ebook blok 2, 1. peranan agama dalam kedokteran
DESCRIPTION
kedokteranTRANSCRIPT
[Type text] [Type text] [Type text]
1
KAPITA SELEKTA
BLOK
2
HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2
ii
e d i t o r Rosnaeni, Dra., Apt.
Sri Utami, Dra., M.Kes., PA(K)
Teresa Liliana Wargasetia, S.Si., M.Kes., PA(K)
HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2
KAPITA SELEKTA
Peroksisome
Sentrosom
SITOSKELET:
Mikrofilamen
Mikrovili Lisosom Badan Golgi
Ribosom
Nukleolus
Kromatin NUKLEUS
Flagelum
Filamen intermediat
RETIKULUM ENDOPLASMA (RE):
Mitokondria
Membran nukleus
Membran plasma
REK
Mikrotubul
G0
quiscence/senescence
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA UNTUK KALANGAN SENDIRI
[Type text] [Type text] [Type text]
2
KAPITA SELEKTA
BLOK
2
HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2
ii
HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2
KAPITA SELEKTA
e d i t o r
Rosnaeni, Dra., Apt.
Sri Utami, Dra., M.Kes., PA(K)
Teresa Liliana Wargasetia, S.Si., M.Kes., PA(K)
[Type text] [Type text] [Type text]
1
KAPITA SELEKTA
BLOK
2
HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2
iii
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Pengasih, berkat perkenan-Nya buku buku
materi pengetahuan, penuntun praktikum, panduan tutorial dan buku keterampilan klinik edisi
kedua dapat diterbitkan
Buku-buku tersebut diperlukan untuk kelancaran proses belajar mengajar dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dilaksanakan di Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha sejak tahun akademik 2006.
Khususnya buku materi pengetahuan merupakan gabungan pengetahuan preklinik dan
klinik yang isinya terbatas sesuai dengan blok atau sistim organ. Oleh sebab itu Mahasiswa
diharapkan membaca juga buku teks standard yang terkait untuk menambah pengetahuan karena
KBK menuntut active learning sehingga pada gilirannya menjadi lifelong learning. Lifelong
learning dapat diartikan lifelong, voluntary, and self-motivated.
Saya sangat menghargai para Kontributor, Editor dan Tim Medical Education Unit
Fakultas Kedokteran Universitas Maranatha atas jerih lelahnya sehingga buku-buku tersebut
dapat diterbitkan, terima kasih.
Karena keterbatasan manusia walaupun sudah direvisi tentu masih ada kekurangannya,
mohon asupan-asupan untuk melengkapi kekurangan dan untuk dilakukan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Bandung, 10 Juni 2012
Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha
Jo Suherman,dr.,MS.,AIF
[Type text] [Type text] [Type text]
1
KAPITA SELEKTA
BLOK
2
HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2
iv
KATA SAMBUTAN
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih, karena berkat
perkenan-Nya Buku Materi Pengetahuan, Buku Panduan Kasus Tutorial, Buku Keterampilan
Klinis Dasar, Buku Penuntun Praktikum ini dapat diterbitkan.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha mulai tahun Akademi 2006
melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi yaitu Kurikulum Inti Pendidikan Dokter
Indonesia (KIPDI) III. Dokter Pelayanan Primer/Dokter Keluarga.
Dengan Kurikulum baru, terjadi perubahan paradigma pembelajaran dari teacher
centered learning ke student centered learning. Untuk Implementasi student centered learning
maka Proses Belajar Mengajar mengacu pada belajar mandiri, active learning, integrated
learning.
Pembelajaran konvensional yang ditandai classical/large group learning, berubah
dengan situasi pembelajaran small group learning/tutorial. Dalam tutorial ini mahasiswa diberi
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam melakukan proses belajar untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Untuk itu perlu buku panduan, sehingga ada keragaman
dalam pelaksanaan PBM.
Sesuai program kerja tim Medical Educational Unit (MEU) FK-UKM, maka perlu
dilakukan revisi materi pembelajaran KBK. Revisi ini dilaksanakan mengingat ilmu
pengetahuan senantiasa memerlukan pembaharuan setiap waktu, apalagi sumber pembelajaran
bukan terbatas pada textbook saja.
Buku Materi Pengetahuan, Buku Panduan Kasus Tutorial, Buku Keterampilan Klinis
Dasar, Buku Penuntun Praktikum dalam pelaksanaannya masih perlu disempurnakan, oleh
karenanya saran dan kritik untuk perbaikan diharapkan dari berbagai kalangan. Dengan revisi
dan terbitnya seri buku materi terbaru, kami berharap dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
di FK UKM.
