ecase lani

20
INTERNA Judul Ulkus Pedis Cruris Sinistra Grade 3 pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Abstrak Identitas Nama : Tn. E Usia : 47 tahun Jenis kelamin : Laki – laki Agama : Islam Status pernikahan : Menikah Pendidikan terakhir : SMA Pekerjaan : Swasta Alamat : Jl. Mawarsari RT 9 RW 8, Butuh, Salatiga Isi Keluhan Utama : Luka pada kaki sebelah kiri yang semakin parah dan tidak kunjung sembuh. RPS : Pasien mengatakan luka tersebut terjadi sejak 2 minggu SMRS. Luka terjadi akibat kecelakaan lalu lintas yang mengakibatan daerah punggung kaki pasien tertindih, dan akhirnya menyebabkan luka. Pasien mengatakan, pada awalnya luka tersebut berukuran kecil, namun semakin lama keadaan luka semakin parah dan bertambah nyeri. Keluhan demam terutama dirasakan beberapa hari setelah terjadinya luka, dan saat ini pasien mengatakan merasa demam sejak 3 hari SMRS. Pasien juga mengatakan merasa sering haus, dan kadang – kadang merasa sering lapar. Riwayat sering BAK pada pasien juga dilaporkan. Keluhan tersebut sudah dirasakan sejak 1 bulan SMRS. RPD : Pasien belum pernah merasakan gejala yang sama

Upload: liliani-tjikoe

Post on 12-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

wdewdkwld

TRANSCRIPT

Page 1: Ecase Lani

INTERNA

Judul

Ulkus Pedis Cruris Sinistra Grade 3 pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II

Abstrak

Identitas

Nama : Tn. E

Usia : 47 tahun

Jenis kelamin : Laki – laki

Agama : Islam

Status pernikahan : Menikah

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl. Mawarsari RT 9 RW 8, Butuh, Salatiga

Isi

Keluhan Utama : Luka pada kaki sebelah kiri yang semakin parah dan tidak kunjung sembuh. RPS : Pasien mengatakan luka tersebut terjadi sejak 2 minggu SMRS. Luka terjadi akibat kecelakaan lalu lintas yang mengakibatan daerah punggung kaki pasien tertindih, dan akhirnya menyebabkan luka. Pasien mengatakan, pada awalnya luka tersebut berukuran kecil, namun semakin lama keadaan luka semakin parah dan bertambah nyeri. Keluhan demam terutama dirasakan beberapa hari setelah terjadinya luka, dan saat ini pasien mengatakan merasa demam sejak 3 hari SMRS. Pasien juga mengatakan merasa sering haus, dan kadang – kadang merasa sering lapar. Riwayat sering BAK pada pasien juga dilaporkan. Keluhan tersebut sudah dirasakan sejak 1 bulan SMRS. RPD : Pasien belum pernah merasakan gejala yang sama sebelumnya. Riwayat operasi dan dirawat di rumah sakit disangkal oleh pasien. RPK: Keluarga pasien mengatakan bahwa pada anggota keluarga ada yang memiliki riwayat penyakt diabetes melitus yaitu kakak laki – laki pasien. Paman pasien juga dilaporkan oleh keluarga memiliki riwayat penyakit hipertensi. Riwayat penyakit metabolik dan keganasan lainnya disangkal oleh keluarga. Riwayat pengobatan : Pasien mengatakan luka tersebut hanya diobati menggunakan betadine dan dibiarkan terbuka. Tidak ada laporan mengenai riwayat pengobatan lainnya. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang. Kesadaran : Compos Mentis. Tekanan Darah : 130/80 mmHg. Nadi : 103 x/menit. Respirasi : 22 x/menit. Suhu : 38,7 °C. Pada pemeriksaan fisik ditemukan stomatitis pada daerah bibir, dan pada ekstermitas sinistra tampak ulkus terbalut kasa terfiksasi, dengan daerah kulit sekitarnya hiperemi dan mengalami eksoriasi. Pada pemeriksaan

Page 2: Ecase Lani

laboratorium ditemukan adanya leukositosis, anemia ringan, dan trombositosis. Nilai leukosit : 20.05 x 10³/uL, nilai Hemoglobin : 13.3 g/dL, Hct : 39.1%, dan Trombosit : 529 x 10³/uL. Kadar glukosa darah juga ditemukan tinggi yaitu 285 mg/dL.

