efektifitas badan pelaksana penyuluhan pertanian
TRANSCRIPT
EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN
TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN
DI SUMATERA UTARA
TESIS
Oleh
RISMAULI BASA GULTOM 107039013/MAG
PROGRAM STUDIMAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2013
Universitas Sumatera Utara
EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN TERHADAP
PENINGKATAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN DI SUMATERA UTARA
TESIS
Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Oleh
RISMAULI BASA GULTOM 107039013/MAG
PROGRAM STUDIMAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2013
Universitas Sumatera Utara
Judul : Efektifitas Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Terhadap Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Di Sumatera Utara
Nama : Rismauli Basa Gultom NIM : 107039013 Program Studi : Magister Agribisnis
Menyetujui Komisi Pembimbing,
Ketua (Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si)
Anggota (Ir. Iskandarini, M.M, PhD)
Ketua Program Studi,
Dekan,
(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS)
(Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS)
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Tim Penguji pada Rabu, 22
Januari 2014
Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si ______________________
Anggota : 1. Ir. Iskandarini, M.M,Ph.D _______________________
2. Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec ______________________
3. Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D ________________________
Universitas Sumatera Utara
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :
EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN DI SUMATERA UTARA
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, Januari 2014 Yang membuat pernyataan, Rismauli Basa Gultom NIM. 107039013
Universitas Sumatera Utara
Dipersembahkan kepada :
Orangtua, Abang, Kakak dan SeluruhKeluarga
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
RISMAULI BASA GULTOM. Efektifitas Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Terhadap Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara. Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2013.
Dalam membangun pertanian yang tangguh diperlukan kemampuan dalam memanfaatkan segala sumberdaya secara optimal, untuk itu diperlukan aparat pertanian yang tangguh dibidang pengaturan, pelayanan dan penyuluhan sesuai kualifikasi dan spesialisasi yang diperlukan bagi kelangsungan proses pembangunan pertanian tangguh tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan mengetahui pengaruh motivasi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sebelum dan sesudah pembentukan bapelluh dan persepsi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan terhadap efektifitas kelembagaan bapelluh, serta pengaruh efektifitas bapelluh terhadap kinerja penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara.
Data yang digunakan merupakan data primer dengan jumlah sampel sebanyak 66 responden di tiga kelembagaan bapelluh yaitu di Kelembagaan Penyuluhan Murni, Kelembagaan Penyuluhan Campuran dan Non Kelembagaan. Hasil analisis menjelaskan bahwa motivasi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sebelum dan sesudah pembentukan bapelluh di Sumatera Utara berpengaruh secara positif dan signifikan pada tingkat kesalahan 10%, persepsi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektifitas kelembagaan bapelluh di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan efektifitas kelembagaan bapelluh berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%..
Kata Kunci : Motivasi, Persepsi, Efektifitas, Kinerja, Bapelluh.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
RISMAULI BASA GULTOM. The Effectiveness of the Executive Board of Agriculture, Fishery, and Forestry Counseling on the Improvement of the Performance of Agriculture, Fishery, and Forestry Counselors in North Sumatera. Graduate School of the University of Sumatera Utara. The capability of using all human resources optimally is needed to develop strong agriculture; therefore, strong agricultural personnel are needed in organizing, servicing, and counseling which are in line with their qualification and specification in order to get the sustainable process of the agricultural development. The objective of the research was to analyze and find out the influence of the motivation of the Agriculture, Fishery, and Forestry Counselors before and the establishment of Bapelluh (Counseling Executive Board), the influence of the perception of the Agriculture, Fishery, and Forestry Counselors on the effectiveness of Bapelluh institution, and the influence of the effectiveness of Bapelluh on the performance of the Agriculture, Fishery, and Forestry counselors in North Sumatera. The data consisted of primary data with 66 respondents used as the samples in the three institutions: Pure Institutional, Mixed Counseling Institutional, and Non-Institutional. The result of the analysis showed that the motivation of the Agriculture, Fishery, and Forestry counselors before and after the establishment of Bapelluh in North Sumatera had positive and significant influence at the wrong margin of 10%, the perception of the Agriculture, Fishery, and Forestry counselors had positive and significant influence on the effectiveness of Bapelluh institutional in North Sumatera at the level of reliability of 95%, while the effectiveness of Bapelluh institutional had positive and significant influence on the performance of the Agriculture, Fishery, and Forestry counselors in North Sumatera at the level of reliability of 95%. Keywords: Motivation, Perception, Effectiveness, Performance, Bapelluh
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
RISMAULI BASA GULTOM, Lahir di Medan, Sumatera Utara pada
tanggal 10 Pebruari 1967 dari Almarhum Bapak Drs. Dj. Gultom dan Ibu T.S.
boru Manullang. Penulis merupakan anak ke-6 (enam) dari 6 (enam) bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1974, masuk Sekolah Dasar, SD. ST. Antonius V Medan, lulus tahun
1980
2. Tahun 1980, masuk Sekolah Menengah Pertama, SMP Katolik Tri Sakti,
Medan, lulus tahun 1983
3. Tahun 1983, masuk Sekolah Menengah Atas, SMA Negeri V, Medan
4. Tahun 1984, pindah ke SMA Negeri I Medan, lulus tahun 1986
5. Tahun 1986, diterima di Perguruan Tinggi Negeri, Universitas Sumatera
Utara, lulus tahun 1991
6. Tahun 1992, CPNS di Departemen Pertanian dan ditempatkan di Bidang
Pengumpulan dan Penyajian Data, Pusat Data dan Informasi, Jakarta
7. Tahun 1993, menjadi PNS dan ditempatkan di Bidang Statistik Pertanian,
Pusat Data dan Informasi, Departemen Pertanian, Jakarta
8. Tahun 1994, staf di Bidang Informasi Produk dan Jaringan Pasar, Pusat
Pengembangan Informasi Pasar, Badan Agribisnis, Departemen Pertanian,
Jakarta
9. Tahun 1996, staf di Bidang Pengolahan Tanaman Pangan dan Hortikultura,
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Ditjen Industri Primer
dan Pengolahan Hasil Pertanian
Universitas Sumatera Utara
10. Tahun 1998, staf di Bidang Pasar Internasional Perkebunan, Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina
Pengolahan dan Pengembangan Hasil Pertanian (BP2HP)
11. Tahun 2001, Kepala Sub Bagian Evaluasi Program, Bagian Evaluasi,
Setditjen BP2HP
12. Tahun 2002, Kepala Sub Bagian Data dan Informasi, Bagian Perencanaan,
Setditjen BP2HP
13. Tahun 2004, Kepala Bagian Humas, di Sekretariat Daerah, Pemerintah
Kabupaten Samosir
14. Tahun 2006, Kepala Bidang Program, di Dinas Pertanian, Pemerintah
Kabupaten Samosir.
15. Tahun 2007, staf di Badan Informasi dan Komunikasi, Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara
16. Tahun 2010, Kepala Sub Bagian Program di Bagian Tata Usaha, Badan
Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi
Sumatera Utara
17. Tahun 2010, melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister
Agribisnis, Universitas Sumatera Utara
18. Bulan September Tahun 2013 sampai dengan sekarang, staf di Bidang
Kerjasama, Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan Provinsi Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
kasih dan karuniaNya sehingga usulan penelitian ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan dan materi yang disajikan dalam
usulan penelitian ini jauh dari kesempurnaan, dikarenakan kekurangan dan
keterbatasan kemampuan yang dimiliki, sehingga masukan dan saran diharapkan
dapat melengkapinya.
Tersusunnya tesis ini tidak terlepas dari motivasi, bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS, sebagai Dekan Fakultas Pertanian
2. Dr. Ir. Tavi Supriana Hutasuhut, MS, sebagai Ketua Program Studi Magister
Agribisnis
3. Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si, sebagai Pembimbing I
4. Ir. Iskandarini Soetadi, MM, Ph.D, sebagai Pembimbing II
5. Dr. Ir. Setia Negara Lubis, MS, sebagai Penguji I
6. Ir. Diana Chalil, M.Si. Ph.D, sebagai Penguji II
7. Para dosen Program Studi Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
8. Staf Tata Usaha, di Program Studi Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
9. Orangtua, abang, kakak dan para keponakan tersayang, yang selalu
memberikan doa, dukungan dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini
Universitas Sumatera Utara
10. Drs Pulung Hutabarat, AK, MM, mantan Kepala Bakorluh Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara (periode 2010-2012) yang
memberi ijin penulis untuk mengikuti pendidikan Program S2 di Fakultas
Pertanian USU, Medan
11. Ibu Ir. Ellen Nova, MMA, Kepala Bidang Kerjasama, Bakorluh Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara yang memberikan
dukungan dan keleluasaan waktu untuk menyelesaikan studi penulis.
12. Sahabatku Dra. Leny Harstati, MM, Ir. Irmansyah Harahap, MT. HMA dan
Ir. Mohammad Iqbal, M.Si, M. Iriansyah SE., M.Si., yang terus-menerus
memberikan semangat untuk menyelesaikan studi S2 penulis.
13. Rekan-rekan alumni SMAN V Medan Angkatan’ 86, Syafiatun Siregar,
Endang Sari Siregar, Yuliani Siregar, Ifa Rita, Meutia Nauly, Elizar
Rangkuti, Mutmainah Lubis, Elmi Laut Tawars, Titik Sunasty, Suaib AK dan
rekan-rekan lain yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang
menguatkan, mendukung dan menolong kesembuhan penulis sehingga
penulis bisa kembali melanjutkan perkuliahan yang tertunda.
14. Para penyuluh pertanian di kabupaten kota di Sumatera Utara yang telah
membantu mengisi kuesioner mendukung penelitian penulis
15. Teman-teman MAG, Angkatan III yang telah memberikan dukungan selama
perkuliahan berlangsung.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga tesis ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan
Medan, Januari 2014
Penulis
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ………………………………………………………………… i
ABSTRACK ………………………………………………………….…… ii
RIWAYAT HIDUP …………………………………………………….… iii
KATA PENGANTAR …………………………………………….……… vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………... ix
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… xv
BAB. I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang ……………………………………………..… 1 1.2. Perumusan Masalah ………………………………...………… 6 1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 7 1.4. Kegunaan Penelitian ………………………………………… 8
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………… 9
2.1. Landasan Teori ……………………………………………..… 9 2.1.1. Efektifitas …………………………………………..…… 15 2.1.2. Persepsi ………………………………………………… 16 2.1.2.1. Proses Pembentukan Persepsi ………….………… 16 2.1.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi …….. 17 2.1.3. Motivasi ………………………………………………… 18 2.1.3.1. Proses Motivasi ……………………………….…... 18 2.1.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi……... 19 2.2. Penelitian Terdahulu ……………………………………..…… 19 2.3. Kerangka Pemikiran ……………………………………..…… 20 2.4. Hipotesis Penelitian ………………………………………… 24
BAB. III METODE ANALISIS DATA …………………………….…… 23
3.1. Metode Pemilihan Lokasi ……………………………………… 23 3.2. Metode Pengambilan Sampel ……………………………….… 24
Universitas Sumatera Utara
3.3. Metode Pengumpulan Data ………………………………...… 26 3.4. Metode Analisi Data ………………………………………...… 27 3.5. Model Analisis ………………………………………………… 28 3.5.1. Analisis Regresi ……………………………………….. 28 3.5.1.1. Autokorelasi ......................................................... 29 3.5.1.2. Normalitas …………………………………….. 32 3.5.1.3. Multikolinearitas ………………………….……. 32 3.5.2. Analisis Uji Statistik ………………………………… 34 3.5.2.1. Uji Statistik F ……………………………….… 34 3.5.2.2. Uji Statistik t …………………………………. 34 3.5.2.3. Uji Koefisien Determinan (R2) ………………... 35 3.6. Defenisi dan Batasan Operasional ………………………….…. 36 3.6.1. Defenisi ………………………………………………… 36 3.6.2. Batasan Operasional ……………………………………. 37
BAB. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………….. 38
4.1. Deskripsi Wilayah ……………………………………………. 38 4.1.1. Lokasi dan Keadaan Geografis ………………….……… 38 4.1.2. Tanaman Pangan ……………………………………….. 39 4.1.3. Perkebunan ……………………………………………… 44 4.1.4. Kehutanan ……………………………………………… 45 4.1.5. Peternakan ……………………………………………… 46 4.1.6. Perikanan ……………………………………………… 47 4.2. Deskriftif Data ……………………………………………….. 49 4.2.1. Demografi Responden …………………………………. 49 4.3. Hasil Analisis ………………………………………………… 54 4.3.1. Hasil Uji Prasyarat Analisis ………………………….…. 54 4.3.2. Hasil Uji Normalitas ……………………………………. 59 4.3.3. Pengujian Masalah Autokorelasi …………………….... 61 4.3.4. Uji Multikolinearitas ……………………………………. 62 4.4. Hasil Uji Model ……………………………………………….. 63 4.4.1. Uji t Statistik (Uji Parsial) ……………………………… 63 4.4.2. Uji F Statistik (Uji Serempak) ……………………….… 65 4.4.3. Uji Koefisien Determinasi (R2) ……………………….. 66 4.5. Pembahasan ……………………………………………………. 67 4.5.1. Pengaruh Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian, Perikanan,
dan Kehutanan Sebelum Pembentukan Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Terhadap Efektifitasn Keberadaan Kelembagaan Penyuluhan ……………………………….
67
4.5.2. Pengaruh Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Sesudah Pembentukan Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Terhadap Efektifitasn Keberadaan Kelembagaan Penyuluhan ……………………………….
68
4.5.3. Pengaruh Persepsi Penyuluh Terhadap Efektifitas Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertan ian, Perikanan dan
69
Universitas Sumatera Utara
Kehutanan …………………………………………..…… 4.5.4. Pengaruh Efektifitas dari Kelembagaan Penyuluhan
Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan ………………………………….……………
70
BAB. V. KESIMPULAN DAN SARAN …………………….…………. 71
5.1. Kesimpulan …………………………………………………… 71 5.2. Saran ………………………………………………………….. 72
DAFTAR PUSTAKA …………………………………..…………………. 73
LAMPIRAN ……………………………………………………...……… 74
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No Judul Hal.
1. Kelembagaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di
Sumatera Utara ………………………………...………………….
4
2. Data Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Provinsi
Sumatera Utara menurut Kabupaten/Kota…………………………
23
3. Jumlah Sampel Penyuluh Pertanian yang PNS di Kelembagaan
Kabupaten/kota …….……………………………………………
26
4. Kaidah Keputusan Durbin-Watson Test …………………………... 31
5. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah
menurut Kabupaten/kota, Tahun 2010...…………………………...
40
6. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Ladang
Menurut Kabupaten/kota, Tahun 2010……………………………
41
7. Produksi Hasil Hutan Sumatera Utara menurut Jenis Produksi,
Tahun 2007-2010………………………………………………..…
46
8. Produksi Ikan menurut Asal Tangkapan dan Kabupaten/kota,
Tahun 2008-2010 (ton) ….…………………………………………
47
9. Daerah Tangkapan Ikan menurut Jenis dan Kabupaten/kota, Tahun
2008-2010 (ton) ……………………………………………………
48
10. Lama Bekerja Responden …………………………………………. 49
11. Jabatan/kedudukan Responden ……………………………………. 50
12. Keikutsertaan Penyuluh dalam Latihan Kunjungan Supervisi dan
Evaluasi (LAKUSUSI)…………………………………………….
51
13. Tingkat Pendidikan Responden …………………………………… 51
Universitas Sumatera Utara
14. Variabel Efektifitas Kelembagaan (Y1) …………………………... 52
15. Variabel Kinerja Penyuluh (Y2) 52
16. Variabel Motivasi Sebelum Bapelluh (X1)...……………………… 53
17. Variabel Motivasi Sesudah Bapelluh (X2) ………………………... 53
18. Variabel Persepsi Penyuluh (X3) …………………………………. 53
19. Estimasi Efektifitas Bapelluh (Y1) dengan Motivasi Penyuluh
Sebelum Bapelluh (X1) …………………………………………..
55
20. Estimasi Efektifitas Bapelluh (Y1) dengan Motivasi Penyuluh
Sesudah Bapelluh (X2)………….....……………………………...
56
21 Estimasi Efektifitas Bapelluh (Y1) dengan Persepsi Penyuluh (X3) 57
22. Estimasi Kinerja Penyuluh (Y2) ………………………………….. 58
23. Hasil Uji Normalitas pada Model Efektifitas Bapelluh (Y1)
Dengan Motivasi Penyuluh SebelumBapelluh (X1)……. ………...