Bandung, 11 Juni 2012
Ketua Medical Education Unit (MEU) FK-UKM,
Pinandojo Djojosoewarno, dr., Drs., AIF.
NIK: 110041
[Type text] [Type text] [Type text]
1
KAPITA SELEKTA
BLOK
2
HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2
v
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih karena atas perkenan-
Nya, buku kapita selekta Humaniora & Basic Science 2 ini telah selesai disusun.
Buku ini disusun untuk membantu mahasiswa kedokteran dalam mempelajari
Humaniora & Basic Science 2. Dalam buku ini dijelaskan mengenai peranan Agama, Pancasila,
Sosial Budaya Indonesia dan Pendidikan Kewarganegaraan di dalam Bidang Kedokteran.
Dalam buku ini juga dijelaskan mengenai Basic Sicence bagian kedua mengenai Ilmu Biologi
(Siklus Sel, Membran Sel, dan Komunikasi Sel), Biokimia (Metabolisme Karbohidrat dan Asam
Nukleat), Faal (Homeostasis), Patologi Klinik (Introduction of Lab Activity) dan Farmakologi
(Perihal Obat dan Bentuk Sediaan Obat). Tetapi tidak semua diberikan secara lengkap dalam
buku ini, oleh sebab itu mahasiswa harus terus mengembangkan keterampilan belajar aktif dan
mandiri.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan buku ini. Terima kasih atas kerjasama yang telah terjalin dengan baik.
Kami menyadari bahwa meskipun telah berusaha sebaik mungkin, tetap ada kekurangan
dan kesalahan-kesalahan dalam buku ini, sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan buku ini sehingga isi buku dapat akurat dan selalu up to date.
Akhir kata, semoga buku ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan bagi para
pembacanya.
Editor
[Type text] [Type text] [Type text]
1
KAPITA SELEKTA
BLOK
2
HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2
vi
DAFTAR KONTRIBUTOR
Hada Andriata, DPS
Swat Lie Liliawati, Dra., M.Hum.
Sudarsono, Drs., M.Si.
Rosa Permanasari A., Dra., M.Si.
Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes., PA(K)
Kartika Dewi, dr., MKes., SpAK, PA(K)
Fen Tih, dr., M.Kes.
Sijani Prahastuti, dr., M.Kes.
Harijadi Pramono dr., M.Kes.
Adrian S, dr., SpPK., M.Kes.
Fenny, dr., SpPK, M.Kes.
Christine Sugiarto, dr., SpPK., M.Kes.
Endang Evacuasiany, Dra., Apt., M.S., AFK
Rosnaeni, Dra., Apt.
[Type text] [Type text] [Type text]
1
KAPITA SELEKTA
BLOK
2
HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2
vii
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN DEKAN
KATA SAMBUTAN MEU
PRAKATA
DAFTAR KONTRIBUTOR
DAFTAR ISI
The Role of Religion in Medicine
Hada Andriata, DPS
The Role of Pancasila in Medicine
Swat Lie Liliawati, Dra., M.Hum.
The Role of Civic Education
Sudarsono, Drs., M.Si.
The Role of Indonesian Socioculture in Medicine
Rosa Permanasari A., Dra., M.Si.
Biologi: Siklus dan Reproduksi Sel
Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes., PA(K)
Biologi: Membran Sel dan Transpor Membran
Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes., PA(K)
Komunikasi Sel
Kartika Dewi, dr., MKes., SpAK, PA(K)
Biokimia: Metabolisme Karbohidrat
Fen Tih, dr., M.Kes.
Biokimia: Metabolisme Asam Nukleat
Sijani Prahastuti, dr., M.Kes.
Faal : Fisiologi dan Homeostasis
Harijadi Pramono., dr., M.Kes.
Patologi Klinik: Introduction to Lab Activity
Adrian S, dr., SpPK., M.Kes., Fenny, dr., SpPK, M.Kes, Christine S., dr., SpPK
[Type text] [Type text] [Type text]
1
KAPITA SELEKTA
BLOK
2
HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2
viii
Farmakologi: Perihal Obat
Endang Evacuasiany, Dra., Apt, MS, AFK
Farmakologi: Bentuk Sediaan Obat
Rosnaeni, Dra., Apt.
[Type text] [Type text] [Type text]
1
KAPITA SELEKTA
BLOK
2
HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2 PERANAN AGAMA DALAM KEDOKTERAN
PERANAN AGAMA DALAM KEDOKTERAN
Hada Andriata
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa dapat menjelaskan, mempertahankan dan
menggunakan suatu pemecahan yang efektif dan menjunjung tinggi nilai etika dan norma-
norma agama dalam mengobati pasien.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Pada akhir kuliah mahasiswa dapat:
Menjelaskan tempat agama dalam proses pengobatan pasien
Menjelaskan hubungan antara iman dan IPTEK di bidang kedokteran
Menerangkan nilai-nilai etis dalam pelaksanaan pengobatan pasien
Menyebutkan batasan-batasan dari norma agama yang dapat dilakukan seorang
dokter dalam proses pengobatan pasien.