Diagnosis :

1. Ulkus pedis cruris sinistra Grade 32. Diabetes Melitus Tipe II

Terapi

1. Inf. RL 20 tpm (IV)2. Inf. Metronidazole 2 x 500 mg (IV) 3. Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr (IV)4. Inj. Apidra 3 x 4 UI (subkutan)5. Inj. Gentamycin 2 x 80 gr (IV)6. Candestatin 3 x 20 tetes (peroral)7. Omeprazol 2 x 20 mg tab (peroral)8. Metformin 2 x 500 mg tab (peroral)9. Glibenclamid 1 x 5 mg tab (peroral)10. Paracetamol 3 x 500 mg tab (peroral)11. Diet DM 30 kkal/kgBB/hari12. Rawat Luka (Jaga kebersihan, nekrotomi jika diperlukan, ganti balut setiap 1 hari

sekali)

Diskusi :

Kaki diabetes adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes melitus yang

tidak terkendali dengan baik yang disebabkan olah gangguan pembuluh darah,

gangguan persyarafan dan infeksi. Ulkus diabetika adalah salah satu bentuk

komplikasi kronik diabetes melitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang

dapat disertai adanya kematian jaringan setempat. Hal tersebut terjadi akibat adanya

komplikasi makroangiopati sehingga terjadi suatu mekanisme vaskuler insusifiensi

dan neuropati. Diagnosis grade ulkus diabetika didasarkan pada klasifikasi Wagner

yaitu :

1. Grade 1 : Ulkus superfisial tanpa terlibat jaringan dibawah kulit

2. Grade 2 : Ulkus dalam tanpa terlibat tulang / pembentukan abses.

3. Grade 3 : Ulkus dalam dengan selulitis/abses atau osteomielitis

4. Grade 4 : Tukak dengan Gangren lokal

5. Grade 5 : Tukak dengan Gangren luas / melibatkan keseluruhan kaki

Berdasarkan klasifikasi Wagner tersebut dapat disimpulkan bahwa ulkus diabetik pasien

berada pada klasifikasi Grade 3, karena meskipun keadaan luka tertutup, dapat dilihat terjadi

Page 3: Ecase Lani

peradangan pada daerah sekitar luka berupa jaringan kulit yang hiperemi dan mengalami

eksoriasi. Hal tersebut menandakan bahwa pada daerah luka pasien sudah terjadi abses atau

selulitis yang bersifat sistemik sehingga memunculkan manifestasi klinis yang dialami pasien

berupa demam dan leukositosis.

Pada pasien juga dapat disimpulkan mengalami DM tipe II akibat riwayat keluarga yang

terkait erat memiliki Riwayat Diabetes Melitus. Selain itu pasien juga memiliki gejala klasis

diabetes melitus yaitu sering haus, sering BAK dan sering lapar, dan ditunjang dengan hasil

GDS : 285 mg/dL. Diagnosis tersebut didasarkan pada PERKENI dan ADA 2007 :

1. Gejala klasik diabetes melitus + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/ dl (11.1 mmol/L).

Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa

memperhatikan waktu makan terakhir

2. Atau

Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/ dl (7.0 mmol/L). Puasa

diartikan pasien tidak mendapat kalori sedikitnya 8 jam.

3. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/ dl (11,1 mmol/L)

TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara

dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.

Referensi :

- Sudoyo A.W, Setiyohadi B, Alwi I, dkk (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid

I dan III edisi V. Jakarta : Interna Publishing.