59
24 Hasil Uji Normalitas pada Model Efektifitas Bapelluh (Y1)
Dengan Motivasi Penyuluh Sesudah Bapelluh (X2)……. ………...
60
25 Hasil Uji Normalitas pada Model Efektifitas Bapelluh (Y1)
Dengan Persepsi Penyuluh (X3) …………………………………
60
26 Hasil Uji Normalitas pada Model Kinerja Penyuluh (Y2) 61
27 Nilai Matriks Korelasi Variabel-Variabel Bebas …………………. 62
28 Nilai VIF dari Korelasi Variabel-…… Bebas ………………… 63
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal.
1. Skema Kerangka Pemikiran…..………………………………….. 21
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hal.
1. Data Penelitian
Bagian I
Bagian II ……………………….…………………………………..
74
2. Hasil Estimasi Model Efektifitas(Y1) ……………………………. 77
3. Hasil Uji Normalitas Model Efektifitas ………………………….. 78
4. Hasil Uji Autokorelasi (LM-test) Model Efektifitas ……………… 79
5. Estimasi Model Efektifitas ………………………………………... 80
6. Hasil Estimasi Model Efektifitas (Y1)……………………….......... 81
7. Hasil Uji Normalitas Model Efektifitas …………………………… 82
8. Hasil Uji Autokorelasi (LM-test) Model Efektifitas ……………. ... 83
9. Estimasi Model Efektifitas ……………………………………...... 84
10. Hasil Estimasi Model Efektifitas (Y1 85 ) …………………………….
11 Hasil Uji Normalitas Model Efektifitas …………………………… 86
12 Hasil Uji Autokorelasi (LM-test) Model Efektifitas ………………. 87
13 Estimasi Model Efektifitas ………………………………………... 88
14 Hasil Uji Model Kinerja (Y2 89 ) ……………………………………...
15 Hasil Uji Normalitas Model Kinerja (Y2 90 ) …………………………
16 Hasil Uji Autokorelasi (LM-Test) Model Kinerja (Y2 91 ) …………….
17 Estimasi Model Kinerja (Y2 92 )
………………………………………
18 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Bebas (Independence) ……... 93
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
RISMAULI BASA GULTOM. Efektifitas Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Terhadap Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara. Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2013.
Dalam membangun pertanian yang tangguh diperlukan kemampuan dalam memanfaatkan segala sumberdaya secara optimal, untuk itu diperlukan aparat pertanian yang tangguh dibidang pengaturan, pelayanan dan penyuluhan sesuai kualifikasi dan spesialisasi yang diperlukan bagi kelangsungan proses pembangunan pertanian tangguh tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan mengetahui pengaruh motivasi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sebelum dan sesudah pembentukan bapelluh dan persepsi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan terhadap efektifitas kelembagaan bapelluh, serta pengaruh efektifitas bapelluh terhadap kinerja penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara.
Data yang digunakan merupakan data primer dengan jumlah sampel sebanyak 66 responden di tiga kelembagaan bapelluh yaitu di Kelembagaan Penyuluhan Murni, Kelembagaan Penyuluhan Campuran dan Non Kelembagaan. Hasil analisis menjelaskan bahwa motivasi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sebelum dan sesudah pembentukan bapelluh di Sumatera Utara berpengaruh secara positif dan signifikan pada tingkat kesalahan 10%, persepsi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektifitas kelembagaan bapelluh di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan efektifitas kelembagaan bapelluh berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%..
Kata Kunci : Motivasi, Persepsi, Efektifitas, Kinerja, Bapelluh.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
RISMAULI BASA GULTOM. The Effectiveness of the Executive Board of Agriculture, Fishery, and Forestry Counseling on the Improvement of the Performance of Agriculture, Fishery, and Forestry Counselors in North Sumatera. Graduate School of the University of Sumatera Utara. The capability of using all human resources optimally is needed to develop strong agriculture; therefore, strong agricultural personnel are needed in organizing, servicing, and counseling which are in line with their qualification and specification in order to get the sustainable process of the agricultural development. The objective of the research was to analyze and find out the influence of the motivation of the Agriculture, Fishery, and Forestry Counselors before and the establishment of Bapelluh (Counseling Executive Board), the influence of the perception of the Agriculture, Fishery, and Forestry Counselors on the effectiveness of Bapelluh institution, and the influence of the effectiveness of Bapelluh on the performance of the Agriculture, Fishery, and Forestry counselors in North Sumatera. The data consisted of primary data with 66 respondents used as the samples in the three institutions: Pure Institutional, Mixed Counseling Institutional, and Non-Institutional. The result of the analysis showed that the motivation of the Agriculture, Fishery, and Forestry counselors before and after the establishment of Bapelluh in North Sumatera had positive and significant influence at the wrong margin of 10%, the perception of the Agriculture, Fishery, and Forestry counselors had positive and significant influence on the effectiveness of Bapelluh institutional in North Sumatera at the level of reliability of 95%, while the effectiveness of Bapelluh institutional had positive and significant influence on the performance of the Agriculture, Fishery, and Forestry counselors in North Sumatera at the level of reliability of 95%. Keywords: Motivation, Perception, Effectiveness, Performance, Bapelluh
Universitas Sumatera Utara
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Suhardiyono (1992), dalam rangka membangun pertanian
tangguh para pelaku pembangunan pertanian perlu memiliki kemampuan dalam
memanfaatkan segala sumberdaya secara optimal, mengatasi segala hambatan dan
tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap
perubahan yang terjadi serta berperan aktif dalam pembangunan nasional dan
pembangunan wilayah. Untuk mewujudkan pertanian tangguh tersebut diperlukan
aparat pertanian yang tangguh dibidang pengaturan, pelayanan dan penyuluhan
sesuai kualifikasi dan spesialisasi yang diperlukan bagi kelangsungan proses
pembangunan pertanian tangguh tersebut.
Keberhasilan pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan bukan
hanya ditentukan oleh kondisi sumberdaya pertanian, perikanan dan kehutanan
tetapi juga ditentukan oleh peran penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan
yang sangat strategis dan kualitas sumberdaya manusia yang mendukungnya,
yaitu SDM yang menguasai serta mampu memanfaatkan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengelolaan sumberdaya pertanian,
perikanan dan kehutanan secara berkelanjutan.
Penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan memiliki peran yang
berfungsi untuk; memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku
usaha; mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke
sumber informasi, teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka dapat
Universitas Sumatera Utara
mengembangkan usahanya; meningkatkan kemampuan kepemimpinan,
manajerial, dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha; membantu pelaku
utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan organisasinya menjadi
organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola
berusaha yang baik, dan berkelanjutan; membantu menganalisis dan Memecahkan
masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan
pelaku usaha dalam mengelola usaha; menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan
pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan; dan melembagakan nilai -
nilai budaya pembangunan pertanian yang maju dan modern bagi pelaku utama
secara berkelanjutan.
Untuk meningkatkan peran penyuluhan pertanian, perikanan dan
kehutanan dalam pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan perlu adanya
sinergitas dan penyamaan persepsi terhadap kegiatan-kegiatan penyuluhan di
daerah dengan program penyuluhan di pusat, sesuai dengan peran pemerintah
sebagai regulator, koordinator dan supervisor, maka Kementerian Pertanian,
Kementerian Perikanan dan Kelautan, dan Kementerian Kehutanan, melalui
Satuan Kerja Badan Koordinasi, Dinas yang menangani penyuluhan pertanian,
perikanan dan kehutanan memfasilitasi dana dekonsentrasi kegiatan penyuluhan
pertanian, perikanan dan kehutanan Tahun 2012.
Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari Badan Koordinasi
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara (2011),
Implementasi UU No.16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan (SP3K) di Sumatera Utara sampai saat ini belum
Universitas Sumatera Utara
optimal namun telah menunjukkan perkembangannya, hal ini dapat dilihat dari
aspek-aspek, sebagai berikut :
1. Kelembagaan :
a. Pada tingkat provinsi telah terbentuk Badan Koordinasi Penyuluhan
Pertanian Perikanan dan Kehutanan (Bakorluh).
b. Pada tingkat kabupaten/kota telah terbentuk 6 (enam) Badan Pelaksanan
Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Bapelluh); 1 (satu)
Kantor Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; 1
(satu) Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian; 3 (tiga) Badan Pelaksana
Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan ; 4
(empat) Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan; 1 (satu)
Kantor Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dan Ketahanan
Pangan; 2 (dua) Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; 1 (satu) Badan Ketahanan Pangan
dan Pelaksana Penyuluhan; 2 (dua) Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan Pertanian; 12 Non Kelembagaan (berada pada Dinas Pertanian
dan atau Kelautan)
2. Ketenagaan
Data tenaga penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan tercatat 3186
orang terdiri dari :
a. Penyuluh Pertanian PNS sebanyak 1210 orang.
b. Penyuluh Perikanan PNS sebanyak 53 orang.
c. Penyuluh Kehutanan sebanyak 88 orang.
Universitas Sumatera Utara
d. Tenaga Harian Lepas – Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TB PP)
sebanyak 1818 orang; dan
e. Penyuluhan Perikanan PPTK sebanyak 17 orang.
3. Penyelenggaraan
a. Program penyuluhan sebagai acuan dalam penyelenggaraan penyuluhan
telah disusun di setiap tingkatan wilayah mulai dari tingkat kecamatan
sampai dengan tingkat provinsi. Sedangkan di tingkat desa masih
tergantung pada kesiapan daerah setempat.
b. Telah terdistribusi dan terbangunnya sarana dan prasarana penyuluhan
pertanian untuk mendukung penyelenggaraan penyuluhan sejak tahun
2006.
Tabel 1. Kelembagaaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera utara
NO KELEMBAGAAN KAB./KOTA 1 Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan (Sesuai UU No.16 Tahun 2006)
1. Karo 2. Pakpak Barat 3. Tapanuli Utara 4. Padang Lawas 5. Nias Selatan 6. Toba samosir
2 Kantor Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
1. Tapanuli Tengah
3 Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian 1. Labuhan Batu
4 Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan
1. Simalungun 2. Serdang Bedagei 3. Tapanuli Selatan
5 Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan
1. Binjai 2. Asahan 3. Madina 4. Batubara
6 Kantor Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dan Ketahanan Pangan
1. Nias Barat
Universitas Sumatera Utara
7 Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
1. Labuhan Batu Utara 2. Labuhan Batu Selatan
8 Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan
1. Samosir
9 Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian
1. Kota Padang Sidempuan 2. Nias
10 Non Kelembagaan (Berada pada Dinas Pertanian dan atau Kelautan)
1. Medan 2. Deli Serdang 3. Dairi 4. Langkat 5. Paluta 6. Humbahas 7. Tebing Tinggi 8. P. Siantar 9. Sibolga 10. Tanjung Balai 11. Nias Utara 12. Gunung Sitoli
Sumber : Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Prov. Sumut (2011).
Berdasarkan kondisi umum sumberdaya penyuluhan pertanian, perikanan
dan kehutanan serta hasil- hasil yang telah dicapai selama periode 2005-2011 di
Provinsi Sumatera Utara, maka permasalahan yang dihadapi dalam pemantapan
sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan guna mewujudkan
sumberdaya manusia yang profesional, kreatif, inovatif dan berwawasan global,
adalah sebagai berikut:
a. Lemahnya kapasitas kelembagaan penyuluhan pertanian, perikanan dan
kehutanan.
b. Lemahnya kapasitas kelembagaan petani.
c. Belum optimalnya jumlah dan kompetensi penyuluh pertanian, perikanan dan
kehutanan.
d. Belum optimalnya penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan
kehutanan.
Universitas Sumatera Utara
e. Belum optimalnya dukungan sarana-prasarana dan pembiayaan dalam
penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan.
Sepanjang sejarah penyuluhan di sektor pertanian, perikanan dan
kehutanan, kelembagaan penyuluhan terus berubah-ubah. Tenaga penyuluh sering
merasa kehilangan induk akibat berganti-ganti unit kerja yang menangani
penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan jauh dari tingkat kesejahteraan yang
diharapkan. Penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan lapangan sehingga
penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan lapangan pada awalnya berada di
bawah Badan Pengendali Bimas kemudian berpindah ke Pemda, setelah itu
berpindah di bawah BIPP dan kembali berpindah ke Dinas Pertanian, Perikanan
dan Kehutanan bila Pemerintah Kabupaten/Kota yang memiliki lembaga tersebut.
Tetapi bila Pemerintah Kabupaten/Kota belum memiliki lembaga tersebut,
administrasi penyuluh tetap berada di Dinas terkait.
Oleh sebab itu perlu diadakan penelitian mengenai Efektifitas Badan
Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan terhadap Peningkatan
Kinerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara.
1.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskanlah identifikasi
masalah-masalah yang akan diteliti sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan terhadap
efektifitas badan pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
di Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
2. Bagaimana motivasi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan terhadap
efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan
sesbelum pembentukan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan di Sumatera Utara.
3. Bagaimana motivasi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan terhadap
efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan sesudah
pembentukan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan di Sumatera Utara
4. Bagaimana efektifitas dari keberadaan kelembagaan penyuluhan terhadap
peningkatan kinerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan didaerah
penelitian di Sumatera Utara.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis persepsi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan
terhadap kelembagaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan di
Sumatera Utara.
2. Menganalisis motivasi kerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan
sebelum pembentukan badan pelaksanaan penyuluhan pertanian,
perikanan dan kehutanan di Sumatera Utara.
3. Menganalisis motivasi kerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan
sesudah pembentukan badan pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan
dan kehutanan di Sumatera Utara.
4. Menganalisis efektifitas dari kelembagaan penyuluhan terhadap
peningkatan kinerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan di
Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan dan pengambilan keputusan bagi
Bupati/Walikota sehingga berkeinginan untuk membentuk Badan
Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.
2. Untuk memberikan motivasi kepada penyuluh pertanian, perikanan dan
kehutanan lapangan, lebih meningkatkan kinerjanya karena tingkat
kesejahteraan Penyuluh Lapangan turut meningkat.
Universitas Sumatera Utara
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Sejak diterbitkannya Undang-undang Nomor 16 tahun 2006 pada tanggal
15 Nopember 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan, selanjutnya disingkat dengan UUSP3K, maka terbukalah sejarah baru
penyuluhan di Indonesia. Undang-undang ini sangat diharapkan dan dinantikan
oleh banyak insan yang terlibat dalam penyuluhan pertanian, perikanan dan
kehutanan secara luas. Karena tanpa undang-undang semacam itu pelaksanaan
penyuluhan terabaikan tanpa landansan yang kuat dan jelas. Ini terbukti dengan
naik-turunnya kegiatan penyuluhan di lapangan yang tidak selalu mendapatkan
dukungan kebijakan dan anggaran yang memadai. Hal ini diperkuat dengan
kenyataan bahwa penyuluhan di bidang pertanian secara luas itu tidak pernah
mantap (jelas) arah dan tujuannya. Lebih-lebih lagi setelah memasuki era 1990-an
dan lebih lagi setelah 1999 yaitu setelah diberlakukannya Undang-undang tentang
Otonomi Daerah, yang menyerahkan tanggungjawab penyelenggaraan
penyuluhan kepada Pemerintah Daerah, baik pemerintah provinsi maupun
pemerintah kabupaten/kota. Dari kebijakan-kebijakan tentang penyuluhan
pertanian yang diambil oleh berbagai pemerintah daerah, jelas sekali bahwa
persepsi mereka tentang arti pentingnya penyuluhan dan bagaimana penyuluhan
itu harus dilakukan sangatlah beragam. Tak heran bila kelembagaan penyuluhan
di daerah misalnya, yang dengan susah payah dibangun selama Orde Baru,
dengan mudahnya “diacak-acak” dan bahkan banyak yang dibubarkan. SDM
Penyuluhan yang dengan jerih payah direkrut, dididik/dilatih, dan dikembangkan
Universitas Sumatera Utara
dibiarkan tak berfungsi, sehingga banyak diantaranya yang akhirnya alih fungsi,
bahkan ada beberapa yang keluar dari sektor pertanian (Slamet M, 2010).
Sebenarnya, dasar untuk membentuk kelembagaan penyuluhan dapat
mengacu pada huruf N butir 6 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun
2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah yang
berbunyi : “ Pengaturan mengenai organisasi lembaga lain seperti Lembaga
Penyuluhan, Penanggulangan Bencana, unit Pelayanan Perijinan Terpadu,
Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Badan Narkotika dan lain –lain
akan diatur tersendiri dan merupakan perangkat daerah diluar jumlah yang
ditetapkan dalam kriteria.”