PENDAHULUAN
Agama dan kedokteran adalah dua bidang yang memiliki hakikat tujuan yang sama yaitu
menolong dan menyelamatkan manusia tetapi inti objeknya berbeda. Hal demikian jelas terlihat
dari latar belakang pengertian yang dikandung dalam kata “agama” dan “kedokteran”. Kata
“agama”, berasal dari bahasa sansekerta, memiliki arti paling umum dan populer: „tidak kacau‟
(sesuai dengan asal kata “agama” dalam sansekerta: “a” = tidak, dan “gama” = kacau).
Pengertian yang terkandung di dalamnya adalah bahwa agama itu merupakan sesuatu yang
membawa manusia kepada keadaan yang tidak kacau. Jika orang berjalan sesuai dengan agama,
ia akan menjalani kehidupannya dalam suasana tenteram tidak kacau. Jika manusia tidak kacau
baik dalam pikirannya atau dalam tindakannya, manusia akan terbebas dari penderitaan karena
penderitaan umumnya disebabkan oleh terjadinya kekacauan dalam berpikir dan bertindak dari
manusia yang bersangkutan. Akan tetapi ketaatan kepada agama bukan tidak bermasalah,
bahkan ketaatan kepada agama menimbulkan pemikiran yang kacau, khususnya di dunia
kedokteran.
Fakta yang dihadapi agama adalah pribadi manusia dengan tujuan utamanya adalah jiwa
sang pribadi tersebut, yaitu membimbingnya agar selamat, tidak mendapatkan siksaan rokhani
di akhirat sebagai hukuman karena kedurhakaan kepada yang dipandang Supranatural (Allah,
Dewa, Leluhur, dan sebagainya). Untuk itu pedoman bagi penyehatan jiwanya adalah siraman
1
[Type text] [Type text] [Type text]
2
KAPITA SELEKTA
BLOK
2
HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2 PERANAN AGAMA DALAM KEDOKTERAN
rokhani, ayat-ayat kitab suci yang dipercaya sebagai wahyu Ilahi. Resepnya adalah memupuk
iman atau kepercayaan yang dipraktekkan dalam kehidupan riil di dunia ini.
Berbeda dengan kata “agama”, kata “kedokteran” berakar dari kata “dokter” sebagai istilah
modern untuk kata “tabib”, yang memiliki pengertian: ‟tabib lulusan perguruan tinggi
kedokteran yang ahli dalam hal obat-obatan dan penyakit’ seperti dikemukakan dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia (Badudu). Fakta yang dihadapi dokter adalah pribadi manusia tetapi
lebih memandang fisiknya dalam kaitan dengan kesehatan jasmaninya dan menyelamatkan
nyawanya supaya tetap hidup.
Hubungan kedua bidang tersebut di satu sisi saling membantu, karena jika seseorang sehat
rokhaninya akan berpengaruh bagi kesehatan jasmaninya, sebaliknya juga kesehatan jasmani
seseorang akan bepengaruh bagi kesehatan rokhaninya. Di sisi lain, ketegangan sering terjadi
ketika dokter dalam rangka menyelamatkan nyawa seorang pasien supaya tetap hidup harus
melakukan sesuatu yang menurut agama tidak boleh dilakukan karena dipandang tidak sesuai
dengan aturan agama. Contoh kasus, misalnya soal eutanasia, aborsi, cloning, cell therapy, dan
sebagainya. Persoalannya, bagaimanakah seorang dokter harus bersikap atau mengambil
keputusan dalam menangani kasus yang dihadapi, antara menyelamatkan nyawa dan
menghilangkan nyawa, antara menolong orang yang menderita karena kodrat misalnya berfisik
pria tetapi berjiwa wanita yang diyakini oleh agama tidak boleh diubah. Manusia berhadapan
dengan kenyataan yang ditawarkan ilmu kedokteran bahwa seseorang dimungkinkan untuk
mengubah kelaminnya sehingga antara jenis fisiknya dan jiwanya selaras. Semua itu bukan
perkara yang mudah karena menyangkut keyakinan, moral, etis dan kemajuan jaman.
