edisi4d subhanallahchciasjcxiosichczx sbckjs c cjks cjs cjks ckjsnciasocnaskc c zkx kzxnc s kl

12
1 PASAR TRADISIONAL: RUANG UNTUK MASYARAKAT TRADISIONAL YANG SEMAKIN TERPINGGIRKAN Pasar Tradisional, Ruang Masyarakat Tradisional Yang Terpinggirkan Oleh : Ir.H.M. Djumantri, MSi Pengaruh Perkembangan Pasar Terhadap Kawasan Penduduk sebagai salah satu komponen dalam system wilayah atau kawasan. Perkembangan wilayah tergantung dari kegiatan sosial ekonomi penduduk suatu wilayah, yang kegiatan itu sendiri ditentukan oleh permintaan barang dan jasa. Sehingga kegiatan ekonomi erat kaitannya untuk mempertemukan permintaan dan penawaran, dan tempat kegiatannya dapat di jumpai dalam bentuk fisik yang disebut pasar. Pada awalnya, kegiatan pasar dilaksanakan hanya seminggu sekali. Sebutan nama pasar seperti Pasar Senen, Pasar Rebo, Pasar Kemis, Pasar Jum’at, Pasar Minggu, menunjukkan bahwa semula kegiatannya hanya seminggu sekali, dan tentu saja the origin of pasar ini bersifat tradisional dengan ciri-ciri sebagai berikut: jual-beli barang kebutuhan primer dan sekunder, tempat usahanya berupa kios, warung, los, tenda, gerai, dan lapak, yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil dengan skala kecil, modal yang kecil, dan dengan proses jual-beli barang dagangan melalui tawar menawar.

Upload: habib-milanisti

Post on 23-Jun-2015

127 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

Edisi4d subhanallah nlsas csdcsklcndsc mokfsclzx cmsc,poskcd mcos,c;l,mcl ;lmc;lzxmcz.x zkmcl;zm zcm lzncjkdn ncvdnvcds dkcvn;dsmcs m;s cl;s klscsdlmcl lsmclsm klscmdckl mmcscm ;ldm;vl mfv df vdfkmvkldf vkldf vk dfvk dfklv kfd vklfd vkldf vkldf vkf vklf mkvl fkv klf vkldfnvklmvl dfv kldf vkldf vl fdklv klf vbklfd bk fklbdf klbvkf klfb df fdvdsc vsdvds fd fd df dfa afdbdf f f fd fd dfvdsvdsvdf fd dfvdv

TRANSCRIPT

Page 1: Edisi4d subhanallahchciasjcxiosichczx sbckjs c cjks cjs cjks ckjsnciasocnaskc c zkx kzxnc s kl

1

PASAR TRADISIONAL:

RUANG UNTUK MASYARAKAT TRADISIONAL YANG SEMAKIN

TERPINGGIRKAN

Pasar Tradisional, Ruang Masyarakat Tradisional Yang Terpinggirkan

Oleh : Ir.H.M. Djumantri, MSi

Pengaruh Perkembangan Pasar Terhadap Kawasan

Penduduk sebagai salah satu komponen dalam system wilayah atau kawasan. Perkembangan wilayah tergantung dari

kegiatan sosial ekonomi penduduk suatu wilayah, yang kegiatan itu sendiri ditentukan oleh permintaan barang dan jasa.

Sehingga kegiatan ekonomi erat kaitannya untuk mempertemukan permintaan dan penawaran, dan tempat kegiatannya

dapat di jumpai dalam bentuk fisik yang disebut pasar.

Pada awalnya, kegiatan pasar dilaksanakan hanya seminggu sekali. Sebutan nama pasar seperti Pasar Senen, Pasar

Rebo, Pasar Kemis, Pasar Jum’at, Pasar Minggu, menunjukkan bahwa semula kegiatannya hanya seminggu sekali, dan

tentu saja the origin of pasar ini bersifat tradisional dengan ciri-ciri sebagai berikut: jual-beli barang kebutuhan primer dan

sekunder, tempat usahanya berupa kios, warung, los, tenda, gerai, dan lapak, yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil

dengan skala kecil, modal yang kecil, dan dengan proses jual-beli barang dagangan melalui tawar menawar.

