs lobus kanan) secara signifikan berhubungan dengan terjadinya komplikasi bilier (rasio odds 0,11; P = 0,0012). 21 Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai korupsi secara keseluruhan kumulatif tingkat ketahanan hidup antara penerima dengan cangkok lobe kiri dan orang-orang dengan cangkok lobus kanan.
Pada pasien yang dipilih untuk siapa allograft tidak ada segera tersedia, pertimbangkan dukungan dengan hati bioartificial. Ini adalah ukuran panjang pendek yang hanya
mengarah pada kelangsungan hidup jika hati sembuh secara spontan atau diganti. 22 , 23 , 24 , 25
Di masa depan, transplantasi hepatosit, yang telah menunjukkan hasil yang dramatis pada model binatang dari gagal hati akut, dapat memberikan dukungan jangka panjang, tapi tetap diteliti.
dukungan sistem hati Buatano hati dukungan sistem buatan dapat dibagi menjadi 2 kategori utama: biologis
(bioartificial) dan nonbiologic.o Hati bioartificial terdiri dari cartridge dialisis dengan hepatosit mamalia atau babi
mengisi ruang extracapillary. Perangkat ini telah mengalami percobaan terkontrol. Satu percobaan multicenter melaporkan peningkatan kelangsungan hidup jangka pendek untuk subkelompok pasien dengan gagal hati akut yang diobati dengan berbasis buatan hepatosit hati babi. 25
o sistem Nonbiologic dukungan extracorporeal hati, seperti hemodialisis, hemofiltration, hemoperfusion arang, plasmapheresis, dan transfusi tukar, telah digunakan, namun tidak ada studi terkontrol telah menunjukkan keuntungan jangka panjang.
o Modalitas ini izin mendukung hati sementara sampai hati donor yang cocok ditemukan. Meskipun hemoperfusion extracorporeal zat inert arang dan lainnya memberikan beberapa ukuran fungsi ekskretoris, tidak kapasitas sintetik disediakan.
o Di antara sistem hati dukungan yang tersedia saat ini, dialisis albumin menggunakan sistem sirkulasi molekul adsorben (MARS) adalah salah satu yang telah paling ekstensif diselidiki. Dalam perangkat ini, darah didialisis melintasi membran albumin-diresapi terhadap albumin 20%. resin pertukaran anion Arang dan kolom dalam rangkaian membersihkan dan menumbuhkan dialisat albumin. Studi klinis telah menunjukkan bahwa meningkatkan hiperbilirubinemia dan ensefalopati.
o Dua sistem lain berdasarkan penghilangan racun albumin terikat, Prometheus, menggunakan prinsip pemisahan plasma difraksinasi dan adsorpsi (FPSA), dan albumin dialisis pass tunggal (SPAD), juga mengalami studi klinis untuk kegagalan hati akut.
o Saat ini sistem hati tersedia dukungan tidak secara rutin direkomendasikan luar uji klinis.
Konsultasi
Mengelola kegagalan hati fulminan adalah usaha dari tim. Konsultasi di bidang perawatan intensif, gastroenterologi, penyakit menular, hematologi, neurologi, bedah saraf, dan operasi transplantasi mungkin diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah yang kompleks yang dapat menghadapi staf medis.
Diet
Pasien dengan gagal hati akut, dengan kebutuhan, tidak ada yang melalui mulut (NPO). Mereka mungkin memerlukan sejumlah besar glukosa IV untuk menghindari hipoglikemia.
Ketika makanan enteral melalui tabung pengisi tidak layak (misalnya, seperti pada pasien dengan ileus paralitik), lembaga nutrisi parenteral total (TPN). (Lihat juga Gizi Persyaratan Dewasa Sebelum Transplantasi dan Persyaratan Gizi Anak Sebelum Transplantasi )
Membatasi protein (asam amino) menjadi 0,6 g / kg berat badan per hari sebelumnya rutin dalam pengaturan ensefalopati hati, namun ini mungkin tidak diperlukan.
Kegiatan
Bedrest dianjurkan.