Renate Kuhl mengatakan: “Umat manusia pada dewasa ini dihadapkan kepada perubahan
pola hidup dan pola pikir, khususnya menyangkut norma-norma dan nilai-nilai etis. Masyarakat
masa kini ditentukan oleh pandangan yang disebut „permissive‟ yaitu pandangan: segala sesuatu
yang dianggap berguna dan menyenangkan dan dianggap baik, itu diizinkan. Dalam suatu
ungkapan yang berbunyi: “cara dapat dibenarkan oleh tujuan dan kegunaannya” (Kuhl,
Renate,1989, Etika Seksual, Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, Malang, Jatim, hal
3). Tetapi di situlah letak persoalan dilematis yag dihadapi manusia yang beragama di tengah
kehidupan kedokteran.
Pada bagian berikut akan dibahas:
Keyakinan tentang manusia dalam agama dan kedokteran;
Pandangan agama dan kedokteran tentang penyakit dan penyembuhan;
Agama dan dunia ilmu kedokteran menyongsong masa depan yang kompleks;
Apa yang harus dilakukan?
2
[Type text] [Type text] [Type text]
3
KAPITA SELEKTA
BLOK
2
HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2 PERANAN AGAMA DALAM KEDOKTERAN
KEYAKINAN TENTANG MANUSIA DALAM AGAMA DAN KEDOKTERAN
A. Manusia menurut Keyakinan Agama
Tidak semua agama membicarakan tentang apa, siapa, dari mana, dan mau kemana
manusia itu secara jelas. Hanya beberapa agama menjelaskan dengan cukup seperti: Agama
Yahudi, Kristen, dan Islam. Dari agama-agama yang membicarakan tentang manusia secara
jelas, dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Allah yang juga adalah
Pencipta alam semesta ini. Manusia adalah makhluk yang terbuat dari tanah dengan rohnya
yang dihidupkan oleh Allah sendiri. Sebagai makhluk ciptaan Allah, manusia dipandang sebagai
milik Allah, abdi Allah atau khalifah Allah. Dalam Islam istilah khalifah (QS 2:30) mengartikan
“yang diberi kemampuan dan wewenang untuk mengatur tata kehidupan dunia demi keserasian
dan kelestariannya, sejalan dengan ajaranNya” (Shodiq & Shalahuddin Chaery, 1983, Kamus
Istilah Agama, Sientarama, Jakarta). Dalam agama Yahudi dan Kristen dikenal dengan
pernyataan bahwa manusia adalah “gambar dan rupa Allah” (Kej 1:26). Dalam istilah ini
terkandung makna-makna yang penting, yaitu bahwa manusia dalam hidupnya bertanggung
jawab untuk menjadi cermin dan wujud dari Allah dalam kebenaran, kasih dan keadilannya.
Jadi dalam agama-agama itu manusia adalah makhluk paling istimewa di antara semua ciptaan
Allah karena hidupnya ditentukan untuk mengabdi dan menjalankan perintah Allah. Kepada
manusia ini Allah mempercayakan kelangsungan hidup bumi dan segala isinya, khususnya
manusia. Oleh karena itu membunuh manusia adalah dilarang hukumnya.
B. Manusia menurut Kedokteran
Berbeda dengan agama, kedokteran memandang manusia bukan sebagai makhluk yang
memiliki ikatan ilahi dengan yang supranatural. Dr. R.M. Youngson bahkan tegas-tegas
mengikuti pandangan Darwin tentang manusia sebagai hasil evolusi dari hewan kera dan
mengatakan bahwa:
“Mamalia kecil mirip tikus menimbulkan kera dan monyet. Sekitar lima juta tahun yang lalu
seekor kera purba Afrika (a) kelihatannya merupakan asal moyang kera-manusia kita, „kera-
kera selatan‟ atau australopithecine purba (b). Kera-kera ini agaknya menimbulkan jenis
australopithecine yang dikenal belakangan (c) dan manusia sejak yang pertama: anggota
dari marga Homo (d). Sementara itu perubahan zaman Es berturutan menghasilkan (A)
Tudung Es Antartika, kemudian (B) Tudung Es Arktika, lalu (C) suhu-suhu yang naik turun
(fluktuasi). Perubahan iklim yang menyeluruh di dunia mengubah banyak hutan Afrika
menjadi padang yang lebih terbuka. Perubahan itu mendukung perubahan evolusi yang
mendorong timbulnya manusia.
3
[Type text] [Type text] [Type text]
4
KAPITA SELEKTA
BLOK
2
HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2 PERANAN AGAMA DALAM KEDOKTERAN
Manusia kera,yang beradaptasi dari kehidupan hutan ke kehidupan padang rumput,
menghadapi lebih banyak risiko dimangsa tetapi juga mendapat pasokan makanan yang
meningkat berupa herbivora berdaging besar. Agaknya padang rumput melibatkan
perubahan yang memperkuat hominisasi: lahirnya umat manusia” (Youngson, R.M.,1996.
Tubuh Manusia, Arcan, Jakarta, hal 12-13).
