early childhood caries

33
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sofyan Suri (160110130066) 2.1. Definisi Early Childhood Caries Early Childhood Caries, atau juga dikenali sebagai nursing caries, baby bottle caries atau nursing bottle caries, adalah suatu bentuk agresif karies gigi yang merusak gigi insisivus desidui maxilla dalam beberapa bulan setelah erupsi. Secara umum ECC adalah suatu bentuk karies rampan yang berhubungan dengan pemberiansusu melalui botol atau ibu yang tidak benar.American Dental Association (ADA) mendefinisikan ECC sebagai hadirnyasatu atau lebih kerusakan gigi, kehilangan gigi (akibat karies) atau permukaan gigi yang ditambal pada gigi desidui anak usia prasekolah yaitu dari sejak lahir hingga 71 bulan. 2.2. Etiologi Early Childhood Caries Etiologi ECC sama dengan karies pada umumnya yaitu multifaktorial, yang terjadi akibat interaksi faktor yang mempengaruhi aktivitas karies yaitu mikroorganisme, substrat, host (gigi dan saliva), dan waktu. 2.2.1. Host 5

Upload: martha-fransiska-siahaan

Post on 07-Feb-2016

73 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ECC

TRANSCRIPT

Page 1: Early Childhood Caries

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sofyan Suri (160110130066)

2.1. Definisi Early Childhood Caries

Early Childhood Caries, atau juga dikenali sebagai nursing caries,

baby bottle caries atau nursing bottle caries, adalah suatu bentuk agresif

karies gigi yang merusak gigi insisivus desidui maxilla dalam beberapa bulan

setelah erupsi. Secara umum ECC adalah suatu bentuk karies rampan yang

berhubungan dengan pemberiansusu melalui botol atau ibu yang tidak

benar.American Dental Association (ADA) mendefinisikan ECC sebagai

hadirnyasatu atau lebih kerusakan gigi, kehilangan gigi (akibat karies) atau

permukaan gigi yang ditambal pada gigi desidui anak usia prasekolah yaitu

dari sejak lahir hingga 71 bulan.

2.2. Etiologi Early Childhood Caries

Etiologi ECC sama dengan karies pada umumnya yaitu multifaktorial, yang

terjadi akibat interaksi faktor yang mempengaruhi aktivitas karies yaitu

mikroorganisme, substrat, host (gigi dan saliva), dan waktu.

2.2.1. Host

Terjadinya karies gigi dipengaruhi oleh host yang rentan. Lapisan

keras gigi terdiri dari enamel (lapisan paling luar) dan dentin. Proses

karies dimulai dari lapisan luar, oleh karena itu enamel sangat

menentukan terjadinya karies. Karies pada gigi desidui lebih cepat

dibandingkan gigi permanen, hal ini terjadi karena gigi desidui

mengandung lebih banyak bahan organik dan air, sedangkan jumlah

mineral lebih sedikit dibandingkan gigi permanen dan ketebalan

enamel gigi desidui hanya setengah dari gigi permanen. Selain itu,

susunan kristal-kristal gigi desidui tidak sepadat gigi permanen,

5

Page 2: Early Childhood Caries

6

padahal susunan kristal ini turut menentukan resistensi enamel

terhadap karies, sehingga dapat dikatakan gigi desidui lebih rentan

terhadap karies dibanding gigi permanen. Karena kerentanan gigi

terhadap karies banyak bergantung kepada lingkungannya, maka

peran saliva sangat besar sekali. Saliva merupakan sistem pertahanan

utama dari host terhadap karies. Saliva dapat menyingkirkan makanan

dan bakteri dan menyediakan sistem buffer terhadap asam yang

dihasilkan. Saliva juga berfungsi sebagai reservoir mineral untuk

kalsium dan fosfat yang diperlukan untuk remineralisasi enamel gigi.

2.2.2. Mikroorganisme

Bakteri yang selalu dikaitan dengan ECC ialah Streptococcus mutans.

Secara metabolik, bakteri ini mampu memproduksi asam dengan

kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan kemampuan lingkungan

biofilm dibawah nilai pH kritis sehingga menghasilkan kerusakan

enamel gigi. Streptococcus mutans mendiami kavitas oral setelah

erupsi gigi pertama.

2.2.3. Waktu

Bakteri dalam plak memanfaatkan substrat untuk menghasilkan zat

asam yang terus diproduksi selama mengonsumsi makanan

kariogenik. Asam ini akan menyerang permukaan enamel selama 20

menit, hal ini umumnya disebut acid attack. Acid attack yang

berulang dan berkepanjangan dapat menyebabkan kerusakan enamel

secara terus menerus hingga membentuk sebuah kavitas. Lamanya

waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu

kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.