- American College of Foot and Ankle Surgeons. Diabetic Foot Disorders A Clinical

Practice Guidline. 2006:45;5

- Konsesus Perkumpulan Endokrinologi Indoenesia.(2011). Diabetes Melitus Tipe II.

Penulis :

Liliani Muslimahwati Tjikoe (20100310212), SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Salatiga.

Dokter pembimbing : dr.Rastri Mahardika, Sp,PD

Page 4: Ecase Lani

BEDAH

Judul

Tumor Mamma Dextra Curiga Jinak pada Wanita Usia 25 Tahun

Abstrak

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. M

Usia : 25 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status pernikahan : Menikah

Pendidikan terakhir : SMP

Pekerjaan : Buruh

Alamat : Jl. Osamaliki RT 5 RW 3, Salatiga

Tanggal Masuk RS : 12 Desember 2014

Isi

Keluhan Utama : Benjolan yang disertai rasa nyeri pada payudara sebelah kanan. RPS : Pasien mengatakan keluhan tersebut sudah dirasakan sejak 1 bulan SMRS. Pasien mengatakan rasa nyeri pada payudara dirasakan tidak menentu, namun bertambah parah seiring dengan datangnya periode menstruasi. Pasien mengatakan nyeri tersebut bersifat tajam, namun tidak spesifik. Benjolan juga dirasakan seiring dengan dirasakannya nyeri, namun benjolan tidak bertambah besar. Pada puting susu juga dilaporkan mengeluarkan cairan putih seperti asi. Riwayat keluar cairan seperti darah atau nanah disangkal oleh pasien. Pasien mengatakan bahwa pasien sudah memiliki 2 anak dan usia anak terakhir adalah 2 tahun. Riwayat pemberian asi ekslusif dilaporkan oleh pasien. Keluhan lainnya seperti nyeri pada ketiak dan benjolan ditempat lainnya disangkal. RPD : Riwayat keluhan serupa pada masa lalu disangkal, riwayat operasi dan dirawat di rumah sakit disangkal oleh pasien. RPK: Keluarga pasien mengatakan bahwa pada anggota keluarga tidak ada yang memiliki keluhan penyakit serupa dengan pasien. Riwayat keganasan seperti kanker disangkal oleh keluarga. Riwayat pengobatan : Pemberian pengobatan disangkal. Pasien mengatakan, karena benjolan dan rasa nyeri yang dirasakan tidak sampai mengganggu aktifitas, pasien hanya membiarkan benjolan tersebut tanpa memberikan pengobatan. Keadaan Umum : Baik, tidak tampak

Page 5: Ecase Lani

kesakitan. Kesadaran : Compos Mentis. Tekanan Darah : 120/80 mmHg. Nadi : 84 x/menit. Respirasi : 20 x/menit. Suhu : 36,7 °C. Pada pemeriksaan fisik terlihat payudara tampak normal (mencucu seperti mangkok), simetris antara payudara kiri dan kanan, tidak terdapat kelainan pada papilla maupun daerah puting. Ditemukan benjolan di regio upper inner quadrant payudara, ukuran 2 x 2 cm, bentuk bulat, permukaan licin, konsistensi lunak, mobile, berbatas tegas, dan nyeri tekan minimal ketika dipalpasi. Tidak teraba perbesaran kelenjar getah bening axilaris, dan dikelenjar getah bening lainnya Pada pemeriksaan laboratorium berupa darah rutin lengkap, tidak ditemukan adanya hasil yang abnormal.

Diagnosis :

Tumor Mamma Dextra curiga Jinak

Diagnosis Banding :

1. Fibroadenoma Mamma (FAM)

2. Galaktokel

3. Kelainan fibrokistik4. Kista Payudara5. Duktus ektasia

Terapi

1. Paracetamol 3 x 500 mg (peroral k/p nyeri)2. pro Biopsi Aspirasi Jarum Halus

Diskusi :

Tumor payudara terbagi menjadi tumor jinak dan tumor ganas yang dapat diketahui dengan

pemeriksaan histopatologi. Berat ringannya mutasi yang terjadi dapat mempengaruhi

perkembangan sel – sel epitel payudara tersebut untuk menjadi suatu keganasan. Tumor jinak

pada payudara dapat dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya :

1. Kista Payudara

2. Fibrocystic Change (Fcc)

3. Galaktokel

4. Adenosis Sklerosis

5. Fibroadenoma

6. Tumor Filoides (Sistosarkoma Filoides)

7. Papilloma Intraduktal

8. Ektasia Duktus

9. Nekrosis Lemak

Page 6: Ecase Lani

10. Mastitis

Tumor ganas pada Payudara dapat dibagi jenisnya menjadi :

1.Non invasive carcinoma

• Non invasive ductal carcinoma

• Lobuler carcinoma in situ

2.Invasive carcinoma

• Invasive ductal carcinoma

• Papillobular carcinoma

• Solid-tubular carcinoma

3.Special types

• Mucinous carcinoma

• Medullary carcinoma

• Invasive lobular carcinoma

• Adenoid cystic carcinoma

• Squamous cell carcinoma

• Spindel cell carcinoma

• Apocrine carcinoma

• Carcinoma with cartilaginous and or osseous mataplasia

• Tubular carcinoma

• Secretary carcinoma

• others

• 4.Paget’s disease

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis pada pasien adalah Tumor

Mamma Dextra curiga Jinak dengan diagnosis banding :

1. Galaktokel

2. Fibroadenoma Mamma (FAM)

3. Kelainan fibrokistik

4. Kista Payudara

5. Duktus ektasia

Diagnosis banding tersebut didasarkan pada sifat benjolan yang tidak membesar, nyeri

terjadi siklik terutama pada periode menstruasi, benjolan konsistensi lunak, mobile, nyeri

Page 7: Ecase Lani

tekan minimal pada perabaan, terdapat discharge keputihan berupa air susu, dan tidak

terdapat perbesaran kelenjar getah bening. Sejauh ini diagnosis banding utama adalah

Galaktokel. Galaktokel sendiri adalah kista retensi berisi air susu, yang biasanya terjadi

pada wanita yang sedang hamil atau menyusui. Segera setelah ibu berhenti menyusui, sisa

– sisa air susu akan disimpan pada lobus – lobus payudara dan sewaktu – waktu juka

dikeluarkan maka air susu tersebut akan berjalan melalui duktus lactiferus melalui asinus –

asinus kelenjar dan bermuara ke papilla mammae. Jika air susu lama tidak dikeluarkan,

sedangkan produksinya tetap berlanjut, maka air susu tersebut akan mengendap baik pada

lobus maupun duktusnya, dan suatu waktu endapan tersebut akan mengental dan lama

kelamaan akan menimbulkan obstruksi bendungan dan menimbulkan perubahan klinis

berupa tonjolan massa. Jika endapan tersebut terinfeksi maka dapat berkembang menjadi

mastitis. Hal tersebut sesuai dengan riwayat menyusui pada pasien. Urutan diagnosis

banding lainnya, didasarkan pada temuan – temuan klinis dan hasil anamnesis pada

pasien.

Referensi :

- Sjamsuhidajat R,Karnadihardja W, Prasetyono T, Rudiman R.(2005). Buku Ajar Ilmu

Bedah edisi III. Jakarta : EGC

Penulis :