Suatu pertanyaan, dapatkah suatu dunia seperti kedokteran yang menggantungkan kerja
dan pandangannya berdasar kepada penyelidikan ilmiah dan hasil rekayasa ilmiah melakukan
tindakan pertolongan kepada manusia yang sakit, celaka atau maksud lain dengan
mempertimbangkan rasa tanggung jawabnya dan rasa takutnya kepada Tuhan pencipta
manusia? Jawabnya sangat tergantung kepada siapa dokter itu sendiri. Beragamakah dia atau
tidak. Beragama tidaknya seorang dokter akan sangat menentukan sikap dokter dalam
menentukan tindakan akhir kepada manusia yang berjuang antara hidup dan mati.
Dunia kesehatan mengatakan:
Seorang pasien akan mempercayakan seluruh nasibnya kepada dokter yang dipercayainya,
seseorang yang bahkan mungkin tidak terlalu dikenalnya. Pasien percaya sepenuhnya
terhadap apapun yang dokter tersebut katakan, lakukan atau rencanakan. Ini adalah suatu
hak istimewa yang dimiliki seorang dokter terapi juga merupakan suatu tanggung jawab
yang besar. Tanggung jawab untuk tidak menyalahgunakan kepercayaan tersebut dan
hanya melakukan yang terbaik bagi pasiennya (Prasetya, Edhiwan & Widjaja, Teguh (ed),
2004, Buku Panduan Diagnosis Fisik di Klinik, CONCEPT, Bandung, hal 3)
Kalimat yang dicetak miring tersebut menandaskan kesan bahwa bagi dokter yang penting
adalah bagaimana dokter tidak menyalahgunakan kepercayaan pasien kepada dirinya, tetapi
tidak menyiratkan sejauh mana tanggung jawab dokter di hadapan yang supranatural. Jelas
bahwa secara faktual agama dan kedokteran berbeda. Kalaupun ada soal agama itu adalah soal
pribadi dokternya. Jika seorang dokter beriman, tentunya yang menjadi tekanan adalah
bagaimana seorang dokter melaksanakan tanggung – jawabnya di hadapan Tuhan melalui
kepercayaan pasien kepada dirinya.
4
[Type text] [Type text] [Type text]
5
KAPITA SELEKTA
BLOK
2
HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2 PERANAN AGAMA DALAM KEDOKTERAN
PANDANGAN AGAMA DAN KEDOKTERAN
TENTANG
PENYAKIT DAN PENYEMBUHAN
Pandangan Agama
Dalam agama (Abineno,1972, Penyakit dan Penyembuhan, BPK, Jakarta), pada umumnya,
penyakit dipandang sebagai yang memiliki hubungan dengan dosa. Karena kedurhakaan
manusia kepada Allah, maka penyakit muncul dalam kehidupan manusia. Peristiwa Adam dan
Hawa dalam agama Yahudi, Kristen dan Islam menggambarkan bagaimana manusia yang
hubungannya baik dengan Allah terbebas dari penderitaan hidup dan tentunya juga penyakit.
Sebaliknya ketika manusia keluar dari kekudusan Allah, penderitaan manusia terjadi dan
penyakit dipandang sebagai hukuman Allah terhadap manusia yang berdosa.
Tentu saja tidak semua penyakit merupakan akibat dosa seseorang. Penderitaan dan
penyakit terkadang muncul dalam kehidupan manusia sebagai suatu ujian. Kasus yang diderita
Ayub misalnya, penyakitnya yang begitu parah bukan karena dosanya (Ayub dipandang sebagai
seorang yang sangat beriman di zamannya dan Tuhan telah memberi kekayaan yang melimpah
kepadanya) tetapi iblis sengaja berbuat jahat kepada Ayub untuk membuktikan bahwa Ayub
tidak pernah berbuat salah. Menurut iblis, jika Tuhan membiarkan Ayub miskin dan sakit, pasti
dia akan mendurhaka kepada Allah. Penderitaan yang menimpa Ayub diizinkan Allah dan Ayub
terbukti tidak berbuat kesalahan dan dosa. Ayub kemudian sembuh kembali bukan karena Ayub
bertobat tetapi karena Allah melihat Ayub begitu setia kepada Tuhan.
Dalam keadaan umum, penyakit dari manusia akan hilang jika manusia sadar akan
dosanya, bertobat kembali kepada Tuhan. Kesembuhan merupakan bukti bahwa seseorang telah
membereskan segala dosanya di hadapan Tuhan. Pemberesan dengan Tuhan dapat dilakukan
dengan berbagai macam upacara atau ritual keagamaan. Pengorbanan dengan aneka ragam
bentuknya, sesuai dengan keyakinannya, dapat disaksikan oleh semua orang yang berminat
menyaksikannya.