2.2.4. Substrat

Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang

dikonsumsi sehari-hari dan menempel pada gigi. Seringnya

Page 3: Early Childhood Caries

7

mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat terutama

sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi. Gula adalah zat

yang paling mudah berdifusi ke dalam lapisan plak yang terdapat pada

permukaan gigi. Bakteri dalam plak, terutama Streptococcus mutans

memanfaatkan nutrien ini untuk menghasilkan asam yang terus

diproduksi selama memakan makanan kariogenik. Asam yang

terbentuk akan menyebabkan penurunan pH. Jika pH turun dibawah

5,5 , maka hal ini dapat menyebabkan demineralisasi enamel.

Meningkatnya konsumsi makanan kariogenik dapat menyebabkan

kerusakan enamel yang berlanjut menghasilkan karies Plak dan asam

yang dihasilkan oleh bakteri di dalamnya juga berimplikasi terhadap

penyakit periodontal.

2.2.5. Perilaku diet

Diet merupakan makanan/minuman yang dikonsumsi setiap hari.

Anak-anak cenderung lebih menyukai makanan manis-manis dan

lengket yang bisa menyebabkan terjadinya karies gigi, terutama di

lingkungan sekolah yang makanan dan minuman kariogeniknya

bervariasi. Perilaku diet yang dikonsumsi sangat mempengaruhi

pembentukan plak karena membantu proses perkembangbiakan

mikroorganisme di dalam mulut. Perilaku diet yang menyebabkan

karies dikarenakan beberapa faktor yang salah dalam aplikasinya.

Faktor tersebut adalah jenis makanan/ minuman yang dikonsumsi,

waktu, durasi , frekuensi, bentuk makanan yang dikonsumsi serta cara

mengonsumsinya.

Page 4: Early Childhood Caries

8

Ruri Nawangsari (160110130058)

Citra Putri S. (160110130060)

2.3. Klasifikasi Early Dental Caries

Eric Broderick et al, mengelompokkan kriteria dari early childhood caries

menjadi:

2.3.1. Tipe I. Minimal

Lesi karies terdapat pada dua permukaan gigi rahang atas dan tidak

terdapat pada permukaan gigi posterior.

2.3.2. Tipe 2 : Mild-Moderate

Lesi karies melibatkan gigi incisivus dan molar

Tampak pada anak usia 2-5 tahun.

Penyebabnya oleh kombinasi antara makanan kariogenik dan Oral

hygiene yang buruk.

Jumlah gigi yang terkena tergantung pada banyaknya factor

kariogenik.

Gambar 2.1 : Tipe 2 Mild-Moderate ECC

Page 5: Early Childhood Caries

9

2.3.3. Tipe 3: Moderate – Severe

Lesi karies pada permukaan labiolingual pada gigi insicivus

maksila,

Lesi pada molar tergantung pada usia anak.

Tidak terdapat lesi pada incisivus bawah

Penyebabnya adalah lamanya penggunaan bottle feeding

Terjadi setelah erupsi gigi tetap pertama

Gambar 2.2 : Tipe 3 Moderate Severe ECC

2.3.4. Tipe 4: Severe

Lesi karies hampir menyerang semua gigi, termasuk Incisive bawah

Tampak pada anak usia 3-5 tahun

Gambar 2.3: Tipe 3 Severe ECC

2.4. Tanda dan Gejala Klinis Early Childhood Caries

Page 6: Early Childhood Caries

10

ECC pada tahap inisial terdapat lesi karies pada pemukaan halus

mengenai gigi insisivus desidual maksila. Saat karies berkembang terlihat di

permukaan oklusal molar pertama desidual maksila yang akhirnya menyebar

ke gigi desidual yang lain kemudian menghancurkan pertumbuhan gigi

desidual (Fajriani,2011).

Menurut literatur gambaran klinis ECC terdiri dari empat tahap yaitu:

2.4.1. Tahap Inisial

Tahap ini dikarakteristikkan dengan terlihatnya permukaan seperti

kapur, lesi demineralisasi berwarna opak pada permukaan halus gigi

desidual insisivus maksila. Hal ini terjadi saat anak berusia 10-20

bulan atau lebih muda. Suatu garis putih yang khas terlihat pada

daerah servikal dari permukaan vestibular dan palatal gigi-gigi

insisivus maksila (Fajriani,2011). Pada tahap ini, lesi reversibel tapi

orang tua dan dokter yang pertama memeriksa mulut anak sering

mengabaikan lesi tersebut. Lebih lanjut, lesi ini dapat didiagnosa

hanya setelah seluruh gigi dikeringkan (Asfria,2009).

Gambar 2.4, Early Childhood Caries tahap Inisial

Sumber: https://www.dental.umaryland.edu/ecc-conference/

2.4.2. Tahap Kedua

Tahap ini terjadi saat usia anak sudah mencapai 16-24 bulan. Dentin

Page 7: Early Childhood Caries

11

dipengaruhi saat lesi putih pada insisivus berkembang pesat

menyebabkan enamel rusak. Dentin terpapar dan terlihat lunak serta

berwarna kuning. Molar desidual maksila terkena lesi inisial pada

permukaan servikal, proksimal dan oklusal (Asfria,2009).