Menurut pengamatan yang sudah dilakukan, kendala pertama yang muncul
adalah masalah kelembagaan penyuluhan di daerah, baik di tingkat provinsi
maupun di tingkat kabupaten/kota. Dalam kurun waktu 15 tahun terakhir,
kelembagaan penyuluhan di daerah sudah berulangkali mengalami perubahan, dan
UU No 16 tahun 2006 juga mengamanatkan adanya perubahan lagi. Amanat ini
bertabrakan dengan PP No 8 tahun 2003, tentang struktur pemerintah daerah yang
membatasi jumlah institusi/dinas di daerah, yang meskipun PP tersebut sudah
diubah dengan PP 41 tahun 2007, tetap saja menyisakan kendala bagi
dibentuknya Badan Koordinasi Penyuluhan di tingkat provinsi dan lahirnya Badan
Pelaksana Penyuluhan di tingkat kabupaten/kota. Rupanya selain kelembagaan
penyuluhan pertanian, ada juga sektor lain yang memerlukan adanya institusi
tambahan (Slamet M, 2010).
Berdasarkan UU No.16 tahun 2006, yang dimaksud dengan tenaga
penyuluh pertanian, perikanan, dan kehutanan meliputi penyuluh PNS (penyuluh
Universitas Sumatera Utara
pemerintah), penyuluh swasta dan/atau penyuluh swadaya. Pada hakekatnya
setiap orang yang mempunyai pengetahuan tentang pertanian, perikanan dan
kelautan serta mampu berkomunikasi dapat menjadi penyuluh pertanian,
perikanan dan kehutanan. Pelaku penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
meliputi; penyuluh funsional, penyuluh non fungsional, penyuluh tenaga kontrak,
penyuluh swasta, penyuluh swadaya dan penyuluh kehormatan.
Dalam rangka memenuhi kebijakan satu desa satu penyuluh secara
bertahap Kementerian Pertanian telah merekrut Tenaga Harian Lepas Tenaga
Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TB PP), untuk Provinsi Sumatera Utara
sebanyak 1818 orang. Untuk meningkatkan produktifitas, efektivitas dan efisiensi
THL-TB PP dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendamping dan konsultan
pelaku utama dan pelaku usaha, maka perlu diberi honorarium dan BOP bagi
THL-TB PP.
Melalui revitalisasi penyuluhan pertanian diharapkan penyuluh pertanian
dapat berfungsi secara optimal dalam memfasilitasi petani dan keluarganya serta
pelaku usaha pertanian lainnya untuk mewujudkan peningkatan pendapatan serta
kesejahteraan petani.
Penyelenggaraan penyuluhan di Sumatera Utara menuntut adanya
keterpaduan dalam satu sistem penyuluhan pertanian yang terpadu dari berbagai
instansi dan kelembagaan terkait, dengan maksud untuk memberdayakan petani
dan keluarganya serta masyarakat pertanian lainnya. Salah satu upaya untuk
meningkatkan pemberdayaan tenaga penyuluh pertanian adalah dengan
memberikan Biaya Operasional Penyuluh (BOP). BOP dimaksudkan untuk
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan gairah penyuluh pertanian dalam memfasilitasi kegiatan
penyuluhan ditingkat petani.
Untuk meningkatkan keaktifan kelembagaan penyuluhan dan kinerja
penyuluh, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai agar penyuluhan dapat
diselenggarakan dengan efektif dan efisien. Penyelenggaraan penyuluhan yang
efektif dan efisien diperlukan pembiayaan yang memadai untuk memenuhi biaya
penyuluhan.
Sumber biaya untuk penyuluhan disediakan melalui APBN, APBD baik
Provinsi maupun Kabupaten/Kota, baik secara sektoral maupun lintas sektoral,
sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Pembiayaan penyuluhan yang berkaitan
dengan tunjangan jabatan fungsional dan profesi, biaya operasional penyuluh
PNS, serta sarana dan prasarana bersumber dari APBN, sedangkan pembiayaan
penyelenggaraan penyuluhan kehutanan di provinsi, kabupaten/kota, kecamatan,
bersumber dari APBD yang jumlah dan alokasinya disesuaikan dengan program
penyuluhan.
Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan di Provinsi berada pada
Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Bakor P3K)
dan dua Kabupaten/Kota berada pada Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan (BP4K). Untuk itu perlu ada keseragaman jabatan dan
tunjangan agar tidak terjadi konflik di daerah.
Tugas pokok penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan adalah
melakukan kegiatan penyuluhan pertanian untuk mengembangkan kemampuan
petani dalam menguasai, memanfaatkan dan menerapkan teknologi baru sehingga
Universitas Sumatera Utara
mampu bertani lebih baik, berusaha lebih menguntungkan serta membina
kehidupan berkeluarga yang lebih sejahtera.
Adapun tugas pokok penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
adalah:
1. Mengidentifikasi potensi wilayah dan agrosistem serta kebutuhan teknologi
dibidang pertanian, perikanan dan kehutanan.
2. Menyusun programa penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
3. Menyusun Rencana Kerja Penyuluhan Pertanian (RKPP)
4. Menerapkan metode penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
5. Menyusun materi penyuluhan.
6. Mengembangkan swadaya dan swakarsa petani dan nelayan
7. Mengevaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penyuluhan
pertanian, perikanan dan kehutanan serta dampaknya.
(Anonimous, 2000).
Setiap penyuluh mempunyai beberapa faktor sosial maupun faktor
ekonomi yang mempengaruhinya dalam kegiatan penyuluhan. Beberapa faktor
sosial ekonomi yang mempengaruhinya adalah:
1. Faktor Sosial
a. Umur
Umur pada umumnya sangat berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari.
Tenaga kerja dalam usia yang sangat produktif (22-65 tahun) memiliki
potensi kerja yang masih produktif. (Anonimous, 1991: 45)
Universitas Sumatera Utara
b. Tingkat Pendidikan.
Penempatan seorang penyuluh sangat ditentukan oleh pendidikan yang
dimilikinya, pendidikan juga sangat berpengaruh pada perilaku seorang
PPL. Tetapi jika didalam memilih penyuluh ini terlalu ditekankan pada
kualitas akademis, maka hal ini akan dapat menyebabkan kesulitan
dikemudian hari karena seorang penyuluh yang memiliki pendidikan yang
tinggi belum tentu memiliki kemampuan menyuluh yang baik.
(Suhardiyono, 1992: 29)
c. Masa kerja Penyuluh
Orang-orang yang lama berada pada suatu pekerjaan akan lebih produktif
daripada mereka yang senioritasnya lebih rendah. (Suhardiyono, 1992: 31)
2. Faktor Ekonomi
a. Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga sering menjadi pertimbangan dalam
pengambilan keputusan untuk menerima inovasi. Konsekuensi penerimaan
inovasi akan berpengaruh terhadap sistem keluarga, dimulai dari anak-
anak, istri dan anggota keluarga lainnya. Semakin besar jumlah anggota
keluarga akan semakin besar pula tuntutan kebutuhan keuangan rumah
tangga. Kegagalan penyuluh dalam penyuluhan pertanian akan
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. (Soekartawi, 1988:
32)
b. Total Pendapatan
Meningkatnya pendapatan maka meningkat pula pengeluaran untuk
keperluan rumah tangga dan pembentukan modal. Menurunnya
Universitas Sumatera Utara
pendapatan akan menurunkan pula pengeluaran untuk konsumsi dan
modal (Tohir, 1991: 187).
2.1.1. Efektifitas
Efektifitas kinerja kelembagaan penyuluhan ditentukan oleh kesesuaian
pelaksanaan job description atau pelaksanaan dari uraian tugas yang menjadi
tanggung jawab kelembagaan itu sendiri terhadap para penyuluh dalam penentuan
posisi jabatannya. Berdasarkan hasil analisis pekerjaan, setiap penyuluh dibebani
tanggung jawab untuk melaksanakan uraian tugas pada posisi jabatan sebagai
pejabat fungsional dan pelaksana lapangan penyuluhan pertanian. Hasil kerjanya
tersebut harus dipertanggung jawabkan sebagai perwujudan akuntabilitasnya
kepada organisasi yang menugaskannya, maupun kepada masyarakat tani sebagai
'klien' yang dilayaninya.
Efektifitas kinerja kelembagaan penyuluhan sejak proses perencanaan,
pengembangan program, pelaksanaan hingga proses pelaporan dan evaluasi
berimplikasi pada proses pembelajaran masyarakat tani. Efektifitas kinerja
kelembagaan penyuluhan dalam perencanaan dan pengembangan program
bukanlah sekedar hasil dalam bentuk program penyuluhan dan rencana kegiatan,
melainkan prosesnya yang mencirikan proses pembelajaran bagi penyuluh
maupun bagi masyarakat dan bagi aparat tidak kalah pentingnya. Sebagai agen
perubahan (change agent) dalam pembangunan pertanian, kelembagaan
penyuluhan haruslah mampu belajar untuk mendorong penyuluh dan masyarakat
menemukenali kebutuhan mereka sendiri untuk berubah kearah yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Persepsi
Rakhmat (2003) menguraikan definisi persepsi sebagai suatu pengalaman
tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna
pada stimulus inderawi (sensory stimuli). Persepsi untuk objek berupa benda mati
disebut sebagai persepsi objek, sedangkan persepsi terhadap manusia biasanya
disebut sebagai persepsi interpersonal.
Thoha (1986) menjelaskan bahwa persepsi pada hakekatnya merupakan
proses yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang
lingkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan,
dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa
persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukan
suatu pencatatan yang benar terhadap situasi.
2.1.2.1. Proses Pembentukan Persepsi
Rakhmat (2003) menguraikan beberapa konsep yang terlibat dalam proses
persepsi yaitu:
a. Sensasi. Sensasi merupakan tahap paling awal dalam penerimaan
informasi. Sensasi adalah pengalaman elementer yang berhubungan
dengan kegiatan alat indera dan tidak memerlukan penguraian verbal,
simbolis, atau konseptual. Perbedaan kapasitas alat indera dapat
menyebabkan perbedaan sensasi. Perbedaan sensasi dapat menyebabkan
terjadinya perbedaan persepsi.
Universitas Sumatera Utara
b. Perhatian (Attention). Perhatian terjadi bila seseorang mengkonsentrasikan
dirinya hanya pada salah satu alat indera saja, dan mengesampingkan
masukan- masukan dari alat indera lainnya.
3. Memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi persepsi
maupun berpikir. Memori melewati tiga proses yaitu perekaman,
penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman adalah pencatatan informasi
melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal. Penyimpanan menentukan
berapa lama, dalam bentuk apa, dan di mana informasi tersebut bersama
seseorang.
2.1.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Rakhmat (2003) mengkategorikan dua faktor yang menentukan persepsi
yaitu:
a. Faktor fungsional (faktor personal). Kebutuhan dan pengalaman masa lalu
termasuk dalam faktor ini. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau
bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada
stimuli tersebut. Faktor-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi
lazim disebut sebagai kerangka rujukan.
b. Faktor struktural (faktor situasional). Faktor ini berasal dari sifat
stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkan pada sistem saraf
individu. Berdasarkan teori Gestalt, seseorang mempersepsikan sesuatu
secara keseluruhan, dan tidak melihatnya sebagai suatu bagian yang
terpisah.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti “dorongan” atau
“daya penggerak”. Motivasi mengacu pada dorongan dan usaha untuk memuaskan
kebutuhan atau suatu tujuan. Motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dari
keinginan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya (misalnya rasa lapar, haus
dan bermasyarakat (Malayu, 2003).
Robbins (1996) yang dikutip Makarim (2003) menyatakan bahwa motivasi
dapat dilihat dari adanya usaha mencari suatu sasaran secara bersama yang
bermanfaat bagi seseorang, atau bagi orang lain di dekatnya, kemudian menjalin
kerja sama yang dilandasi oleh semangat dan daya juang yang tinggi.
2.1.3.1. Proses Motivasi
Menurut Newcomb dkk. (1985) yang dikutip Susantyo (2001), motivasi
merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap,
kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang.
Selanjutnya, Wahjosumidjo (1987) menyatakan bahwa motivasi sebagai proses
psikologis diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut
intrinsik atau faktor di luar diri yang disebut factor ekstrinsik. Faktor di dalam diri
seseorang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman, dan pendidikan, atau
berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan. Sedang faktor di luar
diri, dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, bisa karena pengaruh pimpinan,
kolega, atau faktor-faktor lain yang sangat kompleks. Tetapi baik factor intrinsik
maupun faktor luar motivasi timbul karena adanya rangsangan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Wahjosumidjo (1987) menggolongkan dua faktor yang berpengaruh
terhadap motivasi individu yaitu faktor yang berasal dari dalam individu
(intern) dan faktor yang bersumber dari luar individu (ekstern). Yang termasuk
faktor intern adalah kemampuan atau keterampilan, tingkat pendidikan, sikap dan
sistem nilai yang dianut, pengalaman masa lampau, aspirasi atau harapan masa
depan, latar belakang sosial budaya, serta persepsi individu terhadap
pekerjaannya. Faktor ekstern meliputi tuntutan kepentingan keluarga, kehidupan
kelompok, lingkungan kerja maupun kebijaksanaan yang berkaitan dengan
pekerjaannya.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dikutip penulis dari penelitian Apandi (2009) yang
berjudul “Pengaruh Kelembagaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan terhadap Produktivitas Kerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan Lapangan di 4 (empat) Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) terpilih
yaitu UPTD Wilayah Ciawi, UPTD Wilayah Caringin, UPTD Wilayah Dramaga,
dan UPTD Wilayah Cibungbulang, dengan jumlah 46 orang. Data yang
dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Variabel yang diduga
mempengaruhi produktivitas kerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan
yaitu persepsi, motivasi, dan faktor-faktor lain umur, tingkat pendidikan,
pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga, dan ada atau tidak penghasilan
lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan persepsi penyuluh
pertanian, perikanan dan kehutanan sebelum dan sesudah adanya otonomi daerah,
persepsi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan tersebut cenderung ke arah
Universitas Sumatera Utara
negatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa produktivitas kerja penyuluh
pertanian, perikanan dan kehutanan lapangan dipengaruhi oleh motivasi 0,44;
tingkat pendidikan 0,30; dan sumber penghasilan lain -0,27. Besarnya pengaruh
bersama 0,31; besanya pengaruh di luar model 0,69. Variabel yang paling kuat
pengaruhnya terhadap produktivitas kerja adalah variabel motivasi. Kata kunci :
produktivitas kerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan.
2.3. Kerangka Penelitian
Setiap penyuluh mempunyai beberapa faktor sosial maupun faktor
ekonomi yang mempengaruhinya dalam kegiatan penyuluhan. Faktor-faktor
tersebut akan dapat mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian yang dibawahi
Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan saat berada di
Lapangan, dimana juga dapat diketahui bagaimana sikap penyuluh, persepsi serta
motivasi dalam melakukan penyuluhan mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan kinerja para penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan saat
berada dilapangan. Badan pelaksana penyuluhan pertanian, perikanan dan
kehutanan juga harus dapat memberikan kepuasan kerja terhadap penyuluh-
penyuluh di lapangan sehingga ada sinergitas antara badan pelaksana penyuluhan
pertanian, perikanan dan kehutanan dengan penyuluh pertanian di lapangan baik
dari segi persepsi maupun motivasi. Sehingga dengan adanya koordinasi yang
baik antara kelembagaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan di
Provinsi Sumatera Utara dengan penyuluh pertanian di kabupaten/kota dapat
menimbulkan efektifitas dari kelembagaan itu sendiri serta peningkatan kinerja
yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : Menyatakan Hubungan
Gambar 1. Skema kerangka Pemikiran
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah merupakan dugaan sementara atau pendapat yang masih
kurang sempurna dalam arti masih harus dibuktikan dan diuji kebenarannya.
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah :
1. Adanya pengaruh positif dan signifikan antara persepsi penyuluh pertanian,
perikanan dan kehutanan.terhadap efektifitas kelembagaan bapelluh di
Sumatera Utara.
2. Adanya pengaruh positif dan signifikan antara motivasi penyuluh pertanian,
perikanan dan kehutanan sebelum pembentukan bapelluh.terhadap efektifitas
kelembagaan bapelluh di Sumatera Utara.
