ecmo gab
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen pasien dengan ventilasi mekanik pada gagal napas akut
dan/atau adult respiratory distress syndrome di negara-negara berkembang
biasanya dilakukan oleh ahli anestesiologi. Di negara maju, gagal napas akut,
terutama adult respiratory distress syndrome mempunyai mortalitas yang
masih tinggi. Extracorporeal membrane oxygenator (ECMO) merupakan
inovasi teknologi tinggi dalam bidang intensive care medicine yang dimulai
sejak 20 tahun lampau. Pada beberapa unit perawatan intensif di negara maju,
ECMO digunakan pada gagal napas akut sebagai rescue therapy atau sebagai
terapi alternatif pada prediksi mortalitas tertentu.
Di USA ECMO telah merupakan terapi standar pada gagal napas
neonatus. Hasil terapi ECMO berbeda-beda pada kelompok umur yang
berbeda. Hasil terbaik didapat pada neonatus, yaitu dengan 70-90 persen
berhasil dengan selamat, sedangkan pada anak dan dewasa, didapati mortalitas
45-55 persen untuk yang diprediksi mempunyai mortalitas sekitar 80 persen
dengan ventilasi mekanik. Apakah mungkin dilakukan ECMO di negara
berkembang? ECMO tidak dapat disangkal sangat efektif untuk terapi pada
neonatus dengan gagal napas, tetapi ECMO sangat membutuhkan tembaga.
Biaya ECMO juga sangat tinggi, kira-kira 2 kali terapi perawatan intensif
standar. Dengan mempertimbangkan cost benefit analysis, ECMO tampaknya
lebih baik dilakukan di negara-negara berkembang hanya pada rumah sakit
tertentu yang mempunyai cukup pengalaman operasi jantung terbuka, dan
hanya dilakukan pada gagal napas neonatus (Iqbal & Heru,1997).
Durasi rata-rata dukungan ECMO adalah sepuluh hari. Pada saat
pelaporan, 54 dari 68 pasien yang selamat dan 14 (21 persen) meninggal.
Enam pasien tetap di ICU, termasuk dua yang masih menerima ECMO. Enam
belas pasien masih dirawat di rumah sakit, tapi keluar dari ICU, dan 32 telah
keluar dari rumah sakit (Jama, 2011). "Meskipun keparahan penyakit mereka
Keperawatan Respirasi III | 1
dan penggunaan berkepanjangan mendukung kehidupan, sebagian besar
pasien selamat," para penulis menyimpulkan. "Informasi ini akan
memfasilitasi perencanaan pelayanan kesehatan dan manajemen klinis untuk
pasien yang kompleks selama wabah berlangsung (Jama, 2011)."
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari ECMO?
2. Apakah tujuan pemasangan ECMO?
3. Apakah indikasi pemasanagan ECMO?
4. Apakah kontraindikasi ECMO?
5. Bagaimana komplikasi ECMO?
6. Bagaimana prognosis penggunaan ECMO?
7. Bagaimana prosedur pemasangan ECMO?
8. Bagaimana Web of Causes (WOC) klien dengan ECMO?
9. Bagaimana pengkajian pada klien dengan ECMO?
10. Bagaimana diagnosa pada klien dengan ECMO?
11. Bagaimana intervensi pada klien dengan ECMO?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Menjelaskan tentang konsep ECMO serta pendekatan asuhan
keperawatannya.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi definisi dari ECMO
2. Mengidentifikasi tujuan pemasangan ECMO
3. Mengidentifikasi indikasi ECMO
4. Mengidentifikasi kontraindikasi ECMO
5. Menguraikan komplikasi ECMO
6. Mengidentifikasi prognosis penggunaan ECMO
7. Mengidentifikasi prosedur pemasangan ECMO
8. Mengidentifikasi Web of Causes (WOC) klien dengan ECMO
9. Mengidentifikasi pengkajian pada klien dengan ECMO
10. Mengidentifikasi diagnosa pada klien dengan ECMOKeperawatan Respirasi III | 2
11. Mengidentifikasi intervensi pada klien dengan ECMO
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami tentang konsep ECMO serta mampu
menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan ECMO dengan
pendekatan Student Center Learning.
Keperawatan Respirasi III | 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
ECMO (Extracorporeal Membrane Oxygenation) adalah bentuk jalan
pintas (bypass) kardiopulmonal yang memperkuat perfusi sistemik dan
memberikan pertukaran gas. Sebagian besar pengalaman adalah dengan jalan
pintas vea-arteri, yang memerlukan tempat untuk kateter besar pada vena
jugularis interna kanan dan arteri karotis serta sering memerlukan pengikatan
arteri karotis (Nelson, 2004).
ECMO sebuah alat bantu eksternal yang digunakan untuk mengatasi
gagal jantung dan atau gagal napas yang disesuaikan prinsip modifikasinya
dari mesin CPB. Mesin ECMO sangat mirip dengan mesin bypass jantung-
paru yang digunakan untuk bedah jantung. Ketika bayi dipasang ECMO,
darah bayi tersebut menerima oksigen dari paru buatan pada lintasan atau
sistem ECMO. Paru buatan pada lintasan ECMO akan menyediakan darah
untuk bayi tersebut sesuai yang diperlukan untuk hidup hingga paru dan/atau
jantungnya dapat bekerja sendiri. ECMO digunakan dalam keadaan mendesak
dan mendadak setelah pengobatan gagal jantung maupun gagal napas dan
digunakan sebagai support sementara, sambil menunggu perbaikan organ.