5
[Type text] [Type text] [Type text]
6
KAPITA SELEKTA
BLOK
2
HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2 PERANAN AGAMA DALAM KEDOKTERAN
AGAMA DAN DUNIA ILMU KEDOKTERAN
MENYONGSONG MASA DEPAN YANG KOMPLEKS
Hubungan Agama dan Ilmu Kedokteran
Dalam sejarah perjumpaan agama dan dunia ilmu pengetahuan, sering diwarnai oleh
ketegangan dan kadang-kadang disertai tindakan yang tidak berperikemanusiaan. Tatkala agama
ada dalam puncak kejayaannya, jiwa manusia pencipta/penemu ilmu terancam, menghadapi
penganiayaan bahkan kematian hanya karena yang bersangkutan mengemukakan hasil karyanya
yang didasarkan atas ilmu pengetahuan yang dipandang bertentangan dengan agama (antara
lain: Kasus Nicolas Copernicus, Galileo Galilei, Salman Rusdie). Semua itu terjadi karena
manusia dihadapkan kepada dua ketegangan yang serba sulit. Di satu sisi manusia berada dalam
keyakinan untuk setia sampai mati pada tradisi keyakinan dan perbuatan menurut ajaran agama.
Suatu situasi yang kemudian menjelma menjadi adat istiadat kehidupan orang beragama. Tapi
sikap “Kengototan buta terhadap sekumpulan tradisi yang kaku”, membawa situasi yang “ …
akan memustahilkan orang untuk menjalani kehidupan agama di dunia yang terus berubah
seperti kita sekarang ini”(Haidar Bagir, Pengantar, Menggugat Otoritas Dan Tradisi Agama,
Mizan, Bandung, 2002 hal xxi). Di sisi lain, manusia sangat membutuhkan kemajuan dalam
hidupnya, suatu perubahan, yang dapat diperolehnya melalui kekuatan akal dan pikiran
manusia. Tatkala manusia sudah “come of age” atau merasa dewasa, di mana ilmu pengetahuan
mendominasi pikiran dan adat istiadat manusia, maka “Ketertundukkan tanpa reserve kepada
arus perubahan bisa dipastikan tak akan meninggalkan cukup ruang bagi tradisi dan, dengan
demikian, bagi agama” (Ibid). Hal seperti itulah yang pasti akan dialami di dalam bidang ilmu
kedokteran. Ketegangan antara iman/agama dengan kemajuan di dunia medis sebagai hasil ilmu
pengetahuan akan terus terjadi dan jadi masalah.
Sebagai orang beriman kepada Tuhan yang hidup di dalam dunia yang tidak memiliki
ruang kosong dari kemajuan di dalam berbagai bidang, seorang dokter terpanggil untuk setia
kepada iman tetapi juga tidak mengabaikan karunia Tuhan yang diberikan kepada dirinya
melalui akal dan kepandaian manusia dalam menciptakan berbagai kemungkinan dalam rangka
menolong manusia membebaskan dirinya dari penderitaan manusia secara jasmani dan
menyelamatkan nyawanya supaya tetap hidup. Jasmani yang sehat dan sesuai dapat
memunculkan syukur kepada Tuhan yang disembahnya. Situasi dilematis akan dihadapi oleh
siapapun yang ditempatkan dalam dua jalan, yaitu antara agama/keyakinan dan kemajuan ilmu
pengetahuan, khususnya di dunia kedokteran. Persoalan demikian adalah persoalan antara
agama dan Ilmu Pengetahuan (IPTEK). Bagaimana seorang dokter menghadapi situasi dilematis
dalam pekerjaan dan hidupnya? Kedokteran tidak memberikan rumusan yang menjadi syarat
6
[Type text] [Type text] [Type text]
7
KAPITA SELEKTA
BLOK
2
HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2 PERANAN AGAMA DALAM KEDOKTERAN
karena itu bukan dunianya. Pada akhirnya berpulang kepada tiap pribadi dokter dan perawat
dalam menjalankan tugasnya. Bagi yang beragama dan beriman kepada Tuhan tentunya setiap
tindakannya akan menuntut perasaan dan hati yang siap dipertanggungjawabkan di hadapan Dia
yang disembahnya.
Ciri Ilmu Pengetahuan
D.C. Mulder membedakan cara berpikir biasa atau sehari-hari dengan cara berpikir ilmiah
yang keduanya memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Berbeda dengan cara
berpikir biasa, berpikir secara ilmiah dilakukan oleh manusia dengan jalan seakan-akan
menjauhkan diri dari kenyataan sekitarnya, kemudian berhadapan dengan suatu lapangan
kenyataan tertentu atau dengan gejala-gejala yang tertentu dengan maksud menyelidiki segala
sesuatu itu secara teratur dan tersusun (berpikir secara ilmiah).