PERSEPSI Penyuluh
Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Lapangan
MOTIVASI Penyuluh
Kinerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Meningkat
Terjadi Efektifitas
Universitas Sumatera Utara
3. Adanya pengaruh positif dan signifikan antara motivasi penyuluh pertanian,
perikanan dan kehutanan sesudah pembentukan bapelluh.terhadap efektifitas
kelembagaan bapelluh di Sumatera Utara
4. Adanya pengaruh positif dan signifikan antara efektifitas penyuluh pertanian,
perikanan dan kehutanan sesudah pembentukan bapelluh.terhadap efektifitas
kelembagaan bapelluh di Sumatera Utara..
Universitas Sumatera Utara
III. METODE ANALISA DATA
3.1. Metode Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), di ke-3
(tiga) jenis kelembagaan penyuluhan di Sumatera Utara. Lokasi tersebut diambil
dengan pertimbangan bahwa Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di
Sumatera Utara dibagi dalam 3 (tiga) jenis kelembagaan penyuluhan yaitu
Kelembagaan Penyuluhan Murni, Kelembagaan Penyuluhan Campuran dan Non
Kelembagaan.
Tabel 2. Data Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara menurut Kabupaten/Kota.
No Kab./Kota Penyuluh Pertanian
Penyuluh Perikanan Penyuluh
Kehutanan PNS THLTB PP PNS PPTK 1 Asahan 72 118 3 1 - 2 Batu Bara 21 41 10 - - 3 Binjai 20 13 2 1 - 4 Dairi 71 77 1 - - 5 Deli Serdang 137 102 7 1 - 6 Gunung Sitoli 5 30 - - 2 7 Humbahas 20 20 - 1 9 8 Karo 42 94 - - - 9 Labuhan Batu 60 24 - - - 10 Labuhan Batu Selatan 38 12 - - - 11 Labuhan Batu Utara 23 45 - - 8 12 Langkat 76 81 8 - - 13 Mandailing Natal 46 94 - - - 14 Medan 15 31 5 2 - 15 Nias 18 30 - - - 16 Nias Barat 3 18 - - - 17 Nias Selatan 26 33 - - - 18 Nias Utara 12 20 - - - 19 Padang Lawas 58 71 - - - 20 Padang Lawas Utara 51 84 1 - 3 21 Padang Sidempuan 15 51 - - -
Universitas Sumatera Utara
22 Pakpak Bharat 39 22 3 - - 23 Pematang Siantar 7 25 - 1 - 24 Samosir 27 41 - - 7 25 Serdang Bedagai 37 115 4 1 - 26 Sibolga - 3 - 1 - 27 Simalungun 72 206 - 2 28 28 Tanjung Balai 2 5 - 1 - 29 Tapanuli Selatan 92 118 5 1 6 30 Tapanuli Tengah 35 64 - 2 2 31 Tapanuli Utara 35 85 1 1 12 32 Tebing Tinggi 4 8 - - - 33 Toba Samosir 31 37 3 1 11 Total 1210 1818 53 17 88
Sumber : Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan kehutanan Prov. Sumut (2011)
3.2. Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan kepada Penyuluh Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan Lapangan PNS di ke-3 (tiga) jenis kelembagaan tempat bernaung
penyuluh di Sumatera Utara.Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti
dan yang dianggap dapat menggambarkan populasi. Metode pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah adalah dengan metode probability sampling, yaitu
dengan menggunakan sampel acak sederhana secara proporsional dengan maksud
agar jumlah sampel sesuai dengan jumlah populasinya. Ukuran sampel pada
kabupaten/kota diambil secara proporsional dengan menggunakan perhitungan
sebagai berikut:
𝒏 = 𝒏𝟎�𝟏+𝒏𝟎𝑵 �
(3.1)
𝑛0 = �𝑍∝
2�
𝑑�2𝑝𝑞 (3.2)
𝑛𝑛 = 𝑛 �𝑁𝑛
𝑁� (3.3)
Keterangan:
Universitas Sumatera Utara
N = populasi
Nn = jumlah populasi Penyuluh pertanian yang PNS
nn
n
= jumlah sampel tiap departemen
0
n = jumlah sampel yang diambil
= perkiraan jumlah sampel
α = tingkat kepercayaan = 0,05
Z = nilai distribusi normal (untuk α = 0,05, Z α /2 = 1,96)
d = batas kesalahan yang bisa ditoleransi dalam menetapkan rata-rata sampel
= 0,05
p = proporsi kesuksesan responden yang mengisi kuesioner
q = 1-p
(Cochran, 2005)
Sebelum dilakukan pengambilan sampel, terlebih dahulu dilakukan survei
pendahuluan dengan menyebarkan kuesioner ke 21 responden. Dari 21 responden
yang mengisi kuesioner ada 20 responden yang mengisi kuesioner dengan
benar.Sehingga besarnya nilai p atau proporsi kesuksesan subjek dalam mengisi
kuesioner adalah 0,95. Proporsi kesuksesan diperoleh dengan cara
membandingkan jumlah responden yang mengisi kuesioner dengan benar
terhadap jumlah keseluruhan responden, sehingga diperoleh nilai q = 0,05.
Dengan menggunakan batas kesalahan yang bisa ditoleransi dalam
menetapkan rata-rata sebesar 5 %, maka diperoleh banyaknya jumlah sampel dari
hasil perhitungan sebagai berikut :
𝑛0 = �1,960,05
�2
(0,95)(0,05) = 72,99
Universitas Sumatera Utara
𝒏 =𝟕𝟐,𝟗𝟗
�𝟏 + 𝟕𝟐,𝟗𝟗𝟔𝟓𝟗 �
= 𝟕𝟐,𝟗𝟗𝟏,𝟏𝟏𝟎𝟕𝟔
≈ 𝟔𝟓,𝟕𝟏𝟏𝟖 ≈ 𝟔𝟔
Sesuai dengan hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel yang diambil
adalah sebanyak 66. Sehingga hasil perhitungan proporsi sampel tiap
kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini :
Tabel 3. Jumlah Sampel Penyuluh Pertanian yang PNS di Kelembagaan Kabupaten/kota
No Jenis Kelembagaan Kab./Kota
Jumlah Penyuluh
Pertanian yang PNS
Sampel (nn)
1 Penyuluhan Murni 1. Karo 42 4
2. Pakpak Bharat 39 4
3. Padang lawas 58 6
2 Penyuluhan Campuran
1. Asahan 72 7
2. Simalungun 72 7
3. Tapanuli Selatan 92 9
3 Penyuluhan Non-kelembagaan
1. Dairi 71 7
2. Deli serdang 137 14
3. Langkat 76 8
Jumlah Populasi (N) (Nn) 659 66
3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
adalah dengan menggunakan cara wawancara langsung dengan petugas
penyuluhan dan kepala lembaga penyuluhan sebagai responden, dengan alat bantu
daftar pertanyaan dalam kuisioner yang telah disusun dan dengan mengadakan
survey terhadap data yang ada.
Universitas Sumatera Utara
3.4. Metode Analisis data
Analisis data dilakukan setelah data-data dikumpulkan secara lengkap.
Adapun hal-hal yang dianalisis dalam penelitian ini adalah :
Untuk identifikasi masalah 1, dianalisis dengan metode deskriptif dan
korelasi sederhana, yaitu dengan melihat persepsi penyuluh terhadap efektifitas
badan pelaksana penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan di
kabupaten/kota. Kemudian dilakukan pemberian skoring terhadap masing-masing
indikator persepsi dengan tingkat penilaian, yaitu :
Sangat Tidak Setuju = 1
Tidak Setuju = 2
Ragu-Ragu = 3
Setuju = 4
Sangat Setuju = 5
Untuk identifikasi masalah 2, dianalisis dengan metode deskriftif dan
Uji-t berpasangan, yaitu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi sebelum dan sesudah pembentukan badan pelaksanaan penyuluhan
pertanian, perikanan dan kehutanan, antara lain : kemampuan atau keterampilan,
tingkat pendidikan, sikap dan sistem nilai yang dianut, pengalaman masa
lampau, aspirasi atau harapan masa depan, kehidupan kelompok, lingkungan
kerja dan kebijaksanaan yang berkaitan dengan pekerjaan.Kemudian dilakukan
pemberian skoring terhadap masing-masing indikator motivasi dengan tingkat
penilaian, yaitu ; Sangat Tidak Setuju = 1; Tidak Setuju = 2; Ragu-Ragu = 3;
Setuju = 4; Sangat Setuju = 5.
Universitas Sumatera Utara
Untuk identifikasi masalah 3 dan hipotesis, dianalisis dengan
menggunakan Uji Regresi Sederhana, yaitu menganalisis efektifitas dari
kelembagaan badan pelaksana penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan di
kabupaten/kota terhadap peningkatan kinerja penyuluh pertanian, perikanan dan
kehutanan didaerah penelitian. Kemudian melakukan pemberian skoring terhadap
masing-masing indikator efektifitas dan kinerja dengan tingkat penilaian, yaitu ;
Sangat Tidak Setuju = 1; Tidak Setuju = 2; Ragu-Ragu = 3; Setuju = 4; Sangat
Setuju = 5.
3.5. Model Analisis
3.5.1. Analisis Regresi
Analisis regresi liner berganda menggunakan hubungan lebih dari dua
peubah untuk mendapatkan garis yang pas atau cocok, sehingga suatu peubah
dapat diprediksi atau diestimasi berdasarkan peubah-peubah lainnya. Peubah yang
diestimasi disebut peubah tak bebas, mempunyai ketergantungan pada beberapa
peubah yang menjelaskan (explanatory variable). Dalam analisis regresi dengan
data runtun waktu, jika dalam model disertakan nilai peubah masa lalu (lagged)
dari peubah bebas, model tersebut disebut model autoregresif. Sedangkan jika
model regresi memasukkan nilai peubah yang menjelaskan saat ini dan masa lalu
(lagged), model ini disebut model lagged yang didistribusikan (distributed lag
model) (Nachrowi & Usman, 2002).
Dalam penelitian ini menggunakan empat model untuk menjelaskan
efektifitas kelembagaan Bappuluh terhadap kinerja penyuluh, yaitu :
𝑌1𝑡 = 𝛼0 + 𝛼1𝑋1𝑡 + 𝜀 ……………………………………………… (3.1)
𝑌1𝑡 = 𝛼0 + 𝛼1𝑋2𝑡 + 𝜀 ………………………………………………. (3.2)
Universitas Sumatera Utara
𝑌1𝑡 = 𝛼0 + 𝛼1𝑋3𝑡 + 𝜀 ………………………….…………………. (3.3)
Dimana :
Y1t
X
= Efektifitas Bappuluh
1
X
= Motivasi Penyuluh sebelum Bappuluh
2
X
= Motivasi Penyuluh sesudah Bappuluh
3
α
= Persepsi Penyuluh
0
α
= Konstanta
1, α2
ɛ = Kesalahan Pengganggu
= Koefisien Regresi
Sedangkan model kedua adalah untuk menjelaskan pengaruh Efektifitas
Bappuluh terhadap konerja penyuluh adalah sebagai berikut :
𝑌2𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1𝑌1𝑡 + 𝜀 …………………………… ………………… (3.4)
Dimana :
Y1t = Efektifitas Bappuluh
Y2t
β
= Kinerja Penyuluh
0
β
= Konstanta
1
ɛ = Kesalahan Pengganggu
= Koefisien Regresi
3.5.1.1.Autokorelasi
Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antara anggota observasi
dalam beberapa deret waktu (serial correlation) atau antara anggota observasi
berbagai objek atau ruang (spatial correlation). Autokorelasi terjadi disebabkan
karena faktor kelambanan data ekonomi, bias spesifikasi mengeluarkan variabel
yang relevan dari model, bias spesifikasi bentuk fungsional, tenggang waktu atau
Universitas Sumatera Utara
lag, manipulasi data, transformasi data, dan non-stasioneritas dalam model
(Manurung, dkk, 2005).
Konsekuensi bila terdapat autokorelasi dalam model antara lain taksiran
varian error kelihatannya terlalu rendah dibandingkan dengan nilai varians
sebenarnya, taksiran koefisien determinasi terlalu tinggi, pengunaan uji t dan uji F
tidak sahih sehingga menimbulkan kesimpulan yang salah, dan penaksir yang
diduga menjadi kurang efisien.
Metode yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi dilakukan dengan
empat cara, yaitu Metode Grafik, Run Test, Durbin-Watson d Test, dan the
Breusch-Godfrey Test.
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Durbin-Watson d Test.
Autoregression atau AR, yaitu : t1tt vρε=ε +− diperoleh dari nilai koefisien rho
sebagai berikut:
∑
∑−
−
Tt
T
tt
ε
εε=ρ
2
12
21
atau 0.5δ1−=ρ sehingga ρ)(δ −≈ 12
∑
∑ −−
T
t
T
tt
ε
)ε(ε=d
12
2
21
Jika 11 ≤≤− ρ dan ρ)(d −≈ 12 maka batas nilai statistik d adalah 40 ≤≤ d
Jika 0=ρ maka 2≈d , artinya tidak ada korelasi serial.
Jika 1+ =ρ maka 0≈d , artinya terjadi korelasi serial positif sempurna.
Jika 1−=ρ maka 4≈d , artinya terjadi korelasi serial negatif sempurna.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. Kaidah Keputusan Durbin-Watson Test
Jika Keputusan Kesimpulan
Ld<d<0 Tolak Terdapat autokorelasi positif
UL ddd ≤≤ Tidak dapat disimpulkan Tidak dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi positif
4− d L≤ d≤ 4 Tolak Terdapat autokorelasi negatif
4− dU≤ d≤ 4− d L Tidak dapat disimpulkan Tidak dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi negatif
UU ddd −≤≤ 4 Tidak ditolak Tidak ada autokorelasi positif atau autokorelasi negatif
0 d L d U 4− dU 4− d L 4
Pengujian untuk model regresi yang mengandung lagged dependent
variable didasarkan pada statistik h, yaitu:
)(βVT
Tρ=hL
ˆ1−
dimana:
)(βV Lˆ = varians keofisien lagged dependent variable
Jika 1ˆ >)(βVT L maka statistik h tidak dapat dihitung dan untuk
mendapatkan uji asimptotis Durbin menyarankan regresi tε pada 1−tε dan variabel
eksplanatoris termasuk lagged dependent variable dan kemudian uji signifikansi
keofisien 1−tε .
Tolak Tidak dapat disimpulkan
Tidak ditolak
Tidak dapat disimpulkan
Tolak
Universitas Sumatera Utara
3.5.1.2. Normalitas
Regresi dengan metode OLS menghendaki adanya asumsi kenormalan
pada kesalahan pengganggunya. Secara statistik dapat dinotasikan:
εt
Jika asumsi kenormalan ini dilanggar, metode OLS tidak dapat digunakan
untuk melakukan pendugaan.
~ N (0,σ 2 )
H 0 : data mengikuti sebaran normal
Ha : data tidak mengikuti sebaran normal
Untuk mengetahui apakah kesalahan pengganggu berdistribusi normal,
nilai Jacque Berra (JB) dari hasil uji kenormalan pengganggu dibandingkan
dengan nilai Tabel Chi-Square dengan derajat bebas 2 pada tingkat signifikansi
tertentu. Dikatakan lolos dari ketidaknormalan distribusi unsur pengganggu
apabila nilai JB lebih kecil dari nilai kritis Tabel χ2
3.5.1.3.Multikolinearitas
.
Multikolinearitas adalah ada hubungan linier sempurna antara variabel
bebas dari suatu model regresi. (Manurung, dkk, 2005)
Multikolinearitas terjadi disebabkan karena antara lain metode
pengumpulan data yang digunakan membatasi nilai dari variabel regressor,
kendala-kendala model pada populasi yang diamati, spesifikasi model, penentuan
jumlah variabel bebas yang lebih banyak dari jumlah observasi, dan data time
series.
Konsekuensi bila terdapat multikolinearitas adalah varian dan kovarian
yang besar mengakibatkan penaksiran kurang efisien, interval keyakinan
Universitas Sumatera Utara
cenderung lebih besar, nilai statistik t rendah dan nilai statistik F tinggi, dan nilai
koefisien determinasi tinggi.