Page 2: Edisi4d subhanallahchciasjcxiosichczx sbckjs c cjks cjs cjks ckjsnciasocnaskc c zkx kzxnc s kl

2

Dengan semakin pesatnya perkembangan penduduk maka semakin besar pula tuntutan kebutuhan akan pasar baik secara

kuantitas maupun kualitas. Seiring kemajuan teknologi dan manajemen maka berkembanglah pusat perbelanjaan, pusat

perdagangan, department store, mall, hypermarket, supermarket. Menurut survey AC Nielsen, pertumbuhan pasar modern

(termasuk hypermarket, supermarket, supermall, minimarket, dll) sebesar 31,4 %, sedangkan pertumbuhan pasar

tradisional minus 8,1 %.

Page 3: Edisi4d subhanallahchciasjcxiosichczx sbckjs c cjks cjs cjks ckjsnciasocnaskc c zkx kzxnc s kl

3

Beberapa situasi di Pasar Tradisional

Kondisi penduduk yang tidak tersebar secara merata, membuat para pelaku kegiatan perdagangan mencari lokasi untuk kegiatan usahanya. Hal ini mendorong pengelompokan kegiatan pada tempat-tempat tertentu. Pada suatu wilayah/kawasan yang kondisi sosial ekonomi penduduknya baik, maka akan semakin banyak pasar dan membawa perkembangan, dan tentunya menarik penduduk baru. Dalam ilmu ekonomi wilayah (regional economy) hal ini sering dijelaskan dengan teori pertumbuhan kegiatan ekonomi yang akumulatif.

Adanya mekanisme pasar tersebut cenderung menguntungkan kawasan yang menjadi tempat pengelompokan kegiatan perdagangan tersebut. Proses ini apabila berlangsung terus dapat menyebabkan kawasan yang baik makin berkembang, sedangkan yang kurang baik makin ketinggalan.

Dalam pengembangan wilayah harus diupayakan agar kemajuan suatu kawasan tidak mengakibatkan kemunduran kawasan yang lainnya. sehingga secara totally wilayah berkembang secara optimal (pareto optima) yang dicirikan dengan terjadinya keselarasan dan keseimbangan antar kawasan, koordinasi antar kegiatan serta keserasian antar sektor.

Di samping mekanisme pasar, faktor yang mempengaruhi persebaran kegiatan sosial ekonomi adalah faktor lokasi/ruang. Kawasan yang letaknya berdekatan dengan pusat-pusat pertumbuhan dan kemudahan transportasi berimbas pada pertumbuhan. Sementara itu kebijakan Pemerintah seperti penentuan lokasi pusat perdagangan (pasar), kegiatan produksi, kebijakan ekspor-impor, kebijakan fiskal dan moneter sangat mempengaruhi perkembangan suatu wilayah.

DUALISME PASAR MODERN vs PASAR TRADISIONAL

Mekanisme pasar ternyata menimbulkan dualisme kegiatan ekonomi khususnya perdagangan yang selanjutnya akan menunjuk pula pada dualisme aspek-aspek lainnya seperti, distribusi penggunaan lahan, kondisi lingkungan, dan sosial budaya. Pada kegiatan perdagangan biasanya muncul kelompok superior yang mendominasi kelompok inferior. Muncul pasar/toko modern di tengah keberadaan pasar-pasar tradisional.

Dualisme (dualism) berasal dari terminologi Regional Economy yakni terjadinya coexistency (hadir secara bersamaan) dalam suatu waktu atau dalam suatu wilayah yang sama dari situasi atau kondisi. Biasanya yang satu dikehendaki yang lainnya tidak atau yang satu merupakan komponen superior, yang lainnya inferior, yang kedua-duanya eksklusif/ penting bagi kelompok masyarakat yang berbeda-beda. Misalnya sektor ekonomi modern dengan sektor ekonomi tradisional, aktifitas perdagangan formal dengan perdagangan informal, gaya hidup kontemporer dengan tradisional, yang menunjukkan pada dualisme aspek-aspek lainnya (fisik, lingkungan, guna lahan, sosial budaya, dan sebagainya). Dualisme (pasar modern vs pasar tradisional) ini, salah satu akibat dalam perkembangan wilayah perdagangan Adanya perbedaan dalam pengelolaan dan pengaturan pertanahan atau pengaturan zonasi seringkali tidak terhitungkan dalam penyediaan ruang (pola ruang) yang direncanakan yang akhirnya menimbulkan friksi serta sikap pro dan kontra terhadap kehadirannya.