Obat
Beberapa obat mungkin diperlukan pada pasien dengan gagal hati akut karena berbagai komplikasi yang dapat mengembangkan dari kegagalan hati fulminan. Penurunan metabolisme hati dan potensi untuk hepatotoksisitas menjadi isu sentral. Penangkal yang efektif mengikat atau menghilangkan A toksin phalloides dan metabolit toksik acetaminophen sangat penting.
Acetaminophen menelan lebih dari 10 g mungkin hepatotoksik karena pembentukan metabolit toksik reaktif intermediate yang sangat, yang biasanya dimetabolisme lebih lanjut dalam kehadiran glutathione untuk N-asetil-p-mercaptopurine aminofenol-. Penyelenggara NAC izin restitusi glutathione intrahepatik. NAC paling efektif jika diberikan dalam waktu 12-20 jam setelah overdosis asetaminofen. Pernah mengelola aminoglikosida dan NSAID, karena potensi nefrotoksisitas adalah sangat berlebihan dalam pengaturan ini.
Penangkal
Penangkal menetralisir agen beracun.
Penisilin G (Pfizerpen)
Pertama DOC. Pengobatan keracunan Amanita adalah dengan penisilin G IV, meskipun cara kerja tidak jelas.
Dosis Interaksi Kontraindikasi Kewaspadaan
Dewasa
1 mg / kg / d atau 1,8 juta U / kg / d IV
Pediatric
Tidak ditetapkan
Silibinin (Plus Silibinin)
Larut air turunan silymarin, yang merupakan bahan aktif dalam persiapan herbal milk thistle. Memiliki sifat antioksidan yang dapat mengambil manfaat manajemen penyakit hati.
Dosis Interaksi Kontraindikasi Kewaspadaan
Dewasa
20-50 mg / kg / d PO
Pediatric
Tidak ditetapkan
Arang aktif (Actidose-Aqua, Liqui-Char, CharcoAid)
Jika konsumsi telah baru-baru ini, Amanita toksin mungkin terikat untuk arang dan penyerapan dicegah.
Dosis Interaksi Kontraindikasi Kewaspadaan
Dewasa
50 g PO atau tabung NG
Pediatric
Tidak ditetapkan
N-acetylcysteine (Mucomyst, Mucosil)
Pertama DOC dalam overdosis asetaminofen. Menyediakan mengurangi setara untuk membantu memulihkan habis tingkat glutathione intrahepatik.
Dosis Interaksi Kontraindikasi Kewaspadaan
Dewasa
Oral: Dosis loading: 140 mg / kg PO Dosis pemeliharaan: 70 mg / kg PO q4h, awal 4 jam setelah loading dosis, dengan total 17 dosis pemeliharaan Jika dosis muntah dalam waktu 1 jam administrasi, readminister.
IV (pasien> 40 kg): Akut (8-10 jam setelah konsumsi): Dosis loading: 150 mg / kg IV diinfuskan selama 1 jam; encer dalam 250 mL D5W Pertama dosis pemeliharaan: 50 mg / kg IV diinfuskan selama 4 jam; diencerkan dalam 500 mL D5W Kedua pemeliharaan dosis: 100 mg / kg IV diinfuskan selama 16 jam; encer pada tahun 1000 D5W mL Setiap infus segera mengikuti sebelumnya; waktu perawatan total 21 h.
Akhir presentasi atau kronis (> 10 jam setelah konsumsi): Dosis loading: 140 mg / kg IV diinfuskan selama 1 jam; encer dalam 500 mL D5W Dosis pemeliharaan: 70 mg / kg q4h IV minimal 12 dosis, tiap dosis diencerkan dalam 250 mL D5W dan infus selama minimum 1 jam; waktu perawatan total 48 jam Penurunan total volume D5W jika restriksi cairan diperlukan.
Pediatric
Tidak ditetapkan
Komplikasi
Hepatik ensefalopati Mengelola ensefalopati hati dengan cara konvensional, dengan menyediakan
laktulosa dan menghindari obat penenang. Pada tahap akhir ensefalopati, menghindari memberikan laktulosa melalui mulut atau tabung nasogastrik tanpa intubasi sebelumnya, mengingat resiko aspirasi.
ensefalopati hati adalah tidak benar-benar komplikasi karena diperlukan untuk diagnosis kegagalan hati fulminan, tapi evolusi untuk tahap yang lebih tinggi ensefalopati hati dapat menyebabkan pasien kehilangan kemampuan mereka untuk mempertahankan saluran udara mereka.