Metode yang dilakukan untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dalam
penelitian adalah dengan melihat nilai variance inflating factor (VIF), yaitu:
2121
1r
=VIF−
dimana:
212r = koefisien korelasi antara X1 dan X
VIF menunjukkan varian yang ditaksir meningkat akibat keberadaan
multikolinearitas. Varian koefisien model regresi secara langsung proporsional
dengan VIF. Invers atau kebalikan dari VIF adalah tolerance (TOL), yaitu:
2
TOL= 1VIF
= 1− R j2
dimana :
R j2
= koefisien korelasi
R j2
= 1 (multikolinieritas sempurna), TOL = 0
R j2
= 0 (tidak ada multikolinearitas), TOL = 1
Nilai VIF yang semakin besar menunjukkan masalah multikolinearitas
yang semakin serius. Kaidah yang digunakan adalah jika VIF lebih besar dari 10
dan 2jR lebih besar dari 0,90 maka variabel tersebut memiliki kolinearitas yang
tinggi.
Universitas Sumatera Utara
3.5.2. Analisis Uji Statistik
3.5.2.1.Uji Statistik F
Uji F digunakan untuk menguji adanya pengaruh variabel independen secara
simultan/bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian ini didasarkan atas
hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji, yaitu apakah semua parameter di dalam
model sama dengan nol, atau Ho : α1 = α2 = ….= αn = 0, artinya apakah semua
variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
dependen. Dan untuk Ha : minimal satu dari αn
Untuk menguji kedua hipotesis tersebut adalah dengan cara membandingkan
nilai F-hitung dengan nilai F-tabel. Jika nilai F-hitung lebih besar nilai dari F-
tabel maka hipotesis alternatifnya adalah bahwa semua variabel independen secara
bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
≠ 0.
3.5.2.2.Uji Statistik t
Pengujian ini untuk melihat adanya pengaruh dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen. Uji statistik t pada dasarnya untuk
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen dalam
menerangkan variasi variabel terikat. Hipotesis nol (Ho) yang akan di uji adalah
apakah suatu parameter (α1) sama dengan nol, atau Ho : α1 = 0, artinya suatu
variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
independen. Hipotesis alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama
dengan nol, atau Ha : α1
Adapun cara untuk melakukan uji t adalah dengan membandingkan nilai t-
statistik dengan nilai t-tabel. Sedangkan uji t dirumuskan sebagai berikut :
≠ 0, artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang
sigifikan terhadap variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
212
rnrt−
−=
Dimana :
t = t hitung
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah sampel
Jika nilai t-statistik nilainya lebih besar dari t-tabel, maka hipotesis alternatif
(Ha) tidak ditolak yang artinya bahwa suatu variabel independen secara individual
mempengaruhi variabel dependen, dengan kata lain apabila Ho
3.5.2.3.Uji Koefisien Determinan (R
ditolak berarti ada
pengaruh nyata dari variabel independen terhadap variabel dependen.
2
Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variabel dependen dilakukan dengan melakukan penghitungan koefisien
determinan (R
)
2 ). Nilai koefisien determinan antara nol dan satu, atau 0 < R2 < 1.
Menurut Gujarati (2004), jika R2 = 0, keragaman Y sama sekali tidak dapat
dijelaskan oleh keragaman X. Sebaliknya jika R2
Untuk membandingkan dua R
= 100%, keragaman Y dapat
dijelaskan oleh keragaman X, semua titik pengamatan berada pada garis regresi.
2, banyaknya peubah bebas dalam model harus
diperhitungkan, yaitu dengan mempertimbangkan koefisien determinasi alternatif,
atau dikenal sebagai R2
∑
∑
−
−−==
)1(
)(1 2
2
22
ny
kne
RadjustedRt
t
yang disesuaikan. ”disesuaikan” disini berarti disesuaikan
dengan derajat kebebasan.
dimana :
Universitas Sumatera Utara
( )∑∑ −=22
t̂tt YYe
n = jumlah observasi, dan
k = banyaknya parameter yang diestimasi dalam model.
3.6. Defenisi dan Batasan Operasional
3.6.1 Definisi
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam pembahasan, perlu
untuk memberikan definisi operasional dari masing-masing variabel yang dibahas,
yaitu sebagai berikut :
1. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Kabupaten/Kota adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang mempunyai
tugas memberikan pelayanan teknis dan administratif serta
penyelnggaraan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.
2. Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan adalah petugas yang
memberikan penyuluhan kepada para petani, nelayan dan keluarganya
serta masyarakat di sekitar hutan dalam upaya melaksanakan usaha
pertanian, perikanan dan kehutanan.
3. Persepsi adalah sebuah proses saat penyuluh pertanian mengatur dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti
bagi lingkungan mereka
4. Motivasiadalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan
seorang penyuluh pertanian untuk mencapai tujuannya
5. Kelembagaan adalah sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang
berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana,
terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya
Universitas Sumatera Utara
(uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan
lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai
tujuan Badan Penyuluhan pertanian, perikanan dan Kehutanan.
6. Kinerja merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya penyuluhan
pertanian dalam mencapai tujuan Badan penyuluhan pertanian, perikanan
dan kehutanan yang telah ditetapkan
3.6.2 Batasan Operasional
Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian
ini, maka dibuat batasan operasional sebagai berikut :
1. Daerah penelitian adalah Provinsi Sumatera Utara.
2. Sampel penelitian adalah Penyuluh pertanian yang berstatus PNS di
beberapa Kabupaten/kota yang mewakili ketiga kelembagaan yaitu
penyuluhan murni, penyuluhan campuran dan penyuluhan non-lembaga di
Provinsi Sumatera Utara yang dianggap sudah mewakili Penyuluh
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Provinsi Sumatera Utara.
3. Waktu penelitian adalah tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Wilayah
4.1.1. Lokasi dan Keadaan Geografis
Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada
garis 10-40 Lintang Utara dab 980 -100 0
Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71,680,68 km2, sebagaian
besar berada di daratan Pulau Sumatera Utara dan sebagian kecil berada di Pulau
Nias, Pulau-pulau Batu, serta beberapa pulau kecil, baik di bagian barat maupun
bagian Timur pantai Pulau Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut
kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah Kabupaten
Mandailing Natal dengan luas 6.620,70 km2 atau sekitar 9,24 persen dari totsl
luas Sumatera Utara, diikuti Kabupaten Langkat dengan luas 4.386,60 km2 atau
sekitar 6,09 persen. Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Sibolga dengan
luas 10,77 km2 atau sekitar 0,02 persen dari total luas wilayah Sumatera Utara.
Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara diabagi dalam 3
kelompok wilayah)/kawasan yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi, dan Pantai
Timur. Kawasan Pantai Barat meliputi Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara,
Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan,
Kabupaten PadangLawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli
Tengah, Kabupaten Nias Selatan, Kota Padang Sidimpuan, Kota Sibolga dan Kota
BT. Sebelah Utara berbatasan dengan
Provinsi Aceh, sebelah Timur dengan Negara Malysia di Selat Malaka, sebelah
Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat, dan di sebelah
Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.
Universitas Sumatera Utara
Gunung Sitoli. Kawasan dataran tinggi meliputi KabupatenTapanuli Utara,
Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten
Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Pakpak
Bharat, Kabupaten Samosir, dan Kota Pematang Siantar. Kawasan Pantai Timur
meliputi Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten LabuhanBatu Utara, Kabupaten
Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batubara, Kabupaten Deli
Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdang Bedagei, Kota Tanjung Balai,
Kota Tebing Tinggi, Kota Medan dan Kota Binjai.
Propinsi Sumatera Utara terletak dekat garis katulistiwa, oleh sebab itu
prpinsi Sumatera Utara tergolong kedalam daerah beriklim tropis. Ketinggian
permukaan daratan propinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya
datar, hanya beberapa meter di atas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa
mencapai 33,40C, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai,
beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu
minimalnya bisa mencapai 23,70
4.1.2. Tanaman Makanan
C.
Perkembangan luas panen dan produksi padi di Sumatera Utara selama
pada tahun 2010 berdasarkan data BPS, di beberapa daerah kabupaten/ kota di
Propinsi Sumatera Utara yang merupakan daerah unggulan akan tampak lebih
besar dibandingkan dengan daerah yang bukan merupakan komoditas unggulan.
Berikut kabupaten/ kota yang merupakan komoditas unggulan untuk sector
tanaman pangan dapat dilihat pada tabel 5 dan tabel 6.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010
No Kab/Kota Luas Panen Produksi Rata-Rata
1 Nias 8.890 35.838 40,31 2 Mandailing Natal 36.186 175.794 48,58 3 Tapanuli Selatan 27.700 138.214 49,90 4 Tapanuli Tengah 27.428 122.403 44,63 5 Tapanuli Utara 23.820 110.054 46,20 6 Toba Samosir 22.107 105.348 47,65 7 Labuhan Batu 23.065 111.260 48,24 8 Asahan 16.431 79.390 48,32 9 Simalungun 78.995 416.247 52,69 10 Dairi 14.678 68.533 46,69 11 Karo 12.214 56.848 46,54 12 Deli Serdang 84.582 426.227 50,39 13 Langkat 67.155 328.424 48,91 14 Nias Selatan 16.292 65.056 39,93 15 Humbang Hasundutan 17.850 83.042 46,52 16 Pakpak Bharat 2.438 11.229 46,06 17 Samosir 7.684 36.301 47,24 18 Serdang Bedagei 73.585 377.307 51,27 19 Batu Bara 34.224 166.397 48,62 20 Padang Lawas Utara 16.618 80.730 48,58 21 Padang Lawas 14.737 71.858 48,76 22 Labuhan Batu Selatan 1.798 8.630 48,00 23 Labuhan Batu Utara 40.815 197.202 48,32 24 Nias Utara 6.295 25.432 40,40 25 Nias Barat 2.910 11.793 40,53 71 Sibolga - - - 72 Tanjung Balai 427 1.942 45,48 73 Pematang Siantar 3.786 18.705 49,41 74 Tebing Tinggi 1.136 5.474 48,19 75 Medan 4.056 19.717 48,12 76 Binjai 4.032 19.247 47,74 77 Padangsidimpuan 8.559 40.434 47,24 78 Gunung Sitoli 1.815 7.387 40,70
Jumlah 702.308 3.422.264 48,73
Sumber : BPS, Provinsi Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Ladang menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010
No Kab/Kota Luas Panen Produksi Rata-Rata
1 Nias - - - 2 Mandailing Natal 587 1.784 30,39 3 Tapanuli Selatan 1.698 5.134 30,24 4 Tapanuli Tengah 2.611 7.986 30,59 5 Tapanuli Utara 3.210 9.668 30,12 6 Toba Samosir 246 727 29,54 7 Labuhan Batu - - - 8 Asahan 656 1.961 29,90 9 Simalungun 14.348 45.047 31,40 10 Dairi 8.889 28.078 31,59 11 Karo 10.989 32.454 29,53 12 Deli Serdang 293 877 29,94 13 Langkat 404 1.178 29,15 14 Nias Selatan 854 2.644 30,96 15 Humbang Hasundutan 1.457 4.163 28,57 16 Pakpak Bharat 3.231 9.571 29,62 17 Samosir 1 3 29,41 18 Serdang Bedagei 220 637 28,93 19 Batu Bara - - - 20 Padang Lawas Utara 945 2.879 30,47 21 Padang Lawas 1.205 3.643 30,23 22 Labuhan Batu Selatan 149 453 30,38 23 Labuhan Batu Utara 350 1.082 30,91 24 Nias Utara 16 49 30,63 25 Nias Barat 7 21 30,15 71 Sibolga - - - 72 Tanjung Balai - - - 73 Pematang Siantar - - - 74 Tebing Tinggi - - - 75 Medan - - - 76 Binjai - - - 77 Padangsidimpuan - - - 78 Gunung Sitoli - - -
Jumlah 52.366 160.038 30,56
Sumber : BPS, Provinsi Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Produksi padi Sumatera Utara selama periode 2000-2001 rata-rata
mengalami peningkatan sebesar 0,19 persen per tahun. Peningkatan ini
disebabkan bertambahnya produksi padi sawah dengan rata-rata pertumbuhan per
tahun sebesar 0,33 persen per tahun, sedangkan produksi padi lading mengalami
penurunan rata-rata sebesar 2,37 persen per tahun.
Tanaman palawija di Sumatera Utara cukup potensial. Produksi jagung
Sumatera Utara sebesar 2010 sebesar 1.377.718 ton, naik sebesar 67,579 ton atau
18,10 persen dibandingkan produksi jagung tahun 2009 yakni sebesar 1.166.548
ton. Peningkatan produksi jagung disebabkan kenaikan luas panen sebesar 27.040
hektar atau 10,91 persen.
Produksi ubi jalar di Sumatera Utara tahun 2010 sebesar 179.387 ton, naik
sebesar 39.249 ton atau 28,01 persen dibandingkan produksi ubi jalar tahun2009.
Meningkatnya produksi ubi jalar disebabkan pertambahan luas panen sebesar
2.515 hektar atau naik 20,35 persen
Produksi ubi kayu di Sumatera Utara tahun 2010 sebesar 905.571 ton,
turun sebesar 101.713 ton atau 10,10 persen dibandingkan produksi ubi kayu
tahun 2009. Penurunan produksi ubi kayu disebabkan berkurangnya luas panen
sebesar 6.209 hektar atau turun 16,08 persen
Produksi kacang tanah di Sumatera Utara tahun 2010 sebesar 16.449 ton,
turun sebesar 332 ton atau minus 1,92 persen dibandingkan produksi kacang tanah
tahun 2009. Sementara luas panen kacang tanah mengalami kenaikan sebesar 226
hektar atau 1,58 persen dibandingkan luas panen tahun 2009 sebesar 14.294
hektar.
Universitas Sumatera Utara
Produksi kedelai di Sumatera Utara tahun 2010 sebesar 9.438 ton, turun
sebesar 4.768 ton atau 33,56 persen dibandingkan produksi kedelai tahun 2009.
Menurunnya produksi kedelai disebabkan berkurangnya luas panen sebesar 3.691
hektar atau 32,11 persen. Sedangkan produktivitas mengalami penurunan sebesar
0,26 kw/ha atau 2,10 persen.
Produksi kacang hijau di Sumatera Utara tahun 2010 sebesar 3.344 ton,
turun sebesar 1.082 ton atau minus 24,45 persen dibandingkan produksi kacang
hijau tahun 2009. Penurunan produksi kacang hijau disebabkan oleh turunnya luas
panen sebesar 1.014 hektar atau minus 24,59 persen. Produktivitas kacang hijau
mengalami peningkatan sebesar 0,02 kw/ha atau 0,19 persen bila dibandingkan
produktivitas pada tahun 2009
Jika dilihat menurut kabupaten/kota, Kabupaten Simalungun dan Deli
Serdang merupakan konsentrasi produksi padi di Sumatera Utara. Pada tahun
2010 produksi padi Kabupaten Simalungun mencapai 445.129 ton atau sebesar
12,43 persen dari total produksi padi Sumatera Utara. Sementara produksi padi
Kabupaten Deli Serdang pada tahun yang sama mencapai 400.802 ton atau 11,19
persen dari total produksi padi Sumatera Utara
Tanaman palawija di Sumatera Utara cukup potensial. Hasil tanaman ini
menjadi salah satu andalan ekspor Sumatera Utara terutama ke Singapura dan
Malaysia. Produksijagung di Sumatera Utara tahun 2009 adalah 1.166.548 ton
dengan luas panen sebesar 247.782 Ha. Pada tahun 2010 meningkat menjadi
1.377.718 ton atau 18,10 persen dengan luas panen 274.822 hektar.
Kabupaten/kota yang menjadi andalan produsen jagung di Sumatera Utara pada
tahun 2010 adalah Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun. Produksi jagung
Universitas Sumatera Utara
di Kabupaten Karo sebesar 454.178 ton dengan luas panen 90.605 hektar,
sedangkan di Kabupaten Simalungun sebesar 319.282 ton dengan luas panen
sebesar 63.712 hektar.
Produksi ubi kayu dan ubi jalar pada tahun 2010 di Sumatera Utara adalah
905.571 ton dan 179.387 ton. Sedangkan produksi palawija lainnya yaitu kacang
tanah, kacang kedelai dan kacang hijau di Sumatera Utara pada tahun 2010
masing-masing 16.449 ton, 9.438 ton dan 3.344 ton.
Kabupaten Simalungun, Dairi, dan Tapanuli Utara merupakan penghasil
kacang tanah terbesar di Sumatera Utara. Kabupaten penghasil kacang kedelai
terbesar adalah Serdang Bedagei. Dan penghasil kacang hijau terbesar adalah
Kabupaten Langkat.