Fenomena diatas membuat kita memperhitungkan pengembangan suatu wilayah dari masa perencanaannya agar co-exsistency dari kedua situasi ini tidak bersifat opposite atau antagonist, melainkan bersifat complementary atau interdependency. Karena itu diperlukan intervensi Pemerintah yang dituangkan dalam berbagai kebijakan seperti kebijakan penataan ruang, peraturan zonasi, rencana pembangunan sektor-sektor produksi, pengaturan sarana prasarana ekonomi (termasuk pengaturan fungsi dan penetapan lokasi pasar), perizinan, fiskal dan moneter, dan sebagainya.

Page 4: Edisi4d subhanallahchciasjcxiosichczx sbckjs c cjks cjs cjks ckjsnciasocnaskc c zkx kzxnc s kl

4

Kebijakan di bidang penataan ruang dimaksudkan agar terjadi keseimbangan, keselarasan dan keterpaduan antar wilayah kawasan. Dalam menetapkan kebijakan pembangunan sarana prasarana ekonomi, Pemerintah telah mengeluarkan PP No.112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

Sebagai penjabarannya dari aspek penataan ruang diperlukan juknis Penetapan Fungsi Dan Lokasi Pasar Tradisional Dan Toko Modern yang memberikan arahan operasional atau petunjuk teknis mengenai pembangunan pasar tradisional dan toko modern yang sesuai rencana tata ruang wilayah dan rencana rinci tata ruang kawasan, peraturan zonasi, rencana tata bangunan dan lingkungan.

Physical Dualism antara Pasar Modern dengan Pasar Tradisional

BEBERAPA ISU UTAMA Perkembangan pasar tradisional semakin terdesak oleh perkembangan pasar modern dalam bentuk pusat-pusat perbelanjaan/perdagangan (hypermarket, supermarket, department store, mall, minimarket, dsb) baik yang melayani perkulakan, grosiran, maupun retail. Tabel 1 berikut ini menunjukkan perkembangan penjualan perusahaan retail dan perkembangan outlet perusahaan retail tahun 2007. Meski tidak diperoleh data mutahir, dapat dipastikan selama tiga tahun terakhir ini perkembangannya meningkat tajam dengan rata-rata pertumbuhan 30 % pertahun.

Tabel 1. THE 2007 RETAIL ASIA PASIFIC (RAP) TOP 500 RANKING & AWARDS

Sumber: Retail Asia Online (2008)

Page 5: Edisi4d subhanallahchciasjcxiosichczx sbckjs c cjks cjs cjks ckjsnciasocnaskc c zkx kzxnc s kl

5

Selama tujuh tahun (1997-2003) peningkatan jumlah outlet hypermarket dan supermarket cukup tajam (Tabel 2), dengan

persebaran supermarket sebagai berikut: Jakarta 38,6 %, Surabaya 11,8%, Bandung 11,6 %, Botabek 10,2 %, Medan 6,5

%, Semarang 4,4 %, Makasar 4,3 %, Palembang 3,5 %, Denpasar 3,1 %, Yogyakarta 2,9 %, Padang 1,6 %, dan Solo 1,5

% (AC Nielsen, 2004). Tujuh tahun yang lalu hampir semua supermarket berada di Jabotabek, namun sekarang hanya 50

% karena pembangunan supermarket meluas ke pulau-pulau lainnya, ke secondary cities dan tertiary cities bahkan

kawasan perdesaan yang cukup luas di Pulau Jawa. Pada tahun 2010 supermarket melayani lebih dari 50 % food retail

Indonesia. Selama dekade 2003 – 2005 jumlah minimarket (yang dimiliki pengelola jaringan) meningkat tajam (Tabel 3)

dan melakukan penetrasi ke kawasan/blok-blok permukiman. Di balik itu semua perkembangan pasar tradisional

mengalami stagnasi, bahkan berdasarkan hasil kajian AC Nielsen teridentifikasi bahwa peranan pasar tradisional menurun 2,0

% setiap tahunnya (Tabel 4) (AC Nielsen, 2005). Isu lainnya adalah penerapan berbagai macam syarat perdagangan oleh retail

modern yang memberatkan pemasok barang.