Sistem dari ECMO ini adalah darah dialihkan dari sistem vena perifer melalui
kanulasi vena femoral atau sistem vena sentral melalui atrium kanan.
Sebagai pendukung tambahan bagi pernafasan, ECMO dapat
dikombinasikan dengan hemofiltrasi untuk meningkatkan fungsi renal,
menghasilkan hemodinamik yang stabil untuk mendukung plasmapheresis
atau pertukaran plasma, mendukung fungsi hepar, atau dikombinasikan
dengan bermacam-macam terapi tambahan, sehingga ECMO mungkin
menguntungkan bagi pasien dengan disfungsi multiorgan. Implementasi
ECMO selama multiple-organ dysfunction syndrome (MODS) atau sindrom
disfungsi multiorgan sekarang terjadi pada beberapa macam kondisi, dengan
pemecahan masalah untuk disfungsi organ dan hasil yang baik untuk
Keperawatan Respirasi III | 4
Gambar.1 Common components of an extracorporealmembrane oxygenation circuit.
beberapa pasien. Selanjutnya, karena resolusi tersebut dapat menghindari
kekacauan sirkulasi yang sering menghasilkan bentuk ekstrim dari ventilasi
mekanik dan menyediakan perfusi sistemik tanpa membutuhkan dosis tinggi
inotropic agen, ECMO mungkin mencegah kerusakan system (Wheeler et al.,
2009).
Sebagian besar ECMO digunakan oleh neonatus. Namun, ECMO juga
dapat digunakan pada pasien non neonatal. Kira-kira 200-300 pasien pediatrik
non neonatal menerima ECMO tiap tahunnya selama gagal nafas, dengan
keseluruhan rata-rata kelangsungan hidup 53%. Sebagian besar pasien adalah
hipoksia, hiperkapnia, atau kebocoran saluran nafas. Disfungsi pulmonal
akibat dari bakterial atau viral pneumonia, sindrom aspirasi, perdarahan
intrapulmonal, ARDS, dan gangguan lain telah sukses diterapi dengan
ECMO. Selain itu, pasien dewasa juga dapat dipasang ECMO. Beberapa
usaha penggunaan ECMO untuk dewasa tidak menunjukkan keuntungan,
sehingga perlu dipertimbangkan lagi penggunaan ECMO untuk dewasa. Pada
semua kasus, hampir semuanya mengalami kerusakan sehingga mungkin
dapat mempengaruhi hasilnya. Namun masih ada penggunaan ECMO untuk
dewasa yang menunjukkan hasil yang bagus. Berikut ini adalah tabel tingkat
keberhasilan ECMO pada klien dewasa dan pediatrik (Wheeler et al., 2009).
Keperawatan Respirasi III | 5
Membraneoxygenator
Post-membranepressuremonitor
O2 BlenderWarmed H2O
input
ECMO System
Pump
Heat exchanger
Venous Reservoir
Post-membranepressuremonitor
LV
CO2
O2
RV
Fluids
Heparin
Ada 2 tipe dari terapi ECMO, yaitu : venoarterial (VA) dan
venovenous (VV) ECMO. Istilah VA dan VV menunjukkan pembuluh darah
yang digunakan selama prosedur.
1. ECMO VA
Pada ECMO VA, sebuah kateter harus ditempatkan pada vena
(veno) dan arteri (arterial). Darah dialirkan dari atrium kanan (melalui
kateter vena jugularis) dan dikembalikan ke aorta (melalui kateter arteri
karotis). Memberikan bantuan jantung dan respirasi. Dapat dilakukan
dengan kanulasi sentral maupun perifer. ECMO VA biasanya digunakan
pada anak-anak dengan kemungkinan masalah tekanan darah dan yang
memerlukan dukungan tambahan, ECMO VA dapat memberikan suplai ke
jantung. Manfaat ECMO VA, metode ini memberikan dukungan yang
sangat bagus untuk jantung sebagai tambahan ke paru. Maka dari itu, jika
fungsi jantung memprihatinkan, ECMO VA dapat digunakan.
2. ECMO VV
Pada ECMO VV, sebuah kateter dengan dua pipa yang
ditempatkan pada vena. Darah dialirkan dari sistem vena dan dikembalikan
ke dalam sistem vena, yaitu darah dialirkan dari atrium kanan (melalui
kateter vena jugularis dan dikembalikan ke vena (melalui vena femuralis).
Hanya memberikan dukungan respiratori. Dilakukan dengan kanulasi
perifer, biasanya vena femoral. ECMO VV digunakan pada anak yang
memiliki masalah fungsi jantung dan tekanan darah yang tidak signifikan.
Ada beberapa anak dengan ECMO VV yang berubah memerlukan ECMO
VA. Ini biasanya berhubungan dengan tingkat oksigen yang rendah dengan
masalah ECMO VV atau tekanan darah pada anak. Manfaat ECMO VV
adalah arteri karotid tidak diperlukan seperti pada ECMO VA.
Sebuah penelitian dan analisa yang dilakukan di Universitas
Michigan pada 1000 pasien yang dibantu dengan ECMO. ECMO VV
untuk gagal napas memberikan angka survive sampai dengan keberhasilan
sebagai berikut : 88% dari 586 kasus gagal napas pada neonatus, 70% dari
Keperawatan Respirasi III | 6
132 kasus gagal napas pada anak anak, dan 56% dari 146 kasus gagal
napas pada dewasa (Ari, 2009).