4.1.3. Perkebunan
Sumatera Utara merupakan salah satu pusat perkebunan di Indonesia.
Perkebunan di Sumatera Utara telah dibuka sejak penjajahan Belanda. Komoditi
hasil perkebunan yang paling pentingdari Sumatera Utara saat ini antara lain
kelapa sawit, karet kopi, coklatdan tembakau. Bahkan di kota Bremen, Jerman,
tembakau Deli sangat terkenal.
Luas tanaman karet rakyat di Sumatera Utara selama periode 2007-2010
mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 2,07 persen per tahun. Pada tahun 2009
luas tanaman karet rakyat adalah sebesar 388.017,39 hektar menjadi 385.879,31
hektar pada tahun 2010. Kabupaten Mandailing Natal, Langkat dan Padang Lawas
Utara merupakan pusat perkebunan rakyat di Sumatera Utara. Di ketiga daerah
tersebut terbentang seluas 154.917,18 hektar kebun karet, atau sama dengan 40,15
persen dari total luas kebun rakyat Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan luas tanaman perkebunan kelapa sawit rakyat di Sumatera
Utara pada tahun 2010 sebesar 394.656, 96 hektar dengan produksi 5.084.166,83
ton tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Kabupaten Labuhan Utara merupakan
pusat perkebunan kelapa sawit rakyat di Sumatera Utara. Di daerah ini terdapat
seluas 64.144 hektar perkebunan kelapa sawit rakyat atau 16,25 persen dari
seluruh perkebunan kelapa sawit rakyat Sumatera Utara.
Produksi kopi (Robusta dan Arabika) Sumatera Utara tahun 2010 adalah
sebesar 55.600,05 ton dengan luas lahan 78.709,56 hektar. Kabupaten Dairi dan
Tapanuli Utara merupakan penghasil kopi dari Sumatera Utara. Bahkan kopi
Sidikalang sudah dikenal di Pulau Jawa dan Eropa. Di Sumatera Utara terdapat 3
(tiga) perkebunan besar BUMN dan ratusan perkebunan besar swasta . Sama
seperti pada perkebunan rakyat, jenis tanaman perkebunan besar yang ada di
Sumatera Utara diantaranya kelapa sawit, karet, coklat, the, tembakau, dan tebu.
4.1.4. Kehutanan
Produksi hasil hutan Sumatera Utara menurut jenis yaitu kayu log, kayu
gergajian, kayu lapis, pulp, dan hasil ikutan lainnya seperti rotan, arang dan getah
tusam. Produksi hasil hutan terbesar tahun 2010 adalah kayu gergajian yakni
sebesar 159.930,48 m3. Hal ini dapat dilihat pada tabel 7 berikut .
Universitas Sumatera Utara
Tabel 7. Produksi Hasil Hutan Sumatera Utara menurut Jenis Produksi Tahun 2007-2010
No Jenis Produksi Satuan 2007 2008 2009 2010
A Hasil Utama
1 Log Rimba M3 124.500,51 79.144,05 86.204,62 -
2 Log Pinus M3 100.545,27 17.841,98 21.007,27 -
3 Kayu Gergajian M3 1.317.082,58 177,784,42 205.161,58 159.930,48
4 Kayu Lapis M3 278.569,61 73.932,24 52.306,15 37.372,97
5 Pulp Ton 172.710,27 164.430,24 164.430,24 44.124,72
6 Block Board M3 - 592,23 - -
7 Moulding M3 61.041,35 22.020,31 33.322,86 42.314,43
B. Hasil Ikutan
1 Rotan Ton 295,05 339,79 22.820 280.000
4.670,00*) - - 211.585
2 Arang Ton 850,70 - - -
3 Getah Tusam Ton 886,83 663,35 467,43 674,34
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011
Keterangan : *) Batang
4.1.5. Peternakan
Populasi ternak besar yang terdiri dari kuda, sapi potong, kerbau dan sapi
perah. Pada tahun 2010, populasi kuda sebanyak 3.098 ekor, sapi potong
sebanyak 462.443 ekor, kerbau sebanyak 161.046 ekor dan sapi perah sebanyak
2.569 ekor. Populasi ternak kecil yang terdiri dari kambing, domba dan babi. Pada
tahun 2010, populasi kambing sebanyak 744.535 ekor, domba sebesar 317.777
ekor dan populasi babi sebesar 742.670 ekor.
Universitas Sumatera Utara
4.1.6. Perikanan
Produksi ikan Sumatera Utara pada tahun 2010 tercatat sebesar 499.595,3
ton, yang terdiri atas 363.158,3 ton ikan laut, 17.494,10 ton ikan perariran darat
umum, 84.250,90 ton ikan budidaya darat, dan 32.784,60 ton ikanbudidaya air
payau, serta 1.907,4 ton ikan budaya air laut.
Tabel 8. Produksi Ikan menurut Asal Tangkapan dan Kabupaten/ Kota Tahun 2008-2010 (ton)
No Kab/ Kota Laut Perairan Umum
Darat
Budi Daya
Budi Daya Air
Payau
Budi Daya Laut
Jumlah
1 Nias 7.538,90 106,80 17,1 - - 7.556,0 2 Mandailing Natal 15.223,00 1.929,10 2.855,3 - - 18.078,3 3 Tapanuli Selatan 731,90 3.601,50 1.491,5 - - 2.223,4 4 Tapanuli Tengah 30.339,90 1.013,10 474,3 286,8 125,5 32.239,6 5 Tapanuli Utara - 157,4 658,7 - - 816,1 6 Toba Samosir - 415,50 10.894,6 - - 11.310,1 7 Labuhan Batu 32.251,50 122,80 117,4 - - 32.491,7 8 Asahan 57.974,00 97,80 107,1 16,9 2,3 58.198,1 9 Simalungun - 127,20 18.265,7 - - 18.392,9 10 Dairi - 761,40 1.147,3 - - 1.908,7 11 Karo - 1.130,40 7.438,6 - - 8.569,0 12 Deli Serdang 19.541,50 712,70 3.518,8 6.158,4 417,5 30.348,9 13 Langkat 18.363,70 1.110,20 201,9 18.664,2 1.259,5 39.599,5 14 Nias Selatan 11.872 - 22,6 - 35,9 11.930,8 15 Humbang Hasundutan - - 1.425,5 - - 1.425,5 16 Pakpak Bharat - - 388,1 - - 388,1 17 Samosir - 11.046,40 24.935,6 - - 35.982,0 18 Serdang Bedagei 21.821,80 143,10 2.203,3 5.238,0 56,0 29.462,2 19 Batu Bara - - 104,1 1.900,1 3,0 2.007,2 20 Padang Lawas Utara - - 2.534,0 - - 2.534,0 21 Padang Lawas - - 949,9 - - 949,9 22 Labuhan Batu Selatan - - 745,2 - - 745,2 23 Labuhan Batu Utara - - 126,5 177,0 - 303,5 24 Nias Utara - - 89,6 - 1,0 90,6 25 Nias Barat - - 11,3 - - 11,3 71 Sibolga 48.642,70 - 17,0 - - 48.659,7 72 Tanjung Balai 27.959,50 259,00 54,9 - - 28.273,4 73 Pematang Siantar - - 2.322,9 - - 2.322,9 74 Tebing Tinggi - - 397,9 - - 397,9 75 Medan 70.897,60 147,10 54,7 343,2 6,7 71.449,3 76 Binjai - - 148,1 - - 148,1 77 Padangsidimpuan - 250,00 523,1 - - 773,1 78 Gunung Sitoli - - 8,3 - - 8,3 Jumlah /2010 363.158,30 17.494,10 84.250,9 32.784,6 1.907,4 499.595,3 2009 361.471,40 20.195,20 33.395,00 25.523,60 671,00 579.287,00 2008 354.533,10 13.505,06 31.354,00 23.965,90 630,00 558.953,96
Sumber : BPS, Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011
Universitas Sumatera Utara
Jumlah rumah tangga budidaya perikanan tahun 2010 sebanyak 33.890
rumah tangga yang terdiri dari 13.506 rumah tangga pemelihara ikan di kolam
14.277 rumahtangga pemelihara ikan di sawah, 2.470 rumah tangga di kolam air
deras dan 1.923 rumah tangga yang memelihara ikan dengan cara jarring apung,
166 rumah tangga memelihara ikan di keramba,dan 1.548 rumah tangga yang
memelihara ikan dengan budidaya laut (Tabel 9)
Tabel 9. Daerah Tangkapan Ikan Menurut Jenis dan Kabupaten/ Kota Tahun 2008-2010 (ton)
No Kab/Kota Tambak Kolam Sawah Payau Jaring Apung
Keramba
Budi daya Jumlah
1 Nias - 135 - - - - - 135 2 Mandailing Natal - 1.197 178 - - 18 - 1.393 3 Tapanuli Selatan - 142 1.336 - 9 - - 1.887 4 Tapanuli Tengah - 298 44 53 - 35 18 395 5 Tapanuli Utara - 1.138 2.120 - 36 - - 3.294 6 Toba Samosir - 60 780 - 370 - - 1.210 7 Labuhan Batu - 159 - - - - - 159 8 Asahan - - - - - - - - 9 Simalungun - 2.007 7.186 - 428 - - 9.621 10 Dairi - 444 2.002 - 13 4 - 2.463 11 Karo - 1.526 68 - 30 - - 1.624 12 Deli Serdang - 10 - - - - - 10 13 Langkat - 509 - 1.971 - 72 1.478 4.241 14 Nias Selatan - 174 - 64 - - 19 310
15 Humbang Hasundutan - 93 29 - 32 - - 154
16 Pakpak Bharat - 228 306 - - - - 534 17 Samosir - 308 116 - 905 - - 1.329 18 Serdang Bedagei - - - 350 - - - 350 19 Batu Bara - - - - - - - - 20 Padang Lawas Utara - - - - - - - - 21 Padang Lawas - - 100 - 100 - - 200
22 Labuhan Batu Selatan - 100 - - - - - 100
23 Labuhan Batu Utara - 200 - 2 - - - 202 24 Nias Utara - 430 - - - - - 430 25 Nias Barat - 64 - - - - 6 70 Kota -
71 Sibolga - - - - - - - - 72 Tanjung Balai - 144 - - - - - 144 73 Pematang Siantar 363 - - - - - 363 74 Tebing Tinggi - 252 - - - - - 252 75 Medan - 357 - 30 - 2 27 416 76 Binjai - 98 12 - - 35 - 151 77 Padangsidimpuan - 112 - - - - - 112 78 Gunung Sitoli - - - - - - - - Jumlah/2010 - 13.506 14.277 2.470 1.923 166 1.548 33.890 2009 1.930 13.378 21.931 85 1.233 444 8.322 47.323 2008 1.813 12.561 20.591 80 1.158 418 7.814 44.435 2007 1.702 11.796 19.339 75 1.807 391 7.338 41.728
Sumber : BPS, Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011
Universitas Sumatera Utara
4.2. Deskriftif Data
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Penelitian
ini dilakukan dengan wawancara dan membagikan kuesioner kepada 66 orang
responden, dimana responden yang menjawab penelitian ini adalah penyuluh
pertanianyang berstatus PNS pada Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan di 9 kabupaten/kota. Adapun jumlah pertanyaan
seluruhnya adalah 40 butir pertanyaan, yang terdiri dari variable X dan variable Y.
Sebagaimana tujuan dari penelitian ini, kesioner disebar kepada responden yang
berisikan pertanyaan-pertanyaan mengenai pengaruh efektifitas Badan Pelaksana
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Berikut adalah data dari 66
orang responden pada penelitian yang telah dilakukan, yaitu :
4.2.1. Deskripsi Responden
Berdasarkan data penelitian yang telah dikumpulkan, maka diperoleh data
tentang demografi responden penelitian yang terdiri dari (1) lama bekerja, (2)
jabatan/kedudukan responden, (3) keikutsertaan dalam kegiatan penyuluhan, dan
(4) tingkat pendidikan. Tabel 10. sampai 11., menyajikan ringkasan demografi
responden.
Tabel 10. Lama Bekerja Responden
No Lama Bekerja Frekuensi Persentase
1 Kurang dari 5 tahun 15 22,7
2 5-10 tahun 10 15,2
3 Lebih dari 15 tahun 41 62,1
Total 66 100
Sumber : data olahan lampiran
Universitas Sumatera Utara
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masa kerja
penyuluh pertanian lebih dari 15 tahun (62,1%). Dapat disimpulkan bahwa pada
umumnya responden telah berpengalaman dalam melaksanakan penyuluhan.
Berikut adalah jabatan/kedudukan responden yang dapat dilihat pada tabel 11
Tabel 11. Jabatan/ Kedudukan Responden
No Jabatan Frekuensi Persentase
1 Kabid Penyuluhan 1 1,5
2 Kepala Seksi 2 3,0
3 Kasubag 5 7,6
4 Penyuluh Lapang 57 86,4
5 Staf biasa 1 1,5
Total 66 100
Sumber : data olahan lampiran 1
Dari data jabatan/kedudukan responden pada Bapelluh kabupaten/kota,
jumlah jabatan eselon III sebanyak 1 orang (1,5%), Eselon IV sebanyak 7 orang
atau 10,6% (Kasi dan Kasubag), penyulub lapang 57 orang atau 86,4 % dan staf
biasa sebanyak 1 orang atau 1,5%. Dapat dijelaskan bahwa sebagian besar
responden adalah penyuluh lapang. Selanjutnya ditampilkan keikutsertaan
penyuluh dalam kegiatan latihan, kunjungan, supervise dan evaluasi. Berikut tabel
12 tentang keikutsertaan penyuluh dalam kegiatan LAKUSUSI.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 12. Keikutsertaan Penyuluh Dalam Latihan Kunjungan Supervisi dan Evaluasi (LAKUSUSI)
No Konsekuensi Frekuensi Persentase
1 Sering Ikut 54 81,8
2 Sekali-sekali 12 18,2
3 Pernah 0 0
4 Tidak Pernah 0 0
Total 66 0 Sumber : data olahan lampiran 1
Dalam melaksanakan penyuluhan dalam bentuk LAKUSUSI ada 54 orang
(81,8%) penyuluh yang sering ikut, sedangkan yang lainnya sekali-sekali
sebanyak 12 orang (18,2%), pernah dan tidak pernah ikut serta melakukan
kegiatan penyuluhan tidak ada menjawab. Dapat disimpulkan bahwa pada
umumnya responden yang menjadi sampel penelitian adalah pegawai penyuluh
yang sering melakukan LAKUSUSI.
Tabel 13. Tingkat Pendidikan Responden
No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase
1 SLTA 10 15,2
2 DIII 21 31,8
3 S1 34 51,4
4 S2 1 1,5
5 S3 0 0
Total 66 100
Sumber : data olahan lampiran 1
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 13 diatas menjelaskan tingkat pendidikan pada Bapelluh di
masing-masing kabupaten/ kota cukup memadai dalam melaksanakan
penyuluhan, yang diharapkan mampu menghasilkan kinerja yang baik, sekarang
maupun yang akan datang.
Berikut ini disajikan hasil jawaban responden dalam bentuk tabulasi dari
masing-masing variabel/ indikator yang diperoleh dari wawancara dengan
responden.
