ecep dede.pdf

Upload: moh-munif-akbar

Post on 05-Jul-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/15/2019 ecep dede.pdf

    1/11

    BERKUNJUNG KE KAMPUNG NAGA.

    Maret 5, 2012

    Arumsekartaji Jalan-jalan. adat , hutan , ijuk , kampung adat , kolam ikan , punden , sejarah , sungai ciwulan , turis asing 4 Komentar

    Berkendara melewati tikungan tajam di mana kanan dan kiri jalan terbentang tebing terjal dansesekali di samping jalan terbentang jurang dalam, akhirnya sampai juga perjalanan kamimenuju perkampungan tradisional di Tataran Tanah Sunda. Dari jauh Kampung Naga yangterletak di lembah terlihat asri di antara hijaunya dedaunan tanaman yang tumbuh lebatsepanjang perjalanan dari Tasikmalaya menuju Garut. Perjalanan melelahkan dari Jakarta,akhirnya menghantarkan kami sampai di gerbang Kampung Naga.

    Kampung Naga yang berada di tepian sungai Ciwulan tampak asri jika kaki sudah melangkah

    masuk ke perkampungan ini. Sungai Ciwulan terlihat berkelok-kelok alur kalinyadengan batu besar teronggok di tengah dan tepian sungai. Sawah menghijau terbentangsepanjang mata memandang. Begitu pula ladang dan tanah tegalan terhampar dengantanaman singkong, jagung, ketela rambat, pohon aren dan kelapa.

    Tanaman penghasil kebutuhan sehari-hari warga Kampung Naga tumbuh subur. Karenakesuburan tanah pertanian inilah menjadikan Kampung Naga yang berada di Desa Neglasari,Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya dikenal orang hingga manca negara. Kampung

    Naga masih menyimpan beragam pedoman hidup tradisional dan senantiasa menghormatikelestarian alam.

    Hamparan kolam ikan di depan Rumah adat Kampung Naga. Foto Angela Winda Andini.

    https://arumsekartaji.wordpress.com/https://arumsekartaji.wordpress.com/category/jalan-jalan/https://arumsekartaji.wordpress.com/category/jalan-jalan/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/adat/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/adat/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/adat/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/hutan/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/hutan/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/hutan/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/ijuk/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/ijuk/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/ijuk/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/kampung-adat/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/kampung-adat/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/kampung-adat/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/kolam-ikan/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/kolam-ikan/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/kolam-ikan/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/punden/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/punden/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/punden/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/sejarah/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/sejarah/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/sejarah/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/sungai-ciwulan/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/sungai-ciwulan/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/turis-asing/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/turis-asing/https://arumsekartaji.wordpress.com/2012/03/05/berkunjung-ke-kampung-naga/#commentshttps://arumsekartaji.wordpress.com/2012/03/05/berkunjung-ke-kampung-naga/#commentshttps://arumsekartaji.wordpress.com/2012/03/05/berkunjung-ke-kampung-naga/#commentshttps://arumsekartaji.files.wordpress.com/2012/03/kampung-naga1.jpghttps://arumsekartaji.wordpress.com/2012/03/05/berkunjung-ke-kampung-naga/#commentshttps://arumsekartaji.wordpress.com/tag/turis-asing/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/sungai-ciwulan/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/sejarah/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/punden/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/kolam-ikan/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/kampung-adat/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/ijuk/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/hutan/https://arumsekartaji.wordpress.com/tag/adat/https://arumsekartaji.wordpress.com/category/jalan-jalan/https://arumsekartaji.wordpress.com/

  • 8/15/2019 ecep dede.pdf

    2/11

    Papan penunjuk lokasi Kampung Naga. Foto Angela Winda Andini.

    Bila sahabat sehat dengan reiki berkendara ke lokasi kampung adat ini mudah ditemuitempatnya. Berjarak sekitar 30 kilometer dari Kota Tasikmalaya dan 26 kilometer dari KotaGarut. Begitu tiba di lokasi kampung adat ini, ucapan selamat datang dengan minuman

    pembuka seperti legen atau air kelapa muda akan ditawarkan kepada tamu baik peroranganatau rombongan. “Selamat datang di Kampung Naga,” begitulah ucapan Man g Ajab wargasetempat menyambut kedatangan sehat dengan reiki dan rombongan yang datang dariJakarta Selasa siang kemaren.

