e valuasi masalah utama kejadian cation errors f … · b. profil terapi kasus yang menerima obat...
TRANSCRIPT
E
EVALUASI
PAD
(Kajian T
I MASALAADMINI
DA PASIEN
Terhadap P
DiajMem
U
AH UTAMSTRASI daN RUMAH
PERIOPenggunaa
jukan untukmperoleh Ge
Prog
Welinda
N
FAKUNIVERSIT
Y
MA KEJADIan DRUG T
H SAKIT BODE AGUSan Obat Go
SKRIPS
k Memenuhelar Sarjanagram Studi
Oleh:
Turianna S
NIM : 05811
KULTAS FATAS SANA
YOGYAKA2010
IAN MEDITHERAPY ETHESDASTUS 2008
olongan An
SI
hi Salah Satua Farmasi (SFarmasi
Simanjunta
14103
ARMASI ATA DHARARTA
ICATION EY PROBLEMA YOGYAK8 tasida dan
u Syarat S. Farm.)
ak
RMA
ERRORS FMS KARTA
Antiulsera
FASE
asi)
E
EVALUASI
PAD
(Kajian T
I MASALAADMINI
DA PASIEN
Terhadap P
DiajMem
U
AH UTAMSTRASI daN RUMAH
PERIOPenggunaan
jukan untukmperoleh Ge
Prog
Welinda
N
FAKUNIVERSIT
Y
ii
MA KEJADIan DRUG T
H SAKIT BODE AGUSn Obat Gol
SKRIPS
k Memenuhelar Sarjanagram Studi
Oleh:
Turianna S
NIM : 05811
KULTAS FA
TAS SANAYOGYAKA
2010
IAN MEDITHERAPY ETHESDASTUS 2008longan Ant
SI
hi Salah Satua Farmasi (SFarmasi
Simanjunta
14103
ARMASI ATA DHARARTA
ICATION EY PROBLEMA YOGYAK8 tasida dan
u Syarat S. Farm.)
ak
RMA
ERRORS FMS KARTA
n Antiulsera
FASE
asi)
iii
iv
v
Yakobus 1 : 3-4 “ Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu
itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu
memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna
dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun”
Aku minta pada Tuhan setangkai bunga segar, Ia beri aku kaktus berduri..Aku minta pada Tuhan Allah binatang mungil nan cantik, Ia beri
aku ulat berbulu..Aku sempat sedih, protes, dan kecewa..Betapa tidak adilnya ini..tapi kemudian kaktus itu berbunga sangat indah sekali, dan ulat itu pun tumbuh dan berubah menjadi kupu-kupu yang teramat cantik..Itulah
jalan Allah indah pada waktu-Nya!!!
Allah tidak memberi apa yang kita harapkan tapi Ia memberi apa yang kita perlukan..Kadang kita sedih, kecewa, terluka, tapi jauh diatas segalanya, Ia
sedang merajut yang ter’BAIK untuk kehidupan kita….
Halaman ini kupersembahkan untuk
Tuhan Yesus Kristus yang telah menjadi pendamping hidup penulis hingga saat ini, dan sampai selamanya..
Papa dan Mama yang telah banyak berkorban buat kehidupan penulis
Kakak dan adik penulis yang telah menjadi bagian terpenting dalam hidup penulis
Dan orang‐orang yang telah mendukung penulis selama ini
Fil 3 :13-14 “….., tetapi ini yang aku lakukan : aku melupakan
apa yang telah berada di belakangku dan mengarahkan diri
kepada apa yang dihadapanku, dan berlari-lari kepada
tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi
dari Allah dalam Kristus Yesus”
vi
vii
PRAKARTA
Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul “Evaluasi Akar Permasalahan Kejadian Medication Errors Fase
Administrasi dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit
Bethesda Periode Agustus 2008 (Kajian Terhadap Penggunaan Obat
Golongan Antasida dan Antiulserasi)” ini dengan baik.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana farmasi pada program studi Ilmu Farmasi, Jurusan
Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah suatu hal yang
mudah, banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Direktur Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang telah memberikan ijin bagi
penulis untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Bethesda.
2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen penguji
yang telah memberikan saran, semangat, dan dukungan dalam proses
penyusunan skripsi.
3. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, saran, semangat, dan dukungan dalam proses
penyusunan skripsi.
viii
4. Dra. L. Endang Budiarti, M.Pharm., Apt. yang telah bersedia menjadi
pembimbing lapangan serta memberikan bimbingan selama penulis
melakukan pengambilan data untuk penelitian ini.
5. Ibu Ana dan semua perawat yang bertugas di bangsal kelas III Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta atas bantuan dan kesabaran selama proses pengambilan
data penelitian ini.
6. Mama dan papa yang telah melahirkan, dan mendukung penulis selama ini.
7. Saudara-saudaraku Wulandani Simanjuntak, Bonar Simanjuntak dan juga
adikku tersayang Benmarch Pranto Simanjuntak yang telah memberikan kasih
sayang, doa, dan semangat selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
8. Stella, Bambang, Nolen, Vivi, Andin, Donald, dan Siska, atas kekompakan
dan kebersamaan selama proses pencarian data.
9. Maya, Denok, Dhita, Tami, dan teman-teman FKK 2005 atas kebersamaan
dan kekompakan yang diberikan selama ini.
10. Kak Ratih, Jeane, Iin, Bethi, Desi, Laurin, penghuni kos 99999 atas
kebersamaan, keceriaan, dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa keterbatasan pikiran, waktu, dan
tenaga membuat penulisan skripsi ini tidak sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.
Penulis
ix
x
INTISARI
Obat golongan antasida dan antiulserasi berperan penting dalam
kesehatan masyarakat. Medication Errors (ME) adalah kejadian yang merugikan pasien, akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah. Drug Therapy Problems (DTP) merupakan masalah-masalah yang tidak diinginkan yang dialami pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat sehingga dapat mengganggu tercapainya tujuan terapi.
Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian non eksperimental, rancangan deskriptif evaluatif. Tujuannya adalah menyusun rekomendasi dan strategi aplikatif untuk mengurangi kejadian ME dan DTP pada pasien RS Bethesda berdasarkan hasil identifikasi masalah utama ME fase adminstrasi dan DTP di RS Bethesda.
Hasil penelitian menunjukkan adanya ME dan DTP pada 36 kasus yang diamati. Berdasarkan hasil evaluasi didapatkan 14 kasus (38,9%) yang tidak mengalami DTP, dan 22 kasus (61,1%) mengalami DTP. DTP yang terjadi yaitu 19 kasus (52,8%) dosis terlalu rendah, 1 kasus (2,8%) dosis terlalu tinggi, 2 kasus (5,6%) ada obat tanpa indikasi, 1 kasus (2,8%) ada indikasi tetapi tanpa obat, dan 1 kasus (2,8%) compliance. Sedangkan pada ME, didapatkan 6 kasus (16,7%) yang tidak mengalami ME, dan 30 kasus (83,3%) yang mengalami ME, yaitu 1 kasus (2,8%) ME salah menulis instruksi, 1 kasus (2,8%) ME pemberian obat diluar instruksi, 21 kasus (58,3%) ME dosis keliru, dan 17 kasus (47,2%) ME administration error.
Kata kunci (keywords): antasida, antiulserasi, medication error, drug therapy
problems
xi
ABSTRACT
Antacid and antiulcer are important in medical. Medication Errors (ME), which is caused by the use of drugs in medical treatment for preventable diseases, can harm the patients. Drug Therapy Problems (DTP) is unwanted problems in the relation to the drug usage that can hinder the achievement of therapy aims.
This research includes non-experimental research and descriptive evaluatif plan. The objective is to arrange recommendations and applicable strategies in order to decrease ME and DPT happening to the patients of Bethesda Hospital by identifying of the main source of administration-phase ME and DTP in Bethesda Hospital.
The result of the observation showed that ME and DTP were found in the 36 cases observed. From the evaluation, 14 cases (38,9%) did not indicate DTP, and 22 cases (61,1%) DTP were found. DTP included 19 cases (52,8%) of dose too low, 1 case (2,8%) of dose too high, 2 cases (5,6%) of unnecessary therapy, 1 case (2,8%) of need for additional drug therapy, and 1 case (2,8%) of compliance. For the ME cases, it was found that 6 cases (16,7%) did not indicate any ME, and 30 ME cases (83,3%) were found which included 1 case (2,8%) ME of instruction miswriting, 1 case (2,8%) ME of medication out of the instruction, 21 cases (58,3%) ME of wrong dosage, and 17 cases (47,2%) ME of administration error.
Keywords: antacid, antiulcer, medication error, drug therapy problems
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ v
PERNYATAAN PUBLIKASI ................................................................... vi
PRAKATA ................................................................................................. vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... ix
INTISARI .................................................................................................. x
ABSTRACT ................................................................................................. xi
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xxii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xxiv
BAB I PENGANTAR ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
1. Permasalahan ................................................................................. 3
2. Keaslian penelitian ........................................................................ 4
3. Manfaat penelitian ......................................................................... 6
B. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
1. Tujuan umum ................................................................................ 7
2. Tujuan khusus................................................................................. 7
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ........................................................ 8
xiii
A. Medication Error ............................................................................... 8
B. Drug Therapy Problems ..................................................................... 10
C. Saluran Pencernaan.............................................................................. 10
D. Ulkus Peptik …………..……………………………………………. 12
1. Definisi …………………………………………………………... 12
2. Patofisiologi …………………………………………………...... 12
3. Manifestasi klinik ………………………………………………. 13
E. Penatalaksanaan Terapi …………………………………………….. 13
1. Tujuan terapi …………………………………………………….. 13
2. Sasaran terapi …………………………………………………… 14
3. Terapi ……………………………………………………………. 14
F. Keterangan Empiris ………………………………………………… 19
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 20
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... 20
B. Definisi Operasional ........................................................................... 20
C. Variabel Penelitian ............................................................................. 22
D. Subyek Penelitian ............................................................................... 22
E. Bahan Penelitian ................................................................................. 23
F. Lokasi Penelitian ................................................................................ 23
G. Tata Cara Pengumpulan Data ............................................................. 24
1. Tahap orientasi .............................................................................. 24
2. Tahap pengambilan data ................................................................ 25
3. Tahap penyelesaian data .............................................................. 26
xiv
H. Tata Cara Analisis Hasil …………………………………………… 26
I. Kesulitan Penelitian ………………………………………………... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………... 29
A. Profil Kasus yang Menerima Obat Antasida dan Antiulserasi………. 30
1. Berdasarkan umur ........................................................................... 30
2. Berdasarkan jenis kelamin ............................................................. 31
3. Berdasarkan pendidikan terakhir ................................................... 32
4. Berdasarkan diagnosis utama ....................................................... 33
5. Berdasarkan pekerjaan ................................................................... 36
B. Profil Terapi Kasus yang Menerima Obat Antasida dan Antiulserasi. 37
1. Profil terapi secara umum .............................................................. 38
2. Profil terapi secara khusus ............................................................. 45
C. Evaluasi Medication Errors (ME) Fase Administration ..................... 46
1. Medication Errors salah menulis instruksi..................................... 48
2. Medication Errors pemberian obat diluar instruksi........................ 48
3. Medication Errors dosis keliru ....................................................... 49
4. Medication Errors administration errror ....................................... 50
D. Evaluasi Drug Therapy Problems (DTP) ........................................... 52
1. Dosis terlalu rendah ........................................................................ 53
2. Dosis terlalu tinggi ......................................................................... 54
3. Ada obat tanpa indikasi .................................................................. 55
4. Ada indikasi tetapi tanpa obat ........................................................ 55
5. Compliance/ketaatan pasien ........................................................... 55
xv
E. Evaluasi Masalah Utama ME Fase Administrasi dan DTP pada
Pasien Kasus yang Menggunakan Obat Golongan Antasida dan
Antiulserasi…………………………………………..........................
61
F. Rangkuman Pembahasan ................................................................... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 64
A. Kesimpulan ........................................................................................ 64
B. Saran ................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 66
LAMPIRAN................................................................................................ 68
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................... 128
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Bentuk-bentuk Medication Errors ……………………………… 8
Tabel II. Taksonomi & kategorisasi Medication Error Versi the National
Coordinating Council for Medication Error Reporting and
Prevention…………………….………………………………… 9
Tabel III. Informasi mengenai obat-obat Antasida dan Antiulserasi yang
digunakan berdasarkan MIMS ed.7 dan Durg Information
Handbook 11th Edition………………………………………… 16
Tabel IV. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat Golongan
Antasida dan Antiulserasi di Bangsal Dewasa Kelas III RS
Bethesda Yogyakarta Periode agustus 2008 Berdasarkan
Diagnosis….................................................................................... 34
Tabel V. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat Golongan
Antasida dan Antiulserasi di Bangsal Dewasa Kelas III RS
Bethesda Yogyakarta Periode agustus 2008 Berdasarkan Jenis
Penyakit………………………………………………………….. 36
Tabel VI. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat Golongan
Antasida dan Antiulserasi di Bangsal Dewasa Kelas III RS
Bethesda Yogyakarta Periode agustus 2008 Berdasarkan Jumlah
Total Unit Obat yang Diterima………………………………… 38
Tabel VII. Golongan dan Jenis Obat Sistem Gastrointestinal & Hepatobilier yang Diterima Oleh Pasien Pengguna Obat Antasida dan Antiulserasi Berdasarkan Nama Generik....................................... 39
xvii
Tabel VIII. Golongan dan Jenis Obat Sistem Kardiovaskular dan
Hematopoietik yang Diterima Oleh yang Diterima Oleh Pasien
Pengguna Obat Antasida dan Antiulserasi Berdasarkan Nama
Generik…………………………………………………………..
39
Tabel IX. Golongan dan Jenis Obat Sistem Pernapasan yang Diterima oleh
Pasien Pengguna Obat Golongan antasida dan antiulserasi
Berdasarkan Nama Generik…...…………………………………
40
Tabel X. Golongan dan Jenis Obat Sistem Neuromuskular yang Diterima
Oleh Pasien Pengguna Obat Golongan antasida dan antiulserasi
Berdasarkan Nama Generik……………………………………... 41
Tabel XI. Golongan dan Jenis Obat Sistem Hormon yang Diterima Oleh
Pasien Pengguna Obat Golongan antasida dan antiulserasi
Berdasarkan Nama Generik….…………………………...……. 41
Tabel XII. Golongan dan Jenis Obat Antibiotika yang Diterima Oleh Pasien
Pengguna Obat Golongan antasida dan antiulserasi Berdasarkan
Nama Generik…………………………………….......……….. 42
Tabel XIII. Golongan dan Jenis Obat Kemoterapeutik yang Diterima Oleh
Pasien Pengguna Obat Golongan antasida dan antiulserasi
Berdasarkan Nama Generik……………………………….…… 42
Tabel XIV. Golongan dan Jenis Obat Sistem Endokrin dan Metabolik yang
Diterima Oleh Pasien Pengguna Obat Golongan antasida dan
antiulserasi Berdasarkan Nama Generik…………………………
43
Tabel XV. Golongan dan Jenis Obat Sistem Vitamin dan Mineral yang
xviii
Diterima Oleh Pasien Pengguna Obat Antasida dan Antiulserasi
Berdasarkan Nama Generik ..………………………………….
43
Tabel XVI. Golongan dan Jenis Obat Nutrisi yang Diterima Oleh Pasien
Pengguna Obat Golongan antasida dan antiulserasi Berdasarkan
Nama Generik…………………………………………….…… 44
Tabel
XVII.
Golongan dan Jenis Obat Mata yang Diterima Oleh Pasien
Pengguna Obat Golongan antasida dan antiulserasi Berdasarkan
Nama Generik……………………………………………………
44
Tabel
XVIII.
Golongan dan Jenis Obat Dermatologi yang Diterima Oleh
Pasien Pengguna Obat Golongan antasida dan antiulserasi
Berdasarkan Nama Generik…………………………………… 44
Tabel XIX. Golongan dan Jenis Obat Alergi dan Sistem Imunitas yang
Diterima Oleh Pasien Pengguna Obat Golongan antasida dan
antiulserasi Berdasarkan Nama Generik………………………… 44
Tabel XX. Golongan, Jenis Obat Lain yang Diterima Oleh Pasien Pengguna
Obat Golongan antasida dan antiulserasi……………………...... 45
Tabel XXI. Profil Terapi Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi yang
Diterima oleh Pasien di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
Periode Agustus 2008 …..………………………………………..
45
Tabel
XXII.
Pengelompokkan Kejadian ME Fase Administrasi pada Kasus
yang Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di
Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus 2008…………………………………............................. 47
xix
Tabel
XXIII.
Kelompok Kasus ME Salah Menulis Instruksi pada Kasus yang
Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal
dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus
2008…………………….……………………………………....... 48
Tabel
XXIV.
Kelompok Kasus ME Pemberian Obat Diluar Instruksi pada
Kasus yang Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi
di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus 2008…………………………………………………….. 48
Tabel
XXV.
Kelompok Kasus ME Dosis Keliru pada Kasus yang Menerima
Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal dewasa
kelas III RS Bethesda Yogyakarta Agustus
2008………………………….……...............................................
49
Tabel
XXVI.
Kelompok Kasus ME Administration Error Kasus yang
Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal
dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus
2008................................................................................................
51
Tabel
XXVII.
Pengelompokkan Kejadian DTP pada Kasus yang Menerima
Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal dewasa
Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus
2008………………………………………………………………
53
Tabel
XXVIII.
Kelompok Kasus DTP Dosis Terlalu Rendah pada Kasus yang
Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal
dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus
xx
2008…………………………………………………………… 54
Tabel
XXIX.
Kelompok Kasus DTP Dosis Terlalu Tinggi pada Kasus yang
Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal
dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus
2008…………………………………………………………… 54
Tabel
XXX.
Kelompok Kasus Ada Obat Tanpa Indikasi pada Kasus yang
Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal
dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus
2008………………………………………………………….… 55
Tabel
XXXI.
Kelompok Kasus DTP Ada Indikasi Tetapi Tanpa Obat pada
Kasus yang Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi
di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus
2008……………………………………………………………… 55
Tabel
XXXII.
Kelompok Kasus DTP Compliance pada Kasus di Bangsal
dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus
2008……………............................................................................
56
Tabel
XXXIII.
Contoh Evaluasi Kasus DTP pada Pasien Pengguna Obat
Golongan Antasida dan Antiulserasi di Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008…………………………….... 56
Tabel
XXXIV.
Contoh Evaluasi Kasus DTP pada Pasien Pengguna Obat
Golongan Antasida dan Antiulserasi di Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008……………………………...
57
xxi
Tabel
XXXV.
Contoh Evaluasi Kasus DTP pada Pasien Pengguna Obat
Golongan Antasida dan Antiulserasi di Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008………………………………
58
Tabel
XXXVI.
Contoh Evaluasi Kasus DTP pada Pasien Pengguna Obat
Golongan Antasida dan Antiulserasi di Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008…………………………….. 59
Tabel
XXXVII.
Contoh Evaluasi Kasus DTP pada Pasien Pengguna Obat
Golongan Antasida dan Antiulserasi di Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008………………………...…... 60
xxii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Regulasi Sekresi Asam Lambung................................................. 10
Gambar 2. Diagram Saluran Cerna.................................................................. 11
Gambar 3. Persentase Kasus yang Menerima Obat Golongan Antasida dan
Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 Berdasarkan Golongan
Umur………………………………………………………..…. 31
Gambar 4. Persentase Kasus yang Menerima Obat Golongan Antasida dan
Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 Berdasarkan Jenis Kelamin… 32
Gambar 5. Persentase Kasus yang Menerima Obat Golongan Antasida dan
Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 Berdasarkan Pendidikan
Terakhir…………………………………………………............. 33
Gambar 6. Persentase Kasus yang Menerima Obat Golongan Antasida dan
Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 Berdasarkan
Diagnosis………………………………………………………… 35
Gambar 7. Persentase Kasus yang Menerima Obat Golongan Antasida dan
Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 Berdasarkan Jenis Penyakit… 36
Gambar 8. Persentase Kasus yang Menerima Obat Golongan Antasida dan
xxiii
Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 Berdasarkan Jenis Pekerjaan
37
Gambar 09. Persentase Kejadian ME pada Kasus yang Menerima Obat
Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal Dewasa kelas III
RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008…………...…… 47
Gambar 10. Persentase Kejadian DTP pada Kasus yang Menerima Obat
Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas III
RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008……………… 53
xxiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian………………………………………….… 68
Lampiran 2 Wawancara Apoteker………………………………………….. 69
Lampiran 3 Wawancara Dokter…………………………………………….. 70
Lampiran 4 Wawancara Perawat………………………………………….... 71
Lampiran 5 Data Kasus Pengguna Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di
Bangsal Kelas III RS Bethesda dalam Periode Agustus 2008……... 80
Lampiran 6 Daftar Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi yang digunakan
di Bangsal Kelas III RS Bethesda dalam Periode Agustus 2008… 117
Lampiran 7 Wawancara Visit Bangsal……………………………………… 118
Lampiran 8 Data Home Visit Kasus di Bangsal Kelas III RS Bethesda dalam
Periode Agustus 2008 yang menerima Obat Golongan Antasida
dan Antiulserasi ………….………………………………………... 124
Lampiran 9 Informed Consent………………………………………………… 126
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang
seharusnya dapat dicegah dan proses tersebut masih berada dalam pengawasan
dan tanggung jawab profesi kesehatan (Anonim, 2000). Medication error
merupakan kasus yang paling sering terjadi tetapi jarang sekali dilaporkan
maupun dikemukakan di muka umum. Studi pada tahun 1993 sampai dengan
1998 yang dilaporkan Food and Drug Administration (FDA) menyebutkan
medication error fatal yang paling sering terjadi pada fase administrasi yaitu
penggunaan obat dengan dosis yang kurang sesuai 41%, salah obat dan rute
pemberian sebanyak 16% (Stoppler and Marks, 2006).
Drug Therapy Problems adalah suatu permasalahan atau kejadian yang
tidak diharapkan atau yang kemungkinan akan dialami pasien selama proses terapi
akibat penggunaan obat, sehingga mengganggu tujuan terapi yang diinginkan
(Cippole and Strand, 2004).
Medication errors dan drug therapy problems yang terjadi tentunya dapat
merugikan pasien yaitu dapat menyebabkan kegagalan terapi, biaya pengobatan
semakin tinggi, dan bahkan dapat menimbulkan efek obat yang tidak diinginkan.
Penyakit gangguan pada sistem gastrointestinal berupa peptik ulser
merupakan penyakit yang mempunyai prevalensi cukup tinggi, baik di Indonesia
maupun di beberapa negara lain. Peptik ulser seringkali dianggap sebagai penyakit
2
gangguan pencernaan yang biasa sehingga jarang sekali penderita memeriksakan
diri, dan lebih memilih untuk mengobati sendiri atau mendiamkannya saja.
Penanganan peptik ulser biasanya terjadi jika penderita sudah mengalami
sakit yang parah, dan sering kambuh. Penanganan yang terlambat ini dapat
mengakibatkan penderita beresiko kehilangan pekerjaan, kualitas hidup pasien
menurun, serta harus membiayai pengobatan yang mahal. Terapi farmakologi
yang digunakan adalah golongan obat antasida, dan antiulserasi (Anonim, 2009).
Obat antasida merupakan obat yang sering dijumpai di pasaran
dibandingkan dengan obat antiulserasi lainnya. Fungsi antasida didalam
pengobatan ulkus adalah sebagai pendukung kesembuhan ulkus, bukan untuk
menyembuhkan ulkus (Neal, 2002). Akan tetapi, sebagian masyarakat langsung
menggunakan antasida (tanpa melakukan pemeriksaan kepada tenaga medis
terlebih dahulu) jika merasakan nyeri pada bagian abdominal perut. Hal ini dapat
menyebabkan semakin parahnya penyakit.
Efektivitas penggunaan obat antasida dan antiulserasi juga interaksi obat
antasida dan antiulser dengan obat lain merupakan masalah yang sering berkaitan
dengan medication error dan drug therapy problems sehingga diperlukan evaluasi
penggunaan obat golongan antasida dan antiulserasi untuk menjamin penggunaan
obat yang aman, tepat, dan efektif. Evaluasi penggunaan obat golongan antasida
dan antiulserasi dilakukan dengan cara observasi kejadian riil ME pada fase
administrasi yang dalam hal ini dilakukan pada pasien RS Bethesda Periode
Agustus 2008.
3
Penelitian ini dilakukan di RS Bethesda Yogyakarta, sebagai bentuk
kerjasama antara Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dengan pihak RS
Bethesda Yogyakarta dalam rangka peningkatan pelayanan farmasi klinis di
rumah sakit. Selain itu, rumah sakit ini telah memiliki program yang bertujuan
pada patient safety sesuai dengan tujuan farmasis.
Penelitian ini akan bersifat prospektif sehingga diharapkan dapat
menemukan dan memecahkan masalah utama timbulnya ME terutama fase
administrasi dan DTP pada penggunaan obat golongan antasida dan antiulserasi
pada pasien untuk mendukung pelaksanaan isu patient safety di RS Bethesda
Yogyakarta.
1. Permasalahan
Permasalahan utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
”apakah yang menjadi masalah utama terjadinya ME fase administrasi dan
DTP pada pasien bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta yang
menggunakan obat golongan antasida dan antiulserasi?”. Selain itu juga
terdapat permasalahan tambahan yang ingin diamati sebagai pendukung
permasalahan utama, yaitu :
a. bagaimanakah profil terapi pasien bangsal dewasa kelas III yang
menggunakan obat golongan antasida dan antiulserasi di RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 dilihat dari penggunaan terbanyak
berdasarkan jumlah obat, jenis obat, bentuk sediaan, aturan pakai obat?
b. bagaimanakah profil terapi pasien bangsal dewasa kelas III yang
menggunakan obat golongan antasida dan antiulserasi di Rumah Sakit
4
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 dilihat dari segi umur, tingkat
pendidikan, jenis kelamin, jenis pekerjaan, penyakit?
c. permasalahan ME dan DTP apa saja yang terjadi saat penggunaan obat
golongan antasida dan antiulserasi oleh pasien bangsal dewasa kelas III
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008?
2. Keaslian penelitian
Penelitian mengenai Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication
Error Fase Administrasi dan Drug Therapy Problems dengan Kajian terhadap
Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi pada Pasien Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 belum pernah dilakukan di Universitas Sanata
Dharma. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan masalah ME fase
administrasi dan DTP adalah
a. Studi Potensial Medication Error pada Peresepan Bangsal Anak di Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Februari-April 2003 : ditinjau dari aspek
transcribing : kesulitan membaca penulisan angka desimal oleh Fitri (2005)
b. Evaluasi Medication Errors Resep Racikan Pasien Pediatrik di Farmasi
Rawat Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli Tahun 2007 : Tinjauan Fase
Dispensing Oleh Erlin (2007)
c. Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta yang Menerima Resep Racikan Periode Juli 2007 : Tinjauan
Kasus Gangguan Sistem Saluran Cerna oleh Amanda (2007)
d. Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Error Fase Administrasi dan
Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
5
Periode Agustus - September 2008 (Kajian Obat Alergi) oleh Robertus
Bambang (2008)
e. Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Error Fase Administrasi dan
Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Periode Agustus 2008 (Kajian terhadap Penggunaan Obat Analgesik pada
Kasus Osteomuskular) oleh Nolen Mayrani Manik (2008)
f. Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors Fase Administrasi dan
Drug Therapy Problems Pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Agustus–
September 2008 (Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan
Serebrovaskuler) oleh Fransisca Tri Wituningtyas (2008)
g. Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors Fase Administrasi dan
Drug Therapy Problems Pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Agustus–
September 2008 (Kajian Terhadap Obat Gangguan Sistem Kardiovaskuler)
oleh Olivia Ganeswati (2008)
h. Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Error Fase Administrasi dan
Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Periode Agustus 2008 (Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan
Antiemetik) oleh Stella Maxda Juwita (2008)
i. Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors Fase Administrasi dan
Drug Therapy Problems Pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Agustus–
September 2008 (Kajian Terhadap Obat Gangguan Sistem Saluran Urinari)
oleh Andina Paramita (2008)
6
j. Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Error Fase Administrasi dan
Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Periode Agustus
2008 (Kajian Penggunaan Obat Sistem Saluran Pernapasan) oleh Donald
Tandiose (2008)
k. Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors Fase Administrasi Dan
Drug Therapy Problems Pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Periode
Agustus-September 2008 (Kajian Terhadap Penggunaan Obat Gangguan
Sistem Endokrin) oleh Sekar Candra Dewi (2008).