Tabel 14. Varibael Efektifitas Kelembagaan (Y1
No
)
Jumlah Responden Persentase STS TS RR S SS STS TS RR S SS
1 - 1 7 47 11 - 2.56 6.67 12.74 13.58 2 - 2 10 41 13 - 5.13 9.52 11.11 16.05 3 - - 9 46 11 - - 8.57 12.47 13.58 4 - 14 16 30 6 - 35.90 15.24 8.13 7.41 5 - 2 11 46 7 - 5.13 10.48 12.47 8.64 6 - 1 11 43 11 - 2.56 10.48 11.65 13.58 7 - 1 11 47 7 - 2.56 10.48 12.74 8.64 8 - 1 13 45 7 - 2.56 12.38 12.20 8.64 9 - 17 17 24 8 - 43.59 16.19 6.50 9.88
Jumlah - 39 105 369 81 - 100.00 100.00 100.00 100.00
Tabel 15. Varibael Kinerja Penyuluh (Y2
No
)
Jumlah Responde Persentase STS TS RR S SS STS TS RR S SS
1 - 1 7 47 11 - 4.55 7.95 13.62 15.07 2 - 2 10 41 13 - 9.09 11.36 11.88 17.81 3 - - 9 46 11 - - 10.23 13.33 15.07 4 - 14 16 30 6 - 63.64 18.18 8.70 8.22 5 - 2 11 46 7 - 9.09 12.50 13.33 9.59 6 - 1 11 43 11 - 4.55 12.50 12.46 15.07 7 - 1 11 47 7 - 4.55 12.50 13.62 9.59 8 - 1 13 45 7 - 4.55 14.77 13.04 9.59
Jumlah - 22 88 345 73 - 100.00 100.00 100.00 100.00
Universitas Sumatera Utara
Tabel 16. Variabel Motivasi Sebelum Bapelluh (X1
No
)
Jumlah Responde Persentase STS TS RR S SS STS TS RR S SS
1 - 2 8 44 12 - 8.33 10.81 14.77 9.38 2 - 1 10 45 10 - 4.17 13.51 15.10 7.81 3 - - 10 40 16 - - 13.51 13.42 12.50 4 - 2 9 28 27 - 8.33 12.16 9.40 21.09 5 - 2 3 35 26 - 8.33 4.05 11.74 20.31 6 4 6 17 30 9 - 25.00 22.97 10.07 7.03 7 - 8 13 29 16 - 33.33 17.57 9.73 12.50 8 - 3 4 47 12 - 12.50 5.41 15.77 9.38
Jumlah 4 24 74 298 128 - 100.00 100.00 100.00 100.00
Tabel 17. Variabel Motivasi Sesudah Bapelluh (X2
No
)
Jumlah Responde Persentase STS TS RR S SS STS TS RR S SS
1 1 4 19 30 12 50.00 36.36 19.79 9.74 10.81 2 - - 15 40 11 - - 15.63 12.99 9.91 3 - 2 7 39 18 - 18.18 7.29 12.66 16.22 4 - - 4 47 15 - - 4.17 15.26 13.51 5 - - 15 37 14 - - 15.63 12.01 12.61 6 - - 14 38 14 - - 14.58 12.34 12.61 7 - 1 7 45 13 - 9.09 7.29 14.61 11.71 8 1 4 15 32 14 50.00 36.36 15.63 10.39 12.61
Jumlah 2 11 96 308 111 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Tabel 18. Variabel Persepsi Penyuluh (X3
No
)
Jumlah Responde Persentase STS TS RR S SS STS TS RR S SS
1 - 2 10 25 29 - 10.53 16.13 13.74 14.80 2 - 1 11 25 29 - 5.26 17.74 13.74 14.80 3 1 - 12 27 26 33.33 - 19.35 14.84 13.27 4 - 3 8 21 34 - 15.79 12.90 11.54 17.35 5 - - 11 26 29 - - 17.74 14.29 14.80 6 1 10 4 29 22 33.33 52.63 6.45 15.93 11.22 7 1 3 6 29 27 33.33 15.79 9.68 15.93 13.78
Jumlah 3 19 62 182 196 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Universitas Sumatera Utara
4.3. Hasil Analisis
4.3.1. Hasil Uji Prasyarat Analisis
Estimasi model dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak
Eviews 5.0 dengan metode OLS untuk melihat model efektifitas (Y1) dan model
kinejra penyuluh (Y2) dimana, motivasi penyuluh sebelum (X1) dan motivasi
penyuluh sesudah (X2) Bapelluh serta persepsi penyuluh (X3) mempunyai
pengaruh terhadap efektifitas Bapelluh (Y1) dan efektifitas Bapelluh (Y1)
mempengaruhi kinerja penyuluh (Y2
Dari hasil estimasi model peneltian selanjutnya akan di uji analisis
ekonomi, analisis statistik dan analisis ekonometrika dengan model yang
dilakukan dengan estimasi persamaan regresi linier barganda (OLS). Pembahasan
analisis ini di dasarkan pada data yang telah di publikasikan secara resmi yang
terbentuk dan telah dinyatakan dalam tinjauan teori dan spesifikasi model analisis,
selanjutnya juga akan dilakukan analisis ekonomi yang menjelaskan mengenai arti
parameter yang diperoleh dari persamaan regresi linier yang telah dilakukan,
selanjutnya melihat apakah parameter tersebut memiliki kesesuaian dengan teori
ekonomi. Demikian juga menganalisis arti dari nilai koefisien dan pengaruh
perubahan variabel bebas (independent variable) terhadap variabel terikat
(dependent variable).
) di Sumatera Utara.
Dalam penelitian ini hasil estimasi regresi untuk fungsi efektifitas seperti
tampak pada hasil di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 19. Estimasi Efektifitas Bapelluh (Y1Dengan Motivasi Penyuluh Sebelum Bapelluh (X
) 1
)
Dependent Variable: Y1 Method: Least Squares Date: 01/25/14 Time: 20:13 Sample: 1 66 Included observations: 66 Weighting series: Y1
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 14.44905 3.290765 4.390787 0.0000
X1 0.638337 0.101480 6.290303 0.0000 Weighted Statistics R-squared 0.848961 Mean dependent var 34.65694
Adjusted R-squared 0.846601 S.D. dependent var 7.315922 S.E. of regression 2.865370 Akaike info criterion 4.973106 Sum squared resid 525.4620 Schwarz criterion 5.039459 Log likelihood -162.1125 F-statistic 39.56792 Durbin-Watson stat 1.657113 Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics R-squared 0.353011 Mean dependent var 34.27273
Adjusted R-squared 0.342902 S.D. dependent var 3.656587 S.E. of regression 2.964088 Sum squared resid 562.2923 Durbin-Watson stat 1.593209
Sumber: Hasil Estimasi Model Penelitian, data diolah
Hasil analisis regresi Efektifitas Bapelluh (Y1
Y
) dapat di tuliskan dalam
persamaan Linier sebagai berikut:
1 = 14.44905 + 0.638337*X1
Hasil estimasi Efektifitas Bapelluh (Y
1), motivasi penyuluh sebelum (X1
)
berpengaruh positif dan signifikan pada α = 10 persen terhadap efektifitas
Bapelluh di Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
. Tabel 20. Estimasi Efektifitas Bapelluh (Y1Dengan Motivasi Penyuluh Sesudah Bapelluh (X2)
)
Dependent Variable: Y1 Method: Least Squares Date: 01/25/14 Time: 20:15 Sample: 1 66 Included observations: 66 Weighting series: Y1
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 22.04978 2.062268 10.69201 0.0000
X2 0.426176 0.066730 6.386614 0.0000 Weighted Statistics R-squared 0.850721 Mean dependent var 34.65694
Adjusted R-squared 0.848388 S.D. dependent var 7.315922 S.E. of regression 2.848628 Akaike info criterion 4.961387 Sum squared resid 519.3397 Schwarz criterion 5.027740 Log likelihood -161.7258 F-statistic 40.78884 Durbin-Watson stat 1.494218 Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics R-squared 0.355422 Mean dependent var 34.27273
Adjusted R-squared 0.345351 S.D. dependent var 3.656587 S.E. of regression 2.958559 Sum squared resid 560.1966 Durbin-Watson stat 1.439979
Sumber: Hasil Estimasi Model Penelitian, data diolah
Hasil analisis regresi Efektifitas Bapelluh (Y1
Y
) dapat di tuliskan dalam
persamaan linier sebagai berikut:
1 = 22.04978 + 0.426176*X2
Hasil estimasi Efektifitas Bapelluh (Y
1), motivasi penyuluh sesudah
bapelluh (X2
) berpengaruh positif dan signifikan pada α = 10 persen terhadap
efektifitas Bapelluh di Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
. Tabel 21. Estimasi Efektifitas Bapelluh (Y1Dengan Persepsi Penyuluh (X
) 3
)
Dependent Variable: Y1 Method: Least Squares Date: 01/25/14 Time: 20:16 Sample: 1 66 Included observations: 66 Weighting series: Y1
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 17.03732 3.030826 5.621347 0.0000
X3 0.627906 0.105025 5.978618 0.0000 Weighted Statistics R-squared 0.843170 Mean dependent var 34.65694
Adjusted R-squared 0.840720 S.D. dependent var 7.315922 S.E. of regression 2.919780 Akaike info criterion 5.010728 Sum squared resid 545.6075 Schwarz criterion 5.077081 Log likelihood -163.3540 F-statistic 35.74387 Durbin-Watson stat 1.330595 Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics R-squared 0.302063 Mean dependent var 34.27273
Adjusted R-squared 0.291157 S.D. dependent var 3.656587 S.E. of regression 3.078583 Sum squared resid 606.5710 Durbin-Watson stat 1.204906
Sumber: Hasil Estimasi Model Penelitian, data diolah
Hasil analisis regresi Efektifitas Bapelluh (Y1
Y
) dapat di tuliskan dalam
persamaan Linier sebagai berikut:
1 = 17.03732 + 0.627906*X3
Hasil estimasi Efektifitas Bapelluh (Y
1), persepsi penyuluh (X3
)
berpengaruh positif dan signifikan pada α = 10 persen terhadap efektifitas
Bapelluh di Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tabel 22. Estimasi Kinerja Penyuluh (Y2
Dependent Variable: Y2
)
Method: Least Squares Date: 01/07/14 Time: 20:51 Sample: 1 66 Included observations: 66 Weighting series: Y1
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 3.850664 1.919349 2.006235 0.0491
Y1 0.817433 0.054508 14.99666 0.0000 Weighted Statistics R-squared 0.942659 Mean dependent var 32.17949
Adjusted R-squared 0.941763 S.D. dependent var 6.586466 S.E. of regression 1.589466 Akaike info criterion 3.794507 Sum squared resid 161.6897 Schwarz criterion 3.860860 Log likelihood -123.2187 F-statistic 224.8998 Durbin-Watson stat 1.730864 Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics R-squared 0.787523 Mean dependent var 31.86364
Adjusted R-squared 0.784203 S.D. dependent var 3.387245 S.E. of regression 1.573508 Sum squared resid 158.4594 Durbin-Watson stat 1.750266
Sumber: Hasil Estimasi Model Penelitian, data diolah
Hasil analisis regresi Kinerja Penyuluh (Y2
Y
) dapat di tuliskan dalam
persamaan linier sebagai berikut:
2 = 3.850664 + 0.817433*Y
Hasil estimasi kinerja penyuluh (Y
1
2), variabel efektifitas Bapelluh (Y1
)
berpengaruh positif dan signifikan pada α = 5 persen terhadap kinerja penyuluh di
Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
4.3.1.1. Hasil Uji Normalitas
Model regressi juga harus memenuhi asumsi clasiccal normal liniear
regression model sering disebut juga sebagai uji kenormalan atau uji normalitas.
Uji normalitas dengan menggunakan Jarque-Bera (J-B) Test. Suatu model
dianggap berdistribusi normal bila nilai probabilitas J-B hitung lebih besar dari α
= 0,05.
Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.8 dibawah menunjukan nilai probabilitas J-B
hitung untuk efektifitas Bapelluh (Y1) dengan variabel motivasi penyuluh
sebelum bapelluh (X1) adalah sebesar 0,648215, efektifitas Bapelluh (Y1) dengan
variabel motivasi penyuluh sesudah bapelluh (X2) sebesar 0,935627 dan
efektifitas Bapelluh (Y1) dengan variabel persepsi penyuluh (X3) sebesar
0,682111 serta kinerja penyuluh (Y2
Tabel 23. Hasil Uji Normalitas pada Model Efektifitas Bapelluh (Y
) sebesar 0,396163, keseluruhannya lebih
besar dari α = 0,05. Ini berarti model penelitian memiliki data berdistribusi
normal.
1Dengan Motivasi Penyuluh Sebelum Bapelluh (X
) 1
)
Sumber: Hasil Pengolahan Data
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-6 -4 -2 0 2 4 6
Series: Standardized ResidualsSample 1 66Observations 66
Mean -0.234421Median -0.328893Maximum 7.002715Minimum -6.138904Std. Dev. 2.833414Skewness 0.172828Kurtosis 2.557486
Jarque-Bera 0.867064Probability 0.648215
Universitas Sumatera Utara
Tabel 24. Hasil Uji Normalitas pada Model Efektifitas Bapelluh (Y1Dengan Motivasi Penyuluh Sesudah Bapelluh (X
) 2
)
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 25. Hasil Uji Normalitas pada Model Efektifitas Bapelluh (Y1Dengan Persepsi Penyuluh (X
) 3
)
Sumber: Hasil Pengolahan Data
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-6 -4 -2 0 2 4 6
Series: Standardized ResidualsSample 1 66Observations 66
Mean -0.229374Median -0.332606Maximum 6.816800Minimum -6.280439Std. Dev. 2.817165Skewness 0.081085Kurtosis 2.851366
Jarque-Bera 0.133077Probability 0.935627
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-6 -4 -2 0 2 4 6
Series: Standardized ResidualsSample 1 66Observations 66
Mean -0.243771Median -0.251820Maximum 5.837625Minimum -6.538310Std. Dev. 2.886802Skewness 0.179413Kurtosis 2.613385
Jarque-Bera 0.765126Probability 0.682111
Universitas Sumatera Utara
Tabel 26. Hasil Uji Normalitas pada Model Kinerja Penyuluh (Y2
)
Sumber: Hasil Pengolahan Data
4.3.1.2 Pengujian Masalah Autokorelasi
Didalam penelitian ini pengujian terhadap gejala autokorelasi dengan Uji
Durbin-Watson (D-W test). Model penelitian dianggap tidak mengandung gejala
autokorelasi bila probability Obs* R-Squared lebih besar dari tingkat signifikan (α
= 5%) atau nilai Obs*R-Squared lebih besar dari Chi-Squared (𝑅(𝑡−1)2 < 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒2 ).
Berdasarkan hasil estimasi model nilai DW adalah untuk model efektifitas
Bapelluh (Y1) sebesar 0.380805 untuk variabel motivasi sebelum bapelluh (X1),
sebesar 0.114085 untuk variabel motivasi sesudah bapelluh (X2), sebesar
0.362225 untuk model kinerja (Y2) ternyata nilai Probability Obs*R-squared
lebih besar dari α = 5% (Probability R² < 0,05) yang berarti estimasi model
penelitian efektifitas Bapelluh untuk variabel X1 dan X2 serta model kinerja (Y2)
tidak terdapat gejala autokorelasi. Sedangkan untuk model efektifitas bapelluh
untuk variabel persepsi penyuluh (X3
0
2
4
6
8
10
12
14
-4 -2 0 2 4
Series: Standardized ResidualsSample 1 66Observations 66
Mean -0.000916Median -0.004169Maximum 3.720393Minimum -4.245125Std. Dev. 1.577191Skewness -0.306228Kurtosis 3.546168
Jarque-Bera 1.851859Probability 0.396163
) ternyata nilai Probability Obs*R-squared
Universitas Sumatera Utara
adalah sebesar 0.001002 lebih kecil dari α = 5% (Probability R² > 0,05) yang
berarti terdapat gejala autokorelasi.
4.3.1.3. Uji Multikolinieritas
Salah satu penyimpangan terhadap asumsi klasik adalah terdapatnya
multikolinieritas, atau terjadinya hubungan linier yang sempurna (perfect) atau
exact diantara beberapa atau semua variabel bebasnya, yang menimbulkan
kesulitan untuk dapat melihat pengaruh variabel penjelas terhadap variabel yang
dijelaskan.
Tabel 27. Nilai Matriks Korelasi Variabel-Variabel Bebas
X1 X2 X3 Y2
X1 1.000000 0.837457 0.282145 0.659151
X2 0.837457 1.000000 0.325371 0.625085
X3 0.282145 0.325371 1.000000 0.592070
Y2 0.659151 0.625085 0.592070 1.000000
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dari tabel nilai matriks korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat
multikolineritas data. Suatu variabel dikatakan terdapat multikolineritas apabila
korelasi antar kedua variabel lebih dari nilai R squared. Berdasarkan hasil
perhitungan regresi maka tidak ada variabel yang memiliki nilai lebih tinggi dari
0.894433 untuk fungsi efektifitas Bapelluh dan 0.942659 untuk fungsi kinerja
penyuuh di Sumatera Utara.
Nilai VIF yang semakin besar menunjukkan masalah multikolinearitas
yang semakin serius. Kaidah yang digunakan adalah jika VIF lebih besar dari 10
dan 2jR lebih besar dari 0,90 maka variabel memiliki kolinearitas yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 28. Nilai VIF dari Korelasi Variabel-Variabel Bebas
X1 X2 X3 Y2
X1
X2 3.348224
X3 1.086491 1.118401
Y2 1.768284 1.641312 1.539757
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dari nilai VIF dari korelasi variabel-variabel bebas pada tabel 4.5 tidak
terdapat variabel yang memiliki nilai VIF yang lebih besar dari 10, jadi tidak ada
variabel yang terjadi kolinieritas ganda (multicollinearity).