2.2 Tujuan
Tujuan pemasangan ECMO adalah mengganti sementara fungsi
jantung dan/ atau paru hingga fungsi jantung dan paru menjadi lebih baik atau
mendapat donor paru atau jantung pada pasien transplantasi jantung. Dengan
demikian, fungsi organ vital pasien bisa kembali normal dan kebutuhan
oksigen tubuh bisa terpenuhi.
Selain itu, ECMO memberikan waktu untuk pemulihan dari paru-
paru dan jantung. ECMO dapat mengambil alih fungsi jantung atau paru anak
untuk waktu yang terbatas sampai anak pulih dari penyebab awal kegagalan.
ECMO paling sering digunakan ketika terjadi kegagalan pernapasan pada
bayi yang baru lahir, meskipun mungkin juga membantu dalam kasus-kasus
khusus seperti gagal jantung pada bayi dan anak-anak (Avenue,B., 2011).
2.3 Indikasi
Menurut Ari (2009), indikasi pemasangan ECMO dibagi menjadi 2 bagian
1. Gagal nafas, misalnya :
Keperawatan Respirasi III | 7
Lung
Aortic arch
Right Atrium Cannula
Gravity
Lung
Right Atriu
m
Femoral Vein
Recirculation
Gambar .2 Schema of venoarterial (A) versus venovenous (B) support
a. Adult Respiratory Distress syndrome (ARDS)
b. Pneumonia
c. Trauma
d. Gagal transplantasi paru
2. Gagal jantung, misalnya :
a. Post kardiokotomi : Ketika pasien gagal penyapihan CPB yang
dilakukan saat operasi jantung
b. Post transplantasi jantung : Biasanya terjadi akibat gagal
penyambungan (transplant failure)
c. Gagal jantung hebat oleh sebab lain, antara lain :
1. Dekompensasi kardiomiopati
2. Miokarditis
3. SKA dengan kardiogenik shock
4. Temuan depresi kardiak karena overdosis obat atau sepsis
Kriteria pasien untuk dapat menggunakan ECMO:
Kualifikasi kriteria diterapkan hanya ketika bayi telah mencapai
dukungan ventilasi maksimal oksigen 100% (fraksi oksigen inspirasi [FiO2]
= 1) dengan tekanan inspirasi puncak (peak inspiratory pressures/ PIP) sering
setinggi 35 cm H2O.
a. Alveolar-arterial (Aa) gradient dari 600-624 mm Hg selama 4-12 jam di
permukaan laut, yang dapat dihitung sebagai berikut (dimana 47 = tekanan
parsial uap air):
(Aa) (menyebarkan kapasitas [D] O2 sama dengan tekanan atmosfir - 47 -
(] PaCO2 + PaO2) / FiO2
b. Oksigenation index (OI) lebih besar dari 40 di 3 dari 5 penentuan gas
postductal diperoleh 30-60 menit secara terpisah, yang dapat dihitung
sebagai berikut (dimana MAP berarti tekanan udara):
OI = (MAP x FiO2 x 100) / PaO2
PaO2 = 35-50 mm Hg selama 2-12 jam
c. Kerusakan Akut
PaO2 kurang dari atau sama dengan 30-40 mm Hg selama 2 jam
Keperawatan Respirasi III | 8
pH kurang dari atau sama dengan 7,25 selama 2 jam
Hypotensi yang tidak mudah ditangani
Kriteria seleksi untuk neonates yang akan menggunakan ECMO:
a. Usia gestational = 34 minggu atau lebih
b. Berat badan lahir 2000 g atau lebih tinggi
c. Tidak mengalami pembekuan atau perdarahan yang tidak terkontrol
d. Tidak ada perdarahan intrakranial (kelas 1 perdarahan intrakranial)
e. Mekanik ventilasi untuk 10-14 hari atau kurang
f. Cedera Reversible paru
g. Tidak mematikan malformasi
h. Tidak ada kelainan jantung utama tidak dapat diobati
i. Kegagalan terapi medis maksimal
2.4 Kontraindikasi
Bayi yang baru lahir tidak dapat diberikan terapi ECMO jika mereka
memiliki berat badan di bawah 2 kg, karena mereka memiliki pembuluh yang
sangat kecil untuk kanulasi, sehingga menghambat aliran memadai karena
keterbatasan dari ukuran kanul dan ketahanan yang lebih tinggi setelah aliran
darah (bandingkan dengan resistensi pembuluh darah). Oleh karena itu,
perangkat tidak dapat digunakan untuk bayi yang baru lahir prematur
kebanyakan. Bayi baru lahir kadang-kadang diberikan terapi ECMO karena
kurangnya sistem pernapasan berfungsi penuh atau cacat lahir lainnya, namun
tingkat kelangsungan hidup turun menjadi sekitar 33%.
Pasien yang tidak diperbolehkan menggunakan ECMO adalah pasien
dengan malignan dan transplantasi sumsum tulang. Rata-rata angka kematian
tinggi pada pasien ini ketika gagal nafas berkembang, meski demikian akhir-
akhir ini beberapa dokter menyarankan pada awal permintaan pemasangan
ECMO, penyakit pasien seperti yang telah disebutkan benar-benar dikaji
terlebih dahulu untuk melihat hasilnya sehingga dapat diperbaiki. Tinjauan
terakhir penggunaan ECMO pada 30 pasien kanker dari 58 dapat diperbaiki,
sehingga secara keseluruhan rata-rata angka kelangsungan hidup adalah 37%.