Cerebral edema Terjadinya edema serebral dan ICH pada pasien dengan gagal hati akut
berhubungan dengan tingkat keparahan ensefalopati. Cerebral edema jarang diamati pada pasien dengan nilai I-II ensefalopati.Risiko meningkat menjadi 25-35% edema dengan kemajuan ke kelas III dan 65-75% (atau lebih) pada pasien mencapai koma kelas IV.
Pasien dalam stadium lanjut ensefalopati memerlukan close follow-up care. Pemantauan dan pengelolaan parameter hemodinamik dan ginjal, serta glukosa, elektrolit, dan asam / basa status, menjadi kritis. evaluasi neurologis Sering tanda-tanda ICP tinggi harus dilakukan.
ICP pemantauan pemantauan ICP membantu dalam pengakuan awal edema serebral. Tanda-tanda
klinis ICP ditinggikan, termasuk hipertensi, bradikardia, dan respirasi tidak teratur (trias Cushing), tidak seragam ini; ini dan perubahan neurologis lainnya, seperti dilatasi papiler atau tanda-tanda decerebration, biasanya hanya terlihat di akhir kursus.
CT scan otak tidak andal menunjukkan bukti edema, terutama pada tahap awal. Tujuan utama dari pemantauan ICP adalah untuk mendeteksi peningkatan dalam ICP dan pengurangan di CPP, sehingga intervensi dapat dibuat untuk mencegah herniasi sambil mempertahankan perfusi otak.
Tujuan utama tindakan tersebut adalah untuk menjaga integritas neurologis dan untuk memperpanjang hidup sambil menunggu penerimaan organ donor atau pemulihan massa hepatosit berfungsi cukup.
Selain itu, ICH refraktori dan / atau penurunan CPP dianggap kontraindikasi untuk transplantasi hati di pusat banyak.
Pada pasien dengan ensefalopati grade III atau IV, pertimbangkan penempatan monitor ICP.
Benar koagulopati dan perdarahan kecenderungan dengan penggunaan FFP dan infus trombosit.
Jika monitor ICP ditempatkan, ICP harus dijaga dibawah 20-25 mm Hg, jika memungkinkan, dengan CPP tetap bertahan di atas 50-60 mm Hg. Dukungan tekanan darah sistemik mungkin diperlukan untuk mempertahankan CPP memadai.
ICH awalnya dikelola dengan menggunakan manitol. diuresis Osmotik dengan manitol IV efektif dalam jangka pendek dalam menurunkan edema serebral. Administrasi IV manitol (dalam dosis bolus 0,5-1 g / kg atau 50-100 g) direkomendasikan untuk mengobati ICH dengan kegagalan hati akut. Dosis dapat diulang sekali atau dua kali, sesuai kebutuhan, osmolalitas serum yang diberikan tidak melebihi 320 mOsm / L.Volume overload risiko dengan penggunaan manitol pada pasien dengan kerusakan ginjal dan mungkin memerlukan penggunaan dialisis untuk menghilangkan kelebihan cairan.
Tindakan-tindakan lain dapat digunakan untuk mengobati ICH. Hiperventilasi mungkin dilembagakan sementara dalam upaya untuk ICP akut
yang lebih rendah dan untuk mencegah herniasi akan datang, jika mengancam jiwa ICH tidak terkontrol dengan infus manitol dan manajemen umum lain seperti yang diuraikan di atas.
Hiperventilasi untuk mengurangi tekanan parsial karbon dioksida dalam darah (RAPP 2) untuk 25-30 mm Hg dikenal untuk menurunkan ICP cepat melalui vasokonstriksi, menyebabkan penurunan aliran darah otak, tetapi efek ini berumur pendek.
terapi lain yang digunakan untuk menurunkan ICH tetapi tidak dianjurkan secara rutin akan dipertimbangkan dalam ICH tahan api.