    “Wilayah ini seluas 1.5 hektar dengan batas wilayah sebelah timur dan utara terdapat aliranSungai Ciwulan. Sebelah barat hutan keramat terdapat makam leluhur dan di selatanterbentang sawah-sawah penduduk. Jumlah bangunan adat 112 buah berbentuk semi

    permanen dengan 109 kepala keluarga. Total jumlah penduduk yang berdiam saat ini adasekitar 314 orang,” ucap Mang Dikin warga asli sete mpat yang menemani rombongan sehatdengan reiki siang itu. Kampung itu menjadi satu kampung adat dari sekian kampung adatyang ada di Indonesia dan masih memegang teguh nilai-nilai adat dan peraturan leluhur.

    https://arumsekartaji.files.wordpress.com/2012/03/kampung-naga-selamat-datang.jpg

  • 8/15/2019 ecep dede.pdf

    3/11

    Setiap kepala keluarga di Kampung Naga pada umumnya mempunyai kolam ikan. Ada saungtempat menaburkan pakan ikan ke kolam ikan di bawahnya. Foto Angela Winda Andini.

    Berbeda dengan wilayah perkotaan yang penuh dengan produk kapitalisme yangmenyodorkan gaya hidup mewah penuh hura-hura dengan tingkat konsumsi barang dagangan

    berbagai merek yang serba mahal, Kampung Naga dibalut penuh kesahajaan dan kearifanlokal dalam bingkai tradisional yang mengedepankan gotong royong di antara penduduknya.Belum ada fakta sejarah yang bisa memberi petunjuk siapa dan dari mana asal namaKampung Naga. Barangkali yang bisa menjawab adalah warisan budaya dan perilaku leluhursaja yang masih ditaati dan diikuti dalam kegiatan harian semua warga baik saat upacara adatkematian, perkawinan, kelahiran bayi, bercocok tanam dan mengambil tanaman untukkeperluan membangun rumah.

    “Hutan adat sebelah timur itu pamali diambil kayunya. Jangankan kayu ranting yang jatuh ketanah tidak boleh diambil. Untuk kayu bakar dan kebutuhan lainnya, warga rela membeli kewarung daripada mengambil di hutan larangan. Pamali kalau dilanggar dan menimbulkan

    bahaya,” ujar Mang Dikin menerangkan lebih lanjut tentang hal -hal yang harus dihindari wargaKampung Naga.

    Secara administratif bentuk kepemimpinan Kampung Naga ada dua, yaitu formal dan informal.Bagian formal mereka mengenal RT, RW dan Kadus. Sedangkan informal khususnya tataaturan yang diterapkan secara adat menyerahkan urusan ini kepada kuncen, lebe dan punduh.

    https://arumsekartaji.files.wordpress.com/2012/03/kampung-naga-2.jpg

  • 8/15/2019 ecep dede.pdf

    4/11

    Kerajinan tas, tikar mendong, besek, tampah ikut mendorong kegiatan warga Kampung Naga berkreasi membuat anyaman sebagai cendera mata untuk ditawarkan kepada pengunjung.Foto Angela Winda Andini.

    https://arumsekartaji.files.wordpress.com/2012/03/penjual-cendera-mata-kampung-naga.jpg

  • 8/15/2019 ecep dede.pdf

    5/11

    Salah satu sudut gang yang terletak di antara jajaran rumah adat Kampung Naga. Semuastruktur bangunan dibuat sama beratap ijuk berdinding anyaman bambu. Foto Angela WindaAndini.

    https://arumsekartaji.files.wordpress.com/2012/03/kampung-naga-3.jpg

  • 8/15/2019 ecep dede.pdf

    6/11

    Salah satu sifat gotong royong yang masih dipertahankan warga Kampung Naga adalahsaling tolong menolong saat memindahkan rumah bukan dengan dibongkar, akan tetapidigeser menuju ke tempat baru yang lebih nyaman. Foto Angela Winda Andini.