Pada tahap ini, anak mulai mengeluh kalau giginya sensitif saat

tersentuh makanan atau minuman yang dingin. Orang tua kadang-

kadang memperhatikan perubahan warna pada gigi anak mereka dan

mulai cemas. (Fajriani,2011)

Gambar 2.5, Early Childhood Caries tahap Kedua

Sumber: http://www.castlegatedental.com/patient-information/early-

childhood-caries/

2.4.3. Tahap Ketiga

Tahap ini terjadi saat usia anak 20-36 bulan. Lesi sudah luas pada

salah satu insisivus maksila dan pulpa sudah teriritasi. Anak akan

mengeluh sakit saat mengunyah dan menyikat gigi. Pada malam hari

anak akan merasa kesakitan spontan. Pada tahap ini, molar desidual

maksila pada tahap kedua sedangkan gigi molar desidui mandibula

dan kaninus desidui maksila pada tahap inisial (Fajriani,2011)

Page 8: Early Childhood Caries

12

Gambar 2.6 , Early Childhood Caries tahap Ketiga

Sumber:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23846/4/

Chapter%20II.pdf

2.4.4. Tahap Keempat

Tahap ini terjadi ketika anak sudah berusia 30-48 bulan. Mahkota gigi

anterior maksila fraktur sebagai akibat dari rusaknya enamel dan

dentin. Pada tahap ini insisivus desidui maksila biasanya sudah

nekrosis dan molar desidui maksila berada pada tahap tiga. Molar

kedua desidual dan kaninus desidui maksila serta molar pertama

desidui mandibula pada tahap kedua. Anak sangat menderita, susah

mengekspresikan rasa sakitnya, susah tidur, dan tidak mau makan

(Fajriani,2011).

Gambar 2.7, Early Childhood Caries tahap Keempat

Sumber:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23846/4/

Chapter%20II.pdf

Riezky Indrajati (160110130054)

Desi Mitra Cipendani (160110130065)

2.5. Patogenesis Early Childhood Caries

Mekanisme Terjadinya Karies

Page 9: Early Childhood Caries

13

Karies terjadi karena interaksi antara bakteri yang bersifat kariogenik,

gigi (host), karbohidrat, waktu, serta saliva. Bakteri yang menempel pada

permukaan bergula akan menghasilkan asam yang dapat melarutkan

permukaan struktur gigi, seperti enamel, sehingga terjadi proses

demineralisasi. Demineralisasi merupakan proses awal karies.

Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya dental

plaque/biofilm di permukaan gigi. Plak/ biofilm merupakan kumpulan dari

mikroba baik yang masih hidup atau sudah mati bersama dengan produk

ekstraselulernya, serta senyawa terutama berasal dari saliva host

(samaranayake: 261).

Apabila sisa makanan terus menumpuk maka karbohidrat terutama

sukrosa akan disintesis oleh bakteri. Streptococcus mutans akan

menghasilkan enzim glukosiltransferase (GTF), merubah sukrosa menjadi

glukan yang bersifat lengket. Bakteri melakukan metabolisme untuk

menghasilkan energi, dan ekskresinya adalah suatu Asam laktat dari proses

glikolisis karbohidrat. Asam laktat dapat menurunkan pH mulut menjadi

kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi

karies gigi (Suryawati, 2010). Asam yang dihasilkan bakteri akan

mengakibatkan berbagai variasi karies pada gigi. Hal tersebut dipengaruhi

oleh:

a. pH pada permukaan gigi yang dapat mempengaruhi perubahan

metabolisme pada plak.

b. adanya karbohidrat (glukosa, fruktosa, dan sukrosa) yang

dapat menstimulasi proses metabolisme.

Ketika ketersediaan karbohidrat hanya sedikit selama bakteri

melakukan metabolisme, bakteri tidak dapat melakukan metabolisme secara

maksimal. dengan demikian pH pada daerah permukaan gigi tersebut akan

terus meningkat dan terjadilah proses remineralisasi. Demineralisasi dan

remineralisasi terjadi secara dinamis pada permukaan gigi. Namun apabila

Page 10: Early Childhood Caries

14

terjadi ketidakseimbangan antara keduanya dapat terjadi karies, yakni jika

demineralisasi lebih besar daripada remineralisasi.

Demineralisasi merupakan hilangnya sebagian atau seluruh mineral

enamel karena larut dalam asam, semakin rendah pH maka akan

meningkatkan ion hidrogen yang akan merusak hidroksiapatis (senyawa

kalsium fosfat) enamel. Hidroksiapatit merupakan bahan anorganik, baik di

enamel, dentin, maupun sementum yang memililiki presentasi yang tinggi

dibanding bahan lainnya. Tanda awal demineralisasi ditandai dengan adanya

suatu lesi putih (white spot). Pada tahap ini, proses terjadinya karies dapat

dikembalikan.

Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin

melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang).

Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun

kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga

permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang

makrokopis dapat dilihat. Pada karies dentin yang baru mulai terlihat hanya

lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri dari tulang dentin sklerotik,

kemungkinan membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan

enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/tidak tembus penglihatan, di

dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala degenerasi

cabang-cabang odontoblast). Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan

menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam, tidak terdapat

lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana

dentin partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima.