A controlled trial administrasi salin hipertonik 30%, 5-20 mL / jam, untuk menjaga kadar natrium serum 145-155 mmol / L pada pasien dengan gagal hati akut dan ensefalopati berat menyarankan bahwa induksi dan pemeliharaan hipernatremia dapat digunakan untuk mencegah kenaikan nilai ICP.
agen barbiturat (thiopental atau pentobarbital) juga dapat dipertimbangkan ketika ICH parah tidak menanggapi tindakan lain, administrasi telah terbukti efektif menurunkan ICP. hipotensi sistemik sering signifikan membatasi penggunaan layanan tersebut dan mungkin memerlukan langkah-langkah tambahan untuk menjaga tekanan arteri cukup berarti.
thiopental 5-10 mg / dosis loading kg diikuti dengan 3-5 mg / kg IV infus.
Pentobarbital 3-5 mg / kg IV dosis muatan diikuti dengan 1-3 mg / kg / jam infus.
hipotermia Sedang (32-34 ° C) dapat mencegah atau mengendalikan ICH pada pasien dengan gagal hati akut. efek merusak Potensi hipotermia meliputi peningkatan risiko infeksi, gangguan koagulasi, dan aritmia jantung. Selimut pendinginan eksternal dapat digunakan untuk mencapai tujuan ini.
Kejang, yang dapat dilihat sebagai manifestasi dari proses yang mengarah pada koma hepatik dan ICH, harus dikontrol dengan fenitoin. Penggunaan obat penenang apapun tidak disarankan dalam terang dampaknya pada evaluasi status mental. Hanya dosis minimal benzodiazepin harus digunakan diberikan clearance tertunda mereka dengan hati gagal. Aktivitas kejang akut dapat mengangkat dan juga dapat menyebabkan hipoksia otak dan, dengan demikian, kontribusi untuk edema serebral.
Pendarahan
o Hal ini berkembang sebagai akibat dari koagulasi sangat terganggu yang mewujud dalam pasien tersebut.
o Benar koagulopati, seperti diuraikan sebelumnya.o Persyaratan transfusi itu untuk produk koagulasi (FFP, platelet) mungkin
besar. Beberapa transfusi dengan dikemas sel darah merah mungkin diperlukan.o perdarahan gastrointestinal dapat berkembang dari varises esofagus, lambung,
atau ektopik sebagai akibat dari hipertensi portal. Portal gastropathy hipertensi dan stres gastritis juga dapat berkembang.
o Setiap trauma minor dapat mengakibatkan pendarahan perkutan luas atau perdarahan internal.
o Pertimbangkan perdarahan retroperitoneal jika persyaratan transfusi besar tidak diimbangi oleh kehilangan darah yang jelas.
Profilaksis dan pengobatan infeksio budaya periodik surveilans harus dilakukan untuk mendeteksi infeksi bakteri dan
jamur.o Empiris luas spektrum antibiotika dan antijamur harus diberikan dalam keadaan
berikut: Progresif ensefalopati (Semua pasien yang terdaftar untuk antibiotik mulai
transplantasi.) Tanda-tanda sindrom respon inflamasi sistemik (SIRS) (suhu,> 38 º C atau
<36 º C; sel darah putih [WBC] hitung,> 12.000 / uL atau <4000/μL, denyut nadi,> 90 bpm)
Persistent hipotensio Zosyn dan flukonazol harus menjadi pilihan awal. Pada infeksi IV kateter didapat
di rumah sakit, pertimbangkan vankomisin.Elektrolit ginjal dan ketidakseimbangan asam-basa
o Gagal ginjal akut adalah komplikasi yang sering pada pasien dengan gagal hati akut dan mungkin disebabkan oleh dehidrasi, sindrom hepatorenal, atau nekrosis tubular akut.
o Menjaga tekanan darah yang memadai, menghindari obat nefrotoksik dan NSAID, dan langsung mengobati infeksi.
o Ketika dialisis diperlukan, terus menerus (yaitu, hemodialisis venovenous kontinu [CVVHD]) daripada terapi pengganti ginjal intermittent lebih disukai.