Tabel 1. PENINGKATAN JUMLAH OUTLET PASAR MODERN DI INDONESIA 1997 s/d 2003

Tabel 2. JUMLAH PUSAT PERDAGANGAN DI INDONESIA 2003 s/d 2005

Tabel 3. Estimate: 2% per year Drop in market share of Traditional Retail

PASAR/TOKO MODERN dan

PASAR TRADISIONAL

2000

2001

2002

2003

2004

MINIMARKET

3,6 %

4,7 %

5,0 %

5,4 %

7,6 %

SUPERMARKET

18,0 %

20,3 %

20,4 %

21,1 %

22,0 %

PASAR TRADISIONAL

78,3 %

74,9 %

74,6 %

73,4 %

70,5 %

TOTAL

100,0 %

100,0 %

100,0 %

100,0 %

100,0 %

Salah satu kemunduran dari pasar tradisional karena adanya persaingan aspek yang tidak seimbang. Seperti terlihat pada

Tabel 5, pasar tradisional bermodal kecil, skala kecil, manajemen sederhana, harus bersaing pada kegiatan retail dengan

PASAR/TOKO

MODERN

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003

HYPERMARKET 442 346 448 492 730 858 872

SUPERMARKET 282 285 316 501 538 573 598

MINIMARKET 6 6 10 16 35 40 49

PUSAT PERDAGANGAN 2003 2004 2005

HYPERMARKET 43 68 83

PASAR PERKULAKAN 24 22 23

SUPERMARKET 896 956 961

MINIMARKET 4.038 5.604 6.272

CONVENIENCE STORE 102 154 131

TOKO TRADISIONAL 1.745.589 1.745.589 1.874.472

Sumber: FAO (2006)

Sumber: AC Nielsen (2005)

Sumber: AC Nielsen (2005)

Page 6: Edisi4d subhanallahchciasjcxiosichczx sbckjs c cjks cjs cjks ckjsnciasocnaskc c zkx kzxnc s kl

6

toko modern, mini market, mall, plaza, pusat perdagangan/perbelanjaan, departement store, supermarket, hypermarket.

Sementara tidak ada perbedaan segmen antara pasar modern dengan pasar tradisional. Tentu saja konsumen cenderung

berbelanja ke tempat yang bersih, sehat, aman, nyaman, bahkan harganya lebih murah daripada membeli di pasar

tradisional yang mempunyai kesan semerawut, gerah, becek, bau got, banyak copet, tapi akrab bergaul dan bisa

bernostalgia. Namun bagaimanapun ada juga yang sudah cukup berhasil seperti misalnya pasar tempo doeloe, Pasar Pagi

dan Pasar Tanah Abang di Jakarta, Pasar Bringhardjo di Yogya, Pasar Klewer di Solo, Pasar Tunjungan di Surabaya,

Pasar Sukowati di Bali, dll.

Sebenarnya masih banyak pasar tradisional yang dapat ditingkatkan daya saingnya, misalnya dengan sedikit sentuhan

gaya arsitektur tradisional, promosi barang-barang souvenir, keramah-tamahan pramuniaga, kekhasan dialek setempat,

kandungan komponen lokal, panggung kesenian lokal, kearifan lokal, dan sebagainya. Contoh pasar tradisional yang

mempunyai potensi seperti ini adalah pasar tradisional di Bukit tinggi, Pasar Apung di Sungai Mahakam Kalimantan

Selatan, Pasar Gembrong di Bogor Jawa Barat (kalau masih ada), Pasar Jalanan di Kebayoran Lama Jakarta Selatan,