Akumulasi plak pada permukaan gigi utuh dalam dua sampai tiga

minggu menyebabkan terjadinya bercak putih. Waktu terjadinya bercak putih

menjadi kavitasi tergantung pada umur, pada anak-anak 1,5 tahun dengan

kisaran 6 bulan ke atas dan ke bawah, pada umur 15 tahun, 2 tahun dan pada

umur 21-24 tahun, hampir tiga tahun. Tentu saja terdapat perbedaan

Page 11: Early Childhood Caries

15

individual. Sekarang ini karena banyak pemakaian flourida, kavitasi akan

berjalan lebih lambat daripada dahulu.

Pada anak-anak, kerusakan berjalan lebih cepat dibanding orang tua,

hal ini disebabkan:

1) Email gigi yang baru erupsi lebih mudah diserang selama belum

selesai maturasi setelah erupsi (meneruskan mineralisasi dan

pengambilan flourida) yang berlangsung terutama 1 tahun setelah

erupsi.

2) Remineralisasi yang tidak memadai pada anak-anak, bukan karena

perbedaan fisiologis, tetapi sebagai akibat pola makannya (sering

makan makanan kecil)

3) Lebar tubuli pada anak-anak mungkin menyokong terjadinya

sklerotisasi yang tidak memadai

4) Diet yang buruk dibandingkan dengan orang dewasa, pada anak-

anak terdapat jumlah ludah dari kapasitas buffer yang lebih

kecil, diperkuat oleh aktivitas proteolitik yang lebih besar di

dalam mulut.

Fathia Fatunnisa (16011013056)

Martha Siahaan (160110130059)

2.6. Talaksana untuk Early Childhood Caries

ECC disebut juga dengan nursing bottle caries, juga dikenal dengan

nama seperti bottle caries, baby bottle syndrome, baby bottle decay

merupakan bentukan dari rampant karies pada gigi sulung dari bayi atau

Page 12: Early Childhood Caries

16

anak-anak(2, 3, dan 4 tahun). Pada kebanyakan kasus, masalahnya biasanya

ditemui pada bayi yang sering tertidur dengan botol bayi yang berisi susu

atau air gula. Kondisi seperti ini juga bisa ditemui pada bayi yang meminum

ASI yang memiliki kebiasaan minum ASI yang terlalu lama atau pada bayi

yang menggunakan dot yang dicelupkan ke madu, gula, atau syrup.

Penurunan flow rate saliva selama tidur juga mengumpulkan larutan

manis disekitar gigi, juga berakibat pada lingkungan kariogenik yang

tinggi.Rampant karies juga bisa muncul pada gigi permanen pada usia

remaja, karena seringnya mereka mengkonsumsi snack-snack yang bersifat

kariogenik juga minuman yang manis diantara waktu makan.

2.6.1. Perawatan Early Childhood Caries

Perawatan terhadap ECC  tergantung pada tingkat keparahan karies. Penentuan teknik perawatan ECC sangat ditentukan oleh diagnosa yang tepat. Pada gigi dengan karies yang telah mengenai saluran akar hendaknya dilakukan perawatan endodontik terlebih dahulu sebelum dilakukan penambalan, sedangkan pada gigi dengan karies yang belum mengenai pulpa dapat langsung dilakukan penambalan.

Perawatan endodontik yang dapat dilakukan antara lain pulp capping (direct atau indirect), pulpotomi (vital atau nonvital), pulpektomi (vital atau nonvital), pembuatan restorasi. Pembuatan restorasi dengan menggunakan bahan semen glass ionomer dan resin komposit, dengan pembuatan mahkota buatan seperti Compomer Strip Crowns, mahkota stainless steel.

2.6.2. Pencegahan

Tindakan pencegahan terhadap ECC  harus dilakukan karena semakin parah karies maka semakin kompleks pula perawatan yang harus dilakukan sehingga memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk dikeluarkan.

Beberapa saran untuk mencegah karies ECC, meliputi :

1.  Berikan nasihat pada orang tua anak agar membuat anak merasa tenang dan nyaman saat tidur, jangan memberikan dot botol yang berisi larutan gula

Page 13: Early Childhood Caries

17

(susu formula atau sari buah), biasakan berikan anak air putih dalam dot botol atau dot karet.

2. Usahakan jangan memasukkan gula, madu, atau yang mengandung larutan gula ke dalam dot botol.

3. Jangan membiarkan anak menghisap ASI secara kontinyu saat tidur, karena ASI juga dapat menyebabkan kerusakan gigi. Biasakan anak menghisap dot botol yang berisi air.

4. Jangan menambahkan gula yang berlebihan dalam makanan anak5. Gunakan kain kasa yang dibasahi air atau kain tipis untuk membersihkan gigi

dan gusi anak setelah makan atau minum yang mengandung gula atau karbohidrat. Ini akan membantu menghilangkan plak bakteri dan gula yang tumbuh dalam gigi dan gusi.