Liliani Muslimahwati Tjikoe (20100310212), SMF Ilmu Bedah RSUD Salatiga. Dokter

pembimbing : dr. Esdianto, Sp,B, M.Kes

Page 8: Ecase Lani

OBSGYN

Judul

Gizi Buruk pada Anak Usia 7 Tahun

Abstrak

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. R

Usia : 7 tahun

Jenis kelamin : Laki - laki

Agama : Islam

Status pernikahan : Belum Menikah

Pendidikan terakhir : Tidak sekolah

Alamat : Jl. Jetis No 3, RT 4 RW 2, Salatiga

Tanggal Masuk RS : 24 April 2015

Isi

Keluhan Utama : Demam dan BAB cair >3x sehari. RPS : Orang tua mengatakan demam terjadi sejak 8 hari SMRS. Demam muncul tidak mendadak, naik dan turun terutama pada malam hari. Orang tua juga mengatakan terdapat keluhan berupa BAB cair >3x yang terjadi 3 hari SMRS. BAB cair disertai ampas. Adanya darah dan lendir pada tinja disangkal oleh orang tua pasien. Pasien mengatakan terdapat keluhan berupa penurunan nafsu makan. Keluhan lain seperti pusing, mual dan muntah disangkal. RPD : Pasien belum pernah merasakan gejala yang sama sebelumnya. Riwayat operasi dan dirawat di rumah sakit disangkal oleh orang tua pasien. RPK : Keluarga pasien mengatakan bahwa pada anggota keluarga tidak ada yang mengalami demam, dan diare. Riwayat penyakit lainnya disangkal. Menurut informasi pasien memiliki pola makan yang tidak teratur dan kebiasaan malas makan, dan pasien sering terlihat mengantuk. Riwayat pengobatan : Orang tua mengatakan saat demam pada hari ke-2 pasien sudah dibawa berobat ke bidan. Demam turun sekitar dua hari, namun setelahnya demam naik lagi hingga saat pasen dibawa ke Rumah Sakit. Orang tua mengatakan saat berobat pasien hanya diberikan obat penurun panas dan antibiotik oleh bidan. Tidak ada laporan mengenai riwayat pengobatan lainnya. Riwayat kelahiran : Bayi lahir normal di bidan. Ayah pasien lupa berapa berat badan lahir anaknya, namun menurut informasi orang tua, berat badan bayi cukup dan kondisi bayi sehat. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, terlihat kurus. Kesadaran : Compos Mentis. Tekanan Darah : 110/60 mmHg. Nadi : 108 x/menit. Respirasi : 25 x/menit. Suhu : 36.6 °C. Berat badan pasien : 13 kg, tinggi badan : 107 cm, lingkar

Page 9: Ecase Lani

kepala : 44 cm. Pada pemeriksaan fisik : Kepala, thorax dan jantung dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan bising usus yang meningkat, dan pada ekstermitas tidak didapatkan adanya kelainan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya leukopenia, trombositopenia. Nilai leukosit : 2.49 x 10³/uL dan nilai trombosit : 90 x 10³/uL. Dari pemeriksaan Widal didapatkan kadar S. Parathyphi AO : 1/320, kadar S. Parathyphi BO : 1/80 dan kadar S. Parathyphi CO : 1 / 80.

Diagnosis :

- Demam Parathypoid

- Gizi Buruk dengan gagal tumbuh dan gangguan perkembangan

- Microchepal

Terapi

1. Inf. Kaen 3B 15 tpm

2. Inj. Ceftriaxone 2 x 350 mg (IV)

3. Inj. Ondancetron 2 x 1.3 mg (IV)

4. Inj. Ranitidin 2 x 12,5 mg (IV)

5. Diet F100 6 x 150 ml/hari/4jam

6. Diet TKTP

7. 10 langkah penatalaksanaan gizi buruk

8. Konsultasi gizi

Diksusi :

Berdasarkan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik serta pengukuran Antoprometri dapat disimpulkan anak mengalami Gizi Buruk yang disertai dengan kondisi diare dan demam tifoid

1. Anamnesis : Pola makan anak yg tidak teratur dan kadang tidak makan, pasien juga mengeluhkan penurunan nafsu makan

2. Px. Fisik : Keadaan Umum pasien terlihat kurus, terlihat penipisan deposisi lemak di kulit, anak tampak lemah, dan sering mengantuk

3. Pengukuran Antropometri dari BB/TB didapatkan hasil <-3SD atau , <70% dimana hasil tersebut menandakan pasien mengalami gizi buruk.