Pasar Ular di Jakarta Utara, Pasar Seni (Barang-barang Antik) di Jln. Surabaya Jakarta, Pasar Kaget. Barangkali lebih tepat

bila pengembangan pasar tradisional ini diimplementasikan melalui pendekatan (berbasis) pusat budaya atau cagar

budaya. Kita tunggu saja bagaimana nanti Pemda dapat menyiasati hal ini. Yang jelas, pembinaan pasar tradisional tidak

mungkin berhasil bila dilakukan sendiri, harus dilaksanakan secara terintegrasi dan komperhensif dengan pembinaan pasar

modern, dengan pembinaan sektor lainnya khususnya kebudayaan dan kepariwisataan.

Tabel 5. Jenis Pasar Dan Skala Pelayanannya

JJEENNIISS PPAASSAARR

SSKKAALLAA WWIILLAAYYAAHH

((GGRROOSSIIRR))

SSKKAALLAA IINNTTEERRNNAALL PPEERRKKOOTTAAAANN

((RREETTAAIILL))

PPAASSAARR MMOODDEERRNN

((MMaannaajjeemmeenn MMooddeerrnn,, TTeekknnoollooggii

MMooddeerrnn,,HHaarrggaa PPaassttii,, PPeellaayyaannaann

MMaannddiirrii))

PPeerrkkuullaakkaann BBeessaarr PPeerrkkuullaakkaann

SSeeddaanngg PPeerrkkuullaakkaann kkeecciill

HHyyppeerrmmaarrkkeett ((>>66000000 mm22

))

SSuuppeerrmmaarrkkeett //DDeepptt..SSttoorree ((220000 –– 66000000 mm22

))

MMiinnii MMaarrkkeett ((<<220000mm22

)) MMaallll// PPllaazzaa//PPuussaatt PPeerrddaaggaannggaann ((SSkkaallaa BBeessaarr)) TTookkoo

PPAASSAARR TTRRAADDIISSIIOONNAALL

((SSkkaallaa KKeecciill,, MMooddaall KKeecciill,, TTaawwaarr

MMeennaawwaarr))

PPaassaarr TTrraaddiissiioonnaall sskkaallaa kkeecciill

((TTookkoo,,KKiiooss,,LLooss,,LLaappaakk,,TTeennddaa)) PPaassaarr TTrraaddiissiioonnaall sskkaallaa sseeddaanngg

BAGAIMANA KEBIJAKAN PEMERINTAH? Lantas bagaimana kebijakan Pemerintah dalam upaya pemberdayaan pasar tradisional agar dapat tumbuh dan berkembang serasi, saling membutuhkan/memerlukan, saling memperkuat dan simbiosis mutualistis; memberikan pedoman bagi penyelenggara pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern; memberikan norma-norma keadilan, saling menguntungkan dan tanpa tekanan dalam hubungan antara pemasok barang dengan toko modern, serta bagaimana pengembangan kemitraan dengan UK (Usaha Kecil), sehingga tercipta tertib persaingan dan keseimbangan kepentingan produsen, pemasok, took modern, dan konsumen. Upaya mengimplementasikan kebijakan dimulai dengan merevisi beberapa peraturan perundang-undangan yang dianggap sudah kadaluwarsa, diantaranya adalah, Perpres No.112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern sebagai pengganti Perpres No. 118/2000 yang berisi non pembatasan ritail

Page 7: Edisi4d subhanallahchciasjcxiosichczx sbckjs c cjks cjs cjks ckjsnciasocnaskc c zkx kzxnc s kl

7

kepemilikan asing (skala besar); Permen Perdag No. 53/MDAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern; Permendagri No. 42 tahun 2007 tentang Pengelolaan Pasar Desa, dan Kepmen Kesehatan No. 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat. Beberapa hal penting yang diatur dalam PP No.112 tahun 2007 dan PermenDag No. 53/MDAG/PER/12/2008 tersebut yakni:

a. Batas luas lantai penjualan took modern: minimarket < 400 m2, supermarket 400 m2 s/d 5.000 m2, hypermarket di atas 5.000 m2, department store di atas 400 M2, perkulakan di atas 5.000 M2.