Apakah yang dimaksud dengnan norma “ilmiah”? Dapat dikemukakan tiga ciri pengenal
pokoknya, yaitu:
1. Pengetahuan mempunyai dasar pembenaran artinya pernyataan-pernyataan ilmiah itu
harus dapat dibenarkan secara apriori, dan sekaligus harus berdasar atas hasil-hasil
tanggapan empiris yang telah dikaji. Dengan cara itu ilmu pengetahuan tidak hanya
sekedar membuat orang dapat mengetahui tetapi juga dapat melakukan verifikasi serta
pembenaran terhadap isi pengetahuan tersebut.
2. Pengetahuan bersifat sistematik, maksudnya bahwa dalam susunan pengetahuan dan di
dalam cara memperoleh pengetahuan itu terdapat sistem untuk mencapai kepastian yang
setinggi-tingginya.
3. Pengetahuan bersifat intersubjektif artinya bahwa ilmu pengetahuan tidak merupakan
pemahaman perseorangan secara subjektif melainkan melalui pengkajian dari berbagai
sudut, berbagai orang dengan berbagai disiplin ilmu.
Selain cara berpikir ilmiah, ciri lain ilmu pengetahuan adalah bahwa pengetahuan tersebut
berlaku umum. Artinya, ilmu pengetahuan tidak bergantung pada agama maupun aliran politik
atau budaya yang dianut oleh penyelenggara ilmu. Selain itu ilmu pengetahuan mempunyai
kedudukan yang mandiri (otonom) dalam mengembangkan norma-norma ilmiah bagi dirinya
sendiri. Dalam ilmu pengetahuan, masalah otonomi merupakan hal yang penting agar akal bisa
bersikap netral dan objektif. Karena ilmu pengetahuan harus menghindarkan segala prasangka
yang tidak akali sifatnya dan harus menolak segala pengaruh dari luar akal, termasuk pengaruh
dari pihak agama untuk mencapai suatu kebenarannya.
7
[Type text] [Type text] [Type text]
8
KAPITA SELEKTA
BLOK
2
HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2 PERANAN AGAMA DALAM KEDOKTERAN
Apakah ilmu pengetahuan benar-benar mati kutu berlawanan dengan agama?
Perkembangan terakhir tidak demikian, karena ada ilmuwan-ilmuwan yang juga berpikir secara
holistik. Dalam ilmu pengetahuan paradigma lama, yang jadi tumpuan melulu materi sebagai
yang dipandang satu-satunya yang nyata dan ada, sehingga konsekuensinya ilmu memandang
bahwa disamping materi tidak ada apapun yang abadi. Yang abadi semata hanyalah materi;
keberadaan Allah tertutup atau dicampakkan. Dalam ilmu pengetahuan berparadigma baru
(Davis Sciama – ahli antrofisika) berkeyakinan bahwa alam semesta merupakan keseluruhan
dan totalitas tunggal. Bahkan dari penemuan-penemuan tersebut dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa memang ada suatu permulaan dalam seluruh alam semesta ini. Karena alam
semesta ini- materi, energi, ruang dan waktu – adalah sebuah perkara yang mempunyai awal
permulaan-maka alam semesta yang terdiri dari materi tidak akan dapat bersifat abadi, sebab ia
mempunyai awal. Segala sesuatu yang selalu ada untuk selamanya hanya sesuatu yang non
material, yaitu pikiran. Dan, pikiran yang berperan untuk mengatur kehidupan benda adalah
adanya “makhluik yang cerdas” yang bersifat kekal yang kita kenal sebagai Allah pencipta
segala sesuatu. Jika alam semesta mempunyai awal, maka tidak mungkin merupakan “ada”
yang abadi. Oleh karena itu di sana terdapat suatu “ada” lain yang tidak mengenal permulaan.
Ini diyakinkan berdasarkan prinsip ex nihilo, nihil fit, dari suatu ketiadaan yang mutlak, tak ada
satu “ada” pun dapat timbul. Tetapi alam semesta ini bukan “ada yang mutlak”., karena
bergantung kepada suatu “sang ada” lain yang secara hakiki berbeda dengannya, yaitu “ada
yang mutlak” yang tidak mengenal awal, perkembangan atau evolusi.
APA YANG HARUS DILAKUKAN
Beberapa catatan dapat dikemukakan dalam hubungan antara agama dan dunia ilmu
kedokteran sebagai berikut.