6. Jika air minum yang diminum setiap harinya tidak mengandung fluoride, maka suplemen fluoride atau perawatn fluoride seperti topikal aplikasi dan fissure sealant dapat diberikan.

7. Ajarkan kepada anak untuk membiasakan minum menggunakan gelas atau cangkir menjelang umurnya 1 tahun. Anak sebaiknya berhenti minum menggunakan dot botol setelah umurnya 1 tahun.

8. Berikan nasihat pada orang tua anak untuk segera mengunjungi dokter gigi, apabila tampak tanda kemerahan dan bengkak pada mulut anak atau bercak/spot hitam pada gigi anak.

Rizkiah Ananda (160110130064)

2.7. Dampak akibat Early Childhood Caries

Meskipun sebagian besar dapat dicegah dengan pemeriksaan awal,

identifikasi faktor risiko individu, konseling orang tua dan pendidikan, dan

inisiasi prosedur perawatan pencegahan seperti aplikasi fluoride topikal, sifat

progresif penyakit gigi dengan cepat dapat mengurangi kesehatan umum dan

kualitas hidup bagi bayi yang terkena, balita, dan anak-anak. Kesehatan mulut

berarti lebih dari sekedar gigi sehat.

Kesehatan mulut mempengaruhi orang secara fisik dan psikologis,

dan pengaruh bagaimana mereka tumbuh, terlihat, berbicara, mengunyah,

rasa makanan, dan bersosialisasi, serta perasaan mereka kesejahteraan sosial.

Kualitas anak-anak hidup dapat secara serius dipengaruhi oleh berat karies

Page 14: Early Childhood Caries

18

karena rasa sakit dan ketidaknyamanan yang dapat menyebabkan cacat, akut

dan infeksi kronis, dan makan diubah dan kebiasaan, serta risiko rawat inap,

biaya pengobatan yang tinggi, dan kehilangan hari sekolah dengan

kemampuan konsekuen berkurang untuk belajar tidur.

Pada anak-anak yang paling kecil, ECC dikaitkan dengan

pertumbuhan berkurang berat badan akibat konsumsi makanan tidak cukup

untuk memenuhi kebutuhan metabolisme dan pertumbuhan anak-anak berusia

kurang dari 2 tahun. Karena sakit gigi dan infeksi mengubah kebiasaan

makan dan tidur, asupan makanan, dan proses metabolisme. Gangguan tidur

mempengaruhi produksi glucosteroid. Selain itu, ada penekanan hemoglobin

dari eritrosit tertekan produksi. Kehilangan gigi awal yang disebabkan oleh

kerusakan gigi telah dikaitkan dengan gagal tumbuh, perkembangan bicara

terganggu, absen dari dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi di sekolah,

dan mengurangi harga diri.

Penyakit mulut yang tidak diobati dapat memperburuk kondisi yang

sudah rapuh banyak anak berkebutuhan khusus perawatan kesehatan karena

prevalensi kondisi medis kronis seperti gangguan kejang atau gangguan

emosional yang berat. Sebagai contoh, dapat mempersulit pengobatan organ

dan transplantasi sumsum tulang (kadang-kadang mengakibatkan kematian);

dapat mengakibatkan komplikasi parah (misalnya, pneumonia, infeksi saluran

kemih, demam, dan infeksi umum dari seluruh tubuh); dan dapat

menyebabkan infeksi katup jantung yang rusak (yang mengakibatkan

kematian 50% dari waktu).

Kemungkinan mekanisme ketiga karies parah bagaimana diobati

dengan pulpitis mempengaruhi pertumbuhan adalah pulpitis itu dan abses gigi

kronis mempengaruhi pertumbuhan dengan menyebabkan peradangan kronis

yang mempengaruhi jalur metabolisme di mana sitokin mempengaruhi

eritropoiesis.

Page 15: Early Childhood Caries

19

Salah satu prediktor terbaik dari karies di masa depan adalah karies

sebelumnya pengalaman. Anak-anak di bawah usia 5 dengan riwayat karies

gigi secara otomatis diklasifikasikan sebagai berisiko tinggi untuk

pembusukan masa depan. Namun, tidak adanya karies tidak berguna

prediktor risiko karies untuk bayi dan balita karena meskipun anak-anak ini

berada pada risiko tinggi, ada mungkin belum cukup waktu untuk

pengembangan lesi karies. Lesi white spot yang paling sering ditemukan pada

permukaan halus enamel dekat dengan gingiva. Meskipun hanya beberapa

studi telah meneliti pewarnaan pit dan fisura atau lesi white spot sebagai

variabel risiko karies, lesi tersebut harus dianggap setara dengan karies ketika

menentukan risiko karies pada anak-anak.

Ekstraksi gigi adalah pengobatan umum dan diperlukan untuk karies

maju. Kehilangan dini gigi molar cenderung mengakibatkan masalah

ortodontik masa depan. Oleh karena itu, anak-anak yang terkena ECC

cenderung terus mengalami masalah kesehatan mulut untuk pengobatan yang

sering finansial di luar jangkauan untuk orang tua mereka. Selanjutnya,

karies pada awal tahun telah dikaitkan dengan karies pada akhir masa kanak-

kanak.