b. Pengaturan lokasi: 1. Perkulakan: hanya boleh berlokasi pada atau pada akses sistem jaringan jalan arteri atau kolektor primer atau arteri sekunder. 2. Hypermarket dan Pusat Perbelanjaan, hanya boleh berlokasi pada atau pada akses sistem jaringan jalan arteri atau kolektor, dan tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lokal atau lingkungan (perumahan) di dalam kota/perkotaan. 3. Supermarket dan Departement Store: Tidak boleh berlokasi pada sistem jaringan jalan lingkungan; dan tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam kota. 4. Pasar Tradisional: boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan.

c. Perizinan: Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional (IUP2T) untuk Pasar Tradisional, Izin Usaha Pusat Perbelanjaan (IUPP) untuk pertokoan, mall, plaza, dan pusat perdagangan, Izin Usaha Toko Modern (IUTM) untuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket & perkulakan Kelengkapan Permintaan IUP2T, IUPP, dsan IUTM: Studi Kelayakan termasuk AMDAL serta Rencana Kemitraan dengan UK (Usaha Kecil). IUP2T, IUPP dan IUTM diterbitkan oleh Bupati/Walikota dan Gubernur untuk Pemprov DKI Jakarta. Pedoman Tata-cara Perizinan ditetapkan oleh Menteri Perdagangan.

d. Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah dan Pemerintah Daerah baik secara sendiri0sendiri maupun bersama-sama sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing melakukan pembinan dan pengawasan Pasar dan Toko Modern.

e. Pemberdayaan

Pasar Tradisional Mengupayakan sumber-sumber alternative pendanaan untuk pemberdayaan, meningkatkan kompetensi pedagang dan pengelola, memprioritaskan kesempatan memperoleh tempat usaha bagi pedagang pasar tradisional yang telah ada sebelum dilakukan renovasi atau relokasi, serta mengevaluasi pengelolaan.

Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Memberdayakan pusat perbelanjaan dan took modern dalam membina pasar tradisional, serta mengawasi pelaksanaan kemitraan.

Sayang sekali kedua peraturan perundang-undangan tersebut belum sepenuhnya disosialisasikan kepada masyarakat, apalagi diemplementasikan.

TANGGAPAN ASPEK PENATAAN RUANG

Pasar merupakan salah satu unsur pembentuk ruang atau implementasi dari pemanfaatan ruang. Karena itu dalam proses

pembangunannya harus mengacu kepada rencana tata ruangnya. Rencana tata ruang pada hakikatnya wujud struktur

ruang dan pola ruang yang diinginkan atau yang direncanakan.

Page 8: Edisi4d subhanallahchciasjcxiosichczx sbckjs c cjks cjs cjks ckjsnciasocnaskc c zkx kzxnc s kl

8

Pembangunan Pasar Tradisional dan Pasar Modern harus mengacu kepada rencana tata ruang dari wilayah dimana pasar

tersebut akan dibangun, dengan kata lain pembangunannya diorientasikan dalam rangka mendukung stuktur ruang dan

pola ruang yang direncanakan. Oleh karena itu sebelum melakukan penilaian (assessment) dan persetujuan

(approvement) terhadap usulan pembangunan Pasar Modern maupun Pasar Tradisional, terlebih dahulu harus dilakukan

identifikasi rencana pola ruang yang termuat di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Rinci Tata

Ruangnya atau Rencana Detail Tata Ruangnya (RDTR-nya). Rencana Tata Ruang mana yang akan diacu sangat

tergantung pada lokasi, besaran, fungsi/skala-pelayanan dari pasar yang akan dibangunnya, Gambar berikut

memperlihatkan hirarki rencana tata ruang.

Hirarki Rencana Tata Ruang

Penentuan Hirarki Pasar Tradisional Dan Pasar Modern

Setiap tingkat rencana tata ruang menentukan fungsi dan skala pelayanan pasar yang perlu dibangun untuk mendukung

terwujudnya struktur ruang dan pola ruang pada tingkat rencana tertentu. Karena itulah pasar perlu diklasifikasikan menurut

fungsinya.