Page 10: Ecase Lani

Kondisi demam dan diare yang terjadi bisa berhubungan dengan kondisi gizi buruk, dimana proses metabolisme sel yang mengatur keseluruhan fungsi tubuh mengalami penurunan akibat penurunan bahan dasar energi. Hal tersebut akhirnya bisa menyebabkan lemahnya imunitas dan mempermudah invasi mikroorganisme pathogen didalam tubuh dan menyebabkan perubahan kondisi fisik

Terapi pada pasien untuk penanganan gizi buruknya dinilai sudah tepat. Adapaun 10 tatalaksana gizi buruk :

1. Mencegah dan mengatasi hipoglikemia2. Mencegah dan mengatasi hipotermia3. Mencegah dan mengatasi dehidrasi4. Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit5. Mengobati infeksi6. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro7. Memberikan makanan pada fase stabilisasi dan fase transisi8. Memberikan makanan pada fase tumbuh kejar9. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang10. Mempersiapkan tindak lanjut di rumah

Referensi :

Direktorat Jenderal Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak. (2011). Buku Tatalaksana Anak

Gizi Buruk. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Penulis :

Liliani Muslimahwati Tjikoe (20100310212), SMF Ilmu Kesehatan Anak. Dokter

pembimbing : dr. Bambang Edi S, Sp.A

Page 11: Ecase Lani

ILMU KESEHATAN ANAK

INTERNA

Judul

Ulkus Pedis Cruris Sinistra Grade 3 pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II

Abstrak

Identitas

Nama : Tn. E

Usia : 47 tahun

Jenis kelamin : Laki – laki

Agama : Islam

Status pernikahan : Menikah

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl. Mawarsari RT 9 RW 8, Butuh, Salatiga

Isi

Keluhan Utama : Luka pada kaki sebelah kiri yang semakin parah dan tidak kunjung sembuh. RPS : Pasien mengatakan luka tersebut terjadi sejak 2 minggu SMRS. Luka terjadi akibat kecelakaan lalu lintas yang mengakibatan daerah punggung kaki pasien tertindih, dan akhirnya menyebabkan luka. Pasien mengatakan, pada awalnya luka tersebut berukuran kecil, namun semakin lama keadaan luka semakin parah dan bertambah nyeri. Keluhan demam terutama dirasakan beberapa hari setelah terjadinya luka, dan saat ini pasien mengatakan merasa demam sejak 3 hari SMRS. Pasien juga mengatakan merasa sering haus, dan kadang – kadang merasa sering lapar. Riwayat sering BAK pada pasien juga dilaporkan. Keluhan tersebut sudah dirasakan sejak 1 bulan SMRS. RPD : Pasien belum pernah merasakan gejala yang sama sebelumnya. Riwayat operasi dan dirawat di rumah sakit disangkal oleh pasien. RPK: Keluarga pasien mengatakan bahwa pada anggota keluarga ada yang memiliki riwayat penyakt diabetes melitus yaitu kakak laki – laki pasien. Paman pasien juga dilaporkan oleh keluarga memiliki riwayat penyakit hipertensi. Riwayat penyakit metabolik dan keganasan lainnya disangkal oleh keluarga. Riwayat pengobatan : Pasien mengatakan luka tersebut hanya diobati menggunakan betadine dan dibiarkan terbuka. Tidak ada laporan mengenai riwayat pengobatan lainnya. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang. Kesadaran : Compos Mentis. Tekanan Darah : 130/80 mmHg. Nadi : 103 x/menit. Respirasi : 22 x/menit. Suhu : 38,7 °C. Pada pemeriksaan

Page 12: Ecase Lani

fisik ditemukan stomatitis pada daerah bibir, dan pada ekstermitas sinistra tampak ulkus terbalut kasa terfiksasi, dengan daerah kulit sekitarnya hiperemi dan mengalami eksoriasi. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya leukositosis, anemia ringan, dan trombositosis. Nilai leukosit : 20.05 x 10³/uL, nilai Hemoglobin : 13.3 g/dL, Hct : 39.1%, dan Trombosit : 529 x 10³/uL. Kadar glukosa darah juga ditemukan tinggi yaitu 285 mg/dL.