Gambar 2.8.Karies Rampan

Sumber: jurnal international dentistry vol.11, No 4

Page 16: Early Childhood Caries

20

Gambar 2.9 Tahap Kedua ECC.

Sumber : Msefer, 2006

Zahra Rania I.S (160110130063)

2.8. Hubungan antara mengemil antara jam makan dan konsumsi

susu botol dengan Early Childhood Caries

Karies gigi memiliki etiologi yang multi faktor dimana terjadi

interaksi dari tiga faktor utama yang ada di dalam mulut, yaitu host (gigi),

mikroorganisme (agen) dan substrat (diet kabohidrat) dan faktor keempat:

waktu. (Reich. E, dkk. 1999).

Peranan diet dalam pembentukan karies merupakan hal yang penting

untuk diketahui. Diet merupakan makanan/minuman yang dikonsumsi setiap

hari. Anak-anak cenderung lebih menyukai makanan manis-manis dan

lengket yang bisa menyebabkan terjadinya karies gigi. Perilaku diet yang

dikonsumsi sangat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu

proses perkembangbiakan mikroorganisme di dalam mulut. Perilaku diet

yang menyebabkan karies dikarenakan beberapa faktor yang salah dalam

aplikasinya. Faktor tersebut adalah jenis makanan/ minuman yang

dikonsumsi, waktu, durasi, frekuensi, bentuk makanan yang dikonsumsi serta

cara mengonsumsinya.

Page 17: Early Childhood Caries

21

Makanan yang mengandung karbohidrat merupakan makanan yang

kariogen, namun tidak semua karbohidrat bersifat kariogen. Jumlah dan tipe

karbohidrat dalam suatu makanan merupakan faktor yang menentukan efek

makanan tersebut terhadap kesehatan gigi.

Tabel 2.1. Jenis karbohidrat berdasarkan tingkat kariogeniknya

Sumber:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37837/4/

Chapter%20II

Simple carbohydrate, yang sering disebut fermentasi karbohidrat,

lebih kariogenik dari pada karbohidrat kompleks. Sukrosa merupakan

fermentasi karbohidrat yang paling kariogen. Walaupun gula lainnya tetap

berbahaya, sukrosa merupakan gula yang paling banyak di konsumsi,

sehingga merupakan penyebab karies yang utama. Sukrosa juga merupakan

jenis karbohidrat yang merupakan media untuk pertumbuhan dan

meningkatkan koloni bakteri Streptococcus mutans. Kabohidrat ini dapat

dijumpai pada hampir semua makanan, terutama pada cemilan yang disukai

anak-anak dapat seperti permen, coklat, kue-kue dan gula, selain itu dapat

dijumpai juga pada susu formula. Karbohidrat kompleks, dalam bentuk zat

pati di dalam buah dan sayuran, memiliki tingkat kariogenitas yang rendah.

Hal ini disebabkan karena zat pati terlebih dahulu diuraikan menjadi gula

monosakarida sebelum ia bisa dimanfaatkan oleh plak

Page 18: Early Childhood Caries

22

Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula diantara

jam makan berhubungan dengan peningkatan karies yang besar. Sesuai

dengan penjelasan pada kurva Stephan bahwa konsumsi sukrosa akan

meningkatkan aktivitas bakteri untuk memproduksi asam dan menurunkan

pH rongga mulut dalam waktu 20 sampai 30 menit. Frekuensi konsumsi

makanan dan minuman yang terlalu sering dapat menyebabkan buffer saliva

tidak mempunyai kesempatan untuk menetralisir pH asam di rongga mulut

sehingga proses demineralisasi menjadi dominan. Pada kasus kali ini, anak

“ngemil” diantara jam makan, dan kebanyakan snack yang dimakan

merupakan kariogenik sehingga zat asam yang dihasilkan bertambah. Bakteri

Kariogenik (S. Mutans) akan merubah kabohidrat terutama sukrosa menjadi

asam, asam akan merusak enamel yang kemudian menembus dentin. Acid

attack yang terus berulang ini dapat menyebabkan kerusakan pada enamel,

yang merupakan tahap pertama dalam inisiasi karies gigi. Semakin sering

terjadi perubahan pH, maka semakin cepat pula proses karies terjadi.

Bentuk fisik suatu makanan merupakan hal yang sangat penting dalam

menginisiasi kerusakan gigi, tergantung pada jumlah waktu kontaknya

makanan tersebut dengan permukaan gigi. Tingkat retensi makanan

menggambarkan keadaan lengketnya suatu makanan. Hal ini menentukan

seberapa lama makanan tersebut dapat dibersihkan di rongga mulut yang

biasa disebut oral clearance time. Makanan dalam bentuk cair memiliki oral

clearance time tercepat dan paling tidak berbahaya meskipun makanan ini

mengandung persentase sukrosa yang tinggi. Makanan kering atau padat yang

mengandung karbohidrat yang cenderung lengket ke gigi mungkin sangat

kariogenik. Karena perlahan larut di dalam mulut, maka hal ini dapat

menyebabkan Acid attack yang berkepanjangan.