Sistem pusat kegiatan terbentuk dari adanya hubungan keterkaitan fungsional di antar pusat-pusat kegiatan secara

berhirarki yang mana hubungan itu terbentuk oleh sistem jaringan prasarana wilayah terutama jaringan transportasi yang

berhirarki pula (sistem primer dan sistem sekunder).

Pada tingkat nasioal, hirarki dari pusat-pusat kegiatan tersebut telah ditetapkan di dalam PP No.26 tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) sebagai berikut:

Page 9: Edisi4d subhanallahchciasjcxiosichczx sbckjs c cjks cjs cjks ckjsnciasocnaskc c zkx kzxnc s kl

9

1) Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yakni kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasonal,

nasional atau beberapa provinsi, dengan kriteria:

● Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor impor atau pintu

gerbang menuju kawasan internasional.

● Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat ekonomi perkotaan, pusat kegiatan industri dan

jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi.

● Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau

melayani beberapa provinsi.

2) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yakni kawasan pekotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala propinsi atau

beberapa kabupaten/kota, dengan kriteria:

● Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa

yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

● Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor

impor yang mendukung PKN.

● Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala propinsi atau

beberapa kabupaten.

3) Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yakni adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani

kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan, dengan kriteria:

● Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat ekonomi perkotaan, kegiatan industri dan jasa

yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

● Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten

atau beberapa kecamatan.

Pada tingkat propinsi, hirarki dari pusat-pusat kegiatan tersebut dapat ditetapkan dalam bentuk sistem orde. berdasarkan:

1) Sistem kota-kota propinsi (provinsial system of cities) berdasarkan hirarki besaran/ukuran jumlah penduduk sebagai

berkut:

Metropolitan/Megapolitan dengan penduduk di atas 1000.000 jiwa.

Kota Besar dengan penduduk 500.000 sampai dengan 1.000.000 jiwa.

Kota Sedang dengan penduduk 100.000 sampai dengan 500.000 jiwa.

Kota Kecil dengan penduduk di bawah 100.000 jiwa.

2) Sistem kota-kota menurut pandangan kota sebagai simpul jasa distribusi yang berhirarki berdasarkan kelengkapan

sarana transportasi.

3) Adanya hubungan keterkaitan fungsional di antara pusat-pusat kegiatan secara berhirarki yang terbentuk oleh sistem

jaringan prasarana wilayah dan sistem jaringan transportasi wilayah yang berhirarki pula (sistem primer dan sistem

sekunder).

METROPOLITAN/MEGAPOLITAN

> 1.000.000 Jiwa

KOTA BESAR

500.000-1.000.000 Jiwa

KOTA SEDANG

100.000-500.000 Jiwa

Kota Inti

Pusat Kota

KOTA KECIL

< 100.000 Jiwa

Page 10: Edisi4d subhanallahchciasjcxiosichczx sbckjs c cjks cjs cjks ckjsnciasocnaskc c zkx kzxnc s kl

10

Hirarki Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk

Pada tingkat kabupaten, hirarki dari pusat-pusat kegiatan tersebut dapat ditetapkan dalam bentuk sistem orde.

berdasarkan:

1) Sistem kota-kota kabupaten (regencial system of cities) berdasarkan besaran/ukran jumlah penduduk dan sistem

sarana prsarana wilayah yang mendukungnya.

Hirarki besaran kota adalah sebagai berkut:

Kota Sedang dengan penduduk 100.000 sampai dengan 500.000 jiwa.

Kota Kecil dengan penduduk 20.000 sampai dengan 100.000 jiwa.

Kawasan Terpadu Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D) atau Desa-Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) dengan

penduduk di bawah 20.000 jiwa.

2) Adanya hubungan keterkaitan fungsional di antara pusat-pusat kegiatan secara berhirarki yang terbentuk oleh sistem

jaringan prasarana wilayah dan sistem jaringan transportasi wilayah yang berhirarki pula (sistem primer dan sistem

sekunder).

Berdasarkan pengertian pasar sebagaimana dijelaskan di atas serta mempertimbangkan fungsi yang diembannya untuk

mendukung sistem pelayanan eksternal (inter kawasan wide) dan sistem pelayanan internal (kawasan wide), maka pasar

mempunyai jenjang (hirarki) sebagaimana diperlihatkan pada tabel di bawah.