Penelitian mengenai Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication
Error Fase Administrasi dan Drug Therapy Problems dengan kajian obat
golongan antasida dan antiulserasi pada pasien Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Periode Agustus 2008 berdasarkan hasil penelusuran pustaka dengan sifat
pengambilan data yang prospektif, sepanjang pengetahuan penulis belum pernah
dilakukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber referensi
untuk mendeskripsikan ME dan DTP yang riil terjadi pada pasien yang
menggunakan obat golongan antasida dan antiulserasi di RS Bethesda Yogyakarta.
b. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pengambilan
keputusan oleh farmasis dalam mempraktekkan pharmaceutical care dan
menerapkan isu patient safety di rumah sakit, secara khusus RS Bethesda
7
Yogyakarta dan secara umum RS di Indonesia yang pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas pelayanan terapi obat.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Secara umum penelitian ini bertujuan mengevaluasi masalah utama
terjadinya ME fase administrasi dan DTP pada penggunaan obat golongan
antasida dan antiulserasi di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Agustus
2008.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah
a. melihat gambaran profil terapi pasien bangsal dewasa kelas III yang
menggunakan obat golongan antasida dan antiulserasi di Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 dilihat dari segi jumlah obat,
jenis obat, bentuk sediaan, aturan pakai obat.
b. melihat gambaran profil terapi pasien bangsal dewasa kelas III yang
menggunakan obat golongan antasida dan antiulserasi di Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 dilihat dari segi umur, tingkat
pendidikan, jenis kelamin, jenis pekerjaan, penyakit.
c. mengevaluasi permasalahan ME dan DTP apa saja yang terjadi saat
penggunaan obat golongan antasida dan antiulserasi oleh pasien bangsal
dewasa kelas III Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008.
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Medication Error
Medication error adalah suatu kejadian yang merugikan pasien, akibat
pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya
dapat dicegah (Anonim, 2004). Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 disebutkan bahwa pengertian medication
error adalah kejadian yang merugikan pasien, akibat pemakaian obat selama
dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah.
Kejadian medication error dibagi dalam 4 fase, yaitu : fase prescribing,
fase transcribing, fase dispensing, dan fase administration.
Tabel I. Bentuk-bentuk medication error (Dwiprahasto dan Kristin, 2008) Prescribing Transcribing Dispensing Administration
Kontraindikasi Duplikasi Tidak terbaca Instruksi tidak jelas Instruksi keliru Instruksi tidak lengkap Penghitungan dosis keliru
Copy error Dibaca keliru Ada instruksi yang terlewatkan Mis-stamped Instruksi tidak dikerjakan Instruksi verbal diterjemahkan salah
Kontraindikasi Extra dose Kegagalan mencek instruksi Sediaan obat buruk Instruksi pengguna-an obat tidak jelas Salah menghitung dosis Salah memberi label Salah menulis instruksi Dosis keliru Pemberian obat di luar instruksi Instruksi verbal dijalankan keliru
Administration error Kontraindikasi Obat tertinggal di samping bed Extra dose Kegagalan mencek instruksi Tidak mencek identitas pasien Dosis keliru Salah menulis instruksi Patient off unit Pemberian obat di luar instruksi Instruksi verbal dijalankan keliru
9
Menurut Grasso (2003) medication error fase administrasi yaitu : dosis
obat yang akan diberikan tidak tercatat, obat diberikan pada pasien yang salah,
obat diberikan pada waktu yang salah, obat diberikan melalui rute pemberian yang
salah, obat diberikan tanpa perintah dari petugas kesehatan yang meresepkan,
waktu pemberian dosis yang diinginkan tidak tercatat dalam Medical
Administration Record (MAR).
Tabel II. Taksonomi & kategorisasi Medication error versi the National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention (NCCMERP, 1998) Tipe error Kategori Keterangan
NO ERROR
A Keadaan atau kejadian yang potensial menyebabkan terjadinya error
ERROR-
NO HARM
B Error terjadi, tetapi obat belum mencapai pasien C Error terjadi, obat sudah mencapai pasien tetapi tidak
menimbulkan risiko Obat mencapai pasien dan sudah terlanjur diminum/digunakan Obat mencapai pasien tetapi belum sempat diminum/digunakan
D Error terjadi dan konsekuensinya diperlukan monitoring terhadap pasien, tetapi tidak menimbulkan risiko (harm) pada pasien
ERROR-HARM
E Error terjadi dan pasien memerlukan terapi atau intervensi serta menimbulkan risiko (harm) pada pasien yang bersifat sementara
F Error terjadi & pasien memerlukan perawatan atau perpanjangan perawatan di rumah sakit disertai cacat yang bersifat sementara
G Error terjadi dan menyebabkan risiko (harm) permanen H Error terjadi dan nyaris menimbulkan kematian (mis.
Anafilaksi, henti jantung)ERROR-DEATH
I Error terjadi dan menyebabkan kematian pasien
Medication error yang terjadi pada fase apapun tentu merugikan pasien
dan dapat menyebabkan kegagalan terapi, bahkan dapat timbul efek obat yang
tidak diharapkan (Buck, 1999).
10
Oleh karena itu, agar obat sampai pada pasien dengan aman, maka
terdapat ”5 benar” yang menjadi prinsip amannya, yaitu ”benar obat”, ”benar
pasien”, ”benar dosis”, ”benar rute”, dan ”benar waktu pemberian” (Anonim,
2008).
B. Drug Therapy Problems
Drug Therapy Problems (DTP) merupakan masalah-masalah yang tidak
diinginkan yang dialami pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat sehingga
dapat mengganggu tercapainya tujuan terapi (Strand et.al., 1998). Ada tujuh
macam jenis DTP yang dapat disebabkan oleh obat, yaitu ada obat tanpa indikasi
(unnecessary drug therapy), butuh tambahan obat (need for additional drug
therapy), pemilihan obat yang salah (wrong drug), dosis terlalu rendah (dosage
too low), efek samping dan interaksi obat (adverse drug reaction), dosis terlalu
tinggi (dosage too high), kepatuhan pasien (compliance) (Cipolle and Strand,
2004).
C. Saluran Pencernaan
Gambar 1. Regulasi Sekresi Asam Lambung (Anonim, 2000)
F
lambung,
lambung m
untuk men
menstimul
yang men
menghamb
menghamb
Gambar Parotis, 35. RonggaPankreasempedu, tebal / KKolon tuUmbai ca
Faktor utam
yang akan
melebar; ka
nstimulasi a
lasi sel G m
ningkatkan
bat sekresi
bat pelepasa
2. Diagram3. Submanda mulut, 6. , 10. Lam14. Usus d
Kolon, 17. Kurun (desceacing, 23. P
ma selama f
menstimula
arena adany
asam lambu
melepaskan
pH dan ak
asam den
an regulator
m saluran dibularis (bTekak / Fa
mbung, 11.dua belas jaKolon dataending), 20oros usus /
fase di lam
asi sekresi a
ya reseptor
ung. Peptida
n gastrin. M
kan menstim
ngan efek l
r histamine
cerna yangbawah raharing, 7. Li. Saluran ari (duodenar (tranvers0. Usus pe/ Rektum, 2
mbung yaitu
asam. Maka
r mekanik,
a dan asam
Makanan jug
mulus sekr
langsung p
positif dan
g terdiri dhang), 4. Suidah, 8. Ke
pankreas,num), 15. Sse), 18. Koenyerapan24. Anus (A
ketika mak
anan akan m
mengaktiva
amino pad
ga berfungs
resi somast
pada sel pa
gastrin (An
dari, 1. Kelublingualiserongkonga, 12. HatiSaluran emolon naik (
(ileum), 2Auriliaaurit
kanan masu
membuat din
asi reflex n
da makanan
i sebagai b
atin. Soma
arietal, dan
nonim, 2000
lenjar ludas (bawah lian / Esofagi, 13. Kan
mpedu, 16. (ascending)21. Sekumta, 2008).
11
uk ke
nding
neural
n akan
uffer,
astatin
juga
0).
ah, 2. idah), us, 9.
ntung Usus ), 19.
m, 22.
12
D. Ulkus Peptik
1. Definisi
Penyakit ulkus peptikus (tukak) merupakan pembentukan ulkus pada
saluran pencernaan bagian atas yang diakibatkan oleh pembentukan asam dan
pepsin. Tukak berbeda dari erosi mukosa superfisial dalam yang membuat luka
lebih dalam pada mukosa muskularis. Tiga bentuk umum dari tukak adalah ulser
yang disebabkan oleh Helicobacter Pylori, obat antiinflamasi non steroid
(NSAID) dan kerusakan mukosa yang berhubungan dengan stress (ulcer stress)
(Dipiro dan Taylor, 2005).
2. Patofisiologi
Patogenesis dari tukak duodenal (TD) dan tukak lambung (TL)
merupakan faktor refleksi dari kombinasi ketidaknormalan patofisiologi dan
lingkungan serta faktor genetik. Kebanyakan tukak terjadi disebabkan oleh asam
dan pepsin dari H.Pylori, NSAID atau kemungkinan faktor lain yang mengganggu
pertahanan mukosa normal dan mekanisme penyembuhan. Tingkat minimal dari
sekresi asam lambung adalah penting untuk pembentukan tukak. Basal dan sekresi
asam pada malam hari biasanya dapat memperparah pasien dengan penyakit TD.
Hubungan antara kortikosteroid dan tukak sendiri memiliki kontroversi.
Bagaimanapun yang menerima terapi glukokortikoid dan NSAID secara bersama-
sama dapat meningkatkan resiko pada tukak lambung.
Merokok dapat meningkatkan resiko tukak dan besar resikonya adalah
sebanyak rokok yang diisap setiap harinya. Merokok dapat mengganggu proses
penyembuhan penyakit ulser dan kemungkinan penyakit tersebut dapat kambuh
13
kembali. Walaupun observasi klinik menyarankan agar pasien penyakit tukak
menghindari stress namun saran tersebut gagal dijalankan (Sukandar, 2008).
3. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik dari ulkus peptik (Sukandar,2008) :
a. Kebanyakan pasien mengalami kesakitan pada malam hari sehingga
membangunkan mereka dari tidur, itu terjadi antara jam 12 malam dan jam 3
malam.
b. Kesakitan berlangsung selama 1 hingga 3 jam setelah makan dan biasanya
rasa sakit akan berkurang dengan makan. Antasida dapat cepat meringankan
rasa sakit pada kebanyakan pasien tukak.
c. Pasien dengan ulkus sering mendapatkan sindrom dispeptik seperti rasa panas
dalam perut dan perut gembung, mual, muntah, anoreksia dan turun berat
badan.
d. Komplikasi dari penyakit ulser disebabkan oleh H.Pylori dan NSAID
termasuk perdarahan saluran cerna atas, perforasi ke dalam peritoneal,
penetrasi ke dalam bagian dalam tubuh seperti pankreas, dan hati.
E. Penatalaksanaan Terapi
1. Tujuan terapi
Tujuan terapi adalah menghilangkan nyeri tukak, mengobati ulkus,
mencegah kekambuhan dan mengurangi komplikasi yang berkaitan dengan tukak.
Pada penderita dengan H.pylori positif, tujuan terapi adalah mengatasi mikroba
14
dan menyembuhkan penyakit dengan obat yang efektif secara ekonomi (Dipiro
and Taylor, 2005).
2. Sasaran terapi
Sasaran terapinya adalah asam lambung, eradikasi H.Pylori, ulkus
(Dipiro, 2005).
3. Terapi
a. Terapi non farmakologi :
1) Mengurangi faktor stres
2) Mengurangi konsumsi rokok
3) Mengurangi konsumsi makanan pedas, asam, kafein, dan alkohol.
b. Terapi farmakologi :
Agen antiulser dapat dibedakan menjadi penghambat pompa proton,
antagonis reseptor H2, sukralfat, prostaglandin, sediaan bismuth, dan antasida
(Dipiro, 2005).
Pompa proton inhibitor tidak aktif pada pH netral, tetapi dalam keadaan
asam obat-obat tersebut disusun kembali menjadi dua macam molekul reaktif,
yang bereaksi dengan gugus sulfihidril pada H+/K+ ATPase (pompa proton) yang
berperan untuk mentranspor ion H+ keluar dari sel parietal (Neal, 2002). Yang
termasuk penghambat pompa proton adalah omeprazol, lansoprazol, esomeprazol,
pantoprazol, rabeprazol (Tjay dan Rahardja, 2002).
Antagonis reseptor H2 bekerja dengan cara menempati reseptor H2
secara selektif di permukaan sel-sel parietal, sehingga sekresi asam lambung dan
15
pepsin sangat dikurangi. Obat yang termasuk golongan antagonis reseptor H2
adalah simetidin, ranitidin, famotidin, roxatidin (Tjay dan Rahardja, 2002).
Sukralfat mengalami polimerasi pada pH < 4 untuk menghasilkan gel
yang sangat lengket dan melekat kuat pada dasar ulkus (Neal, 2002).
Prostaglandin, yang dalam hal ini adalah misoprostol bekerja sebagai
pendukung penyembuhan ulkus dengan menstimulasi mekanisme proteksi pada
mukosa lambung dan menurunkan sekresi asam (Neal, 2002).
Bismuth merupakan garam yang berkhasiat bakteriostatis dan terutama
digunakan pada terapi membasmi H.Pylori pada tukak lambung atau usus. Zat ini
juga sebagai pelindung mukosa dengan terbentuknya kompleks bismuth
glikoprotein dalam asam lambung yang menutupi tukak (Tjay dan Rahardja,
2002).
Antasida berperan dalam meningkatkan pH lumen lambung.
Peningkatan tersebut meningkatkan kecepatan pengosongan lambung, sehingga
efek antasida menjadi pendek. Pelepasan gastrin meningkat akibatnya stimulasi
pelepasan asam pun meningkat, maka antasida yang dibutuhkan lebih banyak
daripada yang diperkirakan (acid rebound). Jenis obat antasida adalah natrium
bikarbonat, magnesium hidroksida, alumunium hidroksida (Neal, 2002).
Untuk ulkus yang diinduksi oleh NSAID, obat yang sering digunakan
adalah penghambat pompa proton karena paling cepat dalam menyembuhkan
ulkus dibandingkan antagonis reseptor H2 dan sukralfat (Dipiro, 2005).
Berdasarkan pembagian MIMS, obat antiulser dibagi menjadi obat
antasida, dan antiulserasi.
16
Berdasarkan kasus pada pasien bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
Yogyakarta, obat golongan antasida dan antiulser yang digunakan pada periode
Agustus 2008 dapat dilihat pada table III.
Tabel III. Informasi mengenai obat-obat antasida dan antiulserasi yang
digunakan berdasarkan MIMS ed.7 dan Drug Information Handbook 11th Edition
Variabel Informasi A. Obat Golongan H-2 Blocker
A.1. Ranitidin Indikasi Mengurangi keasaman lambung Faktor Resiko Kehamilan B Kontraindikasi Hipersensitifitas terhadap ranitidin atau komponen yang terdapat
dalam formulasi. Efek samping (Dosis tidak tentu) kardiovaskuler, CNS, dermatologi,
gastrointestinal, hematologi,gagal hati, anafilaksis, dan reaksi hipersensitifitas.
Dosis Doudenal ulser : oral : 150 mg 2x/hari, atau 300 mg 1x/hari setelah makan malam atau saat tidur; dosis pemeliharaan : 150 mg 1x/hari sebelum tidur malam. Eradikasi Helicobacter Pylori : 150 mg 2x/hari Membutuhkan kombinasi terapi : -kondisi patologi hipersekresi : oral : 150 mg 2x/hari, dosis dapat ditingkatkan menjadi 6 g/hari sesuai dengan indikasi klinik i.v : infuse berkelanjutan untuk Zollinger-Ellison : 1 mg/kg/jam,tentukan hasil asam lambung 4 jam, jika > 10 mEq atau jika pasien simptomatik, tingkatkan dosis 0,5 Gastric Ulser ringan : oral : 150 mg 2x/hari; dosis pemeliharaan : 150 mg 1x/hari sebelum tidur malam. Pasien yang tidak bisa obat-obat oral: I.M : 50 mg setiap 6-8 jam I.V. : intermitten bolus atau infuse : 50 mg setiap 6-8 jam; infuse I.V seterusnya 6,25 mg/jam
Interaksi Obat ‐ Sitokrom P450 :substrat CYP 1A2, 2C19, 2D6; menghambat CYP 1A2, 2D6.
Interaksi Obat ‐ Meningkatkan efek/toksisitas : siklosporine (meningkatkan serum kreatinin), gentamicin (blockade neuromuscular), glipizide, glyburide, midazolam (meningkatkan konsentrasi), metoprolol, pentoxifylline, fenitoin, kuinidine, dan triazolam.
‐ Menurunkan efek : mempengaruhi variable warfarin; antasida mungkin menurunkan absorpsi ranitidin; absorpsi ketokonazols dan itraconazol menurun; menurunkan efek nondepolarasi relaks otot, cefpodoxime, cyanocobalamin (menurunkan absorpsi), diazepam, oxaprozin; menurunkan toksisitas atropine.
17
Lanjutan Tabel III Variabel Informasi
B. Obat Golongan Penghambat Pompa Proton (PPP) B.1 Omeprazol
Indikasi Jangka pendek (4-8 minggu) untuk ulkus duodenal aktif atau ulkus gastric ringan yang aktif, pengobatan untuk heartburn dan syptom lainnya dengan GERD, untuk refluks esofagitis; sebagai bagian dalam pengobatan kombinasi untuk eradikasi H.Pylori untuk mengurangi resiko ulkus duodenum, sindroma Zillonger-Ellison.
Resiko Kehamilan C Kontraindikasi Hipersensitif dengan omeprazol atau dengan komponen lainnya
dalam formulasi Efek samping Jarang, gangguan GI, sakit kepala, ruam kulit Dosis ‐ Ulkus duodenal aktif : 20 mg 1x/hari 4-8 minggu
‐ Ulkus lambung : 40 mg 1x/hari 4-8 minggu ‐ Gejala GERD : 20 mg 1x/hari hingga lebih dari 4 minggu ‐ Efluks esofagitis : 20 mg 1x/hari 4-8 minggu ‐ Eradikasi Helicobacter Pylori : dosis pengobatan bervariasi :
20 mg 1x/hari atau 40 mg 1x/hari dalam dosis tunggal atau dosis terbagi; dikombinasikan dengan antibiotic.
Interaksi Obat ‐ Memperpanjang waktu eliminasi diazepam, warfarin,digoksin, fenitoin, dan obat lainnya yang dimetabolisme di hati; Voriconazol dapat meningkatkan secara signifikan level serum omeprazol (pada dosis omeprazol 40 mg 1x/hari, mengurangi dosis omeprazol hingga 50%). Level serum dari PPP lainnya juga dapat meningkat.
‐ Menurunkan efek ketokonazol, itraconazol, dan obat lainnya yang absorpsinya tergantung pada asam.
B.2 Lansoprazol Indikasi Pengobatan jangka pendek pada ulkus duodenum, ulkus gaster
jinak, dan refluks esofagitis Efek samping Sakit kepala, diare, nyeri abdomen, dyspepsia, mual, muntah,
mulut kering, konstipasi, perut kembunng, pusing, lelah, ruam kulit, urtikaria, pruritus. Peningkatan hasil tes fungsi hati. Artralgia, edema perifer, depresi, trombositopenia, eosinofilia, lekopenia.
Dosis ‐ Ulkus duodenum : 30 mg 1x/hari selama 4 minggu ‐ Ulkus gaster jinak : 30 mg 1x/hari selama 8 minggu ‐ Refluks esofagitis 30 mg 1x/hari selama 4 minggu
Interaksi Obat Menurunkan efek : lansoprazol dapat menurunkan level darah/ absorpsi ketokonazole, itraconazole, ampisilin, garam-garam besi, digoksin dan obat lainnya yang absorpsinya tergantung pada keberadaan asam. Lanzoprazole dapat menurunkan level teofilin (rendah). Sukralfat dan antacid dapat mengurangi bioavailibilitas (mengurangi absorpsi hingga 30%).
B.3 Esomeprazol Indikasi Penyakit Refluks gastroesofageal (GERD). Kombinasi terapi
dengan antibakteri yang cocok untuk eradikasi Helicobacter Pylori dan penyembuhan H.Pylori yang berhubungan dengan tukak duodenum
18
Lanjutan Tabel III
Variabel Informasi Faktor Resiko Kehamilan B Kontraindikasi Hipersensitif terhadap substansi aktif esomeprazol atau
benzimidazol atau komponen lain dari obat ini. Jangan diberikan bersama atazanavir
Efek samping Sakit kepala, nyeri abdomen, diare, kembung, mual, muntah, konstipasi, dermatitis, pruritus, urtikaria, pusing, mulut kering, reaksi hipersensitifitas, reaksi anafilaktik, peningkatan enzim hati.
Dosis Tablet Dewasa : ‐ Refluks Esofagitis erosif 40 mg 1x/hari selama 4 minggu
untuk pasien dengan esofagitis yang tidak menyembuh atau dengan gejala persisten. Pencegahan relaps esofagitis 20 mg 1x/hari.
‐ Terapi simptomatik GERD : 20 mg 1x/hari selama 4 minggu untuk pasien tanpa esofagitis. Pemeliharaan 20 mg 1x/hari.
‐ Terapi kombinasi dengan antibakteri yang sesuai untuk eradikasi Helicobacter Pylori 20 mg ditambah dengan 1g amoksisilin dan 500 mg klaritromisin, berikan 2x/hari selama 7 hari.
‐ Vial dewasa 40 mg diberikan secara injeksi I.V. selama minimal 3 menit atau secara infuse I.V. selama 10-30 menit.
Interaksi Obat ‐ Meningkatkan efek/toksisitas : meningkatkan konsentrasi serum diazepam, digoksin, penisilin.
‐ Menurunkan efek : menurunkan absorpsi dapsone, besi, itraconazole, ketokonazole, dan obat lainnya dimana asam lambung mempengaruhi absorpsinya. Absorpsi esomeprazol akan menurun 33%-53% jika digunakan bersamaan dengan makanan.
B.4 PantoprazolIndikasi Menghilangkan gejala dan untuk terapi jangka pendek gangguan
gaster dan intestinal yang memerlukan pengurangan sekresi asam lambung; ulkus duodenal; ulkus gaster; refluks esofagitis sedang dan berat.
Faktor Resiko Kehamilan B Kontraindikasi Kerusakan fungsi hati, kehamilan Efek samping Sakit kepala, diare. Jarang, mual, nyeri perut bagian atas,
kembung, ruam kulit, pruritus, pusing. Dosis Tab. 40 mg 1x/hari selama 2-8 minggu. IV injeksi 40 mg 1x/hari.
Lama terapi ≤ 8 minggu Interaksi Obat Dapat mempengaruhi penyerapan obat-obat yang absorpsinya
tergantung dari pH (ketokonazole, itrakonazole, dll) C. Antasida
C.1 Al(OH)3, Mg trisilikat Indikasi Mengatasi gejala sakit maag, dyspepsia, hiperfosfatemia Faktor Resiko Kehamilan - Kontraindikasi hipofosfatemia Efek samping Diare, konstipasi Dosis ‐ Dewasa : 1-2 tab kunyah, 3-4x/hari
‐ Anak : 1/2-1 tab kunyah, 3-4x/hari Interaksi Obat Menurunkan absorpsi diflunisal
C.2 Al(OH)3-Mg karbonat, Mg(OH)2, metilpolisiloxan Indikasi Hiperasiditas, tukak lambung, nyeri ulu hati, kembung, hiatus
19
F. Keterangan Empiris
Penelitian mengenai Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication
Errors Fase Administrasi dan Drug Therapy Problems (Kajian terhadap Obat
Golongan Antasida dan Antiulserasi) pada Pasien Bangsal dewasa kelas III
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 dapat mengurangi
kejadian ME dan DTP penggunaan obat golongan antasida dan antiulserasi pada
pasien yang dirawat di RS Bethesda Yogyakarta.
hemia Faktor Resiko Kehamilan - Kontraindikasi Gangguan ginjal berat Efek samping Mual (jarang) Dosis 1-2 sdt/tab 3x/hari Interaksi Obat Dapat menghambat absorpsi tetrasiklin, digoksin, vitamin
D. Sukralfat Indikasi Tukak lambung dan tukak duodenum Faktor Resiko Kehamilan - Kontraindikasi Gangguan ginjal, kehamilan Efek samping Konstipasi, mual, gangguan pencernaan, gangguan lambung,
mulut kering, ruam, gatl-gatal, nyeri punggung, pusing, sakit kepala, vertigo, dan mengantuk
Dosis 2 g 2x/hari (pagi dan sebelum tidur malam) atau 1 g 4x/hari, 1 jam sebelum makan dan sebelum tidur malam, diberikan selama 4-6 minggu atau pada kasus yang resisten 12 minggu; maksimal 8 g/hari; anak-anak tidak dianjurkan. Profilaksis tukak stress (suspensi), 1g 6x/hari (maksimal 8 g/hari)
Interaksi Obat Menurunkan absorpsi siprofloksasin, norfofloksasin, ofloksasin, dan tetrasiklin; absorpsi warfarin mungkin menurun; menurunkan absorpsi ketokonazol; menurunkan absorpsi glikosida jantung; menurunkan absorpsi tiroksin
E. RebamipideIndikasi Ulkus gaster dalam kombinasi dengan penghambat pompa proton,
antikolinergik atau antagonis H2, gastritis Faktor Resiko Kehamilan - Kontraindikasi Reaksi hipersensitivitas Efek samping Konstipasi, abdomen terasa membesar Dosis 1 tab 3x/hari Interaksi Obat -
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication
Errors Fase Administrasi dan Drug Therapy Problems dengan Kajian terhadap
Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi pada Pasien Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 termasuk penelitian non eksperimental dengan
rancangan penelitian deskriptif evaluatif yang bersifat prospektif. Metode
pengumpulan data dengan cara observasi pasien, melihat medical record pasien,
wawancara pasien serta tenaga kesehatan. Penelitian non eksperimental
merupakan penelitian yang observasinya dilakukan terhadap sejumlah ciri
(variabel) subyek menurut keadaan apa adanya, tanpa ada manipulasi atau
intervensi peneliti (Notoatmojo, 1993).
Penelitian ini bersifat prospektif karena data yang digunakan dalam
penelitian ini diambil dengan mengamati keadaan kasus selama mendapatkan
perawatan di rumah sakit dengan melihat lembar catatan mediknya dan saat pasien
keluar dari rumah sakit yaitu dilakukan dengan home visit selama periode Agustus
2008.