Keperawatan Respirasi III | 9
Tujuh pasien menjalani transplantasi sumsum tulang dan dipasang ECMO, 2
(29%) pasien bertahan hidup (Wheeler et al., 2009)
2.5 Prosedur
A. Pelaksana
Pemasangan ECMO dilakukan oleh dokter ICU, asisten dokter, perawat
yang sudah terdaftar, terapis pernafasan, dan petugas laboratorium yang
sudah menerima pelatihan. Perawat membantu dokter dan memantau
pasien selama prosedur. Karena peralatan laboratorium klinis dapat
digunakan selama prosedur untuk memantau parameter tertentu
(misalnya, waktu terjadi penggumpalan darah), perawat atau staf lainnya
harus terbiasa dengan pengoperasian perangkat laboratorium yang
digunakan dalam ECMO.
B. Persiapan Alat
Alat yang digunakan dalam prosedur pemasangan ECMO antara lain :
1. Mesin ECMO
2. Membrane Oxigenator
3. Heater
4. Kateter : arteri kanula dan venous kanula
5. Parameter aliran gas untuk mengontrol oksigenasi dan aliran udara
Keperawatan Respirasi III | 10
Gambar. 3 Mesin ECMO
C. Persiapan Insersi
1. Melakukan pemeriksaan non invasif
Bayi yang akan diterapi ECMO harus menjalani pemeriksaan
rutin USG tengkorak untuk mengidentifikasi ada perdarahan
intrakranial. Pasien yang lebih tua mungkin juga perlu dievaluasi
perdarahan intrakranial dengan USG jika fontanela terbuka. Computed
tomography dapat digunakan jika pasien cukup stabil untuk menjalani
pemeriksaan tersebut. Seringkali, meski pasien yang lebih tua tidak
cukup stabil untuk menjalani Computed Tomography dan evaluasi
neurologi klinis mungkin terhambat oleh sedasi atau blokade
neuromuskular sebelum pemasangan ECMO. Untuk bayi,
ekokardiografi biasanya dilakukan sebelum ECMO untuk menentukan
apakah hipoksia disebabkan oleh defek struktural di hati yang mungkin
lebih baik dilakukan pembedahan untuk perbaikan daripada dengan
ECMO. Ekokardiografi juga digunakan untuk mendeteksi keberadaan
dan arah kateter serta untuk menilai fungsi miokard (Wheeler et al.,
2009).
Selain itu, dilakukan pemeriksaan PT, PTT, fibrinogen, CBC with
platelets, electrolytes, Ca, BUN, Creatinine.
4. Kaji ulang obat-obatan yang dikonsumsi klien, termasuk aspirin dan
Obat Anti-Inflammatory Drugs (NSAID). Karena obat-obat tersebut
dapat mempengaruhi pembekuan darah.
5. Keluarga dianjurkan untuk tidak memberikan asupan nutrisi selama 6
jam sebelum prosedur dilakukan
6. Sebuah obat penenang ringan dapat diberikan sekitar satu jam sebelum
prosedur untuk membantu pasien rileks.
7. Jika kateter yang akan dimasukkan melalui pangkal paha (arteri
femuralis), daerah sekitar paha pasien akan dicukur dan dibersihkan
dengan larutan antiseptik, jika pada pasien dewasa (Jennifer, 2011).
D. Insersi
1. Memakai pakaian dari rumah sakit.
2. Pemasangan infus untuk pemasukan obat dan cairan selama prosedur
Keperawatan Respirasi III | 11
3. Diberikan obat penenang ringan.
4. Kulit yang akan dilakukan penusukan kateter dibersihkan. Letak
insersi biasanya di leher (vena jugularis/arteri karotis) atau pangkal
paha (arteri femuralis/vena femuralis).
Gambar 4: Insersi di leher
5. Tutup area yang akan diinsersi dengan kain steril dan duk lubang
untuk mencegah infeksi.
6. Diberikan lokal anastesi pada area yang akan diinsersi.
7. Obat antikoagulan, umumnya adalah heparin diberikan kepada
pasien untuk mencegah pembekuan darah
8. Kanul ditempatkan pada pembuluh darah besar untuk menyediakan
akses pada darah pasien. Dalam beberapa kasus, kateter kemih
mungkin diperlukan selama prosedur.
Gambar 5: Area sayatan di leher
Keperawatan Respirasi III | 12
9. Sebuah selubung pemasuk plastik dimasukkan ke dalam pembuluh
darah, vena jugularis (masuk ke atrium kanan) dan arteri karotis
(masuk ke aorta) pada ECMO AV, sedangkan pada ECMO VV,
kateter akan masuk melalui vena jugularis (masuk ke atrium kanan)
dan vena femuralis. Mungkin akan terasa ada tekanan karena
pemasukan selubung pemasuk atau kateter, tetapi tidak akan terasa
sakit.