Tabel 6. Hirarki Pasar Berdasarkan Skala Pelayanan

Skala

Pelayanan

Jenis

Pasar

SKALA WILAYAH (GROSIR)

SKALA INTERNAL

(RETAIL)

Perkulakan Besar

Perkulakan Sedang

Perkulakan Kecil

Eceran

MODERN

(manajemen modern, teknologi

PMKB

PMKS

PMKK

PME

Page 11: Edisi4d subhanallahchciasjcxiosichczx sbckjs c cjks cjs cjks ckjsnciasocnaskc c zkx kzxnc s kl

11

modern, harga pasti, pelayanan

mandiri)

■ Pusat Perdagang

skala besar

■ Pusat Perdagangan

Skala sedang

■ Pusat Perdagangan

skala kecil

■ Pusat Perbelanjaan

skala kecil

■ Mal, Plaza

■ Hypermarket

(> 600 m2)

■ Supermarket,

Department

Store (200 s/d

6000 m2)

■ Pertokoan

■ Minimarket

(< 200 m2)

TRADISIONAL

(modal kecil, skala kecil,

tawar mena-war)

PTKK

■ Pasar Tradisional perkulakan skala kecil

PTE

■ PasarTradisional

eceran berskala

kecil

■ Pertokoan, Kios,

■ Los, Lapak,

■ KumpulanTenda

Keterangan: PMKB : Pasar modern perkulakan besar

PMKS : Pasar modern perkulakan sedang

PMKK : Pasar modern perkulakan kecil PTKK : Pasar tradisional perkulakan kecil

PME : Pasar modern eceran PTE : Pasar tradisional eceran

Berikut ini disajikan penjelasan mengenai hirarki pasar berdasarkan skala pelayanan:

1). Pasar Modern Perkulakan Besar (PMKB)

Pasar jenis ini difungsikan untuk mendukung pusat kegiatan ekonomi skala nasional (PKN) atau sistem jangkauan pelayanan kegiatan ekonomi secara eksternal pada tingkat nasional

2). Pasar Modern Perkulakan Sedang (PMKS)

Pasar jenis ini difungsikan untuk mendukung pusat kegiatan ekonomi skala wilayah/propinsi (PKW) atau sistem jangkauan pelayanan kegiatan ekonomi secara eksternal di tingkat wilayah.

3). Pasar Modern Perkulakan Kecil (PMKK)

Pasar jenis ini difungsikan untuk mendukung pusat kegiatan ekonomi skala kabupaten/kota/lokal (PKL) atau sistem jangkauan pelayanan kegiatan ekonomi secara eksternal pada tingkat lokal atau tingkat kota/kabupaten. Hanya melayani kegiatan perdagangan perkulakan skala kecil.

4). Pasar Modern Eceran (PME)

Page 12: Edisi4d subhanallahchciasjcxiosichczx sbckjs c cjks cjs cjks ckjsnciasocnaskc c zkx kzxnc s kl

12

Pasar jenis ini difungsikan untuk mendukung sistem pelayanan kegiatan ekonomi secara internal kawasan/lokal (kabupaten/kota). Hanya melayani kebutuhan penduduk/kegiatan perdagangan secara eceran di dalam kabupaten/kota yang bersangkutan .

7). Pasar Tradisional Perkulakan Kecil (PTKK)

Pasar jenis ini difungsikan untuk mendukung pusat kegiatan ekonomi skala kabupaten/kota/lokal (PKL) atau sistem jangkauan pelayanan kegiatan ekonomi secara eksternal pada tingkat lokal atau tingkat kota/kabupaten. Hanya melayani kegiatan perdagangan perkulakan skala kecil.

8). Pasar Tradisional Eceran (PTE)

Pasar jenis ini difungsikan untuk mendukung sistem pelayanan kegiatan ekonomi secara internal kawasan/lokal (kabupaten/kota). Hanya melayani kebutuhan penduduk/kegiatan perdagangan secara eceran di dalam kabupaten/kota yang bersangkutan .