B. Definisi Operasional
1. masalah utama yang dimaksud disini adalah hal yang merupakan penyebab
utama terjadinya Medication Errors Fase Administrasi dan Drug Therapy
Problems
21
2. drug therapy problems merupakan setiap masalah yang ditemukan selama
masa pengobatan yang dapat mengganggu tercapainya tujuan terapi yang
meliputi dosis terlalu tinggi, dosis terlalu rendah, efek samping obat dan
interaksi obat, butuh tambahan obat, ada obat tanpa indikasi, kepatuhan pasien
(Cippole and Strand, 2004)
3. fase administrasi merupakan suatu fase pada waktu obat diberikan dan
kemudian digunakan oleh pasien di RS Bethesda Yogyakarta
4. medication errors yang dimaksud dalam penelitian ini adalah setiap kejadian
berupa kesalahan dalam proses pengobatan yang tidak disengaja dan
sebenarnya dapat dicegah oleh tenaga kesehatan
5. obat antasida dan antiulserasi yang dimaksud disini adalah obat golongan
antasida dan antiulserasi berdasarkan formularium RS Bethesda periode
Agustus 2008
6. periode penelitian dimulai dari tanggal 4 Agustus s.d. 31 Agustus 2008
7. karakteristik subyek penelitian dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap
Kelas III Rumah Sakit Bethesda Periode Agustus 2008 yang menerima resep
obat golongan antasida dan antiulserasi non infeksi
8. karakteristik pasien meliputi distribusi umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, diagnosis dan penyakit
9. karakteristik peresepan obat meliputi unsur jumlah obat, jenis obat, bentuk
sediaan obat, aturan pemakaian obat (kekuatan, frekuensi pemberian, durasi
pemakaian)
22
10. evaluasi DTP dalam penelitian ini berdasarkan sumber referensi Drug
Information Handbook (Lacy, Armstrong, Goldman, dan Lance, 2006), MIMS
ed. 7 (Anonim, 2007), British National Formulary (Anonim, 2004)
11. home visit adalah pengamatan penggunaan obat dan kondisi pasien setelah
keluar dari rumah sakit tanpa melakukan intervensi, dilakukan pada pasien
yang menyetujui informed consent.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan merupakan variabel independent
yaitu masalah-masalah yang menyebabkan terjadinya ME fase administrasi dan
DTP. Selain itu, penelitian ini dilakukan dengan tim sehingga antar anggota tim
dapat terjadi bias pada saat mengambil data.
D. Subyek Penelitian
Subyek penelitian merupakan pasien rawat inap Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 yang menggunakan obat golongan antasida dan
antiulserasi. Kriteria inklusi subyek penelitian adalah pasien wanita dan pria
berumur ≥ 17 tahun, dirawat inap di bangsal kelas III RS Bethesda Periode
Agustus 2008 yang menerima obat antasida dan atau antiulserasi non infeksi.
Kriteria eksklusi subyek penelitian ini adalah pasien yang tidak bersedia
bekerjasama, pasien yang meninggal dunia selama periode Agustus 2008, pasien
yang bukan berasal dari bangsal kelas III, dan pasien yang tidak menggunakan
obat golongan antasida dan antiulserasi.
23
Berdasarkan data yang didapat di bangsal dewasa kelas III ruang B, C,
D, E, F, H, J selama periode Agustus 2008, obat golongan antasida dan atau
antiulserasi digunakan pada 36 pasien dengan pembatasan mengacu pada kriteria
inklusi dan eksklusi penelitian.
Pasien home visit adalah pasien yang rawat inap yang keluar dalam
periode Agustus 2008, yang bersedia untuk dikunjungi, dan mengisi form
pemakaian obat. Persetujuan pasien ini ditandai dengan menandatangani informed
consent.
Subyek wawancara selain pasien, juga meliputi dokter, perawat, dan
apoteker (untuk yang home visit, keluarga pasien ikut menjadi subyek
wawancara).
E. Bahan Penelitian
Bahan penelitian meliputi lembar catatan medis, lembar Daftar
Pemberian Obat (DPO). Data yang digunakan dari catatan medik ini adalah data
mengenai kondisi klinis pasien, hasil pemeriksaan laboratorium, diagnosis
keperawatan, instruksi dokter. Hasil wawancara dengan pasien, perawat, apoteker,
dan dokter, digunakan juga sebagai bahan penelitian.
F. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Bangsal dewasa kelas III, ruang B, C, D, E, F, H,
dan J Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Selain di rumah sakit, penelitian juga
dilakukan di rumah pasien yang menerima informed consent dan sebelumnya
24
sudah menerima form pemakaian obat yang seharusnya diisi setiap hari oleh
pasien atau keluarga pasien.
G. Tata Cara Pengumpulan Data
Penelitian mengenai Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication
Error dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 (Kajian Terhadap Penggunaan Obat Golongan
Antasida dan Antiulserasi) dilakukan dengan mengamati profil terapi kasus yang
menerima obat golongan antasida dan antiulserasi, kejadian ME fase administrasi
pada kasus yang menerima obat golongan antasida dan antiulserasi, kejadian DTP
pada kasus yang menerima obat golongan antasida dan antiulserasi, dan akhirnya
ditarik kesimpulan mengenai masalah utama yang menyebabkan terjadinya ME
fase administrasi dan DTP.
Pada penelitian ini, evaluasi dilakukan pada 36 kasus yang menerima
obat golongan antasida dan antiulserasi yang dirawat di bangsal dewasa kelas III
RS Bethesda Yogyakarta serta 5 kasus home visit yang menerima obat golongan
antasida dan antiulserasi.
1. Tahap orientasi
Tahap ini diawali pemaparan alur kerja penelitian kepada pihak Rumah
sakit Bethesda Yogyakarta, yang meliputi apoteker, dan dokter. Setelah itu,
dilakukan pencarian informasi mengenai penggunaan obat golongan antasida dan
antiulser di Bangsal Rawat Inap Kelas III, dan juga informasi mengenai teknik
pengambilan data yang sesuai untuk tim dengan sistem kerja di Rumah Sakit
25
Bethesda. Tahap orientasi ini dilakukan selama satu minggu. Pada tahap orientasi
juga dilakukan validasi bahasa sebanyak 2 kali, dengan subyek wawancara 10-18
orang, yang terdiri dari dokter, perawat, apoteker, dan pasien.
2. Tahap pengambilan data
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung pada
pasien dan medical record pasien tersebut. Penelitian ini merupakan proyek
payung yang terdiri dari 9 anggota yang memiliki bahasan golongan obat yang
berbeda sehingga pengambilan data dilakukan secara kolektif terhadap ke-
sembilan jenis golongan obat terlebih dahulu.
Data yang dikumpulkan meliputi identitas, lama tinggal di rumah sakit,
riwayat penyakit, riwayat keluarga, dan riwayat pengobatan; data medis berupa
diagnosis dan terapi, dan data laboratorium (Rovers, et.al., 2003, Tietze, 2004).
Kemudian dari data yang didapat ini, dispesifikkan lagi berdasarkan bahasan
golongan obat masing-masing. Penelitian mengenai obat golongan antasida dan
antiulserasi mendapatkan 36 kasus. Selain berinteraksi dengan pasien, interaksi
juga dilakukan dengan perawat, apoteker, dan dokter jika dibutuhkan untuk
mendapatkan informasi yang lebih jelas.
b. Tahap wawancara
Pada proses ini dilakukan wawancara terstruktur terhadap pasien, dokter,
perawat, dan apoteker; sedangkan pada saat home visit dilakukan wawancara
terhadap pasien, dan juga keluarga pasien tersebut. Dalam penelitian ini tidak
dilakukan intervensi atau campur tangan peneliti dalam proses terapi pasien. Data
26
hasil wawancara digunakan sebagai data penunjang untuk membantu
mendeskripsikan hasil penelitian.
3. Tahap penyelesaian data
a. Pengolahan data
Data yang diperoleh sebanyak 36 kasus, dievaluasi dengan
menggunakan referensi Drug Information Handbook (Lacy, et.al., 2006), MIMS
Petunjuk Konsultasi ed.7 (Anonim, 2007), Informatorium Obat Nasional
Indonesia (Anonim, 2000). Hasil evaluasi disajikan dalam bentuk tabel golongan
obat, data laboratorium, tanda vital, waktu penggunaan obat, dosis dan cara pakai,
serta nama obat yang diberikan kepada pasien di Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta yang menerima obat antasida dan antiulser. Data yang telah diolah ini
akan digunakan dalam menganalisis kemungkinan terjadinya Medication Errors
Fase Administrasi dan Drug Therapy Problems pada pasien pengguna obat
golongan antasida dan antiulser.
b. Evaluasi data
Evaluasi ME fase administrasi dan DTP berdasarkan sumber referensi
Drug Information Handbook (Lacy, et.al., 2006), MIMS ed. 7 (Anonim, 2007),
British National Formulary (Anonim, 2004).
H.Tata Cara Analisis Hasil
Analisis data dilakukan dengan bantuan tabel secara evaluatif:
1. kasus dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dewasa (17 tahun s.d
< 65 tahun) dan kelompok geriatri (≥ 65 tahun). Perhitungan dilakukan
27
dengan cara membagi antara jumlah pasien pada tiap kelompok umur per
jumlah pasien yang mendapatkan obat golongan antasida dan atau antiulser,
dikalikan 100%.
2. kasus dibagi berdasarkan persentase jenis obat golongan antasida dan atau
antiulser dengan cara menghitung jumlah kasus pada tiap kelompok dibagi
jumlah keseluruhan kasus di bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
Yogyakarta kemudian dikalikan 100%
3. kasus dibagi berdasarkan persentase antara kelompok jenis kelamin pria
dengan kelompok jenis kelamin wanita. Perhitungan dilakukan dengan cara
membagi antara jumlah pasien pada tiap kelompok jenis kelamin per jumlah
pasien pengguna obat golongan antasida dan atau antiulser, dikalikan 100%
4. kasus dengan pembagian persentase berdasarkan tingkat pendidikan,
dihitung dengan cara menghitung jumlah pasien pada tingkat pendidikan
dibagi dengan jumlah keseluruhan pasien yang dirawat dengan
menggunakan obat golongan antasida dan atau antiulser, dikalikan 100%
5. kasus dengan pembagian persentase berdasarkan jenis penyakit, dilakukan
dengan cara menghitung jumlah kasus tiap kelompok dibagi dengan jumlah
total kasus pengguna obat antasida dan atau antiulser, dikalikan 100%
6. kasus dengan pembagian persentase berdasarkan jumlah obat, dilakukan
dengan cara menghitung jumlah obat yang digunakan tiap pasien dibagi
dengan jumlah keseluruhan kasus yang dirawat dikalikan 100%.
7. kasus dibagi berdasarkan persentase perbedaan jenis pekerjaan, perhitungan
dengan cara membagi antara pasien pada tiap kelompok pekerjaan per
28
jumlah keseluruhan pasien yang dirawat dan menggunakan obat golongan
antasida dan atau antiulser, dikalikan 100%.
8. persentase kasus berdasarkan diagnosis. Kasus diagnosis yang sama
dikelompokkan, yang kemudian tiap kelompok dibagi dengan jumlah total
kasus, dikali 100%.
9. persentase berdasarkan aturan pakai, rute pemberian, dosis dilakukan dengan
dengan cara menghitung jumlah kasus yang ditemukan pada tiap kelompok
dibagi jumlah keseluruhan kasus di bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
Yogyakarta kemudian dikalikan 100%.
10. persentase kasus berdasarkan terjadinya ME, dihitung dengan cara ME yang
sama dikelompokkan, yang kemudian tiap kelompok dibagi dengan jumlah
total kasus, dikali 100%.
11. persentase kasus berdasarkan terjadinya DTP, dihitung dengan cara DTP
yang sama dikelompokkan, yang kemudian tiap kelompok dibagi dengan
jumlah total kasus, dikali 100%.
I. Kesulitan Penelitian
Kesulitan yang dialami selama pengambilan data, adalah sulitnya
membaca lembar catatan medik, baik yang ditulis perawat, maupun oleh dokter.
Selain itu, peneliti kesulitan ketika harus mendeskripsikan, dan juga mengolah
data yang didapat supaya dapat menganalisis data, dan menghasilkan kesimpulan
yang tepat.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian mengenai Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication
Errors fase administrasi dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 (Kajian terhadap Penggunaan Obat
Golongan Antasida dan Antiulser) dilakukan selama periode Agustus 2008
mendapatkan 36 pasien yang menggunakan obat antasida dan atau antiulser.
Hasil dan pembahasan penelitian ini akan dibagi menjadi 6 bagian.
Bagian pertama membahas profil pasien yang menggunakan obat antasida dan
atau antiulser di bangsal kelas III Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Bagian
kedua membahas profil peresepan obat antasida dan antiulser pada pasien di
bangsal kelas III Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Bagian ketiga membahas
kejadian ME fase admisnistrasi pada pasien di bangsal kelas III Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta. Bagian keempat membahas DTP di bangsal kelas III
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang menggunakan obat antasida dan
antiulser. Bagian kelima mengevaluasi masalah utama terjadinya ME fase
administrasi dan DTP pada pasien pengguna obat antasida dan antiulser di bangsal
dewasa kelas III RS Bethesda periode Agustus 2008. Bagian keenam merupakan
rangkuman dari pembahasan.
30
A. Profil Kasus yang Menerima Obat Golongan Antasida dan
Antiulserasi
Profil kasus di bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta yang
menerima obat golongan antasida dan antiulserasi periode Agustus 2008 dapat
dikelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, diagnosis
utama, dan pekerjaan.
1. Berdasarkan umur
Kasus yang menerima obat golongan antasida dan antiulserasi di bangsal
dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus 2008 dapat
dikelompokkan berdasarkan golongan umurnya, yaitu pasien berusia 17-64 tahun
dan pasien berusia ≥ 65 tahun. Berdasarkan gambar 3, terdapat 26 kasus (72%)
yang berumur 17-64 tahun, dan 10 kasus (28%) yang berumur ≥ 65 tahun.
Pengelompokkan berdasarkan golongan umur ini hanya digunakan untuk
menggambarkan profil kasus yang menerima obat golongan antasida dan
antiulserasi di bangsal kelas III RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus 2008.
Obat antiulserasi banyak digunakan oleh golongan usia produktif dibandingkan
pada penderita golongan usia lansia. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan
obat antiulserasi banyak digunakan golongan usia dewasa adalah adanya faktor
stress yang berhubungan dengan pekerjaan dan kewajiban keluarga (Hasanah,
2007).
31
Gambar 3. Persentase Kasus yang Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus 2008 berdasarkan Golongan Umur.
2. Berdasarkan jenis kelamin
Kasus yang menerima obat golongan antasida dan antiulserasi di bangsal
dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus 2008 dapat
dikelompokkan berdasarkan jenis kelaminnya, yaitu pasien laki-laki dan pasien
perempuan. Seperti yang terlihat pada gambar 4, terdapat 18 kasus (50%) yang
berjenis kelamin laki-laki, dan 18 kasus (50%) yang berjenis kelamin perempuan.
Berdasarkan pustaka, pengguna antipeptik ulser lebih banyak laki-laki
dibandingkan perempuan (Hasanah, 2007).
Pengelompokkan berdasarkan jenis kelamin ini hanya digunakan untuk
menggambarkan profil kasus yang menerima obat golongan antasida dan
antiulserasi di bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus
2008.
72%
28%
PERSENTASE KASUS YANG MENERIMA OBAT GOLONGAN
ANTASIDA DAN ANTIULSER BERDASARKAN GOLONGAN UMUR
17‐64 TAHUN ≥ 65 TAHUN
GambarAntiulse
3. Berda
K
dewasa k
dikelompo
SLTP, SL
terdapat 7
7 kasus (2
yang mer
(19%) ya
pendidikan
menerima
Bethesda Y
r 4. Persenterasi di Ba
Ag
asarkan pen
Kasus yang
kelas III R
okkan berda
LTA, dan a
kasus (20%
20%) yang
rupakan ma
ang tidak t
n terakhir in
a obat golo
Yogyakarta
tase Kasus angsal dewagustus 2008
ndidikan te
menerima
RS Bethes
asarkan pen
akademi/un
%) yang bel
lulus SLTP
ahasiswa su
terdapat ke
ni hanya di
ongan anta
a periode Ag
PERSMENER
ANTABERDAS
yang Meneasa kelas II8 berdasark
erakhir
obat golong
sda Yogya
ndidikan tera
niversitas. S
um/tidak ta
P, 8 kasus (
uatu akadem
eterangan. P
gunakan un
asida dan a
gustus 2008
50%
SENTASE RIMA OBA
ASIDA DANSARKAN J
Laki‐laki
erima ObatII RS Bethekan Jenis K
gan antasida
akarta perio
akhir, yaitu
Seperti yan
amat SD, 4 k
(22%) yang
mi/universit
Pengelompo
ntuk mengg
antiulserasi
8.
50%
KASUS YAAT GOLONN ANTIULJENIS KEL
Perempuan
t Golonganesda YogyaKelamin.
a dan antiul
ode Agust
u belum/tida
ng terlihat p
kasus (11%
g lulus SLTA
tas, serta t
okkan berd
ambarkan p
di bangsa
ANG NGAN
LSER LAMIN
n Antasida akarta Peri
lserasi di ba
tus 2008
ak tamat SD
pada gamb
%) yang lulu
A, 3 kasus
erdapat 7 k
dasarkan tin
profil kasus
al kelas II
32
dan iode
angsal
dapat
D, SD,
bar 5,
us SD,
(8%)
kasus
ngkat
yang
I RS
GambarAntiulse
4. Berda
K
dewasa k
dikelompo
dengan m
pengelomp
berdasarka
satu diagn
Seperti ya
terjadi ada
r 5. Persenterasi di Ban
Agust
asarkan dia
Kasus yang
kelas III R
okkan berd
elihat diagn
pokkan be
an diagnosi
nosis, kasu
ang terlihat
alah kasus d
22
8%
PERO
ANTI
tase Kasusngsal dewatus 2008 be
agnosis utam
menerima
RS Bethes
asarkan jen
nosis yang d
erdasarkan
s ini dapat d
s dengan d
dalam tabe
dengan satu
2%
19%
RSENTASEOBAT GOLIULSER B
yang Meneasa kelas IIerdasarkan
ma
obat golong
sda Yogya
nis penyaki
ditentukan
diagnosis
dibagi menj
dua diagnos
l IV, ditem
diagnosis, y
20%
11%
20%
E KASUS YLONGAN A
BERDASARTERAKH
erima ObatI RS Bethe
n Pendidika
gan antasida
akarta perio
itnya. Jenis
oleh dokter
terlebih
jadi tiga kel
sis, dan ka
ukan bahwa
yaitu seban
%
YANG MEANTASIDARKAN PENHIR
B
S
S
S
A
T
t Golonganesda Yogyaan Terakhi
a dan antiul
ode Agust
penyakit d
r. Oleh seba
dahulu. P
lompok, ya
asus dengan
a kasus yan
nyak 29 kasu
ENERIMA A DAN NDIDIKAN
Belum/tidak ta
SD
SLTP
SLTA
Akademi/Univ
Tanpa Keteran
n Antasida akarta Periir
lserasi di ba
tus 2008
dapat ditent
ab itu diper
Pengelompo
itu kasus de
n tiga diagn
ng paling ba
us (81%).
N
amat SD
versitas
ngan
33
dan ode
angsal
dapat
tukan
lukan
okkan
engan
nosis.
anyak
34
Tabel IV. Pengelompokkan Kasus yang Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal Dewasa Kelas III RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus 2008 berdasarkan Diagnosis No. Diagnosis Jumlah kasus
n = 36 Dengan 1 diagnosis 1. Abdominal pain 12. Adeno Ca Colon 13. Aritmia konals-fibrilasi 14. Asma 15. Cedera kepala 16. Centusio cerebri 17. Cervical mass 18. Cholesystitis 19. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) 210. Cirrosis Hepatica (CH) Decompensata 111. Cord Pulmonar Cronic (CPC) Decompensata 112. Diabetes Melitus 213 Dispepsia 114. Epidural hemiperfusi 115. Gastroentritis Akut 216. Hepatitis B 117. Hipertensi 118. Neuropati Diabetes Melitus 119. Obstruksi Cephalgia ditandai dengan psikosomatis 120. Oedem cerebri 121. Pneumonia 122. Pyleum S 123. Sirosis hati 124. Syok kardiogenik 125. Trauma capitis 126. Uretrolithiasis Dekstra 1Dengan 2 diagnosis 27. Chronic Obstructive Pulmonary Disease, broncopneumonia 128. Fraktur cruris, fraktur costae 129. Obs. Febris, dyspnea 130. Peritonitis umum, appendititis akut perforate 131. Vomitas, ganggren diabetic 1Dengan 3 diagnosis 32. Abd.pain, Apendititis akut, Infeksi Saluran Kemih (ISK) 133. Suspect hepatitis, melena, anemia 1
GambarAntiulse
P
utama. Jik
dilakukan
obat golo
penyakit
pernafasan
pada gamb
untuk kasu
kasus (41
untuk men
antiulseras
Agustus 2
r 6. Persenterasi di Ban
Agus
Pengelompo
ka tidak di
dengan m
ongan antas
kardiovask
n,endokrin,
bar 7, obat
us dengan j
,7%). Peng
nggambarka
si di bangs
2008.
PK
tase Kasus ngsal dewastus 2008 b
okan jenis
itemukan d
melihat diag
sida dan an
kuler, gang
neurologi,
golongan a
jenis penyak
gelompokan
an profil ka
sal dewasa
14
PengelompokKelas III RS
Agustus 21 diagnos
yang Meneasa kelas IIberdasarka
penyakit
diagnosis ut
gnosis sekun
ntiulserasi d
gguan siste
dan sistem
antasida dan
kit ganggua
berdasarka
asus yang m
kelas III R
4% 5%
kkan Kasus Bethesda Y008 berdasasis 2 diagn
erima ObatI RS Bethe
an Diagnosi
dilakukan
tama, maka
nder. Berda
diresepkan
em saluran
m saluran ur
n antiulseras
an sistem p
an jenis pen
menerima o
RS Bethesda
81%
di Bangsal Yogyakarta parkan Diagnnosis 3 dia
t Golonganesda Yogyais Penyakit
dengan m
a penentuan
asarkan dat
untuk kasu
n cerna, g
rinari. Sepe
si paling ba
encernaan,
nyakit ini h
obat golong
a Yogyakar
Dewasa periode nosis agnosis
n Antasida akarta Perit
melihat diag
n jenis pen
ta yang did
us dengan
angguan s
erti yang te
anyak direse
yaitu sebes
hanya digun
gan antasid
rta pada pe
35
dan ode
gnosis
nyakit
dapat,
jenis
sistem
erlihat
epkan
sar 15
nakan
a dan
eriode
Tabel V.dan Anti
Je
penyakardioganggsaluraganggpernaf
endok
neurol
sistem
Gambar 7dan A
5. Berda
K
dewasa k
dikelompo
petani, sw
. Pengelomiulser di Ba
Agnis Penyaki
akit ovaskuler guan sistem an cerna guan sistem fasan
krin
logi
m saluran urin
7. PengelomAntiulserasi
Period
asarkan pek
Kasus yang
kelas III R
okkan berd
wasta, buru
8,3%
25%
PenBerda
mpokkan Kaangsal dewgustus 2008it Juml
n =
nari
mpokkan Ki di Bangsade Agustus
kerjaan
menerima
RS Bethes
asarkan jen
uh. Seperti
5,6
13,9%
%
5,6%
gelompasarkan
asus yang Mwasa kelas I
8 Berdasarlah(x)= 36
PersX
2
15
5
3
9
2
Kasus yangal dewasa k
2008 Berd
obat golong
sda Yogya
nis pekerjaa
i yang terl
6%
41,7%
pokkan KJenis Pe
Menerima II RS Beth
rkan jenis Psentase (x/n)X (100%)
5,6
41,7
13,9
8,3
25,0
5,6
Menerimakelas III RSdasarkan je
gan antasida
akarta perio
annya, yaitu
lihat pada
%
Kasus enyakit
peny
gangcerngangpernendo
neu
siste
Obat Golohesda YogyaPenyakit ) Tujuan P
AntaAnti
6 Efek pengguna
7 Hiperasidpenyemb
9 Efek penggunakortikost
3 Efek pengguna
0 Efek pengguna
6 Hiperasid
a Obat GolS Bethesda enis Penyak
a dan antiul
ode Agust
u PNS, ibu
gambar 8
yakit kardiova
gguan sistem nagguan sistem nafasanokrin
rologi
em saluran ur
ngan Antaakarta Per
Penggunaanasida dan iulserasi
sampingaan NSAID ditas, buhan ulkus
sampingaan eroid
sampingaan NSAID
sampingaan NSAID ditas
ongan AntYogyakart
kit
lserasi di ba
tus 2008
u RT, peda
, kasus de
askuler
saluran
inari
36
sida riode
n
g
g
g
g
asida ta
angsal
dapat
agang,
engan
pekerjaan
(44%), dii
berdasarka
kasus yan
kelas III R
GambarAntiulse
B. P
P
bangsal de
digambark
dan secara
antiulseras
total unit
sebagai ib
ikuti pekerja
an jenis pe
ng menerima
RS Bethesda
8. Persenterasi di Ban
Ag
Profil Terap
Profil kasus
ewasa kela
kan secara u
a khusus de
si. Secara u
obat yang
17%
14
PERSO
AN
bu RT berj
aan sebagai
ekerjaan ini
a obat golo
a Yogyakart
tase Kasusngsal dewa
gustus 2008
pi Kasus yan
s yang men
s III RS Be
umum, yaitu
engan hanya
umum profil
diberikan
3%3%
%
4%8%
3%
SENTASE OBAT GOLNTIULSER
P
umlah pali
i buruh seju
i hanya dig
ongan antas
ta pada peri
yang Menasa kelas II8 berdasark
ng Menerim
Antiulse
nerima obat
ethesda Yo
u dengan m
a melihat pe
l terapi dapa
dan kelas t
8%
%
KASUS YALONGAN AR BERDASPEKERJA
ing banyak
umlah 6 kas
gunakan un
ida dan ant
iode Agustu
erima ObaI RS Bethe
kan Jenis P
ma Obat Go
erasi
t golongan
gyakarta pe
meninjau ter
enggunaan
at digambar
terapi obat
44%
ANG MENANTASIDA
SARKAN JAAN
, yaitu seb
us (17%). P
ntuk mengg
tiulserasi di
us 2008.
at Golonganesda YogyaPekerjaan
olongan An
antasida da
eriode Agu
rapi obat sec
obat golong
rkan dengan
yang diter
NERIMA A &
JENIS
PNS
Ibu RT
Pedagang
Petani
Swasta
Buruh
Mahasiswa
Tanpa Ketera
banyak 16 k
Pengelompo
gambarkan p
bangsal de
n Antasida akarta Peri
tasida dan
an antiulser
stus 2008,
cara keselur
gan antasid
n melihat ju
rima oleh k
angan
37
kasus
okkan
profil
ewasa
dan ode
rasi di
dapat
ruhan
da dan
umlah
kasus.
38
Secara khusus dapat dikelompokkan berdasarkan jenis obat, rute pemberian, serta
aturan pakai. Aturan pakai yang dimaksud meliputi dosis/kekuatan obat dan
frekuensi penggunaan obat.
1. Profil terapi secara umum
Profil terapi dapat digambarkan melalui jumlah total unit obat yang
diterima pasien, dan juga penggolongan kelas terapi obat yang diterima pasien
pengguna obat golongan antasida dan antiulserasi.
Tabel VI. Pengelompokan Kasus yang Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta
Periode Agustus 2008 Berdasarkan Jumlah Total Unit Obat yang Diterima Jumlah Unit Obat Jumlah Kasus
(n=36) Persentase (%)
4 2 5,6 5 1 2,8 6 2 5,6 7 3 8,3 8 4 11,1 9 2 5,6 10 4 11,1 11 5 13,9 12 4 11,1 13 3 8,3 14 4 11,1 15 0 0 16 1 2,8 17 0 0 18 1 2,8
Penggolongan kelas terapi obat yang diterima kasus dilakukan dengan
menggunakan MIMS Petunjuk Konsultasi edisi 7 2007/2008 sebagai referensi.