Metabolik keprihatinano Alkalosis dan asidosis terjadi; mengidentifikasi dan mengobati penyebab yang
mendasari.o Base defisit dapat diperbaiki dengan solusi Tham (injeksi trometamin), yang
mencegah peningkatan karbon dioksida, osmolalitas, dan natrium serum.o hipoglikemia berat terjadi pada sekitar 40% pasien dengan kegagalan hati
fulminan. Meskipun hipoglikemia terjadi lebih sering pada anak-anak, perlu dipantau pada pasien dewasa juga.
o gula darah harus dipertahankan dalam kisaran 60-200 mg / dL dengan infus. Gunakan larutan dekstrosa 10% dan pemantauan glukosa.
o Fosfat, magnesium, dan kadar kalium yang rendah dan memerlukan suplemen sering.
Prognosa
Prognosis sangat tergantung pada menghasut penyebab kegagalan hati fulminan. indeks prognosis telah dikembangkan untuk mengidentifikasi pasien yang membutuhkan transplantasi hati. Pengembangan komplikasi adalah faktor lain yang sangat menentukan kelangsungan hidup.
Viral Hepatitiso Sekitar 50-60% pasien dengan kegagalan hati fulminan akibat infeksi HAV
bertahan hidup.o Pasien-pasien ini account untuk proporsi yang substansial (10-20%) dari
transplantasi hati anak-anak di beberapa negara, meskipun infeksi yang relatif ringan diamati di banyak anak terinfeksi HAV.
o Hasil untuk pasien dengan kegagalan hati fulminan sebagai akibat dari penyebab lain dari virus hepatitis jauh kurang menguntungkan.
Toksisitas asetaminofeno kegagalan hati fulminan akibat keracunan asetaminofen umumnya memiliki hasil
yang relatif baik, dan variabel prognostik izin cukup akurat dalam menentukan kebutuhan OLT.
o Pasien dengan mendalam (kelas ensefalopati hati 3-4) koma telah meningkatkan kematian bila dibandingkan dengan mereka dengan ensefalopati lebih ringan.
o PH arteri kurang dari 7,3 dan baik PT yang lebih besar dari 100 detik atau kreatinin serum lebih besar dari 300 mcg / mL (3,4 mg / dL) adalah prediktor independen dari prognosis buruk.
Non-acetaminophen-induced kegagalan hepatik fulminano Sebuah PT lebih besar dari 100 detik dan setiap 3 kriteria berikut 5 adalah
prediktor independen 10 : (1) usia yang lebih muda dari 10 tahun atau lebih tua dari 40 tahun; (2) kegagalan hepatik fulminan karena non-A, non-B, non -hepatitis C, hepatitis halotan, atau reaksi obat istimewa, (3) jaundice hadir lebih dari 1 minggu sebelum timbulnya ensefalopati; (4) PT lebih besar dari 50 detik, atau (5) serum bilirubin lebih besar dari 300 mmol / L (17,5 mg / dL).
o Setelah pasien ini diidentifikasi, mengatur persiapan yang sesuai untuk OLT.
o Kriteria di atas, dikembangkan di King's College Hospital di London, telah divalidasi di pusat-pusat lainnya, namun, variabilitas signifikan terjadi pada populasi pasien ditemui di setiap pusat, dan heterogenitas ini mungkin menghalangi penerapan luas.
o tes prognosticating lain telah diusulkan. Mengurangi tingkat Gc-globulin (molekul yang mengikat aktin) telah dilaporkan dalam kegagalan hati fulminan, dan PT terus meningkat menandakan kematian. Parameter ini dan lainnya belum banyak belum divalidasi.
penyakit Wilson: penyakit Wilson menyajikan sebagai kegagalan hati fulminan hampir seragam fatal tanpa OLT.
References
1. Hoofnagle JH, Carithers RL Jr, Shapiro C, Ascher N. Fulminant hepatic failure: summary of a workshop. Hepatology. Jan 1995;21(1):240-52. [Medline].
2. Lee WM, Schiodt FV. Fulminant hepatic failure. In: Schiff ER, Sorrell, MF, Maddrey WC, eds. Schiff's Diseases of the Liver. 8th ed. Baltimore, Md: Lippincott Williams & Wilkins; 1999.
3. Jalan R, Olde Damink SW, Deutz NE, Hayes PC, Lee A. Moderate hypothermia in patients with acute liver failure and uncontrolled intracranial hypertension. Gastroenterology. Nov 2004;127(5):1338-46. [Medline].