1. Kepercayaan mendahului ilmu pengetahuan, khususnya kedokteran. Secara historis,
kepercayaan itu lebih dahulu lahir daripada ilmu pengetahuan, yaitu jauh sebelum
manusia sampai kepada tuntutan ilmu pengetahuan. Karena sebelum seorang peneliti
ilmu pengetahuan itu memulai melakukan penyelidikan ilmiahnya, ia telah mencapai
kepercayaan ini atau itu. Secara sistematis, kepercayaan itu lebih dahulu dari ilmu
pengetahuan karena kepercayaan adalah ufuk ilmu pengetahuan. Tanpa kepercayaan
kepada mungkinnya manusia terbang ke ruang angkasa (Jules Verne), tidak mungkin
ada perjalanan ke bulan dsb.
2. Ilmu pengetahuan memaksa agama, dalama hal ini “iman” atau kepercayaan untuk
terus menerus melakukan introspeksi dan evaluasi serta untuk terus menerus
8
[Type text] [Type text] [Type text]
9
KAPITA SELEKTA
BLOK
2
HUMANIORA & BASIC SCIENCES 2 PERANAN AGAMA DALAM KEDOKTERAN
mengoreksi diri sendiri dalam terang penemuan-penemuan baru. Apabila agama tidak
bersedia melakukan itu, maka ia akan kehilangan sifanya bahwa ia dapat dipercaya.
3. Kepercayaan melampaui ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan terbatas secara metodis,
maka ia tidak akan sanggup memberi pendapat tentang Allah atau tentang yang
supranatural, tentang mikrokosmos dan makrokosmos. Karena itu ia mempunyai tempat
buat agama untuk menafsirkan apa yang melampaui batas-batasnya.
Manusia siapapun dapat melihat batas-batas kesempurnan menurut akal dan pikirannya.
Akan tetapi, akal yang terbatas tidak akan menjangkau kesempurnaan Dia yang memiliki
akal yang jauh melampaui kemampuan manusia. Dia yang sanggup menciptakan dan memberi
hidup kepada seluruh makhluk hidup. Karena itu sebaiknya dalam kedokteran yang
berlandaskan ilmu pengetahuan ilmiah selalu ada ruang kosong yang diisi oleh kerendahan hati
dan ketundukkan kepada Dia yang tidak mungkin terjangkau oleh akal manusia itu sehingga
tidak jatuh dalam sikap takabur tetapi bertindak dalam rasa penuh tanggung jawab di hadapan
Dia pemilik segala sesuatu di alam semesta ini. Dia akan meminta pertanggung jawaban atas
tindakan setiap insan di dunia ini pada waktunya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abineno, J.L. Ch., Penyakit dan Penyembuhan, 1972, BPK, Jakarta
2. Brown, Robert, tanpa tahun, Asal Mula Agama, Terj Stanley Heath Cs., Tonis, Bandung
3. Brownlee, Malcolm, 1981, Pengambilan Keputusan Etis, Dan Faktor-Faktor Di Dalamnya, BPK, Jakarta
4. Childress, James F. , 1989, Prioritas-Prioritas dalam Etika Biomedis, Kanisius, Yogyakarta.
5. Darmaputera, Eka, 1987, Etika Sederhana Untuk Semua, BPK Jakarta.
6. Geisler, Norman L., Etika Kristen, Pilihan dan Isu, SAAT Malang.
7. Harsono, Topo, 1993,Perkembangnan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, Suatu Tantangan Terhadap Etika Medik, Orasi
Ilmiah pada rapat terbuka Senat Fakultas Kedokteran UKM, 17 April 1993 Bandung.
8. Khul, Renate, 1989, Etika Seksual, Yayasan Pesekutuan Pekabaran Injil, Malang, Jatim.
9. Marx, Dorothy I., 1994, Kalam Hidup, Bandung
10. Nash, Ronald H., 2001, Iman dan Akan Budi, Momentum, Surabaya.
11. Nataatmadja, Hidajat, 1982, Karsa Menegakkan Jiwa Agama Dalam Dunia Ilmiah, Versi Baru Ihya Ulumiddin, Iqra,
Bandung.
12. Peters, Ted & Bennet, Gaymont,2004 Menjembatani Sains dan Agama, BPK, Jakarta
13. Prasetya, Edhiwan & Widjaja, Teguh,J., 2004, Buku Panduan Diagnosis Fisik Di Klinik (ed), CONCEPT, Bandung.
14. Simon, Gunawan, Etika Kedokteran dan Missi Eksperimen Manusia Biomedik, 1985, Duta Warna, Bandung.
15. Soroush,Abdul Karim,2002, Menggugat Otoritas Dan Tradisi Agama, Mizan Bandung.
16. Shodiq & Shalahuddin Chaery, 1983, Kamus Istilah Agama, Sienttarama, Jakarta.
9