39
a. Sistem Gastrointestinal & hepatobilier
Tabel VII. Golongan dan Jenis Obat Sistem Gastrointestinal & hepatobilier yang Diterima Pasien Pengguna Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi Berdasarkan
Nama Generik di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Periode Agustus 2008 No. Golongan obat Jenis obat Jumlah
n = 36 Persentase
(x/36) x 100%
1. Antasida,antiulserasiasi
Al(OH)3, Mg trisilacate 1 2,8 esomeprazol 1 2,8 lansoprazol 1 2,8 omeprazol 8 22,2 pantoprazol 2 5,6 Al (OH)3, Mg-karbonat 4 11,1 ranitidin 33 91,7 rebamipide 2 5,6 sukralfat 1 2,8
2. Regulator GIT, antiflatulen & antiinflamasi
domperidone 14 38,9 metoclopramide HCl 14 38,9
3. Antidiare
attapulgite, pectin 3 8,3 phenyl-propyl-ethylamine, chlordiazepoxide
2 5,6
loperamid hidroklorid 1 2,8
4. Digestan Pankreatin, Vit B komplek
2 5,6
pankreatin 1 2,8
5. Kolagogum,kolelitolitik & hepatic protektor
curliv plus 1 2,8 lecithin, Vit B komplek 1 2,8
b. Sistem kardiovaskular dan hematopoietik
Tabel VIII. Golongan dan Jenis Obat Sistem Kardiovaskular dan Hematopoietik yang Diterima oleh Pasien Pengguna Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi Berdasarkan Nama Generik di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Periode
Agustus 2008 No. Golongan obat Jenis obat Jumlah
n = 36 Persentase
(x/36) x 100%
1 Obat jantung digoxin 2 5,6 Fluocortolone, cinchocaine
1 2,8
2 Obat antiangina Isosorbid dinitrat 4 11,1
3 ACE inhibitor kaptopril 1 2,8 lisinopril 2 5,6
4 Penyekat beta propranolol 1 2,8
5 Antagonis angiotensin II
amlodipine besylate 4 11,1 losartan K 1 2,8
6 Diuretikum furosemid 12 33,3 manitol 1 2,8 spironolakton 2 5,6
40
Lanjutan Tabel VIII No. Golongan obat Jenis obat Jumlah
n = 36Persentase
(x/36) x 100%
7 Vasodilator perifer &
activator serebral
citicoline 5 13,9flunarizine 1 2,8gingkan 1 2,8nicergoline 1 2,8
8 Preparat antimigren
belladona 1 2,8
9 Hemostatik carbazochrome Na-sulfonate
1 2,8
ethamsilat 1 2,8tranexamic acid 7 19,4
10 asam asetilsalisilat 4 11,1
cilostazol 1 2,8enoxaparin Na 1 2,8vit K 3 8,3
11 Obat hematopoietic
pentoxifylline 1 2,8
c. Sistem pernapasan
Tabel IX. Golongan dan Jenis Obat Sistem Pernapasan yang Diterima oleh Pasien Pengguna Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi Berdasarkan Nama Generik di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Periode Agustus
2008 No. Golongan obat Jenis obat Jumlah
n = 36Persentase
(x/36) x 100%
1. Preparat antiasma & PPOK
anthydrous theophylline
1 2,8
fluticasone propionate
5 13,9
ipratropium Br, salbutamol sulphate
5 13,9
orciprenaline sulfate 1 2,8procaterol HCl hemihydrate
2 5,6
zafirlukast 1 2,8
2. Obat batuk & pilek
ambroxol HCl 4 11,1bromhexine HCl 2 5,6dextromethorphan 1 2,8pseudoephedrine HCl 1 2,8pseudoephedrine, terfenadrine
2 5,6
41
d. Sistem neuromuscular
Tabel X. Golongan dan Jenis Obat Sistem Neuromuskular Diterima oleh Pasien Pengguna Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi Berdasarkan Nama Generik di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Periode Agustus
2008 No. Golongan obat Jenis obat Jumlah
n = 36 Persentase
(x/36) x 100% 1. Enzim
antiinflamasi serratiopeptidase, pancreatin, lecithin
1 2,8
2. Analgesik & antipiretik
asam mefenamat 3 8,3 ketorolac tromethamine 2 5,6 methampyrone, diazepam 1 2,8 methampyrone, vit B komplek
1 2,8
paracetamol 15 41,7 paracetamol, n-asetilsistein 2 5,6 tramadol, paracetamol 2 5,6
3.
Antireumatik, 41nalgesic, & antiinflamasi
celecoxib 1 2,8 diclofenak K 1 2,8 dexketoprofen trometamol 2 5,6 glucosamine HCl 1 2,8 ketoprofen 6 16,7 ketorolac 17 47,2 metampiron, diazepam 4 11,1 tinoridine HCl 1 2,8 tramadol HCl, acetaminophen
1 2,8
4. Nootropik & neorutonik
mecobolamin 4 11,1 nimodipine 1 2,8 piracetam 8 22,2 sulbutiamine 1 2,8
5. Antiemetik & antivertigo
betahistine diHCl 1 2,8 ondansetron 4 11,1
6. Antikonvulsan fenitoin Na 6 16,7 7. Antidepresan fluoxetine HCl 1 2,8
8. Ansiolitik alprazolam 2 5,6 diazepam 1 2,8
e. Sistem hormon
Tabel XI. Golongan dan Jenis Obat Sistem Hormon yang Diterima oleh Pasien Pengguna Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi Berdasarkan Nama Generik di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Periode Agustus
2008 No. Golongan obat Jenis obat Jumlah
n = 36 Persentase
(x/36) x 100%
1. Kortikosteroid 6α-metilprednisolon 11 30,6 dexamethason 3 8,3
42
f. Antibiotika
Tabel XII. Golongan dan Jenis Obat Antibiotika yang Diterima oleh Pasien Pengguna Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi Berdasarkan Nama Generik di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Periode Agustus 2008
No. Golongan obat Jenis obat Jumlahn = 36
Persentase (x/36) x 100%
1. Aminoglikosida amikacin sulfate 1 2,8 gentamycin 1 2,8
2. Sefalosporin
ceftazidime 6 16,7 cefixime 2 5,6 ceftriaxone 9 25,0 cefaclor 1 2,8 cefadroxil 3 8,3 cefditoren pivoxit 2 5,6 natrium seftriakson 2 5,6 sefiksim 1 2,8 sulbactam Na, cefoperazon Na
2 5,6
3. Kloramfenikol kloramfenikol 4 11,1 tiamfenikol 1 2,8
4. Makrolid azithromycin dihydrate
1 2,8
5. Penisilin asam clavulanik 1 2,8 amoxicillin 1 2,8
6. Kuinolon
ciprofloxacin 2 5,6 levofloxacin 1 2,8 moxifloxacin HCl 2 5,6 ofloxacin 3 8,3
7. Antifungal itraconazol 1 2,8
8. Antibiotika golongan lain
fosfomisin Na 1 2,8 metronidazol 4 11,1
g. Kemoterapeutik lain
Tabel XIII. Golongan dan Jenis Obat Kemoterapeutik lain yang Diterima oleh Pasien Pengguna Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi
Berdasarkan Nama Generik di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Periode Agustus 2008
No. Golongan obat Jenis obat Jumlah n = 36
Persentase (x/36) x 100%
1. Obat antituberkulosa
ethambutol 1 2,8 isoniazid 1 2,8 rifampisin 1 2,8 pyrazinamid 1 2,8
1. Antiamuba metronidazol 1 2,8
43
h. Sistem endokrin & metabolik
Tabel XIV. Golongan, Jenis Obat Sistem Endokrin dan Metabolik yang Diterima oleh Pasien Pengguna Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi
Berdasarkan Nama Generik di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Periode Agustus 2008
No. Golongan obat Jenis obat Jumlahn = 36
Persentase (x/36) x 100%
1.
Obat antidiabetik oral
acarbose 3 8,3 glibenklamid 1 2,8 glimepiride 2 5,6 gliquidone 1 2,8 isophene Hm insulin
1 2,8
metformin HCl 4 11,1 susp netral isophane
1 2,8
2. Obat antihiperlipidemik
gliclazid 1 2,8 simvastatin 1 2,8
3. Insulin insulin manusia 3 8,3 α-ketophenylalanine
1 2,8
i. Vitamin & mineral
Tabel XV. Golongan, Jenis Obat Vitamin dan Mineral yang Diterima oleh Pasien Pengguna Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi Berdasarkan Nama Generik di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Periode Agustus
2008 No. Golongan obat Jenis obat Jumlah
n = 36Persentase
(x/36) x 100%
1. Vitamin B/dengan vitamin C
vit B kompleks 2 5,6 vitamin B1 1 2,8
2. Vitamin C vitamin C 1 2,8
3. Multivitamin/dengan mineral
ekstra grapeseed, multivitamin
2 5,6
4. Elektrolit & mineral
aspartat-K1 3 8,3 KCl 1 2,8 leucoselect phytosome, lycopene
1 2,8
5. Antianemia/vitamin masa hamil & nifas
Fe fumarate, asam folik, vit B12, vit C
1 2,8
Fe(OH)3 sucrose kompleks
1 2,8
44
j. Nutrisi
Tabel XVI. Golongan dan Jenis Obat Nutrisi yang Diterima oleh Pasien Pengguna Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi Berdasarkan Nama Generik di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Periode Agustus 2008
No. Golongan obat Jenis obat Jumlahn = 36
Persentase (x/36) x 100%
1. Suplemen & terapi penunjang
curcuma 2 5,6 coenzyme Q10 1 2,8 α-keto isoleusin, α-keto leusin, fenilalanin
2 5,6
k. Mata
Tabel XVII. Golongan dan Jenis Obat Mata yang Diterima oleh Pasien Pengguna Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi Berdasarkan Nama Generik di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Periode Agustus 2008
No. Golongan obat Jenis obat Jumlahn = 36
Persentase (x/36) x 100%
1. Antiinfeksi & antiseptik mata
Levofloxacin 2 5,6
2. Obat midriatikum atropine 1 2,8
l. Dermatologi
Tabel XVIII. Golongan dan Jenis Obat Dermatologi yang Diterima oleh Pasien Pengguna Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi Berdasarkan Nama Generik di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Periode Agustus
2008 No. Golongan obat Jenis obat Jumlah
n = 36Persentase
(x/36) x 100% 1. Fungisida &
antiparasit topikalbutokonazol nitrat
1 2,8
m. Alergi & sistem imunitas
Tabel XIX. Golongan, Jenis Obat Alergi dan sistem imunitas yang Diterima oleh Pasien Pengguna Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi
Berdasarkan Nama Generik di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Periode Agustus 2008
No. Golongan obat Jenis obat Jumlahn = 36
Persentase (x/36) x 100%
1. Anti & antialergi cetirizine 3 8,3 difenhidramin HCl 2 5,6
45
n. Obat golongan lain
Tabel XX. Golongan dan Jenis Obat Golongan lain yang Diterima oleh Pasien Pengguna Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal
dewasa kelas III RS Bethesda Periode Agustus 2008 No. Jenis obat Jumlah
n = 36 Persentase
(x/36) x 100% 1. gliserol 1 2,8 2. HP Pro 1 2,8 3. metromycin 1 2,8 4. sapiron 1 2,8 5. xyladellaa 1 2,8
2. Profil terapi secara khusus
Pengelompokan secara khusus dapat dibagi berdasarkan jenis obat, rute
pemberian, serta aturan pakai. Aturan pakai yang dimaksud meliputi
dosis/kekuatan obat dan frekuensi penggunaan obat.
jenis obat pada kasus yang menerima obat golongan antasida dan
antiulserasi dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kasus yang menerima satu
jenis obat, dua jenis obat, dan tiga jenis obat golongan antasida dan antiulserasi.
Pengelompokan berdasarkan jenis obat ini didasarkan pada nama generik obat.
Berdasarkan rute pemberian obat pada kasus yang menerima obat
golongan antasida dan antiulserasi dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu secara
non-parenteral dan secara parenteral.
Tabel XXI. Profil Terapi Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi yang Diterima oleh Pasien di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Periode
Agustus 2008 Kasus Jenis Obat (rute
pemberian) Dosis obat Aturan
Pakai Jumlah Persentase
(X/43)x100%) Menerima satu obat 1, 3, 7, 8, 10, 12, 14, 17, 20, 21, 29, 34
ranitidine (iv) 50mg/2ml 2x1 12 27,9
22, 27, 36 ranitidine (iv) 1 ampul 3 6,9 2, ranitidine (oral) 150 mg 2x1 1 2,3
46
Lanjutan Tabel XXI
28 ranitidine (oral) 150 mg 3x1 1 2,3 5, 18, 35 omeprazol (iv) 40 mg 1x1 3 6,9 23 omeprazol (oral) 20 mg 1x1 1 2,3 4 Lansoprazol (oral) 15 mg 1x1 1 2,3 Menerima dua obat 26 omeprazol (oral),
ranitidine (iv) 20 mg, 50 mg/2ml
1x1, 2x1
1 2,3
11, 15, 19, 24,
ranitidin (oral), ranitidin (iv)
150 mg, 50 mg/2 ml
2x1, 2x1
4 9,3
30 ranitidin (iv), pantoprazol (iv)
50 mg/2ml, 40 mg
2x1, 1x1
1 2,3
33 pantoprazol (iv), esomeprazol (iv)
40 mg, 40 mg
1x1, 2x1
1 2,3
31 ranitidine (iv), polycrol® (oral)
50mg/2ml, 400mg
2x1, 3x1
1 2,3
6 polycrol® (oral), ranitidine (iv)
400mg, 50mg/2ml
3x2 c, 2x1
1 2,3
9 polycrol® (oral), omeprazol (iv)
400 mg, 40 mg
2x2 c, 1x1
1 2,3
13, 32 rebamipide (oral), ranitidine (iv)
100 mg, 50 mg/2ml
3x1, 2x1
2 4,6
Menerima tiga jenis obat 16 omeprazol (oral),
ranitidine (iv), sukralfat(oral)
20 mg, 50 mg/2ml, 500mg/2ml
1x1, 2x1, 2sdt 4x1
1 2,3
25 polycrol® (oral), ranitidine (iv), omeprazol (oral)
400mg, 50mg/2ml, 20 mg
3x2 c, 2x1, 1x1
1 2,3
C. Evaluasi Medication Error Fase Administration
Evaluasi ME fase administrasi ini dilakukan pada pasien bangsal dewasa
kelas III RS Bethesda Yogyakarta bulan Agustus 2008 yang menggunakan obat
golongan antasida dan antiulserasi. Evaluasi ini dilakukan secara prospektif
dengan mengamati penggunaan obat pada pasien selama rawat inap dan setelah
pulang bagi pasien yang menerima informed consent. Berdasarkan hasil evaluasi
didapatkan 6 kasus (16,7%) yang tidak mengalami ME, dan 30 kasus (83,3%)
yang mengalami ME.
GambGolongan
P
yang meng
pemberian
keliru, da
Berdasark
ME yang b
Tabel XXyang Men
Salah menuPemberianDosis kelirAdministra
bar 9. Persen Antasida
Perincian M
galami ME
n obat dilu
an 17 kas
kan sifat ME
bersifat aktu
XII. Pengenerima Oba
kelas III R
Jenis ME ulis instruks
n obat diluarru ation error
entase Kejadan Antiul
Yogyaka
ME yang terj
salah menu
ar instruksi
sus (47,2%
E, terdapat 1
ual.
lompokkanat GolongaRS Bethesd
si r instruksi
16,7%
PersMe
adian ME plserasi di B
arta Period
jadi pada 30
ulis instruks
i, 21 kasus
%) yang m
18 kasus ME
n Kejadianan Antasidada Yogyaka
Ju
83,3%
entase edicatio
pada KasusBangsal dew
e Agustus 2
0 kasus, yai
si, 1 kasus (
s (58,3%) y
mengalami M
E yang bers
n ME Fase Aa dan Antiuarta Period
mlah Kasu
Kejadiaon Error
terj
tida
s yang Menwasa kelas I2008
itu terdapat
(2,8%) yang
yang meng
ME admin
sifat potensi
Administraulserasi di Bde Agustus
us P11
2117
n
adi ME
ak terjadi ME
nerima ObaIII RS Beth
t 1 kasus (2
g mengalam
alami ME
nistration e
ial, dan 22 k
asi pada KaBangsal de2008
Persentase
47
at hesda
,8% )
mi ME
dosis
error.
kasus
asus ewasa
(%) 2,82,8
58,347,2
48
1. Medication errors salah menulis instruksi
Kasus ME salah menulis instruksi terjadi sebanyak 2,8%, yaitu pada
kasus nomor 35. Pada kasus nomor 35 terjadi kesalahan peresepan obat
omeprazol, pada catatan instruksi dokter tertulis omeprazol sediaan 1 g, yang
seharusnya adalah sediaan 40 mg. Medication errors salah menulis instruksi ini
dapat mengakibatkan kesalahan pada jumlah, dosis obat yang seharusnya
diberikan pada pasien. Kesalahan ini dapat berakibat pasien menerima dosis
berlebih. Akibat dari kesalahan menulis instruksi ini dapat berpengaruh negatif
pada pasien. Oleh karena itu dibutuhkan komunikasi yang baik antara petugas
kesehatan baik perawat maupun apoteker dengan dokter sehingga kesalahan
dalam penulisan instruksi ini dapat segera diketahui dan dievaluasi.
Tabel XXIII. Kelompok Kasus ME Salah Menulis Instruksi pada Pasien yang Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008
Kasus Keterangan Kategori ME
Sifat ME
35 Kesalahan pada penulisan resep oleh dokter yang menuliskan injeksi omeprazol 1x1 g padahal harusnya sediaan dosis injeksi 40 mg
A potensial
2. Medication errors pemberian obat diluar instruksi
Medication error pemberian obat diluar instruksi terjadi pada kasus
nomor 27 yaitu sebesar 2,8% dari kasus yang ada.
Tabel XXIV. Kelompok Kasus ME Pemberian Obat Diluar Instruksi pada Pasien yang Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal
dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 Kasus Keterangan Kategori
ME Sifat ME
27 Pemberian obat ranitidin tanpa rekomendasi dokter karena tidak tercatat baik dalam lembar keperawatan maupun pada lembar instruksi dokter
C aktual
49
Pada kasus ini, ranitidin diberikan tanpa instruksi oleh dokter baik secara
tertulis maupun verbal. Kejadian ini dapat berakibat pada kondisi kesehatan kasus,
karena pemberian obat ini tanpa sepengetahuan, dan mungkin juga tidak
dianjurkan oleh dokter.
Pemberian obat tanpa instruksi dokter merupakan pelanggaran, karena
dalam hal pengobatan bagi pasien rawat inap hanya dokter yang berhak
meresepkan obat pada pasien. Kategori ME yang terjadi adalah C karena obat
sudah diterima pasien dan obat sudah terlanjur diminum/digunakan. Sifat ME dari
kasus ini adalah aktual, karena sudah benar-benar terjadi.
3. Medication errors dosis keliru
Kasus ME dosis keliru terjadi pada 21 kasus (58,3%) dari total kasus
yang ada. Sifat ME pada kasus ini adalah aktual karena kasus sudah tentu terjadi.
Kekeliruan terhadap jumlah dosis yang diterima oleh pasien dapat menyebabkan
tidak optimalnya pengobatan, dan dapat menyebabkan waktu penyembuhan kasus
semakin lama. Pada kasus kelebihan dosis, pasien dapat mengalami overdosis
dimana kasus bukannya sembuh, tapi dapat memperparah kondisi pasien.
Tabel XXV. Kelompok kasus ME Dosis Keliru pada Pasien yang Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas III RS
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008
Kasus Keterangan Kategori ME
Sifat ME
1, 3, 6, 8, 10, 11, 17, 19, 20, 21, 22, 26, 27, 30, 31, 32, 34, 36
Pemberian dosis Rantin® (ranitidin) (inj) kurang tepat. Dosis ranitidin (inj) seharusnya setiap 6-8 jam (3x/hari) untuk dosis 50mg/2ml, namun pasien hanya mendapatkan 2x untuk sediaan yang sama.
C aktual
50
Lanjutan Tabel XXV
4. Medication errors administration error
Kejadian ME administration error pada bangsal kelas III RS Bethesda
periode Agustus terjadi sebanyak 17 kasus (47,2%) dengan kategori A. Kasus
ME yang terjadi adalah tidak adanya keterangan yang jelas pada daftar pemberian
obat, dan lembar obat yang diterima mengenai obat golongan antasida dan
antiulserasi yang digunakan oleh kasus. Akibat dari keterangan yang tidak jelas
ini, maka terdapat dua persepsi, yaitu keterangan pada lembar obat yang diberikan
yang benar atau keterangan yang ada pada lembar DPO yang benar. Keterangan
yang tidak jelas mengenai obat yang bersangkutan apakah sudah diberikan atau
belum pada lembar DPO juga menjadi permasalahan karena hal ini dapat
merugikan pasien jika ternyata obat tidak diberikan. Hal yang merugikan juga
dapat terjadi jika ternyata pasien sudah mendapatkan obat tetapi tidak tercatat di
DPO, sehingga bisa saja nantinya pasien mendapatkan obat tersebut lagi jika tidak
terdapat komunikasi antara petugas kesehatan yang dalam hal ini perawat
terutama pada saat pergantian jam kerja. Tidak adanya keterangan mengenai
jumlah obat awal pada lembar DPO juga menjadikan evaluasi penggunaan obat
sulit dilakukan.
23 OMZ® (omeprazol) (inj) digunakan selama 4 minggu untuk penderita gastroentritis, karena jika diberhentikan seketika, maka resiko kekambuhannya tinggi; pada pasien obat digunakan hanya 1 hari
C aktual
28 Pemberian ranitidin (oral) kurang tepat. Dosis ranitidin (oral) seharusnya 2x/hari, namun pasien mendapatkan 3x/hari untuk dosis yang sama. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu : dosis terlalu tinggi
D aktual
51
Tabel XXVI. Kelompok Kasus ME Administration Error pada Pasien yang Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas III
RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 Kasus Keterangan Kategori
ME Sifat ME
3 Terjadi kesalahan administrasi pada daftar obat yang diterima, pemberian ranitidin tidak dicentang, tetapi di Daftar Pemberian Obat (DPO) dicatat
A potensial
5 pada lembar catatan medik, tertulis omeprazol digunakan selama 1 hari tanggal 4 Agustus 2008 selama 1 hari padahal di asuhan instruksi dokter dan juga catatan keperawatan tidak dicantumkan adanya permintaan/instruksi verbal dari dokter untuk memberikan omeprazol, selain itu di DPO juga tidak tercatat
A potensial
8 ranitidin habis tanggal 13 Agustus 2008, dan baru ditambahkan pada tanggal 14 Agustus 2008 pukul 14.00 WIB; sedangkan pada DPO tercatat pasien menerima ranitidin pukul 12.00 WIB
A potensial
9 Penggunaan omeprazol merupakan DRP penggunaan obat tanpa indikasi jika dilihat dari lembar catatan medik bagian lembar obat yang diterima; tetapi jika dilihat dari lembar DPO, omeprazol disarankan untuk mencegah efek samping dari remopain.
A potensial
11 Pada lembar obat yang diterima pasien hanya mendapatkan ranitidin (inj); tetapi pada lembar DPO, ranitidin (inj) diganti dengan ranitidin bentuk sediaan oral.
A potensial
13 Pada lembar catatan pemberian obat tercatat ranitidin digunakan dari tanggal 4-6 Agustus 2008,tapi pada lembar DPO, ranitidin digunakan dari tanggal 4-10 Agustus 2008
A potensial
14 Pada lembar obat yang diberi, tidak tercatat ranitidin; tetapi pada lembar DPO ranitidin diberikan
A potensial
15 Pada lembar daftar obat yang diterima, pasien menggunakan ranitidin® (inj) dan ranitidin® (oral); tetapi pada lembar DPO, tidak tercatat duplikasi pemberian obat ranitidin
A potensial
16 omeprazol seharusnya diberikan berdasarkan instruksi dokter; tapi pada lembar DPO, omeprazol tidak dicentang (pada resep, tidak tercatat bahwa penggunaan omeprazol jika perlu saja)
A potensial
18 Pada lembar obat yang diterima omeprazol digunakan 1x/hari, tapi pada DPO tercatat 2x/hari
A potensial
19 tanggal 23 Agustus 2008 terjadi duplikasi pemberian obat yaitu ranitidin dengan rute pemberian iv dan oral; sedangkan pada DPO pasien hanya mendapatkan ranitidin oral saja
A potensial
20 Pada daftar obat yang diterima terjadi duplikasi obat karena pada hari yang sama digunakan obat sama hanya beda rute pemberian; tapi berdasarkan DPO pasien hanya mendapatkan ranitidin (inj) saja
A potensial
52
Lanjutan Tabel XXVI
Kasus Keterangan Kategori ME
Sifat ME
24 Pada DPO tidak tercatat waktu pemberian ranitidin (inj) sehingga dapat menimbulkan kesalahan pada waktu pemberian obat selanjutnya
A potensial
25 Pada lembar obat yang diterima tidak tercatat berapa banyak obat yang diterima. Hal ini bisa mengakibatkan kerancuan dalam jumlah obat yang sudah dipakai jika dilihat perbedaan jumlah hari pemakaian obat antara lembar obat yang diterima dengan lembar DPO
A potensial
33 Pemberian esomeprazol seharusnya diberikan tanggal 1 Agustus berdasarkan instruksi dokter, tapi pada lembar DPO pasien baru menerima obat pada tanggal 4 Agustus
A potensial
34 Pada lembar DPO tidak dicentang, juga tidak tercatat jumlah ranitidin sehingga dapat beresiko menimbulkan kesalahan
A potensial
36 Instruksi dokter untuk menggunakan ranitidin diberikan pada tanggal 11 Agustus, tapi pasien telah mendapatkan obat tersebut dari tanggal 10 Agustus
C
aktual
D. Evaluasi Drug Therapy Problem (DTP)
Evaluasi DTP pada kasus yang menerima obat golongan antasida dan
antiulserasi pada pasien bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta
periode Agustus 2008 yang dalam kondisi rawat inap maupun pasien rawat jalan
yang menerima informed consent. Evaluasi yang dilakukan yaitu dengan
menggunakan pustaka sebagi referensi dalam menentukan ada tidaknya DTP pada
kasus. Berdasarkan hasil evaluasi didapatkan 14 kasus (38,9%) yang tidak
mengalami DTP, sedangkan 22 kasus lainnya (61,1%) mengalami DTP. Jenis
DTP yang terjadi pada kasus adalah dosis terlalu rendah, dosis terlalu tinggi, ada
obat tanpa indikasi, ada indikasi tetapi tanpa obat, dan compliance/ketaatan pasien
dalam menggunakan obat. Drug Therapy Problem yang tidak terjadi pada kasus
adalah DTP efek samping dan interaksi obat (adverse drug interaction), juga DTP
pemilihan obat yang salah.
Gambar 1Antasid
K
terlalu ren
(5,6%) ya
mengalam
mengalam
rumah sak
Tabel XXGolong
Jenis DTDosis terDosis terAda obatAda indiComplia
1. Dosis
K
berlangsun
obat dalam
tidak terca
10. Persentaa dan Antiu
Kasus DTP
ndah, 1 kasu
ang menga
mi DTP ad
mi DTP com
kit.