    Di Kampung Naga semua penduduk terlihat bersahaja ketika mereka bergotong royong saat

    membangun rumah. Atau saat panen ikan di kolam kecil di pinggir sawah, mereka bahumembahu menangkap ikan. Untuk kebutuhan primer seperti makan sehari-hari, hasil sawahdan ladang sudah cukup menghidupi setiap kepala keluarga.

    Rumah sederhana untuk berteduh dari tempaan sinar matahari dan derasnya air hujan sudahcukup membuat mereka nyaman tinggal dalam hidup keseharian. Untuk sandang pun merekatidak bermewah-mewah kendati uang cukup untuk membeli kebutuhan primer ini. Yangmereka butuhkan adalah alat pertanian untuk mengolah sawah dan ladang.

    Dari hasil bertani mereka bisa mendapatkan 4 kuintal per kepala keluarga dalam setiap kali panen selama 6 bulan sekali. Jumlah ini sudah lebih cukup untuk konsumsi harian dan bekaluntuk menanti panen berikutnya. Kegiatan lain dari warga saat ini adalah menganyam tikar,tas untuk dijual keluar Kampung Naga.

    Daerah pemasaran pun sampai ke Tasikmalaya. Aneka macam kerajinan yang dihasilkanwarga juga dibawa pemborong ke beberapa kota seperti Garut dan Tasikmalaya. Sebagaikampung yang telah digandrungi sebagai objek wisata, hasil kerajinan seperti tikar tidakkalah menarik mutunya dibanding dengan kerajinan tikar mendong Tasikmalaya.

    https://arumsekartaji.files.wordpress.com/2012/03/kampung-naga-4.jpg

  • 8/15/2019 ecep dede.pdf

    7/11

    Paduan sawah menghijau dengan air irigasi kecoklatan untuk tanah pertanian sangat kontrasdengan lokasi Kampung Naga yang tampak dikejauhan dengan bercirikan atap ijuk berwarnahitam, anyaman dinding warna putih. Foto Angela Winda Andini.

    https://arumsekartaji.files.wordpress.com/2012/03/kampung-naga-5.jpg

  • 8/15/2019 ecep dede.pdf

    8/11

    Merasa lelah setelah berkeliling Kampung Naga ada baiknya melepas lelah sejenak. Begiturasa lelah hilang , minuman kelapa ijo siap dinikmati di saung tempat kolam ikan emasdibudidayakan warga Kampung Naga.

    Sebagai kampung adat barangkali Anda mengira kampung ini dikungkung adat ketat dalamsegala hal yang menandakan keterbelakangan. Banyak yang mengatakan warga Kampung

    Naga miskin informasi. Dugaan Anda salah, saat ini banyak warga memiliki telepon selulerdan pesawat televisi. Semua ini dibutuhkan untuk hiburan semata agar tidak ketinggalaninformasi dari kampung lain di luar Kampung Naga.

    Mereka tetap mengikuti informasi pembangunan baik dari koran, radio atau televisimengingat kaum mudanya banyak yang bersekolah di luar Kampung Naga seperti Bandung,

    Tasikmalaya dan Garut. Kaum muda inilah yang membawa perubahan dalam hal komunikasiyang tidak bisa dibendung lagi dan hadir di kesunyian Kampung Naga. Sekali pun adat

    https://arumsekartaji.files.wordpress.com/2012/03/mejeng-sejenak-di-kampung-naga.jpg

  • 8/15/2019 ecep dede.pdf

    9/11

    istiadat tetap dipegang teguh kaum tuanya, kaum muda yang bersekolah di luar Kampung Naga, begitu pulang ke kampung harus tetap memegang teguh tradisi Kampung Naga.