Lamanya konsumsi makanan dan minuman terutama jenis kariogenik

perlu diperhatikan. Selama makanan atau minuman berada di rongga mulut,

gigi akan terpapar zat asam dengan pH kritis. Kontak yang lama antara

permukaan gigi dengan makanan/ minuman yang mengandung gula akan

Page 19: Early Childhood Caries

23

menyebabkan gigi terpapar zat asam lebih lama dan memberikan peluang

lebih besar dalam proses perusakan enamel.

Selain itu cara mengkonsumsi makanan tersebut juga perlu

diperhatikan selain dari waktunya, misal ini terjadi pada perpindahan

konsumsi susu dari ASI menuju botol (dengan susu formula), karena anak

enggan minum dengan susu botol. Salah satu trik orang tua adalah dengan

menambahkan gula ke dalam susu formula sebagai pengganti rasa manis

laktosa yang terdapat dalam ASI dan susu sapi. Dengan menambahkan gula,

anak jadi mau meminum susu botolnya, namun hal ini sangat perlu

diwaspadai karena pemberian gula pasir untuk seterusnya sangat

mempengaruhi timbulnya kerusakan pada gigi. Kontak yang berkepanjangan

antara permukaan gigi dengan cairan yang mengandung gula akan

menimbulkan pola khas dari karies gigi, terutama pada gigi insisivus.

Memberikan susu botol untuk membuat anak tidur merupakan

kebiasaan yang sulit dihentikan. Selama menyusui, dot terletak di bagian

palatal sehingga susu tergenang pada gigi atas yang dapat menyebabkan

mikroorganisme dalam mulut menghasilkan asam disekeliling gigi. Karena

aliran dan kapasitas netralisasi saliva yang berkurang saat tidur, maka

demineralisasi menjadi proses yang dominan. Menggunakan botol merupakan

predisposisi terhadap ECC karena dot yang menghambat akses saliva untuk

gigi desidui maksila. Disisi lain, gigi insisivus mandibula dekat dengan

kelenjar saliva utama dan terlindungi oleh permukaan lidah bagian depan. Hal

ini menjadikan pola karies botol yang khas karena gigi insisivus mandibula

yang relatif imun terhadap karies. anak yang tidak menggunakan botol. Pola

karies di bagian anterior ini juga lebih tinggi pada anak yang menggunakan

botol dibandingkan dengan anak yang tidak memakai botol.

Mega Merdekawati (160110130057)

2.9. Epidemiologi Early Childhood Caries

Page 20: Early Childhood Caries

24

Kesehatan gigi dan mulut yang baik merupakan komponen integral

dari kesehatan umum yang baik. Meskipun untuk mendapatkan kesehatan

mulut yang baik mencakup lebih dari hanya memiliki gigi yang sehat, namun

masih banyak anak memiliki kesehatan mulut dan umum yang inadekuat

karena mempunyai karies gigi yang aktif dan tidak terkontrol. Sampai saat

ini, karies masih merupakan masalah kesehatan baik di negara maju maupun

di negara-negara berkembang. Data yang diperoleh dari Bank WHO (2000)

yang diperoleh dari enam wilayah WHO yaitu AFRO, AMRO, EMRO,

EURO, SEARO dan WPRO menunjukkan bahwa rata-rata indeks

pengalaman karies (DMFT) pada anak usia 12 tahun berkisar 2,4. Indeks

karies di Indonesia sebagai salah satu negara SEARO (South East Asia

Regional Offices) saat ini untuk kelompok usia yang sama berkisar 2,2

dimana indeks karies di negara berkembang lainnya adalah 1,2 sedangkan

indeks target WHO untuk tahun 2010 adalah 1,0.2 Angka karies gigi pada

anak di negara berkembang termasuk Indonesia masih tinggi, bahkan ada

kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan Survei Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai

90,05% dan ini tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan negara

berkembang lainnya.

Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih

dikenal sebagai Early Childhood Caries (ECC). Pada golongan anak-anak

bawah usia 3 tahun, tanda-tanda karies pada permukaan halus gigi

diindikasikan sebagai Severe Early Childhood Caries (S-ECC). Istilah ini

menggantikan istilah Nursing Bottle Caries atau Baby Bottle Tooth Decay

yang sering digunakan sebelumnya. ECC adalah bentuk karies rampan yang

diterima oleh banyak ahli sebagai karies gigi sulung yang sering menyerang

bayi dan anak-anak usia pra-sekolah. ECC berbeda dari bentuk-bentuk karies

biasa pada gigi sulung dan gigi permanen mencakup waktu pembentukan,

lokalisasi dan gambaran klinisnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

sekitar 75% ECC ditemukan pada sekitar 8% anak usia 2 sampai 5 tahun.

Page 21: Early Childhood Caries

25

Dibandingkan dengan kelompok usia lainnya, tingkat keparahan karies gigi

pada anak usia pra-sekolah telah meningkat menjadi 28%.