XVII. Pengegan Antasid
TP rlalu rendah rlalu tinggi t tanpa indikikasi tetapi tance
terlalu ren
Kasus DTP
ng optimal,
m darah ber
apai. Pada k
ase Kejadianulserasi di B
Pe
yang terjad
us (2,8%) y
lami DTP
da indikasi
mpliance y
elompokkana dan Antiu
Yogyaka
kasi anpa obat
ndah
dosis terla
dan mempe
rkurang seh
kasus nomo
38
Persenterja
n DTP padaangsal dewaeriode Agus
di, yaitu : 19
yang menga
ada obat t
tetapi tan
yang terjadi
n Kejadian Dulserasi di Barta Periode
Jumlah K
alu rendah d
erpanjang la
hingga jende
r 1, 3, 6, 8,
,9%
ntase Keadi DTP tid
a Kasus yangasa kelas IIIstus 2008
9 kasus (52
alami DTP d
tanpa indik
npa obat, d
pada saat
DTP pada Paangsal dewae Agustus 20Kasus
dapat meng
ama penyem
ela terapi un
10, 11, 17,
61,1%
ejadian Ddak terjadi DT
g MenerimaI RS Bethesd
,8%) menga
dosis terlalu
kasi, 1 kas
dan 1 kasu
pasien sud
asien yang Masa kelas III008
Persent191211
akibatkan p
mbuhan pas
ntuk menca
19, 20, 21
DTPTP
a Obat Golonda Yogyaka
alami DTP
u tinggi, 2 k
us (2,8%)
us (2,8%)
dah pulang
Menerima OI RS Bethesd
tase (%) 5
pengobatan
sien karena k
apai efek op
, 22, 26, 27
53
ngan arta
dosis
kasus
yang
yang
g dari
Obat da
52,82,85,62,82,8
tidak
kadar
ptimal
7, 30,
54
31, 32, 34, 36, harusnya ranitidin injeksi diberikan 3x/hari dengan dosis
50mg/2ml, tetapi pasien hanya mendapatkan 2x/hari pada dosis yang sama,
sedangkan pada kasus nomor 23, omeprazol seharusnya digunakan selama 4
minggu untuk gastroentritis tetapi pasien hanya mendapatkan omeprazol untuk
sehari.
Tabel XXVIII. Kelompok Kasus DTP Dosis Terlalu Rendah pada Pasien yang Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas III
RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 kasus Jenis obat Penilaian Rekomendasi
1, 3, 6, 8, 10, 11, 17, 19, 20, 21, 22, 26, 27, 30, 31, 32, 34, 36
ranitidin Pemberian dosis ranitidin (inj) kurang tepat. Dosis ranitidin (inj) seharusnya setiap 6-8 jam (3x/hari) untuk dosis 50mg/2ml, namun pasien hanya mendapatkan 2x untuk sediaan yang sama.
aktual
23
omeprazol omeprazol (inj) digunakan selama 4 minggu untuk penderita gastroentritis, karena jika diberhentikan seketika, maka resiko kekambuhannya tinggi; pada pasien obat digunakan hanya 1 hari
aktual
2. Dosis terlalu tinggi
Kasus DTP dosis terlalu tinggi dapat menyebabkan pasien kelebihan
dosis, yang berakibat pada kondisi kesehatan pasien menurun bukannya membaik.
Oleh karena itu pemberian dosis yang tepat pada pasien perlu diperhatikan. Pada
kasus nomor 28 pemberian ranitidin oral 150 mg dilakukan sebanyak 3x/hari,
padahal seharusnya hanya 2x/hari (MIMS, ISO Farmokoterapi).
Tabel XXIX. Kelompok Kasus DTP Dosis Terlalu Tinggi pada Pasien yang
Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008
Kasus Jenis obat Penilaian Rekomendasi
28 ranitidin
Pemberian ranitidin (oral) kurang tepat. Dosis ranitidin (oral) seharusnya 2x/hari, namun pasien mendapatkan 3x/hari untuk dosis yang sama.
Aktual
55
3. Ada obat tanpa indikasi
Kasus DTP ada obat tanpa indikasi dapat mengakibatkan pengobatan
tidak optimal, dan dapat memperbesar biaya pengobatan pasien. Hal ini
kemungkinan dikarenakan pasien mendapatkan resep obat baru, akan tetapi obat
yang lama tetap digunakan sehingga terjadi polifarmasi.
Tabel XXX. Kelompok Kasus DTP Ada Obat Tanpa Indikasi pada Pasien yang Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas III
RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 kasus Jenis obat Penilaian Rekomendasi
16 Inpepsa®, ranitidin
Terjadi polifarmasi pada penggunaan Inpepsa®, ranitidine secara bersamaan.
aktual
25 Polycrol®
(Al(OH)3, Mg trisilakat), omeprazol, ranitidin
Terjadi polifarmasi pada penggunaan Polycrol® (Al(OH)3, Mg trisilakat), omeprazol, ranitidin secara bersamaan dimana obat tersebut mempunyai indikasi sama.
aktual
4. Ada indikasi tetapi tanpa obat
Kasus yang seharusnya menerima obat, tapi tidak mendapatkan obat
akan mengakibatkan kesembuhan pasien tertunda, atau memungkinkan penyakit
pasien menjadi semakin parah.
Tabel XXXI. Kelompok Kasus DTP Ada Indikasi Tetapi Tanpa Obat pada Pasien yang Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas
III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 kasus Jenis obat Penilaian Rekomendasi33 esomeprazol Pemberian esomeprazol seharusnya
diberikan tanggal 1 Agustus berdasarkan instruksi dokter, tapi pasien baru menerima obat pada tanggal 4 Agustus.
aktual
5. Compliance/ketaatan pasien
Kasus DTP compliance dapat mengakibatkan pengobatan tidak optimal,
dan memperlambat kesembuhan pasien. DTP compliance kemungkinan terjadi
56
karena ketidaktaatan pasien dalam meminum obat. DTP compliance beresiko
terjadi pada pasien yang mendapatkan banyak obat
Tabel XXXII. Kelompok Kasus DTP Compliance pada Pasien yang Menerima Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 kasus Jenis obat Penilaian Rekomendasi
19 esomeprazol Kasus tidak meminum obat untuk siang dan malam pada tanggal 26 Agustus, dan obat untuk malam pada tanggal 28 dan 29 Agustus.
aktual
Analisis DTP yang dilakukan dapat dilihat pada tabel XXXIII- tabel XXXVII
Tabel XXXIII. Contoh Evaluasi Kasus DTP pada Pasien Pengguna Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Agustus
2008
Kasus 10Subjektif Ny.MRW, nomor RM 00-96-23-03, umur 29 tahun, dirawat di RS sejak tanggal 19 Agustus s.d 23 Agustus 2008 dengan keluhan utama perut kanan bawah nyeri Diagnosis sementara : apendititis akut, Infeksi saluran kemih (ISK). Objektif
Parameter Tanggal periksa Nilai normal 19/08/2008 Hb (gr%) 12,60 13,50-17,50 Lekosit (ribu/mmk) 10,84 4,10-10,90 Eosinofil (%) 7,9 0-5,0 Basofil (%) 0,6 0-2,0 Segmen (%) 68,9 47,0-80,0 Limfosit (%) 18,4 13,0-40,0 Monosit (%) 4,2 2,0-11,0 Hematokrit (%) 37,6 41,0-53,0 Eritrosit (juta/mmk) 4,22 4,5-5,90
Penatalaksanaan Pasien diberikan obat Rantin® (ranitidin) 2x1 (oral); Remopain® (ketorolak) 3x1 (oral); ceftriakson (2x1); Metrofusin® (metronidazol) 2x1 (oral); ciprofloxacin 500 mg 2x1 (oral); asam mefenamat 3x1 (oral).Penilaian Pemberian dosis ranitidin (inj) kurang tepat. Dosis ranitidine (inj) seharusnya setiap 6-8 jam (3x/hari) untuk dosis 50mg/2ml, namun pasien hanya mendapatkan 2x untuk dosis yang sama. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu : dosis terlalu rendah. Rekomendasi Menaikkan frekuensi pemberian ranitidine (inj) dari 2x/hari menjadi 3x/hari.
*Jenis DTP yang sama terjadi pada kasus nomor 1, 3, 6, 8, 11,17, 20, 21, 22, 26, 27, 30, 31, 36
57
Tabel XXXIV. Contoh Evaluasi Kasus DTP pada Pasien Pengguna Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Agustus
2008
Kasus 19Subjektif Ny.KTM, nomor RM 01-92-10-12, umur 49 tahun, dirawat di RS sejak tanggal 18 Agustus s.d 27 Agustus 2008 dengan keluhan utama tidak nafsu makan, berat badan menurun Diagnosis utama : tanpa keterangan Diagnosis sementara : Neuropati DMObjektif
Parameter Tanggal periksa Nilai normal 18; 27/08/2008 Hb (gr%) 8,70; 11,90 13,50-17,50 Lekosit (ribu/mmk)
12,51 4,10-10,90
Eosinofil (%) 0,7 0-5,0 Basofil (%) 0,2 0-2,0 Segmen (%) 79,4 47,0-80,0 Limfosit (%) 14,2 13,0-40,0 Monosit (%) 5,5 2,0-11,0 Hematokrit (%) 31,8; 40,3 41,0-53,0 Eritrosit (juta/mmk)
4,66 4,5-5,90
Na+ (mmol/L) 113,0(19/08);139(20/08);133(21/08) 70,0-100,0 K+ (mmol/L) 2,9 (19/08); 3,0 (20/08); 3,5 (21/08) 3,5-5,5 Cl- (mmol/L) Suhu (oC) Berkisar antara 36,1-39,8
Penatalaksanaan Pasien diberikan obat isosorbid dinitrat 5mg 3x1 (oral); Vomitas® (domperidon) 3x1 (oral); Farmasal® (asam asetilsalisilat) 100mg 1x1 (oral); Methycobal® (metilkobalamin) 3x1 (oral); digoxin 0,25mg 1x1/2 (oral); Rantin® (ranitidin) 2x1A(inj); Primperan® (metoklopramid HCl) 1A (inj); Pamol® (paracetamol) 4x1 (oral); Aspar-K® (K1-aspartat) 2x1 (oral); ceftazidime 1g 2x1 (inj); Rantin® (ranitidin) 150mg 2x1 (oral); ofloxacin 450mg 2x ½ (oral). Penilaian
1. Frekuensi penggunaan Rantin® (ranitidin) iv 50mg/2ml harusnya setiap 6-8 jam (3x/hari), tapi pada kasus pasien diberikan Rantin® (ranitidin) iv 50mg/2ml 2x/hari. Terjadi DTP bersifat aktual, yaitu : dosis obat terlalu rendah (MIMS, DIH ed.11).
2. Kasus tidak meminum obat untuk siang dan malam pada tanggal 26 Agustus, dan obat untuk malam pada tanggal 28 dan 29 Agustus. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu : compliance/ketaatan pasien.
Rekomendasi
1. Meningkatkan frekuensi pemberian Rantin® (ranitidin) (inj) menjadi 3x/hari 2. Sebaiknya kasus meminum obat secara teratur, sehingga efek obat dapat
bekerja secara optimal .
58
Tabel XXXV. Contoh Evaluasi Kasus DTP pada Pasien Pengguna Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Agustus
2008
Kasus 23Subjektif Ny.MRY, nomor RM 01-92-08-63, umur 25 tahun, dirawat di RS sejak 19 Agustus s.d 21 Agustus 2008 dengan keluhan utama 1 hari diare, muntah Diagnosis utama : gastroenteritisObjektif
Parameter Tanggal periksa Nilai normal 19-08-2008 Hb (gr%) 13,30 12,00-18,00 Lekosit (ribu/mmk) 16,37 4,10-10,90 Eosinofil (%) 0,2 0-5,0 Basofil (%) 1,2 0-2,0 Segmen (%) 81,3 47,0-80,0 Limfosit (%) 13,3 13,0-40,0 Monosit (%) 4,0 2,0-11,0 Hematokrit (%) 40,4 41,0-53,0 Eritrosit (juta/mmk) 4,82 4,5-5,90 Na+ (mmol/L) 130.0 – 150 K+ (mmol/L) 3.5 – 5.5 Cl- (mmol/L) 94 - 111Analisa getah lambung Kultur H.Pylori Suhu (oC) Berkisar antara 36-39
Penatalaksanaan Pasien diberikan obat Arcapec® (attapulgite, pectin) 3x2 (oral); Enzyplex® (pankreatin, vit B komplek) 3x1 (oral); OMZ® (omeprazol) 1x1 (inj); Yekalgin® ( metampiron, diazepam) 3x1 (oral). Penilaian OMZ® (omeprazol) (inj) digunakan selama 4 minggu untuk penderita gastroentritis, karena jika diberhentikan seketika, maka resiko kekambuhannya tinggi; pada pasien obat digunakan hanya 1 hari. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu : dosis terlalu rendah. Rekomendasi Sebaiknya menggunakan OMZ® (omeprazol) (inj) selama 4 minggu, dan diawasi dalam proses kesembuhannya.
59
Tabel XXXVI. Contoh Evaluasi Kasus DTP pada Pasien Pengguna Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Agustus
2008
Kasus 28Subjektif Ny.SKR, nomor RM 01-92-04-83, umur 63 tahun, dirawat di RS sejak tanggal 07 Agustus s.d 10 Agustus 2008 dengan keluhan utama kurang lebih 5 bulan perut membesar, mata kuning, 5 hari badan lemas, BAK seperti air teh Diagnosis utama : CH decompisataObjektif
Parameter Tanggal periksa Nilai normal 07-08-2008 Hb (gr%) 11,800 13,50-17,50 Lekosit (ribu/mmk) 7,660 4,10-10,90 Eosinofil (%) 0,7 0-5,0 Basofil (%) 0,5 0-2,0 Segmen (%) 81,6 47,0-80,0 Limfosit (%) 10,2 13,0-40,0 Monosit (%) 7,0 2,0-11,0 Hematokrit (%) 10,6 41,0-53,0 Eritrosit (juta/mmk) 3,71 4,5-5,90 Na+ (mmol/L) 140 130,0-150,0 K+ (mmol/L) 3,9 3,5-5,5 Cl- (mmol/L) 107 94-111 Analisa getah lambung Kultur H.Pylori Suhu (oC) Berkisar antara 36-37,6
Penatalaksanaan Pasien diberikan obat Lesichol® (lecithin murni, vit B komplek) 3x1 (oral); Curcuma® 3x1 (oral); domperidon 3x1 (oral); ranitidin 150 mg 3x1 (oral); Letonal® (spironolakton) 2x ½ (oral)Penilaian
1. Pemberian ranitidin (oral) kurang tepat. Dosis ranitidin (oral) seharusnya 2x/hari, namun pasien mendapatkan 3x/hari untuk dosis yang sama. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu : dosis terlalu tinggi.
2. Pemberian ranitidin digunakan untuk mencegah efek samping berupa gangguan gastrointestinal pada penggunaan obat Letonal®, dan domperidon.
Rekomendasi 1. Pengurangan frekuensi pemberian menjadi 2x/hari untuk dosis 150mg 2. Ranitidin diberikan jika diperlukan saja
60
Tabel XXXVII. Contoh Evaluasi Kasus DTP pada Pasien Pengguna Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Agustus
2008
Kasus 33Subjektif Bp.MJR, nomor RM 01-91-02-03, umur 53 tahun, dirawat di RS sejak tanggal 31 Juli s.d 11 Agustus 2008 dengan keluhan utama naik motor, tabrakan, kepala belakang lecet, teriak-teriak, tidak muntah. Diagnosis utama : Centusio cerebriObjektif
Parameter Tanggal periksa Nilai normal 01-08-2008 Hb (gr%) 13,1 13,50-17,50 Lekosit (ribu/mmk) 12,1 4,10-10,90 Eosinofil (%) 0,4 0-5,0 Basofil (%) 1,3 0-2,0 Segmen (%) 53,3 47,0-80,0 Limfosit (%) 38,7 13,0-40,0 Monosit (%) 6,3 2,0-11,0 Hematokrit (%) 38,9 41,0-53,0 Eritrosit (juta/mmk) 4,45 4,5-5,90 Na+ (mmol/L) 147 130,0-150,0 K+ (mmol/L) 3,4 3,5-5,5 Cl- (mmol/L) 110 94-111Analisa getah lambung Kultur H.Pylori Suhu (oC) Berkisar antara 36,2-37,3
Penatalaksanaan Pasien diberikan obat Remopain® (ketorolak) 2x1 (inj); piracetam 3 g 2x1 (inj); fenitoin 100 mg 2x1 (inj); Dicynone® (ethamsilat) 1x1a (inj); Pantozol® (pantoprazol) 40 mg 1x1 (inj); Nexium® (esomeprazol) 40 mg/ml 2x1 (inj); Manitol® (mannitol) 20% 125 cc 4x1 (inj); amoxycillin 500 mg 3x1 (oral); asam mefenamat 3x1 (oral); Ikaphen® (fenitoin Na) 2x100 mg (oral); Brainact® (citicolin) 1000 mg 1x1 (oral) ; neurotam 1x12 g (inj)Penilaian Pemberian Nexium® (esomeprazol) seharusnya diberikan tanggal 1 Agustus berdasarkan instruksi dokter, tapi pasien baru menerima obat pada tanggal 4 Agustus. DTP yang terjadi bersifat aktual, yaitu : ada indikasi tetapi tanpa obat. Rekomendasi Sebaiknya dalam pemberian obat diperhatikan waktu pemberiannya karena akan mempengaruhi kondisi kesehatan pasien
61
E. Evaluasi Masalah Utama Medication Error dan Drug Therapy Problems
pada Kasus yang Menggunakan Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di
Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Periode Agustus 2008
Berdasarkan hasil evaluasi dari 36 kasus didapatkan 14 kasus (38,9%)
yang tidak mengalami DTP dan 22 kasus (61,1%) yang mengalami DTP,
sedangkan pada ME didapatkan 6 kasus (16,7%) yang tidak mengalami ME, dan
30 kasus (83,3% ) yang mengalami ME.
Masalah utama DTP dosis terlalu rendah dapat disebabkan karena
pengetahuan dokter tentang obat-obat yang dipakai hanya bersifat umum saja.
Selain itu, ternyata apoteker tidak berperan maksimal dalam mencegah terjadinya
kesalahan pengobatan hingga obat sampai pada pasien. Berdasarkan wawancara
dokter, seharusnya dalam menentukan terapi obat bagi pasien, dokter bekerja
sama dengan apoteker karena apoteker merupakan tenaga kesehatan yang paling
paham mengenai obat-obatan. Oleh karena itu, dalam kesembuhan pasien
kerjasama yang baik antara dokter, apoteker, dan juga perawat sangat diperlukan.
Berdasarkan kejadian DTP yang terjadi, terlihat juga bahwa kehadiran apoteker
bangsal sangat diperlukan untuk memonitoring dan mengawasi penggunaan obat,
utamanya pada pasien rawat inap.
Masalah utama medication error dosis keliru dapat terjadi karena
kebiasaan dokter menurunkan dosis untuk penggunaan obat antiulserasi pada
penderita gangguan ginjal dan hati, padahal untuk pasien dengan kondisi hati dan
ginjal yang baik tidak memerlukan penurunan dosis. Hal ini berarti peranan dokter
sangat besar dalam terjadinya medication error. Oleh karena itu, disini dibutuhkan
62
peranan apoteker dalam memberikan informasi yang penting mengenai obat-
obatan, dan perkembangan obat-obatan yang terbaru. Selain itu, berdasarkan
wawancara terhadap perawat, didapatkan informasi akan kebutuhan pengetahuan
mengenai obat dari apoteker sehingga dalam hal ini dibutuhkan kerjasama yang
baik dan komunikatif antara dokter, apoteker, dan perawat untuk menghasilkan
pengobatan yang optimal untuk pasien.
Hal ini berarti yang menjadi masalah utama yang menyebabkan
terjadinya ME fase administrasi dan DTP adalah karena kurangnya kerjasama
antara dokter, apoteker, dan juga perawat dalam memberikan pengobatan yang
optimal pada pasien.
F. Rangkuman Pembahasan
Berdasarkan profil terapi secara khusus, obat golongan antasida dan
antiulserasi yang paling banyak digunakan adalah ranitidin rute pemberian
parenteral pada dosis 50mg/2ml dengan frekuensi pemberian 2x1 yaitu sebanyak
12 kasus (33,3%). Persentase pasien yang memperoleh satu jenis obat merupakan
persentase kasus yang paling banyak digunakan berdasarkan jenis obat yang
diterima (29 kasus).
Terdapat 36 kasus di Bangsal dewasa kelas III Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta yang menggunakan obat golongan antasida dan antiulserasi periode
Agustus 2008. Berdasarkan pengelompokkan umur, terdapat 26 kasus (72%) yang
berumur 17-64 tahun , dan yang berumur ≥ 65 tahun sebanyak 10 kasus ( 28%).
Berdasarkan pengelompokan jenis kelamin, terdapat 18 kasus (50%) yang berjenis
kelamin laki-laki dan 18 kasus (50%) yang berjenis kelamin wanita. Pasien
63
dengan pendidikan SLTA (22,2%) dan bermata pencaharian sebagai RT (44%)
merupakan kasus yang paling banyak menggunakan obat golongan antasida dan
antiulserasi. Berdasarkan diagnosis, pasien yang paling banyak menggunakan obat
golongan antasida dan antiulserasi berasal dari kelompok dengan diagnosis
penyakit saluran cerna (41,7%).
Hasil evaluasi menunjukkan adanya ME dan DTP pada 36 kasus yang
diamati. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut didapatkan 38,9% kasus yang tidak
mengalami DTP, dan 61,1% kasus mengalami DTP. DTP yang terjadi pada kasus
adalah 52,8% dosis terlalu rendah, 2,8% dosis terlalu tinggi, 5,6% ada obat tanpa
indikasi, 2,8% ada indikasi tetapi tanpa obat, dan 2,8% compliance. Sedangkan
pada ME, didapatkan 6 kasus (16,7%) yang tidak mengalami ME, dan 30 kasus
(83,3%) yang mengalami ME, yaitu dengan rincian 2,8% ME salah menulis
instruksi, 2,8% ME pemberian obat diluar instruksi, 58,3% ME dosis keliru, dan
47,2% ME administration error.
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian evaluasi masalah utama kejadian ME fase
administrasi dan DTP pada pasien RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus
2008 (kajian terhadap penggunaan obat golongan antasida dan antiulserasi),
diketahui bahwa masalah utama yang menyebabkan terjadinya ME fase
administrasi dan DTP adalah karena kurangnya kerjasama antara dokter,
apoteker, dan juga perawat dalam memberikan pengobatan yang optimal
pada pasien.
2. Berdasarkan profil terapi secara khusus, obat golongan antasida dan
antiulserasi yang paling banyak digunakan adalah ranitidin rute pemberian
parenteral pada dosis 50mg/2ml dengan frekuensi pemberian 2x1.
3. Berdasarkan karakteristik pasien, yang paling banyak menggunakan obat
golongan antasida dan antiulserasi adalah pasien berumur 17-64 tahun
sebanyak 26 kasus (72%), pasien laki-laki sebanding dengan wanita sebayak
18 kasus (50%), pasien dengan pendidikan SLTA sebanyak 8 kasus (22,2%),
pasien dengan pekerjaan sebagai RT sebanyak 16 kasus (44%), dan pasien
dengan diagnosis penyakit saluran cerna sebesar 15 kasus (41,7%).
4. Berdasarkan hasil evaluasi didapatkan 14 kasus (38,9%) yang tidak
mengalami DTP, sedangkan 22 kasus lainnya (61,1%) mengalami DTP.
65
Kasus DTP yang terjadi, yaitu : 19 kasus (52,8%) DTP dosis terlalu rendah, 1
kasus (2,8%) DTP dosis terlalu tinggi, 2 kasus (5,6%) DTP ada obat tanpa
indikasi, 1 kasus (2,8%) DTP ada indikasi tetapi tanpa obat, dan 1 kasus
(2,8%) DTP compliance yang terjadi pada saat pasien sudah pulang dari
rumah sakit. Sedangkan pada ME, didapatkan 6 kasus (16,7%) yang tidak
mengalami ME, dan 30 kasus (83,3%) yang mengalami ME, yaitu dengan
perincian 1 kasus (2,8% ) ME salah menulis instruksi, 1 kasus (2,8%) ME
pemberian obat diluar instruksi, 21 kasus (58,3%) ME dosis keliru, dan 17
kasus (47,2%) ME administration error.
B. Saran
1. Perlunya pengoptimalan fungsi apoteker dan juga penambahan jumlah
apoteker bangsal kelas III RS Bethesda agar monitoring dan evaluasi
penggunaan obat-obatan dapat berlangsung dengan baik sehingga kejadian
ME dan DTP dapat diminimalisasi.
2. Perlunya perbaikan dalam sistem pencatatan record medis agar nantinya
kejadian ME fase administrasi dapat ditekan.
3. Perlunya komunikasi dan kerjasama yang baik antara apoteker, perawat, dan
dokter dalam melakukan monitoring dan evaluasi penggunaan obat oleh
pasien.
66
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000a, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 16-20, DEPKES RI,
Jakarta Anonim, 2000b, Medication Errors, FDA, http://www.fda.gov, diakses tanggal 23
September 2009 Anonim, 2000c, Regulatin of Acid Secretion,
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://courses.washington.edu/conj/bess/acid/gastric.png&imgrefurl=http://courses.washington.edu/conj/bess/acid/acidreg.html&usg=__jRHLgqfZlycsq1vZhBv0APuXN30=&h=450&w=529&sz=31&hl=id&start=54&um=1&tbnid=a1d1mffnyxIjOM:&tbnh=112&tbnw=132&prev=/images%3Fq%3Dlambung%2Bgastric%26ndsp%3D18%26hl%3Did%26client%3Dfirefoxa%26channel%3Ds%26rls%3Dorg.mozilla:en US:official%26sa%3DN%26start%3D36%26um%3D1, diakses tanggal 25 September 2009
Anonim, 2004d, Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.
1197/MENKES/SK/X/2004, http://bankdata.depkes.go.id, diakses tanggal 12 September 2009
Anonim, 2004e, British National Formulary 48, BMJ Publishing Group, Great
Britain Anonim, 2006f, Informasi Spesialite Obat Indonesia, Volume 41-2006, 193-200,
203-228, 240-256, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta Anonim, 2006g,Obat Pencernaan , http//www.medicastro.com, diakses pada 31
Mei 2008 Anonim, 2007h, MIMS Indonesia: Petunjuk Konsultasi 2007/2008, Edisi 7, 98-
130, Info Master, Jakarta Anonim, 2008i, Manajemen Medication Errors dalam Gerakan Patient safety,
Seminar Talkshow Call for paper 5 Juli 2008, Bethesda, Yogyakarta Auriliaaurita, 2008, Sistem Pencernaan,
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://kireidwi.blog.friendster.com/files/400pxdigestive_system_diagram_numbered1.png&imgrefurl=http://kireidwi.blogfriendster.com/2008/10/sistempencernaan/&usg=__efqF3G8LYkFYyd0IYf5k0eQImeE=&h=698&w=400&sz=102&hl=id&start=3&um=1&tbnid=YjBZXJebZ7DKRM:&tbnh=139&tbnw=80&prev=/images%3Fq%3Dsaluran%2Bpencernaan%26hl%3Did%26client%3Dfirefoxa%26chann
67
el%3Ds%26rls%3Dorg.mozilla:enUS:official%26sa%3DX%26um%3D1, diakses tanggal 20 Oktober 2008
Barclay, Laurie, 2009, Proton-Pump Inhibitor Withdrawal May Cause Rebound
Acid Hypersecretion CME/CE, Medscape Medical News CME, http://www.google.co.id/search?client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&channel=s&hl=id&source=hp&q=proton+pump+inhibitor+medscape&meta=&btnG=Telusuri+dengan+Google, diakses tanggal 11 Oktober 2009
Cipolle, R.J and Strand, L.M., 2004, Pharmaceutical Care Practice The
Clinician’s Guide, Second Edition, , McGraw-Hill, New York Cohen, M.R.,, 1991, Causes of Medication Error, in: Cohen. M.R., (Ed),
Medication Error, American Pharmaceutical Association, Washington, DC. Dipiro, J. T., et al, 2005, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Edisi
ke-6, 629-646, The McGraw-Hill Companies, USA Dwiprahasto, I., Kristin, E., 2008, Masalah dan Pencegahan Medication Error,
Bagian Farmakologi dan Toksikologi/Clinical Epidemiology & Biostatistics Unit, Fak. Kedokteran UGM/RS. Dr. Sardjito Yogyakarta, Avail.at. http://www.dkkbpp.com/index.php?option=com_content&task=view&id=132&Itemid=47, diakses tanggal 1 Oktober 2009
Lacy, C.F.,Armstrong,L.L.,Goldman,M.O.,and Lance L.L.,2006, Drug
Information Handbook, 14th Ed., Lexi-comp, Ohio Neal, M.J., 2002, Farmakologi Medis, 30-31, Erlangga, Jakarta Sukandar, Elin, dkk., 2008, ISO FARMAKOTERAPI, 428-445, PT.ISFI
Penerbitan, Jakarta Tjay, Tan Hoan, Kirana, Rahardja, 2002, Obat-Obat Penting, 251-258, Elex
Media Komputindo, Jakarta
68
LAMPIRAN 1. Surat Ijin Penelitian
69
LAMPIRAN 2.