Gambar 6: Sambungan arteri dan vena ke mesin ECMO
10. Mesin ECMO secara terus menerus memompa darah dari pasien
melalui saluran oksigenator (proses kerja seperti paru) yaitu proses
pertukaran gas pada paru-paru dengan membuang karbondioksida
dan menambah oksigen. Darah yang sudah dioksigenasi
dikembalikan pada pasien.11. Darah mengalir dari sisi kanan jantung melalui pembuluh darah dan
dipompa melalui oxygenator membran (paru-paru buatan), yang
mengambil alih kerja paru-paru.
12. Darah kemudian dihangatkan dan kembali ke tubuh melalui kanula
arteri.
13. Darah yang kaya oksigen dibawa ke seluruh tubuh, menyupali otak,
jantung, ginjal, dan semua organ vital lainnya dan jaringan.
14. Saat jantung membaik, jumlah aliran darah melalui sirkuit ECMO
dapat diturunkan, memungkinkan jantung untuk melakukan
pekerjaan lebih banyak.
Keperawatan Respirasi III | 13
Tugas utama dari perawat pada prosedur Kateterisasi Jantung meliputi:
1. Memberikan perawatan kepada pasien di Intensive Care Unit atau Lab
ECMO sampai mereka sembuh atau tidak ada indikasi pemasangan
ECMO
2. Memperoleh dan memelihara catatan pasien, dan memperbarui grafik
pasien
3. Melakukan pengkajian yang dibutuhkan
4. Membantu pasien untuk melakukan prosedur medis
5. Pemantauan tanda-tanda vital pasien
6. Mengoperasikan alat-alat perawatan
7. Memberi terapi intravena (IV)
8. Mengobati pasien sesuai dengan petunjuk dokter (Jennifer, 2011).
E. Weaning (Penyapihan)
1. Weaning ECMO – VV ECMO
a. Aliran ECMO secara aktual tidak dijadikan batasan untuk menilai
fungsi respiratori pasien sebenarnya
b. Dilakukan dengan menurunkan aliran udara dalam sirkuit ECMO
c. Pasien mungkin dapat diweaning :
Pertukaran gas dapat dipertahankan dengan
FiO2 rendah (<30%)
Diberikan dengan kecepatan rendah pada
sirkuit (<2L/menit)
Set ventilator tidak dalam posisi setting yang
tinggi : RR <25X/menit, Presure <15
2. Weaning ECMO – VA ECMO
a. Tergantung faktor perbaikan jantung
b. Peningkatan tekanan darah
c. Peningkatan pulsatil arteri perifer (return)
d. Penurunan PaO2 di line arteri radial kanan
e. Menunjukkan lebih banyak darah dipompakan jantung meskipun
dengan oksigenasi yang lebih rendah (jantung mulai berfungsi)
f. Penurunan CVP dan atau tekanan pulmonalKeperawatan Respirasi III | 14
g. Cardiac Output dengan kateter arteri pulmonal (Swans Ganz) sangat
tidak akurat saat penggunaan ECMO
h. Hampir semua volume darah yang disirkulasi bypass ke pulmonal
2.6 Komplikasi
1. Perdarahan (gastrointestinal dan tempat insersi), antikoagulasi dapat di
berikan untuk mengurangi resiko perdarahan.
2. Kerusakan SSP (perdarahan atau infark), perlu dilakukan USG tengkorak
secara berkala untuk memantau perdarahan dan EEG untuk mengukur
gelombang otak, hal ini penting dalam memantau setiap perubahan yang
terjadi.
3. Kejang (metabolik or kerusakan SSP)
4. Retensi cairan dan edema hebat
5. Sepsis/infeksi, pemasukan kateter yang besar ke dalam leher dapat
menjadi area untuk tumbuhnya bakteri sehingga dapat terjadi infeksi.
Antibiotik dapat di gunakan untuk mencegah atau menghilangkan infeksi.
6. Hiperbilirubinemia
7. Gagal ginjal
8. Disritmia
9. Komplikasi mekanik, antara lain : rupture tubing, malfungsi pompa, dan
masalah yang berhubungan dengan kanulasi seperti malposisi.
2.7 Prognosis
ECMO di lakukan untuk menyediakan oksigenasi sampai fungsi paru
telah cukup pulih untuk mempertahankan saturasi O2 yang sesuai. Ini
merupakan pilihan terakhir. Sekitar 75 % efektif dalam menyelamatkan bayi
yang baru lahir. Bayi yang baru lahir tidak dapat di tempatkan pada ECMO
jika berat badannya di bawah 2 kg. karena mereka memiliki pembuluh yang
sangat kecil untuk kanulasi, sehingga menghambat aliran memadai karena
keterbatasan dari ukuran kanul dan selanjutnya resistensi yang lebih tinggi
untuk aliran darah. Oleh karena itu, perangkat tidak dapat di gunakan untuk
sebagian besar bayi yang lahir prematur. Bayi yang baru lahir kadang-kadang
Keperawatan Respirasi III | 15
di terapi ECMO karena kurangnya sistem pernafasan atau cacat lahir, namun
tingkat kelangsungan hidup turun menjadi 33%.
Sebagai metode pendukung alternatif, seperti ventilator oksimetri
frekuensi tinggi, surfaktan, masker nitrit oksida, telah berkembang dan
diterima untuk neonatal. Kebutuhan akan ECMO telah menurun. Pertahun
kasus neonatal dengan ECMO sekarang berjumlah sekitar 800 pertahun,
menurun hingga 1500 kasus pada awal tahun 1990. Kelangsungan hidup
neonatus mengalami penurunan melebihi tahun-tahun sebelumnya (Wheeler
et al., 2009).