    “Informa si baru ini boleh masuk Kampung Naga selama tidak melanggar adat. Hanya listrikyang tidak boleh masuk kampung ini. Untuk menyalakan televisi warga menggunakan aki,”

    ujar Mang Ajab lebih lanjut . Maum sesepuh atau Punduh Kampung Naga menyebutkan,kedatangan wisatawan selain memberi keuntungan materi bagi Kampung Naga jugamemberikan informasi.

    Pendatang ini dengan sendirinya akan menceritakan perihal Kampung Naga selepas dia pulang ke kampungnya. Dengan cara ini maka silaturahmi akan tetap terjalin kendati punmereka datang hanya sekali saja ke kampung ini.

    Salah satu sudut halaman rumah adat Kampung Naga yang bercirikan halaman luas dengantanah pekarangan berundak tempat menjemur kerajinan tampah khas Kampung Naga. FotoAngela Winda Andini.

    https://arumsekartaji.files.wordpress.com/2012/03/kampung-naga-6.jpg

  • 8/15/2019 ecep dede.pdf

    10/11

    Turis domestik dan mancanegara membaur jadi satu saat berkeliling di areal kolam ikan perkampungan Kampung Naga. Kolam ikan selalu dilengkapi saung tempat menabur pakandan benih ikan. Foto Angela Winda Andini.

    “Saat mereka berkunjung ke kampung sini dan tidak melanggar adat yang kami tetapkan,kami akan menerima kunjungannya dengan senang hati. Selama ini mereka taat dan tidak

    pernah melanggar aturan adat,” jelas Maum lebih lanjut. Sejauh ini sudah banyak warga yangmerantau dan bekerja di luar daerah.

    Karena aturan adat yang membolehkan warga hanya punya lahan pertanian 1.5 hektar,

    mereka yang menikah dan butuh rumah terpaksa tinggal di luar Kampung Naga. Kendati pun berada di luar Kampung Naga, warga ini akan datang kembali sewaktu-waktu kampung inimenyelenggarakan upacara adat.

    Ketika gempa bumi melanda Tasikmalaya beberapa waktu lalu, rumah Kampung Naga tetaputuh berdiri tanpa retak sama sekali. “Waktu gempa terjadi warga malah masuk rumah.Rumah di sini memang didesain anti gempa mengingat pondasi rumah cukup kuat.

    Semua rumah di Kampung Naga menghadap ke Utara dan Selatan. Tujuan penataan rumahini untuk menjalin relasi sosial antar tetangga. Untuk struktur bangunan berkonsep semi

    permanen dan menempel di tanah. Tujuan rumah model ini agar gampang dipindah dan juga

    menjaga ekologi dalam tanah. “Dengan tata pondasi semacam ini, rumah di sini terbuktiaman dari goncangan gempa,” kata Mang Ajab.

    Di balik kebersahajaan hidup masyarakat Kampung Naga, kampung ini menyimpan berbagai peraturan yang belum boleh dijelaskan kepada orang lain. Istilahnya pamali. Setiap bulan Safardan Ramadhan serta hari Selasa, Rabu dan Sabtu tidak boleh menceritakan sejarah tentangKampung Naga. “Alasannya ya….itu tadi…pamali,” kata Mang Soleh warga lain yangmenyertai kunjungan melihat hutan larangan yang terlihat seram di siang hari.

    Yang mengagumkan hanya dengan satu kata pamali tanpa ada perundangan tertulis, wargaKampung Naga selalu siap taat pada aturan dan kebiasaan hidup nenek moyangnya yangdiwariskan kepada penduduk secara turun temurun. Sayang keinginan mengorek sejarah

    https://arumsekartaji.files.wordpress.com/2012/03/turis-asing-dan-lokal-datang-di-kampung-naga.jpg

  • 8/15/2019 ecep dede.pdf

    11/11

    Kampung Naga untuk bahan dokumentasi tidak terlaksana mengingat kami datang pada hariSelasa.

    “Sekali lagi menceritakan sejarah itu pamali, bisik Mang Dikin sambil mempersilahkanrombongan sehat dengan reiki santap siang di Saung Mang Wartam yang terletak sedikit

    menjauh dari lokasi Kampung Naga.