Wawancara Apoteker
No. Pertanyaan Jawaban 1. Seberapa pentingkah issue medication error bagi
Anda sebagai apoteker? Berikan alasan anda?
Penting, terapi dengan obat memerlukan ketelitian. Issue
ME sebagai perhatian yang penting agar tidak terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan pada saat terapi
2. Bagaimana pendapat Anda selaku seorang apoteker
jika apoteker terlibat dalam memonitor penggunaan
obat?
Diperlukan
3. Apakah Anda melakukan monitoring terhadap
penggunaan obat pasien? Jika iya, sejauh mana
monitoring yang Anda lakukan ?
Ya
4. Apakah Anda memperhatikan adanya :
- interaksi obat
- dosis (besar, lama dan frekuensi
pemberian, obat harus habis atau tidak
habis)
- kontraindikasi
- efek samping
dari obat yang diresepkan oleh dokter selama obat
digunakan oleh pasien (di bangsal)?
Ya
5.
Apakah anda memberikan informasi ttg penggunaan
obat pada pasien di rawat inap? Jika iya, kepada
siapa dan apa saja informasi yang diberikan ?
Ya, bila memungkinkan kepada pasien dan keluarganya,
atau kepada yang menunggu pasien setiap hari di RS.
Nama obat dan indikasi, cara pakai/aturan minum,
frekuensi, penyimpanan, efek samping yang mungkin
timbul atau hal-hal lain yang diperlukan
6. Bagaimana sistem/cara penyaluran (dispensing) obat
hingga obat sampai kepada pasien?
Resep diterima farmasi, interpretasi resep, validasi,
negosiasi harga/ kemampuan pasien, etiket, koreksi,
penyerahan, konseling.
70
LAMPIRAN 3.
Wawancara Dokter
No. Pertanyaan Jawaban
Dokter A Dokter B Dokter C
1. Seberapa pentingkah issue medication
error bagi Anda sebagai dokter? Berikan alasan anda.
Sangat penting, karena : Banyak terjadi di RS, dan merupakan bagian dari risiko pelayanan dari prescribing hingga dispensing sehingga akan mudah terjadi kesalahan.
Penting sekali. Tugas dari dokter adalah mendiagnosa, yang kemudian terkait dengan terapi. Medication error merupakan bagian dari terapi, dimana terapi berhubungan langsung dengan pasien.
Sangat penting, karena harus 7 tepat ( indikasi, pasien, dosis obat, waspada efek samping, cara, dan harga)
2. Bagaimana pendapat dokter jika
apoteker terlibat dalam memonitor penggunaan obat?
Sangat berterimakasih dan setuju. Error terjadi karena tulisan yang tidak jelas dan kurangnya informasi. Bukti farmasi klinis jika ada apoteker maka error akan turun.
Setuju, karena mereka lebih belajar lebih rinci mengenai obat
Harus seperti memonitoring obat (PMO = pengawas minum obat)
3.
Apakah Anda memperhatikan adanya interaksi obat, dosis (besar, lama dan frekuensi pemberian, obat harus habis atau tidak habis) dan kontraindikasi
selama obat digunakan oleh pasien (di bangsal) pada saat melakukan monitoring terhadap pasien?
Dipertimbangkan, tetapi idak tahu interaksi obat ( tidak hafal ) hanya tau yang umum-umum saja.
Ya Wajib
71
LAMPIRAN 4.
Wawancara Perawat
Pertanyaan 1. Seberapa pentingkah issue medication error bagi Anda sebagai perawat? Berikan alasan anda ?
Perawat Jawaban
Perawat A Sangat penting, karena berkaitan dengan nyawa pasien. Kalau obat salah, perawat maupun farmasis kena imbasnya. Jika pasien menuntut urusan panjang.
Perawat B Penting sekali. Ada kaitan dengan patient safety, memberikan obat : memberikan racun. Pemberian obat juga harus sesuai dengan prinsip 10 benar.
Perawat C Penting. Karena pengobatan merupakan salah satu faktor penunjang kesembuhan pasien.
Perawat D Penting sekali, karena dampaknya pada pasien sangat besar, efeknya berat.
Perawat E Penting sekali, demi keamanan pasien, karena dapat membahayakan pasien jika keliru.
Perawat F Penting, karena berhubungan kepada pasien, kita harus tahu tujuan dan alasan biar kita tidak salah kepada pasien.
Perawat G Penting. Agar lebih hati-hati dan lebih teliti dalam memberikan obat kepada klien.
Perawat H Sangat penting untuk meningkatkan ketelitian.
Perawat I Sangat penting, karena bila terjadi akan berakibat fatal atau bisa memperlambat kesembuhan pasien sehingga akan memperpanjang waktu rawat inap.
Perawat J Penting, karena issue ME bisa menyebabkan atau merugikan pasien bahkan bisa fatal.
Perawat K Penting karena berpengaruh pada kesehatan pasien.
Perawat L Sangat penting. Menyangkut nyawa pasien, harus mematuhi 5B /6B.
Perawat M Sangat penting. Karena kita bisa tau bahayanya, bisa lebih bertindak hati-hati.
Perawat N Penting sekali. Karena akibatnya fatal kalau ada kesalahan
72
Pertanyaan2Bagaimana pendapat anda jika apoteker terlibat dalam memonitor penggunaan obat?
Perawat Jawaban
Perawat A Bagus, karena dapat mengurangi beban perawat. Untuk obat-obatan apoteker lebih tahu mengenai efek samping obat, waktu penggunaan, jam pemberian, indikasi, interaksi obat, dll.
Perawat B
Sangat setuju.Karena ada fungsi kontrol dalam tindakan keperawatan khususnya pemberian obat, sehingga dapat saling mengingatkan. Dalam prakteknya masih banyak kesalahan dalam pemberian obat oleh perawat sehingga dibutuhkan fungsi kontrol satu-sama lain baik apoteker maupun perawat.
Perawat C
Setuju.Hal itu bisa untuk mementau pemberian obat dari dokter kepada pasien, sehingga akan benar-benar tahu obat yang diberikan kepada pasien. Antara dokter dan apoteker ada komunikasi terkait obat yang diberikan.Disamping itu apoteker juga bisa menjadi sarana untuk ngomong masalah pengobatan kepada dokter.
Perawat D
Pekerjaan perawat menjadi lebih ringan karena obat-obatan mudah tercover (meminimalisir kesalahan). Kalau perawat ngurusi obat selain repot juga kurang menguasai (apoteker lebih mengetahui mengenai konraindikasi, interaksi, dll).
Perawat E Bagus lebih bisa mencek obat, asal tahu batasan-batasan pekerjaannya agar tidak mengganggu perawat.
Perawat F Bagus dan sangat mendukung, karena meminimalkan kesalahan-kesalahan dan pemberian obat bias maksimal sesuai dengan kapasitasnya.
Perawat G Setuju. Meringankan aktivitas perawat di ruangan, seperti dalam membagi dan mengecek obat.
Perawat H Sangat bagus
Perawat I Setuju, dengan adanya keterlibatan apoteker maka penggunaan obat benar-benar termonitoring, di samping itu pekerjaan perawat yang multifungsi jadi bisa terbantu dalam monitoring obat.
Perawat J Setuju Perawat K Sangat setuju
Perawat L Bagus, sangat bagus (kalau dikelas iya). Karena apoteker memang yang tau tentang obat.
Perawat M Lebih senang. Karena apoteker ikut mengawasi dan membantu melihat obat (tidak Cuma melihat FIO saja). Apoteker membagi-bagi obat lebih baik.
Perawat N Lebih baik. Farmasis bisa mengontrol obat-obat, dimana letak kesalahannya, monitor efek samping obat.
73
Pertanyaan 3 Informasi apa sajakah yang Anda dapatkan dari Apoteker pada saat pengambilan obat? (pada saat rawat inap)
Perawat Jawaban
Perawat A Kadang-kadang mengenai penyimpanan di kulkas, di etiket sesudah atau sebelum makan.
Perawat B Hanya klarifikasi jumlah obat, cek nama obat. Perawat C Cara penyimpanan, aturan pakai.
Perawat D Aturan pakai tapi tidak pernh mendetail, karena ada tertulis di kemasa (untuk secara lisan tidak ada).
Perawat E Jarang dijelaskan, karena dianggap sudah tahu (perawat), namun kalau obat-obat tertentu misalnya kemoterapi baru dijelaskan.
Perawat F Cara pemberian, dosis, efek samping obat.
Perawat G Kadang tidak ada, karena sudah sering di berikan dan umum digunakan. Kalau adapun berupa informasi obat misalnya aturan pemakaian dan efek samping
Perawat H Pemakaian dengan dosis yang tepat, cara pemakaian obat, waktu pemberian obat.
Perawat I - Perawat J Jarang ketemu. Perawat K Cara pemakaian / pemberian obat.
Perawat L Jarang ada (lebih banak jarangnya). Kadang-kadang hanya sitostatika.
Perawat M Tidak ada informasi. Perawat N Kadang-kadang. Dalam penyimpanan, pemakaian.
74
Pertanyaan 4 Apakah Anda memberikan informasi penggunaan obat terhadap pasien? Jika iya, informasi apa saja yang Anda berikan?
Perawat Jawaban Perawat A Ya, Informasi mengenai indikasi, nama obat, waktu minum obat.
Perawat B Ya,Informasi yang diberikan berupa dosis, cara minum obat (sblum atau setelah makan), sebelum tidur/malam hari, car penggunaan (mis sublingual, tidak boleh digerus).
Perawat C Waktu penggunaan (sebelum/setelah makan), obat-obatan yang bila perlu, obat-obat antibiotik yang aturan minumnya per berapa jam (mis tiap 8 jam, dll).
Perawat D Ya, informasi yang diberikan sesuai dengan aturan obat (misalnya obat diberikan 1 jam sebelum makan), interaksi obat (tapi yang sederhana saja).
Perawat E Iya. Efek samping, cara minum, harus dihabiskan (untuk AB), serta harus sesuai aturan pakai.
Perawat F Iya. Aturan pakai, cara pemberian (sebelum atau sesudah makan) dan jika obat habis segera kontrol.
Perawat G
Iya. Fungsi obat, aturan minum, cara minum, kalau meminum obat harus memakai air putih, jika obat habis harus kontrol dan harus rutin mengkonsumsinya dan tidak boleh ada selah (untuk OAT).
Perawat H Ya, waktu kapan obat diminum, cara pemakaian obatnya. Perawat I Tidak, tetapi kadang-kadang iya.
Perawat J Dosis pemberian obat, cara pemakaian, cara minum obat (sebelum/sesudah/saat makan ), reaksi setelah minum obat.
Perawat K Ya. Cara minum obat, efek samping minum obat, guna obat.
Perawat L Ya. Sebelum/sesudah makan, indikasi obat, ½ jam sebelum makan untuk obat muntah.
Perawat M Iya. Indikasi obatnya. Perawat N Ya. Obatnya sebelum / sesudah makan, obat luar / obat dalam.
75
Pertanyaan 5 Apakah Anda mengecek ulang terlebih dahulu obat untuk pasien sebelum menyerahkannya?
Perawat Jawaban Perawat A Ya
Perawat B Selalu dicek dulu. Setiap ganti shift pasti dicek, setelah dicek sudah enar jumlah dan pasiennya maka langsung diberikan.
Perawat C Ya, dicek melalui DPO, dicek obatnya juga, semua obat. Pagi, cek untuk pagi dan siang. Sore, cek sambil membagikan.
Perawat D Ya, lihat dari FIO/DPO, disesuaikan/dicocokkan. Perawat E Iya. Perawat F Iya. Perawat G Iya. Perawat H Iya. Perawat I Iya. Perawat J Iya. Perawat K Iya. Perawat L Iya. Perawat M Iya. Nama pasien, nama obat. Perawat N Ya. Nama obat, aturan pakai, dosis.
76
Pertanyaan 6 Apabila terdapat pasien yang tidak mematuhi aturan pakai obat, apa yang Anda lakukan?
Perawat Jawaban Perawat A Merayu/membujuk pasien supaya mau minum obat.
Perawat B Beri edukasi tentang pemberian obat. Jika pasien ada kendala, ber tahu apotekernya.
Perawat C Beri tahu cara pemakaian obat lagi.
Perawat D Memberi tahu bahwa obat tersebut harus diminum, jika tidak diminum akan menghambat proses penyembuhan, dan akan menjadi tidak efektif (menegur).
Perawat E Ditegur, kemudian dilbilangin tentang efek obat dan akan sulit sembuh.
Perawat F Dikasih tahu kembali aturan pakai obat. Kalau pasien merasa tidak dapat mengkonsumsi sendiri, perawat dapat membantu dan ditungguin sampai diminum.
Perawat G Menegur, kemudian diterangkan lagi tentang manfaat dan khasiat obat.
Perawat H Kita berikan sendiri atau diberi pengarahan. Perawat I Tidak ada.
Perawat J Memberikan informasi akibat-akibat bila tidak memenuhi aturan pakai dan menganjurkan untuk minum obat yang benar.
Perawat K Memberi tahu kalau kepatuhan minum obat adalah untuk kepentingan pasien (kesembuhan).
Perawat L Dinasehati. Dievaluasi mengapa tidak mematuhi aturan pakainya
Perawat M Terserah mereka, yang penting sudah memberi tahu. Perawat N Dinasehati, dirayu.
77
Pertanyaan 7 Pada saat Anda memberikan obat kepada pasien, apakah Anda menunggu/melihat hingga pasien menggunakan semua obatnya?
Perawat Jawaban
Perawat A Kadang-kadang menunggu. Meminumkan jika pasien tidak bisa minum, kalau bisa minum sendiri, obat diminum sendiri.
Perawat B Tidak selalu. Klo obatnya digerus maka ditunggui.
Perawat C Sering disaat pasien tidak ada keluarga yang menunggu. Jika ada yang menunggu, keluarga yang dipasrahi dalam memastikan obat sudah diminum oleh pasien.
Perawat D Menuggu, kadang-kadang semua diminumkan.
Perawat E Iya, ditungguin atau bahkan diminumkan, kecuali jika pasien tidak mau ditungguin, maka perawat akan meninggalkan ruangan.
Perawat F Ditungguin hingga terminum.
Perawat G
Iya ditungguin, bahkan kalau bisa diminumkan. Namun terkadang pasien bilang ke perawat bahwa dia akan meminum obat sebentar lagi sehingga perawat tidak memantau penggunaan obat tersebut.
Perawat H Kadang ya, kadang tidak. Perawat I Ya. Perawat J Ya. Perawat K Kadang-kadang ya
Perawat L Tergantung situasi dan tenaganya. Kalau pasien banyak, ditinggal saja, soalnya ramai.
Perawat M Ya. Langsung diminumkan. Perawat N Diminumkan.
78
Pertanyaan8Apakah Anda sering menemukan obat pasien yang ketinggalan di bangsal Jika iya apa yang Anda lakukan?
Perawat Jawaban
Perawat A Kadang-kadang (terutama jika obat yang sudah distop). Ditelepon kalau masih digunakan oleh pasien. Dijadikan 1 dengan obat-obat stok (untuk obat yang telah distop).
Perawat B Ada pernah tapi jarang.
Perawat C Pernah, menelpon pasien tetapi juga tergantung dari jumlah obat, misalnya tertinggal ½ tablet, tidak usah ditelpon/disusulkan.
Perawat D Pernah tapi tidak terlalu sering. Menghubungi pasien/keluarga sedapat mungkin.
Perawat E Iya terutama sirup. Dihubungi jika ada telp dan kalau tidak bisa mengambilnya maka perawat akan mengantar ke rumah.
Perawat F Sering ketinggalan di kotak obat, kalau di ruangan jarang. Kalau ada nomor telepon perawat telepon, jika tidak ada perawat antar ke rumah.
Perawat G
Kadang-kadang. Menghbungi pasien atau keluarga untuk mengambil obat, kalau pasien tidak bisa datang, perawat yang akan membawa kerumah. Kebanyakan obat yang ketinggalan disebabkan karena proses lama di farmasi, sehingga pasien tidak betah untuk menunggu.
Perawat H Tidak sering, bahkan sangat jarang, tapi pernah ada yang ketinggalan biasanya kalau alamatnya ada dan mudah dijangkau kita akan antar ke rumah klien.
Perawat I Tidak.
Perawat J Ya, pernah dulu saya telpon humas lalu minta antar ambulance diantar sampai rumah. Pernah juga menelpon keluarganya untuk ambil ke ruangan.
Perawat K Jarang. Perawat L Jarang. Perawat M Tidak.
Perawat N Sering. Ditunggu kalau kontrol lagi Kalau rumahnya dekat, diantar atau ditelepon.
79
Pertanyaan 9 Apakah Anda pernah menjumpai obat yang kemungkinan sengaja dibuang atau disembunyikan oleh pasien? Jika iya, apa yang Anda lakukan?
Perawat Jawaban Perawat A Tidak. Perawat B Belum pernah lihat. Perawat C Belum pernah.
Perawat D Ada, ditegur (jika ada keluarganya diberi tahu).Kadang-kadang ada yang disembunyikan keluarganya juga.
Perawat E
Tidak, karena diminumkan. Kecuali obat syrup (OBH), dimana efek sampingnya malah membuat batuk, hal ini yang menyebabkan pasien jarang meminum sesuai aturan.
Perawat F Belum pernah.
Perawat G Ada, namun perbandingannya jarang. Jika pasien masih di rawat di bangsal, maka perawat akan menegur dan menerangkan kembali fungsi obat.
Perawat H Tidak pernah (di RS jiwa sering).
Perawat I Ya, bila memberikan obat langsung diminum kan supaya pasien tidak menyembunyikan atau membuang.
Perawat J Ya, memberi informasi akibat bila tidak memenuhi aturan pakai dan menganjurkan untuk minum obat yang benar.
Perawat K Tidak. Perawat L Sering. Dinasehati. Perawat M Banyak. Sengaja ditaruh dilaci. Tidak melakukan apa-apa.
Perawat N Jarang, karena diminumkan langsung, hampir tidak pernah ada.
80
LAMPIRAN 5.
Data Kasus Pengguna Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi di Bangsal dewasa kelas III Rumah Sakit Bethesda dalam Periode Agustus 2008
Kasus 1
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama: HMD
Keluhan masuk:
seseg nafas sejak tadi malam, pusing dan badan terasa panas. Riwayat alergi udara dingin, debu, asap. Reaksi: sesak napas.
Suhu (ºC) Berkisar antara 36-38
Nafas (x/menit) Berkisar antara 16-36
No. RM: 00913088
Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-100
Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 100-150/60-90
Diagnosis utama: Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Jenis COPD Pemberian 3-
Aug 4-
Aug 5-
Aug 6-
Aug 7-
Aug 8-
Aug 9-
Aug 10-Aug
11-Aug
kelamin: paracetamol 3x500 mg, po √ - - - - - - - - Laki-laki Avelox 1x400 mg, po √ √ √ √ - - - - - Mucopect 3x1 cth, po - √ - - - - - - - Umur: dextrometorphan 3x1, po - √ √ √ √ √ √ √ √ 73 tahun Neurobion 1x1, po - √ √ √ √ √ √ √ √ Methycobal 3x250 mg, po - - √ √ √ √ √ √ √ Tgl masuk: Ceftazidime 2x1 g, iv - - - - √ √ √ √ √ 3 Agustus 2008 Rantin 2x50 mg/2 ml, iv √ √ - - - - - - - Somerol 2x125 mg, iv √ √ √ √ √ √ - - - Combivent 3x4, nebulizer √ √ √ √ √ √ √ √ √ Tgl keluar: Flixotide 3x4, nebulizer √ √ √ √ √ √ √ √ √
81
Kasus 2
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama: KRT Keluhan masuk: batuk dan seseg ± 1 minggu, sudah periksa Suhu (ºC) Berkisar antara 36-37,5
di puskesmas tidak berkurang. Nafas (x/menit) Berkisar antara 20-26
No. RM: Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-88
01920951 Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 100-120/70-90
Diagnosis utama: Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Jenis Asma Pemberian 17-Aug
18-Aug
19-Aug
20-Aug
kelamin: Mucopect 3x1 cth, po - √ - -
Perempuan Somerol 1x4 mg, po - √ √ √
Zitromax 1x500 mg, po - √ √ √
Umur: Rantin 2x1 tablet, po - √ √ √
18 tahun Somerol 2x125 mg, iv √ √ - -
Combivent inhalasi √ √ - -
Tgl masuk: Flixotide inhalasi √ √ - -
17 Agustus 2008
Tgl keluar:
20 Agustus 2008
82
Kasus 3
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama: IGN Keluhan masuk: merasa sesak napas dan batuk dahak Suhu (ºC) Berkisar antara 36-37,2
(bisa dikeluarkan) sudah 4 hari . Nafas (x/menit) Berkisar antara 20-24
No. RM: Hari ini mengeluh pusing, mual, muntah 4x. Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-100
01920537 Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 90-160/70-90
Diagnosis utama: Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Jenis COPD Pemberian 8-
Aug 9-
Aug 10-Aug 11-Aug
12-Aug
kelamin: Pamol 3x500 mg, po; b/p √ - - - -
Perempuan Angioten 1x1, po - √ √ √ √
Mucopect 3x1, po - √ √ √ √
Umur: Cravit 1x500 mg, po - - - √ √
67 tahun Rantin 2x50 mg/2 ml, iv √ √ - - -
ceftriaxone 2x1 g, iv √ √ √ √
Tgl masuk: Combivent 3x1, nebulazer √ √ √ √ √
8 Agustus 2008 Flixotide 3x1, nebulazer √ √ √ √ √
Tgl keluar:
12 Agustus 2008
83
Kasus 4
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama: DS Keluhan masuk: 4 hari seseg, batuk dahak tidak bisa keluar. Suhu (ºC) Berkisar antara 36-37,2
Nafas (x/menit) Berkisar antara 20-32
No. RM: Nadi (x/menit) Berkisar antara 78-120
960358 Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 110-170/70-110
Diagnosis utama: Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Jenis COPD Pemberian 13-Aug
14-Aug
15-Aug
16-Aug
17-Aug
18-Aug
19-Aug
20-Aug
21-Aug
22-Aug
23-Aug
24-Aug
kelamin: Broncopneumonia Bisolvon 3x2 cth, po √ - - - - - - - - - - -
Laki-laki Accolate 2x1 tablet, po √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ -
Somerol 3x125 mg, po √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √
Umur: Enzyplex 2x1 tablet, po - - - - √ √ √ √ √ √ √ √
78 tahun Prosogan 15 mg 1x1 tablet, po - - - - - - √ √ √ √ - -
Cetirizine 1x1 tablet, po; sore - - - - - - - - √ - - -
Tgl masuk: Meptin 3x0,25 tablet, po - - - - - - - - - - √ √
13 Agustus 2008 ceftriaxone 2x1 ampul, iv √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - -
Sapiron 2x1 ampul, iv - - - - - - - - √ √ √ √
Flixotide 4x1, inhalasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Tgl keluar: Combivent 4x1, inhalasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
24 Agustus 2008
84
Kasus 5
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama: SPR Keluhan masuk: ± 2 minggu sesak napas, suara napas mengi. Suhu (ºC) Berkisar antara 36-37
Nafas (x/menit) Berkisar antara 16-26
No. RM: Nadi (x/menit) Berkisar antara 78-92
01920350 Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 100-150/70-90
Diagnosis sementara: Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Jenis Pneumonia Pemberian 4-
Aug 5-
Aug 6-
Aug 7-
Aug 8-
Aug 9-
Aug
kelamin: rifampisin 1x450 mg, po √ √ √ √ √ √
Laki-laki Pehadoxin 1x1 tablet, po √ √ √ √ √ √
etambutol 1x750 mg, po √ √ √ √ √ √
Umur:
pirazinamid 1x1500 mg, po √ √ √ √ √ √
66 tahun HP Pro 3x1 tablet, po - - - - √ √
Omeprazole 40 mg 1x1 ampul, iv - - - - - -
Tgl masuk: 4 Agustus 2008
Somerol 1x125 mg, iv - - - √ √ √
Tgl keluar:
9 Agustus 2008
85
Kasus 6
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama: TRN Keluhan masuk: kecelakaan lalu lintas, sepeda motor Suhu (ºC) Berkisar antara 36-37,5
tabrakan dengan sepeda motor, muntah, Nafas (x/menit) Berkisar antara 20-22
No. RM: pusing. Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-88
01921036 Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 120-190/60-120
Diagnosis sementara: Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Jenis Trauma capitis Pemberian 19-Aug
20-Aug
21-Aug
23-Aug
24-Aug
25-Aug
26-Aug
kelamin: Nonflamin 3x50 mg, po - √ √ √ √ √ √
Laki-laki Polycrol 3x2 c (400 mg), po - - √ - - - -
Neurotam 2x1, po; ac - √ √ √ √ √ √
Umur: Rhinofed 2x1, po - √ √ √ √ √ √
21 tahun Kalnex 3x500 mg, po - √ √ - - √ √
Clavamox 3x500 mg, po - √ √ - - √ √
Tgl masuk: Yekalgin 3x1, po - √ √ √ √ √ √
19 Agustus 2008 metilprednisolon 2x1, po - - - - - - √
ketorolak 2x30 mg/ml, iv √ √ - - - - -
Tgl keluar: ceftriaxone 2x1 g, iv √ √ - - - - -
26 Agustus 2008 piracetam 2x3 g, iv √ √ - - - - -
Kalnex 3x500 mg, iv √ √ - - - - -
Ranitidine 50 mg/2 ml, iv √ √ - - - - -
86
Kasus 7
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama : AMR
Keluhan masuk : sakit, rasa tidak nyaman pada bagian perut Suhu (0C) Berkisar antara 36-38 Nafas (x/menit) -
NO. RM : 01920691
Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-88 Tekanan darah (mmHg) Berkisar 110/70; 140/90;
150/90 Diagnosis Utama : tanpa keterangan
Nama Obat Dosis & Cara Pemberian
Tanggal Pemberian Jenis Kelamin : Laki-laki
12-Agt
13-Agt
14-Agt
15-Agt
16-Agt
Spasmium® 3x1 po √ - - - - Umur : 39 tahun Pamol® 500 mg 4x1 po √ 1x √ 1x -
Ofloxacin 400 mg 2x1/2 - 1x √ √ - Tgl masuk : 12 Agt 2008
Primperan® 10mg/2ml 2x1 iv - √ 1x - - Diagnosis Sementara : Uretrolithiasis D
Ranitidine 50 mg/2ml 2x1 iv - √ 1x - - Tgl Keluar : 16 agt 2008
Ceftazidime 1 g 2x1 iv - 1x 1x √ - Remopain® 10 mg/ml 2x1 iv - - - 1x 1x Kalnex® - - - 1x 1x
87
Kasus 8
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama: SRJ Keluhan masuk: pusing, dada panas, mual-mual.