Tingkat kelangsungan hidup untuk neonatus jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan baik pasien anak atau orang dewasa. Tingkat
kelangsungan hidup bayi lebih baik biasanya karena reversibilitas proses
penyakit dan tidak adanya penyakit paru-paru kronis dan penyakit jantung.
Pada orang dewasa tingkat kelangsungan hidup ECMO sekitar 60%. ECMO
belum memiliki manfaat kelangsungan hidup terbukti pada orang deawasa
dengan ARDS. Dalam ECMO VA, pasien yang fungsi jantungnya tidak
cukup pulih untuk di sapih dari ECMO mungkin dapat di lakuakn
transplantasi.
Antara Desember 1997 dan Juni 2001, 50 neonatus dengan hernia
diafragma kongenital dirawat (24 bawaan, semua dari mereka didiagnosis
sebelum lahir, 26 ditransfer setelah kelahiran). Tingkat ketahanan hidup
adalah 84%. Menurut algoritma 50% dari pasien diobati dengan ECMO, 78%
dari pasien yang diobati dengan ECMO selamat. Tiga Pasien dengan ECMO
harus dihentikan karena terdapat kontraindikasi. Jika pasien perlu dirawat
dengan ECMO, para prediktor prognosis tidak mengizinkan untuk menarik
kesimpulan pada kursus klinis mengenai kelangsungan hidup pasien.
Laporan terakhir penggunaan ECMO untuk 225 orang dewasa dengan
gagal nafas hebat, 68% pasien mengalami kegagalan dan 53% sukses dan
mampu bertahan hidup. Analisa yang bermacam-macam melaporkan bahwa
sebelum pemasangan ventilator ECMO, umur, jenis kelamin, pH<7,10, rasio
PaO2/FiO2 berpengaruh terhadap hasil. Laporan lain penggunaan ECMO
Keperawatan Respirasi III | 16
yang berhasil untuk pasien dewasa adalah pasien tanpa luka bakar, trauma,
infark miokard dengan arrest, dan bermacam-macam penyakit lain.
2.8 WOC
prevent
Keperawatan Respirasi III | 17
ARDS
Tingkat O2 di paru rendah
Paru tidak dapat
mengembang maksimal
Aliran O2 ke jaringan
terganggu
Jaringan kekurangan
O2
Pneumonia
Penumpukan sekret di alveoli
Fungsi paru terganggu
Sirkulasi O2 terganggu
Trauma thorax
Thorak cedera
Paru cedera
Gagal transplantasi
paru
Paru tidak berfungsi
Miokarditis
Kontraksi otot jantung
melemah
Gagal pompa jantung
Pompa jantung ke seluruh
tubuh terganggu
Perdarahan intrapulmonal
Edema paru
Paru kolaps
Gagal transplantasi
jantung
Jantung tidak berfungsi
ECMO (Extracorporeal Membrane Oxygenation)
Kesalahan insersi
Port de entry kuman
Resti InfeksiPK: Nyeri
Kesalahan prosedur pembedahan
Resiko Perdarahan
PK: Anemi
Masuknya benda asing
Kurang pengetahuan
Kesalahan pengaturan posisi
saat terpasang ECMO
Ansietas
Nyeri
Kegagalan Pertukaran
Keperawatan Respirasi III | 18
ECMO (Extracorporeal Membrane Oxygenation)
B1 (Breath)
Gelembung udara masuk
ke arteri
Emboli sistemik
Emboli paru
Paru tidak dapat mengembang
sempurna
Gangguan Pertukaran
B2 (Blood)
Emboli sistemik
Emboli vaskuler
Beban kerja jantung
meningkat
Hipertensi
Penurunan Curah
B3 (Brain)
Penurunan curah
jantung
Suplai O2 di otak
terganggu
Gangguan Perfusi
Serebral
B4 (Bladder)
Gangguan perfusi darah di ginjal
Pelepasan angiotensin
Retensi Na, cairan
Volume plasma
Transudasi cairan
Edema
Sekresi aldosteron
Kelebihan Volume Cairan
B5 (Bowel)
Tekanan dalam pembuluh darah
Pecahnya pembuluh darah di
otak
Perdarahan intrakranial
Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
B6 (Bone)
Kerusakan SSP
Gangguan inhibisi
aktivitas listrik
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri
Rendah
Kejang
Resiko Cedera
Perdarahan GI
Hipoksia
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN3.1 Pengkajian
a. Identitas
Nama Pasien : An. I
Umur : 6 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : -
Alamat : Singosari 13 Surabaya
Penanggung jawab biaya
Nama : Ny. L
Alamat : Singosari 12 Surabaya
b. Keluhan Utama
Sesak nafas
c. Riwayat Penyakit Sekarang
An. I yang terpasang ECMO beberapa hari ini memiliki perubahan pola
nafas (sesak).
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
An. I terpasang ECMO sejak sekitar seminggu yang lalu karena
mengalami gagal nafas.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari keluarga tidak ada yang menderita suatu penyakit.
f. Riwayat Pembedahan
An. A belum pernah melakukan pembedahan ataupun operasi baik yang
berhubungan dengan system pernafasan atau pada system yang lainnya.
g. Kebutuhan Biologis / Fisiologis.