4.4. Hasil Uji Model
Analisis statistik digunakan untuk melihat validasi dari model yang
digunakan dalam penelitian ini. Pengujian secara statistik dilakukan terhadap hasil
regresi model. Adapun pengujian secara statistik meliputi pengujian terhadap
besaran t-Statistik F Statistik , dan nilai R2
4.4.1. Uji t statistik (Uji parsial)
.
Uji t atau uji parsial ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat secara parsial atau satu persatu. Dari hasil estimasi model
untuk Efektifitas Bapelluh (Y1) dan kinerja penyuluh (Y2
1. Motivasi Sebelum (X
) diperoleh nilai t hitung
untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut
1) dalam Efektifitas Bapelluh (Y1) nilai thitung =
6.29 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.0000. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari α = 0.10, Sehingga variabel
Universitas Sumatera Utara
X1 signifikan pada tingkat derajat kepercayaan sebesar 90% secara
positif akan mempengaruhi Efektifitas Bapelluh (Y1), yang artinya
bahwa jika terjadi peningkatan X1 sebesar 1 poin, maka Efektifutas
Bapelluh (Y1
2. Motivasi sesudah (X
) akan mengalami peningkatan sebesar koefisiennya
yaitu sebesar 1,669 poin, cateris paribus.
2) dalam dalam Efektifitas Bapelluh (Y1) nilai
thitung = 6.386614 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.0000. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari α = 0.10,
Sehingga variabel X2 signifikan pada tingkat derajat kepercayaan
sebesar 90% secara positif akan mempengaruhi Efektifitas Bapelluh
(Y1), yang artinya bahwa jika terjadi peningkatan X2 sebesar 1 poin,
maka Efektifutas Bapelluh (Y1
3. Persepsi Penyuluh (
) akan mengalami peningkatan sebesar
koefisiennya yaitu sebesar 1,598 poin, cateris paribus.
X3) dalam dalam Efektifitas Bapelluh (Y1) nilai
thitung = 5.978618 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.0000. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari α = 0.01,
Sehingga variabel X3 signifikan pada tingkat derajat kepercayaan
sebesar 95% secara positif akan mempengaruhi Efektifitas Bapelluh
(Y1), yang artinya bahwa jika terjadi peningkatan X3 sebesar 1 poin,
maka Efektifutas Bapelluh (Y1
4. Efektifitas Bapelluh (Y
) akan mengalami peningkatan sebesar
koefisiennya yaitu sebesar 4,639 poin, cateris paribus.
1) dalam Kinerja Penyuluh (Y2) nilai thitung =
14.996 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.0000. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari α = 0.01,
Universitas Sumatera Utara
Sehingga variabel Y1 signifikan pada tingkat derajat kepercayaan
sebesar 95% secara positif akan mempengaruhi Kinerja Penyuluh (Y2),
yang artinya bahwa jika terjadi peningkatan Efektifutas Bapelluh (Y1)
sebesar 1 poin, maka Kinerja Penyuluh (Y2
4.4.2 Uji F statistik (Uji Serempak)
) akan mengalami
peningkatan sebesar koefisiennya yaitu sebesar 14,996 poin, cateris
paribus.
Uji F atau uji serepak ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas
secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat. Dari hasil estimasi
model untuk Efektifitas Bapelluh (Y1) dan kinerja penyuluh (Y2
1. Untuk variabel motivasi sebelum bapelluh (X
) diperoleh :
1) diperoleh nilai F
hitung sebesar 39.56792 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.000. Hal
ini menunjukkan bahwa variabel bebas untuk Efektifitas Bapelluh (Y1)
yaitu Motivasi Penyuluh Sebelum (X1), secara simultan dan signifikan
bersama-sama mempengaruhi variabel terikatnya yaitu Efektifitas
Bapelluh (Y1
2. Untuk variabel motivasi sesudah bapelluh (X
) pada tingkat derajat kepercayaan sebesar 95%.
2) diperoleh nilai F hitung
sebesar 40.78884 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.000. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel bebas untuk Efektifitas Bapelluh (Y1)
yaitu Motivasi Penyuluh Sesudah (X2), secara simultan dan signifikan
bersama-sama mempengaruhi variabel terikatnya yaitu Efektifitas
Bapelluh (Y1
3. Untuk variabel persepsi penyuluh (X
) pada tingkat derajat kepercayaan sebesar 95%.
3) diperoleh nilai F hitung sebesar
35.74387 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.000. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa variabel bebas untuk Efektifitas Bapelluh (Y1)
yaitu Persepsi Penyuluh (X3), secara simultan dan signifikan bersama-
sama mempengaruhi variabel terikatnya yaitu Efektifitas Bapelluh
(Y1
4. Hasil estimasi model untuk Kinerja Penyuluh (Y
) pada tingkat derajat kepercayaan sebesar 95%.
2) diperoleh nilai F
hitung sebesar 224.8998 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.000. Hal
ini menunjukkan bahwa variabel bebas untuk Kinerja Penyuluh (Y2)
yaitu Efektifitas Bapelluh (Y1) secara simultan dan signifikan
bersama-sama mempengaruhi variabel terikatnya yaitu Efektifitas
Bapelluh (Y1
4.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R
) pada tingkat derajat kepercayaan sebesar 95%.
2
Uji koefisien determinasi (R
)
2) digunakan untuk melihat seberapa besar
variasi variabel bebas dapat menerangkan variabel terikat. Dari hasil estimasi
untuk Efektifitas Bapelluh (Y1) dan Kinerja penyuluh (Y2
1. Untuk variabel motivasi penyuluh sebelum bapelluh (X
) diperoleh :
1) dengan nilai
R2 sebesar 0.848961. Hal ini memberikan makna bahwa sebesar
84,89% variabel Efektifitas Bapelluh dapat dijelaskan oleh variabel
Motivasi Penyuluh Sebelum (X2
2. Untuk variabel motivasi penyuluh sesudah bapelluh (X
) bapelluh. Sedangkan sisanya sebesar
15,11% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
2) dengan nilai
R2 sebesar 0.850721. Hal ini memberikan makna bahwa sebesar
85,07% variabel Efektifitas Bapelluh dapat dijelaskan oleh variabel
Motivasi Penyuluh Sesudah bapelluh (X3). Sedangkan sisanya sebesar
14,93% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk variabel persepsi penyuluh (X3) dengan nilai R2
4. Untuk hasil estimasi Kinerja Penyuluh (Y
sebesar
0.843170. Hal ini memberikan makna bahwa sebesar 84,32% variabel
Efektifitas Bapelluh dapat dijelaskan oleh variabel persepsi penyuluh.
Sedangkan sisanya sebesar 15,68% dijelaskan oleh variabel lain diluar
model.
2) diperoleh nilai R2 sebesar
0.9427. Hal ini memberikan makna bahwa sebesar 94,27% variabel
Kinerja Penyuluh (Y2) dapat dijelaskan oleh variabel Efektifitas
Bapelluh (Y1
4.5. Pembahasan
). Sedangkan sisanya sebesar 5,73% dijelaskan oleh
variabel lain diluar model.
4.5.1. Pengaruh Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan Sebelum Pembentukan Badan Pelaksanaan Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Terhadap Efektifitas
Keberadaan Kelembagaan Penyuluhan.
Motivasi merupakan faktor pendorong dalam melakukan suatu pekerjaan.
Dalam melaksanakan tugas-tugas sebagai penyuluh pertanian, sebagian besar
penyuluh pertanian melaksanakan tugas karena kebutuhan akan berprestasi.
Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang dimiliki oleh seseorang untuk
mewujudkan hasil kerja (kinerja) yang lebih baik daripada orang lain. Makin
tinggi motivasi akan membuat kinerja penyuluh pertanian semakin tinggi pula.
Dari pengujian dengan menggunakan uji t diperoleh nilai probability t-
statistik sebesar 0.0000 lebih kecil dari α = 5% dan positif, yang berarti variabel
Universitas Sumatera Utara
tersebut memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap efektifitas
kelembagaan penyuluhan.
Hal ini mengandung arti bahwa bila terjadi peningkatan motivasi penyuluh
pertanian, perikanan dan kehutanan sebelum bapelluh sebesar 100 persen, akan
meningkatkan efektifitas kelembagaan Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara sebesar 63,83 persen, dan
sebaliknya.
4.5.2. Pengaruh Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan Sesudah Pembentukan Badan Pelaksanaan Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Terhadap Efektifitas
Keberadaan Kelembagaan Penyuluhan.
Dari pengujian dengan menggunakan uji t diperoleh nilai probability t-
statistik sebesar 0.0000 lebih kecil dari α = 5% dan positif, yang berarti variabel
tersebut memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap efektifitas
kelembagaan penyuluhan.
Hal ini mengandung arti bahwa bila terjadi peningkatan motivasi penyuluh
pertanian, perikanan dan kehutanan sesudah bapelluh sebesar 100 persen, akan
meningkatkan efektifitas kelembagaan Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara sebesar 42,62 persen, dan
sebaliknya.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Amelia Nani dan Tri Ratna (2010)
dalam jurnal penyuluhan pertanian volume 5 no 1 yang menyatakan sebanyak
20,41% penyuluh pertanian di kabupaten Subang melaksanakan tugasnya sebagai
penyuluh pertanian didorong oleh motivasi untuk berafiliasi atau bersosialisasi
Universitas Sumatera Utara
dengan orang lain terutama kepada petani. Mereka ingin menjalin hubungan yang
akrab dengan orang lain, banyak teman, bekerja bersama-sama dengan orang lain
dan memiliki perhatian yang mendalam terhadap teman sesama penyuluh
pertanian dan petani. Hanya 4,08% penyuluh pertanian ini selalu berusaha
mempengaruhi orang lain. Jika dalam kelompok, selalu berusaha menjadi
pemimpin, pendapat atau keyakinannya benar sehingga percaya dirinya tinggi dan
pandai mempengaruhi orang lain mulai dari persuasiasi (membujuk) sampai
dengan koersi (pemaksaan). Mereka inilah penyuluh pertanian yang dapat
berpindah tugas menjadi pejabat structural. Terdapat 10,20% penyuluh pertanian
yang bekerja karena ingin berprestasi dan berafiliafi. Penyuluh pertanian yang
mempunyai motivasi kurang terfokus atau merupakan gabungan dari motivasi
ingin berprestasi, motivasi ingin kekuasaan (jabatan) dan motivasi karena ingin
berafiliasi sebanak 8,16%. Mereka adalah penyuluh pertanian yang menjalankan
tugas seadanya, tidak ingin menonjol dan tidak mengejar prestasi. Sehingga dari
hasil penelitian yang dilakukan pada Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan di kabupaten/ kota Propinsi Sumatera Utara. Terlihat
bahwa penyuluh lebih termotivasi untuk bekerja di lapangan dan meningkatkan
prestasi kerja serta dekat dengan masyarakat, dari pada mereka harus menduduki
jabatan structural tetapi tidak dapat bersosialisasi dengan para petani.
4.5.3. Pengaruh Persepsi Penyuluh Terhadap Efektifitas Badan Pelaksanaan
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Faktor personal yang terdiri dari kemampuan, pengalaman, motif dan
persepsi yang cukup baik dari penyuluh, dapat mengimbangi keterbatasan sarana
kerja dan status kelembagaan penyuluhan. Hal tersebut dapat dibuktikan dari
Universitas Sumatera Utara
analisis hubungan dan pengaruh persepsi terhadap efektifitas badan pelaksana
penyuluhan di kabupaten/ kota.
Dari hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa ada hubungan secara
signifikan antara persepsi dengan efektifitas kelembagaan bapelluh secara positif.
Karena nilai probability t-statistik di bawah α = 5% yaitu sebesar 0,0000. Dengan
nilai koefisien sebesar 0.627906 menunjukkan bahwa jika apabila persepsi
penyuluh meningkat maka akan meningkatkan efektifitas badan pelaksanaan
pertanian, perikanan dan kehutan. Peningkatan tersebut jika diukur secara
Quantity, maka persespsi penyuluh meningkat 100 persen akan meningkatkan
efektifitas bapelluh sebesar 62,79 persen. Jadi dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa persepsi berhubungan positif dan signifikan terhadap
efektifitas kelembagaan bapelluh kabupaten/ kota di propinsi Sumatera Utara.
4.5.4. Pengaruh Efektifitas dari Kelembagaan Penyuluhan Terhadap Kinerja
Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.
Hasil penelitian menunjukkan nilai probability t-statistik lebih kecil dari α
= 5% serta menunjukkan arah positif. Yang berarti bahwa efektifitas dari
kelembagaan penyuluhan mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap
kinerja penyuluh pertanian. Artinya apabila efektifitas kelembagaan bapelluh
meningkat 100 persen, akan meningkatkan kinerja kelembagaan bapelluh sebesar
81,74 persen.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis dan penelitian dan teori yang
menyatakan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara efektifitas dan
kinerja. .
Universitas Sumatera Utara
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi motivasi penyuluh
pertanian, perikanan dan kehutanan sebelum dan sesudah pembentukan badan
Pelaksana Penyuluhan, Perikanan dan Kehutanan, menjelaskan pengaruh persepsi
penyuluh pertanian terhadap efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian,
perikanan dan kehutanan, serta menjelaskan pengaruh efektifitas kelembagaan
penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan, serta menjelaskan terhadap kinerja
penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan. Dari hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Motivasi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan sebelum pembentukan
badan Pelaksana Penyuluhan, Perikanan dan Kehutanan, berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian,
perikanan dan kehutanan di Sumatera Utara.
2. Motivasi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan sesudah pembentukan
badan Pelaksana Penyuluhan, Perikanan dan Kehutanan, berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian,
perikanan dan kehutanan di Sumatera Utara
3. Persepsi penyuluh pertanian berpengaruh positif dan signifikan terhadap
efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan di
Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
4. Efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja penyuluh pertanian,
perikanan dan kehutanan di Sumatera Utara.
5.2. Saran
1. Dengan adanya hubungan yang positif antara motivasi penyuluh sebelum
dan sesudah bapelluh, persepsi penyuluh dan efektifitas badan pelaksana
penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan, diharapkan pemerintah lebih
meningkatkan peran dan fungsi serta keberadaan kelembagaan bapelluh
tersebut agar menjadi suatu badan/ lembaga yang lebih efektif dan efisien
sehingga akan memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan
kinerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan di Sumatera Utara
khususnya.
2. Berdasarkan keterbatasan penelitian, perlu dilakukan penelitian yang sejenis
dengan menambahkan variabel-variabel lain yang mempengaruhi kinerja
dan umumnya, khususnya kinerja penyuluh.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Awis. 2011. Majalah Penyuluhan Kehutanan; Komunikasi Edukasi Wana Lestari (Kenari). Edisi 1 tahun 2011, Pusat Reorientasi Penyuluhan Kehutanan di Era BP2SDM Kehutanan. Pusat Pelayanan Penyuluhan Kehutanan. BP2SDM Kehutanan.
Azul, 2012. Analisis efektifitas kinerja penyuluh. Bang Azul.blogspot.com.
Bakoorluh. 2011. Statistik Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara. Medan
Cochran, W.G. 2005. Teknik Penarikan Sampel. Terjemahan Rusdiansyah. Jakarta. UI-Press
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2009. Metode dan Teknik Penyuluhan. Pusat Pengembangan Penyuluhan. BPSDM KP
Furqon. 2008. Statistik Terapan untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta
Hays 1973 dalam Azwar,Saifuddin.2010. Asumsi-asumsi dalam inferensi statistika. Azwar.staff.ugm.ac.id
Kunia, Ahmad. 2010.Pemilihan Uji Dalam Penelitian (Studi tentang uji-t berpasangan). Skripsimahasiswa.blogspot.com
Nachrowi,N.D dan Usman,H. 2002. Penggunaan Teknik Ekonometri. Jakarta. PT.Raja Grafindo Persada
PP No.43 tahun 2009 tentang Pembiayaan, Pembinaan dan Pengawasan Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. CV.Alfabata
Suhardiyono, L. 1992. PENYULUHAN: Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian. Jakarta. Penerbit Erlangga
Umar,H. 2005. Sumberdaya Manusia dalam Organisasi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama
UU. No 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Universitas Sumatera Utara