Suhu (ºC) Berkisar antara 36-37,5
Nafas (x/menit) Berkisar antara -
No. RM: 00641564
Nadi(x/menit) Berkisar antara 80-86 Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 100-110/60-80
Diagnosis sementara: Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Jenis Obstruksi Cephalgia Pemberian 12-Aug
13-Aug
14-Aug
15-Aug
16-Aug
17-Aug
18-Aug
19-Aug
20-Aug
21-Aug
kelamin: ditandai dengan paracetamol 3x500 mg, po √ √
Perempuan psikosomatis Primperan 3x10 mg, po; 1/2 jam ac √ √
metformin 3x500 mg, po √ √ √ √ √ √ √ √ √
Umur: simvastatin 1x10 mg, po; malam hari √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
49 tahun Glucobay 2x1, po; ac √ √ √ √ √ √ √ √ √
Metrix 1x2 mg, po; ac siang √ √ √ √ √ √ √ √ √
Tgl masuk: Cetalgin 3x1, po √ √ √ √ √ √ √ √ √
12 Agustus 2008 Kalxetin 1x10 mg, po; pagi hari √ √ √ √ √ √
pk. 14:40 WIB Zypraz 2x1, po √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
ranitidin 2x50 mg/2 ml, iv √ √ √ √ √ √ √
Tgl keluar: metoclopramid 2x1, iv √ √ √
21 Agustus 2008
88
Kasus 9
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama: PNY Keluhan masuk: nyeri ulu hati. Suhu (ºC) Berkisar antara 36-37
Nafas (x/menit) -
No. RM: Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-88
00753861 Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 110-130/70-80
Diagnosis utama: Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Jenis Aritmia konals–fibrilasi Pemberian
26-Aug
27-Aug
28-Aug
29-Aug
30-Aug
31-Aug
kelamin: Digoxin 2x0,125 mg, po; @ 12 jam - √ √ √ √ √
Perempuan KSR 2x1, po - √ √ √ √ √
Polycrol 2x2 c, po; ac - - - - - -
Umur: furosemid 1x40 mg, po; ac - - - - √ √
72 tahun ketorolak 1 ampul 30 mg, iv √ - - - - -
Omeprazole 40 mg 1x1, iv √ √ - - - -
Tgl masuk: Lasix 1x40 mg, iv √ √ √ - - -
26 Agustus 2008
Tgl keluar:
30 Agustus 2008
89
Kasus 10
Data Diri Pemeriksaan
Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama : MRW Keluhan masuk : Perut kanan bawah nyeri Suhu (0C) Berkisar antara 36,5-37,2 Nafas (x/menit) -
NO. RM : 00962303
Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-84 Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 110/80
Diagnosis Utama : Tanpa keterangan
Nama Obat Dosis & Cara Pemberian
Tanggal Pemberian Jenis Kelamin : Perempuan
19-Agt
20- Agt
21-Agt
22-Agt
23-Agt
ceftriaxon 2x1 gr iv √ 1x √ √ 1x Metrofusin ® 2x1 iv √ 1x √ √ 1x Rantin® 50mg/2ml 2x1 iv - 1x √ - -
Umur : 29 tahun
Remopain® 10mg/ml 3x1 iv - - 2x 1x - ciprofloxacin 500 mg 2x1 po Obat dibawa pulang asam mefenamat 500 mg 3x1 po Obat dibawa pulang
Tgl masuk : 19 Agustus 2008
Diagnosis Sementara : Abd. Pain; APP akut; ISK / BSK
Tgl Keluar : 23 Agustus 2008
90
Kasus 11
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital
Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama: MKR Keluhan masuk: mual, muntah (terdapat luka pada kaki) Suhu (ºC) Berkisar antara 36-39,2
Nafas (x/menit) Berkisar antara -
No. RM: Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-104
00524751 Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 90-140/60-90
Diagnosis sementara: Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Jenis Vomitas, Pemberian 20-Aug
21-Aug
22-Aug
23-Aug
24-Aug
25-Aug
26-Aug
27-Aug
28-Aug
29-Aug
30-Aug
31-Aug
kelamin: ganggren diabetik Pletaal 2x50 mg, po; 1/2 jam ac - - √ √ √ √ √ √ √ √ - √
Laki-laki Pamol 3x500 mg, po; b/p √ - √ √ √ √ √ √ √ √ - -
Cloracef 3x500 mg, po; @ 8 jam - - - - - - √ √ √ √ - √
Umur: Rantin 2x150 mg, po. - - - √ √ √ √ - - - - -
50 tahun Narfoz 2x8 mg, po - - - - - - √ √ - √ - √
thiamfenokol 3x500 mg @ 8 jam - - - - - - - - - √ - -
Tgl masuk: Ketesse po; b/p - - - - - - - - √ - - -
20 Agustus 2008 Ceftazidime 2x1 g, iv √ √ √ √ - - - - - - - -
pk. 13:40 WIB Narfoz 2x1 mg, iv √ √ √ - - - - - - - - -
Rantin 2x50 mg/2 ml, iv √ √ √ - - - - - - - - -
Tgl keluar: Actrapid 3x12 UI, iv - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ -
10-Sep-08 atropine 1/4 ampul, iv √ - - - - - - - - - - -
Pronalges 1 ampul 50 mg/ml, iv √ - - - - - - - - - - -
metromycin 1x1, iv - - √ √ √ √ - - - - - -
91
Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Pemberian 1-Sep 2-Sep 3-Sep 4-Sep 5-Sep 6-Sep 7-Sep 8-Sep 9-Sep 10-Sep
Pletaal 2x50 mg, po; 1/2 jam ac √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Pamol 3x500 mg, po; b/p √ √ √ √ - - - - - -
Cloracef 3x500 mg, po; @ 8 jam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Rantin 2x150 mg, po. - - √ √ √ √ √ √ √ √
Narfoz 2x8 mg, po √ √ √ - - - - - - -
Thiamfenokol 3x500 mg @ 8 jam - - √ √ √ √ √ √ √ √
Ketesse po; b/p - - - - - - - - - -
Actrapid 3x12 UI, iv √ √ √ - - √ √ √ √ √
Venover 2 1mpul 100 mg/5 ml, iv - - - - - - - √ √ -
Metronidazole 2x1, iv - - √ √ √ - - - - -
Mikasin 2x1, iv - - - - - - - √ √ √
Insultard 1x10 ampul, iv - - - - - - - - - √
Kemicetin 2x500 mg, po; @ 12 jam - - - - - - - - - -
Domperidone 2x10 mg, po; 1/2 jam ac - - - √ √ √ √ √ √ √
Arcalion 2x200 mg. po - √ √ √ √ √ √ - - -
Metronidazole 3x500 mg, po - - √ - √ √ √ √ - -
Kloramfenikol 2x500 mg, po; @ 12 jam - - - - - - - - - √
Neurosanbe 1x1,po - - - - - - - √ - -
Kemicetin 2x1 g, iv √ √ - - - - - - - -
Remopain 1 ampul 10 mg/ml, iv √ - - - - - - - - -
92
Kasus 12
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan
Selama Dirawat Nama : SBR
Keluhan masuk : nyeri perut kanan sampai dengan pinggang bawah selama 3 hari
Suhu (0C) Berkisar antara 36-39 Nafas (x/menit) -
NO. RM : 00917464
Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-88 Tekanan darah (mmHg) Berkisar 90-150/60-90
Diagnosis Utama : Os Pyelum S
Nama Obat Dosis & Cara Pemberian
Tanggal Pemberian Jenis Kelamin : Laki-laki
1-Agt
2-Agt
3-Agt
4-Agt
5-Agt
6-Agt
7-Agt
Remopain® 10mg/ml 2x1 amp iv 1x 1x - 1x √ - - ceftriaxon 1 g 1x1 iv √ Stop ganti Gracef Gracef® 1g 2x1 iv - √ 1x √ √ 1x 1x
Umur : 56 tahun
Ranitidine 50 mg/2ml 2x1 iv - √ √ √ √ - - Xylladelaa 2:1/2 - - - - - - - paracetamol 500 mg 3x1 po - - - - √ 2x -
Tgl masuk : 1 Agustus 2008
Diagnosis Sementara : Os calex med S
Cefarox® 100mg 3x1 po Diberikan mulai tanggal 8 Agt 2008 Pronalges ® 100 mg 3x1 po - - - - - - - Nutriflam ® 100 mg 3x1 po - - - - - - - Kalnex® 500 mg po - - - √ √ 1x -
Tgl Keluar : 7 agustus 2008
93
Kasus 13
Data Diri
Pemeriksaan Perawatan di Bangsal Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama : WYN
Keluhan masuk : Sejak 1 bulan pinggang kiri sampai perut sakit, muntah, BAK encer, kambuh-kambuhan
Suhu (0C) Berkisar antara 36-39 Nafas (x/menit) -
NO. RM : 01920382
Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-88 Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 110-130/70-80
Diagnosis Utama : Adeno Ca Colo
Nama Obat Dosis & Cara Pemberian Tanggal Pemberian Jenis Kelamin : Laki-laki
4-Agt
5-Agt
6-Agt
7-Agt
8-Agt
9-Agt
10-Agt
11-Aug
Ranitidine 50 mg/2ml) 2x1 ampul i.v 1x √ √ 1x √ 1x √ - Ketorolak (10mg/ml) 1ampul i.v 1x - 1x 2x √ 1x 1x √ ceftazidine 1 g 2x1 i.v - 1x 1x - - - - -
Umur : 41 tahun
metronidazol 500 mg 2x1i.v - - 1x √ √ 1x √ √ Stabactam ® 1 g 2x1 i.v - - - √ √ √ √ - Cataflam ® 50 mg 2x1 p.o 1x 1x - - √ 2x - -
Tgl masuk : 4 Agustus 2008
Diagnosis Sementara :
Mucosta® 100 mg 3x1 p.o Tgl 12 Agt 2x Pronalges® 50 mg 3x1 p.o Tgl 12 Agt 2x Meiact® 200 mg 2x1 Tgl 12 Agt 1x
Tgl Keluar : 10 Agustus 2008
94
Kasus 14
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama : MNY
Keluhan masuk : Kurang lebih 1 bulan mengeluh perut sakit kumat-kumatan, mual
Suhu (0C) Berkisar antara 36-39 Nafas (x/menit) -
NO. RM : 01921182
Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-88 Tekanan darah (mmHg)
Berkisar 110-140/70-100
Diagnosis Utama : Cholesystitis Nama Obat Dosis & Cara
Pemberian Tanggal Pemberian
Jenis Kelamin : Perempuan
22-Agt
23-Agt
24-Agt
25-Agt
26-Agt
27-Agt
28-Agt
29-Agt
30-Agt
31-Agt
Vomitas® 10 mg 3x1 p.o √ √ √ √ √ - - - - - Curcuma® 200 mg 3x1 p.o √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ cefadroxyl 500 mg 2x1 p.o √ √ √ √ √ - - - - -
Umur : 40 tahun
paracetamol 500 mg 3x1 p.o √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ domperidone 10 mg p.o √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Vitamin K 2x1 i.v √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Tgl masuk : 21 Agustus 2008
Diagnosis Sementara :
Ranitidine 50mg/2ml 2x1 ampul i.v - - - - - - - - - √
Tgl Keluar : 8 September 2008
95
Kasus 15
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal Tanda Vital Hasil Pemeriksaan
Selama Dirawat Nama : SRY
Keluhan masuk : Sakit perut kanan bawah, kedua pinggang kiri dn kanan sakit, buang air kecil kesakitan.
Suhu (0C) Berkisar antara 36-37,5 Nafas (x/menit) Berkisar antara 20-24
NO. RM : 01920353
Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-84 Tekanan darah (mmHg)
Berkisar antara 120-150/70-90
Diagnosis Utama : Peritonitis umum, e.c. appendititis akut perforate
Nama Obat Dosis & Cara Pemberian Tanggal Pemberian Jenis Kelamin : Laki-laki
4-Agt
5-Agt
6-Agt
7-Agt
8-Agt
9-Agt
10-Agt
Rantin® 2x150 mg po - 2x - - - - - Spasmium ® p.o - 2x - - - - - Ceftriakson 2x1 g i.v √ √ √ - - - -
Umur : 34 Tahun
Metronidazol 2x1 i.v √ √ √ - - - - Kaltrofen® 100 mg i.v √ √ - - 2x 2x 1x Remopain® 3% i.v - - 3x 3x - - -
Tgl masuk : 04 Agustus 2008
Diagnosis Sementara :
primperan 10 mg i.v - - - 1x - - - Rantin® 2x50 mg/2ml i.v - - - 1x 2x 1x - Vomidex® i.v - - - - 1x 1x 1x Flagil suppo 1000 mg - - 3x 3x 2x 3x 2x
Tgl Keluar : 12 agustus 2008
96
Kasus 16
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama
Dirawat Nama : MRY
Keluhan masuk : Mual-mual, muntah, kemarin habis control
Suhu (0C) Berkisar antara 36-38,4 Nafas (x/menit) Berkisar antara 18-22
NO. RM : 00938511
Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-88 Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 100-130/60-80
Diagnosis Utama : Suspect hepatitis, milena, anemia
Nama Obat Dosis & Cara Pemberian Tanggal Pemberian Jenis Kelamin : Perempuan
26-Agt
27-Agt
28-Agt
ISDN 3x5mg √ √ √ Letonal® 100 mg 2x1/2 √ √ √ glikuidone 30mg 2x1/2 √ √ √
Umur : 45 tahun
Glucobay® 2x50 mg √ √ √ Hemobion® 1x1 - √ √ adona 3x10mg √ √ -
Tgl masuk : 26 Agustus 2008
Diagnosis Sementara :
propanolol 2x40mg √ √ √ Inpepsa® √ - - OMZ 1x20 mg - - - Vomitas® 3x10 mg - - -
Tgl Keluar : 28 Agustus 2008
ranitidin 2x50mg/2ml iv √ √ - Primperan 10 mg/2 ml √ √ -
97
Kasus 17
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama: RCK Keluhan masuk: pusing, cekot-cekot, riwayat sinusitis.
Suhu (ºC) Berkisar antara 36-37
Nafas (x/menit) Berkisar antara 20
No. RM: Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-88
00955602 Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 140-190/100-120
Diagnosis utama: Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Jenis rhinosinusitis Pemberian 22-Aug
23-Aug
kelamin: Noperten 1x5 mg, po √ √
Laki-laki Celebrex 2x100 mg, po √ -
Bellaphen 3x500 mg, po √ √
Umur: Diagnosis sekunder : Rhinofed 3x5 mg, po √ √
34 tahun hipertensi Vertivom 3x10 mg, po √ -
Pondex 3x250 mg, po √ -
Tgl masuk: Pamol 3x500 mg, po √ -
22 Agustus 2008 Yekalgin 3x500 mg, po √ √
Avelox 1x400 mg, po - -
Tgl keluar: Disudrin 15 mg/5ml, iv - -
24 Agustus 2008 Rantin 2x 1 50 mg/2 ml, iv √ -
kalmethasone 0,5 mg, iv √ √
Toradol 30 mg, iv √ -
Stesolid 10 mg/2 ml, iv √ -
Remopain 30 mg, iv √ √
Primperan 10 mg/2 ml, iv √ -
98
Kasus 18
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama
Dirawat Nama : PJ
Keluhan masuk : 2 minggu muntah darah, BAB hitam, perut nyeri membesar, kedua kaki bengkak, seseg, badan lemes.
Suhu (0C) Berkisar antara 36,1 - 37,3 Nafas (x/menit) Berkisar antara 18-24
NO. RM : 00951104
Nadi (x/menit) Berkisar antara 72-88 Tekanan darah (mmHg)
Berkisar antara 100-120/50-80
Diagnosis Utama : Sirosis hati
Nama Obat Dosis & Cara Pemberian Tanggal Pemberian Jenis Kelamin : Laki-laki
1-Agt
2-Agt
3-Agt
4-Agt
Sistenol (500mg) 3x1 (oral) √ - - - Aspar K (300 mg) 3x1 (oral) 1x √ - - Vit. K 2x1 (inj) 1x √ √ √
Umur : 48 Tahun
Kalnex (50mg) 3x1 (inj) 2x √ √ √ OMZ (40mg) 1x1 (inj) √ √ √ √ Actrapid 3x1 (inj) 1x √ √ √
Tgl masuk : 31 Juli 2008
Diagnosis sekunder : DM
Lasix (20mg/2ml) 1x2 (inj) - √ √ √
5-
Agt 6-
Agt 7-
Agt 8-
Agt 9-
Agt
Aspar K (300 mg) 3x1 (oral) - √ √ √ 2x Glibenklamid (5mg) 1-0-0 (oral) - - - √ √
Tgl Keluar : 9 Agustus 2008
furosemid ( 40mg) 1x1 (oral) - - - √ √ Diagnosis Sementara : Hematemesis, myelena,ascites
Vit. K 2x1 (inj) 1x - - - - Kalnex (50mg) 3x1 (inj) √ √ - - - OMZ (40mg) 1x1 (inj) √ √ - - - Actrapid 3x1 (inj) √ √ √ - -
99
Kasus 19
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama: KTM Keluhan masuk: tidak nafsu makan, berat badan menurun. Suhu (ºC) Berkisar antara 36-40,1
Nafas (x/menit) Berkisar antara 18-24
No. RM: Nadi (x/menit)
Berkisar antara 76-100
01921012 Tekanan darah (mmHg)
Berkisar antara 90-130/60-80
Diagnosis sementara: Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Jenis Neuropati DM Pemberian 18-Aug
19-Aug
20-Aug
21-Aug
22-Aug
23-Aug
24-Aug
25-Aug
26-Aug
27-Aug
kelamin: Methycobal 3x500 mcg, po √ √ - - - - - - - -
Perempuan Farmasal 1x100 mg, po √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
digoxin 1x0,125 mg, po √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Umur: Vomitas 3x10 mg, po √ √ - - - - - - - -
49 tahun ISDN 3x5 mg, po √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Pamol 4x500 mg, po - - √ √ √ √ √
Tgl masuk: Aspar K 2x300 mg, po - - √ √ √ √ √ √ √ √
18 Agustus 2008 ofloxacin 450 mg, 2x1,5 , po - - - - - √ √ √ √ √
pk. 19:00 WIB Rantin 2x150 mg, po - - - - - √ √ √ √ √
Rantin 2x1 50mg/2ml, iv √ √ √ √ √ - - - - -
Tgl keluar: Primperan 2x10 mg/2 ml, iv - √ √ √ √ √ - - - -
27 Agustus 2008 Ceftazidime 2x1 g, iv - √ √ √ √ √ √ - - -
100
Kasus 20
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama: SKD Keluhan masuk: sesak, dada nyeri, lemes, tidak mual dan Suhu (ºC) Berkisar antara 36-37
muntah. Nafas (x/menit) Berkisar antara 20-22
No. RM: Nadi (x/menit) Berkisar antara 72-104
01920481 Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 80-130/50-90
Diagnosis utama: Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Jenis DM Pemberian 7-
Aug 8-
Aug 9-
Aug 10-Aug
11-Aug
kelamin: Noperten 1x5 mg, po √ √ √ - -
Laki-laki Xanax 2x0,25 mg, po √ √ √ √ √
Ascardia 1x160 mg, po √ √ √ √ √
Umur: Cedocard 3x5 mg, po √ √ - - -
60 tahun Doloscaneuron 3x1, po - √ √ √ √
Zumadiac 2x40 mg, po - √ √ √ √
Tgl masuk: Glucophage 2x500 mg, po - √ √ √ √
7 Agustus 2008 Glumin 1x500 mg, po - √ √ √ -
Toradol 1 ampul 30 mg, iv √ - - - -
Tgl keluar: Primperan 2x10 mg/2 ml, iv - - - - √
11 Agustus 2008 Rantin 2x 50 mg/2ml, iv - - - √ √
101
Kasus 21
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal Tanda Vital Hasil Pemeriksaan
Selama Dirawat Nama : MRT
Keluhan masuk : Sesak, kaki bengkak, perut mrongkol Suhu (0C) Berkisar antara 36-38 Nafas (x/menit) -
NO. RM : 01920330
Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-88 Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 150-
170/90 Diagnosis Utama : CPC dekompensata
Nama Obat Dosis & Cara Pemberian Tanggal Pemberian Jenis Kelamin : Laki-laki
3-Agt
4-Agt
5-Agt
6-Agt
7-Agt
8-Agt
9-Agt
Furosemid 40 mg 1x1 p.o - √ √ - - - - Bisolvon® 8 mg 3x1 p.o 1x 2x - - - - - Aspar K ® 300 mg 2x1 p.o - 1x √ √ √ √ 1x
Umur : 71 Tahun
Kaptopril 12,5 mg 2x1 p.o - 1x √ √ 1x 1x 1x Paracetamol 500 mg 3x1 p.o - 1x √ - - - - Arcapec® 10 mg 3x2 p.o - 1x √ √ 2x 1x 2x
Tgl masuk : 04 Agustus 2008
Diagnosis sekunder : hipoalbuminemia
Lasix® 1x2 ampul i.v - - √ √ √ √ √ Rantin ® 2x50mg/2ml i.v 1x - √ - - -
Tgl Keluar : 09 Agustus 2008
Diagnosis Sementara :
102
Kasus 22
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama: RDT Keluhan masuk: demam 3 hari , kepala pusing, perut mual, Suhu (ºC)
Berkisar antara 36-37
muntah 3x, badan lemes. Nafas (x/menit) Berkisar antara 18-20
No. RM: Nadi (x/menit)
Berkisar antara 80-88
00040141 Tekanan darah (mmHg)
Berkisar antara 100-110/60-70
Diagnosis utama: Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Jenis Hepatitis Pemberian 20-Aug
21-Aug
22-Aug
23-Aug
kelamin: Pamol 3x500 mg, po √ √ √ √
Perempuan Vometa FT 3x10 mg, po - √ √ -
Curliv plus 3x1, po - - √ √
Umur: Vomitas 3x10 mg, po - - - √
17 tahun Rantin 1amp 50mg/2ml iv √ - - -
ceftriaxone 2x1 g, iv - √ √ -
Tgl masuk:
20 Agustus 2008
Tgl keluar:
23Agustus 2008
103
Kasus 23
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama: MRY Keluhan masuk: satu hari diare, muntah.
Suhu (ºC) Berkisar antara 36-39
Nafas (x/menit) Berkisar antara 18-22
No. RM: Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-88
01920863 Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 90-110/60-70
Diagnosis utama: Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Jenis Gastroenteritis Pemberian 19-Aug
20-Aug
21-Aug
kelamin: Arcapec 3x2 tablet, po √ √ √
Perempuan Enzyplex 3x1 tablet, po √ √ √
omeprazole 1x20 mg, po √
Umur: Yekalgin 3x500mg, po √
25 tahun
Tgl masuk:
19 Agustus 2008
Tgl keluar:
21 Agustus 2008
104
Kasus 24
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama: SNK Keluhan masuk: kurang lebih 4 hari badan lemes, seseg, mual, nafsu makan kurang, dada berdebar-debar.
Suhu (ºC) Berkisar antara 36-37,6
Nafas (x/menit) Berkisar antara 18-24
No. RM: Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-92
00282073 Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 100-130/70-80
Diagnosis sementara: Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Jenis Obs. febris, dyspnea Pemberian 18-Aug
19-Aug
20-Aug
21-Aug
22-Aug
kelamin: Pamol 3x500 mg, po √ - - - -
Perempuan levofloxacin 1x500 mg, po - √ √ √ √
Quibron TSR 1x1/2 tablet, po √ - √ √ √
Umur: Mucopect (sirup) 3x1 c, po √ - √ - -
55 tahun Rantin 2x150 mg, po - - - - √
Vomitas 3x10 mg, po - - - - √
Tgl masuk: Somerol 2x1 , iv √ √ √ - - 18 Agustus 2008 Ceftazidime 2x1 g, iv √ √ √ - -
Rantin 2x50 mg/2 ml, iv - - √ √ -
Primperan 2x10 mg, iv - - √ √ -
Tgl keluar: Combivent 2x1, nebulazer √ - √ √ -
22 Agustus 2008 Flixotide 2x1, nebulazer √ - √ √ -
105
Kasus 25
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama : SYT
Keluhan masuk : Kurang lebih 10 hari perut terasa nyeri, dada sesak
Suhu (0C) Berkisar antara 36-37 Nafas (x/menit) Berkisar antara 18-20
NO. RM : 01920808
Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-84 Tekanan darah (mmHg) Berkisar 120/70-80
Diagnosis Utama : Dispepsia
Nama Obat Dosis & Cara Pemberian Tanggal Pemberian Jenis Kelamin : Perempuan
14-Agt
15-Agt
16-Agt
Polycrol® syr 3x1 c √ √ √ Vometa® 3x10 mg √ √ √ Rantin® 2x50mg/2ml iv √ 1x -
Umur : 43 tahun
OMZ® 1x20 mg po √ √ -
Tgl masuk : 14 Agustus 2008
Diagnosis Sementara :
Tgl Keluar : 16 Agustus 2008
106
Kasus 26
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama: SYN Keluhan masuk: badan panas, perut mules, diare 5x cair. Suhu (ºC) Berkisar antara 36-39,8
Nafas (x/menit) Berkisar antara 18-22
No. RM: Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-100
00155901 Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 70-130/50-90
Diagnosis utama: Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Jenis gastroentritis Pemberian 13-Aug
14-Aug
15-Aug
16-Aug
17-Aug
18-Aug
19-Aug
20-Aug
21-Aug
22-Aug
kelamin: Pamol 3x500 mg, po √ √ √ √ - - √ √ √ √
Laki-laki Arcapec 3x10 mg, po √ √ √ √ - - √ √ - -
domperidone 3x10 mg, po √ √ - √ - - - - - -
Umur: Metrix 1x1 mg, po - - √ √ - - √ √ √ √
57 tahun Tracodia 3x1, po - √ √ - - - √ - - -
Cravit 1x1, po - - - - - - - √ √ √
Tgl masuk: Vomitas 3x10 mg, po - - - - - - - - √ √
22 Agustus 2008 ranitidin 2x50 mg/2 ml, iv √ √ √ - - - √ √ - -
Primperan 1 ampul, iv √ √ √ - - - √ √ - -
Tgl keluar: gentamicyn 2x80 mg, iv - - - - - - √ √ - -
22 Agustus 2008 OMZ 1x1 - - - - - - - - - √
107
Kasus 27
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal Tanda Vital Hasil Pemeriksaan
Selama Dirawat Nama : SNR
Keluhan masuk : Badan lemas, perut mual, muntah, BAK tak terasa Suhu (0C) Berkisar antara 36-39,8 Nafas (x/menit) Berkisar antara 16-20
NO. RM : 01917287
Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-88 Tekanan darah (mmHg) Berkisar 120-160/70-110
Diagnosis Utama : DM
Nama Obat Dosis & Cara Pemberian Tanggal Pemberian Jenis Kelamin : Perempuan
9 -Agt
10-Agt
11-Agt
12-Agt
13-Agt
domperidon 3x10 mg - √ 1x - - Tensivask® 1x5 g - √ √ √ √ cetirizine 1x1 - √ √ - -
Umur : 65 tahun
Sibelium® 3x5 g - √ √ √ - Sistenol® 3x1 - √ - √ √ Sporacid® 2x100 mg - √ √ √ √
Tgl masuk : 10 Agustus 2008
Diagnosis sekunder : Vulvo vaginitis
Mixtard® 2x12 IU √ √ - √ √ Remopain® 1 amp - √ - - - Ultraproct® 2x1 suppo - - - √ √ Zelavel® 1x1 - √ √ - -
Tgl Keluar : 13 Agustus 2008
duradril 2cc √ - - - - Diagnosis Sementara :
gynofort 2% - √ - - - Ranitidin 1Amp - √ - - -
108
Kasus 28
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama
Dirawat Nama : SKR
Keluhan masuk : Kurang lebih 5 bulan perut membesar, mata kuning, 5 hari badan lemas, BAK seperti air teh
Suhu (0C) Berkisar antara 36-37,6 Nafas (x/menit) Berkisar antara 18-22
NO. RM : 01920483
Nadi (x/menit) Berkisar antara 84-96 Tekanan darah (mmHg)
Berkisar 100-140/60-90
Diagnosis Utama : CH decompisata
Nama Obat Dosis & Cara Pemberian Tanggal Pemberian Jenis Kelamin : Perempuan
7-Agt
8-Agt
9-Agt
10-Agt
Lesichol® 3x1 √ √ Stop Curcuma® 3x200 mg √ √ √ √ domperidon 3x10 mg - √ √ √
Umur : 63 tahun
Ranitidin 3x150 mg po - √ √ √ Letonal® 100 mg 2x1/2 - - √ √
Tgl masuk : 07 Agustus 2008
Diagnosis sekunder :
Tgl Keluar : 10 Agustus 2008
Diagnosis Sementara :
109
Kasus 29
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama: SGY Keluhan masuk: ± 1 tahun kaki kiri lemas, tangan kanan Suhu (ºC) Berkisar antara 36,2-38,5
dan kiri juga lemas. Riwayat terapi Nafas (x/menit) Berkisar antara 18-20
No. RM: 2005 operasi laminektomi O/K tumor Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-96
00964050 ekstradiral CII Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 110-140/70-100
Diagnosis utama: Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Jenis Cervical mass Pemberian 21-Aug
22-Aug
23-Aug
24-Aug
25-Aug
26-Aug
27-Aug
28-Aug
29-Aug
30-Aug
kelamin: (Schwaona/ Farmasal 1x100 mg, po √ √ puasa - - - - - - -
Laki-laki Neurinona) Methycobal 3x250 mg, po - √ puasa √ - - - - - -
vitamin B1 3x1, po - - - - √ √ √ √ √ √
Umur: ciprofloxacin 2x500 mg, po - - - - - - - - √ √
43tahun ketorolac 2x30 mg, iv - - - - √ √ √ - -
ondasentron 2x8, iv - - - - √ √ √ √ - -
Tgl masuk: keterangan tambahan metilprednisolon 1x125 mg, iv - - - - √ √ √ - -
21 Agustus 2008 pasien dioperasi Vitamin C 1x400 mg, iv - - - - √ √ √ √ √ -
pk 14:00 WIB pada tanggal Rantin 2x50 mg/2 ml, iv √ √ √ √ √ √ √ √ √ -
25 Agustus 2008 ceftriaxone 2x1 g, iv - - - - √ √ √ √ - -
Tgl keluar: Narfoz 8 mg, iv - - - - - - - √ -
1-Sep-08 Medixon 3x1, iv √ √ √ √ √ - - - - -
Tarontal 2 ampul/infus stop - - - - - - - - -
110
Kasus 30
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama: WYN Keluhan masuk: jalan kaki tabrakan sepeda motor, Suhu (ºC) Berkisar antara 36-37,8
muntah. Nafas (x/menit) Berkisar antara 18-22
No. RM: Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-88
01920569 Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 110-160/70-90
Diagnosis sementara: Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Jenis CKB → SAH, ICH, IDH Pemberian
20-Aug
21-Aug
22-Aug
23-Aug
24-Aug
25-Aug
26-Aug
27-Aug
28-Aug
29-Aug
30-Aug
31-Aug
kelamin: fraktur cruris (D) 1/3 Methycobal 3x500 mcg, po √ √ √ √ √ - - √ √ √ √ √
Perempuan 1/3 tengah tertutup susp Nimotop 3x1, po √ √ √ √ √ - - √ √ √ √ √
Fraktur costae 4-6 (D) Zaldiar 3x1, po √ √ √ √ √ - - √ √ √ √ √
Umur: Brainsact 2x500 mg, po √ √ √ √ √ - - - - - - -
75 tahun
Ikaphen 2x100 mg, po √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - -
Noros 1x1, po √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √
Tgl masuk: Cefspan 2x100 mg, po √ √ - - - - - - - - - -
9 Agustus 2008 paracetamol 2x1, po - √ - √ √ - - - - - - -
pk 14:00 WIB cefadroxil 2x500 mg, po - - - - - √ √ √ √ - - -
Diabex 1x250 mg, po - - - - - - - √ √ √ √ √
Tgl keluar: 1-Sep-08
Gliserol 4x20 cc √ √ - √ - - - - - - - -
Rantin 2x50mg/2ml Diberikan dari tgl 09-10 Agustus 2008
Pantozol 1x1 flc 40 mg iv Diberikan dari tgl 14-17 Agustus 2008
Ketorolac 2x1A Diberikan dari tgl 09-10 Agustus 2008
111
Kasus 31
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama: SRP
Keluhan masuk: jalan kaki ditabrak mobil.