4. Jiang W, Desjardins P, Butterworth RF. Hypothermia attenuates oxidative/nitrosative stress, encephalopathy and brain edema in acute (ischemic) liver failure. Neurochem Int. Jul-Aug 2009;55(1-3):124-8. [Medline].
5. Lidofsky SD, Bass NM, Prager MC, et al. Intracranial pressure monitoring and liver transplantation for fulminant hepatic failure. Hepatology. Jul 1992;16(1):1-7. [Medline].
6. Detry O, Arkadopoulos N, Ting P, et al. Intracranial pressure during liver transplantation for fulminant hepatic failure. Transplantation. Mar 15 1999;67(5):767-70. [Medline].
7. Schiodt FV, Rochling FA, Casey DL, Lee WM. Acetaminophen toxicity in an urban county hospital. N Engl J Med. Oct 16 1997;337(16):1112-7. [Medline]. [Full Text] .
8. Larson AM, Polson J, Fontana RJ, et al, for the Acute Liver Failure Study Group. Acetaminophen-induced acute liver failure: results of a United States multicenter, prospective study. Hepatology. Dec 2005;42(6):1364-72. [Medline]. [Full Text] .
9. Davern TJ 2nd, James LP, Hinson JA, et al, for the Acute Liver Failure Study Group. Measurement of serum acetaminophen-protein adducts in patients with acute liver failure. Gastroenterology. Mar 2006;130(3):687-94. [Medline].
10. O'Grady JG, Alexander GJ, Hayllar KM, Williams R. Early indicators of prognosis in fulminant hepatic failure. Gastroenterology. Aug 1989;97(2):439-45. [Medline].
11. Lee WM, Galbraith RM, Watt GH, et al. Predicting survival in fulminant hepatic failure using serum Gc protein concentrations. Hepatology. Jan 1995;21(1):101-5. [Medline].
12. Schiodt FV, Rossaro L, Stravitz RT, et al. Gc-globulin and prognosis in acute liver failure. Liver Transpl. Oct 2005;11(10):1223-7. [Medline]. [Full Text] .
13. Stravitz RT, Kramer AH, Davern T, et al, for the Acute Liver Failure Study Group. Intensive care of patients with acute liver failure: recommendations of the U.S. Acute Liver Failure Study Group. Crit Care Med. Nov 2007;35(11):2498-508. [Medline].
14. Klein AS, Hart J, Brems JJ, et al. Amanita poisoning: treatment and the role of liver transplantation. Am J Med. Feb 1989;86(2):187-93. [Medline].
15. Rolando N, Harvey F, Brahm J, et al. Fungal infection: a common, unrecognised complication of acute liver failure. J Hepatol. Jan 1991;12(1):1-9. [Medline].
16. Bernal W. Intensive care support therapy. Liver Transpl. Sep 2003;9(9):S15-7. [Medline]. [Full Text] .
17. Jalan R. Acute liver failure: current management and future prospects. J Hepatol. 2005;42 suppl(1):S115-23. [Medline].
18. [Guideline] Polson J, Lee WM. AASLD position paper: the management of acute liver failure. Hepatology. May 2005;41(5):1179-97. [Medline]. [Full Text] .
19. Pereira SP, Langley PG, Williams R. The management of abnormalities of hemostasis in acute liver failure. Semin Liver Dis. Nov 1996;16(4):403-14. [Medline].
20. [Best Evidence] Lerut J, Mathys J, Verbaandert C, et al. Tacrolimus monotherapy in liver transplantation: one-year results of a prospective, randomized, double-blind, placebo-controlled study. Ann Surg. Dec 2008;248(6):956-67. [Medline].
21. [Best Evidence] Taketomi A, Kayashima H, Soejima Y, et al. Donor risk in adult-to-adult living donor liver transplantation: impact of left lobe graft. Transplantation. Feb 15 2009;87(3):445-50. [Medline].
22. Sussman NL, Gislason GT, Conlin CA, Kelly JH. The Hepatix extracorporeal liver assist device: initial clinical experience. Artif Organs. May 1994;18(5):390-6. [Medline].