Diagnosis :

3. Ulkus pedis cruris sinistra Grade 34. Diabetes Melitus Tipe II

Terapi

13. Inf. RL 20 tpm (IV)14. Inf. Metronidazole 2 x 500 mg (IV) 15. Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr (IV)16. Inj. Apidra 3 x 4 UI (subkutan)17. Inj. Gentamycin 2 x 80 gr (IV)18. Candestatin 3 x 20 tetes (peroral)19. Omeprazol 2 x 20 mg tab (peroral)20. Metformin 2 x 500 mg tab (peroral)21. Glibenclamid 1 x 5 mg tab (peroral)22. Paracetamol 3 x 500 mg tab (peroral)23. Diet DM 30 kkal/kgBB/hari24. Rawat Luka (Jaga kebersihan, nekrotomi jika diperlukan, ganti balut setiap 1 hari

sekali)

Diskusi :

Kaki diabetes adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes melitus yang

tidak terkendali dengan baik yang disebabkan olah gangguan pembuluh darah,

gangguan persyarafan dan infeksi. Ulkus diabetika adalah salah satu bentuk

komplikasi kronik diabetes melitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang

dapat disertai adanya kematian jaringan setempat. Hal tersebut terjadi akibat adanya

komplikasi makroangiopati sehingga terjadi suatu mekanisme vaskuler insusifiensi

dan neuropati. Diagnosis grade ulkus diabetika didasarkan pada klasifikasi Wagner

yaitu :

6. Grade 1 : Ulkus superfisial tanpa terlibat jaringan dibawah kulit

7. Grade 2 : Ulkus dalam tanpa terlibat tulang / pembentukan abses.

8. Grade 3 : Ulkus dalam dengan selulitis/abses atau osteomielitis

9. Grade 4 : Tukak dengan Gangren lokal

10. Grade 5 : Tukak dengan Gangren luas / melibatkan keseluruhan kaki

Page 13: Ecase Lani

Berdasarkan klasifikasi Wagner tersebut dapat disimpulkan bahwa ulkus diabetik pasien

berada pada klasifikasi Grade 3, karena meskipun keadaan luka tertutup, dapat dilihat terjadi

peradangan pada daerah sekitar luka berupa jaringan kulit yang hiperemi dan mengalami

eksoriasi. Hal tersebut menandakan bahwa pada daerah luka pasien sudah terjadi abses atau

selulitis yang bersifat sistemik sehingga memunculkan manifestasi klinis yang dialami pasien

berupa demam dan leukositosis.

Pada pasien juga dapat disimpulkan mengalami DM tipe II akibat riwayat keluarga yang

terkait erat memiliki Riwayat Diabetes Melitus. Selain itu pasien juga memiliki gejala klasis

diabetes melitus yaitu sering haus, sering BAK dan sering lapar, dan ditunjang dengan hasil

GDS : 285 mg/dL. Diagnosis tersebut didasarkan pada PERKENI dan ADA 2007 :

4. Gejala klasik diabetes melitus + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/ dl (11.1 mmol/L).

Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa

memperhatikan waktu makan terakhir

5. Atau

Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/ dl (7.0 mmol/L). Puasa

diartikan pasien tidak mendapat kalori sedikitnya 8 jam.

6. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/ dl (11,1 mmol/L)

TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara

dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.

Referensi :

- Sudoyo A.W, Setiyohadi B, Alwi I, dkk (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid

I dan III edisi V. Jakarta : Interna Publishing.

- American College of Foot and Ankle Surgeons. Diabetic Foot Disorders A Clinical

Practice Guidline. 2006:45;5

- Konsesus Perkumpulan Endokrinologi Indoenesia.(2011). Diabetes Melitus Tipe II.

Penulis :

Liliani Muslimahwati Tjikoe (20100310212), SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Salatiga.

Dokter pembimbing : dr.Rastri Mahardika, Sp,PD