Suhu (ºC) Berkisar antara 36-37,8
Nafas (x/menit) Berkisar antara 18-22
No. RM: 01920446
Nadi(x/menit) Berkisar antara 80-88
Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 110-130/70-90
Diagnosis utama: Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Jenis Epidural hemiperfusi Pemberian 7-
Aug 8-
Aug 9-
Aug 10-Aug
13-Aug
14-Aug
15-Aug
16-Aug
17-Aug
18-Aug
19-Aug
kelamin: Polycrol 3x1, po; b/p √ √ √ √ - - - - - - - Perempuan fenitoin 2x100 mg, po - - √ √ - - - - - - - Profenid E-100 2x200 mg, po - - √ √ √ √ - - - - - 56 tahun Fraktur tempo Promag 3x1, po; dikunyah - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ frontal kiri Nootropil 2x1, po - - - - √ √ √ √ √ √ √ Tgl masuk: Excelase 3x1, po - - - - √ √ √ √ √ √ √ 6 Agustus 2008 Pronalges 2x100 mg, po - - - - √ √ √ √ √ √ √ pk 16:45WIB Kalnex 2x1, po - - - - √ √ √ √ √ √ √ Ikaphen 2x100 mg, po - - - - √ √ √ √ √ √ √ Tgl keluar: kloramfenikol 3x2, po - - - - √ √ √ √ √ √ √ ceftriaxone 2x1 g, iv √ √ √ - - - - - - - - Kalnex 2x500 mg, iv √ √ √ √ - - - - - - - piracetam 2x3 g, iv √ √ √ √ - - - - - - - fenitoin 2x100 mg, iv √ √ √ - - - - - - - - Rantin 2x50 mg/2 ml, iv √ √ √ - - - - - - - - ketorolak 3x30 mg, iv √ √ √ - - - - - - - - vitamin K 1x1, iv √ √ √ - - - - - - - - Chloramex 1x1 g, iv √ √ √ - - - - - - - -
112
Kasus 32
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama: MJS Keluhan masuk: jatuh dari pohon, sebelumnya glier, Suhu (ºC) Berkisar antara 36-38,4
leher dan pinggang sakit Nafas (x/menit) Berkisar antara 18-21
No. RM: Nadi (x/menit) Berkisar antara 76-88
01919895 Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 110-140/70-100
Diagnosis utama: Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Jenis cedera kepala Pemberian 29-Jul
30-Jul
31-Jul
1-Aug
2-Aug
3-Aug
4-Aug
5-Aug
6-Aug
7-Aug
8-Aug
kelamin: Cefspan 2x100 mg, po - - - √ √ - - - - - √
Laki-laki Ultracet 3x1, po - - - √ √ √ √ √ √ √ √
Brainact 2x500 mg, po - - - √ √ - - √ √ √ √
Umur: Diagnosis sekunder: Q-ten 1x100 mg, po - - - √ √ - √ √ √ √ √
51 tahun fraktur inferior Mucosta 3x100 mg, po - - - - - - - √ √ √ √
os pubis sinistra Oste 2x1, po - - - - - - - - √ √ √
Tgl masuk: Zaldiar 3x1, po - - - - - - - - - - √
23 Juli 2008 skala nyeri = 4 Noros 1x1, po - - - - - - - - - - √
pk 14:00 WIB Gingkan 2x40 mg, po - - - - - - - - - - √
Fosmicin 2x1 g, iv √ √ √ - - - - - - - -
Tgl keluar: Ketesse 2x5 mg, iv √ √ √ - - - - - - - -
8 Agustus 2008 dexamethasone 3x5 mg, iv √ √ √ - - - - - - - -
Rantin 2x1 50 mg/2 ml iv √ √ √ √ √ √ - - - - -
Primperan 10 mg/2 ml, b/p - - - √ - - - - - - -
113
Kasus 33
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama: MJR Keluhan masuk: naik motor, tabrakan, kepala belakang lecet. Suhu (ºC) Berkisar antara 36,2-37,3
Nafas (x/menit) Berkisar antara 18-20
No. RM: Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-88
01910203 Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 110-140/70-90
Diagnosa utama: Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Jenis Centusio cerebri Pemberian 1-
Aug 2-
Aug 3-
Aug 4-
Aug 5-
Aug 6-
Aug 7-
Aug 8-
Aug 9-
Aug 10-Aug
11-Aug
kelamin: amoxycillin 3x500 mg, po - - - - - √ √ √ √ √ √
Laki-laki asam mefenamat 3x500 mg, po - - - - - √ √ √ √ √ √
Brainact 1x1 g, po - - - - - √ √ √ √ √ √
Umur: Ikaphen 2x100 mg, po - - - - - √ √ √ √ √ √
53tahun Manitol 20%, iv √ √ √ √ √ √ - - - - -
Remopain 1x30 mg, iv √ √ - - - - - - - - -
Tgl masuk: Piracetam 1x g, iv √ √ √ - - - - - - - -
31 Juli 2008 Fenitoin 2x100 mg, iv √ - - - - - - - - - -
Pantozol 1x40 mg, iv - √ - - - - - - - - -
Dicynon 1x1, iv - √ - - - - - - - - -
Tgl keluar: Nexium 2x40 mg/ml, iv - - - √ √ √ √ √ √ √ √
11 Agustus 2008
114
Kasus 34
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama: MRJ Keluhan masuk: tiba-tiba lemas, sesak nafas Suhu (ºC) Berkisar antara 36-38
Nafas (x/menit) Berkisar antara 18-20
No. RM: Nadi (x/menit) Berkisar antara 76-88
01920236 Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 110-150/60-90
Diagnosis sementara: Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Jenis Syok kardiogenik Pemberian 1-
Aug 2-
Aug 3-
Aug 4-
Aug 5-
Aug 6-
Aug 7-
Aug 8-
Aug 9-
Aug 10-Aug
11-Aug
12-Aug
kelamin: Alupent 3x10 mg, po √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - -
Laki-laki Ascardia 1x160 mg, po √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Cedocard 3x5 mg, po √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Umur: Serolin 3x1, po - - - - - - √ √ √ √ √ √
80 tahun cefadroxil 2x1, po - - - - - - √ √ √ √ √ √
Hexilon 3x8 mg, po - - - - - - √ √ √ √ - -
Tgl masuk: Pamol 3x1, po - - - - - - √ √ √ - -
1 Agustus 2008 Neurotam 2x800 mg, po - - - - - - - - - - - √
pk 18:00 WIB Ranitidine 2x 50 mg/2 ml, iv √ - - - - - √ √ √ √ √ -
Lovenox 2x0,4 cc, iv √ √ - - - - - - - - - -
Tgl keluar: Ketorolac 1 ampul, iv √ - - - - - - - - - - -
13 Agustus 2008 metil prednisolon 1x25 mg, iv - - - - - - - √ √ √ - -
Nicholin 2x1, iv - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Neurotam 1x12 g, iv - - √ √ √ √ √ √ √ √ - -
115
Kasus 35
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama: NSP Keluhan masuk: ± 10 hari perut sakit, muntah, lemas. Suhu (ºC) Berkisar antara 36-39
Nafas (x/menit) Berkisar antara -
No. RM: Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-92
01920719 Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 120-160/60-90
Diagnosis utama: Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Jenis Abdominal pain Pemberian 12-Aug
13-Aug
14-Aug
15-Aug
16-Aug
17-Aug
18-Aug
19-Aug
kelamin: Vometa 3x10 mg, po √ - - - - - - -
Perempuan cetirizine 1x10 mg, po √ - - - - - - -
Tonar 3x630 mg, po - - - - √ √ √ √
Umur: Legres 1x1, po - - - - √ √ √
69 tahun Gracef 2x1 g, iv - √ √ √ - - - -
Duradryl 2x1 cc, iv - √ √ √ - - - -
Tgl masuk: Kalmethasone 2x4 mg/ml, iv - √ √ √ - - - -
12 Agustus 2008 Primperan 1 ampul 5 mg/ml, iv √ - - - - - - -
pk 18:00 WIB omeprazole 1x40 mg, iv √ √ - - - - - -
Remopain 1 ampul 30 mg, iv √ - - - - - - -
Tgl keluar:
19 Agustus 2008
116
Kasus 36
Data Diri Pemeriksaan Perawatan di Bangsal
Tanda Vital Hasil Pemeriksaan Selama Dirawat
Nama: SSK Keluhan masuk: penyeberang jalan kecelakaan dengan Suhu (ºC) Berkisar antara 36-37,4
sepeda motor, luka ringan dan luka Nafas (x/menit) Berkisar antara -
No. RM: di daerah mata kanan. Nadi (x/menit) Berkisar antara 80-88
01920608 Tekanan darah (mmHg) Berkisar antara 110-120/70-80
Diagnosis utama: Nama Obat Dosis & Cara Tanggal Pemberian
Jenis Oedem cerebri Pemberian 10-Aug
11-Aug
12-Aug
13-Aug
kelamin: Yekalgin 3x1, po - - - √
Perempuan Neurotam 3x800 mg, po - - - √
Meiact 2x200 mg, po - - - √
Umur: Betaserc 2x8 mg, po - - - √
18 tahun Stabactam 2x1 g, iv √ √ √ -
Ranitidine 2x50 mg/2ml, iv √ √ √ -
Tgl masuk: Cholinaar 2x250 mg/2 ml, iv √ √ √ -
10 Agustus 2008 Remopain 2x 30 mg, iv √ √ √ -
Tgl keluar:
13 Agustus 2008
117
LAMPIRAN 6.
Daftar Obat Golongan Antasida dan Antiulserasi yang Digunakan di Bangsal Kelas III
RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008
No. Jenis Obat Nama Obat
1. ranitidin Rantin®
ranitidin
2. omeprazol OMZ®
omeprazol
3. lansoprazol Prosogan®
4. pantoprazol Pantozol®
5. esomeprazol Nexium®
6. Al(OH)2, Mg trisilikat Promag®
7. Al(OH)3-Mg karbonat,
metilpolisiloxan
Polycrol®
8. sukralfat Inpepsa®
9. rebamipide Mucosta®
118
LAMPIRAN 7.
Wawancara Visit Bangsal
Kasus 10
Pertanyaan Jawaban (22/08/08)
Sudah minum obat (pagi/siang/malam)? -
Sudah disuntik (pagi/siang/malam)? Injeksi tadi pagi 2 macam
Obat sebelum makan? Berapa jam sebelum makan? -
Obat sesudah makan? Berapa jam sebelum makan? -
Yang dirasakan setelah minum obat? Masih nyeri sehabis operasi
Obat/jamu/suplemen selain yang diberikan perawat selama di RS? Apa? Tidak
Kasus 11
Pertanyaan Jawaban (25/08/08) Jawaban (26/08/08)
Sudah minum obat (pagi/siang/malam)? Pagi 3 macam
Siang belum
Pagi 2 macam
Siang 1 macam
Sudah disuntik (pagi/siang/malam)? Injeksi tadi pagi dan siang 2 macam
Siang 2 x ke infuse dank e tubuh
Obat sebelum makan? Berapa jam sebelum makan?
½ jam sebelum makan (1 macam)
½ jam sebelum makan (1 macam)
Obat sesudah makan? Berapa jam sebelum makan?
Langsung minum obat setelah makan (2 macam)
Langsung minum stelah makan
Yang dirasakan setelah minum obat?
Masih sakit/ pusing
Tidak berpengaruh
Masih nyeri kaki
Berpengaruh sedikit setelah minum obat
Obat/jamu/suplemen selain yang diberikan perawat selama di RS? Apa?
Tidak Tidak
119
Kasus 14
Pertanyaan Jawaban
(25/08/08)
Jawaban
(28/08/08)
Sudah minum obat (pagi/siang/malam)?
Pagi 2 macam
Siang 2 macam
Sore 2 macam
Pagi 3 macam, 1 ac, 2 pc
Siang 3
Sore 3
Sudah disuntik (pagi/siang/malam)? - -
Obat sebelum makan? Berapa jam sebelum makan?
Sebelum makan =1
½ jam sebelum makan
½ jam sebelum makan
Obat sesudah makan? Berapa jam sebelum makan?
Sesudah makan =2
Langsung diminum sesudah makan
Langsung minum setelah makan
Yang dirasakan setelah minum obat?
- Semakin baik
- Kadang masih panas dingin
Enakan
Obat/jamu/suplemen selain yang diberikan perawat selama di RS? Apa?
- -
120
Kasus 17
Pertanyaan Jawaban (23/08/08)
17.00 WIB
Sudah minum obat (pagi/siang/malam)?
Sudah.
Pagi : oral 4 (sambil makan pisang)
Siang dan malam tidak ingat sudah minum/ belum
Sudah disuntik (pagi/siang/malam)? Pagi : injeksi 1
Obat sebelum makan? Berapa jam sebelum makan? lupa
Obat sesudah makan? Berapa jam sebelum makan? lupa
Yang dirasakan setelah minum obat? -
Obat/jamu/suplemen selain yang diberikan perawat selama di RS? Apa? -
121
Kasus 19
Pertanyaan Jawaban
(23/08/08)
Jawaban
(25/08/08)
Sudah minum obat (pagi/siang/malam)?
Sudah.
Pagi : 4 tablet
Siang : 1 tablet
Sudah.
Pagi : 3 tablet
Siang :2 tablet
Sudah disuntik (pagi/siang/malam)? Sudah, hanya pagi sebanyak 3x suntik di tangan
Tidak
Obat sebelum makan? Berapa jam sebelum makan? - -
Obat sesudah makan? Berapa jam sebelum makan?
Semua obat sesudah makan, langsung minum obat sesudah makan, tidak ada jeda waktu
Semua obat sesudah makan, langsung
minum obat sesudah makan, tidak ada jeda
waktu
Yang dirasakan setelah minum obat? Biasa saja, tidak merasakan apa-apa
Biasa saja, tidak ada keluhan
Obat/jamu/suplemen selain yang diberikan perawat selama di RS? Apa? Tidak Tidak
122
Kasus 22
Pertanyaan Jawaban
(21/08/08)
Sudah minum obat (pagi/siang/malam)? Sudah, pagi jam 07.00
Sudah disuntik (pagi/siang/malam)?
Obat sebelum makan? Berapa jam sebelum makan?
Ada 1, diminum ½ jam sebelum makan
Obat sesudah makan? Berapa jam sebelum makan?
Ada 1, langsung diminum setelah makan
Yang dirasakan setelah minum obat?
Tidak ada
Obat/jamu/suplemen selain yang diberikan perawat selama di RS? Apa?
Tidak
Kasus 26
Pertanyaan Jawaban
(22/08/08)
Sudah minum obat (pagi/siang/malam)? Pagi : 07.30 Siang : 12.00 Sore : 06.00
Sudah disuntik (pagi/siang/malam)? Kemarin + 3 kali/hari Hari ini 1 kali saja
Obat sebelum makan? Berapa jam sebelum makan?
Ada 1, diminum ½ jam sebelum makan
Obat sesudah makan? Berapa jam sebelum makan?
Pagi : 4, ½ jam sesudah makan Siang : 3 Sore : 3
Yang dirasakan setelah minum obat?
Kemarin merasakan mual setelah diberi obat yang diinfus (obat trombosit)
Obat/jamu/suplemen selain yang diberikan perawat selama di RS? Apa?
tidak
123
Kasus 29
Pertanyaan
Jawaban (21/08)
18.00
Jawaban (22/08)
14.00
Jawaban (23/08)
14.00
Jawaban (27/08)
18.00
Jawaban (28/08)
18.00
Jawaban (29/08)
16.55
Sudah minum obat (pagi/siang/malam)?
Sore, jam 17.00
Pagi minum 1
Siang minum 1
Pagi dan siang puasa
- Sore 2. Pagi 3 Siang 3
Sudah disuntik (pagi/siang/malam)?
Siang waktu masuk
disuntik ke infus.
Pagi dan siang
disuntik
Pagi dan siang
masing-masin 2 x
- Pagi dan siang 1 x
-
Obat sebelum makan? Berapa jam sebelum makan?
- - - - - -
Obat sesudah makan? Berapa jam sebelum makan?
Ada, setelah
makan ± 2 menit.
Ada, setelah
makan ± 5 menit.
- - Setelah makan,
langsung
Sekitar 5 menit
Setelah makan
Ada obat nebulazer - - - - - -
Yang dirasakan setelah minum obat?
Biasa saja
Lebih baik
Tambah baikan
kaki kiri sudah
mulai bisa digerakkan
- Tambah baikan
Lebih baik
Obat/jamu/suplemen selain yang diberikan perawat selama di RS? Apa?
Tidak Tidak Tidak Tidak. ( catatan: pasien baru pindah dari ICU, baru masuk bangsal sore)
Tidak -
124
LAMPIRAN 8.
Data Home Visit Kasus di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta yang Menerima Obat Antasida dan Antiulserasi
Periode Agustus 2008 Kasus 11
Nama Obat Instruksi Penggunaan Keterangan Hasil Home Visit Neurosanbe®
Ranitidin®
Chloramphenicol Pletaal® Vomitas® Amikasin®
Insulatard®
2x1; pagi, sore, sesudah makan 2x1; pagi, malam, sebelum makan 2x2; setiap 12 jam, sampai habis,08.00-12.00 2x1; ½ jam sebelum makan, pagi dan sore 2x1; 15 sebelum makan 500 mg Tiap jam 20.00
Dolo Scanneuron® dan Quibron T/SR® diminum langsung sesudah makan. Mucopect® syr diminum 1 kali saja (siang)
Kasus 17
Kasus 22
Nama Obat Instruksi Penggunaan Keterangan Hasil Home Visit Curliv® ranitidin
3x1; sesudah makan 2x1; pagi dan malam, ½ jam sebelum/sesudah makan
Nama Obat Instruksi Penggunaan Keterangan Hasil Home Visit Telfast OD® Pronalges® Proneuron® Pondex® Noperten® Climadan® Yekalgin® Rhinofed® Disudrin® Spasmium® Lansoprazol Rantin® Myonal®
1x120 mg; sore 2x100 mg b/p; sesudah makan 2x5 mg 3x150 mg; setiap 8 jam 3x1 3x1 3x1 3x1 b/p 1x1; malam 1x1 2x1
125 Kasus 25
Nama Obat Instruksi Penggunaan Keterangan Hasil Home Visit omeprazol Vometa FT® Polycrol® syr.
1x20 mg; sebelum makan 3x1; ½ jam sebelum makan 3x2 sdt; 1 jam sebelum makan
Tgl 19 Agst : pasien mengeluh jika bangun tidur lalu duduk jadi pusing dan jika makan yang keras-keras, maka dada terasa sakit. Selain minum obat dari dokter, pasien juga mengkonsumsi obat-obatan dari terapi alternatif, namun dikonsumsi tidak bersamaan dengan obat dari dokter (selang 1 jam)
Kasus 26
Nama Obat Instruksi Penggunaan Keterangan Hasil Home Visit omeprazol parasetamol Vomitas® Cravit® Arcapec®
1x1 - 3x1; ½ jam sebelum makan 1x1; setiap 24 jam; sampai habis -
Tgl. 24 Agst : pasien masih merasa pusing, perut sudah tidak sakit Tgl. 26 Agst : pasien masih mengeluh pusing, makan sudah banyak, tgl. 25 Agst lupa minum omeprazol
126
LAMPIRAN 9.
KERJASAMA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
DENGAN RS BETHESDA YOGYAKARTA
Penjelasan mengenai penelitian Surat Pernyataan Kesediaan Sebagai Responden
Penelitian Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors Fase Administrasi
dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Periode Agustus
2008
Tim peneliti dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma bekerjasama
dengan RS Bethesda Yogyakarta melakukan penelitian untuk mengetahui apakah
masalah utama kejadian medication errors fase administrasi dan drug therapy problems
pada pasien RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus 2009.
Anda merupakan pasien RS Bethesda Yogyakarta, oleh karena itu kami minta
ikut serta dalam penelitian ini.
Bila Anda bersedia ikut, tim peneliti akan melakukan wawancara kepada Anda
seputar pengggunaan obat yang diterima. Penelitian berlangsung selama satu bulan.
Setiap pertemuan akan dilakukan wawancara dan pengukuran tanda vital dan beberapa
tes lain bila diperlukan. Pengukuran tanda vital yang dilakukan antara lain tekanan darah,
frekuensi nadi, frekuensi nafas, dan suhu tubuh. Data-data yang didapatkan dari proses
tersebut akan digunakan sebagai data penelitian.
Anda bebas menolak untuk ikut dalam penelitian ini. Bila Anda telah
memutuskan untuk ikut, Anda juga bebas untuk mengundurkan diri setiap saat.
Semua data penelitian ini akan diperlakukan secara rahasia sehingga tidak
memungkinkan orang lain menghubungkannya dengan Anda.
Selama Anda ikut dalam penelitian, setiap informasi baru yang dapat
mempengaruhi Anda untuk terus ikut atau berhenti dari penelitian ini akan segera
disampaikan kepada Anda.
Bila anda tidak mentaati instruksi yang diberikan kepada para peneliti, Anda
dapat dikeluarkan setiap saat dari penelitian ini.
Anda diberi kesempatan untuk menanyakan semua yang belum jelas sehubungan
dengan penelitian ini kepada tim peneliti.
127
Surat Pernyataan Kesediaan sebagai Responden Penelitian
Bahwa saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
No telp/HP :
Menyatakan kesanggupan sebagai responden dalam penelitian yang berjudul
”EVALUASI MASALAH UTAMA KEJADIAN MEDICATION ERRORS FASE
ADMINISTRASI dan DRUG THERAPY PROBLEMS PADA PASIEN RUMAH
SAKIT BETHESDA PERIODE AGUSTUS 2008”. Semua penjelasan di atas telah
disampaikan kepada saya. Saya mengerti bila masih memerlukan penjelasan, saya akan
mendapat jawaban dari tim peneliti.
Demikian surat pernyataan kesanggupan saya sebagai responden dalam penelitian
ini.
Yogyakarta, .......................................
Mengetahui
Saksi Responden/pasien
( ) ( )
Pengukuran yang dilakukan* :
( ) Kadar gula darah ( ) Tekanan darah
( ) Kolesterol ( ) Frekuensi nadi
( ) Suhu tubuh ( ) Frekuensi nafas
*Tandai yang diperlukan
128
BIOGRAFI PENULIS
Welinda Turianna Simanjuntak merupakan anak ketiga dari
pasangan Mulia Simanjuntak dan Rosmeri Siahaan, yang
lahir 11 Juli 1987 di Bandar Lampung. Pendidikan awal
dimulai di Taman Kanak-Kanak Sejahtera IV pada tahun
1992-1993.
Dilanjutkan ke jenjang pendidikan Sekolah Dasar Sejahtera IV Bandar Lampung
pada tahun 1993-1999. Selanjutnya ke jenjang pendidikan Sekolah Menengah
Pertama Fransiskus Tanjung Karang, Bandar Lampung tahun 1999-2002. Tahun
2002-2005, penulis menyelesaikan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas
(SMA) Fransiskus Bandar Lampung. Setelah menyelesaikan pendidikan tingkat
SMA, penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Fakultas Farmasi dan menyelesaikan masa studi pada tahun 2010.