Prevalensi karies pada anak di negara-negara maju jauh berkurang

dalam 50 tahun terakhir ini, namun prevalensi karies pada anak usia dini tetap

meningkat. Telah disepakati bahwa ECC terjadi pada 3-45% dari anak-anak

usia pra-sekolah sedangkan pada beberapa sub-populasi sosioekonomi di

Amerika Serikat, ECC dijumpai pada 70-90% bayi dan anak usia pra-sekolah.

Berdasarkan tingkat usia, prevalensi ECC cenderung meningkat. Tang et al

(cit. McDonald) melakukan penelitian dengan cara pemeriksaan karies gigi

terhadap anak pra-sekolah yang dipilih dari Program Bantuan Kesehatan

Masyarakat di Arizona. Dari hasil penelitian tersebut, mereka menemukan

karies pada 6,4% dari anak usia 1 tahun, 20% dari anak usia 2 tahun, 35%

dari anak usia 3 tahun dan 49% dari anak usia 4 tahun.

Studi epidemiologi menunjukkan bahwa kejadian karies sangat

berbeda antara kelompok-kelompok penduduk, tetapi diet dipertimbangkan

sebagai perbedaan utama antara kelompok-kelompok bangsa meskipun

terdapat juga faktor genetik. Telah dibuktikan dari berbagai penelitian bahwa

kandungan gula dalam diet merupakan penyebab utama terjadinya karies.

Suku bangsa yang mengonsumsi gula secara berlebihan menunjukkan tingkat

karies yang lebih tinggi dibandingkan dengan suku bangsa yang

mengonsumsi gula dengan lebih rendah.

Beberapa penelitian menemukan hubungan yang signifikan antara

konsumsi permen dan minuman yang manis dengan karies berkavitas.

Holbrook et al (cit. Chankanka) meneliti faktor risiko karies pada 43 orang

anak di awal usia 5 tahun dan pada 15 bulan berikutnya. Penelitian tersebut

menunjukkan bahwa frekuensi asupan yang lebih besar dari permen dan

makanan berkariogenik di antara jam makan dikaitkan dengan karies

berkavitas. Tsai et al (cit. Chankanka) pula melakukan penelitian untuk

melihat faktor etiologi karies berkavitas pada anak-anak usia 2 hingga 6

Page 22: Early Childhood Caries

26

tahun. Mereka melaporkan bahwa karies berkavitas sangat terkait dengan

konsumsi permen dan gula dalam regresi logistik multivariabel.

Karies merupakan suatu penyakit yang bersifat multifaktorial dan

memiliki hubungan yang erat dengan pola konsumsi makanan khususnya

karbohidrat, maka dapat dikatakan bahwa pola diet juga dapat menjadi salah

satu penyebab terjadinya karies gigi di kalangan anak-anak. Hal ini

dikarenakan meningkatnya konsumsi makanan yang berisiko karies akibat

globalisasi pada makanan tersebut yang ditandai dengan adanya bermacam-

macam jenis makanan dan minuman yang menjadi substrat bagi mikroflora

plak. Pola diet ini dapat mencakup dari bahan makanan itu sendiri dan juga

kebiasaan seseorang makan. Penelitian yang dilakukan oleh Dumalina

Tanjung di Puskesmas Glugur Kota, Taman Kanak-Kanak Swasta Pertiwi

dan Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal di Kecamatan Medan

Barat, Kota Medan menunjukkan terdapatnya hubungan erat antara pola diet

dan prevalensi ECC pada sampel anak usia 12-36 bulan. Tingginya angka

prevalensi pada anak usia prasekolah ini menunjukkan anak dengan usia

tersebut sangat rentan terserang karies, maka dengan ini penulis tertarik untuk

melanjutkan penelitian tersebut untuk melihat hubungan antara ECC dengan

pola diet pada anak-anak usia 12-36 bulan. Penelitian dilakukan dengan

menggunakan metode pencatatan perilaku diet anak untuk melihat konsumsi

anak makan selama 7 hari yang kemudian dianalisis dengan kriteria tertentu

serta menggunakan data sekunder yang diperoleh dari penelitian sebelumnya.

Alasan dilakukan penelitian ini adalah karena belum pernahnya dilakukan

penelitian dengan metode pencatatan perilaku diet anak, sedangkan alasan

pemilihan tempat penelitian adalah agar memudahkan penelitian dilakukan

karena sudah pernah dilakukan penelitian di Puskesmas dan Taman

KanakKanak tersebut. Hasil yang diperoleh dari penelitian sebelum ini untuk

perilaku diet hanya berdasarkan kuesioner yang mengandung pertanyaan

yang bersifat tertutup untuk dijawab oleh responden, sedangkan melalui

metode pencatatan perilaku diet ini, orang tua anak dapat menuliskan

Page 23: Early Childhood Caries

27

makanan yang dikonsumsi oleh anak mereka secara keseluruhan selama 7

hari sehingga diharapkan hasil analisis diet akan memperoleh hasil yang lebih

bermakna.