1. Pola nutrisi: An.I mengalami penurunan nafsu makan.
2. Pola minum : An. I mengalami penurunan asupan cairan minum
3. Pola istirahat dan tidur terganggu karena nafas sesak.
h. Keadaan Lingkungan.
Keperawatan Respirasi III | 19
An. I tinggal di daerah dekat jalan raya yang padat
i. Keadaan Psikologis.
Persepsi klien, pola pikir dan mekanisme koping.
Review Of System (ROS)
B1 (Breathing): Pola napas tidak teratur, wheezing, takikardi, dipsnea
pada, , menggunakan otot bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu,
melebarkan hidung, adanya bunyi napas mengi, batuk berulang. Distress
pernafasan: pernafasan cuping hidung, takhipnea / bradipnea, Menggunakan
otot asesoris pernafasan,Kesulitan bernafas: lapar udara, diaforesis, dan
sianoasis, pernafasan memakai alat Bantu nafas
B2 (Blood) : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung,
hipotermi, edema di daerah sekitar wajah, tangan dan kaki
B3 (Brain) : penurunan kesadaran
B4 (Bladder) : edema di daerah sekitar wajah, tangan dan kaki
B5 (Bowel) : Nafsu makan menurun, BAB tidak teratur, penurunan berat
badan.
B6 (Bone) : Kelemahan
3.2 Analisa Data
NO DATA ETIOLOGIMASALAH
KEPERAWATAN
DS : -
DO : terdapat perdarahan di area pemasangan ECMO
Pemasangan ECMO
Kesalahan prosedur
pembedahan (Pembuluh
darah sobek)
Perdarahan
Resiko Tinggi Perdarahan
2 DS : - Pemasangan ECMO Resiko tinggi infeksi
Keperawatan Respirasi III | 20
DO : pembengkakan di are area pemasangan ECMO Kesalahan insersi
Port de entry kuman
Resiko tinggi infeksi
3 DS : An. I tampak rewel
DO : RR > 60 x/menit, hipoksia, SaO2<95%
Penurunan CO
Suplai O2 di otak menurun
Hipoksia
Gangguan Perfusi Serebral
3.3 Diagnosa
1. Resiko tinggi infeksi b/d prosedur pemasangan ECMO
2. Resiko tinggi pendarahan b/d prosedur pembedahan
3. Gangguan perfusi serebral b/d hipoksia akibat penurunan suplai O2 di otak
3.3 Intervensi
No DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL 1. Resiko tinggi
pendarahan b/d prosedur pembedahanTujuan: Mengurangi resiko perdarahanKriteria hasil:1.Pasien tidak terjadi
pendarahan saat pemasangan ECMO
2. trombosit (150.000-400.000 µL
3.hemoglobin (12-18 g/dl)
1. Monitoring keadaan luka insisi penusukan kateter
2. Kolaborasi pemberian antikoagulasi sitrat/ heparin
3. Pemeriksaan darah berkala (tiap 6-8 jam), Profil koagulasi, Trombosit Hemoglobin, Creatinin
4. Monitor vital sign
5. Berikan Health education mengenai recovery akibat anemi,
1. Jaga posisi selang tetap aman dan paten
2. Mempertahankan terapi hemodialisis dan CRRT
3. Mengevaluasi insufisiensi renal serta pemeriksaan dan penggantian agresif pada faktor faktor pembekuan, elektrolit, eritrosit.
4. Jelaskan tentang tanda dan gejala perdarahan
5. Membantu mengatasi anemia
Keperawatan Respirasi III | 21
seperti banyak konsumsi daging dan sayuran hijau atau suplemen asam folat.
2 Resiko tinggi infeksi b/d prosedur pemasangan ECMOTujuan: Pasien tidak mengalami infeksi nosokomial.Kriteria hasil:1. Pasien tidak
menunjukkan bukti-bukti infeksi karena pemasangan ECMO
1. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
2. Melakukan perawatan dengan sarung tangan steril da alat-alat yang telah disterilkan.
3. Mengawasi tanda dan gejala infeksi
1. Mengobati dan mencegah terjadinya penyebaran infeksi
2. Menghindari kontaminasi bakteri
3. Mendeteksi infeksi sejak dini
3 Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai O2 di otak
Tujuan: perfusi serebral adekuat
Criteria Hasil:- Tanda vital stabil dan tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK-tidak terdapat Hipoksia
Kolaborasi:
1. Batasi pemberian cairan sesuai indikasi
2. Berikan O2 tambahan sesuai indikasi
3. Berikan obat sesuai indikasi. Missal: diuretik
Mandiri:
1. Pantau GDA atau tekanan Oksimetri
2. Pantau atau catat status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standart (GCS)
Kolaborasi:
1. Pembatasn cairan mungkin diperlukan untuk menurunkan edema serebral, meminimalkan aliran vaskuler, tekanan darah dan TIK
2. Menurunkan hipoksia yang mana dapat meningkatkan vasodilatsi dan volume darah serebral yang meningkatkan TIK
3. Diuretic dapat digunakan pada vase akut untuk menurunkan air dari sel otak, menurunkan edema otak dan TIK
Mandiri:
1. Menentukan kecukupan pernafasan (kemunculan hipoksia/
Keperawatan Respirasi III | 22
asidosis) dan mengindikasikan kebutuhan terapi
2. Memantau adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK
Keperawatan Respirasi III | 23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
ECMO adalah kepanjangan dari Extracorporeal Membrane
Oxygenation. Sebuah alat bantu eksternal yang digunakan untuk mengatasi
gagal jantung dan atau gagal napas yang disesuaikan prinsip modifikasinya
dari mesin CPB. Ada 2 tipe dari terapi ECMO, yaitu : venoarterial (VA) dan
venovenous (VV) ECMO. Istilah VA dan VV menunjukkan pembuluh darah
yang digunakan selama prosedur.