23. Hughes RD, Williams R. Use of bioartificial and artificial liver support devices. Semin Liver Dis. Nov 1996;16(4):435-44. [Medline].
24. Nyberg SL, Misra SP. Hepatocyte liver-assist systems--a clinical update. Mayo Clin Proc. Aug 1998;73(8):765-71. [Medline].
25. Demetriou AA, Brown RS Jr, Busuttil RW, et al. Prospective, randomized, multicenter, controlled trial of a bioartificial liver in treating acute liver failure. Ann Surg. May 2004;239(5):660-7; discussion 667-70. [Medline]. [Full Text] .
26. Blei AT. The pathophysiology of brain edema in acute liver failure. Neurochem Int. Jul 2005;47(1-2):71-7. [Medline].
27. Harrison PM, Wendon JA, Gimson AE, Alexander GJ, Williams R. Improvement by acetylcysteine of hemodynamics and oxygen transport in fulminant hepatic failure. N Engl J Med. Jun 27 1991;324(26):1852-7. [Medline].
28. Kobayashi N, Fujiwara T, Westerman KA, et al. Prevention of acute liver failure in rats with reversibly immortalized human hepatocytes. Science. Feb 18 2000;287(5456):1258-62. [Medline].
29. Lee WM. Acute liver failure. N Engl J Med. Dec 16 1993;329(25):1862-72. [Medline].30. Lidofsky SD. Liver transplantation for fulminant hepatic failure. Gastroenterol Clin
North Am. Jun 1993;22(2):257-69. [Medline].31. Liu J, Tan H, Sun Y, et al. The preventive effects of heparin-superoxide dismutase on
carbon tetrachloride-induced acute liver failure and hepatic fibrosis in mice. Mol Cell Biochem. Jul 2009;327(1-2):219-28. [Medline].
32. McCaughan GW, Huynh JC, Feller R, et al. Fulminant hepatic failure post liver transplantation: clinical syndromes, correlations and outcomes. Transpl Int. 1995;8(1):20-6. [Medline].
33. O'Grady JG, Alexander GJ, Thick M, et al. Outcome of orthotopic liver transplantation in the aetiological and clinical variants of acute liver failure. Q J Med. Oct 1988;68(258):817-24. [Medline].
34. O'Grady JG, Schalm SW, Williams R. Acute liver failure: redefining the syndromes. Lancet. Jul 31 1993;342(8866):273-5. [Medline].
35. Rolando N, Wade JJ, Stangou A, et al. Prospective study comparing the efficacy of prophylactic parenteral antimicrobials, with or without enteral decontamination, in patients with acute liver failure. Liver Transpl Surg. Jan 1996;2(1):8-13. [Medline].
36. Sass DA, Shakil AO. Fulminant hepatic failure. Liver Transpl. Jun 2005;11(6):594-605. [Medline]. [Full Text] .
37. Schiodt FV, Atillasoy E, Shakil AO, et al. Etiology and outcome for 295 patients with acute liver failure in the United States. Liver Transpl Surg. Jan 1999;5(1):29-34. [Medline].
38. Schiodt FV, Lee WM. Fulminant liver disease. Clin Liver Dis. May 2003;7(2):331-49, vi. [Medline].
39. Schmidt LE, Dalhoff K. Alpha-fetoprotein is a predictor of outcome in acetaminophen-induced liver injury. Hepatology. Jan 2005;41(1):26-31. [Medline]. [Full Text] .
40. Shakil AO, Mazariegos GV, Kramer DJ. Fulminant hepatic failure. Surg Clin North Am. Feb 1999;79(1):77-108. [Medline].
41. Sun QF, Ding JG, Xu DZ, et al. Prediction of the prognosis of patients with acute-on-chronic hepatitis B liver failure using the model for end-stage liver disease scoring system and a novel logistic regression model. J Viral Hepat. Jul 2009;16(7):464-70. [Medline].
42. Vento S, Garofano T, Renzini C, et al. Fulminant hepatitis associated with hepatitis A virus superinfection in patients with chronic hepatitis C. N Engl J Med. Jan 29 1998;338(5):286-90. [Medline]. [Full Text] .