Indikasi pemasangan ECMO antara lain gagal nafas (ARDS,
pneumonia, trauma, dan gagal transplantasi paru) dan gagal jantung (post
kardiokotomi, post transplantasi jantung, gagal jantung hebat oleh sebab :
dekompensasi kardiomiopati, miokarditis, SKA dengan kardiogenik shock,
temuan depresi kardiak karena overdosis obat atau sepsis
Kontraindikasi untuk pemasangan ECMO antara lain pada bayi yang
baru lahir jika memiliki berat badan di bawah 2 kg dan bayi yang baru lahir
prematur karena pembuluh darah terlalu kecil. Selain itu, pasien dengan
malignan dan transplantasi sumsum tulang juga tidak diperbolehkan diterapi
ECMO.
Komplikasi setelah pemasangan ECMO antara lain : perdarahan,
infeksi, kejang, gagal ginjal, retensi cairan dan edema hebat, serta komplikasi
mekanik : rupture tubing, malfungsi pompa, dan masalah yang berhubungan
dengan kanulasi seperti malposisi.
Keperawatan Respirasi III | 24
DAFTAR PUSTAKA
Wheeler, Derek S., Hector R. Wong, dan Thomas P. Shanley (Ed). (2007). The Respiratory Tract in Pediatric Critical Illness and Injury. London : Springer.
Mustafa, Iqbal, dan Samudro, Heru. (1997). Extracorporeal membrane oxygenation (ECMO): new technology or just a new tool for developing countries?. Medical journal of Indonesia, 6(2), 82-91.
Martin, R., Fanaroff, A., dan Walsh, M. (Ed). (2006). Fanaroff and Martin's Neonatal-Perinatal Medicine. 8th ed. Philadelphia, Pa : Mosby Elsevier.
Doenges, Marilynn E., Mary F. Moorhouse, dan Alice C. Geissler. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Doenges. (2000). Rencana asuhan keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC Nelson, W.E. (1999). Ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC
Peak, G.J., Mugford, M., Tiruvoipati, R., Wilson, A., Allen, E., Talanany, M.M., et al. (2009). Efficacy and economic assessment of conventional ventilator support versus extracorporeal membrane oxygenation for severe adult respiratory failure (CESAR). Journal of Medicine,
Avenue, B., (2011). Extracorporeal membrane oxygenation (ECMO). Diakses 27 maret 2011, dari http://www.medicalnewstoday.com/articles/164041.php
Frischer,J.S., Stolar, C.J.H. (t.t.) Extracorporeal membrane oxygenation. Diakses tanggal 27 maret 2011, dari http://search.4shared.com/q/1/extracorporeal%20membrane%20oxygenation
Cruz. (2010). Extracorporeal membrane oxygenation. Diakses 27 maret 2011, dari http://emedicine.medscape.com/article/1818617-overview
UCSF. (2004). ECMO. Diakses 27 maret 2011, dari UCSF Childdren’s Hospital: http://www.cincinnatichildrens.org/health/heart-encyclopedia/treat/surg/bypass.htm
Keperawatan Respirasi III | 25
Lampiran 1. Lembar Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
Saya mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa saya reproduksi jika makalah yang dikumpulkan hilang atau rusak
Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang membuatkan makalah ini untuk kami.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia mendapatkan sangsi sesuai peraturan yang berlaku.
Surabaya, 7 April 2011
Tanda tangan mahasiswa
Yeni Ika Rahmawati NIM. 130915096
Lampiran 2. Lembar Penilaianmakalah dan presentasi kelompok
Keperawatan Respirasi III | 26
FORMAT PENILAIAN MAKALAH:
No
Aspek yang dinilai
Bobot Kriteria penilaian
1 Pendahuluan 5% Menjelaskan: latar belakang, topik, tujuan, dan deskripsi singkat makalah
Supervisial, tidak spesifik
Sangat spesifik dan relevan
2 Tinjauan Pustaka
25 % Teridi dari: Definisi, etiologi, Patofisiologi/WOC, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan, komplikasi, prognosis.
Sesuai dengan topik Singkat, padat, lengkap Jurnal ilmiah (terutama yang peer review atau systematic review)
( 80%) Buku dan sumber lain (20%) WOC ringkas dan menghubungkan semua konsep
3 Proses Keperawatan
15% Proses Keperawatan: Pengkajian (riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik dan penunjang), diagnosis keperawatan, intervensi
4 Kesimpulan 3% Menyimpulkan makalah dengan lugas
5 Daftar Pustaka 2% Literatur yang digunakan terkini dan berkualitas serta extensive, sesuai dengan pedoman APA
6 Pengurangan nilai
- 3% Nilai akan mendapatkan pengurangan jika:
Tidak mengikuti aturan penulisan referensi dengan benar
Penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar, termasuk tanda baca.
Komentar Fasilitator:
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
...............
Keperawatan Respirasi III | 27